potensi lahan dan tenaga kerja puncak sorik marapi

20
PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH Oleh : Edi (127003006) PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN 2013 1. Pendahuluan Kecamatan Puncak Sorik Marapi merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan Puncak Sorik Marapi diapit oleh 4 kecamatan yaitu Kecamatan Panyabungan Selatan (sebelah utara), Kecamatan Tambangan (sebelah selatan dan timur), Kecamatan Lembah Sorik Marapi (sebelah utara) dan Batang Natal (sebelah barat dan selatan). Kecamatan Puncak Sorik Marapi berada didataran tinggi dengan Desa Huta Baringin Julu merupakan desa tertinggi . Kecamatan Puncak Sorik Marapi terdiri dari 11 desa, dan semua desa merupakan desa siaga. Luas wilayah Kecamatan Puncak Sorik Marapi 5554 Ha atau dengan kata lain hanya mencakup 0,83 persen dari luas wilayah Kabupaten Mandailing Natal. Di Kecamatan Puncak sorik Marapi desa yang memiliki wilayah yang terluas adalah Desa Huta Namale dengan luas 1065.00 Ha (19,20%) dan yang terkecil yaitu desa Huta Baringin Julu sebesar 139.00 Ha (2,50 persen). Melihat masih besarnya potensi Kecamatan Puncak Sorik Marapi baik dari sisi luas lahan/potensi lahan yang masih belum digunakan secara optimal, maka dilakukan analisis 1

Upload: edi-r-nasution

Post on 05-Dec-2014

29 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Model hansen potensi lahan di kecamatan puncak sorikmarapi mandailing natal sumut

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH

Oleh : Edi (127003006)PERENCANAAN PEMBANGUNAN WILAYAH PEDESAAN

PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SUMATERA UTARA

TAHUN 2013

1. Pendahuluan

Kecamatan Puncak Sorik Marapi merupakan salah satu kecamatan yang ada di

Kabupaten Mandailing Natal. Kecamatan Puncak Sorik Marapi diapit oleh 4 kecamatan

yaitu Kecamatan Panyabungan Selatan (sebelah utara), Kecamatan Tambangan (sebelah

selatan dan timur), Kecamatan Lembah Sorik Marapi (sebelah utara) dan Batang Natal

(sebelah barat dan selatan).

Kecamatan Puncak Sorik Marapi berada didataran tinggi dengan Desa Huta Baringin

Julu merupakan desa tertinggi . Kecamatan Puncak Sorik Marapi terdiri dari 11 desa, dan

semua desa merupakan desa siaga. Luas wilayah Kecamatan Puncak Sorik Marapi 5554

Ha atau dengan kata lain hanya mencakup 0,83 persen dari luas wilayah Kabupaten

Mandailing Natal. Di Kecamatan Puncak sorik Marapi desa yang memiliki wilayah yang

terluas adalah Desa Huta Namale dengan luas 1065.00 Ha (19,20%) dan yang terkecil

yaitu desa Huta Baringin Julu sebesar 139.00 Ha (2,50 persen).

Melihat masih besarnya potensi Kecamatan Puncak Sorik Marapi baik dari sisi luas

lahan/potensi lahan yang masih belum digunakan secara optimal, maka dilakukan

analisis potensi lahan dengan menggunakan Model Grafitasi Hansen. Model ini yang

dikembangkan oleh W.G. Hansen dalam perencanaan wilayah. Model Hansen digunakan

untuk memprediksi lokasi pemukiman penduduk berdasarkan daya tarik masing-masing

lokasi. Model ini diasumsikan bahwa tersedia lapangan kerja, tingkat aksesibilitas dan

adanya lahan perumahan yang kosong.

Menurut Lee, model ini tidak persis sama dengan metode gravitasi karena tidak

didasarkan atas saling berinteraksi antar sub wilayah (zona), melainkan tiap subwilayah

destination dianggap memiliki daya tarik tersendiri dan bagaimana suatu kegiatan dari

keseluruhan wilayah bereaksi terhadap daya tarik tersebut. Artinya origin tidak diperinci

per subwilayah hanya destination yang diperinci per subwilayah. Hansen mula-mula

menggabungkan jumlah lapangan kerja dan kemudian mencapai lokasi sebagai

1

Page 2: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

accessibility index (indeks aksesibilitas). Selain indeks aksessibilitas, adanya lahan

kosong dan tersedianya fasilitas lain adalah merupakan unsure daya tarik lain yang harus

diperhatikan.

