estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

22
ISBN 978-979-19942-0-0 PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN VI HASIL PENELITIAN PERI KANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2009 Jilid II Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Tim Penyunting: Djumanto, Dwiyitno, Ekowati Chasanah, Endang Sri Heruwati, Hari Eko Irianto, Hery Saksono, Iwan Yusuf B.L, Jamal Basmal, Murniyati, Murwantoko, Namastra Probosunu, Rosmawaty P., Rustadi, Ustadi.

Upload: vuongnga

Post on 03-Jan-2017

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

ISBN 978-979-19942-0-0

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TAHUNAN VI

HASIL PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2009

Jilid II Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

Tim Penyunting Djumanto Dwiyitno Ekowati Chasanah Endang Sri Heruwati

Hari Eko Irianto Hery Saksono Iwan Yusuf BL Jamal Basmal Murniyati Murwantoko Namastra Probosunu Rosmawaty P

Rustadi Ustadi

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui 2009

Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI

Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2009 Jilid II Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

DEWAN REDAKSI

Diterbitkan oleh Jurusan Perikanan dan Kelautan - Fakultas Pertanian

Penanggungjawab

Penyunting

Redaksi Pelaksana

Alamat Redaksi

Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Indonesian Network on Fish Health Management dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan

Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan - Fakultas Pertanian UGM Ketua Indonesian Network on Fish Health Management Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Djumanto Ir MSc Dr Dwiyitno MSc Ekowati Chasanah MSc Dr Endang Sri Heruwati Dr Prof Hari Eko Irianto Dr Prof Hery Saksono Ir MA Iwan Yusuf Bambang Lelana Ir MSc Dr Jamal Basmal Ir MSc Murniyati Ir Murwantoko Ir MSL Dr Namastra Probosunu Drs MSL Rosmawaty Peranginangin Dr Prof Rustadi Ir MSc Dr Ustadi Ir MP Dr

Agus Arifin Sentosa SPi Asmita Nafiati S Pi Dini Wahyu Kartika Sari SPi MSi Fajar Wijonarko SPi Fauzen Satibi SPL Fransisca Santa Clause SPL Fuad Nursef Ghozali SPi Indah Istiqomah SPi MSi Nur Ari Purnomo SPi Senny Helmiati SPi MSc

Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian UGM JI Flora Bulaksumur Yogyakarta 55281 TelpFax 0274-551218

Indonesian Network on Fish Health Management Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar JI Sempur No1 Bogor 16154

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan JI KS Tubun Petamburan VI Jakarta 10260 Telp 021-53650157

Semnaskan_UGMlDewan Redaksi 11

Seminar Nasional ralllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (2009 Yogyakarta)

Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2009 Jilid II Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

Penyunting Djumanto (et al) Yogyakarta Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 2009 Indonesian Network on Fish Health Management 2009 dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan 2009

ISBN 978-979-19942-0-0

1 Djumanto

Hak Cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved

Penyunting Djumanto dkk

Oiterbitkan oleh Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2009 Indonesian Network on Fish Health Management Semarang 2009 Badan Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta 2009

Oilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin dari penyunting

Semnaskan UGAlISBN 111

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

DAFTAR lSI

Halaman Judul Dewan Redaksi ii ISBN iii Kata Pengantar iv Daftar lsi v

BDANG BOLOGPERKANAN

SEBARAN DAN KEBIASAAN MAKAN BEBERAPA JENIS IKAN 01 DAS KAPUAS KALIMANTAN BARAT Susilo Adjie BI-01

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN 01 SUNGAI MARO MERAUKE PROPINSI PAPUA Hendra Satria BI-02

STUDI KEBIASAAN MAKANAN IKAN BONTI-BONTI (paratherina striata) DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution BI-03

PERBEDAAN MORFOLOGIS POPULASI IKAN RINGGO (Thynnichthys thynnoides Bleeker 1852) ASAL SUMATERA DAN KALIMANTAN Niam Muflikha dan Arif Wibowo BI-04

ELASMOBRANCHII DI PERAIRAN SUNGAI MUSI JENIS SEBARAN DAN KARAKTER BIOLOGI Husnah BI-05

UKURAN POPULASI EFEKTIF DAN SEJARAH POPULASI IKAN SEMAH (Tor sora Valenciennes 1842) Arif Wibowo dan Subagja BI-06

POLA LlNGKARAN PERTUMBUHAN OTOLITH DAN ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN Puntioplites sp DAN Puntioplites Bulu DI PERAIRAN SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Fajar Kesuma Chaidir Pulungan Windarti dan Ridwan Manda Putra BI-07

KEBIASAAN MAKANAN IKAN TILAN (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI Syarifah Nurdawati M F Rahardjo dan Wahyu Yuliani BI-08

ASPEK BIOLOGI IKAN BREK (Puntius orphoides Cv) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA-TENGAH Suhestri Suryaningsih dan Suwamo Hadisusanto BI-09

KUALITAS DAN LlNGKUNGAN PERAIRAN SUNGAI KELEKAR DIINDERALAYA KABUPATEN OGAN IUR Elva Dwi Harmilia BI-10

DIFERENSIASI GONAD IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Cv) PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA Aulidya Nurul Habibah Soeminto dan Gratiana E Wijayanti BI-11

GROWTH OF Ambassis gymnocephalus (PISCES CHANDIDAE) BASED ON DAILY OTOLITH INCREMENTS B Grace Hutubessy BI-12

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dall Kelalltan 25 Juli 2009

TROFIK LEVEL KOMUNITAS IKAN 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sriati Sutrisno Sukimin Vincentius P Siregar Sam Wutuysen dan Adriani Sunudin BI-13

KUALITAS AIR DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT BEBERAPA JENIS IKAN YANG TERTANGKAP NELAYAN 01 PERAJRAN MUSI BAGIAN TENGAH Samuel BI-14

FILOGENIIKAN SEMAH (Tor soro Valenciennes 1842) BEROASARKAN PARSIAL SEKUENSE CYt BONA MITOKONORIA Arif Wibowo Ali Suman dan Safran Makmur 61middot15

BIOLOGI DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) 01 SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Siti Nurul Aida BI-16

PROFIL REPROOUKSJ Puntius spp SEBAGAI OASAR KONSERVASI Sugiharto Antoni Suyudi Thaher dan W Lestari BI-17

BIDANGMANAJEIVJEN SUMBERDAYA PERIKANAN

POTENSI DAN PENGELOLAAN KERANG BATAK (Pema perna) 01 PESISIR PANGANOARAN KABUPATEN ClAM IS STUOJ PENOAHULUAN Irwan Syadidul Anwar Johannes Hutabarat dan Ambariyanto MSA-01

PIRAMIOA UMUR DAN PENGELOMPOKAN POPULASIIKAN BONTI-BONTI (Panitherina striata) SECARA SPASIAL 01 OANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution MSA-02

INVENTARISASI JENIS PLANKTON 01 WAOUK MALAHAYU JAWA TENGAH Yayuk Sugianti dan Kunto Purnomo MSA-03

KOMUNITAS GASTROPODA 01 MUARA SUNGAI BOGOWONTO KABUPATEN KULON PROGO Niluh Kadek Mega Candra Wati Namastra Probosunu dan Retno Widaningroem MSA-04

ASPEK BIOLOGI DAN PROOUKSI IKAN MAIJYUNG (Arius thalassinus) 01 PERAJRAN PURWOREJO Oika Kusbianto Niniek Widyorini dan Anhar Solichin MSA-05

POTENSI JENIS ALGAE MAKRO 01 BEBERAPA PERAIRAN MALUKU TENGAH Frijona F Lokollo MSA-06

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON 01 PERAIRAN PESISIR KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Makmur A Indra Jaya dan Rachman Syah MSA-07

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN HABITAT IKAN SEMAH 01 PROVINSI SUMATERA UTARA Safran Makmur MSA-08

KEANEKARAGAMAN SPESIES IKAN 01 HILIR SUNGAI UKAI ANAK SUNGAI SIAK RIAU Chaidir P Pulungan MSA-09

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ANALISIS STOK UOANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN Sekar purwanti Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin MSA-10

STRUKTUR MORFOLOGI POPULASI Nerita plicata (MOLUSKA GASTROPODA) DI TELUK AMBON BAG IAN LUAR Junita Supusepa MSA-11

KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN KERANG BAKAU (Polymesoda erosa) 01 PERAIRAN BONTANG KALIMANTAN TIMUR Kisto Lachmudin Syarani dan Azis Nur Bambang MSA-12

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA INFAUNA DI TAMBAK MANGROVE DESA BLANAKAN KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT Jon Haryadi Adi Basukriadi Mufti P Patria Muhadiono dan Hadiyanto MSA-13

KELIMPAHAN RELATIF KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI PERIFITON DI DAERAH DATARAN RENDAH SUNGAI SIAK PROPINSI RIAU Khoirul Fatah dan Husnah MSA-14

SUATU KAJIAN TENTANG KANDUNGAN PLANKTON DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko dan Utojo MSA-15

PHYTOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Mirna Dwi Rastina MSA-16

ZOOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Akhmad Farid MSA-17

STUDI MORFOMETRI DAN POLA PERTUMBUHAN KERANG DARAH Anadara granosa (Bivalvia Arcidae) DI TANJUNG MAS SEMARANG M Zainuddin J Suprijanto Ita Widowati Ambariyanto dan A Djunaedi MSA-18

PENDUGAAN STOK IKAN DI DANAU EMPANGAU KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo MSA-19

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN 01 DANAU TAKAPAN KECAMATAN PAHANDUT PALANGKA RAYA Trilianty Lestarisa dan Djoko Rahardjo MSA-20

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH Suradi Wijaya Saputra MSA-21

KARAKTERISTIK HABITAT PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI PANTAI CITIREUM SUKABUMI (JAWA BARAT) Adriani SN K A h d Ft t d A I N rfi nsmono c ma I nyan 0 an mu a u Ianni MSA-22

PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS IKAN PASCA PEMBENDUNGAN WADUK SAGULlNG DAN CIRATA SERTA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK IR H DJUANDA Didik W h H d T h d S E d h P ta JU en ro Ja JO an n n a urnamanmg yas MSA-23

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi vii

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

STUOI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON 01 PERAIRAN TELUK KAPING BALI Bejo Siamet MSB-01

PENGARUH POLA SILVOFISHERY TERHAOAP PENINGKATAN PROOUKSI PERIKANAN TAIVIBAK 01 KAWASAN MANGROVE PANTAI PURWOREJO JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe MSB-02

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN 01 PERAIRAN UMUM Asyari MSB-03

KARAKTERISTIK HABITAT DAN SEBARAN JENIS IKANNYA 01 SUNGAI KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HILIR Susilo Adjie MSB-04

KONOISI PLANKTON 01 TAMBAK BANOENG DAN GARAM KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Utojo dan A Marsambuana Pirzan MSB-05

PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI PELINOUNG KAWASAN PESISIR OENGAN PENOEKATAN CO-MANAGEMENT DAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUOI 01 KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH) Himawan Arif Sutanto MSB-06

EKOBIOLOGI DAN POLA OISTRIBUSI UKURAN KERANG KEPAH Polymesoda erosa 01 PERAIRAN PANTAI PENITI KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Khairul Anwar Ita Widowati dan Bambang Yulianto MSB-07

PEMANFAATAN SUMBEROAYA LAUT OLEH PEREMPUAN 01 OESAAMETH DAN PENGARUHNYA TERHAOAP STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME BENTIK (MOLUSKA) 01 ZONA PASANG SURUT Juliana W Tuahatu dan Frijona F Lokotlo MSB-08

STRATEGI PENGELOlAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM OARATAN (STUOI KASUS PAD A SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING IUR SUMATERA SELATAN) Hakim Miftakhul Huda dan Maulana Firdaus MSB-09

DISTRIBUSI NUTRIEN NITRAT (N-N03) DAN ORTHOFOSFAT (P-P04) DI DANAU LlMBOTO Andri Warsa dan Krismono MSB-1C

NITROGEN ANORGANIK TERLARUT (DIN) DI WADUK IR H DJUANDA JAWA BARAT Andri Warsa Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Lismining Pujiyani Astuti MSB-1

KOMPOSISI KESUBURAN DAN KERAGAMAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AWERANGNGE KABUPATEN BARRU Machluddin Amin dan Muslimin MSB-1

BIOLIMNOLOGI DAN POTENSI PROOUKSIIKAN DI WAOUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Kunto Purnomo Endi Setiadi Kartamihardja dan Chairulwan Umar MSB-1

EARL Y WARNING SYSTEM DAN UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN BISNIS PERIKANAN 01 WAOUK IR H OJUANOA Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Amula Nurfiarini MSB-1

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 2: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui 2009

Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI

Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2009 Jilid II Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

DEWAN REDAKSI

Diterbitkan oleh Jurusan Perikanan dan Kelautan - Fakultas Pertanian

Penanggungjawab

Penyunting

Redaksi Pelaksana

Alamat Redaksi

Universitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Indonesian Network on Fish Health Management dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan

Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan - Fakultas Pertanian UGM Ketua Indonesian Network on Fish Health Management Kepala Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Djumanto Ir MSc Dr Dwiyitno MSc Ekowati Chasanah MSc Dr Endang Sri Heruwati Dr Prof Hari Eko Irianto Dr Prof Hery Saksono Ir MA Iwan Yusuf Bambang Lelana Ir MSc Dr Jamal Basmal Ir MSc Murniyati Ir Murwantoko Ir MSL Dr Namastra Probosunu Drs MSL Rosmawaty Peranginangin Dr Prof Rustadi Ir MSc Dr Ustadi Ir MP Dr

Agus Arifin Sentosa SPi Asmita Nafiati S Pi Dini Wahyu Kartika Sari SPi MSi Fajar Wijonarko SPi Fauzen Satibi SPL Fransisca Santa Clause SPL Fuad Nursef Ghozali SPi Indah Istiqomah SPi MSi Nur Ari Purnomo SPi Senny Helmiati SPi MSc

Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian UGM JI Flora Bulaksumur Yogyakarta 55281 TelpFax 0274-551218

Indonesian Network on Fish Health Management Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar JI Sempur No1 Bogor 16154

Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan JI KS Tubun Petamburan VI Jakarta 10260 Telp 021-53650157

Semnaskan_UGMlDewan Redaksi 11

Seminar Nasional ralllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (2009 Yogyakarta)

Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2009 Jilid II Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

Penyunting Djumanto (et al) Yogyakarta Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 2009 Indonesian Network on Fish Health Management 2009 dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan 2009

ISBN 978-979-19942-0-0

1 Djumanto

Hak Cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved

Penyunting Djumanto dkk

Oiterbitkan oleh Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2009 Indonesian Network on Fish Health Management Semarang 2009 Badan Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta 2009

Oilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin dari penyunting

Semnaskan UGAlISBN 111

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

DAFTAR lSI

Halaman Judul Dewan Redaksi ii ISBN iii Kata Pengantar iv Daftar lsi v

BDANG BOLOGPERKANAN

SEBARAN DAN KEBIASAAN MAKAN BEBERAPA JENIS IKAN 01 DAS KAPUAS KALIMANTAN BARAT Susilo Adjie BI-01

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN 01 SUNGAI MARO MERAUKE PROPINSI PAPUA Hendra Satria BI-02

STUDI KEBIASAAN MAKANAN IKAN BONTI-BONTI (paratherina striata) DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution BI-03

PERBEDAAN MORFOLOGIS POPULASI IKAN RINGGO (Thynnichthys thynnoides Bleeker 1852) ASAL SUMATERA DAN KALIMANTAN Niam Muflikha dan Arif Wibowo BI-04

ELASMOBRANCHII DI PERAIRAN SUNGAI MUSI JENIS SEBARAN DAN KARAKTER BIOLOGI Husnah BI-05

UKURAN POPULASI EFEKTIF DAN SEJARAH POPULASI IKAN SEMAH (Tor sora Valenciennes 1842) Arif Wibowo dan Subagja BI-06

POLA LlNGKARAN PERTUMBUHAN OTOLITH DAN ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN Puntioplites sp DAN Puntioplites Bulu DI PERAIRAN SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Fajar Kesuma Chaidir Pulungan Windarti dan Ridwan Manda Putra BI-07

KEBIASAAN MAKANAN IKAN TILAN (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI Syarifah Nurdawati M F Rahardjo dan Wahyu Yuliani BI-08

ASPEK BIOLOGI IKAN BREK (Puntius orphoides Cv) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA-TENGAH Suhestri Suryaningsih dan Suwamo Hadisusanto BI-09

KUALITAS DAN LlNGKUNGAN PERAIRAN SUNGAI KELEKAR DIINDERALAYA KABUPATEN OGAN IUR Elva Dwi Harmilia BI-10

DIFERENSIASI GONAD IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Cv) PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA Aulidya Nurul Habibah Soeminto dan Gratiana E Wijayanti BI-11

GROWTH OF Ambassis gymnocephalus (PISCES CHANDIDAE) BASED ON DAILY OTOLITH INCREMENTS B Grace Hutubessy BI-12

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dall Kelalltan 25 Juli 2009

TROFIK LEVEL KOMUNITAS IKAN 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sriati Sutrisno Sukimin Vincentius P Siregar Sam Wutuysen dan Adriani Sunudin BI-13

KUALITAS AIR DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT BEBERAPA JENIS IKAN YANG TERTANGKAP NELAYAN 01 PERAJRAN MUSI BAGIAN TENGAH Samuel BI-14

FILOGENIIKAN SEMAH (Tor soro Valenciennes 1842) BEROASARKAN PARSIAL SEKUENSE CYt BONA MITOKONORIA Arif Wibowo Ali Suman dan Safran Makmur 61middot15

BIOLOGI DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) 01 SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Siti Nurul Aida BI-16

PROFIL REPROOUKSJ Puntius spp SEBAGAI OASAR KONSERVASI Sugiharto Antoni Suyudi Thaher dan W Lestari BI-17

BIDANGMANAJEIVJEN SUMBERDAYA PERIKANAN

POTENSI DAN PENGELOLAAN KERANG BATAK (Pema perna) 01 PESISIR PANGANOARAN KABUPATEN ClAM IS STUOJ PENOAHULUAN Irwan Syadidul Anwar Johannes Hutabarat dan Ambariyanto MSA-01

PIRAMIOA UMUR DAN PENGELOMPOKAN POPULASIIKAN BONTI-BONTI (Panitherina striata) SECARA SPASIAL 01 OANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution MSA-02

INVENTARISASI JENIS PLANKTON 01 WAOUK MALAHAYU JAWA TENGAH Yayuk Sugianti dan Kunto Purnomo MSA-03

KOMUNITAS GASTROPODA 01 MUARA SUNGAI BOGOWONTO KABUPATEN KULON PROGO Niluh Kadek Mega Candra Wati Namastra Probosunu dan Retno Widaningroem MSA-04

ASPEK BIOLOGI DAN PROOUKSI IKAN MAIJYUNG (Arius thalassinus) 01 PERAJRAN PURWOREJO Oika Kusbianto Niniek Widyorini dan Anhar Solichin MSA-05

POTENSI JENIS ALGAE MAKRO 01 BEBERAPA PERAIRAN MALUKU TENGAH Frijona F Lokollo MSA-06

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON 01 PERAIRAN PESISIR KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Makmur A Indra Jaya dan Rachman Syah MSA-07

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN HABITAT IKAN SEMAH 01 PROVINSI SUMATERA UTARA Safran Makmur MSA-08

KEANEKARAGAMAN SPESIES IKAN 01 HILIR SUNGAI UKAI ANAK SUNGAI SIAK RIAU Chaidir P Pulungan MSA-09

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ANALISIS STOK UOANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN Sekar purwanti Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin MSA-10

STRUKTUR MORFOLOGI POPULASI Nerita plicata (MOLUSKA GASTROPODA) DI TELUK AMBON BAG IAN LUAR Junita Supusepa MSA-11

KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN KERANG BAKAU (Polymesoda erosa) 01 PERAIRAN BONTANG KALIMANTAN TIMUR Kisto Lachmudin Syarani dan Azis Nur Bambang MSA-12

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA INFAUNA DI TAMBAK MANGROVE DESA BLANAKAN KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT Jon Haryadi Adi Basukriadi Mufti P Patria Muhadiono dan Hadiyanto MSA-13

KELIMPAHAN RELATIF KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI PERIFITON DI DAERAH DATARAN RENDAH SUNGAI SIAK PROPINSI RIAU Khoirul Fatah dan Husnah MSA-14

SUATU KAJIAN TENTANG KANDUNGAN PLANKTON DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko dan Utojo MSA-15

PHYTOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Mirna Dwi Rastina MSA-16

ZOOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Akhmad Farid MSA-17

STUDI MORFOMETRI DAN POLA PERTUMBUHAN KERANG DARAH Anadara granosa (Bivalvia Arcidae) DI TANJUNG MAS SEMARANG M Zainuddin J Suprijanto Ita Widowati Ambariyanto dan A Djunaedi MSA-18

PENDUGAAN STOK IKAN DI DANAU EMPANGAU KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo MSA-19

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN 01 DANAU TAKAPAN KECAMATAN PAHANDUT PALANGKA RAYA Trilianty Lestarisa dan Djoko Rahardjo MSA-20

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH Suradi Wijaya Saputra MSA-21

KARAKTERISTIK HABITAT PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI PANTAI CITIREUM SUKABUMI (JAWA BARAT) Adriani SN K A h d Ft t d A I N rfi nsmono c ma I nyan 0 an mu a u Ianni MSA-22

PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS IKAN PASCA PEMBENDUNGAN WADUK SAGULlNG DAN CIRATA SERTA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK IR H DJUANDA Didik W h H d T h d S E d h P ta JU en ro Ja JO an n n a urnamanmg yas MSA-23

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi vii

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

STUOI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON 01 PERAIRAN TELUK KAPING BALI Bejo Siamet MSB-01

PENGARUH POLA SILVOFISHERY TERHAOAP PENINGKATAN PROOUKSI PERIKANAN TAIVIBAK 01 KAWASAN MANGROVE PANTAI PURWOREJO JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe MSB-02

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN 01 PERAIRAN UMUM Asyari MSB-03

KARAKTERISTIK HABITAT DAN SEBARAN JENIS IKANNYA 01 SUNGAI KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HILIR Susilo Adjie MSB-04

KONOISI PLANKTON 01 TAMBAK BANOENG DAN GARAM KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Utojo dan A Marsambuana Pirzan MSB-05

PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI PELINOUNG KAWASAN PESISIR OENGAN PENOEKATAN CO-MANAGEMENT DAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUOI 01 KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH) Himawan Arif Sutanto MSB-06

EKOBIOLOGI DAN POLA OISTRIBUSI UKURAN KERANG KEPAH Polymesoda erosa 01 PERAIRAN PANTAI PENITI KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Khairul Anwar Ita Widowati dan Bambang Yulianto MSB-07

PEMANFAATAN SUMBEROAYA LAUT OLEH PEREMPUAN 01 OESAAMETH DAN PENGARUHNYA TERHAOAP STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME BENTIK (MOLUSKA) 01 ZONA PASANG SURUT Juliana W Tuahatu dan Frijona F Lokotlo MSB-08

STRATEGI PENGELOlAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM OARATAN (STUOI KASUS PAD A SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING IUR SUMATERA SELATAN) Hakim Miftakhul Huda dan Maulana Firdaus MSB-09

DISTRIBUSI NUTRIEN NITRAT (N-N03) DAN ORTHOFOSFAT (P-P04) DI DANAU LlMBOTO Andri Warsa dan Krismono MSB-1C

NITROGEN ANORGANIK TERLARUT (DIN) DI WADUK IR H DJUANDA JAWA BARAT Andri Warsa Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Lismining Pujiyani Astuti MSB-1

KOMPOSISI KESUBURAN DAN KERAGAMAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AWERANGNGE KABUPATEN BARRU Machluddin Amin dan Muslimin MSB-1

BIOLIMNOLOGI DAN POTENSI PROOUKSIIKAN DI WAOUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Kunto Purnomo Endi Setiadi Kartamihardja dan Chairulwan Umar MSB-1

EARL Y WARNING SYSTEM DAN UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN BISNIS PERIKANAN 01 WAOUK IR H OJUANOA Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Amula Nurfiarini MSB-1

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 3: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional ralllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Perpustakaan Nasional RI Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan (2009 Yogyakarta)

Prosiding Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2009 Jilid II Manajemen Sumberdaya Perikanan dan Kelautan

Penyunting Djumanto (et al) Yogyakarta Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada 2009 Indonesian Network on Fish Health Management 2009 dan Badan Riset Kelautan dan Perikanan 2009

ISBN 978-979-19942-0-0

1 Djumanto

Hak Cipta dilindungi Undang-undang All rights reserved

Penyunting Djumanto dkk

Oiterbitkan oleh Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2009 Indonesian Network on Fish Health Management Semarang 2009 Badan Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta 2009

Oilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa ijin dari penyunting

Semnaskan UGAlISBN 111

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

DAFTAR lSI

Halaman Judul Dewan Redaksi ii ISBN iii Kata Pengantar iv Daftar lsi v

BDANG BOLOGPERKANAN

SEBARAN DAN KEBIASAAN MAKAN BEBERAPA JENIS IKAN 01 DAS KAPUAS KALIMANTAN BARAT Susilo Adjie BI-01

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN 01 SUNGAI MARO MERAUKE PROPINSI PAPUA Hendra Satria BI-02

STUDI KEBIASAAN MAKANAN IKAN BONTI-BONTI (paratherina striata) DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution BI-03

PERBEDAAN MORFOLOGIS POPULASI IKAN RINGGO (Thynnichthys thynnoides Bleeker 1852) ASAL SUMATERA DAN KALIMANTAN Niam Muflikha dan Arif Wibowo BI-04

