presentasi mr tys
TRANSCRIPT
Dermatitis Atopik
Oleh : Kelompok 1Nama NIM
Alva Sumita 723901S.10.002Bayu Perdana I.H 723901S.10.008
Deby Syaray 723901S.10.011Dwi Agustyaningsih 723901S.10.020
Eva Apriliana Rizki 723901S.10.026Lukyta Setyo Hapsari 723901S.10.042
Ita Zakiyah 723901S.10.035Mona Media Sastia 723901S.10.046Muayanah 723901S.10.047
Epidemiologi
Dermatitis atopik (DA) merupakan suatu penyakit keradangan kulit yang
kronik, ditandai dengan rasa gatal, eritema, edema, vesikel, dan luka pada stadium
akut, pada stadium kronik ditandai dengan penebalan kulit (likenifikasi) dan
distribusi lesi spesifik sesuai fase DA, keadaan ini juga berhubungan dengan
kondisi atopik lain pada penderita ataupun keluarganya (Fauzi N., dkk.,2009)
Peningkatan prevalensi dermatitis atopik telah tercatat secara baik pada
berbagai rentang kelompok usia dan lokasi geografis. Tingkat polusi udara,
industrialisasi dan urbanisasi, perubahan pola makan, dan tingkat sosioekonomi
yang lebih tinggi merupakan beberapa faktor yang dianggap bertanggung jawab
pada peningkatan prevalensi penyakit tersebut. Walaupun kurang lebih setengah
kasus dapat didiagnosis pada tahun pertama kehidupan, dermatitis atopik
biasanya berdampak pada kondisi jangka panjang. Sebagai contoh, sepertiga
pasien mengalami dermatitis atopik hingga dewasa. Prevalensi pada anak usia
sekolah kurang lebih 17%. Gejala yang parah dengan onset yang lebih cepat
memiliki hubungan yang erat dengan penyebaran penyakit yang lebih luas.
Patofisiologia. Definisi
Dermatitis atopik adalah peradangan pada epidermis dan dermis yang
bersifat kronis, residif, sering berhubungan dengan individu atau keluarga
dengan riwayat atopi, distribusi simetris, biasanya terjadi pada individu
dengan riwayat gangguan alergi pada atau individu tersebut. Dermatitis
atopik merupakan dermatitis tersering dijumpai pada anak. Awitan biasanya
pada masa anak dan sering dialami oleh anak dengan riwayat alergi saluran
nafas dan riwayat atopi pada keluarga. Bila residif biasanya disertai infeksi,
atau alergi, faktor psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan.
b. Etiologi
Penyebab dermatitis atopik tidak diketahui dengan pasti, diduga disebabkan oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan (multifaktorial). Faktor intrinsik berupa predisposisi genetik, kelainan fisiologi dan
biokimia kulit, disfungsi imunologis, interaksi psikosomatik dan disregulasi/ ketidakseimbangan sistem
saraf otonom, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi bahan yang bersifat iritan dan kontaktan, alergen
hirup, makanan, mikroorganisme, perubahan temperatur, dan trauma (Fauzi N., dkk., 2009). Faktor
psikologis dan
psikosomatis dapat menjadi faktor pencetus (Mansjoer A.,dkk., 2001).
c. Patogenesis
Berbagai faktor turut berperan pada pathogenesis DA, antara lain :
• Genetik
• Sawar kulit
• Lingkungan
• Impatogenesis DA
• Reaksi Imunologis DA
• Ekspresi Sitokin
• Antigen Presenting Cells
• Faktor Non Imunologis
• Autoalergen
d. Prognosis
Sulit meramalkan prognosis DA pada seseorang. Prognosis lebih buruk bila kedua
orangtua menderita DA. Ada kecenderungan perbaikan spontan pada masa anak,
dan sering ada yang kambuh pada masa remaja, sebagian kasus menetap pada
usia
di atas 30 tahun.
Faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik DA, yaitu :
• DA luas pada anak
• Menderita rhinitis alergik dan asma bronchial
• Riwayat DA pada orangtua atau saudara kandung
• Awitan (onset) DA pada usia muda
• Anak tunggal
• Kadar IgE serum sangat tinggi
Presentasi Klinis (Gejala dan Tanda) dan Diagnosis
a. Clinical Presentation (Gejala dan Tanda)/ Manifestasi Klinik
Gejala utama dermatitis atopik ialah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya lebih hebat pada
malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk sehingga timbul bermacam-macam kelainan di kulit berupa
papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi dan krusta (Djuanda et al., 2007).
