ppok eksaserbasi akut ec community aquired...

50
Pengalaman Belajar Lapangan PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED PNEUMONIA PSI CLASS III Pembimbing : Dr. Nyoman Astika, Sp.PD KGER Disusun oleh : Theodorus Onesiforus Gozali (1202006113) Agiel Fahlevie (1202006114) DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2017

Upload: others

Post on 30-Aug-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Pengalaman Belajar Lapangan

PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED

PNEUMONIA PSI CLASS III

Pembimbing :

Dr. Nyoman Astika, Sp.PD KGER

Disusun oleh :

Theodorus Onesiforus Gozali (1202006113)

Agiel Fahlevie (1202006114)

DALAM RANGKA MENJALANI KEPANITERAAN KLINIK MADYA

DI BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2017

Page 2: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan

pengalaman belajar lapangan yang berjudul “PPOK eksaserbasi akut ec

Community Aquired Pneumonia PSI Class III” ini tepat pada waktunya.

Pengalaman Belajar Lapangan ini disusun dalam rangka mengikuti Kepaniteraan

Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Dalam FK UNUD/RSUP Sanglah

Denpasar.

Dalam penulisan laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan maupun bantuan, baik berupa informasi maupun bimbingan moril.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. dr. Ketut Suega, Sp.PD-KHOM selaku Kepala Bagian Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah.

2. dr. Made Susila Utama, Sp.PD-KPTI selaku Koordinator Pendidikan

Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana/RSUP Sanglah.

3. dr. Nyoman Astika, Sp.PD, KGER selaku dosen pembimbing atas segala

bimbingan, saran-saran dan bantuan dalam penyusunan responsi kasus ini.

4. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan response kasus ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa responsi kasus ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak sangat penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya. Akhirnya

penulis mengharapkan semoga responsi kasus ini dapat bermanfaat di bidang ilmu

pengetahuan dan kedokteran.

Denpasar, April 2017

Penulis

Page 3: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

BAB I

PENDAHULUAN

Setiap individu pasti mengharapkan usia yang panjang dengan tubuh dan jiwa

yang sehat, sejahtera, dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Konsep

tentang proses penuaan pada masa kini tidak berfokus pada pencapaian seorang individu

dalam hal finansial, kesehatan, atau berpartisipasi dalam hal sosial, namun diharapkan

bahwa setiap individu dapat mengembangkan kapasitas diri dalam berinterkasi baik

dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya. Selain itu seorang individu juga

diharapkan dapat beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang terkait dengan perubahan

zaman guna mengembangkan dirinya untuk dapat berinteraksi.1

Proses penuaan adalah proses alamiah yang berlangsung secara terus menerus

sejak manusia dilahirkan hingga manusia meninggal. Proses penuaan ini akan

mengakibatkan perubahan pada tubuh seseorang, seperti penurunan fungsi sistem organ,

yang termasuk didalamnya, yaitu fungsi sensorik tubuh, saraf pusat, pencernaan,

kardiovaskular, dan juga sistem respirasi. Selain itu, tubuh juga mengalami perubahan

pada komposisi tubuh, seperti menurunnya massa otot, peningkatan massa dan

sentralisasi lemak, serta peningkatan lemak intramuskular. Perubahan yang terjadi ini

dapat menyebabkan berbagai macam masalah seperti imobilisasi, instabilitas,

inkontinensia, insomnia, depresi, infeksi, defisiensi imun, gangguan pendengaran dan

pengelihatan, gangguan intelektual, kolon irritable, impecuniti ataupun impotensi.1,2

Prevalensi daripada lansia atau orang yang telah lanjut usia (≥ 60 tahun) di dunia

mengalami peningkatan sebanyak tiga kali lipat dalam jangka waktu 50 tahun. Hal ini

dibuktikan melalui perkiraan perhitungan, dimana terdapat sekitar 600juta orang lanjut

usia pada tahun 2000 dan diperkirakan akan mencapat lebih dari 2 miliar lansia pada

tahun 2050 mendatang. Jumlah lansia di Indonesia menduduki peringkat lima besar di

dunia, dengan jumlah mencapai 18,1 juta lansia pada tahun 2010 dan diperkirakan akan

meningkat sebanyak dua kali lipat menjadi sekitar 35 juta lansia pada tahun 2025. Selain

itu, angka harapan hidup di Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan pada

tahun 2020-2025 menjadi sekitar 73,6 tahun, hal ini menyebabkan proporsi usia lanjut

juga meningkat menjadi 13% dan diperkirakan akan meningkat menjadi 25% pada tahun

2050. Hal ini menyebabkan ilmu geriatri menjadi sangat penting untuk dipahami oleh

para tenaga kesehatan.1

Pasien yang merupakan pasien geriatri adalah pasien lanjut usia yang memiliki

karakteristik yang khusus dibandingkan dengan pasien lajut usia pada umumnya.

Page 4: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Karakteristik tersebut seperti multipatologi, penurunan fungsi organ, gejala dan tanda

penyakit yang tidaklah khas, penurunan status fungsional, dan malnutrisi. Hal ini

menyebabkan perawatan dan penatalaksanaan pada pasien geriatri memerlukan

pendekatan yang multidisiplin. Sehingga, pentingnya pendekatan yang mengandung dua

komponen, yaitu pendekatan tim dan P3G yang merupakan bagian dari comprehensive

geriatric management (CGM).1

Salah satu penyakit yang sering terjadi pada orang yang lanjut usia adalah

penyakit pada sistem pernapasan. Salah satu penyakit sistem pernapasan tersebut adalah

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK). PPOK menduduki pringkat keempat penyebab

kematian di dunia dan di Indonesia menduduki peringkat keenam dari 10 penyakit utama

yang menjadi penyebab kesakitan pada orang lanjut usia. Hal ini menunjukkan betapa

pentingnya untuk mengetahui penyakit PPOK, sehingga diharapkan melalui pengertian

dari penyakit ini dapat mencegah terjadinya PPOK, khususnya pada orang yang lanjut

usia.2,3

Page 5: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit pada paru yang dapat

dicegah dan dapat pula untuk diobati, dimana PPOK memiliki karakteristik simptom yang

presisten pada sistem respirasi dan terdapat pula hambatan pada aliran udara di saluran

napas dan atau ketidaknormalan pada alveolar yang disebabkan oleh paparan zat tertentu

berupa partikel berbahaya atau gas.1,3

Pasien PPOK ditandai dengan hambatan pada aliran

udara di saluran pernapasan yang tidaklah sepenuhnya reversible.2,3

Hambatan aliran udara pada pasien PPOK disebabkan oleh penyempitan dari

jalan nafas seperti terjadinya bronkiolitis obstruksi dan destruksi parenkim yang biasanya

terjadi pada pasien empisema, dengan kontribusi yang bervariasi pada tiap orangnya.1

Bronkiolitis kronis merupakan suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran mukus secara

berlebihan ke batang bronchial secara kronis atau berulang, yang dapat terjadi hampir

tiap hari selama sekurang-kurangnya tiga bulan dalam 1 tahun, selama 2 tahun berturut-

turut. Sedangkan empisema adalah kelainan pada paru yang ditandai dengan terjadinya

pembesaran pada jalan napas yang bersifat permanen, mulai dari terminal bronchial

sampai bagian distal.3

2.2 Etiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Terjadinya PPOK dapat disebabkan oleh kebiasaan merokok, seringnya terpapar

zat-zat tertentu yang berbahaya, seperti polusi udara. Selain disebabkan oleh lingkungan,

dapat juga disebabkan oleh faktor genetik, abnormal paru dan proses penuaan merupakan

faktor yang dapat meningkatkan kejadian PPOK.2,3

Penyebab tersering PPOK adalah merokok seperti pipe, cigar, dan water pipe.

Selain itu, pengkonsumsian marijuana merupakan faktor risiko lain dari PPOK. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara derajat keparahan PPOK dengan merokok. Penelitian lain yang

dilakukan oleh Prabaningtyas, menggunakan metode analitik observasional dengan

menggunakan pendekatan case control menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara derajat merokok dengan kejadian PPOK.4

Polusi udara yang berasal dari biomass yang dipergunakan untuk memasak atau

memanaskan makanan merupakan faktor risiko pada negara berkembang untuk terjadinya

PPOK, biasanya terjadi pada wanita. Paparan zat organik dan anorganik, zat kimia dan

Page 6: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

asam juga merupakan faktor risiko terjadinya PPOK. Faktor internal juga dapat

menyebabkan terjadinya PPOK, seperti faktor genetik yaitu adanya defisiensi yang berat

pada alpha-1 antitripsi (AATD) yang biasanya terjadi di Indonesia; usia dan jenis

kelamin, pertumbuhan dan perkembangan paru dari saat gestasional dan anak-anak

seperti BBLR, infeksi pada repiratori sistem, asma dan hiper-reaktivitas, bronkiolitis

kronis, dan riwayat infeksi paru pada saat anak-anak akan meningkatkan risiko terjadinya

PPOK.1,3,5

Selain itu status sosialekonomi juga merupakan faktor risiko namun hal ini belum

dapat dijelaskan dengan baik. Sosialekonomi sebagai faktor risiko tidak dapat berdisi

sendiri. Sosialekonomi berkaitan dengan polusi udara, nutrisi yang buruk, infeksi atau

faktor lain yang berhubungan dengan sosialekonomi rendah.1

2.3 Patofisiologi Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Perubahan yang khas pada parenkim dan vaskularisasi paru terjadi pada

saluran nafas bagian proksimal dan perifer. Perubahan ini terjadi karena adanya

suatu inflamasi yang kronik pada paru. Hal ini mengakibatkan perubahan

struktural pada paru yang menyebabkan adanya hambatan aliran udara dalam

paru, ini merupakan perubahan fisiologi utama pada PPOK. Bertambah tebalnya

saluran nafas kecil diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: inflamasi, fibrosis,

metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos dengan peningkatan formasi folikel

limfoid dan deposisi kolagen dalam dinding luar saluran nafas mengakibatkan

restriksi pembukaan jalan nafas. Lumen saluran nafas kecil berkurang akibat

penebalan mukosa yang mengandung eksudat inflamasi.4,5

Gambar 1. Konsep patologi PPOK5

Dalam keadaan normal radikal bebas dan antioksidan berada dalam

keadaan seimbang. Radikal bebas mempunyai peranan besar menimbulkan

Page 7: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

kerusakan sel dan menjadi dasar dari berbagai macam penyakit dan salah satunya

adalah penyakit pada paru.5

Pengaruh gas polutan dapat menyebabkan stress oksidan, selanjutnya

akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid. Peroksidasi lipid selanjutnya

akan menimbulkan kerusakan sel dan inflamasi. Proses inflamasi akan

mengaktifkan sel makrofag alveolar, aktivasi sel tersebut akan menyebabkan

dilepaskannya faktor kemotataktik neutrofil seperti interleukin 8 dan leukotriene

