praktik hukum

27
PRAKTIK HUKUM

Upload: gates

Post on 24-Feb-2016

130 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

PRAKTIK HUKUM. LAPISAN ILMU HUKUM. RECHTSFILOSOFIE (Filsafat Hkm). RECHTSTEORIE (Teori Hkm). RECHTSDOGMATIEK (Ilmu Hkm). PRAKTIK HUKUM. PRAKT I K HUKUM. Filsafat Hukum, Teori Hukum, Dogmatik Hukum (Ilmu Hukum dalam arti sempit) , harus ditujukan kepada ’ Prakt i k Hukum ’; - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Page 2: PRAKTIK HUKUM

LAPISAN ILMU HUKUM

RECHTSTEORIE (Teori Hkm)

RECHTSFILOSOFIE (Filsafat Hkm)

RECHTSDOGMATIEK (Ilmu Hkm)

PRAKTIK HUKUM

Page 3: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Filsafat Hukum, Teori Hukum, Dogmatik Hukum (Ilmu Hukum dalam arti sempit) , harus ditujukan kepada ’Praktik Hukum’;

Pada prinsipnya, Praktik Hukum berkaitan dengan masalah ’penerapan hukum’ dan ’pembentukan hukum’.

Page 4: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUMI. Penerapan Hukum: Proses konkritisasi atau

memberlakukan peraturan hukum (bersifat umum) thd kasus tertentu (yang bersifat khusus);

Hal ini sebagai konsekuensi logis dari keharusan untuk menerapkan hukum pada suatu kasus hukum tertentu, jika kita menginginkan penyelesaian atas kasus yang bersangkutan;

Page 5: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Penerapan Hukum:Proses tersebut merupakan tugas utama

hakim dalam memeriksa dan memutus perkara. Seperti apa yang dikenal pada adagium hukum yang berbunyi ’de rechter is bounche de la loi’ (hakim harus menyuarakan apa yang diinginkan oleh undang-undang);

Ini menunjukkan betapa berat tugas hakim, karena dia harus mampu menangkap maksud, tujuan, dan semangat pembentuk perundang-undangan.

Page 6: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Penerapan Hukum: menurut Roscoe Pound,

terdiri atas 3 (tiga) langkah:1. Menemukan kaidah hukum: menetapkan

pilihan di antara sekian banyak hukum yang sesuai dengan perkara hukum yang akan diperiksa oleh hakim;

2. Menafsirkan kaidah hukum: menafsirkan makna kaidah hukum yang telah dipilih agar sesuai dengan makna ketika kaidah hukum tersebut dibentuk; dan

3. Menerapkan kaidah hukum: menerapkan kaidah hukum yang telah ditemukan dan ditafsirkan terhadap perkara hukum yang hendak diputuskan.

Page 7: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Penerapan Hukum (Cq. Undang-

Undang): PerUUan

Putusan Hakim

Konkritisasi MenafsirkanMenemukanMenerapkan

Kasus Hukum

Mencari

Page 8: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Aliran2 Penerapan Hukum:1. Aliran Legisme: hakim hanya corong dan

menerapkan perUUan, terikat oleh PerUUan2. Aliran Freie Rechtsbewegung: hakim adalah

bebas karena tugas hakim menciptakan hukum dan jauh lebih penting memahami yurisprudensi.

3. Aliran Rechtsvinding: hakim mempunyai apa yang dinamakan ‘kebebasan yang terikat’ (gebonden vrijheid) dan ‘keterikatan yang bebas’ (vrije gebondenheid).

Page 9: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Aliran Legisme Aliran legisme selalu berpreposisi bahwa perundang-

undangan adalah lengkap dan sempurna, sehingga semua persoalan hukum sudah tercakup di dalamnya. Hakim hanya menggunakan ’silogisme’ sederhana, yaitu deduksi logis dari suatu rumusan perundang-undangan yang bersifat umum (sebagai ’premisa mayor’) kepada suatu kasus tertentu yang bersifat khusus (sebagai ’premisa minor’), sehingga sampai pada suatu kesimpulan (konklusi) tertentu.

