pola interaksi, floristik non for komunitas

22
Pola Interaksi, Analisis Vegetasi Floristik dan Non Floristik Komunitas Tumbuhan MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekologi Tumbuhan yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Mimien H Irawati Al Muhdhar Disusun Oleh: Offering : C /2013 Kelompok 7 : Dina Yuli Pertiwi (130341614823) Gigih Hasbi R. (130341614 ) Rabiatul Adawiyah (130341614832) UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Upload: christhy

Post on 22-Dec-2015

19 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan ekologi

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

Pola Interaksi, Analisis Vegetasi Floristik dan Non Floristik Komunitas Tumbuhan

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah

Ekologi Tumbuhan

yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Mimien H Irawati Al Muhdhar

Disusun Oleh:

Offering : C /2013

Kelompok 7 :

Dina Yuli Pertiwi (130341614823)

Gigih Hasbi R. (130341614 )

Rabiatul Adawiyah (130341614832)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Maret 2015

Page 2: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum  wr. wb.

              Puji syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan limpahan rahmatNya kami dapat

menyelesaikan makalah ini dengan judul ” Pola Interaksi, Analisis Vegetasi Floristik dan Non

Floristik Komunitas Tumbuhan ”. Makalah ini kami susun dalan rangka menyelesaikan tugas

sekaligus sebagai acuan materi dalan pengembangan bahan ajar.

            Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

dari berbagai pihak sangat kami harapkan. Saran dan kritik tersebut akan sangat bermanfaat bagi

penyempurnaan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi para

pembaca.

            Wassalamu’alaikum wr. wb.

Malang, 12 Maret 2015

                                                                                    Penyusun

Kelompok 7

Page 3: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu.Mula-mula kegiatan utama yang

dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya.Dalam abad ke XX

usaha-usaha diarahkan untuk menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk

meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara

kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran data secara

detail melalui cara coding dan tabulasi. Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima

oleh banyak pakar adalah dari Raun kiaer (1913, 1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921,

1930), Braun (1915), dan Braun Bienquet (1928).Deskripsi umum dari vegetasi dan komunitas

tumbuhan melalui bentuk hidup dan species dominan adalah tekanan pada zaman yang telah lalu.

Ada dua fase dalam kajian vegetasi yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-

masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan.secara garis besar metode

analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua perbedaan yang prinsip, yaitu;

Metode diskripsi dan metode non diskripsi.Metode destruktif biasanya dilakukan untuk

memahami jumlah materi organik yang dapat dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan.

Metode ini umumnya dilakukan untuk bentuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran

luas pencuplikan antara satu meter persegi sampai lima meter persegi. Pendekatan yang terbaik

untuk metode ini adalah secara floristika. Metode non-destruktif, Metode ini dapat dilakukan

dengan dua cara pendekatan, yaitu berdasarkan penelaahan organisme hidup/tumbuhan tidak

didasarkan pada taksonominya,sehingga dikenal dengan pendekatan lainnya adalah didasarkan

pada penelaahan organisma tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.Metode

manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan  kajian, luas atau

sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini

adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb,

1954).

Di dalam komunitas percampuran jenis-jenis tidak demikian saja terjadi, melainkan setiap

spesies menempati ruang tertentu sebagai kelompok yang saling mengatur di antara

Page 4: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

mereka.Kelompok ini disebut populasi sehingga populasi merupakan kumpulan individu-

individu dari satu macam spesies.komunitas adalah kumpulan organisme hidup yang saling

berhubungan baik antara mereka maupun lingkungan.Adapun interaksi yang dapat terjadi dalam

suatu ekosistem biasanya melibatkan beberapa pola yakni interaksi antar-individu atau antar-

organisme, interaksi antar-populasi serta interaksi antar-komunitas. Interaksi yang seimbang dan

selaras akan berujung pada keseimbangan ekosistem yang menghasilkan harmoni.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi?

2. Apasajakah macam analisis vegetasi?

3. Apa saja interaksi yang terjadi dalam komunitas tumbuhan (vegetasi)?

4. Bagaimanakarakteristik komunitas tumbuhan yang menyangkut Keaneragaman,

Struktur dan komposisi komunitas serta Paramater yang dapat diukur dalam komunitas

vegetasi?

