pola keadilan dalam pemberian nafkah pada keluarga...

161
POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus pada Keluarga Poligami Salafi di Salatiga dan Sekitarnya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh: Ely Lidiana NIM: 212 14 008 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 06-Nov-2020

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH

PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus pada Keluarga Poligami Salafi di Salatiga dan

Sekitarnya)

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Ely Lidiana

NIM: 212 14 008

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA 2018

Page 2: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus
Page 3: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan arahan dan

koreksi, maka naskah sekripsi mahasiswa :

Nama : Ely Lidiana

NIM : 212-14-008

Judul : POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN

NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi

Kasus Pada Keluarga Poligami Salafi di Salatiga

dan Sekitarnya)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqosyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 3 Oktober 2018

Pembimbing

Sukron Ma'mun, S.H.I., M.Si.

NIP. 197904162009121001

Page 4: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

iv

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH Jl. NakulaSadewo V No. 9 Tlpn. (0298) 3419400 SalatigaKodePos 50721

Website : http://www.iainsalatiga.ac.id e-mail : [email protected]

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI

(Studi Kasus Pada Keluarga Poligami Salafi di Salatiga dan Sekitarnya)

Oleh:

Ely Lidiana

212-14-008

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari senin tanggal 19

November 2018 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Muh. Hafidz, M. Ag. :

Sekretaris Penguji : Heni Satar Nurhaida, S.H., M .Si. :

Penguji I : M. Yusuf Khummaini, S.H.I., M.H :

Penguji II : Tri Wahyu Hidayati, M .Ag. :

Salatiga, 19 Oktober 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah

Dr. Siti Zumrotun, M. Ag.

NIP: 19670115 199803 2 002

Page 5: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ely Lidiana

NIM : 212-14-008

Jurusan : Hukum Keluarga Islam (Ahwal Al-Syakhsiyyah)

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA

KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus Pada Keluarga

Poligami Salafi di Salatiga dan Sekitarnya)

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,

bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang

terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 3 Oktober 2018

Yang menyatakan

Ely Lidiana

NIM : 212-14-008

Page 6: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Jadikan hidup ini bermanfaat untuk semua mahluk PERSEMBAHAN

Untuk ketiga jagoan neon saya yang selalu jadi spirit tersendiri dalam

hidup saya (Helmi Aziz Saputra, Nyouluh Sasana Arya Tedja, Aslam

Ahmad Al-Faruq) bisa berdiri tegak dan selalu berdiri tegak karena

kalian.

Untuk Abey (good husband) yang setia dan sabar dengan secangkir

kopinya untuk saya.

Dan untuk penghuni kamar depan yang selalu heboh dengan

problematika masing-masing (Umami, Mutoh, Liya, Aini) tak

ketinggalan Kholiq yang siap direpotin. Transfer semangat buat

Amirudin Firman Asadid (must be Stronger).

Page 7: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pola Keadilan Dalam Pemberian

Nafkah Pada Keluarga Poligami” (Studi Kasus Pada Keluarga Poligami

Salafi di Salatiga dan Sekitarnya). Shalawat dan salam semoga terus

terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, para sahabat dan para pengikutnya

yang setia. Dan semoga kita layak mendapatkan syafa‟at Beliau kelak pada

hari perhitungan amal. Aaamiiin...

Skripsi ini terselesaikan tentu saja tidak lepas dari bantuan dan dukungan

berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag Selaku Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN

Salatiga.

3. Bapak Dr. Ilyya Muhsin, S.H.I., M. Si. Wakil Dekan III Fakultas Syari‟ah

IAIN Salatiga.

4. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I., M.Si Selaku Ketua Jurusan Hukum

Keluarga Islam (Ahwal Al-Syakhsiyyah) IAIN Salatiga sekaligus Dosen

Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing Skripsi.

5. Bapak M. Yusuf Khummaini, S.H.I., M.H. Selaku dosen sekaligus

Direktur LKBHI IAIN Salatiga.

Page 8: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

viii

6. Semua Civitas IAIN Salatiga.

7. Kedua orangtuaku yang senantiasa mendoakan perjuangan anaknya.

8. Semua guru-guruku yang telah membimbing dan mendidikku.

9. Suami dan anak-anakku tercinta yang selalu menjadi motivasiku.

10. Teman-temanku semua yang telah membantu dan mendukungku

terkhusus ASNR 14.

11. Semua pihak yang telah berjasa dalam menyelesaikan skripsi ini sampai

selesai.

Akhir kata, penulis hanya bisa mendoakan semoga semua pihak yang

telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini selalu mendapat limpahan

rahmat, berkah dan hidayah Allah SWT. Semoga penulis juga mendapatkan

ilmu yang bermanfa‟at, barokah dunia sampai akhirat. Aaamiin...

Salatiga, 3 Oktober 2018

Penulis

Page 9: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

ix

ABSTRAK

Lidiana, Ely. 2018. Pola Keadilan Dalam Pemberian Nafkah Pada Keluarga Poligami (Studi Kasus Pada Keluarga Poligami Salafi di Salatiga dan

Sekitarnya). Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Fakultas Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Sukron Ma‟mun, S. H.I., M. Si.

Kata Kunci: Poligami, Keadilan, Nafkah, Salafi

Penelitian ini adalah salah satu upaya untuk mengungkap secara lebih dalam dan lebih spesifik akan pola pembagian nafkah yang dilakukan oleh suami terhadap istri-istrinya dalam sebuah pernikahan poligami. Dan merupakan salah

satu penelitian yang bertujuan mengungkap bagaimana pandangan dan rasa yang timbul dari masing-masing istri selama menjalani pernikahan poligami yang

selama ini jarang dipertanyakan atau jarang sekali terungkap. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana konsep penerapan keadilan serta respon dari istri-istri tersebut dalam menanggapi pola pemberian nafkah yang

diterima dalam keluarga poligami? (2) Bagaimana mereka menyampaikan rasa ketidak adilan terhadap suami dalam pola pemberian nafkah? (3) Bagaimana

perspektif hukum Islam dalam penerapan keadilan pada keluarga poligami salafi? Lokasi penelitian adalah keluarga-keluarga pelaku poligami salafi di

Salatiga dan Sekitarnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis

dengan pendekatan fenomonologi. Sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

Berdasar pada hasil analisis terhadap hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa semua istri atau perempuan dalam mazhab salafi sependapat bahwa poligami merupakan syariat yang tertulis dalam al-Qur‟an dan yang sudah

dicontohkan oleh Nabi Saw. maka tidak ada alasan untuk tidak meyakini atau menentang adanya poligami dalam Islam. Sementara untuk masalah keadilan yang

diterima selama menjalani pernikahan secara poligami beraneka ragam, tergantung dari awal proses pernikahan poligami yang dijalani. Sehingga menimbulkan banyak pendapat akan pola penerapan pembagian nafkah yang

diterima masing-masing istri dari masing-masing suami. Dimana pada akhirnya dapat memberikan kesimpulan bahwa poligami bukanlah sebuah hal yang mudah

yang setiap orang dapat melakukannya. Tanpa sebuah alasan yang benar pernikahan poligami hanya akan menimbulkan dampak negatif bagi beberapa pihak terutama pada keluarga inti yaitu suami itu sendiri, istri beserta anak apabila

pernikahan poligami dilakukan tidak sesuai dengan apa yang dicontohkan Nabi Saw. dan para sahabat. Dampak negatif yang paling tampak dalam sebuah pernikahan poligami tersebut adalah adanya ketidak adilan yang diperoleh oleh

masing-masing individu yang masuk dalam lingkup keluarga poligami.

Page 10: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

x

DAFTAR ISI

JUDUL..................................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... iii

PENGESAHAN .................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

ABSTRAK............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..................................................................... 1

B. Rumusan masalah ............................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 11

D. Manfaat penelitian............................................................................ 12

E. Tinjauan Pustaka .............................................................................. 12

F. Metode penelitian............................................................................. 19

G. Sistematika Penulisan ...................................................................... 24

Page 11: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

xi

BAB II POLIGAMI DALAM TINJAUAN SYARIAT ISLAM

A. Pengertian Poligami ......................................................................... 26

B. Poligami Dalam Islam...................................................................... 27

C. Syarat Poligami Dalam Syariat Islam .............................................. 55

D. Poligami Dalam Perspektif Ulama................................................... 66

E. Pembagian Nafkah Rasulullah dalam Pernikahan Poligami.............74

BAB III Potret Poligami Dalam Keluarga Salafi di Salatiga dan Sekitarnya

A. Pengertian Salafi .............................................................................. 79

B. Sejarah Salafi Indonesia................................................................... 83

C. Potret Poligami Dalam Keluarga Salafi ........................................... 88

BAN IV Konsep dan Penerapan Pola Keadilan Dalam Poligami Keluarga

Salafi Dalam Pespektif Hukum Islam

A. Konsep dan penerapan keadilan keluarga poligami salafi ............. 113

B. Respon dan Sikap terhadap Penerapan Keadilan Poligami Keluarga

Salafi ..................................................................................................... 126

C. Perspektif hukum Islam dalam penerapan keadilan pada keluarga

poligami salafi....................................................................................... 130

Page 12: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

xii

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................... 134

B. Saran............................................................................................... 136

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 138

LAMPIRAN

Page 13: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam diyakini sebagai agama yang menebar rahmat lil alamin (rahmat

bagi alam semesta), dan salah satu bentuk rahmat yang dibawanya adalah

ajaran tentang perkawinan. Perkawinan merupakan aspek penting dalam

ajaran Islam. Di dalam al-Qur‟an dijumpai tidak kurang dari 80 ayat yang

berbicara soal perkawinan, baik memakai kata nikah (berhimpun), maupun

menggunakan kata zawwaja (berpasangan). Keseluruhan ayat tersebut

memberikan tuntunan kepada manusia bagaimana seharusnya menjalani

perkawinan.1

Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga bahagia yang kekal.

Tujuan perkawinan ini dapat dielaborasi menjadi tiga hal. Pertama, suami-

istri saling bantu-membantu serta saling lengkap melengkapi. Kedua, masing-

masing dapat mengembangkan kepribadiannya dan untuk pengembangan

kepribadian itu suami-istri harus saling membantu. Ketiga, tujuan terakhir

yang ingin dikejar oleh keluarga bangsa Indonesia ialah keluarga bahagia

yang sejahtera dan material.2

1 Musdah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan

Gender dengan Perserikatan Solidaritas Perempuan dan The Asia Foundation, 1999), hlm. 1. 2 Amiur Nurudin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi kritis

Perkembangan Islam Dari Fiqih, UU No. 1/1974 Sampai KHI, (Jakarta: Kencana Paramedia

Group, 2014), hlm. 51.

Page 14: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

2

Tidak hanya itu, perkawinan merupakan salah satu perintah dalam

agama dimana sebagai umat Islam yang memiliki Al-Qur‟an dan Al-Hadist

sebagai pedoman yang harus diikuti banyak sekali membahas tentang masalah

perkawinan diantaranya dalil-dalil tersebut adalah surat Ar-Ruum 21:

Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kaum

yang berfikir.3

Dan juga hadist Rasulullah Salallahualaihiwassalam yang dalam berbunyi:

ص سامون عن ط ال توت ازواج اميب عن اوس بن مال رض قال: جاء ر

ا و م ثقام وا كن ا اخب ص. فوم ص؟ قد عبادة اميب ن من اميب فقاموا: و ان ن

ر وما ثبخ م من ذهب ل اتدا. و .غفر الله ما ثقد ا ان فان اصل انو : ام قال احده

ر و لا افطر اتدا. و قال آخ ر: و ان اعتل امساء فلا قال آخر ان اصوم الد

ن قوت كذا و كذا؟ ام م. فقال اهت امقوم ال ج اتدا. فجاء رسول الله ص اهي ا احزو

. مكن اصوم و افطر و ج و الله ان لاخشاك لله و اثقاك ل اصل و ارقد و احزو

ت فوس من ما .امساء. فمن رغة عن س امبخارى و انوفظ ل و مسلم و غير Dari Humaid bin Abu Humaid Ath Thawil bahwa ia mendengar Anas bin

Malik radliallahu „anhu berkata; Ada tiga orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi shallahu „alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallahu

„alaihi wasallam, Dan setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka, Mereka berkata; “ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallahu „alaihi wasallam, bukanlah

beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?. Salah seorang dari mereka berkata; “Sungguh, aku akan shalat

3 Seluruh termahan Al-Qur‟an yang digunakan dalam skripsi ini adalah hasil terjemahan

Kementerian Agama RI, 2010.

Page 15: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

3

malam selama-lamanya”. Kemudian yang lain berkata; “Kalau aku, maka

sungguh, aku akan berpuasa dahr (setehun penuh) dan aku tidak akan berbuka”. Dan yang lain lagi; “Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-selamanya”. Kemudian datanglah Rasulullah shallahu „alaihi

wasallam kepada mereka seraya bertanya; “Kalian berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di

antara kalian, dan juga paling bertakwa. Aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur serta aku menikahi wanita. Barang siapa yang benci sunnahku, maka bukanlah dari golonganku”.4

Dari paparan dalil diatas menerangkan perintah untuk melaksanakan

perkawinan yang merupakan sunnah harus diikuti sebagaimana yang telah

diajarkan dan dicontohkan oleh beliau sendiri Rasulullah shallahu „alaihi

wasallam.

Bahkan perkawinan sendiri tertuang dalam undang-undang no.1 tahun

1974 yang mengatur dan melindungi perkawinan itu sendiri. Dimana,

Perkawinan adalah sebuah hubungan atau ikatan lahir batin antara laki-laki

dan perempuan. Perkawinan yang baik akan menghasilkan sebuah keluarga

yang sakinah, mawaddah, warohmah. Keluarga disini maksudnya adalah

sebuah keluarga yang mana istri memenuhi hak dan kewajibannya sebagai

seorang istri dan suami melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai suami.

Dan apabila para pihak telah melaksanakan kewajiban masing-masing maka

keluarga yang ideal atau keluarga yang sakinah, mawaddah, warohmah akan

terwujud. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

4 ”Anjuran Menikah Dan Larangan Membujang”, http://1001hadist.blogspot.com/2012/01/1-

anjuran-menikah-dan-larangan.html/m=1, diakses pada tanggal 20 Maret 2018 pukul 15.12.

Page 16: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

4

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.5

Tidak hanya pernikahan monogami yang menjadi asas perkawinan di

Indonesia, tetapi ada beberapa dalil yang menerangkan tentang perkawinan

lebih dari satu istri yang disebut Poligami. Pernikahan poligami ini tertuang

beserta ketetapan dan hukumnya. Allah menetapkan ketetapan poligami pada

surat An-Nisaa‟ ayat 3:

Artinya, Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau

budak-budak yang kamu miliki, yang demikian tu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Perlu diketahui bahwa praktek poligami telah terjadi jauh sebelum masa

Rasulullah SAW yaitu pada masa jahiliyah bahkan jauh pada masa nabi-nabi

sebelumnya. Namun yang membedakannya praktek poligami pada masa

sebelum diturunkannya ayat tentang batasan poligami adalah bilangan isteri

yang tak terbatasi.Dimana secara logika akan jauh lebih sulit untuk bisa

berlaku adil.

5 Nuansa Mulia, Kompilasi Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Kewarisan, dan Perwakafan)

dilengkapi dengan UU No. 1 Tahun 1974, UU No.1 Tahun 2004, UU No.23 Tahun 2011, Fatwa

MUI Tentang Perkawinan, Fatwa MUI tentang Perkawinan Beda Agama, Fatwa MUI Tentang

Wakaf Uang, Fatwa MUI Tentang Zakat , (Bandung: CV. Nuansa Mulia, 2012), hlm. 76.

Page 17: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

5

Dan ketika ayat tersebut turun maka serta merta seluruh sahabat

Rasulullah SAW menceraikan isteri-isterinya dan menyisakan empat

terkecuali Rasulullah sendiri yang diperbolehkan memiliki lebih dari empat

dengan tujuan untuk kemaslahatan dalam penyebaran agama Islam pada masa

itu.Kembali pada bahasan surat An-nisaa‟ ayat 3 tentang diperbolehkannya

berpoligami dan diwajibkanya berlaku adil tentu sangat berarti dalam

pelaksanaan praktek poligami pada masyarakat. Baik dari masyarakat dengan

status sosial yang tinggi seperti kalangan darah biru, pejabat, ulama,

pengusaha, artis dan masyarakat biasa pada umumnya.

Namun pada umumnya pernikahan poligami ini tidak serta merta

berjalan dengan baik seperti yang dikehendaki.Karena banyaknya poligami

yang dilakukan oleh publik figur dan akses sosial media yang begitu mudah

dimana setiap konflik poligami yang mereka jalani terexpose ke masyarakat

luas. Dan menimbulkan sebagian masyarakat memandang bahwa poligami itu

membawa dampak negatif diantaranya tindakan tidak adil, diskriminasi

terhadap wanita dan anak-anak, sebatas pelegalan syahwat hingga terjadinya

KDRT dalam rumah tangga.

Rasanya sudah menjadi ciri khas bila adanya sebuah ketetapan hukum

pasti ada perlawanan didalamnya. Tidak sedikit perlawanan yang dilakukan

untuk menentang pernikahan poligami ini.Terutama adanya perkumpulan

kaum feminis yang begitu gencar menyuarakan untuk tidak diperbolehkannya

pernikahan poligami dengan alasan melanggar HAM dan perlidungan anak.

Page 18: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

6

Mernissi, merupakan salah satu feminis Muslim kontemporer yang

cukup keras dalam menentang praktik poligami. Poligami menurut mernissi

merupakan salah satu cara bagi laki-laki untuk merendahkan wanita secara

seksual. Selain Mernissi, Siti Musdah Mulia aktivis feminis muslim Indonesia

juga tercatat sebagai penentang poligami. Pada 2004, Mulia bersama koalisi

organisasi perempuan yang berbasis di jakarta mengajukan counter legal draft

Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, yang berisi tuntutan agar negara

menerbitkan undang-undang yang mengatur larangan poligami. Meski

tuntutan tersebut diabaikan pemerintah, dalam diskursus di ruang publik

Indonesia, aktivis muslim penentang poligami cukup aktif memperjuangkan

aspirasi mereka.6

Lain lagi dengan masalah dendam yang tak pernah padam. Kadang –

kadang anak cucu ikut terlibat secara emosional maupun secara fisik dalam

pergolakan yang diakibatkan oleh nenek atau kekeknya maupun keluarga

yang lainnya akibat hubungan kekerabatan vertikal maupun horisontal. Jangan

lupa masalah yang dialami oleh hampir separo istri, misalnya terserang

gangguan mental. Kadang - kadang dapat dilihat pada wanita yang meledak

marah di tengah khalayak ramai, sehingga tidak menyadari dimana mereka

berada. Bahkan mereka tidak ragu-ragu menyerang madunya, suara ingar-

bingar yang keluar dari mulut kedua belah pihak sudah tidak terkontrol lagi,

6 Muhammad Ansor, Ijtihad “Berbagi Suami Atas Nama Tuhan: Pengalaman Keseharian

Perempuan Dipoligami di Langsa”, (Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga,

2014), hlm. 42.

Page 19: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

7

dengan mengorek segala perbendaharaan gelap bahasa yang tak layak

diucapkan. Malah tak jarang suami-istri pun akhirnya saling memukul.7

Sehingga memunculkan pula anggapan bahwa, pada masa sekarang ini

adalah banyak orang yang kawin poligami tidak dapat menemukan

kedamaian, rumah tangganya berjalan tidak stabil dan senantiasa diamuk

keguncangan. Percecokan selalu terjadi antara istri pertama dan suami atau

istri pertama dengan istri muda. Hubungan yang terjalin diantara mereka tidak

bersendikan cinta kasih sayang sebagaimana mestinya, tetapi diwarnai saling

dengki dan fitnah memfitnah.8

Berdasarkan beberapa hal diatas yang merupakan pandangan negatif

poligami maka, disini penulis akan menyajikan serta memaparkan bahwa apa

yang masyarakat umum nilai tentang pernikahan poligami yang lebih banyak

sisi negatifnya daripada sisi positifnya tidak selamanya benar, bahwa apa

yang tertuang dalam dalil al-Qur‟an itu yang benar, hanya saja objek

pelakunya yang kurang faham akan nilai sebuah pernikahan dan nilai keadilan

yang terdapat didalamnya. Nyatanya ada juga pernikahan poligami yang

datang dari masyarakat dengan status sosial,ekonomi yang biasa saja. Bahkan

pernikahan yang dijalani hingga mencapai paripurna tanpa terjadi konflik

yang berarti dan berakibat fatal dalam rumah tangga seperti yang menjadi

doktrin dalam masyarakat pada umumnya. Terlepas dari pernikahan itu sah

menurut undang-undang atau sah menurut agama.

7 Haminah Ja‟afar, Siapa Pencemar Poligami, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995), hlm. 165.

8 Supardi Mursalin M, Menolak Poligami Studi Tentang Undang-Undang Perkawinan Dan

Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 35.

Page 20: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

8

Poligami sendiri adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak

(suami) mengawini beberapa (lebih dari satu) istri dalam waktu yang

bersamaan dan laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu

dikatakan bersifat poligami.9 Dengan kata lain penulis ingin memaparkan

bahwa tujuan pernikahan baik itu monogami dan poligami adalah sama,

dimana setelah terjadinya pernikahan hal yang paling diinginkan adalah

menjalani kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah.

Adapun syarat yang diberikan dalam hukum positif Indonesia untuk

melakukan pernikahan poligami bagi seseorang telah diatur dalam UU No.1

Tahun 1974 pasal 4 jo pasal 41 PP No.9 tahun 1975 jo pasal 57 Kompilasi

hukum Islam yaitu:

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri

2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

3. Istri tidak dapat melahirkan

Khoirudin Nasution menjelaskan bahwa perundang-undangan

perkawinan Indonesia tentang poligami berusaha mengatur agar laki-laki yang

melakukan poligami adalah laki-laki yang benar-benar: (1) mampu secara

ekonomi menghidupi dan mencukupi seluruh kebutuhan (sandang, pangan

dan papan) keluarga, istri dan anak-anak, serta (2) mampu berlaku adil

terhadap isteri-isterinya. Sehingga istri-istri dan anak-anak dari suami

poligami tidak disia-siakan. Perundang-undangan Indonesia terlihat berusaha

9Musdah Mulia, Pandangan Islam, hlm. 1.

Page 21: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

9

menghargai istri sebagai pasangan hidup suami. Suami yang akan berpoligami

harus lebih dahulu mendapat persetujuan istri. Untuk mencapai tujuan ini,

semua perundang-undangan Indonesia memberikan kepercayaan yang sangat

besar kepada hakim di Pengadilan Agama. Disisi lain hal ini tentunya

membuka peluang bagi masyarakat untuk berpoligami.10

Di salatiga sendiri dan sekitarnya, terdapat beberapa pasangan keluarga

pelaku praktik poligami. Umumnya, dalam keluarga poligami ini memiliki

dua orang istri. Ada yang tinggal dalam satu wilayah dengan jarak yang tidak

berjauhan, ada yang tinggal dalam satu rumah dan ada pula yang tinggal beda

kota. Hal ini dikarenakan latar belakang dan profesi dari keluarga yang

berbeda juga.

Pada umumnya alasan pernikahan poligami lebih didominasi dari

kemampuan seorang suami dalam memberikan nafkah. Pemberian nafkah

yang diberikan merupakan sebuah kewajiban bagi suami terlepas dari

keterbatasan seorang istri. Sedangkan pemberian nafkah yang diberikan

haruslah bisa memenuhi rasa keadilan pada anggota keluarganya, terutama

terhadap istri-istrinya yang berupa pemberian nafkah lahir maupun batin.

Bagaimana pun juga keadilan itu adalah sebuah rasa, karena adil dan

tidaknya seseorang terhadap orang lain tidak bisa di nilai dari lahirnya saja.

Adakalanya dalam pandangan masyarakat pada umumnya seseorang itu sudah

memberikan keadilan pada orang lain namun, kenyataannya tidak begitu.

10

Miftah Ilham Irfani, Motifasi Poligami Aktifis Tarbiyah Studi Kasus Poligami Aktifis

Keluarga Tarbiyah di Salatiga dan Klaten, Skripsi (Salatiga: IAIN Salatiga, 2017), hlm. 6-7.

Page 22: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

10

Menurut Jhon Rawls dalam bukunya A Theory of Justice

mengemukakan secara ringkas perkembangan rasa keadilan sebagaimana

diduga akan terjadi ketika institusi-institusi yang adil telah berdiri kokoh dan

diakui keadilannya. Dimana prinsip-prinsip psikologi moral mendapatkan

porsi tersendiri. Dan menekankan fakta bahwa prinsip-prinsip itu adalah

prinsip-prinsip yang bersifat resiprok (timbal-balik) dan ini menghubungkan

dengan pertanyaan tentang stabilitas relatif. Hal ini disimpulkan dengan

sebuah pemeriksaan terhadap sifat-sifat alami dalam kebajikan di mana

manusia berhutang jaminan kesetaraan keadilan, dan yang menentukan

landasan alami bagi kesetaraan.11

Masih menurut Jhon Rawls dalam buku yang sama dijelaskan bahwa

konsepsi keadilan secara umum tidak menerapkan batasan pada jenis

ketimpangan apa yang diperbolehkan. Ia hanya mengharuskan agar posisi

semua orang bisa diperbaiki. Maka ketidak adilan adalah ketimpangan yang

tidak menguntungkan semua orang.12

Dari paparan diatas peneliti ingin meneliti tentang bagaimana praktik

pemberian nafkah pada pernikahan poligami. Sehingga penulis bisa tahu

apakah sudah terpenuhi rasa keadilan dalam pernikahan tersebut. Untuk itu

penulis memberi judul pada penelitian ini “POLA KEADILAN DALAM

PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI” (Studi Kasus

Pada Keluarga Poligami Salafi di Salatiga dan Sekitarnya), dimana besar

harapan peneliti untuk kemudian hasil penelitian bisa memberikan informasi,

11

Jhon Rawls, A Theory of Justice “Teori Keadilan, Dasar-Dasar Politik Untuk Mewujudkan

Kesejahteraan Sosial dalam Negara”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 591. 12

Ibid, hlm. 74-75.

Page 23: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

11

kontribusi dan membuka wawasan masyarakat luas tentang bagaimana cara

pemberian nafkah pada keluarga poligami.

B. Rumusan masalah

Dari latar belakang diatas peneliti ingin merumuskan pokok masalah

menjadi beberapa hal, yaitu:

1. Bagaimana konsep penerapan keadilan serta respon dari istri-istri

tersebut dalam menanggapi pola pemberian nafkah yang diterima

dalam keluarga poligami?

2. Bagaimana Istri-istri poligami menyampaikan rasa ketidak adilan

terhadap suami dalam pola pemberian nafkah?

3. Bagaimana penerapan keadilan di keluarga poligami salafi perspektif

hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar pada rumusan masalah diatas tujuan penulis dalam meneliti

adalah:

1. Mengetahui pola pemberian/pembagian serta cara para istri-istri

tersebut menyikapi bentuk nafkah yang diterima

2. Mengetahui bagaimana mereka menyampaikan rasa ketidak adilan

terhadap suami dalam pola pemberian nafkah yang diterima

3. Mengetahui bagaimana perspektif hukum Islam dalam penerapan

keadilan pada keluarga poligami salafi

Page 24: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

12

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dilaksanakan yaitu:

1. Secara teoritis dapat memberikan kontribusi dalam khasanah

pengembangan ilmu hukum terutama pengetahuan tentang poligami.

Dan mengetahui adanya praktik poligami di lapangan.

2. Secara praktis dapat memberikan sumbangan dan informasi tentang

praktik poligami sesuai dengan fakta yang terjadi.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam kehidupan keluarga yang berlatar belakang dan karakter yang

bermacam-macam, tentunya sering terjadi konflik, namun itulah sebagai

bumbu keharmonisan suatu keluarga. Bahkan tubuh kita yang sudah sangat

sempurnapun terkadang mengalami rasa sakit, tetapi rasa sakit itu sebagai rasa

syukur kita akan nikmat sehat yang luar biasa.13

Tak terkecuali pada keluarga poligami yang tak akan lepas pula dengan

sebuah konflik, entah konflik yang berhubungan dengan materiil maupun in

materiil.

Banyak sekali karya ilmiah yang membahas tentang pernikahan

poligami yang peneliti temukan, baik berupa jurnal, buku bahkan karya ilmiah

yang berupa skripsi diantaranya:

Skripsi Jeni Muliana dengan judul “Tinjauan Hukum Islam terhadap

Praktik poligami Pada Komunitas Petani (Studi Kasus Desa Kepuharjo,

13

Hasbiyallah, Keluarga Sakinah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015) hlm.38.

Page 25: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

13

Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman)”. Dimana skripsi ini memiliki

dua rumusan masalah yaitu; Faktor apa saja yang mendorong terjadinya

poligami di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman;

Bagaimana status hukum praktek poligami komunitas petani Desa Kepuharjo

perspektif Hukum Islam. Dalam karya ilmiah ini peneliti menggunakan

penelitian field reseach dimana peneliti terjun langsung kelapangan dengan

menggunakan metode penelitian yang bersifat deskriptif analisis yang

merupakan sifat penelitiannya memberikan analisis langsung terhadap semua

hal yaang menyangkut poligami sehingga masyarakat mampu memahami dan

menggambarkan tentang fenomena yang terjadi. Hasil dari penelitian yang

dilakukan adalah faktor yang dominan dalam pernikahan poligami didasari

adanya kebutuhan biologis yang tidak tercukupi hanya dengan satu istri

dimana kebutuhan sex yang luar biasa sehingga mau tidak mau memaksa sang

suami untuk menikah lagi demi terpenuhinya kebutuhan tersebut. Adanya rasa

saling suka antar laki-laki dan perempuan meski sang laki-laki sudah terikat

dalam pernikahan. Kurangnya pemahaman tentang pernikahan poligami yang

diatur baik secara agama dan maupun diatur dalam UU No.1 Tahun 1974

sehingga mereka leluasa melakukan pernikahan poligami tanpa

mengindahkan tujuan poligami dan syarat sah tidaknya mereka berpoligami.14

Skripsi Muhammad Alfatih dengan judul “Pandangan Janda Tentang

Poligami (Studi Kasus Pondok Hidayatullah Balikpapan)”. Sama seperti

skripsi diatas, skripsiini juga memiliki dua rumusan masalah yaitu;Bagaimana

14

Jeni Muliana, Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik poligami Pada Komunitas Petani

Studi Kasus Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Skripsi (Yogyakarta:

UIN Sunan Kalijaga, 2013).

