potensi sumber daya panas bumi di danau ranau lampung dan sumatera selatan

26
Sumber Daya Bumi Dan Energi Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Edy Sutriyono, M.Sc POTENSI SUMBER DAYA ENERGI PANAS BUMI DI DANAU RANAU, LAMPUNG DAN SUMATERA SELATAN Oleh: Farisyah Melladia Utami 03042681318009 Program Pascasarjana Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya 2013

Upload: farisyah-melladia-utami

Post on 25-Oct-2015

248 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Potensi sumber daya panas bumi di danau ranau lapung- sumatera selatanmanifestasi panas bumi di danau ranaukeadaan geologi di danau ranau

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Sumber Daya Bumi Dan Energi Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Edy Sutriyono, M.Sc

POTENSI SUMBER DAYA ENERGI PANAS BUMI DI DANAU RANAU, LAMPUNG DAN

SUMATERA SELATAN

Oleh:

Farisyah Melladia Utami

03042681318009

Program Pascasarjana

Teknik Pertambangan

Universitas Sriwijaya

2013

Page 2: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

POTENSI SUMBER DAYA ENERGI PANAS BUMI DI DANAU RANAU,

LAMPUNG DAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN

Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi di pulau Sumatera dengan

wilayah yang cukup besar. Kekurangan pasokan listrik yang terjadi hampir

melanda seluruh wilayah Indonesia termasuk di provinsi ini. Hal tersebut menjadi

masalah yang cukup serius, sehingga bisa menimbulkan terhambatnya kemajuan

baik di bidang indusri, pertambangan, peternakan, dan lain sebagainya. Dalam

mengatasi masalah ini maka diperlukan energi alternatif sebagai penopang dan

pengganti energi fosil untuk pembangkit tenaga listrik, yaitu panas bumi.

Lokasi potensi panas bumi Danau Ranau, terletak di daerah kaki Gunungapi

Seminung dan di pinggir Danau Ranau yang secara geografis berada pada zona 48

S UTM dengan koordinat 380000 mE – 392000 mE dan 9462000 mN - 9449200

mN atau koordinat geografis pada 103°55’07” BT; 4°51’59” LS sampai

104°01’37” BT; 4°58’42” LS dengan luas area daratan sekitar 127 km2. Daerah ini

secara administratif termasuk ke dalam wilayah dua provinsi, yaitu Provinsi

Lampung dan Sumatera Selatan, 60% daerah penyelidikan berada di Kecamatan

Sukau, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan 40% lainnya termasuk

dalam Kecamatan Banding Agung, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU)

Selatan, Provinsi Sumatera Selatan. Lokasi prospek panas bumi ini berada sekitar

32 km dari kota Liwa yang dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan

umum sekitar dua jam perjalanan (Gambar 1).

Page 3: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi 2009

Gambar 1. Peta lokasi panas bumi Danau Ranau Kabupaten Lampung Barat-Oku

Selatan, Provinsi Lampung dan Sumatera Selatan

II. DASAR TEORI

II.1. Sebaran Sumber Panas Bumi

Penyebaran sumber daya panas bumi di Indonesia sebagian besar

mengikuti jalur gunung api di Pulau Sumatera, Jawa, Bali-NTB-NTT,

Sulawesi, Maluku, dan Maluku Utara. Sumber daya panas bumi juga

terdapat di beberapa daerah non vulkanik seperti di Kalimantan, Pulau

Bangka-Belitung, Sulawesi Tengah dan Papua. Hingga tahun 2009, telah

teridentifikasi 265 daerah panas bumi di seluruh wilayah Indonesia dengan

total potensi mencapai 28,5 GW (Gambar2) . Jumlah tersebut setiap

tahunnya diperbaharui seiring dengan kegiatan penemuan daerah–daerah

panas bumi baru ataupun kegiatan dalam rangka peningkatan status dari

survei pendahuluan menjadi survei rinci hingga ke pemboran eksplorasi.

Page 4: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Data tersebut kemudian digunakan sebagai data awal dalam penentuan

wilayah kerja pengusahaan pertambangan panas bumi.

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi 2009

Gambar 2: Distribusi lokasi daerah panas bumi di Indonesia

II.2. Sistem Panas Bumi di Indonesia

Posisi Kepulauan Indonesia yang terletak pada pertemuan antara tiga

lempeng besar (Hindia Australia – Eurasia – Pasifik) menjadikannya

memiliki tatanan tektonik yang kompleks. Subduksi antar lempeng benua

dan samudra menghasilkan suatu proses peleburan magma dalam bentuk

partial melting batuan mantel dan magma mengalami diferensiasi pada saat

perjalanan ke permukaan. Proses tersebut membentuk kantong-kantong

magma berkomposisi asam hingga basa yang berperan dalam pembentukan

jalur gunung api yang dikenal sebagai lingkaran api pasifik (ring of fire)

Page 5: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi 2009

Gambar 3. Penampang Model Skematik Sistem Panas Bumi

Gambar 3 adalah suatu penampang model skematik dari sistem panas bumi

atau hidrotermal yang umum terjadi di sepanjang jalur vulkanik Kuarter di Indonesia,

seperti di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi Utara.