ELASMOBRANCHII DI PERAIRAN SUNGAI MUSI JENIS SEBARAN DAN KARAKTER BIOLOGI Husnah BI-05

UKURAN POPULASI EFEKTIF DAN SEJARAH POPULASI IKAN SEMAH (Tor sora Valenciennes 1842) Arif Wibowo dan Subagja BI-06

POLA LlNGKARAN PERTUMBUHAN OTOLITH DAN ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN Puntioplites sp DAN Puntioplites Bulu DI PERAIRAN SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Fajar Kesuma Chaidir Pulungan Windarti dan Ridwan Manda Putra BI-07

KEBIASAAN MAKANAN IKAN TILAN (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI Syarifah Nurdawati M F Rahardjo dan Wahyu Yuliani BI-08

ASPEK BIOLOGI IKAN BREK (Puntius orphoides Cv) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA-TENGAH Suhestri Suryaningsih dan Suwamo Hadisusanto BI-09

KUALITAS DAN LlNGKUNGAN PERAIRAN SUNGAI KELEKAR DIINDERALAYA KABUPATEN OGAN IUR Elva Dwi Harmilia BI-10

DIFERENSIASI GONAD IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Cv) PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA Aulidya Nurul Habibah Soeminto dan Gratiana E Wijayanti BI-11

GROWTH OF Ambassis gymnocephalus (PISCES CHANDIDAE) BASED ON DAILY OTOLITH INCREMENTS B Grace Hutubessy BI-12

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dall Kelalltan 25 Juli 2009

TROFIK LEVEL KOMUNITAS IKAN 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sriati Sutrisno Sukimin Vincentius P Siregar Sam Wutuysen dan Adriani Sunudin BI-13

KUALITAS AIR DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT BEBERAPA JENIS IKAN YANG TERTANGKAP NELAYAN 01 PERAJRAN MUSI BAGIAN TENGAH Samuel BI-14

FILOGENIIKAN SEMAH (Tor soro Valenciennes 1842) BEROASARKAN PARSIAL SEKUENSE CYt BONA MITOKONORIA Arif Wibowo Ali Suman dan Safran Makmur 61middot15

BIOLOGI DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) 01 SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Siti Nurul Aida BI-16

PROFIL REPROOUKSJ Puntius spp SEBAGAI OASAR KONSERVASI Sugiharto Antoni Suyudi Thaher dan W Lestari BI-17

BIDANGMANAJEIVJEN SUMBERDAYA PERIKANAN

POTENSI DAN PENGELOLAAN KERANG BATAK (Pema perna) 01 PESISIR PANGANOARAN KABUPATEN ClAM IS STUOJ PENOAHULUAN Irwan Syadidul Anwar Johannes Hutabarat dan Ambariyanto MSA-01

PIRAMIOA UMUR DAN PENGELOMPOKAN POPULASIIKAN BONTI-BONTI (Panitherina striata) SECARA SPASIAL 01 OANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution MSA-02

INVENTARISASI JENIS PLANKTON 01 WAOUK MALAHAYU JAWA TENGAH Yayuk Sugianti dan Kunto Purnomo MSA-03

KOMUNITAS GASTROPODA 01 MUARA SUNGAI BOGOWONTO KABUPATEN KULON PROGO Niluh Kadek Mega Candra Wati Namastra Probosunu dan Retno Widaningroem MSA-04

ASPEK BIOLOGI DAN PROOUKSI IKAN MAIJYUNG (Arius thalassinus) 01 PERAJRAN PURWOREJO Oika Kusbianto Niniek Widyorini dan Anhar Solichin MSA-05

POTENSI JENIS ALGAE MAKRO 01 BEBERAPA PERAIRAN MALUKU TENGAH Frijona F Lokollo MSA-06

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON 01 PERAIRAN PESISIR KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Makmur A Indra Jaya dan Rachman Syah MSA-07

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN HABITAT IKAN SEMAH 01 PROVINSI SUMATERA UTARA Safran Makmur MSA-08

KEANEKARAGAMAN SPESIES IKAN 01 HILIR SUNGAI UKAI ANAK SUNGAI SIAK RIAU Chaidir P Pulungan MSA-09

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ANALISIS STOK UOANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN Sekar purwanti Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin MSA-10

STRUKTUR MORFOLOGI POPULASI Nerita plicata (MOLUSKA GASTROPODA) DI TELUK AMBON BAG IAN LUAR Junita Supusepa MSA-11

KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN KERANG BAKAU (Polymesoda erosa) 01 PERAIRAN BONTANG KALIMANTAN TIMUR Kisto Lachmudin Syarani dan Azis Nur Bambang MSA-12

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA INFAUNA DI TAMBAK MANGROVE DESA BLANAKAN KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT Jon Haryadi Adi Basukriadi Mufti P Patria Muhadiono dan Hadiyanto MSA-13

KELIMPAHAN RELATIF KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI PERIFITON DI DAERAH DATARAN RENDAH SUNGAI SIAK PROPINSI RIAU Khoirul Fatah dan Husnah MSA-14

SUATU KAJIAN TENTANG KANDUNGAN PLANKTON DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko dan Utojo MSA-15

PHYTOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Mirna Dwi Rastina MSA-16

ZOOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Akhmad Farid MSA-17

STUDI MORFOMETRI DAN POLA PERTUMBUHAN KERANG DARAH Anadara granosa (Bivalvia Arcidae) DI TANJUNG MAS SEMARANG M Zainuddin J Suprijanto Ita Widowati Ambariyanto dan A Djunaedi MSA-18

PENDUGAAN STOK IKAN DI DANAU EMPANGAU KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo MSA-19

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN 01 DANAU TAKAPAN KECAMATAN PAHANDUT PALANGKA RAYA Trilianty Lestarisa dan Djoko Rahardjo MSA-20

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH Suradi Wijaya Saputra MSA-21

KARAKTERISTIK HABITAT PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI PANTAI CITIREUM SUKABUMI (JAWA BARAT) Adriani SN K A h d Ft t d A I N rfi nsmono c ma I nyan 0 an mu a u Ianni MSA-22

PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS IKAN PASCA PEMBENDUNGAN WADUK SAGULlNG DAN CIRATA SERTA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK IR H DJUANDA Didik W h H d T h d S E d h P ta JU en ro Ja JO an n n a urnamanmg yas MSA-23

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi vii

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

STUOI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON 01 PERAIRAN TELUK KAPING BALI Bejo Siamet MSB-01

PENGARUH POLA SILVOFISHERY TERHAOAP PENINGKATAN PROOUKSI PERIKANAN TAIVIBAK 01 KAWASAN MANGROVE PANTAI PURWOREJO JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe MSB-02

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN 01 PERAIRAN UMUM Asyari MSB-03

KARAKTERISTIK HABITAT DAN SEBARAN JENIS IKANNYA 01 SUNGAI KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HILIR Susilo Adjie MSB-04

KONOISI PLANKTON 01 TAMBAK BANOENG DAN GARAM KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Utojo dan A Marsambuana Pirzan MSB-05

PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI PELINOUNG KAWASAN PESISIR OENGAN PENOEKATAN CO-MANAGEMENT DAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUOI 01 KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH) Himawan Arif Sutanto MSB-06

EKOBIOLOGI DAN POLA OISTRIBUSI UKURAN KERANG KEPAH Polymesoda erosa 01 PERAIRAN PANTAI PENITI KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Khairul Anwar Ita Widowati dan Bambang Yulianto MSB-07

PEMANFAATAN SUMBEROAYA LAUT OLEH PEREMPUAN 01 OESAAMETH DAN PENGARUHNYA TERHAOAP STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME BENTIK (MOLUSKA) 01 ZONA PASANG SURUT Juliana W Tuahatu dan Frijona F Lokotlo MSB-08

STRATEGI PENGELOlAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM OARATAN (STUOI KASUS PAD A SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING IUR SUMATERA SELATAN) Hakim Miftakhul Huda dan Maulana Firdaus MSB-09

DISTRIBUSI NUTRIEN NITRAT (N-N03) DAN ORTHOFOSFAT (P-P04) DI DANAU LlMBOTO Andri Warsa dan Krismono MSB-1C

NITROGEN ANORGANIK TERLARUT (DIN) DI WADUK IR H DJUANDA JAWA BARAT Andri Warsa Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Lismining Pujiyani Astuti MSB-1

KOMPOSISI KESUBURAN DAN KERAGAMAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AWERANGNGE KABUPATEN BARRU Machluddin Amin dan Muslimin MSB-1

BIOLIMNOLOGI DAN POTENSI PROOUKSIIKAN DI WAOUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Kunto Purnomo Endi Setiadi Kartamihardja dan Chairulwan Umar MSB-1

EARL Y WARNING SYSTEM DAN UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN BISNIS PERIKANAN 01 WAOUK IR H OJUANOA Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Amula Nurfiarini MSB-1

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 4: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

DAFTAR lSI

Halaman Judul Dewan Redaksi ii ISBN iii Kata Pengantar iv Daftar lsi v

BDANG BOLOGPERKANAN

SEBARAN DAN KEBIASAAN MAKAN BEBERAPA JENIS IKAN 01 DAS KAPUAS KALIMANTAN BARAT Susilo Adjie BI-01

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN 01 SUNGAI MARO MERAUKE PROPINSI PAPUA Hendra Satria BI-02

STUDI KEBIASAAN MAKANAN IKAN BONTI-BONTI (paratherina striata) DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution BI-03

PERBEDAAN MORFOLOGIS POPULASI IKAN RINGGO (Thynnichthys thynnoides Bleeker 1852) ASAL SUMATERA DAN KALIMANTAN Niam Muflikha dan Arif Wibowo BI-04

ELASMOBRANCHII DI PERAIRAN SUNGAI MUSI JENIS SEBARAN DAN KARAKTER BIOLOGI Husnah BI-05

UKURAN POPULASI EFEKTIF DAN SEJARAH POPULASI IKAN SEMAH (Tor sora Valenciennes 1842) Arif Wibowo dan Subagja BI-06

POLA LlNGKARAN PERTUMBUHAN OTOLITH DAN ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN Puntioplites sp DAN Puntioplites Bulu DI PERAIRAN SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Fajar Kesuma Chaidir Pulungan Windarti dan Ridwan Manda Putra BI-07

KEBIASAAN MAKANAN IKAN TILAN (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI Syarifah Nurdawati M F Rahardjo dan Wahyu Yuliani BI-08

ASPEK BIOLOGI IKAN BREK (Puntius orphoides Cv) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA-TENGAH Suhestri Suryaningsih dan Suwamo Hadisusanto BI-09

KUALITAS DAN LlNGKUNGAN PERAIRAN SUNGAI KELEKAR DIINDERALAYA KABUPATEN OGAN IUR Elva Dwi Harmilia BI-10

DIFERENSIASI GONAD IKAN NILEM (Osteochilus hasselti Cv) PADA FOTOPERIODE YANG BERBEDA Aulidya Nurul Habibah Soeminto dan Gratiana E Wijayanti BI-11

GROWTH OF Ambassis gymnocephalus (PISCES CHANDIDAE) BASED ON DAILY OTOLITH INCREMENTS B Grace Hutubessy BI-12

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dall Kelalltan 25 Juli 2009

TROFIK LEVEL KOMUNITAS IKAN 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sriati Sutrisno Sukimin Vincentius P Siregar Sam Wutuysen dan Adriani Sunudin BI-13

KUALITAS AIR DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT BEBERAPA JENIS IKAN YANG TERTANGKAP NELAYAN 01 PERAJRAN MUSI BAGIAN TENGAH Samuel BI-14

FILOGENIIKAN SEMAH (Tor soro Valenciennes 1842) BEROASARKAN PARSIAL SEKUENSE CYt BONA MITOKONORIA Arif Wibowo Ali Suman dan Safran Makmur 61middot15

BIOLOGI DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) 01 SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Siti Nurul Aida BI-16

PROFIL REPROOUKSJ Puntius spp SEBAGAI OASAR KONSERVASI Sugiharto Antoni Suyudi Thaher dan W Lestari BI-17

BIDANGMANAJEIVJEN SUMBERDAYA PERIKANAN

POTENSI DAN PENGELOLAAN KERANG BATAK (Pema perna) 01 PESISIR PANGANOARAN KABUPATEN ClAM IS STUOJ PENOAHULUAN Irwan Syadidul Anwar Johannes Hutabarat dan Ambariyanto MSA-01

PIRAMIOA UMUR DAN PENGELOMPOKAN POPULASIIKAN BONTI-BONTI (Panitherina striata) SECARA SPASIAL 01 OANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution MSA-02

INVENTARISASI JENIS PLANKTON 01 WAOUK MALAHAYU JAWA TENGAH Yayuk Sugianti dan Kunto Purnomo MSA-03

KOMUNITAS GASTROPODA 01 MUARA SUNGAI BOGOWONTO KABUPATEN KULON PROGO Niluh Kadek Mega Candra Wati Namastra Probosunu dan Retno Widaningroem MSA-04

