post traumatic stress disorder

5
Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) Oleh Anggita Oksyrana, 1206243192 Peristiwa yang tidak menyenangkan dapat terjadi dalam kehidupan seseorang tanpa dapat diprediksi dan dipersiapkan sebelumnya. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda ketika menghadapi peristiwa tidak menyenangkan ini. Pada beberapa orang, peristiwa tidak menyenangkan mengakibatkan trauma sehingga mereka tidak dapat menjalankan kehidupannya secara normal kembali seperti sebelum mengalami peristiwa. Mereka yang mengalami hal demikian disebut dengan post tramatik stress disorder. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah perkembangan karakteristik gejala yang terjadi setelah terpajan pengalaman tramatik yang ekstrem atau peristiwa bencana (Wong, 2002, dalam Buku Ajar Keperawatan Pediatrik). PTSD adalah gangguan kecemasan yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau pengalaman yang menakutkan atau mengerikan, sulit, dan tidak menyenangkan yang mangandung unsur penganiayaan fisik atau perasaan terancam (American Psychological Association, 2004). Dengan demikian, PTSD dapat disimpulkan sebagai gangguan psikis yang menunjukkan gejala kecemasan, kesedihan, ketakutan, dan ketidakberdayaan yang disebabkan oleh akumulasi pengalaman yang tidak menyenangkan (peristiwa traumatik) di masa lampau. Peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai peristiwa tramatik pada umumnya mengandung tiga elemen sebagai berikut (Jaffe, Segal, & Dumke, 2005). 1. Kejadian tidak dapat diprediksi. 2. Orang yang mengalami tidak siap untuk dihadapkan pada kejadian. 3. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh orang yang mengalami untuk mencegah terjadinya kejadian. A. Peristiwa Traumatik yang Dapat Menyebabkan PTSD Peristiwa traumatik yang dapat menyebabkan PTSD antara lain: Perang Bencana alam Kecelakaan Serangan teroris Kehilangan orang yang dicintai Tindakan kriminal Tindakan kekerasan fisik dan seksual Pengalaman masa kecil tidak menyenangkan

Upload: anggita-oksyrana

Post on 12-Jul-2015

693 views

Category:

Health & Medicine


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Post Traumatic Stress Disorder

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Oleh Anggita Oksyrana, 1206243192

Peristiwa yang tidak menyenangkan dapat terjadi dalam kehidupan seseorang tanpa dapat

diprediksi dan dipersiapkan sebelumnya. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda ketika

menghadapi peristiwa tidak menyenangkan ini. Pada beberapa orang, peristiwa tidak

menyenangkan mengakibatkan trauma sehingga mereka tidak dapat menjalankan kehidupannya

secara normal kembali seperti sebelum mengalami peristiwa. Mereka yang mengalami hal

demikian disebut dengan post tramatik stress disorder.

Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) adalah perkembangan karakteristik gejala yang

terjadi setelah terpajan pengalaman tramatik yang ekstrem atau peristiwa bencana (Wong, 2002,

dalam Buku Ajar Keperawatan Pediatrik).

PTSD adalah gangguan kecemasan yang dapat terbentuk dari sebuah peristiwa atau

pengalaman yang menakutkan atau mengerikan, sulit, dan tidak menyenangkan yang

mangandung unsur penganiayaan fisik atau perasaan terancam (American Psychological

Association, 2004).

Dengan demikian, PTSD dapat disimpulkan sebagai gangguan psikis yang menunjukkan

gejala kecemasan, kesedihan, ketakutan, dan ketidakberdayaan yang disebabkan oleh akumulasi

pengalaman yang tidak menyenangkan (peristiwa traumatik) di masa lampau.

Peristiwa yang dapat dikategorikan sebagai peristiwa tramatik pada umumnya mengandung

tiga elemen sebagai berikut (Jaffe, Segal, & Dumke, 2005).

1. Kejadian tidak dapat diprediksi.

2. Orang yang mengalami tidak siap untuk dihadapkan pada kejadian.

3. Tidak ada yang dapat dilakukan oleh orang yang mengalami untuk mencegah terjadinya

kejadian.

A. Peristiwa Traumatik yang Dapat Menyebabkan PTSD

Peristiwa traumatik yang dapat menyebabkan PTSD antara lain:

Perang

Bencana alam

Kecelakaan

Serangan teroris

Kehilangan orang yang dicintai

Tindakan kriminal

Tindakan kekerasan fisik dan seksual

Pengalaman masa kecil tidak menyenangkan

Page 2: Post Traumatic Stress Disorder

B. Tanda dan Gejala PTSD

Gejala PTSD dapat muncul secara tiba-tiba, bertahap, atau datang dan pergi sewaktu-waktu.

Gejala PTSD dapat dicetuskan oleh sesuatu yang mengingatkan seseorang akan peristiwa

traumatik, seperti suara gaduh, gambar, ucapan, atau bau. Ada tiga tipe utama gejala PTSD,

antara lain:

1. Merasakan kembali peristiwa tramatik (Re-experiencing)

Re-experienting peristiwa tramatik ditandai dengan hal-hal berikut.

Kesal kepada memori dari perisitiwa traumatik.

Flashback, berperan atau merasakan bahwa peristiwa tramatik sedang terjadi kembali.

Mimpi buruk, baik terkait dengan peristiwa maupun tidak.

Muncul gejala fisik ketika mengingat memori terkait peritiwa tramatik, seperti jantung

berdebar, napas cepat, mual, berkeringat, dan kejang otot.

2. Menghindar dari hal-hal yang dapat menggali memori trauma

Gejala perilaku yang ditunjukkan antara lain:

Menghindari kegiatan, tempat, berpikir, atau merasakan sesuatu yang dapat menggugah

ingatan tentang peristiwa traumatik.

Ketidakmampuan untuk mengingat aspek-aspek penting dari trauma.

Secara umum kehilangan ketertarikan akan hidup dan aktivitas.

Merasa lepas dari orang lain dan mati rasa emosional.

Merasa tidak memiliki masa depan.

3. Peningkatan kecemasan dan emosi

Gejala yang ditunjukkan antara lain:

Mengalami kesulitan merasakan kantuk dan tidak dapat tidur nyenyak.

Mudah marah.

Mengalami kesulitan konsentrasi.

Peningkatan kewaspadaan.

Sering merasa gelisah dan mudah terkejut.

Page 3: Post Traumatic Stress Disorder

Gejala lain yang dapat muncul pada PTSD

Mudah marah

Merasa bersalah, malu, atau menyalahkan diri

sendiri

Penyalahgunaan obat

Perasaan ketidakpercayaan dan

pengkhianatan

Depresi dan keputusasaan

Muncul pikiran dan keinginan bunuh

diri

Merasa terasing dan sendirian

Nyeri fisik

C. Faktor risiko PTSD

Meskipun tidak mungkin untuk memprediksi terjadinya PTSD terkait respon terhadap

trauma, terdapat beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kerentanan. Peristiwa traumatik

lebih berisiko menyebabkan PTSD ketika peristiwa traumatik tersebut menyebabkan ancaman

yang berat bagi keselamatan seseorang. Jika ancaman semakin ekstrim dan berkepanjangan,

risiko timbulnya PTSD sebagai respon trauma pun semakin meningkat. Faktor risiko yang

disebabkan oleh kesengajaan manusia seperti, tindakan kriminal dan kekerasan cenderung lebih

bisa menyebabkan trauma daripada peristiwa alam. Faktor risiko PTSD antara lain:

Pengalaman traumatis sebelumnya, terutama pada awal kehidupan.

Riwayat keluarga PTSD atau depresi.

Sejarah kekerasan fisik atau seksual.

Sejarah penyalahgunaan zat.

Sejarah depresi, kecemasan, atau penyakit mental lainnya.

Tingginya tingkat stres dalam kehidupan sehari-hari.

Kurangnya dukungan setelah trauma.

Kurangnya kemampuan koping.

D. Pengobatan untuk PTSD

Pengobatan untuk mengurangi gejala PTSD adalah dengan menghadapi trauma, bukan

menghindarinya, karena menghindari trauma sama saja dengan meneruskan gejala PTSD yang

dialami. Pengobatan PTSD akan mendorong penderita mengingat dan memproses emosi dan

sensasi yang dirasakan selama mengalami peristiwa asli. Pengobatan PTSD juga akan membantu

Page 4: Post Traumatic Stress Disorder

mengembalikan kontrol emosi dan mengurangi memori trauma kuat yang dialami dalam

kehidupan. Hal-hal yang dilakukan dalam pengobatan PTSD antara lain:

Menelusuri pikiran dan perasaan tentang trauma.

