presentasi rosma

41
PRESENTASI TPTA MODEL PENDUGAAN EROSI Pendugaan Erosi dan Sedimentasi dengan Menggunakan Model GeoWEPP (Studi Kasus DAS Limboto, Propinsi Gorontalo) Sri Legowo WD. Pengajar Jurusan Teknik Sipil, FTSL Institut Teknologi Bandung [email protected] Rosmalia Dwi Hastuti A1H009038 Rabu, 30 Mei 2012

Upload: helmas-tanjung

Post on 22-Jul-2015

1.341 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Rosma

PRESENTASI

TPTAMODEL PENDUGAAN

EROSI

Pendugaan Erosi dan Sedimentasi

dengan Menggunakan Model GeoWEPP

(Studi Kasus DAS Limboto, Propinsi

Gorontalo)

Sri Legowo WD.

Pengajar Jurusan Teknik Sipil, FTSL Institut Teknologi

Bandung

[email protected]

Rosmalia Dwi Hastuti

A1H009038Rabu, 30 Mei 2012

Page 2: Presentasi Rosma

PENDAHULUANModel pendugaan erosi merupakan suatu metodeuntuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadidari tanah yang dipergunakan dalam penggunaanlahan dan pengelolaan tertentu.

Jika laju erosi yang akan terjadi telah dapatdiperkirakan dan laju erosi yang masih dapatdibiarkan atau ditoleransikan sudah dapatditetapkan, maka dapat ditentukan kebijakanpenggunaan lahan dan tindakan konservasi tanahyang diperlukan agar tidak terjadi kerusakkantanah dan tanah dapat dipergunakan secaraproduktif dan lestari.

DAS Limboto merupakan bagian dari SatuanWilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP-DAS) Bone Bolango yang luasnya 91.004 ha dantermasuk salah satu DAS prioritas dari DAS kritisdi SWP-DAS Bone Bolango. Wilayah ini memiliki

Page 3: Presentasi Rosma

EROSIHardjowigeno (1995) menjelaskan bahwa erosi

adalah suatu proses dimana tanah

dihancurkan (detached) dan kemudian

dipindahkan (transported) ke tempat lain oleh

kekuatan air, angin, sungai atau gravitasi.

Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/thn atau

ton/ha/thn yang terbesar yang masih dapat

dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara

suatu kedalaman tanah yang cukup bagi

pertumbuhan tanaman yang memungkinkan

tercapainya produktivitas yang tinggi secara

lestari disebut erosi yang masih dapat

dibiarkan atau ditoleransikan disebut nilai T.

Page 4: Presentasi Rosma

FAKTOR TERJADINYA EROSI

• Iklim

• Sifat tanah

• Topografi

• Vegetasi penutup lahan

Oleh Wischmeier dan Smith (1975) keempat faktortersebut dimanfaatkan sebagai dasar untukmenentukan besarnya erosi tanah melaluipersamaan umum yang kemudian lebih dikenaldengan sebutan persamaan universal (Universal Soil Loss Equation.-USLE).

Page 5: Presentasi Rosma

MODEL FISIK PENDUGAAN

EROSI

Model fisik:

• Berhubungan dengan hukum kekekalan massa dan energi.

• Menggunakan persamaan diferensial (persamaan kontinuitas)

• Menggunakan persamaan fisika dalam menjelaskan erosi, namun persamaan empiris masih digunakan.

• Berupa permodelan erosi sehingga dapat mudah dipahami akan proses erosi yang terjadi.

• Mengandung parameter yang sukar diukur, namun memiliki kemungkinan mempunyai hasil

Page 6: Presentasi Rosma

PERBANDINGAN MODEL FISIK

DAN MODEL EMPIRIK

• Tidak mewakili proses yang sebenarnya

• Seperi USLE, dirancang untuk perkiraan erosi rata-rata tahunan

• Tidak memperhitungkan endapan sedimen

• Petak yang digunakan berada di kemiringan 3-20% dan pada iklim sedangEMPIRIK

• Merupakan model fisik sehingga dapat dilihat proses apa saja yang terjadi

• Nisbah kehilangan tanah dapat diukur secara spasial

• Dapat menaksir besarnya sedimen yang terangkut

• Pendugaan bersifat harian

• Dapat digunakan untuk mengukur erosi pada segmen kecil

FISIK

Page 7: Presentasi Rosma

APA ITU

GEOWEPP???

