potensi jahe sebagai terapi alternatif dm tipe 2

38
“POTENSI JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI TERAPI DIABETES MELITUS TIPE II” Diusulkan oleh : Fannie Rizki Ananda (110100069- 2011) Anita Oktaviani (10010050-2010) Winda Wahyuni (110100129-2011) Fakultas Kedokteran

Upload: fannie-rizki-ananda

Post on 12-Aug-2015

55 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Jahe (Zingiber offinale) merupakan terapi terbaru yang dapat digunakan pada penderita DM tipe 2

TRANSCRIPT

Page 1: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

“POTENSI JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI TERAPI DIABETES MELITUS TIPE II”

Diusulkan oleh :

Fannie Rizki Ananda (110100069-2011)

Anita Oktaviani (10010050-2010)

Winda Wahyuni (110100129-2011)

Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Medan

2012

Page 2: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

KaryaTulisGagasanTertulis dengan judul :

“POTENSI JAHE (Zingiber officinale) sebagai terapi Diabetes Melitus Tipe II”

telah dibaca dan disetujui pada – 15 Desember 2012

Oleh :

Tim Penulis

Fannie Rizki Ananda/110100069/2011

Anita Oktaviani/100100050/2010

Winda Wahyuni/110100129/2011

Dosen Pembimbing,

dr. Arlinda Sari, MKes

NIP : 19690609 199903 2 001

Diketahui oleh :

dr. Muhammad Rusda,spOG (K)

Pembantu Dekan III Fakutas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Page 3: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

KATA PENGANTAR

Syukur yang tiada hingga selalulah kita haturkan ke khadirat Allah SWT,

Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan, sehingga

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini bisa terselesaikan dengan baik. Karya Tulis Ilmiah

ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba Karya Tulis Ilmiah yang diadakan oleh

Hasanuddin Scientific Fair 2013, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Terlebih dari hal tersebut diatas, Karya Tulis Ilmiah ini juga dibuat untuk

menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan tema yang diangkat,

terkhusus untuk subtema yang kami pilih, yaitu terapi herbal untuk diabetes melitus

tipe 2. Besar harapan kami jika setelah membaca tulisan ini, Banyak orang yang bisa

mengaplikasikan ilmunya, sehingga komplikasi-komplikasi diabetes melitus menjauh

dari masyarakat kita.

Seperti kata pepatah, Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, kami

dari penulis menyadari bahwa tulisan kami ini masih sangat jauh dari kata sempurna,

keseluruhan tulisan ini pasti tidak luput dari kesalahan-kesalahan, baik itu berupa

salah ketik, kesalahan dalam bahasa maupun tata letak. Pada kesempatan ini, kami

memohon maaf kepada semua pembaca dan kritik juga saran dari pembaca sekalian

sangatlah kami butuhkan.

Akhir kata, kami ingin menyampaikan salam dan penghargaan kami kepada

semua dokter ataupun calon dokter yang selalu menyisihkan waktunya untuk sekedar

mengores-goreskan pena di atas kertas demi kemajuan zaman. Ingatlah bahwa

menulis itu gaungnya sepanjang masa.

Medan,15 Desember 2012

Penulis

Page 4: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Melitus(DM) atau yang lebih dikenal dengan kencing manis

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,kelainan kerja insulin atau keduanya.

Penyakit ini merupakan penyakit yang prevalensinya cukup tinggi di dunia. Badan

Kesehatan Dunia(WHO) tahun 2003 menyebutkan, penderita diabetes mellitus

mencapai 194 juta jiwa dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333

juta jiwa1.

Di Indonesia sendiri, penderita diabetes mellitus telah mencapai angka 8,4

juta jiwa pada tahun 2000 dan diperkirakan akan meningkat di tahun 20202 yang

mencapai 21,3 juta jiwa. Dari angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai Negara

keempat tertinggi jumlah penderita diabetes melitusnya didunia setelah Amerika

Serikat, India, China (Diabetes Care,2004)3. Berdasarkan SKRT(2001), prevalensi

diabetes melitus di Indonesia sebesar 7,5%4, SKRT(2003) prevalensinya 10,4%, dan

laporan hasil Riskesdas(2008) menunjukkan prevalensi diabetes mellitus sebesar

1,1%5.

Diabetes Melitus terdiri dari 4 tipe, yaitu, diabetes melitus tipe 1, diabetes

melitus tipe 2, diabetes melitus tipe lain dan diabetes melitus karena kehamilan6.

