portofolio kompartmen sindrom
DESCRIPTION
portoTRANSCRIPT
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA
RUMAH SAKIT PAMBALAH BATUNGAMUNTAI
Nama : SHELVY TUCUNAN
Dokter Pembimbing : dr. Nurul Ickhwan Sp.B
Dokter Pembimbing : dr. Badrus, dr.Anggy L
STATUS PASIEN
1. Identitas
Nama : Tn. J
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SMA
Status perkawinan : menikah
Alamat : Desa Tanta RT 01, Tanjung.
No.MR : 08.28.05
Tanggal Masuk : 28 Agustus 2015
2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 Agustus 2015, pukul
08.00 WITA
Keluhan Utama
Nyeri kaki kanan sejak 5 jam SMRS
Keluhan tambahan
Nyeri gerak (+) dan bengkak
Riwayat Penyakit Sekarang
5 jam SMRS Os tertimpa kayu pada kaki kanan os. tidak ada luka pada kaki kakan.
Sesampainya os di RSPB kaki kanan os dibidai.Nyeri yang dirasakan os semakin hebat
sejak 10-15 menit setelah kecelakaan, nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus
menerus di lengan kiri. Os mengaku tidak dapat menekuk lutut kanannya dan tidak dapat
menggerak jari-jari kaki kanannya karena kesemutan, os mengeluh kaki kanan dan jari-
jarinya terasa kebas dan terlihat pucat. Os menyangkal adanya gangguan BAB dan BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama seperti ini sebelumnya. Pasien
mengaku tidak mempunyai penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit tulang sendi,
asma, dan maag. Riwayat trauma dan operasi disangkal oleh pasien. Pasien mengaku
tidak memiliki alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit kencing manis,
darah tinggi, asma, dan penyakit jantung.
Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan saat ini.
Riwayat kebiasaan
Pasien rutin berolahraga 2x seminggu. Pasien tidak merokok dan tidak meminum
alkohol. Pemakaian narkoba disangkal oleh pasien.
3. Pemeriksaan Fisik2
A. PRIMARY SURVEY
Airway
Look: pasien dapat berbicara spontan, tidak terlihat adanya kesulitan bernafas, tidak
agitasi, tidak sianosis, tidak ada retraksi.
Listen: tidak ada suara nafas tambahan (seperti mendengkur, berkumur ataupun
bersiul), tidak ada disfonia, tidak berkata-kata kasar (gaduh gelisah).
Feel: trakea berada di tengah.
Breathing
Look : Pernapasan pasien spontan dan teratur. Tampak pergerakan hemitoraks kiri
dan kanan simetris. Tidak ada dispnea.
Listen : Suara nafas vesikuler, tidak ada takipnea.
Feel : Teraba gerakan kedua hemitorax simetris dengan RR 16x/menit
Circulation
Look: Pasien sadar, kulit tidak pucat
Listen: -
Feel: teraba nadi 60x/menit, teratur, isi cukup, equal kanan dan kiri. Akral hangat,
capillary refill > 2 detik, tekanan darah 120/80 mmHg
Disability
Look: dapat membuka mata spontan, dapat bergerak mengikuti perintah, pupil
isokor, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung +/+
Listen: dapat berkomunikasi normal
Feel: -
3
Exposure
Look: Tampak pembengkakan dan memar pada kaki kanan
Listen: -
Feel: nyeri tekan (+) pada kaki kanan, suhu tubuh 36,5° C
B. SECONDARY SURVEY
Keadaan Umum :
Compos mentis, tampak sakit sedang
Tanda Vital :
Tekanan darah: 120/80 mmHg
Nadi: 60 x/menit
RR: 16 x/menit
Suhu: 36,50C
Kepala : Normocephali, jejas (-), luka (-), udema (-), nyeri tekan (-)
Wajah : Simetris, jejas (-), luka (-), udema (-), nyeri tekan (-), gangguan saraf (-)
Mata : Ketajaman visus normal 6/6, pupil isokor dengan diameter 3 mm, konjungtiva
anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung
+/+, tidak terdapat adanya raccoon eye, gerak bola mata normal
Telinga : Normotia, keluar darah dari telinga (-), gangguan pendengaran (-), nyeri (-)
Hidung : Normosepta, keluar darah (-), gangguan penghidu (-), nyeri (-).
