praktik ngasak gabah berdasarkan sebab-sebab kepemilikan … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa...

85
SKRIPSI PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN MENURUT EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara) Disusun Oleh : INTAN DANISA NPM. 13103144 Jurusan : Ekonomi Syari’ah (ESY) Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG 1440 H/ 2019 M

Upload: others

Post on 09-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

SKRIPSI

PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB

KEPEMILIKAN MENURUT EKONOMI ISLAM

(Studi Kasus di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara)

Disusun Oleh :

INTAN DANISA

NPM. 13103144

Jurusan : Ekonomi Syari’ah (ESY)

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO LAMPUNG

1440 H/ 2019 M

Page 2: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

SKRIPSI

PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB

KEPEMILIKAN MENURUT EKONOMI ISLAM

(Studi Kasus di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh

INTAN DANISA

NPM. 13103144

Jurusan : Ekonomi Syari’ah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Pembimbing I : Hj. Siti Zulaikha, S.Ag., MH

Pembimbing II : Suci Hayati, S.Ag.,M.SI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO LAMPUNG

1440 H/2019 M

Page 3: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

ABSTRAK

PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB

KEPEMILIKAN MENURUT EKONOMI ISLAM

(Studi Kasus di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara)

Oleh:

Intan Danisa

Dalam etika bisnis Islam mengatur cara perolehan atau kepemilikan harta, harta

dapat diperoleh melalui berbagai macam cara antara lain melalui usaha yang halal

dan sesuai dengan aturan Allah SWT. Dalam Islam tidak ada kebebasan

kepemilikan, tetapi tidak ada pula pembatasan secara mutlak, Islam secara tepat

mengatur cara bukan jumlah pemilikan serta cara pemanfaatan kepemilikan, cara

pemilikan yang sah adalah izin dari syari’ah dalam menguasai zat dan manfaat

suatu harta, artinya, melalui hukum Syari’ah Islam, Allah memberikan sejumlah

aturan mengenai cara perolehan dan pemanfaatan kepemilikan. Pertanyaan dalam

penelitian ini adalah : Bagaimanakah praktik ngasak gabah berdasarkan sebab-

sebab kepemilikan menurut Ekonomi Islam di Desa 28 Purwosari Kecamatan

Metro Utara ?. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui praktik ngasak gabah berdasarkan sebab-sebab kepemilikan

menurut Ekonomi Islam di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dan jenis

penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

dengan wawancara, dan observasi. Metode wawancara dipergunakan untuk

mendapatkan informasi yang konkrit mengenai praktik ngasak gabah ditinjau dari

perspektif Ekonomi Islam. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan

untuk memperoleh data tentang sejarah berdirinya Desa Purwosari, jumlah

penduduk, mata pencaharian penduduk dan struktur organisasi Desa Purwosari

Kecamatan Metro Utara.

Dari pembahasan dan analisa diketahui bahwa praktek ngasak gabah di

Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro tidak bertentangan dengan

ekonomi Islam jika dilihat dari penyebab para pengasak yaitu semata-mata untuk

mencari nafkah kebutuhan hidup sehari-hari dan pemilik sawah sudah merelakan

jika ada pengasak mengambil gabah yang sudah berjatuhan di tanah miliknya.

Selama orang yang melakukan ngasak tidak merugikan pemilik sawah maka

ngasak diperbolehkan jika tidak ada salah satu pihak yang merasa dirugikan.

Page 4: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak
Page 5: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak
Page 6: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

.

Page 7: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak
Page 8: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

MOTTO

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami

keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk

lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau

mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan

ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. Al-Baqarah :

267).1

1 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,

2012), h. 72

Page 9: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, wasyukrillah, terima kasih ya Allah, atas segala kemurahan

dan kemudahan yang Engkau berikan kepada peneliti. Akhirnya penulis dapat

menyelesaikan karya kecil ini. Dengan ketulusan dan kebanggaan, karya ini ku

persembahkan kepada :

1. Kedua orangtua ku, Ayahanda Amirsyah dan Ibunda Ordani Pasaribu, tercinta

yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moriil maupun imateriil, do’a

tulus yang tiada henti-hentinya dan segalanya yang tak mungkin dapat dibalas

oleh peneliti, yang selalu menjadi pengobar semangat bagi peneliti dalam

menyelesaikan studi ini, yang selalu menjadi “GURU” terbaik dalam hidup

peneliti. Semoga ada surga yang kelak menjadi balasan bagi kasih sayang,

cinta dan pengorbanan Bapak dan Ibu. Aamin.

2. Kakak-kakakku (fitri farmulia, falita athasari) dan adikku (Laudya

Rahmadani)

3. Teman-teman Jurusan Ekonomi Islam angkatan 2013, terimakasih atas semua

bantuannya dan telah memberikan semangat kepada peneliti dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Almamater Institut Agama Islam (IAIN) Metro

Page 10: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini adalah sebagai salah

satu bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Program Strata Satu

(S1) Jurusan Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Metro guna memperoleh gelar S.E.

Dalam upaya penyelesaian skripsi ini, peneliti telah menerima banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya peneliti

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Metro

2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Bisnis Islam IAIN Metro

3. Bapak Dharma Setyawan, M.A, selaku Ketua Jurusan Ekonomi Syari’ah

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

4. Ibu Hj. Siti Zulaikha, S.Ag., MH, selaku pembimbing I yang telah

memberi bimbingan yang sangat berharga.

5. Ibu Suci Hayati, S.Ag., M.SI, selaku pembimbing II yang telah

mengarahkan dan memberikan motivasi.

6. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu Dosen /

Karyawan IAIN Metro yang telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam

rangka pengumpulan data.

Page 11: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak
Page 12: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN ORISINILITAS PENELITIAN ................................................. v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6

D. Penelitian Relevan ................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI

A. Harta dan Hak Milik................................................................. 9

1. Pengertian Harta dan Hak Milik ....................................... 9

2. Kedudukan dan Fungsi Harta ............................................. 14

3. Jenis-jenis Kepemilikan ..................................................... 16

4. Sebab-Sebab Kepemilikan ................................................ 19

B. Ekonomi Islam ........................................................................ 28

1. Pengertian Ekonomi Islam ................................................. 28

Page 13: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

2. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam ...................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian ..................................................... 35

B. Sumber Data ........................................................................ 36

C. Teknik Pengumpul Data ...................................................... 37

D. Teknik Analisa Data ............................................................ 39

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................... 40

1. Sejarah Singkat Terbentuknya Kelurahan Purwosari ....... 40

2. Visi Misi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara

Kota Metro ........................................................................ 41

3. Kepada Desa / Lurah yang pernah menjabat di

Desa Purwosari................................................................... 43

4. Jumlah Penduduk Kelurahan Purwosari Kecamatan

Metro Utara Kota Metro .................................................... 43

B. Praktik Ngasak Gabah di Desa Purwosari Kecamatan

Metro Utara .............................................................................. 44

C. Analisis Praktik Ngasak Gabah Menurut Ekonomi Islam ...... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 65

B. Saran ......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 14: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Bimbingan Skripsi

2. Surat Izin Pra Research

3. Out Line

4. Surat Izin Research

5. Surat Tugas Research

6. Surat Balasan Research

7. APD (Alat Pengumpulan Data)

8. Kartu Konsultasi Bimbingan Skripsi

9. Surat Keterangan Bebas Pustaka

10. Riwayat Hidup

Page 15: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam membatasi umatnya dalam mencari nafkah untuk

keluarganya, dan harus sesuai dengan kaidah-kaidah Islam. Kaidah umum

mencari nafkah adalah, bahwa Islam tidak memperbolehkan para penganutnya

untuk mencari nafkah dengan cara yang semaunya. Islam menegaskan bahwa

ada cara usaha untuk mencari nafkah atau pekerjaan sesuai dengan syari’at

namun ada pula yang tidak sesuai dengan syari’at seiring dengan tegaknya

kemaslahatan bersama. Perbedaan ini mengacu kepada prinsip umum yang

mengatakan bahwa segala cara mendapatkan harta akan mendatangkan

manfaat bagi dirinya dan orang lain.

Dalam mencari nafkah masyarakat terkadang tidak bisa membedakan

antara boleh, tidak boleh dan tradisi. Tradisi atau kebiasaan, dalam pengertian

yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama

dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. “Islam secara

tepat mengatur cara bukan jumlah pemilikan serta cara pemanfaatan

kepemilikan, cara pemilikan yang sah adalah izin dari syari’ah dalam

menguasai zat dan manfaat suatu harta, artinya, melalui Syari’ah Islam, Allah

memberikan sejumlah aturan mengenai cara perolehan dan pemanfaatan

kepemilikan”.2

Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-qur’an surat Al-Baqoroh ayat 60.

2 M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Izzah

Press, 2009), h. 116

Page 16: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Artinya : “dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya,

lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu

memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku

telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan

minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu

berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan”. (QS. Al-

Baqoroh : 60)3

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah menyuruh

manusia untuk memakan dan meminum dari rezeki yang halal yang telah

Allah berikan, dan Allah melarang manusia untuk membuat kerusakan di

muka bumi ini. Dalam mencari memperoleh rezaki Islam mempunyai

ketentuan-ketentuan tersendiri.

Ekonomi Islam mengatur cara perolehan atau kepemilikan harta, harta

dapat diperoleh melalui berbagai macam cara antara lain melalui usaha yang

halal dan sesuai dengan aturan Allah SWT.4 Dalam Islam tidak ada kebebasan

kepemilikan, tetapi tidak ada pula pembatasan secara mutlak, Islam secara

tepat mengatur cara bukan jumlah pemilikan serta cara pemanfaatan

kepemilikan, cara pemilikan yang sah adalah izin dari syari’ah dalam

menguasai zat dan manfaat suatu harta, artinya, melalui hukum Syari’ah

3 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2012) h.

9 4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2012), h. h. 61.

Page 17: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Islam, Allah memberikan sejumlah aturan mengenai sebab kepemilikan dan

pemanfaatan kepemilikan.5

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah : 168 sebagai berikut

:

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa

yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah

syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”.

(QS. Al-Baqoroh : 168) 6

Berdasarkan Ayat di atas dapat dipahami bahwa dilarang untuk

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, dalam hal ini memakan

dapat diartikan “mengambil atau menguasai” harta milik orang lain, karena hal

itu dilarang oleh Islam. Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya untuk

memakan harta sebagian mereka terhadap sebagian lainnya dengan cara yang

batil, yaitu degan segala jenis penghasilan yang tidak berdasarkan syari’at

Islam.

Syari’at Islam setidaknya ada empat sebab kepemilikan (asbab al-

tamalluk) yang dijadikan sebagai sumber daya ekonomi, Ihrazul Mubahat

(penguasaan harta bebas) yaitu cara pemilikan melalui penguasaan terhadap

harta yang belum dikuasai atau dimiliki pihak lain. Tawaallud (berkembang

5 M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, (Bogor: Al-Izzah

Press, 2009), h, 116 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahannya., h. 107

Page 18: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

biak) yaitu sesuatu yang dihasilkan dari sesuatu yang lainya. Al-khalafiyah

yaitu penggantian seseorang atau sesuatu yang baru menenmpatai posisi

pemilikan yang lama. Aqad yaitu pertalian antara ijab dan qabul sesuai dengan

kentuan syarah yang menimbulkan pengaruh terhadap objek akad. 7

Bekerja (al’amal) bermacam-macam jenisnya, bentuknya pun

beragam, serta hasilnya pun berbeda-beda, akan tetapi Allah SWT telah

menetapkan dalam bentuk kerja-kerja tertentu yang layak untuk dijadikan

sebagai sebab kepemilikan. Bentuk-bentuk kerja yang disyariatkan, sekaligus

bisa dijadikan sebagai sebab pemilikan harta, antara lain: menghidupkan tanah

mati (ihya’ almawaat), menggali kandungan bumi, berburu, makelar

(samsarah), mudlarabah (bagi hasil), musaqat (paroan kebun) serta ijarah

(kontrak kerja).8

Desa Purwosari merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Metro Utara Kota Metro, sebagian besar penduduk desa Purwosari berprofesi

sebagai petani, karena kebanyakan masyarat desa Purwosari memiliki lahan

pertanian seperti sawah, namun ada juga sebagian penduduk desa Purwosari

yang tidak memiliki sawah. Masyarakat desa Purwosari yang tidak memiliki

sawah selama ini bekerja ngasak di sawah milik orang lain ketika panen padi.

