danau limboto

86
1. Pendahuluan I. Pendahuluan a. Gambaran Umum a.1. Lokasi Danau Limboto adalah salah satu asset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan obyek wisata. Gambar 1. Kondisi Danau Limboto Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo dan + 70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan. Danau Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang mengancam keberadaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya luasan perairan danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau sebagai kawasan penampung air

Upload: roydocklas

Post on 24-Jun-2015

1.737 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: danau limboto

1. Pendahuluan

I. Pendahuluan

a. Gambaran Umum

a.1. Lokasi

Danau Limboto adalah  salah satu asset sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi

Gorontalo saat ini. Danau Limboto telah berperan sebagai sumber pendapatan

bagi nelayan, pencegah banjir, sumber air pengairan dan obyek wisata.

Gambar 1. Kondisi Danau Limboto

Areal danau ini berada pada dua wilayah yaitu + 30 % wilayah Kota Gorontalo

dan + 70 % di wilayah Kabupaten Gorontalo dan menjangkau 5 kecamatan.

Danau Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan karena

mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi yang

mengancam keberadaannya dimasa yang akan datang. Semakin berkurangnya

luasan perairan danau menyebabkan semakin menurunnya fungsi danau

sebagai kawasan penampung air sehingga berpotensi terjadinya banjir dan

kekeringan di sekitar wilayah kawasan danau bahkan di luar kawasan Danau

Limboto.

a.2. Letak Geografi

Page 2: danau limboto

Danau Limboto terletak di bagian tengah Provinsi Gorontalo dan secara

astronomis, DAS Limboto terletak pada 122° 42’ 0.24” – 123° 03’ 1.17” BT dan

00° 30’ 2.035” – 00° 47’ 0.49” LU. DAS Limboto merupakan bagian dari Satuan

Wilayah Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (SWP-DAS) Bone-Bolango yang

luasnya 91.004 ha dan termasuk salah satu DAS Prioritas dari DAS Kritis di

SWP-DAS Bone-Bolango. Danau Limboto, merupakan cekungan rendah atau

laguna, yang merupakan muara sungai-sungai, diantaranya: Ritenga, Alo Pohu,

Marisa, Meluopo, Biyonga, Bulota, Talubongo dan sungai-sungai kecil dari sisi

selatan: Olilumayango, Ilopopala, Huntu, Hutakiki, Langgilo.

]

Gambar 2. Peta Topografi DAS Limboto

Page 3: danau limboto

Gambar 3. Peta Topografi dan Bathimetri Danau Limboto

a.3. Luas, Kedalaman dan Iklim

Pada tahun 1932 rata-rata kedalaman Danau Limboto 30 meter dengan luas

7.000 Ha, dan tahun 1961 rata-rata kedalaman Danau berkurang menjadi 10

Page 4: danau limboto

meter dan luas menjadi 4.250 Ha. Sedangkan tahun 1990 – 2008 kedalaman

Danau Limboto rata-rata tinggal 2,5 meter dengan luas 3.000 Ha.

Gambar 4. Pendangkalan Danau Limboto

Pendangkalan danau terutama diakibatkan adanya erosi dan sedimentasi akibat

usaha-usaha pertanian yang tidak mengindahkan konservasi tanah dan kegiatan

pembukaan hutan (illegal logging) di daerah hulu sungai (tangkapan air)

terutama pada DAS Limboto juga kegiatan budidaya perikanan yang kurang

ramah lingkungan.

Kawasan Danau Limboto dan daerah aliran sungainya (DAS) terletak pada daerah

bayang-bayang hujan selama 44 tahun terakhir (1961-2005) sebesar 1.426 mm per

tahun. Curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm (bulan kering) terjadi selama 3

bulan yaitu pada bulan Agustus, September dan Oktober. Sedangkan curah hujan

di atas 100 mm ( bulan basah) terjadi selama 9 bulan, yaitu bulan Januari-Juli

dan bulan November – Desember. Menurut klasifikasi Iklim Oldeman dan

Darmijati (1977), kawasan Danau Limboto dan sekitarnya termasuk dalam Zona

Agroklimat E2. Dengan demikian musim kemarau cukup panjang, yaitu antara

Agustus – Oktober. Jumlah hari hujan dalam setahun berkisar antara 172 – 216

hari, dengan rata – rata hari hujan sebanyak 194 hari per tahun dan rata hari

hujan per bulan selama setahun 16,2 hari. Jumlah hari hujan di atas, rata – rata

Page 5: danau limboto

hari hujan per bulan selama 9 bulan, pada bulan Januari – Juli dan November –

Juni. Nilai Evapotranspirasi rata – rata bulanan di kawasan Danau Limboto dan

sekitarnya, berkisar antara 127 – 145 mm. Sedangkan jumlah rata – rata

setahunnya sebesar 1652,8 mm. Keadaan iklim di wilayah Sub DAS Limboto

sebagai berikut :

Temperatur rata-rata bulanan : 22,2° C – 31,3° C.

Kelembaban udara relatif tahunan rata-rata : 81. Kelembaban udara rata-rata bulanan: 77 – 83. Kecepatan angin rata-rata bulanan : 1,17 – 2,48 m/detik. Penyinaran angin rata-rata bulanan : 4,4 – 7,1 jam/hari. Penyinaran tertinggi pada bulan. Penyinaran terendah pada bulan. Type iklim menurut Schmidt dan Ferguson : C. Type iklim menurut Oldeman termasuk E 1 < 3) bulan basah, < 2 bulan

kering, dan D1 (3-4 BB, 3-5 BK). Nilai erosifitas hujan (R) pada berbagai stasiun curah hujan pada DAS

Limboto adalah : Penakar Hujan Biyonga = 889,96. Penakar Hujan BMG Bandara Djalaludin = 665,32

Gambar 5. Kondisi Danau Limboto Tahun 2009

Page 6: danau limboto

Gambar 6. Existing Danau Limboto

a.4. Volume Air dan Debit Air

Volume danau ditunjukkan pada Tabel 1. Dari tabel tersebut terlihat bahwa

volume danau yang diperoleh dari studi ini sedikit lebih besar dibanding volume

yang didapat dari hasil studi JICA tahun 2003. Salah satu penyebab perbedaan

volume ini adalah akibat perbedaan kerapatan jarak antara jalur Untuk Danau

Limboto hubungan antara elevasi dengan luas genangan dan sounding yang

digunakan. Dalam studi JICA (2003) jarak antar jalur sounding adalah sekitar

500 meter, sedang dalam studi ini (2008) jarak antar jalur sounding jauh lebih

rapat yaitu sekitar 125 meter (4 x lebih rapat).

Tabel 1: Luas Genangan dan Volume Danau Limboto

Page 8: danau limboto

Gambar 7. Volume Danau Limboto

Danau Limboto adalah bagian dari sistem DAS Limboto yang merupakan sisa dari

sebuah laguna yang menghubungkan dengan laut melalui daerah muara sungai

Bolango-Bone. Karena posisinya tersebut, muka air Danau Limboto dapat

dipengaruhi kondisi banjir Sungai Bolango dan bahkan banjir Sungai Bone.

Karena sistem sungai yang saling terkait ini, maka dalam analisa hidrologi danau

perlu diperhitungkan bagaimana pengaruh DAS Limboto, DAS Bolango dan DAS

Page 9: danau limboto

Bone terhadap danau. Dengan demikian dalam analisa hidrologi, yang perlu

diperhitungkan adalah pengaruh seluruh sungai di Wilayah Sungai Limboto-

Bolango-Bone. Secara singkat gambaran umum masing-masing DAS adalah

sebagai berikut :

DAS Danau Limboto

DAS Danau Limboto memiliki daerah aliran seluas 920 km2, termasuk luas

permukaan danau yang bervariasi, mulai sekitar 25 km2 dalam musim kemarau

sampai 50 km2 pada waktu banjir dalam musim hujan. Daerah penutupan hutan

yang tidak terganggu saat ini diperkirakan mencakup 20% dari luas total DAS,

sementara sekitar 66% dari daerah tersebut terdiri atas penggunaan lahan

pertanian. Sekitar 20 anak sungai mengalir ke dalam danau dari utara, barat,

dan selatan.

DAS Sungai Bolango

Sungai Bolango memiliki luas total daerah aliran kurang lebih 520 km2. Tutupan

hutan mencakup kurang lebih 46% dari luas wilayah sungai. Sungai Bolango

memiliki aliran dasar yang baik. Dimasa lalu, Sungai Bolango mengalir ke Danau

Limboto, arah aliran berubah ketika terjadi sesar yang mengangkat lahan di

Limboto. DAS Bolango-Bone juga didominasi (80%) oleh wilayah dengan

kemiringan lereng lebih dari 40%. Artinya, DAS ini juga rentan terhadap proses

degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment area-nya tidak dikelola

secara tepat. DAS ini sangat rentan terhadap banjir. Ini terlihat jelas pada

frekuensi banjir yang terjadi di Kota Gorontalo.

DAS Sungai Bone

Sungai Bone memiliki luas total daerah aliran sebesar 1.331 km2. Tutupan lahan

utamanya adalah hutan yang tidak terganggu (84%). Daerah aliran sungainya

terutama terdiri atas daerah tinggi dan kawasan berpegunungan. Rata-rata

ketinggian wilayah sungai ini kurang Iebih 700 m. Pola drainasenya dipengaruhi

oleh kondisi geologi, dengan banyak sesar utama yang berarah timur ke barat

Page 10: danau limboto

maupun utara ke selatan. Semua sungai utama di DAS ini mengalir sepanjang

tahun, dan memiliki aliran dasar yang baik. Limpasan lebih tinggi di wilayah

sungai ini dibandingkan di tempat yang lain, karena lerengnya yang terjal,

tempatnya tinggi, dan tanahnya dangkal.

Sekitar 23 anak sungai mengalir ke dalam Danau Limboto dari arah utara, barat,

dan selatan. Dari seluruh sungai tersebut hanya satu sungai yang mengalir

sepanjang tahun, yaitu sungai Biyonga, dengan daerah aliran yang cukup kecil

seluas 68 km2. Sub DAS ini mengalirkan air dari rangkaian pegunungan yang

lebih tinggi di sebelah Utara dan memiliki mata air permanen. Anak Sungai yang

terbesar adalah sungai Alo – Molalahu (348 km2) dan sungai Pohu (156 km2).

Anak- anak sungai tersebut mengalirkan air hujan dengan cepat, sehingga

sangat sedikit air yang ditahan sebagai aliran dasar tanah. Gambar 8 dan

Gambar 9.

Gambar 8. Sistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Limboto

Inlets Danau Limboto Berdasarkan pengamatan ada sekitar 23 sungai dan

saluran yang masuk danau Limboto selain saluran kecil lainnya dan drainase

sawah di sebelah timur, utara dan barat danau. Disamping itu yang menjadi

sumber air lainnya bagi danau Limboto adalah air hujan yang jatuh langsung ke

danau dan air tanah.

Page 11: danau limboto

Data yang dilaporkan oleh JICA Stusy Team (2001) menunjukan bahwa sungai

Biyonga, Meluopo dan Alo – Pohu merupakan sungai -sungai utama pembawa

sedimen ke danau. Dari ketiga sungai tersebut, sungai Biyonga

mengkontribusikan 56% dari total sedimen yang masuk ke danau.

Gambar 9. Peta Inlets Danau Limboto

Outlet Danau Limboto. Debit rata-rata outlet danau adalah 8,20 m3/det dengan maksimal tercatat 39,70 m3/det dan debit minimal tercatat 0,10 m3/det.

Gambar 10. Peta Outlet Danau Limboto

Page 12: danau limboto

b.Fungsi dan Manfaat Danau

Danau Limboto memiliki banyak fungsi dan manfaat yaitu sebagai penyedia air

bersih, habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologi, pencegah

bencana alam, stabilisasi sistem dan proses-proses alam, penghasil sumberdaya

alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga,

sumber perikanan, sumber pendapatan, pengendali banjir, dan sebagai sarana

penelitian dan pendidikan.