Sedangkan gambar berikutnya merupakan model skematik sistem panas bumi yang

terjadi di daerah graben dengan topografi relatif datar, seperti di sebagian daerah

Sumatera yang berasosiasi dengan Sesar Besar Sumatera. Keberadaan rentetan

gunung api di sebagian wilayah Indonesia beserta aktivitas tektoniknya dijadikan

dasar dalam penyusunan model konseptual pembentukan sistem panas bumi

Indonesia.

Kedua model skematik tersebut memperlihatkan bahwa keberadaan

manifestasi di permukaan seperti mata air panas, tanah panas, fumarol, solfatar, dan

sebagainya dapat menjadi indikator kepastian adanya suatu sistem panas bumi di

Page 6: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

bawahnya. Sehingga dalam pencarian atau eksplorasi sumber energi panas bumi tidak

akan terlalu jauh keberadaannya dari manifestasi yang ada. Yang menjadi

permasalahan adalah berapa besarnya kapasitas energi panas bumi yang terkandung

di dalamnya. Hal inilah yang perlu dilakukan eksplorasi yang lebih rinci.

Berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologi, sistem panas bumi di Indonesia

dapat dikelompokkan menjadi 3 tipe utama, yaitu: vulkanik, graben (vulkano-

tektonik) dan non-vulkanik. Pengelompokan tipe ini dapat digunakan sebagai

pedoman dalam mengestimasi awal besarnya potensi energi dalam suatu sistem panas

bumi.

Sumber: Lawless, 1995

Gambar 4. Penampang skematik suatu system panas bumi atau hidrotermal pada

daerah cekungan

Page 7: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Tabel 1 berikut ini memperlihatkan hubungan antara sistem panas bumi dengan

estimasi potensi energi yang dikandungnya, tampak bahwa potensi yang besar pada

umumnya dimiliki oleh tipe vulkanik berjenis komplek gunung api dan kaldera.

Tabel 1. Hubungan Tipe Sistem Panas Bumi di Indonesia dan Estimasi Potensi

Energi

Tipe Temperatur/Entalpi Potensi Energi Contoh

Vulkanik Gunung Api

Strato Tunggal Tinggi 250

oC

Sedang

50-100 MW

G. Tanpomas, G.

Ungaran

Komplek

Gunung Api Tinggi 250

oC

Besar

> 100 MW

G. Salak, G. Wayang

Windu, G. Lawu

Kaldera Tinggi 250oC

Besar

> 100 MW

Kamojang, Darajat,

Ulumbu, Sibayak

Vulkano –

Tektonik

Graben-kerucut

vulkanik

Sedang – Tinggi

200oC – 250

oC

Sedang – Besar

50 – 100 MW

Sarula, Bonjol, Danau

Ranau, Sipahalon

Non-

Vulkanik Intrusi

Rendah – Sedang

200oC

Kecil – Sedang

50 MW

Lapangan-lapangan di

Sulsel, Sulteng, dan

Sultra, P. Buru

Sumber: Badan Geologi 2004

II.3. Sistem Vulkanik

1. Gunung Api Strato Tunggal

Secara umum daerah magmatik berhubungan dengan model gunung

api strato berumur Kuarter yang tersebar di Indonesia bagian barat mulai dari

Sumatera– Jawa dan berakhir di Nusa Tenggara Timur dan ke bagian

Indonesia Timur mulai dari Sulawesi Utara – Maluku. Pembentukan sistem

panas bumi gunung api strato biasanya tersusun oleh batuan vulkanik

menengah (andesit-basaltis). Sistem panas bumi ini umumnya memiliki

karakteristik reservoir sekitar 1,5 km dengan temperatur reservoir tinggi (~

250oC). Potensi panas bumi pada lapangan gunung api strato tunggal pada

umumnya memiliki potensi sedang yaitu 50 MW hingga 100 MW. Beberapa

Page 8: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

daerah yang berhubungan dengan sistem gunung api strato tunggal seperti

Gunung Talang, Gunung Tampomas dan Gunung Ungaran.