Subyektif selalu terdapat pruritus. Terdiri atas 3 bentuk, yaitu :
• Bentuk infantil ( 0 - 2 tahun)
Lesi awal dermatitis atopik muncul pada bulan pertama kelahiran, biasanya bersifat akut, sub akut, rekuren,
simetris di kedua pipi. Terdapat eritem berbatas tegas, dapat disertai papul-papul dan vesikel-vesikel miliar,
yang menjadi erosif, eksudatif, dan berkrusta. Tempat predileksi di kedua pipi, ekstremitas bagian fleksor,
dan ekstensor
• Bentuk anak (2 - 12 tahun)
Awitan lesi muncul sebelum umur 5 tahun. Sebagian merupakan kelanjutan fase bayi. Pada kondisi kronis
tampak lesi hiperkeratosis, hiperpigmentasi, dan likenifikasi. Akibat adanya gatal dan garukan, akan tampak
erosi, eksoriasi linear yang disebut starch marks. Tempat predileksi tengkuk, fleksor kubital, dan fleksor
popliteal.
• Bentuk dewasa (> 12 tahun)
Bentuk lesi pada fase dewasa hampir serupa dengan lesi kulit fase akhir anak-anak.
Lesi selalu kering dan dapat disertai likenifikasi dan hiperpigmentasi. Tempat predileksi tengkuk serta
daerah fleksor kubital dan fleksor popliteal.
Gambar Dermatitis Atopik Infantil
Gambar Dermatitis Atopik Anak Gambar Dermatitis Atopik Dewasa
b. Diagnosis
Kriteria mayor dan minor dalam diagnosis dermatitis atopik meliputi keberadaan pruritus dengan tiga
atau lebih gejala berikut :
• Riwayat dermatitis fleksural di wajah pada anak-anak yang berusia di bawah 10 tahun.
• Riwayat asma atau rhinitis alergi pada anak-anak atau keluarga tingkat pertama.
• Riwayat xerosis dalam setahun terakhir.
• Nampak eksem fleksural.
• Onset munculnya ruang pada usia 2 tahun.
c. Diagnosis Banding
Diagnosis banding bentuk infantil ialah dermatitis seboroik, pada bentuk anak dan dewasa ialah
neurodermatitis (Mansjoer A.,dkk., 2001). Diagnosis banding lainnya :
• Dermatitis Kontak Alergi
• Dermatophytosis atau dermatophytids
• Sindrom defisiensi imun
• Sindrom Wiskott-Aldrich
• Sindrom Hyper-IgE
• Penyakit Neoplastik
• Langerhans’ cell histiocytosis
• Penyakit Hodgkin
• Dermatitis Numularis
• Dermatitis Seborrheic
Sasaran & Strategi Terapia. Sasaran (Gejala, Tanda, Prognosis, dll)Gejala klinis yang spesifik yaitu rasa gatal yang khas dengan predileksi yang khas,
berlangsung kronis danresidif.Sedangkan tanda-tanda pada dermatitis atopik antara lain :• Tanda Mayor :1. Pruritus2. Morfologi dan distribusi yang khas : 3. Dermatitis kronis atau kronis kambuhan4. Riwayat atopi pribadi atau keluarga : asma, rinitis alergika, dermatitis atopik• Tanda Minor :1. Tes kulit tipe cepat yang reaktif (tipe 1) (terutama alergi multipel)2. Onset pada usia muda (sebelum usia 5 tahun)3. Dermografisme putih atau timbul kepucatan pada tes dengan zat kolinergik4. Xerosis (kulit tak terinflamasi, kasar, bersisik)5. Kepucatan fasial atau eritem6. Warna hitam sekitar orbita (alergic shiner)7. Lipatan infraorbital Dennie-Morgan (terutama lipatan ganda)Adapula faktor yang berhubungan dengan prognosis kurang baik dermatitis atopik, yaitu :• DA luas pada anak• Menderita rhinitis alergik dan asma bronchial• Riwayat dermatitis atopik pada orangtua atau saudara kandung• Awitan (onset) dermatitis atopik pada usia muda • Anak tunggal• Kadar IgE serum sangat tinggi
b. Strategi (Mencegah, Mengurangi, Menghilangkan Gejala, dan/atau Tanda dengan Obat,
Tanpa Obat, atau Gabungan Keduanya)
Karena disfungsi barrier kulit dan peradangan kronis merupakan ciri khas dari dermatitis atopik,
manajemen jangka panjang seharusnya diberikan untuk menekan pencegahan, intensif dan individu
diadaptasi dengan perawatan kulit, penurunan kolonisasi bakteri melalui aplikasi lokal lotion mengandung
antiseptik seperti triclosan dan klorheksidin, dan paling penting adalah kontrol peradangan dengan
menggunakan kortikosteroid topikal rutin atau inhibitor calcineurin topikal.