5. Bagaimanakah Struktur dan Komposisi Vegetasi ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian analisi vegetasi

2. Mengetahui Macam analisis vegetasi

3. Mengetahui interaksi yang terjadi dalam komunitas tumbuhan (vegetasi)

4. Mengetahui karakteristik komunitas tumbuhan yang menyangkut keaneragaman,

Struktur dan komposisi komunitas serta Paramater yang dapat diukur dalam komunitas

vegetasi

5. Mengetahui Struktur dan Komposisi Vegetasi

Page 5: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Analisis Vegetasi

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis

yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut

terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun

dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta

dinamis (Marsono, 1977).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi

secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi

adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi

diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari

penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi

kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3

kategori yaitu; (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan

membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. (2)

menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal (3) melakukan korelasi antara perbedaan

vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Richard,1988).

2.2 Macam Analisis Vegetasi

Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu

vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan

tujuannya.Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan

kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai

kendala yang ada (Syafei, 1990). Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta

efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot

dan metode kwarter (Syafei, 1990).Selain menggunakan kedua metode di atas namun, secara

Page 6: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

garis besar metode analisis dalam ilmu vegetasi dapat dikelompokkan dalam dua perbedaan yang

prinsip, yaitu, metode diskripsi dan metode non diskripsi.

Metode diskripsi biasanya dilakukan untuk memahami jumlah materi organik yang dapat

dihasilkan oleh suatu komunitas tumbuhan. Variable yang dipakai bisa diproduktivitas primer,

maupun biomasa.Dengan demikian dalam pendekatan selalu harus dilakukan penuain atau

berarti melakukan perusakan terhadap vegetasi tersebut.Metode ini umumnya dilakukan untu

bentuk bentuk vegetasi yang sederhana, dengan ukuran luas pencuplikan antara satu meter

persegi sampai lima meter persegi. Penimbangan bisa didasarkan pada berat segar materi hidup

atau berat keringnya. Metode ini sangant membantu dalam menentukan kualitas suatu padang

rumput denan usaha pencairan lahan penggembalaan dan sekaligus menentukan kapasitas

tampungnya. Pendekatan yang terbaik untuk metode ini adalah secara floristika, yaitu didasarkan

pada pengetahuan taksonomi tumbuhan.

Sedangkan metode non diskripsi biasanya dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan,

yaitu berdasarkan penelaahan organism hidup / tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya,

sehingga dikenal dengan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisma

tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika.

Metode non-destruktif,non-floristika merupakan telah dikembangkan oleh banyak pakar

vegetasi. Seperti Du Rietz (1931), Raunkiaer (1934), dan Dansereau (1951). Yang kemudian

diekspresiakan oleh Eiten (1968) dan Unesco (1973). Danserau

membagi dunia tumbuhan berdasarkan berbagai hal, yaitu bentuk hidup, ukuran, fungsi

daun, bentuk dan ukuran daun, tekstur daun, dan penutupan.Untuk setiap karakteristika di bagi-

bagi lagi dalam sifat yang kebih rinci, yang pengungkapannya dinyatakan dalam bentuk simbol

huruf dan gambar.

Metode ini, klasifikasi bentuk vegetasi, biasanya dipergunakan dalam pembuatan peta vegetasi

dengan skala kecil sampai sedang, dengan tujuan untuk menggambarkan penyebaran vegetasi

berdasarkan penutupannya, dan juga masukan bagi disiplin ilmu yang lainnya (Syafei,1990).

2.3 Pola Interaksi dalam Komunitas

Page 7: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

Arti penting interaksi spesies dan interdependensi terhadap komunitas memperkirakan

bahwa komunitas stabil, memperlihatkan lebih banyak terjadinya interaksi spesies pada

komunitas transient/sementara.

      Pemberian komunitas berdasarkan pada fisiognomi, life form, tumpang  tindih niche, adalah

berguna karena kemungkinan perbandingan stand yang terpisah jauh yang mempunyai

persamaan floristik atau tidak. Pola – pola interaksi dalam ekosistem merupakan komponen-

komponen  ekosistem yang melibatkan berbagai macam bentuk pola interaksi berbagai

organisme. Dalam ekosistem, sesama  vegetasi saling berhubungan antara satu dengan yang

lainnya. Interaksi yang terjadi antara lain :

1.       Netral

Hubungan tidak saling mengganggu antar organisme tumbuhan  dalam habitat yang sama yang

bersifat tidak menguntungkan dan tidak merugikan kedua belah pihak, disebut netral.

