pneumonia aspirasi

16
Laporan Kasus Pneumonia Aspirasi Rudolf Noor Ardy Apriyanto Ceme Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang I.PENDAHULUAN Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebgaian kecil disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll). 1 Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis yang didapat dari pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai Negara terutama negara berkembang termasuk Indonesia. 2 Insidens pneumonia pada dibawah 5 tahun di Negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di Negara berkembang 10-20 kasus/ 100anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di Negara berkembang. 2 Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas

Upload: ardie-ceme-thedoctor

Post on 29-Nov-2015

503 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pneumonia Aspirasi

Laporan Kasus

Pneumonia Aspirasi Rudolf Noor Ardy Apriyanto Ceme

Bagian Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang 

I.PENDAHULUAN     

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian besar

disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebgaian kecil disebabkan oleh hal lain

(aspirasi, radiasi, dll).1 Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta

perjalanan penyakitnya. World Health Organization (WHO) mendefinisikan pneumonia hanya

berdasarkan penemuan klinis yang didapat dari pemeriksaan inspeksi dan frekuensi

pernapasan Pneumonia merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai Negara

terutama negara berkembang termasuk Indonesia.2

Insidens pneumonia pada dibawah 5 tahun di Negara maju adalah 2-4 kasus/100

anak/tahun, sedangkan di Negara berkembang 10-20 kasus/ 100anak/tahun. Pneumonia

menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada anak balita di Negara berkembang.2

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari

bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.yang

disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dalam tubuh maupun di luar tubuh

penderita. 1

Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat

respirasi kesaluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan parenkim paru.

Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang teraspirasi serta daya tahan

tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi

yang berbeda dan cara terapi yang juga berbeda. 3

Dibacakan di bagian/SMF anakRSUD W.Zyohanes Kupang pada tanggal Juni 2012

Page 2: Pneumonia Aspirasi

II. Etiologi dan Faktor Resiko

Terdapat 3 macam penyebab sindroma  pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam

lambung yang menyebabkan  pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal

menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil atau vegetable oil

dapat menyebabkan  exogenous lipoid pneumonia. Apirasi benda asing merupakan

kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia

bakterial.1

Bayi dengan lesi obstruktif, seperti atresia esophagus atau obstruktif, penderita dengan

disautonomia familial dan penderita dengan gangguan kesadaran merupakan faktor resiko

terjadinya sindroma aspirasi. Lebih dari 90 % penderita bergejala dalam 1 jam, dan hampir

semua penderita bergejala dalam 2 jam.4

III. Patofisiologi

Aspirasi merupakan hal yang dapat  terjadi pada setiap orang termasuk bayi baru lahir.

Di sini terdapat peranan aksi mukosilier dan makrofag alveoler dalam pembersihan material

yang teraspirasi. Terdapat 3 faktor determinan yang berperan dalam  pneumonia aspirasi,

yaitu sifat material yang teraspirasi, volume aspirasi, serta faktor defensif host.

Perubahan patologis pada saluran napas pada umumnya tidak dapat dibedakan antara

berbagai penyebab pneumonia, hampir semua kasus gangguan terjadi pada parenkim disertai

bronkiolitis dan gangguan interstisial. Perubahan patologis meliputi kerusakan epitel,

pembentukan mukus dan akhirnya terjadi penyumbatan bronkus. Selanjutnya terjadi infiltrasi

sel radang peribronkial (peribronkiolitis) dan terjadi infeksi baik pada jaringan interstisial,

duktus alveolaris maupun dinding alveolus, dapat pula disertai pembentukan membran hialin

dan perdarahan intra alveolar. Gangguan paru dapat berupa restriksi, difusi dan perfusi.2

IV. Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul biasanya mendadak tetap dapat didahului dengan infeksi saluran

napas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak,

kebiruan di mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Pada anak

biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi sering menunjukkan gejala

Page 3: Pneumonia Aspirasi

non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit

dibedakan dengan meningitis, sepsis, atau ileus.

Secara klinis ditemukan gejala respiratory seperti takipneu, retraksi subcostal (chest

indrawing), napas cuping hidung, ronchi, dan sianosis . Ronchi ditemukan bila hanya ada

infiltrat alveolar. Retraksi dan takipneu merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna.

Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerak ekskrusi dada tertinggal di daerah efusi. Gerakan

dada juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila efusi pleura

bertambah, sesak napas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura semakin bekurang dan

berubah menjadi nyeri tumpul.1

Secara umum pneumonia aspirasi mengalami gangguan napas. Gangguan napas dapat

diklasifikasi berdasarkan pada mekanisme patofisiologi yang mengakibatkan hipoksemia

dan/atau hiperkabia. Buku Pedoman Manajemen masalah BBL untuk dokter, perawat dan

bidan di rumah sakit, membagi klasifikasi gangguan napas, menjadi :

Gangguan napas ringan

Gangguan napas sedang

Gangguan napas berat5

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. Klasifikasi lain dapat menggunakan skor Downes

sepertu pada tabel 2 dibawah ini

Tabel 1. Klasifikasi gangguan napas

Frekuensi napas Gejala tambahan gangguan napas Klasifikasi

>60 kali/menit DENGAN Sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi Gangguan napas berat Atau >90 DENGAN Sianosis sentral Atau tarikan dinding kali/menit dada atau merintih saat ekspirasi 60-90 kali/menit DENGAN Tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral Gangguan napas sedang Atau >90 TANPA Tarikan dinding dada atau merintih kali/menit saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis

sentral

60-90 kali/menit TANPA Tarikan dinding dada atau merintih kali/menit saat ekspirasi atau sianosis Gangguan napas Ringan

sentral

Page 4: Pneumonia Aspirasi

Tabel 2. Evaluasi gawat napas dengan skor Downes

Pemeriksaan Skor

0 1 2

Frekuensi napas < 60x / menit 60-80x/ menit >80 x/menit

Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat

Sianosis Tidak ada sianosis Sianosis hilang

dengan O2

Sianosis menetap

walaupun diberi O2

Air entry Udara masuk Penurunan ringan

udara masuk

Tidak ada udara

masuk

Merintih Tidak merintih Dapat didengar

dengan stetoskop

Dapat didengar

tanpa alat bantu

V. Penegakkan Diagnosis

Anamnesis

Pada anamnesis didapatkan gejala yang timbul biasanya mendadak setelah diberi

minum, tetapi dapat didahului dengan infeksi saluran napas akut bagian atas. Demam,

takpnea dan batuk lazim ada. Apnea dan syok dapat juga terjadi.1,5

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan didapatkan takipneu, retraksi subcostal (chest indrawing), napas

cuping hidung, ronchi, dan sianosis . Ronchi ditemukan bila hanya ada infiltrat

alveolar. Retraksi dan takipneu merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna.

Bila terjadi efusi pleura atau empiema, gerak ekskrusi dada tertinggal di daerah efusi.

Gerakan dada juga akan terganggu bila terdapat nyeri dada akibat iritasi pleura. Bila

efusi pleura bertambah, sesak napas akan semakin bertambah, tetapi nyeri pleura

semakin bekurang dan berubah menjadi nyeri tumpul.1

Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke

kiri. Pada pemeriksaan BGA kadar PaCO2 dapat rendah,normal,atau meningkat.

Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal napas. Pada foto

thorax terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru serta

dilakukan kultur bakteri.1

Page 5: Pneumonia Aspirasi

VI. Tatalaksana

Tatalaksana aspirasi pneumonia adalah sebagai berikut:1

Indikasi MRS

1. Ada kesukaran napas

2. Sianosis

3. Umur kurang dari 6 bulan

4. Ada penyulit misalnya : muntah, dehidrasi, empiema

5. Diduga infeksi oleh staphylococcus

6. Imunokompremis

7. Perawatan di rumah kurang baik

8. Tidak respon dengan pemberian antibiotic oral

Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau masker, monitor dengan pulse

oxymetri. Bila ada tanda gagal napas diberikan ventilasi mekanik

Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila cairan parenteral). Jumlah cairan sesuai

berat badan, peningkatan suhu dan dehidrasi

Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai melalui enteral bertahap melalui selang

nasogatrik

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal

Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi

Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita dan dugaan

penyebabnya. Evaluasi pengobatan dilakukan 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan klinis

dilakukan penggantian antibiotika sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian

antibiotic tergantung: kemajuan klinis penderita, hasil laboratorium, foto thoraks dan

jenis kuman penyebabnya. Biasanya antibiotik yang diberikan yaitu antibiotic beta-

laktam, ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan kloramfenikol atau diberikan

sefalosporin generasi ketiga.

