plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - … pdf/f. farmasi/farmasi/108114139_full.pdf · i...

167
PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK DI KOTA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Suhartati Mentari Rurubua’ NIM : 108114139 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: doanphuc

Post on 06-Mar-2019

235 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN

ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK DI KOTA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Suhartati Mentari Rurubua’

NIM : 108114139

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

i

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN

ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK DI KOTA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Suhartati Mentari Rurubua’

NIM : 108114139

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

iv

Ketika dunia berkata “Menyerahlah”,Harapan berkata “Cobalah Sekali Lagi”..

Roma 4 : 1-25, Markus 11 : 24, bahwa hiduplah dalam Iman,Percaya dan PengharapanKarya sederhana yang kupersembahkan :Kepada Bapa disurga, Tuhan Yesus sang Juruslamatku atassemua berkat dan pernyertaannya dan Bunda MariaAlm. Papa Zeth yang pernah hadir menjadi Ayah yang luarbiasa dalam hidupkuBapak dan Mama atas kasih sayang, dukungan, dan DoanyaAdek Anne, Tri, Lin, Alex tersayangOrang yang aku sayangi, Sahabat-sahabatku,Almamater kebanggaanku…

iv

Ketika dunia berkata “Menyerahlah”,Harapan berkata “Cobalah Sekali Lagi”..

Roma 4 : 1-25, Markus 11 : 24, bahwa hiduplah dalam Iman,Percaya dan PengharapanKarya sederhana yang kupersembahkan :Kepada Bapa disurga, Tuhan Yesus sang Juruslamatku atassemua berkat dan pernyertaannya dan Bunda MariaAlm. Papa Zeth yang pernah hadir menjadi Ayah yang luarbiasa dalam hidupkuBapak dan Mama atas kasih sayang, dukungan, dan DoanyaAdek Anne, Tri, Lin, Alex tersayangOrang yang aku sayangi, Sahabat-sahabatku,Almamater kebanggaanku…

iv

Ketika dunia berkata “Menyerahlah”,Harapan berkata “Cobalah Sekali Lagi”..

Roma 4 : 1-25, Markus 11 : 24, bahwa hiduplah dalam Iman,Percaya dan PengharapanKarya sederhana yang kupersembahkan :Kepada Bapa disurga, Tuhan Yesus sang Juruslamatku atassemua berkat dan pernyertaannya dan Bunda MariaAlm. Papa Zeth yang pernah hadir menjadi Ayah yang luarbiasa dalam hidupkuBapak dan Mama atas kasih sayang, dukungan, dan DoanyaAdek Anne, Tri, Lin, Alex tersayangOrang yang aku sayangi, Sahabat-sahabatku,Almamater kebanggaanku…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

vii

PRAKATA

Puji syukur dan berlimpah terima kasih kehadirat Tuhan Yesus Kristus

atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian pada Pasien Asma oleh

Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta”. Skripsi ini disusun

untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Farmasi

(S. Farm), pada Program Studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas

Sanata Dharma.

Pada awal proses penelitian dan penyusunan skripsi hingga selesainya,

penulis telah banyak memperoleh bantuan berupa dukungan, bimbingan, arahan,

hingga bantuan sarana dan prasarana dari berbagai pihak. Atas segala bantuan

yang diberikan, penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orangtua yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang, yang telah

bekerja keras demi membiayai kuliah saya, mendoakan dan selalu

mendukung saya

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Adek – Adek (Anne, Tri, Lin, Alex) atas segala doa, kasih sayang,

dukungan, pengertian yang telah diberikan

4. Aris Widayati, M.Si., Ph. D., Apt. selaku pembimbing yang dengan

kesabaran telah memberikan bagitu banyak dukungan, bimbingan, ilmu,

saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat selesai

5. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan

bimbingan, saran dan kritik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

viii

6. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

memberikan bimbingan, saran dan kritik

7. Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

yang telah memberikan izin dan membantu dalam menyediakan data dan

informasi yang dibutuhkan untuk penelitian

8. Bapak/ Ibu apoteker di apotek-apotek di Kota Yogyakarta yang telah

berkenan untuk menjadi responden dalam penelitian ini

9. Mas Narto yang selalu membantu dalam membuat surat pengantar dari

kampus untuk kebutuhan pelaksanaan penelitian

10. Ariben yang telah memberikan dukungan, kasih sayang, dan pengertian

11. Tere, Mirsha, Dika yang telah bersama-sama saling mendukung dan

berjuang demi menyelesaikan skripsi

12. Teman-teman FKK B 2010 yang telah berdinamika bersama, belajar

bersama selama proses perkuliahan. Terima kasih untuk kenangan manis

yang kita buat bersama

13. Kak Sandi yang telah memberi semangat dan selalu mendoakan, serta

teman-teman Sang-Torayan di Yogyakarta yang selalu memberi dukungan

dan telah berjuang bersama untuk study di Yogyakarta.

14. Teman-teman Kost Difa untuk segala dukungan, doa, dan semangat yang

diberikan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ......................................... vi

PRAKATA ................................................................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................................................. x

DAFTAR TABEL......................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xvii

INTISARI...................................................................................................... xviii

ABSTRACT .................................................................................................... xix

BAB I PENGANTAR................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1. Permasalahan..................................................................................... 4

2. Keaslian penelitian ............................................................................ 5

3. Manfaat penelitian............................................................................. 6

B. Tujuan Penelitian .................................................................................... 8

1. Tujuan umum .................................................................................... 8

2. Tujuan khusus ................................................................................... 8

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA............................................................ 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xi

A. Gambaran Umum Asma.......................................................................... 9

1. Pengenalan asma ............................................................................... 9

2. Epidemiologi asma............................................................................ 10

B. Perkembangan Profesi Kefarmasian ....................................................... 12

1. Periode tradisional (sebelum tahun 1940-an).................................... 12

2. Periode transisional (tahun 1960-1970) ............................................ 12

3. Periode masa kini (dimulai tahun 1970) ........................................... 13

C. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)...................................... 13

D. Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian

(Pharmaceutical care) ............................................................................ 15

1. Pengkajian (assessment).................................................................... 15

2. Penyusunan rencana pelayanan (care plan development)................. 15

3. Tindak lanjut evaluasi (follow-up evaluation) .................................. 16

E. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek............................................. 16

1. Aspek sumber daya ........................................................................... 17

2. Aspek pelayanan ............................................................................... 19

F. Keterangan Empiris................................................................................. 36

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 37

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .............................................................. 37

B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian ......................................... 37

C. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 38

D. Subjek Penelitian..................................................................................... 39

E. Besar Sampel dan Teknik Sampling ....................................................... 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xii

F. Metode Pengambilan Data ...................................................................... 41

G. Instrumen Penelitian................................................................................ 41

1. Perumusan pertanyaan-pertanyaan.................................................... 42

2. Pengujian panduan wawancara dan proses wawancara .................... 42

H. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data................................................... 43

1. Menentukan jadwal wawancara ........................................................ 44

2. Melaksanakan wawancara................................................................. 44

3. Melakukan analisis data .................................................................... 44

I. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian.................................................... 46

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 48

A. Karakteristik Demografi Responden....................................................... 48

B. Profil Pelaksanaan Pelayanan Resep pada Pasien Asma oleh

Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta.............................. 50

1. Skrining administratif ....................................................................... 51

2. Skrining kesesuaian farmasetik......................................................... 54

3. Skrining pengkajian klinis ................................................................ 56

4. Proses penyiapan obat ....................................................................... 58

C. Profil Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada Pasien

Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta............ 61

1. Bentuk kegiatan pelayanan informasi obat ....................................... 61

2. Penyampaian informasi obat ............................................................. 65

3. Bentuk persiapan sebelum melakukan informasi dan edukasi.......... 69

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xiii

D. Profil Pelaksanaan Konseling pada Pasien Asma oleh Apoteker

pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta.............................................. 75

1. Kegiatan konseling............................................................................ 75

2. Materi konseling................................................................................ 78

3. Prosedur tetap dalam pelaksanaan konseling.................................... 79

4. Bentuk pertanyaan terkait harapan pasien terhadap

pengobatan yang telah dijelaskan dokter .......................................... 84

5. Bentuk pertanyaan untuk memastikan pengetahuan pasien

dan keluarganya ................................................................................ 85

6. Informasi penanganan awal asma mandiri (self care) ...................... 87

E. Profil Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi pada Pasien Asma

oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta ...................... 93

1. Bentuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi untuk

meningkatkan keberhasilan terapi pasien asma ................................ 93

2. Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat

(ESO) ................................................................................................ 94

F. Profil Pelaksanaan Edukasi dan Promosi pada Pasien Asma oleh

Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta.............................. 96

1. Bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan kepada pasien asma

dan keluarganya (promosi)................................................................ 96

G. Profil Pelaksanaan Pelayanan Residensial (Home Care) pada

Pasien Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota

Yogyakarta .............................................................................................. 98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xiv

1. Pelayanan residensial (home care).................................................... 98

2. Langkah-langkah pelaksanaan pelayanan residensial

(home care) ....................................................................................... 99

H. Ringkasan Pembahasan........................................................................... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................ 107

A. Kesimpulan ............................................................................................. 107

B. Saran........................................................................................................ 108

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 110

LAMPIRAN.................................................................................................. 115

BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Karakteristik demografi responden ....................................... 49

Tabel II. Bentuk skrining administratif................................................ 51

Tabel III. Alasan responden tidak melakukan skrining

administratif secara lengkap.................................................. 53

Tabel IV. Ketentuan skrining kesesuaian farmasetik ............................ 54

Tabel V. Alasan responden tidak melakukan skrining

kesesuaian farmasetik secara lengkap................................... 55

Tabel VI. Kegiatan skrining pengkajian klinis...................................... 56

Tabel VII. Kegiatan proses penyiapan obat............................................ 59

Tabel VIII. Alasan responden tidak melakukan proses penyiapan

obat secara lengkap ............................................................... 60

Tabel IX. Kegiatan pelayanan informasi obat....................................... 62

Tabel X. Alasan responden tidak melakukan penelusuran

literature................................................................................ 64

Tabel XI. Jenis informasi obat............................................................... 66

Tabel XII. Informasi tambahan untuk pasien asma ................................ 67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xvi

Tabel XIII. Persiapan sebelum memberikan informasi dan edukasi........ 69

Tabel XIV. Sasaran pemberian konseling................................................ 76

Tabel XV. Materi konseling.................................................................... 78

Tabel XVI. Prosedur tetap pelaksanaan konseling................................... 80

Tabel XVII. Bentuk pertanyaan terkait harapan pasien............................. 85

Tabel XVIII. Bentuk pertanyaan “Tunjukkan dan Katakan”...................... 86

Tabel XIX. Informasi penanganan awal asma mandiri (self care) .......... 87

Tabel XX. Frekuensi pelaksanaan konseling yang dilaksanakan

oleh responden ...................................................................... 89

Tabel XXI. Bentuk monitoring dan evaluasi............................................ 93

Tabel XXII. Bentuk kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO ................ 94

Tabel XXIII. Bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan ............................ 96

Tabel XXIV. Kriteria pelayanan residensial bagi pasien asma................... 98

Tabel XXV. Langkah-langkah dalam pelaksanaan pelayanan

residensial.............................................................................. 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan

Data kepada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta .................. 115

Lampiran 2. Surat Keputusan Izin Penelitian dari Dinas Perizinan

Kota Yogyakarta ................................................................... 116

Lampiran 3. Surat Keputusan Izin Penelitian dari Dinas

Kesehatan Kota Yogyakarta.................................................. 117

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan

Data (Wawancara) kepada Apoteker Pengelola

Apotek di Apotek-Apotek Tempat Meneliti di Kota

Yogyakarta ............................................................................ 118

Lampiran 5. Daftar Sampel 10 Apotek di Kota Yogyakarta ..................... 119

Lampiran 6. Panduan Wawancara Terstruktur .......................................... 120

Lampiran 7. Matriks Pertanyaan Wawancara Terstruktur......................... 141

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xviii

INTISARI

Penyakit asma merupakan masalah kesehatan yang serius. Penderita asmadiperkirakan 25,9 juta dan terus meningkat serta menduduki urutan ke tigapenyebab kunjungan pasien ke rumah sakit di Yogyakarta. Salah satu penyebabkekambuhan adalah ketidakpatuhan pengobatan pasien. Apoteker wajibmelaksanakan pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) untuk pasienmeliputi pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, monitoring danevaluasi, edukasi dan promosi, serta pelayanan residensial yang berpengaruh padakepatuhan pengobatan pasien. Tujuan penelitian adalah mengetahui gambarankesesuian penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma oleh apoteker padasepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada standar Kepmenkes RINomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

Jenis penelitian adalah observasional dengan mengambil data selamaperiode Februari 2014 - Maret 2014 melalui wawancara terstruktur terkaitpenerapan Pharmaceutical care kepada apoteker. Data dianalisis denganpendekatan kualitatif secara thematic dan content analysis dengan melihat acuanstandar yang ditetapkan. Pemaparan hasil ditampilkan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian dari 12 responden diketahui bahwa penerapanPharmaceutical care untuk pasien asma di sepuluh apotek belum dilakukan secaraoptimal dan belum memenuhi standar pelayanan kefarmasian dalam KepmenkesRI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Oleh karena itu perlu upaya untukmeningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian oleh apoteker denganmelaksanakan standar yang berlaku.

