plan and organize goal maturity model · 2013. 6. 24. · 1 suatu model tata kelola ti untuk...

15
1. Pendahuluan Pemerintah Kabupaten Semarang sekarang ini sudah memiliki infrastruktur Teknologi Informasi (TI) dalam setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pada setiap kota memiliki SKPD yang bernama Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika serta perangkat daerah lainnya yang bernama Bagian Pengelola Data Elektronik. PDE memiliki tanggung jawab terhadap pemanfaatan teknologi informasi diseluruh SKPD pemerintahan Kabupaten Semarang. Adapun fungsi dari PDE a.i mengontrol arus data dan keamanan data, membuat infrastruktur jaringan di setiap SKPD, melakukan bimbingan pada setiap SKPD mengenai teknologi informasi, serta menjalin kerjasama dengan pihak luar mengenai aplikasi yang menunjang dalam pemerintahan[1]. Pemerintah Kabupaten Semarang memiliki tata kelola teknologi informasi yang sudah dilaksanakan. Tata kelola itu sendiri secara umum memiliki komponen yang meliputi unit/ satuan kerja, aturan dan kebijakan serta proses dan mekanisme[2]. Pemerintah Kabupaten Semarang belum memiliki aturan yang jelas dalam pengelolaan TI. Oleh karena itu dalam domain Plan and Organize membahas mengenai perencanaan akan strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi dari pengelolaan TI agar dapat memberikan goal berupa kontribusi pada pencapaian tujuan bisnis. Domain PO juga merealisasikan visi strategis yang perlu direncanakan, dikomunikasikan dan dikelola untuk perspektif yang berbeda sehingga menghasilkan analisis mengenai perencanaan dan aturan yang sesuai dalam pengelolaan TI yang ada di Kabupaten Semarang. Mendiskripsikan permasalahan yang menjadi latar belakang penulisan ini adalah bagaimana pelaksanaan tata kelola teknologi informasi di pemerintah Kabupaten Semarang, bagaimana penilaian COBIT menggunakan Capability Maturity Model untuk mengetahui tingkat kematangan penerapan teknologi informasi dan sistem informasi(SI) di Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kematangan atau kesiapan pemerintah Kabupaten Semarang dalam pengelolaan teknologi informasi dan analisis terhadap kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tata kelola TI di pemerintah Kabupaten Semarang. Manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah pemerintah Kabupaten Semarang pada akirnya mengetahui tingkat level maturitas yang sudah dicapai dalam tata kelola TI dan bisa menggunakan hasil rekomendasi untuk menghasilkan tata kelola TI di Kabupaten Semarang lebih maksimal. 2. Tinjauan Pustaka Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sebagai institusi perencanaan pemerintah merasa perlu untuk memiliki suatu tata kelola teknologi informasi yang baik agar investasi teknologi informasinya dapat berjalan dengan baik. Teknologi informasi untuk BAPPENAS dengan menggunakan gabungan model tata kelola teknologi informasi diantaranya model Peterson, model Weill & Ross, model ITGI focus area, model AS 8015 standar Australia, dan kontrol objektif dari COBIT [3]. Dari keseluruhan model tersebut dapat dilihat seberapa jauh tingkat kematangan tata kelola TI pada BAPPENAS yang kemudian akan ditentukan solusi untuk mencapainya.

Upload: others

Post on 12-Feb-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 1. Pendahuluan

    Pemerintah Kabupaten Semarang sekarang ini sudah memiliki infrastruktur

    Teknologi Informasi (TI) dalam setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

    Pada setiap kota memiliki SKPD yang bernama Dinas Perhubungan, Komunikasi

    dan Informatika serta perangkat daerah lainnya yang bernama Bagian Pengelola

    Data Elektronik. PDE memiliki tanggung jawab terhadap pemanfaatan teknologi

    informasi diseluruh SKPD pemerintahan Kabupaten Semarang. Adapun fungsi

    dari PDE a.i mengontrol arus data dan keamanan data, membuat infrastruktur

    jaringan di setiap SKPD, melakukan bimbingan pada setiap SKPD mengenai

    teknologi informasi, serta menjalin kerjasama dengan pihak luar mengenai

    aplikasi yang menunjang dalam pemerintahan[1]. Pemerintah Kabupaten

    Semarang memiliki tata kelola teknologi informasi yang sudah dilaksanakan. Tata

    kelola itu sendiri secara umum memiliki komponen yang meliputi unit/ satuan

    kerja, aturan dan kebijakan serta proses dan mekanisme[2].

    Pemerintah Kabupaten Semarang belum memiliki aturan yang jelas dalam

    pengelolaan TI. Oleh karena itu dalam domain Plan and Organize membahas

    mengenai perencanaan akan strategi dan taktik yang menyangkut identifikasi dari

    pengelolaan TI agar dapat memberikan goal berupa kontribusi pada pencapaian

    tujuan bisnis. Domain PO juga merealisasikan visi strategis yang perlu

    direncanakan, dikomunikasikan dan dikelola untuk perspektif yang berbeda

    sehingga menghasilkan analisis mengenai perencanaan dan aturan yang sesuai

    dalam pengelolaan TI yang ada di Kabupaten Semarang.

