presentasi kasus tht oma

Upload: ahmad-ali-zulkarnain

Post on 02-Jun-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    1/17

    PRESENTASI KASUS

    OTITIS MEDIA AKUT

    Disusun Oleh :

    Ahmad Ali Zulkarnain

    20070310070

    STASE ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    2/17

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    VII. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Ny. S

    Umur : 45 tahun

    Agama : Islam

    Jenis kelamin : Perempuan

    Pekerjaan : Ibu rumah tangga

    II. ANAMNESIS

    AnamnesisKeluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kanan

    Riwayat Penyakit Sekarang

    Os mengeluh keluar cairan pada telinga kiri sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.

    Cairan tersebut berwarna putih kekuningan dan berbau. Keluhan ini baru pertama kali

    dirasakan. Os juga mengeluh adanya nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi

    pendengaran. Keluhan berupa telinga berdenging, berdengung ataupun rasa penuh di telinga

    disangkal. Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar

    cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan

    dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga kanan Os. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri

    menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Os sering menderita batuk & pilek.

    Riwayat trauma, keluar darah dari hidung, suka mengorek telinga, dan sering berenang

    disangkal.

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Os mengaku tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini. Riwayat alergi dan asma

    pada keluarga disangkal penderita.

    Riwayat Alergi

    Riwayat alergi seperti bersin-bersin dan gatal-gatal ketika terkena debu, atau setelah

    memakan makanan tertentu disangkal. Riwayat asma juga disangkal.

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    3/17

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    Status generalis

    Keadaan umum : Baik

    Kesadaran : Compos Mentis

    Vital Sign :

    Tekanan darah : 100/70 mmHg

    Suhu : Affebris

    Nafas : 24 x/ menit

    Nadi : 88 x/ menit

    Status lokalis

    Telinga

    Bagian Yang diperiksa Kanan Kiri

    Canalis

    Acustikus

    Externa

    Kelainan kongenital

    Kulit

    Sekret

    Serumen

    Edema

    Jaringan granulasi

    MassaCholesteatoma

    -

    Tenang

    -

    -

    -

    -

    --

    -

    Tenang

    + (putih)

    -

    -

    -

    --

    Membrana

    Timpani

    Warna

    Intak

    Retraksi

    Refleks cahaya

    Perforasi

    putih keabu-

    abuan

    (+)

    (-)

    (+)

    (-)

    Hiperemis

    (-)

    (-)

    (-)

    (+)

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    4/17

    Hidung

    Rhinoskopi

    anterior

    Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri

    Mukosa hidung Hiperemis (+), 4ecret

    (+), massa (-)

    Hiperemis (+), 4ecret (+), massa

    (-)

    Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)

    Konka inferior

    dan media

    Edema (+), hiperemis

    (+)

    Edema (+), hiperemis (+)

    Meatus inferior

    dan media

    Polip (-) Polip (-)

    Mulut Dan Orofaring

    Bagian Kelainan Keterangan

    Mulut

    Mukosa mulut

    Lidah

    Palatum molle

    Gigi geligi

    Uvula

    Halitosis

    Tenang

    Bersih, basah,gerakan normal kesegala

    arah

    Tenang, simetris

    Caries (-)

    Simetris

    (-)

    Tonsil

    Mukosa

    Besar

    Kripta :

    Detritus :

    Perlengketan

    Tenang

    T1T1

    NormalNormal

    (-/-)

    (-/-)

    Faring

    Mukosa

    Granula

    Post nasal drip

    Tenang

    (-)

    (-)

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    5/17

    Leher

    Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB

    Massa : Tidak ada

    IV. DIAGNOSIS BANDING

    Otitis Media Akut (OMA)

    Otitis Media Supuratif Kronik ( OMSK )

    V. DIAGNOSIS

    Otitis media akut stadium perforasi auris sinistra

    VI. PENGELOLAAN DAN TERAPI

    Pembersihan liang telinga dengan suction

    Pemberian obat cuci telinga H2O2

    Pemberian obat oral:

    - Clindamycin ( Antibiotik )

    - Metil prednisolon ( Kotikosteroid )

    -

    Pseudoefedrin HCl

    VII. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ad functionam : ad bonam

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    6/17

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. Anatomi Telinga

    Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

    Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius eksternus (

    liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah

    lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.

    Anatomi telinga tengah

    Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani dan tuba

    eustachius.

    1. Membrana timpani

    Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus

    eksternus. Letak membrana timpai pada anak lebih pendek, lebih lebar dan lebih

    horizontal dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10 mm

    dan sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm.

    Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan bagian

    terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior dan pars flacida

    (membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan melekat langsung pada os

    petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu lapiasan luar terdiri dari epitel squamosa

    bertingkat, lapisan dalam dibentuk oleh mukosa telinga tengah dan diantaranyaterdapat lapisan fibrosa dengan serabut berbentuk radier dan sirkuler. Pars placida

    hanya memiliki lapisan luar dan dalam tanpa lapisan fibrosa.

    Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana timpani

    mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari telinga tengah, dan

    beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina propia membrana timpani. Pada

    permukaan lateral, arteri aurikularis profunda membentuk cincin vaskuler perifer dan

    berjalan secara radier menuju membrana timpani. Di bagian superior dari cincin

    vaskuler ini muncul arteri descendent eksterna menuju ke umbo, sejajar dengan

    manubrium. Pada permukaan dalam dibentuk cincin vaskuler perifer yang kedua, yang

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    7/17

    berasal dari cabang stilomastoid arteri aurikularis posterior dan cabang timpani

    anterior arteri maksilaris. Dari cincin vaskuler kedua ini muncul arteri descendent

    interna yang letaknya sejajar dengan arteri descendent eksterna.

    2. Kavum timpani

    Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler diselaputi

    oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium yang terletak di

    atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang terletak di bawah sulcus

    timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya.

    Batas cavum timpani ;

    Atas : tegmen timpani

    Dasar : dinding vena jugularis dan promenensia styloid

    Posterior : mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidalAnterior : dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani

    Medial : dinding labirin

    Lateral : membrana timpani

    Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stapes.

    Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio dan dilapisi oleh

    mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan membran timpani

    dengan foramen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke telinga dalam.

    Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral. Malleus

    terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum, manubrium

    mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang menghubungkan

    kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan

    krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial

    puncak krus longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial,

    terdiri dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot plate.

    Basis stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang

    horizontal.

    Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :

    - M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan berasal

    dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum timpani ke lateral dan

    menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk menarik

    manubrium mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi lebih tegang.

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    8/17

    - M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi oleh

    cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap foramen ovale

    dari getaran yang terlalu kuat.

    3. Tuba eustachius

    Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang meneghubungkan kavum timpani

    dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah ke antero-inferomedial,

    membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal, dan 45 dengan bidang sagital. 1/3

    bagian atas saluran ini adalah bagian tulang yang terletak anterolateral terhadap

    kanalis karotikus dan 2/3 bagian bawahnya merupakan kartilago. Muara tuba di faring

    terbuka dengan ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi ujung posterior konka inferior.

    Pinggir anteroposterior muara tuba membentuk plika yang disebut torus tubarius, dan

    di belakang torus tubarius terdapat resesus faring yang disebut fossa rosenmuller. Padaperbatasan bagian tulang dan kartilago, lumen tuba menyempit dan disebut isthmus

    dengan diameter 1-2 mm. Isthmus ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa

    atau oleh infeksi yang berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada

    anak-anak, tuba ini lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang

    dewasa, sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.

    OTITIS MEDIA AKUT

    Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa

    telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

    Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba ke dalam di

    nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya

    mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan

    antibody. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.

    Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena

    fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah

    terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.

    Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas

    atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin besar

    kemungkinan terjadinya OMA.

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    9/17

    Etiologi

    Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.

    Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi

    kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu

    faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti

    Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza,

    Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa.

    Sejauh ini Streptococcus pneumonia merupakan organisme penyebab tersering pada semua

    kelompok umur. SedangkanHaemophilus influenzaadalah patogen tersering yang ditemukan

    pada anak di bawah usia lima tahun. Meskipun juga patogen pada orang dewasa.

    Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya

    otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,

    lebar, dan letaknya agak horisontal.

    Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal,

    yaitu:

    (1)Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan, (2)Saluran eustachius pada anak

    lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke

    telinga tengah. (3)Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam

    kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid

    Etiologi :

    - Perubahan tekanan

    udara tiba-tiba

    - Alergi

    - Infeksi

    Tuba tetap terganggu

    dan Infeksi (+)

    OMEEfusiGangguan tuba

    Infeksi (-)

    Tekanan

    negative

    telinga

    Sembuh / Normal

    Fungsi tuba

    tetap terganggu

    OMA

    Sembuh OME OMSK/OMP

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    10/17

    berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu

    terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi

    tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.

    Patogenesis

    Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

    tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat

    bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut

    sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-

    sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan

    mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.

    Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yangdihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

    Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena

    gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ

    pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang

    dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat

    menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain

    itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut

    akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    11/17

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    12/17

    Stadium OMA

    Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium.

    Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga

    luar.

    1. Stadium oklusi tuba Eustachius

    Tanda oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya

    tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran

    timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak

    dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh

    virus atau alergi.

    2.

    Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)

    Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau

    seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk

    mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

    3.

    Stadium supurasi

    Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta

    terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani

    menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.

    Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di

    telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi

    iskemia,akibat tekanan pada kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan

    nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah

    yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.

    Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka

    kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.

    Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi

    ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    13/17

    4. Stadium perforasi

    Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman

    yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan pus keluar mengalir dari telinga

    tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan

    turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium

    perforasi.

    5. Stadium resolusi

    Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan

    normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnyakering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi

    walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan

    sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa

    (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya

    perforasi.

    Gejala klinik

    Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.

    Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri telinga, suhu tubuh tinggi

    dan biasanya ada riwayat batuk pilek sebelumnya.

    Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa disamping rasa nyeri terdapat pula

    gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan

    anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi sampai 39,5 C (stadium supurasi),

    anak gelisah dan sulit tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang. Bila

    terjadi ruptur membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun

    dan anak tertidur tenang.

    Diagnosis

    Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.

    1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

    2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di

    telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

    (1)menggembungnya gendang telinga, (2)terbatas/tidak adanya gerakan gendang

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    14/17

    telinga, (3)adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga, (4)cairan yang keluar

    dari telinga.

    3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah

    satu di antara tanda berikut: (1)kemerahan pada gendang telinga, (2)nyeri telinga yang

    mengganggu tidur dan aktivitas normal.

    Penatalaksanaan

    Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan dari pengobatan

    yaitu menghilangkan tanda dan gejala penyakit, eradikasi infeksi, dan pencegahan komplikasi.

    Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba

    eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak

    12 thn ataudewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.

    Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik.

    Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik

    yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan

    kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin

    IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.

    Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau

    eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.

    Pengobatan stadium supurasiselain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan

    miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala- gejala klinis

    lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar

    nyeri dapat berkurang.

    Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi

    drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang menetap di telinga

    setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus

    dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai agar

    membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi

    umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.

    Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta

    antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali

    dalam waktu 7-10 hari.

    Stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada

    lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    15/17

    sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Pada keadaan ini

    antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.

    Komplikasi

    Sebelum ada antibiotika komplikasi dapat terjadi dari yang ringan hingga berat tetapi

    setelah ada antibiotika komplikasi biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media

    supuratif kronis.

    OMA dengan perforasi membran timpani dapat berkembang menjadi otitis media

    supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan

    beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan

    daya tahan tubuh yang kurang baik.

    Komplikasi yang dapat terjadi adalah mastoidis, paralisis nervus fascialis, komplikasike intrakranial seperti abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak, trombosis

    sinus lateralis, otittis hidrocephalus, labirintis dan petrosis.

    PEMBAHASAN

    Kenapa pasien ini didiagnosa otitis media akut stadium perforasi?

    Anamnesis

    Keluar cairan dari telinga kirinya sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit

    Cairan berwarna putih kekuningan dan berbau

    Keluhan baru pertama kali dirasakan

    Nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran

    Panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari

    telinga

    Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga

    Pasien sering mengalami batuk pilek

    Pemeriksaan Fisik

    Untuk menegakkan diagnosis otitis media, perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi.

    Ditemukan adanya adanya pengeluaran cairan berwarna putihpada canalis auditorius

    eksterna disertai perforasi sentralpada membran timpani telinga kiri dan reflex cahaya (cone

    of light) telinga kiri negatif. Kemungkinan stadium otitis medianya ialah stadium perforasi.

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    16/17

    Apa penyebab OMA dari kasus diatas?

    Penyebab yang mungkin sebagai pencetus otitis media pada pasien di atas ialah

    rhinitis yang sudah lama dialami. Pasien mengalami batuk pilek sudah lama. Dari

    pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan chonka nasalis inferior & media mengalami edema

    & hiperemis yang disertai adanya cairan mukus. Kemungkinan pasien mengalami rhinitis

    kronis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab dari otitis medianya ialah komplikasi

    dari rhinitis kronis.

    Bagaimana penatalaksanaan pada kasus diatas?

    Pada kasus diatas penatalaksanaan adalah: Pembersihan liang telinga dengan suction ,

    Pemberian obat cuci telinga H2O2, Pemberian obat oral: Clindamycin ( Antibiotik ), Metil

    prednisolon ( Kotikosteroid ), Pseudoefedrin HCl. Sesuai dengan literatur Pada stadium

    perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yangadekuat.

  • 8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA

    17/17

    DAFTAR PUSTAKA

    Boies, dkk. 1997.Buku ajar penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC

    Daly KA, Giebink GS.2000.Clinical epidemiology of otitis media.

    Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke 6.

    Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

    Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

    Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT &

    Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran

    Universitas Indonesia. 2006