presentasi sejarah

88
3

Upload: ardite-sapan

Post on 20-Jun-2015

5.936 views

Category:

Education


4 download

DESCRIPTION

Sejarah X

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi sejarah

3

Page 2: Presentasi sejarah

2

Page 3: Presentasi sejarah

1

Page 4: Presentasi sejarah

1. Irfan2. Irene3. Jane 4. Julia

Page 5: Presentasi sejarah
Page 6: Presentasi sejarah
Page 7: Presentasi sejarah

Manusia Purba

Perkembangan

Teknologi

Page 8: Presentasi sejarah

Manusia Purba

Pengertian

Jenis Manusia Purba

Penemuan Fosil Manusia Purba

di Indonesia

Page 9: Presentasi sejarah

• Manusia purba (prehistoric people) adalah jenis manusia yang hidup jauh sebelum tulisan ditemukan.

• Manusia purba hidup pada jaman pleistosen kira-kira 2 juta tahun yang lalu.

• Untuk mengetahui kehidupan manusia purba di Indonesia ada 2 cara,yaitu :

1. dengan melalui sisa-sisa tulang manusia,hewan dan tumbuhan yang telah membantu (fosil)

2. dengan peninggalan peralatan dan perlengkapan kehidupan manusia sebagai hasil budaya manusia,seperti alat-alat :

rumah tangga,bangunan,perhiasan atau senjata • Ciri-cirinya secara umum adalah :

a. bertubuh tegapb. belum mempunyai peradaban dan hidup di

alam bebas menyatu dengan alamnyac. tingkat kecerdasannya rendah

Page 10: Presentasi sejarah

Meganthropus

• Jenis Meganthropus yang paling terkenal adalah Meganthropus Palaeojavanicus yang ditemukan di Sangiran oleh Von Koenigswald tahun 1936-1941.• Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega

= besar, palaeo = tua, dan java = Jawa, berarti Meganthropus Palaeojavanicus berarti manusia besar/raksasa dari Jawa• Ciri-ciri yang dimiliki Meganthropus Paleojavanicus

adalah : 1) mempunyai rahang yang tegap2) mempunyai geraham yang besar3) tonjolan kening mencolok4) tulang pipi tidak tipis5) memiliki sendi-sendi yang besar6) mempunyai badan yang tegap7) mempunyai otot rahang yang kuat8) tidak mempunyai dagu9) mempunyai tonjolan belakang yang tajam10) mengonsumsi tumbuh0tumbuhan, dan 11) hidup berkelompok serta berpindah-pindah

Page 11: Presentasi sejarah
Page 12: Presentasi sejarah

Pithecanthropus

• Pithecantropus yakni manusia kera.• Ciri-ciri yang dimiliki oleh Pithecantropus adalah :

1) Tinggi tubuhnya kira-kira 165-180 cm 2) Badan tegap,namun tidak setegap Meganthropus3) Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang

pelipis4) Mempunyai rahang bawah yang kuat5) Mempunyai tulang pipi yang tidak tipis6) Volume otak 900 cc7) Hidung lebar tidak berdagu 8) Makanannya bervariasi,mulai dari tumbuhan dan daging hewan buruan

Page 13: Presentasi sejarah

• Jenis ini memiliki 4 tipe Pithecantropus ,yakni :1. Pithecantropus Mojokertensis

a) Adalah manusia kera dari Mojokerto ditemukan oleh Von Koenigswald di Perning,Mojokerto,Jawa Timur pada lapisan Pleistosen Bawah pada tahun 1936-1941

b) Penemuannya berupa fosil anak-anak berusia sekitar 5 tahun.Diperkirakan hidup sekitar 2,5 juta sampai 2,25 juta tahun yang lalu

2.Pithecantropus Soloensis yakni manusia kera dari Solo yang ditemukan berbentuk 11 buah fosil tengkorak beserta tulang rahang dan gigi.Ditemukan oleh Von Koenigswald dan Weidenreich pada tahun 1936-1941 di Lembah Sungai Bengawan Solo yang hidup sampai dengan akhir pleistosen tengah

Page 14: Presentasi sejarah

3. Pithecanthropus Robustus, fosil jenis ini ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koenigswald pada tahun 1939 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari lapisan pleistosen bawah. Von Koenigswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis4. Pithecanthropus Erectus yakni manusia kera yang sudah dapat berjalan tegak ditemukan oleh Eugene Dubois tahun 1890 di Trinil,Lembah Sungai Bengawan Solo yang berasal dari pleistosen tengah.

