praktikum rektan mutasi agroteknologi 2014

14
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN April, 2014 PRAKTIKUM : MUTASI “ IRRADIASI SINAR GAMMA” REKAYASA TANAMAN III

Upload: fauzi-muhammad

Post on 23-Nov-2015

149 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

MODUL PRAKTIKUM

TRANSCRIPT

  • PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    April, 2014

    PRAKTIKUM : MUTASI IRRADIASI

    SINAR GAMMA

    REKAYASA TANAMAN III

  • 2

    MUTASI IRADIASI SINAR GAMMA PADA TANAMAN

    KACANG PANJANG (Vigna sinensis (L.) Savi Ex Has), BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.), CABAI (Capsicum annum L.), TERONG (Solanum melongena), CABE RAWIT (Capsicum frutescens L.), KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris), dan BAWANG

    MERAH (Allium Cepa Var.Aaggregatum L.)

    PENDAHULUAN Latar Belakang

    Kacang panjang, buncis, cabai, terong, cabe rawit, kacang merah dan bawang merah merupakan komoditi penting di Indonesia, oleh karena itu pengembangan varietas unggul pada tanaman Kacang panjang, buncis, cabai, terong, cabe rawit, kacang merah dan bawang merah perlu terus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam pengembangan varietas unggul adalah dengan melakukan induksi mutasi dengan iradiasi sinar gamma.

    Mutasi adalah perubahan materi genetik, yang merupakan sumber pokok dari semua keragaman genetik dan merupakan bagian dari fenomena alam (Aisyah, 2006). Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam, namun peluang kejadiannya sangat kecil, yaitu sekitar 10-6 (Aisyah, 2009). Induksi mutasi dapat dilakukan dengan menggunakan mutagen kimia seperti EMS (ethylene methane sulfonate), NMU (nitrosomethyl urea), NTG (nitrosoguanidine), dan lain-lain) atau mutagen fisik (seperti sinar gamma, sinar X, sinar neutron dan lain-lain). Akan tetapi mutasi dengan iradiasi pada bagian vegetative tanaman memperlihatkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan dengan mutagen kimia (Aisyah, 2009). Dosis iradiasi yang digunakan untuk menginduksi keragaman sangat menentukan keberhasilan terbentuknya tanaman mutan. Broertjes dan Van Harten (1988) melaporkan kisaran dosis radiasi sinar gamma pada berbagai jenis tanaman hias, dan untuk tanaman anyelir kisaran yang telah dicobakan berada pada selang yang masih cukup lebar, yaitu antara 25-120 gray. Jika iradiasi dilakukan pada benih, pada umumnya kisaran dosis yang efektif lebih tinggi dibandingkan jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya. Semakin banyak kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang diiradiasi, maka akan semakin banyak pula radikal bebas yang terbentuk sehingga tanaman menjadi lebih sensitif (Herison, et al., 2008). Untuk itu maka perlu dicari dosis optimum yang dapat efektif menghasilkan tanaman mutan yang pada umumnya terjadi pada atau sedikit dibawah nilai LD50 (Lethal Dose 50). LD50 adalah dosis yang menyebabkan 50% kematian dari populasi yang diradiasi.

    Tujuan pratikum: Mengetahui pengaruh berbagai dosis iradiasi sinar gamma terhadap pertumbuhan

    benih tanaman kacang panjang, buncis, cabai, terong, cabe rawit, kacang merah dan bawang merah.

    Mengetahui LD50 benih tanaman kacang panjang, buncis, cabai, terong, cabe rawit, kacang merah dan bawang merah.

  • 3

    TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kacang Panjang

    Tanaman kacang panjang merupakan tanaman perdu semusim. Tanaman ini berbentuk perdu yang tumbuhnya menjalar atau merambat. Daunnya berupa daun majemuk, terdiri dari tiga helai. Batangnya liat dan sedikit berbulu. Akarnya mempunyai bintil yang dapat mengikat nitrogen (N) bebas dari udara. Hal ini dapat menyuburkan tanah.

