presentasi kasus tht oma
TRANSCRIPT
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
1/17
PRESENTASI KASUS
OTITIS MEDIA AKUT
Disusun Oleh :
Ahmad Ali Zulkarnain
20070310070
STASE ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
2/17
BAB I
LAPORAN KASUS
VII. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
II. ANAMNESIS
AnamnesisKeluhan Utama : Keluar cairan dari telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Os mengeluh keluar cairan pada telinga kiri sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Cairan tersebut berwarna putih kekuningan dan berbau. Keluhan ini baru pertama kali
dirasakan. Os juga mengeluh adanya nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi
pendengaran. Keluhan berupa telinga berdenging, berdengung ataupun rasa penuh di telinga
disangkal. Riwayat panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar
cairan dari telinga. Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan
dari telinga. Tidak ada keluhan pada telinga kanan Os. Keluhan sakit tenggorokan, nyeri
menelan, suara sengau, benjolan di leher disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Os sering menderita batuk & pilek.
Riwayat trauma, keluar darah dari hidung, suka mengorek telinga, dan sering berenang
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Os mengaku tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini. Riwayat alergi dan asma
pada keluarga disangkal penderita.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi seperti bersin-bersin dan gatal-gatal ketika terkena debu, atau setelah
memakan makanan tertentu disangkal. Riwayat asma juga disangkal.
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
3/17
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Suhu : Affebris
Nafas : 24 x/ menit
Nadi : 88 x/ menit
Status lokalis
Telinga
Bagian Yang diperiksa Kanan Kiri
Canalis
Acustikus
Externa
Kelainan kongenital
Kulit
Sekret
Serumen
Edema
Jaringan granulasi
MassaCholesteatoma
-
Tenang
-
-
-
-
--
-
Tenang
+ (putih)
-
-
-
--
Membrana
Timpani
Warna
Intak
Retraksi
Refleks cahaya
Perforasi
putih keabu-
abuan
(+)
(-)
(+)
(-)
Hiperemis
(-)
(-)
(-)
(+)
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
4/17
Hidung
Rhinoskopi
anterior
Cavum nasi kanan Cavum nasi kiri
Mukosa hidung Hiperemis (+), 4ecret
(+), massa (-)
Hiperemis (+), 4ecret (+), massa
(-)
Septum nasi Deviasi (-), dislokasi (-) Deviasi (-), dislokasi (-)
Konka inferior
dan media
Edema (+), hiperemis
(+)
Edema (+), hiperemis (+)
Meatus inferior
dan media
Polip (-) Polip (-)
Mulut Dan Orofaring
Bagian Kelainan Keterangan
Mulut
Mukosa mulut
Lidah
Palatum molle
Gigi geligi
Uvula
Halitosis
Tenang
Bersih, basah,gerakan normal kesegala
arah
Tenang, simetris
Caries (-)
Simetris
(-)
Tonsil
Mukosa
Besar
Kripta :
Detritus :
Perlengketan
Tenang
T1T1
NormalNormal
(-/-)
(-/-)
Faring
Mukosa
Granula
Post nasal drip
Tenang
(-)
(-)
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
5/17
Leher
Kelenjar getah bening : Tidak teraba pembesaran KGB
Massa : Tidak ada
IV. DIAGNOSIS BANDING
Otitis Media Akut (OMA)
Otitis Media Supuratif Kronik ( OMSK )
V. DIAGNOSIS
Otitis media akut stadium perforasi auris sinistra
VI. PENGELOLAAN DAN TERAPI
Pembersihan liang telinga dengan suction
Pemberian obat cuci telinga H2O2
Pemberian obat oral:
- Clindamycin ( Antibiotik )
- Metil prednisolon ( Kotikosteroid )
-
Pseudoefedrin HCl
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
6/17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Telinga
Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius eksternus (
liang telinga ). Telinga dalam terdiri dari koklea ( rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis.
Anatomi telinga tengah
Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani dan tuba
eustachius.
1. Membrana timpani
Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis akustikus
eksternus. Letak membrana timpai pada anak lebih pendek, lebih lebar dan lebih
horizontal dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips, sumbu panjangnya 9-10 mm
dan sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-kira 0,1 mm.
Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan bagian
terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior dan pars flacida
(membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan melekat langsung pada os
petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu lapiasan luar terdiri dari epitel squamosa
bertingkat, lapisan dalam dibentuk oleh mukosa telinga tengah dan diantaranyaterdapat lapisan fibrosa dengan serabut berbentuk radier dan sirkuler. Pars placida
hanya memiliki lapisan luar dan dalam tanpa lapisan fibrosa.
Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana timpani
mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari telinga tengah, dan
beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina propia membrana timpani. Pada
permukaan lateral, arteri aurikularis profunda membentuk cincin vaskuler perifer dan
berjalan secara radier menuju membrana timpani. Di bagian superior dari cincin
vaskuler ini muncul arteri descendent eksterna menuju ke umbo, sejajar dengan
manubrium. Pada permukaan dalam dibentuk cincin vaskuler perifer yang kedua, yang
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
7/17
berasal dari cabang stilomastoid arteri aurikularis posterior dan cabang timpani
anterior arteri maksilaris. Dari cincin vaskuler kedua ini muncul arteri descendent
interna yang letaknya sejajar dengan arteri descendent eksterna.
2. Kavum timpani
Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler diselaputi
oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu epitimpanium yang terletak di
atas kanalis timpani nervus fascialis, hipotimpananum yang terletak di bawah sulcus
timpani, dan mesotimpanum yang terletak diantaranya.
Batas cavum timpani ;
Atas : tegmen timpani
Dasar : dinding vena jugularis dan promenensia styloid
Posterior : mastoid, m.stapedius, prominensia pyramidalAnterior : dinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani
Medial : dinding labirin
Lateral : membrana timpani
Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan stapes.
Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui artikulatio dan dilapisi oleh
mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut menghubungkan membran timpani
dengan foramen ovale, seingga suara dapat ditransmisikan ke telinga dalam.
Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral. Malleus
terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di epitimpanum, manubrium
mallei yang melekat pada membran timpani dan kollum mallei yang menghubungkan
kapitullum mallei dengan manubrium mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan
krus longus. Sudut antara krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial
puncak krus longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial,
terdiri dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot plate.
Basis stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir pada bidang
horizontal.
Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :
- M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm, dan berasal
dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum timpani ke lateral dan
menempel pada manubrium mallei dekat kollum. Fungsinya untuk menarik
manubrium mallei ke medial sehingga membran timpani menjadi lebih tegang.
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
8/17
- M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei dipersarafi oleh
cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai proteksi terhadap foramen ovale
dari getaran yang terlalu kuat.
3. Tuba eustachius
Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang meneghubungkan kavum timpani
dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah ke antero-inferomedial,
membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal, dan 45 dengan bidang sagital. 1/3
bagian atas saluran ini adalah bagian tulang yang terletak anterolateral terhadap
kanalis karotikus dan 2/3 bagian bawahnya merupakan kartilago. Muara tuba di faring
terbuka dengan ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi ujung posterior konka inferior.
Pinggir anteroposterior muara tuba membentuk plika yang disebut torus tubarius, dan
di belakang torus tubarius terdapat resesus faring yang disebut fossa rosenmuller. Padaperbatasan bagian tulang dan kartilago, lumen tuba menyempit dan disebut isthmus
dengan diameter 1-2 mm. Isthmus ini mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa
atau oleh infeksi yang berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada
anak-anak, tuba ini lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang
dewasa, sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.
OTITIS MEDIA AKUT
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba ke dalam di
nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya
mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba Eustachius, enzim dan
antibody. Otitis media akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh ini terganggu.
Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena
fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah
terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan.
Dikatakan juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran nafas
atas. Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas, makin besar
kemungkinan terjadinya OMA.
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
9/17
Etiologi
Sumbatan pada tuba eustachius merupakan penyebab utama dari otitis media.
Pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah terganggu juga. Selain itu, ISPA juga merupakan salah satu
faktor penyebab yang paling sering. Kuman penyebab OMA adalah bakteri piogenik, seperti
Streptococcus hemoliticus, Staphylococcus aureus, Pneumococcus, Haemophilus influenza,
Escherichia coli, Streptococcus anhemolyticus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa.
Sejauh ini Streptococcus pneumonia merupakan organisme penyebab tersering pada semua
kelompok umur. SedangkanHaemophilus influenzaadalah patogen tersering yang ditemukan
pada anak di bawah usia lima tahun. Meskipun juga patogen pada orang dewasa.
Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar kemungkinan terjadinya
otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek,
lebar, dan letaknya agak horisontal.
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal,
yaitu:
(1)Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan, (2)Saluran eustachius pada anak
lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke
telinga tengah. (3)Adenoid (salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam
kekebalan tubuh) pada anak relative lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid
Etiologi :
- Perubahan tekanan
udara tiba-tiba
- Alergi
- Infeksi
Tuba tetap terganggu
dan Infeksi (+)
OMEEfusiGangguan tuba
Infeksi (-)
Tekanan
negative
telinga
Sembuh / Normal
Fungsi tuba
tetap terganggu
OMA
Sembuh OME OMSK/OMP
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
10/17
berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu
terbukanya saluran Eustachius. Selain itu, adenoid sendiri dapat terinfeksi dimana infeksi
tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius.
Patogenesis
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. Saat
bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut
sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-
sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan
mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.
Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yangdihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena
gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ
pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang
dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain
itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut
akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
11/17
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
12/17
Stadium OMA
Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium.
Keadaan ini berdasarkan pada gambaran membran timpani yang diamati melalui liang telinga
luar.
1. Stadium oklusi tuba Eustachius
Tanda oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani akibat terjadinya
tekanan negatif di dalam telinga tengah akibat absorpsi udara. Kadang-kadang membran
timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak
dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh
virus atau alergi.
2.
Stadium hiperemis (stadium pre-supurasi)
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang telah terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.
3.
Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisial, serta
terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani, menyebabkan membran timpani
menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar.
Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi, dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di
telinga bertambah hebat. Apabila tekanan pus di kavum timpani tidak berkurang, maka terjadi
iskemia,akibat tekanan pada kapiler, serta timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil dan
nekrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran timpani terlihat sebagai daerah
yang lebih lembek dan berwarna kekuningan, di tempat ini akan terjadi ruptur.
Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini, maka
kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang telinga luar.
Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi
ruptur (perforasi) tidak mudah menutup kembali.
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
13/17
4. Stadium perforasi
Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman
yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan pus keluar mengalir dari telinga
tengah ke liang telinga luar. Anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan
turun dan anak dapat tertidur nyenyak. Keadaan ini disebut otitis media akut stadium
perforasi.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-lahan akan
normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnyakering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi
walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap dengan
sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul. OMA dapat menimbulkan gejala sisa
(sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani tanpa terjadinya
perforasi.
Gejala klinik
Gejala klinik otitis media akut tergantung pada stadium penyakit serta umur pasien.
Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah nyeri telinga, suhu tubuh tinggi
dan biasanya ada riwayat batuk pilek sebelumnya.
Pada anak yang lebih besar atau orang dewasa disamping rasa nyeri terdapat pula
gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan
anak kecil gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi sampai 39,5 C (stadium supurasi),
anak gelisah dan sulit tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang. Bila
terjadi ruptur membran timpani maka sekret mengalir ke liang telinga luar, suhu tubuh turun
dan anak tertidur tenang.
Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di
telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
(1)menggembungnya gendang telinga, (2)terbatas/tidak adanya gerakan gendang
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
14/17
telinga, (3)adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga, (4)cairan yang keluar
dari telinga.
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah
satu di antara tanda berikut: (1)kemerahan pada gendang telinga, (2)nyeri telinga yang
mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Penatalaksanaan
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan dari pengobatan
yaitu menghilangkan tanda dan gejala penyakit, eradikasi infeksi, dan pencegahan komplikasi.
Pada stadium oklusi, tujuan terapi dikhususkan untuk membuka kembali tuba
eustachius. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik untuk anak
12 thn ataudewasa. Selain itu, sumber infeksi juga harus diobati dengan memberikan antibiotik.
Pada stadium presupurasi, diberikan antibiotik, obat tetes hidung, dan analgesik.
Bila membran timpani sudah hiperemi difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Antibiotik
yang diberikan ialah penisilin atau eritromisin. Jika terdapat resistensi, dapat diberikan
kombinasi dengan asam klavunalat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin
IM agar konsentrasinya adekuat di dalam darah. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari.
Pada anak diberikan ampisilin 4x50-100 mg/KgBB, amoksisilin 4x40 mg/KgBB/hari, atau
eritromisin 4x40 mg/kgBB/hari.
