poliomyelitis

17
POLIOMYELITIS ( POLIO ) KELOMPOK 3 EKA FAHJRIN DAUHD ELKA MARISTANTI LAUJI FAHDILA SALIM FATMAWATI YUNUS INCA CRISTIE TANGAHU FRANGKI USMAN

Upload: inca-tangahu

Post on 04-Sep-2015

5 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

etjewpojrpewor

TRANSCRIPT

  • POLIOMYELITIS

    ( POLIO )

    KELOMPOK 3

    EKA FAHJRIN DAUHD

    ELKA MARISTANTI

    LAUJI

    FAHDILA SALIM

    FATMAWATI YUNUS

    INCA CRISTIE

    TANGAHU

    FRANGKI USMAN

  • POLIOMYELITIS (POLIO)

    A. Definisi

    Poliomyelitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu

    sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi

    kelumpuhan serta autropi otot.

    Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini,

    sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki

    aliran darah dan mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralysis).

    Polio adalah penyakit menular yang dikategorikan sebagai penyakit peradaban. Polio menular melalui kontak antar manusia.

  • B. Etiologi

    Polio disebabkan virus poliomyelitis. Satu dari 200 infeksi berkembang menjadi kelumpuhan.

    Sebanyak 5-10 persen pasien lumpuh meninggal ketika otot-otot pernapasannya menjadi lumpuh.

    Kebanyakan menyerang anak-anak di bawah umur tiga tahun (lebih dari 50 persen kasus), tapi

    dapat juga menyerang orang dewasa. Pencegahan dengan vaksinasi secara berkala, idealnya pada

    masa kanak-kanak.Penularan polio :

    1. Virus masuk ke tubuh melalui mulut, bisa dari makanan atau air yang tercemar virus.

    2. Virus ditemui di kerongkongan dan memperbanyak dirinya di dalam usus.

  • C Patofisiologi

    Pada Poliomyelitis, lesi neuron terjadi pada :

    1. Medulla spinalis ( terutama sel kornu-anterior dan kornu intermedius dan dorsalis serta ganglia radiks

    dorsalis );

    2. Medulla (nukleus vestibuler, nukeus saraf cranial, dan formasi retikularis, yang berisi pusat-pusat vital);

    3. Serebellum ( hanya nukleus pada atap dan vermis );

    4. Otak tengah ( terutama substansia abu-abu tetapi juga substansia nigra dan kadang-kadang nukleus

    merah);

    5. Talamus dan hipotalamus

    6. Korteks serebri (korteks motoris)

    Gambaran patofisiologi ialah kerusakan motor neuron, pada awalnya memperhatikan partikel halus

    yang menyebar dan butiran kasar yang disebut dengan badan-badan Nissl (sel neuron mengalami

    kromatolisis dan pembengkakan sitoplasma).

  • D. Manifestasi klinis

    1. PoliomielitisAsimtomatis

    2. Poliomielitis

    abortif

    3. Poliomielitis Non Paralitik

    4. Poliomielitis

    Paralitik

  • E. Komplikasi

    1. Hiperkalsuria

    2. Melena

    3. Pelebaran lambung akut

    4. Hipertensi ringan

    5. Pneumonia

    6. Ulkus dekubitus dan emboli paru

    7. Psikosis

  • F. Pencegahan

    VAKSIN TERDIRI DARI 2 BAGIAN YAITU SBB:

    1. Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif

    2. Vaksin Sabin, Terdapat 2 jenis vaksin polio:merupakan vaksin virus polio hidup. Yang memberikan kekebalan

    yang lebih baik (sampai lebih dari 90%) dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut). Tetapi

    pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak

    diberikan kepada penderita gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan penderita

    gangguan sistem kekebalan karena virus yang hidup dikeluarkan melalui tinja.

  • G.Pengobatan

    Polio tidak dapat disembuhkan dan obat anti-virus tidak mempengaruhi perjalanan penyakit ini.

