poalukiedit

61
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya selama kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan kesepakatan global melalui Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi 23/ 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita 32/ 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kementrian Kesehatan RI, 2013) Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), terjadi peningkatan AKI pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2007, AKI di Indonesia sebesar 228/ 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 sebesar 359/ 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Kasus kematian Ibu yang ditemukan di kota Padang dari tahun 2009 sampai 2013 juga mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 ditemukan 14 kasus per 19.657 kelahiran hidup dan tahun 2013 sebanyak 15 kasus per 17.767 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013).

Upload: anggita-tiara-pramadiaz

Post on 06-Feb-2016

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

plan of action public health

TRANSCRIPT

Page 1: poalukiedit

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang

dikandungnya selama kehamilan, persalinan, ataupun nifas bila dibandingkan

dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal. Setiap kehamilan dapat

menimbulkan risiko kematian ibu. Pemeriksaan kehamilan sangat penting

dilakukan oleh semua ibu hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan

kesehatan ibu (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Berdasarkan kesepakatan global melalui Millenium Development Goals

(MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan Angka Kematian

Ibu (AKI) menjadi 102/ 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi 23/ 1.000

kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita 32/ 1.000 kelahiran hidup pada tahun

2015 (Kementrian Kesehatan RI, 2013)

Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), terjadi

peningkatan AKI pada tahun 2012 dibandingkan tahun 2007. Pada tahun 2007,

AKI di Indonesia sebesar 228/ 100.000 kelahiran hidup dan tahun 2012 sebesar

359/ 100.000 kelahiran hidup (Kementrian Kesehatan RI, 2013). Kasus kematian

Ibu yang ditemukan di kota Padang dari tahun 2009 sampai 2013 juga mengalami

peningkatan. Pada tahun 2009 ditemukan 14 kasus per 19.657 kelahiran hidup dan

tahun 2013 sebanyak 15 kasus per 17.767 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota

Padang, 2013).

Page 2: poalukiedit

2

Pada Puskesmas Lubuk Kilangan Padang tahun 2014 terdapat 3 kasus

kematian per 717 kelahiran hidup dengan AKI sebesar 418/ 100.000 kelahiran

hidup. Hal ini sangat jauh dari target pencapaian MDGs. Penyebab kematian ibu

ini adalah hipertensi dalam kehamilan, perdarahan post partum resiko tinggi

dengan anak 7 orang, serta post partum dengan penyerta jantung (Puskesmas

Lubuk Kilangan, 2014).

Salah satu intervensi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka

kematian ibu adalah dengan cara meningkatkan pelayanan antenatal yang mampu

mendeteksi dan menangani kasus risiko tinggi secara memadai (Kementrian

Kesehatan, 2013). Deteksi kehamilan risiko tinggi pada tahun 2014 di Puskesmas

Lubuk Kilangan masih dibawah target 75% dengan pencapaian 45,30%

(Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014). Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat

pertama yang paling tepat untuk pengelolaan risiko tinggi pada ibu hamil . Dalam

hal ini puskesmas tidak hanya sebagai pusat pelayanan kesehatan yang

memberikan kuratif tetapi juga promotif dan preventif.

Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu membuat Plan of Action

mengenai pengelolaan deteksi risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas Lubuk Kilangan.

1.2 Rumusan masalah

Bagaimana pengelolaan risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan ?

1.3 Tujuan penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Page 3: poalukiedit

3

Mengetahui upaya pengendalian risiko tinggi di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menemukan faktor-faktor yang menyebabkan risiko tinggi pada ibu

hamil di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan

2. Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk

mengendalikan kasus risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan.

1.4 Manfaat penulisan

1. Sebagai bahan masukan bagi petugas Puskesmas Lubuk Kilangan

sehingga dapat dijadikan sebagai solusi alternatif dalam

mengendalikan risiko tinggi pada ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas Lubuk Kilangan.

2. Sebagai bahan pembelajaran bagi dokter muda dalam menganalisis

masalah dan memberikan solusi terhadap masalah tersebut.

3. Untuk masyarakat khususnya kecamatan Lubuk Kilangan sebagai

informasi untuk lebih memperhatikan kesehatan selama kehamilan

sehingga dapat memberikan kesejahteraan pada keluarga.

Page 4: poalukiedit

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angka Kematian Ibu dan MDGs

Dari data hasil riskesdas 2013, Angka Kematian Ibu di Sumatera Barat

(40%) melebihi Angka Kematian Ibu Nasional (31,3%) (Kementrian Kesehatan

RI, 2013). Angka Kematian Ibu di padang 84/100.000 (DKK, 2013). Multi

Development Goals atau tujuan pembangunan millenium adalah sebuah

paradigma global, dimana menurunkan angka kematian ibu merupakan poin

kelima. Berdasarkan kesepakatan global, pada tahun 2015, diharapkan Angka

Kematian Ibu menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu 1990-2015.

Penyebab kematian ibu yang terbanyak (90%) disebabkan oleh komplikasi

obstetri, yaitu perdarahan, infeksi dan eklampsi. Komplikasi obstetri ini tidak

selalu dapat diramalkan sebelumnya dan mungkin saja terjadi pada ibu hamil yang

telah diidentifikasi normal, dimana kasus tersebut sebenarnya dapat dicegah

melalui deteksi dini ibu hamil berisiko oleh tenaga kesehatan dan masyarakat

tentang adanya faktor risiko/ tinggi ibu hamil serta penanganan yang adekuat di

fasilitas kesehatan sesuai dengan kewenangan bidan dan dirujuk ke pelayanan

yang lebih tinggi apabila terjadi komplikasi (Alan, 2003)

2.2 Program Kesehatan Ibu dan Anak

Program Kesehatan Ibu Dan anak (KIA) adalah Upaya di bidang

kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin,

ibu menyusui, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Tujuan Program Kesehatan

Ibu dan Anak (KIA) adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui

peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk

menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya

derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang

merupakan landasan bagi peningkatanan kualitas manusia seutuhnya (Puskesmas

Luki, 2014).

Berkenaan dengan pentingnya peran kesehatan ibu dan anak dalam

pelayanan kesehatan, diharapkan tenaga kesehatan ibu dan anak mampu

Page 5: poalukiedit

5

mengelola kegiatan kesehatan secara profesional dan melaksanakan kegiatan

dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor. Adapun kegiatan Pokok

Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) adalah (Puskesmas Luki, 2014):

1. Peningkatan pelayanan ANC sesuai standar bagi seluruh ibu hamil di semua

fasilitas kesehatan

2. Peningkatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan berkompeten di

arahkan ke fasilitas kesehatan

3. Peningkatan pelayanan bagi seluruh ibu nifas sesuai standard di semua fasilitas

kesehatan

4. Peningkatan pelayanan bagi seluruh neonatus sesuai standard di semua fasilitas

kesehatan

5. Peningkatan deteksi dini faktor risiko dan komplikasi kebidanan dan neonates

oleh tenaga kesehatan maupun masyarakat

6. Peningkatan pengamanan komplikasi kebidanan dan neonatus secara adekuat

dan pengamatan secara terus menerus oleh tenaga kesehatan

7. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi seluruh bayi sesuai standard di semua

fasilitas kesehatan

8. Peningktan pelayanan kesehatan bagi seluruh anak anak balita sesuai standard

di semua fasilitas kesehatan

9. Peningkatan pelayanan KB sesuai standar

2.3 Kehamilan Risiko Tinggi (Risti)

Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin yang

dikandungnya selama kehamilan, persalinan ataupun nifas bila dibandingkan

dengan kehamilan, persalinan dan nifas normal (Riskesdas, 2013).

Risiko tinggi pada kehamilan merupakan keadaan kehamilan yang terjadi

penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan

kematian ibu dan bayi. AKI digunakan dalam pemantauan kematian terkait

dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi salah satunya yaitu pelayanan

kehamilan. Hal ini dapat dilihat di data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010

bahwa AKI adalah 240 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara target

Page 6: poalukiedit

6

kesepakatan global, pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) pada

tahun 2015, menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup

(Puskesmas Luki, 2014).

Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu. Pemantauan

dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas

sangat penting untuk kelangsungan hidup ibu dan bayinya. Dalam upaya

mempercepat penurunan kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada

ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di masyarakat. Risiko tinggi ibu hamil

meliputi (Taber, 1994):

Anemia (Hb < 8 gr %)

Tekanan darah tinggi (sistole >140 mmHg, diastole >90 mmHg)

Edema nyata

Eklamsia

Perdarahan pervaginam

Ketuban pecah dini

Letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu

Letak sunsang pada primigravida

Infeksi berat/sepsis

Persalinan prematur

Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun

Telah memiliki anak lebih dari 4

Jarak antara kehamilan yang satu dengan yang lain kurang dari 2

tahun terdapat riwayat proses persalinan yang kurang baik

Menderita penyakit yang menyertai kehamilan (anemia, hipertensi,

jantung dan sebagainya)

Mengalami perdarahan

Sakit kepala hebat, bengkak pada tungkai

Kelainan pada janin (janin besar, malposisi atau malpresentasi)

Bentuk panggul ibu tidak normal.

Kriteria kehamilan risiko tinggi terbagi berdasarkan (Taber, 1994):

Komplikasi Obstetrik:

Page 7: poalukiedit

7

o Umur (≤19 tahun atau > 35 tahun)

o Paritas (primigravida atau para lebih dari 6)

o Riwayat kehamilan yang lalu :

≥ 2 kali abortus

≥ 2 kali partus prematur

Kematian janin dalam kandungan atau kematian perinatal

Perdarahan paska persalinan

Pre-eklampsi dan eklampsi

Kehamilan mola

Pernah ditolong secara obstetri operatif

Pernah operasi ginekologik

Pernah inersia uteri

Disproporsi sefalo pelvik, perdarahan antepartum, pre-eklampsi

dan eklampsi, kehamilan ganda, hidramnion, kelainan letak pada

hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan

terakhir ≥ 5 tahun, inkompetensi serviks, postmaturitas, hamil

dengan tumor (mioma atau kista ovarii), uji serologis lues positif.

b. Komplikasi medis

Anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas,

penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru dan

penyakit-penyakit lain dalam kehamilan.

Dampak yang dapat terjadi akibat adanya faktor risiko dalam kehamilan

sangat membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya. Dampak

tersebut diantaranya adalah terjadinya keguguran, kehamilan prematur, gawat

janin, keracunan dalam kehamilan.

Tugas bidan dan dokter puskesmas dalam penanganan ibu hamil risiko

hamil ini yaitu setelah mengidentifikasi ibu hamil (anamnesis), pemeriksaan dan

pemantauan antenatal, pemeriksaan laboratorium rutin (hemoglobin, protein urine,

gula darah, golongan darah), serta tindakan dasar dan khusus (sesuai risiko tinggi

yang ada termasuk penyuluhan dan konseling). Semakin banyak ditemukan faktor

risiko maka semakin tinggi risiko kehamilannya. Semakin cepat diketahui adanya

Page 8: poalukiedit

8

risiko tinggi semakin cepat akan mendapatkan penanganan yang semestinya

(Puskesmas Luki, 2014)

Pada kelompok ibu berumur risiko tinggi (umur ibu kurang dari 20 tahun

dan umur 35 tahun ke atas) lebih banyak melahirkan di rumah yang mencapai

64,5%. Sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan

teratas, bekerja sebagai pegawai dan tinggal di perkotaan paling banyak

melahirkan di fasilitas kesehatan (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

2.4 Program Deteksi Risiko Tinggi pada Kehamilan

Deteksi dini risiko tinggi ibu hamil adalah kegiatan penjaringan terhadap

ibu-ibu hamil yang terdeteksi mengalami kehamilan risiko tinggi pada suatu

wilayah tertentu atau kegiatan yang dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang

mempunyai faktor risiko dan komplikasi kebidanan. Oleh karenanya deteksi dini

oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan

komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci

keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya

(Alan, 2003).

