polimorfisme genetik pada pasien tbc pengguna inh
TRANSCRIPT
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
1/10
1
Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
Celina Manna
NIM : 102011047
Kelompok B4
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no. 6 Jakarta
Pendahuluan
Polimorfisme genetik adalah adanya variasi genetik yang menyebabkan perbedaan
aktivitas dan kapasitas suatu enzim dalam menjalankan fungsinya. Adanya perbedaan ekspresi
genetik antara tiap individu akan dapat memberikan respon yang berbeda terhadap nasib obat
dalam tubuh. Hal ini dapat kita tinjau terutama dari aspek metabolisme tubuh. Proses
metabolisme terjadi oleh adanya bantuan enzim. Enzim merupakan suatu protein yang
keberadaanya merupakan hasil dari ekspresi genetik (sintesis protein). Kapasitas enzim yang
dihasilkan tiap individu berbeda-beda. Hal inilah yang salah satunya yang memacu terhadap
perbedaan respon yang tubuh terhadap pemakaian obat yang sama.1
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan kesemutan. Kesemutan atau parestesia adalah sensasi
sentuh abnormal seperti rasa terbakar, tertusuk, atau kesemutan, seringkali tanpa adanya
rangsangan luar. Kesemutan / parestesia merupakan salah satu gejala neuropati. Neuropati dapat
disebabkan banyak penyebab. Pertanyaan yang harus diajukan pada pasien untuk mengetahui
penyebab dari neuropati adalah :2
Apa gejalanya: baal, paku dan jarum, lemah, kaki diseret, kerusakan karena ceroboh
(misalnya luka bakar karena defisit sensoris), atau pengecilan otot?
Kapan gejala mulai timbul? Apakah progresif?
mailto:[email protected]:[email protected] -
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
2/10
2
Apa akibat fungsionalnya? (misalnya susah berjalan, memegang pisau, dan sebagainya)?
Adakah gejala kondisi terkait?
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan kondisi medis yang signifikan, khususnya diabetes melitus, keganasan,
tuberculosis, atau kondisi medis lain.2
Obat-obatan
Apakah pasien sedang mengkonsumsi obat (misalnya vinkristin, INH)?2
Riwayat keluarga
Adakah riwayat neuropati dalam keluarga?
2
Riwayat soaial2
Pernahkan ada pajanan neurotoksin potensial yang tidak biasa di tempat kerja (misalnya
timah)?
Adakah adaptasi di rumah menggunakan alat bantu untuk berjalan, dan sebagainya?
Pemeriksaan Fisik2
Bagaimana keadaan umum pasien? Apakah pasien tampak sakit ringan, sedang atau
berat?
Apakah pasien sadar atau tidak sadar?
Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan
pernapasan.
Lakukan pemeriksaan fisik umum dan neurologis lengkap untuk mencari tanda-tanda
diabetes melitus, keganasan, dan sebagainya.
Periksa cara berjalan, melangkah tinggi, dan menjejak.
Lakukan inspeksi; adakah pengecilan otot, postur abnormal, perubahan kulit, fasikulasi,
atau parut?
Periksa tonus; normal atau berkurang?
Adakah penurunan kekuatan? Jika ya, pada kelompok otot mana? Apakah terbatas pada
distribusi saraf perifer tertentu atau terdapat kelemahan perifer umum pada tangan dan
kaki?
Adakah gangguan koordinasi?
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
3/10
3
Periksa reflex; normal atau menurun?
Periksa sensasi;
- Raba halus. Adakah gangguan? Jika ya, bagaimana distribusinya: sarung tangan dan
kaus kaki, mengikuti dermatom, sarafperifer, atau distribusi radiks saraf?
- Tusuk jarum.
- Rasa getar.rasa posisi sendi.
- Nyeri dalam.
- Panas/dingin.
- Benang halus.
