potensi dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah...

224
Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI) p u b l i s h e r Jl. Menteng Wadas Timur No. 75 Jakarta 12970

Upload: trinhkhue

Post on 09-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

i

Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di

Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI)

p u b l i s h e r

Jl. Menteng Wadas Timur No. 75Jakarta 12970

Page 2: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

ii

Page 3: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

iii

Pendahuluan

Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP RI)

Editor :Ali SumanWudianto

Bambang SumionoHari Eko Irianto

BadrudinKhairul Amri

BALAI PENELITIAN PERIKANAN LAUTPUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN

DAN KONSERVASI SUMBER DAYA IKANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN

DAN PERIKANAN 2014

Kerjasama Ref Graphika

denganBalai Penelitian Perikanan Laut

Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan 2014

Page 4: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

iv

Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia

Balai Penelitian Perikanan LautPusat Penelitian Pengelolaan Perikanan Dan Konservasi Sumber Daya IkanBadan Penelitian Dan Pengembangan Kelautan Dan Perikanan

Editor :Ali SumanWudiantoBambang SumionoBadrudinDuto Nugroho

Hak Cipta Dilindungi Undang-UndangDilarang Memperbanyak Buku Ini Sebagian Atau Seluruhnya Dalam Bentuk Apapun Tanpa Izin Dari Penerbit

Penerbit : Ref PublisherCetakan I : Desember 2014ISBN :

p u b l i s h e r

Penerbit : Ref GraphikaJl. Menteng Wadas Timur No. 75Jakarta 12970

Penerbit : Ref GraphikaCetakan I : Desember 2014ISBN : 978-602-17996-3-5

Page 5: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

v

Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan

Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI)

Kontributor

Ali SumanWudianto

Bambang SumionoBadrudin

Duto Nugroho Gede Sedana Merta

SuwarsoMuhammad Taufik

Khairul AmriDuranta Kembaren

Asep PriyatnaElvi Setiaji

Septa PrihantaraPrihatiningsihUmi Chodrijah

M. FauziTri Ernawati

Enjah Rahmat

BALAI PENELITIAN PERIKANAN LAUTPUSAT PENELITIAN PENGELOLAAN PERIKANAN DAN

KONSERVASI SUMBER DAYA IKANBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN

DAN PERIKANAN 2014

p u b l i s h e r

Page 6: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

vi

Page 7: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

vii

Kata Pengantar

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dipanjatkan kehadhirat Allah Yang Maha Kuasa, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nyalah maka buku “POTENSI LESTARI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA (WPP-RI)”, dapat diselesaikan dengan baik.

Pada saat ini pemanfaatan sumber daya ikan di Indonesia sudah mengarah kepada upaya pengendalian dan cenderung menuju pada tahapan yang over-fishing. Apabila kondisi ini berjalan terus menerus dalam jangka panjang dikhawatirkan akan terjadinya penurunan stok sumber daya ikan yang selanjutnya akan mengancam kelestarian sumberdaya tersebut dan lebih memiskinkan nelayan. Dalam perspektif yang demikian, maka seluruh stake-holder perikanan tangkap harus bersinergi dalam merumuskan dan menjalankan konsep-konsep penguatan pengelolaan. Dengan demikian, sumberdaya ikan akan dapat dimanfaatkan secara optimal dan bekelanjutan bagi kepentingan pembangunan perikanan di Indonesia.

Cara penguatan pengelolaan yang terumuskan dan terimplementasikan dengan baik akan sangat berperan dalam mewujudkan industrialisasi perikanan tangkap yang berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan produktivitas dan nilai tambah. Penguatan pengelolaan tersebut sangat memerlukan hasil penelitian tentang status stok terutama data potensi dan tingkat pemanfaatan untuk mendasarinya. Buku ini memuat hasil penelitian tentang status stok sumber daya ikan terkini di WPP-RI dan diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar penguatan pengelolaan sumber daya ikan untuk menjamin kelestariannya bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat perikanan Indonesia. Buku ini juga sekaligus merupakan dasar dan penjelasan ilmiah dari Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan terkini tentang “Estimasi Potensi Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia”.

Makalah-makalah yang dimuat dalam buku ini adalah makalah yang disusun bersama oleh editor dan kontributor dan merupakan hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Laut Jakarta. Makalah-makalah dalam buku ini telah dievaluasi dan dikoreksi oleh Editor, untuk kemudian dilakukan perbaikan-perbaikan secara bersama-

Page 8: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

viii

sama kontributor. Atas usaha dan kerja keras dari editor dan para kontributor dalam penyempurnaan makalah-makalah yang termuat dalam buku ini diucapkan terima kasih.

Sebagai suatu karya ilmiah, saya mengharapkan buku ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam perumusan kebijakan pengelolaan sumber daya ikan secara berkelanjutan di Indonesia. Semoga Allah Yang Maha Pemurah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya bagi kita semua serta semoga buku ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan bangsa Indonesia.

Jakarta, Desember 2014

Kepala Balai,

Prof. Dr. Ali Suman

Page 9: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

ix

DAFTAR ISI

Pengantar ............................................................................................. viiDaftar Isi ............................................................................................. ixPendahuluan ............................................................................................. 1Bagian I WPP-RI 571 : Selat Malaka dan Laut Andaman ................... 13Bagian II WPP-RI 572 : Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda ................................................................... 31Bagian III WPP-RI 573 : Samudera Hindia Sebelah Selatan Jawa Hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian Barat ......................................................................... 47Bagian IV WPP-RI 711 : Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan .................................................................................. 65Bagian V WPP-RI 712 : Laut Jawa ...................................................... 85Bagian VI WPP-RI 713 : Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ............................................................................... 105Bagian VII WPP-RI 714 : Teluk Tolo dan Laut Banda ............................ 121Bagian VIII WPP-RI 715 : Teluk Tomini, Laut Maluku,Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................................................. 133Bagian IX WPP-RI 716 : Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera ............................................................................ 149Bagian X WPP-RI 717 : Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik ...... 161Bagian XI WPP-RI 718 : Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor Bagian Timur ........................................................................ 175Daftar Pustaka ............................................................................................. 191Glossary ............................................................................................. 197

Page 10: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

x

DAFTAR TABEL

Pendahuluan Tabel 1. Matrik aplikasi metoda pengkajian stok sumberdaya ikan terhadap kelompok spesies pada setiap WPP-RI .................... 6

Bagian I WPP-RI 571 : Selat Malaka dan Laut AndamanTabel I.1. Kepadatan dan biomas sumberdaya ikan demersal di Sub area Belawan-Tanjung Panipahan, Selat Malaka. .......................... 18Tabel I.2 Rata-rata laju tangkap (%) sepuluh jenis ikan demersal hasil tangkapan trawl di Selat Malaka ............................................ 19

Bagian II WPP-RI 572 : Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera dan Selat SundaTabel II-1. Estimasi potensi dan upaya optimum sumber daya ikan pelagis kecil pada tahun 2006 ............................................... 43

Bagian III WPP-RI 573 : Samudera Hindia Sebelah Selatan Jawa Hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian Barat

Bagian IV WPP-RI 711 : Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina SelatanTabel IV-1. Perkembangan laju tangkap, kepadatan stok dan standing stok Ikan demersal antara tahun 1975-2005 ................................. 69Tabel IV- 2. Perkembangan ukuran ikan demersal pada tahun 1989 dan 2001 ..................................................................................... 72Tabel IV-3. Komposisi jenis ikan pelagis kecil dari hasil tangkapan pukat cincin yang mendarat di Palembang, Pemangkat dan Pekalongan tahun 2003-2005: .............................................. 77

Page 11: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

xi

Tabel IV-4. Laju kematian (Z, M, F) dan tingkat pemanfaatan (E) ikan layang (Decapterus spp.). ...................................................... 80Tabel IV-5. Perkembangan nilai Lm ikan layang (Decapterus spp.) dan banyar (R. kanagurta) pada tahun 1997 dan 2004. .............. 80

Daftar Tabel

Page 12: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

xii

DAFTAR GAMBAR

Pendahuluan Gambar 1. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia dan tipe dasar perairan ............................................................................ 7Gambar 2. Perairan laut di Indonesia dan pola aliran massa airnya dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia (Gordon dalam Fieux et al., 1995). ................................................. 10

Bagian I WPP-RI 571 : Selat Malaka dan Laut AndamanGambar I-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap dengan trawl di Selat Malaka, Juni 2008. ........ 16Gambar I-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman ......................................................................... 17Gambar I-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman ................................................................. 18Gambar I-4. Komposisi (%) jenis udang di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman, 2011 ................................................ 20Gambar I-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman .. 21Gambar I-6. Kurva hubngan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman . 22Gambar I-7. Komposisi (%) jenis ikan pelagis kecil di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman tahun 2011. .................. 23Gambar I-8. Kurva hubungan antara produkdi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman ......................................................................... 24

Page 13: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

xiii

Gambar I-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman. ........................................................................ 25Gambar I-10. Komposisi (%) jenis ikan pelagis besar di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman, tahun 2011 .................. 27Gambar I-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman ......................................................................... 28Gambar I-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman. ............................................ 29

Bagian II WPP-RI 572 : Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera dan Selat SundaGambar II-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP-572 Samudera Hindia barat Sumatera dan Selat Sunda, tahun 2011. ........................................... 33Gambar II-2. Komposisi (%) jenis ikan demersal hasil tangkapan pukat tarik ikan di WPP 572 Samudera Hindia barat Sumatera dan Selat Sunda tahun 2013. ............................................ 34Gambar II-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda ................................................ 35Gambar II-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-RI 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda ....................................... 36Gambar II-5. Komposisi (%) jenis udang di WPP 572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda ........................... 37Gambar II-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP 572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda ................................................ 38Gambar II-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan lobster di WPP 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda ....................................... 39

Daftar Gambar

Page 14: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

xiv

Gambar II-8. Komposisi jenis (%) ikan pelagis kecil hasil tangkapan purse seine di perairan WPP-572 tahun 2011. ................ 40Gambar II-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda ....................................... 41Gambar II-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya cumi-cumi di WPP-572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda ................................................ 42Gambar II-11. Komposisi (%) ikan pelagis besar di WPP-572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda ............... 44Gambar II-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda ....................................... 45Gambar I-13. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP- 572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda ................................................ 46

Bagian III WPP-RI 573 : Samudera Hindia Sebelah Selatan Jawa Hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian BaratGambar III-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP-RI 573. ......................................... 49Gambar III-2. Komposisi (%) ikan demersal dominan tertangkap dengan rawai dasar di perairan Binuangeun (A) dan arring insang dasar di perairan Palabuhan ratu (B) tahun 2013. ............ 51Gambar III-3. Komposisi (%) jenis ikan karang ekonomis yang dominan tertangkap di WPP-RI 573. ........................................... 52Gambar III-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat. ................................. 53Gambar III-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat ......................... 54

Page 15: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

xv

Gambar III-6. Komposisi (%) jenis udang di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelahSelatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011 ...................................................................... 56Gambar III-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat. ................................ 57Gambar III-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat .......................................... 58Gambar III-9. Komposisi (%)jenis ikan pelagis kecil dominan tertangkap di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011. ............................ 59Gambar III-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat ......................... 60Gambar III-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 573.Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat ......................... 61Gambar III-12. Komposisi (%) ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011 ............................................................ 62Gambar III-13. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat ......... 63Gambar III-14. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 573 Samudera Hindia sebelah

Daftar Gambar

Page 16: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

xvi

Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat .................................. 64

Bagian IV WPP-RI 711 : Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina SelatanGambar IV-1. Komposisi jenis ikan demersal hasil sampling dengan jaring trawl. ...................................................................... 68Gambar IV-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP RI 711. ........................................ 70Gambar IV-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP RI 711 ............................................. 71Gambar IV-4. Komposisi jenis udang di WPP 711 ................................. 73Gambar IV-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP RI 711 ......................................... 74Gambar IV-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP RI 711 .................................................... 75Gambar IV-7. Komposisi jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap pukat cincin di Perairan Laut Cina Selatan. ................................ 76Gambar IV-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP RI 711 ..................................... 78Gambar IV-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP RI 711 .............................................. 79Gambar IV-10. Komposisi jenis ikan pelagis besar yang berasal dari Laut Cina Selatan dan sekitarnya. ............................................. 81Gambar IV-11. Kurva hubungan antara produkdi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar non tuna di WPP RI 711 ..................... 82Gambar IV-12. Kurva MSY sumber daya ikan tongkol di WPP RI 711 .... 83

Bagian V WPP-RI 712 : Laut JawaGambar V-1. Komposisi jenis ikan demersal di WPP 712 Laut Jawa hasil survei tahun 2012 .................................................... 88Gambar V-2 . Komposisi hasil tangkapan jaring muroami di perairan WPP 712 Laut Jawa ......................................................... 89Gambar V-3. Komposisi hasil tangkapan pancing ulur di perairan WPP 712 Laut Jawa ......................................................... 90

Page 17: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

xvii

Gambar V-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-712 Laut Jawa ............................. 91Gambar V-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP 712- Laut Jawa ................................ 92Gambar V-6. Komposisi jenis udang yang tertangkap di WPP 712-Laut Jawa ................................................................................. 94Gambar V-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP 712 Laut Jawa .......................... 95Gambar V-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan lobster di WPP 712 Laut Jawa ...................... 96Gambar V-9. Perluasan daerah penangkapan pukat cincin yang yang menangkap pelagis kecil berbasis di Pekalongan dan Juwana (Jawa Tengah). .................................................... 97Gambar V-10. Komposisi jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di WPP 712 Laut Jawa .................................................................. 98Gambar V-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP 712 Laut Jawa ......................... 99Gambar V-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP 712 Laut Jawa .................................. 100Gambar V-13. Komposisi jenis ikan pelagis besar di WPP 712 Laut Jawa. 101Gambar V-14. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan pelagis besar di WPP 712 Laut Jawa .............. 102Gambar V-15. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan tongkol di WPP 712 Laut Jawa ............................... 103

Bagian VI WPP-RI 713 : Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut BaliGambar VI.1. Komposisi jenis (%) ikan demersal dominan tertangkap di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ......................................................................... 107Gambar VI.2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ................................................. 108

Daftar Gambar

Page 18: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

xviii

Gambar VI.3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ................................................. 109Gambar VI.4. Komposisi (%) hasil tangkapan udang dengan trawl di perairan timur Kalimantan tahun 2006 ............................ 111Gambar VI.5 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ................................................. 112Gambar VI.6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ......................................................... 113Gambar VI.7. Komposisi jenis (%) ikan pelagis kecil di WPP-RI 713. Selat Makassar,Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ...... 115Gambar VI.8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan pelagis kecil di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ............................. 116Gambar VI.9 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP RI. 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ....................................................... 117Gambar VI.10. Komposisi jenis (%) ikan pelagis besar selain tuna di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali .......................................................................... 118Gambar VI.11 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikanpelagis besar selain tuna di WPP- RI 713. ................ 119Gambar VI.12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP- RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali ....................................... 120

Bagian VII WPP-RI 714 : Teluk Tolo dan Laut BandaGambar VII-1. Komposisi hasil tangkapan ikan demersal di WPP 714..... 123Gambar VII-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di Laut Banda (WPP 714) ................. 124Gambar VII-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di Laut Banda (WPP 714) ............................. 124

Page 19: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

xix

Gambar VII-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya penangkapan udang di Laut Banda (WPP 714)................ 125Gambar VII-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya penangkapan lobster di Laut Banda (WPP 714) ............... 126Gambar VII-6. Komposisi jenis ikan pelagis kecil di WPP 714. ................ 127Gambar VII-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP 714 .......................................... 128Gambar VII-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP 714 ................................................... 129Gambar VII-9. Komposisi jenis ikan pelagis besar di WPP 714 ................ 130Gambar VII-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya perikanan pelagis besar di Laut Banda (WPP 714) ........................... 131Gambar VII-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya perikanan tongkol di Laut Banda (WPP 714) ................................... 131

Bagian VIII WPP-RI 715 : Teluk Tomini, Laut Maluku,Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk BerauGambar VIII-1. Komposisi jenis hasil tangkapan pancing ulur di WPP 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau .............................................................. 135Gambar VIII-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 136Gambar VIII-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 137GambarVIII-4. Komposisi jenis udang di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ... 139Gambar VIII-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 140Gambar VIII-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan lobster di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 141

Daftar Gambar

Page 20: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

xx

Gambar VIII- 7. Peta lokasi penangkapan ikan pelagis (terang), ikan demersal (gelap) dan posisi rumpon di perairan Teluk Tomini (Suwarso, 2012). .................................................. 142Gambar VIII-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 143Gambar VIII-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 144Gambar VIII-10. Komposisi jenis ikan pelagis besar non tuna di WPP 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ............................................................ 146Gambar VIII-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 147Gambar VIII-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau ................. 148

Bagian IX WPP-RI 716 : Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau HalmaheraGambar IX-1. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan demersal di di WPP-RI 716, Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ........................................ 152Gambar IX-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ..................................................... 152Gambar IX-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ............................................................. 154Gambar IX-4 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ............................................................. 154

Page 21: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

xxi

Gambar IX-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ....................................... 156Gambar IX-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikan cumi-cumi di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ........................................ 157Gambar IX-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ........................................ 158Gambar IX-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera ..................................................... 159

Bagian X WPP-RI 717 : Teluk Cendrawasih dan Samudera PasifikGambar X-1. Sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP Samudera Pasifik (WPP 717) .......................................... 164Gambar X-2. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di Samudera Pasifik (WPP 717) ......................... 165Gambar X-3. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan karang di Samudera Pasifik (WPP 717) ............................ 166Gambar X-4. Komposisi jenis udang penaeid di WPP Samudera Pasifik (WPP 714)....................................................................... 167Gambar X-5. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya udang di Samudera Pasifik (WPP 717) ....................................... 167Gambar X-6. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya lobster di Samudera Pasifik (WPP 717) ............................ 168Gambar X-7. Sepuluh jenis ikan pelagis kecil dominan tertangkap di WPP Samudera Pasifik ..................................................... 169Gambar X-8. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di Samudera Pasifik (WPP 717) .................... 170Gambar X-9. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di Samudera Pasifik (WPP 717) ..................... 171Gambar X-10. Komposisi jenis ikan pelagis besar di WPP Samudera Pasifik .............................................................................. 172

Daftar Gambar

Page 22: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

xxii

Gambar X-11. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di Samudera Pasifik (WPP 717) ................... 173Gambar X-12. Kurvahubungan produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di Samudera Pasifik (WPP 717) .......................... 174

Bagian XI WPP-RI 718 : Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor Bagian TimurGambar XI-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan di WPP-RI 718 tahun 2011 ............................................. 177Gambar XI-2. Komposisi (%) jenis ikan karang ekonomis dominan tertangkap di WPP-RI 718 tahun 2011 ........................... 178Gambar XI-3. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur ................................................ 179Gambar XI-4. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur .......................................... 180Gambar XI-5. Daerah penyebaran udang penaeid di perairan Arafura tahun 2006 ...................................................................... 181Gambar XI-6. Komposisi (%) jenis udang penaeid di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur, tahun 2011 ..................................................................... 182Gambar XI-7. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur ................................................................. 183Gambar XI-8. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan pelagis kecil dominan di WPP-RI 718 tahun 2011 ............................................. 184Gambar XI-9 Kurva hubungan produksi dan upaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 718 .................................................................... 185Gambar XI-10. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 718. ............................................. 186Gambar XI-11. Komposisi (%) ikan pelagis besar di WPP-RI 718 ........... Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur, tahun 2011 ...................................................................... 187

Page 23: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

xxiii

Gambar XI-12. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur ............................................... 188Gambar XI-13. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur ................................................ 189

Daftar Gambar

Page 24: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan
Page 25: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

1

PENDAHULUAN

Page 26: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

2

Page 27: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

3

Pendahuluan

1. Latar BelakangDalam rangka mencapai tujuan pengelolaan perikanan, rakyat melalui DPR mengamanatkan kepada Menteri Kelautan dan Perikanan melalui Pasal 7(1) Undang Undang No. 31 Tahun 2004 yang diamendemen menjadi Undang-Undang No.45 Tahun 2009 untuk menetapkan potensi dan alokasi sumberdaya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik Indonesia. Untuk bahan penetapan potensi tersebut telah dilakukan beberapa kali kajian stok sumberdaya ikan.

Potensi ikan laut dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) beberapa kelompok species ikan seperti, pelagis besar, pelagis kecil, demersal, udang, cumi-cumi, ikan hias, moluska dan tripang, benih alam komersial, ikan konsumsi perairan karang pertama kali ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pertanian No. 995/Kpts/IK 210/9/99.

Pada tahun 2001, berdasarkan 9 Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) kajian ulang berikutnya telah dilakukan pada sembilan WPP yang sama terhadap beberapa kelompok spesies, yang kemudian disusul dengan kajian ulang berikutnya pada tahun 2005. Metoda pengkajian yang dipergunakan pada tahun 1998 dan 2001 mencakup metoda akustik, Swept Area Method, Model Surplus Produksi dan sensus visual.

Berbeda dengan kajian sebelumnya, pengkajian sumber daya ikan pada tahun 2005 hanya dilakukan terhadap 4 kelompok spesies ikan (pelagis besar, pelagis kecil, demersal dan udang) secara kualitatif dengan lebih memperhatikan indikator perikanan, biologi dan ekologi, sehingga pada kajian tersebut tidak diperoleh angka potensi dan JTB. Walaupun demikian, melalui kajian indikator tersebut dapat ditetapkan tingkat pengusahaan masing masing kelompok spesies pada setiap WPP.

Pada tahun 2008 kembali dilakukan kajian ulang secara kuantitatif terhadap empat kelompok spesies pada masing masing WPP, dimana metoda yang dipergunakan adalah Model Surplus Produksi yang hanya didasari oleh dua variabel input yaitu hasil tangkapan (Catch) dan upaya penagkapan (Effort) yang diperoleh dari Buku Statistik Nasional Perikanan Tangkap yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap – Departemen Kelautan dan Perikanan.

Dalam upaya mencapai pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di seluruh Indonesia, Wilayah Pengelolaan Perikanan kemudian diubah dari 9 WPP menjadi 11 WPP berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Per.01/Men/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia.

Page 28: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

4

Perubahan WPP ini tentunya akan memberikan implikasi terhadap hasil perhitungan potensi dan Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB), sehingga perlu dilakukan koreksi terhadap perhitungan yang telah dilakukan terdahulu.

Pada tahun 2011 dilakukan kajian ulang pertama kali setelah WPP berubah menjadi 11 WPP dan metoda yang dipergunakan sudah menggabungkan metode holistik dan analitik. Hasil kajian ini telah dibuat menjadi dasar kebijakan pemanfaatan sumber daya ikan di Indonesia dan ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan (KepMen KP. No. 45 Tahun 2011.

Dalam kaitan untuk memperbarui data dan informasi KepMen KP No. 45 Tahun 2011 tersebut, terutama untuk mengakurasi status pemanfaatan sumber daya ikan di Indonesia, maka dilakukan revisi potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan. Buku ini akan membahas secara utuh mengenai hal tersebut dengan penekanan pada penetapan potensi dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan di Indonesia, yang diharapkan dapat digunakan sebagai bahan utama untuk merevisi KepMen KP No.45 Tahun 2011.

2. PengertianKkelompok jenis ikan yang dikaji meliputi 8 kelompok yaitu : demersal, ikan karang, udang, lobster, pelagis kecil, cumi-cumi, tongkol dan pelagis besar non tuna. Pelagis besar tuna tidak dibahas dalam buku ini karena ‘assessment’ sumberdaya ikan tuna yang mempunyai sifat migrasi jauh (highly migratory species) harus dilakukan dengan mengikutsertakan data dari negara-negara yang terletak pada alur migrasi dari ikan tersebut. Pengkajian stok sumber daya tuna dilakukan oleh negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengelolaan perikanan regional (RFMO, Regional Fisheries Management Organization), yaitu IOTC (Indian Ocean Tuna Commission), CCSBT (Commission for the Conservation of Southern Bluefin Tuna) dan WCPFC (Western and Central Pacific Fisheries Commission).

Kelompok ikan demersal (termasuk karang) adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari masa kehidupannya berada di dasar atau dekat dasar perairan. Perairan paparan benua (continental shelf) dengan dasar yang relatif rata biasanya merupakan daerah penangkapan ikan demersal. Ciri-ciri utama kelompok ikan tersebut antara lain adalah; membentuk gerombolan yang tidak besar, gerak ruaya yang tidak jauh dan aktifitas gerak yang relatif rendah. Ikan demersal yang paling umum dikenal masyarakat antara lain adalah; kakap merah, bawal putih, manyung, kuniran, kurisi, gulamah, layur, beloso dan peperek.

Page 29: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

5

Pendahuluan

Secara ekologis kelompok sumber daya udang (termasuk lobster) merupakan sumber daya demersal. Karena posisinya sebagai komoditas ekspor perikanan yang sangat penting dan sifat-sifat biologi yang berbeda dari ikan pada umumnya, upaya pengkajian stoknya dilakukan secara terpisah.

Sumber daya ikan pelagis (termasuk cumi-cumi) adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus hidupnya berada di permukaan atau dekat permukaan perairan, dengan karakteristik: membentuk gerombolan yang cukup besar, beruaya (migrasi) yang cukup jauh dengan gerak/aktifitas yang cepat. Sumber daya ikan pelagis kecil yang paling umum antara lain adalah: layang, kembung, selar, tembang, lemuru, teri dan ikan terbang.

Ikan pelagis besar antara lain adalah; tuna, cakalang tongkol, tenggiri, cucut, marlin dan layaran. Kelompok ikan pelagis besar lebih bersifat oseanik sedangkan ikan pelagis kecil lebih bersifat neritik. Semua jenis ikan pelagis besar pada umumnya beruaya sangat jauh hingga melampaui yurisdiksi suatu negara, sehingga pengkajian stok dan pengelolaannya biasanya selalu dilakukan secara internasional, sesuai dengan alur migrasinya. Kelompok mamalia yang lebih bersifat pelagis (besar) antara lain adalah lumba-lumba, dugong dan ikan paus.

Berbeda dengan kajian tahun 1998 dan 2001, dimana tingkat pemanfaatan ditetapkan berdasarkan perbandingan nilai JTB dan produksi saat itu, hal baru yang muncul dalam tulisan ini adalah, selain Potensi Lestari dan JTB (80% x Potensi Lestari), diperoleh informasi tentang Upaya Optimum dari setiap kelompok ikan pada setiap WPP, sehingga dengan membandingkan Upaya Optimum dengan upaya saat ini maka akan diketahui tingkat pemanfaatannya yang dapat dijadikan titik acuan dalam penentuan jumlah kapal standard yang dapat memperoleh ijin penangkapan.

3. MetodeKajian stok sumberdaya ikan untuk mengestimasi potensi produksi sumberdaya ikan dilakukan dengan beberapa model dan metoda kuantitatif disesuaikan dengan ketersediaan data dan karakteristik perikanannya. Pada dasarnya metode ini digolongkan menjadi model holistik dan analitik.

Metoda kajian tersebut mencakup analisis kuantitatif baku (holistik) yang digunakan dalam biologi perikanan (model surplus produksi/surplus production model dan swept area method) dan teknik estimasi dengan akustik (Widodo, 2003), maupun metoda yang digunakan dalam operation research yaitu model optimasi (Purwanto, 2003). Aplikasi metoda tersebut disajikan dalam bentuk matriks menurut grup spesies pada setiap WPP (Tabel 1).

Page 30: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

6

Tabel 1. Matrik aplikasi metoda pengkajian stok sumberdaya ikan terhadap kelompok spesies pada setiap WPP-RI

Kode WPP-RI Demersal/ikan karang

Udang/lobster

Pelagis kecil/cumi-cumi

Pelagis besarnon tuna/tongkol

I

WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

Surplus Produksi (MSY), Swept Area, Analitik

Surplus Produksi (MSY), Swept Area, Analitik,

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi(MSY), Analitik

II

WPP-RI 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Akustik,Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

III

WPP-RI 573 Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

IV

WPP-RI 711 Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan

Surplus Produksi (MSY), Swept Area, Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Akustik/Surplus Produksi (MSY),Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

V

WPP-RI 712 Laut Jawa Surplus Produksi (MSY), SweptArea, Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

VI

WPP-RI 713 Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali

Surplus Produksi (MSY), Swept Area, Analitik

Surplus Produksi (MSY), Swept Area Analitik

Akustik/Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

VII

WPP-RI 714 Teluk Tolo dan Laut Banda

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi(MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

VIII

WPP-RI 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Akustik,Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

IX

WPP-RI 716 Laut Sulawesi dan sebelah Utara Pulau Halmahera

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Swept area, Analitik

Akustik, Surplus Produksi (MSY),Analitik

Surplus Produksi (MSY),Analitik

Page 31: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

7

Pendahuluan

X

WPP-RI 717 Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

Akustik, Surplus Produksi (MSY),Analitik

Surplus Produksi (MSY), Analitik

XIWPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru, dan Laut Timor bagian Timur

Swept Area, Analitik

Optimasi, Analitik

Optimasi, Analitik Surplus Produksi (MSY), Analitik

Hasil kajian sumberdaya ikan berdasarkan kelompok jenis pada setiap wilayah pengelolaan perikanan diuraikan pada bab-bab selanjutnya.

4. Karakteristik Lingkungan Pada umumnya di perairan Indonesia dapat ditemukan semua bentuk dasar perairan, seperti paparan (shelf), landas benua (continental slope), bentuk-bentuk cekungan yang dalam berupa basin dan palung (basin, abyssal, trench dan trough), bentuk-bentuk elevasi berupa punggung-punggung (rise and ridge, plateau), bentuk-bentuk karang (reefs), atol, beting (shoal) dan gosong (banks). Wilayah perairan laut Indonesia diapit oleh dua samudera besar yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Kedua samudera besar ini terhalang dengan bentangan paparan Sunda di bagian Barat dan paparan Arafura di bagian timur. Massa air dari samudera Hindia dan Samudera Pasifik masih terhubung oleh beberapa deep channel pertama di Lombok dan kedua di Nusa Tenggara Timur seperti terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia dan tipe dasar perairan

Page 32: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

8

Paparan sunda umumnya memiliki topografi dasar yang relatif rata meliputi WPP 711 Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan, Selat Malaka bagian selatan, dan WPP 712 Laut Jawa. Rata-rata kedalaman Laut Jawa sekitar 40 m dimana perairan dengan kedalaman terdalam ditemukan di sebelah utara Madura. Tipe dasar perairan sebagian besar lumpur berpasir terutama di bagian selatan dan sebagian terdapat aliran air tawar yang mengalir dari beberapa sungai. Di perairan sebelah utara umumnya memiliki dasar pasir dan sebagian terdapat terumbu karang. Dengan kondisi seperti di atas sangat berpengaruh terhadap keanekaragaman, penyebaran dan kelimpahan sumber daya ikannya. Secara garis besar sumber daya ikan di perairan paparan Sunda dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu ikan demersal, udang, pelagis kecil dan pelagis besar. Kelompok sumberdaya demersal dan pelagis kecil di wilayah paparan Sunda memberikan kontribusi utama sedangkan kelompok ikan pelagis besar non tuna seperti tongkol dan tenggiri memberikan kontribusi yang tidak terlampau besar.

