politik ekonomi belanda terhadap lampung pada...

310
POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA TAHUN 1800-1942 TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Humaniora (M. Hum.) Oleh: Yuli Kristian NIM: 21160221000003 MAGISTER SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 02-Jan-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG

PADA TAHUN 1800-1942

TESIS

Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh

gelar Magister Humaniora (M. Hum.)

Oleh:

Yuli Kristian

NIM: 21160221000003

MAGISTER SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 3: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 4: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 5: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, segala puji bagi Allah, Rabb

Semesta Alam yang telah mengaruniakan nikmat kepada penulis

berupa kesempatan memasuki dunia keilmuan dan memberi

kekuatan dalam menuntaskan penulisan tesis yang merupakan

bagian dari kewajiban sebagai mahasiswa pada Program Magister

Sejarah dan Kebudayaan Islam di Fakultas Adab dan Humaniora,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hadirnya

karya ini tidak sekadar sebagai pemenuhan syarat formal bagi

gelar Magister Humaniora, tapi lebih jauh untuk meningkatkan

kapasitas diri sebagai pembelajar sejarah dan menangkap makna

dari peristiwa.

Tesis yang saya beri judul “Politik Ekonomi Belanda

terhadap Lampung pada tahun 1800-1942” bertujuan

merekonstruksi strategi kolonialis membangun hegemoni melalui

serangkaian kebijakan ekonominya atas Bumi Lada, Lampung,

negeri yang berpemerintahan marga-marga. Upaya hegemonik

yang dilakukan sejak berdirinya Hindia Belanda hingga

kedatangan Jepang yang mengambil alih kuasa, dimulai dengan

penguasaan teritorial sampai mengungkungi para penguasa

tradisional.

Beralih ke balik layar, penulisan karya ini tidak terlepas

dari dukungan orang-orang hebat dan kuat yang turut menguatkan

penulis sejak mula hingga purna. Maka di kesempatan ini, penulis

menghaturkan penghargaan dan rasa terimakasih kepada:

Page 6: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

iii

1. Saiful Umam, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Adab dan

Humaniora Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Amelia Fauzia, M.A., Ph.D., selaku ketua Program Magister

Sejarah dan Kebudayaan Islam.

3. Muknin Suprayogi, M.Si., selaku sekretaris Program

Magister Sejarah dan Kebudayaan Islam.

4. Dr. Awalia Rahma, M.A., selaku pembimbing sekaligus

“pendukung” yang totalitas mencurahkan waktu, tenaga, dan

pikirannya dalam berdiskusi dan memberi saran, baik secara

online maupun menampung kehadiran penulis dengan keluh

kesahnya di pertemuan nyata, serta memberi jalan pada

penemuan sumber-sumber sejarah bagi penulisan ini.

5. Dr. Parlindungan Siregar, M.Ag., sebagai penguji I yang

telah menyampaikan pandangan, kritik, saran, dan diskusinya

sejak WIP hingga sidang promosi.

6. Prof. Dr. Jajat Burhanuddin, M.A., sebagai penguji II yang

telah menyampaikan pandangan, kritik, saran, dan diskusi

kepada penulis untuk membuka lebih luas cakrawala

pemikiran sejak sidang komprehensif hingga promosi.

7. Prof. Dr. Budi Sulistiono, Prof. Dr. Dien Madjid, Prof. Dr.

Sudarnoto Abdul Hakim, Dr. Abdul Chair, Dr. Halid, M.Ag,

Dr. Frans Sayogie, Dr. Abdul Wahid Hasyim, M.Ag., Dr.

Zakiya Darajat, dan Dr. Darsita Suparno, selaku para dosen

pengampu berbagai mata kuliah yang telah memberikan

banyak ilmu dan diskusi ilmiahnya semasa penulis

menempuh studi pada Program Magister SKI.

Page 7: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

iv

8. Para sahabat inspiratif, kompetitif, dan suportif Magister

Sejarah dan Kebudayaan Islam Angkatan 2016.

9. Para sahabat inspiratif Magister Bahasa dan Sastra Arab

Angkatan 2016.

10. Warga kosan Ciamik dan para sahabat sepanjang pergaulan

yang selalu memberi dukungan.

11. Adinda tersayang, Miranti Ratna Dewi yang selalu ada dan

membantu dengan penuh perhatian dan ketulusan.

Menjadikan Mas-nya ini punya kekuatan tambahan dan

ketenangan, bahwa perjuangan ini pasti akan dituntaskan.

12. Penghormatan penuh takzim kepada kedua orangtua ter-

segalanya, Bapak Milwani dan Mamak Larasati, untuk

keduanya hasil perjuangan ilmiah ini kupersembahkan. Di

tengah keterbatasan, ada sebuah janji sekaligus tekad yang

saya ikrarkan di hadapan keduanya empat belas tahun lalu,

“jika harus merangkak demi tingginya ilmu, maka akan ku

tempuhi itu”, dan ini adalah bagian dari ejawantahnya.

Akhirnya, semoga karya ini bernilai manfaat bagi

keilmuan dan siapapun yang berminat pada kajian ini, serta

menjadi wasilah kebaikan bagi penulis. Aamiin.

Page 8: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

v

ABSTRAK

Yuli Kristian, Politik Ekonomi Belanda terhadap Lampung pada

Tahun 1800-1942.

Tesis ini bertujuan mengungkap strategi yang ditempuh

Belanda untuk menguasai Lampung dalam bidang ekonomi yang

meliputi sektor produksi, distribusi, konsumsi, dan

ketenagakerjaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis

menggunakan metode sejarah yang dipadupadankan dengan

pendekatan politik dan ekonomi. Sumber primer yang digunakan

meliputi arsip, koran, majalah, dan studi pustaka dari hasil

penelitian yang mendukung sebagai sumber sekunder.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa langkah yang

ditempuh Belanda dalam menguasai bidang ekonomi dilakukan

dalam dua fase: pertama, akuisisi teritori yang prosesnya sudah

berjalan sejak masa VOC untuk membangun hegemoni politik,

kedua, melakukan eksploitasi dan membangun hegemoni

ekonomi melalui strategi politik ekonomi yang diterapkan di

keempat sektor tersebut yang ujungnya berpengaruh pada

dimensi sosio-kultural bagi masyarakat Lampung hingga saat ini.

Kata kunci: ekonomi, politik, Lampung, kolonial, Belanda.

Page 9: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

vi

ABSTRACT

Yuli Kristian, Dutch Economic Politics toward Lampung in

1800-1942.

This thesis aims to uncover the strategies implemented by

the Dutch to dominate Lampung in the economic field which

includes production, distribution, consumption, and employment

sectors. To achieve this goal, the author uses historical methods

combined with politics and economics approaches. The primary

sources historical include archives, newspapers, magazines, and

literature studies from the results of research that supports

secondary sources.

The findings indicate that the steps taken by the Dutch in

dominating the economic field were carried out in two phases:

first, the acquisition of territory whose process has been going on

since the VOC era to build political hegemony, second, to

exploit and build economic hegemony through political economy

strategies that are applied in the four sectors whose ends affect

the socio-cultural dimension for the people of Lampung today.

Keywords: economics, politics, Lampung, colonial, Dutch.

Page 10: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

vii

Daftar Isi

Kata Pengantar ......................................................................... i

Abstrak ..................................................................................... v

Daftar Isi ................................................................................... vii

Daftar Tabel .............................................................................. xi

Daftar Grafik ............................................................................ xiii

Daftar Istilah ............................................................................. xiv

BAB I

Pendahuluan ........................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................... 12

C. Batasan Masalah ............................................................... 13

D. Rumusan Masalah ............................................................. 13

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 14

F. Sistematika Penulisan ....................................................... 15

BAB II

Metodologi .............................................................................. 17

A. Metode Penelitian ............................................................. 17

B. Landasan Teori ................................................................... 22

C. Kajian Pustaka .................................................................. 37

D. Kerangka Berpikir ............................................................. 43

BAB III

Prakondisi Lampung Menuju Kolonialisme Belanda ........ 45

A. Kondisi Geografis Lampung ............................................. 45

B. Kondisi Demografi Lampung ........................................... 49

C. Mengenal Sosial Budaya Tanoh Lampung ....................... 52

1. Pengelompokan Orang Lampung ................................ 54

2. Falsafah Hidup Orang Lampung ................................. 56

3. Pengaruh Sosial Budaya

terhadap Kolonialisasi Belanda ................................... 60

D. Model Pemerintahan Lokal di Lampung .......................... 64

BAB IV

Akuisisi dan Hegemoni Belanda atas Lampung .................. 71

Page 11: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

viii

A. Akuisisi Teritori ................................................................ 71

1. Penyerahan (Cessie) Lampung di Masa VOC ............ 71

2. Penaklukan (Conquest) Lampung oleh Belanda ......... 75

a. Daerah Munculnya Perlawanan .......................... 76

1) Embrio Perlawanan di Pesisir Selatan

Bagian Timur ................................................ 78

2) Embrio Perlawanan di Pesisir Selatan

Bagian Barat ................................................. 81

b. Upaya Resistensi Lampung ................................ 83

1) Persiapan Perlawanan ................................... 84

2) Penggalangan Persekutuan ........................... 87

3) Eskalasi Perang dan Perundingan Damai ..... 87

c. Ekspedisi Militer Belanda

dan Sketsa Perang Lampung ............................... 90

B. Hegemoni Politik dan Ekonomi ......................................... 96

1. Peran Lembaga Ilmiah dalam Penguatan Hegemoni .. 96

2. Politik: Penataan Sistem Administrasi Pemerintahan . 101

3. Ekonomi: Penataan Perekonomian Lampung ............. 107

a. Sentralisasi Distrik Lampung .............................. 107

b. Teluk Betung sebagai Ibukota

Administrasi dan Ekonomi ................................. 109

c. Potensi dan Hambatan Pembangunan Ekonomi . 111

d. Lampung dalam Regionalisasi Perekonomian

Sumatera Selatan ................................................. 113

BAB V

Politik Ekonomi Belanda terhadap Lampung

pada Tahun 1800-1942: Saluran Eksploitasi ....................... 117

A. Penerapan Politik Ekonomi di Lampung .......................... 117

1. Cultuurstelsel (1830-1870) ......................................... 117

2. Ekonomi Liberal (1870-1900) .................................... 119

3. Politik Etis (1900-1942) .............................................. 124

B. Saluran Eksploitasi Kolonial ............................................. 126

1. Politik Ekonomi di Sektor Produksi ............................ 126

a. Budidaya Lada pada Masa Cultuurstelsel

hingga Liberal ....................................................... 127

1) Lahan dan Metode Budidaya .......................... 129

2) Manajemen Pemasaran .................................. 137

b. Budidaya Karet dan Kopi

pada Masa Politik Liberal ..................................... 142

Page 12: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

ix

1) Budidaya Karet ............................................... 142

2) Budidaya Kopi ................................................ 151

3) Budidaya Karet dan Kopi oleh Perusahaan

Swasta Belanda ............................................... 155

c. Peningkatan Produksi Beras

pada Masa Politik Etis .......................................... 165

2. Politik Ekonomi di Sektor Distribusi .......................... 167

a. Jalan Raya ............................................................. 169

1) Pembangunan Infrastruktur Jalan .................... 169

2) Pembangunan Jalan

dan Wilayah yang Dihubungkan ..................... 171

b. Moda Transportasi Kereta Api .............................. 173

1) Alasan Pentingnya Mengadakan Jaringan

Kereta Api ....................................................... 173

2) Peraturan Penggunaan Jasa dan Tarif ............. 178

c. Pelabuhan .............................................................. 180

1) Kebijakan Pelayanan Koneksi

antar-Wilayah .................................................. 183

2) Volume Arus Barang dan Penumpang ............ 185

3. Politik Ekonomi Sektor di Konsumsi ......................... 187

a. Konsumsi Beras .................................................... 187

b. Impor Garam Berdasarkan Kebijakan Monopoli .. 190

c. Konsumsi Barang dan Jasa Mewah ...................... 194

d. Penarikan Pajak ..................................................... 196

BAB VI

Politik Ekonomi Belanda terhadap Lampung

pada Tahun 1800-1942: Ketenagakerjaan

dan Dampaknya ..................................................................... 199

A. Klasifikasi Perusahaan di Lampung .................................. 199

B. Hubungan Perkembangan Perusahaan

dan Kebutuhan Tenaga Kerja ............................................ 200

1. Jenis Tenaga Kerja ...................................................... 202

2. Pemenuhan Pasokan Tenaga Kerja

dengan Kolonisasi ....................................................... 206

3. Jenis Kolonisasi .......................................................... 210

a. Kolonisasi Pertanian ............................................. 211

b. Kolonisasi Perusahaan .......................................... 219

C. Dampak Sosial-Ekonomi .................................................. 225

1. Status Penggunaan Tanah bagi Kolonisasi ................. 226

Page 13: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

x

2. Posisi Kolonisasi di antara Sistem Marga ................... 227

3. Perbedaan Kebijakan Kolonisasi Dalam

dan Luar Marga ........................................................... 231

BAB VII

Penutup ................................................................................... 234

A. Kesimpulan ....................................................................... 234

B. Saran ................................................................................. 240

Page 14: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

xi

Daftar Tabel

1. Data sebaran penduduk berdasaran suku bangsa

per wilayah ..................................................................... 50

2. Data pertumbuhan penduduk berdasarkan suku bangsa 51

3. Data jumlah penduduk ................................................... 51

4. Klasifikasi marga yang diakui Pemerintah Belanda ...... 103

5. Luas area garapan kebun lada ........................................ 130

6. Transaksi lada ................................................................ 135

7. Ekspor lada dalam beberapa tahun ................................. 141

8. Perbandingan ekspor kopi dari residensi

di Sumatera Selatan ........................................................ 154

9. Perusahaan perkebunan di Lampung tahun 1892-1914 . 157

10. Jumlah tanaman karet dan kopi perusahaan ................... 163

11. Jumlah hasil panen ......................................................... 163

12. Sumbangsih perusahaan perkebunan di Lampung

terhadap produksi Hindia Belanda ................................. 164

13. Arus keluar masuk beras hasil program irigasi .............. 167

14. Tahapan pembangunan dan pengoperasian

jalur kereta api ................................................................ 177

15. Peraturan angkutan barang dan tarif moda kereta api ..... 179

16. Ikhtisar angkutan barang dan penumpang ..................... 179

17. Volume angkutan barang per pelabuhan ........................ 185

18. Volume angkutan penumpang per pelabuhan ................ 186

19. Konsumsi beras berdasarkan volume impor ................... 189

20. Nilai pasokan garam pemerintah .................................... 192

21. Ragam konsumsi lainnya berdasarkan nilai impor ........ 193

22. Jumlah kepemilikan kendaraan ...................................... 194

Page 15: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

xii

23. Jumlah rumah sampai tahun 1920 .................................. 195

24. Perbandingan jumlah penduduk Sumatera Selatan

yang melaksanakan ibadah haji ...................................... 195

25. Pendapatan pemerintah dari sektor pajak........................ 197

Page 16: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

xiii

Daftar Grafik

1. Penurunan ekspor karet Kebo dari residensi

di Sumatera Selatan ........................................................ 145

2. Penurunan luas lahan dan produksi karet Kebo

di Jawa dan Madura ....................................................... 146

3. Perbandingan total ekspor kopi rakyat dan perusahaan

dari residensi di Sumatera Selatan ................................. 154

Page 17: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

xiv

Daftar Istilah

Afdeling Sebuah wilayah administratif pada masa

pemerintahan Hindia Belanda setingkat

kabupaten yang dikepalai seorang asisten

residen.

Bandar Nama jabatan dari sultan Banten bagi

pemimpin komunitas migran di Lampung

yang terlibat dalam perdagangan lada.

Hak Octrooi Disebut juga hak piagam, yakni hak-hak

istimewa yang diberikan pemerintah Belanda

kepada VOC.

Janggolan Iuran masyarakat untuk penghasilan bagi

pamong desa.

Jenjen/Jenang Perwakilan sultan Banten di Lampung yang

bertugas menghimpun hasil bumi untuk

dikirim ke Banten.

Kebuayan Tempat pemusatan berkumpulnya kerabat

yang berasal dari satu pertalian darah atau

keturunan, istilah tersebut juga dikenal dengan

paksi (kesatuan buay inti atau klan).

Keratuan Persekutuan hukum adat. Yang dimaksud

dengan istilah ratu ialah penguasa wilayah

tanah dan lingkungan kekerabatan adat.

Keresidenan (Ejaan lama: karesidenan) sebuah wilayah

administratif pada masa pemerintahan Hindia

Belanda yang dikepalai seorang residen.

Page 18: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

xv

Marga Institusi genealogis teritorial yang

menjalankan pemerintahan adat dengan asas

kekerabatan.

Negara Rendah (Belanda: de Lage Landen; Prancis: les Pays-

Bas) adalah istilah bagi wilayah pesisir di

Eropa Barat yang terdiri dari Belanda, Belgia,

dan delta sungai Rhine, Meuse, Scheldt, dan

Ems.

Pax Neerlandica motto Belanda yang ingin menguasai seluruh

wilayah Indonesia dan menjadikannya sebagai

satu kesatuan dengan Kerajaan Belanda.

Pasirah/Pesirah Kepala pemerintahan marga (Belanda:

margahoofd) di Sumatera bagian Selatan.

Penyimbang Anak laki-laki tertua yang mewarisi

kedudukan dan tanggung jawab keluarga,

kerabat, dan kebuayan.

Peppung Musyawarah adat yang dilakukan oleh para

penyimbang marga.

Perwatin/Proatin Para penyimbang adat/dewan adat/tokoh adat/

pimpinan adat. Perwatin memiliki hak dan

kewajiban memimpin segala aktivitas

pemerintahan adat atau urusan yang

berhubungan dengan hippun/peppung adat.

Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai sosial

sebagai tatanan moral dan pedoman dalam

bersikap, bertingkah laku dan bertindak yang

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 19: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

xvi

Seba Kunjungan politik menghadap sultan Banten

untuk memberikan pengakuan dan kesetiaan.

Staatsblad lembaran negara yang merupakan referensi

pemuatan publikasi dari segala bentuk

pengumuman, ordonansi, dan reglement.

Tiyuh Tempat tinggal beberapa komunitas suku

(klan).

VOC Vereenigde Oostindische Compagnie

(Perusahaan Hindia Timur Belanda).

Page 20: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya ungkapan “semahal lada” tidak cukup sekadar

digambarkan sebagai sesuatu yang menunjukkan betapa

berharganya komoditas tersebut, tetapi jauh lebih kompleks

dengan menggelarkan kisah bagaimana kekuatan Belanda dan

Eropa lainnya berjuang untuk menjangkau negeri penghasilnya

dan menguasai jalur niaganya. Jauh Belanda datang dari negara

rendah (de Lage Landen) di barat Eropa setelah Spanyol menutup

pelabuhan Lisbon bagi mereka. Dengan mengibarkan semangat

harapan mereka berlayar melintasi Semenanjung Harapan,

menyisir pesisir barat Sumatera dan membelah Selat Sunda untuk

menyandarkan armadanya di ujung barat Pulau Jawa, negeri

Banten namanya.

Kekayaan negeri-negeri di belahan timur dunia yang

selama ini hanya sebagai cerita indah bagi Belanda, kini Cornelis

de Houtman menjadi saksi mata. Mata yang akhirnya dijadikan

cara pandang bangsanya untuk menjadikan Nusantara dalam

kuasanya, menyingkirkan pesaing ekonominya sesama Eropa,

dan menjadikan para penguasa pribumi beserta rakyatnya sebagai

tumbal eksploitasi dalam kampanye Pax Neerlandica.

Untuk mewujudkan Nusantara menjadi kesatuan dalam

lingkup negeri Belanda, lika-liku taktiknya sudah dimulai oleh

VOC yang bergerak seolah begitu perkasa dari Maluku hingga

Jayakarta dengan hak Octroi-nya, menggembosi kekuasaan para

sultan, bila perlu disingkirkan. Semua itu untuk satu tujuan, yakni

Page 21: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

2

menguasai dan mengontrol simpul-simpul perdagangan rempah

di bawah monopsoni dan menjualnya secara monopoli demi

keuntungan yang berlimpah.1

Keuntungan yang berlimpah membuat VOC layaknya

sarang lebah, menyimpan manisnya madu yang membuat

beberapa pihak berburu bagi kepentingan pribadi, maka jadilah ia

lahan korupsi. Ditambah lagi besarnya biaya operasional untuk

kekuasaannya yang makin luas dan membungkan berbagai

penentangan dari para penguasa tradisional, membuat kondisi

finansial mereka melemah, dan pada tahun 1799 akhirnya

menyerah. Keadaan terus diperparah, di negeri induk perang

melawan ekspansi Napolen sedang berkecamuk, dan

pemberontakan Belgia pada tahun 1830 menuntut merdeka makin

membuat pemerintah Belanda berada di ambang kebangkrutan

negara.

Ketika situasi politik Belanda perlahan stabil, tidak serta

merta perbaikan ekonomi menunjukkan hasil. Kemerdekaannya

dari Prancis belum dapat mengembalikan kemakmuran dan

kekuatan. Peristiwa-peristiwa negara bagian memiliki efek paling

merugikan pada kemakmuran fisik negara, dan keuangan terus

memburuk meskipun semua upaya untuk mencapai “rasio yang

lebih baik antara pengeluaran dan pendapatan”. Sehingga

mustahil bagi orang yang belum tahu untuk membuat perhitungan

apakah masa depan akan memberikan hari yang lebih baik atau

1 Singgih Tri Sulistiyono, “Dinamika Kemaritiman dan Integrasi

Negara Kolonial”, dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed.), Indonesia

dalam Arus Sejarah: Kolonisasi dan Perlawanan, (Jakarta: Ichtiar Baru van

Hoeve, 2012), hlm. 93.

Page 22: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

3

justru lebih banyak beban yang memberatkan.2 Demikian juga

kondisi finansial pemerintah Hindia Belanda yang otomatis

terdampak. Untuk mengentaskan masalah itu, diangkatlah

Johannes van den Bosch sebagai gubernur jenderal yang baru

pada tahun 1830, yang berhasil meyakinkan Raja Willem I untuk

memberlakukan kebijakan Cultuurstelsel di Hindia bagi tanaman

ekspor sebagai obat mujarab bagi defisit struktural.

Terdapat dua alasan yang digaungkan oleh Bosch untuk

mendukung kebijakannya yang memiliki akar historis dari

merkantilisme abad ke-17 dan 18 itu. Pertama, karena pengusaha

swasta Belanda dengan modal yang diperlukan dan semangat

kewirausahaan yang kurang, oleh karena itu keterlibatan

pemerintah dalam proses budidaya akan diperlukan untuk

memperluas basis pendapatan. Kedua, petani Jawa pada dasarnya

tidak responsif terhadap insentif keuntungan dari peluang ekspor.

Maka mereka harus dibujuk, jika tidak dipaksa, untuk

mengalokasikan seperlima dari tanah mereka, atau seperlima dari

tenaga mereka, untuk penanaman tanaman ekspor. Akhirnya

terbukti bahwa penerapan Cultuurstelsel di Jawa menjadi

kebijakan fiskal yang jenius,3 yang sanggup menggemukkan

kembali postur kas Belanda yang kurus.

2 R.A.S. Piccardt, De Geschiedenis van het Cultuurstelsel in

Nederlandsch-Indie, (Amsterdam: Stoomdrukkerij Loman, Kirberger, & van

Kesteren, 1873), hlm. 69. 3 Thee Kian Wie, “Colonial Extraction in the Indonesian Archipelago:

a Long Historical View”, dalam Ewout Frankema dan Frans Buelens (ed.),

Colonial Exploitation and Economic Development, the Belgian Congo and the

Netherlands Indies Compared, (New York: Routledge, 2013), hlm. 45.

Page 23: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

4

Tercatat bahwa hasil dari kebijakan ini melampaui semua

harapan. Terjadi peningkatan total berat ekspor mencapai 161,7

juta kilogram pada tahun 1840 setelah sebelumnya hanya 36,4

juta kilogram di tahun 1830. Hal tersebut mendongkrak nilai

ekspor dari Jawa yang semula berjumlah 11,3 juta gulden pada

tahun 1830 dan melesat enam kali lipat dalam kurun sepuluh

tahun yang menyentuh angka 66,1 juta pada tahun 1840.

Kesuksesan ini juga terlihat dari geliat persentase ekspor Jawa

yang ditujukan ke Belanda dari sebesar 66% di awal penerapan

Cultuurstelsel menjadi rerata 83% di rentang tahun 1841-1850

dan terus tumbuh hingga di atas angka 90% pada periode selepas

1861.4

Di balik profit yang terus digenjot dari program itu,

ternyata menimbulkan masalah sosial di Hindia, terutama soal

kesejahteraan. Di sisi lain, di Belanda muncul tuntutan kebebasan

untuk berinvestasi dan beroperasi di Hindia Belanda dari

kalangan pengusaha swasta. Hal tersebut setelah mendapati fakta

bahwa usaha budidaya tanaman ekspor melalui tanam paksa di

Jawa begitu menguntungkan, ditunjang dengan perkembangan

teknologi transportasi dan komunikasi yang revolusioner di paruh

kedua abad ke-19, semakin membuka peluang bagi penetrasi

modal swasta untuk membangun bisnisnya di wilayah lain di

Nusantara.5

4 C. Fasseur, The Cultivation System and Its Impact on the Dutch

Colonial Economy and the Indigenous Society in Nineteenth-Century Java,

dalam C.A. Bayly dan D.H.A. Kolff (ed.), Two Colonial Empires, (Dordrecht:

Martinus Nijhoff Publishers, 1986), hlm. 137. 5 Thee Kian Wie, Colonial Extraction..., hlm. 49.

Page 24: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

5

Sesuai semangat zaman, ketika arus liberalisme menguat,

Pemerintah merespon kondisi itu dengan perlahan mengurangi

perannya dalam perintah budidaya paksa tanaman eskpor dan

membuka peluang bagi perusahaan swasta untuk mengambil

peran tersebut, utamanya Belanda. Bersamaan dengan kebebasan

kapitalistik itu, sambil secara gradual terus terjadi perluasan

pengaruh Belanda di luar Jawa, yang puncaknya adalah

penaklukan teritorial dan penerapan cara produksi kapitalis untuk

ekspor ketika investor swasta mengikutinya setelah administrator

kolonial berhasil dibentuk di wilayah yang baru tunduk.6

Akibatnya, selama tahun 1860-an dan 1870-an muncul

rezim kolonial baru, yakni para pengusaha swasta yang

mengelola perkebunan besar menggunakan tenaga kerja dan

tanah bebas. Sampai taraf tertentu, kondisi itulah yang diharapkan

oleh para reformer liberal pada tahun 1810-an dan 1820-an, tetapi

hal itu tidak terwujud pada saat itu akibat rendahnya harga

pertanian, buruknya pengembangan institusi, dan masalah

informasi. Keahlian untuk menjalankan perkebunan belum ada

dan kurangnya modal; keduanya berkembang secara bertahap

selama penerapan Cultuurstelsel yang bisa disebut sebagai

“proses pembelajaran”.7

Sampai akhir abad ke-19, Agrarischewet telah menjadi

landasan bagi lancarnya gerak pemodal mengungkungi daerah

6 Howard Dick, (et al.), The Emergence of a National Economy: an

Economic History of Indonesia, 1800–2000, (New South Wales: Allen &

Unwin, 2002), hlm. 91. 7 Jan Luiten van Zanden and Daan Marks, An Economic History of

Indonesia, 1800-2010, (New York: Routledge, 2012), hlm. 73.

Page 25: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

6

luar Jawa dengan perusahaannya. Melalui itu, kembali

pemerintah kolonial menikmati keuntungan di masa-masa

kemajuan ekonomi. Namun di tengah kemajuan itu ternyata

makin menjerumuskan rakyat pribumi pada kemelaratan, maka

ada sebagian kalangan yang menyerukan perlunya negeri induk

untuk meningkatkan kesejahteraan koloninya dengan kebijakan

pembangunan sebagai bentuk balas budi yang dikenal dengan

Politik Etis yang resmi ditetapkan pada tahun 1901.8

Pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina berpidato yang

kemudian menjadi titik awal dari serangkaian reformasi yang

fokus pada pengenalan layanan kesejahteraan yang bertujuan

untuk meningkatkan ekonomi dan standar hidup pribumi.

Realisasi dari kebijakan itu meliputi penelitian pertanian modern

dan layanan penyuluhan, peningkatan pembiayaan infrastruktur,

irigasi, pendidikan, dan pelayanan medis, serta kebijakan yang

bertujuan untuk menstabilkan pasar beras dan mengatur pasar

modal pedesaan.9

Sekalipun konsep tersebut nampak akan memuliakan

pribumi, kenyataan tetap memperlihatkan cerita yang berbeda.

Upaya-upaya mensejahterakan tersebut tetap disadap untuk

memuluskan kepentingan pemerintah kolonial dan pengusaha,

utamanya di luar Jawa. Pada akhirnya memang tak ada yang lebih

penting bagi kolonialisme selain tujuannya sendiri. Corak boleh

8 Jan Luiten van Zanden and Daan Marks, An Economic History...,

hlm. 76. 9 Jan Luiten van Zanden and Daan Marks, An Economic History...,

hlm. 76.

Page 26: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

7

berubah, tetapi keberadaannya tetap merupakan tangan-tangan

eksploitatif yang akan selalu mencari celah.

Dalam konteks kolonialisme, eksploitasi dapat diartikan

sebagai praktik dan prosedur yang memfasilitasi ekstraksi sumber

daya tanpa kompensasi yang memadai untuk masyarakat koloni

dan lingkungan alam mereka. Sedangkan ekstraksi kolonial

sendiri berkaitan dengan hasil, yaitu transfer sumber daya bernilai

ekonomi dari masyarakat pribumi ke masyarakat metropolitan.

Dan hampir setiap aspek ekstraksi itu melibatkan komponen

gabungan dari pemaksaan, penghancuran, dan produksi. 10

Menurut Frankema dan Buelens, terdapat berbagai saluran

bagi transfer sumber daya ekonomi, yakni alienasi tanah,

pengerahan tenaga kerja, penanaman paksa, monopoli

perdagangan, perpajakan yang berlebihan dengan beragam

varian, dinas militer, dan lain sebagainya.11

Dan agar

memudahkan saluran-saluran itu bekerja secara efektif, Belanda

telah dan akan terus melakukan hegemoni dengan mereformasi

struktur sosial, ekonomi, dan politik lokal tempat eksploitasi

dilancarkan.

Itulah taktik dan berbagai saluran yang digunakan

Belanda selama menjajah Indonesia. Namun demikian pola

tersebut tidak serampangan dan digunakan secara seragam untuk

semua daerah yang telah ditaklukannya. Hal demikian karena

10 Ewout Frankema dan Frans Buelens (ed.), Colonial Exploitation

and Economic Development, the Belgian Congo and the Netherlands Indies

Compared, (New York: Routledge, 2013), hlm. 02. 11

Ewout Frankema dan Frans Buelens (ed.), Colonial Exploitation...,

hlm. 02.

Page 27: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

8

setiap wilayah dengan komunitasnya memiliki corak tersendiri.

Secara karakter kewilayahan, misalnya ada yang berbentuk

daratan luas, ada pula yang berpulau-pulau, dan juga aspek

lainnya. Hal ini berkaitan dengan sumber daya yang akan

diekstrasi. Sedangkan untuk komunitas, terdapat masyarakat

kompleks yang berpemerintahan tunggal, monarki, dan

sentralistik. Di sisi lain ada juga masyarakat sederhana yang

hanya tersusun atas komunitas hukum adat dengan sistem kepala

suku berazas primus inter pares.

Di pusat-pusat komunitas yang telah mencapai keadaban

tinggi sebagaimana monarki berbentuk kesultanan dan

sebagainya, Belanda yang telah berhasil menaklukan dan

menguasai pusat politik agar dapat mengendalikan bidang-bidang

penting, utamanya ekonomi di seluruh negeri, dapat saja dengan

tetap mendudukkan pengusa lokal yang telah terkooptasi, ataupun

membubarkannya dan dijadikan pemerintahan kolonial langsung.

Kesultanan Palembang dan Banten misalnya, Belanda

tetap mendelegasikan kekuasaan pada sultan pilihannya untuk

tetap menjalankan pemerintahan di bawah kendali Belanda, yang

dengan itu kehendak Belanda untuk memperolah keuntungan

ekonomi dapat terwujud. Lain cerita dengan Kesultanan Melayu

di Sumatera Timur hingga Semenanjung Malaya, sebuah entitas

politik yang penuh intrik antar beberapa pihak yang masing-

masing mempunyai power. Beberapa penguasa politik yang

mengklaim absah berdasarkan silsilah harus berhadapan dengan

aksi saling dukung berdasarkan etnisitas yang memiliki kekuatan

Page 28: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

9

dan pemain di bidang perekonomian.12

Sehingga ketika Belanda

berhasil menundukkan kesultanan, tidak secara otomatis bidang

ekonomi berhasil dipegang, karena kekuatan ekonomi tidak

sepenuhnya di tangan sultan, tetapi juga para elit saudagar Bugis

di lingkaran kekuasaan.

Adapun Lampung, sebuah wilayah dengan masyarakat

yang masih sahaja. Sistem sosial-politik yang sederhana, hanya

mengenal model kepemimpinan berdasarkan silsilah yang paling

tua di antara anggota didapuk sebagai kepala marga. Dan di

wilayah ini, terdiri atas banyak pemerintahan marga yang tidak

saling bersatu untuk membentuk unit politik yang lebih besar.13

Malahan kerap membangun kemitraan yang sub-ordinatif dengan

kekuatan politik besar dari luar seperti Kesultanan Banten dan

Palembang untuk kepentingan ekonomi. Bahkan atas nama

kepentingan ekonomi juga, mereka tidak masalah bekerjasama

dengan orang-orang Eropa, sebagaimana dengan Inggris di

wilayah barat Lampung, dan Belanda di daerah Tulang Bawang

hingga Lampung Utara dan Timur.

Belanda sendiri sudah berminat dengan wilayah ini -

karena lada- sejak masih dalam pengaruh kekuasaan Banten.

Untuk itu ia dapat menggunakan Banten demi kepentingannya.

Namun ketika Banten hancur, tidak semua marga itu kemudian

tunduk pula terhadap Belanda, karena sejatinya kekuasan Banten

lebih tepatnya hanya menyangkut bidang ekonomi, utamanya

12 Anwar Syair, dkk., Sejarah Daerah Riau, (Jakarta: Depdikbud,

1977), hlm. 88-89. 13

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen in Zuid Sumatra

en Javanentransmigratie, (Wageningen: H. Veenman & Zonen, 1936), hlm. 3.

Page 29: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

10

aturan produksi dan distribusi lada. Itu pun dikuasai tidak dengan

tentara atau senjata, tetapi dengan imbal jasa berupa perkakas

simbolik, pangkat, atau gelar-gelar kebangsawanan saja.

Lantas jika tidak ada kekuasaan politik besar yang tunggal

untuk seluruh Lampung hingga takluknya Banten, bagaimana

cara Belanda menguasai wilayah ini dan mengeksploitasi

kekayaannya? Hal itulah yang menarik dari Lampung. Sebuah

wilayah yang tidak mudah tunduk walau tanpa adanya kesatuan

politik sebagaimana kesultanan-kesultanan yang independen di

Nusantara. Dengan jumlah penduduk yang sedikit dalam satuan

komunitas lokal yang terpencar di bawah pemerintahan marga,

Lampung justru masih sanggup bertahan bahkan setelah kedua

tetangga pusat politiknya, yakni Kesultanan Banten dan

Palembang tumbang.

Setelah Lampung pernah merasakan kekuatan VOC di

masa pengaruh Banten dengan sistem lerevansi, butuh waktu

lebih dari setengah abad bagi Belanda untuk membangun otoritas

yang stabil di wilayah ini sejak Daendels mengeluarkan

maklumat bahwa wilayah bekas kekuasaan Banten diambil alih

secara otomatis dengan berakhirnya kesultanan tersebut dan

diletakkan di bawah kendali pemerintahan langsung pada tahun

1808. Hal itu karena terjadinya perlawanan rakyat secara maraton

yang baru berhasil dipadamkan pada tahun 1865.

Terlepas dari gejolak politik di internal Belanda, ketika

kekuasannya dikembalikan oleh Inggris dan van den Bosch

menerapkan tanam paksa yang fokus dan begitu menguat di Jawa,

Lampung juga turut sempat sedikit merasakan dalam bentuk

Page 30: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

11

penanaman lada. Namun ketika pemerintah Hindia mulai begitu

serius menggarap daerah luar Jawa dengan kebijakan liberalnya,

Lampung kini dijadikan sebagai salah satu basis penting

pembangunan ekonomi Belanda di Sumatera melalui pembukaan

lahan untuk disewa oleh pengusaha Eropa.

Sangat jelas kebijakan itu memerlukan lahan yang luas

dan jumlah tenaga kerja yang besar, tidak saja bagi perusahaan,

tetapi juga untuk pembangunan infrastruktur pendukungnya.

Kisah sukses perdana kebijakan ini dipelopori oleh pengusaha

swasta, bernama Jacob Nienhuys, pendiri perkebunan tembakau

di Sumatera Timur pada tahun 1863 setelah memperoleh konsesi

lahan dari Sultan Deli seluas 1000 bouw. Namun, tidak seperti

mudahnya mendapat tanah yang luas di tempat itu, ternyata untuk

memperoleh tenaga kerja ia mengalami kesulitan karena

penduduknya yang jarang. Maka untuk mendapatkannya ia

mengirim tenaga kerja dari daerah padat penduduk seperti etnis

Tionghoa baik dari Malaya dan Tiongkok, orang India, dan Jawa

sebagai kuli kontrak.14

Bergeser ke selatan, ketika kekuasaan Belanda atas pulau

Sumatera secara perlahan juga terbangun di wilayah Lampung

yang tidak bersultan, lantas bagaimana kebijakan liberal

diterapkan di antara marga-marga pemilik hak ulayat untuk

disewa tanahnya? Jika di Sumatera Timur punya sistem kuli

kontrak yang legendaris, maka Lampung yang juga berpenduduk

14 Thee Kian Wie, Colonial Extraction..., hlm. 49-50. J.J. van

Klaveren, The Dutch Colonial System in the East Indies, (Den Haag: M.

Nijhoff, 1953), hlm. 127.

Page 31: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

12

jarang, bagaimana formatnya dan darimana tenaga kerja

diperoleh untuk menjalankan usahanya?

Untuk mendukung semua itu, secara politis Belanda

melakukan perombakan pada lembaga-lembaga oleh administrasi

kolonial, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui

wakil-wakil lokal yang terpaksa atau terkooptasi. Di antaranya

ialah penihilan pemerintahan marga secara de jure, dan di masa

kemudian mereformasi aspek komunitas serta pemerintahan

marga tersebut. Sedangkan di sisi ketenagakerjaan, dilakukan

dengan format program kolonisasi untuk pertama kalinya di

Hindia Belanda yang dilaksanakan oleh pemerintah dan juga

swasta. Yang selanjutnya justru kolonisasi itu menjadi pemberi

warna baru pada tatanan sosio-kultural dan keragaman

demografis Lampung hingga saat ini.

Memperhatikan pemaparan di atas, maka penelitian ini

menjadi menarik dan diperlukan, serta menawarkan kekhasan

dalam khasanah kajian strategi Belanda mengeksploitasi

kekayaan salah satu wilayah di Nusantara yang tak bersultan,

yakni Bumi Lada, dengan politik ekonominya di berbagai bidang

sebagai saluran ekstraktif atas negeri berpemerintahan marga-

marga.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah berikut ini:

1. Strategi Belanda menguasai Lampung.

Page 32: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

13

2. Langkah eksploitatif Belanda atas kekayaan sumberdaya

Lampung.

3. Politik ekonomi Belanda terhadap Lampung pada tahun

1800-1942.

C. Batasan Masalah

Penulis memberi batasan masalah pada penelitian ini

hanya dalam bidang ekonomi lantaran bidang tersebut merupakan

fondasi dari tujuan dan keberlangsungan kolonialisme. Adapun

untuk batasan temporal ialah rentang tahun 1800 sampai 1942,

namun untuk keperluan analisis menampilkan sebuah genesis,

maka akan dilihat juga masa-masa sebelumnya. Penetapan tahun

1800 sebagai permulaan ketika tegaknya pemerintahan Belanda

di Indonesia, walaupun Daendels baru memasukkan Lampung

dalam kekuasaan Belanda secara langsung pada tahun 1808

secara otomatis setelah takluknya Banten, dan diangkat pejabat

asisten residen yang berkedudukan di Teluk Betung pada 1817.

Sedangkan untuk akhir batasan temporer ialah ketika Belanda

menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tahun 1942.

Berdasar uraian pada latar belakang dan memperhatikan

cukup banyak masalah yang timbul akan memperluas lingkup

pembahasan, maka pada penelitian ini saya batasi pada politik

ekonomi Belanda terhadap Lampung pada tahun 1800-1942.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas,

rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini ialah

Page 33: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

14

bagaimana politik ekonomi Belanda terhadap Lampung pada

tahun 1800-1942?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, memahami,

dan menjelaskan bagaimana kebijakan yang ditempuh Belanda

untuk menguasai Lampung dalam bidang ekonomi dan kondisi

Lampung yang menjadi penghambat laju penguasaan oleh

Belanda.

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan akan

bermanfaat untuk memacu semangat penelitian dan menambah

khasanah penulisan tentang sejarah Lampung, khususnya

Lampung dalam proses mempertahankan kedaulatan saat

bersinggungan dengan kekuatan asing Barat, dalam hal ini

Belanda. Dari sisi luar Lampung, dapat memberi ruang

pengetahuan tentang upaya Belanda memperlakukan wilayah ini

terutama dalam penguasaan dan pembangunan ekonomi, sejak

kedatangan hingga berdaulat penuh dengan berbagai kebijakan

politik ekonominya. Demikian pula diharapkan ke depannya

dapat menjadi bahan pertimbangan, bahkan dapat dikembangkan

lebih lanjut serta referensi terhadap penelitian sejenis.

Adapun dalam tataran praktis hasil penelitian ini dapat

digunakan untuk mengidentifikasi sejarah dan kekhasan

Lampung dalam kerangka sejarah nasional di masa kolonialisme.

Juga dapat mengenali bagaimana sejarah nilai-nilai sosial yang

Page 34: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

15

dikemas dalam filosofi Piil Pesenggiri15

masyarakat Lampung

yang patriotik dan akomodatif diterapkan terhadap peluang,

tantangan, dan hambatan dari luar untuk dapat dikenali,

diwariskan, dan dilanjutkan guna menghadapi dinamika zaman.

Di sisi ekonomi, agar dapat mengidentifikasi potensi Lampung

yang dapat dan telah dikembangkan sepanjang sejarah, baik oleh

masyarakat maupun pemerintah kolonial.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan kajian, tesis ini ditulis dalam lima

bab yang masing-masing saling berkaitan. Adapun sistematika

penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama adalah Pendahuluan. Bab ini berisi Latar

Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Penulisan.

Bab Kedua adalah Metodologi. Bab ini berisi Metode

Penelitian, Landasan Teori, Kajian Pustaka, dan Kerangka

Berpikir.

Bab Ketiga adalah Prakondisi Lampung Menuju

Kolonialisme Belanda. Bab ini berisi Kondisi Geografis

Lampung, Kondisi Demografi Lampung, Sosial Budaya Tanoh

Lampung, dan Model Pemerintahan Lokal Lampung.

15 Penjelasan lebih lanjut mengenai falsafah masyarakat Lampung

terdapat dalam Bab III.

Page 35: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

16

Bab Keempat adalah Akuisisi dan Hegemoni Belanda

atas Lampung. Bab ini berisi Akuisisi Teritori, dan Hegemoni

Politik dan Ekonomi.

Bab Kelima adalah Politik Ekonomi Belanda terhadap

Lampung pada Tahun 1800-1942: Saluran Eksploitasi. Bab

ini berisi Politik Ekonomi di Sektor Produksi, Politik Ekonomi di

Sektor Distribusi, Politik Ekonomi di Sektor Konsumsi, dan

Sektor Pajak.

Bab Keenam adalah Politik Ekonomi Belanda

terhadap Lampung pada Tahun 1800-1942: Bidang

Ketenagakerjaan dan Dampaknya. Bab ini berisi Klasifikasi

Perusahaan di Lampung, Hubungan Perkembangan Perusahaan

dan Kebutuhan Tenaga Kerja, dan Dampak Sosial-Ekonomi.

Bab Ketujuh adalah Penutup. Bab ini berisi Kesimpulan

dan Saran.

Page 36: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

17

BAB II

METODOLOGI

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian sejarah. Menurut Gilbert J. Garragan, dalam

Daliman, metode sejarah adalah seperangkat asas dan aturan yang

sistematik yang didesain guna membantu secara efektif untuk

mengumpulkan sumber-sumber sejarah, menilainya secara kritis,

dan menyajikan sintesis secara tertulis hasil yang dicapai.16

Hal

itu bermakna sebagai upaya rekonstruksi terhadap peristiwa masa

lalu.

Dalam memperoleh sumber sejarah, penulis menggunakan

beberapa teknik pengumpulan data/sumber. Teknik pendukung

dalam pengumpulan data penelitian ini adalah teknik studi

pustaka dan teknik dokumentasi.

Teknik studi pustaka adalah cara pengumpulan data dan

informasi dengan bantuan bermacam-macam materi yang

terdapat di ruangan perpustakaan, misalnya koran, catatan-

catatan, kisah-kisah sejarah, dokumen, dan sebagainya yang

relevan dengan penelitian.17

Menurut pendapat lain teknik studi

kepustakaan dilaksanakan dengan cara mendapatkan sumber-

sumber data yang diperoleh dari perpustakaan, yaitu dengan

mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan masalah

16 A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, Yogyakarta: Ombak,

2012), hlm. 27-28. Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah,

Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014, hlm. 29-55. 17

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia, 1977, hlm. 8.

Page 37: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

18

yang diteliti.18

Di sini penulis juga melakukan penelusuran digital

terhadap beberapa website seperti delpher.nl, archieve,

universiteitleiden.nl, nla.gov.au, dan lainnya. Teknik

pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mempelajari buku-

buku dalam usaha memperoleh beberapa teori maupun argumen

yang dikemukakan oleh para ahli terkait masalah yang diteliti.

Sedangkan teknik dokumentasi ialah cara mengumpulkan

data melalui sumber tertulis terutama berupa arsip-arsip dan

termasuk juga buku-buku, teori, dalil-dalil, atau hukum-hukum

dan lain-lain, yang berhubungan dengan masalah yang akan

diteliti.19

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, teknik

dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkrip, majalah, surat kabar, agenda, dan

sebagainya.20

Dari sisi sumbernya, peneliti menggunakan sumber

primer, baik berupa arsip maupun surat kabar dan media

informasi lainnya yang sezaman. Sedangkan sumber sekunder

juga diperlukan untuk mendukung, yakni dengan mencarinya

pada buku-buku literatur, jurnal ilmiah, surat kabar, dan dokumen

yang sesuai serta mampu menunjang dan relevan dengan

penelitian ini.

Berlandaskan metode sejarah seperti di atas, maka peneliti

melakukan tahapan penelitian yang meliputi pencarian dan

menghimpun sumber, mengkritisi sumber yang dihimpun,

18 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan..., hlm. 133.

19 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan..., hlm. 134. 20

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan

Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993, hlm. 188.

Page 38: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

19

memahami dan menganalisis serta menafsirkan fakta, dan

akhirnya merekonstruksi fakta menjadi sintesis kisah sejarah

yang sistematis dan kronologis secara tertulis.

Dalam tataran operasional, penelitian saya mulai dengan

mencari serta mengumpulkan sumber sejarah, baik yang bersifat

primer maupun sekunder. Sumber primer yang digunakan

meliputi arsip, koran, majalah, dan biografi tokoh-tokoh Belanda

dan Lampung yang berperan atau terlibat dalam peristiwa yang

didapat dari kantor arsip, tokoh adat Lampung, dan website-

website Belanda. Adapun sumber sekunder adalah hasil analisa

terhadap sumber sejarah yang telah dilakukan pihak lain, baik

berupa buku, majalah, dan jurnal ilmiah.

Sebagai contoh beberapa sumber berupa buku yang

dijadikan rujukan utama antara lain, yaitu: Zuid Sumatra

Economisch Overzicht, De Pepercultuur in de Buitenbezittingen,

Eerste Zuid Sumatra Conferentie, dan Perubahan Rejim dan

Dinamika Sosial di Banten: Masyarakat, Negara, dan Dunia

Luar Banten 1750-1830. Untuk majalah ialah Economisch

Statistische Berichten dalam berbagai tahun terbit sesuai

kebutuhan. Sedangkan jurnal utama ialah Bijdragen tot de Taal,

Land, en Volkenkunde van Nederlandsch Indie.

Setelah sumber terkumpul, kegiatan peneliti selanjutnya

adalah melakukan kritik terhadap sumber-sumber yang didapat

untuk menguji apakah sumber tersebut valid atau tidak, serta

layak dan menunjang kegiatan penelitian yang dilakukan. Jenis

kritik dilakukan dengan kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern

bertujuan melihat derajat orisinalitas sumber. Sedangkan kritik

Page 39: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

20

intern bertujuan meneliti kebenaran isi dari sumber yang

diperoleh.

Sebagai contoh tahapan ini ialah mengkritisi kebanyakan

penulisan sejarah Raden Intan II, dinyatakan bahwa ia tewas

dikeroyok oleh kelompok Raden Ngerapat dan tentara Belanda,

namun pada memoar Weitzel, seorang kapten ajudan dalam

ekspedisi militer di Lampung, bertanggal 12 Oktober 1856

dinyatakan bahwa tentara Belanda tidak dapat ikut serta dalam

pertemuan itu agar Raden Intan II tidak merasa curiga. Terlebih

ada perbedaan keinginan antara Raden Ngerapat dengan Belanda.

Belanda menginginkan Raden Intan II dalam kondisi hidup agar

dapat diadili, sedangkan Raden Ngerapat berkehendak hanya

akan menyerahkan jenazah Raden Intan II kepada Belanda.

Setelah melakukan kritik sumber, peneliti melakukan

penafsiran berbagai fakta yang diperoleh untuk memberi makna

dan penjelasan agar menjadi rangkaian yang logis untuk

selanjutnya dilakukan pembentukan konsep dan generalisasi

sejarah. Sebagai contoh dalam tahapan ini ialah dari data-data

statistik yang ada menunjukkan penggunaan lahan yang sangat

massif untuk perusahaan perkebunan menjadikan Belanda sukses

membangun ekonomi berbasis ekspor untuk kemajuan negeri

induk.

Hal lainnya ialah pada pembangunan infrastruktur yang

kompleks dibangun oleh Belanda hanyalah bermanfaat secara

signifikan bagi perkembangan ekonomi mereka dibanding

pribumi, baik dengan alasan distribusi maupun penghancur

dinding isolasi. Selanjutnya, pengerahan tenaga kerja dari Jawa

Page 40: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

21

dengan dalih solusi bagi kepadatan pun nyatanya menjadi

jawaban atas krisis sumber daya kuli di Lampung. Hal itu tidak

hanya karena pribumi Lampung yang sedikit, tapi juga

keengganan mereka menjadi buruh.

Langkah terakhir yang dilakukan peneliti adalah

melakukan penyusunan hasil interpretasi dan merekonstruksi

fakta menjadi sintesis kisah sejarah yang sistematis dan

kronologis secara tertulis. Hasil penelitian direkonstruksi secara

berurut mulai dari upaya Belanda melakukan kolonialisme di

Lampung dengan langkah perolehan wilayah melalui cessie dan

conquest, membangun hegemoni politik, dan akhirnya menguasai

dan membangun ekonomi Lampung untuk kepentingan kolonial

dengan berbagai langkah politik ekonominya.

B. Landasan Teori

1. Teori Kolonialisme

Tesis ini mengkaji salah satu aktivitas kolonialis dalam

bidang ekonomi pada sebuah bangsa, yakni Belanda terhadap

Lampung. Membahas kolonialisme adalah membincangkan

proses, sebagaimana dinyatakan oleh Matthew Craven bahwa

kolonialisme bukan hanya tentang mendapatkan sesuatu sebagai

properti, tetapi tentang mengubah sesuatu menjadi properti.21

Kolonialisme Belanda bukan hanya menguasai Indonesia sebagai

properti, tapi mengolah Negeri ini, dan Lampung khususnya agar

21 Matthew Craven, “Colonialism and Domination”, dalam

Fassbender, Bardo, dan Peters, (ed.), Oxford Handbook of the History of

International Law, (Oxford: Oxford University Press, 2012), hlm. 888.

Page 41: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

22

menjadi properti bagi mereka. Untuk itu diperlukan pijakan teori

mengenai kolonialisme yang meliputi definisi, pola, karakteristik,

dan tipologinya.

Sebagai sebuah fenomena sosial politik dengan riwayat

panjang dalam sejarah, tentu sudah banyak definisi mengenai

kolonialisme. Chris Kortright menyatakan bahwa kolonisasi

didasarkan pada doktrin hierarki budaya dan supremasi.

Menurutnya kolonialisme adalah dominasi oleh pusat

metropolitan yang memerintah wilayah yang jauh melalui

penempatan pemukim. Karakteristik kolonialisme ialah dominasi

politik dan hukum atas masyarakat, hubungan ketergantungan

ekonomi dan politik, dan melembagakan ketidaksamaan ras dan

budaya. Untuk memaksakan kekuatan dominasi, mereka

melakukan penyerangan, perampasan tenaga kerja dan sumber

daya, penjara dan pembunuhan. Perbudakan pribumi dan tanah

mereka adalah tujuan utama penjajahan.22

Jurgen Osterhammel melalui bukunya Colonialism: A

Theoretical Overview, berusaha mengenali kolonialisme dari asal

kata dalam tiga bentuk derivatifnya, yakni kolonisasi adalah

proses akuisisi teritorial; koloni ialah jenis tertentu dari organisasi

sosial politik; dan kolonialisme yaitu sistem dominasi.23

Jadi

kolonialisme adalah suatu sistem dominasi dengan jalan

22 Chris Kortright, Colonization and Identity, diakses dari

theanarchhistlibrary.org pada 20 Oktober 2018. 23

Michael D. Callahan, Review of Osterhammel, Jurgen,

Colonialism: A Theoretical Overview, diakses dari H-Diplo, H-Net Reviews

pada 20 Oktober 2018.

Page 42: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

23

mengakuisisi dan membentuk suatu tatanan organisasi sosial

politik pada wilayah yang dikuasai.

Ronald J. Horvath menyatakan bahwa kolonialisme

merupakan dominasi dalam bentuk kontrol oleh individu atau

kelompok atas wilayah dan perilaku individu-individu kelompok.

Kolonialisme juga sebagai bentuk eksploitasi, dengan penekanan

pada variabel ekonomi, dan sebagai proses perubahan budaya.