Diagnosis Kerja
Polimorfisme genetik adalah ilmu tentang bagaimana faktor penentu genetik
mempengaruhi kerja obat. Respons berbagai obat bervariasi antara satu individu dengan individu
lainnya karena variasi ini biasanya mempunyai distribusi Gaussian. Dalam keadaan normal,
variasi dalam respon terhadap obat yang paling sering ditemukan dalam observasi ialah yang
mempunyai distribusi normal atau distribusi Gaussian, atau normal error curve. Variasi respon
obat sering diobservasi pada orang Caucasia. Hasil observasi menunjukkan bahwa dalam satu
populasi, respon terhadap obat-obat tersebut memperlihatkan distribusi kontinu, dan populasi
tersebut terbagi 2 atau lebih kelompok (dengan variasi kontinu pada tiap kelompok) yangmenunjukkan adanya suatu gen tunggal yang sangat menentukan. Distribusi variasi respon yang
berbentuk diskontinu ini disebut polimodal (bimodal dan trimodal) dan karena dipengaruhi oleh
faktor genetik, maka disebut polimorfisme genetik yang menunjukkan adanya polimorfisme gen
tunggal. Sifat tersebut dipengaruhi oleh satu gen tunggal (monogenik) dalam satu lokus
kromosom. Dalam hal ini, individu dalam suatu populasi terbagi menjadi 2 atau lebih golongan
fenotip yang berlainan, seperti yang ditunjukkan oleh respon obat Isoniazid dengan terdapatnya
fenotip asetilator cepat dan fenotip asetilator lambat.3
Keragaman genetik umumnya, dan khususnya polimorfisme genetik dalam pengaruh atau
respons individu terhadap obat terjadi melalui 2 proses utama dalam tubuh, yaitu:
Proses farmakodinamik, yaitu dengan terjadinya proses interaksi antara molekul obat
dengan reseptornya, dan terdapat kepekaan yang abnormal dari reseptor obat terhadap
molekul obat.3
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
4/10
4
Proses farmakokinetik, yaitu proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi
obat. Proses ini paling banyak ditemukan pada polimorfisme klinik dalam proses
metabolisme obat, sedangkan polimorfisme genetik yang ditemukan pada proses
absorbsi, distribusi, dan ekskresi obat tidak banyak dijumpai dan diketahui.3
Pemeriksaan Penunjang
Riwayat klinis yang merupakan kunci untuk mendiagnosis neuropati, tapi harus ditunjang
dengan pemeriksaan laboratorium lainnya. Pemeriksaan laboratorium bertujuan membedakan
neuropati et causa defisiensi vitamin B6 dan neuropati jenis lain
1. Pemeriksaan CBC dan serum piridoksin
Defisiensi Piridoksin (vitamin B 6) : CBC ( complete blood count ) menunjukkan anemia,
hipokromik mikrositik dengan tingkat zat besi yang normal. Kadar piridoksin serum
adalah 8 % mengindikasikan diabetes mellitus yang tidak terkendali
dan pasien berisiko tinggi mengalami komplikasi jangka panjang, seperti nefropati,
neuropati, retinopati, dan / atau kardiomiopati. Nilai normal HbA1C : non diabetic : 2-5
%.4
3. Serum folat
Pada neuropati et causa defisiensi folat, kadar serum folat akan menurun. Nilai rujukan :
3-16 ng / mL.4
4. Studi Konduksi Saraf ( Nerve Conduction Study )
Studi konduksi saraf (NCS) atau lebih dikenal dengan pemeriksaan kecepatan hantar
saraf dan elektromiografi (EMG) dapat menampilkan karakteristik neuropati (misalnya,
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
5/10
5
aksonal, demielinasi) dan lokalisasi (misalnya, mononeuropati dibandingkan
radiculopathy atau neuropati distal) dan, mungkin, tingkat keparahan dan bahkan
prognosis Studi konduksi saraf (Nerve Conduction Study) tergantung pada pola
kerusakan serabut saraf. Pada neuropati perifer terjadi penurunan NCS.4
Diagnosis Banding
1. Polineuritis