Mulut : Jejas (-), luka (-), udema mukosa (-), nyeri (-), gangguan saraf (-).
4
Lehe r: Jejas (-), luka (-), nyeri gerak (-), deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), JVP 5-
2 cmH2O
Thorax:
Inspeksi: jejas (-), luka (-), udema (-), perubahan bentuk (-)
Palpasi: nyeri tekan (-)
Paru :
Inspeksi : Gerak pada pernafasan simetris hemitorax kanan dan kiri, tidak ada
yang tertinggal
Palpasi : Vokal Fremitus dekstra dan sinistra sama, tidak ada krepitasi pada os
costae, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketuk (-)
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing(-/-)
Jantung :
Inspeksi : Tidak terlihat adanya pulsasi ictus cordis
Palpasi : ictus cordis pada sela iga
Perkusi: Konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, jejas (-), luka (-)
Auskultasi : Bising usus (+) 3x/menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, nyeri ketuk CVA (-)
Ekstremitas :
Superior : status lokalis
Inferior :
o Inspeksi: Jejas (-), luka (-), udema (-), 5
o Palpasi: nyeri tekan (-), nyeri gerak (-), kesemutan/rasa baal (-), krepitasi
(-), pulsasi a. poplitea (+)
C. Status Lokalis Regio kaki kanan
Look: Hematoma (-)
Blister (-)
Pucat dari 1/3 proksimal sampai ujung jari(+)
Luka terbuka (-)
Bengkak (+)
Deformitas angulasi (+) ke leteral
Deformitas shortening (-)
Deformitas rotasi eksterna (-)
Feel: Sensoris C5-T1 berkurang
Kulit dingin
Capillary refill > 2 detik
Pulsasi radialis lemah
Nyeri tekan (+)
Move: Aktif: ROM siku dan jari tidak bisa digerakkan
Pasif: terbatas karena nyeri
R L
True length Tidak dapat
dinilai
Tidak dapat
dinilai
Anatomical length 50 cm 48 cm
Apparent length Tidak dapat
dinilai
Tidak dapat
dinilai
LLD : 2 cm
4. Pemeriksaan penunjang
6
A. Pemeriksaan laboratorium:
HEMATOLOGI Hasil Nilai normal
Hb 12 13-15 g/dL
Leukosit 8000 5000-10.000 /uL
Hematokrit 40 40-48 %
Trombosit 333.000 150.000-400.000 /uL
FUNGSI HATI Hasil Nilai normal
SGOT 10 < 12U/l
SGPT 10 < 12U/l
FUNGSI GINJAL Hasil Nilai normal
Ureum 24 20-40 mg/dl
Kreatinin 1 0,5-1,5 mg/dl
5. RESUME
6. 5 jam SMRS Os tertimpa kayu pada kaki kanan os. tidak ada luka pada kaki kakan.
Sesampainya os di RSPB kaki kanan os dibidai.Nyeri yang dirasakan os semakin hebat
sejak 10-15 menit setelah kecelakaan, nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus
menerus di lengan kiri. Os mengaku tidak dapat menekuk lutut kanannya dan tidak dapat
menggerak jari-jari kaki kanannya karena kesemutan, os mengeluh kaki kanan dan jari-
jarinya terasa kebas dan terlihat pucat. Os menyangkal adanya gangguan BAB dan
Nyeri yang dirasakan os semakin hebat sejak 10-15 menit setelah kecelakaan,
nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus menerus di kaki kanan. Os mengaku
tidak dapat menekuk kaki kanannya.
Pada status lokalis regio kaki kanan didapatkan hematoma (-), bengkak (+),
deformitas angulasi (+) ke lateral, deformitas shortening (-), deformitas rotasi interna (-).
7
Pada perabaan didapatkan sensoris c5– T1 kurang, kulit dingin, capillary refill > 2 detik,
pulsasi radialis lemah, nyeri tekan (+). ROM lengan kiri terbatas karena nyeri. Pada
pemeriksaan radiologis, tampak jaringan lunak edema.
