pola pengasuhanorangtua menurut siswa kelas … filepenelitian ini pola pengasuhan mengacu pada...
TRANSCRIPT
POLA PENGASUHAN ORANGTUA
MENURUT SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007-2008
SKRIPSIDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh :
BERNADINA HESTI WIJAYANTI
NIM : 021114040
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELINGJURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA2 0 0 7
ii
iii
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Jika doamu tulus, engkau harus yakin bahwa hidup yang engkau jalanisaat ini adalah yang terbaik yang Tuhan rencanakan bagimu”
( Renungan )
“ Sepahit apapun hidup, jalani saja Tuhan tak akan diam ”(Penulis)
“The grand essentials of happiness are : something to do, something tolove, and something to hope for.”
( Penulis )
Karya sederhana ini ku persembahkan untuk:
Keluargaku tercinta : Bapak, Ibu, Adek
-adekku (Panji,Valentino,Yudha)
dan aku berbahagia dengan
kehadirannya.
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Desember 2007
Penulis
Bernadina Hesti Wijayanti
vi
ABSTRAK
POLA PENGASUHAN ORANGTUA
MENURUT SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR I
YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2007-2008
Bernadina Hesti WijayantiUniversitas Sanata Dharma, 2007
Pola pengasuhan adalah bentuk-bentuk perlakuan orangtua dalammengasuh dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak. Pola pengasuhan orangtuadalam mendidik anaknya dapat bervariasi antara satu dengan yang lainnya. Dalampenelitian ini pola pengasuhan mengacu pada pendapat Hurlock (1999:93) yangmenyatakan bahwa pola pengasuhan terdiri dari tiga macam, yaitu: otoriter,permisif dan demokratik. Untuk mengetahui pendapat siswa terhadap polapengasuhan orangtua, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambarantentang pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur1 Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008.
Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR IYogyakarta, sebanyak 81 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalahkuesioner yang terdiri dari 69 item pernyataan, terbagi menjadi tiga aspek polapengasuhan, yaitu demokratik, otoriter dan permisif. Teknik analisis data yangdigunakan adalah membuat tabulasi data, menghitung frekuensi, persentase, danmenentukan kategori berdasarkan Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II dengan5 kategori pilihan, yaitu “sangat tinggi”, “tinggi”, “,sedang”, rendah” dan“sangat rendah”.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan pola pengasuhan menurutsiswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.Hasil ini tampak dalam persentase berdasarkan Penilaian Acuan Mutlak (PAM)Tipe II, bahwa pola pengasuhan demokratik berada pada kategori tinggi (74,37%),pola pengasuhan otoriter berada pada kategori sedang (64,19%), dan polapengasuhan permisif berada pada kategori tinggi (68,59%). Menurut siswa kelasVIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 polapengasuhan demokratik lebih baik dibandingkan dengan pola pengasuhan lainnya.
vii
ABSTRACT
THE PATTERN OF THE PERSONS UPBRINGING ACCORDING TO
THE VIII GRADE STUDENTS IN PANGUDI LUHUR I JUNIOR HIGH
SCHOOL YOGYAKARTA ACADEMIC YEAR OF 2007-2008
Bernadina Hesti WijayantiSanata Dharma University, 2007
The pattern of upbringing was the kinds forms of the treatment parents didin taking care of and satisfying childs needs. The pattern of parents upbringing ineducating his child could be various between one and the other. In this researchthe pattern of upbringing was referred in the Hurlock opinion (1999:93) that thepattern of upbringing consisted of three sorts, that is: authoritarian, permissive,and democratic. To know the perception of the student against the pattern ofparents upbringing, then this research aimed at receiving the picture about thepattern of the persons upbringing according to the VIII students in PANGUDILUHUR I Junior High School Yogyakarta academic year of 2007-2008.
This study’s samples were the VIII grade students in PANGUDI LUHURI Junior High School Yogyakarta academic year of 2007-2008, 81 students. Theinstrument employed consisted of 69 questions which were divided into threeaspects of the pattern of upbringing: democratic, authoritharian, and permissive.The data analysis implemented here was tabulating data, calculating frequencyand percentage and categorizing in accordance with PAM type II in 5 categories:“highest”, “high”, “medium”, “low” and “lowness”.
The result showed that the pattern of the persons upbringing of the VIIIgrade students in PANGUDI LUHUR I Junior High School Yogyakarta academicyear of 2007-2008 was different. Its was shown by the percentage andcategorizing in accordance with PAM type II, that the pattern of democraticupbringing was in the high category (74,37%), the pattern of authoritharianupbringing the medium category was (64,19%), and the pattern of permissiveupbringing the high category (68,59%). According to the VIII grade students inPANGUDI LUHUR I Junior High School Yogyakarta academic year of 2007-2008 the pattern of democratic upbringing better was compared the pattern ofother upbringing.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Baik dan
Murah Hati atas karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Di dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini,
penuilis selalu diberi kekuatan, pendampingan dan bimbingan-Nya. Skripsi
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang
memberikan bantuan, perhatian, serta dukungan hingga terselesaikannya skripsi
ini. Pada kesempatan ini, penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Bapak Drs. A. Samana, M.Pd., Dosen pembimbing I yang telah memberikan
dukungan, saran, motivasi, bimbingan dan dorongan yang berguna bagi
penulis hingga tersusun skripsi ini.
2. Bapak Y.B. Adimassana, M.A., Dosen pembimbing II yang telah memberikan
masukan-masukan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma, yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi ini.
4. Br. Heribertus Triyanto, FIC, Kepala Sekolah SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta, yang telah memberikan ijin uji coba dan penelitian skripsi ini.
ix
5. Ibu V. Indriastuti, S.Pd. dan Ibu Natalia Tatik, S.Pd., Koordinator Bimbingan
dan Konseling SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta yang telah memberikan
waktu kepada penulis untuk melakukan ujicoba dan penelitian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu (Bapak Iswanjono dan Ibu Bernadeta Reni Semestiani) yang
telah membimbing, membesarkan, dengan penuh cinta yang tulus. Tak
terhingga cinta yang kalian berikan, menjadikan aku dapat menyelesaikan
studi. Terimakasih atas doa dan cinta yang Bapak dan Ibu berikan. Semoga
aku dapat membahagiakan kalian.
7. Adhek-adhekku, Panji, Valentino, dan Yudha yang selalu membuat kakaknya
tertawa dan marah karena kelucuan dan kenakalannya.
8. Kekasihku Roy Sherlendra Putra yang telah menberi cinta dan sayangnya
kepada penulis…I LOVE U HONEY….
9. Eyang-eyang ku tercinta yang telah menghadap Bapa di surga (Eyang Kakung
& Bunda). Terima kasih karena selalu datang menemui aku di saat aku sedih
dan putus harapan.
10. Kamarku, yang memberi kenyamanan selama ini sebagai tempat berdoa,
tempat belajar, tempat merenung dan termenung, tempat istirahat, tempat
menangis di saat sedih dan putus harapan, serta tempat tertawa di saat
bahagia. Terimakasih telah menemaniku.
11. Buku Diary ku, tempat aku menulis kejadian yang aku alami sehari-hari,
tentang Cintaku, kegiatanku, teman-temanku, dan tempat ku curahkan segala
macam uneg-uneg dan perasaanku selama ini.
x
12. Keluarga besar Prodjo Sastrowiranto, yang telah memberikan dukungan.
Terima kasih semua.
13. Temen-temen seperjuangan angkatan ’02 yang selalu memberikan masukan
yang berharga kepada penulis : Esti, Ina, Tuti, Nena, Sisca, Sari…..makasih
jeng….!
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah turut serta
dalam membantu meyelesaikan skripsi ini, semoga Tuhan selalu memberkati.
Pada akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari
sempurna. Semoga karya yang sangat sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya. Terma kasih.
Yogyakarta, 13 Desember 2007
Bernadina Hesti Wijayanti
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN.............................................. iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
ABSTRACT ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5
E. Definisi Operasional................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA........................................................................ 6
A. Pendapat .................................................................................... 6
1. Pengertian Pendapat ............................................................. 6
2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pendapat............ 7
xii
B. Pola Pengasuhan Orangtua......................................................... 9
1. Pengertian Pola Pengasuhan Orangtua................................. 9
2. Macam-macam Pola Pengasuhan Orangtua ......................... 12
C. Posisi serta Peran Orangtua dan Sekolah terhadap Perkembangan
Anak ........................................................................................... 17
BAB III METODE PENELTIIAN................................................................. 26
A. Jenis Penelitian........................................................................... 26
B. Populasi Penelitian ..................................................................... 26
C. Alat Pengumpulan Data ............................................................. 28
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian ............................ 34
1. Validitas ................................................................................ 35
2. Reliabilitas ............................................................................ 37
E. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 39
F. Teknik Analisis Data.................................................................. 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 41
A. Hasil Penelitian .......................................................................... 41
1. Pola Pengasuhan Orangtua Demokratik menurut Siswa ...... 42
2. Pola Pengasuhan Orangtua Otoriter menurut Siswa............. 43
3. Pola Pengasuhan Orangtua Permisif menurut Siswa............ 44
B. Pembahasan................................................................................ 45
1. Pola Pengasuhan Orangtua Demokratik menurut Siswa ...... 45
2. Pola Pengasuhan Orangtua Otoriter menurut Siswa............. 48
xiii
3. Pola Pengasuhan Orangtua Permisif menurut Siswa............ 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 58
A. Kesimpulan ............................................................................... 58
B. Saran........................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 64
LAMPIRAN.................................................................................................... 66
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Populasi Penelitian ..................................................................... 28
Tabel 2. Sebaran Item dalam Uji Coba Alat Penelitian .................................... 33
Tabel 3. Sebaran Item Penelitian ...................................................................... 35
Tabel 4. Klasifikasi Koefisien Korelasi ............................................................ 39
Tabel 5. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ........................................................... 40
Tabel 6. Hasil Penelitian ................................................................................... 42
Tabel 7. Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II ............................................. 43
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas .............................................. 67
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ..................................................................... 71
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ................................................ 76
Lampiran 4. Deskripsi Data Hasil Penelitian.................................................... 84
Lampiran 5. Deskripsi Frekuensi Data Hasil Penelitian ................................... 87
Lampiran 6. Surat Keterangan Ijin Penelitian .................................................. 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kajian pendahuluan merupakan pengantar yang memuat latar belakang
pemilihan judul, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Daniel Goleman, penulis buku laris Kecerdasan Emosional yang telah
di terjemahkan kembali oleh T. Hermaya (1996:268) menulis bahwa
keluargalah tempat pertama kali seseorang belajar untuk mengenal bentuk
fisik, kepribadian, pemikiran, dan perasaan orang lain. Keluarga pula tempat
pertama kali seseorang belajar bagaimana dia dikenal orang lain. Di dalam
proses mengenal dan dikenal di lingkungan keluarga ini, seringkali terjadi
benturan yang melibatkan emosi pelakunya. Cara-cara mengatasi benturan-
benturan yang terjadi di lingkungan keluarga inilah, yang menjadi dasar
pembelajaran untuk mengatasi masalah di lingkungan yang lebih besar. Di
dalam sebuah keluarga ada dua generasi, yaitu orangtua dan anak, yang saling
mempengaruhi. Dua generasi ini harus bekerja sama agar bisa mencapai
tujuan yang tertinggi, yaitu kebahagiaan. Pengertian kebahagiaan sangat
beragam dan subjektif. Konsep bahagia menurut orangtua boleh jadi berbeda
dengan konsep bahagia menurut anak. Dalam hal ini, orangtua mempunyai
cara sendiri dalam mendidik anak-anak mereka untuk mencapai kebahagiaan.
2
Anak-anak pun mencapai kebahagiaan, juga dengan cara mereka sendiri. Di
sinilah sering terjadi konflik antara orangtua dan anak, karena baik anak
maupun orangtua mempunyai cara dan standar sendiri untuk mencapai tujuan,
yang secara umum (global) disebut kebahagiaan.
Pada dasarnya, tak ada orang tua di dunia ini yang menginginkan
anaknya tidak bahagia dan tidak ada seorang anak pun di dunia yang ingin
menyakiti atau menyengsarakan orangtua. Tetapi, jalan yang ditempuh baik
oleh anak maupun orangtua kadang berbeda. Perbedaan akan tampak semakin
mencolok ketika anak-anak mencapai tahap kehidupan remaja. Di masa
remaja sedang mencari jati diri agar eksistensi mereka diakui, sementara di
saat yang sama mereka sedang mengalami kebingungan menghadapi
perubahan fisik dan emosional dari masa anak ke masa dewasa. Cara-cara
mencari jati diri yang disertai kebingungan menempatkan diri inilah yang
sering bertentangan dengan standar atau norma yang dianut oleh orangtua.
Media massa menyoroti bagaimana remaja berperilaku dan melakukan
sesuatu yang tidak disetujui orangtuanya dan oleh masyarakat sekitarnya,
seperi tawuran, narkoba, mencuri bahkan sampai membunuh. Semua tindakan
tersebut dapat digolongkan sebagai kenakalan remaja. Salah satu penyebab
kenakalan remaja adalah hubungan antara orangtua dan anak yang tidak
selaras/kurang harmonik. Kebutuhan dan harapan-harapan remaja masa kini
sering tidak sesuai dengan harapan orangtua, remaja masa kini menghadapi
resiko dan godaan lebih berat dibanding remaja masa lampau.
3
Pada hakikatnya orangtua mempunyai harapan agar anak-anak mereka
tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tidak mudah terjerumus
dalam perilaku yang dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain yang ada
di sekitarnya. Menyadari akan banyaknya tuntutan dan harapan dari orangtua,
Gunarsa (2004:130) mengemukakan bahwa remaja memerlukan pengertian
dari orang lain yang ada di sekitarnya terutama orangtuanya. Melalui
pandangan humanistik, orangtua belajar untuk berempati terhadap anak
mereka, belajar merasakan apa yang dirasakan oleh anak ketika membutuhkan
perhatian dan merasa kekurangan kasih sayang, sehingga orangtua dapat lebih
menyadari dan bersedia untuk memenuhi kebutuhan anak mereka.
Orangtua menempati posisi penting dalam pembentukan pola sikap
dan perilaku anak. Orangtua sebagai pendamping perkembangan anak
memiliki peranan dalam meletakkan dasar-dasar kepribadian anak. Sikap,
perilaku, dan kebiasaan yang ditunjukkan orangtua akan dijadikan pola yang
dtiru oleh anak. Anak akan cenderung mengadopsi apa yang ia lihat pada
perilaku orangtuanya sehari-hari. Pola perilaku orangtua dijadikan model oleh
anak-anaknya dalam proses belajarnya. Perilaku anak yang diulang secara
terus menerus akan menjadi suatu kebiasaan dan pada akhirnya menjadi suatu
karakter dalam kepribadian anak.
Oleh karena itu, untuk mengarahkan kelakuan anak, yang pertama kali
dipikirkan adalah evaluasi tingkah laku orangtuanya (ibu-bapaknya). Sehingga
dalam mendidik anak harus diawali oleh orangtua dengan mendidik diri
terlebih dahulu. Memang, pembimbing tidak dapat menyalahkan orangtua
4
sepenuhnya dalam kegagalan mengasuh anak-anaknya. Alangkah lebih baik
jika orangtua mampu mencegah hal-hal yang tidak diinginkannya sehubungan
dengan perkembangan anaknya, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Penelitian ini tentang bagaimana pola pengasuhan yang diterapkan
oleh orangtua menurut siswa. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa cara
orangtua mengasuh anak menjadi dasar yang kuat terhadap pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian anak. Oleh karena itu masalah penelitian tentang:
Pola Pengasuhan Orangtua Menurut Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah bagaimana
pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pola
pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur I
Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh guru
pembimbing untuk mengembangkan program bimbingan baik bimbingan
pribadi, sosial, belajar maupun karier untuk siswa-siswi.
E. Definisi Operasional
Pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP Pangudi
Luhur I Yogyakarta adalah tanggapan atas rangsang-rangsang yang diterima
atau tanggapan hasil pengamatan terhadap bentuk-bentuk perlakuan orangtua
(ayah dan ibu) dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab ini, peneliti menyajikan analisis teoritik yang dapat
memperjelas pemahaman mengenai topik penelitian. Kajian pustaka yang
dimaksud meliputi:
A. Pendapat
B. Pola Pengasuhan Orangtua
C. Posisi serta Peran Orangtua dan Sekolah terhadap Perkembangan Anak
A. Pendapat
Pengertian tentang pendapat dan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap pendapat merupakan hal yang penting. Pemahaman tersebut menjadi
dasar yang kuat bagi individu untuk mempersiapkan sesuatu dalam berbagai
kegiatannya.
1. Pengertian Pendapat
Pendapat adalah pengertian terhadap penafsiran rangsang yang
bersumber pada benda, kejadian, tingkah laku manusia dan hal-hal yang
ditemuinya dalam hidup sehari-hari (Mulyono, 1978:22). Ada tiga tahapan
dalam membentuk pendapat, yaitu: (1) seleksi, (2) interpretasi, dan (3)
tanggapan. Seleksi dilakukan terhadap rangsang yang masuk dari luar
melalui penginderaan. Penafsiran dibuat dengan mengorganisasikan
rangsang sehingga mempunyai makna bagi individu. Tanggapan adalah
7
bentuk tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari interpretasi
(Mulyono, 1978:53-54).
Hal yang sama tentang pendapat ditegaskan oleh Kartini Kartono
(1994:57) bahwa proses pendapat itu terjadi karena adanya rangsang dari
luar diri individu, berupa kenyataan sosial dan lingkungan. Rangsang itu
diterima melalui alat indera, kemudian ditafsirkan, sehingga mempunyai
arti bagi seseorang. Adanya rangsang dari luar diri individu itu
mengakibatkan suatu proses pemahaman dalam dirinya, yang pada
akhirnya akan memberi tanggapan terhadap rangsang tersebut.
Dari pengertian di atas disimpulkan bahwa pendapat adalah
tanggapan hasil pengamatan atau tanggapan atas rangsang-rangsang yang
diterima.
2. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Pendapat Siswa
Menurut Bimo Walgito (1994:56) pendapat individu terhadap
dunia nyata merupakan olahan semua rangsang (stimuli) yang diterima
oleh indera-indera yang dipengaruhi oleh kondisi psikik dan pengalaman
seseorang. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Perhatian yang selektif individu.
Perhatian merupakan persiapan dalam proses pembentukan
pendapat. Ada tidaknya rangsang ditentukan oleh ada tidaknya
perhatian individu terhadap rangsang itu. Rangsang yang mendapat
perhatian individu akan disadari lebih mendalam dan ditanggapi
8
dengan cepat. Sedangkan rangsang yang kurang mendapat perhatian
akan kurang disadari dan kurang ditanggapi. Perhatian dan kesadaran
individu berkorelasi positif dalam pembentukan pendapat. Semakin
besar perhatian individu, semakin besar kesadarannya akan rangsang
itu, dan semakin besar pula kemungkinan individu menanggapinya.
Semakin kecil perhatian individu, semakin kecil kesadarannya akan
rangsang itu dan semakin kecil pula kemungkinan individu
menaggapinya.
b. Sifat-sifat rangsang.
