prediksi dan evaluasi erosi

53
PREDIKSI DAN EVALUASI EROSI 1.1 Prediksi Erosi dan Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan Prediksi erosi dari sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan dalam penggunaan lahan dan pengelolaan tertentu. Tindakan konservasi tanah dan penggunaan lahan yang diterapkan adalah yang dapat menekan laju erosi agar sama atau lebih kecil dari laju erosi yang masih dapat dibiarkan Metode prediksi juga merupakan alat untuk menilai apakah suatu program atau tindakan konservasi tanah telah berhasil mengurangi erosi dari suatu bidang tanah atau suatu daerah aliran sungai (DAS). Laju Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan Penetapan batas tertinggi laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan, sangat diperlukan karena tidaklah mungkin menekan laju erosi menjadi nol dari tanah- tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada tanah- tanah yang berlereng. Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah yang cukup bagi pertumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya produktivitas yang tinggi

Upload: pod

Post on 28-Nov-2015

210 views

Category:

Documents


33 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

PREDIKSI DAN EVALUASI EROSI

1.1 Prediksi Erosi dan Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan

Prediksi erosi dari sebidang tanah adalah metode untuk memperkirakan laju erosi

yang akan terjadi dari tanah yang dipergunakan dalam penggunaan lahan dan pengelolaan

tertentu. Tindakan konservasi tanah dan penggunaan lahan yang diterapkan adalah yang

dapat menekan laju erosi agar sama atau lebih kecil dari laju erosi yang masih dapat

dibiarkan Metode prediksi juga merupakan alat untuk menilai apakah suatu program atau

tindakan konservasi tanah telah berhasil mengurangi erosi dari suatu bidang tanah atau

suatu daerah aliran sungai (DAS).

Laju Erosi yang Masih Dapat Dibiarkan

Penetapan batas tertinggi laju erosi yang masih dapat dibiarkan atau

ditoleransikan, sangat diperlukan karena tidaklah mungkin menekan laju erosi menjadi

nol dari tanah-tanah yang diusahakan untuk pertanian terutama pada tanah-tanah yang

berlereng. Laju erosi yang dinyatakan dalam mm/tahun atau ton/ha/tahun yang terbesar

yang masih dapat dibiarkan atau ditoleransikan agar terpelihara suatu kedalaman tanah

yang cukup bagi pertumbuhan tanaman/tumbuhan yang memungkinkan tercapainya

produktivitas yang tinggi secara lestari disebut erosi yang masih dapat dibiarkan atau

ditoleransikan, yang dalam buku ini disebut nilai T.

Thompson (1957) menyarankan sebagai pedoman penetapan nilai T dengan

menggunakan kedalaman tanah, permeabilitas lapisan bawah dan kondisi substratum,

seperti tertera pada Tabel.1. Wischmeier dan Smith (1978) melaporkan bahwa nilai T

bekisar antara 5 sampai 2 ton per acre (11,21 sampai 4,48 ton per hektar) untuk tanah-

tanah di Amerika. Adapun faktor-faktor yang dipertimbangan dalam penetapan nilai T

tersebut adalah kedalaman tanah, ciri-ciri fisik dan sifat-sifat tanah lainnya yang

mempengaruhi perkembangan akar, pencegahan terbentuknya erosi parit, penyusutan

kandungan bahan organik, kehilangan unsur hara, dan masalah-masalah yang

ditimbulkan oleh sedimen di lapangan. Suatu tanah yang dalam, bertekstur sedang

dengan permeabilitas sedang dan memiliki lapisan bawah yang baik bagi pertumbuhan

Page 2: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

tanaman, memiliki nilai T lebih besar dari pada tanah yang dangkal. Beberapa tanah yang

dalam daerah perakarannya, mungkin mempunyai nilai T lebih besar dari 11,21 ton per

hektar. Kriteria penetapan nilai T untuk maksud terakhir ini tidak sama dengan kriteria

yang bertujuan untuk memelihara kelestarian produktivitas tanah. Jika nilai T yang

ditetapkan untuk melestarikan produktivitas tanah tidak cukup untuk menghindari

percepatan pendangkalan waduk atau gagal memberikan air dengan kualitas yang

ditetapkan, maka dapat ditetapkan khusus nilai T untuk DAS diatas waduk tersebut, tanpa

merubah batas-batas maksimum yang telah ditetapkan secara umum.

Hudson (1971) untuk tanah-tanah berpasir yang dangkal dan tererosi di Afrika

yang jika mengalami erosi sedikit saja produktivitasnya menurun, menganggap nilai T

yang sesuai adalah antara 4 sampai 6 ton per hektar. Sedangkan tanah-tanah lempung

yang dalam dan subur, terbentuk dari batuan vulkanik yang terdapat di Kenya, nilai T

sebesar 13 sampai 15 ton per hektar adalah cocok. Di Rhodesia dipergunakan nilai T

sebesar 4 ton per acre per tahun (8,97 ton per hektar per tahun) untuk tanah-tanah

berpasir yang lebih ringan, dan 5 ton per acre per tahun (11,21 ton per hektar per tahun)

untuk tanah-tanah liat yang lebih berat.

Penetapan nilai T harus juga mempertimbangkan tingkat teknologi yang

dipergunakan dalam usaha tani (El-Swaify, Arsyad dan Krisnajarah,1982) dan faktor

dominan yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu iklim. Tingkat masukan energi

yang dipergunakan, mengkonpensasi akibat erosi terhadap penurunan produksi

(Pimental,et.al.,1976). Di Amerika Serikat nilai T seperti yang ditetapkan dalam

Wischmeier dan Smith (1978) adalah untuk tanah-tanah di Amerika Serikat dengan

system pertanian yang menggunakan tingkat masukan yang tinggi. Di daerah-daerah atau

Negara-negara yang system pertaniannya masih menggunakan teknologi tradisional atau

masukan rendah maka nilai T harus ditetapkan rendah. Akan tetapi oleh karena

temperature dan curah hujan rata-rata yang lebih tinggi di daerah tropika basah jika

dibandingkan dengan di daerah beriklim sedang maka kecepatan pembentukan tanah di

daerah tropika basah diperkirakan diperkirakan dua kali lebih besar dari daerah beriklim

sedang (tabel .2). Kecepatan tertinggi pembentukan tanah yang dalam, bertekstur sedang

dengan permeabilitasnya sedang di Amerika Serikat (bagian utara) diperkirakan 0,8 mm

per tahun. Di Indonesia pada daerah-daerah yang masa tumbuhnya lebih dari 270 hari

Page 3: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

kecepatan pembentukan tanah dapat mencapai lebih dari 2 mm per tahun (Tabel .2). Hasil

ini sesuai dengan hasil penelitian Hardjowigeno (1987) di pulau Rakata (anak gunung

Krakatau) yang menunjukkan bahwa dalam masa 100 tahun (1883 – 1983) dari vulkanik

hasil letusan Krakatau tahun 1883 (bahan vulkanik vitrik), telah terbentuk tanah setebal

25 cm atau rata-rata sebesar 2,5 mm per tahun. Dari penelaahan di atas dan hasil

penelitian Hardjowigeno (1987) tersebut mungkin dapat ditetapkan besarnya T

maksimum untuk tanah-tanah di Indonesia adalah 2,5 mm per tahun, yaitu untuk tanah

yang dalam dengan lapisan bawah (subsoil) yang permeable dengan substratum yang

tidak terkonsolidasi (telah mengalami pelapukan). Tanah-tanah yang kedalamnya kurang

atau sifat-sifat lapisan bawah yang lebih kedap air atau terletak di atas substratum yang

belum melapuk, nilai T harus lebih kecil dari 2,5 mm per tahun.

Page 4: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Tabel.1 Pedoman Penetapan Nilai T (Thompson, 1957)

Sifat Tanah dan Substratum

Nilai T

Ton/acre/tahun Ton/ha/tahun

1 Tanah dangkal di atas batuan 0,5 1,12

2 Tanah dalam, di atas batuan 1,0 2,24

3 Tanah dengan lapisan bawahnya (subsoil) padat,

diatas substrata yang tidak terkonsolidasi (telah

mengalami pelapukan)

2,0

4,48

4 Tanah dengan lapisan bawahnya berpermeabilitas

lambat, di atas bahan yang tidak terkonsolidasi

4,0

8

,96

5 Tanah dengan lapisan bawahnya berpermeabilitas

sedang, di atas bahan yang tidak terkonsolidasi

5,0

11

,21

6 Tanah yang lapisan bawahnya berpermeabel (agak

cepat), di atas bahan yang tidak terkonsolidasi

6,0

13

,45

Catatan :

Tabel.2 Pengaruh Temperatur Udara dan Curah Hujan Terhadap Kecepatan

Pembentukan Tanah (Shah,1982)

Masa Tumbuh

(hari)

Temperatur Udara

Panas

(>180 C)

Sedang

(30 – 180C)

Dingin

(-30 – 100C)

Kecepatan Pembentukan Tanah (mm/tahun)

< 75

75 – 179

180 – 269

>270

0,50

1,00

1,50

2,00

0,50

0,50

0,75

1,00

0,25

0,25

0,50

0,50

Catatan : Masa tumbuh adalah jumlah hari dalam satu tahun yang curah hujannya sama atau lebih besar

dari setengah evapotranspirasi.

