politik dan grafiti - ugm

160

Upload: others

Post on 08-Nov-2021

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLITIK dan GRAFITI - UGM
Page 2: POLITIK dan GRAFITI - UGM

i

POLITIK dan GRAFITI

Page 3: POLITIK dan GRAFITI - UGM

i i

Politik dan Grafiti

POLGOV JPP: Serial Skripsi Terbaik adalah salah satu liniproduk terbitan Polgov JPP UGM yang menyajikan karyaskripsi terbaik mahasiswa Jurusan Politik dan PemerintahanUGM.

Page 4: POLITIK dan GRAFITI - UGM

iii

POLITIK dan GRAFITIRias Fitriani Indriati

Page 5: POLITIK dan GRAFITI - UGM

i v

Politik dan Grafiti

Politik dan GrafitiRias Fitriana Indriyati

Hak Cipta dilindungi Undang-UndangAll Right Reserved

Penulis: Rias Fitriana IndriyatiKata Pengantar: Amalinda SaviraniEditor: Wigke Capri ArtiSampul dan Tata Letak: Oryza Irwanto

Research Centre for Politics and GovermentJurusan Politik dan PemerintahanUniversitas Gadjah Mada

Gd. PAU UGM Lt. 3 Sayap TimurBulaksumur Yogyakarta 55281Telp/Fax +62 274 552212:

132 + xxvi halaman135 x 200mm

ISBN:

Page 6: POLITIK dan GRAFITI - UGM

v

Isi Buku viDaftar Gambar viii

Daftar Tabel dan Bagan xKata Pengantar: Mencari “Politik Sehari-hari”dalam grafiti. xv

Dari birokrasi politik ke dukun politik: Pergeserantrend tema skripsi di JPP xviiGagasan “Politik sehari-hari” xx

Mencari politik sehari-hari dalam grafiti. xxiSumber Bacaan xxvDari Penulis xxvii

Glosarium xxix

Bagian Satu:

MELIRIK GRAFITI YOGYAKARTA 21Apa itu Grafiti ? 24Daily Politics 26

Komunikasi Politik 30

Bagian Kedua:

POTRET GRAFITI JOGJA 34Melacak Perjalanan Grafiti 34

ISI BUKU

Page 7: POLITIK dan GRAFITI - UGM

v i

Politik dan Grafiti

Sejarah Grafiti dari Kacamata Dunia 34Cerita Sejarah Grafiti Indonesia 36Dinamika Grafiti: dari Orde Baru hingga Reformasi 38

Menakar Grafiti Jogja 40Penutup 47

Bagian Ketiga:DUNIA POLITIK SEHARI-HARI(DAILY POLITICS) VERSI GRAFITI 49

Membawa Realitas Kehidupan dalam Grafiti 50Realitas Sosial Jogja dalam Kacamata Grafiti 52Kacamata Grafiti dalam Realitas Politik Jogja 54

Representasi Realitas Ekonomi Jogja dalam Grafiti 60Potret Realitas Budaya dalam Grafiti Jogja 62Wadah Berkumpulnya Dunia Grafiti 63

Grafiti Beraliran Tagging 64Komunitas Aliran Grafiti Estetik 66Kontestasi para Aktor dalam Hutan Visual Jogja 68

Saluran yang Digunakan Dunia Grafiti 73Tembok Jalanan adalah Kanvas untuk Grafiter 74Arena Dunia Grafiti Jogja 76

Penutup 78

Bagian keempat:

BAHASA VISUAL GRAFITI, KOMUNIKASIPOLITIK DUNIA DINDING JALANAN JOGJA 80Demam Grafiti Jogja: Ada Gula Ada Semut 80

Page 8: POLITIK dan GRAFITI - UGM

vii

Stereotyping yang Sedikit Luntur 81Mendekatnya berbagai Aktor 82“Kromonisasi” Grafiti : Perubahan

Bahasa Visual Grafiti 116Bahasa Visual Grafiti 117Kromonisasi Bahasa Visual Grafiti 119

“Kromonisasi” oleh Aktor Ekonomi 119“Kromonisasi” oleh Pemerintah 121“Kromonisasi” oleh masyarakat 122

Penutup 123

Bagian kelima:

KESIMPULAN 125Grafiti: Media Komunikasi Politik Sehari-hariVersi Grafiter Yogyakarta yang Ter-kromonisasi 125

Kontribusi Studi Grafiti terhadap KonsepDaily Politics dan Komunikasi Politik 126

DAFTAR PUSTAKA 129

Lampiran 134

Page 9: POLITIK dan GRAFITI - UGM

viii

Politik dan Grafiti

Page 10: POLITIK dan GRAFITI - UGM

i x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 16Gambar 2.1 30

Gambar 2.2 34Gambar 2.3 37Gambar 2.4 38

Gambar 3.1 45Gambar 3.2 46Gambar 3.3 47Gambar 3.4 48

Gambar 3.5 49Gambar 3.6 49Gambar 3.7 50

Gambar 3.8 51Gambar 3.9 52Gambar 3.10 52

Gambar 3.11 54Gambar 3.12 54Gambar 3.13 55

Gambar 3.14 56Gambar 3.15 58Gambar 3.16 59

Page 11: POLITIK dan GRAFITI - UGM

x

Politik dan Grafiti

Gambar 3.18 63Gambar 3.17 63Gambar 3.19 65

Gambar 3.20 68Gambar 3.21 71Gambar 4.1 115

Gambar 4.2 115Gambar 4.3 117Gambar 4.4 120

Gambar 4.5 120Gambar 46 121Gambar 4.7 122

Page 12: POLITIK dan GRAFITI - UGM

x i

Tabel 1.1: Peta Pergeseran Fenomena Politik 21

Bagan 1.1. Model Listrik dalam Komunikasi 24Tabel 2.1: Jenis-Jenis Grafiti 36Bagan 4.1 Model Komunikasi Grafiti Yogyakarta 78

DAFTAR GAMBAR

Page 13: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xii

Politik dan Grafiti

Page 14: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xiii

KATA PENGANTARMENCARI “POLITIK

SEHARI-HARI” DALAM GRAFITI

Amalinda Savirani, MA

Skripsi bertema graffiti, mural dan seni jalananbarangkali sudah banyak dilakukan oleh mahasiswa dengan latarbelakang seni atau komunikasi. Grafiti terkait ekspresi seniyang dituangkan melalui media tembok. Dari grafiti dapat jugamerupakan ekspresi komunikasi penulis pada pembacanya,antara komunikan dan komunikator. Seorang mahasiswaJurusan Politik dan Pemerintahan (JPP) yang menulis skripsidengan tema grafiti untuk melacak praktik kuasa kata dankaitannya dengan aspek “politik sehari-hari” menjadi sesuatuyang menarik, karena ia keluar dari mainstream tema skripsi diJPP yang masih dominan membahas politik dengan huruf “P”besar, yakni menyangkut aktor formal politik di lembaga politikformal juga. Karya yang saat ini ada di tangan Anda adalahsalah satu karya yang menarik itu yang ditulis oleh Rias FitriyanaIndriyati.

Sebelum saya mendiskusikan tentang bagaimana Riasmengeksekusi keingintahuannya dalam bentuk aliran bab dalamskripsinya, terlebih dahulu saya ingin memaparkankecenderungan perluasan dan pergeseran tema dan minat

Page 15: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xiv

Politik dan Grafiti

mahasiswa jurusan politik dan pemerintahan dalam satu dekadeterakhir.

Dari birokrasi politik ke dukun politik: Pergeserantrend tema skripsi di JPP

Ketika saya menjadi mahasiswa di jurusan ini dipertengahan tahun 1990-an, tema penulisan skripsi didominasioleh isu yang bersifat state-centric, atau berpusat pada negaradan aparatusnya, seperti birokrasi, unit-unit pemerintahan, danlembaga perwakilan; dan policy-centric yakni evaluasi-evaluasikebijakan negara. Dari segi pendekatan, skripsi bertema state-centric ini dikerangkai dengan pendekatan politik yang legalformalis, yakni mendekati dan mengkerangkai persoalan politikyakni membandingkan antara yang ideal dengan kenyataan.Fokus yang dominan hadir adalah kajian mengukur “efektivitas”,kerja birokrasi dalam menjalankan peran dasar pemerintah,evaluasi kebijakan seperti Inpres Desa Tertinggal (IDT),keuangan di daerah, eksistensi lembaga-lembaga korporatis danrelasinya dengan negara, untuk menyebut beberapa tema utama.Di periode tahun 1990-an mahasiswa yang ingin keluar daritema-tema ‘standar’ tersebut biasanya memfokuskan diri padatema pemikiran politik, misalnya membahas pemikiran tentangmasyarakat sipil, sebagaimana yang saya lakukan.

Situasi ‘tidak banyak pilihan’ bagi mahasiswa JurusanPolitik dan Pemerintahan (JPP) bergeser sejak tahun 2000-an.Dalam periode ini terjadi ledakan tema skripsi di luar temanegara yang sangat signifikan. Ini bukan berarti negara hilangsama sekali, melainkan telah muncul kajian yang berupayamenjelaskan negara bukan dari perspektif negara semata,melainkan dari perspektif masyarakat.. Tahun 2006 misalnya,R. Anung Handoko (2006) menulis tentang “Sepakbola dan

Page 16: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xv

kaitannya dengan Pilkada”. Dalam periode yang sama, TyasRatnawati (2006) menulis “Daily politics”sebagai studi awal politikpangan di Indonesia, Wigke Capri Arti (2008) menulispergulatan politik identitas di kalangan kelompok minoritas gaydi Yogyakarta. Titik Widayanti (2007) melakukan penelitiandengan tema yang sama untuk kelompok Waria di Yogyakarta.Di periode sebelumnya, Utan Parlindungan (2007) menulisskripsi tentang lagu “Genjer-Genjer” yang digunakan PartaiKomunis Indonesia (PKI). Penerusnya adalah Ulya Jamson(2010) yang menulis tentang angkringan sebagai ruang publik.Ratna Puspita Dwipa (2010) tentang kemenyan dan dukundalam praktik politik Indonesia, dan masih banyak lagi karya-karya skripsi mahasiswa lainnya dengan tema yang sangat dinamisyang tidak bisa diurai satu per satu. Karya mereka memilikiperbedaan tema dengan generasi mahasiswa di tahun 1990-an,termasuk generasi saya. Secara kasar barangkali pergeseran inibisa diberi label sebagai perubahan dari tema state-centric menjadisociety-centric dari segi substansi dan dari segi pendekatan adalahdari “politik formal” menjadi “politik informal”.

Jadi, bukan hanya pada temanya yang mengalamipergeseran, melainkan juga pendekatan dalam memaknaiperistiwa politik. Ada pergeseran tren yang meningkat di kalanganmahasiswa angkatan paska 2000-an dari relasi kuasa formal dilembaga-lembaga politik dan pemerintah, menjadi relasi kuasadalam berlangsung dalam kehidupan sehari-hari, dan atau dalamtema-tema yang secara klasik dianggap “bukan politik”. Salahsatu pendekatan tersebut adalah “everyday practice of politics”.

Ada beberapa penjelasan pergeseran tren ini. Pertama,ada peningkatan kepercayaan diri mahasiswa untuk berbedadengan mainstream tema yang ada. Kedua, secara institusionalada perubahan kurikulum yang cukup mendasar di Jurusan

Page 17: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xvi

Politik dan Grafiti

Politik dan Pemerintahan (JPP) sejak awal-awal tahun 2000-an. Di tahun pertama tugas jurusan adalah adalah membukapintu ketertarikan mahasiswa pada praktik politik, apapunbentuknya. Ketiga, secara kelembagaan lagi JPP menginisiasikurikulum baru tahun 2005 dan memperbanyak mata kuliahyang berada di luar mainstream studi politik, seperti “PolitikPerkotaan”, “Gerakan Politik”, “HAM dan Kewarganegaraan”,“Pemerintahan Komunitas”, “Politik Agraria” ,”MasyarakatEkonomi”, “Politik Perburuhan” dan lain-lain. Di samping itu,kuliah-kuliah yang klasik pun seperti “Pengantar Ilmu Politikdan Pemerintahan” memiliki cara berfikir yang up to date. Upayaini didukung oleh staf pengajar JPP yang selalu memilikimemiliki keinginan menyegarkan diri dengan perspektif baru.Hasilnya adalah “ledakan” skripsi dengan tema yang sangatbervariasi dan tidak lagi terfokus pada negara. Makna politikpun mengalami pergeseran, dari politik formal di lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat, menjadi politik sehari-hari yang dialami oleh warga negara.

Gagasan “Politik sehari-hari”

Salah satu bentuk pergeseran tersebut adalah mulaimunculnya minat mahasiswa JPP dalam tema tentang “politiksehari-hari” atau everyday practice of politics. Kosa kata dalamilmu sosial dan ilmu politik belakangan banyak bergeser,misalnya istilah government, power, authority, loyalty, sovereignty,participation dan interest group, telah bergeser menjadi governance,networks, complexity, trust, deliberation dan interdependence (Hajerand Wagenaar, 2003:1). Konteks makro pergeseran deretankosa kata di atas ini merupakan konsekuensi dari apa yangdisebut Beck, et all (1994) sebagai kemunculan gejala “radicalmodernity”, atau modernitas radikal. Tipe radikalisme ini adalahtahapan lanjut modernisasi, yang jauh berbeda dengan

Page 18: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xvii

modernisasi di awal yakni yang muncul pada zaman pencerahan.Jenis “radical modernity” ini tidak membawa pencerahan tapibencana, atau dikarenakan watak modernitas yang tidakmenciptakan kepastian, melainkan ketidakpastian atau radicaluncertainty. Manusia modern yang hidup dalam periodemodernitas radikal mengalami situasi kehidupan yang tak bisadiprediksi. Teknologi yang selama ini dianggap mampumengkontrol sesuatu di luar jangkauan manusia, memilikiketerbatasan manfaat, dan justru menjerumuskan manusia.Dalam situasi ketidakpastian ini, pola-pola politik lama yangformal dianggap tidak mampu mengatasi persoalanketidakpastian. Dalam konteks inilah praktik politik sehari-hariyang berada di luar wilayah formal, dianggap mampu menjadialternatif praktik politik formal yang sudah ada.

Fenomena ‘politik sehari-hari’ atau everyday practice ofpolitics, dikenal dengan banyak nama lain seperti life politics(Giddens, 1991), dan sub-politics (Beck, et all: 1994). Giddensmendefinisikan politik sehari-hari ini sebagai a new style of politicalinvolvement in which people combine lifestyles choices with very focusedand discontinuous political activity. Sementara itu, everyday marker is atype of political activity at grass roots level that resists conceptualizationin the familiar terms of participation social movement or interest groups.Sementara itu, sub-politics merupakan praktik kepolitikan yangberada di lembaga logika formal kepolitikan sebagaimana yangsecara klasik kita pahami, yang menyangkut institusi politikformal seperti partai politik, parlemen, lembaga kepresidenan,dan di tingkat masyarakat mewujud sebagai asosiasi, lembagaadvokasi kebijakan, kelompok penekan dan lain-lain. Politiksehari-hari ini telah menciptakan realitas perpolitikan baru yangrautnya sama sekali berbeda dengan pemahaman politik secara

Page 19: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xviii

Politik dan Grafiti

klasik. Realitas baru ini disebut sebagai the secondary level of politicalpractices (Warren, 1992).

Secara spesifik, pergeseran ilmu politik formal kepolitik sehari-hari berlangsung dalam arena (sites), aktor dantema. Arenanya tidak di institusi politik formal (lembagaperwakilan, markas partai politik, ruang rapat demonstrasimahasiswa); aktor bukan politisi formal, pimpinan masyarakat,atau aktivis partai. Tema bukan soal hancurkan rezim,melainkan urusan sehari-hari tapi substansial seperti kualitaspelayanan publik sehari-hari, misalnya pengelolaan sampah,kualitas air bersih, kualitas sekolah anak, kualitas susu bayidan lain-lain. Singkatnya everyday politics adalah politiknya orangbiasa (bukan aktor politik formal), dengan tema yang jugabersifat ‘biasa’ (sehari-hari). Ia ditandai oleh aktivitas warganegara biasa, yang terorganisir secara mandiri, mengusung satukepentingan yang bisa berubah setelah kepentingan tersebuttercapai (ad-hoc), kepentingan yang mencakup hal-hal yangditemukan sehari-hari dalam kehidupan.

Mencari politik sehari-hari dalam grafiti.

Lantas, sejauh mana gerakan grafiti di Yogya dapatdianggap sebagai praktik politik sehari-hari sebagaimana yangmau diargumentasikan oleh Rias? Kalau kita periksa rumusanpertanyaan penelitian dalam halaman tujuh naskah skripsinyaberbunyi: “Bagaimana dimensi relasi kuasa kata dalamfenomena grafiti Yogyakarta?” Dari pertanyaan penelitian inisudah tampak bahwa yang menjadi fokus perhatian relasi kuasadalam tulisan grafiti. Lantas dimana operasi “politik sehari-hari”-nya? Rias mencoba menjawab pertanyaan ini di halamandelapan belas, grafiti dekat dengan kehidupan sehari-harimisalnya kritik sosial atau isu-isu yang sedang hangat di

Page 20: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xix

masyarakat. Lebih lanjut lagi, grafiter merupakan aktor yanglambat laun mampu menginfeksi masyarakat untuk turut ambilbagian (dalam politik). Mereka berpolitik dengan menggrafititembok-tembok jalanan (hal.18). Saya mencari di bab tiga yangdari judulnya tampak akan mengelaborasi poin terakhir. Bentuk“politik sehari-hari” yang diargumentasi kan Rias adalah, pertamapemotretan realitas sehari-hari dalam bidang politik, ekonomidan budaya melalui grafiti (hal. 64-80). Kedua, pengorganisasianpara grafitier dalam wadah-wadah kelompok-kelompok anakmuda di Yogyakarta (hal. 78-81), saluran grafiti pada tembok-tembok milik publik (baca: negara) (hal. 96-101).

Kalau kita cocokkan temuan penulis dengan definisidasar “politik sehari-hari” yang sudah saya garis bawahisebelumnya, ada beberapa hal yang hilang dari elaborasi gagasanRias. Pertama, dari segi aktor yang grafitier, saya belummenemukan dalam skripsi Rias, proses bagaimana kelompok-kelompok grafitier ini terbentuk, dan apa latar belakang yangmelatari pembentukannya. Kedua, beriringan dengan itu, Riastidak sempat juga mengelaborasi isu apa yang grafitierperjuangkan, apakah terkait dengan isu sehari-hari yang langsungterkait dengan kegiatan mereka (misalnya harga pilox atau catsemprot yang terus naik). Ketiga, bagaimana strategi grafitiersecara kolektif memperjuangkan kepentingan mereka tersebut.Dari hasil bacaan saya, Rias semata-mata sebatas memetakaneksistensi kelompok grafitier di Yogya. Ia juga tidak menunjukapakah isu yang diusung oleh grafitier adalah isu sehari-hariyang sungguh menghambat kegiatan grafitier; dan keempat yangbaru ia paparkan adalah gerakan-gerakan individual yangsporadis dalam melakukan aksi grafiti mereka.

Page 21: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xx

Politik dan Grafiti

Sumber Bacaan

Beck, U., Giddens, A. Dan Lash, S. et.al 1994, Reflexivemodernization, Polity Press, Cambridge.

Hajer, M and Wagenaar, H (eds) 2003, Deliberative Policy Analysis:Understanding Governance In The Network Society ,Cambridge University Press, Cambridge.

Giddens, A., 1991, Modernity and self-identity,Polity Press,Cambridge.

Savirani, A., 2005, “Ilmu pemerintahan masa depan:Mengadvokasi politik pinggiran” , dalam JurnalTransformasi, Volume I, No 1, Jurusan IlmuPemerintahan Fisipol UGM, Yogyakarta.

Savirani, A., 2006, “Oposisi Indonesia dalam everyday politics”dalam Jurnal IRE Mandatory, Januari, Yogyakarta.

Warren, M., 1996, “What should we expect more fromdemocracy?”, American Political Science Review, Volume86, No.1, hal. 8-23.

Page 22: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xxi

DARI PENULIS

Segala puji terlantun untuk Allah SWT yang MahaPengasih dan Maha Penyayang. Tak lupa penulis haturkanseruan untuk Rasulullah Muhammad SAW. Atas Kuasa danlimpahan Kasih Sayang-NYA, disokong dengan dukunganorang-orang terkasih, penulis mampu mempersembahkan karyadengan judul “KUASA KATA GRAFITI JOGJA, Studi tentangGrafiti sebagai Media Komunikasi Politik Sehari-hari VersiGrafiter yang Ter-kromonisasi.

Karya ini lahir dari ketertarikan penulis mengenaifenomena corat-coret pada tembok jalanan di Yogyakarta.Dunia tembok jalanan yang di dalamnya terdapat fenomenakekuasaan dan jarang dilihat oleh sebagian besar orang sebagaisuatu bentuk dinamika kekuasaan yang bekerja pada ranahmasyarakat. Dunia grafiti Jogja menceritakan kepada penulisbahwa grafiti merupakan media komunikasi sehari-hari versigrafiter yang merepresentasikan realitas ekonomi, politik, sosialhingga budaya pada lingkungan sekitar mereka. Keberadaangrafiti pada ruang publik, menciptakan peluang untukdimanfaatkan oleh berbagai aktor yang ada sehingga terjadi“kromonisasi” grafiti Jogja yang berdampak pada perubahanbahasa visual grafiti.

Page 23: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xxii

Politik dan Grafiti

Penulis menyadari bahwa studi ini masih jauh dari ideal,tetapi penulis berharap ada manfaat untuk almamater dalammengkaji variasi dunia perpolitikan di Indonesia dalam arasmasyarakat. Selesainya karya ini tidak terlepas dari bantuandari berbagai pihak yang memberi dukungan, bantuan baiksecara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulissebutkan satu per satu. Ucapan terima kasih, penulis haturkankepada:

Terima kasih untuk kedua orang tuaku BapakSukapjo dan Ibu Riyep Indaryatun, atas dukungannya,perhatian, cinta kasih dan pengorbanan untukku. Semoga akudapat menjadi anak, yang membuat kalian tersenyum banggadan bahagia. Tidak lupa juga untuk adikku Yudha Prakoso,selalu semangat dan berusahalah, jalanmu masih panjang, capaisemua citamu, kami semua mendukungmu. Terima kasih untukKeluarga Besar kretek dan Keluarga Besar Kersen atasbentuk yang dukungan dan perhatiannya untukku. Terima kasihuntuk Bintangku, Andy Masro Indoni yang mewarnaihidupku.

Terima kasih untuk sahabatku, Acha yang tidak pernahlelah menyemangatiku. Terima kasih untuk teman-teman kosangambir 8, yang sudah seperti keluarga sendiri untukku. Asna,Isna, Rizka, Titin, Eliet. Terima kasih untuk teman-temanJPP khususnya JPP 2007, senang bisa bersama kalian. Tetin,Sari, Ana, Sya2, Lisma, Afif, Didit, Wening, Ery, Zulfa,Ipeh, Eko, Dira dan yang tidak bisa aku sebutkan satuper satu. Terima kasih untuk sahabat SMPku Wulan, Mela,Dewi, Elin, Wahyu, Eko, Diska, Daras, Nur, Nuri danlainnya yang tidak bisa aku sebutkan satu per satu. Untuksahabat SMAku Deby, Mu2n, Upie, Sefti, Inti, Kismi,Candra, Ardi dan Fatik. Kangen bersama kalian semua.

Page 24: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xxiii

Terima kasih untuk keluarga SOSMAS BEM KM,Mbak Ria, Mbak Bela, Mbak Tiara, Shinta, Burhan,Khariz, Zilfa, Adit, Yosi, Sandi, Nasikun, Elang. Rasa yanglangka, dapat aku temukan dalam suatu organisasi yaitu rasakekeluargaan laskar sosmas. Terima kasih untuk Teman-temanKKN Unit 131, Bayu, Subhan, Ri2, Febri, Dani, Sita, Johan,Elfa, Dian, Mas Unggul, Mas Randi, Puji, Mita, Eli,Devi, Deka atas pengalaman dan kebersamaan kita di CurugMuncar.

Terima kasih untuk para grafiter di Yogyakarta yangtergabung dalam YORC. Mas Rolly, Mas Tata, MasRembrat, Mas Andy, Mas Angga, Mas Arta, Mas Rio.Terima kasih atas keramahan kalian dan informasi yang sangatbermanfaat untukku. Terima kasih untuk Bapak SyamsulBarry (Dosen Pasca Sarjana ISI), Bapak Priyadi (DinasKetertiban Kota Yogyakarta), Bapak Agus Priyono(BAPPEDA Kota Yogyakarta), Bapak Agus (Dinas Pariwisatadan Kebudayaan Kota Yogyakarta) atas informasinya. Terimakasih pula untuk Mbak Nola (SUS).

Terima kasih pula penulis haturkan kepada BapakHaryanto selaku dosen pembimbing yang telah mengawal danmemberikan masukan dalam proses penyusunan karya ini,kepada Mas Mada sebagai dosen penguji bidang metodologiyang banyak memberi koreksi untuk perbaikan skripsi, kepadaMas Bayu selaku dosen penguji bidang Politik danPemerintahan yang telah memberi arahan agar skripsi inimenjadi lebih baik, kepada Mas Hanif yang telah memberibanyak masukan dan saran yang sangat berarti dan kepadaseluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Politik danPemerintahan FISIPOL UGM.

Page 25: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xxiv

Politik dan Grafiti

Akhir kata, walaupun karya ini masih jauh dari idealsemoga ada manfaat yang dapat diperoleh.

Terima Kasih.

Yogyakarta, 7 Oktober 2011

Rias Fitriana Indriyati

Page 26: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xxv

Caps: alat pelengkap bagi cat semprot, yang dipasang padaselang tempat keluarnya cat semprot sehingga bisa diatur besarkecilnya. Setiap cat semprot dari berbagai merek mempunyaitingkat besarnya lubang yang berbeda-beda. Bagi cat semprotlokal biasanya menggunakan caps cewek sedangkan bagi catsemprot impor biasanya menggunakan caps cowok. Bisa sajacat semprot impor menggunakan caps cewek namun harusmenggunakan perantara adaptor. Bentuk dan model capsbermacam-macam untuk mempermudah grafiter dalammembuat grafiti. Misalnya ada caps khusus untuk membuatgaris dan untuk memblok sesuatu.

Distro atau Distribution Outlet: tempat yang memamerkanbarang yang diproduksi sendiri secara terbatas ataupun barang-barang impor. Secara umum distro memamerkan barang yangberupa kaos, baju, tas, sepatu, sandal, topi, dompet dan lainsebagainya. Namun, terdapat pula distro-distro khusus, misalnyadistro yang menawarkan pernak-pernik seperti gelang, kalung,cincin untuk anak-anak muda. Harga yang ditawarkan memangagak sedikit mahal dari pada harga pasaran karena barang-barang distro diproduksi secara terbatas.

GLOSARIUM

Page 27: POLITIK dan GRAFITI - UGM

xxvi

Politik dan Grafiti

Grafiter: orang yang membuat grafiti. Pendefinisian ini penulislakukan untuk memudahkan penyebutan secara gamblang.Berbagai kalangan menyebut pembuat grafiti sebagai “Bomber”.Namun, bomber lebih mengacu pada pembuat grafiti yangmenonjolkan kesan estetis, sedangkan terdapat pula pembuatgrafiti yang berwujud tagging. Oleh karena itu sebutan grafitermerupakan rangkuman dari berbagai karakteristik aktor yangmembuat grafiti agar tidak menimbulkan keruwetan penafsiran.

Kru (Crew): sekelompok orang yang mengorganisir diri kedalam satu kelompok. Setidaknya minimal terdapat dua oranguntuk membuat kru. Pengelompokan sesorang ke dalam suatukru biasanya didasari atas kesamaan prinsip, gaya ataupun tujuandalam dunia grafiti.

Tag: inisial grafiter yang berupa singkatan nama ataupun kode-kode sebagai cara untuk menunjukan bahwa grafiti tersebutadalah karyanya. Inisial tersebut kurang bisa dimengerti secaraumum karena acapkali menggunakan singkatan. Sebagai contohyaitu TAXI 189, dimana 189 merupakan alamat rumah dariDemetrius. Penggunaan tag memudahkan grafiter untuk tetapeksis namun tidak diketahui oleh khalayak pada umumnya.

Tembok: (KBBI) merupakan dinding dari bata, batako, adonansemen. Secara umum tembok jalan ditafsirkan sebagai dindingyang terletak di tepi jalan. Dalam konteks tembok sebagaikanvas bagi grafiti, penulis mendefinisikan tembok jalan sebagaitembok yang berada di tepi jalan, dapat berupa tembok pembatastepi jalan, tembok pagar hingga tembok suatu bangunan, namundalam perkembangannya tembok tidak hanya dimaknai sebagaipublic space namun berkembang menjadi public sphere.

Page 28: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1

Grafiti itu keren, apalagi bomber cewek itu jarang, makanya mbakaku pingin belajar bombing, biar bisa ngeksis.

(Lolita 2010, wawancara, 30 Oktober)

Sebenarnya, lumayan juga mbak kalau ada order untuk bombingrumah atau cafe biasanya 600rb-an untuk sekali Order.