B4, tumuor necrosis factor (TNF),monocyte chemotactic peptide(MCP)-1

danreactive oxygen species (ROS). Faktor-faktor tersebut akan merangsang

neutrofil melepaskan protease yang akan merusak jaringan ikat parenkim paru

sehingga timbul kerusakan dinding alveolar dan hipersekresi mukus. Rangsangan

sel epitel akan menyebabkan dilepaskannya limfosit CD8,selanjutnya terjadi

kerusakan seperti proses inflamasi. Pada keadaan normal terdapat keseimbangan

antara oksidan dan antioksidan. Enzim NADPH yang ada dipermukaan

makrofag dan neutrophil akan mentransfer satu elektron ke molekul oksigen

menjadi anion superoksida dengan bantuan enzim superoksid dismutase. Zat

hidrogen peroksida (H2O2) yang toksik akan diubah menjadi OH dengan

menerima elektron dari ion feri menjadi ion fero, ion fero dengan halida akan

diubah menjadi anion hipohalida (HOCl). 5

Pengaruh radikal bebas yang berasal dari polusi udara dapat menginduksi

batuk kronis sehingga percabangan bronkus lebih mudah terinfeksi. Penurunan

fungsi paru terjadi sekunder setelah perubahan struktur saluran napas. Kerusakan

struktur berupa destruksi alveolar yang menuju ke arah emfisema karena

produksi radikal bebas yang berlebihan oleh leukosit dan polusi dan asap

rokok. 5,6

Page 8: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Gambar 2. Patologi PPOK6

2.4 Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronik

2.4.1 Anamnesis

Gejala yang paling sering terjadi pada pasien PPOK ada 3, yaitu: batuk,

produksi dahak dan dipsnea eksertional (sesak napas karena melakukan aktivitas).

Gejala-gejala ini kebanyakan muncul pada pasien sekitar 1 bulan atau beberapa

tahun sebelum pasien melakukan pengobatan. Hambatan jalan napas terjadi secara

gradual atau bertahap, sehingga biasanya onset penyakit ini adalah akut dan

eksaserbasi.6

Sesak napas menjadi salah satu keluhan utama pada pasien PPOK karena

terganggunya aktivitas fisik akibat gejala ini. Sesak napas biasanya menjadi

komplain ketika prediksi FEV <60%. Pasien biasanya mendefinisikan sesak napas

Page 9: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

sebagai peningkatan usaha untuk bernapas, rasa berat saat bernapas, gasping, dan

air hunger.6 Batuk bisa muncul secara hilang timbul, tapi biasanya batuk kronis

adalah gejala awal perkembangan PPOK. Gejala ini juga biasanya merupakan gejala

klinis yang pertama kali disadari oleh pasien. Batuk kronis pada PPOK bisa juga

muncul tanpa adanya dahak. Faktor risiko PPOK berupa merokok, genetik, paparan

terhadap partikel berbahaya atau polusi udara, usia, asthma/ hiper-reaktivitas

bronkus, status sosioekonomi, dan infeksi.6

Pada penderita PPOK baru diketahui atau dipikirkan terkena PPOK, maka

riwayat penyakit yang perlu diperhatikan diantaranya faktor risiko terpaparnya

pasien terhadap substansi-substansi seperti rokok dan paparan lingkungan ataupun

pekerjaan, riwayat penyakit sebelumnya termasuk asma bronchial, alergi, sinusitis,

polip nasal, infeksi saluran nafas saat masa anak-anak, dan penyakit respirasi

lainnya, riwayat keluarga PPOK atau penyakit respirasi lainnya, riwayat

eksaserbasi atau pernah dirawat di rumah sakit untuk penyakit respirasi, ada

penyakit dasar seperti penyakit jantung, osteoporosis, penyakit musculoskeletal,

dan keganasan yang mungkin memberikan kontribusi pembatasan aktivitas,

pengaruh pekerjaan atau ekonomi yang salah, berbagai dukungan keluarga dan

sosial ekonomi pada pasien, kemungkinan mengurangi faktor risiko terutama

menghentikan merokok.6,7

Pasien baru dapat dinyatakan PPOK (secara klinis) apabila sekurang-

kurangnya pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko

disertai batuk kronik dan berdahak dengan sesak nafas terutama pada saat

melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia pertengahan atau yang lebih

tua.4,5,6

2.4.2 Pemeriksaan Fisik

Pada awal perkembangan PPOK, tidak terlihat kelainan pada pemeriksaan

fisik yang dilakukan pada pasien. Pada pasien dengan PPOK berat, didapatkan

bunyi mengi dan juga ekspirasi yang memanjang saat pasien bernapas. Barrel

Chest sebagai tanda dari hiperinflasi mungkin ditemukan pada pasien PPOK.

Pada PPOK yang sedang hingga berat, dapat ditemukan baik sianosis, kontraksi

pada otot-otot aksesoris pernapasan, atau pursed lips breathing. Saat

progresifitas daripada PPOK juga dapat dilihat gejalanya pada fisik pasien,

Page 10: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

berupa kehilangan berat badan, berkurangnya jarigan lemak, muscle wasting.

Pada pasien PPOK dapat juga ditemukan Clubbing finger yang bukanlah tanda

khas pada PPOK, namun jika ditemukan, harus dipastikan keadaan klinis pasien

untuk mengetahui dengan pasti penyebabnya.2,6,7

2.4.3 Pemeriksaan Penunjang

Spirometri merupakan pemeriksaan penunjang yang definitif yang

digunakan untuk mendiagnosis pasien PPOK, dimana hasil dari pada pengukuran

FEV / FVC < 0,7.8 Selain spirometri, Analisis Gas Darah (AGD) juga digunakan

untuk mengetahui kadar pH darah. Radiografi dapat dilakukan untuk membantu

menentukan diagnosis PPOK, dan Computed Tomography (CT) Scan dapat

dilakukan untuk melihat adanya emfisema pada alveoli. Beberapa studi juga

menyebutkan bahwa kekurangan α-1 antitripsin dapat diperiksa pada pasien

PPOK maupun asma.7,8

Klasifikasi PPOK berdasarkan hasil pengukuran FEV dan FVC dengan

spirometri setelah pemberian bronkodilator dibagi menjadi GOLD 1, 2, 3, dan 4.

Pengukuran spirometri harus memenuhi kapasitas udara yang dikeluarkan secara paksa

dari titik inspirasi maksimal (Forced Vital Capacity (FVC)), kapasitas udara yang

dikeluarkan pada detik pertama (Forced Expiratory Volume in one second (FEV)), dan

rasio FEV1/FVC. Pada tabel 1 diperlihatkan klasifikasi tingkat keparahan keterbatasan

aliran udara pada pasien dengan PPOK.1

Tabel 1. Klasifikasi tingkat keparahan GOLD berdasarkan hasil pengukuran spirometri2

Pada pasien dengan FEV1/FVC < 0,7

GOLD 1 Ringan FEV1 ≥ 80% prediksi

GOLD 2 Sedang 50% ≤ FEV1< 80%

prediksi

GOLD 3 Berat 30% ≤ FEV1< 50%

prediksi

GOLD 4 Sangat Berat FEV1< 30% prediksi

Page 11: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Combined COPD Assessment melakukan penilaian efek PPOK terhadap

masing-masing penderitanya berdasarkan assessment terhadap gejala yang

dialami, klasifikasi spirometri berdasarkan GOLD dan kejadian eksaserbasi.2

Gambar 3. Combined COPD Assessment.2

Klasifikasi pasien berdasarkan Combined COPD Assessment: 2

1. Kelompok A – Risiko Rendah, sedikit gejala dengan klasifikasi GOLD 1 atau

2, mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak

pernah dirawat akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT score < 10 atau

mMRC grade 0-1

2. Kelompok B - Risiko Rendah, banyak gejala dengan klasifikasi GOLD 1 atau

2, mengalami eksaserbasi paling banyak 1 kali dalam setahun dan tidak pernah

dirawat akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT Score ≥ 10 atau mMRC

grade ≥ 2

3. Kelompok C - Risiko Tinggi, sedikit gejala klasifikasi GOLD 3 atau 4 dan

atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥ 2 kali pertahun atau ≥ 1 kali dirawat

akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT score < 10 atau mMRC grade 0-1