Wilayah paparan Arafura (Sahul) masuk dalam WPP-RI 718 meliputi perairan Laut Aru, Laut Arafura, dan Laut Timor bagian Timur. Laut Arafura sebagian besar merupakan perairan dangkal dan bagian dari paparan Arafura dengan kedalaman kurang dari 100 m. Arafura merupakan wilayah kontinental shelf yang sangat produktif (Widjopriono et al. 2007). Sumber daya udang dan demersal pada wilayah ini sangat tinggi. Karakteristik lingkungan sangat beragam dan dipengaruhi oleh struktur pantai dan teresterial serta massa air laut dari perairan sekitarnya. Dasar perairan didominasi oleh substrat lumpur halus yang bercampur dengan detritus yang berasal dari serasah hutan mangrove. Sekitar 80 % garis pantai ditutup oleh hutan bakau (yang didominasi oleh Rhizopora sp). Turbiditas yang tinggi terjadi hampir di seluruh perairan pantai disertai dengan akumulasi sedimen yang mencolok di beberapa tempat (antara lain Teluk Bintuni). Pengaruh pusaran arus dalam (internal current) membentuk ‘tumpukan’ sediment yang bercampur dengan detritus seolah-olah seperti gerombolan (schooling) ikan yang sangat padat. Laut Arafura bagian barat merupakan wilayah perairan dengan kedalaman yang lebih dalam, sumberdaya ikan yang dapat dimanfaatkan adalah jenis ikan kakap laut dalam (Etelis spp) (Badrudin et al., 2005)

Wilayah perairan Samudera Hindia merupakan wilayah perairan oseanik dengan dasar perairan yang memiliki topografi bergunung dan berbukit bukit. Sumberdaya yang menonjol pada wilayah perairan ini adalah pelagis besar. Beberapa sumberdaya lain adalah sumberdaya udang dan demersal yang berada terutama di wilayah dekat dengan pantai. Topografi dasar perairan Samudera Hindia sebagian besar berbentuk basin. Basin-basin besar Australia-Hindia terletak di sebelah barat Pulau Sumatera dan selatan Pulau Jawa. Bentuk tertentu yang di dekat/di wilayah Indonesia yang erat hubungannya dengan struktur daratan yaitu adanya palung yang memanjang dan sejajar pantai barat Sumatera,

Page 33: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

9

Pendahuluan

pantai selatan Jawa dan pulau-pulau Nusatenggara. Palung Jawa yang terletak di luar/lepas pantai mempunyai kedalaman maksimum sekitar 7.450 m, sedangkan Palung Bali terletak agak dekat ke pantai mempunyai kedalaman yang lebih dangkal yaitu sekitar 5.160 m. Kedua palung tersebut sering disebut sebagai Palung Ganda Sunda (Sunda Double Trench) dengan liputan mulai dari sebelah selatan Sumbawa, Bali, Jawa dan terus berlanjut sampai barat daya Sumatera. Di sepanjang pantai barat Sumatera terdapat sederetan pulau-pulau kecil yang merupakan punggung-pungung yang memisahkan kedua palung tersebut. Semakin ke utara kedua palung tersebut semakin dangkal dan palung yang terletak di bagian dalam (dekat pantai) dikenal sebagai palung Mentawai. Kelompok sumberdaya demersal dan udang memberikan kontribusi yang tidak begitu besar.

Kelompok pelagis kecil di Samudera Pasifik secara umum berkontribusi lebih besar dibandingkan dengan pelagis kecil dari Samudera Hindia. Wilayah perairan Samudera Pasifik merupakan wilayah laut oseanik. Perairan Samudera Pasifik di utara Papua merupakan perairan laut-dalam (deepsea waters). Sebagian wilayahnya memiliki pantai yang curam dan terjal, terutama pada beberapa daerah pantai barat dan timur Halmahera. Sedangkan pada beberapa daerah atau perairan pantai yang terlindung dan memiliki topografi yang landai kedalamanya tidak lebih dari 200 meter. Menurut Morgan & Valencia (1983) perairan pantai umumnya memiliki ekosistem mangrove, karang dan padang lamun (sea grass) sehingga sumber daya ikan yang cukup penting adalah kelompok ikan demersal laut-dalam dan umumnya berasosiasi dengan karang serta perikanan pelagis. Lepas dari landas benua (continental shelf) yang sempit dan berciri perairan karang, terdapat tebing benua (continental slope) yang curam yang menghasilkan perairan lepas pantai yang dalam. Perairan lepas pantai di Teluk Cenderawasih, Teluk Wondama dan Nabire berkisar antara 500-1.000m. Perairan yang lebih ke tengah di sebelah utara Papua mempunyai kedalaman sampai 3000m. Dengan demikian maka dapat dipastikan bahwa perikanan yang lebih berkembang adalah sumber daya ikan pelagis. WPP 716 Laut Sulawesi dan sebelah utara pulau Halmahera juga merupakan wilayah yang terhubung langsung dengan samudera Pasifik bersifat oceanik dengan sumberdaya pelagis besar dan pelagis kecil. Beberapa lokasi seperti wilayah perairan sebelah barat Kalimantan Timur terdapat sumberdaya ikan demersal dan karang.

Wilayah perairan laut-dalam pada wilayah perairan teritorial (pheripheral deep sea) meliputi Laut Halmahera, Laut Banda, Laut Flores, Laut Sawu, perairan Teluk Tomini dan WPP 713 Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali, WPP 714 Teluk Tolo dan Laut Banda, WPP 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau. Kelompok penting sumberdaya pada wilayah ini adalah pelagis besar dan pelagis kecil sedangkan kelompok demersal dan udang memberikan kontribusi yang tidak begitu dominan.

Page 34: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

10

Perairan teluk secara umum merupakan wilayah perairan semi tertutup secara umum bersifat oseanik dengan keragaman ekosistem dan hayati yang tinggi. Kedalaman perairan teluk seperti Teluk Tomini dapat mencapai mencapai 4.000 m (Burhanuddin et al., 2004). Pada beberapa wilayah seperti pulau Togean terdapat terumbu karang dan mangrove. Sumber daya ikan di perairan teluk adalah ikan pelagis besar (tuna dan non tuna), ikan pelagis kecil (Anonymous, 2001) dan ikan demersal/karang.

Wilayah perairan Selat Makassar dan Laut Flores terdiri dari ekosistem pantai, oseanik dan sejumlah spot ekosistem karang. Ekosistem laut tersebut dipengaruhi oleh run off air tawar dari sungai-sungai di Kalimantan dan Arus Lintas Indonesia (Arlindo atau Indonesian Througflow/ITF). Massa air laut dalam dari Samudera Pasifik bergerak dari Samudera Pasifik ke Laut Sulawesi masuk ke Selat Makassar (2.540 m) dan Selat Ombai menuju Samudera Hindia. Sebagian massa air bergerak ke Laut Flores dan Laut Banda melalui Timor trench 3.310 m ke Laut Sawu (3.470 m) menuju Samudera Hindia (Postma dan Mook, 1988 dalam Sharp, 1996). Pergerakan massa air dari Samudra Pasifik ke Samudera Hindia secara skematik disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Perairan laut di Indonesia dan pola aliran massa airnya dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia(Gordon dalam Fieux et al., 1995).

Page 35: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

11

Pendahuluan

Di Selat Makassar stratifikasi massa air teridentifikasi dengan jelas. Perbedaan salinitas yang tajam antara perairan dekat pantai timur Kalimantan dan pantai barat Sulawesi mencirikan perbedaan sub-ekosistem pantai dan oseanik. Gradien perubahan salinitas pada arah utara-selatan di Selat Makassar dan arah timur-barat di Laut Flores menunjukkan bahwa kedua perairan tersebut merupakan satu sub-ekosistem. Bentuk fisik estuari (finger shape estuary) di pantai timur Kalimantan menunjukkan bahwa pengaruh sungai terhadap kondisi perairan pantai lebih dominan dibanding pengenceran oleh massa air yang mengalir dari utara. Sebaliknya hal tersebut tidak terjadi di pantai barat Sulawesi. Perairan selat Makassar bagian barat sepanjang pantai Kalimantan bagian timur terdapat sumberdaya demersal dan udang serta pelagis kecil, sedangkan perairan Selat Makassar pada bagian barat Sulawesi memiliki kedalaman perairan yang lebih dalam memiliki sumberdaya ikan pelagis besar termasuk tuna dan pelagis kecil. Perairan Laut Flores dengan karakteristik oseanik kaya akan sumberdaya ikan pelagis besar dan pelagis kecil.

Page 36: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

12

Page 37: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

13

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

WPP-RI 571Selat Malaka dan

Laut Andaman

BAGIAN I

Wilayah Pengelolaan Perikanan RI - Selat Malaka dan Laut Andaman

Page 38: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

14

Page 39: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

15

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1 Penyebaran/daerah penangkapan:Penyebaran ikan demersal seperti petek, kuniran, bawal hitam, bawal putih, layur, tigawaja, beloso, kurisi, kurau dan swanggi dapat mencapai perairan di luar 4 mil dari pantai pada kedalaman antara 20-50m, misalnya di perairan sekitar Pulau Berhala, Pulau Pandan, Panipahan dan perairan Aceh Timur. Ikan demersal yang habitatnya terdapat di perairan relatif dalam, seperti jenis gerot-gerot, kakap merah, kerapu dan lencam terutama terdapat di Selat Malaka bagian utara yang langsung berbatasan dengan Laut Andaman. Daerah penangkapan ikan dengan armada pukat ikan (PI) berbasis di Belawan umumnya terdapat di perairan Padang Cermin, Tanjungbalai Asahan, Panipahan, sekitar Pulau Berhala dan Pulau Jemur. Daerah penangkapan ikan dengan pukat apung (longbag set net/LBSN) yang berbasis di Tanjungbalai Asahan adalah di perairan Pulau Berhala, P. Salamon, Panipahan, P.Jemur, Tanjung Api dan Tanjung Bagan. Daerah ini mempunyai kedalaman antara 30 – 50m. Daerah penangkapan ikan demersal dengan alat tangkap lampara dasar dan trammel net dengan armada antara 10-20GT umumnya terdapat di pantai timur Langsa, Lhokseumawe dan Pidie.

Ikan karang ekonomis penting adalah jenis ikan yang mempunyai habitat atau berasosiasi dengan karang atau terumbu karang. Daerah penyebaran karang di WPP-RI 571 tidak begitu luas, mengingat sebagian besar dari pantainya dipengaruhi oleh massa air tawar dari sungai besar dan kecil yang bermuara ke Selat Malaka. Daerah penyebaran terumbu karang terutama terdapat di perairan sekitar Pulau Berhala, Pulau Jemur dan Pulau Batu Mandi di perairan Bagansiapi-api serta perairan Lhok Kareung di Aceh Besar dan Pulau Weh yang langsung berbatasan dengan Laut Andaman dan Samudera Hindia.

1.2 Komposisi JenisBerdasarkan Statistik Perikanan Tangkap menurut WPP (DJPT, 2012), produksi ikan demersal di WPP-RI 571 pada tahun 2011 yang paling tinggi adalah jenis bawal putih (13.150 ton), diikuti oleh ikan gulamah (tigawaja) sebesar 12.404 ton, biji nangka (9.549 ton), manyung (7.841 ton), ikan lidah (6.483 ton), ikan kuro (6.475 ton) dan jenis ikan lainnya kurang dari 6.500 ton.

Survei trawl pada tahun 2008, menunjukkan perbedaan komposisi jenis ikan demersal dominan yang tertangkap di Selat Malaka. Di bagian selatan dari Selat Malaka (perairan Bengkalis dan sekitarnya) hasil tangkapannya didominasi oleh family Sciaenidae (jenis ikan tigawaja/gulamah), Pomadasydae (ikan gerot-gerot), Soleidae (ikan lidah) dan ikan kurau (Polidactylus sp.). Sementara di bagian utara Selat Malaka (perairan Belawan

Page 40: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

16

sampai dengan Tanjung Balai Asahan) didominasi oleh ikan dari family Synodontidae (ikan beloso), Mullidae (ikan kuniran/biji nangka), Nemipteridae (ikan kurisi, coklatan) dan Leiognathidae (ikan petek). Sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap dengan trawl di perairan Selat Malaka disajikan pada Gambar I-1.

Gambar I-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap dengan trawl di Selat Malaka, Juni 2008.

Jenis ikan karang ekonomis penting meliputi ikan ekor kuning/pisang-pisang, napoleon, kerapu karang, kerapu bebek, kerapu balong, kerapu lumpur, kerapu sunu, beronang lingkis dan beronang kuning. Berdasarkan Statistik Perikanan (DJPT, 2012), pada tahun 2011 produksi ikan karang ekonomis di WPP-RI 571 yang paling tinggi adalah ikan ekor kuning/pisang-pisang yaitu 5.443 ton (22,5% dari produksi ikan karang ekonomis yang besarnya 10.996 ton), diikuti oleh ikan kerapu karang 22,5%, kerapu bebek 12,2%, kerapu balong 9,9%, kerapu lumpur 4,7%, dan beronang lingkis 0,6%.

1.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan1.3.1. Ikan Demersal

Aplikasi Model Produksi Surplus yaitu model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya perikanan demersal di WPP-RI

Page 41: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

17

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 255.612 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 7.150 unit setara dogol (Gambar I-2). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 204.490 ton. Mengacu kepada data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap dogol sebesar 2.433 unit dan produksi perikanan demersal sebesar 138.562 ton. Memperhatikan Gambar I-2, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di WPP-RI 571 sebesar 0,34 (indikator warna hijau).

Gambar I-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

1.3.2. Ikan Karang

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap jenis-jenis ikan yang digolongkan kedalam kelompok ikan karang antara lain: ekor kuning, ikan napoleon, kerapu, karang, kerapu bebek, kerapu balong, kerapu lumpur, kerapu sunu, dan beronang. Aplikasi Model Produksi Surplus yaitu model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya ikan karang ekonomis di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 5.828 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 3.116 unit setara rawai dasar (Gambar I-3). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 4.662 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan, pada tahun 2011 diperoleh jumlah rawai dasar sebesar 3.028 unit dan produksi ikan karang ekonomis sebesar 10.996 ton. Memperhatikan Gambar I-3, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan karang ekonomis di WPP-RI 571 sebesar 0,97 atau pada tingkat fully exploited (indikator warna kuning).

Page 42: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

18

Gambar I-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

1.4 Indikator Perikanan dan BiologiPerkembangan kepadatan dan biomas ikan demersal berdasarkan survei trawl di Selat Malaka menunjukkan kecenderungan yang menurun. Penelitian terhadap kepadatan stok dan biomass ikan demersal di sub area antara Belawan sampai dengan Tanjung Panipahan pada tahun 1997 diperoleh kepadatan stok sebesar 1393,6 kg/km2 dengan biomas sebesar 76.648 ton. Bila dibandingkan dengan hasil penelitian pada tahun 2008 dengan kepadatan stok 1178 kg/km2 dan biomas sebesar 64.812 ton, maka terjadi penurunan kepadatan stok sebesar 15,44% dan penurunan biomas sebesar biomasa sebesar 15,43% (Tabel I-1). Secara agregat belum menunjukan penurunan biomas yang berarti.

Tabel I.1. Kepadatan dan biomas sumberdaya ikan demersal di Sub area Belawan-Tanjung Panipahan, Selat Malaka.

Tahun

1997 2004 2008

Kepadatan (kg/km2) 1.393 1.321 1.178

Biomas (ton) 76.648 72.688 64.812

Page 43: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

19

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

Berdasarkan komposisi hasil tangkapan trawl (Tabel I-2), terlihat adanya perubahan komposisi hasil tangkapan, dimana ikan ikan ukuran relatif besar semakin berkurang dan digantikan dengan ikan ukuran kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa tekanan penangkapan sudah mulai memberikan pengaruh terhadap keseimbangan ekosistim dan pada akhirnya kepada komposisi hasil tangkapan ikan demersal di Selat Malaka. Daerah penangkapan yang masih berpeluang untuk pengembangan armadanya berada di selat Malaka bagian Utara yaitu ke arah Laut Andaman.

Tabel I.2 Rata-rata laju tangkap (%) sepuluh jenis ikan demersal hasil tangkapan trawl di Selat Malaka

No. FamiliTahun

19971) 20032) 20043) 2008

1 Synodontidae 9,1 16,2 0,9 10,3

2 Mullidae 16,7 20,7 0,7 9,3

3 Nemipteridae 9,2 3,4 5,1 8,9

4 Dasyatidae 0,0 1,3 1,5 7,4

5 Tetraodontidae 0,0 0,1 0,4 7,1

6 Sciaenidae 5,4 8,7 5,1 6,4

7 Monacanthidae 0,0 0,0 0,2 4,1

8 Silaginidae 1,8 2,1 4,4 3,8

9 Pomadasydae 0,8 2,0 7,6 3,0

10 Carangidae 9,0 9,3 3,8 2,3

Keterangan:1) Sumiono (2002)2) Soselisa & Rijal (2003)3) BRPL (2004) Jenis ikan dengan kecenderungan rata-rata laju tangkap meningkat terdapat pada famili Nemipteridae, Dasyatidae, Tetraodontidae, Sillaginidae dan Monacanthidae. Sebaliknya kecenderungan yang menurun terdapat pada famili Synodontidae, Mullidae, Sciaenidae dan Carangidae. Beberapa famili bahkan tidak tertangkap pada penelitian sebelumnya atau diperoleh dalam jumlah sedikit (kurang dari 1% dari total ikan demersal yang tertangkap).

Page 44: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

20

Struktur ukuran beberapa ikan demersal diantaranya ikan kurusi (Nemipterus peronii) berkisar 10,1-27,5 cm, beloso (Saurida micropectoralis) berkisar 16,5-26,5 cm, Bijinangka (Upeneus sulphureus) berkisar 8,8-15,1 cm.

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster2.1 Penyebaran/Daerah penangkapan:Sumber daya udang penaeid (udang dari familia Penaeidae) menyebar di berbagai kedalaman terutama sampai kedalaman sekitar 30m, pada habitat dengan dasar perairan berupa lumpur atau pasir campur lumpur dan umumnya masih dipengaruhi oleh massa air tawar (freshwater disharge). Daerah penyebaran udang yang utama mulai dari perairan Pidie, Lhokseumawe, Kuala Langsa, Tanjung Jamboaye, pantai Tanjungbalai Asahan, Panipahan, muara Sungai Rokan, Sinaboi, Dumai sampai di sekitar Pulau Bengkalis.

Udang karang (lobster), famili Palinuridae, adalah salah satu jenis udang yang hampir sepanjang hidupnya terdapat di daerah batu karang atau terumbu karang di sepanjang pantai dan teluk-teluk. Daerah penyebaran lobster terutama terdapat di sekitar Pulau Jemur, Pulau Berhala atau di sekitar Pulau Weh.

2.2. Komposisi JenisKomposisi jenis udang di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman pada tahun 2011 didominasi oleh kelompok jenis udang putih/udang jerbung (Penaeus merguiensis, P. indicus) sebesar 47,3% dari total produksi udang penaeid yang besarnya 35.130 ton, diikuti oleh kelompok udang lain-lain (Metapenaeopsis spp.) 27,2%, udang dogol (Metapenaeus spp.) 13,6%, udang windu (P. monodon, P. japonicus, P. semisulcatus) 11,3% dan udang krosok (Parapenaeopsis spp.) 0,7% (Gambar I-4).

Gambar I-4. Komposisi (%) jenis udang di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman, 2011

Page 45: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

21

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

Lobster atau udang karang merupakan salah satu bangsa krustasea yang memiliki nilai ekonomis penting (important market value). Lobster yang terdapat di Indonesia terdiri dari dua kelompok famili yaitu Palinuridae atau spiny lobster, terdiri dari jenis Panulirus versicolor, P. penicillatus, P. ornatus, P.homarus, P.longipes dan P.polyphagus. Kelompok berikutnya, famili Scyllaridae atau flathead lobster mempunyai satu jenis yang penting yaitu Thennus orientalis (lokal: udang pasir). Menurut DJPT (2012), produksi lobster tahun di WPP-RI sebesar 1.117 ton dan produksi cenderung meningkat sejak tahun 2006.

2.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan2.3.1. Udang Penaeid

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya perikanan udang penaeid di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 68.994 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 2.145 unit setara dogol (Gambar I-5). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 55.195 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap dogol sebesar 3.628 unit dan produksi udang sebesar 35.202 ton. Memperhatikan Gambar I-4, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya udang penaeid di WPP-RI 571 pada tahun 2011 sebesar 1,7 (indikator warna merah), atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Gambar I-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

Page 46: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

22

2.3.2. Lobster

Analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya lobster di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 483 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 4.579 unit setara jaring insang tetap (Gambar I-6). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 387 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan, pada tahun 2011 jumlah jaring insang tetap sebesar 6.874 unit dan produksi lobster sebesar 363 ton ton. Memperhatikan Gambar I-6, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster di WPP-RI 571 sebesar 1,5 (indikator warna merah), atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Gambar I-6. Kurva hubngan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

2.4 Indikator Perikanan dan BiologiIndikator perikanan yang terjadi pada sumberdaya udang di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman yaitu terjadinya kecenderungan peningkatan produksi kelompok udang putih (udang jerbung), udang dogol dan udang krosok, sedangkan prosentase hasil tangkapan udang windu menunjukan adanya penurunan pada tahun 2010-2011.

Page 47: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

23

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1 Penyebaran/Daerah Penangkapan:Armada pukat cincin yang berbasis di Tanjungbalai dan Belawan sebagian besar beroperasi di perairan Selat Malaka bagian utara terutama diantara perairan Lhokseumawe sampai Langsa. Sementara daerah penangkapan pukat cincin yang berbasis di Lampulo (Banda Aceh) terutama terdapat di perairan antara Pidie dan sekitar barat daya Pulau Beras (Pulau Weh).

3.2 Komposisi Jenis.Berdasarkan hasil tangkapan pukat cincin pada tahun 2011 yang didaratkan di Tanjung Balai Asahan dan Lampulo, jenis ikan pelagis kecil didominasi oleh dua spesies ikan layang yaitu layang biasa (Decapterus russelli) dan layang deles (Decapterus macrosoma). Kedua jenis ikan layang tersebut memberi kontribusi sekitar 53% dari hasil tangkapan total. Jenis ikan pelagis kecil lainnya adalah Amblygaster sirm 22%, bentong (Selar crumenophthalmus) 9%, banyar (Rastrelliger kanagurta) 6%, dan tembang (Sardinella gibbosa) 4% (Gambar I-7). Dibandingkan dengan tahun 1995-1997 terdapat peningkatan prosentase bagi jenis layang, banyar dan siro, tetapi terdapat kecenderungan penurunan prosentase selar bentong.

4

6

9

22

53

0 10 20 30 40 50 60

Tembang

Banyar

Bentong

Siro

Layang

Persentase (%)

Gambar I-7. Komposisi (%) jenis ikan pelagis kecil di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman tahun 2011.

Page 48: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

24

3.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan3.3.1. Ikan Pelagis Kecil

Sumber daya ikan pelagis kecil di Selat Malaka dieksploitasi menggunakan berbagai alat tangkap seperti jaring insang, bagan dan yang paling utama adalah pukat cincin (purse seine). Berdasarkan kelompok ukuran (GT) terdapat tiga jenis armada pukat cincin yang beroperasi di Selat Malaka, yakni pukat cincin mini (≤10 GT), sedang (10-49GT) dan besar (≥50 GT) (Hariati et al., 2000).

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya perikanan pelagis kecil di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 116.568 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 2.286 unit setara purse seine (Gambar I-8). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 93.255 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap purse seine sebesar 2.648 unit dan produksi ikan pelagis kecil sebesar 180.215 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 571 pada tahun 2011 sebesar 1,20 (indikator warna merah), atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Gambar I-8. Kurva hubungan antara produkdi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

Page 49: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

25

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

3.3.2. Cumi-Cumi

Sumberdaya cumi-cumi merupakan salah satu jenis sumberdaya perikanan laut yang penting. Produksi cumi-cumi di WPP-RI 571 pada tahun 2011 sebesar 12.057 ton atau 33,1% dari total produksi jenis binatang lunak yaitu sebesar 36.361 ton. Alat tangkap yang utama untuk menangkap cumi-cumi adalah bagan apung, bagan tancap, dan longbag set net (LBSN), kadang-kadang tertangkap juga dengan Pukat Ikan. Bagan apung jumlahnya relatif banyak dan selalu mendominasi hasil tangkapan cumi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya di Selat Malaka. Jenis cumi-cumi yang tertangkap di perairan Selat Malaka antara lain cumi-cumi jamak (Loligo duvauceli) dan cumi-cumi teropong (Loligo/Doryteuthis singhalensis).

Analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 4.057 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 607 unit setara bagan apung (Gambar I-9). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 3.245 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap bagan apung sebanyak 418 unit dan produksi cumi-cumi 3.713 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 571 pada tahun 2011 sebesar 0,70 (indikator warna kuning) atau belum melebihi potensi lestarinya.

19

20032004

20052006

2007 200820092010

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

0 200 400 600 800 1000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar I-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

Gambar I-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman.

Page 50: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

26

3.4 Indikator Perikanan dan BiologiHasil tangkapan per unit upaya (CPUE) pukat cincin di wilayah perairan Aceh timur sampai laut Andaman dan Sumatera Utara cenderung mengalami penurunan. Rata-rata CPUE tercatat 935 kg/hari/kapal pada tahun 1996 menurun menjadi 711 kg/hari/kapal pada tahun 2003 dan menjadi lebih rendah sebesar 521 kg/hari/kapal pada tahun 2005.

Indikator lain yang ditunjukkan oleh rata-rata panjang pertama kali matang gonad (lm) untuk beberapa spesies pelagis kecil juga mengalami perubahan. Untuk layang biasa (Decapterus russelli), lm = 17 cm (FL) pada periode 1995-1997, berubah menjadi lm = 16,1 cm (FL) pada periode 2004-2005. Banyar (Rastrelliger kanagurta), lm = 18 cm (FL) pada periode 1995-1997, berubah menjadi lm = 16,6 cm (FL) pada periode 2004-2005 (Haryati, 2007). Pada tahun 2009 diperoleh nilai lm bagi ikan layang deles (Decapterus macrosoma) sebesar 18 cm(FL). Indikator tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan intensitas penangkapan yang cukup tinggi.

Musim pemijahan (spawning season) ikan banyar (R.kanagurta) berlangsung antara bulan Mei-Oktober dengan puncaknya pada bulan Juli-Agustus. Musim pemijahan ke dua berlangsung antara bulan Desember – Maret dengan puncak musim pada bulan Januari-Februari. Musim pemijahan ikan layang biasa (D. russelli) terjadi pada bulan April-Oktober dengan puncak musim berlangsung pada bulan April dan Oktober. Fekunditas telur yang sudah matang berkisar antara 300-520 ribu telor.

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Ikan Tongkol4.1 Penyebaran/Daerah Penangkapan Daerah penangkapan ikan pelagis besar di wilayah perairan Selat Malaka umumnya terdapat di perairan sebelah utara dan sebagian Laut Andaman. Khusus untuk ikan tongkol, daerah penyebarannya banyak diketemukan di daerah pantai/neritik.

4.2 Komposisi JenisDimaksud dengan ikan pelagis besar adalah jenis-jenis ikan pelagis berukuran relatif besar. Pada tulisan ini, tidak termasuk jenis ikan tuna, tongkol dan cakalang. Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap (DJPT, 2012), produksi ikan pelagis besar di WPP-RI 571 pada tahun 2011 didominasi oleh ikan tenggiri yang besarnya 48% dari total produksi ikan pelagis besar, diikuti oleh tenggiri papan 19,8%, cucut martil 8,6%, cucut botol 8%, cucut lanyam 7,3% dan jenis lainnya kurang dari 7% (Gambar I-10)

Page 51: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

27

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

Gambar I-10. Komposisi (%) jenis ikan pelagis besar di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman, tahun 2011

Jenis ikan tongkol yang tertangkap di WPP-571 didominasi oleh tongkol komo (kawakawa, Euthynnus affinis) sebanyak 68,7% dari produksi kelompok tongkol tahun 2011 yang besarnya 29.561 ton, diikuti oleh tongkol krai (Auxis thazzard) sebanyak 18,8%, lisong (A.rhocheii) sebanyak 11,9% dan kenyar (Sarda orientalis) sebanyak 0,5%.

4.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Sumberdaya ikan pelagis besar yang tercatat dalam Statistik Perikanan ditangkap dengan berbagai alat tangkap yang berbeda. Purse seine dianggap sebagai alat tangkap baku dan mempunyai nilai FPI = 1.

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 39.374 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 6.737 unit setara purse seine (Gambar I-11). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 31.499 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 5.428 unit dan produksi ikan pelagis besar sebesar 22,942 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-

Page 52: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

28

RI 571 pada tahun 2011 sebesar 0,81 (indikator warna kuning) atau belum melebihi potensi lestarinya.

21

2005

2010

2009

2004

2011

20082007 2006

2002

2003

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

45000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar I-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

Gambar I-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman

4.3.2. Ikan Tongkol

Analisis melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 terhadap sumberdaya keompok ikan tongkol di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 50.840 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 5.660 unit setara purse seine (Gambar I-12). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 40.672 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine yang menangkap tongkol sebanyak 5.428 unit dan produksi kelompok ikan tongkol sebesar 29.561 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 571 pada tahun 2011 sebesar 0,96 (indikator warna kuning) atau belum melebihi potensi lestarinya, tetapi sudah pada tingkat pemanfaatan yang penuh.

Page 53: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

29

Bagian I - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 571

22

2005

2010

20042009

2011

2008

20072001

2006

2002 2003

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar I-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman.

Gambar I-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 571 Selat Malaka dan Laut Andaman.

Page 54: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

30

Page 55: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

31

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN II

WPP-RI 572Samudera Hindia Sebelah Barat Sumatera dan

Selat Sunda

Page 56: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

32

Page 57: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

33

Bagian II - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 572

1. Sumber Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanPenyebaran ikan demersal diperkirakan tidak terlalu luas karena topografi dasar perairan yang umumnya langsung terjal di Samudera Hindia, diikuti oleh luasan paparan dangkal yang membujur ke arah tenggara semakin sempit. Operasi penangkapan ikan demersal lebih banyak dilakukan di pantai barat Aceh sampai perairan Sibolga serta antara Padang, Muko-Muko, Bengkulu dan Manna (Bengkulu Selatan).

Daerah penyebaran ikan karang ekonomis di WPP-RI 572 tidak begitu luas, mengingat sebagian besar dari pantainya terjal dan dipengaruhi oleh massa air tawar dari sungai besar dan kecil yang bermuara ke Samudera Hindia sebelah barat Sumatera. Daerah penyebaran ikan karang ekonomis terutama terdapat di perairan sekitar Pulau Weh, Kepulauan Simeuleu, sebelah barat Padang dan Bengkulu serta sekitar Pulau Enggano.

1.2 Komposisi JenisBerdasarkan Statistik Perikanan Tangkap (DJPT, 2012), produksi ikan demersal di WPP-RI 572 pada tahun 2011 yang paling tinggi adalah jenis peperek yaitu 10.202 ton atau 7,7% total produksi ikan demersal yang besarnya 131.698 ton. Berturut-turut diikuti oleh ikan kakap merah sebanyak 6,1%, kurisi 6,0%, layur 5,7%, manyung 5,4% dan jenis lainnya kurang dari 5%. Komposisi produksi sepuluh jenis ikan demersal dominan di WPP-RI 572 disajikan pada Gambar II-1.

Gambar II-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP-572 Samudera Hindia barat Sumatera dan Selat Sunda, tahun 2011.

Page 58: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

34

Survei dengan jaring trawl di perairan barat Sumatera pada tahun 2005 dan 2006 menghasilkan jenis ikan peperek (famili Leiognathidae) ditemukan paling melimpah, dengan kontribusi 32,5% dari total laju tangkap ikan demersal, diikuti oleh jenis kuniran (Mullidae) 15,2%, kaci (Haemulidae) 10,36%, alu-alu (Sphyraenidae) 7,41%, kakap merah 6,3% dan famili lainnya kurang dari 5% dari total laju tangkap ikan demersal.

Hasil tangkapan kapal pukat tarik didominasi oleh ikan-ikan dasar yang menyukai habitat berlumpur seperti kuniran (Upeneus sulphureus), coklatan (Scolopsis taenipterus), swanggi (Priacanthus spp), kapasan (Lactarius lactarius) dan petek (Leiognathus splendens) (Gambar II-2). Hasil lainnya antara lain adalah Gerres sp, Hilsa sp, Johnius sp dan Polydactylus sextarius.

Gambar II-2. Komposisi (%) jenis ikan demersal hasil tangkapan pukat tarik ikan di WPP 572 Samudera Hindia barat Sumatera dan Selat Sunda tahun 2013.

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap (DJPT, 2012), pada tahun 2011 produksi ikan karang ekonomis penting di WPP-RI 572 yang paling tinggi adalah jenis ekor kuning/

Page 59: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

35

Bagian II - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 572

pisang-pisang yaitu 10.732 ton (47,5% dari total produksi ikan karang ekonomis yang besarnya 22.605 ton), diikuti oleh ikan kerapu karang 34,4%, kerapu sunu 6,7%, kerapu balong 4,4%, beronang lingkis 3,0%, kerapu lumpur 2,5%, kerapu bebek 1,2%, ikan beronang dan beronang kuning masing-masing 0,1%.

1.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan1.3.1 Ikan Demersal

Dengan mengplikasikan Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data tangkapan (catch) dan upaya (effort) tahun 2000-2011 pada sumberdaya perikanan demersal di WPP-RI 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 349.704 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 10.796 unit setara dogol (Gambar II-3). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu 279.763 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011 terdapat jumlah alat tangkap setara dogol sebesar 9.799 unit dengan produksi perikanan demersal sebesar 131.698 ton. Memperhatikan Gambar II-3, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di WPP-RI 571 sebesar 0,91 (indikator warna kuning), atau dalam tingkat pemanfaatan penuh (fully exploited).