Segenap saraf perifer terutama pada bagian distal keempat ekstremitas dapat mengalami
gangguan akibat infeksi, proses umonpatologik, defisiensi makanan dan sebagainya. Istilah
yang digunakan untuk keadaan itu adalah polyneuritis. Gejala utamanya dapat bersifat
sensorik atau motorik. Manifestasinya simestris dan terkena terutama bagian-bagian distal
ekstremitas.5
Polyneuritis defisiensi makanan meruapakan polyneuritis campuran yang berarti manifestasi
sensorik dan motorik sama beratnya. Gangguan sensorik berupa hipestesia/parastesia pada
bagian distal lengan dan tungkau dengan pola sarung tangan dan kaos kaki. Polyneuritis
lainnya dapat disebabkan oleh intoksikasi As, alcohol, CO, trichloroethylene, dan
sebagainya. Intoksikasi eksotoksin kuman difteri, intoksikasi Pb, INH, penisilin dan
sebaginya lebih sering menghasilkan mononeuritis daripada polyneuritis.5
2. Neuropati Diabetik
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering ditemukan pada
Diabetes Melitus. Risiko yang dihadapi pasien DM dengan ND antara lain ialah infeksi
berulang, ulkus yang tidak sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. Kondisi inilah yang
menyebabkan kematian dan kesakitan.6
Proses kejadian ND berawal dari hiperglikemia berkepanjangan yang berakibat terjadinya
peningkatan aktivitas jalur poliol, sintesis advance glycosilation end products(AGEs),
pembentukan radikal bebas dan aktivasi protein kinase C (PKC). Aktivasi berbagai jalur
tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasim sehingga aliran darah ke saraf menurun dan
bersama rendahnya mioinositol dalam sel terjadilah ND. Berbagai penelitian membuktikan
bahwa kejadian ND berhuungan sangat kuat dengan lama dan beratnya DM.6
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
6/10
6
Epidemiologi
Respon manusia terhadap obat akan bervariasi dari satu individu ke individu yang lain
yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Perbedaan distribusi obat serta kecepatan metabolisme
obat dan eliminasi obat dipengaruhi oleh faktor genetik dan variabel non-genetik seperti umur,
jenis kelamin, ukuran hati, fungsi hati, ritme carcadian, suhu tubuh, faktor-faktor lingkungan
dan nutrisi Fenotip asetilator lambat terjadi kira-kira 50% dari penduduk kulit hitam dan kulit
putih di Amerika Serikat, 40-70% pada orang Caucasian, lebih sering pada orang Eropa serta
jauh lebih sedikit orang Asia (10-20%) dan Eskimo. Distribusi INH pada asetilator lambat dan
cepat (kira-kira 50% pada tiap kelompok etnik) nilainya sama pada kebanyakan kelompok
(etnik) manusia, namun pada orang-orang Jepang, lebih 90% populasi Jepang adalah asetilasi
(inaktivator) cepat.7
Etiologi
Isoniazid merupakan contoh popular dari keragaman efek obat yang disebabkan oleh
faktor genetic. Isoniazid (INH) adalah suatu obat anti-tuberkulosis yang diperenalkan pada tahun
1952. Pada kira-kira separuh (50%) dari pasien (orang-orang Kaukasia) yang diobati dengan
INH, diketahui bahwa INH mengalami metabolisme (asetilasi) secara lambat dan kadar INH
dalam plasma tinggi setelah pemberian suatu dosis INH. Metabolisme INH pada 50% lainnya
berlangsung dengan cepat dan kadar INH dalam plasma rendah setelah pemberian dosis yang
sama. Proses metabolisme INH ialah dengan reaksi asetilasi yang dikatalisis oleh enzim N-asetil
transferase hepar yang memperlihatkan polimorfisme genetik (enzim ini tidak dapat diinduksi
sehingga perbedaan dalam aktivitas enzim diantara individu bukan disebabkan oleh perbedaan
dalam pengobatan/pengaruh obat lain). Enzim ini berfungsi memindahkan gugus asetil dari