Page 26: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

14

pandangan janda di Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan tentang

poligami; Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pandangan janda di

Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan tentang poligami. Penelitian ini

dilakukan menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) dengan

menggunakan pendekatan sosial terhadap pandangan janda di Hidayatullah

tentang poligami (Studi Kasus Pondok Pesantren Hihayatullah Balikpapan).

Adapun sifat penelitian ini adalah studi kasus dengan mengumpulkan data

yang diperlukan menggunakan observasi dengan teknik wawancara dan

angket yang di dalamnya terdapat pertanyaan tentang poligami. Hasil

penelitian Pertama, poligami merupakan syari‟at yang harus diyakini

keberadaanya dan menjalankan jika hal itu benar-benar harus diamalkan tanpa

ada tawaran. Sebaliknya, jika ada amalan yang lain amalan yang lebih mudah

dan dapat mengantarkan kita pada kemaslahatan orang banyak, maka hal

tersebut lebih baik agar tidak terjadi permasalahan dalam rumah tangga.

Seoarang istri pasti mengetahui sejauh mana kemampuan suaminya. Oleh

karena itu, lebih baik suami tidak poligami itulah harapan dari seorang istri,

“tidak usah poligami”. Selain itu hukum poligami itu mubah. Oleh karena itu,

tidak boleh ada paksaan dalam berpoligami. Kedua, suami tidak bisa berlaku

adil terhadap istri-istrinya. Hal itu karena bapak-bapak yang berada di Pondok

Pesantren Hidayatullah Balikpapan rata-rata adalah seorang da‟i yang dalam

kesehariannya tidak bersama-sama keluarga. Secara manusiawi, manusia

memang tidak mampu berlaku adil secara sempurna, namun usaha untuk

memenuhi tuntutan dan tanggung jawab untuk berbuat yang terbaik bagi

Page 27: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

15

keluarga adalah keharusan. Ketika seorang suami yang berpoligami telah

berusaha semaksimal mungkin untuk berlaku adil, hal itu merupakan toleransi

baginya. Ketiga, Niat menolong karena Allah swt dan Rasul-Nya.

Sebagaimana reialitas yang ada dari hasil penelitian bahwa, banyak para janda

dan gadis yang merindukan dan menginginkan status sebagi seorang istri yang

membutuhkan kasih sayang, perlindungan, penghormatan dan nafkah dari

seorang suami, serta anak-anak yang terlantar tanpa seorang ayah yang

membutuhkan kasih sayang dan didikan seorang ayah. Sehingga terciptalah

kesimpulan bahwa faktor tersebut mempengaruhi pandangan janda di Pondok

Pesantren Hidayatullah Balikpapan tentang poligami, menggambarkan

bahwasanya penerimaan terhadap poligami terbagi atas dua poin. Pertama,

responden yang menerima syari‟at poligami dan harus diyakini

keberadaannya serta dijalankan jika hal itu benar-benar dari Allah

Subhanahuwata‟ala dan Rasul-Nya, kedua, menerima poligami sebagai

syari‟at dan ketetapan Allah Subhanahuwata‟ala yang memang harus diyakini

keberadaanya, tetapi dengan syarat tertentu yang masih dalam batasan

kewajiban suami mampu berlaku adil, istri mandul, istri sakit dan tidak

mampu melayani suaminya, namun pada akhirnya tidak siap dipoligami.

Menerima syari‟at poligami merupakan syari‟at Allah swt dan harus diyakini

keberadaannya, tetapi dengan syarat yang diluar batas kewajiban. Misalnya

suami tidak mampu berbuat adil, poligami pada saat ini cenderung untuk

memenuhi nafsu semata, suami belum memenuhi keriteria unntuk

berpoligami, suami belum mampu secara finansial, serta pernyataan yang

Page 28: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

16

diungkapkan bahwa dirinya tidak bisa bersabar, ihklas dan tidak mampu

berbagi, dan jika suami tetap berpoligami maka lebih baik bercerai. Poin

pertama jelas menerima syariat maupun realitas dalam kehidupann sehari-

hari. Adapun poin kedua, keyakinan tetap pada syari‟at, tetapi dalam syarat

tertentu yang masih dalam kewajaran, serta syarat tertentu yang tidak dalam

batasan kewajaran. Faktor di atas, merupakan gambaran berfikir terhadap

pandangan diantara janda Pondok Pesantren Hidayatullah Balikpapan yang

didominasi oleh kepentinga pribadi tanpa melihat dan mempertimbangkan

kondisi sekarang, karena banyaknya contoh para pelaku poligami yang gagal

dan tidak sesuai dengan Rasulullah Salallahialaihiwasalam.15

Skripsi M. Rafel dengan judul “Perlindungan Hak Anak Dalam

Keluarga Poligami (Studi Atas Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Selatan)”. Dengan rumusan masalah sebagai berikut yaitu; Bagaimana

ketentuan pemberian perlindungan hak anak dalam pemberian izin poligami

menurut perlindungan undang-undang di Indonesia; Bagaimana upaya hakim

memberikan perlindungan hak anak ketika memutuskan izin poligami. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian yang berdasarkan pada penelitian

hukum yang dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris

(sosiologis) dengan jenis penelitian kualitatif yang difokuskan kepada

perlindungan hak anak dalam pemberian izin poligami di Pengadilan Agama

dengan berpedoman pada aturan hukum yang berlaku. Dengan hasil penelitan

meliputi tentang peraturan perundang-undangan di Indonesia dimana

15

Muhammad Alfatih, Pandangan Janda Tentang Poligami Studi Kasus Pondok Hidayatullah

Balikpapan, Skripsi (Balikpapan: Sekolah Tinggi Agama Hidayatullah, 2015).

Page 29: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

17

pemberian perlindungan hak anak dalam izin poligami belum diatur secara

khusus, namun ada beberapa pasal yang terkait dengan perlindungan hak anak

dalam izin poligami diantaranya: Pasal 55 ayat 2 sampai ayat 3 Kompilasi

Hukum Islam yang mengatur tentang syarat utama beristri lebih dari satu

orang, suami harus mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

Apabila syarat utama yang disebut pada ayat 2 tidak mungkin dipenuhi, suami

dilarang beristri lebih dari satu orang. Kemudian adanya upaya hakim dalam

memperhatikan perlindungan hak anak ketika memutuskan pemberian izin

poligami dapat ditemukan pada sidang pertama, yaitu ketika majelis hakim

memerintahkan kepada pihak yang bersangkutan untuk melakukan mediasi.

Dalam proses mediasi, mediator menanyakan alasan dan pertimbangan suami

untuk melakukan poligami, mediator juga memberikan nasehat terhadap pihak

yang bersangkutan berupa akibat yang timbul karena poligami, kemudian

hak-hak dan kewajiban suami terhadap para istri dan anak-anaknya. Apabila

proses mediasi dikatakan gagal maka persidangan pun dilanjutkan, kemudian

hakim tetap menanyakan apakah suami sanggup untuk berlaku adil terhadap

para istri dan anak-anaknya. Ada ukuran tertentu yang menjadi dasar

pertimbangan hakim dalam memberi izin. Majelis hakim mempertimbangkan

dari penghasilannya, kesediaan istri untuk dimadu dan pernyataan suami

untuk bisa berlaku adil kepada para istri dan anak-anaknya. Akan tetapi hak

anak dalam hal untuk menyatakan dan didengar pendapatnya untuk setuju

atau tidak setuju ayahnya berpoligami tidak pernah dilakukan di Pengadilan

Page 30: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

18

Agama Jakarta Selatan, karena anak tidak pernah dihadirkan dalam

persidangan di Pengadilan Agama.16

Dan yang terakhir skripsi dari Miftah Ilham Irfani yang berjudul

“Motivasi Poligami Aktivis Tarbiah (studi kasus poligami keluarga aktivis

dakwah tarbiyah di salatiga dan klaten)”. Dengan rumusan masalah sebagai

berikut,yaitu; Bagaimana pemahaman tentang poligami dalam keluarga

Aktivis Tarbiyah; Apa motivasi berpoligami di kalangan Aktivis Tarbiyah.

Jenis penelitiannya adalah penelitian lapangan field research, yaitu penelitian

diambil langsung dari informan dengan sifat penelitian deskriptif analisis

sehingga dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Kader

Aktivis Tarbiyah memahami pernikahan poligami yaitu pernikahan yang

dilakukan oleh seorang laki-laki dengan memperistri dua perempuan atau

lebih dalam satu waktu. Mayoritas sepakat dengan pernikahan poligami

karena hal tersebut merupakan ajaran Al-Qur‟an, di lakukan oleh Nabi

Muhammad dan para sahabatnya. Ada juga yang tidak sepakat akan hal

tersebut didasarkan pada alasan rasionalitas dan emosional. Pemahaman

tersebut didapat dari Murobbi yang disampaikan melalui Halaqah pekanan.

Sedang kan motivasi poligami oleh Aktivis Tarbiyah adalah untuk

mempunyai anak dan ingin mempunyai keturunan yang banyak. Hal tersebut

didasarkan pada tujuan pernikahan dan juga hadist Nabi Muhammad tentang

memperbanyak keturunan.17

16

M. Rafel, Perlindungan Hak Anak Dalam Keluarga Poligami Studi Atas Putusan Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Skripsi (Jakarta: UIN Syarief Hidayatullah, 2016). 17

Miftah Ilham Irfani, Motifasi Poligami.

Page 31: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

19

F. Metode penelitian

Dalam hal ini Metodologi penelitian adalah proses atau cara ilmiah

untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian

Metodologi juga merupakan analisis teoretis mengenai suatu cara atau

metode.18

Oleh sebab itu metode yang penelitian yang penulis lakukan adalah

sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Karena metode yang dilakukan adalah metode penelitian deskriptif

analisis dengan pendekatan fenomonologi dimana peneliti akan

menganalisa dan menceritakan bagaimana cara para istri-istri dari

pelaku poligami dalam menyikapi pola pemberian nafkah yang

diberikan kepada mereka. Lazimnya penelitian fenomonologis

(penelitian yang mencoba menjelaskan atau mengungkap makna

konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang

terjadi pada beberapa individu), peneliti tidak akan memberi

justifikasi moral atau pun hukum terhadap praktik poligami,

melainkan „sekedar‟ menyajikan deskripsi pengalaman kehidupan

keluarga poligami dari sudut pandang perempuan.19

2. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan/field reseach dimana

peneliti mengambil langsung informasi dari sumbernya (informan).

18

”Metodologi Penelitian”, Wikipedia, https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi_penelitian,

diakses pada tanggal 4 Januari 2017 pukul 20.34. 19

Muhammad Ansor, Berbagi Suami, hlm. 45.

Page 32: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

20

Dan objek utama yang diteliti adalah istri-istri dari keluarga poligami

pada jamaah salafi di Salatiga dan sekitarnya.

3. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti bertindak secara langsung dalam

pengumpulan data-data yang diperlukan. Selain itu peneliti juga

menggunakan alat-alat penunjang dalam pengumpulan data tersebut

seperti dokumen-dokumen keabsahan,rekaman wawancara dan

dokumentasi.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian untuk kali ini pada keluarga poligami yang berada

di wilayah Kota Salatiga dan sekitarnya, keluarga-keluarga tersebut

terdiri dari latar belakang dan profesi yang berbeda-beda, beberapa

diantaranya tokoh ulama yang kesehariannya mengasuh sekolah

Islam terpadu dan mengisi beberapa kajian agama di daerah

sekitarnya. Ada juga sebagai pengajar yang mengajar pada sekolah-

sekolah Islam terpadu atau sebagai akademisi yang mengajar pada

sebuah fakultas,. Dan ada beberapa yang berprofesi sebagai

wirausaha.

5. Sumber Data

a. Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari

tinjauan pustaka.

b. Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung

dari sumber pertama sebagai objek penelitian dengan jalan

Page 33: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

21

wawancara kepada pelaku poligami dan seluruh anggota keluarga

yang terkait.

6. Metode pengumpulan data

a. Wawancara yaitu tehnik wawancara yang merupakan kegiatan

atau metode pengumpulan data yang dilakukan dengan bertatapan

langsung dengan responden, sama dengan penggunaan daftar

pertanyaan. Dalam wawancara alat yang digunakan adalah alat

pemandu/interview guide.20

Dalam metode wawancara yang perlu diwawancarai adalah istri,

suami, dan keluarga terdekat. Hal ini perlu karena mereka sebagai

objek peneliti.

b. Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan jalan

pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap

sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.21

Di metode ini penulis akan memperhatikan kehidupan sehari-hari

yang dilakukan objek peneliti baik mengenai peranannya dalam

keluarga, dan pergaulannya dengan lingkungan sekitar.

c. Dokumentasi/foto yaitu pengumpulan data dari dokumen-

dokumen yang dapat memberikan keterangan atau bukti yang

berkaitan dengan proses pengumpulan dan pengelolaan dokumen

20

Moehar Daniel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi , (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), hlm.

143. 21

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , (Jakarta: Rineka Cipta,

1998), hlm. 146.

Page 34: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

22

secara sistematis serta menyebarluaskan kepada pemakai

informasi tersebut.

Pada umumnya foto memberikan gambaran tentang foto sebagai

data atau sebagai pendorong ke arah menghasilkan data dan

umumnya foto tidak digunakan secara tunggal untuk

menganalisis data. Dengan kata lain, sebaiknya foto digunakan

sebagai pelengkap pada cara dan tehnik lainnya.22

Dalam dokumentasi ini beberapa hal yang perlu diambil

diantaranya foto subjek, foto dari dokumen pelengkap seperti

buku nikah, akta kelahiran dan beberapa surat-surat pelengkap.

d. Analisis Data

Analisis data adalah analisis yang dilakukan dalam suatu proses.

Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak

pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif

sesudah meninggalkan lapangan penelitian.23

Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis analisis penelitian

deskriptif kualitatif.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan wawancara silang

antara suami dan istri untuk mengkroscek ulang dan mendapatkan

akurasi data. Tujuannya tidak lain untuk lebih memperkuat bukti

22

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2014), hlm. 161-162. 23

Ibid, hlm. 281.

Page 35: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

23

sebagai dasar pengambilan data pada fenomena pernikahan poligami

di Salatiga dan sekitarnya.

8. Tahap-tahap penelitian

Tahap penelitian yang digunakan dibagi menjadi beberapa hal seperti

berikut:

a. Tahap pra lapangan, yaitu tahapan yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian seperti menentukan topik penelitian,

mencari informasi tentang keluarga poligami.

b. Tahap pekerjaan lapangan yaitu peneliti terjun langsung ke

lapangan dan mencari data yang diperlukan seperti

wawancara, melakukan observasi dan dokumentasi.

c. Tahap analisis, yaitu tahapan dimana bila semua data telah

terkumpul dan cukup maka selanjutnya adalah menganalisa

data-data tersebut dan menggambarkan hasil penelitian

sehingga bisa memberikan artian pada objek yang akan

diteliti.

d. Tahap penulisan hasil penelitian yaitu apabila semua data

telah terkumpul dan dianalisis dan dikonsultasikan kepada

pembimbing maka selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah

menulis hasil penelitiannya sesuai dengan pedoman penulisan

yang telah ditentukan.

Page 36: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

24

G. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan merupakan bab awal yang memiliki abstrak yang

menggambarkan sedikit tentang inti dari isi skripsi ini dibuat serta meliputi

latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Dimana dalam bab I tersebut mencakup gambaran akan penelitian yang

dilakukan.

Bab II Kajian Pustaka adalah Tinjauan Umum tentang pernikahan poligami

seperti halnya pengertian poligami. Tidak hanya itu, dalam bab II ini juga

dikaji sejarah poligami, serta poligami dalam Islam yang notabene

memberikan gambaran akan perilaku poligami yang dilakukan Rasulullah

Saw. Dimana dalam bab ini pula ditulis secara rinci dan satu persatu poligami

Rasulullah dengan alasan-alasannya menikahi istri-istrinya. Bahkan dalam

bab ini juga penulis banyak mengkutip dan menulis tentang pendapat-

pendapat para tokoh ulama tentang pandangan mereka terhadap poligami serta

apa saja yang harus dilakukan dalam pernikahan poligami. Tak luput juga

dalam bab ini juga membahas makna sebuah keadilan dalam pernikahan

poligami.

Bab III Hasil Penelitian tidak lain adalah sebuah gambaran umum tentang

kehidupan rumah tangga dalam keluarga poligami. Pendapat para istri tentang

syariat poligami serta menceritakan bagaimana mereka bisa menjadi bagian

dari keluarga poligami. Disini juga akan diceritakan bagaimana sistem

komunikasi yang terbangun diantara anggota keluarga poligami tersebut.

Page 37: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

25

Bab IV Analisis Data Terdiri dari tiga bagian analisis yaitu analisis tetang

pendapat para istri tentang syariat poligami. Pendapat tentang analisis konsep

pembagian nafkah yang diterapkan oleh suami terhadap masing-masing istri,

serta tentang analisis mengenai tatacara dalam menjalin komunikasi. Tidak

ketinggalan pula di bab ini juga diceritakan bagaimana cara menyikapinya.

Bab V Penutup Dimana penulis menyimpulkan apa yang penulis dapat dari

pembahasan bab-bab sebelumnya sehingga penulis bisa memberikan saran-

saran yang penulis sampaikan berdasarkan dari penelitian yang penulis

lakukan.

Page 38: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

26

BAB II

POLIGAMI DALAM TINJAUAN SYARIAT ISLAM

A. Pengertian Poligami

Berbicara soal poligami memang tidak pernah ada habisnya, akan selalu

jadi perbincangan yang menarik dari berbagai kalangan. Poligami sendiri

banyak mengalami pertentangan dan perdebatan dikalangan masyarakat pada

umumnya. Namun tidak sedikit pula orang yang salah dalam memahami asal

usul poligami, mereka mengatakan bahwa pada dasarnya poligami itu dibawa

oleh ajaran Islam. Tetapi, sesungguhnya poligami sendiri ada jauh sebelum

ajaran Islam itu datang melalui Muhammad SAW.

Di Indonesia sendiri poligami telah ada jauh sebelum Islam masuk,

bahkan jauh sebelum Indonesia mengalami penjajahan. Poligami di Indonesia

pada jaman dahulu identik dilakukan oleh para raja, pengeran, pejabat dan

kepala suku. Poligami pada masa itu juga dianggap sebagai sistem

perbudakan pada kaum wanita, karena kaum wanita hanya diperlakukan

sebagai pemuas nafsu seksual semata dan hanya sebagai pengabdi dan

biasanya itu berlaku kepada wanita-wanita yang dijadikan istri kedua atau

hanya dijadikan sebagai selir semata.

Sebelum berbicara lebih lanjut akan poligami penulis akan mengupas

sedikit pengertian dari poligami. Dimana poligami secara etimologi berasal

dari bahasa yunani yaitu apolus yang artinya banyak dan gamos yang artinya

perkawinan. Dengan demikian poligami berarti perkawinan yang banyak.

Page 39: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

27

Secara terminologi poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak

memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang

bersamaan.24

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan

secara umum bahwa arti atau pengertian dari poligami adalah poligami

sebagai sistem yang dipakai seorang laki-laki (suami) yang kawin lebih dari

satu wanita (istri).25 Singkatnya poligami adalah seorang suami yang memiliki

istri lebih dari satu orang dalam waktu bersamaan.

B. Poligami Dalam Islam

1. Sejarah Poligami

Poligami sendiri sudah dilakukan secara meluas sejak sebelum

diutusnya Rasulullah SAW ke bumi membawa ajaran Islam. Dimana

poligami sudah dilakukan oleh berbagai suku bangsa baik non arab

ataupun arab. Dari pernikahan poligami itu, bahkan melahirkan keturunan

yang menjadi ras dari suku bangsa tertentu.

Diantara bangsa-bangsa yang mengamalkan poligami adalah bangsa

Ibrani, Arab jahiliyah dan Cisilia yang kemudian dari situ melahirkan

sebagian besar penduduk yang menghuni negara-negara seperti Rusia,

Poland dan Yugoslavia. Tidak ketinggalan pula orang Jerman dan Saxon

yang kemudian melahirkan sebagian besar penduduk yang menghuni

24

Haris Hidayatulloh, “Adil Dalam Poligami Pespektif Ibnu Hazm”, Religi: Jurnal Studi Islam,

vo. 6, no. 2, (oktober 2015), ISSN: 1978-306X: 207-236. 25

Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, (Jakarta:

Balai Pustaka, 2010), hlm. 693.

Page 40: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

28

negara-negara seperti Jerman, Belanda, Denmark, Sweden, Norway dan

lain-lain.26

Dari pemaparan diatas makin meyakinkan bahwa, poligami sudah

ada jauh sebelum Islam datang. Hanya saja dalam Islam poligami lebih

diatur dengan baik karena poligami dalam Islam lebih bisa memelihara

martabat wanita bukannya mendzalimi. Dimana poligami dalam Islam

dibatasi hanya 4 istri dengan beberapa ketentuan dan syarat yang berlaku

baik dalam Al-Qur‟an dan Hadist.

Poligami tak hanya diperbolehkan dalam ajaran Islam. Menikah

lebih dari satu kali ini juga diizinkan dalam konsep ajaran Hindu. Bagi

orang bali zaman dahulu menikah dengan banyak istri menjadi

kebanggaan tersendiri. Terutama bagi kaum raja-raja kerajaan. Namun,

jika menikah lebih dari satu istri di sebut poligami, di agama Hindu

disebut dengan nama Tresna atau Kresna Brahmacari.27

Menurut Putu Wilasa, Ketua PHDI Kabupaten Buleleng

menyatakan bahwa memang tidak ada aturan tertulis yang membolehkan.

Namun, andaikata ada ajaran yang menyatakan boleh, tetap ada aturan

yang sangat ketat mengaturnya. Dalam Lontar Wrettisasana,buku

Silakrama, disebutkan salah satu dari bagian Catur Asrama yaitu

26

Zaini Nasohah, Poligami, (Kuala Lumpur: PERCETAKAN CERGAS (M) SDN. BHD, 2000)

hlm. 2. 27

M. Ilham Marjuk, Poligami Selebriti “Sunah Rasul atau Nafsu”, (Sidoarjo: Masmedia Buana

Pustaka, 2009), hlm. 8.

Page 41: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

29

Brahmacari. Wilasa menjelaskan, konsep poligami menurut ajaran Hindu

terdapat pada salah satu bagiannya yaitu Kresna Brahmacari.28

2. Poligami Rasul

Tidak dipungkiri bahwa nabi kita Muhammad Rasulullah SAW

adalah salah satu contoh bagi umatnya dalam berbagai ilmu dan juga

tauladan dalam implementasi kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah

kehidupan pernikahan beliau. Dimana beliau adalah salah satu tokoh

poligami dalam Islam.

Jika dalam poligami yang dilakukan oleh Rasul kita bisa menelaah

lebih dalam untuk mengetahui apa rahasia dibalik poligami yang

dilakukan Rasulullah SAW, pastinya kita akan mengerti dan memaklumi

bahwa poligami yang dilakukan beliau motifnya bukan syahwat semata.

Sebagaimana yang banyak dilakukan pada jaman sekarang, sehingga bisa

mencoreng makna poligami itu sendiri. Ketidak tahuan itu juga dijadikan

salah satu penyebab terjadinya pro dan kontra dan suara-suara sumbang

dalam syariat Islam tentang pernikahan poligami.

Kurangnya pengetahuan orang-orang tersebut akan sejarah dan latar

belakang poligami yang dilakukan beliau SAW menyebabkan mereka

seenaknya menghujat utusan terakhir Allah SWT itu. Sampai-sampai ada

seorang muslim yang terang-terangan memilih menanggalkan

keIslamannya hanya gara-gara poligami yang dilakukan oleh Nabi SAW.

Mereka merasa malu; mereka pikir Nabi junjungan mereka doyan wanita.

28

Ibid, hlm. 9.

Page 42: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

30

Terlebih ketika mereka juga tahu bahwa Aisyah, salah seorang istri beliau

SAW, masih sangat belia saat dinikahi. What a pity! Kedangkalan

pengetahuan akan agamanya sendiri sungguh telah melenakan mereka.29

Rasulullah menikah pada usia 25 tahun dengan janda yang berumur

40 tahun, beliau adalah Khatijah, istri pertama Rasulullah. Pernikahan

beliau berlangsung 25 tahun dan dikaruniai beberapa putra dan putri.

Bagaimana pernikahan beliau berlangsung dan dijalani secara monogami,

sementara pada masa itu lazimnya pernikahan dilakukan secara poligami

tanpa adanya batasan jumlah istri.

Beberapa tahun sepeninggal Khadijah, barulah beliau SAW mulai

menikah lagi. Dengan demikian, jelaslah bahwa tujuan beliau berpoligami

bukan berdasarkan alasan syahwat. Jika memang Nabi Muhammad SAW

hanya mencari kesenangan semata, tentulah tidak perlu beliau SAW

menunggu sampai berusia lebih dari 50 tahun, beberapa tahun setelah

ditinggal sang istri pertama, baru menikah lagi.30

Semua uraian dan penjelasan diatas bukanlah semata-mata

pembelaan dari kaum muslim terhadap hujatan poligami yang dilakukan

oleh junjungan mereka. Bukan, sama sekali bukan seperti itu. Setidaknya,

ada seorang profesor non muslim yang berkesempatan mempelajari

secara langsung mengenai sejarah dan kehidupan Nabi Muhammad SAW

dan akhirnya memiliki kesimpulan yang berbeda dengan kesimpulan

kaum nonmuslim lain pada umumnya. Profesor Jhon L. Esposito, seorang

29

Oktavia Pramono, Ya Allah, Jangan Biarkan Suamiku Poligami , (Jogjakarta: IN AZNA Books,

2013), hlm. 97. 30

Ibid, hlm. 98.

Page 43: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

31

Professor Religion and Director of center for International Studies at the

College of the Holly Cross. Profesor L. Esposito mengatakan hampir

keseluruhan perkawinan Nabi Muhammad SAW adalah mempunyai misi

sosial dan politik (political and social motives). Demikian yang

dikatakannya dalam bukunya yang berjudul Islam the Straight Path,

terbitan Oxford University Press, tahun 1988.31

Salah seorang nonmuslim lainnya, yakni Caesar E. Farah, menulis

sebagai berikut: “In the prime of his youht and adult years Muhammad

consort”. Caesar Farah pun berkesimpulan bahwa perkawinan Nabi

Muhammad SAW lebih karena alasan politis dan alasan penyelamatkan

para janda yang suaminya meninggal dalam perang membela Islam. Dan

memang, jika melihat lagi ke sejarah, dapatlah diketahui apa alasan

sebenarnya perkawinan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.32

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, Rasulullah dihadapkan

pada romantika rumah tangga. Istri-istri beliau dengan latar belakang

keturunan, watak, dan kepribadian yang berbeda sangat mewarnai

dinamika kehidupan beliau. Karena perbedaan keistimewaan yang mereka

miliki, tak ayal sering terjadi persaingan di antara mereka agar

diperlakukan dengan istimewa oleh Rasulullah SAW. Dalam menghadapi

kenyataan seperti itu, kadang kala beliau menyikapi dengan santun, baik,

lemah lembut, romantis bahkan adakalanya dengan tegas dan keras,

misalnya mencubit hidung, pisah ranjang, dan menceraikan.

31

Ibid, hlm. 99. 32

Ibid, hlm. 100.

Page 44: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

32

Hiruk pikuk, romantika dan problem kehidupan keluarga Rasulullah

SAW sangatlah komplit. Sehingga menjadikan banyak tokoh-tokoh

muslim maupun nonmuslim menjadikannya sebagai kajian penelitian,

kemudian ditulis dan diterbitkan dalam berbagai buku dan literatur

dengan berbagai bahasa. Tidak perlu disembunyikan ataupun ditutup-

tutupi, termasuk masalah percintaan beliau bersama para istri-istri beliau

dan masalah rumah tangga beliau. Tentu saja tujuannya bukan untuk

membeberkan aib beliau, melainkan sebagai contoh dan cerminan secara

langsung.

Untuk lebih memahami bagaimana kehidupan pernikahan poligami

yang dijalani Rasulullah SAW dan apa tujuan sebenarnya, maka penulis

akan merangkum sekilas penjelasan dari beberapa nama istri Rasulullah

SAW:

a. Khadijah binti Khuwailid r.a

Khadijah dilahirkan di mekah. Ayahnya bernama

Khuwailid dan ibunya bernama Fathimah. Keduanya termasuk

keturunan bangsawan Qurays. Ditinjau dari silsilah keturunan,

Khadijah masih memiliki hubungan darah dengan Rasulullah,

yaitu sama-sama keturunan Qushay. Silsilah lengkap Khadijah

adalah Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin

Qushay. Sementara itu silsilah Rasulullah adalah Muhammad bin

Abdullah bin Abdul Mutahlib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin

Qushay. Para ahli sejarah berpendapat bahwa diantara istri

Page 45: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

33

Rasulullah yang silsilah keturunannya paling dekat dengan

Rasulullah adalah Khadijah.33

Sebelum menikah dengan Rasulullah, Khadijah pernah dua

kali menikah. Pertama dengan Athiq bin Abid yang juga seorang

keturunan bangsawan Qurays. Menurut riwayat, pernikahan

pertamannya ini menghasilkan dua anak, yaitu Abdullah bin

Athiq dan seorang anak perempuan yang tidak disebutkan

namanya. Anak perempuannya itu kemudian menikah dengan

Shaifi bin Rafiah. Pernikahan pertama Khadijah berakhir karena

Athiq bin Abid meninggal dunia.34

Khadijah kemudian menikah lagi dengan Nabasyi bin

Malik dari bani Usaid bin Amr bin Tamim yang merupakan

sekutu bani Abdul Dar. Pernikahan kedua itu juga membuahkan

dua anak, yaitu Halah bin Nabasyi dan Zainab binti Nabasyi.