Berdasarkan hasil survey pada tanggal 25 Oktober 2017 diperoleh

keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga

sebagian orang yang tidak memiliki sawah. Ketika masa panen, ada 5 orang

mengasak gabah yang berasal dari Desa Banjarsari dan 2 pengasah dari Desa

7 Isnani Harahap dkk, Hadis-hadis Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 38. 8 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. I, 2000), h. 61

Page 19: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Purwosari, para pengasak mencari padi dari sisa-sisa panen disawah milik

orang lain yang sudah selesai dipanen namun dalam mengambil padi sisa-sisa

panen orang yang mengasak padi tidak meminta izin terlebih dahulu dari

pemilik sawah, hal ini menurut pengasak padi di lakukan karena sampai saat

ini mengambil padi sisa-sisa panen disawah milik orang lain sudah menjadi

hal yang biasa setiap tahunnya mereka lakukan.9

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti apakah

praktek ngasak yang dilakukan oleh sebagian masyarakat Desa Purwosari

Kecamatan Metro Utara Kota Metro yang sudah menjadi kebiasaan itu

bertentangan dengan Ekonomi Islam atau tidak. Oleh karena itu peneliti

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai “PRAKTIK NGASAK GABAH

BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN MENURUT

EKONOMI ISLAM (Studi Kasus di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro

Utara)”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

pertanyaan penelitian yang dijadikan fokus pembahasan dalam penelitian ini

adalah : “Bagaimanakah praktik ngasak gabah berdasarkan sebab-sebab

kepemilikan menurut Ekonomi Islam di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro

Utara ?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

9 Wawancara dengan Bapak Bambang selaku pengasak gabah pada tanggal 25 Oktober

2017

Page 20: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan pretanyaan penelitian maka tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui praktik

ngasak gabah berdasarkan sebab-sebab kepemilikan menurut Ekonomi

Islam di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara”.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai

sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang

ilmu fiqih.

b. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

wawasan dan kejelasan kepada masyarakat tentang hukum ngasak

ataupun mengambil padi dari sisa panen di sawah yang sudah

berjatuhan di lahan.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan adalah “penelitian terdahulu”. Seperti skripsi yang

disusun oleh :

1. Siti Mutoharoh yang berjudul “Analisis Konsep Kepemilikan Harta Dalam

Pandangan Ekonomi Islam”. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa

pemilik hakiki dari segala sesuatu adalah Allah SWT, manusia yang

berlaku sebagai khalifah, hanya merupakan pemilik sementara dari apa

yang dimilikinya. Oleh karena itu dalam segala tindakan ekonomi atau

dalam usaha memperoleh harta kekayaan, manusia harus melalui jalan

yang diridhoi oleh syariat baik dalam perolehan sumber, prosesnya

Page 21: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

ataupun pemanfaatan hasil kekayaan tersebut. Karena pada intinnya segala

sesuatu yang dimiliki oleh manusia akan dimintai pertanggung

jawabannya diakhirat kelah oleh Allah SWT.10

2. Muhammad Umar Saifuddin yang berjudul “Konsep Kepemilikan dalam

Islam”. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Islam mengakui fitrah

manusia untuk mencintai harta dan memilikinya. Harta yang ada di tangan

manusia hanyalah titipan dan amanat yang harus ditunaikan sesuai apa

yang diinginkan sang pemilik-Nya. Konsep harta dalam Islam sangat

komprehensif, dimana Islam tidak hanya mengatur bagaimana harta itu

dapat diperoleh dengan cara yang halal, bagaimana harta dapat

dikembangkan, dan didayagunakan, akan tetapi juga mengatur bagaimana

agar harta itu dapat berfungsi mensejahterakan umat, yaitu dengan

menggerakkan para pemilik untuk mendistribusikan guna memenuhi

kebutuhan hidupnya. Justru itu, Islam mengakui adanya kepemilikan

individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Ketiga macam

kepemilikan tersebut diberi batasan wewenang sesuai dengan fungsinya

masing-masing. yang pada intinya agar terjaga keseimbangan untuk

menuju kesejahteraan baik individu, masyarakat dan negara.11

3. Abdul Wahab, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Ngasak (Studi

Kasus Terhadap Praktek Ngasak Daun Tembakau Kering Di Desa

Poncowarno Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur). Dari hasil penelitian,

10 Siti Mutoharoh, Analisis Konsep Kepemilikan Harta Dalam Pandangan Ekonomi

Islam”, Prodi Ekonomi Islam, STAIN Jurai Siwo Metro 2004. 11 Muhammad Umar Saifuddin, “Konsep Kepemilikan dalam Islam”. Prodi Ekonomi

Bisnis Islam, IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 2010.

Page 22: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

peneliti menemukan bahwa praktek ngasak daun tembakau kering di desa

Desa Poncowarno Kec. Batanghari Kab. Lampung Timur sesuai dengan

hukum Islam, karena para pencari daun tembakau kering mengambil

barang yang termasuk dalam barang mubah dan boleh dimiliki oleh semua

orang dengan catatan tidak boleh merusak tanaman lainnya serta tidak

mengganggu petani yang sedang disawah. Menurut pandangan ulama desa

Desa Poncowarno praktek ngasak daun tembakau kering boleh dilakukan,

karena hasil dari ngasak digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup

keluarganya. Hal tersebut boleh dilakukan tetapi, dengan syarat orang

yang ngasak hanya boleh mengambil daun tembakau yang kering saja dan

tidak boleh mengganggu petani yang sedang berada di sawah serta tidak

merusak tanaman yang lainnya.12

Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan. Persamaannya meneliti tentang padi/gabah, sedangkan perbedaan

yang membedakan penelitian sebelumnya membahas tentang jual beli padi

sedangkan penelitian yang akan peneliti garap lebih menekankan kepada

ngasak padi yang tidak meminta izin terlebih dahulu dari pemilik sawah di

tinjau menurut perspektif ekonomi Islam.

12 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Tradisi Ngasak (Studi Kasus Terhadap Praktek

Ngasak Daun Tembakau Kering Di Desa Poncorejo Kec. Gemuh Kab. Kendal). Jurusan

Muamalah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang 2015

Page 23: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Harta dan Hak Milik

1. Pengertian Harta dan Hak Milik

a. Pengertian Harta

Harta dalam bahasa Arab adalah (المال) yang berarti condong,

cenderung dan miring, dalam hal ini adalah kecenderungan manusia

untuk memiliki dan menguasai materi harta. Dan harta yang dimaksud

disini adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia,

baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuh-

tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat semisal yang

berada pada kendaraan, pakaian, dan tempat tinggal. Dan sesuatu yang

tidak dikuasai manusia tidak bisa dikatakan harta menurut bahasa,

seperti burung di udara, ikan di lautan lepas, pohon di hutan, dan

barang tambang yang di bumi.13

Harta menurut bahasa berarti condong, cenderung, atau miring.

Al-mal juga diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan

manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun

manfaat.14 Ada juga yang mengartikan dengan sesuatu yang

dibutuhkan dan diperoleh manusia baik berupa benda yang tampak

seperti emas, perak, binatang, tumbuhan, maupun yang tidak tampak,

13 Wahbah Al-Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuhu, Jilid 4 (Damsyik: Dar Al-Fikr,

2011), h. 40. 14 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 17.

9

Page 24: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian dan tempat tinggal. Oleh

karena itu menurut etimologis, sesuatu yang tidak dikuasai manusia

tidak bisa dinamakan harta, seperti burung di udara, ikan di air, pohon

di hutan, dan barang tambang yang ada di bumi.15

Adapun pengertian harta secara terminilogis, yaitu sesuatu

yang diinginkan manusi berdasarkan tabiatnya, baik manusia itu akan

memberikannya atau menyimpannya.16

Menurut Wahbah Al-Zuhayli harta dari segi bahasa ialah setiap

barang yang benar-benar dimiliki dan dikuasai (hiyazah) oleh

seseorang, baik dalam bentuk ‘ain ataupun manfaat. Contoh harta ‘ain

adalah emas, perak, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan

contoh harta manfaat adalah seperti menunggang kendaraan, memakai

pakaian dan mendiami rumah. Barang yang tidak dikuasai oleh

seseorang, tidak dinamakan harta dari segi bahasa. Umpamanya

burung di udara, ikan di dalam air, pohon di hutan dan galian di perut

bumi.17

Sedangkan menurut ulama Hanafiyah al-mal, yaitu: “Segala

yang diminati manusia dan dapat dihadirkan ketika diperlukan, atau

segala sesuatu yang dapat dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan. Harta

memiliki dua unsur:

b. Harta dapat dikuasai dan dipelihara; sesuatu yang tidak

disimpan atau dipelihara secara nyata tidak dapat dikatakan

harta.

15 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 59. 16 Ibid 17 Wahbah Al-Zuhayli, Al-Fiqh Al-Islam., h. 40.

Page 25: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

c. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan; segala sesuatu

yang tidak bermanfaat, seperti daging bangkai atau

makanan yang basi tidak dapat disebut harta, atau

bermanfaat tetapi menurut kebiasaan tidak diperhitungkan

manusia, seperti satu biji gandum, segenggam tanah dan

sebagainya. Hal itu tidak disebut harta sebab terlalu sedikit

hingga zatnya tidak bias dimanfaatkan kecuali jika

disatukan dengan hal lain.18

Menurut Jumhur ulama (selain ulama Hanafiyah), al-mal yaitu:

“Segala sesuatu yang mempunyai nilai dan dikenakan ganti rugi bagi

orang yang merusak atau melenyapkannya,” Dalam kandungan kedua

definisi tersebut terdapat perbedaan esensi harta. Menurut jumhur

ulama, harta tidak saja bersifat materi melainkan termaksud manfaat

dari suatu benda. Akan tetapi ulama Hanafiah berpendirian bahwa

yang dimaksud dengan harta hanya yang bersifat materi, adapun

manfaat termaksud dalam pengertian milik.19 Manfaat yang dimaksud

pada pembahasan ini adalah faedah atau kegunaan yang dihasilkan dari

benda yang tampak, seperti mendiami rumah atau mengendarai

kendaraan.20 Adpun harta atau amwal menurut Kompilasi Hukum

Islam Pasal 2, adalah banda yang dapat dimiliki, dikuasai, diusahakan,

dan dialihkan, baik benda berwujud maupun tidak berwujud, baik

benda yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, baik benda yang

bergerak maupun yang tidak bergerak, dan hak yang mempunyai nilai

ekonomis.21

18 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 22. 19 Abdul Rahman Ghazaly.,at all, Fiqh Muamalat, h. 17-18. 20 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, h. 23. 21 Mahkamah Agung RI Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum

Islam, 2010, h. 2.

Page 26: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

b. Hak Milik

Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq, yang secara

etimologi mempunyai beberapa pengertian yang berbeda, diantaranya

berarti: milik, ketetapan dan kepastian, menetapkan dan menjelaskan,

bagian (kewajiban), dan kebenaran.22

Pengertian hak secara etimologis terkandung dalam beberapa

ayat Al-Qur’an yaitu ketetapan dan kepastian (QS. Yaasin 36:7),

menetapkan dan menjelaskan (QS. Al-Anfal 8:8), kewajiban yang

terbatas (QS. Al-Baqarah 2:241), dan kebenaran sebagai lawan

kebatilan (QS. Yunus 10:35). Adapun terminology Fiqhi, hak yaitu

suatu hukum yang telah ditetapkan secara syara’.23

Kamus Istilah Ekonomi disebutkan bahwa hak ialah barang

milik perorangan atau hakatas tanah selain hak milik penuh (tanaman

atau sewa). Sedangkan hak milik ialah hakatas property yang didukung

dengan semua klaim hukum. Setelah memilikinnya maka klaim itu

dilindungi oleh hukum. Dan hak milik pribadi ialah hak seseorang

untuk memperoleh manfaat dari hartabenda secara langsung atau tidak

langsung, misalnya melalui pemakaian sewa-menyewa dan

sebagainya.24

Kata milik berasal dari bahasa Arab al-milk, yang secara

etimologi berarti penguasaan terhadap sesuatu. Al-milk juga berarti

22 Abdul Rahman Ghazaly.,at all, Fiqh Muamalat, h. 45. 23 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, h. 66. 24 Julian Ifnul Mubaroh, Kamus Istilah Ekonomi, (Bandung: Yrama Widya, 2012), h. 78-

79.

Page 27: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

sesuatu yang dimiliki (harta). Milk juga berarti hubungan seseorang

dengan suatu harta yang diakui oleh syara’, yang menjadikannya

mempunyai kekuasaan khusus terhadap harta itu, sehingga ia dapat

melakukan tindakan hukum terhadap harta tersebut kecuali adanya

larangan syara’.Kata milik dalam Bahasa Indonesia merupakan kata

serapan dari kata al-milk dalam bahasa Arab.25

Secara etimologi, kepemilikan seseorang akan materi, berarti

penguasaan terhadap sesuatu (benda). Sedangkan secara terminologis

berarti spesialisasi seseorang terhadap sutu benda yang

memungkinkannya untuk melakukan tindakan hukum atas benda

tersebut sesuai dengan keinginannya, selama tidak ada halangan syara’

atau selama orang lain tidak terhalangi untuk melakukan tindakan

hukum atas benda tersebut.26 Atau sesuatu yang dapat digunakan

secara khusus dan tidak dicampuri penggunaannya oleh orang lain.27

Adapun yang dimaksud dengan kepemilikan menurut Islam

adalah pemberian hak milik dari suatu pihak kepada pihak yang

lainnya sesuai dengan ketentuan syariat untuk dikuasai, yang pada

hakikatnya hak itu adalah milik Allah swt. Hal ini berarti bahwa

kepemilikan harta adalah yang didasarkan pada agama. Yang artinya,

kendati manusia sebagai pemilik eksklusif, namun kepemilikan itu

25 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat., h. 47. 26 Fisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 105. 27 Ibid

Page 28: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

hanya sebatas amanah dari pemilik yang sesungguhnya yakni Allah

SWT.28

2. Kedudukan dan Fungsi Harta

Harta termaksud salah satu kebutuhan pokok manusia dalam

menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga oleh ulama Ushul Fiqhi

persoalan harta dimasukkan di dalam salah satu al-dhoruriyat al-khamsah

(lima keperluan pokok), yang terdiri dari: agama, jiwa, akal, keturunan

dan harta. Selain sebagai kebutuhan, harta juga merupakan perhiasan

kehidupan dunia, sarana memenuhu kesenangan, dan sarana untuk

menghimpun bekal bagi kehidupan akhirat.