Untuk menurunkan Angka Kematian Ibu secara bermakna, maka deteksi

dini dan penanganan ibu hamil berisiko perlu lebih ditingkatkan terutama di

fasilitas pelayanan KIA. Untuk itu diperlukan deteksi dini oleh tenaga kesehatan

dan masyarakat tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta penanganan

yang adekuat sedini mungkin. Kehamilan risiko tinggi dapat dideteksi apabila ibu

hamil melakukan pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) secara rutin. Ibu hamil

sekurang-kurangnya menerima pemeriksaan hamil empat kali sesuai standar

dengan distribusi satu kali pada trimester satu, satu kali pada trimester dua, dan

dua kali pada trimester tiga. Termasuk di dalam pelayananan ini adalah deteksi

tanda bahaya/risiko tinggi sedini mungkin, serta pemberian informasi tentang

upaya menjaga kehamilan dan mempersiapkan persalinan agar persalinan berjalan

dengan baik (DKK, 2014).

Pada saat kunjungan ANC, ibu hamil harus membawa buku KIA. Fungsi

Buku KIA sebagai informasi, dan alat pencatatan dapat digunakan untuk

menganalisis kondisi kesehatan ibu hamil. Dengan pencatatan yang lengkap dan

Page 9: poalukiedit

9

akurat tentang kesehatan ibu hamil pada buku KIA maka apabila dianalisa data-

datanya dapat sebagai peringatan dini terhadap ancaman risiko tinggi ibu hamil,

sehingga akan menghindari 3T (terlambat deteksi, terlambat rujukan, terlambat

penanganan). Dengan meningkatkan mutu catatan rekam medis ibu hamil pada

buku KIA, dan penggunaannya sebagai analisa dan pemantauan kesehatan ibu

hamil maka deteksi dini tentang adanya faktor risiko dan komplikasi, serta

penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci keberhasilan dalam

menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkan (Taber, 1994).

Kehamilan dan persalinan merupakan hal yang fisiologi akan tetapi bukan

berarti tanpa risiko. Salah satu asuhan yang dilakukan oleh seorang dokter dan

bidan puskesmas untuk menapis adanya risiko ini yaitu melakukan pendeteksian

dini adanya komplikasi atau penyakit yang mungkin terjadi selama hamil, melalui

informasi yang dilakukan dengan penyuluhan tentang kesehatan Ibu dan Anak

saat konsultasi perorangan atau kasus per kasus yang diberikan pada waktu ibu

memeriksakan kandungan atau pada waktu kegiatan Posyandu (Puskesmas Luki,

2014).

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya,

informasi juga akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

2.5 Faktor Risiko

Faktor risiko merupakan situasi dan kondisi serta keadaan umum ibu

selama kehamilan, persalinan dan nifas akan memberikan ancaman pada

kesehatan dan jiwa ibu maupun janin yang dikandungnya. Keadaan dan kondisi

tersebut bisa digolongkan sebagai faktor medis dan non medis (Alan, 2003).

Faktor non medis antara lain adalah kemiskinan, ketidak tahuan, adat,

tradisi, kepercayaan, dan lain-lain. Hal ini banyak terjadi terutama pada negara

berkembang, yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi

morbiditas dan mortalitas. Dimasukkan pula dalam faktor non medis adalah sosial

ekonomi rendah, kebersihan lingkungan, kesadaran memeriksakan kehamilan

secara teratur, fasilitas dan sarana kesehatan yang serba kekurangan (Alan, 2003).

Page 10: poalukiedit

10

Faktor medis antara lain adalah penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan

obstetri, gangguan plasenta, gangguan tali pusat, komplikasi persalinan, penyakit

neonatus dan kelainan genetik. Menurut Backett faktor risiko itu bisa bersifat

biologis, genetika, lingkungan atau psikososial. Namun dalam kesehatan

reproduksi kita dapat membaginya secara lebih spesifik, yaitu (Taber, 1994):

1. Faktor demografi: umur, paritas dan tinggi badan

2. Faktor medis biologis: underlying disease, seperti penyakit jantung dan

malaria.

3. Faktor riwayat obstetri: abortus habitualis, SC, dan lain-lain.

4. Faktor lingkungan: polusi udara, kelangkaan air bersih, penyakit endemis,

dan lain-lain.

5. Faktor sosioekonomi budaya: pendidikan, penghasilan.

Seharusnya faktor risiko dikenali oleh ibu hamil serta keluarga sehingga ibu-ibu

dengan kehamilan risiko tinggi mendapat pertolongan yang semestinya.

Aspek-aspek pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi yang dinilai meliputi

(Taber, 1994):

1. Pengertian tentang kehamilan risiko tinggi

2. Risiko kehamilan ditinjau dari segi usia

3. Faktor yang berpengaruh pada kehamilan risiko tinggi.

4. Tanda-tanda kehamilan risiko tinggi

5. Tujuan pengawasan kehamilan.

6. Pengaruh kehamilan risiko tinggi pada kesehatan ibu dan janin.

7. Keluhan yang mengarah pada kehamilan risiko tinggi.

8. Hal-hal yang bisa membahayakan kesehatan ibu dan janin saat kehamilan,

melahirkan dan nifas.

2.6 Pencatatan Dan Pelaporan

Pencatatan dan pelaporan kegiatan KIA khususnya tatalaksana faktor risiko

kehamilan diperlukan dalam perencanaan, pemantauan, dan evaluasi serta

pengambilan keputusan. Untuk itu kegiatan ini harus dilakukan secara cermat

dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan dan pelaporan akan mengakibatkan

kesalahan dalam menetapkan suatu tindakan .

Page 11: poalukiedit

11

Pencatatan

Perlu suatu mekanisme pencatatan yang baik, formulir yang cukup serta

cara pengisian yang benar dan teliti. Pencatatan dilaksanakan sesuai dengan

jenis kegiatan yang dilaksanakan, yaitu :pencatatan kegiatan pelayanan. Formulir

pencatatan terdiri dari:

1. Kartu rawat jalan untuk mencatat identitas dan status pasien yang berkunjung

ke Puskesmas atau sarana pelayanan kesehatan lainnya untuk memperoleh

layanan rawat jalan.

2. Kartu rawat tinggal sama kegunaanya dengan kartu rawat jalan namun

diperuntukan bagi pasien rawat inap di Puskesmas Tempat Tidur.

3. Buku KIA

4. Formulir Laporan Bulanan kehamilan risiko tinggi

5. Buku Register.

Contoh buku register seperti di bawah ini (DKK, 2013) :

1. Buku Register Tatalaksana

Buku register Tatalaksana berisi data identitas umum dan khusus dari penderita

Buku

register tersebut hendaknya memuat hal-hal sebagai berikut :

- Nomor urut/kode

- Tanggal registrasi

- Tanggal mulai berobat

- Nama/lnstansi Unit Pelayanan Kesehatan

- Jenis Faktor Risiko (sex, umur, pekerjaan, perilaku)

- Klasifikasi Penderita

- Regimen yang diberikan

2. Keterangan Buku Rujukan

Selain memuat seperti hal-hal diatas, buku rujukan juga mengandung

informasi tentang tindakan/terapi yang sudah dilakukan dan

mengapa penderita dirujuk serta keadaan/kondisi terakhir penderita.

Pelaporan

Di Tingkat Puskesmas, pelaporan dimulai dari pustu, bides ke

pelaksana kegiatan di puskesmas. Pelaksana kegiatan merekapitulasi

Page 12: poalukiedit

12

data yang dicatat baik di dalam gedung maupun di luar gedung, serta

laporan dari pustu dan bides. Hasil rekapitulasi oleh pelaksana

kegiatan diolah dan dimanfaatkan untuk tindak lanjut yang diperlukan

dalam rangka meningkatkan kinerja yang menjadi tanggung jawabnya

(Puskesmas Luki, 2014).

Di tingkat Dinas Kabupaten/Kota hasil rekapitulasi/entri data,

setiap tanggal 15 disampaikan ke pengelola program kabupaten

kemudian rekap dikoreksi, diolah dan dimanfaatkan sebagai bahan untuk

umpan balik, bimbingan teknis program dan tindak lanjut yang

diperlukan dalam melaksanakan program. Setiap tiga bulan hasil rekap

dikirimkan ke dinkes propinsi dan Direktorat Jenderal Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes RI (Puskesmas Luki,

2014).

Di tingkat Dinas Kesehatan Propinsi laporan diterima untuk

dikompilasi/direkap dan disampaikan untuk diolah dan dimanfaatkan

dalam rangka tindak lanjut dan pengendalian yang diperlukan. Hasil

kompilasi yang telah di olah menjadi umpan balik dinkes kabupaten/kota.

Di tingkat Pusat, hasil olahan yang telah dilakukan oleh Ditjen

PP dan PL paling lambat 2 (dua) bulan setelah berakhirnya triwulan

disampaikan pada pengelola program untuk di analisis serta

dikirimkan ke dinas kesehatan propinsi sebagai umpan balik. Hasil

laporan yang diolah kemudian dijadikan sebagai bahan koordinasi

dengan institusi terkait di masing tingkatan (Puskesmas Luki, 2014).

Untuk jelasnya dapat dilihat pada bagan alur pelaporan dibawah ini

(Puskesmas Luki,2014):

a. Laporan dari Puskesmas ke Dinkes Kabupaten/Kota ini menggunakan formulir

standar yang sudah ada. Setiap bulan paling lambat tanggal 10 telah

terkirimkan.

b. Laporan di Dinkes Kabupaten/Kota ke Propinsi/Pusat dalam disket hasil

entry data/ rekapitulasi frekuensi laporan triwulan dikirimkan paling

lambat tanggal 20 bulan berikutnya ke Dinkes propinsi I Direktorat Jenderal

PP dan PL Depkes RI.

Page 13: poalukiedit

13

2.4. Penilaian Kehamilan Dalam Resiko Tinggi

Ada 2 cara menetukan pengelompokkan kehamilan resiko tinggi, yaitu

kriteria, dan cara nilai (skor). Keduanya diperoleh dari anamnesis tentang umur,

paritas, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, pemeriksaan lengakp

kehamilan sekarang, dan pemeriksaan laboratorium penunjang yang diperlukan.

Kasus-kasus yang telah dikumpulkan diteliti terhadap resiko yang terjadi terhadap

ibu dan anak.

Cara kriteria

Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-

beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasuskasus

risiko tinggi.

Rochayati dkk (Dalam Taber, 1994) mengemukakan kriteria kehamilan resiko

tinggi sebagi berikut :

Primi Muda

Primi tua

Primi tua sekunder

Umur 35 tahun atau lebih

Tinggi badan 145 cm atau kurang

Grandemultiupara

Riwayat persalinan yang buruk

Bekas seksio sesaria

Preeklampsia

Hamil serotinus

Perdarahan antepartum

Kelainan letak

Kelainan medis dan lain-lain

2.5. Deteksi dan Pencegahan

Semua kelainan yang menjadi risiko kehamilan di usia rawan sudah bisa

dideteksi. Sebagian dapat dicegah dan yang lain bisa dirawat sehingga

mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitasnya. Tekanan darah, misalnya bisa

Page 14: poalukiedit

14

diukur dan diobati sehingga dapat mencegah terjadinya pre-eklamsia. Kasus

plasenta previa juga dapat ditangani dengan bedah sesar Jadi sebagian kelainan

dapat dikoreksi, sebagian lagi dapat dipantau dengan ketat dan yang lain bisa

diatasi dengan melakukan tindakan untuk pertolongan (Esti, 2014).

