pre hospital pada perawatan trauma

8
PRE HOSPITAL PADA PERAWATAN TRAUMA Terapi untuk trauma yang serius membutuhkan pemeriksaan yang cepat, juga terapi awal yang dapat menyelamatkan jiwa. Tindakan ini dikenal sebagai Initial assessment dan meliputi : Persiapan Triage Primary survey (ABCDE) Resusitasi terhadap fungsi vital Riwayat kejadian Secondary survey (evaluasi dari kepala- ujung kaki) Monitoring post resusitasi yang berkelanjutan Reevaluasi Perawatan definitive Catatan : Kedua pemeriksaan yaitu primary dan secondary survey harus diulang secara berkala untuk memastikan tidak adanya proses deteriorasi. Pada bab ini tindakan yang dilakukan akan dipresentasikan secara longitudinal. Pada setting klinik yang sebenarnya, banyak aktivitas ini terjadi secara simultan. Serangan jantung yang terjadi pre hospital bisaanya akan berakibat fatal apabila terjadi lebih dari 5 menit. Persiapan Di Rumah sakit Rencana tambahan bagi pasien trauma sangatlah penting. Tiap rumah sakit harus memiliki Protokol Trauma. Triage Merupakan kegiatan yang dilakukan pada setting prehospital, namun kadang-kadang dapat dilakukan pada ED, jika : Fasilitas yang tidak mencukupi : pasien yang terlihat paling parah yang akan ditangani lebih dulu.

Upload: syerli-lidya

Post on 05-Nov-2015

26 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

perawatan trauma prehospital

TRANSCRIPT

PRE HOSPITAL PADA PERAWATAN TRAUMA

Terapi untuk trauma yang serius membutuhkan pemeriksaan yang cepat, juga terapi awal yang dapat menyelamatkan jiwa. Tindakan ini dikenal sebagai Initial assessment dan meliputi : Persiapan Triage Primary survey (ABCDE) Resusitasi terhadap fungsi vital Riwayat kejadian Secondary survey (evaluasi dari kepala- ujung kaki) Monitoring post resusitasi yang berkelanjutan Reevaluasi Perawatan definitiveCatatan : Kedua pemeriksaan yaitu primary dan secondary survey harus diulang secara berkala untuk memastikan tidak adanya proses deteriorasi. Pada bab ini tindakan yang dilakukan akan dipresentasikan secara longitudinal. Pada setting klinik yang sebenarnya, banyak aktivitas ini terjadi secara simultan. Serangan jantung yang terjadi pre hospital bisaanya akan berakibat fatal apabila terjadi lebih dari 5 menit.

Persiapan Di Rumah sakitRencana tambahan bagi pasien trauma sangatlah penting. Tiap rumah sakit harus memiliki Protokol Trauma.

TriageMerupakan kegiatan yang dilakukan pada setting prehospital, namun kadang-kadang dapat dilakukan pada ED, jika : Fasilitas yang tidak mencukupi : pasien yang terlihat paling parah yang akan ditangani lebih dulu. Jika fasilitas sangat mencukupi : pasien yang paling potensial untuk diselamatkan yang akan ditangani lebih dulu.

Primary Survey (ABCDE) dan ResusitasiSelama dilakukannya Primary Survey, kondisi yang mengancam jiwa harus diidentifikasi dan ditangani secara simultan. Ingat bahwa tindakan lanjutan yang logis harus disesuaikan dengan prioritas yang didasari oleh pemeriksaan pasien secara keseluruhan.Catatan : Prioritas penanganan pasien pediatri dasarnya sama dengan penanganan pada dewasa, walaupun kuantitas darah, cairan, dan obat-obatan mungkin berbeda. Lihat bab Trauma, Paediatric.

Pemeriksaan Jalan Nafas dengan kontrol Cervical Spine Pemeriksaan : Jalan nafas dan cari adanya :1. Benda asing2. Fraktur mandibula/facial3. Fraktur trakeal/laryngeal Pemeriksaan singkat Untuk mencari Obstruksi jalan nafas1. Stridor2. Retraksi3. Sianosis Manajemen : Pertahankan jalan nafas yang paten1. Lakukan manuver chin lift atau jaw thrust2. bersihkan jalan nafas dari benda asing3. Masukkan orofaringeal atau nasofaringeal airway4. Pertahankan definitive airway1. Intubasi orotracheal atau nasotrakeal2. Needle cricothyrotomy dengan jet insufflation pada jalan nafas3. Krikotirotomi dengan pembedahan

