prakata - bukusayiloveyou.com · panggung. kain hitam besar membentang serupa partisi yang...

10
v SAY... I LOVE YOU SAMPLE Penuh konsentrasi kuseimbangkan pensil di antara jemariku sambil menggoreskannya ke alis mataku-beberapa kali berusaha membentuknya dengan sempurna. Kutatap bayanganku di cermin yang sedikit retak. Wajahku kini telah tertutup riasan tebal. Saat ini, semua terasa benar-benar nyata, semua terasa sempurna. Tahun-tahun kami disebut anak-anak tak punya harapan dan tak punya masa depan itu telah berlalu. Aku tersentak dari lamunanku saat seseorang berteriak memanggilku. “Sheren!” Tersadar, aku tidak lagi sendiri dan ruang ganti di sekelilingku penuh dengan orang-orang yang juga sedang bersiap untuk pertunjukan besar malam ini. “Sheren, bersiaplah!” manajer panggung berteriak sekali lagi mengalahkan hiruk pikuk dan nyanyian yang lain. Prakata

Upload: doanphuc

Post on 05-Jul-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

v

SAY... I LOVE YOU

SAMPLE

Penuh konsentrasi kuseimbangkan pensil di antara jemariku sambil menggoreskannya ke alis mataku-beberapa kali berusaha membentuknya dengan sempurna. Kutatap bayanganku di cermin yang sedikit retak. Wajahku kini telah tertutup riasan tebal.

Saat ini, semua terasa benar-benar nyata, semua terasa sempurna. Tahun-tahun kami disebut anak-anak tak punya harapan dan tak punya masa depan itu telah berlalu.

Aku tersentak dari lamunanku saat seseorang berteriak memanggilku.

“Sheren!”

Tersadar, aku tidak lagi sendiri dan ruang ganti di sekelilingku penuh dengan orang-orang yang juga sedang bersiap untuk pertunjukan besar malam ini.

“Sheren, bersiaplah!” manajer panggung berteriak sekali lagi mengalahkan hiruk pikuk dan nyanyian yang lain.

Prakata

SAY... I LOVE YOU

vi

SAMPLE

“Ya!” teriakku sambil berdiri dari tempatku. Kulihat foto keluargaku dan menekan dua jari pada bibirku sebelum menaruhnya pada foto.

“Doakan aku, Ayah,” gumamku pelan sebelum melangkah keluar.

Malam ini terasa sejuk dan langit terlihat cerah, memamerkan gemerlap bintang di langit yang terhampar luas. Aku berjalan menyusuri lorong menuju belakang panggung. Kain hitam besar membentang serupa partisi yang membatasi penonton dan balik panggung. Tak lama kemudian aku sudah berkumpul bersama yang lain, siap memukau penonton. Dan yang kumaksud dengan ‘yang lain’, tentu saja teman-temanku; mereka yang sudah bersama-sama denganku menjalani naik turunnya kehidupan ini.

Ada Olfa, gadis cantik bergaun tanpa lengan yang memukau. Ia sedang menangkupkan tangan, menunduk dan menutup matanya sambil berdoa. Rambutnya yang hitam kelam diikat dalam sanggul kecil yang anggun dengan sedikit untaian di samping wajahnya.

Lalu ada Wayan, cowok Bali yang tinggi dan menawan. Ia berdiri agak menjauh, mendekat pada kain pembatas. Ada celah untuk mengintip, mencuri sekilas pandang ke arah penonton. Postur tubuhnya terlihat tegang. Beberapa kali ia merapikan kostum dan mengecek kembali rambutnya yang sudah rapi.

vii

SAY... I LOVE YOU

SAMPLE

Tak jauh dari tempatnya berdiri ada Dila, gadis manis yang terlihat memukau malam ini. Matanya dan hidungnya yang mungil memancarkan aura polos dan tak berdosa yang mempesona semua orang.