Usaha pencegahan penyakit pada kehamilan dan persalinan tidak hanya

pada segi medis atau kesehatan saja. Faktor sosial ekonomi rendah juga tidak

terlepas dari kemiskinan, kebodohan, ketidaktahuan, sehingga adanya

kecenderungan untuk menikah pada usia muda dan tidak berpartisipasi dalam

keluarga berencana. Disamping itu keadaan sosial ekonomi yang rendah juga akan

mengakibatkan gizi ibu dan perilaku pemanfaaatan kesehatan yang buruk

(Puskesmas Luki, 2014).

Transportasi yang baik disertai dengan ketersediaan pusat-pusat

pelayanan yang bermutu akan dapat melayani ibu hamil untuk mendapat asuhan

prenatal yang baik, cakupan yang luas dan jumlah pemeriksaan yang cukup. Di

negara maju setiap wanita hamil memeriksakan diri sekitar 15 kali selama

kehamilannya.Sedangkan di Indonesia biasanya wanita hamil hanya

memeriksakan diri 4-5 kali. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa usaha

yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit pada kehamilan dan persalinan

adalah (Esti, 2014):

1. Asuhan prenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil

2. Peningkatan pelayanan, jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan

3. Peningaktan pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan

4. Peningakatan status wanita baik dalam pendidikan, gizi, masalah kesehatan

wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial ekonominya

5. Menurunkan tingkat fertilitas yang tingggi melalui program keluarga berencana

6. Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering dan lebih

intensif.

Kelainan yang tidak dapat dicegah adalah sindrom down. Satu-satunya cara untuk

meminimalkan risiko ini adalah ibu harus hamil di usia reproduksi sehat. Namun

kelainan tersebut dapat dideteksi dengan screening darah dan USG pada

kehamilan dini. Tapi deteksi terakurat hanyalah melalui tindakan amniosentesis

atau mengambil contoh jaringan janin untuk dilihat kromosomnya. Jika janin

Page 15: poalukiedit

15

terbukti menderita down syndrome maka dokter bisa melakukan konseling pada

suami-istri. Apa yang akan terjadi, apa yang bisa dilakukan oleh dokter, apakah

kehamilan akan diteruskan atau tidak. Bila diteruskan bagaimana risikonya

2.6. Strategi Penanganan Kehamilan Resiko Tinggi

Setiap kasus kehamilan risiko tinggi memerlukan penanganan yang lebih

intensif selama kehamilan, persalinan, maupun masa nifas oleh tenaga-tenaga

yang berpengalaman. Penanganan dilakukan sesuai dengan faktor resiko yang

dijumpai, dan kalau perlu penderita dirujuk ke tempat-tempat yang lebih mampu

menanganinya dimana tersedia tenaga dan fasilitas yang memadai (DKK, 2014).

Pengawasan selama kehamilan dengan cara melakukan koreksi terhadap

faktor risiko yang dijumpai, serta melakukan monitoring kadaan janian di dalam

kandungan. Dengan demikian dapat diambil sikap yang sebaik-baiknya untuk

menetukan waktu dan cara pengakhiran kehamilannya. Untuk tujuan tesebut,

perawatan antenatal/prenatal jelas memegang peranan yang sangat penting.

Demikian juga proses pengawasan selama proses persalinan, keadaan janin harus

meliputi secara seksama dan pertolongan persalinan harus diberikan dengan

sebaik-baiknya. Sehingga dapat ditentukan cara dan waktu yang tepat untuk

mengakhiri persalinan. Perawatan postpartum dengan fasilitas resusitasi bayi dan

perawatan khusus untuk bayi-bayi BBLR serta asfiksia serta neonatorum juga

sangat penting. Disamping itu dianjurkan juga perawatan pada masa antar

konsepsi seperti: perbaikan gizi, pengobatan anemia, penyembuhan penyakit

kronis, dan untuk mengikuti keluarga berencana. Untuk penanganan yang

menyeluruh diperlukan kerjasama yang baik antara beberapa tenaga ahli seperti

ahli kebidanan, ahli kesehatan anak, ahli penyakit dalam, ahli anestesi, dan

sebagainya. Juga tidak kalah pentingnya kerja sama dengan petugas-petugas

kesehatan diluar rumah sakit, terutama dalam hal konsultasi dan rujukan (DKK,

2014).

Perawatan Prenatal

Sasaran perawatan prenatal adalah menjamin bahwa setiap kehamilan

yang diinginkan diberi kesempatan maksimal untuk mencapai puncaknya dalam

Page 16: poalukiedit

16

melahirkan seorang bayi yang sehat tanpa mengganggu kesehatan ibu (Taber,

1994).

Pada kunjungan prenatal pertama, anamnesis yang menyeluruh harus

dilakukan termasuk penilaian resiko dengan melakukan skrining awal seperti

umur ibu, cara melakukan konsepsi, riwayat medis sebelumnya, riwayat keluarga,

riwayat obstetri sebelumnya, dan juga pemeriksaan fisik. Penilaian resiko dapat

dilakukan dengan cara yang telah diorganisasikan dengan menggunakan bentuk

standar seperti yang telah dibahas diatas. Dan selama kehamilan dilakukan juga

pemeriksaan rutin. Dalam memerintahkan pemeriksaan laboratorium,

keseimbangan antara keuntungan informasi yang diperoleh dan biaya pemeriksaan

sebaiknya ditekan. Pemeriksaan laboratorium tertentu, yang telah bersifat

tradisional atau secara hukum diamanatkan, dapat dipertanyakan dari sudut

pandang kefeektifan biaya. Karena itu individualisasi yang tepat harus digunakan

pada tiap pasien prenatal (Taber, 1994).

Page 17: poalukiedit

17

BAB III

ANALISIS SITUASI

3.1 Gambaran Umum

Kondisi bangunan Puskesmas Lubuk Kilangan sudah permanen terdiri

dari beberapa ruangan kantor seperti: BP, BP Lansia, KIA, Gigi, Labor, KB,

Apotik, Imunisasi dengan jumlah pegawai yang ada sebanyak 60 orang

termasuk Pustu.

Pelayanan Puskesmas Lubuk Kilangan yang diberikan saat ini adalah 6

Upaya Kesehatan Wajib yaitu: Promosi Kesehatan (Promkes), Program

Kesehatan Lingkungan (Kesling), Program Kesehatan Ibu Anak (KIA) dan

Keluarga Berancana (KB), Program Perbaikan Gizi Masyarakat, Pencegahan

dan Pemberantasan Menular (P2M) dan Pengobatan (BP). Upaya Kesehatan

Pengembangan yang terdapat di puskesmas Lubuk Kilangan yaitu: Upaya

Kesehatan Sekolah (UKS), Upaya Kesehatan Olah Raga, Upaya Kesehatan Gigi

dan Mulut, Upaya Kesehatan Mata dan Upaya Kesehatan Usia Lanjut (Lansia).

3.1.1 Kondisi Geografis

Wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan meliputi seluruh Wilayah

Kecamatan Lubuk Kilangan dengan luas Daerah 85,99 Km2 yang terdiri dari 7

kelurahan dengan luas:

a. Kelurahan Batu Gadang : 19.29 Km2

b. Kelurahan Indarung : 52.1 Km2

c. Kelurahan Padang Besi : 4.91 Km2

d. Kelurahan Bandar Buat : 2.87 Km2

Page 18: poalukiedit

18

e. Kelurahan Koto Lalang : 3.32 Km2

f. Kelurahan Baringin : 1.65 Km2

g. Kelurahan Tarantang : 1.85 Km2

3.1.2 Kondisi Demografi

Jumlah Penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan adalah 50.032 Jiwa

yang terdiri dari 10.707 KK dengan perincian sebagai berikut.

a. Kelurahan Bandar Buat : 14.839 jiwa dan 3753 KK

b. Kelurahan Padang Besi : 7.037 jiwa dan 1.448 KK

c. Kelurahan Indarung : 11.456 jiwa dan 2.885 KK

d. Kelurahan Koto Lalang : 6.843 jiwa dan 1.645 KK

e. Kelurahan Batu Gadang : 6.680 jiwa dan 1.591 KK

f. Kelurahan Baringin : 2.367 jiwa dan 322 KK

g. Kelurahan Tarantang : 2.540 jiwa dan 646 KK

Page 19: poalukiedit

19

3.2 Sarana Dan Prasarana

3.2.1 Sarana Kesehatan

Tabel 3.1 Kondisi Sarana dan Prasarana Puskesmas Lubuk Kilangan

Tahun 2014

NO JENIS SARANA

DAN

PRASARANA

JLH KONDISI

Baik Rusak

I SARANA

KESEHATAN

Ringan Sedang Berat

1 Puskesmas Induk 1 1

2 Puskesmas

Pembantu

Indarung 1 1

b. Batu Gadang 1 1

c. Baringin 1 1

d. Koto lalang 1 1

3 Rumah Dinas dokter 1 1

4 Rumah Dinas

Paramedis

1 1

5 Mobil Pukesmas

Keliling

1 1

6 Sepeda Motor 5 5

II SARANA

PENUNJANG

1 Komputer 2 1 1

2 Mesin Tik 2 1 1

3 Laptop 1 1

4 LCD/Infocus 1 1

Jumlah 17 12 2 2 1

Page 20: poalukiedit

20

: Posbindu

: Pustu

: Puskesmas

Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Kilangan Tahun 2014

3.2.2 Prasarana Kesehatan

2 Posyandu Balita : 43 Buah

3 Posyandu Lansia : 14 Buah

4 Kader Kesehatan : 164 Orang

5 Praktek Dokter Swasta : 5 orang

6 Praktek Bidan Swasta : 21 orang

3

2 1

4

7 6 5

KETERANGAN 1. KEL. BANDAR BUAT 2. KEL. PADANG BESI 3. KEL. INDARUNG 4. KEL. KOTO LALANG 5. KEL. BATU GADANG 6. KEL. BARINGIN 7. KEL. TARANTANG

Page 21: poalukiedit

21

3.3 Sasaran Pelayanan Kesehatan Umum

Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan

cakupan kesehatan Puskesmas Lubuk Kilangan berdasarkan perhitungan

statistik dan konversi dari DKK tahun 2014 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Prakiraan Penduduk Sasaran Kesehatan Tahun 2014

Kelurahan Jumlah

Pddk Bayi Balita Bumil Bufas Remaja Apras Lansia

Bandar Buat 14403 288 1158 348 338 2548 542 1204

Padang Besi 7274 146 585 153 153 1287 274 603

Indarung 12096 222 891 266 262 1963 419 927

Koto Lalang 6972 140 560 148 141 1234 263 582

Batu Gadang 6901 138 555 141 120 1221 261 276

Baringin 2470 49 199 38 36 436 903 206

Tarantang 2690 55 217 40 40 480 101 228

Jumlah 51806 1038 4165 1140 1090 9169 1953 4331

Sumber : Data Sasaran program Kesehatan Kota Padang Tahun 2014

Page 22: poalukiedit

22

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah

Proses identifikasi masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan dilakukan

melalui analisis data sekunder dari Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan

tahun 2014, wawancara dengan kepala Puskesmas dan petugas kesehatan

pemegang program di Puskesmas Lubuk Kilangan. Dari 6 program pokok yang

dijalankan di Puskesmas Lubuk Kilangan, masih terdapat beberapa kesenjangan

antara pencapaian dengan target yang ditetapkan. Kesenjangan antara target dan

pencapaian di Puskesmas Lubuk Kilangan yang ditemui antara lain:

4.1.1 Program KIA dan KB

Target dan pencapaian program Kesehatan Ibu dan Anak di Puskesmas

Lubuk Kilangan pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut:

Page 23: poalukiedit

23

Tabel 4.1 Target dan Capaian Program KIA-KB Tahun 2014

Program Sasaran Capaian Target %

Sasaran

%

Target

Selisih

Cakupan Linnakes yang

Berkompetensi

1090 715 1025 65.60% 94% -28.40%

Kunjungan Bumil K1 1140 993 1129 87% 99% -12%

Kunjungan Bumil K4 1140 917 1072 80.40% 94% -13.60%

Pelayanan Nifas 1 1090 715 981 65.60% 90% -24.40%

Pelayanan Nifas 3 1090 598 981 55% 90% -35%

Cakupan Maternal

Komplikasi ditangani

228 25 171 11% 75% -64%

Deteksi Kehamilan

Risiko Tinggi

225 113 169 45.30% 75% -29.70%

Kunjungan Neonatal 1 1077 717 969 69.07% 90% -20.93%

Kunjungan Neonatal 3 1077 600 969 57.80% 90% -32.20%

Cakupan Neonatal

Komplikasi ditangani

155 34 124 21.93% 80% -58.07%

Pelayanan Kesehatan

Bayi

1077 886 1012 82.26% 94% -11.74%

Pelayanan Kesehatan

Balita

4095 1733 3521 42.31% 86% -43.69%

Cakupan DDTK Bayi 1077 744 1012 69.08% 94% -34.92%

Cakupan DDTK Balita 4095 1968 3521 48.05% 86% -37.95%

Pelayanan Kesehatan

Apras

1953 1428 1680 73.11% 86% -12.89%

Cakupan DDTK Apras 1953 1433 1680 73.37% 86% -12.63%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014

Dari tabel di atas diketahui bahwa pencapaian Deteksi Kehamilan Risiko

Tinggi, Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani, dan Deteksi Dini Tumbuh

Kembang Anak Bayi dan Balita yang memiliki kesenjangan terbsesar.