24

2008

2007 2006 2005 2004

20102009

2011

MSY

20022003 2001

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

0 5000 10000 15000 20000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar II-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

Gambar II-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

Page 60: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

36

1.3.2. Ikan Karang

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap jenis-jenis ikan yang digolongkan kedalam kelompok ikan karang antara lain: ekor kuning, ikan napoleon, kerapu, karang, kerapu bebek, kerapu balong, kerapu lumpur, kerapu sunu, dan beronang. Menggunakan Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya ikan karang ekonomis di WPP-RI 572 Samudera Hindia barat Sumatera dan Selat Sunda diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 45.118 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 16.291 unit setara rawai dasar (Gambar II-4). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya sebasar 36.095 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011 terdapat jumlah setara rawai dasar sebanyak 5.349 unit dengan produksi ikan karang ekonomis sebesar 22.600 ton. Memperhatikan Gambar II-4, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan karang ekonomis di WPP-RI 572 sebesar 0,33 (indikator warna hijau), atau pada tingkat under exploited.

25

2001

2010

2002

20082009

2006

20032007

2004 2005

2011

MSY

05000

100001500020000250003000035000400004500050000

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar II-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-

RI 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

Gambar II-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-RI 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster2.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanPenyebaran daerah penangkapan udang penaeid di perairan Samudera Hindia sebelah

Page 61: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

37

Bagian II - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 572

Barat Sumatera terdapat di sepanjang pantai barat provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Bengkulu, dengan daerah pemusatan penangkapan udang terdapat di perairan Meulaboh, Sibolga dan Air Bangis, masing-masing seluas 900 km2 serta perairan Mukomuko sampai Manna dengan luas 1.500 km2.

Udang karang (lobster), famili Palinuridae, adalah salah satu jenis udang yang hampir sepanjang hidupnya terdapat di daerah batu karang atau terumbu karang di sepanjang pantai dan teluk-teluk. Daerah penyebaran lobster terutama terdapat di Perairan sekitar Pulau Weh, Kelulauan Nias, Kepulauan Simeuleu dan Enggano, serta pantai barat antara Padang - Bengkulu.

2.2 Komposisi JenisBerdasarkan Statistik Perikanan Tangkap tahun 2012, komposisi jenis udang di WPP-RI 572 pada tahun 2011 didominasi oleh kelompok jenis udang dogol (Metapenaeus spp.) sebesar 48,6% dari total produksi udang penaeid yang besarnya 35.130 ton, diikuti oleh kelompok udang jerbung (P. merguiensis, P. indicus) 31,5%, udang krosok (Parapenaeopsis spp.) 9,1%, udang windu (P. monodon, P. semisulcatus) 2,1% dan udang ratu (Penaeus sp.)1,8% (Gambar II-5).

Gambar II-5. Komposisi (%) jenis udang di WPP 572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda

Page 62: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

38

Jenis-jenis lobster yang terdapat di WPP-RI 572, antara lain lobster pasir (Panulirus homorus), lobster batu (Panulirus penicillatus), lobster batik (Panulirus longipes), lobster hijau (Panulirus versicolor), lobster bambu (Panulirus polyphagus), lobster mutiara (Panulirus ornatus). Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap, produksi lobster tahun 2011 di WPP-RI 572 sebesar 3.071 ton dan menunjukkan kecenderungan yang meningkat sejak tahun 2006.

2.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan2.3.1 Udang Penaeid

Dengan Model Produksi Surplus melalui model linier dari Fox (1970) terhadap data catch dan effort udang penaeid tahun 2000-2011 di WPP-RI 572 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 7.979 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 3.704 unit setara dogol (Gambar II-6). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 6.383 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011, jumlah alat tangkap setara dogol sebesar 6.259 unit dengan produksi udang sebesar 8.724 ton. Memperhatikan Gambar II-6, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya udang penaeid di WPP-RI 572 pada tahun 2011 sebesar 1,7 (indikator warna merah), atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Gambar II-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP 572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda

Page 63: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

39

Bagian II - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 572

2.3.2 Lobster

Dengan mengaplikasikan Model Produksi Surplus melalui korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya lobster di WPP-RI 572 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 1.337 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 6.071 unit setara jaring insang tetap (Gambar II-7). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 1.070 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap tahun 2010, jumlah setara jaring insang tetap sebanyak 5.759 unit dengan produksi lobster 1.304 ton. Memperhatikan Gambar II-7, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster di WPP-RI 572 sebesar 0,9 (indikator warna kuning), atau dalam kondisi fully exploited.

Gambar II-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan lobster di WPP 572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

2.4 Indikator Perikanan dan BiologiUkuran panjang karapas udang penaeid dan lobster yang tertangkap (Lc) di perairan Samudera Hindia barat Sumatera lebih kecil dari ukuran matang gonad (Lm). Nilai E dari hasil analitik juga menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya udang sudah melebihi potensi lestarinya. Dalam jangka panjang kondisi ini akan semakin mengancam kelestarian sumberdaya udang penaeid dan lobster karena terhambatnya proses rekruitmen.

Page 64: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

40

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan ikan pelagis kecil di wilayah perairan sebelah Barat Aceh meliputi perairan sekitar Kepulauan Banyak, Singkil sampai Pulau Simelue, sedangkan di perairan pantai Tapanuli Tengah meliputi Sorkam, Barus, dan sekitarnya. Pada perairan sebelah barat Sibolga meliputi Teluk Tapanuli, Pulau Mursala, dan sekitarnya. Perairan Tapanuli Selatan; Natal, Sikara-kara, Pulau Ilik, dan sekitarnya. Perairan Tapanuli Tengah yang berbatasan dengan wilayah Sumatera Barat; Pulau Pini, Kepulauan Batu, Pulau Telo dan sekitarnya. Selain itu juga terdapat di perairan Bengkulu sampai Manna.

3.2 Komposisi JenisJenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap pada tahun 2011 adalah kembung (Rastrelliger spp), teri (Stolephorus spp.), selar (Selaroides spp.), layang (Decapterus spp.), tembang (Dussumieria spp.) dan lemuru (Sardinella spp.) yang masing-masing mengkontribusi 29,1 %, 17,8%, 8,2%, 7,3% 6,2% dan 3,8 % dari total hasil tangkapan yang didaratkan di WPP-RI 572 (Gambar II-8).

Gambar II-8. Komposisi jenis (%) ikan pelagis kecil hasil tangkapan purse seine di perairan WPP-572 tahun 2011.

Page 65: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

41

Bagian II - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 572

3.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan3.3.1 Ikan Pelagis Kecil

Sumber daya ikan pelagis kecil di WPP ini dieksploitasi terutama oleh armada pukat cincin (purse seine), disamping berbagai alat tangkap skala kecil lainnya yang memiliki produktivitas jauh lebih rendah. Dengan Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort perikanan pelagis kecil tahun 2000-2011 di WPP-RI 572 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 240.927 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 4.021 unit setara purse seine (Gambar II-9). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 192.741 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011, jumlah alat tangkap setara purse seine sebesar 2.465 unit dengan produksi ikan pelagis kecil sebesar 197.410 ton. Memperhatikan Gambar II-8, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 572 pada tahun 2011 sebesar 0,6 (indikator warna kuning), hal ini menunjukkan indikasi belum melebihi potensi lestarinya.

Gambar II-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

3.3.2 Cumi-Cumi

Sumberdaya cumi-cumi merupakan salah satu jenis sumberdaya perikanan laut yang penting. Produksi cumi-cumi di WPP-RI 572 pada tahun 2011 sebesar 8.892 ton atau

Page 66: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

42

42,9% dari total produksi binatang lunak yang besarnya mencapai 20.930 ton. Alat tangkap yang utama untuk menangkap cumi-cumi adalah bagan apung, bagan tancap, dan pancing cumi-cumi, kadang-kadang tertangkap juga dengan pukat ikan. Bagan apung jumlahnya relatif banyak dan selalu mendominasi hasil tangkapan cumi-cumi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya di perairan sebelah Barat Sumatera.

Analisis model Surplus Produksi dengan korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort cumi-cumi tahun 2000-2011 di WPP-RI 572 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 4.340 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 3.732 unit setara bagan apung (Gambar II-10). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 3.472 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap setara bagan apung sebanyak 4.480 unit dan produksi cumi-cumi 4.365 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 572 pada tahun 2011 sebesar 1,2 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya seperti terlihat pada Gambar II-10.

31

20012005

20032004

200720022006

20092008 2010

0500

100015002000250030003500400045005000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar II-10.Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya cumi-cumi di WPP-

572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda

Gambar II-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya cumi-cumi di WPP-572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda

3.4 Indikator Perikanan dan BiologiHasil kajian pada tahun 2006 di perairan sebelah Barat Aceh dengan menggunakan

Page 67: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

43

Bagian II - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 572

analisis data akustik diperoleh nilai estimasi kepadatan 490 kg/km2. Total biomassa diestimasi sekitar 429 ribu ton dengan perkiraan total area penyebaran sekitar 88 ribu km2 (Tabel II-1).

Tabel II-1. Estimasi potensi dan upaya optimum sumber daya ikan pelagis kecil pada tahun 2006

Kepadatan Biomassa (kg/

km2)

Total area penyebaran

(km2)

Total Biomassa

(Ton)

Potensi (Ton/tahun)

490 1) 88.148 2) 428.902 214.451

Keterangan:Analisis hasil survei di perairan pantai barat AcehLuas area dengan kedalaman ≤ 100 m

Analisis hasil tangkapan ikan pelagis kecil yang didaratkan di Sibolga menunjukkan peningkatan hasil tangkapan purse seine, yaitu sebesar 411 kg/hari (tahun 2003), 575 kg/hari (tahun 2007) dan 556 kg/hari (tahun 2008). Komposisi hasil tangkapan terdiri dari ikan layang 38%, banyar 5% , bentong 13%, siro 2%, tembang 5% dan lain-lain 30%. Komposisi hasil tangkapan tersebut sedikit berubah, dimana pada tahun 2007 kontribusi ikan layang sebesar 20% dan banyar 9%. Indikator biologi diperoleh panjang pertama kali ikan tertangkap dengan purse seine (= length at first capture, Lc), bagi ikan siro dan bentong antara 8-21 cmFL, ikan layang 10,5 cmFL, layang deles 11 cmFL, malalugis 21,5 cmFL, banyar 16,4 cmFL, selar bentong 15,3 cmFL dan siro 15,8 cmFL. Nilai-nilai tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2003-2004.

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Tongkol4.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanSumberdaya ikan pelagis besar menyebar di barbagai area terutama lepas pantai pada kedalaman lebih dari 100 m. Penangkapan ikan pelagis besar dilakukan di lepas pantai Aceh, Sibolga, Padang, Bengkulu, Manna sampai perairan barat Lampung.

Page 68: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

44

4.2 Komposisi JenisKelompok jenis ikan pelagis besar terdiri dari jenis-jenis ikan pelagis berukuran relatif besar, tidak termasuk jenis ikan tuna, tongkol dan cakalang. Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap (DJPT, 2012), produksi ikan pelagis besar di WPP-RI 572 pada tahun 2011 sebesar 34.214 ton. Produksi tersebut didominasi oleh jenis ikan tenggiri (42,9% dari total produksi ikan pelagis besar), diikuti oleh tenggiri papan 19,2%, cucut lanyam 15,8%, setuhuk hitam 9,1%, lemadang 5,3% dan lainnya luring dari 5% (Gambar II-11)

Gambar II-11. Komposisi (%) ikan pelagis besar di WPP-572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda

Jenis ikan tongkol di WPP-572 didominasi oleh tongkol krai (Auxis thazzard) sebanyak 52,6% dari produksi kelompok ikan tongkol yang besarnya 33.693 ton, diikuti oleh tongkol komo (kawakawa, Euthynnus affinis) sebanyak 40,5%, lisong (Auxis rhocheii) sebanyak 6,5% dan kenyar (Sarda orientalis) sebanyak 0,4%.

4.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan4.3.1 Ikan Pelagis Besar

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort sumberdaya ikan pelagis besar (selain tuna, tongkol dan cakalang)

Page 69: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

45

Bagian II - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 572

tahun 2000-2011 di WPP-RI 572 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 25.227 ton dengan upaya optimum (fopt.) 4.103 unit setara purse seine (Gambar II-12). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 20.182 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 4.130 unit dan produksi ikan pelagis besar sebesar 34.214 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 572 sebesar 1,01 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya.

34

2010

2002

2003

2007

2004

2006

2005

20082009

2011

2001

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar II-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

Gambar II-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-572 Samudera Hindia sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda

4.3.2 Ikan Tongkol

Hasil analisis Surplus Produksi melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 terhadap sumberdaya kelompok ikan tongkol di WPP-RI 572 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 42.667 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 3.933 unit setara purse seine (Gambar II-13). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 34.134 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 4.130 unit dan produksi kelompok ikan tongkol sebesar 54.953 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 572 sebesar 1,05 atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Page 70: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

46

35

2010

20022003

2007

20042006

2005

2008

20092011

2001

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar I-13.Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-

572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda Gambar I-13. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol

di WPP- 572 Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda

Page 71: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

47

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN III

WPP-RI 573Samudera Hindia Sebelah Selatan Jawa Hingga

Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor Bagian Barat

Page 72: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

48

Page 73: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

49

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah konsentrasi penyebaran ikan demersal di Samudera Hindia sebelah selatan Jawa terdapat di perairan Binuangeun, Palabuhanratu, Pangandaran hingga selatan Yogyakarta, Pacitan-Grajagan, Teluk Waworada, sebelah selatan Flores dan timur Sumba. Daerah penyebaran ikan karang yang umumnya berasosiasi dengan terumbu karang terdapat di perairan sebelah Selatan Binuangeun, Pangandaran, Yogyakarta, Selat Lombok, Selat Alas, sebelah selatan Sumbawa, Selat Sape (sekitar Pulau Komodo, Rinca), selatan Bajawa-Ende, sekitar Pulau Rote dan Teluk Kupang (Sumiono et al., 1992; Badrudin et al., 1992; Lohmeyer, 1996; McManus, 1996).

1.2 Komposisi JenisBerdasarkan Statistik Perikanan (DJPT, 2012), sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP-RI 573 meliputi ikan layur (23,2% dari produksi ikan demersal), diikuti oleh kakap merah 16,0%, peperek 12,8%, kakap putih 9,9%, kuwe 9,8%, kurisi 9,3%, gulamah 6,1%, bawal hitam 4,9%, manyung 4,8% dan biji nangka 3,3% (Gambar III-1).

Gambar III-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP-RI 573.

Penelitian dengan rawai dasar di perairan Binuangeun, Jawa Barat pada tahun 2013, menunjukkan komposisi hasil tangkapan ikan demersal terdiri dari ikan krapu

Page 74: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

50

(Epinephelus coiodes) sebesar 17,4% dari total hasil tangkapan, diikuti oleh ikan jenaha (Lutjanus erytropterus) sebesar 9,5%, kakap merah (Lutjanus malabaricus) sebesar 8,7%, ikan lencam (Lethrinus lentjan) sebesar 6,9% dan ikan lainnya kurang dari 6%. Hasil tangkapan arring insang dasar di perairan Palabuhan ratu dan sekitarnya didominasi oleh ikan layur (Trichiurus lepturus) sebesar 44,4% dari total hasil tangkapan, diikuti ikan laosan (Polydactylus xanthonemus) sebesar 22,2%, petek (Leiognathus bindus, L. splenden) sebesar 11,1%, kapas-kapas (Gerres spp,. Pentaprion longimanus) sebesar 11,1% dan lainnya masing-masing kurang dari 10% (BPPL, 2013) (Gambar III-2).

35

(A)

Page 75: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

51

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

36

(B)

Gambar III-2. Komposisi (%) ikan demersal dominan tertangkap dengan rawai dasar di perairan Binuangeun (A) dan arring insang dasar di perairan Palabuhan ratu (B) tahun 2013.

Menurut Statistik Perikanan (DJPT, 2012), produksi ikan karang ekonomis di WPP-RI 573 yang paling tinggi adalah jenis ikan krapu karang sebesar 42,3% dari total produksi ikan karang yang besarnya 22.600 ton, diikuti oleh ekor kuning 25,0%, beronang 15,1%, krapu sunu 6,4 % dan jenis lainnya masing-masing kurang dari 5% (Gambar III-3).

Page 76: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

52

Gambar III-3. Komposisi (%) jenis ikan karang ekonomis yang dominan tertangkap di WPP-RI 573.

1.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan1.3.1. Ikan Demersal

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort ikan demersal tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 70.605 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 15.603 unit setara dogol (Gambar III-4). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 56.484 ton. Pada tahun 2011, jumlah alat tangkap dogol sebanyak 15.742 unit dan produksi ikan demersal 59.168 ton. Memperhatikan Gambar III-4, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di WPP-RI 571 sebesar 1,01 (indikator warna merah), atau di sekitar nilai MSY.

Page 77: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

53

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

Gambar III-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat.

1.3.2. Ikan Karang

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap jenis-jenis ikan yang digolongkan kedalam kelompok ikan karang antara lain: ekor kuning, ikan napoleon, kerapu, karang, kerapu bebek, kerapu balong, kerapu lumpur, kerapu sunu, dan beronang. Aplikasi Model Produksi Surplus melalui analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort sumberdaya ikan karang ekonomis tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 14.723 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 6.486 unit setara rawai dasar (Gambar III-5). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 11.778 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan, pada tahun 2011 diperoleh jumlah rawai dasar 9.821 unit dan produksi ikan karang ekonomis sebesar 12.702 ton. Memperhatikan Gambar III-5, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan karang ekonomis di WPP-RI 571 sudah mencapai 1,51 (indikator warna merah), atau sudah melebihi pemanfaatan yang lestari dan sudah harus dilakukan penurunan upaya.

Page 78: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

54

39

MSY

2001

2009

2010

2011

2005

2003

2006

20042002

20082007

02000400060008000

1000012000140001600018000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar III-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 573.

Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

Gambar III-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

1.4 Indikator Perikanan dan BiologiPenelitian dengan rawai dasar di perairan Binuangeun dan sekitarnya pada tahun 2013 diperoleh ukuran panjang total ikan kakap merah (Lutjanus gibbus) yang tertangkap berkisar antara 14,3 – 69,0 cm dengan rata-rata 25,3cm. Ukuran panjang total ikan layur (Trichirus lepturus) yang tertangkap dengan jaring insang dasar berkisar antara 20,3 – 97,5 cm dengan rata-rata 64,4 cm, ukuran panjang ikan beloso (Saurida micropectoralis) berkisar antara 16,4 – 51,3 cm dengan rata-rata 31,6 cm. Musim pemijahan ikan kakap merah (L. gibbus) dan layur (T.lepturus) terjadi beberapa kali dalam setahun yaitu pada bulan Januari, April dan Juli.

Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) ikan kakap merah (L. gibbus) dengan rawai dasar di perairan Binuangeun adalah 24,4 cmTL, yaitu lebih besar dari panjang pertama kali matang gonada (Lm) yang besarnya 20,5 cmTL. Nilai Lc ikan layur (T. lepturus) dengan jaring insang dasar di perairan Palabuhanratu adalah 63,2 cmTL, lebih panjang dari nilai Lm yang besarnya 53,8 cmTL. Ikan beloso (Saurida micropectoralis) mempunyai nilai Lc yang besarnya 29,2 cmTL, lebih besar dari nilai Lm yang besarnya 28,7 cmTL. Jenis ikan tersebut dapat mempertahankan keseimbangan stoknya dalam suatu populasi di Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) ikan kakap merah (L. gibbus) di perairan

Page 79: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

55

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

Binuangeun adalah 24,4 cmTL, lebih besar dari panjang pertama kali matang gonada (Lm) 20,5 cmTL.WPP 573 untuk memberikan kesempatan bereproduksi, paling tidak sekali dalam hidupnya.

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster2.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penyebaran udang penaeid di WPP-RI 573 relatif sempit, terutama menyebar pada kedalaman kurang dari 40 m di daerah muara sungai dan perairan yang masih dipengaruhi oleh hutan mangrove. Daerah konsentrasi penyebaran udang meliputi pantai selatan Binuangeun, Pangandaran, Cilacap sampai dengan selatan Yogyakarta dan Grajagan (Selatan Jawa), Teluk Cempi dan Teluk Waworada (Nusa Tenggara Barat) dan Teluk Kupang, pantai selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Belu (Nusa Tenggara Timur).

Daerah penyebaran lobster di WPP-RI 573 terutama terdapat di pantai selatan Binuangeun, Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Yogyakarta dan Pacitan, pantai selatan Bali dan Lombok,

2.2 Komposisi JenisJenis-jenis udang penaeid yang tertangkap di perairan selatan Jawa sampai dengan NTT umumnya memiliki nilai ekonomis penting. Dengan tertangkapnya jenis udang sungai (Palaemon spp.) di selatan Jawa merupakan petunjuk bahwa perairan selatan Cilacap dan selatan Yogyakarta merupakan perairan yang masih dipengaruhi muara sungai, merupakan habitat yang cocok bagi perkembangan populasi udang (Naamin, 1984).

Udang yang mempunyai penyebaran cukup luas dan mendominasi hasil tangkapan adalah kategori udang dogol (Metapenaeus ensis), diikuti oleh udang jerbung (Penaeus merguiensis, P. orientalis dan P. chinensis), udang windu (Penaeus monodon dan P. semisulcatus), udang krosok (Parapenaeopsis sculptilis, Parapenaeopsis stylifera, Metapenaeopsis elegans, M. lysianassa) dan kelompok udang lain-lain (Metapenaeus choromandelica, Trachypenaeus asper, Solenocera spp, rebon dan udang-udang berukuran kecil lainnya).

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap, komposisi jenis udang di WPP-RI 573 pada tahun 2011 didominasi oleh kelompok udang lainnya sebanyak 69,2% dari total produksi udang penaeid yang besarnya 6.308 ton, diikuti oleh kelompok udang krosok 15,6%, udang jerbung 10,5%, udang windu 1,9%, udang dogol 1,8% dan udang ratu 1,0% (Gambar III-6).

Page 80: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

56

Gambar III-6.Komposisi (%) jenis udang di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelahSelatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011

Jenis-jenis lobster yang terdapat di WPP-RI 573, antara lain lobster pasir (Panulirus homorus), lobster batu (Panulirus penicillatus), lobster batik (Panulirus longipes), lobster hijau (Panulirus versicolor), lobster bambu (Panulirus polyphagus), lobster mutiara (Panulirus ornatus). Menurut Statistik Perikanan tahun 2011, produksi lobster di WPP-RI 573 sebesar 532 ton dan menunjukkan kecenderungan menurun sejak tahun 2007.

2.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan2.3.1. Udang Penaeid

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort udang penaeid tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 5.244 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 5.623 unit setara trammel net (Gambar III-7). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 4.195 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011, jumlah alat tangkap trammel

Page 81: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

57

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

net 7.213 unit dengan produksi udang sebesar 6.308 ton. Memperhatikan Gambar III-7, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya udang penaeid di WPP-RI 573 pada tahun 2011 sebesar 1,3 (indikator warna merah), atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Gambar III-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat.

2.3.2 Lobster

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort lobster tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 843 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 27.390 unit setara jaring insang tetap (Gambar III-8). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 675 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan tahun 2011, jumlah jaring insang tetap sebanyak 12.540 unit dengan produksi lobster 532 ton. Memperhatikan Gambar III-8, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster di WPP-RI 573 sebesar 0,5 (indikator warna hijau), atau belum melebihi potensi lestarinya.

Page 82: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

58

Gambar III-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga Sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

2.4 Indikator Perikanan dan BiologiHasil peelitian BPPL tahun 2013 menunjukkan ukuran udang penaeid yang tertangkap dengan trammel net di perairan selatan Jawa semakin kecil, rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) lebih kecil dari pada rata-rata ukuran pertama kali matang kelamin (Lm). Hasil analisis secara analitik juga menunjukkan laju eksploitasi (exploitation rate, E) sudah melebihi batas potensi maksimalnya (E>0,5). Pengelolaan dalam jangka panjang harus diperhatikan agar kelestarian sumberdaya udang dapat berkesinambungan.

3.Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan ikan pelagis kecil di WPP-RI 573 antara lain terdapat di perairan sebelah Selatan Binuangeun, Palabuhanratu, Pameungpeuk, Pacitan, Prigi, Sendangbiru,

Page 83: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

59

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

Selat Bali (khusus ikan lemuru), Selat Lombok, Ende dan sekitar Teluk Kupang. Sebagian besar ikan pelagis kecil tertangkap di perairan dangkal (neritik).

Darah penyebaran cumi-cumi terutama terdapat di Selat Alas, Selat Lombok, Selat Sape, perairan sebelah barat Sumba, sekitar Pulau Rote dan Teluk Kupang

3.2 Komposisi JenisJenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap di WPP-RI 573 disajikan pada Gambar III-9. Jenis ikan lemuru banyak tertangkap di perairan Selat Bali dan pada tahun 2011 mencapai 32.475 ton. Produksi tertinggi dicapai oleh jenis ikan layang yaitu 35,8% dari total produksi ikan pelagis kecil di WPP-RI. 573 yang besarnya 158.404 ton, diikuti oleh lemuru 23,3%, tembang 17,6%, kembung 7,5%, teri 6,6% dan lainnya masing-masing kurang dari 5%.

Menurut data Statistik Perikanan tahun 2011, produksi cumi-cumi di WPP-RI 573 sebesar 20.751 ton atau 94% dari total produksi binatang lunak yang besarnya 22.059 ton. Alat tangkap yang utama untuk menangkap cumi-cumi adalah bagan apung, bagan tancap, dan pancing cumi, kadang-kadang tertangkap juga dengan Pukat Ikan. Bagan apung jumlahnya relatif banyak dan selalu mendominasi hasil tangkapan cumi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya di WPP-RI 573.

Gambar III-9. Komposisi (%)jenis ikan pelagis kecil dominan tertangkap di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011.

Page 84: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

60

3.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan3.3.1. Ikan Pelagis Kecil

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui model linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort perikanan pelagis kecil tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 161.584 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 3.168 unit setara purse seine (Gambar III-10). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 129.268 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011, jumlah alat tangkap purse seine sebanyak 3.750 unit dengan produksi ikan pelagis kecil sebesar 158.404 ton. Memperhatikan Gambar III-10 maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 573 mencapai 1,2 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Gambar III-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

3.3.2. Cumi-Cumi

Analisis model Surplus Produksi melalui korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort cumi-cumi tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 4.266 ton dengan upaya optimum

Page 85: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

61

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

(fopt.) sebesar 2.580 unit setara bagan apung (Gambar III-11). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 3.412 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011, jumlah alat tangkap bagan apung sebanyak 3.023 unit dan produksi cumi-cumi 5.358 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 573 sebesar 1,2 (indikator warna merah), atau sudah melebihi potensi lestarinya.

45

2006

2008

2001

20042003 20022007

2005

2009

2010

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar III-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 573.Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

Gambar III-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 573.Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Tongkol4.1.Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan ikan pelagis besar di WPP-RI 573 antara lain terdapat di perairan sebelah Selatan Jawa dan Nusa Tenggara dengan tempat pendaratan utama di Binuangeun, Palabuhanratu, Pameungpeuk, Cilacap, Pacitan, Prigi, Sendangbiru, Banyuwangi, Tanjungluar (Lombok Timur), nded an Kupang. Sebagian dari ikan pelagis besar berada di perairan neritik terutama untuk jenis tongkol dan tenggiri.

4.2 Komposisi JenisKomposisi jenis ikan pelagis besar (selain tuna, tongkol dan cakalang) didominasi oleh ikan tenggiri yang besarnya 28,6% dari total produksi ikan pelagis besar di WPP-RI 573

Page 86: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

62

diikuti oleh ikan pedang (18,5%), setuhuk hitam (14,4%), cucut lanyam (11,3%) dan lainnya masing-masing kurang dari 10% (Gambar III-12).

Gambar III-12. Komposisi (%) ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat, tahun 2011

Jenis ikan tongkol di WPP-573 didominasi oleh tongkol krai (Auxis thazzard) sebanyak 67,0% dari produksi kelompok ikan tongkol yang besarnya 76.725 ton, diikuti oleh tongkol komo (kawakawa, Euthynnus affinis) sebanyak 31,2, lisong (Auxis rhocheii) sebanyak 1,5% dan kenyar (Sarda orientalis) sebanyak 0,3%.

4.3.Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Aplikasi Model Produksi Surplus melalui analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort sumberdaya ikan pelagis besar (selain tuna, tongkol dan cakalang) tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 18.407 ton dengan upaya optimum (fopt.) 16.977 unit setara purse seine (Gambar III-13). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 14.725 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 21.028 unit dan produksi ikan pelagis besar sebesar 21.306 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 573 sebesar 1,24 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Page 87: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

63

Bagian III - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 573

47

2010

20092001

20032002

2006

2008

2004

2005

2007 2011

0

5000

10000

15000

20000

25000

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar III-13. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

Gambar III-13. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-RI 573. Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu, dan Laut Timor bagian Barat

4.3.2. Ikan Tongkol

Aplikasi model Produksi Surplus melalui analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort kelompok ikan tongkol tahun 2000-2011 di WPP-RI 573 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 64.574 ton dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 21.291 unit setara purse seine (Gambar III-14). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 51.659 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 21.028 unit dan produksi kelompok ikan tongkol sebesar 76.725 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 571 sebesar 0,99 (indikator warna kuning), atau pada tingkatan penuh (fully exploited).

Page 88: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

64

48

2010

2009

2001

200320022006

2008

20042005

2007

2011

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

90000

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar III-14. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol

di WPP-RI 573 Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat

Gambar III-14. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 573 Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian Barat

Page 89: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

65

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN IV

WPP-RI 711Selat Karimata, Laut Natuna dan

Laut Cina Selatan

Page 90: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

66

Page 91: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

67

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanLaut Cina Selatan (LCS) merupakan bagian dari Paparan Sunda (Sunda Shelf) yang memiliki kedalaman relatif dangkal di bagian selatan dan perairan laut-dalam di bagian utara. Menurut Sudrajat & Beck (1978) daerah dimana trawl dapat dioperasikan (trawlable) di Laut Cina Selatan adalah di sebelah selatan, terutama terdapat di pantai timur Sumatera dan barat Kalimantan. Dasar perairan di daerah tersebut terdiri dari lumpur, pasir campur lumpur, dan pasir. Bagian terbesar dari perairan sebelah barat Kalimantan dan sebelah utara Bangka-Belitung terdapat banyak sponge.

Berdasarkan hasil tangkapan trawl menunjukkan bahwa daerah penyebaran ikan demersal di Laut Cina Selatan terutama menyebar pada perairan kedalaman antara 10 -50 m. Hal ini ditunjukkan rata-rata laju tangkap pada kedalaman tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman lainnya. Kategori large food-fish (berat ikan >200 gram/ekor) maupun small food fish terkonsentrasi pada kedalaman antara 20-29 m.

Sementara penyebaran ikan demersal yang berukuran kecil dan berasosiasi dengan massa air payau terutama terdapat di muara sungai besar dan kecil di daerah Jambi dan Riau, serta di pantai barat Kalimantan mulai dari perairan Pemangkat di sebelah utara sampai dengan Ketapang di sebelah selatan. Hasil pengamatan di perairan muara Sungai Kapuas (Sei Kakap, perairan Batu Ampar) dan muara sungai Mempawah di barat Kalimantan serta di perairan Indragiri Hilir (Riau) terdapat 3 jenis alat tangkap yang bersifat pasif/menetap (tidal trap nets) yaitu gombang, jermal, dan kelong. Ketiga jenis alat tersebut biasanya menangkap ikan demersal dan udang yang berukuran kecil. Hasil tangkapan didominasi oleh ikan-ikan yang masih berukuran kecil (juvenile) dari jenis kuniran, tiga waja, peperek dan beloso (Sumiono & Wasilun, 1989; Badrudin et al., 2001).