Menurut aliran ini, hakim sangat terikat oleh rumusan perundang-undangan. Dengan demikian, memahami perundang-undangan jauh lebih penting daripada memahami yurisprudensi.

Page 10: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Aliran Freie Rechtsbewegung Pada prinsipnya, aliran Freie

Rechtsbewegung bertolak belakang dengan aliran Legisme. Jika aliran Legisme mengajarkan bahwa hakim adalah terikat dan jauh lebih penting memahami perundang-undangan, maka aliran ’Freie Rechtsbewegung’ mengajarkan bahwa hakim adalah bebas karena tugas hakim menciptakan hukum dan jauh lebih penting memahami yurisprudensi;

Aliran ini juga mengajarkan, hakim bebas untuk menggunakan perundang-undangan atau tidak dalam melaksanakan tugasnya, karena tugas utama hakim adalah menciptakan hukum.

Page 11: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Aliran Rechtsvinding Aliran yang berada di tengah-tengah.

Hakim bebas untuk menyelaraskan perundang-undangan dengan kondisi riil masyarakat. Kebebasan ini tidak boleh melewati batas-batas perundang-undangan. Hakim terikat untuk tidak keluar dari batas-batas perundang-undangan, namun hakim diberi kebebasan menyelaraskan perundang-undangan, terutama yang sudah ketinggalan jaman.

Page 12: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Aliran Rechsvinding Hakim wajib melakukan:1. Penafsiran Hukum (rechts

interpretatie)2. Menemukan Hukum

(rechtsvinding)3. Membentuk Hukum

(rechtsvorming)

Page 13: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

1. Penafsirkan hukum (rechts interpretatie):

Mencari makna ketentuan normatif, karena adanya kaidah normatif kurang dan tidak jelas maksudnya (vage normen), bahkan tidak jarang terjadi pertentangan makna antar kaidah normatif (antinomi), dan juga karena perundang-undangan seringkali ketinggalan jaman.

Page 14: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM2. Penemuan Hukum (rechtsvinding): Tidak jarang terjadi adanya kekosongan

hukum (leemten in het recht) pada saat hakim hendak memeriksa dan memutus perkara. Dalam hal ini, Hakim dituntut harus mampu menemukan hukum guna mengisi kekosongan hukum tersebut. Apabila hakim tidak dapat menemukan dalam hukum tertulis, maka dia harus mencari dalam hukum tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat (living law).

Page 15: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM3. Pembentukan Hukum (rechtsvorming): Setelah menemukan hukum dan menyatakan

’apa hukumnya’ untuk kasus tertentu, berarti telah membuat suatu kaidah normatif meskipun hanya berlaku untuk kasus tersebut.

Hakim tidak lagi sekedar menerapkan perundang-undangan, melainkan turut serta membentuk norma hukum (kaidah normatif) sebagaimana layaknya pembentuk perundang-undangan.

Tdk lagi sekedar mengkonstatatir atau sekedar menegaskan kembali kaidah normatif yang sudah ada, namun sudah menciptakan suatu kaidah normatif yang baru.

Page 16: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Penafsiran Hukum: Penafsiran hukum sangat penting, krn:1. Seringkali maksud dan jiwa perundang-undangan

tidak jelas;2. Adanya pertentangan ketentuan berbagai aturan

hkm (antinomi), aturan hkm yang kabur (vage normen), dan kekosongan hukum (rechts vacuum);

Penafsiran hukum berkaitan erat erat dengan usaha menemukan hukum (rechtsvinding);

Hakim harus menemukan hukum, dan apabila tidak menemukan dalam hukum tertulis, harus dicari dalam hukum tidak tertulis yang hidup dalam masyarakat (living law).