(Arta 2010, wawancara, 29 Oktober)

Penggalan percakapan tersebut merupakan kelanjutandari keingintahuan penulis mengenai grafiti. Berawal daribeberapa tahun berlalu-lalang di Yogyakarta, hampir di setiaptraffic light jika di sebelah kiri atau kanan terdapat tembok,setidaknya akan terdapat gambar atau tulisan yang cukupmembuat penasaran. Ada yang berwujud tulisan abstraksehingga penulis sulit untuk mengenalinya sebagai orang yangawam terhadap dunia tembok jalan, namun terdapat pula tulisanyang terbaca sebagai sindiran kepada pemerintah maupuntulisan mengenai isu-isu yang sedang marak. Nampaknya,tulisan tersebut tidak hanya terdapat pada dinding jalanan saja,namun ada juga terdapat di distro bahkan di dinding sekolahpunada. Tulisan ataupun gambar yang terdapat di tembok-tembokjalan tersebut biasanya disebut dengan grafiti atau mural.

BAGIAN SATU:MELIRIK GRAFITI YOGYAKARTA

Page 29: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2

Politik dan Grafiti

Membedah perjalanan grafiti dengan kacamata politikmemberi warna lain, hal tersebut karena beberapa penelitianmengenai grafiti menggunakan kacamata sosiologi ataupunbudaya. Aditya Dipta Anindita (2002) memotret grafiti dengankacamata sosiologi yaitu menelisik grafiti sebagai budaya tandingdalam pemaknaan atas Kota Yogyakarta. Penelitian lainmengenai grafiti dilakukan oleh Obed Bima Wicandra (2003)tentang grafiti di Surabaya. Obed (2002) menceritakan grafitidi Surabaya merupakan suatu gaya hidup dan tidak memilikikecenderungan untuk menjadi sebuah gerakan.

Dalam kacamata politik, grafiti dinilai sebagai arenakontestasi kekuasaan, saling pengaruh-mempengaruhi. Grafitiyang notabene merupakan rangkaian tulisan yang secara lumrahdipandang sebagai seni ataupun coretan-coretan liar yangmembuat kotor tembok, kali ini dipandang sebagai sebuah mediauntuk menuangkan aspirasi, yang mempunyai tujuan dalampembuatanya. Grafiti digunakan sebagai sarana komunikasikepada khalayak melalui goresan cat semprot yang ditempatkandi area strategis misalnya tembok-tembok jalanan. Titik yangpaling bergengsi yaitu tembok jalanan suatu persilangan jalansehingga masyakarat dapat sengaja ataupun tidak sengaja melihatgrafiti tersebut. Berbagai tujuan dan motivasi menyertai grafiterpada pembuatan karyanya, mulai dari kritik sosial, penandadaerah kekuasaan ataupun untuk sosialisasi suatu gagasan.

Grafiti terdapat pada lingkungan sekitar masyarakat,acapkali diacuhkan dan tidak jarang distempel sebagai tindakanvandal. Fenomena coretan dengan cat semprot pada lingkungansekitar kita, bukanlah merupakan hal yang wajar namunmerupakan fenomena kekuasaan. Tindakan tersebutmerupakan cara “berpolitik sehari-hari” versi grafiter denganmengkomunikasikan gagasan mereka melalui kata ataupun

Page 30: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3

kalimat grafiti kepada khalayak. Mereka menuangkan ide kedalam kanvas tembok jalanan, sebagai tanda eksistensi danpenanda daerah kekuasaan, tidak jarang pula merupakan responterhadap suatu berita yang sedang marak ataupun sebagai mediaprotes.

Dunia grafiti yang terdapat pada tembok-tembokkota merupakan arena kontestasi, pengaruh-mempengaruhiserta saling mengambil keuntungan antara aktor-aktor yangterlibat dan melibatkan diri. Konflik tidak jarang terjadi, sesamapemain tembok jalanan ataupun dengan aktor-aktor lainnyabahkan dengan masyarakat. Gambar mengenai dunia grafitimenerangkan bahwa kekuasaan juga bekerja dalam lingkungangoresan cat semprot pada tembok jalanan.

Yogyakarta mendapat julukan sebagai kota street art(Andrianto 2011). Sebagian besar, tembok jalanan Yogyakarta,tertutama wilayah Kota, terdapat karya jalanan, tidak terkecualigrafiti. Alasan tersebut yang mendasari mengapa Yogyakartayang menjadi lokus penelitian. Namun hal tersebut nampaknyapatut menjadi pertanyaan lanjutan, mengapa Yogyakarta tidakJawa Tengah ataupun DKI Jakarta yang temboknya rimbunoleh grafiti. Demam grafiti di Yogyakarta mampu menjadimagnet yang menarik partisipasi berbagai kalangan. Anak seusiaSMP dan SMA menjadi akrab dengan tembok dan cat semprot.Jalan-jalan di gang sempit mulai berhiaskan grafiti, interior distro,ruko, rolling door. Pemerintah juga ikut ambil bagian denganmengajak grafiter bekerja sama untuk mengkomunikasikanmelalui grafiti program-program pemerintah. Aktor ekonomijuga ikut serta dengan menyeponsori modal untuk membuatgrafiti dengan catatan disertakan logo atau identitas aktorekonomi tersebut.

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 31: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4

Politik dan Grafiti

Ditilik dari sejarahnya, tidak ada kesepakatanmengenai awal kelahiran grafiti. Pelacakan jejak grafiti diIndonesia dapat dilihat dalam beberapa kurun waktu. MenurutSoedarso, grafiti tertua di Indonesia ditemukan di daerahMaros, Sulawesi Selatan, yang mengandung pesan pengharapan.Pada era perjuangan kemerdekaan, pernah terjadi pembuatangrafiti secara massal hampir di semua sudut-sudut kota untukmenggobarkan semangat pejuang (Harsono 2002:60).

Gambar 1.1Grafiti pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

(Mafiabond 2011)

Seiring dengan sedikit melunturnya stereotypingmengenai grafiti yang identik dengan tindakan vandal, mulaimuncul grafiti yang merepresentasikan realitas kehidupansehari-hari pada lingkungan grafiter, misalnya realitas sosial,budaya, politik hingga realitas ekonomi. Grafiti acap kalidiidentikan dengan tindakan vandal terutama pada era OrdeBaru, hal tersebut dikarenakan banyak grafiti politik yang berisisindiran sehingga dianggap meresahkan dan menggangguketertiban.

Page 32: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5

Perjalanan yang begitu panjang, tentunyamenceritakan dinamika yang kompleks. Oleh karena haltersebut, penulis akan berfokus kepada grafiti pasca Orde Baru.Konteks waktu tersebut dipilih untuk memudahkan pelacakan,selain untuk mengetahui seputar grafiti fase kekinian. Selainkonteks waktu, tujuan pelacakan dunia grafiti Yogyakartaberfokus pada potret latar belakang sejarah kemunculan grafiti,dimensi realitas yang dikomuniksikan grafiter dan dinamikakuasa yang terjadi di dalamnya.

Grafiti ditarik menjadi sebuah konsep seni, dimanabentuknya semakin diperindah dengan gradasi warna yangsemakin kompleks. Grafiti berkembang menjadi sebuah gayadi kalangan kawula muda Yogyakarta, dimana tidak hanyaseniman saja yang dapat berkreasi melalui grafiti. Aktor-aktorlainnya seperti pemerintah dan masyarakat ekonomi juga turutambil posisi. Lantas, dari keruwetan yang begitu kompleks padahutan visual yogyakarta, pertanyaan yang ingin penuliskemukakan yaitu: Bagaimana dimensi relasi kuasa kata dalamfenomena grafiti Yogyakarta?

Landasan teori yang digunakan untuk membedahdimensi relasi kuasa kata dalam fenomena grafiti yaitu teoridaily politics. Tteori tersebut akan dipadukan dengan teorikomunikasi politik. Daily politics digunakan untuk melihat caraberpolitik versi grafiter dalam tema relasi kuasa kata dalamdunia grafiti, sedangkan dengan konsep komunikasi politikberusaha untuk melihat dimensi pesan atau makna apakah yangingin disampaikan melalui grafiti. Adapun kerangka pemikirandalam penelitian ini meliputi, konsep tentang apa itu grafitiuntuk menggambarkan kejelasan makna tentang grafiti danposisi penulis dalam memaknai grafiti, kemudian konsep tentangdaily politics serta konsep mengenai komunikasi politik yang

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 33: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6

Politik dan Grafiti

berusaha mengkerangkai komunikasi politik dalam grafiti.Konsep-konsep pemikiran tersebut ditujukan untukmempermudah dalam memotret grafiti sebagai mediakomunikasi politik.

Apa itu Grafiti ?

Pendefinisian mengenai apa itu grafiti belum mencapaisuatu kesepakatan bersama. Grafiti berasal bahasa Italia“graffito-grafiti” (bentuk plural/jamak) yang didefinisikan sebagaicoretan atau gambar yang digoreskan pada dinding ataupermukaan apa saja, Begitulah sekiranya pendefinisian grafitimenurut Syamsul Barry (2008:31). Menurut Kamus BesarBahasa Indonesia (KBBI) grafiti adalah lukisan kuno padadinding atau batu (berasal dari bahasa Italia). Ada pula yangmendefinisikan grafiti sebagai sebagai salah satu dari unsurhip-hop (tiga unsur lainnya yaitu break-dancing, DJ-ing, dan rapping)(Adhi 2005:85).

Keragaman pendefinisian tersebut menggambarkanperjalanan grafiti di setiap masa. Perdebatan mengenai asal mulagrafiti menunjukan bahwa belum terdapat kesepakatanmengenai apa itu grafiti sesungguhnya. Secara istilah grafitiberasal dari bahasa latin yaitu “graphium” yang artinya menulis.Istilah ini pada awalnya dipakai oleh para arkeolog padabangunan bangsa Mesir dan Romawi yang ditafsirkan sebagaisindiran-sindiran terhadap pemerintah, sedangkan di Roma,grafiti dipakai sebagai media untuk mendiskriminasikanpemeluk agama Kristen (Jogjamuralforum 2011). Era 1970-an di New York, grafiti dikategorikan sebagai salah satu dariunsur hip-hop. Grafiti era tersebut berkembang menjadi seniurban underground, selain sebagai sarana untuk menunjukaneksistensi grafiti juga digunakan untuk menyuarakan kritik sosialdan politik.

Page 34: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7

Di Indonesia perdebatan mengenai grafiti juga terjadi.Ada yang mendefinisikan grafiti sebagai goresan atau coretanpada suatu media dinding atau batu. Goresan pada dinding-dinding gua pada masa lampau sebagai grafiti ataupun coretanpada tembok kota dengan berbagai variasi bentuk danmacamnya sebagai grafiti. Coretan inisial geng-geng sekolah, grafitipolitik yang berisi sindiran dan kritik ataupun grafiti yangpernah berkembang pada masa kemerdekaan sebagai pengobarsemangat masuk ke dalam pengertian tersebut. Pengertian inimerangkul berbagai macam bentuk, masa ataupun tujuanpembuatan menjadi grafiti yakni sebagai goresan atau coretanpada suatu media dinding atau batu. Pada sisi lain, pendefinisiangrafiti menjadi sesuatu yang luas, membuat segala hal yangberhubungan dengan corat-coret dapat digolongan menjadigrafiti. Ketidakfokusan dan kekaburan makna akan grafiti patutmenjadi telaah dalam pengertian ini.

Terdapat pula kalangan yang mendefinisikan grafitimerupakan bagian dari hip-hop yang merupakan seni urbanunderground. Pengertian ini berkembang sekitar tahun 1980-andi Indonesia, seiring dengan merebaknya tarian breakdance.Grafiti termasuk sebagai sebuah seni, bukan corat-coretan liarataupun coretan pada dinding gua. Grafiti menjadi sesuatu yangbaru, sebuah seni dan bagian dari kultur hip-hop. Pendefinisiantersebut membuat grafiti menjadi ekslusif, namun kurang dapatmengakomodasi keanekaragaman dunia corat-coret.

Kacamata yang melihat grafiti sebagai seni menjadikangrafiti dalam “bentuk lain” menjadi sesuatu yang vandal. Senidikontruksikan dengan sesuatu yang indah, malah terkadangcenderung rumit bahkan abstrak. Seni adalah untuk seniBegitulah kiranya pepatah yang digunakan dalam pendefinisiangrafiti. Coretan geng-geng sekolah ataupun grafiti politik tidak

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 35: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8

Politik dan Grafiti

dapat masuk ke dalam pendefinisian tersebut karena seni dankeindahan acapkali digandengkan secara kuat. Grafiti yangmenggunakan teknik yang tinggi, cat semprot yang bagus sertabentuk yang indah serta bervariasi, Begitulah sekiranya visualisasigrafiti sebagai bagian dari konsep seni. Hal tersebutdimaksudkan untuk memudahkan penyampaian pesan grafitisebagai media komunikasi kepada masyarakat.

Herbert Read menyatakan bahwa seni itu tidaklahharus indah (Prawiro dan Dharsono 2003:18). Secara umum,seni lebih berorientasi kepada kepuasaan, ekspresi dan tujuandalam pembuatannya, namun sebagaian kalangan menilai senibukanlah sesuatu yang rumit, dimana galeri sebagai tempatpamernya. Begitu pula dengan grafiti yang identik dengan tembokjalanan. Karya jalanan lebih dekat dengan sesuatu yang “vandal”.Tembok jalanan sebagai media eskpresi, kritik, perlawananataupun ketidaknyamanan yang dituangkan melalui grafiti. Olehkarena itu, jika seni harus sesuatu yang indah dan galeri sebagaitempat pamernya, grafiti bukan tergolong ke dalam sebuahseni.

Perdebatan tersebut nampaknya akan terus berjalan.Oleh karena itu, penulis ingin mencoba mengemukakan suatudefinisi mengenai apa itu grafiti. Definisi yang berdasar padaperdebatan tersebut namun lebih dekat dengan realitas duniagrafiti era sekarang, yaitu dunia grafiti Yogyakarta pada fasekekinian. Pada dasarnya, grafiti merupakan suatu goresan yangberkembang menjadi coretan sebagai media ekspresi yangmempunyai tujuan dalam pembuatannya. Menurut Rolly1,

1 Rolly adalah seseorang yang dituakan dalam grafiti Yogyakarta yangmasih berkarya hingga sekarang, menghadirkan ungkapanLOVEHATELOVE (LHL) sebagai sebuah pesan bahwa segala sesuatu

Page 36: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9

grafiti adalah tulisan dengan cat semprot pada media yangberwujud tembok, terutama tembok jalanan (Rolly, 2010,wawancara, 29 Oktober). Penulis mendefinisikan grafiti sebagaitulisan/coretan yang mempunyai tujuan dalam pembuatannya,biasanya menggunakan cat semprot dan tembok jalanan sebagaikuas serta kanvas untuk mengkomunikasikan suatu ekspresi.

Pada dunia tembok jalanan di hutan visual Yogyakartasekarang, grafiti tidaklah sendiri. Terdapat banyak senimanjalanan dan aktor-aktor lain yang ikut meramaikan tembokjalanan Yogyakarta. Mural, stencil ataupun poster menjadi“pesaing” untuk berkarya di tembok. Pendefinisian mengenaigrafiti tersebut dapat membantu untuk mengidentifikasimisalnya apa perbedaan antara grafiti dengan mural. Grafitiidentik dengan tulisan/coretan dengan cat semprot sedangkanmural identik dengan gambar dengan cat tembok dan lebihmenonjolkan kesan gambar bentuk. Grafiti merupakan bahasakomunikasi sehari-hari para grafiter di tengah hiruk-pikukYogyakarta. Perkembangannya, terdapat kelompok-kelompokgrafiti yang merupakan ekspresi para geng dan kelompok yanggrafiti yang lebih menonjolkan pesan dan ekstetika. Grafiti yangmenonjolkan pesan dan estetika yang akan menjadi fokus padapenelitian ini, selain karena merupakan femonema yang sedangmenjamur, grafiti tersebut lebih merepresentasikan realitakomunikasi politik sehari-hari.

dalam hidup adalah sebuah proses yang penuh ketidakpastian, LHLsekaligus sebagai street name untuk menyapa siapa saja dalam setiappenghadirannya.

Mengolah warna dengan goresan kuas dan semburan cat semprot iaberharap mampu menghangatkan kembali ruang-ruang beku di dalamkota sekaligus menunjukkan bahwa dirinya ada di antara kita.

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 37: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 0

Politik dan Grafiti

Daily Politics

Penelusuran mengenai konsep daily politics dapat kitatelisik dengan mengikuti fenomena perluasan pemaknaan politik.Fenomena kekuasaan sebagai fokusnya, tidak lagi dapat dibacahanya dengan memusatkan perhatian pada bekerjanya institusi-institusi formal negara. Masyarakat berkembang menjadisemakin kompleks, begitu juga dengan aktor-aktor di luarinstitusi negara secara formal. Fenomena bekerjanya kekuasaanlebih dapat dipahami secara komprehensif dengan memasukandimensi masyarakat (society) dan dimensi-dimensi lain dalamkajiannya (Tim Jurusan Ilmu Pemerintahan UGM, 2005:3).Begitu halnya dengan berkembangnya konsep governance. Selainmengandaikan pada bekerjanya lembaga negara secara baik,pengertian governance juga mendorong pada penguatan lembaga-lembaga pasar dan civil society (Pratikno et.al 2007).Perkembangan tersebut menunjukan, semakin luasnya kajianseputar bekerjanya kekuasaan dalam studi politik.

Kuasa tidak dapat dialokasikan tetapi terdapat dimana-mana, dimana fenomena kekuasaan sebelumnya selaludikaitkan dengan orang atau lembaga tertentu (Foucault 2006,hal.352-359). Konsep daily politics menunjukan relasi kekuasaan,pengaruh-mempengaruhi pada aras masyarakat. Politik yangmerupakan ekspresi keseharian yang terjadi dalam masyarakat.Politik yang tidak hanya terkonsentrasi pada bekerjanyakekuasaan secara vertikal namun juga menyentuh bekerjanyakekuasaan secara horizontal. Politik yang aktor-aktornyaberkontestasi dengan cara dan strategi serta media yang merekamiliki, pada ruang publik sebagai arenanya.

Pergeseran fenomena pemaknaan kekuasaansetidaknya dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu dari dimensi

Page 38: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 1

isu, dimensi aktor dan dimensi media. Pertama yaitu dimensiisu. Wacana-wacana yang berkembang pada ranah publik tidaklagi hanya berkutak pada isu-isu yang idiologis, namunberkembang menjadi isu-isu baru, ad-hoc, dekat dengankehidupan sehari-hari. Kedua yaitu aktor yang berperan.Dimensi aktor yang berperan tidak lagi hanya berkutar seputarinstitusi atau aktor-aktor pada bekerjanya kekuasaan pada ranahnegara, namun merupakan aktor-aktor baru yang terkadangtidak teridentifikasi. Walaupun acapkali tidak teridentifikasi dankurang diperhitungkan, namun aktor-aktor tersebut turutmenentukan proses politik yang ada. Ketiga yaitu media yangdigunakan. Terjadi perluasan media yang digunakan, misalnyamedia untuk menyampaikan pendapat dan berekspresi.Perluasan media tersebut tidak menggantikan media yang sudahada namun melengkapi serta menambah variasi.

Dalam konteks Indonesia, perkembangan kajianmengenai dinamika perjalanan ilmu politik juga terjadi. MenurutAA GN Ari Dwipayana (2005: 56), perjalanan ilmu politik diIndonesia dapat dibagi dalam beberapa periode. Perjalananteorisasi ilmuwan politik mengalami pergeseran, mulai padaawal kemerdekaan (1945-1960) berorientasi pada negara, tahun1960-1970 berorientasi kepada masyarakat, kemudian (tahun1970-1990) bergeser berorientasi pada negara hingga kembaliberorientasi kepada masyarakat menjelang tahun 1990-an.

Pergeseran teorisasi ilmu politik mendekat kepadamasyarakat menjadikan kajian daily politics memberikan anginsegar. Kajian yang berbeda dengan kerangka kajian politikformal, daily politics melihat politik sebagai konsep kekuasaandalam ranah masyarakat dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan peta pergeseran fenomena politik daripolitik formal (klasik) menjadi daily politics:

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 39: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 2

Politik dan Grafiti

Tabel 1.1: Peta Pergeseran Fenomena Politik(Savirani 2005: 94)

Fenomena tersebutlah yang disebut oleh Beck danGiddens sebagai risk society yakni proses perkembanganmasyarakat modern yang ditandai dengan meningkatnya resikokehidupan sosial, ekonomi dan politik (Savirani 2005:90).Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikankontrol terhadap kehidupan semakin minimal. Oleh karenaitu, masyarakat “berpolitik sehari-hari” untuk mengatasi haltersebut. Sebagai contoh, penelitian yang telah dilakukan TyasRatnawati (2006) mengenai daily politics dalam melihat upayamemulihkan kepercayaan konsumen di Indonesia akibatmerebaknya isu makanan berfomalin. Pedagang mei ayamataupun bakso mengadakan serangkaian agenda untukmengembalikan kepercayaan konsumen, misalnya denganmakan bakso atau mie ayam berhadiah. Acara tersebut sangatjauh dari konsep kekuasaan secara formal namun merupakancara berpolitik sehari-hari versi pedagang yang berusahadilakukan untuk mengatasi masalah kepercayaan konsumen.

Sumber: Diolah dari Hajer dan Wagenaar (2003:1-24),Beck et al.(1994: 37)

No Poin Klasik-Tradisional Daily Politics 1 Terminologi Negara, pemerintah, otoritas,

loyalitas, kedaulatan, partisipasi, partai politik, kelompok kepentingan

Governance, interdependencies, network, trust, complexity

2 Karakter kelembagaan

Statis Cair

3 Metodologi pembacaan fenomena politik

Kuantitatif-positivistik Kualitatif etnografis, practices, interpretatif

4 Karakter isu yang menjadi perhatian

Normatif (Abstrak) Empiris, sehari-hari

Page 40: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 3

Giddens menyebut fenomena politik tersebut dengansebutan daily politics, life politics atau secondary politics. Ulrick Beckmenamai fenomena politik tersebut dengan sub politics yangmenekankan pada sebuah politik yang menjauhi parleman danmenuju pada fenomena dan kelompok yang ada dalammasyarakat (Giddens 2003:55). Sedangkan Waren menyebutnyadengan secondary reality of political practise, yang menyatakanadanya beberapa kekhasan dari konsep tersebut yakni adanyapeningkatan partisipasi dari masyarakat, adanya tekanan untukmelewati batas politik klasik serta adanya komunikasi antarapembuat kebijakan dan objek kebijakannya (Hajer danWagenaar 2003:3).

Seseorang atau sekelompok orang membuat tulisandengan menggunakan cat semprot di sebuah perempatan, lazimkita jumpai di Yogyakarta. Berbagai macam gaya, rupa danwarna menghiasi tembok jalanan. Menjamurnya dunia tulisancat semprot pada tembok Yogyakarta, patut menjadi telaahbersama. Fenomena tersebut oleh penulis dilihat sebagai dailypolitics atau politik sehari-hari. Kacamata daily politics terlihatsangat berbeda dengan cara pandang politik formal.Sekelompok anak muda yang membuat grafiti pada sebuahtembok di perempatan jalan menurut kacamata politik formalbelum dapat dikatakan sebuah politik. Kerangka kajian politikformal memaknai politik jika erat kaitannya dengan negara,kebijakan ataupun pemerintahan.

Daily politics merupakan cara pandang baru untukmelihat bekerjanya kekuasaan, walaupun bukan merupakankonsep baru dalam dunia keilmuwan. Para sosiolog-lah yangsedang menelaah konsep ini yang didasari oleh perkembanganyang ada pada masyarakat. Konsep risk society yang digagas olehpara sosiolog membawa implikasi terhadap kajian ilmu politik

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 41: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 4

Politik dan Grafiti

dan pemerintahan yaitu memunculkan fenomena politik“pinggiran” (Savirani 2005:88). Kacamata daily politics memangmasih menjadi perdebatan untuk dikategorikan sebagai politikatau bukan politik. Namun, penulis menilai bahwa daily politicsmampu mengisi kekosongan kacamata politik klasik dalammemandang fenomena dalam masyarakat yang semakinkompleks. Bukan mencederai kerangka kajian politik klasiknamun justru menambah khasanah kacamata untuk melihatfenomena politik dan kekuasaan yang ada pada masyarakat.

Pembacaan peta tersebut, politik formal (klasik)memandang politik adalah kekuasaan yang formal,berhubungan dengan negara seperti pemilu, pembuatankebijakan ataupun seputar peraturan dan perundang-undangan.Pelaku politik formal tersebut biasanya adalah kalangan elit.Berbeda dengan daily politics, setidaknya ada beberapa aspekyang membedakannya dengan politik formal (Savirani 2005:92-93);

Pertama, daily politics memperlihatkan bahwa masyarakatterdiri dari struktur yang bersifat terbuka dan dinamis, dimanamasyarakat seringkali menciptakan sendiri kesempatan danresiko baru. Daily politics sangat erat dengan kehidupan ataupunbudaya masyarakat perkotaan. Oleh karena itu, perlu kacamatakhusus untuk melihat dinamika masyarakat yang semakinkompleks.

Kedua, agenda yang dibawa daily politics merupakanisu keseharian pada masyarakat. Daily politics tidak bekerja dalamrangka menggulingkan kekuasaan. Politik menjadi sesuatu yangpersonal, dekat dengan individu dan ad-hoc. Lebih menekankanpada keberlangsungan kehidupan sehari-hari sehingga isu yangdiangkatpun bukan ditujukan untuk menjatuhkanpemerintahan.

Page 42: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 5

Ketiga, aktor daily politics merupakan aktor baru yaitumasyarakat pada umumnya, kelompok profesional ataupunkelompok-kelompok yang dibuat oleh masyarakat. Dalampenelitian ini, aktor yang berperan yaitu grafiter pada khususnyadan masyarakat pada umumnya.

Keempat, Aktor-aktor daily politics tersebut kemudianberkompetisi dengan pelaku politik formal namunmenggunakan cara yang tidak resmi yaitu cara berpolitik sehari-hari versi aktor tersebut. Strategi ataupun cara yang digunakanmerupakan cara berpolitik sehari-hari, tidak seperti carabekerjanya aktor-aktor dalam politik formal.

Kelima, fenomena dalam daily politics tidak berlangsungpada suatu lembaga yang formal. Pembentukan ataupengorganisasian berlangsung cair, misalnya ada sebuah isu yangmembangun sebuah komunitas. Dalam pengorganisasiannyakomunitas tersebut mempunyai aturan yang dibuat bersamadan untuk ditaati bersama namun berlansung sangat cair.

Fenomena grafiti pada tembok jalanan Yogyakarta,dapat dikerangkai dengan kacamata daily politics. Yogyakartamerupakan daerah yang masih memegang teguh tradisinyanamun juga bersifat terbuka dan dinamis. Begitu pula dalampenerimaan mengenai dunia grafiti, dimana terdapat pro-kontrapada awalnya namun lambat laun masyarakat mampumenerima secara sadar ataupun tidak sadar. Penerimaantersebut tidak lain karena tulisan grafiti dekat dengan isu-isukehidupan sehari-hari misalnya kritik sosial ataupun isu-isu yangsedang hangat di masyarakat sehingga tidak bertujuan untukmenggulingkan pemerintahan yang ada. Grafiter merupakanaktor yang lambat-laun mampu menginfeksi masyarakat untukturut ambil bagian. Mereka berpolitik dengan mengrafiti

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 43: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 6

Politik dan Grafiti

tembok-tembok jalanan ataupun tembok pada gang perumahanmereka. Pengorganisasian grafiter pun berlangsung sangat cair,ada yang hanya ikut-ikutan namun ada pula yang telah membuatkomunitas kecil-kecilan.

Komunikasi Politik

Grafiti mempunyai tujuan di setiap pembuatannya,tujuan tersebut berkorelasi dengan kondisi sosial, politik,ekonomi ataupun budaya yang melingkupinya. Grafiti yangberisi pengharapan, pengobar semangat ataupun kritik sosialmembuktikan bahwa grafiti menjadi media komunikasi. Adapesan yang ingin disampaikan dan dikomunikasikan melauimedia tembok-tembok jalanan yang menjadi kanvas untukberkarya. Penempatannya yang strategis menjadikan grafitimudah diakses oleh siapa saja selain menarik perhatian karenapenampilannya yang mencolok.

Menurut Harold Laswel, cara yang mudah untukmelukiskan tidakan komunikasi yaitu dengan menjawabpertanyaan;

1. Siapa?

2. Mengatakan apa?

3. Dengan saluran apa?

4. Kepada Siapa?

5. Dengan akibat apa? (Nimmo 2000:13).

Pada dasarnya komunikasi merupakan prosespenyampaian pesan atau transfer informasi melalui mediatertentu. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut;

Page 44: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 7

Bagan 1.1. Model Listrik dalam Komunikasi

Anwar Arifin (2000:28) menyatakan komunikasiadalah proses pernyataan antar manusia. Sedangkan berbicaramengenai politik, tidak terlepas dari konsep kekuasaan itusendiri. Komunikasi politik merupakan perkawinan ilmukomunikasi dan ilmu politik dimana perkawinan ini menambahkekayaan khasanah ilmu poltik dan ilmu komunikasi.Pendefinisian komunikasi politik masih menjadi perdebatan,menurut Nimmo komunikasi politik yaitu (kegiatan) komunikasiyang dianggap komunikasi politik berdasar konsekuensi-konsekuensinya (aktual maupun potensial) yang mengaturperbuatan manusia dalam kondisi konflik. Berdasarkan definisitersebut terdapat aspek-aspek dari komunikasi politik yaitukomunikator politik, pesan politik, persuasi politik, mediakomunikasi politik, khalayak komunikasi politik dan akibat-akibat komunikasi politik(Nimmo 2000:9).

