pp. 3.3 panduan pemberian darah, edit.pdf

10
7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 1/10 RS PKU Muhammadi PE RS P YOG Jl. Wates Telp. 027 ah Yogyakarta unit II PANDUAN BERIAN DARAH OMPONEN DAR KU MUHAMMADIY AKARTA UNIT II KM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakart 4 6499706, Fax. 0274 6499727 i DAN H AH  —55294

Upload: arif-riyanto

Post on 05-Mar-2016

68 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 1/10

RS PKU Muhammadi

PE

RS P

YOGJl. Wates

Telp. 027ah Yogyakarta unit II

PANDUAN

BERIAN DARAH

OMPONEN DAR

KU MUHAMMADIY

AKARTA UNIT IIKM 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakart 

4 6499706, Fax. 0274 6499727i

DAN

H

AH

 —55294

Page 2: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 2/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   i

KEPUTUSANDIREKTUR 

RUMAHSAKIT PKU MUHAMMADIYAHYOGYAKARTA UNIT II

 Nomor : 0426/PS.1.2/IV/2015

Tentang

PANDUAN PEMBERIAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH

DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan kualitas dan

keamanan pelayanan pasien, maka diperlukan adanya

Panduan Pemberian Darah dan Komponen Darah di

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.

 b. Bahwa sesuai butir a diatas perlu menetapkan Keputusan

Direktur Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Unit II tentang Panduan Pemberian Darah dan

Komponen DarahMengingat : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan

2. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang

Rumah Sakit

3. Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 2004 tentang

Praktek Kedokteran

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor  

1165.A/MenKes/SK/X/2004 tentang Komisi Akreditasi

Rumah Sakit.5. Surat Keputusan Badan Pelaksana Harian Rumah Sakit

PKU Muhammadiyah Yogyakarta nomer 015/B-II/BPH-

II/XII/2013 tanggal 12 Desember 2013 M, tentang

Susunan Direksi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

Yogyakarta Unit II.

RS PKUMUHAMMADIYAH YOGYAKARTAUNIT IIJl.Wates Km 5,5 Gamping, Sleman, Yogyakarta – 55294

Telp. (0274) 6499706, IGD (0274) 6499118

Fax. (0274) 6499727,e-mail:[email protected]

Page 3: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 3/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   ii

M EM U T U S K A N

Menetapkan :

PERTAMA KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PKU

MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II

TENTANG PANDUAN PEMBERIAN DARAH DAN

KOMPONEN DARAH RUMAH SAKIT PKUMUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II.

KEDUA :   Panduan Pemberian Darah dan Komponen Darah

dimaksudkan sebagaimana tercantum dalam Panduan di

Keputusan ini.

KETIGA :   Pelaksanaan Panduan Pemberian Darah dan Komponen

Darah dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dankeamanan pelayanan pasien sebagaimana dimaksud dalamDiktum kesatu

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Sleman

Pada Tanggal : 4 April 2015

Direktur,

dr. H. Ahmad Faesol, Sp. Rad. M. Kes.

 NBM: 797.692

Page 4: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 4/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   i

KATA PENGANTAR 

Segala puji hanyalah bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam

yang telah memberikan Ridlo dan Petunjuk – Nya, sehingga Panduan Pemberian

Darah dan Komponen Darah ini dapat selesaikan dan dapat diterbitkan.

Panduan ini dibuat untuk menjadi panduan kerja bagi semua staf dalam

memberikan pelayanan yang terkait pemberian darah dan komponen darah di Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit II. Dalam panduan ini antara lain berisitentang tatalaksana yang harus pahami dan dilaksanakan oleh staf terkait dalam

 pemberian darah dan komponen darah.

Untuk peningkatan mutu pelayanan diperlukan pengembangan kebijakan,

 pedoman, panduan dan prosedur. Untuk tujuan tersebut panduan ini akan kami

evaluasi setidaknya setiap 2 tahun sekali. Masukan, kritik dan saran yang konstruktif 

untuk pengembangan panduan ini sangat kami harapkan dari para pembaca.

Sleman, 1 April 2015

Direktur 

Page 5: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 5/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   ii

DAFTAR ISI

Hal:

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR 

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI

A. DEFINISI

B. TUJUANC. RUANG LINGKUP

D. TATA LAKSANA

ii

iii

1

11

DAFTAR ISI

Halaman:

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR 

KATA PENGANTAR 

DAFTAR ISI

A. DEFINISI

B. RUANG LINGKUP

C. TATA LAKSANA

1. Indikasi pemberian darah dan/atau produk darah

2.   Skrining donor darah

3. Teknik Transfusi Darah

D. DOKUMENTASI.

i

ii

1

1

1

2

3

5

Page 6: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 6/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   1

LAMPIRAN

Keputusan Direktur Nomor : 0426/PS.1.2/IV/2015

Tentang Panduan Pemberian Darah dan Komponen Darah

PANDUAN PEMBERIAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH

A. DEFINISI

Transfusi Darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah dariseseorang (donor) kepada orang lain (resipien).

Transfusi darah merupakan prosedur yang di lakukan pada klien yang

membutuhkan darah dan/atau produk darah dengan cara memasukkan darah

melalui vena dengan menggunakan set transfusi.

B. RUANG LINGKUP

Panduan ini menjelaskan tentang pemberian darah / produk darah.

C. TATA LAKSANA

1. Indikasi pemberian darah dan/atau produk darah

a. Pemberian Transfusi sel Darah Merah

1) Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar 

Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat

ditunda jika pasien asimptomatik dan atau penyakitnya memiliki terapi

spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah dapat diterima.

2) Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl

apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara

klinis dan laboratorium.

3) Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada

indikasi tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas

transport oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik 

 berat dan penyakit jantung iskemik berat).