ASPEK BIOLOGI DAN PROOUKSI IKAN MAIJYUNG (Arius thalassinus) 01 PERAJRAN PURWOREJO Oika Kusbianto Niniek Widyorini dan Anhar Solichin MSA-05

POTENSI JENIS ALGAE MAKRO 01 BEBERAPA PERAIRAN MALUKU TENGAH Frijona F Lokollo MSA-06

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON 01 PERAIRAN PESISIR KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Makmur A Indra Jaya dan Rachman Syah MSA-07

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN HABITAT IKAN SEMAH 01 PROVINSI SUMATERA UTARA Safran Makmur MSA-08

KEANEKARAGAMAN SPESIES IKAN 01 HILIR SUNGAI UKAI ANAK SUNGAI SIAK RIAU Chaidir P Pulungan MSA-09

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ANALISIS STOK UOANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN Sekar purwanti Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin MSA-10

STRUKTUR MORFOLOGI POPULASI Nerita plicata (MOLUSKA GASTROPODA) DI TELUK AMBON BAG IAN LUAR Junita Supusepa MSA-11

KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN KERANG BAKAU (Polymesoda erosa) 01 PERAIRAN BONTANG KALIMANTAN TIMUR Kisto Lachmudin Syarani dan Azis Nur Bambang MSA-12

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA INFAUNA DI TAMBAK MANGROVE DESA BLANAKAN KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT Jon Haryadi Adi Basukriadi Mufti P Patria Muhadiono dan Hadiyanto MSA-13

KELIMPAHAN RELATIF KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI PERIFITON DI DAERAH DATARAN RENDAH SUNGAI SIAK PROPINSI RIAU Khoirul Fatah dan Husnah MSA-14

SUATU KAJIAN TENTANG KANDUNGAN PLANKTON DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko dan Utojo MSA-15

PHYTOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Mirna Dwi Rastina MSA-16

ZOOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Akhmad Farid MSA-17

STUDI MORFOMETRI DAN POLA PERTUMBUHAN KERANG DARAH Anadara granosa (Bivalvia Arcidae) DI TANJUNG MAS SEMARANG M Zainuddin J Suprijanto Ita Widowati Ambariyanto dan A Djunaedi MSA-18

PENDUGAAN STOK IKAN DI DANAU EMPANGAU KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo MSA-19

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN 01 DANAU TAKAPAN KECAMATAN PAHANDUT PALANGKA RAYA Trilianty Lestarisa dan Djoko Rahardjo MSA-20

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH Suradi Wijaya Saputra MSA-21

KARAKTERISTIK HABITAT PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI PANTAI CITIREUM SUKABUMI (JAWA BARAT) Adriani SN K A h d Ft t d A I N rfi nsmono c ma I nyan 0 an mu a u Ianni MSA-22

PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS IKAN PASCA PEMBENDUNGAN WADUK SAGULlNG DAN CIRATA SERTA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK IR H DJUANDA Didik W h H d T h d S E d h P ta JU en ro Ja JO an n n a urnamanmg yas MSA-23

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi vii

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

STUOI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON 01 PERAIRAN TELUK KAPING BALI Bejo Siamet MSB-01

PENGARUH POLA SILVOFISHERY TERHAOAP PENINGKATAN PROOUKSI PERIKANAN TAIVIBAK 01 KAWASAN MANGROVE PANTAI PURWOREJO JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe MSB-02

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN 01 PERAIRAN UMUM Asyari MSB-03

KARAKTERISTIK HABITAT DAN SEBARAN JENIS IKANNYA 01 SUNGAI KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HILIR Susilo Adjie MSB-04

KONOISI PLANKTON 01 TAMBAK BANOENG DAN GARAM KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Utojo dan A Marsambuana Pirzan MSB-05

PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI PELINOUNG KAWASAN PESISIR OENGAN PENOEKATAN CO-MANAGEMENT DAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUOI 01 KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH) Himawan Arif Sutanto MSB-06

EKOBIOLOGI DAN POLA OISTRIBUSI UKURAN KERANG KEPAH Polymesoda erosa 01 PERAIRAN PANTAI PENITI KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Khairul Anwar Ita Widowati dan Bambang Yulianto MSB-07

PEMANFAATAN SUMBEROAYA LAUT OLEH PEREMPUAN 01 OESAAMETH DAN PENGARUHNYA TERHAOAP STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME BENTIK (MOLUSKA) 01 ZONA PASANG SURUT Juliana W Tuahatu dan Frijona F Lokotlo MSB-08

STRATEGI PENGELOlAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM OARATAN (STUOI KASUS PAD A SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING IUR SUMATERA SELATAN) Hakim Miftakhul Huda dan Maulana Firdaus MSB-09

DISTRIBUSI NUTRIEN NITRAT (N-N03) DAN ORTHOFOSFAT (P-P04) DI DANAU LlMBOTO Andri Warsa dan Krismono MSB-1C

NITROGEN ANORGANIK TERLARUT (DIN) DI WADUK IR H DJUANDA JAWA BARAT Andri Warsa Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Lismining Pujiyani Astuti MSB-1

KOMPOSISI KESUBURAN DAN KERAGAMAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AWERANGNGE KABUPATEN BARRU Machluddin Amin dan Muslimin MSB-1

BIOLIMNOLOGI DAN POTENSI PROOUKSIIKAN DI WAOUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Kunto Purnomo Endi Setiadi Kartamihardja dan Chairulwan Umar MSB-1

EARL Y WARNING SYSTEM DAN UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN BISNIS PERIKANAN 01 WAOUK IR H OJUANOA Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Amula Nurfiarini MSB-1

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 5: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasi Penelitian Perikanan dall Kelalltan 25 Juli 2009

TROFIK LEVEL KOMUNITAS IKAN 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sriati Sutrisno Sukimin Vincentius P Siregar Sam Wutuysen dan Adriani Sunudin BI-13

KUALITAS AIR DAN HUBUNGAN PANJANG-BERAT BEBERAPA JENIS IKAN YANG TERTANGKAP NELAYAN 01 PERAJRAN MUSI BAGIAN TENGAH Samuel BI-14

FILOGENIIKAN SEMAH (Tor soro Valenciennes 1842) BEROASARKAN PARSIAL SEKUENSE CYt BONA MITOKONORIA Arif Wibowo Ali Suman dan Safran Makmur 61middot15

BIOLOGI DAN PERTUMBUHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) 01 SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Siti Nurul Aida BI-16

PROFIL REPROOUKSJ Puntius spp SEBAGAI OASAR KONSERVASI Sugiharto Antoni Suyudi Thaher dan W Lestari BI-17

BIDANGMANAJEIVJEN SUMBERDAYA PERIKANAN

POTENSI DAN PENGELOLAAN KERANG BATAK (Pema perna) 01 PESISIR PANGANOARAN KABUPATEN ClAM IS STUOJ PENOAHULUAN Irwan Syadidul Anwar Johannes Hutabarat dan Ambariyanto MSA-01

PIRAMIOA UMUR DAN PENGELOMPOKAN POPULASIIKAN BONTI-BONTI (Panitherina striata) SECARA SPASIAL 01 OANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN Syahroma Husni Nasution MSA-02

INVENTARISASI JENIS PLANKTON 01 WAOUK MALAHAYU JAWA TENGAH Yayuk Sugianti dan Kunto Purnomo MSA-03

KOMUNITAS GASTROPODA 01 MUARA SUNGAI BOGOWONTO KABUPATEN KULON PROGO Niluh Kadek Mega Candra Wati Namastra Probosunu dan Retno Widaningroem MSA-04

ASPEK BIOLOGI DAN PROOUKSI IKAN MAIJYUNG (Arius thalassinus) 01 PERAJRAN PURWOREJO Oika Kusbianto Niniek Widyorini dan Anhar Solichin MSA-05

POTENSI JENIS ALGAE MAKRO 01 BEBERAPA PERAIRAN MALUKU TENGAH Frijona F Lokollo MSA-06

STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON 01 PERAIRAN PESISIR KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Makmur A Indra Jaya dan Rachman Syah MSA-07

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN HABITAT IKAN SEMAH 01 PROVINSI SUMATERA UTARA Safran Makmur MSA-08

KEANEKARAGAMAN SPESIES IKAN 01 HILIR SUNGAI UKAI ANAK SUNGAI SIAK RIAU Chaidir P Pulungan MSA-09

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ANALISIS STOK UOANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN Sekar purwanti Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin MSA-10

STRUKTUR MORFOLOGI POPULASI Nerita plicata (MOLUSKA GASTROPODA) DI TELUK AMBON BAG IAN LUAR Junita Supusepa MSA-11

KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN KERANG BAKAU (Polymesoda erosa) 01 PERAIRAN BONTANG KALIMANTAN TIMUR Kisto Lachmudin Syarani dan Azis Nur Bambang MSA-12

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA INFAUNA DI TAMBAK MANGROVE DESA BLANAKAN KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT Jon Haryadi Adi Basukriadi Mufti P Patria Muhadiono dan Hadiyanto MSA-13

KELIMPAHAN RELATIF KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI PERIFITON DI DAERAH DATARAN RENDAH SUNGAI SIAK PROPINSI RIAU Khoirul Fatah dan Husnah MSA-14

SUATU KAJIAN TENTANG KANDUNGAN PLANKTON DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko dan Utojo MSA-15

PHYTOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Mirna Dwi Rastina MSA-16

ZOOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Akhmad Farid MSA-17

STUDI MORFOMETRI DAN POLA PERTUMBUHAN KERANG DARAH Anadara granosa (Bivalvia Arcidae) DI TANJUNG MAS SEMARANG M Zainuddin J Suprijanto Ita Widowati Ambariyanto dan A Djunaedi MSA-18

PENDUGAAN STOK IKAN DI DANAU EMPANGAU KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo MSA-19

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN 01 DANAU TAKAPAN KECAMATAN PAHANDUT PALANGKA RAYA Trilianty Lestarisa dan Djoko Rahardjo MSA-20

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH Suradi Wijaya Saputra MSA-21

KARAKTERISTIK HABITAT PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI PANTAI CITIREUM SUKABUMI (JAWA BARAT) Adriani SN K A h d Ft t d A I N rfi nsmono c ma I nyan 0 an mu a u Ianni MSA-22

PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS IKAN PASCA PEMBENDUNGAN WADUK SAGULlNG DAN CIRATA SERTA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK IR H DJUANDA Didik W h H d T h d S E d h P ta JU en ro Ja JO an n n a urnamanmg yas MSA-23

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi vii

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

STUOI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON 01 PERAIRAN TELUK KAPING BALI Bejo Siamet MSB-01

PENGARUH POLA SILVOFISHERY TERHAOAP PENINGKATAN PROOUKSI PERIKANAN TAIVIBAK 01 KAWASAN MANGROVE PANTAI PURWOREJO JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe MSB-02

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN 01 PERAIRAN UMUM Asyari MSB-03

KARAKTERISTIK HABITAT DAN SEBARAN JENIS IKANNYA 01 SUNGAI KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HILIR Susilo Adjie MSB-04

KONOISI PLANKTON 01 TAMBAK BANOENG DAN GARAM KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Utojo dan A Marsambuana Pirzan MSB-05

PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI PELINOUNG KAWASAN PESISIR OENGAN PENOEKATAN CO-MANAGEMENT DAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUOI 01 KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH) Himawan Arif Sutanto MSB-06

EKOBIOLOGI DAN POLA OISTRIBUSI UKURAN KERANG KEPAH Polymesoda erosa 01 PERAIRAN PANTAI PENITI KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Khairul Anwar Ita Widowati dan Bambang Yulianto MSB-07

PEMANFAATAN SUMBEROAYA LAUT OLEH PEREMPUAN 01 OESAAMETH DAN PENGARUHNYA TERHAOAP STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME BENTIK (MOLUSKA) 01 ZONA PASANG SURUT Juliana W Tuahatu dan Frijona F Lokotlo MSB-08

STRATEGI PENGELOlAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM OARATAN (STUOI KASUS PAD A SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING IUR SUMATERA SELATAN) Hakim Miftakhul Huda dan Maulana Firdaus MSB-09

DISTRIBUSI NUTRIEN NITRAT (N-N03) DAN ORTHOFOSFAT (P-P04) DI DANAU LlMBOTO Andri Warsa dan Krismono MSB-1C

NITROGEN ANORGANIK TERLARUT (DIN) DI WADUK IR H DJUANDA JAWA BARAT Andri Warsa Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Lismining Pujiyani Astuti MSB-1

KOMPOSISI KESUBURAN DAN KERAGAMAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AWERANGNGE KABUPATEN BARRU Machluddin Amin dan Muslimin MSB-1

BIOLIMNOLOGI DAN POTENSI PROOUKSIIKAN DI WAOUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Kunto Purnomo Endi Setiadi Kartamihardja dan Chairulwan Umar MSB-1

EARL Y WARNING SYSTEM DAN UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN BISNIS PERIKANAN 01 WAOUK IR H OJUANOA Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Amula Nurfiarini MSB-1