Berkaitan dengan perhatian, individu lebih tertarik pada rangsang
yang memiliki intensitas kuat karena dianggap dapat menarik
perhatian. Rangsang dengan warna, lebih menarik perhatian dan lebih
mudah diterima oleh individu. Rangsang dengan perubahan dari
keadaan statik ke dinamik akan lebih mudah diterima oleh individu.
Rangsang dengan ukuran besar dan diterima secara berulang-ulang
memudahkan individu untuk menerimanya.
c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu.
Perhatian terhadap rangsang juga ditentukan oleh sejauh mana
rangsang itu bernilai bagi individu dan sesuai dengan kebutuhannya.
Individu akan menaruh perhatian kepada rangsang yang bernilai
baginya daripada rangsang yang kurang bernilai. Individu juga akan
menaruh perhatian kepada rangsang yang sesuai dengan kebutuhannya
daripada rangsang yang kurang sesuai dengan kebutuhannya. Oleh
9
karena itu, perhatian individu terhadap rangsang bersifat subjektif,
berbeda antara individu yang satu dan yang lainnya.
d. Pengalaman terdahulu individu.
Perhatian individu terhadap rangsang ditentukan juga oleh
pengalaman yang berhubungan dengan penafsiran rangsang sejenis
yang dimiliki individu sebelumnya. Pengalaman-pengalaman
terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana individu mempendapat
dunianya.
B. Pola Pengasuhan Orangtua
1. Pengertian Pola Pengasuhan Orangtua
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama di mana anak
lahir, dibesarkan, berkembang, dan mengalami “proses menjadi” pribadi
yang lebih dewasa. Selama masa bayi dan kanak-kanak, fungsi dan
tanggung jawab orangtua adalah mengasuh, memelihara, melindungi dan
melatih anak untuk bersosialisasi. Seiring dengan terjadinya perubahan
pada anak menuju remaja, maka bergeser pula fungsi-fungsi keluarga
sebagai dampak penyesuaian dengan perkembangan dan kebutuhan-
kebutuhan anak. Seperti yang dikemukakan oleh Hurlock (1992:131)
bahwa dengan lebih mandirinya anak, orangtua menganggap bahwa
anaknya tidak lagi memerlukan perawatan dan pelatihan sebesar
sebagaimana ia masih bayi.
10
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola pengasuhan
orangtua adalah suatu relasi/interaksi yang terjalin secara mendalam antara
anak dengan orangtuanya. Relasi/interaksi tersebut bukan hanya dalam
pemenuhan kebutuhan fisik (makan, minum, dan kesehatan) dan
kebutuhan psikik (seperti kasih sayang, rasa aman, dan penerimaan
penghargaan), tetapi juga bagaimana orangtua memberi contoh dan
mengajarkan tentang peraturan-peraturan/norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat sehingga anak juga memiliki ketrampilan sosial dalam
hubungannya dengan masyarakat.
Ada empat unsur penting dalam pola pengasuhan orangtua
(Hurlock, 1999:85-92), yaitu:
a. Peraturan.
Peraturan adalah pola pengendalian tingkah laku yang ditetapkan
oleh orangtua dengan tujuan untuk membekali anak dalam berperilaku
yang disetujui dalam situasi tertentu. Contohnya, anak tidak boleh
mengambil mainan milik saudaranya tanpa izin si pemilik. Anak akan
dihukum/dimarahi bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar
peraturan itu diterima, diingat, dan dimengerti maka peraturan
diberikan dalam rumusan yang dimengerti oleh anak sehingga
peraturan itu berharga sebagai pedoman perilaku dan mengekang
perilaku yang tidak diinginkan.
11
b. Hukuman.
Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran. Hukuman yang
diberikan harus konsisten sehingga anak itu mengetahui bahwa kapan
saja suatu peraturan dilanggar, hukuman itu tidak dapat dihindarinya.
Apapun bentuk hukuman yang diberikan, perlu diberikan penjelasan
mengenai alasan secara adil dan benar sehingga anak tidak akan
menginterpretasikannya sebagi “kejahatan” si pemberi hukuman.
c. Penghargaan.
Penghargaan berarti bentuk pengakuan untuk suatu hasil yang baik.
Penghargaan tidak perlu berbentuk materi, tetapi dapat berupa kata-
kata pujian, senyuman atau tepukan di punggung. Penghargaan
mempunyai nilai edukatif yang penting. Penghargaan berdampak pada
terbentuknya motivasi yang kuat bagi anak untuk melanjutkan
usahanya dan berperilaku sesuai dengan harapan. Jenis penghargaan
dapat berupa: pujian, senyuman, pelukan, hadiah dan perlakuan
istimewa.
d. Konsistensi.
Konsistensi berarti tingkat keajegan atau stabilitas. Harus ada
konsistensi dalam peraturan yang digunakan sebagai pedoman
perilaku. Anak yang menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti
perilaku yang disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang
dilarang, akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk
menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang
12
disetujui oleh lingkungannya. Suatu tingkah laku anak yang dilarang
oleh orangtua pada waktu tertentu, harus pula dilarang, apabila
dilakukan kembali pada waktu yang lain. Harus ada konsistensi dalam
hal-hal apa yang mendatangkan pujian atau hukuman pada anak.
Antara ayah dan ibu harus ada kesesuaian dalam melarang atau
memperbolehkan tingkah laku tertentu, tentang apa yang baik
dilakukan atau yang tidak baik untuk dilakukan oleh anaknya.
2. Macam-macam Pola Pengasuhan Orangtua
Pola pengasuhan orangtua dalam mendidik anaknya dapat
bervariasi, setiap ahli memiliki cara yang berbeda-beda dalam melihat pola
pengasuhan orangtua. Dalam penelitian ini, peneliti berpedoman pada tiga
tipe pola pengasuhan orangtua menurut Hurlock (1999:93) yaitu: otoriter,
permisif dan demokratik.
Ketiga tipe pola pengasuhan orangtua tersebut dapat dirinci
sebagai berikut:
a. Pola pengasuhan demokratik.
Menurut Hurlock (1999:93-94) pola pengasuhan demokratik
menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu
anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Pola ini lebih
menekankan aspek edukatif daripada aspek hukumannya. Pola
pengasuhan demokratik menggunakan hukuman dan penghargaan
dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Gunarsa
13
(2004:280) menambahkan bahwa orangtua dengan pola pengasuhan
demokratik selalu melibatkan anak dalam segala hal yang berkenaan
dengan diri anak tersebut. Orangtua mempercayai pertimbangan dan
penilaian dari anak serta mau berdiskusi dalam mengambil keputusan
yang berkaitan dengan kebutuhan anak. Anak pun belajar untuk
membuat keputusan bagi dirinya sendiri, belajar mendengarkan dan
berdiskusi dengan orangtua. Dari sikap orangtua tersebut di atas maka
harga diri dan kepercayaan diri anak berkembang karena anak
dihargai, anak tidak akan takut untuk melakukan sesuatu karena anak
dilatih mengambil keputusan, anak memiliki keyakinan diri yang
mantap karena terbiasa dilatih untuk bertanggung jawab dan orangtua
menerima apa adanya diri anak. Gunarsa (2004:281) juga berpendapat
bahwa anak yang dibesarkan dengan pola pengasuhan demokratik akan
merasakan suasana rumah yang penuh rasa saling menghormati, penuh
kehangatan dan penerimaan. Dengan demikian, anak akan lebih mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Gunarsa dan Gunarsa (1986:84)
menambahkan bahwa dengan cara demokratik ini, rasa tanggung jawab
pada anak akan berkembang sehubungan dengan tingkah lakunya dan
selanjutnya dapat memupuk rasa percaya dirinya. Selain itu anak
cenderung lebih mandiri, tegas, ramah, mudah bekerjasama dengan
orang lain, mudah bergaul, dapat mengendalikan diri dan berkembang
secara optimal, hal ini dikarenakan kepercayaan dan sikap yang
14
terbuka dari orangtua ke anak dalam aktualisasi dirinya. Hal ini
menjadi dasar untuk hidup yang produktif.
b. Pola pengasuhan otoriter.
Pola pengasuhan otoriter ditandai dengan peraturan yang keras
untuk memaksakan perilaku yang diinginkan oleh orangtua terhadap
anak. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan
memenuhi standar dan kurangnya persetujuan, pujian atau
penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan
orangtua. Pola pengasuhan otoriter selalu berarti mengendalikan
tingkah laku anak dengan kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman
terutama hukuman badan. Bahkan setelah anak bertambah besar,
orangtua yang menggunakan pola otoriter yang kaku jarang
mengendurkan pengendaliannya terhadap tingkah laku anaknya.
Orangtua tidak mendorong anak untuk dengan mandiri mengambil
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka.
Orangtua hanya mengatakan apa yang harus dilakukan dan tidak
menjelaskan mengapa hal itu harus dilakukan. Jadi, anak-anak
kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan
perilaku mereka sendiri. Dalam keluarga otoriter anak tetap dibatasi
dalam tindakan mereka, dan keputusan-keputusan tentang
permasalahan mereka diambil oleh orangtua (Hurlock, 1999:93).
Gunarsa (2004:280) menambahkan bahwa orangtua otoriter
juga tidak melakukan komunikasi yang baik dengan anak. Komunikasi
15
yang terjadi hanyalah komunikasi satu arah, yaitu dari orangtua ke
anak. Kurangnya komunikasi antara orangtua dan anak menyebabkan
ketrampilan berkomunikasi anak menjadi kurang.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1986:82) pada cara otoriter ini
orangtua menentukan aturan dan batasan yang mutlak harus ditaati
oleh anak Kalau anak tidak memenuhi tuntutan orangtua, anak akan
diancam dan dihukum. Dengan cara otoriter, akan menjadikan anak
“patuh” di hadapan orangtuanya, tetapi di luar pengawasan orangtua,
anak dapat memperlihatkan reaksi-reaksi menentang atau melawannya
karena anak merasa “dipaksa” dalam perkembangannya.
Gunarsa (2004:280) berpendapat bahwa pola pengasuhan
otoriter ini sering kali membuat anak memberontak. Anak akan
bersikap bermusuhan kepada orangtua serta sering kali meyimpan
perasaan tidak puas terhadap dominasi orangtua bila orangtuanya
keras, tidak adil, dan tidak menunjukkan afeksi. Selain itu anak
mungkin menjadi kurang yakin akan kemampuan dirinya, kurang
matang dan menjadi agresif bila orangtua juga menerapkan hukuman
fisik kepada anak. Kartono (1985:97-99) menambahkan bahwa dengan
cara otoriter ini, anak berkembang menjadi anak yang canggung dalam
pergaulan karena anak merasa tidak dapat mengimbangi teman-
temannya dalam banyak hal, sehingga anak menjadi pasif dalam
pergaulan, lama kelamaan anak akan mempunyai perasaan rendah diri
dan kehilangan kepercayaan diri. Selain itu anak takut untuk membuka
16
diri, selalu tegang, khawatir, bimbang, labil dan anak tampak penurut
tetapi perasaannya sering diliputi oleh kegelisahan dan potensinya
tidak dapat berkembang secara maksimal.
c. Pola pengasuhan permisif.
Dalam pola pengasuhan permisif biasanya orangtua tidak
membimbing anak ke pola perilaku yang disetujui oleh masyarakat dan
tidak menggunakan hukuman. Orangtua menganggap kebebasan sama
dengan membiarkan anak-anak meraba-raba dalam situasi yang sulit
untuk dijalani oleh anak sendiri. Anak sering tidak diberi batas-batas
atau aturan-aturan yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan,
mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat
sekehendak mereka sendiri (Hurlock, 1999:93).
Orangtua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri
tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Hanya
pada hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan oleh Orangtua,
barulah orangtua bertindak mengendalikannya. Dalam pola permisif
ini pengawasan menjadi longgar. Anak telah terbiasa mengatur dan
menentukan sendiri apa yang dianggapnya baik. Pada umumnya,
keadaan seperti ini terdapat pada keluarga-keluarga yang kedua
orangtuanya bekerja, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan sehingga
tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam arti yang sebaik-baiknya.
Karena harus menentukan sendiri, maka perkembangan kepribadian
anak cenderung tidak terarah. Pada anak berkembang sifat egosentrik
17
yang terlalu kuat dan kaku menhadapi larangan-larangan yang ada
dalam lingkungan sosialnya (Gunarsa dan Gunarsa, 1986:83).
Dari penjelasan di atas, dalam pola pengasuhan permisif
orangtua cenderung bersikap kurang tegas. Di sini anak diberi
kebebasan untuk berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri.
Semua keputusan diberikan kepada anak, tanpa pertimbangan dari
orangtua, sehingga sering anak tidak tahu apakah perilakunya itu benar
atau salah. Pola pengasuhan permisif menempatkan orangtua pada
posisi pasif dalam arti orangtua cenderung membiarkan anak bersikap
tanpa batasan, aturan, dan larangan yang jelas. Sehingga anak dalam
keluarga permisif tampak kurang matang secara sosial, mementingkan
diri sendiri dan kurang percaya diri, ada juga yang agresif, terutama
anak yang tidak pernah ditegur atau dilarang ketika anak bergaul
dengan teman sebaya. Gunarsa (2004:281) menambahkan bahwa cara
permisif ini ternyata menyebabkan anak tidak memiliki kontrol diri
yang baik, anak menjadi egois, selalu memaksakan kehendaknya
sendiri tanpa memperdulikan perasaan orang lain.
C. Posisi serta Peran Orangtua dan Sekolah terhadap Perkembangan Anak
Mengasuh, membesarkan dan mendidik anak merupakan satu tugas
mulia dari orangtua yang tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan.
Telah banyak usaha yang dilakukan orangtua atau tenaga pendidik (sekolah)
untuk mencari dan membekali diri dengan pengetahuan-pengetahuan yang
18
berkaitan dengan perkembangan anak. Gunarsa dan Gunarsa (1986:5-6)
berpendapat bahwa perkembangan anak terjadi karena faktor kematangan dan
belajar. Perkembangan anak dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam (bawaan)
dan faktor luar (lingkungan, pengalaman, pengasuhan).
Keluarga tempat anak berasal mempengaruhi kemungkinan anak
menjadi orang yang bertanggung jawab atau tidak. Keluarga yang memiliki
hubungan antar anggota kurang dekat dan hubungan yang tidak harmonis
dalam keluarga dapat mempengaruhi perkembangan anak menjadi tidak
optimal. Lingkungan atau komunitas tempat anak berada juga dapat
mempengaruhi anak tersebut, termasuk nilai-nilai yang dihayati oleh
komunitas tersebut. Apakah komunitas tersebut menekankan pada nilai
hedonisme sehingga anak akan melakukan apa pun untuk memuaskan dirinya
ataukah komunitas tersebut menekankan pada nilai moral seperti kejujuran
dan kerja keras, tentu semua ini akan mempengaruhi anak dalam mengambil
tindakan. Terutama, bila di dalam komunitas tersebut banyak model yang
melakukan tindakan negatif, maka remaja akan lebih berani mengikuti contoh
negatif tersebut. Di lain pihak, bila dalam lingkungan atau komunitas tersebut
nilai positif dijunjung tinggi maka remaja akan berpikir dua kali sebelum
melakukan tindakan negatif.
Sekolah juga salah satu faktor penting dalam perkembangan anak.
Kurangnya keberhasilan akademik seperti nilai akademik yang rendah,
ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri atau bergaul yang baik dengan guru
dan ketidakmampuan untuk meyesuaiakan diri dengan program sekolah dapat
19
menjadi penyebab munculnya tingkah laku yang tidak bertanggung jawab
pada anak. Sekolah merupakan suatu hal yang penting bagi anak, karena di
sekolah anak bertemu dengan teman-teman sebaya yang sedang berada pada
tahap perkembangan yang sama dengan diri anak tersebut. Sekolah juga dapat
membentuk perkembangan kepribadian dan sosial anak. Sekolah yang terlalu
menuntut anak untuk menjadi seperti apa yang diharapkan sekolah tanpa
memperhatikan kemampuan anak akan membuat anak merasa tertekan. Begitu
pula bila guru di sekolah bersikap tidak adil serta tidak mau memahami siswa.
Seseorang yang merasa tertekan tentu akan berusaha keluar dari tekanan
tersebut dengan berbagai cara. Bagi anak yang merasa tidak dapat
meyesuaikan diri di sekolah dan dengan gurunya, mungkin anak akan menjadi
lebih sering membolos sekolah, membuat ribut di kelas dan tindakan negatif
yang lain (Gunarsa, 2004:273-274).
Pendidik pertama dan utama adalah orangtua, orangtualah yang
membimbing anak untuk bertingkah laku normatif serta berpengalaman dalam
pergaulan dan kewajiban bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang
lain. Namun tugas orangtua mendidik anak membutuhkan bantuan dari
sekolah. Sekolah mengambil bagian dalam usaha meraih tujuan hidup sebagai
mahkluk berbudaya dan bermasyarakat. Sekolah berperan membantu orangtua
pada bidang yang tak dapat ditangani oleh orangtua yaitu pengajaran. Sekolah
memberikan pengajaran tentang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi)
serta ketrampilan kerja sehingga anak siap memasuki lingkungan masyarakat
sebagai orang dewasa yang berpendidikan. Sekolah yang sadar akan tanggung
20
jawab tersebut berfungsi sebagai lembaga pengajaran. Sekolah bukan sebagai
pengganti orangtua melainkan membantu orangtua. Ini berarti bahwa sekolah
harus menentukan kebijakan bertindak setelah mendengarkan orangtua (Drost,
1997 : 32-34).
Pelaksanaan pendidikan dapat berjalan dengan baik dan lancar apabila
terdapat kerjasama antara guru (sebagai pendidik di sekolah) dengan orangtua
(sebagai pendidik di rumah). Kerjasama itu dalam bentuk saling pengertian
dalam pelaksanaan pendidikan. Pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah (sekolah). Oleh karena
itu, tanggung jawab pendidikan yang pertama ada pada keluarga (orangtua),
yang kedua masyarakat, dan yang ketiga sekolah (Nugroho, 1985:71).
Gunarsa (2004:275) menambahkan bahwa orangtua, lingkungan dan
sekolah saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Bila keadaan latar
belakang keluarga sudah mendukung suatu perbuatan yang salah, ditambah
dengan lingkungan atau komunitas yang buruk dan kegagalan dari pihak
sekolah untuk menerima dan membimbing siswa (anak), maka kemungkinan
besar dapat terjadi kenakalan remaja. Namun, bila hanya salah satu faktor saja
yang memudahkan untuk terjadinya kenakalan remaja seperti lingkungan atau
komunitas yang buruk tetapi keluarga menekankan nilai-nilai yang baik serta
benar dan sekolah dapat memberikan kegiatan belajar yang bermakna bagi
anak, maka kemungkinan terjadinya kenakalan remaja dapat dikurangi.
21
Perkembangan anak akan maksimal apabila sekolah dan orangtua
berperan secara konstruktif sesuai dengan statusnya masing-masing, seperti
yang terurai di bawah ini:
a. Peranan sekolah.