Pada daerah vulkanik ini biasanya memiliki umur batuan yang relatif

muda dengan temperatur yang tinggi dan kandungan gas magmatik besar.

Ruang antar batuan (porositas) dan sifat permeabilitas masih relatif kecil,

karena faktor aktivitas tektonik yang belum terlalu dominan dalam

membentuk rekahan yang intensif sebagai batuan reservoir, sedangkan daerah

vulkanik yang berumur relatif lebih tua dan telah mengalami aktivitas tektonik

yang cukup kuat, telah mampu membentuk permeabilitas batuan berupa

rekahan yang intensif. Pada kondisi tersebut biasanya terbentuk temperatur

menengah hingga tinggi dengan konsentrasi gas magmatik yang lebih sedikit.

Gambar 5 adalah model tentatif sistem panas bumi yang berasosiasi dengan

gunung api strato tunggal.

Sumber: Badan Geologi 2004

Gambar 5. Model Tentatif Sistem Panas Bumi Gunung Talang, Sumatera

Barat, contoh Tipe Sistem Panas Bumi Gunung Api Strato Tunggal

Page 9: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

2. Komplek Gunung Api

Daerah vulkanik dengan model komplek gunungapi di Indonesia tersebar

di beberapa tempat pada jalur magmatik Indonesia. Pembentukan sistem panas

bumi komplek gunung api biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah

hingga asam.Lapangan panas bumi pada sistem komplek gunung api terdiri dari

beberapa tubuh gunung api dan sumber erupsi yang bila dikaitkan dengan

kepanasbumian memiliki satu atau lebih sumber panas. Pada umumnya lapangan

panas bumi pada sistem ini memiliki temperatur atau entalpi yang tinggi dengan

suhu reservoir diatas 250°C. Potensi panas bumi pada lapangan komplek

gunungapi pada umumnya memiliki potensi besar yaitu di atas 100 MW.Beberapa

daerah panas bumi yang berhubungan dengan sistem komplek gunungapi adalah di

Jaboi, Aceh, sedangkan yang sudah beroperasi sebagai PLTP adalah di Gunung

Salak dan Gunung Wayang Windu, Jawa Barat (Gambar 6). Komplek gunung api

yang memiliki batuan beku asam (dasitik hingga riolitik) seperti yang terdapat di

G. Salak, biasanya memiliki tubuh sumber panas (magma) yang besar, sehingga

zona sistem panas bumi akan lebih luas pula.

Sumber: Badan Geologi 2005

Gambar 6. Model Sistem Panas Bumi Jaboi, Aceh yang Merupakan Contoh Sistem

Panas Bumi pada Komplek

Page 10: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

3. Kaldera

Erupsi besar yang mengeluarkan produk berupa batuapung dan abu

vulkanik dalam jumlah besar dapat mengakibatkan runtuhnya dinding batuan yang

menutupi kantong magma dangkal sehingga membentuk kawah besar berdiameter

1,5 km hingga puluhan kilometer yang biasa disebut kaldera. Sumber daya panas

bumi yang berada di lingkungan kaldera akan tetap ada selama aktivitas erupsi

masih berlangsung, dan sumber daya memiliki waktu hidup beberapa juta tahun

setelah aktivitas vulkanik terakhir. Aktivitas hidrotermal terlihat pada alterasi asam

sulfat yang tampak di permukaan. Fluida asam terbentuk ketika H2S dan CO2 lulus

dari reservoir air panas di bawah dan teroksidasi di kedalaman yang dangkal. Air

didalam reservoir ini umumnya merupakan air tanah yang terpanaskan dari daerah

resapan dalam sistem kaldera. Lapangan panas bumi pada sistem kaldera bila

dikaitkan dengan kepanasbumian memiliki energi yang sangat besar yang masih

tersimpan. Pada umumnya lapangan panas bumi pada sistem ini memiliki

temperatur atau entalpi yang tinggi dengan suhu reservoir diatas 250°C. Potensi

panas bumi pada lapangan kaldera ini pada umumnya memiliki potensi besar

yaitu diatas 100 MW. Beberapa daerah yang berhubungan dengan sistem kaldera

seperti di Gunung Kamojang, Darajat, Lahendong dan Gunung Sibayak (Gambar

7).

Page 11: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Sumber: Chevron Geothermal Indonesia, 1998

Gambar 7. Model Sistem Panas Bumi dan Fasilitas Produksi Darajat, Kabupaten

Garut.

4. Vulkano – Tektonik (Sistem Graben – Kerucut Vulkanik)

Sistem tektonik dapat terbentuk pada tatanan busur vulkanik bagian

belakang (back arc) daerah continental rifting (regangan kerak benua),

tumbukan antar lempeng benua (collision) dan di sepanjang zona sesar aktif.