Pada anak-anak, sebelum dan setelah diagnosis sensitisasi media IgE, tindakan mencegah paparan
allergen seharusnya bermanfaat. Terapi dermatitis atopik saat ini adalah reaktif tetapi manajemen harus
termasuk intervensi awal dan proaktif dengan efektif dan terus menerus mengendalikan peradangan kulit
dan kolonisasi S. aureus. Strategi ini telah terbukti efektif dalam mengurangi jumlah dari flares. Bila
diterapkan pada awal masa kanak-kanak, bisa berpotensi membantu mengurangi kemudian kepekaan
untuk lingkungan antigen dan autoallergens.
Tata Laksana Terapi
a. Tujuan Terapi
Tujuan secara umum terapi dermatitis atopik ialah untuk
mengendalikan kondisi dengan mencegah timbulnya
ruam/suar
sehingga memberikan kualitas hidup yang lebih baik dan
mencegah timbulnya komplikasi. Penting bagi pasien untuk
berkonsultasi dengan praktisi guna mengidentifikasi dan
mengeliminasi faktor pemicu dan alergen serta
mengomunikasikan penanganan nonfarmakologi yang
berkaitan dengan penyakit tersebut.
b. Tata Laksana (Obat dan/ atau Tanpa Obat serta KIE, dll)
Beberapa tata pelaksanaan terapi dermatitis atopik yaitu :
1. Non medikamentosa:
• Hindari semua faktor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinik
• Menjauhi antigen pencetus
• Hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan bahan pakaian dari wol
2. Medikamentosa
Sistemik :
• Antihistamin golongan H1 untuk mengurangi gatal dan sebagai penenang
• Kortikosteroid jika gejala klinis berat dan sering mengalami kekambuhan
• Jika ada infeksi sekunder diberi antibiotik seperti eritromisin, tetrasiklin
Topikal:
• Pada bentuk bayi diberi kortikosteroid ringan dengan efek samping sedikit, misalnya krim hidroklortison 1-1,5%
• Pada bentuk anak dan dewasa dengan likenifikasi dapat diberi kortikosteroid kuat seperti betametason dipropionat 0,05% atau desoksimetason 0,25%. Untuk efek yang lebih kuat, dapat dikombinasi dengan asam salisilat 1-3% dalam salep.
3. Edukasi :
Menjelaskan bahwa DA merupakan penyakit yang penyebabnya multifaktorial, cara perawatan kulit yang
benar untuk mencegah bertambahnya kerusakan sawar kulit dan memperbaiki sawar kulit serta penting
juga untuk mencari faktor pencetus serta menghindari atau menghilangkannya (Sugito T.L., 2009).
Terapi Non-Farmakologi• Identifikasi dan eliminasi alergen yang berpotensi memicu atau memperparah dermatitis
• Kurangi frekuensi mandi, mandi sehari sekali
• Gunakan air yang hangat ketika mandi
• Hindari penggunaan sabun yang dapat mengiritasi
• Hindari penggunaan lap atau penggosok yang dapat mengiritasi
• Lembabkan kulit yang kering, lalu tepuk-tepuk dengan lembut hingga kering
• Gunakan emolien dalam tiga menit setelah mandi
• Jaga agar kuku tetap pendek dan bersih untuk mencegah timbulnya guratan ketika
menggaruk
• Gunakan sarung tangan berbahan katun untuk mencegah menggaruk dimalam hari
• Gunakan baju dan piyama yang berbahan katun
• Hindari mencuci dengan deterjen yang keras
• Gunakan pelembab sesering mungkin guna menjaga kulit tetap lembut dan halus (minimal
dua kali sehari)
Terapi Farmakologi1. Kortikosteroid Topikal
Kortikoid topikal telah menjadi standard dalam penanganan peradangan serta
pruritus yang berkaitan dengan dermatitis atopik. Biasanya, kortikesteroid
topikal digunakan dalam terapi akut jangka pendek dari ruam/suar, tetapi harus
dikombinasikan dengan emolien. Sama halnya deengan penggunaan emolien,
bentuk sediaan salep lebih baik dipilih dalam penggunaan steroid sebab
sediaan salep lebih baik dalam mengoklusi epidermis sehinngga dapat
meningkatkan absorbsi perkutan dari kortikosteroid dibandingkan sediaan krim
dengan kekuatan yang sama. Biasanya, kebanyakan kortikosteroid digunakan
satu hingga beberapa kali sehari walaupun belum ada manfaat yang jelas
dengan penggunaan lebih dari sekali sehari.