Winkel (1991:25) menguraikan bahwa sekolah merupakan
lingkungan pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian
kegiatan yang terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar
mengajar di kelas. Kegiatan belajar ini bertujuan menghasilkan perubahan-
perubahan positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan.
Sekolah merupakan lingkungan pendidikan berarti bahwa sekolah
adalah pengemban misi pendidikan. Sekolah mempunyai ciri khas yaitu
masyarakat belajar, yang di dalamnya ada proses belajar mengajar di
sekolah, yaitu adanya siswa belajar dan guru mengajar (Nugroho, 1985:4).
Gunarsa (1986:109-124) menambahkan orang yang paling
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas di sekolah adalah guru.
Selain mengajar guru berperan dalam mengembangkan kepribadian anak
didiknya (di samping orangtua). Dalam guru mengajar, ini berarti ia juga
mengemban tugas moral yaitu membantu anak untuk menghayati dan
mengamalkan kebaikan hidup. Inilah citra keguruan. Yang ideal adalah,
dalam situasi guru mengajarkan ilmu pengetahuan guru juga sebagai
pengganti orangtua di sekolah hendaknya mampu menyelami jiwa-jiwa
anak didiknya. Guru adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing
anak di sekolah dan memperkembangkan anak agar mencapai kedewasaan.
22
Modal utama yang harus dimiliki oleh guru dalam pengajaran adalah kasih
sayang. Sebagai guru sebaiknya senantiasa harus berusaha untuk tidak
hanya mengembangkan potensi anak secara intelektual, tetapi juga mau
mementingkan interaksi guru-siswa yang akan mempengaruhi
perkembangan kepribadian siswa ke arah yang sehat dan matang. Bentuk
hubungan dialogik antara guru dan siswa adalah yang terbaik.
Gunarsa (2004:275) mengemukakan bahwa peran guru di sekolah
merupakan sesuatu yang sangat penting. Guru yang menunjukkan kontrol
diri yang baik, penuh kehangatan, dan bersahabat dalam interaksinya di
kelas akan lebih mudah berhubungan dengan siswa. Siswa (anak) akan
lebih terbuka kepada guru. Guru yang demikian dapat membantu anak
untuk mencapai keberhasilan akademik dan belajar menghargai diri sendiri
serta dengan demikian mengurangi kemungkinan terjadinya kenakalan
remaja.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan bahwa esensi pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah bertujuan agar perkembangan tiap individu
(peserta didik) semakin optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Pendidikan yang diberikan oleh pihak sekolah, melalui guru kepada siswa
tidak hanya berupa pengajaran bidang studi, IPTEK dan ketrampilam kerja
tetapi dapat berupa pendampingan dan pengarahan perkembangan siswa
seutuhnya. Dalam proses perkembangan, siswa tidak selalu berhasil
mengatasi hambatan-hambatan yang ada. Masalah-masalah yang dihadapi
23
oleh siswa berhubungan dengan cara belajar, penyesuaian diri, emosi dan
persiapan berkarier. Hal ini membutuhkan bantuan dari guru dan orangtua.
Winkel (1991:79) menegaskan bahwa bimbingan di sekolah
memusatkan pelayanannya pada peserta didik sebagai individu yang harus
mengembangkan kepribadiannya dan memanfaatkan pendidikan sekolah
yang diterima untuk perkembangan dirinya. Hal ini berarti bahwa upaya
membantu siswa dalam proses pendidikan di sekolah tidak hanya melalui
pengajaran/pelatihan tetapi juga melalui pelayanan bimbingan. Pelayanan
bimbingan di sekolah termasuk ke dalam bidang pembinaan siswa.
b. Peranan Orangtua.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dan utama
dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan diri sebagai
manusia sosial di dalam interaksi dengan kelompoknya. Pengalaman-
pengalaman interaksi sosial anak di keluarga juga tercermin dalam
bertingkah laku serta bergaul dengan orang lain. Orangtua memiliki peran
penting dan memiliki tanggung jawab besar terhadap perkembangan anak-
anaknya. Peran orangtua berupa pengarahan dan bimbingan kepada anak.
Dengan adanya pengarahan dan bimbingan ini, anak diharapkan dapat
tumbuh berkembang dengan baik. Nasution (1985:151) menambahkan
bahwa seorang anak yang sedang dalam masa perkembangan,
membutuhkan pengarahan dari orangtua walaupun anak tidak secara
spontan menerima.
24
Menurut Nasution (1985:40) peran orangtua dibagi atas tiga yaitu:
1) Mengasuh dan membimbing anak-anaknya.
Membimbing berarti memberi pengarahan, dapat juga
dikatakan menuntun atau mendampingi anak (Gordon, 1987:69).
Orangtua berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada anak-
anaknya, karena bimbingan itulah yang akan menentukan masa depan
anak. Apabila anak mendapat bimbingan yang baik dari orangtuanya
maka akan berpengaruh baik pula kepada anak, sehingga anak dapat
tumbuh dan berkembang secara wajar. Dengan adanya bimbingan dari
orangtua diharapkan anak dapat menentukan arah yang akan ia tempuh
dalam hidupnya.
2) Mengarahkan pendidikan anak-anaknya.
Orangtua perlu mengawasi kegiatan belajar anak-anaknya,
sebab tanpa adanya pengawasan yang kontinnyu dari orangtua, besar
kemungkinan pendidikan anak-anaknya kurang dapat berjalan lancar.
Pada kenyataannya, anak kurang bersedia belajar dengan baik dan
tekun tanpa adanya pengawasan dari orangtua. Dengan adanya
pengawasan dari orangtua, anak dengan sendirinya akan terdorong
untuk belajar lebih baik dan lebih giat (Nasution, 1985:43).
3) Mengendalikan pergaulan anak-anaknya.
Pada usia remaja terjadi perubahan sosial, dimana pengaruh
teman sebaya sangat kuat. Hal ini merupakan tugas perkembangan
pada masa remaja. Menurut Havighurst (Mappiare, 1982:107) tugas
perkembangan remaja meliputi upaya menjalin hubungan yang baru
25
dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun lawan jenis.
Tambunan (1979:101-106) berpendapat bahwa pergaulan di kalangan
remaja didorong oleh keinginan untuk mencari pengalaman. Orangtua
diharapkan menyadari bahwa pengalaman yang diperoleh anak di
rumah, di sekolah atau di lingkungan tempat tinggal dapat membantu
anak untuk menyesuaikan diri dalam pergaulan. Orangtua perlu
mengantisipasi dampak negatif dari pergaulan remaja. Apabila anak
memiliki kelompok yang suka merokok, minum alkohol, obat-obatan
terlarang, dan seks bebas, maka anak tersebut cenderung mengikutinya
tanpa mempertimbangkan akibatnya.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini, peneliti akan membahas tentang jenis penelitian, subjek
penelitian, alat pengumpulan data, prosedur pengumpulan data dan teknik analisis
data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian dekriptif
adalah penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status
gejala pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi, 2003:309). Tujuan penelitian
ini adalah untuk melukiskan variabel/kondisi “apa yang ada” dalam suatu
situasi.
Dalam hal ini penelitian bertujuan untuk memperoleh gambaran
mengenai pola pengasuhan orangtua menurut siswa SMP PANGUDI LUHUR
I Yogyakarta.
B. Populasi Penelitian
Populasi penelitian merupakan kelompok individu yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian, dengan syarat yang harus memiliki ciri-ciri dan
karakteristik yang kurang lebih sama. Populasi dalam penelitian ini adalah
para siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta. Menurut
Suharsimi (2003:312), survei yang mencakup seluruh populasi yang diteliti
disebut sensus, sedangkan survei yang hanya menyelidiki sebagian saja
populasi disebut survei sampel. Karena responden dalam penelitian ini hanya
27
sebagian saja dari populasi, maka penelitian ini termasuk penelitian survei
sampel.
Dasar pertimbangan yang digunakan dalam menentukan populasi yaitu
siswa kelas VIII SMP adalah siswa yang tergolong remaja awal, yang sudah
mampu merefleksikan pola pengasuhan orangtua mereka. Walaupun semua
siswa SMP termasuk dalam masa remaja, namun siswa kelas VIII SMP lebih
mempunyai banyak waktu dibandingkan dengan kelas IX yang waktunya
tersita untuk mempersiapkan ujian akhir dan kelas VII yang masih dalam masa
penyesuaian diri terhadap lingkungan baru. Adapun data populasi penelitian
adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Data Populasi Penelitian
No. Kelas Jumlah
1 VIII A 42
2 VIII B 42
3 VIII C 42
4 VIII D 43
5 VIII E 42
Total 211
Sampel adalah sebagian/wakil dari populasi. Sampel penelitian diambil
dari populasi penelitian yang berjumlah 211 siswa. Penarikan sampel
dilaksanakan dengan teknik cluster random sampling (sampel kelompok).
Dasar pertimbangan yang digunakan peneliti dalam menggunakan teknik
penarikan cluster random sampling adalah akan memberikan peluang yang
28
sama pada kelompok (kelas) anggota populasi yang dipilih sebagai sampel
penelitian.
Penarikan sampel dilaksanakan dengan langkah-langkah yang sesuai
dengan sifat teknik sampling yang digunakan. Langkah pertama, peneliti
menentukan jumlah anggota sampel yang diinginkan. Jumlah anggota sampel
ditetapkan berdasarkan dua pertimbangan, yaitu jumlah sampel (n) minimal 30
orang dan jumlah anggota sampel yang representatif dalam peneltiian
deskriptif untuk mewakili anggota populasi niminal 25%-30% dari jumlah
anggota populasi. Selain itu, jumlah anggota sampel yang semakin mendekati
jumlah anggota populasi, berarti semakin representatif bagi penelitian itu
(Suharsimi, 2003:125). Langkah kedua, penelitia melakukan cluster random
sampling (sampel kelompok) terhadap semua unit satuan kelas yang
dirandom. Langkah ketiga, peneliti menulis lima kelas (VIII A-E) pada kertas
kemudian kertas tersebut digulung dan setelah itu diacak. Langkah keempat,
peneliti melakukan penarikan secara undian sampai akhirnya diperoleh jumlah
anggota sebanyak yang diinginkan peneliti. Penarikan disaksikan oleh guru
pembimbing.
C. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah kuesioner.
Kuesioner adalah sekumpulan daftar pertanyaan tertulis yang diberikan
kepada subjek penelitian (Suharsimi, 2003:136). Kuesioner ini disusun oleh
peneliti sendiri, berdasarkan pada kajian bab II. Kuesioner atau alat ini
29
memuat tipe-tipe dari pola pengasuhan demokratik, otoriter, dan permisif.
Tipe-tipe/gaya pola pengasuhan anak yang akan diselidiki tersebut adalah:
1. Tipe demokratik, dengan indikator sebagai berikut (Hurlock, 1999:93-94;
Gunarsa, 2004:280-281):
a. Menghargai anak sebagai pribadi yang ingin mandiri.
b. Melibatkan anak dalam membuat keputusan, sementara orangtua ikut
memberi penjelasan (bekerja sama dalam membuat keputusan).
c. Menggunakan wewenang, tetapi terapannya bersifat membimbing.
d. Mendukung, menerima dan bertanggung jawab dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif tetapi tidak mendominasi dari
sudut pendirian orangtua.
e. Mendorong tumbuhnya interaksi saling memberi dan menerima.
f. Menempatkan nilai yang tinggi pada perkembangan kemandirian dan
pengaturan diri sendiri.
g. Memakai seperangkat peraturan untuk mengatur anak sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan anak.
h. Melibatkan diri dalam penjelasan dan pembicaraan tentnag disiplin dan
menananmkan kebiasaan rasional.
i. Hangat tetapi tegas.
2. Tipe otoriter, dengan indikator sebagai berikut (Hurlock, 1999:93;
Gunarsa, 2004: 279-280):
a. Menuntut kepatuhan yang tinggi.
30
b. Kecenderungan suka menghukum dan kaku dalam disiplin.
c. Menuntut anak untuk menerima aturan dan standar yang ditetapkan
orangtua tanpa mempersoalkannya.
d. Cenderung untuk tidak mendukung perilaku bebas dan melarang
otonomi anak.
e. Membuat peraturan untuk mengendalikan perilaku anak.
f. Kurang hangat, kurang menerima dan mendukung anak, membatasi
keterlibatan anak dalam membuat keputusan.
g. Mendesak anak untuk mematuhi perintah orangtua.
h. Berusaha mengendalikan perilaku dan sikap anak sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan.
3. Tipe permisif, dengan indikator sebagai berikut (Gunarsa dan Gunarsa,
1986:83; Hurlock, 1999:93):
a. Cenderung menerima, lunak dan pasif dalam membiasakan disiplin
b. Memberi kebebasan sepenuhnya kepada anak untuk berbuat semaunya
(tanpa mengendalikannya).
c. Menghindari pengawasan terhadap anak, karena pengawasan dianggap
sebagai pelanggaran terhadap kebebasan anak.
d. Melayani anak sepenuhnya dalam setiap kegiatannya dan cenderung
memanjakan anak.
e. Menuruti kemauan anak dan menghindari konflik dengan anak.
f. Melindungi dan menyayangi anak secara berlebihan.
31
Kuesioner ini terdiri dari dua bagian, yaitu: bagian pertama memuat
identitas subjek, tujuan kuesioner, dan petunjuk pengisian kuesioner
sedangkan bagian kedua memuat pernyataan-pernyataan. Jenis kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner bentuk tertutup artinya responden menjawab
pernyataan yang berhubungan dengan indikator tipe pola pengasuhan orangtua
dan alternatif jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal
memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya (Suharsimi, 2000:317). Alasan
peneliti menggunakan kuesioner karena, peneliti berpandangan bahwa
kuesioner lebih efisien dari segi waktu dan pendanaan, serta lebih praktis dari
segi pelaksanaannya.
Kuesioner pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP
PANGUDI LUHUR I Yogyakarta ini mendeteksi pola pengasuhan macam apa
yang cenderung diterapkan oleh orangtua dalam rangka merawat, memelihara,
melindungi, mengajar, membimbing dan melatih anak-anak mereka. Tipe pola
pengasuhan yang dimaksud adalah pola pengasuhan demokratik, pola
pengasuhan otoriter dan pola pengasuhan permisif.
Alat atau kuesioner yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian disusun dalma bentuk skala bertingkat berdasarkan prinsip-prinsip
Likert’s Summated Rating atau biasa disebut dengan skala Likerts. Skala
Likerts merupakan serangkaian pernyataan yang masing-masing
mengungkapkan sikap yang jelas baik atau kurang baik. Adapun Skala Likerts
tersebut adalah: (1) Selalu, (2) Sering), (3) jarang, (4) tidak pernah. Setiap
pilihan jawaban untuk pernyataan positif (favourable) diberi skor bertutr-turut
4, 3, 2, 1 dan untuk pernyataan negatif (unfavourable) diberi skor 1, 2, 3, 4.
32
namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan pernyataan positif,
sehingga dalam memberikan skor pada setiap pernyataan berturut-turut yaitu
4, 3, 2, 1. Adapun alasan peneliti menggunakan pernyataan-pernyataan positif,
karena jika pernyataan-pernyataan disusun secara positif dan negatif, maka
dapat menyebabkan suatu item bisa masuk ke dalam pola pengasuhan yang
lain, sehingga dapat membuat suatu pernyataan menjadi ambigu (Andi,
2004:34).
Skala ini juga tidak memakai alternatif jawaban tengah karena dua
alasan yaitu: pertama, kategori ragu-ragu (R) atau netral (N) mempunyai arti
ganda, bisa diartikan responden belum memutuskan atau memberikan jawaban
atau diartikan sebagai pilihan netral karena tidak bisa menentukan pilihannya.
Kedua, menimbulkan kecenderungan untuk menentukan pilihan di tengah,
terutama bagi responden yang ragu-ragu atau bingung untuk menentukan
jawaban.
Kuesioner ini akan diujicobakan terlebih dahulu untuk mendapatkan
butir-butir item yang valid dan reliabel sehingga dapat dipergunakan untuk
penelitian yang sesungguhnya. Adapun kisi-kisi alat penelitian dapat dilihat di
bawah ini:
Tabel 2
Sebaran Item Dalam Uji Coba Alat Penelitian
Kuesioner Aspek Nomor Buitr JumlahDemokratik 1,4,7,10,13,16,19,22,25,28,
31,34,37,40,43,46,49,52,55,58,61,63,65
23PolaPengasuhanOrangtua
Otoriter 2,5,8,11,14,17,20,23,26,29,32,35,38,41,44,47,50,53,56,59,62,64,66,67,68,70,71,72,
32
33
73,74,75Permisif 3,6,9,12,15,18,21,24,27,30,
33,36,39,42,45,48,51,54,57,60
20
Total 75
Untuk mengetahui valid dan tidaknya suatu item digunakanlah analisis
product moment dengan mengkorelasikan skor item dengan skor total. Dalam
penelitian ini pengujian validitas menggunakan program SPSS (Statistical
Programme for Social Science) versi 11.0 for Windows. Setelah mengetahui
valid dan tidaknya suatu item, maka tersusunlah alat yang siap digunakan
untuk penelitian.
Setelah melakukan uji coba alat penelitian maka ada beberapa item yang
tidak valid. Untuk item yang tidak valid, peneliti melakukan revisi terhadap
beberapa item, sehingga tidak langsung menggugurkan. Ada tiga alasan
peneliti melakukan revisi terhadap beberapa item yang gugur, yaitu pertama,
hasil uji validitas mempunyai nilai yang mendekati nilai standar validitas yang
ditentukan (r = 0,3), sedangkan yang jauh dari nilai standar validitas
digugurkan. Kedua, peneliti mempertimbangkan sebaran item yang direvisi
sehubungan dengan aspek dalam kisi-kisi, dan ketiga isi/pesan dipertahankan,
tetapi rumusan kebahasaannya direvisi. Secara terperinsi penjelasan item yang
gugur berdasarkan aspek-aspek adalah sebagai berikut: item aspek pola
pengasuhan demokratik yang semula berjumlah 23 item, yang tidak valid
sebanyak 3 item, kemudian direvisi 1 item dan yang gugur 2 item sehingga
yang digunakan untuk penelitian 21 item. Aspek pola pengasuhan otoriter
yang semula berjumlah 32 item, yang tidak valid 5 item, kemudian direvisi 2
34
item dan yang gugur 3, sehingga yang digunakan untuk penelitian 28 item.
