pokok-pokok hasil riskesdas prov dki

211
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi DKI Jakarta 2013.—Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2013 ISBN 978-602-235-538-0 1. Judul I.HEALTH SERVICES – ORGANIZATION AND ADMINISTRATION II. HEALTH PLANNING III. HEALTH POLICY Cetakan Pertama, Desember 2013 Hak Cipta dilindungi oleh Undang Undang All right reserved Kementerian Kesehatan RI, Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi DKI Jakarta 2013 Penulis : Basuki Budiman, dkk Layout : Andi Maharany Patta Katy Desain Sampul : Suci Wiji Lestari Editor : Susilowati Herman, Nurul Puspasari C-1 Jakarta Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes, 2013, 220 hlm. Uk 21 cm x 29,7 cm Diterbitkan oleh : Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Anggota IKAPI No. 468/DKI/XI/2013 Jl. Percetakan Negara No 29 Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Telepon : (021) 4261088 Ext.123 Faksimilie (021) 4243933 Email: [email protected]; Website: terbitan.litbang.depkes.go.id Didistribusikan oleh : Tim Riskesdas 2013 Copyright (C) 2013 pada Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes Jakarta Sanksi Pelanggaran Undang undang Hak Cipta 2002 1. Barang siapa dengan sengaja tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil Hak Cipta Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 614 Ind

Upload: nihrd-moh-ri

Post on 18-Dec-2015

285 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pokok Hasil Riskesdas tahun 2013 Provinsi DKI Jakarta

TRANSCRIPT

  • Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi DKI Jakarta 2013.Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.2013

    ISBN 978-602-235-538-0 1. Judul I.HEALTH SERVICES ORGANIZATION AND ADMINISTRATION II. HEALTH PLANNING III. HEALTH POLICY

    Cetakan Pertama, Desember 2013 Hak Cipta dilindungi oleh Undang Undang All right reserved Kementerian Kesehatan RI, Pokok-Pokok Hasil Riskesdas Provinsi DKI Jakarta 2013 Penulis : Basuki Budiman, dkk Layout : Andi Maharany Patta Katy Desain Sampul : Suci Wiji Lestari Editor : Susilowati Herman, Nurul Puspasari C-1 Jakarta Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes, 2013, 220 hlm. Uk 21 cm x 29,7 cm Diterbitkan oleh : Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Anggota IKAPI No. 468/DKI/XI/2013 Jl. Percetakan Negara No 29 Jakarta 10560 Kotak Pos 1226 Telepon : (021) 4261088 Ext.123 Faksimilie (021) 4243933 Email: [email protected]; Website: terbitan.litbang.depkes.go.id Didistribusikan oleh : Tim Riskesdas 2013 Copyright (C) 2013 pada Lembaga Penerbitan Badan Litbangkes Jakarta

    Sanksi Pelanggaran Undang undang Hak Cipta 2002

    1. Barang siapa dengan sengaja tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu,

    dipidana dengan penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah)

    2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil Hak Cipta Sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana penjara paling lama 5 (lima) tahun/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

    614

    Ind

  • 2

    POKOK POKOK HASIL RISET KESEHATAN DASAR

    PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2013

    Penulis:

    DR. Ir. Basuki Budiman, MSPH Dr. Makassari Dewi Elisa Diana Julianti, SP, MSi Drg. Tince A Yovita, M.Kes Eddy Purwanto, ST., MKM

    BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI

    TAHUN 2013

    614.407 2

    Ind

    r

  • i

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum wr.wb.

    Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga Riskesdas 2013 telah selesai dilaksanakan. Riskesdas merupakan kegiatan riset kesehatan dasar berbasis masyarakat, yang dilaksanakan secara berkala. Riskesdas menghasilkan indikator kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk perencanaan pembangunan kesehatan.

    Hasil akhir Riskesdas 2013 disajikan dalam dua buku yaitu buku 1: Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi DKI Jakarta, buku 2: Riskesdas 2013 Dalam Angka Provinsi DKI Jakarta. Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013 berisi hasil analisis variabel utama pembangunan kesehatan, dilengkapi dengan filosofi, teori dan justifikasi pengumpulan variabel dan indikator. Riskesdas 2013 dalam Angka menyajikan hasil lebih rinci dalam bentuk tabel. Kedua buku ini merupakan satu kesatuan, pembaca disarankan membaca buku 1 untuk mendapatkan gambaran komprehensif mengenai Riskesdas, buku 2 untuk memperoleh informasi lebih rinci.

    Analisis disajikan secara deskriptif dan kecenderungan untuk melihat perubahan indikator 2007 2013. Informasi kecenderungan dapat dimanfaatkan program untuk mengevaluasi strategi yang telah diterapkan, sehingga dapat diidentifikasi kemajuan kinerja provinsi dan perbaikan yang dibutuhkan. Laporan Riskesdas 2013 dapat diunduh melalui website Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan www.litbang.depkes.go.id

    Ucapan terima kasih yang tulus kami sampaikan kepada Gubernur, Bupati, Walikota, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Poltekkes, Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian Daerah, dan berbagai institusi yang membantu kelancaran Riskesdas 2013. Kontribusi semua pihak dari tahap persiapan, pembuatan instrumen, pengumpulan dan analisis data serta penulisan laporan sangat kami apresiasi. Ungkapan serupa juga kami tujukan kepada para koordinator wilayah beserta jajaran administratornya, para penanggung jawab operasional, para enumerator di lapangan, sehingga pelaksanaan Riskesdas 2013 dapat berjalan lancar.

    Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan bagi para pembaca dan semoga Allah SWT melimpahkan barokah-Nya kepada kita.

    Jakarta, 29 November 2013 Kepala Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik

    Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

    dr. Siswanto, DTMH

  • ii

    KATA SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI

    Dalam lima tahun terakhir ini Pembangunan Kesehatan telah diperkuat dengan tersedianya data dan

    informasi yang dihasilkan oleh Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas. Tiga Riskesdas telah dilaksanakan

    di Indonesia, masingmasing pada tahun 2007, 2010, dan 2013.

    Riskesdas 2013 berbasis komunitas, mencakup seluruh provinsi di Indonesia dan menghasilkan data serta

    informasi yang bermanfaat bagi para pengelola dan pelaksana pembangunan kesehatan. Dengan adanya

    data dan informasi hasil Riskesdas, maka perencanaan dan perumusan kebijakan kesehatan serta

    intervensi yang dilaksanakan akan semakin terarah, efektif dan efisien.

    Saya minta agar segenap pengelola dan pelaksana pembangunan kesehatan memanfaatkan data dan

    informasi yang dihasilkan Riskesdas dalam merumuskan kebijakan dan mengembangkan program

    kesehatan, demi terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Saya juga

    mengundang para pakar perguruan tinggi, para pemerhati kesehatan, para peneliti Badan Litbangkes, dan

    para anggota APKESI (Asosiasi Peneliti Kesehatan Indonesia) untuk mengkaji hasil Riskesdas 2013, guna

    mengindentifikasi asupan bagi peningkatan Pembangunan Kesehatan dan penyempurnaan Sistem

    Kesehatan Nasional. Dengan demikian dapat dikembangkan tatanan kesehatan yang semakin baik bagi

    Rakyat Indonesia.

    Ucapan selamat dan apresiasi saya sampaikan kepada para responden, enumerator, para penanggung

    jawab teknis Badan Litbangkes dan Poltekkes, para penanggung jawab operasional dari Dinas Kesehatan

    Provinsi dan Kabupaten/Kota, para pakar dari universitas dan Badan Pusat Statistik, serta semua pihak

    yang terlibat dalam Riskesdas 2013 ini. Peran dan dukungan anda sangat penting dalam mendukung

    upaya menyempurnakan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Pembangunan Kesehatan di negeri ini.

    Semoga buku ini bermanfaat.

    Billahi taufiq wal hidayah, Wassalamualaikum Wr. Wb.

    Jakarta, 1 Desember 2013

    Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

    Kementerian Kesehatan RI

    Dr. dr. Trihono, MSc

  • iii

    RINGKASAN EKSEKUTIF

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 telah dilaksanakan di 33 Provinsi, 497 Kabupaten/Kota di

    Indonesia. Pelaksanaan Riskesdas di DKI Jakarta mencakup wilayah Kota Jakarta Pusat, Utara, Barat,

    Selatan, Timur dan Kabupaten Kepulauan Seribu.

    Tujuan riskesdas adalah menyediakan data berdasarkan bukti untuk perencanaan program kesehatan di

    tingkat Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan keterwakilan jumlah sampel yang berbeda.

    Pelaksanaan Riskesdas 2013 di Provinsi DKI Jakarta mencakup 209 Blok Sensus (BS), 5225 rumah tangga

    (RT) dan 16343 anggota rumah tangga (ART), yang dilaksanakan oleh 34 tim setempat dibawah koordinasi

    peneliti Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI.

    Berbagai informasi telah dikumpulkan dan hasil tersebut disajikan dalam ringkasan dibawah ini.

    Akses Pelayanan

    1. Sekitar warga DKI Jakarta mengetahui enam dari delapan fasilitas kesehatan (faskes) yang

    ditanyakan. Puskesmas paling banyak diketahui oleh semua lapisan status ekonomi masyarakat.

    Rumah Sakit (RS) dan Rumah Bersalin (RB)/Bidan lebih banyak diketahui oleh kelompok status

    ekonomi menengah ke atas. Pos persalinan desa (polindes), pos kesehatan desa (poskesdes) dan pos

    kesehatan pesatren (poskestren) tidak dikenal oleh warga DKI Jakarta.

    2. Untuk mencapai faskes yang terdekat, warga Kepulauan Seribu (52,0%) menggunakan lebih dari satu

    moda transport. Di daratan, warga Jakarta Selatan dan Jakarta Barat terbanyak menggunakan moda

    transport lebih dari satu. Pilihan jenis moda transport yang digunakan terbanyak adalah sepeda motor

    dan kendaraan umum. Kedua jenis moda ini paling banyak digunakan oleh kelompok status ekonomi

    menengah bawah dan terbawah. Proporsi pemakai kendaraan umum berhubungan secara negatif

    dengan kuintil indeks kepemilikan (status ekonomi). Semakin tinggi kategori indeks semakin rendah

    menggunakan moda transportasi kendaraan umum. Waktu yang dipergunakan untuk mencapai

    Puskesmas/Pustu pada umumnya kurang dari 15 menit, untuk ke RS pemerintah jam dengan biaya

    kurang dari Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah).

    Farmasi Dan Pelayanan Kesehatan Tradisional

    3. Lebih dari separuh (56,4; 30,2-67,3%) rumah tangga DKI Jakarta mempunyai simpanan 2-3 jenis obat

    di rumah. Obat bebas paling banyak disimpan(87,4; 81,7-89,2%), bahkan obat antibiotik (27,8; 14,9-

    23,3%) dan obat keras (26,1; 22,2-34,6%) juga ditemukan. Sebagian besar obat yang disimpan dalam

    kondisi baik, namun ditemukan 3,9% obat yang disimpan dalam kondisi tidak baik. Proporsi rumah

    tangga yang menyimpan obat tradisional juga cukup besar (21,9; 1,2-23,5%). Penggunaan obat keras

    dan antibiotika tidak menurut resep sehingga dapat membahayakan kesehatan pengguna, apalagi obat

    yang masih tersisa 47 %. Obat tersebut dibeli dari toko obat/warung.

    4. Warga DKI Jakarta yang pernah mendengar tentang obat generik (OG) cukup banyak (65,9; 62,4-

    69,7%). Namun demikian, masih sedikit (14,9;11,6-18,2%) yang berpengetahuan benar. Banyak warga

    yang mempunyai persepsi OG adalah obat murah (88,8%), obat program pemerintah (71,7%), dan obat

    untuk pasien miskin (49,7%). Sumber informasi OG dari media cetak dan elektronik lebih banyak di

    akses oleh rumah tangga dengan kuintil indeks kepemilikan yang lebih tinggi.

  • iv

    5. Warga DKI yang pernah menggunakan Yankestrad sebesar 31 (17,0-36,2) persen (Tabel. 7.2.3.1).

    Jenis Yankestrad yang dimanfaatkan oleh rumah tangga terbanyak adalah keterampilan tanpa alat

    (77,8%) dan ramuan (49,0%). Alasan memanfaatkan yankestrad beragam, antara lain untuk

    kebugaran, tradisi, lebih manjur, murah, coba-coba, bahkan karena sudah putus asa memanfaatkan

    pengobatan konvensional.

    Penyakit Tidak Menular

    6. Data penyakit tidak menular didapat melalui pertanyaan/wawancara responden tentang penyakit tidak

    menular yang terdiri dari: (1) asma (2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) (3) kanker (4) DM (5)

    hipertiroid (6) hipertensi (7) jantung koroner (8) gagal jantung (9) stroke (10) gagal ginjal kronis (11)

    batu ginjal (12) penyakit sendi/rematik. Jenis pertanyaan meliputi: besaran PTM yang didiagnosis

    tenaga kesehatan, besaran PTM berdasarkan keluhan/gejala tertentu yang dialami oleh responden dan

    onset PTM yang didiagnosis tenaga kesehatan atau yang dialami responden. Data penyakit

    asma/mengi/bengek dan kanker diambil dari responden semua umur; untuk penyakit paru obstruksi

    kronis umur > 30 tahun; untuk penyakit kencing manis/diabetes melitus, hipertiroid, hipertensi/tekanan

    darah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit gagal jantung, penyakit ginjal, penyakit

    sendi/rematik/encok dan stroke ditanya pada umur > 15 tahun

    7. Proporsi penderita asma di DKI Jakarta sebesar 5,2 persen; PPOK 2,7 % dan Kanker 19 per 10000

    penduduk. Asma ditemukan kelompok usia produktif (15-54 tahun), proporsi PPOK dan kanker banyak

    ditemukan pada perempuan berusia 50 tahunke atas. Sebaran penyakit pada kelompok jenis

    pekerjaan, tingkat pendidikan dan status ekonomi tampaknya tidak berbeda.

    8. Penyakit hipertensi, diabetes mellitus (DM) dan hipertiroid ditemukan di DKI Jakarta cukup tinggi.

    Proporsi hipertensi yang diperoleh dari hasil wawancara hampir setengahnya dibanding perolehan

    proporsi dengan pengukuran objektif (alat). Namun demikian, pola proporsi penyakit cukup konsisten

    menurut wilayah dan karakteristik. Proporsi penyakit ditemukan semakin besar pada kelompok usia tua

    dan berbanding terbalik dengan tingkat pendidikan. Proporsi relatif sama untuk jenis kelamin, jenis

    pekerjaan dan status ekonomi. Hipertensi ditemukan sejak pada usia muda (< 25 tahun).

    9. Proporsi penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung dan stroke yang ditemukan dengan terdiagnosa

    dokter dan gejala lebih besar dibandingkan hanya dengan terdiagnosa dokter saja. Proporsi PJK

    ditemukan 7/1000, gagal jantung 2/1000 dan strok 10/10000 jika hanya dengan diagnosa tenaga

    kesehatan, tetapi jika kombinasi dengan gejala proporsinya secara berurutan 16/1000; 3/1000 dan

    15/10000. Strok ditemukan pada kelompok usia muda (

  • v

    Penyakit Menular

    11. Data penyakit menular yang dikumpulkan dalam Riskesdas 2013 terbatas pada beberapa penyakit,

    yaitu penyakit yang ditularkan melalui udara (infeksi saluran pernapasan atas/ISPA, pneumonia, dan

    tuberkulosis), penyakit yang ditularkan oleh vektor (malaria), penyakit yang ditularkan melalui makanan,

    air, dan lewat penularan lainnya(diare dan hepatitis). Penyakit-penyakit tersebut berhubungan dengan

    Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM), indikator MDGs dan program pengendalian

    hepatitis di Indonesia yang pertama kali dilakukan di dunia.

    12. ISPA yang terdiagnosa dokter rerata setengah dari yang terdiagnosa dan gejala. Perbedaan ini dapat

    menunjukkan kekurang-pedulian penderita terhadap penyakitnya. Penderita menganggap ringan

    penyakitnya sehingga tidak berobat ke dokter atau tenaga kesehatan. Petugas pelayanan kesehatan

    tingkat primer mungkin sulit untuk menegakkan diagnosa pneumonia.

    13. Responden yang dicurigai (suspected) TB dengan gejala batuk berdarah sekitar setengah dari gejala

    batuk lebih dari dua minggu. Proporsi penderita dengan gejala batuk berdarah hampir sama dengan

    proporsi penderita TB yang didiagnosis tenaga kesehatan setelah satu tahun sakit. TB adalah penyakit

    yang mudah menular, namun belum semua penderita (68,9%) tercakup layanan kesehatan dengan

    OAT.

    14. Kesehatan perorangan (hygiene) dapat dicerminkan dari proporsi penyakit yang ditularkan melalui

    makanan, air dan lainnya. Upaya perbaikan hygiene perorangan selama lima tahun terakhir belum

    membuahkan hasil yang memuaskan. Proporsi penderita hepatitis dan diare pada semua kelompok

    umur tahun 2013 naik 0,2 persen dibandingkan dengan keadaan tahun 2007 untuk hepatitis (2007; 0,6

    dan 2013: 0,8%) dan 0,6 persen untuk diare (2007; 8,0 dan 2013: 8,6%).

    15. Malaria di DKI Jakarta merupakan masalah laten terkait dengan masalah sanitasi dan ekonomi. Dalam

    lima tahun terakhir penderita malaria secara klinis meningkat (Tahun 2007: 0,51%; Tahun 2013: 2,0%).

    Kelompok petani/nelayan/buruh dan tidak bekerja tercatat sebagai pederita tertinggi dan proporsi

    penderita berbanding terbalik dengan status ekonomi, proporsi penderita malaria terbesar di kelompok

    ekonomi terrendah dan sebaliknya proporsi penderita malaria terkecil di status ekonomi teratas.

    Sepertiga proporsi penderita malaria mendapatkan obat dalam 24 jam pertama dan 81,6 persen dari

    proporsi itu minum obat ACT program selama tiga hari.

  • vi

    Kesehatan Lingkungan

    16. Air untuk keperluan rumah tangga menggunakan sumur pompa dan PDAM, kecuali warga Kepulauan

    Seribu yang menggunakan air hujan. Kebutuhan air untuk keperluan rumah tangga antara 100-300 per

    liter per hari. Untuk air minum utama, warga banyak menggunakan air kemasan dan air isi ulang.

    Sebesar 96,3 persen kualitas air minum dengan penilaian secara komposit termasuk baik.

    17. Proporsi rumah tangga yang mengelola sampah kurang baik (dibuang sembarangan dan tidak pada

    tempatnya) masih cukup besar terutama di Kepulauan Seribu yang membuang sampah ke laut (36,8%).

    Masih delapan persen rumah tangga yang tidak memilik tempat sampah.

    18. Dalam hal membuang air besar, pada umumnya rumah tangga memiliki fasilitas buang air besar (BAB),

    namun masih ada sebagian anggota rumah tangga yang BAB di sembarang tempat (0,4%) terutama di

    Kepulauan Seribu (16,2%). Bagi warga dari kelompok ekonomi terbawah tampak paling banyak

    menggunakan fasilitas BAB milik bersama atau umum. Kemungkinan terjadi pencemaran bersumber

    tinja masih besar karena tempat pembuangan akhir tinja yang tidak saniter juga masih besar.

    19. Pencegahan penyakit yang bersumber serangga (nyamuk) secara sehat yang dilakukan rumah tangga

    sebesar 25 persen. Cara lainnya seperti penggunaan obat nyamuk baik bakar, semprot (cair), rapelen

    cukup berisiko terhadap kesehatan.

    20. Sekitar setengah jumlah rumah tangga DKI yang menguasai bangunan tempat tinggal, sepertiga jumlah

    rumah tangga kontrak dan sewa. Rumah tangga yang menguasai bangunan tempat tinggal berkaitan

    dengan status ekonomi.

    Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku

    21. Sebagian pesar rumah tangga BAB dengan benar (98,9%) dan sebesar 59,2 persen mencuci tangan

    dengan benar. Perilaku BAB yang dianggap benar adalah bila penduduk melakukannya di jamban.

    Mencuci tangan yang benar adalah bila penduduk mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan

    makanan, setiapkali tangan kotor (antara lain memegang uang, binatang, berkebun), setelah buang air

    besar, setelah menceboki bayi/anak, setelah menggunakan pestisida/insektisida, dan sebelum

    menyusui bayi

    22. Proporsi perokok di DKI Jakarta sebesar 23,2 persen dan terbanyak di Kepulauan Seribu dengan

    perokok setiap hari 29,4 persen dan kadang-kadang merokok 2,3 persen. Perokok aktif setiap hari

    pada umur 30-34 tahun sebesar 31,1 persen, umur 35-39 tahun 29,9 persen.

    23. Proporsi aktivitas fisik tergolong kurang aktif secara umum adalah 44,2 persen. Kriteria 'kurang aktif'

    adalah individu yang tidak melakukan aktifitas fisik baik sedang ataupun berat. Proporsi penduduk DKI

    Jakarta dengan perilaku sedentari 3-5,9 jam adalah 39,0 persen. Perilaku sedentari adalah perilaku

    duduk-duduk atau berbaring dalam sehari-hari baik di tempat kerja (kerja di depan computer, membaca,

    dll), di rumah (nonton TV, main game, dll), di perjalanan/transportasi (bis, kereta, motor), tetapi tidak

    termasuk waktu tidur. Pengurangan aktifitas sedentari sampai dengan < 3 jam dapat meningkatkan

    umur harapan hidup sebesar 2 tahun.

    24. Mengonsumsi makanan/minuman manis, asin, berlemak, dibakar/panggang, diawetkan, berkafein, dan

    berpenyedap adalah perilaku berisiko penyakit degeneratif. Perilaku konsumsi makanan berisiko

    dikelompokkan sering apabila penduduk mengonsumsi makanan tersebut satu kali atau lebih setiap

  • vii

    hari. Proporsi penduduk DKI Jakarta dengan konsumsi makanan/minuman berisiko manis, berlemak,

    penyedap dan berkafein sangat tinggi.

    25. Konsumsi makanan berbahan dasar terigu cukup tinggi, paling banyak makanan roti, diikuti biscuit dan

    mi instan. Semua wilaya DKI mengonsumsi roti lebih dari 20 persen sedangkan mi paling banyak

    dikonsumsi di Jakarta Utara. Roti dan biscuit disukai semua kalangan penduduk. Mi instan banyak

    dikonsumsi pada kelompok ekonomi bawah, pekerja dalam bidang nelayan, buruh dan petani.

    26. Proporsi konsumsi mi instan menurut status ekonomi besar di kelompok bawah dan semakin kecil pada

    kelompok atas; besar proporsi berkebalikan pada konsumsi roti dan biskuit.

    27. Proporsi PHBS baik terbesar pada rumah tangga dengan status ekonomi teratas (69,2%) dan terkecil

    pada indeks kepemilikan terbawah (45,5%) lebih tinggi pada rumah tangga dengan indeks kepemilikan

    (41,5%) dibandingkan di perdesaan (22,8%).

    Status Gizi

    28. Proporsi gizi buruk anak berusia kurang dari lima tahun (balita) di DKI Jakarta mengalami stagnan pada

    angka sekitar 2,8 persen. Masalah gizi buruk mungkin bukan lagi masalah kesehatan masyarakat dan

    klinis, tetapi sudah menjadi masalah sosial. Interversi gizi buruk seharusnya memfokuskan pada

    masalah ekonomi yaitu keterjaminan keluarga mengakses makanan seimbang dan pelayanan

    kesehatan.

    29. Masalah gizi buruk pada anak berusia di bawah lima tahun di DKI Jakarta sekaligus mencerminkan

    masalah kerawanan ibu hamil karena dilihat dari karakteristiknya gizi buruk sudah terjadi sejak bayi

    kurang dari enam bulan. Masalah gizi buruk bukan lagi masalah gizi klinis, atau kesehatan masyarakat,

    tetapi sudah menjadi masalah sosial yang pendekatannya terfokus pada masalah pengentasan

    kemiskinan.

    30. Proporsi kependekan DKI Jakarta tahun 2013 adalah 27,5 persen, jauh di bawah rerata nasional

    (37,5%). Masalah kependekan ditemukan besar terutama di kabupaten Kepulauan Seribu dan Jakarta

    Barat. Pergeseran status kependekan tampak dari kategori sangat pendek ke kategori pendek.

    31. Secara umum dapat dikatakan bahwa masalah gizi pada anak berusia balita di DKI Jakarta adalah akut

    dan dialami oleh Jakarta Selatan, Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Jakarta Barat juga menghadapi

    masalah gizi yang kronis. Kepulauan Seribu menghadapi masalah gizi yang kronis.

    32. Proporsi kependekan anak berusia 5-12 tahun sebesar 19,2 persen jauh lebih baik daripada angka

    nasional (30,7%). Semakin bawah posisi rumah tangga berada di kelompok kuintil proporsi kependekan

    cenderung semakin besar. Menurut karakteristiknya, kependekan berkaitan dengan status ekonomi.

    Masalah kurang berat pada anak berusia balita tampaknya berlanjut pada kelompok usia berikutnya (5-

    12 tahun) bahkan di daerah yang sama dengan pola masalah kurang berat yang sama diidentifikasi

    pada anak berusia balita dan anak berusia 5-12 tahun.

    33. Di samping masalah kurang berat, masalah obesitas juga sudah mulai tampak terutama pada kelompok

    kuintil teratas. Proporsi obese pada kelompok anak berusia 5-12 tahun sebesar 14,0 persen lebih

    besar dibandingkan angka nasional (8,0%). Semua wilayah di DKI Jakarta proporsinya di atas 10

    persen.

  • viii

    34. Proporsi kependekan pada remaja umur 13 -15 tahun di DKI Jakarta sebesar 22,8 persen. Semakin

    bertambah usia proporsi kependekan ternyata relatif sama besar. Proporsi kekurusan pada remaja

    umur 13-15 tahun sebesar 9,0 persen dengan rentang terendah 6,6 persen di Jakarta Selatan dan

    tertinggi 13,6 persen di Jakarta Utara. Masalah obesitas pada kelompok ini belum menjadi masalah (<

    10%). Proporsi obese terbesar di Jakarta Selatan (8,7%) dan terkecil di Kepulauan Seribu (2,5%). Jika

    masalah obesitas diantisipasi dari masalah kegemukan, maka semua kabupaten/kota sudah harus

    menyusun program intervensinya.

    35. Proporsi kependekan sebesar 20,4 persen di bawah angka nasional (31,4%).yang terdiri dari 4,5

    persen sangat pendek dan 15,9 persen pendek. Rentang proporsi adalah 11,5 (Jakarta Pusat) dan 29,7

    persen (Jakarta Barat). Proporsi kependekan di DKI Jakarta tampak kronis karena proporsi kependekan

    di atas 20 persen sudah dimulai sejak bayi kurang dari enam bulan. Hal ini berarti masalah

    kependekan bukan lagi masalah kesehatan saja tetapi sudah menjadi masalah sosial yang perlu

    melibatkan sektor lainnya.

    36. Proporsi kekurusan pada remaja umur 16 18 tahun di DKI Jakarta sebesar 11,1 persen, terdiri dari 2,3

    persen sangat kurus dan 8,8 persen kurus. Proporsi terkecil di Kepulauan Seribu (6,9%) dan terbesar di

    Jakarta Selatan (17,8%). Proporsi kekurusan di DKI Jakarta lebih besar dari angka nasional. Di

    samping itu, proporsi kegemukan sebesar 11,5 persen dengan rentang proporsi terkecil sebesar 6,9

    persen di Jakarta Utara dan terbesar 15,7 persen (di Jakarta Timur). Proporsi kegemukan hampir dua

    kali lipat dari angka nasional. Masalah kekurusan seiring dengan masalah kependekan tetapi DKI juga

    sudah mulai menghadapi masalah kegemukan. Hal ini lebih menegaskan masalah gizi seimbang belum

    membumi di masyarakat atau belum merupakan prioritas hidup/life style keluarga.

    37. Masalah kurus pada laki-laki (11,5%) lebih banyak daripada perempuan (7,0%). Masalah kegemukan

    terutama obesitas pada perempuan lebih banyak dijumpai (40,8%). Proporsi kegemukan lebih besar

    dari angka nasional. Obesitas pada perempuan muncul sejak usia 20 tahun, proporsinya meningkat

    mencapai terbesar pada usia 55 tahun, kemudian proporsi mengecil pada usia 65 tahun atau lebih.

    Masalah kegemukan pada orang dewasa terjadi di semua wilayah, tetapi tidak untuk masalah

    kekurusan pada laki-laki yaitu di Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Jakarta Utara.

    38. Obesitas sentral dengan parameter Lingkar Perut (LP) dianggap sebagai faktor risiko yang erat

    kaitannya dengan beberapa penyakit sindroma metabolik/kronis. Proporsi obesitas sentral untuk tingkat

    nasional adalah 26.6 persen, di DKI Jakarta sebesar 36,3 persen dengan rentang proporsi terkecil di

    Kepulauan Seribu (28,1%) dan terbesar di Jakarta Selatan (42,1%)/. Proporsi obesitas sentral pada

    perempuan (51,6%) jauh lebih besar dibanding proporsi pada laki-laki (20,8%). Di DKI Jakarta obesitas

    tampak tidak terkait dengan pendidikan, jenis pekerjaan dan status ekonomi walau proporsi terbesar

    pada kelompok pendidikan terendah, kelompok kepala keluarga yang berpendidikan rendah dan

    kelompok kuintil teratas.

    39. Wanita usia subur berisiko KEK jika LILA kurang dari 23,5 cm. Proporsi WUS yang berisiko KEK

    untuk yang hamil 14,8 persen. Di Kepulauan Seribu, Jakarta Pusat dan Jakarta Barat tidak dapat

    disajikan angka proporsinya karena responden wanita hamil terlalu kecil atau tidak terjaring. Proporsi

    wanita tidak hamil berisiko KEK sebesar 14,8 persen dengan rentang terkecil di Kepulauan Seribu

    (7,7%) dan terbesar di Jakarta Selatan (18,4). Secara kasar tampaknya berkaitan dengan proporsi bayi

    berusia kurang dari enam bulan yang pendek dan kurang gizi. Wanita hamil yang berisiko KEK

    berpendidikan SMP atau lebih tinggi, sebagian besar bekerja, dan cenderung berasal dari status

    ekonomi yang baik. Namun pola proporsinya menurut tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan tidak jelas.

  • ix

    WUS tidak hamil yang berisiko KEK besar tampak pada kelompok pendidikan SMA atau lebih tinggi dan

    pada kelompok kuintil teratas. Pada kelompok jenis pekerjaan, risiko paling besar pada WUS yang

    tidak bekerja

    Kesehatan Anak Dan Imunisasi

    40. Anak berusia 12-59 bulan di DKI Jakarta yang telah memperoleh imunisasi dasar lengkap sebesar 63,4

    persen dengan rentang terbesar di Kepulauan Seribu (89,9%) dan terkecil di Jakarta Barat (51,0%).

    Proporsi anak yang tidak diimunisasi sebesar 2,3 persen dan terbesar di Jakarta Pusat 5,4 persen.

    Anak yang tidak diimunisasi terutama berasal dari keluarga buruh/nelayan (3,0%), Kepala rumah

    tangga berpendidikan SLP tamat (5,2%), dan status ekonomi menengah ke bawah.

    41. Polio_4 merupakan jenis imunisasi yang paling rendah (76,7%) diperoleh anak 12-23 bulan dan BCG

    yang tertinggi (90,9%). Secara nasional, jenis imunisasi yang terendah diperoleh adalah DPT-HB_3

    (75,6%). Di DKI Jakarta, proporsi imunisasi DPT_HB_3 di atas angka nasional, namun di Jakarta Barat

    proporsinya paling rendah (62,3%). Di Kepulauan Seribu semua jenis imunisasi dasar dapat diperoleh

    dengan proporsi maksimum (100%).

    42. Proporsi kunjungan neonates pertama (KN_1) besar dan semakin kecil pada kunjungan berikutnya,

    pada tiap kelompok karakteristik rumah tangga. Namun di dalam kelompok karakteristik terdapat

    variasi. Pada kelompok tingkat pendidikan dan status ekonomi proporsi KN tampak semakin besar.

    43. Tampaknya telah terjadi penurunan perawatan tali pusar dengan alkohol/betadin (aseptic) sejak tahun

    2010. (78,9% pada tahun 2010 menjadi 67,7% pada tahun 2013). Sedangkan pada perawatan tali

    pusar dengan tidak diberi perlakuan apapun mengalami peningkatan (11,6% menjadi 22,2%).

    44. Proposi ibu mulai memberikan ASI kepada bayinya pada periode waktu kuarang dari satu jam sebesar

    41,9 persen dan mulai pemberian pada periode waktu lebih dari 48 jam (2 hari sesudah melahirkan)

    sebesar 11,3 persen. Dalam dua tahun terakhir, proporsi mulai memberikan ASI masih cukup besar

    (sekitar 28 persen).

    Kesehatan Reproduksi

    45. Proporsi kehamilan terbesar pada kelompok umur 20-34 tahun terutama kelompok 25-29 tahun.

    Kelompok umur di bawah 20 tahun ditemukan sebesar 0,4 persen dan di atas 35 tahun sebesar 5,2

    persen. Proporsi WUS kawin yang mengaku tidak pernah menggunakan alat KB sebesar 15,5 persen

    dan yang sedang menggunakan alat/cara KB sebesar 59,7 persen.

    46. Contraceptive Prevalence Rate (CPR) cara modern dan cara lain, masing-masing mendekati angka 60

    persen. Cara suntik paling banyak disukai WUS kawin, disusul pil KB. Cara tradisional sudah banyak

    ditinggalkan. Penggunaan kondom oleh suami sebesar 1,1 persen. Penggunaan kondom oleh suami di

    Kepulauan Seribu 0 persen dan Jakarta Utara 1,5 persen.

    47. Pelayan KB modern terutama bidan, proporsinya sebesar 67,2%; sedangkan dokter spesialis

    kandungan dan kebidanan sebesar 11,0 %. Dokter umur dan perawat masing-masing 7,8 dan 0,3

    persen. Pemasangan alat KB modern sebagian besar dilakukan di tempat bidan praktek (54,6%) dan

    yang paling jarang dilakukan di tempat tim KB/medis keliling (0,8%).

    48. Proporsi Kelahiran yang melakukan K1 sebesar 97,9 persen dengan cakupan ANC K1 ideal sebesar

    86,9 persen, K4 78,3 dan ANC minimal empat kali sebesar 91,1 persen.Selaras dengan layanan KB,

  • x

    tempat pemberian layanan ANC terbesar dilakukan di tempat bidan praktek (45,6%) dan rumah sakit

    (17,8%). Tempat praktek bidan lebih disukai oleh semua kelompok pendidikan, sedangkan RS

    cenderung hanya kelompok berpendidikan SLA ke atas. Menurut kategori status ekonomi, tempat

    bidan disukai semua kelompok ekonomi, sedang RS cenderung hanya kelompok atas dan menengah

    atas.

    49. Sebesar 90,5 persen kelahiran dari ibu hamil yang mengonsumsi Pil Zat Besi/pil tambah darah.

    Menurut responden, 43,7 persen mengaku mengkonsumsi selama 90 hari atau lebih, tapi sebesar 21,4

    persen tidak ingat jumlah hari mengonsumsi pil zat besi.

    50. Sebagian besar (72,0%) wanita bersalin mengaku memiliki buku KIA walaupun hanya 29,5 persen yang

    mampu menunjukkan bukunya. Hasil observasi isian buku, mengindikasikan 65,5 persen tidak pernah

    digunakan.

    51. Sekitar 89.2 persen persalinan dilakukan secara normal, sesar sebesar 9,8 persen. Sesar dilakukan

    pada wanita yang berusia 35 tahun atau lebih tua, tidak sekolah (63,5%) atau berpendidikan tinggi (32,5

    %), para pegawai dan rumah tangga yang mampu. Penolong persalinan (dengan kualifikasi tertinggi)

    terbesar adalah Bidan (61,8%) dan dokter kebidanan dan kandungan (35,7%). Dukun masih berperan

    (1,8%) terutama di Jakarta Utara (6,6%) dan Kepulauan Seribu (3,9%). Pengguna jasa dukun terutama

    keluarga ekonomi terbawah dan berpendidikan tamat SD atau kurang. Tempat persalinan yang dipilih

    adalah Rumah Bersalin/Klinik/Tempat praktek tenaga kesehatan (47,2%) dan Rumah sakit ( RS,

    33,6%). RS banyak dipilih wanita hamil berusia berumur 35 tahu atau lebih tua, berpendidikan tinggi,

    dan secara ekonomi mampu; sedang RB/klinik/praktek nakes lebih banyak dipilih wanita hamil berumur

    muda (< 35 tahun).

    52. Pasca melahirkan, pelayanan kesehatan nifas secara lengkap sebesar 55,5 persen. Pelayanan yang

    diterima pada 6 jam-3 hari pertama sebesar 90,3 persen pelayanan pada periode 7-28 hari dan 29-45

    hari masing-masing 76,7 dan 68,3 persen. Secara umum tidak ada berbedaaan pelayanan yang

    mencolok menurut karakteristik wanita pasca bersalin.

    Kesehatan Gigi Dan Mulut

    53. Proporsi warga DKI Jakarta yang bermasalah gigi dan mulut (gimul) sebesar 29,1 persen, namun

    effective medical demand-(EMD)-nya sangat rendah (9,1%). Proporsi warga yang bermasalah gimul

    terbesar di Jakarta Timur dan terendah di Jakarta Barat. Perbedaan masalah gigi dan mulut menurut

    karakteristik warga tampaknya kurang beragam. Di antara pelaku berobat gigi, proporsi berobat ke

    dokter gigi terpilih yang terbesar (76,3%), tetapi masih ada yang berobat pada tukang gigi (1,6%).

    54. Hampir semua responden (98,1%) mengaku gosok gigi setiap hari, tetapi hanya 3,5 persen yang

    menggosok gisi dengan benar. Gosok gigi pada waktu mandi, baik pagi dan sore, banyak dilakukan

    responden, gosok gigi sebelum tidur kurang dari separuh (43,3%) dan hanya sedikit yang gosok gigi

    sesudah makan (pagi, 4,9%; siang, 5,5%) dan sesudah bangun pagi (5,2%). Perilaku ini kurang

    beragam menurut karakteristik responden.

    55. Tingkat keparahan kerusakan gigi permanen ddigambarkan dengan indeks DMF-T. Indeks DMF-T DKI

    Jakarta sebesar 3,82 dengan nilai masing-masing: kerusakan gigi belubang (D-T) =1,09; tanggal (M-T)

    =2,49; dan ditambal (F-T)=0,32; yang berarti setiap warga DKI Jakarta mengalami kerusakan gigi

    sebanyak 4 gigi.

  • xi

    Cedera

    56. Proporsi cedera di DKI Jakarta sebesar 9,7 persen, proporsi terbesar ditemukan di Jakarta Timur

    (13,4%) dan terkecil di Kepulauan Seribu (3,7 %). Penyebab cedera terbanyak yaitu sepeda motor

    (44,7%) dan jatuh (40,9%). Penyebab cedera transportasi sepeda motor tertinggi ditemukan pada

    Jakarta Barat (53,0%) dan terendah di Kepulauan Seribu (17,4 %). Adapun untuk transportasi darat lain

    proporsi tertinggi terdapat di Jakarta Selatan (10,6%) dan terendah ditemukan di Jakarta Timur (4,0%).

    Proporsi jatuh tertinggi di Kepulauan Seribu (62,5%) dan terendah di Jakarta Pusat (32,0%).

    57. Lecet/memar adalah jenis cedera terbanyak dijumpai yaitu 75,5 persen, terkilir dan luka robek masing-

    masing 28,4 dan 18,1 persen. Anak berusia di bawah lima tahun paling banyak mengalami cedera

    memar dan patah tulang pada kelompok usia 45-54 tahun,

    Gangguan Jiwa Berat Dalam Keluarga

    58. Proporsi gangguan jiwa berat dalam keluarga di DKI Jakarta sebesar 1,1 per 1000 warga. Proporsi

    tertinggi ditemukan di Jakarta Timur (2,2%) dan teredah di Jakarta Pusat (tidak dijumpai kasus).

    Sebagai perbandingan, angka prevalensi seumur hidup skizofrenia di dunia bervariasi berkisar 1-18

    kasus per 1000 penduduk. Beberapa kepustakaan menyebutkan secara umum angka prevalensi

    skizofrenia sebesar 10 kasus per 1000 penduduk.

    59. Gangguan mental emosional penduduk yang berusia 15 tahun atau lebih ditemukan 4,4 per 100

    penduduk. Jakarta Timur proporsinya tertinggi dan terendah di Kepulauan Seribu.

    Disabilitas

    60. Proporsi disabilitas sedang sampai sangat berat di DKI sebesar delapan persen, bervariasi dari yang

    tertinggi di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara (9,9%) dan yang terendah di Kepulauan Seribu(7,0 %).

    Rerata hari produktif hilang adalah rerata lama hari seseorang tidak dapat berfungsi optimal dalam satu

    bulan, karena disabilitas. Rerata hari produktif warga DKI Jakarta tidak dapat berfungsi optimal selama

    6,07 hari dengan rentang terendah 3,26 hari (di Jakarta Selatan) dan tertinggi 10,30 hari (di Jakarta

    Timur).

    Kesehatan Indera

    61. Proporsi ketersediaan kaca mata atau lensa kontak di DKI Jakarta paling tinggi ditemukan di Jakarta

    Timur (28,6%). Severe Low vision dan kebutaan paling banyak di Jakarta timur (1,1% dan 0,8%).

    Proporsi tertinggi katarak juga di Jakarta timur (1,3%). Alasan tidak melakukan operasi katarak yang

    paling banyak disebabkan oleh ketidaktahuan kalau responden menderita katarak (29,9%).

    62. Proporsi gangguan pendengaran dan ketulian pada responden berusia 5 tahun atau lebih ditemukan

    sebesar 1,1 dan 0,1 persen. Proporsi gangguan pendengaran terbesar di Jakarta Pusat dan terkecil di

    Jakarta Barat. Proporsi ketulian hampir merata di semua wilayah.

    Pembiayaan Kesehatan

    63. Lebih dari 2/3 warga DKI Jakarta mengaku tidak mempunyai jaminan kesehatan, kecuali di Kepulauan

    Seribu yang memiliki jaminan kesehatan daerah (jamkesda). Warga wilayah lain tersebar dalam enam

  • xii

    penyelenggara jaminan kesehatan (Askes/ASABRI; Jamsostek, Askes suasta, Jamkesmas, Jamkesda,

    Perusahaan).

    64. Perilaku mengobati sendiri banyak dilakukan oleh warga Jakarta Timur (43,6%) dengan biaya Rp

    5000,-. Biaya pengobatan sendiri paling tinggi Rp 10.000,- terutama dilakukan oleh warga Jakarta

    Pusat. Menurut status ekonomi, biaya sebesar Rp 10 000,- dikeluarkan oleh rumah tangga yang

    mampu.

    65. Rawat jalan banyak dilakukan oleh warga Kepulauan Seribu dengan biaya Rp 30.000,- sedangkan

    warat inap dapat menghabiskan biaya Rp 13.000.000,-. Biaya rawat jalan tertinggi dikeluarkan oleh

    warga Jakarta Timur yaitu sebesar Rp 100.000,-

    66. Hampir 60 persen warga mengeluarkan biaya sendiri untuk rawat jalan dan warga yang menikmati

    jamkesda sebesar 17,3 persen. Warga yang menikmati jamkesda umumnya berasal dari ekonomi

    menengah ke bawah, walaupun ditemukan sekitar 15,8 persen berasal dari keluarga ekonomi

    menengah atas dan atas. Untuk rawat inap, sumber pembiayaan sekitar 17,1 persen, namun warga

    dari ekonomi terbawah hanya 2,5 persen menikmati biaya rawat inap.

  • xiii

    DAFTAR ISI

    Hal

    Kata Pengantar i

    Kata Sambutan ii

    Ringkasan Eksekutif iii

    Daftar Isi xiii

    Daftar Tabel xvi

    Daftar Bagan/Gambar xxv

    Daftar Singkatan xxvi

    I Latar belakang 1

    Pertanyaan Penelitian 2

    II Tujuan Penelitian 2

    III Manfaat dan Luaran Penelitian 2

    a. Manfaat 2

    b. Luaran 3

    IV Kerangka Konsep 4

    V Metode Riskesdas 4

    1. Disain dan jenis penelitian 4

    2. Tempat dan waktu 4

    3. Populasi dan sampel 5

    4. Besar sampel 5

    5. Data yang dikumpulkan 7

    6. Instrumen dan prosedur pengumpulan data 8

    7. Tenaga pengumpul data 9

    8. Ujicoba instrumen dan manajemen data 9

    9. Pengumpulan data 9

    10. Pelatihan 10

    11. Manajemen dan analisis data 11

    VI Pengorganisasian 11

    VII Hasil 13

    7.1 Akses dan Pelayanan Kesehatan 13

    Keberadaan fasilitas kesehatan 13

    Keterjangkauan fasilitas kesehatan 15

    7.2 Farmasi dan Pelayanan Kesehatan Tradisional 22

    Obat dan Obat Tradisional 22

    Pengetahuan rumah tangga tentang Obat Generik 29

    Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Tradisional 31

    7.3 Penyakit Tidak Menular 33

    Asma 35

    Penyakit paru Obstruktif kronis (PPOK) 36

    Kanker 36

    Diabet mellitus 38

  • xiv

    Penyakit hipertiroid 38

    Hipertensi/Tekanan Darah Tinggi 38

    Penyakit jantung 40

    Penyakit jantung koroner 40

    Penyakit gagal jantung 41

    Stroke 41

    Penyakit ginjal 43

    Penyakit sendi/rematik/encok 43

    7.4 Penyakit Menular 45

    ISPA 46

    Pneumonia 46

    Tuberkolosis 48

    Hepatitis 50

    Diare 51

    Malaria 52

    7.5 Kesehatan Lingkungan 57

    Sampah 61

    7.6 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku 66

    Perilaku Higienis 66

    Penggunaan Tembakau 66

    Perilaku Aktifitas Fisik 69

    Perilaku Konsumsi Buah dan Sayur 72

    Perilaku Konsumsi Makanan Tertentu 72

    Konsumsi Makanan Olahan dari Tepung 74

    Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 76

    7.7 Status Gizi 79

    Status Gizi Balita 79

    Status Gizi Anak Berusia 5-18 tahun 88

    Status Gizi Orang Dewasa 98

    Risiko Kurang Energi Kronis pada Wanita berusia 15-49 tahun dan Wanita Hamil 101

    Konsumsi Garam Beriodium 103

    7.8 Kesehatan Anak dan Imunisasi 103

    Status Imunisasi 105

    Kunjungan neonatal 109

    Perawatan Tali Pusar 111

    Pola Pemberian ASI 113

    Sunat Perempuan 114

    7.9 Kesehatan Reproduksi 116

    Kehamilan 117

    Pelayanan Program Keluarga Berencana 118

    Pelayanan Kesehatan Masa Kehamilan; Persalinan dan Nifas 128

  • xv

    7.10 Kesehatan Gigi dan Mulut 144

    Effective Medical Demand 144

    Perilaku Gosok Gigi 147

    7.11 Cedera 151

    Proporsi Cedera dan Penyebabnya 151

    Jenis Cedera 154

    Tempat Terjadinya Cedera 156

    7.12 Gangguan Jiwa Berat dalam Keluarga 158

    Gangguan Jiwa Berat 159

    Gangguan Mental Emosional 159

    7.13 Disabilitas 160

    7.14 Kesehatan Indera 163

    Kesehatan Mata 163

    Kesehatan Telinga 166

    7.15 Pembiayaan Kesehatan 168

    Kepemilikan dan Pemanfaatan Jaminan Kesehatan 168

    Sumber Pembiayaan 173

    Kepustakaan 177

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    5.1 Alokasi Jumlah Sampel Blok Sensus, Tim, Rumah tangga dan Individu DKI Jakarta 6

    7.0 Respons Rate Blok Sensus, Rumah Tangga & Individu di DKI Jakarta. Riskesdas 2013 13

    7.1.1 Proporsi pengetahuan rumah tangga tentang keberadaan jenis fasilitas kesehatan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 14

    7.1.2 Proporsi pengetahuan rumah tangga tentang keberadaan fasilitas kesehatan menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 14

    7.1.3 Proporsi rumah tangga yang dapat menggunakan moda transportasi menuju rumah sakit pemerintah menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 16

    7.1.4 Proporsi rumah tangga yang dapat menggunakan moda transportasi menuju rs pemerintah menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 16

    7.1.5 Proporsi rumah tangga yang dapat menggunakan moda transportasi menuju puskesmas atau puskesmas pembantu menurut kabupaten/Kota, Riskesdas 2013 16

    7.1.6 Proporsi rumah tangga yang dapat menggunakan moda transportasi menuju puskesmas atau puskesmas pembantu menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 16

    7.1.7 Proporsi waktu tempuh rumah tangga menuju rumah sakit pemerintah menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 17

    7.1.8. Proporsi waktu tempuh rumah tangga menuju rumah sakit pemerintah menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 17

    7.1.9. Proporsi waktu tempuh rumah tangga menuju puskesmas atau puskesmas pembantu menurut kabupaten/kota,Riskesdas 2013 18

    7.1.10 Proporsi waktu tempuh rumah tangga menuju puskesmas atau puskesmas pembantu menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 18

    7.1.11 Proporsi waktu tempuh rumah tangga menuju posyandu menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 19

    7.1.12 Proporsi waktu tempuh rumah tangga menujuposyandu menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 19

    7.1.13 Proporsi waktu tempuh rumah tangga menuju polindes menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 19

    7.1.14 Proporsi waktu tempuh rumah tangga menuju polindes menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 20

    7.1.15 Proporsi biaya transportasi rumah tangga menuju rumah sakit pemerintahmenurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 20

    7.1.16 Proporsi biaya transportasi rumah tangga menuju rumah sakit pemerintah menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 21

    7.1.17 Proporsi biaya transportasi rumah tangga menuju puskesmas atau puskesmas pembantu menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 21

    7.1.18 Proporsi biaya transportasi rumah tangga menuju puskesmas atau puskesmas pembantu menurut menurut status ekonomi, Riskesdas2013 21

  • xvii

    7.1.19 Proporsi biaya transportasi rumah tangga menuju posyandu menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 22

    7.1.20 Proporsi biaya transportasi rumah tangga menuju posyandu menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 22

    7.2.1 Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat, dan rerata jumlah obat yang disimpan menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 24

    7.2.2 Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat, dan rerata jumlah obat yang disimpan menurut status ekonomi, Riskesdas2013 24

    7.2.3 Proporsi rumah tangga berdasarkan jenis obat yang disimpan menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 25

    7.2.4 Proporsi rumah tangga berdasarkan jenis obat yang disimpan menurut status ekonomi, Riskesdas2013 25

    7.2.5 Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat keras dan antibiotika tanpa resep menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 26

    7.2.6 Proporsi rumah tangga yang menyimpan obat keras dan antibiotika tanpa resep menurut status ekonomi, Riskesdas2013 26

    7.2.7 Proporsi rumah tangga berdasarkan sumber mendapatkan obat dan ot menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 26

    7.2.8 Proporsi rumah tangga berdasarkan sumber mendapatkan obat menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 27

    7.2.9 Proporsi rumah tangga berdasarkan status obat yang disimpan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 27

    7.2.10 Proporsi rumah tangga berdasarkan status obat yang disimpan menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 28

    7.2.11 Proporsi rumah tangga berdasarkan kondisi obat yang disimpan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 28

    7.2.12 Proporsi rumah tangga berdasarkan kondisi obat yang disimpan menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 29

    7.2.13 Proporsi rumah tangga yang mengetahui dan berpengetahuan benar tentang obat generik (OG) menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 29

    7.2.14 Proporsi rumah tangga yang mengetahui dan berpengetahuan benar tentang obat generik (OG) menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 30

    7.2.15 Proporsi rumah tangga berdasarkan persepsi tentang obat generik (OG) menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 30

    7.2.16 Proporsi rumah tangga berdasarkan sumber informasi tentang obat generik (OG) menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 31

    7.2.17 Proporsi rumah tangga yang pernah memanfaatkan Yankestrad dalam 1 tahun terakhir dan jenis yankestrad yang dimanfaatkan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 32

    7.2.18 Proporsi rumah tangga yang pernah memanfaatkan yankestrad dalam 1 tahun terakhir dan jenis Yankestrad yang dimanfaatkan menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 32

    7.2.19 Proporsi rumah tangga berdasarkan alasan utama terbanyak memanfaatkan Yankestrad, Riskesdas 2013 33

    7.3.1 Proporsi penyakit asma, PPOK, dan kanker menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 36

  • xviii

    7.3.2 Proporsi penyakit asma, PPOK dan kanker menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 37

    7.3.3 Proporsi diabetes, hipertiroid pada umur 15 tahun dan hipertensi pada umur 18 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 39

    7.3.4 Proporsi diabetes, hipertiroid, hipertensi menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 40

    7.3.5 Proporsi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke pada umur 15 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 41

    7.3.6 Proporsi penyakit jantung koroner, gagal jantung, dan stroke pada umur 15 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 42

    7.3.7 Proporsi penyakit gagal ginjal kronis, batu ginjal, dan sendi pada umur 15 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 44

    7.3.8 Proporsi penyakit gagal ginjal kronis, batu ginjal, dan sendi pada umur 15 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 45

    7.4.1 Period Prevalence ISPA dan pneumonia serta prevalensi pneumonia menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 47

    7.4.2 Karakteristik penduduk ISPA dan Pneumonia, Riskesdas 2013 47

    7.4.3 Diagnosis, pengobatan obat program, dan gejala TB menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 48

    7.4.4 Karakteristik penduduk yang didiagnosis, diobati dengan obat program, dan gejala TB, Riskesdas 2013 49

    7.4.5 Proporsi jenis hepatitis menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 50

    7.4.6 Prevalensi hepatitis, insiden dan period prevalence diare menurut kaabupaten/kota, Riskesdas 2013 51

    7.4.7 Karakteristik penduduk dengan hepatitis dan diare, Riskesdas 2013 52

    7.4.8 Insiden dan prevalensi malaria menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 53

    7.4.9 Karakteristik responden dengan malaria, Riskesdas 2013 54

    7.4.10 Pengobatan malaria dengan obat program dan pengobatan responden sendiri menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 55

    7.4.11 Karakteristik responden malaria dengan obat program dan pengobatan sendiri, Riskesdas 2013 56

    7.5.1. Proporsi jenis sumber air untuk keperluan rumah tangga menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 57

    7.5.2 Proporsi jenis sumber air untuk keperluan rumah tangga menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 58

    7.5.3 Konsumsi air per hari menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 58

    7.5.4 Proporsi jenis sumber air minum menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 59

    7.5.5 Proporsi jenis sumber air minum menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 59

    7.5.6. Proporsi kualitas fisik air minum menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 60

    7.5.7 Proporsi kualitas fisik air minum menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 61

    7.5.8 Proporsi kepemilikan tempat sampah menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 61

  • xix

    7.5.9 Proporsi kepemilikan tempat sampah menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 62

    7.5.10 Proporsi cara pengelolaan sampah menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 62

    7.5.11 Proporsi cara pengelolaan sampah rumah tangga menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 63

    7.5.12 Proporsi penggunaan fasilitas buang air besar menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 63

    7.5.13 Proporsi penggunaan fasilitas buang air besar menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 64

    7.5.14 Proporsi tempat pembuangan akhir tinja menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 64

    7.5.15 Proporsi tempat pembuangan akhir tinja menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 64

    7.5.16 Proporsi rumah tangga dalam berperilaku mencegahan gigitan nyamuk menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 65

    7.5.17 Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 65

    7.5.18 Status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 66

    7.6.1 Proporsi penduduk umur 10 tahun yang berperilaku benar dalam buang air besar dan cuci tangan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 67

    7.6.2 Proporsi kebiasaan merokok penduduk umur 10 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 67

    7.6.3 Proporsi kebiasaan merokok penduduk umur 10 tahun menurut karakteristik, Riskesdas 2013 68

    7.6.4 Rerata jumlah batang rokok yang dihisap penduduk umur 10 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 69

    7.6.5 Proporsi penduduk umur 10 tahun yang mempunyai kebiasaan mengunyah tembakau menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 69

    7.6.6 Proporsi penduduk umur 10 tahun sesuai jenis aktivitas fisik menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 70

    7.6.7 Proporsi penduduk 10 tahun berdasarkan aktifitas sedentari menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 70

    7.6.8. Proporsi penduduk 10 tahun berdasarkan aktivitas sedentari menurut karakteristik, Riskesdas 2013 71

    7.6.9 Proporsi penduduk umur 10 tahun dengan perilaku konsumsi tertentu menurut kota, Riskesdas 2013 72

    7.6.10 Proporsipenduduk umur 10 tahun dengan konsumsi makanan minuman tertentu menurut karakteristik, Riskesdas 2013 73

    7.6.11 Proporsi penduduk umur 10 tahun dengan perilaku konsumsi makanan olahan dari tepung menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 74

    7.6.12 Proporsi penduduk umur 10 tahun dengan perilaku konsumsi makanan olahan dari tepung menurut karakteristik, Riskesdas 2013 75

    7.6.13 Proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 78

    7.7.1 Proporsi status gizi balita BB/U menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 81

  • xx

    7.7.2. Proporsi status gizi balita BB/U menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 83

    7.7.3 Proporsi status gizi balita TB/U menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 84

    7.7.4 Proporsi status gizi balita TB/U menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 85

    7.7.5 Proporsi status gizi balita BB/TB menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 86

    7.7.6 Proporsi status gizi balita BB/TB menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 87

    7.7.7 Proporsi balita menurut tiga indikator status gizi dan kabupaten/kota, Riskesdas 2013 88

    7.7.8 Proporsi status gizi TB/U usia 5 12 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 89

    7.7.9 Proporsi status gizi TB/U usia 512 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013. 90

    7.7.10 Prevalensi status gizi IMT/U usia 5 12 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 90

    7.7.11 Prevalensi status gizi IMT/U usia 5 12 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 91

    7.7.12 Proporsi status gizi TB/U remaja berusia 13 15 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 92

    7.7.13 Proporsi status gizi TB/U usia 13 15 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 93

    7.7.14 Proporsi kekurusan IMT/U usia 13 15 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 93

    7.7.15 Proporsi kekurusan IMT/U usia 13-15 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 94

    7.7.16 Proporsi status gizi TB/U usia 16 18 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 95

    7.7.17 Prevalensi status gizi TB/U usia 16 18 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 96

    7.7.18 Prevalensi status gizi IMT/U usia 16 18 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 97

    7.7.19 Prevalensi status gizi IMT/U usia 16 18 tahun menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 97

    7.7.20 Proporsi status gizi penduduk dewasa (>18 tahun) berdasarkan IMT menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 98

    7.7.21 Proporsi status gizi penduduk dewasa (>18 tahun) berdasarkan IMT menurut karakteristik, Riskesdas 2013 99

    7.7.22 Prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur 15 tahun ke atas menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 100

    7.7.23 Prevalensi obesitas sentral pada penduduk umur 15 tahun keatas menurut karakteristik responden, Riskesdas 2013 100

    7.7.24 Proporsi Wanita Usia Subur yang berisiko Kurang Energi Kronik menurut kabupaten/kota Riskesdas 2013 101

    7.7.25 Proporsi Wanita Usia Subur yang berisiko Kurang Energi Kronik menurut karateristik, Riskesdas 2013 102

    7.7.26 Proporsi rumah tangga yang mengonsumsi garam beriodium berdasarkan hasil tes cepat di kabupaten/kota, Riskesdas 2013 103

  • xxi

    7.8.1 Proporsi imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-59 bulan menurut kota/kota, Riskesdas 2013 107

    7.8.2 Proporsi imunisasi dasar lengkap pada anak umur 12-59 bulan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 107

    7.8.3 Proporsi imunisasi dasar pada anak umur 12-59 bulan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 108

    7.8.4 Proporsi imunisasi dasar pada anak umur 12-59 bulan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 108

    7.8.5. Proporsi kunjungan neonatal pada anak anak umur 0-59 bulan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 110

    7.8.6 Proporsi kunjungan neonatal lengkap (KN1, KN2, KN3) pada anak anak umur 0-59 bulan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 111

    7.8.7 Proporsi cara perawatan tali pusar pada bayi baru lahir menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 112

    7.8.8 Proporsi proses mulai menyusu pada anak usia 0-23 bulan menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 113

    7.8.9 Proporsi proses mulai menyusui kepada bayi baru lahir menurut karakteristik, Riskesdas 2013 114

    7.8.10 Proporsi pernah disunat pada anak perempuan usia 0-11 tahun menurut kabupaten/kota, Riskesdas2013 115

    7.8.11 Proporsi pernah disunat pada anak perempuan usia 0 - 11 tahun yang menurut karakteristik, Riskesdas 2013 115

    7.9.1 Indikator utama, unit analisis dan jumlah sampel yang digunakan Blok Kesehatan Reproduksi, Riskesdas 2013 117

    7.9.2 Proporsi penduduk sedang hamil dari laporan rumah tangga menurut kelompok umur, Riskesdas 2013 118

    7.9.3 Proporsi WUS kawin menurut penggunaan alat/cara KB saat ini dan indikator CPR menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 119

    7.9.4a Proporsi penggunaan KB cara modern menurut jenis cara/alat KB dan kabupaten/kota, Riskesdas 2013 119

    7.9.4b Proporsi penggunaan KB cara tradisional menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 119

    7.9.5 Distribusi persentase WUS kawin menurut penggunaan alat/cara KB saat ini dan indikator CPR menurut karakteristik, Riskesdas 2013 120

    7.9.5a Distribusi penggunaan KB saat ini menurut jenis cara/alat KB dan karakteristik, Riskesdas 2013 121

    7.9.5b Distribusi penggunaan KB saat ini menurut jenis cara/alat KB dan karakteristik, Riskesdas 2013 122

    7.9.6 Proporsi WUS kawin yang menggunakan alat/cara KB modern berdasarkan kandungan hormon dan jangka waktu efektivitas KB menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 123

    7.9.7 Proporsi WUS kawin yang menggunakan alat/cara KB modern berdasarkan kandungan hormon dan jangka waktu efektivitas alat KB modern menurut karakteristik, Riskesdas 2013 124

  • xxii

    7.9.8 Distribusi persentase WUS kawin yang menggunakan alat/cara KB modern menurut tempat mendapatkan pelayanan alat kontrasepsi dan kabupaten/kota, Riskesdas 2013 125

    7.9.9 Distribusi persentase WUS kawin yang menggunakan alat/cara KB modern menurut tempat mendapatkan pelayanan alat kontrasepsi menurut karakteristik, Riskesdas 2013 125

    7.9.10 Proporsi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 126

    7.9.11 Proporsi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan KB menurut karakteristik, Riskesdas 2013 126

    7.9.12 Proporsi WUS kawin yang beralasan tidak KB menurut karakteristik, Riskesdas 2013 127

    7.9.13 Proporsi melakukan dan cakupan ANC menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 129

    7.9.14 Proporsi melakukan dan cakupan ANC menurut karakteristik, Riskesdas 2013 130

    7.9.15 Proporsi tenaga kesehatan pemberi layanan ANC menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 131

    7.9.16 Proporsi tenaga kesehatan pemberi layanan ANC dan karakteristik, Riskesdas 2013 131

    7.9.17 Proporsi tempat pemberi layanan ANC menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 132

    7.9.18 Proporsi tempat pemberi layanan ANC menurut karakteristik, Riskesdas 2013 132

    7.9.19 Proporsi ibu hamil yang mengonsumsi pil zat besi dan jumlah hari mengonsumsi menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 133

    7.9.20 Proporsi ibu hamil yang mengonsumsi pil zat besi dan jumlah hari mengonsumsi menurut karakteristik, Riskesdas 2013 134

    7.9.21 Proporsi Kepemilikan dan observasi isian buku KIA menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 136

    7.9.22 Proporsi Kepemilikan dan observasi buku KIA menurut karakteristik, Riskesdas 2013 136

    7.9.23 Proporsi cara persalinan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 137

    7.9.24 Proporsi cara persalinan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 137

    7.9.25 Proporsi kualifikasi tertinggi penolong persalinan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 138

    7.9.26 Proporsi kualifikasi tertinggi penolong persalinan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 139

    7.9.27 Proporsi kualifikasi terendah penolong persalinan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 140

    7.9.28 Proporsi kualifikasi terendah penolong persalinan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 140

    7.9.29 Proporsi tempat bersalin persalinan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 141

    7.9.30 Proporsi tempat bersalin persalinan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 142

    7.9.31 Proporsi responden yang mendapat pelayanan kesehatan ibu nifas dari riwayat kelahiran menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 143

    7.9.32 Proporsi responden yang mendapat pelayanan kesehatan ibu nifas dari riwayat kelahiran menurut karakteristik, Riskesdas 2013 143

    7.10.1 Proporsi warga yang bermasalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir sesuai effective medical demand menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 145

    7.10.2 Proporsi warga bermasalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir menurut karakteristik, Riskesdas 2013 146

  • xxiii

    7.10.3 Proporsi penduduk berobat gigi berdasarkan jenis tenaga pelayanan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 147

    7.10.4 Proporsi penduduk umur 10 tahun menyikat gigi setiap hari dan berperilaku benar menyikat gigi menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 148

    7.10.5 Proporsi penduduk umur 10 tahun menyikat gigi setiap hari dan berperilaku benar menyikat gigi menurut karakteristik, Riskesdas 2013 149

    7.10.6 Komponen D, M, F dan Index DMF-T menurut karakteristik, Riskesdas 2013 150

    7.11.1 Prevalensi cedera dan penyebabnya menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 152

    7.11.2 Proporsi cedera dan penyebabnya menurut karakteristik, Riskesdas 2013 153

    7.11.3 Proporsi jenis cedera menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 155

    7.11.4 Proporsi jenis cedera menurut karakteristik, Riskesdas 2013 155

    7.11.5 Proporsi tempat terjadinya cedera menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 156

    7.11.6 Proporsi tempat terjadinya cedera menurut karakteristik, Riskesdas 2013 157

    7.12.1 Prevalensi gangguan jiwa berat menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 159

    7.12.2 Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas (berdasarkan Self Reporting Questionnaire-20)* menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 160

    7.13.1 Proporsi tingkat kesulitan menurut komponen disabilitas, Indonesia 2013 161

    7.13.2 Indikator disabilitas menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 161

    7.13.3 Indikator disabilitas menurut karakteristik, Riskesdas 2013 162

    7.14.1 Proporsi koreksi refraksi, kebutaan, dan severe low vision pada responden 6 tahun tanpa/dengan koreksi optimal menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 166

    7.14.2 Proporsi katarak dan tiga alasan utama belum menjalani operasi katarak pada responden semua umur menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 166

    7.14.3 Prevalensi gangguan pendengaran dan ketulian responden umur 5 tahun keatas sesuai tes konversasi menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 167

    7.15.1 Proporsi kepemilikan jaminan kesehatan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 169

    7.15.2 Proporsi kepemilikan jaminan kesehatan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 170

    7.15.3 Proporsi penduduk yang mengobati sendiri sebulan terakhir dan besaran median biaya menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 171

    7.15.4 Proporsi penduduk yang mengobati sendiri sebulan terakhir dan besaran median biaya menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 172

    7.15.5 Proporsi pemanfaatan rawat jalan dan rawat inap beserta biaya median yang dikeluarkan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 172

    7.15.6 Proporsi pemanfaatan rawat jalan dan rawat inap beserta median biaya yang dikeluarkan menurut karakteristik, Riskesdas 2013 173

    7.15.7 Proporsi sumber biaya untuk rawat jalan menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 174

    7.15.8 Proporsi sumber biaya untuk rawat jalan menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 174

    7.15.9 Sumber biaya yang dipakai untuk pengobatan rawat inap menurut kabupaten/kota, Riskesdas 2013 175

  • xxiv

    7.15.10 Sumber biaya yang dipakai untuk pengobatan rawat inap menurut status ekonomi, Indonesia 2013 176

  • xxv

    DAFTAR BAGAN/GAMBAR

    No. Gambar Nama Bagan/Gambar Hal

    Bagan 1 Kerangka konsep 4

    Gambar 2 Sampel Riskesdas 2013 (oleh BPS) 6

    Bagan 3 Jumlah Sampel Yang Digunakan Untuk Analisis Penyakit Tidak Menular (PTM) 34

    Gambar 7.1 Proporsi rumah tangga memenuhi kriteria perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik menurut status ekonomi, Riskesdas 2013 78

    Gambar 7.2 Status gizi anak balita BB/U hasil Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 82

    Gambar 7.3 Status gizi anak balita TB/U hasil Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 84

    Gambar 7.4 Status gizi anak balita BB/TB hasil Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 86

    Gambar 7.5 Proporsi kependekan menurut kelompok umur 95

    Gambar 7.6 Jumlah sampel dan indikator kesehatan anak di provinsi DKI Jakarta, Riskesdas 2013 105

    Gambar 7.7 Kecenderungan imunisasi lengkap pada anak umur 12-59 bulan, Indonesia tahun 2007, 2010, dan 2013 106

    Gambar 7.8 Kecenderungan perawatan tali pusar bayi baru lahir Indonesia 2010 dan 2013 112

    Gambar 7.9 Proporsi umur pertama ketika disunat pada anak perempuan usia 0 - 11 tahun, Riskesdas 2013 116

    Gambar 7.10 Proporsi penduduk semua umur yang bermasalah gigi dan mulut serta mendapat perawatan, dan EMD, Indonesia 2013 145

    Gambar 7.11 Kecenderungan prevalensi cedera dan penyebabnya, Indonesia 2007 dan 2013 154

    Gambar 7.12 Prevalensi kebutaan pada responden umur6 tahun tanpa/dengan koreksi optimal menurut provinsi, Indonesia 2007-2013 164

  • xxvi

    DAFTAR SINGKATAN

    g/L : microgram per Liter ACT : Artemisinin-based combination therapy ADA : American Diabetes Assocation Amanat Persalinan : Menyambut Persalinan Agar Aman dan Selamat ANC : Antenatal care ANC 4x + : proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu

    hamil minimal 4 kali tanpa memperhitungkan periode waktu pemeriksaan.

    APN : Asuhan Persalinan Normal ART : Anggota Rumah Tangga Asabri : Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ASI : Air Susu Ibu Askes : Asuransi kesehatan BAB : Buang air besar Babel : Bangka Belitung Badan Litbangkes : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Balita : Bawah lima tahun BB : Berat Badan BB/TB : Berat badan/Tinggi Badan BB/U : Berat badan/umur BBLR : Berat Badan Lahir Rendah BP : Balai Pengobatan BPS : Badan Pusat Statistik BS : Blok Sensus Buku KIA : Buku Kesehatan Ibu dan Anak CPR : Contraceptive Prevalence Rate D : Diagnosis dokter/tenaga kesehatan D1 : Diploma 1 D3 : Diploma 3 DG : Diagnosis atau gejala Dinkes : Dinas Kesehatan DKI : Daerah Khusus Ibukota DM : Diabetes Mellitus DO : Diagnosis tenaga kesehatan atau minum obat sendiri EIU : Eksresi Iodium Urin EKG : Elektro Kardio Gram EMD : Effective Medical Demand FKM : Fakultas Kesehatan Masyarakat G : Gejala klinis spesifik penyakit GAKI : Gangguan Akibat Kekurangan Iodium GATS : Global Adults Tobacco Survey GDP : Glukosa Darah Puasa GDPP : Glukosa Darah Pasca Pembebanan GDS : Glukosa Darah Sewaktu GGK : Gagal ginjal kronik Hb : Hemoglobin HDL : High-Density Lipoprotein HIV/ AIDS : Human Immunodeficiency Virus Infection / Acquired

    Immunodeficiency Syndrome ICCIDD : International Council for Control of Iodine Deficiency

  • xxvii

    Disorders ICF : International Classification of Functioning IFCC : International Federation of Clinical Chemistry IMD : Inisiasi Menyusu Dini IMT : Indeks Massa Tubuh Indeks DMF-T : Penjumlahan dari D(Decay), M(Missing), F(Filling)-T (teeth) IPKM : Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut IU : International Unit IUD : Intra Uterine Device Jamkesda : Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja JMP : Joint Monitoring Programme JNC : Joint National Committee JPK : Jaminan Pemeliharaan Kesehatan K1 : Proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu

    hamil minimal 1 kali tanpa memperhitungkan periode waktu pemeriksaan

    K1 ideal : Proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu hamil pertama kali pada trimester 1

    K4 : Proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan kesehatan ibu hamil selama 4 kali dan memenuhi kriteria 1-1-2 yaitu minimal 1 kali pada trimester 1, minimal 1 kali pada trimester 2 dan minimal 2 kali pada trimester 3.

    Kadinkes : Kepala Dinas Kesehatan Kasie litbang : Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Kasie Litbangda : Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Daerah Kasie puldata : Kepala Seksi Pengumpulan Data Kasubdin : Kepala Sub Dinas Katim : Ketua Tim KB : Keluarga Berencana KDRT : Kekerasan Dalam Rumah Tangga KEK : Kurang Energi Kronis KEPK : Komisi Etik Penelitian Kesehatan Kepmenkes : Keputusan Menteri Kesehatan Kespro : Kesehatan Reproduksi KF : Pelayanan kesehatan yang diberikan pada ibu selama

    periode 6 jam sampai 42 hari setelah melahirkan. KIA : Kesehatan Ibu dan Anak KIO3 : Kalium Iodat KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi KK : Kepala Keluarga KLB : Kejadian Luar Biasa KMS : Kartu Menuju Sehat KN : Kunjungan Neonatal Korwil : Koordinator Wilayah Lansia : Lanjut usia LDL : Low-Density Lipoprotein LH : Lahir Hidup LiLA : Lingkar Lengan Atas Linakes : Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter

  • xxviii

    spesialis kebidanan dan kandungan, dokter umum dan bidan) LM : Lahir Mati LP : Lingkar Perut MDGs : Millennium Development Goals Menkes : Menteri Kesehatan MI : Missing Indeks MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MPASI : Makanan Pendamping Air Susu Ibu Nakes : Tenaga Kesehatan NCEP-ATP III : National Cholesterol Education Program- Adult Treatment

    Panel III NLIS : Nutrition Landscape Information System Non MKJP : Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang OAT : Obat Anti Tuberkulosis OG : Obat Generik OT : Obat Tradisional P4K : Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

    Komplikasi PB : Panjang Badan PBTDK : Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan PCA : Principal Component Analysis PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi PDBK : Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan PERDAMI : Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia PERHATI : Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok

    Indonesia Permenkes : Peraturan Menteri Kesehatan Perpres : Peraturan Presiden PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PJK : Penyakit Jantung Koroner PM : Penyakit Menular PMT : Pemberian Makanan Tambahan PNS : Pegawai Negeri Sipil Polindes : Pondok Bersalin Desa Poltekkes : Politeknik Kesehatan Poskesdes : Pos Kesehatan Desa Poskestren : Pos Kesehatan Pesantren Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu PPI : Program Pengembangan Imunisasi Ppm : Part per million PPS : Probability Proportional To Size PPOK : Penyakit Paru Obstruksi Kronis PSU : Primary Sampling Unit PT : Perguruan Tinggi PTI : Performance Treatment Index PTM : Penyakit Tidak Menular PUS : Pasangan Usia Subur Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat Pustu : Puskesmas Pembantu PWS KIA : Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak RB : Rumah Bersalin RDT : Rapid Diagnostic Test

  • xxix

    RI : Republik Indonesia Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar RKD : Riskesdas RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RS : Rumah Sakit RT : Rumah Tangga RTI : Required Treatment Index SD/MI : Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah SDM : Sumber Daya Manusia SKN : Sistem Kesehatan Nasional SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SMA/MA : Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah SMP/MTS : Sekolah Menengah Pertama/MadrasahTsanawiyah SP 2010 : Sensus Penduduk 2010 SPK : Standar Pelayanan Kebidanan SRQ : Self Reporting Questionnaire STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional TB : Tinggi Badan TB : Tuberkulosis TB/U : Tinggi badan/Umur TGT : Toleransi Glukosa Terganggu TKP : Tempat Kejadian Perkara TNI/Polri : Tentara Nasional Indonesia/ Kepolisian RI U : Ukur UI : Universitas Indonesia UKBM : Upaya kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UNAIR : Universitas Airlangga UNHAS : Universitas Hasanuddin UNICEF : United Nations Childrens Fund USI : Universal Salt Iodization UU : Undang Undang WG : Washington Group WHO : World Health Organization WHODAS 2 : WHO Disability Assessment Schedule 2 WUS : Wanita Usia Subur Yankestrad : Pelayanan Kesehatan Tradisional

  • 1

    I. LATAR BELAKANG

    Visi Kementerian Kesehatan adalah Masyarakat Sehat yang mandiri dan berkeadilan. Sedangkan

    misinya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat,

    termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin

    tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan

    dan pemerataan sumberdaya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik1.

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) merupakan Riset Kesehatan berbasis komunitas berskala nasional

    sampai tingkat kabupaten/kota yang dilakukan secara berkala. Riskesdas ini dilaksanakan oleh Badan

    Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Kementerian Kesehatan RI dengan

    kerangka sampel yang diperoleh dariBadan Pusat Statistik (BPS). Lima sampai enam tahun dianggap

    interval yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan

    perkembangan upaya pembangunan kesehatan.

    Keunggulan Riskesdas terletak pada jumlah sampel yang digunakan, yang mampu menggambarkan

    situasi di tingkat nasional provinsi, dan kabupaten/kota. Riskesdas mengumpulkan data spesifik

    kesehatan dimana tenaga pelaksana pengumpul data berlatar-belakang pendidikan minimal D3

    kesehatan. Dalam Riskesdas dilakukan berbagai pengukuran dan pemeriksaan, seperti berat badan,

    tinggi/panjang badan, lingkar perut, lingkar lengan atas, tajam penglihatan, kesehatan gigi, tekanan

    darah, haemoglobin dan gula darah. pengambilan specimen darah dan urin juga dilakukan untuk menilai

    parameter terkait dengan faktor risiko penyakit.

    Pada tahun 2007 Badan Litbangkes telah melakukan Riskesdas pertama. Data yang dikumpulkan

    meliputi semua indikator kesehatan utama, yaitu status kesehatan (penyebab kematian, angka

    kesakitan, angka kecelakaan, angka disabilitas, dan status gizi), kesehatan lingkungan (lingkungan fisik),

    konsumsi rumah tangga, pengetahuan-sikap-perilaku kesehatan (Flu Burung, HIV/AIDS, perilaku

    higienis, penggunaan tembakau, minum alkohol, aktivitas fisik, perilaku konsumsi makanan) dan

    berbagai aspek mengenai pelayanan kesehatan (akses, cakupan, mutu layananan, pembiayaan

    kesehatan). Sekitar 33.000 sampel serum, bekuan darah, dan sediaan apus telah pula dikumpulkan,

    untuk uji lanjutan di laboratorium Badan.

    Hasil Riskesdas 2007 telah dimanfaatkan oleh penyelenggara program, terutama Kementerian

    Kesehatan; oleh Bappenas, untuk evaluasi program pembangunan termasuk pengembangan rencana

    kebijakan pembangunan kesehatan jangka menengah (RPJMN 2010-2014), dan oleh beberapa

    kabupaten/kota dalam merencanakan, mengalokasikan anggaran, melaksanakan, memantau dan

    mengevaluasi program-program kesehatan berbasis bukti (evidence-based planning). Komposit

    beberapa indikator Riskesdas 2007 juga telah digunakan sebagai model Indeks Pembangunan

    Kesehatan Masyarakat (IPKM) di Indonesia untuk melihat peringkat Kabupaten/Kota.

    Pada tahun 2010, untuk kepentingan memberikan informasi terkait indikator MDGs bidang kesehatan,

    dilakukan Riskesdas yang sampelnya menggambarkan situasi di tingkat provinsi dan nasional. Data

    Riskesdas 2010 mencakup indikator: penyakit menular (Malaria,TBC Paru), status gizi, kesehatan

    reproduksi, kesehatan bayi dan balita, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, seperti sanitasi

    lingkungan, pengetahuan dan perilaku kesehatan (HIV, Merokok), konsumsi makan individu dan akses

    pelayanan kesehatan. Dilakukan juga pemeriksaan darah di lapangan untuk Malaria dengan metode

    RDT dan Pemeriksaan. Entri data dilakukan di lapangan pada semua blok sensus.

  • 2

    Dalam persiapan pelaksanaan Riskesdas 2013, dilakukan evaluasi Riskesdas 2007 dan Riskesdas 2010

    untuk memutuskan informasi yang perlu dikumpulkan. Diperhatikan pula beberapa pertanyaan yang

    perlu dikoreksi, dikurangi, atau ditambah untuk pelaksanaan Riskesdas 2013. Selain itu manajemen

    data, termasuk waktu pelaksanaan pengumpulan data dan entri data menjadi pertimbangan untuk

    memperbaiki response rate rumah tangga dan anggota rumah tangga. Beberapa data dan informasi

    program yang berkaitan dengan data IPKM dan indikator MDG dikumpulkan kembali dalam Riskesdas

    2013.

    Riskesdas 2013 sangat penting untuk dilaksanakan mengingat informasi hasil Riskesdas 2013 akan

    dijadikan dasar untuk menilai keberhasilan pelaksanaan pembangunan jangka menengah 2010-2014.

    Selain itu, juga sebagai sarana untuk mengevaluasi perkembangan status kesehatan masyarakat

    Indonesia di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota dalam enam tahun terakhir, termasuk

    perubahan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat di tiap tingkat wilayah

    pemerintahan, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatannya.

    Pertanyaan Penelitian

    a. Bagaimanakah pencapaian status kesehatan masyarakat di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota pada tahun 2013?

    b. Apa dan bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi status kesehatan masyarakat di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten?

    c. Apakah telah terjadi perubahan masalah kesehatan spesifik di setiap provinsi dan kabupaten/kota dibanding tahun 2007?

    d. Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya perubahan masalah kesehatan?

    e. Bagaimana korelasi antar faktor terhadap status kesehatan?

    II. TUJUAN RISKESDAS

    Tujuan Umum:

    Menyediakan informasi berbasis bukti untuk perumusan kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai

    tingkat administrasi.

    Tujuan Khusus:

    a. Menyediakan informasi untuk perencanaan kesehatan termasuk alokasi sumber daya di berbagai tingkat administrasi.

    b. Menyediakan peta status dan masalah kesehatan di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota pada tahun 2013.

    c. Menyediakan informasi perubahan status kesehatan masyarakat yang terjadi dari 2007 ke 2013. d. Menilai kembali disparitas wilayah kabupaten kota menggunakan IPKM. e. Mengkaji korelasi antar faktor yang menyebabkan perubahan status kesehatan.

    III. MANFAAT DAN LUARAN RISKESDAS

    A. Manfaat Penelitian

    1. Untuk kabupaten/kota:

    a. Mampu menyusun perencanaan program lebih akurat sesuai perkembangan masalah kesehatan dalam enam tahun terakhir.

    b. Mempunyai bahan advokasi yang berbasis bukti. c. Mampu merencanakan dan melaksanakan survei kesehatan lanjutan di wilayahnya.

  • 3

    2. Untuk provinsi dan pusat:

    a. Mampu memetakan perubahan masalah kesehatan dan menajamkan prioritas pembangunan kesehatan antar wilayah.

    b. Mempunyai bahan advokasi yang berbasis bukti. c. Mampu merencanakan penelitian lanjutan sesuai dengan permasalahan kesehatan.

    3. Untuk Peneliti

    a. Sebagai sumber data untuk analisis lebih lanjut. b. Sebagai sumber data untuk pengembangan indeks kesehatan.

    4. Untuk Institusi Pendidikan

    a. Sebagai sumber data untuk bahan penulisan tugas akhir. b. Sebagai sumber data untuk analisis lebih lanjut dikaitkan dengan sumber data lainnya.

    B. Luaran Penelitian

    Tersedianya data kesehatan berdasarkan karakteristik masyarakat sebagai berikut:

    a. Status kesehatan: prevalensi penyakit menular, penyakit tidak menular, penyakit jiwa, penyakit bawaan, cedera, status disabilitas, gigi dan mulut, indera mata dan pendengaran, kesehatan reproduksi, kesehatan bayi dan balita, status gizi, hematologi dan kimia darah.

    b. Pengetahuan dan perilaku kesehatan: perilaku higienis, penggunaan tembakau, frekuensi makan, aktivitas fisik, konsumsi buah-sayur, perilaku penggunaan obat-obat tradisional, dan penggunaan garam iodium.

    c. Status sanitasi lingkungan rumah tangga

    d. Upaya pelayanan kesehatan: pembiayaan kesehatan, akses dan pelayanan kesehatan, cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

  • 4

    IV. KERANGKA KONSEP

    Untuk menjawab pertanyaan penelitian pada Riskesdas 2013, dikembangkan kerangka konsep

    penelitian yang merupakan modifikasi dari Sistem Kesehatan WHO dan HL. Blum sebagai berikut

    FUNGSI SISTEM KESEHATAN TUJUAN SISTEM KESEHATAN

    Tidak dikumpulkan datanya

    Bagan 1. Kerangka Konsep

    V. METODE RISKESDAS

    1. Disain dan Jenis Penelitian

    Penelitian ini merupakan survei berskala nasional, dengan disain potong lintang (cross-sectional), non-

    intervensi/observasi, deskriptif dan analitik. Pengumpulan dan pemeriksaan data dan spesimen

    dilakukan di lapangan dan laboratorium.

    2. Tempat dan Waktu

    Penelitian ini mencakup seluruh provinsi (33 provinsi), kabupaten/kota (497 kabupaten/kota) di Indonesia

    yang dilaksanakan mulai dari persiapan sampai dengan analisis lanjut: Januari 2012 Desember 2014.

    VISI, MISI,

    STRATEGI

    DANKEBIJAKAN

    PEMBIAYAAN

    KESEHARAN

    MANAJEMEN

    SUMBERDAYA

    AKSES

    PELAYANAN

    KESEHATAN

    DERAJAT

    KESEHATAN

    BEYOND HEALTH : PENDIDIKAN, PEKERJAAN. STATUS EKONOMI, PSP_KESEHATAN

    FARMASI DAN PELAYANAN KESEHATAN

    TRADISIONAL

    PEMERATAAN & KEADILAN

    PEMBIAYAAN KESEHATAN

    KESEHATAN

    LINGKUNGAN

  • 5

    3. Populasi dan Sampel

    Populasi Riskesdas adalah semua rumah tangga di Indonesia. Sampel untuk Riskesdas adalah rumah-

    tangga terpilih di Blok Sensus (BS) menurut kerangka sample yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik

    (BPS) dengan metode PPS (probability proportional to size) menggunakan linear systematic sampling.

    Tahapan yang dilakukan:

    a. BPS memilih Blok Sensus yang telah menjadi Master Sampling untuk kepentingan survei

    yang terkait dengan komunitas. Digunakan Daftar Wilayah Pencacahan (Wilcah) Sensus

    Penduduk (SP) 2010 yang terpilih untuk SUSENAS berisi informasi banyaknya rumah

    tangga hasil listing SP 2010, muatan blok sensus dominan, informasi daerah sulit dan tidak

    sulit serta klasifikasi desa/ kelurahan.

    b. Dari listing tersebut, dilakukan listing blok sensus (BS) dari setiap Wilayah terpilih (Primary

    Sampling Unit/PSU).

    c. Pemilihan rumah tangga biasa (tidak termasuk panti asuhan, barak polisi/militer, penjara,

    dsb.) dari setiap BS yang terpilih di atas dilakukan berdasarkan listing hasil pencacahan

    lengkap SP 2010 yang sudah dimutakhirkan (secondary sampling unit/SSU). Jumlah yang

    dipilih sebanyak 30 rumah tangga secara sistematik.

    d. Dari 30 rumah tangga terpilih selanjutnya dipilih 25 rumah tangga sebagai sampel utama dan

    5 rumah tangga sebagai sampel cadangan yang dapat digunakan apabila sampel utama

    tidak ditemukan (rumah tangga pindah). Proses pemilihan 30 rumah tangga sampel

    dilakukan dengan aplikasi penarikan sampel yang telah dikembangkan oleh BPS.

    e. Penentuan 25 rumah tangga sebagai sampel utama adalah untuk mengantisipasi multi

    indikator yang ada di Riskesdas 2013 dan meminimalisir relative standard error, maka

    dilakukan sampling 25 rumah tangga di setiap BS terpilih.

    f. Dari 30 rumah tangga yang sudah ditetapkan, tidak dapat digantikan dengan rumah tangga

    lain.

    Seluruh anggota rumah tangga terpilih merupakan unit observasi/pengamatan dalam rumah tangga,

    sesuai dengan kuesioner yang telah disiapkan. Sasaran Responden untuk anggota rumah tangga

    sesuai dengan variabel yang dikumpulkan (lihat kuesioner RKD13.RT dan RKD13.INDIV).

    4. Besar sampel

    Besar sampel ditentukan berdasarkan keterwakilan wilayah. Keterwakilan kabupaten berdasarkan

    perhitungan sampel diperlukan sebanyak 300.000 rumah tangga yang akan diperoleh dari 12.000

    BS. Keterwakilan provinsi diperlukan sampel sebanyak 75.000 rumah tangga dari 3000 BS.

    Sedangkan keterwakilan Nasional diperlukan sampel sebanyak 25.000 Rumah tangga dari 1000

    BS. Blok Sensus terpilih tersebar di 33 Provinsi (497 Kabupaten/Kota).

    Selain pemilihan BS di atas, akan dipilih juga sebanyak 15% dari BS sampel Nasional (150 BS).

    Validasi dilakukan untuk mempertahankan kualitas pengumpulan data. Validasi hanya dilakukan

  • 6

    pada 10 rumah tangga per blok sensus yang dipilih secara acak dari 25 rumah tangga yang sudah

    dilakukan pengumpulan data.

    Untuk jelasnya alur, proses, dan jumlah BS serta sampel rumah tangga untuk masing-masing

    keterwakilan dapat dilihat pada gambar 2.

    VALIDASI

    SAMPEL RISKESDAS 2013 (OLEH BPS)

    Kabupaten-12.000 BS

    penyajian sampai domain kabupaten/kota.

    Provinsi 3000 BS

    penyajian sampai domain provinsi, subsampel dariModul IPKM.

    Nasional 1000 BS

    penyajian level nasional, subsampel dari ModulMDGs.

    Validasi, 150 BS

    10

    Kabupaten

    Provinsi Nasional

    Validasi

    Untuk DKI Jakarta jumlah BS sebanyak 209 yang mencakup 4684 rumah tangga dan 13 766

    individu. Pelaksanaan pengumpulan data dilaksanakan oleh 34 tim yang dipimpin oleh 10

    Penanggungjawab Teknis Propoinsi (PJT Prop). Para PJT Prop adalah para peneliti dari Badan

    Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbang Kes), Kemenkes. Secara rinci menurut

    kota dipaparkan pada Tabel 5.1.

    Tabel 5.1

    Alokasi Jumlah Sampel Blok Sensus, Tim, Rumah tangga dan Individu DKI Jakarta

    No Kota Jumlah Sampel

    Blok Sensus Tim Rumah Tangga Individu

    1 Kepulauan Seribu 10 2 250 822 2 Jakarta Selatan 42 7 1050 2958 3 Jakarta Timur 45 7 1125 3548 4 Jakarta Pusat 32 5 800 2587 5 Jakarta Barat 42 7 1050 3580 6 Jakarta Utara 38 6 950 2848

    DKI Jakarta 209 34 5225 16 343

  • 7

    5. Data yang Dikumpulkan

    Jenis data yang dikumpulkan secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran A: Instrumen. Jenis data

    yang dikumpulkan terdiri dari blok pertanyaan sebagai berikut:

    Rumah tangga

    Blok I: Pengenalan Tempat Blok II: Keterangan Rumah tangga Blok III: Keterangan Pengumpul Data Blok IV: Keterangan Anggota Rumah tangga Blok V: Akses dan Pelayanan Kesehatan Blok VI: Farmasi dan Pengobatan Tradisional Blok VII : Gangguan Jiwa Berat Dalam Keluarga Blok VIII: Kesehatan Lingkungan Blok IX: Pemukiman dan Ekonomi

    Individu : Blok X : Keterangan wawancara Blok XI : Identitas individu

    A. Penyakit Menular (untuk semua umur)

    B. Penyakit Tidak Menular (untuk semua umur; > 15 th; >30 th)

    C. Cedera (untuk semua umur) D. Gigi dan Mulut (untuk semua umur; >12 th)

    E. Disabilitas/Ketidakmampuan (>15 th)

    F. Kesehatan Jiwa (>15th)

    G. Pengetahuan, sikap dan perilaku (>10 th)

    H. Pembiayaan Kesehatan (untuk semua umur)

    I. Kesehatan Reproduksi (Perempuan berusia 10-54 th)

    J. Kesehatan Anak dan Imunisasi (a. 0-59 bln; b. 0-23 bln; c. 0-11 th)

    K. Pengukuran dan Pemeriksaan K01. Pengukuran Berat Badan (untuk semua umur) K02. Pengukuran Panjang/Tinggi Badan(untuk semua umur) K03. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (WUS 15-49 th/ ibu hamil) K04. Pengukuran Lingkar Perut (> 15 th kecuali ibubhamil) K05.Tekanan Darah (lengan kiri ART>15 th)

    L. Pemeriksaan mata (< 5 th;visus > 6 th; permukaan mata: semua umur)

    M. Pemeriksaan THT (observasi > 2 th; konversasi > 5 th)

    N. Pemeriksaan Status gigi permanen (> 12 th)

    O. Pemeriksaan darah, urine, dan air Pemeriksaan Hemoglobin deteksi cepat di lapangan

    Pemeriksaan Gula darah deteksi cepat di lapangan

    Pemeriksaan Malaria deteksi cepat di lapangan

    Menyiapkan serum dari spesimen darah sentrifuse dikirim ke laboratorium pusat untuk pemeriksaan lebih lanjut: kimia klinis, dan serologi

    Pemeriksaan Urin: kadar iodium (6-12 th; perempuan berusia 15-49 th)

    Pemeriksaan air rumah tangga(sub sampel)