Adapun dominasi sendiri berkaitan erat dengan konsep

kekuasaan.24

Berbicara mengenai pola terbentuknya kolonialisme,

menurut Horvath hal itu mengacu pada dominasi kelompok dan

bukan pada hubungan sosial dan proses di antara kumpulan

individu di tingkat keluarga atau klan. Terdapat dua tipe dominasi

kelompok, yaitu antar-kelompok dan intra-kelompok. Kriteria

yang digunakan untuk membedakan keduanya adalah

homogenitas atau heterogenitas budaya. Dominasi antar-

kelompok mengacu pada proses dominasi dalam masyarakat

dengan budaya heterogen, sedangkan dominasi intra-kelompok

merujuk pada kultur yang homogen.25

Setelah dominasi maka perlu dilihat ada tidaknya

sejumlah pemukim/koloni permanen yang signifikan. Bagian ini

akan membedakan antara kolonialisme dengan imperialisme.

Kolonialisme mengacu pada bentuk dominasi antar-kelompok di

mana pemukim dalam jumlah yang signifikan bermigrasi secara

24 Ronald J. Horvath, “A Definition of Colonialism”, dalam Jurnal

Current Anthropology, Vol. 13, No. 1, (February 1972), hlm. 46. 25

Ronald J. Horvath, “A Definition of Colonialism..., hlm. 46.

Page 43: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

24

permanen ke koloni dari kekuatan kolonisasi, sedangkan

imperialisme jika pun ada kolonis permanen jumlahnya kecil.26

Berdasarkan pola hubungan antara kekuatan koloni

dengan yang didominasi, terbentuk tiga klasifikasi yang menjadi

tipologi kolonialisme sebagai berikut:27

1. Eksterminasi (extermination), penjajahan dengan

pembasmian atau memusnahkan bangsa terjajah.

2. Asimilasi (assimilation), terjadi hubungan dalam bentuk

transfer budaya dari penjajah kepada terjajah.

3. Keseimbangan Relatif (relative equilibrium), yakni

kolonialis tidak memusnahkan atau mengasimilasi pribumi.

Kolonialis dan penduduk asli dapat hidup berdampingan atau

terpisah. Tetapi dalam kedua kasus, ketiadaan akulturasi atau

pembasmian bukan bermakna tidak ada perubahan budaya

yang terjadi. Inilah tipe kolonialisme Belanda di Indonesia.

Dari sudut pandang pemikir Marxis yang berlandaskan

perkembangan kapitalisme, mereka membagi dua periode

kolonialisme, yaitu kolonialisme awal pra-kapitalis dan

kolonialisme modern yang didirikan berdampingan dengan

kapitalisme di Eropa Barat. Kolonialisme modern melangkah

lebih jauh dengan tidak sekadar mengeksploitasi kekayaan negeri

terjajah, tetapi juga merestrukturisasi ekonomi negara-negara

tersebut, menarik mereka ke dalam hubungan yang kompleks

dengan negara mereka sendiri, sehingga ada aliran sumber daya

manusia dan alam antara negara-negara jajahan dan kolonial.

26 Ronald J. Horvath, “A Definition of Colonialism..., hlm. 47.

27 Ronald J. Horvath, “A Definition of Colonialism..., hlm. 47.

Page 44: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

25

aliran ini bekerja di kedua arah -budak dan buruh kontrak serta

bahan baku diangkut untuk memproduksi barang di metropolis,

atau di lokasi lain untuk konsumsi metropolitan, tetapi koloni

juga menyediakan pasar bagi barang-barang Eropa-.28

Merujuk kepada definisi, terdapat suara bulat yang

menunjukkan bahwa karakter kolonialisme ialah berbagai bentuk

eksploitasi terhadap sumber daya koloninya. Istilah eksploitasi

kolonial dapat diartikan sebagai kebijakan dari kekuatan kolonial

yang dirancang untuk untuk menguntungkan ekonomi

metropolitan, khususnya melalui pengiriman modal, baik milik

pemerintah atau swasta, dapat pula melalui pengamanan bahan

baku dan pasar baru untuk barang-barang diproduksi dalam

negeri. Landes (1961) menghubungkan eksploitasi kolonial

dengan pemaksaan, yang mengarah pada kerja buruh dengan

upah lebih rendah atau pembelian produk dengan harga lebih

rendah daripada yang didapat di pasar bebas.29

Definisi lebih lanjut dari eksploitasi kolonial menyangkut

beban perpajakan. Walaupun penguasa pra-kolonial juga

menerapkan sistem pajak, kolonialisme menggantikan satu

bentuk pemangsaan fiskal dengan yang lain. Pengenaan pajak

tunai sering digunakan sebagai alat untuk memaksa pembudidaya

pribumi ke dalam pasar tenaga kerja atau untuk memproduksi

28 Ania Loomba, Colonialism/Postcolonialism, (New York:

Routledge, 2000), hlm. 3. 29

Anne Booth, “Varieties of Exploitation in Colonial Settings: Dutch

and Belgian Policies in Indonesia and the Congo and their Legacies”, dalam

Ewout Frankema dan Frans Buelens (ed.), Colonial Exploitation and

Economic Development: The Belgian Congo and the Netherlands Indies

Compared, (New York: Routledge, 2013), hlm. 61.

Page 45: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

26

tanaman untuk dijual. Masih menurut Landes, ketika para pekerja

dipaksa menjadi pekerja upahan untuk membayar pajak, tingkat

upah dimanipulasi untuk menguntungkan para majikan

perusahaan-perusahaan besar yang berdomisili di metropolis

kolonial. Jika mereka menanam tanaman untuk dijual, harga

sering tertekan di bawah tingkat pasar dunia oleh pajak ekspor

atau regulasi pemasaran.30

2. Teori Penguasaan Wilayah

Langkah pertama kolonialisme adalah penguasaan atas

wilayah untuk memperoleh sumber daya yang dicari dan

dikuasai. Menurut Margaret Moore, istilah wilayah atau teritori

berasal dari kata territorium dalam bahasa Latin, yang terdiri dari

terra yang berarti „bumi‟, dan akhiran torium yang menunjukkan

„tempat terjadinya‟. Jadi teritori adalah bagian dari bumi tempat

terjadinya atau berlakunya kedaulatan. Moore berpendapat bahwa

gagasan modern tentang wilayah/teritori terkait erat dengan

otoritas yurisdiksi atas domain geografis dan politik yang

mendalam.31

Dalam hal menguasai wilayah ada beberapa teori tentang

cara memperolehnya. Cara-cara tradisional dari proses perolehan

kedaulatan atas suatu teritori berasal dari hukum Romawi.

Sejarah mencatat dasar dari teori pengambialihan hak atas suatu

wilayah ini dipinjam dari doktrin pengalihan hak barang

30 Anne Booth, “Varieties of Exploitation in Colonial Settings..., hlm.

61. 31

Margaret Moore, A Political Theory of Territory, (New York:

Oxford University Press, 2015), hlm. 15.

Page 46: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

27

(property) milik hukum Romawi.32

Selain itu penjelajahan dari

bangsa Eropa ke Amerika pada sekitar tahun 1492 sedikit banyak

memberikan cikal bakal formasi dari standar internasional

terhadap akuisisi.

Bangsa Eropa dengan kekuatan yang dimilikinya

membentuk standar dari proses akuisisi dengan cara membentuk

skema keuntungan timbal balik, yang mana pada dasarnya

memberikan keuntungan kepada bangsa Eropa itu sendiri.

Demikian juga Belanda dalam mengeruk keuntungan di tanah

koloninya dilakukan dengan jalan penguasan wilayah di

Indonesia.

Mendasarkan dari pendapat Lindley, bahwa terdapat

pihak-pihak atau subjek hukum internasional yang memiliki

kapasitas untuk melakukan akuisisi dan melaksanakan kedaulatan

terhadap wilayah. Pihak tersebut yaitu individu, korporasi atau

perusahaan berbasis piagam (charter), koloni, dan negara atau

liga negara.33

Korporasi adalah ciptaan negara yang diberi hak istimewa

dalam hal monopoli perdagangan, atau eksploitasi industri atas

tanah dalam wilayah tertentu, hak istimewa ini sering

digabungkan dengan kekuasaan dan tugas pemerintah. Dibentuk

dengan mekanisme penanaman saham dalam permodalan untuk

tujuan mendapatkan dividen. Model ini telah terbukti menjadi

instrumen yang meletakkan daerah-daerah besar ke dalam

32 M.F. Lindley, The Acquisition and Government of Backward

Territory in International Law, (London: Longmans, Green and Co. Ltd.,

1926), hlm. 286. 33

M.F. Lindley, The Acquisition..., hlm. 83.

Page 47: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

28

kekuasaan negara, dan dengan cara ini mereka telah

dimanfaatkan oleh kekuatan kolonial dunia. Dalam hal

kolonialisasi di Indonesia, perusahaan/korporasi yang melakukan

hal tersebut adalah VOC dengan hak Octroi-nya, dan kemudian

dialihkan kepada penguasaan oleh negara, yakni Belanda.

Adapun dua cara yang digunakan oleh Belanda untuk

menguasai wilayah Lampung adalah:

a. Penyerahan (Cessie)

Cessie merupakan pemberian hak atas suatu wilayah

kedaulatan antara satu negara dengan negara lain yang dilakukan

dengan sebuah perjanjian damai hasil sebuah peperangan antara

keduanya. Cara ini dapat disebut juga sebagai pengalihan

kedaulatan atas wilayah melalui sebuah perjanjian antara penjajah

dengan perwakilan penduduk asli wilayah tersebut.

Proses cesi dapat saja dilakukan oleh penguasa pribumi;

atau oleh kedaulatan yang maju, seperti negara modern, dapat

pula oleh siapa wilayah tersebut telah diperoleh sebelumnya. Satu

cesi dapat mencakup seluruh kedaulatan atas wilayah; atau hanya

mencakup sebagian dari kedaulatan, seperti dalam kasus di mana

kedaulatan eksternal diserahkan oleh seorang kepala pribumi atau

penguasa negara dengan imbalan perlindungan. Dapat juga

dengan jalan pertukaran, penjualan, atau hadiah.34

Cara demikian didasarkan atas prinsip bahwa hak

pengalihan wilayah kepada pihak lain adalah atribut fundamental

dari kedaulatan suatu negara. Penyerahan suatu wilayah mungkin

34 M.F. Lindley, The Acquisition..., hlm. 166.

Page 48: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

29

dilakukan secara sukarela atau dapat saja dilaksanakan dengan

paksaan akibat peperangan yang diselesaikan dengan sukses oleh

negara yang menerima penyerahan wilayah tersebut.35

b. Penaklukan (Conquest)

Penaklukan merupakan tindakan yang kejam (savage) dan

agresif. Namun kenyataannya banyak praktik-praktik agresi

militer pada akhirnya diterima oleh sebagian besar komunitas

internasional melalui pengakuan (recognition). Sejarahnya, pada

abad ke 19 tidak ada satupun kebiasaan internasional yang

membatasi hak negara untuk berperang, dengan begitu

penaklukan dan penggunaan kekerasan merupakan sesuatu yang

pasti (inevitably) diperbolehkan oleh hukum internasional

klasik,36

tanpa memperhatikan keadian atau ketidakadilan dari

tindakan tersebut.

Penaklukan pada akhirnya berhasil diakui sebagai suatu

proses pendudukan wilayah secara sah terjadi apabila perang

telah usai, pemenang telah ditentukan, dan terbuka baginya untuk

mencaplok sebagian atau seluruh wilayah. Hal tersebut

merupakan implikasi dari teori bahwa penguasaan suatu wilayah

tertentu yang ditaklukan mulai efektif ketika tidak ada

35 Adijaya Yusuf, “Penerapan Prinsip Pendudukan Efektif dalam

Perolehan Wilayah: Perspektif Hukum Internasional”, Jurnal Hukum dan

Pembangunan, No. 1 Tahun XXXIII, (Januari-Maret 2003), hlm. 17. 36

Lukmanul Hakim Lubis, The Acquisition of a Territory: “Modes,

History and the International Practices, diakses dari

fh.unpad.ac.id/file/2017/01/Tulisan-2.pdf, pada 12 April 2018.

Page 49: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

30

kemungkinan atau kesempatan pun dari negara yang ditaklukkan

untuk dapat kembali meraih wilayahnya.37

3. Teori Hegemoni

Setelah berhasil menguasai wilayah, maka langkah

selanjutnya ialah membangun kekuasaan atas realitas non-fisik

yang juga sangat berpengaruh bagi berlangsungnya kolonialisme.

Realitas yang akan dikuasai tersebut dapat saja meliputi domain

politik, ekonomi, sosial budaya, ideologi, pendidikan dan lain

sebagainya. Untuk mengenali kekuasaan tersebut dari pihak

penjajah terhadap terjajah, di sini saya gunakan konsep

hegemoni.

Hegemoni itu sendiri adalah kekuatan atau dominasi yang

dimiliki oleh kelompok sosial atas orang lain, yang merujuk pada

kondisi "saling ketergantungan asimetris" hubungan politik-

ekonomi-budaya di antara negara-bangsa atau perbedaan di

antara kelas-kelas sosial dalam suatu bangsa. Definisi lain

menurut Stuart Hall, hegemoni adalah dominasi dan sub-ordinasi

dalam hubungan yang terstruktur oleh kekuasaan. Hall

melanjutkan, bahwa kelas dominan menetapkan batas mental dan

struktural dalam kelas-kelas sub-ordinat “hidup” dan memahami

sub-ordinasi mereka sedemikian rupa untuk mempertahankan

dominasi.38

37 M.F. Lindley, The Acquisition..., hlm. 160-161.

38 James Lull, Media, Communication, Culture: A Global Approach,

(Cambridge: Polity Press, 2000), hlm. 33-34.

Page 50: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

31

Adapun konsep hegemoni Gramsci menurut Gwynn

Williams adalah sebuah tatanan mengenai cara hidup dan

pemikiran tertentu yang dominan, yakni adanya satu konsep

realitas tersebar di seluruh masyarakat dalam semua manifestasi

institusionalnya, memberi informasi dengan semangat, semua

rasa, moralitas, kebiasaan, prinsip-prinsip agama dan politik, dan

semua hubungan sosial, khususnya dalam konotasi intelektual

dan moral mereka.39

Ada tiga konsep pokok dalam teori hegemoni Gramsci,

yaitu ekonomi (economy), masyarakat politik (political society),

dan masyarakat sipil (civil society).40

Pertama, ekonomi adalah

konsep yang diartikan sebagai cara produksi yang dominan dalam

masyarakat yang terdiri dari teknik produksi dan hubungan sosial

produksi. Kedua, masyarakat politik merupakan tempat

berlangsungnya birokrasi dan munculnya monopoli negara atas

cara-cara kekerasan.41

Istilah tersebut merujuk kepada hubungan

koersif yang mewujud dalam berbagai lembaga negara, seperti

angkatan bersenjata, polisi, penjara, dan kelengkapan lainnya.

Selain tindakan koersif, negara juga berperan membangun

konsensus melalui pendidikan dan fungsi kelembagaan. Ketiga,

masyarakat sipil adalah arena berlangsungnya persetujuan,

39 Joseph A. Woolcock, “Politics, Ideology, and Hegemony in

Gramsci‟s Theory” Jurnal Social and Economic Studies, Vol. 34, No. 3,

(September 1985), hlm. 204. 40

Quintin Hoare and Geoffrey Nowell Smith (ed.), Selections from

the Prison Notebooks of Antonio Gramsci, (New York: International

Publishers, 1971), hlm. 262. 41

Walter L. Adamson, Hegemony and Revolution. Antonio Gramsci’s

Political and Cultural Theory, (California: University of California Press,

1980), hlm. 170.

Page 51: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

32

hegemoni, dan pengarahan, dalam oposisi konseptual terhadap

negara (masyarakat politik) yang merupakan tempat paksaan,

kediktatoran, dan dominasi. Karenanya, masyarakat sipil

sekaligus merupakan medan politik tempat kelas dominan

mengatur hegemoni dan domain di mana partai-partai dan

gerakan-gerakan oposisi berorganisasi, memenangkan sekutu dan

membangun kekuatan sosial mereka.42

Berdasarkan teori hegemoni Gramsci, akan terlihat bahwa

Belanda berupaya membangun dominasinya atas masyarakat

Lampung, baik dengan langkah koersif ketika ada perlawanan

atau kekacauan dan penciptaan keteraturan, serta pencapaian

konsensus yang terpaksa diterima pribumi yang belum mampu

membangun kembali daya kontra-hegemoni pasca ditaklukkan

pada tahun 1856. Bentuk hegemoni Belanda atas Lampung ialah

bidang politik melalui penguasaan dan pengintegrasian

pemerintahan marga ke dalam format pemerintahan Hindia

Belanda, serta kemudian bidang ekonomi dengan lahirnya

regulasi di berbagai sektornya.

4. Teori Politik Ekonomi

Regulasi merupakan hasil dari kehendak politik yang lahir

dari konsensus berbagai elemen pemangku kepentingan dalam

masyarakat. Berbicara masalah regulasi di bidang ekonomi

berarti mengaitkan politik dan ekonomi. Kaitan keduanya dapat

dilihat dari kekuatan politik dan ekonomi yang sangat berperan

42 David Forgacs (ed.), The Antonio Gramsci Reader: Selected

Writings 1916-1935, (New York: New York University Press, 2000), hlm. 224.

Page 52: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

33

dalam interaksi strategis di antara berbagai kepentingan di setiap

proses pembuatan kebijakan. Bahkan sampai disebut bahwa

kolaborasi antara politik dan ekonomi adalah jantung dari

pembuatan kebijakan publik. Hal itulah yang menjadi inti dari

konsep yang dikenal sebagai "politik ekonomi" (political

economy/political economics).43

Secara arti kata, politik ekonomi berasal dari gabungan

kata dalam bahasa Yunani, yaitu politikos - negara, sosial; oikos -

rumah tangga atau manajemennya; dan nomos - aturan atau

hukum, maka secara luas dapat diartikan sebagai “hukum

manajemen negara”.44

Adapun definisi politik ekonomi secara

istilah adalah suatu strategi, kebijakan, dan program ekonomi

atau lebih sederhana disebut kebijakan ekonomi. Kebijakan

ekonomi tersebut merupakan suatu keputusan politik, yang

didasarkan pada pertimbangan rasionalitas ekonomi.45

Istilah politik ekonomi pertama kali digunakan oleh

merkantilis Prancis, Antoine de Montchrestien dalam karyanya

berjudul Treatise of Political Economy pada tahun 1615, yang

berisi rekomendasi tentang bagaimana menjalankan ekonomi

negara dan melipatgandakan kekayaan negara. Walaupun

43 Pendekatan penggunaan istilah yang sesuai pertama kali disebut

political economy, tetapi kemudian dikenal sebagai political economy atau

political economics. Dalam Agnes Benassy-Quere, et.al., Economic Policy:

Theory and Practice, (New York: Oxford University Press, 2010), hlm. 04.

Gordon C. Rausser, Johan Swinnen, dan Pinhas Zusman, Political Power and

Economic Policy: Theory, Analysis, and Empirical Applications, (New York:

Cambridge University Press, 2011), hlm. 03. 44 Sergei Ilyin dan Alexander Motylev, What is Political Economy?

(Moscow: Progress Publishers, 1986), hlm. 104. 45

Didik J. Rachbini, Politik Ekonomi Baru Menuju Demokrasi

Ekonomi, (Jakarta: Grasindo, 2001), hlm. 43.

Page 53: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

34

kemudian terus terjadi perkembangan, namun istilah politik

ekonomi pada periode merkantilisme pada dasarnya adalah aturan

tentang pengelolaan urusan negara. Merkantilisme sendiri

merupakan paham yang meyakini pentingnya peran perdagangan

bagi perekonomian, dan emas serta uang merupakan bentuk

utama dari kekayaan.46

Analisis politik ekonomi berupaya menjelaskan pemilihan

dan implementasi kebijakan publik. Kaitan ini dalam proses

pembuatan kebijakan sebagai fungsi birokrasi pemerintah dan

tindakan para pemangku kepentingan. Kelompok-kelompok

kepentingan sebagai agen yang mewakili pemangku kepentingan

adalah unit analisis. Dalam proses pembuatan kebijakan,

kelompok-kelompok kepentingan bersaing dengan memanfaatkan

segala kemampuan sumber daya materi dan non-materi untuk

memproduksi tekanan yang dapat mempengaruhi rancangan dan

implementasi kebijakan secara taktis. Setelah kebijakan

dirancang dan atau selanjutnya berhasil diimplementasikan,

proses dimulai dengan penilaian pemenang dan yang kalah.

Beberapa kelompok memikul beban kebijakan publik, dan

kelompok lain dapat menuai keuntungan dari kebijakan

tersebut.47

Formulasi politik ekonomi dalam sejarahnya adalah

kerangka “teori negara,” atau dalam bentuknya yang paling awal,

kerangka “politik ekonomi radikal”. Di sini, kekuatan politik

46 Sergei Ilyin dan Alexander Motylev, What is Political Economy?...,

hlm. 103-104. 47

Gordon C. Rausser, Johan Swinnen, and Pinhas Zusman, Political

Power and Economic Policy:..., hlm. 4.

Page 54: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

35

memainkan peran penting. Kelompok kepentingan dibentuk oleh

dua kelas: kelas kapitalis dominan dan kelas pekerja. Dalam versi

yang paling sederhana, kelas dominan atau pemilik modal

menggunakan kekuatan politik mereka untuk mengendalikan

sumber daya negara. Kelas dominan mentransfer kekayaan ke

dirinya sendiri melalui pemerintah dengan berbagai mekanisme

kelembagaan.48

Berdasarkan teori di atas, hegemoni ekonomi yang

dibangun melalui ketetapan regulasi, berkaitan dengan penerapan

prinsip ekonomi yang dianut oleh Belanda. Prinsip-prinsip

tersebut lahir dari kontestasi para pemangku kepentingan di

negeri induk, yang titik simpulnya adalah agar tanah koloni dapat

mentransfer kekayaan besar bagi mereka melalui pemerintahan

Hindia Belanda dengan segala perangkat dan kelembagaannya.

Berbagai bentuk dan perubahan kebijakan ekonomi yang

pernah diterapkan di Lampung yang juga mengikuti kebijakan

nasional merupakan gambaran adanya persaingan dan berlakunya

pengaruh pemangku kepentingan dengan segala kekuatan

mereka, baik secara politik di gedung parlemen, maupun kapital

dalam wajah korporasi dan investasi. Kebijakan yang

dimunculkan itu secara berurut ialah Cultuurstelsel, Liberal, dan

Politik Etis.

Kebijakan eksploitatif pertama ialah Cultuurstelsel yang

merupakan rumusan pemikiran dari kalangan konservatif dengan

menitikberatkan peran negara pada penguasaan langsung

48 Gordon C. Rausser, Johan Swinnen, and Pinhas Zusman, Political

Power and Economic Policy:..., hlm. 11.

Page 55: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

36

ekonomi. Paradigmanya menjadikan tanah koloni lebih berdaya

guna dan menyelamatkan krisis finansial negeri induk. Pada masa

ini, komoditi di Lampung yang menjadi andalan untuk terus

diproduksi guna kepentingan ekspor ialah lada.

Kebijakan selanjutnya yakni ekonomi Liberal yang

dikonsep oleh kapitalis dalam arus liberalisme. Peran negara

dalam ekonomi pada periode ini mulai disusutkan, ia tidak lagi

menjadi operator melainkan sebagai administrator pencipta

regulasi yang menarik peran swasta untuk menggerakkan roda

perekonomian di tanah koloni dengan kekuatan modalnya. Modal

yang diinvestaikan di Lampung melalui sistem sewa tanah

mewujud dalam pembentukan perusahaan-perusahaan yang

berbasis perkebunan dengan karet dan kopi sebagai komoditas

utama.

Di akhir masa terdapat Politik Etis yang merupakan hasil

pengkritisan terhadap kebijakan terdahulu dengan cita-cita

idealnya ditujukan sebagai bentuk balas budi kepada pribumi.

Melalui tiga kebijakan utama yang diproyeksikan akan

berpengaruh langsung pada kesejahteraan pribumi, -emigrasi,

irigasi, edukasi- Lampung dipilih menjadi lokasi realisasi dan

tujuan perdana dari program emigrasi dengan nama kolonisasi

(kolonisatie) yang diikuti program irigasi.

C. Kajian Pustaka

Penulis mencoba mencari dan menemukan beberapa karya

ilmiah yang memiliki objek kajian setipe atau bersinggungan

dengan permasalahan yang akan diteliti. Tidak banyak hasil

Page 56: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

37

kajian yang memfokuskan Lampung masa kolonial dalam bentuk

spesifik dan utuh, lebih sering dijumpai periode tersebut hanya

disinggung yang merupakan bagian dari keluasan isi kajian,

sebagaimana misalnya buku Sejarah Daerah Lampung. Maka

penulis menemukan beberapa karya yang membicarakan tentang

sejarah Lampung pada masa kolonialisme yang lebih banyak

menyoroti aspek ekonomi, politik, dan konflik. Karya tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung Tahun 1816-

1942.49

Karya ini ditulis oleh Laelatul Masroh yang mengkaji

sejarah Lampung sebagai salah satu wilayah yang produksi

ladanya dipertahankan karena lada hitam lampung termasuk

komoditi yang terbaik. Petani lada diwajibkan untuk menjual

produknya kepada pemerintah kolonial melalui kepala-kepala

marga. Lada merupakan komoditi wajib untuk ditanam namun

dalam skala yang kecil. Wilayah produksi lada dibatasi untuk

menjaga harga lada. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

kemunduran dan kemajuan perdagangan lada di Lampung yaitu

penyakit tanaman, kesalahan dalam mengelola, hama, dan

digantikan dengan tanaman ekspor lainnya. Dalam

pengembangan perkebunan, pemerintah membutuhkan karyawan

49 Laelatul Masroh, “Perkebunan dan Perdagangan Lada di Lampung

Tahun 1816-1942”, Jurnal Sejarah dan Budaya, Tahun ke-9, No. 1, (Juni

2015), hlm. 64-78.

Page 57: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

38

yang terdidik sehingga memunculkan sekolah-sekolah di berbagai

wilayah di Lampung.

2. Perdagangan Lada di Lampung dalam Tiga Masa 1653-

1930.50

Kajian tersebut ditulis oleh Iim Imadudin. Masih sama

seperti judul pertama, yakni fokus dalam bidang kebijakan

ekonomi. Artikel ini mengungkap dinamika perdagangan lada di

Lampung dalam tiga sistem politik. Dan gambaran terjadinya

perebutan pengaruh di kawasan tersebut tercipta dalam pola

dominasi dan subordinasi. Lampung sebagai penghasil lada

berada dalam pengaruh Banten, VOC, dan pemerintah Hindia

Belanda. Dengan demikian, tidak terhindarkan berlangsungnya

eksploitasi ekonomi di dalam hubungan tersebut.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dinamika

perdagangan lada di Lampung tidak terlepas dari berbagai pihak

yang bersaing. Para pemainnya adalah Kesultanan Banten, VOC,

dan pemerintah Hindia Belanda. Namun, tidak dapat

dikesampingkan peranan elit lokal Lampung. Memudarnya

perdagangan lada, selain karena faktor internal, seperti tidak

optimalnya pemeliharaan kebun lada, juga disebabkan

menurunnya permintaan dari pasar internasional. Faktor

monopoli perdagangan lada oleh kekuatan asing turut

50 Iim Imadudin, “Perdagangan Lada di Lampung dalam Tiga Masa

(1653-1930)”, Jurnal Patanajala, Vol. 8, No. 3, (September 2016), hlm. 349-

364.

Page 58: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

39

menghancurkan sistem perdagangan lada yang telah berlangsung

cukup lama.

3. Perlawanan Keratuan Islam Darah Putih terhadap

Kolonialisme Belanda di Lampung Tahun 1850-1856 M.51

Penelitian tersebut merupakan karya Binti Fadilah Arfi

berupa kajian yang membahas gerakan perlawanan Keratuan

Islam Darah Putih terhadap kolonialisme Belanda di Lampung

Selatan tahun 1850-1856 M. Keratuan Islam Darah Putih

merupakan salah satu penguasa di Lampung yang mempunyai

hubungan darah dengan kesultanan Banten.

Pembahasan tentang gerakan perlawanan ini merupakan

kelanjutan dari penelitian yang sudah ada dengan memfokuskan

tahun 1850-1856 M sebagai proses dan memuncaknya gerakan

perlawanan masyarakat Islam serta berakhirnya pemerintahan

Islam yang ada di Lampung, yaitu Keratuan Islam Darah Putih.

Selain itu perlawanan Keratuan Islam Darah Putih pada tahun

1850-1856 ini merupakan perlawanan dalam skala besar yang

melibatkan sebagian masyarakat Banten dan Lampung.

Pembahasan yang dikaji dalam penelitian ini meliputi

beberapa hal penting. Pertama, keadaan Lampung sebelum terjadi

perlawanan Keratuan Islam Darah Putih, kedua proses terjadinya

gerakan perlawanan Keratuan Islam Darah Putih, mulai dari

51 Binti Fadilah Arfi, “Perlawanan Keratuan Islam Darah Putih

terhadap Kolonialisme Belanda di Lampung Tahun 1850-1856 M”, Jurnal

Juspi, Vol. 1, No. 1, (2017), hlm. 87-111.

Page 59: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

40

persiapan hingga terjadinya perang, dan ketiga, dampak yang

dihasilkan dari gerakan perlawanan.

4. Sungai Tulang Bawang dalam Perdagangan Lada di

Lampung pada Periode 1648 hingga 1914.52

Karya yang ditulis oleh Gregorius Andika Wibowo ini

mengkaji pasang surut peran sungai Tulang Bawang sebagai jalur

transportasi dalam perdagangan komoditas lada di Lampung

sejak masa kekuasaan Banten hingga Hindia Belanda. Di situ

diuraikan peran penting sungai pada periode puncak keramaian

hingga perjalanan menuju kesurutan karena digerus oleh

kehadiran sarana transportasi modern melalui jalur darat berupa

jalan raya dan rel kereta api yang dibangun oleh pemerintah

Belanda di Sumatera Selatan. Untuk jalur Lampung sendiri

dimulai dari Teluk Betung hingga Martapura.

5. Aktivitas Ekonomi dan Perdagangan di Karesidenan

Lampung pada Periode 1856 hingga 1930.53

Karya Gregorius Andika Wibowo dalam jurnal ini

memiliki titik singgung yang erat dengan tesis yang saya tulis,

terutama pada sisi pembangunan dan aktivitas ekonominya.

Sedangkan perbedaannya nampak pada upaya dominasi politik

dan implementasi kebijakan bagi perkembangan ekonomi.

52 Gregorius Andika Wibowo, “Sungai Tulang Bawang dalam

Perdagangan Lada di Lampung pada Periode 1648 hingga 1914”, Jurnal

Masyarakat dan Budaya, Vol. 19, No. 2, (2017), hlm. 253-268. 53

Gregorius Andika Wibowo, “Aktivitas Ekonomi dan Perdagangan

di Karesidenan Lampung pada Periode 1856 hingga”, dalam Jurnal Patanjala,

Vol. 10, No. 2, (Juni 2018), hlm. 431-446.

Page 60: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

41

Ia mendeskripsikan aktivitas ekonomi dan perdagangan di

Lampung yang ditopang oleh sektor produksi perkebunan dan ada

sedikit pertambangan sebagai alternatif. Untuk membangkitkan

aktivitas itu dibuatlah kebijakan pemberian konsesi kepada

penguasaha dan diberi jaminan perlindungan, sehingga

mendorong eksploitasi ekonomi yang terstruktur dan turut

membuka pusat-pusat ekonomi baru di wilayah Lampung.

Terhadap banyak kendala pada sektor transportasi bagi

perdagangan, pemerintah membangun sejumlah infrastruktur dan

pelayanan pelayaran oleh KPM. Sedangkan untuk menangani

kekurangan tenaga kerja pada masa ekonomi tinggi, pelaksanaan

program koloniasasi adalah langkah yang menjadi solusi.

6. Pembangunan Irigasi Way Tebu sebagai Kebijakan Etis

Pemerintah Kolonial Belanda di Pringsewu Tahun 1927.54

Kajian lainnya tentang Lampung dengan nuansa ekonomi

ialah sejarah pembangunan irigasi Way Tebu yang ditulis oleh

Karsiwan pada tahun 2013. Karya ini menguraikan seluk-beluk

pentingnya membangun infrastruktur penunjang pertanian berupa

pengairan terkait peningkatan produksi beras yang merupakan

salah satu tujuan dari pelaksanaan program kolonisasi

berdasarkan konsep trias politica-nya Politik Etis.

Kehadiran para kolonis Jawa di Lampung memberi warna

pada budidaya padi melalui sistem sawah yang sebelumnya

54 Karsiwan, Pembangunan Irigasi Way Tebu sebagai Kebijakan Etis

Pemerintah Kolonial Belanda di Pringsewu Tahun 1927, diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/1631, pada tanggal 8

November 2018.

Page 61: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

42

memang tidak diterapkan di wilayah ini. Sistem sawah yang

membutuhkan lahan luas dan pengairan secara kontinyu, telah

mendorong pemerintah kolonial membangun sarana dan

penyediaan area untuk dibuka. Sarana yang dibangun tersebut

berupa irigasi di daerah Pringsewu dan Tanggamus yang diberi

nama Way Tebu. Sebagaimana diharapkan, akhirnya Lampung

berhasil meningkatkan produksi beras, bahkan terjadi surplus

untuk dikirim ke luar secara perdana pada tahun 1936.

Page 62: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

43

D. Kerangka Berpikir

Politik Ekonomi Belanda terhadap Lampung (1800-1942)

Permasalahan

Metodologi

Temuan

Bagaimana politik ekonomi

Belanda terhadap Lampung?

Kolonialisme

Pendekatan:

Ekonomi dan Politik

Teori

Penguasaan Wilayah

Hegemoni

Prakondisi Lampung

menuju kolonialisme

Cessie

Conquest

Politik:

Penataan administrasi

pemerintahan

Ekonomi:

Kebijakan

perekonomian

Produksi Distribusi Konsumsi Ketenagakerjaan

Hasil

Politik Ekonomi

Lada,

Karet,

Kopi,

Beras.

Sarana:

Jalan raya,

Kereta api,

Pelabuhan

Beras,

Garam,

Barang dan

jasa mewah

Pemenuhan

tenaga kerja

dengan program

kolonisasi.

Page 63: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

44

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dimulai dari

kehendak Belanda menguasai Lampung yang sangat potensial

dengan prinsip kolonialismenya. Untuk itu Belanda menerapkan

strategi dalam mengakuisisi wilayah dan membangun hegemoni

dalam bidang politik dan ekonomi. Kedua langkah tersebut

mulanya dijalankan dengan perolehan wilayah terlebih dahulu,

selanjutnya disusul dengan hegemonisasi secara beriringan

mengingat proses penguasaan atas wilayah Lampung berlangsung

dalam waktu yang panjang. Cara untuk memperoleh wilayah

ialah dengan cessie dan conquest, yang di dalamnya tergambar

pula sebuah reaksi dari masyarakat Lampung yang menjadi daya

hambat bagi laju penguasaan. Setelah kekuasan politik atas

wilayah stabil, maka dilanjutkan dengan membangun dominasi

ekonomi dalam berbagai sektornya melalui kebijakan politik

ekonomi.

Page 64: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

45

BAB III

PRAKONDISI LAMPUNG MENUJU KOLONIALISME

BELANDA

A. Kondisi Geografis Lampung

Bentang alam Lampung menyediakan jalan panjang bagi

kemajuan sekaligus tantangan untuk wilayah ini. Sebagaimana

muncul dan majunya peradaban di banyak kawasan yang bermula

dari interaksi manusia dengan lingkungannya. Demikian juga

kemajuan Lampung hingga didominasinya wilayah ini oleh

kekuatan luar tidak terlepas dari konsekuensi geografisnya.

Wilayah Lampung secara posisi dan topografi dapat

dikatakan cukup menunjang bagi prasyarat berkembangnya

peradaban. Dalam hal posisi, wilayah ini sangat strategis, yakni

berada di ujung selatan Sumatera dan berhadapan dengan Pulau

Jawa yang merupakan tempat dari banyak tumbuhnya pusat

politik, ekonomi, dan budaya. Salah satu yang terdekat ialah

Kesultanan Banten. Sedangkan di utaranya ialah pusat-pusat

perkembangan negara kerajaan Melayu Sumatera dan

Semenanjung Malaya, dengan jirannya ialah Kesultanan

Palembang. Di kemudian waktu interaksi antara Palembang dan

Banten berubah menjadi rivalitas hingga perang untuk

memperebutkan Lampung.

Berbatasan dengan Selat Sunda di selatan, Laut Jawa di

timur, dan Samudera Hindia di pesisir baratnya, semua itu

merupakan jalur komersil Nusantara dan dunia, dengan Selat

Page 65: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

46

Sunda sebagai gerbang utamanya menuju timur jauh,55

dimana

lalu lintas dunia berjalan, menjadikan Lampung dilirik serta

ditarik dalam arus ekonomi global.

Hal demikian terjadi sejak masa pra-aksara, Hindu-Budha,

Islam, hingga kolonialis Eropa. Yang disebut terakhir

sebagaimana Portugis tahun 1518-1520,56

dan kemudian Inggris

di pesisir barat Lampung pada 1713 yaitu Silebu/Krui. Lalu

akhirnya Belanda, yang juga sebelumnya pernah membentuk rute

baru bagi Eropa di pesisir barat Sumatera ke Selat Sunda demi

menghindari Portugis di Selat Malaka.

Dalam hal topografi, dataran tinggi dan pegunungan yang

curam dari rangkaian Bukit Barisan berada di sisi barat. Dihiasi

pesisir berlekuk membentuk teluk-teluk yang nyaman bagi

berlabuhnya kapal di sebelah tenggara,57

sedangkan dataran

rendah yang disebut “tanah tenggelam” oleh pegawai VOC

meliputi hampir setengah wilayah terdapat di bagian timur hingga

utara Lampung58

dilengkapi dengan mengalirnya sungai-sungai

besar yang bercabang, beranak dan membuahkan kesuburan,

55 Jeff Kingston, “Securing Sumatra's Pepper Peripheral: Resistance

and Pacification in Lampung during the 18th and 19th Centuries”, Southeast

Asia-Culture and History, No. 19, 1990, hlm. 88 56

Supangat, dkk., Sejarah Perkembangan Pemerintah di Lampung...,

hlm. 74 57

M.C. Koning, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra: Het Vervoer

over Water, (Weltevreden: Zuid Sumatra Land en Nijverheids Vereeniging,

1917), hlm. 03. 58

Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 32

Page 66: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

47

yang melalui itu kebudayaan masyarakat Lampung membentuk

coraknya.59

Beberapa sungai besar yang menjadi arena mengalirnya

kehidupan masyarakat Lampung ialah Way Tulang Bawang, Way

Sekampung, Way Seputih, Way Jepara, dan Way Mesuji di

bagian timur, serta Way Semangka di bagian barat.60

Sebagaimana Gusti Asnan menyatakan bahwa keberadaan Bukit

Barisan di sebelah barat menimbulkan perbedaan topografis yang

kontras antara barat dan timur Sumatera, menjadikan sungai-

sungai yang mengalir di sebelah timur umumnya besar, panjang,

dalam, dan berair tenang sehingga dapat dilayari hingga ke

pedalaman.61

Demikian pula dengan sungai-sungai besar tersebut

di atas.

Salah satu sungai yang berperan dalam sejarah Lampung

bahkan Sumatera adalah Sungai Tulang Bawang. Sungai yang

terletak di pantai timur Lampung ini telah memainkan peran

penting sejak kemunculan kerajaan Tulang Bawang sekaligus

59 Sejarah masyarakat Lampung dalam membentuk kesatuan sistem

adat dan pemerintahan berdasar pada aliran sungai yang mereka lalui dan

tempati atau menjadi tapal batas wilayah dan membentuk tata nama, misalnya

Lampung Pubian yang sejarahnya nenek moyang mereka menyusuri Way

Pengubuan hingga hulu Way/Sungai Pubian dan mereka bemukim di

sekitarnya. Maka mereka mengidentifikasi kelompoknya dengan nama sungai

tersebut. 60

Budi Wiryawan dkk., Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung,

(Bandar Lampung: Pemda Propinsi Lampung, 1999), hlm. 2. 61

Gusti Asnan, Perspektif Geografis Jaringan

Pelayaran/Perdagangan Sumatera (Indonesia Bagian Barat), Makalah

disajikan pada Konferensi Nasional Sejarah X di Jakarta pada 7-10 November

2016. Hlm. 4.

Page 67: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

48

kota pelabuhan Menggala dan perdagangan komoditas bagian

pedalaman, khususnya lada hingga masa kolonial.62

Dikelilingi oleh laut hampir di semua sisinya kecuali

bagian utara, maka menjadikan Lampung memiliki beragam

kenampakan alam perairan seperti teluk dan pantai yang

menunjang aktivitas kehidupan khas pesisir. Teluk Lampung dan

Teluk Semangka merupakan dua wilayah yang difungsikan untuk

membentuk komunitas politik dan ekonomi. Misalnya di Teluk

Lampung dengan pendirian Kampung Negeri sebagai kedudukan

Kebandaran Balak Marga di Teluk Betung dan pelabuhannya

yang menghadap Selat Sunda,63

yang terkenal sebagai mata rantai

pelayaran dan niaga di Nusantara bagian barat, dari masa

Kesultanan Banten hingga Belanda.

Di bawah kekuasaan Belanda, wilayah Lampung memiliki

batas-batas administratif sebagai berikut: bagian utara berbatasan

dengan Karesidenan Palembang (Distrik Komering Ilir), sebelah

timur dengan Laut Jawa, di selatan dengan Selat Sunda, barat

dengan Karesidenan Bengkulu (Distrik Krui) dan Karesidenan

Palembang (Distrik Belalau dan Komering Ulu). Perbatasan

tersebut sesuai dengan Keputusan Pemerintah 1 Juni 1824 No. 18

(Staatsblad 1824, No. 27).64

62 Gregorius Andika Wibowo, “Sungai Tulang Bawang..., hlm. 254.

63 Zafran Febriadi, Tinjauan Historis Masuk dan Berkembangnya

Islam di Teluk Betung, diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/2655, pada tanggal 04

Juli 2017. 64

F. G. Steck, “Topographische en Geographische Beschrijving der

Lampongsche Districten”, Jurnal Bijdragen tot de Taal-, Land- en

Page 68: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

49

B. Kondisi Demografi Lampung

Kondisi geografi yang menyediakan modal bagi kemajuan

kehidupan sebagaimana di atas menjadikan tanah Lampung

sebagai rumah harapan bagi penduduk asli maupun pendatang.

Para pendatang melihat wilayah yang subur dan strategis ini

cocok untuk menjadi arah migrasi dengan tujuan pemenuhan

ekonomi. Di lain sisi, tuan rumah pun memiliki sikap mental

yang terbuka dan penerimaan yang baik terhadap kedatangan

orang luar. Sehingga terjadilah interaksi yang dalam perjalanan

waktu membentuk corak dan komposisi demografis.

Hal ini penting dilihat karena demografi akan

berpengaruh kepada laju perkembangan ekonomi. Sebagaimana

diketahui bahwa jumlah penduduk Lampung yang sedikit

menjadikan daerah ini cenderung mengalami pelambatan karena

kekurangan sumber daya manusia untuk mengelola alamnya.

Sehingga kelak Belanda mempertimbangkan wilayah ini untuk

tujuan program kolonisasi.

Selanjutnya, dengan keberadaan para pendatang dari

berbagai suku bangsa di Nusantara dan bangsa asing, demografi

Lampung menunjukkan dinamisasinya. Dinamika itu nampak

dalam komposisi, jumlah, dan sebarannya. Secara jumlah,

penduduk selalu mengalami peningkatan, hal itu disebabkan oleh

tingkat fertilitas, booming ekonomi awal abad ke-20, dan migrasi,

terlebih ketika pemerintah Hindia Belanda mengadakan program

kolonisasi penduduk Jawa yang dimulai pada tahun 1905.

Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 8ste Deel, Nieuwe Volgreeks, 4e Deel,

1862, hlm. 70.

Page 69: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

50

Secara komposisi, di luar orang Lampung terdapat juga

suku-suku Nusantara lain seperti Melayu, Minangkabau, Banten,

Jawa, dan Bugis. Sedangkan bangsa asing terdapat orang

Tiongkok, Arab, dan Eropa. Dalam hal sebaran penduduk, lebih

banyak terkonsentrasi di daerah pemukiman dan pusat ekonomi

di tepian sungai atau pantai yang meliputi Teluk Betung, Tulang

Bawang, Sekampung, Seputih, dan Semangka. Pada tahun 1860,

data menunjukkan komposisi dan sebaran penduduk di Lampung

sebagai berikut:65

Tabel 1: Data sebaran penduduk berdasarkan suku bangsa per

wilayah.

Daerah Suku

Lampung

Suku

lainnya

Tiong

hoa

Arab Total

T. Betung 15.274 370 47 - 15.691

T. Bawang 23.383 468 4 - 23.855

Seputih 17.862 72 - 2 17.936

Sekampung 7.078 326 - - 7.404

Semangka 9.841 37 1 - 9.879

Dalam perkembangan lebih lanjut, data yang berhasil

dihimpun menunjukkan pertambahan komposisi dan jumlah

65 F. G. Steck, “Topographische en Geographische Beschrijving der

Lampongsche Districten”, Jurnal Bijdragen tot de Taal-, Land- en

Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 8ste Deel, Nieuwe Volgreeks, 4e Deel,

1862, hlm. 108.

Page 70: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

51

penduduk yang signifikan, namun tidak dijabarkan wilayah

sebarannya. Sebagaimana tampak dalam tabel di bawah ini:66

Tabel 2: Data pertumbuhan penduduk berdasarkan suku bangsa

Tahun 1912

Pribumi Eropa Tiongkok Arab Lainnya Total

157.781 146 1.186 103 3 159.219

Tahun 1920

Pribumi Eropa Bangsa asing lainnya Total

229.608 600 3.695 233.903

Dari semula Lampung merupakan wilayah dengan jumlah

penduduk yang masuk dalam kategori minim jika dibanding

daerah Sumatera lainnya. Namun sebagaimana yang lain, di sini

juga terus terjadi peningkatan sepanjang tahun. Pertumbuhan

jumlah penduduknya secara keseluruhan dapat dilihat dari data

berikut ini:

Tabel 3: Data jumlah penduduk67

Tahun Jumlah Tahun Jumlah

1854 82.967 1895 136.688

1870 107.725 1900 141.364

1875 116.067 1905 156.518

66 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914, Afl. X, Deel 1, lampiran 1. Statistisch Kantoor, Statistisch Jaar

Over icht van Nederlandsch-Indi -Statistical Abstract for the Netherlands

East-Indies, (Buitenzorg: 1928), hlm. 10. 67

H. Frijlink, Nieuw Handboek der Aardrijkskunde, (Amsterdam:

Hendrik Frijlink, 1858), hlm. 269. Statistisch Kantoor, Statistisch jaar

Overzicht, hlm. 10. J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht...,

hlm. 101.

Page 71: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

52

1880 125.400 1917 171.572

1885 118.550 1920 233.903

1890 127.300 1930 359.950

C. Mengenal Sosial Budaya Tanoh Lampung

Masyarakat Indonesia terdiri atas berbagai macam suku

bangsa dan kebudayaan yang hidup tersebar di gugusan pulau-

pulau, dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku bangsa di

Indonesia adalah Lampung, yang darinya dijadikan nama

propinsi. Daerah Lampung berubah menjadi Propinsi dari

sebelumnya karesidenan setelah memisahkan diri dari Propinsi

Sumatera Selatan pada tanggal 18 Maret 1964 berdasarkan UU

No. 14 tahun 1964. Daerah Lampung yang beragam adat dikenal

dengan semboyan "Sang Bumi Ruwa Jurai" atau "Rumah Tangga

Dua” (asal) keturunan yaitu penduduk asli dan penduduk

pendatang. Penduduk pendatang sebagian besar berasal dari

Jawa, Bali dan suku Sumatera lainnya. Penduduk asli disebut

Ulun Lampung yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi

dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat Lampung yang

beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang beradat

Peminggir atau Saibatin.

Asal usul orang Lampung adalah dari Sekala Berak yaitu

kerajaan yang letaknya di dataran tinggi Belalau, sebelah selatan

danau Ranau yang secara administratif kini berada di kabupaten

Page 72: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

53

Lampung Barat.68

Orang Lampung memiliki sruktur hukum adat

tersendiri. Memiliki bahasa dan juga merupakan salah satu suku

bangsa yang mengembangkan aksara yang disebut Had

Lampung.

Orang Lampung atau yang bisa disebut ulun Lampung

adalah masyarakat beradat Lampung yang tinggal di daerah yang

bertepatan di ujung pulau Sumatera. Ulun Lampung menurut adat

istiadat adalah ulun Lampung yang beradat Pepadun dan ulun

Lampung yang beradat Saibatin serta ulun Lampung asli yang

berasal dari keturunan sekala berak yang berbudaya dan

berbahasa Lampung.

Saibatin merupakan sebutan kepada salah satu suku asli

Lampung yang berasal dari Sekala Berak, kemudian menyebar ke

wilayah pantai yang bermula dari pesisir barat hingga ke selatan

ujung Pulau Sumatera. Sedangkan yang menyebar di wilayah

pedalaman mengikuti alur sungai disebut Lampung Pepadun.

Dilihat dari segi geografis penyebarannya, orang

Lampung Pepadun bermukim daerah-daerah pedalaman seperti

Abung, Way Kanan, Sungkai, Tulang Bawang, serta Pubian.

Sementara Lampung Saibatin pada umumnya menempati daerah

pesisir sepanjang Teluk Betung, Teluk Semaka, Krui, Belalau,

Liwa, Pesisir, Rajabasa, Melinting, dan Kalianda. Namun ada

pula yang tinggal di luar Propinsi Lampung, yakni Komering dan

Ranau di Sumatera Selatan, serta Cikoneng di Banten.

68 Abdullah, dkk., Kamus Bahasa Lampung-Indonesia, (Bandar

Lampung: CV. Setiadji, 2008), hlm. 210.

Page 73: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

54

1. Pengelompokan Orang Lampung

Ulun Lampung membuat sistem penamaan mereka

berdasarkan area sungai yang ditempuh dalam perjalanan dan

batas wilayah regional permukiman leluhurnya. Berikut ini

pengelompokannya:69

1. Pubian Telu Suku,

2. Abung Sewo Mego

3. Tulangbawang Mego Pak

4. Waykanan

5. Sungkai

6. Belalau/Krui

7. Peminggikh Semangka

8. Peminggikh Pemanggilan

9. Peminggikh Teluk

10. Melinting

11. Meninting

12. Komering/Kayuagung

13. Ranau/Muaradua

14. Cikoneng/Banten

Berikut ini pembagian suku Lampung berdasarkan beberapa

indikator:

a. Berdasarkan sistem adat

Kelompok adat Pepadun

a. Pubian Telu Suku

69 Sayuti Ibrahim, Buku Handak II: Mengenal Adat Lampung Pubian,

Bandar Lampung: Gunung Pesagi, 1995), hlm. 7-8.

Page 74: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

55

b. Abung Sewo Mego

c. Tulangbawang Mego Pak

d. Waykanan

e. Sungkai

Kelompok adat Saibatin

a. Belalau/Krui

b. Peminggikh Semangka

c. Peminggikh Pemanggilan

d. Peminggikh Teluk

e. Melinting

f. Meninting

g. Komering/Kayuagung

h. Ranau/Muaradua

i. Cikoneng/Banten

b. Berdasarkan dialek bahasa

Dialek Api/A

a. Belalau/Krui

b. Peminggikh Semangka

c. Peminggikh Pemanggilan

d. Peminggikh Teluk

e. Melinting

f. Meninting

g. Komering/Kayuagung

h. Ranau/Muaradua

i. Cikoneng/Banten

j. Pubian Telu Suku

Page 75: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

56

k. Waykanan

l. Sungkai

Dialek Nyow/O

a. Abung Sewo Mego

b. Tulang Bawang Mego Pak

2. Falsafah Hidup Orang Lampung

Ulun Lampung memiliki adat istiadat dan kebudayaan

yang lengkap serta masih terjaga dan terus diwariskan secara

turun temurun. Salah satu yang sangat penting ialah ulun

Lampung memiliki falsafah hidup yang disebut dengan Piil

Pesenggiri (rasa harga diri) yang merupakan nilai sosial sebagai

tatanan moral dan pedoman dalam bersikap, bertingkah laku dan

bertindak yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Piil berasal dari kata fiil dalam bahasa Arab, yang artinya

perilaku, dan Pesenggiri maksudnya bermoral tinggi, berjiwa

besar, tahu diri, mengerti hak dan kewajiban sehingga senantiasa

dapat hidup secara logis, etis dan estetis.70

Piil Pesenggiri merupakan konsep besar dari satu

kesatuan tata nilai yang saling berkait untuk membentuk karakter

ideal orang Lampung. Adapun unsur-unsur pembentuknya terdiri

dari: Juluk Buadek (bernama bergelar), Nemui Nyimah (terbuka

tangan/santun), Nengah Nyappur (hidup bermasyarakat), Sakai

70 Abdul Syani, Falsafah Hidup Masyarakat Lampung sebuah

Wacana Terapan, diakses dari

http://staff.unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/02/falsafah-hidup-masyarakat-

lampung-sebuah-wacana-terapan/, pada 28 Juli 2018

Page 76: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

57

Sambayan (tolong menolong/gotong royong) dan berpedoman

pada Titie Gemattei adat.71

Menurut Abdul Syani, uraian dari nilai-nilai Piil

Pesenggiri adalah sebagai berikut:72

a. Juluk Buadek

Secara etimologis Juluk Buadek (gelar adat) terdiri dari

kata juluk dan adek, yang masing-masing mempunyai makna;

Juluk adalah nama panggilan keluarga yang diberikan waktu

mereka masih muda atau belum menikah, dan Adek bermakna

gelar/nama panggilan adat seorang yang sudah menikah melalui

prosesi pemberian gelar adat yang dilakukan dalam suatu upacara

sebagai media peresmiannya. Sebagai contoh nama gelar yang

diberikan ialah Pengiran, Dalom, Batin, Tumenggung, Radin,

Minak, dan Kimas.

Juluk Buadek merupakan konsep yang melekat pada tiap

pribadi, maka selayaknya tiap insan penyandang wajib menjaga

nama baik tersebut dalam segala tindak tanduk dalam pergaulan

di masyarakat dan menjadikannya sebagai identitas serta sumber

motivasi bagi anggota masyarakat Lampung untuk dapat

menempatkan hak dan kewajibannya, kata dan perbuatannya

dalam setiap perilaku dan karyanya.

71 Sabaruddin, Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir Dailek

O/Nyow dan Dialek A/Api, (Jakarta: Buletin Way Lima Manjau, 2012), hlm.

24. 72

Abdul Syani, Falsafah Hidup Masyarakat Lampung...,

Page 77: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

58

b. Nemui-Nyimah

Nemui berasal dari kata benda temui yang berarti tamu,

kemudian menjadi kata kerja nemui yang berarti mertamu atau

mengunjungi/silaturahmi. Nyimah berasal dari kata benda

“simah”, kemudian menjadi kata kerja “nyimah” yang berarti

suka memberi (pemurah). Sedangkan secara harfiah nemui-

nyimah diartikan sebagai sikap santun, pemurah, terbuka tangan,

suka memberi dan menerima dalam arti material sesuai dengan

kemampuan.

