portofolio kompartmen sindrom

30
PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA RUMAH SAKIT PAMBALAH BATUNG AMUNTAI Nama : SHELVY TUCUNAN Dokter Pembimbing : dr. Nurul Ickhwan Sp.B Dokter Pembimbing : dr. Badrus, dr.Anggy L STATUS PASIEN 1. Identitas Nama : Tn. J Umur : 39 tahun Agama : Islam Pendidikan terakhir : SMA Status perkawinan : menikah Alamat : Desa Tanta RT 01, Tanjung. No.MR : 08.28.05 Tanggal Masuk : 28 Agustus 2015 2. Anamnesis Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 Agustus 2015, pukul 08.00 WITA

Upload: shelvy-tucunan

Post on 11-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

porto

TRANSCRIPT

Page 1: Portofolio Kompartmen sindrom

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

RUMAH SAKIT PAMBALAH BATUNGAMUNTAI

Nama : SHELVY TUCUNAN

Dokter Pembimbing : dr. Nurul Ickhwan Sp.B

Dokter Pembimbing : dr. Badrus, dr.Anggy L

STATUS PASIEN

1. Identitas

Nama : Tn. J

Umur : 39 tahun

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

Status perkawinan : menikah

Alamat : Desa Tanta RT 01, Tanjung.

No.MR : 08.28.05

Tanggal Masuk : 28 Agustus 2015

2. Anamnesis

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 28 Agustus 2015, pukul

08.00 WITA

Keluhan Utama

Nyeri kaki kanan sejak 5 jam SMRS

Page 2: Portofolio Kompartmen sindrom

Keluhan tambahan

Nyeri gerak (+) dan bengkak

Riwayat Penyakit Sekarang

5 jam SMRS Os tertimpa kayu pada kaki kanan os. tidak ada luka pada kaki kakan.

Sesampainya os di RSPB kaki kanan os dibidai.Nyeri yang dirasakan os semakin hebat

sejak 10-15 menit setelah kecelakaan, nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus

menerus di lengan kiri. Os mengaku tidak dapat menekuk lutut kanannya dan tidak dapat

menggerak jari-jari kaki kanannya karena kesemutan, os mengeluh kaki kanan dan jari-

jarinya terasa kebas dan terlihat pucat. Os menyangkal adanya gangguan BAB dan BAK.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama seperti ini sebelumnya. Pasien

mengaku tidak mempunyai penyakit darah tinggi, kencing manis, penyakit tulang sendi,

asma, dan maag. Riwayat trauma dan operasi disangkal oleh pasien. Pasien mengaku

tidak memiliki alergi.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai riwayat penyakit kencing manis,

darah tinggi, asma, dan penyakit jantung.

Riwayat Pengobatan

Pasien mengaku tidak mengkonsumsi obat-obatan saat ini.

Riwayat kebiasaan

Pasien rutin berolahraga 2x seminggu. Pasien tidak merokok dan tidak meminum

alkohol. Pemakaian narkoba disangkal oleh pasien.

3. Pemeriksaan Fisik2

Page 3: Portofolio Kompartmen sindrom

A. PRIMARY SURVEY

Airway

Look: pasien dapat berbicara spontan, tidak terlihat adanya kesulitan bernafas, tidak

agitasi, tidak sianosis, tidak ada retraksi.

Listen: tidak ada suara nafas tambahan (seperti mendengkur, berkumur ataupun

bersiul), tidak ada disfonia, tidak berkata-kata kasar (gaduh gelisah).

Feel: trakea berada di tengah.

Breathing

Look : Pernapasan pasien spontan dan teratur. Tampak pergerakan hemitoraks kiri

dan kanan simetris. Tidak ada dispnea.

Listen : Suara nafas vesikuler, tidak ada takipnea.