Page 8: Presentasi Rosma

GEOWEPPGeoWEPP GeoWEPP (Geo-Spacial Water Erosion Prediction Project) adalah suatu model penyesuaian proses, berdasarkan pada ilmu erosi dan hidrologi modern, dirancang untuk menggantikan USLE (Universal Soil Loss Equation) untuk pendugaan secara berkala erosi tanah dengan mengatur konservasi tanah dan air serta perencanaan dan penilaian lingkungan (Morgan, 1995 dalam Yupi 2008).

Menurut Laflen et al., 1991; Lane dan Nearing, 1989 dalam Troeh et al., 2004, GeoWEPP merupakan model buatan Amerika pertama yang dikembangkan untuk memprediksi erosi pada skala luas yang tidak didasari oleh teknologi USLE. WEPP merupakan model physical based yang didasari oleh proses dan simulasi harian. Sedangkan pengertian WEPP (Water Erosion Prediction Project) menurut Morgan dan Nearing

Page 9: Presentasi Rosma

MASIH GEOWEPP..GeoWEPP merupakan perangkat lunak

berbentuk Geo-spasial untuk model WEPP

yang menggunakan Geographic Information

System (GIS) ArcView dan ekstension analisis

spasialnya ; yang keduanya dikembangkan

oleh Environment Systems Research Institute

(ESRI) ; sebagai dasar untuk mengaplikasikan

model prediksi erosi (WEPP) dan Windows

interface (WEPPWIN) dengan data geospasial

topografi, penggunaan lahan dan jenis tanah.

Versi GeoWEPP yang telah ada

memungkinkan untuk mendeliniasi DAS yang

lebih besar dibandingkan ukuran DAS yang

direkomendasikan pada simulasi DAS WEPP

Page 10: Presentasi Rosma

TEKNIK PENDUGAAN EROSI

MENGGUNAKAN PROGRAM

WEPP/GEOWEPP

Pendugaan laju erosi menggunakan model

WEPP versi hillslope profile adalah mirip

dengan pendugaan menggunakan model

USLE dengan sedikit perbedaan. Dalam

pendugaan laju erosi menggunakan model

WEPP, WEPP membagi proses erosi menjadi

dua yaitu berdasarkan proses pelepasan

partikel tanah di area antarparit yang

disebabkan oleh hujan dan aliran permukaan

serta proses pelepasan atau pengendapan

tanah yang terjadi di area parit dan (Russel,

2001). Wilayah yang menjadi daerah penelitian

adalah areal antarparit dan parit yang dipilih

berdasarkan kemiringan lereng, keadaan

Page 11: Presentasi Rosma

KOMPONEN DASAR GEOWEPP1. Komponen Tanah : erodibilitas tanah,

kapasitas infiltrasi dan kapasitas angkutan

sedimen

2. Komponen Hidrologi

a. Intensitas dan lama waktu hujan

b. Aliran permukaan

c. Debit aliran

d. Angkutan sedimen

Page 12: Presentasi Rosma

KONSEP DASAR GEOWEPPDalam model WEPP, kehilangan tanah dihitung

sepanjang lereng dan menghasilkan hasil

sedimen pada akhir lereng. Maksimum lahan

yang bisa dihitung oleh WEPP adalah 259 ha

untuk lahan pertanian dan seluas 809 ha untuk

lahan kosong. Pada GeoWEPP luasan area

yang bisa dihitung seluas 16000 ha, lebih

besar daripada WEPP karena dapat

menghitung untuk beberapa lereng.