Contohnya :pohon pinus dengan pohon jati

2.       Kompetisi

Merupakan interaksi  bersaing antara individu tumbuhan dengan individu tumbuhan lainnya

dalam hal penggunaan sumber daya alam dan pemenuhan kebutuhan, seperti nutrisi, air, cahaya,

ruang, dsb. Jadi kompetisi akan timbul jika individu tumbuhan mempunyai daur hidup dan

keperluan lingkungan yang sama dengan individu tumbuhan lainnya, baik untuk jenis tumbuhan

yang sama maupun yang berbeda jenis. Tumbuhan yang lebih efisien memamfaatkan sumber

dayanya untuk bertahan, dan yang lainya tersingkir.

Contoh : pergantian jenis-jenis tumbuhan selama suksesi dalam bentuk seral-seralnya, yaitu dari

jenis oportunis sampai ke jenis keseimbangan.

Page 8: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

3.               Amensalisme

Hubungan antara individu- individu populasi tumbuhan yang satu merasa dirugikan (tetapi sesaat

) sedangkan populasi yang lain tidak di rugikan(netral).

Contoh : Alelopati merupakan interaksi antarpopulasi, bila populasi yang satu menghasilkan zat

yang dapat menghalangi tumbuhnya populasi lain. Contohnya, di sekitar pohon walnut (juglans)

jarang ditumbuhi tumbuhan lain karena tumbuhan ini menghasilkan zat yang bersifat toksik.

4.               Komensalisme

Page 9: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

 Komensalisme merupakan hubungan antara dua organisme tumbuhan yang berbeda spesies

dalam bentuk kehidupan bersama untuk berbagi sumber makanan; salah satu spesies

diuntungkan dan spesies lainnya tidak dirugikan. Contohnya anggrek dengan pohon yang

ditumpanginya.

5.Simbiosis Mutualisme

Disebut juga simbiosis yang merupakan interaksi obligatori (wajib) yang di perlukan oleh kedua

belah pihak yang berinteraksi karena keduanya saling memerlukan.

Contoh, bakteri Rhizobium yang hidup pada bintil akar kacang-kacangan.

6.Tumbuhan penumpang ( seperti Epifit)

Merupakan kelompok tumbuhan yang memanfaatkan tumbuhan lain untuk tempat hidup secara

menempel, jadi berbeda dengan parasit, tumbuhan ini mempunyai akar untuk menghisap air dan

nutrisi yang terlarut dan mampu menghasilkan makanan sendiri.

Epifit ini cuma memerlukan peneduhan dan kelembapan dari tumbuhan lain sehingga mampu

bertahan di saat kekeringan. Contoh : Pteridaceae.

Page 10: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

7.Proto koperasi

Interaksi dua populasi tumbuhan yang memperoleh keuntungan dengan adanya asosiasi tersebut

tetapi hubungan itu suatu keharusan.

8.Parasitisme

 Hubungan antar organisme yang berbeda spesies, bila salah satu organisme hidup pada

organisme lain dan mengambil makanan dari hospes/inangnya sehingga bersifat merugikan

inangnya.

Contoh :  benalu dengan pohon inang.

Page 11: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

2.4 Karakteristik Komunitas

Seperti halnya populasi, dalam mempelajari komunitas ada beberapa parameter yang dapat

di ukur. Ada parameter komunitas yang bersifat kuantitatif, seperti kekayaan spesies,

keaneragaman spesies, dan kelimpahan. Ada juga yang bersifat kualitatif, misalnya tingkatan

trofik, bentuk, dan karakter hidup.

A. Kuantitatif

1. Keragaman Jenis adalah gabungan antara kekayaan jenis dan kemerataan dalam satu nilai

tunggal (Ludwig, 1988). Menurut Wirakusumah (2003), keragaman merupakan ukuran integrasi

komunitas biologik dengan menghitung dan mempertimbangkan jumlah populasi yang

membentuknya dengan kelimpahan relatifnya. Keragaman akan cenderung lebih rendah dalam

ekosistem yang secara fisik terkendali dan lebih tinggi dalam ekosistem yang diatur secara

biologi.

