pneumothorax paper

Upload: irenestephanie

Post on 19-Feb-2018

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    1/13

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    2/13

    Patogenesis

    Pneumothoraks spontan primer akibat dari ruptur bleb emfisema subpleura. "leb tersebut

    cenderung terdapat pada apeks paru-paru. !alaupun etiologi dari adanya bleb ini masih

    belum diketahui, pengamatan epidemiologis yang mengidentifikasi faktor resiko

    pneumothoraks menunjukkan beberap faktor yang berhubungan terbentuknya bleb tersebut.

    #tudi-studi tersebut menunjukkan penggunaan tembakau, sikap tubuh dan riwayat keluarga

    merupakan faktor resiko terjadinya komdisi ini. $ontohnya, pneumothoraks spontan primer

    lebih sering terjadi pada pria tinggi dan kurus. %uga terdapat kecenderungan familial pada

    pneumothoraks tipe ini& sekitar ''( pasien dengan pneumothoraks primer spontan memiliki

    riwayat keluarga dengan hal yang sama. Pasien dengan pneumothoraks primer spontan juga

    cenderung memiliki abnormalitas bronkus seperrti penyempitan jalan nafas dan hilangnya

    aksesoris bronkus. )bnormalitas tesebut terdapat pada *( pasien yang tidak merokok

    dengan riwayat pneumothoraks primer. Inflamasi airway, khususnya karena penggunaan

    tembakau, juga berkontribusi terhadap terbentuknya bleb. Penumothoraks primer spontan

    *( terjadi pada perokok sigaret dengan kebanyakan adalah perokok berat. Patogenesis

    pneumothoraks primer spontan tampaknya bergantung pada inflamasi jalan napas dan

    predisposisi genetik terbentuknya bleb. +an inflamasi jalan nafas mungkin menjadi penyebab

    yang lebih penting.

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    3/13

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    4/13

    Pneumothoraks iatrogenik merupakan masalah yang sering namun dapat dicegah. 0abel '1

    menunjukkan penyebab sering pneumothoraks iatrogenik.

    0abel '1. Penyebab #ering Pneumothoraks Iatrogenik

    Percutaneous transthoracic needle aspiration and7or biopsy

    #ubclavian and supraclavicular central venous catheteriation

    0horacentesis

    Positive pressure mechanical ventilation

    0ransbronchial biopsy

    $losed pleural biopsy

    0racheostomy

    $ardiopulmonary resuscitation

    Prevensi

    2saha untuk mencegah pneumothoraks berfokus pada mengurangi resiko pneumothoraks

    iatrogenik. "eberapa faktor yang meningkatkan resiko pneumothoraks iatrogenik telah dapat

    diidentifikasi.

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    5/13

    Pendekatan lain pencegahan adalah dengan meminimalisir resiko rekurensi pneumothoraks

    spontan baik primer maupun sekunder. 0ingkat rekurensi pneumothoraks spontan primer dan

    sekunder berkisar dari 8( hingga 9(. +engan rekurensi pneumothoraks spontan sekunder

    lebih tinggi dari primer.

    #klerosis dan kemudian obliterasi spasium pleura dapat mencegah rekurensi. 6etode yang

    dapat dicoba untuk mencapai hal tersebut antara lain dengan skarifikasi mekanik baik dengan

    open thoracotomyatau dengan video-assisted thoracoscopic surgery:)0#/ dan chemical

    pleurodesis baik sewaktu pembedahan atau melalui agen skleroting melalui thoracostomy

    tube. "eberapa agen skleroting telah digunakan antara lain talc, derivat tetracycline,

    ;uinacrine, dan bleomycin. 0alc dan derivat tetracycline adalah yang paling efektif. 0alc

    mungkin juga terkait dengan fibrosis pleura kronik dan penyakit paru restriktif bertahun

    tahun kemudian. )ngka rekurensi setelah pleurodesis dengan agen agen tersebut berkisar dari

    *( hingga 9( untuk tetracycline dan '( untuk talc. 0etracycline parenteral tidak lagi

    tesedia, namun minocycline dan do

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    6/13

    >ejala dari pneumothoraks spontan primer dan sekunder sangat seupa. =ampir seluruh pasien

    mengeluhkan nyeri dada atau sesak, dan dua pertiga pasien mengalami kedianya. #esak lebih

    sering muncul dan biasanya berap pada pasien dengan pneumothoraks spontan sekunder

    karena adanya penyakit paru yang mendasari. "aik sesak dan nyeri dada biasanya bersifat

    akut. 3yeri dada biasanya bersifat pleuritik dan lokal pada sisi pneumothoraks.