Karena memiliki putra pertama bernama Halah, Nabasyi

mendapat panggilan Abu Halah. Pernikahan ini pun tidak kekal

karena Nabasyi meninggal Dunia.35

Dengan demikian, ketika menikah dengan Rasulullah,

Khadijah telah menjanda dua kali. Kedua suaminya tersebut

meninggalkan harta benda yang cukup banyak serta jaringan

perniagaan yang luas. Karena itulah Khadijah dikenal sebagai

33

Abdurahman Wahyudi, Muhammad‟s Lovers Pesona Cinta Kasih Rasulullah Bersama Istri -

istrinya, (Bandung: Oase Writers Managemen, 2010), hlm. 16. 34

Ibid, hlm. 17. 35

Ibid, hlm.18.

Page 46: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

34

wanita pengusaha yang kaya dalam perdagangan. Sosok Khadijah

adalah seorang wanita yang luar biasa dan mencitrakan

kesempurnaan wanita. Jiwanya adalah perpaduan antara

kecantikan, kebijaksanaan, dan kemuliaan hati.36

Khadijah adalah wanita yang sangat disegani oleh seluruh

kaum Qurays, selain karena ahlak, keturunan juga kekayaannya.

Sehingga hampir semua yang dikatakan Khadijah merupakan

sebuah titah yang jarang orang akan menolaknya. Sehingga pada

saat Rasulullah SAW menikah dengan Khadijah Rasulullah

menjadi pusat perhatian dan kekaguman kaum Qurays.

Rasulullah sering menjadi tempat mengadu bagi orang-

orang Qurays dalam menyelesaikan masalah, perselisihan, dan

pertentangan sehingga orang banyak yang memberi beliau gelar

al-Amin. Semua itu menunjukkan tingginya kedudukan beliau di

tengah masyarakat pada masa sebelum kenabian beliau.37

Lima belas tahun setelah menikah dengan Khadijah, yaitu

ketika berumur 40 tahun, Muhammad pun diangkat menjadi

Nabi. Adapun Khadijah meninggal pada tahun yang bertepatan

dengan Mi‟raj-nya Nabi Muhammad SAW ke surga. Nabi

Muhammad sangat mencintai Khadijah. Buktinya, hanya setelah

sepeninggal Khadijah-lah Nabi SAW baru mau menikahi wanita

36

Ibid, hlm. 19. 37

Ibid, hlm. 34.

Page 47: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

35

lain. Sementara pada waktu itu pernikahan poligami dengan

jumlah istri tak terbatas sangat jamak terjadi.38

b. Saudah binti Zum‟ah r.a

Saudah binti Zum‟ah adalah seorang janda yang usianya

sudah lanjut yang diperistri Rasulullah. Saudah adalah salah satu

istri Rasulullah yang namanya barangkali tidak populer

dikalangan umat Islam. Namun, ia adalah wanita yang memiliki

martabat dan kedudukan mulia di sisi Allah SWT dan Rasul-Nya.

Saudah diperistri oleh Rasulullah pada saat yang tepat, dimana

saat Rasulullah mengalami tekanan-tekanan hebat dari kaum

musyrikin Qurays yang sekaligus harus mengasuh ke empat

putrinya setelah ditinggalkan Khadijah. Dimana, anak-anak

beliau sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang seorang

ibu.

Perjalanan hidup Saudah penuh dengan keteladanan,

terutama bagi wanita-wanita sesudahnya. Rasulullah tidak

menikahinya karena harta atau kecantikannya. Saudah memang

tergolong wanita yang tidak cantik atau kaya. Barangkali yang

dilihat Rasulullah adalah semangat jihadnya, kecerdasan otaknya,

perjalanan hidupnya yang baik, keimanan, dan keihklasannya

kepada Allah SWT. Ia tergolong orang-orang yang pertama yang

memeluk agama Islam bersama suaminya terdahulu.

38

Oktavia Pramono, Ya Allah, hlm. 101.

Page 48: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

36

Nama lengkap Saudah adalah Saudah binti Zum‟ah bin

Abdi Syamsin bin Abdud dari suku Qurays Amiriyah. Nasabnya

bertemu dengan Rasulullah pada Lu‟ay bin Ghalib. Di antara

keluarganya, Saudah dikenal memiliki otak cemerlang dan

berpandangan luas. Sebelum dinikahi Rasulullah, ia menikah

dengan Sakran bin Amar, anak pamannya.39

Jika kembali membuka lembaran sejarah kehidupan

Rasulullah dengan Saudah, kita akan menemukan beberapa

keterangan tentang sosok Saudah. Saudah adalah seorang wanita

yang berbadan tinggi besar, gemuk, tidak cantik, dan tidak kaya.

Ia janda yang ditinggal mati suaminya. Dengan kondisi fisik yang

demikian, tentu saja tidak mungkin Rasulullah memilihnya

karena ketertarikan seksual. Beliau memandang Saudah sebagai

wanita yang kokoh imannya.40

Banyak riwayat yang mengatakan bahwa Saudah takut

diceraikan Rasulullah karena usianya yang sudah tua. Dalam

kitab Shahih karya Imam Bukhari dan Shahih karya Imam

Muslim terdapat cerita yang mengisahkan perihal kabar ini.

Sayyidah aisyah berkata, “Ketika usianya sudah tua, Saudah binti

Zam‟ah memberikan sebagian harinya bersama Rasulullah

kepadaku”.41

39

Abdurahman Wahyudi, Muhammad‟s lovers, hlm. 52. 40

Ibid, hlm. 60. 41

Ali Yusuf Subki, Biografi Istri-istri Rasulullah, Menyibak Hikmah dan Fitnah Dibalik Tabir

Poligami Rasulullah, (Depok: Keira Publishing, 2014), hlm. 55.

Page 49: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

37

Imam Al-Tirmidzi mengatakan bahwa sanad cerita Aisyah

tersebut adalah hasan. Sedangkan Abu Daud, Al-Hakim

mengatakan bahwa cerita itu sahih. Bahwa Saudah sangat takut

diceraikan Rasulullah sampai-sampai Ia berkata, “jangan ceraikan

saya, wahai Rasulullah. Tetaplah menjadi suamiku. Berikan

sebagian jatah hariku bersama Anda kepada Aisyah”. Lalu

Rasulullah menyetujuinya.42

Terdapat firman Allah SWT yang menjelaskan perkara

Saudah, yaitu surat An-Nisa 128.

Artinya: Dan jika seorang perempuan khawatir suaminya akan

nusyuz atau bersikap acuh tak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) meskipun manusia itu menurut tabiatnya

kikir. Dan jika kamu memperbaiki (pergaulan dengan istrimu) dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan acuh tak acuh), maka

sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”.

c. Aisyah binti Abu Bakar r.a

Fase ini dimulai ketika Rasulullah berusia 55 tahun sampai

60 tahun. Pada fase ini, Rasulullah membina rumah tangga

dengan Aisyah dan istri-istrinya yang lain. Dia adalah Aisyah

42

Ibid, hlm. 56.

Page 50: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

38

binti abu Bakar. Aisyah juga dijuluki sebagai Ummu Abdillah.

Sementara ayahnya bernama Abu Bakar, nama asli Abu Bakar

adalah Abdullah, dan dia dijuluki al-Sidhiq karena selalu

membela dan membenarkan apa-apa (ajaran) yang berasal dari

Rasulullah. Jadi, nama lengkap Aisyah adalah Aisyah binti

Abdullah (Abu Bakar Al-Sidhiq) bin Ustman (Abu Qahafah) bin

Amr bin Ka‟ab bin Sa‟ad bin Murrah bin Luay al-Quraysi al-

Taimi.43

Rasulullah menikahi Asiyah pada bulan syawal tahun ke-10

setelah kenabian, tepatnya tiga tahun sebelum hijrah. Saat itu,

Aisyah masih berusia 6 tahun, seperti yang diriwayatkan Imam

Bukhari. Sedangkan, menurut riwayat Imam Muslim, saat itu

Aisyah berusia 7 tahun dan Rasulullah memberinya mas kawin

sebesar 500 dirham.44

Saat dinikahi Rasulullah Aisyah masih berusia enam tahun.

Beliau berkumpul dengannya saat dia sudah berusia sembilan

tahun. Ubaid bin Ismail berkata, “Abu Usamah berkata kepada

kami, dan Hisyam dari Ayahnya, bahwa Khadijah meninggal tiga

tahun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Setelah kira-kira

dua tahun, Rasulullah menikahi Aisyah yang saat itu berusia

43

Ali Yusuf Subki, Biografi Istri-istri, hlm. 61. 44

Ibid, hlm. 65.

Page 51: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

39

enam tahun dan berkumpul dengannya ketika dia sudah berusia

sembilan tahun.”45

Dari pernikahan Rasulullah dengan Aisyah dan bagaimana

cara beliau memperlakukan Aisyah setelah menikah. Dimana

Rasulullah baru tinggal dalam satu rumah dengan Aisyah ketika

Aisyah sudah berusia sembilan tahun. Usia sembilan tahun

merupakan masa baliq bagi wanita. Maka dengan demikian

jelaslah sudah apa yang dilakukan Rasulullah membantah

paradigma sebagian orang yang menuduh bahwa Rasulullah

adalah pelaku fedophilia.

d. Hafshah binti Umar bin Khatab r.a

Nama lengkap adalah Hafshah adalah Hafshah binti Umar

bin Khatab bin Naufal bin Abdul Uzza bin Riyyah bin Abdullah

bin Qurt bin rajah bin Lu‟ay dari suku Adawiyah. Ibunya adalah

Zainab binti Madh‟un bin Hubab bin Wahab bin Hudzaifah,

saudara perempuan Ustman bin Madh‟un. Hafshah merupakan

janda perang dari Khunais yang meninggal dalam keadaan

Syahid.46

Hafshah adalah putri dari Umar, khalifah kedua. Pada

mulanya Umar meminta Ustman mengawini anaknya, yaitu

Hafshah. Akan tetapi, Ustman menolak karena istrinya baru saja

meninggal dan dia belum mau menikah lagi. Umar kemudian

45

Ibid, hlm. 67. 46

Abdurahman Wahyudi, Muhammad‟s Lovers, hlm. 106-107.

Page 52: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

40

pergi menemui Abu Bakar yang juga menolak untuk mengawini

Hafshah. Akhirnya Umar mengadu kepada Nabi SAW bahwa

Ustman dan Abu Bakar tidak mau menikahi anaknya. Nabi SAW

pun berkata pada Umar bahwa anaknya akan menikah. Demikian

juga Ustman akan menikah lagi. Akhirnya, Ustman mengawini

putri Nabi SAW, yaitu Umi kaltsum, sementara Hafshah sendiri

kawin dengan Nabi SAW. Hal ini membuat Ustman dan Umar

gembira.47

Hafshah adalah salah satu istri yang pernah diceraikan oleh

Rasulullah. Hal itu terjadi karena rasa cemburu Hafshah kepada

istri Rasulullah yang lain yaitu Maria Qibtiyah. Dimana saat

hafshah pergi kerumah orang tuanya dan ketika pulang Hafshah

melihat ada Maria Qibtiyah dirumahnya.

e. Zainab binti Khuzaimah r.a

Zainab seorang janda perang adalah istri Rasulullah yang

Rasulullah nikahi pada usia Zainab binti Khuzaimah sudah tua

yaitu 60 tahun. Zainab sendiri tidak begitu cantik. Tidak seorang

pun dari kalangan sahabat yang bersedia menikahinya, namun

Zainab dinikahi oleh Rasulullah SAW.

Rasulullah menikahi Zainab untuk memberikan

perlindungan serta meringankan beban kehidupan yang

dialaminya. Terlebih, Zainab termasuk orang yang pertama

47

Oktavia Pramono, Ya Allah, hlm. 102.

Page 53: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

41

masuk Islam dan turut dalam berbagai penderitaan akibat

permusuhan yang dilancarkan oleh musyrikin quraisy. Zainab

juga terkenal sebagai orang yang sangat memperhatikan orang-

orang miskin sehingga ia mendapat julukan Umm al-Masakin.48

Banyak perbedaan pendapat tentang lamanya Zainab berada

dalam kehidupan rumah tangga Rasulullah. Ada yang

berpendapat tiga bulan. Ada juga yang mengatakan delapan

bulan. Yang pasti, keberadaan Zainab dalam rumah tangga

Rosulullah sangat singkat karena Zainab meninggal ketika

Rasulullah masih hidup. Tidak ditemukan data tentang penyebab

wafatnya Zainab. Zainab binti Khuzaimah adalah istri kedua yang

meninggal selama Rasulullah masih hidup. Oleh karena itu, data

mengenai perjalanan hidup dan kepribadiannya sangat terbatas.

Hanya sedikit sejarawan yang berhasil melacak perjalanan

hidupnya, baik selama bersama Rasulullah maupun sebelumnya.

Walaupun demikian, sejarah telah menorehkan tinta emasnya

tentang kehidupan Zainab bahwa ia adalah istri Rasulullah yang

dikenal dengan kebaikan, kedermawanan, dan sifat santunnya

terhadap orang-orang miskin. Bahkan, sebagai penghormatan

terakhir untuknya, ketika ia wafat, Rasulullah mengurus

48

Abdurahman Wahyudi, Muhammad‟s Lovers, hlm. 131.

Page 54: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

42

jenazahnya dengan tangan beliau sendiri. Semoga Allah SWT

selalu merahmatinya.49

f. Ummu Salamah binti Suhail r.a

Ummu Salamah adalah janda dari Abu salamah. Dilukiskan

oleh para sahabat bahwa Ummu Salamah adalah wanita yang

cantik dan cerdas. Setelah kematian suaminya, Ummu Salamah

menjalankan perannya sebagai ibu dan sekaligus ayah bagi anak-

anaknya.

Beberapa waktu setelah kematian Abu Salamah, beberapa

pemuka dari kalangan sahabat bermaksud meminang Ummu

Salamah sebagai tanda penghormatan terhadap Abu Salamah dan

untuk melindungi diri Ummu Salamah. Diantara mereka adalah

Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Namun, dengan halus Ummu

Salamah menolak mereka.50

Setelah mempertimbangkan berbagai hal dan setelah masa

idah, Ummu Salamah lewat, Rasulullah mengutus Hathib bin Abi

Balta‟ah untuk meminang Ummu Salamah. Hal itu, beliau

lakukan tidak lebih sebagai wujud perasaan kasih beliau terhadap

seorang wanita yang telah berkorban demikian besar dalam

mempertahankan Islam sejak permulaan Islam serta memberikan

perlindungan kepada Ummu Salamah dan anak-anaknya.51

49

Ibid, hlm. 132. 50

Ibid, hlm. 142. 51

Ibid, hlm. 143.

Page 55: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

43

Setelah menikahi Ummu Salamah, Rasulullah

menempatkannya di rumah Zainab binti Khuzaimah sampai

Ummu Salamah meninggal dunia. Ummu Salamah adalah istri

Rasulullah yang wafat terakhir kali. Ummu Salamah wafat pada

usia 84 tahun pada syawal 59 H. Ia wafat setelah menjalankan

berbagai kegiatan dakwah, pengorbanan, dan jihat di jalan Allah

SWT. Ia dishalati oleh Abu Hurairah dan dikuburkan di Baqi,

disamping kuburan Ummahatul Mukminin lainnya.52

g. Zainab binti Jahsy r.a

Zainab binti Jahsy adalah perempuan cantik berkulit putih

dan mempunyai nasab yang terpandang. Rasulullah pergi

melamarnya untuk Zaid bin Haritsah. Imam al-Thabrani

meriwayatkan hadist shahih bahwa “Rasulullah melamar Zainab

untuk Zaid bin Haritsah. Dia mengira bahwa lamaran itu untuk

beliau sendiri. Ketika dia tahu bahwa lamaran itu untuk Zaid, dia

lalu menolak dan berkata, „Saya lebih baik dari dia dari segi garis

keturunan (nasab), Zainab tidak setuju dan marah, lalu berkata

kepada Rasulullah, „Saya tidak mau menikah dengan dia wahai

Rasulullah. Apa saya harus memaksa diri saya? Saya memiliki

garis keturunan yang lebih baik daripada dia. Saya berasal dari

52

Ibid, hlm. 150.

Page 56: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

44

golongan Quraisy, sedangkan dia adalah budak yang dijual di

pasar-pasar‟.”53

Zaid adalah anak angkat Rasulullah yang merupakan budak

hadiah dari Khatijah kepada Rasulullah. Zaid dirawat dan

dijadikan anak angkat Rasulullah. Meskipun Zainab sempat

menolak akan lamaran Rasulullah kepadanya untuk Zaid pada

akhirnya Zainab menjadi istri Zaid. Karena sejak awal Zainab

tidak suka dengan Zaid karena perbedaan garis keturunan, maka

pernikahan tersebut tidak berlangsung lama. Zaid menceraikan

Zainab binti Jahsy. Yang kemudian Zainab dinikahi Rasulullah

dengan beberapa alasan yaitu:

1) Menghapus larangan menikah janda anak angkat dan

kebiasaan masyarakat jahiliyah yang membangga-

banggakan kemuliaan garis keturunan.

2) Menyamaratakan derajat manusi dan mempraktikannya

setelah ada putri orang terpandang menikah dengan

seorang budak, meski budak tesebut telah dimerdekakan.

3) Menghapus perbedaan di kalangan manusia yang

sebelumnya bercokol kokoh diatas fanatisme masyarakat

jahiliyah. Karena semua manusia dalam pandangan Islam

adalah sama: sama-sama keturunan Adam dan Adam

sendiri berasal dari tanah “Tidak ada perbedaan bagi

53

Ali yusuf Subki, Biografi Istri-istri, hlm. 157-158.

Page 57: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

45

orang Arab atau Ajam dan orang berkulit putih dan

berkulit hitam kecuali hanya dalam hal takwa”.

4) Pelaksanaan kehendak Allah SWT. Menikahkan budak

yang telah dimerdekakan, Zaid bin Haritsah dengan

seorang putri orang terpandang bengsa arab dan

menjadikan Rasulullah sebagai orang yang paling

terhormat. Lantaran beliau adalah orang pertama kali

yang menikahi janda seorang budak yang sebelumnya

tidak diperbolehkan dalam adat masyarakat jahiliyah.

5) Membuka pintu bagi putri-putri orang terpandang agar

bisa menikahi laki-laki budak. Dalam kasus ini, Zainab

binti Jahsy menikahi salah satu budak, Zaid bin Haritsah.

6) Diperbolehkannya bagi para pembesar arab menikahi

janda anak angkat mereka setelah diceraikan. Dalam

kasus ini, orang yang menjadi suri tauladan kaum

Muslimin dan pemimpin mereka diperintahkan Allah

SWT. Untuk membuka pintu tersebut dan menikahi janda

anak angkatnya setelah diceraikan.

7) Kehendak Allah SWT terlaksana dengan sempurna tanpa

kekurangan sedikitpun.54

Zainab binti Jahsy adalah istri Rasulullah yang dekat

kekerabatannya dengan Rasulullah, karena Zainab binti Jahsy

54

Ibid, hlm. 187-188.

Page 58: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

46

adalah putri dari bibi Rasulullah. Zainab binti Jahsy juga dikenal

sebagai wanita yang gemar bersedekah. Dan Zainab adalah istri

yang pertama meninggal setelah Rasulullah.

Zainab binti Jahsy meninggal di masa pemerintahan

Khalifah Umar bin Khattab. Pada tahun itu mesir telah berada

dibawah kekuasaan Islam. Ada yang berpendapat Zainab binti

Jahsy meninggal pada tahun 21 Hijriyah. Pada tahun itu terjadi

penahlukan kota Alexandria oleh tentara Islam.55

h. Juwairiyah binti Harits r.a

Rasulullah menikahi Juwariyah setelah melakukan operasi

militer terhadap kabilah-kabilah yang memusuhi Islam. Sebelum

menghadapi kabilah Juwariyah (bani Musthaliq), pasukan umat

Islam berhasil memukul mundur musrykin quraisy sebagaimana

yang mereka janjikan usai perang uhud. Setelah itu, umat Islam

mengonsolidasikan kewibawaannya ke selatan. Mereka bergerak

ke utara semenanjung Arabia untuk melakukan operasi militer

terhadap kabilah-kabilah di sekitar Daumatul Jandal, dekat

perbatasan syam.56

Tawanan yang sangat cantik itu telah menjadi istri

Rasulullah. Aisyah pun merasa gelisah karena ada saingan baru

dalam memperebutkan cinta Rasulullah dan dia tidak tinggal

55

Ibid, hlm. 196. 56

Abdurahman wahyudi, muhammad‟s Lovers, hlm.174.

Page 59: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

47

diam. Untuk mengalahkan Juwariyah, ia melakukan tindakan

yang membuat Juwariyah kembali ke bani Musthaliq. Namun,

tidak ada ahli sejarah yang berhasil menguak tindakan yang

dilakukan oleh Aisyah. Walaupun demikian sengitnya persaingan

antara Aisyah dengan Juwariyah. Secara diam-diam, sebenarnya

Aisyah menaruh rasa kagum kepada Juwariyah. Tentang

Juwariyah, Aisyah berkata, “Tidak ada satu pun istri Rasulullah

yang paling banyak membawa berkah bagi kaumnya daripada

Juwariyah. Karena pernikahannya dengan Rasulullah SAW.

Seratus keluarga bani Musthaliq dibebaskan”.57

i. Ummu Habibah binti Abu Sufyan r.a

Ummu Habibah binti Abu Sufyan adalah putri dari

pemimpin kaum kafir quraisy Abu Sufyan. Abu sufyan adalah

seorang gan pemimpin yang berwibawa. Perkataannya dituruti

oleh orang dengan setia. Pendapatnya selalu dilaksanakan oleh

kaumnya. Kalau Ummu Habibah bersama ayahnya, tentu ia akan

hidup dengan damai dalam perlindungan ayahnya. Namun, ia

lebih memilih menyerahkan hidupnya pada perlindungan Allah

SWT. Ia rela hidup menderita dengan penuh kesabaran,

kejujuran, dan kesungguhan dalam berjuang menegakkan ajaran

agama. Oleh karena itu, perlindungan dan pertolongan Allah

SWT adalah segalanya bagi Ummu Habibah. Ummu Habibah

57

Ibid, hlm. 179.

Page 60: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

48

adalah contoh wanita ideal bagi muslimat. Ia berani menantang

suami pertamanya yang mengajak kufur dengan keluar dari

Islam.58

Dalam hadist tidak banyak disebut tentang kehidupan

keluarga Ummu Habibah dengan Rasulullah. Namun, hal itu

justru mengindikasikan bahwa hubungan Ummu Habibah dengan

Rasulullah berlangsung dengan baik tanpa masalah apa pun.59

Ketika Ummu Habibah merasa bahwa tidak lama lagi ia

akan meninggalkan dunia ini, ia berkata kepada Aisyah, “Wahai

Aisyah, sungguh telah terjadi hal-hal yang tidak menyenangkan

selama kita bermadu. Aku harapkan kepadamu untuk

menghalalkan dan memaafkan diriku tentang sesuatu yang telah

terjadi”. Tidak hanya kepada Aisyah saja, namun kepada semua

istri-istri Rasulullah yang lain. Begitulah seterusnya, Ummu

Habibah meminta maaf dan ridha semua madunya.60

j. Mariyah al-Qibthiyah r.a

Mariah al-Qibthiyah adalah istri Rasulullah yang berasal

dari Mesir. Mariah adalah budak pemberian dari raja Muqauqis.

Rasulullah menerima kabar penolakan Muqauqis dan hadiahnya.

Betapa terkejutnya Rasulullah menerima budak pemberian

Mauqauqis. Beliau mengambil Mariyah kemudian menikahinya

dan menyerahkan Sirin kepada pensyairnya, Hasan bin Tsabit.

58

Ibid, hlm. 193. 59

Ibid, hlm. 195. 60

Ibid, hlm. 196.

Page 61: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

49

Istri-istri Rasulullah sangat cemburu atas kehadiran wanita mesir

yang cantik itu sehingga Rasulullah harus menitipkan Mariyah di

rumah Haritsah bin Nu‟man yang terletak disebelah mesjid.

Walaupun Mariyah pada awalnya seorang budak, Rasulullah

memperlakukan Mariyah tidak berbeda dengan istri-istri beliau

yang lain. Demikian pula para sahabat. Selain Khadijah, Mariyah

adalah satu-satunya istri Rasulullah yang melahirkan anak untuk

beliau.61

Mariah melahirkan anak laki-laki yang diberi nama

Ibrahim. Namun, ibrahim akhirnya meninggal pada usia 18 bulan.

Tidak lama setelah meninggalnya Ibrahim, Rasulullah SAW

meninggal dunia. Sepeninggal Rasulullah, kesedihan dan

kecintaan Maiyah kepada Rasulullah dan anaknya membuatnya

hampir tidak pernah keluar rumah, kecuali untuk berziarah ke

makan suami dan anak tercintanya.62

k. Shafiyyah binti Huyay r.a

Shafiyyah adalah janda yang termasuk “harta rampasan”

yang jatuh ke tangan Dalyah al-Kalbi. Para sahabat kemudian

mengusulkan Rasulullah untuk mengambil Shafyyah karena

Shafiyyah adalah anak pemimpin kaum yahudi. Karena faktor

keturunan itulah, tentunya penanganan Shafiyyah harus

dibedakan dengan wanita rampasan lainnya. Rasulullah

61

Ibid, hlm. 199. 62

Oktavia Pramono, Ya Allah, hlm. 105.

Page 62: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

50

memerdekan Shafiyyah sebagai mahar. Selain tertarik pada

pribadi Shafiyyah yang tidak histeris akan kematian keluarganya,

tidak sebagaimana wanita yahudi lainnya, beliau juga berhitung

secara politis. Dengan berharap permusuhan antara umat Islam

dengan kaum yahudi akan reda karena permusuhan itu

menggerogoti kekuatan umat Islam yang harus menghadapi

Musyrikin Quraisy Mekah.63

l. Maimunah binti Harits

Maimunah adalah istri terakhir yang dinikahi Rasulullah.

Pernikahan Maimunah dengan Rasulullah disebabkan oleh

penyerahan diri Maimunah kepada beliau karena keluarganya

hidup dalam adat jahiliyah. Diriwayatkan bahwa suatu ketika,

Maimunah menyatakan niat menyerahkan dirinya kepada

Rasulullah kepada kakaknya. Oleh ummu Fadhi, niat itu

disampaikan kepada suaminya, Abbas bin Abdul Muthalib.

Kemudian, Abbas menyampaikannya kepada Rasulullah.

Rasulullah lalu mengutus seseorang untuk meminang Maimunah.

Tentu Maimunah bahagia karena keinginannya terkabulkan.64

Rasulullah menempatkan Maimunah di kamar tersendiri.

Pergaulan Maimunah dengan istri-istri Rasulullah yang lain

berlangsung dengan sangat baik. Ia memperlakukan mereka

dengan sangat baik dan penuh hormat agar memperoleh kerelaan

63

Abdurrahman Wahyudi, Muhammad‟s Lovers, hlm. 206-207. 64

Ibid, hlm. 217.

Page 63: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

51

hati mereka. Diriwayatkan bahwa Maimunah adalah istri

Rasulullah yang pertama kali mengkoordinasi orang-orang,

khususnya wanita, untuk memberikan pertolongan kepada orang-

orang yang terluka dalam peperangan. Jasanya sangat tampak

ketika terjadi perang Tabuk. Ia memberikan perawatan kepada

umat Islam yang menderita luka-luka dengan segala kasih

sayang, penuh perhatian dan keihklasan.65

Berdasarkan literatur-literatur, antara lain buku-buku mengenai

biografi Rasulullah SAW, baik yang dibuat oleh kaum orientalis maupun

dari kalangan Islam sendiri. Terdapat, fakta-fakta mengenai praktek

poligami yang dijalankan oleh Rasulullah SAW. Adapun praktek

poligami beliau SAW itu pada dasarnya dilaksanakan dengan motif-motif

sebagai berikut:

1) Motif Dukungan Moril;

2) Motif sosial

3) Strategi Politik

4) Mendapatkan Keturunan

5) Untuk Perdamaian dan Persahabatan

Jadi sangatlah salah apabila poligami Rasulullah hanya dilandaskan

pada syahwat semata. Dan yang lebih utama dalam poligami yang

dilakukan oleh Rasulullah adalah sebagai contoh bagi umat Islam

sesudahnya, bagaimana cara menghadapi sikap istri yang datang dari latar

65

Ibid, hlm. 218.

Page 64: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

52

belakang dan sifat yang berbeda-beda. Tak hanya itu, sekaligus sebagai

contoh untuk para suami bagaimana berbuat adil antara satu dengan

lainnya. Dan untuk para wanita yang di poligami supaya sebagai contoh

bagaimana membangun ukhuwah yang baik antara para istri meskipun

adanya rasa kecemburuan dan iri antara satu dengan yang lainnya.

3. Dalil dan nash tentang poligami

Dalil dan nash tentang poligami terdapat dalam Al-Qur‟an surat An-

Nissa‟ ayat 3 :

Artinya, Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka

kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka

(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki, yang demikian tu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Makna firman Allah : ( مثـى وثلاث وربع )

'Dua, tiga, atau empat.' Yakni nikahilah wanita-wanita yang kalian sukai

selain mereka, jika salah seorang dari kalian suka, silahkan menikah

dengan wanita dan jika suka, silahkan menikah dengan empat wanita.”

