presentasi fiqh siyasahmuamalah 9

19
FIQH AL-BAI’ FIQH AL-BAI’ Membahas Terminologi Jual Beli, Dasar Hukum Jual Beli, Dalil, Rukun dan Syarat, Manfaat dan Hikmah Jual Beli, Jenis-jenis Jual Beli Terlarang, Terminologi dan Macam-macam Bentuk Khiyar Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA MA Presentasi Ke-9 Presentasi Ke-9

Upload: marhamah-saleh

Post on 16-Apr-2017

10.210 views

Category:

Spiritual


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

FIQH AL-BAI’FIQH AL-BAI’Membahas Terminologi Jual Beli, Dasar Hukum Jual Beli, Dalil, Rukun dan Syarat, Manfaat dan Hikmah Jual Beli, Jenis-jenis Jual Beli Terlarang, Terminologi dan Macam-macam Bentuk Khiyar

Oleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MAOleh: Hj. Marhamah Saleh, Lc. MA

Presentasi Ke-9Presentasi Ke-9

Page 2: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Jual beli adalah kegiatan saling menukar, terdiri dari 2 kata, yaitu jual (al-bai’) dan beli (al-syirâ`), merupakan 2 kata yang biasanya digunakan dalam pengertian yang sama. Secara etimologi, al-bai’ (jual beli) merupakan bentuk isim mashdar dari akar kata bahasa Arab bâ’a, maksudnya: penerimaan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Kata al-bai’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawannya, yakni kata al-syirâ`. Dua kata ini masing-masing mempunyai makna dua (jual dan beli) yang satu sama lain bertolak belakang.

Secara terminologi, jual-beli adalah pertukaran harta dengan harta yang lain berdasarkan tujuan tertentu, atau pertukaran sesuatu yang disukai dengan yang sebanding atas dasar tujuan yang bermanfaat dan tertentu, serta diiringi dengan ijab dan qabul. Menurut Sayyid Sâbiq, jual-beli adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat dibenarkan. Apabila akad pertukaran (ikatan dan persetujuan) dalam jual-beli telah berlangsung, dengan terpenuhinya rukun dan syarat, maka konsekuensinya penjual akan memindahkan barang kepada pembeli. Demikian pula sebaliknya, pembeli memberikan miliknya kepada penjual, sesuai dengan harga yang disepakati, sehingga masing-masing dapat memanfaatkan barang miliknya menurut aturan dalam Islam. Dalam konteks modern, terminologi jual-beli digunakan untuk menunjukkan proses pemindahan hak milik barang atau aset yang mayoritas mempergunakan uang sebagai medium pertukaran.

يكون - : شرى وكذلك ، اشترى وبمعنى ، ملك بمعنى يبيع باع يقال باع مصدر لغة البيع ، واإلعطاء لألخذ باعه يمد المتعاقدين من واحد كل ألن ؛ الباع من واشتقاقه ، للمعنيين

: للبيع عرضه الشيء وأباع ، الياء بتشديد بيعان والمشتري للبائع البيع .ويقال شرعا معناهفيه المأذون الوجه بعوضعلى ملك نقل أو التراضي سبيل على بمال مال وهو مبادلة

مخصوص وجه على بمال مال مقابلةD

efin

isi J

ual B

eli

Def

inis

i Jua

l Bel

i

Page 3: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Dasar Hukum Jual Beli Jual beli hukum asalnya jâiz atau mubah (boleh) berdasarkan dalil

dari al-Quran, hadis dan ijma’ para ulama.1. al-Quran surat al-Nisa’, 4:29

عن تجارة تكون ان اال بالباطل بينكم أموالكم التأكلوا آمنوا الذين يآءيهاتراضمنكم

2. al-Quran surat al-Baqarah, 2:275الربا وحرم البيع الله وأحل

3. Dalil dari hadisالكسب : أي وسلم عليه الله صلى النبي سئل قال رافع بن رفاعة عن

البزار : . ( رواه مبرور بيع وكل بيده الرجل عمل فقال ؟ أطيبالحاكم ) وصححه

Artinya: “Dari Rafa’ah bin Rafe r.a bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, pekerjaan apakah yang paling mulia? Lalu Rasulullah SAW menjawab: Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur”. (HR. Albazzar)

Menurut Imam al-Syathibi, pakar fiqh mazhab Maliki, hukum jual beli bisa berubah menjadi wajib pada situasi tertentu, misalnya ketika terjadi praktik ihtikar (monopoli atau penimbunan barang sehingga stok hilang dari pasar dan harga melonjak naik). Pemerintah boleh turun tangan mewajibkan pedagang menjual barangnya sesuai ketentuan pemerintah.