Nemui-Nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan

untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta

silaturahmi. Nemui-nyimah merupakan kewajiban bagi suatu

keluarga dari masyarakat Lampung umumnya untuk tetap

menjaga silaturahmi, dimana ikatan keluarga secara genealogis

selalu terpelihara dengan prinsip keterbukaan, kepantasan dan

kewajaran.

c. Nengah-Nyappur

Nengah berasal dari kata benda, kemudian berubah

menjadi kata kerja yang berarti berada di tengah. Sedangkan

nyappur berasal dari kata benda cappur menjadi kata kerja

nyappur yang berarti baur atau berbaur. Secara harfiah dapat

diartikan sebagai sikap suka bergaul, suka bersahabat, dan toleran

antar sesama.

Nengah Nyappur mengandung nilai menjunjung tinggi

rasa kekeluargaan yang diaplikasikan dalam bentuk mampu dan

mau bersosialisasi dengan semua pihak dengan tidak memandang

Page 78: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

59

perbedaan strata, suku, agama, dan golongan. Sikap luwes

tersebut akan menyuburkan jiwa yang toleran dan semangat

kerjasama.

d. Sakai-Sambaiyan

Sakai bermakna memberikan sesuatu kepada seseorang

atau sekelompok orang dalam bentuk benda dan jasa yang

bernilai ekonomis yang dalam prakteknya cenderung

menghendaki saling berbalas. Sedangkan sambaiyan bermakna

memberikan sesuatu kepada seseorang, sekelompok orang atau

untuk kepentingan umum secara sosial berbentuk benda dan jasa

tanpa mengharapkan balasan.

Sakai sambaiyan berarti tolong menolong dan gotong

royong, artinya memahami makna kebersamaan atau guyub.

Sakai-sambayan pada hakekatnya adalah menunjukkan rasa

partisipasi serta solidaritas yang tinggi terhadap berbagai kegiatan

pribadi dan sosial kemasyarakatan pada umumnya.

Akhirnya, keempat unsur Piil Pesenggiri tersebut

dilandasi oleh konsep Titie Gemattei. Titie Gemattei terdiri dari

kata titie dan gemattei. Titie berasal dari kata titi yang berarti

jalan, dan gemattie berarti lazim atau kebiasaan leluhur yang

dianggap baik. Wujud titie gemattei secara konkrit berupa norma

yang disebut kebiasaan masyarakat adat yang terbentuk atas dasar

kesepakatan masyarakat adat melalui suatu forum khusus (rapat

perwatin adat/keterem).

Titie gemattei berisi keharusan, kebolehan, dan larangan

yang melahirkan norma hukum (cepalo) untuk berbuat dalam

Page 79: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

60

penerapan semua elemen Piil Pesenggiri. Memperhatikan proses

normatif hubungan sosial titie gemattei ini, maka dalam

penerapannya senantiasa fleksibel mengikuti tuntutan perubahan

kebutuhan dan zaman.

3. Pengaruh Kondisi Sosial Budaya terhadap Penguasaan

Belanda

Interaksi antara manusia dengan lingkungan alam dan

sosialnya membentuk tata nilai yang kemudian dikristalisasi

menjadi sistem norma bagi komunitasnya. Sistem norma yang

ditransformasikan dalam segala perilaku dengan berbagai

atributnya membentuk corak sosial budaya. Maka sejatinya itulah

yang menjadi rujukan ideal bagi masyarakat si empunya nilai.

Demikian pula bagi ulun Lampung, nilai sosial budaya

yang dijunjung tinggi itu dijadikan pedoman hidup baik sebagai

individu maupun sebagai anggota masyarakat sekaligus. Namun

dalam prakteknya, sistem nilai kerap diwarnai tafsir yang bias

dengan kepentingan pribadi, terlebih sekalipun terdapat indikator,

tapi tak memiliki standar pasti seperti apa penerapan yang

dikatakan ideal itu. Dalam keadaan demikianlah, pihak asing

menemukan celah untuk menyusupkan agendanya.

Beberapa kasus yang akhirnya menjadi jalan pintas bagi

terbangunnya kekuasaan eksternal, baik itu Banten dan kemudian

Belanda tanpa senjata terkait dengan kondisi sosial budaya dan

dipadu motif lainnya antara lain ialah pemahaman dan penerapan

konsep piil sebagai harga diri serta keterbukaan dan penerimaan

terhadap orang luar.

Page 80: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

61

Pertama, sebagai gambaran bahwa keadaan ini telah

terjadi jauh hari sebelum kedatangan Belanda. Adalah penerapan

konsep piil sebagai harga diri untuk kepentingan gengsi dan

status sosial di tengah masyarakat telah mendorong petinggi-

petinggi atau kepala marga di Lampung untuk seba demi

menyampaikan pengakuan atas supremasi Sultan Banten, yang

imbalannya mereka diakui kedudukannya sebagai pemimpin

kelompoknya dan diberi embel-embel gelar kebangsawanan

dengan syarat mengirim lada dalam jumlah tertentu, lalu kepala

marga diberi piagam terukir di tembaga dan beragam hadiah

simbolik yang menaikkan privilege bagi pemiliknya.73

Segera tidak hanya kepala marga, bagi siapapun yang

sanggup mempersembahkan sejumlah lada, maka akan

memperoleh keistimewaan-keistimewaan yang sama. Akhirnya,

tak ada jalan lain selain mereka berlomba-lomba menanam lada

untuk ditukarkan dengan keharuman nama dan merayakan harga

diri dengan gelar yang mendapat pandangan mata dari rekan

senegaranya.74

Jadi selain perkara ekonomi, juga motivasi harga

diri yang kemudian memicu gesekan internal tak dapat dihindari.

Kondisi demikian terus berlanjut hingga masa Belanda.

Sebagai contoh kasus yang disampaikan oleh Ratu Melinting ke-

XVIII, Bapak Rizal Ismail menceritakan bahwa ada kebiasaan

yang “agak berbeda” dalam masyarakat Lampung untuk

73 H.D. Canne, “Bijdrage tot de Geschiedenis der Lampongs”,

Tijdschrift voor Indische Taal-, Land, en Volkenkunde, Deel XI, Vierde Serie,

1862, hlm. 515. 74

H.D. Canne, “Bijdrage tot de Geschiedenis der Lampongs”..., hlm.

519.

Page 81: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

62

meningkatkan gengsi demi harga diri dalam hal pembayaran

pajak kepada Belanda. Dalam memanfaatkan celah itu, Belanda

kerap menggunakan kalimat atau istilah-istilah untuk mengipasi

dan meninggikan hati rakyat Lampung demi kepentingannya

sendiri.

Dengan melontarkan kalimat “ada berapa laki-laki gagah

di kampung ini?” kepada pribumi, maka mereka terpancing untuk

gagah-gagahan. Karena yang disebut laki-laki gagah ialah yang

membayar pajak dalam jumlah besar. Istilah lainnya yang

berkembang di masyarakat ialah pembagian dua jenis pajak, yaitu

„pajak Palembang‟ dan „pajak Teluk Betung‟. Pajak Palembang

berarti wajib pajak membayar pajaknya ke Palembang, begitu

juga sebaliknya bagi pajak Teluk Betung. Pajak Palembang

dianggap memiliki gengsi yang lebih tinggi daripada pajak Teluk

Betung. Hal itu karena pajak Palembang selain jaraknya yang

lebih jauh dan membutuhkan dana besar untuk ongkos

perjalanan, tambahan pula nominal yang lebih besar jika

dibandingkan membayar pajaknya ke Teluk Betung.75

Maka melalui slogan-slogan provokatif Belanda itu,

mereka berlomba-lomba membayar pajak dengan jumlah besar ke

Palembang, dan kemudian berbanggalah menjadi lelaki gagah.

Bahkan F.G. Steck menyatakan, rasa bangga yang berlebihan

menjadikan mereka sangat rentan terhadap pujian,76

dan stimulasi

puji-puji itulah yang dimanfaatkan Belanda. Sekali lagi, dari

75 Wawancara dengan Ratu Keratuan Melinting, Bapak Rizal Ismail,

gelar Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang Igama IV. 76

F. G. Steck, “Topographische en Geographische Beschrijving der

Lampongsche Districten”..., hlm. 103.

Page 82: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

63

kedua contoh kasus, yang memperoleh surplus lebih besar adalah

pihak luar, yaitu Belanda.

Kedua, konsep nemui nyimah, merupakan sikap terbuka

dan menerima orang luar. Nilai ini pula yang mendorong ulun

Lampung dapat bergaul dan menerima siapa saja, termasuk

Belanda. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya benteng-benteng

Belanda di sejumlah tempat yang terkadang dikunjungi petinggi

pribumi untuk berkonsultasi masalah keamanan dan sengketa

dengan pihak lain, baik itu dari luar maupun sesama internal

Lampung.

Tambahan pula, jika yang terjadi adalah sebaliknya, yakni

pejabat Belanda yang melakukan kunjungan ke perkampungan,

maka masyarakat akan memberikan sambutan yang istimewa,

bahkan kehadiran seorang ambtenar dianggap sebagai sebuah

pesta. Menurut seorang kontrolir, G.J. Harrebomee, hal demikian

merupakan sebentuk sambutan yang tidak diperoleh di daerah

lain di Buitenbezittingen.77

Dalam hal kasus persengketaan, masyarakat Lampung

lebih memilih keterlibatan Banten atau kemudian Belanda

sebagai penengah yang keputusannya lebih dapat diterima

daripada keputusan perwatin. Sampai mereka yang tersangkut

hukum berpikir bahwa seharusnya keputusan dikeluarkan oleh

77 G.J. Harrebomee, “Eene Bijdrage over den Feitelijken Toestand der

Bevolking in de Lampongsche Districten: Rangen en Waardigheden,

Uitspanningen en Kleeding, Godsdienst, Huwelijk en de Positie der Vrouw”,

Bijdragen tot de Taal, Land en Volkenkunde van Nederlandsch Indie, 34ste

Deel [4e Volgreeks, 10e Deel] (1885), hlm. 08.

Page 83: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

64

Belanda, bukan dari rekan sebangsa.78

Jika konflik dapat

diselesaikan dengan peran mereka, para petinggi itu akan

menunjukkan penghormatan dan berjanji memberi lada.79

Akhirnya, jika saja segenap masyarakat Lampung telah

memberikan kepercayaan terhadap masalah hukum dan keadilan

untuk diletakkan dalam genggaman Belanda, maka rasa-rasanya

tangan itu tak perlu lagi memegang senjata untuk mengekang

mereka. Tapi nyatanya masih banyak masyarakat dan kepala

marga yang menjaga kedaulatan sebagai piil-nya, kemerdekaan

bangsanya adalah harga dirinya, dan menjalin silaturahmi tanpa

lepas kendali ialah nemui nyimah-nya. Maka untuk itu, berkali-

kali moncong senjata Belanda diarahkan ke Serambi Sumatera.

D. Model Pemerintahan Lokal Lampung

Politik yang telah terstruktur dalam bentuk institusi yang

independen di Lampung sudah dimulai sejak bermulanya

pemerintahan suku bangsa Tumi di Skala Berak Lampung Barat

pada abad ke-3 M, dan Kerajaan Tulang Bawang di bagian timur

pada abad ke-7 M, yang keduanya merupakan kerajaan Hindu.80

Pemerintahan bangsa Tumi tersebut berakhir setelah dikalahkan

oleh para umpu dari Kesultanan Pagaruyung yang datang dari

78 H.D. Canne, “Bijdrage tot de Geschiedenis der Lampongs”..., hlm.

513. 79

Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 72. 80

Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung, (Bandar Lampung: Kanwil

Depdikbud, 1997), hlm. 17.

Page 84: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

65

Minangkabau yang sekaligus membawa misi ajaran Islam sekitar

abad ke-15.81

Setelah melewati masa peralihan, baik dalam tata politik

dan dakwah keislaman yang makin dinamis, proses perluasan

wilayah yang sekaligus persebaran para bangsawan dari Skala

Berak itu pada akhirnya membentuk komunitas-komunitas

genealogis lokal (kebuayan) baru yang dipimpin oleh paksi sang

pemegang otoritas, dan di kemudian waktu menjadi independen

dengan tetap saling menjaga hubungan kekerabatan.82

Dari model komunitas kebuayan tersebut terbentuklah

institusi pemerintahan adat marga yang membawahi beberapa

kampung/tiyuh, dan tiyuh membawahi beberapa suku (klan).

Marga merupakan institusi genealogis teritorial yang

menjalankan pemerintahan adat dengan asas kekerabatan. Marga

memiliki dan berkuasa atas tanah yang ada di sekeliling

wilayahnya. Tanah-tanah itu merupakan aset yang digunakan

untuk lahan pertanian bagi masyarakat adat dan sebagian

dicadangkan bagi keturunan di kemudian hari.83

Demi terciptanya keteraturan hak ulayat atas tanah, maka

para umpu yang memimpin kebuayan bermufakat untuk

mengakui hanya ada lima keratuan yang berhak atas tanah dan

pemerintah kebuayan di seluruh Lampung. Lima keratuan ini

81 Hilman Hadikusuma, Adat Istiadat Daerah Lampung, (Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1978), hlm. 36. 82

Ter Haar, Beginselen en Stelsel van Het Adatrecht, (Groningen-

Batavia: J. B. Wolters‟, 1939), hlm. 29 83

Sayuti Ibrahim, Buku Handak II..., hlm. 15-16

Page 85: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

66

masing-masing dipimpin oleh ratu yang dipilih berdasarkan asas

primus inter pares. Keratuan yang dimaksud adalah:84

1. Keratuan di Puncak: berkuasa di Abung dan Tulang Bawang

2. Keratuan di Balaw: berkuasa Kedamaian, Tanjung Karang,

dan Teluk Betung

3. Keratuan Pemanggilan: berkuasa di Krui, Ranau, dan

Komering

4. Keratuan Pugung: berkuasa di Pugung dan Pubian

5. Keratuan Darah Putih: berkuasa di Kalianda dan Rajabasa

Dalam menjalankan peran kepemimpinan tersebut, para

petinggi melakukan pendekatan dengan kekuatan politik besar di

sekitarnya yang lebih maju dalam hal ketatanegaraan dan

perekonomian. Kesultanan Banten dan Palembang adalah dua

kutub yang menjadi pilihan logis untuk membangun legitimasi

dengan jalan memberi dukungan kesetian dan logistik berupa

hasil bumi yang kompensasinya adalah mendapatkan pengakuan

dan perlindungan. Walaupun kemudian dominasi Banten lebih

kuat di sepanjang abad 16-17.

Hal demikian tampak dalam kebiasaan Sultan Palembang

atau Sultan Banten yang masih melakukan pelantikan terhadap

para kepala marga dan pemberian gelar-gelar kehormatan yang

disandang para bangsawan lokal sebagai penghargaan dan

84 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 58. Hilman

Hadikusuma, Masyarakat dan Adat Budaya..., hlm. 32.

Page 86: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

67

membangun ikatan atas pelaksanaan penanaman lada dan janji

pengiriman komoditas itu dalam jumlah tertentu.85

Untuk membangun hubungan politik bilateral yang

menempatkan Lampung dalam posisi sub-ordinat tersebut, maka

terbentuk tradisi kunjungan politik menghadap Sultan Banten

yang disebut dengan seba. Hasil dari tradisi itu ialah anugerah-

anugerah sultan yang meningkatkan kedudukan sosial

kebangsawanan di hadapan masyarakat dan sebagai instrumen

penting elit memperoleh dukungan dalam menghadapi konflik-

konflik lokal. Anugerah itu dapat berupa gelar-gelar seperti

punggawa, pangeran, ngabehi, dan radin yang merupakan

pegawai kesultanan, berikut dengan perkakas berbentuk atribut

penunjang seperti keris, tombak, pakaian, dan payung besar.86

Sebagai permulaan, telah dilakukan oleh kebuayan dalam

Keratuan di Puncak yang seba ke Banten sekitar abad ke-17,

maka bentuk pengaruh akan hal itu adalah peningkatan tata adat

pemerintahan dalam bentuk adat pepadun, yaitu suatu sistem

yang mengatur segala aspek kehidupan masyarakat dan

pemerintahan dalam hal adat istiadat, sosial, dan ekonomi yang

berdasarkan musyawarah mufakat kepenyimbangan (prawatin),87

yang di masa kemudian konsep tersebut diadopsi oleh keratuan

lainnya.

85 Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 67. 86

Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 71. Iim Imadudin, “Perdagangan Lada di Lampung dalam Tiga Masa

(1653-1930)”, Jurnal Patanajala, Vol. 8, No. 3, (September 2016). 87

Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 58

Page 87: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

68

Kepenyimbangan merupakan institusi yang berisi para

penyimbang. Istilah penyimbang itu sendiri berasal dari kata pe:

subyek; nyimbang/nyembang: mewarisi, jadi artinya orang yang

mewarisi. Sedangkan bagi kelompok adat Saibatin digunakan

istilah punyimbang yang terbentuk dari kata pun: yang terhormat;

simbang: mewarisi, maka artinya pewaris yang terhormat.88

Dalam tata pemerintahan adat Pepadun terdapat tiga

tingkatan, yaitu adat penyimbang marga, adat penyimbang tiyuh,

dan adat penyimbang suku.89

Pada masyarakat Pepadun setiap

orang yang memenuhi syarat secara materi berhak dinobatkan

menjadi penyimbang, sepanjang mendapat izin dari penyimbang

klannya. Kemudian para penyimbang marga meneruskan

pengajuan dan persetujuan dari klan bersangkutan dalam suatu

musyawarah/peppung. Setelah syarat terpenuhi baru para

penyimbang mengesahkan gawi-nya (acara adat naik pepadun)

dalam rangka pengakuan secara de facto dan de jure terhadap

berdirinya pepadun baru.90

Terkait hubungan Banten-Lampung dari seba tersebut,

sistem administrasi yang kemudian timbul adalah sub-ordinasi

antara Banten dengan Lampung dilakukan dengan dua jalan,

yakni pengiriman pegawai-pegawai Banten guna mengawasi

urusan-urusan lokal dan menunjuk kepala-kepala kampung

sebagai perwakilan sultan dengan gelar pangkat, sedangkan bagi

penduduk migran seperti Melayu, Jawa, dan Minangkabau yang

88 Sabaruddin, Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir..., hlm. 64. 89

Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 58 90 Sabaruddin, Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir..., hlm. 66.

Page 88: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

69

terlibat perdagangan lada diangkatlah seorang kepala dengan

istilah bandar. Para elit lokal menyampaikan titah sultan kepada

bawahannya, dan para pegawai mengawasi pelaksanaan titah

tersebut. Jadi di tangan para kepala kampung inilah

sesungguhnya administrasi kekuasaan Banten terhadap

masyarakat lokal terjadi.91

Kondisi demikian terus berlangsung hingga kemelut

terjadi di Kesultanan Banten dalam edisi konflik perbutan tahta

yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk menjatuhkan Sultan

Ageng dan mengambil alih kontrol kesultanan melalui tangan

Sultan Haji.

Salah satu bentuk kontrol Belanda ialah pengambilalihan

hak untuk memonopoli lada Lampung melalui surat keputusan

Sultan Haji. Dampak bagi Lampung ialah kehadiran monopoli

Belanda yang tidak bisa dihindarkan. Walaupun di Lampung

sendiri terjadi perbedaan sikap dalam hal taat pada penguasa baru

yang pro Belanda tersebut maupun terhadap yang sudah

digulingkan.

Sejak sekitar abad ke-18 wilayah Lampung masih berada

di bawah Banten yang sudah tidak memiliki kekuasaan secara de

facto. Kini saatnya di bawah keratuan yang tersisa, Lampung

harus mempertahankan eksistensi kebebasannya sendiri, karena

berharap dukungan dari Banten maupun Palembang sudah tidak

91 Menurut Suzuki Tsuneyuki, bahwa pada abad ke-16 dan 17 muncul

dua jenis pemimpin dengan istilah pangkat dan bandar yang disematkan

kepada elit lokal di Lampung sebagai perwakilan sultan Banten. Ota Atsushi,

Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten..., hlm. 66-67.

Page 89: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

70

dimungkinkan mengingat keduanya pun sudah dalam perjalanan

menuju terbenam.92

Lantas bagaimana jalan panjang perjuangan rakyat akan

ditanggapi oleh Belanda hingga cita-cita kolonial dapat terwujud

di tanoh Lampung melalui keputusan 22 November 1808 oleh

Daendels, sehingga akhirnya Lampung dapat ditarik ke dalam

kendali langsung pemerintah Belanda.93

92 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 101

93 Van Der Kemp, “Raffles' Bezetting van de Lampongs in 1818”,

Jurnal Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië,

Deel 50, 1ste Afl. (1899), hlm. 01.

Page 90: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

71

BAB IV

AKUISISI DAN HEGEMONI BELANDA ATAS LAMPUNG

A. Akuisisi Teritori

1. Penyerahan (Cessie) Lampung di Masa VOC

Daya tarik Lampung dalam bidang ekonomi memang

sanggup memaksa banyak pihak untuk ambil peran di dalamnya.

Sebut saja persaingan Banten dan Palembang, lalu ada aktor non-

negara seperti para bajak laut dan perampok, serta perusahaan

dagang negara antara Inggris dan Belanda juga memainkan

taktiknya. Ota Atsushi menyimpulkan bahwa produk paling

berharga seperti lada, rotan, damar, emas dan lainnya menjadi

alasan berbagai kelompok luar datang ke Lampung di sepanjang

abad ke-18.94

Di masa ini, Lampung yang merupakan sub-ordinat dari

Banten akan diambil alih oleh Belanda secara bertahap,

mengingat bukan hanya daerah ini yang akan direbut, namun juga

banyak wilayah lain di Nusantara yang ingin ditaklukan, maupun

perlawanan yang datang dari daerah yang tengah dipasifikasi.

Tambahan juga adanya persaingan dengan sesama bangsa Eropa

membuat niat itu tidak mudah dengan kekuatan yang terbatas.

Sebagai strategi Belanda, melalui perusahaan dagang

VOC untuk mengamankan kepentingan ekonominya atas wilayah

Lampung adalah dengan memanfaatkan Banten yang telah lebih

dahulu dikerdilkan kebebasan politiknya. Jalannya ialah

memanfaatkan konflik internal Banten dengan menyokong salah

94 Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 45

Page 91: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

72

satu pihak yang pro Belanda dan disodorkan sejumlah tuntutan

yang harus disepakati sebagai imbalannya. Jika telah terbentuk

pola hubungan model ketergantungan, maka selanjutnya tinggal

menciptakan penguasa-penguasa yang lemah.

Salah satu poin balas budi terpenting saat memberikan

dukungan pada Sultan Haji ialah penyerahan hak monopoli

perdagangan lada atas wilayah Lampung pada tahun 1682.

Melalui langkah ini VOC berhasil mendapatkan komoditi yang

sangat dicari dengan jalan menekan sultan untuk mengeluarkan

instruksi kepada para punggawa di Lampung untuk meningkatkan

produksi lada. Tambahan pula VOC melakukan kontak terbatas

dengan Lampung melalui pembangunan benteng untuk

pengamanan daerah penghasil lada di Tulang Bawang dan

Semangka pada tahun 1687 sebagai langkah kontrol dari tindakan

ilegal pengusaha lokal yang bermain dengan pesaing seperti

Palembang dan Inggris, serta gangguan para perampok.95

Penguasaan VOC makin kokoh lagi pada tahun 1752

dengan penandatanganan perjanjian oleh Sultan Abul Mohali

Mohammad Wasi Zainul Halimin (1752-1753) yang secara

eksplisit menandai sebuah era ketundukan, yaitu Banten menjadi

negeri jajahan yang dikontrol dan dilindungi Kompeni atas jasa

VOC yang membantu dan membiayai pemadaman

pemberontakan sejak masa Sharifah Fatima pada 1750.96

95 Jeff Kingston, “Securing Sumatra's Pepper Peripheral: Resistance

and Pacification in Lampung during the 18th and 19th Centuries”, Southeast

Asia-Culture and History, No. 19, 1990, hlm. 80 96

Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 81

Page 92: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

73

Karena pada dasarnya Belanda hanya menginginkan lada,

maka perjanjian itu membiarkan sultan tetap memiliki

kewenangan legal atas wilayahnya, menguasai sumber-sumber

pendapatan, dan menjadi perantara transaksi lada antara petani

dengan Kompeni.97

Dengan cara demikian, VOC memakai

tangan sultan untuk memperoleh lada dari Lampung, sekaligus

mampu menjaga stabilitas tatanan politik sehingga suplai lada

lebih terjamin. Hal itu dianggap sebagai langkah yang efisien

dibandingkan jika mengintervensi sendiri secara langsung di

wilayah-wilayah produksi.98

Namun mengingat fakta bahwa sejatinya wilayah

Lampung tidak sepenuhnya tunduk pada kekuatan eksternal

manapun melebihi kepentingan stabilitas harga lada dan

keamanannya, membuat VOC tidak juga konstan dan maksimal

dalam perolehan lada dengan jalan tersebut.

Hal ini dibuktikan dengan terbatasnya kewenangan sultan

Banten hanya pada prosedur produksi dan transportasi dalam

transaksi lada dengan jalan mengangkat para petinggi Lampung

sebagai punggawa di daerahnya dan memberi gelar serta beragam

benda pusaka untuk memastikan kepatuhannya bukan dengan

tindakan militer. Maka sesungguhnya kekuasaan sultan tidak

benar-benar mencengkeram ke wilayah pedalaman.99

Apalagi

ditambah terjadinya kemunduran Kesultanan yang memudarkan

97 Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 98 98

Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 99 99

Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 58

Page 93: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

74

pengaruhnya di Lampung, sedangkan VOC tidak berhasil

menggantikan peran itu,100

sehingga tidak heran jika pesaing

monopoli Banten dan VOC kerap dijadikan rekan bisnis “ilegal”

sepanjang mereka berani membayar dengan harga lebih mahal.101

Komplikasi yang diakibatkan oleh melemahnya

pemerintah pusat di Banten, merajalelanya perompakan dan

perampokan, banyaknya pesaing dalam perdagangan di daerah

yang makin tidak terkontrol baik oleh sultan dan VOC, dipadukan

dengan mewabahnya penyakit cacar dan bencana kemarau

panjang yang menimpa di beberapa wilayah di Lampung,

akhirnya berdampak pada penurunan produksi yang berarti juga

pengurangan volume pengiriman lada ke Banten bagi Kompeni

pada tahun 1770.

Dampak dari peristiwa tersebut ialah menurunnya

populasi di beberapa daerah bagian timur dan utara Lampung

yang terkena wabah cacar silih berganti sejak 1770 hingga 1786,

penyerangan dan perampokan oleh perompak hingga ke daerah

hulu sungai, bahkan menduduki pos-pos VOC pada 1793

menyebabkan Kompeni meninggalkan Tulang Bawang dan

migrasi penduduk lokal serta kekurangan bahan pangan. Terjadi

pula penyerangan pos VOC di Semangka oleh Inggris pada tahun

100 Jeff Kingston, “Securing Sumatra's Pepper Peripheral..., hlm. 83

101 Masyarakat Tulang Bawang kerap memilih menjual kepada

Palembang yang menawarkan harga tinggi, atau dengan Inggris yang

melakukan transaksi tunai di Semangka. Ota Atsushi, “Banten Rebellion,

1750-1752: Factors behind the Mass Participation”, dalam Jurnal Modern

Asian Studies, Vol. 37, No. 3, (July 2003), hlm. 630.

Page 94: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

75

1782 yang membuat mereka akhirnya angkat kaki.102

Mengenai

keadaan yang demikian, Broersma mengatakan Lampung masuk

dalam “abad kegelapan dan kemunduran”.103

Upaya-upaya untuk menggiatkan kembali produksi dan

perdagangan lada di Lampung oleh VOC nyatanya tidak berhasil

sebagaimana diharapkan, hingga akhirnya VOC lepas tangan atas

keadaan itu. Untuk kemudian persekutuan dagang Belanda ini

dibubarkan pada 1799 dan Kesultanan Banten dihapuskan pada

1808.

2. Penaklukan (Conquest) Lampung oleh Belanda

Langkah selanjutnya bagi penguasaan wilayah yang efektif

perlu diambil. Setelah di rentang abad ke-18 upaya tersebut

mengalami hambatan, baik dari dalam maupun luar Lampung

serta kondisi tidak terprediksi sebelumnya seperti wabah dan

gejala alam, kini tindakan militeristik menjadi paradigma bagi

pemerintah Hindia Belanda. Hal itu nampak dalam wacana

Kielstra berikut ini,

“Jika seseorang ingin membudayakan orang-orang biadab itu,

tetapi dengan alam yang sangat diberkati, untuk mengembangkan

dan menjadikannya produktif, maka lebih dibutuhkan

demonstrasi militer.”104

Setelah VOC dibubarkan dengan meninggalkan hutang

dan permasalahan, maka hal itu diwariskan kepada pemerintah

102 Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 125-129 103

Jeff Kingston, “Securing Sumatra's Pepper Peripheral..., hlm. 83 104

E.B. Kielstra, “De Lampongs”, Onze Eeuw, Jaargang 15, hlm. 327

Page 95: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

76

Belanda sekaligus bagian wilayah Nusantara yang telah berhasil

ditaklukan. Namun ekspansi Napoleon menjadikan Eropa sebagai

arena perang yang mengancam kedaulatan negara-negara kolonial

lainnya, sejenak berhasil menggeser fokus mereka dari pusaran

masalah perdagangan dan tanah jajahan di timur, termasuk

Belanda yang akhirnya pun dikuasai Prancis. Maka terjadi

keadaan yang tidak terkontrol di Hindia, termasuk Lampung yang

terabaikan.

Pada masa ini, peran keratuan dan marga-marga di

Lampung menikmati kebebasan menjalankan otoritas secara

terbatas di wilayahnya, dan juga merajalelanya kelompok-

kelompok bajak laut. Hal itu terjadi dalam kurun 1800 sampai

dengan kedatangan Daendels pada tahun 1808 yang ditugaskan

untuk mengelola koloni Belanda.105

Upaya menaklukan keseluruhan wilayah Lampung agar

benar-benar tunduk secara formal pada Belanda sekali lagi

dilakukan. Pada permulaan era pemerintah Hindia Belanda

dilancarkanlah pembersihan Lampung dari para perompak dan

“elemen yang merepotkan” dengan bantuan Kesultanan Banten di

tahun 1805.106

Namun ekspedisi ini juga menjadi kegagalan

pertama pemerintah dalam menghadapi perlawanan rakyat.

a. Daerah Munculnya Perlawanan

Daerah Lampung yang jumlah penduduknya tidak banyak

dengan pola mukim menyebar dan terbuka terhadap orang asing

105 Jeff Kingston, “Securing Sumatra's Pepper Peripheral..., hlm. 84

106 Jeff Kingston, “Securing Sumatra's Pepper Peripheral..., hlm. 84

Page 96: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

77

memang membuat sebagian wilayah ini telah menerima

kehadiran Belanda tanpa perlawanan yang penting. Terutama

untuk kawasan utara, tengah, dan timur yang dapat dikatakan

telah tunduk sejak VOC bercokol dengan benteng-benteng

kokohnya pada abad ke-17 hingga 18. Walaupun ada

penyerangan dan kekacauan namun itu sifatnya insidental.

Pemimpin-pemimpin lokal justru kerap bertandang untuk

berkonsultasi dan meminta pertolongan atas kasus-kasus

berkaitan dengan ekonomi dan keamanan kepada VOC di

bentengnya.

Maka yang disebut sebagai “elemen yang merepotkan”

dalam hal ini ialah bentuk perlawanan rakyat yang lebih

terkoordinasi dan jelas tujuannya, yakni mempertahankan

independensi. Perlawanan seperti itu didapati Belanda di pesisir

selatan Lampung yang meliputi Rajabasa, Kalianda, hingga

Semangka. Bahkan kondisi permusuhan itu tetap berlanjut pasca

peralihan dari pendudukan Inggris yang dikembalikan kepada

Belanda.107

Menjadi menarik, mengapa perlawanan rakyat munculnya

di wilayah pesisir? Berdasarkan keterangan Van der Zwaal,108

berikut analisisnya: pertama, pengaruh Kesultanan Banten yang

sangat kuat di wilayah pesisir, selain karena pemberian gelar,

terdapat hubungan genealogis antara Keratuan Darah Putih

dengan Banten. Bahkan masalah suksesi kepala marga dalam

107 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht,

(Wageningen: H. Veenman & Zonen, 1932), hlm. 169. 108

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 19.

Page 97: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

78

kekuasaan Banten. Maka kelak ketika Kesultanan Banten

ditaklukkan Belanda, banyak pejuang Banten yang membantu

perlawanan di wilayah ini. Kedua, sejak mulanya memang

Belanda kurang membangun hubungan dengan marga-marga di

wilayah pesisir tersebut, tetapi lebih banyak kepada marga-marga

di pedalaman yang pengaruh Banten belum begitu kuat, bahkan

cenderung bipolar dengan Palembang.109

Ketika akhirnya Lampung dinyatakan dalam kekuasaan

Belanda, dan mendirikan pusat pemerintahan di peisir selatan,

yakni Teluk Betung,110

otorita mereka mulai berupaya mengenali

komunitas pesisir itu. Namun kembali membuat kesalahan fatal

yang memancing perseteruan. Langkah salah tersebut ialah

perampasan atas hak ulayat marga dan mengganti hukum adat

atas kasus internal marga dengan yurisdiksi Pemerintah Hindia.111

1) Embrio Perlawanan di Pesisir Selatan Bagian Timur

Inilah perlawanan rakyat yang berkobar dari Keratuan

Darah Putih yang berpusat di Negara Ratu. Sebuah perlawanan

yang telah dirintis sejak tahun 1751 oleh Raden Intan I dan

keturunannya yang sanggup merepotkan dan menolak tunduk

109 Tujuan Belanda membangun hubungan dengan marga-marga di

pedalaman pada abad ke-17 hingga 18, terutama Tulang Bawang dan Way

Sekampung, bahkan mendirikan benteng-benteng karena wilayah tersebut

merupakan sentra lada, dan keberadaan jalur niaga dengan kota pelabuhan

Menggala. 110

Dengan membangun pusat pemerintahan di Teluk Betung, maka

posisi Belanda berada di tengah-tengah daerah perlawanan antara Kalianda dan

Semangka. Yang itu semua merupakan wilayah pengaruh Keratuan Darah

Putih. Lihat peta pada lampiran. 111

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 20.

Page 98: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

79

kepada Belanda untuk setidaknya sampai satu abad ke depan.

Bahkan dalam laporan Komite Perancang Sarana Sumberdaya

Lampung pada tahun 1841 menyatakan bahwa keluarga Raden

Intan bertanggung jawab atas “semua kejahatan” yang melanda di

Lampung abad ini dan penyebab utama yang mencegah istirahat

dan kedamaian agar tidak sepenuhnya pulih.112

Berawal dari seorang penerus generasi Ratu Darah Putih,

saudara lain ibu dari Sultan Maulana Hasanudin di Banten yang

memiliki otoritas di selatan Lampung dan diangkat oleh sultan

sebagai punggawa sekaligus kepala di keratuan Lampung

menjadi independen dan berkuasa atas beberapa wilayah, dan

akhirnya menjadi ancaman bagi Belanda.113

Generasi yang mengancam itu ialah Raden Intan I (1751-

1828), Raden Imba Kusuma II (1830-1834), dan Raden Intan II

(1850-1856). Perlawanan Raden Intan I berakhir dengan

kematiannya, dan dilanjutkan oleh putranya yang memiliki

kelayakan, Raden Imba Kusuma II yang berani melakukan

serangan terhadap Teluk Betung.114

Dua perlawanan pertama rupanya bersinggungan waktu

dengan pecahnya Perang Jawa, sehingga konsentrasi Belanda atas

penumpasan di Lampung tidak terlalu fokus walaupun berhasil

112 Kohler, “Raden Intan, Bijdrage tot de Kennis der Geschiedenis van

de Lampongs”, Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, Eerste Deel, (1875), hlm.

174-175 113

P. H. Van der Kemp, “Raffles' Bezetting van de Lampongs In

1818”, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië,

Deel 50, 1ste Afl. (1899), hlm. 2 114

“Historisch Overzicht van de Expeditie naar de Lampongsche

Districten in het Jaar 1856”, Militaire Spectator, Vijfde Deel, (1860), hlm. 77.

Page 99: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

80

menangkap dan mengasingkan Raden Imba Kusuma II ke Timor,

sehingga untuk jangka waktu yang lama terjadi kevakuman,

sampai putranya yang bernama Raden Intan II siap tampil ke

medan laga. Di masanya lah Perang Lampung dalam tensi yang

tinggi dan intensitas yang panjang terjadi.

Sepanjang tahun 1834-1850 Keratuan Darah Putih di

bawah kekuasaan Dewan Perwalian yang dijalankan oleh Dalom

Mangkubumi dalam kontrol Belanda. Di rentang masa itu Raden

Intan II tumbuh dan dibesarkan dalam lingkup semangat

keagamaan dan perlawanan yang diwarisi dari generasi

pendahulunya dan dikawal oleh ulama. Sebagaimana salah satu

percakapan penumbuh patriotisme antara Raden Intan II yang

baru berumur 15 tahun dengan ibunya berikut ini:115

Raden Intan II: “Api ubat malu, Induk?” (Apa obat malu, Ibu?)

Ratu Mas: “Mati, anakku!”

Maka ketika sampai masanya Raden Intan II dinobatkan

sebagai ratu pada tahun 1850 yang beritanya sampai ke telinga

Belanda, pemerintah koloni mulai memperhitungkan

kemungkinan bangkitnya kembali perlawanan di bawah

pemimpin baru dari rakyat setelah sepanjang 16 tahun berlalu

tanpa perlawanan berarti.116

Selanjutnya Raden Intan muda

semakin menegaskan diri, ditambah kedatangan pejuang-pejuang

dari Banten yang siap melanjutkan perlawanan mereka di Negara

115 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional Radin

Inten II, (Bandar Lampung: Proyek Pembinaan Kebudayaan Daerah Lampung,

2003), hlm. 34. 116

Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 35-36.

Page 100: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

81

Ratu dan Dantaran,117

sehingga mengoyak kembali kedamaian

permanen yang dicita-citakan Belanda.118

2) Embrio Perlawanan di Pesisir Selatan Bagian Barat

Kesewenang-wenangan para pejabat Belanda yang

ditempatkan di Semangka, -pesisir selatan bagian barat daya-

membuat masyarakat bergejolak. Kekuatan gejolak rakyat itu

dihimpun oleh Batin Mangunang, seorang tokoh terkemuka Buai

Nyatta dari Paksi Benawang untuk melakukan penyerangan

terhadap pusat pemerintahan Belanda di Teluk Betung pada

Januari 1928.119

Usaha Batin Mangunang tersebut berhasil digagalkan oleh

Belanda. Kini giliran Belanda melakukan upaya penaklukan

terhadap Paksi Benawang dengan jalan damai terlebih dahulu.

Namun karena usaha ini tidak berhasil secara mantap, maka

diperlukan tindakan militer untuk menduduki Semangka yang

diberangkatkan pada bulan Agustus 1831 dari Teluk Betung.

Ekspedisi terdiri dari 100 prajurit di bawah pimpinan Kapten

Hoffman dan Letda Kobold dengan menggunakan lima kapal

penjelajah.120

117 Hubungan Banten-Lampung yang telah terbangun membuat rakyat

dari kedua wilayah ini saling menopang. Kedatangan mereka setelah

sebelumnya rakyat Lampung membantu perlawanan rakyat Banten terhadap

Belanda pada tahun 1850. W.A. van Rees, Wachia, Taykong, en Amir of het

Nederlandsch Indisch Leger, (Rotterdam: H Nijgh, 1859), hlm. 26-29. 118

“Historisch Overzicht van de Expeditie naar de Lampongsche

Districten..., hlm. 79. 119

Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 91. 120

Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung, Buku I, hlm. 58.

Page 101: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

82

Sesampainya pasukan Belanda di Pelabuhan Tanjungan,

Hoffman memanggil para paksi dan syahbandar untuk hadir di

Bornai. Tetapi kepala Paksi Benawang, Dalem Sangun Ratu dan

Batin Mangunang dari Buai Nyatta tidak hadir. Ternyata di

tempat pertemuan sudah dikepung pasukan Belanda dan barulah

diberitahukan kepada yang hadir bahwa tujuan ekspedisi adalah

untuk menangkap Dalem Sangun Ratu, Menak Binawa Keling,

Raden Bangsa Ratu dari Limau, Dalem Purba Ngasesa dari Way

Nipah, dan membawa mereka ke Batavia atas perintah

Gubernemen Belanda. Melihat tindakan tersebut, maka para paksi

dan syahbandar serta kepala suku yang diundang merasa tertipu

dan terhina, sehingga mereka serentak berdiri dan memegang

hulu keris masing-masing. Tetapi karena posisi mereka sudah

terkepung, usaha perlawanan menjadi sia-sia.121

Belanda yang belum puas dengan hasil pertemuan itu,

karena tidak berhasil menangkap Batin Mangunang, lalu

melakukan serangan militer ke kampung Teratas Tombay,

wilayah pertahanan sang pelopor perlawanan sebanyak dua kali

pada tahun 1832. Setelah serangan pertama gagal bahkan

memakan banyak korban di pihak Belanda, maka pada agresi

kedua mereka membawa persenjataan lebih lengkap. Namun

rencana itu telah diketahui Batin Mangunang yang langsung

memerintahkan rakyat dan pasukan untuk menyingkir ke salah

satu Pegunungan Keizerspiek (Gunung Tanggamus). Sehingga

ketika pasukan Belanda di bawah Letnan Kobold menyerang,

121 Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung, Buku I, hlm. 58.

Page 102: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

83

mereka menuai kemenangan karena hanya dihadapi oleh

perlawanan yang sekadarnya. Lantas pasukan Belanda pulang

setelah membakar kampung dan merasa pemberangusan

perlawanan telah usai walaupun tidak berhasil menangkap

target.122

Setelah peristiwa itu Batin Mangunang membangun

kembali kampung Teratas Tombay dan memimpin hingga

kematiannya pada tahun 1833.123

Perjuangannya diteruskan oleh

sang putra yang bernama Dalom Mangkunegara, yang kelak

berkoalisi dengan Raden Intan II bersama melawan Belanda

dalam Perang Lampung.

b. Upaya Resistensi Lampung

Sebagaimana perlawanan lainnya di Nusantara, perang

Lampung juga didorong banyak faktor yang saling berkait

kelindan. Faktor-faktor tersebut meliputi kedaulatan wilayah,

politik, ekonomi, dan agama.

Dalam hal kedaulatan wilayah, Belanda kerap melakukan

patroli laut di daerah Negara Ratu dan Dantaran yang membuat

aktivitas pelayaran dan perdagangan terhambat, baik dengan

penghalangan maupun penembakan. Dari sisi ekonomi, Belanda

mengambil alih tanah-tanah marga untuk lahan perkebunan, bagi

masyarakat yang ingin menggarap dikenakan pajak tinggi. Untuk

hasil akhirnya adalah monopoli.

122 Sejarah Perjuangan Kemerdekaan di Lampung, Buku I, hlm. 59.

123 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 91.

Page 103: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

84

Di ranah politik melalui upaya Belanda mengintervensi

dan mengikis eksistensi keratuan dengan membentuk lembaga

pemerintahan model baru, yakni pemerintahan tingkat tiyuh yang

menginduk kepada sistem pemerintahan Belanda. Melalui posisi

kuatnya Belanda, Kristenisasi juga diberi ruang yang lebar untuk

menggarap wilayah yang pernah dilingkupi dua kesultanan ini.

1) Persiapan Perlawanan

Mengamati tingkah Belanda yang demikian itu dan

mendasarkan pada riwayat kelam dalam berhubungan dengannya,

maka langkah persiapan perang secara fisik dan non-fisik

dilakukan oleh Raden Intan II. Secara non-fisik, Sang Ratu belia

ini membagi wilayahnya ke dalam empat bandar, yakni Bandar

Penengahan, Legon, Ketibung, dan Rajabasa. Masing-masing

bandar dikepalai oleh kepala bandar berpangkat pangeran yang

merangkap sebagai hulubalang.124

Tiap bandar dibagi dalam empat paksi/marga yang

dikepalai seorang berpangkat kria yang bertugas sebagai

penyelanggara pemerintahan sipil dan juga masalah kemiliteran.

Setiap paksi dibagi dalam empat pekon yang dikepalai seorang

tumenggung yang dalam kemiliteran menjabat pula sebagai

prajurit. Setiap pekon dibagi dalam satuan lebih kecil yang terdiri

dari 10 kepala keluarga yang masing-masing dikepalai oleh

seorang ngabehi.125

124 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 37.

125 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 37.

Page 104: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

85

Akhirnya, Raden Intan II yang merupakan kepala

pemerintahan juga merangkap sebagai panglima perang. Dalam

kapasitasnya sebagai kepala pemerintahan, ia dibantu oleh dua

belas orang punggawa, dan pada posisi sebagai panglima perang,

Raden Intan disokong empat orang warga ratu. Untuk tertib

hukum didelegasikan kepada dua lembaga, yakni Badan Penuntut

Umum yang dikepalai oleh Tumenggung Jaksa, dan Badan

Kehakiman yang dipimpin oleh Tumenggung Pertanda.126

Bagian persiapan fisik dilakukan dengan memperkuat

benteng yang telah ada dan membangun sejumlah benteng yang

baru. Dengan menggunakan doktrin perang wilayah,127

–untuk

istilah hari ini- perlawanan dipusatkan di Gunung Rajabasa yang

memiliki posisi strategis secara militer. Sehingga penyerbuan dari

arah mana saja akan berhadapan dengan perbentengannya.

Benteng-benteng itu ialah Merambung, Galah Tanah, Pematang

Santok, Katimbang, dan Salai Tabuan yang semuanya terletak di

bagian lereng sebelah barat dan utara Gunung Rajabasa. Benteng

Bendahulu dan Hawi Berak di sebelah timur. Sedangkan di

bagian kaki gunung terdapat benteng Raja Gepeh, Cempaka, dan

Kahuripan Lama. Sistem pertahanan ditambah pula dengan parit-

parit atau anak sungai yang terhubung ke benteng dengan daerah

luarnya. Sehingga jika akhirnya benteng sudah tidak dapat

126 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 38.

127 Merupakan sistem pertahanan yang memanfaatkan potensi yang

dimiliki suatu wilayah sebagai unsur pertahanan alami seperti gunung, lembah,

sungai dan kenampakan alam lainnya untuk memenangkan peperangan.

Adapun wilayah Keratuan Darah Putih memiliki kontur pesisir dan

pegunungan dengan lereng yang curam dan berhutan lebat.

Page 105: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

86

dipertahankan akan dapat segera dikosongkan dan menyingkir ke

benteng atau wilayah lain.128

Dari segi persenjataan dapat dikatakan cukup lengkap dan

menunjang. Terdapat dua kategori senjata, yakni senjata

tradisional buatan sendiri yang terdiri dari keris, badik, dan

pedang, serta senjata modern yang diperoleh dari pembelian masa

perdagangan bebas yang diterapkan Raden Intan II yakni meriam

berukuran besar dan kecil. Sedangkan dalam sistem logistik

terdapat dapur umum yang disebut pejunjongan yang dapat

menyuplai ke benteng-benteng di sekitarnya.129

2) Penggalangan Persekutuan

Sebagai daerah yang strategis dan terbuka, membuat

Lampung menjadi “panggung” lanjutan bagi para petualang dan

petempur dari luar yang basisnya sudah ditaklukkan, atau pihak-

pihak yang merasa dirugikan oleh keberadaan Belanda. Kondisi

demikian menjadikan upaya perlawanan rakyat tidak hanya

dilakukan sendiri, melainkan didukung oleh mereka yang

menjadikan Belanda sebagai musuh bersama. Sedangkan dari

dalam, perlakuan Belanda juga menciptakan daya rekat antar

marga untuk saling menopang di kancah perang.

Kekuatan-kekuatan dari luar yang ikut ambil bagian

penting ialah para pejuang dari Banten yang gagal dalam

perlawanan, yang orang Lampung juga turut membantu di

dalamnya. Mereka ialah Haji Wahya, Wak Maas, dan Luru Satu

128 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 90-93.

129 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 39.

Page 106: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

87

yang datang pada tahun 1850 untuk merajut kembali hubungan

dan menyatukan perlawanan rakyat Lampung di bawah pimpinan

Keratuan Darah Putih.130

Dari sisi internal Lampung juga terjadi konsolidasi

dengan bergabungnya Marga Ratu dan Dataran serta diikuti oleh

banyak kampung dari Marga Way Urang yang sebelumnya

dikenal selalu membantu pemerintah Belanda.131

Sepanjang tahun

1852-1853 terbentuk persekutuan dengan Pangeran Singa Branta

dari marga Rajabasa dan Dalom Mangkunegara dari Semangka.

Profil Dalom Mangkunegara adalah seorang penerus penguasa di

Teluk Semangka yang memberontak kepada Belanda yang

memiliki keahlian dalam strategi pertahanan perairan dan

menjalin hubungan baik dengan para pelaut Bugis. Maka

pertahanan laut dan serangan-serangan terhadap pos-pos Belanda

di Kalianda, Rajabasa, hingga Teluk Semangka dari kekuatan

persekutuan itu makin intensif.132

3. Eskalasi Perang dan Perundingan Damai

Setelah persiapan dimatangkan, dan persatuan dibulatkan,

eksekusi dilakukan dengan melancarkan serangan ke daerah

pertahanan darat Belanda di Way Urang pada akhir tahun 1850.

Untuk menanggapi kerusuhan ini, mulanya pemerintah koloni

hanya memerintahkan asisten residen Lampung menangani,

namun akhirnya pada tanggal 30 September 1851 diputuskan

130 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 90.

131 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 89.

132 Binti Fadilah Arfi, “Perlawanan Keratuan Islam Darah Putih

terhadap Kolonialisme..., hlm. 102.

Page 107: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

88

untuk mengirim bala bantuan dari Semarang setelah kekuatan

yang ada tidak sanggup meredam keadaan. Pasukan berjumlah

400 orag dipimpin oleh Kapten Jucht segera bergabung dengan

pasukan yang ada di Lampung menyerang marga-marga yang

mendukung Raden Intan II dengan masa tugas sembilan hari. Jika

waktu terlalu pendek untuk memberikan hasil yang cukup, maka

tidak perlu alasan untuk penambahan waktu. Dan benar, ekspedisi

kali ini berakhir dengan kegagalan pasukan Belanda.133

Walaupun gagal, Jucht mengeluarkan peraturan bahwa

marga-marga yang terlibat tidak akan diakui lagi keberadaannya

sebelum menghadap pemerintah di Teluk Betung untuk mendapat

keputusan persetujuan pemulihan kembali atau tidak. Namun

terhadap Marga Negara Ratu dari Raden Intan II tetap

diperbolehkan. Sikap lunak tersebut karena mempertimbangkan

marga ini memiliki banyak dukungan dan keluarga yang

dihormati bahkan oleh marga lain,134

sehingga tetap menjadi

potensi ancaman bagi Belanda jika bertindak represif.

Perlawanan rakyat agaknya cukup diuntungkan dengan

mewabahnya cacar dan malaria di Lampung. Walaupun lebih

banyak memakan korban dari pribumi, tapi cukup mematikan

juga bagi para opsir Belanda yang tengah menghadapi serangan

bertubi-tubi. Akhirnya demi mengamankan posisi dan

133 “Historisch Overzicht van de Expeditie naar de Lampongsche

Districten..., hlm. 79. 134

Kohler, “Raden Intan, Bijdrage tot de Kennis der Geschiedenis van

de Lampongs”..., hlm. 177.

Page 108: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

89

kekuasaannya dari situasi kritis itu, pemerintah Hindia Belanda

menawarkan perjanjian damai kepada Raden Intan II.135

Berdasarkan kesepakatan damai yang ditawarkan Asisten

Residen J.E. Kohler tahun 1853, dinyatakan bahwa pemerintah

Belanda memberi grasi kepada Raden Intan II dan sekutunya,

serta diakui kedudukannya sebagai penguasa di Kalianda dan

Rajabasa. Melonggarkan pengawasan terhadap kapal yang

berlabuh di Kalianda, Rajabasa, dan Teluk Semangka.

Pemerintah juga memberi tawaran kepada Raden Intan II untuk di

sekolahkan, diberi gaji, dan diberi kedudukan penting dalam

pemerintahan asalkan menghentikan permusuhan dengan

Belanda.136

Terhadap tawaran-tawaran tersebut Raden Intan II dengan

tegas menolak. Ia menolak diampuni karena yakin perjuangannya

dalam menentang kolonialisme bukanlah tindakan salah. Dia juga

menolak disekolahkan karena ia mengerti bangsa dan ajaran

agamanya sanggup memberi didikan dan gemblengan mental

menuju jalan kebenaran dan cita-cita keadilan.137

Perjanjian damai tidak berlangsung lama, karena Belanda

tidak memegang teguh janji. Belanda kembali mencampuri

urusan teritorial di perairan dengan melakukan pengawasan

terhadap kapal-kapal yang melintas di perairan Kalianda dan

135 Lampung memang termasuk daerah epidemi malaria dan cacar.

Tercatat sebanyak kurang lebih 8.815 jiwa meninggal sejak tahun 1843-1853.

Binti Fadilah Arfi, “Perlawanan Keratuan Islam Darah Putih terhadap

Kolonialisme..., hlm. 103. 136

Binti Fadilah Arfi, “Perlawanan Keratuan Islam Darah Putih

terhadap Kolonialisme..., hlm. 103. 137

Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 34.

Page 109: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

90

Rajabasa dan melakukan serangkaian serangan baru. Bahkan

orang-orang Banten yang pergi ke Lampung ditahan oleh polisi

Belanda.138

Melihat gelagat demikian, Raden Intan II dan sekutunya

kembali melakukan perlawanan, penyerangan ke pos-pos dan

memukul mundur pasukan Belanda pada tahun 1855 hingga

pertengahan 1856.139

Dan sekali lagi Belanda yang kerepotan

lantas mengajukan perundingan damai, namun kali ini penolakan

adalah jawabannya. Penolakan disusul dengan tindakan

penyerangan dan pengambilalihan benteng-benteng Belanda di

Kalianda dan Rajabasa.

c. Ekspedisi Militer Belanda dan Sketsa Perang Lampung

Serangan kali ini membuat Belanda bertekad mengakhiri

perlawanan Raden Inten II. Kohler meminta kepada pemerintah

di Batvia untuk mengirimkan bantuan guna memulai ekspedisi

militer yang besar, sebuah ekspedisi yang tidak bisa

ditangguhkan lagi, ujar Broersma.140

Ekspedisi militer besar ditandai dengan dikerahkannya

pasukan dari Batavia menggunakan sembilan kapal perang, antara

138 Hal ini berkaitan pula dengan upaya Belanda melokalisir perang di

Banten yang ketika perlawanan tersebut gagal banyak terjadi pelarian politik

maupun laskar rakyat menuju Lampung untuk bergabung dengan Raden Intan

II melanjutkan perlawanan. Dapat disebut dua orang tokoh penting ialah Haji

Wahya dan Wak Mas yang bahkan menjadi penasihat Raden Intan II dan

berpengeruh besar dalam mendorong penolakan otoritas Belanda. A.W.P.

