poalukiedit
DESCRIPTION
plan of action public healthTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya selama kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Setiap kehamilan dapat
menimbulkan risiko kematian ibu. Pemeriksaan kehamilan sangat penting
dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan
kesehatan ibu (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Berdasarkan kesepakatan global melalui Millenium Development Goals
(MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi 23/ 1.000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita 32/ 1.000 kelahiran hidup pada tahun
2015 (Kementrian Kesehatan RI, 2013)
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), terjadi
peningkatan AKI pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2007,
AKI di Indonesia sebesar 228/ 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 sebesar
359/ 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Kasus kematian
Ibu yang ditemukan di kota Padang dari tahun 2009 sampai 2013 juga mengalami
peningkatan. Pada tahun 2009 ditemukan 14 kasus per 19.657 kelahiran hidup dan
tahun 2013 sebanyak 15 kasus per 17.767 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota
Padang, 2013).
2
Pada Puskesmas Lubuk Kilangan Padang tahun 2014 terdapat 3 kasus
kematian per 717 kelahiran hidup dengan AKI sebesar 418/ 100.000 kelahiran
hidup. Hal ini sangat jauh dari target pencapaian MDGs. Penyebab kematian ibu
ini adalah hipertensi dalam kehamilan, perdarahan post partum resiko tinggi
dengan anak 7 orang, serta post partum dengan penyerta jantung (Puskesmas
Lubuk Kilangan, 2014).
Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka
kematian ibu adalah dengan cara meningkatkan pelayanan antenatal yang mampu
mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai (Kementrian
Kesehatan, 2013). Deteksi kehamilan risiko tinggi pada tahun 2014 di Puskesmas
Lubuk Kilangan masih dibawah target 75% dengan pencapaian 45,30%
(Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014). Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang paling tepat untuk pengelolaan risiko tinggi pada ibu hamil . Dalam
hal ini puskesmas tidak hanya sebagai pusat pelayanan kesehatan yang
memberikan kuratif tetapi juga promotif dan preventif.
Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu membuat Plan of Action
mengenai pengelolaan deteksi risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja
puskesmas Lubuk Kilangan.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana pengelolaan risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan ?
1.3 Tujuan penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
3
Mengetahui upaya pengendalian risiko tinggi di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan risiko tinggi pada ibu
hamil di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan
2. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk
mengendalikan kasus risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan.
1.4 Manfaat penulisan
1. Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas Lubuk Kilangan
sehingga dapat dijadikan sebagai solusi alternatif dalam
mengendalikan risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja
Puskesmas Lubuk Kilangan.
2. Sebagai bahan pembelajaran bagi dokter muda dalam menganalisis
masalah dan memberikan solusi terhadap masalah tersebut.
3. Untuk masyarakat khususnya kecamatan Lubuk Kilangan sebagai
informasi untuk lebih memperhatikan kesehatan selama kehamilan
sehingga dapat memberikan kesejahteraan pada keluarga.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angka Kematian Ibu dan MDGs
Dari data hasil riskesdas 2013, Angka Kematian Ibu di Sumatera Barat
(40%) melebihi Angka Kematian Ibu Nasional (31,3%) (Kementrian Kesehatan
RI, 2013). Angka Kematian Ibu di padang 84/100.000 (DKK, 2013). Multi
Development Goals atau tujuan pembangunan millenium adalah sebuah
paradigma global, dimana menurunkan angka kematian ibu merupakan poin
kelima. Berdasarkan kesepakatan global, pada tahun 2015, diharapkan Angka
Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015.
Penyebab kematian ibu yang terbanyak (90%) disebabkan oleh komplikasi
obstetri, yaitu perdarahan, infeksi dan eklampsi. Komplikasi obstetri ini tidak
selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil yang
telah diidentifikasi normal, dimana kasus tersebut sebenarnya dapat dicegah
melalui deteksi dini ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan dan masyarakat
tentang adanya faktor risiko/ tinggi ibu hamil serta penanganan yang adekuat di
fasilitas kesehatan sesuai dengan kewenangan bidan dan dirujuk ke pelayanan
yang lebih tinggi apabila terjadi komplikasi (Alan, 2003)
2.2 Program Kesehatan Ibu dan Anak
Program Kesehatan Ibu Dan anak (KIA) adalah Upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,
ibu menyusui, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Tujuan Program Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui
peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk
menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatanan kualitas manusia seutuhnya (Puskesmas
Luki, 2014).
Berkenaan dengan pentingnya peran kesehatan ibu dan anak dalam
pelayanan kesehatan, diharapkan tenaga kesehatan ibu dan anak mampu
5
mengelola kegiatan kesehatan secara profesional dan melaksanakan kegiatan
dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor. Adapun kegiatan Pokok
Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) adalah (Puskesmas Luki, 2014):
1. Peningkatan pelayanan ANC sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua
fasilitas kesehatan
2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan berkompeten di
arahkan ke fasilitas kesehatan
3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standard di semua fasilitas
kesehatan
4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standard di semua fasilitas
kesehatan
5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonates
oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat
6. Peningkatan pengamanan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat
dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan
7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standard di semua
fasilitas kesehatan
8. Peningktan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak anak balita sesuai standard
di semua fasilitas kesehatan
9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar
2.3 Kehamilan Risiko Tinggi (Risti)
Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya
bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang
dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan
dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal (Riskesdas, 2013).
Risiko tinggi pada kehamilan merupakan keadaan kehamilan yang terjadi
penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi. AKI digunakan dalam pemantauan kematian terkait
dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi salah satunya yaitu pelayanan
kehamilan. Hal ini dapat dilihat di data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010
bahwa AKI adalah 240 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara target
6
kesepakatan global, pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada
tahun 2015, menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
(Puskesmas Luki, 2014).
Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemantauan
dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas
sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya
mempercepat penurunan kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada
ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di masyarakat. Risiko tinggi ibu hamil
meliputi (Taber, 1994):
Anemia (Hb < 8 gr %)
Tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg)
Edema nyata
Eklamsia
Perdarahan pervaginam
Ketuban pecah dini
Letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu
Letak sunsang pada primigravida
Infeksi berat/sepsis
Persalinan prematur
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
Telah memiliki anak lebih dari 4
Jarak antara kehamilan yang satu dengan yang lain kurang dari 2
tahun terdapat riwayat proses persalinan yang kurang baik
Menderita penyakit yang menyertai kehamilan (anemia, hipertensi,
jantung dan sebagainya)
Mengalami perdarahan
Sakit kepala hebat, bengkak pada tungkai
Kelainan pada janin (janin besar, malposisi atau malpresentasi)
Bentuk panggul ibu tidak normal.
Kriteria kehamilan risiko tinggi terbagi berdasarkan (Taber, 1994):
Komplikasi Obstetrik:
7
o Umur (≤19 tahun atau > 35 tahun)
o Paritas (primigravida atau para lebih dari 6)
o Riwayat kehamilan yang lalu :
≥ 2 kali abortus
≥ 2 kali partus prematur
Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal
Perdarahan paska persalinan
Pre-eklampsi dan eklampsi
Kehamilan mola
Pernah ditolong secara obstetri operatif
Pernah operasi ginekologik
Pernah inersia uteri
Disproporsi sefalo pelvik, perdarahan antepartum, pre-eklampsi
dan eklampsi, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak pada
hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan
terakhir ≥ 5 tahun, inkompetensi serviks, postmaturitas, hamil
dengan tumor (mioma atau kista ovarii), uji serologis lues positif.
b. Komplikasi medis
Anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas,
penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru dan
penyakit-penyakit lain dalam kehamilan.
Dampak yang dapat terjadi akibat adanya faktor risiko dalam kehamilan
sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya. Dampak
tersebut diantaranya adalah terjadinya keguguran, kehamilan prematur, gawat
janin, keracunan dalam kehamilan.
Tugas bidan dan dokter puskesmas dalam penanganan ibu hamil risiko
hamil ini yaitu setelah mengidentifikasi ibu hamil (anamnesis), pemeriksaan dan
pemantauan antenatal, pemeriksaan laboratorium rutin (hemoglobin, protein urine,
gula darah, golongan darah), serta tindakan dasar dan khusus (sesuai risiko tinggi
yang ada termasuk penyuluhan dan konseling). Semakin banyak ditemukan faktor
risiko maka semakin tinggi risiko kehamilannya. Semakin cepat diketahui adanya
8
risiko tinggi semakin cepat akan mendapatkan penanganan yang semestinya
(Puskesmas Luki, 2014)
Pada kelompok ibu berumur risiko tinggi (umur ibu kurang dari 20 tahun
dan umur 35 tahun ke atas) lebih banyak melahirkan di rumah yang mencapai
64,5%. Sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan
teratas, bekerja sebagai pegawai dan tinggal di perkotaan paling banyak
melahirkan di fasilitas kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
2.4 Program Deteksi Risiko Tinggi pada Kehamilan
Deteksi dini risiko tinggi ibu hamil adalah kegiatan penjaringan terhadap
ibu-ibu hamil yang terdeteksi mengalami kehamilan risiko tinggi pada suatu
wilayah tertentu atau kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang
mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Oleh karenanya deteksi dini
oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan
komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci
keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya
(Alan, 2003).
Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu secara bermakna, maka deteksi
dini dan penanganan ibu hamil berisiko perlu lebih ditingkatkan terutama di
fasilitas pelayanan KIA. Untuk itu diperlukan deteksi dini oleh tenaga kesehatan
dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan
yang adekuat sedini mungkin. Kehamilan risiko tinggi dapat dideteksi apabila ibu
hamil melakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) secara rutin. Ibu hamil
sekurang-kurangnya menerima pemeriksaan hamil empat kali sesuai standar
dengan distribusi satu kali pada trimester satu, satu kali pada trimester dua, dan
dua kali pada trimester tiga. Termasuk di dalam pelayananan ini adalah deteksi
tanda bahaya/risiko tinggi sedini mungkin, serta pemberian informasi tentang
upaya menjaga kehamilan dan mempersiapkan persalinan agar persalinan berjalan
dengan baik (DKK, 2014).
Pada saat kunjungan ANC, ibu hamil harus membawa buku KIA. Fungsi
Buku KIA sebagai informasi, dan alat pencatatan dapat digunakan untuk
menganalisis kondisi kesehatan ibu hamil. Dengan pencatatan yang lengkap dan
9
akurat tentang kesehatan ibu hamil pada buku KIA maka apabila dianalisa data-
datanya dapat sebagai peringatan dini terhadap ancaman risiko tinggi ibu hamil,
sehingga akan menghindari 3T (terlambat deteksi, terlambat rujukan, terlambat
penanganan). Dengan meningkatkan mutu catatan rekam medis ibu hamil pada
buku KIA, dan penggunaannya sebagai analisa dan pemantauan kesehatan ibu
hamil maka deteksi dini tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta
penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam
menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkan (Taber, 1994).
Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang fisiologi akan tetapi bukan
berarti tanpa risiko. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang dokter dan
bidan puskesmas untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian
dini adanya komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi selama hamil, melalui
informasi yang dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan Ibu dan Anak
saat konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada waktu ibu
memeriksakan kandungan atau pada waktu kegiatan Posyandu (Puskesmas Luki,
2014).
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya,
informasi juga akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.
2.5 Faktor Risiko
Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan umum ibu
selama kehamilan, persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada
kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi
tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non medis (Alan, 2003).
Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan, ketidak tahuan, adat,
tradisi, kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini banyak terjadi terutama pada negara
berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi
morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan pula dalam faktor non medis adalah sosial
ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan
secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan (Alan, 2003).
10
Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan
obstetri, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit
neonatus dan kelainan genetik. Menurut Backett faktor risiko itu bisa bersifat
biologis, genetika, lingkungan atau psikososial. Namun dalam kesehatan
reproduksi kita dapat membaginya secara lebih spesifik, yaitu (Taber, 1994):
1. Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan
2. Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan
malaria.
3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain.
4. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis,
dan lain-lain.
5. Faktor sosioekonomi budaya: pendidikan, penghasilan.
Seharusnya faktor risiko dikenali oleh ibu hamil serta keluarga sehingga ibu-ibu
dengan kehamilan risiko tinggi mendapat pertolongan yang semestinya.
Aspek-aspek pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi yang dinilai meliputi
(Taber, 1994):
1. Pengertian tentang kehamilan risiko tinggi
2. Risiko kehamilan ditinjau dari segi usia
3. Faktor yang berpengaruh pada kehamilan risiko tinggi.
4. Tanda-tanda kehamilan risiko tinggi
5. Tujuan pengawasan kehamilan.
6. Pengaruh kehamilan risiko tinggi pada kesehatan ibu dan janin.
7. Keluhan yang mengarah pada kehamilan risiko tinggi.
8. Hal-hal yang bisa membahayakan kesehatan ibu dan janin saat kehamilan,
melahirkan dan nifas.
2.6 Pencatatan Dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan kegiatan KIA khususnya tatalaksana faktor risiko
kehamilan diperlukan dalam perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta
pengambilan keputusan. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat
dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan
kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan .
11
Pencatatan
Perlu suatu mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta
cara pengisian yang benar dan teliti. Pencatatan dilaksanakan sesuai dengan
jenis kegiatan yang dilaksanakan, yaitu :pencatatan kegiatan pelayanan. Formulir
pencatatan terdiri dari:
1. Kartu rawat jalan untuk mencatat identitas dan status pasien yang berkunjung
ke Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk memperoleh
layanan rawat jalan.
2. Kartu rawat tinggal sama kegunaanya dengan kartu rawat jalan namun
diperuntukan bagi pasien rawat inap di Puskesmas Tempat Tidur.
3. Buku KIA
4. Formulir Laporan Bulanan kehamilan risiko tinggi
5. Buku Register.
Contoh buku register seperti di bawah ini (DKK, 2013) :
1. Buku Register Tatalaksana
Buku register Tatalaksana berisi data identitas umum dan khusus dari penderita
Buku
register tersebut hendaknya memuat hal-hal sebagai berikut :
- Nomor urut/kode
- Tanggal registrasi
- Tanggal mulai berobat
- Nama/lnstansi Unit Pelayanan Kesehatan
- Jenis Faktor Risiko (sex, umur, pekerjaan, perilaku)
- Klasifikasi Penderita
- Regimen yang diberikan
2. Keterangan Buku Rujukan
Selain memuat seperti hal-hal diatas, buku rujukan juga mengandung
informasi tentang tindakan/terapi yang sudah dilakukan dan
mengapa penderita dirujuk serta keadaan/kondisi terakhir penderita.
Pelaporan
Di Tingkat Puskesmas, pelaporan dimulai dari pustu, bides ke
pelaksana kegiatan di puskesmas. Pelaksana kegiatan merekapitulasi
12
data yang dicatat baik di dalam gedung maupun di luar gedung, serta
laporan dari pustu dan bides. Hasil rekapitulasi oleh pelaksana
kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan
dalam rangka meningkatkan kinerja yang menjadi tanggung jawabnya
(Puskesmas Luki, 2014).
Di tingkat Dinas Kabupaten/Kota hasil rekapitulasi/entri data,
setiap tanggal 15 disampaikan ke pengelola program kabupaten
kemudian rekap dikoreksi, diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan untuk
umpan balik, bimbingan teknis program dan tindak lanjut yang
diperlukan dalam melaksanakan program. Setiap tiga bulan hasil rekap
dikirimkan ke dinkes propinsi dan Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI (Puskesmas Luki,
2014).
Di tingkat Dinas Kesehatan Propinsi laporan diterima untuk
dikompilasi/direkap dan disampaikan untuk diolah dan dimanfaatkan
dalam rangka tindak lanjut dan pengendalian yang diperlukan. Hasil
kompilasi yang telah di olah menjadi umpan balik dinkes kabupaten/kota.
Di tingkat Pusat, hasil olahan yang telah dilakukan oleh Ditjen
PP dan PL paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya triwulan
disampaikan pada pengelola program untuk di analisis serta
dikirimkan ke dinas kesehatan propinsi sebagai umpan balik. Hasil
laporan yang diolah kemudian dijadikan sebagai bahan koordinasi
dengan institusi terkait di masing tingkatan (Puskesmas Luki, 2014).
Untuk jelasnya dapat dilihat pada bagan alur pelaporan dibawah ini
(Puskesmas Luki,2014):
a. Laporan dari Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota ini menggunakan formulir
standar yang sudah ada. Setiap bulan paling lambat tanggal 10 telah
terkirimkan.
b. Laporan di Dinkes Kabupaten/Kota ke Propinsi/Pusat dalam disket hasil
entry data/ rekapitulasi frekuensi laporan triwulan dikirimkan paling
lambat tanggal 20 bulan berikutnya ke Dinkes propinsi I Direktorat Jenderal
PP dan PL Depkes RI.
13
2.4. Penilaian Kehamilan Dalam Resiko Tinggi
Ada 2 cara menetukan pengelompokkan kehamilan resiko tinggi, yaitu
kriteria, dan cara nilai (skor). Keduanya diperoleh dari anamnesis tentang umur,
paritas, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, pemeriksaan lengakp
kehamilan sekarang, dan pemeriksaan laboratorium penunjang yang diperlukan.
Kasus-kasus yang telah dikumpulkan diteliti terhadap resiko yang terjadi terhadap
ibu dan anak.
Cara kriteria
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-
beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasuskasus
risiko tinggi.
Rochayati dkk (Dalam Taber, 1994) mengemukakan kriteria kehamilan resiko
tinggi sebagi berikut :
Primi Muda
Primi tua
Primi tua sekunder
Umur 35 tahun atau lebih
Tinggi badan 145 cm atau kurang
Grandemultiupara
Riwayat persalinan yang buruk
Bekas seksio sesaria
Preeklampsia
Hamil serotinus
Perdarahan antepartum
Kelainan letak
Kelainan medis dan lain-lain
2.5. Deteksi dan Pencegahan
Semua kelainan yang menjadi risiko kehamilan di usia rawan sudah bisa
dideteksi. Sebagian dapat dicegah dan yang lain bisa dirawat sehingga
mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitasnya. Tekanan darah, misalnya bisa
14
diukur dan diobati sehingga dapat mencegah terjadinya pre-eklamsia. Kasus
plasenta previa juga dapat ditangani dengan bedah sesar Jadi sebagian kelainan
dapat dikoreksi, sebagian lagi dapat dipantau dengan ketat dan yang lain bisa
diatasi dengan melakukan tindakan untuk pertolongan (Esti, 2014).
Usaha pencegahan penyakit pada kehamilan dan persalinan tidak hanya
pada segi medis atau kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi rendah juga tidak
terlepas dari kemiskinan, kebodohan, ketidaktahuan, sehingga adanya
kecenderungan untuk menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam
keluarga berencana. Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan
mengakibatkan gizi ibu dan perilaku pemanfaaatan kesehatan yang buruk
(Puskesmas Luki, 2014).
Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaan pusat-pusat
pelayanan yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil untuk mendapat asuhan
prenatal yang baik, cakupan yang luas dan jumlah pemeriksaan yang cukup. Di
negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali selama
kehamilannya.Sedangkan di Indonesia biasanya wanita hamil hanya
memeriksakan diri 4-5 kali. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa usaha
yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit pada kehamilan dan persalinan
adalah (Esti, 2014):
1. Asuhan prenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil
2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan
3. Peningaktan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan
4. Peningakatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan
wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya
5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tingggi melalui program keluarga berencana
6. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih
intensif.
Kelainan yang tidak dapat dicegah adalah sindrom down. Satu-satunya cara untuk
meminimalkan risiko ini adalah ibu harus hamil di usia reproduksi sehat. Namun
kelainan tersebut dapat dideteksi dengan screening darah dan USG pada
kehamilan dini. Tapi deteksi terakurat hanyalah melalui tindakan amniosentesis
atau mengambil contoh jaringan janin untuk dilihat kromosomnya. Jika janin
15
terbukti menderita down syndrome maka dokter bisa melakukan konseling pada
suami-istri. Apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan oleh dokter, apakah
kehamilan akan diteruskan atau tidak. Bila diteruskan bagaimana risikonya
2.6. Strategi Penanganan Kehamilan Resiko Tinggi
Setiap kasus kehamilan risiko tinggi memerlukan penanganan yang lebih
intensif selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas oleh tenaga-tenaga
yang berpengalaman. Penanganan dilakukan sesuai dengan faktor resiko yang
dijumpai, dan kalau perlu penderita dirujuk ke tempat-tempat yang lebih mampu
menanganinya dimana tersedia tenaga dan fasilitas yang memadai (DKK, 2014).
Pengawasan selama kehamilan dengan cara melakukan koreksi terhadap
faktor risiko yang dijumpai, serta melakukan monitoring kadaan janian di dalam
kandungan. Dengan demikian dapat diambil sikap yang sebaik-baiknya untuk
menetukan waktu dan cara pengakhiran kehamilannya. Untuk tujuan tesebut,
perawatan antenatal/prenatal jelas memegang peranan yang sangat penting.