    Mendiskripsikan permasalahan yang menjadi latar belakang penulisan ini

    adalah bagaimana pelaksanaan tata kelola teknologi informasi di pemerintah

    Kabupaten Semarang, bagaimana penilaian COBIT menggunakan Capability

    Maturity Model untuk mengetahui tingkat kematangan penerapan teknologi

    informasi dan sistem informasi(SI) di Kabupaten Semarang.

    Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat kematangan atau kesiapan

    pemerintah Kabupaten Semarang dalam pengelolaan teknologi informasi dan

    analisis terhadap kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan tata kelola TI di

    pemerintah Kabupaten Semarang. Manfaat yang ingin dicapai melalui penelitian

    ini adalah pemerintah Kabupaten Semarang pada akirnya mengetahui tingkat level

    maturitas yang sudah dicapai dalam tata kelola TI dan bisa menggunakan hasil

    rekomendasi untuk menghasilkan tata kelola TI di Kabupaten Semarang lebih

    maksimal.

    2. Tinjauan Pustaka

    Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS) sebagai institusi

    perencanaan pemerintah merasa perlu untuk memiliki suatu tata kelola teknologi

    informasi yang baik agar investasi teknologi informasinya dapat berjalan dengan

    baik. Teknologi informasi untuk BAPPENAS dengan menggunakan gabungan

    model tata kelola teknologi informasi diantaranya model Peterson, model Weill &

    Ross, model ITGI focus area, model AS 8015 standar Australia, dan kontrol

    objektif dari COBIT [3]. Dari keseluruhan model tersebut dapat dilihat seberapa

    jauh tingkat kematangan tata kelola TI pada BAPPENAS yang kemudian akan

    ditentukan solusi untuk mencapainya.

  • 1

    Suatu model Tata Kelola TI untuk EEPIS-ITS dengan mengacu kepada

    standar COBIT (Control Objectives for Information and Related Technology).

    Penelitian ini difokuskan pada dua domain utama COBIT, yaitu Plan and

    Organize (PO) dan Acquire and Implement (AI). Metodologi penelitian dilakukan

    dengan melalui studi pustaka dan identifikasi pengelolaan TI EEPIS-ITS, yang

    berupa identifikasi management awareness terhadap fungsi asset TI yang

    dimilikinya dalam mendukung tercapainya visi dan misi organisasi melalui

    kuesioner [4]. Dari kedua data tersebut, maka dapat ditentukan target kematangan

    (expected maturity level) yang sesuai untuk EEPIS-ITS.

    Pengertian Tata Kelola Teknologi Informasi

    “ IT Governance is the responsibility of the Board of Directors and executive management, it is an integral part of enterprise governance and

    consist of the leadership and organizational structures and processes that

    ensure that the organization’s IT sustains and extends the organization’s

    strategy and objectives .”[5]

    ” The system by which the current and future use of ICT is directed and

    controlled. It involves evaluating and directing the plans for the use of ICT

    to support the organization and monitoring this use to achieve plans. It

    includes the strategy and policies for using ICT within an organization.” [6]

    COBIT Framework Model

    COBIT (Control Objectives for Information and related Technology)

    merupakan standar tata kelola TI yang dikembangkan oleh IT Governance

    Institute (ITGI), yaitu sebuah organisasi yang melakukan studi tentang model tata

    kelola TI yang berbasis di Amerika Serikat. Berbeda dengan standar-standar tata

    kelola TI lainnya, COBIT mempunyai cakupan yang lebih luas, komprehensif,

    dan mendalam dalam melihat proses pengelolaan TI. Struktur COBIT terdiri dari

    ringkasan eksekutif (executive summary), kerangka kerja (framework) berorientasi

    proses bisnis yang mencakup seluruh aktifitas TI, pedoman manajemen

    (management guidelines), sasaran pengendalian rinci (detailed control objectives),

    pedoman audit (audit guidelines), dan kumpulan alat implementasi

    (implementation tool set)[5]. COBIT memungkinkan organisasi mengembangkan

    kebijakan yang jelas dan praktek-praktek terbaik (best practices) untuk

    pengendalian TI, COBIT dirancang sebagai tools tata kelola TI guna membantu

    manajemen dalam mengelola dan memahami resiko-resiko dan keuntungan-

    keuntungan yang berhubungan dengan informasi dan TI terkait . Dalam

    mendukung tata kelola TI, COBIT menyediakan suatu kerangka kerja

    (framework) yang memastikan bahwa TI telah diselaraskan dengan proses bisnis,

    sumber daya TI telah digunakan dengan bertanggung jawab, dan resiko-resiko TI

    telah ditangani dengan tepat.

    Komponen COBIT

    Kerangka kerja COBIT mengidentifikasi 34 proses TI yang dikelompokkan

    ke dalam empat domain utama, yaitu domain Plan and Organize (PO), Acquire

    and Implement (AI), Deliver and Support (DS), dan Monitor and Evaluate

  • 2

    (ME)[4]. Setiap domain memiliki karakteristik yang berbeda. Domain Plan and

    Organize meliputi :

    1. PO1 Define a strategic IT plan. PO 1 ini menjelaskan bahwa perencanaan strategis TI diperlukan untuk

    mengatur dan mengarahkan semua sumber daya TI sejalan dengan strategi

    bisnis dan prioritas TI.