Aspek pola pengasuhan permisif yang semula berjumlah 20 yang tidak valid 3
item, kemudian dari ketiga item tersebut direvisi sehingga yang digunakan
dalam penelitian 20 item. Jadi total item yang keseluruhan semula berjumlah
75 item, setelah melakukan uji coba, diketahui ada 11 item yang tidak valid,
tetapi dilakukan revisi berjumlah 5 item dan digugurkan berjumlah 6 item,
sehingga akhirnya terdapatlah 69 item yang digunakan dalam penelitian
selanjutnya. Untuk melihat item valid dan tidak valid secara jelas ada pada
lampiran 3. Adapun sebaran item yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
Tabel 3
Sebaran Item Dalam Alat Penelitian
Kuesioner Aspek Nomor Buitr JumlahDemokratik 1,4,7,10,13,16,19,22,25,28,
31,34,37,40,43,46,49,52,55,58,60,61
21
Otoriter 2,5,8,11,14,17,20,23,26,29,32,35,38,41,44,47,50,53,56,59,62,63,64,65,66,67,68,69
28
PolaPengasuhanOrangtua
Permisif 3,6,9,12,15,18,21,24,27,30,33,36,39,42,45,48,51,54,57,60
20
Total 69
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Penelitian
Uji coba instrumen penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat
validitas dan reliabilitas alat ukur tersebut sebelum digunakan dalam
penelitian. Uji coba juga untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap item-
35
item yang telah disusun oleh peneliti. Apabila siswa banyak bertanya saat
menjawab item, berarti item kurang dapat dipahami oleh siswa sehingga
diperlukan revisi. Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan pada tanggal 30
Agustus 2007. Populasi yang digunakan dalam uji coba adalah siswa kelas
VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta, sebanyak satu kelas dengan
jumlah 42 siswa yang tidak tergolong sampel penelitian. Jumlah tersebut
dinilai representatif dan memiliki karkateristik yang sama dengan subjek
penelitian. Kesamaannya dapat dilihat dari sama-sama siswa SMP PANGUDI
LUHUR I Yogyakarta dan sama-sama kelas VIII.
Ujicoba instrumen atau alat penelitian ini untuk koefisien validitas dan
taraf reliabilitas dari item instrumen penelitian. Setelah uji coba dilaksanakan
hasil pengisian kuesioner dimasukkan dalam program komputer Microsoft
Excel 5.0 for Windows. Sedangkan untuk menganalisis koefisien validitas dan
taraf reliabilitas item digunakan bantuan komputer program SPSS (Statistical
Programme for Social Science) versi 11.0 for Windows.
1. Validitas
Validitas atau kesahihan suatu alat ukur dapat diartikan sebagai taraf
sejauh mana suatu alat ukur mampu mengukur apa yang seharusnya diukur
(Masidjo, 1995:242). Dalam penelitian ini digunakan validitas isi (content
validity). Validitas isi adalah validitas yang menunjukkan pada sejauh
mana instrumen atau kuesioner tersebut mencerminkan isi yang
dikehendaki (Suharsimi, 2003:219). Tidak jauh berbeda dengan pendapat
Suharsimi, Masidjo (1995:243) mengungkapkan bahwa validitas isi adalah
36
suatu validitas yang menunjukkan sampai di mana suatu isi suatu tes atau
kuesioner mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan.
Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti untuk mengetahui
validitas isi adalah melakukan analisis item. Uji validitas item dilakukan
dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan total skor item per
tipe pola pengasuhan terkait. Korelasi skor tiap item dengan skor total item
setiap tipe pola pengasuhan ini adalah penentuan validitas yang dilakukan
secara internal.
Proses penghitungan korelasi tersebut ditempuh dengan formula
hitung korelasi product moment dari Pearson. Apabila suatu item tidak
berkorelasi secara memadai dengan skor total item per tipe pola
pengasuhan terkait dalam tipe terkait, maka item tersebut harus duiperbaiki
atau digugurkan.
Adapun rumus korelasi product moment dari Pearson, adalah
sebagai berikut:
rxy =
2222 YYNXXN
YXXYN
Keterangan:
rxy : Koefisisien korelasi
X : Jumlah skor dalam sebaran X
Y : Jumlah skor dalam sebaran Y
XY : Jumlah hasil kali skor X dan Y yang berpasangan
X2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
37
Y2 : Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
Supaya penghitungan tersebut bisa efektif dan efisien, maka
penghitungan akan dilakukan dengan bantuan komputer melalui program
SPSS (Statistical Programme for Social Science) versi 11.0 for Windows.
Sebagai kriterium penilaian item berdasarkan korelasi skor item dan
skor total per tipe pola pengasuhan terkait, digunakan batasan minimum r
= 0,30. Jika nilai item di bawah r = 0,30 maka item tersebut gugur, jika r
mendekati 0,30 disebut item kritis, maka perlu direvisi atau diperbaiki dan
jika r di atas 0,30 maka item tersebut valid bisa dipertahankan. Alasan
digunakannya batasan tersebut, karena menurut Azwar (1999:103)
kriterium item total memiliki daya deskriminasi yang memuaskan.
Sedangkan menurut Masidjo (1995) dalam tabel korelasi Product Moment
dari Pearson untuk jumlah siswa 42 atas dasar signifikansi 5% yang
dijadikan angka kritis 0,28. Dalam hal ini peneliti menggunakan kriteria
dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Programme for
Social Science) versi 11.0 for Windows, atas dasar signifikansi 5%,
didapatkan item kritis 0,24. jika koefisien korelasi di bawah 0,24 maka
item tersebut gugur dan sebaliknya jika koefisien korelasi di atas 0,24
maka item tersebut valid dan bisa dipertahankan.
2. Reliabilitas
Menurut Suharsimi (2003:224) reliabilitas adalah ketetapan hasil tes.
Seandainya hasil berubahpun, perubahan yang terjadi dapat dikatakan
38
tidak begitu atau tidak signifikan. Sedangkan menurut Masidjo (1995:209)
reliabilitas adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu menunjukkan
konsistensi hasil pengukurannya yang diperlihatkan dalam taraf ketepatan
dan ketelitian hasil.
Teknik yang digunakan untuk mencari reliabilitas alat ukur adalah
dengan menggunakan metode belah dua (split half method). Skor-skor dari
kedua belahan tersebut yakni item-item yang bernomor gasal dan genap
diperbandingkan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment
dari Pearson dengan rumus angka kasar atau dengan rumus singkat.
Karena hasil tes itu dibagi menjadi dua bagian, maka koefisien korelasi
dari dua bagian tersebut baru mencerminkan taraf reliabilitas setengah
tes/alat, perlu dikenai formula koreksi dari Spearman-Brown, dengan
rumus sebagai berikut (Masidjo, 1995:219):
rtt =gg
gg
xr
xr
1
2
Keterangan:
rtt : Koefisien reliabilitas
rgg : Koefisien genap-gasal
Koefisien reliabilitas dinyatakan dalam suatu bilangan koefisien
antara -1,00 sampai dengan 1,00. untuk memberi arti terhadap koefisien
reliabilitas yang diperoleh, dipakai tabel statistik atas dasar taraf
signifikansi 5% serta berpegangan kualifikasi taraf korelasi sebagai berikut
(Masidjo, 1995:205):
39
Tabel 4
Klasifikasi Koefisien Korelasi
Koefisien Korelasi Klasifikasi
±0,70 - ±1,00 Tinggi- Sangat tinggi
±0,40 - ±0,70 Cukup
±0,30 - ±0,40 Rendah
0,00 - ±0,20 Tidak rendah-Sangat rendah
Adapun koefisien reliabilitas yang diperoleh dalam uji coba alat
penelitian adalah untuk pola pengasuhan demokratik sebesar rtt = 0,9354,
pola pengasuhan otoriter sebesar rtt = 0,8401, pola pengasuhan permisif
sebesar rtt = 0,9193, sehingg koefisien reliabilitas alat penelitian tersebut
dikualifikasikan tinggi. Secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian akan dilaksanakan di SMP PANGUDI
LUHUR I Yogyakarta, sesuai dengan jadwal layanan bimbingan, sehingga
tidak banyak menganggu pembelajaran mata pelajaran di sekolah. Sebelumnya
peneliti telah bertemu dengan kepala SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta
dan menyerahkan surat ijin penelitian dari program studi, untuk minta ijin
penelitian. Setelah kepala sekolah mengijinkan untuk penelitian, maka peneliti
menghadap guru bimbingan dan konseling untuk menentukan hari dan waktu
penelitian. Jam pembelajaran yang digunakan adalah jam bimbingan dan
konseling. Pada saat masuk kelas peneliti didampingi guru bimbingan dan
konseling yang bersangkutan. Adapun jadwal penelitian sebagai berikut:
40
Tabel 5
Jadwal Penelitian
Kelas Waktu Hadir Tidak Hadir Jumlah
VIII-C 10.25 – 11.05 41 1 42
VIII-D 12.00 – 12.40 40 3 43
Total 81 4 85
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
scoring, tabulasi data, penghitungan frekuensi dan persentase, serta penetapan
susunan peringkat. Proses analisis data dilaksanakan dengan mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat tabulasi data dan menghitung total skor, baik per item maupun
total item per tipe pola pengasuhan dengan bantuan komputer program
Microsoft Exel 5,0 for Windows.
2. Menghitung besarnya persentase per aspek pola pengasuhan dari hasil
jawaban siswa tersebut.
3. Menentukan peringkat frekuensi kecenderungan pola pengasuhan yang
diterapkan orangtua, menurut pendapat siswa kelas VIII SMP PANGUDI
LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2006-2007, dengan mengacu pada
Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II (Masidjo, 1995:209). Untuk
mengetahui gambaran tentang pola pengasuhan orangtua menurut siswa
kelas VIII SMP Pangudi Luhur I Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008,
peneliti membandingkan antara skor total yang seharusnya dicapai oleh
41
siswa pada tipe-tipe tertentu dengan skor yang real diperoleh siswa pada
tipe-tipe tertentu. Hasil tersebut dinyatakan dengan kualifikasi penilaian
acuan mutlak (PAM) Tipe II.
4. Menyimpulkan pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP
PAGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008.
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan memuat hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian
berupa kecenderungan pola pengasuhan orangtua menurut siswa kelas VIII SMP
PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
A. Hasil Penelitian
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan sistem persentase
pada masing-masing aspek pola pengasuhan orangtua dengan mengacu pada
Penilaian Acuan Mutlak (PAM) tipe II. Untuk mendapatkan persentase pada
masing-masing aspek pola pengasuhan orangtua, peneliti membandingkan
antara skor total yang seharusnya dicapai oleh siswa pada aspek-aspek tertentu
dengan skor yang real diperoleh siswa pada tipe-tipe tertentu. Secara lengkap
hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 6
Hasil Penelitian
AspekJml
item
Skor
Mak
Jml
Responden
Skor
Real
Skor
SeharusnyaPersentase
Demokratik 21 4 81 5.058 6.804 74,39%
Otoriter 28 4 81 5.823 9.072 64,19%
Permisif 20 4 81 4.445 6.480 68,59%
42
Dalam melakukan proses penghitungan skor-skor per aspek dalam
tabulasi, peneliti menggunakan bantuan komputer program Microsoft Excel
5.0 for Windows. Secara lengkap proses perhitungan datanya ada pada
lampiran 5.
Penggolongan kecenderungan pola pengasuhan orangtua siswa kelas
VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008, dapat
dinyatakan dalam lima kualifikasi, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah,
sangat rendah. Penggolongan kecenderungan pola pengasuhan orangtua
menurut siswa berdasarkan Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II, disajikan
pada tabel berikut:
Tabel 7
PAM Tipe II
Tingkat Penguasaan Nilia Huruf Nilai Kualifikasi
81% - 100% A Sangat Tinggi
66% - 80% B Tinggi
56% - 65% C Sedang
46%-55% D Rendah
Di bawah 46% E Sangat Rendah
1. Pola Pengasuhan Orangtua Demokratik Menurut Siswa
Pola pengasuhan orangtua demokratik menurut siswa kelas VIII
SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dapat
dilihat dari besarnya persentase. Dalam menentukan persentase pola
pengasuhan orangtua demokratik mengacu pada Penilaian Acuan Mutlak
(PAM) Tipe II, yaitu membandingkan antara skor yang seharusnya dicapai
43
dengan skor yang real dicapai oleh siswa (Masidjo, 1995:209). Dalam hal
ini skor yang harus dibandingkan adalah skor total seharusnya yang
diperoleh siswa pada aspek pola pengasuhan orangtua demokratik dengan
skor total yang real diperoleh siswa pada aspek pengasuhan orangtua
demokratik. Adapun jumlah item dari aspek pola pengasuhan orangtua
demokratik adalah 21 butir. Sehingga skor yang dicapai 21 x 4 x 81 =
6.804. Namun ternyata skor yang real dicapai sebesar 5.058, sehingga
dapat dihitung persentasenya 5.058 : 6.804 x 100% = 74,39%. Dengan
mengacu pada Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II, maka pola
pengasuhan orangtua demokratik menurut siswa kelas VIII SMP
PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berada pada
kualifikasi tinggi.
2. Pola Pengasuhan Orangtua Otoriter Menurut Siswa
Pola pengasuhan orangtua otoriter menurut siswa kelas VIII SMP
PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dapat dilihat
dari besarnya persentase. Dalam menentukan persentase pola pengasuhan
orangtua otoriter mengacu pada Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II,
yaitu membandingkan antara skor total yang seharusnya dicapai dengan
skor real yang dapat dicapai oleh siswa. Dalam hal ini skor yang harus
dibandingkan adalah skor total seharusnya yang diperoleh siswa pada
aspek pola pengasuhan orangtua otoriter dengan skor total yang real
diperoleh siswa pada aspek pengasuhan orangtua otoriter. Adapun jumlah
44
item dari aspek pola pengasuhan orangtua otoriter adalah 28 butir.
Sehingga skor yang dicapai 28 x 4 x 81 = 9.072. Namun ternyata skor
yang dicapai sebesar 5.823, sehingga dapat dihitung persentasenya 5.823 :
9.072 x 100% = 64,19%. Dengan mengacu pada Penilaian Acuan Mutlak
(PAM) Tipe II, maka pola pengasuhan orangtua otoriter menurut siswa
kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008
berada pada kualifikasi sedang.
3. Pola Pengasuhan Orangtua Permisif Menurut Siswa
Pola pengasuhan orangtua permisif menurut siswa kelas VIII SMP
PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 dapat dilihat
dari besarnya persentase. Dalam menentukan persentase pola pengasuhan
orangtua permisif mengacu pada Penilaian Acuan Mutlak (PAM) Tipe II,
yaitu membandingkan antara skor yang seharusnya dicapai dengan skor
yang real dicapai oleh siswa. Dalam hal ini skor yang harus dibandingkan
adalah skor total seharusnya yang diperoleh siswa pada aspek pola
pengasuhan orangtua permisif dengan skor total yang diperoleh siswa pada
aspek pengasuhan orangtua permisif. Adapun jumlah item dari aspek pola
pengasuhan orangtua otoriter adalah 20 butir. Sehingga skor total yang
mungkin dicapai 20 x 4 x 81 = 6.480. Namun ternyata skor total yang real
dicapai sebesar 4.445, sehingga dapat dihitung persentasenya 4.445 : 6.480
x 100% = 68,59%. Dengan mengacu pada Penilaian Acuan Mutlak (PAM)
Tipe II, maka pola pengasuhan orangtua permisif menurut siswa kelas VIII
45
SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 berada
pada kualifikasi tinggi.
B. Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian bertitik tolak dari tujuan penelitian, yaitu
ingin mengetahui pola pengasuhan orangtuamenurut siswa kelas VIII SMP
PANGUDI LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Sesuai dengan
jenis penelitian deskriptif, maka penelitian ini juga hanya ingin memaparkan
kondisi/keadaan apa adanya dalam situasi tertentu. Sehingga hasil penelitian
ini juga hanya representatif dalam jangka waktu tertentu pula. Berikut ini akan
dilakukan pembahasan terhadap temuan penelitian tersebut.
1. Pola Pengasuhan Orangtua Demokratik Menurut Siswa
Hasil empirik penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan
orangtua demokratik menurut siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 memperoleh nilai persentase sebesar
74,39% dan tingkat kualifikasinya adalah tinggi.
Berdasarkan kajian teori pada bab sebelumnya dapat diartikan
bahwa pola pengasuhan demokratik menggunakan penjelasan, diskusi, dan
penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
diharapkan. Pola ini lebih menekankan aspek edukatif daripada
hukumannya. Pola pengasuhan demokratik menggunakan hukuman dan
penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada apenghargaan. Pola
pengasuhan orangtua demokratik akan membentuk perkembangan anak
46
yang mandiri, percaya diri, tanggung jawab, sikap menghormati, mudah
bergaul, ramah, dan mudah bekerjasama dengan orang lain. Pola
pengasuhan demokratik ini cocok diterapkan bagi perkembangan anak
pada usia siswa kelas VIII, dimana pada usia tersebut perkembangan anak
memerlukan pengakuan dan identitas dalam proses bimbingannya
memerlukan interaksi antara anak dengan orangtua. Hal ini dikarenakan
bahwa lingkungan keluarga dan bimbingan orangtua mempunyai peranan
yang sangat penting dalam membentuk perkembangan anak di masa yang
akan datang. Orangtua yang memiliki hubungan yang baik dengan anak-
anaknya akan mempengaruhi perkembangan anak lebih optimal. Nilai-nilai
yang ditanamkan di lingkungan keluarga dengan pola pengasuhan
demokratik akan membentuk perkembangan sikap dan perilaku anak lebih
bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (1999:93-94)
yang menyatakan bahwa pola pengasuhan orangtua yang demokratik maka
akan membentuk harga diri dan kepercayaan diri anak berkembang karena
anak dihargai, anak tidak akan takut untuk melakukan sesuatu, anak dilatih
mengambil keputusan, anak memiliki keyakinan diri yang mantap karena
terbiasa dilatih untuk bertanggung jawan dan orangtua menerima apa
adanya.
Kemampuan orangtua dalam memberikan pola pengasuhan yang
baik tidak terlepas dari adanya pemahaman orangtua terhadap
perkembangan anak itu sendiri. Untuk itu, orangtua dituntut untuk
memahami proses perkembangan anak secara baik. berbagai cara yang
47
dapat dilakukan orangtua dalam memahami perkembangan anak dengan
cara melakukan interaksi yang inten dengan anak, memposisikan anak
sebagai teman dalam berdiskusi, selalu memberikan mengakuan dan
penghargaan terhadap anak jika berprestasi dan banyak cara lainnya seperti
banyak menbaca cara membimbing anak atau banyak berdiskusi dengan
orang yang dianggap paham dalam hal tersebut.
Kondisi tersebut di atas menguatkan bahwa keluarga merupakan
lingkungan sosial yang pertama dan utama dalam kehidupan anak, tempat
anak belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam interaksi
dengan kelompoknya. Pengalaman-pengalaman interaksi sosial anak di
lingkungan keluarga juga akan tercermin dalam bertingkah laku serta
bergaul dengan orang lain. Orangtua memiliki tanggung jawab yang besar
terhadap perkembangan anak-anak. Peran orangtua berupa mengarahkan
dan membimbing kepada anak, sehingga diharapkan dapat berkembang
dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1985:15) yang
menyatakan bahwa seorang anak yang sedang dalam masa perkembangan,
membutuhkan pengarahan dari orangtua walaupun anak tidak secara
spontan menerima.
Melihat uraian di atas yang menyatakan bahwa pola pengasuhan
orangtua demokratik akan membentuk perkembangan anak yang baik, hal
ini pula dapat dirasakan oleh siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008. Hal ini dibuktikan dengan hasil
48
penelitian yang menujukkan bahwa menurut siswa pola pengasuhan
orangtua demokratik mempunyai persentase yang tinggi (74,39%).