Adapun fungsi harta bagi kehidupan manusia sangatlah banyak

adanya. Harta dapat menunjang kegiatan manusia baik dalam kebaikan

atau keburukan. Oleh karena itu manusia selalu berusaha untuk memiliki

dan menguasainnya. Biasannya cara memperoleh harta, akan berpengaruh

terhadap fungsi harta.29 Namun dalam pembahasan ini, fungsi harta yang

akan dikemukakan terkait dengan aturan syara’, antara lain untuk:

a. Kesempurnaan ibadah. Sebab dalam beribadah dibutuhkan alat-alat,

seperti shalat memerlukan kain untuk menutup aurat, serta bekal

untuk ibadah haji, zakat sedekah dan sebagainya.

b. Memelihara dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kepada

Allah, sebagaimana kefakiran dekat dengan kekufuran.

28 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan Moral

Ajaran Bumi (Jakarta: Penebar Plus, 2012), h. 105. 29 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, h. 31.

Page 29: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

c. Meneruskan estafet kehidupan agar tiadak meninggalkan generasi

yang lemah. Sebagaimana firman Allah QS An-Nisa : 9:

Artinya : “dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang

yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak

yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)

mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada

Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang

benar”. (QS. QS An-Nisa : 9)30

d. Menyelaraskan antara kehidupan dunia dan akhirat.

e. Bekal untuk mencari dan mengembangkan ilmu, karena menuntut

ilmu tanpa biaya akan terasa sulit.

f. Keharmonisan hidup bernegara dan bermasyarakat, seperti orang kaya

yang memberikan pekerjaan kepada orang miskin.31

g. Menumbuhkan silaturahmi, karena adanya perbedaan dan keperluan.32

Sebenarnya bisa saja diperluas fungsi harta, akan tetapi tidak boleh

dalam penggunaannya bertentangan dengan syariat Islam, karena harta

akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

3. Jenis-jenis Kepemilikan.

Islam memiliki pandangan yang khas tentang harta. Bahwa harta

pada hakikatsnya adalah milik Allah. Seseorang yang ingin memiliki

sesuatu harus memiliki proses perpindahan yang sesuai dengan syariat

30 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,

2012), h. 72 31 Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah., h. 31-32. 32 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat., h. 23.

Page 30: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Islam.39Islampun mengakui kebebasan pemilikan, dan hak milik pribadi

yang dijadikan sebagai landasan pembangunan ekonomi, apabila

berpegang teguh kepada kerangkannya yang dibolehkan dan sejalan pula

dengan ketentuan-ketentuan Allah. Yakni diperoleh melalui jalan halal,

dan pengembangannya dengan cara yang dihalalkan dan disyariatkan.

Islam mewajibkan atas pemilikan ini sejumlah kewajiban yang bermacam-

macam, seperti kewajiban zakat, sadaqah, dan sebagainya. Demikian pula

Islam melarang kepada pemilik harta menggunakan kepemilikannya untuk

membuat kerusakan di muka bumi, atau melakukan sesuatu yang

membahayakan manusia.33

Kepemilikan di dalam Islam dibagi menjadi empat macam tipe.34 yaitu:

a. Kepemilikan umum (kolektif).

Kepemilikan umum adalah kepemilikan secara kolektif atau

hak milik sosial. Hak kepemilikan seperti ini biasanya diperlukan

untuk kepemilikan sosial. Contoh wakaf, anugrah alam seperti, air,

rumput, dan api. Salah satu alas an dari kepemilikan kolektif terhadap

objek-objek alam itu adalah semua itu diberikan Allah secara gratis,

selain sebagai salah satu distribusi keadilan dan menutup jurang

kesenjangan antara yang kaya dan miskin.Adapun sumber-sumber

kepemilikan umum berkisar pada:

1) Wakaf.

33 Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, diterjemahkan oleh

Didin Hafidhuddin dengan judul, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1997), h. 115. 34 Muhammad Djakfar, Etika Bisnis., h. 111-116.

Page 31: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

a) Proteksi, adalah penguasaan terhadap tanah yang tak bertuan

yang diperbolehkan bagi kepentingan kaum muslimin, tidak

dikhususkan penggunaannya bagi orang tertentu.

b) Barang tambang, yaitu yang diperoleh melalui eksploitasi

dengan jalan penggalian.

2) Zakat, merupakan income bebas yang masuk dalam kepemilikan

umum.

3) Pajak dalam konsepsi Islam, merupakan harta yang diambil dari

kelompok masyarakat dewasa yang berada dibawah perlindungan

pemerintah Islam.

Sedangkan menurut Kompilasi Hukum Islam pasal 18,

bendadapat diperoleh dengan cara: Pertukaran, pewarisan, Hibah,

pertambahan alamiah, jual beli, Luqathah, wakaf, dan cara lain yang

dibenarkan syariat.35

b. Kepemilikan khusus (individu).

Setiap individu berhak menikmati hak miliknya, menggunakan

secara produktif, memindahkannya den melindungi dari kesia-siaan.

Tetapi haknya dibatasi, yaitu tidak menggunakan diluar dari ketentuan

syariat. Kepemilikan individu adalah izin syariat (Allah SWT) kepada

individu untuk memanfaatkan barang dan jasa.Adapun jenis

kepemilikan khusus, yaitu: Kepemilikan pribadi, kepemilikan

perserikatan, dan kepemilikan kelompok.

35 Mahkamah Agung RI Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum

Islam, 2010, h. 8.

Page 32: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

1) Kepemilikan mutlak (absolut). Yaitu Allah SWT sebagai pencipta

segala sesuatu yang ada di muka bumi ini.

2) Kepemilikan relative (sementara). Yaitu manusia sebagai khalifah

Allah SWT di muka bumi yang diamanatkan untuk menggunakan

dan memanfaatkan segala yang telah dititipkan oleh sang maha

pemilik segalanya.

4. Sebab-Sebab Kepemilikan

Adapun maksud dengan sebab-sebab pemilikan harta disini adalah

sebab yang menjadikan seseorang memiliki harta tersebut, yang

sebelumnya tidak menjadi hak miliknya. Sebab pemilikan harta itu telah

dibatasi dengan batasan yang telah dijelaskan oleh syara’. Menurut syari’at

Islam setidaknya ada lima sebab kepemilikan (asbab al-tamalluk) yang

dijadikan sebagai sumber daya ekonomi,36 yaitu:

a. Bekerja (Al’amal)

Kata “bekerja” wujudnya sangat luas, bermacam-macam

jenisnya, bentuknya pun beragam, serta hasilnya pun berbeda-beda,

maka Allah SWT tidak membiarkan “bekerja” tersebut secara mutlak.

Allah SWT juga tidak menetapkan “bekerja” tersebut dengan bentuk

yang sangat umum. Akan tetapi Allah SWT telah menetapkan dalam

bentuk kerja-kerja tertentu yang layak untuk dijadikan sebagai sebab

36 Abdullah Abdul Husain At-Tariqi, Ekonomi Islam : Prinsip, Dasar dan Tujuan,

(Yokyakarta: Magistra Insania Press, 2004), h. 97

Page 33: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

kepemilikan. Bentuk-bentuk kerja yang disyariatkan, sekaligus bisa

dijadikan sebagai sebab pemilikan harta, antara lain:

1) Menghidupkan Tanah Mati (ihya’ almawaat)

Tanah mati adalah tanah yang tidak ada pemiliknya, dan

tidak dimanfaatkan oleh seorang pun. Sedangkan yang dimaksud

dengan menghidupkannya adalah mengolahnya dengan

menanaminya, baik dengan tanaman maupun pepohonan, atau

dengan mendirikan bangunan di atasnya. Dengan adanya usaha

seseorang untuk menghidupkan tanah, berarti usaha orang tadi

telah menjadikan tanah tersebut menjadi miliknya.

Ketentuan ini berlaku umum, mencakup semua bentuk

tanah; baik tanah dar al-Islam (negara Islam), ataupun tanah dar al-

kufur (negara kufur); baik tanah tersebut berstatus ‘usyriyah (yang

dikuasai negara Islam tanpa melalui peperangan) ataupun

kharajiyah (yang ditaklukkan Islam melalui peperangan).

Kepemilikan atas tanah tersebut agar menjadi hak miliknya, maka

tanah tersebut harus dikelola selama tiga tahun secara terus-

menerus sejak mulai dibuka.

Apabila tanah tersebut belum pernah dikelola selama tiga

tahun berturut-turut sejak tanah itu dibuka, atau setelah dibuka

malah dibiarkan selama tiga tahun berturut-turut, maka hak

pemilikan orang yang bersangkutan atas tanah tersebut telah

hilang.

Page 34: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

2) Menggali Kandungan Bumi

Yang termasuk kategori bekerja adalah menggali apa

terkandung di dalam perut bumi, yang bukan merupakan harta

yang dibutuhkan oleh suatu komunitas (publik), atau disebut rikaz.

Adapun jika harta temuan hasil penggalian tersebut merupakan hak

seluruh kaum muslimin, maka harta galian tersebut merupakan hak

milik umum (collective property). Apabila harta tersebut asli,

namun tidak dibutuhkan oleh suatu komunitas (publik), semisal

ada seorang pemukul batu yang berhasil menggali batu bangunan

dari sana, ataupun yang lain, maka harta tersebut tidak termasuk

rikaz, juga tidak termasuk hak milik umum (collective property),

melainkan termasuk hak milik individu (private property).

Termasuk juga dalam pengertian jenis harta galian (hasil

perut bumi) seperti barang yang diserap dari udara, seperti oksigen

dan nitrogen. Begitu juga dengan ciptaan Allah yang telah

diperbolehkan oleh syara’ dan dibiarkan agar bisa dimanfaatkan.

3) Berburu

Berburu termasuk dalam kategori bekerja. Misalnya

berburu ikan, mutiara, batu pemata, bunga karang serta harta yang

dipeloleh dari hasil buruan laut lainnya, maka harta tersebut adalah

hak milik orang yang memburunya, sebagaimana yang berlaku

dalam perburuan burung dan hewan-hewan yang lain.

Page 35: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Demikian harta yang dipeloleh dari hasil buruan darat,

maka harta tersebut adalah milik orang yang memburunya. Allah

Swt. Berfirman dalam surat Al-Ma’idah ayat 96:

Artinya : “Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan

makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang

lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam

perjalanan; dan diharamkan atasmu (menangkap) binatang

buruan darat, selama kamu dalam ihram. dan bertakwalah

kepada Allah yang kepada-Nyalah kamu akan

dikumpulkan. (Q.S. Al-Ma’idah : 96).37

Maksudnya binatang buruan laut yang diperoleh dengan

jalan usaha seperti mengail, memukat dan sebagainya. termasuk

juga dalam pengertian laut disini ialah: sungai, danau, kolam dan

sebagainya. Maksudnya: ikan atau binatang laut yang diperoleh

dengan mudah, Karena Telah mati terapung atau terdampar

dipantai dan sebagainya.

4) Makelar (samsarah)

Simsar (broker/pialang) adalah sebutan bagi orang yang

bekerja untuk orang lain dengan upah, baik untuk keperluan

menjual maupun membelikan. Sebutan ini juga layak dipakai untuk

orang yang mencarikan (menunjukkan) orang lain. Makelar

37 Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro,

2012), h.

Page 36: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

(samsarah) termasuk dalam kategori bekerja yang bisa

dipergunakan untuk memiliki harta, secara sah menurut syara’.

5) Mudlarabah (bagi hasil)

Mudlarabah adalah perseroan (kerjasama) antara dua orang

dalam suatu perdagangan. Dimana, modal (investasi) finansial dari

satu pihak, sedangkan pihak lain memberikan tenaga (‘amal).

Dalam sistem mudlarabah, pihak pengelola memiliki bagian pada

harta pihak lain karena kerja yang dilakukannya.

Sebab, mudlarabah bagi pihak pengelola termasuk dalam

kategori bekerja serta merupakan salah satu sebab kepemilikan.

Akan tetapi, mudlarabah bagi pihak pemilik modal (investor) tidak

termasuk dalam kategori sebab kepemilikan, melainkan merupakan

salah satu sebab pengembangan kekayaan.

6) Musaqat (paroan kebun)

Musaqat adalah seseorang menyerahkan pepohonan

(kebun) nya kepada orang lain agar ia mengurus dan merawatnya

dengan mendapatkan konpensasi berupa bagian dari hasil

panennya. Dengan demikian, musaqat termasuk dalam kategori

bekerja yang telah dinyatakan kebolehannya oleh syara’.

7) Ijarah (kontrak kerja)

Islam memperbolehkan seseorang untuk mengontrak tenaga

para pekerja atau buruh, agar mereka bekerja untuk orang tersebut.

Page 37: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Ijarah adalah pemilikan jasa dari seorang ajiir (orang yang

dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak

tenaga), serta pemilikan harta dari pihak musta’jir oleh seorang

ajiir. Sementara ajiir adakalanya bekerja untuk seseorang dalam

jangka waktu tertentu, seperti orang yang bekerja di laboratorium,

kebun, atau ladang seseorang dengan honorarium tertentu, atau

seperti pegawai negeri atau swasta.

b. Pewarisan (al-irts)

Yang termasuk dalam kategori sebab-sebab pemilikan harta

adalah pewarisan, yaitu pemindahan hak kepemilikan dari orang yang

meninggal dunia kepada ahli warisnya, sehingga ahli warisnya menjadi

sah untuk memiliki harta warisan tersebut.