Pada dasarnya belum tercapainya target program Deteksi Kehamilan

Risiko Tinggi ini dikarenakan masih rendahnya pengetahuan masyarakat tentang

kehamilan risiko tinggi, oleh karena rendahnya pengetahuan masyarakat hal ini

menyebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk rutin memeriksakan

kehamilan ke layanan kesehatan terdekat. Selain itu, masih kurang efektifnya

usaha penyuluhan tentang kehamilan risiko tinggi ke masyarakat terutama ibu-ibu

Page 24: poalukiedit

24

di wilayah cakupan Puskesmas Lubuk Kilangan, baik melalui penyuluhan maupun

melalui penyebaran informasi melalui media-media seperti media elektronik,

poster maupun leaflet.

4.1.2 Program Kesehatan Lingkungan

Target dan pencapaian program Kesehatan Lingkungan di Puskesmas

Lubuk Kilangan pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.2 Target dan Pencapaian Program Kesehatan Lingkungan Tahun

2014

Nama Program Item Sasaran Capaian Target

%

Capaian

%

Target Selisih

Survei Rumah 2096 1439 1782 68.65% 85%

-

16.35%

Sekolah Sehat 36 22 36 61.11% 100%

-

38.89%

TK 13 7 13 53.80% 100%

-

46.20%

SD 16 9 16 56.25% 100%

-

43.75%

SMP 4 3 4 75% 100% -25%

SMA 3 3 3 100% 100%

Tempat

Pengolahan

Makanan Sehat

Rumah

Makan 27 17 27 62.96% 100%

-

37.04%

Catering

/Tataboga 2 2 2 100% 100%

IRT 13 13 13 100% 100%

Warung

Kopi 17 17 17 100% 100%

Makanan

Jajanan 30 24 30 80% 100% -20%

Tempat-Tempat

Umum 108 76 32 70.37% 100%

-

29.63%

Depot Air Minum

Isi Ulang 26 5 26 19% 100% -81%

Tempat

Pembuangan

Sampah 1 1 1 100% 100%

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014

Page 25: poalukiedit

25

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kesenjangan antara target dan

pencapaian yang paling besar dalam program kesehatan lingkungan adalah

sekolah sehat.

Berdasarkan hasil diskusi dengan pemegang program kesehatan

lingkungan di dapatkan kendala dalam pelaksanaan program, yaitu kurangnya

jumlah petugas kesehatan lingkungan, seperti pada survey perumahan, jumlah

sasaran 11.282 rumah sedangkan jumlah petugas kesehatan lingkungan di

Puskesmas Lubuk Kilangan hanya 2 orang.

4.1.3 Pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM)

Jumlah kasus penyakit Tidak Menular di Puskesmas Lubuk Kilangan

pada tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.3 Jumlah Kunjungan Penyakit Tidak Menular Tahun 2014

No. Jenis Penyakit Jumlah

Total Laki-laki Perempuan

1. Hipertensi 701 1487 2188

2. Rematik 695 1339 2034

3. Gastritis 655 1324 1979

4. Diabetes mellitus 20 62 82

5. Asma 167 181 348

6. Kelainan refraksi 107 142 249

7. Cephalgia 72 154 226

8. Vertigo 80 134 214

9. Penyakit jantung 59 55 114

Total 128 264 392

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014

Dari tabel di atas, jumlah kunjungan pasien penyakit tidak menular pada

tahun 2014 adalah penyakit hipertensi.

Berdasarkan Data Balai Pengobatan Puskesmas Lubuk Kilangan 2014,

jumlah kunjungan kasus lama tertinggi ada pada bulan Desember, yaitu sebanyak

232. Jumlah kasus baru terbanyak terdapat pada bulan Januari dan November,

yaitu sebanyak 67 kasus baru. Total kunjungan kasus lama hipertensi pada tahun

Page 26: poalukiedit

26

2014 adalah 1626 kasus, sedangkan jumlah kunjungan kasus baru sebanyak 466

kasus.

Pada tahun 2013 jumlah kasus lama hipertensi pada tahun 2013 adalah 932

kasus, sedangkan jumlah kunjungan kasus baru sebanyak 248 kasus.

Grafik 4.1 Gambaran Kunjungan Pasien Hipertensi tahun 2013-2014

Pada grafik 4.1 tampak gambaran peningkatan kasus hipertensi

berdasarkan perbandingan data tahun 2013 dan data tahun 2014. Peningkatan

kasus baru hipertensi yaitu sebesar 87,9%

Berdasarkan data pencapaian target dari program di Puskesmas Lubuk

Kilangan, masing-masing program memiliki subprogram yang kesenjangan yang

besar antara target dan pencapaiannya. Kesenjangan yang paling besar antara

target dan pencapaian dari masing-masing program puskesmas Lubuk Kilangan

dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

932

1626

248

466

1180

2092

0

500

1000

1500

2000

2500

2013 2014

lama

baru

total

Page 27: poalukiedit

27

Tabel 4.4 Daftar masalah masing-masing program di puskesmas Lubuk

Kilangan

No. Program Masalah

1 Promosi

Kesehatan

Rendahnya pencapaian PHBS RT khususnya indikator tidak

merokok

2 Kesehatan

Lingkungan

Rendahnya pencapaian Survei Perumahan

3 P2M Rendahnya angka penjaringan suspek TB

4 PTM Tingginya kejadian hipertensi

4 KIA & KB Rendahnya pencapaian kunjungan balita

5 Gizi Rendahnya pencapaian tablet Fe ibu nifas

4.2 Prioritas Masalah

Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program Puskesmas tidak

memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu

dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini

metode yang digunakan adalah Metode Hanlon. Dari masalah tersebut akan dibuat

Plan of Action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan. Penentuan,

penjabaran, analisis, serta pemecahan prioritas masalah di Puskesmas Lubuk

Kilangan Padang dapat dilihat pada Tabel 4.9, dan Tabel 4.10.

Dalam penentuan prioritas masalah, metode yang digunakan adalah teknik

scoring dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

1. Urgensi merupakan tingkat masalah yang penting untuk diselesaikan

Nilai 1 : tidak penting

Nilai 2 : kurang penting

Nilai 3 : cukup penting

Nilai 4 : penting

Nilai 5 : sangat penting

Page 28: poalukiedit

28

2. Kemungkinan intervensi

Nilai 1 : tidak mudah

Nilai 2 : kurang mudah

Nilai 3 : cukup mudah

Nilai 4 : mudah

Nilai 5 : sangat mudah

3. Biaya

Nilai 1 : sangat mahal

Nilai 2 : mahal

Nilai 3 : cukup mahal

Nilai 4 : murah

Nilai 5 : sangat murah

4. Kemungkinan meningkatkan mutu

Nilai 1 : sangat rendah

Nilai 2 : rendah

Nilai 3 : sedang

Nilai 4 : tinggi

Nilai 5 : sangat tinggi

Tabel 4.5 Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas Lubuk Kilangan Padang

berdasarkan metode Hanlon

No Masalah U I B M Skor Ranking

1. Deteksi kehamilan risiko tinggi

yang rendah.

5 3 5 5 18 I

2. Cakupan komplikasi neonatal yang

ditangani rendah.

4 3 5 5 17 II

3. Sekolah sehat yang tidak tercapai. 3 4 5 5 17 IV

4. Deteksi dini tumbuh kembang anak

bayi dan balita yang tidak

mencapai target.

3 4 5 3 15 V

5. Pengelolaan kasus hipertensi yang

tidak optimal

5 3 4 5 17 III

Berdasarkan metode Hanlon didapatkan masalah yang menjadi prioritas di

Puskesmas Lubuk Kilangan adalah tingginya kejadian penyakit hipertensi.

Page 29: poalukiedit

29

Tabel 4.6 Penentuan Prioritas Masalah

No Masalah Indikator Alasan

1 Deteksi kehamilan

risiko tinggi yang

rendah

Urgensi Kehamilan risiko tinggi merupakan kehamilan

yang dapat menyebabkan kematian pada ibu

atau/dan kematian dan kecacatan pada janin.

Capaian deteksi dini kehamilan risiko tinggi

pada Puskesmas Lubuk Kilangan hanya 113

(45.30%) dari sasaran sebanyak 225 orang.

Pada tahun 2014, jumlah kematian ibu di

wilayah kerja puskesmas tercatat sebanyak 3

orang dari 773 kelahiran hidup (Angka

Kematian Ibu = 400/100.000 kelahiran hidup).

Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan

Angka Kematian Ibu (AKI) Kota Padang yang

hanya 84/100.000 kehiran hidup.

Intervensi Kemudahan intervensi tergantung pada tenaga

kesehatan dan karakteristik masyarakat. Pada

tahun 2014, rasio bidan : penduduk adalah 1 :

2.837 (36 bidan per 100.000). Jika

dibandingkan dengan target nasional tahun

2014, 75 bidan per 100.000, angka ini masih

rendah. Rasio dokter umum : penduduk adalah

1 : 6366.8 (16 dokter per 100.000). Kalau

dibandingkan dengan target nasional tahun

2014, 48 dokter per 100.000, angka ini sangat

rendah. Meskipun profil tingkat pendidikan

penduduk Kecamatan Lubuk Kilangan tidak

dapat diketahui secara pasti, secara umum di

Kota Padang kelompok penduduk terbanyak

berdasarkan tingkat pendidikan adalah tamatan

SMU (33.45%). Sekitar 6% dari total penduduk

Kota Padang berada di Lubuk Kilangan.

Kelompok penduduk yang tidak pernah

menempuh pendidikan adalah 1% (57%-nya

adalah wanita). Sekitar 50% penduduk

Kecamatan Lubuk Kilangan berprofesi sebagai

buruh, 20% sebagai pegawai negeri, 15%

sebagai petani dan 15% sisanya adalah

wiraswasta. Cukup besarnya tingkat pekerjaan

tidak terdidik dan tidak terlatih berbanding

terbalik dengan tingkat pengetahuan

masyarakat. Tingkat pengetahuan yang rendah

Page 30: poalukiedit

30

akan lebih susah menerima suatu informasi

kesehatan.

Biaya Penganggaran biaya pengelolaan kesehatan

bayi , sekitar Rp8.000.000,00 (total anggaran

dana Kesehatan Ibu dan Anak adalah

Rp54.000.000,00)

Mutu Peningkatan pengelolaan deteksi kehamilan

risiko tinggi akan menurunkan komplikasi

maternal dan kematian yang ada sehingga dapat

mencapai MDG’s poin V.