    2. PO2 Define the information architecture.

    PO 2 ini menjelaskan bahwa menciptakan dan membaharui secara teratur

    suatu model informasi bisnis dan menentukan sistem yang sesuai untuk

    mengoptimalkan penggunaan informasi tersebut.

    3. PO3 Determine technological direction.

    PO 3 ini menjelaskan bahwa menentukan arah teknologi yang mendukung

    suatu bisnis.

    4. PO4 Define the IT Process, Organisation and Relationships. PO 4 ini menjelaskan bahwa suatu organisasi TI ditentukan dengan

    mempertimbangkan kebutuhan untuk para staff, keahlian, fungsi, tanggung

    jawab, otoritas, peran dan tanggung jawab serta pengawasan.

    5. PO5 Manage the investment.

    PO 5 menjelaskan bahwa proses ini mengatur tentang pendanaan dan

    pengendalian pengeluaran perusahaan dalam berinvestasi TI, dengan

    inevestasi periodik dan anggaran operasional disusun serta akhirnya

    disetujui oleh perusahaan.

    6. PO6 Communicate management aims and direction. PO 6 menjelaskan bahwa manajemen membantu mengembangkan sebuah

    perusahaan TI dengan mengendalikan kerangka kerja serta kebijakannya,

    dengan melakukan komunikasi secara terus menerus

    7. PO7 Manage IT human resources. PO 7 menjelaskan bahwa mengelola SDM mencakup sikap, sifat dan

    perilaku manusia serta memberikan motivasi dan melihat atas

    kompetensinya dalam suatu bidang TI dan berorganisasi sehingga dapat

    membentuk manusia yang dapat beradaptasi dengan sistem yang ada.

    8. PO8 Manage Quality. PO 8 menjelasaan bahwa pengelolaan kualitas dilihat dari pertimbangan

    mengenai perencanaan, penerapan standar kualitas dalam pembuatan dan

    pengembangan system yang digunakan untuk mendukung tujuan bisnis

    dan memenuhi kebutuhan user.

    9. PO9 Assess and Manage IT Risks. PO 9 menjelaskan bahwa mengidentifikasi dan mengelola resiko TI

    sehingga dapat meminimalisir resiko-resiko yang ada atau yang akan

    terjadi.

    10. PO10 Manage projects. PO 10 menjelaskan bahwa memastikan bahwa proyek TI selesai sesuai

    jadwal dan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan atau tidak

    sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

  • 3

    Capability Maturity Model

    CMM (Capability Maturity Model) dikembangkan pertama kali oleh SEI

    (Software Engineering Institute) yang berbasis di Carnegie Mellon University in

    Pittsburgh berdasarkan pesanan dari Departemen Pertahanan Amerika Serikat.

    Maturity model digunakan sebagai metric untuk mengukur tingkat perkembangan

    sistem informasi. Dengan Maturity model dapat digunakan juga untuk

    mengendalikan proses teknologi informasi dengan suatu metode skoring

    sedemikian sehingga suatu organisasi dapat menilai dirinya sendiri dari “tidak

    ada” sampai “optimized” (dari 0 sampai 5). Pendekatan ini diperoleh berdasarkan

    Maturity Model. CMM memiliki lima level yang menjadi tingkatan dalam

    mencapai tujuan untuk peningkatan sebuah proses dan tingkat kematangan yang

    sudah dilaksanakan dalam SKPD yaitu non-existence, initial, repeatable, defined,

    managed, optimized. Setiap level memiliki karakteristik yang berbeda. Lima level

    tersebut meliputi :

    Gambar 1 Maturity Scoring

    3. Metodologi Penelitian

    Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kuantitatif yaitu

    mengkonfirmasi antara teori dengan kenyataan yang ada dengan mendasarkan

    pada data ilmiah dalam bentuk angka atau numerik, sehingga penelitian kuantitatif

    diidentikkan dengan penelitian numerik.yang memiliki data primer.

    dalam mendapat dan mengolah data tentang apa yang menjadi bagian dalam

    analisis tata kelola TI di Kabupaten Semarang.

  • 4

    Gambar 2 Tahapan Penelitian

    Pada tahapan penelitian di atas dapat dijelaskan bahwa analisis yang

    dilakukan berdasarkan kuesioner yang dijawab oleh seluruh pegawai PDE

    Kabupaten Semarang selain itu juga dilakukan wawancara dan pengamatan

    sebagai dukungan atas temuan-temuan hasil dari kuesioner. Kuesioner yang

    diberikan merupakan pertanyaan dari COBIT domain pertama yaitu Plan and

    Organize dan memiliki lima level dari Capability Marturity Model yaitu initial,

    repeatable, defined, managed, optimized. Pengolahan hasil kuesioner pada

    akhirnya akan dianalisis untuk mendapatkan kesimpulan mengenai tata kelola TI

    di PDE Kabupaten Semarang.

    Desain Penelitian

    Bagian pengelola data elektronik memiliki struktur organisasi yang nantinya

    akan dipergunakan untuk pedoman dalam penentuan RACI guna mencapai

    sasaran yang diinginkan dalam penyebaran kuesioner. Struktur organisai PDE

    dapat dilihat pada gambar 3.