Page 5: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Oleh karena besarnya nilai T yang ditetapkan akan menentukan teknologi

pengelolaan lahan atau tanaman yaitu tindakan/metode konservasi yang diperlukan yang

secara langsung menentukan biaya konservasi yang harus dapat dilakukan dengan tepat.

Ada beberapa metoda atau pendekatan yang dapat dipergunakan untuk menetapkan nilai

T suatu tanah, sebagai berikut:

1.Hammer (1981) menggunakan konsep kedalaman ekivalen (equivalent depth)

dan umur guna (resources life) tanah untuk menetapkan nilai T suatu tanah. Kedalaman

ekivalen adalah kedalaman tanah yang setelah mengalami erosi produktivitasnya

berkurang dengan 60 % dari produktivitas tanah yang tidak tererosi (Gambar.1).

Menurunnya produktivitas tanah oleh erosi disebabkan oleh menurunnya kandungan

unsur hara tanah dan atau merosotnya sifat-sifat fisik tanah. Sehubungan dengan

hubungan ini maka Hammer (1981) mengelompokkan penurunan atau kemerosotan sifat

fisik dan kimia tanah ke dalam rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T). Penurunan rendah

artinya penurunan atau kemerosotan sifat fisik dan kimia sebagai akibat semakin tebalnya

lapisan tanah tererosi terjadi dengan kecepatan yang rendah, sehingga penurunan

produktivitas juga rendah. Kombinasi perilaku kedua factor tersebut dengan tiga tingkat

kemerosotan mendapatkan sembilan kombinasi seperti tertera pada Tabel.3. Setiap

kombinasi factor diberi nilai yang disebut factor kedalaman tanah (soil depth factor).

Nilai factor kedalaman tanah dikalikan dengan kedalaman efektif tanah (effective soil

depth) akan didapatkan kedalaman ekivalen. Kedalaman efektif tanah adalah kedalaman

tanah sampai suatu lapisan (horizon) yang menghambat pertumbuhan akar tanaman. Nilai

Page 6: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

factor beberapa sub order tanah telah disusun oleh Hammer (1981) dan disajikan pada

Tabel 4.

Contoh I :

- Suatu tanah mempunyai kedalaman efektif (hasil survey) : 1250 mm

- Sub-order : Udult

- Nilai factor kedalaman (Tabel 7.4) : 0,8

- Kedalaman ekivalen 1.250 mm x 0,80 = 1000 mm

- Umur guna : 400 tahun (jangka waktu yang cukup untuk memelihara

kelestarian tanah).

- Besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan (T) :

- Jika berat volume tanah = 1,2 g/cc, maka nilai T tanah ini sama dengan

2,5 x 1,2 x 10 = 30 ton/ha/tahun.

b) Contoh II :

- Kedalaman efektif : 250 mm, diatas batuan

- Sub-order : Udult

- Nilai factor kedalaman (Tabel 7.4) : 0,8

- Kedalaman ekivalen 25 x 0,80 = 200 mm

- Umur guna : 200 tahun

- Besarnya T :

- Jika besarnya Berat Volume tanah = 1,2 g/cc, maka nilai T tanah ini = 0,5

x 1,2 x 10 ton/ha/tahun= 6 ton/ha/tahun.

c) Contoh III :

- Kedalaman efektif : 600 mm

- Sub-order : Udult

- Kedalaman ekivalen : 600 x 0,8 mm = 480 mm

- Umur guna : 400 tahun

- Besarnya T jika Berat Volume adalah 1,2 g/cc =

= 1,2 x 1,2 x 10 ton/ha/tahun = 14,4 ton/ha/tahun.

Page 7: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Tabel.3 Spesifikasi Faktor Kedalaman Tanah

Harkat Kecepatan

Kerusakan/Kemerosotan Sifat Fisik

Dan Kimia Tanah Oleh Erosi

Nilai Faktor

Kedalaman Tanah

Fisik Kimia

R R 1,00

R S 0,95

R T 0,90

S R 0,90

S S 0,85

S T 0,80

T R 0,80

T S 0,75

T T 0,70

Catatan : R = rendah; S = sedang; T = tinggi

Page 8: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Tabel.4 Nilai Faktor Kedalaman 30 Sub-Order Tanah ( Hammer,1981)

Taxonomi Tanah

(Sub-Order)

Harkat Kemerosotan

Sifat Fisik & Kimia

Nilai Faktor

Kedalaman Tanah

Fisika Kimia

01. Aqualf *) S R 0,9002. Udalf *) S R 0,9003. Ustalf S R 0,9004. Aquent S R 0,9005. Arent R R 1,0006. Fluvent*) R R 1,0007. Orthent R R 1,0008. Psmamment R R 1,0009. Andept*) R R 1,0010. Aquept*) R S 0,9511. Tropept R R 1,0012. Alboll T S 0,7513. Aquoll S R 0,9014. Rendoll S R 0,9015. Udoll R R 1,0016. Ustoll R R 1,0017. Aquox R T 0,9018. Humox R R 1,0019. Orthox*) R T 0,9020. Ustox R T 0,9021. Aquod R T 0,9022. Ferrod R S 0,9523. Humod R R 1,0024. Orthod R S 0,9525. Aquult S T 0,8026. Humult R R 1,0027. Udult S T 0,8028. Ustult S T 0,8029. Udert R R 1,0030. Ustert R R 1,00

Catatan : - *) Berdasarkan deskripsi penuh profil tanah dan data laboratorium

- Tanah-tanah dalam suatu sub-order mempunyai keragaman yang besar.

Penilaian ini adalah untuk tanah-tanah yang umum terdapat di Indonesia

saja.

Page 9: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

2. Dengan menggunakan kriteria yang dipergunakan oleh Thompson (1957).,

dengan menentukan T maksimum untuk tanah yang dalam, dengan lapisan bawah yang

permeabel, di atas bahan (substratum) yang telah melapuk (tidak terkonsolidasi) sebesar

2,5 mm/tahun, dan dengan menggunakan nisbah nilai untuk berbagai sifat dan stratum

tanah, maka nilai T seperti tertera pada Tabel 5 disarankan untuk menjadi pedoman

penetapan nilai T tanah-tanah di Indonesia.

Tabel.5 Pedoman Penetapan Nilai T untuk Tanah-tanah di Indonesia.

Sifat Tanah dan Substratum Nilai T

(mm per tahun)

1. Tanah sangat dangkal di atas batuan 0,0

2. Tanah sangat dangkal di atas bahan telah melapuk

(tidak terkonsolidasi)

0,4

3. Tanah dangkal di atas bahan telah melapuk 0,8

4. Tanah dengan kedalaman sedang di atas bahan telah melapuk 1,2

5. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang kedap air di

atas substrata yang telah melapuk

1,4

6. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang berpemeabilitas

lambat, di atas substrata telah melapuk

1,6

7. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang berpemeabilitas

sedang, di atas substrata telah melapuk

2,0

8. Tanah yang dalam dengan lapisan bawah yang pemeabel, di

atas substrata telah melapuk

2,5

*) mm x Berat Volume x 10 = ton/ha/tahun

**) Berat Volume tanah berkisar antara 0,8 sampai 1,6 gr/cc akan tetapi pada

umumnya tanah-tanah berkadar liat tinggi mempunyai Berat Volume antara 1,0 sampai

1,2 gr/cc.

Akhirnya dalam menentukan besarnya erosi yang masih dapat ditoleransikan dari

suatu tanah atau tanah-tanah didalam suatu daerah seperti daerah aliran sungai misalnya,

harus juga mempertimbangkan ancaman pengendapan waduk, sungai dan badan air

Page 10: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

lainnya. Artinya jika ancaman pendangkalan menjadi sangat gawat pada suatu DAS maka

nilai T yang ditetapkan berdasarkan prosedur yang telah dikemukakan dapat diturunkan

menjadi lebih kecil.

