presentasi referat dp

30
Physic Diagnostic Referat SMF ILMU PENYAKIT JANTUNG RSU HAJI SURABAYA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014 Oleh: Gusti Ramadani 201410401011039 Pembimbing 1 : dr. Kurniadi, Sp.JP 1

Upload: areza-eka-permana

Post on 15-Jan-2016

246 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

arrek arek

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Referat DP

Physic DiagnosticReferat

SMF ILMU PENYAKIT JANTUNGRSU HAJI SURABAYA

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MALANG2014

Oleh:Gusti Ramadani

201410401011039

Pembimbing 1 : dr. Kurniadi, Sp.JP

1

Page 2: Presentasi Referat DP

2

Pendahuluan

Pemeriksaan fisik (Diagnostic physics) adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

Page 3: Presentasi Referat DP

3

I DA TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi

Page 4: Presentasi Referat DP

1. ANAMNESIS

2. PEMERIKSAAN FISIK

Page 5: Presentasi Referat DP

5

TINJAUAN PUSTAKA

Anamnesis merupakan pemeriksaan paling penting dalam pemeriksaan klinik untuk menuju diagnosis. Anamnesis tidaklah merupakan proses sesaat, tetapi merupakan pengumpulan informasi terus menerus selama hubungan penderita-dokter. Keluhan akibat penyakit jantung biasanya disebabkan hal-hal berikut:

1. Iskemia miokard yang dapat berupa rasa tidak enak di dada atau nyeri dada2. Ganggguan kontraksi miokard yang dapat berupa kelemahan, sianosis, hipotensi, syncope, sesak nafas atau edema3. Aritmia kordis (gangguan irama jantung) yang dapat berupa palpitasi, sesak nafas, angina, hipotensi, dan syncope. Yang paling berbahaya adalah kematian mendadak

Page 6: Presentasi Referat DP

6

ANAMNESIS

Identitas

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Kebisaan

Riwayat Pengobatan

Riwayat Keluarga

Riwayat Sosial

*Lokasi*Kualitas*Kuantitas*Kronologi*Setting*Faktor faktor yang memperberat atau memperinganpengaruh dari aktifitas*Keluhan yang menyertai

Page 7: Presentasi Referat DP

7

KELUHAN YANG SERING.. a. Sesak nafas Sesak nafas waktu aktivitas (Dyspnea on effort)

merupakan tanda payah jantung kiri. Tetapi juga dapat disebabkan oleh penyakit paru kronik obstruktif kronik menahun, anemia yang berat karena adanya hipoksia berat, Hipertiroid karena kebutuhan oksigen yang meningkat, obesitas yang berleihan, dan terkadang pada orang yang tidak pernah berolahraga.

b. Paroxysmal Nocturnal Dyspnea Malam-malam terbangun karena sesak akibat adanya edema interstisial paru oleh karena payah jantung kiri. Keadaan yang mirip ini dapat dijumpai pada penderita asam brokhiale (serangan waktu malam), bronkhitis (sesak hilang setelah batuk dengan mengeluarkan dahak) dan sleep apnea

c. Orthopnea Penderita merasa sesak dan berkurang apabila dalam posisi duduk juga merupakan tanda payah jantung kiri. Tetapi pada keadaan tertentu dapat juga ditemui pada PPOK yang berat dan serangan asma (karena penderita menggunakan otot nafas sekunder), paralisis diafragma bilateral dan proses dalam abdomenyang menekan diafragma ke atas (asites permagna,kehamilan besar)

Pernafasan Cheyne-Stokes Dapat terjadi pada paya jantung kiri yang berat. Tetapi dapat pula ditemui pada kelainan neurologis

Kaludikasio Intermitten :disebabkan adanya ischemia pada otot rangka terutama ekstremitas bawah sehingga menyebabkan nyeri waktu aktifitas dan hilang setelah istirahat

Page 8: Presentasi Referat DP

8

.Nyeri dada Nyeri dada dapat berasal dari kelainan jantung maupun di luar jantung. Adapun nyeri yang berasal dari jantung adalah Angina pectoris, Infark miokard akut, Aorta stenosis, pericarditis akut dan aneurisma aorta. Nyeri dada yang berasal luar jantung adalah dari sistem respirasi (bronchitis, emboli paru,pleuritis,pneumothoraks), Sistem neuromuskular (myalgia, dsb), Sistem skeletal (osteitis,chondritis daerah thorakal), kelainan psikiatri (psikoneurosa), sistem gastrointestinal bagian atas (Esofagitis, ulkus peptikum,gastritis,kolesistitis,pankreatitis)

Palpitasi Penderita merasa denyutan jantungnya. Hal ini bisa disebabkan akibat dari takikardi, irama ektopik, peningkatan stroke volume pada regurgitasi katub, keadaan hiperdinamik/hiperkinetik, bradikardi mendadak akibat heart block.