    Gambar 3 Struktur Organisasi PDE

  • 5

    Pedoman mengenai partisipan dalam penelitian diangkat dari standarisasi

    ISACA yang disebut RACI. RACI merupakan susunan jabatan yang bisa

    dijadikan pedoman dalam memilih partisipan penelitian. Responden yang dipilih

    oleh adalah responden yang mewakili tabel RACI (Responsibility, Accountability,

    Consult, and Inform) pada proses pengolahan data[4]. Secara garis besar

    responden yang akan disertakan dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Tabel Responden Kuesioner

    RACI respondent Actual respondent Jabatan respondent

    Chief Executive

    Officer

    Chief Executive Officer

    Kepala Bagian PDE

    Chief Information

    Officer

    IT Director

    Kepala Sub Bagian SI dan

    Perangkat Lunak

    Business Process

    Owner

    Human Resource Director,

    Human Resource Head

    Division, Human Resource

    Manager, System Analyst

    Manager

    KABAG PDE, KASUBAG SI dan

    Perangkat Lunak, KASUBAG

    Infrastruktur jaringan

    Head Operation

    IT Head Division

    KASUBAG SI dan Perangkat

    Lunak, dan KASUBAG

    Infrastruktur jaringan

    Chief architect

    IT Hardware Manager, IT

    Asset Manager

    KASUBAG

    Head IT

    Administration

    IT Administration Manager

    Administrasi

    Compliance, Audit,

    Risk and Security

    Internal Auditor

    KABAG dan KASUBAG

    Service Desk

    Manager

    IT Troubleshooting Manager Bagian Teknisi

    Perhitungan Kuesioner

    Perhitungan kuesioner ini menggunakan perhitungan berdasar tiingkat

    maturiitas atau CMM yang terdiri dari level 0 sampai 5 pada setiap pernyataan.

    Perhitungan dalam pengolahan data hasil kuesioner dapat kita rumuskan dalam

    beberapa cara yaitu :

    1. Penjumlahan tiap sub domain Plan and Organize PO 1 sampai dengan PO 10 berdasar tiap responden.

    2. Mencari nilai pengujian maturitas berdasar dari jumlah tiap sub domain keseluruhan 10 responden.

  • 6

    3. Jumlah tiap sub domain dari 10 responden dibagi dengan jumlah pertanyaan masing – masing sub domain yang kemudian di bagikan lagi

    dengan berapa jumlah responden.

    4. Untuk mendapatkan hasil rata-rata domain Plan and Organize dilakukan penjumlahan ke sepuluh domain tersebut yang kemudian dibagi dengan

    jumlah sub domain yang ada yaitu 10.

    Semua hasil tiap sub domain dilakukan pembulatan supaya dapat

    menghasilkan tingkatan maturitas yang ingin diketahui.

    4. Hasil dan Pembahasan

    Diskripsi Tata kelola TI di Kabupaten Semarang

    Kabupaten Semarang melakukan pemanfaatan di bidang TI sudah mencakup

    semua SKPD di Kabupaten Semarang. Pemanfaatan pengelolaan TI secara garis

    besar dibagi menjadi pemanfaatan TI yang digunakan dalam pelayanan

    masyarakat dan pemanfaatan TI yang digunakan dalam setiap SKPD. Tata kelola

    TI yang ada di Kabupaten Semarang meliputi bidang infrastruktur jaringan dan

    sistem informasi. Di Kabupaten Semarang memiliki Bagian PDE yang mengelola

    seluruh tata kelola TI untuk setiap SKPD seperti mengenai pelatihan,

    pengembangan software dan jaringan, melaksanakan lelang akan project tertentu,

    maintenance terhadap investasi TI yang ada, mengontrol dan mengelola seluruh

    data elektronik, menentukan kebijakan yang terkait dalam pemanfaatan TI seperti

    pada pengambilan kebijakan atas penyimpangan kinerja PDE, dan mengarahkan

    kinerja sesuai dengan visi dan misi serta fungsi dan tanggung jawab yang sudah

    terdapat dalam RENSTRA. Kabupaten sendiri juga memiliki SKPD yang

    berfungsi sebagai pengelola TI yang berhubungan dengan pelayanan masyarakat

    yaitu DISHUBKOMINFO, sehingga jelas sekali perbedaan fungsi yang terjadi di

    dalam 2 organisasi tersebut.

    Bagian Pengelola Data Elektronik Kabupaten Semarang merupakan

    perangkat pemerintahan yang mengelola infrastruktur jaringan dan data sistem

    informasi beserta software yang digunakan dalam setiap SKPD yang ada di

    Kabupaten Semarang. PDE memiliki sepuluh pegawai yang terdiri dari Kepala

    Bagian, Kepala Sub Bagian Infrastruktur Jaringan, Kepala Sub Bagian Sistem

    Informasi dan Perangkat Lunak, Staf Administrasi Keuangan, dan Staf Teknisi.

    PDE memiliki tugas pokok dan fungsi dinas yang telah ditetapkan diantaranya :

    1. Tugas Pokok :

    Membantu Asisten Administrasi Umum dalam menyusun kebijakan

    dibidang pengelolaan data elektronik. dan mengoordinasikan pelaksanaan

    kegiatan Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (bidang

    komunikasi dan informatika).