Diabetes mellitus tipe 1 terjadi karena obstruksi sel beta pankreas, dan biasanya

terjadi pada anak kecil. Diabetes mellitus tipe 2 dipicu oleh terjadinya resistensi

insulin. Diabetes melitus tipe lain disebabkan berbagai faktor yang tidak termasuk ke

dalam DM tipe 1,2 maupun karena kehamilan,misalnya karena defek genetik fungsi

Page 5: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

sel beta pankreas karena terganggunya kromosom. Dan yang terakhir, DM karena

kehamilan, sesuai namanya, penyakit ini terjadi saat kehamilan.

Dari beberapa tipe diabetes tersebut, yang paling tinggi angka kejadiannya

didunia adalah diabetes mellitus tipe 2. Hal ini dikarenakan pola hidup manusia yang

konsumtif dan kekurangan aktifitas fisik. Penderita biasanya ditandai dengan

polidipsia (rasa haus), poliuria (sering buang air kecil), polifagia (sering lapar) serta

penurunan berat badan. Dan jika kadar gula dalam darah penderita tidak terkontrol,

maka komplikasi dari penyakit ini akan mengikuti, dan yang paling ditakuti sekarang

dari DM adalah komplikasinya, seperti neuropati, nefropati, retinopati dan lainnya.

Terapi diabetes melitus bertujuan untuk menjaga kadar gula dalam darah agar

relatif konstan dalam kadar normal. Terapi DM yang diaplikasikan di dunia

kedokteran saat ini adalah terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Terapi

farmakologis adalah terapi dengan pemberian obat-obatan secara oral seperti

metformin dan glitazone, dan juga pemberian insulin secara injeksi. Untuk terapi non

farmakologis sendiri, lebih menitikberatkan kepada pola hidup si pasien, seperti

merubaah pola makan dan frekuensi latihan fisik yang lebih.

Untuk terapi herbal dalam pengobatan Diabetes Melitus masih terbilang

jarang digunakan, masih sedikit para ahli yang meneliti tentang zat-zat herbal yang

bisa digunakan untuk terapi penyakit ini. Dari sedikit penelitian tersebut didapatkan

bahwa salah satu zat herbal yang memiliki peran dalam penanganan Diabetes Melitus

adalah Jahe (Zingiber officinale).

Pada jahe, terdapat lebih dari 400 komponen berbeda, namun diantara

komponen tersebut yang memiliki aktifitas farmakologis utama adalah kandungan

gingerol dan shagaol pada Jahe7. Gingerol adalah kandungan pada Jahe yang berperan

untuk terapi Diabetes Melitus. [6]-Gingerol berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas

insulin dan mirip dengan ligan PPARƔ yang berhubungan langsung dengan penyakit

diabetes mellitus ini.

Page 6: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana peranan Jahe (Zingiber Officinale) dalam terapi herbal diabetes

melitus ?

1.2.2 Bagaimana mekanisme sensitifitas insulin dan penggantian ligan PPARƔ oleh

[6]-Gingerol dalam penatalaksanaan diabetes mellitus ?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 untuk mengetahui peranan Jahe (Zingiber Officinale) dalam penatalaksanaan

Diabetes mellitus.

1.3.2 untuk mengetahui mekanisme [6]-Gingerol dalam sensitifitas insulin dan

sebagai pengganti ligan PPARƔ.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Memberikan informasi tentang pemanfaatan jahe sebagai terapi diabetes

melitus.

1.4.2 Memberi alternatif pemilihan terapi diabetes melitus yang murah dan mudah

bagi masyarakat.

1.4.3 Memberi sumbangsih pemikiran bagi peneliti yang ingin memperdalam ilmu

pengetahuan tentang obat herbal.

1.4.4 Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan memperkokoh landasan teoritis

ilmu kedokteran,terutama tentang Diabetes Melitus.

Page 7: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

BAB II

TELAAH PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena adanya masalah pada insulin, baik

sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. World Health Organization (WHO)

merumuskan bahwa DM merupakan suatu penyakit yang tidak dapat dituangkan

dalam satu jawaban yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan

sebagai suatu kumpulan masalah anatomik maupun kimiawi dimana didapat

defisiensi insulin yang dapat bersifat absolut maupun relative dan adanya gangguan

fungsi kerja insulin8.