Metode Prediksi Erosi

Secara ideal metode prediksi harus memenuhi persyaratan-persyaratan yang

nampaknya bertentangan, yaitu dapat diandalkan, secara universal dapat dipergunakan,

mudah dipergunakan dengan data yang minimum, komperenhensif dalam hal faktor-

faktor yang dipergunakan dan mempunyai kemampuan untuk mengikuti perubahan-

perubahan tataguna tanah dan tindakan konservasi. Oleh karena rumitnya sistem erosi

tanah dengan berbagai faktor yang berinteraksi maka pendekatan yang paling memberi

harapan dalam pengembangan metoda dan prosedure prediksi adalah dengan

merumuskan model konseptual proses erosi itu.

Menurut Ward (1971, dalam Gregory and Walling, 1979) terdapat tiga tipe model

utama yaitu model fisik, model analog dan model digital (Tabel.6). Model digital terdiri

atas model deterministik, model stochastik, dan model parametrik. Dalam prediksi erosi

yang umum dipergunakan pada saat ini adalah model parametrik, terutama tipe kotak

kelabu.

Tabel.6 Tipe Model (Ward, 1971 di dalam Gregory and Walling, 1973)

Tipe Penjelasan

Fisik Model dalam bentuk kecil keadaan sebenarnya yang biasanya

dibuat di laboratorium; asumsinya bahwa terdapat kesamaan

dinamik antara model dengan keadaan sebenarnya.

Analog Menggunakan sistem mekanika atau listrik yang analog dengan

sistem yang diselidiki, sebagai contoh aliran arus listrik

dipergunakan untuk mensimulasikan aliran air.

Digital Didasarkan atas penggunakan komputer digital untuk memproses

data yang banyak dalam waktu yang singkat.

a. Deterministik Didasarkan pada persamaan matematik untuk menjelaskan proses

yang berperan di dalam model, dengan memperhitungkan hukum

Page 11: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

kontinuitas atau konservasi massa dan energi.

b. Stochastic Didasarkan atas pengembangan urutan sintetik data yang berasal

dari sifat statistik data contoh yang tersedia; digunakan untuk

menghasilakan urutan masukan bagi model deterministik dan

model parametrik jika data yang tersedia hanya dari pengamatan

yang pendek.

c. Parametrik Didasarkan atas penggunaan hubungan yang secara statistik nyata

antara peubah-peubah yang dianggap penting dari sejumlah data

yang cukup tersedia. Tiga tipe analisis dikenal : kotak hitam, yaitu

jika hanya masukan dan keluaran utama yang ditelaah; kotak

kelabu, yaitu jika cara kerja sistem itu ditelaah agak detail; dan

kotak putih jika semua rincian bagaimana sistem itu bekerja

dikemukakan.

Penyusunan model parametrik meliputi pengembangan dan analisis hubungan

antara sifat yang menyebabkan terjadinya erosi secara numerik dengan besarnya erosi.

Parameter diartikan sebagai term matematik di dalam hubungan fungsional antara

peubah. Model parametrik dianggap terletak antara model deterministik dan model

stochastic. Terdapat informasi mengenai faktor-faktor yang berpengaruh dan proses yang

terjadi sehingga pendekatan stochastik tidak diperlukan, akan tetapi informasi tersebut

belum cukup untuk menyusun model deterministik. Contoh-contoh model erosi dengan

pendekatan-pendekatan kotak hitam, kotak kelabu, kotak putih dan deterministik

dikemukakan di bawah ini.

1. Pendekatan kotak hitam

Pendekatan kotak hitam meliputi penyesuaian masukan (yaitu curah hujan)

dengan keluaran (sedimen) dengan suatu fungsi matematik yang sederhana tanpa

ada usaha untuk memasukkan hubungan atau parameter-parameter lain yang

berpengaruh. Suatu contoh yang khas adalah persamaan berikut :

dimana Qs adalah banyaknya tanah yang terangkut, Qw adalah banyaknya aliran

permukaan, a adalah konstanta yang merupakan indeks kehebatan erosi, dan b

Page 12: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

adalah konstansta. Javanovic dan Vulkemic (1958, di dalam Morgan, 1980),

menggunakan data enam belas stasiun pengukur di Yugoslavia, mendapatkan nilai

b = 2,25 dan nilai a lebih besar dari 7 x 10 -4 untuk kehilangan tanah berat dan a

lebih kecil dari 3 x 10-4 untuk tanah yang laju erosinya rendah. Leopold et.al.

(1964, di dalam Morgan, 1980) mendapatkan nilai b berkisar dari 2,0 – 3,0.

Hubungan yang ditunjukkan dalam persamaan (7-1) berlaku umum, akan tetapi

nilai konstanta a dan b berubah-ubah dan berbeda untuk suatu tempat dari tempat

lain. Kekurangan utama model tipe ini adalah ia tidak memberikan petunjuk

bagaimana erosi itu terjadi.

2. Model kotak kelabu

Pengertian yang lebih baik tentang penyebab erosi didapat dengan model kotak

kelabu. Model ini umumnya didapat secara empirik, yang berakhir dalam bentuk

hubungan antara besarnya erosi dengan sejumlah peubah berupa persamaan

regresi. Model kotak kelabu yang dikembangkan dapat berlaku untuk suatu

daerah aliran sungai atau untuk satu bidang tanah.

2.1. Model kotak kelabu suatu DAS

Walling (1974, di dalam Morgan, 1980), mengembangkan kotak kelabu

untuk suatu daerah aliran sungai (DAS); artinya pengukuran erosi dilakukan di

tempat keluarnya sedimen terbawa air dari DAS tersebut, untuk satu kejadian

hujan, sebagai berikut:

Log Qs = - 1,1402 – 0,0524 DUR

= - 0,7764 loq Qw + 1,3735

log Qq + 0,9892 log QQ

= - 0,4961 log Qap + 0,2693 DY (2)

dimana Qs adalah hasil sediment dalam kg, DUR adalah waktu hujan dalam jam,

Qw adalah puncak laju aliran sungai dalam liter per detik, Qq adalah laju puncak

aliran di atas permukaan tanah yang dihitung dengan mengurangi laju aliran

sungai dengan aliran dasar (base flow) dalam liter per detik, QQ adalah jumlah

aliran di atas permukaan tanah (mm), Qap adalah laju aliran sungai sebelum

hidrograf naik, dalam liter per detik, dan DY adalah jumlah hari dari suatu tahun

Page 13: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

dinyatakan dalam sinus (radiasi) 2 d/365, dimana D adalah hari dihitung mulai

dari 1 Januari. Banyak peubah yang dipakai dalam model ini saling berkolerasi

dan kadang-kadang sulit untuk menetapkan mana yang terpenting. Jadi meskipun

dalam hal ini persamaan tersebut mempunyai nilai penjelasan yang tinggi dan

oleh karenanya memiliki prediksi dalam artian statistic, persamaan tersebut

mempunyai nilai kejelasan konseptual yang rendah. Walling (1974, dalam

Morgan, 1980) menyarakan penggunakan komponen analisis utama untuk

mengurangi jumlah peubah dengan menghilangkan yang tidak perlu. Teknik ini

dipergunakan oleh Douglas (1968, dalam Morgan 1980) dalam penelitian hasil

sediment sungai-sungai di Queensland Utara. Sepuluh peubah yang berperan

dikurangi menjadi empat peubah utama yaitu kebasahan, morfologi DAS,

lithologi dan kekasaran lapangan, dan mendapatkan persamaan berikut :

Log SS = - 8,73 + 3,81 log QWA

- 1,54 log R/L + 4,82 log DD (3)

dimana SS adalah hasil sediment tersuspensi dalam m3 per km2, QWA adalah

aliran permukaan (sungai) rata-rata tahunan dalam mm, R/L adalah nisbah relief

terhadap panjang DAS dalam kaki per mil, dan DD adalah kerapatan drainase

dalam kaki per mil persegi. Kerapatan drainase adalah jumlah panjang sungai

(tetap dan tersendat) dibagi luas DAS.

Masalah model empiric berikut adalah bahwa persamaan tersebut tidak

dapat diektrapolasi dengan mantap keluar jangkauan data yang dipeergunakan

untuk merumuskannya. Menurut Morgan (1980) pendekatan yang mungkin paling

mendekati suatu persamaan yang berlaku secara universal adalah yang

dikembangkan oleh Douglas (1967 dalam Morgan, 1980) yang menghubungkan

kandungan sediment tahunan rata-rata dengan curah hujan efektif sebagai berikut:

(4)

dimana Qs adalah kandungan sediment sungai tahunan rata-rata dalam m3 per km2

dan PE adalah curah hujan efektif dalam mm. Pembilang dalam persamaan ini

menyatakan pengaruh kekuatan erosi curah hujan sedangkan pembagi merupakan

usaha untuk memperhitungkan pengaruh perlindungan tanaman penutup.