    Bunga kacang panjang berbentuk kupu-kupu. Ibu tangka bunga keluar dari ketiak daun. Setiap ibu tangkai bunya mempunyai 3-5 bunga. Warna bunganya ada yang putih, biru, atau ungu. Bunga kacang panjang menyerbuk sendiri. Penyerbukan silang dengan bantuan serangga dapat juga terjadi dengan kemungkinan 10%.

    Tidak setiap bunga dapat menjadi buah, hanya 1-4 bunga yang dapat menjadi buah. Buahnya berbentuk polong bulat panjang dan ramping. Panjang polong sekitar 10-80 cm. Warna polong hijau muda sampai hijau keputihan. Setelah tua warna polong putih kekuningan. Polong biasanya dapat dipungut pertama kali umur 2 - 2,5 bulan.Pemungutan selanjutnya seminggu sekali dan dapat berlangsung selama 3,5 - 4 bulan (Haryanto, 2007).

    Tanaman Buncis Buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk sayuran polong semusim divisi

    spermatophyta, sub-divisi angiospermae, kelas dicotyledoneae, kelas dicotyledoneae, ordo leguminales, famili Leguminocea, sub-family papillionaceae, genus phaseolus berumur pendek (Cahyono, 2007) dan merupakan tanaman budidaya penting untuk pangan (Rubyogo dkk., 2004). Tanaman ini bukan tanaman asli Indonesia melainkan tempat asal primernya adalah Meksiko Selatan dan Amerika Tengah, sedangkan daerah sekunder adalah Peru, Equador, dan Bolivia (Maesen dan Sadikin, 1992) dan menyebar ke negara-negara Eropa sampai ke Indonesia dan sering disebut snap beans atau french beans (hhtp://www.plantamor.com/spedtail.php?recid=982, 2008).

    Buncis bentuknya semak atau perdu terdiri dua tipe pertumbuhan yaitu tipe merambat (indeterminate) mencapai tinggi tanaman 2 m (Cahyono, 2007) bahkan dapat mencapai 2.4 m (Ashari, 1995) dan lebih dari 25 buku pembungaan (Rubatzky, 1997) sehingga memerlukan turus untuk pertumbuhannya (Setiawan, 1993) dan tipe tegak/pendek (determinate) tinggi tanaman antara 30-50 cm (Cahyono, 2007) dengan jumlah buku sedikit dan pembungaannya terbentuk di ujung batang utama (Rubatzky, 1997).

    Tanaman Cabai Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai

    nilai ekonomi tinggi. Cabai memiliki berbagai macam senyawa yang berguna bagi kesehatan manusia. Cabai mengandung antioksidan yang berfungsi menjaga tubuh dari serangan radikal bebas. Cabai juga mengandung lasparaginase dan capsaicin yang berperan sebagai zat anti kanker. Cabai merupakan kebutuhan yang harus ada karena dikonsumsi setiap hari dan dalam keadaan segar. Menurut Navarro et al. (2006), cabai merupakan salah satu tanaman famili Solanaceae yang sangat penting di dunia. Tanaman cabai banyak ragam tipe pertumbuhan dan bentuk buahnya. Diperkirakan terdapat 20 spesies yang sebagian besar hidup di Negara asalnya. Masyarakat pada umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yakni cabai besar, cabai keriting, cabai rawit dan paprika. Secara umum cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Kabohidarat, Kalsium, Vitamin A, B1 dan Vitamin C. Selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, cabai juga dapat digunakan untuk keperluan industri di antaranya, Industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obatobatan atau jamu.

