pr hifema
DESCRIPTION
hifemaTRANSCRIPT
PERBEDAAN Sdr. S An. M
ANAMNESIS K. Utama : Mata perih terasa cekot -
cekot SMRS
K. Tambahan : Mata merah, nyeri,
pandangan kabur
K. Utama : Penglihatan mata kanan tidak
terlihat
K. Tambahan : -
RPS Pasien terkena balok kayu kurang lebih
pada pukul 10.00 WIB. Pada mata
pasien mengeluarkan darah, kemudian
penglihatan menjadi gelap, pasien
mengatakan ada serpihan kaca ada
yang masuk kemata, pasien
mengatakan saat kejadian pasien
memakai kaca mata, kemudian pasien
segera di bawa di RS Hardjo Lukito,
disana serpihan kaca pada mata pasien
sudah diambil dan diberi salep dan obat
tetes mata Di RS tersebut.
Setelah itu pasien mengatakan jika
matanya bertambah sakit terasa cekot -
cekot, dan pasien memutuskan untuk
pergi ke RS Mata Dr. Yap. Pasien
mengaku jika keluhan pusing tidak ada,
pandangan terasa kabur, nyeri pada
mata (+).
Pasien datang berobat ke RS Mata Yap
melalui poli dengan keluhan 1 jam
SMRS mata kanan pasien kena
bola.Bolanya ukuran besar.Pasien merasa
mata kanan setelah terkena bola
penglihatan tidak terlihat.Pasien
menyangkal sakit,pingsan,mual atau
muntah. Ataupun sakit kepala.Pasien
merasakan panas pada mata
kanan.Menurut ibu pasien mata kanan
pasien terlihat awalnya hitam.Sehingga
pasien dibawa ke RS untuk berobat. Mata
kiri pasien tidak ada keluhan
RPD Px tidak memiliki riwayat darah tinggi,
DM, alergi, dan memiliki riwayat
penyakit asma.
Riwayat sakit tidak ada
Riwayat memakai kacamata tidak ada
Belum pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya
P. FISIK OD OS
Visus 1/60 6/60
OD OS
Visus 2/60 6/12
1
Palpebra
superior
Edema,
Nyeri
tekan,
hiperemis
-
Blefarospas
m
+ -
Inj.
Konjungtiva
+ -
Inj. Siliar + -
Kornea Keruh,
tidak rata,
edema
Jernih
BMD Keruh,
Hifema +
Dalam,
Jernih
Pupil Sulit
Dinilai
Bulat,
ditenga
h
Tensi Oculi N+ N
Nyeri + -
BMD Dalam,
Hifema +
pada jam 5 -
7
Dalam,
Jernih
Pupil Bulat
5mm
Bulat
3mm
Tensi
Oculi
N N
4. Tonometri Schlotz
18 17
1. Tes Konfrontasi
Tidak menyempit
Tidak Menyempit
G. KLINIS Visus menurun, mata merah, inj.
Konjungtiva (+), inj. Silliar (+) hifema
(+), nyeri, blefarospasme, berair,
Visus menurun, Hifema (+), berair, nyeri,
berair.
DIAGNOSIS
KERJA
Miopia
Hifema OD e.c Trauma tumpul oculi
Hifema OD ec traumatik
PENUNJANG USG Mata, biometri USG Biometri
CT Scan orbita
PENGOBATAN Medikamentosa:
1. Bed rest total, kepala elevasi 30o
Medikamentosa:
1. Pasien dirawat
2
2. Medikamentosa:
Injeksi Asam tranexamat 1 amp/8
jam iv pelan
Methylprednisolone 3 x 1 tablet
(2-1-0)
Amoxicillin 3 x 500mg
Neomisin ED 4 x 1 tetes
Azetazolamid 3 x 250 mg
2. Medikamentosa:
- As.transamin(inj)
- SA 0,5% 3xOD
- Timol 2xOD
- Gentamisin 6Xod
3. Nonmedikamentosa
- Istirahat Total
- Kepala 30-450
- Bebat mata
PROGNOSIS Ad vitam : ad bonam
Ad sanam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad
bonam
I. PROGNOSIS
Dikatakan bahwa prognosis hifema bergantung pada jumlah darah di dalam bilik mata
depan. Bila darah sedikit di dalam bilik mata depan, maka darah ini akan hilang dan jernih
sempurna. Sedangkan bila darah lebih dari setengah tingginya bilik mata depan, maka prognosa
buruk yang akan disertai dengan beberapa penyulit. Hifema yang penuh di dalam bilik mata
depan akan memberikan prognosis lebih buruk dibandingkan dengan hifema sebagian.
