portofolio sindrom koroner akut fix
TRANSCRIPT
![Page 1: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/1.jpg)
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari , telah dipresentasikan portofolio oleh:Nama Peserta : dr. NurhidayatiDengan judul/topik : Sindrom Koroner AkutNama Pendamping : dr. Ferry FadillahNama Wahana : RSUD Malingping Banten
No. Nama Peserta Presentasi No. Tanda Tangan1 dr.Dessyta SN Aziz 1
2 dr.Lydia Amalia 2
3 dr.Meri Novita 3
4 dr.Rani Budiwidyaningrum 4
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
( )
![Page 2: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/2.jpg)
BORANG PORTOFOLIO
No. ID dan Nama Peserta: dr. Nurhidayati
No. ID dan Nama Wahana: RSUD Malingping
Topik: Sindrom Koroner Akut
Tanggal (kasus): 24 Agustus 2013
Tanggal Presentasi: 14 September 2013 Pendamping: dr. Ferry Fadillah
Tempat Presentasi: RSUD Malingping
Objektif Presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran TinjauanPustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pasien wanita, usia 55 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada sejak 1 jam
yang lalu.
Tujuan: Mendiagnosis dan menatalaksana pasien
Bahan Bahasan: TinjauanPustaka Riset Kasus Audit
Cara Membahas: Diskusi Presentasidan diskusi Email Pos
Data pasien: Nama: Ny. M Nomor registrasi: 050922
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Gambaran Klinis:
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1 jam SMRS. Nyeri dada dirasa- kan
timbul tiba-tiba saat sedang tidur. Nyeri dada dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan
menjalar sampai ke punggung. Nyeri dirasakan terus-terusan. Nyeri dirasakan lebih dari
20 menit. Pasien mengaku nyeri tidak dipengaruhi perubahan posisi. Nyeri tidak
bertambah berat ketika menarik napas maupun batuk. Sesak nafas, sakit kepala dan
berkeringat juga dirasakan pasien bersamaan dengan timbulnya nyeri dada. Pasien
menyangkal adanya mual, muntah, nyeri perut, dan demam. Pasien menyangkal adanya
bagian tubuh yang pernah bengkak.
Pasien pernah mengalami keluhan serupa sejak 2 tahun yang lalu. Pasien langsung
dibawa ke RS dan dikatakan memiliki penyakit jantung. Pasien rutin 1 bulan sekali
kontrol ke dokter spesialis jantung. Sejak saat itu pasien rutin mengkonsumsi obat
![Page 3: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/3.jpg)
jantung dari dokter. Pasien tidak membawa obatnya dan tidak tahu nama obat yang
diminumnya. Dikatakan ada obat darah tinggi yang di minum 1 kali sehari. Hari ini
pasien masih minum obat.
2. Riwayat Penyakit dahulu:
Riwayat asma disangkal.
Riwayat penyakit TB disangkal
Riwayat hipertensi ± 10 tahun yang lalu, terkontrol.
Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat merokok disangkal
Riwayat minum alkohol disangkal.
Riwayat alergi makanan, debu, obat, dll disangkal
3. Riwayat keluarga: Riwayat keluarga dengan keluhan sama disangkal
Riwayat alergi dalam keluarga disangkal
4. Riwayat kebiasaan dan pekerjaan: Ibu Rumah Tangga, pasien mengaku tidak
pernah pantang makan apapun, pasien sering makan jeroan dan santan, namun sudah
jarang sejak 2 tahun yang lalu. Pasien mengaku rutin melakukan olahraga ringan seperti
jalan kaki keliling. Pasien mengaku adanya masalah yang membuat stress.
5. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: pasien berasal dari keluarga cukup, lingkungan
rumah bersih, ventilasi baik.
DaftarPustaka:
1. Coven, L.D. 2011. Acute Coronary Syndrome. Medscape Reference.
2. Antman, E.M.,et al. 2008. ACC/AHA Guideline for the Management of Patient
With ST-Elevation Myocardial Infarction. Circulation. 117:296-329.
3. Santoso, K., et al.2010. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Jantung Lanjut
ACLS (Advanced Cardiac Life Support) Indonesia. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskuler Indonesia, Jakarta.