Pola pengasuhan demokratik juga mempunyai prinsip take and
give (memberi dan menerima), sehingga rasa tanggung jawab anak dapat
semakin meningkat. Orangtua demokratik menempatkan nilai yang tinggi
pada perkembangan kemandirian dan pengendalian diri pada perilaku
anak, menanamkan kebiasaan rasional, berorientasi pada masalah, terlibat
dalam perbincangan dan penjelasan dengan anak serta memegang teguh
perilaku disiplin. Otoritas orangtua diekspresikan melalui bimbingan dan
pendidikan yang disertai dengan pengertian dan cinta kasih. Selain itu,
anak didorong untuk melepaskan diri secara berangsur-angsur dari
ketergantungan terhadap keluarga.
Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki oleh pola pengasuhan
orangtua demokratik yang telah diuraikan di atas, pola pengasuhan
orangtua demokratik dapat diterapkan dalam sistem bimbingan dan
konseling terhadap siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008.
2. Pola Pengasuhan Orangtua Otoriter Menurut Siswa
Temuan empirik dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pola
pengasuhan orangtua otoriter menurut siswa kelas VIII SMP PANGUDI
LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 memperoleh nilai
persentase sebesar 64,19% dan tingkat kualifikasinya sedang.
49
Berdasarkan kajian teori pada bab sebelumnya yang mengatakan
bahwa pola pengasuhan otoriter dintandai dengan peraturan yang keras
untuk memaksakan perilaku yang diinginkan oleh orangtua terhadap anak.
Tekniknya lebih pada memberikan hukuman yang berat bila terjadi
kegagalan memenuhi standar dan kurangnya pendekatan, persetujuan,
pujian atau penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang
diharapkan orangtua. Pola pengasuhan otoriter mencerminkan orangtua
tidak mendorong anak untuk mandiri mengambil keputusan yang
berhubungan dengan tindakan mereka. Orangtua hanya mengatakan apa
yang harus dilakukan oleh anak tanpa menjelaskan alasan.
Pola pengasuhan otoriter berdampak terhadap perkembangan anak
yang kurang baik, karena anak merasa tertekan dan tidak dapat
mengekspresikan apa yang diinginkannya. Anak akan kehilangan
kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku mereka
sendiri. Dalam keluarga otoriter anak tetap dibatasi dalam tindakan
mereka, dan keputusan-keputusan tentang permasalahan mereka diambil
oleh orangtua. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarsa (2004:280) yang
menyatakan bahwa orangtua otoriter tidak melakukan komunikasi yang
baik dengan anak. Komunikasi yang terjadi hanyalah komunikasi satu
arah, yaitu dari orangtua ke anak. Kurangnya komunikasi antara orangtua
dan anak menyebabkan ketrampilan berkomunikasi anak menjadi kurang.
Akibat dari pengasuhan otoriter tersebut, anak mempunyai
kecenderungan akan memberontak dan mempunyai sikap bermusuhan
50
kepada orangtua. Orangtua terlalu dominan dalam mengatur kehidupan
anak tanpa memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan
keinginannya dan berkomunkasi dengan orangtua. Akibat lainnya, anak
akan merasa canggung jika berada dalam lingkungan atau komunitasnya
karena selalu dibentuk dalam kondisi yang harus mengikuti. Padahal
kehidupan dan perkembangan anak memerlukan kebebasan yang
berlandaskan kedisiplinan dan bertanggung jawab. Kemungkinan lain dari
pola pengasuhan otoriter, anak tidak akan mampu berkomunikasi dengan
orang lain, menjadi pasif, selalu mengikuti arus. Lama kelamaan anak akan
mempunyai perasaan rendah diri dan kehilangan kepercayaan diri. Selain
itu anak takut untuk membuka diri, selalu tegang, khawatir, bimbang, labil
dan anak tampak penurut tetapi perasaannya sering diliputi kegelisahan
dan potensinya tidak dapat berkembang secara maksimal.
Kondisi tersebut dapat tampak dalam hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pola pengasuhan orangtua mempunyai kualifikasi
sedang. Hal ini berarti bahwa kecenderungan terhadap pola pengasuhan
orangtua otoriter kurang mendorong perkembangan anak yang baik.
adanya kualifikasi sedang tersebut dimungkinkan bahwa siswa merasa
bahwa pola pengasuhan otoriter pernah dirasakan bahkan sering dirasakan.
Pengamatan siswa tersebut dapat dimaklumi karena perkembangan pada
usia siswa kelas VIII SMP kadangkala bersikap yang kebablasan,
melanggar norma-norma yang berlaku, sehingga dapat berperilaku negatif.
Hal ini didorong dengan perkembangan anak pada usia remaja awal yang
51
penuh dengan sensasi karena dalam proses mencari identitas dan
pengakuan, baik dari keluarga maupun lingkungan sosial. Dalam fase
remaja awal tersebut, orangtua perlu juga menerapkan pendidikan yang
tegas dan menerapkan hukuman, tetapi tentu saja dalam batas kewajaran
sesuai dengan sikap dan perilaku anak. Pola pendidikan orangtua yang
otoriter perlu juga dilakukan bagi anak yang sudah tidak lagi didekati
dengan pola pengasuhan lainnya, tetapi bukan berarti pola tersebut harus
selalu diterapkan karena kalau terus menerus akan berakibat buruk
terhadap perkembangan anak.
Pola pengasuhan otoriter akan berdampak terhadap sikap dan
perilaku anak yang cenderung suka berbohong, ketika anak dihadapan
orangtua kelihatan meurut dan patuh, tetapi ketika di luar pengawasan
orangtua, anak akan memperlihatkan reaksi-reaksi menentang atau
melawannya karena anak merasa tertekan dan dipaksa dalam
perkembangannya. Kondisi tersebut akan membentuk jiwa anak yang
keras. Kurangnya bimbingan dan perhatian dari orangtua, anak akan
memberontak dan mencari kebebasan di luar lingkungan keluarga,
sehingga akan terjadilah kenakalan remaja yang berpotensi dapat
merugikan perkembangan anak di masa mendatang, seperti terjerumus
dalam minum-minuman keras, obata-obatan berbahaya, free sex,
kriminalitas dan lain sebagainya (Gunarsa, 2004:280).
3. Pola Pengasuhan Orangtua Permisif Menurut Siswa
52
Hasil empirik penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan
orangtua permisif menurut siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 memperoleh nilai persentase sebesar
68,59% dan tingkat kualifikasinya adalah tinggi.
Berdasarkan kajian teori pada bab sebelumnya mengatakan bahwa
pola pengasuhan permisif adalah orangtua memberikan kebebasan pada
anak untuk mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi
batasan-batasan dari tingkah lakunya. Hanya pada hal-hal yang
dianggapnya sudah keterlaluan oleh orangtua, barulah orangtua bertindak
mengendalikannya. Dalam pola permisif ini pengawasan menjadi longgar.
Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang
dianggapnya baik. Pada umumnya, keadaan seperti ini terdapat pada
keluarga-keluarga yang kedua orangtuanya bekerja, terlalu sibuk dengan
berbagai kegiatan sehingga tidak ada waktu untuk mendidik anak dalam
arti yang sebaik-baiknya. Karena harus menentukan sendiri, maka
perkembangan kepribadian anak cenderung tidak terarah (Gunarsa,
2004:281).
Pola pengasuhan permisif, orangtua cenderung bersikap kurang
tegas. Anak diberi kebebasan untuk berperilaku sesuai dengan
keinginannya sendiri. Semua keputusan diberikan kepada anak, tanpa
pertimbangan dari orangtua, sehingga anak sering tidak tahu apakah
perilakunya itu benar atau salah. Pola pengasuhan permisif menempatkan
orangtua pada posisi pasif dalam arti orang cenderung membiarkan anak
53
bersikap tanpa batasan, aturan dan larangan yang jelas. Hal ini sesuai
dengan pendapat Gunarsa (2004:281) yang mengatakan bahwa cara
permisif ternyata menyebabkan anak cenderung tidak memiliki kontrol diri
yang baik, anak menjadi egois, selalu memaksakan kehendaknya sendiri
tanpa memperdulikan perasaan orang lain.
Perkembangan siswa kelas VIII SMP pada usia remaja awal
memang cenderung kurang terkontrol karena pada masa tersebut, siswa
akan cenderung berbuat sesuatu untuk mencari perhatian dan pengakuan
dari teman-temannya dan lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dapat
ditunjukkan dengan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pendapat siswa
terhadap pengasuhan orangtua permisif berada pada kualifikasi tinggi
(68,59%). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendapat siswa
mempunyai keinginan yang bebas tanpa ada batasan-batasan atau aturan-
aturan dalam bersikap dan berperilaku. Hal tersebut juga dapat
menunjukkan bahwa orangtua siswa memang selalu sibuk di luar rumah
dengan berbagai kegiatannya, sehingga anak sudah merasa terbiasa tanpa
adanya kontrol dan perhatian dari orangtua. Kurangnya intensitas
pertemuan dan komunikasi antara anak dan orangtua akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku anak yang merasa bebas dalam menentukan
sesuatu yang diinginkannya. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa
kebebasan adalah sesuatu yang menjadi idaman oleh setiap orang, begitu
juga dengan anak. Anak ingin bebas dan jika kebebasannya selalu
dihalangi oleh orangtua, mereka akan menjadi antipati terhadap orangtua
54
dan lingkungan keluarga. Alasan inilah kiranya yang menyebabkan pola
pengasuhan permisif berada pada kualifikasi tinggi dalam pendapat siswa.
Selain itu, penerapan pola pengasuhan permisif diakibatkan oleh pola
pengasuhan demokratik yang kebablasan, karena kasih sayang yang terlalu
besar orangtua cenderung mengikuti apa yang diinginkan oleh anak.
Berdasarkan pembahasan dari ketiga pola pengasuhan tersebut di atas,
timbul pertanyaan: pola pengasuhan apa yang baik diterapkan kepada anak-
anak? Pertanyaan tersebut memang sulit untuk dijawab secara pasti, karena
pembentukan dan perkembangan anak tidak hanya dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga saja tetapi ada lingkungan-lingkungan lain yang sama-
sama mempunyai peranan penting terhadap perkembangan anak.
Permasalahannya adalah bagaimana lingkungan-lingkungan tersebut dapat
berjalan secara seimbang dan bersifat konstruktif dalam membentuk
perkembangan anak yang lebih baik. Dari beberapa lingkungan yang
mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan anak, di antaranya adalah:
1. Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama dirasakan
oleh anak. Pengalaman-pengalaman yang dirasakan dalam lingkungan
keluarga menjadi salah satu ukuran dalam perkembangan anak. Kondisi
lingkungan keluarga yang baik akan berpengaruh terhadap perkembangan
anak yang baik. Dan sebaliknya kondisi lingkungan keluarga yang buruk
akan berdampak negatif terhadap perkembangan anak. Pengalaman anak
dalam keluarga dapat menjadi suatu landasan perkembangan bagi anak
55
dalam menghadapi berbagai permasalahan. Di sinilah, orangtua
mempunyai peranan sangat penting dalam memberikan bimbingan dan
perhatian terhadap anak, sehingga anak akan tumbuh dan berkembang
sesuai dengan keinginanannya dengan landasan norma-norma yang baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (1985:40) yang menyatakan
bahwa ada tiga peranan orangtua terhadap anaknya, yaitu;
a. Mengasuh dan membimbing anak-anaknya
Orangtua berkewajiban untuk memberikan bimbingan kepada
anak-anaknya, karena bimbingan itulah yang akan menentukan masa
depan anak. Apabila anak mendapat bimbingan yang baik dari
orangtuanya maka akan berpengaruh baik pila kepada anak, sehingga
anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Dengan adanya
bimbingan dari orangtua diharapkan anak dapat menentukan arah yang
akan ia tempuh dalam hidupnya.
b. Mengarahkan pendidikan anak-anaknya
Orangtua perlu mengawasi dan mengarahkan kegiatan-kegiatan
yang dilakukan anak-anaknya, tanpa adanya pengawasan yang baik
dari orangtua, kemungkinan besar anak-anak akan bersikap dan
berperilaku bebas dalam bertindak. Kenyataannya, dengan adanya
pengawasan pun tidak sedikit orangtua merasa kecolongan dengan
terjadinya tindakan anak-anaknya cenderung menyimpang dari norma-
norma agama, hukum dan sosial.
56
c. Mengendalikan pergaulan anak-anaknya
Pada usia remaja akan terjadi perubahan psikologis dan sosial
yang ditunjukkan dalam rangka menemukan identitas dirinya. Adanya
teman-teman sebaya sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Perkembangan remaja lebih didominasi dengan adanya interaksi dan
upaya menjalin hubungan yang baru dengan teman-teman sebaya baik
sesama jenis maupun lawan jenis. Untuk itu, orangtua diharapkan
menyadari bahwa pergaulan remaja tidak selalu baik, sehingga
orangtua harus mengendalikannya. Orangtua harus dapat
mengantisipasi dampak dari pergaulan anak-anaknya. Misalnya anak-
anak memiliki kelompok yang suka merokok, minum alkohol, obat-
obatan terlarang, dan seks bebas, maka anak cenderung mengikuti
tanpa mempertimbangkan akibatnya. Dengan demikian peranan
orangtua dalam membimbing, mengarahkan dan mengendalikan anak-
anaknya sangat diperlukan.
2. Lingkungan Sekolah
Winkel (1991:25) menguraikan bahwa sekolah merupakan
lingkungan pendidikan formal karena di sekolah terlaksana serangkaian
kegiatan yang terorganisir, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar
mengajar di kelas. Kegiatan belajar ini bertujuan menghasilkan perubahan-
perubahan positif di dalam diri anak yang sedang dalam masa
perkembangan.
57
Di lingkungan sekolah yang mempunyai tanggung jawab terhadap
perkembangan anak adalah guru. Disinilah peranan guru dituntut sebagai
pengganti orangtua dalam keluarga untuk membimbing, mengarahkan dan
mengendalikan perkembangan anak. Seorang guru dituntut untuk
memahami terhadap proses perkembangan siswanya, sehingga guru dapat
memahami potensi yang dimiliki oleh setiap siswa. Selanjutnya guru
berperan untuk mendorong dan mengembangkan potensi yang dimiliki
siswa menjadi suatu kegiatan atau ketrampilan yang mendukung
perkembangan siswa yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat
Gunarsa (2004:275) yang mengatakan bahwa peran guru di sekolah
merupakan sesuatu yang sangat penting. Guru yang menunjukkan kontrol
diri yang baik, penuh kehangatan, dan bersahabat dalam interaksinya di
kelas akan lebih mudah berhubungan dengan siswa, sehingga siswa akan
lebih terbuka kepada guru. Guru yang demikian dapat membantu anak
untuk mencapai keberhasilan akademik dan belajar menghargai diri sendiri
dan orang lain serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kenakalan
remaja.
Dari kedua lingkungan yang telah di uraikan di atas, maka jelas bahwa
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah mempunyai peranan yang sangat
besar terhadap perkembangan anak. Untuk itu, antara orangtua dari lingkungan
keluarga dan guru dari lingkungan sekolah harus mempunyai jalinan yang
baik,, sehingga pengaruh bimbingannya bersifat sinergik.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini akan disajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang
disajikan pada bagian ini berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan. Dalam
peneltian ini kesimpulan hanya berlaku pada populasi penelitian, sedangkan saran
akan diberikan dalam penelitian ini hanya berdasarkan hasil penelitian, yang
ditunjukkan kepada pihak orangtua, lembaga yang terkait dan usulan kepada
orang yang akan melakukan penelitian lanjutan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut:
1. Pola Pengasuhan Orangtua Demokratik Menurut Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan orangtua
demokratik menurut siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I
Yogyakarta tahun ajaran 2007/2008 adalah tinggi, sehingga pola
pengasuhan ini sering diterapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pola
pengasuhan demokratik diapresiasi tinggi oleh siswa kelas VIII SMP
PANGUDI LUHUR I Yogyakarta. Dengan persentasi yang tinggi tersebut,
maka siswa merasa bahwa pola pengasuhan demokratik dapat membantu
terhadap perkembangan dirinya.
Penulis juga menyadari bahwa pola pengasuhan demokratik akan
lebih membantu dan meningkatkan perkembangan anak yang lebih baik,
59
seperti tumbuhnya kepercayaan diri, mandiri, bertanggung jawab, bersikap
ramah dan sopan terhadap orang lain. Hal ini terbukti bahwa siswa kelas
VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta dapat mengekspresikan
potensi yang dimilikinya dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, baik itu
kegiatan proses belajar maupun kegiatan ekstrakurikuler.
2. Pola Pengasuhan Orangtua Otoriter Menurut Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan orangtua
otoriter menurut siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 adalah sedang. Hal ini menunjukkan bahwa
apresiasi siswa terhadap pola pengasuhan otoriter sedang tetapi masih di
bawah dari pola pengasuhan demokratik. Kondisi tersebut dapat diartikan
bahwa pola pengasuhan orangtua otoriter memang masih sering dirasakan
oleh siswa. Pola pengasuhan otoriter diterapkan oleh orangtua, karena
kemungkinan orangtua menganggap bahwa dengan pola pengasuhan yang
keras dan ancaman hukuman yang berat, anak akan menjadi sadar dan
selalu ingat terhadap perilaku yang salah. Dalam pengasuhan otoriter anak
akan menjadi canggung dalam bergaul, pasif dalam berkomunikasi, rendah
diri dan tidak mempunyai kepercayaan diri, sehingga sulit untuk
mendapatkan teman dan beradaptasi dengan lingkungan.
60
3. Pola Pengasuhan Orangtua Permisif Menurut Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan orangtua
permisif menurut siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I Yogyakarta
tahun ajaran 2007/2008 adalah tinggi, sehingga pola pengasuhan ini sering
diterapkan. Hal ini dapat diartikan bahwa pola pengasuhan permisif
diapresiasi tinggi oleh siswa kelas VIII SMP PANGUDI LUHUR I
Yogyakarta.
Menurut siswa pola pengasuhan permisif adalah tinggi, hal ini
sama dengan kualifikasi pola pengasuhan demokratik, namun persentase
yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa kebebasan merupakan sesuatu
yang sungguh menjadi harapan bagi anak dalam usia remaja awal. Kondisi
tersebut dapat juga disebabkan karena orangtua yang jarang berada di
rumah karena berbagai kegiatan di luar rumah, sehingga intensitas
pertemuan antara anak dan orangtua cenderung sangat kecil. Hal inilah
anak sudah merasa terbiasa dengan situasi seperti itu, sehingga mereka
merasa bebas untuk melakukan sesuatu sesuai keinginannya tanpa adanya
batasan-batasan dari orangtua. Kurangnya kontrol tersebut memang
berdampak tidak baik juga terhadap perkembangan anak karena dalam
masa remaja awal masih memiliki kepribadian yang labil, sehingga perlu
adanya campur tangan dari orangtua dalam mengarahkan, membimbing
dan mengawasi perilaku anak.