Lingkungan tektonik ekstensi (regangan) memiliki kecenderungan untuk

terjadinya penipisan pada kerak benua sehingga material panas (magma) akan

keluar dan terbentuk pada daerah yang lebih dangkal. Proses deformasi

mendukung terbentuknya zona lemah sebagai jalur naiknya manifestasi panas

bumi ke permukaan. Sistem ini mampu untuk membentuk temperatur reservoir

atau entalpi sedang hingga tinggi yaitu mencapai temperatur 200° C - 250°C

dengan kedalaman ≥ 1,5 km. Potensi panas bumi pada lapangan vulkano -

tektonik ini pada umumnya memiliki potensi sedang hingga besar yaitu diantara

Page 12: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

50 MW hingga di atas 100 MW. Model sistem panas bumi tersebut banyak

ditemukan di daerah Sumatera pada jalur sistem Sumatera (Sesar Semangko)

dimana berperan dalam pembentukan cekungan di Sumatera dengan pola pull

apart basin atau cekungan akibat gaya-gaya tarikan. Di beberapa lokasi

ditemukan manifestasi panas bumi yang muncul pada pedataran sebagai hasil

sesar geser menganan (dextral fault) dimana cekungan-cekungan tersebut terisi

oleh material sedimen – vulkanoklastik. Pada daerah ini gradien temperatur

kemungkinan lebih besar dari heat flow normal. Beberapa daerah yang

berhubungan dengan sistem seperti ini ditemukan antara lain di daerah Sarulla,

Bonjol dan Danau Ranau. Gambar 8 adalah contoh sistem panas bumi yang

berasosiasi dengan sistem graben-kerucut vulkanik.

Sumber: Badan Geologi, 2008

Gambar 8. Model Tentatif Sistem Panas Bumi Bonjol, Sumatera Barat

Page 13: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

5. Non Vulkanik

Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya

tersebar di bagian timur paparan sunda (Sundaland) karena pada daerah tersebut

didominasi oleh batuan yang merupakan penyusun kerak benua Asia seperti

batuan metamorf dan sedimen, contohnya seperti yang ada di wilayah Pulau

Bangka. Di wilayah Indonesia bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di

daerah lengan dan kaki Sulawesi serta daerah Kepulauan Maluku hingga Papua

yang didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan sedimen laut. Selain itu

terdapat pula di Pulau Kalimantan termasuk diantaranya di perbatasan Kalimantan

Timur dengan Sabah (Malaysia).

Pada daerah ini pembentukan sistem panas bumi umumnya di dominasi

oleh munculnya batuan intrusif yang telah mengalami pendinginan, tapi masih

menyimpan panas. Beberapa pendapat mengatakan bahwa sumber panas berasal

dari proses peluruhan mineral yang bersifat radioaktif (radioactive decay) yang

terkandung dalam batuan terutama granit. Sistem ini pada umumnya membentuk

temperatur reservoir atau entalpi rendah hingga sedang yaitu mencapai temperatur

200°C dengan kedalaman bervariasi. Potensi panas bumi pada lapangan non -

vulkanik ini pada umumnya memiliki potensi ≤ 50 MW. Beberapa daerah di

Sulawesi yang berhubungan dengan sistem ini seperti daerah panas bumi di

Sulawesi Selatan, Tengah dan Tenggara begitu pula di daerah Pulau Buru, Seram

dan Irian (Gambar 9).

Page 14: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Sumber: Badan Geologi, 2007

Gambar 9. Model Tentatif Panas Bumi Wapsalit, Pulau Buru, Maluku yang

merupakan salah satu contoh system panas bumi di daerah non-vulkanik.

II.4. Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi

Berdasarkan Standar Nasional Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di

Indonesia tahun 1999 , No. SNI 03 – 5012 – 1999, potensi energi panas bumi

di Indonesia di bagi menjadi 5 (lima) kelas yakni : Sumberdaya Spekulatif yang

merupakan kelas paling bawah diikuti oleh Sumberdaya Hipotetis, Cadangan

Terduga, Cadangan Mungkin dan Cadangan Terbukti sebagai kelas tertinggi.

Klasifikasi ini di buat berdasarkan tahapan penyelidikan yang dilakukan di

daerah panas bumi. Tahapan penyelidikan pendahuluan menghasilkan

Page 15: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

klasifikasi sumber daya, sedangkan tahapan penyelidikan rinci menghasilkan

klasifikasi cadangan.

