presentasi shi orde baru
DESCRIPTION
sejarah hukum indonesiaTRANSCRIPT
SEJARAH TATA HUKUM INDONESIA PADA SAAT ORDE BARU
SHI Kelompok V
Masa Pemerintahan Orde Baru(1966-1998)
Orde Baru hadir dengan semangat "koreksi total" atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama.
Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998.
ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.
pemasungan hak-hak dan pembatasan hak-hak rakyat dalam berorganisasi dan berpolitik.
Pada masa ini kita tidak akan menemui pemandangan seperti saat ini, rakyat bebas berbicara mengeluarkan pendapat sesuai dengan hati nurani mereka.
Pemerintah Soeharto begitu otoriter. Kebebasan demokrasi saat itu seperti benar-benar mati. Di Era Soeharto tidak ada budaya kritis. Pemerintah saat itu begitu bengis dan menebas siapa saja yang dapat mengganggu otoritas mereka. Bahkan beberapa orang berkumpul tanpa ada izin keamanan setempat bisa jadi masalah yang besar saat itu.
Perkembangan dinamika hukum dan tata peradilan di bawah Orde Baru justru diawali oleh penyingkiran hukum dalam proses politik dan pemerintahan.
Di bidang perundang-undangan, rezim Orde Baru membekukan pelaksanaan UU Pokok Agraria, dan pada saat yang sama membentuk beberapa undang-undang yang memudahkan modal asing berinvestasi di Indonesia; di antaranya adalah UU Penanaman Modal Asing, UU Kehutanan, dan UU Pertambangan.
Selain itu, orde baru juga melakukan:
1) Penundukan lembaga-lembaga hukum di bawah eksekutif.
2) Pengendalian sistem pendidikan dan penghancuran pemikiran kritis, termasuk dalam pemikiran hukum; Singkatnya, pada masa orde baru tak ada perkembangan yang baik dalam hukum Nasional.
Pada Masa ini politik hukum berorientasi pada kepentingan pembangunan nasional, yaitu bahwa hukum sebagai asas pembangunan nasional.
Dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, hukum menjadi bagian yang berdiri sendiri yang semula hanya sebagai sektor saja.
Pembangunan di bidang hukum terkait dengan
trilogi pembangunan, yaitu pertumbuhan, pemerataan dan stabilitas.
Trilogi Pembangunan :
Dalam konteks pertumbuhan, bidang hukum berfungsi sebagai sarana untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengamankan hasil-hasil yang diperoleh dari pembangunan ekonomi atau pertumbuhan dan perkembangan. Pembangunan bidang hukum mencakup materi, aparatur, sarana dan prasarana hukum.
Trilogi Pembangunan :
Pemerataan, yaitu pemerataan memperoleh keadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Bidang hukum sebagai sarana untuk menciptakan stabilitas nasional agara dapat tercipta perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, dan tertib.
Kontroversi Trilogi Pembangunan:
Pelaksanaan stabilitas politik menghasilkan regulasi dimana diterbitkan sejumlah peraturan yang mengakibatkan pengendalian pers dan pengendalian aksi mahasiswa. Dalam hal prosedural diterbitkan Undang-Undang tentang Organisasi Massa dan Undang Undang Partai Politik
Pertumbuhan ekonomi menghasilkan penanaman modal asing yang mengakibatkan hutang luar negeri. Serbuan para investor asing ini kemudian melambat ketika terjadi jatuhnya harga minyak dunia.
Dalam pemerataan hasil, pelaksanaannya membuka jalur-jalur distributif seperti kredit usaha tani dan mitra pengusaha besar dan kecil seperti (bapak asuh)
Pada tahun 1966 dimulainya Orde Baru yang membawa semangat untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Namun Soeharto sebagai penguasa cenderung otoriter. Hukum yang lahir kebanyakan hukum yang kurang/tidak responsif.
Hukum "hanya" sebagai pendukung pembangunan ekonomi karena pembangunan dari PELITA I - PELITA VI dititik beratkan pada sektor ekonomi
Ketika Orde Baru berkuasa, politik hukum yang dijalankan Pemerintah yaitu hukum diarahkan untuk melegitimasi kekuasaan Pemerintah, sebagai sarana untuk mendukung sektor ekonomi dan sebagai sarana untuk memfasilitasi proses rekayasa sosial. Hal ini dikarenakan Pemerintah Orde Baru lebih mengutamakan bidang ekonomi dalam pembangunan.
Hukum Islam Pada Masa Pemerintahan Orde Baru
Dalam era orde baru ini banyak produk hukum Islam (tepatnya Hukum Perdata Islam) yang menjadi hukum positif yang berlaku secara yuridis formal, walaupun didapat dengan perjuangan keras umat Islam, yaitu beberapa diantaranya :
Undang- undang Nomor 1 tahun 1974 tentang PerkawinanPolitik hukum memberlakukan hukum Islam bagi
pemeluk-pemeluknya oleh pemerintah orde baru, dibuktikan oleh UU ini.
Dengan UU No. 1 tahun 1974 Pemerintah dan DPR memberlakukan hukum Islam bagi pemeluk-pemeluk Islam dan menegaskan bahwa Pengadilan Agama berlaku bagi mereka yang beragama Islam.
Undang- undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama
PA telah menjadi peradilan mandiri, kedudukannya benar-benar telah sejajar dan sederajat dengan peradilan umum, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara.
nama, susunan, wewenang, kekuasaan dan hukum acaranya telah sama dan seragam di Indonesia. Memudahkan terjadinya ketertiban dam kepastian hukum dalam lingkungan PA.
Terlaksananya pembangunan hukum nasional berwawasan nusantara dan berwawasan Bhineka Tunggal ika dalam UU PA.
Kompilasi Hukum Islam Inpres no. 1 tahun 1991 (KHI)
Dalam menghadapi kasus-kasus itu hakim-hakim tersebut merujuk kepada kitab-kitab fiqh yang puluhan banyaknya. Oleh karena itu sering terjadi dua kasus serupa apabila ditangani oleh dua orang hakim yang berbeda referensi kitabnya, keputusannya dapat berbeda pula, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum.
Guna mengatasi ketidakpastian hukum tersebut pada Maret 1985
Presiden Soeharto mengambil prakarsa sehigga terbitlah Surat Keputusan Bersama (SKB) Ketua Makamah Agung dan Departemen Agama.
Oleh karena itu sudah jelas bahwa dalam bidang perkawinan, kewarisan dan wakaf bagi pemeluk-pemeluk Islam telah ditetapkan oleh undang-undang yang berlaku adalah hukum Islam.
Kesimpulan dari Sistem Orde Baru:Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru
perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.000
sukses transmigrasi, KB, swasembada pangan, pengangguran minimum
sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun)
Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru
semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme
pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat
munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua
kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya
bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin)
kritik dibungkam dan oposisi diharamkan
kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibreidel
penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program "Penembakan Misterius" (petrus)
tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya)
TERIMAKASIH
DINA ANGELINA ABDUL KADIR ASTAN BERLIN CITRA. S SADAM HUSEIN KURNIADI
KELOMPOK V