Sedangkan Al-Fakhrus Razi berkata, “Dibolehkan menikahi dua wanita

jika suka, tiga wanita jika suka dan empat wanita jika suka. Dibolehkan

menikahi sejumlah ini bagi siapa yang suka. Jika dia takut tidak dapat

Page 65: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

53

berlaku adil, cukuplah dengan dua orang wanita. Dan jika dia masih takut

tidak dapat berbuat adil diantara keduanya maka, cukuplah menikahi satu

wanita saja.”66

Ayat ini dipahami sebagai dalil yang menjadi dasar tentang

bolehnya seorang suami berpoligami. Dimana, ayat ini diturunkan kepada

Rasulullah SAW pada tahun ke delapan hijriyah untuk membatasai

jumlah istri pada batas maximal empat orang saja. Sebelumnya, sudah

menjadi hal biasa jika seorang pria arab mempunyai istri banyak tanpa

ada batasan. Dengan diturunkannya ayat ini, seorang muslim dibatasi

hanya boleh beristri maksimal empat orang saja tidak boleh lebih dari itu.

Adapun hadist Nabi yang memperkuat jumlah pembatasan istri yaitu:

ري دبن جعفرحدثيامعمرعن امز حدثيايي بن حكيم حدثيامحم

خ لان بن سومة وت عن سامم عن ابن عرقال آسلم غ

خذ منن آرتعا. عش وسلم وسوة فقل ل اميب صل الل عو

)روا ابن ما ج(

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Hakim; telah bercerita kepada

kami Muhammad bin Ja‟far; telah bercerita kepada kami Ma‟mar; dari Az-Zuhri; dari Salim; dari ibnu Umar; berkata : Ghailan bin Salamah masuk Islam, sedangkan padanya ada sepuluh orang istri, maka Nabi

SAW bersabda padanya ; “silahkan ambil (pertahankan) empat diantara mereka”. (HR. Ibnu Majah)67

66

“Dalil-dalil Poligami Dalam Islam”, https://almanhaj.or.id/774-dalil-dalil-poligami-dalam-

Islam.html, diakses pada tanggal 01 Mei 2018 pukul 13.00. 67

“Kumpulan Makalah-Makalah”, http://kumpulan-kumpulan-

makalah.blogspot.co.id/2016/03/makalah-hadist-tentang-poligami.html, diakses pada 01 Mei 2018

pukul 14.18.

Page 66: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

54

ل ف انو كن طوف عل وسائ وسلم آن اميب صل الله عو

امواحدة ول ومئذ جسع وسوة

“Sungguh Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam pernah mengelilingi

(menggilir) isteri-isterinya dalam satu malam, dan ketika itu beliau memiliki sembilan isteri”. [HR al Bukhari, no. 5068 dan an-Nasaa-i, 6/54]

Juga nampak dalam perkataan Ibnu „Abbas kepada Sa‟id bin Jubair:

ا وساء ة آكث الم ذ ن خير ج! فا و جت؟ قوت: لا, قال: فت ل حزو

“Apakah kamu telah menikah?” Sa‟id menjawab,”Belum,” lalu beliau berkata,”Menikahlah! Karena orang terbaik ummat ini paling banyak

isterinya.” [HR al Bukhari no. 5069] Dalam kalimat “orang terbaik ummat”, terdapat dua pengertian. :

Pertama : Yang dimaksudkan ialah Rasulullah Shallallahu „alaihi wa

sallam. Sehingga memiliki pengertian, bahwa Rasulullah Shallallahu

„alaihi wa sallam orang terbaik dari ummat ini adalah orang yang paling

banyak isterinya.

Kedua : Yang dimaksud dengan “yang terbaik dari ummat ini” dalam

pernikahan, yaitu yang paling banyak isterinya.

Syaikh Mushthafa al „Adawi berkata,”Semuanya mempunyai dasar dan

menunjukkan pengertian yang sama, yang menjadi dasar pendapat ulama

yang menyatakan sunnahnya berpoligami”.68

68

“Keindahan Poligami Dalam Islam”, https://almanhaj.or.id/2551-keindahan-poligami-dalam-

Islam.html, diakses pada tanggal 01 Mei 2018 pukul 15.44.

Page 67: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

55

Landasan lain yang menunjukkan poligami merupakan sunnah, juga

didapatkan dengan merujuk kepada hadits-hadits yang menganjurkan agar

kaum Muslimin memiliki banyak anak. Karena Rasulullah sangant

berbangga dengan banyaknya umat Beliau SAW. Diantara hadist-hadist

tentang anjuran tersebut salah satunya adalah:

وسلم عو ل اميب صل اللعن معقل بن سار قال: جاء رجل ا

جا ؟ فق ا لا ثل آفبحزو نن آصبت امرآة ذات حسة وجال وا

ال: ا

جوا امودود امومود :قال امثة فقال: حزو امث ث آت ة فنا اه امث لا, ث آت

ن مكثر بك المم فا

“Dari Ma‟qil bin Yasar, beliau berkata: Seseorang datang menemui Nabi

Shallallahu „alaihi wa sallam dan berkata: “Aku mendapatkan seorang wanita yang memiliki martabat dan cantik, namun ia mandul. Apakah aku

boleh menikahinya?” Beliau Shallallahu „alaihi wa sallam menjawab: “Jangan!” Lalu ia mendatangi beliau kedua kalinya, dan beliau melarangnya. Kemudian datang ketiga kalinya, dan beliau berkata:

“Nikahilah wanita yang baik dan subur, karena aku berbangga-bangga dengan banyaknya kalian terhadap ummat-ummat lainnya”. [HR Abu

Dawud no. 2050, dan Syaikh al Albani bekata: “Hadits hasan shahih”. Lihat Shahih Sunan Abu Dawud].69

C. Syarat Poligami Dalam Syariat Islam

Berbicara akan syarat poligami dalam Islam tentu akan ada perbedaan

dengan syarat poligami yang ditetapkan dalam undang-undang negara.

69

“Hukum Poligami Dalam Islam dan Dalilnya”, https://dalamIslam.com/hukum-Islam/hukum-

poligami-dalam-Islam, diakses pada 01 Mei 2018 pukul 15.54.

Page 68: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

56

Dimana, dalam UU No.1 Tahun 1974 pasal 4 jo pasal 41 PP No.9 tahun 1975

jo pasal 57 Kompilasi hukum Islam yaitu: Istri tidak dapat menjalankan

kewajibannya sebagai istri. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang

tidak dapat disembuhkan. Istri tidak dapat melahirkan.

Sedang dalam Islam sendiri terdapat beberapa syarat yang harus

tersebut meliputi 5 hal, yaitu: 1) Jumlah istri maksimal empat. 2) Mampu

berlaku adil. 3) Tidak melupakan ibadah kepada Allah. 4) Dilarang

berpoligami dengan dua wanita yang bersaudara. 5) Mampu menjaga

kehormatan istri.70

Untuk lebih memahami akan syarat poligami dalam Islam. Maka, akan

dibahas satu persatu dengan disertakan dalil yang menguatkan. Baik dalil

tersebut dari Al-Qur‟an maupun dari hadist Nabi SAW.

1. Jumlah istri maksimal 4

Tidak sedikit dari kaum laki-laki yang menjadikan dalil

poligami dijadikan landasan untuk menikah lagi dan lagi tanpa

mengenal batasan. Dan tidak sedikit pula laki-laki yang menikahi

wanita hingga lebih dari 5 sampai 10 kali hanya sebagai pemuas

nafsu belaka. Berdasarkan itu, syariat agama hanya boleh melakukan

poligami tidak lebih dari empat istri. Dan hal tersebut didasari pada

firman Allah SWT.

70

“5 Syarat Poligami Dalam Islam”, https://dalamIslam.com/hukum-Islam/pernikahan/syarat-

poligami-dalam-Islam, diakses pada 04 Mei 2018 pukul 08.45.

Page 69: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

57

ن خفت آلاثقسطوا ف امخامى فاىكحوا ماطاب مسبء مثن وا ن ام ك م

ن خفت آلاثعدموا فواحدة آو ماموكت آماىك ذل آدن وثلاث وربع فا

آلاثعوموا

Artinya, Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya),

maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi dua, tiga, empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka

(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki, yang demikian tu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Dari ayat diatas untuk syarat pertama dalam poligami lebih

dititik beratkan pada batasan wanita yang dipoligami yaitu pada

jumlah wanita “dua, tiga, empat”. Hal ini dikarenakan bahwa,

poligami itu tidak mudah untuk dijalani. Sedangkan dalil lain yang

menguatkan batasan jumlah istri adalah hadist Rasulullah SAW.

Yang berbunyi:

ري عن سامم دبن جعفرحدثيامعمرعن امز حدثيايي بن حكيم حدثيامحم

لان بن وسوة فقل ل اميب صل عن ابن عرقال آسلم غ عش خ سومة وت

خذ منن آرتعا. )روا ابن ما ج( وسلم الل عو

Telah bercerita kepada kami Yahya bin Hakim; telah bercerita kepada kami Muhammad bin Ja‟far; telah bercerita kepada kami Ma‟mar;

dari Az-Zuhri; dari Salim; dari ibnu Umar; berkata : Ghailan bin Salamah masuk Islam, sedangkan padanya ada sepuluh orang istri,

maka Nabi SAW bersabda padanya ; “silahkan ambil (pertahankan) empat diantara mereka”. (HR. Ibnu Majah)

Page 70: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

58

2. Mampu berlaku adil

Suami yang berpoligami wajib memenuhi syarat yang

ditentukan. Syarat tersebut adalah mampu bersikap adil, baik kepada

para istri maupun anak-anak. Adil merupakan sikap ideal yang harus

dimiliki oleh setiap orang Islam. Didalam Al-Qur‟an terdapat tidak

kurang dari dua puluh ayat yang tersebar dalam beberapa surat yang

berbicara masalah keadilan dalam berbagai konteks.71

Sebelum membahas keadilan dalam konteks poligami. Terlebih

dahulu dibahas beberapa makna keadilan atau kata adil menurut sudut

pandang dari beberapa ulama, diantaranya:

a. Pendapat ahli Hadist

Para ahli hadist berpendapat bahwa yang dimaksud adil

adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Dalam

studi ilmu hadist, dijelaskan bahwa seseorang khususnya

perawi, dapat dikatakan adil apabila ia memenuhi beberapa

syarat. Syarat-syarat tersebut, antara lain: beragama Islam,

mukalaf, melaksanakan ketentuan agama, memiliki dan

memelihara muru‟ah, teguh dalam agamanya, tidak

melakukan dosa besar, selalu menjauhi dosa kecil, tidak

melakukan bid‟ah, tidak fasik, tidak berbuat maksiat, dapat

dipercaya, dan lain sebagainya.72

b. Pendapat Imam Ghazali

71

Iffah Qanita Nailiya, Poligami Berkah Ataukah Musibah?, (Jokjakarta: DIVA Press, 2016), hlm.

36. 72

Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadist (Bandung: Angkasa, 1987), hlm.179.

Page 71: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

59

Dalam pandangan Imam Ghazali, sikap adil merupakan salah

satu hal yang penting untuk melahirkan akhlak baik. Spirit

jalan tengah (adil) sejalan dengan ajaran Islam. Di dalam Al-

Qur‟an, banyak dijumpai ayat-ayat yang memberi isyarat

untuk bersikap adil, seperti larangan untuk tidak boleh kikir,

tetapi juga tidak boleh boros (adil atau mengambil jalan

tengah-tengah). Seseorang yang konsisten berada di jalan

tengah (bersikap adil) maka ia akan selamat.73

c. Pendapat Ibnu Miskawaih

Dalam pandangan Ibnu Miskawaih, keadilan atau jalan

tengah merupakan salah satu keutamaan moral. Pertengahan

atau adil dipahami sebagai suatu sikap yang menunjukkan

adanya sikap harmoni, moderat, mulia, dan utama yang ada

dalam jiwa manusia. Ibnu Miskawaih membagi keadilan ke

dalam tiga macam, yaitu keadilan alam, keadilan adat

istiadat, dan keadilan Tuhan. Seseorang bisa berbuat adil bila

ia berhasil memadukan fungsi syariat dan filsafat. Dengan

syariat, seseorang dapat menciptakan keadilan dalam jiwanya

yang penuh daya fikir.74

Keadilan harus dilaksanakan dalam setiap lini kehidupan.

Keadilan akan menambah kualitas hidup seseorang menjadi

73

Imam al-Ghazali, Mengobati Penyakit Hati Ahlak Mulia , (Jakarta: Mizania, 2014), hlm. 71. 74

Iffah Qanita Nailiya, Poligami berkah, hlm.40.

Page 72: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

60

manusia yang mampu menggunakan akal cerdasnya. Yang

selanjutnya dapat menggapai ridha Allah SWT.75

d. Pendapat Quraish Shihab

Pendapat Quraish Shihab, di dalam Al-Qur‟an, ada beberapa

istilah yang pengertiannya menunjuk pada makna adil atau

keadilan. Beberapa istilah tersebut, antara lain: al-„adl, al-

qisth, al-mizan, serta beberapa ungkapan yang bermakna

menafikan kezhaliman, meskipun pengertian keadilan tidak

selalu menjadi antonim kezhaliman. Kata al-„adl, memiliki

arti „sama‟. Kata ini memeberikan kesan adanya dua pihak

atau lebih. Sebab, jika hanya satu pihak, maka tidak akan

terjadi persamaan. Contohnya adalah perintah berbuat adil

(menggunakan kata „adl) bagi suami yang ingin berpoligami.

Sementara itu, kata al-qisth memiliki arti asal sebagai

semengantarkan adanya “persamaan”, mengingat bagian

dapat saja diperoleh hanya oleh satu pihak. Dengan demikian,

kata al-qisth lebih umum dari kata al-„adl. Karena itulah,

ketika menuntut seseorang untuk berlaku adil pada diri

sendiri, Allah SWT menggunakan kata al-qisth, (QS. An-

Nisaa‟ [4]: 135).

Selain itu, ada juga kata al-mizan yang berasal dari kata

wazn, yang berarti “timbangan”. Sedangkan, Mizan berarti

75

Ibid, hlm.41.

Page 73: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

61

alat untuk menimbang. Kata ini juga berarti keadilan karena

bahasa sering kali menyebut alat untuk mengatakan hasil

yang diperoleh dari penggunaan alat tersebut.76

Cakupan makna adil dalam poligami yang merupakan salah

satu syarat dari poligami merupakan makna mutlak. Dimana, seorang

suami dituntut berlaku adil dalam beberapa hal, diantaranya:

a. Adil dalam memberikan kebutuhan lahir

Seorang suami yang memiliki istri lebih dari seorang, baik

dua, tiga, maupun empat orang istri, harus memberikan

nafkah materi secara adil kepada semua istrinya. Dimana,

kata adil maksudnya adalah menuntut adanya kesamaan

dalam membagi sesuatu kepada dua pihak atau lebih. Dan

tidak hanya menuntut hanya kepada sebagian saja meski

adakalanya pembagian itu tidak harus sama nilainya.

Para ulama berbeda pendapat mengenai maksud adil dalam

memberikan nafkah kepada para istri harus sama atau tidak

jumlahnya. Ibnu Hazm mengatakan bahwa wajib hukumnya

bagi suami untuk memberikan nafkah harta bagi para istrinya

dengan jumlah yang sama. Ibnu taimiyah juga mengatakan

bahwa harus ada kesamaan nafkah yang diberikan suami

kepada para istrinya.77

76

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an: Tafsir Mudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat ,

(Jakarta: Mizan, 1998), hlm. 111-112. 77

Isham Muhammad Syarif, Selamat Datang Istri Impian: Membedah Karakter dan Kepribadian

Wanita yang Diimpikan Kaum Pria, (Jakarta: Mirqat, 2008), hlm. 185.

Page 74: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

62

b. Adil dalam memberikan kebutuhan batin

Salah satu kebutuhan naluri setiap manusia adalah kebutuhan

batin, termasuk diantaranya adalah kebutuhan seksual. Allah

SWT memberikan naluri seksual bagi setiap manusia. Naluri

tersebut harus disalurkan melalui cara yang benar. Tujuannya

adalah untuk memberikan ketentraman sekaligus keturunan.

Seorang suami yang menikahi lebih dari satu orang istri harus

adil dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan biologis bagi

masing-masing istrinya. Termasuk dalam hal ini adalah

keharusan suami untuk membagi giliran bermalam di rumah

masing-masing istrinya. Seorang suami perlu memiliki

kemampuan dan kesehatan fisik yang prima. Hal ini agar

tercipta keadilan bagi setiap istri, baik lahir maupun batin.

Dengan demikian, seorang suami dalam hal memberikan

nafkah lahir dan batin tidak dibenarkan bila lebih condong

pada salah satu istri.78

c. Adil dalam memperhatikan anak-anak dan keluarga

Seorang suami yang menikah dengan lebih dari satu istri

tentu akan memiliki banyak anak dari masing-masing

istrinya, baik anak dengan istrinya maupun anak tirinya.

Dalam Islam, anak merupakan amanah Tuhan yang diberikan

kepada kedua orang tua untuk dirawat dan dididik dengan

78

Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm. 388.

Page 75: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

63

sebaik-baiknya. Mengabaikan anak sama halnya dengan

mengabaikan amanah sebagai salah satu tanda kemunafikan.

Setiap anak yang lahir dari para istri merupakan tanggung

jawab seorang suami. Memperhatikan anak dari salah

seorang istri, dan mengabaikan anak dari istri lain akan

menimbulkan kecemburuan dalam keluarga. Kecemburuan

menjadi akar timbulnya permasalahan dan percecokan dalam

rumah tangga yang tidak jarang berujung pada perceraian.

Bahkan, hal tersebut akan memicu permusuhan.

Padahal, Islam sangat memperhatikan keharmonisan rumah

tangga. Itulah sebabnya, Allah SWT dalam beberapa firman-

Nya menyatakan agar suami memperlakukan istrinya dengan

baik, menjaga keluarganya dari api neraka, dan membenci

perceraian, meskipun perceraian itu dihalalkan atau

diperbolehkan.

3. Tidak melupakan ibadah kepada Allah

Tidak dapat dipungkiri bahwa adakalanya seorang laki-laki memiliki

banyak istri dan banyak anak menjadikan mereka lalai terhadap

ibadahnya. Terlalu sibuk dalam mengurus keluarganya, kemudian

berbangga diri dengan apa yang sudah dimiliki. Seolah-olah tidak

akan ada batas akhirnya dan melupakan Allah SWT. Seperti dalam

firman Allah yang terdapat pada surat Al-Munafiqun ayat 9 dan Ath-

Thaghabun ayat 14 yang artinya:

Page 76: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

64

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-

anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (QS. Al-Munafiqun: 9)

Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan

anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah terhadap mereka. Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ath-Thaghabun: 14)

4. Dilarang berpoligami dengan dua wanita yang bersaudara

Dalam melakukan poligami, sebaiknya pilihlah isteri-isteri dari

keturunan yang berbeda-beda. Pernikahan yang dilakukan terhadap

dua wanita yang masih memiliki hubungan darat erat (misalnya

saudara atau bibi) tidak diperbolehkan dalam Islam. Allah SWT

berfirman yang artinya:

Diharamkan atas kamu menghimpunkan dalam perkawinan dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi dimasa

lampau. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nissa‟: 23)

Larangan menikahi dua wanita yang bersaudara diperkuat oleh hadist

Rasulullah SAW, bahwa Ummu Habibah (isteri Rasulullah)

mengusulkan agar baginda menikahi adiknya. Maka beliau

menjawab; “Sesungguhnya dia tidak halal untukku.” (HR. Imam

Bukhari, An Nasai). 79

79

5 Syarat Poligami Dalam Islam, https://dalamIslam.com/hukum-Islam/pernikahan/syarat-

poligami-dalam-Islam, diakses pada 14 Mei 2018 pukul 22.27.

Page 77: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

65

5. Mampu menjaga kehormatan istri

Seorang suami memiliki kewajiban membimbing dan mendidik

istrinya untuk hidup dijalan yang lurus sesuai syariat agama. Sebab

suami adalah pemimpin keluarga. Apabila ia membiarkan istrinya

bersikap bebas dan bermaksiat, maka suami pun juga ikut berdosa.

Tak peduli seberapa banyak jumlah isterinya, entah satu, dua, tiga

atau empat, semuanya harus bisa dididik secara benar.80

Firman Allah dalam Al-Qur‟an:

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri-diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (At-Tahrim: 6)

Perintahkanlah keluargamu untuk melaksanakan shalat dan

bersabarlah dalam menegakkannya. (Thaha; 132)

80

Ibid

Page 78: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

66

D. Poligami Dalam Perspektif Ulama

Surat An-Nissa‟ ayat 3-4 diyakini dan difahami sebagai dalil yang

menjadi dasar tentang bolehnya poligami. Meskipun demikian, para ulama

berbeda pendapat dalam menafsirkannya. Para jumhur ulama sepakat bahwa

ayat tersebut turun setelah berakhirnya perang uhud.

Para syuhada perang uhud meninggalkan banyak janda dan anak-anak

yatim yang terancam kehidupan dan masa depan mereka. Keadaan inilah yang

dinilai melatarbelakangi disyariatkannya poligami lewat turunnya surat An-

Nissa‟ ayat 3 tersebut.81

Berikut adalah penafsiran dan pendapat para ulama tentang poligami

yang tertuang dalam surat An-Nissa‟ 3 tersebut:

1. Pendapat Ibnu Jarir ath-Thabari

Menurut Ath-Thabari, ayat tersebut mengandung arti bahwa

seorang laki-laki boleh berpoligami bila ia khawatir jika anak yatim

tidak mempunyai wali yang mampu berbuat adil terhadap hartanya.

Kekhawatiran terhadap ibunya. Karena itu, dibolehkannya poligami

harus didasarkan pada kesanggupan laki-laki untuk berbuat adil atau

tidak. Apabila laki-laki merasa mampu berbuat adil, maka ia boleh

menikah dengan dua hingga empat orang istri. Akan tetapi, bila ada

kekhawatiran tidak dapat berbuat adil, cukuplah bagi suami untuk

menikahi seorang saja.82

81

Khoiruddin Nasution, Riba dan Poligami: Sebuah Study atas Pemikiran Muhammad Abduh,

(jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 85. 82

Iffah Qanita Nailiya, Poligami Berkah, hlm. 23.

Page 79: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

67

2. Pendapat Al-Maraghi

Menurut Al-Maraghi, kebolehan seorang suami berpoligami,

pada dasarnya, merupakan kebolehan yang dipersulit atau diperketat.

Seorang suami boleh berpoligami jika dalam keadaan darurat dan

benar-benar membutuhkan. Secara tidak langsung Al-Maraghi

hendak mengatakan bahwa seorang laki-laki (suami) harus berhati-

hati sebelum membuat keputusan berpoligami. Ada banyak hal yang

harus dipertimbangkan oleh suami sebelum berpoligami. Hal tersebut,

seperti perasaan dan kesiapan istri yang hendak dimadu, perasaan dan

kesiapan anak-anak, kondisi finansial, dan sebagainya.83

3. Pendapat Asy-Syaukani

Asy-Syaukani mengatakan bahwa surat An-Nissa‟ ayat 3

tersebut turun berhubungan dengan kebiasaan orang-orang Arab

sebelum datangnya Islam. Konon, para wali dari bangsa Arab

sebelum datangnya Islam memiliki kebiasaan ingin menikahi anak-

anak yatim. Namun, mereka tidak memberikan mahar dengan jumlah

yang sama sebagaimana mahar yang mereka berikan kepada

perempuan lain yang bukan yatim. Karena itulah Allah SWT

memerintahkan untuk menikahi perempuan bukan yatim hingga

maksimal empat orang dengan syarat berbuat adil. Jika tidak bisa

berbuat adil, cukup menikahi seorang perempuan saja. Batas

maksimal menikahi perempuan hingga empat orang merupakan hal

83

Ibid, hlm. 24.

Page 80: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

68

yang mutlak. Menurut Asy-Syaukani, haram hukumnya bagi laki-laki

menikah dengan lebih dari empat orang istri. Hal tersebut karena

bertentangan dengan yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW

sekaligus bertentangan dengan pemahaman bahasa Arab yang

umum.84

4. Pendapat Az-Zamakhsyari

Az-Zamakhsyari berbeda pendapat dengan para ulama lainnya

mengenai batasan jumlah perempuan yang boleh dinikahi. Beberapa

ulama menilai bahwa seorang laki-laki hanya boleh menikahi

perempuan hingga empat orang. Bahkan, Asy-Syaukani menghukum

haram apabila laki-laki menikahi perempuan lebih dari empat orang.

Az-Zamakhsyari justru berpendapat sebaliknya. Menurut Az-

Zamakhsyari, kata “wa” pada kalimat matsnaa wa tsulaatsa wa

rubaa‟a, berfungsi sebagai penjumlahan (lil jami‟). Dengan demikian,

laki-laki yang mampu berbuat adil kepada para isterinya boleh

menikahi perempuan bukan hanya empat orang, melainkan sembilan

orang sebagai hasil penjumlahan dari 2 + 3 + 4.85

5. Pendapat Al-Qurthubi

Al-Qurthubi memiliki pendapat yang berbeda dengan Az-

Zamakhsyari. Menurutnya, seorang suami hanya boleh menikahi istri

hingga empat orang, sebagaimana tertera jelas dalam surat An-Nissa‟

ayat 3. Batasan tersebut juga telah ditegaskan oleh Nabi Muhammad

84

Ibid, hlm. 27. 85

Ibid, hlm. 28.

Page 81: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

69

SAW. Ketika menyuruh sahabat beliau untuk menyisakan empat

orang isteri saja bagi yang memiliki istri lebih dari empat orang.

Terkait dengan budak, Al-Qurthubi sebagaimana Az-

Zamakhasyi juga sepakat bahwa seorang majikan harus menikahi

terlebih dahulu budaknya sebelum ia menggauli layaknya suami istri.

Hal itu berbeda dengan pendapat Asy-Syaukani yang mengatakan

bahwa seorang majikan boleh menggauli budaknya tanpa harus

dinikahi terlebih dahulu.86

6. Pendapat Imam Syafi‟i

Sebagaimana pendapat ulama yang lain, Imam Syafi‟i juga

mengatakan bahwa seorang suami boleh memiliki istri lebih empat

orang isteri saja. Beliau mengharamkan suami memiliki isteri lebih

dari empat orang. Hal tersebut bertentangan dengan sunah Rasulullah

SAW yakni apabila seorang memiliki lebih dari empat orang isteri,

maka dia harus memilih empat orang saja, dan menceraikan yang

lainnya. Ia boleh memilih isteri yang lebih tua atau yang lebih muda.

Lebih lanjut, Imam Syafi‟i mengatakan bahwa suami hanya

tidak dibatasi untuk dijadikan selir, sebgaimana dalam surat An-

Nissa‟ ayat 3, Allah SWT tidak memberi batasan seperti halnya

isteri.87

86

Ibid, hlm 28-29. 87

Ibid, hlm 29-30.

Page 82: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

70

7. Pendapat Sayyid Qutub

Menurut Sayyid Qutub, pada dasarnya, poligami merupakan

perbuatan yang bersifat rukhsah semata. Suami boleh berpoligami

hanya saat ia benar-benar berada dalam keadaan darurat. Dengan

berpoligami, suami dapat terbebas dari kondisi darurat yang

dialaminya. Meskipun demikian keadaan darurat tersebut tidak serta

merta dijadikan alasan untuk berpoligami. Sebab, suami yang ingin

dijadikan alasan untuk berpoligami. Sebab, suami yang ingin

berpoligami harus memenuhi syarat khusus, yakni adanya sikap adil

kepada para isterinya.

Keadilan yang dipersyaratkan bagi suami yang ingin

berpoligami adalah dalam memberikan nafkah, pergaulan, muamalah,

dan giliran tidur malam. Apabila suami memiliki kekhawatiran tidak

dapat berlaku adil pada beberapa hal tersebut, maka poligami tidak

boleh dilakukan.88

8. Pendapat Muhammad Abduh

Pendapat cukup keras tentang hukum poligami datang dari

Muhammad Abduh. Menurut Abduh, poligami hanya boleh dilakukan

oleh suami dalam keadaan-keadaan tertentu, seperti isterinya tidak

dapat mengandung (mandul) sehingga tidak bisa memberikan

keturunan. Tanpa alasan demikian, abduh berpendapat bahwa

poligami haram dilakukan. Dalam kenyataannya, memang ada suami

88

Ibid, hlm. 31.

Page 83: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

71

yang sel-sel spermanya mengalami kerusakan akibat suatu sebab

sehingga tidak bisa membuahi sel ovum pada isterinya. Apabila sudah

dipastikan bahwa yang mengalami kemandulan adalah dari pihak

istri, maka suami boleh berpoligami. Tanpa sebab tersebut, poligami

tidak boleh, bahkan haram hukumnya. Dalam pandangan Abduh,

salah satu penyebab keharaman poligami adalah karena sulitnya

seorang suami melayani para isterinya dengan seadil-adilnya.

Sedangkan, syarat bagi laki-laki yang ingin berpoligami adalah

kemampuan berbuat adil bagi semua isterinya. Abduh menyimpulkan

bahwa pada dasarnya, pernikahan dalam Islam bersifat monogami,

bukan poligami.89

Rasyid Ridha juga mengatakarn bahwa poligami hukumnya

haram apabila suami tidak bisa berbuat adil terhadap istrinya.