Page 14: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Fournier (1960, dalam Gregory and Walling, 1973) dari analisa statistic

sekitar 96 DAS memilih indeks oleh karena mencerminkan variasi musiman

dengan jumlah absolute curah hujan. Dari kenyataan ini Fournier (1960 dalam

Gregory and Walling, 1973) dari mendapatkan hubungan sebagai berikut :

(5)

dimana DS = sediment yang tersuspensi (ton/km2/tahun), H= relief rata-rata DAS

atau perbedaan altitude rata-rata dengan altitude minimum (m), dan S = luas DAS

(km2), p = curah hujan bulanan tertinggi rata-rata (mm), dan P = curah hujan

tahunan rata-rata (mm).

2.2 Model kotak kelabu untuk bidang tanah

Persamaan-persamaan (2),( 3),( 4) dan (5) merupakan model kotak

kelabu untuk memprediksi erosi dari suatu DAS dan tidak dapat dipergunakan

untuk memprediksi besarnya erosi dari sebidang tanah. Suatu model parametric

untuk memprediksi erosi dari suatu bidang tanah telah dikembangkan oleh

Wischmeier dan Smith (1965,1978), yang disebut the Universal Soil Loss

Equation (USLE). USLE memungkinkan perencana menduga laju rata-rata erosi

suatu tanah tertentu pada suatu kecuraman lereng dengan pola hujan tertentu

untuk setiap macam pertanaman dan tindakan pengelolaan (tindakan konservasi

tanah) yang mungkin dilakukan atau yang sedang dipergunakan. Persamaan yang

dipergunakan mengelompokkan berbagai parameter fisik dan pengelolaan yang

mempengaruhi laju erosi kedalaman enam peubah utama yang nilainya untuk

setiap tempat dapat dinyatakan secara numeric.

USLE adalah suatu model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-

rata erosi jangka panjang dari erosi lembar atau alur di bawah keadaan tertentu. Ia

juga bermanfaat untuk tempat-tempat bangunan dan penggunaan bukan pertanian,

tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil

sediment dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai.

USLE dikembangkan di National Runoff and Soil Loss Data Centre yang

didirikan dalam tahun 1954 oleh The Science and Education Administration

Amerika Serikat (dahulu namanya Agricultural Research Service) bekerjasama

Page 15: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

dengan Universitas Purdue (Wischmeier dan Smith, 1978). Proyek-proyek

penelitian Federal dan Negara Bagian menyumbangkan lebih dari 10.000 petak-

tahun data erosi dan aliran permukaan untuk analisa statistic.

Persamaan USLE adalah sebagai berikut :

A = R K L S C P (6)

dimana :

A adalah banyaknya tanah tererosi dalam ton per hektar per tahun

R adalah factor curah hujan dan aliran permukaan, yaitu jumlah satuan

indeks erosi hujan, yang merupakan perkalian antara energi hujan

total (E) dengan intensitas hujan maksimum 30 menit (I30), tahunan.

K adalah factor erodibilitas tanah, yaitu laju erosi per indeks erosi hujan (R)

untuk suatu tanah yang didapat dari petak percobaan standar, yaitu

petak percobaan yang panjangnya 72,6 kaki (22 meter) terletak

pada lereng 9% tanpa tanaman.

L adalah factor panjang lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari tanah

dengan suatu panjang lereng 72,6 kaki (22 meter) di bawah

keadaan yang identik.

S adalah factor kecuraman lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi yang

terjadi dari suatu tanah dengan kecuraman lereng tertentu,terhadap

besarnya erosi dari tanah dengan lereng 9% di bawah

keadaan yang identik.

C adalah factor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu

nisbah antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi

penutup dan pengelolaan tanaman tertentu terhadap

besarnya erosi dari tanah yang identik tanpa tanaman.

D adalah factor tindakan-tindakan khusus konservasi tanah, yaitu nisbah

antara besarnya erosi dari tanah yang diberi perlakuan tindakan

konservasi khusus seperti pengolahan menurut kontur,

penanaman dalam strip atau terras terhadap besarnya erosi

dari tanah yang diolah searah lereng dalam keadaan yang

identik.

Page 16: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

GAMBAR.3

Skema Persamaan USLE

PENGELOLAAN LAHAN

PENGELOLAAN TANAMAN

CPL.SKR=

BESARNYA EROSI YANG

AKAN TERJADI ADALAH FUNGSI :

ENERGI

HUJAN

SIFAT TANAH PENGELOLAAN

KEMUNGKINANEROSI TANAH

KEKUATANPERUSAK

HUJAN

A

Page 17: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Tabel 7.7 Kode Struktur Tanah

Kelas Struktur Tanah (ukuran diameter) Kode

- Granuler sangat halus (< 1 mm)

- Granuler halus (1 sampai 2 mm)

- Granuler sedang sampai kasar ( 2 sampai 10 mm)

- Berbentuk blok,blocky,plat,massif

1

2

3

4

Tabel 7.8 Kode Permeabilitas Profil Tanah

Kelas Permeabilitas Kecepatan (cm/jam) Kode

- Sangat Lambat

- Lambat

- Lambat – sedang

- Sedang

- Sedang – cepat

- Cepat

< 0,5

0,5 - 2,0

2,0 - 6,3

6,3 - 12,7

12,7 - 25,4

> 25,4

6

5

4

3

2

1

Romkens, Roth dan Nelson (1977) menunjukkan pentingnya peranan

Al2O3 dan Fe2O3 dalam mempengaruhi nilai K. Dari penelitian mereka terhadap

sejumlah tanah didapatkan untuk lapisan bawah tanah (subsoil) hubungan sebagai

berikut :

K = 0,004 + 0,00023 M – 0,108 (% Al2O3 + Fe2O3) (8)

dan :

K = 0,705 – 0,019 Clay + 0,112 % (Bahan Amorf) (9)

dimana K adalah erodibilitas lapisan bawah tanah, M adalah (% debu + pasir sangat

halus) x (debu + pasir), dan Clay adalah % liat.

Panjang lereng diukur dari tempat mulai terjadinya aliran air di atas

permukaan tanah sampai ke tempat mulai terjadinya pengendapan disebabkan oleh

berkurangnya kecuraman lereng atau ke tempat aliran air di permukaan tanah

masuk ke dalam saluran. Data percobaan lapangan menunjukkan bahwa besarnya

Page 18: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

erosi persatuan luas berbanding dengan pangkat panjang lereng. Oleh karena nilai L

adalah nisbah besarnya erosi dari suatu lereng terhadap besarnya erosi dari lereng

dengan panjang 22 meter, maka nilai L dapat dinyatakan sebagai berikut :

L = (X/22)m (10)

Dimana X adalah panjang lereng dalam meter, dan m adalah konstanta yang

besarnya sama dengan 0,5 untuk lereng yang kecuramannya lebih dari 5 %, 0,4

untuk lereng 3,5 sampai 4,5 %, 0,3 untuk kecuraman lereng 1 – 3% dan 0,2 untuk

lereng < 1%. Beberapa pengamatan menunjukkan bahwa nilai eksponen panjang

lereng yang didapat dari data percobaan lapangan mungkin akan memberikan angka

laju erosi yang terlalu tinggi jika dipergunakan untuk lereng yang demikian panjang

jarang sekali memiliki kecuraman yang seragam, dan ketidak seragaman ini akan

mempengaruhi pengangkutan tanah ke bagian bawah lereng. Besarnya erosi

meningkat lebih besar dibandingkan dengan aliran permukaan jika kecuraman

lereng bertambah. Kecuraman lereng dinyatakan dalam derajat sudut lereng atau

persen. Lereng 100% bersudut lereng 450. Kecuali untuk beberapa hal, di dalam

ilmu tanah kebanyakan lereng dinyatakan dalam persen. Nilai factor S di dalam

persamaan USLE dihitung dengan persamaan :

S = 65,41 Sin2 + 4,56 Sin2 + 0,065 (11)

Dimana adalah sudut lereng (derajat). Jika dipergunakan kecuraman lereng dalam

persen maka persamaan factor S menjadi :

(12)

dimana s adalah kecuraman lereng dalam persen. Persamaan (11) dan (12)

dikembangkan dari data percobaan pada lereng-lereng < 20%. Untuk lereng > 20%

seberapa besar penyimpangan belum banyak diselidiki.

Dalam prakteknya nilai L dan nilai S dihitung sekaligus berupa factor LS.