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 6: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ANALISIS STOK UOANG JERBUNG (Penaeus merguiensis de Man) DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KABUPATEN KEBUMEN Sekar purwanti Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin MSA-10

STRUKTUR MORFOLOGI POPULASI Nerita plicata (MOLUSKA GASTROPODA) DI TELUK AMBON BAG IAN LUAR Junita Supusepa MSA-11

KEPADATAN DAN PERTUMBUHAN KERANG BAKAU (Polymesoda erosa) 01 PERAIRAN BONTANG KALIMANTAN TIMUR Kisto Lachmudin Syarani dan Azis Nur Bambang MSA-12

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA INFAUNA DI TAMBAK MANGROVE DESA BLANAKAN KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT Jon Haryadi Adi Basukriadi Mufti P Patria Muhadiono dan Hadiyanto MSA-13

KELIMPAHAN RELATIF KEANEKARAGAMAN DAN DISTRIBUSI PERIFITON DI DAERAH DATARAN RENDAH SUNGAI SIAK PROPINSI RIAU Khoirul Fatah dan Husnah MSA-14

SUATU KAJIAN TENTANG KANDUNGAN PLANKTON DI KAWASAN PERTAMBAKAN KABUPATEN BULUKUMBA SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko dan Utojo MSA-15

PHYTOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Mirna Dwi Rastina MSA-16

ZOOPLANKTON COMMUNITY STRUCTURE OF THE MIDDLE PART OF SIAK RIVER RIAU PROVINCE INDONESIA Husnah and Akhmad Farid MSA-17

STUDI MORFOMETRI DAN POLA PERTUMBUHAN KERANG DARAH Anadara granosa (Bivalvia Arcidae) DI TANJUNG MAS SEMARANG M Zainuddin J Suprijanto Ita Widowati Ambariyanto dan A Djunaedi MSA-18

PENDUGAAN STOK IKAN DI DANAU EMPANGAU KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo MSA-19

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN 01 DANAU TAKAPAN KECAMATAN PAHANDUT PALANGKA RAYA Trilianty Lestarisa dan Djoko Rahardjo MSA-20

ANALISIS STOK UDANG PENAEID DI PERAIRAN PANTAI SELATAN KEBUMEN JAWA TENGAH Suradi Wijaya Saputra MSA-21

KARAKTERISTIK HABITAT PENYU HIJAU (Chelonia mydas) DAN UPAYA PELESTARIANNYA DI PANTAI CITIREUM SUKABUMI (JAWA BARAT) Adriani SN K A h d Ft t d A I N rfi nsmono c ma I nyan 0 an mu a u Ianni MSA-22

PERUBAHAN KOMPOSISI JENIS IKAN PASCA PEMBENDUNGAN WADUK SAGULlNG DAN CIRATA SERTA PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKAN DI WADUK IR H DJUANDA Didik W h H d T h d S E d h P ta JU en ro Ja JO an n n a urnamanmg yas MSA-23

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi vii

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

STUOI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON 01 PERAIRAN TELUK KAPING BALI Bejo Siamet MSB-01

PENGARUH POLA SILVOFISHERY TERHAOAP PENINGKATAN PROOUKSI PERIKANAN TAIVIBAK 01 KAWASAN MANGROVE PANTAI PURWOREJO JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe MSB-02

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN 01 PERAIRAN UMUM Asyari MSB-03

KARAKTERISTIK HABITAT DAN SEBARAN JENIS IKANNYA 01 SUNGAI KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HILIR Susilo Adjie MSB-04

KONOISI PLANKTON 01 TAMBAK BANOENG DAN GARAM KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Utojo dan A Marsambuana Pirzan MSB-05

PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI PELINOUNG KAWASAN PESISIR OENGAN PENOEKATAN CO-MANAGEMENT DAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUOI 01 KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH) Himawan Arif Sutanto MSB-06

EKOBIOLOGI DAN POLA OISTRIBUSI UKURAN KERANG KEPAH Polymesoda erosa 01 PERAIRAN PANTAI PENITI KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Khairul Anwar Ita Widowati dan Bambang Yulianto MSB-07

PEMANFAATAN SUMBEROAYA LAUT OLEH PEREMPUAN 01 OESAAMETH DAN PENGARUHNYA TERHAOAP STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME BENTIK (MOLUSKA) 01 ZONA PASANG SURUT Juliana W Tuahatu dan Frijona F Lokotlo MSB-08

STRATEGI PENGELOlAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM OARATAN (STUOI KASUS PAD A SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING IUR SUMATERA SELATAN) Hakim Miftakhul Huda dan Maulana Firdaus MSB-09

DISTRIBUSI NUTRIEN NITRAT (N-N03) DAN ORTHOFOSFAT (P-P04) DI DANAU LlMBOTO Andri Warsa dan Krismono MSB-1C

NITROGEN ANORGANIK TERLARUT (DIN) DI WADUK IR H DJUANDA JAWA BARAT Andri Warsa Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Lismining Pujiyani Astuti MSB-1

KOMPOSISI KESUBURAN DAN KERAGAMAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AWERANGNGE KABUPATEN BARRU Machluddin Amin dan Muslimin MSB-1

BIOLIMNOLOGI DAN POTENSI PROOUKSIIKAN DI WAOUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Kunto Purnomo Endi Setiadi Kartamihardja dan Chairulwan Umar MSB-1

EARL Y WARNING SYSTEM DAN UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN BISNIS PERIKANAN 01 WAOUK IR H OJUANOA Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Amula Nurfiarini MSB-1

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 7: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

STUOI KUALITAS AIR DAN KOMUNITAS PLANKTON 01 PERAIRAN TELUK KAPING BALI Bejo Siamet MSB-01

PENGARUH POLA SILVOFISHERY TERHAOAP PENINGKATAN PROOUKSI PERIKANAN TAIVIBAK 01 KAWASAN MANGROVE PANTAI PURWOREJO JAWA TENGAH Erny Poedjirahajoe MSB-02

UPAYA PELESTARIAN PLASMA NUTFAH PERIKANAN 01 PERAIRAN UMUM Asyari MSB-03

KARAKTERISTIK HABITAT DAN SEBARAN JENIS IKANNYA 01 SUNGAI KAPUAS BAGIAN TENGAH DAN HILIR Susilo Adjie MSB-04

KONOISI PLANKTON 01 TAMBAK BANOENG DAN GARAM KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Utojo dan A Marsambuana Pirzan MSB-05

PENGELOLAAN MANGROVE SEBAGAI PELINOUNG KAWASAN PESISIR OENGAN PENOEKATAN CO-MANAGEMENT DAN ANALYSIS HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUOI 01 KABUPATEN PEMALANG JAWA TENGAH) Himawan Arif Sutanto MSB-06

EKOBIOLOGI DAN POLA OISTRIBUSI UKURAN KERANG KEPAH Polymesoda erosa 01 PERAIRAN PANTAI PENITI KABUPATEN PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Khairul Anwar Ita Widowati dan Bambang Yulianto MSB-07

PEMANFAATAN SUMBEROAYA LAUT OLEH PEREMPUAN 01 OESAAMETH DAN PENGARUHNYA TERHAOAP STRUKTUR KOMUNITAS ORGANISME BENTIK (MOLUSKA) 01 ZONA PASANG SURUT Juliana W Tuahatu dan Frijona F Lokotlo MSB-08

STRATEGI PENGELOlAAN PERIKANAN PERAIRAN UMUM OARATAN (STUOI KASUS PAD A SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING IUR SUMATERA SELATAN) Hakim Miftakhul Huda dan Maulana Firdaus MSB-09

DISTRIBUSI NUTRIEN NITRAT (N-N03) DAN ORTHOFOSFAT (P-P04) DI DANAU LlMBOTO Andri Warsa dan Krismono MSB-1C

NITROGEN ANORGANIK TERLARUT (DIN) DI WADUK IR H DJUANDA JAWA BARAT Andri Warsa Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Lismining Pujiyani Astuti MSB-1

KOMPOSISI KESUBURAN DAN KERAGAMAN JENIS PLANKTON DI PERAIRAN TELUK AWERANGNGE KABUPATEN BARRU Machluddin Amin dan Muslimin MSB-1

BIOLIMNOLOGI DAN POTENSI PROOUKSIIKAN DI WAOUK RIAM KANAN KALIMANTAN SELATAN Kunto Purnomo Endi Setiadi Kartamihardja dan Chairulwan Umar MSB-1

EARL Y WARNING SYSTEM DAN UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN BISNIS PERIKANAN 01 WAOUK IR H OJUANOA Didik Wahju Hendro Tjahjo dan Amula Nurfiarini MSB-1

Semnaskan_UGMIDaftar lsi v

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 8: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahllnan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

KARAKTERISTIK KUALITAS PERAIRAN PESISIR 01 KAWASAN BUOIOAYA RUMPUT LAUT KABUPATEN BANTAENG A Indra Jaya Asaad Muh Chaidir Undu dan Akhmad Mustafa MSB-15

BEBERAPA ASPEK BIOLIMNOLOGI HULU SUNGAI CITARUM JAWA BARAT Sri Endah Purnamaningtyas MSB-16

ANALISIS KOMOOITAS BUDIOAYA PERIKANAN AIR TAWAR 01 SUMATERA SELATAN TANTANGAN DAN PELUANG BUDIOAYA IKAN BAUNG Anang Hari Kristanto M Fatuchri Sukadi Estu Nugroho Oman Komarudin Ani Widiyati Ningrum Suhenda dan Winarlin MSB-17

PARTISIPASI MASYARAKAT OALAM PEMULIHAN KAWASAN HUTAN MANGROVE 01 TELUK JAKARTA (STUD I KASUS PAOA KELURAHAN KAMAL MUARA JAKARTA UTARA) Maulana Firdaus MSB-18

BDANG KELAUTAN

INDEKS MITOTIK SIMBfON ALGA ZOOXANTHELLAE PAOA ANEMON LAUT Stichodactyfa gigantea (FORSSKAL 1775) HASIL REPROOUKSI ASEKSUAL M Ahsin Rifai Hadiratul Kudsiah dan A Niartiningsih KL-01

ESTIMAS POTENS IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT

VAlianto Enan M Adiwilaga Ario Damar dan Enang Harris KL-02

POTENSI RETAIO 01 PERAIRAN PESISIR BARAT TABLASUPA KABUPATEN JAYAPURA PAPUA Suwarno Hadisusanto dan Puguh SUjarta KL-03

DINAMlKA LAUT DAN PRODUKTIVITAS PRIMER 01 PERAIRAN PAPARAN SUNOA Mutiara R Putri KL-04

KONDISI TERUMBU KARANG PERAIRAN KEPULAUAN SERIBU Baiq Ida Purnawati dan Sri Turni Hartati KL-05

SEBARAN NITRAT FOSFAT OERAJAT KEASAMAN DAN OKSIGEN TERLARUT 01 PERAIRAN lAUT PULAU BAWEAN Rustadi Adianshari dan Angga Kurniawan KL-06

PERBANOINGAN BEBERAPA MODEL TERUMBU BUATAN DEMI MENOUKUNG SEKTOR PERIKANAN ARTISANAL 01 KEPULAUAN SERIBU Adriani Sunuddin Syamsul B Agus dan lilik Litasari KL-07

PENGARUH SUHU DAN KELIMPAHAN KLOROFIL TERHAOAP PROOUKSIIKAN PELAGIS KECIL 01 PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN M Fedi A Sondita Alfa F P Nelwan Daniel R Monintja dan Oomu F Simbolon KL-08

STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK IKAN DAN SUKSESI EKOLOGI 01 EKOSISTEM TERUMBU KARANG KEPULAUAN SERIBU Sutrisno Sukimin Adriani Sunuddin Vincentius P Siregar dan Sam Wouthuyzen KL-09

REKA VASA TEKNOLOGI FRAGMENT ASI SECARA LONGITUDINAL PAOA ANEMOIl LAUT JENIS Stichodactyla gigantea (Forsskal 1775) M Ahsin RfI aI H d Ira u t I K d h d an Phml A KL-10 a uSia a nsyan

Semnaskan_ UGMJDaftar lsi ix

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 9: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI Nasi Penelitian Perikanan dan Kelallfan 25 Juli 2009

KONOISI OAN OISTRIBUSI KARANG BATU (SCLERACTINIA) 01 PERAIRAN BARAT OAYA PULAU NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU 2004 ML Yosephine Tuti H KL-11

OISTRIBUSI KANOUNGAN KLOROFIL-A TELUK SUMBERKIMA - BALI Reagan Septory dan Adi Hanafi KL-12

PENGARUH INTENSITAS CAHAYA OENGAN SIMULATOR YANG BERBEOA TERHAOAP OENSITAS Chlorella vulgaris OAN Tetraselmis chuii SERTA 10ENTIFlKASI PIGMEN Oispanstiani Abidin M Zainuri dan F S Rondonuwu KL-13

BIDANG PENANGKAPAN iKAN

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN IKAN OENGAN JERMAL OAN BUBU WARING 01 SUNGAI KAPUAS KALIMANTAN BARAT Asyari PK-01

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN UOANG PEPE (Metapenaeus ensis) OENGAN ALAT TANGKAP TUGUK TANCAP (FILTERING DEVICE) 01 ESTUARIA BANYUASIN SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah dan Asyari PK-02

UPAYA KELIMPAHAN OAN KOMPOSISI JENIS IKAN OAN UOANG YANG TERT ANGKAP GUMBANG (FIL TERING DEVICE) 01 PERAIRAN ESTUARIA SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-03

VARIASI MUSIMAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL (Euthynnus sp Fam SCOMBRIOAE) 01 LAUT JAWA Suwarso PK-04

POTENSI OAN PEMANFAATAN IKAN PELAGIS KECIL 01 KABUPATEN KEBUMEN Andi Satriawan Suradi Wijaya Saputra dan Anhar Solichin PK-05

EFEKTIVITAS PENANGKAPANIKAN KERAPU OENGAN ARTIFICIAL BAIT Fitri ADP A Purbayanto dan J Santo so PK-06

OINAMIKA PEMANFAATAN OAN PENGELOLAAN SUMBEROAYA IKAN LEMURU 01 SELAT BALI Hakim Miftakhul Huda dan Yesi Oewita Sari PK-07

PENGARUH WARNA BUBU TERHAOAP HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG POTENSIAL BUOIOAYA 01 PERAIRAN PULAU POOANG-POOANG KABUPATEN PANGKEP SULAWESI SELATAN Abdul Malik Tangko PK-08

KAJIAN PERIKANAN JARING GRANOONG 01 KOTA PEKALONGAN Ika Andriani Abdul Ghofar dan Suradi Wijaya Saputra PK-09

KOMPOSISI OAN BIOMASA IKAN ESTUARINE 01 TANGERANG Karsono Wagiyo PK-10

PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN ARMAOA PUKAT CINCIN PEKALONGAN YANG BEROPERASI 01 LAUTCINASELATAN Achmad Zamroni PK-11

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 10: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

J

Seminar Nasional Tahunan VI Rasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

HUBUNGAN TINGGI AIR DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI RAWA BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Khoirul Fatah PK-12

STUDI KEBERLANJUTAN PERIKANAN GILL NET DI PERAIRAN RAWAPENING KABUPATEN SEMARANG (APLIKASI PENDEKATAN RAPFlSH) Ari Wisnu Sanjaya Imam Triarso Asriyanto dan Bambang Argo Wibowo PK-13

KAJIAN PENGELOLAAN PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS PADA PERAIRAN SUNGAI DAN RAWA BANJIRAN DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILlR) Maulana Firdaus dan Hakim Miftakhul Huda PK-14

KARAKTERISTIK HASIL DAN OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING DOGOL DI TELUKJAKARTA Karsono Wagiyo PK-15

HASIL TANGKAPAN IKAN DARI BEBERAPA ALAT TANGKAP DI SUNGAI BENGAWAN SOLO Susilo Adjie PK-16

KEMAMPUAN MEMBEDAKAN BESARNYA DIAMETER LINE PADA ALAT TANGKAP HAND LINE DARI IKAN SARDIN (Sardinella sp) Welem Waileruny PK-17

HASIL TANGKAP IKAN DAN AKTIVITAS ALAT TANGKAP TUGUK LAYANG DI HILIR SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN Emmy Dharyati PK-18

HUBUNGAN MUSIM DENGAN KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI DANAU SENTARUM KAPUAS HULU KALIMANTAN BARAT Agus Djoko Utomo PK-19

PENGGUNAAN RAWAI MINI BERUMPAN BENANG SUTERA PADA BERBAGAI UKURAN MATA PANCING DI PERAIRAN NUSA PENIDA Supardjo S D Arief Wujdi dan Suwarman P PK-20

PERI KANAN PUKAT BAWAL DI KEPULAUAN DERAWAN KABUPATEN BERAU KALIMANTAN TIMUR Siti Nuraini PK-21

KOMPOSISI JENIS DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KARANG DENGAN PANCING ULUR DI KUPANG NTT Siti Nuraini PK-22

UPAYA DAN LAJU TANGKAP SERTA KOMPOSISI JENIS IKAN DAN UDANG YANG TERT ANGKAP HAMPANG (BARRIER TRAPS) Dl PERAIRAN ESTUARI SUNGAI KAMPAR PROVINSI RIAU Rupawan PK-23

BIDANG SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

STATUS SOSIAL BUDAYA DAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DI WADUK KOTO PANJANG PROPINSI RIAU Amula N rf Ft d N P d Ad S N Ku Ianni a nyan I ur nyatna an nam nsmono SE-01

Semnaskan_UGMIDaftar lsi xi

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 11: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI Basil Penelitian Perikanan dan Kelalltal1 25 Juli 2009

STRATEGI PENINGKATAN HARGA RUMPUT LAUT MELALUI PENDEKATAN BAURAN PEMASARAN DI KABBULUKUMBA SULAWESI SELATAN Arifah SE-02

ANALISIS FAKTOR PRODUKSI BUDIDAYA UDANG VANAME (Litopenaeus vannamel) INTENSIF DI KABUPATEN SITUBONDO Yahya Hamitisna dan Supardjo So SE-03

STUDI KEBERLANJUTAN PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT PERI KANAN MARJINAL DI KABUPATEN TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA Rizki Aprilian Wijaya Luky Adrianto dan Gatot Yulianto SE-04

ANALISIS KELAYAKAN USAHA IKAN MAS (Cyprinus carpio) SISTEM PENYELANG BERBASIS AGRIBISNIS DI DESA MALIMPUNG KEC PATAMPANUA KABPINRANG Sutinah Made Muh Yunus Tamamma dan Windy Aldy Tenri Abeng SE-05

PROSES HIERARKI ANALITIK DALAM PENGELOLMN KERANG SIMPING (Amusium pleuronectes) DI KABUPATEN BREBES JAW A TENGAH Johan Danu Prasetya Jusup Suprijanto dan Johannes Hutabarat SE-06

NILAI EKONOMI SUMBERDAYA PERAIRAN UMUM DARATAN (STUDI KASUS DI WADUK IR H DJUANDA KABUPATEN PURWAKARTA) Riesti Triyanti dan Fatriyandi Nur Priyatna SE-07

MODEL PENGEMBANGAN UKM PRODUK PERI KANAN DI INDONESIA OLEH PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS PELAKSANAAN PPUKM-IPB DALAM PENGEMBANGAN PRODUK TRADISIONAL PERlKANAN SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH) Heru Sumaryanto Joko Santoso Musa Hubeis dan Pudji Muljono SE-08

PERILAKU EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN SKALA KECIL DALAM MENCAPAI KETAHANAN PANGAN DI PEDESMN PANTAI JAWA TIMUR Pudji Purwanti SE-09

KAPASITAS RUANG DAN TITIK KRITIS STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DALAM EKOSISTEM PESISIR Edi Susilo Keppi Sukesi Kliwon Hidayat dan Achmad Fatchan SE-1O

IDENTIFIKASI RANTAI NILAI KOMODITAS RUMPUT LAUT DAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU-PULAU KECIL A Indra Jaya Asaad dan Rachman Syah SE-11

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TAMBAK UDANG WINDU (Penaeus monodon) MELALUI SISTEM AGRIBISNIS STUDI KASUS KELURAHAN BONTOPERAK KECAMATAN PANGKA~IENNE KABUPATEN PANGKEP Sutinah Made Amiluddin dan Farlin Arief SE-12

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN REVITALISASI USAHA BUDIDAYA UDANG Yayan Hikmayani SE-13

MODEL PEMBANGUNAN PERI KANAN JAWA TENGAH PENDEKATAN STRUCTURAL EQUATION MODELLING (SEM) Abdul Kohar Mudzakir SE-14

TEKNIK DAN ANALISIS USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO (Clarias sp) DALAM KOLAM PLASTIK DI DESA TRIHARJO KECAMATAN WATES KABUPATEN KULONPROGO Hafidz Huzaifah Sukardi dan Supardjo SD SE-15

Semnaskan_ UGMIDaftar lsi xii

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 12: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Semillar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Ketautan 25 Juli 2009

10ENTIFlKASI PERMASALAHAIJ TERKAIT DENGAN RESILIENSI MASYARAKAT 01 LAGUNA SEGARA ANAKAN Siti Hajar Suryawati Endriatmo Soetarto Luky Adrianto dan Agus Heri Purnomo SE-16

PRASASTI MINA SEBAGAI MODEL PENGEMBANGAN BISNIS PERI KANAN INDUSTRI PEDESAAN Dl BANYUWANGI JAWA TIMUR Manadiyanto SE-17

Daftar Peserta Indeks Penulis

Semnaskan_ UGlvtlDaftarIsi xiii

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 13: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI HasH Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ESTIMASI POTENSI IKAN PELAGIS KECIL BERBASIS PROOUKTIVITAS ~ PRIMER FITOPLANKTON 01 PERAIRAN LAUT ~

Alianto Enan M Adiwilaga2 Ario Damar dan Enang Harris3

Jurusan Perikanan Fakultas Peternakan Perikanan dan llmu Kelautan Universitas Negeri Papua Manokwari Indonesia

20epartemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan lnstitut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

30epartemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan IImu Kelautan Institut Pertanian Bogor Bogor Indonesia

E-mail aILunipayahoocom

potensi ikan pelagis kecil pada suatu perairan dapat diduga melalui pendekatan produktivitas -~spnmer fttoplankton Implementasi dari pendekatan ini telah dilakukan melalui penelitian di perairan

Ieluk Banten yang berlangsung pada musim peralihan satu (hujan ke kemarau) dari bulan April $ampai Juni 2008 dan musim kemarau dari bulan Juli sampai September 2008 Jumlah ikan ~iklagis kecil yang tertangkap adalah sebesar 15 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat ~sah 0015 tonhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton yang terukur adatah ~besar 42241 mg Cm26 bulan Potensi ikan pelagis kecil setelah dilakukan pemanfaatan di jlerairan Teluk Banten diduga sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah (1304 gramhal6 bulan dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 121 pada tiga trophic level yang dimulai dari fitoplankton sebagai trophic level pertama zooplankton sebagai trophic level kedua dan ikan kembung (Rastrelliger sp) peperek (Leognathus sp) ikan layang (Oecapterus sp) ikan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai trophic level ketiga Hal ini menunjukkan bahwa secara bersamaan energi yang hilang dari fitoplankton ke ikan pelagis keeil adalah sebesar 88

Kata kunci Potensi produktivitas primer fttoplankton efisiensi ekologis trophic level

Pengantar

Sumberdaya ikan sangat berpotensi mengalami degradasi dimasa mendatang karena adanya persepsi bahwa ikan merupakan sumberdaya yang tidak akan habis dan merupakan milik umum (Aqorau 2003) Persepsi seperti ini merupakan faktor pendorong bagi sebagian besar orang untuk melakukan pemanfaatan ikan secara berlebihan Pemanfaatan ikan seeara berlebihan ini terutama terjadi dalam bentuk waktu penangkapan yang tidak tepat dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif Hal inilah yang diduga sebagai penyebab terjadinya degradasi ikan pada beberapa lokasi penangkapan baik secara global maupun regional Pengaturan waktu penangkapan dan penggunaan alat tangkap yang tidak selektif ternyata belum juga memberikan hasil yang memuaskan untuk mengurangi terjadinya degradasi ikan Hal ini disebabkan karena kelimpahan ikan setiap tahun hanya terjadi pada beberapa bulan pertama dan dalam memperbanyak stoknya tidak berlangsung dengan produksi ikan muda yang konstan sepanjang tahun serta survival ikan hanya terjadi dalam beberapa tahun (Jennings et a 2001)

Dari uraian di atas terlihat bahwa untuk meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan berkaitan dengan banyak komponen dan sangat kompleks Dari kesulitan-kesulitan ini berkembang bentuk pengelolaan perikanan moderen yang menggabungkan manajemen perikanan dan manajemen ekosistem yang lebih dikenal dengan Approach-Based Ecosystem to Fishery atau Pendekatan berbasis Ekosistem dalam pengelolaan perlkanan (FAO 2003 Mathew 2003) Garis besar pendekatan ekosistem ini lebih menfokuskan pada aktivitas penangkapan dan jenis target sebagai basis dari manajemen perikanan dan komponen biofisik ekosistem sebagai basis dari manajemen ekosistem (FAO 2003) Sehingga diharapkan dalam implementasinya pendekatan e~Osistem dapat meminimalisasi degradasi sumberdaya ikan dimasa yang akan datang Hal in d1sebabkan karena pendekatan Ini ditujukan pada kegiatan perikanan dan secara langsung mencakup keseluruhan ekosistem sebagai bagan yang dlbutuhkan dalam pemanfaatan berkelanjutan dari sumberdaya ikan