II. KOMPLIKASI
Berikut ini komplikasi yang ada dari Hifema
1. Perdarahan sekunder
Komplikasi ini sering terjadi pada hari ke 2 sampai ke 5, sedangkan insidensinya
sangat bervariasi, antara 10 - 40%. Perdarahan sekunder ini timbul karena iritasi pada iris
akibat traumanya, atau merupakan lanjutan dari perdarahan primernya. Perdarahan sekunder
biasanya lebih hebat daripada yang primer. Terjadi pada 1/3 pasien, biasanya antara 2-5 hari
3
setelah trauma inisial dan selalu bervariasi sebelum 7 hari post-trauma. Dikatakan
perdarahan sekunder ini terjadi karena resorpsi dari bekuan darah terjadi terlalu cepat
sehingga pembuluh darah tak mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.
2. Glaukoma sekunder
Glaukoma bisa menjadi komplikasi yang timbul awal atau belakangan, Sekitar
25% dari kelainan ini TIO meningkat > 25 mmHg dan 10% nya 35 mmHg. Glaukoma akut
terjadi apabila jaringan trabekula tersumbat oleh fibrin dan sel atau apabila pembentukan
bekuan darah menyebabkan penyumbatan pupil. Hal ini terjadi akibat darah dalam bilik
mata, karena unsur – unsur darah menutupi sudut bilik mata trabekula, sehingga hal ini akan
menyebabkan peningkatan TIO.
Penatalaksanaan hifema glaukoma berikut tergantung pada tingkat elevasi TIO
dan ada atau tidaknya anemia sel sabit. Biasanya terapi medis baru dimulai ketika TIO > 30
mmHg dalam fase akut atau 25 mmHg setelah 25 minggu atau lebih.
3. Hemosiderosis kornea
Pada penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari BMD dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut BMD menuju kanal Schlemm sedangkan sisanya akan diabsorbsi
melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya enzim fibrinolitik di
daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam bentuk hemosiderin. Bila
terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk ke dalam lapisan kornea,
menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan disebut hemosiderosis atau imbibisio
kornea, yang hanya dapat ditolong dengan keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat
terjadinya oleh hifema yang penuh disertai glaukoma. Hemosiderosis ini akan timbul bila
ada perdarahan/perdarahan sekunder disertai kenaikan tekanan intraokuler. Gangguan visus
karena hemosiderosis tidak selalu permanen, tetapi kadang-kadang dapat kembali jernih
dalam waktu yang lama (2 tahun). Insidensinya ± 10%.3 Zat besi di dalam bola mata dapat
menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan dapat menimbulkan ftisis bulbi dan
kebutaan.
4. Sinekia Posterior
4
Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema.Komplikasi ini akibat
dari iritis atau iridocyclitis.Komplikasi ini jarang pada pasien yang mendapat terapi
medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan evakuasi bedah pada
hifema.Peripheral anterior synechiae anterior synechiae terjadi pada pasien dengan hifema
pada BMD dalam waktu yang lama, biasanya 9 hari atau lebih.Patogenesis dari sinekia
anterior perifer berhubungan dengan iritis yang lama akibat trauma atau dari darah pada
BMD. Bekuan darah pada sudut BMD kemudian bisa menyebabkan trabecular meshwork
fibrosis yang menyebabkan sudut bilik mata tertutup.
5. Atrofi optik
Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular
6. Uveitis
Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea, uveitis.
Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar yang mungkin juga masuk
ke dalam badan kaca (corpus vitreum) sehingga pada funduskopi gambaran fundus tak
tampak dan ketajaman penglihatan menurunnya lebih banyak.Hifema dapat sedikit, dapat
pula banyak. Bila sedikit ketajaman penglihatan mungkin masih baik dan tekanan
intraokular masih normal. Perdarahan yang mengisi setengah BMD dapat menyebabkan
gangguan visus dan kenaikan tekanan intra okular sehingga mata terasa sakit oleh karena
glaukoma. Jika hifemanya mengisi seluruh BMD, rasa sakit bertambah karena tekanan intra
okular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi.7,12
III. Midriatika Miotika
Masih banyak perdebatan mengenai penggunaan obat-obat golongan midriatika atau
miotika, karena masing-masing obat mempunyai keuntungan dan kerugian sendiri-sendiri.
Miotika memang akan mempercepat absorbsi, tapi meningkatkan kongesti dan midriatika
akan mengistirahatkan perdarahan. Pemberian midriatika dianjurkan bila didapatkan
komplikasi iridiocyclitis. Akhirnya beberapa penelitian membuktikan bahwa pemberian
midriatika dan miotika bersama-sama dengan interval 30 menit sebanyak dua kali sehari
akan mengurangi perdarahan sekunder dibanding pemakaian salah satu obat saja.
USG mata
5
untuk mengevaluasi topografi dari kelainan dalam bola mata.
Ct Scan orbita
Untuk melihat suatu kelainan dari tulang – tulang orbita
Biometri
Untuk mengukur panjang sumbu bola mata, kelengkungan kornea, kedalaman Bilik mata
depan, sehingga didapatkan ukuran tekanan intraocular dalam bola mata.
6