Page 15: Presentasi sejarah
Page 16: Presentasi sejarah

Homo ( Manusia )

• Fosil ini pertama diteliti oleh Von Reitschoten di Wajak dan dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama teman-temannya

• Ciri-ciri dari Homo ( Manusia ) adalah :a) muka lebarb) hidung dan mulutnya menonjol c) dahi menonjold) bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dari manusia sekarang

• Hidup dan perkembangan jenis Homo ini sekitar 40.000-25.000 juta tahun yang lalu

• Tempat penyebarannya tidak hanya di kepulauan Indonesia saja,tetapi juga di Filipina dan China Selatan

• Homo Sapiens berarti manusia sempurna (baik dalam segi fisik,volume otak,maupun postur badannya)

• Homo Sapiens dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis :

Page 17: Presentasi sejarah

1. Homo Soloensis

• Fosil Homo Solensis ditemukan di Ngandong, Blora, di Sangiran dan Sambung Macan, Sragen, oleh Ter Haar, oppernooth, dan Von Koenigswald pada tahun 1931-1933 dari lapisan Pleistosen Atas.

• Homo Soloensis diperkirakan hidup sekitar 900.000 sampai 300.000 tahun yang lalu.

• Volume otaknya mencapai 1300 cc.• Menururt Von Koenigswald makhluk ini lebih tinggi

tingkatannya dibandingkan dengan Pithencantropus erectus

• Diperkirakan makhluk ini merupakan evolusi dari Pithecantropus Mojokertensis.

• Oleh sebagaian ahli, Homo Soloensis digolongkan dengan Homo Neanderthalensis yang merupakan manusia purba jenis Homo Sapiens dari Asis, Eropa, dan Afrika berasal dari lapisan Pleistosen Atas.

Page 18: Presentasi sejarah

2. Homo Wajakensis

• Fosil Homo Wajakesnsis ditemukan oleh Van Riestchoten pada tahun 1889 di desa Wajak, Tulungagung.

• Fosil ini kemudian diteliti oleh Eugene Dubois.• Temuan fosil ini merupakan temuan fosil manusia

purba pertama yang dilaporkan berasal dari Indonesia.

• Fosil Homo Wajakensis mempunyai tinggi badan sekitar 130-210 cm, dengan berat badan antara 30-150 jg.

• Volume otaknya mencapai 1300 cc. Manusia purba jenis ini hidup antara 40.000 – 25.000 tahun yang lalu pada pleistosen atas.

Page 19: Presentasi sejarah
Page 20: Presentasi sejarah

Sangiran Trinil,Ngawi,Jawa Timur

Page 21: Presentasi sejarah

Peta Penemuan Fosil Manusia Purba di Jawa Tengah – Jawa Timur

1.  Sangiran2 . Sambungmacan3 . Sonde4 . Trinil5 . Ngandong7 . Kedung Brubus8 . Kalibeng9 . Kabuh10 . Pucangan11 . Mojokerto (Jetis-Perning)

Page 22: Presentasi sejarah

Trinil adalah sebuah desa yang terletak di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah adminstrasi Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecantropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menujukkan pemiliknya telah berjalan tegak. Penemuan Eugene Dubois di Trinil ini mebawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan.

Page 23: Presentasi sejarah

Sangiran merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah tersebut diwarnai dengan perbukitan yang bergelombang. Kondisi tersebut menyebabkan tersingkapnya berbagai lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang. Pertama kali ditemukan pada tahun 1864 oleh P.E.C. Schemulling. Eugenen Dubois pernah datang juga ke Sangiran, namun Dubois kurang tertarik dengan temuan-temuan di Sangiran. G.H.R. von Koengiswald pada tahun 1934 menemukan artefak litik di wilayah Ngebug, sekitar 2 km di barat laut kubah Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald tersebut, situs Sangiran menjadi terkenal berkaityan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan.