Pingsan(Syncope) Syncope dapat sebagai akibat kelaian kardiovakuler maupun bukan. Pingsan yang berasal dari kelainan kardiovaskuler terjadi pada : Aritmia, obstruksi aliran darah, reflex yang mempengaruhi denyut jantung dan tekanan darah. Adapaun pingsan akibat non kardiak terjadi pada penyakit serebrovaskuler, epilepsy,sindroma hiperventilasi pada penderita psikoneurosa

Bengkak Bengkak biasanya dijumpai pada bagian paling rendah tubuh (kaki, tungkai atau daerah sacrum pada mereka yang banyak beristirahat di tempat tidur). Pembengkakan biasanya didahului oleh kenaikan berat badan yang menyolok akibat retensi aor dalam tubuh. Yang perlu ditanyakan pada anamnesis adalah lamanya dan factor yang memperberat dan urutan kejadian. Penyebab edema tungkai yang laian adalah Malnutrisi, Cirrhosis hepatis, Nephrotis syndrome, elephantiasis

Sianosis Sianosis merupakan tanda bukan merupakan keluhan. Ada bentuk sianosis yakni sianosis sentral (ditandai dengan adanya penurunan saturasi oksigen arteri dapat disebabkan oleh adanya penyakit jantung dengan right to left shunt atau gangguan faal paru) dan sianosis perifer(kebanyakan sekunder oleh karena vasokonstriksi kulit oleh karena cardiac output yang rendah atau tekanan air/udara dingin..

Rasa capai dan lemah karena carciac output yang menurun

Page 9: Presentasi Referat DP

9

PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi umumPemeriksaan NadiPemeriksaan JVPPemeriksaan Jantung Inpeksi

PalpasiPerkusiAuskultasi

Page 10: Presentasi Referat DP

PEMERIKSAAN NADI Pada pemeriksaan rutin yang dilakukan adalah palpasi nadi a.

radialis. Menggunakan 3 jari. Palpasi juga dapat dilakukan terhadap a. karotis, a. brakhialis, a.

femoralis, a. poplitea, a. tibialis posteror, a. dorsalis pedis. Frekuensi nadi : normal, takikardi, bradikardi Irama nadi : regular/teratur, irregular/tidak teratur, dan sama

sekali tidak teratur. Pengisian nadi (amplitudo)

0 = tidak teraba.

1+ = melemah

2+ = normal

3+ = hiperaktìf

4+ = pulsasi berlebthan

Page 11: Presentasi Referat DP

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

1. Persiapan alat dan pasien. Ukuran manset lebar 12-13 cm, serta panjang 35 cm.

2. Melakukan pengukuran tekanan darah dengan palpasi.

3. Lilitkan manset pada fossa cubiti dengan cuff setinggi jantung.

4. Tekanan darah dinaikkan 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpasi.

6. TDS Korotkoff I

TDD Korotkoff IV

Page 12: Presentasi Referat DP

PEMERIKSAAN TEKANAN DARAH

Korotkoff I : saat bunyi terdengar, dimana 2 suara terdengar pada waktu bersamaan, dìsebut sebagai tekanan sistolik.

Korotkoff II : bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari Korotkoff 1.

Korotkoff III : bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang, lebih lemah dari Korotkoff I.

Korotkoff IV : ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah, disebut sebagai tekanan diastolik.

Korotkoff V : bunyi tidak terdengar sama sekali.

Page 13: Presentasi Referat DP

KRITERIA TEKANAN DARAH (JNC VII)

Page 14: Presentasi Referat DP

PEMERIKSAAN TEKANANVENA JUGULARIS

Orang normal v. jugularis tidak terisi dan oleh karena itu tidak nampak.

Peninggian tekanan v. jugularis gagal jantung kanan.

Tekanan vena diukur dari titik nol di atrium kanan. Karena sulit mendapatkan titik ini pada pemeriksaan fisik, maka digantikan dengan tanda yang stabil, yaitu angulus sternalis. Baik dalam posisi tegak atau berbaring, angulus sternalis kira-kira terletak 5 cm (R) diatas atrium kanan

Page 15: Presentasi Referat DP

Prosedur : 1. Pemeriksa berada di sebelah kanan penderita. Penderita dalam posisi relaks.

Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30 derajat, atau sesuaikan sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling jelas.

2. Mula-mula vena ditekan dengan 1 jari di sebelah bawah (proksimal) dekat klavikula kemudian ditekan di sebelah atas (distal) dekat mandibula dengan jari lain diikuti oleh pelepasan tekanan yang pertama..

3. Llihat sampai dimana vena terisi pada waktu inspirasi biasa.4. Tinggi tekanan diukur dari titik acuan. Misalnya pada pemeriksaan ditemukan

tekanan vena 2 cm lebih tinggi daripada titik acuan, maka tekanan vena adalah R+ 2 cm H2O (sebab jarak titik acuan dengan titik nol atau R adalah 5 cm)

Page 16: Presentasi Referat DP

INSPEKSI JANTUNG

Pemeriksaan dilakukan dengan posisi pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien. Pada inspeksi dada yang berhubungan dengan kelainan jantung harus diperhatikan hal hal sebagai berikut:

Deformitas Pulsasi normal Pulsasi abnormal

Page 17: Presentasi Referat DP

PALPASI JANTUNG

1. Pemeriksaan iktus cordis Teraba tidaknya iktus teraba nilai kuat angkat atau tidak.

Iktus ditekan dengan menggunakan ujung jari. Normal iktus cordis dapat teraba dalam ruang interkostal kiri V linea midklavikularis kiri.

Iktus normal tidak mampu mengangkat ujung jari pemeriksa ke atas.

Page 18: Presentasi Referat DP

PALPASI JANTUNG

2. Pemeriksa getaran / thrill

Thrill adalah bising yang teraba.

Bisa terjadi pada kelainan katub bawaan atau penyakit jantung kongenital.

Thrill sistolik di daerah ruang antar iga II kanan yang menjalar ke leher kanan dan a. karotis adanya aorta stenosis.

Thrill sistolik didaerah ruang antar iga II kiri yang menjalar ke basis leher kiri adanya pulmonal stenosis.

Thrill sistolik di daerah parasternal kiri bawah Ventricular Septal Defect (VSD).

Thrill diastolic di apeks regurgitasi mitral

Page 19: Presentasi Referat DP

PERKUSI JANTUNG

Batas kiri jantung : perkusi dari arah lateral ke medial perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru ke redup relative ditetapkan sebagai batas jantung kiri

Batas kanan jantung : tentukan batas paru-hepar di sela iga ke-5 kanan, naik satu sela iga, perkusidilanjutkan sampai dijumpai relative dullness pada sela iga ke-4, garis parasternal kanan.

Page 20: Presentasi Referat DP

AUSKULTASI

Page 21: Presentasi Referat DP

Bunyi jantung pertama ( S1 )

1. Berhubungan dengan nadi karotis dan komplek QRS.

2. Menunjukkan penutupan katup mitral dan trikuspid serta permulaan sistole.

Bunyi jantung kedua (S2)

1. Mengikuti S1.

2. Terjadi disekitar puncak gelombang T.

3. Menunjukkan penutupan katup mitral dan aorta akhir sistole.

Page 22: Presentasi Referat DP

Bunyi jantung ketiga (S3)

Waktu permulaan diastolik katup mitral membuka dan darah membanjiri ventrikel kiri yang sedang penuh.

Bernada rendah. Paling jelas terdengar di apeks kordis.

Bunyi jantung keempat (S4) Denyutan atrium pada akhir diastolik. Paling jelas terdengar di apeks kordis. Irama yang terjadi oleh karena adanya S4 disebut irama gallop presistolik/atrial.

S3 dan S4 dapat didengar sebagai satu suara apabila terjadi takirkadi, irama yang terjadi disebut gallop sumasi.

Page 23: Presentasi Referat DP

23

Bunyi tambahan, merupakan bunyi yang terdengar akibat adanya kelainan anatomis ataualiran darah yang dalam keadaan normal tidak menimbulkan bunyi atau getaran. Bunyitambahan dapat berupa :

Page 24: Presentasi Referat DP

24

a. Klik ejeksi: disebabkan karena pembukaan katup semilunaris pada stenosis/

menyempit.

b. Ketukan perikardial: bunyi ekstrakardial yang terdengar akibat getaran/

gerakanperikardium pada perikarditis/ efusi perikardium.

c. Bising gesek perikardium: bunyi akibat gesekan perikardium dapat terdengar

dengan auskultasi dan disebut friction rub. Sering terdengar jika ada peradangan

pada pericardium (perikarditis).

d. Bising jantung: merupakan bunyi akibat getaran yang timbul dalam masa lebih

lama. Jadiperbedaan antara bunyi dan bising terutama berkaitan dengan lamanya

bunyi /getaran berlangsung. Untuk mengidentifikasi dan menilai bising jantung,

beberapa hal harus diperhatikan: di mana bising paling jelas terdengar, fase

terjadinya bising (saat sistole ataudiastole) dan kualitas bising.  