Beberapa fungsi dan manfaat danau secara ekosistem adalah sebagai berikut :

1. Sebagai sumber plasma nutfah yang berpotensi sebagai

penyumbang bahan genetik.

2. Sebagai tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora/fauna yang penting.

3. Sebagai sumber air yang dapat digunakan langsung oleh masyarakat sekitarnya (rumah tangga, industri dan pertanian).

4. Sebagai tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau dari sumber-sumber air bawah tanah.

5. Memelihara iklim mikro, di mana keberadaan ekosistem danau dapat mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat.

6. Sebagai sarana tranportasi untuk memindahkan hasil-hasil pertanian dari tempat satu ke tempat lainnya.

7. Sebagai sarana rekreasi dan obyek pariwisata.

Dua hal lain yang ditawarkan ekosistem danau adalah :

1. Sebagai sumber air yang paling praktis dan murah untuk

kepentingan domestik maupun industri.

2. Sebagai sistem pembuangan yang memadai dan paling murah.

Sebagai sumber air paling praktis, danau sudah menyediakannya melalui terkumpulnya air secara alami melalui aliran permukaan yang masuk ke danau, aliran sungai-sungai yang menuju ke danau dan melalui aliran di bawah tanah yang secara alami mengisi cekungan di muka bumi ini. Bentuk fisik danau memberikan daya tarik sebagai tempat membuang yang praktis. Jika semua dibiarkan demikian, maka akan mengakibatkan danau tak akan bertahan lama berada di muka bumi.

2. Karakteristik

Page 13: danau limboto

II.  Karakteristik

a. Kualitas Fisika-Kimia Perairan

Kualitas lingkungan perairan Danau Limboto pada umumnya cukup baik untuk

kehidupan ikan. Kecerahan perairan berkisar antara 15 -125 cm, dan pH berkisar

antara 7,99 sehingga termasuk danau alkalis. Kadar kesadahan di danau tinggi,

berkisar antara 157,28 mg/l, sedangkan kekeruhan umumnya rendah berkisar

antara 3,32 NTU. Kadar Nitrat dan Nitrit di perairan ini berkisar antara 0,433 mg/l

dan 0,018 mg/l, sedang kandungan sisa organik juga tinggi (15,97 mg/l), nilai

yang cukup tinggi untuk suatu perairan umum. Perincian dapat dilihat pada

Tabel 2

Suhu perairan berkisar antara 25,0-32,9°C, dimana suhu tersebut layak untuk

kegiatan perikanan. Derajat keasaman (pH) perairan berkisar antara 7,0 – 8,5

yang artinya perairan netral cenderung alkalis. pH yang demikian ini dapat

mendukung kegiatan perikanan seperti pendapat Boyd (1982) yaitu berkisar

antara 6,0 – 9,0. Daerah pegunungan sekitar danau merupakan pegunungan

kapur yang agak gundul sehingga aliran air dari daerah tersebut yang

mengandung kapur yang dapat meningkatkan pH perairan danau.

Total alkalinitas berkisar antara 56,7- 252 mg/I CaCO3 eq yang berarti Danau

Limboto termasuk perairan yang sadah. Hal ini memungkinkan karena sekitar

Danau Limboto merupakan kapur yang agak gundul. Konsentrasi N-NO2

Page 14: danau limboto

berkisar antara 0,008-0,345 mg/I dan konsentrasi tertinggi terjadi pada bulan

November.

Tabel 2. Kualitas Fisika–Kimiawi Perairan Danau Limboto Tahun 2008

Hasil dekomposisi bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan air yang

mati. Konsentrasi N-NO3 antara 0,034-1,579 mg/L dan tertinggi terjadi pada

bulan September. Hal ini kemungkinan proses dekomposisi bahan dan nitrifikasi

telah berjalan sempurna dan menghasilkan nitrat. Konsentrasi N-NO3

merupakan salah satu indikator tingkat kesuburan perairan yang tinggi.

Konsentrasi N-NH4 berkisar 0-1,416 mg/L dan N-NH3 berkisar 0 – 1,337 mg/I

yang mana konsentrasi tertinggi terjadi pada bulan November. Konsentrasi N-

NH4 yang tinggi merupakan salah satu indikator kesuburan perairan yang tinggi.

Fosfat dapat digunakan langsung oleh fitoplankton dan tumbuhan air (Effendi,

2003). Senyawa fosfat di perairan sebagian besar terikat oleh partikel yang akan

mengendap ke perairan. Zat anorganik mengalami proses dekomposisi dan

senyawa fosfat dapat lepas kembali ke dalam perairan pada, kondisi anaerob.

Sebagian besar senyawa fosfat terdapat dalam bentuk kaloid yang dapat hilang

Page 15: danau limboto

bersama keluaran air danau (Wetzel, 2001). Tinggi rendahnya kandungan fosfat

di dalam perairan merupakan pendorong terjadinya dominasi fitoplankton

tertentu. Konsentrasi P-PO4 berkisar 0,029 – 5,192 mg/I dan konsentrasi

tertinggi pada bulan Mei. Konsentrasi fosfat yang tinggi dapat mendorong

terjadinya blooming alga dan tumbuhan air. Kandungan P-PO4 yang tinggi di

perairan kemungkinan berasal dari limbah domestik, limbah pertanian, aliran air

permukaan di lahan pertanian, serta hasil dekomposisi tumbuhan air yang telah

mati.

Berdasarkan hasil pengukuran nutrien di Danau Limboto maka Danau Limboto

dapat dikatakan sebagai danau yang subur dan telah mengalami eutrofikasi.

Berdasarkan konsentrasi N-NO3 yang berkisar 0,034-1,579 dengan rataan 0,419

mg/I termasuk eutrofik, konsentrasi P-PO4 yang berkisar 0,095-5,192 mg/I

dengan rata-rata 1,383 mg/I termasuk eutrofik, jumiah klorofil a berkisar 3,47 –

32,3 mg/m3 dengan rata-rata 19,87 mg/m3 termasuk meso – eutrofik,

produktivitas primer yang berkisar 106,8 – 1.171, 87 mg/m3/hari dengan rata-rata

523,2 mg/m3/hari termasuk meso-eutrofik, kecerahan yang berkisar 0,1 – 0,9 m

dengan rata-rata 0,42 m termasuk eutrofik (Golman & Horne, 1983; Lander

c/a/am Suwignyo, 1983; Volundeir cla/am Effendi, 2003; Wetzel, 2001).

Berdasarkan kriteria di atas maka Danau Limboto dapat digolongkan dalam

kriteria meso-eutrofik menuju eutrofik. Danau Limboto merupakan suatu perairan

yang dangkal dan subur. Kesuburan danau terutama disebabkan oleh masukan

nutrien yang berasal dari limbah rumah tangga di sekitar danau dan dari daerah

tangkapannya (catchment area).

Page 16: danau limboto

b. Keanekaragaman Hayati

b.1. Flora

Jenis tumbuhan air yang ditemukan pada tahun 2006 di Danau Limboto ada 9

jenis yaitu Enceng gondok (Eichhornia crassipes), Kangkung Air (Ipomoea

Aquatica), Plambungo (Ipomoea Crassicaulis), Rumput (Panicum Repens,

Scirpus Mucronatus), Tumbili (Pistia Stratiotesh), Hydrila (Hydrilla

Ververticalata), Teratai (Nelumbium sp) dan Kiambang (Azolla Pinata). Lihat

Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-jenis tumbuhan air di Danau Limboto.

Enceng gondok dan beberapa tumbuhan lainnya seperti rumput dan kangkung

air di manfaatkan juga sebagai perangkap ikan yang disebut bibilo. Bibilo

merupakan sejenis rumpon yang terbuat dari tumbuhan air seperti enceng

gondok dengan luas mencapai sekitar 300 m2 dipagari dengan bambu. Ikan-ikan

akan datang dan berkumpul pada bibilo memanfaatkan enceng gondok sebagai

tempat mencari makan dan berlindung. Bibilo di panen setelah 3-4 bulan untuk

mengambil ikan yang hidup di dalamnya. Ikan yang biasa ditemukan antara lain

gabus, nila, saribu/sepat, mujair, betok serta udang kecil.

Page 17: danau limboto

Bentos atau organisme dasar yang ditemukan di Danau Limboto terdiri dari kelas

Gastropoda dan Pelecypoda. Kelas Gastropoda yang ditemukan terdiri dari ordo

Tarebia, Lymnaca Mangatifera dan Chironomus. Ordo yang paling banyak

ditemukan adalah Tarebia.

Tanaman air yang paling menonjol menutupi danau Limboto adalah eceng

gondok. Jenis gulma ini akan mempercepat pendangkalan danau, rawa/waduk,

kompetitor tanaman padi, mengganggu transportasi air, sebagai habitat vektor

penyakit dan mengurangi estetika perairan. Disamping itu, dengan laju

pertumbuhan yang cepat akibat terjadinya eutrofikasi dapat mempercepat

penutupan permukaan suatu perairan. Lebih lanjut biomasa dari tumbuhan yang

mati akan mengendap sebagai bahan organik dan mempercepat pendangkalan

dasar perairan karena sulit terurai akibat terbatasnya zat asam. Apabila suatu

saat senyawa-senyawa ini mengalami proses pengangkatan ke permukaan

dapat membahayakan organisme perairan di atasnya, seperti perikanan

karamba atau jaring apung. Dalam situasi yang demikian kehadiran tumbuhan air

tersebut berubah statusnya menjadi gulma perairan yang berbahaya.

b.2. Fauna

Laporan Sarnita (1994) tercatat ada 12 jenis ikan yang menghuni Danau Limboto

yang 4 jenis di antaranya merupakan jenis endemik. Jenis-jenis tersebut adalah

sebagai berikut:

Page 18: danau limboto

Selain jenis ikan yang berhasil di identifikasi oleh sarnita diatas ada ada

beberapa species lokal yang biasa di temui di danau limboto, seperti: ikan betok,

lele, kepala timah, dan seribu.

c. Komponen Sosial, Ekonomi dan Budaya

Danau Limboto sangat dibanggakan oleh masyarakat Gorontalo disamping

sebagai sumber mata pencaharian juga merupakan salah satu obyek wisata

yang memiliki panorama indah, terlebih apabila dilihat dari puncak bukit yang

berada di sekelilingnya.

Danau Limboto telah dimanfaatkan sejak dulu oleh penduduk Gorontalo.

Pemanfaatan Danau Limboto pada masa penjajahan Belanda terlihat dengan

adanya bangunan pelabuhan dan pasar ikan. Bangunan pelabuhan dan pasar

ikan didirikan tahun 1932 dan digunakan sebagai tempat pelelangan ikan dari

Danau Limboto.

Perkembangan Danau Limboto rnengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Adanya proses geologi dan campur tangan manusia merupakan penyebabnya.

Penurunan luas maupun kedalaman danau terjadi pada periode 1930-an hingga

tahun 1970-an. Pada tahun 70-an luas danau diperkirakan sekitar 3.500 ha. Luas

Page 19: danau limboto

danau relatif stabil hingga menjelang abad 20. Luas danau berfluktuasi mengikuti

musim.

Fluktuasi luas danau berpengaruh terhadap sikap penduduk di sekitarnya.

Adanya perubahan danau menimbulkan daerah bantaran danau yang berubah-

ubah. Kecenderungan masyarakat di sekitar danau memanfaatkan danau

sebagai salah satu sumber mata pencaharian ikan dan memiliki areal tersendiri,

sehingga daerah bantaran danau menjadi suatu daerah yang dimiliki secara

individual.

Kepemilikan lahan dibagian bantaran secara sah akan merubah struktur danau,

sehingga luas danau maksimum akan terbatas sampai pada batas kepemilikan

lahan. Sikap masyarakat di sekitar Danau Limboto nampaknya agak apatis.