donor asetil (asetil koenzim A) ke obat akseptor sehingga terbentuk metabolitN-asetilisoniazid.6
Analisis keturunan dari 2 fenotip metabolisasi S (slow) dan R (rapid), menunjukkan
bahwa sifat asetilator cepat pada seseorang individu ternyata ditentukan oleh gen autosom
dengan sifat asetilatornya dipercepat oleh gen dominan(R) dan asetilator diperlambat oleh gen
resesif (r). Dengan demikian, genotype seorang asetilator cepat mungkin homozigot dominan
(RR) atau heterozigot (Rr), sedangkan asetilator lambat adalah homozigot resesif (rr). Perbedaan
antara kedua fenotipe (asetilator cepat dan asetilator lambat) tersebut terletak pada aktivitas
(kuantitas, jumlah ezim) dari enzim N-asetil transferase tersebut dalam hepar. Dibandingkan
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
7/10
7
asetilator cepat, asetilator lambat lebih mudah mengalami neuropati perifer yang merupakan
salah satu penyulit utama yang mungkin terjadi pada pengobatan isoniazid jangka panjang, dan
yang jelas disebabkan karena pengaruh samping toksik obat tersebut.6
Patofisiologi
Pada beberapa kasus, perbedaan yang ditentukan secara genetis dalam aktivitas enzim
tertentu dapat mengakibatkan perbedaan menyolok antar individu dalam sifatnya untuk
memetabolisis obat tertentu, meskipun hal ini mungkin tidak dihubungkan dengan akibat klinis
akut manapun. Ilustrasi mengenai hai ini diberikan oleh perbedaan dalam asetilasi obat isoniazid
yang diberikan secara luas dalam pengobatan tuberculosis. Dalam bentuk terasetilasi, isoniazid
untuk pengobatan jauh kurang aktif dan kurang toksik, sehingga obat tersebut secara efektif
ditidakaktifkan dengan asetilasi.7
Individu dapat mudah digologkan ke dalam 2 macam kelompok; fenotip cepat yang
menunjukkan kadarnya dalam darah relative rendah beberapa jam setelah minum obat, dan
fenotip lambat yang menunjukkan kadarnya dalam darah relative tinggi. Pada fenotip cepat,
obat dengan proporsi yang jauh lebih besar dikeluarkan dalam bentuk terasetilasi lewat air seni
dibandingkan pada fenotip lambat yang terutama mengeluarkan obat tak terasetilasi.7
Kajian keluarga menunjukkan bahwa perbedaan ini ditentukan secara genetis, dan
hasilnya sebagian besar dapat diterangkan berkenaan dengan 2 alel umum. Dengan 2 alel ini,
fenotip lambat menggambarkan homozigot untuk 1 alel, dan penidakatif cepat
menggambarkan baik heterozigot maupun homozigot untuk alel lainnya. Mungkin saja bahwa
laju penidakatifan obat agak lebih cepat pada fenotip cepat homozigot daripada heterozigot.7
Asetilasi isoniazid dihasilkan dengan enzim asetil transferase yang terdapat dalam hati
yang terlibat dalam suatu reaksi pemindahan gugus asetil dari asetil-koenzim A ke isoniazid.
Pengujian aktivitas asetil transferase dalam sampel hati yang diperoleh dengan biopsi
menunjukkan perbedaan menyolok antara tingkat aktivitasnya pada penidakatif cepat dan
lambat. Rata-rata, aktivitasnya jauh lebih tinggi pada kelompok cepat daripada kelompok
lambat. Hasil serupa juga telah diperoleh dengan contoh otopsi. Sediaan enzim setengah murni
diperoleh dari fenotip cepat dan lambat tampaknya sangat serupa dalam sejumlah sifat seperti
tetapan Michaelis dan kekhususan substrat, yang member kesan bahwa perbedaan antara kedua
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
8/10
8
jenis mungkin tergantung pada jumlah protein enzim yang sesungguhnya ada dalam sel hati, dan
bukan pada perbedaan aktivitas khususnya.7
Adanya masing-masing perbedaan menyolok dalam fenotipan isoniazid ini menimbulkan
pertanyaan tentang maknanya dalam penggunaan obat tersebut untuk pengobatan Tuberkulosis.