1.2. Komposisi Jenis Data hasil tangkapan berdasarkan kategori utama tampak bahwa ikan berukuran kecil (small food fish, ukuran ikan <200 gram per ekor) mendominasi hasil tangkapan pukat ikan (fish trawl) di perairan barat Kalimantan, terutama pada perairan lepas pantai (>30 m). Sampling di perairan barat Kalimantan dengan kapal pukat ikan yang berbasis di Tanjung Pinang pada bulan Mei 2002, diperoleh komposisi hasil tangkapan didominasi oleh ikan kurisi (famili Nemipteridae) sebesar 12,8%, diikuti oleh ikan peperek (famili Leiognathidae) 11,8%, beloso (famili Synodontidae) 9,9%, pari (Rays) 8,4%, biji nangka (Mullidae) 3,7%, dan lainnya kurang dari 3% (Wagiyo & Nurdin, 2002). Hasil yang hampir sama dijumpai pada hasil tangkapan pukat ikan pada kedalaman >30 m di perairan

Page 92: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

68

barat Kalimantan tahun 1978 dan 2001, yaitu didominasi oleh ikan kurisi, diikuti oleh peperek, swanggi, pari, kurisi, bawal putih, kakap merah, dan beloso. Beberapa famili menunjukkan persentase hasil tangkapan trawl yang cenderung menurun dalam kurun waktu tahun 1975, 1978, 2001, dan 2002, yaitu famili Mullidae, Ariidae, Stromateidae, Carangidae, Lutjanidae, dan Serranidae. Sementara famili Leiognathidae, Nemipteridae, Synodontidae, Trichyuridae, Rays, dan Sharks persentasenya cenderung meningkat (PRPT, 2005).

Dari hasil penelitian dengan menggunakan Kapal Riset SEAFDEC 2 yang dengan mengoperasikan jaring trawl dilakukan pada tahun 2005-2006 diperoleh komposisi ikan demersal (Gambar IV-1).

6.518.8

42.22.93.13.23.6

5.65.66

8.18.7

24.9

0 5 10 15 20 25 30

Trash fishesMiscellaneous fish

SquidsSerranidae

SynodontidaeGerreidaeBalistidae

CarangidaeMullidae

EngraulidaeNemipteridae

LutjanidaeAriidae

Sharks and Rays

Persentase (%)

Gambar IV-1. Komposisi jenis ikan demersal hasil sampling dengan jaring trawl.

Jenis hasil tangkapan dominan ditinjau dari beratnya adalah jenis ikan pari dan cucut. Jika kedua jenis ikan tersebut tidak dimasukkan dalam perhitungan maka 3 jenis hasil tangkapan utama adalah ikan manyung (Ariidae), ikan kakap (Lutjanidae) dan ikan kurisi (Nemipteridae) dimana jenis ikan tersebut memiliki nilai ekonomis penting dan termasuk kelompok ”large food fish”.

Page 93: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

69

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap (2012) komposisi hasil tangkapan ikan demersal di perairan WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) pada tahun 2011 didominasi oleh jenis ikan manyung: 20.130 ton (12,03 %), kakap merah: 16.713 ton (9,99 %), pari : 14.172 ton (8,47 %), kurisi: 12.610 ton (7,54 %), kuwe: 11.743 ton (7,02 %), dan gulamah: 11.494 ton (6,87 %).

1.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan1.3.1. Ikan Demersal

Besarnya laju tangkap proporsional dengan kelimpahan stok atau biomassa ikan demersal dan dapat digunakan untuk mengestimasi besarnya stok. Nilai biomassa sumber daya ikan demersal di perairan Laut Cina Selatan menunjukkan adanya penurunan seperti disajikan dalam Tabel IV-1.

Tabel IV-1. Perkembangan laju tangkap, kepadatan stok dan standing stok Ikan demersal antara tahun 1975-2005

TahunLaju Tangkap

(kg/jam)Kepadatan Stok

(ton/km2)Standing Stok

(ton)1975 156,0 2,36 677.3201978 119,0 1,80 516.6002001 66,9 1,00 166.4602005 57,9 0,80 146.560

Perbedaan kepadatan stok pada tahun 2001 dan 2005 dengan tahun-tahun sebelumnya kemungkinan diakibatkan oleh adanya fluktuasi musiman akan tetapi hal ini tampaknya memerlukan kajian yang lebih mendalam terutama yang menyangkut perkembangan jumlah upaya (effort) mengingat bahwa kepadatan stok ikan demersal begitu rendah dibandingkan dengan periode tahun-tahun sebelumnya. Selain adanya penambahan jumlah upaya, akhir-akhir ini terdapat kecenderungan dari armada trawl negara tetangga yang masuk perairan Laut Cina Selatan wilayah Indonesia yang kemudian melakukan penangkapan ikan secara illegal. Pemantauan pada tahun 1989 dan 2002 di perairan barat Kalimantan menunjukkan penurunan yang mencolok terhadap hasil tangkapan (CPUE) alat tangkap ikan demersal yang utama di beberapa lokasi pendaratan ikan.

Page 94: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

70

Analisis Model Produksi Surplus dengan menggunakan data selama 11 tahun (2000-2011) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 482.200 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 9.987 unit standar dogol (Gambar IV-2). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 385.760 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 10.878 unit standar dogol, dengan demikian effort aktual 2011 telah melebihi effort optimum dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal sudahmencapai 1,09 (indikator warna merah).

48

2001

2006

2009 2004

20052003

MSY

2011

20072008

20102002

0

50000

100000

150000

200000

250000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IV-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP RI 711.

Gambar IV-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal

di WPP RI 711.

Pemanfaatan sumber daya ikan demersal di perairan Paparan Sunda termasuk di perairan Laut Cina Selatan dan sekitarnya telah berlangsung sejak lama. Eksploitasi tersebut telah mencapai puncaknya pada tahun 1980-an di mana alat tangkap yang efektif adalah jaring trawl. Dari keadaan tersebut terlihat bahwa sumber daya ikan demersal di perairan Laut Cina Selatan dan sekitarnya berada pada tekanan penangkapan yang berlebih dalam jangka waktu yang cukup lama. Selain itu, tekanan penangkapan makin intensif oleh kegiatan IUU Fishing dari negara lain.

1.3.2. Ikan Karang

Jenis-jenis ikan yang digolongkan kedalam kelompok ikan karang antara lain: ekor kuning, ikan napoleon, kerapu, karang, kerapu bebek, kerapu balong, kerapu lumpur,

Page 95: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

71

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

kerapu sunu, dan beronang. Pada tahun 2011 tercatat 3 jenis ikan karang konsumsi yang dominan di wilayah WPP 711 antara lain: ekor kuning: 12.546 ton (51,32 %), kerapu karang: 5.489 ton (22,45 %) dan ikan baronang: 3.170 (12,97 %).

Dari hasil analisis data catch dan effort sumber daya ikan karang selama 11 tahun (2000-2011) di WPP-RI 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) diperoleh hasil seperti pada Gambar IV-3.

49

2001

20022003

2006

2010

2009

20042005

2011

2008MSY 2007

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

0 5000 10000 15000 20000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IV-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP RI 711

Gambar IV-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP RI 711

Dari Gambar IV-3 didapatkan besaran nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) ikan karang sebesar 25.108 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 12.153 unit standar rawai dasar. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu sebesar 20.086 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 9.598 unit standar rawai dasar sehingga tingkat pemanfaatannya baru mencapai 0,79 (indikator warna kuning). Dengan effort aktual 2011 tersebut maka pemanfaatan sumber daya ikan karang di perairan WPP 711 belum mencapai tingkat pemanfaatan yang optimum. Sehingga masih memungkinkan untuk dapat dikembangkan. Kondisi demikian ini sesuai dengan hasil survey dengan menggunakan RV Seafdec 2 pada tahun 2006 bahwa hasil trawl di perairan Laut Cina Selatan bagian utara diperoleh ikan kerapu yang tertangkap berukuran cukup besar.

Page 96: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

72

1.4. Indikator Perikanan dan BiologiPada survei dengan alat tangkap trawl tahun 1975 telah dilakukan pengukuran panjang ikan terhadap 31 spesies. Dari sejumlah 31 spesies ikan, di mana 3 jenis diantaranya dapat digunakan sebagai pembanding atas gambaran tidak langsung dari pengaruh eksploitasi sumber daya ikan demersal. Ketiga jenis tersebut adalah peperek (Leiognathus bindus), kuniran (Upeneus sulphureus) dan swanggi (Priachantus tayenus) seperti disajikan dalam Tabel IV-2.

Tabel IV- 2. Perkembangan ukuran ikan demersal pada tahun 1989 dan 2001

Jenis ikan Panjang Total (cm)1989 2001

Upeneus sulphureus 12,0-16,5 10,5-15,0

Priachantus tayenus 10,5-26,5 6,0-25,0

Liognathus bindus 7,0-12,5 4,5-8,0

Pengamatan hasil tangkapan trawl yang berbasis di Ketapang pada tahun 2002 menunjukkan rata-rata ukuran panjang ikan peperek 7,5 cm TL (Anung, 2002). Hasil ini lebih kecil dari ukuran panjang peperek seperti yang dilaporkan oleh Martosubroto & Pauly (1976) yaitu 10,2 cm. Hal yang sama terjadi pada rata-rata ukuran ikan bawal putih dan manyung.

Menurunnya rata-rata ukuran beberapa jenis ikan demersal di perairan barat Kalimantan juga tampak dari hasil tangkapan trawl dengan kapal riset Baruna Jaya VII pada tahun 2001 di perairan Batuampar-Mempawah (Anonimous, 2001) dibandingkan dengan hasil tangkapan lampara dasar (trawl mini) di perairan yang sama (Sumiono & Wasilun, 1989). Ukuran ikan kuniran (Upeneus sulphureus), mata besar (Priacanthus tayenus), dan peperek (Leiognathus bindus) yang tertangkap dengan trawl rata-rata memiliki kisaran lebih kecil. Demikian juga hasil survei dengan Kapal Riset SEAFDEC 2 yang dilakukan pada tahun 2005 dan 2006 menunjukkan ukuran ikan tersebut di atas semakin kecil.

Page 97: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

73

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster2.1 Daerah PenyebaranSumber daya udang penaeid (udang dari familia Penaeidae) menyebar di berbagai kedalaman terutama di kedalaman kuang dari 30 m, pada habitat dengan dasar perairan berupa lumpur atau pasir campur lumpur dan umumnya masih dipengaruhi oleh massa air tawar (freshwater disharge). Daerah penangkapannya menyebar di perairan pantai Pemangkat, Singkawang, Mempawah, Ketapang, pantai timur Sumatera. Sedang di perairan Laut Cina Selatan sebelah utara banyak dijumpai dasar perairan berpasir dan berkarang yang cocok untuk habitat udang lobster.

Udang karang (lobster), famili Palinuridae, adalah salah satu jenis udang yang hampir sepanjang hidupnya terdapat di daerah batu karang atau terumbu karang di sepanjang pantai dan teluk-teluk. Daerah penyebaran lobster terutama terdapat di perairan dekat pulau-pulau seperti Natuna dan sekitarnya.

2.2 Komposisi Jenis Komposisi jenis udang komersial adalah sebagai berikut: udang windu (Penaeus monodon, P. Semisulcatus) (1,5 %), udang putih (P. merguiensis, P. indicus) (71 %), udang dogol (Metapenaeus brevicornis) (27,5 %) (Gambar IV- 4).

1.50

27.50

71.00

0 10 20 30 40 50 60 70 80

udang windu

udang dogol

udang putih

Persentase (%)

Gambar IV-4. Komposisi jenis udang di WPP 711

Page 98: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

74

Jenis udang penaeid yang dominan tertangkap adalah jenis udang putih tercatat mencapai 71 % dari total produksi udang yang didaratkan. Analisis data Statistik Perikanan Tangkap (2012) pada tahun 2011 tercatat udang lainnya mencapai 21.997 ton (43,93 %), sedang untuk putih sebanyak 15.781 ton (31.51 %).

2.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan2.3.1. Udang Penaeid

Dengan mengaplikasikan Model Surplus Produksi pada data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 72.250 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar : 8.060 unit standar dogol (Gambar IV-5). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 57.800 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 13.049 unit standar dogol, dengan demikian effort aktual 2011 telah melebihi effort optimum maka tingkat pemanfaatan sumber daya udang dapat dihitung nilainya sebesar 1,6 (indikator warna merah).

Gambar IV-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP RI 711

Dengan memperhatikan Gambar IV-5 menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya udang penaeid telah mengalami lebih tangkap. Sebagian besar sumber daya udang di perairan ini tertangkap oleh jaring dogol berukuran kecil.

Page 99: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

75

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

2.3.2. Lobster

Hasil analisis Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) lobster di WPP-RI 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) disajikan pada Gambar IV-6.

Gambar IV-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP RI 711

Dari Gambar IV-6 diatas dapat ditentukan besaran nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) udang lobster sebesar 592 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 30.372 unit standar bubu. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu sebesar 474 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 12.158 unit standar bubu sehingga tingkat pemanfaatannya baru mencapai 0,4 (indikator warna hijau). Dengan effort aktual 2011 tersebut maka pemanfaatan sumber udang lobster di perairan WPP 711 belum mencapai tingkat pemanfaatan yang optimum. Sehingga masih memungkinkan untuk dapat dikembangkan, tetapi harus dengan hati-hati dengan melakukan pemantauan yang berkesinambungan.

2.4 Indikator Perikanan dan BiologiIndikator biologi perikanan menunjukkan bahwa udang penaaeid yang dominan tertangkap merupakan udang muda dan rerata ukuran udang yang matang kelamin juga semakin kecil. Walaupun rerata ukuran tertangkap (Lc) lebih kecil dari rerata ukuran

Page 100: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

76

matang kelamin (Lm), dalam jangka panjang penataan pengelolaan perikanan udang di perairan ini perlu dilakukan agar kelestarian sumberdaya tetap terjaga. (BPPL 2013).

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1 Penyebaran/Daerah Penangkapan Jenis ikan pelagis kecil diperkirakan menyebar di seluruh wilayah perairan di WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) dan sekitarnya, namun demikian terdapat wilayah perairan tertentu yang menjadi pusat daerah penangkapan seperti perairan sekitar Kep Natuna, Pejantan, Kep Tambelan dan Kep Anambas. Dari hasil pemantauan terhadap kapal pukat cincin yang berbasis di Pemangkat terlihat bahwa daerah penangkapan ikan pelagis kecil terdapat di perairan sekitar pulau Bunguran (Kepulauan Natuna).

3.2 Komposisi Jenis Sebagian besar ikan pelagis kecil di perairan Laut Cina Selatan tertangkap oleh pukat cincin. Komposisi jenis ikan pelagis yang tertangkap oleh pukat cincin di perairan ini disajikan dalam Gambar IV-7.

5

1

2

3

5

7

77

0 20 40 60 80 100

Lain-lain

Jui

Banyar

Lemuru

Tongkol

Bentong

Layang

Persentase (%)

Gambar IV-7. Komposisi jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap pukat cincin di Perairan Laut Cina Selatan.

Page 101: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

77

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

Ikan layang (Decapterus russelli dan D. macrosoma) merupakan hasil tangkapan paling dominan mencapai 77 %, kemudian diikuti oleh ikan bentong (7 %), dan ikan tongkol (5 %). Komposisi hasil tangkapan ikan pelagis kecil di perairan Laut Cina Selatan dan Selat Karimata bervariasi tergantung daerah penangkapan dan jenis alat tangkap yang digunakan. Hasil pengamatan Yanagawa (1997) mencatat 3 kelompok spesies ikan pelagis kecil yang mendominasi hasil tangkapan pukat cincin di perairan Laut Cina Selatan, yaitu layang (Decapterus spp.), banyar (Rastrelliger kanagurta), dan kembung (Rastrelliger branchysoma).

Hasil penelitian kerjasama SEAFDEC periode 2003-2005, berdasarkan pantauan terhadap kapal pukat cincin yang mendarat di Palembang, Pemangkat dan Pekalongan menunjukkan kategori layang di tiga tempat pendaratan tersebut masing-masing memberi kontribusi sebesar 86%, 51% dan 66% dimana jenis layang deles (D. macrosoma) umumnya lebih sedikit dibanding layang biasa (D. russelli). Ikan banyar (R. kanagurta) makin sedikit rata-rata hanya 2% dari hasil tangkapan. Kelompok sardin (Sardinella gibbosa dan Amblygaster sirm) hanya 5%; sedangkan bentong (S. crumenophthalmus) bervariasi (SEAFDEC, 2006). Variasi komposisi jenis ikan pelagis kecil hasil tangkapan pukat cincin tahun 2003-2005 tertera pada tabel berikut:

Tabel IV-3. Komposisi jenis ikan pelagis kecil dari hasil tangkapan pukat cincin yang mendarat di Palembang, Pemangkat dan Pekalongan tahun 2003-2005:

SpeciesPendaratan

Palembang Pemangkat Pekalongan

D. russelliD. macrosomaR. kanagurtaS. crumenophthalmusSardinLittle-tunaLainnya

632326-51

2724224599

3432265417

3.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan3.3.1. Ikan Pelagis Kecil

Dari aplikasi Model Produksi Surplus pada data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011), diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar

Page 102: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

78

199.356 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 3.695 unit standar pukat cincin (Gambar IV-8). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 159.485 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 5.096 unit standar pukat cincin, dengan demikian effort aktual 2011 telah melebihi effort optimum, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil telah mencapai 1,40 (indikator warna merah).

Gambar IV-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP RI 711

Dengan nilai tingkat pemanfaatan sebesar 1,40 tersebut dapat dikatakan bahwa pemanfaatan sumber daya ikan pelagis di wilayah pengelolaan 711 tersebut telah mengalami lebih tangkap. Kejadian ini dapat diperkuat dengan adanya temuan-temuan selama pengamatan parameter biologi dilakukan dan analisis dinamika populasi spesies ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap.

3.3.2 Cumi-Cumi

Produksi cumi-cumi di wilayah perairan Laut Cina Selatan dan sekitarnya pada tahun 2011 tercatat 24.878 ton, dimana pada 5 tahun terakhir ini (2007-2011) telah mengalami kenaikan rata-rata 36,55% per tahun (DJPT, 2012). Sebagian besar jenis cumi-cumi adalah famili Loligonidae. Produksi cumi-cumi di WPP-RI 711 pada tahun 2011

Page 103: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

79

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

sebesar 24.878 ton atau 55,22% dari total produksi jenis binatang lunak yaitu sebesar 45.054.361 ton.

Analisis Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 cumi-cumi di WPP-RI 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 6.073 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 3.667 unit standar bagan apung (Gambar IV-9). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 4.859 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap setara bagan apung sebanyak 4.394 unit standar bagan apung. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 711 pada tahun 2011 sebesar 1,2 (indikator warna merah), atau telah melebihi tingkat pemanfaatan yang lestari.

2006

2008

2001

20042003

2002

2007

2005

2009

2010

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Produksi (ton)

Upaya (unit)

Gambar IV-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP RI 711

3.4. Indikator Perikanan dan BiologiDari hasil analisis dengan model analitik terhadap frekuensi ukuran panjang ikan layang di perairan Laut Cina Selatan dan sekitarnya pada tahun 1998 dan tahun 2003-2005 diperoleh nilai parameter kematian (Z, M, F) dan tingkat pemanfaatan (E) seperti disajikan dalam Tabel IV-3.

Page 104: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

80

Tabel IV-4. Laju kematian (Z, M, F) dan tingkat pemanfaatan (E) ikan layang (Decapterus spp.).

Jenis Ikan Z M F E

D. russelli

1998 2,72 1,89 0,83 0,31

2003 4,92 1,71 3,21 0,65

2004 4,84 1,70 3,14 0,65

2005 5,16 1,71 3,45 0,67

D. macrosoma

1998 2,91 1,77 1,14 0,39

2003 5,10 1,71 3,39 0,66

2004 4,94 1,67 3,27 0,66

2005 4,89 1,71 3,18 0,65

Sumber: BPPL (2000), SEAFDEC (2006)

Tabel IV-5. Perkembangan nilai Lm ikan layang (Decapterus spp.) dan banyar (R. kanagurta) pada tahun 1997 dan 2004.

Jenis IkanLm

1997 2004

Decapterus macrosoma 19,7-20,1 cm 17-18 cm

Decapterus russelli 19,0-20,5 cm 17-18 cm

Rastrelliger kanagurta 20,7-21,4 cm 19-20 cm

Sumber: BPPL(2005)

Dari Tabel IV-4 di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan laju pemanfaatan sumber daya ikan pelagis yang sangat signifikan pada kurun waktu antara 1998 sampai 2005. Dengan

Page 105: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

81

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

adanya peningkatan tekanan penangkapan maka berdampak semakin kecil ukuran ikan yang pertama kali memijah (Lm).

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar4.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penyebaran sumber daya ikan pelagis besar di WPP 711 adalah terutama di perairan Laut Cina Selatan (LCS) bagian utara (ZEEI) dimana perairan tersebut cukup dalam dan bersifat oseanik. Sebagian lagi tersebar di perairan bagian selatan yang memiliki perairan agak dangkal dan bersifat neritik serta banyak terdapat pulau-pulau. Populasi pelagis besar di perairan bagian selatan LCS lebih sedikit. Umumnya sebagian besar jenis ikan pelagis besar memiliki sifat ”highly migratory” sehingga mampu berenang jauh.

4.2. Komposisi Jenis Sumber daya ikan pelagis besar yang dikaji stoknya adalah sumber daya pelagis besar selain tuna dan cakalang, yang kemudian dikelompokkan menjadi 2 yaitu pelagis besar non tuna dan kelompok ikan tongkol. Dari data Statistik Perikanan tercatat bahwa jenis ikan pelagis besar yang doninan tertangkap adalah tongkol krai (20%), tenggiri (20%), tongkol komo (5%), kemudian sisanya diikuti oleh jenis lainnya (Gambar 10).

0.05

0.23

1.45

1.51

2.78

3.81

12.22

38.95

39.01

0 10 20 30 40 50

Ikan Layaran

Cucut martil

Cucut botol

Cucut tikus

Cucut lanyam

Tongkol abu-abu

Tongkol komo

Tongkol krai

Tenggiri

Persentase (%)

Gambar IV-10. Komposisi jenis ikan pelagis besar yang berasal dari Laut Cina Selatan dan sekitarnya.

Page 106: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

82

4.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan 4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Sumber daya ikan pelagis besar yang diestimasi potensinya adalah jenis sumber daya ikan pelagis besar selain tuna, cakalang dan tongkol. Jenis-jenis ikan non tuna terdiri dari: lemadang, layaran, setuhuk, ikan pedang, tenggiri, kenyar dan cucut. Dari aplikasi Model Produksi Surplus data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011), diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 32.314 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 11.979 unit standar pukat cincin/purse seine (Gambar IV-11). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 25.851 ton /tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 7.790 unit standar pukat cincin. Dengan demikian effort aktual 2011 belum melebihi effort optimum dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar non tuna di perairan ini sebesar 0,65 (indikator warna kuning).

60

2005

20042001

20092010

2003

2002

2011

2008

2006

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

0 5000 10000 15000 20000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IV-11. Kurva hubungan antara produkdi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar non tuna di WPP RI 711

Gambar IV-11. Kurva hubungan antara produkdi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar non tuna di WPP RI 711

Dengan memperhatikan hasil analisis tersebut di atas menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar non tuna masih di bawah tingkat optimum, masih bisa dikembangkan dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian.

Page 107: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

83

Bagian IV - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 711

4.3.2 Ikan Tongkol

Dari aplikasi Model Produksi Surplus pada data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) terhadap sumberdaya ikan pelagis tongkol di WPP-RI 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 21.857 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 11.863 unit standar pukat cincin (Gambar IV-12). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 17.486 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 7.790 unit standar pukat cincin. Tingkat pemanfatan sumber daya ikan tongkol sebesar 0,66(indikator warna kuning), berarti pemanfaatan sumber daya tersebut belum mencapai tingkat optimum sehingga masih dapat dikembangkan dengan prinsip kehati-hatian.

61

2005

2004

2001

20092010

20032002

2011

2008

2006

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

0 5000 10000 15000 20000 25000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IV-12. Kurva MSY sumber daya ikan tongkol di WPP RI 711

Gambar IV-12. Kurva MSY sumber daya ikan tongkol di WPP RI 711

Page 108: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

84

Page 109: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

85

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN V

WPP-RI 712Laut Jawa

Page 110: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

86

Page 111: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

87

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanSecara georagis penyebaran ikan demersal merata di pantai utara Jawa mulai perairan Tangerang, Karawang, Indramayu, Pamanukan hingga Cirebon, Tegal, Demak, Pati, Rembang hingga sebelah utara Madura. Di perairan sebelah selatan pulau Kalimantan terutama terdapat di sekitar Kotabaru (Pulau Laut) hingga daerah Takisung di Tanjung Selatan, Tanjung Satai dan perairan Kotawaringin Timur di Kalimantan Tengah.

Dengan berkembangnya cantrang di perairan utara Jawa, menunjukkan adanya perluasan daerah penangkapan ikan demersal ke bagian timur Laut Jawa (Pulau Masalembo dan Pulau Matasiri) dan di bagian barat Selat Makassar.

Daerah penyebaran ikan karang di perairan WPP 712 -Laut Jawa tidak terlalu banyak terutama terdapat di perairan sekitar Kepulauan Karimunjawa, Kepulauan Seribu dan sebagian di sekitar Pulau Madura.

1.2 Komposisi Jenis1.2.1. Ikan Demersal

Persentase laju tangkap terhadap total ikan demersal didominasi oleh famili Leiognathidae (peperek) dan Nemipteridae (kurisi). Dominasi kelompok ikan ini kurang lebih sama dengan hasil tangkapan trawl pada tahun 1975-1979 sesuai dengan hasil penelitian (Losse & Dwiponggo, 1977; Badrudin, 1985; Nugroho & Badrudin,1987) bahwa komposisi jenis ikan didominasi oleh kelompok Leiognathidae (peperek), Mullidae (kuniran) dan Nemipteridae (kurisi). Namun terdapat penurunan prosentase kelompok Ariidae (manyung), Priacanthidae (swangi) dan Lutjanidae (kakap). Terjadinya perubahan komposisi hasil tangkapan ini kemungkinan disebabkan oleh pengaruh musim dan terjadinya perubahan jenis alat tangkap yang beroperasi pada saat ini.

Komposisi jenis ikan demersal terakhir diperoleh melalui survei Balai Penelitian Perikanan Laut tahun 2012 seperti tampak pada Gambar V-1. Dapat dilihat bahwa hasil tangkapan ikan demersal didominasi oleh famili Leognathidae (peperek), Nemipteridae (kurisi) dan Mullidae (kuniran). Kelompok Ariidae (manyung), Priacanthidae (swangi) dan Lutjanidae (kakap) telah mengalami penurunan, dengan komposisi kurang dari 2% Gambar V-1.

Page 112: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

88

Gambar V-1.Komposisi jenis ikan demersal di WPP 712 Laut Jawa hasil survei tahun 2012

Komposisi hasil tangkapan kapal cantrang harian di Tegal tahun 2012 didominasi oleh berturut-turut ikan petek (Leiognathus splendens) 27,9%, swanggi (Priacanthus spp) 16,9%, ikan kembung (Rastreligger spp) 9,6 %, kurisi (Nemipterus spp) 7,72 %, ikan selar (Selaroides Leptolepis) 3,38 %, ikan kuniran (Mullidae) 3,13 % sedangkan kapal cantrang mingguan juga didominasi oleh ikan Kuniran 24,71 %, coklatan (Scolopsis taeniopterus) 22,601 %, swanggi (Priacanthus spp) 16,970 %, rengganis/kapasan (Pentaprion longimanus) 7,02 %, kurisi (Nemipteridae) 5,32 %, dan ikan petek (Leiognathidae) 2,85 %. Komposisi hasil tangkapan kapal cantrang mingguan di Tegal selalu didominasi oleh ikan kuniran, coklatan dan kurisi.

Komposisi total hasil tangkapan jaring cantrang 2 mingguan yang berbasis di Kronjo didominasi oleh ikan petek (L. splendens) sebesar 37,73%, diikuti bloso (Saurida micropectoralis), samgeh/gulamah (Pseudociena amoyensis) dan rejung (Sillago sihama) sedangkan ikan lainnya memiliki komposisi jenis kurang dari 5%. Komposisi hasil tangkapan ikan demersal mingguan didominasi oleh ikan Kurisi (Nemipteridae) sebesar 15,35% dari total ikan yang tertangkap, kemudian diikuti oleh beruturut-turut oleh ikan

Page 113: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

89

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

coklatan (11,66%); ikan kapasan ( 11,33%), swanggi (9,39%) dan pari (Dasyatidae) sebesar 5,75%.

Sementara itu perikanan demersal di perairan selatan Kalimantan yang berbasis di PPI Muara Kintap banyak ditangkap dengan lampara dasar. Komposisi hasil tangkapannya didominasi oleh ikan petek/peperek (Leiognathus sp), manyung (Arius sp) dan kurisi (Nemipterus sp). Komposisi hasil tangkapan ketiga jenis ikan ini juga berfluktuasi berdasarkan waktu dimana ikan manyung menjadi tangkapan dominan pada bulan Januari dan November sedangkan petek dominan pada bulan Oktober. Dominasi ikan petek menunjukkan bahwa kapal lampara dasar yang berbasis di PPI Kintap daerah operasinya tidak jauh dari pantai.

1.2.2. Ikan Karang

Jenis ikan karang ekonomis penting meliputi ikan ekor kuning/pisang-pisang, napoleon, kerapu karang, kerapu bebek, kerapu balong, kerapu lumpur, kerapu sunu, beronang lingkis dan beronang. Komposisi hasil tangkapan jaring muroami di Kep. Seribu yang mewakili perairan WPP 712 Laut Jawa pada tahun 2007 didominasi oleh ikan ekor kuning (Caesio cuning) sebesar 45,74% berdasarkan jumlah individu dan 76,91% berdasarkan berat, kemudian diikuti oleh ikan pisang-pisang (Pterocaesio digramma), sebesar 36,71% (ekor) dan 13,73% (berat). Data komposisi jenis ikan hasil tangkapan kapal muroami disajikan pada Gambar V-2.

Gambar V-2 . Komposisi hasil tangkapan jaring muroami di perairan WPP 712 Laut Jawa

Page 114: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

90

Komposisi hasl tangkapan pancing ulur didominasi ikan kurisi (Nemipterus fruscosus) sebesar 38,01%, kemudian ikan kambing-kambing (Abalistes stellatus) sebesar 10,35% dan ikan pasir-pasir (Scolopss taeniopterus) sebesar 10,13% (Gambar V-3 ).

Gambar V-3. Komposisi hasil tangkapan pancing ulur di perairan WPP 712 Laut Jawa

1.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan1.3.1. Ikan Demersal

Dengan menggunakan model surplus produksi, didapatkan potensi lestari sebesar 354.692 ton per tahun dan JTB sebesar 283.754 (Gambar V-4). Alat tangkap dogol dijadikan sebagai alat tangkap standar, karena merupakan alat tangkap ikan demersal yang paling tinggi produktivitasnya. Dari hasil perhitungan didapatkan upaya optimum (f opt) 21.056 unit dogol, sementara upaya aktual adalah sekitar 8.545 unit dogol. Dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal adalah sekitar 0,41 (indikator warna hijau). Sumber daya ikan demersal di Utara Jawa masih dapat dikembangkan dengan memperhatikan atau mengontrol upaya (jumlah unit alat tangkap).

Page 115: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

91

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

62

2011

MSY

2001

20102009

2007

2008

20062002

2004

2005

2003

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

350000

400000

0 10000 20000 30000 40000 50000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar V-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-712 Laut Jawa

Gambar V-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-712 Laut Jawa

1.3.2 Ikan Karang

Dengan analisis model surplus produksi diperoleh nilai potensi lestari ikan karang di WPP 712-Laut Jawa sebesar 20.640 ton dan JTB (80 %) sebesar 16.512 ton Rawai dasar dijadikan sebagai alat tangkap standar, dan dari hasil perhitungan didapatkan upaya optimum (f opt) 17.171 unit (Gambar V-5), sementara upaya aktual adalah 7.684 unit alat rawai dasar. Dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan karang baru mencapai sekitar 0,45 (indikator warna hijau), sehingga pemanfaatan belum mencapai fully exploited. Masih terbuka peluang pengembangan pemanfaatan sumber daya ikan karang sekitar 55 % dari kondisi yang ada saat ini.

