prak mikro

Upload: puteri-hannani-mentira

Post on 16-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jfgjfgjfj

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI

FLORA NORMAL, FAKTOR PERTUMBUHAN, DAN ANTISEPTIK

KELOMPOK B-6

Ketua :Rumi Aulia1102012257Sekretaris :Nadia Chairunnisa1102013198

Anggota :Nadia Hardianti1102013199Nadien1102013200Nerissa Arviana 1102013210Novia Eka Dewi Pramurti1102013215Novita Sari1102013216Nungki Pramita 1102013217 Nur Zanirah1102013218Nurul Astrid Rumbia1102013219

Fakultas KedokteranUniversitas YARSI Jakarta2013

PendahuluanKehidupan manusia tidak lepas dari peran mikroorganisme.Mikroba tidak hanya terdapat di lingkungan, tapi juga di dalam tubuh manusia.Mikroba yang secara alamiah hidup di tubuh manusia sehat, kita sebut flora normal.Kebanyakan flora normal dalam tubuh manusia berupa bakteri, dan sedikit jamur dan protozoa.Flora normal tubuh manusia berdasarkan bentuk dan sifatnya dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :1. Mikroorganisme tetap/normal yaitu mikroorganisme yang ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan usia tertentu. Keberadaannya akan selalu tetap, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal ini mendapatkan nutrisi dari sekresi dan produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal.Contoh mikroorganisme ini adalah Streptococcus viridans, S. faecalis, Candida albicans.2. Mikroorganisme sementara yaitu mikroorganisme non patogen atau potensial patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu tertentu. Keberadaan mikroorganisme ini dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat penghambat.Keberadaan flora tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan dari flora tersebut, tetap bisa hidup.Supresi flora normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain. Beberapa bakteri bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen.Pertumbuhan kuman dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti suhu, pH, tekanan osmotik, sinar matahari, bahan kimia, logam, dan sebagainya.Suhu dapat mempengaruhi pertumbuhan kuman karena kuman memerlukan suhu optimum untuk dapat tumbuh dengan baik. Suhu juga dapat mempengaruhi pembentukan pigmen pada beberapa jenis kuman, sehingga untuk melihat pigmennya maka kuman harus ditanam dan dieram pada suhu tertentu yang optimum.Sinar matahari terutama sinar UV dapat menghambat pertumbuhan kuman atau mematikan kuman.Bakteri yang aktif melakukan pembelahan lebih mudah dipengaruhi oleh sinar UV.Beberapa jenis logam berat seperti tembaga dan air raksa, mempunyai daya penghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri, daya hambat logam terhadap pertumbuhan kuman ini disebut daya oligodinamik. Hal ini dapat diterangkan dengan ion-ion logam tersebut mempunyai afinitas dengan protein sel kuman, yang mengakibatkan pengumpulan sejumlah besar ion-ion tersebut dan mengakibatkan denaturasi protein sel kuman.

Bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan kuman misalnya kadar gula yang tinggi, zat warna, disinfektan, antibiotika. Antibiotik dapat menghambat pertumbuhan kuman disebut efek bakteriostatik, atau dapat membunuh kuman disebut efek bakterisid.Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk sanitasi, disinfeksi, antisepsis dan untuk membunuh kuman.Pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika antara lain dapat dilakukan dengan :1. Cara Cakram (Disc Method) yaitu dengan menggunakan cakram kertas saring yang mengandung antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang kemudian diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami dengan kuman yang akan diperiksa, kemudian dieram. Apabila tampak ada zona hambatan pertumbuhan kuman di sekeliling cakram antibiotika, maka kuman yang diperiksa sensitive terhadap antibiotika tersebut.Cara ini disebut juga cara difusi agar.2. Cara Tabung yaitu dengan membuat penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang berisi perbenihan cair. Ke dalam tabung-tabung tersebut dimasukkan kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram. Dengan cara ini akan dapat diketahui konsentrasi terendah antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman yang disebut Konsentrasi Hambat Minimal (KHM).

Pelaksanaan Praktikum

A. Flora Normal MulutBahan :1. Tusuk gigi steril2. Zat warna untuk pewarnaan sederhanaCara Kerja :1. Ambil satu sengkelit air garam faal steril, letakkan pada tengah-tengah kaca preparat.2. Ambil sedikit kotoran gigi dan campur dengan air garam faal pada kaca preparat, buat sediaan dan lakukan fiksasi.3. Warnai sediaan dengan air fuchsin.4. Catat/gambar hasilnya dan bandingkan.Hasil :

Ditemukan adanya kuman berbentuk basil berwarna merah muda (gram negatif).Pembahasan :Selaput lendir mulut dan faring sering kali steril waktu lahir, tetapi mungkin terkontaminasi waktu keluar melaui jalan lahir.Dalam 4-12 jam setelah lahir, Streptococcus viridans menetap sebagai anggota flora yang paling utama dan menetap selama kehidupan.Pada permulaan kehidupan, bertambah stafilokokus aerob dan anaerob, diplokokkus gram negatif, difteroid, dan kadang kadang laktobasil. Bila gigi mulai keluar, spirokheta anaerobik, Bacteriodes spesies Fusobacterium dan beberapa vibrio anaerob serta laktobasil akan menetap.

