presentasi kasus (perbandingan lma dengan facemask dan ett)
DESCRIPTION
PRESENTASI KASUS (Perbandingan LMA Dengan Facemask Dan ETT)TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Sdr. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 20 Tahun
Alamat : Magelang
No RM : 12054
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Terdapat benda asing (Corpal peluru senapan angin) di tangan kanan (R. ante brachi dextra).
Riwayat Penyakit Sekarang:
Kurang lebih 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit pasien mengaku tertembak tangan
kanannya dan sudah dibawa ke Poli RS dan sudah mencoba di keluarkan tetapi tidak berhasil
dikeluarkan. Pasien mengeluhkan nyeri (+).
Riwayat Penyakit Dahulu:
Tidak ada riwayat penyakit dahulu
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Vital Sign
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 120 / 80 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 37 º C
Respirasi : 20 x / menit.
Berat badan : 54 kg
B. Keadaan Umum
Tampak sakit : (+)
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Cukup
Pucat : (-)
Ikterus : (-)
Turgor : Cukup
Sesak : (-)
Kejang : (-)
Oedem : (-)
C. Keadaan Fisik
1. Kepala
Inspeksi, palpasi : Dalam batas normal
Mata
Pupil : Isokor
Sklera : Ikterik -/-
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Gigi : Dalam batas normal
2. Leher
Inspeksi, Palpasi, perkusi, auskultasi : Dalam batas normal
3. Thorax
Inspeksi : Dalam batas normal
Palpasi : Dalam batas normal
4. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : Dalam batas normal
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Dalam batas normal
Ekstremitas : Terdapat benda asing (Corpal peluru senapan angin) di tangan kanan
(R. ante brachi dextra)
IV. DIAGNOSIS KERJA
Corpal logam Ante brachi dextra
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No Parameter Hasil Nilai normal Interpretasi
1 WBC 9,1(10ˆ3/UL) M:4.8-10.8
F:4.8-10.8
Dbn
2 RBC 4,9(10ˆ6/UL) M:4.7-6.1
F:4.2-5.4
Dbn
3 HGB 14,4(9/dL) M: 14.0-18.0 Dbn
4 HCT 42.5 M:42-52
F:37-47
Dbn
5 MCV 87,6(fL) 79.0-99.0 Dbn
6 MCH 29,7(pg) 27.1-31.0 Dbn
7 MCHC 33,9(g/dL) 33.0-37.0 Dbn
8 PLT 258(10ˆ3/UL) 150-450 Dbn
9 RDW-CV 13.5(%) 11.5-14.5 Dbn
10 RDW-SD 42,6(fL) 35-47 Dbn
11 EO# 0,21(10ˆ3/UL) 0.045-0.44 Meningkat
12 BASO# 0.01 (10ˆ3/UL) 0-0.2 Dbn
13 NEUT# 4.54 (10ˆ3/UL) 1.8-8 Dbn
14 LIMPH# 3.6 (10ˆ3/UL) 0.9-5.2 Dbn
15 MONO# 0,75(10ˆ3/UL) 0.16-1 Dbn
16 EO% 2 (%) 2-4 Dbn
17 BASO% 0 (%) 0-1 Dbn
18 NEUT% 50 (%) 50-70 Dbn
19 LIMPH% 39 (%) 25-40 Dbn
20 MONO% 8 (%) 2-8 Dbn
STATUS ANESTESI SELAMA PROSES PEMBEDAHAN
1. Diagnosis pasien
Pre/post operasi : Corpal logam Ante brachi dextra
2. Tindakan operasi
Eksisi evaluasi corpal
3. Status Fisik
ASA I (Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain
penyakit yang akan dioperasi)
4. Preoperative
TD :140/80 mmHg
Nadi : 102 x/menit
Suhu : 36 0C
Respirasi : 24 x/menit
5. Teknik Anestesi
General anestesi, RK dengan LMA nomer 4, masker dengan mesin
Maintenance : Isoflurance/ N20/02
Pre medikasi : Sulfas Atropin 25 mg
Induksi : Recofol 100 mg, tramus 25 mg
Jam Parameter yang dipantau Keterangan Obat cairan
Tensi Nadi SpO2
10.00 140/80 114 Mulai
premedikasi
Sulfas atropine
25 mg
RL
10.15 120/70 89 100 Mulai
induksi
Recofol 100mg
Tramus 25 mg
10.30 120/70 89 100 Mulai
pembedahan
10.45 130/80 89 100 RL
11.00 130/86 91 99
11.15 130/80 76 99 Operasi
selesai
Kelebihan LMA dibandingkan Face Mask dan ETT
A. KASUS
Seorang laki-laki berumur 54 tahun, datang ke poli bedah pada tanggal 30 Agustus 2013
dengan mengeluhkan tangan kanan tertembak senapan angin. Setelah dilakukan pemeriksaan
Rontgen, didapatkan Corpal logam peluru senapan angin. Rencana terapi adalah dilakukan evaluasi
corpal dengan general anastesi jenis LMA.