Page 116: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

92

63

2011

2002

2001

2010

2009

2008

2007MSY

20032004

2005

2006

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

40000

0 5000 10000 15000 20000 25000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar V-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP 712- Laut Jawa

Gambar V-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP 712- Laut Jawa

1.4 Indikator Perikanan dan Biologi Laju tangkap ikan petek (L. splendens) naik 400 %, kebijakan penghapusan trawl tidak efektif pelaksanaannya karena digantikan oleh alat tangkap sejenis trawl. Kejadian ini terlihat dari densitas ikan demersal yang menurun 100 % terutama bagi jenis ikan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Namun demikian secara keseluruhan nilai laju pemanfaatan (E) ikan demersal masih < 0,5, yang berarti masih dapat dikembangkan tetapi harus dengan prinsip kehati-hatian. Kelangsungan rekruitmen juga masih berlangsung dengan baik, yang terindikasi dari nilai Lm yang relatif masih lebih kecil dari nilai Lc bagi jenis ikan tertentu.

Sebaran ukuran panjang ikan petek (Leiognathus splendens) tahun 2012 berkisar 5,6 cm – 18,0 cm (panjang total, TL) dengan rata-rata 12,05 cm. Sebaran ukuran panjang ikan swanggi/demang (Priacanthus tayenus) berkisar 11,3 – 31,0 cm (panjang cagak, FL) dengan rata-rata 20,77 cm. Sebaran ukuran panjang ikan coklatan (Scolopsis taeniopterus) berkisar 8,0 – 28,0 cm TL dengan rata-rata 17,67 cm. Sebaran ukuran panjang ikan kurisi (Nemipterus peronii) berkisar 9,0 – 29,0 cm TL dengan rata-rata 17,06 cm. Sebaran ukuran panjang ikan kuniran (Upeneus sulphureus) berkisar 5,1 – 21,7 cm TL dengan rata-rata 11,95 cm. Sebaran ukuran panjang ikan kerapu balong (Epinephelus sexfasciatus) berkisar 11,3 – 27,7 cm TL dengan rata-rata 18,04 cm. Sebaran ukuran panjang ikan kakap

Page 117: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

93

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

putih/gerit (Pomadasys kaakan) berkisar 10,7 – 48,0 cm TL dengan rata-rata 25,05 cm. Dengan demikian sebaran ukuran panjang ikan petek, coklatan, kurisi, kerapu balong dan kuniran adalah ikan-ikan yang berukuran pendek sedangkan ikan swanggi/demang dan kakap putih/gerit adalah ikan-ikan yang berukuran panjang.

Ukuran ikan pertama kali tertangkap ikan swanggi, coklatan, kurisi dan kerapu balong lebih besar dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lc>Lm), ikan kuniran ukuran ikan pertama kali tertangkap lebih kecil dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lc<Lm), dan ukuran ikan petek pertama kali tertangkap sama dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lc=Lm). Tingkat kematangan gonad ikan petek, swanggi, coklatan, kurisi, kerapu dan kakap putih/gerit menyebar pada TKG I – IV diduga musim pemijahan terjadi beberapa kali dalam setahun dan puncaknya pada bulan Agustus.

Sebaran ukuran panjang ikan ekor kuning hasil tangkapan jaring muroami berkisar 15.0 – 28.9 cm. Sebaran ukuran panjang ikan bronang (Siganus guttatus) berkisar 7.5 – 11.6 cm dengan modus sebaran frekuensi panjang berada pada ukuran 10,1 – 10,5 cm.

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster 2.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanPenyebaran udang jerbung dan udang dogol relatif sama dengan penyebaran ikan demersal. Udang windu jenis P. semisulcatus banyak tertangkap di utara Pekalongan dan Rembang-Lasem; sedangkan udang windu jenis P. monodon dijumpai di perairan antara Demak-Jepara dan Bangkalan, sementara udang dogol menyebar hampir di sepanjang perairan pantai utara Jawa (BPPL, 2012).

2.2. Komposisi JenisKomposisi jenis udang penaeid di WPP 712-Laut Jawa dapat dijelaskan dari data produksi udang pada kurun waktu 2001-2012 (Gambar V-4). Empat kelompok jenis udang yang banyak didaratkan didominasi oleh udang krosok (dalam Statistik Perikanan dimasukan dalam kelompok jenis udang lain), termasuk didalamnya antara lain jenis udang lain (M. elegans, M. lysianassa Parapenaeopsis sculptilis, Solenocera subnuda dan Metapeaneopsis spp.) 36%. Kelompok dominan ke dua adalah kategori udang dogol terutama jenis M. ensis dan M. brevicornis sebanyak 24%. Jenis udang putih (Penaeus merguiensis) sebanyak 25% dan udang windu (P. semisulcatus dan P. monodon) tercatat 15% (Gambar V-6).

Page 118: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

94

36

15

24

25

0 10 20 30 40

Udang lainnya

Udang windu

Udang dogol

Udang putih

Persentase (%)

Gambar V-6. Komposisi jenis udang yang tertangkap di WPP 712-Laut Jawa

2.3. Potensi, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan2.3.1. Udang Penaeid

Dengan menggunakan model surplus produksi (Schaefer), didapatkan hasil perhitungan MSY untuk udang penaeid sebesar 53.629 ton dan JTB sebesar 42.903 ton. Dengan menggunakan alat tangkap dogol sebagai standar diperoleh nilai upaya optimum sebesar 27.716 unit alat tangkap setara udang dogol (Gambar V-7), sementara upaya aktual saat ini adalah 24.528 alat tangkap dogol. Tingkat pemanfaatan udang saat ini telah mendekati pemanfaatan penuh yaitu berada di sekitar 0,9 (indikator warna kuning), dengan demikian harus dilakukan penataan upaya dengan tetap mempertahankan jumlah upaya yang ada saat ini.

Page 119: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

95

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

Gambar V-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP 712 Laut Jawa

2.3.2 Lobster

Untuk lobster didapatkan hasil perhitungan MSY sebesar 831 ton dan JTB sebesar 665 ton. Dengan menggunakan alat tangkap trammel net sebagai standar diperoleh nilai upaya optimum sebesar 48.605 unit alat tangkap (Gambar V-8), sementara upaya aktual saat ini adalah sebagai 28.755 alat tangkap trammel net. Tingkat pemanfaatan lobster saat ini masih berada dalam tahapan yang menjamin kelestarian perikanan lobster yaitu sekitar 0.6 (indikator warna kuning) dari upaya optimum, jadi masih terbuka peluang pengembangan sekitar 40 % dari tingkat pemanfaatan saat ini.

Page 120: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

96

Gambar V-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan lobster di WPP 712 Laut Jawa

2.3.3 Indikator Perikanan dan Biologi

Secara umum terjadi perubahan yang signifikan pada ukuran dan komposisi hasil tangkapan udang di perairan utara Jawa, terlihat ukuran udang yang tertangkap makin mengecil. Nilai Lm yang didapatkan selalu lebih rendah dari nilai Lc, yang menunjukkan bahwa dalam jangka panjang perlu dilakukan penataan ukuran mata jaring, agar rekruitmen dapat berlangsung dengan baik. Demikian juga nilai E yang menunjukkan tingkat pemanfaatan yang sudah intensif. Hasil tangkapan per rekrut juga menunjukkan bahwa ukuran tangkapan minimum udang di perairan ini harus dinaikkan untuk meningkatkan jumlah rekrutmen (BPPL, 2012).

3.Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-cumi 3.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan ikan pelagis kecil yang tertangkap pukat cincin berbasis di Jawa Tengah (Pekalongan dan Juana) menyebar hampir di seluruh Paparan Sunda seiring dengan investasi kapal baru yang lebih besar (>80 GT) pada tahun 1982/1983. Selain Laut Jawa, ea rah timur sampai ke sekitar perairan Balikpapan (Selat Makassar bagian barat), ea rah barat sampai Pulau Pejantan dan Kepulauan Natuna. Berdasarkan hasil

Page 121: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

97

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

analisa hierarki terhadap variasi komposisi hasil tangkapan pukat cincin besar, daerah penangkapan tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat zona penangkapan (Potier, 1998), yaitu I. Pantai utara Jawa Tengah (utara Tegal – Kepulauan. Karimunjawa), II. Bagian timur Laut Jawa (Pulau Bawean, Kepulauan Masalembo, Pulau Kangean dan Pulau Matasiri), III. Bagian barat Selat Makassar (Pulau Samber gelap, Pulau Lumu-lumu, Pulau Lari-Larian) dan IV. Laut Natuna (Gambar V-9).

Gambar V-9. Perluasan daerah penangkapan pukat cincin yang yang menangkap pelagis kecil berbasis di Pekalongan dan Juwana (Jawa Tengah).

3.2. Komposisi JenisSumber daya ikan pelagis di Laut Jawa dapat dikelompokan menjadi dua yaitu terdiri dari komunitas ikan pelagis kecil pantai (Sardinella spp., Rastrelliger brachysoma, Dusumieria acuta, Selar spp.), dan ikan pelagis kecil neritik dan oseanik (D. russelli, D. macrosoma, Selar crumenophthalmus, R. Kanagurta, Amblygaster sirm, Megalaspis cordyla). Lima species utama hasil tangkapan kapal pukat cincin, yaitu: ikan layang (D. russelli dan D. macrosoma), bentong (S. Crumenophthalmus), banyar (R. Kanagurta), siro (A. Sirm) digunakan sebagai data dasar analisis. Berdasarkan data pendaratan diketahui bahwa kelompok jenis ikan pelagis kecil didominasi (50%) oleh ikan layang (Gambar V-10) diikuti oleh jenis kembung/banyar (15%) dan siro (11%) sebagai “latent stock” di kawasan tropis.

Page 122: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

98

8

7

9

11

15

50

0 10 20 30 40 50 60

Lain-lain

Selar

Tembang

Siro

Kembung

Layang

Persentase (%)

Gambar V-10. Komposisi jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di WPP 712 Laut Jawa

3.3.Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan3.3.1.Ikan Pelagis Kecil

Dengan sebaran tipologi armada yang sedemikian kompleks maka ketersediaan data dasar yang digunakan untuk dapat mewakili kawasan ini lebih didominasi oleh data produksi tahunan. Standardisasi upaya penangkapan dilakukan dengan menetapkan alat tangkap pukat cincin sebagai alat tangkap standar pada kelompok jenis pelagis kecil. Berdasarkan analisis data statistik perikanan dari tahun 2001-2011 dengan model surplus produksi, didapatkan hasil perhitungan MSY untuk ikan pelagis kecil sebesar 450.400 ton dan JTB sebesar 360.335 ton. Menggunakan alat tangkap standar pukat cincin didapatkan nilai upaya optimum sebesar 12.683 unit, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil saat ini adalah sekitar 0,5 (indikator warna hijau) (Gambar V-11). Angka ini setelah divalidasi dengan model analitik, menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di Laut Jawa berada pada indikator warna merah, yang berarti sudah tertutup untuk penambahan upaya baru.

Page 123: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

99

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

Gambar V-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP 712 Laut Jawa

3.3.2.Cumi-Cumi

Produksi cumi-cumi di WPP-RI 712 pada tahun 2011 sebesar 50.709 ton atau 70,65% dari total produksi jenis binatang lunak yaitu sebesar 71.778 ton. Alat tangkap yang utama untuk menangkap cumi-cumi adalah bagan apung, bagan tancap, dan longbag set net (LBSN), kadang-kadang tertangkap juga dengan Pukat Ikan. Bagan apung jumlahnya elative banyak dan selalu mendominasi hasil tangkapan cumi dibandingkan dengan alat tangkap lainnya di di Laut Jawa.

Analisis Model Surplus Produksi terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 712 (Laut Jawa) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 20.522 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 5.528 unit standar bagan apung (Gambar 9). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 16.417 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap setara bagan apung sebanyak 4.565 unit. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 712 pada tahun 2011 sebesar 0,8 (indikator warna kuning), atau belum melebihi potensi lestarinya.

Page 124: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

100

70

2006

20082001 2004

20032002

2007 2005

2009

2010

0

5000

10000

15000

20000

25000

0 2000 4000 6000 8000 10000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar V-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP 712 Laut Jawa

Gambar V-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP 712 Laut Jawa

3.4.Indikator Perikanan dan Biologi Terjadinya kenaikan CPUE dalam kg/trip ternyata tidak memperlihatkan kenaikan CPUE dalam kg/hari karena dengan jumlah hari semakin lama (lebih dari 3 bulan) hasil tangkapan per hari semakin rendah. Dampak eksploitasi tinggi juga terlihat pada penurunan ukuran ikan pertama matang gonad (Lm), dimana ukuran rata-rata ikan yang tertangkap (Lc) lebih rendah dari Lm. Dalam konteks perikanan pukat cincin semi industri di Laut Jawa telah terjadi substitusi dan introduksi alat tangkap, yaitu: 1) peralihan alat tangkap ke perikanan lain (kapal pukat cincin menggunakan alat tangkap cantrang untuk menangkap ikan demersal dan alat tangkap cumi-cumi ); 2) relokasi usaha perikanan secara swakarsa ke daerah penangkapan WPP lain. Substitusi dan introduksi alat tangkap dibarengi konflik antar pengguna merupakan indikasi yang nyata adanya penurunan stok ikan pelagis kecil di Laut Jawa. Sebelumnya, munculnya ikan ayam-ayaman/leatherjackets (Aluterus monoceros) yang dominan pada periode 2002-2005 dalam hasil tangkapan pukat cincin mengindikasikan telah terjadinya perubahan komposisi jenis ikan pelagis di laut Jawa.

Page 125: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

101

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Tongkol4.1.Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah sebaran dan penangkapan ikan pelagis besar di perairan WPP 712-Laut Jawa dengan menggunakan alat tangkap jaring hanyut menyebar di bagian timur perairan Laut Jawa (Pulau Bawean, Pulau Masalembo dan Pulau Matasiri) dan di bagian barat Selat Makassar.

4.2. Komposisi JenisJenis ikan pelagis besar yang tertangkap di WPP 712 adalah tongkol, tenggiri, cucut dan pari. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, komposisi jenis kelompok sumberdaya pelagis besar didominasi oleh jenis ikan tongkol (61%), kemudian tengiri (27%) dan cakalang (8%) sedangkan jenis yang lainnya hanya 4% (Gambar V-13).

4

8

27

61

0 10 20 30 40 50 60 70

Lainnya

Cakalang

Tenggiri

Tongkol

Persentase (%)

Gambar V-13. Komposisi jenis ikan pelagis besar di WPP 712 Laut Jawa.

4.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Untuk memperoleh nilai tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar dan effort yang optimum, digunakan data statistik dengan metode analis surplus produksi. Hasil regresi pendugaan potensi ikan pelagis besar di WPP 712 Laut Jawa adalah sekitar 44.793

Page 126: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

102

ton dengan JTB 35.834 ton, dan upaya optimum sekitar 10.050 unit setara purse seine dan upaya aktual sekitar 8.752 unit purse seine. Dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar sudah mencapai 0,87 (indikator warna kuning), yang berarti sudah harus hati-hati dalam penambahan upaya (Gambar V-14).

72

2008

20112010

2009

2001 2002

2004

2003

2005

20062007

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

0 5000 10000 15000 20000 25000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar V-14.Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan pelagis besar di WPP 712

Laut Jawa

Gambar V-14. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan pelagis besar di WPP 712 Laut Jawa

4.3.2. Ikan Tongkol

Khusus untuk ikan tongkol, dengan menggunakan metode surplus produksi, didapatkan potensi lestarinya sebesar 64.217 ton dan JTB sekitar 51.374 ton. Upaya optimum didapatkan sekitar 10.110 unit setara purse seine, dan upaya aktual sebagai 8.752 alat tagkap purse seine. Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan tongkol sudah mencapai 0,87 (indikator warna kuning), yang berarti masih ada peluang pengembangannya sekitar 23 % dari tingkat pemanfaatan saat ini (Gambar V-15).

Page 127: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

103

Bagian V - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 712

73

2008

20112010

2009

20012002

20042003

20052006

2007

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

0 5000 10000 15000 20000 25000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar V-15. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP 712 Laut Jawa

Gambar V-15. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP 712 Laut Jawa

4.4. Indikator Perikanan dan BiologiSebaran frekuensi panjang ikan tongkol komo (E. affinis) hasil tangkapan mini purse seine berkisar 16,5-52,5 cm dengan modus 25 cm dan untuk hasil tangkapan gill net modusnya 37 cm. Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) ikan tongkol komo yang tertangkap purse seine adalah 28,2 cm, sedangkan Lc tongkol komo yang tertangkap gill net 36,5 cm. Di lain pihak rata-rata ukuran pertama kali matang gonad (Lm) untuk ikan tongkol komo adalah 33,7 cm (32 - 35,5 cm), dengan demikian terlihat alat tangkap yang menjamin kelestarian sumber daya ikan tongkol di Laut Jawa adalah alat tangkap gillnet. Nisbah kelamin ikan tongkol betina dan jantan sebagai 1.2 : 1, yang berarti ikan betina lebih banyak dari ikan jantan, yang mengindikasikan bahwa tekanan penangkapan ikan tongkol di laut Jawa masih berada pada tahapan yang lestari, karena masih mempunyai sediaan induk yang cukup untuk penambahan populasi.

Page 128: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

104

Page 129: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

105

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN VI

WPP-RI 713Selat Makassar,

Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Page 130: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

106

Page 131: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

107

Bagian VI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 713

1. Sumber DayaIkan Demersal dan Ikan Karang1.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penyebaran ikan demersal WPP-RI 713 terutama terdapat di sepanjang pantai yang dangkal dan perairan teluk di sebelah barat Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan, timur Kalimantan yang termasuk Selat Maksassar serta di perairan utara Bali dan NTB yang termasuk Laut Flores. Perairan Teluk Bone juga merupakan bagian dari WPP 713 mempunyai perairan yang relatif dalam dengan dasar pasir dan batu karang. Selat Makassar dan Laut Flores mempunyai karakteristik perairan yang dalam dengan dasar berupa lumpur dan pasir berlumpur. Di beberapa lokasi terdapat gugusan terumbu karang.

Karakteristik perairan yang beragam ini dihuni oleh berbagai jenis ikan demersal khas daerah muara sungai dan beberapa jenis ikan karang ekonomis terdapat di daerah terumbu karang di perairan sekitar Pulau Derawan, Kepulauan Spermonde di Selat Makassar, perairan di sekitar Pulau Sembilan di Teluk Bone, Kepulauan Wakatobi serta perairan Teluk Saleh dan sebagian gugusan karang di Selat Sape dan perairan di sebelah utara Flores.

1.2 Komposisi JenisMenurut Statistik Perikanan tahun 2011, menunjukkan komposisi jenis ikan demersal di WPP-RI 713 khususnya di perairan timur Kalimantan didominasi (39% dari total produksi ikan demersal) oleh kelompok ikan peperek (Leiognathus spp.), diikuti oleh ikan manyung (Ariidae) sebanyak 17%, pari (Dasyatidae) sebesar 6%, kurisi (Nemipteridae), kuniran (Mullidae), kemprit (Clupeidae) masing-masing 6%, ikan beloso (Synodontidae) dan kelompok ikan lain jumlahnya 22% (Gambar VI.1).

22

2

3

3

3

3

4

6

17

39

0 10 20 30 40 50

Ikan Lainnya

Synodontidae

Clupeidae

Mullidae

Scianidae

Engraulidae

Nemipteridae

Dasyatidae

Ariidae

Leiognathidae

Persentase (%)

Gambar VI.1. Komposisi jenis (%) ikan demersal dominan tertangkap di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Page 132: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

108

Menurut data Statistik Perikanan tahun 2011, produksi ikan karang ekonomis penting hasil tangkapan rawai dasar di Teluk Bone terdiri dari kerapu sunu 42 %, kerapu pasir Serranidae 24 % dan sisanya jenis ikan karang lainnya. Hasil tangkapan di Laut Flores terdiri dari jenis ikan: lentjam, kakak tua, baronang, kerapu dan kakap merah.

1.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan1.3.1. Ikan Demersal

Aplikasi Model Produksi Surplus dengan persamaan regresi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort ikan demersal tahun 2000-2011 di WPP-RI 713 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 199.666 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 42.604 unit standar dogol (Gambar VI.2). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebanyak 159.733 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 67.271 unit standar dogol, dengan demikian effort aktual 2011 telah melebihi effort optimum. Dengan kondisi demikian maka tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal sudah lebih tangkap yaitu sebesar 1,58 (indikator warna merah), yang berarti harus dilakukan pengurangan jumlah upaya sekitar 58 % dari tingkat pemanfaatan saat ini.

74

2010

2001

2002

20092006

2004

2005

20082007

2003

MSY

2011

0

50000

100000

150000

200000

250000

0 20000 40000 60000 80000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VI.2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 713. Selat

Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Gambar VI.2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Page 133: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

109

Bagian VI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 713

1.3.2. Ikan Karang

Analisis Model Produksi Surplus dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) diperoleh nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) ikan karang sebesar 18.120 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 30.100 unit standar rawai dasar (Gambar IV.3). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu sebesar 14.496 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 54.676 unit standar rawai dasar sehingga tingkat pemanfaatannya sudah pada tahapan lebih tangkap yaitu 1,82 (indikator warna merah). Dengan effort aktual 2011 tersebut maka pemanfaatan sumber daya ikan karang di perairan WPP 713 sudah harus dilakukan penataan upaya penangkapan yaitu mengurangi upaya sekitar 82% dari tingkat pemanfaatan saat ini.

75

2001

2010

2002

20052003

20042006

2009

20082007

MSY

2011

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VI.3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-RI 713. Selat

Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Gambar VI.3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

1.4 Indikator Perikanan dan Biologi Penelitian BPPL (2013) di Selat Makassar mengemukakan hasil tangkapan pancing dan rawai dasar di perairan sekitar Pulau Laut sebagian masih berupa juvenil atau ikan muda. Kategori induk ikan kerapu lumpur, kerapu sunu dan kuwe masih banyak dijumpai di

Page 134: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

110

perairan Barru, Sinjai dan Wakatobi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pengusahaan sumberdaya ikan demersal dalam jangka panjang akan terancam kelestariannya, karena penangkapan yang ada tidak memberi kesempatan pada ikan demersal untuk melakukan pembaruan populasi.

Survei trawl pada bulan Juni 2011 di perairan antara Balikpapan dan Kotabaru Kalimantan Timur diperoleh 127 spesies ikan demersal dengan jenis dominan ikan petek (Leiognathus splendens) sebesar 18,9% dari total hasil tangkapan ikan demersal, diikuti oleh ikan beloso (Saurida micropectoralis) sebesar 9,9%, petek (Leiognathus bindus) sebesar 7,3% dan belosos (Upheneus shulphures) sebesar 6,8%. Pada bulan Oktober diperoleh 128 jenis. Hasil tangkapan trawl didominasi oleh ikan petek (Leiognathus splendens) sebesar 38,2%, kapas-kapas (Pentaprion longimanus) sebesar 6,7%, belosos (Saurida pectoralis) (6,5% dan ikan coklatan (Scolopsis taeniopterus) yang besarnya 3,5%.

Laju tangkap rawai dasar pada bulan April sebesar 12,3 kg/trip, bulan Mei sebesar 14,05 kg/trip, bulan September sebesar 4,78 kg/trip, dan bulan Oktober sebesar 7,12 kg/trip. Ukuran panjang toal ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) yang tertangkap berkisar antara 20-79 cm. Analisis parameter populasi diperoleh hasil sebagai berikut: Laju pertumbuhan (K) = 0,29 cm/tahun, panjang simptotik (L∞) = 84,6 cm, kematian alami (M) = 1,43, kematian karena penangkapan (F) sebesar = 1,43, laju penangkapan (E) sebesar 0,57 dan Lc-50% = 49,2 cm TL. Analisis parameter populasi ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) diperoleh K=0,14 cm/tahun, L∞ = 120 cm, M = 0,39, F = 0,34 dan laju pemanfaatan (=Z) sebesar 0,47 . Panjang pertama kali tertangkap ( Lc-50%) sebesar 63 cm TL.

Analisis terhadap parameter populasi terhadap kerapu sunu Bone (Plectropomus maculatus) diperoleh hasil seperti berikut: K = 0,6 cm/tahun, L∞ = 70 cm, M = 1,03, F = 0,66, tingkat laju penangkapan (E) sebesar 0,39 dan Lc-50% = 42,37 cm TL. Untuk jenis ikan kerapu sunu merah (Plectropomus leopardus) nilai parameter populasinya: K=0,4 cm/tahun, L∞ = 64,5 cm, M = 0,80, F = 0,54, tingkat laju pemanfaatan sebesar 0,40 dan Lc-50% = 34,27 cm TL.

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster2.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanHabitat sumber daya udang adalah perairan paparan benua (continental shelf) yang relatif dangkal dengan salinitas yang relatif rendah akibat adanya pengaruh aliran sungai (‘freshwater discharge’). Untuk wilayah WPP 713 sebagian besar udang penaeid menyebar

Page 135: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

111

Bagian VI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 713

di perairan Kalimantan Timur terutama di perairan sekitar Balikpapan, sedang untuk udang lobster menyebar di perairan yang berdasar pasir dan berbatu karang umumnya di perairan sekitar Sulawesi dan sebagian Bali dan Flores.

2.2. Komposisi JenisKomposisi jenis udang peneid yang tercacat dalam Statistik Perikanan tahun 2013 meliputi: 18% udang dogol (Metapenaeus enis, M. brevicornis, M. monoceros.), 34% udang putih (P. merguiensis), 29% udang windu (P. monodon, P. semisulcatus, P. japonicus) dan 18% udang krosok (Parapenaeopsis spp., Metapenaeopsis spp.). Survey kapal riset KR Bawal Putih I di timur Kalimantan tahun 2006, diperoleh komposisi jenis udang yang tertangkap dengan trawl terdiri dari udang dogol, udang kipas dan udang mantis (Squilla spp,) dengan komposisi sebagaimana dijelaskan pada Gambar VI.4.

0.20.70.81.31.31.31.31.41.4

4.25.0

33.148.1

0 10 20 30 40 50 60

Udang jambuUdang windu

Udang barongUdang krosok

Udang dogolUdang api-apiUdang krosok

Udang putihUdang krosokUdang windu

Udang mantisUdang kipasUdang dogol

Persentase (%)

Gambar VI.4. Komposisi (%) hasil tangkapan udang dengan trawl di perairan timur Kalimantan tahun 2006

Udang umumnya tertangkap bersama-sama ikan demersal, karena hidup pada habitat yang sama. Berdasarkan data sampling, proporsi antara udang dan ikan demersal berkisar 20% udang: 80% ikan demersal). Prosentase terbesar dari komposisi hasil tangkapan udang adalah jenis udang penaeid. Dari hasil sampling dengan menggunakan alat tangkap lampara dasar di perairan Selat Makassar pada bulan Juni 2011 tertangkap 13 jenis udang penaeid dengan dominasi jenis: udang dogol (Metapenaeus ensis): 49 %, udang jerbung (Penaeus merguiensis) 25,6 % dan udang tiger (Penaeus semisulcatus) 10,8 %, sedang

Page 136: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

112

jenis lainnya kurang dari 6 %. Komposisi jenis udang agak berbeda sampling pada bulan Oktober 2011, jenis udang yang dominan yaitu udang tiger (Metapenaeus ensis) 25,5 %, udang dogol (Metapenaeus ensis) 16,6 %, udang krosok (Parapenaeopsis sp) 16 %, udang jerbung (Penaeus merguiensis) 14 %, dan lainnya kurang dari 9 % (BPPL, 2011)

Menurut Statistik Perikanan (2011) komposisi jenis udang yang tertangkap di WPP 713 terdiri dari udang putih 9.077 ton, udang windu (27,72 %), udang dogol 4.393 ton (13,41 %) dan sisanya jenis udang lainnya.

2.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan2.3.1. Udang Penaeid

Aplikasi Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort sumberdaya udang tahun 2000-2011 di WPP-RI 713 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 29.819 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 5.556 unit standar dogol (Gambar VI.5). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 23.855 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 6.113 unit standar dogol, dengan demikian effort aktual 2011 telah melebihi effort optimum maka tingkat pemanfaatan sumber daya udang sudah berada pada tahapan lebih yaitu 1,1 (indikator warna merah), oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan moratorium penangkapan udang di WPP 713 .

Gambar VI.5 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Page 137: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

113

Bagian VI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 713

2.3.2. Lobster

Aplikasi Model Produksi Surplus dengan menggunakan regresi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort lobster tahun 2000-2011 disajikan pada Gambar VI.6. Nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) udang lobster sebesar 1.026 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 17.186 unit standar bubu. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu sebesar 821 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 21.284 unit bubu sehingga tingkat pemanfaatannya telah mencapai 1,2 (indikator warna merah). Dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan karang di perairan WPP 713 telah mengalami kelebihan tangkap.

Gambar VI.6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

2.4. Indikator Perikanan dan Biologi Hasil sampling dengan lampara dasar pada bulan Juni di perairan Selat Makassar menunjukkan kepadatan stok udang penaeid adalah 0,69 kg/km2. Sampling pada bulan Oktober sebesar 0,39 kg/km2 (BPPL, 2011). Fluktuasi bulanan CPUE dari lampara dasar yang di daratkan di Balikpapan pada tahun 2011, berkisar antara 4,85-12,14 kg/unit

Page 138: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

114

alat untuk udang dogol antara, 0,04-0,80 kg/unit alat, untuk udang tiger dan 0-2,04 kg/unit alat untuk udang jerbung.

Parameter populasi terhadap beberapa spesies udang penaeid dan lobster di Selat Makasar menunjukkan nilai kematian karena penangkapan (F) yang tinggi dan nilai E (laju pengusahaan) diatas 0,5. Hal ini menyatakan bahwa tingkat pemanfaatan udang di WPP 713 sudah berada pada tahapan lebih tangkap (over-fishing).

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-cumi3.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanSumber daya ikan pelagis adalah jenis-jenis ikan yang sebagian besar dari siklus hidupnya berada di permukaan atau dekat permukaan perairan, dengan karakteristik membentuk gerombolan yang cukup besar, beruaya (migrasi) yang cukup jauh dengan gerak/aktifitas yang cepat. Daerah penangkapan terbagi menjadi dua perairan yang berbeda sifat habitatnya, di perairan laut dangkal timur Kalimantan merupakan daerah penangkapan utama bagi pukat cincin Pekalongan dan Juana (perairan sekitar Lumu-lumu, Lari-larian, Samber Gelap, Balag-balagan), sedang di perairan laut dalam (oseanik) barat Sulawesi merupakan daerah penangkapan pukat cincin mini dari nelayan Sulawesi. Komposisi jenis yang tertangkap di kedua perairan berbeda.

3.2 Komposisi JenisJenis-jenis ikan pelagis kecil yang mendukung perhitungan biomassa antara lain adalah: layang, siro, banyar, bentong, juwi, teri dan ikan pelagis kecil lainnya. Tampak bahwa kelompok ikan pelagis kecil di WPP-RI 713 didominasi oleh empat kelompok ikan pelagis kecil yaitu layang (Decapterus spp.), japuh (Dusumeria sp.), tembang (Sardinella spp.) dan kembung (Rastrelliger spp.) dimana jumlahnya mencapai sekitar 75%. Kelompok ikan pelagis kecil lainnya seperti selar, teri, belanak dan lainnya dengan persentasi masing-masing kurang dari 3% (Gambar VI.7).

Page 139: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

115

Bagian VI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 713

4.70.1

0.32.3

3.95.76.67.4

7.817.8

43.3

0 10 20 30 40 50

Campur Tenggiri

Bawal TeriJui

Tongkol Ayam2

Bentong Banyar

Siro Layang

Persentase (%)

Gambar VI.7. Komposisi jenis (%) ikan pelagis kecil di WPP-RI 713. Selat Makassar,Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

.

Jenis ikan layang yang tertangkap nelayan di wilayah perairan Selat Makassar laut dangkal diduga merupakan unit stok layang yang berasal dari Laut Jawa (Decapterus russelli dan D. macrosoma), sedangkan di perairan laut dalam barat Sulawesi jenis layang malalugis (D. macarellus) adalah jenis utama yang tersebar juga di Laut Flores dan perairan sekitarnya.

3.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan 3.3.1. IkanPelagis kecil

Besarnya potensi sumber daya ikan pelagis kecil yang dihitung berdasarkan hasil survei dengan metode akustik adalah sekitar 458.000 ton. Dengan asumsi bahwa 80 % dari potensi adalah jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB), maka nilai JTB ikan pelagis kecil di Selat Makasar adalah 366.400 ton. Aplikasi dengan metode Model Produksi Surplus diperoleh upaya optimum (fopt.) sebesar 7.442 unit standar pukat cincin (Gambar VI.8) dan upaya aktual . saat ini sebesar 2.453 unit standar pukat cincin, dengan demikian effort aktual 2011 belum melebihi effort optimum maka tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagi kecil dapat dihitung nilainya sebesar 0,3 (indikator warna hijau).