Demikian juga proses pengawasan selama proses persalinan, keadaan janin harus
meliputi secara seksama dan pertolongan persalinan harus diberikan dengan
sebaik-baiknya. Sehingga dapat ditentukan cara dan waktu yang tepat untuk
mengakhiri persalinan. Perawatan postpartum dengan fasilitas resusitasi bayi dan
perawatan khusus untuk bayi-bayi BBLR serta asfiksia serta neonatorum juga
sangat penting. Disamping itu dianjurkan juga perawatan pada masa antar
konsepsi seperti: perbaikan gizi, pengobatan anemia, penyembuhan penyakit
kronis, dan untuk mengikuti keluarga berencana. Untuk penanganan yang
menyeluruh diperlukan kerjasama yang baik antara beberapa tenaga ahli seperti
ahli kebidanan, ahli kesehatan anak, ahli penyakit dalam, ahli anestesi, dan
sebagainya. Juga tidak kalah pentingnya kerja sama dengan petugas-petugas
kesehatan diluar rumah sakit, terutama dalam hal konsultasi dan rujukan (DKK,
2014).
Perawatan Prenatal
Sasaran perawatan prenatal adalah menjamin bahwa setiap kehamilan
yang diinginkan diberi kesempatan maksimal untuk mencapai puncaknya dalam
16
melahirkan seorang bayi yang sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu (Taber,
1994).
Pada kunjungan prenatal pertama, anamnesis yang menyeluruh harus
dilakukan termasuk penilaian resiko dengan melakukan skrining awal seperti
umur ibu, cara melakukan konsepsi, riwayat medis sebelumnya, riwayat keluarga,
riwayat obstetri sebelumnya, dan juga pemeriksaan fisik. Penilaian resiko dapat
dilakukan dengan cara yang telah diorganisasikan dengan menggunakan bentuk
standar seperti yang telah dibahas diatas. Dan selama kehamilan dilakukan juga
pemeriksaan rutin. Dalam memerintahkan pemeriksaan laboratorium,
keseimbangan antara keuntungan informasi yang diperoleh dan biaya pemeriksaan
sebaiknya ditekan. Pemeriksaan laboratorium tertentu, yang telah bersifat
tradisional atau secara hukum diamanatkan, dapat dipertanyakan dari sudut
pandang kefeektifan biaya. Karena itu individualisasi yang tepat harus digunakan
pada tiap pasien prenatal (Taber, 1994).
17
BAB III
ANALISIS SITUASI
3.1 Gambaran Umum
Kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri
dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, BP Lansia, KIA, Gigi, Labor, KB,
Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang
termasuk Pustu.
Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6
Upaya Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program
Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan
Keluarga Berancana (KB), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan
dan Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP). Upaya Kesehatan
Pengembangan yang terdapat di puskesmas Lubuk Kilangan yaitu: Upaya
Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi
dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).
3.1.1 Kondisi Geografis
Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah
Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7
kelurahan dengan luas:
a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2
b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2
c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2
d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2
18
e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2
f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2
g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2
3.1.2 Kondisi Demografi
Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 Jiwa
yang terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut.
a. Kelurahan Bandar Buat : 14.839 jiwa dan 3753 KK
b. Kelurahan Padang Besi : 7.037 jiwa dan 1.448 KK
c. Kelurahan Indarung : 11.456 jiwa dan 2.885 KK
d. Kelurahan Koto Lalang : 6.843 jiwa dan 1.645 KK
e. Kelurahan Batu Gadang : 6.680 jiwa dan 1.591 KK
f. Kelurahan Baringin : 2.367 jiwa dan 322 KK
g. Kelurahan Tarantang : 2.540 jiwa dan 646 KK
19
3.2 Sarana Dan Prasarana
3.2.1 Sarana Kesehatan
Tabel 3.1 Kondisi Sarana dan Prasarana Puskesmas Lubuk Kilangan
Tahun 2014
NO JENIS SARANA
DAN
PRASARANA
JLH KONDISI
Baik Rusak
I SARANA
KESEHATAN
Ringan Sedang Berat
1 Puskesmas Induk 1 1
2 Puskesmas
Pembantu
Indarung 1 1
b. Batu Gadang 1 1
c. Baringin 1 1
d. Koto lalang 1 1
3 Rumah Dinas dokter 1 1
4 Rumah Dinas
Paramedis
1 1
5 Mobil Pukesmas
Keliling
1 1
6 Sepeda Motor 5 5
II SARANA
PENUNJANG
1 Komputer 2 1 1
2 Mesin Tik 2 1 1
3 Laptop 1 1
4 LCD/Infocus 1 1
Jumlah 17 12 2 2 1
20
: Posbindu
: Pustu
: Puskesmas
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014
3.2.2 Prasarana Kesehatan
2 Posyandu Balita : 43 Buah
3 Posyandu Lansia : 14 Buah
4 Kader Kesehatan : 164 Orang
5 Praktek Dokter Swasta : 5 orang
6 Praktek Bidan Swasta : 21 orang
3
2 1
4
7 6 5
KETERANGAN 1. KEL. BANDAR BUAT 2. KEL. PADANG BESI 3. KEL. INDARUNG 4. KEL. KOTO LALANG 5. KEL. BATU GADANG 6. KEL. BARINGIN 7. KEL. TARANTANG
21
3.3 Sasaran Pelayanan Kesehatan Umum
Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan
cakupan kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan berdasarkan perhitungan
statistik dan konversi dari DKK tahun 2014 sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jumlah Prakiraan Penduduk Sasaran Kesehatan Tahun 2014
Kelurahan Jumlah
Pddk Bayi Balita Bumil Bufas Remaja Apras Lansia
Bandar Buat 14403 288 1158 348 338 2548 542 1204
Padang Besi 7274 146 585 153 153 1287 274 603
Indarung 12096 222 891 266 262 1963 419 927
Koto Lalang 6972 140 560 148 141 1234 263 582
Batu Gadang 6901 138 555 141 120 1221 261 276
Baringin 2470 49 199 38 36 436 903 206
Tarantang 2690 55 217 40 40 480 101 228
Jumlah 51806 1038 4165 1140 1090 9169 1953 4331
Sumber : Data Sasaran program Kesehatan Kota Padang Tahun 2014
22
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Identifikasi Masalah
Proses identifikasi masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan
melalui analisis data sekunder dari Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan
tahun 2014, wawancara dengan kepala Puskesmas dan petugas kesehatan
pemegang program di Puskesmas Lubuk Kilangan. Dari 6 program pokok yang
dijalankan di Puskesmas Lubuk Kilangan, masih terdapat beberapa kesenjangan
antara pencapaian dengan target yang ditetapkan. Kesenjangan antara target dan
pencapaian di Puskesmas Lubuk Kilangan yang ditemui antara lain:
4.1.1 Program KIA dan KB
Target dan pencapaian program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas
Lubuk Kilangan pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:
23
Tabel 4.1 Target dan Capaian Program KIA-KB Tahun 2014
Program Sasaran Capaian Target %
Sasaran
%
Target
Selisih
Cakupan Linnakes yang
Berkompetensi
1090 715 1025 65.60% 94% -28.40%
Kunjungan Bumil K1 1140 993 1129 87% 99% -12%
Kunjungan Bumil K4 1140 917 1072 80.40% 94% -13.60%
Pelayanan Nifas 1 1090 715 981 65.60% 90% -24.40%
Pelayanan Nifas 3 1090 598 981 55% 90% -35%
Cakupan Maternal
Komplikasi ditangani
228 25 171 11% 75% -64%
Deteksi Kehamilan
Risiko Tinggi
225 113 169 45.30% 75% -29.70%
Kunjungan Neonatal 1 1077 717 969 69.07% 90% -20.93%
Kunjungan Neonatal 3 1077 600 969 57.80% 90% -32.20%
Cakupan Neonatal
Komplikasi ditangani
155 34 124 21.93% 80% -58.07%
Pelayanan Kesehatan
Bayi
1077 886 1012 82.26% 94% -11.74%
Pelayanan Kesehatan
Balita
4095 1733 3521 42.31% 86% -43.69%
Cakupan DDTK Bayi 1077 744 1012 69.08% 94% -34.92%
Cakupan DDTK Balita 4095 1968 3521 48.05% 86% -37.95%
Pelayanan Kesehatan
Apras
1953 1428 1680 73.11% 86% -12.89%
Cakupan DDTK Apras 1953 1433 1680 73.37% 86% -12.63%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014
Dari tabel di atas diketahui bahwa pencapaian Deteksi Kehamilan Risiko
Tinggi, Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani, dan Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak Bayi dan Balita yang memiliki kesenjangan terbsesar.
Pada dasarnya belum tercapainya target program Deteksi Kehamilan
Risiko Tinggi ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang
kehamilan risiko tinggi, oleh karena rendahnya pengetahuan masyarakat hal ini
menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk rutin memeriksakan
kehamilan ke layanan kesehatan terdekat. Selain itu, masih kurang efektifnya
usaha penyuluhan tentang kehamilan risiko tinggi ke masyarakat terutama ibu-ibu
24
di wilayah cakupan Puskesmas Lubuk Kilangan, baik melalui penyuluhan maupun
melalui penyebaran informasi melalui media-media seperti media elektronik,
poster maupun leaflet.
4.1.2 Program Kesehatan Lingkungan
Target dan pencapaian program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
Lubuk Kilangan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.2 Target dan Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Tahun
2014
Nama Program Item Sasaran Capaian Target
%
Capaian
%
Target Selisih
Survei Rumah 2096 1439 1782 68.65% 85%
-
16.35%
Sekolah Sehat 36 22 36 61.11% 100%
-
38.89%
TK 13 7 13 53.80% 100%
-
46.20%
SD 16 9 16 56.25% 100%
-
43.75%
SMP 4 3 4 75% 100% -25%
SMA 3 3 3 100% 100%
Tempat
Pengolahan
Makanan Sehat
Rumah
Makan 27 17 27 62.96% 100%
-
37.04%
Catering
/Tataboga 2 2 2 100% 100%
IRT 13 13 13 100% 100%
Warung
Kopi 17 17 17 100% 100%
Makanan
Jajanan 30 24 30 80% 100% -20%
Tempat-Tempat
Umum 108 76 32 70.37% 100%
-
29.63%
Depot Air Minum
Isi Ulang 26 5 26 19% 100% -81%
Tempat
Pembuangan
Sampah 1 1 1 100% 100%
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014
25
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kesenjangan antara target dan
pencapaian yang paling besar dalam program kesehatan lingkungan adalah
sekolah sehat.
Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program kesehatan
lingkungan di dapatkan kendala dalam pelaksanaan program, yaitu kurangnya
jumlah petugas kesehatan lingkungan, seperti pada survey perumahan, jumlah
sasaran 11.282 rumah sedangkan jumlah petugas kesehatan lingkungan di
Puskesmas Lubuk Kilangan hanya 2 orang.
4.1.3 Pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM)
Jumlah kasus penyakit Tidak Menular di Puskesmas Lubuk Kilangan
pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.3 Jumlah Kunjungan Penyakit Tidak Menular Tahun 2014
No. Jenis Penyakit Jumlah
Total Laki-laki Perempuan
1. Hipertensi 701 1487 2188
2. Rematik 695 1339 2034
3. Gastritis 655 1324 1979
4. Diabetes mellitus 20 62 82
5. Asma 167 181 348
6. Kelainan refraksi 107 142 249
7. Cephalgia 72 154 226
8. Vertigo 80 134 214
9. Penyakit jantung 59 55 114
Total 128 264 392
Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014
Dari tabel di atas, jumlah kunjungan pasien penyakit tidak menular pada
tahun 2014 adalah penyakit hipertensi.
Berdasarkan Data Balai Pengobatan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014,
jumlah kunjungan kasus lama tertinggi ada pada bulan Desember, yaitu sebanyak
232. Jumlah kasus baru terbanyak terdapat pada bulan Januari dan November,
yaitu sebanyak 67 kasus baru. Total kunjungan kasus lama hipertensi pada tahun
26
2014 adalah 1626 kasus, sedangkan jumlah kunjungan kasus baru sebanyak 466
kasus.
Pada tahun 2013 jumlah kasus lama hipertensi pada tahun 2013 adalah 932
kasus, sedangkan jumlah kunjungan kasus baru sebanyak 248 kasus.
Grafik 4.1 Gambaran Kunjungan Pasien Hipertensi tahun 2013-2014
Pada grafik 4.1 tampak gambaran peningkatan kasus hipertensi
berdasarkan perbandingan data tahun 2013 dan data tahun 2014. Peningkatan
kasus baru hipertensi yaitu sebesar 87,9%
Berdasarkan data pencapaian target dari program di Puskesmas Lubuk
Kilangan, masing-masing program memiliki subprogram yang kesenjangan yang
besar antara target dan pencapaiannya. Kesenjangan yang paling besar antara
target dan pencapaian dari masing-masing program puskesmas Lubuk Kilangan
dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
932
1626
248
466
1180
2092
0
500
1000
1500
2000
2500
2013 2014
lama
baru
total
27
Tabel 4.4 Daftar masalah masing-masing program di puskesmas Lubuk
Kilangan
No. Program Masalah
1 Promosi
Kesehatan
Rendahnya pencapaian PHBS RT khususnya indikator tidak
merokok
2 Kesehatan
Lingkungan
Rendahnya pencapaian Survei Perumahan
3 P2M Rendahnya angka penjaringan suspek TB
4 PTM Tingginya kejadian hipertensi
4 KIA & KB Rendahnya pencapaian kunjungan balita
5 Gizi Rendahnya pencapaian tablet Fe ibu nifas
4.2 Prioritas Masalah
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak
memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu
dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini
metode yang digunakan adalah Metode Hanlon. Dari masalah tersebut akan dibuat
Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Penentuan,
penjabaran, analisis, serta pemecahan prioritas masalah di Puskesmas Lubuk
Kilangan Padang dapat dilihat pada Tabel 4.9, dan Tabel 4.10.
Dalam penentuan prioritas masalah, metode yang digunakan adalah teknik
scoring dengan kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Urgensi merupakan tingkat masalah yang penting untuk diselesaikan
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
28
2. Kemungkinan intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
3. Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup mahal
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
Tabel 4.5 Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang
berdasarkan metode Hanlon
No Masalah U I B M Skor Ranking
1. Deteksi kehamilan risiko tinggi
yang rendah.
5 3 5 5 18 I
2. Cakupan komplikasi neonatal yang
ditangani rendah.
4 3 5 5 17 II
3. Sekolah sehat yang tidak tercapai. 3 4 5 5 17 IV
4. Deteksi dini tumbuh kembang anak
bayi dan balita yang tidak
mencapai target.
3 4 5 3 15 V
5. Pengelolaan kasus hipertensi yang
tidak optimal
5 3 4 5 17 III
Berdasarkan metode Hanlon didapatkan masalah yang menjadi prioritas di
Puskesmas Lubuk Kilangan adalah tingginya kejadian penyakit hipertensi.
29
Tabel 4.6 Penentuan Prioritas Masalah
No Masalah Indikator Alasan
1 Deteksi kehamilan
risiko tinggi yang
rendah
Urgensi Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan
yang dapat menyebabkan kematian pada ibu
atau/dan kematian dan kecacatan pada janin.
Capaian deteksi dini kehamilan risiko tinggi
pada Puskesmas Lubuk Kilangan hanya 113
(45.30%) dari sasaran sebanyak 225 orang.
Pada tahun 2014, jumlah kematian ibu di
wilayah kerja puskesmas tercatat sebanyak 3
orang dari 773 kelahiran hidup (Angka
Kematian Ibu = 400/100.000 kelahiran hidup).
Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan
Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Padang yang
hanya 84/100.000 kehiran hidup.
Intervensi Kemudahan intervensi tergantung pada tenaga
kesehatan dan karakteristik masyarakat. Pada
tahun 2014, rasio bidan : penduduk adalah 1 :
2.837 (36 bidan per 100.000). Jika
dibandingkan dengan target nasional tahun
2014, 75 bidan per 100.000, angka ini masih
rendah. Rasio dokter umum : penduduk adalah
1 : 6366.8 (16 dokter per 100.000). Kalau
dibandingkan dengan target nasional tahun
2014, 48 dokter per 100.000, angka ini sangat
rendah. Meskipun profil tingkat pendidikan
penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan tidak
dapat diketahui secara pasti, secara umum di
Kota Padang kelompok penduduk terbanyak
berdasarkan tingkat pendidikan adalah tamatan
SMU (33.45%). Sekitar 6% dari total penduduk
Kota Padang berada di Lubuk Kilangan.
Kelompok penduduk yang tidak pernah
menempuh pendidikan adalah 1% (57%-nya
adalah wanita). Sekitar 50% penduduk
Kecamatan Lubuk Kilangan berprofesi sebagai
buruh, 20% sebagai pegawai negeri, 15%
sebagai petani dan 15% sisanya adalah
wiraswasta. Cukup besarnya tingkat pekerjaan
tidak terdidik dan tidak terlatih berbanding
terbalik dengan tingkat pengetahuan
masyarakat. Tingkat pengetahuan yang rendah
30
akan lebih susah menerima suatu informasi
kesehatan.
Biaya Penganggaran biaya pengelolaan kesehatan
bayi , sekitar Rp8.000.000,00 (total anggaran
dana Kesehatan Ibu dan Anak adalah
Rp54.000.000,00)
Mutu Peningkatan pengelolaan deteksi kehamilan
risiko tinggi akan menurunkan komplikasi
maternal dan kematian yang ada sehingga dapat
mencapai MDG’s poin V.
2 Pelayanan kesehatan
bayi yang tidak
optimal
Urgensi Angka Kematian Bayi (AKB) di Kecamatan
Lubuk Kilangan pada tahun 2014 adalah 7 per
1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih
dibawah AKB di kota Padang sebesar 64 per
1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian
adalah pneumonia dan diare.
Intervensi Kemudahan intervensi tergantung pada tenaga
kesehatan dan karakteristik masyarakat
khusunya ibu. Pada tahun 2014, rasio bidan :
penduduk adalah 1 : 2.837 (36 bidan per
100.000). Jika dibandingkan dengan target
nasional tahun 2014, 75 bidan per 100.000,
angka ini masih rendah. Rasio dokter umum :
penduduk adalah 1 : 6366.8 (16 dokter per
100.000). Kalau dibandingkan dengan target
nasional tahun 2014, 48 dokter per 100.000,
angka ini sangat rendah. Meskipun profil
tingkat pendidikan penduduk Kecamatan
Lubuk Kilangan tidak dapat diketahui secara
pasti, secara umum di Kota Padang kelompok
penduduk terbanyak berdasarkan tingkat
pendidikan adalah tamatan SMU (33.45%).
Sekitar 6% dari total penduduk Kota Padang
berada di Lubuk Kilangan. Kelompok
penduduk yang tidak pernah menempuh
pendidikan adalah 1% (57%-nya adalah
wanita). Sekitar 50% penduduk Kecamatan
Lubuk Kilangan berprofesi sebagai buruh, 20%
sebagai pegawai negeri, 15% sebagai petani
dan 15% sisanya adalah wiraswasta. Cukup
besarnya tingkat pekerjaan tidak terdidik dan
tidak terlatih berbanding terbalik dengan
31
tingkat pengetahuan masyarakat. Tingkat
pengetahuan yang rendah akan lebih susah
menerima suatu informasi kesehatan.
Biaya Penganggaran biaya pelayanan kesehatan bayi
sudah cukup, sekitar Rp32.000.000,00 (total
anggaran dana Kesehatan Ibu dan Anak adalah
Rp54.000.000,00)
Mutu Keberhasilan intervensi akan menurunkan AKB
sehingga MDG’s IV.
3 Sekolah sehat yang
tidak tercapai
Urgensi Sekolah sehat merupakan bagian kerjasama
lintas program antara kesehatan lingkungan dan
kesehatan ibu dan anak. Capaian sekolah sehat
di Kecamatan Lubuk Kilangan cukup rendah
dengan rincian selisih target-capaian TK
38.89%, SD 46.20%, dan SMP 25%. Data
tahunan 2014 menunjukkan diare merupakan
penyakit peringkat 12 dari 15 penyakit
terbanyak di puskesmas (sekitar 151 kasus).
59.59% dari total kasus merupakan kelompok
usia 5—15 tahun, 27.81% usia 1—4 tahun,
12.6% <1 tahun, dan sisanya >15 tahun.
Besarnya angka kejadian diare pada kelompok
usia 5—15 tahun tentu akan menyebabkan
gangguan dalam proses belajar mengajar.