Pada umumnya penduduk menerima apa adanya. Akan tetapi, bedasarkan

aspirasi masyarakat mengenai pengembangan danau melalui survei lapangan

menunjukkan bahwa seluruh responden menghendaki danau dilestarikan. Hal ini

berarti masyarakat di sekitar menyadari pentingnya keberadaan danau.

c.1. Penduduk

Secara administratif, Danau Limboto dikelilingi oleh tujuh kecamatan. Yaitu

Kecamatan Limboto, Limboto Barat, Telaga, Tilango, Telaga Biru dan Batudaa

yang merupakan wilayah Kabupaten Gorontalo serta Kecamatan Kota Barat

yang merupakan wilayah Kota Gorontalo. Jumlah penduduk terbanyak pada

tahun 2008 terdapat pada Kecamatan Limboto dengan jumlah penduduk

sebanyak 68.314 jiwa.

Page 20: danau limboto

Gambar 11. Karamba Jaring Apung

Mata Pencaharian Penduduk di wilayah DAS Limboto sebagian besar adalah

petani 26.099 KK (74,49%), kemudian berturut-turut buruh 11.526 KK (34,63%),

pegawai/pensiunan ABRI 2.223 KK (15,46%), lain-lain 3.465 KK (9,64%),

pedagang 2.842 KK (7,8%) dan yang paling kecil adalah pengrajin yang hanya

mencapai 255 KK (1,07%). Tingkat pendapatan petani rata-rata di wilayah DAS

Limboto adalah sebesar Rp. 1.176.250,-/kapita/tahun.

Salah satu penyebab sedimentasi pada Danau Limboto adalah penggunaan area

konservasi hutan menjadi lahan pertanian. Sedangkan aktivitas penduduk di

Kabupaten Gorontalo ini sebagian besar adalah pertanian yang meliputi usaha

tani tanaman pangan (padi dan jagung), pekarangan dan peternakan. Hal ini

menjadi sangat komplek karena akibat sedimentasi tersebut dan pendangkalan

di Danau Limboto, beberapa areal ladang jagung dan persawahan tadah sering

terendam banjir. Genangan banjir ini selain menimbulkan kerugian secara

material juga moril petani terganggu dalam melakukan usaha tani karena banjir

dapat datang sewaktu-waktu.

Pendidikan. Sarana pendidikan baik secara kuantitas dan kualitas yang

memadai tentunya sangat diperlukan oleh suatu daerah dalam rangka

Page 21: danau limboto

meningkatkan mutu sumber daya manusianya. Gambaran secara umum

mengenai fasilitas pendidikan untuk tingkat TK dan SD yang ada di Kabupaten

Gotontalo disajikan pada tabel 4. Fasilitas pendidikan tersedia sampai tingkat

SMA walaupun berada di daerah perdesaan. Tiap kecamatan mempunyai paling

sedikit satu SMA dan lebih dari dua SMP. Distribusi pengajar/guru berbeda

antara kecamatan, tetapi statistik menunjukkan rasio murid/guru pada umumnya

antara 12 sampai16 murid per guru.

Tabel 4. Fasilitas Pendidikan dan jumlah Guru.

Kesehatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dengan pelayanan

yang terjangkau oleh masyarakat merupakan prakondisi yang mutlak diperlukan

dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menuju sasaran

peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah ini. Gambaran mengenai

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan di desa-desa daerah studi

disajikan pada Tabel 5

Tabel 5. Sarana kesehatan per kecamatan Kab. Gorontalo Tahun 2008

Page 22: danau limboto

Tenaga kerja. Penduduk yang berumur lebih 15 tahun adalah 448.000 orang di

seluruh Provinsi Gorontalo atau 66 % dari seluruh penduduk yang ada. Dari

jumlah tersebut, sekitar 65 % atau 295.000 orang ikut di tenaga kerja pasar

sebagai penduduk aktif. Dapat dicatat bahwa 261.000 orang bekerja di

Kabupaten Gorontalo. Disamping sektor ekonomi yang mayoritas, sektor

pertanian menyerap sebanyak 160.000 orang atau 64 % dari total angkatan kerja

dan 24 % kerja di sektor jasa. Sektor industri menyerap hanya 12 %. Struktur

tenaga kerja sedikit berbeda dengan struktur nasional, yaitu 43 % pertanian, 18

% industri dan 39 % jasa. Pendapatan regional per kapita GRDP (Gross

Regional Domestic Product) dari Kabupaten Gorontalo dan Kotamadya

Gorontalo adalah sebesar Rp. 1.160.000,- hingga Rp. 2.390.000,-/orang/tahun,

yang hanya 18-38 % terhadap ukuran nasional.

Kegiatan ekonomi dari Kabupaten Gorontalo adalah khusus produk pertanian

dan Kota Gorontalo khusus jasa dan perdagangan. Sektor-sektor lain, seperti

peternakan menyerap angkatan kerja 10%, perikanan 7%, kehutanan 26%,

pertanian bukan makanan 18%.

Page 23: danau limboto

3. Pemanfaatan

III. Pemanfaatan

a. Komitmen Pemerintah dan Masyarakat

Kebijakan nasional dalam pengelolaan danau diperlukan sebagai landasan untuk

mendorong terlaksananya strategi maupun rencana aksi yang bertujuan untuk

memantapkan posisi dan fungsi danau sebagai sistem penyangga kehidupan

bagi generasi kini dan mendatang. Kebijakan ditetapkan berdasarkan aspek--

aspek pengelolaan yang akan mendukung terciptanya kondisi yang baik dari

danau di Indonesia. Kebijakan yang merupakan pengembangan wujud visi dan

misi tersebut di atas adalah sebagai berikut: Konservasi, Rehabilitasi, dan

Pemanfaatan yang Bijaksana

Konservasi, rehabilitasi, dan pemanfaatan secara bijaksana (wise use) sangat

penting untuk tercapainya pengelolaan dan pemanfaatan danau secara

berkelanjutan. Konservasi yang dimaksud meliputi kegiatan perlindungan,

pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari untuk memelihara keberlanjutan

fungsi lingkungan sebagai penyangga kehidupan dan keanekaragaman

hayatinya.

Rehabilitasi dilakukan untuk memperbaiki dan mengembalikan fungsi danau

yang mengalami kerusakan. Karena sifat-sifat danau yang khas, rehabilitasi akan

membutuhkan persiapan-persiapan yang matang, masa pelaksanaannya sangat

panjang, dan biaya yang tinggi. Pemanfaatan yang bijaksana adalah

pemanfaatan danau secara berkelanjutan dengan tetap mempertahankan

kekayaan alami ekosistem. Sedangkan pemanfaatan yang berkelanjutan adalah

cara manusia memanfaatkan suatu sumberdaya sehingga diperoleh manfaat

yang sebesar-besarnya untuk generasi kini sambil memelihara berbagai

potensinya untuk generasi mendatang.

Page 24: danau limboto

Danau adalah salah satu bentuk sumberdaya yang dikaruniakan oleh Sang

Pencipta untuk menunjang kehidupan seluruh mahluk hidup di bumi ini, termasuk

manusia. Oleh karenanya, adalah suatu kewajiban bagi kita semua untuk

menjaga eksistensi danau beserta segala potensi yang ada di dalamnya sebagai

salah satu usaha untuk menjamin kelangsungan hidup generasi kini dan

mendatang. Danau Limboto yang indah ini sudah berabad-abad menjadi saksi

bisu sejarah yang menghidupi rakyat Gorontalo disekitar danau dengan

kekayaan flora dan faunanya. Danau Limboto merupakan bagian penting dari

ekosistem perairan kota Gorontalo. Danau Limboto berfungsi sebagai penyedia

air bersih, habitat tumbuhan dan satwa, pengatur fungsi hidrologi, pencegah

bencana alam, stabilisasi sistem dan proses-proses alam, penghasil sumberdaya

alam hayati, penghasil energi, sarana transportasi, rekreasi dan olahraga,

sumber perikanan (baik budidaya maupun perikanan tangkap), sumber

pendapatan, pengendali banjir, dan sebagai sarana penelitian dan pendidikan.

Selain itu, juga berfungsi sebagai tempat hidup organisme baik berupa beberapa

jenis organisme air khas Gorontalo. Danau Limboto adalah salah satu

sumberdaya alam yang menjadi kebanggaan dan sumber mata pencaharian

penduduk Gorontalo umumnya khususnya masyarakat sekitarnya.

Manfaat-manfaat tersebut di atas tidak sepenuhnya dapat dinikmati karena dua

masalah pokok yaitu penyusutan luas dan pendangkalan danau. Penyusutan

luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang tertahan dan

sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan pertumbuhan

penduduk di sekitar danau telah mempercepat penyusutan luas dan

pendangkalan karena illegal fishing, penimbunan sampah dan illegal logging.

Lahan-lahan di kawasan Danau sebagian telah diokupasi oleh masyarakat yang

menimbulkan kerawanan sosial. Perkembangan tanaman eceng gondok yang

semakin meluas serta menurunnya kualitas air danau menyebabkan penurunan

keragaman genetik ikan dan biota air.

Degradasi nilai dan fungsi dari suatu danau akan memberikan dampak negatif

pada aspek sosial ekonomi terutama bagi masyarakat sekitarnya. Masyarakat

Page 25: danau limboto

sebagai pengguna danau akan mempunyai rasa memiliki, apabila mereka sadar

dan peduli akan manfaat danau bagi kehidupan.

Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan manfaat, maka

pengelolaan danau harus dilaksanakan secara terencana dan penuh kehati-

hatian agar potensi danau dapat termanfaatkan secara optimal dan kegiatannya

diprioritaskan pada kawasan danau yang memiliki potensi pemanfaatan tinggi

serta kawasan yang telah mengalami degradasi, selain itu kegiatan pengelolaan

danau juga harus diprioritaskan bagi kesejahteraan masyarakat.

Komunitas masyarakat yang sadar akan pentingnya suatu kawasan danau

(khususnya bagi kehidupan manusia), serta mempunyai kemauan dan

kemampuan untuk memanfaatkan danau secara bijaksana, akan memelihara

keberadaan danau dengan berbagai fungsi dan nilai pentingnya. Berdasarkan

pada prinsip ini maka danau dapat terjaga dengan sendirinya oleh komunitas

masyarakat.

Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan danau yang melibatkan berbagai

pemangku kepentingan khususnya masyarakat lokal, lebih memberikan

kepastian keberlanjutan pengelolaan dibandingkan kegiatan serupa yang

dilakukan tanpa peran aktif masyarakat lokal. Peran aktif masyarakat dalam

pengelolaan danau harus dimulai sejak identifikasi isu pengelolaan, penentuan

alternatif pengelolaan isu danau, implementasi rencana kegiatan, hingga

monitoring dan evaluasi efektivitas pengelolaan berdasarkan kriteria yang

disepakati.

Danau dimanfaatkan oleh beragam pemangku kepentingan, akibatnya pengelolaan danau menjadi rawan konflik dan di beberapa tempat memicu rusaknya sumberdaya hayati. Oleh sebab itu, pengelolaan danau harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan.

Selama ini, pengelolaan danau masih dilakukan secara sektoral dan regional

serta belum memiliki kejelasan mengenai peran dan pembagian tanggung jawab

bagi masing-masing pemangku kepentingan. Evaluasi dari kegiatan seringkali

Page 26: danau limboto

didasarkan pada kepentingan masing-masing sektor sehingga tidak jarang

menimbulkan konflik diantara para pengguna.

Secara umum, untuk pengelolaan (perencanaan, implementasi kegiatan,

monitoring dan evaluasi) yang terintegrasi diperlukan kerja sama yang kuat

antara pemerintah, swasta, lembaga penelitian, lembaga pendidikan dan

masayarakat setempat.