Page 12: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

4. Kelompok D - Risiko Tinggi, banyak gejala dengan klasifikasi GOLD 3 atau 4

dan atau mengalami eksaserbasi sebanyak ≥ 2 kali pertahun atau ≥ 1 kali

dirawat akibat eksaserbasi, serta hasil penilaian CAT score ≥ 10 atau mMRC

grade ≥ 2.2

Tabel 2. CAT score2,3,4

Tabel 3 mMRC2,4

Page 13: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

2.5 Penatalaksanaan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Penatalaksanaan pada PPOK bertujuan untuk mengurangi gejala,

mencegah progresivitas lebih lanjut, mencegah dan mengatasi ekserbasasi serta

komplikasi, memperbaiki keadaan fisik dan psikologis pasien, meningkatkan

kualitas hidup, dan mengurangi angka kematian. Penatalaksanaan secara umum

PPOK terdiri dari edukasi, obat-obatan, terapi okseigen, ventilasi mekanik,

nutrisi dan rehabilitasi. Karena PPOK merupakan penyakit paru kronis yang

progresif dan irreversible maka penanganan PPOK terdiri dari penatalaksanaan

pada keadaan stabil atau pada eksaserbasi akut. Edukasi merupakan hal yang

penting untuk pengelolaan jangka panjang PPOK stabil. Edukasi pada PPOK

tidak sama dengan edukasi pada asma, sehingga inti edukasi adalah

menyesuaikan aktivitas dan mencegah kecepatan perburukan fungsi paru.9

Tabel 4. Pemberian edukasi berdasarkan derajat penyakit 5,9

Ringan

Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel

Mencegah penyakit menjadi berat dengan menghindari pencetus, ataralain

berhenti merokok

Segera berobat bila timbul gejala

Sedang

Menggunakan obat dengan tepat

Mengenal dan mengatasi eksaserbasi dini

Program latihan fisik dan pernapasan

Berat

Informasi tentang komplikasi yang dapat terjadi

Penyesuaian aktiviti dnegan keterbatasan

Penggunaan oksigen di rumah

Pada terapi farmakologis, obat-obatan yang paling sering digunakan dan

merupakan pilihan utama adalah bronchodilator. Penggunaan obat lain seperti

kortikoteroid, antibiotik, antioksidan, mukolitik, antitusif dan antiinflamasi dapat

juga diberikan pada beberapa kondisi tertentu. Bronkodilator dapat diberikan

Page 14: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

secara tunggal atau dikombinasikan. Pemilihan bronkodilator juga disesuaikan

dengan klasifikasi derajat berat penyakit. Pemilihan sediaan obat diutamakan

pada inhalasi, sedangkan nebuliser tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka

panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat atau obat

long acting.10

Macam-macam bronkodilator: 9,10

a. Golongan antikolinergik.

Digunakan pada sesak derajat ringan sampai berat, disamping sebagai

bronkodilator, dapat juga bekerja untuk mengurangi sekresi lendir (maksimal

dikonsumsi 4 kaliperhari).

b. Golongan β– 2 agonis.

Bentuk berupa inhaler yang digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan

jumlah penggunaan dapat menjadi monitor dari timbulnya eksaserbasi. Sebagai

obat pemeliharaan, sebaiknya mengunakan obat tablet yang berefek panjang.

Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, namun

tidak dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Bentuk injeksi subkutan atau

drip untuk mengatasi eksaserbasi yang berat.

c. Kombinasi antikolinergik dan β– 2 agonis.

Kombinasi ini dapat memperkuat efek bronkodilatasi, karena kedua obat ini

mempunyai tempat kerja yang berbeda. Disamping itu, penggunaan obat

kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.

d. Golongan xantin.

Obat golongan ini berbentuk obat yang lepas lambat sebagai pengobatan

pemeliharaan jangka panjang, terutama pada derajat sedang dan berat. Bentuk

tablet biasa atau puyer digunakan untuk mengatasi sesak, bentuk suntikan bolus

atau drip untuk mengatasi eksaserbasi akut. Jika digunakan untuk jangka

panjang, diperlukan pemeriksaan kadar aminofilin darah.

Page 15: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien

Nama : NWS

Umur : 67 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Hindu

Status : Menikah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat : Gang Sandat, No. 3, Banjar Werdhi Kosala

Ungasan,Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan,

Badung.

Care Giver : Anak dan menantu

Tanggal MRS : 19 – 24 Februari 2017

Tanggal Kunjungan : 1 April 2017

3.2 ANAMNESIS

Keluhan Utama

Demam

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang sadar diantar keluarganya ke UGD RSUP Sanglah pada Minggu,

19 Februari 2017 pada pukul 22.00 WITA dengan keluhan utama demam sejak 3 hari

sebelum masuk rumah. Pasien mengatakan demam tergolong sedang dan terjadi

sepanjang hari. Keluhan demam dirasakan membaik dengan pemberian paracetamol dan

tidak ada hal yang memperberat keluhan ini. Awalnya demam mulai dirasakan secara

tiba-tiba sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit dan keluhan dirasakan semakin

memburuk dari hari kehari. Keluhan ini menyebaban pasien tidak nafsu makan dan hanya

dapat berbaring ditempat tidur.

Pasien juga mengatakan batuk yang dirasakan sejak 5 hari sebelum masuk rumah

sakit. Pasien mengatakan batuk disertai dahak berwarna putih pucat yang sulit

dikeluarkan. Keluhan batuk dikatakan sedang dan terjadi sepanjang hari, tidak ada hal

yang memperingan keluhan ini dan memburuk apabila beraktivitas atau berbicara terlalu

Page 16: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

banyak. Awalnya batuk dikatakan hanya kadang-kadang akan tetapi semakin sering dan

menetap sampai pasien tiba di rumah sakit.

Pasien juga mengeluhkan adanya sesak yang memberat sejak 3 hari yang lalu.

Sesak dikatakan terjadi sepanjang hari dan tergolong sedang. Keluhan sesak dikatakan

seperti nafas yang tertahan sehingga pasien kesulitan berbicara secara lancar, keluhan ini

diperingan dengan istirahat dan diperberat apabila pasien terlalu banyak beraktivitas

dirumah seperti menyapu. Keluhan sesak telah dirasakan pasien sejak 5 tahun yang lalu

dimana keluhan ini dirasakan hilang timbul. Keluhan seperti berkeringat pada malam

hari, penurunan berat badan disangkal oleh pasien.

Pada saat diperiksa pada tanggal 1 April 2017 pasien mengatakan keluhan seperti

demam, batuk sudah tidak dirasakan dan keluhan sesak yang sesekali muncul dirasakan

tidak terlalu mengganggu aktivitas pasien. Nafsu makan dan minum pasien sudah mulai

membaik. BAB dan BAK dikatakan normal.

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan

Riwayat penyakit asma, tuberkulosis, diabtes melitus, dan jantung, disangkal oleh

pasien. Pasien pernah dirawat di RSUP Sanglah di Ruangan Lely pada tahun 2010 selama

7 hari dimana pasien mengatakan mengalami infeksi pada paru-paru. Pasien memiliki

riwayat hipertensi sejak 7 tahun yang lalu dan rutin mendapat pengobatan Captopril 25

mg sebanyak 2 tablet setiap hari yaitu pagi dan sore hari.

Riwayat Penyakit dalam Keluarga

Pasien mengatakan tidak ada keluarganya yang pernah mengalami keluhan serupa.

Riwayat penyakit seperti tuberkulosis, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan asma

pada keluarga disangkal oleh pasien.

Riwayat Sosial dan Lingkungan

Pasien memiliki riwayat merokok selama10 tahun yang lalu. Dalam sehari pasien

bisa merokok hingga 1/2 bungkus rokok dan pasien telah berhenti sejak 2 tahun yang lalu.

Pasien saat ini tidak bekerja, dahulu dikatakan bekerja sebagai petani dan peternak sapi.

Sampai saat ini pasien masih memiliki kebiasaan memasak dengan kayu bakar. Pasien

masih aktif melakukan aktivitas di rumah seperti menyapu, menyuci baju, menyetrika dan

sesekali membantu memasak menantunya didapur.

Page 17: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

3.3 Penapisan

1. ADL Barthel (BAI)

No. Fungsi Skor Keterangan

01 Mengontrol BAB

0 Inkontinen/tak teratur (perlu enema)

1 Kadang-kadang inkontinen (1 x seminggu)

2 Kontinen teratur

02 Mengontrol BAK

0 Inkontinen/pakai kateter dan tak terkontrol

1 Kadang-kadang inkontinen (max 1 x 24 jam)

2 Mandiri

03

Membersihkan diri

(lap muka, sisir

rambut, sikat gigi)

0 Butuh pertolongan orang lain

1 Mandiri

04

Penggunaan toilet

pergi ke dalam /dari

WC (melepas,

memakai celana,

menyeka,

menyiram)

0 Tergantung pertolongan orang lain

1 Perlu pertolongan beberapa aktivitas tetapi

dapat mengerjakan sendiri aktivitas yang lain

2 Mandiri

05 Makan

0 Tidak mampu

1 Perlu seseorang menolong memotong makan

2 Mandiri

06 Berpindah tempat

dari tidur ke duduk

0 Tidak mampu

1 Perlu banyak bantuan untuk bisa duduk (2

orang)

2 Bantuan minimal 1 orang

3 Mandiri

07 Mobilisasi/berjalan

0 Tidak mampu

1 Bisa berjalan dengan kursi roda

2 Berjalan dengan bantuan satu orang

3 Mandiri

08 Berpakaian

(memakai baju)

0 Tergantung orang lain

1 Sebagian dibantu (mis. Mengancing baju)

2 Mandiri

Page 18: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

09 Naik turun tangga

0 Tidak mampu

1 Butuh pertolongan orang lain

2 Mandiri (naik turun)

10 Mandi 0 Tergantung orang lain

1 Mandiri

Total Skor 20

Skor ADL (BAI)

20 : Mandiri

12–19 : Ketergantungan ringan

9 – 11 : Ketergantungan sedang

5 – 8 : Ketergantungan berat

0 – 4 : Ketergantungan total

2. IADL

No Aktivitas Independen (tidak perlu

bantuan orang lain) Nilai = 0

Dependen (perlu

bantuan orang lain) Nilai

= 1

Nilai

1 Telepon

Mengoperasikan telepon

sendiri

Mencari dan menghubungi

nomer

Menghubungi beberapa

nomer yang diketahui

Menjawab telepon tetapi tidak

menghubungi

Tidak bisa menggunakan

telepon sama sekali 1

2 Belanja Mengatur semua kebutuhan

belanja sendiri

Perlu bantuan untuk

mengantar belanja

Sama sekali tidak

mampu belanja

1

3 Persiapan

makanan

Merencanakan, menyiapkan,

dan menghidangkan makanan

Menyiapkan makanan

jika sudah disediakan

bahan makanan

Menyiapkan makanan

tetapi tidak mengatur

1

Page 19: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

diet yang cukup

Perlu disiapkan dan

dilayani

4 Perawatan

rumah

Merawat rumah sendiri atau

bantuan kadang-kadang

Mengerjakan pekerjaan

ringan sehari-hari (merapikan

tempat tidur, mencuci piring)