    Jika otot-otot pernafasan menjadi lemah, bisa digunakan ventilator. Tujuan utama pengobatan adalah

    mengontrol gejala sewaktu infeksi berlangsung. Perlengkapan medis vital untuk menyelamatkan nyawa,

    teruatma membantu pernafasan mungkin diperlukan pada kasus yang parah. Jika terjadi infeksi saluran

    kemih, diberikan antibiotik. Untuk mengurangi sakit kepala, nyeri dan kejang otot, bisa diberikan obat

    pereda nyeri.

  • H. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium

    1. Viral Isolation

    Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang di peroleh pada tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah

    paralisis dan tinja pada minggu ke 2-6 bahkan 12 minggu setelah gejala klinis.

    2. Uji Serologi

    Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita, jika pada darah ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis

    orang tersebut terkena polio benar. Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin

    M (IgM) apabila terkena polio akan didapatkan hasil yang positif.

    3. Cerebrospinal Fluid (CSF)

    Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus terdapat peningkatan jumlah sel darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama sel limfosit, dan

    terjadi kenaikan kadar protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul,2004).

  • Pemeriksaan Radiologis

    Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis lanjut. Pada anak yang sedang

    tumbuh, di dapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang tipis dan rongga medulla

    yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan epifise, subluksasio dan dislokasi dari sendi.

  • I. KONSEP KEPERAWATAN

    1. Pengkajian

    a. Identitas Klien

    Nama Klien, No. RM, Tempat Tanggal Lahir, Umur, Agama, Pendidikan, Alamat, Jenis Kelamin, Penanggung Jawab

    a. Riwayat kesehatan

    1) Riwayat Penyakit Dahulu

    Penyakit waktu kecil

    Pernah MRS

    Alergi

    Imunisasi

    2) Riwayat Penyakit Sekarang

    Keluhan utama

    Tindakan pertama

    3) Riwayat Penyakit Keluarga.

    Penyakit keturunan

    Penyakit menular

    4) Riwayat Gizi

    Pemberian ASI

    Pemberian MPASI

    Makan sehari-hari

  • 5) Riwayat Psikososial

    Yang mengasuh

    Hubungan dengan keluarga

    Hubungan dengan lingkungan sekitar

    6) Riwayat Tumbuh Kembang

    Mengangkat kepala

    Tengkurap

    Duduk

    Gigi tumbuh pertama

    Merangkak

    Berdiri

    Berjalan dituntun -

    Berjalan berpegangan

    Berjalan sendiri - Berbicara

    Tidak ngompol

  • c. Pemeriksaan fisik1. Keadaan Umum

    Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis yang bergantung pada keadaan klien) Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan, sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya akut) Tanda-tanda vital : Terdapat peningkatan suhu tubuh

    2) Kepala dan leher : Terdapat nyeri kepala dan otot leher mengalami kram / kaku dan terdapat nyeri saat menelan.3) Axila : Axila teraba hangat.4) Abdomen : Adanya nyeri tekan.5) Ekstremitas : Adanya paralysis atau kaku/kram.Pemeriksaan fisik pada ekstremitas dapat dilakukan dengan :- Pada Bayi Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk padalutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkantungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur. Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil padatelapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadikelumpuhan. Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantunglemas.- Anak besar Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak. Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalamikelumpuhan tidak bisa melakukannya. Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa melakukannya.Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantaikemudian bangun kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan berpegangan merambat pada tungkainya. Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

  • 2. Diagnosa Keperawatan

    a. Hipertermi b/d proses infeksi.

    b. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis.

    c. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d paralysis otot.

    d. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf.

    e. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

  • 4. Implementasi

    Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah di rencanakan, mencakup

    tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan

    analisis dan kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk kesehatan lainya. Tindakan kolaborasi

    adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama seperti dokter atau

    petugas kesehatan lain.

  • 5. EVALUASI

    a. Suhu tubuh normal

    b. Tidak terjadi gangguan mobilitas.

    c. Pola napas efektif

    d. Nyeri hilange. Pengetahuan

    meningkat

  • TERIMAKASIH.....