Komunikator politik seringkali disandangkan kepadapara politikus, profesional ataupun aktivis dimana interaksitersebut dikerangkai dalam konsep komunikasi pemerintahataupun pemimpin kepada publik. Adapun pesan yang diusungdalam komunikasi tersebut merupakan pesan politik yangbertujuan untuk mempengaruhi preferensi masyarakat.Sedangkan, persuasi politik meliputi propaganda, iklan politikdan retorika yang dapat menggunakan media politik berupakampanye massa, personal ataupun organisasi. Demikian konsepkomunikasi poltik yang menjadi mainstream dalam duniakeilmuwan komunikasi politik.

Sumber Pesan Penerima

(Arifin 2003:56)

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 45: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 8

Politik dan Grafiti

Pemaknaan komunikasi politik pada umumnyamenggunakan kerangka pikir politik formal yaitu terkait seputarkekuasaan secara formal. Sebagai contoh, sosialisasi kebijakan,kampanye partai politik ataupun kegiatan kepemerintahanlainnya. Mayoritas konsep komunikasi politik menggunakanmekanisme top-down yaitu dari pemerintah kepada masyarakat.Meskipun terdapat konsep partisipasi masyarakat melaluipemilu, namun hal tersebut masih dalam kerangka konseppemikiran politik formal.

Komunikasi politik dalam konsep komunikasi politiksehari-hari menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Konseptersebut merupakan komunikasi masyarakat dalam kehidupansehari-hari yang tidak terlihat politis, namun sebenarnya politis,dimana terdapat relasi kuasa di dalamnya. Komunikasi tersebutdapat berlansung dengan mekanisme top-down ataupun bottom-up , dapat berupa komunikasi antar masyarakat ataupunkomunikasi masyarakat dengan pemerintah dan begitusebaliknya. Kacamata ini diharapkan untuk menambal masalahkomunikasi politik yang terlalu “formal” sehingga hirau akanrealita kehidupan masyarakat sehari-hari yang mayoritas tidaktersentuh.

Dalam komunikasi, diperlukan media sebagai saranauntuk mentransfer informasi. Ada tiga kategori utama yaitumedia persentasional yang berupa wajah, suara dan tubuh sertamembutuhkan komunikator sebagai medium (Fiske 1990:18).Kemudian media representasional yaitu media ini seperti lukisan,buku, tulisan, fotografi dan lain-lain. Selanjutnya yaitu mediamekanis yang berupa telepon, radio ataupun televisi. Grafitimasuk ke dalam media representasional yang merupakan mediayang tidak membutuhkan kehadiran komunikator secaralangsung. Kemunculan komunikator tidak lain ketika pembuatan

Page 46: POLITIK dan GRAFITI - UGM

1 9

grafiti, namun orang lain masih mampu menikmati grafititersebut tanpa kehadiran komunikator.

Tembok jalanan Yogyakarta layak disebut sebagaihutan yaitu hutan visual yang rimbun oleh karya tulis dunia catsemprot. Visualitas sangat lekat dengan kehidupan sehari-harimasyarakat. Menurut penelitian Rini Larasati (2004) terdapatdua macam visualitas yang ada dalam visual kota Yogyakartayaitu visualitas produk industri dan visualitas yang diproduksioleh kelompok. Billboard, neon box, spanduk ataupun postermerupakan contoh dari visualisasi produk industri. Contohvisualisasi produk yang diproduksi oleh kelompok misalnyamural ataupun grafiti.

Masyarakat pada umumnya menilai visualisasi produkindustri pada lingkungan sekitar kita merupakan hal yang wajardan merasa tidak menganggu, padahal visualisasi tersebutmerupakan rayuan untuk membujuk konsumen agar tertarik.Oleh karena itu visualisasinya dibuat seindah dan semenarikmungkin. Berbeda dengan visualisasi yang diproduksi olehkelompok, misalnya grafiti masyarakat menganggap visualisasitersebut “mengotori” bahkan distempel sebagai tindakan vandal.Padahal, tidak semua grafiti itu bertujuan untuk merusak,terdapat grafiti yang bertujuan untuk memperindah tembokjalanan ataupun bertujuan untuk penyampaian pesan kepadamasyarakat.

Dunia dinding jalanan, khususnya grafiti mempunyaipotensi untuk dimanfaatkan. Aktor-aktor dunia dinding jalananYogyakarta, didominasi oleh kawula muda, yang mayoritaspelajar, mahasiswa ataupun pekerja seni, dapat dilirik sebagaisuatu “pasar”. Begitu halnya dengan karya grafiter yang beradapada kanvas tembok jalanan. Grafiti terdapat pada ruangpublik, dimana banyak masyarakat melakukan aktivitas

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 47: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 0

Politik dan Grafiti

keseharian meraka. Demam grafiti yang melanda sebagiankalangan masyarakat Yogyakarta ikut menambah daya tarikdunia grafiti. Oleh karena itu, keberadaan grafiti stategis untukdimanfaatkan oleh berbagai aktor yang ada sebagai mediakomunikasi politik sehari-hari.

Perkembangannya, banyak indikasi pemanfaatangrafiti oleh aktor-aktor tertentu sebagai media komunikasipolitik sehari-hari. Untuk kepentingan politik ataupun sebagaimedia iklan untuk kepentingan ekonomi. Nills Brunsson(1990:330) menyatakan terdapat fenomena Company-ization(kompanisasi) atau yang terkenal dengan sebutan komodifikasi.Secara singkat dapat dijelaskan sebagai logika sebuah perusahaanyang merasuk ke dalam sebuah organisasi atau kelompok yangmempunyai elemen-elemen politik. Logika tersebut yaitukeuntungan atau profit oriented. Sebagai contoh, dalam duniapolitik formal yaitu ketika pemerintah melayani warganyasebagai pelanggan, memang terdapat pelayanan yang efektifdan efisien namun juga harga yang ditawarkan menjadi mahal.Bentuk lain dari kompanisasi misalnya ketika kekuasaanmeminta otonomi yang lebih dan ketika kekuasaan memilikisebuah harga tersendiri (bukan tugas wajibnya).

Fenomena perubahan bahasa visual dunia tembokjalanan lebih khususnya grafiti memang telah terjadi. Duniadinding jalanan dibawa masuk ke dalam ruang-ruang pamer,dimana yang liar dengan kata “jalanan” bergeser menjadi teratur,fenomena semacam ini disebut oleh Syamsul Barry (2008:78)sebagai “kromonisasi”. Konsep kromonisasi berasal dari BahasaJawa yang ditata secara hierarkis yaitu dari kromo, madya dankemudian ngoko. Kromo merupakan bahasa alus yang tentunyaditerima oleh semua kalangan sebagai bentuk penghormatan,sedangkan ngoko merupakan bahasa kasar yang mempunyai

Page 48: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 1

kesan negatif. Kromonisasi merupakan proses pengalihansesuatu yang kasar atau berkesan negatif menjadi sesuatu yanglebih halus dan dapat diterima oleh semua kalangan. Namun,pada sisi lain kromonisasi merupakan bentuk penjinakan olehpihak lain untuk melakukan sesuai dengan pesanan pihaktersebut. Fenomena seperti ini nampaknya sedang meradangpada dunia dinding jalanan. Grafiti yang merupakan mediakomunikasi daily politics berganti suara pada tembok jalanan,Begitu pula dengan realitas yang direpresentasikan oleh grafiterjuga berbeda.

Berdasar pada pemetaan dan pemaparan tersebut,Penulis mendefiniskan grafiti sebagai tulisan/coretan yangmempunyai tujuan dalam pembuatannya, biasanyamenggunakan cat semprot dan tembok jalanan sebagai kuasserta kanvas untuk mengkomunikasikan suatu ekspresi. Dailypolitics, penulis definisikan sebagai cara berpolitik versimasyarakat sebagai respon atas keadaan di sekitarlingkungannya, dengan aktor, cara dan strategi versi politiksehari-hari masyarakat. Sedangkan, pendefinisian mengenaikomunikasi politik yakni merupakan proses pernyataan antarmanusia, dengan elemen meliputi aktor, pesan, media, penerimadan dampak, yang mana di dalamnya terdapat interaksikekuasaan.

Melirik Grafiti Yogyakarta

Page 49: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 2

Politik dan Grafiti

Page 50: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 3

BAGIAN KEDUA:POTRET GRAFITI YOGYAKARTA

Grafiti mempunyai bentuk di setiap masa yangdipengaruhi oleh kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya.Bab ini akan memaparkan mengenai perjalanan grafiti mulaidari grafiti yang berisi pesan pengharapan, grafiti sebagaipengobar semangat, grafiti yang bernuansa kritik hingga grafitiyang bernuansa seni. Perkembangan grafiti level global akanmenjadi telaah dalam penelitian ini, Begitu juga denganperkembangan grafiti secara umum di Indonesia. Pemaparanini kemudian akan difokuskan mengenai grafiti era transisi dariera orde baru menuju era reformasi sebagai pintu untuk melihatgrafiti kekinian.

Potret grafiti Yogyakarta akan menjadi penelusuranselanjutnya. Dimulai dengan kemunculan dan pemetaan grafitiditengah masyarakat Yogyakarta, dilanjutkan dengan responsatau tanggapan masyarakat Yogyakarta terhadap dunia corat-coret jalanan khususnya grafiti. Masyarakat Yogyakarta lambatlaun mulai menerima kehadiran grafiti, namun tidak banyakpula yang masih beranggapan grafiti adalah corat-coret gengyang pernah marak di Yogyakarta sekitar tahun 1980-1990-an. Setiap kota mempunyai cerita tersendiri, Begitu pula dengangrafiti Yogyakarta yang mempunyai nuansa berbeda dengankota-kota lainnya misalnya, Jakarta, Bandung ataupun

Page 51: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 4

Politik dan Grafiti

Surabaya. Semua pelacakan mengenai grafiti tersebutterangkum dalam bab ini dengan judul: Potret GrafitiYogyakarta.

Melacak Perjalanan Grafiti

Grafiti mempunyai cerita tersendiri di setiap tempatdan waktu. Sejarah grafiti dapat diruntut mulai dari grafiti padamasa lampau hingga grafiti era modern. Catatan sejarahmengenai grafiti di berbagai tempat dapat digunakan sebagaipembanding dengan grafiti yang berkembang di Indonesia dandi Yogyakarta pada khususnya. Grafiti tersebut mempunyaipersamaan dan perbedaan yang dapat ditelisik.

Sejarah Grafiti dari Kacamata Dunia

Sejarah grafiti dapat ditilik dari zaman manusia primitifyang mana mereka mengkomunikasikan perihal perburuandengan melukiskannya pada dinding-dinding gua. Dalam masatersebut, grafiti difungsikan sebagai sarana mistik dan spiritualuntuk membangkitkan semangat berburu (Wicandra 2006:51).Pada bangsa Mesir, grafiti terdapat pada dinding piramid yangmengambarkan keadaan masyarakat dan perjalanan ketikaseseorang itu mati. Grafiti tersebut mengkomunikasikanmengenai alam lain yaitu bagaimana seseorang yang mati tersebutbertemu dengan dewa-dewa. Istilah ini pada awalnya dipakaioleh para arkeolog untuk mendefinisikan tulisan kuno padabangunan bangsa Mesir dan Romawi. Hasil penerjemahantersebut teridentifikasi sebagai sindiran-sindiran terhadappemerintah Romawi Kuno. Sementara di Roma graffiti dipakaisebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk agamaKristen yang pada zaman itu dilarang kaisar (Jogjamuralforum2010).

Page 52: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 5

Dalam konteks yang lebih modern, pembicaraan grafitimarak kembali ketika pertengahan menjelang akhir tahun 1960-an. Dua orang seniman Philadelphia melakukan bombing denganmelukiskan nama mereka “Cornbread” dan “Cool Earl” disemuatempat untuk menarik perhatian masyarakat dan wartawan.Sebagian kalangan menilai grafiti di mulai di New York sekitarawal 70-an berbarengan dengan unsur hip-hop (tiga unsurlainnya yaitu break-dancing, DJ-ing, dan rappin), grafitiditampilkan sebagai seni underground yang ditambikan secaramencolok pada area publik (Adhe 2005:85).

Seorang loper dengan inisial TAXI 183 yang bernamaasli Demetrius menjadi salah satu penulis awal grafiti yangmendapat pengakuan. Berawal dari kebiasaanya menggunakankereta setiap harinya dalam melakukan pekerjaannya,Demetrius ingin menunjukan eksistensinya dengan secara diam-diam meninggalkan coretan dengan cat semprot pada kereta,yang biasa disebut tag, TAXI 183 kemanapun dia pergi. Bahkan,The New York Times pernah memuat artikel tentang TAXI183 pada tahun 1971. Kereta bawah tanah merupakan saranauntuk menuangkan ekspresi grafiter selain untuk menandaidaerah kekuasaannya. Mulai tumbuh persaingan antar krudalam memperebutkan daerah kekuasaanya.

Keadaan New York yang kurang stabil menjadikangrafiti-grafiti tersebut dinilai sebagai sesuatu yang “menganggu”dan dianggap sebagai kegiatan yang merusak keindahan umum.Penjara telah disiapkan untuk para grafiter yang tetap berkarya.Namun hal tersebut tidak menurutkan menurunkan semangatgrafiter, mereka malah menjadi semakin militan untuk mencuri-curi kesempatan yang ada.

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 53: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 6

Politik dan Grafiti

Penutupan dan pembersihan kereta bawah tanah, padasatu sisi menyisakan sedikit grafiter namun pada sisi lain, mulaimuncul sebagai karya-karya publik yang dilihat secara estetisPada pertengahan hingga akhir 1970-an gerakan grafitimencapai puncaknya. Seorang mahasiswa di New York CityCollege, Hugo Martinez merupakan orang yang bertindak untukmendapatkan legistimasi artistik pada grafiti, usaha yangdilakukannya yaitu dengan mendirikan United Graffiti artistsuntuk mengajak para grafiter agar menunjukan karyanya secaraformal (Adhe 2005: 94-95).

Grafiti semakin berkembang, mulai muncul tag unik,gaya, desain, ukuran hingga bentuk yang semakin beragam.Alternatif media lain juga mulai digadangkan oleh para grafiteryakni tembok jalanan. Tidak ketinggalan pula atap-atapbangunan juga menjadi target para grafiter untuk berkarya.Melihat fenomena tersebut, pemerintah mulai mengetatkanperaturan dan melalukan penangkapan-penangkapan kepadagrafiter dengan alasan merusak fasilitas umum dan mengangguketertiban. Perkembangan selanjutnya sampai kepadapendokumentasian grafiti yaitu mempublikasikan InternationalGraffiti Times sebagai gerakan corat-coret, grafiter jalanan menilaihal tersebut sebagai upaya untuk menjadi tenar, “Real writersbomb trains: Not magazines” (Adhe 2005: 94-95). Terlepas darihal tersebut, pempublikasian dokumentasi grafiti dapat dinilaisebagai cara pengkomunikasian grafiti kepada dunia luar.

Seiring dengan perkembangan teknologi, sekitar tahun1994 dunia Cyber Space menelorkan website yang fokus padadokumentasi “Writing is Art Crimes” di seluruh dunia tentanggrafiti (Adhe 2005: 94-95). Pada dunia maya, grafiter mampuberkomunikasi lintas batas. Hal tersebut memudahkan orangyang tertarik pada dunia grafiti namun merasa kurang nyaman

Page 54: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 7

ketika harus berada pada kereta bawah tanah atau pada tembokpinggir jalan. Situs tersebut merupakan media pelatihanbersama, saling tukar informasi maupun berbagi pengalaman.

Grafiti melalui dunia maya sebagai medianyamenjadikan fenomena bombing cyberspace semakin marak. Setiaporang bisa belajar untuk menjadi grafiter versi dunia mayadengan seperangkat piranti komputer dan jaringan internet.Grafiti era modern di New York mampu menjadi gerakan seniunderground, yang memperjuangkan eksistensi grafiter denganbombing . Meskipun dilarang, grafiter mencoba untukmenyiasatinya untuk dapat bertahan dan berkarya. Selain itu,grafiter juga mencoba untuk berdamai dengan pemerintah untukmelegalkan grafiti.

Cerita Sejarah Grafiti Indonesia

Di Indonesia, goresan gambar tertua terdapat padakebudayaan Toala, Mesolitikum, C 4000 tahun yang lalu.Tepatnya pada dinding gua Pattae Kere di daerah Maros,Sulawesi Selatan. Goresan tersebut berbeda dari hiasan dindinglainnya yang bertujuan untuk memperindah, namun tujuannyayakni mengandung pesan pengharapan. Tulisan lain jugaditemukan pada Goa Jati Jajar di daerah Gombong, JawaTengah. Tertulis angka 1926 sebagai tahun tertua yang diikutidengan nama seseorang yang pernah berkunjung ke Goa JatiJajar (Barry 2008: 32). Lambat laun, coret-mencoret dindinggua menjadi sebuah tren hingga sekarang sehingga stalakmitdan stalaktit menjadi ramai akan coretan

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 55: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 8

Politik dan Grafiti

Grafiti pada Gua Jati Jajar.(Barry 2005)

Kemunculan grafiti dalam seting yang lebih modernterlihat pada masa kemerdekaan Indonesia. Grafiti menjadimedia sebagai pemompa semangat perjuangan guna mengusirpenjajah. Grafiter juga turut mengambil posisi dalam perjuangankemerdekaan, dengan senjata coretan cat semprotnya padakanvas dinding jalanan. Pelukis Afandi pada masa penjajahanBelanda membuat slogan “Boeng Ajo Boeng” yang kemudianmerebak pada tembok-tembok jalanan (Wicandra 2006:51).Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) dan Pusat TenagaPelukis Indonesia (PTPI) merupakan organisasi yang bernuansaseni namun turut andil dalam perjuangan kemerdekaan sekaligustetap berkarya.

Pada era pemerintahan Soekarno, grafiti yang bernuasakritik politik maupun kritik sosial marak terjadi. Hal tersebuttidak terlepas dari kondisi sosial politik yang terus bergejolak.Mulai dari pergantian sistem politk, perubahan Undang-UndangDasar (UUD) maupun perombakan kabinet. Kalangan grafiterberusaha mengekspresikan dan mengkomunikasikan dengangrafiti kepada masyarakat mengenai ketidaknyamanan kondisi

!

Page 56: POLITIK dan GRAFITI - UGM

2 9

tersebut. Mereka membuat grafiti pada ruang-ruang publikdengan asumsi akan banyak masyarakat yang menerima pesankomunikasi tersebut. Tembok-tembok jalanan di persilanganjalan merupakan media yang dipilih para grafiter untukmenuangkan pesannya.

Dalam sejarah grafiti, pada masa lampau, baik darikacamata dunia ataupun di Indonesia mempunyai benangmerah yaitu grafiti digunakan untuk tujuan yang sakral. Berbedadengan grafiti pada era modern yang mempunyai corakberagam. Grafiti di New York mampu berkembang menjadigerakan seni underground. Sedangkan, grafiti yang berkembangdi Indonesia, tidak tumbuh menjadi sebuah gerakan, namungrafiti digunakan sebagai media komunikasi. Media untukmerespon keadaan lingkungan sosial, ekonomi, politik hinggabudaya. Dapat terlihat, grafiti pada masa kemerdekaandigunakan sebagai media pengobar semangat atau grafiti politikyang berisi kritik menjelang era reformasi.

Dinamika Grafiti: dari Orde Baru hingga Reformasi

Grafiti pada masa orde baru dipandang sebagaikegiatan yang “menganggu” bahkan kriminal. Serentetan pasaltentang ketertiban, tata ruang ataupun perusakan fasilitas umumsiap menghadang, tidak jarang penjara menjadi muara.Pelabelan tersebut dikarenakan grafiti vokal menyindirpemerintah. Meskipun dilakukan dengan sembunyi-sembunyidan tidak semua grafiter berani mengambil resiko, namun grafititetap ada. Grafiti jarang muncul dalam ruang publik namungrafiti mempunyai karakter yang kuat yakni menyuarakan apayang mereka atau masyarakat rasa walaupun secara samar-samar dalam penyampaiannya pada ruang publik.

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 57: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 0

Politik dan Grafiti

Kemunculan grafiti pada rezim ini hadir setelahperistiwa Penembakan Misterius (Petrus) marak terjadi (Barri,S. 2010, wawancara, 18 November). Petrus atau yang tenardengan sebutan Operasi Clurit bertujuan untuk menanggulangitingkat kejahatan yang Begitu tinggi. Antara tahun 1983 dan1984, ditemukan mayat bertato dengan luka tembak, menurutlaporan sebuah majalah berita, korban mencapai angka 10.000(Sukab 2011). Penguasa lokal yang notabene adalah premanbanyak yang tewas, ditangkap atau menghilangkan. Daerah yangdahulunya dikuasai oleh preman menjadi tak bertuan. Peluangtersebut dilirik grafiti untuk menunjukan eksistensinya,meskipun tidak masif secara kuantitas dan masih sembunyi-sembunyi dalam melancarkan aksinya.

Lambat laun, pemerintah menilai grafiti semakin“nakal” sehingga pemerintah perlu mengambil tindakan. Bukanpetrus yang diturunkan tetapi dengan “mendoktrin” kepadamasyarakat akan karya seni versus vandalisme. Grafitidisosokan sebagai kegiatan merusak, mengotori, mencorat-corettanpa tujuan yang jelas. Pembandingnya yaitu konsep karyaseni, yang estetis, dengan seniman sebagai aktornya dan galerisebagai media pajang karya-karya seni tersebut. Seni dalamkonsep ini malah terkadang kurang dapat dipamahi maksudnyakarena terlalu abstrak, kurang dekat dengan realitas masyarkatsehingga menjadikan seni terpisah dengan kehidupan masyarakatsecara umum. Cara tersebut dinilai efektif karena masyarakatjuga akan mengambil peran untuk mengawasi dan menekanperkembangan grafiti.

Orde Baru dengan salah satu semboyannya yaituTrilogi Pembangunan yang terdiri atas stabilitas politik,pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan berusaha“mengatur” kehidupan semua sektor. Stabilitas politik salah

Page 58: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 1

satunya dicapai dengan mengesankan kegiatan politik untukkalangan masyarakat adalah berbahaya, termasuk untuk duniaseni apalagi grafiti. Orde baru melakukan depolitisasi dalamsemua lini kehidupan, bahwa seni tidak berpolitik sehingga tidakada keberpihakan seniman atas rakyat sebagai akibat traumapolitik (Santoso 2003: 309). Seni dikontruksikan dengan sesuatuyang indah, malah terkadang cenderung rumit bahkan abstrak.Galery, museum ataupun pameran dirancang untuk menjadiwadah bagi para seniman untuk memamerkan kebolehannya.Tujuan dari pengembangan infrastrukur seni tersebut tidak lainuntuk membentuk opini publik ke arah seni individualis.

“Seni adalah untuk seni”, Begitulah kiranya pepatahyang digunakan oleh pihak penguasa untuk membius paraseniman guna melanggengkan kekuasaannya. Seni dankeindahan acapkali bergandengan secara kuat, Herbert Readmenyatakan bahwa seni itu tidaklah harus indah (Prawiro danDharsono 2003: 7). Orde baru dengan orientasi pertumbuhanekonominya, membuat dunia seni diselimuti dengankomersialisme pasar. Akibatnya, orientasi seniman didoronguntuk menghasilkan karya seni yang estetis sehingga mampumenarik minat pasar. Seni menjadi semakin jauh dari realitayang terjadi di masyarakat.

Grafiti yang notebene merupakan coretan dengan catsemprot acap kali tidak digolongkan dalam sebuah seni.Tindakan vandal yang biasanya melekat pada grafiti dan terusmenerus didengungkan. Hal ini lagi-lagi merupakan hal politiskarena grafiti vokal melalui tembok-tembok kota menyuarakankeadaan yang mereka anggap ganjil, sehingga dianggap“menganggu” dan “mengotori” keindahan. Tidak jarang pulapara grafiter harus berurusan dengan aparat keamanan dalamberkarya, kucing-kucingan di tengah keheningan malam.

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 59: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 2

Politik dan Grafiti

Suasana yang kurang menguntungkan bagiperkembangan grafiti menjadikan grafiti ditampilkan lebihestetis pada ruang publik. Hal ini tidak lain untuk merangkulmasyarakat agar tidak selalu melabeli grafiti dengan tindakanvandal. Tujuan dari hal tersebut agar masyarakat lebih dapatmenangkap tujuan ataupun pesan yang ingin dikomunikasikanoleh grafiter. Sebagian kalangan mulai dapat menerima kehadirangrafiti dalam konsep lain yaitu sebagai “street art” atau senijalanan. Namun, sebagaian besar masyarakat masih menilaigrafiti sebagai tindakan vandal bukan sebuah karya seni.

Seni jalanan merupakan istilah yang digunakan sebagaipembeda dengan karya seni yang dibuat dengan meminta ijindari pihak yang berwenang. Kata “jalanan” bukan sekedarmenunjukan tempat namun lebih menekankan pada kebebasanekspresi (Barry 2008: 30). Lebih tepatnya lagi, kebebasanekspresi yang beraromakan perjuangan. Kebebasan tanpaadanya pesanan dari pihak-pihak lain, kebebasan bersuaratentang ruang publik yang penuh sesak dengan poster dan balihoiklan, kebebasan untuk bersuara seputar empati sosial tentangbencana, masalah-masalah sosial dan lain sebagainya

Menakar Grafiti Jogja

Kegairahan grafiti mulai muncul ketika menjelang akhirrezim Orde Baru seiring dengan desakan gelombang reformasiyang begitu kuat. Begitu pula dengan grafiti di Yogyakarta, grafitidijadikan salah satu media protes dengan mencorat-corettembok jalanan, gedung pemerintahan dan media-media lainnya.Yogyakarta mempunyai keunikan seputar dunia dinding jalananyang disandingkan dengan budaya dan masyarakat Yogyakarta.Dilihat dari aktor yang berperan pada dunia dinding jalanan,bukanlah aktor sembarangan yang tidak berpendidikan.Mayoritas aktivis dunia dinding jalanan merupakan aktor yang

Page 60: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 3

pernah mengenyam bangku pendidikan, misalnya pernahbersekolah pada sekolah seni ataupun pada sekolah-sekolahumum. Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) ataupunmahasiswa tidak jarang menggeluti grafiti sebagai cara untukmengekspresikan apa yang mereka perjuangkan. Aktor-aktordunia tembok jalanan Yogyakarta semakin plural bahkansebagian masyarakat mulai ada yang tertarik untuk menggrafitilingkungan sekitar mereka.

Kota budaya, kota pelajar bahkan hingga kota parkirdisandang oleh Yogyakarta. Sebagai kota dengan sederet nama,Yogyakarta juga merupakan surganya para seniman jalanan,tidak terkecuali grafiti. Yogyakarta yang kental akan budayanyadisatu sisi namun pada sisi lain dapat menerima budaya “lain”yang berkembang di masyarakat. Oleh karena itu dunia dindingjalanan tumbuh subur di Yogyakarta. Dunia dinding jalanantidak serta merta langsung diterima oleh masyarakat Yogyakartanamun hal tersebut merupakan proses yang berlangsung cukuplama. Peran seniman jalanan, masyarakat dan pemerintahbeserta aktor-aktor lainnya membuat seni jalanan lebih dekatdengan masyarakat dengan menuangkan realita yang ada dalammasyarakat menjadi sebuah karya menjadikan dunia dindingjalanan lambat laun diterima oleh masyarakat.

“Aku punya cerita lucu tapi berkesan Mbak. Dulutho Mbak, aku pernah nggambar di tembok sebuahgang tetangga desaku, daerah Taman Siswo samabeberapa temenku. Lha dulu kan masih sembunyi-sembunyi, ngegambarnya malam Mbak. Takut adaronda atau patroli polisi. Lha ternyata ada warga sekronda malam, emang pas kebetulan banyak malingwaktu itu. Sampai kejar-kejaran, tapi akhinyaketangkep juga, soale banyak warga yang bangun.

