poli

7
Pendahuluan Poli(metil metakrilat) (PMMA) merupakan material yang paling sering digunakan dalam konskruksi basis gigi tiruan sejak tahun 1936. Banyak cara telah diupayakan peniliti unuk memperbaiki sifat mekanis poli(meti metakrilat). Selama bertahun-tahun, prosedur curing telah dimodifikasi dengan pandangan untuk memperbaiki sifat fisik dan mekanis material resin. Bermacam-macam metode polimerisasi telah digunakan: panas, cahaya, kimia dan energi microwave. Tehnik pemrosesan secara perebusan merupakan tehnik polimerisasi konvensional yang paling sering digunakan. Meskipun banyak keuntungan diberikan tehnik ini, seperti mudah, sederhana, dan efektifitas biaya, kerugian utamanya adalah membutuhkan waktu yang lama. Indian research secara ekstensif meneliti tehnik polimerisasi pressure cooker. Material resin akrilik konvensional dapat digunakan untuk tehnik ini dan membutuhkan kurang dari 1 jam untuk berpolimerisasi serta menggunakam peralatan konvensional. Studi sebelumnya telah menunjukkan perbandingan sifat fisik dan mekanis polimesisasi pressure cooker dan tehnik perebusan. Tidak terdapat studi Irak sebelumnya yang berhubungan dengan investigasi pengaruh berbagai kondisi proses autoc;ave terhadap sifat akhir resin karilik.

Upload: muthidite

Post on 28-Nov-2015

7 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Poli

Pendahuluan

Poli(metil metakrilat) (PMMA) merupakan material yang paling sering digunakan

dalam konskruksi basis gigi tiruan sejak tahun 1936. Banyak cara telah diupayakan peniliti

unuk memperbaiki sifat mekanis poli(meti metakrilat).

Selama bertahun-tahun, prosedur curing telah dimodifikasi dengan pandangan untuk

memperbaiki sifat fisik dan mekanis material resin.

Bermacam-macam metode polimerisasi telah digunakan: panas, cahaya, kimia dan

energi microwave. Tehnik pemrosesan secara perebusan merupakan tehnik polimerisasi

konvensional yang paling sering digunakan. Meskipun banyak keuntungan diberikan tehnik

ini, seperti mudah, sederhana, dan efektifitas biaya, kerugian utamanya adalah membutuhkan

waktu yang lama.

Indian research secara ekstensif meneliti tehnik polimerisasi pressure cooker. Material

resin akrilik konvensional dapat digunakan untuk tehnik ini dan membutuhkan kurang dari 1

jam untuk berpolimerisasi serta menggunakam peralatan konvensional.

Studi sebelumnya telah menunjukkan perbandingan sifat fisik dan mekanis

polimesisasi pressure cooker dan tehnik perebusan.

Tidak terdapat studi Irak sebelumnya yang berhubungan dengan investigasi pengaruh

berbagai kondisi proses autoc;ave terhadap sifat akhir resin karilik.

Oleh karena itu, tujuan studi ini untuk menginvestigasi pengaruh durasi waktu proses

autoclave terhadap sifat fisik dan mekanis material basis gigi tiruan akrilik.

Material dan metode

Sebanyak 120 spesimen disiapkan, spesimen dikelompokan ke dlam: grup kontril

(Grup A) dimana resin akrilik diproses dengan tehnik pemrosesan secara perebusan

konvensional dan grup eksperimen dimana resin akrilik dibagi dalam Grup B(cepat) dan

Grup V(lambat). Tiap kelompok terdiri dari 40 spesimen.

Tiga pola metal berbeda disiapkan, spesimen berbentuk balok dengan dimensi (65mm

c 10mm x 2.5mm) panjang, lebar , ketebalan secara berurutan untun uji transverse strength

dan kekuatan oermukaan; lalu, spesimen berbentuk balok dengan dimensi (80mm x10mm x 4

mm) panjang, lebar, ketebalan secara beruurutan untuk uji impact strength; terakhir, spesimen

berbentuk dik dengan dimensi (30mmx3mm) dameter dan ketebalan secara berurutan untuk

uji porositas.