Proses physical based erosi dimodelkan

didalam GeoWEPP sebagai suatu konsep

persamaan kontinuitas steady state sedimen

untuk menjelaskan pergerakan dari sedimen

Page 13: Presentasi Rosma

STUDI KASUS

Dalam presentasi kali ini mengambil studi

kasus di DAS Limboto, Propinsi

Gorontalo, yang ditulis oleh Sri Legowo

WD Pengajar Jurusan Teknik Sipil, FTSL

Institut Teknologi Bandung

Page 14: Presentasi Rosma

ABSTRAKDAS Limboto merupakan bagian dari Satuan Wilayah Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai (SWP-DAS) Bone Bolango yang luasnya 91.004 ha

dan termasuk salah satu DAS prioritas dari DAS kritis di SWP-DAS Bone

Bolango. Wilayah ini memiliki sumber daya alam berupa hutan, tanah dan

air dan sangat potensial. Apabila dikelola dengan baik akan memberikan

manfaat yang besar dan mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Sedimentasi di dalam Danau Limboto terus berlangsung

secara intensif dan selalu meningkat dari tahun ke tahun, menyebabkan

pendangkalan dan menciutnya luas perairan. Terjadinya erosi dan

masuknya sedimen ke danau akan mengakibatkan pengendapan dan

pendangkalan sehingga akan mempengaruhi kapasitas tampung danau.

Studi ini dibatasi pada pendugaan jumlah erosi dan sedimen yang terjadi

dengan menggunakan model simulasi GeoWEPP (Geo-spasial Water

Erosion Prediction Project). GeoWEPP merupakan model fisik simulasi

kontinyu yang dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat erosi yang

terjadi di DAS Limboto karena GeoWEPP memiliki kelebihan untuk

memprediksi distribusi kehilangan tanah spasial dan temporal untuk

sebuah lereng atau titik tertentu pada suatu lereng secara harian,

bulanan atau rata-rata tahunan. Hasil keluaran dapat diekstrapolasi

kedalam kondisi yang lebih luas. Dengan kata lain, model GeoWEPP

dapat memprediksi efek in-site dan off site dari erosi tersebut . Hasil

Page 15: Presentasi Rosma

INPUT DATA UNTUK

PERHITUNGAN DENGAN WEPP

1. Data iklim seperti curah hujan harian, temperatur, radiasi matahari dan angin. Suatu program tersendiri disebut CLIGEN digunakan untuk membangkitkan data iklim yang baik secara kontinyu maupun kejadian tunggal.

2. Data topografi seperti panjang lereng, kemiringan lereng, dan arah lereng.

3. Data tanah seperti tekstur, albedo ( bagian dari radiasi matahari yang dipantulkan kembali ke atmosfer), kejenuhan awal, erodibilitas tanah, tegangan geser kritis tanah, konduktivitas hidraulik, presentase batuan.

Page 16: Presentasi Rosma

SIMULASI WEPP

Proses erosi physical based

disimulasikan didalam WEPP dengan

konsep persamaan kontinuitas steady-

state untuk menjelaskan pergerakan

sedimen pada alur mengacu kepada

hukum konservasi massa dan energi.

Model WEPP menggunakan persamaan-

persamaan tersebut dibawah (NSERL.,

1995 di dalam Endale, 2003).

Page 17: Presentasi Rosma

LOKASI STUDIStudi mengenai teknik pendugaan erosi dan

sedimentasi berbasis model simulasi

GeoWEPP dan SIG menggunakan satuan

Daerah Aliran Sungai (DAS). Penelitian ini

dilaksanakan di DAS Limboto. Secara

astronomis, DAS Limboto terletak pada 122°

42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT dan 00° 30’

2.035” – 00° 47’ 0.49” LU. Dataran area dari

DAS Limboto sangat sempit, hanya 20 % dari

seluruh DAS. Ketinggian daratan pada

pegunungan Utara danau berkisar + 700 - +

1000 dan pegunungan Selatan berkisar + 1000

– + 1500 serta pegunungan di bagian Barat

perbukitan berkisar + 100 - + 500. Pada bagian

Page 18: Presentasi Rosma

PETA TOPOGRAFI DAS

LIMBOTO

Page 19: Presentasi Rosma

PERSIAPAN INPUT DATA1. DATA IKLIM

Data iklim yang dibutuhkan oleh GeoWEPP termasuk nilai harian dari curah hujan, temperatur, radiasi matahari, dan kecepatan angin. Data iklim tersebut dibutuhkan untuk diolah terlebih dahulu dengan menggunakan model CLIGEN.

