prakt. metopen acara 5 6

Upload: nurulsepti-septi

Post on 10-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM METODOLOGI PENELITIANACARA 6. PENYUSUSNAN USULAN PENELITIAN

PERTUMBUHAN DAN HASIL ELEPHANT FOOD YAM (Amorphophallus muelleri BLUME) PERIODE TUMBUH PERTAMA PADA BERBAGAI DOSIS PUPUK N DAN K

Kelompok 9 Kelas C:1. Unzila Syakur RA1L0111262. S. Zulfadli A DA1L0111273. Yunita Fajri PA1L011128

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMANFAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO2013I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Elephant Food Yam merupakan keluarga Araceae. Pertama kali ditemukan di daerah tropik dari Afrika sampai ke pulau-pulau Pasifik, kemudian menyebar ke daerah beriklim sedang seperti Cina dan Jepang. Jenis A. Muelleri Blume ditemukan di kepulauan Andaman India, menyebar ke arah timur melalui Myanmar, ke Thailand dan Indonesia (Jansen et al. 1996). Tanaman tersebut merupakan tanaman industri yang penting dalam industri obat-obatan, makanan, kosmetika, kertas, dan lain-lain (Ariel, 1999).A.Muelleri Blume berbentuk tanaman terna hidup panjang, daun A. Muelleri Blume mirip dengan daun Tacca (Heyne, 1987). Elephant Food Yam memiliki umbi dalam tanah, bunga, dan daunA. Muelleri Blume tidak muncul pada saat yang sama. Tangkai daun dan bunga tunggal, berbentuk tongkol dan bersifat majemuk, dilindungi oleh seludang (spatha) (Lahiya, 1993). Secara alami Elephant Food Yam tumbuh sebagai vegetasi sekunder, ditepi hutan jati pada ketinggian 700-900 m dpl., curah hujan 1000-1500 mm, dan ketika kondisi kering akan merangsang pertumbuhan umbi (Yuzammi, 2000).Amorphophallus dapat diperbanyak dari bijinya, umbi atau bulbil dan dengan kultur jaringan. Perbanyakan biji bukan merupakan suatu kebiasaan, karena biji sulit diperoleh dalam jumlah yang besar. Sedangkan perbanyakan dari umbi atau bagian-bagian umbi adalah paling umum. Untuk perbanyakan dipilih umbi-umbi yang berukuran kecil atau bulbil. Kerugian dari perbanyakan dengan umbi adalah dibutuhkannya sejumlah besar umbi (kira-kira dapat mencapai 25% dari hasil panen). Kadang-kadang siungan dapat ditanam seperti umbi-umbi kecil. Satu hektar Amorphophallus muelleri dapat menghasilkan kira-kira 50 000 siungan dan 1.8 juta biji (kira-kira 60% nya berkecambah). Sedangkan kultur jaringan masih dalam taraf percobaan. Persiapan tanah yang bagus dapat menghasilkan pertumbuhan yang bagus pula. Lubang-lubang untuk penanaman diusulkan berukuran 60 cm x 60 cm x 45 cm, bagian bawah diisi dengan campuran tanah dan pupuk. Di Indonesia, umbi juga ditanam ke arah atas untuk merangsang pertumbuhan kuncup lateral. Penanaman selesai pada awal musim hujan. Jarak tanam bervariasi tergantung material yang digunakan, misalnya biji 10 cm, siungan 35-70 cm, dan umbi 35-90 cm. Secara normal, umbi berukuran paling besar pada jarak yang terlebar, tetapi pertumbuhan umbi juga dipengaruhi oleh ukuran material yang ditanam, penggunaan air dan kesuburan tanah.Pemberian pupuk N dan K penting untuk pertumbuhan Elephant Food Yam, karena N untuk pertumbuhan daun dan batang, pertunasan, pembentukan khlorofil, dan meningkatkan serapan unsur hara. Di samping itu juga penting dalam pengaruhnya terhadap peningkatan hasil (Rinsema, 1993). Pupuk K penting dalam pertumbuhan dan pembentukan umbi (Mulyani, 1995).

B. TujuanTujuan dari penelitian ini adalah:1. Mengetahui pertumbuhan dan hasil Elephant Food Yam pada periode tumbuh pertama pada berbagai dosis pupuk N dan K. 2. Mendapatkan jumlah pupuk N dan K yang terbaik baik bagi pertumbuhan Elephant Food Yam, sehingga diperoleh pertumbuhan dan hasil umbi yang tinggi pada tahap pertumbuhan pertama.C. ManfaatManfaat dari penelitian ini adalah:1. Memperoleh hasil dari pertumbuhan Elephant Food Yam.2. Memperoleh hasil dari periode tumbuh pertama pada berbagai dosis pupuk N dan K.

II. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESISA. Kerangka PemikiranAmorphophallus muelleri Blume bersinonim dengan A. oncophyllus, di Indonesia dikenal dengan nama iles-iles, ponang, porang (Jawa) dan devil tounge. Tanaman ini dapat tumbuh liar dan dengan mudah ditemukan di hutan jati di Jawa Timur, tapi di Jawa Tengah dan Jawa Barat hanya ditemukan pada daerah yang tidak terganggu seperti tepi sungai dan hutan bambu (Santosa et al., 2000). Penelitian lebih lanjut, A. muelleri Blume dapat ditemukan di hutan-hutan jati di Pulau Jawa. A. muelleri Blume tumbuh di dataran rendah sampai 1000 m dpl dengan suhu antara 25-350 C, sedangkan curah hujannya antara 300-500 mm per bulan selama periode pertumbuhan (Perum Perhutani, 1995).Iles-iles merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sumber yang potensial penghasil glukomanan untuk diekspor. Umbi iles-iles dapat digunakan sebagai pangan alternatif jika diolah secara baik (Jansen et al., 1996). Rosman et al., (1994) menyatakan umbi iles-iles mengandung karbohidrat dengan glukomanan sebagai komponen utamanya. Glukomanan terdiri dari polisakarida glukosa dan manosa. Glukomanan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuat makanan, bahan baku industri, obat-obatan, kosmetika, kertas, tekstil, karet sintesis dan campuran pakan ternak (Syaefullah, 1990).Nitrogen dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar, kekurangan nitrogen akan membuat tanaman kerdil dan lambat tumbuh. Menurut Olson dan Kurtz (1982) dalam Tisdale et al., (1999), fungsi nitrogen dalam tanaman adalah sebagai komponen klorofil, protein, asam amino, enzim, berpengaruh terhadap penggunaan karbohidrat dan merangsang pengambilan nutrisi yang lain. Kalium berguna untuk memperkuat tubuh tanaman dan memperbaiki kualitasnya. Kalium berperan penting dalam pembentukan protein dan karbohidrat, katalisator berbagai reaksi enzimatik dan berperan dalam pembentukan jaringan meristematik (Sutedjo, 1994). Kalium dibutuhkan tanaman yang memproduksi karbohidrat dalam jumlah banyak seperti umbi-umbian, dapat meningkatkan hasil, kualitas serta kadar tepung umbi (Novizan, 2005). Di samping itu pupuk K penting dalam pertumbuhan dan pembentukan umbi (Mulyani, 1995).Jumlah nitrogen dalam tanah sedikit sedangkan kebutuhannya cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan ini, tanaman dapat diberi pupuk N. Penyediaan N berhubungan dengan pengunaan karbohidrat. Apabila persediaan N sedikit, maka hanya sebagian kecil hasil fotosintesis yang diubah menjadi protein sedangkan sisanya diakumulasikan dalam bentuk karbohidrat. Penimbunan karbohidrat ini menyebabkan sel-sel vegetatif tanaman menebal sehingga tanaman menjadi lemah dan kerdil. Sebaliknya apabila N banyak tersedia, maka akan sedikit karbohidrat yang terakumulasi karena sebagian besar dijadikan protein penyusun protoplasma (Leiwakabessy et al., 1988).Pemupukan K berpengaruh pada tanah yang memiliki kadar K rendah, sedangkan pada tanah dengan kadar K tinggi, pemupukan K cenderung menurunkan hasil.

B. HipotesisBerdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:1. Pemberian pupuk N dan K dapat memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan dan hasil Elephant Food Yam.2. Pemberian pupuk N dan K memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil Elephant Food Yam.3. Dosis pupuk N4 (6,75 gram) dan pupuk K4 (9 gram) memberikan pertumbuhan dan hasil tertinggi pada Elephant Food Yam.

III. METODE PENELITIANA. Waktu dan TempatPercobaan dilaksanakan di kebun Fakultas Pertanian UPN Veteran Yogyakarta di Condongcatur pada ketinggian tempat 115 m dpl., suhu rata-rata antara 27-32 C, dan curah hujan sekitar 2012 mm/ tahun, dimulai bulan Oktober 2004 sampai Maret 2005.

B. Alat dan bahanAlat yang digunakan adalah meteran, alat tulis, polibag dan ajir.Bahan yang digunakan adalah campuran tanah, pupuk kandang, pupuk N, pupuk K, tanaman Gleresidae, SP-36 dan air.

C. Rancangan percobaan1. Faktor yang dicobaFaktor yang dicoba adalah pupuk N (0, 2.25, 4.5, dan 6.75) g N per tanaman dan pupuk K ( 0, 3, 6, 9) g K2O per tanaman.2. Rancangan percobaanRancangan percobaan yang digunakan yaitu rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan tiga ulangan.