Page 140: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

116

Gambar VI.8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan pelagis kecil di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

3.3.2 Cumi-Cumi

Produksi cumi-cumi di WPP-RI 713. pada tahun 2011 sebesar 9.224 ton dan mengalami kenaikan rata-rata 1,89 % per tahun (2006-2011) (DJPT, 2012). Aplikasi Model Produksi Surplus, diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 5.243 ton /tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 12.068 unit standar bagan apung (Gambar IV.9). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 4.194 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap setara bagan apung sebanyak 3.608 unit, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 713 adalah sebesar 0,3 (indikator warna hijau), atau belum mencapai tingkat pemanfaatan optimum.

Page 141: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

117

Bagian VI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 713

Gambar VI.9 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP RI. 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

3.4. Indikator Perikanan dan BiologiKajian dinamika populasi terhadap jenis ikan malalugis (Decapterus macarellus) di perairan oseanik barat Sulawesi menghasilkan tingkat pemanfaatan sudah jenuh yaitusebesar 50%, namun dengan ukuran ikan pertama kali tertangkap (Lc) relatif rendah yaitu pada panjang total 7 cm. Ukuran pertama kali matang gonada (Lm) pada panjang total 20,4 cm.

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Ikan Tongkol4.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanPenyebaran sumberdaya ikan pelagis besar selain tuna di WPP-RI 713 terutama terdapat wilayah perairan laut-dalam (oseanik) di sebelah barat Sulawesi. Daerah penangkapan bagi ikan pelagis besar neritik terdapat di pantai Sulawesi, meliputi periran Toli-toli, Donggala, Palu sampai Makassar, pantai utara Nusa Tenggara Barat dan sebagian Nusa

Page 142: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

118

Tenggara Timur. Khusus di perairan Laut Bali banyak nelayan menangkap ikan tongkol dengan menggunakan pancing tonda.

4.2. Komposisi JenisBerdasarkan data Statistik Perikanan tahun 2011, ikan tongkol, cakalang, dan tenggiri merupakan komoditas utama, kontribusinya berturut-turut mencapai 53%, 34% dan 12% dari produksi ikan pelagis besar selain tuna. Jenis-jenis lainnya yang tertangkap antara lain ikan layaran, lemadang, ikan setuhuk dan ikan pedang (Gambar VI.10).

0.1

0.3

0.3

0.3

0.3

12.1

33.9

52.8

0 10 20 30 40 50 60

Lisong

Layaran

Lemadang

Ikan pedang

Setuhuk

Tenggiri

Cakalang

Tongkol

Persentase (%)

Gambar VI.10. Komposisi jenis (%) ikan pelagis besar selain tuna di WPP-RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

4.3. Potensi lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan 4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Aplikasi Model Produksi Surplus dari Schaeffer diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 17.058 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 14.135 unit standar pukat cincin (Gambar VI.11). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 13.646 ton /tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 14.994 unit standar pukat cincin (purse seine). Dengan demikian upaya aktual 2011 sudah melebihi upaya optimum, dengan demikian tingkat pemanfaatan

Page 143: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

119

Bagian VI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 713

sumber daya ikan pelagis besar sudah berada pada tahapan penuh yaitu 1,05 (indikator warna merah). Oleh karena itu disarankan untuk melakukan moratorium penangkapan ikan pelagis besar di WPP 713.

83

2009 2010

20022001

2008

2007 2003

20042006

20112005

0

5000

10000

15000

20000

25000

0 5000 10000 15000 20000 25000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VI.11 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan

pelagis besar selain tuna di WPP- RI 713.

Gambar VI.11 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikanpelagis besar selain tuna di WPP- RI 713.

4.3.2. IkanTongkol

Aplikasi Model Produksi Surplus data catch dan effort tahun 2000-2011 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 44.018 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 12.245 unit standar pukat cincin (Gambar VI.12). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 35.215 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 14.994 unit standar pukat cincin. Tingkat pemanfatan sumber daya ikan tongkol sebesar 1,22 (indikator warna merah), berarti pemanfaatan sumber daya tersebut telah melewati tahapan yang lestari (over-fishing).

Page 144: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

120

84

2009 2010

2002

2001

20082007

20112004

2006

20032005

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

0 5000 10000 15000 20000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VI.12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP- RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Gambar VI.12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP- RI 713. Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali

Page 145: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

121

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN VII

WPP-RI 714Teluk Tolo dan Laut Banda

Page 146: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

122

Page 147: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

123

Bagian VII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 714

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1. Daerah Penangkapan dan Komposisi JenisPenyebaran sumber daya ikan demersal di perairan WPP 714 sangat terbatas, hanya terkonsentrasi di seputar wilayah kepulauan Wakatobi. Komposisi hasil tangkapan diperoleh 9 jenis yang didominasi oleh ikan katamba (Lethrinus lentjan) yaitu sebanyak 57.33 %, kakap merah L. malabaricus 14.67%, kerapu sunu merah, P. leopardus 9.33% dan beberapa jenis ikan demersal lainnya (BPPL, 2012). Secara keseluruhan komposisi hasil tangkapan ikan demersal pada area WPP 714 disajikan pada Gambar VII-1.

Gambar VII-1. Komposisi hasil tangkapan ikan demersal di WPP 714

1.2. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat PemanfaatanDengan menggunakan model surplus produksi, didapatkan potensi lestari ikan demersal sebesar 107.508 ton per tahun dan JTB sebesar 86.006 (Gambar VII-2). Alat tangkap rawai dasar dijadikan sebagai alat tangkap standar, karena merupakan alat tangkap ikan demersal yang paling tinggi produktivitasnya. Dari hasil perhitungan didapatkan upaya optimum (f opt) 4.637 unit, sementara jumlah upaya aktual adalah 2.162 unit rawai dasar. Dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal adalah sekitar 0.47 (indikator warna hijau), yang berarti masih terbuka peluang pengembangannya.

Page 148: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

124

85

2011

2004

2002

MSY

2001

2010 2008

2003

2007 2006

2009

2005

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

0 2000 4000 6000 8000 10000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VII-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di Laut Banda (WPP

714)

Gambar VII-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di Laut Banda (WPP 714)

Potensi lestari ikan karang di laut Banda didapatkan sebesar 16.838 ton per tahun dan JTB sebesar 13.470 (Gambar VII-3). Alat tangkap rawai dasar dijadikan sebagai alat tangkap standar, dan dari hasil perhitungan didapatkan upaya optimum (f opt) 5.298 unit, sementara jumlah upaya aktual adalah 2.074 unit rawai dasar. Dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan karang mencapai sekitar 0,39 (indikator warna hijau), hal ini mengindikasikan bahwa masih terbuka peluang pengembangan penangkapan ikan karang di WPP 714.

86

2011

2002

2001

MSY

2003

2010

2008

2009

2004

2007

2006

0

5000

10000

15000

20000

25000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VII-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di Laut Banda (WPP 714)

Gambar VII-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di Laut Banda (WPP 714)

Page 149: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

125

Bagian VII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 714

1.3. Indikator Perikanan dan Biologi CPUE ikan karang yang mendominasi hasil tangkapan ikan demersal di Laut Banda masih berfluktuasi, mengindikasikan bahwa pemanfaatan masih dapat dikembangkan. Perbandingan kelamin menunjukkan masih didominasi ikan betina dan kondisi ini merupakan suatu indikasi bahwa pembaruan populasi masih terjamin di WPP 714.

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster2.1. Penyebaran dan Komposisi JenisDitinjau dari penyebaran geografisnya, penyebaran udang di WPP 714 relatif sempit, hanya terbatas di pulau-pulau kecil di wilayah Sulawesi Tenggara, Maluku dan Teluk Tolo. Udang windu jenis P. semisulcatus banyak tertangkap di Teluk Kayeli, Pulau Buru dan Teluk Tolo dan cenderung mendominasi hasil tangkapan.

2.2. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat PemanfaatanHasil perhitungan dengan menggunakan model surplus produksi didapatkan nilai MSY udang sebesar 2.438 ton dan JTB sebesar 1.951 ton (Gambar VII-4). Alat tangkap pukat udang dijadikan sebagai alat tangkap standar untuk memperoleh nilai upaya optimum. Nilai upaya optimum diperoleh sebesar 769 unit alat tangkap setara pukat udang, sementara upaya aktual adalah 256 unit pukat udang. Tingkat pemanfaatan udang saat ini berada pada tahapan berkembang yaitu 0,3 (indikator warna hijau), berarti masih terbuka peluang pengembangannya.

87

2002 2003

2005

2006

2007

2010

20082009

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0 500 1000 1500 2000 2500

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar VII-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya penangkapan udang di Laut Banda (WPP 714)

Gambar VII-4. Kurva hubungan antara produksi dan upaya penangkapan udang di Laut Banda (WPP 714)

Page 150: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

126

Hasil perhitungan MSY lobster dengan model Schaefer diperoleh nilai sebesar 70 ton dan JTB sebesar 56 ton (Gambar VII-5). Alat tangkap yang dijadikan acuan/standar untuk memperoleh upaya optimum adalah trammel net. Nilai upaya optimum diperoleh nilai sebesar 8626 unit alat tangkap dan nilai upaya aktual adalah 4.026 unit trammel net. Tingkat pemanfaatan udang saat ini masih berada dalam tahapan yang menjamin kelestarian lobster yaitu sekitar 0,5 (indikator warna hijau).

88

2006

2007

20082009

20102011

-102030405060708090

100

0 5000 10000 15000 20000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar VII-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya penangkapan lobster di Laut Banda (WPP 714)

Gambar VII-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya penangkapan lobster di Laut Banda (WPP 714)

2.3. Indikator Perikanan dan Biologi Secara umum belum terjadi perubahan yang signifikan pada ukuran dan komposisi hasil tangkapan udang di Laut Banda, terlihat ukuran udang yang tertangkap belum menunjukkan penurunan ukuran. Nilai Lm yang didapatkan selalu lebih rendah dari nilai Lc, yang menunjukkan bahwa dalam jangka panjang perlu dilakukan penataan ukuran mata jaring, agar penambahan baru dapat berlangsung dengan baik.

Page 151: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

127

Bagian VII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 714

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1 Penyebaran/Daerah penangkapanDaerah penangkapan sumber daya ikan pelagis kecil umumnya di daerah pantai dekat dengan pulau yang berada di selat Obi dan laut Banda yang meliputi Kepulauan Lease, Pulau Wowoni, Pulau Saponda, Pulau Menui sampai pulau Umbele.

3.2 Komposisi jenisJenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di WPP 714 didominasi oleh jenis ikan banyar, layang/malalugis, tembang dan selar dengan persentase komposisi 68% yang tertangkap dengan alat tangkap pukat cincin. Jenis ikan teri dengan persentase komposisi jenis mencapai 19% biasanya tertangkap dengan menggunakan bagan. Persentase komposisi jenis ikan lainnya termasuk cumi-cumi sebesar 13% (Gambar VII-6).

13

6

6

16

19

19

20

0 5 10 15 20 25

Lainnya

Lemuru

Selar

Tembang

Teri

Layang

Kembung

Persentase (%)

Gambar VII-6. Komposisi jenis ikan pelagis kecil di WPP 714.

Di Laut Banda bagian barat atau perairan timur Kendari hasil tangkapan ikan pelagis kecil pada alat pukat cincin mini sebesar 57% (2011) sedang lainnya (43%) berupa ikan pelagis besar terutama tongkol; sebagian besar (52%) ikan pelagis kecil yang tertangkap terdiri dari kategori layang.

Page 152: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

128

3.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan Hasil analisa dengan menggunakan model surplus produksi, didapatkan nilai MSY sebesar 131.1 ton/tahun dan f opt. adalah 5725 unit standar pukat cincin (Gambar VII-7), sementara jumlah upaya aktual adalah 5533 unit pukat cincin. Jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) didapatkan sebesar 104882 per tahun dengan tingkat pemanfaatan sudah berada pada tingkatan penuh 1,0 (indikator warna merah). Dalam kaitan tersebut, sebaiknya dilakukan moratorium upaya penangkapan ikan pelagis kecil di WPP 714.

Gambar VII-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP 714

Dengan menggunakan model surplus produksi (Schaefer), didapatkan nilai MSY cumi-cumi di WPP 714 sebesar 1.788 ton/tahun dan f opt 2042 unit standar bagan apung, sementara jumlah upaya aktual sekitar 2500 unit bagan apung (Gambar VII-8). Jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) didapatkan sebesar 1.430 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan berada pada tingkatan overfishing (1.22, indikator warna merah).

Page 153: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

129

Bagian VII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 714

Gambar VII-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP 714

3.4. Indikator Perikanan dan Biologi Walaupun terlihat menunjukkan CPUE lebih rendah dibanding periode sebelumnya (2006-2007), peningkatan CPUE layang terjadi antara tahun 2008-2011; tahun 2011 CPUE ikan layang menunjukkan sekitar 1500 kg/trip.

Perbandingan kelamin antara ikan jantan dan betina secara umum terlihat seimbang, dengan demikian kesinambungan populasi masih berjalan dengan baik. Nilai Lc selalu lebih besar dari nilai Lm, hal ini mengindikasikan terganggunya penambahan baru apabila tidak dilakukan penataan ukuran mata jaring. Dinamika populasi menunjukkan ikan yang dominan berupa layang biru (D. macarellus) sudah berada pada tahap fully exploited.

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Ikan Tongkol4.1 Penyebaran/Daerah penangkapanDaerah penangkapan ikan pelagis besar di perairan ini terdapat di hampir seluruh WPP Laut Banda terutama di sekitar gugusan pulau-pulau yang ada di Laut Banda seperti Pulau Buru, Pulau Banda, Pulau Yamdena dan sekitar Pulau Wetar serta sebelah barat Kepulauan Aru.

Page 154: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

130

4.2 Komposisi JenisJenis ikan pelagis besar selain jenis tuna, cucut, dan pari yang tertangkap di WPP Laut Banda didominasi oleh jenis ikan tongkol. Ikan tenggiri terdapat dengan jumlah relatif sedikit dengan persentase komposisi 9%. Sementara prosentase komposisi jenis ikan lainnya hanya 1% (Gambar VII-9).

1

9

42

48

0 10 20 30 40 50 60

lainnya

tenggiri

cakalang

tongkol

Persentase (%)

Gambar VII-9. Komposisi jenis ikan pelagis besar di WPP 714

4.3 Potensi Lestari, JTB dan Effort Optimum dan Tingkat PemanfaatanHasil analisa data statistik dengan metode produksi surplus untuk jenis ikan pelagis besar selain jenis ikan tuna, tongkol dan cucut diperoleh nilai potensi lestari (MSY) adalah 9.445 ton/tahun dengan nilai JTB 7.556 ton (Gambar VII-10). Nilai f-opt didapatkan sebesar 3.498 unit standar purse seine dan upaya aktual pada saat ini (2011) adalah 2.468 unit alat tangkap standar, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar di WPP 714 adalah sekitar 0,71 (indikator warna kuning), yang berarti tingkat pemanfaatan saat ini masih menjamin kelestarian sumber daya ikan pelagis besar.

Page 155: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

131

Bagian VII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 714

93

2001 20022003

2004

2005 2006

2007 20082009

2010

2011

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

18000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VII-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya perikanan pelagis besar di Laut Banda (WPP 714)

Gambar VII-10. Kurva hubungan antara produksi dan upaya perikanan pelagis besar di Laut Banda (WPP 714)

Untuk sumber daya ikan tongkol, diperoleh nilai potensi lestari sebesar 21.178 ton per tahun dan JTB sebesar 16.943 ton per tahun. Sementara untuk upaya optimal (f opt.) didapatkan sekitar 4.069 unit setara purse seine dan upaya aktual adalah sekitar 2.468 unit purse seine, dengan demikian tingkat pemanfaatan ikan tongkol adalah sekitar 0.61 (indikator warna kuning) (Gambar VII-11). Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pemanfaatan sumber daya ikan tongkol masih berada pada tahapan yang lestari.

94

20012003

2004

2011

2005

2006 20072008

20102009

2002

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

0 2000 4000 6000 8000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VII-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya perikanan tongkol di Laut Banda (WPP 714)

Gambar VII-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya perikanan tongkol di Laut Banda (WPP 714)

Page 156: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

132

4.4. Indikator Perikanan dan BiologiEstimasi beberapa parameter populasi ikan tongkol yaitu laju pertumbuhan, laju kematian dan tingkat eksploitasi yang dianalisis dengan menggunakan model progression analysis adalah F = 2,69. Hasil analisis dinamika populasi menunjukkan bahwa ikan pelagis besar terutama tongkol berada pada tingkatan mendekati fully exploited (BRPL, 2006).

Page 157: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

133

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN VIII

WPP-RI 715Teluk Tomini, Laut Maluku,

Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Page 158: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

134

Page 159: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

135

Bagian VIII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanWPP 715 tergolong sangat luas meliputi perairan Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau (Papua) yang mana memiliki topografi yang sangat bervariasi umumnya merupakan perairan dalam yang osenaik, sedikit memiliki dasar karang terutama di sekitar Teluk Tomini dan perairan agak dangkal berdasar pasir lumpur di Teluk Berau (Papua). Dengan kondisi yang demikian ini maka jenis sumber daya ikan demersal sangat berbeda. Untuk perairan di sekitar Teluk Tomini seperti sekitar pulau Togian banyak dihuni ikan-ikan karang. Pengamatan dilakukan di sekitar Kep. Togian (2004) menunjukkan bahwa penangkapan dilakukan sepanjang tahun dengan menggunakan pancing dasar (rawai). Daerah penangkapan pancing pada dasarnya tersebar hampir di seluruh perairan berkarang di sepanjang pantai Teluk Tomni, dengan konsentrasi di Kep. Togian hingga utara Bualemo. Daerah penangkapan relatif dekat dan mudah dicapai. Pada musim timur lamanya waktu melaut antara 3-7 hari/trip.

1.2 Komposisi JenisJenis ikan karang yang dominan antara lain kakap (Lutjanidae) dan krapu (Serranidae), masing-masing sekitar 7% dan 13% dari total pendaratan; gurita kontribusinya 17%; ikan lencam (Lethrinidae) paling dominan dan tercatat 34% dari total hasil tangkapan (Gambar VIII-1).

7

13

17

34

0 10 20 30 40

Kakap

Kerapu

Gurita

Lencam

Persentase (%)

Gambar VIII-1. Komposisi jenis hasil tangkapan pancing ulur di WPP 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Page 160: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

136

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap (2012) beberapa jenis ikan demersal yang dominan didaratkan dari WPP 715 adalah lencam: 7.531 ton (26,34 %), kuwe: 3.646 ton (12,75 %), kakap putih: 3.537 ton (12,37 %) dan kakap merah 3.282 ton (11,48 %). Sedang untuk komposisi jenis ikan karang terdiri dari ekor kuning: 4.566 ton (42,11 %), kerapu karang: 2.915 ton (26.89 %), dan kerapu sunu: 1.587 ton (14,64 %).

1.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan 1.3.1. Ikan Demersal

Dengan mengaplikasikan Model Surplus Produksi terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) pada sumberdaya ikan demersal di WPP-RI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 121.330 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 11.015 unit standar rawai dasar (Gambar VIII-2). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebanyak 97.064 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 3.850 unit standar rawai dasar. Dengan membandingkan antara effort optimum dan effort aktual, maka dapat dihitung tingkat pemanfaatan yaitu sebesar 0,35 (indikator warna hijau). Dengan demikian effort aktual 2011 belum mencapai effort optimum diperkirakan baru mencapai sekitar 35 % effort optimumnya.

93

2010

20112009

2002

2003

2001

20052006

2007

2004

MSY

2008

0

20000

40000

60000

80000

100000

120000

140000

0 5000 10000 15000 20000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit) Gambar VIII-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-715 Teluk

Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Gambar VIII-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Page 161: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

137

Bagian VIII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715

1.3.2. Ikan Karang

Berdasarkan statistik perikanan tangkap bahwa kelompok ikan karang terdiri dari jenis ekor kuning, ikan napoleon, kerapu, dan baronang. Hasil analisis Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) bagi sumberdaya ikan karang di WPP-RI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau) diperoleh besaran nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) ikan karang sebesar 13.831 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 6.378 unit standar rawai dasar (Gambar VIII-3). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu sebesar 11.064 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 2.897 unit standar rawai dasar sehingga tingkat pemanfaatannya baru mencapai 0,45 (indikator warna hijau). Dengan effort aktual 2011 tersebut maka pemanfaatan sumber daya ikan karang di perairan WPP 713 belum mencapai tingkat pemanfaatan yang optimum, sehingga masih memungkinkan untuk dapat dikembangkan.

94

2011

2010

20052006

20022003

MSY

2001

2009

2007

2008

2004

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VIII-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Gambar VIII-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

1.4. Indikator Perikanan dan BiologiHasil pengamatan akustik di perairan Teluk Tomini, rata-rata densitas ikan demersal sebesar 2,18 ± 3,23 ind/1000 m3. Ikan ukuran panjang (TL) 22 cm paling sering ditemui, namun ukuran >22 cm lebih dominan dan cenderung semakin banyak hingga kedalaman

Page 162: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

138

200 m. Gerombolan ikan karang ditemukan di bagian selatan kepulauan (perairan antara P. Kaboutan dan Teluk Mogo), dan diperkirakan densitas tertinggi yaitu sebesar 29,83 ekor/1000 m3; sedang di bagian utara terdeteksi di sebelah utara P. Waleakodi.

Dugaan stok sumber daya ikan karang di sekitar Kep. Togian (luas 301,5 mil2, lebih dari 1.034 km2) sebesar 147,02 ton setara dengan kepadatan total 0,142 ton/km2. Biomassa terdiri dari beberapa kelompok ukuran. Dengan asumsi yang melakukan eksploitasi adalah nelayan pancing asal Pagimana (jumlah alat rawai dasar tercatat 130 unit pada 2004), 4 trip/bulan (hari laut antara 3-7 hari/trip), aktivitas selama 10 bulan, dan laju tangkap sekitar 27,5 kg/trip dapat ditaksir jumlah produksi ikan karang di area target sekitar 143 ton.

Hasil tangkapan ikan karang umumnya berupa ikan ekonomis (food fish) dan menjadi target penangkapan. Kakap (Fam. Lutjanidae) dan kerapu (Fam. Serranida) masing-masing memberi kontribusi sekitar 19%; ’daging putih’ (Fam. Lethrinidae) kontribusinya sekitar 34%.

Hasil tangkapan berfluktuasi, puncak musim sekitar September; pada musim timur hasil tangkapan rendah. Laju tangkapan (kg/trip) antara 11-44 kg/trip (rata-rata 27,5 kg/trip). Ukuran yang tertangkap merupakan ukuran ekspor: ekor bulan (V. albimarginata) antara 24–34 cm, ukuran dominan 24 cm; sunu super (P. leopardus) antara 28-49 cm; kerapu coklat (E. areolatus) antara 40-82 cm, ukuran dominan 47 cm; kakap merah (L. malabaricus) antara 40,5–72,5 cm, ukuran dominan 72 cm; sunu macan (P. areolatus) antara 39-64 cm, ukuran dominan 44 cm; kerapu muso/gomes (E. fuscoguttatus) antara 64-89 cm, ukuran dominan sekitar 64 cm.

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster 2.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penyebaran udang terbatas di daerah dekat Kepala Burung Papua, yaitu Teluk Bintuni/Berau, sebagian kecil pantai utara Seram dan sebagian Teluk Kayeli (Buru). Luas daerah penghasil udang di perairan Kepala Burung dan Teluk Bintuni sekitar 27.000 km2 (Naamin, 1984). Sedang untuk udang lobster pemanfaatan menyebar di perairan yang banyak dihuni karang.

Page 163: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

139

Bagian VIII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715

2.2. Komposisi JenisJenis-jenis udang di perairan Kepala Burung dan Teluk Bintuni meliputi udang windu 5%, udang jerbung 30%, udang dogol 40% dan udang krosok 25% (Gambar VIII- 4)

5

25

30

40

0 10 20 30 40 50

udang windu

udang krosok

udang jerbung

udang dogol

Persentase (%)

GambarVIII-4. Komposisi jenis udang di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap (2012) total produksi udang penaeid di perairan WPP 715 sebesar 2.732 ton, terdiri dari udang dogol 1.287 ton (20,11 %), udang putih 1.333 ton (20,38 %), udang windu 914 ton (14,28 %) dan sisanya udang jenis lainnya.

2.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan 2.3.1. Udang Penaeid

Nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) udang dengan model Surplus Produksi terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) di WPP-RI 715 diperoleh sebesar 4.385 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 380 unit standar pukat udang (Gambar VIII-5). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 3.508 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 316 unit standar pukat udang, dengan demikian effort aktual 2011 belum mencapai

Page 164: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

140

effort optimum maka tingkat pemanfaatan sumber daya udang dapat dihitung nilainya sebesar 0,8 (indikator warna kuning), sehingga sudah mencapai tingkat fully exploited.

96

20012002 2003

2004

2005

2006

20072008

2009

2010

2011

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

0 200 400 600 800 1000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit) Gambar VIII-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP-715 Teluk

Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Gambar VIII-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang penaeid di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Hasil survei sumber daya udang tahun 1982-2005 menunjukkan rasio HTS terhadap udang adalah 7:1, sehingga diperkirakan kepadatan stok HTS di perairan tersebut berkisar antara 1,0–1,5 ton/km2.

2.3.2. Lobster

Jenis lobster yang tertangkap sebagian besar adalah famili Panuliridae. Dari hasil analisis Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) terhadap sumberdaya udang lobster di WPP-RI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau) disajikan pada Gambar VIII-6. Besaran nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) lobster sebesar 640 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 7.631 unit standar bubu. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu sebesar 512 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 4.107 unit standar bubu sehingga tingkat pemanfaatannya baru mencapai 0,5 (indikator warna hijau). Berdasarkan effort aktual 2011 tersebut maka pemanfaatan sumber daya udang lobster di perairan WPP 715 belum mencapai tingkat

Page 165: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

141

Bagian VIII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715

pemanfaatan yang optimum. Sehingga masih memungkinkan untuk dapat dikembangkan tentunya dengan pemantauan.

97

2004

2005

2006

2007

2008

2009

20102011

0

100

200

300

400

500

600

700

800

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit) Gambar VIII-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan lobster di WPP-715 Teluk

Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Gambar VIII-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikanan lobster di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanSumber daya pelagis kecil pada dasarnya dijumpai hampir di setiap wilayah. Kurangnya data dan informasi di WPP 715 menyebabkan sulit menggambarkan penyebaran yang sebenarnya. Secara umum penangkapan dilakukan secara tradisionil. Di Teluk Tomini nelayan umumnya menangkap ikan pelagis kecil (malalugis) dan pelagis besar (madidihang) di sekitar rumpon/rakit yang dipasang di berbagai daerah penangkapan (Gambar 7); tuna ditangkap dengan pancing ulur, malalugis dengan pukat cincin. Pukat cincin dengan target utama ikan malalugis dan beberapa jenis lainnya (selar, banyar, sardin), namun dalam oprasinya tertangkap jenis lainnya seperti tongkol, cakalang dan baby tuna. Selain di Teluk Tomini, eksploitasi ikan pelagis kecil dapat ditemui di Laut Maluku, Laut Seram, barat Papua (telur ikan terbang), sekitar Fak-fak dan Kaimana (Papua Barat).

Page 166: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

142

120° 121° 122° 123° 124° 125° 126°Bujur

-1°

2°Li

ntan

g

Una-una

Pp. Tagihan

P. Peleng

PP. Sula

SULAWESI

Moutong Ongka Tinombo

Donggulu

Toboli Parigi Laiga

Tambu Tambarana

POSO Toliba

Ampana

Marisa Papayato Tilamuta GORONTALO

Malibagu

Luwuk

Bitung MANADO

Pagimana

KEP. TOGIAN

Gambar VIII- 7. Peta lokasi penangkapan ikan pelagis (terang), ikan demersal (gelap) dan posisi rumpon di perairan Teluk Tomini (Suwarso, 2012).

3.2. Komposisi JenisIkan pelagis kecil memiliki kontribusi sekitar 42 % dari produksi total perikanan yang didaratkan dari perairan Teluk Tomini. Komposisi jenis ikan pelagis kecil bervariasi di setiap daerah penangkapan. Di Teluk Tomini dominasi ikan layang/malalugis (D. macarellus) menunjukkan semakin besar dari arah barat ke timur, sebaliknya ikan selar (S. crumenophthalmus) semakin kecil. Di perairan Parigi/Poso kontribusi malalugis sekitar 15%, sementara di perairan Ampana dan sebelah utara Bualemo (Kab. Banggai) masing-masing 60% dan 73%.. Selain jenis-jenis tersebut, dalam hasil tangkapan purse seine juga terdapat ikan pelagis besar ukuran juvenil seperti tuna, cakalang dan tongkol, jumlahnya kira-kira sebanyak 18% dari total hasil tangkapan. Dari data statistik perikanan tangkap juga tercatat produksi pelagis kecil di perairan WPP 715 didominasi oleh ikan layang yaitu sebanyak 73.183 ton atau 52.01 % dari produksi total pelagis kecil.

Page 167: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

143

Bagian VIII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715

3.3. Potensi, JTB, Effort Optimum, dan Tingkat Pemanfaatan 3.3.1 Ikan Pelagis Kecil

Perhitungan stok sumber daya ikan pelagis kecil dilakukan terhadap seluruh perairan WPP 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau). Dari hasil analisis Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) terhadap sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 715 diperoleh besaran nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 172.126 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 2.246 unit standar pukat cincin. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya yaitu sebesar 137.701 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh hasil perhitungan jumlah alat yang beroperasi sebesar 2.665 unit standar pukat cincin sehingga tingkat pemanfaatannya mencapai 1,2 (indikator warna merah). Dengan effort aktual 2011 tersebut maka pemanfaatan sumber daya ikan pelagis kecil di perairan WPP 715 telah mencapai tingkat pemanfaatan yang optimum.

Gambar VIII-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Page 168: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

144

3.3.2 Cumi-Cumi

Produksi cumi-cumi di wilayah perairan WPP RI 715 pada tahun 2011 tercatat 4.061 ton, dimana pada 5 tahun terakhir ini (2007-2011) telah mengalami kenaikan rata-rata 18,82 % per tahun (DJPT, 2012). Sebagian besar jenis cumi-cumi adalah famili Loligonidae.

Analisis Model Surplus Produksi terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 4.020 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 2.815 unit standar bagan apung (Gambar VIII-9). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 3.216 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap setara bagan apung sebanyak 3.759 unit standar bagan apung. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 715 pada tahun 2011 sebesar 1,3 (indikator warna merah), atau telah melebihi potensi lestarinya.

100

2006

20082001

2004

20032002

2007

2005

2009 2010

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

4000

4500

0 1000 2000 3000 4000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar VIII-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Gambar VIII-9. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

3.4. Indikator Perikanan dan BiologiHasil analisis data frekuensi panjang ikan malalugis (D. macarellus) tahun 2003-2004 diperoleh parameter seperti terlihat di bawah. Tingkat eksploitasi (E = F/Z) kira-kira ±

Page 169: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

145

Bagian VIII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715

0,5 dimana F adalah laju kematian akibat penangkapan, dan Z adalah laju kematian total. Dengan nilai E tersebut mengindikasikan bahwa eksploitasi belum memberikan dampak yang nyata pada karakter populasi. Namun demikian, tekanan penangkapan terhadap ikan-ikan muda diduga cukup tinggi yang dapat mengakibatkan penurunan stok. Selain itu, terdapatnya juvenil tuna, cakalang dan tongkol dalam hasil tangkapan pukat cincin perlu menjadi perhatian. Parameter populasi ikan Malalugis (D. macarellus) di Teluk Tomini menunjukkan sudah mengarah pada pemanfaatan yang berlebih.

Hasil analisis GSI (Gonad Somatic Index) ikan malalugis pada tahun 2009-2010 diduga terjadi 2 kali musim pemijahan yaitu setelah musim timur dan setelah musim barat. Ukuran ikan malalugis saat reproduksi antara 21-26 cm, sedang ukuran pertama kali matang (Lm) diperkirakan sekitar 25,3 cm (Suwarso, et al. 2010). Dari data tersebut terlihat bahwa ukuran ikan pada 50 % tertangkap (18,3 cm) jauh lebih kecil dibanding ikan pertama kali memijah (25,3 cm). Kejadian ini mengindikasikan bahwa diperlukan kehati-hatian dalam melakukan penangkapan ikan malalugis. Ikan-ikan berukuran kecil yang merupakan ukuran rekruitmen diperkirakan antara 7-13 cm (modus 9,5 cm). Jumlah kelompok ini pada tahun 2010 tidak melebihi 10 %, namun pada bulan-bulan tertentu dapat mencapai 40 % terutama pada bulan September.