Kata kunci : Pelayanan kefarmasian, kualitatif, apoteker, pasien asma,apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

xix

ABSTRACT

Asthma is a serious health problem. An estimated 25.9 million people withasthma and continues to increase also ranks the third leading cause of patientvisits to the hospital in Yogyakarta. One cause of relapse is noncompliancetreatment of patient. Pharmacist are required to implementing pharmaceutical carefor patient include prescriptions, drug information services, counseling,monitoring and evaluation, education and promotion, also home care that affectpatient treatment compliance. The purpose of the study was to determine thesuitability overview of the application of pharmaceutical care to patient withasthma by pharmacists in ten pharmacies at Yogyakarta City with reference of thestandard Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

This research was observational type with taken the data during the periodFebruary 2014 - March 2014 through a structured interview related to theimplementation of Pharmaceutical care to pharmacist. The data was analized withqualitative approach thematically and content analysis by referring to theestablished standarts. Exposure results displayed in tabular form.

The results of the study from 12 respondents found that the application ofpharmaceutical care for patient with asthma in ten pharmacies was not performedoptimally and not meet the standard of pharmaceutical care in Kepmenkes RINomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 yet. Therefore necessary efforts toimprove the quality of pharmaceutical services by pharmacist with implement theapplicable standard.

Keywords: Pharmaceutical care, qualitative, pharmacist, patient withasthma, pharmacies

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Asma saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Data

National Health Interview Survey (NHIS) memperkirakan 25,9 juta orang

menderita asma dimana 7,1 juta adalah anak-anak (NHIS, 2011). Hasil prediksi

Departemen Kesehatan RI, kasus pasien dengan penyakit asma di Indonesia pada

tahun 1996 adalah 5% meningkat mencapai 15% pada tahun 2005

(Suryaningnorma, 2009). Khusus daerah Yogyakarta prevalensi penyakit asma

sebesar 3,46% (Oemiati, 2010).

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa peningkatan kejadian serangan

kekambuhan pada penderita asma khususnya anak-anak menyebabkan mereka

harus absen sekolah. Di Asia anak-anak tersebut kehilangan 16% hari sekolah,

43% hari sekolah untuk anak-anak di Eropa, dan 40% hari sekolah untuk anak-

anak di Amerika Serikat (Health,2005). Penderita asma dengan derajat

kekambuhan sedang hingga besar untuk orang dewasa yang berprofesi sebagai

pekerja harus melakukan absen kerja lebih dari 6 hari per tahun sebesar 19,2%,

dan pada penderita asma dengan derajat kekambuhan ringan sebesar 4,4%

(Sundaru,2007).

Tahun 1998 di Amerika serikat menyebutkan bahwa serangan asma

merupakan penyebab rawat inap jangka pendek terbesar. Hal ini dikarenakan pada

tahun tersebut sebanyak 166.000 pasien asma menjalani rawat inap. Tahun 1995,

biaya pengobatan asma mencapai 250 juta dollar AS dan 1,2 milyar dollar AS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

2

biaya yang keluar akibat hilangnya hari sekolah anak-anak yang terserang asma,

aktifitas atau biaya lain yang berkaitan (ISAAC, 1998).

Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Yogyakarta juga menyatakan

bahwa asma menduduki peringkat ke-3 penyebab peningkatan kunjungan pasien

ke rumah sakit, bahkan sempat menduduki peringkat pertama pada tahun 2010.

Selain itu, survey yang dilakukan oleh Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005

menyatakan sebanyak 225.000 orang meninggal dikarenakan asma dan dari

jumlah tersebut sebanyak 16,4% kejadiannya terjadi di Kota Yogyakarta (Dinkes

D.I Yogyakarta, 2012).

Angka kejadian kekambuhan asma pada dasarnya dapat dicegah dan

diminimalisir (Lahdensuo, 1999). Pencengahan tersebut dilakukan dengan

menerapkan manajemen asma sehingga dapat membantu memperbaiki kualitas

hidup dan menurunkan kunjungan ke Unit Gawat Darurat (UGD), mengurangi

biaya perawatan secara lebih efektif dan mengurangi kekambuhan asma.

(Lahdensuo, 1996). Pengobatan Asma dibagi dalam 2 metode yaitu Long-term

controller (Pengontrol jangka panjang) dan Quick Reliever (Pereda Jangka

Pendek). Dua metode tersebut mutlak memerlukan kepatuhan pengobatan pasien

asma (Dipiro, 2005).

Pengobatan yang efektif akan tercapai jika terapi dan pengunaan obat

dilakukan secara tepat. Namun, menurut survei ditemukan hampir 50% pasien

tidak bereaksi secara tepat terhadap kekambuhan asma dan tidak menaati

pengobatan asma (Lahdensuo, 1999). Terkait hal tersebut, tenaga kesehatan

memiliki peran dalam membantu proses pengobatan pasien asma dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

3

mengetahui hubungan terapi yang baik, keefektifan terapetik dan faktor-faktor

yang berhubungan dengan kepatuhan pasien (Depkes RI, 2007). Salah satu tenaga

kesehatan yang berperan adalah tenaga kefarmasian terutama apoteker sebagai

tenaga profesional yang bertugas untuk memberikan pelayanan kefarmasian

(Pharmaceutical care).

Pharmaceutical care merupakan bentuk pelayanan yang lebih

menekankan pada patient oriented dimana apoteker memegang peran penting dan

bertanggung jawab untuk mewujudkan tercapainya penggunaan obat yang

rasional, aman dan efisien sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien.

Hal ini dapat terselenggara dengan memberikan edukasi, mengarahkan pasien

terkait pemeriksaan diri, memberikan motivasi kepada pasien agar patuh dalam

pengobatan, memberikan informasi, memantau penggunaan obat, memberikan

konseling dan membantu pencatatan untuk pelaporan yang tentunya harus disertai

dengan bekal pengetahuan yang memadai dan sesuai dengan standar pelayanan

Apoteker (Depkes RI, 2007).

Mengingat pentingnya pemberian pelayanan kefarmasian yang memiliki

pengaruh terhadap kepatuhan dan peningkatan kualitas hidup pasien, maka

ditetapkan standar pelaksanaan kefarmasian di apotek dalam Kepmenkes RI

Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 sebagai salah satu pedoman bagi tenaga

kefarmasian dalam melaksakan pelayanan kepada pasien (Depkes RI, 2009).

Melalui standar yang ditetapkan ini diharapkan apoteker dapat

mengaplikasikannya dalam praktek pelayanan kefarmasian yang berjalan di

apotek. Terkait hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

4

mengenai “Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian pada Pasien Asma oleh

Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta” dengan mengacu pada

standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/

2004 .

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa tingkat kekambuhan penyakit

asma masih menjadi masalah serius di dunia termasuk Indonesia seperti di Kota

Yogyakarta. Faktor penyebab tingginya kekambuhan penyakit asma dapat

disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah ketidakpatuhan pasien asma

terhadap pengobatan. Apoteker memiliki peran penting untuk meningkatkan

pemahaman dan kepatuhan pasien dengan memberikan pelayanan kefarmasian

yang sesuai. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah melihat

kesesuaian penerapan standar pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) pada

pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan

mengunakan standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004. Terkait hal tersebut, beberapa hal penting yang akan

diidentifikasi adalah :

a. Seperti apa pelayanan resep pada pasien asma yang dilakukan oleh

apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?

b. Seperti apa pelayanan informasi obat pada pasien asma yang dilakukan

oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?

c. Seperti apa pelayanan konseling pada pasien asma yang dilakukan oleh

apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

5

d. Seperti apa monitoring dan evaluasi pada pasien asma yang dilakukan

oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?

e. Seperti apa edukasi dan promosi pada pasien asma yang dilakukan

oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?

f. Seperti apa pelayanan residensial (home care) pada pasien asma yang

dilakukan oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta ?

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang lain oleh Sukmajati (2008) yang berjudul “Pelaksanaan

Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor

1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 di Kota Yogyakarta”. Sukmajati (2008)

melakukan penelitian pada semua aspek yang terdapat dalam standar Kepmenkes

RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 di Kota Yogyakarta, sedangkan pada

penelitian ini lebih ditekankan kesesuaian penerapan Pharmaceutical care pada

pasien asma berdasarkan aspek pelayanan menurut standar Kepmenkes RI Nomor

1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota

Yogyakarta.

Pernah dilakukan penelitian mengenai “Penerapan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek di Kota Medan Tahun 2008” oleh Ginting (2009).

Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian Ginting (2009) dilakukan

penelitian yang menekankan pada penerapan standar pelayanan kefarmasian di

apotek secara umum dan menyeluruh berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004, sedangkan pada penelitian ini lebih ditekankan

kesesuaian penerapan Pharmaceutical care oleh apoteker pada pasien asma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

6

dengan menggunakan standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004. Selain itu lokasi tempat penelitian berbeda, dimana

pada penelitian Ginting (2009) dilakukan di kota Medan sedangkan pada

penelitian ini dilakukan sepuluh apotek Kota Yogyakarta.

Pernah dilakukan penelitian mengenai “Analisis Aplikasi Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek Kota Yogyakarta” oleh Atmini, Gandjar, dan

Purnomo (2011). Perbedaan dengan penelitian ini ialah pada penelitian Atmini

dkk. (2011) ingin melihat gambaran pelaksanaan standar pelayanan farmasi secara

umum dengan responden apoteker, karyawan dan pasien, sedangkan pada

penelitian ini ingin melihat penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma

oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada

standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/

2004.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Memberikan gambaran terkait kesesuian maupun hal

yang tidak sesuai dalam “Penerapan Pharmaceutical care pada Pasien

Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta”

menurut standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004.

b. Manfaat praktis. Hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan

sebagai:

1) Bahan evaluasi bagi pihak-pihak yang terkait, berkenaan dengan

pelaksanaan Pharmaceutical care pada pasien asma oleh apoteker

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

7

yang dapat dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi atau Dinas

Kesehatan Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2) Memberikan gambaran bagi mahasiswa farmasi atau calon

apoteker yang tertarik dalam pelayanan di apotek terkait penerapan

Pharmaceutical care pada pasien asma yang dilakukan oleh

apoteker dengan mengacu pada standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

3) Sebagai bahan kajian bagi apotek-apotek dalam rangka upaya

evaluasi untuk pembinaan kedepan demi peningkatan mutu,

efisiensi pelayanan terhadap pasien asma oleh apoteker maupun

tenaga kefarmasian lainnya yang bekerja di apotek sehingga

dengan demikian diharapkan akan berpengaruh pada tingkat

pemahaman dan kepatuhan pasien pasien asma, menurunkan

tingkat keparahan serangan asma dan meningkatkan kualitas hidup

penderita asma.