LS adalah rasio antara besarnya erosi dari sebidang tanah dengan panjang lereng

dan kecuraman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang terletak pada lereng

dengan panjang 22 meter dan kecuraman 9%. Nilai LS untuk suatu tanah dapat

dihitung dengan persamaan berikut :

Page 19: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

LS = (13)

Dimana X adalah panjang lereng dalam meter dan s adalah kecuraman lereng dalam

persen. Nilai LS dapat juga diperoleh dengan menggunakan nomograf seperti

tertera pada Gambar.4.

Faktor C dalam USLE adalah nisbah antara besarnya erosi dari tanah yang

tidak ditanami dan diolah bersih. Faktor ini mengukur pengaruh bersama jenis

tanaman dan pengelolaannya. Nilai factor C dipengaruhi oleh banyak peubah yang

dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu peubah-peubah alami dan peubah-

peubah yang dipengaruhi oleh system pengelolaan. Peubah alami terutama adalah

iklim dan fase pertumbuhan tanaman. Daya guna tanaman dalam mencegah erosi

meningkat sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman secara bertahap. Untuk

keperluan praktis fase pertumbuhan tanaman dibagi sebagai berikut :

- Fase F : Saat pengolahan tanah pertama : pembalikan tanah sampai

pengolahan kedua.

- Fase SB : Pengolahan kedua untuk persiapan menanam bibit sampai

tanaman berkembang mencapai 10% penutupan

tajuk.

- Fase I : Akhir fase SB sampai perkembangan tajuk menutupi 50%

(untuk kapas35 % penutupan tajuk).

- Fase II : Akhir fase I sampai perkembangan tajuk menutupi 75%

(60% untuk kapas).

- Fase III : Akhir fase II sampai panen (dapat diperinci : 80, 90,

96, 100% penutupan tajuk).

- Fase IV : (Sisa-sisa tanaman atau rumpun yang telah dipotong) :

dari panen sampai pengolahan berikutnya.

Peubah-peubah yang dipengaruhi oleh keputusan pengelolaan

adalah tajuk tanaman, mulsa sisa-sisa tanaman, sisa-sisa tanaman yang

dibenamkan ke dalam tanah, pengolahan tanah, pengaruh residual

pengelolaan tanah, dan interaksi antara peubah-peubah tersebut. Setiap

peubah tersebut dapat diperlakukan sebagai subfaktor yang mempunyai

pengaruh sendiri-sendiri yang nilainya adalah nisbah antara besarnya erosi di

Page 20: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

bawah peubah-peubah tersebut terhadap besarnya erosi tanpa peubah

tersebut. Nilai C adalah produk semua subfaktor.

Tajuk tanaman. Daun dan cabang-cabang tanaman yang tidak

langsung menyentuh tanah mempunyai pengaruh yang kecil terhadap jumlah

dan kecepatan aliran permukaan. Besar kecilnya pengaruh tersebut

ditentukan oleh tinggi dan kerapatan tajuk.

Mulsa sisa-sisa tanaman. Sisa-sisa tanaman yang disebarkan di

atas permukaan tanah sebagai mulsa lebih efektif dalam pencegahan erosi

dari pada tajuk yang sama persentase penutupan tanahnya. Mulsa mencegah

butir-butir hujan yang jatuh demikian dekatnya dari permukaan tanah

sehingga energi tumbuknya praktis sama dengan nol. Selain dari pada itu

mulsa juga menghambat aliran permukaan sehingga mengurangi kecepatan

dan kapasitas angkut aliran permukaan. Dari berbagai penelitian, hubungan

antara banyaknya mulsa yang disebar secara merata di atas permukaan tanah

dengan persentase penutupan tanah tertera pada Gambar 5.

Dari berbagai hasil penelitian nilai factor C untuk berbagai

tanaman dan pengelolaan tanaman dapat dilihat pada Tabel.9.

Menurut definisi factor P adalah nisbah besarnya erosi dari tanah

dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah

yang diolah menurut arah lereng. Termasuk dalam tindakan konservasi

adalah penanaman dalam strip, pengolahan tanah menurut kontur, guludan

dan terras. Nilai P untuk beberapa tindakan konservasi khusus tertera pada

Tabel 10 dan Tabel 11.

Dalam keadaan tanah terbuka tanpa tanaman dan tanpa tindakan

konservasi khusus persamaan (6) menjadi :

A = R K L S (14)

Dalam keadaan ini pengaruh tanaman dan tindakan konservasi terhadap erosi

tidak ada dan nilai C dan P masing-masing sama dengan satu. Persamaan

(14) memprediksi besarnya erosi potensial yang akan terjadi dari sebidang

tanah.

Page 21: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Besarnya erosi yang akan terjadi dalam keadaan sebenarnya yaitu

tanah bertanaman dengan atau tanpa tindakan konservasi maka besarnya

erosi yang didapat dengan memasukkan nilai semua factor ke dalam

persamaan (6), disebut erosi “actual”. Untuk setiap jenis tanaman atau pola

tanam dengan tindakan konservasi tertentu besarnya erosi yang terjadi dapat

diprediksi. Jika besarnya yang akan terjadi dari perhitungan persamaan

USLE tersebut lebih besar dari nilai T maka factor C atau P atau keduanya

harus dirubah yang berarti merubah jenis tanaman dan pola tanam dan/atau

tindakan konservasi tanah sehingga nilai AT.

Sebagai contoh, sebidang tanah Podsolik Merah Kuning

(Tropudult) terletak di daerah Pekalongan Lampung Tengah, dengan lereng

15% dan ditanami dengan padi-jagung-kacang tanah secara berurutan. Nilai

R daerah ini adalah 1200 (Suwardjo, 1981) dengan nilai K sebesar 0,32

Kemiringan 15% mempunyai nilai S, menurut persamaan (12) :

Page 22: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Tabel 9 Nilai Faktor C (Pengelolaan Tanaman).

No Jenis Tanaman Nilai C1 Tanah terbuka / tanpa tanaman 1,02 Sawah 0,013 Tegalan tidak dispesifikasi 0,74 Ubi Kayu 0,805 Jagung 0,706 Kedelai 0,3997 Kentang 0,408 Kacang tanah 0,209 Padi 0,56110 Tebu 0,2011 Pisang 0,6012 Akar wangi (sereh wangi) 0,4013 Rumput Bede (tahun pertama) 0,28714 Rumput Bede (tahun kedua) 0,00215 Kopi dengan penutup tanah buruk 0,2016 Talas 0,8517 Kebun campuran : - Kerapatan tinggi 0,10

- Kerapatan sedang 0,20 - Kerapatan rendah 0,50

18 Peladangan 0,4019 Hutan alam : - Serasah banyak 0,001

- Serasah kurang 0,00520 Hutan produksi : - Tebang habis 0,5

- Tebang pilih 0,221 Semak belukar / padang rumput 0,322 Ubikayu + Kedelai 0,18123 Ubikayu + Kacang tanah 0,19524 Padi – Sorghum 0,34525 Padi – Kedelai 0,41726 Kacang tanah + Gude 0,49527 Kacang tanah + Kacang tunggak 0,57128 Kacang tanah + Mulsa jerami 4 ton / ha 0,04929 Padi + Mulsa jerami 4 ton / ha 0,09630 Kacang tanah + Mulsa jagung 4 ton / ha 0,12831 Kacang tanah + Mulsa Crotalaria 3 ton / ha 0,13632 Kacang tanah + Mulsa kacang tunggak 0,25933 Kacang tanah + Mulsa jerami 2 ton / ha 0,37734 Padi + Mulsa Crotalaria 3 ton / ha 0,38735 Pola tanam tumpang gilir **) + Mulsa jerami 0,07936 Pola tanam berurutan ***) + Mulsa sisa tanaman 0,35737 Alang-alang murni subur 0,001*) Data Pusat Penelitian Tanah (1973 - 1981 tidak dipublikasikan)

Page 23: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

**) Pola tanam tumpang gilir : jagung + padi + ubikayu setelah panen padi ditanami kacang tanah.

***) Pola tanam berurutan : padi – jagung – kacang tanah.

Tabel 10. Nilai Faktor P untuk Berbagai Tindakan Konservasi Tanah Khusus.

No Tindakan khusus konservasi tanah Nilai P1. Terras bangku1)

- Konstruksi baik 0,04 - Konstruksi sedang 0,15 - Konstruksi kurang baik 0,35 - Terras tradisional 0,40

2. Strip tanaman rumput Bahia 0,40

3. Pengolahan tanah dan Penanaman menurut garis kontur :- Kemiringan 0 – 8% 0,50- Kemiringan 9 – 20 % 0,75- Kemiringan lebih dari 20% 0,90

4. Tanpa tindakan konservasi 1,00Catatan : 1) Konstruksi terras bangku dinilai dari kerataan dasar terras dan keadaan talud terras.