Berdasarkan ketentuan yang berlaku di Indonesia, pengertian lahan kosong adalah

untuk pemukiman penduduk. Lahan kosong yang tidak sesuai untuk pemukiman

penduduk harus dikeluarkan dari perhitungan ini, misalnya lahan dengan kemiringan

diatas 390, daerah rawa-rawa, daerah yang sering terkena banjir, sawah irigasi teknis,

badan jalan, drainase dan lahan yang sudah diperuntukkan untuk tujuan lain, misalnya

perkantoran, kompleks militer, kawasan industry, lapangan olahraga dan pariwisata.

Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

Badan Pusat Statistik Kabupaten Mandailing Natal, yaitu Puncak Sorik Marapi Dalam

Angka Tahun 2012.

2. Model Hansen Untuk Memprediksi Lokasi Pemukiman Penduduk di Kecamatan Puncak

Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara

Kecamatan Puncak Sorik Marapi terdiri atas 11 Desa. Kondisi Kecamatan Puncak Sorik Marapi

Tahun 2011 adalah sebagai berikut (Tabel. 1.:

2

Page 3: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

Uraian (Kondisi 2011)

Nama Desa

JumlahRata-Rata

Huta Tinggi

(A)

Huta Namale

(B)

Huta Baringi

n (C)

Sibanggor Julu (D)

Sibanggor Jae (E)

Purba Julu (F)

Sibanggor Tonga (G)

Huta Lombang

(H)

Huta Baru (I)

Handel (J)

Huta Baringin Julu (K)

Luas Wilayah 491 1,065 497 500 186 501 747 884 315 228 139 5,554 505

Luas Lahan Kosong (ha)

147 320 149 150 56 150 224 265 94 69 42 766 191

Jumlah Penduduk 1,243 973 458 1,240 1,086 363 618 762 267 380 638 8,028 730

Proyeksi Lapangan Kerja s.d tahun 2015

186 146 69 186 163 54 93 114 40 57 96 1,204 109

Jumlah Bangku Sekolah

209 163 77 208 182 61 104 128 45 64 107 1,349 164

Jumlah Tenaga Medis 4 4 3 3 4 2 2 3 3 2 4 34 3

Jarak Tempuh (Menit)

Huta Tinggi (A) 2 7 10 19 19 22 13 7 6 7 13

Hutanamale (B) 7 2 4 16 16 19 10 7 6 5 9

Huta Baringin (C) 10 4 2 16 19 22 13 10 9 8 6

Sibanggor Julu (D) 19 13 16 2 10 13 5 16 15 15 17

Sibanggor Jae (E) 19 16 19 13 2 19 7 16 18 19 20

Purba Julu (F) 22 19 22 16 4 2 10 19 21 21 23

Sibanggor Tonga (G) 13 10 13 7 7 10 2 10 12 13 15

Huta Lombang (H) 7 5 5 13 16 19 10 2 7 6 13

Huta Baru (I) 5 4 9 18 19 21 12 4 2 5 9

Handel (J) 5 6 8 18 19 22 14 6 4 2 12

Huta Baringin Julu (K) 15 10 9 18 23 25 15 16 10 10 2

Proyeksi Penduduk Tahun 2015

8,420

3

Page 4: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

Dengan menggunakan Model Grafitasi Hansen, dapat diprediksi jumlah penduduk

pada masing-masing desa tahun 2011. Dalam hal ini akan digunakan b=2.

Langkah pertama, hitung indeks aksessibilitas dari masing-masing daerah (desa),

yaitu daya tarik masing-masing berdasarkan tambahan lapangan kerja yang ada di daerah

tersebut dan jarak dari daerah-daerah yang dianalisis dengan dengan wilayah tersebut.