Secara nasional, danau mempunyai nilai dan fungsi yang penting baik ditinjau

dari segi lingkungan maupun perekonomian. Tata laksana yang baik sangat

penting dalam pelaksanaan pengelolaan danau secara terpadu untuk

mengakomodasi berbagai kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan

yang berbeda. Pelaksanaan prinsip-prinsip pengelolaan secara bijaksana dan

transparan harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang telah

disepakati bersama yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi (baik

yang berasal dari kearifan lokal maupun hasil penggalian dan pengembangan

baru, bersifat terbuka dan bukan berdasarkan pada kepentingan kelompok

tertentu.

Dalam rangka penanganan danau khususnya Danau Limboto berbagai

komitmen telah direkomendasikan. Rekomendasi tersebut adalah:

Pembentukan tim atau badan pengelola danau Limboto melalui perda.

Penyusunan neraca SDA spasial dan tata ruang danau Limboto Pemetaan kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat di sekitar danau

Limboto Melakukan penghijauan pada catchment area untuk mengurangi erosi dan

sedimentasi Membuat batas terluar danau untuk mempertahankan luasan yang ada Melakukan pendataan kembali tentang kepemilikan lahan dan status lahan

yang dipegang oleh masyarakat Sinergitas program penanganan danau Limboto melalui koordinasi antar

instansi Menyusun perda pengelolaan ekosistem danau Pembentukan kawasan lestari Mengurangi interaksi intensif antara masyarakat dan hutan

Page 27: danau limboto

Sosialisasi pemanfaatan danau dengan asas lestari dan berkesinambungan yang terus menerus kepada masyarakat

Pemberdayaan masyarakat pesisir danau Limboto Penyelamatan danau Limboto sebagai program prioritas tahun 2006 Melibatkan negara/lembaga donor dalam mendukung penanganan dan

penyelamatan danau

b. Pembangunan Berwawasan lingkungan

Pengelolaan sumberdaya alam merupakan salah satu program strategi pembangunan berkelanjutan di Indonesia, sebagaimana dirumuskan dalam salah satu agenda program strateginya, yaitu; penanganan pada konservasi keanekaragaman hayati, pengembangan bioteknologi dan pengelolaan terpadu wilayah pesisir dan lautan. Ketiga aspek tersebut diarahkan pada upaya-upaya pelestarian dan perlindungan keanekaragaman biologi pada tingkat genetik, spesies dan ekosistem serta menjamin kekayaan alam, fauna dan flora di seluruh kepulauan Indonesia. Kesadaran akan pentingnya menjaga keanekaragaman hayati ini sangat diperlukan tidak saja untuk kepentingan bangsa Indonesia, melainkan juga untuk kepentingan secara global. Dengan demikian, upaya-upaya pengelolaan sumberdaya alam harus diarahkan tidak saja untuk kepentingan jangka pendek nasional tapi juga untuk kepentingan jangka panjang dalam skala yang lebih luas. Dalam konteks ini, sebagaimana upaya pengelolaan sumberdaya tanah, aspek penataan ruang menjadi penting untuk memfasilitasi proses-proses pemanfaatan dan pelestarian fungsi-fungsi lingkungan. Selanjutnya, pengembangan sistem pendataan dan informasi sumberdaya alam menjadi syarat mutlak berbagai upaya pengelolaan sumberdaya alam.

Pokok bahasan konsep pembangunan yang berkelanjutan dalam banyak hal

membantu kita mengarahkan pada tujuan akhir pengelolaan sumberdaya alam

dan lingkungan hidup. Pendekatan ekosistem dapat dilihat sebagai salah satu

cara untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, Secara umum, konsep

ekosistem ditandai dengan studi tentang jenis-jenis mahluk hidup dan lingkungan

fisiknya sebagai satu kesatuan terintegrasi. Dalam pengelolaan lingkungan,

kepentingan pendekatan ekosistem adalah pada pendekatan yang

komprehensif, menyeluruh dan terpadu. Konsep ini diyakini sebagai suatu

konsep sistem, termasuk pula bagian-bagian yang menyusunnya serta

hubungan atau keterkaitan antar bagian tersebut yang dapat diartikan sebagai

komponen abiotik, biotik dan budaya (culture) yaitu bahwa manusia juga

merupakan bagian dari ekosistem.

Page 28: danau limboto

Kepulauan Indonesia yang luas memberikan kekayaan ekosistem terestrial yang

terbentang dari pantai hingga pegunungan tinggi termasuk didalamnya ekosistem

perairan darat, seperti sungai, danau, situ dan rawa yang kemudian dibedakan

menjadi ekosistem alami seperti hutan alam dan ekosistem binaan seperti hutan

tanaman, perkebunan, sawah dan pemukiman. Keragaman ekosistem tersebut

merupakan modal dasar dalam melaksanakan pembangunan, namun seiring

dengan bertambahnya populasi penduduk yang merupakan salah satu komponen

ekosistem yang bersifat dinamis maka perubahan kondisi ekosistem akibat

perubahan fungsi lahan yang semakin meningkat. Perubahan tersebut akan

mempengaruhi kondisi ekosistem baik di lokasi tempat terjadinya perubahan

maupun di sekitarnya dan mengakibatkan posisi ekosistem tersebut menjadi rentan.

Mengingat hal tersebut perlu adanya penataan ekosistem yang dapat membantu

dalam usaha pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup sehingga

kekayaan ekosistem dapat terus terjaga seiring dengan meningkatnya

pembangunan dengan konsep pembangunan yang bekrelanjutan.

Dasar legalitas dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan ekosistem

adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dalam undang-undang

tersebut diamanatkan bahwa konservasi sumber daya alam hayati adalah

pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara

bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap

memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya.

Sedangkan batasan sumber daya alam hayati adalah sistem hubungan timbal balik

antara unsur dalam alam, baik hayati maupun nonhayati yang saling tergantung dan

mempengaruhi satu sama lain, dalam hal ini sumber daya alam hayati sendiri

adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati

(tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama unsur hayati di

sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

Page 29: danau limboto

Unsur ekosistem lain di luar faktor biotik dan abiotik adalah culture (budaya) yaitu

sebaran penduduk, mata pencaharian dan pola hidup masyarakat, yang merupakan

bagian tidak terpisahkan dan juga akan mempengaruhi tatanan ekosistem dalam

posisi yang rentan pada suatu daerah aliran sungai. Struktur dan kedinamisan

ekosistem merupakan akibat dari proses perubahan. Banyak pergeseran tajam

yang seringkali terjadi sangat berpengaruh terhadap struktur ekosistem. Akibat

perubahan ini dapat menghambat pengelolaan yang telah ditentukan atau

kebijakan pada level perencanaan. Prinsip ini memerlukan pengelolaan ekosistem

dan perencanaan yang fleksibel terutama apabila timbul kejadian-kejadian yang

tidak diperkirakan akibat perubahan komponen dan struktur ekosistem sehingga

ekosistem berada dalam posisi yang rentan pada suatu daerah aliran sungai

(DAS) yang merupakan satuan unit pengelolaan ekosistem.

Dalam konteks DAS, pembangunan yang berkelanjutan dapat dicapai apabila

perangkat kebijaksanaan yang akan diterapkan pada pengelolaan DAS dengan

mempertimbangkan bahwa kebijakan pengelolaan DAS perlu dibuat dan

dilaksanakan oleh semua aktor yang terlibat dalam aktivitas pengelolaan sumber

daya alam pada skala DAS dan saling menyadari dampak apa yang akan

ditimbulkan oleh aktivitas yang akan dilakukannya. Dengan demikian, dapat

dilakukan evaluasi dini terhadap gejalagejala terjadinya degradasi lingkungan dan

tindakan perbaikan yang diperlukan dapat segera dilaksanakan.

Pengelolaan DAS dalam imbangannya dengan pengelolaan ekosistem adalah

suatu formulasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi terhadap

sumberdaya alam dan manusia yang terdapat pada daerah aliran sungai untuk

memperoleh manfaat produksi dan jasa tanpa menyebabkan kerusakan

sumberdaya air dan tanah. Termasuk dalam pengelolaan DAS identifikasi

keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air dan keterkaitan antara daerah

hulu dan hilir suatu DAS yang perlu mempertimbangkan aspek-aspek sosial,

ekonomi, budaya dan kelembagaan pada dan di luar daerah aliran sungai.

c. Analisis SWOT

Page 30: danau limboto

Program penyelamatan Danau Limboto merupakan program yang sangat

penting bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo, khususnya masyarakat di pesisir

Danau Limboto. Danau Limboto merupakan sumberdaya alam yang sangat

terkait dengan hajat hidup masyarakat. Secara ekologis danau merupakan

habitat dari berbagai biota air, juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Secara

ekonomi Danau Limboto merupakan sumber mata pencaharian petani dan

nelayan di sekitarnya, juga berfungsi sebagai sarana transportasi dan obyek

wisata.

Dengan upaya penyelamatan ini diharapkan Danau Limboto dapat memberikan

manfaat yang secara berkelanjutan, baik manfaat ekonomi maupun manfaat

ekologis.

Dalam upaya penyelamatan Danau Limboto perlu dilakukan kajian lingkungan

eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif dalam

mencapai sasaran. Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan internal

perlu dianalisis sehingga dapat diketahui dampak penting ditimbulkan dan dapat

ditetapkan rencana-rencana strategis yang mungkin dapat dilakukan.

Untuk mengetahui kondisi eksternal dan internal yang dibutuhkan dalam upaya

penyelamatan Danau Limboto, dilakukan analisis SWOT sebagaimana tertera

pada Tabel 5.

Tabel 5. Analisis SWOT Upaya Penyelamatan Danau Limboto

Page 31: danau limboto

4. Permasalahan

IV. Permasalahan

a. Meta Masalah

Meta masalah yang dihadapi adalah (1) pendangkalan dan penyusutan luas, (2)

penurunan kualitas air danau, (3) perkembangan eceng gondok, (4) penurunan

volume air, (5) penurunan produktivitas perikanan, (6) banjir, (7) perusakan hutan dan

lahan, dan (8) perusakan hutan riparian.

a.1. Pendangkalan dan penyusutan luas Danau Limboto

Laju pendangkalan danau akibat erosi dari sungai-sungai yang bermuara di

danau ini sangat besar. Pada tahun 1932, rata-rata kedalaman Danau Limboto

30 meter dengan luas 7.000 Ha. Pada tahun 1955 kedalaman danau menurun

menjadi 16 meter. Dan dalam tempo 30 tahun, (tahun 1961) rata-rata kedalaman

Danau Limboto telah berkurang menjadi 10 meter dan luasanya menyusut

Page 32: danau limboto

menjadi 4.250 Ha. Pada tahun 1990 – 2008 kedalaman Danau Limboto tinggal

rata-rata 2,5 meter dan luasnya yang tersisia tinggal 3.000 Ha.

Dalam kurun waktu 52 tahun Danau Limboto berkurang 4304 ha (62.60 %). Jika

kita hitung per tahunnya, tingkat penyusutan danau mencapai 65.89 hektar.

Diperkirakan pada tahun 2025 Danau Limboto lenyap dari muka bumi Gorontalo.

Pendangkalan ini selain dipicu oleh erosi sungai dan lahan, juga disebabkan oleh

para nelayan yang selama bertahun-tahun membangun perangkap ikan yang

menggunakan gundukan tanah dari darat serta batang-batang pohon.

Pendangkalan danau menyebabkan munculnya tanah-tanah timbul di kawasan

perairan danau. Tanah-tanah timbul ini selanjutnya diokupasi dan dikapling oleh

masyarakat yang seakan-akan hak miliknya dan dimanfaatkan untuk berbagai

peruntukan seperti sawah (637 hektar), ladang (329 hektar), perkampungan

(1272 hektar), dan peruntukan lainnya (42 hektar). Hal ini menimbulkan

kerawanan sosial karena konflik antar masyarakat kemungkinan besar dapat

terjadi dalam memperebutkan kawasan danau.

Penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang

tertahan dan sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan

pertumbuhan penduduk di sekitar danau telah mempercepat penyusutan luas dan

pendangkalan, seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan illegal fishing.

Perkembangan terakhir menunjukkan sebagian wilayah permukaan danau sudah

ditempati oleh masyarakat.

a.2. Penurunan Kualitas Air Danau

Berbagai aktivitas masyarakat di sekitar dan di dalam kawasan danau juga

mengancam dan memperburuk kelestarian fungsi danau. Saat ini kualitas air

Danau Limboto mengalami penurunan akibat limbah domestik, aktivitas budidaya

yang dilakukan di dalam danau, dan sedimentasi danau akibat erosi di daerah

hulu sungai. Monitoring kualitas air danau menunjukkan beban pencemaran

organik yang tinggi dari sumber aliran yang melalui kawasan perkotaan tersebut,

Page 33: danau limboto

seperti terlihat pada kandungan oksigen terlarut di Sungai Alo 0,77 mg/l, Sungai

Biyonga 0,94 mg/l, dan kandungan total nitrogennya adalah 2,69 mg/l,

sementara total fosfornya 1,44 mg/l. Akibat eutrofikasi berbagai tanaman

pengganggu tumbuh subur yang banyak menyerap air dan dapat mempercepat

pendangkalan danau.

Masukan bahan organik dan hara ini menyebabkan kondisi perairan danau

menjadi subur, seperti terlihat dari hasil perhitungan Indeks Status Kesuburan

yang menunjukkan perairan Danau Limboto termasuk kedalam kategori perairan

eutrofik ke hypereutrofik. Hal ini sejalan dengan fakta di lapangan dimana

tampak tumbuhan air dan fitoplankton sangat melimpah di Danau Limboto (LIPI,

2007).

Gambar 12. Status Trofik di Danau Limboto

Tingkat cemaran organik yang tinggi juga terindikasi dari kelimpahan biota

benthik, khususnya dari kelas tubificidae yang tinggi di dasar perairan danau.

Kawasan pemukiman juga berkembang di lingkungan sekitar danau, bahkan di

beberapa bagian tepian danau, pemukiman penduduk secara langsung

bersentuhan dengan badan air danau.

Sumber potensial cemaran bahan organik lainnya di Danau Limboto adalah dari

budidaya jaring apung dan jaring tancap yang berkembang di badan air danau

Page 34: danau limboto

tersebut. Dari hasil perhitungan Indeks Kimia Kirchoff, perairan Danau Limboto

masih termasuk kedalam perairan yang tercemar ringan (LIPI, 2007). Meskipun

demikian masalah pencemaran ini perlu mendapat perhatian khusus karena

terdeteksinya kandungan logam merkuri dalam konsentrasi yang tinggi di badan

perairan danau tersebut.

Gambar 13. Nilai Indeks Kimia Kirchoff di Danau Limboto

a.3. Perkembangan Eceng Gondok

Eceng gondok di Danau Limboto tumbuh meluas. Luas sebaran eceng gondok

mencapai sekitar 30 % dari luasan danau.

Gambar 14. Penyebaran Eceng Gondok di Danau Limboto 2009

Page 35: danau limboto

Menurut informasi penduduk, penyebaran eceng dan jenis tanaman mengapung

lainnya sangat dipengaruhi oleh musim. Hal ini berkaitan dengan hembusan

angin yang berbeda pada tiap musim. Eceng gondok akan bergerak dari Barat-

Utara ke Timur dan Selatan. Pergeseran tersebut sejalan dengan perubahan

musim khususnya arah mata angin dimana eceng gondok akan terdeposisi di

bagian selatan danau.

Gambar 15. Peta penyebaran Eceng Gondok

a.4. Penurunan Produktivitas Perikanan

Masyarakat nelayan di kawasan perairan Danau Limboto saat ini melaporkan

telah terjadi penurunan produktivitas perikanan di perairan Danau Limboto. Hasil

survei memperlihatkan kecenderungan berkurangnya populasi dan jenis-jenis

ikan di danau, namun belum ada data penurunan tersebut. Namun demikian,

berbagai fenomena kerusakan lingkungan perairan danau, meliputi

pendangkalan dan penyusutan luas genangan air, punahnya vegetasi tumbuhan

tenggelam, laju pencemaran bahan organik, dapat menjadi indikator penurunan

produktivitas perikanan tersebut.

Page 36: danau limboto

Gambar 16. Jenis-jenis Ikan yang hampir punah di Danau Limboto

Hal lain yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan tingkat produktivitas

perikanan danau yaitu eksploitasi sumber daya perikanan secara berlebihan. Hal

ini terlihat dari pertambahan jumlah nelayan di danau. Penurunan produktivitas

perikanan di Danau Limboto kemungkinan juga disebabkan cara penangkapan

yang kurang ramah lingkungan yaitu penggunaan racun (potas), setrum, bom

ikan dan alat penangkap skala besar.

Pokok permasalahan yang perlu diperhatikan di perairan Danau Limboto adalah

semakin menurunnya populasi ikan seperti ikan huluu, payangga, gabus, udang

dan sebagainya dan bahkan ada yang punah seperti mangaheto (ikan sejenis

bobara warna merah), Botua (ikan jenis mujair berwarna putih tanpa sisik),

Bulaloa (ikan jenis bandeng tulang sedikit berwarna putih bersisik), dan Boidelo

(mirip ikan tuna bersisik dan berwarna abu-abu). Dulu bermacam-macam ikan air

tawar dapat dijumpai didanau ini. Kini yang tersisa hanya mujair, nila, gabus atau

sepat.

Page 37: danau limboto

a.5. Banjir

Pendangkalan danau dan kerusakan hutan menyebabkan terjadinya banjir.

Setiap tahun terjadi pendangkalan danau setinggi 46.66 cm dan penyempitan

danau sebesar 66.66 hektar dan terjadi penurunan muka air normal danau

sebesar kurang lebih 1,75 cm. Penurunan daya tampung danau, menyebabkan

terjadi banjir. Banjir terjadi setiap tahun di wilayah hilir selama tiga tahun terakhir.

Gambar 17. Hidrograph banjir DAS Sungai Bone di lokasi dekat muara Sungai Tamalate (Tr= 25 Thn). Sumber: BWS II Gorontalo

Page 38: danau limboto

Gambar 18. Hidrograph banjir DAS Sungai Alo-Pohu (Tr= 25 Thn) Sumber: BWS II Gorontalo

Gambar 19. Hidrograph Sungai Bolango pada pertemuan Sungai Bolango dan Sungai Polanggua (Tr= 25 Thn) Sumber: BWS II Gorontalo

a.6. Perusakan Hutan Dan Lahan

Daerah tangkapan air (catchment area) DAS Limboto telah mengalami degradasi

yang serius. Banyak kegiatan pertanian di DAS Limboto berada di kawasan

hutan lindung. Kegiatan lahan pertanian yang banyak berkembang adalah

Page 39: danau limboto

pertanian lahan kering untuk tegalan (palawija), kebun kelapa, kemiri dan

sebagainya. Luas lahan pertanian tersebut mencapai 40.58 % dari luas wilayah

DAS Limboto. Kegiatan perladangan berpindah, pembakaran lahan, penebangan

liar dan pengembalaan liar marak dilakukan oleh berbagai pihak.

Gambar 20. Pengrusakan Hutan dan Tebing

Berdasarkan klasifikasi hutan, sebagian besar daerah tangkapan air hujan pada

DAS LBB ternyata telah lama dilegalisasi menjadi Hutan Produksi Terbatas

(HPT) atau Limited Production Forest yang telah mendorong secara formal

eksploitasi hutan secara besar-besaran. Luas hutan di DAS Limboto hanya

14.893 hektar (16.37 % dari luas DAS) jauh di bawah persayartan minimum (30

%). Kerusakan hutan memperbesar tingkat erosi tanah dan menyebabkan lahan-

lahan yang ada menjadi kritis. Berdasarkan RTL-RLKT DAS Limboto, 2004,

tingkat erosi di DAS Limboto mencapai angka 9.902.588,12 ton/tahun atau rata-

rata 108.81 ton/ha/tahun. Sedimentasi di Danau Limboto sebesar 0.438

mm/tahun. Luas lahan kritis mencapai angka 26.097 hektar lahan kritis terdiri

dari 12.573 hektar lahan kritis di dalam kawasan hutan dan 13.524 ha di luar

kawasan hutan.

Laju pendangkalan danau akibat erosi dari sungai-sungai yang bermuara di

danau ini sangat besar. Pada tahun 1932, rata-rata kedalaman Danau Limboto

30 meter dengan luas 7.000 Ha. Pada tahun 1955 kedalaman danau menurun

menjadi 16 meter. Dan dalam tempo 30 tahun, (tahun 1961) rata-rata kedalaman

Danau Limboto telah berkurang menjadi 10 meter dan luasanya menyusut

Page 40: danau limboto

menjadi 4.250 Ha. Pada tahun 1990 – 2008 kedalaman Danau Limboto tinggal

rata-rata 2,5 meter dan luasnya yang tersisia tinggal 3.000 Ha.

Dalam kurun waktu 50 tahun Danau Limboto berkurang 4304 ha (62.60 %). Jika

kita hitung per tahunnya, tingkat penyusutan danau mencapai 65.89 hektar.

Diperkirakan pada tahun 2025 Danau Limboto lenyap dari muka bumi Gorontalo.

Pendangkalan ini selain dipicu oleh erosi sungai dan lahan, juga disebabkan oleh

para nelayan yang selama bertahun-tahun membangun perangkap ikan yang

menggunakan gundukan tanah dari darat serta batang-batang pohon.

Pendangkalan danau menyebabkan munculnya tanah-tanah timbul di kawasan

perairan danau. Tanah-tanah timbul ini selanjutnya diokupasi dan dikapling oleh

masyarakat yang seakan-akan hak miliknya dan dimanfaatkan untuk berbagai

peruntukan seperti sawah (637 hektar), ladang (329 hektar), perkampungan

(1272 hektar), dan peruntukan lainnya (42 hektar). Hal ini menimbulkan

kerawanan sosial karena konflik antar masyarakat kemungkinan besar dapat

terjadi dalam memperebutkan kawasan danau.

Penyusutan luas dan pendangkalan terutama disebabkan kurangnya air yang

tertahan dan sedimentasi akibat penggundulan hutan di bagian hulu. Tekanan

pertumbuhan penduduk di sekitar danau telah mempercepat penyusutan luas dan

pendangkalan, seperti illegal logging, penimbunan sampah, dan illegal fishing.

Perkembangan terakhir menunjukkan sebagian wilayah permukaan danau sudah

ditempati oleh masyarakat.

Meta masalah tersebut diuraikan berdasarkan bagian danau, yaitu :

Page 41: danau limboto

Bagian Hulu

Pembakaran hutan, penebangan liar, peladangan berpindah,

perambahan hutan termasuk pencurian kayu.

Sistem pengolahan lahan serta kawasan tidak menerapkan kaidah konservasi dan masih bersifat tradisional.

Program pemerintah tentang pengelolaan DAS masih bersifat parsial, tumpang tindih, konflik kepentingan, kurang membangun sistim kordinasi lintas sektor dan setengah hati.

Penataan pemukiman penduduk yang tidak teratur Belum adanya batas dan aturan jalur hijau sepanjang DAS Rendahnya pendidikan masyarakat Peran kelembagaan masyarakat tingkat desa dan kecamatan rendah Struktur dan fisik tanah yang mudah erosi Perilaku aparatur yang memback up proses perambahan hutan Rendahnya koordinasi tingkat aparatur berwenang dalam melaksanakan

pengawasan maupun penegakan hukum bagi yang merusak hutan/kawasan.

Bagian Tengah

Pengolahan lahan tanpa memperhatikan aspek konservasi.