Page 24: Presentasi sejarah

Budaya Zaman Batu

Budaya Zaman Logam

Page 25: Presentasi sejarah

Bu

daya Z

am

an B

atu

Zaman Batu Tua (Paleolitikum/Paleolitik)

Zaman Batu Madya/Batu Tengah (Mesolitikum/Mesolitik)

Zaman Batu Muda (Neolitikum/Neolitik)

Zaman Batu Besar (Megalitikum/Megalitik)

Page 26: Presentasi sejarah

Zam

an

Batu

Tu

a

(Pale

olit

iku

m/P

ale

olit

ik)

Peninggalan Budaya

Manusia Pendukung

Page 27: Presentasi sejarah

1. Kebudayaan Pacitan• Alat-alat yang berasal dari kebudayaan Pacitan ditemukan oleh

Von Koenigwald tahun 1935 di Sungai Baksoko, desa Punung, Pacitan, Jawa Timur

• Alat-alat ini berupa kapak genggam, kapak perimbas (cooper), kapak penetak, pahat genggam dan alat serpih (flake)

• Alat ini digunakan untuk menguliti binatang buruan, mengiris daging dan memotong ubu-ubian

• Alat serpih banyak ditemukan di Jawa, Sulawesi Selatan, Sumatrea Selatan, dan Timor

• Kapak genggam selain ditemukan di Pacitan, juga ditemukan di Sukabumi dan Ciamis (Jaw Barat), Parigi dan Gombong (Jawa Tengah), Bengkulu dan Lahat (Sumatera Selatan), Aawangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Cabbenge (Sulawesi Selatan), Flores, dan Timor.

• Kebudayaan Pacitan juga disebut kebudayaan Stone Culture karena peralatannya terbuat dari batu

Page 28: Presentasi sejarah

2. Kebudayaan Ngandong

• Alat-alat kebudayaan Ngandong ditemukan oleh von Koenigswald pada tahun 1941. Alat-alat dari tulang dan tanduk ini dilanjutkan pada zaman megalitikum dalam kehidupan di gua-gua, khususnya di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo.

• Alat-alat yang ditemukan di Ngandong, Jawa Timur berupa kapak genggam dari batu dan alat-alat kecil yang disebut alat serpih (flake).

Page 29: Presentasi sejarah

Kapak Genggam Kapak Perimbas

Alat Serpih (Flakes) Alat-alat dari tulang

Page 30: Presentasi sejarah

• Pendukung kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai berikut:

1. Alat-alat dari Pacitgan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada pleistosen tengah (lapisan dan fauna Trinil).

2. Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus erectus, yaitu Sinanthropus pekinensis, dan juga ditemukan alat-alat batu yang serupa dengan alat-alat batu dari Pacitan

• Pendukung kebudayaan Ngandong, yaitu Homo soloensis dan Homo wajakensis dengan alasan sebagai berikut :

1. Di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-tulang binatang dan atap tengkorak Homo soloensis .

2. Alat-alat Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo wajakensis, yaitu pleistosen atas.

Page 31: Presentasi sejarah

Zam

an

Batu

Mad

ya/B

atu

Ten

gah

(M

eso

litik

um

/Meso

litik

)Peninggalan Budaya

Manusia Pendukung

Page 32: Presentasi sejarah

Kebudayaan Tulang Sampung (Sampung Bone Culture)

Kebudayaan Toala (Flake Culture)

Kebudayaan Kapak Genggam Sumatra (Pebble Culture)

Page 33: Presentasi sejarah

• Di abris sous roche banyak ditemukan alat-alat bantu dan tulang dari zaman batu madya. Abris sous roche : gua-gua yang digunakan sebagai tempat tinggal. Pada tahun 1928-1931Van Stein Callenfeils mengadakan penelitian pertama mengenai abris sous roche di Gua Lawa, Sampung, Ponorogo (Jawa Timur).

• Selain alat-alat dari Sampung ini ditemukan pula fosil manusia Papua Melanesoid yang merupakan nenek moyang bangsa Papua dan Melanesia sekarang. Alat-alat batu dan tulang dari zaman batu madya ini juga ditemukan di Besuki, Jawa Timur oleh Van Heekern. Di gua-gua di Bojonegoro juga ditemukan alat-alat dari kerang dan tulang bersama dengan fosil manusia Papua Melanesoid.