    Hampir semua rumah tangga mengkonsumsi cabe setiap hari sebagai pelengkap dalam hidangan keluarga sehari-hari. Konsumsi cabe rata-rata sebesar 4,6 kg per kapita per

  • 4

    tahun. Buah cabai ini selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani. Di samping itu tanaman ini juga berfungsi sebagai bahan baku industri, yang memiliki peluang eksport, membuka kesempatan kerja. Setiap tahunnya di pasaran internasional diperdagangkan sekitar 30.000 sampai 40.000 ton cabai merah. Permintaan yang cukup tinggi dan relatif kontinue serta cenderung terus meningkat memberi dorongan kuat masyarakat luas terutama petani dalam pengembangan budidaya cabai. Berbagai alternatif teknologi yang tersedia serta relatif mudahnya teknologi tersebut diadopsi petani merupakan rangsangan tersendiri bagi petani. Di samping itu produktivitas cabai sangat tinggi dan waktu yang dibutuhkan untuk penanaman relatif singkat, sehingga nilai ekonomi cabai cukup tinggi. Dalam kondisi yang menguntungkan, cabai merupakan pilihan utama bagi petani di banyak wilayah.

    Tanaman Terong Terung merupakan sejenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran dan di

    tanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan.Terung dikenal dengan nama ilmiah Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran pribumi, buah terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. Akhir-akhir ini bisnis terung masih memberikan peluang pasar yang cukup baik terutama untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri.

    Terung atau Terong (Jawa), torung (Batak), cuang, taung (Bali) atau nasubi (Jepang) termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai kalangan di seluruh pelosok tanah air. Buah terung yang merupakan hasil panen utama tanaman ini memiliki citarasa yang enak, bernilai gizi diantaranya vitamin A, B1, B2, C, P dan Fosfor (Trubus, 1998).

    Tanaman Cabe Rawit Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman Hortikultura dari

    famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Cahyono,2003). Cabai rawit digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan obat (Heyne,1987). Menurut Rukmana (2002), secara umum buah cabai rawit mengandung zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, oleoresin, flavanoid dan minyak esensial. Kandungan tersebut banyak dimanfaatkan sebagai bahan bumbu masak, ramuan obat tradisional, industri pangan dan pakan unggas.

    Produktivitas cabai rawit di Indonesia rata - rata masih rendah. Pada tahun 2009 produksi cabai rawit 5,07 ton/ha, pada tahun 2010 turun menjadi 4,56 ton/ha, dan pada tahun 2011 produksi menjadi 5,01 ton/ha (Biro Pusat Statistik, 2011). Kendala yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai Di Indonesia adalah gangguan hama dan penyakit (Semangun, 2000). Beberapa jenis penyakit yang dominan menyerang cabai adalah antraknosa, layu bakteri dan virus (Syukur et al ., 2009). Penyakit kuning, penyakit bulai dan penyakit kerdil yang disebabkan oleh virus gemini merupakan penyakit utama yang menyebabkan rendahnya produktivitas cabai di Indonesia (Sudiono et al ., 2005).

    Tanaman Kacang Merah Tanaman kacang merah dan kacang buncis hitam memiliki nama ilmiah yang sama

    yaitu Phaseolus vulgaris L., tetapi memiliki tipe pertumbuhan dan kebiasaan panen yang berbeda. Kacang merah sebenarnya merupakan kacang buncis tipe tegak (tidak merambat) dan umumnya dipanen setelah polong tua. Sedangkan kacang buncis umumnya tumbuh merambat dan dipanen pada saat polong masih muda (Rukmana, 2009).

  • 5

    Kacang merah mempunyai batang pendek dengan tinggi sekitar 30 cm. Batang tanaman umumnya berbuku-buku, yang sekaligus merupakan tempat untuk melekat tangkai daun. Daun bersifat majemuk tiga (trifoliolatus) dan helai daunnya berbentuk jorong segitiga (Rukmana, 2009).

    Tanaman ini memiliki akar tunggang yang sebagian membentuk bintil-bintil (nodula) yang merupakan sumber nitrogen dan sebagian lagi tanpa nodula yang fungsinya antara lain menyerap air dan unsur hara. Bunga tersusun dalam karangan berbentuk tandan dengan pertumbuhan karangan bunga yang serempak/bersamaan. Biji berwarna merah atau merah berbintik-bintik putih (Rukmana, 2009).

    Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan

    bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran tanaman bawang merah dapat mencapai 20-200 akar. Diameter bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar cabang tumbuh dan terbentuk antara 3-5 akar (AAK, 2004).

    Batang tanaman merupakan batang semu yang berasal dari modifikasi pangkal daun bawang merah. Di bawah batang semu tersebut terdapat tangkai daun yang menebal, lunak, dan berdaging yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan.

    Daun bawang merah bertangkai relatif pendek, berbentuk bulat mirip pipa, berlubang, memiliki panjang 15-40 cm, dan meruncing pada bagian ujung. Daun berwarna hijau tua atau hijau muda. Setelah tua, daun menguning, tidak lagi setegak daun yang masih muda dan akhirnya mengering dimulai dari bagian ujung tanaman (Suparman, 2010).

    Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna, memiliki benang sari dan kepala putik. Tiap kuntum bunga terdiri atas enam daun bunga yang berwarna putih, enam benang sari yang berwarna hijau kekuning-kuningan, dan sebuah putik. Kadang-kadang, di antara kuntum bunga bawang merah ditemukan bunga yang memiliki putik sangat kecil dan pendek atau rudimenter. Meskipun kuntum bunga banyak, namun bunga yang berhasil mengadakan persarian relatif sedikit (Pitojo, 2003).

    Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara generatif (Rukmana, 1995).

    Induksi Mutasi Fisik dalam Pemuliaan Tanaman Pemuliaan tanaman merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk memperbaiki

    sifat tanaman, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pemuliaan tanaman bertujuan untuk menghasilkan varietas tanaman dengan sifat-sifat (morfologi, fisiologi, biokimia, dan agronomi) yang sesuai dengan sistem budidaya yang ada dan tujuan ekonomi yang diinginkan. Pemuliaan tanaman akan berhasil jika di dalam populasi tersebut terdapat banyak variasi genetik. Variasi genetik dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu koleksi, introduksi, hibridisasi, dan induksi mutasi (Crowder, 1986). Pemuliaan tanaman secara konvensional dilakukan dengan hibridisasi, sedangkan pemuliaan secara mutasi dapat diinduksi dengan mutagen fisik atau mutagen kimia. Pada umumnya mutagen fisik dapat menyebabkan mutasi pada tahap kromosom, sedangkan mutagen kimia umumnya menyebabkan mutasi pada tahapan gen atau basa nitrogen (Aisyah, 2006)

    Mutasi adalah suatu proses dimana suatu gen mengalami perubahan struktur (Crowder, 1986), sedangkan menurut Poehlman and Sleper (1995) mutasi adalah suatu proses perubahan yang mendadak pada materi genetik dari suatu sel, yang mencakup perubahan

  • 6

    pada tingkat gen, molekuler, atau kromosom. Induksi mutasi merupakan salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan keragaman tanaman (Wulan, 2007). Mutasi gen terjadi sebagai akibat perubahan dalam gen dan timbul secara spontan. Gen yang berubah karena mutasi disebut mutan.

    Mutasi memiliki arti penting bagi pemuliaan tanaman, yaitu (1) Iradiasi memungkinkan untuk meningkatkan hanya satu karakter yang diinginkan saja, tanpa mengubah karakter yang lainnya. (2) Tanaman yang secara umum diperbanyak secara vegetatif pada umumnya bersifat heterozigot yang dapat menimbulkan keragaman yang tinggi setelah dilakukannya iradiasi. (3) Iradiasi merupakan satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keragaman pada tanaman yang steril dan apomiksis (Melina, 2008). Mutasi juga dapat menghasilkan karagaman yang lebih cepat dibandingkan pemuliaan secara konvensional. Selain itu, mutasi juga dapat menghasilkan keragaman yang tidak dapat diprediksi dan diduga. Hal ini sangat baik dalam perkembangan tanaman hias. Pemuliaan dengan mutasi, selain mempunyai beberapa keunggulan juga memiliki beberapa kelemahan, dimana sifat yang diperoleh tidak dapat diprediksi dan ketidakstabilan sifat-sifat genetik yang muncul pada generasi berikutnya (Syukur, 2000).