4) Sebagai bahan kajian untuk memberikan gambaran terkait

penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma oleh apoteker di

apotek yang baru, mengingat standar yang digunakan adalah

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 yang

merupakan standar pelayanan kefarmasian di apotek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

8

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran penerapan Pharmaceutical care pada pasien asma

oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada

standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/

2004.

2. Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi pelayanan resep yang dilakukan pada pasien asma

oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.

b. Mengidentifikasi pelayanan informasi obat yang diberikan pada pasien

asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.

c. Mengidentifikasi pelayanan konseling yang dilakukan pada pasien

asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.

d. Mengidentifikasi monitoring dan evaluasi yang dilakukan pada pasien

asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.

e. Mengidentifikasi edukasi dan promosi yang dilakukan pada pasien

asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.

f. Mengidentifikasi pelayanan residensial (Home care) yang dilakukan

pada pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Gambaran Umum Asma

1. Pengenalan asma

a. Pengertian. Asma adalah salah satu penyakit inflamasi kronis pada

saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast,

eosinofil, dan limfosit T. Penyakit ini ditandai dengan terjadinya

mengi episodik, batuk, dan sesak yang terasa di dada disebabkan

karena terjadinya penyumbatan saluran napas (GINA,2007 dan

Bernstein, 2003).

Menurut Nelson (1996), asma didefinisikan sebagai tanda dan

gejala Wheezing atau mengi dan atau batuk yang memiliki

karakteristik seperti ; timbul secara episodik dan atau kronik,

cenderung terjadi pada malam hari atau dini hari (nocturnal), bersifat

musiman, adanya aktivitas fisik sebagai faktor pencetus yang

reversibel baik secara spontan maupun karena terjadinya penyumbatan,

faktor pencetus lain yaitu adanya riwayat asma atau atopi lain pada

pasien atau keluarganya

b. Faktor penyebab asma. Faktor yang mempengaruhi terjadinya asma

dibagi menjadi 2 faktor yaitu : faktor genetik dan faktor lingkungan.

Faktor pemicu antara lain : alergen seperti binatang berbulu (anjing,

kucing, tikus), jamur, kapang, atau pajanan asap rokok. Faktor pemacu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

10

antara lain adalah : ozon, rinovirus, dan pemakaian β2-agonis (Depkes

RI, 2009).

c. Tanda dan gejala asma. Pada penderita asma, tanda awal yang bisa

dikenali untuk indikasi pasien tersebut mendapat serangan asma adalah

pasien akan mengalami perubahan pola pernapasan, mengalami bersin-

bersin, hidung mampat, tengggorokan terasa gatal, mengalami susah

tidur, tidak dapat melakukan olahraga yang berat seperti orang sehat

normal lainnya, batuk, terjadi penurunan prestasi dalam penggunaan

Peak Flow Meter, dan mudah merasa lelah (Depkes RI, 2007).

2. Epidemiologi asma

Penyakit asma diketahui memiliki prevalensi yang tinggi serta tergolong

dalam penyakit kronik. Di Negara maju maupun di Negara berkembang,

ditemukan sebagian besar penyakit asma diderita oleh anak dan orang dewasa.

Penderita asma didunia tercatat mencapai 300 juta manusia yang disertai dengan

kejadian kekambuhan pada penderita tersebut dan angka ini diperkirakan akan

terus mengalami peningkatan pada tahun 2025 hingga mencapai 400 juta manusia

(Masoli, 2004).

Menurut penelitian, di Indonesia mengalami peningkatan kasus penyakit

asma. Penelitian lain menyebutkan, setiap tahunnya hampir separuh dari pasien

asma pernah dirawat di rumah sakit dan masuk ke bagian gawat darurat. Penyebab

dari hal tersebut adalah manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari

pedoman yang seharusnya (GINA, 2007 dan Bernstein, 2003).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

11

Penelitian yang pernah dilakukan di Australia pada tahun 1982 diketahui

sebesar 12,9% masyarakatnya menderita asma pada usia 8-11 tahun, kemudian

terjadi peningkatan pada tahun 1992 sebesar 29,7%. Hasil yang bervariasi

ditunjukkan di Indonesia, di beberapa Kota besar seperti Yogyakarta prevalensi

penderita asma ditemukan sebesar 4,8%, 7,99% di Menado, 8,08% di Palembang,

dan 17% di Ujung Pandang (Naning,1991).

Menurut survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2005 mengemukakan

bahwa tercatat sebanyak 225.000 orang meninggal karena asma dari jumlah

tersebut sebanyak 16,4 % kejadiannya terjadi di Kota Yogyakarta. Penelitian oleh

Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4) Yogyakarta menyatakan bahwa asma

selalu menduduki peringkat 3 besar penyebab peningkatan kunjungan pasien,

bahkan pada tahun 2010 asma bergeser menduduki urutan peringkat pertama

(Dinkes D.I Yogyakarta, 2012).

Penelitian lain menemukan bahwa akibat terjadinya kekambuhan asma,

anak-anak yang bersekolah harus kehilangan 16% hari sekolah, di Eropa

kehilangan 43% hari sekolah, di Amerika Serikat 40% kehilangan hari sekolah

(Health, 2005). Untuk orang dewasa yang berprofesi sebagai pekerja

kehilangan19,2% hari kerja untuk kasus derajat kekambuhan sedang hingga besar

dan 4,4% untuk orang dewasa dengan derajat kekambuhan tergolong ringan

(Sundaru, 2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

12

B. Perkembangan Profesi Kefarmasian

Sebelum tahun 1940-an profesi kefarmasian terus mengalami perubahan.

Dalam perkembangan sejarahnya profesi kefarmasian mengalami beberapa tahap

perubahan periode.

1. Periode tradisional (sebelum tahun 1940-an)

Pada periode ini pekerjaan seorang farmasi masih berorientasi pada

penyediaan, pembuatan/peracikan, dan pendistribusian produk yang berkhasiat

sebagai obat. Setelah terjadi perkembangan dalam perindustrian, banyak

perusahaan-perusahaan yang memproduksi obat dalam skala besar yang

menyebabkan profesi farmasis menjadi menyempit dikarenakan peracikan obat

menjadi semakin jarang (Ikawati, 2010).

2. Periode transisional (tahun 1960-1970)

Pada periode ini adalah masa dimana terjadi perkembangan penemuan-

penemuan obat-obat baru. Seiring penemuan obat-obat baru tersebut, jumlah

produksi obat pun menjadi semakin besar. Namun demikian, hal ini ternyata

menimbulkan masalah baru dimana terjadi peningkatan permasalahan kesehatan

di masyarakat terkait penggunaan obat, diantaranya adalah terjadinya efek

samping obat, interaksi antar obat, adanya teratogenesis, dll. Pada akhirnya,

tuntutan masyarakat terkait mutu pelayanan medis menjadi meningkat yang

berdampak pada harapan adanya tenaga profesional yang memiliki pengetahuan

mengenai pengobatan terutama pengetahuan terkait masalah-masalah kesehatan

yang muncul pada saat itu. Dalam hal ini, tenaga yang dimaksud tidak lain adalah

tenaga farmasis (apoteker) sehingga dikenal istilah farmasi klinik (Ikawati, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

13

3. Periode masa kini (dimulai tahun 1970)

Pada periode ini terjadi perubahan dalam praktek kefarmasian dikarenakan

adanya tuntutan pelayanan farmasi yang tidak lagi berorientasi hanya pada produk

saja namun bergeser lebih pada pelayanan terhadap pasien. Periode ini juga

dikenal dengan periode Pharmaceutical care (Pradipta, 2011).

Pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical care) merupakan upaya

peningkatan kesehatan yang diberikan dalam bentuk pelayanan kepada

masyarakat dimana pelayanan tersebut merupakan bentuk tanggung jawab dan

pekerjaan kefarmasian terutama dalam profesinya sebagai Apoteker (Kepmenkes

RI, 2008).

C. Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)

Pharmaceutical care adalah rancangan dasar dalam pekerjaan kefarmasian

yang menyiratkan suatu tanggung jawab sebagai tenaga kesehatan dalam

pemberian obat pada pasien. Bentuk tanggung jawab itu sendiri antara lain adalah

dalam bentuk pelayanan. Pharmaceutical care dapat dijadikan penuntun bagi

tenaga kefarmasian untuk menerapkan suatu pelayan terhadap pasien (IAI DIY,

2010). Dalam pekerjaan kefarmasian seseorang dengan profesi apoteker memiliki

tanggung jawab dalam bentuk pelayanan demi meningkatkan kualitas hidup

pasien, hal ini disebut dengan asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) (Depkes

RI, 2009).

Tujuan akhir dalam Pharmaceutical care adalah pencapaian hasil terapi

yang optimal baik dari segi penyakit yang sembuh, gejala penyakit yang hilang,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

14

memperlambat proses penyakit, ataupun pencegahan terhadap suatu penyakit

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Trisna, 2007). Pelayanan

yang diberikan haruslah dapat dipertanggung jawabkan dan memenuhi aturan

yang berlaku, sehingga ditetapkanlah suatu Undang-Undang yang mengatur

tentang pelayanan kefarmasian baik itu di Rumah Sakit maupun di apotek. Salah

satu keputusan yang dirancang oleh Departemen Kesehatan RI adalah SK Nomor

1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

(Kepmenkes RI, 2008).

Dalam Pharmaceutical care terdapat 2 hal yang sangat ditekankan, yaitu :

1. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan pasien

2. Membuat komitmen untuk dapat meneruskan pelayanan setelah dimulai

secara terus-menerus (Lukmanto, 2007).

Menurut Hepler and Strand (1990) dalam Pharmaceutical care memiliki 3

fungsi utama yaitu :

1. Mengidentifikasi secara aktual dan potensial terkait masalah yang

berkaitan dengan obat

2. Menangani masalah yang berhubungan dengan kejadian Drug Related

Problem (DRP)

3. Menghindari kemungkinan terjadinya masalah yang erat kaitannya dengan

obat .

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

15

D. Peran Apoteker dalam Pelayanan Kefarmasian (Pharmaceutical care)

Pada penerapan Pharmaceutical care, apoteker memiliki peranan penting

untuk mendidik pasien yang berdampak pada sikap atau perilaku positif pasien

dalam berkontribusi untuk mendukung pencapaian terapi pengobatan yang

dijalaninya (ASHP, 1993).

Terdapat standar perawatan yang ditetapkan bagi apoteker yang berperan

sebagai praktisi. Standar yang ditetapkan ini merupakan sekumpulan harapan

yang diharapkan dari kinerja seorang praktisi dari segi individual (Cipolle, Strand,

and Morley, 2003).

1. Pengkajian ( assessment )

a. Pada kategori ini, praktisi wajib untuk mengumpulkan informasi yang

relevan untuk digunakan dalam mengambil keputusan terkait terapi

obat yang diberikan kepada pasien.

b. Praktisi wajib untuk menganalisis pengkajian data untuk melihat

apakah kebutuhan pengobatan pasien telah terpenuhi, sudah tepat,

sudah paling efektif, paling aman, dan pasien mampu serta bersedia

untuk mengambil obat yang diberikan.

c. Praktisi melakukan analisis terhadap pengkajian data untuk

menentukan apakah terdapat masalah terkait terapi pengobatan yang

dijalani pasien (Cipolle et al, 2003).