Dalam membandingkan kelompok besar penderita pada pengobatan antituberkulosis terbaku
termasuk isoniazid, biasanya tidak dijumpai perbedaan nyata antara hasil pengobatan pada
fenotip cepat dan lambat. Tetapi, sementara mungkin ada perbedaan sedikit atau tidak ada
perbedaan bila skema dosis obatnya optimal, rupanya dosis ini suboptimal, misalnya bila
isoniazid diberikan terlalu sering, maka mungkin terjadi perbedaan dalam tanggapan.7
Dibandingkan fenotip cepat, fenotip isoniazid lambat tampaknya agak lebih mudah
mengalami neuropati tepi yang merupakan salah satu penyulit utama yang mungkin terjadi pada
pengobatan isoniazid jangka panjang, dan yang jelas disebabkan karen apengaruh samping toksik
obat tersebut. Tetapi, timbulnya neuritis tepi sebagai penyulit pengobatan isoniazid sekarang
jarang, karena dapat dicegah dengan pemberian piridoksin bersama-sama.7
Manifestasi Klinik
Defisiensi/kekurangan vitamin B6 menimbulkan keluhan dan gejala seperti, gangguan
neurologis/system saraf, seperti kesemutan atau rasa baal pada ektremitas atas ataupun bawah.
Pada tingkat yang lebih parah dapat menyebabkan koordinasi tubuh terganggu, gugup, gelisah,
cemas, emosi-marah, lekas marah, insomnia, depresi, kelelahan, tekanan darah rendah, pusing,
gangguan kulit seperti jerawat, rambut rontok, cheilosis (retak di sudut mulut), lidah sakit,
anoreksia dan mual, anemia, gangguan penyembuhan luka, arithitis.8
Penatalaksanaan
Medika Mentosa
Asetilator (inaktivator) lambat dapat menyebabkan obat lebih banyak terakumulasi dan
lebih jelas memperlihatkan efek toksisitas dibanding dengan asetilator cepat dalam regimen dosis
yang sama. Untuk pengobatan dengan INH, asetilator lambat akan lebih mudah menderita efek
samping INH berupa neuropati perifer karena defisiensi vitamin B-6. INH akan menghambat
pemakaian vitamin B-6 oleh jaringan dan akan memperbesar ekskresi vitamin B-6.9
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
9/10
9
Asetilator cepat umumnya lebih resisten terhadap pengobatan. Asetilator cepat akan
memerlukan dosis obat yang lebih tinggi dan pemberian yang lebih sering untuk
mempertahankan suatu level terapi yang efektif dan adekuat.9
Neuritis perifer paling banyak terjadi dengan dosis isoniazid 5mg/kgBB/hari. Bila pasien
tidak diberi piridoksin frekuensinya mendekati 2%. Bila diberikan dosis lebih tinggi, pada sekitar
10 sampai 20% pasien dapat terjadi neuritis perifer.Pemberian vitamin B-6 pada pasien dengan
pengobatan INH. Vitamin B-6 disarankan lebih baik diberikan juga sebagai profilaksis. Atau saat
ini juga telah tersedia sediaan obat INH yang telah disertai dengan Vitamin B6.9
Komplikasi
Insiden reaksi-reaksi merugikan akibat isoniazid diperkirakan 5,4% pada lebih dari 2000
pasien yang mendapat obat ini; reaksi yang paling menonjol adalah ruam (2%), demam (1,2%),
ikterus (0,6%), dan neuritis perifer (0,2%). Hipersensitivitas terhadap isoniazid dapat berakibat
demam, berhagai erupsi kulit, hepatitis, serta ruam morbiliform, makulopapular, purpuria, dan
urtikaria. Reaksi-reaksi hematologis juga mungkin terjadi (agranulositosis, eosinofilia,
trombositopenia, anemia). Vaskulitis yang terkait dengan antibodi antinukleus dapat muncul
selama pengobatan tetapi akan hilang jika obat ini dihentikan. Gejala-gejala artritis (nyeri
punggung; dipengaruhinya sendi interfalangeal proksimal bilateral; artralgia pada lutut, siku, dan
pergelangan tangan; dan sindrom "bahu-tangan") telah dihubungkan dengan obat ini.9
Prognosis
Prognosis penyakit ini baik apabila mendapat penanganan yang segera sebelum terjadi
komplikasi kronik dari penggunaan INH jangka panjang.9
Kesimpulan
Pengetahuan mengenai farmakogenetika diperlukan untuk mengetahui adanya
keanekaragaman pengaruh obat yang ditentukan oleh faktor genetik, sehingga dapat dicegah
kemungkinan terjadinya pengaruh buruk obat dengan menghindari pemakaian obat tertentu pada
orang-orang dengan ciri-ciri genetik tertentu.