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 61: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 4

Politik dan Grafiti

Akhirnya, disuruh milih mau dilaporin polisi atauninggal KTP. Waktu itu aku kebetulan bawadompet soalnya aku pakai tas sekolahku buattempat pilok. Katanya besok suruh nemuin ketuaRT sekalian ngambil KTP. Setelah memberanikandiri, akhirnya aku menemui Pak RT. Kagetsetengah mati aku Mbak ketika pak RT bilang:“Nek ngegambar mbok jangan malam-malam,kaya maling , hasile malah gak bagus kan, gekdiselesein gembarnya, jangan lupa minta ijin samayang punya tembok”” (Adit 2010, 29 Oktober)

Begitu-lah cerita seorang grafiter di Yogyakarta padasaat melancarkan aksinya di sebuah gang perkampunganpenduduk. Kisah tersebut memperlihatkan sebagian masyarakatlambat laun mulai “menerima” grafiti. Sebagian besarmasyarakat memang masih menilai grafiti sebagai tindakanvandal yang merusak dan mengotori tembok-tembok jalanan.Grafiti dinilai bukan sebagai karya seni jalanan, bukan pulasebagai media komunikasi. Masyarakat pada umumnya sudahmenstempel grafiti sebagai tindakan vandal sehingga kuranghirau akan tujuan dan pesan mengapa grafiti hadir pada tembok-tembok jalanan. Padahal tidak selamanya tujuan grafiti adalahmerusak, terdapat pula grafiti yang bertujuan untukmembangkitkan semangat, ajakan ataupun kritik sosial yangmembangun.

Page 62: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 5

Gambar 2.2Grafiti berjudul “Reged Marai Ruwet”

Lokasi: Jalan W. Monginsidi(Indriyati 2011)

Gambar tersebut memperlihatkan cara berkomunikasigrafiti kepada masyarakat. Reged Marai Ruwet yang artinya kotormembuat kesemrawutan merupakan pesan yang berusahamengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai disekitar. Pesan tersebut terispirasi oleh aliran sungai yang penuhdengan sampah sehingga selokan sering tersumbat danterkadang banjir. Penempatan grafiti di sebuah perempatan danpada sebuah dinding selokan merupakan cara berpolitik sehari-hari versi grafiter yaitu agar masyarakat menangkap pesan yangdikomunikasikan melalui grafiti. Sebagian masyarakat akanmenilai grafiti tersebut “nyleneh” (baca: aneh), namun hal tersebutmerupakan salah satu strategi agar masyarakat tertarik. Grafitermengangkat realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari yangkurang dapat direspons oleh kacamata politik secara formal.

Grafiti juga tidak dapat dilepaskan dari inisial parageng pada tembok jalanan Yogyakarta. Grafiti tersebut yangbanyak dinilai oleh masyarakat sebagai sebenar-benarnya grafiti.Sekitar tahun 1980-1990-an di Yogyakarta, bermunculan geng-geng yang cukup meresahkan masyarakat. QZR atau JXZ

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 63: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 6

Politik dan Grafiti

merupakan tag inisial geng yang paling terkenal. Kedua gengtersebut saling serang dalam dunia dinding jalanan untukmenunjukan eksistensi mereka. Grafiti dengan setting orde baruyang mendoktrin seni hanya untuk seni dan grafiti bukanlahkarya seni., dilanjutkan dengan setting coretan grafiti yang dibuatoleh sekelompok geng untuk meunujukan eksistensi mereka.Fenomena tersebut membuat masyarakat menilai grafiti samadengan vandalisme.

Keberlangsungan dunia grafiti untuk menunjukaneksistensi geng, lambat laun mulai meredup di Yogyakarta.Mereka masih eksis namun tidak seperti pada masa kejayaandunia grafiti gangster. Grafiti mulai berfokus kepada pesan yangingin dikomunikasikan kepada masyarakat. Salah satu cara yangdilakukan yaitu dengan membuat grafiti lebih estetis, mulai dariwarna, bentuk ataupun gaya. Agus Naim menyatakan setidaknyaterdapat sembilan jenis grafiti yang berkembang hingga sekarangini, dimana mural digolongkannya sebagai grafiti. Namun,penulis melihat konteks tersebut kurang sesuai dengan keadaandunia grafiti di Yogyakarta sehingga penulis mengidentifikasimural bukan bagian dari grafiti Yogyakarta namun merupakanbagian dari dunia dinding jalanan Yogyakarta.

Page 64: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 7

No Jenis Karakter 1 Bubble Grafiti dengan ciri khas lekukan bulat dan

mengunakan line tebal. 2 Wildstyle Graffiti perpaduan berbentuk paduan atar huruf

yang sulit dibaca. 3 Stencil Suatu gambar yang dibuat pola untuk dicat diatas

pola tersebut. 4 Rool up Tulisan tebal dengan warna hitam dan putih. 5 Stiker Desain grafis grafiter untuk menyebarkan nama

mereka. 6 Throw up Sebuah nama grafiter yang dicat secara cepat.

7 3 d Seni graffiti tingkat tinggi dengan perpaduan warna dan cahaya yang menciptakan objek tiga dimensi.

8 Tagging Tulisan nama atau inisial grafiter.

Tabel 2.1: Jenis-Jenis Grafiti

Sumber: Agus Naim (2011)

Penamaan seniman jalanan merupakan penghargaanyang diberikan untuk orang-orang yang berkarya pada tembok-tembok jalan. Namun, penamaan tersebut tidak berlaku bagisemua orang yang berkarya di jalan. Seniman erat kaitannyakarya seni yang dihasilkan, dimana seniman jalanan merupakansebutan bagi para grafiter yang membuat grafiti secara estetis.Grafiter , bomber , tag ataupun tag ging merupakan istilahkeseharian dalam dunia grafiti. Bomber merupakan predikat yangdiberikan kepada orang yang membuat grafiti secara lebihestetis, sedangkan tagging merupakan hasil karya grafiter yangberupa inisial nama geng ataupun nama grafiter tersebut. Grafiterdengan predikat bomber terkesan lebih “sopan” dari pada grafiterversi tagging.

Persebaran grafiti di Yogyakarta tidaklah merata disetiap daerah. Terdapat daerah yang sangat padat dengan grafiti,namun terdapat pula daerah yang keberadaan grafiti jarangditemui pada daerah tersebut. Perbedaan kondisi fisik tiap

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 65: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 8

Politik dan Grafiti

daerah dan karakteristik masyarakat beserta kehidupan sosial,budaya, ekonomi dan politik mempengaruhi keberadaan grafitipada suatu wilayah.

Keberadaan seniman jalanan Yogyakarta terkonsentasipada pusat kota yaitu kota Yogyakarta. Grafiti pada empatkabupaten lain seperti Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidulmaupun Bantul, tidak sepadat pada daerah Kota Yogyakarta.Berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapangan, Bantulmenduduki peringkat tiga setelah Kota Yogyakarta dan Sleman,sedangkan pada urutan selanjutnya yaitu Kulon Progo danGunung Kidul. Selain secara kuantitas, keberagaman jenis grafitijuga terletak pada pada kota Yogyakarta. Mulai dari grafitiyang bernuansa kritik sosial, grafiti politik hingga grafiti yangmerupakan identitas para geng.

Kota Yogyakarta dan daerah sekitarnya merupakandaerah subur akan perkembangan grafiti jika dibandingkandengan kabupaten lain. Hal tersebut karena Kota Yogyakartamerupakan pusat pemerintahan, pendidikan, ekonomi sertapusat kebudayaan. Kompleksitas kehidupan perkotaanmenjadikan grafiti tampil sebagai media komunikasi daily politicsyang mengangkat masalah-masalah menjadi sebuah potret padatembok jalanan. Daerah padat grafiti di kota Yogyakarta,misalnya Jalan Mataram terutama gang-gang menuju tamanbudaya.

Titik yang menjadi center poise art graffity Yogyakartayaitu perempatan antara jalan Prof. Herman Yohanes dan jalanWahidin Sudirohusodo. Tembok pada perempatan tersebut atauyang lebih dikenal sebagai perempatan Galleria Mall menjadititik paling sibuk dalam dunia dinding jalanan. Mural ataupungrafiti hingga tagging para geng ikut meramaikan tembok tersebut,

Page 66: POLITIK dan GRAFITI - UGM

3 9

dimana coret-coretan tersebut sering kali berganti dalam waktusehari atau dua hari bahkan dalam waktu semalam. Namun,tembok tersebut sekarang hancur dan berganti wajah menjadikedai makanan.

Jalan Affandi atau yang terkenal dengan jalan Gejayanmerupakan titik merebaknya grafiti pada daerah Sleman.Sepanjang jalan tersebut terlihat grafiti mulai dari grafiti taggingpara geng hingga grafiti iklan pada rolling door toko ataupun ruko.Grafiti di daerah sleman terkonsentrasi pada pusat-pusatkeramaian seperti pertokoan dan persilangan jalan. Konsentrasitersebut masih terbilang dekat dengan Kota Yogyakarta yangmerupakan magnet utama dunia grafiti di Yogyakarta. JalanMagelang dan jalan Kaliurang juga terdapat grafiti namun tidaksepadat grafiti pada jalan Affandi.

Grafiti juga hadir pada tembok-tembok lingkungansekitar kampus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ataupunUniversitas Gadjah Mada (UGM).

Gambar 2.3Lokasi: Tembok Fakultas Pertenakan UGM-

(Indriyati 2011)

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 67: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 0

Politik dan Grafiti

Pada tembok batas Pertenakan UGM dengan TeknikUNY, misalnya, terdapat pula pada tembok sepanjang gangsebelah Stadion UNY. Titik-titik tersebut merupakan center poiseart graffity di lingkungan kampus. Grafiti pada tembok tersebutbergonta-ganti setiap saat, setiap bulan bahkan setiap minggu,wajah grafiti selalu berganti.

Situasi di Kabupaten Bantul, grafiti banyak terdapatpada daerah perbatasan Kabupaten Bantul dengan KotaYogyakarta atupun dengan Kabupaten Sleman. Titik-tersebutantara lain sepanjang jalan Janti, tepanya sepanjang kiri-kanantembok jalan tersebut. Daerah tersebut merupakan daerahpadat lalu lintas dan masih terdapat pusat-pusat keramaianataupun pusat ekonomi. Jika di Kota Yogyakarta tepatnya padadinding jembatan layang daerah Lempuyangan terdapat muralyang menghiasinya, di Kabupaten Bantul juga terdapat grafitiyang meramaikan dinding sepanjang jalan Janti. Pada pusatKota Kabupaten Bantul terdapat beberapa grafiti, misalnyasepanjang Jalan Bantul dan pada dinding SMA N 1 Bantul.

Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten GunungKidul, keberadaan grafiti terbilang sedikit. Namun tembok-tembok jalan di Kulon Progo sedikit lebih diramaikan dengankehadiran grafiti dari pada di Gunung Kidul. Terdapat beberapagrafiti namun hanya beberapa pada pusat-pusat keramaian danpada jalan-jalan arteri kabupaten, misalnya jalan Wonosari padaKabupaten Gunung Kidul. Grafiti di Kulon Progo marak ketikaterjadi konflik pasir besi, dimana grafiti ditujukan sebagai mediaprotes yang dilakukan masyarakat. Terlihat di sebuah pos rondayang digrafiti oleh warga Desa Garongan Kecamatan Panjatan.Grafiti tersebut berjudul “Awas, Warga Garongan Siap Perang”.

Page 68: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 1

“Awas, Warga Garongan Siap Perang”Lokasi: Pos Ronda Desa Garongan. (Cloudfiles 2011)

Selain Yogyakarta, grafiti juga marak di kota-kotalainnya seperti Jakarta, Bandung maupun Surabaya.Perkembangan grafiti di Jakarta berawal dari coret-coretan parageng. Mereka saling berkontestasi menandai daerahnya masing-masing dengan tagging. Misalnya “T2R” merupakan tagging yangterkenal pada wilayah Tomang-Slipi-Grogrol. Sekitar tahun1980-an ketenaran grafiti geng mulai redup. Grafiti dengantagging nama-nama sekolah mulai bermunculan. “Kapal 616”merupakan tagging pada angkutan Kopaja yang bernomor 616yang digunakan anak sekolah di daerah Blok Q, Kebayoran.

Perkembangan grafiti berlanjut dengan menjamurnyakomunitas-komunitas grafiti dari berbagai kalangan, misalnyalingkungan kampus. Artcoholic yang merupakan komunitas senijalanan yang berasal dari kampus yang namanya sempatmencuat di media massa dan elektronik sebagai salah satukomunitas yang menginspirasi anak muda Jakarta untukmenggunakan ruang publik untuk menuangkan ide kreatifnya

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 69: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 2

Politik dan Grafiti

(Squad Urban Streetwear: 24). Para grafiter di Jakarta hinggasekarang masih kucing-kucingan dalam melaksanakan aksinyakarena larangan pemerintah Jakarta akan dunia coret-coretdinding jalanan yang dianggap merusak, mengotori danmenimbulkan perkelahian. Namun, komunitas grafiti tidakselamanya identik dengan vandalisme, hal ini tercermin olehkomunitas grafiti Tembok Bomber. Mereka memperindah TKRahayu Terpadu Satu Atap SDN Pasir Tengah 01. DesaSukaharja, Kecamatan Cijeruk, Bogor dengan grafiti. TembokTK yang tadinya kusam dan penuh dengan coret-coretan paramurid berubah menjadi warna-warni sehingga diharapkan paramurid menjadi semangat serta nyaman di sekolah (Tunascendikia2011).

Grafiti di Bandung juga mengalami nasib yang sama,pemerintah lewat aparatnya mengawasi dan menindak grafiterjika ketahuan melancarkan aksinya. Tahun 1970-1980-an diBandung, berkembang grafiti dengan tagging geng. “Orexas”merupakan kependekan dari Organisasi Sex Bebas, yang cukuppopuler pada masa itu. Pionir-pionir grafiti di Bandung, antaralain The Yellow Dino, Mondayz, Tell Them, M.U.T.E., FABFamily, CikCuk, Demn. Lambat laun, grafiti mulai dapatditerima terbukti dengan beberapa daerah yang diperbolehkanoleh masyarakat dan pemerintah untuk di-bombing grafitimisalnya tiang jembatan Pasopati atau tembok di sepanjangjalan Babakan Siliwangi.

Bandung dengan julukannya sebagai kota distromenjadikan kawula muda Bandung sangat kreatif. Kaum mudasebagai tombak industri kreatif diakui oleh lembaga-lembagaformal dalam kota, dimana mereka berkumpul dalam suatukomuniatas-komunitas. Jaringan tersebutlah yang memudahkanperkembangan grafiti di Bandung pada masa sekarang sehingga

Page 70: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 3

perkembangan grafiti di Bandung menjadi lebih terarah(Ngiuphobia 2008). Grafiti mulai merambah dunia bisnis,misalnya kaos, tas ataupun jaket yang bermotifkan grafiti marakdijumpai pada distro-distro kota kembang tersebut. Selain itu,grafiti mulai dilirik sebagai kegiatan yang menghasilkan, sepertiyang dilakukan Sutarya (Liputan6.com 2011). Menjelang tahunajaran baru, Sutarya kebanjiran order untuk membuat grafitipada taman kanak-kanak.

Senada dengan perkembangan grafiti di Jakarta danBandung, grafiti di Surabaya juga berawal dari kucing-kucingandengan aparat keamanan dalam proses pembuatannya. Lambatlaun grafiti mulai diterima oleh sebagian kalangan masyarakat,terlihat grafiti yang terdapat pada kawasan Margorejo danGunungsari. Acara-acara seputar dunia grafitipun banyak digelar.Totally Brown Paper merupakan acara yang diadakan oleh MNC(Monica Never Come), NGACO Farms, dan Shifter Crew padatahun 2006, mereka adalah komunitas grafiti Surabaya danMalang. Pada acara tersebut terdapat workshop yang berisimateri grafitti profile, live drawing, live tutorial how to draw grafiti.Tujuan diadakannya acara tersebut untuk menarik minat grafiterpemula untuk lebih tahu tentang grafiti. Selain itu, pada acarahari jadi STIKOM Surabaya juga dimeriahkan oleh grafiti untukmembangkitkan kreativitas mahasiswanya. Panitia menggelarkontes grafiti yang diadakan di parkir timur Plaza Surabaya.

Berdasar cerita perjalanan grafiti pada kota-kotalainnya, Yogyakarta mampu menjadi magnet bagi aktor duniadinding jalanan seperti Jakarta, Surabaya ataupun Bandung.Salah satu alasan mengapa Yogyakarta mampu menarik minatgrafiter dari berbagai kota, yakni karena grafiti diangkatpamornya pertama kali di Yogyakarta. Grafiti naik pamor sekitartahun 1990-an ketika YB Mangunwijaya mengangkat grafiti

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 71: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 4

Politik dan Grafiti

dalam program kesenian yang bertema grafiti dan mural untukperkampungan kumuh di pinggiran Kali Code. Suasanaperkampungan yang kumuh dipoles menjadi lebih artistik danberwarna. Program Romo Mangun tersebut mampumempertemukan berbagai aktor yang ada mulai dari masyarakat,seniman hingga pemerintah. Program-program seperti ini yangmembuat grafiti menjadi semakin dekat dengan masyarakat.Realitas keseharian masyarakat Kali Code yang dituangkan kedalam grafiti ataupun mural merupakan cara grafiter untukberkomunikasi kepada masyarakat.

Grafiter yang identik dengan tindakan vandal ternyatamempunyai cerita lain di Yogyakarta.

Kita memang sering “iseng” Mbak, ngegambarintembok rumah orang, kadang minta ijin tapi sering-seringnya gak minta ijin. Tapi nek ngegambari tembokkraton, “Ora wani aku, ndak kuwalat”. Sapa lagiyang akan menjaga, kalo bukan kita sebagai orangJogja. Kadang juga ada grafiter dari kota lain yangguyon (baca:bercanda) ngajakin tapi kita jelasin padamereka bahwa di Jogja banyak tempat-tempat sakralyang harus dijaga dan dilestarikan (Andy 2010,wawancara, 5 November).

Sebagai Kota Budaya, Yogyakarta kental akan tempat-tempat bersejarah yang terus dipelihara dan dikembangkanmenjadi objek wisata. Grafiter yang nobene sebagai wargaYogyakarta juga merasa perlu untuk menjaga heritage tersebutdengan tidak mengotorinya dengan dunia grafiti. Dunia grafitiYogyakarta menyimpan keunikan jika dibanding dengan grafitipada kota-kota lain. Hal tersebutlah yang menjadikan duniagrafiti Yogyakarta menjadi magnet bagi grafiter dari daerahlain untuk menungkan karyanya di Yogyakarta.

Page 72: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 5

Penutup

Dunia tembok jalanan, memanglah kompleks dandinamis, dinamika dunia tembok jalanan mempunyai karaktertersendiri, mulai dari grafiti yang berisi pesan pengharapan,grafiti sebagai penggobar semangat, grafiti sebagai media kritikataupun grafiti yang berfungsi untuk memperindah kota.Perjalanan grafiti menunjukan bahwa karakteristik grafitiberkorelasi dengan kondisi sosial, politik, ekonomi ataupunbudaya yang melingkupinya. Perkembangan grafiti bukannyatanpa hambatan, pemerintah era orde baru yang melakukandepolitisasi semua lini kehidupan termasuk dunia dinding jalananmenjadikan grafiti tidak dapat berkembang secara leluasa.

Yogyakarta mendapat predikat surganya senimanjalanan hal tersebut menandakan dunia dinding jalananYogyakarta diperhitungkan, begitu pula dengan dunia grafitiYogyakarta. Sebagai media komunikasi politik sehari-hari, grafitiberusaha mengangkat kekomplekan fenomena kehidupanperkotaan ke dalam suatu karya pada tembok jalanan. Setiapgrafiti mempunyai tujuan dalam pembuatannya, grafiti yangberisi tagging geng merupakan cara para geng untuk menandaidaerah keuasaannya, begitu pula grafiti yang berisi kritik sosialmerupakan cara grafiter bersuara untuk memperingatkan ataumengajak masyarakat.

Dunia grafiti Yogyakarta menyimpan berbagai warnayang merepresentasikan kehidupan sehari-hari masyarakat

Potret Grafiti Yogyakarta

Page 73: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 6

Politik dan Grafiti

Page 74: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 7

BAGIAN KETIGA:DUNIA POLITIK SEHARI-HARI

(DAILY POLITICS) VERSI GRAFITI

Dunia politik, secara umum dikaitkan erat dengankekuasaan dalam ranah pemerintahan, seperti pemilu, kebijakanpemerintah ataupun perundang-undangan. Pemikiran politikformal nampaknya masih mendominasi cara untuk memandangbekerjanya kekuasaan. Untuk mengkerangkai dinamikamasyarakat yang semakin kompleks, kerangka pikir politikformal mempunyai celah untuk dapat meresponskekompleksan yang ada dalam masyarakat. Untukmenyelesaikan permasalahan yang ada, masyarakat kadangkalamempunyai cara berpolitik versi masyarakat. Oleh karena itu,diperlukan kacamata baru untuk melihat fenomena masyarakatdewasa ini.

Daily politics merupakan kacamata baru untukmemandang fenomena bekerjanya kekuasaan pada ranahmasyarakat. Politik sehari-hari yang dilakukan masyarakat untukmerespons permasalahan yang ada pada lingkungan sekitarmereka. Politik versi masyarakat ini tidak meniadakan kerangkapikir politik formal, namun melengkapi cara pandang politikformal agar dapat merespon realita yang terdapat padamasyarakat. Fenomena daily politics, secara umum tidak dinilaisebagai politik jika dikerangkai dengan kacamata politik formal.

Page 75: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 8

Politik dan Grafiti

Tujuan daily politics bukan untuk menggulingkan, mendapatataupun mempertahankan kekuasaan, namun daily politics lebihhirau terhadap permasalahan sehari-hari yang dekat denganmasyarakat.

Perbedaan cara pandang tersebut memperlihatkanadanya pergeseran dalam melihat apa itu politik. Persegeranyang menunjukan semakin dekat dengan politik formal ataupunsemakin berfokus terhadap kajian-kajian dalam masyarakat.Kacamata daily politics memperlihatkan fokus kajian yang lebihmenitikberatkan fenomena politik dalam keseharianmasyarakat. Setidaknya terdapat beberapa unsur untukmemetakan pergeseran paradigma politik yaitu terminologiuntuk melihat politik, metodologi, karakter kelembagaan,fenomena yang menjadi fokus dan media yang digunakan. Padapembahasan, untuk memetakan daily politik versi grafiter akandifokuskan pada unsur isu yang diangkat, karakter kelembagaandan media yang digunakan. Hal tersebut sesuai dengan konsepgrafiti sebagai media komunikasi politik sehari-hari versi grafiter.

Membawa Realitas Kehidupan dalam Grafiti

Potret sepanjang jalan pada suatu kota penuh sesakdengan baliho iklan, spanduk, poster hingga grafiti ataupunmural. Ornamen jalanan tersebut saling bersaing untukmendapatkan perhatian dari warga kota, khususnya penggunajalanan. Grafiti secara umum berkembang dalam masyarakatperkotaan, masyarakat yang heterogen dan kompleks.Kemunculan grafiti merupakan respon dari fenomena perkotaanyang dituangkan pada dinding jalanan. Privatnya ruang publikbagi masyarakat atau kurangnya media untuk menyalurkanaspirasi dapat menjadi alasan mengapa grafiti menjamur. Selainitu, keunikan Yogyakarta dalam segi sosial, budaya ataupun

Page 76: POLITIK dan GRAFITI - UGM

4 9

politik juga dapat menjadi inspirasi para grafiter dalampembuatan karyanya. Grafiter berusaha menuangkan realitaskehidupan di sekitar mereka ke dalam kanvas tembok jalanansebagai upaya untuk mengkomunikasikan gagasan mereka.

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakandaerah otonom setingkat provinsi menurut Undang-undang No.3 jo 19 tahun 1950 (Poerwokoesoemo 1984:1). Yogyakartaatau yang terkenal dengan sebutan Jogja, merupakan daerahyang istimewa dengan segudang pesona. Pusat-pusat danpeninggalan kebudayaan yang masih lestari, misalnya keratondan tempat-tempat bersejarah lainnya, cerita heroik Yogyakartadalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia hingga potensidi bidang pendidikan menjadikan Yogyakarta mempunyai dayatarik tersendiri. Keberagaman dan kekompleksan tersebut ikutmewarnai dunia dinding jalanan yang menjamur di Yogyakarta.

Yogyakarta sebagai sebuah wilayah menjadi tempatberlangsungnya berbagai aktivitas, mulai dari aktivitas sosial,politik, ekonomi ataupun aktivitas kebudayaan bagi masyarakatyang mendiaminya. Bermacam-macamnya kebutuhanmenjadikan sesama anggota masyarakat saling berinteraksihingga mencapai suatu sistem bersama untuk memenuhikebutuhan mereka. Dunia dinding jalanan khususnya grafiti,dikonstrusikan sebagai realitas yang “menyimpang” olehpenguasa masa lalu (baca:Orde Baru). Masyarakat diajak untukmenstempel grafiti sebagai perbuatan yang merusak sehinggarealitas yang ingin direpresentasikan oleh grafiter melalui grafitimenjadi tertutupi oleh stempel negatif tersebut.

Setidaknya ada beberapa predikat yang disandangYogyakarta seperti sebagai kota perjuangan, kota kebudayaan,kota pariwisata dan kota pelajar (Dinas Perhubungan,

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 77: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 0

Politik dan Grafiti

Komunikasi dan Informatika DIY 2010). Kota perjuangankarena peran Yogyakarta dalam masa perjuangan kemerdekaanbaik pada masa penjajahan Belanda, penjajahan Jepang ataupunpada masa mempertahankan kemerdekaan. Budaya masyarakatYogyakarta yang masih terpelihara, baik dalam bentukpeninggalan fisik ataupun tradisinya oleh karena itu julukankota kebudayaan melekat pada Yogyakarta. Sebagai kotapariwisata berbagai jenis obyek wisata dikembangkan di wilayahini, seperti wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya, wisatapendidikan, bahkan, yang terbaru, wisata malam yangmenambah daya tarik Yogyakarta. Selain itu, miniatur Indonesiajuga disandang Yogyakarta sebagai kota pelajar, dimana pelajardari berbagai daerah di Indonesia dapat diterima di Yogyakartauntuk menuntut ilmu bersama.

Grafiti dapat dipahami sebagai rangkaian tanda atausimbol yang merepresentasikan suatu realitas. Sapuan catsemprot pada tembok jalanan mewakili simbol yang berupakata atau kalimat sebagai sebuah pesan. Sebagai rangkaiantanda, jika dipahami dengan cara pandang umum hanya terlihatsebagai tulisan atau coretan pada sebuah dinding jalanan. Carapandang tersebut menjadikan realitas yang terkandung dalamgrafiti kurang tertampilkan bahkan tidak terbaca. Menjadi halyang wajar jika masyarakat secara umum kurang dapatmemahami apa tujuan dari pembuatan grafiti, apalagi denganstempel negatif yang melabeli dunia dinding jalanan.

Bahasa merupakan cara untuk berkomunikasi denganorang lain, melalui bahasa kita dapat menggambarkan apa yangkita inginkan dan apa yang ingin kita sampaikan. Aspek pentingdari bahasa yaitu sebagai medium yang menjadi perantara dalammemaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna(Yogalani 2011). Tulisan, lisan, simbol ataupun tanda merupakan

Page 78: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 1

bentuk-bentuk dari bahasa yang ingin merepresentasikan suatuhal. Dunia dinding jalanan khususnya grafiti berusahaberkomunikasi melalui bahasa pada tembok-tembok jalanan.Hal tersebut sesuai dengan pendekatan intensional dalammemaknai representasi makna melalui bahasa, dimana kitamenggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuaidengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Representasi adalahproduksi makna melalui bahasa, bahasa para grafiter padatembok jalanan Yogyakarta.

Dunia dinding jalanan dapat dimaknai sebagai bahasavisual yang merepresentasikan suatu realitas versi aktor dindingjalanan. Begitu halnya dengan dunia grafiti yang merupakan duniasimbol, bahwa tulisan atau gambar merupakan suatu bentuksimbol yang mengandung informasi. Menurut Firestoneterdapat tiga realitas dalam kehidupan ini yaitu realitas seksual,realitas budaya dan realitas ekonomi (Budiman A 1985: 40).Gambaran mengenai realitas seksual terlihat dalam kontradiksiantara laki-laki dan perempuan. Kontradiksi antara estetika danteknologi merupakan contoh dari fenomena realitaskebudayaan, sedangkan realitas ekonomi kontradiksi yang adayaitu antara kelas yang tidak menguasai kapital dan kelas yangmenguasai kapital.

Realitas yang diceritakan grafiti melalui tembok jalananYogyakarta sangat bervariasi. Keberagaman tersebut terlihatpada grafiti yang dinilai sebagai representasi realitas mengenaisimbol indentitas keakuan, yang digrafitikan oleh para gengsebagai penanda daerah kekuasaannya. Grafiti yang berisisindiran, kritik ataupun saran mengenai realitas sosial ataupunpolitik tidak luput dari perhatian para grafiter untuk meramaikandinding jalanan Yogyakarta. Selain itu, realitas ekonomi dalamgrafiti terlihat dalam grafiti yang bernuansa komersil sebagai

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 79: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 2

Politik dan Grafiti

media promosi suatu produk atau jasa. Realitas yangdirepresentasikan grafiti, dalam daily politics dapat dinilai sebagaiisu atau fokus yang diangkat oleh para grafiter sebagai upayakomunikasi politik sehari-hari versi grafiter.