2. Penyusunan rencana pelayanan ( care plan development )

Praktisi melakukan identifikasi tujuan terapi yang diberikan kepada

pasien, selanjutnya praktisi dapat mengembangkan rencana perawatan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

16

berguna untuk menyelesaikan masalah terapi pengobatan, mencapai tujuan terapi

dan mencegah terjadinya masalah dalam pengobatan, dilanjutkan penentuan

jadwal sebagai bentuk tindak lanjut dan evaluasi untuk melihat efektifitas

pengobatan dan menilai kejadian efek samping obat yang mungkin dialamin oleh

pasien (Cipolle et al, 2003).

3. Tindak lanjut evaluasi ( follow-up evaluation )

Praktisi wajib melakukan evaluasi hasil nyata yang dialami pasien dan

menetapkan sejauh mana kemajuan pasien terhadap pencapaian terapi,

menentukan jika ada masalah terhadap keamanan atau kepatuhan pasien, dan

menilai apakah ada masalah baru yang muncul dari pengobatan pasien (Cipolle et

al, 2003).

E. Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek

Apotek adalah suatu tempat dilaksanakannya kegiatan dan tugas terkait

kefarmasian, penditribusian sediaan farmasi dan pemberian edukasi kepada

masyarakat. Apotek berguna sebagai tempat bagi apoteker untuk mengabdikan

diri sesuai perannya, memfasilitasi pelaksanaan compounding, pencampuran, dan

penyaluran obat maupun sarana perbekalan farmasi kepada masyarakat yang

memerlukan tanpa terkecuali (Kepmenkes RI, 2008).

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat

yang dikepalai oleh seorang apoteker. Apoteker sebagai pengelola tentunya harus

memenuhi standar pelayanan yang berlaku sebagai pedoman dalam melaksanakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

17

praktek kefarmasian khususnya praktek sebagai apoteker yang berorientasi

terhadap pasien atau masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes RI, 2008).

Tujuan dari penetapan standar pelayanan kefarmasian yaitu sebagai

panduan bagi apoteker dalam melaksanakan praktek kerja sesuai dengan

profesinya sehingga dapat sekaligus melindungi masyarakat / pasien dari

pelayanan yang tidak profesional dan juga sebagai perlindungan bagi profesi

dalam rangka menjalankan praktek kerjanya (Kepmenkes RI, 2008).

1. Aspek sumber daya

a. Sumber daya manusia. Dari segi sumber daya manusia, pengelolahan

apotek yang baik apabila memiliki tenaga apoteker yang handal dan

profesional dalam menjalankan pelayanan kefamasian. Apoteker

adalah lulusan yang menimbah ilmu dibidang perguruan tinggi

Farmasi, telah lulus sarjana, menempuh pendidikan lanjutan untuk

gelar profesi apoteker dan telah mengucapkan sumpah profesi apoteker

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, tersertifikasi

keprofesiannya yang memiliki keahlian dan kewenangan untuk

melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker

(Anonim, 2004).

b. Sarana dan prasarana. Sumber daya manusia yang memadai untuk

melakukan aktifitas pelayanan kesehatan di apotek tidak dapat berjalan

apabila tidak didukung dengan fasilitas sarana dan prasarana yang

memadai, sehingga rancangan sarana dan prasarana juga menjadi

pendukung berjalannya pelayanan kesehatan yang efektif. Sarana dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

18

prasarana yang diadakan haruslah sesuai dengan kebutuhan apotek dan

dapat membantu keefektifan kinerja pelayanan oleh apoteker ataupun

tenaga kesehatan lain yang bekerja di apotek serta membantu

menfasilitasi kebutuhan pasien atau masyarakat. Kebersihan,

kenyamanan, kelengkapan perabotan, susunan dena ruang berdasarkan

kepentingan masing- masing khususnya untuk pelayanan,

penyimpanan produk kefarmasian menjadi hal yang perlu diperhatikan

demi mendukung pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Apotek

(Anonim, 2004).

c. Pengelolaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Pengelolaan

sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan merupakan suatu kegiatan

terstruktur. Kegiatan tersebut berupa perencanaan untuk menentukan

sediaan ataupun perbekalan kesehatan yang dibutuhkan di apotek,

pengadaan untuk menyediakan sediaan ataupun perbekalan farmasi

yang telah ditetapkan yang dilakukan melalui prosedur resmi sesuai

aturan perundang-undangan, penyimpanan sebagai upaya

pemeliharaan sediaan dan perbekalan farmasi dengan tujuan agar

kualitas dan keamaannya pun dapat terjaga dengan baik dan

penyerahan sediaan atau perbekalan kesehatan kepada yang

membutuhkan (Anonim, 2004).

d. Administrasi. Kegiatan administrasi meliputi kegiatan yang

berhubungan dengan dokumentasi. Kegiatan yang dilakukan berupa

pencatatan, pengarsipan seperti pengarsipan untuk catatan pengobatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

19

pasien dan pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat yang

merupakan bagian dari administrasi pelayanan, serta pelaporan

narkotika dan psikotropika (Anonim, 2004).

2. Aspek Pelayanan

Pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pasien khususnya di apotek

merupakan tanggung jawab yang sangat penting untuk dipegang dan dilaksanakan

oleh seorang apoteker. Segala bentuk kegiatan dan tanggung jawab yang wajib

dilaksanakan oleh apoteker dalam rangka pelayanan kefarmasian di apotek

dituangkan dalam peraturan Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/

2004. (Anonim, 2004). Khusus dalam hal pelayanan, dipaparkan bahwa hal

penting yang perlu untuk dilaksanakan yaitu terkait pelayanan resep, penyiapan

obat, promosi dan edukasi dan pelayan residensial

a. Pelayanan resep

1) Skrining resep

a) Kegiatan skrining resep meliputi penyidikan terhadap

kelengkapan administrasi resep yang meliputi data dokter yaitu

: nama dokter yang memberikan resep, nomor ijin praktek,

alamat, tanggal penulisan resep, tanda tangan/paraf dokter

bersangkutan. Data pasien yaitu : nama, alamat, umur, jenis

kelamin, dan berat badan pasien. Data obat yaitu : nama obat,

potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara penggunaan obat

yang jelas (Kepmenkes, 2008).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

20

b) Kesesuaian farmasetik juga perlu diperhatikan dengan

memeriksa bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama penggunaan obat (Anonim,

2004).

c) Aspek klinis yang penting untuk disidik yaitu melihat ada

tidaknya alergi, kemungkinan efek samping obat, interaksi,

kesesuaian dosis, durasi, jumlah obat yang ditulis dalam resep.

Apabila terdapat ketidaksesuaian dalam pengkajian aspek

klinis, maka apoteker dapat melakukan konsultasi dan

memberikan rekomendasi obat lain sebagai alternatif yang

sekiranya mendapat persetujuan dari dokter yang menuliskan

resep (Kepmenkes RI, 2008).

2) Penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Pada proses

penyiapan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan,

penyiapannya haruslah sesuai dengan permintaan resep yang

datang. Dari resep yang diterima, kemudian dilakukan perhitungan

dosis untuk memastikan ketepatan dan kesesuaiannya agar tidak

melebihi dosis maksimum.

a) Pada kegiatan peracikan, beberapa langkah-langkah yang perlu

dilakukan meliputi penyiapan, penimbangan, pencampuran,

pengemasan dan pemberian etiket pada wadah. Hal yang perlu

diperhatikan yaitu melihat kesesuaian dosis, jenis dan

banyaknya obat (Anonim, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

21

b) Penulisan etiket dan warna etiket yang benar (warna putih

untuk obat dalam, warna biru untuk obat luar, dan etiket lain

sebagai petunjuk penggunaan khususnya untuk sediaan cair)

(Anonim, 2004).

c) Pengemasan obat, dilakukan dengan memperhatikan kerapian

dan kesesuaian kemasan yang digunakan guna menjaga

kualitas dari obat yang diberikan kepada pasien (Anonim,

2004).

d) Penyerahan obat, diawali dengan melakukan pengecekan ulang

obat yang akan diberikan dengan memperhatikan kesesuaian

antara penulisan etiket dengan resep. Pemerikasaan ulang data

pasien baik identitas dan alamat perlu dilakukan (Anonim,

2004).

e) Ketika menyerahkan obat kepada pasien pun tidak lupa disertai

dengan pemberian informasi terkait obat yang diberikan.

Setelah itu apoteker memberi paraf pada salinan resep sesuai

degan resep aslinya kemudian disimpan dan didokumentasikan

(Anonim, 2004).

Pada peraturan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen pada Bab III

pasal 4 mengenai hak konsumen menyatakan bahwa

“hak konsumen adalah : hak atas informasi yang benar, jelas,dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa,hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen,hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

22

serta tidak diskriminatif” (Undang-Undang PerlindunganKonsumen, 1999).

Pada pelayanan informasi obat, apoteker wajib untuk

memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah untuk

dipahami, akurat, tidak bias, etis, bijaksana, dan up date.

Informasi yang diberikan kepada pasien minimal mencakup :

cara penggunaan obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu

pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang tidak

boleh dikonsumsi selama proses terapi (Kepmenkes RI, 2006).

Pada pelayanan informasi obat di apotek, terdapat prosedur

tetap yang diputuskan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004 yaitu :

(1) Melihat resep atau kartu pengobatan pasien (medication

record) atau kondisi kesehatan pasien untuk menentukan

informasi obat seperti apa yang akan diberikan kepada

pasien baik itu secara lisan maupun tertulis.

(2) Informasi obat yang diberikan kepada pasien dapat

didasarkan dengan melakukan penulusuran literature.

(3) Informasi yang diberikan untuk menjawab pertanyaan dari

pasien dapat dijawab secara lisan ataupun tertulis dan

penjelasan yang diberi harus jelas, tidak bias, etis, mudah

dipahami, dan bijaksana.

(4) Informasi pelayanan obat dapat melalui brosur, leaflet,

poster atau majalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

23

(5) Kegiatan pelayanan informasi obat yang diberikan selalu

didokumentasikan (Kepmenkes RI, 2008).

Keputusan Departemen Kesehatan RI (2007) merancang

pedoman Pharmaceutical care untuk penyakit asma,

diantaranya adalah :

(1) Pedoman bagi apoteker dalam memberian informasi dan

edukasi untuk pasien asma :

(a) Pengetahuan yang cukup, skill, dan bekal yang dimiliki

oleh Apoteker menjadi dasar dalam memberian

informasi terhadap pasien asma. Passion dengan rasa

empati terhadap pasien akan juga menjadi hal yang

penting yang akan mendukung kegiatan pelayanan

informasi dan menarik perhatian pasien itu sendiri.

(b) Informasi dan edukasi tidak hanya diberikan kepada

pasien asma namun juga kepada keluarga pasien guna

mendukung keberhasilan penyampaian informasi dan

keberhasilan pengobatan yang akan dilakukan.

Penyampaian informasi dan edukasi kepada keluarga

pasien asma terutama bagi pasien yang mengalami

hambatan dalam berkomunikasi yang memiliki

keterbatasan, latar belakang pendidikan yang tidak

memadai, atau dengan pertimbangan umur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

24

(c) Pengumpulan dan pendokumentasian data-data pasien

yang berisi : riwayat keluarga, gaya hidup, pekerjaan

dan pengobatan yang dijalan oleh pasien baik itu obat

asma yang dikonsumsi maupun obat-obat lain yang juga

dikonsumsi pasien.

(d) Penggunaan alat peraga dalam penyampaian informasi

dan edukasi seperti memberikan contoh cara

penggunaan inhaler akan mendukung tingkat

pemahaman pasien dan keuarga pasien.