Hukum jual beli juga bisa menjadi haram, misalnya ketika berkumandang azan Jum’at, meskpiun akadnya tetap sah.

Page 4: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Rukun dan Syarat Jual Beli

Menurut Jumhur Ulama, rukun jual beli ada 4, yaitu1. adanya orang-orang yang berakad: penjual dan pembeli (al-muta’aqidain)2. sighat (ijab dan qabul)3. barang yang dibeli (mabi’)4. nilai tukar pengganti (tsaman) Menurut Mazhab Hanafi, rukun jual beli hanya satu yaitu adanya

kerelaan kedua belah pihak (‘an taradhin minkum). Indikatornya tergambar dalam ijab dan qabul, atau melalui cara saling memberikan barang dan harga. Sedangkan syarat jual beli menurut mazhab Hanafi adalah orang yang berakad, barang yang dibeli dan nilai tukar barang.

SYARAT ORANG YANG BERAKAD yakni berakal, cakap hukum (memiliki kompetensi dalam melakukan aktifitas jual beli), dan sukarela / ridha (tidak dalam keadaan dipaksa atau terpaksa atau dibawah tekanan).

SYARAT IJAB QABUL adalah harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa berakad, antara ijab dan qabul harus selaras baik spesifikasi barang dan harga yg disepakati, tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan datang.

SYARAT BARANG YANG DIPERJUAL BELIKAN yakni barang itu ada, dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia, merupakan hak milik penuh pihak yang berakad, dapat diserahkan saat akad berlangsung atau pada waktu yang disepakati ketika transaksi berlangsung, tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang, dan syarat nilai tukar atau harga barang harus diketahui secara pasti.

Page 5: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

البيع شروط و البيع أركان شروط و أركان-: البيع عقد اركانوالمشتري- : 1 البائع وهما العاقدانوالمثمن- : 2 الثمن وهو عليه المعقودى- : 3عل يدل لفع او قول لبك بيعال دوينعق دالعق يغةص

- ة : القولي يغهالص أ يغتانص بيعولل والشراء بيعال إرادةوالقبول االيجاب وتسمى

- المعاطاه وتسمى الفعلية الصيغه ب-: البيع شروط

شرط فقد متى شروط سبعة فيه تتوفر حتى صحيحا البيع اليكونباطال : البيع صار منها

المتبايعين- .1 بين التراضيالتصرف- .2 جائز العاقد يكون أنحاجة- .3 غير من النفع مباحة العين تكون أنمقامه- .4 يقوم من أو مالك من البيع يكون أنتسليمه- .5 على مقدورا المبيع يكون أنمنضبط- .6 وصف أو برؤية معلوما المبيع يكون أن7. - معلوما الثمن يكون أن

Page 6: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Bentuk-Bentuk Jual BeliUlama Hanafiah membagi jual beli dari segi sah atau tidaknya menjadi tiga bentuk:1. Jual Beli yang SahihJual beli yang sesuai dengan disyari’atkan, memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan, bukan milik orang lain, tidak tergantung pada hak khiyar lagi. Sifatnya mengikat kedua belah pihak.2. Jual Beli yang BatalApabila salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyari’atkan. Diantara bentuknya: Jual beli sesuatu yang tidak ada (bai’ al-ma’dum), Jual beli yang mengandung unsur penipuan (gharar). Jual beli benda-benda najis dan tidak mengandung makna harta, seperti bangkai. al-’Arbun, jual beli yang dilakukan melalui perjanjian, pembeli membeli sebuah barang dan uangnya seharga barang diserahkan kepada penjual, dengan syarat apabila pembeli tertarik dan setuju, maka jual beli sah. Tapi jika pembeli tidak setuju dan barang dikembalikan, maka uang yang telah diberikan pada penjual menjadi hibah bagi penjual.3. Jual beli yang FasidUlama Hanafiah membedakan jual beli fasid dengan batal. Jika kerusakan dalam jual beli terkait dengan barang yang diperjualbelikan maka hukumnya batal (seperti bai’ al-ma’dum dan jual beli benda haram). Tapi apabila kerusakan pada jual beli menyangkut harga/nilai barang dan boleh diperbaiki, maka dinamakan fasid. Contoh yang fasid adalah bai’ al-majhul, seseorang membeli HP blackberry, ternyata cuma casingnya yang bermerek, mesin dalamnya malah palsu atau tiruan, padahal harganya hampir sama dengan merek asli.