Weitzel, Schetsen uit het Oorlogsleven Nederlandsch Indie de Lampongs in

1856..., hlm. 102. 139

Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 41. 140

Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 41.

Page 110: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

91

lain H. Lowrentius, Ms. Fregat Prins Frederick der Nederlanden,

Ms. Stoomschip Amsterdam, Stoomboot Bennet, dan Ms.

Stoomschip Admiraal van Kinsbergen, serta ditambah tiga buah

kapal pengangkut logistik. Di bawah komando Kolonel Waleson,

mereka berangkat pada tanggal 10 Agustus 1856. Komposisi

pasukan terdiri dari infanteri sebanyak 969 personil, dari jumlah

itu sebanyak 559 adalah prajurit pribumi. Artileri 65 personil dan

zeni 34 personil.141

Keesokan harinya iring-iringan kapal perang pasukan

Belanda selesai didaratkan di Pulau Sikepal. Lalu pada tanggal 12

Agustus 1856 Belanda menyampaikan ultimatum kepada Raden

Intan II dan para tokoh perlawanan agar paling lambat lima hari

ia dan pasukannya harus menyerahkan diri, jika tidak maka akan

dilacarkan serangan. Namun bagi kepala-kepala marga yang setia

dan penduduk yang “baik hati” tidak perlu khawatir akan

kekerasan.142

Sambil menunggu masa akhir ultimatum dengan

tidak memberi jawaban, pihak Raden Intan II justru terus

mempersiapkan diri di bentengnya masing-masing.

Setelah diperkirakan Raden Intan II tidak akan menyerah,

maka pada tanggal 13 Agustus 1856 Belanda mulai bergerak dari

141 “Historisch Overzicht van de Expeditie naar de Lampongsche

Districten..., hlm. 84. 142

“Historisch Overzicht van de Expeditie naar de Lampongsche

Districten..., hlm. 87-88. Kepada masyarakat yang tidak ikut mendukung

perlawanan ini, pemerintah kolonial mengirim dua orang tokoh agama yang

berpengaruh, yakni Haji Ismail dan Haji Muda untuk memberi penerangan di

hadapan rakyat yang dikumpulkan di Canti, Sumpu, Katimbang, dan Banding,

bahwa mereka dalam perlindungan pemerintah kolonial. Husin Sayuti dan

Restu Gunawan, “Perlawanan Rakyat Lampung”, dalam Taufik Abdullah dan

A.B. Lapian (ed.), Indonesia dalam Arus Sejarah: Kolonisasi dan Perlawanan,

(Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, 2012), hlm. 462.

Page 111: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

92

Sikepal ke Canti dan menerima laporan dari Kapten Kohler

mengenai situasi saat itu. Dengan bekal laporan itu diputuskan

untuk memulai operasi terhadap Benteng Bendulu yang

dipertahankan pasukan Raden Intan II di bawah pimpinan Singa

Branta. Namun sebelum itu Belanda menawarkan perundingan

dan ditolak oleh Singa Branta.143

Setelah ditolak berunding, dan akhir dari ultimatum telah

tiba, maka pada 16 Agustus 1856 Belanda melancarkan serangan

ke Benteng Bendulu yang berhasil dikuasai keesokan harinya dan

dijadikan sebagai pangkalan untuk menyerbu benteng-benteng

pertahanan lainnya. Dari sini Waleson mengatur strategi untuk

mengepung markas Raden Intan II dengan cara membagi

pasukannya dalam tiga kelompok yang bergerak ke Katimbang di

bagian puncak Gunung Rajabasa sebelah utara melalui tiga jalur

operasi sebagai berikut:144

1. Dari daerah pesisir selatan dan sebelah timur Gunung

Rajabasa untuk terus melingkar ke arah utara melalui

Bendulu yang dipimpin langsung oleh Waleson.

2. Dari daerah pesisir selatan, yakni daerah Palubu, Kalianda,

dan Way Urang ke arah barat Gunung Rajabasa melingkar ke

arah utara ke Kelau dan Kunyai untuk merebut Benteng

Merambung, untuk kemudian terus ke Katimbang. Lini ini di

bawah komando Mayor van Oostade.

143 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 95.

144 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 44-45.

Page 112: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

93

3. Dari Penengahan melalui hutan belukar untuk merebut

Benteng Salai Tabuan dan terus ke Katimbang. Bagian ini

dipimpin oleh Mayor Nauta.

Dari berbagai operasinya, berturut-turut Belanda berhasil

menguasai benteng-benteng Raden Intan II. Kelompok Waleson

berhasil menguasai Benteng Hawi Berak pada tanggal 19 Agustus

1856 dan selanjutnya bergabung dengan pasukan pimpinan van

Oostade. Kelompok tersebut dalam sehari pada tanggal 27

Agustus 1856 berhasil menguasai Benteng Merambung pada jam

tujuh pagi. Dari situ melalui pertempuran yang sengit berhasil

merebut Benteng Galah Tanah dan dilanjutkan menaklukkan

Benteng Pematang Sentok pada jam sebelas siang. Sementara

kelompok pasukan Mayor Nauta berhasil menguasai Benteng

Salai Tabuan. Kini telah terbuka jalan menyerbu markas utama,

yakni Katimbang.145

Pada hari yang sama pukul dua belas siang Katimbang

mulai diserang. Setelah perlawanan sengit yang diberikan oleh

pasukan Raden Intan II, akhirnya Benteng ini dikuasai Belanda

pukul lima pagi pada tanggal 28 Agustus 1856, setelah

sebelumnya Raden Intan II, Haji Wahya, Wak Maas, dan Singa

Branta meloloskan diri. Kini saatnya Belanda melakukan

pengejaran terhadap pasukan tersisa yang masih bergerilya.146

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun dari

tawanan yang kebanyakan wanita dan anak-anak itu, Belanda

melakukan pengejaran terhadap pemimpin-pemimpin perlawanan

145 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 96-97.

146 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 97.

Page 113: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

94

yang masih bergerilya. Terjadi pengejaran terhadap Haji Wahya

dan Wak Maas di sekitar Benteng Rogoh, namun misi ini

mengalami kegagalan. Begitu pun dengan operasi Kohler yang

dibantu Pangeran Sempurna Jaya Putih mengalami kekalahan

setelah terjadi kontak senjata dengan gerilyawan yang dipimpin

langsung oleh Raden Intan II pada tanggal 4 September 1856.147

Akhirnya setelah satu persatu benteng ditaklukkan dan

teman-teman seperjuangan berguguran. Sebagaimana Haji Wahya

tertangkap dan dihukum mati pada 7 September 1856, dan di hari

yang sama perjuangan Wak Maas terhenti untuk selamanya

karena mendapat luka yang berat saat memimpin pertempuran

menghadapi pasukan yang dikomandoi Letnan Steck.148

Sedangkan posisi pangeran Singa Branta terdeteksi setelah

Belanda memperoleh informasi dari istri sang pangeran yang

tertawan pada 17 September 1856. Dengan bantuan Haji Ismail,

Singa Beranta berhasil ditangkap di Kalianda.149

Begitu juga nasib perjuangan sekutunya di Semangka,

pasukan dipimpin Kohler bergerak untuk menumpas Dalom

Mangkunegara, namun ia meninggal sebelum pasukan Belanda

mencapainya, lalu mereka membakar kampung induk Bumi Ratu

dan menangkap para pengikutnya. Hingga akhirnya para kepala

147 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 47.

148 Oki Laksito, dkk., Sejarah Perjuangan Pahlawan..., hlm. 48.

149 Husin Sayuti dan Restu Gunawan, “Perlawanan Rakyat

Lampung”, dalam Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed.), Indonesia dalam

Arus Sejarah: Kolonisasi dan Perlawanan, (Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,

2012), hlm. 463.

Page 114: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

95

kampung menyatakan sumpah setia kepada pemerintah

Belanda.150

Sementara peperangan sudah berlangsung selama dua

bulan lebih, namun Raden Intan II belum juga berhasil

dikalahkan. Di tengah kegusaran menghadapi pemimpin 22 tahun

itu, sekali lagi taktik tak ksatria dimainkan Belanda.

Waleson memperalat seorang pribumi yang pernah sakit

hati kepada Raden Intan II, dialah Raden Ngerapat sang kepala

kampung Tataan Udik yang telah bersumpah setia kepada

Belanda.151

Ia mengundang Raden Intan II untuk mengadakan

pertemuan guna membahas bantuan yang akan diberikan kepada

pemimpin perlawanan itu.152

Dengan penuh kehati-hatian Raden

Intan II datang memenuhi undangan pertemuan yang terjadi pada

malam 5 Oktober 1856 di sebuah area terbuka di Kunyaya antara

Tataan dan Gayam.153

Pada pertemuan itu Raden Intan II ditemani oleh satu

orang pengikutnya,154

sedangkan Raden Ngerapat dikawal

beberapa orang yang tampak tanpa senjata. Setelah hadir mereka

dipersilakan menyantap hidangan yang telah disiapkan. Sesaat

150 Bukri, dkk., Sejarah Daerah Lampung..., hlm. 92.

151 Latar belakang permusuhan pribadi dan dendam Raden Ngerapat

karena pernah dikenai sanksi adat berupa denda sebesar 300 gulden oleh

Raden Intan II. Untuk tugas tersebut Belanda menjanjikan hadiah besar,

namun ia menolak. Lihat Weitzel hlm. 141-142. 152

“Historisch Overzicht van de Expeditie naar de Lampongsche

Districten..., hlm. 108. 153

A.W.P. Weitzel, Schetsen uit het Oorlogsleven Nederlandsch Indie

de Lampongs in 1856..., hlm. 144 154

Dalam gerilya Raden Intan II hanya ditemani oleh empat orang,

sedangkan tiga di antaranya adalah wanita yang sudah ditahan oleh Raden

Ngerapat.

Page 115: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

96

setelah menikmati makanan dan berbasa-basi, Raden Ngerapat

dan anak buahnya menyerang Raden Intan II. Dalam perlawanan

semampunya yang jauh dari kata seimbang, Raden Intan II dan

seorang pengikutnya akhirnya gugur pada pukul 23.30 dan

jenazahnya dibawa ke hadapan Waleson untuk memastikan

bahwa Ratu muda itu benar-benar telah tiada.155

Atas nama balas dendam dan ambisi pribadi, kesetiaan

dapat diganti dengan sumpah sebagai garansi. Untuk menjadi

bukti, perjuangan panjang Raden Intan II pun terhenti di tangan

putra bangsa sendiri. Kini di pangkuan Bumi Lada, berkibar

dengan jumawa panji triwarna.156

B. Hegemoni Politik dan Ekonomi

1. Peran Lembaga Ilmiah dalam Penguatan Hegemoni

Dasar dari pembentukan sebuah kebijakan tidak semata-

mata menjadikan kepentingan pemerintah sebagai faktor tunggal,

namun sangat perlu untuk menggali guna mengenali dan

memahami banyak dimensi dari arena cikal bakal sebuah

kebijakan diimplementasikan. Demikian itu yang diterapkan

Belanda ketika berhasil menguasai Lampung khususnya, dan

Sumatera bagian selatan secara umum.

Penguasaan wilayah dengan jalan militeristik hanyalah

salah satu langkah sebelum ke tahap inti dari kolonialisme, yakni

155 A.W.P. Weitzel, Schetsen uit het Oorlogsleven Nederlandsch Indie

de Lampongs in 1856..., hlm. 145. 156

“Neerlands driekleur wapperde”, sebagai ungkapan bahagia

Weitzel dengan kematian Raden Intan II pada malam itu (5 Oktober 1856)

yang esoknya bendera Belanda (triwarna) berkibar tanda kemenangan dan

terpancangnya kekuasaan. Lihat Weitzel hlm. 138.

Page 116: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

97

eksploitasi sumberdaya. Maka sebelum itu, perlu dilakukan

pengenalan karakteristik secara menyeluruh, baik aspek fisik

maupun non-fisik, sehingga diketahui berbagai potensi sekaligus

hambatan bagi hegemoni yang total. Untuk itu diterapkanlah

pedoman ilmiah sebagai langkah objektif dan terukur demi

rekonstruksi kebijkan yang lebih terstruktur.

Dalam langkah ini, dikerahkanlah “pasukan ilmiah” ke

berbagai bidang, mulai dari sosial budaya hingga flora dan fauna.

Untuk tugas besar itu, Belanda membentuk suatu badan khusus

yang bertanggung jawab menguasai “medan pengetahuan” yang

hasilnya dapat direkomendasi dan menjadi referensi bagi

pemerintah. Di Sumatera Selatan, lembaga itu bernama “Zuid

Sumatra Instituut”.

Zuid Sumatra Instituut (Institut Sumatera Selatan)

didirikan pada 24 November 1916 yang dikukuhkan melalui

Koninklijk Besluit 19 Desember No. 31 dan berkedudukan di

Amsterdam. Institut ini bekerja dan berkolaborasi dengan Institut

Kolonial di bawah Departemen Etnologi dengan wilayah kerja

meliputi Jambi, Palembang, Bengkulu, dan Lampung.157

Tujuan dari pendirian Zuid Sumatra Instituut adalah untuk

mengumpulkan data selengkap mungkin mengenai penduduk

Sumatera Selatan dan menjadikan data tersebut bermanfaat

sebagai acuan bagi kepentingan membangun kesejahteraan,

157 Algemeen Handelsblad, 26 November 1916, hlm. 2. Nieuwe

Rotterdamsche Courant, 26 November 1916, hlm. 1.

Page 117: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

98

perkembangan material dan spiritual, serta membina hubungan

antara penduduknya dengan Belanda.158

Untuk mencapai tujuannya, Institut akan dilengkapi

dengan satu atau lebih pekerja permanen sebagai arsiparis,

dukungan untuk penyelidikan di lokasi, dan pengiriman peneliti

ke Sumatra Selatan yang lebih banyak dipekerjakan sebagai

sumberdaya legal lainnya pada hal yang dinilai bermanfaat bagi

tujuan tersebut. Institut juga dapat melakukan kerjasama dengan

berbagai asosiasi, termasuk badan hukum atau perusahaan yang

dapat bergabung sebagai anggota.159

Secara manajemen, lembaga ini dijalankan oleh direktorat

yang terdiri tidak lebih dari dua belas orang anggota meliputi

ketua, bendahara, sekretaris, dan arsiparis. Pejabat ketika awal

dibentuk ialah W.F. van Leeuwen (ketua), Dr. C.W. Janssen

(bendahara), J.C. van Eerde (sekretaris), O. L. Helfrich, H.J.A.

Raedt van Oldebarneveldt, dan Dr. F.W. van Rees (arsiparis).160

Sebagai gambaran mengenai hasil kajian ilmiah dari para

ilmuan Belanda dapat dilihat dalam buku “Zuid Sumatra

Economisch Overzicht” yang ditulis oleh J.W.J. Welan, seorang

arsiparis pada Zuid Sumatra Instituut pada tahun 1932. Karya

tersebut merupakan kompilasi singkat dari semua hal tentang

Sumatera Selatan yang telah diterbitkan, ditambah dengan

beberapa data dari berbagai pihak berwenang Hindia dan para

158 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. ix.

Indopedia, The Indian Encyclopedia, Institut Kolonial, diakses dari

https://www.indopedia.nl/articles.php?lng=nl&pg=5119 pada 20 Juni 2019. 159

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. ix. 160

Algemeen Handelsblad, 26 November 1916, hlm. 2. Nieuwe

Rotterdamsche Courant, 26 November 1916, hlm. 1.

Page 118: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

99

kontributor. Para kontributor beserta bidang kajiannya di

antaranya ialah Ir P. Hövig (geologi), Prof. E. C. Jul. Mohr

(agrogeologi), Prof. L. F. de Beaufort (fauna), Dr. T.G.E. Hoedt

(flora), Prof. L. van Vuuren (geografi), Dr. C. Braak (iklim), Prof.

L. Ph. Ie Cosquino de Bussy (ekonomi), Prof. Dr. J.P. Kleiweg de

Zwaan (antropologi), Prof. N. J. Krom (sejarah), dan Prof. C. van

Vollenhoven (hukum adat).161

Sebagai ilustrasi bagaimana hasil kajian ilmiah di Zuid

Sumatra Instituut mendukung kebijakan perekonomian, di bagian

ini penulis mengambil satu contoh praktek analisis pada faktor

alam. Hal itu karena berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi

berbasis pada produksi komoditas perkebunan. Karya yang saya

nukil adalah buku berjudul “Indische Bergcultuurondernemingen

Voornamelijk in Zuid Sumatra” yang ditulis oleh Dr. T.G.E.

Hoedt.162

Secara umum Hoedt merumuskan bahwa perlunya

mengkaji faktor-faktor produksi. Beberapa fakor produksi yang

fundamental dalam setiap proses produksi bagi perusahaan

budidaya adalah faktor alam, tenaga kerja, dan sumberdaya

modal. Dalam hal mengamati kondisi alam, ia membagi Sumatera

Selatan ke dalam enam sentra yang berisi pertimbangan tentang

kegiatan budidaya perusahaan Barat. Keenamnya adalah centrum

Lampung, centrum Boven-Bengkulu, centrum Muara Beliti,

161 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. vi-vii.

162 T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra: Gegeven en Beschouwingen, (Wageningen: H. Veenman &

Zonen, 1930), hlm. 55-76.

Page 119: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

100

centrum Pagar Alam, centrum Palembang Ilir, dan centrum

Ranau.

Khusus centrum Lampung dalam hal kontur dan

karakteristik tanah, Hoedt menggambarkan bahwa kegiatan

perusahaan di wilayah ini dapat dibagi menjadi dua kelompok.

Pertama, budidaya yang berada di lereng gunung, dan kedua yang

berada di area datar. Kawasan pertama terletak di sekitar Gunung

Betung dan Ratai, dengan kondisi tanah lixivium berumur tua

hingga sedang yang berwarna kuning dan coklat kemerahan.163

Tanah jenis ini sangat cocok untuk budidaya kopi dan karet.

Sedangkan di Gunung Tanggamus dengan tanah lixivium yang

lebih muda yang berwarna coklat agak terang, juga cocok untuk

tanaman tersebut. Tambahan pula di daerah-daerah yang

tanahnya memiliki lapisan cukup tebal dari bekas erupsi Krakatau

menjadi kaya dengan zat-zat yang menyuburkan tanaman.

Kedua, di kawasan relatif datar, kondisi tanah sangat

bervariasi. Selain tanah dari semburan pegunungan dengan

lixivium berwarna merah-coklat, ditemukan juga yang coklat

sampai kuning, kerikil, tanah berpasir, dan tanah lempung

berwarna abu-abu hinga abu-abu kecoklatan atau lixivium

berpasir. Tanah jenis pertama terbukti cocok untuk budidaya

karet, tetapi tanah yang terakhir adalah tanah yang paling buruk

163 Dalam klasifikasi tanah menurut E.C. Jul Mohr untuk pulau Jawa

dan Sumatera yang didasarkan pada sifat genese tanah berupa temperatur dan

kelembaban udara, tanah lixivium ialah bagi tanah-tanah di daerah

bertemperatur tinggi dan curah hujan melebihi evaporasi, terutama yang

berwarna kuning dan coklat. Sedangkan lixivium merah bagi tanah-tanah di

temperatur tinggi dengan musim hujan berselang dengan musim kemarau

(intermitterend).

Page 120: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

101

untuk ditanami. Meskipun hevea akan dapat tumbuh di atasnya

jika terdapat drainase yang memadai. Umumnya tanah di area

datar juga menjadi subur lantaran adanya lapisan dari letusan

Krakatau.

Secara keseluruhan di Sumatera Selatan, hal tersebut

terpraktekkan dalam sebaran pendirian perusahaan Barat

berdasarkan fakktor alam yang menawarkan kondisi yang sesuai

bagi tanaman tertentu. Perusahaan-perusahaan tersebut berlokasi

di pusat-pusat yang berbeda. Misalnya dataran rendah di Jambi

yang mayoritas budidaya karet. Demikian juga Residensi

Palembang, di daerah Talang Betutu dan Muara Beliti banyak

tanaman karet dan kelapa sawit. Sedangkan wilayah pegunungan

-lereng Gunung Dempo di Pagaralam utamanya kopi, karet, kina,

dan teh, dan di sekitar Danau Ranau kopi dan teh-. Sedangkan di

Bengkulu hanya di daerah yang lebih tinggi di sekitar Kabah,

terutama kopi, pada tingkat lebih rendah juga kina dan karet.

2. Politik: Penataan Sistem Administrasi Pemerintahan

Setelah sekian lama upaya Belanda menjalankan roda

pemerintahan selalu menghadapi hambatan, dengan berakhirnya

perang fisik yang berhasil dimenangkan dan seluruh wilayah

Lampung ditaklukan, kini Belanda ingin mengokohkan posisi

politiknya. Pada tahun 1857 Belanda berencana menerapkan

sistem sentralisasi sebagaimana di Jawa, namun hal tersebut

ditentang karena masyarakat Lampung memiliki sistem

pemerintahan sendiri yang bersifat desentralisasi, maka untuk

meredam dari gangguan potensial selanjutnya, kini saatnya soft

Page 121: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

102

power Belanda dikerahkan dengan memanfaatkan sistem

pemerintahan lokal yang telah ada, yaitu marga.164

Belanda melihat sebuah celah yang efektif dari kebiasaan

bangsawan lokal yang kerap saling bersaing sehingga sulit

tercapai kesepakatan mengangkat seorang untuk memimpin

seluruh marga, bahkan yang lebih rendah dari itu. Hal tersebut

menjadi jalan bagi Belanda untuk memecah belah dan

menanamkan pengaruh kekuasaannya. Marga yang semula

merupakan bagian dari keratuan yang terdiri atas sejumlah

kampung, kini Belanda mengintegrasikan kampung ke dalam

struktur terendah dalam pemerintahan Belanda dengan tidak

menganggap eksistensi marga. Bahkan ketika marga akhirnya

diakui pada tahun 1929, justru konsep marga juga diubah dari

genealogis-teritorial menjadi teritorial-genalogis.165

Demi kelangsungan kolonialisme, Belanda terus

merangsek lebih jauh dalam politik internal dengan melakukan

kebijakan pengakuan, mendukung, dan menguatkan lembaga

pemerintahan marga dengan jalan mengubah pola melalui

pengangkatan pejabat pasirah yang dipilih oleh para elit marga

semacam dewan perwakilan yang merepresentasi kelompok adat

yang disebut punyimbang adat, lalu diberi ketetapan pengabsahan

oleh pemerintah dengan dikeluarkannya surat keputusan. Syarat

untuk dapat dicalonkan sebagai pasirah ialah pribumi yang

164 Hilman Hadikusuma, Catatan tentang Sejarah dan Kebudayaan

Lampung..., hlm. 15 165

Konsep asal pemerintahan marga ialah satu keturunan yang

menguasai suatu wilayah, namun oleh Belanda diubah dengan mengutamakan

kesatuan wilayah walaupun terdiri atas campuran beberapa keturunan.

Page 122: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

103

memiliki kedudukan dalam adat di marganya dan memiliki

kemampuan membaca dan menulis huruf Latin serta pandai

berbahasa Melayu.166

Setelah tercipta tertib administrasi pemerintahan Belanda

di Lampung, beberapa hak pemerintahan marga yang masih

diperkenankan ialah dalam hal menjalankan masalah peradatan,

kekuasaan atas tanah (hak ulayat), penarikan pajak, dan perkara

hukum yang masih mungkin diselesaikan melalui mekanisme

hukum adat.167

Di sepanjang waktu sejak tahun 1857 terjadi dinamika

dalam hal pemerintahan marga. Bentuk dinamika itu ialah

pembentukan, perubahan, dan penghapusan atau non-pengakuan

terhadap marga,168

beserta luas dan batas-batas wilayahnya.

Hingga akhirnya sistem tersebut ditetapkan sebagai Marga Stelsel

melalui Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten pada

tahun 1928, dengan jumlah pemerintahan marga mencapai 62

wilayah di seluruh Distrik Lampung.169

Tabel 4: Klasifikasi marga yang diakui Belanda (margastaat)170

No Marga Kelompok Adat

1 Dantaran Meninting Peminggir

166 Sayuti Ibrahim, Buku Handak II: Mengenal Adat Lampung

Pubian..., hlm. 43. 167

Hasil wawancara dengan Ratu Keratuan Melinting, Bapak Rizal

Ismail, gelar Sultan Ratu Idil Muhammad Tihang Igama IV. Lihat juga Sayuti

Ibrahim, Buku Handak II: Mengenal Adat Lampung Pubian..., hlm. 44. 168

J.W. van Royen, Nota over de Lampongsche Merga’s,

(Weltevreden: Landsdrukkerij, 1930), hlm. 48. 169

J.W. van Royen, Nota over de Lampongsche Merga’s..., hlm. 1-2. 170

Diadaptasi dari peta Klasifikasi Marga pada lampiran. J.W. van

Royen, Nota over de Lampongsche Merga’s...,

Page 123: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

104

2 Ketimbang

3 Ratu

4 Legun

5 Ketibung

6 Teluk Betung Teluk Peminggir

7 Sabu Menanga

8 Ratai

9 Punduh

10 Pedada

11 Balau Pubian

12 Way Semah

13 Merak Batin

14 Tegineneng

15 Pugung

16 Pubian Nuat

17 Badak Pemanggilan Peminggir

18 Putih

19 Limau

20 Kelumbayan

21 Pertiwi

22 Putih Doh

23 Limau

24 Talang Padang Pasir

25 Buay Belunguh

26 Bunawang

27 Way Ngarip Semong

Page 124: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

105

28 Pematang Sawah

29 Buay Bunga Mayang

30 Selagai Kunang Abung

31 Buay Nunyai

32 Subing Labuan

33 Gedong Wani

34 Batanghari (Nuban)

35 Sukadana

36 Unyi Way Seputih

37 Subing

38 Buay Beliuk

39 Buay Nyerupa

40 Anak Tuha

41 Buay Unyi

42 Buay Pemuka Pengiran Jelma Daya

43 Buay Pemuka Pengiran Udik

44 Buay Pemuka Pengiran Ilir

45 Buay Pemuka Bangsa Raja

46 Buay Bouwga

47 Buay Barasakti

48 Buay Baradatu

49 Buay Semenguk

50 Rebang Pugung Rebang Semendo

51 Buay Rebang Seputih

52 Kasui

53 Jabung Melinting

Page 125: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

106

54 Melinting

55 Sekampung

56 Buay Bulan Udik Tulang Bawang

57 Buay Bulan Ilir

58 Tegamoan

59 Suay Umpu

60 Aji

61 Mesuji Lampung Palembang

62 Way Tuba Ogan

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jenderal tanggal 20

September 1929 No. 14, melalui Staatsblad 1929 No. 362, marga-

marga tersebut di atas ditambah dengan kolonis dari Jawa

dimasukkan ke dalam administrasi pemerintahan Hindia Belanda

menjadi lima onderafdeling, yaitu:171

1. Teluk Betung di bawah Kontrolir Tanjung Karang, terdiri

dari:

a. Wilayah ibukota Teluk Betung

b. Wilayah Kolonisasi Jawa di Gedong Tataan

c. Wilayah marga: Dantaran, Pesisir Rajabasa (Ketimbang),

Ratu, Legun, Ketibung, Teluk, Balaw, Way Semah, Sabu

Menanga, Ratai, Punduh, Pedada, Merak Batin,

Tegineneng, Badak, Putih, dan Limau.

2. Kota Agung di bawah Kontrolir Kota Agung, terdiri dari:

171 Nieuwe Administratieve Indeeling van Genoemd Gewest,

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1929 No. 362.

Page 126: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

107

a. Wilayah ibukota Kota Agung

b. Wilayah Kolonisasi Jawa di Kota Agung

c. Wilayah marga: Kelumbayan, Pertiwi, Putih, Putih Doh,

Limau, Talang Padang Pasisir (Gunung Alip), Buay

Belungu, Benawang, Way Ngarip, Pematang Sawah,

Pugung, dan Rebang Pugung.

3. Kotabumi di bawah Kontrolir Kotabumi, meliputi marga:

Kasui, Way Tuba, Buay Selagai, Buay Rebang Seputih, Buay

Nunyai, Buay Bunga Mayang, Buay Baradatu, Buay

Semenguk, Buay Bouwga, Buay Barasakti, Buay Pemuka

Pengiran, Buay Pemuka Pengiran Udik, Buay Pemuka

Pengiran Hilir, dan Buay Pemuka Bangsa Raja.

4. Sukadana di bawah Kontrolir Sukadana, meliputi marga:

Jabung, Melinting, Sekampung, Labuan Subing, Gedong

Wani, Batanghari (Nuban), Sukadana, Unyi Way Seputih,

Subing, Buay Beliuk, Buay Nyerupa, Anak Tuha, Pubian

Nuat, dan Buay Unyi.

5. Menggala di bawah Gezaghebber Menggala, meliputi marga:

Mesuji, Suai Umpu, Tegamoan, Buay Bulan Udik, Buay

Bulan Ilir, dan Aji.

3. Ekonomi: Penataan Perekonomian Lampung

a. Sentralisasi Residensi Lampung (Lampongsche Districten)

Setelah puas mengeksploitasi Maluku bagai sapi perah,

Belanda mendapati Jawa yang gemah ripah. Kini, setelah

peperangan panjang dalam edisi ekspansi dan kompetisi dengan

Inggris di pulau strategis yang kaya lada dan komoditas berharga

Page 127: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

108

lainnya,172

menjelang akhir abad ke-19 hampir seluruh Sumatera

takluk dalam kekuasaan Belanda yang dipersiapkan bagi

glorifikasi masa depannya.173

Pulau yang akan menjadi masa depan Belanda ini dibagi

ke dalam beberapa sistem administrasi kewilayahan meliputi

distrik, provinsi, atau tetap kerajaan. Beberapa di antaranya ada

yang berada di bawah kendali langsung pemerintah Belanda

(direct government), namun ada juga yang tetap mempertahankan

sistem lama dengan penguasa pribuminya yang diintervensi

melalui penasihat Belanda (indirect government). Salah satu

bagian darinya ialah Lampung yang dijadikan sebuah residensi di

bawah kuasa Belanda secara langsung dengan nama resmi

Residentie Lampongsche Districten, yang beribukota di Teluk

Betung.174

Pada masa awal kekuasaan Belanda yang dimaksud

Residensi Lampung ialah wilayah Provinsi Lampung saat ini

minus bagian barat yang sedang dikuasai Inggris, hingga

kemudian bagian tersebut dimasukkan ke dalam Karesidenan

172 M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press, 1991), hlm. 211. 173

Sebagaimana semboyan Belanda terhadap nilai penting Sumatera

Timur: Moluken is het verleden, Java is het heden en Sumatra is de toekomst.

(Maluku adalah masa lalu, Jawa adalah masa sekarang, dan Sumatera adalah

masa depan). Darmiati, Perpindahan Penduduk dari Kolonisasi/Emigrasi

hingga Transmigrasi, dalam Kongres Nasional Sejarah 1996 Sub Tema

Dinamika Sosial Ekonomi III, (Jakarta: Depdikbud, 1997), hlm. 21. 174

F. Kehding, “Sumatra in 1886”, Journal of the Straits Branch of

the Royal Asiatic Society, No. 18 (December,1886), hlm. 345-346

Page 128: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

109

Bengkulu oleh Belanda ketika terjadi tukar guling dengan

Singapura. Residensi ini memiliki luas sekitar 28.268,40 km².175

Sebagaimana dikutip dari F.G. Steck, bahwa bagian

selatan pulau Sumatera disebut Lampongs, meskipun untuk

bagian yang terletak di sebelah barat Bukit Barisan, nama itu

tidak lagi digunakan oleh Pemerintah, karena berada di bawah

manajemen residensi Bengkulu.176

Dalam penataan administrasi wilayah sangat jamak terjadi

perubahan, baik pemecahan maupun penggabungan. Demikian

juga Residensi Lampung untuk beberapa waktu kerap terjadi

perubahan selama proses penguasaan. Distrik ini dibagi ke dalam

lima afdeling yaitu: Teluk Betung, Tulang Bawang, Sekampung,

Seputih, dan Semangka.177

Pada tahun 1864 dirombak kembali

menjadi tujuh afdeling dengan ibukotanya masing-masing

sebagai berikut:178

a. Teluk Betung: Teluk Betung,

b. Bumi Agung: Pakuan Ratu,

c. Tulang Bawang: Menggala,

d. Seputih: Terbanggi,

e. Sekampung: Sukadana,

f. Semangka: Tanjung,

g. Empat Marga: Katimbang.

175 Centraal Bureau voor de Statistiek, Statistisch Jaarover icht van

Nederlandsch Indi -Statistical Abstract for the Netherlands East-Indies 1928,

(Buitenzorg: Statistisch Kantoor, 1928), hlm. 01. 176

F. G. Steck, “Topographische en Geographische..., hlm. 69. 177

F. G. Steck, “Topographische en Geographische..., hlm. 100 178

Regerings Almanak voor Nederlandsch Indië 1870, (Batavia:

Lands-Drukkerij, 1870), hlm. 167.

Page 129: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

110

b. Teluk Betung sebagai Ibukota Administrasi dan Ekonomi

Ibukota Residensi Lampung berada di afdeling Teluk

Betung. Batas-batas administratif Teluk Betung ialah: sebelah

barat dengan Semangka, utara dengan Sekampung, bagian timur

dengan Laut Jawa, dan sebelah selatan dengan Selat Sunda.

Wilayahnya ditambah dengan semua pulau yang berada di Teluk

Lampung, yakni Legundi, Sebuku, Sebesi, dan Krakatau di Selat

Sunda.179

Untuk wilayah kota yang sudah dibentuk sejak tahun 1848

oleh Belanda terdiri dari delapan kampung, yaitu: Kangkung,

Maja, Bumi Waras, Lontar, Pasar, Pesisir, Parawata, dan Kota

Karang. Sebagaimana umumnya kota perdagangan di pesisir,

Teluk Betung juga memiliki komposisi demografis yang

majemuk dan saling berpacu yang menjadikan kota ini memiliki

daya hidup nan semarak. Selain penduduk pribumi, mereka

adalah Melayu, Lingga, Bugis, Jawa, Tiongkok, Arab, dan

akhirnya Eropa.180

Lansekap wajah kota terbentuk dari tata pemukiman yang

mencirikan komunitas etnis penghuninya. Orang Lampung

mayoritas menghuni tiga kampung, meliputi Parawata, Pesisir,

dan Kota Karang. Orang Jawa menghuni Kampung Kangkung,

sehingga dikenal sebagai Kampung Jawa. Kampung Bumi Waras

dan Maja di tepi pantai adalah kawasan hunian para pejabat

179 F. G. Steck, “Topographische en Geographische..., hlm. 100.

180 “Topographische Beschrijving van Telok Betong en Deszelfs

Naaste Omstreken”, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van

Nederlandsch-Indië, 8ste Deel, (Nieuwe Volgreeks, 4e Deel, 1862), hlm. 114-

116.

Page 130: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

111

Belanda dan pengikutnya. Terakhir, orang asing lainnya mengisi

Kampung Pasar dan Lontar. Rumah-rumah di kawasan ini

dibangun dengan rapi dan saling berdampingan, sehingga

membentuk jalan yang lebar dan terhubung dengan banyak gang

serta terdapat jembatan di atas saluran air. Karena wajah indah

kampung ini, sampai membuat Letnan Kohler pun tertarik,

terutama untuk menjaga kebersihannya.181

Dengan didukung fasilitas pelabuhan yang memiliki

kedalaman hingga 8 depa sehingga kapal besar dapat bersandar,

dan ditopang kegiatan ekonomi masyarakat berbasis perkebunan,

maka perdagangan makin berkembang di sini. Sepanjang waktu

terjadi peningkatan dalam volume ekspor dan impor. Komoditas

ekspor andalan ialah lada, rotan, getah karet, dan damar.

Sedangkan beras, minyak, gambir, tembakau, linen, dan barang

logam merupakan komoditas yang diimpor.182

c. Potensi dan Hambatan bagi Pembangunan Ekonomi

Selain sebagai daerah penghasil lada yang telah

mendunia, kondisi alam Lampung yang kaya sumberdaya dengan

tanah subur dan tutupan hutan belantara menyimpan potensi

ekonomi yang luar biasa dan sangat beragam. Bahkan studi yang

dilakukan oleh pakar Belanda menyimpulkan bahwa tanah

181 “Topographische Beschrijving van Telok Betong..., hlm 120-121.

182 “Topographische Beschrijving van Telok Betong..., hlm 116 dan

121. Uraian lebih jauh tentang statistik perdagangan akan dibahas pada sub-

bab selanjutnya.

Page 131: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

112

Lampung cocok untuk semua jenis tanaman tropis.183

Tambahan

pula kandungan mineral di dalam bumi yang belum tereksplorasi

makin menjadi daya tarik untuk dikuasai dan menjanjikan

terciptanya industrialisasi.184

Sebenarnya dengan masyarakat yang berpola ekonomi

subsisten, keadaan demikian dengan dimanfaatkan secara

seadanya sudah cukup mendukung bagi kehidupan masyarakat

Lampung yang populasinya tidak besar. Tapi bagi sang kolonialis

ini merupakan kesempatan untuk menghadiahkan “potongan dari

tanah emas” ke negeri induknya.

Sekilas diperkenalkan potensi sumberdaya alam hayati

yang memiliki nilai komersil meliputi hasil hutan, yaitu berbagai

jenis kayu, rotan, bambu, dan damar. Hasil budidaya, yakni

kapas, kapuk, pisang, tebu, lada, karet, dan kopi.185

Sumberdaya

alam mineral, antara lain deposit bijih besi, emas, perak, dan batu

bara.186

Namun nyatanya keadaan yang alami dari Lampung

menjadi hambatan untuk pengembangan ekonomi, yakni belum

ada pengalaman untuk mengoperasikan kegiatan ekonomi dalam

skala lebih besar, terbatasnya sumber energi, miskin koneksi dan

infrastruktur membuat Belanda harus melipatgandakan modal dan

183 Directeur der Burgerlijke Openbare Werken, Rijwegen of

Spoorbanen, (Batavia: Papyrus, 1913), hlm. 93. 184

De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914, Afl. X, Deel 1, hlm. 74. 185

Departement van Kolonien, Spoorwegverkenning in Zuid Sumatra,

(Batavia: Javasche Boekhandel & Drukkerij, 1904), hlm. 2. 186

H. Philippi, De Beteekenis en de Toekomst van den Mijn in Zuid-

Sumatra, (De Zuid-Sumatra Land- En Nijverheids Vereeniging), hlm. 13.

Page 132: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

113

resiko.187

Dari sisi populasi yang sedikit dan karakter

masyarakatnya yang sahaja dan tidak terbiasa bekerja ekstra

karena karunia alam, menjadikan terbatasnya suplai tenaga kerja.

Untuk masalah yang terakhir ini, mendatangkan masyarakat dari

daerah lain dalam format migrasi adalah solusinya, yang kelak

oleh pemerintah dinamai dengan kolonisasi.

d. Lampung dalam Regionalisasi Perekonomian Sumatera

Selatan

Posisi Lampung secara ekonomi sangat strategis, baik

dalam kaitannya dengan Sumatera bagian selatan, sekaligus

menghubungkan dengan Jawa, utamanya Batavia sebagai sentra

Hindia Belanda. Sebagaimana pernyataan Welan yang melihat

kecenderungan meningkatnya hubungan antar kota di kawasan

Sumbagsel dengan Jawa:

“Lokasi Sumatera Selatan yang menguntungkan terkait dengan

Jawa -sehingga menimbulkan hubungan timbal balik di sepanjang

zaman. Hari ini, koneksi yang paling dicari adalah: Batavia-

Palembang, Batavia-Djambi dan Batavia-Teloekbetoeng

(Lampoengs).”188

Tak pelak, membahas upaya Belanda membangun

ekonominya di Lampung tidak dapat dipisahkan dari mengenali

keunggulan komparatif kewilayahan dan konsep pengembangan

perekonomian berbasis integrasi kawasan serta interkoneksi

kepulauan.

187 P.J.S. Cramer, De Groote Land in Zuid Sumatra, (Zuid-Sumatra

Land- en Nijverheid Vereeniging, 1918), hlm. 17. 188

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht,

(Wageningen: H. Veenman & Zonen, 1932), hlm. 3.

Page 133: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

114

Hal tersebut dibuktikan dengan dibentuknya Zuid Sumatra

Instituut untuk mengidentifikasi berbagai bidang yang ada di

Sumatera Selatan, termasuk keunggulan ekonomi. Untuk

integrasi kawasan di bidang ekonomi perusahaan perkebunan

dibentuk Zuid Sumatra Landbouw en Nijverheids Vereeniging,

dan Lampung di bawah Lampongsche Landbouw en Nijverheids

Vereeniging yang dibentuk tahun 1900 bergabung di dalamnya

bersama Bengkulu dan Palembang pada tahun 1915. Sedangkan

interkoneksi kepulauan adalah salah satu tugas dari dibentuknya

KPM.189

Dengan alasan demikian, perlu dilihat apa itu kawasan

ekonomi Sumatera Selatan yang Lampung berada dalam satu

bentangan geografis bersamanya.

Bagi Belanda, pembentukan kawasan ekonomi Sumatera

Selatan merupakan konsep lama dengan nama baru. Mengapa

demikian? Itu karena sejatinya masalah penggabungan ataupun

pemekaran wilayah sudah kerap dilakukan. Namun kali ini

tekanan orientasinya adalah ekonomi, walaupun dilihat juga

banyaknya kesamaan etnografis.

Welan mencontohkan bahwa tahun 30-an pada abad ke-19

telah ada penggabungan Bengkulu-Palembang dan administrasi

Jambi yang berpusat di Palembang. Namun saat itu Distrik

189 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. ix.

T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk in Zuid

Sumatra: Gegeven en Beschouwingen, (Wageningen: H. Veenman & Zonen,

1930), hlm. 31-32. Lillyana Mulya, Kebijakan Maritim di Hindia Belanda:

Langkah Komersil Pemerintah Kolonial. Diakses dari

https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/5543, pada 12 Oktober

2018.

Page 134: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

115

Lampung belum digabungkan karena masih ada “kekacauan”190

oleh sebab perlawanan Raden Intan. Maka setelah semua stabil di

bawah naungan Belanda, integrasi dari Residensi Palembang,

Jambi, Bengkulu, dan Lampung menjadi kesatuan entitas

ekonomi yang dikenal dengan nama Zuid Sumatra/Sumatera

Selatan. Salah satu wilayah paling makmur di

Buitenbezittingen.191

Hal tersebut menjadi penting karena akan berkaitan

dengan sektor produksi dan fasilitas distribusi, yakni apa yang

akan dikembangkan oleh Belanda dengan keunggulan potensi

wilayah beserta pertimbangan pembangunan fasilitas penunjang

seperti sistem transportasi yang meliputi jaringan jalan raya, rel

kereta api, dan pelabuhan beserta pelayarannya. Sebagaimana

ungkapan Philipi, bahwa alam memang menganugerahkan

pelabuhan alami yang indah untuk masing-masing tempat di

Sumatera Selatan. Tetapi kota-kota yang telah muncul makin

berevolusi ketika faktor-faktor lain bagi penentu perkembangan

dan kemakmuran diperhatikan.192

Setelah mematangkan hegemoni politik dan ekonominya,

kini Belanda akan memancangkan kekuasaan ekonomi dengan

memberi perhatian bagi faktor-faktor penentu untuk

mengembangkan dan membangkitkan kemakmuran seperti

ungkapan Phillipi di atas. Langkahnya ialah dengan melahirkan

190 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 1.

191 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914, Afl. X, Deel 1, hlm. 74. 192

H. Philippi, De Beteekenis en de Toekomst..., hlm. 40.

Page 135: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

116

berbagai kebijakan bagi sektor ekonomi yang meliputi produksi,

distribusi, konsumsi, perpajakan, dan ketenagakerjaan.

Page 136: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

117

BAB V

POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG

PADA TAHUN 1800-1942: SALURAN EKSPLOITASI

A. Penerapan Politik Ekonomi di Lampung

1. Cultuurstelsel (1830-1870)

Memasuki masa suram perekonomian negara, membuat

pemerintah Belanda memikirkan berbagai cara dan konsep

ekonomi untuk segera keluar darinya. Langkah utama yang

diambil ialah menjadikan tanah koloni yang lebih produktif

dengan segala kekuatan bagi negri induk di masa-masa

berikutnya. Konsep tersebut akhirnya melahirkan kebijakan yang

nama resminya ialah Cultuurstelsel pada tahun 1830. Namun bagi

kelompok liberal yang anti Cultuurstelsel, kebijakan ini disebut

dengan istilah tanam paksa.193

Cultuurstelsel mengusung perubahan tata cara produksi

dari yang bersifat tradisional menjadi rasional. Menurut Piccardt,

konsep ini tidak lagi melulu tentang karakteristik tanah yang

subur, pengolahan lahan, dan cara budidaya, melainkan tentang

pilihan produk yang diinginkan dalam jumlah besar; tentang

memperoleh tenaga kerja dan memberi penghargaan; dan

akhirnya ini adalah tentang budidaya di ranah rumah tangga

negara.194

193 G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 (buku 1), (Yogyakarta:

Kanisius, 1988), hlm. 17. 194

Bahwa Cultuurstelsel merupakan bentuk kegiatan negara di bidang

ekonomi sesuai semangat merkantilisme, sehingga pemerintah Belanda dengan

perangkatnya ikut campur dalam urusan produksi. Dalam R.A.S. Piccardt, De

Page 137: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

118

Sistem yang dikonsep dan dilaksanakan oleh Johannes

van den Bosch ini mewajibkan penduduk Jawa untuk menanam

kopi, tebu, nila, dan komoditas ekspor lainnya. Selanjutnya

produk dikirim ke gudang-gudang pemerintah yang tersebar di

seluruh Jawa. Sebagai imbalannya, petani memperoleh

pembayaran atas tanaman dan pejabat mendapat persentase

penanaman (cultuurprocenten) untuk menstimulasi produksi.

Namun kompensasi begitu sewenang-wenang bagi rakyat, karena

tidak sepadan dengan nilai pasar atas produk atau dengan upaya

yang diperlukan oleh petani untuk melakukan budidaya.195

Dengan cara ini, pemerintah Belanda mengambil alih

manajemen produksi ekspor Jawa setelah pengusaha swasta gagal

melakukannya sebelum 1830. Kebijakan ini membawa Jawa ke

dalam sistem perdagangan dunia, di mana perdagangan dan

pengiriman Belanda membentuk mata rantai yang sangat

diperlukan. Produk-produk diangkut ke negeri induk dengan

kapal-kapal Belanda melalui perusahaan semi-nasional, -

Nederlandsche Handel Maatschappij- dan diperdagangkan di

sana.196

Geschiedenis van het Cultuurstelsel..., hlm. 6., dan G. Moedjanto, Indonesia

Abad ke-20..., hlm. 18. 195

Vincent, J.H. Houben, “Java in the 19th Century: Consolidation of

a Territorial State”, dalam Howard Dick, (et al.), The Emergence of a National

Economy: an Economic History of Indonesia, 1800–2000, (New South Wales:

Allen & Unwin, 2002), hlm. 65. 196

C. Fasseur, “The Cultivation System and its Impact on the Dutch

Colonial Economy and the Indigenous Society in Nineteenth-Century Java”,

dalam C.A. Bayly dan D.H.A. Kolff (ed.), Two Colonial Empires, (Dordrecht:

Martinus Nijhoff Publishers, 1986), hlm. 137.

Page 138: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

119

Awalnya kebijakan Cultuurstelsel terfokus di Jawa, dan

baru tahun 1847 mulai diperkenalkan di Sumatera Barat untuk

komoditas kopi. Sedangkan di Lampung, yang kekuasaan

Belanda baru terbangun stabil pasca 1856, pernah sejenak

mengalaminya untuk perintah tanam paksa pada komoditas lada.

Namun demikian, di masa ini lada sudah bukan merupakan

produk utama walaupun harganya tetap bertahan, sehingga

pemerintah melakukan pembatasan area produksinya.197

2. Ekonomi Liberal (1870-1900)

Kemenangan barisan politisi liberal di parlemen Belanda

membawa pengaruh bagi wilayah-wilayah jajahan. Pengaruhnya

ialah perubahan kebijakan yang bernuansa kebebasan dengan

cara mengurangi bila perlu menihilkan peran negara dalam

kegiatan ekonomi secara langsung,198

kecuali hanya sebagai

administrator. Untuk itu, pihak swasta dengan kekuatan modal

yang akan mengambil alih peran negara sebagi pelaksana

kegiatan ekonomi dalam kerangka liberalisme yang bersanding

dengan semangat kapitalisme. Di Hindia Belanda, kebijakan ini

mulai berlaku pada masa Gubernur Jenderal Pieter Mijer yang

menjabat pada tahun 1866-1872.

Jalan bagi liberalisasi ekonomi tersebut disusun di atas

lahirnya peraturan perundangan, yakni Agrarische Wet pada

tahun 1870. Inti aturan dalam Agrarische Wet yang membuka

peluang pengembangan usaha perkebunan di Hindia Belanda bagi

197 Laelatul Masroh, “Perkebunan dan Perdagangan Lada..., hlm. 69.

198 Darmiati, Perpindahan Penduduk dari Kolonisasi..., hlm. 17.

Page 139: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

120

penanaman modal ialah pada sewa tanah, baik itu tanah

pemerintah dengan jangka waktu sewa maksimal 75 tahun,

maupun tanah garapan penduduk paling lama 25 tahun.199

Melalui peraturan itu, usaha bidang perkebunan yang

mulanya diterapkan di Jawa akhirnya menjalar juga ke Sumatera,

salah satunya Lampung dengan kopi dan karet yang merupakan

dua tanaman produk unggulan di masa penerapan politik ekonomi

liberal. Untuk itu dikenakan pula kebijakan mengenai sewa tanah

di Lampung, walaupun penduduknya menyatakan bahwa tanah

ialah hak milik pribumi baik secara pribadi maupun komunitas,

baik lahan digarap maupun areal bebas.200

a. Penerapan Kebijakan Sewa Tanah

Pasca menegaskan dominasinya pada tahun 1857, upaya

Belanda mengembangkan ekonomi daerah ini berjalan secara

bertahap tanpa kemajuan yang signifikan. Diperlukan waktu lebih

dari setengah abad untuk menjadikan wilayah Lampung dilirik

oleh pihak pengembang perkebunan besar. Meskipun setelah itu

sangat nampak mesin eksploitasi sumber-sumber alam bekerja

dengan semarak.201

Untuk membuka peluang bagi pengusaha perkebunan

besar digunakan juga landasan umum sewa tanah berdasarkan

199 A. Daliman, Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX: Sistem

Politik Kolonial dan Administrasi Pemerintahan Hindia Belanda,

(Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012), hlm. 46. 200

A.M. Hens, Het Gronbezit in Zuid Sumatra, (Den Haag: Korthuis,

1909), hlm. 17. 201

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 169.

Page 140: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

121

pada Agrarische Wet 1870 No. 55 pasal 62 yang isinya

menyatakan sebagai berikut:202

1. Gubernur jenderal dilarang menjual lahan apapun

2. Larangan tidak termasuk lahan kecil yang ditujukan untuk

perluasan kota dan desa dan pembentukan otoritas industri

3. Gubernur jenderal dapat mengeluarkan izin untuk sewa lahan

di luar yang dimiliki oleh penduduk atau komunitas (lahan

dibudidayakan, tanah milik desa/marga)

4. Tanah disewakan tidak lebih dari 75 tahun

5. Gubernur jenderal memastikan tidak ada jarak dari tanah

yang melanggar peraturan pribumi

6. Tanah yang dimiliki penduduk asli dalam pengguaan turun-

temurun atas permintaan pemilik yang sah dapat dikeluarkan

surat kepemilikan sehubungan dengan penjualan ke non-

pribumi

7. Tanah milik penduduk dapat disewakan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan peraturan itu nyata bahwa pemerintah

mengakui hak milik tanah bagi pribumi, baik itu milik pribadi,

tanah yang digarap, tanah yang diwariskan, dan tanah marga.

Adapun yang di luar ketentuan tersebut adalah milik negara.

Namun pribumi mengklaim semua tanah bahkan hutan liar

sekalipun untuk mengeksploitasi hasilnya, yang bermakna

pribumi tidak mengakui hak milik negara/pemerintah. Maka

202 Agrarische Aangelegenheden, Staatsblad van Nederlandsch-Indie

1870 No. 118. L.A.J.W. Sloet, “Regeeringsreglement”, dalam F.C. Hekmeijer,

(ed.), Verordeningen Inlandsch Grondbezit, (Batavia: G. Kolff & Co., 1917),

hlm. 1-2.

Page 141: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

122

pemerintah berpegang pada asas bahwa tanah liar adalah wilayah

negara, yang diperkuat dengan Agrarische Besluit 20 Juli 1870

No.15 dalam Staatsblad No. 118 Pasal 1, menyatakan bahwa

semua tanah dimana tidak ada hak kepemilikan yang dibuktikan

orang lain, menjadi milik Negara.203

Penerapan sewa tanah tersebut, khusus Lampung

dirumuskan ke dalam Staatsblad 17 Februari 1885 No. 45.204

Secara umum peraturannya dibagi dalam dua belas pasal, dan

yang ditampilkan hanya berkaitan dengan aturan sewa berikut

ini:205

1. Tanah di Residensi Distrik Lampung yang dimiliki oleh

pribumi dalam kepemilikan pribadi dapat disewakan kepada

non-pribumi sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh

peraturan ini.

2. Penyewa hanya mengakui orang atau asosiasi yang didirikan

di Belanda atau Hindia Belanda.

3. Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak akan

disewa lebih dari dua puluh tahun berturut-turut untuk jangka

waktu yang lebih lama dari itu.

4. Dalam hal perjanjian sewa, tidak ada pembayaran uang muka

dalam bentuk apapun yang dapat ditetapkan atau dibuat

untuk jangka waktu satu tahun di bawah ancaman

pembatalan pembayaran.

203 Agrarische Aangelegenheden, Staatsblad van Nederlandsch-Indie

1870 No. 118. 204

A.M. Hens, Het Gronbezit in Zuid Sumatra..., hlm. 03. 205

Gronden Lampongsche Districten, Staatsblad van Nederlandsch-

Indie 17 Februari 1885 No. 45.

Page 142: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

123

5. Penetapan penyewaan kembali, setelah berakhirnya jangka

waktu yang disebutkan dalam Pasal 3, adalah dilarang.

6. Perjanjian sewa harus dibuat secara tertulis pada kertas

tersegel dalam rangkap dua, dalam bahasa Belanda dan

Lampung atau bahasa Melayu, atau dalam kedua bahasa asli

ini, untuk diperiksa oleh Kepala Daerah atau Pemerintah

Daerah, dan ditandatangani oleh kedua belah pihak. Tanda

tangan pemilik harus disahkan oleh kepala kampung dan

salah satu kepala sukunya.

7. Kontrak harus terdaftar secara hukum. Pendaftaran akan

dilakukan di Teluk Betung oleh hakim, dan di tempat lain

oleh inspektur yang relevan, yang akan mencatat pada setiap

salinan akta.