2 Pelayanan kesehatan

bayi yang tidak

optimal

Urgensi Angka Kematian Bayi (AKB) di Kecamatan

Lubuk Kilangan pada tahun 2014 adalah 7 per

1.000 kelahiran hidup. Angka ini masih

dibawah AKB di kota Padang sebesar 64 per

1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian

adalah pneumonia dan diare.

Intervensi Kemudahan intervensi tergantung pada tenaga

kesehatan dan karakteristik masyarakat

khusunya ibu. Pada tahun 2014, rasio bidan :

penduduk adalah 1 : 2.837 (36 bidan per

100.000). Jika dibandingkan dengan target

nasional tahun 2014, 75 bidan per 100.000,

angka ini masih rendah. Rasio dokter umum :

penduduk adalah 1 : 6366.8 (16 dokter per

100.000). Kalau dibandingkan dengan target

nasional tahun 2014, 48 dokter per 100.000,

angka ini sangat rendah. Meskipun profil

tingkat pendidikan penduduk Kecamatan

Lubuk Kilangan tidak dapat diketahui secara

pasti, secara umum di Kota Padang kelompok

penduduk terbanyak berdasarkan tingkat

pendidikan adalah tamatan SMU (33.45%).

Sekitar 6% dari total penduduk Kota Padang

berada di Lubuk Kilangan. Kelompok

penduduk yang tidak pernah menempuh

pendidikan adalah 1% (57%-nya adalah

wanita). Sekitar 50% penduduk Kecamatan

Lubuk Kilangan berprofesi sebagai buruh, 20%

sebagai pegawai negeri, 15% sebagai petani

dan 15% sisanya adalah wiraswasta. Cukup

besarnya tingkat pekerjaan tidak terdidik dan

tidak terlatih berbanding terbalik dengan

Page 31: poalukiedit

31

tingkat pengetahuan masyarakat. Tingkat

pengetahuan yang rendah akan lebih susah

menerima suatu informasi kesehatan.

Biaya Penganggaran biaya pelayanan kesehatan bayi

sudah cukup, sekitar Rp32.000.000,00 (total

anggaran dana Kesehatan Ibu dan Anak adalah

Rp54.000.000,00)

Mutu Keberhasilan intervensi akan menurunkan AKB

sehingga MDG’s IV.

3 Sekolah sehat yang

tidak tercapai

Urgensi Sekolah sehat merupakan bagian kerjasama

lintas program antara kesehatan lingkungan dan

kesehatan ibu dan anak. Capaian sekolah sehat

di Kecamatan Lubuk Kilangan cukup rendah

dengan rincian selisih target-capaian TK

38.89%, SD 46.20%, dan SMP 25%. Data

tahunan 2014 menunjukkan diare merupakan

penyakit peringkat 12 dari 15 penyakit

terbanyak di puskesmas (sekitar 151 kasus).

59.59% dari total kasus merupakan kelompok

usia 5—15 tahun, 27.81% usia 1—4 tahun,

12.6% <1 tahun, dan sisanya >15 tahun.

Besarnya angka kejadian diare pada kelompok

usia 5—15 tahun tentu akan menyebabkan

gangguan dalam proses belajar mengajar.

Intervensi Tingkat kemudahan intervensi yang dapat

dilakukan dipengaruhi oleh sumber daya dan

hubungan lintas sektor. Puskesmas Lubuk

Kilangan memiliki 2 orang ahli kesehatan

dengan jumlah sekolah 16 TK, 23 SD, dan 4

SMP, dan 1 unit puskeskel. Data tahunan 2014

sekitar 44.19% belum memenuhi standar

kesehatan. Dari paparan ketua puskesmas,

hubungan lintas sektor sudah cukup baik.

Biaya Anggaran biaya untuk pembinaan sekolah sehat

sudah cukup sekitar Rp5.000.000,00

Mutu Peningkatan sekolah sehat diharapkan dapat

menurunkan angka kejadian diare khususnya

usia sekolah.

4 Deteksi dini tumbuh

kembang (DDTK)

bayi dan balita tidak

mencapai target.

Urgensi Deteksi dini tumbuh kembang anak dinilai dari

SKDN (sasaran, jumlah bayi dan balita yang

mempunyai KMS, jumlah yang ditimbang, dan

jumlah dengan status gizi normal). Cakupan

Page 32: poalukiedit

32

DDTK bayi hanya 69.08% (-34.92% dari

target) dan DDTK balita hanya 48.05% (-

37.95% dari target). Jumlah yang ditimbang

dan memiliki KMS mencapai 61.90% (-

28.10%), dengan nilai normal dari seluruh yang

ditimbang 79% (-6% dari target). Jumlah

bawah garis merah hanya 1.7% (targetnya

<15%) dari total ditimbang. Dari data

pengobatan, terdapat 1879 kasus infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA) dan 20.76% nya adalah

bayi dan balita. Sesuai dengan konsep infeksi,

sistem imun yang rendah pada gizi kurang akan

berasosiasi dengan penyakit. Namun, perlu juga

diperhatikan tidak hanya faktor gizi yang

memegang peranan, masih terdapat faktor lain

seperti tingkat pencemaran udara di Kecamatan

Lubuk Kilangan juga akan berpengaruh

terhadap tingginya ISPA.

Intervensi Kemudahan intervensi yang dilakukan

tergantung dari tenaga kesehatan dan

karakteristik masyarakat. Terdapat 43 posyandu

(3 mandiri, 30 purnama, 10 madya) yang

tersebar di masing-masing kelurahan.

Meskipun profil tingkat pendidikan penduduk

Kecamatan Lubuk Kilangan tidak dapat

diketahui secara pasti, secara umum di Kota

Padang kelompok penduduk terbanyak

berdasarkan tingkat pendidikan adalah tamatan

SMU (33.45%). Sekitar 6% dari total penduduk

Kota Padang berada di Lubuk Kilangan.

Kelompok penduduk yang tidak pernah

menempuh pendidikan adalah 1% (57%-nya

adalah wanita). Sekitar 50% penduduk

Kecamatan Lubuk Kilangan berprofesi sebagai

buruh, 20% sebagai pegawai negeri, 15%

sebagai petani dan 15% sisanya adalah

wiraswasta. Cukup besarnya tingkat pekerjaan

tidak terdidik dan tidak terlatih berbanding

terbalik dengan tingkat pengetahuan

masyarakat. Tingkat pengetahuan yang rendah

akan lebih susah menerima suatu informasi

kesehatan.

Page 33: poalukiedit

33

Biaya Penganggaran biaya untuk DDTK bayi dan

balita mencapai Rp31.000.000. Selain itu, juga

terdapat dana tambahan dari Corporate Social

Responsibility (CSR) PT. Semen Padang yang

dialokasikan untuk biaya kader dan pemberian

makanan tambahan.

Mutu Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat

menurunkan angka bawah garis merah

sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan

bayi dan balita.

5 Pengelolaan kasus

hipertensi yang tidak

optimal

Urgensi Kasus hipertensi merupakan kasus penyakit

menular terbanyak di wilayah kerja Puskesmas

Lubuk Kilangan dengan prevalensi sebanyak

2188 pada tahun 2014. Case Fatality Rate

akibat komplikasi hipertensi pada tahun yang

sama adalah 0.37%. Saat ini, Jumlah penduduk

berisiko misalnya lansia 9.3% (4.853 orang).

Sedangkan yang tercakup dengan program

yang sudah dijalankan hanya 55 orang dengan

jumlah posbindu hanya 2 dari 7 kelurahan.

Intervensi Kemudahan intervensi yang dilakukan

tergantung dari sumber daya dan karakteristik

masyarakat. Saat ini, puskesmas hanya

memiliki 2 orang dokter umum, 2 kader

posbindu, dan 1 pemegang tanggung jawab

penyakit tidak menular (PTM). Meskipun profil

tingkat pendidikan penduduk Kecamatan

Lubuk Kilangan tidak dapat diketahui secara

pasti, secara umum di Kota Padang kelompok

penduduk terbanyak berdasarkan tingkat

pendidikan adalah tamatan SMU (33.45%).

Sekitar 6% dari total penduduk Kota Padang

berada di Lubuk Kilangan. Kelompok

penduduk yang tidak pernah menempuh

pendidikan adalah 1% (57%-nya adalah

wanita). Sekitar 50% penduduk Kecamatan

Lubuk Kilangan berprofesi sebagai buruh, 20%

sebagai pegawai negeri, 15% sebagai petani

dan 15% sisanya adalah wiraswasta. Cukup

besarnya tingkat pekerjaan tidak terdidik dan

tidak terlatih berbanding terbalik dengan

tingkat pengetahuan masyarakat. Tingkat

Page 34: poalukiedit

34

pengetahuan yang rendah akan lebih susah

menerima suatu informasi kesehatan

Biaya Penganggaran biaya untuk program PTM

adalah Rp 1.200.000,00.

Mutu Intervensi yang dilakukan diharapkan dapat

menurunkan prevalensi penyakit hipertensi dan

menurunkan kematian akibat komplikasi

hipertensi.

4.3 Analisis Sebab dan Akibat Masalah

Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya

pengidentifikasian, analisis, dan upaya pemecahan masalah rendahnya deteksi dini

kehamilan risiko tinggi di wilayah kerja Lubuk Kilangan. Setelah melakukan

observasi langsung, diskusi dan wawancara dengan petugas puskesmas serta

melihat dari laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan, maka didapatkan

beberapa penyebab masalah yang mendasari belum optimalnya pelayanan deteksi

kehamilan risiko tinggi di wilayah kerja Lubuk Kilangan sebagai berikut:

1. Manusia

a. Kuantitas

Tenaga kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan terdapat sebanyak 60

orang. Yang terdiri dari :

Page 35: poalukiedit

35

Tabel 4.8 Kondisi Ketenagaan Puskesmas Lubuk Kilangan

No Jenis Ketenagaan Jumlah Status Kepeg

1 Dokter 3 2 PNS, 1 pddk

2 Dokter Gigi 3 PNS

3 Sarjana Kesmas 4 PNS

4 Sarjana Keperawatan 1 PNS

5 Rekam Medik 1 PNS

6 D4 Kebidanan 5 PNS

7 D3 Keperawatan 4 PNS

8 D3 Kebidanan 11 10 PNS, 1 PPT

9 D3 Gizi 1 PNS

10 D3 Teknisi Gigi 2 PNS

11 Bidan ( DI ) 6 4 PNS, 2 PPT

12 Perawat ( SPK ) 6 PNS

13 AAK & Analis Kimia 2 PNS

14 Ass. Apoteker 2 PNS

15 SMA 6 5 PNS, 1 Honor

16 Perawat Gigi 1 PNS

17 D4 Kesling & D3 Kesling 2 PNS

JUMLAH 60

Dari Tabel di atas dapat disimpulakan rasio bidan : penduduk yang masih

rendah yaitu sebanyak 36 per 100.000 penduduk dari target nasional 75 bidan per

100.000 penduduk. Demikian juga dengan rasio dokter umum : penduduk masih

rendah yaitu sebanyak 16 dokter per 100.000. Dibandingkan dengan target

nasional, 48 dokter per 100.000 penduduk

b. Kualitas

1) Tingkat pendidikan tenaga kesehatan

Page 36: poalukiedit

36

Berdasarkan Tabel 4.12 dan data personil Puskesmas Lubuk Kilangan

tahun 2015, tenaga kesehatan yang berpendidikan D3, D4, dan S1

sebanyak 51.67 %.

2) Motivasi dan semangat kerja yang kurang pada tahun 2014

dikarenakan suasana puskesmas yang tidak kondusif dan masalah

internal puskesmas. Hal ini dapat disimpulkan Laporan Tahunan

2014 dan wawancara dengan pemegang program di Puskesmas

Lubuk Kilangan.