Page 7: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Pembagian Jual Beli Terlarang

Page 8: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Jual Beli Yang Dilarang

Tidak Sah, Karena Tidak Memenuhi

Syarat dan Rukun

Zatnya haram, najis Belum jelas Menimbulkan kemudharatan

Buah belum tampak hasil

Barang yg belum tampak (ikan di laut)

Bersyarat

Karena dianiaya

Muhaqalah, Mukhadharah, Mulamasah,

Munabadzah, Muzabanah

Page 9: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Jual Beli Yang Dilarang

Sah, Tetapi Dilarang

Jual beli dari orang yg masih dalam tawar menawar

Jual beli dengan menghadang

dagangan di luar kota/pasar

Memborong untuk ditimbun (ihtikar)

Jual beli barang rampasan atau

curian

Page 10: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Penjelasan Jual Beli Terlarang

Dilarang karena tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli.1. Jual beli barang yang zatnya haram, najis atau tidak boleh diperjualbelikan.2. Jual beli yang dilarang karena belum jelas (sama-samar), antara lain: jual beli buah-buahan yang belum tampak hasilnya, jual beli barang yang belum tampak, seperti menjual ikan di kolam, menjual anak ternak yang masih dalam kandungan.3. Jual beli bersyarat.4. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, seperti menjual narkoba, buku atau vcd porno, lambang-lambang salib dsb.5. Jual beli yang dilarang karena dianiaya, seperti menjual anak binatang yang masih begantung kepada induknya.6. Muhaqalah, yaitu menjual tanam-tanaman yang masih di sawah.7. Mukhadharah, menjual buah-buahan yang masih hijau (belum pantas dipanen)8. Mulamasah, jual beli secara sentuh menyentuh. Misal, orang yang menyentuh sehelai kain atau barang berarti dianggap/diharuskan membeli barang tersebut.9. Munabadzah/al-hishshah, jual beli secara lempar melempar, seperti seseorang berkata: “Lemparkan kepadaku apa yang ada padamu, nanti kulemparkan pula kepadamu apa yang ada padaku.” Setelah lempar-melempar terjadilah jual beli.10. Muzabanah, jual beli barter yang diduga keras tidak sebanding, menjual buah yang basah dengan buah yang kering, seperti menjual padi kering dengan bayaran padi basah, sedangkan ukurannya dengan ditimbang, sehingga akan merugikan pemilik padi kering.

Page 11: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Penjelasan Jual Beli Terlarang

Dilarang karena ada faktor lain yang merugikan pihak-pihak terkait1. Jual beli dari orang yang masih dalam tawar menawar.2. Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota/pasar. Menguasai barang

sebelum sampai ke pasar agar dapat membeli murah kemudian menjual di pasar dengan harga murah pula, sehingga merugikan pedagang lain yang belum mengetahui harga pasar. Dilarang karena mengganggu kegiatan pasar, meskipun akadnya sah.

3. Ihtikar (monopoli), membeli barang dengan memborong untuk ditimbun, kemudian akan dijual ketika harga naik karena kelangkaan barang tersebut.

4. Jual beli barang rampasan atau curian.

Bentuk Jual Beli Yang Juga DilarangBai’ ‘Inah. Maksud jual beli ‘inah yaitu apabila seseorang menjual suatu barang

dagangan kepada orang lain dengan pembayaran tempo (kredit) kemudian orang itu (si penjual) membeli kembali barang itu secara tunai dengan harga lebih rendah dari harga awal sebelum hutang uangnya lunas.

Bai’ Najasy. Yaitu menawar suatu barang dagangan dengan menambah harga secara terbuka, ketika datang seorang pembeli dia menawar lebih tinggi barang itu padahal dia tidak ingin membelinya, tujuannya untuk menyusahkan orang lain membelinya.

Bai’ Gharar. Seorang penjual menipu pembeli dengan cara menjual barang dagangan yang didalamnya terdapat cacat. Penjual itu mengetahui adanya cacat tapi tidak memberitahukannya.

Page 12: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Bentuk Khusus Jual Beli

Jual beli murabahah (jual beli diatas harga pokok) yakni pembelian oleh satu pihak untuk kemudian dijual kepada pihak lain yang telah mengajukan permohonan pembelian terhadap satu barang dengan keuntungan atau tambahan harga yang transparan.