A. Aksessibilitas Indeks

Untuk menghitung Aksessibilitas Indeks digunakan rumus:

Ai=∑j=1

n

( Eidij2 )

Accessibility Index

1. Daya Tarik Desa A (tambahan lapangan kerja 186 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 186/22 = 46.61 Daya tarik terhadap Desa B : = 186/72 = 3.81 Daya tarik terhadap Desa C : = 186/102 = 1.86 Daya tarik terhadap Desa D : = 186/192 = 0.52 Daya tarik terhadap Desa E : = 186/192 = 0.52 Daya tarik terhadap Desa F : = 186/222 = 0.39 Daya tarik terhadap Desa G : = 186/132 = 1.10 Daya tarik terhadap Desa H : = 186/72 = 3.81 Daya tarik terhadap Desa I : = 186/62 = 3.81 Daya tarik terhadap Desa J : = 186/72 = 5.18 Daya tarik terhadap Desa K : = 186/132 = 3.81

2. Daya Tarik Desa B (tambahan lapangan kerja 146 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 146/72 = 2.98 Daya tarik terhadap Desa B : = 146/22 = 36.49 Daya tarik terhadap Desa C : = 146/42 = 9.12 Daya tarik terhadap Desa D : = 146/162 = 0.57 Daya tarik terhadap Desa E : = 146/162 = 0.57 Daya tarik terhadap Desa F : = 146/192 = 0.40 Daya tarik terhadap Desa G : = 146/102 = 1.46 Daya tarik terhadap Desa H : = 146/72 = 2.98 Daya tarik terhadap Desa I : = 146/62 = 4.05 Daya tarik terhadap Desa J : = 146/52 = 5.84 Daya tarik terhadap Desa K : = 146/92 = 1.80

4

Page 5: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

3. Daya Tarik Desa C (tambahan lapangan kerja 69 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 69/102 = 0.69 Daya tarik terhadap Desa B : = 69/42 = 4.29 Daya tarik terhadap Desa C : = 69/22 = 17.18 Daya tarik terhadap Desa D : = 69/162 = 0.27 Daya tarik terhadap Desa E : = 69/192 = 0.19 Daya tarik terhadap Desa F : = 69/222 = 0.14 Daya tarik terhadap Desa G : = 69/132 = 0.41 Daya tarik terhadap Desa H : = 69/102 = 0.69 Daya tarik terhadap Desa I : = 69/92 = 0.85 Daya tarik terhadap Desa J : = 69/82 = 1.07 Daya tarik terhadap Desa K : = 69/62 = 1.91

4. Daya Tarik Desa D (tambahan lapangan kerja 186 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 186/192 = 0.52 Daya tarik terhadap Desa B : = 186/132 = 1.10 Daya tarik terhadap Desa C : = 186/162 = 0.73 Daya tarik terhadap Desa D : = 186/22 = 46.50 Daya tarik terhadap Desa E : = 186/102 = 1.86 Daya tarik terhadap Desa F : = 186/132 = 1.10 Daya tarik terhadap Desa G : = 186/52 = 7.44 Daya tarik terhadap Desa H : = 186/162 = 0.73 Daya tarik terhadap Desa I : = 186/152 = 0.83 Daya tarik terhadap Desa J : = 186/152 = 0.83 Daya tarik terhadap Desa K : = 186/172 = 0.64

5. Daya Tarik Desa E (tambahan lapangan kerja 163 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 163/192 = 0.45 Daya tarik terhadap Desa B : = 163/162 = 0.64 Daya tarik terhadap Desa C : = 163/192 = 0.45 Daya tarik terhadap Desa D : = 163/132 = 0.96 Daya tarik terhadap Desa E : = 163/22 = 40.73 Daya tarik terhadap Desa F : = 163/192 = 0.45 Daya tarik terhadap Desa G : = 163/172 = 3.32 Daya tarik terhadap Desa H : = 163/162 = 0.64 Daya tarik terhadap Desa I : = 163/182 = 0.50 Daya tarik terhadap Desa J : = 163/192 = 0.45 Daya tarik terhadap Desa K : = 163/202 = 0.41