Realitas Sosial Jogja dalam Kacamata Grafiti

Green Village Pioneer For Green Justice merupakan judulgrafiti pada sebuah sudut arena oleh raga warga RT 45 yaitusebuah kampung dengan julukan “Kampung Hijau”. Julukantersebut merupakan hasil keringat para warga RT 45 khusunyaibu-ibu untuk membuat lingkungan mereka bersih dari sampahdan nampak hijau. Grafiti dihadirkan untuk mendukung tujuantersebut yaitu menciptakan semangat melalui pesan yanggrafitikan pada dinding-dinding kampung. Warga atau pendatangdapat menikmati grafiti tersebut sebagai penanda dan pengingatakan semangat “Kampung Hijau”. Grafiti dalam konteks inimerepresentasikan kehidupan sosial masyarakat sehingga dapatdikatakan sebagai grafiti yang bernuansa sosial. Grafiterdiundang oleh masyarakat untuk berpartisipasi menyalurkanbakatnya, bersama-sama membangun masyarakat.

Gambar 3.1“Green Village Pioneer For Green Justice”

Lokasi: RT 45 RW 08, Gambiran Baru, Pandean, Umbulharjo, Yogyakarta.(Kompasiana 2011)

Page 80: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 3

Grafiti yang bernuansa sosial juga ditemukan pada saatYogyakarta terkena Letusan Merapi 2010. Kerusakan baikmaterial maupun non material sangat terlihat pda saat bencanatersebut. Warga banyak yang mengungsi, sektor ekonomimenjadi lumpuh, Begitu halnya dengan sektor pemerintahan.Untuk sektor peternakan di Kabupaten Sleman saja merugisekitar Rp 149 miliar akibat erupsi merapi (Antaranews 2011).Sebagai kota pariwisata, hiruk-pikuk pariwisata Yogyakartabukan lagi berfokus pada wisata budaya ataupun wisata alamnya,namun berfokus pada bantuan untuk korban merapi.

Kita membuat grafiti ini sebagai salah satu bentuksolidaritas untuk Merapi sebagai war ga Jogja.Walaupun cuma coretan, setidaknya dapat menjadipembangkit semangatlah jika ada orang yang lihat.Kalo kita itu “kere” (baca: miskin) untuk ngasihbantuan yang berarti. Cuma modal pilox aja. Palingya ini, yang bisa kita berikan sebagai dukungan untukwar ga Jogja (Tata 2010, wawancara, 5November).

Wawancara ini berlangsung ketika Yogyakarta diguyurhujan abu vulkanik akibat Erupsi Merapi. Berikut merupakansalah satu contoh grafiti yang dibuat oleh Crew Oyster sebagaibentuk dukungan untuk membangkitkan semangat wargaYogyakarta.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 81: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 4

Politik dan Grafiti

Gambar 3.2Lokasi: Tembok Apotik Sudji, Pakualaman.

(Indriyati 2010)Grafiti tersebut juga dimaksudkan untuk

mengembalikan kepercayaan wisatawan agar mengunjungiYogyakarta. Dukungan para grafiter untuk warga Yogyakartajuga terlihat ketika bencana Gempa Yogyakarta pada tanggal27 Mei 2006. Komunitas Jogja Ilegal Crew (JIC) membuat grafitiberjudul “Jogja Pasti Bangkit”, seperti yang terlihat pada gambar3.3. Grafiter merespon kondisi lingkungan sekitar merekadengan membuat grafiti untuk mengkomunikasikan gagasanmereka.

Gambar 3.3Grafiti berjudul “Yogya Pasti Bangkit”.

(Ladangkata 2011)

Page 82: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 5

Secara sosial-budaya, Yogyakarta merupakan kotayang unik dilihat dari dari sejarah, budaya ataupunmasyarakatnya. Berbagai keistimewaan Yogyakarta tersebutlahyang tidak jarang menginspirasi grafiter Jogja untuk berkarya.Semangat tepo sliro grafiter yang notabene merupakan bagiandari masyarakat Yogyakarta terlihat dari karya yang merekahasilkan. Sebagai bentuk dukungan, grafiti juga hadir bukanhanya ketika masyarakat Yogyakarta sedang tertimpa musibah,namun grafiti dihadirkan untuk bersama-sama membangunmasyarakat. Terlihat dalam dihadirkannya grafiti dalam“Kampung Hijau” ataupun pada “Kampung Cyber”. Grafitiberpolitik sehari-hari dengan mengkomunikasikan gagasanmereka mengenai realitas sosial masyarakat Jogja ke dalamsebuah grafiti pada media tembok.

Kacamata Grafiti dalam Realitas Politik Jogja

Selain realitas sosial, realitas politik merupakan salahsatu realitas yang dipilih untuk direpresentasikan oleh grafitiJogja. Grafiti yang merepresentasikan realitas politik dalamkacamata politik formal, memang tidaklah sebanyak grafiti yangmerepresentasikan realitas sosial. Nuansa politik dalam grafitidapat dikatakan jarang dan hanya menyentuh isu-isu yangfenomenal dalam dinamika politik Yogyakarta.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 83: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 6

Politik dan Grafiti

Gambar 3.4Lokasi: Tembok Sebelah Stadion UNY.

(Indriyati 2011)

Gambar 3.5Lokasi: Tembok sebelah barat perempatan

Jalan Lowanu(Indriyati 2011)

Begitu pula grafiti pada tembok traffic light JalanSuryotomo depan Hotel Melipurosani yang berjudul “JogjaIstimewa”, tidak terdapat tag atau inisial grafiter

Page 84: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 7

Gambar 3.6Lokasi: Tembok traffic light Jalan Suryotomo

depan Hotel Melipurosani(Indriyati 2011)

Grafiti yang merepresentasikan realitas politik formal,berbeda dengan grafiti yang yang merepresentasikan identitaskeakuan, “aku” ataupun “kami”. Identitas keakuan tersebutmerupakan bentuk eksistensi komunitas grafiti di Yogyakarta.Grafiti yang bernuansa politik (formal) biasanya dibuat tanpaadanya tag atau inisial pelaku. Selain untuk keamanan grafiteryang membuatnya, ketiadaan inisial pada grafiti yang bernuansapolitik untuk menghindari ketegangan antar crew sesama grafiterataupun dengan aktor-aktor dunia jalanan lainnya.

Sementara, grafiti yang merupakan inisial suatukelompok, geng ataupun individu jarang dinilai sebagai grafitiyang mempunyai unsur politis. Kacamata daily politicsmenyuguhkan fenomena tersebut sebagai sebuah politik sehari-hari versi grafiter untuk menunjukan identitas “keakuan”. Padaperkembangannya grafiti yang pembuatannyamengkombinasikan unsur garis, bentuk dan warna sehinggamenghasilkan grafiti yang estetis dikenal sebagai street art1.1 Pada awalnya terdapat perdebatan untuk mengolongkan grafiti ke dalamsebuah seni atau bukan seni. Grafiti dengan kanvas tembok jalanan dan

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 85: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 8

Politik dan Grafiti

cat semprot sebagai kuasnya menjadikan sebagaian kalangan kurangmenerima grafiti jika digolongkan ke dalam seni. Grafiti yang menonjolkankomposisi garis, bentuk dan warna sehingga terkesan lebih estetis mulaibanyak bermunculan dan mulai dikenal dengan sebutan street art. Haltersebut menjadikan grafiti yang merupakan coret-coretan inisial gengmenjadi kurang estetis dan terkesan sebagai tindakan vandal.

Gambar 3.7Lokasi: Tembok Apotik Sudji, Pakualaman.

(Indriyati 201)

Grafiti tersebut dibuat oleh Crew Mammy Boys dengananggota Andy dan Tamoca, yang merupakan nama pada duniadinding jalanan. Dalam kacamata daily politics, grafiti tersebutmerupakan cara untuk berpolitik sehari-hari versi Crew MammyBoys yaitu dengan mengkomunikasikan bahwa mereka adamelaui grafiti tersebut yang terpampang pada sebuah pertigaan.

Begitu halnya dengan grafiti yang merupakan inisialgeng, grafiti tersebut merupakan cara berpolitik sehari-hari parageng sebagai wujud eksistensi dan penanda daerah kekuasaanya.Semakin banyak grafiti pada sudut-sudut kota semakin populerpula geng tersebut, sehingga mereka berlomba-lomba mencorat-coret untuk mengkomunikasikan bahwa mereka ada

Page 86: POLITIK dan GRAFITI - UGM

5 9

Gambar 3.8Lokasi: Tembok pada Jalan Gambir

(Indriyati 2011)

Realitas yang direpresentasikan grafiti yang bernuansastreet art ataupun identitas para geng merupakan realitas politiksehari-hari versi grafiter sebagai bentuk komunikasi baik antarsesama grafiter ataupun dengan dunia dinding jalananYogyakarta.

Terdapat pula grafiti yang bernuansa identitas“keakuan” yang merepresentasikan identitas suatu komunitasdi luar dunia grafiti. Misalnya saja komunitas suporter sepakbola di Yogyakarta, sebut saja Brajamusti. Berbicara mengenaiBrajamusti tidak dapat dipisahkan dengan Perserikatan SepakBola Indonesia Mataram (PSIM) Yogyakarta. Brajamustiadalah suporter dari PSIM Yogyakarta. Mereka seringmenggrafiti suatu tembok untuk menunjukan kebanggaan atasklub yang mereka dukung. Selain itu, grafiti tersebut ditujukanjuga untuk menciutkan nyali lawan-lawannya. Seperti grafitipada gambar 3.9, grafiti tersebut berjudul “BRAJAMUSTIBLUE CRIME 014”.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 87: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 0

Politik dan Grafiti

Gambar 3.9Lokasi: Tembok sebuah gang di Jalan Sisingamangaraja

(Indriyati 2011)

Selain grafiti yang menunjukan identitas kelompok,terdapat pula grafiti yang merupakan ekspresi perorangan.

Gambar 3.10Lokasi: Tembok di Perempatan Jalan Gayam

(Indriyati 2011)

Grafiti tersebut sangat pribadi dan dekat dengankeseharian kita. Berbagai ekspresi berusaha diungkapanmerupakan mulai dari ucapan ulang tahun hingga ungkapanrasa sayang. Seperti grafiti yang berjudul “I Love Lhieza”. Grafititersebut merupakan luapan kasih sayang seorang grafiter untukseorang perempuan yang bernama Lhieza. Grafiti dijadikan

Page 88: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 1

media komunikasi sehari-hari versi grafiter bahkan untukmengkomunikasikan suatu hal yang sangat pribadi. Realitaspolitik Yogyakarta dari berbagai kacamata telahdikomunikasikankan oleh grafiti, mulai grafiti yang menyentuhpolitik formal hingga grafiti yang merupakan daily politics denganberbagai variasinya.

Representasi Realitas Ekonomi Jogja dalam Grafiti

Masyarakat Yogyakarta berdomisili di KotaYogyakarta, Bantul, Sleman, Kulonprogo dan Gunung Kidul,jumlah populasi sekitar 3,5 juta. Sebanyak 70 persen adalahpetani dan buruh, 25 persen wiraswasta dan lima persen adalahPNS/dosen/anggota dewan, karyawan BUMN dan pekerjaformal lainnya (Ramadhani 2011). Demikianlah komposisimasyarakat Yogyakarta jika dilihat dari segi mata pencaharian.Nafas Yogyakarta sebagai kota pariwisata ataupun kota budayaturut memberi warna kehidupan perekonomian di Yogyakartadan sekitarnya. Walaupun sebagian besar masyarakat Yogyakartabermata pencaharian sebagai petani dan buruh, namun duniadinding jalanan lebih menjamur pada masyarakat perkotaan diYogyakarta. Tepatnya pada Kota Yogyakarta dan daerahsekitarnya, termasuk zona perbatasan antar kabupaten. Daerahtersebut merupakan pusat-pusat keramaian, mulai dariperdagangan, hiburan, hingga jalan-jalan arteri yang menjadisarana lihir mudik.

Grafiti hadir dalam masyarakat perkotaan yangkompleks dan senantiasa disibukan dengan dinamikaperekonomiannya. Masyarakat menjadi semakin konsumtif,invidualis dan masyarakat juga semakin materealistis. Berbagaisudut kota, pada perempatan, pinggir jalan bahkan pada tembokbangunan berjejer iklan-iklan. Mulai dari spanduk, poster hingga

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 89: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 2

Politik dan Grafiti

baliho-baliho ukuran jumbo ikut menambah kesemrawutan kota.Pengguna jalan dipaksa secara sadar atau tidak sadar untukmelihat iklan-iklan tersebut. Baliho dengan ukuran cukup besardan dengan pencahayaan yang terang, bahkan lebih terang daripada lampu jalan merupakan upaya untuk menggodamasyarakat dan para pengguna jalan.

Tujuan dari dibidiknya grafiti sebagai salah satu mediaiklan yaitu grafiti yang identikan dekat dengan anak mudasehingga dapat menjadi magnet untuk promosi. Remaja yangsedang menginjak usia dewasa, mereka butuh eksistensi, salahsatunya dengan busana dan berbagai atributnya. Biaya yangmurah menjadi salah satu alasan lainnya. Hanya denganbermodalkan cat semprot dan karton yang dilubangi, dapatdibuat grafiti sebanyak mungkin dan pada tembok manapunsesuai dengan keinginan. Selain itu, grafiti lebih tahan lama jikadibandingkan selebaran ataupun poster. Grafiti jenis ini tidakmenampilkan inisial pembuatnya karena tujuannya untukpromosi suatu acara atau produk.

Dunia tembok jalanan khususnya grafiti yangmenuangkan karyanya pada kanvas tembok jalanan mulai dilirikuntuk menjadi media iklan. Grafiti dengan berbentuk bajudengan kombinasi huruf tersebut bergaya Stencil. Konsepdalam grafiti yang dibuat pola untuk dicat di atas pola tersebut.Jogja Clothing Attack merupakan sebuah acara pamerandistribution outlet (distro) yang berlangsung dari 5-7 Februari2010 di GOR UNY.

Page 90: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 3

Gambar 3.11Lokasi: Tembok di perempatan Sagan

(Indriyati 2010)

Jogja Clothing Attack merupakan acara kawula mudayang ingin berbelanja mulai dari baju, tas, topi hingga sandalatau sepatu. Gambar tersebut merupakan bukti bahwa grafitimulai dilirik sebagai media promosi.

Maraknya acara yang menjadikan sasaran remajaYogyakarta sebagai subyeknya, tidak lain karena Yogyakartamerupakan kota pelajar. Dengan kata lain banyak pelajarataupun mahasiswa yang menuntut ilmu dan menetap diYogyakarta. Kickfest merupakan acara sejenis Jogja Clothing Attackyang digelar pada 1-3 April di gedung JEC. Berbagai strategipromosi di lakukan untuk menarik sebanyak mungkin kawulamuda Yogyakarta. Mulai dari spanduk, poster hingga grafitiberjajar di sepanjang jalan sebagai bentuk promosi.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 91: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 4

Politik dan Grafiti

Gambar 3.12Lokasi: Tembok di Sagan

(Indriyati 2011)

Grafiti yang dilirik sebagai media promosi mayoritashanya terdapat pada daerah dengan konsentrasi keramaian danperkotaan. Sekelumit realitas ekonomi yang terjadi diYogyakarta telah teresentasikan oleh grafiti walaupun tujuanpembuatannya untuk iklan.

Potret Realitas Budaya dalam Grafiti Jogja

“Narkoba, Ayo Gek Ndang Dbantas!” merupakan juduldari grafiti yang berada di Jalan Suryopranoto. Grafiti inimerupakan himbauan kepada masyarakat untuk memberantasnarkoba dengan segera. Narkoba sangat meresahkanmasyarakat, menjadi momok yang merusak mental danperkembangan anak muda. Realitas yang ingin ditampilkan olehgrafiter yaitu fenomena narkoba yang meresahkan masyarakat,oleh karena itu, grafiter mengajak masyarakat untuk bersama-sama memberantas narkoba.

Page 92: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 5

Gambar 3.13Lokasi: Tembok Jalan Suryopranoto

(Indriyati 2011)

Grafiti tersebut dibuat dengan mengunakan BahasaJawa langgam Yogyakarta, dimaksudkan untuk mendekatkandiri dengan masyarakat karena Bahasa Jawa merupakan bahasaumum yang digunakan masyarakat Yogyakarta. Selain itu, darisegi pesan komunikasi juga tertransfer secara lebih luas kepadamasyarakat Yogyakarta karena penggunaan bahasa daerah.

Grafiti yang memasukan unsur budaya ke dalamkaryanya juga terdapat pada sebuah gang perkampungan diJalan Tritunggal. Judul dari grafiti tersebut yaitu “Sinau SikBro” yang berarti “belajar dahulu bro”. Selain penggunaan bahasadaerah, grafiti tersebut juga berusaha mencerminkanYogyakarta sebagai kota pelajar dengan mengajak masyarakatuntuk belajar bersama khususnya untuk pelajar putra denganpanggilan “bro”. Grafiti yang bernuansa budaya lebihmerupakan himbauan, saran ataupun ajakan untuk masyarakat.Penggunaan bahasa daerah ataupun pernak-pernik budayaYogyakarta merupakan upaya untuk mendekatkan grafitikepada masyarakat. Tujuannya agar pesan dari grafiti lebihmudah ditangkap dan dimengerti masyarakat.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 93: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 6

Politik dan Grafiti

Gambar 3.14Lokasi: Tembok di sebuah gang Jalan Tritunggal.

(Indriyati 2011)

Kacamata grafiti menilai Yogyakarta menyimpankeunikan dan kekomplekan seputar kehidupan di dalamnya.Berbagai realitas berusaha direpresentasikan oleh grafitermelalui grafiti. Mulai dari realitas sosial, budaya, ekonomihingga realitas politik formal maupun daily politics. Realitas-realitas tersebutlah yang diusung grafiti sebagai isu yang diangkatdalam konteks daily politics. Grafiti berusahamengkomunikasikan suatu realitas yang dipotretnya dankemudian dikomunikasikan kepada masyarakat. Komunikasitersebut melalui media tembok jalanan sebagai kanvasnya dancat semprot sebagai kuasnya. Cara tersebut merupakan politiksehari-hari versi grafiter dalam berkarya.

Wadah Berkumpulnya Dunia Grafiti

Dalam kerangka daily politics, selain realitas-realitas yangdipotret grafiti sebagai isu yang diangkat, pengorganisasian danmekanisme untuk mengangkat suatu realitas, merupakanrangkaian selanjutnya. Realitas tersebut merupakan isi dari pesankomunikasi sehari-hari versi grafiter. Sebagai aktor yang

Page 94: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 7

membuat grafiti, grafiter mempunyai cara untuk mengaturdunia mereka. Termasuk bagaimana cara untuk berkomunikasipolitik sehari-hari versi grafiti. Walaupun dunia grafiti tidakmempunyai peraturan yang baku, namun terdapat pakem-pekem yang disepakati bersama. Begitu juga dengan bagaimanacara berkomunikasi dan melalui mekanisme seperti apa.Terdapat banyak mekanisme dan variasi yang berkembangsebagai sarana untuk berkomunikasi politik sehari-hari.

Yogyakarta mendapat julukan kotanya senimanjalanan, dapat terlihat dari menjamurkan street art pada tembok-tembok di Yogyakarta. Keberadaan street art pada tembok-tembok Yogyakarta bukan tanpa perjuangan. Grafiti besertakomunitas dunia dinding jalan lainnya masih dinilai sebagaitindakan “merusak” keindahan. Penangkapan oleh Polisi ataupunSatpol Pamong Praja menjadi santapan sehari-hari. Selain itu,kucing-kucingan dengan pemilik tembok juga menjadiperjuangan lainnya.

Sekitar tahun 2000-an grafiti mengalami masa sulit.Polisi dan Satpol Pamong Praja patroli setiap malam.Banyak teman-teman dari kita yang tertangkap.Suasana mencekam agak berkurang ketika, pemerintahkhususnya Wali Kota Yogyakarta, Herry Zudiantopada tahun 2002 menanggapi secara positif proyekmural “Sama-sama/You are welcome” yang merupakankerja sama seniman mural Yogyakarta dengan senimanSan Francisco. Semenjak itu, grafiti yang estetis menjadiagak leluasa bernafas (Tata 2010, wawancara, 31Oktober).

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 95: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 8

Politik dan Grafiti

Grafiter era sekarang, secara umum tidak membuat karyanyasecara sembunyi-sembunyi dan pada malam hari. Tempatkeramaian dan pada hari libur atau akhir pekan merupakanwaktu dan tempat yang dipilih grafiter untuk berkarya. Merekaingin mendapat perhatian sehingga memilih waktu dan tempatstategis. Bahkan, ketika grafiter sedang berkarya, tidak jarangmenjadi obyek bagi fotografer.

Dunia tembok jalanan merupakan wadah untukmenuangkan gagasan bagi grafiter. Selain itu, tembok dindingjalanan juga sebagai tempat bersosialisasi sesama senimanjalanan. Terdapat kelompok-kelompok pada dunia grafiterYogyakarta, secara garis besar dapat dikelompokan menjadidua kelompok besar. Kelompok pertama yaitu grafiter yangberaliran tagging atau yang dikenal dengan sebutan “geng”.Sedangkan kelompok yang kedua yaitu grafiter yang lebihmenonjolkan komposisi bentuk, garis dan warna yang akrabdengan sebutan bomber. Kedua kelompok ini terkadang bisahidup berdampingan namun terkadang pula terjadi ketegangan-ketengangan.

Grafiti Beraliran Tagging

Grafiti yang bernuansa tagging sebenarnya merupakanalat atau sarana suatu geng menunjukan eksistensinya danmenandai daerah kekuasaannya. Kehidupan geng di Yogyakartamarak sekitar tahun 1980-an hingga tahun 1990-an. Walaupunhingga sekarang masih terdapat penerusnya namun sudah tidaksemarak dahulu. Dimulai dengan perkumpulan anak mudayang membentuk suatu kelompok kemudian sekelompok anakmuda lain membentuk kelompok tandingan. Pada akhirnya,kedua kelompok tersebut bersaing satu dengan yang lainnya.Banyak terdapat geng di Yogyakarta masa itu namun, dua geng

Page 96: POLITIK dan GRAFITI - UGM

6 9

yang cukup mempunyai pengaruh di Yogyakarta yaitu QZRUHdan JOXZIN. Untuk memetakan dinamika grafiter geng diYogyakarta akan dibedah mulai dari sejarah, pengorganisaianserta dinamika sosial dan politik yang melingkupinya.

Gambar 3.15(Indriyati 2011)

Sejarahnya, QZRUH adalah singkatan dari Q-ta ZukaRibut Untuk Hiburan. QZR atau cah Qezer merupakan tagginguntuk QZRUH. Slogan geng ini yaitu” 1 liter bensin 10 kepalaJoxzin, Sekali tebas mati Cah 14". Warna putih adalah warnakebangsaan geng ini, namun terkadang juga menggunakan warnamerah. Warna-warna tersebut merupakan simbol identitas yangdituangkan ke dalam beberapa aspek, misalnya pada catkendaraan bermotor dan warna cat sempot ketika tagging.Daerah Terban dan kompleks Galeria Mall merupakan titikawal berkembangnya QZR dengan orang berinisial DRT yangcukup populer. Pada perkembangannya, QZR mempunyaiunderbouw yaitu geng sepeda ZARAF(ZRF). Pada lingkungansekolah, SMA yang merupakan basis massa QZR adalah BOSA(Bopkri I),BODA Bopkri (II) SMA 6, SMA 9.

Geng saingan QZR yaitu JOXZIN yang merupakansingkatan dari Joxo Zinthing. Asal mula nama JOXIN berawal

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 97: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 0

Politik dan Grafiti

dari kata Pojox Benzin sebagai tempat kumpul-kumpul pemudaKauman yang nongkrong di pojok alun-alun. Joxzin seringdisingkat dengan JXZ dan merupakan inisial tagging bagi gengini. Semboyan JXZ yaitu sekali kayuh 10 kepala Qzruh, semboyanini berusaha untuk menandingi semboyan QZR. JOXZINmemilih warna kebangsaan hijau (ijo pupus) sebagai identitasmereka. Anggota JXZ mendiami daerah selatan Jogja mulaiMalioboro ke selatan. Beberapa tokoh penting geng JXZ yaituCah 14, SRGT, CA, H dan lain sebagainya. JXZ juga mempunyaiunderbouw geng sepeda KEPROEX (KPX) kemudian disusuldengan HUMORIEZT (HRZ). SMA yang menjadi basis massaJXZ adalah MUHI (Muhammadyah I) , MUHA.

Ditilik dari kondisi sosialnya, anggota QZR mayoritasorang yang mampu dan mapan, dimana diskotik menjadi arenabersosialisasi. Sebagian besar anggota QZR adalah Muslim,namun banyak pula orang nonMuslim yang ikut bergabung.Berbeda dengan JXZ yang merupakan kalangan menegah kebawah. Mayoritas agamanya beragama Islam dan ada sebagianyang merupakan Santri. Afiliasi politik kedua geng ini jugaberbeda. QZR diidentikkan dengan pendukung PDI atau Golkarkarena ada beberapa petinggi geng yang menjadi satgas partai,sedangkan JXZ diidentikan dengan PPP karena Kauman, KotaGede dan Karangkajen yang mayoritas adalah kantung utamapendukung PPP (Hanta 2010).

Grafiti pada dunia para geng digunakan sebagai mediakomunikasi antara geng satu dengan yang lainnya. Dengan katalain, grafiti tersebut merupakan bentuk komunikasi internal.Cara mereka membuat tagging yaitu dengan menggunakan catsemprot sesuai warna identitasnya, kemudian membuat coretansebanyak mungkin di berbagai tempat. Dahulu, aktivitas tersebutdilakukan sembari berkonvoi, namun sekarang aktivitas tersebut

Page 98: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 1

dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena kontrol ketat dariaparat dan dapat memicu perkelahian antar pelajar. Grafitimenjadi elemen penting bagi komunikasi politik sehari-hari versipara geng untuk menandai daerah kekuasaan serta untukmenunjukan eksistensi mereka.

Komunitas Aliran Grafiti Estetik

Jogja Hip Hop Foundation , Jogja Ilegal Crew (JIC) danYogya Art Crime (YORC) adalah komunitas-komunitas yangbergelut di bidang grafiti di Yogyakarta.

Gambar 3.16Lokasi: Tembok Jalan Taman Siswa.

(Indriyati 2011)

Jogja Hip Hop Foundation mempunyai keunikan dalamberkarya yaitu dengan menggunakan Bahasa Jawa pada lirik-liriknya misalnya lagu “Jogja Istimewa”. Komunitas tersebutbukan merupakan organisasi formal, dimana grafiti padakomunitas Jogja Hip Hop Foundation digunakan sebagai elemenpelengkap untuk menunjang dunia bermusik mereka.Komunitas selanjutnya yaitu Jogja Ilegal Crew (JIC), menurutTatsoy yang merupakan anggota JIC, organisasi ini bukanmengikat anggotanya, namun lebih sebagai hanya sebuah wadah

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 99: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 2

Politik dan Grafiti

tempat mereka berkreasi. Komunitas yang mewadahi grafiterJogja dan masih aktif hingga sekarang yaitu Yogya Art Crime(YORC).

Terdapat pula grafiter ataupun crew yang berdiri sendiridan tidak bergabung dalam komunitas-komunitas tersebut,mereka berdiri secara mandiri. Namun biasanya mereka kurangdapat berkembang dan tidak Begitu terlihat karyanya. YORCbukan merupakan organisasi formal dengan struktur danpengorganisasian yang ketat. Komunitas ini berawal darikegemaran bersama akan grafiti hingga di bentuk suatu wadahyang lebih besar untuk menampung seluruh grafiter diYogyakarta. Grafiter atau crew yang tergabung dalam YORCantara lain yaitu ELE, FAT, Her e-Here, Oyster,LOVEHATELOVE, BURN, ANS, BLANK, AKA, ARTZ,OCS, RIEDS, RUNE, STAL, AGE, TAT, Horny, Hallo, ENPI,NEST, MYACH, YSAC, REST, BAD, NASTI, PAWS, DEKA,FUCK, LUPS, MAPS, SIC, YKILC, Tamocca Lovers dan masihbanyak lainnya.

Grafiter yang tergabung dalam YORC kebanyakanmerupakan alumi Sekolah Menegah Seni Rupa (SMSR),Sekolah Menegah Kejuruan (SMK), Sekolah Menegah IndustriKerajinan (SMIK), mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI).Mahasiswa dari berbagai Universitas juga ada yang ikutbergabung dalam YORC misalnya Universitas NegeriYogyakarta (UNY), Universitas Muhamadiyah Yogyakarta(UMY) dan UST (Universitas Sarjana Taman Siswa) danbeberapa universitas lainnya. Tidak hanya itu pula, pelajar SMAbahkan SMP juga ada yang bergabung dalam YORC. Melihatkomposisi YORC, kebanyakan anggotanya merupakan orangterdidik dan terlatih.

Page 100: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 3

Pada YORC tidak ada struktur organisasi baku, namunada yang dituakan dalam YORC misalnya LOVEHATELOVEdan HORNEY STREET. Penghargaan ini diberikan karenamereka telah berkarya lebih lama dan mengalami masaperjuangan dan berjuang untuk dunia grafiti. Bentukpenghargaan tersebut yaitu dengan tidak merusak karya mereka,jadi dimanapun karya mereka lebih terjaga, tidak dirusak olehgrafiter lainnya dan lebih lama bertahan. YORC tidakmempunyai tempat dan hari khusus untuk berkumpul, merekabertemu bila terdapat acara nge-bomb bersama. Dunia mayadan jejaring sosial juga digunakan mereka untuk berinteraksimisalnya dengan Facebook atau Twitter.