8. Pendaftaran berlangsung dalam dua bulan setelah penawaran.

Hal itu harus ditolak jika kontrak mengandung ketentuan

yang bertentangan dengan hukum, -jika tidak dibuat dalam

bentuk sesuai yang ditentukan oleh Pasal 6, atau jika tidak

ada kepastian yang cukup mengenai hak-hak pemberi sewa

atas tanah yang akan disewakan-. Jika pendaftaran ditolak,

keputusan ini dapat diajukan ke Residen dan keputusannya

kepada Pemeritah Daerah.

9. Penyewa harus, kecuali ditentukan lain secara eksplisit,

menanggung semua keadaan yang diperkirakan dan tidak

diperkirakan.

10. Peraturan ini tidak berlaku untuk tanah yang dimiliki oleh

pribumi, karena hanya tanah yang ada sertifikat sesuai

dengan ketentuan Staatsblad 1834 no 27.

Page 143: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

124

Sekalipun Staatsblad tersebut telah dijadikan landasan

hukum bagi berlakunya sistem sewa tanah terhadap tanah milik

pribumi di Lampung, pada faktanya pengusaha perkebunan

swasta Eropa lebih banyak menyewa tanah milik negara, hal

demikian terjadi karena pada dasarnya lahan liar atau tak tergarap

dianggap milik negara, sehingga lahan yang luas hanya dapat

diperoleh dari pemerintah. Sedangkan tanah penduduk atau

marga lebih banyak digunakan untuk kebutuhannya sendiri.

Hal tersebut dibuktikan oleh data yang dikeluarkan

pemerintah, bahwa beberapa perusahaan perkebunan besar di

Lampung memperoleh lahan langsung dari menyewa tanah

kepada pemerintah Hindia Belanda. Sebagai sampel, perusahaan

tersebut antara lain: Lampung Caoutchouc Maatschappij, Para

Rubber Cultuur Maatschappij “Gadies”, Cultuur Maatschappij

“De Lampongs”, Langkapoera (Sumatra) Rubber Estate Limited,

The South Sumatra Rubber Estates Limited, Sumatra Rubber

Cultuur Maatschappij, dan lainnya.206

3. Politik Etis (1900-1942)

Politik Etis (Ethische Politiek) merupakan implementasi

atas ide-ide para kritikus penentang ekonomi liberalisme yang

dinilai eksploitatif dan hanya mementingkan negeri induk

sehingga abai terhadap rakyat koloni, padahal rakyat negeri

206 A.G.N. Swart, Rubber Companies in the Netherland East Indies,

(Amsterdam: J.H. De Bussy, 1911), hlm. 85. Departement van Binnenlandsch

Bestuur, Cultuuradresboek voor Indie, (Batavia: Landsdrukkerij, 1915), hlm.

124-130. Data perusahaan lebih lengkap lihat pada tabel 9: Perusahaan

perkebunan di Lampung pada tahun 1892-1914.

Page 144: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

125

koloni telah bekerja dan diperah bagi kemakmuran Belanda,

namun di sepanjang abad ke-19 kesejahteraan mereka justru

semakin menurun. Maka muncul pemikiran untuk memberi

perhatian kepada pribumi sebagai bentuk balas budi atas suatu

yang disebut sebagai “hutang kehormatan” (ereschuld).

Di antara pengkritik yang berpengaruh dalam pemberi

model bagi terwujudnya kebijkan ini ialah C. Th. Van de Venter.

Kritik dan sarannya ia tuliskan dalam karangan berjudul Een

Eereschuld yang dimuat dalam Majalah de Gids pada 1899. Van

de Venter menyatakan bahwa Belanda sebagai bangsa yang maju

dan bermoral haruslah membayar utang tersebut sebagai

pengimbang atas eksploitasi yang berlebihan di periode

sebelumnya dengan jalan menyelenggarakan kebijakan yang akan

berpengaruh langsung bagi kemajuan pribumi berupa irigasi,

emigrasi, dan edukasi yang kemudian dikenal dengan istilah Trias

van de Venter.207

Dari ketiga kebijakan tersebut, hanya masalah irigasi dan

emigrasi yang akan difokuskan dalam kajian ini. Dua hal itu

diterapkan oleh Belanda di Lampung lantaran kondisinya, baik

secara demografi maupun geografi cukup mendukung bagi “era

pembangunan” bagi rakyat negeri koloni. Maka pemerintah

akhirnya menjadikan Lampung sebagai tujuan dari praktek

perdana emigrasi pada tahun 1905, yakni pemindahan penduduk

Jawa yang kelak dikenal dengan istilah kolonisasi. Kehadiran

para kolonis itu untuk mengemban tugas sebagai penyuplai

207 G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20..., hlm. 21. Thee Kian Wie,

“Colonial Extraction in the Indonesian Archipelago..., hlm. 53.

Page 145: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

126

tenaga kerja bagi perusahaan dan produksi beras dengan metode

sawah. Oleh karenanya dipraktekkan pula kebijakan pendukung

selanjutnya, yaitu irigasi.

B. Saluran Eksploitasi Kolonial

1. Politik Ekonomi di Sektor Produksi

Bubarnya VOC memberi pukulan telak bagi finansial

negeri induk. Bukan sekadar hilangnya sumber pemasukan, tetapi

juga menjadi alasan keluarnya biaya bagi sederet permasalahan

dan lilitan hutang yang ditinggalkan. Di sisi lain permasalahan

ini, Belanda memperoleh pelajaran bahwa cara kerja VOC yang

hanya melakukan pembelian komoditi untuk kemudian dikirim ke

pasar Eropa dinilai tidak efektif. Maka pemerintah Belanda

kemudian mengalihkan pada kegiatan produksi sekaligus

menguasai shipping-nya.208

Shipping yang merupakan aktivitas transportasi barang

maupun penumpang melalui laut menggunakan kapal dapat

terjadi berkat warisan VOC berupa rute perdagangan dengan

titik-titik pelabuhan sebagai jaringannya.209

Maka di bagian ini

akan kita lihat bagaimana Belanda melakukan kegiatan produksi

sekaligus mencipta sistem transportasi untuk mengantar komoditi

kepada konsumen. Dengan jalan ini Belanda memperoleh

208 Lillyana Mulya, Kebijakan Maritim di Hindia Belanda: Langkah

Komersil Pemerintah Kolonial, diakses dari

https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/5543, pada 12 Oktober

2018. 209

Lillyana Mulya, Kebijakan Maritim di Hindia Belanda...,

Page 146: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

127

keuntungan ganda, yakni dari sisi produksi dan bidang jasa

transportasi.

a. Budidaya Lada pada Masa Cultuurstelsel hingga Liberal

Lada merupakan hasil alam utama yang panjang

sejarahnya mengikuti alur situasi politik Belanda sejak VOC dan

kekuatan lainnya hingga pemerintah Hindia. Kebijakan yang

Kompeni tetapkan berkaitan dengan tingginya permintaan pasar

dunia terhadap produk ini, yang akhirnya berdampak pada sektor

kekuasaan dan keamanan wilayah hingga memicu hasil budidaya

pada keadaan pasang surut. Adapun di masa pemerintah Belanda,

penanaman lada menjadi bagian tak terpisahkan dari kebijakan

ekonomi yang diterapkan sejak sewa tanah hingga sistem Liberal.

Pada abad ke-19 lada sudah tidak lagi menjadi komoditas

utama walau tetap penting bagi Belanda. Tidak seperti komoditas

perkebunan yang baru diperkenalkan sebagaimana kopi dan karet,

lada di Lampung mulanya tidak diproduksi oleh perusahaan

perkebunan, melainkan dibudidaya secara personal oleh kalangan

petani pribumi untuk memenuhi kebutuhan ekspor Belanda bagi

pasar Eropa.210

Baru kemudian di tahun 1912 terdapat satu

perusahaan Eropa yang bergerak di bidang ini.211

Walaupun pada tataran produksi di lapangan dikerjakan

oleh warga, namun pemerintah membuat regulasi untuk

210 H. Fortuin, De Amsterdamsche Goederenmarkt, (Amsterdam: J.H.

De Bussy, 1923), hlm. 37. 211

H. Blink, Nederlandsch Oost-Indie als Productie en

Handelsgebied, („S-Gravenhage: Mouton & Co., Herderstraat 5, 1914), hlm.

87.

Page 147: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

128

menangguk keuntungannya. Beberapa kebijakan ekonomi

Belanda yang pernah diterapkan ialah sistem sewa tanah

(landdelijk stelsel) pada tahun 1816-1830. Kebijakan tersebut

merupakan kelanjutan dari ide liberal Raffles dengan sistem

landrent. Ide besarnya yakni memberikan kebebasan dan

kepastian hukum dalam pertanian dan perdagangan. Bagi petani

dibebaskan menanam apa yang diinginkan di atas tanah yang

dianggap milik negara dan sebagai gantinya rakyat wajib

membayar pajak langsung kepada pemerintah.212

Namun sistem

ini gagal diterapkan di Lampung karena kuatnya ikatan

tradisional feodal antara petani dengan jenang. Dalam posisi ini

kedudukan jenang sebagai perantara sistem budidaya dan

perdagangan lada sejak masa Kesultanan Banten yang malah

diperkuat VOC masih sulit dihapuskan.213

Rupanya ide liberal belum tepat bagi kondisi sosio-

kultural rakyat Hindia dan situasi serta struktur ekonomi Belanda.

Maka demi memperoleh keuntungan dalam jumlah besar dan

cepat, Johannes van den Bosch (1830-1833) mulai menerapkan

sistem Cultuurstelsel pada yang kemudian berlaku pada tahun

1830-1870. Melalui sistem ini lada merupakan salah satu

tanaman yang wajib ditanam walau dalam skala kecil, yang

hasilnya harus diserahkan oleh petani kepada pemerintah sebagai

pajak.

212 Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto,

Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV: Kemunculan Penjajahan di Indonesia

(1700-1900), (Jakarta: Balai Pustaka, 2010), hlm. 346. 213

Laelatul Masroh, “Perkebunan dan Perdagangan Lada..., hlm. 69.

Page 148: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

129

Pelaksanaan sistem ini kembali memanfaatkan struktur

yang berlaku dalam masyarakat. Kedudukan jenang dijadikan

perantara bagi pemerintah dengan petani dan diberi gaji.

Tugasnya ialah menyampaikan perintah penanaman lada dan

pengumpulan hasil produksi. Sesuai peraturan kontrak bahwa

para pengolah kebun diwajibkan menanam tanaman lada dalam

jumlah tertentu, yakni 1000 batang bagi pengolah yang

berkeluarga, dan 500 batang bagi pria yang lajang.214

Perubahan peta politik di pusat akhirnya mengubah pula

kebijakan di negeri koloni. Yakni munculnya Undang-Undang

Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870. Undang-undang

tersebut merupakan pembuka gerbang bagi masuknya modal

asing ke Hindia untuk pengembangan perusahaan-perusahaan

perkebunan berorientasi ekspor yang akhirnya menjadi pesaing

dominasi lada di Lampung.

1) Lahan dan Metode Budidaya

Perkebunan lada yang lebih banyak dilakukan oleh

masyarakat cenderung tidak memiliki data pasti dalam keluasan

wilayah yang digarap. Umumnya informasi Belanda maupun

Inggris sampai abad ke-19 hanya menggambarkan wilayah yang

menjadi sentra penghasil lada di Lampung yang secara tradisional

memang telah banyak berkembang di kawasan timur hingga

selatan seperti Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Katimbang,

Teluk Betung, dan Semangka.

214 Laelatul Masroh, “Perkebunan dan Perdagangan Lada..., hlm. 69.

Page 149: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

130

Sebagai gambaran, dikutip dari artikel yang dibukukan

berjudul De Pepercultuur in de Buitenbezittingen, tentang

sebaran daerah dan luas lahan yang digunakan dalam budidaya

lada di Lampung pada tahun 1912 ialah sebagai berikut:215

Tabel 5: Luas area garapan

No Nama Daerah Luas Garapan

bouw hektar

1

2

3

4

5

6

Sekampung

Seputih

Semangka

Teluk Betung

Tulang Bawang

Katimbang

± 2400

± 2300

± 940

± 900

± 800

± 50

1680

1610

658

630

560

35

Total ± 7390 5173

Metode budidaya lada dalam prakteknya juga diserahkan

kepada pengolah perkebunan, yang umumnya tetap dilakukan

secara tradisional sebagaimana di masa-masa sebelumnya.

Perbedaan mungkin nampak hanya pada pengaturan perluasan

lahan karena adanya perusahaan budidaya tanaman lain.

Permulaan dalam melakukan budidaya lada yang amat

penting dan menentukan keberhasilan ialah pemilihan lokasi dan

kondisi tanah yang cocok. Lokasi yang tepat ialah di sepanjang

tepian sungai atau anak sungai yang tidak terlalu rendah supaya

215 De Pepercultuur in de Buitenbezittingen, (Batavia:

Landsdrukkerij, 1913), hlm. 39.

Page 150: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

131

tidak dibanjiri air sungai dan hindari lahan yang miring karena

rawan longsor.216

Untuk kondisi tanah yang baik bagi penanaman

berupa tanah liat berwarna merah gelap yang terbentuk dari

batuan vulkanik muda.217

Walaupun tanah liat yang terang dan

kekuningan juga dapat digunakan namun umumnya akan

memengaruhi masa hidup dari tanaman ini hanya maksimal 15

tahun.218

Dan ini tidak efisien dari sisi produktivitas.

Karena tanah merupakan hak milik marga, maka bagi

masyarakat anggota marga yang ingin membuka lahan setelah

tanah yang diinginkan ditemukan, mereka harus mengajukan

perizinan kepada kepala kampung atau marganya.219

Setelah

terlebih dahulu diverifikasi bahwa lahan tersebut bebas dari klaim

pihak lain, atau bukan area terlarang, maka izin dikeluarkan.220

Jika tanah yang dimaksud berada di wilayah yurisdiksi marga

lain, maka pengajuan permintaan perizinan itu disertai dengan

penawaran hadiah kecil yang terdiri atas beberapa ekor ayam,

beras, dan kapas.221

Langkah selanjutnya ialah pembukaan lahan. Namun

lahan perawan ini tidak langsung ditanami lada, melainkan padi

216 William Marsden, Sejarah Sumatera, (Yogyakarta: Indoliterasi,

2016), hlm. 194. 217

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 252. 218

De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 32. 219

Wawancara dengan Ratu Keratuan Melinting, Bapak Rizal

Ismail..., 220

Aturan tersebut berlaku setidaknya sampai terbitnya Agrarisch

Reglement berdasarkan Staatsblad 1925 No. 353, jo. 1927 No. 193. Sedangkan

selanjutnya harus mendapat persetujuan dari pihak berwenang, baik itu

gubernur jenderal atau otoritas yang ditugaskan. Lihat J.W.J. Wellan, Zuid

Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 220. 221

De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 33.

Page 151: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

132

terlebih dahulu. Setelah panen padi pertama barulah mulai

melakukan penancapan batang pohon penopang bagi tanaman

lada. Pohon penopang yang sering digunakan biasanya jenis

dadap duri, dadap minjak, dan randu.222

Penanaman pohon

penopang diberi jarak sekitar 2,5-3,5 m yang bertujuan untuk

memudahkan perawatan dan pemanenan lada. Kemudian bibit

lada dari hasil stek mulai ditanam. Dibutuhkan waktu satu sampai

dua tahun untuk sampai masa penen lada yang pertama.

Pasca penanaman dilanjutkan dengan masa perawatan.

Kegiatan ini meliputi pembersihan gulma sebanyak tiga kali

setahun, lalu gulma tersebut ditumpuk di antara pohon lada agar

terbentuk humus. Ada pemangkasan pohon penopang satu atau

dua tahun sekali, dan memastikan bahwa sulur lada terikat

dengan benar pada penopangnya. Tambahan pula area kebun

diberi pagar kawat atau besi sebagai pengaman dari gangguan

hewan liar.223

Proses penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan dalam

perkebunan kecil dilakukan sendiri oleh pemilik dan anggota

keluarganya, atau juga oleh budak jika mereka memilikinya.

Sedangkan perkebunan skala besar menggunakan tenaga bayaran

yang biasanya berasal dari Banten. Ketentuan besaran upah yang

harus diikuti ketika mempekerjakan tenaga bayaran ialah:224

Diupah sebesar f 0,60 sampai f 0,75 per hari jika tidak

ditanggung makan dan minum.

222 De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 33.

223 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 254.

224 De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 37.

Page 152: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

133

Diupah sebesar f 0,33 sampai f 0,50 per hari jika mendapat

makan, minum, dan kadang juga rokok.

Mendapat akomodasi untuk lokasi kebun yang jauh.

Terdapat beberapa aturan jika pekerja hanya untuk memanen.

Di antaranya pekerja mendapat bagian dari hasil panen

berupa lima kantong malai lada. Jika ingin dikonversi dalam

bentuk uang maka per kantong senilai dengan f 0,30. Ada

pula pekerja mendapat seperlima hingga setengah hasil

panen dalam bentuk barang, atau upah harian dan makanan.

Pembayaran dilakukan setelah pemilik mengumpulkan hasil

panennya.225

Untuk pemanenan sendiri dilakukan ketika buah lada

mulai merah. Di kawasan pesisir biasanya terjadi pada bulan

April dan Mei, sedangkan di dataran tinggi beberapa bulan

setelahnya. Panen lada terjadi dua kali dalam setahun, yaitu pra-

panen yang disebut lada penjelang sekitar Maret dan April dan

panen besar atau lada musim pada bulan September dan

Oktober.226

Tahapannya ialah setelah masa lada penjelang

dipanen, maka tanaman lada akan mekar kembali untuk panen

besar.227

Pasca panen berlanjut dengan proses pengolahan. Di

Lampung terdapat dua jenis lada yang diproduksi, yakni lada

hitam dan putih. Namun demikian yang diproduksi dalam jumlah

besar di semua wilayah ialah lada hitam, sedangkan lada putih

225 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 255.

226 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 254.

227 De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 35.

Page 153: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

134

hanya di Seputih dan Tulang Bawang pun dalam jumlah kecil,

sehingga Residensi ini secara eksklusif dikenal sebagai penghasil

lada hitam terbesar di Hindia Belanda.

Sesungguhnya kedua jenis produk lada berasal dari

spesies yang sama, hanya saja berbeda dalam proses

pengolahannya. Proses produksi lada hitam lebih sederhana,

bermula dari pemetikan buah lada bersama malainya, khusus

daerah Seputih dan Tulang Bawang dilakukan fermentasi dengan

menyimpan lada tersebut di bawah rumah selama sekitar sepuluh

hari,228

kemudian lada dirontokkan dari malainya dan dikeringkan

di bawah sinar matahari selama empat hari. Akhirnya lada hitam

dikemas dan siap dijual. Sedangkan di sentra produksi selain

kedua daerah tadi, prosesnya dari lada yang dipetik langsung

disebar ditanah atau tikar untuk dijemur selama lima hari, lalu

lada dilonggarkan kembali dengan kaki untuk pengeringan lebih

lanjut. Setelah lada kering dan dibersihkan, lalu dikemas dalam

kantong seberat satu pikul.229

Prosesing untuk menghasilkan lada putih lebih panjang.

Perlakuannya dengan cara memasukkan lada bersama malainya

ke dalam kantong, lalu dikubur dalam tanah selama 10 sampai 12

hari. Berlanjut dengan meletakkan kantong itu ke dalam air

mengalir dan melepaskan lada dari malainya. Lanjut buah lada

diletakkan pada alat penyaring untuk melepas kulitnya dengan

gaya gesekan tangan. Setelah biji lada bersih langsung dijemur

228 Rumah tradisional masyarakat adat Lampung berbentuk panggung,

sehingga bagian kolong rumah dapat dimanfaatkan menyimpan hasil

hutan/perkebunan. 229

De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 36.

Page 154: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

135

selama empat hari hingga kering dan dikemas dalam kantong

seberat satu pikul.230

Berbicara mengenai catatan statistik lada sebelum tahun

1857, penulis menemukan dua data ekspor pada tahun 1843

sebesar 17.308 pikul, dan ekspor yang melalui pelabuhan Teluk

Betung sebesar 2.033 pikul di tahun 1855. Untuk hasil budidaya

setelah terbentuk otoritas penuh pada tahun 1857, data yang

ditemukan dan ditampilkan di sini tidak dalam runutan waktu

yang utuh dan juga terdiri dari campuran antara jumlah hasil dan

besaran transaksi, namun setidaknya dapat menggambarkan

produktivitas budidaya lada di Lampung. Berikut data hasil dan

transaksi lada yang diolah dari berbagai sumber:231

Tabel 6: Transaksi lada

Abad ke-19

Tahun Jumlah (kg)

1857 401.100

1858 864.120

1859 188.460

1860 242.700

1861 283.569

1862 536.820

1863 604.020

1864 865.380

230 De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 36.

231 Laelatul Masroh, “Perkebunan dan Perdagangan Lada..., hlm. 72.

De Indische Courant, 27 Desember 1937, hlm. 02. J.W.J. Wellan, Zuid

Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 252.

Page 155: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

136

1865 477.960

1866 320.280

Abad ke-20

Tahun Jumlah (kg)

1907 7.668.000

1910 12.588.000

1911 7.800.000

1912 14.550.000

1913 11.965.000

1929 14.685.000

1930 46.200.000

1936 50.000.000

Dari data tersebut nampak terjadinya fluktuasi hasil lada.

Selain karena faktor alam berupa cuaca dan gangguan hama yang

biasanya di luar kendali manusia, kebanyakan petani masih

mengandalkan kesuburan alami untuk meningkatkan hasil

dibanding melakukan pengolahan tanah agar dapat bertahan

kesuburannya. Sehingga mereka kerap memperluas dengan

membuat kebun baru dan meninggalkan lahan lama jika sudah

satu hingga dua musim, yang biasanya digunakan untuk tanaman

pangan atau komoditas lain yang memiliki prospek harga. Ini

berarti proses akan dimulai kembali dari awal.232

Alasan lain yang lebih pasti ialah kaitannya antara hasil

produksi dan umur tanaman yang menunjukkan siklus. Di

232 William Marsden, Sejarah Sumatera..., hlm. 194-195.

Page 156: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

137

dalamnya terdapat rentang usia puncak produktivitas dan masa

terjadinya penurunan hasil. Karenanya pemerintah koloni

membuat perjanjian dengan kepala dusun yang mewajibkan

penduduk segera mempersiapkan pembaruan ketika tanaman

yang ada tengah mencapai puncak produktivitasnya. Harapannya

tanaman baru akan berbuah tepat ketika tanaman lama

digantikan.233

Namun aturan tersebut jarang dilaksanakan sampai

penurunan produktivitas benar-benar terjadi. Karena tanaman

baru rentan mengalami kerusakan saat penggantian tanaman

lama, maka proses pembaruan berjalan tidak sempurna. Sehingga

kuantitas tanaman yang siap berbuah menjadi tidak menentu

terhadap proporsi yang ditargetkan, alhasil berdampak pada

produksi tahunan yang menjadi fluktuatif.234

2) Manajemen Pemasaran

Dalam bidang perdagangan lada nyatanya tidak hanya

pihak perorangan yang terjun di dalamnya, tapi juga ada

perusahaan dagang yang terlibat dalam bisnis ini, terlebih untuk

transaksi lintas negara. Kekhasan lainnya ialah orientasi

mengalirnya produk lada dari pusat-pusat budidayanya di

Lampung ke pasar juga berbeda-beda.

Dalam hal pelaku dagang akhirnya terbentuk rantai

perdagangan, dimulai dari produsen yang umumnya

membutuhkan perantara untuk produknya sampai ke pedagang

233 William Marsden, Sejarah Sumatera..., hlm. 208.

234 William Marsden, Sejarah Sumatera..., hlm. 208.

Page 157: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

138

besar atau pasar,235

-terkecuali petani dari Sekampung yang

membawa langsung ladanya ke Palembang atau Batavia-.236

Para

perantara ini umumnya ialah orang Lampung sendiri, Palembang,

Tiongkok, dan Banten yang dalam perjalanan waktu memperoleh

kepercayaan dari pemilik kebun, sehingga mereka memiliki

tempat pembelian permanen.

Perantara yang telah memperoleh pembayaran di muka

dari pedagang mendatangi petani lada di pedalaman. Dalam

penetapan harga, produsen memantau standar harga di pasar lokal

seperti Teluk Betung atau Menggala. Sedangkan pembeli akan

merujuk harga pasar harian dari Palembang dan Batavia. Dari

selisih harga itulah perantara mendapat untung. Profit mereka

masih ditambah lagi dari perbedaan berat isi. Jika di kebun lada

pedalaman, satu pikul bisa sampai 130 kati lebih, namun dalam

pembayaran tetap seharga satu pikul yang berisi 100 kati.237

Setelah produk sampai ke pedagang di pasar-pasar utama,

selanjutnya kemanakah arus keluar lada itu? Di sinilah yang saya

sebut sebagai kekhasan. Karena ternyata tidak semua arus lada

Lampung bermuara di pasar yang sama. Orientasi pasar lada

mempertimbangkan beberapa faktor, yakni: lokasi sentra lada dan

pemeran mata rantai dagang, keberadaan sarana transportasi,

serta kualitas bagi pemasaran mancanegara.

235 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Handelsbeweging der

Buitenbezittingen in 1914 Deel II, (Weltevreden: Albrecht & Co., 1915), hlm.

115. 236

De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 38. 237

De Pepercultuur in de Buitenbezittingen..., hlm. 38.

Page 158: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

139

Berkaitan dengan faktor kedekatan lokasi sentra lada

dengan tujuan pemasaran, ini dapat dilihat dari posisinya

terhadap entrepot seperti Batavia dan Palembang. Lada dari

Semangka dan Katimbang yang berada di bagian tenggara dan

selatan Lampung sebagian besar dikirim ke Batavia. Dari timur

dan utara yang kebanyakan pembelinya orang Palembang dan

Tiongkok, yakni di Seputih dan Tulang Bawang dikirim ke

Palembang.

Atas dasar belum tersedianya sarana transportasi darat

yang menunjang mobilitas barang pada abad ke-19, yang

demikian menjadi faktor banyaknya lada Lampung -terutama

bagian timur dan utara- yang dikirim ke Palembang. Hal ini

karena produk dari pedalaman hanya akan efektif

pengangkutannya melalui jalur-jalur sungai untuk sampai ke

tempat utama seperti Menggala dan selanjutnya ke Palembang.

Maka ketika hadirnya layanan KPM dan dibuat jaringan jalan

raya dan rel kereta Sumatera Selatan di awal abad ke-20 yang

menghubungkan pusat-pusat produksi pedalaman ke Teluk

Betung dan Osthaven, arus pengiriman lada ke Palembang

menjadi surut. Hal tersebut terbukti dengan peningkatan rata-rata

ekspor Lampung sebanyak satu juta kilogram, dan penurunan

ekspor lada dari Palembang sekitar jumlah yang sama.238

Memasuki dasawarsa ketiga abad ke-20, ekspor langsung

lada dari Lampung mengalami peningkatan. Beberapa alasan

selain karena mulai terlibatnya perusahan dagang Eropa, yakni

238 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 251.

Page 159: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

140

Internatio,239

alasan lainnya ialah harga di Batavia cenderung

fluktuatif,240

serta kualitas produk dari daerah asal lebih terjaga

ketimbang jika sudah masuk ke Batavia terlebih dahulu. Hal ini

disebabkan tidak adanya ketetapan standar kualitas dan jumlah

stok di Batavia, sehingga dikhawatirkan dalam penggudangan

lada bersih dari Lampung akan tercampur dengan lada dari

daerah lain.241

Sedangkan standardisasi yang ditetapkan pasar

Barat ialah bahwa lada yang diperbolehkan hanya mengandung

kadar air maksimal 15,5% dan kotoran tidak lebih dari 2%.242

Karena faktor itulah lada dari Teluk Betung dan Omelanden

langsung diekspor ke Singapura, Eropa, dan Amerika melalui

Batavia.

Begitu perkasanya kuantitas dan kualitas lada hitam

Lampung hingga mampu menyumbang 65% produksi dunia,243

dan lebih dari 70% ekspor lada Hindia Belanda. Dengan

kesanggupan memenuhi standar dunia itu, maka lada mampu

menembus kota-kota Pelabuhan internasional seperti:

Amsterdam, London, Hamburg, Havre, Bordeaux, Marseille, dan

Trieste untuk Eropa; sementara Amerika di New York dan San

Francisco. Untuk kawasan Asia Pasifik terdapat Kobe di Jepang,

Melbourne dan Sydney di Australia.244

239 Internatio merupakan perusahaan dagang Belanda yang bergerak

di bidang ekspor-impor yang telah berdiri di Teluk Betung sejak 1904. 240

“De Pepercultuur”, Economisch-Statistische Berichten, 5 April

1922, No. 327, hlm. 314. 241

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 255. 242

H. Fortuin, De Amsterdamsche Goederenmarkt..., hlm. 46. 243

De Lampongsche Pepercultuur, (De Indische Courant, 27

December 1937), hlm. 02. 244

“De Pepercultuur”, Economisch-Statistische Berichten..., hlm. 312

Page 160: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

141

Tabel 7: ekspor dalam beberapa tahun:245

Tahun Produk

(ton)

1912

1913

1914

1915

1923246

1924

1925

1926

1927

1928

1929

1930

2.350

1.486

1.148

10.083

17.762

24.317

14.862

16.369

9.396

12.556

14.685

15.815

Produk lada pada tahun 1912-1914 lebih banyak dikirim

ke pulau Jawa daripada yang diekspor. Sebagai perbandingan

ialah pada tahun 1914 lada yang dikirim ke Jawa sebesar 10.918,

sedangkan diekspor hanya 1.148. dengan rincian negara tujuan

245 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Handelsbeweging der

Buitenbezittingen..., hlm. 112. F.A. Zeilinger, Kapitaal en Kapitaalvorming in

de Inheemsche Maatschappij van Nederlandsch-Indië, (Wageningen-Holland:

H. Veenman & Zonen, 1933), hlm. 63. J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra

Economisch Overzicht..., hlm 250. 246

Terjadi perubahan signifikan dalam hal ekspor langsung dari

Lampung tanpa perantara penggudangan di Batavia.

Page 161: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

142

ekspor sebagai berikut: Belanda; 782 ton, Amerika Utara; 347

ton, Singapura; 10 ton, Jerman; 5 ton, dan Penang; 4 ton.247

b. Budidaya Karet dan Kopi pada Masa Politik Liberal

1) Budidaya Karet

Dengan terbukanya Hindia Belanda bagi perusahaan-

perusahaan Eropa dalam sektor perkebunan berorientasi ekspor,

dan secara eksternal didukung makin pesatnya industri di Barat

yang membutuhkan bahan baku berupa karet, maka Sumatera

yang telah dikenal menjadi tempat tumbuh tanaman penghasil

getah karet itu dijadikan area komersil untuk menjawab

kebutuhan global. Adalah Lampung merupakan bagian darinya

yang coba mengembangkan komoditas tersebut.

Walaupun untuk sektor komoditas karet tidak seperkasa

Palembang atau Jambi yang begitu mengesankan,248

namun

kondisi iklim dan tanah Lampung mendukung untuk

menghasilkan karet yang cukup besar dalam skala produksi di

Sumatera dan diharapkan akan berkembang pesat.249

Tanaman

penghasil getah karet akan tumbuh baik dalam iklim dengan

curah hujan yang terdistribusi merata dan jumlah hujan tahunan

247 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Handelsbeweging der

Buitenbezittingen..., hlm. 114-115. 248

Dalam kawasan ekonomi Sumatera Selatan, Jambi disebut “paling

mengesankan” karena sanggup membukukan nilai ekspor karet hingga 60 juta

gulden dari total seluruh ekspor karet penduduk Hindia Belanda senilai 250

juta gulden pada tahun 1925. Lihat dalam A.A.L. Rutgers, De Toekomst van de

Bevolkingsrubber in Nederlandsch-Indië, (---: de Bussy, 1925), hlm. 03. 249

A.A.L. Rutgers, De Toekomst van de Bevolkingsrubber..., hlm. 16

Page 162: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

143

dari yang sedang hingga tinggi. Untuk kondisi tanah yang baik

ialah tanah merah.250

Ada beberapa jenis tanaman penghasil karet yang dikenal

di Hindia Belanda, yaitu karet Kebo (Ficus elastica) dan Jelutung

(Dyera costulata) yang merupakan tumbuhan asli Sumatera, dan

yang didatangkan dari luar Hindia Belanda yaitu Castilloa

elastica dan Hevea brasiliensis.251

Namun yang dikembangkan

secara luas adalah jenis hevea di samping ficus dan jelutung yang

telah lebih dulu dikenal, yang awalnya diambil getahnya oleh

masyarakat sebagai hasil hutan non-budidaya.

1). a. Identifikasi Jenis Tanaman Penghasil Getah Karet

Karet Kebo

Tumbuhan karet Kebo sejak mulanya hanyalah hasil

hutan, namun ketika permintaan dunia akan karet melonjak dan

harganya kian terdongkrak, sedangkan jumlah tanaman mulai

tidak mencukupi karena eksploitasi yang berakhir dengan

penebangan, maka masyarakat berinisiatif untuk mulai

membudidayakannya, walaupun akhirnya tidak berhasil dengan

baik.252

Kegagalan itu disebabkan oleh penurunan harga dan

mulai dikenalkannya jenis karet hevea, sehingga produksi karet

250 P.J.S. Cramer, De Groote Land in Zuid Sumatra..., hlm. 18.

251 W. J. Van de Leemkolk, De Rubber-Cultuur en de Rubber-Handel

van Nederlandsch-Indiê, (Batavia: Ruygrok & Co., 1914), hlm. 08. 252

Bambang Purwanto, Migrasi dan Kesempatan Kerja: Persoalan

Tenaga Kerja dalam Perkebunan Karet Rakyat di Sumatera Bagian Selatan

pada Akhir Masa Kolonial, makalah dalam Kongres Nasional Sejarah Tahun

1966 sub-Tema Dinamika Sosial Ekonomi III, (Jakarta: Depdikbud, 1997),

hlm. 03.

Page 163: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

144

Kebo rakyat terus menyusut.253

Demikian itu terjadi juga pada

perusahaan yang cenderung mengalami penurunan luas area

tanam tersebut dibanding dengan hevea.

Sebagai contoh pada perusahaan karet N.V. Sumatra

Rubber Cultuur Mijnbouw di Lampung yang memiliki area usaha

di Kedaton. Pada Kedaton I dengan area 200 bouw hanya 65

bouw yang ditanami karet Kebo, sedangkan di Kedaton II dan III

yang masing-masing memiliki area seluas 100 dan 250 bouw

hanya ditanami campuran kopi dengan hevea.254

Dalam hal budidaya, pola tanam pohon karet jenis ini

sangat sederhana. Bagi rakyat, penanaman bibit dari stek

dilakukan setelah padi di ladang selesai dipanen. Adapun secara

umum untuk perawatan dan pembersihan dilakukan satu atau dua

kali dalam setahun. Sedangkan pohon mulai dapat diambil

getahnya setelah berumur sekitar lima sampai enam tahun dengan

cara melakukan sayatan dangkal pada batang dan dahan dalam

jumlah yang cukup banyak. Setelah getah memadat di bagian

sayatan, lalu getah kering dilepaskan dengan menggunakan pisau,

kulit pohon, atau ranting untuk kemudian dikumpulkan.255

Dari sisi hasilnya di Lampung, setelah terjadi ekspor yang

mencapai lima ton pada tahun 1914, maka selanjutnya terjadi

penurunan produksi. Welan mencatat dalam perbandingan ekspor

karet Kebo di Sumatera Selatan, dari tahun 1925-1929, Lampung

hanya pernah melakukan ekspor kembali pada tahun 1926 dan

253 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 262.

254 “Nieuwe Emissien”, De Indische Mercuur, Vol. 34, No. 49, 05

Desember 1911, hlm. 1077. 255

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 262.

Page 164: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

145

1927 masing-masing sejumlah satu dan dua ton, itupun

merupakan angka terendah dibanding Bengkulu dan Palembang

di tahun yang sama.256

Grafik 1: Penurunan karet Kebo dari residensi di Sumatera

Selatan (dalam ton).

Nampaknya memang trend penurunan produksi karet

Kebo tidak hanya terjadi di Lampung dan Sumatera Selatan, tapi

juga di Jawa-Madura, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik

berikut ini:257

Grafik 2: Penurunan luas lahan dan produksi karet Kebo di Jawa-

Madura.

256 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Handelsbeweging der

Buitenbezittingen..., hlm. 126. J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch

Overzicht..., hlm 262. 257

Data diolah dari Centraal Bureau voor de Statistiek, Statistisch

Jaarover icht van Nederlandsch Indi ..., hlm. 196.

0

100

200

300

400

500

600

700

1925 1926 1927 1928 1929

1 2

392 395 373

90

22

612

146

37 5 5

Lampung

Palembang

Bengkulu

Page 165: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

146

Karet Hevea

Bibit karet hevea mulai diperkenalkan di Hindia Belanda

pada tahun 1876 yang coba ditanam di Buitenzorg. Lalu

percobaan dalam skala besar dilakukan pada tahun 1882 setelah

mendapat persediaan benih dari konsul Belanda di Penang.

Proses demikian berlanjut pada upaya budidaya setelah mendapat

benih dari Malaya dan Srilanka.258

Adapun di tingkat masyarakat,

perkenalan budidaya hevea bagi Sumatera Selatan juga masuk

melalui interaksinya dengan Malaya, dan pemerintah kolonial

berperan memperluas sosialisasi.259

Sehingga akhirnya budidaya

hevea berdasarkan pelaku usahanya dapat dibedakan menjadi

dua, yakni oleh masyarakat dan perusahaan.

258 W. J. Van de Leemkolk, De Rubber-Cultuur..., hlm. 07.

259 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 265.

0

500

1000

1500

1924 1925 1926 1927 1928

1172 1231

555 527 436 49 57 91

34 12

Area (ha)

Produksi (ton)

Page 166: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

147

Pada tahun 1900-1910 budidaya hevea tengah mengalami

pertumbuhannya. Di masa ini masyarakat Sumatera Selatan juga

mulai ikut melakukan penanaman. Distimulasi oleh tren harga

yang tinggi, rakyat makin berselera menanam karet jenis ini,

sehingga pada tahun 1924 sampai 1926 terjadi ekspansi besar-

besaran zona perkebunan yang mengubah ladang mereka menjadi

tanaman karet hevea.260

Di luar itu, terdapat peraturan pemerintah terhadap

kapasitas produksi karet dari perusahaan rakyat. Berdasarkan

Staatsblad 1926 No. 221, hal demikian bertujuan mengurangi

persaingan yang berlebihan antara pabrik-pabrik sewilayah dan

agar tidak terjadi kehancuran harga dalam penjualan hasil

produksi. Demi memastikan regulasi itu terlaksana, maka setiap

pendirian perusahaan harus memperoleh izin dari pemerintah.

Izin hanya dapat dikeluarkan dengan memperhatikan syarat

bahwa kapasitas total produksi dari perusahaan pemohon tidak

melebihi angka ekspor tertinggi karet rakyat setiap tahun dari

wilayah tersebut.261

Sedangkan perkebunan karet yang dioperasikan oleh

perusahaan swasta Belanda sudah dimulai sejak akhir abad ke-19.

Di Lampung tercatat pertama kali pada tahun 1889 di daerah Way

Lima. Berturut kemudian di Way Ratay dan Sungai Langka,

masing-masing pada tahun 1893 dan 1899. Memasuki abad ke-

20, perusahaan kembali melakukan perluasan. Dengan dibukanya

260 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 265.

261 Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1926 No. 221. J.W.J. Wellan,

Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 273.

Page 167: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

148

area perkebunan-perkebunan baru di Way Halim, Langkapura,

Kedaton, Natar, dan Bekri, yang kesemuanya tak jauh dari kota

Teluk Betung.262

Dengan perkembangan tersebut, karet hevea menjadi

lebih populer dibanding jenis lainnya, selain karena

produktivitasnya juga sebab diupayakan oleh perusahaan-

perusahaan Belanda, itu mengapa produksi karet kebo akhirnya

cenderung mengalami penurunan. Bahkan menurut Lemkolk,

pasar Batavia yang biasanya disuplai karet liar dari Priangan,

Lampung, dan Palembang, pada tahun 1913 persediaannya sudah

sedemikian kecil.263

1). b. Pengaruh Depresi Ekonomi terhadap Usaha Karet

Pada masa depresi ekonomi global tahun 1929-1930,

salah satu sektor produksi yang terimbas adalah usaha

perkebunan karet. Dampaknya terlihat pada penurunan harga

komoditas di tengah angka produksi yang terus meningkat.

Demi mengatasi permasalahan itu, pada awal tahun 1930

di Eropa tercapai kesepakatan kerja sama umum di antara

produsen karet dari Inggris dan Belanda dengan membentuk

“Komite Bersama” yang mengambil keputusan untuk

menghentikan produksi karet pada bulan Mei oleh perusahaan

yang berafiliasi untuk menaikkan kembali harga karet. Langkah

lainnya ialah membuka kemungkinan kerja sama secara sukarela

262 Supangat, dkk., Sejarah Perkembangan Pemerintah di

Lampung...,hlm. 95. 263

W. J. Van de Leemkolk, De Rubber-Cultuur..., hlm. 37.

Page 168: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

149

antara pengusaha karet pribumi dengan produsen Eropa terkait

keputusan komite tersebut.264

Namun rupanya terdapat perbedaan respon pengusaha

pribumi atas penawaran langkah perbaikan harga tersebut.

Pandangan positif diberikan oleh pemilik kebun besar yang

bergantung pada pembayaran hasil produksi untuk mengelola

perkebunan mereka, meskipun mereka belum dapat sepenuhnya

mengeksploitasi kebun lantaran tidak dapat menyewa kuli ketika

harga karet rendah. Sehingga partisipasinya dalam langkah

pembatasan produksi akan meminimalisasi kerugian, atau

berimbang dan memperoleh laba. Akhirnya jika harga kembali

tinggi, mereka dapat memperluas eksploitasi kebunnya.265

Bagi pemilik kebun yang lebih kecil, -jumlah golongan ini

ialah mayoritas dalam usaha karet rakyat- yang operasionalnya

dilakukan oleh anggota keluarga, mereka bertentangan dengan

rencana pembatasan tersebut. Hal itu karena pada dasarnya usaha

kebun mereka bertumpu pada produksi tanaman pangan,

sedangkan karet hanya sebagai penghasilan tambahan yang

digunakan untuk kebutuhan sekunder dan membayar pajak. Maka

sumber pendapatan ini tidak akan segera dilepasakan demi

pembatasan produksi, kecuali penurunan harga yang signifikan

hingga praktis tidak ada uang yang dapat lagi digunakan untuk

melakukan produksi. Padahal secara keseluruhan perkebunan

264 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 269.

265 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 269.

Page 169: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

150

karet rakyat di Jambi menghasilkan lebih dari 17 juta gulden

setahun, dan 12 juta gulden di Palembang.266

Menanggapi permintaan Komite Bersama agar

pemerintah mengadopsi langkah pembatasan dan adanya kerja

sama sukarela produsen untuk mencapai harga yang

menguntungkan, pemerintah tidak menganggap dirinya

bertanggung jawab untuk mengambil tindakan pembatasan secara

hukum. Namun, untuk mendapatkan informasi semaksimal

mungkin tentang kesulitan pasar karet, dan dengan maksud

menyoroti sebanyak yang diperlukan, Pemerintah bersedia

memberikan perhatian penuh pada rencana untuk memperbaiki

situasi.267

Direkomendasikan dari kalangan yang berkepentingan,

Menteri Koloni pada pertengahan tahun 1931 mengundang

sejumlah orang terkemuka dari kalangan terkait yang tinggal di

Belanda untuk memeriksa kembali pokok permasalahan dan

melaporkan temuan mereka. Menurut laporan tersebut, komisi

tidak mungkin mengajukan rencana yang jelas untuk memerangi

krisis karet yang disetujui oleh semua anggota, sehingga setelah

mempertimbangkan situasi, Pemerintah Inggris dan Belanda pada

tahun 1932 telah menyimpulkan bahwa, dalam keadaan saat ini,

tidak mungkin untuk merancang dan mengimplementasikan

rencana internasional yang akan menjamin kontrol yang efektif

terhadap produksi atau ekspor karet.268

266 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 269.

267 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 270.

268 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 270.

Page 170: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

151

2) Budidaya Kopi

Budidaya kopi merupakan salah satu budidaya tertua di

Hindia Belanda yang diperkenalkan bangsa Eropa. Tumbuhan

yang berasal dari Abyssinia dan akhirnya menyebar ke Arab,

Persia, dan Hindia. Terkhusus masuk ke Amsterdam sejak

kerjasama antara Arab dan VOC oleh Pieter van den Broecke

pada tahun 1616. Pada akhirnya tanaman sampai ke Jawa melalui

pemindahan pabrik dari Arab atas permintaan Nicolaas Witsen

pada tahun 1696. Singkatnya pada paruh pertama abad ke-18 kopi

dari Jawa mampu memasok sebagian perdagangan kopi bagi

Belanda di Eropa.269

Setelah budidaya kopi Arabica dengan berbagai

modifikasi karakteristik lokalnya, menyusul kopi Liberica pada

tahun 1875. Dengan melihat kekurangan dari ketahanan dan

produktivitas keduanya, maka dikenalkan kembali jenis kopi

lainnya, yakni Robusta dari Afrika pada tahun 1901 yang menjadi

dominan di Hindia di samping varietas lainnya seperti Quillou,

Excelsa, dan Abeocuta.270

Untuk Lampung sendiri yang jamak

dibudidayakan ialah kopi jenis Arabica, Liberica, Robusta, dan

Excelsa.

Keragaman karakteristik varietas kopi yang berbeda itu

menjadi alasan pilihan untuk penanaman. Ada varietas yang

cocok di dataran rendah dan ada yang di dataran tinggi. Untuk

wilayah Lampung yang memiliki keragaman topografis dari

269 H. Blink, Nederlandsch Oost-Indie als Productie..., hlm. 251.

270 H. Blink, Nederlandsch Oost-Indie als Productie..., hlm. 253-254.

Page 171: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

152

tinggi ke rendah, masyarakatnya dan pemerintah sudah mencoba

membudidaya beberapa jenis kopi.

Upaya memperkenalkan budidaya kopi di Lampung

dimulai pada tahun 1841 setelah dilakukan penyelidikan dan

penelitian yang bersifat umum tentang Lampung dan promosi

budidaya yang bermanfaat untuk dikembangkan di wilayah ini.

Realisasi dari penelitian itu ialah didatangkannya para mantri dari

Jawa untuk memberikan pendidikan dalam bidang pertanian,

terutama padi dan kopi bagi masyarakat Lampung.271

Sebagaimana di Jawa, di sini juga yang mula dibudidaya

ialah Arabica yang dikenal dengan sebutan kopi Jawa, lalu

Liberica. Namun pada tahun 1910, ketika kehancuran Arabica

dan Liberica yang membuat keduanya hampir lenyap di

Lampung,272

kehadiran Robusta segera menjadi primadona baru

bagi petani pribumi. Karena jenis kopi ini memiliki keunggulan

dalam pemeliharaan dan produktivitas. Dari segi perawatan,

Robusta lebih mudah dan cukup minim perlakuan. Memiliki

tingkat ketahanan terhadap penyakit daun, dapat tumbuh subur

baik di dataran rendah hingga menengah, dan yang utama ialah

Robusta telah dapat memberi hasil yang baik sejak tahun ketiga

dengan hasil dua kali lipat dari jenis kopi lainnya secara enam

tahun berturut-turut.273

271 Waling Karst Huitema, De Bevolkingskoffiecultuur op Sumatra,

(Wageningen: H. Veenman & Zonen, 1935), hlm. 74. 272

Waling Karst Huitema, De Bevolkingskoffiecultuur..., hlm. 75.

273 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 258,

lihat juga pada H. Blink, Nederlandsch Oost-Indie als Productie..., hlm. 253.

Page 172: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

153

Untuk wilayah sentra kopi, terutama Robusta di Lampung

meliputi tiga area utama:274

Daerah Kotabumi hingga perbatasan Bengkulu dan

Martapura (Palembang). Seluruh daerah ditanami Robusta

dengan variasi ketinggian 50-400 m. Area meliputi

Olokrengas, Banjarmasin, Kasui, Blambangan Umpu, dan

utara bukit Punggur.

Daerah utara Talang Padang dengan dataran Ulu-Ulu dan

Ulu Semuong hingga Way Tenong (perbatasan Bengkulu).

Kopi Robusta menjadi tanaman penting, dengan sedikit

pohon lada. Variasi ketinggian 500-800 m.

Daerah sepanjang Teluk Betung, Kalianda, Batu Serampuh,

hingga Rajabasa. Dengan ketinggian area hingga 300 m.

Meski demikian, proses permulaan budidaya ini tidak

berlangsung mulus sesuai harapan. Bahkan disebut populasi kopi

tidak pernah menjadi bagian budidaya yang besar sampai abad

ke-20. Tanaman yang murni kopi sedikit ditemui, kebun-kebun

yang dibuka dengan bantuan mantri Jawa gagal. Hal tersebut

lantaran konstelasi politik dan ekonomi yang tidak stabil,

demografi yang rendah, dan infrastruktur yang sangat primitif.275

Terhadap hal tersebut, dapat dilihat dari rendahnya tingkat ekspor

kopi Lampung jika dibandingkan dengan wilayah lain di

Sumatera Selatan walaupun memang tetap terjadi peningkatan.

274 Waling Karst Huitema, De Bevolkingskoffiecultuur..., hlm. 98.

275 Waling Karst Huitema, De Bevolkingskoffiecultuur..., hlm. 74.

Page 173: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

154

Tabel 8: Perbandingan ekspor kopi dari residensi di Sumatera

Selatan (dalam ton)276

Tahun Lampung Bengkulu Palembang

R P R P R P

1923 172 1.310 2.863 2.294 12.026 1.149

1924 293 757 5.920 2.811 19.881 1.679

1925 683 1.459 4.894 2.157 20.981 1.354

1926 1.116 899 6.621 2.641 25.364 1.480

1927 2.142 1.136 11.328 1.783 23.407 1.594

1928 3.808 988 15.885 1.713 28.229 1.257

1929 5.080 1.446 11.679 2.208 17.818 1.676

Keterangan: (R): kopi rakyat (P): kopi perusahaan

Dari tabel di atas terlihat bahwa ekspor kopi rakyat di

Lampung merupakan yang terendah di Sumatera Selatan dengan

perbedaan yang cukup signifikan. Sedangkan kopi dari

perusahaan cenderung stabil dan tidak menunjukkan perbedaan

angka yang terlalu menganga. Di ketiga wilayah itu level ekspor

rerata berada di rentang 1000-2000 ton.

Grafik 3: Perbandingan total ekspor kopi rakyat dan perusahaan

dari residensi di Sumatera Selatan (dalam ton).

276 Di antara empat wilayah di Sumatera Selatan, Jambi merupakan

residensi yang tidak concern pada penanaman kopi, hal itu terbukti dari

besaran ekspor yang hanya rata-rata ±3 ton di rentang tahun sebagaimana

tabel. Tapi untuk produksi karet, Jambi menjadi yang terdepan. Untuk

perbandingan, pada tabel sengaja hanya ditampilkan residensi yang cukup

fokus membudidayakan kopi. Data diolah dari J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra

Economisch Overzicht..., hlm 257. Waling Karst Huitema, De

Bevolkingskoffiecultuur..., hlm. 73 dan 76.

Page 174: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

155

3) Budidaya Karet dan Kopi oleh Perusahaan Swasta

Belanda

Salah satu usaha yang gencar didorong oleh pemerintah

Kolonial di beberapa wilyah Hindia Belanda ialah bidang

perkebunan karet dan kopi dengan jalan membuka peluang bagi

masuknya arus modal asing untuk mendirikan perusahaan-

perusahaan di daerah-daerah yang diproyeksi memiliki potensi

pada bidang ini.

Hal itu terbukti dari laporan Perdagangan, Industri, dan

Pertanian Hindia Belanda yang mencatat telah berdiri sejumlah

perusahaan karet di seluruh koloni yang mencapai 550 unit per 1

Januari 1913. Dengan rincian 332 di pulau Jawa dan 216 di

Buitenbezittingen yang mencakup area budidaya seluas 485.000

hektar.277

Pada tahun 1914 modal yang diinvestasikan untuk

277 W. J. Van de Leemkolk, De Rubber-Cultuur..., hlm. 10.

1,482 1,050 2,142 2,015 3,278 4,796

6,526 5,157

8,731 7,051

9,262

13,111

17,598

13,887 14,175

21,560 22,335

26,844 25,001

29,496

20,494

1923 1924 1925 1926 1927 1928 1929

Lampung Bengkulu Palembang

Page 175: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

156

usaha ini dari Belanda sebesar f 66.550.500, dan modal asing

mencapai f 212.229.000.278

Sama halnya dengan pola masyarakat yang menanam

produk kopi dan karet dalam satu area, bedanya perusahaan tidak

dicampur dengan tanaman pangan. Bagi perusahaan, penanaman

dua jenis produk komersial ini selain menggandakan sisi profit,

juga alasan pemanfaatan lahan dan efektifitas waktu produksi.

Mengingat dua hal dalam budidaya karet, yakni

membutuhkan waktu produksi yang relatif lama dan penggunaan

area yang luas. Lantaran perluasan dan jarak penanaman

menyisakan bagian tanah kosong yang tidak terlindungi di antara

pohon karet, maka ruang ini bisa diisi oleh tanaman kopi yang

secara fisiologis memang membutuhkan tanaman pelindung.

Adapun dari segi produksi, kopi lebih cepat menghasilkan

dibanding tanaman karet.

Berdasarkan laporan Inspektorat Tenaga Kerja, bahwa

sampai tahun 1919 di Lampung terdapat 26 perusahaan yang

beroperasi di bidang perkebunan dengan tanaman budidaya

berupa karet, kopi, dan kelapa. Perusahaan mampu melibatkan

tenaga kerja hingga 7.263 yang kebanyakan orang Jawa dan

Sunda. Sedangkan penduduk asli membuka kebun sendiri atau

menyewakan tanahnya.279

278 International Rubber Congress and Exhibition at Batavia 1914,

(Amsterdam: Bureau voor Handelsinlichtingen Commercial Intelligence

Office, 1914), hlm. 15. 279

H.G. Heijting, De Koelie Wetgeving voor de Buitengewesten van

Nederlandsch-Indië, („S-Gravenhage: W.P. van Stockum & Zoon, 1925), hlm.

31.

Page 176: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

157

Tabel 9: Perusahaan perkebunan di Lampung pada tahun 1892-

1914280

Perusahaan perkebunan di Afdeling Teluk Betung

Nama Perusahaan Area kebun Luas

(bouw)

Sewa/

tahun

N. V. Lampong

Caoutchouc Maatschappij

Way Lima

Kedondong

Kota Dalam

5404 f 0,20

N.V. Telok Betong

Rubber, Tea en Coffee

Estates Ltd.

Way Ratay 11200 f 0,20

Te Soerabaja, F.

Vermaasen.

Way Buwah 3840 f 0,20

Cultuur Mij. Soengai

Langka

Sungai Langka 1700 f 1,-

R.N.G. Bingleij Padang

Brarang

Padang

Cermin I-II

9718 f 1,-

N.V. Rubber Mij.