Perlu bantuan untuk

semua perawatan rumah

sehari-hari

Tidak berpartisipasi

dalam perawatan rumah

0

5 Mencuci

baju

Mencuci semua pakaian

sendiri

Mencuci pakaian yang kecil

Mencuci hanya beberapa

pakaian

Semua pakaian dicuci

oleh orang lain

1

6 Transport

Berpergian sendiri

menggunakan kendaraan

umum atau menyetir sendiri

Mengatur perjalanan sendiri

Perjalanan menggunakan

transportasi umum jika ada

yang menyertai

Perjalanan terbatas ke

taxi atau kendaraan

dengan bantuan orang

lain

Tidak melakukan

perjalanan sama sekali

1

7 Pengobatan

Meminum obat secara tepat

dosis dan waktu tanpa

bantuan

Tidak mampu

menyiapkan obat sendiri 1

8 Manajemen

keuangan

Mengatur masalah finansial (

tagihan, pergi ke bank)

Mengatur pengeluaran sehari-

hari, tapi perlu bantuan untuk

ke bank untuk transaksi

penting

Tidak mampu

mengambil keputusan

finansial atau memegang

uang

1

TOTAL 7

Skor IADL :

0 : Independen

1 : Kadang-kadang perlu bantuan

2 : Perlu bantuan sepanjang waktu

Page 20: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

3-8 : Tidak beraktivitas / Dikerjakan oleh orang lain

3. Penapisan Kognitif

a. AMT (Abreviated Mental Test)

a) Umur: 80 tahun

b) Waktu/jam sekarang: 17.00 WITA

c) Tempat tinggal: Jl. Resimuka Barat Gang II no. 19

Denpasar

d) Tahun ini: 2017

e) Saat ini berada di mana

f) Mengenali orang lain di rumah

g) Tahun kemerdekaan RI

h) Nama presiden RI

i) Tahun kelahiran pasien: 1931

j) Menghitung terbalik (20 s/d 1)

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

0.Salah 1.Benar

Skor AMT:

0 – 3 : Gangguan kognitif berat

4 – 7 : Gangguan kognitif sedang

8 – 10 : Normal

Total Skor : 0

Perasaan hati (afeksi)

oBaik oLabil oDepresi oAgitasi oCemas

4. Penapisan Depresi

Skala Depresi Geriatric (GDS)

No Keterangan YA TIDAK

01 Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda? 1 0

02 Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan

minat atau kesenangan anda? 1 0

03 Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? 1 0

04 Apakah anda sering merasa bosan? 1 0

05 Apakah anda sangat berharap terhadap masa depan? 0 1

06 Apakah anda merasa targanggu dengan pikiran bahwa 1 0

Page 21: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

anda tidak dapat keluar dari pikiran anda?

07 Apakah anda merasa mempunyai semangat yang baik

setiap saat? 0 1

08 Apakah anda merasa takut bahwa sesuatu yang buruk

akan terjadi pada diri anda? 1 0

09 Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar

hidup anda? 0 1

10 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? 1 0

11 Apakah anda sering merasa resah dan gelisah? 1 0

12 Apakah anda lebih senang berada dirumah daripada

pergi ke luar rumah dan melakukan hal-hal yang baru? 1 0

13 Apakah anda sering merasa khawatir terhadap masa

depan anda? 1 0

14 Apakah anda merasa memiliki banyak masalah dengan

daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang? 1 0

15 Apakah menurut anda hidup anda saat ini

menyenangkan? 0 1

16 Apakah anda sering merasa sedih? 1 0

17 Apakah saat ini anda merasa tidak berharga? 1 0

18 Apakah anda sangat mengkhawatirkan masa lalu anda? 1 0

19 Apakah anda merasa hidup ini sangat menarik dan

menyenangkan? 0 1

20 Apakah sulit bagi anda untuk memulai sesuatu hal yang

baru? 1 0

21 Apakah anda merasa penuh semangat? 0 1

22 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada

harapan? 1 0

23 Apakah anda merasa orang lain memiliki keadaan yang

lebih baik dari anda? 1 0

24 Apakah anda sering merasa sedih terhadap hal-hal kecil? 1 0

25 Apakah anda sering merasa ingin menangis ? 1 0

26 Apakah anda mempunyai masalah dalam berkonsentrasi? 1 0

Page 22: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

27 Apakah anda merasa senang ketika bangun di pagi hari? 0 1

28 Apakah anda lebih memilih untuk tidak mengikuti

pertemuan-pertemuan sosial atau masyarakat? 1 0

29 Apakah mudah bagi anda untuk membuat keputusan? 0 1

30 Apakah pikiran anda secerah biasanya? 0 1

TOTAL 4

Skor antara 0-9 : Normal

Skor antara 10-19 : Mild depression

Skor antara 20-30 : Severe depression

5. Penapisan Inkontinensia

Pertanyaan : Apakah anda mengompol atau BAB tanpa disadari ?

0 Tidak pernah

1,0 Kadang-kadang kehilangan kontrol berkemih/ menggunakan alat bantu

untuk berkemih &BAB

2,5 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam sebulan

4,0 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya 2 kali sebulan /kadang-kadang

kehilangan kontrol BAB

5,0 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali dalam sebulan

5,5 Kehilangan kontrol berkemih sedikitnya sekali dalam seminggu

6,5 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya 2 kali sebulan

8,0 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali seminggu/kehilangan kontrol

berkemih sedikitnya sekali tiap hari

10 Kehilangan kontrol BAB sedikitnya sekali sehari

10,5 Tidak bisa mengontrol fungsi berkemih sama sekali

11,5 Tidak bisa mengontrol BAB sama sekali

Inkontinensia dikelompokkan menjadi :

0 : Tidak ada inkontinensia

1-2,5 : Inkontinensia ringan

Page 23: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

4,0-6,5 : Inkontinensia sedang

≥ 8 : Inkontinensia berat

6. Penapisan Nutrisi Mini (Mini Nutritional Assessment)

No. Penilaian Nilai

1

Indeks masa tubuh : BB/TB (m2)

a. < 19 = 0

b. 19-21= 1

c. 21-23 = 2

d. >23 = 3

0

2

Lingkar lengan atas (cm)

a. < 21 = 0 c. >22 = 1

b. 21-22 = 0.5

0,5

3 Lingkar betis (cm)

a. ≤ 31 = 0 b. >31 = 1 0

4

BB selama 3 bulan terakhir :

a. Kehilangan > 3kg = 0

b. Tidak tahu = 1

c. Kehilangan antara 1-3 kg = 2

d. Tidak kehilangan BB = 3

0

5 Hidup tidak tergantung (tidak di tempat perawatan atau RS) :

Tidak = 1 / Ya = 0 0

6 Menggunakan lebih dari 3 obat perhari

Tidak = 1 / Ya = 0 0

7

Mengalami stres psikologis atau penyakit akut dalam 3 bln terakhir

:

Tidak = 1 / Ya = 0

0

8

Mobilitas

a. Hanya terbaring atau diatas kursi roda = 0

b. Dapat bangkit dari tempat tidur tapi tidak keluar rumah = 1

c. Dapat pergi keluar rumah = 2

2

9

Masalah neuropsikologis

a. Demensia berat dan depresi = 0

b. Demensia ringan =1

c. Tidak ada masalah psikologis = 2

2

10 Nyeri tekan atau luka kulit 1

Page 24: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Tidak = 1 / Ya = 0

11

Berapa banyak daging yang dikonsumsi setiap hari ?

a. 1 x makan = 0

b. 2 x makan = 1

c. 3 x makan = 2

2

12

Asupan protein terpilih

a. Minimal 1x penyajian poduk-produk susu olahan (susu, keju,

yoghurt, es krim) perhari.

Ya = 1 / Tidak = 0

b. Dua atau lebih penyajian produk kacang-kacangan (tahu, tempe,

susu kedelai ) dan telur perminggu

Ya = 1 / Tidak = 0

c. Daging, ikan, unggas tiap hari

Ya = 1 / Tidak = 0

3

13 Konsumsi 2 atau lebih penyajian sayur atau buah-buahan per hari

Ya = 1 / Tidak = 0 1

14

Bagaimana asupan makanan 3 bulan terakhir

a. Kehilangan nafsu makan berat = 0

b. Kehilangan nafsu makan sedang = 1

c. Tidak kehilangan nafsu makan = 2

2

15

Berapa banyak cairan (air, jus, kopi, teh, susu) yang dikonsumsi per

hari.

a. < 3 cangkir = 0

b. 3 - 5 cangkir = 0,5

c. > 5 cangkir = 1

1

16

Pola makan

a. Tidak dapat makan tanpa bantuan = 0

b. Dapat makan sendiri dengan sedikit kesulitan = 1

c. Dapat makan sendiri tanpa masalah = 2

1

17

Apakah mereka tahu bahwa mereka memiliki masalah gizi ?

a. Malnutrisi = 0,

b. Tidak tahu atau malnutrisi sedang = 1

c. Tidak ada masalah gizi = 2

1

18 Dibandingkan dengan orang lain dengan usia yang sama, 1

Page 25: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

bagaimana mereka menilai kesehatan mereka sekarang ?