Page 34: Presentasi sejarah

Abris Sous Roche

Flakes

Alat-alat dari tulang

Page 35: Presentasi sejarah

• Dua orang peneliti dari Swiss (Fritz Sarasin dan Paul Sarasin) pada tahun 1893-1896 mengadakan penelitian di Gua Lamoncong, Sulawesi Selatan. Gua-gua tersebut masih didiami suku bangsa Toala dan juga mereka berhasil menemukan alat-alat serpih (falke), mata panah bergerigi, dan alat-alat tulang.

• Van Stein Callenfeils memastikan bahwa kebudayaan Toala merupakan kebudayaan mesolitikum.Alat-alat yang menyerupai alat kebudayaan Toala juga ditemukan di NTT yaiut, Flores, Roti, Timor dan di daerah Pariangan, Bandung.

Page 36: Presentasi sejarah
Page 37: Presentasi sejarah

• Di sepanjang pesisir Sumatra Timur Laut, antara Langsa (Aceh), dan Medan ditemukan bekas-bekas tempat tinggal manusia dari Zaman Batu Madya. Temuan itu berupa tumpukan kulit kerang yang membatu dan tingginya ada yang mencapai 7 meter.

• Dalam bahasa Denmark, tumpukan kulit kerang ini disebut kjokkenmoddinger (sampah dapur). Kebudayaan kapak sumatra (pebble) dan kapak pendek di kepulauan Nusantara berasal dari kebudayaan Bascon-Hoabinh di daerah Teluk Tonkin, Indo Cina. Kebudayaan ini menyebar ke kepulauan Nusantara melalui jalan barat yaitu Malaka dan Sumatar sedangkan kebudayaan flake datang dari Asia Daratan melalui jalan timur, yaitu melalui Jepang, Formosa (Taiwan) dan Filipina.

Page 38: Presentasi sejarah
Page 39: Presentasi sejarah

• Manusia pendukung kebudayaan mesolitikum adalah manusia dari ras Papua Melanesoid. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukasnnya fosil-fosil manusia ras Papua Melanesoid, baik pada kebudayaan Sampung maupun di bukit kerang di Sumatra. Adapun pendukung kebudayaan Toala menurut Sarasin diperkirakan nenek moyang suku Toala sekarang yang juga merupakan keturunan bangsa Wedda dari Sri Langka.

Page 40: Presentasi sejarah

Zam

an

Batu

Mu

da

(Neolit

iku

m/N

eolit

ik)

Peninggalan Budaya

Manusia Pendukung

Page 41: Presentasi sejarah

Kapak Persegi

Kapak Lonjong

Alat Serpih

Gurdi dan Pisau

Perhiasan

Gerabah

Page 42: Presentasi sejarah

• Kapak persegi adalah kapak yang berbentuk persegi memanjang dengan penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium.

• Pemberian nama kapak persegi ini berasal dari Van Heine Geldern.

• Ada berbagai ukuran, yang besar ialah beliung atau cangkul, sedangkan yang kecil ialah tarah untuk mengerjakan kayu.

• Kapak-kapak persegi ditemukan di Indonesia bagian barat, yaitu di Sumatra, Jawa dan Bali. Di Indonesia bagian timur juga ditemukan kapak persegi, yaitu di Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan sedikit di Kalimantan.

• Pusat-pusat kerajinan kapak persegi juga ditemukan di beberapa tempat di Jawa dan Sumatra, seperti di Lahat (Palembang), Bogor, Sukabumi, Purwakarta, Kerawang, Tasikmalaya, Pacitan dan lereng selatan Gunung Ijen, Jawa Timur.

Page 43: Presentasi sejarah
Page 44: Presentasi sejarah
Page 45: Presentasi sejarah

• Kapak Lonjong adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjing atau bulat telur. Bahan yang digunakan untuk membuat kapak lonjong adalah batu kali yang berwarna hitam.

• Ada dua macam kapak lonjong, yaitu kapak longjong yang besar disebut walznbeil, banyak ditemukan di Irian sehingga dinamakan Neolitikum Papua dan kapak yang kecil disebut kleinbeil, banyak ditemukan di Kepulauan Tanimbar dan Seram.

• Penemuan kapak lonjong terbatas hanya di Indonesia bagian timur, yaitu di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, Tanimbar, Leti dan Papua.

• Hal tersebut sesuai dengan penelitian Van Heekern dan W.F. vsn Beers yang mengatakan bahwa di Kalumpang (Sulawesi Utara) sudah terjadi perpaduan antara tradisi kapak persegi dan kapak lonjong yang ditaksir pada tahun 600-1.000 tahun yang lalu.