Tabel 11 Nilai Faktor P dan Batas Panjang Lereng untuk Penanaman Dalam Strip (A), Penanaman/Pengolahan Menurut Kontur (B) dan Terras Berdasarkan Lebar (C) (Wischmeier dan Smith, 1978).

KemiringanTanah (%)

(A) (B) (C)(1) (2) P (2) P P

1 – 2 40 240 0,30 120 0,60 0,123 – 5 30 180 0,25 90 0,50 0,106 – 8 30 120 0,25 60 0,50 0,109 – 12 24 70 0,30 36 0,60 0,1213 – 16 24 48 0,35 24 0,70 0,1417 – 20 18 36 0,40 18 0,80 0,1621 – 25 15 30 0,45 15 0,9 0,18

Keterangan : - (1) = Lebar strip (m); (2) = Panjang lereng maksimum (m); P = Nilai

Faktor P

- Penanaman Dalam Strip antara tanaman semusim dengan rumput (dengan

ratio pergiliran : 4 – 2).

Page 24: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Oleh karena panjang lereng tidak disebutkan dapat kita anggap nilai L = 1,0. Nilai C

untuk pola tanam padi – jagung – kacang tanah berurutan adalah 0,357 (Tabel 9), dan

oleh karena tidak ada tindakan konservasi tanah, maka nilai P = 1,0. Dengan

mempergunakan persamaan USLE, persamaan (6), akan kita dapat :

A = 1200 x 0,32 x 1,0 x 2,2 x 0,357 x 1,0

= 301,6 ton/ha/tahun.

Jadi besarnya erosi yang akan terjadi dari tanah tersebut adalah 301,6 ton/ha/tahun. Jika

tanah tersebut dalam dan terletak diatas substrata yang telah melapuk, maka nilai T dapat

ditetapkan sebesar 2,5 mm/tahun, yang dengan Berat Volume sebesar 1,2 gr/cc adalah

ekivalen dengan 30 ton/ha/tahun. Dengan demikian besarnya erosi yang akan terjadi (A)

yaitu sebesar 301,6 ton/ha/tahun. Artinya tanaman dan pola tanam serta tindakan

konservasi pada tanah tersebut belum cukup untuk mencegah atau menekan erosi sampai

pada tingkat yang tidak membahayakan. Untuk menjaga agar kerusakan tanah tidak

terjadi dan tanah dapat dipergunakan secara lestari, nilai A harus ditekan menjadi sama

atau lebih kecil dari 30 ton/ha/tahun dengan mencari dan menerapkan tanaman/pola

tanam (C) dan tindakan konservasi tanah (P) yang sesuai dengan cara :

Jadi untuk menekan erosi menjadi sama atau lebih kecil dari 30 ton/ha/tahun harus

dipergunakan/diusahakan tanaman/pola tanaman yang mempunyai nilai C 0,036 atau

tindakan konservasi tanah dengan nilai P 0,036. Jika tanah tersebut masih ingin

dipertahankan pada tanaman dan pola tanam seperti semula harus diterapkan tindakan

konservasi. Pada Tabel.10 hanya terras bangku dengan konstruksi sedang dan baik yang

dapat memenuhi syarat tersebut, yaitu CP < 0,036. Jika pada tanah tersebut dengan pola

tanaman semula dan dibuat terras bangku dengan konstruksi baik (P = 0,04) maka

besarnya erosi yang akan terjadi (A) :

A = 1200 x 0,32 x 1,0 x 2,2 x (0,357 x 0,04)

Page 25: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

= 12,1 ton/ha/tahun

= 1 mm/tahun

Jadi besarnya erosi yang akan terjadi dari tanah tersebut yang diterras dengan

tanaman/pola tanam yang semula akan mengalami erosi sebesar 12,1 ton/ha/tahun atau 1

mm/tahun yang jauh lebih kecil dari nilai T sebesar 30 ton/ha/tahun atau 2,5 mm/tahun.

Dengan demikian tanah tersebut tidak akan mengalami kerusakan dan tetap dapat

berproduksi secara lestari.

Untuk suatu areal yang luas atau suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) yang

mungkin mempunyai erosivitas hujan, tanah, kecuraman lereng, panjang lereng,

penggunaan tanah/pola tanam dan tindakan konservasi tanah yang bermacam-macam

maka untuk setiap segmen harus ditetapkan besarnya sediment total atau per hektar yang

terbawa oleh sungai dari DAS tersebut, maka besarnya erosi (Y) pada Tabel 12 dikalikan

dengan NSP (Nisbah Pelepasan Sedimen).

Tabel 12 Prosedur Prediksi Besarnya Erosi dari Suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)

Sub DAS/

Sub-sub DAS/

Segmen

R

K

L S C P A Luas (Ha)

Erosi

Total

(Ton/th)

1 R1 K1 L1 S1 C1 P1 A1 15 15 A1

2 R1 K1 L2 S1 C2 P1 A2 30 30 A2

3 R1 K2 L1 S2 C1 P2 A3 50 50 A3

4 R2 K3 L2 S2 C3 P3 A4 30 30 A4

5 R2 K5 L5 S5 C5 P5 A5 25 25 A5

Jumlah - - - - - - - 150 Y

Catatan : 1) Erosi total dari DAS sebesar Y adalah jumlah erosi total masing-masing

bagian.

2) Nilai A rata-rata DAS adalah (Y/150) ton/ha/th.

Persamaan USLE sampai sekarang masih umum dan luas dipergunakan untuk

memprediksi besarnya erosi yang akan terjadi dari sebidang tanah. Usaha dan penelitian

untuk meningkatkan keandalan metoda ini masih terus dilakukan. Berbagai kelemahan

dan penyalahgunaan persamaan USLE telah banyak diungkapkan (Wischmeier,1976).

Beberapa saran perubahan telah diajukan terhadap model USLE dengan tujuan

Page 26: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

memperbaiki keragamannya untuk kondisi khusus tertentu (Renard, Sinanton dan

Osborn, 1974; Williams,1975).

3. Model kotak putih

Pendekatan yang paling mendekati model kotak putih untuk prediksi sediment

adalah Model Sedimen Stanford (Negev,1967) yang merupakan tambahan Model

DAS Stanford IV untuk memprediksi aliran permukaan. Model DAS Stanford IV

telah dicoba dipergunakan untuk Sub-DAS Genteng, Jawa Tengah, oleh Multilaksono

(1987). Curah hujan, aliran air di atas permukaan tanah dan aliran dalam saluran

merupakan masukan terhadap model dan keluaran terdiri atas sediment yang diangkut

dari lereng oleh aliran air di atas permukaan tanah dan sediment yang diangkut dari

alur,erosi parit dan saluran. Pelaksanaan model tersebut didasarkan pada beberapa

fungsi yang menggambarkan proses dalam system erosi,dan dinyatakan dalam

persamaan-persamaan. Sampai saat ini model ini belum dipergunakan secara

operasional.

4. Model deterministic

Model-model deterministic didasarkan atas hokum konservasi massa dan energi.

Pada umumnya model-model tersebut mempergunakan persamaan differensial khusus

yang dikenal sebagai persamaan kontinuitas yang merupakan pernyataan konservasi

materi sewaktu bergerak melalui ruangan selama suatu waktu. Persamaan tersebut

dapat dipergunakan untuk erosi tanah dari bagian-bagian atau segmen kecil dari suatu

lereng sebagai berikut. Terdapat masukan materi ke dalam suatu segmen sebagai hasil

pelepasan butir-butir tanah pada segmen tersebut dan masukan sediment dari bagian

di sebelah atasnya. Terdapat keluaran material melalui proses pengangkutan oleh

percikan hujan (rain splash) dan aliran permukaan. Jika proses pengangkutan

mempunyai kapasitas untuk mengeluarkan semua material, maka akan terdapat

kehilangan tanah dari segmen tersebut. Jika kapasitas transport tidak cukup, maka

akan terdapat pertambahan bahan segmen tersebut. Jadi pada suatu segmen lereng

akan terjadi proses :

Masukan – Keluaran = Kehilangan atau Penambahan Material

Page 27: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Pendekatan ini dipergunakan oleh Meyer dan Wischmeier (1969) dalam model

matematik yang dirancang untuk menstmulasi erosi sebagai suatu proses dinamik.

Secara skematik pendekatan tersebut digambarkan dalam bagan aliran yang tertera

pada Gambar 6. Pelaksanaan model tersebut menggunakan empat persamaan yang

menggambarkan (1) pelepasan butir-butir tanah oleh curah hujan (detachment by

rainfall), (2) pelepasan butir-butir tanah oleh aliran permukaan (detachment by

runoff), (3) kapasitas angkut curah hujan dan (4) kapasitas angkut aliran permukaan.

