praktikum kfa

Upload: ghina-rizqiani-nh-afifah

Post on 09-Oct-2015

150 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

LAporan

TRANSCRIPT

BAB IPedahuluan

1.1 Prinsip Percobaan1. Pembentuan kompleks antara ion logam dengan pengkompleks. 2. Berdasarkan reaksi netralisasi asam oleh basa atau sebaliknya.3. Reaksi pengendapan dengan Ag+ dengan halida. .1.2 Tujuan Percobaan1. Untuk mengetahui analisis atau penetapan kadar zat atau obat dalam sediaan farmasi dengan metode kompleskometri.2. Praktikum ini bertujuan untuk mengidentifikasi zat dalam suatu sampel sediaansalep dan mampu menentukan kadarnya dengan menggunakan prinsip titrasi asam-basa.

BAB IITinjauan Pustaka

2.1 KompleksometriTitrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksireaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Contoh reaksi titrasi kompleksometri :

Ag+ + 2 CN- Ag(CN)2

Hg2+ + 2Cl- HgCl2

(Khopkar, 2002).

Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan titrimetrik melibatkan pembentukan (formasi) kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang dimaksud di sini adalah kompleks yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah kation, dengan sebuah anion atau molekul netral (Basset, 1994).Titrasi kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA. Gugus-yang terikat pada ion pusat, disebut ligan, dan dalam larutan air, reaksi dapat dinyatakan oleh persamaan :

M(H2O)n + L = M(H2O)(n-1) L + H2O

(Khopkar, 2002).

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah satu jenis asam amina polikarboksilat. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Rival, 1995).Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan tersebut (Harjadi, 1993).Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein dan calcein blue (Khopkar, 2002).Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida, sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu (Rival, 1995).Titrasi dapat ditentukan dengan adanya penambahan indikator yang berguna sebagai tanda tercapai titik akhir titrasi. Ada lima syarat suatu indikator ion logam dapat digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir yaitu reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna kuat. Kedua, reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. Ketiga, kompleks-indikator logam itu harus memiliki kestabilan yang cukup, kalau tidak, karena disosiasi, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun, kompleks-indikator logam itu harus kurang stabil dibanding kompleks logam-EDTA untuk menjamin agar pada titik akhir, EDTA memindahkan ion-ion logam dari kompleks-indikator logam ke kompleks logam-EDTA harus tajam dan cepat. Kelima, kontras warna antara indikator bebas dan kompleks-indikator logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam (yaitu, terhadap pM) sehingga perubahan warna terjadi sedikit mungkin dengan titik ekuivalen. Terakhir, penentuan Ca dan Mg dapat dilakukan dengan titrasi EDTA, pH untuk titrasi adalah 10 dengan indikator eriochrome black T. Pada pH tinggi, 12, Mg(OH)2 akan mengendap, sehingga EDTA dapat dikonsumsi hanya oleh Ca2+ dengan indikator murexide (Basset, 1994).Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri. Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu misalnya dengan menggunakan larutan kadmium (Harjadi, 1993).

2.2 Asam Basa

Asam benzoat (C7H6O2) adalah padatan Kristal berwarna putih dan merupakanasam karboksilat aromatik yang paling sederhana. Nama asam ini berasal dari sam benzoin (setah kemenyan), yang terdahulu merupakan satu-satunya sumber asam benzoat. Asam lemah ini beserta garam turunannya digunakan sebagai pengawetmakanan. Asam benzoat adalah precursor yang penting dalam sistesis banyak bahan- bahan kimia lainnya.Menentukan kadar asam benzoat menggunakan metode asidi-alkalimetri yaitutitrasi tidak langsung asam-basa. Mentitrasinya dengan larutan baku basa (alkalimetri)atau sampel basa dengan larutan baku asam (asidimetri). Asidimetri dan alkalimetritermasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asamdengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). Titrasi tidak langsung dapat dilakukan untuk titrasi-titrasi asamlemah dengan basa kuat, ataupun titrasi basa lemah dengan asam kuat.Titrasi merupakan suatu metoda untuk menentukan kadar suatu zat denganmenggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bilamelibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untukitrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yangmelibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titrant dan biasanyadiletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinyadisebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan.

Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu :1. Asam kuat - Basa kuat2. Asam kuat - Basa lemah3. Asam lemah - Basa kuat4. Asam kuat - Garam dari asam lemah5. Basa kuat - Garam dari basa lemahBeberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi-alkalimetri dalamFarmakope Indonesia Edisi IV adalah : amfetamin sulfat dan sediaan tabletnya, ammonia,asam asetat glacial, asam asetil salisilat, asam benzoate, asam fosfat, asam klorida, asamnitrat, asam retinoat, asam salisilat, asam sitrat, asamsorbet, asam sulfat, asam tartrat,asam undesilenat, benzyl benzoate, butyl paraben, efedrin, natrium tetraborat, neotigminmetilsulfat, propil paraben, propin tiourasil, zink oksida dan lain-lain 2.3 Argentometri Hasil kali konsentrasi ion-ion yang terkandung sutu larutan-larutan jenuh dari garam yang sukar larut pada suhu tertentu adalah konstan. Misalnya suatu garam yang sukar larut AmBn dalam larutan akan terdisosiasi menjadi m kation dan n anion. Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran dimana akan terbentuk garam perak yang sukar larut. (Susanti.2003) Untuk menentukan berakhirnya suatu reaksi pengendapan dipergunakan indikator yang baru menghasilkan suatu endapan bila reaksi dipergunakan dengan berhasil baik untuk titrasi pengendapan ini. Dalam titrasi yang melibatkan garam-garam perak ada tiga indikator yang telah sukses dikembangkan selama ini yaitu metode Mohr menggunakan ion kromat, CrO42-, untuk mengendapkan Ag2CrO4 coklat. Metode Volhard menggunakan ion Fe3+ untuk membentuk sebuah kompleks yang berwarna dengan ion tiosianat, SCN. Dan metode Fajans menggunakan indikator adsorpsi. (Underwood.2004)Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu. Metode argentometri disebut juga metode pengendapan karena pada argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relative tidak larut atau endapan. (Gandjar,2007)Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yaitu metode Mohr, metode Volhard, Metode K. Fajans, dan metode Leibig.

Metode MohrMetode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium kromat sebagai indkator. Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan setelah tercapai titik ekuivalen, maka penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk endapan perak kromat yang berwarna merah. (Gandjar,2007)

Metode VolhardPerak dapat ditetapkan secara teliti dengan suasana asam dengan larutan baku kalium dan ammonium tiosianat yang mempunyai hasil kali kelarutan 7,1 x 10-13. Kelebihan tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan garam besi (III) ntrat atau besi (III) ammonium sulfat sebagai indicator yang membentuk warna merah dari kompleks besi (III)-tiosianat dalam lingkungan asam nitrat 0,5-1,5N. Titrasi ini harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika suasana basa sehingga titik akhir tidak dapat ditunjukan. pH larutan dibawah 3, Pada titrasi terjadi perubahan warna 0,7 1 % sebelum titik ekuaivalen. Untuk mendapatkan hasil yang teliti pada waktu akan mencapai titik akhir, titrasi digojog kuat-kuat supaya ion perak yang diarbsorbsi oleh endapan perak tiosianat dapat bereksi dengan tiosianat. Metode volhard dapat digunakan untuk menetapkan asam klorida, bromide, dan iondida dalam suasana asam. (Gandjar,2007)

Metode K. FajansPada metode ini digunakan indicator arbsorbsi, yang mana pada titik ekuivalen, indicator terarbsorbsi oleh endapan. Indicator ini tidak membeikan warna pada larutan, tetapi pada permukaan endapan. (Gandjar,2007)

Metode LeibigPada metode ini, titik akhir titrasinya tidak ditentukan dengan indicator, akan tetapi ditunjukan dengan terjadi kekeruhan. Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada larutan akali sianida akan terbentuk endapan putih, tetapi pada penggojongan akan larut kembali karena akan terbentuk kompleks sianida yang stabil dan larut. (Gandjar,2007)