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Sindrom Koroner Akut
2. Tatalaksana Sindrom Koroner Akut
3. Mampu melakukan tindakan pertolongan pertama pada kasus sindrom koroner akut
![Page 4: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/4.jpg)
RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO
Subjektif:
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1 jam SMRS. Nyeri dada dirasa- kan
timbul tiba-tiba saat sedang tidur. Nyeri dada dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan menjalar
sampai ke punggung. Nyeri dirasakan terus-terusan. Nyeri dirasakan lebih dari 20 menit.
Pasien mengaku nyeri tidak dipengaruhi perubahan posisi. Nyeri tidak bertambah berat
ketika menarik napas maupun batuk. Sesak nafas, sakit kepala dan berkeringat juga
dirasakan pasien bersamaan dengan timbulnya nyeri dada.
Objektif:
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Kesadaran: Compos mentis
Keadaan gizi : BB : 55 kg ; TB : 165 cm
Tanda-tanda vital:
o Tekanan darah : 170/100 mmHg
o Nadi: 100x/menit
o Respirasi: 24x/menit
o Suhu : 38 , 9 C
Kepala : normochepali, simetris
Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+)
Hidung : Lapang, sekret -/-, darah (-/-)
Bibir : Mukosa bibir lembab
Gigi geligi : Baik, karies tidak ada.
Lidah : Tidak kotor, tremor (-)
Tonsil : T1 – T1, tidak hiperemis
Faring : Tidak hiperemis
Telinga : darah (-/-), secret (-/-)
![Page 5: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/5.jpg)
Leher : JVP (5-1) cmH2O, KGB tidak membesar
Thorax : jejas (-)
Paru-paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Stem fremitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi nafas dasar vesikuler, ronkhi -/- , wheezing -/-
Jantung
Inpeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : tampak datar
Palpasi : Lemas, hepar dan lien tak teraba, nyeri tekan epigastrium (+).
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Genitalia : Tidak diperiksa
Ekstrimitas : Akral hangat, sianosis tidak ada, cappilary reffil < 2 detik.
Pemeriksaan EKG:
Sinus rhytem, HR 100x/m, Gelombang QRS normal, Gelombang P normal, T inverted di
lead I, II, aVF, ST depresi di lead I, II, III, aVF, V4-V6.
Kesan: Old Infark Miokard Inferolateral.
Assessment:
Sindrom koroner akut (SKA) merupakan istilah terhadap sekumpulan penyakit arteri
koroner bersifat trombotik. Kelainan dasarnya adalah aterosklerosis yang akan
menyebabkan terjadinya plaque aterom. Pecahnya plaque aterom ini akan menimbulkan
trombus yang nantinya dapat menyebabkan iskemia sampai nekrosis miokar. Keadaan klinis
dari SKA meliputi angina tidak stabil, infark miokar akut ST elevasi (STEMI), infark
miokar akut non ST elevasi (NSTEMI) dan mati mendadak koroner. Infark miokar akut
merupakan salah satu bentuk dari sindrom koroner / iskemik miokardium akut, walaupun
![Page 6: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/6.jpg)
demikian IMA memiliki karakteristik tertentu sebagai akibat dari proses patobiologi yang
mendasarinya.
Tabel 1. Spektrum Klinis Sindrom Koroner
Gejala Klinis
Berikut merupakan gejala yang mengarah pada SKA:1. Nyeri dada bagian tengah atau kiri, seperti ditekan, diremas, dibakar, terasa penuh yang
terjadi dalam beberapa menit2. Nyeri tersebut dapat menjalar ke dagu, leher, bahu, punggung, atau kedua lengan3. Dapat disertai rasa mual, sempoyongan, berkeringat, berdebar-debar atau pun sesak
nafasHasil dari pemeriksaan fisik pasien dengan SKA dapat normal. Namun dapat pula ditemukan berbagai tanda berikut :1. Hipotensi, menunjukkan disfungsi ventrikuler2. Hipertensi, menunjukkan adanya respon katekolamin3. Diaphoresis, menunjukkan adanya respon katekolamin4. Edema, peningkatan tekanan vena jugularis, yang menunjukkan adanya gagal jantung5. HipoksemiaPemeriksaan kadar enzim:
Pada pemeriksaan laboratorium, peningkatan enzim atau isoenzim merupakan tanda
yang sensitif untuk kerusakan miokar, namun tidak ada yang betul-betul spesifik. Enzim–
enzim terpenting adalah creatine fosfokinase (CPK atau CK), serum glutamic oxaloacetic
transaminase (SGOT), lactic dehydrogenase (LDH) dan isoenzim creatine kinase
myocardial band (CK-MB) dan troponin .