Menggunakan dental stone (Bluejey, Extra hard type IV, italy) sebagai material

pendam, kemudian pola metal diflasking.

Page 2: Poli

Setelah pola metal dibuang, sikat lembut digunakan untuk memgoleskan CMS

(isodent, Spofa Dental, Czechoslovakian, Europe) ke permukaan cetakan stone yang

berkontak dgn akrilik. Bubuk dan likuid resin akrilik heat cure (Vertex, vertex-Dental oleh

J.v.Oldenbamevetin Zeist, Belanda) dicampur sesuai dengan perbandingan pada petunjuk

pabrik.

Spesimen dimasukan ke cetakan saat dough stage sesaui dengan metode

konvensional. Flask dicoba ditutup dan lalu terakhir ditutup dengan tekanan menggunakan

hydraulic press (Jerman); kemudian flask dijepit dengan klem (HANUA, Engineering corp.

U.S.A) dan siap untuk diproses.

Siklus pemrosesan curing teknik perebusan konvensional:

Untuk spesimen kontrol, curing diperoleh dengan menempatkan flask yang diklem ke

dalam perebusan terkendali secara termostatis (memmert, Jerman) dan dioeroses dengan

siklus kuring lambat (74oC selama 1.5 jan kemudian direbus selam 30 menit).

Siklus pemrosesan kuring teknik auticlave:

Untuk spesimen eksperimen, curing diperoleh dengan menempatkan flask yang

diklem kedalam autoclave otomatis (Tuttnauer 2540EA, Tyttnauer USA Co., NY, USA) dan

diperoses dengan siklus terprogram (Cepat 121OC/210Kpa, 15 mwnit dan Lambat

121OC/210Kpa, 30 menit). Sebelum menempatkan flask yang diklem kealam autoclave,

autoclave harus diratakan dan diratakan dan diisi. Kemudian flask yang diklem ditempatkan

ke dalam cetakan dan didorong masuk, kemudia ditutup dan pintu dikunci.

Siklusi curing cepat

Pada siklus ini, progrom dipilih dan dilakukan (Cepat 121OC). Tahap-tahap

pengoperasian autoclave termasuk membuangan udara, memasukan uap dan siklus sterilisasi

(termasuk tahap pemanasan, mempertahankan panas dan pendinginan). Autoclave

dioperasikan dan dimulai dengan memanaskan air hingga suhu dan tekanan ditingkatkan

sampai mencapai 121OC dan 210Kpa. Ketika suhu mencapai 121OC, suhu dan tekanan

dipertahankan secara otomatis selama 15 menit, kemudian uap secara otomatis habis dan

siklus terprogram selesai. Lepaskan kunci dan buka pintu, kemudian lepaskan klem pada

flask.

Siklus curing lambat

Pada siklusi ini, program dipilih dan dilakukan seperti siklus cepat. Autoclave

dioperasikan dan dimulai dengan pemanasan air, kemudia suhu dan tekanan ditingkatkan

hingga pencapai 121OC dan 210Kpa.

Page 3: Poli

Ketika suhu mencapai 121OC, suhu dan tekanan dipertahankan secara otomatis

selama 30 menit pada 121OC dan 210Kpa, kemudian uap secara otomatis habis dan siklus

terprogram selesai. Lepaskan kunci dan buka pintu, kemudian lepaskan klem pada flask.

Seluruh spesimen diramoungkan dan dibersihkan dengan hati-hati berdasarkan

spesifikasi ADA no.12. Setelah itu, seluruh spesimen disimpan dalam air suling 37OC

dengan menggunakan incubator (Gallen bamp, Inggris) selama 48 jam.

Uji kekuatan Transversal

Jumlah total spesimen untuk uji kekuatan transversal adalah 30. Sepuluh spesimen

akrilik sebagai kontrol dan dua puluh spesimen akrilik untuk eksperimen. Tes ini diperoleh

dengan menggunakan mesin uji Instron (Instron corporation, 1122, canton massa), masing-

masing spesimen diposisikan pada alat lentur, terdiri dari 2 paralel pendukung terpisah 50

mm, skala beban penuh adalah 50kg, dan beban itu diaplikasikan dengan kecepatan puncak

silang 1mm/min oleh batang yang ditempatkan terpusat diantara pendukung membuat

defleksi terjadi hingga fraktur.