Sumatra.

Kebagusan

Tj. Harapan

Negararatu

Rejosari

10099 f 1,-

Way Halim Rubber and Way Halim 3211 f 1,-

280 Departement van Binnenlandsch Bestuur, Cultuuradresboek voor

Indie, (Batavia: Landsdrukkerij, 1915), hlm. 124-130.

Page 177: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

158

Coffee Estates Ltd. Way Kandis

Way Hui

Langkapoera Rubber

Estates

Langkapura

Egaharep

1440 f 1,-

N.V. Cultuur Maatschappij

de Lampong

Rotterdam I-

IV

13643 f 1,-

N.V. Para Rubber Cultuur

Mij.

Negerija

Gadies I-III

13770 f 1,-

N.V. Sumatra Rubber

Cultuur Mij.

Kedaton I-III 1970 f 1,-

N.V. de Zuid Sumatra

Rubber Mij.

Way

Sekampung I-

II

9390 f 1,-

N.V. Cultuur Mij.

Tandjoengan Zuid

Tanjungan I-

III

6415 f 1,-

N.V. Belgo Indisch Cult.

Mij.

Suakabanjar

Negararatu

Way Semah

2224 f 1,-

Cultuur Mij. Way Serdang Way Serdang 4950 f 1,-

J.G. Koopman Mennisia II 1700 f 1,-

F.C.A. van Blommeinsten Zuid Holland

Friesland

Noord Holland

Groningen

10901 f 1,-

Page 178: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

159

Perusahaan perkebunan di Afdeling Sekampung

Nama Perusahaan Area kebun Luas

(bouw)

Sewa/

tahun

H. van Son Loevesteijn

Way Sulan

6685 f 1,-

N.V. Cult. Mij.

Soekadoewa

Suka Satu

Suka Dua

Suka Tiga

4777 f 1,-

Perusahaan perkebunan di Afdeling Seputih

Nama Perusahaan Area kebun Luas

(bouw)

Sewa/

tahun

Intern. Cr. en H.V.

Rotterdam

Bekkala

Bekri

Serapit

Brareng

Krapok

Bakung

Senna

Morawa

20036 f 1,-

D.H. van de Kamer Ponggei

Agul

Tambunan

9412 f 1,-

A.C. van der Wilde Tandem

Rimbun

Patumba

42268 f 1,-

Page 179: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

160

Klambir, dan

enam wilayah

lainnya.

A. Tigler Wijbrandi Sukaranda 2826 f 1,-

A.P. Nieuwenkamp Bata

Bangkok

4445 f 1,-

Tj. P. Baart de la Faille Sumber 2000 f 1,-

E.A. Dinger Cibening

Cisarua

Cimangu

9769 f 1,-

E.A. Paulman Talang West

Talang Oost

10130 f 1,-

J.F.H. Wilson Gunung Piku

Way Bandar

Gunung Merah

Gunung

Rancong

14093 f 1,-

R.N.G. Bingleij Ulu Bakarang

I-III

8511 f 1,-

Oost Ind. Landbouw Mij. Glugur

Mandaris

Raja, dan 17

area lainnya.

85119 f 1,-

M.F. Heijneman Kotabumi I-VI 21517 f 1,-

Rubber Mij. Sumatra Cimahi

Cikembang

11876 f 1,-

Page 180: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

161

Cilangkap

Pitu

Cultuur Mij. Insulinde Terjun

Bandar

Johore

Sukajadi

Cermin

Galia dan 18

area lainnya

85286 f 1,-

Landbouw Syndicaat

Sumatra Kidoel

Puncah

Langka I-II

Gedong II-V

19988 f 1,-

Firma D.M. en C.

Watering

Amsterdam I-

III

9139 f 1,-

J.C.R. Moorman Tulung Balak 1500 f 1,-

Zuid Sumatra Cult. Mij. Tanjung

Pinang I-IV

15147 f 1,-

W.A.P.F.L. Sijnja Way

Katimbang I-II

7535 f 1,-

M. Teffer

Esperanza I &

III-V

11034 f 1,-

Departement van Binnenlandsch Bestuur dalam

Cultuuradresboek voor Indie menyatakan bahwa dalam data

tersebut masih terdapat beberapa ketidakakuratan, sehingga akan

dilakukan pengukuran ulang untuk penerbitan selanjutnya.

Namun dari sedikit contoh perubahan data dari pengukuran ulang

Page 181: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

162

yang diuraikan tidak menunjukkan perbedaan yang terlalu

signifikan. Sehingga data yang ditampilkan dapat dijadikan

pegangan untuk mengetahui perkiraan jumlah luas lahan baik tiap

unit perusahaan maupun secara keseluruhan.

Dari tabel di atas, total sewa tanah seluruh perusahaan

perkebunan di Lampung seluas 514.668 bouw atau setara

360.267,6 hektar dan merupakan yang terluas kedua di

Buitenbezittingen setelah Sumatera Timur.281

Jika kita pukul rata

semua biaya sewa sebesar f 1 per tahun, maka dari sini dapat

diperkirakan uang yang diterima pemerintah Belanda hanya dari

sektor sewa tanah saja sudah sebesar f 514.668 per tahun.

Untuk simulasi jumlah produksi dan profit yang

diperoleh, saya tampilkan satu contoh perusahaan. Perusahaan

sampelnya adalah Lampong Sumatra Rubber Maatschappij,

sebuah perusahaan besar dengan kemampuan finansial yang kuat,

harga saham ±205% pada tahun 1935, dan memiliki area kebun di

Lampung bagian selatan meliputi Way Lima, Kedondong,

Padang Ratu, Kota Dalam, Way Awi, dan Bogorejo serta

Pesawaran pasca akuisisi. Perusahaan sejenis yang diakuisisi

tersebut ialah Bogorejo Cultuur Maatschappij dan Pesawaran

Cultuur Syndicaat,282

masing-masing pada tahun 1930283

dan

1937.284

281 Luas area yang disewa oleh perusahaan di Sumatera Timur

(Oostkust van Sumatra) mencapai 1.234.505 bouw. De Bestuurszaken der

Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen 1904 tot 1914, Afl. X, Deel 1, hlm.

39. 282

Economisch Archief van Nederland en Kolonien, (Amsterdam:

Economisch Archief van Nederland en Kolonien N.V), hlm. 57.

Page 182: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

163

Berikut adalah bauran data dari semua area perkebunan

Lampong Sumatra Rubber Maatschappij yang memiliki luas

lahan 2646 bouw pada tahun 1934 dalam laporan yang dimuat

oleh beberapa koran:285

Tabel 10: Jumlah tanaman karet dan kopi perusahaan

Tahun Tanaman (batang)

Karet Kopi

1916 114.380 898.250

1918 193.700 859.200

1921 200.000 1.464.000

1923 320.093 1.285.000

Tabel 11: Jumlah hasil panen

Tahun Karet (kg) Kopi (kg)

1916 68.592,5 274.620

1917 - 357.360

1918 237.616,5 391.920

1920 340.400,5 285.600

1921 421.804,5 196.320

1922 505.500 193.860

1923 599.357,5 388.830

283 De Tijd: Godsdienstig-Staatkundig Dagblad, 24 Oktober 1930,

hlm. 04. 284

Bataviaasch Nieuwsblad, 07 Agustus 1937, hlm. 04 285

Algemeen Handelsblad, 06 Agustus 1917, hlm. 03. De Sumatra

Post, 23 Juni 1919, hlm. 03, 18 Agustus 1922, hlm. 03, 25 Juli 1924, hlm. 03,

31 Maret 1937, hlm. 02. De Telegraf, 05 April 1921, hlm. 03, 10 Desember

1926, 05 Januari 1929, hlm. 03. Bataviasch Niewsblad, 07 Agustus 1937, hlm.

04.

Page 183: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

164

1924 717.900 215.340

1925 818.051 -

1928 990.000,5 390.000

1934 - 474.000

1935 - 330.000

1936 1.110.000,5 621.480

Tabel 12. Sumbangsih perusahaan perkebunan di Lampung

terhadap produksi Hindia Belanda286

Tahun Hevea (ton)

Lampung Hindia B. Persentase

1924 1.986,7 90.034 2,21%

1925 2.399,3 106.047 2,26%

1926 2.854,7 122.831 2,32%

1927 3.368 130.895 2,57%

1928 3.760,3 140.928 2,66%

Kopi (ton)

1924 576,7 42.900 1,34%

1925 892,2 61.153 1,45%

1926 652,5 38.979 1,67%

1927 1.133,6 64.397 1,76%

1928 987,2 55.315 1,78%

286 Statistisch Kantoor, Statistisch Jaar Over icht van Nederlandsch-

Indi ..., hlm. 228. T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen

Voornamelijk in Zuid Sumatra..., hlm. 211-217.

Page 184: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

165

c. Peningkatan Produksi Beras pada Masa Politik Etis

Berbeda dengan bidang produksi pada ketiga komoditas

sebelumnya yang ditujukan bagi kegiatan komersil untuk

memenuhi permintaan pasar dunia, kali ini produksi beras lebih

berorientasi pada pencukupan sektor pangan lokal dan jika bisa

hingga kawasan Sumatera Selatan yang juga sama-sama

mengalami krisis beras.

Langkah untuk mengatasi krisis beras merupakan bagian

dari paket kebijakan Politik Etis melalui slogan Trias van de

Venter yang meliputi edukasi, irigasi, dan migrasi yang mulai

diterapkan pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Willem

Rooseboom (1899-1904). Dalam kaitannya dengan permasalahan

ini, migrasi dan irigasi merupakan dua sektor yang tepat untuk

diterapkan. Sebagaimana menurut Schalkwijk –pemimpin

kolonisasi di Gedong Tataan-, bahwa salah satu tujuan dari

kolonisasi adalah peningkatan pasokan beras melalui pengerahan

tenaga kerja dari penduduk padat di Jawa dengan metode sawah

dan pengairannya.287

Diketahui pula, upaya jangka panjang menangani masalah

krisis beras dengan mekanisasi pertanian rupanya belum menuai

hasil yang diharapkan dikarenakan besarnya biaya riset dan

pengadaan piranti mekanis tidak sebanding dengan hasil yang

diperoleh. Berbeda dengan metode sawah yang mula diterapkan

oleh para kolonis Jawa di Gedong Tataan pada tahun 1916 yang

akhirnya juga dipelajari dan diterapkan oleh penduduk asli

287 W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsch Indie..., hlm.

05.

Page 185: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

166

dengan sistem irigasi justru menunjukkan hasil yang

menggembirakan di masa kemudian.288

Keberhasilan itu dimulai dengan pembuatan saluran

irigasi Way Tebu di daerah Tanggamus dan Pringsewu. Sebuah

proyek yang sudah dicanangkan dan dilakukan kajian sejak 1917

di beberapa area sungai, seperti Way Sekampung. Way Nenep,

Way Tebu, dan sungai lain di sekitar wilayah kolonisasi yang

selesai dipetakan kondisi topografinya pada tahun 1922.289

Program tersebut akhirnya direalisasikan pada tahun 1926

dengan membangun irigasi Way Tebu I dan II di hulu Way Tebu

di daerah Tanggamus, serta Way Tebu III pada tahun 1927 di

Pringsewu yang selesai dibangun pada tahun 1936. Disusul

kemudian Way Tebu IV pada tahun 1838 untuk menyiasati

distribusi air di antara sarana irigasi sebelumnya.290

Dalam proses

pengerjaannya, pemerintah melibatkan penduduk untuk

membangun fasilitas publik sesuai dengan Staatsblad 1919 No.

407.291

Sesuai harapan, dengan berjalannya program kolonisasi

dan selesainya pembangunan sarana irigasi yang mampu

288 W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsch Indie..., hlm.

09. 289

Karsiwan, Pembangunan Irigasi Way Tebu sebagai Kebijakan

Etis Pemerintah Kolonial Belanda di Pringsewu Tahun 1927, diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/1631, pada tanggal 8

November 2018. 290

Karsiwan, Pembangunan Irigasi Way Tebu 291

Beberapa aturan terkait ialah kewajiban laki-laki untuk bekerja

dalam pembangunan dan pemeliharaan fasilitas publik seperti jalan dan saluran

air, berikut jumlah tenaga kerja yang dibebankan setiap kampung secara

bergilir berdasarkan shift. Lihat lebih lanjut dalam Heerendiensten

Lampongsche Districten, Staatsblad van Nederlandsch Indie 1919 No. 407.

Page 186: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

167

mengairi area seluas 3.740 bau tersebut menstimulasi perluasan

area persawahan dan perladangan, dan akhirnya terjadi

peningkatan produksi beras lokal Lampung hingga berhasil

melakukan surplus pengiriman ke Batavia sejak tahun 1936,

sebagaimana ditunjukkan dalam data berikut ini:292

Tabel 13: Arus keluar-masuk beras hasil program irigasi

Tahun Jumlah beras (kg) Selisih

masuk keluar masuk keluar

1936 615 3.116 - 2.501

1937 3.428 2.054 1.374 -

1938 3.243 848 2.395 -

1939 399 6.464 - 6.065

1940 3.100 20.305 - 17.205

2. Politik Ekonomi di Sektor Distribusi

Membangun ekonomi sebuah wilayah merupakan

program kerja berkelanjutan dalam sektor yang kompleks dan

terstruktur. Ketika Belanda mulai menguasai wilayah ini dan

bertekad akan menjadikannya “makmur” dari lahan tidur, salah

satu dari kompleksitas masalah itu ialah infrastruktur.

Keadaan demikian merupakan sebuah keniscayaan dari

daerah yang masyarakatnya bersahaja dengan pola ekonomi yang

sebagian besar berorientasi pada kecukupan kebutuhan rumah

tangga lokal. Tidak terdapatnya sarana luar biasa, itu karena

sepanjang alam terjaga kehidupan mereka setidaknya akan baik-

292 Karsiwan, Pembangunan Irigasi Way Tebu

Page 187: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

168

baik saja. Maka jadilah alur-alur alami itu sebagai gerak jalan

kehidupan mereka.

Namun bagi Belanda dengan karakter eksploitatifnya,

kearifan lokal itu tidak lain hanyalah dalih bagi kemalasan dan

kepasrahan akibat kedermawanan alam, sehingga pembangunan

terhenti dan tidak ada perubahan nyata selama berabad-abad.293

Maka kini pemerintah koloni akan menjadikan alam dan

manusianya itu berdaya guna bagi ekonomi mereka. Untuk itu

digencarkanlah eksploitasi dan produksi dalam beragam

komoditi.

Sebagai langkah lanjutan, yakni menjadikan produk

berdaya guna dengan menyalurkannya pada pasar, namun

ternyata daerah basis produksi belum sepenuhnya memiliki

prasyarat untuk itu. Karena yang ada baru sekadar memanfaatkan

alur sungai bagi jalur transportasi dan distribusi, yang jelas akan

terbatas dalam volume dan terikat oleh faktor geografis

lainnya.294

Padahal transportasi adalah proses penyelesaian

produksi yang diperlukan; semakin cepat, semakin baik untuk

bisnis.295

293 Directeur der Burgerlijke Openbare Werken, “Spoorwegaanleg in

Zuid-Sumatra”, dalam Spoorwegverkenning in Zuid Sumatra, (Batavia:

Javasche Boekhandel & Drukkerij, 1904), hlm. 64. 294

Sebagai gambaran bahwa cabang-cabang sungai Tulang Bawang

untuk akses ke pedalaman hanya dapat dilalui perahu berukuran 2-2 ½ kaki

dengan muatan 50-60 pikul. Lihat K.J.A. Ligtvoet, “Verslag van de

Spoorwegverkenning in Zuid-Sumatra”, dalam Spoorwegverkenning in Zuid

Sumatra..., hlm. 05. 295

Fernand Braudel, Civilization and Capitalism 15th-18th Century:

The Wheels of Commerce, Vol. 2, (London: William Collins Sons & Co. Ltd,

1983), hlm. 349.

Page 188: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

169

Maka, gerak ekonomi tidak boleh terus terhambat oleh

belenggu faktor alam, sehingga perlu diberikan sentuhan

teknologi di wilayah Lampung pada ranah transportasi agar dapat

memobilisasi manusia dan hasil produksinya, yang dengannya

kekayaan dapat mengalir ke negrinya. Untuk itu, dengan landasan

motif ekonomi, dibuatlah berbagai infrastruktur penunjang

distribusi di wilayah ini dalam bentuk jalan raya, kereta api, dan

pelabuhan.296

a. Jalan Raya

1) Pembangunan Infrastruktur Jalan

Warga perlu melakukan perjalanan panjang untuk

membawa produknya ke pasar atau di jalanan untuk dijajakan

kepada pelintas. Konon jenis pedagang penjaja keliling lebih

banyak ditemukan di Lampung dibanding kawasan lain di

Sumatera Selatan.297

Dengan interaksi produsen dan konsumen

itu, rantai distribusi membentuk pasar masyarakat yang biasanya

terkonsentrasi di sejumlah tempat di pedalaman dan akan

diangkut ke tempat-tempat utama seperti Teluk Betung, Tanjung

Karang, Menggala dan lainnya.

Faktanya keberadaan dan kondisi jalan yang serba

terbatas tidak hanya membatasi gerak distribusi, tapi jelas itu juga

296 Berdasarkan banyak penelitian di Asia dan Afrika menunjukkan

bahwa pengorbanan pemerintah koloni dalam bidang infrastruktur jalan raya,

kereta api, dan pelabuhan karena didorong oleh kebutuhan perusahaan asing

untuk mengekspor produk pertanian dan mineral. Dalam Anne Booth,

“Varieties of Exploitation in Colonial Settings..., hlm. 61. 297

K.J.A. Ligtvoet, “Verslag van de Spoorwegverkenning in Zuid-

Sumatra..., hlm. 02.

Page 189: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

170

menyiratkan banyaknya wilayah yang terisolasi. Keadaan

demikian berdampak pada ekonomi biaya tinggi dan menghambat

perluasan pembangunan dan investasi industri bagi wilayah

pedalaman. Sebagaimana Du Bois menggambarkan mirisnya

sarana perhubungan terkait waktu tempuh yang dibutuhkan dari

Teluk Betung ke Menggala selama 41,5 jam. Artinya hampir dua

hari dengan kombinasi antara berjalan kaki, gerobak, dan

perahu.298

Memasuki abad ke-20 Sumatera makin mencuri perhatian.

Perhatian tertuju pada perkembangan pesat pulau itu dalam

bidang ekonomi karena ditunjang kehadiran perusahaan-

perusahaan Eropa. Kemajuan yang memantik peningkatan

kebutuhan transportasi namun belum diiringi kebijakan

penyediaan sarana jalan raya oleh pemerintah sebagaimana pulau

Jawa. Yang tersedia hanya jalan yang dibentuk oleh masyarakat

sepanjang perjalanan masa. Untuk itulah pemerintah berkehendak

membangun sistem jaringan jalan yang baik sebagai akses ke

semua wilayah, sehingga potensi ekonomi dapat dikembangkan

dan eksploitasi dijalankan.

Situasi itu mendapat jawaban dengan berdirinya badan

Inspektorat Lalu Lintas Buitenbezittingen pada tahun 1908.

Melalui itu kepala pemerintahan daerah menyampaikan aspirasi

mengenai peningkatan interkoneksi jaringan jalan lokal dan

298 Waling Karst Huitema, De Bevolkingskoffiecultuur..., hlm. 74.

Page 190: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

171

regional, sehingga terwujud kesalinghubungan dan kesatuan antar

wilayah.299

Akhirnya disusunlah sebuah gagasan tentang Rencana

Jalan Umum untuk Sumatera oleh J. Homan van der Heide yang

disampaikan kepada pemerintah pada tahun 1914. Urgensi dari

tujuan pembentukan jaringan jalan dalam proposal itu ialah

sebagai berikut:300

1. Kepentingan pemerintah, administrasi dan polisi, serta lalu

lintas pos.

2. Kepentingan ekonomi penduduk sehubungan dengan

pengangkutan produk dan barang dagangan, perjalanan, dan

lalu lintas lokal.

3. Kepentingan sosial penduduk berkaitan dengan kenyamanan,

penghapusan isolasi, dan hubungan dengan dunia luar dan

peradaban.301

4. Kepentingan politik umum berkenaan dengan komunikasi

antar daerah.

2) Pembangunan Jalan dan Wilayah yang Dihubungkan

Pengerjaan jaringan jalan raya yang dicanangkan meliputi

dua kategori, yaitu: pertama, perbaikan dan perpanjangan dari

jalan utama yang telah ada. Kedua, pembangunan jalan sekunder

299 H. Cramer, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra: De

Verbindingswegen, (Weltevreden: Zuid Sumatra Land en Nijverheids

Vereeniging, 1917), hlm. 03. 300

H. Cramer, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 04. 301

Walaupun untuk masalah pembukaan isolasi sebenarnya yang

lebih merasakan manfaatnya ialah pegawai Belanda untuk menjalankan

birokrasi dan orang asing. H. Cramer, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:...,

hlm. 08.

Page 191: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

172

untuk menghubungkan antar ruas jalan dan wilayah sentra

budidaya. Jalan utama yang telah ada memiliki tiga ruas dengan

kondisi tidak beraspal dan beraspal ringan, dan tingkat kekerasan

rendah sehingga kurang tahan terhadap beban lalu lintas. Ketiga

jalan utama yang telah ada ialah:302

1. Ruas jalan Teluk Betung-Menggala-Panaragan. Penghubung

wilayah Lampung bagian selatan dengan utara.

2. Ruas jalan Teluk Betung-Panjang (pelabuhan Oosthaven).

Penghubung antar pelabuhan di ibukota distrik Lampung

dengan titik awal jalur kereta api Sumatera Selatan.

3. Ruas jalan Tanjung Karang-Sukamara. Penghubung wilayah

Lampung bagian selatan dengan barat.

Kategori yang masuk perbaikan dan pelanjutan dari jalan

utama ialah:303

1. Ruas jalan Menggala-Panaragan menuju Martapura-Baturaja

di Residensi Palembang. Ini bertujuan membentuk jaringan

lalu lintas penghubung Lampung-Palembang dan dua ibukota

yakni Teluk Betung-Palembang.

2. Ruas jalan Sukamara-Tanjung Kemala-Kota Agung. Pada

ruas ini Tanjung Kemala tidak dapat diakses sehingga harus

dibangun sepenuhnya untuk tersambung ke Kota Agung

sebagai daerah perbatasan menuju Bengkulu.

3. Peningkatan kualitas pengerasan di jalur Wates-Gunung

Sugih-Terbanggi yang merupakan ruas dari jalan utama

Teluk Betung-Menggala. Pengerasan diperlukan karena

302 H. Cramer, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 14.

303 H. Cramer, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 15-19.

Page 192: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

173

beban berat lalu lintas truk pembawa material proyek kereta

api.

Yang termasuk dalam kategori pembangunan jalan

sekunder, meliputi:304

1. Ruas jalan Teluk Betung-Kalianda. Rutenya melintasi

Oosthaven-Tarahan di pesisir timur Teluk Lampung.

2. Ruas jalan Gunung Sugih-Sukadana-Jepara. Menghubungkan

Lampung bagian tengah dengan timur.

3. Ruas jalan Gunung Sugih-Haji Pemanggilan. Penghubung

jalan utama Teluk Betung-Menggala dengan stasiun kereta

api di Haji Pemanggilan.

4. Ruas jalan Terbanggi-Kotabumi-Blambangan. Sebagai

percabangan dari jalan utama Teluk Betung-Menggala,

mengakses lampung bagian tengah ke utara dan perbatasan

Residensi Palembang.

b. Moda Transportasi Kereta Api

1) Alasan Pentingnya Mengadakan Jaringan Kereta Api

Kondisi lalu lintas darat yang primitif merupakan

hambatan kuat bagi pembangunan yang intensif dan

kemakmuran.305

Maka selain membuat jaringan jalan raya,

rancangan besar lalu lintas darat lainnya untuk membuka akses

dan pengembangan ekonomi wilayah Sumatera Selatan ialah

pembangunan jaringan kereta api. Sebuah ide besar yang

304 H. Cramer, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 30-31.

305 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914..., hlm. 78.

Page 193: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

174

digulirkan sejak 1895 itu memicu perdebatan panjang mengenai

sudah waktunya diperlukan atau belum keberadaannya.

Perdebatan itu didasari beberapa faktor, pertama, masih

sedikitnya jumlah penduduk dengan persebaran yang tidak

merata –utamanya bagi Lampung-, kebanyakan terkonsentrasi di

tepian sungai besar atau di pesisir, sedangkan bagian pedalaman

lain masih hutan alami yang belum tertembus. Kedua, ekses dari

poin pertama ialah masih lekatnya sistem transportasi air,

terutama untuk menjangkau pedalaman dengan keberadaan

beberapa sungai besar dan cabang-cabangnya. Ketiga, berkaitan

dengan mulai gencarnya pembangunan jaringan jalan raya bagi

transportasi darat. Dari situ teranglah bahwa pembangunan ini

belum diperlukan dan tidak menguntungkan.

Namun ide yang mulanya diinisiasi oleh kalangan swasta

ini juga memiliki alasan-alasan kuat untuk diwujudkan.306

Dibangunnya jaringan kereta api di daerah yang tidak padat

penduduk memang tidak seharusnya berorientasi profit, tapi lebih

kepada kereta api sebagai pelopor pembangunan ekonomi yang

menerapkan peradaban lokomotif. Kereta api yang bukan hanya

sebagai pengumpul dan pengangkut yang menghasilkan uang,

306 Mereka sangat berkepentingan untuk ini lantaran keberadaan

perusahaan swasta yang makin dominan di Lampung. Minimnya jalur

transportasi menghambat produk-produk budidaya untuk sampai ke kota utama

dan pelabuhan. Adapun kereta api dianggap lebih ekonomis dan efektif

dibanding angkutan darat lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Mr Roelofsen menyatakan bahwa

kereta api adalah pilihan rasional untuk menekan biaya transportasi dalam

skala besar dengan jarak tempuh yang jauh. Lihat dalam P.A. Roelofsen,

Rijwegen op Spoorbanen, (Batavia: Papyrus, 1913), hlm. 78.

Page 194: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

175

tetapi pencipta transportasi.307

Hingga kelak sistem ini akan

menarik populasi, dan populasi menjadi energi pendorong

gerbong-gerbong ekonomi.308

Maka jika tidak menghasilkan di

tahun-tahun pertama, ia akan akan menguntungkan bagi seluruh

negeri di masa berikutnya.309

Menindaklanjuti wacana itu, dikeluarkanlah Keputusan

Pemerintah No. 6 pada 16 Februari 1902 yang menugaskan

K.J.A. Ligtvoet untuk melakukan “kajian kereta api” terhadap

Sumatera Selatan yang dilakukan pada tahun 1902-1903. Dalam

kajiannya, Ligtvoet memaparkan beberapa alasan yang

mendorong perlunya jaringan kereta api dibangun. Berikut

motivasi normatifnya:310

1. Berdasarkan tingkat profitabilitas dari Perkeretaapian Negara

di Jawa dan Sumatera pada tahun 1901, menunjukkan bahwa

secara keseluruhan pendapatan dari penumpang hanya 1/3

berbanding angkutan barang yang mencapai 2/3. Dari total

itu, sumbangsih dari pribumi hanya 1/5. Jadi dengan populasi

yang rendah dan perusahaan mulai tumbuh di Sumatera

307 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914..., hlm. 75. 308

Penarikan sejumlah besar transmigran dari Jawa dalam program

Kolonisasi salah satu alasannya ialah pembangunan jaringan jalan raya dan

kereta api yang berkaitan dengan pengambangan ekonomi. Prinsipnya “tidak

akan terjadi kolonisasi dalam jumlah signifikan tanpa jaringan jalan, dan tidak

ada jaringan jalan yang berlangsung tanpa kolonisasi”. Kolonis akan

ditempatkan di sepanjang jalur, setelah terbangun jaringan jalan, mereka akan

menetap di area itu dan memasarkan hasil budidayanya melalui itu pula. Lihat

dalam, K.J.A. Ligtvoet, “Verslag van de Spoorwegverkenning in Zuid-

Sumatra..., hlm. 11. 309

De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914..., hlm. 80. 310

K.J.A. Ligtvoet, “Verslag van de Spoorwegverkenning in Zuid-

Sumatra..., hlm. 08.

Page 195: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

176

Selatan, jelas usaha ini tidak akan menguntungkan di tahun-

tahun permulaan.

2. Kewajiban moral setiap bangsa harus mengembangkan

koloninya.

3. Kesuburan tanah yang dapat menghidupkan budidaya dan

industri segera setelah tersedia jaringan kereta, dimana

bentangan tanah begitu luas sehingga pribumi tidak dapat

mengolah sepenuhnya dalam satu abad.

4. Overpopulasi Jawa yang harus dicegah dengan jalan

memindahkan ke daerah yang penduduknya lebih sedikit. Ini

sekaligus menjawab pertimbangan poin pertama.

Meskipun laporannya telah diterbitkan pada tahun 1904,

namun nyatanya perdebatan mengenai kebijakan tersebut

berlangsung sampai 1908.311

Hingga akhirnya berdasarkan G.B.

dd. 8 Mei 1908 No. 6,312

dinyatakan persetujuan dan

diperintahkan untuk melaksanakan pembangunan jaringan kereta

api dalam program Kereta Api Sumatera Selatan yang

menghubungkan Lampung-Palembang-Bengkulu di bawah Zuid

Soematra Spoorwegen.

Sebagai langkah persiapan, dilakukanlah survey oleh

J.F.P. Richter pada tahun 1908-1910. Hasil laporannya

diterbitkan pada tahun 1911, dan tahun itu juga pembangunan

dimulai dari pelabuhan Oosthaven di Panjang sebagai ruas sisi

311 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 473.

312 De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914..., hlm. 75.

Page 196: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

177

Lampung yang merupakan titik kilometer nolnya dan dari

Kertapati sebagai ruas di sisi Palembang.

Pilihan lokasi pelabuhan sebagai pusat ekonomi menjadi

titik tarik jalur dalam kaitannya terhadap daya jangkau sentra

budidaya dan lalu lintas utama niaga akan mempengaruhi pilihan

arah pembangunan rute.313

Pentingnya Palembang sebagai pusat

ekonomi dan keberadaan pelabuhan ekspor-impor besar di

Sumatera Selatan beserta dukungan bagian luas pedalamannya

(hinterland) menjadi alasan pilihan sebagai titik jalur utama di

utara, dan Teluk Betung menjadi titik di selatan sebagai

penghubung terdekat dengan Jawa.314

Dengan begitu akan

memangkas jarak dan waktu tempuh serta menekan biaya

transportasi dibanding jika semua harus melalui jalur laut.

Untuk pembangunan jaringan kereta api dibagi dalam dua

pola, yaitu jalur utama dan jalur sekunder. Jalur utama ialah

Teluk Betung-Palembang, sedangkan jalur sekunder merupakan

proyeksi jalur penghubung lokal yang ditarik dari jalur utama.

Berikut ruas-ruas jalur kereta api Lampung yang dibangun dan

dibuka secara bertahap sepanjang proses pembangunan

keseluruhan hingga tahun 1927:315

Tabel 14: Tahapan pembangunan dan pengoperasian jalur

Ruas Jalur Panjang Mulai Beroperasi

313 J.C.F. van Sandick, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra: De

Spoorwegpolitiek, (Weltevreden: Zuid Sumatra Land en Nijverheids

Vereeniging, 1917), hlm. 04. 314

J.C.F. van Sandick, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra..., hlm.

25. 315

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 474.

Page 197: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

178

(km)

Oosthaven (Pelabuhan Panjang)-

Tanjung Karang

12 3 Agustus 1914

Tanjung Karang-Labuhan Ratu 5 1 Maret 1915

Labuhan Ratu-Tegineneng 22 1 November 1915

Tegineneng-Haji Pemanggilan 24 1 Februari 1917

Haji Pemanggilan-Blambangan 15 1 Februari 1918

Blambangan-Kotabumi 20 2 Januari 1921

Kotabumi-Cempaka 8 1 Juni 1923

Cempaka-Negara Ratu 21 1 Mei 1926

Negara Ratu-Martapura 70 21 Maret 1927

2) Peraturan Penggunaan Jasa dan Tarif

Menimbang bahwa kereta api nantinya akan bersaing

dengan moda transportasi lain, baik darat atau perairan yang

dijalankan oleh masyarakat dan swasta, maka sejak mula telah

dipikirkan perihal aturan tarif bagi pengguna moda transportasi

ini secara bijaksana. Rencana peraturannya dibagi dalam dua

kategori, yakni penumpang dan barang berdasarkan kelas. Untuk

penumpang terdiri dari dua kelas, yaitu kelas dua dan tiga,

dengan tarif masing-masing sebesar f 0,06/km dan f 0,03/km dan

diizinkan membawa barang sampai 30 kg. Sedangkan aturan dan

besaran tarif angkutan barang sebagai berikut:316

316 Program kelas yang dirancang di awal sebagaimana kereta di

Jawa, namun Ligtvoet sudah memikirkan penambahan kelas 1 jika diperlukan.

K.J.A. Ligtvoet, “Verslag van de Spoorwegverkenning in Zuid-Sumatra...,

hlm. 11.

Page 198: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

179

Tabel 15: Peraturan barang dan tarif moda kereta api

Kelas Barang yang diangkut Tarif/ton/km

A hasil budidaya dan kehutanan, gorden,

liner, gelas dan porselen, barang logam,

dan ternak.

f 0,24

B bahan bangunan, kulit, daging, ikan,

dan minyak.

f 0,17

C bahan mentah, bahan makanan, dan

buah-buahan.

f 0,10

Tabel 16: Ikhtisar Angkutan Barang dan Penumpang317

Tahun Penumpang Barang

(ton) Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

1920 14.000 86.000 808.000 218.141

1921 14.000 81.000 776.000 289.866

1922 11.000 60.000 587.000 216.459

1923 7.000 55.000 580.000 283.219

1924 7.000 60.000 723.000 374.233

1925 7.000 63.000 1.014.000 410.687

1926 8.000 74.000 1.195.000 456.354

1927 9.000 68.000 1.243.000 461.540

1928 11.000 66.000 1.316.000 509.192

317 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 478.

Page 199: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

180

c. Pelabuhan

Pelabuhan menjadi sarana vital untuk jalan keluar-masuk

arus barang dan jasa, terlebih bagi wilayah kepulauan dan

koneksi perdagangan global. Karenanya adalah penting memberi

perhatian dalam pengelolaan pelabuhan yang telah ada, dan jika

dipandang perlu membangun yang baru agar sesuai dengan

konsep dan dinamika pengembangan ekonomi, koneksi, dan tata

ruang. Beberapa pelabuhan di Lampung yang dibuka untuk

perdagangan umum dan lalu lintas ekspor-impor berdasarkan

Staatsblad 1906 No. 191 ialah Teluk Betung, Menggala,

Kalianda, dan Kota Agung.318

Pelabuhan-pelabuhan utama tersebut telah tumbuh pada

masa pra-kolonialisme, sedangkan yang baru dibangun oleh

Belanda ialah Oosthaven, yang sengaja dirancang sebagai

pelabuhan transit penghubung Jawa dan Sumatera bagian Selatan,

bahkan dapat langsung ke Eropa. Karena semua memiliki

pelayanan langsung ke Batavia, jarak masing-masing pelabuhan

dengan Batavia yakni: Kalianda 99 mil, Teluk Betung 120 mil,

Oosthaven 122 mil, Kota Agung 156 mil, Menggala 188 mil.

Khusus Oosthaven-Merak berjarak 57 mil.319

Pelabuhan Teluk Betung yang berada di ibukota Distrik

Lampung menjadi pelabuhan utama yang dibuka untuk lalu lintas

perdagangan dalam kategori ekspor-impor umum terbatas sampai

318 F.C. Hekmeijer, Scheepvaart Verordeningen I, (Weltevreden: G.

Kolff & Co., 1915), hlm. 03. J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch

Overzicht..., hlm. 441. 319

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 06.

Page 200: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

181

kemunculan Oosthaven.320

Pelabuhan yang telah ada sebelum

kedatangan Belanda ini terletak di Teluk Lampung dan dijadikan

sebagai gerbang untuk kawasan selatan bersama pelabuhan

Kalianda dengan kapasitas yang lebih kecil. Bergeser ke tenggara

terdapat pelabuhan Kota Agung di mulut Teluk Semangka,

memfasilitasi akses keluar-masuk bagi wilayah barat dan

tenggara. Untuk mengakomodasi wilayah timur dan utara

terdapat pelabuhan Menggala di sungai Tulang Bawang, menjadi

penghubung antara Lampung dan Palembang.

Dapat dikatakan pelabuhan-pelabuhan lama itu akhirnya

hanya difungsikan sebagai pelabuhan dengan layanan lokal pada

abad ke-20 karena dinilai kurang menguntungkan. Terlebih ketika

kejayaan lalu lintas perairan sugai telah digeser oleh moda

transportasi darat yang lebih efisien, peran pelabuhan tersebut

kian meredup, utamanya Menggala. Sedangkan Kalianda dan

Kota Agung tertinggal oleh kehadiran pelabuhan Oosthaven yang

terintegrasi dengan jaringan kereta api Sumatera Selatan.321

Adapun terhadap Jawa, pelabuhan baru itu menjadi koneksi antar

pelabuhan seperti Batavia dan Merak sebagai penghujung

jaringan kereta api Jawa.

320 Berdasarkan Tariefwet 1872, ditetapkan peraturan baru tanggal 13

Desember 1873 yang berisi ketentuan bahwa dalam daerah tol (tolgebied)

Hindia Belanda yang dibuka untuk perdagangan umum dibedakan menjadi

dua; yaitu pelabuhan untuk ekspor-impor umum dan pelabuhan untuk ekspor-

impor umum terbatas. Yang termasuk pelabuhan ekspor-impor umum terbatas

di Sumatera ialah Teluk Betung, Bengkulu, Tanjung Pandan, Air Bangis,

Pariaman, dan Natal. Dalam Singgih Tri Sulistiyono, “Dinamika Kemaritiman

dan Integrasi Negara Kolonial”..., hlm. 99. 321

M.C. Koning, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra: Het Vervoer

over Water, (Weltevreden: Zuid Sumatra Land en Nijverheids Vereeniging,

1917), hlm. 03.

Page 201: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

182

Keberadaan Oosthaven dirancang untuk menggantikan

peran pelabuhan Teluk Betung, dan berkaitan dengan pendirian

kota baru Tanjung Karang sebagai area komersil, serta menjadi

stasiun penutup bagi perjalanan kereta api Sumatera Selatan dari

Palembang. Maka jadilah Oosthaven dan Palembang sebagai

pelabuhan terpenting di Sumatera Selatan,322

sekalipun kapasitas

Oosthaven di masa ini masih kecil.323

Dipilihnya daerah Panjang bagi pembangunan pelabuhan

Oosthaven yang hanya berjarak 8,5 km dari pelabuhan Teluk

Betung dilatarbelakangi oleh faktor geografis dan politis-

ekonomis. Secara geografis daerah pesisir Panjang terletak pada

posisi yang strategis dan memiliki perairan yang dalam serta

terlindungi oleh karang dan pulau-pulau di selat Sunda, sehingga

menjadikan tempat berlabuh yang baik dan lebih aman dari angin

dan gelombang bagi aktivitas bongkar muat.324

Sedangkan

perairan di pelabuhan Teluk Betung memiliki cekungan alami

yang tidak terlalu dalam, sehingga membuat kapal dengan ukuran

besar tidak dapat menambat. Ditambah keberadaan aliran sungai

Teluk yang membawa material penyebab pendangkalan di area

pelabuhan.325

Untuk alasan politis-ekonomisnya ialah kawasan

Panjang di ibukota Teluk Betung dekat dengan Jawa. Hal tersebut

dianggap lebih dapat menjaga persatuan wilayah Hindia daripada

jika mengembangkan pelabuhan di bagian timur Lampung yang

322 M.C. Koning, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 27.

323 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 443.

324 M.C. Koning, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 03.

325 Netherlands-East-Indian Harbours, (Department of Public Works:

Batavia, 1920), hlm. 80.

Page 202: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

183

merupakan kawasan lalu lintas dunia sebagai ajang persaingan

niaga internasional.326

1) Kebijakan Pelayanan Koneksi antar Wilayah

Antar pelabuhan tersebut saling terhubung dengan adanya

pelayanan transportasi perairan, baik oleh perahu masyarakat

lokal maupun yang diselenggarakan oleh perusahaan negara

seperti Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) dan swasta

asing seperti Tiongkok dan negara Eropa lainnya. Penggunaan

perahu selain kapal uap perusahaan utamanya marak dilakukan di

pelabuhan Menggala yang memiliki rute pedalaman melalui

sungai yang tidak bisa dijangkau oleh kapal besar.

Adanya persaingan dengan swasta membuat KPM

mengeluarkan kebijakan tarif rendah dan pelayanan terbaik, yang

secara hukum ekonomi membuat konsumen akan menjatuhkan

pilihan pada yang mampu membuatnya meminimalisasi

pengorbanan. Sehingga hampir seluruh kapal yang berlayar di

Sumatera Selatan pada tahun 1929 berasal dari Hindia Belanda

yang 51%-nya milik KPM. Adapun khusus Lampung, kapal KPM

mencapai 100% di pelabuhan Menggala, Kalianda, dan Kota

Agung, sedangkan di Teluk Betung yang dibuka untuk pelayaran

internasional mencapai 96,1%.327

Dengan kebijakan ekonomi

maritim itu Belanda terus memperkuat dominasi perusahaan

326 J.C.F. van Sandick, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra..., hlm.

09. 327

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 438-

439.

Page 203: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

184

pelayaran negara yang punya peran mengintegrasikan ekonomi

dan politik seluruh wilayah Hindia Belanda.328

Dalam kebijakan layanan, KPM tidak hanya membuka

pelayanan reguler lokal pada rute yang telah ada, tetapi juga

membuka jalur baru untuk menghubungkan basis-basis ekonomi

lainnya di seluruh pulau sehingga tercipta kemitraan antara

pedagang lokal dengan Belanda dan orang asing lainnya.

Akhirnya dengan dua pola kebijakan tersebut Belanda berhasil

mengubah paradigma perdagangan di Hindia dari “shipping

follow the trade” menjadi “trade follow the shipping”.329

Untuk rute pelayanan di Lampung yang tersedia di

sebelah timur ialah Menggala-Palembang, dan Menggala-

Batavia. Sedang di wilayah selatan hingga tenggara yang terdapat

pelabuhan berjajar menghadap selat Sunda memiliki rute Batavia-

Merak-Kalianda-Oosthaven-Teluk Betung-Kota Agung, dan

Merak-Oosthaven dengan menggunakan kapal feri berdasarkan

jadwal reguler setiap dua minggu.330

Walaupun demikian rute-

rute itu tidak stagnan, bergantung pada program pembukaan

jalur-jalur baru yang dipandang perlu.

Hingga tahun 1929 secara umum layanan pelayaran di

Sumatera terbagi dalam tiga belas jalur, dan Lampung masuk

dalam beberapa koridor sebagai berikut:331

328 Lillyana Mulya, Kebijakan Maritim di Hindia Belanda: Langkah

Komersil Pemerintah Kolonial..., 329

Lillyana Mulya, Kebijakan Maritim di Hindia Belanda: Langkah

Komersil Pemerintah Kolonial..., 330

M.C. Koning, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 06. 331

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 438-

440.

Page 204: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

185

a. Jalur 2, bergantian setiap tiga atau empat hari melayani dari

Batavia ke Oosthaven. Di antaranya terdapat jadwal harian

koneksi Merak dan Oosthaven yang menghubungkan kereta

api Sumatera Selatan dengan Jawa.

b. Jalur 2B, layanan pekanan dari Batavia ke Kalianda,

Oosthaven, Kota Agung, dan kembali.

c. Jalur 4A, layanan dua pekanan dari Batavia ke Menggala,

melintasi sungai Mesuji sampai Pagardewa, Palembang, dan

kembali.

2) Volume Arus Barang dan Penumpang332

Tabel 17: Volume angkutan barang per pelabuhan (last: 2000 kg)

Pelabuhan 1891 1896 1897

ex im ex im ex im

T. Betung 946 520 1.932 585 - -

Menggala - - - - 7 -

Pelabuhan 1898 1901 1903

ex im ex im ex im

T. Betung - - 2.216 1.017 - -

Menggala - 310 - - 149 63

Pelabuhan 1906 1908 1911

ex im ex im ex im

T. Betung 3.643 870 - - 3.814 6.371

Menggala 946 134 - - 2.793 2.127

332 M.C. Koning, Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra:..., hlm. 13-21.

Page 205: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

186

Kalianda 956 177 - - 590 366

K. Agung - 229 37 - 186 349

Pelabuhan 1912 1913 1914

ex im ex im ex im

T. Betung 3.481 - 3.585 10.436 - -

Menggala - - 2.547 1.062 1.168 -

Kalianda - - 455 359 - -

K. Agung - - 769 503 - -

Pelabuhan 1915 1916

ex im ex im

T. Betung - - 3.400 7.560

Menggala 670 - 495 332

Kalianda - - 484 256

K. Agung - - 705 783

Tabel 18: Volume angkutan penumpang per pelabuhan

Pelabuhan 1891 1896 1898

out in out in out in

T. Betung 1.721 1.455 2.288 3.014 - -

Menggala - - - - 265 -

Kalianda - - 3 7 - -

Pelabuhan 1901 1903 1906

out in out in out in

Page 206: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

187

T. Betung 3.575 4.114 - - 14.389 37.318

Menggala - - 72 - 280 393

Kalianda 21 2 - - 5.513 6.755

Pelabuhan 1908 1911 1913

out in out in out in

T. Betung - - 17.362 26.206 22.618 31.443

Menggala - - 1.606 1.502 1.375 427

Kalianda - - 3.071 3.468 4.212 3.861

K. Agung 219 - 964 37 455 468

Pelabuhan 1914 1916

out in out in

T. Betung - - 25.634 10.822

Menggala 305 - 77 25

Kalianda - - 1.300 480

K. Agung - - 4.137 1.243

3. Politik Ekonomi di Sektor Konsumsi

a. Konsumsi Beras

Beras sebagai bahan makanan pokok masyarakat

Lampung diproduksi dengan sistem berladang yang sekadar

menyukupi kebutuhan sendiri. Pola berladang kerap bersama

variasi tanaman pangan atau kebutuhan lainnya yang bersifat

komersil, dalam hal ini ialah lada, dan menyusul belakangan

karet dan kopi. Namun ternyata berdasarkan keterangan Belanda

Page 207: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

188

sejak abad ke-18 kebutuhan bahan pangan utama itu tidak

berhasil dicukupi oleh produksi lokal, sehingga harus diimpor

dari daerah lain terutama Jawa yang akhirnya menjadi

ketergantungan.333

Untuk abad ke-19 tercatat pada periode

Januari hingga Agustus 1855 terjadi impor beras melalui

pelabuhan Teluk Betung sebesar ±248 ton.334

Permasalahan kekurangan beras terus berlanjut ketika

masyarakat lebih mengutamakan penggunaan lahan bagi tanaman

komersil itu, terlebih di saat harga komoditas tersebut tengah

tinggi, padi dijadikan rencana kedua.335

Dan dari sisi pemerintah

bersama swasta juga gencar melakukan perluasan lahan bagi

budidaya non-pangan dan eksploitasi sumber daya alam lainnya,

maka yang terjadi ialah penyusutan atau minimal stagnasi lahan

bagi penanaman padi.

Dapat disimpulkan secara sederhana dengan mengabaikan

faktor lainnya, terbatasnya lahan bagi padi yang kalah dari

ekspansi komoditas ekspor, berarti produksi bahan pangan itu

sendiri makin terbatas, jika tidak dikatakan menurun.

Padahal peningkatan dan perluasan lahan budidaya

komoditas non-pangan di abad ke-20, baik oleh masyarakat

333 Ota Atsushi, Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten...,

hlm. 43. 334

P.J. Veth, Aardrijkskundig en Statistisch Woordenboek van

Nederlandsch Indie, Deerde Deel: K-Q. (Amsterdam: P.N. van Kamp, 1869),

hlm. 921. 335

Beras akan diimpor dari tempat lain dan dibayar dengan hasil dari

tanaman komersil. Kelak jika situasi pasar komoditi tersebut sedang tidak

menguntungkan, masyarakat akan beralih menanam padi. Zeilinger melihat hal

itu sebagai keajaiban pribumi yang sanggup beradaptasi dalam perubahan

situasi. Lihat F.A. Zeilinger, Kapitaal en Kapitaalvorming in de Inheemsche

Maatschappij..., hlm. 61.

Page 208: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

189

maupun pemerintah dan swasta itu membutuhkan tenaga kerja

dalam jumlah besar, yang dapat mendorong terjadinya mobilitas

penduduk dan masuk ke Lampung. Maknanya ialah akan terjadi

peningkatan populasi yang berbanding terbalik dengan produksi

bahan pangan. Baik itu peningkatan populasi oleh migrasi

maupun fertilitas penduduk lokal karena peningkatan taraf

ekonomi.

Dinyatakan bahwa Lampung memang mengalami defisit

beras tahunan, namun lonjakan kebutuhan beras terjadi sekitar

tahun 1913. Di Lampung sendiri kebutuhan beras tahunan sekitar

3.400 ton. Maka masalah yang juga terjadi di seluruh Sumatera

Selatan ini diatasi melalui langkah impor sebagai solusi jangka

pendeknya, dengan nilai rata-rata impor per tahun mencapai f

550.000. Di samping pemerintah kolonial memanfaatkan

kolonisasi penduduk Jawa untuk budidaya padi dengan sistem

sawah, dipersiapakan juga metode mekanisasi pertanian kepada

petani tradisional untuk jangka panjangnya.336

Tabel 19: Konsumsi Beras berdasarkan volume impor

Lampung337

Tahun Impor (ton) Total

luar

Jawa

Jawa

1913 133 - 133

1917 - 7.710 7.710

336 W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm.

05. J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 229. 337

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 228.

Page 209: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

190

1923 25 2.084 2.109

1924 12 1.216 1.228

1925 - 4.219 4.219

1926 275 2.662 2.940

1927 38 2.619 2.657

1928 50 6.957 7.007

1929 550 5.309 5.859

b. Impor Garam berdasarkan Kebijakan Monopoli

Garam merupakan salah satu produk vital yang multi

manfaat dalam berbagai bidang kehidupan, sehingga jelas setiap

orang pasti membutuhkannya. Maka patutlah ia masuk dalam

kategori bahan pokok. Gabungan antara bahan pokok yang

dibutuhkan dan keberadaannya yang harus diupayakan

menjadikan barang ini memiliki nilai ekonomi. Sebagai barang

ekonomi ia membutuhkan regulasi.

Belanda melihat potensi ekonomi dari garam yang dapat

menjadi sumber pemasukan, sehingga negara perlu

menguasainya.338

Pengaturan masalah ini sebenarnya sudah

terjadi sejak masa VOC dalam bentuk perizinan produksi,

penyerahan wajib (contingenten) garam dari petani dengan

jumlah yang telah ditentukan, dan perdagangan hanya kepada

pemborong (pachter).339

Namun sebagai perusahaan dagang,

338 Parwoto dan Mudji Hartono, “Dampak Monopoli Garam di

Madura pada Abad XX”, Jurnal Mozaik, Vol. 7, Januari 2015, hlm. 36 339

Departement van Binnenlandsch Bestuur, Het Zoutmonopolie,

(Batavia: Ruygrok & Co., 1919), hlm. 09.

Page 210: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

191

masalah bagaimana garam diproduksi belum jadi soal. Hal itu

yang menjadi perbedaan regulasi garam yang dibuat oleh

pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-19.

Kebijakan menjadikan garam sebagai industri yang

dikuasai negara dirintis oleh Raffles pada 15 Oktober 1813340

dan

dilanjutkan oleh Belanda pada tahun 1818. Namun

pengelolaannya hampir tidak jelas selama kurun waktu yang

panjang, antara memberi kuasa pada residen dan sempat juga

berganti ke tangan Departemen van Onderwijs Eeredienst en

Nijverheid.341

Terjadinya pergantian dua sistem sentralisasi garam itu

bertujuan untuk menangani krisis garam walaupun akhirnya

justru memperpanjang krisis. Keadaan diperparah oleh faktor

iklim yang berpengaruh terhadap produksi, dan stimulasi

kenaikan harga oleh pemerintah yang justru memicu

overproduksi.342

Tetapi di luar sentra produksi kekurangan kerap

terjadi. Akhirnya berdasarkan penelitian Van der Kemp pada

tahun 1859 dinyatakan perlunya sinergi antara sektor produksi

dengan konsumsi garam.343

Demi menyudahi krisis garam dalam produksi dan

distribusinya yang berlarut, pemerintah mengeluarkan kebijakan

monopoli garam melalui Bepalingen tot Verzekering van het

340 Departement van Binnenlandsch Bestuur, Het Zoutmonopolie...,

hlm. 09. 341

Parwoto dan Mudji Hartono, “Dampak Monopoli..., hlm. 37. 342

Parwoto dan Mudji Hartono, “Dampak Monopoli..., hlm. 39. 343

Wisnu, et al., “Salt Briquette: The Form of Salt Monopoly in

Madura 1883-1911”, Journal of Physics, Conferentie Series, 953, 2018, hlm.

04.

Page 211: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

192

Zoutmonopolie yang disahkan dengan Staatsblad 1882 No. 73.344

Salah satu aturan dasarnya ialah menetapkan daerah-daerah yang

boleh dan yang dilarang memproduksi garam dan regi

pengiriman serta penjualan garam. Berdasarkan klasifikasi

wilayah pada Pasal 1c, Lampung masuk dalam kategori daerah

dilarang membuat dan hanya memasok garam pemerintah,345

yang pada tahun 1913 mencapai 10.000 pikul.346

Berikut

digambarkan besaran nilai pasokan garam di Lampung:347

Tabel 20: Nilai pasokan garam pemerintah.

Tahun Jumlah (f)

1903 55.000

1904 55.000

1905 58.000

1906 63.000

1907 59.000

1908 62.000

1909 60.000

1910 66.000

1911 66.000

1912 67.000

1913 61.000

344 Bepalingen tot Verzekering van het Zoutmonopolie, Staatsblad

1882 No. 73. 345

Departement van Binnenlandsch Bestuur, Het Zoutmonopolie...,

hlm. 13. 346

De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914..., hlm. 147. 347

De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De Buitenbezittingen

1904 tot 1914..., hlm. 146.

Page 212: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

193

Tabel 21: Ragam konsumsi lainnya berdasarkan nilai impor348

Komoditas Jumlah (f)/tahun

1899 1900 1901

minuman 2.068 1.039 1.550

tembakau 6.095 7.858 8.325

bahan makanan 13.511 18.562 38.219

minyak kelapa 2.950 4.744 5.074

ternak 14.375 27.170 28.307

perabot anyaman 3.177 2.227 2.839

benang 10.911 14.526 2.901

pecah belah 1.292 1.873 4.015

pakaian 35.528 9.016 4.668

koper 1.588 2.695 1.025

korek api 2.737 5.225 2.924

mebel 1.847 1.852 3.171

barang kelontong 25.774 34.303 45.799

manufaktur 61.675 136.975 166.646

petroleum 21.631 22.248 20.252

tembikar 8.265 10.769 14.166

atap anyaman 1.315 1.500 1.979

genteng 2.293 4.788 11.142

kayu 3.798 4.548 6.372

besi 6.010 6.802 12.132

348 K.J.A. Ligtvoet, Spoorwegverkenning in Zuid Sumatra..., hlm. 47-

48.