Berdasarkan firman Allah SWT :

Artinya : “Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian

pusaka untuk) anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak

lelaki sama dengan bagahian dua orang anak perempuan dan

Page 38: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi

mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan; jika anak

perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo

harta. dan untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya

seperenam dari harta yang ditinggalkan, jika yang meninggal

itu mempunyai anak; jika orang yang meninggal tidak

mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),

maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu

mempunyai beberapa saudara, Maka ibunya mendapat

seperenam. (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah

dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar

hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu

tidak mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat

(banyak) manfaatnya bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah.

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(QS. An-Nisaa’:11).38

Dengan demikian, pewarisan adalah salah satu sebab pemilikan

yang disyariatkan. Oleh karena itu, siapa saja yang menerima harta

waris, maka secara syara’ dia telah memilikinya. Jadi waris merupakan

salah satu sebab pemilikan yang telah diizinkan oleh syari’at Islam.

c. Pemberian harta negara kepada rakyat

Pemberian harta negara kepada rakyat yang juga termasuk

dalam kategori sebab kepemilikan adalah pemberian negara kepada

rakyat yang diambilkan dari harta baitul maal, dalam rangka

memenuhi kebutuhan hidup, atau memanfaatkan kepemilikan.

Mengenai pemenuhan hajat hidup adalah semisal memberi mereka

harta untuk menggarap tanah pertanian atau melunasi hutang-hutang.

Umar bin Khaththab telah membantu rakyatnya untuk menggarap

tanah pertanian guna memenuhi hajat hidupnya, tanpa meminta

38 Departeman Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h.

Page 39: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

imbalan. Kemudian syara’ memberikan hak kepada mereka yang

mempunyai hutang berupa harta zakat.

Mereka akan diberi dari bagian zakat tersebut untuk melunasi

hutang-hutang mereka, apabila mereka tidak mampu membayarnya.

d. Harta yang diperoleh tanpa kompensasi harta atau tenaga

Yang termasuk dalam kategori sebab kepemilikan adalah

perolehan individu, sebagian mereka dari sebagian yang lain, atas

sejumlah harta tertentu tanpa kompensasi harta atau tenaga apa pun.

Dalam hal ini mencakup lima hal:

1) Hubungan pribadi, antara sebagian orang dengan sebagian yang

lain, baik harta yang diperoleh karena hubungn ketika masih hidup,

seperti hibbah dan hadiah, ataupun sepeninggal mereka, seperti

wasiat.

2) Pemilikan harta sebagai ganti rugi (kompensasi) dari kemudharatan

yang menimpa seseorang, semisal diyat orang yang terbunuh dan

diyat luka karena dilukai orang.

3) Mendapatkan mahar berikut hal-hal yang diperoleh melalui akad

nikah.

4) Luqathah (barang temuan).

5) Santunan yang diberikan kepada khalifah dan orang-orang yang

disamakan statusnya, yaitu samasama melaksanakan tugas-tugas

termasuk kompensasi kerja mereka, melainkan konpensasi dari

pengekangan diri mereka untuk melaksanakan tugas-tugas negara.

Page 40: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Dengan demikian, Islam melarang seorang muslim memperoleh

barang dan jasa dengan cara yang tidak diridhai Allah SWT,

seperti; judi, riba, pelacuran, korupsi, mencuri, menipu dan

perbuatan maksiat lainnya.

Menurut syari’at Islam setidaknya ada empat sebab kepemilikan

(asbab al-tamalluk) yang dijadikan sebagai sumber daya ekonomi, yaitu:

a. Ihrazul Mubahat (penguasaan harta bebas) yaitu cara pemilikan

melalui penguasaan terhadap harta yang belum dikuasai atau

dimiliki pihak lain. Harta mubahat contohnya tanah mati, ikan

dilaut, hewan dan pohon dihutan.

b. Tawaallud (berkembang biak) yaitu sesuatu yang dihasilkan

dari sesuatu yang lainya. Harta benda yang bersifat produktif

atau benda bergerak yang dapat yang menghasilkan sesuatu

yang lain atau baru seperti binatang yang dapat bertelur,

beranak menghasilkan susu dan kebun yang dapat

menghasilkan buah dan bunga.

c. Al-khalafiyah yaitu penggantian seseorang atau sesuatu yang

baru menenmpatai posisi pemilikan yang lama. Seperti

pewarisan dan pertanggungan ketika seseorang merusak atau

menghilangkan barang orang lain.

d. Aqad yaitu pertalian antara ijab dan qabul sesuai dengan

kentuan syarah yang menimbulkan pengaruh terhadap objek

akad. Akad merupakan sebab kepemilikan yang paling kuat dan

berlaku laus dalam kehiudpan manusia yang membutuhkan

distribusi kekayaan.39

Dengan demikian, Islam melarang seorang muslim memperoleh

barang dan jasa dengan cara yang tidak diridhai Allah SWT, seperti : judi,

riba, pelacuran, korupsi, mencuri, menipu dan perbuatan maksiat lainnya.

B. Ekonomi Islam

1. Pengertian Ekonomi Islam

39 Isnani Harahap dkk, Hadis-hadis Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 38.

Page 41: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Secara etimologi kata ekonomi berasal dari bahasa oikononemia

(Greek atau Yunani), terdiri dari dua kata : oicos yang berarti rumah dan

nomos yang berarti aturan. Jadi ekonomi ialah aturan-aturan untuk

menyelenggarakan kebutuhan hidup manusia dalam rumah tangga, baik

rumah tangga rakyat (volkshuishouding), maupun rumah tangga negara

(staathuishouding), yang dalam bahasa inggris disebutnya sebagai

economics.40

Sedangkan pengertian ekonomi Islam menurut istilah (terminologi)

terdapat pengertian menurut Yusuf Qardhawi memberikan pengertian

ekonomi Islam adalah “ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini

bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan

sarana yang tidak lepas dari syari’at Allah”.41

Berdasarkan dari kutipan-kutipan di atas dapat dipahami bahwa

Ekonomi Islam berdasarkan atas Ketuhan Yang Maha Esa, sistem yang

diterapkan dalam ekonomi islam berangkat dari Allah dan dengan tujuan

yang diakhiri kepada Allah dan kegiatan-kegiatan yang dilandasi dengan

ekonomi islam semua berlandaskan dengan Syari’at Islam.

2. Nilai-Nilai Dasar Ekonomi Islam

Nilai-nilai dasar ekonomi Islam adalah seperangkat nilai yang telah

diyakini dengan segenap keimanan, dimana ia akan menjadi landasan

paradigma ekonomi Islam. Nilai-nilai dasar ini baik nilai filosofis,

40 Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Pustaka Setia

Pertama Maret 2002), Cet. Ke-1, h.18. 41 Surya Pos, Pengertian Ekonomi Islam, Artikel di akses pada tanggal 29 Januari 2016

dari http://www.suryapost.com/2010/16/pengertian-ekonomi-islam.html

Page 42: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

instrumental maupun institusional didasarkan atas Al-Qur’an dan Hadist

yang merupakan dua sumber normative tertinggi dalam agama Islam.

Inilah hal utama yang membedakan ekonomi Islam dengan ekonomi

konvensional, yaitu ditempatkannya sumber ajaran agama sebagai sumber

utama ilmu ekonomi. Tentu saja, Al-Qur’an dan Hadist bukanlah

merupakan suatu sumber yang secara instan menjadi ilmu pengetahuan.

Untuk mengubah nilai dan etika Islam menjadi suatu peralatan operasional

yang berupa analisis ilmiah, maka suatu filsafat etika harus disusutkan

(diperas) menjadi sekumpulan aksioma yang kemudian dapat berlaku

sebagai suatu titik mula pembuat kesimpulan logis mengenai kaidah-

kaidah sosial dan perilaku ekonomi yang Islami, inilah yang dimaksud

dengan nilai dasar ekonomi Islam dalam pembahasan ini, yang

sesungguhnya merupakan derivatif dari ajaran Islam dalam bentuk yang

lebih fokus.

Menurut Ahmad Saefuddin, ada beberapa nilai yang menjadi

sumber dari dasar sistem ekonomi Islam, antara lain:

a. Kepemilikan

Nilai dasar pemilikan dalam sistem Ekonomi Islam

1) Pemilikan terletak pada kepemilikan pemanfaatannya dan

bukan menguasai secara mutlak terhadap sumber-sumber

ekonomi.

2) Pemilikan terbatas pada sepanjang umurnya selama hidup

di dunia, dan bila orang itu mati, harus didistribusikan

kepada ahli warisnya menurut ketentuan Islam.

3) Pemilikan perorangan tidak dibolehkan terhadap sumber-

sumber yang menyangkut kepentingan umum atau menjadi

hajat hidup orang banyak.

b. Keseimbangan

Merupakan nilai dasar yang pengaruhnya terlihat pada berbagai

aspek tingkah laku ekonomi muslim, misal kesederhanaan

Page 43: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

(moderation), berhemat (parsimony), dan menjauhi

pemborosan (extravagance). Konsep nilai kesederhanaan

berlaku dalam tingkah laku ekonomi, terutama dalam menjauhi

konsumerisme, dan menjauhi pemborosan berlaku tidak hanya

untuk pembelanjaan yang diharamkan saja, tetapi juga

pembelanjaan dan sedekah yang berlebihan.

c. Keadilan

Secara garis besar keadilan dapat didefinisikan sebagai suatu

keadaan dimana terdapat kesamaan perlakuan di mata hukum,

kesamaan hak kompensasi, hak hidup secara layak, dan hak

menikmati pembangunan.42

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa nilai dasar

keseimbangan ini selain mengutamakan kepentingan dunia dan

kepentingan akhirat, juga mengutamakan kepentingan perorangan dan

kepentingan umum, dengan dipeliharanya keseimbangan antara hak dan

kewajiban.

Nilai-nilai dasar sistem ekonomi Islam terdiri dari empat kata,

yaitu 1. nilai, 2. sistem, 3. Islam, dan 4. ekonomi. Kata “nilai” merupakan

tema baru dalam filsafat Aksiologi (ilmu tentang nilai). Filsafat Aksiologi

merupakan cabang filsafat yang muncul pertama kali pada paruh kedua

abad IX (Tahun 900 Masehi).43 Menurut Riseri Frondizi, nilai merupakan

kualitas yang tidak tergantung pada benda.44 Menurut Munir dalam bahasa

sehari-hari, kata “barang sesuatu mempunyai nilai, maka “barang sesuatu”

yang dimaksudkan di sini dapat disebut barang nilai. Dengan demikian,

mempunyai nilai itu adalah soal penghargaan, maka nilai adalah

42 Ahmad M. Saefuddin, Studi Nilai-Nilai Sistem Ekonomi Islam, (Jakarta Pusat: Media

Da’wah dan LIPPM), h. 43-49. 43 Riseri Frondizi, Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2001), h. 1. 44 Ibid

Page 44: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

dihargai.45 Sejalan dengan itu, Juhaya S. Praja dengan singkat mengatakan,

nilai artinya harga. Sesuatu mempunyai nilai bagi seseorang karena ia

berharga bagi dirinya.46

Notonegoro membagi nilai menjadi tiga. Nilai material, nilai

spiritual, nilai vital.

a. Nilai Material adalah nilai yang berguna bagi jasmani manusia.

Contoh, makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal atau lebih

dikenal sandang, pangan, papan.

b. Nilai Spiritual adalah nilai yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai spiritual dibagi lagi menjadi nilai religi (agama), nilai

estetika (keindahan, seni), nilai etika (moral) dan nilai logika

(kebenaran).

c. Nilai vital, yaitu nilai yang berguna menunjang kegiatan

manusia. Contoh, buat seorang pemikir, cangkul tidak terlalu

bernilai, tapi untuk petani itu sangat bernilai.47

Sistem didefinisikan sebagai suatu organisasi berbagai unsur yang

saling berhubungan satu sama lain. Unsur-unsur tersebut juga saling

mempengaruhi, dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan pemahaman semacam itu, maka kita bisa menyebutkan bahwa

sistem ekonomi merupakan organisasi yang terdiri dan bagian-bagian yang

saling bekerja sama untuk mencapai tujuan ekonomi.48

45 Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002,

h. 26 46 Juhaya S.Praja, Aliran-aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Prenada Media, 2003), h. 59. 47 Darji Darmodiharjo, dkk., Santiaji Pancasila: Suatu Tinjauan Filosofis, Historis dan

Yuridis Konstitutional, (Surabaya: Usaha Nasional, 2014), h. 51. 48 Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,

2006), h. 2

Page 45: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Ekonomi secara umum didefinisikan sebagai hal yang mempelajari

perilaku manusia dalam menggunakan sumber daya yang langka untuk

memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia.49

Beberapa ahli mendefinisikan ekonomi Islam sebagai suatu ilmu

yang mempelajari perilaku manusia dalam usaha untuk memenuhi

kebutuhan dengan alat pemenuhan kebutuhan yang terbatas di dalam

kerangka Syariah. Ilmu yang mempelajari perilaku seorang muslim dalam

suatu masyarakat Islam yang dibingkai dengan syariah. Definisi tersebut

mengandung kelemahan karena menghasilkan konsep yang tidak

kompatibel (cocok) dan tidak universal (berlaku secara umum). Karena

dari definisi tersebut mendorong seseorang terperangkap dalam keputusan

yang apriori (apriory judgement), benar atau salah tetap harus diterima.50

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ekonomi

Islam adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk mengalokasikan

dan mengelola sumber daya untuk mencapai kebahagiaan, kemenangan

dan kesuksesan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Al-Qur’an dan

Sunnah.

Sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang

didasarkan pada ajaran dan nilai-nilai Islam. Sumber dari keseluruhan nilai

tersebut sudah tentu Al-Qur'an, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Nilai-nilai

sistem ekonomi Islam ini merupakan bagian integral dari keseluruhan

49 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI), Ekonomi Islam, (Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 14. 50 Imamudin Yuliadi, Ekonomi Islam, (Yogyakarta: LPPI, 2006), h. 6

Page 46: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

ajaran Islam yang komprehensif dan telah dinyatakan Allah SWT sebagai

ajaran yang sempurna (QS. Al-Ma'idah ayat 3).

Artinya: “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu

agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah

Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa

terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,

sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(QS. Al-Maidah: 3).51

Karena didasarkan pada nilai-nilai Ilahiah, sistem ekonomi Islam

tentu saja akan berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis yang didasarkan

pada ajaran kapitalisme, dan juga berbeda dengan sistem ekonomi sosialis

yang didasarkan pada ajaran sosialisme. Memang, dalam beberapa hal,

sistem ekonomi Islam merupakan kompromi antara kedua sistem tersebut,

namun dalam banyak hal sistem ekonomi Islam berbeda sama sekali

dengan kedua sistem tersebut. Sistem ekonomi Islam memiliki sifat-sifat

baik dari kapitalisme dan sosialisme, namun terlepas dari sifat buruknya.52

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai

dasar sistem ekonomi Islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan

pada ajaran dan nilai-nilai Islam.

51 Depantemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., h. 11 52 Mustafa Edwin Nasution dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam., h. 2

Page 47: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

penelitian lapangan (field research). Penelitian Lapangan (Field Research)

yaitu penelitian yang bertujuan mempelajari secara intensif tentang latar

belakang keadaan sekarang dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok,

lembaga dan masyarakat.53 Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan

(field research) yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung ke lokasi

penelitian untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini

dilakukan di Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif pada hakekatnya

penelitian kualitatif adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,

berinteraksi dengan mereka. Penelitian kualitatif yaitu “Sedangkan

kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti dengan cara

mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa.54 Penelitian

deskriptif pada umumnya dilakukan secara sistematis fakta dan

karakteristik objek atau subjek yang teliti secara tepat.

53 Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2011), h. 24. 54 Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2016), h. 20

35

Page 48: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Peneliti akan mengungkap fenomena atau kejadian dengan cara

menjelaskan, memaparkan/menggambarkan dengan kata-kata secara jelas

dan terperinci melalui bahasa yang tidak berwujud nomor/angka. Dengan

jenis penelitian deskriptif dan menggunakan pendekatan fenomenologi

maka dapat diasumsikan bahwa sifat dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif lapangan. Sifat penelitian ini akan mendeskripsikan praktik

ngasak gabah ditinjau dari perspektif Ekonomi Islam di Desa Purwosari

Kecamatan Metro Utara.

B. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.55

Pengumpulan sumber data dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan kedalam

sumber data primer dan sekunder. Sumber data dalam penelitian adalah subjek

dari mana data dapat diperoleh. Sumber data yang akan dicari berupa sumber

data primer dan sumber data sekunder.

Adapun sumber data yang dimaksud ialah:

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber asli. Dalam hal ini, maka proses

pengumpulan datanya perlu dilakukan dengan memperhatikan siapa

sumber utama yang dijadikan objek penelitian.56 Artinya sumber data

55.Ibid, h. 6. 56 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2008),

h.103.

Page 49: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

primer langsung dari sumber pokok penelitian, yaitu 3 orang pemilik

sawah dan 3 orang pengasak gabah dari Desa Purwosari dan 2 orang

pengasak dari Desa Banjarsari.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah “sumber untuk mendapatkan

informasi tambahan yang diperoleh dari sumber kedua/skunder atau

bahan-bahan pelengkap”.57 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

sumber sekunder yaitu buku-buku yang ada di perpustakaan yang relevan

dengan judul skripsi ini seperti buku Daurul Qiyam wal Akhlaq fil

Iqtishadil Islami, karangan Yusuf Qardhawi, diterjemahkan oleh Didin

Hafidhuddin dengan judul, Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian

Islam. Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat karangan Mardani. Etika

Bisnis Dalam Islam karangan Fisal Badroen serta buku-buku lain yang

dapat menunjang dalam penulisan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian skripsi ini adalah:

1. Wawancara (Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)

yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.58

57 Ibid, h. 105 58. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Ed.Revisi, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009), h. 186.

Page 50: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah bebas

terpimpin, yaitu wawancara dengan menggunakan kerangka pertanyaan

yang sudah dipersiapkan sebagai bahan pertanyaan. Hal ini dimaksudkan

agar arah wawancara tidak menyimpang dari pokok permasalahan. Dengan

metode ini peneliti mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bapak

Marsidi, Bapak Ponidi dan Bapak Mukani selaku pemilik sawah dan

Bapak Bambang, Bapak Wagino, Ibu Warsini, Ibu Rukini dan Ibu

Tugiyem selaku pengasak gabah. Hal ini dilakukan guna mendapatkan

informasi yang konkrit mengenai praktik ngasak gabah ditinjau dari

perspektif Ekonomi Islam.

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah “mencari data mengenai hal-hal atau

peneliti menyelidiki benda-benda seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya”.59

Dari pendapat di atas, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan

dokumentasi adalah merupakan metode pengukur data yang digunakan

dalam suatu penelitian dengan cara mencatat beberapa masalah yang sudah

didokumentasikan oleh pihak kepada desa dan staf-stafnya. Penggunaan

metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

data tentang sejarah berdirinya Desa Purwosari, jumlah penduduk, mata

pencaharian penduduk dan struktur organisasi Desa Purwosari Kecamatan

Metro Utara

59. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian., h. 201.

Page 51: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

D. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data yang dipakai di dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif lapangan, karena data yang diperoleh merupakan

keterangan-keterangan di dalam bentuk uraian. Analisis data di dalam

penelitian kualitatif adalah proses mensistematiskan apa yang sedang diteliti

dan mengatur hasil wawancara seperti apa yang dilakukan dan dipahami dan

agar supaya peneliti bisa menyajikan apa yang didapatkan pada orang lain.60

Kemudian untuk menganalisis data, peneliti ini menggunakan cara

berfikir induktif, yaitu suatu cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta yang

khusus dan konkret, peristiwa konkrit, kemudian dari fakta-fakta atau

peristiwa-peristiwa yang khusus dan konkrit tersebut ditarik secara

generalisasi yang mempunyai sifat umum.61

Teknik ini digunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh

dalam penelitian, sehingga mendapat kesimpulan atau kejelasan tentang

praktek ngasak gabah ditinjau dari Etika Bisnis Islam di Desa Purwosari

Kecamatan Metro Utara apakah sesuai dengan Etika Bisnis Islam atau syariat

Islam yang ada.

60 Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, (Malang: UIN-Malika

Press, 2010), h. 355. 61 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1984),

jilid 1, h. 42.

Page 52: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

BAB IV

HASIL PENELITIAN

D. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5. Sejarah Singkat Terbentuknya Kelurahan Purwosari

Pembentukan Kelurahan Purwosari diawali dengan dibukanya

Desa Purwosari pada tahun 1939 oleh Pemerintah Kolonial Hindia

Belanda, dengan memindahkan warga Desa Purwosari Kabupaten Blitar

Jawa Timur sebanyak sekitar 400 KK dengan jumlah jiwa 2.057 orang

(Jebol Payung) secara paksa ke daerah penempatan baru di daerah

Lampung.

Setelah mendapat petunjuk tentang lokasi penempatan di daerah

Lampung Tengah, warga membuka hutan belantara yang sama sekali

belum pernah dijamah oleh manusia dan masih banyak dihuni oleh

binatang buas yang sangat membahayakan bagi keselamatan manusia. Para

penduduk mendapatkan jatah pembagian tanah di tanah bukaan baru untuk

dijadikan lahan penghidupan, dan di tanah tersebut para penduduk

bercocok tanam dan membuat gubuk (rumah kecil) dengan atap welit.

Pembagian pemukiman penduduk mengikuti kelompok/dukuh di daerah

asal yang terdiri dan 5 kelompok/dukuh. Purwosari, Basongan, Ngekul,

Kali Grenjeng Selama pembukaan hutan tersebut, para penduduk menemui

kesulitan dan penderitaan yang luar biasa. Banyak sekali warga yang jatuh

sakit dan bahkan ada yang meninggal dunia.

40

Page 53: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Setelah seluruh penduduk menempati rumah masing-masing di

tanah yang baru, mulai dilakukan penyusunan organisasi pemerintahan.

Atas kesepakatan bersama, penduduk memberi nama desa/pemukiman

yang baru tersebut tetap memakai nama desa asalnya yaitu Desa

Purwosari, begitu pula dengan perangkat desanya, tetap perangkat desa

asal, dengan Kepala Desa pertama Bapak Karto Tiran. Seiring dengan

terbentuknya Kota Metro yang terdiri dan Kecamatan Metro Raya dan

Kecamatan Bantul, terpisah dan Kabupaten Lampung Tengah pada tahun

1999, Desa Purwosari masuk ke dalam wilayah Kota Metro. Pada Tahun

2001 dilakukan pemekaran Kecamatan dan Kelurahan, dimana yang

berstatus Desa diubah menjadi Kelurahan dengan dipimpin oleh seorang

Lurah, maka Desa Purwosari berubah menjadi kelurahan Purwosari masuk

ke dalam wilayah Kecamatan Metro Utara dan Kepala Desa Purwosari

ditetapkan sebagai Lurah Purwosari.62

6. Visi Misi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro

a. Visi

“Mewujudkan masyarakat Purwosari yang produktif, berbudaya dan

sejahtera” (Penjelasan Produktif adalah merupakan pola masyarakat

yang tercermin dalam bentuk kerja keras, kreatif, inovatif dalam

rangka menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya. Berbudaya adalah merupakan cermin dan kehidupan yang

62 Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro diambil pada

tanggal 21 Oktober 2018.

Page 54: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, taat hukum, toleransi, cinta

damai, cinta lingkungan yang bersih dan hijau. Sejahtera adalah

merupakan kondisi masyarakat secara umum yang selalu tercukupi

kebutuhan baik lahir maupun batin yang merupakan hasil

pengembangan dan sikap hidup produktif dan secara terus menerus).

b. Misi

Mewujudkan masyarakat yang produktif, berbudaya, dan sejahtera,

melalui:

1) Meningkatkan produktivitas sektor pertanian melalui pola

intensifikasi (memanfaatkan lahan yang ada semaksimal mungkin)

2) Mengembangkan usaha yang dapat menghasilkan barang dan jasa

baik melalui sektor formal (badan usaha) maupun sektor informal.

3) Mengadakan pelatihan bagi remaja/pemuda dibidang

kewirausahaan baik melalui Balai Latihan Kerja (BLK) atau

lembaga-lembaga lain yang berkompeten.

4) Meningkatkan partisipasi bagi generasi muda dan masyarakat

secara umum dibidang pendidikan baik formal maupun non formal.

5) Meningkatkan kegiatan keagamaan terhadap masyarakat dengan

menjalin kerjasama dengan pemerintah (Kemenag) dan lembaga-

lembaga keagamaan yang sudah ada.63

7. Kepada Desa / Lurah yang pernah menjabat di Desa Purwosari

63 Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro diambil pada

tanggal 21 Oktober 2018.

Page 55: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Kepala Desa / Lurah Purwosari memimpin Desa / Kelurahan

Purwosari sejak dibentuknya Desa Purwosari hingga sekarang adalah :

No Masa Jabatan Nama Keterangan

1 1939-1946 Karto tiran Kades

2 1946-1947 Saimun Kades

3 1947-1969 Marsum Kades

4 1969-1980 Suradji Kades

5 1980-1988 Marsum Kades

6 1988-1996 Marlin Kades

7 1996-1998 Maryanto Pjs. Kades

8 1998-2001 Bambang Japriono Lurah

9 2001-2006 Bambang Japriono Lurah

10 2006-2014 Yudi Handoko, S.Pd.,MM Lurah

11 2014-2015 Amran Syahbani, S.STP.,M.IP Lurah

12 2015-Sekarang Sugiyana, S.IP Lurah64

Sumber : Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota

Metro

8. Jumlah Penduduk Kelurahan Purwosari Kecamatan Metro Utara

Kota Metro

No RW Jumlah

KK

Jumlah Penduduk

LK PR JML

1 RW 001 352 617 599 1216

2 RW 002 334 490 478 968

3 RW 003 236 393 392 785

4 RW 004 226 322 273 595

5 RW 005 410 714 663 1377

6 RW 006 284 455 477 932

7 RW 007 301 470 413 883

64 Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota Metro diambil pada

tanggal 21 Oktober 2018.

Page 56: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

8 RW 008 263 443 412 855

9 RW 009 191 283 262 545

10 RW 010 251 384 311 695

11 RW 011 203 331 324 955

12 RW 012 165 264 228 492

Jumlah 3216 5166 4932 998

Sumber : Dokumentasi Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara Kota

Metro

E. Praktik Ngasak Gabah di Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara

Pengasak padi di desa Purwosari datang kesawah mulai dari jam 13.00

WIB. Dalam hal ini, biasanya para pengasak padi datang dengan cara

berkelompok dan sediri-sendiri tapi kebanyakan para pengasak padi ini datang

dengan sendiri-sendiri, peralatan yang digunakan cukup sederhana yakni

hanya menggunakan tampah, sapu lidi serta karung sebagai tempat

mengumpulkan padi yang sudah di dibersihkan menggunakan tampah.