Menurutnya, pernikahan yang ideal di dalam Islam adalah pernikahan

monogami. Yakni, menikahi satu orang isteri saja.90

9. Pendapat Abdul Halim Abu Syuqqah

Menurut Abu Syuqqah, seorang suami boleh berpoligami

apabila ia mengalami sedikitnya empat keadaan. Pertama, untuk

mengatasi masalah keluarga yang dialaminya. Seperti, istrinya

mengalami kemandulan, mengalamin cacat fisik, atau menderita

penyakit berkepanjangan sehingga tidak bisa menjalankan fungsinya

sebagai seorang istri. Suami boleh menikah lagi dengan perempuan

89

Ibid, hlm. 32. 90

Khoirudin Nasution, Riba dan Poligami, hlm. 104.

Page 84: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

72

yang mampu mengatasi masalah tersebut dan menjalankan fungsinya

sebagai isteri.

Kedua, suami sering melakukan perjalanan dalam waktu yang

lama. Sehingga, ia tidak bisa melibatkan isterinya karena mengurus

anak-anaknya di rumah. Suami boleh berpoligami kerena keadaan

yang mendesak tersebut.

Ketiga, poligami dilakukan dengan tujuan berbuat baik pada

seorang perempuan shalihah. Perempuan tersebut tidak ada yang

karena sedang menanggung anak-anak yatim. Dalam hal ini, suami

boleh menikah lagi dengan perempuan tersebut.

Keempat, suami ingin menambah kesenangan karena

kesahatannya prima dan memiliki materi yang cukup untuk

digunakan menafkahi isteri-isterinya. Keempat faktor tersebut

ditambah dengan syarat lain, yakni kemampuan suami untuk berbuat

adil kepada semua isteri dan anak-anaknya serta mampu memelihara

mereka dengan baik.91

10. Pendapat Qurais Syihab

Dalam pandangan Qurais Syihab, surat An-Nissa‟ ayat 3

memang menjadi dasar kebolehan berpoligami. Namun, keberadaan

ayat tersebut sering disalahpahami oleh kebanyakan orang. Pada

dasarnya, ayat tersebut diturunkan bukan untuk membuat satu

peraturan tentang poligami, mengingat poligami sudah dikenal dan

91

Abdul Halim Abu Syuqqani, Kebebasan Wanita, hlm. 388.

Page 85: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

73

dilaksanakan oleh syariat agama dan adat istiadat sebelum ayat

tersebut turun. Ayat tersebut tidak mewajibkan atau menganjurkan

poligami, tetapi hanya berbicara tentang bolehnya poligami. Poligami

merupakan pintu darurat kecil yang hanya dilalui jika sangat

diperlukan dengan syarat yang tidak ringan.92

Lebih lanjut, Qurais Syihab memaparkan bahwa pembahasan

poligami tidak hanya dikaji dari sudut pandang ideal atau baik dan

buruknya. Poligami juga harus ditinjau dari sudut pandang

pengaturan hukum dalam aneka kondisi yang mungkin terjadi.

Sehingga, sebagai agama yang berlaku setiap waktu dan kondisi,

agama Islam wajar mempersiapkan ketetapan hukum yang bisa

ditetapkan pada suatu kejadian tertentu, meskipun kejadian tersebut

hanya sebuah kemungkinan.93

Dengan demikian, surat An-Nissa‟ ayat 3 tidak bisa dipahami

sebagai sebuah anjuran untuk berpoligami, apalagi sebuah kewajiban.

Poligami atau tidak, semua diserahkan pada masing-masing suami

berdasarkan pada pertimbanganya. Al-Qur‟an hanya memberikan

wadah, selain banyak wadah-wadah lain yang memiliki syarat lebih

ringan daripada poligami.94

Demikianlah pendapat atau perspektif beberapa ulama tentang poligami

yang terkait dengan surat An-Nissa‟ ayat 3. Dari beberapa pendapat dan

perspektif tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun diperbolehkan, namun

92

„Iffah Qanita Nailiya, Poligami Berkah, hlm. 34. 93

Ibid, hlm. 35. 94

M. Quraish shihab, Wawasan Al-Qur‟an, hlm.199-200.

Page 86: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

74

poligami memiliki syarat yang tidak ringan. Dan tidak semua orang dapat

memenuhi syarat-syarat tersebut.

E. Pembagian Nafkah Rasulullah dalam Pernikahan Poligami

Ada banyak pembagian nafkah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW

kepada kita selaku umat beliau. Dimana pembagian itu dilakukan sangat adil

diantara istri-istri beliau SAW. seperti halnya pembagian nafkah batin, nafkah

kunjungan malam, nafkah ekonomi, nafkah tempat tinggal, memberikan kasih

sayang yang sama terhadap keluarga.

1. Nafkah batin merangkap nafkah pembagian malam

Imam An-Nawawi dalam syarah Imam Muslim menjelaskan melalui

sebuah hadis dari Anas bin Malik ra berkata:

“Bahwa Nabi SAW mempunyai sembilan istri, ketika beliau membagi hari kepada mereka, maka beliau tidak kembali lagi ke istri

yang pertama kecuali setelah giliran hari bagi istri beliau yang kesembilan. Mereka semua berkumpul pada setiap malamnya di

rumah salah satu istri yang beliau datangi. Suatu ketika beliau sedang di rumah Aisyah maka datanglah Zainab, maka beliau mengulurkan tangan beliau kepadanya. Aisyah berkata: “Dia adalah Zainab”, maka

Nabi pun menarik kembali tangan beliau. Keduanya pun saling bercakap-cakap sampai terdengar ramai suaranya.”

Hadits tersebut menunjukkan bahwa tidak disyaratkan dalam berbuat

adil kepada para istri masing-masing mendapatkan giliran satu malam

dan tidak bertemu dengan istrinya yang lain, namun boleh juga duduk

bersama dengan istri yang tidak mendapatkan giliran pada malam itu

dan bercakap-cakap dengannya. Maka dari itu mereka semua setiap

Page 87: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

75

malam berkumpul di rumah istri yang mendapat giliran pada malam

itu.95

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa begitu adilnya

Rasulullah SAW. Terlebih dalam memenuhi kebutuhan nafkah batin.

Hal ini yang sulit diterapkan dalam kehidupan poligami pada masa

sekarang.

2. Nafkah Materi

Jika suami mampu96 (lihat QS.At-Thalaq 6), maka wajib baginya

memenuhi kebutuhan istrinya sesuai dengan „urf/ adat setempat,

(karena hal ini termasuk dalam QS.an-Nisa‟ 19). Suatu contoh, jika

adat penduduk setempat makanan sehari- harinya adalah roti, atau

jika kebiasaan mereka tidur diatas kasur dan menggunakan bantal

(bukan dilantai atau beralas tikar) maka itulah yang menjadi

kewajiban suami jika ia mampu.97

3. Nafkah Rumah atau tempat tinggal yang layak (maskan)

Wajib bagi seorang suami untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal

istrinya dengan layak , hal ini telah disepakati oleh para ulama,

sebagaimana firman- Allah:

95

Imam An-Nawawi, Syarah Imam Muslim. (Darus Sunnah. 2009), hal. 6/257.

97

Ibnu Qudamah, al-Mughni 9/236.

Page 88: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

76

„‟Dan bergaulah dengan mereka secara patut.‟‟ (QS.An-Nisa’ 19)

Keterangan: termasuk mempergauli istri dengan cara yang patut

adalah menempatkan istri dirumah yang patut/layak baginya, sebab

istri membutuhkan tempat tinggal yang dapat dipakai beristirahat,

bersenang- senang dengan suaminya dan menutupi auratnya dari

pandangan manusia, serta untuk menjaga hartanya, hanya saja tempat

tinggalnya disesuaikan dengan kemampuan sang suami.98 sebab Allah

berfirman;

„‟Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu.‟‟ (QS.At-Thalaq 6)

4. Nafkah untuk keluarga

Kewajiban menafkahi tidak hanya kepada istri, tetapi kepada para

kerabat juga wajib (jika terpenuhi syarat- syaratnya), seperti

menafkahi anak- anaknya, atau orang tuanya, hal ini didasari oleh

beberapa dalil, diantaranya; Seperti Firman Allah tentang kewajiban

seorang ayah menafkahi istri yang telah dicerai dalam keadaan hamil,

dan nafkah tersebut adalah untuk sang anak;

98

Maktabah Abiyah. “ https://maktabahabiyahya.wordpress.com/2012/06/06/fiqih-nafkah-

memahami-kewajiban-memberi-nafkah-dalam-islam/”, Diakses pada 21 Maret 2019 pukul 16.20.

Page 89: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

77

„‟Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,

maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin.‟‟ (QS.at-Thalaq 6)

Lebih diperjelas kewajiban seorang ayah memberi nafkah kepada

anak- anaknya, dalam hadits kisah Hindun bintu Itbah yang artinya

berbunyi:

‟‟Wahai Rasulullah sesungguhnya Abu Sufyan adalah orang yang

kikir, dia tidak memberi nafkah yang cukup buat aku dan anak- anakku, kecuali aku harus mengambilnya sedangkan dia tidak tahu,‟‟ maka (Rasulullah) mengatakan,‟‟ambilah apa yang cukup buatmu dan

anak- anakmu dengan cara yang patut.‟‟ (HR.Bukhori 4945)

Adapun kewajiban seseorang menafkahi orang tua dan kerabatnya,

maka ditunjukkan oleh keumuman ayat- ayat al-Qur‟an tentang

perintah berbakti kepada orang tua (seperti firman Allah QS.al-Isra‟

23, dan 26)

“dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu

dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya Perkataan

"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang mulia”.

“ dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,

kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros”

Page 90: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

78

dan lebih jelas lagi seperti dalam hadits;

Mulailah (memberi nafkah) kepada orang yang menjadi

tanggunganmu, Ibumu, ayahmu, saudarimu, saudaramu, dan

seterusnya.99

Kewajiban menafkahi para kerabat menjadi wajib jika terpenuhi

syarat- syaratnya. Diantaranya, jika kerabat tersebut (orang tua,

saudara dan lainnya) dalam keadaan faqir/ miskin tidak mampu

menafkahi diri mereka sendiri, dan tidak ada orang lain yang

menafkahi mereka. Tetapi jika mereka mampu, atau ada orang lain

menafkahi mereka, maka gugurlah kewajiban ini. Jika seseorang

mempunyai kelebihan setelah menafkahi diri dan yang

ditanggugngnya, Rasulullah bersabda;

„‟Mulailah menafkahi dirimu sendiri, jika tersisa, maka untuk anggota keluargamu, jika tersisa, maka untuk kerabat dekatmu.‟‟

(HR.Muslim 1663) Catatan; Adapun kadar besaran nafkah kepada kerabat adalah sama

dengan kadar besaran nafkah kepada ustri yaitu mencukupi kebutuhan

mereka dengan cara yang patut sesuai kemampuan.100

99

Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram5/145, 100

Muslim Abu Ishaq al Atsari, http://asysyariah.com/aturan-dalam-poligami/. diakses pada 21

Maret 2019 pukul 17.23..

Page 91: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

79

BAB III

Potret Poligami Dalam Keluarga Salafi di Salatiga dan Sekitarnya

A. Pengertian Salafi

Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu, baik dari sisi ilmu,

keimanan, keutamaan atau jasa kebaikan. Seorang pakar bahasa arab Ibnu

Manzhur mengatakan, “Kata salaf juga berarti orang yang mendahului kamu,

yaitu nenek moyangmu, sanak kerabatmu yang berada diatasmu dari sisi umur

dan keutamaan. Oleh karenanya maka generasi awal yang mengikuti para

sahabat disebut salafush shalih (pendahulu yang baik)”.101

Makna semacam ini

serupa dengan kata salaf yang terdapat di dalam ayat Allah yang artinya, “Maka

tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu Kami

tenggelamkan mereka semuanya di laut dan Kami jadikan mereka sebagai salaf

(pelajaran) dan contoh bagi orang-orang kemudian”. 102

Artinya adalah: Kami

menjadikan mereka sebagai pelajaran pendahulu bagi orang yang melakukan

perbuatan sebagaimana perbuatan mereka supaya orang sesudah mereka mau

mengambil pelajaran dan mengambil nasihat darinya.103

Sedangkan salafi sendiri dalam istilah yang sering disebut-sebut oleh

para ulama adalah tentang akidah salaf. Dimana kata salaf merupakan maksud

yang diantaranya mencakup tiga kemungkinan. Dan diantaranya tiga

kemungkinan itu adalah sebagai berikut:

Pertama: Para Sahabat Nabi SAW.

101

“Lisanul „Arab, 9/159, dinukil dari Limadza, hal. 30, Mari Mengenal Mahaj Salaf”,

https://muslim.or.id/430-mari-mengenal-mazhab-salaf.html, diakses pada tanggal 11 Juli 2018

pukul 12.05. 102

Ibid 103

Ibid

Page 92: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

80

Kedua: Sahabat dan murid-murid mereka (tabi‟in).

Ketiga: Sahabat, tabi‟in dan juga para Imam yang telah diakui kredibilitasnya

di dalam Islam yaitu mereka yang senantiasa menghidupkan sunnah dan

berjuang membasmi bid‟ah.

Syaikh Salim Al Hilaly hafizhahullah menerangkan, “Adapun secara

terminologi kata salaf berarti sebuah karakter yang melekat secara pada diri

para sahabat radhiyallahu‟anhum. Adapun para ulama sesudah mereka juga

mencakup dalam istilah ini karena sikap dan cara beragama mereka yang

meneladani para sahabat”. Syaikh Doktor Nashir bin Abdul Karim Al‟Aql

mengatakan, “Salaf adalah generasi awal umat ini, yaitu para sahabat, tabi‟in

dan para imam pembawa petunjuk pada tiga kurun yang mendapatkan

keutamaan (sahabat, tabi‟in dan tabi‟ut tabi‟in, -red). Dan setiap orang yang

meneladani dan berjalan di atas mazhab mereka sepanjang masa disebut

sebagai salafi sebagai bentuk penisbatan terhadap mereka”.104

Kata salaf sebagai sebutan tiga generasi muslim pertama yang dimulai

masa nabi yakni generasi sahabat, tabiin, dan tabi„ tabiin. Dalam literature

Islam merekalah yang dikenal sebagai salafus shalih karena pola hidup

mereka yang terbentuk dengan Al Qur„an dan Sunnah. Ajaran salaf dikenal

dengan manhaj salaf adalah ajaran atau jalan yang terang lagi mudah, yang

ditempuh para Salafus shalih dalam memahami ajaran Rasulullah. Sering

disebut sebagai Ahli Sunnah Wal Jamaah, ungkapan lain yang juga

disematkan pada golongan ini adalah firqoh Najiyah (golongan yang selamat)

104

Ibid

Page 93: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

81

dan ath-Thaifah al Manshurah (golongan yang selalu ditolong). Pada

prinsipnya, seluruh gerakan Islam pasti merasa bahwa mereka adalah

golongan ahlussunnah wal jamaah dan mengikuti kaidah salaf.105

Sebagaimana diketahui pemahaman agama yang bersifat rasional

kontekstual cenderung memahami Al-Qur„an dan ajaran Rasulullah dengan

memberi makna kontekstual dari teks, Sementara pemahaman literal-tekstual

sering kali memahami teks tanpa memperhatikan konteks historis maupun

sosiologisnya. Pemahaman yang kontekstual pada gilirannya mampu memberi

ruang perbedaan dan toleran, sementara pemahaman yang bersifat tekstual-

literal sering melahirkan perspektif katagoris alias hitam putih, salah benar,

kafir mukmin yang pada gilirannya akan memunculkan klaim-klaim

kebenaran secara absolut dengan menegasikan kelompok lain yang berbeda.

Konsekuensi lebih lanjut adalah berkembangnya sikap prejudice dan

ekslusivisme. Model pemahaman yang terakhir inilah yang sering menyulut

kekerasan atas nama agama atau yang sering disebut sebagai radikalisme

agama.106

Sedangkan dalam konteks Islam Indonesia, pemahaman yang bersifat

tekstualliteralis sering dikaitkan dengan Islam yang diimpor dari Timur

Tengah seperti Islam wahabi atau Islam salafi atau yang disebut oleh Gellner

sebagai fundamentalisme dengan ciri utama agama tertentu dipegang kokoh

dalam bentuk literal dan bulat tanpa kompromi.107 Ajaran pemikiran Salafi

105

Siti Zumrotun, dkk, Menabur Benih Islam Salafi di Pedesaan, (Salatiga: IAIN Salatiga Pusat

Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, 2010), hlm. 36. 106

Ibid, hlm. 26. 107

Azyumardi Azra, Pergolakan Politik Islam, (Jakarta: Paramadina, 1996), hlm. 108.

Page 94: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

82

dimungkinkan dimulai dari terbentuknya LIPIA di Jakarta. Lembaga ini

merupakan perluasan atau kuliah jarak lauh dari Universitas Ibnu Saud dai

Saudi Arabia. Disini para dosennya banyak yang berasal dari Saudi, dan dari

merekalah pemahaman atas ajaran wahabi Saudi itu berkembang leluasa. Dari

banyak alumninya, mereka mengembangkan pemikiran yang sama, di

berbagai wilayah. Salah satunya yang dianggap berhasil adalah pendirian

pesantren Islam Al Irsyad di Tengaran. Awalnya pesantren ini diinginkan

berbasis kultur seperti pesantren Gontor, tapi kemudian mulai 1990an, terjadi

perubahan paradigma berpikir menjadi salafi, dengan hadirnya ustadz-ustadz

alumni LIPIA yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penggerak salafi di

Indonesia.108

Adapun tujuan dari salafi itu sendiri adalah purifikasi Islam. Dimana

sebuah upaya pemurnian ajaran dan mengembalikan Islam kepada yang

diyakini asli dari Nabi melalui ajaran Al-Qur‟an dan hadist. Adanya

pemahaman terhadap akidah hanya benar bila mengikuti jejak Nabi dan

salafusshalih. Dimana memahami Islam, aqidah, hukum-hukum, dan segala

sesuatu yang berhubungan dengan semua baik soal keyakinan dan dalil-

dalilnya dikembalikan atau difahami dengan penjelasan Al-Qur‟an dan hadist.

Sedangkan kaitan salafi dengan gerakan Islamisme adalah adanya

pengerucutan yang muncul akibat pengakuan dan penisbatan kata salafi, yang

khusus mengarah pada kelompok gerakan Islam tertentu yang berkembang di

Tanah Air dimana mereka berkiblat pada ajaran awal Muhammmad bin Abdul

108

Siti Zumrotun, Menebar Benih, hlm. 34.

Page 95: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

83

Wahhab, atau wahhaby, yang bersumber pada pemikiran ibnu Taymiyah, dan

bermuara pada pemikiran syeikh-syeikh timur tengah baik itu Saudi (seperti

Syeikh Bin Baz dan Syeikh Utsaimin,) maupun Yaman (Syeikh Muqbil al

Hadi dkk). Mereka memiliki beberapa ide dan karakter yang khas yang

kemudian membedakannya dengan gerakan pembaruan Islam lainnya di

Indonesia.109

B. Sejarah Salafi Indonesia

Pada dasarnya perkembangan dakwah salafi di Indonesia tidak terlepas

dari mudahnya Islam diterima oleh bangsa Indonesia sebagai agama yang

pada akhirnya mereka anut. Dimana penyebaran Islam sendiri pada awalnya

dibawa oleh para pedagang Islam dari timur tengah. Adapun beberapa faktor

yang membantu penyebaran Islam di Indonesia diantaranya bisa diringkas

dengan beberapa hal sebagai berikut:

1. Mudahnya agama Islam, tidak terdapat hal-hal yang rumit bagi

seseorang yang berkeinginan memeluk agama Islam.

2. Sifat orang indonesia dan fitrahnya yang senantiasa mau menerima

segala sesuatu yang baik.

3. Adanya asimilasi, yaitu pernikahan antara orang pribumi dengan

pedagang dari arab.

4. Akulturasi bangsa arab dan penduduk pribumi yang begitu mudah

dan eratnya.

109

Ibid, hlm. 40.

Page 96: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

84

Negeri Indonesia belumlah lama mengenal dakwah salafiyyah yang

murni dan benar, tidak lebih dari 10 tahun yang lalu melalui perantara

sebagian putra-putra Indonesia yang lulus dari Universitas Islam Madinah,

dan mereka terpengaruh dengan para ulama salafiyyin di Madinah sedangkan

mereka itu sedikit. Pengaruh yang jelas dan penyebaran yang luas dakwah

salafiyyah ini juga timbul dari penyebaran dan penerjemahan kitab-kitab

salafiyyah ke dalam bahasa Indonesia dari para ulama salaf, baik yang lampau

maupun ulama pada saat ini. Dari buku-buku itulah mereka mengenal mazhab

salaf yang benar.110

Namun tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan Salafi di Indonesia

banyak dipengaruhi oleh ide dan gerakan pembaruan yang dilancarkan oleh

Muhammad ibn Abd al-Wahhab di kawasan Jazirah Arabia. Kembali kepada

al-Quran dan al-Sunnah serta pemberantasan takhayul, bid„ah dan khurafat

adalah ide mendasarnya. Meskipun satu hal yang patut dicatat bahwa

nampaknya gerakan-gerakan ini tidak sepenuhnya mengambil apalagi

menjalankan cara-cara yang dibawa oleh gerakan purifikasi Muhammad ibn

Abd al-Wahhab, seperti contoh cara kekerasan dan pemberontakan. Di

Indonesia, ajaran awal yang dibawa adalah purifikasi Islam, bagaimana

membersihkan Islam yang di Indonesia dianggap terlalu banyak bercampur

dengan adat, dan mengembalikannya pada ajaran seperti yang dibawa Nabi

Muhammad dan dilakukan oleh sahabat dan pengikut dekatnya saja.111

110

“Perkembangan Dakwah di Indonesia”, https://almazhab.or.id/1128-perkembangan-dakwah-

salafiyah-di-indonesia.html, diakses pada tanggal 11 Juli 2018 pukul 13.56. 111

Siti Zumrotun, Menabur benih, hlm. 40.

Page 97: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

85

Pemikiran salafi Indonesia sangat dipengaruhi oleh pemikiran tokoh-

tokoh luar Indonesia yang paling berpengaruh terhadap Gerakan Salafi

Modern ini. Diantaranya para ulama Saudi Arabia secara umum, seperti

Syeikh Bin Baz, Syeikh Utsaimin, Syekh Rabi al-Madkhaly Madinah dan

sebagainya. Syekh Muhammad Nashir al-Din al-Albany di Yordania , dan

Syekh Muqbil al-Wadi„iy di Yaman. Pengaruh mereka nampak jelas dalam

penerjemahan besar-besaran karya mereka sehingga mewarnai beberapa

terbitan buku-buku di tahun 90an dan 2000an. Bahkan fatwa-fatwa apapun

senantiasa dirujukkan kepada 44 pendapat mereka ini. . Ide-ide yang

berkembang di kalangan Salafi Indonesia tidak jauh berputar dari arahan,

ajaran dan fatwa tokoh-tokoh tersebut.112

Di Indonesia sendiri salafi terbagi menjadi beberapa kelompok,

diantaranya kelompok yang paling mendominasi dan yang menonjol adalah

kelompok salafi Yamani dan Haraki atau yang biasa disebut Saudi. Hal ini

bisa dilihat dari majelis-majelis ilmu yang diselenggarakan. Biasanya yang

paling menonjol adalah dari mana ustad yang mengisi kajian ilmu tersebut

atau dari lulusan mana. Jika Yamani pasti ustadnya dari yaman atau lulusan

universitas ternama di yaman, sebaliknya jika Haraki pasti ustad yang mengisi

dari saudi arabia atau lulusan dari universitas mekah atau madinah.

Pada dasarnya dari dua kelompok ini hampir tidak ada perbedaan dalam

beberapa hal. Dimana beberapa hal itu menyangkut aqidah, fiqih ibadah dan

muamalah. Aqidah mereka yaitu meyakini bahwa Allah diatas arsy yang

112

Ibid, hlm. 43.

Page 98: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

86

dipahami secara mutlak tanpa boleh ditakwilkan atau dipertanyakan.

Sedangkan untuk ibadah selalu berorientasi dan mencotoh pada Rasulullah

dan para sahabat, seperti halnya yang paling benar-benar berbeda dari

masyarakat pada umumnya adalah tidak mengadakan tahlilan, tawasul dan

ziarah kubur.

Pada dasarnya perbedaan salafi Yamani dan Haraki yang paling

meonjol adalah soal sikap mereka. Dimana, salafi Yamani cenderung lebih

keras dan hampir tidak memiliki toleransi dalam berdakwah dan cara

memandang kelompok diluar mereka. Sedangkan salafi Haraki lebih lembut

dan lebih bisa bersikap terbuka terhadap orang-orang diluar kelompok

mereka.

Seperti halnya sikap terhadap politik, sosial dan kemasyarakatan.

Misalnya terhadap politik Tak hanya itu, mereka memandang keterlibatan

dalam semua proses politik praktis seperti pemilihan umum sebagai sebuah

bid„ah dan penyimpangan, terutama dalam pandangan Salafi Yamani.

Muhammad As-Sewed misalnya –yang saat itu masih menjabat sebagai ketua

FKAWJ mengulas kerusakan-kerusakan pemilu diantaranya sebagai sebuah

upaya menyekutukan Allah (syirik) karena menetapkan aturan berdasarkan

suara terbanyak (rakyat), padahal yang berhak untuk itu hanya Allah.,

kesepakatan suara terbanyak itulah yang dianggap sah, itu bertentangan

dengan agama atau aturan Allah dan Rasul-Nya. Pemilu adalah tuduhan tidak

langsung kepada Islam bahwa ia tidak mampu menciptakan masyarakat yang

adil sehingga membutuhkan sistem lain. Partai-partai Islam tidak punya

Page 99: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

87

pilihan selain mengikuti aturan yang ada, meskipun aturan itu bertentangan

dengan Islam. Dalam pemilu terdapat prinsip jahannamiyah, yaitu

menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan-tujuan politis, dan sangat

sedikit yang selamat dari itu.Pemilu berpotensi besar menanamkan fanatisme

jahiliah terhadap partai-partai yang ada.113

Berbeda dengan Salafi Haraki yang cenderung menganggap masalah ini

sebagai persoalan ijtihadiyah belaka. Dalam sebuah tulisan bertajuk al-

Musyarakah fi al-Intikhabat al-Barlamaniyah yang dimuat oleh situs

Islamtoday.com, dipaparkan bahwa sistem peralihan dan penyematan

kekuasaan dalam Islam tidak memiliki sistem yang baku. Karena itu, tidak

menutup mungkin untuk mengadopsi sistem pemilu yang ada di Barat setelah

memodifikasi„nya agar sesuai dengan prinsip-prinsip politik Islam. Alasan

utamanya adalah karena hal itu tidak lebih dari sebuah bagian adminstratif

belaka yang memungkinkan kita untuk mengadopsinya dari manapun selama

mendatangkan mashlahat. Maka tidak mengherankan jika salah satu ormas

yang dianggap sebagai salah satu representasi faksi ini, Wahdah Islamiyah,

mengeluarkan keputusan yang menginstruksikan anggotanya untuk ikut serta

dalam menggunakan hak pilihnya dalam pemilu-pemilu yang lalu.114

Khusus di Salatiga yang mendominasi adalah salafi Haraki. Dimana

adanya halaqoh-halaqoh dan majelis ilmu serta beberapa lembaga pendidikan

diisi oleh ustad-ustad dari pesantren Al-Irsyad yang notabene lulusan dari

113

Ibid, hlm. 48. 114

Ibid, hlm. 49.

Page 100: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

88

universitas di mekah dan madinah. Meskipun ada juga salafi Yamani yang

tinggal di Salatiga meski jumlahnya lebih sedikit dibandingkan salafi Haraki.

C. Potret Poligami Dalam Keluarga Salafi115

Khusus dalam penelitian ini, semua responden yang ada dalam

penulisan penelitian ini adalah responden dari salafi Haraki. Karena kesemua

responden adalah orang-orang yang dikenal baik oleh peneliti. Mereka

tergabung dalam satu wadah kajian ilmu yaitu kajian ilmu yang dipimpin oleh

ustad-ustad dari pesantren Al-Irsyad atau pesantren lainnya yang memiliki

satu pemahaman dengan ustad-ustad dari pesantren Al-Irsyad.

Semua responden yang ada dalam penelitian ini saling mengenal satu

dengan lainnya. Bahkan mereka bisa dibilang sahabat baik. Salafi sendiri

bukan organisasi dan tidak ada organisasi dalam salafi. Tetapi ada wadah

tersendiri, yaitu majelis ilmu yang diadakan rutin baik dalam sekala kecil atau

khusus maupun sekala besar atau umum. Sekala kecil adalah majelis ilmu

yang dilakukan rutin seminggu sekali untuk membahas kitab-kitab tertentu

yang lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal masing-masing responden.

Sedangkan sekala besar biasanya dilakukan setiap tiga bulan sekali yang

terpusat di masjid Darul Amal kota Salatiga yang mana merupakan salah satu

ajang untuk berkumpul dan bersilaturahmi antar semua salafi Haraki di kota

Salatiga dan sekitarnya.

115

Semua nama informan dalam penelitian ini disamarkan (pseudo name) demi menjaga

kerahasiaan informan, semua informan dalam penelitian ini telah menyepakati untuk

dipublikasikan.

Page 101: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

89

Sedangkan untuk latar belakang keluarga dari masing-masing responden

beragam. Dari pegawai, pendidik, akademisi, ustad dan wirausaha. Yang

pada dasarnya dari semua responden tidak ada yang bermazhab salafi dari

lahir. Kesemuanya mengenal salafi ketika masuk dan mengikuti majelis ilmu

yang diadakan oleh ustad-ustad salafi

1. Keluarga Bapak Amin, Poligami sebagai bukti sehat.

Bapak Amin lahir di Salatiga 46 tahun yang lalu. Ia bekerja

sebagai pedagang asongan di terminal tingkir Salatiga. Bapak Amin

menempuh pendidikan hingga sekolah menengah atas. Bapak Amin

terlahir dari keluarga sederhana di desa Suruh. Pada tanggal 6

september 2000, Bapak Amin menikah dengan seorang wanita

bernama Ustadzah Fitrii melalui ajang perjodohan yang dilakukan

oleh seorang ustad dimana beliau berdua berada dalam satu majelis

ilmu, salah satunya majelis ilmu yang diselenggarakan di Masjid Al-

Burhan dan Masjid Darul Amal Salatiga yang notabene adalah istri

pertamanya.