Intervensi Tingkat kemudahan intervensi yang dapat
dilakukan dipengaruhi oleh sumber daya dan
hubungan lintas sektor. Puskesmas Lubuk
Kilangan memiliki 2 orang ahli kesehatan
dengan jumlah sekolah 16 TK, 23 SD, dan 4
SMP, dan 1 unit puskeskel. Data tahunan 2014
sekitar 44.19% belum memenuhi standar
kesehatan. Dari paparan ketua puskesmas,
hubungan lintas sektor sudah cukup baik.
Biaya Anggaran biaya untuk pembinaan sekolah sehat
sudah cukup sekitar Rp5.000.000,00
Mutu Peningkatan sekolah sehat diharapkan dapat
menurunkan angka kejadian diare khususnya
usia sekolah.
4 Deteksi dini tumbuh
kembang (DDTK)
bayi dan balita tidak
mencapai target.
Urgensi Deteksi dini tumbuh kembang anak dinilai dari
SKDN (sasaran, jumlah bayi dan balita yang
mempunyai KMS, jumlah yang ditimbang, dan
jumlah dengan status gizi normal). Cakupan
32
DDTK bayi hanya 69.08% (-34.92% dari
target) dan DDTK balita hanya 48.05% (-
37.95% dari target). Jumlah yang ditimbang
dan memiliki KMS mencapai 61.90% (-
28.10%), dengan nilai normal dari seluruh yang
ditimbang 79% (-6% dari target). Jumlah
bawah garis merah hanya 1.7% (targetnya
<15%) dari total ditimbang. Dari data
pengobatan, terdapat 1879 kasus infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA) dan 20.76% nya adalah
bayi dan balita. Sesuai dengan konsep infeksi,
sistem imun yang rendah pada gizi kurang akan
berasosiasi dengan penyakit. Namun, perlu juga
diperhatikan tidak hanya faktor gizi yang
memegang peranan, masih terdapat faktor lain
seperti tingkat pencemaran udara di Kecamatan
Lubuk Kilangan juga akan berpengaruh
terhadap tingginya ISPA.
Intervensi Kemudahan intervensi yang dilakukan
tergantung dari tenaga kesehatan dan
karakteristik masyarakat. Terdapat 43 posyandu
(3 mandiri, 30 purnama, 10 madya) yang
tersebar di masing-masing kelurahan.
Meskipun profil tingkat pendidikan penduduk
Kecamatan Lubuk Kilangan tidak dapat
diketahui secara pasti, secara umum di Kota
Padang kelompok penduduk terbanyak
berdasarkan tingkat pendidikan adalah tamatan
SMU (33.45%). Sekitar 6% dari total penduduk
Kota Padang berada di Lubuk Kilangan.
Kelompok penduduk yang tidak pernah
menempuh pendidikan adalah 1% (57%-nya
adalah wanita). Sekitar 50% penduduk
Kecamatan Lubuk Kilangan berprofesi sebagai
buruh, 20% sebagai pegawai negeri, 15%
sebagai petani dan 15% sisanya adalah
wiraswasta. Cukup besarnya tingkat pekerjaan
tidak terdidik dan tidak terlatih berbanding
terbalik dengan tingkat pengetahuan
masyarakat. Tingkat pengetahuan yang rendah
akan lebih susah menerima suatu informasi
kesehatan.
33
Biaya Penganggaran biaya untuk DDTK bayi dan
balita mencapai Rp31.000.000. Selain itu, juga
terdapat dana tambahan dari Corporate Social
Responsibility (CSR) PT. Semen Padang yang
dialokasikan untuk biaya kader dan pemberian
makanan tambahan.
Mutu Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat
menurunkan angka bawah garis merah
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan
bayi dan balita.
5 Pengelolaan kasus
hipertensi yang tidak
optimal
Urgensi Kasus hipertensi merupakan kasus penyakit
menular terbanyak di wilayah kerja Puskesmas
Lubuk Kilangan dengan prevalensi sebanyak
2188 pada tahun 2014. Case Fatality Rate
akibat komplikasi hipertensi pada tahun yang
sama adalah 0.37%. Saat ini, Jumlah penduduk
berisiko misalnya lansia 9.3% (4.853 orang).
Sedangkan yang tercakup dengan program
yang sudah dijalankan hanya 55 orang dengan
jumlah posbindu hanya 2 dari 7 kelurahan.
Intervensi Kemudahan intervensi yang dilakukan
tergantung dari sumber daya dan karakteristik
masyarakat. Saat ini, puskesmas hanya
memiliki 2 orang dokter umum, 2 kader
posbindu, dan 1 pemegang tanggung jawab
penyakit tidak menular (PTM). Meskipun profil
tingkat pendidikan penduduk Kecamatan
Lubuk Kilangan tidak dapat diketahui secara
pasti, secara umum di Kota Padang kelompok
penduduk terbanyak berdasarkan tingkat
pendidikan adalah tamatan SMU (33.45%).
Sekitar 6% dari total penduduk Kota Padang
berada di Lubuk Kilangan. Kelompok
penduduk yang tidak pernah menempuh
pendidikan adalah 1% (57%-nya adalah
wanita). Sekitar 50% penduduk Kecamatan
Lubuk Kilangan berprofesi sebagai buruh, 20%
sebagai pegawai negeri, 15% sebagai petani
dan 15% sisanya adalah wiraswasta. Cukup
besarnya tingkat pekerjaan tidak terdidik dan
tidak terlatih berbanding terbalik dengan
tingkat pengetahuan masyarakat. Tingkat
34
pengetahuan yang rendah akan lebih susah
menerima suatu informasi kesehatan
Biaya Penganggaran biaya untuk program PTM
adalah Rp 1.200.000,00.
Mutu Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat
menurunkan prevalensi penyakit hipertensi dan
menurunkan kematian akibat komplikasi
hipertensi.
4.3 Analisis Sebab dan Akibat Masalah
Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya
pengidentifikasian, analisis, dan upaya pemecahan masalah rendahnya deteksi dini
kehamilan risiko tinggi di wilayah kerja Lubuk Kilangan. Setelah melakukan
observasi langsung, diskusi dan wawancara dengan petugas puskesmas serta
melihat dari laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, maka didapatkan
beberapa penyebab masalah yang mendasari belum optimalnya pelayanan deteksi
kehamilan risiko tinggi di wilayah kerja Lubuk Kilangan sebagai berikut:
1. Manusia
a. Kuantitas
Tenaga kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat sebanyak 60
orang. Yang terdiri dari :
35
Tabel 4.8 Kondisi Ketenagaan Puskesmas Lubuk Kilangan
No Jenis Ketenagaan Jumlah Status Kepeg
1 Dokter 3 2 PNS, 1 pddk
2 Dokter Gigi 3 PNS
3 Sarjana Kesmas 4 PNS
4 Sarjana Keperawatan 1 PNS
5 Rekam Medik 1 PNS
6 D4 Kebidanan 5 PNS
7 D3 Keperawatan 4 PNS
8 D3 Kebidanan 11 10 PNS, 1 PPT
9 D3 Gizi 1 PNS
10 D3 Teknisi Gigi 2 PNS
11 Bidan ( DI ) 6 4 PNS, 2 PPT
12 Perawat ( SPK ) 6 PNS
13 AAK & Analis Kimia 2 PNS
14 Ass. Apoteker 2 PNS
15 SMA 6 5 PNS, 1 Honor
16 Perawat Gigi 1 PNS
17 D4 Kesling & D3 Kesling 2 PNS
JUMLAH 60
Dari Tabel di atas dapat disimpulakan rasio bidan : penduduk yang masih
rendah yaitu sebanyak 36 per 100.000 penduduk dari target nasional 75 bidan per
100.000 penduduk. Demikian juga dengan rasio dokter umum : penduduk masih
rendah yaitu sebanyak 16 dokter per 100.000. Dibandingkan dengan target
nasional, 48 dokter per 100.000 penduduk
b. Kualitas
1) Tingkat pendidikan tenaga kesehatan
36
Berdasarkan Tabel 4.12 dan data personil Puskesmas Lubuk Kilangan
tahun 2015, tenaga kesehatan yang berpendidikan D3, D4, dan S1
sebanyak 51.67 %.
2) Motivasi dan semangat kerja yang kurang pada tahun 2014
dikarenakan suasana puskesmas yang tidak kondusif dan masalah
internal puskesmas. Hal ini dapat disimpulkan Laporan Tahunan
2014 dan wawancara dengan pemegang program di Puskesmas
Lubuk Kilangan.
3) Berdasarkan observasi dan wawancara dengan petugas Puskesmas
kurangnya keterampilan untuk mengoperasikan sistem pelaporan
berbasis teknologi. Sehingga pencatatan data tentang kunjungan ibu
hamil masih manual padahal setiap ruangan sudah mempunyai
komputer. Sehingga juga sulit untuk melakukan evaluasi.
2. Biaya
Terdapat alokasi dana yang cukup dari BOK yaitu sebanyak 60% dari
total BOK dianggarkan untuk program pokok yaitu MDG’s termasuk
didalamnya KIA. Jumlah dana yang dianggarkan yaitu sebanyak Rp.
54.000.000,- pertahunnya. Penganggaran biaya pengelolaan kesehatan bayi
sekitar Rp8.000.000,-. Berdasarkan laporan BOK tahun 2014, dana yang
dianggarkan untuk KIA mencukupi kebutuhan. Selain itu, Puskesmas Lubuk
Kilangan juga mendapatkan bantuan CSR dari PT. Semen Padang.
3. Material
37
1) Dilihat dari Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2014 dan
wawancara dengan pemegang program, masih kurangnya peralatan
penunjang pelayanan di KIA.
2) Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti majalah dinding,
poster, dan leaflet tentang risiko tinggi pada ibu hamil. Hal ini dapat
dilihat dari observasi langsung di Puskesmas Lubuk Kilangan dan
wawancara dengan pemegang program.
- Poster yang terdapat di dalam ruangan KIA Puskesmas Lubuk Kilangan
kurang menarik dan tulisannya kecil-kecil
- Leaflet mengenai kehamilan risiko tinggi tidak ada di KIA ataupun di
stand tempat leaflet
3) Tidak ada format khusus pelaporan dan pencatatan deteksi dini kehamilan
risiko tinggi dari Bidan Praktek Swasta (BPS) dan kunjungan langsung ke
puskesmas yang menyebabkan sulitnya evaluasi terhadap deteksi dini
kehamilan risiko tinggi di puskesmas. Hal ini terlihat dari observasi
rekapitulasi data kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan
tahun 2014.