7. DIAGNOSIS KERJA :
Kompartemen syndrome cruris dextra
8. DIAGNOSIS BANDING : -
9. PEMERIKSAAN ANJURAN :
Ro Cruris Dextra
10. PENATALAKSANAAN :
Medikamentosa:
Infuse iv RL 20 tetes permenit
Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr
Injeksi Ketororac 3 x 1 gr
Injeksi Ranitidin 2 x 1 gr
Pro Rujuk
11. PROGNOSIS :
Ad vitam : ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
8
II.TINJAUAN PUSTAKA
Sindrom Kompartemen
A. Definisi
Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap
syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup. Hal ini
mengawali terjadinya peningkatan tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan
pembuluh darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.(1,2,4) Dapat dibagi menjadi akut,
subakut dan kronik (1)
B. Anatomi
Kompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, syaraf dan pembuluh
darah yang dibungkus oleh tulang dan fasia serta otot-otot yang masing-masing dibungkus
oleh epimisium.
9
Secara anatomi, sebagian besar kompartemen terletak dianggota gerak. Berdasarkan
letaknya, kompartemen terdiri dari beberapa macam, antara lain:
1. Anggota gerak atas
a. Lengan atas : terdapat kompartemen anterior dan posterior
b. Lengan bawah : terdapat tiga kompartemen , yaitu flexor superfisial, fleksor
profundus dan ekstensor
2. Anggota gerak bawah
a. Tungkai atas; terdapat tiga kompartemen, yaitu : anterior, medial dan posterior
b. Tungkai bawah : tedapat empat kompartemen, yaitu : kompartemen anterior,
lateral, posterior superfisial, dan posterior profundus
Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada daerah tungkai bawah (yaitu
kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial dan posterior profundus) serta lengan
atas (kompartemen volar dan dorsal). (1,2)
C. Frekuensi
1. Mortalitas/ Morbiditas
Kompartemen sindrom tergantung dari dua hal :
- Diagnosis
- Waktu antara terjadinya cidera sampai dilakukan penangan
Rorabeck dan Macnab melaporkan keberhasilam dekompresi untuk perbaikan perfusi
adalah 6 jam. (4)
2. Jenis Kelamin
Hasil penelitian study kasus oleh McQueen, sindrom kompartemen
didiagnosa lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan
kebanyakan pasien trauma adalah laki-laki. (4)
10
D. Etiologi
Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang kemudian
memicu timbullny sindrom kompartemen, yaitu antara lain:
1. Penurunan volume kompartemen kondisi ini disebabkan oleh:
• Penutupan defek fascia
• Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas
2. Peningkatan tekanan eksternal:
• Balutan yang terlalu ketat
• Berbaring di atas lengan
• Gips
3. Peningkatan tekanan pada struktur komparteman beberapa hal yang bisa
menyebabkan kondisi ini antara lain:
• Pendarahan atau Trauma vaskuler
• Peningkatan permeabilitas kapiler
• Penggunaan otot yang berlebihan
• Luka bakar
• Operasi
• Gigitan ular
• Obstruksi vena
Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera,
dimana 45 % kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak
bawah.(4,6)
E. Patofisiologi (1,2)
11
Sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang
menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan nekrosis
jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.
Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan
obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus
menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada
lagi darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam
kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya tekanan dalam kompartemen.
12
Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat.
Metsen mempelihatkan bahwa bila terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena
meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini
penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika
hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan
kerusakan ireversibel komponen tersebut.
Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada kompartemen sindrom yaitu, antara
lain:
a. Spasme arteri akibat peningkatan tekanan kompartemen
b.“Theori of critical closing pressure.”
Hal ini disebabkam oleh diameter pembuluh darah yang kecil dan tekanan mural
arteriol yang tinggi. Tekanan transmural secara signifikan berbeda ( tekanan arteriol-
tekanan jaringan), ini dibutuhkan untuk memelihara patensi aliran darah. Bila tekanan
tekanan jaringan meningkat atau tekanan arteriol menurun maka tidak ada lagi perbedaan
tekanan. Kondisi seperti ini dinamakan dengan tercapainya critical closing pressure.