(e) Pengobatan jangka panjang sebaiknya

mempertimbangkan penggunaan jumlah obat yang lebih

sedikit, dosis yang lebih sedikit , kejadian efek samping

obat yang minimal, adanya pengertian dan kesepakatan

antara dokter, pasien dan apoteker untuk mendukung

kepatuhan pasien.

(f) Menolong pasien dan keluarga pasien dalam

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi terkait

penggunaan obat

(2) Informasi yang disampaikan kepada pasien dan keluarga :

(a) Menyampaikan sejarah penyakit asma, tanda dan gejala,

serta faktor-faktor yang menyebabkan asma dan

serangan asma.

(b) Pemeriksaan yang menunjang untuk pasien asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

25

(c) Cara untuk mengetahui serangan asma dan tingkat

keparahannya, kemudian hal yang perlu dilakukan

apabila terjadi kekambuhan pada pasien, bahkan

bagaimana cara menemukan pertolongan jika

diperlukan.

(d) Bagaimana mengajarkan untuk menghindari terjadinya

serangan kekambuhan dengan memperhatikan faktor-

farktor yang dapat menjadi pencetus seperti olah raga

yang berat, makanan, alergi, penggunaan obat tertentu,

stress, atau polusi.

(e) Menjelaskan resiko merokok terhadap penyakit asma.

(f) Menyampaikan pengobatan asma dengan pemahaman

bahwa pengobatan untuk tiap individu dapat berbeda

tergantung tingkat keparahan yang dialami.

(g) Menjelaskan 2 golongan besar dalam pengobatan yaitu :

Pengobatan simptomatik yang digunakan pada saat

terjadi serangan yang kerjanya secara cepat. Pengobatan

pencegahan, yaitu obat yang digunakan secara rutin

untuk mencegah serangan asma.

(h) Menjelaskan jenis-jenis obat asma dengan indikasi dan

cara pemakaiannya masing-masing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

26

(i) Penggunaan obat yang dapat dilakukan melalui

parenteral, oral, dan inhalasi (inhaler, rotahaler dan

nebuliser).

(j) Menjelaskan waktu penggunaan obat, cara penggunaan,

jumlah/frekuensi/lama penggunaan, efek samping obat

yang kemungkinan terjadi, serta cara menghindari atau

meminimalkan efek samping obat.

(k) Mengingatkan pasien setelah penggunaan inhaler

terutama yang mengandung obat kortikosteroid untuk

melakukan kumur-kumur guna meminimalisir

terjadinya pertumbuhan jamur di mulut dan

tenggorokan dan absorpsi sistemik.

(l) Memberikan penjelasan terkait keamanan penggunaan

obat asma untuk kasus wanita hamil atau ibu menyusui.

(m)Cara penyimpanan obat asma dan cara mengetahui

jumlah obat yang ada dalam aerosol inhaler.

(n) Menjelaskan betapa pentingnya kepatuhan pasien dalam

menggunakan obat asma.

(o) Memberikan pengertian kepada pasien untuk tidak

enggan melakukan pelaporan ke dokter ataupun

apoteker apabila mengalami suatu keluhan (Depkes RI,

2007).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

27

f) Konseling merupakan proses terstruktur yang dilakukan untuk

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien. Hal yang

dapat diidentifikasi yaitu mengenai sediaan farmasi,

pengobatan dan perbekalan kesehatan untuk memperbaiki

kualitas hidup dan mencegah terjadinya penggunaan obat yang

tidak benar (Kepmenkes RI, 2006). Pada dasarnya kegiatan

konseling dapat diberikan dengan pertimbangan bahwa pasien

diketahui tidak mengkonsumsi obat secara teratur, pasien yang

menerima obat dengan indeks terapi sempit sehingga perlu

untuk dipantau, pasien dengan multirejimen obat, pasien lansia,

pasien pediatric sehingga konseling dapat diberikan kepada

pengasuh anak atau langsng kepada orangtua, atau pasien yang

mengalami Drug Related Problem (Kepmenkes RI,2008)

Konseling pada pasien yang berlangsung di apotek,

merupakan kegiatan komunikasi antara apoteker dengan

pasien, dimana apoteker berperan sebagai “helper” untuk

menerangkan pengenai pengobatan yang akan diberikan kepada

pasien terutama menjelaskan dan membantu pasien untuk

memperoleh manfaat dari pengobatan tersebut. Konseling

diberikan dengan harapan dapat membantu menyelesaikan

masalah yang dihadapi pasien baik itu dari segi pengobatan

atau kesehatan dan sekaligus membantu untuk mengatasi

masalah yang bisa saja muncul kedepannya saat proses

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

28

pengobatan seperti efek samping yang bisa saja muncul.

Dengan demikian, pasien lebih mudah mengenali efek samping

apabila terjadi dan dapat mengatasinya. Melalui diskusi yang

dilakukan dalam konseling, akan memudahkan bagi apoteker

untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan pemahaman

pasien terkait pengobatan yang diberikan yang kemudian bisa

dijadikan sebagai arahan informasi apa yang masih perlu

diberikan sebagai tambahan sehingga pengobatan dapat

berjalan dengan efektif dan optimal (Rantucci, 2007).

Konseling juga dapat membantu untuk meningkatkan rasa

kepercayaan pasien terhadap campur tangan apoteker dalam

membantu pengobatannya. Adanya rasa percaya tersebut dapat

membantu pasien untuk lebih terbuka dalam konseling.

Apoteker juga dapat menjadi penengah, apabila terjadi ketidak

sepahaman antara dokter dengan pasien terkait pengobatan

yang diberikan. Apoteker dapat membantu meluruskan dengan

mengajak dokter yang menangani pasien untuk berdiskusi

ataupun menjelaskan kepada pasien untuk meluruskan ketidak

sepahaman tersebut, sehingga kegiatan konseling ini dapat

dikatakan sebagai kegiatan yang bertujuan untuk membantu

sekaligus mengedukasi pasien. Hal yang juga menjadi penting

adalah adanya rasa perduli dan sikap perhatian yang tulus dari

apoteker dengan demikian akan membantu meningkatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

29

kesadaran pasien bahwa konseling yang diberikan adalah demi

kebaikan pasien (Rantucci, 2007).

Pada Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004

telah ditetapkan prosedur tetap untuk mengadakan proses

konseling yang meliputi :

(1) Konseling yang dilakukan dengan melihat kondisi penyakit

pasien.

(2) Menjalankan komunikasi antara apoteker dengan pasien

ataupun keluarga pasien

(3) Mengajukan pertanyaan Three Prime Questions yang

meliputi:

(a) Apa yang dokter katakan mengenai obat yang diberikan

(b) Bagaimana penjelasan dokter terkait cara pemakaian

obat yang diberikan

(c) Apa yang dokter katakan terkait harapan dari

pengobatan yang dberikan

(4) Memberikan peragaan dan menerangkan mengenai

pemakaian obat-obat tertentu seperti inhaler, suppositoria,

dll

(5) Melakukan proses pembuktian akhir yang meliputi :

(a) Pengecekan kembali sejauh mana pemahaman pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

30

(b) Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan cara penggunaan obat sehingga tujuan

terapi dapat tercapai dengan baik

(6) Melakukan pendokumentasian berupa pencatatan pada

kartu pengobatan terkait hal-hal yang telah dilakukan dalam

proses konseling (Kepmenkes RI, 2008).

Untuk pasien asma yang mendapat resep dokter ada

beberapa yang perlu dilaksanakan secara sistematis dengan

mengajukan 3 pertanyaan utama dan dapat dikembangkan

menjadi beberapa pertanyaan, diantaranya :

(1) Menanyakan kepada pasien apa yang dikatakan dokter

terkait penggunaan pengobatan yang diberikan ?.

Pengembangan pertanyaan yaitu : Menanyakan persoalan

apa yang bisa dibantu, apa yang bisa dilakukan, dan

menanyakan persoalan apa yang menyebabkan pasien

datang ke dokter.

(2) Bagaimana yang dikatakan dokter menganai cara pakai

obat yang diberikan ?. Pengembangan pertanyaan yaitu :

Menanyakan berapa kali penggunaan obat yang disarankan

oleh dokter, berapa banyak obat yang dianjurkan untuk

digunakan, berapa lama penggunaan obat yang dianjurkan,

apa yang disampaikan dokter apabila pasien kelewatan satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

31

dosis obat, bagaimana penyimpanan obat, dan menanyakan

apa arti “tiga kali sehari” kepada pasien.

(3) Apa yang dikatakan dokter terkait harapan terhadap

pengobatan yang diberikan ?. Pengembangan pertanyaan

yaitu : Pengaruh apa yang diharapkan muncul oleh pasien,

bagaimana cara pasien mengetahui bahwa obat tersebut

bekerja, pengaruh buruk apa yang disampaikan dokter yang

perlu diwaspadai pasien, apa yang harus diperhatikan oleh

pasien selama obat tersebut digunakan, apa yang dokter

sampaikan apabila pasien merasa kondisinya semakin

parah, dan bagaimana pasien tau jika obat yang digunakan

tidak bekerja.

(4) Pertanyaan tunjukkan dan katakan. Menanyakan tujuan

penggunaan obat untuk apa, bagaimana cara pasien

menggunakan obatnya, dan gangguan atau penyakit apa

yang dialami pasien.

(5) Penanganan awal asma mandiri (Self care). Menganjurkan

kepada pasien untuk menggunakan obat yang sudah biasa

dipakai, tidak panik, segera menghubungi dokter apabila

setelah 15 menit penggunaan obat pasien tidak mengalami

perbaikan kondisi (Depkes RI, 2007).

g) Monitoring dan evaluasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

32

Dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang

dicapai dari pelaksanaan terapi. Kegiatan ini dapat dilakukan

dengan membuat pencatatan data pengobatan pasien

(Medication recort) (Kepmenkes, 2006). Melalui monitoring

dan evaluasi ini apoteker dapat mengukur sejauh mana tingkat

kepuasan pasien dan kepatuhan pasien yang pada akhirnya juga

membantu untuk melihat sejauh mana mutu pelayanan yang

telah dilakukan selama ini, sehingga dapat ditentukan bentuk

evaluasi seperti apa yang perlu untuk dilakukan untuk

memperbaiki kualitas pelayanan kefarmasian yang pada

akhirnya juga berpengaruh pada peningkatan kualitas

pengobatan / kesehatan pasien atau masyarakat (Kepmenkes

RI, 2008).

Pentingnya pelaksanaan MESO dikarenakan meskipun obat

sebelum diedarkan telah melalui uji baik itu uji preklinik

maupun uji klinik dan telah melewati ijin peredaran namun hal

tersebut belum dapat sepenuhnya mengungkapkan efek

samping obat yang mungkin saja terjadi, terutama efek

samping obat yang kemungkinan jarang terjadi atau yang baru

akan timbul setelah penggunaan obat dalam jangka waktu

lama. Hal ini juga menjadi perhatian penting khususnya bagi

pasien yang merupakan kelompok anak-anak, wanita hamil,

wanita menyusui, atau usia lanjut. MESO juga dapat dijadikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

33

sebagai salah satu pedoman dalam mempertimbangkan tindak

lanjut yang akan diberikan kepada pasien seperti pembatasan

indikasi, pembatasan dosis bahkan hingga ke pembekuan atau

penarikan obat dari peredaran yang semata-mata untuk tujuan

keselamatan pasien/ masyarakat (Badan POM RI, 2007).

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan

melakukan pencatatan data pasien dalam bentuk rekam medis

(medication record) yang berisi mengenai identitas pasien,

hasil pemeriksaaan, pengobatan, dan pelayanan atau tindakan

yang telah diberikan kepada pasien yang dimuat dalam bentuk

catatan dan dokumen (Permenkes RI, 2008).

Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana

pelayanan kesehatan menurut PERMENKES

No.269/MenKes/PER/111/2008 kurang lebih memuat tentang :

Identitas pasien, tanggal dan waktu, hasil anamnesis, mencakup

sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit, hasil

pemeriksaan fisik dan penunjang medis, diagnosis, rencana

penatalaksanaan, pengobatan dan/atau tindakan, pelayanan lain

yang telah diberikan kepada pasien, persetujuan tindakan bila

diperlukan (Permenkes, 2008).

b. Aspek edukasi dan promosi. Promosi merupakan upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sehingga

termotivasi dari dalam diri masing-masing untuk meningkatkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

34

kualitas hidup dalam hal ini kesehatan masyarakat tersebut. Edukasi

merupakan upaya yang dilakukan terhadap masyarakat dengan

memberikan pengetahuan terkait obat dan pengobatan, serta bersama-

sama dengan pasien untuk mengambil suatu keputusan dalam hal

pengobatan yang dijalani, sehingga diharapkan hasil pengobatan yang

maksimal dan efektif dapat tercapai. Selain memberikan edukasi

berupa pemberian informasi secara lisan atau tatap muka langsung,

pemberian informasi yang bertujuan sebagai edukasi dapat diberikan

melalui penyebaran leaflet, brosur, poster, penyuluhan, dll

(Kepmenkes RI, 2008).

Pada kasus pasien asma, upaya yang dapat dilakukan sebagai

alternatif terkait kegiatan promosi dan edukasi adalah penyuluhan

Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE). Penyuluhan (KIE) dapat

membantu untuk menambah pengetahuan pasien / keluarganya terkait

penyakit asma, memberikan semangat agar termotivasi untuk ikut

berpartisipasi dalam upaya pengendalian penyakit asma itu sendiri.

Selain itu, penyuluhan (KIE) dapat membantu mempengaruhi sikap

dan tindakan pasien dalam menghadapi penyakit asma dan secara

mandiri para pasien mampu mengendalikan penyakit asma tersebut

(Depkes RI, 2009).

Bentuk kegiatan yang dilakukan terkait penyuluhan (KIE) ialah

berupa sharing materi berkenaan penyakit asma mulai dari penjelasan

mengenai penyakit asma itu sendiri, pengenalan terkait tanda dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

35

gejala dan faktor penyebab penyakit asma serta bagaimana mengatasi

atau mengontrol penyakit asma. Apoteker diharapkan dapat

memberikan pelatihan terkait cara penggunaan obat asma secara tepat

dan benar dan penanganan segera terutama saat terjadi serangan.

Kegiatan ini tidak hanya ditujukan bagi pasien asma,namun juga bagi

keluarga pasien, tenaga kesehatan lain bahkan masyarakat. Penyuluhan

KIE dapat dilaksanakan secara aktif yaitu dengan memberikan

informasi secara langsung ataupun secara pasif yaitu melalui brosur,

leaflet dan majalah kesehatan (Depkes RI, 2009).

c. Aspek pelayanan residensial (home care). Dilakukan di rumah pasien,

terutama untuk pasien yang lanjut usia atau dengan penyakit kronis.

Kegiatan ini ditujukan apabila pasien tidak memungkinkan untuk

memperoleh pelayanan dengan datang ke apotek. Dua cara

pelaksanaan pelayanan residensial adalah dengan melakukan

kunjungan langsung ke rumah pasien atau melalui telefon (Kepmenkes

RI, 2008).

Dalam pelayanan residensial di apotek, ada ketentuan yang

ditetapkan sebagai prosedur tetap untuk dilakukan, yaitu :

1) Pelayanan residensial dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan

penyeleksian pasien yang dapat diberikan pelayanan tersebut

dengan melihat kartu pengobatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

36

2) Pelayanan residensial dapat diberikan dengan melakukan

penawaran secara langsung kepada pasien yang dianggap perlu

untuk diberi pelayanan tersebut.

3) Pelayanan residensial dapat dilakukan dengan pertimbangan

riwayat pengobatan pasien.

4) Pelayanan residensial dapat dilakukan dengan mendatangi rumah /

kediaman pasien.

5) Pelayanan residensial dapat dilakukan dengan menggunakan media

komunikasi yang ada, seperti telefon, dimana kegiatan ini adalah

merupakan lanjutan dari pelayanan residensial sebelumnya,

sehingga dengan demikian program residensial dapat berjalan

terus.

6) Dalam pelayanan residensial kegiatan pencatatan dan evaluasi

pengobatan menjadi hal yang perlu untuk dilakukan (Kepmenkes

RI, 2008).

F. Keterangan Empiris

Pada penelitian ini diperoleh gambaran evaluasi pelaksanaan penerapan

Pharmaceutical care pada pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota

Yogyakarta berdasarkan standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor

1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian observasional adalah penelitian dengan melakukan

pengamatan terhadap sejumlah ciri subjek menurut keadaan yang sebenarnya

tanpa ada tindakan manipulasi ataupun intervensi peneliti (Jasaputra dan Santosa,

2008 ). Pendekatan kualitatif yang berarti penelitian ini dilakukan dalam

memahami suatu fenomena yang terjadi tanpa rekayasa yang dapat memberikan

suatu gambaran terhadap realitas yang ada pada objek yang diteliti (Sarosa, 2012).

B. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah pelayanan kefarmasian oleh apoteker

pada pasien asma.

Definisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan kefarmasian adalah segala bentuk kegiatan pengobatan

diantaranya pelayanan resep, pelayanan informasi obat, monitoring dan

evaluasi, promosi dan edukasi, pelayanan residensial yang dilakukan pada

pasien asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta yang

menjadi lokasi penelitian dengan mengacu pada standar yang ditetapkan

dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004.

2. Pelayanan resep dalam penelitian ini mengacu ke Kepmenkes RI Nomor

1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004 yang meliputi kegiatan skrining resep,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

38

penyiapan obat dan penyerahan obat kepada pasien asma oleh apoteker pada

sepuluh apotek di Kota Yogyakarta yang menjadi tempat penelitian.

3. Pelayanan informasi obat mangacu pada Kepmenkes RI Nomor 1027/

Menkes/ SK/ IX/ 2004 yang meliputi kegiatan penyampaian informasi

pengobatan dan konseling kepada pasien asma ataupun keluarga pasien

asma oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta yang menjadi

tempat penelitian.

4. Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan pencatatan data pengobatan pasien

asma (medication record) maupun pemantauan atau pelaporan efek samping

obat yang dilakukan dalam upaya pengecekan dan peningkatan keberhasilan

terapi oleh apoteker pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.

5. Edukasi dan promosi (kegiatan pemberdayaan) dalam penelitian ini adalah

kegiatan yang dilakukan dalam rangka menginspirasi pasien dan

meningkatkan pengetahuan pasien atau keluarga mengenai penyakit asma

oleh apoteker dengan cara penyebaran leaflet, brosur, poster atau

penyuluhan kesehatan masyarakat terkait penyakit asma.

6. Pelayanan residensial adalah kegiatan pelayanan kefarmasian dengan

melakukan kunjungan langsung ke rumah pasien asma oleh apoteker pada

sepuluh apotek di Kota Yogyakarta.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di apotek-apotek yang ditetapkan berdasarkan 5

golongan apotek yaitu apotek golongan bintang satu, dua, tiga, empat dan apotek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

39

belum berbintang yang berada di Kota Yogyakarta. Di bawah ini merupakan

apotek-apotek yang dijadikan sebagai tempat penelitian berdasarkan golongan

apotek:

Nomor Golongan Apotek Nama Apotek

1. Belum BerbintangApotek AMApotek HF

2. Bintang 1Apotek HRApotek YF

3. Bintang 2Apotek CHApotek ME

4. Bintang 3Apotek PFApotek DF

5. Bintang 4Apotek TFApotek UG

Periode penelitian dimulai dari bulan November 2013- Maret 2014, terdiri

dari proses perijinan pada bulan November 2013 - Januari 2014 hingga proses

pengambilan data pada bulan Februari – Maret 2014.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah apoteker yang bekerja di apotek-apotek yang

ditetapkan sebagai tempat penelitian.

Kriteria inklusi subyek penelitian adalah sebagai berikut :

1. Apoteker yang bekerja di apotek sebagai APA (Apoteker Pengelola

Apotek) atau Aping (Apoteker Pendamping) yang pernah memberikan

pelayanan Pharmaceutical care kepada pasien asma yang datang ke

apotek tersebut dalam kurun waktu satu tahun terakhir.

2. Apoteker yang dimaksud tersebut bersedia untuk diwawancarai / atau

mengisi sendiri panduan wawancara yang disediakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

40

Kriteria eksklusi subyek penelitian yaitu apoteker baik APA maupun Aping yang

tidak pernah memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien asma dalam

kurun waktu satu tahun terakhir.

E. Besar Sampel dan Teknik Sampling

Pada dasarnya dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif tidak ada

patokan khusus terkait jumlah sampel yang harus diambil. Pemilihan sampel

diambil berdasarkan kebutuhan dari penelitian itu sendiri sehingga digunakan

teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel responden yang dianggap

mengetahui tentang apa yang diharapkan dalam penelitian dan dapat memberikan

informasi sesuai yang dibutuhkan oleh penelitian ini. Oleh karena itu sampel yang

diambil sebagai responden merupakan informan yang berperan sebagai key person

(Sugiyono, 2008). Penetapan sampel didasarkan pada data terkini hasil labelisasi

apotek yang ada di Kota Yogyakarta periode 2013 yang ditetapkan oleh Dinas

Kesehatan sebanyak 133 apotek dimana terdapat 118 apotek yang telah

dilabelisasi bintang satu untuk kategori apotek cukup, bintang dua untuk kategori

apotek lebih dari cukup, bintang tiga untuk kategori apotek baik, dan bintang

empat untuk kategori apotek sangat baik sehingga terdapat 15 apotek yang belum

terlabelisasi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan tersebut, maka

ditetapkan masing-masing 2 apotek dari tiap golongan / label yaitu bintang satu,

bintang dua, bintang tiga, bintang empat dan ditambah dengan apotek yang belum

berbintang. Sehingga terdapat 10 apotek sebagai tempat penelitian dengan 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

41

responden yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian. Dari 12 responden

tersebut, sebanyak 10 responden bersedia diwawancarai secara langsung dan 2

responden bersedia berpartisipasi dengan mengisi panduan wawancara secara

mandiri.

F. Metode Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terstruktur. Wawancara

merupakan salah satu alternatif dalam pengumpulan data dimana kegiatannya

dilakukan melalui diskusi antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan

penelitian (Sarosa, 2012).

Pertanyaan - pertanyaan telah disusun secara rinci di dalam panduan

wawancara untuk ditanyakan kepada responden. Responden yang tidak bersedia

diwawancarai secara langsung diberikan panduan wawancara yang diisi sendiri

oleh responden secara tertulis. Data yang diperoleh merupakan data primer yang

berarti bahwa data tersebut diperoleh dari sumber asli atau responden berupa kata-

kata atau tindakan dari informan.

G. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan wawancara

(interview guide) yang digunakan dalam melakukan wawancara. Alat perekam

digunakan untuk mendukung proses wawancara terutama untuk

pendokumentasian.

Langkah – langkah pembuatan panduan wawancara adalah sebagai berikut:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

42

1. Perumusan pertanyaan-pertanyaan

Panduan wawancara berguna untuk menggali informasi pada subjek

penelitian (Adi, 2004). Isi dari panduan wawancara yaitu pertanyaan terstruktur

yang didasarkan pada perumusan masalah dari penelitian. Panduan wawancara

pada penelitian ini terdiri dari 2 bagian. Bagian pertama berisi pertanyaan-

pertanyaan yang mengarah pada penerapan Pharmaceutical care meliputi

pelayanan resep, pelayanan informasi obat, konseling, monitoring dan evaluasi,

edukasi dan promosi, serta pelayanan residensial pada pasien asma oleh apoteker

pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada standar yang

ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Bagian

kedua, berisi data responden yang terdiri dari: jabatan apoteker di apotek tersebut,

yaitu APA atau Aping dan lama responden bekerja sebagai apoteker.