4. Metode.
1) Kurangnya peserta pada kelas ibu hamil karena banyak yang kerja dan
mengasuh anak. Kegiatan door to door juga sudah dilakukan oleh pihak
puskesmas tetapi jumlah kunjungan masih tidak meningkat. Hal ini
disimpulkan dari wawancara dengan penanggung jawab program KIA.
2) Penyuluhan mengenai kehamilan risiko tinggi masih belum optimal.
38
Penyuluhan dilakukan didalam gedung terdiri dari penyuluhan saat kelas
bumil, kunjungan berkala bumil, dan penyuluhan bekerjasama dengan
lintas program promosi kesehatan. Berdasarkan Laporan Tahunan 2014,
penyuluhan tentang KIA tidak ada. Selain itu, penyuluhan di luar gedung
juga tidak optimal dan tidak ada pecatatannya.
Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 35 pasien yang berkunjung
ke Puskesmas, sebanyak 28 orang menjawab belum pernah mendapat
penyuluhan tentang kehamilan risiko tinggi dan hanya 7 orang yang
menjawab sudah pernah. Dari 7 orang yang menjawab sudah pernah,
hanya 4 orang yang mendapat penyuluhan di Puskesmas, 1 orang
mendapatkan penyuluhan ketika berobat dan 2 orang mendengar ditempat
lain.
Gambar 4.3 Diagram Penyuluhan Mengenai Kehamilan Risiko Tinggi
20%
80%
Responden
Pernah
Tidak pernah
39
Gambar 4.4 Diagram Tempat Penyuluhan Mengenai Kehamilan Risiko
Tinggi
Berdasarkan riset sederhana yang telah dilakukan, didapatkan hanya sedikit
masyarakat yang sudah pernah mendapat penyuluhan tentang kehamilan
risiko tinggi. Hal ini menunjukan bahwa Puskesmas Lubuk Kilangan masih
belum memaksimalkan penyuluhan baik di dalam gedung maupun di luar
gedung Puskesmas.
5. Lingkungan
1. Perilaku masyarakat
a. Kurangnya kunjungan pemeriksaan / kontrol ibu hamil setiap bulan.
Berdasarkan Laporan Tahunan 2014 kunjungan K1 dan K4 ibu hamil
masih belum mencapai targetnya yaitu 99%.
b. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan risiko
tinggi, sehingga masih ada masyarakat yang tidak rutin memeriksakan
kehamilannya dan tidak tahu bagaimana menjaga kehamilan yang
berisiko tinggi agar tetap sehat dan tidak jatuh ke komplikasi.
62% 16%
22%
Responden
Puskesmas
Ketika berobat
Lain-lain
40
29%
71%
Responden
Tahu
Tidak Tahu
Dari 35 responden yang diberikan kuesioner, terdapat 10 orang
yang mengetahui apa itu kehamilan risiko tinggi dan 25 orang tidak
tahu. Selain itu, masyarakat yang bisa menyebutkan satu hal yang
termasuk kehamilan risiko tinggi sebanyak 9 orang dan 26 orang tidak
tahu.
Gambar 4.2 Diagram Tingkat Pengetahuan Mengenai
Kehamilan Risiko Tinggi
2. Penyuluhan tentang risiko tinggi
Kurang kondusifnya suasana saat melakukan penyuluhan kelompok
ataupun masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung.
Penyuluhan di dalam gedung dilakukan di ruang tunggu sehingga banyak
masyarakat yang tidak memperhatikan dan kurang tercapainya sasaran.
Untuk penyuluhan di luar gedung dilakukan di posyandu, suasana yang
ramai dan tidak nyaman juga tidak kondusif saat melakukan penyluhan.
Selain itu, belum ada jadwal khusus penyuluhan di posyandu. Hal ini
didapat dari pengamatan di lokasi dan wawancara dengan pemegang
program KIA Puskesmas Lubuk Kilangan.
41
Untuk menunjukkan hubungan sebab akibat, maka dibuat diagram sebab
akibat (diagram Ischikawa) sebagai berikut :
4.4
4.5
4.6
Rendahnya
Deteksi Dini
Kehamilan
Risiko Tinggi di
Puskesmas
Lubuk
Kilangan
Manusia Lingkungan
Kuantitas
1) rasio bidan :
penduduk yang
masih rendah yaitu
sebanyak 36 per
100.000
2) rasio dokter
umum : penduduk
masih rendah yaitu
sebanyak 16
dokter per 100.000
Kualitas
- Tenaga
kesehatan yang
berpendidikan
D3, D4, dan S1
sebanyak 51.67
%.
- Motivasi dan
semangat kerja
yang kurang
pada tahun
1) Perilaku
Masyarakat
- Kurangnya
kunjungan
- Kurangnya
pengetahuan
risiko tinggi
Material
Tidak ada
format khusus
pelaporan dan
pencatatan
Penyuluhan
mengenai
kehamilan risiko
tinggi masih
belum optimal.
Metode
Kurangnya
peralatan
penunjang
pelayanan di
KIA.
Gambar 4.6 Diagram Ischikawa
Media informasi
seperti papan
informasi, poster,
pamflet, dan
leaflet tentang
kehamilan risiko
tinggi masih
kurang
sebulan
2) Susasana
yang kurang
kondusif di
lokasi
penyuluhan
Biaya
Terdapat
alokasi dana
yang cukup
dari BOK
42
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Manusia
1. Rasio tenaga kesehatan dengan:jumlah penduduk masih kurang
Rencana: Mengajukan permohonan penambahan tenaga kesehatan ke DKK
Padang
Pelaksana: Kepala Puskesmas
Sasaran: DKK Padang
Pelaksanaan: Mendata berapa jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan,
kemudian
Waktu: Pada saat jadwal mutasi pegawai dan penentuan anggaran satu tahun ke
depan
Target: Ratio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk
2. Motivasi dan semangat kerja yang kurang pada tahun 2014
Rencana : Mengadakan Pertemuan dengan Petugas tenaga Kesehatan
Puskesmas Lubuk Kilangan untuk memperjelas tugas dan kewajiban masing-
masing dalam hal pengendalian hipertensi
Pelaksana : Kepala Puskesmas
Sasaran : Petugas tenaga Kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan
Pelaksanaan : pertemuan dihadiri oleh pemegang program PTM,
program gizi, program promkes, BP, dan dokter Puskesmas Lubuk Kilangan
Waktu : dilakukan setiap 6 bulan sekali
Target :Petugas tenaga kesehatan merujuk semua pasien hipertensi
ke pojok gizi di Puskesmas Lubuk Kilangan dan memberikan nasehat serta
edukasi kepada pasien risiko tinggi hipertensi dan hipertensi
43
3. Kurangnya keterampilan untuk mengoperasikan sistem pelaporan berbasis
teknologi.
Rencana : Memberikan pelatihan kepada staf tenaga kesehatan di
Puskesmas dalam penggunaan teknologi informasi yang sudah ada seperti
komputer, internet, dan lain-lain.
Pelaksana : Kepala Puskesmas bekerja sama dengan lintas sektor
Sasaran : Staf petugas kesehatan di Puskesmas
Waktu : Dilakukan pada bulan April 2015
Pelaksanaan : Bekerjasama dengan lintas sektor untuk mengadakan pelatihan
dan menganggarkan dana untuk pelatihan tersebut.
Target : Seluruh petugas kesehatan mampu mengoperasikan pencatatan
dan pelaporan berbasis teknologi.
Biaya
Penganggaran biaya pengelolaan kesehatan bayi sekitar Rp8.000.000,-.
Berdasarkan laporan BOK tahun 2014, dana yang dianggarkan untuk KIA
mencukupi kebutuhan.
Metode
1) Kurangnya peserta pada kelas ibu hamil
Rencana : Menarik perhatian Ibu hamil dengan pemberian bingkisan
tambahan dan lebih aktif, bekerja sama dengan lintas sektoral
Pelaksana : Pemegang program dan
Sasaran : Ibu hamil dan lintas sektoral
Pelaksanaan : Mengajukan kerja sama dengan lintas sektoral seperti lurah/camat
44
Target : Meningkatnya peserta ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil
per kelurahan 10% setiap bulan.
2) Penyuluhan mengenai kehamilan risiko tinggi masih belum optimal
Rencana : Membuat jadwal khusus dengan materi yang mencakup KIA,
meenemukan inovasi teknik penyuluhan sehingga lebih menarik perhatian
masyarakat.
Pelaksana : Pemegang Program
Sasaran :Masyarakat yang berobat, ibu hamil, dan wanita usia produktif.
Pelaksanaan : Membuat jadwal dan melakukan perhitungan peserta penyuluhan
setiap kegiatan.
Target : Meningkatnya peserta penyuluhan dan berkurangnya risiko tinggi
pada ibu hamil yang dapat diketahui dari ANC
Material
1) Masih kurangnya peralatan penunjang pelayanan di KIA.
Rencana : Mendata peralatan penunjang yang masih kurang di KIA
Pelaksana : Kepala Puskesmas
Sasaran : Penanggung jawab program KIA
Pelaksanaan : Dilakukan pendataan peralatan penunjang yang masih belum
memadai di BP KIA, mengevaluasi alat penunjang yang dibutuhkan, dan
menganggarkan dana untuk pengadaan peralatan tersebut.
2) Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti majalah dinding,
poster, dan leaflet tentang risiko tinggi pada ibu hamil. Rencana :
penyebaran leaflet tentang hipertensi
45
Rencana : Membuat leaflet tentang kehamilan risiko tinggi, menambah
jumlah poster dan membuat video layanan masyarakat tentang kehamilan risiko
tinggi.
Pelaksana : petugas promkes, BP KIA, dokter muda IKM
Sasaran : pengunjung puskesmas terutama ibu hamil dan wanita usia
produktif yang sudah menikah
Pelaksanaan : Pembuatan leaflet dan majalah dinding tentang kehamilan risiko
tinggi dan diletakan di stand leaflet di ruang tunggu. Selain itu, juga advokasi ke
Dinas Kesehatan Kota untuk memberikan poster-poster tentang ibu hamil dan
juga bekerjasama dengan dokter muda untuk membuat video layanan masyarakat
tentang kehamilan risiko tinggi.
Target : Tersedianya leaflet tentang kehamilan risiko tinggi di stand
leaflet, penambahan poster tentang ibu hamil di ruang KIA dan terdapatnya video
layanan masyarakat tentang kehamilan risiko tinggi minimal satu video.
3) Tidak ada format khusus pelaporan dan pencatatan deteksi kehamilan risiko
tinggi dari Bidan Praktek Swasta (BPS) dan kunjungan.