Ustadzah Fitri lahir dari keluarga terpandang dan berada, Ia

dilahirkan di daerah industri kerajinan perak di kabupaten Semarang,

yaitu di desa Bedono. Ustadzah Fitrii menyelesaikan pendidikan

terakhirnya dengan gelar sarjana pendidikan. Karena Ustadzah Fitri

memiliki potensi di bidang ilmu pendidikan dan memiliki cukup

modal, maka Ustadzah Fitri mendirikan lembaga pendidikan yang

khusus untuk PAUD dan TK. Lembaga pendidikan yang didirikan

Page 102: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

90

dan dikelola Ustadzah Fitrii cukup pesat perkembangannya. Sehingga

memberikan penghasilan yang lumayan bagi Ustadzah Fitrii yang

bisa dibilang 80% kebutuhan keluarga ditopang oleh Ustadzah Fitri.

Lembaga pendidikan ini jadi satu dengan tempat tinggal Ustadzah

Fitrii yaitu di kecamatan Sidorejo Lor kota Salatiga.

Dalam pernikahannya hingga saat ini Bapak Amin dan

Ustadzah Fitri belum dikaruniai anak. Pernah beberapa kali Ustadzah

Fitri hamil namun tiap kali hamil selalu berakhir dengan keguguran.

Menurut dokter ada yang bermasalah dengan kesehatan Bapak Amin

yang menganjurkannya untuk menjalani pengobatan dan terapi.

Lain halnya dengan Ustadzah Fitri yang notabene sebagai istri

pertama dari Bapak Amin. Mbak Sila adalah istri kedua Bapak Amin

yang dinikahi pada tahun 2013 secara agama (secara siri). Mbak Sila

berasal dari Purworejo Jawa Tengah, namun selama ini Mbak Sila

hidup dan bekerja di Jakarta sebagai asisten rumah tangga.

Sewaktu Ia kembali ke Purworejo oleh teman pamannya

dikenalkan pada Bapak Amin. Pada saat Bapak Amin datang untuk

nadhor dan mengutarakan maksudnya untuk menikah dengan Mbak

Sila, Mbak Sila mengiyakan. Hal tersebut Ia lakukan karena beberapa

pertimbangan, salah satunya adalah desakan keluarga yang

mengharuskan Mbak Sila menikah, sebab pada waktu itu usia Mbak

Sila tidak muda lagi. Dimana bisa disebut perawan tua, dan

pertimbangan yang kedua yaitu, Bapak Amin mengatakan bahwa Ia

Page 103: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

91

menikah karena Ia tidak dikaruniai anak dan karena istri pertamanya

yang meminta sekaligus memberikan ijin. Pada saat itu Mbak Sila

dan keluarganya baru mulai menegenal dan belajar tentang mazhab

salafi.

Pada saat pewawancara bertanya kepada Bapak Amin tentang

alasannya menikah lagi, Bapak Amin menjawab bahwa karena

menginginkan adanya keturunan. Alasan Bapak Amin tidak hanya itu,

selain untuk memperoleh keturunan juga sebagai pembuktian bahwa

Bapak Amin dalam keadaan sehat dan bisa memiliki keturunan. Dan

terbukti, dengan Mbak Sila Bapak Amin memiliki anak kembar laki-

laki dan perempuan. Meskipun demikian, pernikahan yang dilakukan

Bapak Amin tidak secara terang-terangan. Pernikahan yang Ia

lakukan dengan Mbak Sila tanpa sepengetahuan dari istri pertamanya

Ustadzah Fitri.

Pada dasarnya ini bukan kali pertama Bapak Amin hendak

berpoligami. Pada tahun ke 10 pernikahannya dengan Ustadzah Fitri

Bapak Amin dekat dengan wanita lain dan sudah melakukan proses

ta‟aruf namun diluar sepengetahuan Ustadzah Fitri. Tetapi, belum

sampai ke jenjang yang lebih dalam Ustadzah Fitri mengetahui dan

menentang kalau Bapak Amin menikah lagi sehingga rencana Bapak

Amin dibatalkan.

Empat tahun setelah Bapak Amin membatalkan pernikahan

poligaminya. Untuk yang kedua kalinya Bapak Amin melakukan hal

Page 104: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

92

yang sama, namun bedanya kali ini Bapak Amin langsung membawa

istri mudanya (Mbak Sila) pulang kerumah Ustadzah Fitrii dan

diperkenalkan dengan Ustadazah Fitri namun tidak bertemu.

Selama menjalani pernikahan poligami Bapak Amin membagi

waktunya untuk istri pertama ditiap malam dan istri kedua hanya 2

jam sebelum berangkat kerja dan 3 jam setelah pulang dari kerja.

Sedangkan tempat tinggal untuk istri pertama dirumah peibadi dan

istri kedua dirumah kos. Kemudian dalam pemenuhan kebutuhan

sehari-hari Bapak Amin hanya mengeluarkan secukupnya untuk

kebutuhan makan kepada istri kedua setiap harinya dan untuk istri

pertama Bapak Amin tidak memberikannya karena memang selama

ini Ustadzah Fitri yang berperan lebih besar setiap pemenuhan

kebutuhan keluarga. Untuk anak-anaknya hingga saat ini belum

diketahui bagaimana pemenuhan nafkahnya, hal itu disebabkan sudah

terjadi pisah rumah yang berujung talak dengan istri kedua sebelum

anak-anaknya dilahirkan dan hingga saat ini tidak ada komunikasi

sama sekali.

Page 105: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

93

2. Keluarga Ustad Mirja, Istri ingin menjadi sempurna sebagai

perempuan

Ustad Mirja adalah seorang ustad salafi yang tinggal

dipinggiran berbatasan antara kota Salatiga dengan Kabupaten

Semarang. Di daerah ini Ia menjadi seorang pengajar sekaligus

pembina dari yayasan pendidikan yang berbasis Tahfidhul Qur‟an.

Selain sebagai pengajar kesehariannya adalah mengisi kajian-kajian

pada majelis ilmu yang ada di kota Salatiga dan sekitarnya, seperti

halnya kajian yang diselenggarakan oleh yayasan hati beriman. Tidak

hanya itu, beliau juga berjualan produk-produk herbal meliputi obat-

obatan,madu dan vitamin.

Untuk latar belakang pendidikannya tidak banyak yang bisa

diketahui oleh penulis, tetapi yang pasti Ustad Mirja pernah lama

berada di Mekah dan Madinah. Beliau masih kerabat dari wakil

walikota Salatiga saat ini. Yang notabene adalah dari keluarga yang

begitu religius.

Umi Husna adalah seorang istri yang rela menyepakati dan

menikahkan suaminya demi menyempurnakan dirinya. Wanita

kelahiran kota Bogor ini menikah dengan Ustad Mirja pada tanggal

26 februari 1996, bermula dari seorang teman yang menjodohkan

mereka berdua. Setelah menikah Umi Husna dengan suaminya pergi

ke Saudi Arabiya untuk bersama-sama bekerja dan mendampingi

Page 106: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

94

Ustad Mirja menuntut ilmu. Selang beberapa tahun di negeri orang

mereka berdua pulang ke Indonesia.

Umi Husna adalah perempuan yang baik dan lembut, Ia sosok

yang sederhana dan penyabar. Ia senantiasa menjalani hari-harinya

dengan dengan mendedikasikan diri untuk keluarga dan untuk

mendampingi suaminya dalam berdakwah. Hingga lebih dari lima

tahun berumah tangga Umi Husna belum dikaruniai anak dan

berdasarkan diagnosa dokter karena suatu hal Umi Husna dinyatakan

Infertil sehingga sudah tidak ada harapan untuk mempunyai

keturunan.

Ustad Mirja tidak mau menceraikan Umi Husna dan Umi Husna

juga tidak ingin suaminya tidak memiliki keturunan, maka

berdasarkan pertimbangan yang cukup lama dan dari hasil

musyawarah seluruh keluarga Umi Husna menikahkan suaminya

dengan seorang wanita yang dianggap mampu dan cocok untuk

menjadi madunya dan bekerjasama dengan dirinya dalam

membangun keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah. Ia memilih

wanita untuk menjadi istri kedua suaminya tidak begitu saja, dimana

terlebih dahulu dia mengenal dengan baik karena sebut saja Umi

Marwah adalah salah satu perempuan yang aktif mengikuti majelis

ilmu suaminya.

Umi Marwah adalah perempuan belia yang duduk dimajelis

ilmu Ustad Mirja untuk menuntut ilmu. Ia tidak pernah menyangka

Page 107: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

95

ketertarikannya untuk lebih faham ilmu agama mengantarkannya

menjadi seorang istri kedua dari gurunya. Umi Marwah adalah sosok

perempuan yang sederhana juga, yang lahir dari keluarga sederhana.

Umi Marwah pada awalnya harus berfikir berulang-ulang

namun ketika Ia melihat ketulusan dari Umi Husna selaku istri

pertama sang ustad Ia pun mengiyakan dengan syarat bahwa Ia tidak

ingin pernikahannya hanya sebatas pernikahan sah menurut agama

namun Ia berharap agar pernikahannya sah secara negara dan Umi

Husna beserta suami menyanggupinya. Karena alasan itulah Umi

Marwah dengan senang hati menerima pinangan tersebut dan

menikah dengan Ustad Mirja pada tahun 2002 dan terbukti Ustad

Mirja menikahinya sah secara agama dan negara.

Memang yang menjadi alasan mendasar Ustad Mirja

berpoligami adalah tidak bisanya Umi Husna memberikan keturunan

berdasarkan vonis dari dokter. Tetapi hal itu tidak serta merta Ustad

Mirja berlaku sekehendaknya. Bahkan pada saat memutuskan untuk

menikah lagi itupun semua diserahkan kepada Umi Husna tentang

kesiapannya dan semua prosesnya. Hingga keputusan terakhirpun

Umi Husna yang menentukan siapa pasangan yang cocok untuk

suaminya dan bisa bekerjasama dengannya dalam mengurus rumah

tangga.

Soal pembagian nafkah baik nafkah lahir atau batin Ustad Mirja

punya pendapat dan konsep sendiri, yaitu menjadikan satu istri-

Page 108: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

96

istrinya dalam satu atap. Tidak dipungkiri setelah pernikahan pada

dasarnya Umi Husna meminta ijin agar Ia bisa tinggal dan

mengontrak ditempat lain. Namun suaminya menolak dengan alasan

bahwa Umi Husna tidak akan pernah merasakan menjadi seorang ibu,

apalagi kondisi Umi Husna yang sering sakit. Padahal niat awal Ustad

Mirja menikah salah satunya supaya Umi Husna juga bisa merasakan

menjadi seorang ibu dari anak-anaknya.

Umi Marwah sendiri bersedia tinggal serumah dengan Umi

Husna karena Ia tahu wanita seperti apa Umi Husna itu. Baginya Umi

Husna tidak sekedar madunya, melainkan seperti seorang kakak

tempat berbagi segala sesuatu dan memecahkan masalah bersama.

Untuk memberikan waktu supaya Umi Husna lebih bisa menerima

dengan keadaan yang terjadi Ustad Mirja dan Umi Marwah pergi ke

Saudy Arabiya dengan tujuan yang sama ketika pergi dengan Umi

Husna untuk beberapa tahun dan Umi Husna tinggal dirumah.

Sepulang dari luar negeri Umi Marwah mengandung dan untuk

pertama kalinya keluarga Ustad Mirja memiliki seorang anak. Umi

Husna pun turut bahagia karena baik Ustad Mirja dan Umi Marwah

menyerahkan semua kepada Umi Husna dengan kata lain Umi

Marwah yang melahirkan namun itu anak Umi Husna. Hingga saat ini

Umi Marwah sudah dikaruniai empat putra dan dua putri.

Karena tinggal dalam satu rumah untuk mengelolaan dalam

pembagian nafkah baik nafkah lahir maupun batin berjalan secara

Page 109: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

97

fleksibel tanpa ada tuntutan satu sama lainnya. Apalagi dalam

pemenuhan nafkah untuk anak-anaknya tidak ada kendala. Semua

berjalan seadil mungkin, terbukti jika ada acara keluar Ustad Mirja

akan mengajak semua anggota keluarganya tanpa terkecuali atau jika

salah satu tidak bisa Ustad Mirja lebih baik sendiri. Segala sesuatu

yang terjadi dalam keluarganya baik Ustad Mirja, Umi Husna dan

Umi Marwah lebih suka menyelesaikannya secara musyawarah dan

duduk bersama.

“ saya tidak pernah sedikit pun terlintas akan dipoligami dan menjadi bagian dari keluarga poligami, tapi semua sudah takdir dari Allah dan hanya orang-orang pilihan saja yang sanggup dan diberi amanah

seperti ini, saya adalah wanita yang tidak sempurna jadi untuk menyempurnakan diri saya, saya harus menikahkan suami saya

dengan wanita lain, kalau ditanya bagaimana kita semua membangun komunikasi dalam keluarga, hampir tidak ada masalah dalam keluarga karena kita tinggal serumah dan semua dibicarakan bersama,

bahkan pekerjaan rumahpun kita lakukan secara bersama-sama, anak-anak juga lebih dekat dan manja terhadap saya daripada ke ibu

kandungnya, bagi mereka saya adalah umi yang kedudukannya sama dengan umi yang melahirkan mereka”.116

“saya bersedia menerima pinangan dari Ustad Mirja karena beliau datang dan meminang saya tidak sendiri melainkan bersama Umi

Husna istri pertamanya, karena itu saya merasa begitu dihormati dan ditinggikan derajat saya karena saya tidak dijadikan istri yang hanya akan memenuhi kebutuhan sepihak seorang suami, saya menganggap

Umi Husna lebih dari sekedar seorang madu, tapi beliau orang kedua setelah suami saya yang saya hormati dan saya cintai karena Allah,

karena ahlaknya dan kesabarannya”.117

3. Keluarga Ustad Setiawan, Poligami tanpa sepengetahuan istri

Ustad Setiawan atau Prof Setiawan begitu semua orang

terdekatnya dan teman-temannya memangilnya. Ia asli Salatiga yang

116

Wawancara Umi Husna, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga. 117

Wawancara Umi Marwah, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga.

Page 110: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

98

lahir dari keluarga sederhana dan jauh dari kata kaya yang memiliki

segalanya. Namun itu tidak menjadikan suatu halangan bagi Ustad

Setiawani untuk mengenyam pendidikan yang baik dan dibilang

sukses. Dari TK hingga SMA Ia di Salatiga kemudian setrata satunya

Ia tempuh di Universitas Indonesia dan mengambil sastra Jepang

sebagai konsentrasinya. Tak berhenti sampai disitu, Ia kemudian

melanjutkan studinya di Nanzan University jurusan International

student dan Hiroshima University jurusan Intellectual and Cultural

History, Sociologi of Knowledge.

Tak berhenti sampai disitu juga, Ia bekerja di Nagoya

University sekaligus lecturer and Head of Japanese Studies Program

di universitas swasta ternama di Semarang. Tentunya ini merupakan

kebanggan bagi orang tua dan keluarga besarnya. Kiprahnya dalam

dunia pendidikan sangat banyak. Diantaranya Ia berhasil

menerjemahkan beberapa kitab dari ulama-ulama salaf Mekah dan

Madinah kedalam bahasa Indonesia dan Jepang, bahkan ada beberapa

juga yang merupakan kitab atau buku-buku dari ulama salafi

Indonesia yang Ia translate ke bahasa Jepang dan Arab.

Kiprahnya juga tidak berhenti sampai disitu. Selain Ia sering

menjadi pemateri dari beberapa kajian salafi di Salatiga dan

sekitarnya Ia juga sering diundang sebagai pemateri kajian ilmu di

luar jawa tengah. Di salatiga sendiri Ia beserta beberapa temannya

yang merupakan alumni dari sekolah menengah atas ternama di

Page 111: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

99

Salatiga yang sama-sama bermazhab salaf mendirikan sebuah

kelompok kajian ilmu yang disebut Al-Kahfi. Dimana kajian ilmu ini

berisi tentang kajian yang membedah beberapa kitab-kitab dari ulama

salaf.

Pada tahun 2005 Ustad Setiawan menikahi perempuan asal

lamongan yang bernama Umi Pipit, mereka menikah melalui proses

pendekatan pribadi tanpa melalui proses perjodohan. Pernikahannya

dengan Ustad Setiawan, Umi Pipit dikarunia empat orang anak, dua

laki-laki dan dua perempuan. Dimana kedua anaknya lahir di Jepang

pada saat mengikuti suaminya bertugas disana. Lima tahun Umi Pipit

tinggal di Jepang bersama ke empat anaknya dan mendedikasikan

seluruh hidupnya untuk mengurusi keluarga dan mendidik anak-

anaknya meskipun Ia seorang perempuan yang memiliki pendidikan

strata satu sastra Arab Universitas Indonesia dan mempunyai

segudang talenta.

Memasak adalah hobi yang dimiliki Umi Pipit. Selama di

Jepang Ia tidak menyia-nyiakan kesempatannya untuk lebih dalam

mengasah kemampuannya memasak. Masakan Jepang Ia tekuni dan

sesampainya di Indonesia yaitu di Salatiga Ia menerima pesanan

makanan-makanan khas Jepang dan menjualnya secara online.

Lain hal nya dengan Diah istri kedua Ustad Setiawan. Ia

seorang mahasiswa yang aktif disalah satu universitas negeri ternama

di Semarang. Diah sendiri seorang perempuan lajang asal Padang

Page 112: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

100

Pariaman Sumatra Barat. Awal perkenalannya dengan Ustad

Setiawan dimulai saat Diah mulai mengikuti akun sosial media dari

Ustad Setiawan pada tahun 2011 ketika Ustad Setiawan maih belajar

di Jepang. Dari situ Diah secara intens bertanya akan banyak hal

mengenai kitab-kitab dan mazhab salafi.

Hingga pada tahun 2014 Ustad Setiawan berkunjung ke

Indonesia karena urusan pekerjaan. Saat itu Ia bertemu dengan Diah

dan menunjukkan reaksi kepada Ustad Setiawan kalau Ia memiliki

ketertarikan kepada Ustad Setiawan. Mengetahui hal itu Ustad

Setiawan menyampaikan kepada teman-teman terdekatnya yang satu

komunitas salafi. Diluar perkiraan Ustad Setiawan, ternyata teman-

temannya sepakat dan menganjurkan agar Ustad menikahi Diah dan

menjadikan istri keduanya.

Di tahun 2017 Ustad Setiawan menikah untuk yang ketiga

kalinya. Namun kali ini Ustad Setiwan menikahi seorang janda yang

usianya terpaut jauh di atas nya. Namanya Umi Nabil, Ia janda yang

ditinggal mati mendiang suaminya yang bekerja sebagai salah satu

pegawai di BUMN. Umi Nabil tidak dikaruniai anak sewaktu dengan

almarhum suaminya. Kegiatan sehari-hari Umi Nabil adalah sebagai

penggiat di komunitas umahat salafi yang sering mengikuti kajian

ilmu dibawah naungan yayasan hati beriman yaitu kajian ilmu quro‟ta

ayun di Salatiga dan beberapa kajian ilmu lainnya.

Page 113: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

101

Didalam pernikahannya dengan kedua istrinya baik istri kedua

dan istri ketiga Ustad Setiawan tidak memberitahukan kepada Umi

Pipit selaku istri pertamanya. Dan pada saat Umi Pipit bertanya Ustad

Setiawan menyampaikan alasannya tersendiri. Untuk pernikahan

poligaminya dengan istri kedua Ustad Setiawani memberikan alasan

bahwa adanya jarak yang jauh, dimana Ia harus bolak balik antara

Jepang Indonesia dan harus menetap ditiap-tiap negara cukup lama.

Sedangkan istri pertamanya beserta anak-anaknya Ia ajak ke Jepang.

Sehingga Ia menikah dengan istri keduanya yag notabene berada di

Indonesia. Jadi, tiap ke Indonesia Ia pulang ketempat istri keduanya.

Sedangkan untuk istri ketiganya Ia memeberikan alasan bahwa

Ia menikah kembali karena istri ketiganya yang menawarkan diri dan

meminta untuk dinikahinya. Ia bilang bahwa tidak ada salahnya

menikah lagi tanpa sepengetahuan istri atau ijin dari istri pertama. Hal

itu dikarenakan tidak ada dalil yang meawajibkan seorang suami

untuk menikah lagi harus ijin kepada istrinya terlebih dahulu. Lagi

pula pernikahan yang dilakukan baik dengan istri kedua maupun istri

ketiga adalah pernikahan tanpa akta nikah (pernikahan siri).

Pada April 2018 Ustad Setiawan sekeluarga pulang ke

Indonesia karena memang kontrak kerja di Jepang sudah habis. Umi

Pipit tinggal di sebuah rumah kontrakan di daerah Salatiga sedang

istri kedua berada di daerah Semarang dan istri ketiga tinggal di

Page 114: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

102

daerah perumahan candi Kabupaten Semarang. Jarak domisili antara

istri pertama dan ketiga tidaklah terlalu jaun meskipun beda wilayah.

Sejauh ini berdasarkan apa yang diungkapkan oleh istri

pertamanya, dalam pembagian nafkah Ustad Setiawan memberikan

uang belanja untuk masing-masing istrinya sama. Sedangkan untuk

waktu Ustad Setiawan sendiri lebih condong bermalam dirumah istri

ketiga. Dan beberapa bulan terakhir ini Ustad Setiawan sudah tidak

pernah lagi mengunjungi istri kedua. Untuk tempat tinggal sendiri

Ustad Setiawani belum bisa memberikan tempat yang layak bagi istri-

istrinya. Dimana istri pertama di rumah kontrakan, istri kedua di

rumah kost dan istri ketiga di rumah pribadi. Sedangkan waktu

bertemu anak-anak terbatasi hanya bisa saat pagi ketika

mengantarkan sekolah atau hari libur jika itu bukan jadwal

berkunjung ke isrti yang lainnya.

“selama ini saya diam karena saya tidak bisa berbuat apa-apa,semua

pernikahan dilakukan tanpa sepengetahuan saya dan kesemuanya dilakukan ketika saya berada di Jepang, di Jepang saya sendiri tanpa

saudara dan bergantung sepenuhnya dengan suami jadi saya hanya bisa pasrah dan menahan semua sendiri serta menerima apapun yang menjadi keputusan dari suami, saya sudah tidak mau memperpanjang

masalah dan meramaikan suasana asal suami bisa berlaku adil baik secara lahir, batin, waktu dan materi terlebih adil untuk anak-

anak”.118 “Kakak saya itu menikah lagi hanya salah satu alasan dari sekian

banyak alasan, saya sebagai adiknya merasa bahwa yang jadi alasan utamanya hanya soal gengsi, bagaimana tidak, istrinya sudah

sempurna dan tidak kurang satu apapun, tidak ada alasan bagi suami untuk berpoligami jika semua kebutuhan terpenuhi, namun lagi-lagi kakak saya terpengaruh dengan teman-temannya, saya menilai kakak

118

Wawancara Umi Pipit, pada hari Selasa 31 Juli 2018, di Salatiga.

Page 115: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

103

saya itu hanya ingin menunjukkan bahwa dia bisa, tidak hanya itu,

menurut sepengetahuan kami sekeluarga termasuk ibu dan ayah serta saudara-saudara saya yang lain,perempuan yang dijadikan istri kedua dan ketiga ayah saya hanyalah perempuan yang menikah karena ingin

mendapatkan finansial dan pengakuan publik bahwa mereka bisa mendapatkan suami yang punya pendidikan tinggi”.119

4. Keluarga Ustad Abdul, Poligami karena saling cinta

Kalau untuk keluarga Ustad Abdul peneliti tidak dapat

mewawancarai secara langsung karena istri Ustad Abdul tidak

bersedia untuk diwawancara. Namun peneliti bisa menceritakan apa

yang terjadi berdasarkan wawancara dengan beberapa keluarga dan

orang terdeket Ustad Abdul. Ustad Abdul sendiri adalah seorang

Ustad yang bersama dengan beberapa saudaranya mendirikan

yayasan sekaligus lembaga pendidikan yang ada di pinggiran kota

Salatiga. Disamping itu Ia mengajar dan memberikan tausiyah-

tausiyah dibeberapa tempat kajian salafi.

Tidak hanya itu, keseharian Ustad Abdul juga sebagai seorang

terapis tibun nabawi atau yang lebih dikenal masyarakat umum

sebagai pengobatan ala Nabi. Khusus untuk pengobatan ala Nabi ini

Ustad Abdul sering dimintai tolong untuk melakukan pengobatan

hingga keluar pulau.kepergian Ustad Abdul kadang memekan waktu

cukup lama meskipun tidak sampai hitungan bulan.

Tidak diketahui tepatnya tahun berapa Ustad Abdul pertama

menikah. Ummu Asma istri pertama yang dinikahi Ustad Abdul. Ia

orangnya sangat tertutup dan memiliki sensitifitas cukup tinggi.

119

Wawancara Anggi (adik kandung Ustad Setiawan), pada Rabu 15 Agutus 2018, di Salatiga.

Page 116: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

104

Sehingga saudara-saudaranya banyak yang enggan berurusan

dengannya. Mereka lebih banyak menghindari Ummu Asma daripada

pada akhirnya menyebabkan rasa tidak nyaman diantara mereka.

Dengan Ummu Asma Ustad Abdul dikaruniai tujuh anak, empat

perempuan dan tiga laki-laki.

Sementara istri kedua Ustad Abdul yaitu Umi Aida adalah

seorang perempuan asal Lampung yang berprofesi sebagai seorang

dokter. Orang tua dari istri kedua Ustad Abdul seorang pengusaha

yang cukup kaya yang memiliki tempat pengisian bahan bakar dan

juga usaha-uasaha lainnya. Ustad Abdul mengenal Umi Aida saat Ia

masih menjadi mahasiswa akhir sebuah fakultas kedokteran yang

cukup ternama di Semarang. Dari perkenalan itu timbul rasa suka

diantara keduanya dan ketika lulus dari fakultas kedokteran Umi Aida

ingin menikah dengan Ustad Abdul. Namun dari keluarga besar Umi

Aida tidak menyetujuinya karena dianggap tidak sebanding.

Akhirnya Umi Aida menikah dengan seorang dokter namun

tidak berlangsung lama, pernikahan itu tidak sampai setahun dan

memutuskan untuk bercerai dan menikah dengan Ustad Abdul.

Sebelum menikah Ustad Abdul menyampaikan maksud dan

tujuannya kepada istrinya dan istrinya meneyetujuinya bahkan

istrinya bersedia memberikan persetujuannya di pengadilan agama

untuk melegalkan pernikahan suaminya. Selama proses dipengadilan

Page 117: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

105

Ustad Abdul telah menikah secara agama dengan istri keduanya dan

menyatukan semua istrinya dalam satu rumah.

Jadi yang menjadi alasan Ustad Abdul untuk menikah lagi

adalah karena adanya rasa ketertarikan satu dengan lainnya atau yang

biasa disebut dengan rasa saling cinta. Berdasarkan dari hasil

wawancara terhadap orang-orang terdekatnya., diketahui bahwa untuk

pengelolaan rumah tangga tidak jauh berbeda seperti apa yang

diterapkan oleh Ustad Mirja. Yaitu tinggal bersama antara istri

pertama dan kedua dalam satu rumah hingga terjadi perceraian antara

Ustad Abdul dengan Umi Aida. Dimana Saat itu dengan Umi Aida

Ustad Abdul dikaruniai satu anak laki-laki.

5. Keluarga Bapak Puji, Poligami karena motif ekonomi

Bapak Puji berasal dari kota Pemalang yang dari lulus SMP

sudah pergi untu mengadu nasib ke Jakarta. Selama di Jakarta Bapak

Puji terbilang sukses dengan usahanya dibidang pelelangan ikan pada

sebuah pelabuhan. Usahanya tersebut berkembang pesat dan

menjadikan Ia hidup serba kecukupan bahkan dibilang sangat lebih

daripada orang-orang disekitarnya.

Hingga suatu hari Ia tidak sengaja mengenal perempuan asal

Salatiga yang bernama Umi Ani dan berkunjung dirumahnya. Dalam

sekali kunjungannya ke Salatiga keluarga dari Umi Ani langsung

menyukai Bapak Puji dan meminta Bapak Puji untuk bersedia

menikahi putrinya. Bapak Puji tidak kuasa menolak dan Ia pun

Page 118: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

106

menerima permintaan orang tua Umi Ani untuk menikahinya

meskipun saat itu posisinya Bapak Puji sudah memiliki tunangan di

Pemalang.

Umi Ani sendiri sosok perempuan yang terbiasa dengan

kehidupan serba ada dan dimanja oleh orang tuanya. Hingga saat

menikah sampai memiliki anak Umi Ani masih ketergantungan

kepada orang lain terutama dalam mengurus pekerjaan rumah dan

mengasuh anak-anaknya. Dengan Umi Ani Bapak Puji memiliki

enam anak, tiga putra dan tiga putri yang kesemuanya sebagian besar

masih duduk dibangku sekolah.

Sedangkan Umi Ningsih yang menjadi istri kedua Bapak Puji

yang dinikahi secara siri adalah seorang janda yang memiliki dua

anak laki-laki. Umi Ningsih adalah sosok perempuan yang tangguh,

Ia perempuan yang tidak mudah menyerah. Pada saat Ia diceraikan

oleh suaminya sebelumnya Ia berjuang sendiri merintis usahanya

dibidang produksi pakaian-pakaian muslim yang Ia pasarkan secara

online hingga sekarang usahanya berkembang cukup baik. Sifat sabar

dan pantang menyerah merupakan modal utama dari Umi Ningsih.