Pemukiman masyarakat peladang sekitar bantaran sungai. Pembukaan lahan dengan tanaman musiman. Vegetasi yang kurang. Tingkat kesadaran masyarakat kurang terhadap lingkungan. Pengikisan bibir sungai yang terkadang lahan perkebunan dan rumah

tempat tinggal masyarakat yang menjadi korban. Terjadi perubahan aliran sungai. Kurangnya peran serta seluruh pihak dalam mendorong gerakan

konservasi, perlindungan, pengawasan, dan sebagainya.

Bagian Hilir

Kurangnya koordinasi antar sektor/lintas sektor pemerintah.

Perladangan dibantaran sungai menggunakan teknologi pola tanam monokultur.

Tingginya laju pemukiman dibantaran sungai dan masyarakat yang bermukim dipesisir danau semakin masuk ke areal kawasan danau.

Tingginya angka eksploitasi kawasan berakibat penataan ruang yang semraut.

Page 42: danau limboto

Perilaku menggunakan alat tangkap perikanan yang tradisional “olate, bibilo, tiopo” dan sejumlah alat tangkap dengan bahan materialnya terbuat dari kayu, bamboo pasir dan pelepah daun kelapa.

Tingginya angka ketergantungan ekonomi pada kawasan danau berakibat rebutan kaplingan lahan pada tepian danau limboto

Penambangan galian C dan tingginya angka budidaya jaring apung serta karamba.

Perilaku yang menjadikan sungai sebagai TPA sampah. Lemahnya penegakan aturan hukum terhadap oknum yang melakukan

perilaku menyimpang Rendahnya sumber daya manusia Konflik kepentingan yang beragam khususnya di Danau Limboto Penguasaan jaring apung dan lahan seputar pesisir bukan oleh

masyarakat setempat namun juga oleh para oknum pejabat.

b. Masalah substantif

Masalah substantif yaitu masalah-masalah yang tanpak secara nyata

mempengaruhi kondisi Danau Limboto. Beberapa masalah yang substantif

adalah, sebagai berikut :

1. Pendangkalan dan penyusutan danau

2. Perkembangan eceng gondok3. Penurunan kualitas air Danau Limboto.4. Penurunan populasi dan jenis biota perairan5. Okupasi tanah timbul di kawasan Danau Limboto oleh masyarakat6. Kerusakan DAS Limboto

c. Masalah Formal

Masalah formal adalah masalah-masalah yang harus segera ditangani atau

menjadi prioritas karena menimbulkan dampak yang besar terhadap danau.

Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah utama yang harus segera

ditangani adalah :

1. Pendangkalan Danau Limboto akibat sedimentasi

2. Penurunan populasi dan jenis ikan3. Penurunan kualitas air danau akibat pencemaran dan pertumbuhan eceng

gondok4. Okupasi kawasan danau oleh masyarakat5. Kerusakan hutan di DAS Limboto dan sekitar danau.

Page 43: danau limboto

d. Pengkajian Masalah

Gambar 21. Kausal Lup permasalahan Danau Limboto

Berdasarkan hubungan interaksi masalah Danau Limboto tersebut di atas, maka

disusun analisis masalah sesuai dengan Iceberg Theory untuk menentukan

struktur permasalahan secara spesifik dan masalah-masalah pokok yang harus

di tangani baik jangka pendek maupun jangka panjang (Gambar 12).

Page 44: danau limboto

Gambar 22. Teori Gunung Es masalah Danau Limboto

5. Rencana Aksi

V. Rencana Aksi

a. Visi dan Misi Danau Limboto

Dalam rangka pengelolaan dan pelestarian Danau Limboto secara berkelanjutan

di Provinsi Gorontalo, maka perlu ditetapkan Visi dan Misi. Visi dan Misi Danau

Limboto adalah sebagai berikut:

Visi

“ Danau Limboto lestari tahun 2015”

Misi

Mengembalikan dan mempertahankan fungsi-fungsi danau secara lestari

untuk kesejahteraan rakyat.

Membangkitkan kesadaran dan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan danau.

Mewujudkan koherensi kebijakan pengelolaan danau.

b. Strategi

Page 45: danau limboto

b.1. Lingkup Pengelolaan

Lingkup kesatuan wilayah ekosistem perairan danau meliputi badan air danau

dan lingkungan di kawasan daerah tangkap airnya, sehingga sistem pengelolaan

lingkungan perairan Danau Limboto harus merupakan bagian dari sistem

pengelolaan Wilayah Sungai Limboto-Bolango-Bone. Sebagai contoh Dalam

pengembangan konsep pengelolaan sumberdaya perikanan FAO menyarankan

untuk membagi wilayah pengelolaan kawasan wilayah sungai kedalam tiga

klaster, yaitu pengelolaan kawasan pedesaaan, pengelolaan kawasan sub DAS

atau klaster orde sungai, serta pengelolaan DAS secara keseluruhan. Mengikuti

konsep demikian pengelolaan lingkungan perairan danau dapat ditempatkan

pada konteks pengelolaan kawasan pedesaan atau kawasan sub DAS, dimana

keterlibatan masyaraakat lokal sangat diperlukan sebagai subjek sekaligus juga

objek dari pengelolaan itu sendiri mengikuti aturan-aturan pengelolaan yang

lebih luas di tingkat DAS secara keseluruhan.

Berdasarkan cara pandang perairan danau sebagai sumberdaya yang dapat

dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat umum secara

berkelanjutan menempatkan kepentingan sektor-sektor sebagai matrik sasaran

pengelolaan dengan sektor lingkungan sebagai faktor pengikatnya. Dengan

demikian pengelolaan perairan danau juga harus meliputi upaya-upaya

koordinasi untuk pencapaian sasaran-sasaran sektoral secara optimal dengan

memperhatikan batasan daya dukung lingkungan perairan danau. Informasi dan

pengetahuan mengenai ekosistem perairan danau, meliputi struktur komponen

dan proses ekologi serta sosial ekonomi masyarakat sangat diperlukan, baik

untuk menentukan batasan daya dukung lingkungan maupun untuk penetapan

nilai kepentingan setiap sektor yang terlibat.

b.2. Kelembagaan

Strategi kelembagaan pada dasarnya untuk mendorong pengembangan

kelembagaan pengelolaan perairan danau yang bersifat partisipatif. Peran

Page 46: danau limboto

pemerintah melalui departemen atau dinas, misalnya Dinas Pekerjaan Umum

atau Balai Pengelola Wilayah Sungai sangat diharapkan untuk bertindak sebagai

fasilitator pengembangan kelembagaan pengelolaan partisipatif tersebut.

Langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

Pembentukan forum untuk pertemuan-pertemuan koordinatif yang

melibatkan semua pemangku kepentingan untuk penyusunan kerangka

kelembagaan, meliputi visi, misi, tujuan, sasaran, serta strategi-strategi

pengelolaan, termasuk di dalamnya program-pogram implementasi

kebijakan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang. Pertemuan

demikian juga harus menyepakati bentuk kelembagaan serta yang akan

dibentuk beserta struktur organisasi di dalamnya;

Memperjuangkan aspek legal kesepakatan pengelolaan yang telah ditetapkan untuk dijadikan undang-undang, peraturan pemerintah, atau peraturan daerah yang bersifat mengikat;

Untuk implementasi kebijakan serta strategi pencapaian sasaran selanjutnya disusun master plan kawasan perairan danau. Penyusunan master plan juga memerlukan keterlibatan masyarakat, pemangku kepentingan, serta pemerintah, ditambah tenaga-tenaga ahli terkait yang dapat memberikan masukan-masukan informasi untuk pengambilan keputusan yang akurat. Suatu tim ad hoc perlu dibentuk untuk maksud tersebut, dan karena memerlukan dana yang cukup besar kegiatan penyusunan master plan kawasan danau ini sebaiknya difasilitasi oleh pemerintah. Penetapan zona-zona peruntukan yang telah disusun sebagai bagian laporan kegiatan ini diharapkan dapat menjadi acuan utama dalam penyusunan master plan kawasan danau ini. Master plan selanjutnya harus digunakan sebagai dasar pengembangan kawasan perairan danau;

Pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan sosialisasi peraturan-peraturan pengelolaan danau, pencerahan aspek fungsi lingkungan danau, informasi teknolgi penangkapan, pengolahan hasil tangkap, dan status terkini pasar, serta pelaksanaan insentif pembangunan masyarakat berbasis sumberdaya perairan danau yang berkelanjutan;

Pengembangan sistem monitoring dan evaluasi lingkungan danau yang diintegrasikan dengan sistem  informasi lingkungan danau. Dana dan informasi tentang lingkungan danau, meliputi aspek biofisik dan sosial ekonomi masyarakat sangat penting untuk acuan dalam pengambilan keputusan pengelolaan danau. Demikian juga keterbukaan akses data dan informasi tersebut melalui suatu sistem informasi sangat penting untuk pemberdayaan masyarakat serta masukan-masukan ilmiah serta kepemerintahan yang baik.

Page 47: danau limboto

c. Kelembagaan

Kecenderungan pengelolaan lingkungan perairan secara berkelanjutan yang

populer saat ini adalah yang bersifat co-management atau partisipatif, yaitu

sistem pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah yang bertindak sebagai

fasilitator sementara prakarsa-prakarsa tindakan pengelolaan diserahkan kepada

masyarakat dan para pemangku kepentingan melalui mekanisme

permusyawarahan. Beberapa hal yang penting diperhatikan dalam implementasi

pengelolaan partisipatif tersebut, yaitu :

Keberadaan masyarakat lokal/nelayan berdasar kepentingan dan

kapasitas yang dimiliki didorong untuk menjadi pelaku aktif dalam

implementasi sistem pengelolaan, termasuk di dalamnya upaya

pendanaan sistem pengelolaan sehingga dapat bersifat mandiri;

Mekanisme pemecahan konflik kepentingan melalui forum musyawarah dan pengembangan kriteria-kriteria pengelolaan sumberdaya perairan danau yang disepakati oleh semua fihak;

Keberadaan pemerintah untuk mengakomodasi dan fasilitas aspek legal sistem pengelolaan yang disepakati melalui pembentukan peraturan-peraturan pemerintah dan penegakan hukum, serta insentif atau bantuan lain.

Badan air danau merupakan bagian integral dari sistem aliran sungai secara keseluruhan, sehingga sistem pengelolaan perairan danau harus merupakan bagian dari kesatuan pengelolaan wilayah aliran sungai secara terpadu.

d. Program

Program penyelamatan Danau Limboto merupakan program yang sangat

penting bagi masyarakat di Provinsi Gorontalo, khususnya masyarakat di pesisir

Danau Limboto. Danau Limboto merupakan sumberdaya alam yang sangat

terkait dengan hajat hidup masyarakat. Secara ekologis danau merupakan

habitat dari berbagai biota air, juga berfungsi sebagai pengendali banjir. Secara

ekonomi Danau Limboto merupakan sumber mata pencaharian petani dan

nelayan di sekitarnya, juga berfungsi sebagai sarana transportasi dan obyek

wisata. Dalam upaya penyelamatan Danau Limboto perlu dilakukan kajian

Page 48: danau limboto

lingkungan eksternal dan internal sehingga upaya yang dilakukan tersebut efektif

dalam mencapai sasaran. Kondisi dan karakteristik lingkungan eksternal dan

internal perlu dianalisis sehingga dapat diketahui dampak penting ditimbulkan

dan dapat ditetapkan rencana-rencana strategis yang mungkin dapat dilakukan.

d.1. Pendekatan

Pelaksanaan program dilakukan berdasarkan beberapa pendekatan yaitu:

Pendekatan ilmiah, dalam setiap kegiatan diterapkan inovasi teknologi untuk memecahkan masalah.

Pendekatan partisipatif, masyarakat terlibat langsung dalam pelaksanaan program dengan pengawalan dan pengawasan dari instansi terkait.