Page 6: Pneumonia Aspirasi

VII. Komplikasi3

1. Gagal nafas dan sirkulasi

Bantuan pernapasan non-invasif yang dapat membantu seperti mesin untuk jalannafas

dengan bilevel tekanan positif,dalam kasus lain pemasanganendotracheal tube kalau perlu

dan ventilator dapat digunakan untukmembantu pernafasan. Pneumonia dapat

menyebabkan gagal nafas oleh pencetus akut respiratory distress syndrome(ARDS). Hasil

dari gabungan infeksi dan respon inflamasi dalam paru-paru segera diisi cairan dan

menjadi sangat kental, kekentalan ini menyatu dengan keras menyebabkan kesulitan

penyaringan udara untuk cairan alveoli,harus membuat ventilasi mekanik yang

dibutuhkan

2. Syok sepsis

Sepsis dapat menyebabkan kerusakan hati,ginjal,dan jantung diantara masalah lain dan

sering menyebabkan kematian

3. Effusi pleura,empyema dan abces

Abses-abses khas terjadi pada pneumonia aspirasi dan sering mengandung beberapa tipe

bakteri. Biasanya antibiotik cukup untuk pengobatan abses pada paru,tetapi kadang abses

harus dikeluarkan oleh ahli bedah atau ahli radiologi.

VIII. Prognosis

Prognosisnya tergantung pada keparahan aspirasi dan sebagian lagi pada penyakit yang

mendasarinya. Kebanyakan penderita infiltratnya akan membersih dalam waktu 2 minggu.

Angka mortalitas untuk penderita dengan aspirasi masif sekitar 25%.4

Page 7: Pneumonia Aspirasi

IX. Laporan Kasus

Bayi Ny. Fransiska Beku, umur 1 hari jenis kelamin laki-laki masuk melalui IGD pada tanggal 25

Mei 2012 pukul 16.00 WITA dan masuk ruang NICU pada tanggal 25 Mei 2012 pukul 20.10.

Anamnesis

Keluhan utama :sesak napas sejak 1 jam SMRS

Riwayat penyakit sekarang :Sesak napas 1jam SMRS, sesak napas timbul saat bayi diberi minum

susu formula sebanyak 1 sendok makan. Bayi diberi susu formula dengan alasan ASI sedikit. Bayi

juga mengalami demam sejak 1 hari SMRS, demam terus menerus. Saat tiba di NICU bayi tidak

demam lagi. Batuk (-), pilek (-), Muntah (-), BAK normal warna kuning, BAB mekonium.

Riwayat Kehamilan Ibu :

G1P0A0

HPHT : 27 Agustus 2011

Taksiran partus : 3 Juni 2012

ANC rutin di Puskesmas Sikumana

Ibu mengkonsumsi obat penambah darah dan vitamin

Ibu tidak merokok dan mengkonsumsi alcohol

Ibu sehat selama hamil

Riwayat persalinan

Jenis Persalinan :Partus spontan di Puskesmas Sikumana dipimpin bidan

Tanggal lahir : 24 Mei 2012

Apgar Score : Ibu tidak tahu

IMD :-

BBL :2800 gram

PB : Ibu tidak tahu

Ketuban : Mekoneal

Page 8: Pneumonia Aspirasi

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Bayi tampak merintih, gerak kurang aktif, menangis lemah dan merintih

Berat badan :2600 gram

Panjang Badan: 49 cm

Lingkar Kepala : 32 cm

Lingkar dada : 31 cm

Lingkar perut :30 cm

Tanda-tanda vital :Suhu : 37,10 C, HR :178 x/menit, RR : 120 x /menit

Ballard Skor : 38 Usia kehamilan 38-40 minggu

Kulit : Tampak merah muda, ujung-ujung kuku kaki dan tangan sianosis (minimal)

Kepala : Bulat, tidak ada tanda-tanda trauma, ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil

belum menutup menutup, caput succadeneum (-) dan cephal hematom (-)

Rambut : hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Wajah : simetris, edema (-).