Sayangnya, tidak semua bentuk keanekaragaman genetik yang sudah umum diketahui
dan relatif mudah didiagnosis tidak selalu mempunyai makna klinik secara langsung dalam
-
8/10/2019 Polimorfisme Genetik Pada Pasien TBC Pengguna INH
10/10
10
praktek. Di luar ini semua masih banyak bentuk keanekaragaman yang belum diketahui secara
jelas, baik mekanisme terjadinya, cara pewarisannya serta makna kliniknya.
Pada pasien dengan asetilator lambat, pemberian INH dapat menyebabkan gangguan
penyerapan Vitamin B6 dan peningkatan ekresi vitamin B6. Hal ini menyebabkan defisiensi
Vitamin B6 pada tubuh pasien. Pada akhirnya defisiensi vitamin B6 pada tingkat ringan ini
menyebabkan manifestasi rasa baal atau kesemutan pada pasien. Dapat dilakukan profilaksis
pada pasien dengan asetilator lambat yang mendapat terapi INH dengan pemberian vitamin B6.
Atau saat ini juga telah tersedia sediaan obat INH yang telah disertai dengan Vitamin B6.
Daftar Pustaka
1. Polimorfisme genetic. Adrian panji. Diunduh dari
http://moko31.wordpress.com/2010/03/29/pengaruh-faktor-genetik-terhadap-
metabolisme-dan-respon-obat/;26 September 2014.
2. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h. 182.
3. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat,2008.h.104-5.
4. Hemoglobin A1C. Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2008.h.237
5. Maria D. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat,2008.h.104-7
6. Subekti I. Neuropati Diabetik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
MK, Setiati S. Buku Ajar ilmu Penyaki Dalam, Edisi ke-4. Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI,2007.h.1902-3.
7. Katzung, Bertram G. 1998.Farmokologi Dasar dan Klinik Edisi IV. Jakarta: EGC. h.59-
61.
8. Hemoglobin A1C. Dalam : Joyce LK. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik. Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2008.h.237
9. Prinsip Farmakogenetik, Syamsuir Munaf, Staf pengajar departemen farmakologi FK
universitas sriwijaya, Kumpulan kuliah Farmakologi, Rio Rahardjo ed, edisi 2, cetakan 1,
2009, jakarta, penerbit buku kedokteran (EGC), h311-3.
http://moko31.wordpress.com/2010/03/29/pengaruh-faktor-genetik-terhadap-metabolisme-dan-respon-obat/http://moko31.wordpress.com/2010/03/29/pengaruh-faktor-genetik-terhadap-metabolisme-dan-respon-obat/http://moko31.wordpress.com/2010/03/29/pengaruh-faktor-genetik-terhadap-metabolisme-dan-respon-obat/http://moko31.wordpress.com/2010/03/29/pengaruh-faktor-genetik-terhadap-metabolisme-dan-respon-obat/