2.4 Redoks Titrasi-titrasi redoks berdasarkan pada perpindahan elektron antara titran dan analit. Jenis titrasi ini biasanya menggunakan potensiometri untuk mendeteksi titik akhir, meskipun demikian penggunaan indikator yang dapat berubah warnanya dengan adanya kelebihan titran juga sering digunakan. Dalam titrasi redoks sendiri, ada yang melibatkan iodium dan ada pula yang melibatkan ion permanganat (Rohman, 2012).Titrasi yang melibatkan iodium dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu, titrasi langsung (iodimetri) dan titrasi tidak langsung (iodometri). Iodimetri adalah titrasi langsung yang digunakan untuk menetapkan kadar asam askorbat, natrium askorbat, metampiron (antalgin), natrium tiosianat dan sediaan injeksinya. Sedangkan iodometri adalah titrasi tidak langsung yang digunakan untuk menetapkan kadar senyawa-senyawa dengan potensial oksidasi yang lebih besar daripada sistem iodium-iodida atau senyawa senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4.5H2O (Rohman, 2012).Redoks sering dihubungkan dengan terjadinya perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu. Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks (Rivai, 1995).Reaksi-reaksi kimia yang melibatkan redoks (reduksi oksidasi) dipergunakan secara luas oleh analisis titrimetrik. Ion-ion dari berbagai unsur dapat hadir dalam kondisi oksidasi yang berbeda-beda, menghasilkan kemungkinan banyak reaksi redoks. Adapun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu titrasi dengan metode seperti pada reaksi redoks yang banyak dikenal adalah iodimetri dan iodometri. Iodimetri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan menurut iodin (Underwood, 1986). Berikut reaksi yang dapat terjadi (Underwood , 1986) : Oksidator + KI I2 + 2e I2 + Na2S2O3 NaI + Na2S2O3Sedangkan, iodometri adalah analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan (Underwood, 1986). Reduktor + I2 2I Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6Dalam proses analitis, iod digunakan sebagai zat pengoksid (iodimetri), dan ion iodida digunakan sebagai zat pereduksi (iodometri). Relatif beberapa zat merupakan pereaksi reduksi yang cukup kuat untuk dititrasi secara langsung dengan iodium. Maka jumlah penentuan iodometrik adalah sedikit. Akan tetapi banyak pereaksi oksidasi cukup kuat untuk bereaksi sempurna dengan ion iodida, dan ada banyak penggunaan proses iodometrik. Suatu kelebihan ion iodida ditambahkan kepada pereaksi oksidasi yang ditentukan dengan larutan natrium tiosulfat. Iodometri adalah suatu proses analitis tak langsung yang melibatkan iod. Ion iodida berlebih ditambahkan pada suatu zat pengoksid sehingga membebaskan iod, yang kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat (Underwood, 1999).Dalam larutan, kadar bahan yang terlarut (solut) dinyatakan dengan konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat (gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v. Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b. Secara matematis, perhitungan kadar suatu senyawa yang ditetapkan secara volumetri dapat menggunakan rumus-rumus umum berikut (Rohman, 2012).Jika sampelnya padat (sampel ditara dengan timbangan analitik) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut (Rohman, 2012) :Kadar (% b/b) = x 100%Jika sampelnya cair (sampel diambil secara kuantitatif misal dengan menggunakan pipet volum) maka rumus untuk menghitung kadar adalah sebagai berikut (Rohman, 2012) :Kadar (% b/v) = x 100%Berat ekivalen (BE) sama dengan berat molekul sampel dibagi dengan valensinya (Rohman, 2012).

BAB IIIMetodologi Percobaan

3.1.Alat 1. Pipet2. Labu ukur3. Spatula4. Pipet Ukur5. Gelas ukur6. Timbangan analitik7. erlenmeyer8. Buret9. Statip

3.2 Bahan1. 2. EBT3. NaOH b4. Ca-Lactat5. Buffer Salmiak pH 9-106. Aquadest7. Asam Benzoat8. Asam Oksalat9. NaOH10. PP

3.3 Prosedur PercobaanKompleksometriTimbang 300-500 mg Ca-Lactat lalu tambahkan 10ml aquadest lalu tambahkan ditambahkan EBT lalu di titrasu dengan EDTA hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu lalu biru tua.

Metode Asam Basa1. Buat asam oksalat 0,1 N.2. Ambil 10 ml asam oksalat datambah indikator PP, tittrasi dengan NaOH perubahan warna menjadi rosa.Penetapan Kadar1. Serbuk ditimbang 300-500mg, masukan kedalam erlenmeyer larutkan dengan aquadest bebas CO2 ditambahkan PP dan dititrasi dengan NaOH.2. Salep ditimbang 1 gram ditambah aquadest (panaskan) ditambah etanol + PP titrasi dengan NaOH.3. Larutan encerkan hingga tanda batas ambil 10ml + PP titrasi dengan NaOH

BAB IVHasil dan Pembahasan

4.1 Hasil Percobaan Kompleksometri

Pembuatan Larutan Baku HClLarutan EDTA untuk sendiriBE = 372,24N = gram x 1000 BE V

0,1 = gram x 1000 372,24 100

Gram = 0,1 x 372,24 x 100 = 1,8612 gram 1000

Mg SampelN PentiterV Pentiter

500 mg0,05 N6 ml

500 mg0,05 N9 ml

500 mg0,05 N10 ml

Rata rata : 6 + 9 + 10 = 19 ml 3

Persen Kadar b/b I :

= 18,492 %Persen Kadar b/b II :

= 27,738%

Persen Kadar b/b III :

= 30,82 %

Rata-rata kadar

4.2 Hasil Percobaan Asam BasaLarutan Asam OksalatBE = 63,035N = gram x 1000 BE V

0,1 = gram x 1000 63,035 50

Gram = 0,1 x 63,035 x 50 = 0,315 gram 1000

Larutan nnnnn NaOH untuk sendiriBE = 40N = gram x 1000 BE V

0,1 = gram x 1000 40 500

Gram = 0,1 x 40 x 500 = 2 gram 1000

V AwalV AkhirV 1 V Sampel

02,42,4 ml10 ml

2,46,64,2 ml10 ml

6,69,95,7 ml10 ml

Rata rata : 2,4+ 4,2 + 5,7 = 4,1 ml 3

Normalitas sebenarnya NaOHN=2,007 x 1000 40 500 = 0,10035 NAsam Oksalat= NaOHV1. N1 = V2. N210 . 0,1 = 4,1 . N2 1 = 4,1 N2 N2 = 1 4,1