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 14: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasiol1a Talllll1an VI Hasi fenelilicm ferikol1Gn dOll KeaIllOI1 25 JU[i

dilakukan

bentuk

Pemanfaatan berkelanjutan sumberdaya ikan tidak dapat dilakukan dengan baik potensinya di perairan tidak diketahui secara tepat Estimasi potensi selama ini salah masih berdasarkan pada penggunaan surplus production model yang didasarkan pada produksi ikan tahunan dad penangkapan yang selanjutnya digunakan untuk menduga potensi (Laevastu amp Favorite 1988) Penggunaan model ini pada prinsipnya masih memiliki kelemahan karena tidak mewakili potens ikan sebenarnya di perairan setelah penangkapan Hal ini terbukti estimasi pontensi ikan dengan menggunakan model ini masih terjadl degradasi ikan pada beberapa lokasi perairan terutama di Indonesia Hal ini disebabkan karena keberadaan ikan pada suatu perairan merupakan keterkaitan berbagai komponen yang sali berkaitan antar satu dengan lainnya (Laevastu amp Hayes 1981 Grahame 1987) Oleh karena ~ sudah saatnya mengalihkan penggunaan surplus production model sebagai metode yang sering digunakan ke metode baru atau menggambungkannya dengan metode lain sebagai implementasi pendekatan ekosistem seperti yang telah diuraikan di atas

Estimasi potensi ikan dengan menggunakan simulasi ekosistem merupakan salah satu solusi terbaik yang harus dilakukan Hal ini disebabkan karena model ini lebih menfokuskan pada kondisi ikan yang sebenarnya ketika hidup di perairan (Laevastu amp Favorite 1988) Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur produktivitas primer fitoplankton (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Hal ini disebabkan pula karena kehidupan ikan di perairan sangat tergantung pada fitoplankton yang memainkan peran sebagai dasar rantai makanan di perairan Manfaat yang dipero1eh dari pengukuran produktivitas primer fitoplankton adalah sacara langsung dapat digunakan untuk mengestimasi atau menduga potensi atau produksi ikan secara in situ di perairan (Lalli amp Parsons 1995 Miller 2004) Disamping itu manfaat lainnya adalah dapat mengestimasi transfer energi dalam jaring makanan sehingga dapat diketahui jumlah energi yang dibutuhkan fitoplankton pada suatu perairan untuk menyokong sumberdaya ikan (Pauly dan Christensen 1995) dan keberlanjutan perikanan (Gislason 2003)

Oleh karena itu berkaitan dengan beberapa uraian di atas makalah ini mencoba menguraikan beberapa hasil yang telah diperoleh pad a penelitian yang telah dilakukan di perairan teluk Banten sebagai bentuk implementesi dari estimasi potensi sumberdaya ikan pelagis yang berbasiskan produktivitas primer fitoplankton

Bahan dan Metode

Penelitian dilaksanakan di perairan Teluk Banten yang secara geografis berada pada koordinat 106deg 6-106deg 7 BT dan 55deg6-55deg8 LS (Gambar 1) Penelitian ini dilaksanakan dalam kurung waktu 6 bulan yang dimulai dari bulan April Mei dan Juni 2008 yang mewakili musim peralihan I (hujan ke kemarau) dan bulan Juli Agustus dan September 2008 yang mewakili musim kemarau Bahan dan metode yang digunakan pada penelitian dapat diuraikan sebagai berikut

Bahan Penelitian Bahan utama yang diperlukan pada penelitian ini adalah contoh ikan dan beberapa bahan

kimia seperti formalin mangan sulfat (MnS04) natrium hidroksida (NaOH) alkali iodida azida (KI) 00250 N asam sulfat pekat (H 2S04) 10 Natrium tio-sulfat (Na2S203) 0025 N dan amilum Contoh ikan berupa ikan pelagis kedl diperlukan untuk mengetahui tingkat efisiensi ekologis melalui jumlah ikan yang tertangkap serta status trophic level melalui analisa isi lambung contoh ikan Sedangkan bahan kimia seperti yang telah diuraikan diperlukan untuk keperluan pengukuran produktivitas primer fitoplankton secara in situ

Metode Penelitian Jumlah stasiun untuk pengambilan sampel ikan terdiri dari 6 stasiun yang berlokasi pada

daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang berada di bag ian tengah teluk (Gambar 1) POSSI

keenam stasiun ini meliputi dua stasiun berada di zona timur teluk dua stasiun di zona tengah

teluk dan dua stasiun berada di zona barat tel uk Jarak antara stasiun pada setiap zona berada pad a posisi seimbang sehingga sangat representatif untuk keseluruhan daerah penangkapan ikan Stasiun yang telah dipilih sebagai tempat pengambilan sampel dinamakan dengan stasiun began tancap

Sel1I1ClSkol1 LGifKeollClnKL-O ~

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 15: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

--shykalau tunya

data i ikan ~nyak

ukan erjadi arena Saling 1a itu sering lentuk

1 satu pada

1 satu _alii amp angat rairan gsung situ di dapat i yang y dan

~ncoba

rairan yang

3 pada dalam musim musim Jt

bahan ida (KI) 3milum kologis contoh

Jukuran

si pada Posisi tengah beradC

an ikan 1 began

L-O shy

Seminar Nasiona Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

k bull I 2 l 4 km Sekala 1 100000

Ketetangan 123456 merupakanstasiunbegan tencap ST 1dan ST 2 merupakan stasiun pengukUl8l pmduktivitasshyprimer fitoplankton

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di perairan Teluk Banten

Sedangkan pengukuran produktivitas primer fttoplankton dilakukan pada dua stasiun secara horisontaI (Gambar 1) dan lima kedalaman secara vertikal Secara horisontal stasiun ini berada pada zona tengah teluk dan secara vertikal berada pada kedalaman eufotik 50 25 105 dan 1 dari cahaya permukaan (Lagus et al 2004) Penentuan kedalaman zona eufotik berdasarkan pada penetrasi cahaya menurut hukum Beer-Lambert (Parsons et al 1984 Beer 1997) Penentuan stasiun secara horisontal dan vertikal dengan lima kedalaman ini dinamakan dengan stasiun pengukuran produktivitas primer fitoplankton Oari hasil penangkapan contoh ikan dan pengukuran produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas dapat digunakan untuk memprediksi potensi (produksi) ikan pelagis dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

P= BEn

keterangan P merupakan produksi ikan B merupakan produtivitas primer fitoplankton E merupakan eftsiensi ekologis dan n merupakan jumlah trophic level

PrOduktivitas Primer Fitoplankton Produktivitas primer fttoplankton ditentukan berdasarkan persamaan berikut (Pinckney

2004)

(02 BT)-(02 BA)xlOOOx0375NPP =

PQt)

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 3

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 16: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Jui

keterangan NPP merupakan produktivitas primer bersih (mg Cm3jam) 02BT merupakan pada botol terang (BT) setelah inkubasi (mgl) 02BG merupakan oksigen pad a botol gelap inkubasi (mgl) 02BA merupakan oksigen pada botol inisial (BI) (mgl) PO photosintetic quotient t merupakan waktu inkubasi Gam) 1000 merupakan konversi liter m 3 dan 0375 merupakan koefisien konversi oksigen menjadi carbon

Efisiensi Ekologis Efisiensi ekologis ikan pelagis keeil dengan trophic level 3 (lihat bagian 23) CIKetah

dengan menggunakan persamaan berikut (Lalli amp Parsons 1995)

E=f7s keterangan E adalah efisiensl ekologis () rroduksi ikan pelagis keeil (mg Cm26 bulan) dan B adalah produksi primer fitoplankton (mg Cm 16 bulan)

Trophic Level Trophic level diketahui darihasil analisa isi ~ambung ikan pelagis keel Analisa isi lambung

dllakukan dengan cara mengamblilkan pada 6 staslun bagan tancap sebanyak 30 ekor dari setiap jenis ikan pada berbagai ukuran pada setiap minggu Analisa isi lambung dilakukan dengan hanya mengidentifikasi setiap fraksi jenis makanan Setelah melakukan analisa makanan alami selanjutnya menentukan komponen-komponen penting dalam makanan setiap jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan software TrophLab2K Penentuan komponen suatu jenis ikan ditentukan berdasarkan komposisi makanan masing-masing bagian makanannya yang diperoleh dari hasil analisa isi lambung (Pauly et al 2000) Nilai makanan suatu jenis ikan adalah 1 (satu) ditambah dengan rata-rata jenis makanannya sehingga untuk ikan yang makanannya terdiri dan 2 kelompok atau beberapa kelompok dapat diketahui dengan persamaan berikut

troph = 1+IG

DC jj bull troph j j=1

keterangan DCi) adalah fraksi mangsa ke-I dalam makanan konsumer ke-I troph j adalah jenjang trophic ke-j dan G adalah jumlah group atau kelompok makanan dari i

Hasil dan Pembahasan

Biomassa Ikan Kelompok ikan pelagis keeil yang tertangkap pada penelitian ini terdiri dari ikan peperek

(Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) ikan tembang (Sardinela sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) Total ikan pelagis keeil yang tertangkap adalah sebesar 0015 ton per satu hektar (5 gram Cm26 bulan) Dari jumlah ini terlihat distribusi ikan pelagis kecil sangat bervariasi dengan jumlah tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya yang relatif rendah (Gambar 2) Perbedaan laju tangkap seperti yang disajikan pada Gambar 2 disinyalir disebabkan oleh perubahan kondisi cuaca selama musim penangkapan Pada bulan April sampai Juni di perairan teluk Banten sedang berlangsung musim peralihan I (hujan ke kemarau) Pada musim ini keeenderungan hari hujan dan eerah dapat dikatakan berimbang dan umumnya dieirikan oleh kodisi cuaea yang tidak menentu dengan angin dan ombak yang masih rata-rata relatif eepat dan tinggi Sedangkan pada bulan Julr sampai Agustus sedang berlangsung musim kemarau dengan keeenderungan had eerah sepanjang waktu dan umumnya dieirikan oleh kondisi euaea yang relatif tenang Kondisi dengan berbagai fenomena seperti inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan laju tangkap Uumlah

ikan) yang tertangkap setiap bulannya di perairan Teluk Banten

Semnaskan UGAlIKelaulanlKL-02 ~

~ ~ j

t c J ~ ~

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 17: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

I

Seminar Nasional Tahunan VI Hasi Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

Jng tiap nya mi ang kan )Ieh atu) dari

n9

erek )an9 lalah ikan ber

laju uaca dang I dan lentu n Juli erah ngan Imlah

1000

800 - OJ x --

~ 600 Q ro x c ro

400 -(i) ro I

200

0 April Mei Juni Juli Agustus September

Bulan

II Peperek E3 Kembung ra Tembang ramp1 Layang [] Teri

Gambar 2 Hasil tangkapan ikan (kg) dengan bagan taneap dan jaring di perairan Teluk Banten

Perbedaan laju tangkap ikan peJagis keeil seperti yang telah diuraikan di atas berdampak pula pada bervariasinya komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap selama enam bulan penangkapan (Gambar 3a 3b 3e 3d dan 3e) Sama halnya dengan jumlah ikan pelagis keeil yang tertangkap persentase jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di atas 20 terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b 3d dan 3e) Jenis ikan pelagis keeil yang relatif dominan terangkap terdiri dari ikan kembung dengan persentase 22 yang terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3b) ikan layang dengan persentase 23 yang hanya terjadi pada bulan Agustus (Gambar 3d) dan ikan teri dengan persentase 21 dan 24 yang seeara berurutan terjadi pada bulan Agustus dan September (Gambar 3e) Kondisi ini menunjukkan bahwa musim sangat berpengaruh pada distribusi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten Adanya keeenderungan yang memperiihatkan lebih dominannya jumlah ikan yang terangkap dengan persentase yang lebih tlnggi pada bulan Agustus dan September sebagai indikator bahwa musim penangkapan ikan pelagis keeil yang terbaik di perairan teluk Banten umumnya terjadi pada musim kemarau

0] ~ Semnaskan UGMKeautanlKL~02 5

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 18: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Peperek II April

0 Mei

Teri v 9O~) ~~~fffy

EJ Juli

[J Agustus

[3 September

Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Keautan 25 Juti

Kembung

~ Juni ( 1~~~~2~~ IJJf~~5

Tembang

Layang

Gambar 3 Komposisi jenis ikan pelagis keeil yang tertangkap dengan bagan tancap dan jaring di perairan Teluk Banten