    Aplikasi induksi mutasi dengan mutagen fisik dapat dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu (a) iradiasi tunggal (acute iradiation), (b) chronic irradiation, (c) iradiasi terbagi (frationated irradiation), dan (d) iradiasi berulang (Misniar, 2008). Iradiasi tunggal adalah iradiasi yang dilakukan hanya dengan satu kali penembakan sekaligus. Chronic irradiation adalah iradiasi dengan penembakan dosis rendah, namun dilakukan secara terus-menerus selama beberapa bulan. Iradiasi terbagi adalah radiasi dengan penembakan yang seharusnya dilakukan hanya satu kali, namun dilakukan dua kali penembakan dengan dosis setengahnya sedangkan radiasi berulang adalah radiasi dengan memberikan penembakan secara berulang dalam jarak dan waktu yang tidak terlalu lama.

    Dosis iradiasi yang digunakan untuk menginduksi keragaman sangat menentukan keberhasilan terbentuknya tanaman mutan. Broertjes dan Van Harten (1988) melaporkan kisaran dosis radiasi sinar gamma pada berbagai jenis tanaman hias, dan untuk tanaman anyelir kisaran yang telah dicobakan berada pada selang yang masih cukup lebar, yaitu antara 25-120 gray. Jika iradiasi dilakukan pada benih, pada umumnya kisaran dosis yang efektif lebih tinggi dibandingkan jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya. Semakin banyak kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang diiradiasi, maka akan semakin banyak pula radikal bebas yang terbentuk sehingga tanaman menjadi lebih sensitif (Herison, et al., 2008). Untuk itu maka perlu dicari dosis optimum yang dapat efektif menghasilkan tanaman mutan yang pada umumnya terjadi pada atau sedikit dibawah nilai LD50 (Lethal Dose 50). LD50 adalah dosis yang menyebabkan 50% kematian dari populasi yang diradiasi.

    Radiasi Sinar Gamma Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,

    partikel, atau gelombang elektromagnetik (foton) dari suatu sumber energy (BATAN, 2008). Radiasi energi tinggi adalah bentuk-bentuk energi yang melepaskan tenaga dalam jumlah yang besar dan kadang-kadang disebut juga radiasi ionisasi (BATAN, 2008) karena ion-ion dihasilkan dalam bahan yang dapat ditembus oleh energi tersebut (Crowder, 1986). Radiasi dapat menginduksi terjadinya mutasi karena sel yang teradiasi akan dibebani oleh tenaga kinetik yang tinggi, sehingga dapat mempengaruhi atau mengubah reaksi kimia sel tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya perubahan susunan kromosom tanaman (Poespodarsono, 1988).

    Radiasi memiliki beberapa tipe, yaitu radiasi sinar X, radiasi sinar gamma, dan radiasi sinar ultra violet (Crowder, 1986). Radiasi sinar gamma dipancarkan dari isotop radio aktif,

  • 7

    panjang gelombangnya lebih pendek dari sinar X, dan daya tembusnya adalah yang paling kuat. Hidayat, (2004) mengatakan bahwa sinar gamma merupakan bentuk sinar yang paling kuat dari bentuk radiasi yang diketahui, kekuatannya hampir 1 miliar kali lebih berenergi dibandingkan radiasi sinar X.

    BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Irradiasi akan dilaksanakan di PTIR BATAN Pasar Minggu Jakarta. Penanaman benih hasil iradiasi berbagai dosis dilaksanakan pada tanggal 03 April 2014 di Rumah Kaca dan Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Dosis irradiasi /perlakuan yang akan dilakukan adalah :

    a. 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350 dan 400 Grey (untuk komoditi kacang panjang, buncis, cabai, terong, cabe rawit dan kacang merah)

    b. 0, 40 dan 60 Grey (untuk komoditi bawang merah)

    Bahan dan Alat Bahan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

    1. Benih Kacang Panjang (KP1 dan KP2) 2. Benih Buncis (B1 dan B4) 3. Benih Cabe (C11) 4. Benih Terong (T1) 5. Benih Cabe Rawit (CR9) 6. Benih Kacang Merah 7. Benih Bawang Merah (BW5, BW6 dan BW7)

    Gambar 1. Benih KP1 Gambar 2. Benih KP2

    Gambar 3. Benih B1 Gambar 4. Benih B4

  • 8

    Gambar 5. Benih C11 Gambar 6. Benih T1

    Gambar 7. Benih CR9 Gambar 8. Benih Kacang Merah

    Gambar 9. Benih BW6

    Alat alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah: 1. Tray perkecambahan 2. Label 3. Alat tulis 4. Alat ukur

    Metode Pelaksanaan 1. Kecambahkan benih dalam tray/bak plastik perkecambahan yang telah diisi

    tanah/pasir sebelumnya (lihat Gambar 10). c. 16 benih setiap dosis/perlakuan (untuk komoditi kacang panjang, buncis, cabe,

    terong, cabe rawit dan kacang merah) d. 9 benih setiap dosis/perlakuan (untuk komoditi bawang merah)

    2. Amati daya tumbuh dan tinggi tanaman 14 hari setelah tanam (HST) 3. Bandingkan antar perlakuan

  • 9

    e. 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350 dan 400 Grey (untuk komoditi kacang panjang, buncis, cabai, terong, cabe rawit dan kacang merah)

    f. 0, 40 dan 60 Grey (untuk komoditi bawang merah) 4. Buat kurva respon LD50 menggunakan software curve expert.

    Gambar 10. Cara penanaman benih

    Pembagian kelompok kerja :

    Kelompok 1 : KP1 Kelompok 2 : KP2 Kelompok 3 : B1 Kelompok 4 : B4 Kelompok 5 : C11 dan BW5 Kelompok 6 : T1 dan BW6 Kelompok 7 : CR9 dan BW7 Kelompok 8 : Kacang Merah

    PENGAMATAN 1. Pengamatan dilaksanakan 3 minggu atau 21 hari setelah tanam (HST). 2. Karakter yang diamati: daya berkecambah, tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan

    lebar daun. 3. LD50 pada benih kacang panjang (KP1 dan KP2), Buncis (B1 dan B4), Cabai (C11),

    Terong (T1), Cabe Rawit (CR9), kacang merah dan Bawang Merah (BW5, BW6 dan BW7). Nilai LD50 dapat diperoleh dengan mengetahui pola respon (persamaan regresi) daya tumbuh tanaman terhadap berbagai dosis iradiasi, menggunakan software Curve Expert).

    4. Dokumentasi (picture) tiap dosis.

  • 10

    LANGKAH-LANGKAH ANALISIS LD50 (Menggunakan Software Curve Expert)

    Pilih 3 degree Ok Tunggu sampai keluar grafik seperti di bawah ini:

    Dosis radiasi

    Data pengamatan

  • 11

    Pilih find x =f(y)

  • 12

    Isi angka 50 calculate

    LD50

  • 13

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    LD50 pada benih kacang panjang (KP1 dan KP2), Buncis (B1 dan B4), Cabai (C11), Terong (T1), Cabe Rawit (CR9), kacang merah dan Bawang Merah (BW5, BW6 dan BW7).

    Penampilan semua karakter tanaman setiap dosis. Setiap kelompok membahas hasil dari ke tujuh komoditi tersebut, data diperoleh dari

    kelompok lain (sharing data).