Mata : Sulit dievaluasi

Telinga : Bentuk telinga normal, cerumen -|-, recoil cepat

Hidung : Deviasi septum nasi (-), sekret -|-, darah -|-, pernapasan cuping hidung +|+

Mulut : Mukosa bibir merah muda, lidah merah muda

Tonsil : T1-T1, tidak hiperemis

Leher : massa (-), pembesaran KGB (-), kaku kuduk : (-)

Dada : simetris, massa (-),retraksi subcostal , retraksi suprasternal (+)

Jantung : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 midclavicula sinistra, massa (-),

thrill (-)

Perkusi : Tidak dilakukan

Auskultasi : S1-S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

Paru : Inspeksi : pengembangan dada simetris, pernapasan abdominothorakal, cepat,

Palpasi : vokal fremitus simetris +|+, massa (-)

Perkusi : sonor di seluruh lapangan paru

Auskultasi : Bronchovesikuler +|+, ronchi -|-, wheezing -|-

Abdomen : Inspeksi : Perut rata, Supel massa (-).

Auskultasi : bising usus (+) normal

Page 9: Pneumonia Aspirasi

Palpasi : distensi abdomen (-), massa (-), organomegali (-), turgor kulit < 3

detik,

Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen

Genitalia : Jenis kelamin laki-laki, testis sudah turun, panjang penis 2 cm

Anus : tidak diperiksa

Ekstremetas : lengkap, CRT < 2 detik, sianosis minimal di kuku tangan dan di telapak kaki.

Tulang belakang : normal.

Diagnosa kerja : Pneumonia Aspirasi ec. Aspirasi susu

Terapi : Puasakan

IVFD D10 1/5 NS 156 ml/24 jam

Ampicilin 2 x 150 mg IV

Gentamicin 1x 13 mg IV

Observasi ketat

Page 10: Pneumonia Aspirasi

X. DISKUSI

Telah diajukan sebuah kasus pneumonia aspirasi ec.Aspirasi susu pada bayi laki-laki berumur

1 hari. Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa bayi mendadak

sesak napas setelah diberi minum susu formula sebanyak satu sendok oleh sang ibu. Anak juga

mengalami demam 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Serta dari hasil pemeriksaan fisik

ditemukan bayi tampak merintih, gerak kurang aktif, menangis lemah dan merintih, tampak kebiruan di

ujung kaki serta tangan dari bayi, adanya napas cuping hidung serta adanya retraksi subcostal dan retraksi

suprasternal. Pada pasien ini Pemeriksaan penunjang berupa foto thorax dan kultur bakteri tidak

dilakukan dikarenakan dari hasil anamnesis serta pemeriksaan fisik sudah dapat menegakkan diagnosis

serta dipertimbangkan juga kondisi ekonomi dari keduaorang tua pasien.

Pada penanganan awal di IGD pasien dipuasakan,dan untuk mencukupi kebutuhan cairannya dipasang

jalur parenteral IVFD D10 1/5 NS 216 cc/24 jam, di pasang 02, untuk mengatasi sianosis, serta karena

adanya resiko infeksi saat pasien lahir dan juga untuk mencegah terjadinya infeksi akibat aspirasi susu

tersebut pasien diberikan antibiotik berupa ampicilin sesuai berat badannya, yaitu ampicilin dan

gentamicin secara parenteral.

Seperti dijelaskan sebelumnya pasien pneumonia aspirasi dengan gejala kesukaran napas, sianosis,

umur kurang dari 6 bulan, ada penyulit misalnya : muntah, dehidrasi, empiema, diduga infeksi

oleh staphylococcus, imunokompremis, perawatan di rumah kurang baik, tidak respon dengan

pemberian antibiotik oral memiliki indikasi untuk dirawat di rumah sakit. Pada pasien ini

didapatkan napasnya cepat dan megap-megap, adanya sianosis, umur kurang dari 6 bulan serta

perawatan di rumah yang kurang baik. Atas indikasi gangguan napas yang berat tersebut pasien

diputuskan untuk dirawat di rumah sakit.

Pada perawatan pasien ini di rumah sakit, bayi dipasang CPAP untuk meningkatkan

oksigenasi dan juga berguna untuk memperbaiki mekanisme respirasi.

Page 11: Pneumonia Aspirasi

Daftar pustaka

1.Laporan kasus

2.Pedeoman pelayanan medis

3. Marlisa. 2011. Pneumonia Aspirasi. UPN Veteran. (http://www.scribe.com/,8 Maret 2012)

4.nelson

5.neonatologi