politik hukum pemidanaan terhadap pers · politik hukum pemidanaan terhadap pers catatan untuk...

10
POLITIK HUKUM PEMIDANAAN TERHADAP PERS Catatan untuk Pembaharuan Hukum terkait Aspek Hukum Pidana dan Pengembangan Kebebasan Pers di Indonesia. Herlambang P. Wiratraman Pusat Studi Hukum HAM (HRLS), Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga [email protected]

Upload: dangdat

Post on 02-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

POLITIK HUKUM PEMIDANAAN TERHADAP PERSCatatan untuk Pembaharuan Hukum terkait Aspek Hukum Pidana dan Pengembangan Kebebasan Pers di Indonesia.

Herlambang P. Wiratraman Pusat Studi Hukum HAM (HRLS), Departemen Hukum Tata Negara

Fakultas Hukum Universitas Airlangga [email protected]

Wiratraman, H.P. 2016. “No Room for Justice? When The Court is Used to Attack Journalism in Decentralised Indonesia”, Human Rights and Peace in Southeast Asia, SEAHRN Series 4, 2016.

“Kriminalisasi" ORDE BARU REFORMASI

Pop Magazine - Rey Hanintyo (1974), AJI (Ahmad Taufik, Eko Maryadi, and Danang K.W., 1995), Suara Independen - Andi Syahputra (1996)

Rakyat Merdeka - Supratman (2003), Tomy Winata v Tempo (2003), Bambang

Harymurti (2005), Kolom Bersihar Lubis (2007), dan Metro TV - Upi Asmaradhana

(2008)

Mekanisme Penyelesaian Kasus Hukum terkait Pers[berbasis UU 40/1999 dan Putusan MA No. 1608 K/ PID/2005]

Pengadu / publik Hak Jawab

Hak Koreksi

Dewan Pers[PPR/Pernyataan

Penilaian dan Rekomendasi]

Peradilan Perdata

Mekanisme Penyelesaian Kasus Hukum terkait Pers[berbasis kenyataan di lapangan]

Pengadu / publik Hak Jawab

Hak Koreksi

Dewan Pers[PPR/Pernyataan

Penilaian dan Rekomendasi]

Peradilan Perdata

Menkominfo

KPI

PeradilanPidana

Peradilan Adaministrasi

5 ALASAN1. Judicial precedent (Putusan Kasasi MA) 2. Perkembangan Hukum Kebebasan Ekspresi Negara 3. Rekomendasi PBB 4. Ketidakakurasian dan ketidakmanfaatan penggunaan pemidanaan bagi

pers (sosiologi hukum, sejarah hukum) 5. Arah Pembangunan Hukum Indonesia (Dewan Pers, BPHN, SEMA

2008)

1# LANDMARK DECISION Putusan Mahkamah Agung No. 1608 K/PID/2005: penggunaan UU Pers (40/1999) untuk mengesampingkan pemidanaan bagi pers (Tempo dalam Pemberitaan Ada Tomy di Tenabang)

1. Pengadilan yang lebih rendah telah salah dalam menerapkan KUHP, karena fakta kasus tersebut menunjukkan bahwa terdakwa telah melakukan kegiatannya dalam kerangka Undang-undang Pers (pasal 82).

2. Dengan memperhatikan landasan filosofis yang mendasari Undang-undang Pers bahwa pers nasional adalah pilar keempat di negara demokratis

3. Hakim harus berkontribusi dalam mengembangkan undang-undang untuk mendukung perlindungan hukum pekerja pers,

4. Mempertimbangkan Undang-undang Pers sebagai sebuah lex specialis. Pers juga menekankan pentingnya instrumen hukum dan kode etik pers untuk memastikan kebebasan pers dan untuk mencegah penyalahgunaan kebebasan pers (poin 83).

5. Kriminalisasi (pers) bertentangan dengan kebebasan pers dan oleh karena itu peraturan di bawah UU Pers harus diprioritaskan pada peraturan lainnya (butir 84).

2# dan #3

OSCE/OAS - Pidana penghinaan adalah TIDAK DIBENARKAN PEMBATASAN kebebasan berekspresi; semua undang-undang penghinaan pidana harus dihapuskan dan diganti, jika perlu, dengan undang-undang penghinaan pidana yang sesuai.

UN General Comment No. 34, Human Rights Committee No. 34 (paragraf 47) "Negara-negara Pihak harus mempertimbangkan DEKRIMINALISASI penghinaan dan, dalam hal apapun, penerapan hukum pidana hanya dipertimbangkan dalam kasus yang paling serius dan pemenjaraan adalah tidak pernah merupakan hukuman yang tepat.

UN Concluding Observation of Human Rights Committee on the Initial Report of Indonesia 2013 (paragraf 27),”Komite terkait dengan penerapan ketentuan penghinaan oleh KUHP dan UU No. 11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik untuk melumpuhkan kritik yang sah terhadap pejabat negara (pasal 19). Negara Pihak harus mempertimbangkan untuk MEREVISI undang-undang penghinaannya dan, khususnya, Undang-Undang tentang informasi dan transaksi elektronik, untuk memastikan bahwa mereka mematuhi Pasal 19 Kovenan.

#4 dan #5 • Lebih dari 50 negara, trend hukumnya mengganti pidana terhadap pers (malicious

wording, insults, and defamation) menjadi gugatan keperdataan atau mekanisme hukum privat.

• Dewan Pers (2004): penggunaan peradilan sebagai intimidasi pekerja pers dan menggangu kehidupan pers bebas

• Dewan pers lebih efektif untuk ‘menghukum’ pers daripada penggunaan mekanisme peradilan (Wiratraman 2014) - ‘retaliation motive’

• Surat Edaran Mahkamah Agung 2008 • MOU Dewan Pers dengan Kepolisian RI • BPHN (Prof. Dr. Ahmad M Ramli): “….Demikian juga tidak boleh ada kriminalisasi

terhadap karya jurnalistik"

• herlambangperdana.wordpress.com