Al Salam / al salaf jual beli dengan pembayaran dimuka. Yakni merupakan pembelian barang yang diserahkan kemudian hari sementara pembayaran dilakukan dimuka

Al Istishna’ jual beli dengan pesanan. Merupakan salah satu bentuk jual beli salam namun objek yang diperjanjikan berupa manufacture order atau kontrak produksi. Istishna’ didefinisikan dengan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang.

Bai’ al wafa’ yakni jual beli yang dilangsungkan dua pihak yang dibarengi dengan syarat bahwa barang yang dijual itu dapat dibeli kembali oelh penjual, apabila tenggang waktu yang ditentukan telah tiba. Artinya jual beli itu mempunyai tenggang waktu yang terbatas misalnya 1 bulan, 1 tahun, sehingga jika waktu yang ditentukan itu telah habis maka penjual membeli barang itu kembali dari pembelinya.

Page 13: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Manfaat dan Hikmah Jual Beli

Jual beli dapat menata struktur kehidupan ekonomi masyarakat yang menghargai hak milik orang lain.

Penjual dan pembeli dapat memenuhi kebutuhannya atas dasar kerelaan. Masing-masing pihak merasa puas, baik ketika penjual melepas barang

dagangannya dengan imbalan, maupun pembeli membayar dan menerima barang.

Dapat menjauhkan diri dari memakan atau memiliki barang yang haram atau secara bathil.

Penjual dan pembeli mendapat rahmat Allah Swt. Bahkan 90% sumber rezeki berputar dalam aktifitas perdagangan.

Menumbuhkan ketentraman dan kebahagiaan. HIKMAH JUAL BELI: Allah Swt mensyari’atkan jual beli sebagai bagian

dari bentuk ta’awun (saling menolong) antar sesama manusia, juga sebagai pemberian keleluasaan, karena manusia secara pribadi mempunyai kebutuhan berupa sandang, pangan, papan dsb. Kebutuhan seperti ini tak pernah putus selama manusia masih hidup. Tak seorangpun dapat memenuhi seluruh hajat hidupnya sendiri, karena itu manusia dituntut berhubungan satu sama lain dalam bentuk saling tukar barang. Manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkannya secara sah. Dengan demikian maka akan mudah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.

Page 14: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Al-Tas’ir al-Jabari Tas’ir seakar kata dengan si’r yang berarti penetapan harga, sedangkan al-

jabari berarti secara paksa. Dalam fiqh muamalah, ada istilah al-tsaman dan al-si’r. al-Tsaman adalah

patokan harga satuan barang, sedangkan al-si’r adalah harga yang berlaku secara aktual di pasar. Fluktuasi harga suatu komoditi berkaitan erat dengan al-si’r, bukan al-tsaman.

al-Si’r ada dua macam:1. Harga yang berlaku secara alami, tanpa campur tangan pemerintah dan ulah

para pedagang.2. Harga suatu komoditi yang ditetapkan pemerintah dgn mempertimbangkan

modal dan keuntungan bagi pedagang dan keadaan ekonomi masyarakat. Penetapan harga oleh pemerintah ini disebut al-tas’ir al-jabari.

Jika barang yang tersedia sedikit, sedangkan permintaan konsumen banyak, maka akan terjadi fluktuasi harga. Cara yang seharusnya dilakukan pemerintah adalah berupaya menyediakan komoditi dimaksud dan menyesuaikannya dengan permintaan pasar.

Tapi apabila kenaikan harga disebabkan ulah para pedagang, misalnya dengan melakukan penimbunan barang atau monopoli (ihtikar), maka pemerintah berhak intervensi dengan menetapkan harga yang wajar. Dalam fiqh disebut al-ta’ir al-jabari. Hukum boleh tas’ir adalah pendapat Hanafiah dan mayoritas Malikiyah. Sedangkan Zahiriyah, sebagian Malikiyah Syafi’iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa dalam situasi dan kondisi apapun penetapan harga tidak dapat dibenarkan.

Page 15: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

KHIYARSecara etimologi, khiyar berarti pilihan.

Secara terminologi, khiyar ialah mencari kebaikan dari dua perkara: melangsungkan atau membatalkan (jual beli). Atau, hak-hak menentukan pilihan antara dua hal bagi pembeli dan penjual, apakah akad jual beli akan diteruskan atau dibatalkan.

Hukum khiyar mubah (dibolehkan), karena keperluan mendesak serta mempertimbangkan kemaslahatan masing-masing pihak yang melakukan transaksi.