B. Flora Normal KulitBahan :1. Lempeng Agar DarahCara Kerja :1. Bagi agar darah untuk 10 orang dengan pensil kaca pada kaca media.2. Letakkan jari telunjuk pada lempeng agar darah.3. Eramkan pada lemari pengeram 37oC selama 24 jam.4. Amati hasil.Hasil :

Ditemukan adanya koloni kuman pada media ADP.Tiap jari telunjuk anggota kelompok mengandung mikroba.Pembahasan:Karena terus-menerus berhubungan dan kontak dengan lingkungan sekitarnya, kulit khususnya cenderung mengandung jasad renik sementara.Walaupun demikian, di sini terdapat flora penetap yang jelas, terbagi dalam berbagai daerah anatomik yang dibatasi oleh sekresi, kebiasaan memakai pakaian, atau dekat dengan selaput lendir (mulut, hidung, dan daerah perineum).Jasad renik yang menetap pada kulit sebagian besar adalah kuman difteroid aerob dan anaerob (misalnya Corynebacterium, Propionibacterium), Stafilokokus non hemolitik aerob dan anaerob (Staphylococcus epidermis, kadang kadang Staphylococcus aureus, Peptococcus) kuman gram-positif, aerob, membentuk spora dan terdapat banyak dalam udara, air, dan tanah, streptokokus alfa hemolitik (Streptococcus viridans) dan enterokokus (Streptococcus faecalis) dan kuman koliform gram-negatif dan Acinetobacter.Keringat yang berlebihan atau mencuci dan mandi tidak dapat menghilangkan atau secara bermakna mengubah flora penetap normal.Jumlah jasad renik superfisial dapat dikurangi dengan menggosok setiap hari dengan sabun yang mengandung heksakhlorofen, atau desinfektan lainnya.

C. Mikroba UdaraBahan :1. Lempeng agar darahCara kerja :1. Letakkan agar darah di lantai ( di tengah ruangan anatomi), dibuka, dan diamkan selama 5 menit.Hasil :

Pada percobaan ini ditemukan jumlah koloni kuman yang sedikit.Hal ini mungkin disebabkan percobaan yang dilakukan di lab anatomi, uap udaranya mengandung uap formalin yang memiliki sifat membunuh kuman.Pembahasan :Pengukuran yang dilakukan di laboratorium anatomi menunjukkan jumlah mikroba yang sedikit.Hal ini bisa disebabkan karena adanya uap formalin pada udara laboratorium sehingga sifat formalin yang bisa membunuh kuman menyebabkan mikroba udara sedikit.Formaldehid adalah disinfektan yang efektif melawan bakteri vegetatif, jamur atau virus tetapi kurang efektif melawan spora bakteri.Formaldehid bereaksi dengan protein dan hal tersebut mengurangi aktivitas mikroorganisme.Formaldehid memiliki daya anti mikrobial yang luas yaitu terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aerogenosa, Pseudomonas florescens, dll.

D. Kepekaan Kuman Terhadap AntibiotikaBahan :1. Lempeng agar Mueller-Hinton2. Usap Kapas Steril3. Cakram Antibiotika ( 5 macam : Amoxicillin, Cefotaxime Sodium, Erithromycin, Methicillin, Penicillin)4. Biakan kuman : Staphylococcus aureus & Escherichia coliCara Kerja :1. Ambil kuman E.coli yang telah disediakan dengan lidi kapas steril.2. Oleskan usap kapas yang telah mengandung kuman pada permukaan media agar Mueller-Hinton secara merata.3. Letakkan cakram antibiotika yang disediakan pada permukaan agar dengan jarak cukup antara cakram satu dengan cakram lain.4. Eram pada lemari pengeram 37oC, selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya.5. Lakukan hal yang sama pada kuman S. aureus.Hasil :