Kekuatan ikat tranversal dihitung dalam N/mm2 menggunakan rumus berikut:

Kekuatan tranversal= 3Pl/2bd2

P: adalah beban puncak dalam Newton

L: adalah panjang span dalam milimeter.

b: adalah lebar sempel dalam milimeter

d: adalah ketebalan sampel dalam milimeter

Uji kekuatan Impak

Jumlah total spesimen untuk uji kekuatan transversal adalah 30. Sepuluh spesimen

akrilik sebagai kontrol dan dua puluh spesimen akrilik untuk eksperimen. Uji kekuatan impak

didapatkan dengan alat penguji charpy tipe impak (IZOD CHARPY, mesin pengujo, Inc).

Spesimen didukung secara horizontal pada ujung-ujung alat tersebut dan diayun oleh

pendulum berayun bebas yang dilepaskan dari pertengahan tinggi yang ditetapkan. Sebuah

pendulum penguji dengan kapasitas 2 joule digunakan. Pembacaan skala menyajikan energi

impak yang diserap saat spesimen patah,dalam joule, ketika dihempaskan secara tiba-tiba.

Kekuatan impak spesimen dihitung dalam KJ/mm2 dengan persamaan: kekuatan impak=

E/b.dx105

E: adalah energi impak yang diserap dalam joule.

B: dalah lebar spesiment dalam milimeter

Page 4: Poli

D: adalah ketebalan spesimen dalam milimeter

Uji kekuatan permukaan

Jumlah total spesimen untuk uji kekuatan transversal adalah 30. Sepuluh spesimen

akrilik sebagai kontrol dan dua puluh spesimen akrilik untuk eksperimen. Kekuatan

permukaan ditentukan menggunakan penguji kekuatan durometer (TH210, TIME grupu Inc.

Company, Italy.) berdasarkan spesifikasi ADA no.12 yang cocok dengan bahan resin akrilik.

Alat ini terdiri dari indentor berujung tumpul dengan diameter 0.88mm yang meruncing ke

silinder 1.66 mm. Indenter melekat pada skala digita yang menunjukan unit 0 sampai 100.

Metode yang biasa digunakan adalah dengan menekan dengan kuat dan cepat di indentor dan

merekam pembacaan maksimum sebagai shore"D", pengukuran kekerasan diambil langsung

dari pembacaan timbangan digital. Lima pembacaan dilakukan diantara dua lekukan

sepanjang spesimen yang berjarak 1 cm (area yang dipilih sama setiap spesimen), dan lima

rata-rata pembacaan dihitung.

Uji porositas

Jumlah total spesimen untuk uji kekuatan transversal adalah 30. Sepuluh spesimen

akrilik sebagai kontrol dan dua puluh spesimen akrilik untuk eksperimen. Spesimen direndam

dalam larutan tinta permanen waarna hitam selama 30 menit, kemudian dicuci selama 10

detik dan dikeringkan dengan kertas pengisap. Area permukaan diabatsi di tengah-tengah dan

diobservaso dibawah mikroskop cahaya40x (OLYMPUS, Jepang). Jumlah porus per area

ditentukan dan dihitung tiap spesiem.

Hasil studi ini dianalisa dengan metode statistik berikut: statistik dekriptif termasuk

nilai rata-rata, standar deviasi (SD). Statistik interferesial: ANOVA (tes analisa variasi one-

way) dugunakan untuk penilaian perbedaan antara lebih dari dua grup; LSD (iji Least

Significant Difference) digunakan unuk penilaian perbedaan antar grup.

Nilai-P lebih dari 0.05 secara statistik menunjukan nilai tidak signifikan (P<0.05)

sedangkan nilai P kurang dari 0.01 menunjukan nilai sangat signifikan (P<0.01).