Pengasak padi dari desa Purwosari maupun desa banjarsari biasa

pengasak padi berangkat dari rumah sehabis sholat dzuhur yakni jam 13.00

WIB ada juga yang sore hari yakni jam 15.00 WIB, dengan berpakaian

selayaknya orang pergi kesawah dengan membawa peralatan tambahan berupa

karung untuk wadah padi yang sidah dibukumpukan. Setelah sampai di sawah

pengasak padi lansung mengambil padi yang terjatuh di tanah dan dimasukan

kedalam karung tanpa mengetahui siapa pemilik sawah dan tidak meminta izin

kepada pemilik sawah.

Hasil wawancara dengan Bapak Marsidi diperoleh ketarangan bahwa

ketika waktu panen pasti selalu ada orang yang mengasak padi disawah milik

Page 57: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

saya65 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa setiap

tahun pada saat panen padi selalu ada orang yang mengasak gabah di sawah.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan pemilik

sawah yang lain, dari hasil wawancara diperoleh penjelasan bahwa setiap kali

panen selalu ada orang-orang yang mengasak padi di sawah saya.66

Selanjutnya menurut penjelasan pemilik sawah yang lainnya lagi

menerangkan bahwa setiap panen dapat dipastikan selalu ada orang yang

mengasak gabah di sawah milik Bapak Ponidi dan bahkan disawah orang lain

juga.67

Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan pemilik

sawah, dari hasil wawancara diperoleh penjelasan bahwa selama ini orang

yang mengasak gabah tidak pernah meminta izin terlebih dahulu kepada

pemilik sawah.68

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara, dari hasil wawancara

diperoleh keterangan bahwa terkait dengan masalah boleh atau tidaknya ada

orang yang mengasak padi di sawah milik saya, saya pribadi tidak keberatan

wapaun mereka tidak meminta izin terlebih dahulu, namun terkadang ketidak

65 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober

2018 66 Hasil wawacara dengan Bapak Mukani selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober

2018 67 Hasil wawacara dengan Bapak Ponidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober

2018 68 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober

2018

Page 58: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

saya berada di sawah dan bertemu dengan para pengasah ada sebagian mereka

meminta izin kepada saya.69

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti pahami bahwa pada

dasarnya pemilik sawah tidak keberatan jika ada orang yang mengasak padi

disawah miliknya. Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara terkait dengan

masalah menguntungkan atau tidak menguntungan dengan adanya pengasak

gabah pada pemilik sawah, dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa :

Dengan adanya pengasak gabah bagi para pemilik sawah mereka

merasa diuntungkan karena padi-padi yang berjatuhan ataupun tercecer di

sawah dapat banyak berkurang, karena jika tidak ada pengasak padi-padi yang

sudah berjatuhan selalu tumbuh dan menyulitkan para pemilik sawah untuk

membersihkannya, dengan adanya pengasak sedikit menguntungkan pemilik

sawah karena tidak banyak padi yang tertinggal di sawah.70

Terkait dengan hasil wawancara di atas dapat peneliti jelaskan bahwa

keberadaan pengasak gabah membawa keuntungan bagi para pemilik sawah,

karena pemilik sawah tidak pernah mengambil padi yang sudah berjatuhan di

sawah, maka dengan adanya pengasak sangat membantu pemilik sawah

mengurangi padi yang tercecer disawah sehingga padi yang tercecer ini tidak

tumbuh liar terlalu banyak di sawah.

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan pemilik

sawah, dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa : bagi para pemilik

69 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober

2018 70 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober

2018

Page 59: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

sawah tidak ada masalah walaupun para pengasak tidak meminta izin terlebih

dahulu kepada pemilik sawah, menurut pemilik sawah justru dengan adanya

pengasak dapat membantu pemilik sawah mengurangi padi-padi yang tercecer

di sawah yang dapat mengakibatkan jika nanti terkena air padi-padi yang

tercecer tersebut tumbuh liar tidak beraturan sehingga mengganggu

pertumbuhan pada yang sengaja di tanam.71

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat peneliti pahami bahwa bagi

pemilik sawah dengan adanya orang yang mengasak padi walaupun para

pengasak tidak meminta izin terlebih dahulu kepada pemilik sawah namun

pemilik sawah sudah mengiklaskannya.

Selain peneliti melakukan wawancara dengan pemilik sawah peneliti

juga melakukan wawancara dengan para pengasak untuk mengetahui alasan-

alasan mereka memilih mengasak pagi di sawah milik orang lain. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Bapak Bambang selaku pengasak gabah diperoleh

keterangan bahwa Bapak Bambang pada saat mengasak gabah di sawah milik

orang lain tidak meminta izin terlebih dahulu, namun jika ada pemilik

sawahnya dilokasi Bapak Bambang biasanya meminta izin, jika pemiliknya

tidak ada Bapak Bambang hanya meminta izin kepada orang-orang yang

memanen padi.72

Keterangan yang sama juga di sampaikan oleh Bapak Wagito, bahwa

Bapak Wagito ketika mengasak pada di sawah milik orang lain tidak meminta

71 Hasil wawacara dengan Bapak Marsidi selaku pemilik sawah pada tanggal 23 Oktober

2018 72 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018

Page 60: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

izin terlebih dahulu namun jika pemilik sawah ada dilokasi Bapak Wagito

meminta izin walaupun sebelum pemilik sawah datang Bapak Wagito sudah

mengumpulkan padi-padi yang tercecer dan sudah tidak di ambil oleh

pemanen.73 Begitu juga dengan Ibu Warsini ketika mengasak gabah disawah

orang lain tidak meminta izin terlebih dahulu.74 Tidak jauh berbeda dengan

keterangan yang disampaikan oleh Ibu Rukini bahwa Ibu Rukini ketika

pengasak tidak meminta izin terlebih dahulu dari pemilik sawah, melainkan

meminta izin kepada yang memanen padi di sawah.75

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dipahami bahwa para

pengasak ketika mau mengasak tidak meminta izin terlebih dahulu, namun

jika pada saat mengasak kemudian pemilik sawah datang Bapak Bambang dan

Bapak Wagito meminta izin.

Selanjutnya peneliti melanjutkan wawancara kembali dengan Ibu

Warsini yang juga merupakan pengasak gabah, dari hasil wawancara diketahui

Ibu Warsini tidak pernah mendapatkan teguran dari pemilik sawah ketika Ibu

Warsini mengambilin padi-padi yang sudah tercecer dan tertimbun oleh

jerami-jerami yang sudah tidak ada padinya.76 Begitu juga keterangan dari Ibu

73 Hasil wawacara dengan Bapak Wagito selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018 74 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 75 Hasil wawacara dengan Ibu Rukini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 76 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018

Page 61: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Rukini selama mengasak tidak pernah mendapatkan ketuguran dari pemilik

sawah,77

Begitu juga hasil wawancara dengan Ibu Tugiyem, selama Ibu

Tugiyem ngasak gabang disawah milik orang lain tidak pernah mendapatkan

tegoran dari pemilik sawah maupun dari orang yang sedang kerja memanen

padi, namun disini ibu tugiyem mengasak ketika pemanen sudah selesai

memanen padinya baru ibu tugiyem mengambil padi-padi yang sudah tercecer

di tanah yang sudah tidak diambil lagi.78 Hak yang sama juga disampai oleh

Bapak Wagino bahwa selama mengasak tidak pernah mendapatkan teguran

dari pemilik sawah.79

Senada yang disampaikan oleh Bapak Bambang, bahwa selama

mengasak padi disawah milik orang lain tidak pernah memperoleh teguran

dari pemilik sawah, walaupun pada saat mengasak pemilik sawah ada di

sawah.80 Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat peneliti pahami bahwa

para pengak gabah tidak pernah memperoleh teguran dari pemilik sawah

walaupun mereka tidak meminta izin terlebih dahulu untuk mengasak disawah

miliknya, dengan demikian seolah-olah pemilik sawah sudah mengikhlaskan

kepada para pengasak untuk mengambil padi-padi yang sudah jatuh tercecer

dan padi-padi yang tertimbun jerami.

77 Hasil wawacara dengan Ibu Rukini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 78 Hasil wawacara dengan Ibu Tugiyem selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 79 Hasil wawacara dengan Bapak Wagino selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018 80 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018

Page 62: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Selanjutnya peneliti kembali melanjutkan wawancara dengan Bapak

Wagito, dari hasil wawancara dapat peneliti pahami bahwa cara-cara yang

digunakan mengasak gabah di sawah orang lain dengan cara mengumpulkan

padi-padi yang sudah tercecer di tanah dengan menggunakan sapu lidi

selanjutnya setelah padi terkumpul tapi masih bercampur dengan kotoran lalu

oleh Bapak Wagito padi-padi yang sudah terkumpul di tapi dengan

menggunakan tampak.81

Hal ini juga didukung dengan hasil wawancara dengan Ibu Warsini,

selain mengumpulkan padi-padi yang sudah tercecer di tanah, pengasak juga

mencari padi di tumpukan jerami sudah diambil padinya menggunakan alat

yang disebut oleh masyarakat sentok, namun padi yang berhasil dikulpulkan

dari tumpukan jerami juga kotor bercampur daun-daun padi yang sudah

hancur, lalu oleh pengasak dibersihkan menggunakan tampah untuk

memisahkan antara padi dengan sampahnya.82

Kemudian peneliti melanjutkan wawancara dengan Bapak Bambang

terkait dengan alasan-lasan Bapak Bambang mengasak padi disawah milik

orang lain, dari hasil wawancara diketahui bahwa alasan Bapak Bambang

mengasak di sawah milik orang lain karena Bapak Bambang tidak mempunyai

sawah, sehingga bapak bambang memanfaatkan masa panen ini untuk

mengambil padi-padi yang sudah tidak diambil oleh pemilik sawah.83

81 Hasil wawacara dengan Bapak Wagito selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018 82 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 83 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018

Page 63: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Hal ini juga di sampaikan oleh Ibu Warsini bahwa alasan Ibu Warsini

mengasak gabah di sawah orang lain karena Ibu Warsini juga tidak memiliki

sawah, sehingga Ibu Warsini memanfaatkan waktu dan memanfaatkan masa

panen untuk mencari padi-padi yang tidak dimanfaatkan oleh pemilik sawah.84

Berbeda dengan keterangan Ibu Warsini, alasan Ibu Rukini mengasak gabah

disawah milik orang lain bukan karena Ibu Rukini tidak memiliki sawah, ibu

rukini mengasah gabah dikarenakan Ibu Rukini hanya memiliki sawah sedikit

dan sudah selesai dipanen, sehingga Ibu Rukini memanfaatkan waktu dengan

mengasak gabah disawah orang lain sebagai tambah-tambahan padi dirumah

sebagai persediakan makan bersama keluarganya.85

Berbeda dengan hasil wawancara dengan Bapak Wagito, alasan bapak

wagito mengasak padi disawah oleh lain bukan karena Bapak Wagito tidak

memiliki sawah, Bapak Wagito memiliki sawah namun hanya sedikit sehingga

padi hasil panennya juga sedikit, sehingga Bapak Wagito ikut mengasak padi

disawah milik orang lain untuk tambahan padi yang sudah dipunya dirumah

untuk disimpan sebagai persediaan makan selama kurang lebih satu tahun.