Feel : Teraba gerakan kedua hemitorax simetris dengan RR 16x/menit

Circulation

Look: Pasien sadar, kulit tidak pucat

Listen: -

Feel: teraba nadi 60x/menit, teratur, isi cukup, equal kanan dan kiri. Akral hangat,

capillary refill > 2 detik, tekanan darah 120/80 mmHg

Disability

Look: dapat membuka mata spontan, dapat bergerak mengikuti perintah, pupil

isokor, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung +/+

Listen: dapat berkomunikasi normal

Feel: -

3

Page 4: Portofolio Kompartmen sindrom

Exposure

Look: Tampak pembengkakan dan memar pada kaki kanan

Listen: -

Feel: nyeri tekan (+) pada kaki kanan, suhu tubuh 36,5° C

B. SECONDARY SURVEY

Keadaan Umum :

Compos mentis, tampak sakit sedang

Tanda Vital :

Tekanan darah: 120/80 mmHg

Nadi: 60 x/menit

RR: 16 x/menit

Suhu: 36,50C

Kepala : Normocephali, jejas (-), luka (-), udema (-), nyeri tekan (-)

Wajah : Simetris, jejas (-), luka (-), udema (-), nyeri tekan (-), gangguan saraf (-)

Mata : Ketajaman visus normal 6/6, pupil isokor dengan diameter 3 mm, konjungtiva

anemis -/-, sclera ikterik -/-, reflek cahaya langsung +/+, reflek cahaya tidak langsung

+/+, tidak terdapat adanya raccoon eye, gerak bola mata normal

Telinga : Normotia, keluar darah dari telinga (-), gangguan pendengaran (-), nyeri (-)

Hidung : Normosepta, keluar darah (-), gangguan penghidu (-), nyeri (-).

Mulut : Jejas (-), luka (-), udema mukosa (-), nyeri (-), gangguan saraf (-).

4

Page 5: Portofolio Kompartmen sindrom

Lehe r: Jejas (-), luka (-), nyeri gerak (-), deviasi trakea (-), pembesaran KGB (-), JVP 5-

2 cmH2O

Thorax:

Inspeksi: jejas (-), luka (-), udema (-), perubahan bentuk (-)

Palpasi: nyeri tekan (-)

Paru :

Inspeksi : Gerak pada pernafasan simetris hemitorax kanan dan kiri, tidak ada

yang tertinggal

Palpasi : Vokal Fremitus dekstra dan sinistra sama, tidak ada krepitasi pada os

costae, nyeri tekan (-)

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketuk (-)

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing(-/-)

Jantung :

Inspeksi : Tidak terlihat adanya pulsasi ictus cordis

Palpasi : ictus cordis pada sela iga

Perkusi: Konfigurasi jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ I dan II regular, murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi : Datar, jejas (-), luka (-)

Auskultasi : Bising usus (+) 3x/menit

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-)

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen, nyeri ketuk CVA (-)

Ekstremitas :

Superior : status lokalis

Inferior :

o Inspeksi: Jejas (-), luka (-), udema (-), 5

Page 6: Portofolio Kompartmen sindrom

o Palpasi: nyeri tekan (-), nyeri gerak (-), kesemutan/rasa baal (-), krepitasi

(-), pulsasi a. poplitea (+)

C. Status Lokalis Regio kaki kanan

Look: Hematoma (-)

Blister (-)

Pucat dari 1/3 proksimal sampai ujung jari(+)

Luka terbuka (-)

Bengkak (+)

Deformitas angulasi (+) ke leteral

Deformitas shortening (-)

Deformitas rotasi eksterna (-)

Feel: Sensoris C5-T1 berkurang

Kulit dingin

Capillary refill > 2 detik

Pulsasi radialis lemah

Nyeri tekan (+)

Move: Aktif: ROM siku dan jari tidak bisa digerakkan

Pasif: terbatas karena nyeri

R L

True length Tidak dapat

dinilai

Tidak dapat

dinilai

Anatomical length 50 cm 48 cm

Apparent length Tidak dapat

dinilai

Tidak dapat

dinilai

LLD : 2 cm

4. Pemeriksaan penunjang

6

Page 7: Portofolio Kompartmen sindrom

A. Pemeriksaan laboratorium:

HEMATOLOGI Hasil Nilai normal

Hb 12 13-15 g/dL

Leukosit 8000 5000-10.000 /uL

Hematokrit 40 40-48 %

Trombosit 333.000 150.000-400.000 /uL

FUNGSI HATI Hasil Nilai normal

SGOT 10 < 12U/l

SGPT 10 < 12U/l

FUNGSI GINJAL Hasil Nilai normal

Ureum 24 20-40 mg/dl

Kreatinin 1 0,5-1,5 mg/dl

5. RESUME

6. 5 jam SMRS Os tertimpa kayu pada kaki kanan os. tidak ada luka pada kaki kakan.

Sesampainya os di RSPB kaki kanan os dibidai.Nyeri yang dirasakan os semakin hebat

sejak 10-15 menit setelah kecelakaan, nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus

menerus di lengan kiri. Os mengaku tidak dapat menekuk lutut kanannya dan tidak dapat

menggerak jari-jari kaki kanannya karena kesemutan, os mengeluh kaki kanan dan jari-

jarinya terasa kebas dan terlihat pucat. Os menyangkal adanya gangguan BAB dan

Nyeri yang dirasakan os semakin hebat sejak 10-15 menit setelah kecelakaan,

nyeri yang dirasakan os tajam dan dirasakan terus menerus di kaki kanan. Os mengaku

tidak dapat menekuk kaki kanannya.

Pada status lokalis regio kaki kanan didapatkan hematoma (-), bengkak (+),

deformitas angulasi (+) ke lateral, deformitas shortening (-), deformitas rotasi interna (-).

7

Page 8: Portofolio Kompartmen sindrom

Pada perabaan didapatkan sensoris c5– T1 kurang, kulit dingin, capillary refill > 2 detik,

pulsasi radialis lemah, nyeri tekan (+). ROM lengan kiri terbatas karena nyeri. Pada

pemeriksaan radiologis, tampak jaringan lunak edema.

7. DIAGNOSIS KERJA :

Kompartemen syndrome cruris dextra

8. DIAGNOSIS BANDING : -

9. PEMERIKSAAN ANJURAN :

Ro Cruris Dextra

10. PENATALAKSANAAN :

Medikamentosa:

Infuse iv RL 20 tetes permenit

Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr

Injeksi Ketororac 3 x 1 gr

Injeksi Ranitidin 2 x 1 gr

Pro Rujuk

11. PROGNOSIS :

Ad vitam : ad malam

Ad fungsionam : dubia ad malam

Ad sanationam : dubia ad malam

8

Page 9: Portofolio Kompartmen sindrom

II.TINJAUAN PUSTAKA

Sindrom Kompartemen

A. Definisi

Sindroma kompartemen merupakan suatu kondisi dimana terjadi penekanan terhadap

syaraf, pembuluh darah dan otot didalam kompatement osteofasial yang tertutup. Hal ini

mengawali terjadinya peningkatan tekanan interstisial, kurangnya oksigen dari penekanan

pembuluh darah, dan diikuti dengan kematian jaringan.(1,2,4) Dapat dibagi menjadi akut,

subakut dan kronik (1)

B. Anatomi

Kompartemen osteofasial merupakan ruangan yang berisi otot, syaraf dan pembuluh

darah yang dibungkus oleh tulang dan fasia serta otot-otot yang masing-masing dibungkus

oleh epimisium.

9

Page 10: Portofolio Kompartmen sindrom

Secara anatomi, sebagian besar kompartemen terletak dianggota gerak. Berdasarkan

letaknya, kompartemen terdiri dari beberapa macam, antara lain:

1. Anggota gerak atas

a. Lengan atas : terdapat kompartemen anterior dan posterior

b. Lengan bawah : terdapat tiga kompartemen , yaitu flexor superfisial, fleksor

profundus dan ekstensor

2. Anggota gerak bawah

a. Tungkai atas; terdapat tiga kompartemen, yaitu : anterior, medial dan posterior

b. Tungkai bawah : tedapat empat kompartemen, yaitu : kompartemen anterior,

lateral, posterior superfisial, dan posterior profundus

Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada daerah tungkai bawah (yaitu

kompartemen anterior, lateral, posterior superfisial dan posterior profundus) serta lengan

atas (kompartemen volar dan dorsal). (1,2)

C. Frekuensi

1. Mortalitas/ Morbiditas

Kompartemen sindrom tergantung dari dua hal :

- Diagnosis

- Waktu antara terjadinya cidera sampai dilakukan penangan

Rorabeck dan Macnab melaporkan keberhasilam dekompresi untuk perbaikan perfusi

adalah 6 jam. (4)

2. Jenis Kelamin

Hasil penelitian study kasus oleh McQueen, sindrom kompartemen

didiagnosa lebih sering pada laki-laki dibanding perempuan. Hal ini dikarenakan

kebanyakan pasien trauma adalah laki-laki. (4)

10

Page 11: Portofolio Kompartmen sindrom

D. Etiologi

Terdapat berbagai penyebab dapat meningkatkan tekanan jaringan lokal yang kemudian

memicu timbullny sindrom kompartemen, yaitu antara lain:

1. Penurunan volume kompartemen kondisi ini disebabkan oleh:

• Penutupan defek fascia

• Traksi internal berlebihan pada fraktur ekstremitas

2. Peningkatan tekanan eksternal:

• Balutan yang terlalu ketat

• Berbaring di atas lengan

• Gips

3. Peningkatan tekanan pada struktur komparteman beberapa hal yang bisa

menyebabkan kondisi ini antara lain:

• Pendarahan atau Trauma vaskuler

• Peningkatan permeabilitas kapiler

• Penggunaan otot yang berlebihan

• Luka bakar

• Operasi

• Gigitan ular

• Obstruksi vena

Sejauh ini penyebab sindroma kompartemen yang paling sering adalah cedera,

dimana 45 % kasus terjadi akibat fraktur, dan 80% darinya terjadi di anggota gerak

bawah.(4,6)

E. Patofisiologi (1,2)

11

Page 12: Portofolio Kompartmen sindrom

Sindrom kompartemen melibatkan hemostasis jaringan lokal normal yang

menyebabkan peningkatan tekanan jaringan, penurunan aliran darah kapiler, dan nekrosis

jaringan lokal yang disebabkan hipoksia.

Tanpa memperhatikan penyebabnya, peningkatan tekanan jaringan menyebabkan

obstruksi vena dalam ruang yang tertutup. Peningkatan tekanan secara terus menerus

menyebabkan tekanan arteriolar intramuskuler bawah meninggi. Pada titik ini, tidak ada

lagi darah yang akan masuk ke kapiler sehingga menyebabkan kebocoran ke dalam

kompartemen, yang diikuti oleh meningkatnya  tekanan dalam kompartemen.

12

Page 13: Portofolio Kompartmen sindrom

Penekanan terhadap saraf perifer disekitarnya akan menimbulkan nyeri hebat.

Metsen mempelihatkan bahwa bila terjadi peningkatan intrakompartemen, tekanan vena

meningkat. Setelah itu, aliran darah melalui kapiler akan berhenti. Dalam keadaan ini

penghantaran oksigen juga akan terhenti, Sehingga terjadi hipoksia jaringan (pale). Jika

hal ini terus berlanjut, maka terjadi iskemia otot dan nervus, yang akan menyebabkan

kerusakan ireversibel komponen tersebut.

Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia pada kompartemen sindrom yaitu, antara

lain:

a. Spasme arteri akibat peningkatan tekanan kompartemen

b.“Theori of critical closing pressure.”

Hal ini disebabkam oleh diameter pembuluh darah yang kecil dan tekanan mural

arteriol yang tinggi. Tekanan transmural secara signifikan berbeda ( tekanan arteriol-

tekanan jaringan), ini dibutuhkan untuk memelihara patensi aliran darah. Bila tekanan

tekanan jaringan meningkat atau tekanan arteriol menurun maka tidak ada lagi perbedaan

tekanan. Kondisi seperti ini dinamakan dengan tercapainya critical closing pressure.

Akibat  selanjutnya adalah arteriol akan menutup

c. Tipisnya dinding vena

              Karena dinding vena itu tipis, maka ketika tekanan jaringan melebihi tekanan

vena maka ia akan kolaps. Akan tetapi bila kemudian darah mengalir secara kontinyu dari

kapiler maka, tekanan vena akan meningkat lagi melebihi tekanan jaringan sehingga

drainase vena terbentuk kembali

  McQueen dan Court-Brown berpendapat bahwa perbedaan tekanan diastolik dan

tekanan kompartemen yang kurang dari 30 mmHg mempunyai korelasi klinis dengan

sindrom kompartemen.

13

Page 14: Portofolio Kompartmen sindrom

Patogenesis dari sindroma kompartemen kronik telah digambarkan oleh

Reneman. Otot dapat membesar sekitar 20% selama latihan dan akan menambah

peningkatan sementara dalam tekanan intra kompartemen. Kontraksi otot berulang dapat

meningkatkan tekanan intamuskular pada batas dimana dapat terjadi iskemia berulang.

Sindroma kompartemen kronik terjadi ketika tekanan antara kontraksi yang terus

menerus tetap tinggi dan mengganggu aliran darah. Sebagaimana terjadinya kenaikan

tekanan, aliran arteri selama relaksasi otot semakin menurun, dan pasien akan mengalami

kram otot. Kompartemen anterior dan lateral dari tungkai bagian bawah biasanya yang

kena

F. Manifestasi Klinis(6,9)

Gejala klinis yang terjadi pada syndrome kompartemen dikenal dengan 5 P yaitu:

1. Pain (nyeri)

nyeri yang hebat saat peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika

ada trauma langsung. Nyeri merupakan gejala dini yang paling penting.

Terutama jika munculnya nyeri tidak sebanding dengan keadaan klinik (pada

anak-anak tampak semakin gelisah atau memerlukan analgesia lebih banyak

dari biasanya). Otot yang tegang pada kompartemen merupakan gejala yang

spesifik dan sering.

2. Pallor (pucat)

diakibatkan oleh menurunnya perfusi ke daereah tersebut.

3. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi )

4. Parestesia (rasa kesemutan)

5. Paralysis

14

Page 15: Portofolio Kompartmen sindrom

Merupakan tanda lambat akibat menurunnya sensasi saraf yang berlanjut

dengan hilangnya fungsi bagian yang terkena kompartemen sindrom.,

Sedangkan pada kompartemen syndrome akan timbul beberapa gejala khas,

antara lain:

a. Nyeri yang timbul saat aktivitas, terutama saat olehraga. Biasanya setelah

berlari atau beraktivitas selama 20 menit.

b. Nyeri bersifat sementara dan akan sembuh setelah beristirahat 15-30

menit.

c. Terjadi kelemahan atau atrofi otot.

G. Penegakan Diagnosa

Selain melalui gejala dan tanda yang ditimbulkannya, penegakan diagnosa

kompartemen syndrome dilakukan dengan pengukuran tekanan kompartemen.

Pengukuran intra kompartemen ini diperlukan pada pasien-pasien yang tidak sadar,

pasien yang tidak kooperatif, seperti anak-anak, pasien yang sulit berkomunikasi dan

pasien-pasien dengan multiple trauma seperti trauma kepala, medulla spinalis atau trauma

saraf perifer.

Tekanan kompartemen normalnya adalah 0. Perfusi yang tidak adekuat dan

iskemia relative ketika tekanan meningkat antara 10-30 mmHg dari tekanan diastolik.

Tidak ada perfusi yang efektif ketika tekanannya sama dengan tekanan diastolik.(5)

H. Penanganan

Tujuan dari penanganan sindrom kompartemen adalah mengurangi defisit fungsi

neurologis dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah lokal, melalui bedah

dekompresi. Walaupun fasciotomi disepakati sebagai terapi yang terbaik, namun

beberapa hal, seperti timing, masih diperdebatkan. Semua ahli bedah setuju bahwa

adanya disfungsi neuromuskular adalah indikasi mutlak untuk melakukan fasciotomi

15

Page 16: Portofolio Kompartmen sindrom

Penanganan kompartemen secara umum meliputi:

1.       Terapi Medikal/non bedah

Pemilihan terapi ini adalah jika diagnosa kompartemen masih dalam bentuk

dugaan sementara. Berbagai bentuk terapi ini meliputi:

a. Menempatkan kaki setinggi jantung, untuk mempertahankan ketinggian

kompartemen yang minimal, elevasi dihindari karena dapat menurunkan

aliran darah dan akan lebih memperberat iskemia

b. Pada kasus penurunan ukuran kompartemen, gips harus di buka dan

pembalut kontriksi dilepas.

c. Pada kasus gigitan ular berbisa, pemberian anti racun dapat menghambat

perkembangan sindroma kompartemen

d. Mengoreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah

e. Pada peningkatan isi kompartemen, diuretik dan pemakainan manitol dapat

mengurangi tekanan kompartemen. Manitol mereduksi edema seluler,

dengan memproduksi kembali energi seluler yang normal dan mereduksi sel

otot yang nekrosis melalui kemampuan dari radikal bebas

2.Terapi Bedah

16

Page 17: Portofolio Kompartmen sindrom

            Fasciotomi  dilakukan jika tekanan intrakompartemen mencapai > 30 mmHg.

Tujuan dilakukan tindakan ini adalah  menurunkan tekanan dengan memperbaiki perfusi

otot.

Jika tekanannya < 30 mm Hg maka tungkai cukup diobservasi dengan cermat dan

diperiksa lagi pada jam-jam berikutnya. Kalau keadaan tungkai membaik, evaluasi terus

dilakukan hingga fase berbahaya terlewati. Akan tetapi jika memburuk maka segera

lakukan fasciotomi. Keberhasilan dekompresi untuk perbaikan perfusi adalah 6 jam.

Terdapat dua teknik dalam fasciotomi yaitu teknik insisi tunggal dan insisi

ganda.Insisi ganda pada tungkai bawah paling sering digunakan karena lebih aman dan

lebih efektif, sedangkan insisi tunggal membutuhkan diseksi yang lebih luas dan resiko

kerusakan arteri dan vena peroneal. (8,9)

17

Page 18: Portofolio Kompartmen sindrom

I.     Komplikasi

Sindrom kompartemen jika tidak mendapatkan penanganan dengan segera, akan

menimbulkan berbagai komplikasi antara lain:

1.       Nekrosis pada syaraf dan otot dalam kompartemen

2.       Kontraktur volkman

merupakan kerusakan otot yang disebabkan oleh terlambatnya penanganan sindrom

kompartemen sehingga timbul deformitas pada tangan, jari, dan pergelangan tangan karena

adanya trauma pada lengan bawah

3.       Trauma vascular

4.       Gagal ginjal akut

5.       Sepsis

6.       Acute respiratory distress syndrome (ARDS)(6)

J. Prognosis

18

Page 19: Portofolio Kompartmen sindrom

Prognosis bisa baik sampai buruk, tergantung :

- Seberapa cepat penanganan kompartemen sindrom dilaksanakan

- Bagaimana komplikasi dapat terbentuk.