Adapun kriteria diagnostik untuk Diabetes Melitus menurut WHO adalah9:

1. Gejala klasik DM (polifagia, polidipsia, poliuria) ditambah dengan

pemeriksaan glukosa darah sewaktu ≥200mg/dL (11,1mmol/L)

2. Gejala klasik DM (polifagia, polidipsia, poliuria) ditambah dengan

pemeriksaan glukosa darah puasa ≥126 mg/dL (7,0mmol/L)

3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥200mg/dL (11,1mmol/L).

TTGO dilakukan sesuai dengan standar WHO yaitu menggunakan

beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang

dilarutkan ke dalam air.

Untuk diagnosis, terdapat indeks tambahan yang dapat terbagi atas 2 bagian8:

a. Indeks penentuan derajat kerusakan sel beta dengan pemeriksaan

C-peptide

b. Indeks proses diabetogenik

Page 8: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Dapat dilakukan dengan penentuan tipe dan sub-tipe HLA, adanya

tipe dan titer antibody dalam sirkulasi yang ditujukan pada pulau-

pulau langerhans, anti GAD (Glutamic Acid Decarboxylase).

Untuk penapisan (screening) pada orang-orang yang berisiko tinggi seperti

pada tabel dibawah (tabel 1)9, dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah

sewaktu, pemeriksaan glukosa darah puasa maupun TTGO. Untuk kelompok berisiko

tinggi yang hasil penyaringannya negatif, dilakukan pemeriksaan penyaring ulangan

tiap tahun. Sedangkan bagi yang telah berusia >45 tahun tanpa faktor risiko,

pemeriksaan dapat dilakukan tiap 3 tahun atau lebih cepat tergantung pada klinis

masing-masing pasien.

Faktor Risiko Tinggi Diabetes Melitus

Adanya riwayat keluarga yang menderita DM, terutama pada turunan

pertama

Aktivitas fisik yang kurang

Obesitas (IMT 25kg/m2)

Ras/etnik (African American, Latino, Native American, Indonesian

American, Pasific Islander)

Riwayat adanya IGT(Impaired Glucose Tolerance atau IFG(Impaired

Fasting Glucose)

Hipertensi (TD>=140/90mmHg

Adanya riwayat melahirkan anak dengan Berat Badan >4kg

HDL serum < 35 mg/dL dan trigliserida serum >250mg/dL

Polycystic Ovary Syndrome atau Acanthosis Nigricans

Adanya riwayat penyakit kardiovaskular

Tabel 1 Faktor risiko tinggi penderita DM

Hasil yang diperoleh dapat dicocokkan dengan tabel 2 dibawah ini

Page 9: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Pemeriksaan Tempat

pengambilan

sampel

Bukan

DM

Hati-hati DM

Konsentrasi

glukosa

Plasma vena <100 100-199 ≥200

Darah sewaktu

(mg/dL)

Darah kapiler <90 90-199 ≥200

Konsentrasi

glukosa darah

puasa

Plasma vena <100 100-125 ≥126

Darah kapiler <90 90-99 ≥100

Tabel 2: kriteria diagnosa untuk Diabetes Melitus

Penatalaksanaan untuk Diabetes Melitus saat ini terbagi menjadi dua kelompok

besar yaitu terapi farmakologis dan terapi non farmakologis. Adapun terapi non

farmakologis untuk penderita DM tipe 2 adalah8:

1. Terapi gizi medis

Prinsipnya adalah melakukan pengaturan pola makan yang didasarkan pada

status gizi individu penyandang diabetes dan melakukan modifikasi diet

berdasarkan kebutuhan individual.

2. Latihan Jasmani

Dapat berupa olahraga ringan seperti berjalan kaki, bersepeda dan berenang

sekitar 30-45 menit dalam 3-4 kali dalam seminggu. Latihan jasmani dianggap

dapat meningkatkan sensitivitas GLUT 4 dalam peningkatan kadar glukosa

darah.

Terapi farmakologis yang selama ini digunakan untuk penderita DM tipe 2

diantaranya10:

Golongan Obat Jenis Obat Mekanisme kerja

Page 10: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

1. Insulin Sensitizing Metformin Mempengaruhi

AMPK (5-Adenosine

Monophasphate

Protein Kinase) dan

menstimulasi GLP 1

(Glukagon Like

Peptide 1)

Glitazone Agonis PPAR γ

(Peroxisome and

Proliferator Activated

Receptor gamma)