N2 = 0,243 N

Asam BenzoatV AwalV AkhirV 1

012,512,5 ml

12,52310,5 ml

233210 ml

Mg SampelN PentiterV Pentiter

500 mg0,01 N12,4 ml

500 mg0,01 N10,5 ml

500 mg0,01 N10 ml

Rata rata : 2,4+ 4,2 + 5,7 = 4,1 ml 3

Persen Kadar b/b I :

= 30,53 %Persen Kadar b/b II :

= 25,65%

Rata-rata kadar

4.2 PembahasanPada percobaan praktikum penetapan kadar dengan metode kompleksometri. Dengan menggunakan EDTA sebagai pentiter dengan berat EDTA yang ditimbang 372,24 gram lalu dilarutkan dengan 100ml aquadest di dalam gelas kimia lalu masukan ke dalam buret.Timbang sampel 300 mg yang berisi calcii lactas lalu dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan larutan EDTA yang ada dalam buret hingga memperoleh titik titrasi berwarna biru dilakukan secara triplo.Titik titrasi pertama diperoleh dengan 6ml dengan persentasi kadar calcii lactas 18,492 %, pada titrasi kedua diperoleh titik titrasi dengan 9ml dengan memperoleh kadar calcii lactas 27,738%, pada percobaan titrasi ke-3 memperoleh hasil titik titrasi 10 ml dengan kadar calcii lactas yang diperoleh 30,82 %. Sehingga rata-rata data yang diperoleh yang berarti persen kadar pada calcii lactas sesuai. Pada percobaan pembakuan dengan menentukan konsentrasi suatu zat dengan membuat larutan asam oksalat dengan berat 315 mg lalu dilarutkan dengan 50 ml aquadest. Diambil 10 ml larutan asam oksalat ditambah indikator PP dan dititrasi dengan larutan NaOH di dalam buret hingga diperoleh warna rosa. Volume pertama diperoleh 2,4ml, volume kedua 4,2 ml dan volume ke tiga 5,7 ml sehingga diperoleh rata-rata volume yang didapat 4,1 ml.Pada percobaan praktikum penetapan kadar dengan metode asam basa. Dengan menggunakan NaOH sebagai pentiter dengan berat NaOH yang ditimbang 2 gram lalu dilarutkan dengan 500ml aquadest di dalam gelas kimia lalu masukan ke dalam buret.Timbang sampel 300 mg yang berisi asam benzoat lalu dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer lalu dititrasi dengan larutan asam benzoat yang ada dalam buret hingga memperoleh titik titrasi berwarna pink dilakukan secara triplo.Titik titrasi pertama diperoleh dengan 12,5 ml dengan persentasi kadar asam benzoat 30,53 %, pada titrasi kedua diperoleh titik titrasi dengan 10,5 ml dengan memperoleh kadar asam benzoat 25,65%,Sehingga rata-rata data yang diperoleh yang berarti persen kadar pada asam benzoat sesuai.

BAB VKesimpulan

5.1 Kesimpulan1. Pada percobaan kompleksometri di peroleh kadar rata-rata pada kalsium laktat sebanyak 2. Pada percobaan Asam Basa di peroleh kadar rata-rata pada kalsium laktat sebanyak 3. Pada percobaan kompleksometri diperoleh titik akhir titrasi berwana biru tua4. Pada percobaan kadar dengan metode asam basa diperoleh titik akhir titrasi berwarna merah muda.

DAFTAR PUSTAKA

Khopkar, S.M. 2003.Konsep Dasar Kimia Analitik Universitas Indonesia : JakartaSSastrohamidjojo, Hardjono. 2005.Kimia Dasar Gajah Mada Universitas Press :Yogjakarta.Harjadi,W. 1987.Ilmu Kimia Analitik Dasar PT. Gramedia : JakartaKeenan,W. Kleinfelter. 1980.Kimia Untuk Universitas. Erlangga : Jakarta.Shevla, G. 1985.Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.PT. KalmanMedia Pustaka : Jakarta

Lampiran

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI ANALISISLaporan ini di tunjukan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Kimia Farmasi Analisis Praktikum Penetapan kadar zat dengan metode asam basa, Argenttometri,KompleksometriDosen : Febrina Putri, S.Farm.,Apt.

Di susun olehGhina Rizqiani Nur Husni AfifahD1A110521

LABORATORIUM KIMIA DASARJURUSAN FARMASIFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS AL-GHIFARI BANDUNG2014