1. Klasifikasi Sumberdaya Spekulatif

Dicirikan oleh manifestasi panas bumi aktif. Luas reservoir dihitung

dari penyebaran manifestasi dan batasa geologi, sedangkan temperatur

dihitung dengan geothermometer. Daya per satuan luas ditentukan dengan

asumsi. Estimasi potensi energi dilakukan dengan metode perbandingan.

2. Klasifikasi Sumberdaya Hipotetis

Cadangan mungkin diindikasikan oleh manifestasi panas bumi aktif,

data dasar adalah hasil survei regional geologi, geokimia dan geofisika. Luas

daerah prospek ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan geologi/ geokimia/

geofisika sedangkan temperatur diperkirakan berdasarkan data geotermometer

(air, gas atau isotop). Estimasi potensi energi dirumuskan dengan

menggunakan metode volumetrik. Ketebalan reservoir diasumsikan 1 hingga

2 km.

3. Klasifikasi Cadangan Terduga

Luas dan ketebalan reservoir serta parameter fisik batuan dan fluida

diestimasi berdasarkan data ilmu kebumian detil terpadu yang digambarkan

dalam model tentatif. Rumusan estimasi potensi energi digunakan metode

volumetrik.

4. Klasifikasi Cadangan Mungkin

Dibuktikan oleh satu sumur eksplorasi yang berhasil menyemburkan

uap atau air panas. luas dan ketebalan reservoir didapat dari data sumur dan

hasil penyelidikan ilmu kebumian detil terpadu. Parameter batuan dan fluida

serta temperatur reservoir diperoleh dari data pengukuran langsung dalam

sumur dan data analisis laboratorium. Rumusan estimasi potensi energi

digunakan metode volumetrik.

Page 16: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

5.Klasifikasi Cadangan Terbukti

Dibuktikan oleh lebih dari satu sumur eksplorasi yang berhasil

menyemburkan uap atau air panas. luas dan ketebalan reservoir didasarkan

pada data sumur dan hasil penyelidikan ilmu kebumian detil terpadu.

Parameter batuan dan fluida serta temperatur reservoir diperoleh dari data

pengukuran langsung dalam sumur dan data analisis laboratorium serta

simulasi reservoir. Rumusan estimasi potensi energi digunakan simulasi

reservoir yang digabung dengan metode volumetrik.

II.5. Metode Estimasi Panas Bumi

Metode yang digunakan dalam mengestimasi besarnya potensi energi

panas bumi dapat dilakukan dengan menggunakan metode perbandingan dan

volumetrik. Metode Perbandingan digunakan khusus untuk mengestimasi

potensi sumber daya spekulatif, sedangkan metode volumetrik digunakan untuk

mengestimasi potensi energi panas bumi pada kelas sumber daya hipotetis

sampai dengan kelas cadangan terbukti.Persamaan dalam metoda perbandingan

dituangkan dalam rumus :

Hel = A x Qel……………………………………………………….(1)

Dimana:

Hel= Besarnya sumber daya (MWe)

A = Luas daerah prospek panas bumi (km2)

Qel = Daya listrik yang dapat dibangkitkan persatuan luas (MWe/ km2)

Metode volumetrik digunakan dalam penentuan kelas sumberdaya hipotetis

sampai dengan terbukti. Persamaan dasar kandungan panas yang terdapat

dalam reservoir dituangkan dalam rumus :

He = A h [(1-Ф) ρr cr T + Ф (ρL UL SL + ρv Uv Sv)]…………….. (2)

Keterangan:

He = kandungan energi panas (kJ)

A = Luas area panas bumi (m2)

Page 17: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

T = Tebal reservoir (m)

SL = Saturasi air (fraksi)

Sv = Saturasi uap (fraksi)

UL = Energi dalam air (kJ/kg)

Uv = Energi dalam uap (kJ/kg)

Ф = Porositas batuan reservoir (fraksi)

cr = kapasitas panas batuan (kJ/kgºC)

ρr = density batuan (kg/m3)

ρL = density air (kg/m3)

ρv = density uap (kg/m3)

III. PEMBAHASAN

III.1. Manifestasi Panas Bumi

Manifestasi panasbumi di daerah panas bumi Danau Ranau terdiri

dari delapanmata airpanas dan dua batuan ubahan. Mata air panas tersebut

seluruhnya berada di pinggir danau yaitu Lombok (sejumlah 4 m.a.p.),

Talang Kedu, Kota Batu (2 m.a.p.), Kerincing, dan Wai Wangi. Batuan

ubahan di lokasi ini merupakan fosil ubahan yang berada pada batuan lava

andesit tua (Tabel 2).