Selanjutnya peneliti kembali melakukan wawancara dengan Bapak

Bambang terkait dengan hasil ngasak padi akan dipergunakan untuk apa, dari

hasil wawancara diperoleh penjelasan bahwa Bapak Bambang mengasak padi

dipergunakan makan keluarganya bukan untuk dijual, karena menurut Bapak

84 Hasil wawacara dengan Bapak Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018 85 Hasil wawacara dengan Ibu Rukini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018

Page 64: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Bambang lebih baik padi hasil ngasak untuk makan dan disimpan untuk

persediaan makan setiap harinya.86

Begitu juga menurut Ibu Warsini bahwa padi hasil ngasak

dipergunakan untuk makan keluarga, bukan untuk dijual.87 Begitu juga yang

diungkapkan oleh Bapak Wagino, walaupun Bapak Wagino sudah mempunyai

panen dari sawahnya sendiri, hasil ngasak Bapak Wagino juga disimpulan

untuk persediaan makan keluarganya.88

Terkait dengan masalah hukum mengambil barang milik orang lain

tanpa meminta izin terlebih dahulu, selanjutnya peneliti melanjutkan

wawancara dengan Bapak Bambang, dari hasil wawancara diperoleh

keterangan bahwa Bapak Bambang tahu hukum mengambil barang milik

orang lain, namun karena kaitannya dengan ngasak padi menurut Bapak

Bambang padi yang sudah terjatuh ataupun tercecer ditanah sudah tidak

mungkin diambil oleh pemilik sawah, sehingga Bapak Bambang

memanfaatkannya.89 Begitu juga dengan keterangan yang disampaikan oleh

Bapak Wagino bahwa pada dasarnya bapak wagino tahu hukum mengambil

barang milik orang lain, namun dalam hal ini menurut Bapak Wagino yang

86 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018 87 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 88 Hasil wawacara dengan Bapak Wagino selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018 89 Hasil wawacara dengan Bapak Bambang selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018

Page 65: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

diambil padi yang sudah tidak mungkin lagi diambil oleh pemanen maupun

oleh pemilik sawah.90

Alasan yang sama juga disampai oleh Ibu Warsini, bahwanya ibu

warsini tahu jika hukum mengambil barang milik orang lain itu tidak

dibenarkan dalam Islam, namun menurut ibu warsini dalam hal ini ibu warsini

memanfaatkan padi yang sudah terjatuh dan tercecer untuk bisa

dimanfaatkan.91 Hak yang sama disampaikan oleh Ibu Rukini bahwa Ibu Runi

tahu hukum mengambil barang milik orang lain, akan tetapi hal ini sudah

biasa dilakukan oleh orang-orang terdahulu dan sampai saat ini sudah menjadi

adat kebiasaan.92

Selanjutkan peneliti kembali melanjutkan wawancara dengan Ibu

Tugiyem, dari hasil wawancara dengan Ibu Tugiyem diperoleh penjelasan

bahwa Ibu Tugiyem tahu jika hukum mengambil barang milik orang lain itu

tidak diperbolehkan, namun dalam hal ini barang yang diambil sudah tidak

dimanfaatkan oleh pemilik sawah bahwa ketika mengambil padi disawah ada

pemilik sawah dan tidak menegur bahkan pemilik sawah pernah mengajak

bercakap-cakap sehingga menurut Ibu Tugiyem mengasak padi yang sudah

berjatuhan diperboleh oleh pemilik sawah.93

90 Hasil wawacara dengan Bapak Wagino selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24

Oktober 2018 91 Hasil wawacara dengan Ibu Warsini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 92 Hasil wawacara dengan Ibu Rukini selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018 93 Hasil wawacara dengan Ibu Tugiyem selaku Pengasak Gabah pada tanggal 24 Oktober

2018

Page 66: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Berdasarkan hasil wawancarai di atas dapat dipahami bahwa para

pengasak gabah pada dasarnya mengetahui hukum mengambil barang milik

orang lain, namun karena padi yang mereka ambil (para pengasak) buan yang

masih dipohon atupun yang sudah di dalam karung, melainkan mereka

mengambil yang sudah terjatuh tinah dan tertumpuk jerami sudah tidak

mungkin akan diambil oleh pemilik sawah, sehingga mereka memanfaatkan

padi tersebut.

F. Analisis Praktik Ngasak Gabah Menurut Ekonomi Islam

Harta termasuk kebutuhan inti dalam kehidupan dimana manusia tidak

akan bisa terpisah darinya. Secara umum, harta merupakan sesuatu yang

disukai manusia, seperti hasil pertanian, perak dan emas, ternak atau barang-

barang lain yang termasuk perhiasan dunia. Manusia termotivasi untuk

mencari harta demi menjaga eksistensinya dan demi menambah kenikmatan

materi dan religi. Namun, semua motivasi ini dibatasi dengan tiga syarat, yaitu

harta dikumpulkannya dengan cara yang halal, dipergunakan untuk hal-hal

yang halal, dan dari harta ini harus dikeluarkan hak Allah dan masyarakat

tempat dia hidup.

Harta dalam pandangan Islam pada hakikatnya adalah milik Allah

SWT. kemudian Allah telah menyerahkannya kepada manusia untuk

menguasai harta tersebut melalui izin-Nya sehingga orang tersebut sah

memiliki harta tersebut. Adanya pemilikan seseorang atas harta kepemilikian

individu tertentu mencakup juga kegiatan memanfaatkan dan mengembangkan

kepemilikan harta yang telah dimilikinya tersebut. Setiap muslim yang telah

Page 67: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

secara sah memiliki harta tertentu maka ia berhak memanfaatkan dan

mengembangkan hartanya.

Islam memperkenankan setiap orang untuk memiliki harta benda

secara pribadi, akan tetapi seiring itu pula Islam menuntut terhadap harta

bendanya itu untuk dimanfaatkan secara kolektif (bersama), sedekahnya atau

membelanjakan sebagai dari harta tersebut di jalan Allah, mengeluarkan zakat

dan infaq. Cara perolehan harta benda tersebut, haruslah dengan cara jujur dan

bermanfaat sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

Aktifitas ekonomi dalam pandangan Islam pada hakekatnya bertujuan untuk :

1. Memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana

2. Memenuhi kebutuhan keluarga

3. Memenuhi kebutuhan jangka panjang

4. Menyediakan kebutuhan keluarga yang ditinggalkan

5. Memberikan bantuan sosial dan sumbangan menurut jalan Allah.94

Dalam rangka pencapaian itulah Islam memberikan panduan dan

aturan tentang bentuk kebebasan aktivitas manusia dalam memperoleh

kekayaan. Kebebasan tersebut harus bisa dipertanggungjawabkan baik secara

sosial maupun dihadapan Allah SWT.

Tampaklah bahwa antara agama (Islam) dan ekonomi terdapat

ketersinggungan obyek. Dalam kaitan antara keduanya, Islam berperan

sebagai panduan moral terhadap fungsi produksi, distribusi dan konsumsi.95

94 Muh. Nejatullah Siddiqi, Kegiatan Ekonomi dalam Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

2001), h. 15. 95 Gufron A. Mas’adi, Fiqih Muamalah Konstektual, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,

2002), h. 3

Page 68: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Mencari nafkah sangat wajib untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia, Islam memberi batasan mencari nafkah yakni dengan cara yang

halal. Mencermati permasalah yang terjadi atas praktek ngasak gabah yang

dilakukan oleh Masyarakat di Desa Purwosari serta masyarakat Desa

Banjarsari sekilas tampak bersinggungan dengan ajaran agama Islam, karena

padi yang ditanam, dikelola oleh pemilik dari masa menanam hingga panen

menjadi kurang hasil panennya, jika padi banyak yang ikut terbuang

bersamaan dengan jerami yang sudah selesai dirontok padinya menggunakan

mesin perontok.

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, benda

(padi) dapat dikatakan mubah, jika memenuhi dua syarat yaitu:

1. Benda tersebut tidak dikuasai orang lain lebih dahulu.

Padi yang sudah berjatuhan belum diambil oleh orang lain boleh

dimiliki seseorang. Sebagaimana yang terkandung dalam kaidah Fiqih,

siapa pun orang yang mengambil barang mubah sebelum ada orang yang

mengambil lebih dahulu maka ia berhak memilikinya.

Dalam hal ini, padi yang sudah jatuh di tanah dan tidak diambil

oleh pemiliknya dianggap sudah tidak berharga bagi si pemilik sawah.

Orang yang mengambil (ngasak) dapat mengambil padi tersebut untuk

dimanfaatkan dan dijual untuk menafkahi keluarganya.

Walaupun dalam kaidah Fiqih membolehkan seseorang untuk

mengambil barang atau benda yang mubah, akan tetapi orang yang

mengambil barang atau benda tersebut harus memperhatikan beberapa

Page 69: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

syarat yang harus dipenuhi. Supaya barang atau benda tersebut menjadi

milik yang sah dalam pandangan Islam. Barang atau benda mubah tersebut

akan menjadi milik seseorang yang sah jika orang tersebut mengambilnya

dengan cara yang baik dan benar.

Orang yang melakukan ngasak juga harus memperhatikan

beberapa syarat yang harus diperhatikan. Mereka tidak boleh semena-

mena dalam mengambil padi karena pada saat pengambilan padi ia hanya

diperbolehkan mengambil barang atau benda yang sudah tidak

dimanfaatkan oleh pemilik tanah dan juga harus memastikan apakah padi

tersebut benar-benar belum ada yang mengambilnya sebelum ia

melakukan ngasak.

2. Tamalluk (untuk memiliki)

Sesorang dapat memiliki padi yang sudah jatuh di tanah dan tidak

diambil oleh pemiliknya tanpa harus meminta izin dari pemilik sawah,

karena padi tersebut sengaja ditinggalkan dengan alasan bahwa rontokan

padi tersebut dianggap sudah tidak ada manfaatnya dan juga sudah jatuh

ditanah. Walaupun padi tersebut masih berada di kebun (sawah).

Jadi untuk memiliki al-mubahat (harta bebas) dapat dilakukan

dengan cara-cara yang lazim, misalnya dengan menempatkannya pada

tempat yang dikuasai atau dengan memberi tanda pemilikan. Ketika

seseorang melakukan ngasak, maka setelah padi tersebut diambil

sebaiknya diletakan dengan baik sebagai tanda bahwa padi itu sudah

menjadi miliknya dan orang lain tidak dapat memilikinya. Hal tersebut

Page 70: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

dilakukan supaya tidak ada perebutan hak milik yang sudah dimiliki

seseorang walaupun sebelumnya barang tersebut berasal dari barang atau

benda yang mubah.

Dalam hal ini pihak petani (yang memiliki padi) desa Purwosari

sebagai pihak pertama, dan pihak pencari yang mengambil padi, sebagai

pihak kedua. Pada prosesnya kedua belah pihak yakni, pihak pertama dan

pihak kedua tidak pernah mengucapkan sighat ijab dan qobul karena

dalam pencarian padi shighat yang dimaksud disini adalah meminta izin

terlebih dahulu pada pemilik lahan sebelum ngasak padi. Attawalludu

minal mamluk adalah sesuatu yang dihasilkan dari sesuatu yang lain

dinamakan tawallud.

Prinsip tawallud ini hanya pada harta benda yang bersifat produktif

(dapat menghasilkan sesuatu yang lain atau baru). Dalam hal ini walaupun

padi masuk dalam kategori tumbuhan yang dapat tumbuh. Tapi dilihat dari

kaidah fiqih di atas terdapat syarat yakni adanya kata yang muncul dari

harta milik adalah miliknya. Dalam konteks ini padi yang tumbuh itu

sudah menjadi kering dan jatuh ditanah, maka padi tersebut bukanlah

milik sediri, tetapi sudah masuk dalam harta mubah. Menurut hukum

Islam, setiap barang atau harta yang mubah boleh dimiliki seseorang.

Kebiasaan masyarakat dapat dijadikan adat dalam suatu kelompok,

kebiasaan tersebut telah mereka lakukan dalam menjalakan kehidupan.

Karena hal tersebut telah menjadi salah satu mata pencaharian mereka

pada saat musim panen. Dalam hal ini ’urf telah menjelaskan bahwa

Page 71: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

kebiasaan ngasak boleh dilakukan karena telah menjadi tradisi masyarakat

desa Purwosari.

Menurut pendapat dari Imam Al-Qarafi, hukum-hukum yang

ditentukan berdasarkan adat-istiadat itu berputar bersama adat kemanapun

ia berputar, dan batal bersama adat jika ia juga batal. Dengan hal tersebut,

seluruh hukum syari’at yang dibangung di atas adat dapat dijadikan acuan.

Dalam praktek pengambilan padi yang sudah berjatuhan ketanah

dan tidak diambil oleh pemilik sawah yang terjadi di masyarakat Desa

Purwosari Metro Utara, syarat-syarat untuk memiliki secara penuh harta

atau hak milik atas suatu barang sudah terpenuhi secara ekonomi Islam.

Islam memberikan batasan-batasan terhadap pola perilaku manusia

agar dalam setiap tindakannya tidak menimbulkan kemadhorotan baik

bagi diri sendiri maupun bagi pihak lain. Dengan demikian diharapkan

setiap manusia dapat mengambil manfaat antara yang satu dengan yang

lainnya dengan jalan yang lurus sesusai dengan norma-norma agama tanpa

kecurangan dan kebatilan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa’ ayat 29

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

Page 72: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan

janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu.”(QS, An-Nisa 29).96

Ayat di atas menegaskan bahwa larangan memperoleh harta

dengan jalan yang batil. Dapat juga dikatakan kelemahan manusia

tercermin antara lain pada gairah yang melampui batas untuk mendapatkan

segala yang ada untuk kesenangan duniawi. Dengan ayat ini Allah

mengingatkan, bahwa orang beriman tidak boleh mencari nafkan dengan

cara yang tidak baik.

Kata (اموالكم) amwalakum yang dimaksud adalah harta yang

beredar dalam masyarakat. Itu menunjukan bahwa harta anak yatim dan

harta siapapun sebenarnya adalah ‘milik’ bersama, dalam arti ia harus

beredar dan menghasilkan manfaat bersama, yang membeli sesuatu dengan

harta itu mendapatkan untung, demikian juga penjual, penyewa

penyedekah, dan lain-lain.

Kemudian kata (بينكم) bainakum, thabatthabai memperoleh kesan

lain dari kata bainakum. Menurutnya kata ini mengandung makna adanya

semacam himpunan diatara mereka atas harta, dan harta itu berada di

tengah mereka yang memberi kesan atau petunjuk bahwa memakan atau

memperoleh harta yang dilarang itu adalah mengelolanya serta

pemindahannya dari seseorang ke orang lain.

96 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung, CV. Diponegoro,

2016), h. 311.

Page 73: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Dengan demikian larangan memakan harta yang berada di tengah

mereka dengan batil itu, mengandung makna larangan melakukan

perpindahan harta yang tidak mengantar masyarakat kepada kesuksesan,

bahkan mengantarnya kepada kejahatan dan kehancuran.

Ayat di atas menekankan juga keharusaan adanya kerelaan kedua

belah pihak (عن تراض منكم) an taraadhin minkum. Walaupun kerelaan

adalah sesuatu yang ada di lubuk hati, tetapi ciri-ciri dan tanda-tandanya

dapat dilihat. Ijab dan qobul, meminta Izin dan diizinkan. Atau apa saja

yang dikenal dalam adat kebiasaan sebagai serah terima adalah bentuk-

bentuk yang dikgunakan hukum untuk menunjukan kerelaan atau

keikhlasan.