    2. Fungsi :

    a. Pengoordinasian penyusunan kebijakan dibidang pengelolaan data elektronik;

  • 7

    b. Fasilitasi pengoordinasian pelaksanaan kegiatan Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika (bidang komunikasi dan

    informatika);

    c. Pengoordinasian pelaksanaan kegiatan Subbagian Bina Infrastruktur Jaringan, dan Subbagian Bina Sistem Informasi Dan

    Perangkat Lunak.

    Perbedaan mendasar fungsi secara keseluruhan antara Dinas Perhubungan

    Komunikasi dan Informatika dengan Bagian Pengelola Data Elektronik adalah

    tujuan pengelolaan TI yang dilakukan. DISHUBKOMINFO mempunyai fungsi

    sebagai pengelola TI yang berhubungan dengan masyarakat, sedangkan PDE

    memiliki fungsi sebagai pengelola IT dan data elektronik kepada semua SKPD

    yang ada di Kabupaten Semarang yang tidak mempunyai keterkaitan dengan

    pelayanan masyarakat.

    Hasil Uji Validitas Dan Reabilitas

    Uji validitas dilakukan terhadap 10 responden pada bagian PDE

    Kabupaten Semarang dengan terlebih dahulu menghitung korelasi dengan rumus

    yang dikemukakan oleh Pearson atau yang lebih dikenal dengan rumus Product

    Moment Pearson (rhitung) dan menggunakan program pengolah data statistik yaitu

    SPSS (Statistical Product and Service Solutions) Version 20.0 dengan rumusan

    rhitung > rtabel menurut parameter tabel [8]. Uji Validitas dalam kuesioner

    penelitian berfungsi untuk menguji valid atau tidaknya item instrumen penelitian.

    Sebuah pernyataan dinyatakan valid apabila pertanyaan tersebut

    mempunyai nilai r hitung lebih besar atau sama dengan dari r tabel, dan

    pernyataan yang tidak valid tersebut nantinya akan dibuang dan tidak digunakan

    dalam pencarian data kuesioner. Dalam kuesioner domain Plan and Organize

    untuk PO 1 memiliki 5 pernyataan, PO 2 memiliki 5 pernyataan, PO 3 memiliki 5

    pernyataan,PO 4 memiliki 5 pernyataan, PO 5 memiliki 5 pernyataan, PO 6

    memiliki 3 pernyataan, PO 7 memiliki 2 pernyataan, PO 8 memiliki 5 pernyataan,

    PO 9 memiliki 10 pernyataan dan PO 10 memiliki 7 pernyataan. Hasil uji validitas

    untuk keseluruhan pernyataan yang berjumlah 52 pernyataan menunjukan bawha

    semua pertanyaan memiliki r hitung yang lebih besar dari 0,3 sehingga semuanya

    dikatakan valid.

    Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

    merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan

    reliabel atau handal, jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten

    atau stabil dari waktu ke waktu [9]. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan

    menghitung Cronbach Alpha masing-masing instrumen. Nilai kritis instrumen

    dikatakan reliabel apabila Cronbach Alpha nya lebih besar dari 0,60 [10]. Tabel 2

    menjelaskan hasil dari uji reabilitas data yang digunakan.

  • 8

    Tabel 2 Hasil Rekapitulasi Uji Reliabilitas

    Variabel

    Nilai Cronbach Alpha

    Nilai Kritis

    Keterangan

    PO1.0 0.614

    > 0,6 RELIABEL

    PO2.0 0.663

    PO3.0 0.640

    PO4.0 0.732

    PO5.0 0.634

    PO6.0 0.625

    PO7.0 0.650

    PO8.0 0.674

    PO9.0 0.790

    PO10.0 0.630

    Berdasar nilai Cronbach Alpha, maka data diatas dapat dikatakan reliabel

    atau dapat dipercaya karena menunjukan angka lebih besar dari 0.6.

    Evaluasi Penerapan Tata Kelola TI Berdasar Tingkat Maturitas

    IT processes yang telah didapatkan menjadi dasar dalam menyusun

    kuesioner. Hasil perhitungan dalam kuesioner berdasar aktivitas ini akan

    menunjukan tingkat kematangan yang sudah tercapai pada kinerja PDE terhadap

    tata kelola TI di Kabupaten Semarang. Hasil dari kuesioner ini dapat dilihat dalam

    Tabel 3.

    Tabel 3 Hasil Perhitungan Kuesioner

    Sub domain 1 sampai dengan 10 yang memiliki level Managed hanya pada

    sub domain ke 3 dan sub domain yang lain berada pada level Defined.

    PO 1 Define a strategic IT plan terdapat pada skor 2.88 yang kemudian

    dilakukan pembulatan ke atas menjadi 3 dengan tingkatan maturitas defined.