Tabel 2. Mata Air Panas Daerah Danau Ranau, Kabupaten Lampung Barat

dan Oku Selatan

Manifestasi X Y TAP

(oC)

TUD

(oC)

pH Debit

(ltr/det)

MAP. Lombok-1 380943 9455556 45,1 26 6,42 0,05

MAP. Lombok-2 381180 9456156 49,1 27 6,86 0,05

MAP. Lombok-3 381132 9456324 46 29,0 6,79 0,05

MAP. Lombok-4 381543 9456378 63,7 29,4 6,7 0,5

MAP Talang Kedu 381447 9457310 55,9 26,4 6,43 0,05

MAP Kota Batu-1 387080 9460802 60,1 29,2 6,93 0,1

MAP Kota Batu-2 387090 9460791 59,8 29 6,68 0,1

MAP Kerincing 387833 9460479 43,3 29,8 6,89 0,04

MAP Wai Wangi 385330 9460975 37,3 28,5 7,42 0,1

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2009

Page 18: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Ubahan hidrotermal Jagaraga dan Sulung (tebal ± 1m) terjadi pada

lava berkomposisi andesitik dan tufa dengan menghasilkan mineral

haloysit, illit, montmorilonit, paragonit, jarosit yang diperkirakan terbentuk

pada suhu < 340°C dan termasuk zona ubahan hidrotermal bertipe argilik.

Perhitungan heat loss adalah 130.688 W/m2 atau 0.13 KW.

III.2. Geologi

Daerah panas bumi Danau Ranau secara regional termasuk ke dalam

jalur pegunungan bukit barisan lajur busur magma. Batuan tertua di daerah

berupa batuan vulkanik Formasi Hulusimpang (Tomh) yang berumur

Tersier dengan jenis lava andesit dan basal, breksi gunungapi dan tufa yang

bersisipan batupasir. Sebagian batuan dari formasi ini telah terubah, dengan

terkloritkan dan terpropilitkan, dan termineralisasi sulfida dan emas.

Formasi Ranau (QTr) yang diendapkan di lingkungan daratan dari vulkanik

sub-aerial dan menindih tidak selaras satuan dibawahnya, tersusun oleh

tufa riolitik, tufa, tufa terlaskan dan batulempung. Endapan vulkanik

Kuarter lainnya adalah tufa dan breksi gunungapi (Qhv) dengan komposisi

breksi lahar, lava dan tufa bersusunan andesit – basalt dan orentasi umum

kelurusan adalah N142°E, hampir searah dengan sistem struktur regional P.

Sumatera yang mempunyai arah gerakan menganan (dextral).

Secara keseluruhan morfologi daerah Danau Ranau terdiri dari

pedataran hingga pegunungan dengan ciri dan karakter batuan yang

berbeda. Batuan vulkanik mendominasi daerah penyelidikan membentuk

relief yang kasar dan curam (±60%). Geomorfologi daerah ini dibedakan

menjadi 3 satuan yaitu:

1. satuan morfologi vulkanik tua,

2. satuan morfologi vulkanik muda dan

3. pedataran aluvial.

Jenis litologi dan susunan stratigrafi batuan secara umum didominasi

Page 19: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

batuan vulkanik yang merupakan hasil dari produk vulkanik tua yang

berumur Tersier Gunung Kukusan dan produk Danau Ranau yang ditindih

secara tidak selaras oleh batuan vulkanik dari produk Gunung Seminung

yang berumur Kuarter (Gambar 10).

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi , 2009

Gambar 10. Peta Geologi Danau Ranau, Lampung Barat-Oku Selatan

Proses pembentukan satuan batuan didaerah ini berawal pada waktu

Tersier yang membentuk batuan vulkanikberupa lava andesit dan tufa

dengan urat-urat kuarsa, kalsit dan magnetit yang mengisi rongga-rongga

Page 20: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

rekahan dan telah terubah terpropilitkan adalah aliran piroklastik yang

tersebar di bagian tengahpenyelidikan. Satuan ini menindih secara tidak

selaras batuan lava tua. Selanjutnya terbentuk lava, breksi dan lahar produk

Gunung Kukusan yang berada di sebelah barat. Satuan ini menindih secara

tidak selaras satuan lava tua dan memiliki ketebalan sekitar 20-50 cm.

Umur satuan ini diperkirakan terbentuk pada masa Pliosen atau Kuarter

Akhir.

