pokok pokok pemikiran niccolo machiavelli

5
1 POKOK POKOK PEMIKIRAN NICCOLO MACHIAVELLI (1469 - 1527) Niccolo Machiavelli dilahirkan di Florence Italia pada tahun 1469. Ia seorang ahli sejarah dan negarawan Italia juga merupakan tokoh pada Zaman Renaisance. Ajarannya yang sangat terkenal tercantum pada buku Discorsis Opra la prima desa di Titus Livius (Discourses on Frist Ten Books of Titus Livius) ; 3 jilid, 1521 – 1517 dan II principe (The prince), 1513. Buku-buku tersebut ia tulis ketika ia berada di tempat perasingan. Hingga pada akhirnya Niccolo Machiavelli wafat pada tahun 1527. Niccolo Machiavelli adalah seorang ahli sejarah dan negarawan Italia. Ia merupakan seorang penyelidik keadaan masyarakat masa Romawi. Pada masa itu sejarah perkembangannya mencangkup 4 tingkatan masa seperti : kerajaan, Republik, Prinsipat, dan Dominant. Ia hidup pada masa Renaisance yang sempat mempelajari sejarah politik masa Republika untuk dipakai sebagai pedoman masa hidupnya. Ajaran Niccolo Machiavelli tentang negara dan hukum ditulis dalam bukunya yang sangat terkenal yang diberi nama II Principle (The Prince) artinya Sang Raja atau Buku Pelajaran untuk Raja. Buku ini dimaksudkan untuk dijadikan tuntutan atau pedoman bagi para raja dalam menjalankan pemerintahanya, agar raja dapat memegang dan menjalankan pemerintahan dengan baik, untuk menyatukan kembali negara Italia yang pada waktu itu mengalami kekacauan dan daerah negara terpecah-belah. Dalam buku tersebut juga menerangkan Pendirian Machiavelli terhadap azas-azas moral dan kesulilaan dalam susunan ketatanegaraan. Ia menunjukkan dengan terang dan tegas pemisahan antara azas-azas kesusilaan dengan azas-azas kenegaraan yang berarti bahwa orang dalam lapangan ilmu kenegaraan tidak perlu menghiraukan atau memperhatian azas-azas kesusilaan. Orang, bahkan negara kepentingannya akan terugikan apabila tidak berbuat demikian. The Prince dapat dianggap nasihat praktek terpenting buat seorang kepada negara. Pikiran dasar buku ini adalah, untuk suatu keberhasilan, seorang Penguasa harus mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya dan mengandalkan segala, sesuatunya atas kekuatan dan kelicikan. Machiavelli menekankan di atas segala-galanya yang terpenting adalah suatu negara mesti dipersenjatai dengan baik. Dia berpendapat, hanya dengan tentara yang diwajibkan dari warga negara itu sendiri yang bisa dipercaya; negara yang bergantung pada tentara bayaran atau tentara dari negeri lain adalah lemah dan berbahaya. Machiavelli menasihatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya sumber menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk

Upload: vany

Post on 14-Sep-2015

47 views

Category:

Documents


16 download

TRANSCRIPT

1

POKOK POKOK PEMIKIRAN NICCOLO MACHIAVELLI(1469 - 1527)

Niccolo Machiavelli dilahirkan di Florence Italia pada tahun 1469. Ia seorang ahli sejarah dan negarawan Italia juga merupakan tokoh pada Zaman Renaisance. Ajarannya yang sangat terkenal tercantum pada buku Discorsis Opra la prima desa di Titus Livius (Discourses on Frist Ten Books of Titus Livius); 3 jilid, 1521 1517 dan II principe (The prince), 1513. Buku-buku tersebut ia tulis ketika ia berada di tempat perasingan. Hingga pada akhirnya Niccolo Machiavelli wafat pada tahun 1527.Niccolo Machiavelli adalah seorang ahli sejarah dan negarawan Italia. Ia merupakan seorang penyelidik keadaan masyarakat masa Romawi. Pada masa itu sejarah perkembangannya mencangkup 4 tingkatan masa seperti : kerajaan, Republik, Prinsipat, dan Dominant. Ia hidup pada masa Renaisance yang sempat mempelajari sejarah politik masa Republika untuk dipakai sebagai pedoman masa hidupnya.