Page 213: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

194

dan lain-lain 1.361.936 1.235.215 1.439.669

c. Konsumsi Barang dan Jasa Mewah

Sejak digalakkan budidaya tanaman ekspor di akhir abad

ke-19 hingga sekitar tahun 1923-1929 yang menjadi masa

booming ekonomi bagi Sumatera Selatan, akhirnya berdampak

pada konsumsi penduduk lokal.349

Hal itu dibentuk oleh faktor

peningkatan pendapatan dari tingginya harga komoditas ekspor,

kehadiran perusahaan-perusahaan Eropa, dan penyediaan sarana

lalu lintas, terutama kereta api Sumatera Selatan bagi Lampung.

Sehingga terjadi peningkatan kepemilikan akan barang mewah.

Bentuk konsumsi mewah dari situasi tersebut bagi

beberapa kalangan ialah perbaikan rumah dan pendirian rumah-

rumah baru yang besar, pembelian mobil, perhiasan, dan

perjalanan ibadah haji. Namun tidak terjadi peningkatan saving

kekayaan itu ke bank atau lembaga yang tepat, kemungkinan

sejumlah besar uang tunai mereka simpan di rumah.350

Untuk menggambarkan peningkatan kepemilikan mobil

oleh penduduk dari yang semula menggunakan gerobak:351

Tabel 22: Jumlah kepemilikan kendaraan

Jenis kendaraan 1925 1927 1930

Truk

Mobil Penumpang

106

263

96

594

504

1.133

349 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm 223.

350 F.A. Zeilinger, Kapitaal en Kapitaalvorming in de Inheemsche

Maatschappij..., hlm. 61. 351

F.A. Zeilinger, Kapitaal en Kapitaalvorming in de Inheemsche

Maatschappij..., hlm. 74.

Page 214: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

195

Tabel 23: Jumlah rumah sampai tahun 1920:352

kategori rumah jumlah

bermaterial primitif 23.369

berdinding papan dengan atap non-genteng/seng 3.381

berdinding papan/bilik bambu beratap genteng/seng 8.060

berbahan batu 26

rumah rakit/perahu 2

Tabel 24: Perbandingan jumlah penduduk Sumatera Selatan yang

melaksanakan ibadah haji:353

Tahun Lampung Bengkulu Jambi Palembang

1924 179 359 1.560 2.831

1925354

1 12 28 114

1926 28 73 782 713

1927 977 602 2.090 6.921

1928 824 621 1.394 3.770

1929 1.005 527 346 2.283

1930 916 485 317 2.180

352 F.A. Zeilinger, Kapitaal en Kapitaalvorming in de Inheemsche

Maatschappij..., hlm. 68. 353

F.A. Zeilinger, Kapitaal en Kapitaalvorming in de Inheemsche

Maatschappij..., hlm. 75. 354

Sedang terjadi instabilitas di Makkah karena pertempuran antara

raja Abdul Azis Ibn Saud dengan raja Ali bin Hussein.

Page 215: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

196

d. Penarikan Pajak

Akhirnya, di luar dari upaya kegiatan ekonomi yang

meliputi tiga sektor itu, pemerintah masih memiliki sumber

pendapatan yang besar dari kebijakan kontrak dan penarikan

pajak yang beragam jenisnya. Hal demikian juga menggambarkan

dinamika perekonomian dari sebab langsung maupun tidak

langsung yang berkaitan dengan ketiga kegiatan ekonomi di atas.

Beberapa contoh kebijakan pada bidang ini bagi wilayah

Lampung misalnya ialah produksi dan peredaran opium yang

memang memiliki pangsa pasar cukup luas secara nasional di

Hindia Belanda yang kala itu terdapat jenis yang dilegalkan

dalam aturan Pemerintah melalui “Kontrol Opium” berdasarkan

Staatsblad 1901 No. 441 dan kepemilikan serta pengangkutannya

dalam Staatsblad 1912 No. 301.355

Aturan untuk pungutan pajak lainnya misalnya berlaku

bagi ekspor hasil hutan. Di Lampung, hasil kehutanan ialah

damar, getah, getah karet, dan beberapa jenis kayu dengan

besaran pajak mencapai lima persen.356

Demikian pula kutipan

pajak ditujukan pada izin pemotongan hewan berupa sapi dan

kerbau yang mencapai tiga gulden per ekor.357

Di bawah ini

digambarkan perolehan dari nilai kontrak dan pajak pada

permulaan peningkatan ekonomi di awal abad ke-20.

355 Staatsblad van Nederlandsch Indie 1901 No. 407 dan 1912 No.

310. 356

Staatsblad van Nederlandsch Indie 1901 No. 20. 357

Staatsblad van Nederlandsch Indie 1898 No. 24.

Page 216: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

197

Tabel 25: Pendapatan pemerintah dari sektor pajak dan sewa.358

Jenis Pajak Tahun 1903-1908

(dalam 1000 gulden)

1903 1904 1905 1906 1907 1908

Opium 50 58 63 67 69 62

Bea cukai 5 5 5 3 4 1

Bea ekspor-impor 21 17 15 15 11 9

Sewa sumberdaya 9 9 12 12 7 5

Pj. Kepala 188 202 218 233 238 243

Pj. Rumah tangga 2 3 2 3 3 3

Pj. Bangsa Eropa 1 1 1 5 5 6

Pj. Penyembelihan - - - 6 7 6

Pj. Industri pribumi 3 4 4 4 5 4

Pj. Verponding 3 3 3 4 4 4

Total 282 302 323 352 353 343

Lanjutan

Jenis Pajak Tahun 1909-1913

(dalam 1000 gulden)

1909 1910 1911 1912 1913

Opium 45 67 100 136 139

Bea cukai - 6 4 1 10

Bea ekspor-impor 9 9 14 18 23

Sewa sumberdaya 8 8 8 13 14

358 Data diolah dari De Bestuurszaken der Buitenbezittingen, De

Buitenbezittingen 1904 tot 1914..., hlm. 165-176.

Page 217: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

198

Pj. Kepala 243 238 249 256 263

Pj. Rumah tangga 3 3 3 4 6

Pj. Bangsa Eropa 5 6 7 8 15

Pj. Penyembelihan 6 7 7 7 7

Pj. Industri pribumi 4 4 6 8 6

Pj. Verponding 4 4 4 - -

Total 327 352 402 451 483

Page 218: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

199

BAB VI

POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG

PADA TAHUN 1800-1942:

BIDANG KETENAGAKERJAAN DAN DAMPAKNYA

A. Klasifikasi Perusahaan di Lampung

Lampung yang mulai dibuka oleh pemerintah bagi arus

modal asing di penghujung abad ke-19 pada periode liberal,

membuat Residensi ini menjadi ramai akan kehadiran berbagai

perusahaan yang siap mengolah kekayaan alamnya dan peluang

besar menangguk keuntungan. Demi mendukung kegiatan itu,

pemerintah tidak hanya membentuk regulasi, tapi juga terlibat

aktif mengusahakan sarana yang memadai. Maka dari itu

timbullah dua jenis kegiatan ekonomi dalam bentuk badan usaha,

yaitu perusahaan pemerintah dan perusahaan swasta. Perusahaan

swasta bergerak di sektor komersil untuk keuntungan langsung,

sedangkan perusahaan pemerintah bekerja pada aspek penyediaan

sarana publik bagi pendukung kegiatan ekonomi sebagai investasi

jangka panjang.

Sebagaimana di keseluruhan Hindia Belanda yang

dijadikan wilayah ekonomi kolonial berorientasi pada ekspor

produk pertanian dan pertambangan, Lampung juga serupa. Jika

secara umum investasi penting dari perusahaan swasta Belanda

adalah gula, kopi, teh, karet, minyak bumi, dan batubara,

sementara Lampung difokuskan pada karet, kopi, dan lada. Di sisi

lain, pembangunan dan perkembangan infrastruktur oleh

pemerintah -kereta api, komunikasi, jembatan dan jalan, serta

Page 219: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

200

pekerjaan irigasi- bagi melayani investor dalam tiga dasawarsa

pertama abad ke-20 begitu masif, baik di lokal Lampung maupun

dalam kaitannya dengan wilayah lain di Sumatera Selatan.

Nyatalah dari semua aktivitas itu banyak tercipta lapangan kerja

yang disumbang oleh swasta dan negara.359

B. Hubungan Perkembangan Perusahaan dan Kebutuhan

Tenaga Kerja

Masifnya pertumbuhan dan perkembangan perusahaan

perkebunan dan pertambangan di Sumatera Selatan khususnya

Residensi Lampung, menjadi pendorong tingginya kebutuhan

akan tenaga kerja yang semakin melampaui pasokannya hingga

akhir tahun 1929.360

Peran penting mereka sebagai salah satu

pilar komunitas ekonomi yang memacu perputaran produksi

komoditi tidak dapat dikesampingkan dalam membahas

serangkaian dan ekses kebijakan. Namun lebih jauh, para pekerja

dihadirkan tidak hanya bagi produksi, tetapi juga penopang

program pemerintah sebagai pembangun infrastruktur jalur-jalur

distribusi. Maka tidak heran jika pasar tenaga kerja begitu

dinamis.

Dinamika itu berupa ketersediaan dan permintaan tenaga

kerja, serta penciptaan regulasi dan deregulasi ketenagakerjaan

yang ujungnya berpengaruh pada permasalahan pendapatan,

penempatan, dan interaksi lintas batas dan komunitas. Adapun

359 Henk Laloli, Grenzen van de Ethische Politiek: het Technisch

Onderwijs en de Arbeidsmarkt in Nederlands-Indie, 1900-1941, (Amsterdam: -

- , 2001), hlm. 5. 360

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 303.

Page 220: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

201

yang disebut terakhir merupakan dampak sosiologis yang tidak

kalah penting untuk dianalisis.

Bagi daerah-daerah di Buitenbezittingen, ketenagakerjaan

merupakan masalah permanen sejak menjadi arena ekspansi

modal asing pada masa liberal,361

tidak terkecuali Lampung. Di

Lampung, hal itu terjadi karena dua faktor, yakni menyangkut

kuantitas dan kualitas. Dari sisi kuantitas, pangsa tenaga kerja

yang besar berbanding terbalik dengan jumlah penduduk yang

potensial untuk menyuplai, terlebih mereka memiliki kesempatan

ekonomi alternatif. Sedangkan dalam hal kualitas, ini terkait pola

kehidupan penduduk lokal yang melahirkan karakteristik dan

mental dalam etos kerja yang kerap tidak sesuai dengan standar

perusahaan. Sampai dinyatakan bahwa perusahaan-perusahaan

Eropa di Sumatra Selatan tidak akan yakin dengan keberadaan

mereka jika mereka menggunakan tenaga kerja dari penduduk

lokal.362

Ketimpangan antara penawaran dan permintaan tenaga

kerja membawa pekerja pada posisi tawar yang seharusnya

tinggi, namun dalam kasus upah umum pada perusahaan di

Sumatera Selatan, termasuk Lampung pada tahun 1927 nyatanya

yang relatif rendah di antara daerah lain di Sumatera.363

Walaupun memang tetap harus dilihat mengenai jenis dan status

ketenagakerjaannya.

361 M. Vierhout, Het Arbeidsvraagstuk in Verband met de

Noodzakelijke Ontwikkeling der Buitengewesten, (Weltevreden: Albrecht &

Co., 1921), hlm. 16. 362

T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 96. 363

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 306.

Page 221: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

202

Beberapa opsi yang dimungkinkan menjadi solusi seperti

penggunaan kuli kontrak dengan poenale sanctie sebagaimana

marak di Sumatera Timur, namun model seperti itu sudah banyak

mendapat kritik di masyarakat dan parlemen, sehingga pada

akhirnya pemerintah mengumumkan penghapusan tahap awal

terhadap hukum tersebut pada tahun 1918, padahal sanksi itulah

yang membuat tenaga kerja terpaksa bertahan. Ada pula

pemanfaatan para imigran mandiri musiman, namun mereka lebih

cenderung nyaman bekerja kepada pengusaha pribumi daripada

di perusahaan pemerintah atau swasta Eropa lainnya.364

Karena strategisnya perkara ketenagakerjaan, maka

pemerintah juga fokus untuk menangani permasalahan dan

memperoleh kepastian terhadap hal tersebut yang timbul dari

kepentingan kolonial dan pemodal di Lampung. Hingga akhirnya

dimunculkan program kolonisasi sebagai langkah yang dinilai

efektif untuk merealisasikan tujuan pembangunan ekonomi

dengan dua keuntungan sekaligus, yaitu memobilisasi manusia

untuk membangun ekonomi di negeri yang sepi dan mengurai

kepadatan penduduk dari tanah yang telah lama diperah.

1. Jenis Tenaga Kerja

Sebelum membahas kolonisasi, dianggap perlu untuk

mengetahui status ketenagakerjaan para kolonis yang bekerja di

364 Orang Banten yang bermigrasi ke Lampung tiap tahun dalam

jumlah besar tidak banyak terlihat bekerja di perusahaan, mereka lebih suka

mendapatkan penghasilan dengan bekerja pada petani lada Lampung dan

merasa lebih betah daripada di perusahaan Barat. Hoedt, Hlm. 96. Pengusaha

Lampung bertindak bijaksana baik terhadap pekerja bebas maupun kontrak.

H.G. Heijting, De Koelie Wetgeving..., hlm. 72.

Page 222: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

203

perusahaan. Dalam hal tenaga kerja di Hindia Belanda, Hoedt

mengklasifikasikannya menjadi tiga jenis berdasarkan asal

mereka dan tingkat keterikatannya dengan penyedia lapangan

kerja. Ketiganya ialah sebagai berikut:

a. Tenaga Kerja Lepas (loose arbeiders)

Pekerja lepas atau buruh harian lepas ialah mereka yang

berasal dari maupun bukan wilayah tempat perusahaan berada.

Pekerja jenis ini berafiliasi dengan perusahaan untuk layanan

tertentu, tetapi tidak berkewajiban menyediakan kapasitas kerja

bagi pemberi kerja di luar layanan yang disepakati tersebut.

Pekerja semacam itu umumnya digunakan untuk

pekerjaan seperti pembangunan rumah, pemindahan tanah,

penebangan hutan, dan sejenisnya. Dalam hal ini, Lampung

paling baik karena kedekatan lokasi dan besarnya peluang

ekonomi yang menguntungkan dalam kaitannya dengan Jawa,

sehingga sejumlah besar pekerja beremigrasi atas inisiatif mereka

sendiri untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Hingga bulan April 1927, jumlah pekerja lepas yang

bekerja di perusahaan-perusahaan mencapai sekitar 1.250, yang

merupakan 8% dari total jumlah pekerja yang dipekerjakan di

berbagai perusahaan di Lampung.

b. Tenaga Kerja Bebas (vrije arbeiders)

Tenaga kerja bebas ialah pekerja dari luar wilayah tempat

perusahaan berada. Pekerja jenis ini terkait dengan perusahaan

melalui perjanjian untuk waktu yang "pasti", -biasanya selama

enam bulan- dan jika terjadi pemutusan kontrak oleh pekerja,

Page 223: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

204

perusahaan secara praktis tidak memiliki jalan lain untuk

menentangnya, melainkan harus mematuhi kewajiban yang

dikenakan padanya di pengadilan nasional.

Pasar tenaga kerja bebas yang “menguntungkan” bagi

pekerja ini terdapat di Sumatera Selatan. Dengan keadaan

kurangnya tenaga kerja, mereka jadi memiliki pemahaman bahwa

sampai pada batas tertentu perusahaan cukup bergantung

padanya, karena jika ia keluar, penggantinya tidak akan segera

tersedia. Hal demikian menciptakan peluang besar bagi mereka

untuk memutus kontrak jika ada peluang kerja yang menawarkan

pendapatan lebih baik.

Dalam hal pekerja jenis ini, sepertinya Lampung memang

mendapat perhatian khusus dengan dibuatnya peraturan melalui

Staatsblad 1924 No. 433. Yang demikian itu karena besarnya

jumlah emigran Jawa yang datang ke Lampung atas inisiatif

mereka sendiri untuk mencari pekerjaan.365

Rekrutmen masih

ditambah dengan tenaga kerja yang diperoleh dari program

kolonisasi. Sehingga migran Jawa mandiri maupun kolonisasi

merupakan pekerja yang memassalkan kategori ini.

c. Tenaga kerja kontrak (contract arbeiders/contractanten)

Tenaga kerja kontrak adalah pekerja yang berasal dari luar

kawasan tempat perusahaan berada, dan telah menandatangani

perjanjian kontrak kerja berdasarkan kuli ordonansi yang berlaku.

365 Werving Lampongsche Districten, Staatsblad van Nederlandsch-

Indie 1924 No. 433. K.J. Boeijinga, Arbeidswetgeving in Nederlandsch Indie,

Leiden: Drukkerij Nieuwe Leidsche Courant, 1926), hlm. 74.

Page 224: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

205

Perjanjian tersebut berisi hak dan kewajiban pengusaha dan

pekerja yang ditetapkan dan diatur oleh hukum. Dengan

peraturan kriminal diberlakukan atas ketidakpatuhan terkait

ketetapan perjanjian, baik terhadap majikan maupun pekerja.

Hukuman yang ditujukan kepada pekerja biasa disebut "poenale

sanctie".

Kuli Ordonansi dengan poenale sanctie pertama kali

diterapkan bagi perusahaan pertanian dan industri di Sumatera

Timur berdasarkan Staatsblad 1880 No. 133 dan di Sumatera

Selatan pada tahun 1887.366

Poenale sanctie dianggap sebagai

satu-satunya cara yang tidak hanya untuk meyakinkan pemberi

kerja yang telah membayar harga tinggi di muka dan dengan

menjamin upah tertentu selama tiga tahun, tetapi juga cara untuk

membuat pekerja mendapat untung dari keamanan keberadaan

yang diberikan kepadanya selama tiga tahun dan mungkin lebih

lama.

Secara umum perusahaan di Sumatera Selatan tidak

memiliki banyak tenaga kerja kontrak seperti yang diinginkan

oleh perusahaan, hal demikian merupakan konsekuensi dari fakta

bahwa hampir semua perusahaan dengan modal relatif kecil,

sehingga untuk masa-masa panen yang membutuhkan tenaga

lebih banyak kerap digunakan pekerja bebas untuk membantu. Di

daerah Lampung, sumber pekerja bebas yang demikian itu

kebanyakan orang Jawa dari program kolonisasi.367

366 H.G. Heijting, De Koelie Wetgeving..., hlm. 06. J.W.J. Wellan,

Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 292. 367

P.J.S. Cramer, De Groote Land in Zuid Sumatra..., hlm. 12-13.

Page 225: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

206

2. Pemenuhan Pasokan Tenaga Kerja dengan Kolonisasi

Langkah pemerintah yang menetapkan Jawa sebagai

sentra politik dan ekonomi menjadi salah satu alasan akselerasi

perkembangan pulau tersebut mencapai kemajuan yang pesat

setidaknya dengan diberlakukannya tanam paksa. Namun

sebagaimana tujuan dari kebijakan eksploitatif itu, kemajuan

ekonomi yang disumbang dari berbagai sektor yang sanggup

menggeser neraca kas Belanda menuju trend positif tidak lantas

mengerek kemakmuran penduduknya, sebaliknya malah

menampilkan kemiskinan akut dan masalah sosial lainnya di

daerah dengan populasi terbanyak di Hindia Belanda itu.368

Manisnya keberhasilan menguasai ekonomi Jawa dan

Madura membuat mereka berpikir untuk menggandakan

keberhasilan itu dengan senjata Undang-Undang Agraria. Pada

dekade kedua abad ke-20 berbagai diskusi mengemuka mengenai

sumber daya di daerah luar Jawa untuk makin mengembangkan

bidang pertanian dan pertambangan. Hal itu karena kepadatan

populasi yang hampir tidak memungkinkan untuk meningkatkan

produksi di Jawa dengan cara memperluas budidaya pada skala

yang signifikan dan peningkatan jumlah perusahaan pertanian

Eropa yang beroperasi di sana.369

Daerah primadona luar Jawa yang potensial dari sisi

posisi dan sumber daya itu ialah Sumatera. Sebuah pulau yang

strategis dalam jalur niaga, menguntungkan dalam kaitan dengan

368 Wibo Peekema, “Colonization of Javanese in the Outer Provinces

of the Netherlands East-Indies”, The Geographical Journal, Vol. 101, No. 4,

(April 1943), hlm. 145-146. 369

M. Vierhout, Het Arbeidsvraagstuk in Verband..., hlm. 04.

Page 226: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

207

pusat-pusat perkembangan ekonomi Asia Tenggara seperti

Singapura dan Semenanjung Malaya. Hal demikian masih

ditunjang dengan kekayaan alam berlimpah yang belum banyak

diolah. Dari wilayah seluas itu, Lampung adalah salah satunya

dan dengan penggunaan lahan bagi perusahaan perkebunan

terbesar ketiga di seluruh Buitenbezittingen setelah Sumatera

Timur dan Aceh,370

serta paling dekat dengan Jawa.

Untuk mendukung semangat perluasan dan pembangunan

ekonominya di Lampung dengan jalan pembukaan perusahaan

sekaligus mencipta prasarananya,371

pemerintah memanfaatkan

program emigrasi yang merupakan bagian dari kebijakan Politik

Etis, sebagai sumber penyedia tenaga kerja lantaran minimnya

jumlah penduduk lokal yang dapat dan mau bekerja di

perusahaan, juga karena antusiasme mereka masih sangat kecil

bagi konsep ekonomi yang lebih besar dan kompleks.372

Dan

dalam penerapannya, program pemindahan penduduk itu diberi

nama kolonisasi (kolonisatie).

Masalah ini mulanya telah diperjuangkan oleh kaum

kapitalis yang diwakili oleh angota melalui wakilnya (partai

liberal) di parlemen sejak tahun 1860-an. Menteri Koloni,

Idenburg, menyetujui program kolonisasi ini untuk menyuplai

370 Jan O. M. Broek, “The Economic Development of the Outer

Provinces of the Netherlands Indies”, Jurnal Geographical Review, Vol. 30,

No. 2, (April, 1940), hlm. 188. 371

Penggunaan istilah “perusahaan” termasuk merujuk pula pada

pekerjaan umum pemerintah seperti konstruksi moda kereta api dan trem.

Heijting, De Koeli Wetgeving..., hlm. 32. 372

P.J.S. Cramer, De Groote Land..., hlm. 13. M. Vierhout, Het

Arbeidsvraagstuk in Verband..., hlm. 04.

Page 227: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

208

kebutuhan tenaga kerja di perkebunan swasta di luar Jawa.

Ditambah lagi, Gonggrijp mengatakan bahwa pada tahun 1909 di

Sumatra telah berkembang perusahaan swasta meminta dukungan

kepada pemerintah untuk menyediakan tenaga kerja yang cukup

di perkebunan-perkebunan mereka.373

Melalui itu, terjadi kolaborasi antara pemerintah dan

swasta dalam kolonisasi untuk pengembangan sektor pangan

dengan kepentingan perusahaan perkebunan. Dengan demikian,

maka para pengusaha dapat memanfaatkan kesempatan yang

terbuka untuk menggunakan pekerja dari daerah padat penduduk

di Jawa dengan dukungan pemerintah.374

Rancangan program pemindahan orang Jawa ke daerah

yang jarang penghuni melalui format kolonisasi oleh pemerintah

dimulai pada tahun 1902 setelah ditemukan fakta terjadi

kelebihan penduduk di beberapa daerah di Jawa Tengah. Untuk

tujuan itu ditunjuklah H.G. Heijting, seorang asisten residen

Sukabumi yang bertugas melakukan penelitian dan mempelajari

secara seksama perihal “Emigrasi Keluarga Jawa ke

Buitenbezittingen” dan menyelidiki masalah perburuhan

perkebunan swasta di luar Jawa.375

373 Sudarno, Kebijakan Percobaan Kolonisasi di Gedong Tataan

(Lampung) Tahun 1905-1917, diakses dari

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article, pada 20 Februari

2019. 374

T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 96. 375

Sudarno, “The Colonization Trial Policy in Gedong Tataan,

Lampung in 1905-1917”, Paramita: Historical Studies Journal, 28 (1), 2018,

hlm. 05.

Page 228: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

209

Dalam kegiatan tersebut, penelitian diarahkan ke sekitar

perkebunan swasta, yaitu daerah yang membutuhkan tenaga kerja

dan dekat dengan calon peserta kolonisasi.376

Berdasarkan

pengamatannya, terdapat beberapa daerah yang memenuhi syarat

untuk masuk dalam nominasi tujuan kolonisasi. Akhirnya

terpilihlah Gedong Tataan di Residensi Lampung sebagai tujuan

pemindahan penduduk untuk pertama kalinya di Hindia Belanda

yang dilakukan oleh pemerintah, dan menerima kolonis secara

perdana pada tahun 1905.377

Bagi daerah tujuan kolonisasi, program ini mengemban

tiga hal penting untuk pengembangan wilayah. Nilai penting itu

ialah:378

1. Menjalankan peran negara untuk mengeksplorasi dan tidak

membiarkan daerah yang tidak atau belum tersentuh dengan

cara meningkatkan populasi secara bertahap melalui upaya

mendatangkan suku bangsa yang pertambahan populasinya

relatif lebih cepat dibanding penduduk asli.

2. Untuk pengembangan industri besar di Buitenbezittingen dan

menstimulasi munculnya usaha berbagai skala, sehingga

memajukan penduduk pedalaman. Hal demikian berarti akan

tersedia tenaga kerja yang menjadikan keadaan lebih baik

antara pengusaha dan pekerja daripada sistem pekerja

kontrak di bawah poenale sanctie.

376 Sudarno, “The Colonization Trial Policy..., hlm. 05.

377 W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm.

04. 378

W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm.

05.

Page 229: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

210

3. Untuk peningkatan produksi beras di daerah budidaya yang

makin berkembang.

Dari hal tersebut di atas, nampak yang menjadi perhatian

penting pemerintah ialah eksplorasi wilayah dengan jalan

pengembangan industri yang ditopang oleh pengadaan tenaga

kerja, adapun produksi padi ialah dampak ikutan dari

kelangsungan dan kemajuan kegiatan tersebut.

Dalam hal persyaratan, yang utama harus dipenuhi bagi

daerah kolonisasi ialah dapat diirigasi, mudah bagi penjualan dan

distribusi hasil produksi, wilayah yang tidak terlalu tidak sehat,

dan tidak lupa, jika memungkinkan terletak di pusat perusahaan,

sehingga kolonis selalu memiliki kesempatan untuk mendapatkan

uang, setidaknya untuk tahun-tahun permulaan.379

Dengan

demikian perusahaan akan memperoleh tenaga kerja dari area di

sekitarnya.

3. Jenis Kolonisasi

Rancangan selanjutnya bagi masa depan program ini,

kolonisasi akan dipisahkan menjadi kolonisasi pemerintah dan

kolonisasi atas inisiatif swasta atau kolonisasi perusahaan.

Kolonisasi pemerintah bertujuan memajukan eksploitasi

Buitenbezittingen sebagai kepentingan negara, sedangkan

kolonisasi atas inisiatif swasta dilakukan untuk kepentingan

langsung perusahaan, tetapi tentunya akan tetap dalam dukungan

dan pengawasan pemerintah. Jadi jenis pertama akan sepenuhnya

379 W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm.

07.

Page 230: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

211

bertujuan mewujudkan tiga kepentingan negara tersebut di atas,

dan yang terakhir ke daerah tujuan murni untuk bekerja sesuai

dengan persyaratan.380

Walaupun terdapat perbedaan, namun keduanya berjumpa

pada satu kepentingan yang sama, yakni pemenuhan kebutuhan

tenaga kerja di luar Jawa. Dengan sedikit perbedaan tujuan dari

dua kolonisasi itu, memunculkan istilah kolonisasi pertanian

(landbouw kolonisatie) untuk kolonisasi pemerintah dan

kolonisasi pekerja (arbeid kolonisatie) atau kolonisasi perusahaan

bagi pihak swasta. Untuk itu saya akan mengulas kedua program

tersebut dalam perannya mengisi kebutuhan tenaga kerja dan

membangun perekonomian Belanda di Lampung.

a. Kolonisasi Pertanian

Percobaan kolonisasi (kolonisatie proeven) yang mulai

direalisasikan pada tahun 1905 bertujuan memindahkan

penduduk miskin Kedu ke Lampung untuk menjadi petani dengan

membangun sistem sawah. Walaupun kemasannya ialah

kolonisasi pertanian, namun karena lahan yang disediakan masih

berupa hutan, maka kolonis belum dapat menjadi penduduk

sebagai petani yang produktif, tetapi cenderung sebagai buruh di

berbagai sektor ekonomi.

Hal tersebut sesuai tujuan lain yang lebih penting untuk

pemerintah kolonial dan pemodal asing, yaitu untuk memenuhi

380 W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm.

05.

Page 231: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

212

tenaga kerja infrastruktur, perkebunan, dan pertambangan di luar

Jawa yang telah berkembang sebelumnya di daerah Lampung.

Secara umum perjalanan panjang proyek kolonisasi ini

mengalami pasang surut sejak pemberlakuannya. Hal demikian

bergantung pada konstelasi politik dan ekonomi yang

melingkupinya. Dalam hal tahapan pelaksanaan dapat dibagi

menjadi fase skala kecil atau uji coba dan fase skala besar yang

lebih tertata.381

Sedangkan berdasarkan penyelenggaraan dan

sistem yang berlaku, dapat dibedakan dalam tiga model

kolonisasi.

Dari sisi tahapan, fase uji coba berlangsung dari tahun

1905-1931. Di masa ini, dapat dikatakan pemerintah melakukan

kolonisasi secara terburu-buru dengan persiapan seadanya.

Bahkan disinggung bahwa pemerintah Belanda tidak menaruh

perhatian yang sungguh-sungguh terhadap program kolonisasi

pertanian ini. Hal tersebut dibuktikan dengan proyek perdana di

Gedong Tataan yang dilaksanakan tanpa survey pendahuluan

yang sistematis atau pemetaan lahan secara teliti dan tanpa suatu

rencana tata ruang yang baik, seperti penempatan lokasi

pemukiman, area persawahan, dan sistem irigasi untuk masa yang

akan datang. Akibatnya sejumlah desa tersebar di lahan-lahan

yang rendah yang seharusnya diperuntukkan bagi sawah.382

381 Patrice Levang, Ayo ke Tanah Sabrang: Transmigrasi di

Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 2003), hlm. 9-10. 382

Karl J. Pelzer, “Ikhtisar dan Penilaian tentang Usaha Kolonisasi

oleh Pemerintah Hindia Belanda”, dalam Joan Hardjono (ed.), Transmigrasi:

dari Kolonisasi sampai Swakarsa, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 04.

Page 232: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

213

Hingga didapati di hari-hari permulaan justru air menggenangi

rumah, tetapi tidak dengan sawah.383

Walau demikian, dalam rentang waktu tersebut,

pemerintah telah berhasil membuka dua daerah untuk kolonisasi,

yakni pertama Gedong Tataan di Afdeling Teluk Betung pada

tahun 1905 dan Wonosobo di Afdeling Kota Agung pada tahun

1921.

Kolonisasi fase kedua, yakni pemindahan skala besar

yang berlangsung pada tahun 1932-1941. Ini adalah bentuk

kolonisasi yang merupakan reaksi dari pemerintah atas pukulan

krisis ekonomi yang melanda dunia. Jika di fase sebelumnya

pemerintah terkesan “mengalir” saja, namun kali ini gelombang

repatriasi korban pengurangan tenaga kerja ke Jawa dari berbagai

perusahaan yang terdampak mampu menekan pemerintah untuk

melirik kembali dan menggarap secara serius program

kolonisasi.384

Pada masa ini, kolonisasi dilakukan dengan persiapan

yang lebih matang. Berbekal dari pengalaman fase pertama yang

sudah diidentifikasi sebab-sebab kegagalannya, sehingga

diformulasikan prosedur yang lebih efektif. Selain ke wilayah

yang telah dibuka sebelumnya, kini daerah tujuan baru untuk

kolonisasi ialah Afdeling Sukadana yang sudah dipersiapkan

dengan membangun sejumlah infrastruktur yang lebih besar dan

383 Patrice Levang, Ayo ke Tanah Sabrang:..., hlm. 15.

384 Sepanjang tahun 1928-1931 pemerintah tengah

mempertimbangkan penghentian program kolonisasi, hal itu karena melihat

kenyataan pelaksanaan kolonisasi fase percobaan yang hasilnya

mengecewakan. Patrice Levang, Ayo ke Tanah Sabrang:..., hlm. 10. Karl J.

Pelzer, Ikhtisar dan Penilaian..., hlm. 05.

Page 233: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

214

berkualitas, seperti tiga buah jaringan irigasi untuk area seluas

71.000 hektar dan pembangunan kota baru yang posisinya di

tengah Residensi Lampung bernama Metro.385

Sebagai gambaran perbandingan ambisiusnya program

kali ini ialah jumlah orang Jawa yang berhasil dipindahkan lebih

besar daripada kolonisasi Gedong Tataan yang telah berjalan

sekitar 35 tahun. Sampai 1941, kolonisasi di Sukadana telah

menampung sebanyak 47.000 jiwa, sedangkan Gedong Tataan

masih di kisaran 38.000 jiwa.386

Beranjak ke masalah penyelenggaraan dan sistem yang

diterapkan, Amral Sjamsu dan penulis kolonisasi lainnya

membaginya dalam tiga model berdasar periode berlakunya,

yakni sebagai berikut:387

1. Kolonisasi dengan Pembiayaan Pemerintah (1905-1911)

Pada masa ini pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk

menanggung semua biaya penyelenggaraan, termasuk jaminan

biaya hidup selama dua tahun dan segala perangkat kebutuhan

kolonis untuk membangun penghidupannya. Sehingga biaya

untuk percobaan perdana ini menjadi sangat mahal dan tidak

efektif, terlebih pula tidak diikuti oleh perpindahan penduduk

385 Kesimpulan dari penanggung jawab program, bahwa sebab

kegagalan fase uji coba ialah masalah infrastruktur. Dalam asumsi Heijting

orang Jawa sudah otomatis sanggup membangun sawah irigasi, ternyata

kenyataan lebih sukar dari yang dibayangkan, mereka butuh bantuan insinyur

Belanda untuk tata kelola air. Patrice Levang, Ayo ke Tanah Sabrang:..., hlm.

15. Karl J. Pelzer, Ikhtisar dan Penilaian..., hlm. 04. 386

Patrice Levang, Ayo ke Tanah Sabrang:..., hlm. 11. 387

M. Amral Sjamsu, “Penyelenggaraan Kolonisasi dan

Transmigrasi”, dalam Joan Hardjono (ed.), Transmigrasi: dari Kolonisasi

sampai Swakarsa, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 10-13.

Page 234: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

215

spontan sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu, maka

pemerintah menghentikan cara penyelenggaraan seperti ini dan

menetapkan suatu sistem lain bagi kolonisasi selanjutnya.

2. Kolonisasi dengan Sistem Pinjaman (1912-1922)

Pada periode ini pemerintah tidak lagi menanggung semua

biaya kolonisasi, tetapi hanya memberikan bantuan biaya hidup

sebesar f 22,50 bagi kolonis yang baru datang, sedangkan untuk

keperluan membangun rumah dan peralatan kehidupan

dipersilakan untuk melakukan pinjaman ke bank. Untuk itu,

pemerintah mendirikan De Lampongsche Bank pada tahun 1912

yang bertempat di Teluk Betung. Para kolonis diizinkan

meminjam hingga maksimal f 200 dan dilunasi selama sepuluh

tahun angsuran.388

Buruknya manajemen perkreditan, dalam hal ini

pemberian pinjaman yang mudah dan sangat royal, kesulitan

mengembalikan pinjaman karena kesulitan hidup para kolonis,

dan penyelewengan, mengakibatkan tidak sedikit uang negara

yang tidak dapat dipertanggungjawabkan membuat bank tersebut

bangkrut dan dilikuidasi pada tahun 1928. Sehingga akhirnya

tujuan kolonisasi yang sukses tapi murahpun tidak tercapai.389

Sejatinya setelah tahun 1922, perhatian pemerintah

terhadap kolonisasi pertanian sangat menurun, sebagian karena

program kolonisasi ini sangat mahal dan terjadi persaingan dalam

mencari calon kolonis dengan para pencari petani jawa untuk

388 Sudarno, “The Colonization Trial Policy..., hlm 13.

389 Patrice Levang, Ayo ke Tanah Sabrang:..., hlm. 10.

Page 235: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

216

bekerja sebagai kuli kontrak di perusahaan perkebunan di

Sumatera.390

Hingga puncaknya sekitar tahun 1928-1931, karena

pesimistis dengan buruknya hasil program kolonisasi, pemerintah

Belanda mempertimbangkan untuk menghentikannya, padahal

arus migrasi mandiri sudah mulai mengalir. Setiap tahunnya,

kurang lebih seribu orang Jawa pindah ke Lampung dengan biaya

sendiri tanpa memperoleh bantuan sedikit pun dari pemerintah.391

3. Kolonisasi dengan Sistem Bawon (1932-1942)

Pada periode ini kolonis yang baru datang akan menjadi

pekerja di sawah milik kolonis pendahulu dengan format

mengadopsi sistem bawon, yakni pembagian seperempat atau

seperlima hasil panen untuk pemanen, sehingga kebutuhan hidup

para kolonis baru lebih terjamin. Ternyata model ini memberi

hasil yang memuaskan bagi terwujudnya pemindahan kolonis

dalam jumlah yang besar dengan biaya yang kecil.

Pola demikian nyatanya hanya membawa kemakmuran di

tahun-tahun permulaan, karena di masa selanjutnya kehidupan

kolonis kembali jatuh pada kesengsaraan sebagaimana di daerah

asalnya. Hal demikian disebabkan bukan saja karena tidak ada

bimbingan dalam pembangunan hidup, akan tetapi yang utama

ialah karena pembangunan masyarakat kolonisasi didasarkan

pada sistem adat, hukum, dan susunan masyarakat kuno

sebagaimana di Jawa secara terpisah (enclave) di antara

390 Joan Hardjono, “Sejarah Kolonisasi dan Transmigrasi”, dalam

Joan Hardjono (ed.), Transmigrasi: dari Kolonisasi sampai Swakarsa,

(Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 02. 391

Patrice Levang, Ayo ke Tanah Sabrang:..., hlm. 10.

Page 236: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

217

komunitas lokal di Lampung dengan tujuan membuat mereka

betah dan senang.

Hal itu menjadi berdampak ganda, karena umumnya

kolonis ialah penduduk miskin, maka jika mereka harus hidup

sebagaimana pola yang kolot di daerah asalnya, itu sama halnya

dengan memindahkan kemelaratan mereka ke daerah baru dan

membuat kehidupan mereka terkucil dari penduduk asli.

Akhirnya, terlepas dari fluktuasi kebijakan ini, sepanjang

berlangsungnya program kolonisasi sejak tahun 1905 hingga

1941, pemerintah kolonial telah berhasil memindahkan sebanyak

180.813 jiwa penduduk Jawa ke Lampung.392

Hubungan Kolonisasi Pertanian dengan Perusahaan

Sepanjang pelaksanaan program kolonisasi di Lampung,

daerah ini menjadi tujuan pemindahan penduduk Jawa bagi

pengerahan tenaga kerja ketika perekonomian mengalami

kemajuan, dan menampung para buruh korban pemutusan

hubungan kerja di saat krisis ekonomi melanda. Yang pertama

terjadi pada fase percobaan dan yang terakhir pada tahap

kolonisasi skala besar.

Pertama, pada fase percobaan, ketika para kolonis harus

membangun fondasi kehidupannya, selain mengolah lahan

miliknya, mereka juga bekerja sebagai buruh berstatus bebas di

perusahaan-perusahaan yang ada di sekitarnya. Sehingga menurut

392 J. M. Hardjono, Transmigration in Indonesia, (Kuala Lumpur:...,

1977), hlm. 18.

Page 237: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

218

Welan mereka tidak terkategori sebagai pekerja penuh waktu.393

Dan sebagai pekerja bebas, maka harus dilakukan pengawasan

secara teratur dan ketat, sehingga mereka dapat bekerja dengan

aman dan nyaman.394

Menurut Schalwijk yang pernah memimpin kolonisasi di

Gedong Tataan, bahwa perusahaan di sekitar melibatkan kolonis,

perkebunan Departemen Pertanian juga dikelola oleh kolonis,

begitu pula dengan Layanan Sipil yang beroperasi dengan ratusan

kuli setiap hari. Jika lokasi perusahaan agak jauh, maka mereka

akan diantar jemput dengan truk yang kembali pada malam

hari.395

Sehingga diprediksi bahwa perusahaan di sekitar akan

semakin mengharapkan pekerja dari kalangan ini. Dan

berdasarkan laporan Lulofs, kepala Komite Kolonisasi

menyatakan bahwa para kolonis di Gedong Tataan pada tahun

1917 memperoleh upah sebesar f 90.000 per tahun dari berbagai

perusahaan.396

Sedikit berbeda cerita dengan Gedong Tataan, kolonisasi

di Wonosobo yang banyak menampung mantan kuli kontrak

perusahaan yang sudah habis masanya untuk diarahkan menjadi

kolonis,397

sehingga di luar sebagai buruh, terdapat kendala

karena mereka tidak terbiasa dengan pekerjaan pengolahan lahan

393 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 304.

394 W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm.

07. 395

T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 95. 396

Heijting, De Koeli Wetgeving..., hlm. 185. W.C. Schalkwijk Mzn.,

Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm. 05. 397

W.C. Schalkwijk Mzn., Kolonisatie in Nederlandsc Indie..., hlm.

08.

Page 238: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

219

yang berat tanpa perintah langsung dan upah bulanan

sebagaimana kebiasaannya di perusahaan.398

Kedua, pada tahap kolonisasi skala besar, Lampung

kembali menjadi tujuan pemindahan penduduk Jawa. Hal ini

terjadi karena terjadinya depresi ekonomi yang membuat

sejumlah perusahaan mengurangi tenaga kerja dan

mengembalikannya ke daerah asal. Sehingga desa-desa yang

semula sudah mengalami masalah kependudukan harus ditambah

runyam dengan kembalinya mantan pekerja migran tersebut.

Maka berdasar kedua fakta itu, dapat saya simpulkan

bahwa kolonisasi pertanian di Lampung merupakan bagian dan

akhirnya juga penerima dampak dari politik ekonomi Belanda di

Nusantara. Karena daerah ini menjadi tujuan kolonisasi tidak

hanya ketika perkembangan ekonomi tinggi, tetapi juga pada saat

depresi akibat krisis ekonomi, Lampung kembali menjadi ajang

kolonisasi, sebagai langkah dan tujuan penyelamatan atas

permasalahan ekonomi sekaligus demografi.

b. Kolonisasi Perusahaan

1) Sejarah dan Prosedur Rekrutmen

Embrio kolonisasi pekerja yang dibuat oleh perusahaan

sejatinya sudah berlangsung sejak makin semaraknya perusahaan

perkebunan di Sumatera Timur. Bermula dari penggunaan tenaga

kerja Tionghoa, India, dan Jawa pada tahun 1885. Namun karena

398 Paula Hendrikx, Het Beloofde Land aan de Overkant

Grootschalige Overheidsgestuurde Emigratie en Kolonisatie van Java naar

Lampong, 1932-1941, diakses dari

https://dspace.library.uu.nl/handle/1874/294511, pada 20 Februari 2019.

Page 239: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

220

adanya kesulitan dalam mendapatkan buruh Tionghoa akibat

Revolusi Tiongkok pada tahun 1912 yang memperketat

pengiriman buruh meninggalkan negara,399

akhirnya orang Jawa

lebih mengemuka, hal itu lantaran mereka juga berpengalaman

bekerja di sektor perkebunan dan upah yang lebih murah

dibanding mendatangkan pekerja dari daerah lain. Adapun

hadirnya pekerja Jawa direkrut dengan metode laukeh,400

yang di

kemudian waktu cara itu menjadi tonggak bagi pendirian

kolonisasi perusahaan.401

Metode laukeh ialah cara perekrutan tenaga kerja dengan

menggunakan pekerja pribumi sebagai agen, yakni pekerja

kontrak lama yang dapat diandalkan dan dikirim kembali ke

Jawa, terutama di desanya sendiri dengan jalan mempropaganda

kerabat, tetangga, dan teman untuk bermigrasi ke wilayah-

wilayah perusahaan tembakau di Sumatera Timur. Untuk

tugasnya itu, perekrut akan memperoleh komisi sebesar f 10

untuk setiap tenaga kerja baru yang berhasil diperoleh, sedangkan

calon pekerja akan mendapat premi sebesar f 25.402

Sesampainya

di perusahaan, pekerja akan bekerja di bawah sistem kontrak

dengan poenale sanctie untuk mengikat keberadaannya.

Di Lampung, bentuk yang demikian masih dipertahankan,

yakni menggunakan tenaga kerja dari penduduk padat di Jawa,

399 Darmiati, Perpindahan Penduduk dari Kolonisasi..., hlm. 21.

400 M. Vierhout, Het Arbeidsvraagstuk in Verband..., hlm. 21.

401 T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 126. 402

M. Vierhout, Het Arbeidsvraagstuk in Verband..., hlm. 21.

Heijting, De Koeli Wetgeving..., hlm. 82.

Page 240: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

221

namun dengan perbedaan pada pola rekrutmen dan perjanjian

terkait sanksi. Hal demikian karena adanya rancangan

penghapusan bertahap terhadap poenale sanctie, sehingga dalam

proses rekrutmen akan dilaksanakan oleh pihak yang mendapat

legalisasi pemerintah dengan perjanjian kontrak kerja yang

dikonsep untuk lebih adil sesuai Staatsblad 1911 No. 540 yang

berisi revisi hak dan kewajiban perusahaan dan buruh.

Berdasarkan Staatsblad 1915 No. 693, salah satu bentuk

kemajuan di tahap ini ialah dalam bidang rekrutmen hanya boleh

dilakukan oleh perseorangan, badan hukum, atau asosiasi

pengusaha yang memperoleh lisensi dari Direktur Kehakiman.

Sementara jika pihak-pihak terkait tersebut akan menunjuk agen

untuk merekrut, maka agen tersebut pun wajib memperoleh izin

tertulis dari lembaga pemberi lisensi itu.403

Salah satu syarat penting untuk memperoleh lisensi itu

ialah bahwa dalam hal pekerja yang tiba dan meminta pembatalan

perjanjiannya serta ingin kembali ke Jawa karena beberapa

faktor, setelah diinvestigasi oleh Inspektorat Tenaga Kerja dan

terbukti, maka perusahaan harus mengizinkannya.404

Dengan demikian, di atas kertas, pencarian tenaga kerja

tidak lagi dilakukan oleh perseorangan atau kelompok-kelompok

terpisah sebagaimana sistem laukeh yang terlalu bebas dan

kadang cenderung kurang bertanggung jawab hanya demi

403 Staatsblad van Nederlandsche-Indie 1915 No. 693.

404 Beberapa faktor yang dapat menjadi hak pembatalan bagi koloni

pekerja antara lain ialah wanita tanpa izin dari suami, wanita yang masih butuh

perawatan ibu, yang meninggalkan anak-anak, pekerja yang tertipu, dan lain-

lain. Heijting, De Koeli Wetgeving, hlm. 86

Page 241: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

222

mengejar komisi, tapi dilaksanakan oleh perusahaan sendiri dan

atau badan khusus perekrut tenaga kerja dari asosiasi pengusaha,

yang di Sumatera Selatan bernama Asosiasi Pertanian dan

Industri Sumatra Selatan (Zuid Sumatra Landbouw en

Nijverheids Vereeniging) yang kerap disingkat menjadi

Zusuma.405

Menindaklanjuti peraturan pemerintah itu, Zusuma

melakukan pertemuan pada tanggal 3-4 Maret 1916 yang

menghasilkan keputusan bahwa organisasi mereka sendirilah

yang akan menjadi pemasok tenaga kerja bagi perusahaan-

perusahaan yang terafiliasi. Dan untuk menjangkau calon tenaga

kerja, mereka mendirikan kantor perwakilan resmi pertama pada

pertengahan Desember 1916 di Yogyakarta dan selanjutnya

menyusul beberapa wilayah lain di Jawa Tengah dan Batavia.406

2) Pembentukan Kolonisasi Rejosari

Adanya rancangan penghapusan sanksi tersebut, membuat

para pengusaha memanfaatkan format lain untuk tetap menjamin

ketersediaan dan keberadaan tenaga kerja secara ajeg dengan

jalan pendirian komunitas tenaga kerja dalam bentuk

kolonisasi.407

Demi mendukung hal itu, pemerintah melalui

Departemen Kehakiman mengeluarkan lisensi kepada enam

perusahaan untuk melakukan rekrutmen sendiri (eigen werving)

405 J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 306.

406 T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 105. 407

T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 123.

Page 242: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

223

bagi pembentukan koloni pekerja bebas. Tiga perusahaan di

Pantai Timur Sumatera, satu di Pantai Barat Sumatera, satu di

Manado, dan satu lagi di Residensi Lampung.408

Adapun

perusahaan semata wayang di Lampung yang memperoleh lisensi

itu ialah perusahaan perkebunan karet Rejosari.

Para kolonis di Rejosari direkrut dari daerah padat

penduduk di sekitar Karanganyar dan Kebumen pada tahun

1916.409

Calon kolonis yang direkrut dapat yang berstatus

berkeluarga atau belum menikah. Setelah mereka

menandatangani perjanjian untuk masa kontrak kerja selama

enam bulan, selanjutnya diberangkatkan ke Lampung dengan

biaya ditanggung oleh perusahaan.

Setelah masa berlaku kontraknya habis, para kolonis yang

ingin pulang, atau kontrak tidak diperpanjang oleh perusahaan,

maka akan dikembalikan ke Jawa secara gratis. Namun bagi para

kolonis yang bertahan, masing-masing mendapatkan sebidang

lahan yang cocok bagi hortikultura dan sebuah rumah untuk

ditinggali di sekitar area perusahaan.410

Dengan cara demikian

diharapkan dapat mendirikan sebuah kampung besar, dan kelak

mampu menarik serta para kerabat, yang darinya pekerja bisa

diperoleh untuk bekerja di perusahaan secara teratur.411

Demi membuat kolonis merasa betah di tanah barunya,

perusahaan Rejosari telah berusaha sebanyak mungkin untuk

408 Heijting, De Koeli Wetgeving..., hlm. 86-87.

409 T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 123. 410

Heijting, De Koeli Wetgeving, hlm. 86. 411

T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 123.

Page 243: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

224

menciptakan keadaan sosial yang sama bagi kolonis seperti di

daerah asalnya. Namun, niat dari upaya tersebut nyatanya belum

mampu menggantikan rasa keterikatan dengan kampung

halaman, sehingga perusahaan memberi mereka kesempatan

untuk sesekali pulang kampung.412

Kebijakan tersebut justru menjadi kontraproduktif, karena

para kolonis hanya merasa “senang” jika menjadi penguasa tanah

dan rumah mereka, diizinkan untuk menggunakan tenaga mereka

sesuka hati bagi pekerjaan kebunnya sendiri, dan dari waktu ke

waktu dapat saja pergi ke kampung halaman untuk memenuhi

keinginan mereka. Hal itu terbukti dari seringnya permintaan para

kolonis untuk kembali ke Jawa. Dengan sikap kolonis yang

demikian, kepentingan perusahaan tidak akan terlayani dengan

optimal dan kolonisasi tidak akan memiliki manfaat bagi

kepentingan perusahaan.413

Akhirnya usaha mendirikan koloni

dengan cita-cita tersedianya sejumlah pekerja di masa mendatang

dapat dikatakan mengalami kegagalan. Kolonisasi di Rejosari

telah memburuk selama bertahun-tahun, karena para kolonis

secara bertahap kembali ke Jawa atau menyebar di wilayah

sekitarnya dan menghuni kampung-kampung bebas. Dari pekerja

yang direkrut pada tahun 1916 sebanyak 135 orang, -119 kepala

keluarga, 13 pria dan 3 wanita belum menikah, sehingga total

412 T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 125. 413

T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 125.

Page 244: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

225

warga koloni sebanyak 366 orang- hanya beberapa orang saja

yang tersisa.414

Sejatinya kolonisasi dengan desain seperti ini hanya dapat

memiliki nilai bagi perusahaan jika sudah penuh dengan orang-

orang yang telah tumbuh dalam masyarakat sosial-ekonomi dari

kolonisasi perusahaan. Namun dalam praktiknya, hal demikian

memerlukan waktu hingga beberapa generasi,415

sedangkan pada

umumnya perusahaan perkebunan di Sumatera Selatan masih

dalam tahap pengembangan, sehingga tidak berhasil.416

Di

antaranya ialah kolonisasi Rejosari yang akhirnya tidak mampu

melewati proses itu, sehingga cita-citapun akhirnya berlalu.

C. Dampak Sosial-Ekonomi

Semakin meningkatnya jumlah populasi dan kesuksesan

yang dicapai kolonis sepanjang program tersebut digulirkan, baik

dari koloni pertanian maupun perusahaan, membuat mereka

menjadi entitas yang perlu diberi perhatian lebih serius terkait

dengan keberadaannya yang bersinggungan dengan penduduk

asli.

Sebagai pendatang dengan kultur yang berbeda dan

penggunaan lahan yang semakin meluas, maka memunculkan

perdebatan tentang hak dan status masing-masing mengenai

kekuasaan atas tanah dan kelompoknya secara administratif

dalam kendali pemerintah. Untuk itu perlu disediakan pengaturan

414 Heijting, De Koeli Wetgeving, hlm. 117. Hoedt, hlm. 126.

415 T.G.E. Hoedt, Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra..., hlm. 126. 416

J.W.J. Wellan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht..., hlm. 305.

Page 245: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

226

dalam hal hak ulayat tanah dan tata pemerintahan bagi kedua

komunitas demi terwujudnya keteraturan dan tercapainya tujuan

kolonisasi, sehingga Belanda leluasa melancarkan pembangunan

ekonomi.

1. Status Penggunaan Tanah bagi Kolonisasi

Masyarakat Lampung memiliki dasar genealogi yang

tegas, dan teritorial menjadi faktor yang penting.417

Maka dalam

aspek sosio-politiknya, mereka telah mempunyai sistem untuk

mengatur komunitas dan wilayahnya, yakni pemerintahan

marga/mego. Marga itu sendiri menurut Wilken berasal dari kata

Sansekerta "varga" yang berarti pembagian suku atau keluarga.

Di Lampung, marga dikenal sebagai unit silsilah dalam suatu

bagian populasi. Dengan demikian, kata marga pada awalnya

telah ditetapkan sebagai satuan silsilah dan teritorial.418

Dengan konsep itu, maka kekuasaan atas tanah berada di

tangan marga. Sehingga bagi orang non-marga yang akan

menggunakan tanah, ataupun memungut hasil kekayaan alam dari

padanya, harus mendapatkan persetujuan dan membayar ulasan

(uang pengakuan) kepada pihak marga. Demikian pula program

kolonisasi yang sudah tentu akan menggunakan sebagian tanah

milik marga. Tapi, apakah pemerintah juga harus meminta

persetujuan dari kepala marga?