Rencana : Membuat format khusus pelaporan dan pencatatan deteksi
kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil yang kontrol ke BPS ataupun kunjungan
ke Puskesmas.
Pelaksana : Pemegang program KIA
Sasaran : BPS dan staf tenaga kesehatan bagian KIA
Pelaksanaan : Format khusus yang sudah dibuat diberikan ke BPS dan
dikumpulkan ke Puskesmas untuk selanjutnya didata dan mengevaluai risiko
tinggi apa saja yang paling banyak dan ditindak lanjuti agar tidak jatuh ke
46
komplikasi. Selain itu, juga dilakukan tindakan preventif untuk mencegah
meningkatnya risiko tinggi tersebut.
Target : Format laporan yang sudah dibuat rutin diisi dan dievaluasi setiap
bulan oleh Puskesmas.
Lingkungan
1) Perilaku masyarakat
a. Kurangnya kunjungan pemeriksaan / kontrol ibu hamil setiap bulan.
Rencana : Meningkatkan peran BPS dengan bekerjasama melakukan
skrining ibu hamil di daerah sekitar praktek bidan swasta. Selain itu, juga
bekerjasama dengan lintas sektor.
Pelaksana : Penanggung jawab program KIA
Sasaran : BPS, lintas sektor, kader
Pelaksanaan : Melakukan pertemuan rutin dengan BPS setiap bulan dan
mewajibkan setiap bidan untuk menargetkan minimal ada 4 ibu hamil yang
berkunjung ke tempat praktek BPS. Untuk kerjasama lintas sektor, KIA
bekerjasama dengan KUA untuk mendata wanita produktif yang baru menikah
dan dalam jangka tertentu mendata ibu hamil dan segera dianjurkan untuk
memeriksakan kehamilannya.Selain itu, bekerjasama dengan kader setiap
bulan untuk mendata ibu hamil yang berada di lingkungan kader tersebut.
Target : Capaian kunjungan ibu hamil K1 dan K4 mencapai 99% dan
risiko tinggi diketahui secara dini dan ditindak lanjut.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan risiko tinggi
Rencana : Membuat jadwal rutin penyuluhan setiap bulan didalam gedung
maupun diluar gedung secara interpersonal, kelompok, ataupun masyarakat
47
yang berkunjung ke puskesmas atau BPS dan bekerjasama dengan kader di
setiap wilayah binaan. Dan melakukan evaluasi dengan memberikan kuesioner
ke masyarakat yang sudah diberikan penyuluhan.
Pelaksana : Penanggung jawab program KIA
Sasaran : BPS, kader, ibu hamil dan wanita usia produktif, masyarakat
Pelaksanaan: Melakukan penyuluhan didalam gedung dengan media yang
lebih menarik tidak hanya terfokus di puskesmas dan posyandu tapi
bekerjasama dengan kader melakukan kunjungan ke rumah ibu hamil.
Waktu : Pada minggu pertama bulan April dan dilakukan evaluasi setelah
3 bulan
Target : Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan risiko
tinggi dengan terdapatnya perbedaan jawaban pada kuesioner pre dan post
penyuluhan
2. Kurang kondusifnya suasana saat melakukan penyuluhan tentang risiko tinggi
Rencana : Mencari ruangan yang lebih kondusif
Pelaksana : Pemegang Program
Sasaran : Penanggung jawab Promkes, masyarakat, kader
Pelaksanaan : Memindahkan ruang tunggu ke ruang tengah yang memiliki
fasilitas untuk memutarkan video
Target : Bertambahnya peserta penyuluhan.
48
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM
5.1.Persiapan
Pada tahap ini dilakukan rapat internal pemegang program dengan
pimpinan Puskesmas untuk mengevaluasi pengelolaan penyakit hipertensi secara
terpadu di Puskesmas Lubuk Kilangan. Upaya untuk meningkatkan pengelolaan
tersebut akan diarahkan kepada:
1. Penyuluhan dan konseling mengenai hipertensi
2. Membina petugas kesehatan dan kader untuk lebih persuasif dalam
mengajak masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah, bagi yang
berisiko tinggi serta pasien hipertensi untuk datang ke puskesmas di hari
hipertensi puskesmas
3. Mengadakan hari hipertensi puskesmas yang dilaksanakan pada hari rabu
minggu pertama setiap bulannya
4. Pengadaan kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi, seperti senam
hipertensi
5. Pengadaan poster dan pamflet tentang hipertensi
6. Pojok gizi di Puskesmas
7. Pengadaan buku sehat hipertensi
8. Pembentukan kelompok atau komunitas hipertensi yang diprakarsai oleh
kader dan tokoh masyarakat per masing masing kelurahan
49
5.2. Tahap Pelaksanaan
5.2.1 Penyuluhan dan konseling mengenai hipertensi
Penyuluhan dan konseling mengenai hipertensi dilaksanakan oleh
petugas program promkes, gizi, dan kader. Kegiatan penyuluhan dapat
dilakukan di dalam dan luar gedung. Sasaran dari program ini adalah
masyarakat risiko tinggi hipertensi dan pasien hipertensi. Penyuluhan di
Posyandu lansia dan Posbindu sekali 1 bulan.
Penyuluhan di dalam gedung dilakukan di ruang tunggu pada saat hari
hipertensi, penyuluhan 1 kali dalam 1 bulan setiap minggu I dimulai bulan
Maret 2015. Persiapan yang dilakukan sebelum penyuluhan adalah
memberikan pengumuman kepada masyarakat melalui kader, pengumuman
di mesjid, menyediakan absen, dan menyiapkan materi penyuluhan.
5.2.2 Membina petugas kesehatan dan kader mengajak masyarakat untuk terlibat
pada hari hipertensi
Pelatihan dilakukan setiap 6 bulan sekali, dengan tujuan membina
kader agar lebih proaktif dalam mengajak masyarakat terutama yang
beresiko tinggi hipertensi dan masyarakat hipertensi untuk datang ke
puskesmas setiap hari hipertensi.. Masing-masing posyandu mengutus
minimal dua orang kadernya. Pelatihan dilakukan oleh petugas puskesmas,
dengan pelatihan kader ini maka akan terbentuk konselor hipertensi dalam
menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan
resiko hipertensi dan masyarakat hipertensi. Targetannya setiap kader
perposyandu dapat memantau masyarakat hipertensi. Pelatihan ini dilakukan
pada minggu II Bulan Maret 2015, minggu II bulan Agustus 2015. Kader
50
aktif mengimbau masyarakat melakukan pengukuran tekanan darah di
posyandu lansia, posbindu dan puskesmas sebagai skrinig hipertensi. Pada
masyarakat yang didapatkan hipertensi dan berisiko hipertensi kader
mengajak masyarakat tersebut untuk datang ke hari hipertensi puskesmas
yaitu setiap hai rabu minggu pertama tiap bulannya.
5.2.3 Mengadakan hari hipertensi puskesmas yang dilaksanakan pada hari rabu
minggu pertama setiap bulannya
Pengadaan hari hipertensi bertujuan agar penanganan pasien
hipertensi dapat dilaksanakan secara terpadu dalam 1 hari dan efektif
mencakup banyak pasien hipertensi sekaligus.
Kegiatan ini bekerja sama dengan berbagai bidang yang ada di
puskesmas yaitu BP, BP lansia, promkes, gizi, laboratorium. Hari hipertensi
dilaksanakan pada hari rabu minggu pertama setiap bulannya.
Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Hari Hipertensi Puskesmas Lubuk Kilangan
Waktu Kegiatan Pelaksana Jadwal
07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam
puskesmas
Bulan pertama
08.00-08.30 Penyuluhan tentang
cara hidup sehat
dengan hipertensi
Pemegang
program Promkes
08.30-09.30 Pemeriksanan
tekanan darah dan
berat badan
Penanggung jawab
BP
09.30-10.00 Pemeriksaan labor
terhadap gula darah
dan kolesterol
Petugas labor
10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang
51
program gizi
10.30-11.30 Konseling
kesehatan dan
pemberian obat
hipertensi untuk 1
bulan sesuai
indikasi
Dokter puskesmas
07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam
puskesmas
Bulan kedua
08.00-08.30 Penyuluhan tentang
faktor resiko
hipertensi
Pemegang
program Promkes
08.30-09.30 Pemeriksanan
tekanan darah dan
berat badan
Penanggung jawab
BP
09.30-10.00 Pemeriksaan labor
terhadap gula darah
dan kolesterol
Petugas labor
10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang
program gizi
10.30-11.30 Konseling
kesehatan dan
pemberian obat
hipertensi untuk 1
bulan sesuai
indikasi
Dokter puskesmas
07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam
puskesmas
Bulan ketiga
08.00-08.30 Penyuluhan tentang
komplikasi
hipertensi
Pemegang
program Promkes
08.30-09.30 Pemeriksanan
tekanan darah dan
berat badan
Penanggung jawab
BP
52
09.30-10.00 Pemeriksaan labor
terhadap gula darah
dan kolesterol
Petugas labor
10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang
program gizi
10.30-11.30 Konseling
kesehatan dan
pemberian obat
hipertensi untuk 1
bulan sesuai
indikasi
Dokter puskesmas
07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam
puskesmas
Bulan keempat
08.00-08.30 Penyuluhan tentang
cara diet yang baik
untuk pasien
hipertensi
Pemegang
program Gizi
08.30-09.30 Pemeriksanan
tekanan darah dan
berat badan
Penanggung jawab
BP
09.30-10.00 Pemeriksaan labor
terhadap gula darah
dan kolesterol
Petugas labor
10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang
program gizi
10.30-11.30 Konseling
kesehatan dan
pemberian obat
hipertensi untuk 1
bulan sesuai
indikasi
Dokter puskesmas
07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam
puskesmas
Bulan kelima
08.00-08.30 Penyuluhan tentang
managemen
Pemegang
program Promkes
53
psikologi hipertensi
08.30-09.30 Pemeriksanan
tekanan darah dan
berat badan
Penanggung jawab
BP
09.30-10.00 Pemeriksaan labor
terhadap gula darah
dan kolesterol
Petugas labor
10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang
program gizi
10.30-11.30 Konseling
kesehatan dan
pemberian obat
hipertensi untuk 1
bulan sesuai
indikasi
Dokter puskesmas
Dst
5.2.4 Pengadaan kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi, seperti senam
hipertensi
Kegiatan keolahragaan berupa senam hipertensi yang dilaksanakan
setiap rabu pagi pukul 07.30 – 08.30 WIB di lapangan puskesmas Lubuk
Kilangan yang dipimpin oleh instruktur senam.