Tidak baik =0, Tidak tahu =0.5, Baik =1, Lebih baik =2

TOTAL 17,5

Interpretasi:

Skor > 24 : Gizi baik

Skor 17-23,5 : Berisiko malnutrisi

Skor < 17 : Malnutrisi

7. Risiko Ulkus Dekubitus dengan Skala Norton

Kondisi pasien Keterangan Skor

Kondisi fisik umum Baik 4

Cukup/lumayan/buruk 3

Sangat buruk 2

Kesadaran Kompos mentis 4

Apatis 3

Confused 2

Stupor 1

Tingkat aktivitas Ambulatori 4

Berjalan dengan bantuan 3

Hanya bisa duduk 2

Hanya bisa tiduran 1

Mobilitas Bergerak bebas 4

Sedikit terbatas 3

Sangat terbatas 2

Inkontinensia Tidak ada 4

Kadang-kadang 3

Sering inkontinesia urin 2

Inkontinensia urin dan alvi 1

Total skor 20

Interpretasi:

16-20 : Tidak ada risiko terjadi dekubitus

12-15 rentan terjadi dekubitus

<12 risiko tinggi terjadi dekubitus

Page 26: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

8. Assesment Nutrisi

NUTRISI SUBYEKTIF

Apakah 1-2 bulan terakhir ada perubahan berat badan : ya

Apakah ada perubahan nafsu makan : Tidak

Apakah ada perubahan pengecapan lidah : Tidak

Apakah ada masalah mengunyah dan menelan : Tidak

Apakah ada masalah dengan gigi : Ada

Apakah ada gangguan pencernaan

Mencret : Tidak

Sembelit : Tidak

Mual : Tidak

Muntah : Tidak

Apakah hidup sendiri di rumah : Tidak

Siapa yang menyediakan makanan : Keponakan

Apakah bisa melakukan kegiatan berikut

Belanja ke pasar/warung : Bisa

Menyiapkan, memotong bahan makanan : Bisa

Masak makanan padat : nasi, lauk pauk,sayur : Tidak

Masak makanan cair: bubur, juice, minuman : Tidak

Menyendok, menuangkan makanan dan minuman ke piring gelas : Ya

Makan dan minum sendiri : Ya

Mencuci alat makan dan alat masak : Ya

Apakah pernah makan di luar rumah : Tidak

Berapa kali (-)

Apakah ada makanan tambahan seperti vitamin dan lainnya : Tidak

Apakah sedang dalam program diet khusus : Tidak

Apakah pernah konsultasi gizi : Tidak

Konsumsi minuman keras (Alkohol) setiap hari : Tidak

Berapa batang anda merokok setiap hari : Tidak

Berapa konsumsi minum kopi setiap hari : Tidak

POLA MAKAN

Kebiasaan makan pagi : Ya

Kebiasaan makan siang : Ya

Kebiasaan makan sore : Ya

Page 27: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Kebiasaan selingan/ngemil (Buah dan roti) : Ya

Waktu makan dengan keluarga : Tidak

Alergi makanan : Tidak

Pantangan makanan : Tidak

BAHAN MAKANAN YANG BIASA DIKONSUMSI

Makanan pokok : Nasi

Lauk hewani : Ikan laut, telur, ayam

Lauk nabati : Tempe dan tahu

Sayuran : Tauge, buncis, bayam, sawi, kol

Buah-buahan : pisang, apel

Minuman : Air putih, susu

Hidangan Sehari (Recall 24 Jam)

Banyak Banyak

Makan pagi g URT Selingan pagi g URT

Nasi 100 ¾ gelas Pisang 50 1 biji

sedang

Soto Ayam 1

mangkok

Banyak Banyak

Makan siang g URT Selingan

siang

g URT

Nasi putih 100 ¾ gelas Pisang 50 1 biji

sedang

Sayur daun

talas

50 ½ ikat

Ayam bumbu

bali

40 1 potong

sedang

Banyak Banyak

Makan malam g URT Selingan

malam

g URT

Nasi putih 100 ¾ gelas Pisang 50 1 potong

Page 28: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

sedang

Daging ayam 40 1 potong

sedang

Sayur hijau 100 ½ ikat

Kal Prot

(g)

Lemak

(g)

Karb

(g)

Ca

(mg)

Fe

(mg

)

Vit.A Vit

.B

Vit.C

Rata-rata

sehari

1085 50 50,9 200 53,3 20 139,9 - 102,2

Kebutuhan 1134 98 43 293

9. Asesmen Lingkungan

1) Apakah tersedia kamar khusus untuk penderita? : Ya

2) Kamar tidur dipakai bersama dengan istri : Ya

3) Kamar mandi dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya

4) WC dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya

5) Dapur dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya

6) Kamar duduk dipakai bersama dengan anggota keluarga : Ya

7) Berapakah jumlah ruang yang ada di rumah penderita : 4 buah

8) Apakah penderita harus naik/turun tangga bila masuk/keluar rumah: tidak

9) Apakah lingkungan sekitar rumah cukup nyaman : Cukup

10) Bagaimana kebersihan rumah tersebut : Cukup

11) Apakah rumah cukup berventilasi : Cukup

12) Apakah terdapat tanda-tanda kurang urus : Tidak

13) Makanan basi di almari makan/lemari es : Tidak

14) Alat makan yang tidak dicuci : Tidak

15) Tumpukan pakaian kotor : Tidak

16) Sampah berserakan : Tidak

Keamanan

17) Apakah penderita dapat:

i. Membuka/mengunci pintu : Ya

Page 29: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

ii. Mencapai sakelar lampu : Ya

iii. Mencari pertolongan bila perlu (telepon, tetangga dekat) : Ya

iv. Berjalan dalam rumah dengan aman

(WC, kamar mandi, meja makan, ruang tamu, dll) : Ya

18) Apakah terdapat bahaya yang jelas/nyata:

a. Fitting lampu yang bertumpuk-tumpuk : Tidak

b. Kabel-kabel listrik yang telanjang : Tidak

c. Penyinaran yang tidak terang (siang/malam) : Tidak

d. Perabotan/mebel yang berserakan dan tidak aman : Tidak

e. Perabotan yang mudah patah, ringkih, terguling : Tidak

f. Karpet/keset atau lantai yang tidak rata : Tidak

Bahaya/penyebab jatuh

19) Dari lingkungan rumah, pastikan bahwa hal berikut ini terpasang baik

a. Lantai dan karpet dalam keadaan baik dan tidak menonjol disana-sini yang

mungkin menyebabkan terpeleset/jatuh : Ya

b. Pencahayaan cukup terang dan tidak silau : Ya

c. Penempatan lampu cukup baik, terutama di dekat tangga/tempat lalu antara tempat

tidur dan kamar mandi : Ya

d. Sakelar lampu di tempat berisiko rendah kalau perlu dari jenis yang bisa

berpendar : Ya

e. Telepon ditempatkan sedemikian sehingga tidak perlu harus bergegas untuk

menjawab panggilan : Ya

f. Kabel-kabel listrik tidak terletak di lantai : Ya

g. Bila perlu harus diperpendek dan dipakukan ke dinding : Ya

h. Tidak terdapat barang berserakan di jalan tempat lampu : Ya

20) Kamar mandi:

a. Terdapat ril pegangan di daerah toilet dan bak mandi dan mudah dicapai bila

diperlukan : Tidak

b. Permukaan lantai pancuran atau bak rendam tidak licin : Ya

c. Bila mempergunakan pelapis bak rendam harus dari kualitas baik : Tidak

Page 30: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

d. Belakang keset harus berlapis karet yang tidak licin : Tidak

e. Drainase air harus baik hingga mencegah lantai licin setelah dipakai mandi

: Ya

21) Kamar tidur:

a. Keset tidak merupakan hambatan yang memungkinkan terpeleset atau tergelincir,

terutama yang di jalan lalu ke kamar mandi : Ya

b. Terdapat meja di samping tempat tidur untuk meletakkan kacamata atau barang

lain, sehingga tidak diletakkan di lantai di samping tempat tidur : Ya

22) Dapur:

a. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin : Ya

b. Tumpahan-tumpahan cepat dibersihkan untuk mencegah terpeleset : Ya

c. Bahan untuk membersihkan dan memasak diletakkan di tempat yang terlalu tinggi

atau terlalu pendek : Ya

d. Disediakan kursi tinggi untuk keperluan mencuci piring : Tidak

e. Tersedia tempat pijakan yang stabil untuk mencapai barang yang letaknya agak

tinggi : Tidak

23) Kamar duduk:

a. Keset-keset tidak terletak di atas karpet atau terserak disana-sini : Tidak

b. Mebel/perabotan diletakkan sedemikian sehingga jalan lalu cukup besar : Ya

c. Tinggi kursi dan sofa cukup sehingga mudah bagi lansia untuk duduk atau bangkit

darinya. : Ya

24) Di luar rumah:

a. Pintu masuk depan dan belakang dalam keadaan baik : Ya

b. Pada musim hujan tersedia pasir untuk mencegah lantai licin : Tidak

c. Jalan lalu harus bebas dari lumpur atau air di musim hujan, sehingga

mencegah terpeleset/jatuh : Ya

Page 31: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

3.4 Pemeriksaan Fisik (1 April 2017)

1. Kondisi Umum : Baik

2. Kesadaran : Compos Mentis

3.Tekanan Darah : 140/90 mmHg

4. Nadi : 88 kali/menit,reguler, isi cukup

5. Respirasi : 22 kali/menit, teratur

6. Suhu aksila : 36.4ºC

a. Antropometri

Berat badan : 55 kg

Tinggi badan : 155 cm

BMI : 22,8 kg/m2

Tinggi lutut : 50/50cm

Lingkar lengan atas : 22 cm (kanan dan kiri)

Kesimpulan : Gizi baik

b.Kulit

Kekeringan : Tidak ada

Bercak kemerahan : Tidak ada

Lesi kulit lain : Tidak ada

Curiga keganasan : Tidak ada

Dekubitus : Tidak ada

c. Pendengaran

Dengar suara nomal : Normal

Pakai alat bantu dengar : Tidak ada

d. Penglihatan

Membaca huruf koran dengan kacamata : Tidak ada

Jarak penglihatan : Memendek

Jarak baca : Memendek

Katarak : Ada kanan, kiri

Temuan funduskopi : Tidak dievaluasi

Anemis : Tidak ada

Ikterus : Tidak ada

Refleks pupil : +/+ Isokor

Edema palpebra : Tidak ada

e. Mulut

Page 32: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Hygiene mulut : Kurang

Gigi palsu : Tidak ada

Gigi palsu terpasang baik : Tidak ada

Lesi di bawah gigi palsu : Tidak ada

Kelainan yang lain : Tidak ada

f. Leher

Derajat gerak : Normal

Kelenjar tiroid : Normal

Bekas luka pada tiroid : Tidak ada

Massa lain : Tidak ada

Kelenjar limfa membesar : Tidak ada

JVP : PR + 0 cmH2O

g. Thorax

Massa teraba : Tidak ada

Kelainan lain : Tidak ada

h. Paru

Inspeksi : Simetris, barel chest (+)