Page 17: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Cara-Cara Penafsiran Hukum:1. Penafsiran Subyektif dan Obyektif Penafsiran Subyektif: makna spt yg

dikehendaki pembentuk perUUan; Penafsiran Obyektif: sesuai dgn makna

obyektif, faktual, dan sehari-hari.2. Penafsiran Ekstensif dan Restriktif Penafsiran Ekstensif: memberikan makna

meluas Penafsiran Restriktif: memberikan makna

menyempit

Page 18: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Macam-Macam Metoda Penafsiran Hukum:

1. Penafsiran Otentik2. Penafsiran Gramatikal (tata bahasa)3. Penafsiram Historis4. Penafsiran Sistematis5. Penafsiran Sosiologis (teleologis)6. Penafsiran Futuristik

Page 19: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Penafsiran Otentik:Penafsiran secara resmi (authentieke

interpretatie/officieele interpretatie);Penafsiran oleh pembentuk perUUan,

bersifat subyektif;Diletakkan dalam Ketentuan Umum

dan Penjelasan PasalContoh: Makna 1 hari= 1x24 jam

Page 20: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Penafsiran Gramatikal:Menafsirkan menurut tata bahasa atau

makna kata-kata;Bahasa merupakan alat pembentuk

perUUan untuk menyatakan maksud dan kehendaknya;

Mencari dalam kamus, minta bantuan ahli bahasa, atau mencari sejarah penggunaan kata-kata tsb.

Contoh: makna ‘perahu indonesia’ atau ‘merongrong’ kewibawaan pemerintah.

Page 21: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Penafsiran Historis: Menafsirkan dgn cara mencari dalam

sejarahperUUan ybs, terutama maksud dan tujuannya;

Ada 2 macam penafsiran:1. Penafsiran sejarah perUUan

(pembuatan perUUan): Wetshistorische interpretatie

2. Penafsiran sejarah hukum (asal-asul suatu lembaga hukum): Rechtshistorische interpretatie

Page 22: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Penafsiran Sistematis:Menafsirkan makna antar

pasal dalam satu perUUan atau antar perUUan;

PerUUan harus dipahami secara sistematis dan komprehensif;

Timbul persoalan kalau terjadi pertentangan antar norma (antinomi)

Page 23: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Penafsiran Sosiologis (Teleologis):

Menafsirkan sesuai atau berdasarkan kondisi riil masyarakat;

PerUUan sering tertinggal oleh perkembangan jaman;

Agar penerapan hukum dpt sesuai dgn tujuannya yaitu kepastian hukum berdasarkan keadilan dlm masyarakat

Page 24: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Penafsiran Futuristik (Antisipatif):Menafsirkan dgn cara mempredikisi

kondisi masyarakat di masa mendatang;

Ini berkaitan dgn tugas hakim sbg pembentuk hukum;

Memperhatikan perkembangan masy secara siklus dan linier.

Page 25: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

II. Pembentukan Hukum (rechtsvorming):

Beranjak dari kasus hukum tertentu; Eksplorasi pada hukum tidak tertulis; Mencari dan menemukan asas-asas

hukum yang sesuai atau mendekati, yang dapat diterapkan pada kasus ybs;

Hakim membuat hukum (judge made law);

Memposisikan hakim spt halnya pembentuk perUUan.

Page 26: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM Pembentukan Hukum (CIVIL LAW

SYSTEM): PerUUan

Put Hakim

KonkritisasiMenafsirkanMenemukanMenerapkan

Kasus Hukum Kekosongan Hukum (leemten in het recht)

‘Rechtsvorming’

Rechts

vinding

Pertentangan aturan hkm (antinomie) Aturan hkm yg kabur (vage normen)

Menemukan

Page 27: PRAKTIK HUKUM

PRAKTIK HUKUM

Pembentukan Hukum (COMMON LAW SYSTEM)Putusan Hakim

Hukum Tidak Tertulis

Kasus Hukum

Rechtsvinding

Rechtsvorming

Judge made law