Pengobatan stadium supurasiselain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk dilakukan
miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala- gejala klinis
lebih cepat hilang dan rupture dapat dihindari. Selain itu, analgesik juga perlu diberikan agar
nyeri dapat berkurang.
Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi
drainese sekret telinga tengah. Miringotomi dilakukan bila ada cairan yang menetap di telinga
setelah 3 bulan penanganan medis dan terdapat gangguan pendengaran. Miringotomi harus
dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang dan dapat dikuasai agar
membran timpani dapat terlihat dengan baik. Biasanya pada anak kecil dignakan anastesi
umum. Lokasi miringotomi adalah di kuadran posteroinferior.
Pada stadium perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta
antibiotik yang adekuat. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali
dalam waktu 7-10 hari.
Stadium resolusi, maka membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada
lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi biasanya akan tampak
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
15/17
sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di membrane timpani. Pada keadaan ini
antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.
Komplikasi
Sebelum ada antibiotika komplikasi dapat terjadi dari yang ringan hingga berat tetapi
setelah ada antibiotika komplikasi biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari otitis media
supuratif kronis.
OMA dengan perforasi membran timpani dapat berkembang menjadi otitis media
supuratif kronis apabila gejala berlangsung lebih dari 2 bulan, hal ini berkaitan dengan
beberapa faktor antara lain higiene, terapi yang terlambat, pengobatan yang tidak adekuat, dan
daya tahan tubuh yang kurang baik.
Komplikasi yang dapat terjadi adalah mastoidis, paralisis nervus fascialis, komplikasike intrakranial seperti abses ekstradural, abses subdural, meningitis, abses otak, trombosis
sinus lateralis, otittis hidrocephalus, labirintis dan petrosis.
PEMBAHASAN
Kenapa pasien ini didiagnosa otitis media akut stadium perforasi?
Anamnesis
Keluar cairan dari telinga kirinya sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit
Cairan berwarna putih kekuningan dan berbau
Keluhan baru pertama kali dirasakan
Nyeri telinga bagian dalam dan adanya penurunan fungsi pendengaran
Panas badan disertai batuk pilek dirasakan sejak 1 minggu sebelum keluar cairan dari
telinga
Nyeri telinga dan panas badan dirasakan berkurang setelah keluar cairan dari telinga
Pasien sering mengalami batuk pilek
Pemeriksaan Fisik
Untuk menegakkan diagnosis otitis media, perlu dilakukan pemeriksaan otoskopi.
Ditemukan adanya adanya pengeluaran cairan berwarna putihpada canalis auditorius
eksterna disertai perforasi sentralpada membran timpani telinga kiri dan reflex cahaya (cone
of light) telinga kiri negatif. Kemungkinan stadium otitis medianya ialah stadium perforasi.
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
16/17
Apa penyebab OMA dari kasus diatas?
Penyebab yang mungkin sebagai pencetus otitis media pada pasien di atas ialah
rhinitis yang sudah lama dialami. Pasien mengalami batuk pilek sudah lama. Dari
pemeriksaan rinoskopi anterior didapatkan chonka nasalis inferior & media mengalami edema
& hiperemis yang disertai adanya cairan mukus. Kemungkinan pasien mengalami rhinitis
kronis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyebab dari otitis medianya ialah komplikasi
dari rhinitis kronis.
Bagaimana penatalaksanaan pada kasus diatas?
Pada kasus diatas penatalaksanaan adalah: Pembersihan liang telinga dengan suction ,
Pemberian obat cuci telinga H2O2, Pemberian obat oral: Clindamycin ( Antibiotik ), Metil
prednisolon ( Kotikosteroid ), Pseudoefedrin HCl. Sesuai dengan literatur Pada stadium
perforasi, diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yangadekuat.
-
8/11/2019 Presentasi Kasus THT OMA
17/17
DAFTAR PUSTAKA
Boies, dkk. 1997.Buku ajar penyakit THT Edisi 6. Jakarta : EGC
Daly KA, Giebink GS.2000.Clinical epidemiology of otitis media.
Djaafar, ZA. 2007. Kelainan Telinga Tengah. Telinga Hidung Tenggorokan, Edisi ke 6.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5. dr. H. Efiaty Arsyad Soepardi, Sp.THT &
Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar, Sp.THT (editor). Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2006