3) Berdasarkan observasi dan wawancara dengan petugas Puskesmas

kurangnya keterampilan untuk mengoperasikan sistem pelaporan

berbasis teknologi. Sehingga pencatatan data tentang kunjungan ibu

hamil masih manual padahal setiap ruangan sudah mempunyai

komputer. Sehingga juga sulit untuk melakukan evaluasi.

2. Biaya

Terdapat alokasi dana yang cukup dari BOK yaitu sebanyak 60% dari

total BOK dianggarkan untuk program pokok yaitu MDG’s termasuk

didalamnya KIA. Jumlah dana yang dianggarkan yaitu sebanyak Rp.

54.000.000,- pertahunnya. Penganggaran biaya pengelolaan kesehatan bayi

sekitar Rp8.000.000,-. Berdasarkan laporan BOK tahun 2014, dana yang

dianggarkan untuk KIA mencukupi kebutuhan. Selain itu, Puskesmas Lubuk

Kilangan juga mendapatkan bantuan CSR dari PT. Semen Padang.

3. Material

Page 37: poalukiedit

37

1) Dilihat dari Laporan Tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan tahun 2014 dan

wawancara dengan pemegang program, masih kurangnya peralatan

penunjang pelayanan di KIA.

2) Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti majalah dinding,

poster, dan leaflet tentang risiko tinggi pada ibu hamil. Hal ini dapat

dilihat dari observasi langsung di Puskesmas Lubuk Kilangan dan

wawancara dengan pemegang program.

- Poster yang terdapat di dalam ruangan KIA Puskesmas Lubuk Kilangan

kurang menarik dan tulisannya kecil-kecil

- Leaflet mengenai kehamilan risiko tinggi tidak ada di KIA ataupun di

stand tempat leaflet

3) Tidak ada format khusus pelaporan dan pencatatan deteksi dini kehamilan

risiko tinggi dari Bidan Praktek Swasta (BPS) dan kunjungan langsung ke

puskesmas yang menyebabkan sulitnya evaluasi terhadap deteksi dini

kehamilan risiko tinggi di puskesmas. Hal ini terlihat dari observasi

rekapitulasi data kehamilan risiko tinggi di Puskesmas Lubuk Kilangan

tahun 2014.

4. Metode.

1) Kurangnya peserta pada kelas ibu hamil karena banyak yang kerja dan

mengasuh anak. Kegiatan door to door juga sudah dilakukan oleh pihak

puskesmas tetapi jumlah kunjungan masih tidak meningkat. Hal ini

disimpulkan dari wawancara dengan penanggung jawab program KIA.

2) Penyuluhan mengenai kehamilan risiko tinggi masih belum optimal.

Page 38: poalukiedit

38

Penyuluhan dilakukan didalam gedung terdiri dari penyuluhan saat kelas

bumil, kunjungan berkala bumil, dan penyuluhan bekerjasama dengan

lintas program promosi kesehatan. Berdasarkan Laporan Tahunan 2014,

penyuluhan tentang KIA tidak ada. Selain itu, penyuluhan di luar gedung

juga tidak optimal dan tidak ada pecatatannya.

Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada 35 pasien yang berkunjung

ke Puskesmas, sebanyak 28 orang menjawab belum pernah mendapat

penyuluhan tentang kehamilan risiko tinggi dan hanya 7 orang yang

menjawab sudah pernah. Dari 7 orang yang menjawab sudah pernah,

hanya 4 orang yang mendapat penyuluhan di Puskesmas, 1 orang

mendapatkan penyuluhan ketika berobat dan 2 orang mendengar ditempat

lain.

Gambar 4.3 Diagram Penyuluhan Mengenai Kehamilan Risiko Tinggi

20%

80%

Responden

Pernah

Tidak pernah

Page 39: poalukiedit

39

Gambar 4.4 Diagram Tempat Penyuluhan Mengenai Kehamilan Risiko

Tinggi

Berdasarkan riset sederhana yang telah dilakukan, didapatkan hanya sedikit

masyarakat yang sudah pernah mendapat penyuluhan tentang kehamilan

risiko tinggi. Hal ini menunjukan bahwa Puskesmas Lubuk Kilangan masih

belum memaksimalkan penyuluhan baik di dalam gedung maupun di luar

gedung Puskesmas.

5. Lingkungan

1. Perilaku masyarakat

a. Kurangnya kunjungan pemeriksaan / kontrol ibu hamil setiap bulan.

Berdasarkan Laporan Tahunan 2014 kunjungan K1 dan K4 ibu hamil

masih belum mencapai targetnya yaitu 99%.

b. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan risiko

tinggi, sehingga masih ada masyarakat yang tidak rutin memeriksakan

kehamilannya dan tidak tahu bagaimana menjaga kehamilan yang

berisiko tinggi agar tetap sehat dan tidak jatuh ke komplikasi.

62% 16%

22%

Responden

Puskesmas

Ketika berobat

Lain-lain

Page 40: poalukiedit

40

29%

71%

Responden

Tahu

Tidak Tahu

Dari 35 responden yang diberikan kuesioner, terdapat 10 orang

yang mengetahui apa itu kehamilan risiko tinggi dan 25 orang tidak

tahu. Selain itu, masyarakat yang bisa menyebutkan satu hal yang

termasuk kehamilan risiko tinggi sebanyak 9 orang dan 26 orang tidak

tahu.

Gambar 4.2 Diagram Tingkat Pengetahuan Mengenai

Kehamilan Risiko Tinggi

2. Penyuluhan tentang risiko tinggi

Kurang kondusifnya suasana saat melakukan penyuluhan kelompok

ataupun masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung.

Penyuluhan di dalam gedung dilakukan di ruang tunggu sehingga banyak

masyarakat yang tidak memperhatikan dan kurang tercapainya sasaran.

Untuk penyuluhan di luar gedung dilakukan di posyandu, suasana yang

ramai dan tidak nyaman juga tidak kondusif saat melakukan penyluhan.

Selain itu, belum ada jadwal khusus penyuluhan di posyandu. Hal ini

didapat dari pengamatan di lokasi dan wawancara dengan pemegang

program KIA Puskesmas Lubuk Kilangan.

Page 41: poalukiedit

41

Untuk menunjukkan hubungan sebab akibat, maka dibuat diagram sebab

akibat (diagram Ischikawa) sebagai berikut :

4.4

4.5

4.6

Rendahnya

Deteksi Dini

Kehamilan

Risiko Tinggi di

Puskesmas

Lubuk

Kilangan

Manusia Lingkungan

Kuantitas

1) rasio bidan :

penduduk yang

masih rendah yaitu

sebanyak 36 per

100.000

2) rasio dokter

umum : penduduk

masih rendah yaitu

sebanyak 16

dokter per 100.000

Kualitas

- Tenaga

kesehatan yang

berpendidikan

D3, D4, dan S1

sebanyak 51.67

%.

- Motivasi dan

semangat kerja

yang kurang

pada tahun

1) Perilaku

Masyarakat

- Kurangnya

kunjungan

- Kurangnya

pengetahuan

risiko tinggi

Material

Tidak ada

format khusus

pelaporan dan

pencatatan

Penyuluhan

mengenai

kehamilan risiko

tinggi masih

belum optimal.

Metode

Kurangnya

peralatan

penunjang

pelayanan di

KIA.

Gambar 4.6 Diagram Ischikawa

Media informasi

seperti papan

informasi, poster,

pamflet, dan

leaflet tentang

kehamilan risiko

tinggi masih

kurang

sebulan

2) Susasana

yang kurang

kondusif di

lokasi

penyuluhan

Biaya

Terdapat

alokasi dana

yang cukup

dari BOK

Page 42: poalukiedit

42

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah

Manusia

1. Rasio tenaga kesehatan dengan:jumlah penduduk masih kurang

Rencana: Mengajukan permohonan penambahan tenaga kesehatan ke DKK

Padang

Pelaksana: Kepala Puskesmas

Sasaran: DKK Padang

Pelaksanaan: Mendata berapa jumlah tenaga kesehatan yang dibutuhkan,

kemudian

Waktu: Pada saat jadwal mutasi pegawai dan penentuan anggaran satu tahun ke

depan

Target: Ratio tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk

2. Motivasi dan semangat kerja yang kurang pada tahun 2014

Rencana : Mengadakan Pertemuan dengan Petugas tenaga Kesehatan

Puskesmas Lubuk Kilangan untuk memperjelas tugas dan kewajiban masing-

masing dalam hal pengendalian hipertensi

Pelaksana : Kepala Puskesmas

Sasaran : Petugas tenaga Kesehatan di Puskesmas Lubuk Kilangan

Pelaksanaan : pertemuan dihadiri oleh pemegang program PTM,

program gizi, program promkes, BP, dan dokter Puskesmas Lubuk Kilangan

Waktu : dilakukan setiap 6 bulan sekali

Target :Petugas tenaga kesehatan merujuk semua pasien hipertensi

ke pojok gizi di Puskesmas Lubuk Kilangan dan memberikan nasehat serta

edukasi kepada pasien risiko tinggi hipertensi dan hipertensi

Page 43: poalukiedit

43

3. Kurangnya keterampilan untuk mengoperasikan sistem pelaporan berbasis

teknologi.

Rencana : Memberikan pelatihan kepada staf tenaga kesehatan di

Puskesmas dalam penggunaan teknologi informasi yang sudah ada seperti

komputer, internet, dan lain-lain.

Pelaksana : Kepala Puskesmas bekerja sama dengan lintas sektor

Sasaran : Staf petugas kesehatan di Puskesmas

Waktu : Dilakukan pada bulan April 2015

Pelaksanaan : Bekerjasama dengan lintas sektor untuk mengadakan pelatihan

dan menganggarkan dana untuk pelatihan tersebut.

Target : Seluruh petugas kesehatan mampu mengoperasikan pencatatan

dan pelaporan berbasis teknologi.

Biaya

Penganggaran biaya pengelolaan kesehatan bayi sekitar Rp8.000.000,-.

Berdasarkan laporan BOK tahun 2014, dana yang dianggarkan untuk KIA

mencukupi kebutuhan.

Metode

1) Kurangnya peserta pada kelas ibu hamil

Rencana : Menarik perhatian Ibu hamil dengan pemberian bingkisan

tambahan dan lebih aktif, bekerja sama dengan lintas sektoral

Pelaksana : Pemegang program dan

Sasaran : Ibu hamil dan lintas sektoral

Pelaksanaan : Mengajukan kerja sama dengan lintas sektoral seperti lurah/camat

Page 44: poalukiedit

44

Target : Meningkatnya peserta ibu hamil yang mengikuti kelas ibu hamil

per kelurahan 10% setiap bulan.

2) Penyuluhan mengenai kehamilan risiko tinggi masih belum optimal

Rencana : Membuat jadwal khusus dengan materi yang mencakup KIA,

meenemukan inovasi teknik penyuluhan sehingga lebih menarik perhatian

masyarakat.

Pelaksana : Pemegang Program

Sasaran :Masyarakat yang berobat, ibu hamil, dan wanita usia produktif.

Pelaksanaan : Membuat jadwal dan melakukan perhitungan peserta penyuluhan

setiap kegiatan.

Target : Meningkatnya peserta penyuluhan dan berkurangnya risiko tinggi

pada ibu hamil yang dapat diketahui dari ANC

Material

1) Masih kurangnya peralatan penunjang pelayanan di KIA.

Rencana : Mendata peralatan penunjang yang masih kurang di KIA

Pelaksana : Kepala Puskesmas

Sasaran : Penanggung jawab program KIA

Pelaksanaan : Dilakukan pendataan peralatan penunjang yang masih belum

memadai di BP KIA, mengevaluasi alat penunjang yang dibutuhkan, dan

menganggarkan dana untuk pengadaan peralatan tersebut.