Terbentuknya Gunung Seminung berkaitan dengan aktivitas sesar

Semangko yang membentuk pola anechelon. Produk dari Seminung berupa

lava andesit dengan tebal ± 5-7 m berumur Kuarter, disusul aliran

piroklastik dan jatuhan piroklastik Seminung. Tahapan selanjutnya berupa

erupsi lava Seminung 2 dengan komposisi andesit – basaltis, tersebar di

bagian tengah melidah sampai ke desa Lombok, Wai banding dan

Kotabatu. Menyusul kemudian Lava Seminung 3 dengan komposisi auto

breksi yang menyebar di bagian puncak Gunun Seminung dan terakhir

terbentuk longsoran dari lava Seminung di daerah Talang Jungkung serta

aluvium di daerah Kotabatu. Gunung Seminung inilah yang diduga

menjadi sumber panas dari sistem panas bumi Danau Ranau.

Struktur utama pada prospek Danau Ranau ini adalah Sesar normal

Talang Kedu, Kotabatu dan Wai Uluhan yang berarah timurlaut-tenggara,

selain itu ada sesar Lombok yang berarah relatif Utara – Selatan.

Berdasarkan genesanya, sesar Wai Uluhan merupakan komponen minor

dari sistem sesar Sumatera, sedangkan sesar Talang Kedu dan Kotabatu

merupakan sesar-sesar reaktifasi (re-juvenasi) dari pola lama yang

mendeformasi batuan di bawah satuan batuan produk gunung api

Seminung. Manifestasi panas bumi di prospek ini berkaitan erat

terbentuknya ketiga sesar utama di atas dan sesar Lombok yang berarah

utara – selatan.

Page 21: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

III.3. Fluida Reservoir

Fluida panas bumi yang terbentuk di permukaan dijumpai dalam

bentuk air panas yang terdapat di beberapa lokasi manifestasi. Fluida

bawah permukaan yang membentuk sistem panas bumi daerah Danau

Ranau dan sekitarnya memperlihatkan tipe bikarbonat. Keberadaan fluida

bertipe bikarbonat berasal dari magmatic waters (deep waters) yang naik

kepermukaan melalui rekahan rekahan batuan dengan membawa unsur-

unsur volatil, diantaranya CO2. Gas CO2 bersama unsur-unsur volatil

lainnya akan berinteraksi dengan air meteorik pada kedalaman yang relatif

dangkal (shallow waters) sehingga membentuk HCO3 yang terlarut.

Dibagian lain terjadi pada mata air panas Lombok-4 dengan suhu

permukaan relatif tinggi (63oC) yang merupakan air panas bertipe

bikarbonat-sulfat, walaupun keberadaannya di daerah immature water,

diperkirakan berasal dari fluida panas bawah tanah yang langsung ke

permukaan serta berasosiasi atau mengalami kontak dengan batuan

sekitarnya, sehingga terjadi pengkayaan unsur - unsur kimia tertentu dalam

mata air panas. Pendugaan suhu bawah permukaan di daerah ini

menggunakan rumus geotermometer SiO2 (conductive cooling) dan SiO2

(adiabatic cooling) menunjukkan kisaran temperatur antara 158°C –

199°C dan termasuk ke dalam entalpi sedang.

Page 22: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

III.4. Sistem Panas Bumi

Sistem panas bumi didaerah ini terdiri dari zona reservoir, zona

penudung, zona sirkulasi air tanah, dan sumber panas. Daerah ini

diperkirakan merupakan sistem up flow dari sistem panas bumi Gunung

Seminung. Diperlihatkan dalam gambar 11 yang memperlihatkan model

tentatif sistem panas bumi di daerah Danau Ranau.

Sumber: Badan Geologi, 2005

Gambar 11. Model Tentatif Panas Bumi Daerah Danau Ranau

1. Zona Reservoir

Zona reservoir yang terbentuk di daerah penyelidikan diduga akibat

pendinginan rekahan-rekahan dan kekar-kekar pengaruh proses tektonik

dan pembentukan gunungapi. Zona Reservoir ini akan lebih banyak

ditemui dalam poket-poket yang tidak terlalu besar dan terdapat disekitar

Page 23: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

zona struktur atau sesar. Untuk menentukan zona ini yang lebih pasti

diperlukan teknologi tersendiri dalam pengembangan energi panas bumi

untuk masa yang akan datang.

2. Zona Penudung

Batuan penudung (cap rock) dalam system panas bumi Danau

Ranau diduga berupa batuan lava andesit dan juga clay cap yang

terbentuk dari batuan ubahan argilik. Clay cap ini mengisi rongga-rongga

dari rekah-rekah disekeliling struktur atau sesar Lombok dan Kedu.

Kondisi ini ditunjukkan dengan adanya nilai tahanan jenis rendah sebesar

< 20 Ωm pada kedalaman ≥ 600 m di bawah titik ukur A-7000 atau

sekitar Talang Kedu (gambar 12). Ketebalan batuan penudung tidak dapat

diperkirakan secara pasti.