Pertemuan Bapak Puji dengan Umi ningsih sekaligus alasan

Bapak Puji untuk menikahi Umi ningsih tak lepas dari peran utama

istri Bapak Puji Sendiri. Umi Ani adalah teman semasa SMP umi

ningsih, jadi mereka sudah mengenal cukup baik dan lama. Umi Ani

memperkenalkan Umi ningsih ke suaminya dan meminta agar Umi

Page 119: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

107

Ningsih bersedia menikah dengan suaminya. Alasannya Umi Ani

meminta agar Umi Ningsih bersedia membantu dan menemani

suaminya untuk merintis usaha barunya, dikarenakan usaha lama

suaminya sudah gagal dan mengalami kebangkrutan.

Umi Ani meyakinkan Umi Ningsih untuk bersedia menerima

pinangannya. Sebab alasan yang dikemukakan Umi Ani kepada Umi

Ningsih salah satunya adalah Umi Ani tidak bisa mendampingi

suaminya. Dia harus fokus mengurus anak-anaknya yang sebagian

masih sangat kecil sehingga Umi Ani harus pergi kembali bersama

orang tuanya dan tidak bisa menemani suaminya terus menerus.

Setelah menikah Umi Ningsih mengikuti suaminya ke

Pemalang dan tinggal dirumah suaminya. Sedangkan Umi Ani

memutuskan untuk tetap tinggal di Salatiga. Umi Ningsih menyetujui

apa yang sudah menjadi kesepakatannya, Ia mengikuti suaminya ke

Pemalang, menetap dan merintis usahanya disana.

Kurang lebih enam bulan Umi Ningsih tinggal di Pemalang,

Umi Ani yang selaku istri pertama meminta untuk tinggal di

Pemalang lagi dan meminta Umi Ningsih mencari kontrakan dan

meninggalkan rumah suaminya. Umi Ningsih pun mengiyakan apa

yang diminta oleh Umi Ani dan pergi mencari kontrakan yang dekat

dengan rumah Umi Ani. Umi Ningsih tinggal tidak jauh dari rumah

Umi Ani. Dengan harapan bahwa suaminya akan lebih bisa belajar

Page 120: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

108

bagaimana menjadi suami yang menjalani rumah tangga secara

poligami.

Pengelolaan rumah tangganya Bapak Puji membagi waktunya

sama rata, semisal seminggu di istri pertama dan seminggu di istri

kedua. Namun, untuk saat ini lebih dibagi dengan hitungan malam

dan siangnya relatif, karena sekarang kedua istrinya tinggal dalam

satu lingkungan yang jaraknya tidak kurang dari 200 meter.

Sedangkan untuk jatah belanja Bapak Puji memberikan jatah yang

sama untuk kedua istrinya terlepas dari kebutuhan anak-anaknya.

Sementara tempat tinggal untuk istri pertama dirumah pribadi dan

istri kedua dirumah kontrakan. Komunikasi pun terjalin baik antara

anak-anak Bapak Puji dengan Umi Ningsih karena memang

dibiasakan. Sedangkan untuk anak-anak Umi Ningsih sendiri tidak

satupun yang ikut Umi Ningsih, semua lebih memilih ikut dengan

neneknya dan menetap di Salatiga. Hal tersebut bisa dimaklumi sebab

ini bukan pernikahan pertama kali bagi Umi Ningsih melainkan ini

pernikahan ke empat kalinya dan juga merupakan pernikahan

poligami yang kedua kalinya.

Page 121: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

109

Untuk mempermudahkan dalam mengenal masing-masing keluarga yang

menjadi responden dalam penulisan skripsi ini serta pola keadilan dalam

pemberian nafkah , maka penulis sajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel I

No Keluarga Poligami Status Pernikahan Jumlah anak Keterangan

1

Bapak Amin a) - Fitri (istri pertama).

b) c) - Sila (istri kedua)

d) -Tercatat di KUA

e) f) - Secara Agama

g) -Tidak ada

h) i) -Dua orang

anak (laki-laki dan perempuan)

j) -Infertil

k) l) - Bercerai

2

Ustad Mirja

-Husna (istri pertama)

-Marwa (istri kedua)

-Tercatat di KUA

-Tercatar di KUA

-Tidak ada

-Enam orang anak (4 perempuan dan

2 laki-laki)

-Infertil

-Hingga saat ini tinggal

dalam satu rumah

dengan istri pertama

3

Ustad Setiawan -Pipit (istri pertama)

-Diah (istri kedua)

-Nabil (istri ketiga)

-Tercatat di KUA

-Secara Agama

-Secara Agama

-Empat orang

anak (2 laki-laki dan 2

perempuan) -Tidak ada

-Tidak ada

4

Ustad Abdul

-Asma

-Aida (istri kedua)

-Tercatat di KUA

-Secara Agama

-Tujuh orang anak (4 Perempuan

dan 3 Lali-laki)

-Satu orang

-Bercerai

Page 122: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

110

anak laki-laki

5

Bapak puji -Ani (istri pertama)

-Ningsih (istri kedua)

-Tercatat di KUA

-Secara Agama

-Empat orang

anak (2 anak laki-laki dan 2

orang anak perempuan)

-Dua orang anak laki-laki

-Dari pernikahann

ya yang terdahulu

Tabel II

No Responden Motif

Poligami

Pola Pembagian Nafkah

Malam Tempat

tinggal Materi

Kasih

sayang

untuk

keluarga

1 Keluarga

Bapak Amin

Sebagai bukti

sehat

Tidak

ada

pembagi

an

malam,

karena

tiap

malam

pulang

kerumah

istri

pertama

Untuk istri

pertama

tinggal

dirumah

pribadi

sedangkan

istri kedua

tinggal

dirumah

kos

Hanya

memberi

kan

cukup

untuk

makan

saja

kepada

istri-

istrinya

Hingga

saat ini

keduan

anak dari

pernikaha

n

keduanya

tidak tahu

kabrnya

pasca

perceraia

n dan

tidak

diberi

tunjangan

nafkah

2 Keluarga

Ustad Mirja

Istri ingin

sempurna

menjadi

Adil

karena

bergantia

Tinggal

dalam satu

rumah

Menyera

hkan

semua

Tidak ada

kesenjang

an antara

Page 123: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

111

perempuan n tiap

malam

dengan

pertimban

gan lebih

mudah

untuk

mengkond

usifkan

keperlua

n dapur

dan

lainnya

kepada

kedua

istri dan

memper

cayakan

nya

kecuali

untuk

biaya

pendidik

an anak-

anak

kedua

keluarga

dari

kedua

belah

pihak,

semua

diperlaku

kan sama

3 Keluarga

Ustad

Setiawan

Menikah tanpa

sepengetahuan

istri dan

karena ingin

diakui oleh

teman-

temannya

Tidak

seimbang

karena

malam

yang

paling

banyak

ditempat

istri

ketiga

dan

pertama,

sedangka

n istri

kedua

semingg

u sekali

Untuk istri

pertama

tinggal

dirumah

kontrakan,

istri kedua

di rumah

kos sedang

istri ketiga

di rumah

pribadi

Semua

diberi

jatah

perbulan

yang

sama

meskipu

n

kebutuh

an istri

pertama

lebih

besar

karena

ada

empat

orang

anak

Tidak

diketahui

4 Keluarga

Ustad Abdul

Karena cinta Berganti

an antara

keduanya

Tinggal

dalam satu

rumah

Sama

rata

kecuali

untuk

kebutuh

Kurang

begitu

faham

karena

sudah

Page 124: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

112

an anak-

anaknya

langsung

dari

Ustadz

Abdul

bercerai

dengan

istri

kedua

5 Keluarga

Bapak Puji

Karena Motif

Ekonomi

Seimban

g antara

istri

pertama

dan istri

kedua

Istri

pertama

dirumah

pribadi

sedangkan

istri kedua

dirumah

kontrakan

Sama

rata

kecualia

tambaha

n untuk

nafkah

anak-

anak

yang

disesuai

kan

Diperlaku

kan sama

baik anak

kandung

maupun

anak

bawaan.

Page 125: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

113

BAN IV

Konsep dan Penerapan Pola Keadilan Dalam Poligami Keluarga Salafi

Dalam Pespektif Hukum Islam

A. Konsep dan penerapan keadilan keluarga poligami salafi

1. Konsep keadilan pemberian nafkah dalam poligami keluarga salafi

Konsep keadilan pemberian nafkah disini adalah merupakan konsep

secara garis besar dari apa yang diutarakan oleh semua informan. Baik

dari pihak suami maupun istri diantaranya membagi nafkah batin sama

kepada semua istri, membagi waktu kunjungan malam yang sama,

membagi nafkah ekonomi sama rata sesuai kebutuhan, memberikan

tempat tinggal yang layak sesuai kebutuhan masing-masing, membagi dan

memberikan kasih sayang yang sama terhadap semua anak. Hal ini sesuai

dengan apa yang diungkapkan oleh beberapa informan yang akan

dijelaskan sebagai berikut :

a. Membagi nafkah batin sama kepada semua istri

Disini yang dimaksud dengan nafkah batin tidak hanya soal

kebutuhan biologi, tetapi meliputi jalinan komunikasi yang baik,

kepercayaan, perhatian, kasih sayang dan cinta. Dimana tidak ada

perbedaan antara satu dengan lainnya. Seperti apa yang

diungkapkan oleh Ustad Mirja bahwa dia sangat menekankan

adanya komunikasi yang baik pada semua anggota keluarganya

dan lebih mengedepankan musyawarah dalam setiap penyelesaian

Page 126: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

114

maslah dan dalam mengambil keputusan . tidak hanya itu,

kepercayaan untuk mengurus segala kebutuhan rumah tangga

juga diserahkan sepenuhnya kepada istri-istrinya.

“saya lebih suka semua anggota keluarga saya terbuka, misalnya ada rasa tidak nyaman (uneg-uneg) supaya disampaikan dan dicarikan solusi penyelesaiannya, biar semuanya bisa tahu dan

bisa saling intropeksi untuk memperbaiki keadaan, orang jawa bilang gen lego (biar lega), terus saya juga sudah tidak ambil

pusing urusan dirumah, semua apa kata umi-uminya saja, saya percaya semua bisa mengatasinya”.120

b. Membagi waktu kunjungan malam sama

Dalam hal ini pembagian malam merupakan pembagian

waktu yang paling diutamakan oleh semua anggota keluarga, baik

istri maupaun anak-anak karena saat malam merupakan saat

santai untuk berkumpul semua anggota keluarga. Disini

pembagian waktu lama yang ideal adalah dengan pembagian

malam yang sama, semalam dirumah istri pertama dan bergilir

malam berikutnya dirumah istri kedua dan seterusnya. Seperti

yang diungkapkan oleh Umi Pipit istri Ustad Setiawan. Dan Umi

Ningsih Istri Bapak Puji.

“Komitmen yang dibuat suami saya ketika kita pertama kembali dari Jepang adalah membagi malam sama antara saya dengan

istri-istrinya yang lain, Ia bilang kalau siang itu adalah untuk kerja, sabtu untuk mengajak anak-anak bermain, minggu jika tidak ada undangan untuk mengisi materi diluar maka itu juga

untuk anak-anak, jadi untuk malamnya satu disana dan satu disini, supaya saya juga bisa berkumpul dengan anak-anak walau

sekedar makan malam”121

120

Wawancara Ustad Mirja, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga. 121 Wawancara Umi Pipit, pada hari Selasa 31 Juli 2018, di Salatiga.

Page 127: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

115

“Pada awal menikah selama enam bulan kami hidup bersama di

Pemalang, sedangkan madu saya di Salatiga, waktu itu seminggu disini dengan saya dan seminggu di Salatiga, kini setelah kami tinggal berdekatan, suami membagi malam saja, semalam

ditempat saya dan semalam ditempat istri pertamanya, kalau siangnya relatif, dan karena ada anak-anak biasanya setelah

magrib suami saya ketempat istri pertamanya karena disana ada anak-anak baru setelah isyak ke tempat saya”.122

c. Membagi nafkah ekonomi sama rata sesuai kebutuhan

Untuk nafkah ekonomi harus dibagi sama rata sesuai

dengan kebutuhan masing-masing istri salah satunya dilihat dari

jumlah anggota keluarga yang ada semisal jumlah anak di

masing-masing istri. Dikarenakan tiap istri berbeda-beda jumlah

anaknya. Ini dicontohkan oleh keluarga dari Bapak Puji. Ia

memberikan nafkah ekonomi dengan jumlah yang sama terhadap

istri-istrinya, sedangkan kebutuhan seluruh anak-anaknya

menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari Bapak Puji.

“Suami saya memberi uang belanja yang sama antara saya dengan istrinya, saya tahu karena sewaktu kami di Pemalang,

saya yang sering mentransfer uang belanja untuk madu saya, jumlahnya pun disesuaikan dengan beberapa rincian, seperti

sekian untuk bayar sekolah, sekian untuk uang saku, sekian untuk beli susu,dan sekian untuk jatah makan anak-anak”.123

Lain halnya dengan Ustad Mirja, karena semua hidup

dalam satu rumah Ia tidak kesulitan dalam membagi nafkah

ekonomi. Ia menyerahkan sepenuhnya semua kepada kedua

istrinya bagimana istri-istrinya mengatur keuangan. Sedangkan

122

Wawancara Umi Ningsih, pada Rabu 22 Agustus 2018, di Salatiga. 123

Wawancara Umi Ningsih, pada Rabu 22 Agustus 2018, di Salatiga.

Page 128: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

116

biaya kebutuhan anak-anaknya yang bukan kebutuhan pangan

semua menjadi tanggungjawabnya.

“Saya menyerahkan sepenuhnya tentang urusan dapur dan kebutuhan-kebutuhan khusus para umi-umi, biar saja mereka

mengaturnya, dan membaginya diantara mereka, tugas saya hanya mencari nafkah dan memberikannya, khusus untuk kebutuhan sekolah anak-anak atau anak-anak minta baju, mainan,

itu juga menjadi tanggungjawab saya”.124

d. Memberikan tempat tinggal yang layak sesuai kebutuhan masing-

masing

Tempat tinggal itu penting, tidak hanya sebagai tempat

bernaung namun juga sebagai tempat berlindung. Tempat tinggal

atau rumah harus layak dan sama antara satu dengan yang lainnya

meskipun tidak harus sama persis bentuknya, tetapi minimal

memiliki status tempat tinggal yang sama. Misalnya, sama-sama

rumah pribadi atau kontrak.

“Tempat tinggal itu sangat penting, disitu jadi wadah buat semua anggota keluarga, harus baik walaupun tidak mewah, selain itu

harus disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya ada anak, tidak mungkin kalau kita taruh di kos-kosan, minimal ya kita kontrakan

rumah. Kalau saya pribadi memang belum bisa membuat rumah lagi, dan saya menjadikan satu istri-istri saya, tapi itu sesuai kebutuhan istri-istri saya, saya tidak mengijinkan Umi Husna

kontrak bukan karena saya tidak mampu, tapi karena keadaan dan kesehatan Umi Husna yang tidak memungkinkan Ia hidup

sendiri, takut ada apa-apa ketika pas saya tidak ada”.125

124 Wawancara Ustad Mirja, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga. 125 Wawancara Ustad Mirja, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga.

Page 129: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

117

e. Memberikan dan membagi kasih sayang yang sama terhadap

semua anak

Disini yang dimaksud memberikan dan membagi kasih

sayang yang sama terhadap anak-anak adalah memberikan kasih

sayang tidak hanya sebatas pemenuhan kebutuhan tetapi waktu

dan juga membangun komunikasi secara baik. Dimana

komunikasi ini tidak hanya terhadap anak kandungnya saja tetapi

meliputi semua anak yang ada dalam lingkup keluarga (anak

bawaan).

Ini dicontohkan oleh Bapak Puji bahwa setiap liburan

ketika anak-anak dari Umi Ningsih datang ke Pemalang atau

ketika Bapak Puji berkunjung ke Salatiga, Ia tidak pernah lupa

untuk datang atau mengajak mereka pergi jalan-jalan walau

hanya sekedar jajan. Tidak jarang juga semua anak-anaknya

diajak bersama.

Berdasarkan wawancara dari keluarga informan didapat beberapa

kesamaan dalam konsep penerapan nafkah untuk anggota keluarganya.

Dimana konsep-konsep tersebut tidak berbeda jauh dengan apa yang

disepakati beberapa ulama akan makna keadilan. Diantaranya Imam Al-

Ghazali, Ibnu Miskawaih, Quraisyi Shihab dan beberapa ulama hadist

tentang konsep keadilan itu adalah mampu berada ditengah-tengah

sehingga bisa menempatkan dan memberikan segala sesuatunya sesuai

dengan tempatnya serta porsinya

Page 130: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

118

2. Pola penerapan keadilan dalam poligami keluarga salafi

Untuk pola penerapan keadilan dalam poligami keluarga salafi

masing-masing keluarga pasti berbeda meskipun tidak jarang ada yang

sama. Misalnya, penerapan dalam pembagian waktu kunjungan atau

mungkin penerapan dalam memberikan nafkah ekonomi. Tidak

dipungkiri jika berbicara soal pemberian nafkah baik nafkah batin

maupun nafkah lahir merupakan hal yang tabu bagi sebagian orang.

Bagaimana tidak, nafkah bukan lagi soal yang bisa dianggap sepele dan

ringan. Nafkah sudah merupakan hal yang begitu sensitif, karena dari

nafkah juga banyak timbul gesekan-gesekan satu dengan yang lain.

Jangankan keluarga poligami, keluarga monogami pun banyak

mengalami pasang surut dan hilangnya keharmonisan dalam keluarga

hanya karena pemenuhan nafkah yang tidak seimbang atau bahkan

kurang. Tidak dipungkiri perceraian pun kerap terjadi hanya karena

nafkah. Beberapa kasus yang terjadi soal adanya ketidak adilan dalam

pemenuhan nafkah bisa dijabarkan sebagai berikut berdasarkan dari

wawancara peneliti terhadap Informan yang meliputi ketidak adilan

dalam pemenuhan nafkah ekonomi, nafkah batin, pembagian malam,

tempat tinggal dan pemberian kasih sayang untuk anak-anak.

a. Ketidak adilan dalam pemenuhan nafkah ekonomi

Seperti halnya kasus Ustadzah Fitri dimana suaminya

menikah tanpa sepengetahuannya dan tidak adil dalam

memberikan nafkah ekonomi. Setiap ditanya soal pola keadilan

Page 131: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

119

dalam pemberian nafkah Ia menjawab dengan tegas bahwa tidak

ada keadilan untuk dirinya akan nafkah yang diberikan. Pada saat

Ia dipoligami Ia begitu keras menolak dirinya untuk dipoligami

dengan alasan suaminya tidak akan pernah bisa memberikan

keadilan nafkah baik lahir maupun batin terhadap dirinya.

Terbukti menjalani kehidupan poligami yang seumur jagung yang

tidak pernah Ia setujui, Ustadzah Fitri sudah merasa bahwa Ia

sangat didzolimi.

Bagaimana tidak, suaminya sering pulang larut malam dan

hampir tidak pernah memberikan uang untuk membeli makan tiap

harinya. Memang selama ini diakui Ustadzah Fitri, soal nafkah Ia

tidak pernah meminta dengan menentukan nominal. Apa yang

diberikan itu yang diterima, tidak jarang terkadang Ustadzah Fitri

yang memenuhi semua kebutuhan rumah tangga. Tetapi semua

itu tidak menjadi masalah asal suaminya tetap dirumah dan hanya

untuk dirinya, dan mau menerima keadaan rumah tangganya

dengan segala kekurangannya. Intinya Ustadzah Fitri tidak

bersedia dipoligami karena Ia yakin suaminya tidak akan pernah

bisa berbuat adil meskipun Ia tidak pernah menentang syariat

tentang poligami.

“Saya tidak pernah menentang poligami, karena itu merupakan

syariat yang Islam yang dicontohkan oleh Rasulullah, namun saya tidak pernah setuju jika suami saya menikah lagi, karena suami saya tidak akan pernah bisa berbuat adil, jika pun memaksa

dan saya menyetujuinya tentu berdampak buruk terhadap saya dan keluarga saya, sebab tidak menutup kemungkinan untuk

Page 132: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

120

memenuhi semua kebutuhan hidup terhadap istri keduannya akan

dilimpahkan kepada saya dan keluarga besar saya, jadi intinya saya tidak pernah menentang poligami namun tidak setuju jika seseorang berpoligami tidak melihat terlebih dahulu

kemampuannya terutama kemampuan dalam segi finansial”.126

Lainnya halnya dengan Umi Pipit, Ia merasa sangat tidak

adil sekali tentag apa yang diterapkan suaminya mengenai nafkah

ekonomi yang Ia terima. Dimana suaminya memberikan jumlah

uang yang sama tiap bulannya kepada semua istrinya. Padahal,

istri yang lain tidak memiliki anak sedangkan Ia memiliki empat

orang anak.

“Saya sangat kecewa ketika apa yang dilakukan suami saya

terhadap saya sangat jauh dari kata adil, coba saja difikir, saya itu punya empat anak dan semuanya adalah anak kandungnya, tiga

anak saya sekolah, butuh biaya sedangkan uang bulanan yang diberikan kepada saya sama dengan uang bulanan yang diberikan kepada istri-istrinya yang lain, saya tahu dari bukti transfer dan

dari istri keduannya, karena istri keduanya pernah WA saya sewaktu menayakan apakah suami saya sudah mentransfer uang

belanja apa belum”.127 b. Ketidak adilan nafkah batin

Kalau untuk nafkah batin tidak hanya sebatas pemenuhan

biologis, tapi juga meliputi rasa kasih sayang, perhatian,

komunikasi dan cinta. Namun apabila salah satu dari hal-hal

tersebut tidak ada maka bisa dibilang nafkah batin tersebut belum

bisa sepenuhnya terpenuhi, sebab nafkah batin ini adalah soal

rasa.

126

Wawancara dengan Ustadzah Fitri, pada hari Senin 21 Mei 2018, di Salatiga. 127 Wawancara Umi Pipit, pada hari Selasa 31 Juli 2018, di Salatiga

Page 133: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

121

Seperti halnya apa yang terjadi pada Mbak Sila, selama

menjadi istri dari Bapak Amin dan tinggal di Salatiga Ia merasa

tidak adanya perhatian darinya. Terbukti Bapak Amin kurang

peduli dengan apa yang diinginkan oleh Mbak Sila dan condong

acuh tak acuh dengan perasaan Mbak Sila. Sebagaimana apa yang

diungkapkan Mbak sila kepada peneliti.

“Selama menjadi istri saya merasa tidak ada cinta dari mantan suami saya, Dia datang hanya sebatas memenuhi hasrat

biologinya saja, hampir tidak ada waktu untuk saling mengobrol dan menyelesaikan masalah yang ada, tidak ada kesempatan bagi

saya untuk mengungkapkan apa yang saya rasa, dari situ saya benar-benar merasa bahwa menikahi saya hanya sebatas pembuktian diri saja”.128

c. Ketidak adilan dalam pembagian malam

Hampir semua orang jika ditanya kapan ingin suaminya ada

untuk dirinya dan keluarganya atau kapan momen yang tepat

berkumpul denga anggota keluarga. Pasti rata-rata orang akan

menjawab pada saat malam hari. Dimana saat malam merupakan

waktu santai dan waktu untuk beristirahat dari segala aktifitas

yang sudah dijalani pada siang hari. Namun tidak semua orang

bisa mendapatkannya.

Kembali lagi ke Mbak Sila, Ia tidak pernah mendapat jatah

pembagian malam dengan utuh dari suaminya. Seperti halnya

yang sudah dibahas dibab tiga tentang pola pemberian nafkah

yang diterapkan Bapak Amin, dimana Ia hanya menemui mbak

128 Wawancara Mbak Sila, pada hari Kamis 7 Juni 2018, di Pemalang.

Page 134: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

122

sila pada waktu pagi sebelum berangkat kerja dan sore setelah

pulang kerja. Semakin hari waktu yang diberikan Bapak Amin

semakin berkurang bahkan terkesan Bapak Amin datang

menemui Mbak Sila hanya sebatas untuk menyalurkan hasrat

biologinya hingga Ia mengandung. Hal itu disebabkan istri

pertamanya tidak menyetujui pernikahan poligaminya.

Sedangkan yang terjadi dengan Umi Pipit adalah perubahan

yang dilakukan oleh Ustad Setiawan yang semakin kesini

semakin sering menghabiskan waktunya bersama istri ketiganya.

Tidak seperti apa yang sudah disepakati ketika sebelum pulang ke

Indonesia. Yang disesalkan adalah tidak hanya waktu malam saja

melainkan waktu libur juga sering Ia habiskan dirumah istri

ketiganya.

d. Ketidak adilan dalam pemenuhan tempat tinggal

Pemenuhan tempat tinggal sangat penting, terlepas dari

tempat itu bagus atau tidaknya. Yang pasti harus ada sebagai

tempat bernaung dan berlindung. Terkadang tempat tinggal tidak

harus yang mewah tetapi layak dan sesuai kebutuhan. Namun

alangkah menyakitkan jika adanya ketidak samaan tempat tinggal

bagi para istri-istri yang dipoligami terlebih soal status rumah itu

meskipun disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

Keluarga Bapak Amin, pemenuhan kebutuhan tempat

tinggal sangat jelas terlihat, dimana istri pertama berada dirumah

Page 135: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

123

pribadi dan istri kedua hanya sebatas kamar kos yang jauh dari

segala fasilitas. Sedangkan keluarag Ustad Setiawan ketidak

adilan dalam pemenuhan rumah terlihat pada istri pertama dan

ketiganya yaitu istri pertama dengan keempat anaknya tinggal

diruma kontrakan yang masuk dalam gang kecil ditengah kota.

Kemudian untuk istri ketiganya tinggal dirumah pribadi

dikomplek perumahan terlepas rumah itu beli dari uang peribadi

Ustad Setiawan atau dari hasil patungan keduanya. Lain lagi

dengan Umi Ningsih yang awalnya tinggal dirumah pribadi

suaminya namun ketika istri pertamanya meminta untuk tinggal

bersama suaminya Umi Ningsih harus rela keluar dan tinggal

dirumah kontrakan.

e. Ketidak adilan dalam pemberian kasih saya terhadap anak

Poligami yang tidak sesuai sesuai dengan landasan yang

disyariatkan hanya akan menambah kesengsaraan bagi

pelakunya. Terlebih jika salah satu pelaku itu ada diposisi paling

lemah yang tidak bisa memeberikan kontribusi lebih. Dan yang

paling miris adalah jika pernikahan poligami itu dilakukan tanpa

aturan dan alasan yang yang sesuai akan berimbas buruk terhadap

anak-anak. Anak-anak yang notabene tidak tahu apa yang

sebenarnya terjadi menjadi salah satu objek yang menerima

akibat paling besar, dimana banyak kebahagiaan, waktu dan juga

momen-momen kebersamaan akan keluarga yang lengkap yang

Page 136: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

124

terenggut dari mereka. Itu bisa berakibat pada psikologi dan

tumbuh kembang anak.

Dan itu terbukti, seperti apa yang dialami oleh keluarga

ustad setiawan yang diungkapkan oleh istri pertamanya. Dimana,

seharusnya hari libur itu diperuntukan untuk anak-anak ternyata

tidak sama sekali. Bahkan anak-anak sering bertanya dimana

ayahnya kalau tidur tiap malam karena sudah lama tidak pernah

pulang di waktu malam atau pulang tetapi pada saat anak-anak

sudah tidur.

“Setelah pulang ke Indonesia keadilan itu semakin jauh dari

harapan, yang membuat miris dan menangis ketika anak-anak bertanya abinya kemana, kalau malam tidur dimana, dan kenapa

sudah jarang dirumah tiap hari libur sering tidak ada bahkan sudah tidak pernah mengajak keluar untuk jalan-jalan, belum lagi gangguan dari istri keduanya sering menghubungi saya dan

bercerita bahwa Ia sudah tidak pernah lagi dikunjungi bahkan akses untuk berkomunikasi serba dibatasi istilah jawanya (ora

direken) membuat saya semakin tidak nyaman, kini saya hanya bisa bertahan demi anak-anak, terserah mau pulang apa tidak mau dianggap apa tidak yang penting saya tetap menjalankan

kewajiban saya sebagai seorang istri dan seorang ibu, terus terang yang menguatkan saya hanya anak-anak saya dan masa

depannya, saya seri menangis mendengar pertanyaan anak-anak saya terutama anak saya yang usianya enam tahun, Ia bertanya kok abi tidak pernah ada dikamarnya kalau malam, abi tidur

dimana?, sedangkan anak saya yang sulung mendapat banyak masalah disekolahnya itu akibat Ia sering lihat bagaimana abinya

memarahi saya dan berkata kasar juga keras, dia menjadi anak tempramental dan mengharuskan saya menggunakan jasa psikolog untuk dia”.129

Seperti halnya kasus Ustad Abdul tentang bagaimana kasih

sayang terhadap anaknya tidak dapat dia penuhi karena jarak

129

Wawancara Umi Pipit, pada hari Selasa 31 Juli 2018, di Salatiga

Page 137: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

125

yang jauh. Berdasarkan wawancara dari informan yang

merupakan kerabat dari Ustad Abdul mengenai poligami Ustad

Abdul. Peneliti memperoleh keterangan dari informan tersebut

bahwa sampai saat ini Ustad Abdul belum bisa memberikan

kewajibannya kepada anaknya.