2) Masih kurangnya pemanfaatan media informasi seperti majalah dinding,

poster, dan leaflet tentang risiko tinggi pada ibu hamil. Rencana :

penyebaran leaflet tentang hipertensi

Page 45: poalukiedit

45

Rencana : Membuat leaflet tentang kehamilan risiko tinggi, menambah

jumlah poster dan membuat video layanan masyarakat tentang kehamilan risiko

tinggi.

Pelaksana : petugas promkes, BP KIA, dokter muda IKM

Sasaran : pengunjung puskesmas terutama ibu hamil dan wanita usia

produktif yang sudah menikah

Pelaksanaan : Pembuatan leaflet dan majalah dinding tentang kehamilan risiko

tinggi dan diletakan di stand leaflet di ruang tunggu. Selain itu, juga advokasi ke

Dinas Kesehatan Kota untuk memberikan poster-poster tentang ibu hamil dan

juga bekerjasama dengan dokter muda untuk membuat video layanan masyarakat

tentang kehamilan risiko tinggi.

Target : Tersedianya leaflet tentang kehamilan risiko tinggi di stand

leaflet, penambahan poster tentang ibu hamil di ruang KIA dan terdapatnya video

layanan masyarakat tentang kehamilan risiko tinggi minimal satu video.

3) Tidak ada format khusus pelaporan dan pencatatan deteksi kehamilan risiko

tinggi dari Bidan Praktek Swasta (BPS) dan kunjungan.

Rencana : Membuat format khusus pelaporan dan pencatatan deteksi

kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil yang kontrol ke BPS ataupun kunjungan

ke Puskesmas.

Pelaksana : Pemegang program KIA

Sasaran : BPS dan staf tenaga kesehatan bagian KIA

Pelaksanaan : Format khusus yang sudah dibuat diberikan ke BPS dan

dikumpulkan ke Puskesmas untuk selanjutnya didata dan mengevaluai risiko

tinggi apa saja yang paling banyak dan ditindak lanjuti agar tidak jatuh ke

Page 46: poalukiedit

46

komplikasi. Selain itu, juga dilakukan tindakan preventif untuk mencegah

meningkatnya risiko tinggi tersebut.

Target : Format laporan yang sudah dibuat rutin diisi dan dievaluasi setiap

bulan oleh Puskesmas.

Lingkungan

1) Perilaku masyarakat

a. Kurangnya kunjungan pemeriksaan / kontrol ibu hamil setiap bulan.

Rencana : Meningkatkan peran BPS dengan bekerjasama melakukan

skrining ibu hamil di daerah sekitar praktek bidan swasta. Selain itu, juga

bekerjasama dengan lintas sektor.

Pelaksana : Penanggung jawab program KIA

Sasaran : BPS, lintas sektor, kader

Pelaksanaan : Melakukan pertemuan rutin dengan BPS setiap bulan dan

mewajibkan setiap bidan untuk menargetkan minimal ada 4 ibu hamil yang

berkunjung ke tempat praktek BPS. Untuk kerjasama lintas sektor, KIA

bekerjasama dengan KUA untuk mendata wanita produktif yang baru menikah

dan dalam jangka tertentu mendata ibu hamil dan segera dianjurkan untuk

memeriksakan kehamilannya.Selain itu, bekerjasama dengan kader setiap

bulan untuk mendata ibu hamil yang berada di lingkungan kader tersebut.

Target : Capaian kunjungan ibu hamil K1 dan K4 mencapai 99% dan

risiko tinggi diketahui secara dini dan ditindak lanjut.

b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan risiko tinggi

Rencana : Membuat jadwal rutin penyuluhan setiap bulan didalam gedung

maupun diluar gedung secara interpersonal, kelompok, ataupun masyarakat

Page 47: poalukiedit

47

yang berkunjung ke puskesmas atau BPS dan bekerjasama dengan kader di

setiap wilayah binaan. Dan melakukan evaluasi dengan memberikan kuesioner

ke masyarakat yang sudah diberikan penyuluhan.

Pelaksana : Penanggung jawab program KIA

Sasaran : BPS, kader, ibu hamil dan wanita usia produktif, masyarakat

Pelaksanaan: Melakukan penyuluhan didalam gedung dengan media yang

lebih menarik tidak hanya terfokus di puskesmas dan posyandu tapi

bekerjasama dengan kader melakukan kunjungan ke rumah ibu hamil.

Waktu : Pada minggu pertama bulan April dan dilakukan evaluasi setelah

3 bulan

Target : Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kehamilan risiko

tinggi dengan terdapatnya perbedaan jawaban pada kuesioner pre dan post

penyuluhan

2. Kurang kondusifnya suasana saat melakukan penyuluhan tentang risiko tinggi

Rencana : Mencari ruangan yang lebih kondusif

Pelaksana : Pemegang Program

Sasaran : Penanggung jawab Promkes, masyarakat, kader

Pelaksanaan : Memindahkan ruang tunggu ke ruang tengah yang memiliki

fasilitas untuk memutarkan video

Target : Bertambahnya peserta penyuluhan.

Page 48: poalukiedit

48

BAB V

RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

5.1.Persiapan

Pada tahap ini dilakukan rapat internal pemegang program dengan

pimpinan Puskesmas untuk mengevaluasi pengelolaan penyakit hipertensi secara

terpadu di Puskesmas Lubuk Kilangan. Upaya untuk meningkatkan pengelolaan

tersebut akan diarahkan kepada:

1. Penyuluhan dan konseling mengenai hipertensi

2. Membina petugas kesehatan dan kader untuk lebih persuasif dalam

mengajak masyarakat untuk memeriksakan tekanan darah, bagi yang

berisiko tinggi serta pasien hipertensi untuk datang ke puskesmas di hari

hipertensi puskesmas

3. Mengadakan hari hipertensi puskesmas yang dilaksanakan pada hari rabu

minggu pertama setiap bulannya

4. Pengadaan kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi, seperti senam

hipertensi

5. Pengadaan poster dan pamflet tentang hipertensi

6. Pojok gizi di Puskesmas

7. Pengadaan buku sehat hipertensi

8. Pembentukan kelompok atau komunitas hipertensi yang diprakarsai oleh

kader dan tokoh masyarakat per masing masing kelurahan

Page 49: poalukiedit

49

5.2. Tahap Pelaksanaan

5.2.1 Penyuluhan dan konseling mengenai hipertensi

Penyuluhan dan konseling mengenai hipertensi dilaksanakan oleh

petugas program promkes, gizi, dan kader. Kegiatan penyuluhan dapat

dilakukan di dalam dan luar gedung. Sasaran dari program ini adalah

masyarakat risiko tinggi hipertensi dan pasien hipertensi. Penyuluhan di

Posyandu lansia dan Posbindu sekali 1 bulan.

Penyuluhan di dalam gedung dilakukan di ruang tunggu pada saat hari

hipertensi, penyuluhan 1 kali dalam 1 bulan setiap minggu I dimulai bulan

Maret 2015. Persiapan yang dilakukan sebelum penyuluhan adalah

memberikan pengumuman kepada masyarakat melalui kader, pengumuman

di mesjid, menyediakan absen, dan menyiapkan materi penyuluhan.

5.2.2 Membina petugas kesehatan dan kader mengajak masyarakat untuk terlibat

pada hari hipertensi

Pelatihan dilakukan setiap 6 bulan sekali, dengan tujuan membina

kader agar lebih proaktif dalam mengajak masyarakat terutama yang

beresiko tinggi hipertensi dan masyarakat hipertensi untuk datang ke

puskesmas setiap hari hipertensi.. Masing-masing posyandu mengutus

minimal dua orang kadernya. Pelatihan dilakukan oleh petugas puskesmas,

dengan pelatihan kader ini maka akan terbentuk konselor hipertensi dalam

menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat dengan

resiko hipertensi dan masyarakat hipertensi. Targetannya setiap kader

perposyandu dapat memantau masyarakat hipertensi. Pelatihan ini dilakukan

pada minggu II Bulan Maret 2015, minggu II bulan Agustus 2015. Kader

Page 50: poalukiedit

50

aktif mengimbau masyarakat melakukan pengukuran tekanan darah di

posyandu lansia, posbindu dan puskesmas sebagai skrinig hipertensi. Pada

masyarakat yang didapatkan hipertensi dan berisiko hipertensi kader

mengajak masyarakat tersebut untuk datang ke hari hipertensi puskesmas

yaitu setiap hai rabu minggu pertama tiap bulannya.

5.2.3 Mengadakan hari hipertensi puskesmas yang dilaksanakan pada hari rabu

minggu pertama setiap bulannya

Pengadaan hari hipertensi bertujuan agar penanganan pasien

hipertensi dapat dilaksanakan secara terpadu dalam 1 hari dan efektif

mencakup banyak pasien hipertensi sekaligus.

Kegiatan ini bekerja sama dengan berbagai bidang yang ada di

puskesmas yaitu BP, BP lansia, promkes, gizi, laboratorium. Hari hipertensi

dilaksanakan pada hari rabu minggu pertama setiap bulannya.

Tabel 5.1 Jadwal Kegiatan Hari Hipertensi Puskesmas Lubuk Kilangan

Waktu Kegiatan Pelaksana Jadwal

07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam

puskesmas

Bulan pertama

08.00-08.30 Penyuluhan tentang

cara hidup sehat

dengan hipertensi

Pemegang

program Promkes

08.30-09.30 Pemeriksanan

tekanan darah dan

berat badan

Penanggung jawab

BP

09.30-10.00 Pemeriksaan labor

terhadap gula darah

dan kolesterol

Petugas labor

10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang

Page 51: poalukiedit

51

program gizi

10.30-11.30 Konseling

kesehatan dan

pemberian obat

hipertensi untuk 1

bulan sesuai

indikasi

Dokter puskesmas

07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam

puskesmas

Bulan kedua

08.00-08.30 Penyuluhan tentang

faktor resiko

hipertensi

Pemegang

program Promkes

08.30-09.30 Pemeriksanan

tekanan darah dan

berat badan

Penanggung jawab

BP

09.30-10.00 Pemeriksaan labor

terhadap gula darah

dan kolesterol

Petugas labor

10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang

program gizi

10.30-11.30 Konseling

kesehatan dan

pemberian obat

hipertensi untuk 1

bulan sesuai

indikasi

Dokter puskesmas

07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam

puskesmas

Bulan ketiga

08.00-08.30 Penyuluhan tentang

komplikasi

hipertensi

Pemegang

program Promkes

08.30-09.30 Pemeriksanan

tekanan darah dan

berat badan

Penanggung jawab

BP

Page 52: poalukiedit

52

09.30-10.00 Pemeriksaan labor

terhadap gula darah

dan kolesterol

Petugas labor

10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang

program gizi

10.30-11.30 Konseling

kesehatan dan

pemberian obat

hipertensi untuk 1

bulan sesuai

indikasi

Dokter puskesmas

07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam

puskesmas

Bulan keempat

08.00-08.30 Penyuluhan tentang

cara diet yang baik

untuk pasien

hipertensi

Pemegang

program Gizi

08.30-09.30 Pemeriksanan

tekanan darah dan

berat badan

Penanggung jawab

BP

09.30-10.00 Pemeriksaan labor

terhadap gula darah

dan kolesterol

Petugas labor

10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang

program gizi

10.30-11.30 Konseling

kesehatan dan

pemberian obat

hipertensi untuk 1

bulan sesuai

indikasi

Dokter puskesmas

07.30-08.00 Senam hipertensi Instruktur senam

puskesmas

Bulan kelima

08.00-08.30 Penyuluhan tentang

managemen

Pemegang

program Promkes

Page 53: poalukiedit

53

psikologi hipertensi

08.30-09.30 Pemeriksanan

tekanan darah dan

berat badan

Penanggung jawab

BP

09.30-10.00 Pemeriksaan labor

terhadap gula darah

dan kolesterol

Petugas labor

10.00-10.30 Konseling gizi Pemegang

program gizi

10.30-11.30 Konseling

kesehatan dan

pemberian obat

hipertensi untuk 1

bulan sesuai

indikasi

Dokter puskesmas

Dst

5.2.4 Pengadaan kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi, seperti senam

hipertensi

Kegiatan keolahragaan berupa senam hipertensi yang dilaksanakan

setiap rabu pagi pukul 07.30 – 08.30 WIB di lapangan puskesmas Lubuk

Kilangan yang dipimpin oleh instruktur senam.