Pemilik sawah sudah rela, jika para pengasak mengambil padi

yang sudah berjatuhan di tanah untuk dimanfaatkan oleh para pengasak,

walaupun para pengasak tidak meminta izin terlebih dahulu. Pemilik

sawah merelakan jika pengasak tidak meminta izin dengan alasan bahwa

padi yang sudah berjatuhan di tanah tidak akan di ambili oleh pemilik

sawah. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara kepada pemilik sawah

sebagai berikut:

Bapak Marsidi

“Selama ini orang yang mengasak gabah disawah saya tidak pernah

meminta izin terlebih dahulu kepada saya. Saya pribadi tidak keberatan

wapaun mereka tidak meminta izin terlebih dahulu, namun terkadang saya

berada di sawah dan bertemu dengan para pengasak ada sebagian mereka

Page 74: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

meminta izin kepada saya. Karena dengan adanya pengasak gabah saya

diuntungkan, karena padi-padi yang berjatuhan ataupun tercecer di sawah

dapat banyak berkurang, karena jika tidak ada pengasak padi-padi yang

sudah berjatuhan selalu tumbuh dan menyulitkan para pemilik sawah

untuk membersihkannya”.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti dapat menganalisis

bahwa pemilik sawah ikhlas walaupun pengasak tidak meminta izin

terlebih dahulu. Karena dengan adanya pengasak mendatangkan

keuntungan bagi pemilik sawah, keuntungan yang diperoleh oleh pemilik

sawah dapat meringkankan pekerjaan pemilik sawah dikemudian hari,

karena jika banyak padi yang tercecer di tanah ketika sawah sudah teraliri

air maka padi-padi yang berjatuhan tumbuh secara liar dan dapat

mengganggu pertumbuhan padi yang secara sengaja ditanam dikumudian

hari.

Pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa penyebab orang

mengasak gabah di Desa Purwosarai Kecamatan Metro Utara adalah

sebagai berikut :

a. Menganggap padi yang sudah berjatuhan tidak berguna bagi pemilik

sawah.

b. Faktor ekonomi yakni bisa dimanfaatkan untuk persediaan makan

keluarganya.

c. Kebutuhan hidup sehari-hari

d. Mengambilnya setelah pemanen selesai memanen

Page 75: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Penyebab orang mengasak di atas menurut peneliti terdapat

kualifikasi untuk dijadikan alasan untuk diperbolehkannya megasak gabah

di Desa Purwasari Kecamatan Metro Utara. Walaupun mayoritas pengasak

gabah masih bisa melakukan pekerjaan yang lain seperti menjadi buruh

tani, dan lain-lain.

Kegiatan mengasak di desa Purwosari jika ditinjau dari dasar

ekonomi Islam, dari segi kepemilikan bahwa kepemilikan dalam sistem

ekonomi Islam pemilik hanya terletak pada kepemilikan pemanfaatannya

saja dan tidak menguasai secara mutlak, maka pengasak padi di sawah

yang dilakukan di Desa Purwosari jika ditinjau menurut dasar ekonomi

Islam diperbolehkan karena padi yang sudah jatuh tercecer di tanah tidak

lagi dimanfaatkan oleh pemilik, dan pemilik juga sudah mengiklaskannya

jika sisa padi yang tercecer di tanah boleh dimanfaatkan oleh para

pengasak.

Ditinjau dari segi keseimbangan dalam sistem ekonomi Islam padi

yang telah selesai dipanen yang jatuh di tanah dan tercecer yang sudah

tidak dimanfaatkan oleh pemilik sawah boleh diambil dan dimanfaatkan

oleh para pengasak, secara tidak langsung padi-padi yang sudah tidak

mungkin lagi dimanfaatkan oleh pemilik sawah disedekahkan kepada para

pengasak agar dapat dimanfaatkan.

Sedangkan ditinjau dari segi keadilan padi-padi yang sudah tidak

dimanfaatkan oleh pemilik sawah diperbolehkan oleh pemilik sawah untuk

diambil para pengasak. Karena para pengasak tidak memiliki lahan sawah

yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, sehingga

untuk memberikan rasa keadilan pemilik memperbolehkan pada-pada yang

sudah tidak mungkin dimanfaatkan oleh pemilik sawah boleh diambil para

Page 76: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

pengasak, agar para pengasak memiliki hak hidup secara layak dan cara

yang dipilik oleh para pengasah untuk mengasak padi disawah milik orang

lain dapat meringankan beban hidup keluarganya.

Berdasarkan analisis yang telah peneliti paparkan di atas, maka

dalam praktek ngasak gabah di Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara

Kota Metro tidak bertentangan dengan ekonomi Islam jika dilihat dari

penyebab para pengasak yaitu semata-mata untuk mencari nafkah sebagai

penunjang kebutuhan hidup sehari-hari. Yang terpenting, pemilik sawah

sudah merelakan jika ada pengasak mengambil gabah yang sudah

berjatuhan di tanah miliknya.

Selama orang yang melakukan ngasak tidak merugikan pemilik

sawah, ngasak diperbolehkan jika tidak ada salah satu pihak yang merasa

dikecewakan ataupun menanggung kerugian. Oleh sebab itu, orang yang

ngasak tidak boleh merusak tanaman yang ada di sawah dan tidak boleh

mengganggu aktivitas petani ataupun pemanen yang sedang di sawah.

Page 77: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dalam data yang telah dibahas dan dianalisis pada

bab bab sebelumnya, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa praktek

ngasak gabah di Desa Purwosari dilakukan dengan cara pengasak gabah

mengambil padi-padi yang sudah berjatuhan di tanah dan tidak lagi

dimanfaatkan oleh pemilik sawah, penyebab para pengasak gabah mengasak

disawah milik orang lain karena untuk mencari nafkah kebutuhan hidup

sehari-hari keluarganya. Para pengasak dalam mengasak gabah disawah milik

orang tidak tidak meminta izin terlebih dahulu dari pemilik sawah. Namun

dari pemilik sawah sendiri tidak keberatan jika ada orang yang mengasak

gabah di sawah miliknya walaupun pengasak tersebut tidak meminta izin

terlebih dahulu, karena menurut pemilik sawah adanya pengasak memberikan

keuntungan bagi pemilik sawah. Ngasak gabah diperbolehkan jika tidak ada

salah satu pihak yang merasa dirugikan

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Kepada masyarakat jika ingin ngasak atau mengambil seharusnya meminta

izin kepada pemilik sawah, dengan meminta izin, terjadilah pemindahan

hak milik secara sah dan sesuai dengan ajaran syariat Islam. Sehingga

Page 78: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

hasil yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya benar-benar

dari jalan yang sesuai dengan ajaran Islam

2. Kepada para pengasak sebaiknya benar-benar mengambil padi yang sudah

selesai dipanen dan padi yang sudah berjatuhan yang tidak di ambil oleh

pemilik sawah.

Page 79: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2010

Agus Arijanto, Etika Bisnis Bagi Pelaku Bisnis, Jakarta: Raja Grafindo, 2011

Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009

Burhanuddin Salam, Etika Sosial Asas Moral Kehidupan Manusia, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV.

Diponegoro, 2012

Faisal Badroen,dkk, Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2007

Fisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2007

Husain Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, Jakarta:

Bumi Aksara, 2011

Ibrahim Lubis, Ekonomi Islam Suatu Pengantar 2, Jakarta: Kalam Mulia, 1995

Julian Ifnul Mubaroh, Kamus Istilah Ekonomi, Bandung: Yrama Widya, 2012

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Ed.Revisi, Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2009

M. A Mannan, Islamic Economic: Theory and Practice, diterjemahkan oleh M.

Nastangin dengan judul, Ekonomi Islam: Teori dan Praktek, Yogyakarta:

Dana Bhakti Wakaf, 1993

M. Ismail Yusanto dan M. Arif Yunus, Pengantar Ekonomi Islam, Bogor: Al-

Izzah Press, 2009

Mahkamah Agung RI Direktorat Jendral Badan Peradilan Agama, Kompilasi

Hukum Islam, 2010

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah: Fiqh Muamalat, Jakarta: Kencana, 2012

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Malang: UIN-Malika

Press, 2010

Page 80: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

Muhammad Djakfar, Etika Bisnis, Menangkap Spirit Ajaran Langit dan Pesan

Moral Ajaran Bumi Jakarta: Penebar Plus, 2012

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2008

_________, Paradigma, Metodologi dan Aplikasi Ekonomi Syariah, Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2008

Muhammad, R Lukman Fauroni, Visi Al- Quran Tentang Etika Dan Bisnis,

Salemba Diniyah, 2004

Nana Herdiana Abdurrahman, Manajemen Bisnis Syariah dan Kewirausahaa,

Bandung: CV Pustaka Setia, 2013

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2016

Rachmat Syafei, Fiqih Muamalah, Bandung: Pustaka Setia, 2001

Rafik Issa Beekum, Etika Bisnis Islam, Terj. Muhammad, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1984

Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam wal Akhlaq fil Iqtishadil Islami, diterjemahkan

oleh Didin Hafidhuddin dengan judul, Peran Nilai dan Moral dalam

Perekonomian Islam

_________, Malamih Al-Mujtama’ Al-Muslim Alladzi Nansyuduhu, diterjemahkan

oleh Setiawan Budi Utomo dengan judul, Anatomi Masyarakat Islam,

Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999

PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB

KEPEMILIKAN MENURUT EKONOMI ISLAM

(Studi Kasus di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara)

Out line

HALAMAN JUDUL

HALAMAN ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN

HALAMAN MOTTO

Page 81: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN KATA PENGANTAR

HALAMAN DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

C. Pertanyaan Penelitian

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

E. Penelitian Relevan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Harta dan Hak Milik

1. Pengertian Harta dan Hak Milik

2. Kedudukan dan Fungsi Harta

3. Jenis-jenis Kepemilikan

4. Sebab-Sebab Kepemilikan

B. Ekonomi Islam

3. Pengertian Ekonomi Islam

4. Nilai-nilai Dasar Ekonomi Islam

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

B. Sumber Data

C. Teknik Pengumpul Data

D. Teknik Analisis Data

BAB IV HASIL PENELITIAN

G. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

H. Praktik Ngasak Gabah di Desa Purwosari Kecamatan Metro Utara

I. Analisis Praktik Ngasak Gabah Menurut Ekonomi Islam

Page 82: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

BAB V PENUTUP

C. Simpulan

D. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 83: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

ALAT PENGUMPUL DATA (APD)

PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB

KEPEMILIKAN MENURUT EKONOMI ISLAM

(Studi Kasus di Desa 28 Purwosari Kecamatan Metro Utara)

A. Wawancara

1. Wawancara dengan pemilik sawah

a. Apakah setiap panen padi ada orang yang selalu mengasak di sawah

milik Bapak ?

b. Apakah orang-orang yang mengasak gabah di sawah Bapak meminta

izin terlebih dahulu kepada Bapak ?

c. Bagaimana sikap Bapak ketika ada orang yang mengasak di sawah

Bapak ?

d. Apakah Bapak pernah menegur orang yang mengasak di sawah Bapak

?

e. Menurut Bapak apakah dengan adanya orang yang mengasak padi di

sawah Bapak, menguntungkan Bapak ?

f. Menurut Bapak bagaimana tentang orang yang mengasak tidak

meminta izin terlebih dahulu ?

2. Wawancara dengan pengasak gabah

a. Apakah Bapak/Ibu sebelum mengasak meminta izin terlebih dahulu

kepada pemilik sawah ?

b. Apakah salama Bapak/Ibu mengasak pernah mendapatkan teguran dari

pemilik sawah ?

c. Bagaimana cara Bapak/Ibu mengasak padi ?

Page 84: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

d. Apa penyebab Bapak/Ibu memilih mengasak di sawah orang lain ?

e. Hasil ngasak untuk apa ?

f. Apakah Bapak/Ibu paham tentang hukum mengambil milik orang lain

tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada pemiliknya ?

B. Dokumentasi

1. Dokumentasi tentang sejarah berdirinya Desa Purwosari Metro Utara

2. Dokumentasi tentang jumlah penduduk Desa Purwosari Metro Utara

3. Dokumentasi tentang bagan struktur organisasi Desa Purwosari Metro

Utara

Metro, Juni 2019

Peneliti

Intan Danisa

NPM. 13103144

Page 85: PRAKTIK NGASAK GABAH BERDASARKAN SEBAB-SEBAB KEPEMILIKAN … · 2019. 11. 27. · keterangan bahwa masyarakat banyak yang memiliki sawah tetapi ada juga sebagian orang yang tidak

RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Intan Danisa, dilahirkan di Metro, pada

tanggal 25 Februari 1995 anak ketiga dari empat bersaudara,

pasangan Bapak Amir Syah dan Ibu Ordani Pasaribu

Riwayat pendidikan penulis diawali di Sekolah Dasar di SD Negeri 7 Metro Pusat

selesai pada tahun 2006. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Metro

Pusat, selesai pada tahun 2009. Dilanjutkan Pendidikan Menengah Atas SMA

Negeri 4 Metro Timur, selesai pada tahun 2012. Pada tahun 2013 Peneliti

melanjutkan pendidikan Strata Satu (S1) di STAIN Jurai Siwo Metro sebagai

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri pada

Jurusan Syariah melalui jalur Seleksi Mandiri (SM) dan akan selesai di IAIN

Metro Lampung.