Diagnosis Banding
Berbagai diagnosa banding sindrom koroner akut antara lain:
a. Mengancam jiwa dan perlu penanganan segera: diseksi aorta, perforasi ulkus
![Page 7: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/7.jpg)
peptikum atau saluran cerna, emboli paru, dan tension pneumothorax.
b. Non iskemik: miokarditis, perikarditis, kardiomyopati hipertropik, sindrom Brugada,
sindrom wolf-Parkinson-White.
c. Non kardiak: nyeri bilier, ulkus peptikum, ulkus duadenum, pleuritis, GERD, nyeri
otot dinding dada, serangan panik dan gangguan psikogenik.
Penatalaksanaan
1. Tindakan Umum
Prinsip penatalaksanaan SKA adalah mengembalikan aliran darah koroner dengan
trombolitik/ PTCA primer untuk menyelamatkan jantung dari infark miokard, membatasi
luasnya infark miokard, dan mempertahankan fungsi jantung. Penderita SKA perlu
penanganan segera mulai sejak di luar rumah sakit sampai di rumah sakit. Pengenalan SKA
dalam keadaan dini merupakan kemampuan yang harus dimiliki dokter/tenaga medis karena
akan memperbaiki prognosis pasien. Tenggang waktu antara mulai keluhan-diagnosis dini
sampai dengan mulai terapi reperfusi akan sangat mempengaruhi prognosis. Terapi IMA
harus dimulai sedini mungkin, reperfusi/rekanalisasi sudah harus terlaksana sebelum 4-6
jam.
Pasien yang telah ditetapkan sebagai penderita APTS/NSTEMI harus istirahat di ICCU
dengan pemantauan EKG kontinyu untuk mendeteksi iskemia dan aritmia. Oksigen
diberikan pada pasien dengan sianosis atau distres pernapasan. Perlu dilakukan pemasangan
oksimetri jari (finger pulse oximetry) atau evaluasi gas darah berkala untuk menetapkan
apakah oksigenisasi kurang (SaO2 <90%). Morfin sulfat diberikan bila keluhan pasien tidak
segera hilang dengan nitrat, bila terjadi edema paru dan atau bila pasien gelisah.
Penghambat ACE diberikan bila hipertensi menetap walaupun telah diberikan nitrat dan
penyekat-β pada pasien dengan disfungsi sistolik faal ventrikel kiri atau gagal jantung dan
pada pasien dengan diabetes. Dapat diperlukan intra-aortic ballon pump bila ditemukan
iskemia berat yang menetap atau berulang walaupun telah diberikan terapi medik atau bila
terdapat instabilitas hemodinamik berat.
2. Tata Laksana di Rumah Sakit
Instalasi Gawat Darurat
Pasien-pasien yang tiba di UGD, harus segera dievaluasi karena kita berpacu dengan waktu
dan bila makin cepat tindakan reperfusi dilakukan hasilnya akan lebih baik. Tujuannya
![Page 8: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/8.jpg)
adalah mencegah terjadinya infark miokard ataupun membatasi luasnya infark dan
mempertahankan fungsi jantung. Manajemen yang dilakukan adalah sebagai berikut
1. Dalam 10 menit pertama harus selesai dilaksanakan adalah:
a. pemeriksaan klinis dan penilaian rekaman EKG 12 sadapan,
b. periksa enzim jantung CK/CKMB atau CKMB/cTnT,
c. berikan segera: 02, infus NaCl 0,9% atau dekstrosa 5%,
d. pasang monitoring EKG secara kontiniu,
e. pemberian obat:
nitrat sublingual/transdermal/nitrogliserin intravena titrasi (kontraindikasi bila TD
sistolik < 90 mmHg), bradikardia (< 50 kali/menit), takikardia,
aspirin 160-325 mg: bila alergi/tidak responsif diganti dengan dipiridamol,
tiklopidin atau klopidogrel, dan
mengatasi nyeri: morfin 2,5 mg (2-4 mg) intravena, dapat diulang tiap 5 menit
sampai dosis total 20 mg atau petidin 25-50 mg intravena atau tramadol 25-50 mg
intravena.