Motivasi grafiter untuk berkarya sangat beragam, mulaidari sekedar “iseng” sampai grafiti yang berisi saran hinggakritik. Grafiti sebagai media ekspresi, media untuk unjukidentitas serta media representasi suatu gagasan merupakanmotivasi-motivasi para grafiter. Komunitas grafiti yang dibawahbendera YORC yang telah penulis temui yaituLOVEHATELOVE, Oyster, Here-Here, ELE, Tamocca Lovers.Grafiti oleh mereka dijadikan media ekspresi mengenai apayang mereka pikirkan.

Grafiti itu untuk keindahan, style, provokasi daneksistensi. Konsep dalam berkarya saya “Kiil Your Ego”yakni sebagai kritik sosial untuk para grafiter agartidak merusak ataupun me-refresh grafiti secarasembarangan. Membuat grafiti itu butuh modal, kalaudi-refresh sembarangan namanya egois (Tata 2010,wawancara, 31 Oktober).

Mereka berpolitik sehari-hari denganmengkomunikasikan apa yang mereka pikirkan. Cara yang palingsederhana untuk mengkomunikan gagasan mereka yaitu dengan

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 101: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 4

Politik dan Grafiti

membuat karya pada kanvas tembok jalanan. Gagasanmengenai pembuatan grafiti dapat merupakan representasidari suatu realitas, respon terhadap fenomena yang sedangmarak ataupun hanya ungkapan atau ekspresi individu.

Kontestasi para Aktor dalam Hutan Visual Jogja

Setiap aktor yang bersentuhan dengan dunia grafitimempunyai tujuan dan kepentingan masing-masing. Perbedaankepentingan tersebut acapkali menimbulkan gesekan hinggatidak jarang berujung konflik. Secara umum, konflikdidefinisikan sebagai perbedaan persepsi mengenai kepentingan,ketika tidak ada alternatif yang memuaskan kedua belah pihak(Pruit dan Rubin 2004: 26-27). Pada dunia grafiti, interaksiaktor dengan dunia grafiti dapat dikelompokan menjadi empatkategori besar yaitu interaksi pertama, interaksi grafiti denganaktor sesama penggiat grafiti dan interaksi grafiti dengan aktordunia tembok jalanan lainnya. Kedua adalah interaksi grafitidengan masyarakat. Ketiga, interaksi grafiti dengan pemerintahdan yang keempat yaitu interaksi grafiti dengan aktor-aktordunia ekonomi.

Pertama yaitu interaksi grafiti dengan dunia tembokjalanan Yogyakarta. Pada pembahasan sebelumnya, interaksiini merupakan komunikasi internal antar sesama penggunatembok jalanan. Pola interaksi terbagi menjadi empat yaitukomunikasi grafiti street art dengan grafiti street art, komunikasigrafiti tagging versus grafiti tagging dan komunikasi grafiti streetart dengan grafiti tagging serta komunikasi grafiti dengan aktortembok jalanan lainnya serta. Interaksi tersebut dapat dapatbersifat saling menguntungkan, pengaruh-mempengaruhiataupun bersifat konfliktual. Mereka saling berebut “space” gunamenunjukan eksistensi dan wilayah kekuasaannya.

Page 102: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 5

Interaksi sesama grafiter street art terlihat pada wadahyang bernama YORC. Walaupun tidak semua grafiter tergabungdidalamnya, namun YORC digunakan sebagai mediabersosialisasi untuk berdiskusi dan bertukar pengalaman. Tidakhanya sebagai media bersosialisasi, YORC juga digunakansebagai media informasi mengenai suatu acara nge-bomb bersamaataupun acara-acara lainnya. Keterbatasan tembok jalanan,khususnya tembok yang strategis menjadikan grafiter harusbersaing untuk mengkomunikasikan gagasannya melalui grafiti.

Menurut saya media untuk berkreasi kita-kita kurang.Pinginnya difasilitasi untuk bisa mengembangkanbakat, disediakan tempat khusus atau dinding khususuntuk para seniman street art, jadi tidak corat-coretsembarangan. Bayangin, kita sudah membuat grafitidengan sebagus mungkin, tiba-tiba keesokan harinyasudah di tableg (baca:ditimpali). Rasanya sia-sia kitange-bomb dan mangkel (Angga 2010, wawancar, 5November).

Peristiwa tersebut lazim dialami oleh bomber, terutamabomber pemula karena belum mempunyai nama. Refresh atautableg merupakan aktivitas menimpali suatu grafiti dengan grafitibaru. Terkadang pembuat grafiti lama tidak terima jika karyanyaditimpali sehingga ketegangan tidak dapat terhindarkan.

Dunia grafiti walaupun terkesan “urakan”, merekamempunyai aturan tidak tertulis untuk menghindari keteganganyang terjadi. Battle adalah cara untuk menyelesaikan perselisihanantar bomber. Terdapat dua pola resolusi konflik yaitu perangkeahlian (skill) dan perang getting-up, dengan kata lain kualitasversus kuantitas (Indonesia Streetart Magazine 2010: 28).Perang skill dilakukan oleh dua bomber yang membuat grafitidalam jangka waktu tertentu -misalnya satu hari atau satu jam-

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 103: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 6

Politik dan Grafiti

dimana grafiter yang mempunyai karya yang lebih bagus,menjadi pemenangnya. Sedangkan perang getting-up dilakukanoleh dua orang bomber pada suatu kota dan pada suatu waktu –satu minggu atau satu bulan- yang membuat grafiti paling banyakmenjadi pemenangnya. Juri dari kedua perang ini adalah bomberlain tidak terlibat perselisihan. Bagi bomber yang menjadipemenang, hadiah dapat berupa bayaran, mendapat pengganticat semprot hingga memberi larangan bagi bomber yang kalahuntuk pada wilayah tertentu.

Salah satu hal tabu dalam dunia grafiti street atr yaitubite yang merupakan tindakan meniru style bomber lain. Haltersebut mengurangi esensi dan kreativitas bomber dalamberkarya. Tidak selamanya relasi yang terjalin dalam duniagrafiti street art merupakan relasi konfliktual, terdapat pularelasi-relasi kerjasama yang saling menguntungkan. Misalnya,acap kali bomber Yogyakarta mengadakan acara nge-bombbersama, hampir semua acara nge-bomb yang pernah penulisdatangi adalah acara nge-bomb bersama. Selain sebagai ajangberkumpul, acara nge-bomb bersama juga menghemat catsemprot.

Pola relasi grafiter bernuansa tagging dengan grafiterberaliran tagging lainnya merupakan relasi yang konfliktual. Halini disebabkan karena masing-masing grafiter inginmengkomunikasikan keberadaanya pada tembok jalanan secarakompetisi. Siapa yang paling banyak tagging, geng tersebut yangmempunyai kekuasaan luas. Di Yogyakarta, QZR dan JXZmerupakan nama geng yang paling disegani. Bentrokan hinggatawuran acap kali mewarnai interaksi keduanya. Terdapat etikaketika para geng berkonvoi, jika kebetulan menemukan tulisangeng musuhnya maka mereka mencoretnya atau diberi tandasilang dengan cat semprot dan diganti dengan nama gengnya

Page 104: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 7

sendiri serta namanya (Hanta 2011). Fenomena geng diYogyakarta sekarang ini, sudah tidak sepopuler dahulu namunmasih terdapat penerus dan underbouw dari masing-masing gengtersebut.

Interaksi bomber dengan grafiter yang beraliran taggingbersifat parasitisme. Coretan-coretan inisial geng acap kalimerusak grafiti yang telah dibuat susah payah oleh bomber. Tidakjarang hal tersebut dilakukan secara sengaja. Namun, bomberlebih memilih untuk membiarkan tindakan tersebut, dari padaberurusan dengan para geng yang akan berdampak panjang.Berbeda dengan interaksi grafiti street art dengan aktor-aktorlainnya pada dunia tembok jalanan Yogyakarta. Mereka tidaksaling menganggu satu dengan yang lainnya. Jika pada suatutembok terdapat poster atau mural, grafiter memilih untuknge-bomb disampingnya. Terdapat benang merah antara grafiti,mural, poster maupun stensil, yaitu sama-sama inginmengkomunikasikan sesuatu melalui media tembok jalanan.Dengan saling menghargai karya yang dibuat orang lain, karyayang kita buat juga akan dihargai.

Bomber beralasan bahwa, dari pada saling merusaklebih baik bekerjasama. Karya hasil perpaduan antara grafitidan mural adalah salah satu contoh kerjasama yang telahdilakukan.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 105: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 8

Politik dan Grafiti

Gambar 3.17Rolling door Toko Tas & Sepatu

di Jalan Mataram(Indriyati 2011)

Gambar 3.18Rolling door kompleks

Taman Budaya Yogyakarta(Indriyati 2011)

Gambar tersebut memperlihatkan grafiti dan muralyang dijadikan satu konsep street art. Terdapat perpaduan bentukkarakter dan huruf maupun cat semprot dan cat tembok yangsaling mendukung dan melengkapi. Kerjasama tersebutmemperkuat pesan komunikasi yang ingin disampaikan kepadamasyarakat pada umumnya. Hal tersebut merupakan buktibahwa sesama aktor yang bergelut pada dunia tembok jalanantidak selamanya mempunyai relasi yang konfliktual.

Kedua, yaitu interaksi grafiti dengan masyarakat. Secaraumum, masyarakat belum menerima kehadiran grafiti sebagaisebuah seni sehingga penolakan merupakan respon yangdiberikan masyarakat jika ditanyai seputar grafiti. Walaupungrafiti tersebut merupakan grafiti street art, masyarakat kurangdapat menerima kehadirannya apalagi grafiti yang merupakantagging para geng. Tagging tersebut sangat meresahkan masyarakatkarena merusak keindahan. Hampir disetiap bangunan, dindinghingga pagar marak akan coretan-coretan. Namun, terdapatbeberapa kelompok masyarakat yang sedikit memerimakehadiran grafiti di lingkungan mereka. Masyarakat perlahanmulai sadar bahwa, grafiti dapat difungsikan sebagai media

Page 106: POLITIK dan GRAFITI - UGM

7 9

komunikasi untuk mendukung program-program masyarakat.“Kampung Hijau” menjadi salah satu contohnya.

Ketiga adalah pola interaksi grafiti denganpemerintah. Vandalisme sangat dikaitkan dengan dunia grafitipada khususnya dan dunia dinding jalanan pada umumnya.Pemerintah selaku pihak yang berwenang perlu bersikap ataskehadiran grafiti pada tembok di jalanan Yogyakarta. Beberapainstansi yang berhubungan erat dengan dunia street art antaralain BAPEDDA, Dinas Ketertiban dan Dinas Pariwisata danKebudayaan. Menurut Agus Priyono (Purnomo 2010,wawancara, 1 November), secara detail tidak terdapatpengaturan mengenai pemanfaatan dinding jalanan diYogyakarta. Kebutuhan akan ruang terbuka hijau yang masihkurang menjadikan perhatian terhadap tembok yang merupakanspace untuk berkarya bagi grafiter tidak menjadi prioritas. Grafitidiperbolehkan asal berada pada wilayah yang ditentukan,meminta izin kepada pihak-pihak yang terkait serta grafititersebut mempunyai pesan sosial yang berguna bagi masyarakat.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mempunyaipandangan lain terkait street art, lebih khususnya grafiti.Keberadaan grafiti tidak dilarang asalkan memenuhi beberapapersyaratan yaitu berbasis budaya lokal, mempunyai nilai seni,ada pesan yang ingin dikomunikasikan, tidak menganggu sertapembuatannya yang meminta izin. Jika grafiti tidak memenuhipersyaratan tersebut, grafiti akan dihapus dan grafiternya akanmendapat sanksi. Eskpresif namun konstruktif merupakanpola kerjasama yang diterapkan dengan aktor-aktor street art,sama-sama saling menguntungkan papar Bapak Agus (Purnomo2010, wawancara, 1 November). Seperti kerjasama dalamrangka Hari Batik, pemerintah bekerjasama dengan aktor-aktorstreet art membuat batik di depan Hotel Garuda.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 107: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 0

Politik dan Grafiti

Satpol Pramong Praja merupakan aktor yang acap kalidirepotkan dengan ulah para grafiter. Terutama grafiti parageng di Yogyakarta karena dinilai menganggu ketertiban danmerusak keindahan. Geng yang masih membuat tagging hinggasekarang yaitu geng anak SMA yang kerap memicu tawuranantar pelajar. Patroli Dinas Ketertiban kerap memergokisekelompok pemuda sedang membuat tagging, dimana kegiatantersebut dinilai sebagai vandalisme. Misalnya kasus grafiti yangdibuat oleh RANGER (geng SMA Muhammadiyah 2Yogyakarta) versus grafiti GNB (geng SMA 6 Yogyakarta) (Priya2010, wawancara, 12 November).

Penyelidikan, pencarian barang bukti merupakanlangkah awal yang ditempuh, baru kemudian akan dilakukanpenangkapan. Dengan dalil merusak fasilitas umum, grafiteryang berusia di atas 17 tahun akan dikenakan pasal TindakPidana Ringan, yang akan dilimpahkan kepada pengadilan untukdi sidang ataupun membayar denda. Sedangkan untuk yangberusia di bawah 17 tahun akan dilakukan pembinaan, misalnyapembuatan surat pernyataan, penyitaan cat semprot hinggaberkewajiban menghapus grafiti yang telah dibuat.

Gambar 3.19Lokasi: Jalan Agro(Indriyati 2010)

Page 108: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 1

Gambar tersebut memperlihatkan grafiti “Satpol Keple”yang merupakan plesetan dari Satpol PP. Hal ini dapat dinilaisebagai ungkapan grafiter yang merasa terganggu dengankehadiran Satpol PP. Untuk grafiti street art, Satpol PP sedikitmemberi ruang yaitu dengan memperbolehkan mengrafiti suatutembok asalnya meminta izin kepada Satpol PP dan pemiliktembok serta grafiti tersebut mempunyai isi yang mendidik.Namun bukan berarti tidak ada kendala bagi bomber.

Saya pernah di tangkap Polisi sekitar tahun 2007.Pada saat bombing di daerah Danurejan. Waktu itualat-alat disita dan ditawari untuk sidang ataumbayar. Saya memilih untuk membayar, setelah tawar-menawar tercipta harga 50 Ribu Rupiah, karena cumatinggal segitu uang yang tersisa di dompet (Rembad2010, wawancara, 31 Oktober).

Cerita tersebut mengisahkan pengalaman seorangbomber ketika berurusan dengan aparat keamanan. Terdapatpula cerita lainnya,

Pernah teman saya (yang tidak mau disebut namanya)ketangkep Polisi karena bombing di kereta. Masalahini nampaknya cukup serius hingga dibawa ke mejasidang dan kena denda 80 Juta Rupiah. Kamipatungan bersama untuk mengeluarkannya dari penjara(Rio 2010, wawancara, 29 Oktober).

Nampaknya praktik tawar-menawar juga berlakuuntuk para grafiter yang tertangkap. Tidak jarang para grafiterberceloteh, bahwa “mereka” acap kali mencari kita untukditangkap dan didenda.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 109: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 2

Politik dan Grafiti

Keempat yaitu pola interaksi grafiter dengan aktor-aktorekonomi. Grafiti street art merupakan grafiti yang digandengaktor-aktor dunia bisnis untuk bekerjasama. Dengan mekanismesaling menguntungkan, pola kerjasama-pun dibuat. Pelaku bisnismenyediakan perlengkapan hingga konsumsi ataupun bayaranuntuk membuat grafiti sedangkan grafiter mengeluarkan bakatdan ekspresinya. Cacatan yang harus dipatuhi oleh grafiter yaitudengan menyertakan logo, merek ataupun tulisan yang terkaitdengan identitas pelaku bisnis tersebut. Ada beberapa aktoryang mendekat pada dunia grafiti misalnya perusahaan catsemprot “Pylox”, perusahaan rokok “Bintang Buana” danPerusahaan Jasa Telekomunikasi “XL” dan “Simpati”.

Saluran yang Digunakan Dunia Grafiti

Tembok jalanan adalah media utama grafiter untukberkarya. Berbagai macam variasi grafiti dapat ditemui tembokjalanan, mulai dari bentuk, warna, pesan ataupun aliran. Yangakan menjadi fokus pembahasan yaitu grafiti yang beraliranestetik karena lebih merepresentasikan realitas dalamkomunikasi daily politics. Misalnya mengenai realitas yangdirepresentasikan, isi yang merupakan pesan yang ingindisampaikan dan jangkauan komunikasi. Pemfokusan dalampenelaahan dimaksudkan untuk menghindari kerancuan akanapa yang dimaksud grafiti pada pembahasan. Grafiti yangberaliran tagging akan menjadi pelengkap yang menambah variasipembahasan seputar dunia grafiti.

Tembok jalanan adalah kanvas untu grafiter berkarya.Tembok tidak hanya berarti bangunan fisik namun tembokjuga merupakan ruang publik, ruang tempat bertemuny berbagaiaktor dengan berbagai kepentingan. Habermas membedakantiga jenis ranah (abad ke-18) yaitu ruang yang merupakanwilayah privat, ruang otoritas publik (negara) dan ruang publik

Page 110: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 3

(ruang publik di wilayah politis, ruang publik di dunia sastraserta ruang yang merupakan pasar bagi produk-produk budaya“kota”) (Habermas 2007:46). Ruang publik merupakan porosberbagai aktor dan kepentingan bertemu dimana mereka salingmempengaruhi satu dengan yang lainnya. Kesetaraan dankesamaan pola relasi dari berbagai pihak dan kepentingan dalamruang publik dinilai merupakan konsep dari kunci ruang publik.Dalam praktiknya, ruang publik merupakan arena yangkompleks sehingga benturan kepentingan acapkali terjadi dandapat berujung sebagai konflik.

Kapasitas ruang publik dinilai dari tingkatkepublikannya, minimalis ataupun maksimalis. Dalampraktiknya, sering terjadi minimalisasi ruang publik, bentuk-bentuknya meliputi pendangkalan ruang publik, komodifikasiruang publik, banalitas ruang publik, virtualisasi ruang publik,transparansi ruang publik dan imoralitas ruang publik sertamitologisasi dan mistifikasi ruang publik (Nugroho 2005: 12-21). Dominasi dalam ruang publik ditentukan dari relasikekuasaan di dalamnya (politik, ekonomi, budaya, sosial, atauhukum). Sebagai elemen yang berada di ruang publik, grafitimenjadi bagian dari dinamika ruang publik.

Tembok Jalanan adalah Kanvas untuk Grafiter

Tembok jalanan bukan hanya merupakan public spacenamun juga merupakan public sphere. Sebuah tembok tidak hanyabermakna sebagai tembok dalam bentuk fisik yang berartipembatas, namun tembok dalam dunia grafiti merupakankanvas untuk merepresentasikan gagasan atau ide para grafiter.Dunia tembok jalan pula merupakan tempat untuk bersosialisasisesama grafiter ataupun dengan aktor dunai tembok jalananlainnya. Tidak hanya itu saja, tembok jalanan juga merupakanmedia komunikasi grafiter kepada aktor lainnya di luar dunia

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 111: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 4

Politik dan Grafiti

tembok jalanan, misalnya pemerintah dan masyarakat. Tembokjalanan adalah suatu ruang publik.

Coretan di dinding membuat resah,Resah hati pencoret mungkin ingin tampil,Tepi lebih resah pembaca coretannya,Sebab coretan di dinding,Adalah pemberontakan kucing hitam,Yang terpojok, di tiap tempat sampah,Ditiap kota,

Cakarnya siap dengan kuku-kuku tajam,Matanya menyala mengawasi gerak musuhnya,Musuhnya adalah penindas,Yang menganggap remeh coretan dinding kota,

Coretan dinding terpojok di tempat sampah,Kucing hitam dan penindas sama-sama resah.

Lagu berjudul “Coretan Dinding” dalam album BelumAda Judul karya Iwan Fals marak sekitar 1990-an. Pesan yangterkandung dalam lagu tersebut yaitu grafiter berusaha ingintampil dan bersuara ditengah tekanan, namun suara tersebutnampaknya membuat resah para penguasa. Seperti itulah potretdunia dinding jalanan tahun 1990-an hingga menginspirasi IwanFals untuk menuangkannya menjadi sebuah lagu. Grafiter erasekarang, tidak membuat karyanya pada malam hari dan secarasembunyi-sembunyi. Hal tersebut karena lambat launkeberadaan grafiti sudah mulai di terima oleh sebagianmasyarakat, walaupun stempel vandal dan mengotori sertamerusak masih melekat erat dengan grafiti.

Untuk membuat grafiti di perlukan beberapa persiapan.Pertama yang dilakukan adalah memilih tema grafiti, apakahmerepresentasikan suatu hal yang sedang panas dibicarakanataupun dapat merupakan unek-unek grafiter pribadi. Kemudian

Page 112: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 5

memilih lokasi, dilanjutkan dengan membuat sketsa danmempersiapkan alat seperti cat semprot maupun caps.

Bagi seorang grafiter, membuat grafiti membutuhkanbiaya yang lumayan. Cat semprot merupakan senjata utamauntuk membuat grafiti. Harga cat semprot lokal sekitar 15.000-18.000 rupiah setiap kaleng. Setidaknya dibutuhkan minimal 3sampai 4 kaleng untuk membuat satu grafiti. Oleh karena itu,grafiter yang tergabung dalam YORC acap kali mengadakanbombing bersama-sama untuk menekan biaya pembuatan grafitikarena cat semprotnya dapat bervariasi dari segi warna dandapat dipakai bersama-sama.

Jadi grafiter itu hobi yang membuat “ker e”(baca:miskin), namanya juga hoby, jadi tak masalah.Sebagai mahasiswa yang masih belum dapatmenghasilkan uang, dulu saya menyisihkan uang sakuuntuk membeli pilok. Namun kegemaran saya akangrafiti sedikit berguna, saya nyambi kerja (baca:kerjasambilan) di Kedai Digital bagian desain grafis.Lumayan untuk beli pilok dan rokok (Rembad 2010,wawancara, 31 Oktober).

Grafiti yang susah payah telah dibuat seringkalidirusak, baik oleh sesama grafiter ataupun dari aktor-aktorlainnya. Perusakan tersebut dapat berupa mencoret-coret grafiti,me-refresh dengan grafiti yang baru hingga menempeli grafitidengan poster-poster.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 113: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 6

Politik dan Grafiti

Gambar 3.20Lokasi: Pertigaan Jalan Affandi dan Jalan Colombo

(Indriyati 2010)

Perjuangan grafiter dalam membuat grafiti tidak hanyasampai di situ saja. Jalanan di Yogyakarta merupakan hutanvisual yang penuh akan berbagai rupa. Mural, stensil, poster,spanduk hingga baliho ikut meramaikan suasana jalanan. Tidakberlebihan jika jalanan Kota Yogyakarta disebut sebagai hutanvisual.

Di tengah keramaian hutan visual Yogyakarta, grafitiberusaha menunjukan eksistensinya. Berkontestasi denganaktor-aktor di ruang publik lainnya yang juga ingin mendapatperhatian dari warga kota. Ruang publik merupakan arenakontestasi berbagai aktor dan berbagai kepentingan dengantujuannya masing-masing. Ruang publik dapat ditarik menjadiruang publik politis untuk “mengontrol” masyarakat. Namun,ruang publik dapat pula menjadi ruang publik ekonomis untukiklan dan promosi. Selain itu, ruang publik dapat juga menjadiarena masyarakat untuk bersuara dan menyatakan pendapat.Dinamika ruang publik di Yogyakarta turut memberi warnadunia grafiti.

Page 114: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 7

Arena Dunia Grafiti Jogja

Grafiti menjadi semakin menjamur baik padakalangan masyarakat pada umumnya dan pada kalangan anakmuda Yogyakarta pada khususnya. Tidak hanya itu saja, paraaktor-aktor lainnya mulai medekat pada dunia grafiti. Mulaidari masyarakat, pelajar, pemerintah hingga aktor-aktor duniaekonomi mencoba untuk mengambil peluang pada demamgrafiti yang melanda Yogyakarta. Mereka berusahamenciptakan ruang dan kesempatan bagi grafiter untukberkarya. Ruang dan kesempatan tersebut diwujudkan dalamberbagai bentuk, misalnya kontrak kerjasama, menjadi sponsor,hingga lomba atau kejuaaraan grafiti,.

Dalam level masyarakat, bentuk kesempatan yangdiberikan pada dunia grafiti untuk unjuk kebolehan, terlihatpada gang-gang di sebuah pemukiman yang marak akan grafiti.Kehadiran grafiti dimaksudkan untuk membantumembangkitkan semangat pada warga, agar mendukungpembangunan lingkungan mereka. Tema grafiti disesuaikandengan konsep pembangunan lingkungan masyarakat. Terlihatpada warga RT 45 yaitu sebuah kampung dengan julukan“Kampung Hijau”. Mereka menggunakan grafiti untukmenambah kesemarakan semangat “Kampung Hijau”.

Demam terlihat pula dari terdapatnya acara-acara yangmenjadikan grafiti sebagai tema atau pendukung acara dalamkonsep grafiti sebagai media komunikasi politik sehari-hari versigrafiter. Acara “Psikopad #6” yang di gagas oleh SMA 3Yogyakarta salah satu contohnya. Pentas Seni KomunitasPadmanaba menjadikan lomba grafiti sebagai salah satu temaacaranya yang di gelar pada 21 Mei 2011 pukul 15.00-18.00WIB di Kridosono (Psikopad 2011). Tujuan mengapa grafiti

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 115: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 8

Politik dan Grafiti

masuk menjadi salah satu tema acara tersebut yaitu untukmewadahi kreativitas pelajar dan mahasiswa di Yogyakarta.

Grafiti yang digandrungi anak muda dapat mengarahpada tindakan vandal jika tidak diarahkan dengan baik. Olehkarena itu, banyak bermunculan festival atau lomba grafitisebagai upaya untuk mewadahi dan mengarahkan kreativitaskawula muda Yogyakarta. Sekarang, membuat grafiti tidakhanya sekedar hobi namun dapat juga menjadi kebanggaan.Prestasi dalam membuat grafiti ditunjukan oleh Riza Damarjatisiswa XII IPS 2 SMA Muhammadiyah Yogyakarta. Kejuaraandari tingkat lokal dan nasional telah diraihnya, bahkan dalam“Graffiti Competition se D.I.Y” pada tanggal 12 dan 13 Maret2011 di Mandala Krida, Riza bersama timnya memperolahjuara I (Smuha 2011).

Selain acara yang digadang oleh pelajar dan mahasiswa,acara yang melibatkan grafiti juga digelar oleh aktor-aktor duniaekonomi. Keikutsertaan aktor-aktor dunia ekonomi dalambentuk sponsor acara. Aktor-aktor tersebut memberi donasidan memfasilitasi grafiter untuk membuat grafiti. Ajang“Outload, the Movement” pada tanggal 7 hingga 14 Juli 2010(KR Jogja 2011) merupakan salah satu contohnya. Acara inimerupakan bentuk kerjasama perusahaan rokok Bintang BuanaFilter dengan grafiter di Yogyakarta. Walaupun tidak semuagrafiter di Yogyakarta terlibat dalam acara tersebut, namunacara tersebut berusaha untuk mengangkat kreativitas grafiterdi Kota Yogyakarta.

Mendekatnya aktor-aktor lain yang berasal dari luardunia grafiti, terlihat dengan “keramahan” yang ditunjukanpemerintah kepada dunia street art. Biennale meruapakan ajangpameran seni rupa dua tahunan yang diadakan sejak tahun1988 di Yogyakarta. Biennale Jogja (BJ) merupakan dialog antar

Page 116: POLITIK dan GRAFITI - UGM

8 9

bangsa, tidak hanya bekerja dengan seniman individual maupunkelompok, tetapi juga bekerjasama dengan organisasi-organisasiseni baik di Indonesia maupun di negara-negara partner,sehingga dialog, kerjasama, dan kemitraan yang dirintis akanberkelanjutan dan melahirkan kerjasama-kerjasama baru yanglebih luas (Biennale 2011). Pemerintah menyediakan ruang danmendukung kegiatan tersebut, misalnya dengandiperbolehkannya mobil tangki air penyiram taman KotaYogyakarta sebagai media berkarya untuk seniman.

Selain aktor-aktor yang berasal dari luar dunia grafiti,para bomber juga aktif untuk menghidupkan grafiti melalui acara-acara bombing bersama. Salah satu contohnya yaitu End of theYear Project-Bombing Never Stop. Acara tersebut merupakan agendatahunan komunitas Gembel Urban Nasional yang menjadi ajangpara bomber untuk bertemu, berdiskusi dan berkarya. Tidakhanya grafiter lokal yang ikut meramaikan acara tersebut namunbomber yang berasal dari Surabaya, Malang, Solo dan Salatigajuga berpartisipasi.

Gambar 3.21Lokasi: Tembok Stasiun Lempuyangan.