III.KORELASI TINJAUAN PUSTAKA DENGAN KASUS

Pada kasus ny.S, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis

fraktur pada 1/3 proksimal dari tulang ulna kiri, atau fraktur pada antebrachii. Fraktur pada

antebrachii baik fraktur terbuka maupun fraktur tertutup, seringkali menyebabkan sindroma

kompartemen pada antebrachii, dikarenakan pada antebrachii terdapat : terdapat tiga

kompartemen , yaitu flexor superfisial, fleksor profundus dan ekstensor. Pada kompartemen ini

dapat terjadi peningklatan tekanan yang diakibatkan oleh perdarahan atau adannya bengkak pada

jaringan sekitar sehingga menekan pembuluh darah, saraf, dan system limfatik sekitar

kompartemen, sehingga menemukan gejala 5p, yaitu:

- Pain ( nyeri)

- Parasthesia ( baal )

- Palor ( pucat)

- Pulselessness ( tidak bernadi )

- Paralysis ( lumpuh)

Dapat juga ditambah denga 1 p yaitu poikilotermia, yaitu gagalnya termoregulasi, sehingga

ekstremitas terasa dingin. Semua gejala pada sindroma kompartemen tersebut, didapatkan pada

pasien ini. Diperlukan pengukuran tekanan intrakompartemen dengan alat pressure transduser

modules yang terdapat pada mesin anastesi yang modern.

Pada pasien ini tindakan pencegahan berupa fasciotomy diperlukan untuk mencegah kerusakan

jaringan yang permanent pada lengan kirinnya

19

Page 20: Portofolio Kompartmen sindrom

IV.Kesimpulan

Sindrom kompartemen (CS) adalah sebuah kondisi yang mengancam anggota tubuh dan

jiwa ; yang dapat diamati ketika tekanan perfusi dibawah jaringan yang tertutup, mengalami

penurunan. Secara tegas, saat sindrom kompartemen tidak teratasi maka tubuh akan mengalami

nekrosis jaringan ; gangguan fungsi yang permanen dan jika semakin berat ; dapat terjadi gagal

ginjal dan kematian. Walaupun fraktur pada tulang panjang merupakan penyebab tersering dari

kompartemen sindrom, trauma lainnya juga dapat menjadi penyebabnya. Lokasi yang dapat

mengalami sindrom kompartemen telah ditemukan di : tangan, lengan bawah, lengan atas, perut,

pantat, dan seluruh ekstremitas bawah. Hampir semua cedera dapat menyebabkan sindrom ini,

termasuk cedera akibat olahraga berat. Hal yang paling penting dokter didesak untuk selalu

waspada ketika berhadapan dengan keluhan nyeri pada ekstremitas.

20

Page 21: Portofolio Kompartmen sindrom

Daftar pustaka

1. Wikipedia, the gree ensyclopedia. Compartment syndrom, available at :

http://en.wikipedia.org/wiki/Compartment_syndr... (diunduh bulan oktober 2011)

2. Medline Plus (2008). Compartement syndrome. Available at :

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/articl... (diunduh bulan Oktober 2011)

3. Konstantakos EK, Dalstrom DJ, Nelles ME, Laughlin RT, Prayson MJ (December

2007). "Diagnosis and management of extremity compartment syndromes: an

orthopaedic perspective". Am Surg 73 (12): 1199–209. PMID 18186372. (diunduh

bulan Oktober 2011)

4. Richarf P(2009). Compartment syndrome, Extremity . Available at : "emedicine:

compartment syndrome". http://www.emedicine.com/EMERG/topic739.htm.

(Diunduh bulan Oktober 2011) 21

Page 22: Portofolio Kompartmen sindrom

5. Undersea and Hyperbaric Medical Society. "Crush Injury, Compartment syndrome,

and other Acute Traumatic Ischemias". Available at :

http://www.uhms.org/ResourceLibrary/Indication... (Diunduh bulan Oktober 2011)

6. Syamjuhidayat, De Jong (2004). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Hal 462; 853.

7. Compartemen syndrome, Available at :

http://www.scribd.com/doc/27320465/Compartment... ( Diunduh bulan Oktober

2011)

8. Compartement syndrom,, Available at :

http://ww:answer.com/topic/compartementsyndrom (Diunduh bulan Oktober 2011)

9. Compartement syndrom, http://emedicinemedscape.com/article/1269081-o...

(Diunduh bulan Oktober 2011)

22