Palpasi : Vokal fremitus N/menurun

Perkusi : Sonor / Sonor

Auskultasi suara dasar : Vesikuler +/+

+/+

+/+

Auskultasi suara tambahan : Rhonki -/+, Wheezing -/-

+/+ -/-

+/+ -/-

i. Jantung dan pembuluh darah

Irama : Reguler

Inspeksi : Iktus kordis tak tampak

Palpasi : Iktus kordis tidak teraba

Perkusi : batas atas: ICS II,

batas kiri: 3 cm lateral MCL S

batas kanan : 1 cm lateral PSL D

Bising : Tidak ada

Gallop : Tidak ada

Bising A. Karotis : Tidak ada

Page 33: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Bising A. Femoralis : Tidak ada

Denyut A. Dorsalis pedis : Tidak teraba

Edema pedis : Tidak ada

Edema tibia : Tidak ada

Edema sacrum : Tidak ada

j. Abdomen

Bising : Normal

Hati membesar : Tidak ada

Massa perut : Tidak ada

Limpa membesar : Tidak ada

k. Otot dan kerangka

Deformitas : Tidak Ada

Gerak terbatas : Ada

Nyeri : Tidak Ada

Benjol/ radang : Tidak Ada

l. Saraf

Penghidu : Kesan normal

Ketajaman penglihatan : Berkurang

Lapangan penglihatan : Kesan normal

Fundus : Kesan normal

Pupil : Kesan normal

Ptosis : Kesan normal

Nistagmus : Tidak ada

Gerakan bola mata : Kesan normal

Sensasi kulit occuli : Kesan normal

Sensasi kulit mandibularis : Kesan normal

Sensasi kulit maksilaris : Kesan normal

Otot mengunyah : Kesan normal

Refleks kornea : Normal

Jerk jaw : Normal

Saraf muka simetris : Normal

Kekuatan otot wajah : Normal

Pendengaran : Normal

Uvula : Normal

Page 34: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Refleks trapesius : Kesan normal

Otot trapesius : Normal

Sternokleidomastoideus : Normal

Lidah : Normal

m. Motorik

Anggota tubuh atas Kekuatan Tonus Refleks

Bahu (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)

Siku (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)

Pergelangan tangan (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)

Anggota tubuh bawah

Paha (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)

Lutut (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)

Pergelangan kaki (5)/(5) (N)/(N) (+)/(+)

n. Sensorik

Anggota tubuh atas Anggota tubuh bawah

Tajam (Nyeri) kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)

Raba kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)

Getar kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)

Suhu kanan (+) kiri (+) kanan (+) kiri (+)

o.Koordinasi

Jari ke hidung : Normal

Tumit ke lutut : Normal

3.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

4.1 Darah Lengkap (19-02-2017)

TES NORMAL HASIL

WBC 4.10 – 11.00 17.61

%NE 47.00 – 80.00 65.21

%LY 13.00 – 40.00 19.91

%MO 2.00 – 11.00 12.38

%EO 0.00 – 5.00 1.38

%BA 0.00 – 2.00 1.12

#NE 2.50 – 7.50 5.38

#LY 1.00 – 4.00 1.64

Page 35: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

#MO 0.10 – 1.20 1.02

#EO 0.00 – 0.50 0.11

#BA 0.00 – 0.10 0.09

RBC 4.50 – 5.90 4.47

HGB 13.50 – 17.50 12.25

HCT 41.00 – 53.00 41.00

MCV 80.00 – 100.00 86.74

MCH 26.00 – 34.00 27.32

MCHC 31.00 – 36.00 31.5

RDW 11.60 – 14.80 11.47

PLT 140.00– 440.00 154.7

Kimia Klinik (01/02/2017)

PARAMETER NILAI RUJUKAN HASIL

(03/02/2017)

AST/SGOT 11.00 – 23.00 24,8

ALT/SGPT 11.00 – 50.00 21,38

BUN 8.00 – 23.00 15

Kreatinin 0.70 – 1.20 0.74

Analisis Gas Darah (03/02/2017)

PARAMETER NILAI RUJUKAN HASIL

pH 7.35 – 7.45 7.40

pCO2 35.00 – 45.00 33.60

pO2 80.00 – 100.00 67.40

BEecf -2 – 2 -4.5

HCO3- 22.00 – 26.00 20.30

SO2c 95% - 100% 93.6

TCO2 24.00 – 30.00 21.30

Natrium (Na) 136 – 145 139

Kalium (K) 3.50 – 5.10 3.60

Klorida (Cl) 96 – 108 107

Foto Thorax AP (19/02/17)

Page 36: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Cor : tampak membesar,

tampak kalsifikasi pada aortic knob

Pulmo : tampak infiltrat pada parahiler kiri dan parakardial kanan dengan air

bronchogram (+)

Sinus pleura kanan dan kiri tajam

Diaphragma kanan kiri normal

Tulang-tulang : tidak tampak kelainan

Kesan:

Cardiomegali, sesuai dengan gambaran Pneumonia

EKG (19/02/2017)

EGK

(19/02/17)

Irama : Sinus

Axis : normal

Page 37: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Gelombang P : 0,12 dtk

PR interval : 0,12

QRS lebar : 0,12

SV2 + RV5 < 35

Segmen ST : normal

Gel T : normal

Kesan: EKG normal

3.6 ASSESSMENT

Diagnosis : PPOK eksaserbasi akut ec Communitiy Aquired Pneumonia PSI

Class III

Impairment : Tidak ada

Disability : Mandiri

Handicap : Tidak ada

3.7 TERAPI

IVFD NaCl 0,9% 20tpm

O2 nasal kanul 2lpm

Paracetamol 500 mg tiap 8 jam peroral

Cefoperazone 1g tiap 12 jam IV

Azitromycin 1 x 500mg peroral

N- acetylsistein 200 mg tiap 8 jam peroral

Nebul combivent

Captopril 2 x 25 mg peroral

3.8 PLANNING

PLANNING DIAGNOSIS

Spirometri, Gram Sputum, kultur, coloni count, sensitivitas

MONITORING

1. Vital sign

2. Keluhan

Page 38: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

KIE

1. KIE tentang penyakit pasien (PPOK) dan komplikasi yang mungkin

ditimbulkan.

2. KIE tentang pengobatan yang diberikan, manfaat, dan efek sampingnya.

3. Cara mencegah perburukan penyakit

4. Menghindari pencetus seperti berhenti merokok, jika keluar rumah atau di

tempat dengan polusi udara seperti dijalan raya menggunakan masker.

5. Penyesuaian aktivitas yaitu jangan beraktivitas yang terlalu berat

Page 39: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

BAB IV

PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN

4.1 Alur Kunjungan

Kunjungan dilakukan pada hari Sabtu tanggal 01 April pukul 09.00 WITA ke

tempat tinggal pasien yang berada di Gang Sandat, No. 3, Banjar Werdhi Kosala

Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Pasien beserta keluarganya

menyambut kedatangan penulis dengan ramah dan baik. Kunjungan dilakukan ke rumah

pasien dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah dan mengamati kondisi pasien

dengan secara langsung ke lapangan, menemukan permasalahan yang ada, serta mencari

penyelesaiannya. Saat itu, keluhan pasien sudah lebih membaik dibandingkan dengan saat

di rumah sakit. Adapun intervensi yang dilakukan dirumah pasien adalah:

a. Edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pasien beserta

keluarganya tentang PPOK

b. Menyadarkan pasien beserta keluarganya akan pentingnya menjaga

kesehatan dengan memenuhi kebutuhan nutrisi, menghindari paparan asap

rokok ataupun asap lain serta beraktivitas dengan baik.

4.2 Daftar Masalah

Adapun permasalahan yang masih menjadi kendala pasien dalam hal menghadapi

penyakitnya antara lain:

1. Pasien dan keluarga masih kurang memahami penyakit yang diderita oleh pasien,

meliputi faktor risiko dan gejala-gejalanya

2. Kesulitan dalam pengaturan makanan sehari – hari, baik itu jumlah, jenis maupun

cara pengolahannya

3. Keadaan rumah pasien cukup baik namun sedikit pengap karena ventilasi udara

kurang begitu baik, serta keluarga pasien yang masih mengunakan kompor tungku

untuk memasak air dan makanannya.

Page 40: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

4.3 Analisis Kebutuhan

4.3.1 Kebutuhan Fisik-Biomedis

a. Kecukupan Gizi

Nutrisi Harian Pasien

Menurut pengakuan pasien, pasien makan dalam jumlah yang normal, yaitu tiga

kali dalam sehari. Pasien mengatakan jarang makan makanan dengan bahan-bahan

tambahan seperti pemanis, perasa, pewarna dan pengawet buatan. Jenis makanan

dikatakan relatif sama setiap harinya. Pasien mengatakan bahwa dirinya sering

mengonsumsi sayur-sayuran. Adapun gambaran umum menu untuk masing-masing

jadwal makan adalah sebagai berikut:

Makan pagi : nasi, sayur singkong, air mineral

Makan siang : nasi, telur ayam, sayur singkong, air mineral

Makan malam: nasi, sayur singkong, air mineral

Pasien memerlukan lebih banyak kalori dari makanan yang dikonsumsinya, tetapi

mengurangi asupan makanan yang banyak mengandung kolesterol, lemak jenuh dan

garam.

Perhitungan Kebutuhan Kalori pada Pasien

Berat badan ideal = (TBcm-100) – (15%x(TBcm-100)) = (155-100) – (15%x(155-

100)) = 55 – (15%x55) = 46,75 kg

Jumlah kebutuhan kalori per hari:

o Kebutuhan kalori basal = BB ideal x 25 (Wanita) = 46,75 x 25 = 1170 kkal

o Kebutuhan aktivitas (ringan) = +10% = +117 kkal

Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita 1170 + 117= 1200 kkal

o Distribusi makanan

Jumlah kalori per hari pasien ini dibagi dalam 3 porsi makan utama dan 2 porsi

makanan selingan yaitu:

Makan pagi: 20% x 1200 kkal = 240 kkal

Makan siang: 30% x 1200 kkal = 360 kkal

Makan malam: 25% x 1200 kkal = 300 kkal

Asupan di sela makan pagi dan siang = 15% x 1200 = 180 kkal

Asupan di sela makan siang dan malam = 10% x 1200 = 120 kkal

Distribusi makanan berdasarkan komponen makanan adalah:

Waktu makan Total Karbohidrat Lemak Protein

Page 41: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

(kkal) (50% x kalori) (20% x kalori) (30% x kalori)

Makan pagi 240 120 48 72

Makan siang 360 180 72 108

Makan malam 300 150 60 90

Selingan 1 180

Selingan 2 120

o Pemilihan jenis makanan

Bahan Makanan yang Dianjurkan

- Sumber Karbohidrat: nasi, bihun, mie, makaroni, roti, kwethiau, kentang, tepung-

tepungan.