417 Kampto Utomo, “Marga Lampung dan Kedudukan Kaum

Pendatang”, dalam dalam Joan Hardjono (ed.), Transmigrasi: dari Kolonisasi

sampai Swakarsa, (Jakarta: Gramedia, 1982), hlm. 16. 418

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 03.

Page 246: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

227

Ternyata pemerintah tidak merasa harus memperoleh

persetujuan tersebut. Sikap yang demikian dilatarbelakangi oleh

dua hal. Pertama, sejak stabilnya kekuasaan kolonial atas

Lampung tahun 1856, pemerintah tidak mengakui secara de jure

keberadaan pemerintahan marga dalam sistem administrasi di

Hindia Belanda, yang mereka tarik ke dalam sistem pemerintah

terendah justru level tiyuh (kampung). Kedua, berdasarkan

Staatsblad 1870 No. 118 yang menyatakan tanah liar yang tidak

dapat dibuktikan kepemilikannya oleh warga atau komunitas,

maka dianggap sebagai domain negara. Oleh karena marga tidak

diakui, maka otomatis hak ulayat atas tanah juga tidak berlaku.419

Walaupun Belanda sepenuhnya menyadari bahwa

tindakannya itu dianggap pelanggaran hak ulayat oleh marga,420

tapi kondisi demikian tetap diberlakukan pada masa kolonisasi

fase percobaan. Hingga memasuki tahun 1928, ketika pemerintah

akhirnya mengakui dan memasukkan pemerintahan marga ke

dalam sistem administrasi, maka dalam program kolonisasi dan

perluasan area selanjutnya, pemerintah perlu mempertimbangkan

pihak marga yang hak ulayatnya akan dipergunakan.

2. Posisi Kolonisasi di antara Sistem Marga

Setelah permasalahan penggunaan tanah memiliki dasar

hukum, lantas bagaimana posisi para kolonis dan desanya?

419 Walaupun tidak diakui oleh pemerintah, eksistensi pemerintahan

marga tetap berjalan, dan sepanjang hak ulayat yang diklaim tersebut terbukti

sebagai lahan yang dibudidayakan, maka tanah itu diakui negara sebagai hak

milik marga. Staatsblad 1870 No. 55 Pasal 62. 420

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 127.

Page 247: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

228

Apakah desa-desa mereka akan dimasukkan menjadi bagian

marga atau di luar marga? Mengingat jumlah mereka di akhir fase

percobaan sudah mencapai kurang lebih 30.000 jiwa di Gedong

Tataan dan 3500 di Wonosobo.

Sebagai perbandingan, di Lampung terdapat 58 marga

dengan kekuasaan teritorial rata-rata sekitar 500 km², tiap marga

terdiri atas beberapa kampung sebagai unit administrasi terendah

marga dan tempat tinggal warga. Dengan jumlah populasi marga

mencapai 303.598 sampai tahun 1930, maka rerata warga

masing-masing marga sejumlah 5234 jiwa.421

Mengamati statistik kedua populasi itu, berarti jumlah

seluruh kolonis sudah mencapai 11% dari penduduk marga. Dan

terus bertambah di fase kolonisasi besar yang hingga tahun 1941

menembus angka 180.813 jiwa, itu baru dari kolonisasi pertanian

saja, belum termasuk kolonisasi perusahaan dan pekerja bebas

lainnya.

Jawaban dari pertanyaan di atas memiliki tiga opsi, yaitu:

memukimkan kolonis di kampung-kampung orang Lampung,

mendirikan desa kolonis di dalam lingkup marga, dan mendirikan

desa kolonis di luar lingkup marga.422

Alternatif pertama

sepertinya tidak menjadi pilihan ketika kolonisasi dicanangkan,

karena selain unsur genealogis kampung Lampung sangat kuat,

sehingga tidak memungkinkan orang di luar silsilah menjadi

warganya, dan memang faktanya kolonis dimukimkan dengan

421 Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 08.

422 Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 123.

Page 248: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

229

membangun desa sendiri. Maka sekarang menyisakan dua pilihan

saja.

Pada percobaan kolonisasi, ternyata opsi mendirikan desa

di luar lingkup margalah yang digunakan, selain karena marga

belum diakui pemerintah, hal itu lebih karena pertimbangan

bahwa orang Jawa mau dipindahkan jika daerah barunya ditata

sebagaimana pola kehidupan di daerah asalnya, dan itu jelas

sangat berbeda dengan konsep orang Lampung. Maka dibuatlah

mereka sebagai komunitas dengan identitasnya sendiri. Sesuai

politik enclave yang diterapkan Belanda.423

Kebijakan berubah setelah pemerintah mengakui

pemerintahan marga pada tahun 1928 dan tidak lagi menghendaki

adanya eksklusifitas yang baru.424

Di masa ini kembali terjadi

perdebatan antara mengintegrasikan atau tidaknya desa-desa

koloni ke dalam lingkup marga. Untuk menentukan itu

dimunculkan sebuah syarat berupa ambang batas, yakni jika

jumlah penduduk desa-desa koloni lebih besar dari populasi

marga, maka komunitas koloni tersebut menjadi independen,

begitupun berlaku sebaliknya, pemerintah menginginkan

sejumlah desa koloni kecil yang tersebar dalam marga untuk tetap

berada di dalam marga.425

Dengan syarat tersebut, maka diputuskan bahwa

kolonisasi Gedong Tataan yang telah besar dan berkembang

423 Kampto Utomo, “Marga Lampung..., hlm. 24.

424 Pemerintah mulai berupaya meniadakan pembentukan masyarakat

kantong, dan menjadikan inklusi sebagai pedoman membentuk pemukiman,

baik itu marga baru atau kolonisasi yang baru setelah tahun 1930-an. 425

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 133.

Page 249: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

230

menjadi 22 desa tetap berada di luar marga, bahkan disebutkan

bahwa kedua belah pihak, baik marga maupun kolonis sama-

sama enggan digabungkan.426

Sedangkan kolonisasi Wonosobo

dimasukkan dalam lingkup marga. Adapun kolonisasi di Afdeling

Sukadana yang dibuka tahun 1932, walaupun populasinya telah

melampaui anggota marga, yaitu 15.000 jiwa di dalam marga

Batanghari dan Unyi yang warganya hanya 7.187 jiwa, tetap

dimasukkan ke dalam marga.427

Dan untuk kolonisasi Metro yang

dibuka tahun 1935 dengan anggota yang juga lebih besar dari

warga marga, masih dalam pertimbangan untuk memasukkan

atau memisahkan dari marga dan belum diputuskan hingga invasi

Jepang.428

Untuk kolonisasi yang berada di luar marga seperti

Gedong Tataan, ketika penduduknya makin besar dan harus

melakukan perluasan wilayah pada tahun 1930, mereka diizinkan

menggunakan hak ulayat marga Way Lima, Way Semah, dan

Pugung yang berbatasan dengannya. Untuk itu, dalam diskusi

dengan pemerintah telah disepakati antara dewan marga dengan

kolonis, bahwa kolonis akan memberi kompensasi kepada marga

atas tanah yang digunakan sebesar f 600 dan ganti rugi juga

diberikan pemilik tanaman buah-buahan, kebun lada, dan

sejenisnya.429

426 Kampto Utomo, “Marga Lampung..., hlm. 24.

427 Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 129.

428 Kampto Utomo, “Marga Lampung..., hlm. 26.

429 Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 128.

Page 250: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

231

3. Perbedaan Kebijakan Kolonisasi Dalam dan Luar Marga

Setelah mengetahui posisi kolonisasi dalam sistem marga,

selanjutnya adalah penting mengenali perbedaan yang diperoleh

bagi kolonisasi yang berada di dalam dan di luar lingkup marga.

Dengan itu, maka dampak sosiologis dari politik ekonomi

Belanda atas Lampung terhadap komunitas lokal dapat dilihat.

Mengenai kebijakan kedudukan desa, bagi desa-desa

kolonisasi yang berada di luar lingkup marga, ia berhak

membentuk sistem pemerintahan otonom dengan berbagai

perangkatnya sebagaimana di Jawa, dan dijadikan unit

administrasi terendah pemerintah. Gabungan desa-desa tersebut

akan menjadi asosiasi yang dikepalai oleh wedana atau asisten

wedana. Sedangkan desa-desa kolonisasi yang masuk dalam

marga, maka berlaku aturan marga, walaupun tidak ada halangan

untuk membentuk sistem pemerintahan desanya sebagaimana di

Jawa, yang penting kedudukannya di bawah marga. Dan

margalah yang menjadi unit administrasi terendah pemerintahan

Hindia Belanda.430

Untuk kebijakan bagi kolonis yang desanya di luar marga

intinya berjalan sesuai kehendaknya dan selayaknya desa di

tempat asalnya. Sedangkan yang menarik ialah fakta sosial bagi

kolonis yang menjadi bagian dari marga. Jika ini bisa dianggap

sebagai kelebihan, bagi desa-desa kolonisasi yang berada dalam

lingkup marga dibebaskan dari membayar retribusi atas

430 Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 130.

Page 251: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

232

penggunaan hak ulayat meski mereka bukan anggota adat.431

Walaupun antara kolonis dan orang Lampung diberi layanan

marga yang sama, di sisi lain terdapat kebijakan yang sering

menjadi landasan keinginan kolonis menjadi otonom, seperti

kolonis jadi memiliki kerja wajib berganda, yakni di desa dan di

tingkat marga. Ditambah lagi kolonis harus berkontribusi untuk

biaya perjalanan kepala marga.432

Untuk kebijakan administratifnya ialah kepala desa-desa

koloni masuk dalam dewan marga dan pengadilan marga untuk

mewakili kepentingan kolonis, tetapi mereka tidak memiliki hak

pilih aktif maupun pasif untuk jabatan kepala marga sebagaimana

para kepala kampung Lampung. Dalam hal perekonomian,

pendapatan kepala desa dari janggolan sebesar satu pikul padi

pun harus dibagi sepertiga hingga dua pertiga untuk kepala

marga. Hal sama juga berlaku bagi persentase pengumpulan

pajak pemerintah, kepala marga akan mendapat jatah.433

Dengan kebijakan-kebijakan itu, nampak bahwa marga

diuntungkan oleh keberadaan kolonis, sehingga Belanda dapat

mengatakan bahwa marga kini memiliki keunggulan moneter

yang dibangun berfondasikan desa-desa kolonisasi, walaupun

akhirnya terjadi silang sengkarut antara kepentingan bisnis

pribadi dan institusi.434

431 Terdapat perbedaan antara menjadi warga marga dengan anggota

adat. Kasus untuk menjadi anggota adat cukup jarang, jikapun ada kembali lagi

pada unsur genealogis, yakni faktor perkawinan. 432

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 131. 433

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 131. 434

Jacobus van der Zwaal, Inlandsch Gemeentewezen..., hlm. 133.

Page 252: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

233

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa keberadaan kolonis

secara umum nyata menjadi salah satu elemen penggerak

perekonomian di Lampung, baik sebagai anggota masyarakat,

pengolah tanah, hingga pekerja perusahaan. Bagi kolonisasi di

luar marga dapat berbagi ilmu tentang pengolahan sawah dan

irigasinya. Lebih dari itu, kolonisasi di dalam lingkup marga

bahkan menyumbang tenaga, pikiran, juga dukungan finansial

sebagai buah kebaikan atas hak ulayat yang berhasil

dibudidayakan.

Page 253: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

234

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ambisi harta yang menjadi energi bagi perjalanan panjang

bangsa-bangsa Eropa menyambangi dunia timur menjadikan

mereka mencipta segala cara dan daya untuk menguasai secara

langsung sumber-sumbernya. Tamu Barat yang datang diwakili

petualangan para pedagang, akhirnya membentuk kongsi dan

membawa pemerintahnya pada kolaborasi yang melahirkan mesin

penghisap kekayaan negeri-negeri. Sebagai model untuk

mewakili keseluruhan mereka, sebut saja VOC di Indonesia.

Ada banyak jalan yang mereka tempuh untuk itu, mulai

dari VOC hingga pemerintah Hindia Belanda melakukan hal

serupa, yakni kompromi, koalisi, koersi, intervensi, dominasi,

hingga akhirnya hegemoni. Hegemoni terhadap pemerintah dan

rakyatnya yang mereka sebut pribumi. Sebagaimana diurai dalam

tesis ini, muara dari kesemuanya itu ialah penguasaan ekonomi.

Lalu apa jawaban dari rumusan masalah tentang bagaimana

politik ekonomi Belanda terhadap Lampung pada tahun 1800-

1942? Berikut saya uraikan berdasarkan landasan teori.

Berpedoman pada landasan teori, maka saya simpulkan

bahwa strategi Belanda menguasai Lampung dalam bidang

ekonomi dilakukan melalui dua tahapan. Pertama, kolonialisasi

dengan strategi politik dan militer. Kedua, hegemoni dalam

bidang politik dan ekonomi. Dengan ciri pembangunan ekonomi

hegemoni kolonial yang menciptakan ketergantungan pihak yang

didominasi terhadap pendominasi.

Page 254: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

235

Tahap pertama menuju kolonialisasi Belanda di Lampung

ialah dengan strategi politik untuk mengakuisisi teritori. Langkah

ini digunakan di awal ketika masa VOC ingin mengambil alih

kekuasaan Banten atas Lampung dengan tujuan memonopoli

perdagangan lada. Caranya ialah menjalin kemitraan dengan

Banten di bidang perdagangan yang secara perlahan ikut ambil

posisi pada intrik internal kesultanan dengan berdiri bersama

Sultan Haji.

Sebuah drama koalisi yang kompromistis dari bentuk

pemihakan yang tidak gratis, karena bantuan Belanda harus

segera dibayar tunai dengan hak monopoli lada setelah

kemenangan tercapai. Akhirnya strategi ini berhasil dengan

memperoleh wilayah serta kegiatan ekonomi Lampung dalam

kerangka penyerahan (cessie) pada tahun 1682, walaupun masih

dengan adanya penerimaan dan penolakan dari penduduknya.

Meskipun sudah memperoleh hak monopoli dari Banten,

kenyataannya kehadiran Belanda di Lampung tidak berjalan

sesuai harapan, karena banyaknya kekuatan yang berkompetisi di

wilayah ini, baik itu penguasa-penguasa lokal, maupun pihak luar

yang berkepentingan seperti Palembang dan Inggris, serta para

perompak dan pihak pengacau lainnya hingga abad ke-19 di masa

pemerintah Hindia Belanda.

Mengalami situasi demikian, Belanda merasa tidak akan

mungkin dapat menguasai dan membangun ekonomi di wilayah

yang tidak terkendali. Maka strategi kedua pun dilancarkan, yaitu

strategi militer untuk berlangsungnya penaklukan (conquest)

demi mengendalikan keadaan. Ekspedisi militer sejatinya sudah

Page 255: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

236

dimulai sejak pertengahan abad ke-18, namun baru tuntas satu

abad kemudian, tepatnya pada tahun 1856 setelah memenangkan

pertempuran pada Perang Lampung menghadapi Raden Intan II.

Jadi dua strategi di atas digunakan untuk mencipta kedaulatan

wilayah dan membangun hegemoni sebagai prasyarat penguasaan

di bidang ekonomi.

Tahap kedua ialah hegemoni. Dengan tuntasnya

penguasaan wilayah dan membangun otoritas yang stabil, maka

untuk mengokohkan kemenangan itu dilakukanlah hegemoni di

ranah politik dengan mendekonstruksi dan mengintegrasikan

kekuasaan lokal marga-marga yang mulanya otonom ke dalam

sistem administrasi pemerintahan Hindia Belanda melalui format

Margastaat. Dengan cara itu diharapkan akan mencegah

berhimpunnya kembali pribumi dan meredam potensi terjadinya

gejolak penentangan dan perlawanan. Sehingga segala kebijakan

dapat dirumuskan dan direalisasikan.

Setelah politik diamankan, maka hegemoni ekonomi

dapat dijalankan dengan lebih leluasa. Prosesnya ialah dengan

dikeluarkannya serangkaian kebijakan ekonomi yang disebut

dengan istilah politik ekonomi sebagai sarana ekstraksi di

berbagai sektor yang meliputi produksi, distribusi, dan konsumsi.

Ketiga bidang itu dilakukan dengan pemanfaatan dan pengerahan

modal dan teknologi sebagaimana prinsip kolonialisme modern.

Cara kerja strategi ini dilakukan dengan menerapkan instrumen

teknologi dan modal tinggi di semua kegiatan ekonomi, sehingga

tidak dapat disaingi oleh pribumi yang perlahan peran mereka

menepi. Dalam kondisi seperti itu rakyat hanya akan menjadi

Page 256: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

237

objek dalam keseluruhan sistem ekonomi yang kendalinya berada

di tangan pemerintah koloni.

Kegiatan ekonomi pertama yaitu sektor produksi. Bidang

ini didorong oleh dan untuk kekuatan modal. Hal ini dibuktikan

dengan pembukaan tanah-tanah koloni baik milik rakyat maupun

pemerintah bagi investasi dan berdirinya perusahaan-perusahaan

asing yang produknya berorientasi ekspor melalui Politik

Ekonomi Liberal dengan kebijakan Agrarische Wet dan aturan

turunannya khusus Lampung berdasarkan Staatsblad 1885 No.

45. Sehingga perlahan tapi pasti usaha produksi rakyat terkikis

dan menipis. Sebagaimana data Departement van Binnenlandsch

Bestuur bahwa tanah yang telah disewa oleh perusahaan yang

bergerak di bidang perkebunan karet dan kopi sampai tahun 1914

seluas 360.267 hektar dengan nilai sewa sebesar f 514.668 per

tahun.

Sektor selanjutnya ialah distribusi. Sebuah kegiatan yang

mensyaratkan ketersediaan sarana. Dari situ lahir seperangkat

kebijakan yang merupakan hasil analisa terhadap potensi dan

hambatan terhadap pengembangan ekonomi dan perlunya

penyediaan sarana distribusi. Di Lampung, proses itu melahirkan

keputusan politik berupa Kajian Kereta Api pada tahun 1902,

pembukaan pelabuhan-pelabuhan bagi lalu lintas ekspor-impor

beradasarkan Staatsblad 1906 No. 191, dan pembangunan

pelabuhan baru bernama Oosthaven, serta Rencana Jalan Umum

Sumatera pada tahun 1914.

Dalam pembangunan sarana tersebut, jelas sangat

diperlukan kekuatan teknologi dan kapital untuk menciptakan

Page 257: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

238

jaringan transportasi yang andal guna mendukung kelancaran

aktivitas ekonomi meliputi jalan raya, sistem moda kereta api,

dan pelabuhan dengan perangkat perkapalan dan pengapalannya.

Semua itu dibangun dan diopersikan oleh pemerintah secara

terintegrasi dan menghubungkan pusat-pusat ekonomi. Walaupun

masyarakat belum begitu memerlukan semua itu, karena memang

pemerintah menyediakan untuk menjamu tamu, akhirnya

masyarakat terserap mengikut alur pembangunan infrastruktur,

perlahan meninggalkan gerobak dan perahu yang selama ini

menjadi kultur.

Kegiatan ekonomi lainnya ialah sektor konsumsi, yang

merupakan upaya pemenuhan kebutuhan, baik bagi masyarakat

maupun pemerintah kolonial. Beberapa kebijakan dikeluarkan

oleh pemerintah untuk mengatasi permasalahan terkait kebutuhan

lokal dan nasional. Dalam hal permasalahan lokal yaitu

kekuarangan beras yang dituntaskan dengan kebijakan impor,

selain juga kolonisasi dan pembangunan sarana irigasi untuk

mengembangkan budidaya padi dengan sistem sawah. Sedangkan

permasalahan nasional yang berdampak pada kebijakan di

Lampung ialah pasokan garam yang produksi dan distribusinya

dimonopoli oleh negara berdasarkan Bepalingen tot Verzekering

van het Zoutmonopolie yang disahkan dengan Staatsblad 1882

No. 73. Di sisi lainnya, sambil ekonomi dijalankan dan

berkembang, “kesejahteraan” mulai naik, maka saatnya beragam

pajak ditarik.

Pengenaan pajak terhadap pribumi yang tidak untuk

kembali bagi kesejahteraan dan penyediaan layanan publik, tetapi

Page 258: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

239

bagi infrastruktur berupa jalan raya, kereta api, dan pelabuhan

yang disediakan bagi perusahaan asing untuk mengekspor produk

yang mereka hasilkan di tanah ibu pertiwi. Dengan berbagai

alasan, hanya sedikit yang dilakukan untuk memberikan

pelayanan publik kepada penduduk pribumi; sekolah, klinik, dan

rumah sakit yang keberadaannya lebih sering disediakan oleh

organisasi non-pemerintah.435

Progres perekonomian dari serangkaian politik ekonomi

Belanda tersebut mendorong kenaikan kebutuhan akan tenaga

kerja di Buitenbezittingen, khususnya Lampung, namun di Jawa

justru memicu ketimpangan pendapatan, dan akhirnya

kemiskinan dari pertumbuhan jumlah penduduk yang signifikan.

Kondisi di kedua wilayah itu layaknya menggambarkan pasangan

antara masalah dengan solusi. Maka mengalirlah penduduk Jawa

ke Lampung, baik sebagai tenaga kerja maupun petani dalam

format kolonisasi. Bahkan ketika perekonomian dunia mengalami

kelesuan, kolonisasi ke Lampung kembali disemarakkan,

sehingga bagaimanapun keadaan ekonominya, Lampung tetap

dikenai “dampaknya”. Dampak itu tidak hanya masalah

ketenagakerjaan dan kependudukan, tetapi arus besar migran

tersebut merembet ke ranah sosial. Maka dibuatlah aturan sosio-

politik bagi kolonis dalam berdampingan dengan penduduk asli.

Bagian akhir, sebagaimana diuraikan dalam teori, bahwa

kolonialisme ialah upaya pembentukan supremasi atas politik dan

ekonomi, penjarahan dan eksploitasi, serta hegemoni. Sedangkan

435 Anne Booth, “Varieties of Exploitation in Colonial Settings...,

hlm. 61.

Page 259: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

240

hegemoni sendiri merupakan upaya penciptaan dominasi dan

hubungan ketergantungan yang asimetrik dalam berbagai bidang

yang dihegemoni. Dari ketiga sektor kegiatan ekonomi di atas,

tampaklah bahwa yang menjadi karakter dari pengembangan

ekonomi kolonialisme ialah eksploitatif, menguasai dan

menjadikan segalanya sebagai properti, serta menciptakan

ketergantungan dan sub-ordinasi. Kondisi ketergantungan ialah

suatu keadaan ekonomi pihak yang dihegemoni dipengaruhi oleh

kekuatan hegemonik, sehingga pihak sub-ordinat yang tergantung

hanya sebagai penerima akibat saja.

Dalam kekuasaan Belanda sepanjang abad ke-19 sampai

20, Lampung menjadi sasaran bagi eksploitasi dan dominasi

modal dari pusat hegemonik untuk memproduksi bahan baku dan

produk pertanian yang berorientasi ekspor demi memenuhi

kebutuhan konsumsi Eropa yang menguntungkan bagi Belanda.

Produktifitas pun akhirnya tumbuh dan berkembang, terbukti

dengan ekspor beberapa produk dalam jumlah besar, utamanya

ialah lada, kemudian ditunjang oleh karet dan kopi yang

kesemuanya memiliki nilai komersil tinggi. Dengan demikian,

dalam fenomena kolonialisme modern ini, Belanda menjadi sang

penikmat, dan Lampung sebagai penerima akibat, baik itu positif

terlebih lagi yang negatif.

B. Saran

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memahami

sejarah dinamika perekonomian Lampung terkait faktor alamiah

dan manusianya, serta motor penggeraknya yang dipandu dengan

Page 260: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

241

seperangkat kebijakan ekonomi untuk menghadirkan penataan

program terencana jangka panjang oleh Pemerintah Belanda.

Maka jika masa lalu hal demikian dilakukan oleh penjajah demi

kepentingan mereka, kiranya hari ini dapat lebih membara karena

dilandasi kepentingan bersama di era merdeka.

Mengingat basis perekonomian Lampung masa kini yang

masih berlandaskan sektor agraris, menemukenali potensi daerah

yang dapat dikembangkan kembali dari riwayat masa lalu juga

masih sangat relevan agar tidak sekadar disematkan sebagai jati

diri simbolik “Lampung tanoh lado” dan kopi pada lambang

daerah. Berkaca dari Belanda yang membangun rel kereta,

pelabuhan, dan jalan raya melalui kebijakan ekonominya, lahan-

lahan perkebunan kita juga masih banyak yang belum mendapat

kemudahan akses dan membutuhkan kemauan politik yang kuat

agar bersama meraih sukses.

Di bidang akademik, penelitian yang sedari awal saya

tujukan untuk menambal jarangnya penulisan tentang Lampung,

harapannya karya ini dapat dikembangkan lagi dan dielaborasi

lebih rinci, agar sejarah Lampung memiliki sumbangsih bagi

pengetahuan, baik secara umum untuk menginspirasi pada tataran

nasional maupun pribadi, karena pengetahuan bagi kita Ulun

Lampung adalah juga amunisi untuk piil yang dijunjung tinggi.

Page 261: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

242

DAFTAR PUSTAKA

A. Staatsblad

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1870 No. 118.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1882 No. 73.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1885 No. 45.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1898 No. 24.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1901 No. 20.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1901 No. 407.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1911 No. 540.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1912 No. 310.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1915 No. 693.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1919 No. 407.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1924 No. 433.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1925 No. 353.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1926 No. 221.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1927 No. 193.

Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1929 No. 362.

B. Catatan/Laporan Diterbitkan

Centraal Bureau voor de Statistiek. Statistisch Jaaroverzicht van

Nederlandsch Indi -Statistical Abstract for the

Netherlands East-Indies 1928. Buitenzorg: Statistisch

Kantoor. 1928.

Page 262: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

243

De Bestuurszaken der Buitenbezittingen. De Buitenbezittingen

1904 tot 1914. Afl. X, Deel 1.

De Bestuurszaken der Buitenbezittingen. De Handelsbeweging

der Buitenbezittingen in 1914 Deel II. Weltevreden:

Albrecht & Co. 1915.

Departement van Binnenlandsch Bestuur. Cultuuradresboek voor

Indie. (Batavia: Landsdrukkerij. 1915.

Departement van Binnenlandsch Bestuur. Het Zoutmonopolie.

Batavia: Ruygrok & Co. 1919.

Directeur der Burgerlijke Openbare Werken. Rijwegen of

Spoorbanen. Batavia: Papyrus. 1913.

Economisch Archief van Nederland en Kolonie. (Amsterdam:

Economisch Archief van Nederland en Kolonien N.V.

International Rubber Congress and Exhibition at Batavia 1914.

Amsterdam: Bureau voor Handelsinlichtingen

Commercial Intelligence Office. 1914.

Netherlands-East-Indian Harbours. Department of Public Works:

Batavia. 1920.

Spoorwegverkenning in Zuid Sumatra. Batavia: Javasche

Boekhandel & Drukkerij. 1904.

Weitzel, A. W. P. Schetsen uit het Oorlogsleven Nederlandsch

Indie de Lampongs in 1856. Gorinchem: J. Noorduijn &

Zoon. 1862.

C. Surat Kabar

Algemeen Handelsblad, 26 November 1916.

Algemeen Handelsblad, 06 Agustus 1917.

Bataviaasch Nieuwsblad, 07 Agustus 1937.

De Indische Courant, 27 Desember 1937.

Page 263: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

244

De Sumatra Post, 18 Agustus 1922.

De Sumatra Post, 23 Juni 1919.

De Sumatra Post, 25 Juli 1924.

De Sumatra Post, 31 Maret 1937.

De Telegraf, 05 April 1921.

De Telegraf, 05 Januari 1929.

De Telegraf, 10 Desember 1926.

De Tijd, 24 Oktober 1930.

Nieuwe Rotterdamsche Courant, 26 November 1916.

D. Majalah

“De Pepercultuur”. Economisch-Statistische Berichten, 5 April

1922, No. 327.

De Indische Mercuur, Vol. 34, No. 49, 05 Desember 1911.

“Historisch Overzicht van de Expeditie naar de Lampongsche

Districten in het Jaar 1856”, Militaire Spectator,

Tijdschrift voor het Nederlandsch Leger, Vijfde Deel,

(1860).

“Topographische Beschrijving van Telok Betong en Deszelfs

Naaste Omstreken”, Bijdragen tot de Taal-, Land- en

Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 8ste Deel, (Nieuwe

Volgreeks, 4e Deel, 1862).

E.B. Kielstra, “De Lampongs”, Onze Eeuw, Jaargang 15, 1915.

F. G. Steck, “Topographische en Geographische Beschrijving der

Lampongsche Districten”, Bijdragen tot de Taal-, Land-

en Volkenkunde van Nederlandsch-Indië, 8ste Deel,

Nieuwe Volgreeks, 4e Deel, 1862.

Page 264: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

245

G.J. Harrebomee, “Eene Bijdrage over den Feitelijken Toestand

der Bevolking in de Lampongsche Districten: Rangen en

Waardigheden, Uitspanningen en Kleeding, Godsdienst,

Huwelijk en de Positie der Vrouw”, Bijdragen tot de Taal-

, Land- en Volkenkunde van Nederlandsch Indie, 34ste

Deel [4e Volgreeks, 10e Deel] (1885).

H.D. Canne. “Bijdrage tot de Geschiedenis der Lampongs”,

Tijdschrift voor Indische Taal-, Land, en Volkenkunde,

Deel XI, Vierde Serie, 1862.

Kohler, “Raden Intan, Bijdrage tot de Kennis der Geschiedenis

van de Lampongs”, Tijdschrift voor Nederlandsch Indie,

Eerste Deel, (1875).

P.H. van der Kemp, “Raffles' Bezetting van de Lampongs in

1818”, Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde van

Nederlandsch-Indië, Deel 50, 1ste Afl. (1899).

E. Buku

Abdullah, dkk. Kamus Bahasa Lampung-Indonesia. Bandar

Lampung: CV. Setiadji. 2008.

Abdullah, Taufik dan A.B. Lapian (ed.). Indonesia dalam Arus

Sejarah: Kolonisasi dan Perlawanan. Jakarta: Ichtiar

Baru van Hoeve. 2012.

Adamson, Walter. L. Hegemony and Revolution. Antonio

Gramsci’s Political and Cultural Theory. California:

University of California Press. 1980.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 1993.

Atsushi, Ota. Perubahan Rejim dan Dinamika Sosial di Banten:

Masyarakat, Negara, dan Dunia Luar Banten 1750-1830.

Serang: Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Press. 2009.

Page 265: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

246

Bayly, C.A. dan D.H.A. Kolff (ed.). Two Colonial Empires.

Dordrecht: Martinus Nijhoff Publishers. 1986.

Benassy-Quere, Agnes, et.al. Economic Policy: Theory and

Practice. New York: Oxford University Press. 2010.

Blink, H. Nederlandsch Oost-Indie als Productie en

Handelsgebied. „S-Gravenhage: Mouton & Co.,

Herderstraat 5. 1914.

Blink, H. Opkomst en Ontwikkeling van Sumatra als

Economischgeographisch Gebied. Mouton: 'S

Gravenhage. 1926.

Boeijinga, K.J. Arbeidswetgeving in Nederlandsch Indie. Leiden:

Drukkerij Nieuwe Leidsche Courant. 1926.

Braudel, Fernand. Civilization and Capitalism 15th-18th Century:

The Wheels of Commerce, Vol. 2. London: William

Collins Sons & Co. Ltd. 1983.

Bukri, dkk. Sejarah Daerah Lampung. Bandar Lampung: Kanwil

Depdikbud. 1997.

Cortesao, Armando. The Suma Oriental of Tome Pires. London:

Hakluyt Society. 1944.

Craven, Matthew. “Colonialism and Domination”, dalam

Fassbender, Bardo, dan Peters, (ed.), Oxford Handbook of

the History of International Law. Oxford: Oxford

University Press. 2012.

Daliman, A. Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

2012.

Daliman, A. Sejarah Indonesia Abad XIX-Awal Abad XX: Sistem

Politik Kolonial dan Administrasi Pemerintahan Hindia

Belanda. Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2012.

De Pepercultuur in de Buitenbezittingen. Batavia:

Landsdrukkerij. 1913.

Page 266: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

247

Dick, Howard (et al.). The Emergence of a National Economy: an

Economic History of Indonesia, 1800–2000. New South

Wales: Allen & Unwin. 2002.

Forgacs, David (ed.). The Antonio Gramsci Reader: Selected

Writings 1916-1935. New York: New York University

Press. 2000.

Fortuin, H. De Amsterdamsche Goederenmarkt. Amsterdam: J.H.

De Bussy. 1923.

Frankema, Ewout dan Frans Buelens (ed.). Colonial Exploitation

and Economic Development: The Belgian Congo and the

Netherlands Indies Compared. New York: Routledge.

2013.

Frijlink, H. Nieuw Handboek der Aardrijkskunde. Amsterdam:

Hendrik Frijlink. 1858.

Ghazali, Zulfikar (ed.). Sejarah Lokal–Kumpulan Makalah

Diskusi. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Sejarah Nasional. 1995.

Gonggong, Anhar, Soenjata K. & Muchtaruddin Ibrahim. Sejarah

Perlawanan terhadap Imperialisme dan Kolonialisme di

Daerah Lampung. Lampung: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. 1983.

Guillot, Claude. Banten: Sejarah dan Perdaban Abad X – XVII.

Jakarta: KPG. 2008.

Haar, Ter. Beginselen en Stelsel van het Adatrecht. Groningen-

Batavia: J. B. Wolters‟. 1939.

Hadikusuma, Hilman. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1978.

Hadikusuma, Hilman. Catatan tentang Sejarah dan Kebudayaan

Lampung. Lampung: BPAD Lampung. 1984.

Page 267: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

248

Hadikusuma, Hilman. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung.

Bandung: Mandar Maju. 1989.

Harkatiningsih, Naniek Th. Perdagangan dan Pertukaran Masa

Prasejarah-Kolonial. Bandung: Badan Arkeologi

Bandung. 2010.

Heijting, H.G. De Koelie Wetgeving voor de Buitengewesten van

Nederlandsch-Indië. „S-Gravenhage: W.P. van Stockum

& Zoon. 1925.

Hekmeijer, F.C. (ed.). Verordeningen Inlandsch Grondbezit.

Batavia: G. Kolff & Co. 1917.

Hekmeijer, F.C. Scheepvaart Verordeningen I. Weltevreden: G.

Kolff & Co. 1915.

Hens, A.M. Het Gronbezit in Zuid Sumatra. Den Haag: Korthuis.

1909.

Hoare, Quintin dan Geoffrey Nowell Smith (ed.). Selections from

the Prison Notebooks of Antonio Gramsci. New York:

International Publishers. 1971.

Hoedt, T.G.E. Indische Bergcultuurondernemingen Voornamelijk

in Zuid Sumatra: Gegeven en Beschouwingen.

Wageningen: H. Veenman & Zonen. 1930.

Huitema, Waling Karst. De Bevolkingskoffiecultuur op Sumatra.

Wageningen: H. Veenman & Zonen. 1935.

Ibrahim, Sayuti. Buku Handak II: Mengenal Adat Lampung

Pubian. Bandar Lampung: Gunung Pesagi. 1995.

Ilyin, Sergei and Alexander Motylev. What is Political Economy?

Moscow: Progress Publishers. 1986.

Kartodirdjo, Sartono. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-

1900. Dari Emporium sampai Imperium Jilid I. Jakarta:

Gramedia. 1988.

Koentjaraningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat.

Jakarta: Gramedia. 1977.

Page 268: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

249

Laksito, Oki., dkk. Sejarah Perjuangan Pahlawan Nasional

Radin Inten II. Bandar Lampung: Proyek Pembinaan

Kebudayaan Daerah Lampung. 2003.

Laloli, Henk. Grenzen van de Ethische Politiek: het Technisch

Onderwijs en de Arbeidsmarkt in Nederlands-Indie, 1900-

1941. Amsterdam: -- . 2001.

Lexy J., Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.

Bandung: Remaja Rosdakarya. 2010.

Lindley, M.F. The Acquisition and Government of Backward

Territory in International Law. London: Longmans, Green

and Co. Ltd. 1926.

Loomba, Ania. Colonialism/Postcolonialism. New York:

Routledge. 2000.

Lull, James. Media, Communication, Culture: A Global

Approach. Cambridge: Polity Press, 2000.

M. Loeb, Edwin. Sumatra: Sejarah dan Masyarakatnya.

Yogyakarta: Penerbit Ombak. 2013.

Marsden, William. Sejarah Sumatera. Yogyakarta: Indoliterasi.

2016.

Mas‟oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan

Metodologi. Jakarta: LP3ES. 1990.

Moedjanto, G. Indonesia Abad ke-20 (buku 1). Yogyakarta:

Kanisius. 1988.

Moore, Margaret. A Political Theory of Territory. New York:

Oxford University Press. 2015.

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. Penelitian Terapan.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 1996.

Page 269: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

250

Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press. 1985.

Notosusanto, Nugroho. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer

(Suatu Pengalaman). Jakarta: Inti Dayu. 1984.

Paulus, J. Encyclopaedie van Nederlandsch Indi: Eerste Deel. H-

M. Leiden: N.V. V/H E.J. BRILL. 1918.

Piccardt, R.A.S. De Geschiedenis van het Cultuurstelsel in

Nederlandsch-Indie. Amsterdam: Stoomdrukkerij Loman,

Kirberger, & van Kesteren. 1873.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto.

Sejarah Nasional Indonesia Jilid IV: Kemunculan

Penjajahan di Indonesia (1700-1900). Jakarta: Balai

Pustaka. 2010.

Pranoto, Suhartono, W. Teori dan Metodologi Sejarah.

Yogyakarta: Graha Ilmu. 2014.

Rachbini, Didik. J. Politik Ekonomi Baru Menuju Demokrasi

Ekonomi. Jakarta: Grasindo. 2001.

Rausser, Gordon C., Johan Swinnen, and Pinhas Zusman.

Political Power and Economic Policy: Theory, Analysis,

and Empirical Applications. New York: Cambridge

University Press. 2011.

Regerings Almanak voor Nederlandsch Indië 1870. Batavia:

Lands-Drukkerij. 1870.

Ricklefs, M.C. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah

Mada University Press. 1981.

Roelofsen, P.A. Rijwegen op Spoorbanen. Batavia: Papyrus.

1913.

Rutgers, A.A.L. De Toekomst van de Bevolkingsrubber in

Nederlandsch-Indië. ---: de Bussy. 1925.

Page 270: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

251

Sabaruddin. Lampung Pepadun dan Saibatin/Pesisir Dailek

O/Nyow dan Dialek A/Api. Jakarta: Buletin Way Lima

Manjau. 2012.

Sayuti, Husin. Pengantar Metodologi Riset. Jakarta: Fajar Agung.

1989.

Setiawan, B. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT. Delta

Pamungkas. 2004.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi suatu Pengantar, Edisi Baru.

Jakarta: Rajawali pers. 2009.

Supangat, dkk. Sejarah Perkembangan Pemerintahan di

Lampung Buku II. Bandar Lampung: Dewan Harian

Daerah Angkatan ‟45. 1994.

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung:

Tarsito. 1982.

Swart, A.G.N. Rubber Companies in the Netherland East Indies.

Amsterdam: J.H. De Bussy. 1911.

Syair, Anwar, dkk. Sejarah Daerah Riau. Jakarta: Depdikbud.

1977.

Usman, Husnaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi

Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

Van de Leemkolk, W.J. De Rubber-Cultuur en de Rubber-Handel

van Nederlandsch-Indiê. Batavia: Ruygrok & Co. 1914.

Van der Zwaal, Jacobus. Inlandsch Gemeentewezen in Zuid

Sumatra en Javanentransmigratie. Wageningen: H.

Veenman & Zonen. 1936.

Van Klaveren, J.J. The Dutch Colonial System in the East Indies.

Den Haag: M. Nijhoff. 1953.

Page 271: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

252

Van Rees, W.A. Wachia, Taykong, en Amir of het Nederlandsch

Indisch Leger. Rotterdam: H Nijgh. 1859.

Van Royen, J.W. Nota over de Lampongsche Merga’s.

Weltevreden: Landsdrukkerij. 1930.

Van Zanden, Jan Luiten dan Daan Marks. An Economic History

of Indonesia, 1800-2010. New York: Routledge. 2012.

Veth, P.J. Aardrijkskundig en Statistisch Woordenboek van

Nederlandsch Indie. Deerde Deel: K-Q. Amsterdam: P.N.

van Kamp. 1869.

Vierhout, M. Het Arbeidsvraagstuk in Verband met de

Noodzakelijke Ontwikkeling der Buitengewesten.

Weltevreden: Albrecht & Co. 1921.

Welan, J.W.J. Zuid Sumatra Economisch Overzicht.

Wageningen-Holland: H Veenam & Zonen. 1932.

Wiryawan, Budi (ed.). Atlas Sumber Daya Pesisir Lampung.

Bandar Lampung: Proyek Pesisir. 1999.

Zeilinger, F.A. Kapitaal en Kapitaalvorming in de Inheemsche

Maatschappij van Nederlandsch-Indië. Wageningen-

Holland: H. Veenman & Zonen. 1933.

F. Makalah

Asnan, Gusti. Perspektif Geografis Jaringan

Pelayaran/Perdagangan Sumatera (Indonesia Bagian

Barat). Makalah disajikan pada Konferensi Nasional

Sejarah X di Jakarta pada 7-10 November 2016.

Cramer, H. Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra: De

Verbindingswegen. Papier in de Eerste Zuid-Sumatra

Conferentie. Weltevreden: Zuid Sumatra Landbouw en

Nijverheids Vereeniging. 1917.

Page 272: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

253

Cramer, P.J.S. De Groote Landbouw in Zuid Sumatra. Papier in

de Eerste Zuid-Sumatra Conferentie. Zuid-Sumatra

Landbouw en Nijverheid Vereeniging. 1918.

Darmiati. Perpindahan Penduduk dari Kolonisasi/Emigrasi

hingga Transmigrasi. Makalah dalam Kongres Nasional

Sejarah 1996 Sub Tema Dinamika Sosial Ekonomi III.

Jakarta: Depdikbud. 1997.

Koning, M.C. Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra: Het Vervoer

over Water. Papier in de Eerste Zuid-Sumatra

Conferentie. Weltevreden: Zuid Sumatra Landbouw en

Nijverheids Vereeniging. 1917.

Philippi, H. De Beteekenis en de Toekomst van den Mijnbouw in

Zuid-Sumatra. Papier in de Eerste Zuid-Sumatra

Conferentie. De Zuid-Sumatra Landbouw en Nijverheids

Vereeniging. 1917.

Purwanto, Bambang. Migrasi dan Kesempatan Kerja: Persoalan

Tenaga Kerja dalam Perkebunan Karet Rakyat di

Sumatera Bagian Selatan pada Akhir Masa Kolonial.

Makalah dalam Kongres Nasional Sejarah Tahun 1966

sub-Tema Dinamika Sosial Ekonomi III. Jakarta:

Depdikbud. 1997.

Schalkwijk Mzn., W.C. Kolonisatie in Nederlandsch Indie.

Papier in de Eerste Zuid-Sumatra Conferentie. Gedong

Tataan: Zuid Sumatra Landbouw en Nijverheids

Vereeniging. 1917.

Van Sandick, J.C.F. Het Verkeerswezen in Zuid-Sumatra: De

Spoorwegpolitiek. Papier in de Eerste Zuid-Sumatra

Conferentie. Weltevreden: Zuid Sumatra Landbouw en

Nijverheids Vereeniging. 1917.

Page 273: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

254

G. Jurnal

Adijaya Yusuf, “Penerapan Prinsip Pendudukan Efektif dalam

Perolehan Wilayah: Perspektif Hukum Internasional”,

Jurnal Hukum dan Pembangunan, No. 1 Tahun XXXIII,

(Januari-Maret 2003).

Binti Fadilah Arfi, “Perlawanan Keratuan Islam Darah Putih

Terhadap Kolonialisme Belanda di Lampung Tahun 1850-

1856 M”, Jurnal Juspi, Vol. 1, No. 1, Tahun 2017.

Edwards McKinnon, “A Note on Finds of Early Chinese

Ceramics Associated with Megalithic Remains in

Northwest Lampung”, Journal of Southeast Asian Studies,

Vol. 24, No. 2, (September 1993).

F. Kehding, “Sumatra in 1886”, Journal of the Straits Branch of

the Royal Asiatic Society, No. 18 (December,1886).

Gregorius Andika Wibowo, “Aktivitas Ekonomi dan

Perdagangan di Keresidenan Lampung pada Periode 1856

hingga 1930”, dalam Jurnal Patanjala, Vol. 10, No. 2

Juni 2018.

Gregorius Andika Wibowo, “Sungai Tulang Bawang dalam

Perdagangan Lada di Lampung pada Periode 1648 hingga

1914”, Jurnal Masyarakat dan Budaya, Vol. 19, No. 2,

Tahun 2017.

I Gede Wahyu Wicaksana, “Kedaulatan Teritorial Negara:

Kepentingan Material dan Nilai Simbolik”, Jurnal

Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, Vol. 29, No. 2,

(2016).

Iim Imadudin, “Perdagangan Lada di Lampung dalam Tiga Masa

(1653-1930)”, Jurnal Patanajala, Vol. 8, No. 3,

September 2016.

Page 274: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

255

Jan O. M. Broek, “The Economic Development of the Outer

Provinces of the Netherlands Indies”, Jurnal

Geographical Review, Vol. 30, No. 2, (April, 1940).

Jeff Kingston, “Securing Sumatra's Pepper Peripheral: Resistance

and Pacification in Lampung during the 18th and 19th

Centuries”, Jurnal Southeast Asia-Culture and History,

No. 19, 1990.

Jeffrey B. Kingston, “Manipulating Tradition: The State, Adat,

Popular Protest, and Class Conflict in Colonial

Lampung”, Jurnal Indonesia, No. 51, April 1991.

Joseph A. Woolcock, “Politics, Ideology, and Hegemony in

Gramsci‟s Theory”, Jurnal Social and Economic Studies,

Vol. 34, No. 3, (September 1985).

Laelatul Masroh, “Perkebunan dan Perdagangan Lada di

Lampung Tahun 1816-1942”, Jurnal Sejarah dan Budaya,

Tahun ke-9, No. 1, Juni 2015.

Ota Atsushi, “Banten Rebellion, 1750-1752: Factors behind the

Mass Participation”, Jurnal Modern Asian Studies, Vol.

37, No. 3, (July 2003).

Parwoto dan Mudji Hartono, “Dampak Monopoli Garam di

Madura pada Abad XX”, Jurnal Mozaik, Vol. 7, Januari

2015.

Ronald J. Horvath, “A Definition of Colonialism”, dalam Jurnal

Current Anthropology, Vol. 13, No. 1, (February 1972).

Wibo Peekema, “Colonization of Javanese in the Outer Provinces

of the Netherlands East-Indies”, The Geographical

Journal, Vol. 101, No. 4, (April 1943).

Wisnu, et al., “Salt Briquette: The Form of Salt Monopoly in

Madura 1883-1911”, Journal of Physics, Conferentie

Series, 953, 2018.

Page 275: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

256

H. Internet

Abdul Syani, Falsafah Hidup Masyarakat Lampung sebuah

Wacana Terapan. Diakses dari

http://staff.unila.ac.id/abdulsyani/2013/04/02/falsafah-

hidup-masyarakat-lampung-sebuah-wacana-terapan/, pada

28 Juli 2018.

Chris Kortright, Colonization and Identity, diakses dari

theanarchhistlibrary.org pada 20 Oktober 2018.

Indopedia, The Indian Encyclopedia, Institut Kolonial, diakses

dari

https://www.indopedia.nl/articles.php?lng=nl&pg=5119

pada 20 Juni 2019.

Karsiwan, Pembangunan Irigasi Way Tebu sebagai Kebijakan

Etis Pemerintah Kolonial Belanda di Pringsewu Tahun

1927. Diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/1

631, pada tanggal 8 November 2018.

Lillyana Mulya, Kebijakan Maritim di Hindia Belanda: Langkah

Komersil Pemerintah Kolonial. Diakses dari

https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/55

43, pada 12 Oktober 2018.

Lukmanul Hakim Lubis, The Acquisition of a Territory: “Modes,

History and the International Practices. Diakses dari

fh.unpad.ac.id/file/2017/01/Tulisan-2.pdf, pada 12 April

2018.

Michael D. Callahan, Review of Osterhammel, Jurgen,

Colonialism: A Theoretical Overview. Dikases dari H-

Diplo, H-Net Reviews pada 20 Oktober 2018.

Paula Hendrikx, Het Beloofde Land aan de Overkant

Grootschalige Overheidsgestuurde Emigratie en

Kolonisatie van Java naar Lampong, 1932-1941, diakses

Page 276: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

257

Sudarno, Kebijakan Percobaan Kolonisasi di Gedong Tataan

(Lampung) Tahun 1905-1917, diakses dari

https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/paramita/article,

pada tanggal 20 Februari 2019.

Zafran Febriadi, Tinjauan Historis Masuk dan Berkembangnya

Islam di Teluk Betung. Diakses dari

http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/2

655, pada tanggal 04 Juli 2017.

dari https://dspace.library.uu.nl/handle/1874/294511, pada

20 Februari 2019.

Page 277: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 1.

Staatsblad 1870 No. 118

Page 278: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 279: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 281: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 2

Staatsblad 1882 No. 73

Page 282: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 284: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 3

Staatsblad 1885 No. 45

Page 286: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 4

Staatsblad 1919 No. 407

Page 287: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 288: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 289: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 291: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 5

Staatsblad 1925 No. 353

Page 293: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 6

Staatsblad 1927 No. 193

Page 295: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 7

Staatsblad 1929 No. 362

Page 296: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai
Page 298: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 8

Hasil wawancara dengan Ratu Keratuan Melinting

Lampung Timur, Bapak Rizal Ismail, gelar Sultan Ratu Idil

Muhammad Tihang Igama IV, pada tanggal 17 Juli 2018

Pertanyaan Penjelasan

Dapat dijelaskan

mengenai konsep

marga?

Dulunya marga itu berdasarkan

klan/keturunan/buay. Marga merupakan

pemerintahan suatu wilayah berdasarkan

keturunan. Marga membawahi beberapa

kampung/tiyuh.

Pada tahun 1928 Belanda mengubah

marga yang tadinya genealogis teritorial

menjadi teritorial genealogis. Jadi bisa

saja satu pemerintahan marga bercampur

beberapa keturunan.

Pemerintah Belanda membentuk pesirah,

pesirah itu kepala marga.

Pesirah adalah hasil pemilihan dari

masing-masing kampung oleh

penyimbang dan nanti akan diberi SK

oleh Belanda.

Bagaimana nasib

pemerintahan

marga dalam

kekuasaan

Belanda?

Pesirah tetap memiliki tugas dan

wewenang, yaitu memberikan hak

mengolah tanah kepada orang atau

kelompok orang yang dipergunakan

untuk berladang, dan menarik pajak

darinya.

Dapat dikatakan kedudukannya masih

kuat sampai tahun 1954. Setelah itu

diganti pemerintah negeri, maka

berkurang wewenangnya, ia hanya

tinggal mengatur adat dan kekerabatan,

sudah hilang fungsinya dalam bidang

pemerintahan/administratif/politiknya.

Bagaimana konsep

penguasaan tanah

oleh marga dan

penggunaannya

Tanah itu untuk kepentingan marga dan

dikuasai marga. Berarti warga menggarap

tanah atas izin kepala marga, tanpa izin

berarti mereka dianggap salah.

Page 299: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

oleh masyarakat? Soal hasil dari penggarapan saya tidak

tahu, dia tidak minta hasil. kewajiban

warga dari penggarapan itu adalah

membayar pajak.

Jika nanti tidak digarap lagi maka

kembali ke marga. Jika diolah secara

terus-menerus maka bisa jadi hak

mereka.

Salah satu tugas

pesirah adalah

menarik pajak

untuk Belanda, lalu

bagaimana respon

masyarakat terkait

hal itu?

Orang lampung itu punya karakteristik

“agak berbeda”. Mereka senang dipuja-

puja segala macam, mereka punya harga

diri. Makanya belanda mengatakan “

berapa laki-laki yang gagah di kampung

n ?” y ng m ksud gagah itu yang

besar bayar pajaknya. Gagah bayar pajak.

Ada istilah pajak palembang, ada pajak

Teluk Betung.

K lo l ng “ y p j k Palembang”,

oo... orang kaya ini.

Orang kaya itu bayar pajaknya di

Palembang.

Ada yang bayar pajak Teluk. Berarti dia

bayar pajak di Teluk Betung.

Orang lampung itu memang ditipu oleh

Belanda. Dengan meninggikan hatinya

supaya dia semangat dan merasa keren.

Apa saja basis

perekonomian

utama masyarakat

Lampung?

Sektor ekonomi masa itu perkebunan,

utamanya lada hitam, sebagai penghasil

lada hitam terbesar di Nusantara, yang

utamanya di daerah Lampung Timur ini.

Selain itu kelapa dan cengkeh.

Kalau durian, petai dan lain-lain itu baru

sekarang-sekarang ini ya.

Page 300: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 9

Peta Residensi Lampung

Sumber:

National Library of Australia, diakses dari

https://nla.gov.au:443/tarkine/nla.obj-593418202 pada 7 Februari

2019.

Page 301: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 10

Peta wilayah marga (margastaat)

Sumber:

J.W. van Royen. Nota over de Lampongsche Merga’s.

(Weltevreden: Landsdrukkerij, 1930.

Page 302: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 11

Peta persebaran wilayah sewa tanah perusahaan perkebunan

Sumber:

Sumber: buku De Buitenbezittingen 1904 tot 1914 (Aflevering X,

Deel 1), hlm 78.

Page 303: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 12

Perkebunan Lada di Lampung

Sumber:

KITLV, diakses dari http://hdl.handle.net/1887.1/item:710432

Page 304: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 13

Rumah dan kantor residen Lampongsche Districten

di Teluk Betung

Sumber:

https://www.skyscrapercity.com

Page 305: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

lampiran 14

Keluarga Lampung dengan pakaian adat tahun 1894

Sumber:

Museum Volkenkunde

Page 306: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 15

Keterangan sewa tanah perusahaan swasta Eropa kepada

pemerintah Hindia Belanda

Page 307: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Sumber:

Buku A.G.N. Swart, Rubber Companies in Netherland East

Indies, hlm. 85 dan 122.

Page 308: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 16

Peta daerah kolonisasi Gedong Tataan dan Wonosobo Lampung

Sumber:

Buku J.W.J. Welan, Zuid Sumatra Economisch Overzicht, hlm.

104

Page 309: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 17

Pekerjaan proyek kereta api sumatera selatan di Panjang tahun

1913

Sumber:

Magazine Het leven, Spaarnestad photo.

Page 310: POLITIK EKONOMI BELANDA TERHADAP LAMPUNG PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46631... · 2019-08-14 · Piil Pesenggiri Rasa harga diri yang merupakan nilai

Lampiran 18

Pembangunan pelabuhan Oosthaven (Panjang)

Sumber:

KITLV, diakses dari