B. TOPIK YANG DIBAHAS
Apakah kelebihan LMA dibandingkan Facemask dan ETT?
C. TINJAUAN PUSTAKA
LMA dibuat dari karet lunak silicone khusus untuk kepentingan medis, terdiri dari masker
yang berbentuk sendok yang elips yang juga berfungsi sebagai balon yang dapat dikembangkan,
dibuat bengkok dengan sudut sekitar 30°. LMA dapat dipakai berulang kali dan dapat disterilkan
dengan autoclave, namun demikian juga tersedia LMA yang disposible.
Indikasi dan kontraindikasi penggunaan LMA
Prinsipnya LMA dapat digunakan pada semua pasien yang bila dilakukan anastesi dengan
face mask dapat dilakukan dengan aman (kecuali penderita-penderita yang memiliki kelainan
oropharynx). LMA telah digunakan secara rutin pada prosedur-prosedur minor ginekologi,
orthopedi, bronkoskopi dan endoskopi. Prosedur yang lain yang dapat menggunakan LMA antara
lain ekstraksi gigi, adenotonsilektomy, repair celahlangitan, myringotomi, prosedur memasukkan
pipa timpanostomy, danoperasimata. Akhir-akhir ini penggunaan LMA untuk penanganan jalan
nafas sulit juga meningkat.
1. Indikasi:
a. Alternatif face mask dan intubasi endotrakheal untuk penanganan jalan nafas
b. penanganan airway selama anastesi umum pada : rutin ataupun emergency, radioterapi, CT-
Scan / MRI, resusitasi luka bakar, ESWL, adenotonsilektomy, bronkhoskopi dengan
fiberoptikfleksibel, dan resusitasi neonatal
c. Situasi jalan nafas sulit : terencana, penyelamatan jalan nafas, dan membantu intubasi
endotracheal
2. Kontraindikasi:
Kondisi-kondisi berikut ini merupakan kontra indikasi penggunaan LMA :
a. Resiko meningkatnya regurgitasi isi lambung (tidak puasa)
b. Terbatasnya kemampuan membuka mulut atau ekstensi leher (misalnya artitisrematoid
yang berat atau ankilosingspondilitis), menyebabkan memasukkan LMA lebih jauh
kehipopharyna sulit.
c. Compliance paru yang rendah atau tahanan jalan nafas yang besar
d. Obstruksi jalan nafas setinggi level larynx atau dibawahnya
e. Kelainan pada oropharynx (misalnya hematoma, dan kerusakan jaringan)
f. Ventilasi paru tunggal.
Keuntungan dan Kerugian LMA
1. Keuntungan LMA dibandingkan Face Mask
Bila dibandingkan dengan pemakaian dengan facemask maka LMA dapat memberikan ahli
anastesi lebih banyak kebebasan untuk melaksanakan tugas yang lain (misalnya mencatat
perjalanan anastesi, memasukkan obat-obatan dll) dan mengurangi angka kejadian kelelahan
pada tangan operator. Dengan LMA dapat memberikan data capnography yang lebih akurat dan
dapat mempertahankan saturasi oksigen yang lebih tinggi. Kontaminasi ruangan oleh obat-
obatan astesi inhalasi dapat dikurangi tetapi dengan manipulasi yang lebih kecil terhadap jalan
nafas. Cedera mata dan saraf wajah dapat dihindari dibandingkan bila memakai face mask.