- Sumber Protein Hewani: telur, susu, daging, ikan, ayam. Bahan makanan pengganti

protein hewani hasil olahan kacang kedele yaitu tempe, tahu, susu kacang kedele,

dapat dipakai sebagai pengganti protein hewani untuk pasien yang menyukai

sebagai variasi menu.

- Sumber Lemak: minyak kelapa, minyak jagung, minyak kedele, margarin, mentega.

- Sumber Vitamin dan mineral: semua jenis sayur dan buah.

Melalui penghitungan diatas, maka dicoba untuk memberikan suatu pola jadwal yang

mencakup pilihan jenis makanan dan jumlah makanan yang menjadi pilihan untuk

dikonsumsi oleh pasien dalam seharinya. Dimana perhitungan diatas telah disesuaikan

dengna kondisi penyakit pasien. Pasien membutuhkan diet yang rendah akan karbohidrat

untuk mencegah timbulnya gejala eksaserbasi akut.

Berdasarkan data dari poliklinik gizi RSUP Sanglah, maka penulis mencoba

menyusun pola makanan yang sudah diubah ke dalam bentuk ukuran yang dapat

dimengerti oleh pasien dan keluarga pasien. Pemilihan jenis makanan pun disesuaikan

dengan makanan yang tersedia dan terjangkau bagi pasien.

Waktu

Makan Karbohidrat Protein Lemak

Makan Pagi Roti putih tawar:

2 iris

Nasi putih:

1/2 gelas

Protein hewani

Ayam tanpa kulit:

3/4 potong sedang

Teri kering:

Telur ayam:

3/4 butir

Telur bebek asin:

3/4 butir

Page 42: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Singkong:

1 potong

3/4 sdm

Putih telur ayam:

1,5 butir

Protein Nabati

Kacang hijau:

1¼ sdm

Kacang tanah:

1¼ sdm

Tahu:

1/4 potong besar

Tempe:

1¼ potong sedang

Hati ayam:

3/4 buah sedang

Daging ayam

dengan kulit:

1/4 potong sedang

Selingan 1 Roti putih tawar: 1/2 iris + Pepaya 1 potong

Makan siang Nasi putih:

3/4 gelas

Roti tawar:

2¼ iris

Singkong:

1¾ potong

Protein hewani

Ayam tanpa kulit:

1½ potong sedang

Teri kering:

1½ sdm

Putih telur ayam:

3,5 butir

Protein Nabati

Kacang hijau:

2¼ sdm

Kacang tanah:

2¼ sdm

Tahu:

1¼ potong besar

Tempe:

2,5 potong sedang

Telur ayam:

1,5 butir

Telur bebek asin:

1,5 butir

Hati ayam:

1,5 buah sedang

Daging ayam

dengan kulit:

0,5 potong sedang

Selingan 2 Roti putih tawar: 1/4 iris + Pisang: 1 buah

Makan

Malam

Nasi putih:

3/4 gelas

Roti tawar:

1¾ iris

Pepaya:

1 Potong

Protein hewani

Ayam tanpa kulit:

1¼ potong sedang

Teri kering:

1¼ sdm

Putih telur ayam:

2¾ butir

Telur ayam:

1 butir

Telur bebek asin:

1 butir

Hati ayam:

1 buah sedang

Daging ayam

Page 43: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Protein Nabati

Kacang hijau:

1,5 sdm

Kacang tanah:

1,5 sdm

Tahu:

3/4 potong besar

Tempe:

1,5 potong sedang

dengan kulit:

1/2 potong sedang

Bahan Makanan yang Dihindari

- Makanan dengan bahan-bahan aditif seperti penyedap buatan, perasa buatan, pengawet,

dan pewarna buatan yang berbahaya bagi kesehatan dan memicu timbulnya kanker bila

dikonsumsi berlebihan

- Makanan dengan kadar lemak tinggi karena berpotensi tinggi memicu timbulnya

penyakit kardiovaskular

- Makanan yang mengandung garam karena dapat meningkatkan tekanan darah pasien.

- Hindari minum kopi karena dapat meningkatkan tekanan darah pasien

- Menghindari/menghentikan rokok.

b. Kegiatan fisik

Pasien adalah seorang pensiunan petani dan peternak. Pasien biasa menghabiskan

sebagian besar waktunya di rumah, dan sesekali pasien keluar dari rumah untuk mecari

kayu bakar dan rumput-rumputan untuk memberi makan sapi yang saat ini masih pasien

pelihara. Saat ini, pasien disarankan untuk mengurangi melakukan kegiatan berat untuk

menghindari kelelahan dan patah tulang patologis. Selain itu, pasien diminta untuk

menghindari paparan asap atau polusi udara untuk mencegah relapsnya batuk pasien.

Pasien juga disarankan untuk selalu membuat ruangan hangat, udara ruangan kering

dengan ventilasi yang cukup.

c. Akses Pelayanan Kesehatan

Apabila ada keluhan kesehatan, pasien biasanya datang ke praktek dokter umum

dan puskesmas yang terletak disekitar rumahnya yang berjarak sekitar 1 km dari rumah

pasien. Apabila dirasa keluhannya berat, pasien dibawa ke RSU Udayana yang dapat

ditempuh dalam waktu ± 30 menit. Selama memeriksakan diri ke pusat pelayanan

kesehatan, pasien selalu diantar dan ditemani oleh anak atau menantunya, terkadang cucu

pasien juga ikut.

Page 44: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Saat ini pasien terdiagnosis menderita PPOK. Penyakit ini merupkan

penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan namun hanya bisa dikontrol

eksaserbasinya.

d. Lingkungan

Pasien tinggal disebuah rumah bersama anak, menantu, dan cucunya.

Dalam satu rumah tersebut terdapat 2 buah bangunan utama. Di bangunan 1

terdapat 4 kamar tidur, 2 kamar tidur masing-masing berukuran 2 x 3 m2, 1 kamar

tidur lainnya berukuran 2,5 x 4 m2, serta 1 kamar tidur lainnya berukuran 3 x 4

m2. Kamar berukuran 2,5 x 4 m

2 memiliki 2 pintu masuk, sedangkan sisanya

memiliki 1 pintu masuk dan disertai jendela pada setiap kamarnya. Sedangkan

bangunan 2 difungsikan sebagai dapur yang terbuka dan sebuah gudang yang

tertutup ketat. Sedangkan untuk kamar kecil atau toilet terlepas dari kedua

bangunan tersebut. Lantai kamar terbuat dari keramik, tembok terbuat dari bata

dan dilapisi cat, dan atap berbahan genteng. Kamar pasien terkesan tidak rapi dan

terdapat banyak barang di dalam kamar pasien, berupa buku-buku milik cucu

pasien, serta pakaian yang berserakan dan tempat tidur yang terlihat tidak

dirapikan setelah dipakai, selain itu pada kamar pasien ventilasi terlihat kurang,

dimana hanya kedua pintu yang dibiarkan terbuka, sedangkan untuk jendela

dibiarkan tertutup dengan korden yang tidak dibuka. Dapur pasien berisikan

kompor tungku dan lantainya masih berlapis semen, dimana masih terdapat

barang-barang berserakan pada dapur pasien. Dapur terkesan kurang bersih dan

kurang rapi. Rumah memiliki halaman yang cukup luas namun tidak tertata

dengan rapi. Lingkungan rumah pasien kurang ramah untuk pasien yang lanjut

usia, dimana masih banyak barang-barang tidak terpakai yang tertumpuk

dibeberapa tempat, tanpa dirapikan.

Di lingkungan rumah pasien ditemukan suatu aktivitas yang menghasilkan

asap banyak, dimana terdapat kompor tungku yang cara pengunaanya dengan

melakukan pembakaran kayu bakar. Pasien dulunya adalah perokok, namun telah

berhenti semenjak mulai muncul keluhan sakit pasiend dan berobat.

4.3.2 Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial

a. Lingkungan Biologis

Page 45: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

Dalam lingkungan biologis/keluarga pasien tidak ada yang mengeluhkan

hal serupa seperti yang dialami pasien. Kondisi imun pasien menjadi sangat

penting dalam timbulnya kekambuhan penyakit pasien. Lingkungan yang kurang

mendukung serta kecukupan gizi yang kurang diduga menjadi faktor penting

untuk kambuhnya penyakit pasien.

Kondisi rumah pasien dimana ventilasinya kurang memadai tidak mendukung

untuk perbaikan kondisi kesehatan pasien. Selain itu, rendahnya aliran udara di dalam

rumah pasien akibat minimnya ventilasi meningkatkan risiko penyebaran penyakit

menular yang bersifat airborne di kalangan anggota keluarga menjadi lebih mudah.

Selain itu, pengunaan kompor tungku yang menghasilkan begitu banyak asap juga dapat

memperparah kondisi pasien dan menyulitkan proses penyembuhan pasien.

b. Faktor Psikologis dan Sosial

Pasien sudah tidak memiliki tanggung jawab menghidupi keluarganya untuk

mencari nafkah. Pasien sudah tidak bekerja dan hanya diam dirumah saja bersama anak,

menantu, maupun cucunya, walaupun sesekali pasien pergi tanpa pamit untuk mencari

kayu bakar dan rumput. Sebagian besar biaya untuk kebutuhan sehari-hari pasien

ditopang dan dicukupkan oleh anaknya. Pasien mengaku dari pendapatan anaknya, pasien

sudah dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Anggota keluarga pasien, terutama yang ikut tinggal serumah dengan pasien,

cukup memahami kondisi pasien saat ini, serta cukup mendukung kesembuhan pasien.