Penjelasan keempat persamaan adalah sebagai berikut :

Pelepasan butir-butir tanah oleh curah hujan (DR) adalah fungsi luas areal dan

intensitas hujan :

DR = k1 A.I2

Di mana A adalah luas areal, I adalah intensitas hujan dalam inci per jam dan k

adalah konstanta yang besarnya dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah.

Pelepasan butir-butir tanah oleh aliran permukaan (DF) adalah fungsi luas areal,

lereng permukaan tanah dan aliran permukaan yang dinyatakan dalam persamaan

berikut :

DF = k2 A ½ (Ss2/3 Qs2/3 + Se

2/3 Qe2/3) (16 )

Dimana k2 adalah konstanta yang dipengaruhi oleh sifat tanah, Ss adalah kecuraman

lereng dalam persen di pangkal segmen, Qs adalah laju aliran permukaan di pangkal

segmen, Se adalah kecuraman lereng di ujung bawah segmen dan Qe adalah laju

aliran di ujung bawah segmen.

Kapasitas pengangkutan curah hujan (TR) dipengaruhi oleh kecuraman lereng dan

intensitas hujan yang dinyatakan dalam persamaan berikut :

TR = k3 S.I (17 )

Dimana k3 adalah konstanta yang dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, S adalah

kecuraman lereng, dan I adalah intensitas hujan.

Kapasitas pengangkutan aliran permukaan (Tf) dipengaruhi oleh kecuraman

lereng dan laju aliran yang dinyatakan dalam persamaan :

Tf = k4 S5/3Q5/3 (18 )

Dimana k4 adalah konstanta yang dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, S adalah

kecuraman lereng, dan Q adalah laju aliran permukaan.

Page 28: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Untuk mengkomputasi air dan tanah mulai dari bagian atas sampai bagian bawah

lereng berdasarkan konservasi massa telah dikembangkan program komputernya.

Keempat subproses dari proses erosi seperti terlihat pada Gambar 6 dievaluasi untuk

setiap segmen sepanjang lereng. Untuk setiap segmen, tanah yang tersedia untuk

tererosi adalah bagian tanah yang telah terlepas pada bagian itu oleh curah hujan dan

oleh aliran permukaan (DR + DF) ditambah material yang terbawa dari bagian di

sebelah atasnya. Jumlah dibandingkan dengan kapasitas angkut di ujung bagian

tersebut (TR + TF). Jika jumlah seluruh tanah yang telah terlepas dan tersedia untuk

diangkut (DR + DF) kurang dari kapasitas angkut total (TR + TF), maka jumlah tanah

yang tersedia adalah merupakan factor pembatas pada bagian lereng tersebut dan

beban sediment yang terangkut ke bagian di sebelah bawahnya sama dengan jumlah

material tersedia. Akan tetapi, jika jumlah kapasitas angkut (TR + TF) lebih kecil dari

jumlah kecil tanah yang tersedia untuk tererosi (DR + DF), maka pengangkutan adalah

factor pembatas dan besarnya beban sediment adalah sama dengan kapasitas angkut.

Page 29: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

DR = k1.A.I2

DF = k2.A.1/2 (Ss 2/3Qs2/3 +Se

2/3Qe2/3)

TR = k3.S.I

TF = k4.S5/3Qw5/3

A = luas areal; I = intensitas hujan; S = kemiringan lereng;

Qw = aliran permukaan; k = konstanta.

Gambar 6 Bagan Aliran Model Proses Erosi oleh Air (Meyer dan Wischmeier, 1969).

Tanah dari bagian atas lereng

DRPelepasan oleh curah

hujan

DFPelepasan oleh aliran permukaan

TRKapasitas

angkut curah hujan

TFKapasitas

angkut aliran permukaan

Tambahan pelepasan

Jumlah seluruh tanah yang dilepaskan

Jumlah kemampuan transportBandingkan

Tanah terangkut kebagian bawah lereng

Jika DR + DF < TR + TF Jika TR + TF < DR + DF

Page 30: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

7.2 Evaluasi Ancaman Erosi dan Pengukuran Erosi

Evaluasi erosi bertujuan untuk mengetahui potensi atau bahaya erosi suatu

wilayah atau bidang tanah dan mengetahui tingkat atau besarnya erosi yang telah

terjadi. Evaluasi dengan tujuan untuk mengetahui potensi erosi atau ancaman aerosi

tersebut disebut evaluasi potensi erosi atau evaluasi ancaman erosi. Evaluasi untuk

mengetahui besarnya erosi yang telah terjadi tersebut disebut pengukuran erosi.

1. Evaluasi Potensi Erosi

Evaluasi potensi erosi dapat dilakukan pada semua tingkat pengamatan yaitu

makro,meso dan mikro. Pengamatan tingkat makro adalah evaluasi potensi erosi

regional, pengamatan tingkat meso adalah evaluasi potensi erosi lakal, dan

pengamatan tingkat mikro merupakan evaluasi lapangan setempat. Dari berbagai

penelitian dapat disimpulkan bahwa perbedaan-perbedaan regional secara luas dalam

potensi erosi disebabkan terutama oleh iklim, perbedaan local merupakan

manisfestasi iklim, relief dan tanah, sedangkan perbedaan-perbedaan pada tingkat

lapangan setempat merupakan manisfestasi perbedaan-perbedaan dalam jenis

tanaman/pengelolaan tanaman, lereng dan tindakan konservasi yang digunakan.

Tingkat makro. Evaluasi potensi erosi tingkat makro merupakan evaluasi umum

suatu wilayah yang luas yang meliputi satu pulau atau wilayah nasional dilakukan

dengan menggunakan peta skala 1 : 1.000.000 dan lebih kecil. Evaluasi tingkat makro

didasarkan pada umumnya pada analisa factor iklim. Erosivitas hujan yang

dinyatakan sebagai nilai R(EI) oleh Wischmeier dan Smith (1958), KE > 25

(Hudson,1971), atau indeks AIm(La1,1975,1977) dapat dipergunakan.

Fourier(1960,dalam Morgan,1980) menggunakan nilai p2/P sebagai parameter hujan

yang menunjuk potensi erosi suatu wilayah (p=curah hujan bulanan rata-rata yang

tertinggi, P=curah hujan tahunan rata-rata). Dengan menggambarkan nilai-nilai

erositas hujan tersebut berupa garis-garis isoeroden dalam interval tertentu dapat

ditunjukkan daerah-daerah yang mempunyai potensi erosi sangat tinggi,tinggi,sedang

(rata-rata),rendah dan sangat rendah.

Tingkat meso. Evaluasi potensi erosi tingkat meso merupakan evaluasi potensi

erosi yang meliputi areal lebih kecil seperti suatu DAS, Sub-DAS, Propinsi,

Kabupaten atau Kecamatan, dengan menggunakan peta dasar skala 1 : 20.000 sampai

Page 31: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

1 : 500.000. Jadi evaluasi tingkat meso dapat berupa evaluasi semi detail sampai

evaluasi tinjau. Faktor-faktor yang dianalisa adalah iklim,topografi dan tanah. Ada

dua cara evaluasi tingkat meso, yaitu (1) mempergunakan persamaan prediksi seperti

USLE dan (2) menggunakan Klasifikasi Kemampuan Lahan.

Persamaan USLE seperti dikemukakan pada persamaan (6) dipergunakan dengan

menganggap factor-faktor C dan P masing-masing bernilai sama dengan satu yaitu

jika tidak ada tumbuhan penutup tanah dan tidak ada tindakan konservasi tanah,

sehingga menjadi :

A = RKLS (39 )

Dengan persamaan (39 ) ditetapkan besarnya erosi potensial untuk setiap bagian dari

suatu wilayah.

Tingkat mikro. Evaluasi potensi tingkat mikro merupakan evaluasi erosi potensial

meliputi suatu areal yang lebih sempit yaitu satu bidang tanah. Evaluasi ini dapat

dilakukan dengan menggunakan berbagai metode prediksi erosi, seperti USLE.

Selanjutnya bahaya erosi dinyatakan dalam Indeks Bahaya (Ancaman) Erosi yang

didefinisikan sebagai berikut (Hammer,1981) :

dimana T adalah besarnya erosiyang masih dapat dibiarkan. Indeks Bahaya Erosi

dikelompokkan sebagai tertera pada Tabel 14.