5.2.5 Pengadaan poster dan tempat leaflet tentang hipertensi
Program ini akan menyediakan media promosi seperti poster, leaflet
dan brosur tentang hipertensi. Media promosi yang ditampilkan berupa
informasi dari berbagai bidang seperti gizi hipertensi, aktifitas fisik pada
pasien hipertensi, manajemen stress, dan pentingnya pengukuran tekanan
darah dan berobat secara teratur. Diharapkan dengan adanya media promosi
54
ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi dan
pencegahan komplikasi.
Kegiatan ini dimulai dari pengumpulan materi untuk leaflet dan
poster, pembuatan poster dan leaflet, pembuatan tempat leaflet, penempelan
poster, dan pembagian leaflet. Kegiatan pembuatan tempat leaflet dilakukan
minggu pertama bulan Februari, pembuatan poster dan leaflet dilakukan pada
minggu ke 4 bulan Februari 2015.
5.2.6 Pojok Gizi di Puskesmas
Setelah pasien melakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan
kolesterol kemudian pasien hipertensi dan berisiko hipertensi dikonsulkan ke
pojok gizi pada setiap hari hipertensi supaya dapat mengatur pola makan
sesuai hasil pemeriksaan tersebut dan mengetahui makannan apa saja yang
dianjurkan dan dihindari pada pasien hipertensi.
5.2.7 Pengadaan buku sehat hipertensi
Buku sehat hipertensi adalah buku pegangan pasien hipertensi yang
berisi pengenalan hipertensi secara umum, pengenalan hipertensi yang berisi
dan cara hidup sehat untuk pasien hipertensi. Pada buku ini juga terdapat
bagian kontrol yang akan berisikan kolom hasil pemeriksaan tekanan darah,
berat badan, pemeriksaan gula darah, kolesterol, hasil konsul dengan dokter
atau bidang lain yang terkait. Pada bagian berikutnya, buku ini juga terdapat
bagian pengontrolan pola pola diet pasien, berupa daftar menu makana pasien
hipertensi.
5.2.8 Pembentukan kelompok atau komunitas hipertensi yang diprakarsai oleh
kader dan tokoh masyarakat per masing masing kelurahan
55
Tahap ini dimulai dengan sosialisasi komunitas hipertensi di
puskesmas. Sosialisasi ini melibatkan semua petugas puskesmas, camat,
lurah, kepala RT/RW, tokoh masyarakat, kader posyandu, dan masyarakat.
Ini dilakukan pada minggu ke IV bulan Maret 2015.
Program yang akan dilakukan adalah :
Tokoh masyarakat dan kader meenghimbau kepada masyarakat yang
hipertensi dan yang berisiko hipertemnsi untuk membentuk suatu
komunitas dimana dalam komunitas ini masyarakat dapat saling berbagi
informasi pengalaman mengenai hipertensi dan saling memotivasi antar
sesama. Pertemuan rutin sesuai kesepakatan anggota komunitas.
5.3.Tahap Monitoring dan Evaluasi
Tahap ini bertujuan mengetahui kesuksesan jalannya kegiatan. Monitoring
dilakukan rutin setiap bulan setelah pelaksanaan program. Tahap evaluasi
bertujuan menilai apakah upaya pengelolaan hipertensi terpadu berjalan dengan
maksimal untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang ditemukan dalam
pelaksanaan kegiatan tersebut dan mencari solusinya. Evaluasi dilakukan
berdasarkan target pencapaian dan alat ukur yang telah ditentukan. Monitoring
dan evaluasi ini dilakukan oleh petugas PTM promkes, Gizi, BP, BP lansia, dan
labor dari Puskesmas Lubuk Kilangan. Selanjutnya dilakukan pelaporan dari
program yang telah dilaksanakan dan dilakukan pelaporan ke pimpinan
puskesmas.
56
Tabel 5.2 Tabel Indikator Keberhasilan Penyuluhan dan konseling mengenai
hipertensi
No
Kegiatan
Indikator keberhasilan
Sumber
Dana
Penanggung
Jawab Jumlah
peserta
Jumlah
kegiatan
1
Penyuluhan
Mengenai
hipertensi
Semua pasien
hipertensi
yang
berkunjung ke
puskesmas
sekali
dalam satu
bulan
Puskesmas Petugas
Promosi
Kesehatan,
gizi, dan
Kader
Tabel 5.3 Tabel Indikator Keberhasilan Pelatihan Kader
No
Kegiatan
Indikator keberhasilan
Sumber
Dana
Penanggung
Jawab Jumlah kader Jumlah
kegiatan
1
Membina petugas
kesehatan dan kader
mengajak
masyarakat untuk
terlibat pada hari
hipertensi
14 orang 2 kali
pertemuan
dalam satu
tahun
Puskesmas Petugas
Promosi
Kesehatan
Tabel 5.5 Tabel Indikator mengadakan hari hipertensi
No Kegiatan Indikator
Keberhasilan
Sumber
Dana
Penanggung
Jawab
1. Mengadakan
hari hipertensi
Terlaksana program
setiap bulannya
Pasien hipertensi
yang mengikuti
program minimal 15
orang
Puskesmas Kepala
puskesmas
Tabel 5.6 Tabel Indikator kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi
No
Kegiatan
Indikator keberhasilan
Sumber
Dana
Penanggung
Jawab Jumlah
peserta
Jumlah
kegiatan
1
kegiatan
keolahragaan
untuk pasien
hipertensi
Minimal 20
orang
Setiap
hari rabu/
minggu
Puskesmas Promkes
57
Tabel 5.7 Tabel Indikator pengadaan media promosi
No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber
Dana
Penanggung
Jawab
1
Pengadaan media
promosi
Terdapat poster dan
leaflet di puskesmas
Lubuk Kilangan
Puskesmas Promkes
Tabel 5.8 Tabel Indikator pojok gizi hipertensi
No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber
Dana
Penanggung
Jawab
1
Pojok gizi
hipertensi
Minimal 20 setiap hari
hipertensi
Puskesmas Gizi
Tabel 5.9 Tabel Indikator buku sehat hipertensi
No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber
Dana
Penanggung
Jawab
1
Buku sehat
hipertensi
Setiap pasien hipertensi yang
berkunjung ke puskesmas
memiliki buku sehat
hipertensi yang dibawa setiap
kunjungan
Puskesmas promkes
Tabel 5.10 Tabel Indikator komunitas hipertensi
No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber
Dana
Penanggung
Jawab
1
Komunitas
hipertensi
Terbentuk komunitas
hipertensi minimal 1 setiap
keluarahan
Melakukan pertemuan rutin
minimal 3 kali setahun
swadaya Kader dan
tokoh
masyarakat
58
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan makalah ini adalah pengelolaan penyakit hipertensi di wilayah
kerja Puskesmas Lubuk Kilangan masih belum optimal sehingga angka kejadian
penyakit hipertensi masih tinggi.
Masalah atas tingginya kasus hipertensi di wilayah Puskesmas Lubuk
Kilangan disimpulkan dalam poin berikut.
1. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian kasus
hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, yaitu:
1) Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi,
penatalaksanaan hipertensi, seperti perubahan pola hidup dan
minum obat teratur, komplikasi hipertensi bila tidak patuh minum
obat
2) Kebiasaan masyarakat yang belum menjalankan pola hidup sehat
dan diet hipertensi
3) Belum optimalnya kinerja kader untuk mengajak masyarakat ke
Posbindu dan menjaring masyarakat berisiko tinggi hipertensi.
4) Edukasi petugas kesehatan terhadap pasien hipertensi kurang
5) Kurangnya pemanfaatan pojok gizi hipertensi dan media informasi,
seperti leaflet dan poster mengenai hipertensi
6) Penyuluhan mengenai hipertensi masih belum optimal
7) Belum adanya program khusus Puskesmas Lubuk Kilangan terkait
penatalaksanaan penderita hipertensi secara terpadu. Hal ini
59
didapat dari wawancara dengan petugas Puskesmas dan laporan
tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan.
8) Klub pasien hipertensi belum berjalan secara optimal dan belum di
semua kelurahan memiliki klub hipertensi.
2. Upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk pengelolaan hipertensi
terpadu di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.
1) Rapat internal masing-masing program (PTM, Promkes, gizi).
2) Memberikan penyuluhan mengenai hipertensi dan Puskesmas,
untuk mengedukasi masyarakat secara umum, terutama pasien
keluarga pasien untuk mengawasi pola makan, aktivitas fisik, dan
minum obat pasien.
3) Mengoptimalkan dan memperbanyak media informasi, poster,
pamflet, dan leaflet tentang keberadaan dan fungsi Pojok Gizi
4) Mengadakan hari hipertensi puskesmas yang dilaksanakan pada
hari rabu minggu pertama setiap bulannya
5) Pengadaan kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi, seperti
senam hipertensi
6) Pengadaan buku sehat hipertensi
7) Pembentukan kelompok atau komunitas hipertensi yang
diprakarsai oleh kader dan tokoh masyarakat per masing masing
kelurahan
6.2 Saran
1. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kepala puskesmas
dan kepala pemegang program di Puskesmas Lubuk Kilangan dalamm
60
menjalankan program, khususnya yang berkaitan dengan hipertensi
sehingga dapat ditanggulangi secara optimal
2. Diharapkan peran serta kader dalam mengajak masyarakat untuk
mengenal lebih dini hipertensi dan melakukan kontrol dengan teratur.
3. Diharapkan terbentuk kerja sama yang baik dikalangan petugas
kesehatan puskesmas Lubuk Kilangan, lintas program dan lintas
sektoral sehingga dapat terlaksananya program penanggulangan
hipertensi secara terpadu
61
DAFTAR PUSTAKA
Alan DC. 2003. Current Obstetrics and Gaenocologic Diagnosis and Therapy.
India: Mc Graw Hill
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2014. Laporan hasil riset
kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.
Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013. Laporan tahunan 2013. Padang: Dinas
Kesehatan Kota Padang.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Profil Kesehatan Kota Padang 2013.
Esti Utama. 2014. Skripsi: Pengaruh dan Pelaksanaan Program Kelas Ibu Hamil
terhadap Pengetauhan dan Sikap Ibu Hamil dalam Deteksi Dini Risiko
Tinggi. Jawa: Akademi Kebidanan Boyolali
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012. Jakarta: Bakti Husada.
Kementrian Kesehatan RI, 2013. Profil Kementrian Kesehatan. Jakarta:
Departemen Kementrian RI
Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014. Laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan
tahun 2014. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan.
Taber B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed.
Melfiandi. Jakarta: EGC