    Pasien dengan pneumothoraks spontan primer biasanya mengalami takikardi. Pneumothoraks

    spontan sekunder biasanya nerkaitan dengan distress pernafasan, sianosis, dan kecemasan.

    #eluruh kasus pneumothoraks dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik pada sisi dada

    yang terkena. 0anda yang ada antara lain menurunnya taktil fremitus, perkusi hipersonor, dan

    penurunan atau tidak adanya suara nafas. 0anda fisik dari pneumothoraks terkait $P+

    mungkin sulit untuk ditemukan karena hiperresonansi yang sudah ada sebelumnya dan

    hilangnya suara nafas akibat adanya penyakit obstruksi paru.

    Pasien pneumothoraks tension biasanya menunjukkan gejala gangguan sistem

    kardiopulmoner dan hemodinamik yang tidak stabil. "entuk pneumothoraks ini seringkali

    timbul pada pasien dengan ventilasi mekanik. Pasien biasanya mengalami distress pernafasan

    dan gelisah tiba tiba dan tampak seperti ?melawan ventilator@7 pemeriksaan fisik ditemukan

    takikardi, takipneu dengan usaha nafas meningkat, hipotensi dan sianosis. +isamping

    pemeriksaan fisik pneumothoraks juga bisa didapatkan hiperekspansi hemothoraks ipsilateral

    dan deviasi trakhea ke arah paru-paru sehat.

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    7/13

    >ejala dan tanda pneumothoraks pada pasien dengan ventilasi mekanik juga terkadang tidak

    tampak. >ejala seringkali tidak dapat dideteksi karena pasien terintubasi dan seringkali

    disedasi. 0anda pneumothoraks pada pasien tersebut antara lain agitasi yang tidak mendasar,

    takhipneu, takikardi, distress respirasi, hipoksia, dan peningkatan peak inspirasi tiba-tiba dan

    tekanan jalan nafas yang melandai.

    Teman La!oratoris

    )bnormalitas laboratorium pada pneumothroaks spontan primer biasanya ringan. )ntara lain

    hipoksis, peningkatan gradien P)1a/, dan hipokapni dengan alkalosis respiratori.

    )bnormalitas tersebut biasanya lebih berat pada pneumothoraks spontan sekunder dan

    kebanyakan pasien tersebut hiperkapni dengan asidosis respiratorik. Kegagalan respirasi juga

    lebih sering pada pasien tersebut. Pneumothoraks tension biasanya berkaitan dengan hipoksi

    dalam dan berulang.

    Stdi Pen"itraan

    +iagnosis pneumothoraks dikonfirmasi dengan adanya garis pleura di < foto thoraks. >aris

    pleura mungkin saja tidak langsung tampak pada pasien dengan ventilator mekanik karena

    posisi foto biasanya supinasi. Pada keadaan ini pneumothoraks dapat dicurigai bila adanya

    daerah yang relatif lebih lusen pada kuadran abdomen atas, terlihatnya sulcus costophrenic

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    8/13

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    9/13

    4-C hari. 6anajemen dengan menggunakan pleurodesis kimia dlakukan pada pasien dengan

    fistula persisten yang menolak pembedahan atau pasien yang tidak dapat dilakukan

    pembedahan.

    Deekspansi edema pulmo merupakan komplikasi yang jarang dari tatalaksana

    pneumothoraks. =al ini ditandai dengan edema pulmo unilateral yang terjadi dalam 48 jam

    setelah reekspansi dari paru yang kolaps. Kadang dapat juga mengenai paru kontralateral

    namun hal ini jarang. Edema pulmo dikarenakan peningkatan permeabilitas vaskularisasi

    pulmo dan mungkin diakibatkan oleh injuri reperfusi yang diperantarai oksidan. Baktor resiko

    terjadinya edema tampaknya meliputi durasi pneumothoraks sebelum dilakukan thorakostomi

    tube dan aplikasi tekanan negatif pada cavum pleura setelah diletakkan tube. =ampir seluruh

    kasus muncul pada pasien yang mengalami pneumothoraks sekitar F hari sebelum dilakukan

    drainase. 6anajemen yang dilakukan adalah suportif, termasuk diantaranya ventilasi mekanik

    untuk resiko gagal nafas akut.

    Tatalaksana

    "eberapa tetalaksana tersedia untuk pneumothoraks, antara lain observasi, aspirasi simpel,

    tube thoracostomy baik dengan kateter jarum atau dengan chest tube dengan ukuran kecil,

    :)0# dan thorakotomi open. Kondisi klinis juga menentukan tatalaksana yang akan diambil.