“Kalau kata istri pertamanya Ustad Abdul, Umi Aida sudah

diceraikan, tapi kenyataannya sampai sekarang Umi Aida belum menikah lagi, pernah kapan hari mengabari saya, karena saya masih iparnya bahwa dia ikut dalam group kajian ilmu di sosial

media yang ada di Salatiga dan sekitarnya, dia bilang dia tahu semua informasi di Salatiga namun dia tidak mau menyebutkan

nama aslinya di komunitas itu, dia juga memberitahukan bahwa anaknya sudah besar (anak dari Ustad Abdul), ketika saya tanya tentang keputusannya tidak menikah lagi, dia menjawab statusnya

masih meragukan, kalaupun hingga saat ini ternyata Umi Aida belum diceraikan adil darimana poligami yang seperti ini,

kenyataannya istri pertama dan anak-anaknya setiap saat ada didekat suaminya dan istri keduanya ada diluar jawa, terus bagaimana dengan anaknya, apakah semua kebutuhannya bisa

terpenuhi terutama kebutuhan kasih sayangnya”.130

Diatas merupakan pola penerapan keadilan keluarga poligami salafi

yang ternyata diluar dari konsep keadilan yang ada. Sehingga malah

berakibat adanya ketidak adilan yang dirasakan sepihak oleh anggota

keluarga. Namun tidak semua poligami berdampak negatif adapula

poligami yang benar-benar memberikan rasa nyaman dan rasa adil bagi

semua anggota keluarga poligami ketika, semua terpenuhi dan seimbang

antara satu dengan lainnya. Seperti halnya kasus poligami Ustad Mirja

yang sarat akan sikap saling toleransi, saling mengerti antar semua

130

Wawancara Umi Husna, pada Minggu 6 Agustus 2018, di Salatiga.

Page 138: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

126

anggota keluarga. Dikarenakan poligami yang dilakukan Ustad Mirja

bukan karena sebatas kepentingan sendiri.

“untuk pembagian nafkah baik lahir maupun batin termaksuk pembagian kasih sayang tidak ada kesepakatan dan tidak ada konsep karena memang

kita tinggal serumah disamping itu kita lebih sering pergi menghadiri kegiatan diluar rumah secara bersama-sama, dan jika ditanya motivasi apa yang mendorong ketersediaan saya untuk dipoligami adalah saya ingin

menjadi wanita yang sempurna yang hingga meninggal status saya seorang istri dan seorang ibu, terlebih saya begitu dihargai oleh semua

anggota keluarga ini termasuk suami, madu dan anak-anak”.131

Yang pasti jika poligami dilakukan benar-benar sesuai dengan

syariat maka semua akan berjalan dengan baik. Semua akan merasakan

keadilan dan indahnya rumah tangga yang dijalani secara poligami. Anak-

anak juga tumbuh lebih baik karena mereka tidak hanya mendapatkan

satu figur ibu yang memebrikan contoh serta membantu mereka dalam

segala hal, tapi mereka akan mendapatkan figur beberapa ibu yang siap

memeberikan kasih sayang kepada mereka secara lebih.

“Saya tidak pernah keberatan berbagi apapun dengannya bahkan soal anak yang saya lahirkan, bagi saya anak saya adalah anak Umi Husna dan

saya pun mengajarkan kepada anak-anak untuk lebih menyayangi serta menurut apa yang dikatakan Umi Husna mereka, kalau soal nafkah baik

lahir maupun batin saya pribadi tidak ada masalah karena segala sesuatunya kita bicarakan bersama, jadi tidak ada konsep pembagian yang harus dan tidak ada masalah komunikasi diantara keluarga kami”.132

B. Respon Dan Sikap Terhadap Penerapan Keadilan Poligami Keluarga

Salafi

Dari beberapa responden dapat di analisa bahwa pola pembagian nafkah

dalam pernikahan poligami bukanlah hal yang mudah dilakukan atau

131

Wawancara Umi Husna, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga. 132

Wawancara Umi Marwah, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Tegal Waton.

Page 139: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

127

diterapkan. Banyak sekali hal-hal yang terjadi diluar prediksi dan diluar teori.

Dijaman sekarang minim orang yang mampu berbuat adil, apalagi jika pola

pembagian nafkah yang diterapkan saja sudah tidak berdasarkan pada sunah

Rasulullah Saw.

Dari uraian diatas dapat diambil dua garis besar respon dan sikap

terhadap penerapan keadilan poligami yang dilakukan oleh suami-suami

mereka. Dimana akan ada respon dan sikap positif apabila poligami dilakukan

karena memang terpaksa tidak ada jalan lain dan karena memenuhi syarat

ketentuan dibolehkannya berpoligami. Namun tak cukup hanya itu, faktanya

dalam keluarga pasti ada yang namanya perbedaan pendapat atau ketidak

cocokan antara satu dengan lainnya. Hal tersebut bisa diselesaikan dengan

beberapa cara diantaranya:

1. Mendiskusikan dengan suami atas ketidak adilan tentang apa yang

diterima

Ini merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh semua

informan (istri-istri) ketika terjadi ketidak adilan yang dirasa oleh

mereka baik dari segi apapun. Bentuk protes secara langsung terhadap

suami merupakan salah satu cara yang ditempuh meskipun tidak

semua berjalan seperti harapan, contohnya seperti apa yang

disampaikan beberapa informan dalam wawancara yang peneliti

lakukan.

“Untuk poligami sendiri saya tidak pernah menentang namun saya menolak ketika poligami dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan

tanpa ada alasan yang sesuai syariat, untuk komunikasi dengan istri-istri yang lain saya hampir tidak pernah karena memang tidak pernah

Page 140: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

128

dikenalkan secara langsung dan hingga saat ini saya tidak pernah

dikunjungi atau dipertemukan dengan mereka, hingga detik ini jika saya ditanya apa pendapat saya tentang poligami saya akan bilang bahwa poligami jauh dari syariat itu menjijikan, setiap ada ketidak

nyamanan dalam keluarga atau sesuatu yang tidak sesuai saya selalu mengatakan kepada suami, tapi bukannya suami mendengar apa yang

saya katakan ujungnya dia malah emosi, marah dengan suara nada tinggi, kalau sudah begitu saya yang harus mengalah mbak daripada anak-anak saya ikut jadi korban dan tertekan”.133

2. Berembuk dengan istri lainnya (Madu)

Adakalanya jika menyampaikan suatu masalah yang

berhubungan dengan rasa ketidak nyamanan antara satu dengan

lainnya bisa dilakukan antar sesama istri. Namun dengan catatan

antara satu dengan lainnya saling mengenal dan mengetahui. Hal

tersebut lebih mempermudah komunikasi terlebih jika ada sikap

saling mengerti. Tetapi sayangnya tidak semua pernikahan poligami

itu dilakukan atas dasar keridhoan satu sama lain. Kebanyakan malah

dilakukan sembunyi-sembunyi. Salah satu contoh dari keluarga yang

apabila terjadi masalah ketidak nyamanan mengenai sikap, perlakuan

dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah keluarga

dibicrakan bersama adalah keluarga dari Ustad Mirja yang memang

sedari awal sudah Ustad Mirja tekankan.

“Saya dari awal sudah menerima kehadiran Umi Marwah dalam bagian kehidupan saya, dari awal juga saya sudah menjalin komunikasi yang baik dengannya hingga saya dan Umi Marwah itu

menyepakati soal urusan keluarga yang menyangkut anak-anak, dapur, rumah dan sebagainya dibicarakan bersama kecuali masalah

didalam kamar pribadi masing-masing, soalnya kan tiap orang itu juga punya rahasia”.134

133

Wawancara Umi Pipit, pada hari Selasa 31 Juli 2018, di Salatiga. 134

Wawancara Umi Husna, pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga.

Page 141: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

129

3. Tindakan Tegas

Tindakan tegas juga dilakukan oleh beberapa informan ketika

mereka sudah tidak menemukan titik temu dalam menyelesaikan

masalah. Atau ketika mereka sudah melakukan berbagai cara namun

tidak ditanggapi. Tindakan tegas itu diantaranya seperti yang

dilakukan oleh Ustdzah Fitri yang minta diceraikan, Mbak Sila yang

memberikan anak-anaknya ke orang lain, dan Umi Ningsih yang tidak

mau menggabungkan usahanya serta memperinci semua bentuk

pembagian yang dilakukan suaminya.

“Saya memang mengambil sikap tegas untuk suami saya, sekali lagi

saya tidak menentang poligami tetapi saya sangat tidak setuju ketika suami saya berpoligami, sebab suami saya belum mampu dalam segi

apapun, yang ada nanti pasti akan merepotkan saya, saya menyampaikan hal ini berulang-ulang karena memang sejak tahun ke empat pernikahan suami saya sudah ada niatan untuk menikah lagi,

baru dia jalani pada tahun 2012, pada saat itu saya sudah bialng baik-baik tapi terkesan diam, ya saya bialang ke dia untuk memilih salah

satu dari kami dan berjanji tidak mengulanginya lagi, jika terjadi sekali lagi saya yang minta untuk diceraikan”.135

“Ketika mantan suami saya sudah bisa membuktikan bahwa Ia sehat dan pada saat tahu sya hamil Ia lepas dari semua tanggungjawab,

bagaimana tidak saya berkata seperti ini, pada kenyataannya dari pertama ketemu Ia tidak menginginkan saya untuk menunda kehamilan, setelah saya hamil hingga melahirkan kedua anaknya

sekalipun Ia tidak berusaha menemui saya atau keluarga saya, malah dia menceraikan saya, saya sudah mengabarinya, mengirim foto anak-

anak lewat adek iparnya namun tida ada respon, saya juga bilang bial tidak ada kejelasan tentang status dan kebutuhan hidup anak-anak, saya akan memberikan anak-anaknya kepada orang lain, dan

nyatanya dia tidak memperdulikan anak-anak ya saya berikan kepada orang diluar jawa”.136

135

Wawancara dengan Ustadzah Fitri, pada hari Senin 21 Mei 2018, di Salatiga. 136

Wawancara Umi Sila, pada hari Kamis 7 Juni 2018, di Pemalang.

Page 142: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

130

“Lama-lama saya tahu tujuan menikahi saya adalah untuk menjadikan

saya rekan kerja dan merintis usaha baru secara instan, yaitu dengan gabung di bisnis yang saya kelola, dan yang lebih menyakitkan saya, adalah ketika mereka berfikiran bahwa menikahi saya maka mereka

tidak akan terbebani nafkah istilahnya tidak dikasi makanpun tetap bisa makan, sendiri tidak menentang syariat cuma menurut saya

pribadi dan berdasarkan apa yang saya alami saya hanya akan bilang bahwa poligami yang dilakukan dengan niatan yang salah tidak pernah bisa memberikan keadilan dan kebahagiaan bagi semua yang

terlibat didalamnya, dan tidak semua anggapan benar, dimana istri kedua, ketiga atau ke empat akan diperlakukan lebih dibanding istri

pertama, nyatanya dua kali saya menjadi istri kedua dan dua kali saya mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari istri pertama, bahkan saya harus merelakan tinggal jauh dengan anak-anak saya dengan

harapan saya bisa menjalankan kewajiban saya sebagai seorang istri secara totalitas, yang pasti sikap tegas saya adalah tidak

menggabungkan bisnis dan tegas dalam hal nafkah semisal jika ada kekurangan dalam pembagian nafkah yaitu kurang dari kebutuhan saya, saya akan menghitung hal itu sebagai hutang nafkah yang wajib

dibayar oleh suaminya. Baik hutang nafkah ekonomi maupun nafkah kunjungan malam.”.137

C. Perspektif hukum Islam dalam penerapan keadilan pada keluarga

poligami salafi

Bila kita berbicara akan konsep keadilan berdasarkan perspektif hukum

Islam tentu tidak akan pernah lepas dari makna adil itu sendiri. Dimana

makna adil atau keadilan memiliki banyak artian sesuai sudut pandang dari

tiap-tiap orang. Keadilan sendiri bukanlah sekedar persamaan hak yang

didapat dan bisa diwujudkan dalam bentuk benda saja tetapi keadilan itu soal

rasa yang tiap-tiap individu berbeda penerimaannya.

Berbicara mengenai penerapan keadilan pada keluarga poligami yang

peneliti teliti. Dan bagaimana perspektif hukum Islam dalam memandangnya,

tentu tidak akan lepas dari pespektif para para ulama dalam memaknainya.

137

Wawancara dengan Umi Ningsih, pada Rabu 22 Agustus 2018, di Salatiga.

Page 143: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

131

Dimana ada beberapa ulama yang memaknai keadilan dengan meletakkan

segala sesuatunya pada tempatnya, spirit jalan tengah, sebagai cara

menunjukkan adanya keharmonian, moderat, mulia serta adanya suatu

persamaan.

1. Pendapat ahli hadist

Pendapat ahli hadist dan memaknai tentang keadilan adalah

meletakkan segala sesuatunya pada tempatnya. Namun tidak semua

keluarga-keluarga tersebut bisa menerapkanya. Misalnya Ustad

Setiawan yang memukul rata dalam pembagian nafkah ekonomi

terhadap semua istrinya padahal istri pertama memiliki empat orang

anak sedangkan kedua istrinya yang lain tidak. Bisa disimpulkan

bahwa pembagian nafkah ekonomi yang merata tidak tepat dan tidak

pada tempatnya.

2. Pendapat Imam al-Ghazali

Keadilan adalah spirit jalan tengah. Orang bisa dikatakan adil

atau bisa memberi keadilan apabila Ia bisa berada ditengah-tengah.

Tidak pernah condong hanya pada satu pihak saja dari segi apapun.

Namun, hal ini tidak berlaku pada keluarga Bapak Amin. Bapak

Amin tidak pernah berusaha menjembatani kedua istrinya untuk bisa

bertemu dan berbicara satu dengan yang lainnya. Ia lebih banyak

diam dan lebih condong memihak pada istri pertamanya. Sedangkan

istri keduanya sudah berulang kali mencoba untuk menemui dan

berbicara dengan istri pertamanya dan tidak sekalipun Bapak Amin

Page 144: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

132

berusaha untuk bisa mempertemukan mereka, sehingga tidak ada

jalan untuk mereka berdua saling memahami satu dengan lainnya.

3. Pendapat Ibnu Maskawih

Kalau Ibnu Maskawih lebih menekankan bahwa keadilan

adalah keharmonian, moderat, mulia dan utama yang ada dalam jiwa

manusia. Namun hampir pada semua keluarga poligami yang peneliti

teliti tidak ada keharmonian dalam keluarganya. Baik keluarga Bapak

Amin, Ustad Setiawan, Ustad Abdul dan keluarga Bapak Puji,

bagaimana mereka bisa menerapkan apabila keadilan salah satunya

adalah harmoni jika faktanya salah satu dari anggota keluarganya

entah istri atau anak-anaknya merasa bahwa ada hak-hak mereka

yang tidak terpenuhi dan mereka merasa adanya ketidaknyamanan

ketika ada pelanggaran komitmen. Seperti terjadi pertengkaran dalam

keluarga, satu dengan yang lain tidak saling komunikasi dan tidak

adanya toleransi serta sikap saling menghargai.

4. Pendapat Quraish Shihab

Quraish Shihab memiliki pendapat yang menyatakan bahwa

keadilan itu dimaknai sebagai persamaan. Jadi adil itu harus sama,

kenyataannya tidak serta merta orang itu bisa memberikan kesamaan

dan persamaan. Seperti hal nya memberikan kesamaan dalam hal

pembagian nafkah lahir, yang meliputi cinta, kasih sayang,

kepercayaan kepada semua anggota keluarganya. Dan berdasarkan

uraian dari apa yang telah peneliti tulis persamaan pada keluarga

Page 145: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

133

poligami yang meliputi keluarga dari Bapak Amin, Ustad Setiawan,

Ustad Abdul dan Bapak Puji belum bisa memberikan keadilan akan

persamaan hak bagi semua anggota keluarganya.

Dari beberapa ulama tentang perspektif keadilan yang mereka

sampaikan hampir semua keluarga poligami yang menjadi informan dalam

penelitian ini belum bisa menerapkan. Bahkan sebagian besar jauh dari kata

adil jika dikembalikan lagi dari apa yang ulama definisikan tentak apa makna

keadilan dan kata adil. Tetapi tidak semuanya, kembali lagi kepada keluarga

Ustad Mirja yang sedari awal telah memikirkan benar-benar sebelum

melangkah untuk berpoligami. Tak hanya itu sikap Ustad Mirja yang

menghargai semua anggota keluarganya menjadikan perspektif keadilan yang

disampaikan oleh beberapa ulama bisa diterapkan pada keluarganya. Hal ini

terbukti hingga selama enam belas tahun menjalani pernikahan poligami

belum pernah ada problematika dalam keluarga yang tidak bisa dipecahkan

bersama dan hampir semua anggota keluarganya jika ditanya bagaimana

kehidupan keluarganya mereka menjawab semua baik-baik saja dan dijalani

dengan penuh keharmonisan.

Page 146: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

134

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Konsep penerapan keadilan dalam pemberian nafkah pada keluarga

poligami salafi dilakukan tidak berbeda jauh dengan konsep keadilan

pada umumnya. Seperti halnya apa yang beberapa keluarga lakukan yaitu:

a. Memberikan nafkah batin yang sama yang meliputi kebutuhan

biologi, kepercayaan, perhatian, kasih sayang dan cinta

b. Membagi waktu kunjungan malam sama kepada semua istri

c. Membagi nafkah ekonomi sama rata sesuai kebutuhan tiap-tiap

anggota keluarga

d. Memberikan tempat tinggal yang layak sesuai kebutuhan masing-

masing

e. Memberikan dan membagi kasih sayang yang sama terhadap semua

anak baik anak kandung maupun anak bawaan

Sedangkan respon yang diterima masing-masing istri bervariatif namun

pada umumnya semua menerima karena terpaksa dan dianggap sesuai

kesepakatan. Itu merupakan gambaran bagi penerapan pemberian nafkah

yang tidak adil. Ketidak adilan bagi salah satu anggota keluarga terutama

istri, diantaranya :

Page 147: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

135

a. Memberikan nafkah batin yang tidak sama rata kepada semua istri

seperti halnya perhatian yang tidak terpenuhi ketika pernikahannya

hanya sebatas pemenuhan nafkah biologi dimana acuh tak acuh akan

apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh salah satu istrinya.

b. Membagi nafkah malam tidak rata terjadi ketika jatah malam lebih

banyak kesalah satu istri meskipun dengan banyak alasan.

c. Memberikan nafkah ekonomi tidak rata kepada semua istri tanpa

melihat seberapa banyak anggota keluarga dari masing-masing istri

(salah satu istri memiliki 4 anak sedang istri yang lain tidak memiliki

anak) yang mengakibatkan salah satu istri nafkah ekonominya kurang

tercukupi.

d. Memberikan tempat tinggal yang layak kepada semua istri namun

faktanya tidak, dimana istri yang satu berada dirumah sendiri

sementara yang lainnya hanya sebatas rumah kontrakan yang minim

fasilitas.

e. Memberikan kasih sayang yang sama kepada semua anak baik anak

kandung maupun anak bawaan yang kenyataannya setelah terjadi

poligami malah tidak terpenuhi, jangankan pada anak bawaan pada

anak kandungpun banyak hak dan kewajiban yang terbengkalaikan.

2. Cara para istri-istri tersebut menyampaikan rasa ketidak adilan bervarian

yaitu:

a. Menyampaikan langsung kepada suami tentang apa yang mereka rasa

Page 148: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

136

b. Menyampaikan kesesama istri dan menyelesaikan bersama atau

melakukan musyawarah bersama semua anggota keluarga terutama

suami dengan istri-strinya

c. Mengambil tindakan tegas (meminta kompensasi dan konsekuensi

akan tindakan yang dirasa tidak memberikan keadila dan diluar

kesepakatan)

3. Adapun konsep penerapan keadilan menurut hukum Islam pada keluarga

poligami salafi sebagian sudah sesuai seperti halnya keadilan adalah

meletakan segala sesuatu pada tempatnya. Berdasarkan pendapat dari

sebagian ulama keadilan merupakan spirit jalan tengah. Keadilan adalah

keharmonisan dan keadilan adalah tentang persamaan. Tetapi sebagian

juga belum bisa memenuhi apa yang menjadi konsep keadilan dalam

hukum Islam dikarenaka tidak sesuai, seperti halnya keadilan adalah

tentang persamaan. Jika adil tentang persamaan maka pemberian nafkah

dengan jumlah yang sama tetapi kebutuhan tidak sama dikarenakan

jumlah anak yang berbeda maka tidak akan bisa dinilai berbuat keadilan.

Namun kenyataannya poligami pada masa sekarang jauh sekali dari nilai-

nilai adil dan jauh dari poligami ala Rasulullah. Poligami pada masa

sekarang hanya lebih pada sifat keegoisan dari masing-masing individu

seorang suami tanpa mengindahkan perasaan dari istri.

Page 149: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

137

B. Saran

Saran dalam skripsi ini disampaikan dengan harapan skripsi ini dapat

dijadikan bahan pertimbangan bagi yang ingin berpoligami atau yang sudah

melakukan poligami.

1. Sebaiknya bagi yang ingin berpoligami diharapkan mengetahui konsep

pernikahan poligami ala Rasulullah secara baik terutama menempatkan

tiap keadilan dalam Islam

2. Pernikahan poligami hendaknya bukan saja menjadi kajian keilmuan

dalam dunia akademisi namun poligami juga bisa dijadikan sebuah

contoh akan penerapan keadilan mengingat poligami dilakukan tidak

hanya sebatas pada orang yang memiliki kemampuan finansial tetapi juga

bisa berbuat adil dalam segala hal sebab keadilan adalah soal rasa.

Page 150: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

138

DAFTAR PUSTAKA

Anjuran Menikah dan Larangan Membujang. (2012). Retrieved Maret 20, 2018, from http://1001hadist.blogspot.com/2012/01/1-anjuran-menikah-dan-

larangan.html/in=1

Kumpulan Makalah-Makalah. (2016, Maret). Retrieved Mei 01, 2018, from

http://kumpulan-kumpulan-makalah.blogspot.co.id/2016/03/makalah-hadist-tentang-poligami.html

5 Syarat Poligami Dalam Islam. (n.d.). Retrieved Mei 01, 2018, from https://dalamIslam.com/hukum-Islam/pernikahan/syarat-poligami-dalam-

Islam

Alfatih, M. (2015). Pandangan Janda tentang Poligami Studi Kasus Pondok Hidayatullah Balikpapan. Skripsi Sekolah Tinggi Agama Hidayatullah Balikpapan.

al-Ghazali, I. (2014). Mengobati Penyakit Hati Ahlak Mulia. Jakarta: MIZANia.

Ansor, M. (2014). Berbagai Suami atas Nama Tuhan: Pengalaman Keseharian Perempuan di Poligami Di Langsa. Ijtihad STAIN Salatiga, 42.

Azra, A. (1996). Pergolakan Politik Islam. Jakarta: Para Madina.

Dalil-Dalil Poligami dalam Islam. (n.d.). Retrieved Mei 01, 2018, from http://almanhaj.or.id/774-dalil-dalil-poligami-dalam-Islam.html

Daniel, M. (2002). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hasbiyallah. (2015). Keluarga Sakinah. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Hidayatullah, H. (2015). Adil dalam Poligami Perspektif Ibnu Hazm. Religi: Jurna Studi Islam, 6(2), 2017-236.

Hukum Poligami Dalam Dari Dalilnya. (n.d.). Retrieved Mei 01, 2018, from https://dalamIslam.com/hukum-Islam/hukum-poligami-dalam-Islam

Irfani, M. I. (2017). Motifasi POligami Aktifis Tarbiyah Studi Kasus Poligami Aktifis Keluarga Tarbiyah di Salatiga dan Klaten. Skripsi IAIN Salatiga.

Ismail, S. (1987). Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa.

Ja'afar, h. (1995). Siapa Pencemar Poligami. Jakarta: Pustaka Jaya.

Kebudayaan, K. P. (2010). Kamus Besar Bahasa Indonesia. jakarta: Balai

Pustaka.

Page 151: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

139

Keindahan Poligami dalam Islam. (n.d.). Retrieved Mei 01, 2018, from

http://almanhaj.or.id/2551/keindahan-poligami-dalam-Islam.html

Lisanul 'arab: Mengenal Mahaj Salaf. (n.d.). Retrieved Juli 11, 2018, from

https://muslim.or.id/430-mari-mengenal-mazhab-salaf.html

M, S. M. (2007). Menolak Poligami Studi Tentang Undang-Undang Perkawinan

dan Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marjuk, M. I. (2009). poligami Selebriti "Sunah Rasul atau Nafsu". Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.

Mulia, M. (1999). Pandangan Islam Tentang Pologami. Jakarta: Lembaga Kajian Agama Dan Gender Denagn Perserikatan Solidaritas Perempuan Dan The

Asia Foundation.

Mulia, N. (2012). Kompilasi Hukum Islam (Hukum Perkawinan, Kewarisan, dan

Perwakafan) dilengkapi dengan UU N.1 tahun 1974, UU No.1 tahun 2004, UU No.23 tahun 2011, Fatwa MUI tentang Perkawinan, Fatwa MUI tentang Perkawinan Beda Agama, Fatwa MUI tentang Wakaf Uang.

Bandung: CV Nuansa Mulia.

Mulyana, J. (2013). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Poligami Pada Komunitas Petani Studi Kasus Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkrigan, Kabupaten Slamen. Skripsi UIN Sunan Kalijaga.

Nailiya, I. K. (2016). Poligami Berkah Ataukah Musibah? Jogjakarta: DIVA

Press.

Nasohah, Z. (2000). Poligami. Kuala Lumpur: Percetakan Cergas (M) SDN.

BHD.

Nasution, K. (1996). Riba dan Poligami: Sebuah Studi atas Pemikiran

Muhammad Abduh. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Nurudin, A., & Tarigan, A. A. (2014). Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Studi

Kritis Perkembangan Islam Dari Fiqih, UU No.1/1974 Sampai KHI. Jakarta: Kencana Paramedia Group.

Perkembangan Dakwah di Indonesia. (n.d.). Retrieved Juli 11, 2018, from https://almazhab.or.id/1128-perkembangna-dakwah-salafiyah-di-

indonesia.html

Pramono, O. (2013). Ya Allah, Jangan Biarkan Suamiku Poligami. Jogjakarta: IN AZNA Books.

Rafel, M. (2016). Perlindungan Hak Anak Dalam Keluarga Poligami Studi Atas Putusan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan . Skripsi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta.

Page 152: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

140

Rawls, J. (2011). A Theory Of Justice "Teori Keadilan, Dasar-Dasar Politik

Untuk Mewujudkan Kesejahteraan Sosial dalam Negara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

RI, K. A. (2010). Al-Qur'an dan terjemahan. Jakarta: Kementerian Agama RI.

Shihab, M. Q. (1998). Wawasan Alqur'an: Tafsir Mudhu'i atas Pelbagai

Persoalan Umat. Jakarta: Mizan.

Subki, A. Y. (2014). Biografi Istri-Istri Rasulullah, Menyibak Hikmah dan Fitnah Dibalik Tabir Poligami Rasulullah. Depok: Keira Publishing.

Suharsono, A. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Syarif, I. M. (2008). Selamat Datang Istri Impian: Membedah Karakter Dan Kepribadian Wanita yang di Impikan kaum Pria. Jakarta: Mirqat.

Syuqqah, A. H. (1997). Kebebasan Wanita. Jakarta: Gema Insani Press.

Wahyudi, A. (2010). Muhammad's Lovers Pesona Cinta Kasih Rasulullah Bersama Istri-Istrinya. Bandung: Oase Writers Managemen.

Wikipedia. (n.d.). Metodologi Penelitian. Retrieved Januari 4, 2017, from https://id.wikipedia.org/wiki/metodologi_Penelitian

Zumrotun, S., & dkk. (2010). Menabur Benih Islam Salafi di Pedesaan. Salatiga: IAIN Salatiga Pusat Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat.

Wawancara Ustadzah Fitri, Pada Senin 21 Mei 2018, di Salatiga.

Wawancara Mbak Sila, Pada Kamis 7 Juni 2018, di Pemalang.

Wawancara Umi Pipit, Pada Selasa 31 Juli 2018, di Salatiga.

Wawancara Ustad Mirja. Pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga.

Wawancara Umi Husna, Pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga.

Wawancara Umi Marwah, Pada Minggu 5 Agustus 2018, di Salatiga.

Wawancara Anggi, Pada 15 Agustus 2018, di Salatiga.

Wawancara Umi Ningsih, 22 Agustus 2018, di Salatiga.

Page 153: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

141

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ely Lidiana

Tempat, Tanggal Lahir : Jember,21 Februari 1985

Fakultas/ Prodi : Syariah / Hukum Keluarga Islam

NIM : 212 14 008

Alamat : Jl.Dewi Kunti 25. 010/004 Grogol, Kel. Dukuh, Kec.

Sidomukti, Kota Salatiga, Jawa Tengah 50722.

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Orang tua : a. Ayah : M Shino

b. Ibu : Siti Mulickah

No. Telp : 085 735 634 151

Riwayat Pendidikan : 1. TK Aisyiah Abba Balung Kulon Jember 1990

2. SDN Kraton 3 Kencong Jember 1997

3. SLTPN 01 Kencong Jember 2000

4. SMAN 01 Kencong Jember 2003

5. IAIN Salatiga lulus tahun 2019

6. Sedang Menempuh Magister Hukum di UNISSULA

Pengalaman Kerja : 1. Kepala Administrasi Keuangan STIMIK Bandung-

Bali 2003-2005

2. Owner AJ Group 2010-Sekarang

3. Tenaga Pengajar di Lembaga Pendidikan IBNU

ABBAS 2012-2013

4. Kepala Administrasi Keuangan Lembaga Pendidikan

IBNU ABBAS 2013-2015

Page 154: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

142

5. Badan Pertimbangan Lembaga Pendidikan IBNU

ABBAS 2015-Sekarang

6. Paralegal LKBHI IAIN Salatiga 2017- Sekarang

Salatiga, 8 April 2019

Penulis

Page 155: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

143

Page 156: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

144

Page 157: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

145

Page 158: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

146

Page 159: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

147

Page 160: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

148

Page 161: POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/5293/1... · POLA KEADILAN DALAM PEMBERIAN NAFKAH PADA KELUARGA POLIGAMI (Studi Kasus

149