    Tingkatan Maturitas

    Rata-

    rata/

    P

    O

    Resp

    onde

    n 1

    Resp

    onde

    n 2

    Resp

    onde

    n 3

    Resp

    onde

    n 4

    Resp

    onde

    n 5

    Resp

    onde

    n 6

    Resp

    onde

    n 7

    Resp

    onde

    n 8

    Resp

    onde

    n 9

    Respo

    nden

    10

    subdom

    ain

    1 3.40 3.00 2.80 3.00 2.60 2.60 2.80 2.80 2.80 3.00 2.88

    2 3.20 3.00 3.00 2.80 2.60 2.60 2.80 2.60 2.80 2.80 2.82

    3 3.40 3.80 4.00 3.80 3.60 3.00 3.00 3.40 3.20 3.80 3.50

    4 3.80 3.20 3.00 3.20 3.20 3.00 3.00 3.00 3.00 3.40 3.18

    5 3.60 3.00 3.00 3.40 2.60 3.20 3.00 2.80 2.80 3.20 3.06

    6 3.66 3.66 3.00 3.00 3.00 3.33 3.60 3.00 3.00 3.60 3.29

    7 3.00 3.00 2.50 3.00 3.00 2.50 3.00 2.50 2.50 3.00 2.80

    8 3.80 3.00 3.00 3.60 3.40 3.60 3.00 3.20 2.80 3.00 3.24

    9 3.90 3.70 3.30 3.40 3.60 3.00 3.10 3.40 3.00 3.20 3.36

    10 3.71 3.28 3.14 3.28 3.28 3.28 3.42 3.28 3.28 3.14 3.31

    Rata-Rata

    Domain PO 3.14

  • 9

    Dalam standart dan dokumentasinya PDE telah melakukan dan menetapkan

    rencana strategis yang dijadikan acuan dalam implementasi semua proses yang

    dilaksanakan. Rencana strategis (RENSTRA) yang dimiliki PDE sudah memiliki

    masa pelaksanaan dari 2010-2014 dan mencakup tujuan jangka pendek dan jagka

    panjang dari fungsi PDE namun PDE dalam melakukan kinerja untuk mencapai

    RENSTRA masih membutuhkan prosedur yang harus dilakukan untuk menunjang

    kinerja TI.

    PO 2 Define the information architecture terdapat pada skor 2.82 yang

    kemudian dilakukan pembulatan ke atas menjadi 3 dengan tingkatan maturitas

    defined. Penerapan arsitektur informasi seperti pendistribusian data informasi

    yang dilakukan kepada tiap SKPD maupun di dalam PDE sendiri sudah

    terorganisir dengan baik dengan dukungan akses internet dalam

    pendistribusiannya. Dalam pendistribusian informasi ini masih terjadi

    ketidaksesuaian antara informasi yang bisa dipublikasikan dengan informasi yang

    bersifat rahasia karena pengelompokan data informasi belum diketahui

    sepenuhnya oleh seluruh pegawai PDE, seperti dalam meminta data informasi

    blueprint infrastruktur jaringan yang ada di Kabupaten Semarang masih terjadi

    kerancuan antara boleh dipublikasikan atau tidak.

    PO 3 Determine technological direction terdapat pada skor 3.50 yang

    kemudian dilakukan pembulatan ke atas menjadi 4 dengan tingkatan maturitas

    Managed. Standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan ini sudah terdapat

    dalam RENSTRA tentang rencana pengadaan hardware dan software dalam

    kurun waktu sampai 2014 dengan mempertimbangan kebutuhan akan optimalisasi

    fungsi dan tugas yang sudah direncanakan oleh PDE. Monitoring dan evaluasi

    juga sudah dilakukan pada saat pengembangan hardware dan software berupa

    maintenance berkala dalam melakukan kontrol berjalannya pemanfaatan TI secara

    maksimal.

    PO 4 Define the IT Process, Organisation and Relationships terdapat pada

    skor 3.18 yang kemudian dilakukan pembulatan ke bawah menjadi 3 dengan

    tingkatan maturitas defined. Proses ini dapat dijelaskan bahwa penerapan TI di

    PDE telah disertai perencanaan sumber daya manusia (SDM) yang matang.

    Standar yang jelas dalam PDE untuk perencanaan sumberdaya manusia sudah

    terjadi dalam perekrutan pegawai dalam tes Calon Pegawai Negri Sipil yang

    berguna untuk meningkatkan kinerja PDE akan tata kelola TI yang ada di

    Kabupaten Semarang.

    PO 5 Manage the investment terdapat pada skor 3.06 yang kemudian

    dilakukan pembulatan ke bawah menjadi 3 dengan tingkatan maturitas defined.

    Standar akan pengelolaan investasi TI PDE sudah melakukan beberapa cara dalam

    mengelola investasi TI seperti melakukan lelang terhadap hardware yang sudah

    tidak berfungsi baik dalam mengikuti kemampuan berjalannya sistem di PDE.

    Dalam pelaksanaanya lelang untuk pengelolaan investasi TI tersebut sudah

    diimbangi dengan aturan yang jelas berupa evaluasi mengenai Management

    Inventory tentang kategori hardware yang sudah tidak layak, dan melakukan

    maintenance tiap tahun yang sudah terdapat dalam RENSTRA.

    PO 6 Communicate management aims and direction terdapat pada skor 3.29

    yang kemudian dilakukan pembulatan ke bawah menjadi 3 dengan tingkatan

  • 10

    maturitas defined. PDE telah mendokumentasikan dan melakukan standar atas

    seluruh kebijakan sesuai dengan tugas dan fungsi PDE yang telah ditetapkan

    dalam Tugas Pokok, Fungsi dan Rincian Tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Semarang atau biasa disebut Rintug

    Setda Setwan.