Page 16: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Dalil Tentang KhiyarDalil Tentang KhiyarDari Ibnu Umar Ra bahwa Rasulullah Saw

bersabda: "Apabila dua orang melakukan jual-beli, maka masing-masing orang mempunyai hak khiyar (memilih antara membatalkan atau meneruskan jual-beli) selama mereka belum berpisah dan masih bersama; atau selama salah seorang di antara keduanya tidak menentukan khiyar pada yang lain, lalu mereka berjual-beli atas dasar itu, maka jadilah jual-beli itu. Jika mereka berpisah setelah melakukan jual-beli dan masing-masing orang tidak mengurungkan jual-beli, maka jadilah jual-beli itu." Muttafaq Alaihi. Dan lafadznya menurut riwayat Muslim.

Dari Amar Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Raa bahwa Nabi Saw bersabda: "Penjual dan pembeli mempunyai hak khiyar sebelum keduanya berpisah, kecuali telah ditetapkan khiyar dan masing-masing pihak tidak diperbolehkan pergi karena takut jual-beli dibatalkan." Riwayat Imam Lima kecuali Ibnu Majah, Daruquthni, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu al-Jarus. Dalam suatu riwayat: "Hingga keduanya meninggalkan tempat mereka."

عمر - ابن عنهما عن الله - رضيعليه الله اللهصلى ول رس عن , : جالن الر تبايع إذا قال لموس لم ام بالخيار امنهم واحد فكل , يخير أو جميعا اوكان اق يتفر , ا أحدهم خير فإن اآلخر اأحدهم وجب فقد ذلك على فتبايعا اآلخر , ا, تبايع أن بعد اق تفر وإن البيعفقد البيع منهما واحد يترك ولم ,   واللفظ عليه متفق البيع وجب

لمسلم

, , أبيه عن شعيب بن عمرو وعن ; عليه الله صلى النبي أن جده عن : بالخيار والمبتاع البائع قال وسلم , تكونصفقة أن إال ا ق يتفر حتى ,خشية يفارقه أن له يحل وال خيار

يستقيله ابن .أن إال الخمسة رواه , , ,خزيمة وابن والدارقطني ماجه : . ى حت رواية يوف الجارود وابن

مكانهما من قا يتفر

Page 17: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Macam-macam Khiyar Khiyar Majlis, yaitu hak pilih dari kedua belah pihak yang

berakad untuk membatalkan akad, selama keduanya masih berada dalam majlis akad (toko) dan belum berpisah badan.

Khiyar ‘Aib, yaitu hak untuk membatalkan atau melangsungkan jual beli bagi kedua belah pihak yang berakad apabila terdapat suatu cacat pada obyek yang diperjualbelikan, dan cacat itu tidak diketahui pemiliknya ketika akad berlangsung.

Khiyar Ru’yah, yaitu hak pilih bagi pembeli untuk menyatakan berlaku atau batal jual beli yang ia lakukan terhadap suatu obyek yang belum ia lihat ketika akad berlangsung.

Khiyar Syarat, yaitu hak pilih yang dijadikan syarat oleh keduanya (pembeli dan penjual), atau salah satu dari keduanya sewaktu terjadi akad untuk meneruskan atau membatalkan akadnya itu, agar dipertimbangkan setelah sekian hari. Lama syarat yang diminta maksimal 3 hari.

Khiyar Ta’yin, yaitu hak pilih bagi pembeli dalam menentukan barang yang berbeda kualitas dalam jual beli.

Page 18: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Hikmah Khiyar Membuat akad jual beli berlangsung menurut prinsip-

prinsip Islam, yaitu kerelaan dan ridha antara penjual dan pembeli.

Mendidik masyarakat agar berhati-hati dalam melakukan akad jual beli, sehingga pembeli mendapatkan barang dagangan yang baik, sepadan pula dengan harga yang dibayar.

Penjual tidak semena-mena menjual barangnya kepada pembeli, dan mendidiknya agar bersikap jujur dalam menjelaskan keadaan barangnya.

Terhindar dari unsur-unsur penipuan dari kedua belah pihak, karena ada kehati-hatian dalam proses jual beli.

Khiyar dapat memelihara hubungan baik antar sesama. Sedangkan ketidakjujuran atau kecurangan pada akhirnya akan berakibat penyesalan yang mengarah pada kemarahan, permusuhan, dendam dan akibat buruk lainnya.

Page 19: Presentasi Fiqh SiyasahMuamalah 9

Next Week

Syirkah: Dalil, bentuk dan Hukumnya