5.2.5 Pengadaan poster dan tempat leaflet tentang hipertensi

Program ini akan menyediakan media promosi seperti poster, leaflet

dan brosur tentang hipertensi. Media promosi yang ditampilkan berupa

informasi dari berbagai bidang seperti gizi hipertensi, aktifitas fisik pada

pasien hipertensi, manajemen stress, dan pentingnya pengukuran tekanan

darah dan berobat secara teratur. Diharapkan dengan adanya media promosi

Page 54: poalukiedit

54

ini dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi dan

pencegahan komplikasi.

Kegiatan ini dimulai dari pengumpulan materi untuk leaflet dan

poster, pembuatan poster dan leaflet, pembuatan tempat leaflet, penempelan

poster, dan pembagian leaflet. Kegiatan pembuatan tempat leaflet dilakukan

minggu pertama bulan Februari, pembuatan poster dan leaflet dilakukan pada

minggu ke 4 bulan Februari 2015.

5.2.6 Pojok Gizi di Puskesmas

Setelah pasien melakukan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, dan

kolesterol kemudian pasien hipertensi dan berisiko hipertensi dikonsulkan ke

pojok gizi pada setiap hari hipertensi supaya dapat mengatur pola makan

sesuai hasil pemeriksaan tersebut dan mengetahui makannan apa saja yang

dianjurkan dan dihindari pada pasien hipertensi.

5.2.7 Pengadaan buku sehat hipertensi

Buku sehat hipertensi adalah buku pegangan pasien hipertensi yang

berisi pengenalan hipertensi secara umum, pengenalan hipertensi yang berisi

dan cara hidup sehat untuk pasien hipertensi. Pada buku ini juga terdapat

bagian kontrol yang akan berisikan kolom hasil pemeriksaan tekanan darah,

berat badan, pemeriksaan gula darah, kolesterol, hasil konsul dengan dokter

atau bidang lain yang terkait. Pada bagian berikutnya, buku ini juga terdapat

bagian pengontrolan pola pola diet pasien, berupa daftar menu makana pasien

hipertensi.

5.2.8 Pembentukan kelompok atau komunitas hipertensi yang diprakarsai oleh

kader dan tokoh masyarakat per masing masing kelurahan

Page 55: poalukiedit

55

Tahap ini dimulai dengan sosialisasi komunitas hipertensi di

puskesmas. Sosialisasi ini melibatkan semua petugas puskesmas, camat,

lurah, kepala RT/RW, tokoh masyarakat, kader posyandu, dan masyarakat.

Ini dilakukan pada minggu ke IV bulan Maret 2015.

Program yang akan dilakukan adalah :

Tokoh masyarakat dan kader meenghimbau kepada masyarakat yang

hipertensi dan yang berisiko hipertemnsi untuk membentuk suatu

komunitas dimana dalam komunitas ini masyarakat dapat saling berbagi

informasi pengalaman mengenai hipertensi dan saling memotivasi antar

sesama. Pertemuan rutin sesuai kesepakatan anggota komunitas.

5.3.Tahap Monitoring dan Evaluasi

Tahap ini bertujuan mengetahui kesuksesan jalannya kegiatan. Monitoring

dilakukan rutin setiap bulan setelah pelaksanaan program. Tahap evaluasi

bertujuan menilai apakah upaya pengelolaan hipertensi terpadu berjalan dengan

maksimal untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang ditemukan dalam

pelaksanaan kegiatan tersebut dan mencari solusinya. Evaluasi dilakukan

berdasarkan target pencapaian dan alat ukur yang telah ditentukan. Monitoring

dan evaluasi ini dilakukan oleh petugas PTM promkes, Gizi, BP, BP lansia, dan

labor dari Puskesmas Lubuk Kilangan. Selanjutnya dilakukan pelaporan dari

program yang telah dilaksanakan dan dilakukan pelaporan ke pimpinan

puskesmas.

Page 56: poalukiedit

56

Tabel 5.2 Tabel Indikator Keberhasilan Penyuluhan dan konseling mengenai

hipertensi

No

Kegiatan

Indikator keberhasilan

Sumber

Dana

Penanggung

Jawab Jumlah

peserta

Jumlah

kegiatan

1

Penyuluhan

Mengenai

hipertensi

Semua pasien

hipertensi

yang

berkunjung ke

puskesmas

sekali

dalam satu

bulan

Puskesmas Petugas

Promosi

Kesehatan,

gizi, dan

Kader

Tabel 5.3 Tabel Indikator Keberhasilan Pelatihan Kader

No

Kegiatan

Indikator keberhasilan

Sumber

Dana

Penanggung

Jawab Jumlah kader Jumlah

kegiatan

1

Membina petugas

kesehatan dan kader

mengajak

masyarakat untuk

terlibat pada hari

hipertensi

14 orang 2 kali

pertemuan

dalam satu

tahun

Puskesmas Petugas

Promosi

Kesehatan

Tabel 5.5 Tabel Indikator mengadakan hari hipertensi

No Kegiatan Indikator

Keberhasilan

Sumber

Dana

Penanggung

Jawab

1. Mengadakan

hari hipertensi

Terlaksana program

setiap bulannya

Pasien hipertensi

yang mengikuti

program minimal 15

orang

Puskesmas Kepala

puskesmas

Tabel 5.6 Tabel Indikator kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi

No

Kegiatan

Indikator keberhasilan

Sumber

Dana

Penanggung

Jawab Jumlah

peserta

Jumlah

kegiatan

1

kegiatan

keolahragaan

untuk pasien

hipertensi

Minimal 20

orang

Setiap

hari rabu/

minggu

Puskesmas Promkes

Page 57: poalukiedit

57

Tabel 5.7 Tabel Indikator pengadaan media promosi

No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber

Dana

Penanggung

Jawab

1

Pengadaan media

promosi

Terdapat poster dan

leaflet di puskesmas

Lubuk Kilangan

Puskesmas Promkes

Tabel 5.8 Tabel Indikator pojok gizi hipertensi

No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber

Dana

Penanggung

Jawab

1

Pojok gizi

hipertensi

Minimal 20 setiap hari

hipertensi

Puskesmas Gizi

Tabel 5.9 Tabel Indikator buku sehat hipertensi

No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber

Dana

Penanggung

Jawab

1

Buku sehat

hipertensi

Setiap pasien hipertensi yang

berkunjung ke puskesmas

memiliki buku sehat

hipertensi yang dibawa setiap

kunjungan

Puskesmas promkes

Tabel 5.10 Tabel Indikator komunitas hipertensi

No Kegiatan Indikator keberhasilan Sumber

Dana

Penanggung

Jawab

1

Komunitas

hipertensi

Terbentuk komunitas

hipertensi minimal 1 setiap

keluarahan

Melakukan pertemuan rutin

minimal 3 kali setahun

swadaya Kader dan

tokoh

masyarakat

Page 58: poalukiedit

58

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan makalah ini adalah pengelolaan penyakit hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Lubuk Kilangan masih belum optimal sehingga angka kejadian

penyakit hipertensi masih tinggi.

Masalah atas tingginya kasus hipertensi di wilayah Puskesmas Lubuk

Kilangan disimpulkan dalam poin berikut.

1. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya angka kejadian kasus

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan, yaitu:

1) Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai hipertensi,

penatalaksanaan hipertensi, seperti perubahan pola hidup dan

minum obat teratur, komplikasi hipertensi bila tidak patuh minum

obat

2) Kebiasaan masyarakat yang belum menjalankan pola hidup sehat

dan diet hipertensi

3) Belum optimalnya kinerja kader untuk mengajak masyarakat ke

Posbindu dan menjaring masyarakat berisiko tinggi hipertensi.

4) Edukasi petugas kesehatan terhadap pasien hipertensi kurang

5) Kurangnya pemanfaatan pojok gizi hipertensi dan media informasi,

seperti leaflet dan poster mengenai hipertensi

6) Penyuluhan mengenai hipertensi masih belum optimal

7) Belum adanya program khusus Puskesmas Lubuk Kilangan terkait

penatalaksanaan penderita hipertensi secara terpadu. Hal ini

Page 59: poalukiedit

59

didapat dari wawancara dengan petugas Puskesmas dan laporan

tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan.

8) Klub pasien hipertensi belum berjalan secara optimal dan belum di

semua kelurahan memiliki klub hipertensi.

2. Upaya pemecahan masalah dan alternatif untuk pengelolaan hipertensi

terpadu di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Kilangan.

1) Rapat internal masing-masing program (PTM, Promkes, gizi).

2) Memberikan penyuluhan mengenai hipertensi dan Puskesmas,

untuk mengedukasi masyarakat secara umum, terutama pasien

keluarga pasien untuk mengawasi pola makan, aktivitas fisik, dan

minum obat pasien.

3) Mengoptimalkan dan memperbanyak media informasi, poster,

pamflet, dan leaflet tentang keberadaan dan fungsi Pojok Gizi

4) Mengadakan hari hipertensi puskesmas yang dilaksanakan pada

hari rabu minggu pertama setiap bulannya

5) Pengadaan kegiatan keolahragaan untuk pasien hipertensi, seperti

senam hipertensi

6) Pengadaan buku sehat hipertensi

7) Pembentukan kelompok atau komunitas hipertensi yang

diprakarsai oleh kader dan tokoh masyarakat per masing masing

kelurahan

6.2 Saran

1. Tulisan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi kepala puskesmas

dan kepala pemegang program di Puskesmas Lubuk Kilangan dalamm

Page 60: poalukiedit

60

menjalankan program, khususnya yang berkaitan dengan hipertensi

sehingga dapat ditanggulangi secara optimal

2. Diharapkan peran serta kader dalam mengajak masyarakat untuk

mengenal lebih dini hipertensi dan melakukan kontrol dengan teratur.

3. Diharapkan terbentuk kerja sama yang baik dikalangan petugas

kesehatan puskesmas Lubuk Kilangan, lintas program dan lintas

sektoral sehingga dapat terlaksananya program penanggulangan

hipertensi secara terpadu

Page 61: poalukiedit

61

DAFTAR PUSTAKA

Alan DC. 2003. Current Obstetrics and Gaenocologic Diagnosis and Therapy.

India: Mc Graw Hill

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2014. Laporan hasil riset

kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kota Padang, 2013. Laporan tahunan 2013. Padang: Dinas

Kesehatan Kota Padang.

Dinas Kesehatan Kota Padang. 2014. Profil Kesehatan Kota Padang 2013.

Esti Utama. 2014. Skripsi: Pengaruh dan Pelaksanaan Program Kelas Ibu Hamil

terhadap Pengetauhan dan Sikap Ibu Hamil dalam Deteksi Dini Risiko

Tinggi. Jawa: Akademi Kebidanan Boyolali

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Survei demografi kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012. Jakarta: Bakti Husada.

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Profil Kementrian Kesehatan. Jakarta:

Departemen Kementrian RI

Puskesmas Lubuk Kilangan, 2014. Laporan tahunan Puskesmas Lubuk Kilangan

tahun 2014. Padang: Puskesmas Lubuk Kilangan.

Taber B. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Ed.

Melfiandi. Jakarta: EGC