2. Hasil penilaian EKG, bila:
a. Elevasi segmen ST > 0,1 mV pada 2 atau lebih sadapan ekstremitas berdampingan atau >
0,2 mV pada dua atau lebih sadapan prekordial berdampingan atau blok berkas (BBB) dan
anamnesis dicurigai adanya IMA maka sikap yang diambil adalah dilakukan reperfusi
dengan :
- terapi trombolitik bila waktu mulai nyeri dada sampai terapi < 12 jam, usia < 75 tahun dan
tidak ada kontraindikasi.
- angioplasti koroner (PTCA) primer bila fasilitas alat dan tenaga memungkinkan. PTCA
primer sebagai terapi alternatif trombolitik atau bila syok kardiogenik atau bila ada
kontraindikasi terapi trombolitik
b. Bila sangat mencurigai ada iskemia (depresi segmen ST, insersi T), diberi terapi anti-
iskemia, maka segera dirawat di ICCU; dan
c. EKG normal atau nondiagnostik, maka pemantauan dilanjutkan di UGD. Perhatikan
monitoring EKG dan ulang secara serial dalam pemantauan 12 jam pemeriksaan enzim
jantung dari mulai nyeri dada dan bila pada evaluasi selama 12 jam, bila:
- EKG normal dan enzim jantung normal, pasien berobat jalan untuk evaluasi stress test
![Page 9: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/9.jpg)
atau rawat inap di ruangan (bukan di ICCU), dan
- EKG ada perubahan bermakna atau enzim jantung meningkat, pasien dirawat di ICCU.
4. Manajemen pasien dengan NSTEMI atau UAP (Unstable Angina Pectoris)NSTEMI/UAP ditandai dengan adanya depresi segmen ST sebesar 1mm (0,1mV)
atau adanya inversi T yang simetris ≥ 1mm. Pasien NSTEMI dan UAP dapat dibedakan melalui pemeriksaan enzim jantung. Adanya kenaikan kadar, mengindikasikan adanya infark (NSTEMI). Namun penanganan keduanya mempunyai prinsip yang sama, yakni:1. Menilai status risiko
Pertama, kita nilai terlebih dahulu status risikonya. Apabila pasien masuk ke dalam kategori risiko tinggi, maka pilihan terapi adalah secara infasif dini. Pasien dalam risiko tinggi jika terdapat :- Nyeri dada iskemik berulang- Deviasi ST yang berulang- Ventrikel Takikardi- Hemodinamik tidak stabil- Adanya tanda gagal pompa
2. Tindakan invasif dini, yakni dengan melakukan angografi koroner dan revaskularisasi dalam 12 – 48 jam. Revaskularisasi dapat berupa PCI maupun CABG (Coronary Artery Bypass Grafting).
3. Sedangkan terapi konservatif pada pasien NSTEMI/UAP adalah dengan ONIMA + Heparin. Kemudian lakukuan EKG dan Cardiac Marker secara serial
Terapi tambahan pada pasien SKASelain terapi penanganan pertama yang telah dijelaskan sebelumnya dan reperfusi
dini, pasien dengan SKA perlu mendapatkan terapi tambahan sebagai berikut :1. ACE-Inhibitor / ARB
ACE-Inhibitor sebaiknya mulai diberikan pada 24 jam pertama dan dilanjutkan pada pasien paska-STEMI, yang bukan dengan risiko rendah. (Risiko rendah didefinisikan sebagai pasien dengan normal LVEF, risiko penyakit jantung yang terkontrol, atau yang telah menjalani terapi revaskularisasi, kecuali jika terdapat kontraindikasi. (Rekomendasi kelas I).