Robet, cowok cakep dan ceking, berdiri di pojok tempat ia bisa melihat panggung utama dengan jelas. Tangannya memegang iPad dan sibuk memainkannya sambil bergumam pada dirinya sendiri tentang pencahayaan panggung. Ia memicingkan matanya pada layar sambil menekan beberapa tombol sebelum mengalihkan perhatiannya kembali pada panggung dan mengamati lampu yang perlahan meredup.

Terakhir, ada Yohana. Cewek mungil berdarah China yang memegang tiket dan amplop berisi uang. Senyumnya lebar merekah saat melihat kami siap dalam kostum kami masing-masing.

Malam ini, kami akan menampilkan ‘Blaze of Glory’ untuk pertama kalinya, pertunjukan yang diambil dari perjalanan kehidupan kami.

Setelah semua yang kami lalui, kami tak mau disebut anak-anak yang terselamatkan atau yang bertahan.

SAY... I LOVE YOU

viii

SAMPLE

Saat mereka melihatku mendekat, kami berkerumun bersama dan membentuk barisan, menghadap ke tirai hitam yang menutupi kami dari pandangan penonton.

“Semuanya sudah siap?” tiba-tiba terdengar suara, membuat kami semua tersentak menoleh. Seorang pria gempal dengan senyum ceria menghiasi seluruh wajahnya.

Beliaulah Julianto Eka Putra, kakak, guru dan pembimbing kami, yang lebih memilih dipanggil Ko Jul.

“Ingatlah: Impian besar! Harapan besar! Semangat besar! Tindakan besar! Keberhasilan yang besar!” seru beliau, menyemangati kami dengan mantap sampai kami bisa membusungkan dada dan mengangkat dagu.

Kami bukan penyintas.

Kami adalah PEJUANG.

ix

SAY... I LOVE YOU

SAMPLE

Inilah cerita kami;

cerita para murid

SMA Selamat Pagi Indonesia.

SAY... I LOVE YOU

x

SAMPLE

Semua ini berawal 5 tahun lalu, dari telepon pengusaha Singapura ke pengusaha di Surabaya, Indonesia.

Di rumahnya, Ko Jul menjawab telepon dari atasannya, Mr. Chia.

“Selamat sore, Mr. Chia,” Ko Jul menyapa.

“Sore, Jul. Saya hanya mau mengecek apakah kamu masih serius tentang impianmu membangun sekolah gratis itu?” tanya Mr. Chia santai.

“Tentu saja, Mr. Chia!” Ko Jul menjawab dengan tegas.

“Jul, saya dan teman-teman dari HDI siap mendukung kamu. Yang paling penting adalah kamu tidak akan pernah menyerah! Kita adalah pejuang, bukan yang terselamatkan! Kalau kamu belum memulai, kamu tak akan melihat hasilnya,” ujar Mr. Chia di telepon, suaranya sedikit kaku.

“Ya, tentu saja, Mr. Chia. Tetapi, masalah utamanya… saya belum mendapat solusi keuangannya….” Ko Jul berkata

Prolog

xi

SAY... I LOVE YOU

SAMPLE

ragu, terdengar malu mengakui alasan beliau menangguhkan mengejar impiannya.

Mr. Chia terdengar mendesah sebelum berkata dengan lebih tenang. “Jul, saya baru saja mengatakan bahwa saya dan teman-teman kita dari HDI siap untuk mendukung kamu. Kami akan menyumbangkan 5,5 miliar untuk membangun sekolah itu.”

Ko Jul terkejut dan gembira sampai beliau tidak percaya saat mendengarnya pertama kali. Ko Jul meminta Mr. Chia untuk menegaskan kembali perkataan beliau. Setelah mendengar untuk ketiga kalinya, Ko Jul pun akhirnya berterima kasih berkali-kali atas bantuan yang luar biasa itu.

“Terima kasih banyak, Mr. Chia! Saya berjanji Mr. Chia tidak akan menyesal! Sekolah ini akan menjadi sekolah terbaik bagi anak-anak di Indonesia!” seru Ko Jul penuh semangat.

“Kami percaya padamu, Jul,” balas Mr. Chia. Nadanya terdengar senang.