    PO 7 Manage IT human resources terdapat pada skor 2.80 yang kemudian

    dilakukan pembulatan ke atas menjadi 3 dengan tingkatan maturitas defined.

    Keadaan sekarang mengenai standar pengelolaan SDM di PDE melalui penilaian

    kerja personil sudah terdapat ketetapan, pengukuran kinerja personil berdasar nilai

    angka kredit setiap pegawai negri sipil. Pelatihan untuk pegawai sendiri juga

    sudah dilaksanakan namun PDE hanya bersifat sebagai mentor pada SKPD lain

    atas pemanfaatan TI.

    PO 8 Manage Quality terdapat pada skor 3.24 yang kemudian dilakukan

    pembulatan ke atas menjadi 3 dengan tingkatan maturitas defined. Proses

    mengelola kualitas dapat didefinisikan perbaikan terus-menerus dicapai dengan

    berkelanjutan pemantauan, analisis dan bertindak atas penyimpangan, dan

    mengkomunikasikan hasilnya kepada pemangku kepentingan. PDE Sudah

    mendokumentasikan pengelolaan kualitas dalam implementasi TI yang

    digunakan dalam penindakan atas penyimpangan yang terjadi dalam fungsi PDE

    berupa sanksi terhadap penyelewengan yang sudah ditetapkan atau

    didokumentasikan dalam UU no 11 tahun 2008 tentang ITE. Sanksi

    penyelewengan terhadap aturan dalam transaksi elektronik, tanda tangan

    elektronik, sertifikat elektronik, kode akses, serta informasi elektronik akan

    ditindak oleh KABAG PDE yang nantinya juga bisa masuk ke dalam jalur hukum.

    PO 9 Assess and Manage IT Risks terdapat pada skor 3.36 yang kemudian

    dilakukan pembulatan ke bawah menjadi 3 dengan tingkatan maturitas defined.

    Standar pengukuran atas pemakaian hardware dalam infrastruktur jaringan

    dilakukan dalam bentuk analisa dengan melihat hasil pendokumentasian evaluasi

    tahunan akan kekurangan dan kelebihan dari suatu hardware berdasar kondisi

    yang dialami.

    PO 10 Manage projects terdapat pada skor 3.31 yang kemudian dilakukan

    pembulatan ke bawah menjadi 3 dengan tingkatan maturitas defined. Penerapan TI

    di PDE telah disertai pengelolaan mengenai project yang ada dalam PDE.

    RENSTRA PDE sebagai standar dan alat dokumentasi untuk pedoman dalam

    pengelolaan project yang terdiri dari keikutsertaan departemen - departemen

    dalam menentukan kebutuhan TI, pendefinisian proyek, evaluasi, dan testing.

    Penjelasan diatas dapat dipetakan dengan spider chart pada Gambar 3

    tentang keadaan yang diinginkan dengan setiap hasil rata – rata per sub domain

    untuk melihat tingkat kesenjangan yang dimiliki pada setiap sub domain Plan and

    Organize dengan tingkat maksimal nilai matritas level 5 yaitu Optimized.

  • 11

    Gambar 4 Perbandingan Keadaan Sekarang dan Keadaan yang Diharapkan

    Berdasarkan Gambar 4 ditemukan adanya (gap) kesenjangan Maturity

    Level. PO1 telah mencapai Maturity Level 2.88 dengan gap 2,12. PO2 telah

    mencapai Maturity Level 2,82 dengan gap 2,18. PO3 telah mencapai Maturity

    Level 3,50 dengan gap 1,50. PO4 telah mencapai Maturity Level 3,18 dengan gap

    1,82. PO5 telah mencapai Maturity Level 3,06 dengan gap 1,94. PO6 telah

    mencapai Maturity Level 3,29 dengan gap 1,71. PO7 telah mencapai Maturity

    Level 2,80 dengan gap 2,20. PO8 telah mencapai Maturity Level 3,25 dengan gap

    1,76. PO9 telah mencapai Maturity Level 3,36 dengan gap 1,64. Dan PO10 telah

    mencapai Maturity Level 3,31 dengan gap 1,69. Maka dapat dilihat bahwa rata-

    rata Maturity Level domain Plan and Organise adalah 3,14 dan dibulatkan ke

    bawah menjadi 3 yang berarti telah berada pada level Defined.

    Rekomendasi Tata Kelola TI

    Rekomendasi tata kelola merupakan hasil akhir dari tata kelola berdasar

    identifikasi IT Processes, hasil penilaian maturitas, pengamatan dan wawancara.

    Rekomendasi ini hanya mengambil hasil penilaian COBIT berdasar maturitas

    yang memiliki nilai asli dibawah 3.0 agar mencapai tingkat level tertinggi

    berdasar penilaian maturitas COBIT. Rekomendasi tata kelola ini nantinya akan

    berfungsi sebagai pertimbangan dalam menetapkan rencana strategis Bagian

    Pengelola Data Elektronik pada tahun berikutnya untuk menerapkan tata kelola IT

    sesuai standar COBIT. Hasil Rekomendasi yang telah disesuaikan untuk mencapai

    nilai maturitas Optimized dapat dilihat pada Tabel 5

  • 12

    Tabel 6 Hasil Rekomendasi

    Tingkat kematangan saat

    ini PO Rekomendasi

    PDE sudah memiliki

    RENSTRA sebagai acuan

    dalam implementasi

    tujuan jangka pendek dan

    jangka panjang PDE

    namun PDE dalam

    melakukan kinerja untuk

    mencapai RENSTRA

    masih membutuhkan

    prosedur yang harus

    dilakukan untuk

    menunjang kinerja TI.