Ajaran Niccolo Machiavelli tentang negara dan hukum ditulis dalam bukunya yang sangat terkenal yang diberi nama II Principle (The Prince) artinya Sang Raja atau Buku Pelajaran untuk Raja. Buku ini dimaksudkan untuk dijadikan tuntutan atau pedoman bagi para raja dalam menjalankan pemerintahanya, agar raja dapat memegang dan menjalankan pemerintahan dengan baik, untuk menyatukan kembali negara Italia yang pada waktu itu mengalami kekacauan dan daerah negara terpecah-belah. Dalam buku tersebut juga menerangkan Pendirian Machiavelli terhadap azas-azas moral dan kesulilaan dalam susunan ketatanegaraan. Ia menunjukkan dengan terang dan tegas pemisahan antara azas-azas kesusilaan dengan azas-azas kenegaraan yang berarti bahwa orang dalam lapangan ilmu kenegaraan tidak perlu menghiraukan atau memperhatian azas-azas kesusilaan. Orang, bahkan negara kepentingannya akan terugikan apabila tidak berbuat demikian.The Prince dapat dianggap nasihat praktek terpenting buat seorang kepada negara. Pikiran dasar buku ini adalah, untuk suatu keberhasilan, seorang Penguasa harus mengabaikan pertimbangan moral sepenuhnya dan mengandalkan segala, sesuatunya atas kekuatan dan kelicikan. Machiavelli menekankan di atas segala-galanya yang terpenting adalah suatu negara mesti dipersenjatai dengan baik. Dia berpendapat, hanya dengan tentara yang diwajibkan dari warga negara itu sendiri yang bisa dipercaya; negara yang bergantung pada tentara bayaran atau tentara dari negeri lain adalah lemah dan berbahaya.Machiavelli menasihatkan sang Pangeran agar dapat dukungan penduduk, karena kalau tidak, dia tidak punya sumber menghadapi kesulitan. Tentu, Machiavelli maklum bahwa kadangkala seorang penguasa baru, untuk memperkokoh kekuasaannya, harus berbuat sesuatu untuk mengamankan kekuasaannya, terpaksa berbuat yang tidak menyenangkan warganya. Dia usul, meski begitu untuk merebut sesuatu negara, si penakluk mesti mengatur langkah kekejaman sekaligus sehingga tidak perlu mereka alami tiap hari kelonggaran harus diberikan sedikit demi sedikit sehingga mereka bisa merasa senang.

Untuk mencapai sukses, seorang Pangeran harus dikelilingi dengan menteri-menteri yang mampu dan setia Machiavelli memperingatkan Pangeran agar menjauhkan diri dari penjilat dan minta pendapat apa yang layak dilakukan. Menurut Asvi Warman Adam bahwa Sejarah mengajarkan kepada kita apa yang tidak dapat kita lihat, untuk memperkenalkan kita kepada penglihatan yang kabur sejak kita lahir. Namun menurut kami tujuan dari sejarah mengajarkan kita sebuah cara menentukan pilihan untuk memptertimbangkan berbagai pendapat untuk membawakan berbagai kisah dan melakukan sendiri bila perlu kisah-kisah yang kita bawakan.

Ajaran atau pandangan Niccolo Machiavelli tersebut di atas sangat terpengaruh bahkan dapat dikatakan merupakan pencerminan dari pada apa yang dikenalnya dalam praktek sebagai seorang ahli negara dan apa yang dijalankannya, karena dianggapnya perlu sekali untuk menyelenggarakan kepentingan-kepentingan negara, diangkatnya menjadi teori umum mengenai praktek ketatanegaraan dengan cara yang gagah dan berani. Disinilah Niccolo Maciavelli kelihatan sangat terpengaruh oleh keadaan di tanah airnya, Italia, karena keadaan di Italia pada waktu itu sedang mengalami kekacauan dan perpecahan, maka ia menginginkan terbentuknya Zentral Gewalt (sistem pemerintah sentral). Maksudnya ialah agar dengan demikian keadaan dapat menjadi tentram kembali.Sebab itu berkatalah Niccolo Maciavelli dalam bukunya II Principe bahwa, penguasa, yaitu pimpinan negara haruslah mempunyai sifat-sifat seperti kancil dan singa. Ia harus menjadi kancil untuk mencari lubang jaring dan menjadi singa untuk mengejutkan serigala. Jadi jelaslah bahwa raja atau pimpinan negara harus memiliki sifat-sifat cerdik pandai dan licin seibarat seekor kancil, akan tetapi harus pula memiliki sifat-sifat yang kejam dan tangan besi seibarat singa.Selain itu, dia mengemukakan beberapa teori yaitu sebagai berikut :