Akibat selanjutnya adalah arteriol akan menutup
c. Tipisnya dinding vena
Karena dinding vena itu tipis, maka ketika tekanan jaringan melebihi tekanan
vena maka ia akan kolaps. Akan tetapi bila kemudian darah mengalir secara kontinyu dari
kapiler maka, tekanan vena akan meningkat lagi melebihi tekanan jaringan sehingga
drainase vena terbentuk kembali
McQueen dan Court-Brown berpendapat bahwa perbedaan tekanan diastolik dan
tekanan kompartemen yang kurang dari 30 mmHg mempunyai korelasi klinis dengan
sindrom kompartemen.
13
Patogenesis dari sindroma kompartemen kronik telah digambarkan oleh
Reneman. Otot dapat membesar sekitar 20% selama latihan dan akan menambah
peningkatan sementara dalam tekanan intra kompartemen. Kontraksi otot berulang dapat
meningkatkan tekanan intamuskular pada batas dimana dapat terjadi iskemia berulang.
Sindroma kompartemen kronik terjadi ketika tekanan antara kontraksi yang terus
menerus tetap tinggi dan mengganggu aliran darah. Sebagaimana terjadinya kenaikan
tekanan, aliran arteri selama relaksasi otot semakin menurun, dan pasien akan mengalami
kram otot. Kompartemen anterior dan lateral dari tungkai bagian bawah biasanya yang
kena
F. Manifestasi Klinis(6,9)
Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:
1. Pain (nyeri)
nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika
ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting.
Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada
anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak
dari biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang
spesifik dan sering.
2. Pallor (pucat)
diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daereah tersebut.
3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )
4. Parestesia (rasa kesemutan)
5. Paralysis
14
Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut
dengan hilangnya fungsi bagian yang terkena kompartemen sindrom.,
Sedangkan pada kompartemen syndrome akan timbul beberapa gejala khas,
antara lain:
a. Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olehraga. Biasanya setelah
berlari atau beraktivitas selama 20 menit.
b. Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30
menit.
c. Terjadi kelemahan atau atrofi otot.
G. Penegakan Diagnosa
Selain melalui gejala dan tanda yang ditimbulkannya, penegakan diagnosa
kompartemen syndrome dilakukan dengan pengukuran tekanan kompartemen.
Pengukuran intra kompartemen ini diperlukan pada pasien-pasien yang tidak sadar,
pasien yang tidak kooperatif, seperti anak-anak, pasien yang sulit berkomunikasi dan
pasien-pasien dengan multiple trauma seperti trauma kepala, medulla spinalis atau trauma
saraf perifer.
Tekanan kompartemen normalnya adalah 0. Perfusi yang tidak adekuat dan
iskemia relative ketika tekanan meningkat antara 10-30 mmHg dari tekanan diastolik.
Tidak ada perfusi yang efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan diastolik.(5)
H. Penanganan
Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi
neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah
dekompresi. Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun
beberapa hal, seperti timing, masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa
adanya disfungsi neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi
15
Penanganan kompartemen secara umum meliputi:
1. Terapi Medikal/non bedah
Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih dalam bentuk
dugaan sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:
a. Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian
kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan
aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia
b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan
pembalut kontriksi dilepas.
c. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat
perkembangan sindroma kompartemen
d. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah
e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat
mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,
dengan memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel
otot yang nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas
2.Terapi Bedah
16
Fasciotomi dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai > 30 mmHg.
Tujuan dilakukan tindakan ini adalah menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi
otot.
Jika tekanannya < 30 mm Hg maka tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan
diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi terus
dilakukan hingga fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera
lakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam.
Terdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi
ganda.Insisi ganda pada tungkai bawah paling sering digunakan karena lebih aman dan
lebih efektif, sedangkan insisi tunggal membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko
kerusakan arteri dan vena peroneal. (8,9)
17
I. Komplikasi
Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan
menimbulkan berbagai komplikasi antara lain:
1. Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen
2. Kontraktur volkman
merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya penanganan sindrom
kompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari, dan pergelangan tangan karena
adanya trauma pada lengan bawah
3. Trauma vascular
4. Gagal ginjal akut
5. Sepsis
6. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)(6)
J. Prognosis
18
Prognosis bisa baik sampai buruk, tergantung :
- Seberapa cepat penanganan kompartemen sindrom dilaksanakan
- Bagaimana komplikasi dapat terbentuk.