    PO 1 Membuat standar operasional

    prosedur sesuai dengan UU No. 11

    Tahun 2008 tentang ITE.

    Melakukan analisis tentang hal – hal

    yang terkait dalam pembuatan dan

    penetapan SOP.

    Diperlukan rencana realistis jangka

    panjang TI yang harus dikembangkan

    dan terus diperbarui untuk

    mencerminkan perubahan teknologi dan

    bisnis yang terkait dalam perkembangan

    PDE serta melakukan benchmarking

    atau perbandingan terhadap tujuan

    bisnis dengan perencanaan.

    Penerapan arsitektur

    informasi seperti

    pendistribusian data

    informasi yang dilakukan

    kepada tiap SKPD

    maupun di dalam PDE

    sendiri sudah terorganisir

    dengan baik dengan

    dukungan akses internet

    dalam

    pendistribusiannya.

    Dalam pendistribusian

    informasi ini masih

    terjadi ketidaksesuaian

    antara informasi yang

    bisa dipublikasikan

    dengan informasi yang

    bersifat rahasia.

    PO 2 Melakukan perincian lebih lanjut

    lagi atas kategori apa saja informasi

    yang bisa ditampilkan untuk data yang

    digunakan oleh masyarakat dengan apa

    yang dianggap sebagai data rahasia

    Negara yang saling terintegrasi dengan

    kebutuhan data kepada publik karena

    data akan semakin banyak dari tahun ke

    tahun.

    Lebih meningkatkan

    pengimplementasian arsitektur

    informasi untuk memanfaatkan isi

    informasi dengan maksimal.

    Penilaian kerja personil

    sudah terdapat ketetapan,

    PO 7 Mengusulkan untuk pelaksanaan

    diklat bagi pegawai PDE untuk

  • 13

    pengukuran kinerja

    personil berdasar nilai

    angka kredit setiap

    pegawai negri sipil.

    Pelatihan untuk pegawai

    sendiri juga sudah

    dilaksanakan namun PDE

    hanya bersifat sebagai

    mentor pada SKPD lain

    atas pemanfaatan TI.

    mempertimbangkan perkembangan

    jalur karir pegawai serta pelayan

    terhadap mentoring kepada SKPD lain

    mengenai pemanfaatan TI.

    Berdasar tabel di atas telah ditetapkan beberapa rekomendasi yang diajukan

    dengan mempertimbangkan hasil temuan dengan tujuan meningkatkan level

    maturitas COBIT untuk sub domain PO 1, PO 2, PO7.

    5. Simpulan Hasil evaluasi yang dilakukan terhadap tata kelola TI di Kabupaten

    Semarang menggunakan domain PO sudah mencapai level defined dengan nilai

    maturitas rata – rata domain Plan and Organize sebesar 3.14 yang berarti seluruh

    proses telah didokumentasikan dan telah dikomunikasikan dan dilaksanakan

    berdasarkan metode pengembangan sistem komputerisasi yang baik, hanya saja

    sub domain PO 1, PO 2, dan PO 7 adalah sub domain yang memiliki performa

    terburuk sehingga membutuhkan perbaikan.

    6. Pustaka [1] Peraturan Bupati Semarang Nomor 89 tahun 2011. Tugas Pokok, Fungsi,

    dan Rincian tugas Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan

    Rakyat Daerah Kabupaten Semarang. Ungaran: Bagian Organisasi SETDA

    Kabupaten Semarang.

    [2] Bagian PDE Kabupaten Semarang. 2010. Rencana Strategis 2010-2014

    Bagian Pengelola Data Elektronik Kabupaten Semarang. Ungaran : Bagian

    Pengelola Data Elektronik.

    [3] Sensuse, Dana Indra. 2007. Rancangan Tata Kelola IT untuk Institusi

    Pemerintahan Studi Kasus BAPPENAS. Jakarta : Fakultas Ilmu Komputer

    Universitas Indonesia.

    [4] Ramadiansyah, Rizki Eka Saputra.2011. Aplikasi Tata Kelola dan Audit

    Sistem Informasi Menggunakan Framework COBIT pada Domain PO dan

    AI. Surabaya: Jurusan IT PENS- ITS.

    [5] IT Governance Institute. 2004. COBIT 4.1: Framework, Control Objectives,

    Management Guidelines, Maturity Models. Rolling Meadows, IL: IT

    Governance Istitute.

    [6] Peterson, R.R., 2001. “Configurations and coordination for global

    information governance: Complex designs in a transnational European

    context”, Proceedings of the 34th HICSS Conference, Hawaii.

  • 14

    [7] Undang – undang ITE Republik Indonesia, 2008. Undang – undang Nomor

    11 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Republik Indonesia.

    [8] Sugiyono, 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta.

    [9] Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

    Semarang : Universitas Diponegoro.

    [10] Supramono & Intiyas Utami. 2003. Desain Proposal Penelitian studi

    Akuntansi dan Keuangan. Salatiga : Fakultas Ekonomi UKSW