Pemberian ACE-Inhibitor pada pasien risiko rendah, dilakukan sesuai indikasi (Rekomendasi kelas IIa)
Dosis : - Lisinopril : 5mg segera, kemudian 5mg dalam 24 jam berikutnya,
dilanjutkan 10 mg/hari untuk 6 minggu paska STEMI- Captopril : dosis inisial 6,25mg, diikuti 12,5mg/dosis selama beberapa
hari berikutnya, kemudian ditingkatkan lagi 25mg/dosis, dan target yakni 50 mg/dosis. Masing-masing dosis tersebut diberikan 3x/hari.
2. β-blocker Penggunaan β-blocker pada setiap pasien dalam 24 jam pertama paska infark
![Page 10: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/10.jpg)
miokardium, SKA, atau disfungsi ventrrikel kiri bermanfaat, kecuali jika terdapat kontraindikasi. (Rekomendasi kelas 1)
Berdasar penelitian, pemberian B-blocker paska SKA akan mereduksi risiko mortalitas dini (dalam 7 hari) sebesar 14 %, dan juga mereduksi risiko mortalitas jangka panjang sebesar 23 %. Penggunaan obat ini juga dapat menurunkan risiko progresifitas suatu NSTEMI/UAP menjadi STEMI sebesar 13 %.
Dosis :- Atenolol : angina : 50-100mg/hari dalam 1 atau 2x pemberian. Diberikan
selama 6-9 hari paska infark- Propanolol : dosis inisial 20-40 mg/dosis, pemeliharaan 120-320mg/hari.
Pemberian 2x/hari3. HMG CoA reductase Inhibitor
Pengobatan dengan golongan statin akan bermanfaat dalam mengahambat pembentukan plak atherosclerotik lebih lanjut, dan juga akan membuat plak yang telah terbentuk, menjadi lebih stabil, sehingga risiko tejadinya thrombus dapat diperkecil. Peran statin sebagai penstabil plak dijalankan dengan menghambat ekspresi enzim matriks metalloproteinase yang dihasilkan oleh makrofag, sel endotel, dan sel otot polos pembuluh darah, di mana enzim tersebut dapat memecah komposisi dari ‘fiber caps’ dari suatu plak, sehingga menjadikan suatu plak rentan untuk ruptur.
4. Angiotensin Receptor Blocker (ARB) Terdapat manfaat pada penggunaan ARB pada pasien dengan intoleransi ACE-I,
yang mengalami hipertensi (Rekomendasi Kelas 1)5. Clopidogrel
Pada pasien paska-PCI dengan stent ‘bare metal’, clopidogrel sebaiknya diberikan untuk jangka waktu minimal 1 bulan, dan idealnya hingga 12 bulan (kecuali hanya jika terdapat risiko perdarahan, pemberian diberikan minimal 2 minggu) (Rekomendasi Kelas 1)
Dosis : Inisial 300mg/hari, dosis pemeliharaan 75 mg/hari
Plan:
Diagnostik kerja :
Pasien didiagnosis dengan Sindrom Koroner Akut (N-STEMI/ UAP)
Hipertensi gr II
Pengobatan:
Penanganan awal pasien diberikan sebagai berikut : ONIMA
- O : Oksigen 4 lpm- Ni : ISDN sublingual 5mg/5menit, max 3x pemberian- M : Morfin 2-4mg i.v tidak diberikan karena nyeri dada pada pasien sudah mereda
![Page 11: Portofolio Sindrom Koroner Akut Fix](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022081723/577cce5f1a28ab9e788de435/html5/thumbnails/11.jpg)
dengan pemberian ISDN sublingual.- A : Aspirin 160-325 mg tab kunyah- Captopril 1x25 mg
Pendidikan:
• Tujuan edukasi pada pasien:
1. Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit, penanganan, serta komplikasi dari
penyakit yang diderita oleh pasien.
2. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter
3. Diet Jantung sesuai AHA
• Asupan lemak maksimal < 25-35% total kalori/hari
• Asupan lemak jenuh maksimal < 7% dari total kalori
• Asupan cholesterol < 200mg/hari
• Asupan garam maksimal 2400mg/hari
4. Hindari Stres
Konsultasi dan Rujukan:
Pasien ini seharusnya dirujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas dokter penyakit
jantung dan ICCU, namun pasien menolak karena merasa sudah tidak nyeri dada.