(Indriyati 2010)

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 117: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 0

Politik dan Grafiti

Lokasi yang dipilih yaitu dengan menggunakan tembokpagar salah satu kantor milik PT KAI DAOPS VI Yogyakartauntuk menciptakan karya grafiti karena kehabisan spot (tempat)untuk membuat graffiti bersama-sama kelompok dariYogyakarta yang memilih tembok dekat Stasiun LempuyanganYogyakarta (Jogjanews 2010). End of the Year Project-BombingNever Stop yang berlangsung pada 18-19 Desember 2010merupakan ajang untuk meramaikan dunia grafiti Jogja.

Penutup

Penelaahan kacamata daily politics untuk membedahdimensi relasi kuasa kata dalam dunia grafiti Yogyakarta, dapatdibingkai menjadi tiga aspek, yakni;

Pertama yaitu dari segi isu yang diangkat. Grafitersebagai aktornya, berusaha berkomunikasi dengan cara yangtidak lumrah yaitu dengan menggunakan cat semprot sebagaikuas dan tembok jalan sebagai kanvasnya. Terdapat isu yangdirepresentasikan melaui grafiti sebagai respon terhadapkeadaan yang terjadi di sekitar mereka. Dalam dunia grafitiYogyakarta, grafiter berusaha menyampaikan suatu pesankomunikasi melaui grafiti. Pesan tersebut yaitu realitas yangada pada lingkungan sekitar mereka, terdapat realitas ekonomi,sosial, politik hingga realitas budaya.

Kedua yaitu karakter kelembagaan dari grafiter diyogyakarta. Wadah berkumpulnya grafiter bukan merupakansuatu organisasi formal serta tidak memiliki struktur organisasisecara baku. Komunitas grafiter di Yogyakarta merupakankomunitas yang cair, namun tetap mempunyai pakem-pakemyang dijunjung bersama dalam dunia tembok jalanan. Secaragaris besar, terdapat komunitas grafiter tagging dan komunitasgrafiti estetis, dimana masing-masing komunitas mempunyai

Page 118: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 1

cara dan strategi tersendiri untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan melalui grafiti.

Ketiga yaitu media atau saluran yang digunakan olehgrafiter. Secara umum, komunikasi menggunakan media cetakatau media elektronik dalam prosesnya. Berbeda dengankomunitas grafiter dalam dunia tembok jalanan Yogyakarta,grafiter menggunakan cat semprot sebagai kuas dan tembokjalanan sebagai kanvas untuk berkarya. Tembok jalan acap kalihanya dinilai sebagai pembatas namun grafiter membidiknyamenjadi sebuah media. Tembok jalan dalam dunia grafiti, tidakhanya menjadi public space, namun berkembang menjadi publicsphere dengan segala dinamika yang melingkupinya.

Dunia Politik Sehari-hari Versi Grafiti

Page 119: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 2

Politik dan Grafiti

Page 120: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 3

BAGIAN KEEMPAT:BAHASA VISUAL GRAFITI,

KOMUNIKASI POLITIK DUNIADINDING JALANAN JOGJA

Dalam keseharian masyarakat, komunikasi menjadihal yang lazim dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi adalahsalah satu interaksi, dimana partisipan memaknai bahasa atausimbol-simbol lain (Veeger 1989: 92). Terdapat komunikator,pesan komunikasi, sasaran komunikasi dan feedback darikomunikasi. Bentuk komunikasi politik sehari-hari terlihat padadunia grafiti. Komunikasi dan politik yang berbeda darikomunikasi dan politik secara “formal” pada umumnya.Sekelompok orang yang mencoreti sebuah tembok padaperempatan jalan, dinilai sebagai tindakan politik dan suatubentuk komunikasi yaitu komunikasi politik sehari-hari.

Bab ini akan memaparkan mengenai bahasa visualgrafiti sebagai bentuk komunikasi politik dunia tembok jalanYogyakarta. Pemaparan diawali dengan penelusuran mengenaiperkembangan grafiti di Yogyakarta, dimana mulai tampakmelunturnya sedikit demi sedikit stereotyping mengenai kesanvandal tentang dunia grafiti. Dunia grafiti bukan suatu arenayang statis, namun dunia grafiti merupakan arena yang dinamis.

Page 121: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 4

Politik dan Grafiti

Kedinamisan dunia grafiti dapat terlihat dari perkembangangrafiti sebagai sebuah karya dan semakin luasnya aktor-aktoryang terlibat di dalamnya. Penelusuran grafiti sebagai mediakomunikasi tidak luput dari aktor-aktor yang terlibat ataumelibatkan diri ke dalam dunia grafiti.

Penelahaan dilanjutkan dengan pemaparan mengenaibagaimana relasi kuasa kata dalam grafiti yang ditilik dari aspek;siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dandengan akibat apa. Dengan melunturnya kesan vandal, beberapaaktor mulai mendekat kepada dunia grafiti. Kehadiran grafitipada tembok jalanan nampaknya dinilai sebagai peluang yangdapat dimanfaatkan. Sebagai media komunikasi, grafitimemegang peran strategis terkait keberadaannya pada ruangpublik. Keberadaan grafiti, sadar atau tidak sadar dapatdimanfaatkan oleh berbagai aktor tertentu untuk mencapaisuatu tujuannya sehingga dapat merubah bahasa visual grafiti.

Demam Grafiti Jogja: Ada Gula Ada Semut

Pada dunia street art di Indonesia, Yogyakarta terkenalsebagai kota street art. Wisata street art, Begitulah julukan yangdiberikan oleh grafiter yang berasal dari daerah luar Yogyakartayang berkunjung ke Yogyakarta. Julukan tersebut tidakmengherankan, karena karya-karya seniman jalanan dapat kitatemui di sudut-sudut Kota Yogyakarta. Suatu perjalanan yangpanjang hingga dunia street art dapat hadir pada masa ini.Keberadaan street art khususnya grafiti pada tembok jalananhingga sekarang merupakan suatu bentuk dukungan, walaupunterkesan sebagai bentuk “pembiaran”. Sebagaian besarmasyarakat masih menilai grafiti sebagai tindakan “nyleneh”(baca: aneh), merusak hingga kriminal. Namun, lambat laun

Page 122: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 5

sebagian kecil masyarakat perlahan mulai sedikit menerimakehadiran grafiti.

Penerimaan kehadiran grafiti dapat terlihat daridigelarnya acara-acara seputar street art, baik dalam bentuklomba atau acara bombing bersama. Acara tersebutdiselengarakan oleh aktor-aktor dunia dinding jalanan ataupunaktor-aktor dari luar dunia dinding jalanan. Mendekatnya aktor-aktor yang berasal dari luar dunia grafiti terkait dengan demamgrafiti yang melanda tembok kota Yogyakarta. Melunturnyacitra vandal pada grafiti dan bergerak menuju ranah seni jugamenjadi salah satu alasan lainnya. Aktor-aktor tersebut menilaibahwa dunia grafiti adalah peluang dan kesempatan. Grafitiyang berada pada public space dapat diajak untuk “bekerjasama”.

Stereotyping yang Sedikit LunturTangan-tangan setan telah mulai, menuliskan kata asal jadi,di setiap dinding dan di jalanan, menghilangkan keindahan,Wajah kota jadi ternoda, penuh coret-coretan tangan,Setan,Nama-nama liar ‘kan kau baca, di pagar atau di jalan raya,Di mana-mana akan kau temui, kata-kata tanpa arti,Ayo pelihara kotamu, hentikanlah tangan setanmu,Sadarlah, hey hey, semua milik kita sendiri,Janganlah coba engkau nodai, Jangan,Coba hentikan tangan, setan.

Lirik lagu Nicky Astria yang berjudul “Tangan-TanganSetan”, populer sekitar tahun 1985-an. Masa ketika grafiti geng-geng amat tumbuh subur. Realitas tersebut yang coba diceritakanoleh Ian Antoro. Pada lagu tersebut, dunia tembok jalanan dinilaisebagai tindakan vandal dan perlu dihindari, layaknya tangansetan. Penilaian mengenai vandal atau tidaknya dunia tembok

Bahasa Visual Grafiti

Page 123: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 6

Politik dan Grafiti

jalanan sebenarnya merupakan proses komunikasi. Terdapataktor yaitu grafiter dan pesan yang berupa tagging pada tembokjalanan. Masyarakat yang resah dan terganggu berarti menerimapesan tersebut walaupun pesan tersebut sebenarnya tidakditujukan langsung kepada masyarakat namun ditujukan kepadasesama geng untuk menandai daerah kekuasaan.

Masyarakat telah memberi gelar bahwa dunia tembokjalanan khusunya grafiti sebagai tindakan vandal. Hal tersebutmerupakan stereotyping dalam komunikasi politik yaknimenggeneralisasikan orang-orang berdasar sedikit informasidan membentuk asumsi mengenai mereka berdasarkeanggotaan mereka dalam suatu kelompok (Mulyana 2003:108). Stereotyping membuat grafiti hingga sekarang masih dinilaisebagai tindakan vandal bahkan untuk grafiti estetis sekalipun.Padahal, tidak semua grafiti bertujuan untuk eksistensi sepertiyang dilakukan oleh para geng, terdapat grafiti sosial yang berisiajakan atau kritik sosial, ada pula grafiti politik dan lainsebagainya. Akibat stereotyping tersebut menjadikan grafiti sebagaimedia komunikasi kurang berjalan maksimal karena pesan yangditangkap oleh penerima sering salah tangkap, salah sasaranataupun salah tafsir.

Stereotyping pada umumnya merupakan predikat yangnegatif. Penilaian terhadap suatu subjek menjadi tidak akuratdan sedikit menghakimi si subjek. Kemunculan stereotypingmenurut Baaron dan Paulus setidaknya didasari oleh dua hal(Mulyana 2003: 108). Pertama, kecenderungan manusia untukmembagi antara “kita” dan “mereka”. Kurangnya informasimengenai “mereka” membuat subjek dipukul rata dengan katalain disamaratakan atau dianggap homogen. Kedua,kecenderungan manusia untuk melakukan kerja kognitifsesedikit mungkin. Asumsi mengenai sifat-sifat utama objek

Page 124: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 7

pada umumnya dialukan dengan memasukan “mereka” kedalam kelompok tertentu.

Dewasa ini, stereotyping terhadap grafiter lambat launmulai meredup, seiring dengan demam grafiti yang melandaYogyakarta. Grafiti yang menonjolkan kesan estetis mulaibermunculan pada tembok jalanan. Sebagian kecil masyarakatmulai menerima keberadaan grafiti pada lingkungan merekasehingga grafiti estetis mampu bertahan dan berkembang. Tidakselamanya grafiti identik dengan vandalisme, terdapat pulagrafiti estetis yang betujuan untuk memperindah. Selain itu,grafiti juga merepresentasikan potret suatu realitas sehari-harimasyarakat Yogyakarta dan mengkomunikasikan dengan grafitipada tembok jalanan.

Mendekatnya berbagai Aktor

Grafiti merupakan media komunikasi pada ruangpublik yaitu komunikasi dengan media tembok-tembok jalanankepada aktor-aktor tertentu. Pada dunia tembok jalanan di hutanvisual Yogyakarta sekarang, grafiti tidaklah sendiri. Terdapatbanyak seniman jalanan dan aktor-aktor lain yang ikutmeramaikan tembok jalanan Yogyakarta. Mural, stensil, posterhingga tagging menjadi “pesaing” untuk berkarya di tembok.Perebutan wilayah dan konflik tidak dapat dihindari, namungrafiti mempunyai cara tersendiri untuk menyelesaikan konflik-konflik tersebut. Aktor-aktor lain yang berasal dari luar duniaseni jalanan juga turut meramaikan, seperti pemerintah danaktor dunia ekonomi.

Kehidupan perkotaan, dimana aktor yang berperansangat heterogen dan kekomplekan masyarakat, ikutmempengaruhi pendefinisian grafiti sebagai street art atau bukanstreet art. Seni atau lebih spesifiknya komunikasi seni pada

Bahasa Visual Grafiti

Page 125: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 8

Politik dan Grafiti

masyarakat yang majemuk dapat menjadi persoalan karenasetiap aktor mempunyai “kacamata” untuk memandang suatufenomena. Komunikasi seni pada umumnya didasarkan padatiga unsur utama yaitu seniman, benda seni dan publik seni(Sumardjo 2000: 188).

Unsur pertama yaitu seniman, dalam konteks duniagrafiti aktor yang berperan sebagai seniman yaitu grafiter.Seniman jalanan atau grafiter tidaklah tunggal, berbagai profesiserta tingkat usia ikut berpartisipasi dalam dunia dinding jalanan.Benda seni merupakan unsur yang kedua, grafiti oleh sebagiankalangan tidak digolongkan ke dalam benda seni karenamenggunakan dinding sebagai kanvas untuk berkarya yangterkesan kurang estetis. Selain itu, grafiti yang berisi taggingjuga menyumbang mengapa sebagian kalangan menganggapgrafiti bukan sebagai seni jalanan. Unsur yang ketiga yaitu publikseni, sebagai contoh masyarakat, pemerintah serta aktor-aktordunia dinding jalanan lainnya. Perdebatan grafiti sebagai bendaseni atau tidak menjadikan terputusnya komunikasi dari grafiterkepada publik. Hal ini berdampak pada pesan atau isi grafitimenjadi tidak sampai secara penuh kepada publik.

Bagan 4.1 memperlihatkan pola komunikasi grafitikepada aktor disekitarnya. Secara garis besar, pola grafitisebagai media komunikasi politik sehari-hari dapat dibedakanmenjadi dua yakni komunikasi grafiti dengan lingkungan duniatembok jalanan dan komunikasi grafiti dengan aktor-akror laindi luar dunia tembok jalanan. Komunikasi grafiti denganlingkungan internalnya yaitu komunitas dunia tembok jalanandapat terlihat misalnya interaksi grafiti dengan sesama grafiterdan interaksi grafiti dengan komunitas mural, stensil dankomunitas-komunitas lainnya. Sedangkan komunikasi grafitidengan aktor di luar dunia dinding jalanan dapat terlihat pada

Page 126: POLITIK dan GRAFITI - UGM

9 9

interaksi dengan masyarakat secara umum, aktor ekonomimaupun pemerintah.

Setiap aktor mempunyai tujuan dan kepentinganmasing terhadap dunia grafiti. Berdasarkan pola komunikasidunia grafiti dengan aktor-aktor di sekitarnya, komunikasi antarsesama seniman dunia dinding jalanan Yogyakarta merupakankomunikasi internal. Walaupun merupakan komunikasi internal,namun interaksi tersebut bukan merupakan interaksi yangsederhana. Terdapat interaksi grafiter dengan sesama grafiterdan grafiter dengan aktor dunia dinding jalanan lainnya.Interaksi sesama grafiter pada tembok jalanan mempunyaibeberapa motivasi. Bagi para grafiter yang beraliran tagging,inisial geng pada sebuah tembok merupakan bentuk eksistensi.Mereka mengkomunikasikan kehadirannya kepada sesamaaktor dunia dinding jalanan sekaligus kepada aktor di luar duniadinding jalanan dengan tagging tersebut. Sedangkan grafiter yangmenonjolkan komposisi bentuk dan warna, lebih hirau akanpesan yang ingin direpresentasikan melalui grafiti.

Bagan 4.1 Model Komunikasi Grafiti Yogyakarta

Bahasa Visual Grafiti

Page 127: POLITIK dan GRAFITI - UGM

100

Politik dan Grafiti

Interaksi grafiter dengan aktor yang berkecimpungdalam street art terlihat dalam interaksi dengan komunitas mural.Komunitas mural merupakan pesaing sekaligus rekanan bagigrafiter untuk berkarya. Pesaing karena seniman mural sama-sama berkarya pada tembok jalanan, dimana mural lebih dapatditerima masyarakat dari pada grafiti. Sedangkan rekanan karenaacap kali grafiter dengan komunitas mural mengadakan proyekmenggambar bersama. Jogja Mural Forum (JMF) merupakanwadah komunitas mural di Yogyakarta untuk berkumpul.Banyak acara yang telah digelar oleh JMF misalnya “KampungSebelah Art Project” (2007) dan “Kode Pos Art Project” (2008),dimana mereka membuat karya mural yang sesuai dengan nilailokalitas (Kompas 2011, 1 Mei).

Poster, stensil ataupun stiker merupakan atribut lainyang ikut meramaikan dunia tembok jalanan Yogyakarta. Secaraumum, kehadiran poster, stensil ataupun stiker tidak salingmenggangu dengan keberadaan grafiti. Nuansa kritik, protes,saran, ajakan hingga perlawanan menjadi tema-tema utama dariatribut lain pada dunia tembok jalanan. LSM dan senimanjalanan biasanya merupakan aktor-akor yang berperan dibelakangnya. Salah satunya yaitu Anti Tank yang merupakanseniman yang berjuang dengan media poster, stiker maupunstensil di jalanan. Poster “Menolak Lupa” adalah bentukdukungan untuk proses keadilan Munir dan juga sebagai mediapenggingat agar “mereka” tahu bahwa kita belum puas dankita tidak pernah mau melupakan kejahatan ini (Anti tank 2011,1 Mei).

Page 128: POLITIK dan GRAFITI - UGM

101

Gambar 4.1Lokasi: Perempatan Pojok Beteng wetan

(Indriyati 2010)

Gambar 4.2Lokasi: Perempatan Pojok Beteng Wetan

(Indriyati 2010)

Ketertarikan aktor yang berasal dari luar dunia grafititerlihat dari mendekatnya aktor-aktor dunia ekonomi danpemerintah. Pelaku ekonomi merambah dunia grafiti karenamelihat adanya peluang yang dapat dimanfaatkan. Perusahaanjasa telekomunikasi, rokok ataupun cat semprot merupakan

Bahasa Visual Grafiti

Page 129: POLITIK dan GRAFITI - UGM

102

Politik dan Grafiti

aktor-aktor yang mendekat secara akrab kepada grafiterYogyakarta. Grafiter dan aktor-aktor tersebut mengadakanserangkaian kerjasama untuk kepentingan kedua belah pihak.Begitu halnya dengan pemerintah yang mulai memperhitungandunia grafiti. Kacamata pemerintah melihat, grafiti dapat diajakbekerjasama untuk menyukseskan program pemerintah. Aparatpenegak hukum mulai sedikit memberi nafas kepada grafitiyang beraliran estetik, namun masih garang terhadap grafitiyang beraliran tagging karena dianggap menjadi pemicu tawuranantar pelajar (Priyadi 2010, wawancara, 12 November).

Perusahaan Pylox sangat diuntungkan dengan demamgrafiti yang melanda Yogyakarta. Hal tersebut adalah peluangemas, karena cat semprot adalah media utama yang digunakanuntuk membuat grafiti. Harga untuk cat semprot impor merekMontana mencapai 95 Ribu Rupiah per kaleng sedangkan catsemprot lokal merek Pylox sekitar 20 Ribuan per kaleng. Melihatantusiasme grafiter Yogyakarta Pylox mengeluarkan cat semprotbermerek Basic dengan harga 15 Ribu Rupiah per kaleng. Haltersebut merupakan strategi untuk memenuhi tingginyapermintaan cat semprot dengan harga yang terjangkau.kerjasama tersebut berlanjut, perusahaan cat semprotmensponsori kegiatan bombing, namun isi grafiti tersebut harusmencantumkan merek Pylox.

Pelaku bisnis lainnya yaitu perusahaan rokok BintangBuana. Perusahaan ini tertarik pada dunia grafiti karena grafitisedang nge-trend di kalangan anak muda Yogyakarta. Rokokmenjadi barang yang mudah diterima dan digandrungi kamulamuda, oleh karena itu Bintang Buana selaku produsen rokokberusaha mendekatkan diri dengan kawula muda Yogyakarta.Outloud, the Movement adalah acara yang menyediakan tempatbagi para seniman untuk menuangkan kreasinya, selain itu acara

Page 130: POLITIK dan GRAFITI - UGM

103

ini juga berusaha untuk merubah pandangan yang selalumengaitkan corat-coret tembok sebagai bentuk vandalisme,papar Ade Maharani selaku Brand Manager Bintang Buana.Terdapat sembilan titik yang disediakan untuk nge-bomb -tentunyadengan izin Pemkot Yogyakarta- yaitu di Jl. PanembahanSenopati, Taman Siswa, Gayam, Selokan Mataram, JoktengWatan, Jokteng Kulon, perempatan Galeria Mal, dekat HotelIbis Malioboro, dan di gardu listrik Kotabaru Yogya (Krjogja2011). Logo Bintang Buana atau tulisan Outload menghiasiseluruh grafiti pada acara tersebut.

XL dan Telkomsel selalu penyedia jasa telekomunikasijuga ikut ambil peran dalam demam grafiti di Yogyakarta.Senada dengan pelaku bisnis lainnya, kedua perusahaan tersebutmenilai bahwa grafiti dengan grafiternya yang rata-rata remajamenjadi pangsa pasar yang menggiurkan. Kebanyakan, anakmuda zaman sekarang tidak terlepas dari Handphone yangtentunya membutuhkan sim card. Perusahaan jasa telekomunikasihadir untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Mendekatnyapelaku bisnis kepada dunia grafiti di Yogyakarta dapat dinilaimerupakan strategi pemasaran. Mereka mensponsoripembuatan grafiti dengan catatan grafiter menyertakan logoXL atau Telkomsel pada karya mereka.

“Kromonisasi” Grafiti : Perubahan Bahasa VisualGrafiti

Kontestasi antar aktor yang terlibat dan melibatkandiri pada dunia grafiti Yogyakarta memang sangat kompleks.Dengan adanya interaksi tersebut, terpetakanlah mengenai siapasaja aktor-aktor yang terlibat serta pola-pola relasi yang terjalinantar aktor. Selain itu terbaca pula kepentingan dan tujuanmengapa aktor-aktor tersebut mendekat kepada dunia grafiti.

Bahasa Visual Grafiti

Page 131: POLITIK dan GRAFITI - UGM

104

Politik dan Grafiti

Sebagai media komunikasi grafiti disosokkan sebagai “bahasamata” (Liliweri 2003: 138). Grafiti yang berlokasi pada tembokjalanan merupakan media yang strategis untuk menarikperhatian masyarakat umum. Keberadaan grafiti pada ruangpublik bersifat subyektif, karena pemaknaan atas grafiti beradadi tangan orang yang melihat grafiti. Dinamika interaksi grafitidalam hutan visual Yogyakarta dengan aktor-aktor lainnyamenjadi telaah yang menarik untuk membedah kuasa kata padadunia grafiti Yogyakarta.

Bahasa Visual Grafiti

Grafiti merupakan bentuk politik sehari-hari grafiteruntuk mengkomunikasikan gagasan mereka. Terdapat berbagairealitas di Yogyakarta yang dicoba untuk diangkat melaluigrafiti. Mulai dari realitas sosial, budaya, politik hingga ekonomi,yang merupakan fenomena keseharian masyarakat Yogyakarta.Bahasa visual grafiti dapat ditelisik dengan memetakan siapa,mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa dan denganakibat apa. Penelusuran mengenai bahasa visual grafiti dapatmenjadi pijakan awal untuk melihat bagaimana perubahanbahasa visual grafiti yang terjadi.

Pertama yaitu grafiti yang merepresentasikan realitassosial yang ada pada masyarakat. Potret realitas sosial padatembok jalanan Yogyakarta, cukup banyak jika dibandingkandengan potret realitas lainnya. Penelusuran mengenai siapaterkait aktor, yang tidak lain adalah grafiter. Grafiter mencobaberkata dari kacamata mereka melalui grafiti yakni suatu realitassosial dalam lingkungan mereka. Misalnya kritik sosial, bentukdukungan moral, ajakan hingga fenomena kehidupan sosialmasyarakat Yogyakarta. Potret realitas sosial dalam grafitiditujukan bagi masyarakat sebagai sasarannya. Terlihat, misalnya

Page 132: POLITIK dan GRAFITI - UGM

105

ketika Yogyakarta sedang tertimpa musibah letusan GunungMerapi, grafiter memberikan dukungan dan semangat kepadamasyarakat Yogyakarta melalui grafiti.

Gambar 4.3Lokasi: Pojok Beteng Wetan

(Indriyati 2010)

Grafiti tersebut dibuat oleh Alil pada saat Yogyakartadisibukan dengan Erupsi Merapi 2010. Hey World Jogja is Finemerupakan pesan grafiti yang diusung Alil. Pesan tersebutterpampang pada sebuah pintu ruko sebagai kanvasnya dancat semprot sebagai kuasnya. Sasaran dari grafiti tersebut yaitumasyarakat, terutama masyarakat yang hilir-mudik melewatiperempatan Pojok Beteng Wetan. Dampak yang diharapkandengan grafiti tersebut, agar masyarakat tidak panik dan tetaptenang. Erupsi Merapi tidak membuat Yogyakarta menjadi takterkendali. Namun, kesan yang diterima masyarakat tidak semuasama dan acap kali pesan yang diusung grafiter tidaktersampaikan dengan baik. Malah, mayoritas masyarakatmenilai grafiti sebagai tindakan kurang kerjaan atau merusakdan sebagian lainnya acuh-tak acuh terhadap keberadaan grafiti.

Kedua yakni potret realitas politik yangdirepresentasikan grafiti. Terdapat representasi realitas politik

Bahasa Visual Grafiti

Page 133: POLITIK dan GRAFITI - UGM

106

Politik dan Grafiti

dengan kacamata formal dan realitas politik versi daily politics.Persamaan kedua representasi realitas tersebut yaitu dari sisiaktor dan media yang digunakan. Aktor dari kedua representasirealitas tersebut adalah grafiter dan media yang digunakan yaitutembok jalanan sebagai kanvas dan cat semprot sebagai kuasnya.Perbedaannya yaitu dari aspek pesan yang diusung, sasarandan akibat. Pesan yang diusung oleh grafiti yang memotretrealitas politik formal berkutak seputar situasi politik yangmelingkupi Yogyakarta, misalnya keistimewaan Yogyakarta.Masyarakat secara umum menjadi sasarannya dan diharapkanmasyarakat melihat bahwa realitas tersebut merupakan bahasadari grafiter sebagai respon atas fenomena yang terjadi.

Sedangkan, grafiti yang merepresentasikan realitaspolitik versi daily politics berkutak seputar identitas dan eksistensikelompok, misalnya eksistensi geng. Sasaranya yaitu aktor padadunia tembok jalanan pada khususnya dan masyarakat padaumumnya. Dampak yang diharapkan adalah eksistensi padadunia tembok jalanan, namun hal tersebut dapat memicukonflik karena menyulut persaingan eksistensi sesama penggiatdunia tembok jalanan. Mengotori dan merusak merupakanrespon umum bagi masyarakat mengenai dunia grafiti.Kacamata mayoritas masyarakat, menilai grafiti adalah duniacorat-coret. Apalagi ditambah dengan grafiti tagging para geng,hal tersebut turut menguatkan stereotyping vandal terhadap duniatembok jalanan.

Ketiga yaitu grafiti yang merepresentasikan realitasekonomi masyarakat Yogyakarta. Terkait aktor dan pesan yangdiusung, tidak lain yaitu grafiter sebagai aktornya, yang inginmengkomunikasikan realitas ekonomi pada lingkungan sekitarmereka, misalnya fenomena seputar roda perekonomian diYogyakarta. Realitas yang berasal dari gagasan para grafiter,

Page 134: POLITIK dan GRAFITI - UGM

107

bukan pesanan dari pihak-pihak lain. Media yang digunakanyaitu tembok jalanan dan cat semprot sebagai kuas sertakanvasnya. Masyarakat secara umum, menjadi sasaran daricerita realitas yang di representasikan oleh grafiter dimanamasyarakat diharapkan agar lebih hirau akan fenomena yangada pada lingkungan sekitar mereka.

Keempat yaitu grafiti yang merepresentasikan realitasbudaya. Grafiter sebagai aktornya, berusahamengkomunikasikan keunikan ataupun kekhasan dariYogyakarta melalui grafiti. Pesan yang diusung misalnya, grafitimengenai Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Kota Budayadengan media yang tembok jalan dan cat semprot. Yangmenjadikan unik yaitu bahasa yang dipilih, biasanyamenggunakan langgam jawa Yogyakarta. Tujuan pemilihanaspek-aspek yang khas dari Yogyakarta, untuk mendekatkangrafiti pada masyarakat agar pesan dari grafiti tersebut mudahdi tangkap oleh masyarakat.

Grafiti merupakan media bagi grafiter untukmenuangkan realitas yang ada pada sekitar mereka, dengankacamata versi garfiter dan gagasan-gagasan yang muncul dariinisiatif grafiter. Realitas yang direpresentasikan juga merupakanrealitas pilihan grafiter, bukan merupakan realitas yangdipilihkan atau dititipkan aktor-aktor lain. Bahasa visual grafitibanyak mengalami perubahan dalam konteks “pesankomunikasi” yang diusung oleh grafiter. Grafiti telahterkontaminasi oleh kepentingan dari aktor-aktor luar duniagrafiti.