6. Daya Tarik Desa F (tambahan lapangan kerja 54 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 54/222 = 0.11 Daya tarik terhadap Desa B : = 54/192 = 0.15

5

Page 6: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

Daya tarik terhadap Desa C : = 54/222 = 0.11 Daya tarik terhadap Desa D : = 54/162 = 0.21 Daya tarik terhadap Desa E : = 54/42 = 3.40 Daya tarik terhadap Desa F : = 54/22 = 13.61 Daya tarik terhadap Desa G : = 54/102 = 0.54 Daya tarik terhadap Desa H : = 54/192 = 0.15 Daya tarik terhadap Desa I : = 54/212 = 0.12 Daya tarik terhadap Desa J : = 54/212 = 0.12 Daya tarik terhadap Desa K : = 54/232 = 0.10

7. Daya Tarik Desa G (tambahan lapangan kerja 93 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 93/132 = 0.55 Daya tarik terhadap Desa B : = 93/102 = 0.93 Daya tarik terhadap Desa C : = 93/132 = 0.55 Daya tarik terhadap Desa D : = 93/72 = 1.89 Daya tarik terhadap Desa E : = 93/72 = 1.89 Daya tarik terhadap Desa F : = 93/102 = 0.93 Daya tarik terhadap Desa G : = 93/22 = 23.18 Daya tarik terhadap Desa H : = 93/102 = 0.93 Daya tarik terhadap Desa I : = 93/122 = 0.64 Daya tarik terhadap Desa J : = 93/132 = 0.55 Daya tarik terhadap Desa K : = 93/152 = 0.41

8. Daya Tarik Desa H (tambahan lapangan kerja 144 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 144/72 = 2.33 Daya tarik terhadap Desa B : = 144/52 = 4.57 Daya tarik terhadap Desa C : = 144/52 = 4.57 Daya tarik terhadap Desa D : = 144/132 = 0.68 Daya tarik terhadap Desa E : = 144/162 = 0.45 Daya tarik terhadap Desa F : = 144/192 = 0.32 Daya tarik terhadap Desa G : = 144/102 = 1.14 Daya tarik terhadap Desa H : = 144/22 = 28.58 Daya tarik terhadap Desa I : = 144/72 = 2.33 Daya tarik terhadap Desa J : = 144/62 = 3.18 Daya tarik terhadap Desa K : = 144/132 = 0.68

9. Daya Tarik Desa I (tambahan lapangan kerja 40 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 40/52 = 1.60 Daya tarik terhadap Desa B : = 40/42 = 2.50 Daya tarik terhadap Desa C : = 40/92 = 0.49 Daya tarik terhadap Desa D : = 40/182 = 0.12 Daya tarik terhadap Desa E : = 40/192 = 0.11 Daya tarik terhadap Desa F : = 40/212 = 0.09

6

Page 7: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

Daya tarik terhadap Desa G : = 40/122 = 0.28 Daya tarik terhadap Desa H : = 40/42 = 2.50 Daya tarik terhadap Desa I : = 40/22 = 10.01 Daya tarik terhadap Desa J : = 40/52 = 1.60 Daya tarik terhadap Desa K : = 40/92 = 0.49

10. Daya Tarik Desa J (tambahan lapangan kerja 57 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 57/52 = 2.28 Daya tarik terhadap Desa B : = 57/62 = 1.58 Daya tarik terhadap Desa C : = 57/82 = 0.89 Daya tarik terhadap Desa D : = 57/182 = 0.18 Daya tarik terhadap Desa E : = 57/192 = 0.16 Daya tarik terhadap Desa F : = 57/222 = 0.12 Daya tarik terhadap Desa G : = 57/142 = 0.29 Daya tarik terhadap Desa H : = 57/62 = 1.58 Daya tarik terhadap Desa I : = 57/42 = 3.56 Daya tarik terhadap Desa J : = 57/22 = 14.25 Daya tarik terhadap Desa K : = 57/122 = 0.40