Pendekatan integratif dan koordinatif, program dilakukan secara terpadu oleh berbagai stakeholders.

d.2. Ruang Lingkup Kegiatan

Program penyelamatan Danau Limboto terdiri atas 4 sub program dengan 14 kegiatan. Rincian kegiatan disajikan pada Lampiran 1.

A. Program Penataan Kawasan Danau Limboto

1. Penetapan Zonasi Danau Limboto

Latar Belakang

Mengingat ekosistem danau memiliki multi fungsi dan manfaat, maka

pengelolaan danau harus dilaksanakan secara terencana dan penuh

kehatihatian agar potensi danau dapat termanfaatkan secara optimal dan

kegiatannya diprioritaskan pada kawasan danau yang memiliki potensi

pemanfaatan tinggi serta kawasan yang telah mengalami degradasi,

selain itu kegiatan pengelolaan danau juga harus diprioritaskan bagi

kesejahteraan masyarakat.

Komunitas masyarakat yang sadar akan pentingnya suatu kawasan danau (khususnya bagi kehidupan manusia), serta mempunyai kemauan dan kemampuan untuk memanfaatkan danau secara bijaksana, akan memelihara keberadaan danau dengan berbagai fungsi dan nilai

Page 49: danau limboto

pentingnya. Berdasarkan pada prinsip ini maka danau dapat terjaga dengan sendirinya oleh komunitas masyarakat.

Pengelolaan demikian dapat terwujud apabila telah ada batasan yang jelas dan akurat peruntukan wilayah /zona bagi berbagai kepentingan tersebut, kejelasan zona meliputi batas daerah terluar danau dan bantaran danau, zona pemanfaatan/ budidaya/ areal penangkapan, zona konservasi/ lindung. Pengalaman menunjukkan bahwa pengelolaan danau yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan khususnya masyarakat lokal, dan kejelasan wilayah masing-masing lebih memberikan kepastian keberlanjutan pengelolaan danau

Tujuan : Tertatanya zonasi danau limboto

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Persiapan (pengupulan data yang meliputi data batasan danau limboto)

2. Sosialisasi penetapan zonasi danau limboto ke masayarakat

3. Pengukuran dan pemasangan batas danau dan zonasi pemanfatan

4. Evaluasi

Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.

Output: Zonasi danau limboto yang jelas dan akurat

Outcome: Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir danau terhadap

pelestarian lingkungan Danau Limboto

Benefit: Tumbuhnya partisipasi stakhoelder (pemerintah, swasta dan

masyarakat) dalam Penyelamatan Danau Limboto.

Impact: Meningkatkan kualitas lingkungan danau.

2. Pengembangan Kelembagaan Pengelolaan Danau Limboto

Latar Belakang

Danau adalah salah satu bentuk sumberdaya yang dikaruniakan oleh Sang Pencipta untuk menunjang kehidupan seluruh mahluk hidup di bumi ini, termasuk manusia. Oleh karenanya, adalah suatu kewajiban bagi kita semua untuk menjaga eksistensi danau beserta segala potensi yang ada di dalamnya sebagai salah satu usaha untuk menjamin kelangsungan hidup generasi kini dan mendatang.

Degradasi nilai dan fungsi dari suatu danau akan memberikan dampak negatif pada aspek sosial ekonomi terutama bagi masyarakat sekitarnya. Masyarakat sebagai pengguna danau akan mempunyai rasa memiliki, apabila mereka sadar dan peduli akan manfaat danau bagi kehidupan.

Page 50: danau limboto

Selama ini, pengelolaan danau masih dilakukan secara sektoral dan regional serta belum memiliki kejelasan mengenai peran dan pembagian tanggung jawab bagi masing-masing pemangku kepentingan. Evaluasi dari kegiatan seringkali didasarkan pada kepentingan masing-masing sektor sehingga tidak jarang menimbulkan konflik diantara para pengguna.

Danau dimanfaatkan oleh beragam pemangku kepentingan, akibatnya pengelolaan danau menjadi rawan konflik dan di beberapa tempat memicu rusaknya sumberdaya hayati. Oleh sebab itu pengelolaan danau harus dilakukan secara terpadu yang melibatkan semua pemangku kepentingan

Tujuan : Terbentukmya kelembagaan yang formal dalam pengelolaan dan  penyelamatan Danau Limboto.

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Persiapan2. Pembentukan kelembagaan yang melibatkan seluruh stakholder3. Sosialisasi kelembagaan dan perannanya kepada masyarakat4. Evaluasi

Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.

Output: Lembaga Pengelola Danau Limboto

Outcome: Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir danau terhadap

pelestarian lingkungan Danau Limboto

Benefit: Tumbuhnya partisipasi stakhoelder (pemerintah, swasta dan

masyarakat) dalam Penyelamatan Danau Limboto.

Impact: Meningkatkan kualitas lingkungan danau.

3. Penyusunan Sistem Informasi Manajemen Danau Limboto

Latar Belakang

Penanganan Danau Limboto masih bersifat parsial dan masih bersifat

sektoral. Selama ini ternyata belum disadari bahwa penanganan Danau

Limboto sebenarnya merupakan wewenang Pemerintah Provinsi karena

berada pada 2 diwilayah administrasi yaitu Kabupaten Gorontalo dan Kota

Gorontalo.

Page 51: danau limboto

Program penanganan Danau Limboto sejak masih bergabung dengan Sulawesi Utara talah lama dilaksanakan bahkan bekerjasama dengan CIDA maupun JICA menyusun rencana action plan namun hasilnya belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat umum.

Disisi lain, masyarakat dengan caranya sendiri memanfaatkan Danau Limboto terlepas dari pengetahuan tentang kondisi kritis Danau Limboto. Demikian pula bagi nelayan dan petani yang bergantung hidupnya pada kekayaan ekosistem Danau Limboto, rupaya mereka juga belum sepenuhnya mengetahui dan menyadari apakah kegiatan yang mereka jalankan ramah lingkungan atau tidak.

Melalui program penyelamatan Danau Limboto yang di laksanakan Balitbangpedalda ini maka sebagai langkah awal disusun suatu sistem informasi manajemen Danau Limboto yang berisi data base lengkap latar belakang pembentukan, data kondisi Danau Limboto dari waktu ke waktu serta Manajemen Penanganan Danau Limboto.

Tujuan :

Tersedianya informasi yang mendukung keterpaduan manajemen pengelolaan

Danau Limboto dan upaya penyelamatannya.

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Penelusuran Pustaka.

2. Pengumpulan Data – Data Hasil Penelitian dan Proyek Tentang Danau Limboto.

3. Repro (cetak ulang) berbagai koleksi sejarah Gorontalo dan hasil kajian yang berkaitan dengan Danau Limboto.

4. Penyewaan dan Perbaikan gedung ex. Pendaratan Bung Karno Sebagai Pusat Data dan Informasi Danau Limboto.

5. Pembuatan Web Site Penyelamatan Danau Limboto.6. Biaya Up Date Data Lapangan.

Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.

Output: Data sejarah, hasil kajian Danau Limboto dari tahun ke tahun dalam

bentuk hard copy dan soft copy

Outcome: Tersedianya data akurat tentang Danau Limboto dalam rangka

rencana pengelolaan dan pemulihan lingkungan.

Page 52: danau limboto

Benefit: Memiliki kelengkapan data dan sistem informasi yang memudahkan

pengelolaan/ manajemen Danau Limboto secara efisien, efektif

berbasis lingkungan serta

terpadu

Impact: Memudahkan sistem koordinasi dalam penanganan Danau Limboto.

B. Program Pemberdayaan Masyarakat

1. Sosialisasi Penanganan Danau Limboto

Latar Belakang

Penyelamatan Danau Limboto harus didukung oleh sosialisasi yang baik

dimasyarakat. Selain tatap muka langsung, sosialisasi melalui meda yang

dapat digunakan, diantaranya Radio, Televisi dan Koran, selama ini

dimanfaatkan secara optimal, disamping bahan sosialisasi yang masih

kurang.

Tujuan : Keterbukaan terhadap pengelolaan dan penyelamatan Danau Limboto.

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Persiapan

2. Pelaksanaan Sosialisasi3. Evaluasi

Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Teknologi.

Output : Jumlah peserta yang ikut serta di wilayah hulu dan pesisir Danau

Limboto (Kabupaten Gorontalo dan Kota Gorontalo).

Outcome: Peningkatan kesadaran masyarat di pesisir dan hulu danau terhadap

pelestarian lingkungan Danau Limboto

Page 53: danau limboto

Benefit: Tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam Penyelamatan Danau

Limboto.

Impact: Meningkatkan kualitas SDM Lingkungan.

2. Pemberdayaan Masyarakat Wilayah Sub DAS Limboto dan Pesisir Danau

Limboto.

Latar Belakang

Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di hulu DAS Limboto dan

Pesisir Danau Limboto berhubungan langsung dengan kondisi ekosistem

Danau Limboto. Sebagian besar masyarakat di hulu DAS Limboto sangat

bergantung pada pertanian dan perkebunan yang dilakukan secara

tradisional dan tidak ramah lingkungan sehingga mengurangi daya

dukung lahan, perbukitan di wilayah hulu DAS Limboto saat ini sebagian

besar dalam kondisi kritis. Hal ini akan mempengaruhi pendapatan

masyarakat petani diwilayah hulu DAS. Sebaliknya pada wilayah pesisir

danau merupakan tanah yang subur yang berasal dari daerah hulu DAS

Limboto sehingga mendorong masyarakat untuk memanfaatkannya.

Pada wilayah perairan Danau Limboto sendiri banyak tumbuh usaha budidaya perikanan air tawar yang berlangsung terus menerus.

Kegiatan–kegiatan tersebut berdampak pada degradasi catchman area dan degradasi danau. Perlu dicetuskan suatu solusi alternatif bagi kegiatan mereka agar tetap berjalan namun dilakukan secara ramah lingkungan.

Tujuan : Melahirkan inovasi masyarakat di hulu Sub DAS Limboto dan pesisir

Danau Limboto dengan usaha yang ramah lingkungan.

Ruang Lingkup Kegiatan : Usulan program masyarakat terkait dengan

penanganan Hulu Sub DAS Limboto, Pesisir dan wilayah perairan danau

Limboto, meliputi :

1. Kegiatan Persiapan

Page 54: danau limboto

2. Pemberian Bantuan Langsung3. Monitoring dan Evaluasi

Input : Dana untuk alokasi usulan masyarakat.

Output : Jumlah program usulan masyarakat yang terlaksana.

Outcome: Menumbuhkan cara berusaha masyarakat disekitar hulu, pesisir dan

perairan Danau Limboto yang ramah lingkungan.

Benefit : Mengurangi laju degrasi hulu, pesisir dan perairan Danau Limboto

dengan aktivitas usaha masyarakat yang tidak ramah lingkungan.

Impact : Meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan tidak merusak lingkungan

hulu, pesisir dan perairan Danau Limboto.

C. Program Pemulihan Lingkungan Danau

1. Karakterisasi Sifat Fisik – Kimia Air & Keragaman Hayati Danau

Latar Belakang

Saat ini kualitas air danau limboto mengalami penurunan kualitas akibat

limbah domestik, aktivitas budidaya yang dilakukan di dalam danau,

sedimentasi danau akibat erosi di daerah hulu sungai. Danau limboto

memiliki ekosistem tersendiri dan keanekaragaman hayati yang sampai

pada kondisi kritis saat ini belum diidentifikasi secara pasti.

Tujuan: Mengetahui kualitas air melalui pengukuran parameter fisika dan kimia

dan mikrobiologi air serta keanekaragaman hayati Danau Limboto.

Ruang Lingkup Kegiatan:

Meliputi pengukuran kualitas air Danau Limboto dengan ruang lingkup pekerjaan

meliputi 16 titik sebagai berikut :

Page 55: danau limboto

1. Inlet : masuknya air sungai dan drainase yang masuk ke danau dengan

jumlah titik 3 sungai sebagai lokasi sampling yang merupakan sungai

sesaat (intermiten) dan 1 Sungai tetap (parenial) yaitu Biyonga.