2. Pengujian panduan wawancara dan proses wawancara

Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar tingkat kepercayaan

dan keabsahan dari hasil penelitian yang datanya diambil menggunakan instrumen

ini. Pada penelitian ini keabsahan yang dimaksud adalah data atau informasi yang

diperoleh dari apoteker yang merupakan responden penelitian melalui wawancara

menggunakan panduan wawancara tersebut. Beberapa upaya dilakukan terkait

dengan hal ini, yaitu (Sugiyono, 2005) :

1) Melibatkan expert adjustment untuk berdiskusi, memberikan arahan terkait

penyusunan panduan wawancara. Expert adjustment yang dimaksud juga

sekaligus merupakan apoteker.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

43

2) Menanyakan pertanyaan – pertanyaan di dalam panduan kepada beberapa

mahasiswa farmasi untuk memastikan bahwa pertanyaan – pertanyaan

tersebut dapat dipahami. Idealnya, hal ini dilakukan kepada apoteker yang

nantinya tidak digunakan sebagai responden penelitian. Namun, karena

expert adjustment yang dilibatkan juga merupakan seorang apoteker dan

adanya kesulitan dalam memperoleh kesediaan apoteker lain untuk ikut

berpartisipasi dalam penelitian maka dilakukan kepada mahasiswa

farmasi.

3) Melakukan observasi awal di apotek tersebut untuk melakukan perkenalan

awal terutama kepada responden yang akan diwawancarai guna

membangun hubungan yang baik sehingga akan memudahkan dalam

proses wawancara nantinya.

H. Tata Cara Penelitian dan Analisis Data

Penelitian diawali dengan pengurusan ijin penelitian yaitu pengajuan surat

pengantar dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang ditujukan

kepada Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta dan Dinas Perijinan Kota Yogyakarta.

Permohonan perizinan juga diajukan kepada apoteker di apotek-apotek yang akan

dijadikan sebagai tempat penelitian guna mendapatkan kesediaan dari para

apoteker untuk menjadi responden penelitian dan bersedia untuk diwawancarai.

Orientasi berupa pengambilan data jumlah apoteker yang bekerja di apotek

sekaligus jumlah apotek di Kota Yogyakarta dari Dinas Kesehatan Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya dilakukan penetapan apotek yang akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

44

digunakan sebagai tempat penelitian. Analisis situasi dilakukan secara langsung

dengan mendatangi apotek-apotek yang ditetapkan menjadi tempat penelitian dan

mendata jumlah apoteker dan apotek yang bersedia untuk ikut serta dalam

penelitian.

Setelah memperoleh perizinan dari pihak terkait, maka langkah

selanjutnya yang akan dilakukan dipaparkan secara sistematis dibawah ini :

1. Menentukan jadwal wawancara

Setelah memperoleh ijin penelitian dari apotek-apotek, langkah

selanjutnya adalah melakukan konfirmasi kepada responden untuk

memperoleh kesepakatan bersama terkait waktu dan tempat pelaksanaan

wawancara.

2. Melaksanakan wawancara

Pada pelaksanaan wawancara digunakan panduan wawancara. Pedoman

ini membantu agar proses wawancara dapat berjalan sistematis dan tidak

keluar dari topik utama wawancara.

3. Melakukan analisis data

Setelah proses wawancara selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan

analisis data. Data dianalisis secara thematic dan content analysis. Prinsip

dari cara analisis ini adalah mengambil tema – tema dari data sesuai

dengan topik – topik yang ditanyakan berdasarkan standar yang ditetapkan

dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004 yang meliputi

skrining resep, pelayanan informasi obat, konseling, monitoring dan

evaluasi, edukasi dan promosi, pelayanan residensial (home care) dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

45

mengkuantifikasikannya dalam bentuk persentase untuk setiap topik yang

digali. Tahap ini diawali dengan :

a. Pencatatan data. Hasil wawancara yang telah dilakukan yaitu berupa

catatan dan rekaman, kemudian dipindahkan dalam bentuk pencatatan

data dengan membuat salinan atau transkrip.

b. Coding. Untuk memudahkan dalam proses analisis, dilakukan

pengkodean yang dapat berupa kata atau frase dengan tujuan agar data

yang disajikan dapat terorganisir dan tersusun secara sistematis.

Pengokodean akan memudahkan untuk mengidentifikasi,

mendeskripsikan atau meringkas kalimat dari hasil wawancara yang

telah diperoleh.

c. Analisis data. Dari pengokodean yang telah dilakukan selanjutnya

dianalisis dan disusun secara sistematis sehingga mudah dipahami.

Proses yang dilakukan diawali dengan menelaah seluruh data yang

diperoleh, kemudian melakukan reduksi data yaitu proses memilah hal-

hal pokok yang menjadi fokus penelitian. Selanjutnya dilakukan

penyusunan data dari hasil reduksi, kemudian melakukan pemeriksaan

keabsahan data, menafsirkan data dan mengolah data tersebut sehingga

diperoleh suatu kesimpulan mengenai gambaran penerapan

Pharmaceutical care oleh apoteker pada pasien asma di apotek-apotek

yang diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

46

I. Kesulitan dan Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa kesulitan dalam penelitian ini, diantaranya :

1. Terdapat beberapa apotek yang pada dasarnya banyak melayani pasien

asma namun tidak bersedia untuk dijadikan sebagai tempat penelitian.

2. Pada penelitian ini hanya dilakukan oleh 1 orang sebagai peneliti yang

harus berperan sebagai pewawancara yang mengajukan pertanyaan kepada

responden, mencatat jawaban dari responden dan merekam proses

wawancara dalam waktu yang bersamaan sehingga sehingga fokus peneliti

dalam melakukan wawancara dan menggali informasi dari responden

menjadi terbagi-bagi.

Selain beberapa kesulitan yang dialami dalam penelitian ini juga terdapat

beberapa keterbatasan, diantaranya :

1. Penelitian dengan pendekatan kualitatif akan lebih baik apabila dalam

proses penelitiannya menggunakan jangka waktu yang panjang agar

peneliti memiliki lebih banyak waktu untuk mendapatkan informasi yang

lebih dalam. Namun, hal ini tidak terlaksana karena faktor kesibukan dari

apoteker yang menjadi responden sehingga waktu untuk melakukan

wawancara menjadi terbatas.

2. Informasi yang diperoleh dari responden cenderung bersifat memorial

sehingga terdapat kemungkinan informasi yang disampaikan masih kurang

lengkap ketika menjawab pertanyaan pada saat wawancara dilakukan atau

terjadi recall bias.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

47

3. Terdapat kemungkinan responden memberikan informasi tidak spesifik

terkait penerapan Pharmaceutical care yang telah dilakukan kepada pasien

asma saja, meskipun peneliti sebagai pewawancara telah berupaya untuk

selalu menegaskan dan mengingatkan kepada responden pada saat

wawancara berlangsung untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan

pengalaman pelayanan yang telah diberikan khusus kepada pasien asma.

4. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif sehingga

hasil yang diperoleh tidak dapat mewakili semua jawaban apoteker di Kota

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

48

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kesesuaian

pelaksanaan Pharmaceutical care yang diberikan oleh apoteker kepada pasien

asma pada sepuluh apotek di Kota Yogyakarta menurut standar yang ditetapkan

dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Hasil dari

penelitian dikategorikan dalam 6 aspek yang dibagi berdasarkan acuan standar

yaitu aspek pelayanan resep, pelayanan informasi obat, pelayanan konseling,

monitoring dan evaluasi, promosi dan edukasi, dan pelayanan residensial (Home

care).

A. Karakteristik Demografi Responden

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data terkait karakteristik demografi

responden. Karakteristik demografi responden dalam penelitian ini terdiri dari 4

bagian yaitu umur, jenis kelamin, jabatan dan lama masa kerja yang disajikan

pada Tabel I. Diketahui bahwa dari 12 responden yang diwawancarai memiliki

usia yang berbeda-beda dengan rentang antara usia 25 tahun – 35 tahun dan masih

termasuk dalam usia yang produktif. Jumlah responden dengan umur 27 tahun

diketahui merupakan yang paling banyak yaitu sebesar 25%, kemudian

karakteristik demografi dengan melihat jenis kelamin diketahui sebagian besar

apoteker yang bekerja di apotek yang diteliti didominasi oleh perempuan yaitu 11

responden sebesar 91,7%. Apoteker yang bersedia menjadi responden adalah

apoteker yang menduduki jabatan sebagai apoteker pengelola apotek (APA) yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

49

6 responden sebesar 50% dan apoteker pendamping (Aping) yaitu 6 responden

sebesar 50%. Lama masa kerja responden sebagian besar adalah 1≥ masa kerja ≤

5 tahun dengan jumlah responden 7 sebesar 58,3%.

Tabel I. Karakteristik demografi responden

Keterangan : APA (Apoteker Pengelola Apotek), APING (Apoteker Pendamping)

Menurut standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004, apotek merupakan suatu tempat dilaksanakannya

kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan kefarmasian dan menyediakan

sediaan farmasi ataupun perbekalan kesehatan yang dapat disalurkan ke

masyarakat. Suatu apotek harus dikelola oleh tenaga profesional yaitu seorang

Karakteristik Jumlah responden,n = 12

Persentase (%)

Umur : tahun23252627293132333435

1113111111

8,38,38,3258,38,38,38,38,38,3

Jenis kelamin :Laki – lakiPerempuan

111

8,391,7

Jabatan :APA

APING66

5050

Lama masa kerja :Masa kerja < 1 tahun

1 ≥ masa kerja ≤ 5 tahun6≥ masa kerja ≤ 10 tahunMasa kerja >10 tahun

1740

8,358,333,3

0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

50

apoteker yang dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan profesinya

dan memberikan pelayanan yang baik pula (Kepmenkes RI, 2008). Dari data yang

disajikan pada Tabel I menunjukkan bahwa apotek yang dijadikan sebagai tempat

penelitian memiliki apoteker sebagai tenaga kefarmasian yang bekerja di apotek

tersebut yang dalam penelitian ini juga adalah sebagai responden.

Pada beberapa penelitian mengemukakan bahwa usia (umur) memiliki

pengaruh terhadap kinerja seseorang. Pada dasarnya umur produktif berkisar

antara 20-45 tahun. Usia dan pengalaman kerja dapat dikatakan saling berkaitan,

keduanya memiliki pangaruh terhadap kemampuan, pengetahuan, tanggung

jawab, pola pikir dalam mengambil suatu keputusan oleh seseorang dalam bekerja

(Christiana, 2005). Seiring dengan pertambahan usia dan masa kerja yang lama,

akan cenderung meningkatkan kemahiran dan pengalaman yang dimiliki sehingga

mempengaruhi kualitas atau kinerja, dalam hal ini adalah apoteker dalam

memberikan suatu pelayanan kesehatan. Lama bekerja akan mempengaruhi

pengalaman kerja yang tinggi dan pada akhirnya berpengaruh pada keunggulan

atau kemampuan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan mencari

penyebab munculnya kesalahan, misalnya dalam hal pengobatan yang dijalani

pasien (Samsi, 2013).

B. Profil Pelaksanaan Pelayanan Resep pada Pasien Asma oleh

Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta

Menurut Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004,

pelayanan resep memiliki beberapa hal penting yang wajib untuk dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

51

Hal yang perlu diawali dalam pelayanan resep adalah melakukan skrining resep.

Skrining resep terdiri dari 3 bagian utama yaitu skrining administratif, skrining

kesesuaian farmasetik, dan skrining pengkajian klinis (Anonim, 2004).