2. Golongan

Sekretagok Insulin

Sulfonylurea Merangsang K

channel yang

bergantung ATP dari

sel beta pankreas

Glinid Merangsang K

channel yang

bergantung ATP dari

sel beta pankreas

dengan masa kerja

yang lebih pendek

3. Penghambat Alfa

Glukosidase

Acarbose Menghambat alpha

oksidase yang terdapat

pada dinding enterosit

hingga terjadi

hambatan

pembentukan

monosakarida

Page 11: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

intraluminal dan

mempengaruhi kadar

insulin plasma

4. Golongan Incretin Sitagliptin dan

vildagliptin

Inaktivasi enzim DPP-

IV

GLP 1 mimetik dan

analog

Agonis GLP 1 dalam

tubuh

Tabel 3: Penatalaksanaan farmakologis DM tipe 2

Namun, sasaran pengelolaan diabetes melitus bukan hanya glukosa darah saja,

tetapi juga termasuk faktor-faktor lain seperti berat badan, tekanan darah dan profil

lemak (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2006).

2.2 Insulin

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh sel beta pankreas dari

rangkaian asam amino . Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin

(precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan

enzim peptidase, preproinsulin kemudian dipecah sehingga terbentuklah proinsulin

yang kemudian dihimpun dalam secretory vesicles dalam sel tersebut. Kemudian

dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diubah menjadi insulin dan peptida C

yang disekresikan secara bersamaan melalui membran sel8.

Kadar glukosa darah yang tinggi merupakan komponen utama yang

memberikan rangsangan kepada sel beta pankreas untuk memproduksi insulin.

Setelah adanya rangsangan dari peningkatan kadar gula darah, maka akan

terjadi empat tahap yaitu8:

1. Proses glukosa melewati membran sel. Untuk itu diperlukan suatu

senyawa amino yang berperan dalam metabolisme glukosa dengan

berperan sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dan keluar

Page 12: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

dari sel jaringan tubuh, yakni Glucose Transporter (GLUT). Untuk

melewati membran sel dan memasuki sel, diperlukan GLUT 2.

2. Molekul glukosa mengalami proses glikolisis dan fosforilasi di dalam

sel dan kemudian membebaskan molekul ATP.

3. Molekul ATP tersebut mengaktifkan penutupan K channel pada

membran sel. Keadaan ini menyebabkan depolarisasi membran sel

4. Hal ini kemudian diikuti dengan pembukaan Ca channel sehingga ion

Ca dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan peningkatan kadar ion

Ca intra sel yang dibutuhkan untuk proses sekresi insulin.

Mekanisme ini dapat dijelaskan melalui skema:

Gambar 1. Skema Proses Sekresi Insulin

Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan

normal tubuh sehingga sekresinya berbentuk biphasic. Insulin yang dihasilkan

berfungsi sebagai pengatur regulasi glukosa darah agar tetap dalam batas fisiologis,

baik saat puasa maupun saat setelah makan. Dengan demikian, kedua fase sekresi

insulin yang berlangsung secara teratur tersebut menjaga kadar glukosa darah selalu

dalam batas-batas normal8.

Page 13: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Sekresi fase 1 (acute insulin secretion response) adalah sekresi insulin

yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta pankreas, muncul cepat

dan berakhir dengan cepat. Proses ini bermanfaat dalam mencegah terjadinya

hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa darah postprandial.

Sekresi fase 2 dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan

dan bertahan dalam waktu yang relatif lebih lama. Biasanya dengan kinerja fase 1

yang normal, disertai pula oleh aksi insulin yang juga normal pada jaringan, sekresi

fase 2 juga akan berlangsung normal8.

Mekanisme kerja insulin dimulai dengan pengikatan insulin pada bagian

ekstraseluler dari reseptor insulin transmembran. Ikatan ini mengaktifkan tirosin

kinase pada bagian intraseluler reseptor. Substrat utama untuk tirosin kinase ini

termasuk Insulin Reseptor-Substrat (IRS 1, IRS 2, IRS 3, IRS 4) , Gab 1, Grb

2(faktor yang berpengaruh pada pertumbuhan reseptor yang terkait protein 2) dan

SHC ( Src atau kolagen Homolog Protein). Dimana, Grb 2 ini yang akan

mentranslasikan sinyal insulin menjadi suatu faktor pelepas-nukleotida guanin yang

akhirnya mengaktifkan protein pengikat GTP dan MAPK (Mitogen Activated Protein

Kinase). Tirosin Kinase tertentu yang terfosforilasi-IRS akan mengikat Scr Homolog

2 binding protein spesifik, yang meliputi enzim Phoshoinositol-3 dan

phosphotyrosines IRS 1 dengan sistem sinyal intraseluler yang lain. Pada jaringan

perifer seperti sel lemak dan otot rangka, aktivasi selanjutnya dari phosphoinositol-3

diperlukan untuk stimulasi transpor glukosa oleh insulin dan cukup menyebabkan

translokasi sebagian GLUT 4 ke membran plasma11.