11. Daya Tarik Desa K (tambahan lapangan kerja 96 unit)

Daya tarik terhadap Desa A : = 96/152 = 0.43 Daya tarik terhadap Desa B : = 96/102 = 0.96 Daya tarik terhadap Desa C : = 96/92 = 1.18 Daya tarik terhadap Desa D : = 96/182 = 0.30 Daya tarik terhadap Desa E : = 96/232 = 0.18 Daya tarik terhadap Desa F : = 96/252 = 0.15 Daya tarik terhadap Desa G : = 96/152 = 0.43 Daya tarik terhadap Desa H : = 96/162 = 0.37 Daya tarik terhadap Desa I : = 96/102 = 0.96 Daya tarik terhadap Desa J : = 96/102 = 0.96 Daya tarik terhadap Desa K : = 96/22 = 23.93

7

Page 8: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

Rekapitulasi Aksessibilitas Indeks adalah sebagai berikut dalam tabel berikut ini:

Terhadap Desa

Daya Tarik Desa

Huta Tinggi

(A)

Huta Namale

(B)

Huta Baringin

(C)

Sibanggor Julu

(D)

Sibanggor Jae (E)

Purba Julu (F)

Sibanggor Tonga

(G)

Huta Lomban

g (H)

Huta Baru

(I)

Handel (J)

Huta Baringin Julu (K)

Huta Tinggi (A) 46.61 2.98 0.69 0.52 0.45 0.11 0.55 2.33 1.60 2.28 0.43

Hutanamale (B) 3.81 36.49 4.29 1.10 0.64 0.15 0.93 4.57 2.50 1.58 0.96

Huta Baringin (C) 1.86 9.12 17.18 0.73 0.45 0.11 0.55 4.57 0.49 0.89 1.18

Sibanggor Julu (D) 0.52 0.57 0.27 46.50 0.96 0.21 1.89 0.68 0.12 0.18 0.30

Sibanggor Jae (E) 0.52 0.57 0.19 1.86 40.73 3.40 1.89 0.45 0.11 0.16 0.18

Purba Julu (F) 0.39 0.40 0.14 1.10 0.45 13.61 0.93 0.32 0.09 0.12 0.15

Sibanggor Tonga (G) 1.10 1.46 0.41 7.44 3.32 0.54 23.18 1.14 0.28 0.29 0.43

Huta Lombang (H) 3.81 2.98 0.69 0.73 0.64 0.15 0.93 28.58 2.50 1.58 0.37

Huta Baru (I) 3.81 4.05 0.85 0.83 0.50 0.12 0.64 2.33 10.01 3.56 0.96

Handel (J) 5.18 5.84 1.07 0.83 0.45 0.12 0.55 3.18 1.60 14.25 0.96

Huta Baringin Julu (K) 3.81 1.80 1.91 0.64 0.41 0.10 0.41 0.68 0.49 0.40 23.93

Jumlah 71.40 66.26 27.68 62.27 49.00 18.65 32.44 48.82 19.82 25.29 29.83

Kemudian daya tarik masing-masing daerah (desa) tersebut dihubungkan dengan

lahan kosong (cocok untuk pemukiman) di daerah (desa) masing-masing seperti tabel

berikut ini :

Tabel 3. Potensi Pengembangan Absolut

DesaIndeks

Aksesibilitas (Ai)Indeks Lahan

Tertimbang (Hi)Di=Ai x Hi

Huta Tinggi (A) 71.40 147 10,516.93 Hutanamale (B) 66.26 320 21,171.53 Huta Baringin (C) 27.68 149 4,127.06 Sibanggor Julu (D) 62.27 150 9,330.82 Sibanggor Jae (E) 49.00 56 2,740.14 Purba Julu (F) 18.65 150 2,803.00 Sibanggor Tonga (G) 32.44 224 7,272.65 Huta Lombang (H) 48.82 265 12,947.29 Huta Baru (I) 19.82 94 1,871.28 Handel (J) 25.29 69 1,732.58 Huta Baringin Julu (K) 29.83 42 1,248.09

Selanjutnya dihitung potensi pengembangan relatif, yaitu potensi pengembangan

masing-masing wilayah (desa) yang dinyatakan dalam proporsi (probabilitas) sebagai

berikut:

8

Page 9: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

Tabel. 4. Potensi Pengembangan Relatif/Probabilitas

Desa Di = Ai HiDi:∑Di (Probabilitas

Pengembangan)Huta Tinggi (A) 10,516.93 0.1388 Huta Namale (B) 21,171.53 0.2795 Huta Baringin (C) 4,127.06 0.0545 Sibanggor Julu (D) 9,330.82 0.1232 Sibanggor Jae (E) 2,740.14 0.0362 Purba Julu (F) 2,803.00 0.0370 Sibanggor Tonga (G) 7,272.65 0.0960 Huta Lombang (H) 12,947.29 0.1709 Huta Baru (I) 1,871.28 0.0247 Handel (J) 1,732.58 0.0229 Huta Baringin Julu (K) 1,248.09 0.0165

Jumlah (Di) 75,761.36 1.0000

Pertambahan penduduk selama lima tahun tersebut adalah 8.420 – 8.028 = 392 jiwa.

Tambahan penduduk di masing-masing desa adalah total tambahan penduduk untuk

semua wilayah dikali dengan probabilitas pengembangan untuk wilayah tersebut. Atas

dasar tersebut maka tambahan penduduk untuk 5 tahun ke depan untuk masing-masing

desa adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Pertambahan Penduduk Selama 5 Tahun (2011-2015)Desa Di

Huta Tinggi (A) 54 Huta Namale (B) 110 Huta Baringin (C) 21 Sibanggor Julu (D) 48 Sibanggor Jae (E) 14 Purba Julu (F) 15 Sibanggor Tonga (G) 38 Huta Lombang (H) 67 Huta Baru (I) 10 Handel (J) 9 Huta Baringin Julu (K) 6

Jumlah 392

Tambahan factor lain dalam analisis ini adalah jumlah bangku sekolah dan tenaga

medis, maka Hi diganti dengan indeks lahan kosong tetimbang atau Hi tertimbang.

Meskipun harga lahan sangat mempengaruhi minat orang dalam memilih lokasi, tetapi

9

Page 10: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

tidak disertakan dalam indeks lahan tertibang karena harga lahan berkaitan dengan

jumlah lahan kosong yang tersedia dan tidak teraksessibilitas.

Untuk menghitung Indeks Bangku Sekolah (IBS) dan Indeks Tenaga Medis (ITM)

digunakan rumus:

IBS=Banyaknya bangku sekolah disetiapdaerah (desa )

rata−ratabangku sekolah

ITM=Banyaknyatenaga medis disetiap daerah(desa )

rata−rata tenagamedis

Tabel 5. Menghitung Hi Tertimbang

DesaLuas Lahan

KosongIndeks Bangku

SekolahIndeks Tenaga

MedisIndeks Lahan

Tertimbang (Hi)

(a) (b) (c) (d) (e)=(b)x(c)x(d)Huta Tinggi (A) 147 1.27 1.29 242.15 Hutanamale (B) 320 0.99 1.29 411.15 Huta Baringin (C) 149 0.47 0.97 67.74 Sibanggor Julu (D) 150 1.27 0.97 184.32 Sibanggor Jae (E) 56 1.11 1.29 80.32 Purba Julu (F) 150 0.37 0.65 36.08 Sibanggor Tonga (G) 224 0.63 0.65 91.62 Huta Lombang (H) 265 0.78 0.97 200.46 Huta Baru (I) 94 0.27 0.97 25.01 Handel (J) 69 0.39 0.65 17.22 Huta Baringin Julu (K) 42 0.65 1.29 35.30

Jumlah 1,666 8.20 11 1,391

Tabel 6. Menghitung Pertambahan Penduduk (Ai x Hi)

10

Page 11: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

DesaIndeks

Aksesibilitas (Ai)

Indeks Lahan

Tertimbang (Hi)