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Ikan Tongkol4.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanSeperti halnya ikan tuna, ikan pelagis besar ‘non tuna’ juga tersebar di lokasi yang bersamaan dengan tuna. Di Teluk Tomini, Laut Maluku dan perairan lain di wilayah timur (barat Papua) berupa cakalang, tongkol dan tengiri. Daerah penangkapan di Teluk Tomini meliputi seluruh perairan; di Laut Maluku di sebelah barat pulau Halmahera dan sekitar Bitung; di Papua Barat terkonsentrasi di sebelah barat daerah kepala burung dan di selatan Fakfak-Kaimana. Selain perikanan skala kecil, sumberdaya ini juga dieksploitasi oleh perikanan industri milik perusahaan. Penangkapan dibantu dengan rumpon dan alat tangkap pancing.

4.2. Komposisi Jenis Jenis sumber daya ikan pelagis besar yang dimaksud adalah jenis ikan pelagis besar selain tuna, cucut dan pari. Kelompok ikan pelagis besar yang dominan adalah tongkol, cakalang dan tenggiri. Komposisi ketiga jenis ikan ini pada tahun 2007 adalah cakalang (66%), tongkol (29%) dan tenggiri hanya 5% (Gambar VIII-10).

Page 170: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

146

5

29

66

0 10 20 30 40 50 60 70

Tenggiri

Tongkol

Cakalang

Persentase (%)

Gambar VIII-10. Komposisi jenis ikan pelagis besar non tuna di WPP 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

4.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat Pemanfaatan 4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Sumber daya ikan pelagis besar yang diestimasi potensinya adalah jenis sumber daya ikan pelagis besar selain ikan tuna, cakalang dan tongkol. Jenis-jenis ikan non tuna terdiri dari: lemadang, layaran, setuhuk, ikan pedang, tenggiri, kenyar dan cucut. Dari aplikasi Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) terhadap sumber daya ikan pelagis besar non tuna di WPP-RI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 6.939 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 3.558 unit standar pukat cincin (Gambar VIII-11).

Page 171: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

147

Bagian VIII - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 715

102

2001

20022003

2004

20052006

2007

2008 20092010

2011

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

9000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VIII-11.Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Gambar VIII-11. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis besar di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Jumlah Tangkapan yang Diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 5.551 ton /tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebesar 3.019 unit standar pukat cincin. Dengan demikian effort aktual 2011 belum melewati effort optimum dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar non tuna dapat dihitung nilainya sebesar 0,85 (indikator warna kuning), yang berarti tingkat pemanfaatan saat ini masih dapat menjamin kelestarian sumber..

4. 3.2. Ikan Tongkol

Produksi ikan tongkol dan sejenisnya di WPP 715 pada tahun 2011 sebanyak 43.791 ton dengan jenis dominan adalah tongkol abu-abu sebesar 21.003 ton (47.96 %), kemudian disusul tongkol krai 13.607 ton (31,07 %) dan tongkol komo sebesar 9.168 ton (20.94 %).

Dengan menggunakan Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort selama 11 tahun (2000-2011) untuk sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 715 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 46.939 ton/tahun dengan upaya optimum (fopt.) sebesar 3.949 unit standar pukat cincin (Gambar VIII-12). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 37.551 ton/tahun.

Page 172: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

148

Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat yang beroperasi sebanyak 3.019 unit standar pukat cincin. Tingkat pemanfatan sumber daya ikan tongkol sebesar 0,76 (indikator warna kuning), berarti pemanfaatan sumber daya tersebut belum melewati tingkat optimum.

103

2011

2007

2006

2008

2010

2009

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar VIII-12.Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Gambar VIII-12. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol

di WPP-715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau

Page 173: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

149

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN IX

WPP-RI 716Laut Sulawesi dan Sebelah Utara Pulau Halmahera

Page 174: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

150

Page 175: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

151

Bagian IX - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 716

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1. Penyebaran dan Komposisi JenisPenyebaran sumber daya ikan demersal relatif sempit meliputi wilayah pantai Tarakan Belinyu dan Nunukan di daerah Kalimantan Timur serta Teluk Likupang dan sekitar kepulauan Sangir Talaud di wilayah Sulawesi Utara.

1.2. Komposisi Jenis

Komposisi hasil tangkapan ikan demersal berbeda berdasarkan musim yaitu musim barat dan musim timur. Pada musim barat hasil tangkapan didominasi oleh jenis moa/belut laut, kakap merah, bawal putih, kerapu, kakap putih, pari, hiu, manyung dan kakap hitam. Pada musim timur didominasi oleh kerapu, moa/belut laut, kakap putih, manyung, kakap merah, pari, kakap hitam, senangin dan bawal putih. Komposisi jenis ikan karang di perairan Minahasa Tenggara didominasi oleh famili Caesionidae 37,21%. Spesies yang mendominasi adalah Caesio cuning sebanyak 11,1 % (Rembet et al., 2011).

1.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat PemanfaatanAplikasi Model Surplus Produksi dengan regresi linier sederhana, diperoleh potensi lestari ikan demersal sebesar 27.917 ton per tahun dan JTB sebesar 22.334 (Gambar IX-1). Alat tangkap rawai dasar dijadikan sebagai alat tangkap standar, karena mempunyai produktivitas paling tinggi. Dari hasil perhitungan didapatkan upaya optimum (fopt) 10.168 unit, sementara jumlah upaya aktual adalah 4.023 unit rawai dasar. Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal adalah sekitar 0,40 (indikator warna hijau), yang mengindikasikan bahwa peluang pengembangan penangkapan ikan demersal masih terbuka di WPP 716.

Page 176: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

152

103

2001

2002

2011

2010

2003

2005

MSY

2004 2006

2009 2008

2007

0

5000

10000

15000

20000

25000

30000

0 5000 10000 15000 20000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IX-1. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan demersal di di WPP-RI 716, Laut Sulawesi dan sebelah utara

Pulau Halmahera

Gambar IX-1. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan demersal di di WPP-RI 716, Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Potensi lestari ikan karang di laut Sulawesi sebesar 6.460 ton dan JTB sebesar 5.168 (Gambar IX-2). Alat tangkap pancing rawai dijadikan sebagai alat tangkap standar dengan upaya optimum (fopt) sebesar 8.472 unit standar pancing rawai dan upaya aktual sekitar 2.805 unit pancing rawai. Tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal baru mencapai sekitar 0,33 (indikator warna hijau), yang berarti masih terbuka peluang pengembangan sekitar 67 % dari tingkat pemanfaatan saat ini.

104

2001

2002

2003

2011

2005

2010

20042006

MSY

2008

2009

2007

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

8000

0 5000 10000 15000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IX-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan

karang di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Gambar IX-2. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan karang di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Page 177: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

153

Bagian IX - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 716

1.4. Indikator Perikanan dan Biologi Analisis parameter populasi dengan menggunakan model progression analysis b dengan menggunakan model progression analysis agi ikan kakap merah (Lutjanus button) diperoleh nilai panjang asimptotik (Loo) = 60,9 cmTL, laju pertumbuhan (K) =0,7 per tahun, laju kematian total (Z) =2,48 per tahun, laju kematian alamiah (M) = 1,18 per tahun, laju kematian karena penangkapan (F) = 1,3 per tahun dan laju eksploitasi (E) = 0,52. Analalisis terhadap ikan bawal putih (Pampus chinensis) diperoleh hasil sebagai berikut : Loo = 35,7 cmTL; K = 1,8 per tahun; Z = 5,8 per tahun; M=2,54 per tahun; F = 3,3 per tahun dan dan E=0,57.

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster2.1. Daerah Penangkapan dan Komposisi JenisPenyebaran udang di laut Sulawesi relatif sempit dan terpusat di area perairan Tarakan dan sekitarnya Komposisi hasil tangkapan udang penaeid yang didaratkan didominasi oleh jenis udang krosok dengan kontribusi 66% dari total udang yang didaratkan pada tahun 2011, diikuti oleh udang dogol 19%, udang windu 8% dan udang jerbung 7% (BPPL, 2012)

2.2. Potensi, JTB, Effort Optimal dan Tingkat PemanfaatanPerhitungan potensi lestari (MSY) udang dilakukan dengan model surplus produksi. Hasil perhitungan MSY diperoleh 8.225 ton dan JTB sebesar 6.580 ton (Gambar IX-3). Pukat udang dijadikan sebagai alat tangkap acuan untuk menghitung nilai upaya optimum. Nilai upaya optimum diperoleh sebesar 1.613 unit alat tangkap setara pukat udang. Tingkat pemanfaatan udang saat ini telah berada di sekitar 0,9 (indikator warna kuning) Hasil perhitungan dengan pendekatan model analitik terhadap jenis udang windu dan udang jerbung diperairan Tarakan juga menunjukkan bahwa tingkat pemanfaatan nya telah berada pada tahapan yang jenuh (fully-exploited) .

Page 178: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

154

Gambar IX-3. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya udang di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Perhitungan MSY lobster dilakukan dengan model Schaefer. Hasil perhitungan diperoleh nilai MSY sebesar 635 ton dan JTB sebesar 508 ton (Gambar IX-4). Dengan menggunakan alat tangkap bubu sebagai acuan diperoleh nilai upaya optimum sebesar 6734 unit alat tangkap. Tingkat pemanfaatan lobster saat ini masih berada dalam tahapan yang menjamin kelestarian lobster yaitu sekitar 0,40 (indikator warna hijau).

106

2001

2002

2003

2004

2005200620072008

20092010

2011

0

100

200

300

400

500

600

700

0 5000 10000 15000

Prod

uksi

(ton)

Upaya (unit)

Gambar IX-4 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Gambar IX-4 Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya lobster di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Page 179: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

155

Bagian IX - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 716

2.3. Indikator Perikanan dan Biologi Sebaran udang penaeid di WPP 716 relatif sempit berada di sekitar perairan Kalimantan Utara. Kajian biologi udang penaeid di WPP 716 dilakukan di perairan Tarakan khusus untuk jenis udang windu (Penaeus monodon) dan udang jerbung (P. merguiensis). Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) udang windu adalah 42 mmCL dan udang jerbung 36 mmCL. Rata-rata ukuran pertama kali matang gonad diperoleh untuk udang windu sebesar 45,75 mmCL dan udang jerbung 38,62 mmCL (BPPL, 2012). Hasil Lc kedua jenis udang tersebut lebih kecil dari nilai Lm nya. Dapat dikatakan bahwa rata-rata udang yang tertangkap belum sempat melakukan pemijahan. Oleh karena itu perlu suatu bentuk pengelolaan untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya.

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1. Penyebaran dan Komposisi JenisPenyebaran ikan pelagis kecil di Laut Sulawesi meliputi area perairan utara Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara. Ikan malalugis (Decapterus macarellus) memberi kontribusi paling banyak sekitar 76% dari total pelagis kecil atau 22% dari total perikanan laut. Jenis ikan pelagis kecil lainnya adalah selar (Selar crumenophthalmus dan Selaroides leptolepis), banyar (Rastrelliger kanagurta), sardine/lemuru (Amblygaster sirm) dan beberapa jenis lainnya.

3.2 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan 3.2.1. Pelagis kecil

Hasil analisa dengan menggunakan model surplus produksi (Schaefer) dan akustik, didapatkan nilai MSY sebesar 323.400 ton/tahun dan fopt. Adalah 3.684 unit standar pukat cincin (Gambar IX-5). Jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) didapatkan sebesar 258.720 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan masih berada pada tahap berkembang yaitu 0,4 (indikator warna hijau).

Page 180: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

156

Gambar IX-5. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

3.2.2. Cumi-Cumi

Produksi cumi-cumi di WPP-RI 716 pada tahun 2011 sebesar 776 ton atau 38,90% dari total produksi jenis binatang lunak yaitu sebesar 1995 ton. Berdasarkan analisis Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort tahun 2000-2011 pada sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 716 (Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan Teluk Berau) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 805 ton/tahun dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 1.165 unit standar bagan apung (Gambar IX-6). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 644 ton/tahun. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap, pada tahun 2011 diperoleh jumlah alat tangkap setara bagan apung sebanyak 1.994 unit standar bagan apung. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 715 pada tahun 2011 sebesar 1,7 (indikator warna merah), atau telah melebihi tingkat pemanfaatan yang lestari.

Page 181: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

157

Bagian IX - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 716

108

2006

2008

2001

2004 2003

20022007

20052009

2010

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

0 500 1000 1500 2000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar IX-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikan cumi-cumi di WPP-RI 716.

Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Gambar IX-6. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya perikan cumi-cumi di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

3.3. Indikator Perikanan dan Biologi Perkembangan upaya pada perikanan skala kecil di Laut Sulawesi utara (Tumumpa) dengan menggunakan mini purse seine berkekuatan antara 10-30 GT pada tahun 2006-2011 memperlihatkan peningkatan hasil tangkapan per unit upaya (kg/trip). Pada tahun 2011 hasil tangkapan per unit upaya sekitar 1,7 ton/trip dimana ikan malalugis memberi kontribusi utama.

Di perairan utara Gorontalo, hasil per unit upaya pada pukat cincin tahun 2011 sekitar 490 kg/hari; jenis dominan dari alat pukat cincin adalah layang (17%) dan banyar (21%).

Parameter populasi ikan banyar dan bentong di perairan Kwandang memperoleh tingkat pemanfaatan (E) sekitar 0,5. Kajian pada ikan malalugis di sekitar Tumumpa menunjukkan tingkat pemanfaatan sebesar 0,4; ukuran pertama kali matang (Lm) sekitar 22 cm. Perbandingan kelamin antara ikan pelagis jantan dan betina secara umum terlihat masih seimbang, dengan demikian kesinambungan populasi masih berjalan dengan baik. Nilai Lc selalu lebih besar dari nilai Lm, hal ini mengindikasikan penambahan baru masih dalam batas populasi yang lestari. Dominasi hasil tangkapan terdapat bagi layang biru (D. macarellus) masih belum melampaui potensi lestarinya (E = 0,42).

Page 182: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

158

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Ikan Tongkol4.1. Penyebaran dan Komposisi JenisDaerah penangkapan ikan pelagis besar di hampir seluruh WPP Laut Sulawesi terutama di sekitar gugusan pulau-pulau dan di sekitar Teluk Kwandang seperti Pulau Otilade, Pulau Raja dan Mohinggalo. Jenis ikan pelagis besar selain jenis tuna, cucut, dan pari yang tertangkap di WPP Laut Sulaweis didominasi oleh jenis ikan tongkol dan tenggiri.

4.2 Potensi Lestari, JTB dan Effort Optimal dan Tingkat PemanfaatanAplikasi Metode Produksi Surplus dengan menggunakan regresi linier sederhana dari Schaeffer pada ikan pelagis besar selain tunaestari (MSY) adalah 1.062 ton/tahun dengan nilai JTB 850 ton (Gambar IX-7). Nilai f opt didapatkan sebesar 4.408 unit standar purse seine, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar di WPP 716 adalah sekitar 0,6 (indikator warna kuning), jadi masih terbuka peluang untuk dikembangkan.

109

2009

2007

2008

2004

2006 2005

2003

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

0 2000 4000 6000 8000 10000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IX-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan

pelagis besar di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Gambar IX-7. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Untuk sumber daya ikan pelagis besar lainnya berupa jenis tongkol, diperoleh nilai potensi lestari sebesar 18.505 ton per tahun dan JTB sebesar 14.804 ton per tahun. dengan

Page 183: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

159

Bagian IX - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 716

upaya optimal (fopt.) 3.886 unit setara purse seine, dengan demikian tingkat pemanfaatan ikan tongkol sudah mencapai 0,68 (indikator warna kuning) (Gambar IX-8), dan masih dapat dikembangkan dengan prinsip kehati-hatian.

110

2002 2010

2011

2009

20072008

2001

20042006 2005

2003

0

5000

10000

15000

20000

25000

0 2000 4000 6000 8000 10000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar IX-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 716. Laut

Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

Gambar IX-8. Kurva hubungan antara produksi dan upaya sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 716. Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera

4.3. Indikator Perikanan dan Biologi.Estimasi beberapa parameter populasi ikan tenggiri (Scomberomorus commerson) yaitu laju pertumbuhan, laju kematian dan tingkat eksploitasi yang dianalisis dengan menggunakan model progression analysis menunjukkan bahwa ikan pelagis besar jenis ini berada pada tingkatan pemanfaatan mendekati fully exploited (BPPL, 2012). Nilai Lm masih berada pada kisaran Lc, dengan demikian kesinambungan penambahan baru masih terjamin.

Page 184: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

160

Page 185: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

161

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN X

WPP-RI 717Teluk Cendrawasih dan

Samudera Pasifik

Page 186: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

162

Page 187: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

163

Bagian X - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 717

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang 1.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan ikan umumnya tidak begitu jauh dari pantai atau desa tempat tinggal nelayan. Hal ini selain dipengaruhi oleh kondisi perairan paparan benua yang relatif sempit (rata-rata berkisar 200-400m dari pantai) juga sarana penangkapan ikan umumnya masih sederhana, bahkan masih banyak dijumpai penangkapan ikan dengan cara menyelam kemudian menombak ikan yang menjadi buruannya (lokal : molo). Faktor lain yang menyebabkan daerah penangkapan ikan terbatas adalah sarana perahu yang digunakan rata-rata berukuran kecil, berkapasitas 1-2 nelayan tanpa dilengkapi dengan mesin. Daerah penangkapan ikan terutama dilakukan pada perairan di sekitar terumbu karang, ditujukan untuk menangkap ikan kakap, kerapu (gropa), lencam (sekuda) dan kuwe pada kedalaman <200m. Menurut Sumiono (2005) daerah penangkapan ikan demersal di perairan Biak dan Supiori terdapat di sekitar pulau-pulau kecil antara lain gugusan pulau Padaido Atas dan Padaido Bawah di sebelah timur Biak, gugusan pulau Rani, Insumbabi dan Ineki di sebelah selatan Supiori serta gugusan pulau Miosbefondi , Miospandi, Mioswundi dan Miospuri di sebelah utara Supiori. Selanjutnya Sumiono (2009) menyebutkan daerah penangkapan ikan demersal dengan alat tangkap pancing dan rawai di perairan Teluk Cenderawasih terutama terdapat di perairan sekitar pulau Rumberporn, Mioswar, Yop, Roon, Anggrameos, Iwari, Kuwon dan Pulau Pepaya.

1.2 Komposisi JenisKelompok ikan demersal yang banyak tertangkap dengan alat pancing dan rawai dasar antara lain ikan kakap merah (Lutjanus spp.), kerapu (Epinephelus spp.), baronang (Siganus spp.), lencam (Lethrinus spp.), biji nangka (Parupeneus spp.). Sedangkan dengan alat pukat ikan, trammel net dan pukat pantai banyak tertangkap jenis ikan manyung, beloso, bawal hitam, peperek dan gulamah. Berdasarkan data Statistik Perikanan tahun 1997-2007 komposisi jenis ikan demersal didominasi oleh ikan kakap merah, diikuti oleh manyung, senangin, kakap, bawal hitam, gulamah, ekor kuning, beloso, kuwe dan kurisi (Gambar X-1).

Kajian sumberdaya ikan karang konsumsi yang dilakukan di perairan Biak Timur tersebar di beberapa wilayah perairan Yenusi, Segara Indah, dan Ariom. Hasil kajian diperoleh keanekaragaman jenis yang cukup tinggi. Jenis-jenis ikan yang dijumpai terdiri dari suku Pomacentridae (50 jenis), Labridae (26 jenis), Chaetodontidae (26 jenis), Acanthuridae (20 jenis), Serranidae (16 jenis), Pomacanthidae (10 jenis), Lutjanidae (8 jenis), Caesionidae (7 jenis), Balistidae (7 jenis), Siganidae (6 jenis). Jenis-jenis ikan

Page 188: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

164

yang dominan adalah Pterocaesio pisang (29,73%) dari suku Caesionidae dan Kyphosus vaigiensis (13,33%) dari suku Kyphosidae (Marasabessy, 2010).

Gambar X-1. Sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP Samudera Pasifik (WPP 717)

1.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat PemanfaatanHasil perhitungan menggunakan model surplus produksi diperoleh nilai dugaan potensi lestari ikan demersal di Samudera Pasifik sebesar 97.800 ton, dengan JTB 75.816 ton (Gambar X-2). Effort optimum diperkirakan 9.735 unit (setara alat rawai dasar), dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan demersal sudah mencapai 0,28 (indikator warna hijau). Hal ini ditunjang dengan hasil penghitungan metode analitik bahwa tingkat pemanfaatan (E) beberapa jenis ikan demersal diantaranya jenis ikan Aphareus rutilans, Lutjanus sebae, Etelis radiosus, dan Epinephelus tauvina masih dibawah nilai optimum.

Page 189: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

165

Bagian X - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 717

111

20112002

2001

20032004

2005

20062007

2008

2009

2010 MSY

0100002000030000400005000060000700008000090000

100000

0 5000 10000 15000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar X-2. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan demersal

di Samudera Pasifik (WPP 717)

Gambar X-2. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan demersal di Samudera Pasifik (WPP 717)

Potensi lestari ikan karang di Samudera Pasifik didapatkan sebesar 3.854 ton per tahun dan JTB sebesar 3.083 per tahun (Gambar X-3). Alat tangkap pancing rawai dijadikan sebagai alat tangkap standar, dan dari hasil perhitungan didapatkan upaya optimum (f opt) 6.544 unit, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan karang sudah mencapai sekitar 0,77 (indikator warna kuning), berarti sudah harus hati-hati dalam pengembangan penangkapannya.

Page 190: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

166

112

2002

2005

20032001

2006

20072011 2008

MSY

2009

2010

2004

0100020003000400050006000700080009000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar X-3. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan karang

di Samudera Pasifik (WPP 717)

Gambar X-3. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan karang di Samudera Pasifik (WPP 717)

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster 2.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanPopulasi udang penaeid yang terdiri dari jenis windu, jerbung dan dogol di Samudera Pasifik sangat jarang, mengingat daerah perairannya kurang sesuai bagi kehidupannya. Perairan ini memiliki daerah paparan (continental shelf) relatif sempit dan merupakan daerah laut-dalam (deep sea). Secara ekosistem, udang penaeid menyenangi habitat lumpur campur pasir pada daerah yang masih dipengaruhi oleh massa air tawar (sungai) dan kawasan mangrove. Di daerah ini sangat jarang diketemukan sungai besar dan kecil, kecuali Sungai Mamberamo dan sungai-sungai kecil lainnya di perairan Paniai dan Nabire. Upaya penangkapan udang secara industri dengan trawl atau pukat udang terdapat di muara sungai Mamberamo, sedangkan secara tradisional banyak dilakukan menggunakan trammel net dan gillnet monofilamen (jaring klitik) di perairan Paniai, Nabire dan perairan sekitar Sorong.

2.2 Komposisi Jenis Komposisi jenis udang penaeid yang komersil didominasi oleh kelompok jenis udang dogol, diikuti oleh udang jerbung, udang windu dan lainnya (Gambar X-4)

Page 191: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

167

Bagian X - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 717

Gambar X-4. Komposisi jenis udang penaeid di WPP Samudera Pasifik (WPP 714)

2.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat PemanfaatanHasil kajian menggunakan model surplus produksi diperoleh dugaan potensi lestari sebesar 8.656 ton dengan JTB 6.925 ton (Gambar X-5). Upaya optimum (f opt.) 936 unit setara pukat udang, dan tingkat pemanfaatan sumber daya udang di Samudera Pasifik baru mencapai sekitar 0,24 (indikator warna hijau), dengan demikian masih terbuka peluang pengembangannya .

114

2001

2002

2003

2004

2005

20062007

20082011

2010

2009

0100020003000400050006000700080009000

1000011000

0 500 1000 1500 2000

Prod

uksi

(ton)

Upaya (unit)

Gambar X-5. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya udang di Samudera Pasifik (WPP 717)

Gambar X-5. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya udang di Samudera Pasifik (WPP 717)

Page 192: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

168

Untuk lobster didapatkan hasil perhitungan MSY sebesar 1051 ton dan JTB sebesar 841 ton (Gambar X-6). Dengan menggunakan alat tangkap bubu sebagai acuan diperoleh nilai upaya optimum sebesar 3275 unit alat tangkap. Tingkat pemanfaatan lobster saat ini sudah berada dalam tahapan yang fully exploited (nilai 1,1, indikator warna merah), dengan demikian disarankan untuk melakukan moratorium penangkapan lobster di WPP 717 .

2005

20062007

2008

2009

20102011

0

200

400

600

800

1000

1200

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

Produksi (ton)

Upaya (unit)

Gambar X-6. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya lobster di Samudera Pasifik (WPP 717)

2.4. Indikator Perikanan dan BiologiKajian biologi udang penaeid terhadap jenis udang jerbung (P.merguiensis) dan udang windu (P.monodon) dilakukan di perairan Nabire. Kajian yang dilakukan diantaranya adalah tentang rata-rata ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad (Lm). Rata-rata panjang karapas pertama kali udang jerbung tertangkap (Lc) dengan alat tangkap jaring tiga lapis (trammelnet) adalah 25,1 mmCL dan rata-rata ukuran panjang karapas pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 29,10 mm (pada kisaran 27,29 – 31,03 mm). Pada udang windu, rata-rata panjang karapas pertama kali tertangkap (Lc) adalah 39,6 mm dan rata-rata panjang karapas pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 35,12 mm (pada kisaran 33,47 – 36,85 mm). Dapat terlihat bahwa rata-rata udang jerbung yang tertangkap belum melakukan pemijahan, dengan demikian akan membahayakan kelestarian sumber daya udang dalam jangka panjang.

Page 193: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

169

Bagian X - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 717

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi 3.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan ikan pelagis kecil terdapat di perairan sebelah utara Jayapura, Paniai, Pulau Yapen dan Biak, sebelah utara Manokwari, sekitar Pulau Waigeo, Kepulauan Raja Ampat dan sebelah timur Halmahera. Khusus ikan terbang (Cypsilurus spp.) banyak tertangkap di perairan utara Biak, utara Manokwari dan sebelah timur pulau Yapen. Sementara ikan teri banyak tertangkap di perairan Teluk sekitar pulau Waigeo, sebelah selatan Yapen dan utara Nabire.

3.2 Komposisi JenisJenis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap antara lain ikan layang (Decapterus macrosoma, D. kuroides), kembung (Rastrelliger kanagurta), selar bentong (Selar crumenopththalmus), sunglir (Elagatis bipinnulatus) dan julung-julung (Hemiramphus spp.). Komposisi jenis ikan pelagis kecil di WPP Samudera Pasifik didominasi oleh ikan kembung, diikuti oleh layang, teri, tembang, selar, belanak, daun bambu, lemuru, julung-julung dan sunglir (Gambar X-7).

1.8

1.9

3.5

3.8

4.3

8.1

8.3

11.7

12.1

38.2

0 10 20 30 40 50

Sunglir

Julung-julung

Lemuru

Talang-talang

Belanak

Selar

Tembang

Teri

Layang

Kembung

Persentase (%)

Gambar X-7. Sepuluh jenis ikan pelagis kecil dominan tertangkap di WPP Samudera Pasifik

3.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimum dan Tingkat PemanfaatanSecara umum, potensi sumber daya ikan pelagis kecil lebih kecil dibandingkan dengan pelagis besar. Untuk spesies kunci diwakili oleh layang. Dari aspek biologi, dampak

Page 194: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

170

penangkapan belum menunjukkan adanya indikasi terjadinya perubahan ukuran ikan hasil tangkapan. Hasil kajian dengan menggunakan model surplus produksi dan akustik diperoleh nilai potensi lestari sebesar 384.750 ton dengan JTB sebesar 307.800 ton (Gambar X-8). Upaya optimum sebanyak 772 unit setara alat tangkap pukat cincin dan tingkat pemanfaatan sudah berada pada tahapan yang overfishing (nilai 1,6; indikator warna merah).

Gambar X-8. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan pelagis kecil di Samudera Pasifik (WPP 717)

Dengan menggunakan model surplus produksi (Schaefer), didapatkan nilai MSY cumi-cumi di WPP 717 sebesar 1.515 ton/tahun dan f opt adalah 355 unit standar bagan apung (Gambar X-9). Jumlah tangkapan yang dibolehkan (JTB) didapatkan sebesar 1.212 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan sekitar 0,80 (indikator warna kuning), yang berarti masih bisa dikembangkan lagi perikanannya dengan prinsip kehati-hatian..

Page 195: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

171

Bagian X - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 717

Gambar X-9. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di Samudera Pasifik (WPP 717)

3.4. Indikator Perikanan dan BiologiHasil tangkapan per unit upaya kapal pukat cincin besar mencapai maksimum sekitar bulan April dan Agustus, masing-masing 11 ton/trip dan 14 ton/trip, jumlah hari laut dapat mencapai 3 bulan; kontribusi utama berupa ikan cakalang. Pada perikanan skala kecil (Tobelo) cpue menunjukkan 334 kg/trip dengan aktivitas harian; jenis dominan berupa ikan malalugis (D. macarellus). Puncak musim berlangsung sekitar bulan April.

Ukuran rata-rata tertangkap (L50%) ikan malalugis sebesar 24 cm sangat berdekatan atau hampir sama dengan ukuran pertama matang sexual (Lm) sekitar 23,6 cm mengindikasikan bahwa pembaruan populasi masih berjalan dengan baik.

4. Sumberdaya Pelagis Besar dan Ikan Tongkol 4.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanUntuk menangkap ikan pelagis besar di WPP 717 Samudera Pasifik, biasanya nelayan di perairan ini menggunakan tonda dengan perahu berkekuatan 25-40 DK, sehingga dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh. Penangkapan ikan pelagis besar seperti

Page 196: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

172

cakalang, tongkol dan tengiri banyak dilakukan di perairan sebelah utara Pulau Waigeo, Pulau Biak dan Jayapura. Menurut Sumiono & Nasution (1994) Penangkapan ikan pelagis besar dengan pancing ulur banyak dilakukan di perairan Teluk Cenderawasih.

4.2 Komposisi JenisJenis-jenis ikan pelagis besar yang dominan di WPP Samudera Pasifik adalah cakalang, diikuti oleh tenggiri dan tongkol (Gambar X-10).

Gambar X-10. Komposisi jenis ikan pelagis besar di WPP Samudera Pasifik

4.3. Potensi lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat PemanfaatanHasil analisa data statistik dengan metode produksi surplus untuk jenis ikan pelagis besar selain jenis tuna dan tongkol diperoleh nilai potensi lestari (MSY) sebesar 13.921 ton/tahun dengan nilai JTB 11.137 ton (Gambar X-11). Nilai f opt didapatkan sebesar 3.242 unit standar purse seine, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumber daya ikan pelagis besar di WPP 716 baru sekitar 0,39 (indikator warna hijau), dengan demikian masih sangat potensial untuk pengembangan pemanfaatannya.

Page 197: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

173

Bagian X - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 717

120

20022003

20042005

2006 2007

2008 2009

20102011

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar X-11. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar

di Samudera Pasifik (WPP 717) Gambar X-11. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar di Samudera Pasifik (WPP 717)

Untuk sumber daya ikan pelagis besar lainnya berupa jenis tongkol, diperoleh nilai potensi lestari sebesar 9.243 ton per tahun dan JTB sebesar 7.394 ton per tahun. Sementara untuk upaya optimal (f opt.) didapatkan sekitar 2.042 unit setara purse seine, dan tingkat pemanfaatan ikan tongkol adalah sekitar 0,62 (indikator warna kuning) (Gambar X-12). Untuk pengembangan penangkapannya harus disertai monitor CPUE yang berkesinambungan.

Page 198: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

174

121

2002 20012003

2011

20042005

20062007 2008

2009

2010

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar X-12. Kurvahubungan produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol

di Samudera Pasifik (WPP 717) Gambar X-12. Kurvahubungan produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di

Samudera Pasifik (WPP 717)

Page 199: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

175

572

571

711

712 713 714

715

716

573

717

718

BAGIAN XI

WPP-RI 718Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor Bagian Timur

Page 200: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

176

Page 201: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

177

Bagian XI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 718

1. Sumber Daya Ikan Demersal dan Ikan Karang1.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan demersal dengan pukat ikan (PI) mencapai wilayah ZEEI Arafura dengan pelabuhan utama armada PI berada di Ambon, Sorong, Merauke dan Benjina. Penyebaran ikan demersal di sub area Kepulauan Aru dan perairan sebelah barat daya Papua cenderung beragam (tidak merata). Ikan demersal di pantai baratdaya Papua cenderung berkelompok di muara-muara sungai dengan kelimpahan rata-rata lebih rendah dibandingkan dengan sub area Aru.