61
B. Saran
Berdasarkan hasil peneltiian, maka pada bagian ini akan disajikan
beberapa saran kepada ornag tua, lembaga terkait dan pihak lainnya dengan
masalah-masalah yang diteliti.
1. Kepada Orangtua
a. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pengasuhan orangtua
permisif diapresiasi tinggi oleh siswa kelas VIII SMP PANGUDI
LUHUR I Yogyakarta tahun ajaran 2007-2008. Padahal penulis sadar
bahwa pola pengasuhan permisif kurang baik bagi perkembangan
anak, sehingga orangtua perlu meningkatkan pendampingan dan
perhatian kepada anak-anaknya dengan melakukan komunikasi dua
arah dan intensitas pertemuan yang sering.
b. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pola pengasuhan otoriter
masih sering dilakukan oleh orangtua terhadap anak-anaknya,
sehingga hal ini berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Untuk
itu diperlukan adanya saling memahami antara anak dan orangtua,
dimana orangtua memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengekspresikan keinginannya dan orangtua bertugas untuk
mengarahkan sikap dan perilaku anak-anaknya.
c. Hasil penelitian menujukkan bahwa ketiga pola pengasuhan tersebut
diterapkan oleh orangtua. Penerapan dari ketiga pola pengasuhan
diperlukan sikap yang fleksibel dan konsisten dalam pilihan nilai dari
62
orangtua sehingga dapat berjalan efektif dan efisien dalam rangka
mendorong perkembangan anak yang lebih baik.
2. Kepada Pihak Sekolah
a. Sekolah mempunyai kewajiban untuk memberikan fasilitas dan sarana
prasana untuk berbagai kegiatan siswa agar potensi yang dimiliki
siswa dapat diekspresikan dengan kegiatan-kegiatan yang positif,
seperti olah raga, seni, kecakapan, edukatif dan sebagainya.
b. Sekolah mempunyai tugas untuk mengefektifkan layanan bimbingan
dan konseling (BK) untuk mengarahkan, membimbing dan
menghimpun data perkembangan siswa.
3. Kepada Guru Pembimbing
Guru pembimbing mempunyai peranan penting dalam
mengarahkan, membimbing siswa, sehingga siswa mampu berinteraksi
dengan baik terhadap lingkungan. Untuk itu disarankan agar guru
pembimbing mencari metode atau teknik bimbingan dan konseling yang
kreatif dan inovatif agar setiap permasalahan yang dihadapi oleh siswa
dapat diselesaikan dengan baik. Metode bimbingan dan konseling yang
diberikan kepada siswa hendaknya disesuaikan dengan permasalahan dan
kebutuhan siswa dengan sikap guru pembimbing yang tidak menghakimi
dan memutuskan.
63
4. Kepada Guru
Guru hendaknya menunjukkan kontrol diri yang baik, penuh
kehangatan, dan bersahabat dalam interaksinya di kelas sehingga akan
lebih mudah untuk berhubungan dengan siswa. Guru yang demikian dapat
membantu siswa untuk mencapai keberhasilan akademis dan siswa belajar
untuk menghargai diri sendiri serta mengurangi kemungkinan terjadinya
kenakalan remaja.
5. Bagi Peneliti Lain
a. Perlu memperhatikan rumusan butir-butir pernyataan (item) yang
memperoleh koefisien validitas yang memadai, tetapi jika akan
digunakan untuk meneliti subjek/kelompok yang lain kiranya alat uji
coba tersebut diujicobakan lagi, sehingga tidak perlu dilakukan revisi
karena berbagai pertimbangan.
b. Penelitian ini tidak menggunakan seluruh populasi yang ada, untuk itu
perlu adanya penentuan subjek penelitian yang lebih banyak agar hasil
penelitian lebih mencerminkan kondisi real di lapangan.
c. Perlu dilakukan analisis penelitian antara pendapat anak terhadap pola
pengasuhan orangtua, yang dikaitkan dengan variabel konsep diri dan
komunikasi interpersonal siswa.
64
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Cetakan Keenam. Jakarta :PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Drost, JIGM., SJ.1997. Sekolah : Mengajar atau Mendidik? Yogyakarta :Kanisius.
Goleman, Daniel. 1996. Kecerdasan Emosional. Cetakan Pertama. Alih Bahasa,T.Hermaya, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Gunarsa, Singgih dan Gunarsa, Yulia Singgih. 1986. Psikologi PerkembanganAnak dan Remaja. Jakarta : Gunung Mulia.
Gunarsa, S.D. 2004. Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta : BPK. GunungMulia.
Hurlock, Elizabeth. 1992. Psikologi Perkembangan : Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Alih Bahasa Dra.Istiwadayanti dkk. Jakarta : Erlangga.
________________. 1999. Perkembangan Anak Jilid II, Edisi Keenam. AlihBahasa Med. Meitasari Tjandra, Jakarta : Erlangga.
Kartini, Kartono. 1985. Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta : Rajawali.
_____________. 1994. Psikologi KomUnikasi. Bandung : Alumni.
Masidjo, Ign. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.Yogyakarta : Kanisius.
65
Mulyono. 1978. Masalah Pendapat, ANDA, Volume 19. Jakarta : Yayasan BinaPsikologi.
Nasution. 1982. Didaktis Asas-asas Mengajar. Bandung : Jemmars.
Nugroho, Notosusanto. 1985. Wawasan Wiyatamandala. Jakarta : DepartemenPendidikan dan Kebudayaan.
Walgito, Bimo. 1994. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.
Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. EdisiRevisi. Jakarta: Grasindo.
67
DISTRIBUSI HASILUJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
No. Pernyataan KoefisienKorelasi
Ket.
1. Orangtua senang mendengar cerita tentangkegiatan saya.
0,593 Valid
2. Orangtua sulit menerima bantahan-bantahan saya. 0,704 Valid3. Orangtua menghindarkan saya dari segala
pemaksaan / keharusan.0,636 Valid
4. Orangtua membantu memecahkan persoalan yangsaya hadapi dengan semangat.
0,257 Valid
5. Orangtua menyuruh saya mengerjakan sesuatusesuai dengan harapan mereka.
0,579 Valid
6. Orangtua memaafkan saya jika saya membuatkesalahan.
0,545 Valid
7. Orangtua memberikan pengarahan-pengarahanpada saya dengan cara yang halus.
0,495 Valid
8. Orangtua mengharuskan saya untuk patuh padaperaturan yang ada.
0,634 Valid
9. Orangtua melindungi saya dari segala bentukkekasaran.
0,612 Valid
10. Orangtua mengajarkan sopan santun pada saya. 0,517 Valid11. Orangtua menempatkan dirinya sebagai orangtua
yang tidak dapat dibantah.0,839 Valid
12. Orangtua tidak menggunakan hukuman dalammenanamkan disiplin kepada saya.
0,809 Valid
13. Orangtua mengajarkan agar saya berpakaian rapidan sopan.
0,464 Valid
14. Orangtua mendisiplinkan saya dengan keras. 0,624 Valid15. Orangtua tidak menuntut saya untuk memenuhi
segala kewajiban.0,745 Valid
16. Orangtua menanyakan alasan jika saya pulangsekolah lebih awal.
0,685 Valid
17. Orangtua menganggap hukuman sebagai alatpaling ampuh dalam menanamkan disiplin.
0.510 Valid
18. Orangtua membebaskan saya untuk memilihsekolah lanjutan yang akan saya masuki.
0,242 Valid
19. Orangtua mengingatkan saya jika saya melakukankesalahan.
0,476 Valid
20. Orangtua tidak menegur saya jika saya tidakmengerjakan tugas rumah.
0,581 Valid
21. Orangtua memberi kebebasan kepada saya untukmemilih hadiah ulang tahun.
0,688 Valid.
22. Orangtua membiasakan saya untuk mengaturkeperluan-keperluan pribadi sesuai
0,197 Gugur
68
dengankemampuan sendiri.23. Orangtua menanamkan pengertian pada saya
bahwa membantah/menentang orangtua itudurhaka (kualat)
0,600 Valid
24. Orangtua tidak peduli terhadapkedisiplinan/ketidakdisiplinan saya.
0,753 Valid
25. Orangtua menbiasakan saya untuk membereskantempat tidur setelah bangun.
0,562 Valid
26. Orangtua bersikap cuek terhadap usulan saya. 0,157 Gugur27. Orangtua bersikap diam terhadap masalah-
masalah yang saya alami.0,632 Valid
28. Orangtua memberikan kesempatan untukmengatur sendiri apa yang perlu saya lakukan danberguna untuk saya.
0,583 Valid
29. Orangtua tersinggung jika saya kritik. 0,574 Valid30. Orangtua memberikan kebebasan pada saya untuk
melakukan apa yang saya mau.0,483 Valid
31. Orangtua membiasakan saya untuk segeramengerjakan PR
0,601 Valid
32. Orangtua memutuskan apa yang seharusnya sayakerjakan.
0,228 Valid
33. Orangtua membiarkan saya jika lalai mengerjakantugas sekolah.
0,254 Valid
34. Orangtua membiasakan saya untuk mematuhi tatatertib.
0,805 Valid
35. Orangtua mengorbankan kepentingan-kepentingan saya demi kemauan mereka.
0,474 Valid
36. Orangtua tidak peduli sehubungan dengan siapasaya bergaul.
0,612 Valid
37. Orangtua mendorong saya untuk membicarakansegala persoalan secara terbuka.
0,589 Valid
38. Orangtua membatasi kegiatan-kegiatan sayasesuai dengan kemauan mereka.
0,681 Valid
39. Orangtua tidak bertanya tentang apa yang sayalakukan.
0,475 Valid
40. Orangtua memberi saya uang saku secukupnyasesuai dengan kebutuhan.
0,547 Valid
41. Orangtua membatasi pergaulan saya. 0,707 Valid42. Orangtua melakukan apa saja demi kebahagiaan
saya.0,634 Valid
43. Orangtua terbuka terhadap masukan-masukanyang saya berikan.
0,802 Valid
44. Orangtua kurang menghargai upaya-upaya sayauntuk belajar mandiri.
0,624 Valid
45. Orangtua berusaha melayani setiap kemauan saya. 0,392 Valid
69
46. Orangtua berusaha memenuhi keinginan sayasetelah dibicarakan bersama.
0,644 Valid
47. Orangtua mengawasi seluruh kegiatan sayadengan ketat agar mencapai tujuan.
0,271 Valid
48. Orangtua membimbing setiap kegiatan yang sayalakukan.
0,627 Valid
49. Orangtua memberi dukungan terhadap cita-citasaya.
0,778 Valid
50. Orangtua mencurigai perilaku saya. 0,586 Valid51. Orangtua tidak menghukum saya jika saya tidak
mengerjakan tugas rumah.0,556 Valid
52. Orangtua membiasakan saya untuk berterimakasih jika saya mendapat sesuatu dari orang lain.
0,630 Valid
53. Orangtua menyelidiki saya jika pulang terlambat. 0,760 Valid54. Orangtua membebaskan saya untuk menonton TV
semau saya.0,398 Valid
55. Orangtua mengajarkan pada saya untuk memintamaaf jika saya melakukan kesalahan.
0,581 Valid
56. Orangtua mengharuskan saya meminta izin jikasaya akan pergi.
0,754 Valid
57. Orangtua bersikap mengalah untuk menghindariperselisihan / percekcokan dengan saya.
0,488 Valid
58. Orangtua memberi saya kesempatan untukmembuat keputusan yang sesuai denganpertimbangan saya.
0,601 Valid
59. Orangtua membuat peraturan-peraturan yangketat untuk mengawasi perilaku saya.
0,396 Valid
60. Orangtua membiarkan saya dari segala macamkesalahan.
0,223 Gugur
61. Orangtua mendukung pendapat saya dalammengambil keputusan, misalnya tentang kegiatanekstrakurikuler.
0,719 Valid
62. Orangtua mengabaikan tingkah laku saya yangtidak sesuai dengan harapan mereka.
0,539 Valid
63. Orangtuamerasa risau terhadap keselamatansayadalammenghadapi ancaman.
0,404 Valid
64. Oerangtua menganjurkan saya agar gigihmempertahankan pendapat sendiri.
0,179 Gugur
65. Orangtua menyuruh saya untuk mengerjakansesuatu sesuai yang mereka inginkan.
0,495 Valid
66. Orangtua mendorong saya untuk beranimengungkapkan perasaa ndalam situasi terte tu
0,426 Valid
67. Orangtua menganggap saya masih sebagai “anakkecil” dalam mengambil keputusan.
0,026 Gugur
68. 0arngtua mendukung kemandirian saya untuk 0,669 Valid
70
menguyngkapkan pendapat berkaitan dengankeputusan yang saya buat.
69. Orangtua peduli dengan rencana yang sudah sayabuat.
0,668 Valid
70. Orangtua membiarkan saya sendirian menghadapikesulitan.
0,668 Valid
71. Orangtua meremehkan pandangan-pandangansaya dalam mengambilkeputusan.
0,453 Valid
72. Orangtua enggan bekerjasama dengan saya dalammengambil keputusan yang berhubungan dengankebutuhan saya.
0,753 Valid
73. Orangtua jengkel kalau saya bersifat manja. 0,406 Valid74. Orangtua cenderung memaqksakan kehendak agar
saya selalu menurutinya.0,690 Valid
75. Orangtua menuntut saya untuk melqaksanakantugas-tugas dengan penuh tanggung jawab.
0,191 Gugur
71
KUESIONER POLA PENGASUHAN ORANGTUA
Pengantar :
Adik-adik yang baik, pada kesempatan ini perkenankanlah saya meminta
perhatian dan kesediaan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini. Kuesioner ini
bertujuan untuk mengetahui persepsi (tanggapan/pandangan) adik-adik terhadap
pola pengasuhan orangtua kalian masing-masing.
Perlu adik-adik ketahui bahwa pengisian kuesioner ini tidak berhubungan
dan tidak mempengaruhi nilai-nilai pelajaranmu, untuk itu saya mohon kesediaan
adik-adik untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan ini dengan jujur dan
teliti. Jawaban yang adik-adik berikan akan saya rahasiakan, untuk itu adik-adik
tidak perlu menuliskan nama pada kuesioner ini.
Jawaban adik-adik tersebut akan digunakan untuk lebih meningkatkan
pelayanan dalam bidang bimbingan dan konseling di sekolahmu. Atas bantuan
dan kerjasama yang baik dari adik-adik, saya mengucapkan terimakasih.
Daftar Isian Responden
Tanggal pengisian :
Kelas/No. Urut :
Usia :
Jenis kelamin : Laki-laki ( ) / Perempuan ( )
72
KUESIONER POLA PENGASUHAN ORANGTUA
Petunjuk :
Setiap pernyataan berikut ini menunjukkan cara-cara, sikap-sikap, dan
perilaku orangtua dalam mengasuh anak-anaknya. Dalam hal ini, yang dimaksud
orangtua adalah ayah dan ibu sebagai satu kesatuan. Di sini anda diminta untuk
mengingat-ingat/menghayati bagaimana orangtua memperlakukan anda dalam
rangka pengasuhannya selama ini. Untuk itu berilah tanda centang (√) pada kolom
yang telah disediakan di bawah ini sesuai dengan apa yang anda alami dengan
menjawab :
SL : Jika kamu merasa selalu : dialami setiap waktu.SR : Jika kamu merasa sering : dialami setiap hari.JR : Jika kamu merasa jarang : dialami setiap bulan.TP : Jika kamu merasa tidak pernah : tidak pernah mengalaminya.
No. Pernyataan SL SR JR TP1. Orangtua senang mendengar cerita tentang
kegiatan saya.2. Orangtua sulit menerima bantahan-bantahan saya.3. Orangtua menghindarkan saya dari segala
pemaksaan / keharusan.4. Orangtua membantu memecahkan persoalan yang
saya hadapi dengan semangat.5. Orangtua menyuruh saya mengerjakan sesuatu
sesuai dengan harapan mereka.6. Orangtua memaafkan saya jika saya membuat
kesalahan.7. Orangtua memberikan pengarahan-pengarahan
pada saya dengan cara yang halus.8. Orangtua mengharuskan saya untuk patuh pada
peraturan yang ada.9. Orangtua melindungi saya dari segala bentuk
kekasaran.10. Orangtua mengajarkan sopan santun pada saya.11. Orangtua menempatkan dirinya sebagai orangtua
yang tidak dapat dibantah.12. Orangtua tidak menggunakan hukuman dalam
menanamkan disiplin kepada saya.
73
No. Pernyataan SL SR JR TP13. Orangtua mengajarkan agar saya berpakaian rapi
dan sopan.14. Orangtua mendisiplinkan saya dengan keras.15. Orangtua tidak menuntut saya untuk memenuhi
segala kewajiban.16. Orangtua menanyakan alasan jika saya pulang
sekolah lebih awal.17. Orangtua menganggap hukuman sebagai alat
paling ampuh dalam menanamkan disiplin.18. Orangtua membebaskan saya untuk memilih
sekolah lanjutan yang akan saya masuki.19. Orangtua mengingatkan saya jika saya melakukan
kesalahan.20. Orangtua menanamkan pengertian pada saya
bahwa membantah/menentang orangtua itu durhaka(kualat).
21. Orangtua tidak menegur saya jika saya tidakmengerjakan tugas rumah.
22. Orangtua membiasakan saya untuk membereskantempat tidur setelah bangun.
23. Orangtua tersinggung jika saya kritik.24. Orangtua memberi kebebasan kepada saya untuk
memilih hadiah ulang tahun.25. Orangtua memberikan kesempatan untuk mengatur
sendiri apa yang perlu saya lakukan dan bergunauntuk saya.
26. Orangtua memutuskan apa yang seharusnya sayakerjakan.
27. Orangtua tidak peduli terhadapkedisiplinan/ketidakdisiplinan saya.
28. Orangtua membiasakan saya untuk segeramengerjakan PR
29. Orangtua mengorbankan kepentingan-kepentingansaya demi kemauan mereka.
30. Orangtua bersikap diam terhadap masalah-masalahyang saya alami.
31. Orangtua membiasakan saya untuk mematuhi tatatertib.
32. Orangtua membatasi kegiatan-kegiatan saya sesuaidengan kemauan mereka.
33. Orangtua memberikan kebebasan pada saya untukmelakukan apa yang saya mau.
34. Orangtua mendorong saya untuk membicarakansegala persoalan secara terbuka.
74
No. Pernyataan SL SR JR TP35. Orangtua membatasi pergaulan saya.36. Orangtua membiarkan saya jika lalai mengerjakan
tugas sekolah.37. Orangtua memberi saya uang saku secukupnya
sesuai dengan kebutuhan.38. Orangtua kurang menghargai upaya-upaya saya
untuk belajar mandiri.39. Orangtua tidak peduli sehubungan dengan siapa
saya bergaul.40. Orangtua terbuka terhadap masukan-masukan yang
saya berikan.41. Orangtua mengawasi seluruh kegiatan saya dengan
ketat agar mencapai tujuan.42. Orangtua tidak bertanya tentang apa yang saya
lakukan.43. Orangtua berusaha memenuhi keinginan saya
setelah dibicarakan bersama.44. Orangtua mencurigai setiap perilaku saya.45. Orangtua melakukan apa saja demi kebahagiaan
saya.46. Orangtua membimbing setiap kegiatan yang saya
lakukan.47. Orangtua menyelidiki saya jika pulang terlambat.48. Orangtua berusaha melayani setiap kemauan saya.49. Orangtua memberi dukungan terhadap cita-cita
saya.50. Orangtua mengharuskan saya meminta izin jika
saya akan pergi.51. Orangtua tidak menghukum saya jika saya tidak
mengerjakan tugas rumah.52. Orangtua membiasakan saya untuk berterima kasih
jika saya mendapat sesuatu dari orang lain.53. Orangtua membuat peraturan-peraturan yang ketat
untuk mengawasi perilaku saya.54. Orangtua membebaskan saya untuk menonton TV
semau saya.55. Orangtua mengajarkan pada saya untuk meminta
maaf jika saya melakukan kesalahan.56. Orangtua mengabaikan tingkah laku saya yang
tidak sesuai dengan harapan mereka.57. Orangtua bersikap mengalah untuk menghindari
perselisihan / percekcokan dengan saya.58. Orangtua memberi saya kesempatan untuk
membuat keputusan yang sesuai dengan
75
No. Pernyataan SL SR JR TPpertimbangan saya.