Wilayah Kabupaten Bone termasuk daerah beriklim sedang kelembaban udara berkisar antara 95 % - 99 % dengan temperatur berkisar 26 – 43oC. Pada periode April-September bertiup angin timur yang membawa hujan, sebaliknya pada. bulan Oktober-Maret bertiup angin barat, dimana pada waktu itu

Page 20: Presentasi Rosma

2. PENGOLAHAN DATA TOPOGRAFI

Untuk mendapatkan peta kontur DAS Limboto, digunakan data SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) dan software Global Mapper 6.

Pada program Global Mapper 6, SRTM DAS Limboto berada pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT. Peta kontur dibuat dalam program Global Mapper dengan interval 10 m. Data kontur yang akan diolah disimpan dalam bentuk data digital. Data digital ini adalah adalah data vektor dalam format ArcView shape file ataupun format yang lain yang dapat dikonversi menjadi ArcView shape file. Data kontur format vektor diolah terlebih dahulu menjadi Model Elevasi Digital (Digital Elevation Model / DEM) dengan metode TIN (Triangulated

Page 21: Presentasi Rosma

3. DATA TANAH

Jenis tanah area studi meliputi Inceptisols, (tanah

dengan pengembangan horizon minimal), Entisols

(tanah asli, diolah dengan material induk yang tidak

terkonsolidasi), Alfisols (tanah hutan yang mudah

menyerap dengan tingkat kesuburan yang relatif

tinggi), Vertisols, Mollisols (tanah yang berada pada

ekosistem padang rumput).

Page 22: Presentasi Rosma

4. DATA PENGGUNAAN LAHAN

Page 23: Presentasi Rosma

5. DATA JENIS SALURAN

Page 24: Presentasi Rosma

PERSAMAAN TOTAL TINGKAT

EROSI

dimana :

dG = perubahan muatan sedimen (kg/s.m)

dx = perubahan panjang lereng (m)

Df = tingkat erosi alur (kg/s.m2), positif untuk

detasemen, negatif untuk deposit

Di = angkutan sedimen antar alur ke alur

(kg/s.m2)

Page 25: Presentasi Rosma

TINGKAT EROSI ANTAR ALUR

Tingkat erosi alur adalah ukuran sedimen yang

dialirkan ke saluran terkonsentrasi. Nilai ini

diasumsikan secara proposional pada

intensitas curah hujan, run off dan dampak dari

kekasaran tanah dengan parameter erodibilitas

(Ki) yang secara proporsional konstan, yang

pada kenyataannya disesuaikan untuk

beberapa faktor yang bervariasi (NSERL,

1995, di dalam Endale 2003)

Page 26: Presentasi Rosma

PERSAMAAN

dimana :

Kiadj = erodibilitas antar alur yang disesuaikan (kg.s/m4)

Ie = intensitas cuah hujan efektif (m/s)

τir = tingkat run off antar alur (m/s)

SDRRR = sediment delivery ratio (%)

Fnozzle = faktor yang disesuaikan untuk nozzle irigasi curah yang berdampak pada variasi energi (%)

Rs = jarak alur (m)

W = lebar alur (m)

Page 27: Presentasi Rosma

TEKNIK PENDUGAAN EROSI DAN

SEDIMEN BERBASIS MODEL

GEOWEPP

Program GeoWEPP hanya dapat

mensimulasikan erosi dan sedimen untuk

luasan area tertentu saja (< 16000 ha). Oleh

karena itu DAS Limboto dibagi menjadi

beberapa zone berdasarkan outlet anak sungai

yang paling luar dan mencukupi syarat minimal

simulasi dengan program GeoWEPP.

Pembagian zone ini lebih baik berupa persegi

panjang karena dalam pembuatan TIN dari

peta kontur membutuhkan bentuk peta

trianggular. Pembagian zone dilakukan pada

program ArcView GIS diikuti dengan

pembagian DEM, peta tanah dan peta

penggunaan lahan masing-masing zone.

Page 28: Presentasi Rosma

PETA PEMBAGIAN BATAS ZONE

Page 29: Presentasi Rosma

MODEL SIMULASI DALAM

GEOWEPP1. Metode DAS (Watershed), yakni simulasi

untuk merepresentasikan kelerengan dan

saluran-saluran sungai (metode DAS) yang

mengkaji akibat off-site dari lereng dan sungai

yang terdapat di dalam sub DAS tersebut.

2. Metode Aliran (Flowpath), yakni simulasi untuk

seluruh masing-masing aliran dan menyatukan

mereka menjadi suatu analisa spasial dengan

mempertimbangkan hasil simulasi untuk setiap

sel raster dari luas area dan panjang aliran

yang tercakup didalamnya.

Page 30: Presentasi Rosma

HASIL RUNNING GEOWEPP

Page 31: Presentasi Rosma

Pada legenda dari peta hasil running WEPP secara dinamis diset pada nilai kehilangan tanah yang dapat ditoleransi atau nilai target T. Hal ini memungkinkan pengguna program GeoWEPP memasukkan nilai batas yang dapat ditoleransi dan membuat peta tampilan area dengan nilai T yang dapat ditoleransi (berwarna hijau), nilai T yang tidak dapat ditoleransi (berwarna merah) dan area deposit (berwarna kuning). Dalam hal ini nilai T yang dipakai adalah 10 ton/ha/thn (Suripin, 2002).

Peta off-site menunjukkan hasil sedimen yang masuk ke sungai dari masing-masing lereng berdasarkan nilai T. Peta on-site ditampilkan dengan mengaktifkan theme on-site sehinga peta hasil sedimen akan hilang temporari dari tampilan

Page 32: Presentasi Rosma

Untuk membuat model simulasi dengan GeoWEPP dibuat 14 zone untuk membantu pembentukan masing-masing sub DAS dari outlet-outlet jaringan sungai yang ditentukan. Setiap zone dimungkin kan terdapat beberapa outlet yang dapat dibentuk dan masing-masing otlet akan mewakili sub das yang berbeda-beda.

Setelah melalui beberapa proses trial and error dalam hal penentuan letak dan besar zone serta letak masing-masing outlet, didapat pembagian pembentukan sub DAS yang paling baik yakni terbagi menjadi 14 zone, 42 outlet dan 42 sub DAS yang tersebar di DAS Limboto. Maisng-masing sub DAS akan menghasilkan model simulasi prediksi erosi dan sedimen yang berbeda-beda tergantung dari luas das, topografi das, penutup lahan yang ada, dan jenis tanah yang terkandung didalamnya.

Setelah model terbentuk dari masing-masing sub DAS maka akan dihasilkan dua jenis peta yakni peta off-site

Page 33: Presentasi Rosma

PETA HASIL SEDIMEN MODEL

GEOWEPP (KAJIAN OFF-SITE)

Page 34: Presentasi Rosma

PETA KEHILANGAN TANAH MODEL

GEOWEPP (KAJIAN ON-SITE)

Page 35: Presentasi Rosma

Pada Gambar 6. terdapat peta hasil sedimen yang merupakan peta kajian off-site dari model GeoWEPP. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kontribusi sedimen terbesar yakni dengan dengan nilai sediment yield > 4T (T = 10 ton/ha/thn) berada pada Utara Danau Limboto atau berada pada pertengahan DAS Limboto dan sejumlah besar dengan kadar yang lebih kecil tersebar ditenggara DAS Limboto. Hal ini disebabkan karena pada daerah tersebut memiliki dominan penutupan lahan berupa ladang, kebun dan belukar. Daerah tersebut juga berada pada rata-rata ketinggian 350-500 m MSL. Daerah yang memberikan kontribusi sedimen yield yang