Page 46: Presentasi sejarah
Page 47: Presentasi sejarah

• Alat serpih dibuat dengan cara memukul bongkahan batu menjadi pecahan-pecahan kecil yang berbentuk segitiga, trapesium, atau setengah bulat.

• Alat ini digunakan untuk alat pemotong, gurdi atau penusuk. Alat serpih ada yang dikerjakan lagi menjadi panah atau ujung tombak.

Page 48: Presentasi sejarah
Page 49: Presentasi sejarah

• Gurdi dan pisau neolitik banyak ditemukan di kawasan tepi danau, misalnya Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung, Danau Cangkuang, Leles Garut, Danau Leuwiliang Bogor (Jawa Barat), Danau Tondano-Minahasa (Sulawesi Utara), dan sebuah danau di Flores Barat (Nusa Tenggara Timur).

Page 50: Presentasi sejarah

• Perhiasan neolitik ini dibuat dari batu mulia, yang berupa gelang. Benda tersebut banyak ditemukan di Tasikmalaya, Cirebon, dan bandung. Jenis perhiasan itu antara lain gelang, kalung, manik-manik, dan anting-anting. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan perhiasan adalah batu-batu indah, seperti agat, kalsedon, dan jaspis.

Page 51: Presentasi sejarah

• Gerabah pada zaman batu muda memegang peranan penting sebagai wadah atau tempat. Fungsi gerabah pada saat itu digunakan sebagai barang untuk keperluan sehari-hari dalam rumah tangga, untuk keperluan acara dan ada pula gerabah yang dibuat indah untuk keperluan dekorasi.

• Gerabah banyak ditemukan di lapisan teratas bukit-bukit kerang di Sumatra dan di bukit-bukit pasir pantai selatan Jawa, antara lain, di Yogyakarta dan Pacitan, Kendeng Lembu (Banyuwangi), Tanggerang dan Minanga Sippaka (sulawesi Tenggara). Selain itu, di Melolo (Sumatra Barat) banyak ditemukan gerabah yang berisi tulang belulang manusia.

Page 52: Presentasi sejarah
Page 53: Presentasi sejarah

• Manusia pendukung kebudayaan kapak persegi zaman batu muda berada di Indonesia bagian timur. Mereka berasal dari ras Proto-Melayu (Melayu Tua) yang datang ke Indonesia menggunakan perahu bercadik sekitar 2.000 tahun lalu. Penduduk Indonesia sekarang yang termasuk ke dalam ras Proto-Melayu, antara lain suku Sasak, Batak, Dayak, dan Toraja, sedangkan manusia pendukung kebudayaan kapak lonjong di Indonesia bagian timur adalah ras Papua Melanesoid.

Page 54: Presentasi sejarah

Zam

an

Batu

Besa

r (M

eg

alit

ikum

/Meg

alit

ik)

Peninggalan Budaya

Page 55: Presentasi sejarah

Punden Berundak

Menhir (men=batu; hir=tegak/berdiri)

Kubur Peti Batu

Waruga

Sarkofagus

Dolmen (dol=meja; men=batu)

Arca atau Patung

Page 56: Presentasi sejarah

• Punden berundak adalah bangunan bertingkat yang dihubungkan oleh tanjakan kecil yang berfungsi sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang.

• Bangunan ini banyak ditemukan di Kosala dan Arca Domas Banten, Cisolok Sukabumi, serta Pugungharjo di Lampung.

Page 57: Presentasi sejarah
Page 58: Presentasi sejarah

• Menhir adalah tiang atau tugu terbuat dari batu yang didirikan sebagai tanda peringatan dan melambanghkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pujaan dan ditempatkan pada suatu tempat.

• Fungsi menhir adalah sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek moyang, tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah meninggal, tempat menampung kedatangan roh serta tempat untuk menambatkan hewan kurban.

• Menhir banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan Sulawesi Tengah. Tempat-tempat temuan menhir di Indonesia antara lain Pasemah (Sumatra Selatan); Pugungharjo (Lampung); Kosala dan Lebak Sibedug, Leles, Karang Muara, Cisolok (Jawa Barat); Pekauman Bondowoso (Jawa Timur); Trunyan dan Sembiran (Bali); Belu (Timor); serta Besoha dan Toraja (Sulawes

Page 59: Presentasi sejarah
Page 60: Presentasi sejarah

• Kubur peti batu banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat . Kubur peti batu yaitu peti jenazah yang terpendam di dalam tanah, berbenttuk persegi panjang yang sisi, alas, dan tutupnya terbuat dari papan batu byang disusun menjadi peti.