59. Orangtua menyuruh saya untuk mengerjakansesuatu, sesuai yang mereka inginkan.
60. Orangtua merasa risau terhadap keselamatan sayadalam menghadapi ancaman.
61. Orangtua mendukung pendapat saya dalammengambil keputusan, misalnya tentang kegiatanekstrakurikuler.
62. Orangtua menganggap saya masih sebagai “anakkecil” dalam mengambil keputusan.
63. Orangtua mendorong saya untuk beranimengungkapkan perasaan dalam situasi tertentu.
64. Orangtua tidak peduli dengan rencana yang sudahsaya buat.
65. Orangtua membiarkan saya sendirian menghadapikesulitan.
66. Orangtua meremehkan pandangan-pandangan sayadalam mengambil keputusan.
67. Orangtua enggan bekerja sama dengan saya dalammengambil keputusann yang berhubungan dengankebutuhan saya.
68. Orangtua jengkel kalau saya bersifat manja.69. Orangtua cenderung memaksakan kehendak agar
saya selalu menurutinya.
Sbjk P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19
1 1 4 2 2 1 3 3 4 2 4 3 3 1 4 1 4 1 1 1
2 4 2 3 4 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 1 4 4
3 1 2 2 2 3 4 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 2 2 2
4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 2 2 2 4 2 2 2
5 4 2 2 4 4 4 4 3 4 4 2 2 3 1 2 2 2 2 4
6 2 4 4 2 3 4 4 3 3 4 2 4 3 2 2 1 1 4 4
7 3 2 1 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 2 2 4 2 4 4
8 3 3 2 4 2 3 2 4 4 4 2 2 3 3 1 3 2 4 4
9 4 3 3 2 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 1 4 2 2 4
10 2 4 3 2 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 1 4 2 2 4
11 3 3 1 2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 1 4 3 3 3
12 3 2 1 3 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 3 4
13 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 1 3 3 1 4 4
14 3 3 2 2 3 4 4 3 3 4 2 3 3 2 2 4 2 2 4
15 4 2 3 3 3 4 3 3 4 4 2 4 4 2 2 4 1 4 4
16 3 2 2 4 2 4 3 4 4 4 2 2 3 2 2 4 1 3 4
17 2 3 2 2 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 1 2 4
18 4 2 2 3 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 1 4 2 2 4
19 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 1 4 3 3 4
20 3 3 2 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3
21 3 4 3 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 1 4 4 2 4 3
22 4 3 4 2 4 2 4 2 3 3 3 4 2 3 3 2 2 3 1
23 3 4 3 3 3 4 1 4 1 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3
24 4 2 4 3 3 4 3 1 4 4 3 4 3 2 2 4 3 4 4
25 3 2 3 4 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3
26 4 4 3 4 2 4 4 3 4 4 4 2 4 1 4 2 4 2 2
27 2 3 2 3 1 2 2 4 4 3 2 2 3 2 1 3 3 4 2
28 4 4 4 4 4 4 1 4 4 2 1 4 4 3 4 4 4 4 4
29 1 3 3 1 3 1 2 3 2 4 1 3 3 1 2 3 1 1 3
30 4 4 4 1 4 1 4 4 1 1 4 2 4 2 4 1 4 1 4
31 3 2 1 3 3 1 2 2 1 3 3 1 1 3 3 1 3 2 1
32 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 4 4 2
33 3 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 4 2 1 2 4 3 2 3
34 2 4 1 4 3 2 3 3 4 1 3 3 4 2 4 4 4 3 4
35 2 3 4 2 3 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4
36 3 2 2 4 4 2 2 4 3 4 2 2 2 3 3 2 1 4 2
37 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4
38 3 3 1 1 3 1 3 3 2 1 3 1 1 2 3 1 3 4 1
39 4 1 4 2 1 4 2 2 4 3 2 2 4 2 4 4 1 2 4
40 3 1 4 4 1 4 4 3 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4
41 3 4 3 2 3 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 4 2 2 3
42 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4
43 3 4 2 1 3 2 3 3 3 1 3 4 2 3 2 2 3 1 2
44 2 1 2 3 1 2 1 4 1 2 1 1 4 1 3 4 2 4 4
45 3 1 2 3 1 2 2 4 2 4 2 2 2 1 2 2 4 3 2
DATA HASIL PENELITIANPOLA PENGASUHAN ORANG TUA
46 1 4 2 4 4 2 4 1 4 2 4 4 2 2 3 4 3 2 4
47 3 2 3 1 2 3 1 3 3 1 1 4 4 3 1 4 3 1 2
48 4 2 1 4 2 4 2 4 1 4 3 2 3 4 2 2 4 3 1
49 3 1 3 3 1 3 1 3 2 3 2 3 1 3 1 4 3 4 3
50 4 1 1 4 1 4 4 4 4 4 4 1 1 2 2 1 4 4 1
51 4 2 3 2 3 3 4 2 3 2 1 4 4 2 3 4 1 2 3
52 4 1 2 4 1 2 3 4 4 4 3 2 2 4 4 2 4 4 2
53 4 1 4 4 1 4 4 4 2 4 4 4 4 1 4 4 2 4 4
54 4 3 2 3 3 2 2 3 4 3 2 2 2 4 4 2 4 3 2
55 3 1 3 4 2 4 1 4 2 4 4 2 4 2 2 1 2 4 2
56 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1 3 3
57 2 4 2 1 4 2 1 3 2 4 2 3 4 1 2 2 4 2 4
58 3 1 2 1 1 2 1 3 3 1 1 2 1 3 2 2 1 1 2
59 4 2 2 1 4 4 2 4 1 4 2 3 4 2 4 1 4 3 4
60 4 3 1 3 3 1 1 2 2 4 1 1 3 4 2 1 3 3 1
61 1 2 4 2 2 4 2 4 1 2 2 4 2 3 3 4 2 2 2
62 3 2 3 3 1 3 2 3 3 1 3 3 2 2 3 1 3 4 2
63 2 1 1 1 3 2 2 3 1 4 2 3 2 1 1 3 2 4 2
64 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1 4
65 3 3 1 3 1 4 2 4 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 1
66 4 2 2 4 1 4 3 3 4 1 4 1 3 1 1 4 1 2 3
67 3 1 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 4 3 4 1
68 4 2 3 4 1 3 3 3 1 2 1 3 3 3 3 3 3 1 2
69 4 2 4 4 2 4 4 2 2 3 1 4 3 3 4 4 3 2 1
70 2 1 1 3 2 3 1 1 2 4 1 3 4 4 1 1 4 4 2
71 3 3 3 1 3 3 3 1 3 3 2 3 1 1 3 4 3 1 4
72 4 1 4 3 3 1 3 4 2 2 2 1 2 2 4 3 2 3 3
73 4 3 2 4 4 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4
74 3 1 3 3 1 3 3 1 3 2 2 4 2 3 1 4 3 4 3
75 4 1 3 2 2 1 3 3 3 1 2 3 3 1 3 3 1 4 3
76 1 3 2 2 2 1 3 2 2 2 4 1 3 1 3 1 3 2 4
77 4 4 2 4 2 3 4 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 4 2
78 1 3 1 2 1 1 3 1 4 1 1 1 1 3 1 3 1 3 2
79 3 1 4 2 4 1 3 3 2 4 1 3 1 2 3 3 2 2 3
80 3 4 3 4 1 4 4 1 4 2 4 4 4 2 4 4 4 3 2
81 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 4 4
Jml 253 205 208 229 208 245 226 252 239 245 211 225 236 204 204 254 207 233 236
P20 P21 P22 P23 P24 P25 P26 P27 P28 P29 P30 P31 P32 P33 P34 P35 P36 P37 P38 P39
1 4 1 1 2 4 4 1 4 1 1 4 2 3 4 2 1 2 1 4
2 1 4 2 3 4 2 1 4 1 2 4 2 3 4 4 1 4 1 4
1 2 4 1 4 3 3 2 3 2 3 4 1 3 1 1 2 3 1 1
3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 4 2 3 2 2
3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 1 2 2 2 2 1 3 1 2 2
4 2 4 1 4 3 4 1 4 2 2 4 1 2 4 4 2 4 1 2
4 2 4 2 4 3 2 2 3 3 1 3 2 3 2 3 1 3 2 2
4 2 2 2 3 3 2 1 3 1 1 3 1 2 3 2 1 4 2 2
4 4 2 2 2 2 4 1 4 2 3 4 4 2 2 4 2 4 1 1
4 4 2 3 1 2 4 1 4 2 3 4 4 2 3 4 1 4 1 1
4 1 3 2 3 3 2 1 4 1 2 4 2 3 3 1 1 3 2 1
4 2 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 2 3 3 4 4 4 4 1
4 4 4 1 1 4 4 4 4 1 1 4 4 2 4 1 1 4 1 1
3 2 2 1 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2
4 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 3 2 2
1 2 3 1 2 3 2 1 4 1 1 3 1 2 4 1 1 4 1 1
2 3 4 1 1 2 2 1 1 1 3 4 1 1 1 1 2 4 2 3
4 1 3 2 3 3 4 2 4 2 1 4 3 2 3 3 1 3 1 1
3 1 4 2 4 3 4 1 4 1 4 4 3 1 4 3 1 4 1 1
3 2 2 2 4 3 3 1 3 2 2 3 2 2 3 3 2 4 2 2
1 4 4 2 3 4 2 3 3 3 4 1 4 4 4 4 4 2 2 3
4 3 2 3 4 3 4 4 4 1 4 3 4 2 3 3 1 3 2 4
4 3 4 3 3 3 4 4 4 2 3 3 2 3 1 3 3 3 3 3
2 4 1 4 2 4 2 4 1 4 2 4 3 2 4 4 2 4 4 2
2 2 3 2 3 4 3 3 3 1 2 2 4 4 1 3 3 3 4 3
4 4 3 4 1 1 2 2 4 4 2 1 4 3 3 3 3 3 3 3
3 1 3 4 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 2
4 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3
1 3 1 2 2 4 1 3 1 1 3 2 1 3 1 1 2 1 3 3
1 4 1 4 4 3 4 4 4 3 4 1 4 3 3 4 2 3 3 3
3 1 3 2 1 3 1 1 1 2 2 3 1 2 1 2 1 4 1 2
4 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 2 4 1 3 3 3 4 3
4 2 2 2 3 2 4 4 3 4 2 4 3 3 3 3 4 3 3 3
4 4 3 1 3 4 1 2 4 2 2 1 4 1 4 3 1 4 3 4
2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 1 4 3 2 4 4 4 3 3
4 4 4 4 2 4 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3
3 3 4 3 3 3 1 3 4 2 4 4 1 3 3 1 2 3 2 3
2 3 2 3 1 3 1 1 4 3 3 2 3 3 1 3 3 2 3 3
1 4 1 4 1 2 1 4 1 4 4 4 4 4 2 1 2 3 1 3
4 1 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3
2 3 3 2 3 2 2 4 3 3 4 3 3 3 4 1 4 3 3 3
4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 4 4 4 3
1 4 3 1 2 1 2 2 2 4 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3
2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 3 2 2 3
2 1 3 4 2 3 2 2 4 3 3 3 1 3 3 1 3 3 2 4
4 2 1 2 2 3 2 2 2 3 4 2 3 2 1 1 1 3 1 4
1 2 3 1 3 1 4 4 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3
2 1 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 1 3 3 3 4
3 4 2 3 3 1 3 3 3 2 4 2 4 4 3 4 2 3 2 2
4 1 4 4 1 4 1 1 1 4 3 1 2 3 4 2 1 1 1 3
2 3 1 2 3 3 2 4 3 1 3 3 2 4 4 4 4 4 2 4
4 1 4 4 2 4 2 2 2 3 4 4 1 4 4 1 2 2 2 2
4 4 2 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4
3 3 1 3 2 4 2 2 4 1 1 4 1 2 4 1 1 4 1 1
4 1 3 4 3 4 1 4 3 2 1 1 2 3 3 4 3 4 4 4
2 4 4 3 4 4 3 4 4 1 1 4 2 3 3 1 3 1 1 4
1 3 2 4 3 4 2 3 4 1 3 3 1 3 4 4 4 3 4 2
1 1 4 1 2 1 2 2 2 1 2 1 3 3 1 3 3 3 1 2
2 4 2 2 4 2 3 2 4 1 2 1 4 2 4 3 3 3 2 2
3 3 2 3 1 3 1 1 3 2 3 3 2 3 3 1 4 1 2 2
1 2 2 1 4 2 4 2 4 3 1 4 4 3 4 4 3 3 4 2
3 2 3 4 3 2 4 1 3 4 3 2 4 2 4 3 3 3 4 4
3 2 2 2 2 3 3 3 4 3 1 3 4 3 3 4 1 3 4 2
1 4 2 4 4 4 4 1 3 3 3 4 3 2 4 3 1 3 3 3
4 3 1 2 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3
1 3 3 1 3 1 3 1 3 3 1 3 2 2 2 2 4 4 4 3
2 1 4 1 4 4 3 2 4 1 4 3 3 4 4 3 1 2 2 3
2 3 2 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
4 4 3 2 4 4 3 3 4 1 3 3 3 3 2 4 3 1 3 4
3 1 1 2 3 2 2 1 4 1 2 2 1 2 3 3 1 2 2 3
1 4 2 1 4 2 2 1 3 3 1 4 3 2 4 1 3 3 4 4
1 1 3 3 1 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 2 3 2 3
3 4 2 2 3 4 3 4 3 3 4 3 4 2 2 1 3 3 2 1
1 4 1 2 3 4 1 2 4 1 1 1 3 4 4 2 4 1 1 3
2 1 1 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 2
1 4 1 4 4 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 4 3 4 3
2 2 3 3 2 3 1 2 3 3 1 3 3 2 1 4 3 3 3 3
2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 3 1 2 1 2 3 1 2 4 4
2 1 2 3 1 3 3 1 3 3 2 3 3 1 2 4 3 4 3 3
4 4 1 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 4 1 2 1 4 3
4 4 4 1 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 2 4
217 214 213 201 225 244 219 197 262 187 208 238 220 221 228 213 196 245 199 217
P40 P41 P42 P43 P44 P45 P46 P47 P48 P49 P50 P51 P52 P53 P54 P55 P56 P57 P58 P59
4 1 4 4 3 3 1 1 1 4 2 1 4 2 3 3 1 2 4 1
4 3 1 4 2 4 4 3 3 4 4 2 4 3 2 4 3 3 4 2
4 2 2 2 1 3 2 1 2 3 2 4 1 2 1 1 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 1 3 1 2 3 2
3 1 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3
2 2 2 3 2 4 2 3 2 4 4 2 4 2 2 4 2 2 3 2
3 2 2 3 2 3 3 3 2 4 4 2 4 2 1 4 2 2 3 2
3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3 4 2 2 4 1 2 3 2
2 4 1 2 4 3 4 2 2 4 4 1 4 3 2 2 1 3 4 3
3 4 1 2 4 3 4 4 2 4 4 1 4 3 2 4 1 3 4 3
3 1 1 3 1 3 3 3 3 4 2 1 4 2 1 4 1 3 3 2
4 3 2 2 2 3 4 3 2 4 4 3 4 2 2 4 2 4 4 2
4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 1 4 4 4 4 1 4 4 4 4
3 2 2 3 2 4 3 4 3 3 4 2 4 2 2 3 2 3 3 3
3 2 2 3 2 3 3 3 3 4 1 3 4 2 2 4 2 3 3 3
4 1 1 2 2 4 4 3 2 4 4 2 3 1 1 3 1 3 4 2
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 1 2 2
3 3 1 2 4 4 3 4 4 1 4 2 1 4 1 3 3 3 4 3
4 4 1 3 2 4 4 1 3 4 4 1 4 3 1 4 1 3 4 4
3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3
4 4 3 3 4 2 3 4 2 3 4 1 3 2 3 2 3 1 3 3
2 3 4 3 4 1 1 2 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 4 3
1 3 3 3 4 4 4 4 4 2 4 1 4 3 3 2 4 4 4 3
2 3 4 4 4 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
2 4 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3
3 3 3 3 1 1 4 1 1 3 2 3 1 3 3 2 3 1 3 4
2 2 2 2 4 3 4 1 4 3 3 4 3 3 4 2 2 2 3 4
4 4 2 3 2 3 1 1 4 4 1 4 3 1 3 4 1 3 4 3
1 2 1 1 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3
3 2 4 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 1 3 4
2 1 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4
2 4 2 3 1 4 1 2 2 3 1 1 3 1 4 2 3 4 2 3
3 3 3 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 2 4 1 1 4 3 4
1 2 2 2 3 3 3 2 4 1 3 3 3 4 4 4 4 4 4 2
4 4 4 3 4 4 3 1 2 4 4 3 3 2 4 2 2 2 2 3
3 2 2 4 3 1 3 3 3 2 3 3 3 1 3 4 1 4 4 2
3 2 4 3 1 3 3 2 3 4 2 4 2 3 1 1 2 4 1 3
2 2 4 3 2 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 3 1 4 4 2
4 2 3 3 3 1 2 2 3 1 1 1 2 1 3 3 1 1 4 4
4 2 4 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 2 3
4 4 1 3 2 3 1 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 2 2 4
4 2 1 4 3 4 2 2 3 4 3 1 4 1 3 3 3 2 2 2
3 3 3 3 1 3 3 1 4 4 2 3 4 2 1 4 1 2 2 3
2 1 3 2 4 4 3 2 3 4 1 1 4 3 4 3 3 4 2 4
3 2 3 4 1 3 3 2 1 4 1 4 4 2 3 3 2 4 4 1
2 2 3 1 2 4 1 4 3 4 2 2 2 2 4 4 1 4 2 2
2 3 3 3 2 1 3 3 2 3 4 4 4 4 3 1 3 3 3 2
2 2 3 3 1 4 3 2 3 1 1 4 4 1 4 3 2 4 3 4
3 2 1 3 2 3 2 3 1 3 3 4 4 2 2 4 4 4 3 3
4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 2 3 2 3 1 3 3 3 1
2 4 1 4 3 3 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3
3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 1 3 2 1 3 3 2
3 4 3 1 3 3 2 3 1 3 4 3 3 3 4 2 3 3 4 4
3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 4 3 3 2 3 1 3 4 3 3
4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 2 4 2 3 4 1 2
3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2
4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 1 3 2 2
4 3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 3 1 3 4 3 4
3 1 1 3 1 3 1 1 1 1 3 3 3 3 3 1 3 4 3 2
4 3 3 4 2 4 3 1 3 4 4 1 3 1 1 1 1 3 4 3
1 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3 2 4 3 4 3 2 4 3 3
4 4 3 3 2 3 3 2 4 2 3 4 3 3 4 4 4 3 4 3
2 3 3 3 1 3 3 2 2 4 4 2 3 3 2 4 2 3 4 3
4 2 4 2 3 3 4 3 4 3 2 1 3 3 4 2 4 4 3 1
3 4 4 4 3 3 4 4 1 2 1 3 3 1 3 4 1 2 2 1
1 1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 3 3 4 4 1 2 1 4 3
3 3 3 3 3 3 3 4 4 1 4 1 2 2 1 2 1 1 4 2
3 3 4 2 4 3 1 3 3 4 1 3 3 3 4 4 1 4 4 2
4 3 1 4 4 3 2 3 4 4 2 4 3 1 3 3 4 3 1 2
4 3 2 3 3 1 3 3 4 2 2 4 3 2 3 4 2 2 3 3
3 4 3 1 2 4 3 2 1 4 1 3 1 3 3 4 2 4 4 2
2 2 3 3 2 3 4 3 3 4 3 2 4 3 4 1 1 2 2 2
2 1 4 1 1 2 3 3 4 2 2 4 3 4 3 3 4 3 3 3
2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 1 4 2 3 3 4 2 4 3 1
4 4 3 4 1 2 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4
4 3 3 1 3 3 2 3 1 3 1 1 2 2 4 4 4 3 4 3
3 1 4 4 2 4 3 4 4 4 1 3 3 2 3 1 3 1 3 2
3 3 3 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 1
3 3 1 3 4 4 4 3 1 3 3 4 4 1 4 4 2 4 3 1
4 4 3 2 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
239 218 209 230 212 249 232 215 215 257 221 219 258 200 232 231 191 237 249 214
P60 P61 P62 P63 P64 P65 P66 P67 P68 P69 Demokratik Otoriter Permisif