Page 36: Presentasi Rosma

Pada Gambar 7. terdapat peta kehilangan jumlah tanah yang merupakan peta kajian on-site dari mdoel GeoWEPP. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa kehilangan jumlah tanah terbesar juga berada pada Utara Danau Limboto dan sedikit tersebar dibagian tenggara DAS Limboto. Kehilangan jumlah tanah dengan jumlah yang kecil tersebar merata di bagian Utara, Tengah dan Selatan DAS Limboto.

Pada hasil running model simulasi GeoWEPP terdapat beberapa perbedaan dengan studi yang terdahulu pernah dilakukan. Perbedaan pertama terletak pada luas DAS yang tercakup dari hasil running. Pada RTL-RLKT yang diterbitkan oleh BP DAS Bone Bolango tertera luas DAS Limboto adalah 91004 ha. Pada hasil running GeoWEPP

Page 37: Presentasi Rosma
Page 38: Presentasi Rosma
Page 39: Presentasi Rosma

Berdasarkan hasil running GeoWEPP didapat jumlah total erosi pada DAS Limboto sebesar 3.409.067,36 ton/thn atau rata-rata erosi per hektar adalah 44,69 ton/ha/thn atau 3.72 mm/thn. Nilai erosi tersebut telah melewati ambang batas bahaya erosi yang diperkenankan (dapat ditoleransikan) yaitu sebesar 10 ton/ha/thn (Suripin 2002). Sediment deposisi pada DAS Limboto 224.356,54 ton/thn atau sedimen deposisi per hektar adalah sebesar 2,94 ton/ha atau 0.245 mm/thn. Sediment yield DAS Limboto adalah 3.184.710,41 ton/thn atau sedimen yield per hektar adalah 41,75 ton/ha/thn atau 3.48 mm/thn. Dari data diatas adalah sesuai dengan keadaan DAS Limboto yang sebagian besar tertutupi oleh ladang dan tegalan. Usaha penanganan semakin terfokus

Page 40: Presentasi Rosma

Total erosi dan sedimen hasil running GeoWEPP memiliki perbedaan dengan RTL-RLKT. Pada RTL-RLKT didapat hasil total erosi DAS Limboto adalah 4.222.096 ton/thn atau nilai rata-rata erosi per hektar adalah 108.81 ton/ha/thn. Terdapat perbedaan yang cukup mencolok dengan hasil running GeoWEPP yakni 23.85% lebih kecil dari total erosi RTL-RLKT. Hal ini disebabkan karena RTL-RLKT menggunakan pendekatan USLE (Universal Soil Loss Equation). Pendekatan USLE memiliki beberapa kekurangan salah satunya adalah memiliki skala prediksi bentang lereng (hillslope profile) dengan erosi rata-rata tahunan dari suatu bentang lereng yang tidak ada cekungan deposisinya sedangkan GeoWEPP memiliki skala prediksi DAS dan bentang lereng

Page 41: Presentasi Rosma

KESIMPULANGeoWEPP merupakan model fisik simulasi kontinyu yang dapat digunakan untuk memperkirakan tingkat erosi yang terjadi di DAS Limboto karena GeoWEPP memiliki kelebihan untuk memprediksi distribusi kehilangan tanah spasial dan temporal untuk sebuah lereng atau titik tertentu pada suatu lereng secara harian, bulanan atau rata-rata tahunan. Hasil keluaran dapat diekstrapolasi kedalam kondisi yang lebih luas. Dengan kata lain, model GeoWEPP dapat memprediksi efek in-site dan off site dari erosi tersebut . Hasil keluaran GeoWEPP menunjukkan DAS Limboto berada pada kondisi kritis yakni memiliki laju erosi 44,69 ton/ha/thn atau 3.72 mm/thn. Sediment deposisi per hektar pada DAS Limboto adalah sebesar 2,94 ton/ha/thn atau