Proses sintesis dan translokasi GLUT 4 inilah yang bekerja

memasukkan glukosa dari ekstra ke intra sel untuk selanjutnya mengalami

metabolisme. Rendahnya sensitivitas atau tingginya resistensi jaringan tubuh terhadap

insulin merupakan etiologi terjadinya diabetes tipe 2.

Page 14: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Baik atau buruknya regulasi glukosa darah tidak hanya berkaitan

dengan dengan metabolisme glukosa di jaringan perifer, namun juga di jaringan hepar

dimana GLUT 2 berfungsi sebagai kendaraan yang mengangkut glukosa untuk

melewati membran sel. Manakala jaringan hepar resisten terhadap insulin, maka efek

inhibisi hormon tersebut terhadap mekanisme produksi glukosa endogen menjadi

abnormal sehingga dapat mengganggu proses glikogenolisis ataupun glukoneogenesis

sehingga kadar glukosa darah meningkat tajam.

2.3 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Resistensi insulin dan sekresi insulin yang abnormal masih merupakan

penyebab utama yang dikaitkan dengan terjadinya kasus DM tipe 2. Namun,

masih ada berbagai teori yang kemudian dikaitkan dengan kasus DM tipe 2,

diantaranya:

1. Faktor genetik

Individu dengan adanya riwayat DM pada kedua orangtuanya berisiko

40% lebih besar daripada individu yang tidak memiliki riwayat DM dalam

keluarganya. Gen yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 belum

dapat dimengerti sepenuhnya. Teori yang paling terkenal saat ini adalah

variasi gen yang mengatur transkripsi faktor 7 yang dilakukan pada

beberapa populasi dengan diabetes tipe 2 serta impaired glukosa. Selain

itu juga teori mengenai peran mutasi pada gen yang mengatur PPAR γ

(Peroxisome Proliferator Activated Receptor) gamma, reseptor pada

channel potassium, IRS, dan calpain 10 juga dianggap berperan dalam

kejadian DM tipe 2 meskipun mekanisme kerjanya sebagai penyebab DM

tipe 2 belum dapat dimengerti sepenuhnya9.

2. Resistensi Insulin

Page 15: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Resistensi insulin adalah kegagalan efek respon fisiologis insulin

terhadap metabolisme glukosa, lemak, protein, serta fungsi endotel

vaskular. Mekanisme yang melatarbelakangi resistensi insulin belum

sepenuhnya dapat dipahami dan masih menjadi perdebatan bagi para

klinisi endokrinologi. Adapun gangguan seluler maupun molekuler yang

diduga bertanggung jawab adalah disfungsi reseptor insulin, aberrant

receptor signaling pathway, dan abnormalitas metabolisme ataupun

transportasi glukosa.

Abnormalitas pada transporter GLUT 4 pada keadaan hiperglikemia

kronis dianggap menjadi salah satu penyebab utama pada penderita

diabetes. GLUT 4 merupakan transporter glukosa utama yang terdapat

pada sel otot dan adiposit. Efek utamanya adalah meningkatkan kecepatan

maksimal transpoter glukosa ke dalam sel8,9,12.

Hubungan antara inflamasi dan resistensi insulin pertama kali dicetuskan

oleh Hotamisligil et all pada tahun 1993 yang menyatakan bahwa sitokin

proinflamatorik TNF α dapat menginduksi resistensi insulin dengan

meningkatkan fosforilasi serineIRS 1 sehingga menghambat ekspresi GLUT

412.

Pada penderita obesitas, akumulasi jaringan lemak akan meningkatkan

produksi berbagai macam sitokin seperti TNFα, IL 6, resistin, leptin,

adiponektin, MCP-1 (Monocyte Chemoattractant Protein-1), PAI-1

(Plasminogen Activator Inhibitor-1). Pengikatan sitokin ini pada reseptor

spesifik akan mengaktifkan jalur JNK (Janus Kinase) dan IKKβ dan

selanjutnya mengaktifkan faktor transkripsi Nuklear Faktor κβ (NF-κβ).