Page 7: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 7/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   2

4) Transfusi pada neonates dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar 

Hb ≤11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7

g/dL (seperti pada anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit

 jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi

oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.

 b. Pemberian tranfusi trombosit

Transfusi trombosit dapat digunakan untuk Mengatasi perdarahan pada

 pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL, bilaterdapat perdarahan mikrovaskular difus batasnya menjadi <100.000/uL.

Pada kasus DHF dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-

masing.

c. Pemberian Tranfusi Plasma Beku Segar ( Fresh Frozen Plasma = FFP)

Transfusi FFP digunakan untuk:

1) Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan faktor inhibitor 

koagulasi baik yang didapat atau bawaan bila tidak tersedia konsentrat

faktor spesifik atau kombinasi.

2) Netralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan

yang mengancam nyawa.

3) Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah

transfusi masif atau operasi pintasan jantung atau pada pasien dengan

 penyakit hati.

2. Skrining donor darah

Pemeriksaan harus dilakukan secara individual (tiap  individual bag  atau satu

unit plasma) dan tidak boleh dilakukan secara pooled  plasma.

Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standard WHO, dalam hal

ini meliputi pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.

Metode tes dapat menggunakan   Rapid test ,   Automated test   maupun ELISA

hanya bila sensitivitasnya >99%. Transfusi darah merupakan jalur ideal

 bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari donor kepada resipien.

Page 8: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 8/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   3

Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit melalui transfusi darah,

diperlukan serangkaian skrining terhadap faktor-faktor risiko yang

dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan utama

skrining adalah untuk memastikan agar persediaan darah yang ada sedapat

mungkin bebas dari penyebab infeksi dengan cara melacaknya sebelum

darah tersebut ditransfusikan. Saat ini, terdapat tiga jenis utama skrining

yang tersedia untuk melacak penyebab infeksi,yaitu uji   Enzyme Linked 

 Immuno Sorbent Assay   (ELISA/EIA), uji aglutinasi partikel, dan ujicepat khusus ( Rapid Test ).Dalam mempertimbangkan berbagai pengujian,

 perlu disadari data yang berkaitan dengan sensitivitas dan spesifitas masing-

masing pengujian. Sensitivitas adalah suatu kemungkinan adanya hasil

tes yang akan menjadi reaktif pada seorang individu yang terinfeksi, oleh

karena itu sensitivitas pada suatu pengujian adalah kemampuannya untuk 

melacak sampel positif yang selemah mungkin. Spesifisitas adalah suatu

kemungkinan adanya suatu hasil tes yang akan menjadi non-reaktif pada

seorang individu yang tidak terinfeksi, oleh karena itu spesifitas suatu

 pengujian adalah kemampuannya untuk melacak hasil positif non-spesifik 

atau palsu. ELISA (sering diganti dengan singkatan EIA) merupakan

metode skrining yang paling kompleks, tersedia dalam berbagai bentuk dan

dapat digunakan untuk deteksi baik antigen maupun antibodi. Bentuk 

 pengujian yang paling sederhana dan paling umum digunakan

adalah dengan memanfaatkan antigen virus yang menangkap antibodi

spesifik yang berada dalam sampel tes

3. Teknik Transfusi Darah

a. Sebelum ditransfusikan, periksa sekali lagi sifat dan jenis darah serta

kecocokan antara darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan

dengan pemasangan infus dengan jarum besar (16-18). Jarum yang terlalu

kecil (23-25) dapat menyebabkan hemolisis.

Page 9: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 9/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   4

 b. Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk 

menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku

memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan

normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah.

c. Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan

dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan venaseksi

untuk menjamin kelancaran dan kecepatan transfusi.

d. Waktu mengambil darah dari lemari es, perhatikan plasmanya. Jika adatanda-tanda hemolisis (warna coklat hitam, keruh) jangan diberikan.

Darah yang belum akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es.

Setelah darah sudah dikeluarkan dari lemari es harus didiamkan selama

30 menit, dan barudapat ditransfusikan.

e. Sebelum transfusi, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik.

Dengan tetesan hidrasi NaCl 20 tetes/menit. Jangan menggunakan larutan

lain karena dapat merugikan. Larutan dekstrose dan larutan garam

hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain

yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Jangan

menambahkan obat apapun ke dalam darah yang ditransfusikan. Obat-

obatan memiliki pH yang berbeda sehingga dapat menyebabkan

hemolisis, lagipula bila terjadi reaksi transfusi akan sulit untuk 

menentukan apakah hal itu terjadi akibat obat atau akibat darah yang

ditransfusikan.

f. Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat,

maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan

mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan darah

dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39 derajat C. Karena bila

lebih 40 derajat C, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian

darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-

lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi.

Page 10: PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

7/21/2019 PP. 3.3 PANDUAN PEMBERIAN DARAH, edit.pdf

http://slidepdf.com/reader/full/pp-33-panduan-pemberian-darah-editpdf 10/10

RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta unit  II   5

g. Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang

 bisa tercapai adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status

kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat

diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada

hemovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit

kurang lebih 3 jam) atau 1000 ml dalam 24 jam. Tetapi jika terdapat gagal

 jantung yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2

ml/kgBB/jam. Karena darah adalah medium kultur yang ideal untuk  bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam

karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.

h. Kasus-kasus dengan perdarahan yang hebat kadang-kadang dibutuhkan

transfusi yang cepat sampai 6-7 bag dalam setengah jam. Setelah sirkulasi

tampak membaik dikurangi hingga 1 bag tiap 15 menit.

D. DOKUMENTASI.

1. Informed consent pemberian darah / produk darah.

2. Catatan pemberian darah / produk darah.

3. Reaksi transfusi dilaporkan dalam surveylance indikator mutu