Tabel 14 Klasifikasi Indeks Bahaya Erosi (Hammer,1981)

Nilai Indeks

Bahaya ErosiHarkat

< 1,0 Rendah

1,01 – 4,0 Sedang

4,01 – 10,0 Tinggi

> 10,01 Sangat Tinggi

2. Pengukuran Erosi

Berbagai cara dapat dipergunakan dalam pengukuran erosi. Beberapa metode

bertujuan mengukur seluruh erosi (accumulated erosion) yang telah terjadi dalam

Page 32: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

masa yang lama; lainnya mengukur erosi yang telah terjadi oleh satu kejadian hujan

atau masa tertentu. Pengukuran pelepasan atau penghancuran agregat tanah juga

mungkin dilakukan.

Pengukuran penghancuran agregat. Pelepasan butir-butir primer dari agregat

tanah (detachment) oleh percikan hujan dapat diukur di lapangan dengan alat vertical

splash boards atau dengan menggunakan bejana pengumpul yang dibenamkan dalam

tanah.

Pengukuran erosi untuk suatu kejadian hujan atau masa tertentu. Untuk dapat

dipergunakan (1) pengukuran erosi petak kecil, (2) Daerah Aliran Sungai (DAS), (3)

survey reservoir, (4) penggunaan tongkat pengukur dan (5) survey tanah.

(1) Petak kecil. Petak kecil, yang biasanya berukuran satu meter persegi,

dipergunakan untuk mendapatkan hubungan antara besarnya erosi dengan sifat-

sifat fisik tanah atau penutup tanah untuk suatu tipe tanah dengan tanaman

penutup tertentu atau sisa-sisanya. Petak yang dipergunakan umumnya demikian

kecilnya sehingga semua aliran permukaan yang terjadi pada suatu hujan dapat

ditampung dalam suatu tanki yang dipasang di ujung bagian bawah petak

tersebut. Penggunaan petak kecil di lapangan biasanya dilakukan dengan

menggunakan hujan tiruan, dengan simulator hujan. Di laboratorium juga sering

dipergunakan petak kecil berupa bak berbingkai untuk tempat tanah yang akan

diteliti.

Petak yang lebih besar, yang memungkinkan proses erosi yang lengkap

seperti erosi alur dan lembar terjadi sehingga lebih menyerupai keadaan sebenarnya,

dipergunakan dalam penelitian untuk mengembangkan model USLE. Panjang petak

adalah 22 m dengan lebar bervariasi antara 2 sampai 4 meter. Di ujung bawah petak

dipasang tanki penampungan air dan tanah yang tererosi. Penggunaan petak yang

lebih besar ini mempunyai keuntungan lebih dari petak kecil, yaitu dapat

menghilangkan pengaruh tepid an meliputi berbagai bentuk erosi.

(2) Daerah Aliran Sungai (DAS). Pengukuran erosi biasanya dilakukan baik pada

DAS kecil maupun pada DAS besar.

Pengukuran erosi dan aliran permukaan dari DAS kecil yang berukuran antara 2

sampai 5 hektar dipergunakan untuk mempelajari pengaruh berbagai metode

Page 33: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

konservasi tanah dan jenis tanaman terhadap aliran permukaan dan erosi. DAS kecil

adalah tempat yang terbaik untuk mengevaluasi suatu system konservasi atau untuk

menguji suatu model. Pengukuran aliran permukaan dilakukan dengan memasang

Parshall flume dan pengukuran tinggi air otomatis untuk DAS yang datar atau

menggunakan H-flume dan pengukuran tinggi air otomatis untuk DAS yang berlereng

lebih curam. Pada DAS yang besar pengukuran debit dilakukan dengan mengalikan

kecepatan air dengan luas penampang sungai. Pengukuran hasil sediment dilakukan

dengan mengambil contoh air dalam interval tertentu. Secara terinci alat-alat

pengukuran dapat dilihat dalam USDA Agricultural Handbook 224 (Brackenseik,

Osborn and Rawls, 1979).

Banyaknya sediment yang terbawa oleh sungai yang mengalir keluar dari suatu

DAS yang luas dapat memberikan gambaran tentang laju erosi yang terjadi di dalam

DAS tersebut. Pengukuran demikian ini sudah sejak lama dilakukan pada berbagai

sungai di Indonesia. Dengan pengukuran ini yang terukur adalah sediment yang

tersuspensi, sedangkan bagian yang bergerak di dasar sungai (bedload) tidak terukur.

Pengukuran kandungan sediment dilakukan secara manual atau dengan menggunakan

alat yang bekerja secara otomatis mengambil contoh air sungai (American Society of

Civil Engineers, 1975; World Meteorological Organization, 1981). Pengambilan

contoh dilakukan dalam interval waktu tertentu, yaitu minggu, hari atau jam

tergantung dari fluktuasi kandungan sediment yang terjadi. Pengukuran kandungan

terus menerus dilakukan dengan alat pemompa otomatis (Flemming, 1969;

Braben,1981), atau pengukuran nuklir (nuclear probe) (Tazioli,1981). Data yang

didapat dari pengukuran konsentrasi sediment air sungai dikalikan dengan debit

sungai sesuai dengan waktu pengukuran akan memberikan gambaran hasil sediment

dalam suatu waktu yang panjang, seperti sebulan atau setahun. Jika terdapat data

konsentrasi sediment yang terbatas untuk menghitung hasil sediment dalam waktu

yang lebih panjang dipergunakan teknik rating curve (Campbell and Bauder,1940;

Miller,1951; Walling,1977). Untuk memperkirakan besarnya erosi yang terjadi di

dalam DAS, maka nilai hasil sediment dibagi dengan NPS (SDR).

Survei sediment (pengendapan) reservoir (waduk,danau) dapat dipergunakan untuk

menentukan hasil sediment dari suatu DAS yang masuk kedalam reservoir tersebut.

Page 34: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

Dengan memperkirakan tebalnya endapan pada berbagai tempat di reservoir dapat

ditetapkan volume sediment (Rausch dan Heinemann,1976). Melalui penetapan

Berat-Volume contoh sediment ditetapkan berat total sediment. Selanjutnya dengan

menggunakan nilai efisiensi perangkap reservoir tersebut dapat ditentukan banyaknya

sediment (hasil sediment) yang masuk ke dalam reservoir yaitu sediment yang berasal

dari DAS disebelah atasnya. Hasil sediment per tahun dari DAS tersebut ditetapkan

dengan membagi waktu (tahun) mulainya sedimentasi terjadi.Untuk mendapatkan

besarnya erosi yang terjadi pada DAS tempat sumber air reservoir tersebut, nilai hasil

sediment yang didapat tadi dibagi dengan SDR (NPS) untuk DAS tersebut.

(3) Tongkat pengukur yang ditancapkan ke dalam tanah dapat dipergunakan untuk

mengukur besarnya erosi yang terjadi untuk suatu masa. Tongkat pengukur dapat

berupa batangan besi atau kayu yang diberi tanda batas permukaan tanah dapat

diketahui. Sebagai pengganti batangan besi atau kayu yang diberi tanda batas

permukaan tanah pada waktu dibenamkan dan setelah waktu tertentu penurunan

permukaan tanah dapat diketahui. Sebagai pengganti batangan besi atau kayu

dapat juga dipergunakan botol yang dibenamkan terbalik. Pengukuran erosi

dengan tongkat pengukur sangat kasar, oleh karena perbedaan batas permukaan

tanah mungkin baru terbaca setelah mencapai lebih dari 0,5 cm atau setelah

terjadi erosi lebih dari 50 ton selama masa pengamatan.

(4) Survei tanah. Dalam survey pemetaan tanah, tingkat kerusakan tanah oleh erosi

seringkali perlu ditetapkan dan dipetakan, yang akan dipergunakan untuk tujuan-

tujuan tertentu. Untuk menetapkan tingkat erosi suatu tanah perlu dibuat suatu

standar atau norma bagi tiap tanah. Dalam lingkungan alami tiap horizon dan

kedalaman tanah mempunyai sifat-sifat tebal tertentu. Sifat-sifat ini bila

diketahui dengan tepat, akan merupakan alat penetapan tingkatkerusakan tanah

yang ampuh. Untuk tanah yang mempunyai sifat-sifat horizon yang jelas,

perubahan-perubahan yang terjadi oleh erosi mudah diketahui, sehingga dengan

tepat dapat ditentukan tingkat kehilangan tanah yang telah terjadi. Tingkat erosi

atau kelas erosi, ditentukan berdasarkan tebalnya horizon A atau lapisan atas

yang hilang (Soil Survey Staff,1951). Survey tingkat erosi dapat dilakukan

Page 35: Prediksi Dan Evaluasi Erosi

dalam berbagai tingkat ketelitian survey tanah, yaitu detail, semi detail, tinjau

dan eksplorasi.