Perhatian 1. asumsikan bahwa trauma cervical spine merupakan trauma multisistem, terutama dengan gangguan kesadaran atau trauma tumpul diatas clavicula.2. Tidak adanya defisit neurologik bukan berarti kita dapat mengeksklusi trauma pada servical spine.3. jangan lumpuhkan pasien sebelum memeriksa jalan nafas untuk mencari difficult airway4. Penyebab cardiac arrest/serangan jantung selama atau sesaat setelah intubasi endotrakeal :1. Oksigenasi yang inadekuat sebelum intubasi2. Intubasi esophageal3. Intubasi bronchial pada bagian mainstem atau cabang utamanya.4. Tekanan ventilasi yang berlebihan menyebabkan memperlambat venous return.5. Tekanan ventilasi yang berlebihan menyebabkan tension pneumothorax.6. Emboli udara7. Respon vasovagal8. Alkalosis respiratori yang berlebihan.

Bernafas (Ventilasi dan pathway oksigenasi jalan nafas sendiri, tidak akan mendukung ventilasi yang adekuat). Pemeriksaan1. periksa bagian leher dan dada : pastikan immobilisasi leher dan kepala.2. Tentukan laju nafas dan dalamnya pernafasan.3. Inspeksi dan palpasi leher dan dada untuk mencari deviasi trakeal, gerakan dada yang unilateral atau bilateral, penggunaan otot aksesorius, dan adanya tanda-tanda injury.4. Auskultasi dada secara bilateral, basal dan apeknya.5. Jika terdapat suara yang berbeda antara kedua sisi dada, maka perkusi dada untuk mengetahui adanya dullness atau hiperresonan untuk menentukan adanya hemotorak atau pneumothorax secara berturut-turut:1. Flail chest dengan kontusio pulmonal2. Pneumothorax terbuka3. Hemothorax massive4. Dapat mengganggu pernafasan secara akut

Penatalaksanaan 1. Pasang pulse oksimetri pada pasien2. Berikan oksigen konsentrasi tinggiCatatan : FiO2 > 0,85 tidak dapat dicapai dengan nasal prongs atau dengan face mask yang simple. Non-rebreather mask dengan reservoir diperlukan untuk mencapai FiO2 100%.3. Ventilasi dengan bag-valve mask4. Ringankan keadaan tension pneumothorax dengan memasukkan jarum ukuran besar secara cepat kedalam ICS 2 pada midklavikular line dari sisi paru yang terkena, kemudian diikuti dengan pemasangan chest tube pada ICS 5 anterior dari mid aksilari line.5. Tutup penumothorax yang terbuka dengan pelekat kassa steril, cukup besar untuk menutupi tepi luka, dan lekatkan pada tiga sisi untuk menciptakan efek flutter-valve. Kemudian masukkan chest tube pada sisi sisanya.6. pasang peralatan monitoring end tidal CO2 (jika tersedia) pada endotrakeal tube.

Perhatian1. Membedakan gangguan pernafasan dengan airway compromised mungkin akan sulit, karena jika gangguan pernafasan yang terjadi akibat pneumothorak atau tension pneumothorax namun disalahartikan sebagai suatu masalah jalan nafas sehingga jika pasien diintubasi, keadaan pasien akan semakin memburuk.2. Intubasi dan ventilasi dapat menyebabkan terjadinya pneumothoraks; sehingga CXR harus dilakukan segera setelah intubasi dan ventilasi.3. jangan paksa pasien untuk berbaring pada trolley terutama bila pasien lebih nyaman untuk bernafas pada posisi duduk.

Sirkulasi dengan Kontrol perdarahan Hipotensi setelah terjadi injury harus dipertimbangkan sebagai akibat hipovolemik sampai terbukti tidak. Identifikasi sumber perdarahannya. Pemeriksaan cepat dan akurat terhadap status hemodinamik sangat penting. Elemen yang penting a.l:1. Tingkat kesadaran : Penurunan tekanan perfusi serebral dapat terjadi akibat hipovolemi.2. Warna kulit : kulit kemerahan : jarang menandakan hipovolemia. wajah keabu-abuan/kelabu, kulit ektremitas putih menunjukkan hipovolemi; bisaanya mengindikasikan kehilangan volume darah setidaknya 30%.3. Nadi4. BP jika waktu mengijinkan 1. jika nadi pada radialis teraba, BP >80mmHg2. Jika hanya ada di Carotid BP > 60 mmHg.3. Periksa kualitas nadi; penuh dan cepat4. Nadi irregular menandakan kemungkinan cardiac impairment