Page 25: Presentasi Referat DP

25

Cara askultasi:

1. Lakukan auskultasi di seluruh prekordium dengan posisi pasien terlentang.

2. Pasien berbaring miring ke kiri (left lateral decubitus) sehingga ventrikel kiri

lebih dekat kepermukaan dinding dada

- Tempatkan bagian mangkuk dari stetoskop di daerah impuls apeks (iktus)

- Posisi ini membuat bising-bising area katub mitral (misalnya pada stenosis mitral) dan bunyi jantung akibat kelainan bagian kiri jantung (misalnya BJ3 dan BJ4) lebih jelas terdengar

3. Pasien diminta untuk duduk dengan sedikit membungkuk ke depan

Page 26: Presentasi Referat DP

26

-Mintalah pasien untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi maksimal

kemudian sejenakmenahan nafas

- Bagian diafragma dari stetoskop diletakkan pada permukaan auskultasi

dengan tekananringan.

- Lakukan auskultasi di sepanjang tepi sternum sisi kiri dan di apeks,

dengan secaraperiodik memberi kesempatan pasien untuk mengambil nafas

- Posisi ini membuat bising-bising yang berasal dari daerah aorta

lebih jelas terdengar.

Page 27: Presentasi Referat DP

Murmur Fase bising apakah bising terdapat antara S1 dan S2 (bising sistol), bising terdapat antara S2

dan l3 (bising diastol), atau keduanya (bising diastol dan sistol).

Tentukan kontur/bentuk bising. Bising sistolik dapat berupa bising pansistolik, bising sistolik dini, bising ejeksi sistolik, dan bising akhir sistolik. Bising distolik dapat berupa bising diastolik dini, bising mid diatolik, dan akhir diatolik. Bising sistolik dan bising diastolik dapat berupa bising kontinyu dan bising “to” and fro.

Page 28: Presentasi Referat DP

1/6 sangat lembut, baru terdengar setelah pemeriksa sungguh-sungguh berkonsentrasi, tidak terdengar pada semua posisi.

2/6 lembut, tapi dapat segera terdengar begitu stetostop diletakkan pada area auskultasi.

3/6 cukup keras

4/6 keras, teraba thrill

5/6 sangat keras, disertai thrill, dapat terdengar dengan sebagian stetoskopdiangkat dari permukaan auskultasi

6/6 sangat keras, disertai thrill, dapat didengar dengan seluruh bagian stetostokop sedikit diangkat dari permukaan auskultasi.

Derajad Bising

Page 29: Presentasi Referat DP

29

RINGKASAN

Hasil pemeriksaan jantung harus selalu dikorelasikan secara logis dengan tekanan darah,pulsasi arteri, pulsasi vena, JVP, hasil pemeriksaan fisik yang lain, keluhan pasien dan riwayat penyakit. Misalnya pada pemeriksaan fisik seorang pasien wanita usia remaja, tanpa keluhan yang spesifik didapatkan bising midsistolik derajat 2/6 di sela iga 2 dan 3 kiri. Karena bising seperti ini bisa berasal dari katub pulmonal maka pemeriksa harus menilai ukuran ventrikel kanandengan palpasi area parasternal kiri. Karena stenosis pulmonal dan defek septum atrium dapat menyebabkan bising ini, maka harus didengarkan adakah splitting BJ2 atau bunyi ejeksi atauadanya pengaruh perubahan posisi terhadap bising. Pada pemeriksaan fisik dicari tanda-tandaanemia, hipertiroidisme atau kehamilan yang dapat menyebabkan bising seperti itu (karena peningkatan aliran darah melewati katub aorta atau pulmonal). Jika tidak ditemukan kelainan apapun, kemungkinan bising pada pasien tersebut adalah bising innocent tanpa kelainan anatomis ataupun fungsional yang signifikan 

Page 30: Presentasi Referat DP

30

TERIMA KASIH