1.2 Komposisi JenisBerdasarkan Statistik Perikanan (DJPT, 2012), sepuluh jenis ikan demersal dominan tertangkap di WPP-RI 718 yang paling banyak adalah ikan kakap merah yaitu 30,2% dari produksi ikan demersal tahun 2011 yang besarnya 245.522 ton, diikuti oleh ikan gulamah 15,7%, manyung 12,5%, kuro 11,8%, layur 7,4%, bawal hitam 6,4%, kurisi 6,2%, beloso 5,8% dan lainnya kurang dari 5% (Gambar XI-1).

Gambar XI-1. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan demersal dominan di WPP-RI 718 tahun 2011

Produksi ikan karang ekonomis di WPP-RI 718 yang paling tinggi adalah ikan ekor kuning sebesar 69,4% dari total produksi ikan karang yang besarnya 13.346 ton, diikuti oleh ikan beronang 13,3%, krapu bebek 6% dan lainnya kurang dari 5% (Gambar XI-2).

Page 202: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

178

Gambar XI-2. Komposisi (%) jenis ikan karang ekonomis dominan tertangkap di WPP-RI 718 tahun 2011

1.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan1.3.1.Ikan demersal

Aplikasi Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort ikan demersal tahun 2000-2011 di WPP-RI 718, serta dilengkapi metode sapuan (swept area) diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 553.500 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 4.248 unit Pukat Ikan (Gambar XI-3). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 442.800 ton. Pada tahun 2011, jumlah alat tangkap PI sebanyak 2.533 unit dan produksi ikan demersal 245.522 ton. Memperhatikan Gambar XI-3 maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di WPP-RI 718 sebesar 0,59 (indikator warna kuning) atau di belum melebihi potensi lestarinya dan masih terbuka peluang untuk mengembangkannya.

Page 203: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

179

Bagian XI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 718

121

2008

2011 2005

2006

2010

2007

2009

MSY

20022001

2003

2004

0

50000

100000

150000

200000

250000

300000

0 2000 4000 6000 8000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar XI-3. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya ikan demersal di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut

Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

Gambar XI-3. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya ikan demersal di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

1.3.2.Ikan Karang

Aplikasi Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort sumberdaya ikan karang ekonomis tahun 2000-2011 di WPP-RI 718 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 11.232 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 8.957 unit setara rawai dasar (Gambar XI-4). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 8.986 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan, pada tahun 2011 jumlah rawai dasar 9.096 unit dan produksi ikan karang ekonomis sebesar 13.346 ton. Memperhatikan Gambar XI-4, maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan karang ekonomis di WPP-RI 718 mencapai 1,02 (indikator warna merah) atau melebihi potensi lestarinya, jadisudah harus dilakukan moratorium.

Page 204: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

180

122

2005

2002

2001

2003

2006

2007 10,831

2009

2010

MSY

2011

2004

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

16000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar XI-4. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 718 Laut

Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

Gambar XI-4. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan karang ekonomis di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

2. Sumber Daya Udang Penaeid dan Lobster 2.1 Penyebaran/Daerah PenangkapanDaerah penangkapan udang diperairan Arafura secara geografi dibagi menjadi tiga, yaitu daerah Kepala Burung yang terdiri dari perairan Sele, Teluk Bintuni, dan Kaimana, Dolak dan Aru (lihat Gambar XI-5). Armada perikanan kapal trawl udang dengan ukuran kapal > 100 GT beroperasi di perairan pantai dan wilayah slope. Operasi panangkapan bersifat musiman mengikuti ketersedian target penangkapan. Sumberdaya udang banyak terdapat di wilayah perairan denkat dengan pantai. Densitas sumberdaya udang cukup tinggi di sekitar Pulau Dolak.

Daerah penyebaran lobster terutama terdapat di perairan karang/terumbu karang di sekitar Kepulauan Aru, Pulau Yamdena, perairan Kaimana dan Perairan Kei.

Page 205: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

181

Bagian XI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 718

Shrimps (Kg/hr)

0 to 50

50 to 100

100 to 150

150 to 200

200 to 300

Gambar XI-5. Daerah penyebaran udang penaeid di perairan Arafura tahun 2006

2.2. Komposisi JenisLebih dari 17 jenis udang penaeid terdapat di perairan Arafura dan hanya 5 jenis yan diusahakan secara komersial dan di ekspor yaitu kelompok udang jenis penaeidae (udang jerbung/Penaeus merguensis), Udang windu/P. monodon, P. semisulcatus, P.esculantus), udang ratu/P.latisulcatus), udang dogol/Metapenaeus ensis, M. endeavouri) dan udang krosok/Parapenaeopsis stylifera, Trachypenaeus asper, Solenocera subnuda).

Berdasarkan Statistik Perikanan Tangkap, komposisi jenis udang di WPP-RI 718 pada tahun 2011 didominasi oleh kelompok udang windu sebanyak 47,0% dari total produksi udang penaeid yang besarnya 11.325 ton, diikuti oleh kelompok udang jerbung 23,1%, udang lainnya 22,8%, udang dogol 6,1%, udang krosok 0,8% dan udang ratu 0,2% (Gambar XI-6).

Page 206: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

182

Gambar XI-6. Komposisi (%) jenis udang penaeid di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur, tahun 2011

Jenis-jenis lobster yang terdapat di WPP-RI 718, antara lain lobster pasir (Panulirus homorus), lobster batu (Panulirus penicillatus), lobster batik (Panulirus longipes), lobster hijau (Panulirus versicolor), lobster bambu (Panulirus polyphagus), lobster mutiara (Panulirus ornatus). Menurut Statistik Perikanan, produksi lobster tahun 2011 di WPP-RI 718 sebesar 881 ton dan menunjukkan kecenderungan meningkat sejak tahun 2007.

2.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan2.3.1. Udang Penaeid

Dugaan nilai potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) udang di WPP 718 dengan pendekatan metode optimasi berkisar sebesar 49.500 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 635 unit setara Pukat Udang. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 39.600 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011, jumlah PU 860 unit dengan produksi udang sebesar 11.325 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya udang penaeid di WPP-RI 718 mencapai 0,9 (indikator warna merah) atau berada pada tahapan penuh, jadi sudah harus dilakukan moratorium.

2.3.2. Lobster

Aplikasi Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort lobster tahun 2000-2011 di WPP-RI 718 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 251

Page 207: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

183

Bagian XI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 718

ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 7.233 unit setara jaring insang tetap (Gambar XI-7). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau sebesar 201 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan tahun 2011, jumlah jaring insang tetap sebanyak 21.451 unit dengan produksi lobster 881 ton. Memperhatikan Gambar XI-7, tingkat pemanfaatan sumberdaya lobster di WPP-RI 718 sangat tinggi, yaitu 2,0 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya. Dengan demikian disarankan untuk secepatnya melakukan penurunan upaya dalam pengusahaan lobster di WPP 718.

125

200520062007

2008

2009

2010

2011

0

100

200

300

400

500600700

800900

1000

0 5000 10000 15000 20000 25000

Prod

uksi

(ton

)

Upaya (unit)

Gambar XI-8. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya lobster di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut

Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

Gambar XI-7. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya lobster di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

3. Sumber Daya Ikan Pelagis Kecil dan Cumi-Cumi3.1.Penyebaran/Daerah PenangkapanSumberdaya ikan pelagis menyebar di seluruh perairan Arafura terutama pada wilayah dengan kedalaman kurang dari 100 m. Daerah penangkapan dengan target utama ikan pelagis terdapat di sepanjang pantai bagian selatan pulau Panjang, perairan Kaimana dan Modowi, sekitar Dolak, Yamdena dan Kepulauan Aru.

Page 208: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

184

3.2.Komposisi JenisJenis ikan kembung mendominasi hasil tangkapan ikan pelagis kecil di Laut Arafura. Menurut Statistik Perikanan, pada tahun 2011 kontribusi ikan kembung mencapai 56,1% dari total produksi ikan pelagis kecil yang besarnya 180.220 ton, diikuti oleh kuwe 16,1%, tembang dan layang masing-masing 7,2%, selar 6% dan lainnya kurang dari 6%. (Gambar XI-9).

Gambar XI-8. Komposisi (%) sepuluh jenis ikan pelagis kecil dominan di WPP-RI 718 tahun 2011

3.3 Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan3.3.1. IkanPelagisKecil

Aplikasi Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort perikanan pelagis kecil tahun 2000-2011 di WPP-RI 718 dan dilengkapi dengan analisis data akustik, diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 696.500 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 3.932 unit setara purse seine (Gambar XI-10). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 557.200 ton. Berdasarkan data Statistik Perikanan Tangkap tahun 2011, jumlah alat tangkap purse seine sebanyak 5.728 unit, dengan demikian tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 718 mencapai 1,5 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya (Gambar XI-10).

Page 209: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

185

Bagian XI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 718

Gambar XI-9 Kurva hubungan produksi dan upaya ikan pelagis kecil di WPP-RI 718

3.3.2. Cumi-Cumi

Produksi cumi-cumi di WPP-RI 718 ada tahun 2011 sebesar 2.016 ton atau 19,8% dari total produksi binatang lunak (Moluska) yang besarnya 10.162 ton. Alat tangkap yang utama untuk menangkap cumi-cumi adalah bagan apung, bagan tancap, dan pancing cumi, kadang-kadang tertangkap juga dengan Pukat Ikan.

Analisis model Surplus Produksi terhadap data catch dan effort cumi-cumi tahun 2000-2011 di WPP-RI 718 diperoleh nilai dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 2.765 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 679 unit setara bagan apung (Gambar XI-11). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 2.212 ton. Berdasarkan Statistik Perikanan, pada tahun 2011, jumlah alat tangkap bagan apung sebanyak 965 unit dan produksi cumi-cumi 2.016 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya cumi-cumi di WPP-RI 718 sebesar 1,4 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya.

Page 210: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

186

128

2006

2008 2001 2003

2002

2007

2005

20092010

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Prod

uksi

(ton)

Upaya (unit)

Gambar XI-11. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 718.

Gambar XI-10. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya cumi-cumi di WPP-RI 718.

3.4. Indikator Perikanan dan Biologi Dari hasil survei trawl tahun 2001 ikan pelagis diketahui hanya mengkontribusi sekitar 9% atau dengan laju tangkap sekitar 20 kg/jam. Selain itu, diperoleh bahwa ikan pelagis menyebar pada perairan dengan kedalaman yang lebar antara kedalaman kurang dari 20 m sampai lebih dari 50 m, menunjukkan bahwa ikan pelagis di Arafura terdistribusi secara mengelompok secara horizontal; kepadatan tertinggi terdapat pada kedalaman 27 – 35 m.

Dari survey trawl kenaikan laju tangkap (dalam kg/jam) berlangsung antara 2001, 2002 dan 2003 tetapi menurun pada 2006 (302 kg/jam), kelompok ikan demersal sangat menentukan komposisi hasil tangkapan namun prosentasenya cenderung makin rendah, sebaliknya prosentase ikan pelagis cenderung semakin besar, tahun 2006 sekitar 11,5% dengan laju tangkap sekitar 34,7 kg/jam/stasisun.

Meskipun laju tangkap total (kg/jam) lebih rendah namun pada 2006 ikan pelagis amily kontribusi lebih besar. Diantara ke 6 famili ikan pelagis yang tertangkap amily seluruhnya merupakan species coastal, perubahan yang menonjol (semakin banyak) terjadi pada amily Clupeid yang mencapai 71% dari seluruh ikan pelagis, sebelumnya hanya 25% pada 2002 dan 51% pada 2001. Famili Carangidae dan Scombridae cenderung semakin rendah. Ikan pelagis merupakan hasil tangkapan sampingan pada alat pukat udang di sekitar Ujung Dolak, jenis Amblygaster sirm paling dominan. Jenis-jenis lain yang tertangkap cukup banyak adalah juwi (Anodontosstoma chacunda), bilis (Thryssa hamilyonii), kembung (Rastrelliger kanagurta) dan beloso (Synodus indicus).

Page 211: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

187

Bagian XI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 718

4. Sumber Daya Ikan Pelagis Besar dan Tongkol4.1. Penyebaran/Daerah PenangkapanPenyebaran ikan pelagis besar di luar ikan tuna, tongkol dan cakalang terutama terdapat di perairan sekitar Kaimana, Kepulauan Kei dan Aru, Pulau Yamdena serta perairan di sebelah selatan Pulau Dolak.

4.2 Komposisi JenisKomposisi jenis ikan pelagis besar (selain tuna, tongkol dan cakalang) didominasi oleh ikan tenggiri yang besarnya 61,4% dan cucut lanyam yang besarnya 31% dari total produksi ikan pelagis besar di WPP-RI 718 yang besarnya 19.926 ton dan lainnya kurang dari 2% (Gambar XI-12).

Gambar XI-11. Komposisi (%) ikan pelagis besar di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur, tahun 2011

Jenis ikan tongkol di WPP-718 didominasi oleh tongkol komo (Euthynnus affinis) sebanyak 85,9% dan tongkol krai sebanyak 14,1 dari total produksi ikan tongkol yang besarnya 1.483 ton.

Page 212: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

188

4.3. Potensi Lestari, JTB, Effort Optimal dan Tingkat Pemanfaatan4.3.1. Ikan Pelagis Besar

Aplikasi Model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort sumberdaya ikan pelagis besar (selain tuna, tongkol dan cakalang) tahun 2000-2011 di WPP-RI 718, diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 19.670 ton dengan upaya optimal (fopt.) 6.721 unit setara purse seine (Gambar XI-13). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 15.736 ton. Menurut Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah purse seine sebanyak 7.731 unit dan produksi ikan pelagis besar sebesar 19.926 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 718 sebesar 1,15 (indikator warna merah) atau sudah melebihi potensi lestarinya.

130

20012002

20032004

2005

2006

2007

2008

2009

20102011

0

5000

10000

15000

20000

25000

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar XI-13. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

Gambar XI-12. Kurva hubungan produksi dan upaya sumberdaya ikan pelagis besar di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

4.3.2. Ikan Tongkol

Aplikasi model Produksi Surplus terhadap data catch dan effort kelompok ikan tongkol tahun 2000-2011 di WPP-RI 718 diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 18.519 ton dengan upaya optimal (fopt.) sebesar 5.659 unit setara purse seine (Gambar XI-14). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 14.815 ton. Menurut Statistik Perikanan, pada tahun 2011 terdapat jumlah

Page 213: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

189

Bagian XI - Wilayah Pengelolaan Perikanan RI 718

purse seine sebanyak 7.731 unit dan produksi kelompok ikan tongkol sebesar 1.483 ton. Tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tongkol di WPP-RI 718 sebesar 1,37 (indikator warna merah) atau melebihi potensi lestarinya.

131

2002

20012003

2005

2007

2006

2008 2010

2009

2004 20110

5000

10000

15000

20000

25000

30000

35000

0 2000 4000 6000 8000 10000

Prod

uksi

(Ton

)

Upaya (Unit)

Gambar XI-14. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

Gambar XI-13. Kurva hubungan produksi dan upaya sumber daya ikan tongkol di WPP-RI 718 Laut Aru, Laut Arafuru dan Laut Timor bagian Timur

Page 214: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

190

Page 215: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

191

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2001. Pengkajian Stok Ikan di Perairan Indonesia. Pusat Riset Perikanan Tangkap (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, LIPI. Jakarta.

Anung, A. W. 2002. Laporan Survey Sumber Daya Ikan di Perairan Kalimantan Barat. Laporan Teknis Intern. PRPT. Jakarta. (Tidak diterbitkan).

Awwaludin, R. Rustam & Suwarso. 2007. Perikanan demersal di sekitar Kep. Togean, Teluk Tomini. Bawal, Widya Riset Perikanan Tangkap, I(4): 145-153.

Badrudin, M. 1985. Perubahan musiman tingkah laku gerombolan ikan demersal di perairan sub area Laut Jawa. Makalah disampaikan pada Kongres Biologi Nasional VII. Universitas Sriwidjaja Palembang: 9 Hal. (Tidak dipublikasikan).

Badrudin & B. Sumiono. 1999. Formulasi kebijakan pengelolaan bersama stok ikan kakap merah di perairan Samudera Hindia, Selatan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Prosiding Sosialisasi dan Komunikasi Hasil Penelitian dan Rakernis Balai Penelitian Perikanan Laut, Bogor, 19-20.

Badrudin, B. Sumiono & B.P.S. Iskandar. 1992. Dugaan potensi dan prospek pemanfaatan sumberdaya ikan demersal di perairan Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 66/1992. BPPL, Jakarta : 29-35.

Badrudin, B. Sumiono & Murtoyo, T.S. 2001. Species composition and diversity of tidal trap net catches in the waters of Indragiri Hilir, Riau, Indonesia. Indonesian Fisheries Research Journal. Vol. 7 (1). RIMF. Jakarta: 47-53.

Badrudin, S. Nurhakim & B.I. Prisantoso, 2008. Estimated unrecorded catch related to the number of licensed fishing vessel in the Arafura Sea. Ind.Fish. Res. J. 14(1)

Badrudin, N. N. Wiadnyana & B. Wibowo. 2005. Deep water exploratory bottom long lining in the waters of the Arafura. IFRJ Vol. 11:41-46.

Page 216: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

192

BPPL. 2012. Laporan Teknis BPPL 2001-2012. Laporan Penelitian Tahunan. Balai Penelitian Perikanan Laut. Badan Litbang Kelautan dan Perikanan, KKP.

Burhanuddin, S., A. Supangat, B. Sulistiyo, T. Rameyo & C. R. Kepel (Eds.). 2003. Profil sumberdaya kelautan dan perikanan Teluk Tomini. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP. 84pp.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT). 2007. Penyusunan evaluasi alokasi dan realisasi usaha penangkapan perorangan/perusahaan berbendera Indonesia dan asing.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap (DJPT), 1998-2011. Statistik Perikanan Indonesia 1997-2007. Diterbitkan setiap tahun.

Fieux, M., C. Andrie, R. Molcard & A. G. Ilahude. 1995. The throughflow entering the Indian Ocean. Proceeding International Workshop on The Throughflow in and around Indonesia waters. BPPT. Jakarta. 213-238.

Gulland, J. A. 1983. Fish stock assessment: A manual of Basic Methods. Wiley, New York. 223p.

Kepel, R. Charles (Dr.). 2007. Laporan Hasil Identifikasi Produksi Perikanan dan Lingkungan Pesisir di Teluk Tomini. Tomini Bay Sustainable Coastal Livelihoods and Management (SUSCLAM Project Inception Phase). Unpublish. 110 p.

Larkin, P.A. 1997. An epitaph for the concept of Maximum Sustainable Yield. Trans. Amer.Fish. Stock. 10(1): 1-11.

Lohmeyer, U. 1996. Narrative and major results of the Indonesian-German modul (II) of the JETINDOFISH Project, August 1979 to July 1981 In Pauly and P. Martosubroto (Ed.): Baseline studies of biodiversities: The fish resources of western Indonesia. DGF-GTZ-ICLARM : 77-90.

Losse, G. F. & Dwiponggo, A. 1977. Report on the Java Sea SE monsoon trawl survey. June-December 1976. Spec. Rep. Contrib. of the Dem. Fish. Project No. 3, 1977. Mar. Fish. Res. Inst. Jakarta.

Martosubroto, P., T. Sujastani & D. Pauly. 1996. The mid-1970s demersal resources in the Indonesian side of the Malacca Strait. In D. Pauly and P. Martosubroto (Eds.): Baseline studies of biodiversities: The fish resources of western Indonesia. DGF-GTZ-ICLARM: 40-46.

Page 217: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

193

McManus, J. 1996. Marine bottom communities from the Indian Ocean coast of Bali to mid-Sumatera In D. Pauly and P. Martosubroto (Ed.): Baseline studies of biodiversities: The fish resources of western Indonesia. DGF-GTZ-ICLARM : 91-101.

Morgan, J.R. & M.J.Valencia, 1983. The Natural Environmental Setting in Morgan, J.R. and M.J.Valencia (Eds.): Atlas for Marine Policy in Southeast Asian Seas. University of California Press. Berkeley. Los Angeles.London: 4-17.

Naamin, N. 1984. Dinamika Populasi Udang Jerbung (Penaeus merguiensis de Man) di Perairan Laut Arafura dan Alternatif Pengelolaannya. Fakultas Pascasarjana, IPB: 281 p.

Natsir, M., B. Sadhotomo & Wudianto. 2005. Pendugaan biomassa ikan pelagis di perairan Teluk Tomini dengan metode akustik bim terbagi. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. XI(6): 101-107.

Nugraha, B. & Suwarso. 2006. Perikanan Tuna sirip kuning (Thunnus albacares) di perairan Marissa, Teluk Tomini. Bawal, Widya Riset Perikanan Tangkap, I(3): 107-111.

Nugroho, D. & M. Badrudin. 1987. Analisis laju tangkap sumber daya perikanan demersal pada periode 1975-1979 dan 1984-1986 di pantai utara Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 40/1987: 1-9.

Nurjaya, I. W. 2006. Kondisi fisik oseanografi Laut Arafura. In Monintja, D. R., Sularso, A., Sondita, M.F.A. & Purbayanto, A. (Eds.): Perspektif pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap Laut Arafura. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan FPIK-IPB: 11-30.

Purwanto, 2008. Resource rent generated in the Arafura shrimp fishery. A Report of a Case Study submitted to the FAO/World Bank PROFISH-funded project “the Rent Drain Study”.

Schaefer, M.B. 1957. Some considerations of population dynamics and economics in relation to the management of marine fisheries. Journal of the Fisheries Research Board of Canada, 14, pp. 669–81.

Sharp, G.D. 1996. Oceanography of the Indonesian Archipelago and adjacent areas. In D. Pauly and P. Martosubroto (Eds.): Baseline studies of biodiversities: The fish resources of western Indonesia. DGF-GTZ-ICLARM: 7-14.

Daftar Pustaka

Page 218: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

194

Sparre, P. & S.C. Venema, 1998. Introduction to tropical fish stock assessment. Part 1. Manual. FAO Fisheries Technical Paper. No. 306.1, Rev. 2. Rome, FAO. 407p.

Sudradjat, A. & U. Beck. 1978. Report on the Southern South China Sea demersal trawl survey, June-July 1978. Contrib. of the Dem. Fish. Proj. No. 4/1978. MFRI-GTZ.

Sugiarto, A. & S. Birowo. 1975 (Eds). Atlas Oseanologi Indonesia. Lembaga Oseanologi Nasional. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (In Indonesian). 79 p.

Suman, A & B. Sumiono. 1988. Penelitian pendahuluan tentang perkembangan perikanan udang di daerah Bangkalan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 45/1988. BPPL Jakarta: 69-82.

Sumiono, B. 1991. Perikanan udang penaeid di Kalimantan Selatan: studi kasus di perairan Tanjung Selatan. Prosiding Temu Karya Ilmiah Perikanan Rakyat. Jakarta,18-19 Desember 1989: 48-58.

Sumiono, B. 2000. Current information of the snapper fisheries in the West Nusatenggara and East Nusatenggara. Paper presented at AARD - ACIAR Second Snapper Fishery Assessment Workshop. Jakarta, 4-8 September 2000 : 10 p

Sumiono, B. 2003. Ketersediaan sumberdaya ikan pelagis sebagai bahan baku industri pengalengan ikan di Indonesia. Makalah pada lokakarya Hasil Kajian Produksi Benih pada Industri Pengalengan Ikan. Denpasar. Departemen Industri dan Perdagangan.

Sumiono, B. 2005. Pengkajian potensi dan perkembangan sumberdaya perikanan laut di Teluk Cenderawasih, Papua. Makalah pada Forum Pengelolaan Potensi Kelautan dan Perikanan Teluk Cenderawasih Secara Terpadu. Jakarta, 5 Desember 2005. Pusat Riset Teknologi Kelautan, BRKP: 18 hal.

Sumiono, B. & Badrudin. 2001. Status pemanfaatan sumber daya udang penaeid di perairan Utara Jawa. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Edisi khusus Crustacea I (1). IPB, Bogor : 1-12.

Sumiono, B. & B.P.S. Iskandar. 1991. Potensi dan tingkat pengusahaan udang penaeid di perairan Teluk Cempi, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 57/1991. BPPL, Jakarta.

Page 219: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

195

Sumiono, B. & C. Nasution, 1994. Penelitian Sumber Daya Perikanan Laut di Perairan Teluk Cenderawasih, Irian Jaya. Laporan hasil penelitian. BPPL, Badan Litbang Pertanian, Jakarta: 34 Hal.

Sumiono, B & V.P.H. Nikijuluw. 1996. Pengelolaan perikanan laut di daerah Biak-Numfor ditinjau dari sumberdaya perikanan dan partisipasi masyarakat. Prosiding Seminar Nasional Wilayah Pantai: aspek manajemen dan dinamika biogeofisik. Dewan Riset Nasional - UNDIP : 90 – 111.

Sumiono, B. & Wasilun, 1989. Studi lingkungan hidup perikanan laut di perairan Kalimantan Barat periode September 1989. Laporan Survei BPPL: 16 Hal. (Tidak diterbitkan).

Sumiono, B., Iskandar, B.P.S. & Badrudin. 1992. Potensi dan pengusahaan sumberdaya perikanan demersal ekonomis penting di perairan Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No. 66/1992. BPPL, Jakarta : 37-46.

Suwarso. 2000. Biology and fishery of ‘Malalugis Biru’, Mackerel scad, Decapterus macarellus, in North Sulawesi of Indonesia. The Proceeding of the JSPS-DGHE.

Sparre, P. & S.C. Venema. 1992. Introduction to Tropical Fish Stock Assessment. Part 1. Manual. FAO Fish.Tech.Paper 306. FAO Rome.

Wagiyo, K. & Nurdin, E. 2002. Survei perikanan pelagis kecil dan demersal di Laut Cina Selatan. Laporan Survei Pusat Riset Perikanan Tangkap Jakarta: 12 Hal. (Tidak diterbitkan).

Wiadnyana, N. N. 1995. Comparison of plankton productivity during and after upwelling periods in the Banda Sea, Mollucas, Eastern Indonesia. Proceeding International Seminar on Marine Fisheries Environment, 9-10 March 1995, Rayong Thailand, (EMDEC & JICA), 157-170.

Widodo, J. 1982. Penelitian sumberdaya perikanan demersal di perairan pantai selatan dan timur Kalimantan. Bulletin Penelitian Perikanan. 1 (2): 87-102.

Wijopriono, D. Nugroho, B. Sadhotomo, M. Badrudin & Suwarso. 2007. Status dan trend pemanfaatan sumberdaya ikan Laut Arafura. Jakarta: Balai Riset Perikanan Laut. 115 p.

Wijopriono, 2007. Distribusi dan kepadatan sumberdaya ikan pelagis kecil di Laut Arafura berdasarkan observasi akustik. Dalam: Trend Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Laut Arafura. Balai Riset Perikanan Laut, Jakarta.

Daftar Pustaka

Page 220: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

196

Wyrtki. 1961. Physical oceanography of the Southeast Asian Waters. Naga Rep.Scripps Inst. Oceanogr. Univ. Calif., 2: 1-195.

Yanagawa, H. 1997. Small pelagic resources in the South China Sea, p.365-380. In Devaraj, M. & Martosubroto, P. (Eds.), Small Pelagic Resources and Their Fisheries in the ASIA-Pacific Region. Proceedings APFIC Working Party on Marine Fisheries, First Session, 13-16 May 1997, Bangkok, Thailand. RAP Publication 1997/31.

Page 221: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

197

G L O S S A R Y

WPP : Wilayah Pengelolaan Perikanan, merupakan sistem pewilayahan pengelolaan perikanan yang dilegallisasi dengan diterbitkannya Permen KP No. PER 01/MEN/2009. Wilayah perairan Indonesia dibagi ke dalam 11 WPP

Ikan : Menurut Pasal 1 Undang-Undang 45 tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan

Ikan pelagis : Jenis-jenis ikan yang sebagian besar siklus hidupnya berada/menghuni perairan lapisan permukaan atau secara oseanografi disebut lapisan tercampur (mixed layer)

Ikan pelagis kecil : Jenis-jenis ikan pelagis berukuran kecil seperti kembung, layang, lemuru, siro, dll.

Ikan pelagis besar : Jenis-jenis ikan pelagis yang berukuran besar seperti tongkol, tenggiri, cakalang, lemadang dan tuna

Ikan demersal : Jenis-jenis ikan yang sebagian besar siklus hidupnya berada/menghuni bagian dasar perairan dengan ciri-ciri pergerakannya lamban dan migrasi yang tidak jauh, seperti ikan kakap, kerapu, kuwe, layur, dll.

Ikan neritic : Jenis-jenis atau kelompok jenis ikan yang hidup atau menghuni perairan pantai yang mendapat pengaruh massa air dengan salinitas rendah

Ikan oceanic : Jenis-jenis atau kelompok jenis ikan yang hidup atau menghuni perairan samudera atau lautan terbuka dengan salinitas tinggi

Glossary

Page 222: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di WPP RI

198

Highly migratory species : Jenis atau kelompok ikan yang bermigrasi jauh bahkan melintasi samudera atau melintasi yuridiksi suatu negara contohnya kelompok ikan tuna

Angka Stok : Stok ikan sesungguhnya merupakan angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu tertentu

Fish Stock Assessment : Kegiatan pengkajian stok ikan yang antara lain meliputi kajian ‘life history’ & dinamika populasi dan identifikasi tingkat pemanfaatan stok ikan baik secara kualitatif dan/atau kuantitatif sabagai landasan kebijakan pengelolaan perikanan

Metoda Acoustic : Metoda ini digunakan untuk menduga atau menghitung stok ikan (biasanya ikan pelagis) menggunakan alat echosounder memanfaatkan echo/gema suara (sound) di dalam air

Metoda Swept Area : Metoda swept area digunakan untuk menduga stok ikan dasar (demersal). Metoda ini dilakukan dengan prinsip menyapu area perikanan dengan menggunakan alat tangkap trawl

Metoda Surplus Production

: Metoda estimasi potensi SDI dengan menggunakan data time series hasil tangkapan dan upaya penangkapan (statistical catch & effort data). Model ini menganggap bahwa data berasal dari perikanan dengan kondisi ekuilibrium tanpa memperhitungkan struktur populasi dan interaksi

Model “Schaefer” : Salah satu Model Produksi Surplus yang menganggap hubungan antara ‘effort’ dan ‘CPUE (hasil tangkapan per-satuan upaya)’ bersifat liniear

Model “Fox” : Salah satu Model Produksi Surplus, yang menganggap hubungan antara ‘effort’ dan ‘CPUE’ hubungan antara ‘effort’ dan ‘CPUE’ bersifat eksponensial/logaritmik

Page 223: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan

199

Visual Sensus : Inventarisasi ikan dengan cara menghitung langsung jumlah individu berdasarkan jenis ikan. Biasanya digunakan untuk ikan karang, salah satunya dengan sensus visual transek garis (line transect)

CPUE Catch per Unit Effort, adalah hasil tangkapan per satuan per-satuan upaya, yang merupakan salah satu indeks kelimpahan stok (stock abundance index)

Effort : Upaya penangkapan

Effort standard : Upaya penangkapan yang dibakukan

Catch : Hasil tangkapan ikan

JTB (Total Allowable Catch)

: Jumlah Tangkap yang Diperbolehkan

Tingkat Pemanfaatan : Rasio antara total upaya actual (f current) dengan total upaya pada tingkat MSY ( f msy)

f-actual ( f current ) : Jumlah upaya baku saat ini

f-optimum ( f msy ) : Jumlah upaya baku pada tingkat MSY

MSY : Maximum Sustainable Yield adalah hasil tangkapan maksimum yang berlanjut (lestari).

Over fishing : Kegiatan penangkapan yang berlebih

RFMO : Regional Fisheries Management Organization

IOTC : Indian Ocean Tuna Commission

WCPFC : Western and Central Pacific Fisheries Commission

Glossary

Page 224: Potensi Dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Wilayah ...bppl.kkp.go.id/uploads/publikasi/karya_tulis_ilmiah/Potensi-ikan... · berbasis ekonomi biru yang fokusnya pada peningkatan