Penatalaksanaan1. tekan langsung daerah perdarahan eksternal2. pasang jalur IV dengan ukuran 14G atau 16G3. Darah untuk : GXM 4-6 unit darah, FBC, urea/elektrolit/kreatinin, profil koagulasi dan BGA jika diperlukanCatatan : Jika darah gol. O negatif tidak tersedia, gunakan tipe darah yang spesifik4. berikan terapi cairan IV dengan kristaloid hangat (NS atau Hartmanns) dan transfuse darah.5. pasang monitor EKG :1. Disrritmia, pertimbangkan tamponade jantung2. Pulseless electrical activity : pertimbangkan tamponade jantung, tension pneumothorax, hipovolemia3. Bradikardi, konduksi abberant, ventricular ektopik,: pertimbangkan hipoksia, hipoperfusi6. Pasang kateter urin dan NGT kecuali ada kontraindikasi.Catatan : output urin adalah indicator sensitive untuk mengetahui status volume tubuh. Kateter urin merupakan kontra indikasi jika ada kecurigaan injury pada urethra, misal:1. darah pada meatus uretra2. Henatom skrotum3. Prostate tidak bisa dipalpasiGastric tube diindikasikan untuk mengurangi distensi lambung dan menurunkan resiko aspirasi. Darah pada cairan aspirasi lambung mungkin berarti :1. darah orofaring yang tertelan2. akibat tauma pemasangan NGT3. injury pada GIT bagian atasJika ada epistaksis atau serebrospinal fluid rhinorrhea yang mengindikasikan adanya fraktur cribriform plate, pasang NGT per oral daripada melalui nasal.7. cegah hipotermi

Perhatian:1. hipotensi persisten pada pasien trauma bisaanya terjadi karena hipovolemi akibat perdarahan yang terus-menerus.2. pada lansia, anak-anak, atlet, dan pasien lain dengan kondisi medis kronik, tidak adanya respon terhadap hilangnya volume merupakan keadaan yang bisa terjadi. Lansia mungkin tidak menunjukkan takikardi saat kehilangan darah, lebih parah lagi pada pasien pengguna beta blocker. Pasien anak yang resah akan sering menunjukkan tanda hipovolemi yang parah.3. coba jangan memasukkan emergency suclavian line pada sisi yang sehat dari pasien trauma dada. Jalur IV femoral dapat digunakan. Jika central line digunakan untuk resusitasi harus digunakan jarum ukuran besar (>8Fr)

Disabilitas (Evaluasi Neurologik)Cek tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil. Metode AVPUPA AlertV respon terhadap rangsang VokalP respon terhadap rangsang PainU UnresponsifP ukuran dan reaksi Pupil

Catatan : GCS lebihdetil namun termasuk pada secondary survey; kecuali jika akan melakukan intubasi maka pemeriksaan GCS harus dilakukan lebih dulu.1. tentukan tingkat kesadaran dengan metode AVPUP2. Periksa pupil untuk ukurannya, equalitas dan reaksinya.PerhatianJangan anggap AMS hanya terjadi akibat trauma kepala saja, pertimbangkan :1. Hipoksia2. Syok3. intoksikasi alcohol/obat4. hipoglikemi5. sebaliknya jangan anggap AMS terjadi akibat intoksikasi alkohol atau obat, dokter harus dapat mengeksklusi adanya cedera kepala.Exposure (Kontrol Lingkungan)Kontrol terhadap paparan/lingkunganLepas semua pakain pasien, cegah hipotermi dengan memakaikan selimut dan atau cairan IV yang hangat, berikan cahaya hangat. Monitoring nadi, BP, pulse oksimetri, EKG, dan output urin terus-menerus. Lakukan X ray1. Lateral cervical spine2. Dada AP3. Pelvis APSecodary Survey Evaluasi keseluruhan termasuk tanda vital, BP, nadi, respirasi dan temperature Dilakukan setelah primary survey, resusitasi, dan pemeriksaan ABC. Dapat disingkat menjadi tubes and fingers in every orifice Dimulai dengan anamnesa AMPLE :A AlergiM Medikasi yang dikonsumsi baru-baru iniP Past illness (RPD)L Last meal (makan terakhir)E Event/environment yang terkait injury

http://08cyber.blogspot.com/2011/02/tatalaksana-awal-multiple-trauma.html