1) Menitikberatkan pada sifat pribadi raja, agar dapat cerdik seperti kancil dan menakut-nakuti rakyatnya seperti singa.

2) Pemerintah/penguasa boleh berbuat apa saja, asal untuk kepentingan negara dalam mencapai kekuasaaan negara yang sebesar-besarnya.3) Siapa pun yang melawan pemerintah / raja harus ditindak tanpa kompromi.

4) Pemerintah menghalalkan segala cara, meskipun harus melanggar sendi-sendiri kesusilaan serta kebenaran.

5) Seorang penguasa yang cermat tidak memegang kepercayaannya jika kepercayaan itu berlawanan dengan kepentingannya.

Machiavelli berpendapat bahwa nilai-nilai yang tinggi, atau yang dianggap tinggi, adalah berhubungan dengan kehidupan dunia, dan ini dipersempit pula hingga kemasyhuran, kemegahan, dan kekuasan belaka. Machiavelli menolak adanya hukum alam, yang seperti telah diketahui adalah hukum yang berlaku untuk manusia sejagat dan sesuai dengan sifat hukum, mengikat serta menguasai manusia. Machiavelli menolak ini dengan mengemukakan bahwa kepatuhan pada hukum tersebut, malah juga pada hukum apapun pada umumnya bergantung pada soal-soal apakah kepatuhan ini sesuai dengan nilai-nilai kemegahan, kekuasaan, dan kemsyhuran yang baginya merupakan nilai-nilai tinggi. Bahkan menurut pendapatnya inilah kebajikan. Machiavelli mengatakan bahwa untuk suksesnya seseorang, kalau memang diperlukan, maka gejala seperti penipuan dibenarkan. Misalnya, ia mengakui bahwa agama mendidik manusia menjadi patuh, dan oleh sebab kepatuhan ini perlu untuk suksesnya seorang yang berkuasa, maka perlulah agama tadi. Jadi agama itu diperlukan sebagai alat kepatuhan, bukan karena nilai-nilai yang dikandung agama itu.Gagasan kekuasaan machiavelli patut dikaji setidaknya karena dua alasan, yaitu :

a. Gagasannya telah menjadi sumber inspirasi yang tak pernah kering bagi banyak penguasa sejak awal gagasan itu dipopulerkan sampai abad XX.

b. Banyak negarawan dan penguasa dunia yang secara sembunyi atau terus terang mengakui telah menjadikan buku Machiavelli itu sebagai hand book (buku pegangan) mereka dalam memperoleh dan mempertahankan kekuasaannya. Misalnya Hitler dan Mussolini. Gagasan yang sama telah menjadi basis intelektual bagi pelaksanaan diplomasi kaum realis (realisme).

Realisme sebagai suatu aliran penting dalam kajian diplomasi internasional, banyak mendasarkan asumsinya pada pemikiran kekuasaan Machiavelli. Dalam kaitannya dengan kekuasaan seorang penguasa Machiavelli membahas perebutan kekuasaan (kerajaan). Bila seseorang penguasa berhasil merebut suatu kerajaan maka ada cara memerintahkan negara yang baru saja direbut itu. Pertama, memusnahkannya sama sekali dengan membumihanguskan negara dan membunuh seluruh kelurga penguasa lama, Kedua dengan melakukan kolonisasi mendirikan pemukiman-pemukiman baru dan menempatkan sejumlah besar pasukan infantry di wilayah koloni serta menjalin hubungan baik dengan negara-negara tetangga terdekat.Tujuan Niccolo Maciavelli ialah untuk mencapai cita-cita atau tujuan politik demi kebesaran dan kehormatan negara Italia, agar menjadi seperti masa keemasan Romawi. Untuk itu diperlukan kekuatan dan kekuasaan yang dapat mempersatukan daerah-daerah sebagai negara tunggal. Oleh karena itu tujuan negara lain dengan masa lampau. Tujuan negara masa lampau menurut pendapatnya : kesempurnaan, kemuliaan abadi, untuk kepentingan perseorangan berupa penyempurnaan dari manusia. Sedangkan tujuan negara sekarang menghimpun dan mendapatkan kekuasaan yang sebesar-besarnya.

Berhubung dengan hal itu raja atau pimpinan negara boleh berbuat apa saja asalkan tujuan bisa tercapai maka dengan demikian terjadilah het doel heilight de middeled (tujuan itu menghalalkan/membenarkan semua cara atau usaha). Maka ajarannya disebut ajaran negara harus diutamakan dan apabila perlu negara dapat menindak kepentingan individu.

Dari ajaran Niccolo Machiavelli ini menjelma dan timbullah pengertian real politik berdasarkan itu harus diambil sikap yang nyata, karena itu disebut juga machiavellismus.

Sebagai seorang tokoh humanis sejati, Machiavelli mempelajari dan mengagumi sejarah serta karya manusia, termasuk agama pada zaman purba. Bagi Machiavelli, agama merupakan salah satu karya manusia yang patut mendapat pujian tertinggi. Dalam Discoursus, Machiavelli menulis: Di antara orang-orang yang pantas dipuji, yang paling pantas dipuji adalah para pemimpin dan pendiri agama-agama.

Dalam menguraikan pendapatnya tentang politik agama, Machiavelli terispirasi oleh sejarah kerajaan Romawi kuno serta oleh berbagai situasi yang terjadi di sekitarnya. Berikut ini penulis memaparkan faktor-faktor yang melatar belakangi pemikiran Machiavelli tentang nilai politis agama.Machiavelli juga mempersoalkan interpretasi agama tentang semangat dan penghayatan kekristenan. Menurutnya, semangat dan penghayatan yang diajarkan oleh kekristenan adalah keliru. Ketika itu agama Kristen ditafsirkan sebagai agama bagi manusia yang lembut dan rendah hati serta yang cinta akan pengurbanan. Machiavelli menghendaki reformasi di bidang keagamaan yang menunjang perkembangan patriotisme. Reformasi yang dikehendakinya adalah usaha reinterpretasi tentang semangat kekristenan secara baru, yakni agama yang aktif dan peka terhadap realitas, agar dari sana terhembus suatu kekuatan, sehingga membangkitkan semangat masyarakat dan menyelamatkan mereka dari dekadensi moral.[44]Teori kekuasaan negara yang dikemukakan Niccolo Machiavelli dalam bukunya II principle bahwa, penguasa, yaitu pimpinan negara haruslah mempunyai sifat-sifat seperti kancil dan singa. Ia harus menjadi kancil untuk mencari lubang jaring dan menjadi singa untuk mengejutkan serigala.Teori tersebut di atas tidak cocok apabila diterapkan di Indonesia pada saat sekarang ini. Karena teori tersebut sangatlah bertentangan dengan dasar dan ideologi negara kita yaitu Pancasila. Selain itu negara kita merupakan negara demokrasi yang mengutamakan partisipasi rakyat dalam mengemukakan aspirasinya.Melihat hal tersebut, teori kekuasan negara Niccolo Machiavelli sangatlah bertentangan, karena dalam teori tersebut lebih mengutamakan sifat-sifat yang kejam dan tangan besi yang mengarah kepada diktator serta keabsolutan kekuasaan itu sendiri. Dengan demikian, teori ini tidak cocok untuk diaplikasikan di Indonesia dewasa ini. Walaupun teori tersebut pada zamannya (Renaisance) dipandang cocok untuk diterapkan di Italia itu sendiri yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemerintahan pada saat itu.