2. Kekayaan spesies

      Kekayaan spesies adalah jumlah spesies dalam area pada suatu komunitas, tiap spesies

nampaknya tidak mempunyai jumlah individu sama.

3.   Kemerataan/evenness

      Agihan individu antar spesies disebut kemerataan atau ekuibilitas spesies. Kemerataan

menjadi maksimum jika semua spesies mempunyai jumlah individu yang sama.

B. Kualitatif

1. Struktur trofik

Struktur trofik ditentukan berdasarkan posisi spesies dalam piramida

makanan.Struktur trofik ini ditentukan berdasarkan jenis makanan suatu spesies.

Hubungan ini menggambarkan aliran energi dari satu spesies ke spesies lain.

2. Bentuk dan karakter hidup

Bentuk hidup pada tumbuhan dapat di klasifikasika dalam kelompok semak,

perdu, dan pohon. Ciri lain yang penting dalam menggambarkan vegetasi tumbuhan

Page 12: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

adalah karakter tumbuhan yang dominan, misalnya tumbuhan gugur daun, tumbuhan

evergreen, dan sebagainya.

2.5 Struktur dan Komposisi Vegetasi

A. Struktur Komunitas

Adalah suatu deskripsi atau pertelaan tentang masyarakat tumbuhan yang dapat

memberikan gambaran mengenai kondisi lingkungan dan distribusi nutrien di habitatnya.Suatu

pertelaan atau deskripsi tumbuhan berdasarkan bentuk luar, stratifikasi vertikal dan sebaran

secara horizontal bentuk hidup, dan ukuran/besar tumbuhan yang ada pada suatu saat.

Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk tegakan di dalam

suatu ruang.Komunitas tumbuhan terdiri   dari sekelompok tumbuh-tumbuhan yang masing-

masing individu mempertahankan sifatnya.Menurut Kershaw (1973) dalam Irwanto (2006),

struktur vegetasi terdiri dari 3 komponen, yaitu:

a. Struktur vegetasi berupa vegetasi secara vertikal yang merupakan lapisan

tumbuhan bawah, herba, semak, dan pohon penyusun vegetasi dalam suatu

komunitas.

b. Sebaran horisotal jenis-jenis penyusun yang menggambarkan letak dari

suatu individu terhadap individu lain.

c. Kemelimpahan (abudance) setiap jenis dalam suatu komunitas.

Ewusie (1992) dalam Mayor (1997), menyatakan bahwa vegetasi suatu komunitas dapat

diukur secara kualitatif maupun kuantitatif. Ciri kualitatif yang terpenting pada komunitas antara

lain adalah susunan flora dan fauna serta pelapisan berbagai unsur dalam komunitas. Ciri

kuantitatifnya meliputi beberapa parameter yang dapat diukur seperti kekerapan (frekuensi),

kepadatan dan penutupan.Mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan pembuatan

petak-petak pengamatan ataupun metode tanpa petak. Petak-petak pengamatan sifatnya

permanen atau sementara. Petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun

berbentuk jalur.

Pelapisan berbagai unsur dalam komunitas, akan mudah dianalisis apabila telah

dilakukan suatu pemilahan antar tingkat vegetasi. Berdasarkan hal tersebut maka Wyatt-Smith

(1963) dalam Soerianegara (1976) dalam Alhamid (1988), membedakan lapisan masyarakat

tumbuhan dalam tingkat permudaan hingga pohon sebagai berikut:

a.    Pancang atau sapihan (sapling)

Page 13: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

Permudaan yang tingginya 1,5 m atau lebih sampai pohon-pohon muda yang berdiameter

kurang dari 10 cm.

b.    Tiang (pole)

Pohon muda yang berdiameter antara 10 – 35 cm.

c.    Pohon (tree)

Tumbuhan dewasa dengan diameter lebih dari 35 cm.

B.  Komposisi vegetasi

Adalah daftar jenis-jenis tumbuhan yang ada dalam suatu komunitas di suatu daerah.Data

flora/vegetasi tersebut dinamakan data floristik. Data floristik berguna untuk mengetahui:

keanekaragaman jenis; struktur setiap unit vegetasi; pengelompokan secara kuantitatif seperti

spesies dominan, frekuensi dan daya adaptasi yang luas; tahap suksesi; jenis-jenis yang jarang

(dapat digunakan sbg indikator habitat); kondisi habitat/lingkungan.

Caranya membuat daftar nama semua jenis tumbuhan yang terdapat di daerah tersebut

dan menentukan kerapatan individu/tiap jenis tumbuhan baik secara kualitatif maupun

kuantitatif. Karena ada hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas

di suatu lingkungan bersifat spesifik.Dengan demikian pola vegetasi di permukaan bumi

menunjukkan pola diskontinyu. Seringkali suatu komunitas bergabung atau tumpang tindih

dengan komunitas lain. Karena tanggapan setiap spesies terhadap kondisi fisik, kimia maupun

biotik di suatu habitat berlainan maka  perubahan  di suatu habitat cenderung mengakibatkan

perubahan komposisi komunitas. Rentetan komunitas yang memperlihatkan pergantian gradual

dalam suatu komposisi disebut continuum. Terdapat dua pandangan komposisi komunitas yang

berlawanan:

1. Pandangan organisme

2. Pandangan individualisme

Pandangan organisme dikembangkan oleh Clements (1916).Menurut pandangan ini

komunitas dianggap sebagai “Organisme super” yang merupakan stadium tertinggi per-

kembangan organisasi organisme yang dari sel ke jaringan, organ, spesies, populasi dan

komunitas.Komunitas dianggap organisme super karena tumbuhm beraturan dan di bawah

keadaan tertentu dapat melakukan reproduksi dan secara fungsional memperlihatkan tingkatan

yang lebih tinggi daripada vegetasi/binatang atau individu yang membentuknya.

Page 14: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

Sedangkan pandangan individualisme dikembangkan oleh H.A. Gleason (1926) yang

disokong oleh Whittaker (1951, 1952, 1956), Curtis (1958) dan Mc Intosh (1959). Pandangan ini

pendekatannya menekankan bahwa komunitas tidak perlu mencapai suatu komposisi yang

seharusnya atau dalam keadaan stabil.Disini spesies merupakan bagian unit essensial karena

hanya spesies dan bukannya komunitas yang dipengaruhi dalam antar hubungan dan

distribusi.Spesies langsung tanggap terhadap kondisi lingkungan secara independen, tidak

menghadapinya bersama-sama.Dalam pendekatan ini komposisi komunitas dianggap variabel

yang kontinyu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai

keseimbangan yang spesifik.

2. Sedangkan metode non diskripsi biasanya dapat dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu

berdasarkan penelaahan organisme hidup / tumbuhan tidak didasarkan pada taksonominya,

sehingga dikenal dengan pendekatan lainnya adalah didasarkan pada penelaahan organisma

tumbuhan secara taksonomi atau pendekatan floristika

3. Pola interaksi komunitas tumbuhan meliputi komensalise, mutualisme, penumpang,

amensalisme, Parasitisme, kompetisi dan netral.

3.2 Saran

Sebagai seorang calon guru sekaligus seorang mahasiswa sebaiknya kita menjaga

keanekargaman hayati di Indonesia bahkan dunia karenasumber daya alam merupakan sumber

daya yang luar biasa indah dan sangat bermanfaat. Kita seharusnya mensyukuri nikmat tuhan ini

dengan selalu merawat keanekargaman hewan dan tumbuhan dan selalu mengajarkan kepada

calon peserta didik kita nanti untuk menjaganya juga.

Page 15: Pola Interaksi, Floristik Non for Komunitas

DAFTAR RUJUKAN

Alhamid .1988. Ekologi Tanaman. Jakarta : Rajawali Press

Clements, H. F. 1916. Effects of silicate on the growth and freckle of sugarcane in Hawai.

Puerto Rico. Proceedings International Society Sugar Cane Technologiest 12: 197 -

215.

Ludwig JA, Reynold JF. 1988. Statisyical Ecology: A Primer on Methods and Computing. New

York: John Wiley and Sons.

Irwanto. 2008. Hutan Mangrove dan Manfaatnya. Http: http://pengertiandefinisi.blogspot.com

Marsono, DJ. 1977. Diskripsi Vegetasi dan Tipe-tipe Vegetasi Tropika. Yayasan Pembina

Fakultas Kahutanan. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Richard & Steven, 1988.Forest Ecosystem San Diego. California: Academic Press.

Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung : ITB.

Webb RL. Air-side heat transfer correlations for flat and wavy plate fin-andtube geometries.

ASHRAE Trans 1990;96:445–9.