    Gang perlu ditekankan adalah tidak ada rekomendasi tatalaksana yang didukung oleh

    konsensus sempurna dari ahli dan ada beberapa ketidak setujuan ahli terhadap beberapa

    rekomendasi yang ada. 5aju absopsi spontan udara pleura meningkat 4-H kali lipat jika

    diberikan oksigen aliran tinggi. Pasien yang ditatalaksana dengan observasi saja harus

    diterapi dengan terapi ini. 0ube thorakostomi harus dilepaskan jika sudah ada reekspansi

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    10/13

    komplit paru paru tanpa adanya bukti kebocoran udara dan dari foto radiografis sudah

    menunjukkan stabilitas dengan tube tersebut dihubungkan dengan !#+. !aktu dilakukan

    follow up dengan foto radiografik masih kontroversial, berkisar antara 4-4 jam setelah

    dilakukan !#+.

    6anajemen pneumothoraks iatrogenik bergantung pada kebutuhan akan ventilasi mekanik

    dan derajat gangguan fisiologis akibat pneumothoraks tersebut. Pneumothoraks iatrogenik

    pada pasien dengan ventilasi mekanik harus ditatalaksana dengan tube thoracostomykarena

    resiko tinggi untuk terjadinya pneumothoraks tension. 5ebih lanjut lagi, chest tube tidak

    boleh dilepas setidaknya selama 48 jam setelah resolusi udara pleura yang bocor tadi jika

    pasien masih dehubungkan dengan ventilator. Pneumothoraks traumatik noniatrogenik dan

    iatrogenik yang tidak dihubungkan dengan ventilator dapat ditatalaksana secara konservatif

    dengan observasi dan pemberian oksigen atau dengan aspirasi sederhana jika pneumothoraks

    nya minimal dan pasien hanya merasakan gejala yang minimal. 0horakostomy tube juga

    diindikasikan pada pasien dengan pneumothoraks yang banyak, gangguan fisiologis yang

    signifikan, atau bertambah besarnya kumpulan udara yang dievaluasi melalui radografis.

    Pleurodesis tidak diindikasikan untuk pneumothoraks traumatik karena biasanya tidak

    berulang.

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    11/13

    Prognosis

    Kematian dapat terjadi pada pneumothoraks jenis apapun, termasuk pneumothoraks spontan

    primer. 3amun, mortalitas yang secara langsung diakibatkan oleh pneumothoraks sulit untuk

    diperkirakan karena penyebab kematian segera pada kematian pasien dengan pneumothoraks

    biasanya tidak berkaitan dengan pneumothoraks. Karena ketiadaan data pasti, diperkirakan

    bahwa prognosis pneumothoraks berkaitan dengan derajat disfungsi paru, derajat gangguan

    fisiologis akibat pneumothoraks itu sendiri dan kondisi-kondisi lain yang mendasari. +engan

    menggunakan model ini prognosis pneumothoraks spontan primer setelah tatalaksana

    biasanya baik. Pneumothoraks spontan sekunder lebih membahawyakan jiwa. #tudi awal

    menunjukkan mortalitas pasien dengan $P+ dan pneumothoraks spontan sebesar 'C(,

    namun studi terkini menunjukkan angka mendekati '(.

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    12/13

    Pneumothoraks akibat pneumonia Pneumocystis carinii pneumonia pada orang dengan

    human immunodeficiency virus=I:/ seropositive memiliki angka kematian F4(. 6ortalitas

    dari pneumothoraks iatrogenik bergantung pada penyebab dari pneumothoraks dan dapat

    mencapai (. Prognosis yang paling buruk adalah pada pneumothoraks tension dan

    pneumothoraks yang terjadi pada pasien kritis. 6ortalitas pneumothoraks tension pada studi

    awal sebesar C(& kemudian angka itu meningkat menjadi F'( jika terlambat didiagnosis.

    6ortalitas pada studi terkini pada pasien kritis yang mengalami pneumothoraks di I$2

    adalah H(& mortalitas tertinggi terdapat pada pasien yang pneumothoraksnya terkait dengan

    barotrauma atau tension sedangkan pasien yang mengalami pneumothoraks terkait prosedural

    memiliki outcome yang lebih baik.

  • 7/23/2019 Pneumothorax Paper

    13/13

    Deferensi

    '. =anley 6E, !elsh $=. F$urrent +iagnosis 0reatment in Pulmonary 6edicine.

    6c>raw-=ill $ompanies, Inc. $oloradoJ 3orth )merica2. 6ac+uff )ndrew, )rnold )nthony, =arvey %ohn. 6anagement of spontaneous

    pneumothora