4 2 4 4 4 1 1 4 2 4 61 64 46
4 4 2 4 2 1 2 4 2 2 84 69 53
2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 53 52 48
3 3 2 3 2 2 2 2 1 3 59 67 48
3 3 1 2 3 4 3 4 4 3 60 69 52
4 4 2 4 2 2 2 2 2 2 69 67 54
4 4 2 3 2 2 2 2 3 3 71 71 48
3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 68 62 45
4 4 4 4 2 2 3 3 4 4 68 89 45
4 4 4 4 2 2 3 3 4 4 70 93 43
3 3 2 3 1 2 1 1 1 2 68 54 40
4 4 2 3 2 2 2 2 3 2 73 73 54
4 4 4 4 1 1 1 1 4 1 80 71 58
3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 65 65 48
3 4 2 3 2 2 2 2 3 2 72 64 56
4 4 3 4 1 2 1 1 3 2 74 52 44
4 3 2 2 3 2 3 2 4 2 57 60 47
3 4 2 2 3 2 1 2 4 2 67 78 44
4 4 3 4 1 1 2 1 4 4 81 77 47
2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 65 76 54
4 4 3 4 2 2 4 3 2 1 68 80 62
3 3 4 3 4 1 4 2 3 3 61 82 61
2 2 3 4 2 2 3 1 3 1 62 86 62
2 4 4 1 4 2 1 2 3 1 67 76 58
3 3 2 3 3 3 4 1 3 2 61 79 58
4 3 1 4 2 1 3 1 2 1 61 74 53
3 1 3 3 2 4 3 4 3 3 56 81 54
2 3 1 4 2 3 1 3 1 2 68 77 71
4 4 4 2 1 2 3 4 2 3 46 65 51
3 3 2 4 4 3 1 3 3 4 59 88 56
4 4 1 1 2 1 2 1 1 2 53 58 39
4 1 3 2 3 2 1 1 3 2 60 77 63
3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 58 85 59
4 1 4 3 3 2 4 1 2 3 61 79 58
3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 63 87 69
3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 63 77 54
4 3 1 3 1 2 3 1 3 2 65 67 67
3 4 3 3 4 2 4 2 3 4 52 76 55
4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 59 66 58
3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 75 80 65
3 3 3 3 3 3 3 1 3 4 60 81 62
3 3 2 3 1 3 1 1 1 2 75 72 66
1 1 3 1 3 1 1 1 1 3 52 64 50
3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 63 77 61
3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 65 67 52
4 3 3 2 3 3 2 4 2 3 52 71 58
3 3 3 1 3 3 4 2 4 4 55 75 56
2 4 2 3 3 4 3 4 3 2 64 75 58
4 4 4 3 3 4 4 1 2 1 58 75 57
1 1 2 1 2 2 1 2 1 1 58 64 47
3 3 3 3 3 3 4 4 1 4 65 74 63
3 4 2 2 3 1 3 1 2 3 68 72 56
3 1 2 1 3 2 1 1 2 2 70 71 67
3 2 3 3 1 3 3 4 2 4 59 78 49
4 3 1 2 4 3 4 1 4 2 58 79 60
2 3 3 1 3 1 3 2 4 1 70 71 69
1 4 1 4 1 3 2 4 1 1 61 74 54
3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 47 68 46
4 3 4 1 2 2 1 4 2 3 59 77 57
3 3 1 3 3 2 3 1 3 1 50 61 45
4 4 2 1 2 3 4 2 3 2 61 70 54
3 4 2 1 1 3 2 2 1 4 56 76 60
1 3 3 4 3 2 4 1 2 1 60 76 48
2 3 4 2 2 1 1 3 3 3 70 76 51
3 3 1 2 1 2 3 1 3 3 57 68 56
3 4 1 4 2 3 2 2 2 4 64 63 50
4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 53 64 52
3 3 4 2 2 4 1 3 2 3 59 70 50
3 3 1 2 4 3 2 1 3 1 64 67 68
2 4 4 4 3 3 4 1 1 2 56 68 47
2 3 1 3 1 4 2 3 1 3 62 64 53
3 4 1 2 1 3 3 2 2 2 62 66 52
2 3 4 3 2 3 2 3 1 1 66 72 61
4 3 3 2 2 2 1 4 2 3 55 59 63
3 4 3 3 3 2 3 2 1 3 58 66 58
4 2 2 1 3 3 3 2 4 4 60 79 59
4 3 2 3 3 1 3 1 3 3 60 75 51
3 3 3 3 3 3 4 1 4 1 45 62 48
4 3 1 3 2 2 3 2 1 3 66 71 54
3 3 3 2 4 3 1 2 3 1 66 75 65
2 3 1 2 3 2 1 2 3 1 66 77 65
252 253 206 222 200 195 202 177 204 203 5,058 5,823 4,445
84
Deskripsi Data Hasil Penelitian
FrequenciesStatistics
81 81 810 0 0
64,35 72,07 57,0165,00 72,00 57,00
63a 65 607,101 7,681 6,598
43 52 4077 87 73
5212 5838 4618
ValidMissing
N
MeanMedianModeStd. DeviationMinimumMaximumSum
Demokratik Otoriter Permisif
Multiple modes exist. The smallest value is showna.
Frequency TableDemokratik
1 1,2 1,2 1,21 1,2 1,2 2,52 2,5 2,5 4,92 2,5 2,5 7,43 3,7 3,7 11,12 2,5 2,5 13,61 1,2 1,2 14,84 4,9 4,9 19,86 7,4 7,4 27,22 2,5 2,5 29,64 4,9 4,9 34,67 8,6 8,6 43,24 4,9 4,9 48,15 6,2 6,2 54,36 7,4 7,4 61,71 1,2 1,2 63,07 8,6 8,6 71,65 6,2 6,2 77,84 4,9 4,9 82,73 3,7 3,7 86,44 4,9 4,9 91,44 4,9 4,9 96,32 2,5 2,5 98,81 1,2 1,2 100,0
81 100,0 100,0
434650535455575860616263646566676870717273747577Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
85
Otoriter
1 1,2 1,2 1,21 1,2 1,2 2,51 1,2 1,2 3,71 1,2 1,2 4,91 1,2 1,2 6,22 2,5 2,5 8,61 1,2 1,2 9,93 3,7 3,7 13,67 8,6 8,6 22,23 3,7 3,7 25,95 6,2 6,2 32,14 4,9 4,9 37,01 1,2 1,2 38,33 3,7 3,7 42,04 4,9 4,9 46,93 3,7 3,7 50,63 3,7 3,7 54,34 4,9 4,9 59,33 3,7 3,7 63,03 3,7 3,7 66,76 7,4 7,4 74,14 4,9 4,9 79,01 1,2 1,2 80,23 3,7 3,7 84,04 4,9 4,9 88,91 1,2 1,2 90,13 3,7 3,7 93,82 2,5 2,5 96,32 2,5 2,5 98,81 1,2 1,2 100,0
81 100,0 100,0
525557586061626465666768697071727374757677787980818283848587Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
86
Permisif
1 1,2 1,2 1,21 1,2 1,2 2,51 1,2 1,2 3,72 2,5 2,5 6,21 1,2 1,2 7,43 3,7 3,7 11,14 4,9 4,9 16,02 2,5 2,5 18,52 2,5 2,5 21,06 7,4 7,4 28,47 8,6 8,6 37,03 3,7 3,7 40,74 4,9 4,9 45,74 4,9 4,9 50,64 4,9 4,9 55,67 8,6 8,6 64,29 11,1 11,1 75,37 8,6 8,6 84,02 2,5 2,5 86,42 2,5 2,5 88,91 1,2 1,2 90,11 1,2 1,2 91,41 1,2 1,2 92,62 2,5 2,5 95,12 2,5 2,5 97,51 1,2 1,2 98,81 1,2 1,2 100,0
81 100,0 100,0
404243464849505152535455565758596061626465676869707273Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
87
Deksripsi frekuensi Pola Pengasuhan Orang Tua Demokratik
Frequency Tabledemokratik no.1
34 42,0 42,0 42,030 37,0 37,0 79,010 12,3 12,3 91,47 8,6 8,6 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.4
27 33,3 33,3 33,323 28,4 28,4 61,721 25,9 25,9 87,710 12,3 12,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.7
25 30,9 30,9 30,926 32,1 32,1 63,018 22,2 22,2 85,212 14,8 14,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.10
39 48,1 48,1 48,115 18,5 18,5 66,717 21,0 21,0 87,710 12,3 12,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
88
demokratik no.13
29 35,8 35,8 35,825 30,9 30,9 66,718 22,2 22,2 88,99 11,1 11,1 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.16
44 54,3 54,3 54,315 18,5 18,5 72,811 13,6 13,6 86,411 13,6 13,6 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.19
34 42,0 42,0 42,016 19,8 19,8 61,721 25,9 25,9 87,710 12,3 12,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.22
22 27,2 27,2 27,222 27,2 27,2 54,322 27,2 27,2 81,515 18,5 18,5 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.25
28 34,6 34,6 34,633 40,7 40,7 75,313 16,0 16,0 91,47 8,6 8,6 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
89
demokratik no.28
39 48,1 48,1 48,129 35,8 35,8 84,06 7,4 7,4 91,47 8,6 8,6 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.31
28 34,6 34,6 34,631 38,3 38,3 72,811 13,6 13,6 86,411 13,6 13,6 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.34
25 30,9 30,9 30,928 34,6 34,6 65,416 19,8 19,8 85,212 14,8 14,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.37
26 32,1 32,1 32,139 48,1 48,1 80,28 9,9 9,9 90,18 9,9 9,9 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.40
26 32,1 32,1 32,130 37,0 37,0 69,120 24,7 24,7 93,85 6,2 6,2 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
90
demokratik no.43
16 19,8 19,8 19,842 51,9 51,9 71,617 21,0 21,0 92,66 7,4 7,4 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.46
20 24,7 24,7 24,738 46,9 46,9 71,615 18,5 18,5 90,18 9,9 9,9 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.49
38 46,9 46,9 46,927 33,3 33,3 80,28 9,9 9,9 90,18 9,9 9,9 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.52
31 38,3 38,3 38,338 46,9 46,9 85,28 9,9 9,9 95,14 4,9 4,9 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.55
28 34,6 34,6 34,626 32,1 32,1 66,714 17,3 17,3 84,013 16,0 16,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
91
demokratik no.58
29 35,8 35,8 35,833 40,7 40,7 76,515 18,5 18,5 95,14 4,9 4,9 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
demokratik no.61
27 33,3 33,3 33,343 53,1 53,1 86,45 6,2 6,2 92,66 7,4 7,4 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
92
Deskripsi Frekuensi Pola Pengasuhan Orang Tua Otoriter
Frequency Tableotoriter no.2
19 23,5 23,5 23,522 27,2 27,2 50,623 28,4 28,4 79,017 21,0 21,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.5
20 24,7 24,7 24,724 29,6 29,6 54,319 23,5 23,5 77,818 22,2 22,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.8
33 40,7 40,7 40,731 38,3 38,3 79,010 12,3 12,3 91,47 8,6 8,6 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.11
20 24,7 24,7 24,723 28,4 28,4 53,124 29,6 29,6 82,714 17,3 17,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
93
otoriter no.14
16 19,8 19,8 19,825 30,9 30,9 50,625 30,9 30,9 81,515 18,5 18,5 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.17
19 23,5 23,5 23,524 29,6 29,6 53,121 25,9 25,9 79,017 21,0 21,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.20
29 35,8 35,8 35,815 18,5 18,5 54,319 23,5 23,5 77,818 22,2 22,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.23
22 27,2 27,2 27,213 16,0 16,0 43,228 34,6 34,6 77,818 22,2 22,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.26
22 27,2 27,2 27,224 29,6 29,6 56,824 29,6 29,6 86,411 13,6 13,6 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
94
otoriter no.29
13 16,0 16,0 16,022 27,2 27,2 43,223 28,4 28,4 71,623 28,4 28,4 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.32
22 27,2 27,2 27,227 33,3 33,3 60,519 23,5 23,5 84,013 16,0 16,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.35
22 27,2 27,2 27,228 34,6 34,6 61,710 12,3 12,3 74,121 25,9 25,9 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.38
17 21,0 21,0 21,022 27,2 27,2 48,123 28,4 28,4 76,519 23,5 23,5 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.41
18 22,2 22,2 22,230 37,0 37,0 59,323 28,4 28,4 87,710 12,3 12,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
95
otoriter no.44
20 24,7 24,7 24,724 29,6 29,6 54,323 28,4 28,4 82,714 17,3 17,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.47
17 21,0 21,0 21,031 38,3 38,3 59,321 25,9 25,9 85,212 14,8 14,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.50
23 28,4 28,4 28,428 34,6 34,6 63,015 18,5 18,5 81,515 18,5 18,5 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.53
9 11,1 11,1 11,133 40,7 40,7 51,926 32,1 32,1 84,013 16,0 16,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.56
13 16,0 16,0 16,025 30,9 30,9 46,921 25,9 25,9 72,822 27,2 27,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
96
otoriter no.59
14 17,3 17,3 17,332 39,5 39,5 56,827 33,3 33,3 90,18 9,9 9,9 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.62
16 19,8 19,8 19,827 33,3 33,3 53,123 28,4 28,4 81,515 18,5 18,5 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.63
21 25,9 25,9 25,930 37,0 37,0 63,018 22,2 22,2 85,212 14,8 14,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.64
10 12,3 12,3 12,333 40,7 40,7 53,123 28,4 28,4 81,515 18,5 18,5 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.65
8 9,9 9,9 9,929 35,8 35,8 45,732 39,5 39,5 85,212 14,8 14,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
97
otoriter no.66
16 19,8 19,8 19,827 33,3 33,3 53,119 23,5 23,5 76,519 23,5 23,5 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.67
13 16,0 16,0 16,015 18,5 18,5 34,627 33,3 33,3 67,926 32,1 32,1 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.68
16 19,8 19,8 19,826 32,1 32,1 51,923 28,4 28,4 80,216 19,8 19,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
otoriter no.69
15 18,5 18,5 18,527 33,3 33,3 51,923 28,4 28,4 80,216 19,8 19,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
98
Deskripsi Frekuensi Pola Pengasuhan Orang Tua Permisif
Frequency Tablepermisif no.3
17 21,0 21,0 21,025 30,9 30,9 51,926 32,1 32,1 84,013 16,0 16,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.6
35 43,2 43,2 43,223 28,4 28,4 71,613 16,0 16,0 87,710 12,3 12,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.9
34 42,0 42,0 42,019 23,5 23,5 65,418 22,2 22,2 87,710 12,3 12,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.12
24 29,6 29,6 29,625 30,9 30,9 60,522 27,2 27,2 87,710 12,3 12,3 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
99
permisif no.15
19 23,5 23,5 23,522 27,2 27,2 50,622 27,2 27,2 77,818 22,2 22,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.18
32 39,5 39,5 39,516 19,8 19,8 59,324 29,6 29,6 88,99 11,1 11,1 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.21
27 33,3 33,3 33,316 19,8 19,8 53,120 24,7 24,7 77,818 22,2 22,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.24
24 29,6 29,6 29,626 32,1 32,1 61,720 24,7 24,7 86,411 13,6 13,6 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.27
20 24,7 24,7 24,717 21,0 21,0 45,722 27,2 27,2 72,822 27,2 27,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
100
permisif no.30
18 22,2 22,2 22,227 33,3 33,3 55,619 23,5 23,5 79,017 21,0 21,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.33
13 16,0 16,0 16,038 46,9 46,9 63,025 30,9 30,9 93,85 6,2 6,2 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.36
15 18,5 18,5 18,526 32,1 32,1 50,618 22,2 22,2 72,822 27,2 27,2 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.39
16 19,8 19,8 19,834 42,0 42,0 61,720 24,7 24,7 86,411 13,6 13,6 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.42
16 19,8 19,8 19,832 39,5 39,5 59,316 19,8 19,8 79,017 21,0 21,0 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
101
permisif no.45
25 30,9 30,9 30,943 53,1 53,1 84,07 8,6 8,6 92,66 7,4 7,4 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.48
20 24,7 24,7 24,725 30,9 30,9 55,624 29,6 29,6 85,212 14,8 14,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.51
20 24,7 24,7 24,733 40,7 40,7 65,412 14,8 14,8 80,216 19,8 19,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.54
23 28,4 28,4 28,436 44,4 44,4 72,810 12,3 12,3 85,212 14,8 14,8 100,081 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
permisif no.57
27 33,3 33,3 33,330 37,0 37,0 70,415 18,5 18,5 88,99 11,1 11,1 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
102
permisif no.60
29 35,8 35,8 35,836 44,4 44,4 80,212 14,8 14,8 95,14 4,9 4,9 100,0
81 100,0 100,0
selaluseringjarangtidak pernahTotal
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent