pohon jelutung

2
Pohon Jelutung (Dyera spp.) Di Indonesia terdapat dua jenis jelutung, yaitu: Dyera costulata Hook. F. dan Dyera lowii Hook. F. Kedua jenis ini termasuk famili Apocynaceae. Jelutung, di Kalimantan disebut pantung, di Sumatera disebut labuai, di Semenanjung Melayu disebut ye-luu-tong, dan di Thailand disebut teen-peet-daeng. Pohon jelutung berbentuk silindris, tingginya mencapai 25-45 m, dan diameternya bisa mencapai 100 cm. Tajuk tipis dan jarang, kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting. Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya. Jelutung dibedakan antara jenis Dyerapolyphyla (jelutung darat) umum tumbuh di tanah gambut, sedang Dyeracostulata (jelutungrawa) tumbuh di tanah mineral alluvialataulaterit. Laju riap batang sangat melambat semakin tua. Rata-rata diameter batang pada umur 17 tahun hanya mencapai 19 cm dan pada diameter 115 cm laju pertambahan sangat lambat. Bibit siap tanam dari semai antara 8- 14 bulan. Pertumbuhan tinggi (riap) pada umur 2-4 tahun mencapai antara 40-90 cm. Pohon jenis initer masuk dilindungi. Getah jelutung baru bisa disadap, apabila diameter batang mencapai 20 cm atau idealnya antara 40-60 cm atau pada umur 10-15 tahun. Getah jelutung dapat dibuat untuk permenkaret, cat dasar beton, perekat kertas. Selain itu,kayunya dapat digunakan untuk bangunan dan alat rumah tangga. Sejarah Pemanfaatan Jelutung Sebelum perkebunan 'karet para' (Hevea sp) berkembang di awal abad 20-an, bahan baku industri karet dunia diperoleh dari hasil penyadapan getah alam, salah satunya dari getah jelutung. Pada awalnya getah jelutung diproduksi dan diekspor untuk pembuatan

Upload: mokhammad-dimas

Post on 18-Sep-2015

20 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

fghjk

TRANSCRIPT

Pohon Jelutung (Dyera spp.)Di Indonesia terdapat dua jenis jelutung, yaitu: Dyera costulata Hook. F. dan Dyera lowii Hook. F. Kedua jenis ini termasuk famili Apocynaceae. Jelutung, di Kalimantan disebut pantung, di Sumatera disebut labuai, di Semenanjung Melayu disebut ye-luu-tong, dan di Thailand disebut teen-peet-daeng.Pohon jelutung berbentuk silindris, tingginya mencapai 25-45 m, dan diameternya bisa mencapai 100 cm. Tajuk tipis dan jarang, kulitnya rata, berwarna abu-abu kehitam-hitaman, dan bertekstur kasar. Cabangnya tumbuh pada batang pohon setiap 3-15 m. Bentuk daunnya memanjang, pada bagian ujungnya melebar dan membentuk rokset. Sebanyak 4-8 helai daun tunggal itu duduk melingkar pada ranting. Jelutung berbunga dua kali setahun. Bunga malainya berwarna putih, dan buahnya berbentuk polong. Apabila sudah matang, buahnya pecah untuk menyebarkan biji-bijinya yang berukuran kecil dan bersayap ke tempat di sekitarnya. Jelutung dibedakan antara jenis Dyerapolyphyla (jelutung darat) umum tumbuh di tanah gambut, sedang Dyeracostulata (jelutungrawa) tumbuh di tanah mineral alluvialataulaterit. Laju riap batang sangat melambat semakin tua. Rata-rata diameter batang pada umur 17 tahun hanya mencapai 19 cm dan pada diameter 115 cm laju pertambahan sangat lambat. Bibit siap tanam dari semai antara 8-14 bulan. Pertumbuhan tinggi (riap) pada umur 2-4 tahun mencapai antara 40-90 cm. Pohon jenis initer masuk dilindungi. Getah jelutung baru bisa disadap, apabila diameter batang mencapai 20 cm atau idealnya antara 40-60 cm atau pada umur 10-15 tahun. Getah jelutung dapat dibuat untuk permenkaret, cat dasar beton, perekat kertas. Selain itu,kayunya dapat digunakan untuk bangunan dan alat rumah tangga.Sejarah Pemanfaatan JelutungSebelum perkebunan 'karet para' (Hevea sp) berkembang di awal abad 20-an, bahan baku industri karet dunia diperoleh dari hasil penyadapan getah alam, salah satunya dari getah jelutung. Pada awalnya getah jelutung diproduksi dan diekspor untuk pembuatan bahan karet dengan mutu rendah. Getah jelutung menjadi penting setelah diketahui dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan permen karet. Berkembangnya industri permen karet ini menyebabkan peningkatan yang sangat signifikan terhadap permintaan getah jelutung. Perdagangan getah jelutung mencapai puncaknya antara tahun 1910-an dan 1930-an. Sedangkan pemanfaatan kayu jelutung dimulai sejak era Hak Pengusahaan Hutan (HPH) diberlakukan di Indonesia. Jenis ini termasuk jenis kayu komersil yang bernilai cukup tinggi, bahkan harganya setara dengan jenis kayu meranti. Di Indonesia terdapat tiga jenis getah jelutung yang sejak lama diperdagangkan yaitu; Jelutung Banjarmasin, Jelutung Palembang, dan Jelutung Pontianak. Nama dagang ini berdasarkan pelabuhan dimana produk getah jelutung diangkut untuk diekspor. Perdagangan jelutung semakin berkembang dengan adanya pemberian konsesi perkebunan dan pengolahan getah jelutung kepada perusahaan asing oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Terbentuknya pasar getah jelutung menyebabkan masyarakat berlomba-lomba mencari dan menyadap pohon jelutung di alam.