Page 61: Presentasi sejarah
Page 62: Presentasi sejarah

• Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat dengan tutup berebntuk atap rumah. Bentuk dan fungsi waruga seperti sarkofagus, tetapi dengan penempatan posisi mayat jongkok terlipat. Waruga hanya ditemukan di Minahasa.

Page 63: Presentasi sejarah
Page 64: Presentasi sejarah

• Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang bentuknya seperti lesung tetapi mempunyai tutup.

• Salah satu tempat penemuan sarkofagus adalah di Bali.

• Isinya tulang belulang manusia, barang-barang perunggu dan besi serta manik-manik. Sarkofagus juga ditemukan di Bondowoso, Jawa Timur.

• Untuk melindungi roh jasad yang sudah mati dari gangguan mati, pada sarkofagus sering dipahatkan motif kedok topeng dengan berbagai ekspresi.

• Sarkofagus juga dapat diartikan sebagai “perahu roh”.

Page 65: Presentasi sejarah
Page 66: Presentasi sejarah

• Dolmen adalah meja batu besar dengan permukaan rata sebagai tempat meletakkan sesaji, tempat meletakkan roh dan menjadi tempat duduk ketua suku agar mendapat berkat magis dari leluhurnya.

Page 67: Presentasi sejarah
Page 68: Presentasi sejarah

• Arca atau patung adalah bangunan yang terbuat dari batu berbentuk binatang atau manusia yang melambangkan nenek moyang dan menjadi pujaan.

• Peninggalan megalitik ini banyak ditemukan di dataran tinggi Pasemah (pegunungan antara wilayah Palembang dan Bengkulu).

• Penyelidikan di Pasemah ini dilakukan oleh Dr. Van der Hoop dan Van Heine Geldern.

• Di lembah Bada, Sulawesi Tengah ditemukan juga dua buah arca yang melambngkan sosok lelaki dan perempuan.

Page 69: Presentasi sejarah
Page 70: Presentasi sejarah

Bu

daya Z

am

an

Log

am

Hasil-Hasil Kebudayaan

Teknologi

Manusia Pendukung

Page 71: Presentasi sejarah

Nekara Perunggu

Kapak Corong (Kapak Sepatu)

Bejana Perunggu

Perhiasan Perunggu

Arca Perunggu

Benda-Benda Besi

Gerabah

Page 72: Presentasi sejarah

• Nekara merupakan genderang besar yang terbuat dari perunggu berpinggang di bagian tengahnya dan tertutup bagian atasnya.

• Nekara berfungsi sebagai sarana upacara (kesuburan dan kematian), dijadikan simbol status sosial, untuk memanggil roh leluhur untuk turun ke dunia ,memberi berkat serta memanggil hujan.

• Nekara ditemukan di Sumatra, Jawa, Bali, Pulau Sangean, Rote, Selayar, dan Kepulauan Kei. Nekara yang terbesar terdapat di Pura Penataran Sasih di desa Intaran daerah Pejeng, Bali dan nekara terkecil ditemukan di Alor (dinamakan Moko atau Mako).

Page 73: Presentasi sejarah
Page 74: Presentasi sejarah

• Kapak corong adalah kapak yang bagian tajamnya seperti kapak batu, hanya bagian tangkainya berbentuk corong.

• Kapak corong yang besar berfungsi sebagai cangkul, kapak corong yang kecil digunakan untuk upacara atau sebagai tanda kebesaran seorang kepala suku.

• Kapak corong ini banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa, Bali, Sulawesi Tengah, Kepulauan Selayar, dan dekat Danau Sentani, Papua.

Page 75: Presentasi sejarah
Page 76: Presentasi sejarah

• Bejana Perunggu adalah benda berbentuk seoerti gitar Spanyol yang tidak bertangkai. Pola hiasan dalam bejana perunggu adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf “J”.

• Di Indonesia, bejana perunggu ditemukan oleh para ahli di daerah Madura dan Sumatra, juga ditemukan di Pnom Penh (Kamboja), maka tidak dapat disangsikan lagi bahwa kebudayaan logam di Indonesia memang termasuk satu golongan dengan kebudayaan logam Asia yang berpusat di Dongson. Oleh karena itu dinamakan kebudayaan Dongson.

Page 77: Presentasi sejarah
Page 78: Presentasi sejarah

• Biasanya perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur. Bentuk perhiasan beraneka ragam dan ditemukan di daerah Bogor, Bali, dan Malang.

• Manik-manik yang ditemukan di wilayah Indonesia memiliki bermacam-macam bentuk dan biasanya digunakan sebagai perhiasan atau bekal kubur. Tempat penemuannya antara lain di Sangiran, Pasemah, Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone dll.

Page 79: Presentasi sejarah
Page 80: Presentasi sejarah

• Arca-arca perunggu yang menggambarkan tentang manusia dan binatang ditemukan di Bangkinang (Riau), Palembang, Bogor, dan Lumajang (Jawa Timur).

• Bentuk arca beraneka ragam, seperti menggambarkan orang sedang menari, berkuda dan memegang busur panah.

• Yang menarik dari arca tersebut adalah di bagian kepalanya diberi tempat untuk mengaitkan tali atau menggantung.

Page 81: Presentasi sejarah
Page 82: Presentasi sejarah

• Penemuan benda-benda besi berbeda dengan benda perunggu, jumlah penemuan benda-benda besi terbatas. Sering kali benda-benda besi ditemukan sebagai bekal kubur, seperti di dalam kubur-kubur di Wonosari (Jawa Tengah) dan Besuki (Jawa Timur). Benda besi yang ditemukan berupa mata panah, pisau, sabit, pedang, mata tombak, gelang-gelang besi, dll.

Page 83: Presentasi sejarah
Page 84: Presentasi sejarah

• Cara membuat gerabah pada zaman logam telah mengalami kemajuan dengan ragam hiasnya yang lebih kaya.

• Jenisnya juga semakin beragam, seperti : kendi, mangkuk, tempayan, belangga untuk tempat air, dll.

• Ada juga gerabah yang digunakan sebgai bekal kubur, mangkuk, kendi, belangga, serta manik-manik tanah liat yang dibakar dan diberi hiasan warna-warni.

• Tempat penemuan gerabah misalnya di Gilimanuk (Bali), Leuwiliang (Bogor), dan Anyer (Jawa Barat)

Page 85: Presentasi sejarah

Teknik Bivalve (Setangkap)

Teknik bivalve atau teknik setangkap adalah teknik cetakan dengan menggunakan dua alat yang dijadikan satu dan dapat ditangkupkan

Teknik A Cire Perdue (Cetakan Licin) Awal dari teknik a cire perdue adalah membuat benda logam dari lilin yang berisi tanah liat sebagai intinya. Bentuk lilin ini dihias dengan berbagai pola hias, ketika sudah lengkap dibungkus lagi dengan tanah liat yang lunak dengan bagian atas dan bawah diberi lubang. Dari lubang atas dituangkan perunggu cari dan dari bawah dialirkan lilin yang melelh. Bila perunggu yang dituangkan sudah dingin,maka cetakan tersebut dipecah untuk mengambil benda yang sudah jadi.

Page 86: Presentasi sejarah

• Manusia pendukung kebudayaan perunggu di Indonesia adalah pendatang baru dari Asia Tenggara. Mereka merupakan penduduk Deutro Melayu (Melayu Muda) dengan membawa kebudayaan Dongson (Vietnam) yaitu kebudayaan perunggu Asia Tenggara. Deutro Melayu : nenek moyang dari suku bangsa Jawa, Bali, Bugis, Madura dsb.

• Pada zaman logam ini menunjukkan adanya pembaruan antara penduduk Melayu Mongoloid (Proto Melayu dan Deutro Melayu) dan penduduk Papua Melanesoid (Austro Melanesoid). Hal ini dapat diketahui dengan ditemukannya rangka-rangka manusia Jawa, Sulawesi, Sumba, dan Timor yang menunjukkan ciri-ciri Melayu Mongoloid dan Autro Melanesoid.

Page 87: Presentasi sejarah

Ada Pertanyaan?

Page 88: Presentasi sejarah

Sekian dan Terima Kasih