Bahasa Visual Grafiti

Page 135: POLITIK dan GRAFITI - UGM

108

Politik dan Grafiti

Kromonisasi Bahasa Visual Grafiti

Melihat intervensi berbagai aktor yang ada, terjadiperubahan bahasa visual grafiti. Grafiter diajak “bekerjasama”oleh berbagai aktor yang ada, dengan dalih sama-sama untung.Karena terbius keterbatasan pembiayaan, kebanyakan grafitersecara tidak sadar telah dimanfaatkan oleh berbagai pihak untukkepentingan mereka. Berdasarkan pemetaan kontestasi paraaktor, tercatat beberapa aktor mempunyai pengaruh yang cukupsignifikan dalam dunia grafiti, yakni;

“Kromonisasi” oleh Aktor Ekonomi

Aktor yang paling kentara menancapkan pengaruhnyayaitu pelaku bisnis. Dengan logika profit oriented, mereka berusahamenilai grafiti sebagai suatu “produk”. Sebagai suatu produkyang terpampang di tembok jalanan, grafiti nampu diselipi suatupesan tertentu. Pesan yang sesuai dengan selera pelaku bisnisyang menjadi mandor. Setidaknya ada dua kentungan yang didapat pelaku bisnis dengan berdalih “kerjasama” dengan paragrafiter. Pertama yaitu menjadikan grafiti sebagai media iklandengan sasaran masyarakat luas dan yang kedua yaitu promosikepada para grafiter agar tertarik dengan produk atau jasamereka.

Perubahan terjadi yaitu grafiti yang dahulu merupakanmedia komunikasi politik sehari-hari para grafiter berubahmenjadi media komunikasi “politik dagang” para pelakuekonomi. Grafiti pada gambar 4.3 merupakan hasil “kerjasama”dengan dua perusahaan jasa telekomunikasi yaitu XL danTelkomsel. Bukti secara visual bahwa mereka mengadakankerjasama yaitu logo atau identitas kedua perusahaan tersebuttidak dirusak oleh grafiter, malah sengaja ditonjolkan. Grafiti

Page 136: POLITIK dan GRAFITI - UGM

109

berbagi space dengan iklan perusahaan jasa telekomunikasi. Jikaperusahaan tersebut tidak mengadakan kerjasama dengan duniagrafiti, acap kali iklan yang telah mereka buat denganmemanfaatkan dinding jalanan ditableg oleh grafiter.

Gambar 4.4Lokasi: Jalan Magelang dan Jalan Affandi.

(Indriyati 2011)

Bentuk “kerjasama” lainnya juga terjadi antara grafiterdengan perusahaan cat semprot. Gambar 4.4 dapat dilihatsebagai iklan Pylox pada tembok jalanan.

Gambar 4.5Lokasi: Jalan Prof Dr Yohanes.

(Indriyati 2010)

Bahasa Visual Grafiti

Page 137: POLITIK dan GRAFITI - UGM

110

Politik dan Grafiti

Pendapat tersebut tidaklah salah, perusahaan catsemprot tersebut memesan kepada grafiter untuk iklanproduknya. Iklan Pylox dengan media grafiti lebih tahan lamadibandingkan poster atau spanduk, selain itu iklan tersebut jugamenempati tembok jalanan yang strategis. Mereka mengatakankerjasama dalam kontkes simbiosis mutualisme, sama-samamenguntungkan. Grafiter dapat berkarya dan perusahaan jugamendapat manfaat dari grafiti yang dibuat.

Pola “kerjasama” juga ditunjukan oleh perusahaanrokok Bintang Buana. Outload, the Movement merupakan acarayang terselenggara atas prakarsa perusahaan rokok BintangBuana dengan para grafiter di Yogyakarta. Berbagai tulisanOutload menghiasi tembok beberapa perempatan di KotaYogyakarta, seperti yang terpampang pada gambar 4.5. Sadaratau tidak, grafiti telah dimanfaatkan sebagai ajang promosirokok yang berbalut kerjasama. Promosi kepada grafiter secarakhusus dan iklan dengan tema “outload” kepada masyarakatpada umum.

Tidak dapat dipungkiri, dukungan dalam bentuksponsor yang diberikan kepada grafiter sangat membantu dalamhal keuangan untuk berkarya. Untuk membuat grafitidibutuhkan pendanaan yang tidak sedikit untuk membeliperalatannya. Namun, sponsor tersebut disatu pihak membantusedangkan di pihak lain menjadikan grafiti berbeda bahkanbukan seperti dirinya

Page 138: POLITIK dan GRAFITI - UGM

111

Gambar 46Lokasi: Jalan Laksda Yos Sudarso, Jalan Mataram, Jalan Monginsidi dan

Jalan Taman Siswa(Indriyati 2011)

“Kromonisasi” oleh PemerintahIntervensi terhadap dunia grafiti Yogyakarta juga

dilakukan oleh pemerintah misalnya dengan mendekatkan grafitidengan ekstrakulikuler seni di beberapa sekolah.

Bahasa Visual Grafiti

Page 139: POLITIK dan GRAFITI - UGM

112

Politik dan Grafiti

Gambar 4.7Lokasi: Jalan Monginsidi (SMK N 3 Yogyakarta) dan Jalan Laksda Yos

Sudarso (SMA 3 Yogyakarta)(Indriyati 2011)

Hal ini dilakukan untuk meredam vandalisme yangbiasanya dilakukan oleh kalangan pelajar. Mereka diberi “space”untuk berkreasi namun dengan tema-tema tertentu, yang sesuaidengan petunjuk dari sekolah dan pemerintah. Seperti yangterlihat pada dinding selokan SMK N 3 Yogyakarta dan tembokSMA N 3 Yogyakarta.

Bagai satu keping mata uang, intervensi pemerintahpada dunia grafiti melaui acara-acara kebudayaan ataupun acara-acara yang diselengarakan di sekolah menjadikan grafiti dalam“kontrol” pemerintah. Kontrol tersebut merupakan tindakanpolitis yang menjadikan grafiti tidak dapat bergerak bebas. Padagrafiti, dapat diselipkan suatu pesan tertentu hingga grafiti dapatpula difungsikan sebagai sosialisator program pemerintah.

“Kromonisasi” oleh masyarakat

Masyarakat juga ambil bagian dalam intervensiterhadap dunia grafiti. Namun, masyarakat mempunyai porsiyang kecil jika dibandingkan dengan pelaku ekonomi dan

Page 140: POLITIK dan GRAFITI - UGM

113

pemerintah. Mayoritas masyarakat kurang hirau akankeberadaan grafiti. Malah, stempel vandalisme masih melekaterat dan menjadi momok bagi masyarakat. Terdapat, sebagianmasyarakat menjadikan grafiti sebagai media untukmenyukseskan program di lingkungannya. Hal tersebut lebihbersifat sosial-budaya. Sebagian kelompok masyarakat mulaimenyadari bahwa grafiti tidak selamanya merupakanvandalisme. Grafiti nampu difungsikan sebagai mediakomunikasi politik sehari-hari warga masyarakat di Yogyakarta.

Fenomena “kromonisasi” telah terjadi pada duniagrafiti. Grafiti yang notabene merupakan bahasa visual yang“ngoko” dengan keberadaannya pada tembok jalanan sertarealitas-relaitas yang diusungnya, perlahan-lahan mulai dijinakan.Kromonisasi berdampak pada perubahan bahasa visual grafiti,tidak jarang grafiti terlihat iklan ataupun perpanjangan tanganpemerintah. “Penjinakan” membuat grafiti mudah untukdikomodifikasikan. Grafiti dinilai sebagai produk yang dapatdipesan dengan imbalan tertentu. Dunia grafiti yang merupakancara berpolitik sehari-hari versi grafiter menjadi dipolitisasi olehaktor-aktor lainnya. Pesan komunikasi yang tadinya merupakanrepresentasi dari realitas keseharian masyarakat Yogyakartaberubah sesuai dengan kepentingan pemesan grafiti.

Penutup

Dunia grafiti merupakan merupakan suatu arena, ajangkontestasi antar berbagai aktor yang ada, berebut eksistensidan pengaruh-mempengaruhi. Bahasa visual grafiti sebagaimedia komunikasi politik sehari-hari versi grafiter telahberubah. Perubahan tersebut dapat ditilik dari aspek “siapa,mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, denganakibat apa”.

Bahasa Visual Grafiti

Page 141: POLITIK dan GRAFITI - UGM

114

Politik dan Grafiti

Pertama yaitu “siapa”, yang tidak lain adalah grafitersebagai aktor utama pada dunia grafiti Yogyakarta. Grafitermencoba mengkomunikasikan gagasan-gagasannya melaluigrafiti. Pada perkembanganya, grafiter mulai diboncengi aktor-aktor lain, misalnya aktor ekonomi dan pemerintah. Grafitertetap merupakan aktor yang membuat grafiti, namun terdapataktor-aktor yang membonceng di balik layar.

Aspek yang kedua yaitu mengatakan apa, hal tersebutterkait pesan yang diusung grafiter melalui grafiti. Representasirealitas sehari-hari pada lingkungan grafiter merupakan pesandari komunikasi daily politics versi grafiter. Terdapat realitassosial, politik, ekonomi hingga budaya dari kacamata grafiter.Dengan adanya intervensi dan kepentingan beberapa aktor yangmelibatkan diri, pesan yang diusung grafiti menjadi berbeda.Indikatornya yakni mulai muncul pesan dari grafiti yangmenawarkan jasa atau produk suatu perusahaan.

Media atau saluran yang digunakan merupakan aspekyang ketiga. Tembok jalan adalah kanvas dan cat semprotadalah kuas yang digunakan grafiter untuk berkarya. Grafitiidentik dengan seni jalanan dimana tembok menjadi komponenutamanya. Namun, dengan intervensi berbagai aktor yangterlibat, mulai digadang alternatif media lain misalnya, roolingdoor dan etalase toko, hingga kaos maupun sepatu. Grafitinampak menjadi semakin “menjual” dan semakin menjauh darirepresentasi realitas keseharian grafiter.

Keempat yaitu kepada siapa, hal tersebut terkaitdengan sasaran dari grafiter. Dunia tembok jalanan merupakansasaran khusus, dimana masyarakat menjadi sasaran umumnya.Sekarang, sasaran yang dibidik melalui grafiti menjadi berbeda.Masyarakat menjadi sasaran khususnya, dimana masyarakat

Page 142: POLITIK dan GRAFITI - UGM

115

ditempatkan sebagai pangsa pasar alias konsumen. Begitu halnyadengan grafiter dan aktor dunia tembok jalanan, mereka jugadinilai sebagai konsumen.

Dengan akibat apa merupakan aspek kelima. Dampakkehadiran grafiti bagi aktor-aktor pada dunia tembok jalananyaitu sebagai wujud eksistensi dan penanda daerah kekuasaan.Sedangkan bagi masyarakat dinilai sebagai tindakan yangmerusak dan mengganggu. Campur tangan berbagai aktor yangada menjadikan grafiti dijadikan sebuah media iklan untukmenarik konsumen ataupun media sosialisasi kepadamasyarakat umum.

Kedatangan berbagai aktor dengan membawakepentingannya masing-masing membuat perubahan padabahasa visual grafiti. Pesan komunikasi yang berisi representasirealitas keseharian masyarakat Yogyakarta berubah menjaditawaran suatu produk hingga sosialisator suatu program aktortertentu. Yang membuat miris yaitu kebanyakan grafiter tidaksadar mereka telah dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.Grafiti adalah daily politics versi grafiter untukmengkomunikasikan potret realitas keseharian masyarakatYogyakarta melalui kanvas tembok jalanan, dimana sekarangtelah mengalami “kromonisasi”.

Bahasa Visual Grafiti

Page 143: POLITIK dan GRAFITI - UGM

116

Politik dan Grafiti

Page 144: POLITIK dan GRAFITI - UGM

117

BAGIAN KELIMA:

KESIMPULAN

Grafiti: Media Komunikasi Politik Sehari-hari VersiGrafiter Yogyakarta yang Ter-kromonisasi

Grafiti merupakan suatu bentuk komunikasi politiksehari-hari versi grafiter di Yogyakarta, yang merepresentasikanpotret realitas sosial, politik, ekonomi hingga budaya dilingkungan sekitar grafiter. Terdapat dimensi relasi kuasa katadalam fenomena grafiti Yogyakarta. Daily politics dapat menjadikacamata untuk membedah dimensi realitas politik sehari-hariversi grafiter sedangkan, dimensi relasi kuasa kata dalam duniagrafiti Yogyakarta ditelisik dengan menggunakan konsepkomunikasi politik.

Kacamata daily politics untuk membingkai dunia grafitiYogyakarta memberi warna tersendiri. Sekelompok pemudadi sebuah perempatan sedang menggambari tembok dengancat semprot, hal tersebut sangat jarang dinilai sebagai tindakanpolitik. Menggrafiti suatu tembok merupakan komunikasi dailypolitics versi grafiter, terdapat dimensi realitas, aktor hinggamedia yang digunakan dalam fenomena grafiti Jogja;

Page 145: POLITIK dan GRAFITI - UGM

118

Politik dan Grafiti

Pertama mengenai dimensi isu yang diusung melaluigrafiti. Grafiter sebagai aktornya, berusaha berkomunikasidengan cat semprot sebagai kuas dan tembok jalan sebagaikanvasnya. Terdapat isu yang direpresentasikan melalui grafitisebagai respon terhadap keadaan yang terjadi di sekitarlingkungan mereka. Isu tersebut merupakan pesan komunikasiyang berwujud representasi realitas ekonomi, sosial, politikhingga realitas budaya. Grafiti di Yogyakarta merupakan suatubentuk ekspresi komunikasi sehari-hari, kurang memilikikecenderungan untuk bertransformasi menjadi sebuah gerakan.

Karakter kelembagaan dari grafiter di Yogyakartamerupakan dimensi yang kedua. Secara garis besar, terdapatkomunitas grafiter tagging dan komunitas grafiti estetis, dimanamasing-masing komunitas mempunyai strategi dan caratersendiri untuk mengkomunikasikan suatu realitas melaluigrafiti. Komunitas grafiter merupakan komunitas yang cair,namun tetap mempunyai pakem-pakem yang dijunjung bersamadalam dunia tembok jalanan Yogyakarta.

Kedua yaitu dimensi media atau saluran yang digunakanoleh grafiter. Tembok jalan seringkali hanya dinilai sebagaipembatas namun, grafiter membidiknya menjadi sebuah mediauntuk berkomunikasi. Grafiter menggunakan cat semprotsebagai kuas dan tembok jalanan sebagai kanvas untukberkarya. Tembok jalan dalam dunia grafiti, tidak hanya menjadipublic space, namun berkembang menjadi public sphere dengansegala dinamika yang melingkupinya.

Relasi kuasa kata dalam dunia grafiti Yogyakarta dapatditelisik dengan menelusuri “siapa, mengatakan apa, dengansaluran apa, kepada siapa, dengan akibat apa”. Komunikasipolitik versi grafiter merupakan bentuk komunikasi politik

Page 146: POLITIK dan GRAFITI - UGM

119

sehari-hari yang berbeda dengan kacamata komunikasi politiksecara umum. Grafiter berperan sebagai aktor yang inginberkata melalui grafiti. Tembok jalanan sebagai kanvas dan catsemprot adalah kuasnya. Sedangkan grafiti merupakan pesanyang ingin disampaikan. Terdapat realitas yang ingindirepresentasikan melalui grafiti, mulai dari realitas ekonomi,politik, sosial hingga budaya. Sasaran komunikasi politik versigrafiter yaitu dunia dinding jalanan pada khususnya danmasyarakat pada umumnya. Stempel vandalisme kepada duniagrafiti merupakan stereotyping , yang menjadikan pesan dalamkomunikasi politik sehari-hari versi grafiter kurang dapatditangkap.

Dunia grafiti tidak berada dalam ruang hampa, namunberada pada hutan visual Yogyakarta yang merupakan ruangpublik. Menjamurnya grafiti di Yogyakarta menjadikan berbagaiaktor dengan kepentingannya terlibat dan melibatkan diri.Kejasama hingga konfliktual merupakan relasi yang terjalindalam dinamika aktor-aktor yang terlibat. Dunia grafiti mulaidilirik sebagai sesuatu yang “bermanfaat” oleh berbagai aktor,sebagai contoh aktor ekonomi dan pemerintah hinggamasyarakat. Mendekatnya berbagai aktor membuat bahasavisual grafiti berubah.

Grafiti telah mengalami “kromonisasi” oleh berbagaiaktor yang ada. Dengan dalil simbiosis mutualisme berbagaiaktor mendekat kepada dunia grafiti. Grafiter dapat berkaryadan berekspresi disatu sisi dan para aktor tersebut mempunyaititipan akan isi yang menjadi pesan grafiti pada sisi lain. Bahasavisual grafiti yang tadinya merupakan representasi realitaskeseharian masyarakat Yogyakarta berubah menjadirepresentasi pesanan aktor-aktor tertentu. Grafiter kehilangankuasa atas kata dari grafitinya. Grafiti merupakan media

Kesimpulan

Page 147: POLITIK dan GRAFITI - UGM

120

Politik dan Grafiti

komunikasi politik sehari-hari versi grafiter Yogyakarta yangter-kromonisasi.

Kontribusi Studi Grafiti terhadap Konsep DailyPolitics dan Komunikasi Politik

Penelaahan dunia grafiti Yogyakarta dengan kacamatadaily politics dan komunikasi politik masih sangat jarang dilakukan.Penelitian ini merupakan studi politik karena menekankan padagrafiti sebagai media komunikasi politik sehari-hari versi grafiterYogyakarta. Daily politics versi grafiter merupakan responterhadap kekomplekan yang ada disekitar mereka, caraberpolitik yang diambil dengan menuangkan karyanya padatembok jalanan yang notabene merupakan ruang publik. Caraberpolitik yang sangat berbeda dengan kacamata politik formal,dekat dengan isu keseharian yang ada di masyarakat dan tidakbertujuan untuk menggulingkan kekuasaan. Kajian inimenyumbang celah yang kurang dapat diisi oleh kajian politikformal dalam memotret fenomena yang ada di masyarakat.

Kontribusi terhadap kajian komunikasi politik terlihatdari sudut pandang yang dipakai dalam melihat grafitiYogyakarta yaitu komunikasi politik sehari-hari. Komunikasiini berbeda dengan komunikasi politik secara mainstream, yaitukomunikasi versi grafiter Yogyakarta. Secara umum,komunikasi politik berpola top-down dan dikaitkan dengan eratdengan pemerintahan, kebijakan, dunia pers, partai politik sertaelemen-elemen politik formal lainnya. Komunikasi politik versigrafiter merupakan bentuk partisipasi grafiter pada ruang publikdengan pola bottom-up. Keberadaan grafiti pada ruang publikmenjadikan beberapa aktor mendekat kepada dunia grafitiYogyakarta. Mendekatnya berbagai aktor yang ada membawaperubahan pada bahasa visual grafiti akibat terselipnya “pesan”

Page 148: POLITIK dan GRAFITI - UGM

121

tertentu. Hal tersebut menjadi bukti bahwa komunikasi politikmampu dipesan oleh aktor-aktor tertentu.

Penulis menyadari bahwa kajian mengenai grafitisebagai media komunikasi politik sehari-hari versi grafiter diYogyakarta menyimpan banyak koreksi. Namun, setidaknyapenelitian ini menyumbang kacamata baru untuk melihatmasyarakat dengan kerangka daily politics dan komunikasi politik.Penelitian ini dapat menjadi awalan untuk menjadi inspirasipenelitian-penelitian selanjutnya dalam memotret fenomenayang terdapat pada masyarakat dengan sudut pandang yangberbeda. Selain itu, kajian ini juga dapat dimanfaatkan olehberbagai kalangan, bagi pemerintah, masyarakat maupun bagigrafiter Yogyakarta sendiri.

Kesimpulan

Page 149: POLITIK dan GRAFITI - UGM

122

Politik dan Grafiti

Page 150: POLITIK dan GRAFITI - UGM

123

DAFTAR PUSTAKA

Adhe 2005, Riwayat grafiti dalam hip-hop: Perlawanan dari Ghetto,Alinea, Yogyakarta.

Anindita, A.D., 2002, Grafiti sebagai budaya tanding dalampemaknaan atas Kota Yogyakarta, skripsi S.SosJurusan Sosiologi, Universitas Gadjah Mada.

Andrianto, A. 2011, “Grafiti simbol perlawanan kota” diakses 27April 2011,

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/04/06/58125/Grafiti-Simbol-Perlawanan-Kota.

AntaraNews 2011, Erupsi Merapi rugikan sektor peternakan 149milyar, diakses 10 April 2011,

http://arsipberita.com/show/erupsi-merapi-rugikan-sektor-peternakan-rp149-miliar-109361.html

Anti Tank 2011, Menolak lupa project, diakses 1 Mei 2011,

http://antitankproject.wordpress.com/2009/12/03/menolak-lupa-poster-project/.

Arifin A., 2003, Ilmu komunikasi, Rajawali Pers, Jakarta.

Barry S., 2008, Jalan seni jalanan Yogyakarta, Studium, Yogyakarta.

Page 151: POLITIK dan GRAFITI - UGM

124

Politik dan Grafiti

Bertens, K., 2006, Filsafat barat kontemporer Prancis, PenerbitPT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Biennale 2011, THE EQUATOR: Biennale Jogja XI 2011,Edisi ke 1: Perjumpaan Indonesia dan India, diakses26 April 2011,

http://www.biennalejogja.org/berita/tentang-tema-the-equator-biennale-jogja-xi-2011-edisi-ke-1-perjumpaan-indonesia-and-india/#more-183

Brunsson, 1994, “Politicization and ‘company-ization’-oninstitutional affiliation and confusion in theorganizational world” dalam Management accountingresearch, Academic Press Limited.

Budiman, A., 1985, Pembagian kerja secara seksual, pt Gramedia,Jakarta.

Dwipayana, A., 2005, “State of art ilmu politik di Indonesia:Ziarah dari makna hingga ruang dalam JurnalTransformasi. Volume 1, Nomor 1, Februari.

Fiske, J., 1990, Introduction to communication studies, Routledge,London.

Giddens, A., 2003, The third way, PT Gramedia Pustaka, Jakarta.

Habermas, J., 2007, Ruang publik: Sebuah kajian kategorimasyarakat bor juis, Kreasi Wacana Yogyakarta,Yogyakarta.

Hajer, M. dan Hendrik W. 2003, Deliberative policy analysis:understanding governance in the network society,Cambrige University Press, diakses 22 Februari2011,

http://www.maartenhajer.nl/upload/DPAIntro.pdf.

Page 152: POLITIK dan GRAFITI - UGM

125

Harsono, 2002, “Kerakyatan dalam seni lukis Indonesia: SejakPersagi hingga kini” dalam: Politik dan gender, aspek-aspek seni visual Indonesia, Yayasan Seni Cemeti,Yogyakarta.

Hanta 2011, Qzruh Vs Joxzin, diakses 26 Maret 2011,

http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/08/qzruh-vs-joxzin/.

Jogjanews 2011, End of the year project “Bombing Never Stop”:Ngebom Lempuyangan dengan grafiti, diakses 26 April2011,

http://jogjanews.com/id/2010/12/21/end-of-the-year-project-bombing-never-stop-ngebom-lempuyangan-dengan-grafiti/.

KR Jogja 2011, Outloud, the movement angkat graffiti Yogya,diakses 25 April 2011,

http://www.krjogja.com/news/detail/42856/Outloud..the.Movement.Angkat.Graffiti.Yogya.html

K. Yin, R., 2008, Studi kasus desain dan metode, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.

Larasati, R., 2004, Mural dan realitas sosial: Studi semiotiktentang mural dalam merepresentasikan realitas sosialmasyarakat Jogja, skripsi S.Kom Jurusan IlmuKomunikasi, Universitas Gadjah Mada.

Liputan6 2011, Pelukis grafiti Bandung kebanjiran pesanan, diakses24 Maret 2011,

http://berita.liputan6.com/daerah/200103/9601/class=’vidico’.

Daftar Pustaka

Page 153: POLITIK dan GRAFITI - UGM

126

Politik dan Grafiti

Liwiweri, A., 2003, Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya,LkiS Yogyakarta.

Mulyana, D., 2003, Ilmu komunikasi suatu pengantar, PT RemajaRoasdakarya, Bandung.

Ngiuphobia 2011, Grafiti Bandung, diakses Jumat, 25 Maret2011,

http://ngiuphobia.wordpress.com/2009/12/25/graffiti-bandung/

Nimmo, D., 2000, Komunikasi politik: Komunikator, pesan danmedia. PT Remaja Roasdakarya, Bandung.

Nugroho, G., 2005, Republik tanpa ruang publik: Coretan dariNias, Meulaboh dan Merauke, IRE Press, Yogyakarta.

Poerwokoesoemo, S., 1984, Daerah Istimewa Yogyakarta, GadjahMada University Press, Yogyakarta.

Pratikno, 2007, “Governance dan krisis teori organisasi” dalamJurnal Administrasi Kebijakan Publik, Volume 12,Nomor 2, November MAP UGM, Yogyakarta.

Prawiro, G.N dan Dharsono, 2003, Pengantar estetika dalam senirupa. STISI Bandung, Bandung.

Pruitt, G.D. dan Rubin, Teori konflik sosial, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.

Ramadhani, I. 2011, Mayoritas warga Jogja Pro Penetapan , diakses16 April 2011,

http://politik.kompasiana.com/2010/12/18/menegaa-mayoritas-warga-yogya-pro-penetapan/

Page 154: POLITIK dan GRAFITI - UGM

127

Ranawati, T., 2006, Daily politics: Studi tentang maraknya isuformalin dan boraks, skripsi S.IP Jurusan IlmuPemerintahan, Universitas Gadjah Mada.

Psikopad 2011, Psikopad #6 , diakses 25 April 2011

http://psikopad.wordpress.com/2011/04/04/syarat-pendaftaran/.

Salim, A., 2006, Teori dan paradigma penelitian sosial, Tiara Wacana,Yogyakarta.

Santoso, B., 2003, Politik dan postkolonialitas di Indonesia, Kanisius,Yogyakarta.

Saraswati, I. 2011, Menggerakan kota, Diakses 1 Mei 2011,http://lipsus.kompas.com/hut45/read/2010/06/25/09243380/Menggerakkan.Kota.dengan.Seni.

Savirani, A., 2005, “Ilmu pemerintahan masa depanmengadvokasi politik pinggiran” dalam JurnalTransformasi. Volume 1, Nomor 1, Februari.

Suara Pembaharuan 2011, Siswa SMU Kolese De Britto ikut jalankaki ke DPRD DIY, diakses 19 April 2011,

http://www.suarapembaruan.com/home/750-siswa-smu-kolese-de-britto-ikut-jalan-kaki-ke-dprd-diy/1911750

Smuha 2011, Siswa MUHA mengukir prestasi di awal Maret, diakses25 April 2011,

http://www.smuha-yog.sch.id/?pujek=news&aksi=lihat&id=229

Daftar Pustaka

Page 155: POLITIK dan GRAFITI - UGM

128

Politik dan Grafiti

Squad Urban Streetwear (SUS) 2011, “Artcoholic” dalamIndonesia Str eetart Magazine , Street Magazine,Volume 1 Nomor 1.

Sukab, Soeharto dan penembakan misterius, diakses 24 Maret 2011,

http://sukab.wordpress.com/2007/04/26/soeharto-dan-petrus-penembak-misterius/.

Sumardjo, J., 2000, Filsafat seni, ITB, Bandung.

Tunas Cendekia, Tembok bomber peduli, diakses 22 Februari2011,

http://tunascendekia.org/wordpress/archives/243.

Veeger, K. J., 1986, Realitas sosial, PT Gramedia, Jakarta.

Wicandra, O.B. 2006, “Grafiti di Indonesia: Sebuah politik Identitasataukah tren?” dalam Jurnal Nirmala Volume 8,Nomor 2, Juli.

Yolagani 2011, Representasi dan media: Stuart Hall, diakses 12April 2011,

http://yolagani.wordpress.com/2007/11/18/representasi-dan-media-oleh-stuart-hall/.

.

Lagu:

Nicky Astia. 1985. “Tangan-Tangan Setan”. Karya Ian Antono.Label: Aquarius Musikindo.

Iwan Fals. 1992. Coretan dinding dalam album “Belum AdaJudul”. Karya Iwan Fals. Label: Harpa Records

Page 156: POLITIK dan GRAFITI - UGM

129

Foto:

Foto bertema “Awas, Warga Garongan Siap Perang”, diaksespada Februari 2011.

http:// mafiabond.multiply.com/photos/al...n_doeloe.

Foto bertema “Grafiti berjudul “Green Village Pioneer For GreenJustice” Diakses pada April 2011.

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2011/01/23/kalau-bisa-hijau-kenapa-harus-cokelat/.

Foto bertema “Persiapan Bumi-Hangus”, diakses pada Maret2011.

http://c0013579.cdn1.cloudfiles.rackspacecloud.com/x2_3cc2dcc.

Foto bertema”Yogya Pasti Bangkit”. Diakses pada April 2011.

http://ladangkata.com/2008/01/02/street-art-seni-uji-nyalinya-bomber-jogja/comment-page-2/.

Daftar Pustaka

Page 157: POLITIK dan GRAFITI - UGM

130

Politik dan Grafiti

Page 158: POLITIK dan GRAFITI - UGM

131

LAMPIRANFoto penelitian pada saat wawancara grafiter di Jalan Mataram

Page 159: POLITIK dan GRAFITI - UGM

132

Politik dan Grafiti

Foto penelitian pada saat wawancara grafiter di DaerahPakualaman

Page 160: POLITIK dan GRAFITI - UGM