Translokasi NF-κβ ke dalam nukleus akan menginduksi transkripsi berbagai

macam mediator inflamatorik yang dapat mengarah pada resistensi insulin13.

Page 16: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Resistensi insulin juga dapat diinduksi dari faktor dalam sel sendiri. Stress

intracellular seperti ROS (Reactive Oxygen Species) atau RNS (Reactive

Nitrogen Species), stres pada reticulum endoplasma dan beragam isoform dari

PK-C (Protein Kinase C) ini akan mengaktifkan jalur JNK/IKKβ/NF-κβ yang

lebih lanjut dalam menyebabkan resistensi insulin14.

Teori baru menyebutkan bahwa akumulasi asam lemak bebas dan

metabolitnya dalam sel akan menyebabkan aktivasi jalur serin/threonin

kinase. Aktivasi pada jalur ini akan menyebabkan fosforilasi pada gugus serin

dari IRS sehingga fosforilasi gugus tironin akan terhambat. Akibatnya jalur

PI3 kinase tidak teraktivasi dan menyebabkan glukosa tetap berada di

ekstrasel9,15.

Resistensi insulin pada sel β pankreas menyebabkan aktivasi jalur caspase

dan peningkatan kadar ceramide yang menginduksi apoptosis sel β yang

diikuti dengan berkurangnya massa sel β pankreas sehingga sintesis insulin

pun berkurang.

2.4 PPARγ

PPAR (Peroxisome Proliferator-Activated Receptor) adalah suatu reseptor inti

superfamili steroid yang mengatur transkripsi faktor-faktor yang mengontrol ekspresi

gen dengan berikatan dengan PPREs dalam promoter. Reseptor ini memiliki 3 tipe,

yaitu PPARα, PPARδ, PPARγ. Diantara tipe tersebut, PPARγ dianggap yang paling

berperan dalam peningkatan sensitivitas insulin dengan meningkatkan penggunaan

glukosa perifer pada otot, lemak dan hati.PPAR γ berperan penting dalam

Page 17: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

differensiasi sel, metabolisme karbohidrat, protein, dan terutama lemak dengan fungsi

utama regulasi adiponektin. PPARγ adalah sebagai lipid sensor yang kemudian

mengatur kadar lemak dalam darah dengan mengatur ekspresi mRNA GLUT 4 dan

anggota lain yang merupakan program genetik adiponektin seperti adipsin dan

ap210,16,17.

Mekanisme kerja PPARγ dijelaskan dalam ilustrasi di bawah ini

Gambar 2: Mekanisme kerja PPARγ

Ilustrasi dari mekanisme kerja PPARγ. Dalam keadaan bebas, reseptor PPARγ

adalah sebagai heterodimer dengan reseptor inti RXR (Retinoid X Receptor) dan

heterodimer pada PPRE. Kompleks corepressor ini mengandung aktivitas HDAC

(histone deacetylase) penghambat transkripsi. Kemudian setelah berikatan, kompleks

corepressor diberhentikan dan kompleks coactivator digabungkan ke reseptor PPARγ

heterodimer (bawah). Kompleks coactivator yang berisi aktivitas Acetylase histone

ini menyebabkan remodeling kromatin, memfasilitasi transkripsi aktif (Grass and

Rosenfeld)16.

Page 18: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Transkripsi inilah yang selanjutnya akan mengatur regulasi lemak, terutama oksidasi

dari asam lemak. Sehingga kadar lemak bebas dalam darah akan menurun.

2.5 Efek Hyperglikemia Serotonin

Serotonin merupakan neurotransmiter yang dapat menyebakan keadaan

hiperglikemia dengan menstimulasi sekresi hormon epinefrin yang berasal dari

adrenal kortex. Serotonin dan prekursornya (5-Hydroxytriptofan) dianggap memiliki

aktivitas fosforilase hati dan meningkatkan aktifitas fosfofruktokinase yaitu enzim

yang berperan dalam proses glikolisis yang diinduksi dengan peningkatan aktivitas

cAMP. Pada penelitian yang dilakukan terhadap tikus, didapati peningkatan kadar

gula darah setelah pemberian 8,3ug/menit selama 5 jam dibandingkan kelompok

kontrol yang diberi Ringer Laktat. Peningkatan tersebut dijelaskan dalam grafik

dibawah ini:

Page 19: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Gambar 3. Tipikal Perfusi Serotonin dan Kontrol yang menunjukkan

peningkatan glikogenolisis, aktifitas fosforilase, dan glukosa darah setelah

pemberian endoportal serotonin. Di sebelah kiri adalah rata-rata dan

standar deviasi dari persentase perubahan antara waktu infusi Serotonin

atau Ringer Laktat (Kontrol) (1 jam pertama) dan akhir perfusi (4-61/2

jam) yang ditabulasikan baik pada group kontrol maupun serotonin18.