Menghadapi perasaan bersalah, menyalahkan diri sendiri, dan ketidakpercayaan.

Mempelajari cara untuk mengatasi dan mengendalikan memori yang mengganggu.

Mengidentifikasi sebab-sebab munculnya PTSD dalam hidup.

E. Tipe-tipe pengobatan untuk PTSD

1. Terapi yang berfokus pada trauma kognitif-perilaku

Terapi kognitif-perilaku untuk trauma dan PTSD dilakukan secara hati-hati dan bertahap

dalam mengekspos pikiran, perasaan, dan situasi yang mengingatkan penderita akan trauma.

Terapi ini mengidentifikasi trauma yang mengganggu khususnya pemikiran-pemikiran

menyimpang dan tidak rasional, dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih positif dan

rasional.

2. Terapi keluarga

PTSD tidak hanya memengaruhi penderita, tetapi juga keluarga. Terapi keluarga ini dapat

melatih kemampuan keluarga untuk membantu penderita memahami trauma yang dialaminya.

Terapi ini khususnya membantu setiap keluarga berkomunikasi lebih baik dalam

menyelesaikan masalah relationship yang disebabkan oleh gejala PTSD.

3. Terapi obat

Terapi dengan menggunakan obat juga dianjurkan dalam pengobatan PTSD. Obat-obatan

yang diresepkan untuk penderita ditujukan untuk meredakan gejala sekunder depresi atau

kecemasan. Antidepresan seperti Prozaac dan Zoloft adalah obat yang paling sering

digunakan untuk pengobatan PTSD. Antidepresan dapat membantu penderita mengurangi

rasa sedih, khawatir, dan cemas, tetapi tidak mengurangi penyebab PTSD.

4. EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing)

EMDR adalah terapi yang memasukkan unsur terapi kognitif-perilaku dengan gerakan

mata atau bentuk lain dari ritmis, stimulasi kiri-kanan, seperti keran tangan atau suara.

Gerakan mata dan bentuk bilateral lainnya menstimulus sistem pengolahan informasi otak

yang terganggu pada saat terjadi stres yang ekstrim.

Page 5: Post Traumatic Stress Disorder

F. Tindakan Keperawatan dalam Penanganan PTSD

1. Pengelolaan koping, yakni mengelola stresor yang membebani individu.

2. Pemulihan dari penganiayaan, yakni penyembuhan setelah mengalami penganiayaan.

3. Pengendalian impuls, yakni melatih kemampuan untuk menahan diri dari perilaku impulsif.

4. Konseling

Konseling merupakan bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan, masalah, atau

perasaan klien dengan orang yang berarti bagi klien untuk meningkatkan atau mendukung

kemampuan koping, penyelesaian masalah, dan hubungan interpersonal.

Tindakan keperawatan dilakukan dengan menunjukkan empati dan kehangatan.

Konseling juga menggunakan teknik refleksi dan klarifikasi untuk memfasilitasi pengungkapan

perasaan. Perawat menghindari pembuatan keputusan ketika klien sedang berada dalam keadaan

stres.

Referensi:

Adesla, Veronica. (2009). Post Traumatic Stress Disorder (PTSD): Kategori Klinis. Diunggah

pada 3 April 2009. Diakses dari http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=575

pada Sabtu, 5 Oktober 2013 Pukul 10.50.

Ford, Julian D. (2009). Posttramatik Stress Disorder: Scientific and Professional Dimensions.

USA: Elsevier.

Smith, Melinda, dan Jeanne Segal. (2013). Post-Tramatik Stress Disorder (PTSD): Symptoms,

Treatment, and Self-Help for PTSD. Diunggah pada Juni 2013. Diakses dari

http://www.helpguide.org/mental/post_tramatik_stress_disorder_symptoms_treatment.htm

pada Sabtu, 5 Oktober 2013 Pukul 10.43.