    DISAJIKAN DALAM BENTUK MAKALAH DAN DIKUMPULKAN PER KELOMPOK PADA SAAT UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SESUAI JADWAL DARI FAKULTAS

    Format laporan Cover (judul praktikum, mata kuliah, kelompok, nama/npm, logo unpad, program

    studi/fakultas/universitas, tahun) Daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran Bab 1. Pendahuluan Bab 2. Tinjauan Pustaka Bab 3. Bahan dan Metode Bab 4. Hasil dan Pembahasan Bab 5. Kesimpulan dan Saran Daftar Pustaka Lampiran (berisi data hasil pengamatan, foto-foto penampilan tanaman hasil radiasi)

  • 14

    DAFTAR PUSTAKA

    Aisyah, S. I. 2006. Mutasi induksi, hal. 159 - 178. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.) Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.

    Aisyah, S. I., H. Aswidinoor, A. Saefuddin, B. MArwoto, dan S. Sastrosumarjo. 2009. Induksi mutasi pada stek pucuk anyelir (Dianthus caryophyllus Linn.) nelalui iradiasi sinar gamma. J. Agron. Indonesia. 37 (1) : 62 70.

    BATAN. 2008. Radiasi. http://www.batan.go.id/organisasi/kerjasama.php. 19 Desember 2008.

    Cheema, A. A. and B. M. Atta. 2003. Radiosensitivity studies in Basmati rice. Pak. J. Bot. 35 (2) : 197 207.

    Crowder, L. V. 1986. Mutagenesis. Hal 322 356. Dalam Soetarso (Ed). Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.

    Herison, C., Rustikawati, Sujono H. S., Syarifah I. A. 2008. Induksi mutasi melalui sinar gamma terhadap benih untuk meningkatkan keragaman populasi dasar jagung (Zea mays L.). Akta Agrosia 11(1):57-62.

    Hidayat, D. 2004. Terungkapnya Asal-Usul Sinar Kosmis. Tempo. 5 November 2004. Human, S. and Sihono. 2010 Sorghum breeding for improved drought tolerance using induced mutation wiyh gamma irradiation. J. Agron. Indonesia. 38 (2) : 95 99.

    Karhika, R. and B. S. Lakshmi. 2006. Effect of gamma rays and EMS on two varieties of soybean. Asian Journal of Plant Sciences. 5 (4) : 721 724.

    PDIN BATAN. Kedelai Varietas Unggul Baru Hasil Pemuliaan Mutasi Radiasi. http://www.warintek.ristek.go.id/nuklir/kedelai.pdf. [9 Januari 2011].

    Poehlman, J. M., and D. A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops. Iowa State University Press. Ames. 432 p.

    Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU IPB dan LSIIPB. Bogor. 168 hal.

    PPIN BATAN. 2008. Radiasi. http://www.batan.go.id/FAQ/faq_radiasi.php. [31Oktober 2009]

    Sanjaya, L., G. A. Wattimena, E. Guharja, M. Yusuf, H. Aswidinnoor, dan P. Stam. 2002. Keragaman ketahanan aksesi Capsicum terhadap antraknose (Colletotrichum capsici) berdasarkan penanda RAPD. Jurnal Bioteknologi Pertanian. 7 (2) : 37 42.Susanto, U., A. A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003.

    Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 22(3):125-131 Soedjono, S. 2003. Aplikasi mutasi induksi dan variasi somaklonal dalam pemuliaan

    tanaman. Jurnal Litbang Pertanian. 22(2) : 70-78. Suharsono, M. Alwi, A. Purwito. 2009. Pembentukkan tanaman cabai haploid melalui

    induksi ginogenesis dengan menggunakan serbuk sari yang diiradiasi sinar gamma. J. Agron. Indonesia. 37 (2) : 123 129.

    Sungkono, Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Sopandie. S. Human. M. A. Yudiarto. 2009. Pendugaan parameter genetik dan seleksi galur mutan sorgum (Sorhum bicolor (L.) Moench) di Tanah Masam. J. Agron. Indonesia. 37 (3) : 220 225.