III.KORELASI TINJAUAN PUSTAKA DENGAN KASUS
Pada kasus ny.S, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis
fraktur pada 1/3 proksimal dari tulang ulna kiri, atau fraktur pada antebrachii. Fraktur pada
antebrachii baik fraktur terbuka maupun fraktur tertutup, seringkali menyebabkan sindroma
kompartemen pada antebrachii, dikarenakan pada antebrachii terdapat : terdapat tiga
kompartemen , yaitu flexor superfisial, fleksor profundus dan ekstensor. Pada kompartemen ini
dapat terjadi peningklatan tekanan yang diakibatkan oleh perdarahan atau adannya bengkak pada
jaringan sekitar sehingga menekan pembuluh darah, saraf, dan system limfatik sekitar
kompartemen, sehingga menemukan gejala 5p, yaitu:
- Pain ( nyeri)
- Parasthesia ( baal )
- Palor ( pucat)
- Pulselessness ( tidak bernadi )
- Paralysis ( lumpuh)
Dapat juga ditambah denga 1 p yaitu poikilotermia, yaitu gagalnya termoregulasi, sehingga
ekstremitas terasa dingin. Semua gejala pada sindroma kompartemen tersebut, didapatkan pada
pasien ini. Diperlukan pengukuran tekanan intrakompartemen dengan alat pressure transduser
modules yang terdapat pada mesin anastesi yang modern.
Pada pasien ini tindakan pencegahan berupa fasciotomy diperlukan untuk mencegah kerusakan
jaringan yang permanent pada lengan kirinnya
19
IV.Kesimpulan
Sindrom kompartemen (CS) adalah sebuah kondisi yang mengancam anggota tubuh dan
jiwa ; yang dapat diamati ketika tekanan perfusi dibawah jaringan yang tertutup, mengalami
penurunan. Secara tegas, saat sindrom kompartemen tidak teratasi maka tubuh akan mengalami
nekrosis jaringan ; gangguan fungsi yang permanen dan jika semakin berat ; dapat terjadi gagal
ginjal dan kematian. Walaupun fraktur pada tulang panjang merupakan penyebab tersering dari
kompartemen sindrom, trauma lainnya juga dapat menjadi penyebabnya. Lokasi yang dapat
mengalami sindrom kompartemen telah ditemukan di : tangan, lengan bawah, lengan atas, perut,
pantat, dan seluruh ekstremitas bawah. Hampir semua cedera dapat menyebabkan sindrom ini,
termasuk cedera akibat olahraga berat. Hal yang paling penting dokter didesak untuk selalu
waspada ketika berhadapan dengan keluhan nyeri pada ekstremitas.
20
Daftar pustaka
1. Wikipedia, the gree ensyclopedia. Compartment syndrom, available at :
http://en.wikipedia.org/wiki/Compartment_syndr... (diunduh bulan oktober 2011)
2. Medline Plus (2008). Compartement syndrome. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/articl... (diunduh bulan Oktober 2011)
3. Konstantakos EK, Dalstrom DJ, Nelles ME, Laughlin RT, Prayson MJ (December
2007). "Diagnosis and management of extremity compartment syndromes: an
orthopaedic perspective". Am Surg 73 (12): 1199–209. PMID 18186372. (diunduh
bulan Oktober 2011)
4. Richarf P(2009). Compartment syndrome, Extremity . Available at : "emedicine:
compartment syndrome". http://www.emedicine.com/EMERG/topic739.htm.
(Diunduh bulan Oktober 2011) 21
5. Undersea and Hyperbaric Medical Society. "Crush Injury, Compartment syndrome,
and other Acute Traumatic Ischemias". Available at :
http://www.uhms.org/ResourceLibrary/Indication... (Diunduh bulan Oktober 2011)
6. Syamjuhidayat, De Jong (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Hal 462; 853.
7. Compartemen syndrome, Available at :
http://www.scribd.com/doc/27320465/Compartment... ( Diunduh bulan Oktober
2011)
8. Compartement syndrom,, Available at :
http://ww:answer.com/topic/compartementsyndrom (Diunduh bulan Oktober 2011)
9. Compartement syndrom, http://emedicinemedscape.com/article/1269081-o...
(Diunduh bulan Oktober 2011)
22