Ko Jul berterima kasih sekali lagi sebelum meletakkan telepon dan menoleh pada Ce Yenny, istri Ko Jul yang sejak tadi memperhatikannya dengan wajah khawatir.

“Kita dapat bantuan keuangan dari Mr. Chia, Yen. Beliau memberi kita 5,5 miliar untuk membangun sekolah!” Ko Jul membagikan berita gembira ini sambil tersenyum lebar.

Wajah istrinya tetap terlihat resah; malahan, kerutan di wajahnya semakin jelas.

SAY... I LOVE YOU

xii

SAMPLE

“Bagaimana kalau gagal? Ini adalah tanggung jawab yang besar, Jul,” ia berkata resah sambil mengalihkan pandangannya ke lantai.

Keraguan istrinya tidak mengurangi keyakinan kuat Ko Jul bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat, terlihat dari senyumannya yang tetap lebar seperti semula.

“Jika kita gagal maka kita akan bangkit dan berusaha lagi. Bukankah Tuhan selalu menyediakan jalan bagi para pengikut-Nya?” tanya Ko Jul, berusaha meyakinkan istrinya bahwa ini adalah berkat dari Yang Di Atas.

“Jul, bagaimana kalau kita tidak bisa mengembalikan uangnya?” Ce Yenny bertanya.

“Yen, ini bukan pinjaman. Mr. Chia memberikannya sebagai sumbangan untuk membantu kita!” Ko Jul menjelaskan, berusaha menenangkan kegelisahan istrinya.

“Ya itu! Ini 5,5 miliar, Jul. Itu nilai yang besar, artinya tanggung jawab yang besar juga,” Ce Yenny berdalih kembali.

Meskipun istrinya tidak yakin, Ko Jul berusaha keras untuk tetap ceria dan meyakinkan istrinya bahwa segalanya akan berjalan lancar.

“Ayolah, dukung aku, Yen. Aku tidak bisa mengejar impianku seorang diri,” Ko Jul memohon pada istrinya.

1

SAY... I LOVE YOU

SAMPLE

BAB 1

Apa yang diinginkan Ko Jul hanyalah memberikan kesempatan pada kami-yatim piatu dan anak

dengan latar belakang keluarga kurang beruntung, dari berbagai agama, pulau dan suku-sehingga kami dapat datang ke kota Batu.

Memberi kami kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah atas.

Semuanya diberikan secara gratis; makanan, akomodasi, pendidikan-semuanya. Yang mereka minta dari kami hanya keseriusan kami dalam belajar.

Seperti sekolah lain, di sini juga ada peraturan yang tidak boleh dilanggar. Peraturan ini tertulis di poster di setiap kelas untuk mengingatkan setiap siswa apa saja yang tidak boleh dilakukan.

SAY... I LOVE YOU

2

SAMPLE

Tiga peraturan utamanya antara lain:

1. Tidak boleh mencuri2. Tidak boleh berpacaran3. Tidak boleh merusak lingkungan

Tentunya, seperti di sekolah lain, ada yang memberontak dengan mencoret poster-poster peraturan. Di setiap poster, kata ‘Tidak’ dari peraturan nomor 2 dicoret dengan tinta hitam, sehingga menjadi ‘Boleh berpacaran’.

Ada juga kenakalan lain seperti menggunakan atap sebagai tempat pembuangan puntung rokok. Aroma lem juga masih melekat tajam. Bukan lem untuk kerajinan tangan atau tugas sekolah, tetapi yang sering mereka hirup uapnya untuk mendapat sensasi mabuk.

Terkadang saat sedang tak beruntung, mereka akan tertangkap basah oleh Pak Didik, penanggung jawab kedisiplinan. Kemarahan beliau saat membentak mereka akan terdengar hingga lapangan basket.

Di samping itu, saat upacara bendera…

Semua orang berdiri di lapangan basket dan meskipun upacara sudah akan dimulai, keadaan di lapangan masih terlihat kacau.