2. Keuntungan LMA dibandingkan dengan ETT
Walaupun LMA tidak dapat menggantikan posisi ETT (khususnya pada prosedur operasi yang
lama dan yang memerlukan proteksi terhadap aspirasi) namun LMA mempunyai berbagai
kelebihan. LMA lebih mudah dimasukkan dan mengurangi rangsangan pada jalan nafas
dibandingkan ETT (sehingga dapat mengurangi batuk, rangsang muntah, rangsang menelan,
tahan nafas, bronchospame, dan respon kardiovaskuler) adalah dua keuntungan yang dimiliki
LMA dibandingkan ETT. Level anastesi yang lebih dangkal dapat ditolenransi dengan
menggunakan LMA dibandingkan ETT. Ditangan yang terampil, penempatan LMA dapat
lebih mudah dan lebih cepat dibandingkan menempatkan ETT, sehingga lebih memudahkan
untuk resusitasi. Trauma pada pita suara dapat dihindari karena LMA tidak masuk sampai ke
lokasi pita suara. Insidens kejadian suara seraks etelah penggunaan LMA dapat dikurangi bila
dibandingkan dengan pemakaian ETT.
Tabel 1. Keuntungan dan Kerugian LMA dibandingkan dengan Face Mask atau ETT
LMA : Keuntungan Kerugian
Dibandingkan
dengan Face
Mask
Tangan operator bebas
Fiksasi yang lebih baik pada
penderita yang berjenggot
Lebih leluasa pada operasi
THT
Lebih mudah untuk
mempertahankan jalan nafas
Terlindung dari sekresi jalan
nafas
Trauma pada mata dan saraf
wajah lebih sedikit
Polusi ruangan lebih sedikit
Lebih invasif
Resiko trauma pada jalan
nafas lebih besar
Membutuhkan keterampilan
baru
Membutuhkan tingkatan astesi
lebih dalam
Lebih membutuhkan
kelenturan TMJ (temporo-
mandibular joint)
Difusi N2O pada balon
Ada beberapa kontraindikasi
Dibandingkan
dengan ETT
Kurang invasif
Kedalaman astesi yang
dibutuhkan lebih dangkal
Berguna pada intubasi sulit
Trauma pada gigi dan laryngx
rendah
Mengurangi kejadian
Meningkatkan resiko aspirasi
gastrointestinal
Harus dalam posisi prone atau
jackknife
Tidak aman pada pasien
obisitas berat
Maksimum PPV (positive
bronkhospasme dan
laryngospasme
Tidak membutuhkan relaksasi
otot
Tidak membutuhkan mobilitas
leher
Mengurangi efek pada
tekanan introkular
Mengurangi resiko intubasi
keesofagus atau
endobronchial
pressure ventilation) terbatas
Keamanan jalan nafas kurang
terjaga
Resiko kebocoran gas dan
polusi ruangan lebih tinggi
Dapat menyebabkan distensi
lambung
D. KESIMPULAN
Tidak ada satupun teknik penanganan jalan nafas yang dapat cocok untuk semua pasien dan
kasus sehingga ahli anastesi harus menguasai berbagai teknik untuk memastikan penanganan jalan
nafas yang paling optimal dengan resiko yang paling minimal.
LMA telah dibuktikan dapat digunakan secara luas sebagai alternative menejemen jalan
nafas yang handal dan terpercaya termasuk dalam bidang anastesi pediatrik, menejemen jalan nafas
sulit, resusitas jalan nafas dll.
E. DAFTAR PUSTAKA
1. Morgan GE, Mikhail MS: Airway Management. Clinical Anesthesiology 3nded, Lange Medical
Books, New York, 2002.
2. Gomillion MC, Jung Hee Han : Magnetic Resonance Imaging a case of 2 years old
boy.Anesthesiology Problem-Oriented Patient Management Yao &Artusio’s, 6thed, Lippincott
Williams & Wilkins, Philadelphia, USA, 2008.
3. AfzalM : Airway Management In Pediatric Anesthesia: Laryngeal Mask Airway Vs
Endotracheal Tube. The Internet Journal of Anesthesiology 2007. Volume 13 Number 11.
4. Byhahn C, Meininger D, Zwissler B : Current Concepts of Airway Management in The ICU
and The Emergency Departement; Yearbok of Intensive Care and Emergency Medecine,
Vincent JL (ed), Springer, New York, 2006. P 377-399.