Ai x HiProbabilita

sTambahan Penduduk

11

Page 12: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

(a) (b) (c) (d) (e)=d/∑di (f)=jlh pddk x eHuta Tinggi (A) 71.40 242.15 17,289.12 0.22 88Huta Namale (B) 66.26 411.15 27,244.45 0.35 138Huta Baringin (C) 27.68 67.74 1,874.91 0.02 10Sibanggor Julu (D) 62.27 184.32 11,476.66 0.15 58Sibanggor Jae (E) 49.00 80.32 3,935.64 0.05 20Purba Julu (F) 18.65 36.08 672.84 0.01 3Sibanggor Tonga (G) 32.44 91.62 2,972.11 0.04 15Huta Lombang (H) 48.82 200.46 9,786.06 0.13 50Huta Baru (I) 19.82 25.01 495.59 0.01 3Handel (J) 25.29 17.22 435.37 0.01 2Huta Baringin Julu (K)

29.83 35.30 1,053.12 0.01 5

Jumlah 451.45 1,391.35 77,235.87 1.00 392

Pertambahan penduduk selama 5 tahun tersebut adalah 8.028 jiwa pada tahun 2011

dan menjadi 8.420 jiwa pada tahun 2015, penduduk akan menyebar ke 11 kecamatan tersebut

dengan penyebaran yang tidak merata, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

aksessibilitas yang berbeda, semakin besar indeks aksesibilitas dan indeks lahan tertimbang

maka pertambahan penduduk akan semakin besar. Berdasarkan hasil perhitungan diatas

diketahui bahwa pertambahan jumlah penduduk terbesar terjadi di desa Huta Namale sebesar

138 jiwa dan terkecil terjadi di Desa Handel sebesar 2 jiwa selama 5 tahun.

Penyebaran penduduk 5 tahun ke depan sangat dipengaruhi oleh indeks aksesibilitas

dan indeks lahan tertimbang, dimana di desa Huta Namale mempunyai indeks aksessibilitas

sebesar 66,26 dan indeks lahan tertimbang 441,15 sedangkan di desa Handel indeks

aksessibilitas sebesar 25,29 dan indeks lahan tertimbang 17,22.

Apabila dibandingkan sebaran pertambahan penduduk tabel 6 dan 7 terlihat adanya

perbedaan yang sangat signifikan, hal ini disebabkan pada perhitungan pertumbuhan

penduduk pada tabel.6 menggunakan indeks aksesibilitas dan indeks lahan tertimbang,

sedangkan pada tabel.7 menggunakan tingkat pertumbuhan 1,2 persen/tahun tanpa

memperhitungkan luas lahan yang tersedia di masing-masing daerah (desa).

Tabel 7. Sebaran Normal Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Puncak Sorik Marapi

DesaJumlah Penduduk Per Tahun Pertambahan Penduduk Per Tahun

2011 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015 TotalHuta Tinggi (A) 1243 1,258 1,273 1,288 1,304 15 15 15 15 61

12

Page 13: Potensi Lahan Dan Tenaga Kerja Puncak Sorik Marapi

Hutanamale (B) 973 985 996 1,008 1,021 12 12 12 12 48Huta Baringin (C) 458 463 469 475 480 5 6 6 6 22Sibanggor Julu (D) 1240 1,255 1,270 1,285 1,301 15 15 15 15 61Sibanggor Jae (E) 1086 1,099 1,112 1,126 1,139 13 13 13 14 53Purba Julu (F) 363 367 372 376 381 4 4 4 5 18Sibanggor Tonga (G) 618 625 633 641 648 7 8 8 8 30

Huta Lombang (H) 762 771 780 790 799 9 9 9 9 37Huta Baru (I) 267 270 273 277 280 3 3 3 3 13Handel (J) 380 385 389 394 399 5 5 5 5 19Huta Baringin Julu (K) 638 646 653 661 669 8 8 8 8 31Jumlah 8,028 8,124 8,222 8,320 8,420 96 97 99 100 392

Keterangan : Asumsi pertumbuhan penduduk 1,20 persen/tahun

3. Kesimpulan

1. Berdasarkan tabel. 2 daya tarik desa tertinggi adalah desa Huta Tinggi sebesar 46,61 dan

yang terendah adalah Huta Baru sebesar 10,01. Hal ini disebabkan karena jumlah

tambahan lapangan kerja di Desa Huta Tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan di Desa

Huta Baru. Sedangkan jarak tempuh ke ibukota kecamatan Desa Huta Tinggi lebih lama

dibandingkan Desa Huta Baru.

2.

13