Sumber: Badan Geologi, 2005

Gambar 12. Penampang Sebenarnya Lintasan A

Page 24: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

3. Zona Sirkulasi Air Tanah

Air hujan yang merupakan air meteorik langsung meresap melalui

porositas batuan atau melalui rekahan-rekahan yang terbentuk akibat

proses deformasi. Air resapan yang melalui batuan breksi dan piroklastik

tersebut akirnya bertemu dengan uap panas atau panas yang berasal dari

magma sehingga terpanaskan dan terbentuk air panas. Perlapisan tahanan

jenis 40 – 80 Ωm pada rekahan batuan yang dekat dengan permukaan

tanah yang berperan sebagai zona recharge air tanah dan penyebarannya

dikontrol oleh pola struktur sesar.

4. Sumber Panas

Sumber panas daerah ini berasal dari sisa magma pembentuk

batuan vulkanik Seminung. Kerucut Gunung Seminung merupakan

kerucut termuda bila dibandingkan dengan bentuk tubuh Gunung

Kukusan, hal tersebut berdasarkan dari tingkat erosi yang lebih lama serta

relief bergelombang dibandingkan dengan Gunung Seminung. Produk

Gunung Seminung seperti lava dan piroklastik mencerminkan bahwa

pembentukan batuan tersebut bersifat eksplosif dengan energi yang cukup

tinggi. Magma naik ke permukaan diakibatkan oleh gaya endogen dari

dalam. Sisa erupsi magma menjadi sumber panas yang memanasi fluida

bawah permukaan.

III.5. Estimasi Panas Bumi

Untuk menghitung perkiraan potensi daerah ini dapat dihitung dari nilai

suhu bawah permukaan dan luas daerah aktif yang didapat dari anomali Hg,

CO2, serta tahanan jenis rendah. Metode perhitungan estimasi potensi panas

bumi yaitu metode volumetrik. Dengan beberapa asumsi antara lain tebal

Page 25: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

reservoir = 2 km, recovery factor = 50%, faktor konversi = 10%, dan lifetime =

30 tahun, maka potensi energi terduga panas bumi dapat dihitung dengan

menggunakan rumus Lump Parameter. Dari rumus diatas dan data luas

reservoir diambil berdasarkan peta kompilasi ± 2 km2 (gambar 13) temperatur

geotermometer 199 °C dan temperatur cut-off 120 °C maka potensi energi di

daerah panas bumi Danau Ranau dapat menghasilkan energi sebanyak ± 37

Mwe.

Sumber: Badan Geologi, 2005

Gambar 13. Peta Kompilasi Daerah Danau Ranau.

Page 26: Potensi Sumber Daya Panas Bumi Di Danau Ranau Lampung dan Sumatera Selatan

Daftar Pustaka

Kasbani, 2009. Tipe Sistem Panas Bumi di Indonesia dan Estimasi Potensi Energinya

, Buletin Sumber Daya Geologi Vol. 4, No 3. 2009, Badan Geologi, hal. 19-

26..

Kasbani, 2009, Sumber Daya Panas Bumi Indonesia : Status Penyelidikan, Potensi

dan Tipe Sistem Panas Bumi. Kolokium Badan Geologi 2009.

Lawless, J.V., White, P.J., and Bogie, I., 1995. Tectonic Features of Sumatra and

New Zealand in Relation to Active and Fossil Hydrothermal systems: a

comparison. Proceedings International Congress on Earth Science,

Exploration and mining around Pacifi c Rim. AIMM., p. 311-1316.

Pusat Sumber Daya Geologi, 2004. Road map UU Panas Bumi, Badan Geologi.

Pusat Sumber Daya Geologi, 2007. Peta Sebaran Panas Bumi Indonesia, Badan

Geologi.

Pusat Sumber Daya Geologi, 2008. Potensi Energi Panas Bumi Indonesia, Badan

Geologi.

Saptadji, Neni Miryani. 2009. Karakteristik Reservoir Panas Bumi. Training

Advanced Geothermal Reservoir Engineering 6-17 Juli 2009.

SNI 13-6169-1999. Metode estimasi potensi energi panas bumi di Indonesia. Badan

Standarisasi Nasional.

Suparno, Supriyanto. 2009. Energi Panas Bumi. Departemen Fisika-Fmipa UI.

Widodo,Sri.,dkk. 2009. Evaluasi Potensi Panas Bumi Daerah Danau Ranau

Kabupaten Lampung Barat- Provinsi Banten dan Kabupaten Oku Selatan-

Provinsi Sumatera Selatan. Pusat Sumber Daya Geologi-Badan Geologi.