D. Variabel dan pengukuranVariabel dan cara pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah 1. Diameter batang, tinggi tanaman, panjang akar (cm)Pengukuran diameter batang berdasarkan pengaruh berbagai macam dosis pupuk N dan K dilakukan dengan alat meteran.2. Bobot segar dan bobot kering tanaman (g)Pengukuran bobot segar tanaman menggunakan alat timbangan analitik dan untuk mendapatkan nilai bobot kering dilakukan pengovenan.3. Diameter, tebal dan bobot umbi.Diameter, tebal dan bobot umbi diukur dengan menggunakan alat meteran.

E. Analisis dataAnalisis data yang digunakan untuk melihat pengaruh dosis pupuk N dan K terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman yang terjadi dilakukan dengan analisis ragam yang dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada tingkat kesalahan () sebesar 5%.

F. Garis besar pelaksanaan penelitian1. Persiapan tanam dilakukan dengan menyiapkan media tanam campuran tanah dan pupuk kandang (2:1) (v/v), bahan yang sudah dicampurkan dimasukkan ke dalam polybag ukuran 35x25cm.2. Polybag yang telah diisi, diatur dengan jarak 35x35cm diantara barisan tanaman Gleresidae tingkat naungan terukur 55-60%, dan diinkubasi selama tiga hari. Terdapat 16 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan,dengan demikian terdapat 48 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 10 benih (bulbil besar berukuran 18g).3. Semua perlakuan saat awal tanam diberikan pupuk SP-36 sebanyak 10 g P2O5 dan dua minggu setelah tanam diberikan pupuk N dan K sesuai perlakuan.4. Benih (bulbil) ditanam pada tiap polibag satu benih, dengan kedalaman kurang lebih 3 cm dari permukaan tanah dan media tanam disiram air, agar media dalam kondisi lembab.5. Dilakukan pemeliharaan tanaman, yaitu penyiangan gulma dan pengendalian hama, serta pemberian ajir pada tanaman agar tidak roboh.

G. JADWAL PELAKSANAANKEGIATAN

OKTNOVDESJANFEBMARAPR

Persiapan tanam tanam

Pemupukantanam

Penanamantanam

Pemeliharaantanamtanamtanamtanamtanamtanamtanam

Pengamatantanamtanamtanamtanamtanam

DAFTAR PUSTAKAAriel. 1999. Iles-iles KHP Blitar Makanan Favorit Masyarakat Jepang. Buletin Duta Rimba. April 1999. P. 17-18.Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Edisi Bahasa Indonesia. Terjemahan oleh Badan Litbang Kehutanan Jakarta, Departemen Kehutanan, Jakarta. P. 156.Jansen, P C. M., van der Wilk, and W. L. A. Hetterscheid. 1996. Amorphophallus Blume ex Decaisne. In M. Flach and F. Rumawas (Eds.) PROSEA : Plant Resources of South-East Asia No 9. Plant Yielding Non-Seed Carbohydrates. Backhuys Publishers. Leiden. P. 45-50.Lahiya, A. A. 1993. Budidaya Tanaman Iles-iles dan Penerapannya untuk Sasaran Konsumsi serta Industri. Seri Himpunan Peninggalan Penulisan yang Berserakan. Terjemahan dari Scheer, J. V.Leiwakabessy, F. dan A. Sutandi. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 164 hal.Mulyani. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka. Jakarta.Perum Perhutani. 1995. Iles iles (Amorphophallus oncophyllus). Perum Perhutani Unit II Jawa Timur. Surabaya.Rinsema, W.J. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara. Jakarta.Rosman, R., Hobir dan R. Suryadi. 1994. Tanaman iles-iles. Edisi khusus Littro. X (1) : 54-63.Santosa, E., Sutoro, A. P. Lontoh, M. A. Chozin. S. Sudiatso dan A. Hidayat. 2000. Eksplorasi dan Identifikasi Nutrisi Plasma Nutfah Amorphophallus sp. untuk Menunjang Agrindustri. Lembaga Penelitian IPB bekerjasama dengan Balitbangtan Proyek PAATP/ARMP-II TA 2000. Sutedjo, M. M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.Syaefullah, M. 1990. Studi Karakteristik Glukomanan dan Sumber Indegenous iles iles (Amorphophallus oncophyllus) dengan Variasi Proses Pengeringan dan Dosis Perendaman. Thesis. Fakultas Pasca Sarjana, Institute Pertanian Bogor, Bogor.Tisdale, S. L., W. L. Nelson, J. D. Beaton, dan J. L. Havlin. 1999. Soil Fertility and Fertilizer. 6th ed. Prentice Hall. Inc. New Jersey. 499 hal.Yuzammi. 2000. A Taxonomic Revision of The Terrestrial and Aquatic Aroids (Araceae) in Java. Thesis. School of Biological Science, Faculty of Life Science University of New South Wales. Pp. 87.

LAMPIRAN