Secara umum anak pasien dan keluarganya memahami gambaran besar penyakit pasien

saat ini, serta ikut menjaga supaya penyakit pasien tidak kambuh kembali. Sebagai

contoh, anak pasien memilih untuk tidak merokok di dalam rumah atau dekat pasien

berada untuk menghindari kambuhnya penyakit pasien akibat asap rokok. Keluarga juga

meminta agar pasien tidak sering memasak didapur lagi, jika memang benar-benar ingin

memasak, keluarga telah menghimbau agar pasien menguankan masker, agar tidak

terpapar oleh asap hasil pembakaran tungku. Keluarga pasien juga mulai meminta serta

lebih perduli untuk mengawasi, agar pasien lebih banyak beristirahat di sekitar rumah dan

tidak pergi jauh untuk mencari kayu bakar dan rumput.

Dalam keadaan sakit ini, pasien sangat membutuhkan pengertian dan dukungan

dari keluarganya dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan menjalani pengobatannya.

Termasuk untuk kepatuhan pasien dalam minum obat setiap harinya dan pengaturan

dietnya.

Keluarga juga sangat memperhatikan perkembangan kondisi pasien dan

mendukung pasien dalam menjalani pengobatannya, hal tersebut terlihat dari menantu

Page 46: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

pasien yang selalu menyiapkan makanan untuk pasien, sehingga pasien tidak perlu

memasak dengan tungku api. Makanan pun disesuaikan dengan kondisi pasien. Menantu

pasien biasa membuatkan makanan rendah garam untuk pasien.

Menantu pasien juga mulai menemani pasien ketika dirumah, selain itu, cucu

pasien juga muali sering untuk menemani pasien untuk berbincang-bincang dan

menemani pasien, ketika sepulang sekolah. Keluarga pasien juga selalu menemani setiap

kali berobat. Keluarga pasien juga yang mengurus keperluan BPJS. Selain itu, tetangga

pasien juga sering berkunjung ke rumah pasien walaupun hanya untuk sekedar

berbincang-bincang.

4.4 Pemecahan Masalah

Dari beberapa permasalahan yang telah kami jabarkan sebelumnya, kami

mengusulkan penyelesaian masalah sebagai berikut:

1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakitnya

Pasien dijelaskan bahwa PPOK merupakan penyakit kronis pada paru dan dapat

terjadi kekambuh. Menjelaskan pada pasien risiko pemicu kambuhnya PPOK pada pasien

ini adalah kebiasaan merokok, paparan terhadap debu dan asap, sirkulasi udara dalam

rumah yang kurang baik. KIE yang diberikan terkait ventilasi udara di rumah pasien perlu

dimaksimalkan penggunaannya, agar udara bersih dapat masuk dengan lebih efektif yaitu:

- Ventilasi yang tidak efektif tidak hanya menimbulkan rasa tidak nyaman bagi

anggota keluarga, namun juga meningkatkan risiko kambuhnya penyakit

- Jendela-jendela kamar perlu lebih sering dibuka terutama pada pagi hari agar

sirkulasi udara berjalan dengan baik

- Bersamaan dengan itu perlu diperhatikan pula kebersihan ventilasi udara

(bebas dari kotoran pada kain kasa, sarang laba-laba, dll)

- Kebiasaan pasien untuk memasak mengunakan tungku api perlu untuk

dikurangi untuk sementara waktu, apa bila hal tersebut tidak memungkinkan,

diharapkan keluarga lebih memperhatikan pasien, sehingga ketika hendak

memasak, sekurang-kurangnya pasien diberikan masker untuk mencegah

terhirupnya asap tungku oleh pasien.

Memberikan informasi risiko perburukan yang kemungkinan terjadi pada pasien.

Menyarankan pasien untuk segera berkonsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat apabila

ada keluhan kesehatan yang muncul, sehingga komplikasi lain yang mungkin terjadi

dapat dicegah. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa untuk dapat

Page 47: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

mengendalikan penyakitnya, perlu kombinasi antara terapi gizi, medis, drainase postural,

dan intervensi farmakologis. Pasien sebaiknya menjaga kondisi tubuh agar tetap bugar

dan jangan membiarkan diri bekerja sampai badan terlalu lelah.

2. Dukungan keluarga

Pasien disarankan untuk berkomunikasi secara rutin dengan keluarganya

mengenai kehidupan sehari-hari dan terutama perkembangan penyakitnya, dengan

demikian pasien mendapatkan dukungan emosional dari keluarga. Bila kondisi

pasien sudah membaik, sesekali keluarga juga dapat mengajak pasien keluar jalan-

jalan keluar untuk refreshing ataupun sembahyang bersama. Selain itu, diharapkan

keluarga juga lebih memperhatikan pasien, sehingga ia tidak merasa sendiri dan

tidak diinginkan oleh keluarga. Diharapkan dengan perhatian yang ada pasien

tidak sering keluar rumah sendiri untuk bekerja berat selama masa pemulihan

kondisinya.

3. Diet

Menjelaskan pada pasien bahwa pengaturan pola hidup juga berperan

penting dalam pengobatan yang pasien jalani. Dimana didalamnya termasuk juga

pola diet pasien. Dalam hal ini keluarga memiliki peran penting untuk

menyediakan makanan bergizi dengan jumlah, jenis dan cara pengolahan yang

sesuai untuk pasien.

Keluarga juga perlu menyesuaikan pengolahan makanan yang diberikan

untuk pasien. Contohnya untuk konsumsi protein seperti daging, bila pasien susah

mengkonsumsinya, maka dapat diolah menjadi betuk yang lebih lembut, seperti

dicincang atau disuir kecil-kecil. Bisa juga diganti dengan telur, ikan, ataupun

protein nabati seperti tahu dan tempe yang dapat lebih mudah dikonsumsi oleh

pasien yang telah lanjut usianya.

Diet yang sesuai yang teratur, berimbang dan beragam ini bertujuan untuk

mempertahankan kondisi optimal dari pasien sehingga tidak muncul infeksi atau

komplikasi dari penyakitnya.

Page 48: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

BAB V

PENUTUP

Berdasarkan hasil kunjungan lapangan, didapatkan hasil sebagai berikut:

Pasien perempuan, NWS, berumur 67 tahun, bertempat tinggal di Gang Sandat, No. 3,

Banjar Werdhi Kosala Ungasan, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. Pasien

terdiagnosa dengan PPOK Eksaserbasi Akut ec. Susp. Penumonia. Pasien dulunya

merupakan seorang petani dan peternak sapi, namun saat ini pasien sudah tidak lagi

bekerja. Pasien tinggal bersama dengan dua orang anak laki-lakinya, satu orang menantu,

dan 4 orang cucu.

Permasalahan yang masih menjadi kendala pasien antara lain, pasien masih

kurang perduli akan kesehatannya, pasien juga masih kurang paham akan penyakit yang

sedang ia alami, pengaturan jenis makanan dan cara pengolahannya sehari-hari, serta

lingkungan dari rumah pasien yang juga kurang mendukung bagi kondisi pasien.

Berdasarkan dari analisis yang dilakukan terhadap kondisi pasien saat ini, penulis

mengusulkan beberapa penyelesaian terhadap masalah pasien, yakni berupa edukasi

pasien serta keluarganya, mengenai penyakit pasien. Selain itu juga diberikannya edukasi

pada pasien tentang kontrol yang harus dilakukan terhadap kondisi kesehatan pasien,

serta dukungan kelurga yang diperlukan untuk kesehatan pasien. Diberikan juga edukasi

mengenai pola makan yang teratur dan juga cara pengelolahan makan yang sesuai untuk

pasien, serta cara untuk menyikapi lingkungan rumah pasien yang kurang mendukung

kondisi pasien.

Page 49: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

DAFTAR PUSTAKA

1 WHO. Ageing and Life Course. 2015. Available at

http://www.who.int/ageing/en/.

2 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Poket Guide To COP

Diagnosis, Managemeny and Prevetion (A Guide for Health Care Professionals)

2017 Report.

3 NICE.Chronic Obstructibe Pulmonary Disease in Over 16s: Diagnosis and

Management.2010.nice.org.uk/guidance/cg101.

4 Arto Yuwono Soeroto, Hendarsyah Suryadinata. Update Knowledge in

Respirology (Penyakit Paru Obstruktif Kronik). Divisi Respirologi dan Kritis

Respirasi Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS Dr Hasan Sadikin-FK Unpad. Ina

J Chest Crit and Emerg Med. Vol 1, no.2 .2014

5 Fadhil el Naser, Irvan Medison, Erly. Gambaran Derajat Merokok pada penderita

PPOK di Bagian Paru RSUP Dr. M. Djamil.Jurnal Kesehatan Andalas.2016;5(2).

http;//jurnal.fk.unand.ac.id

6 PDPI.Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) (Pedoman Diagnosis dan

Penatalaksanaan di Indonesia).Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.2003

7 Sudoyo AW , Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar

Ilmu Penyakit Dalam 5th

ed. Jakarta Interna Publishing:2010; p 757-767.

8 Mahler DA (2006). "Mechanisms and measurement of dyspnea in chronic

obstructive pulmonary disease". Proceedings of the American Thoracic

Society 3 (3): 234–8.doi:10.1513/pats.200509-103SF. PMID 16636091

9 Buist Sonia, et. All. Global Stategy for the Diagnosis, Management, and

Prevention of COPD. In : NHLBI/WHO Global Initiative for COPD Workshop

Summary : 2006

10 Elizabeth G. Nabel, M.D 2007 NHLBI Morbidity and Mortality Chart Book"

(PDF). Retrieved 2008-06-06

Page 50: PPOK EKSASERBASI AKUT EC COMMUNITY AQUIRED ...erepo.unud.ac.id/id/eprint/12874/1/516f05de9b0c26f1a79ab...penelitian yang dilakukan oleh Fadhil, dkk melaporkan bahwa terdapat hubungan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Denah Rumah Pasien

Gang

Kamar

Toilet

Gudang

Ruang Keluarga

Tempat

Menjemr

Pakaian

Kamar

Kamar

Pura

Kamar

Pasien

Dapur