Pada E. coli, antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman ialah :1. Cefotaxime Sodium : diameter 1,1 mm2. Erithromycin : diameter 1,2 mmSedangkan, pada amoxicillin, methicillin, serta penicillin bisa dilihat bahwa mereka tidak menghambat pertumbuhan kuman sehingga bisa dikatakan resisten.Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa bakteri E. coli sensitif terhadap cefotaxime sodium dan erithromycin.Pada S. aureus, antibiotika yang menghambat pertumbuhan kuman ialah :1. Amoxicillin : diameter 4,3 mm2. Cefotaxime Sodium : diameter 3 mm3. Erithromycin : diameter 3 mm 4. Methicillin : diameter 3,2 mm5. Penicillin : diameter 4,1 mmDari hasil percobaan ini bisa dilihat bahwa bakteri S. aureus sangat sensitif dengan amoxicillin (Zona inhibisi besar) dan sensitif terhadap semua anti mikroba.Pembahasan :Uji sensitivitas difusi cakram harus dimanfaatkan secara bijaksana dan hati-hati.Umumnya, hanya disebutkan satu anggota dari setiap golongan utama obat. Pilihan obat yang akan diujikan harus didasarkan atas pola sensitivitas isolat di dalam laboratorium, tipe infeksi, sumber infeksi, dan analisis efektivitas biaya pada populasi pasien.Ukuran zona inhibisi pertumbuhan bervariasi menurut ciri khas molekuler berbagai macam obat. Oleh sebab itu, ukuran zona satu obat tidak dapat dibandingkan dengan ukuran zona obat yang lainnya pada organisme yang sama. Akan tetapi, ukuran zona setiap obat dapat dibandingkan dengan standar.Diameter minimal zona inhibisi suatu obat yang menandakan sensitivitas suatu isolat, dapat ditentukan dengan teknik difusi cakram.

E. Antisepsis KulitBahan :1. Lempeng agar darah2. Kaldu 2 cc3. Usap kapas steril4. Antisepsis : Sabun, Povidone Iodine, Alkohol 70%Cara Kerja :1. Bagian bawah lempeng agar darah dibagi menjadi 4 bagian dengan menggunakan pensil kaca.2. Usap kapas steril dibasahi dengan kaldu steril, kemudian usapkan pada telapak tangan, selanjutnya oleskan secara zigzag pada wilayah I.3. Cuci tangan sampai dengan sikut dengan sabun dan air selama 2 menit, tunggu sampai kering, kemudian lakukan kembali cara 2 dengan menggunakan usap kapas steril baru yang dibasahi dengan kaldu steril, oleskan zigzag pad wilayah II4. Ambil sebuah usap kapas steril, basahi dengan kaldu steril, oleskan pada lengan bawah bagian voler searah lipatan kulit, kemudian oleskan pada agar darah wilayah III.5. Olesi lengan bawah bagian voler tersebut dengan kapas yang ditetesi betadine kemudian dioleskan alcohol 70%. Selanjutnya ambil sebuah usap kapas steril dan dibasahi dengan kaldu steril kemudian dioleskan pada wilayah IV.6. Eram lempeng agar darah ini pada 37oC selama 24 jam dan lihat serta catat hasilnya.Hasil :

1. Perbandingan wilayah 1 dan 2Pada wilayah 1 ( tanpa perlakuan apa-apa) didapatkan jumlah bakteri yang lebih sedikit dibandingkan wilayah 2. Sewajarnya, pada perlakuan 2 (mencuci tangan dengan sabun) jumlah bakterinya lebih sedikit, tapi mungkin jumlah bakteri yang meningkat pada wilayah 2 bisadisebabkan konsentrasi sabun yang menurun, kadar air yang terkontaminasi dengan bakteri, atau tidak mencuci tangan dengan teknik WHO. 2. Perbandingan wilayah 3 dan 4Bakteri pada wilayah 3 lebih banyak dibandingkan dengan wilayah 4. Hal ini bisa disebabkan karena pada perlakuan 3 volar tidak mendapat perlakuan apa-apa, sedangkan pada wilayah 4, voler dibersihkan dengan betadine yang merupakan antiseptik.3. Perbandingan wilayah 1 dan 3Pada wilayah 1 lebih sedikit terdapat bakteri dibandingkan dengan wilayah 3.Hal ini disebabkan karena letak telapak tangan yang sering kontak dengan dunia luar dan sering dibersihkan dengan cuci tangan.Berbeda dengan voler yang berada pada lipatan tubuh sehingga jarang dibersihkan sehingga mikroba lebih banyak.Pembahasan :Pada telapak tangan kita yang sering berhubungan dengan dunia luar, banyak mengandung mikroba.Namun, karena seringnya kita menjaga kebersihan tangan kita dengan mencuci tangan, hal itu bisa menghambat pertumbuhan mikroba di tangan kita.Berbeda dengan voler, walaupun jarang berhubungan dengan dunia luar, voler lebih banyak mengandung mikroba dibandingkan dengan telapak tangan.Hal ini bisa disebabkan karena letak voler yang tersembunyi (berada di lipatan tubuh) mengakibatkan jarang dibersihkan sehingga jumlah mikroba lebih banyak.

Daftar Pustaka:1. Jawetz, Melnick. 2012. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

10