Produktivitas Primer Fitoplankton Nilai produktivitas primer titoplankton selama enam bulan penelitian yang dilakukan pada

dUSi stasiun pengamatan berkisar dari 7063-78112 mg Cm2jam (Gambar 4) Dari Gambar 4 terlihat bahwa nilai produktivitas primer fitoplankton tertinggi terjadi pada bulan Mei pada kedua stasiun pengamatan baik di stasiun tengah satu maupun tengah dua yang secara berturut-turut sebesar 76701-78112 mg Cm2jam dengan persentase secara berturut-turut sebesar 431 dan 488 (Gam bar 5) Sedangkan nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan April terlihat lebih rendah dari bulan Mei yang hanya berkisar dan 15057-24939 mg Cm2jam Nilai produktivitas primer fitoplankton pada bulan ini tidak terlalu jauh berbeda dengan nilai produktivitas primer fitoplankton hasil pengukuran pada dua tahun sebelumnya yang dilakukan pada bulan dan stasiun yang sama dengan nilai yang diperolehn berkisar dari 33645-40965 mg Cm2jam (Alianto 2006) Dari Gambar 4 dan 5 terlihat pula bahwa nilai produktivitas primer titoplankton secara berangsurshyangsur mengalami penurunan pada bulan Juni Juli Agustus dan September dengan persentase secara berturut-turut sebesar 103 397225609 di stasiun tengah satu dan 823 5 182 103 di stasiun tengah dua

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 6

c

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 19: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

SeminarNasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

ada r 4 dua urut dan ~bih

itas mer iun (6) surshyase 5

6

80

70

E 60 ro

~ 50 () 40 C)

sect 30 CL

z CL 20

10

0 April Me Juni Juli Agustus September

Bulan

Gambar 4 Nilai produktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Nila produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah di uraikan di atas (Gambar 4 dan --5) bila dikelompokkan menurut musim terlihat lebih tinggi pad a musim peralihan I (hujan ke

kemarau) yang biasanya terjadi pada bulan April Mei dan Juni dengan nilai yang berkisar dari 13175-78112 mgCm2jam dan musim kemarau yang biasanya terjadi pada bulan Juli Agustus dan September dengan nilai yang berkisar dari 7063-40024 mg Cm2jam Tingginya nilai produktivitas primer fitoplankton pada musim peralihan ini berkaitan dengan keberadaan nutrien inorganik terlarut terutama dalam bentuk ammonia nitrat dan silikat di kedua stasiun ini yang berkorelasi positif (Alianto 2006 Alianto et al 2008a) Disamping itu distribusi bentuk-bentuk nutrien ini homogen di kolom perairan (Alianto et al 2008b) dengan rata-rata konsentrasi yang relatif tinggi pada musim peralihan dibandingkan dengan musim kemarau (data tidak ditampilkan) (A1ianto et al 2009)

6094

1 April L2l Mel o Juni EJ Juli [D Ajlustus t1 September

ST2ST1

Gambar 5 Persentase nita poduktivitas primer fitoplankton di bagian tengah perairan teluk Banten

Trophic Level Berdasarkan komposisi ikan yang tertangkap hanya ikan peperek dan kembung yang

diana lisa isi lambungnya Sedangkan tiga jenis ikan lainnya seperti ikan tembang layang dan ter Udak dianalisis karena jenis ikan ini tertangkap dalam volume yang rendah HasH analisa menunjukkan bahwa dalam lambung ikan peperek dan kembung lebih didominasi oleh fitoplankton dan hanya sebagian ked I zooplankton Hal in menunjukkan bahwa kedua jenis ikan ini adalah kelompok kan planktivorous (pemakan tumbuhan) Dari komposisi makanan yang diperoleh dari analisa isi lambung ini dapat ditentukan trophic level ikan pelagis keeil di perairan Teluk Banten

Semnaskan_UGMIKelautanlKL-02 7

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 20: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

keeil (ikan

Hal in

Seminar Nasional Tahunan 11 Hasif fenclifian fcrikwwl1 dan Kelallfan 25 Juli

~

adalah 3 trophic level Trophic level seperti ini umumnya hanya ditemukan pad a perairan ya subur (Lalli amp Parsons 1995) Trophic level ini terdiri dari fitoplankton sebagai trophic le~ pertama zooplankton herbivora sebagai trophic level sekunder dan ikan pelagis peperek dan kembung) sebagai trophic level ketiga Sedangkan efisiensi transfer dari fitoplankton sebagai trophic level pertama ke trophic level berikutnya adalah sebesar 12 (Gambar 6) menunjukkan bahwa seeara bersamaan energi yang hilang antara trophic level adalah sebesar 88

Fitoplankton (100 unit produksi)

Produktivitas primer bersih

Efisiensi 12 Zooplankton

(20 unit produksi) I

Ikan Peperek (1 unit produkSi

Ikan Kembung (1 unit produksi) J

Produksi ikan planktivorous

Gambar 6 Transfer energi pada ikan pelagis kedl yang dominan di perairan Teluk Banten

Potens Ikan Pelagis KeeN Dari beberapa uraian di atas (bagian 1 dan 2) menunjukkan bahwa keberadaan ikan

pelagis kecil sangat tergantung pad a produktivitas primer fitoplankton Pada Gambar 7 memperlihatkan bahwa pad a permulaan terjadinya peningkatan produktivitas primer fitoplankton pada awal bulan April sampai Mei terlihat belum diikuti oleh peningkatan produksi ikan pelagis keei Produksi ikan pelagis keeil mulai meningkat menjelang akhir bulan Mei seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Hal ini berarti bahwa fitoplankton yang terdapat di perairan mulai dimanfaatkan oleh ikan pelagis keeil sebagai sumber makannnya Produksi ikan pelagis keeil ini semakin meningkat pada bulan Juni sampai dengan Agustus seiring pula dengan mulai meningkatnya produktivitas primer fitoplankton secara perlahan-Iahan Peningkatan produksi ikan pelagis keeil mulai stabil pad a akhir bulan Agustus sampai dengan September seiring dengan mulai menurunnya produktivitas primer fitoplankton Potensi produksi ikan peagis keeil sampai dengan bulan September di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan berat basah 0304 gramha6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cfm216 bulan

Fenomena peningkatan produksi ikan pelagis keei yang selalu berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton seperti yang telah diuraikan di atas menunjukkan bahwa produkSi ikan pelagis keeil di perairan merupakan fungsi dari produktivitas primer fitoplankton Hal yang sama pernah pula dinyatakan oleh Ryther (1969) Cushing (1975) Pauly dan Christensen (1995) Lalli amp Parsons (1995) Miller (2006) bahwa produksi ikan di perairan sangat ditentukan oleh produktivitas primer fitoplankton sebagai rantai makanan dasar di perairan Selanjutnya Ryther (1969) menyatakan bahwa produksi musiman ikan anchovy paling tinggi ketika produktivitas primer fitoplankton meningkat dan sekitar 50 variasi jumlah larva anchovy ditentukan oleh variasl

produktivitas primer fitoplankton

s H n J J it b fi IE

ir d t h tE ( S

l

c C n Ie

c

A

SCIIl110skUI1 LGIKccl1ltal1lL-Ir 8

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 21: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasionai Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan 25 Juli 2009

80

70

60 E

(OJ 50rr E- 40

ltgt C) 30E

-

CL CL 20 z

10

0

I I I I I I I I I I I I I I I I I I I I

Ii p -cJJ bullI Ilcan pt kecil

J J

J I

J ~ ~pp

I bull IB bull

bullIt ~

Iabull ~6-

540

520

500

480

460

440

420

C)

e til 0 ro

(i) CL I ro

2

400

380

I

ikan lar 7 nkton elagis mulal pat di i ikan ~ngan

)duksi =ngan ampai bulan

orimer

engan Jduksi I yang 1995) 1 oleh Ryther primer variasi

L-O 8

April Mei Juni Juli Agustus September

Gambar 7 Produksi ikan pelagis keeil sebagai fungsi produktivitas primer fltoplankton

Kesimpulan dan Saran

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa puneak produksi ikan pelagis keeil seperti ikan peperek (Leognathus sp) ikan kembung (Rastrelliger sp) ikan layang (Decapterus sp) kan tembang (Sardinella sp) dan ikan teri (Stolephorus sp) di perairan teluk Banten terjadi pada musjm kemarau Hal inj terlihat dari terjadjnya penjngkatan produksi ikan pelagis kecil yang dimulai pada pertengahan musim peralihan I (Mei dan akhir Juni) sampai dengan memasuki puncak produksi pada akhir musim kemarau tepatnya pada bulan September Pad a akhir musim kemarau ini produksi ikan pelagis keeil di perairan teluk Banten diperkirakan sebesar 0608 gram Cm26 bulan atau setara dengan be rat basah 0304 gramhal6 bulan dengan nilai produktivitas primer fitoplankton sebesar 42241 mg Cm26 bulan Trophic level ikan pelagis keeil ini adalah 3 trophic level dengan tingkat efisiensi ekologis sebesar 12

Dari hasil penelitian ini terlihat masih ban yak kekurangan terutama yang berkaitan dengan informasi data produksi ikan pelagis keeil secara in situ di perairan Informasi data yang lengkap dan akurat dapat diperoleh jika terkumpul dalam jangka waktu yang panjang atau minimal satu tahun penelitian Berkaitan dengan hal ini maka sangat disarankan untuk melakukan penelitian tentang estimasi produksi ikan pelagis keeil melalui pengukuran produktivitas primer fitoplankton terutama pada musim peralihan I (September Oktober dan November) dan musim hujan (Januari Februari dan Maret) Hal ini dilakukan untuk mengetahui fluktuasi serta menentukan secara tepat puneak produksi ikan pelagis keeil dalam satu tahun tertentu di perairan teluk Banten

Ucapan Terima Kasih

Seeara khusus peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini melalui hibah bersaing serta nelayan perairan Teluk Banten yang telah banyak membantu pada pengumpulan data primer di lapangan

Daftar Pustaka

AJianto 2006 Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teluk Banten Tesis Institut Pertanian Bogor Bogor p 81

- EM Addiwilaga dan A Damar 2008a Produktivitas Primer Fitoplankton Keterkaitannya dengan Unsur Hara dan Cahaya di Perairan Teiuk Banten Jurnal IImu-lImu Perairan dan Perikanan Indonesia 15 21-26

Semnaskan UGMIKelautanlKL-02 9

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi
Page 22: estimasi potensi ikan pelagis kecil berbasis proouktivitas primer

Seminar Nasional Tahlmall VI Hasil Penelitian Perikanan dan KetalIan 25 Juli 2009

--------- EM Addiwilaga dan A Damar 2008b Variasi Spasial Konsentrasi Nutrien Terlarut---di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Makalah Seminar Nasional Kimia XVIII di Yogyakarta tanggal10 Juli 2008

--------- EM Addiwilaga A Damar dan E Harris 2009 Pengukuran Konsentrasi Nutrien Inorganik Terlarut di Zona Eufotik Perairan Teluk Banten Indonesian Journal of Chemistry Diajukan

Aqorau T 2003 Obligations to Protect Marine Ecosystems Under International Conventions and Other Legal Instruments In Responsible fisheries in the marine ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 25-40

BeerT 1997 Environmental Oceanography 2nd ed CRC Press Florida p 367

Cushing DH 1975 Marine Ecology and Fisheries Cambridge University Press London p278

FAO (Food and Agriculture Organization of the United Nations) 2003 Fisheries Management 2 The ecosystem approach to fisheries F AO Rome p 112

Gislason H 2003 The Effects of Fishing on Non-Target SpeCies and Ecosystem Structure and Function In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair and G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 255-274

Grahame J 1987 Plankton and Fisheries Edward Arnold London p 136

Jennins S M J Kaiser and JD Reynolds 2001 Marine Fisheries Ecology Blackwell Science Ltd London p417

Lagus A J Suomela G Weithoff K Heikkila H Helminen and J Sipura 2004 Species-Specific Differences in Phytoplankton Responses to 11 and P Enrichments and the NP ratio in the Archipelago Sea Northern Baltic Sea Plankton Research 26 779-798

Laevastu T and ML Hayes 1981 Fisheries Oceanography and Ecology Fishing News Books Ltd England p 199

----------- F Favorite 1988 Fishing and Stock Fluctuation Fishing News Books Ltd England p 239

Lalli CM and TR Parsons 1995 Biological Oceanography An Introduction ButterworthshyHeinemann Oxford p 301

Mathew S 2003 Small-Scale Fisheries Perspectives on an Ecosystem-Based Approach to Fisheries Management In Responsible Fisheries in the Marine Ecosystem M Sinclair amp G Valdimarsson (Eds) FAO and CABI London p 47-63

Miller CB 2004 Biological Oceanography Blackwell Science USA p 402

Parsons TR M Takahashi and B Hargrave 1984 Biological Oceanography Processes 3nd ed Pergamon Press Frankfurt p 330

Pauly D V Christensen 1995 Primary Production Required to Sustain Global Fisheries Nature 374 255-277

----------- R Froese dan ML Palomares 2000 Fishing Down Aquatic Food Webs American Science 88 46-51

Pinckney J 2004 Primary Production OCGN 642 Marine Biochemistry Lab Spring p 1-11

Ryther JH 1969 Photosynthesis and Fish Production in the Sea Science 166 72-76

Sellliloskan LCIKelallwn KL-O 10

  • 1
  • 2
  • 3
  • 4
  • 5
  • 6
  • 7
  • 8
  • 9
  • 10
  • 11
  • 12
  • 13
  • 14
  • isi