Page 20: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Zingiber officinale

Zingiber officinale atau yang lebih dikenal dengan nama Jahe adalah

tanaman yang tumbuh hampir di seluruh Negara tropis di dunia. Tanaman

dengan daun yang berwarna cerah dan seperti rerumputan dengan bunga

berwarna kuning kehijauan dan penanda ungu ini sering digunakan sebagai

bumbu masakan karena bau dan rasanya yang khas. Selain itu, ternyata

tanaman ini sudah digunakan sebagai obat di Negara Cina sejak ribuan tahun

lalu dan merupakan salah satu obat Ayueverdic sebagai antimuntah dan anti

inflamasi di India7.

Tanaman yang termasuk family Zingiberaceae ini memiliki lebih dari

400 komponen berbeda, namun diantara komponen tersebut yang memiliki

aktifitas farmakologis utama adalah kandungan gingerol dan shagaol pada

Jahe (Duke and Beckstrom, 1999)7.

Gambar 4. Struktur [6]-gingerol

Gambar 5 . Struktur [8] Gingerol

Page 21: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Gambar 6. Struktur [10] Gingerol

Gambar 7. Struktur [6] Shagaol

Gambar 8. Struktur Zingerone

Isolasi dari komponen-komponen jahe dan studi invitro dan pada hewan

percobaan melaporkan efektivitas Gingerol dan Shagaol sebagai analgesic,

antipiretik, kardiotonik, antiplatelet, antiemetik, anti-inflammatory, anti-obesity,

antidiabetik, antioxidant, dan immunomodulator18.

Page 22: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Ekstraksi dan Isolasi [6] Gingerol

Akar rhizome dari Zingiber officinale (20.0 kg) dihancurkan dan kemudian

disaring di dalam etanol (20L) selama 48 jam pada suhu ruangan. Saringan

dikumpulkan dan proses ekstraksi ini diulang empat kali. Kombinasikan ekstrak

etanol yang telah disaring dan pekat ini dibawah tekanan 55 derajat celcius hingga

dihasilkan cairan coklat (7L). Ekstrak yang diperoleh kemudian berturut-turut

difraksinasi dengan hexane, kloroform, dan n-butanol. Pelarutnya kemudian dibuang

dibawah tekanan yang rendah untuk menyediakan fraksi yang sesuai terhadap hexane

(200gr), kloroform (40gr), butanol (80gr) dan encer (500gr). [6]- Gingerol

dikonfirmasikan dengan membandingkan spektra-spektra kromatografi dengan data

yang dilaporkan19.

Page 23: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

BAB III

METODOLOGI PENULISAN

A. Prosedur Pengumpulan Data dan Informasi

Data yang terdapat pada karya tulis ilmiah ini didapatkan dari beberapa sumber

seperti buku, jurnal ilmiah dan jurnal elektronik. Selain itu, masalah-masalah yang

ada di dalam karya tulis ilmiah ini didiskusikan bersama dalam kelompok ini.

B. Pengolahan Data dan Informasi

Data dan informasi yang telah dikumpul diolah sehingga diperoleh data yang

saling mendukung. Begitu juga dengan hasil yang didapatkan dari literatur

dikonfirmasikan dengan dosen pembimbing agar didapatkan data yang terbaru dan

akurat serta dapat diaplikasikan.

C. Analisis dan Sintesis

Melalui pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, hasil diskusi dengan dosen

pembimbing serta literatur yang terkait, data dan informasi pada karya tulis ilmiah ini

dianalisis. Setelah dianalisis, penulis mencoba mensintesis suatu gagasan yang

menyeluruh dan belum pernah dikemukakan oleh orang lain. Gagasan yang diusulkan

juga mempunyai unsur pertimbangan akan kemudahan penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari serta unsur biaya agar gagasan tersebut dapat digunakan oleh

seluruh individu. Sifat dan bentuk laporan bersifat deskriptif, analitis dan informatif.