2. Outlet : keluarnya air danau menuju ke muara Teluk Tomini sebanyak 1 titik.

3. Pertengahan Danau : sebanyak 1 titik4. Bagian tepi danau yang digunakan untuk budidaya sebanyak 10 titik.5. Identifikasi biota air yang ada di Danau Limboto serta eksosistemnya.

Parameter kualitas air yang akan di ukur meliputi 27 parameter dengan rincian

pengukuran, 6 parameter fisik dan 19 parameter kimia dan 2 parameter

mikrobiologi yang terdiri dari :

1. Parameter Fisika : Temperatur, TDS, TSS, Kekeruhan, Hantaran Listrik,

dan Warna.

2. Parameter Kimia : pH, Besi, Kalsium, Magnesium, Alkalinitas, Klorida, Amonia, Nitrit, Nitrat, Posfat, Sulfat, CO2 terlarut, Salinitas, DO, BOD5, COD, Deterjen, Timbal dan Raksa.

3. Parameter Mikrobiologi : Total Coliform dan Fecal Coliform.4. Identifikasi biota air yang ada di Danau Limboto serta eksosistemnya.

Input: Dana untuk alokasi Sumber Daya Manusia, Tenaga Ahli, dan Alat.

Output : Data kualitas air 27 parameter pada 16 titik lokasi yang tersebar di

Danau Limboto dan data biota Danau Limboto serta ekosistemnya.

Outcome : Tersedianya data akurat kualitas air dan keanekaragaman hayati

Danau Limboto dalam rangka rencana pengelolaan dan pemulihan lingkungan.

Benefit : Mengetahui baku mutu air Danau Limboto dan data keanekaragaman

hayati terakhir.

Impact : Peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas air dan

pelestarian keanekaragaman

2. Peningkatan Konservasi dan Pemulihan Kerusakan Zona Hulu dan Zona

Penyangga

Page 56: danau limboto

Latar Belakang

Kawasan kritis diwilayah DAS Limboto-Bone – Bolango yang terletak di

Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Bone Bulango dengan luas

seluruhnya adalah 24.033 Ha (Data Lahan Kritis Balitbang 2004). Lahan

kritis yang masuk dalam program Gerhan + 5 % dari luas lahan kritis

tersebut, sebagian besar berada di Sub DAS Limboto.

Tanaman Jarak merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat dijadikan alternatif tanaman penghijauan yang murah dan mudah dibudidayakan serta saat ini menghasilkan alternatif pengganti BBM solar sehingga kedepan akan bernilai ekonomis penting.

Tujuan : Konservasi lahan kritis pada Zona Hulu dan Penyangga Danau Limboto

dengan tanaman Jarak yang memiliki prospek ekonomi tapi murah dan mudah

dibudidayakan.

Ruang Lingkup Kegiatan

1. Persiapan

2. Pelaksanaan3. Monitoring dan Evaluasi

Input: Dana untuk alokasi konservasi.

Output : Luas lahan kritis yang ditanami pohon Jarak.

Outcome: Meningkatnya kualitas hulu dan penyangga danau.

Benefit : Mengembalikan fungsi Ekosistem Hulu & Penyangga

Impact : Mengembalikan fungsi ekosistem Danau Limboto.

3. Peningkatan Konservasi dan Pemulihan Kerusakan Daerah Hilir Danau

Limboto yang melintasi Kota Gorontalo

Latar Belakang

Page 57: danau limboto

Pengkayaan nutrin di perairan danau limboto telah menyebabkan tumbuh

suburnya enceng gondok dan tumbuhan air lainnya. Hal ini merupakan

salah satu penyebab penadangkan danau limboto itu sendiri, dan pada

akhir-akhir ini tanaman enceng gondok telah mencemari peraiaran pantai

indah Kota Gorontalo melalui outlet danau tersebut.

Kondisi ini jka tidak segera diatasi akan berdampak pada pencemaran lingkungan muara tersebut dan akan berdampak simultan baik bagi kehidupan biota perairan maupun pada masyarakat nelayan dipesisir pantai.

Tujuan: Konservasi daerah hilir melalui pembersihan tanaman pengganggu yang

masuk ke outlet danau limboto

Ruang Lingkup Kegiatan:

1. Persiapan

2. Pelaksanaan3. Monitoring dan Evaluasi

Input : Dana untuk alokasi konservasi.

Output : Luas dan panjang outlet yang di kerjakan.

Outcome : Meningkatnya kualitas air daearah hilir danau limboto (outlet).

Benefit : Mengembalikan fungsi Ekosistem hilir danau limboto

Impact : Mengembalikan fungsi ekosistem Danau Limboto.

4. Penanggulangan Pencemaran Danau Limboto (Tumbuhan Pengganggu

danau Limboto, sisa makanan ikan, limbah dari pabrik, dll)

Latar Belakang

Akibat eutrofikasi Danau Limboto banyak tumbuh tanaman pengganggu

yang banyak menyerap air dan dapat mempercepat pendangkalan danau

Page 58: danau limboto

sehingga perlu dilakukan pengendalian secara bijak dan pemanfaatannya

untuk kegiatan ekonomis.

Tujuan : Mengurangi pendangkalan Danau Limboto.

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Persiapan

2. Pelaksanaan3. Monitoring dan Evaluasi

Input : Dana untuk pengendalian tanaman pengganggu perairan.

Output : Luas areal/tanaman pengganggu yang dibersihkan.

Outcome : Meningkatnya kualitas/ kuantitas perairan danau Limboto.

Benefit : Pengendalian keseimbangan ekosistem danau.

Impact : Mengembalikan fungsi ekosistem Danau Limboto.

5. Restocking Keanekaragaman Hayati Danau

Latar Belakang

Ketidakseimbangan ekosistem danau yang diakibatkan oleh proses

degradasi lahan telah menyebabkan biota perairan danau semakin

mengalami tekanan yang diketahui dari menipisnya unsur hara,

penurunan kualitas air, dan penurunan volume danau. Sehingga perlu

dilakukan restocking.

Tujuan : Konservasi lahan perairan Danau Limboto.

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Persiapan

Page 59: danau limboto

2. Pelaksanaan3. Monitoring dan Evaluasi

Input : Dana untuk restocking.

Output : Jenis dan banyaknya jenis biota yang direstocking.

Outcome : Mengembalikan ketersediaan sumberaya hayati danau.

Benefit : Mengembalikan fungsi Ekonomis dan Lingkungan danau

Impact : Kelestarian sumber daya alami Danau Limboto

6. Pemanfaatan Enceng Gondok dan Sedimen Danau Limboto

Latar Belakang

Pemanfaatan enceng gondok dan sedimen danau limboto menjadi barang

bernilai ekonomis menjadi perhatian bagi pemerintah. Hal tersebut antara

lain menciptakan industri yang mengolahan enceng gondok dan sedimen

menjadi bahan bangunan, juga peningkatan keterampilan bagi

masyarakat sekitar danau dalam memanfaatkan limbah tersebut.

Tujuan : Mengurangi pendangkalan Danau Limboto.

Ruang Lingkup Kegiatan :

1. Persiapan

2. Pelaksanaan3. Monitoring dan Evaluasi

Input : Dana untuk pengadaan alat industri batako dan instalasi, persiapan SDM.

Output :Luas areal yang dikeruk/ diangkat sedimen.

Outcome :Meningkatnya kualitas/kuantitas perairan danau Limboto.

Page 60: danau limboto

Benefit : Pengendalian keseimbangan ekosistem danau.

Impact : Mengembalikan fungsi ekosistem Danau Limboto.

D. Program Pengelolaan Lingkungan

1. Promosi Wisata Danau dan Iklan Layanan Pengelolaan Lingkungan

Danau Yang Ramah Lingkungan

Latar Belakang :

Kawasan danau Limboto sebenarnya memiliki daya tarik wisata ekotirisme

yang cukup eksotis, namun belum dimanfaatkan optimal selain kegiatan

pemanfaatan lainnya. Setelah didahului oleh kegiatan yang bersifat

pemulihan kondisi danau maka selanjutnya kegiatan ini dapat dilakukan.

Tujuan : Pemanfaatan fungsi daya tarik wisata Danau Limboto.

Ruang Lingkup Kegiatan

1. Persiapan

2. Pelaksanaan3. upervisi Dan Pelaporan

Input : Dana untuk alokasi untuk promosi dan pengadaan sarana dan prasaran

wisata.

Output : Jumlah sarana dan prasarana wisata yang diadakan.

Outcome : Meningkatnya daya tarik wisata Danau Limboto.

Benefit : Mengurangi tekanan lingkungan Danau Limboto dengan kegiatan yang

berwawasan ekoturisme.

Impact : Melestarikan fungsi ekosistem Danau Limboto.

Page 61: danau limboto

e. Implementasi Pemulihan Danau Tahun  2004 – 2008

Dana APBD

Page 63: danau limboto

Dana APBN

f. Target Penanganan Danau Limboto 2009 – 2014

Page 64: danau limboto

g. Rencana Aksi Pemulihan Danau Tahun 2009

Page 65: danau limboto
Page 66: danau limboto

h. Rencana Aksi Pemulihan Danau Tahun 2010

Page 68: danau limboto

i. Rencana Aksi Pemulihan Danau Tahun 2011

j. Rencana Aksi Pemulihan Danau Tahun 2012

DAFTAR PUSTAKA

Page 69: danau limboto

Akuba Rustamrin, dkk. 2006. Master Plan Pengelolaan Danau Limboto,

Kerjasama PSL Universitas Negeri Gorontalo, Balitbagpedalda Provinsi

Gorontalo, dengan Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia.

Anonim, 2002. Laporan Akhir Pra Studi Penanganan Hulu Kawasan Danau

Limboto. Kerja Sama BAPPPEDA Provinsi Gorontalo.

Anonim, 2005. Kajian Evaluasi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Provinsi

Gorontalo. Balitbangpedalda Provinsi Gorontalo bekerjasama dengan Pusat

Survei Sumber Daya Alam Darat Bakosurtanal

Anonim, 2006. Kajian Ekohidrologi Sebagai Dasar Penetapan Pola Pengelolaan

Danau Limboto Secara Terpadu, Pusat Penelitian Limnologi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia Bekerja Sama Dengan SKNVT PBPP Gorontalo

Direktorat Sungai, Danau Dan Waduk Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

Departemen Pekerjaan Umum.

Hulinggi, Sophni. 2005. Analisis vegetasi Tumbuhan Air di Perairan Danau

Limboto Kabupaten Gorontalo. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan Pendidikan

Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

Lamangantjo, Ch. 1991. Bibilo dan Pengaruhnya Terhadap ekosistem Perairan

Danau Limboto. Skripsi (tidak dipublikasikan). Jurusan Pendidikan Biologi

Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo

Puluhulawa, M. Rusdiyanto. 2001. Pemanfaatan Sumber Daya danau Limboto

Menuju Pelaksanaan Otonomi daerah di Gorontalo Propinsi Sulawesi Utara.

Karya Tulis (tidak Dipublikasikan). Program Pascasarjana UGM Yogyakarta.

Sahami, Femi. 2004. Eutrofikasi Salah Satu Penyebab Pendangkalan Danau

Limboto. Dimuat dalam majalah Insan Cita Lembaga Penelitian Universitas

Negeri Gorontalo.

Page 70: danau limboto

Suleman, Hadijah. 2004. Pengaruh sampah Terhadap Kualitas Air Danau

Limboto Wilayah Gorontalo (Suatu Penelitian di kelurahan Dembe I Kota

Gorontalo dan kelurahan Dutulanaa Kabupaten Gorontalo). Skripsi (tidak

dipublikasikan). Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan IPA

Universitas Negeri Gorontalo