2. Antihistamin
Penggunaan antihistamin dalam kasus ini masih sedikit ditunjang oleh uji klinik karena setiap pruritus
yang
dirasakan bukan dimediasi oleh histamine. Mediator, seperti neuropeptide dan sitokin, telah menunjukkan
asosiasi dengan rasa gatal pada dermatitis atopik. Akan tetapi karena pruritus bertambah parah pada
malam hari, antihistamin yang memberikan efek sedasi (seperti hidroksin atau difenhidramin) dapat
membantu tidur, sedangkan antihistamin dengan efek nonsedasi memberikan hasil yang bervariasi.
3. Sediaan Tar
Sediaan tar batu bara menunjukkan aktivitas sebagai antipruritus dan antiinflamasi pada kulit. Sediaan
tar
batu bara tidak boleh digunakan pada lesi akut yang berdarah sebab dapat menyebabkan iritasi dan
sensasi menyengat. Baunya yang tajam dan dapat mewarnai pakaian merupakan faktor pembatas
penggunaannya. Oleh karena itu, sebaiknya pasien diinstruksikan untuk menggunakan produk tersebut
sebelum tidur dan segera membilasnya ketika bangun.
4. Imunomodulator topical
Inhibitor kalsineurin topikal, seperti takrolimus dan pimekrolimus dapat menjadi
pilihan untuk terapi jangka panjang sebab produk tersebut dapat digunakan pada
seluruh bagian tubuh dalam jangka waktu yang cukup lama tanpa harus takut akan
efek samping seperti yang timbul pada penggunaan kortikesteroid. Merujuk pada
efek samping yang muncul pada penggunaan kortikesteroid, dievaluasi potensi
atropogenik dari takrolimus dan pimekrolimus pada orang sehat. Data menunjukan
bahwa tidak ada ancaman atropi kulit untuk penggunaan jangka panjang. Agen
tersebut membentuk kompleks yang menghasilkan inhibisi terhadap kalsineurin,
suatu senyawa yang menginhibisi aktivitas sel T. Melalui inhibisi tersebut, kompleks
yang terbentuk dapat mengurangi komponen inflamasi dari dermatitis atopik.
Terapi untuk dermatitis atopik yang sukar disembuhkan
• Okulasi dan Pembalut yang basah
Membalut atau membungkus seluruh badan dengan kain yang sejuk dapat
efektif dalam meringankan rasa gatal, terutama di malam hari. Cara tersebut
dapat digunakan bersamaan dengan kortikosteroid topikal untuk menangani
ruam/suar akut atau lesi kronik yang menebal (likenifikasi).
• Sinar ultraviolet
Terapi ultraviolet A (UVA) dengan intensitas yang lebih tinggi dapat
bermanfaat
pada eksaserbasi akut dan dari mekanisme kerja dapat diindikasikan bahwa
eosinofil serta sel epidermal Langerhans dapat menjadi target dari intensitas
tinggi UVA.
Evaluasi & Pemilihan Produk Obat Terkait Yang Ada Di Pasaran
1. TERAPI YANG TIDAK TERBUKTI
• OmalizumabPengobatan pasien dermatitis atopik yang berat dan peningkatan level serum IgE dengan anti-
IgE monoclonal menunjukkan kemanjuran yang kecil pada tiga pasien dewasa dan perbaikan yang bermakna pada tiga pasien remaja.
• Imunoterapi alergenTidak seperti rhinitis alergika dan asma berat, imunoterapi dengan aeroalergen tidak
menunjukkan kemanjuran yang berarti.• Extracorporeal PhotopheresisExtracorporeal Photopheresis terdiri dari bagian dari psoralen-pengobatan leukosit yang
melalui sistem sinar UVA extracorporeal. Perkembangan klinis di lesi kulit berhubungan dengan penurunan level IgE yang telah dilaporkan pada beberapa pasien berat, dermatitis atopik resisten yang telah diobati dengan Extracorporel Photopheresis dan glukokortikoid topikal.
• Chinese Herbal MedicationKeuntungan hasil pengobatan terapi herbal China, meskipun, seringkali untuk sementara, dan
keefektivan membuthkan pengobatan yang berkesinambungan. Kemungkinan untuk hepatotoksik, efek samping ke jantung, atau reaksi aneh masih menjadi perhatian. Kandungan spesifik herba juga dijelaskan dan beberapa preparasi telah ditemukan terkontaminasi dengan kortikosteroid. Saat ini, terapi herbal China untuk dermatitis atopik perlu dipertimbangkan untuk diteliti.
2. Monografi Obat Kortikosteroid Topikal
• Alklometason Dipropionat• Beklometason Dipropionat• Betameason Dipropionat• Desoksimetason• Diflukortolon valerat• Ester Betametason• Hidrokortison• Dll.
Terima Kasih. . . .