Page 24: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. International Statistical Classification of Diseases

and Related Health Problem. Ed. 10 (ICD-10). Geneva: World Health

Organization, 2003

2. Tim Survei Kesehatan Nasional Nasional. 2002. Studi Morbiditas dan

Disabilitas, Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

3. American Diabetes Association. 2004.Global prevalence of diabetes: estimates

for the year 2000 and projections for 2020. Diabetes Care.

4. Departemen Kesehatan. 2002. Laporan survei kesehatan rumah tangga (SKRT)

2001. Studi Morbiditas dan Disabilitas. Jakarta: Depkes.

5. Departemen Kesehatan. 2004.Laporan survei kesehatan rumah tangga (SKRT)

2003. Studi Morbiditas dan Disabilitas. Jakarta: Depkes.

6. Suyono Slamet.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed 5. Jakarta:Interna

Publishing:1874-1877

7. Singh A et all.2010.Experimental Expand In Pharmacology of Gingerol and

Analoges.International Journal of Comprehensive Pharmacy (2): 04

8. Sudoyo AW, et all, editors.2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed. 5 Jilid III.

Jakarta: Interna Publising:1880-1899

9. Fauci, et all, editors. 2008.Harrisons Principles of Internal Medicine 17th ed

Chapter 38.USA:The McGraw-Hill Companies, Inc.

10. Katzung BG,et all,editors.2007.Basic and Clinical Pharmacology 10th ed Chapter

41.San Francisco:The McGraw-Hill Companies, Inc.

11. Pessin JE, Saltiel AR. 2010.Signalling Pathway in Insulin Action: Molecular

Targets of Insulin Resistance. The Journal of Clinical Investigation vol 106

Page 25: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

12. Adnynana, I Wayan Losen. Dwi Sutanegara, I Nengah.2004.Obesitas dan

Resistensi Insulin.Indonesian Scientific Journal Database (ISJD): 235-245

13. Hotamisligil, GS, 2000, Molecular Mechanism of Insulin Resistance and The

Role of Adipocyte.International Journal of Obesity,4:S23-27

14. Shoelson, SE, LEE J, dan Goldfine AB, 2006.Inflammation and Insulin

Resistance. Journal of Clinical Investigation; 116: 1793-1801

15. Shulman, GI, 2000. Cellular Mechanism of Insulin Resistance.Journal of Clinical

Investigation,106 : 171-176

16. Berger PP.2002.The Mechanisms of Action.Annual Review vol 53:409-435

17. WU Z, et all.1998. PPARγ induces the insulin-dependent glucose transporter

GLUT4 in the absence of C/EBPalpha during the conversion of 3T3 fibroblasts

into adipocytes.The Journal of Clinical Investigation:101(1):22-32

18. Levine, E. Robert; Pesch, A Leroy; Klatskin, Gerald, Giarman, J. Nicholas.

1964.Effect of Serotonin on Glycogen Metabolism in Isolated Rat Liver. Journal

of Clinical Investigation vol 43

19. Singh Amar B, et all.2009.Anti Hyperglicemic, Lipid Lowering, and Anti Oxidant

Properties of [6]-gingerol in Mice.International Journal of Medicine and Medical

Science vol 1(12):536-544

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 26: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

Nama : Fannie Rizki Ananda

Tempat,Tanggal lahir : Delitua, 26 Agustus 1993

Alamat : Jalan Bakti Nomor 83, Delitua

Motto : Perbuatan yang baik harus dimulai dengan niat yang baik

Gol.Darah : AB+

Nama Ayah : Muhammad Amri

Nama Ibu : Endaryati Daulay

Pekerjaan Ayah : -

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

Riwayat Pendidikan : TK Singosari Delitua

SD Swasta Singosari Delitua

SMP N 2 Medan

SMA N 2 Medan

Fakultas Kedokteran USU

Riwayat Organisasi :SCORE PEMA FK USU

PHBI FK USU

Page 27: potensi Jahe sebagai terapi alternatif DM tipe 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Winda Wahyuni

Tempat,Tanggal lahir : Tamiang, 10 Februari 1993

Alamat : Jl.Eka Warni III, No.22, Medan

Motto : Man jadda wa jada

Gol.Darah : B+

Nama Ayah : Aswin

Nama Ibu : Nur Aini

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Pekerjaan Ibu : PNS

Riwayat Pendidikan : TK Dharmawanita Kotanopan

SD N 142658 Kotanopan

SMP N 1 Kotanopan

SMA N 1 Matauli Pandan

Fakultas Kedokteran USU

Riwayat Organisasi : PEMA FK USU 2011/2012

SCORE PEMA FK USU

PHBI FK USU