1. Skrining administratif

Pada kegiatan pelayanan resep di apotek, hal pertama yang perlu

dilakukan oleh tenaga kefarmasian adalah melakukan skrining dengan memeriksa

kelengkapan administratif yang terdapat di resep. Bentuk - bentuk kegiatan yang

perlu dilakukan dalam skrining administratif didasarkan pada standar yang

ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004

(Anonim, 2004). Skrining administratif yang dilakukan oleh responden

berdasarkan hasil penelitian ditampilkan pada Tabel II , sebagai berikut :

Tabel II. Bentuk skrining administratif

Nomor Kegiatan pemeriksaanJumlah responden yang

melaksanakan, n=12

1. nama, SIP, dan alamat dokter 10

2. tanggal penulisan resep 11

3. tanda tangan/paraf dokter penulis resep 9

4.nama, alamat, umur, jenis kelamin danberat badan pasien

11

5. cara pemakaian obat 11

Keterangan : SIP (Surat Ijin Praktek)

Hasil penelitian yang ditampilkan pada Tabel II dapat dilihat bahwa 12

responden yang diwawancarai ternyata tidak semuanya melakukan pemeriksaan

administratif secara lengkap. Lima responden melakukan skrining administratif

secara lengkap. Tujuh responden tidak melakukan skrining administratif secara

lengkap, dimana terdapat 2 responden tidak melakukan 2 kegiatan yang

seharusnya dilakukan. Kegiatan yang paling banyak tidak dilakukan adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

52

melakukan skrining tanda tangan/ paraf dokter penulis resep. Dengan demikian

sebagian responden belum memenuhi standar pelaksanaan skrining administratif

yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

Penelitian lain yang pernah dilakukan oleh Sukmajati (2008) menemukan bahwa

kegiatan skrining administratif dilakukan oleh responden yang merupakan APA

dan Aping sebesar 95,65% selalu melakukan skrining administratif dan 4,35%

tidak melakukan skrining administratif.

Dalam skrining administratif, identitas dokter menjadi penting untuk

diperhatikan agar apoteker dapat mengetahui dokter siapa yang menangani pasien

tersebut, apabila terdapat ketidakjelasan dalam penulisan resep maka akan

mempermudah bagi apoteker untuk menghubungi dokter dan mengkomunikasikan

masalah terkait resep dan menjamin keamanan pasien untuk diberikan pengobatan

oleh dokter tersebut. Selain itu, paraf dokter juga penting untuk dilihat demi

memastikan keresmian resep yang dibawa oleh pasien. Dari segi identitas pasien,

apoteker perlu melihat umur, jenis kelamin dan berat badan yang tertera pada

resep untuk membantu melihat kesesuaian dengan dosis yang diberikan kepada

pasien. Nama dan alamat pasien akan memudahkan untuk menemukan atau

menghubungi pasien tersebut apabila sewaktu-waktu apoteker perlu melakukan

monitoring pengobatan, ataupun untuk melengkapi dokumentasi di apotek

tersebut (Bodhi, Fatimawali, dan Mamarimbing, 2012). Selain tidak lengkapnya

skrining administratif yang dilakukan oleh responden juga ditemukan fakta bahwa

beberapa responden menyatakan untuk kegiatan nomor 1 dan 3 meskipun

dilakukan namun frekuensinya jarang dan bahkan terdapat 2 responden yang sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

53

sekali tidak melakukan pemeriksaan pada kegiatan tersebut. Kegiatan nomor 4,

oleh 7 responden tidak memeriksa secara rinci dimana terdapat 2 responden yang

paling banyak tidak melakukan kegiatan nomor 4 secara rinci dengan tidak

memeriksa nama, alamat, jenis kelamin dan berat badan pasien. Terdapat

beberapa alasan yang dikemukakan oleh responden mengenai pelaksanaan

skrining administratif yang dilaksanakan tidak lengkap ataupun jarang dilakukan

yang ditampilkan pada Tabel III, sebagai berikut :

Tabel III. Alasan responden tidak melakukan skrining administratif secaralengkap

Nomor Alasan kegiatan tidak dilakukanJumlah

responden,n = 9

1

Alasan tidak memeriksa indentitas dokter secara lengkap :a. Indentitas dokter bukan menjadi masalah 1b. Dokter yang menulis resep adalah dokter yang

praktik di apotek tersebut2

c. Apoteker yakin akan kelengkapan identitas doktersehingga tidak perlu dicek lagi

1

d. Faktor kesibukan (efisiensi waktu) 1e. Tanpa alasan spesifik 2

2

Alasan responden tidak selalu memeriksa identitas pasiensecara lengkap :

a. Interaksi obat yang paling penting untuk diperiksabukan identitas pasien

1

b. Yang paling penting umur pasien saja karenaberkaitan dengan dosis

2

c. Hanya untuk anak-anak yang perlu diperhatikan 2d. Kelengkapan administrasi bukan menjadi masalah 1e. Tanpa alasan yang spesifik 3

Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel II

Pada Tabel III, salah satu alasan responden yang mengemukakan bahwa

“identitas dokter bukan menjadi masalah” tidak dapat dianggap sepele, karena

identitas dokter pada resep merupakan salah satu indikasi untuk melihat legalitas

atau keresmian dari resep itu sendiri. Memperhatikan identitas dokter juga perlu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

54

dilakukan sebagai upaya menghindari penyalahgunaan resep. Salah satu alasan

responden tidak melakukan pemeriksaan indentitas pasien dengan lengkap adalah

“yang paling penting umur pasien saja karena berkaitan dengan dosis”, padahal

tidak hanya umur yang berkaitan dengan dosis obat, berat badan dan jenis kelamin

juga ikut berpengaruh. Selain itu, identitas pasien tidak hanya diperhatikan untuk

mengecek kesesuaian dosis, tetapi untuk hal nama dan alamat pasien juga menjadi

penting demi kebutuhan dokumentasi (Bodhi dkk, 2012).

2. Skrining kesesuaian farmasetik

Hasil penelitian mengenai skrining kesesuaian farmasetik yang dilakukan

oleh responden ditampilkan dalam Tabel IV, sebagai berikut :

Tabel IV. Ketentuan skrining kesesuaian farmasetik

Nomor Kegiatan pemeriksaanJumlah responden yang

melaksanakan, n=121. Bentuk sediaan 12

2. Dosis obat 12

3. Potensi 6

4. Stabilitas 6

5. Inkompatibilitas 66. Cara pemberian 11

7. Lama pemberian 8

Pada Tabel IV, diketahui hanya terdapat 1 responden yang melakukan

skrining kesesuaian farmasetik secara lengkap. Sebelas responden lainnya tidak

melakukan skrining kesesuaian farmasetik secara lengkap, dimana terdapat 1

responden tidak melakukan 4 kegiatan yang seharusnya dilakukan. Kegiatan yang

paling banyak tidak dilakukan adalah skrining potensi, stabilitas dan

inkompatibilitas obat. Selain kegiatan skrining yang tidak dilakukan dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

55

lengkap oleh beberapa responden, juga diketahui kegiatan nomor 3, 4 dan 5 oleh 3

responden hanya dilakukan jika perlu. Kegiatan skrining nomor 6 dan 7 oleh 4

responden meskipun dilakukan tetapi frekuensinya pelaksanaannya jarang.

Beberapa alasan responden tidak melakukan skrining kesesuaian

farmasetik secara lengkap ditampilkan pada Tabel V, sebagai berikut :

Tabel V. Alasan responden tidak melakukan skrining kesesuaian farmasetiksecara lengkap

NomorAlasan responden tidak melakukan skrining

secara lengkap

Jumlah respondenyang tidak

memeriksan secaralengkap, n=11

1Potensi :

a. Tanpa alasan spesifik 6

2

Stabilitas :a. Cukup dicek saat pertama kali

diterima dari distributor obat1

b. Tanpa alasan spesifik 5

3Inkompatibilitas :

a. Tanpa alasan spesifik 6

4Cara pemberian :

a. Tanpa alasan spesifik 1

5

Lama pemberian :a. Pasien lebih tau tentang cara

pemberian dan lama pemberian obat1

b. Dokter hanya menulis “prn” yangartinya obat digunakan seperlunya

1

c. Tanpa alasan spesifik 2Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel IV

Tabel V memaparkan alasan responden tidak melakukan beberapa hal

dalam skrining kesesuaian farmasetik. Skrining potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara pemberian dan lama pemberian merupakan kegiatan yang

paling jarang bahkan tidak dilakukan oleh beberapa responden. Dengan demikian

dapat dikatakan terdapat 11 responden belum memenuhi pelaksanaan standar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

56

yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

Penelitian lain oleh Sukmajati (2008), diketahui bahwa 56,52% responden telah

melakukan kegiatan skrining farmasetik, selebihnya belum melakukan skrining

farmasetik secara rinci.

Jika dilihat menurut standar, maka seharusnya dalam skrining kesesuaian

farmasetik semua hal perlu diperiksa. Potensi obat penting untuk dilihat karena

berkaitan dengan seberapa kuat obat tersebut terutama jika disesuaikan dengan

umur dan tingkat keparahan penyakit. Inkompatibilitas juga penting untuk melihat

adanya kemungkinan interaksi fisika yang terjadi pada obat. Cara pemberian perlu

dilihat untuk memastikan aturan pakai dari obat dalam resep dan yang terakhir

adalah lama pemberian yang berkaitan dengan durasi atau sampai kapan

penggunaan obat tersebut.

3. Skrining pengkajian klinis

Hasil wawancara mengenai skrining pengkajian klinis ditampilkan pada

Tabel VI, sebagai berikut :

Tabel VI. Kegiatan skrining pengkajian klinis

Pada Tabel VI diatas, diketahui bahwa untuk kegiatan skrining pengkajian

klinis dari 12 responden yang diwawancarai hanya 5 responden yang

Nomor Bentuk pengkajian klinisJumlah responden yang

melakukan kegiatan, n=12

1. Adanya alergi 10

2. Adanya efek samping 8

3. Adanya interaksi obat 9

4.Kesesuaian obat (dosis, durasi, jumlahobat)

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

57

melaksanakan pengkajian klinis secara lengkap. Tujuh responden tidak

melaksanakan pengkajian klinis secara lengkap, dimana terdapat 1 responden

tidak melakukan 3 kegiatan yang seharusnya dilakukan. Kegiatan yang paling

banyak tidak dilakukan adalah skrining adanya kemungkinan efek samping.

Penelitian lain oleh Sukmajati (2008), diketahui terdapat 47,82% responden yang

melakukan skrining pengkajian klinis.

Jika dilihat dari frekuensi pelaksanaannya, terdapat beberapa kegiatan

yang meskipun dilakukan namun frekuensinya masih jarang atau tergantung

kondisi yaitu untuk kegiatan skrining nomor 1 dan 2. Hal ini diperkuat dengan

beberapa pernyataan responden :

“Kalau untuk inhaler gitu efek samping kita nggak cek….. pasien sudahtau sendiri lah….Kalau yang kapsul itu yang baru kita cek, soalnya kan racikanto?............ (Responden 1).

“………kalau pasiennya tidak menyampaikan kita nggak ngecek.Kalaupasien nggak ngomong apa-apa ya kita tidak perlu cek……..Jadi untukpengecekannya kadang-kadang iya, kadang-kadang nggak.”(Responden 5 ).

“….jarang ngecek adanya alergi…… tapi akhir-akhir ini…..saya udahmulai ngecek” (Responden 10).

“…..efek samping obat… Soalnya pada dasarnya kan pasien yang datangbeli obat dengan resep itu memang obat yang dia mau beli adalah obat yangmemang sering dia pakai. Jadi nggak mesti kita cek lagi…. (Responden 10)”

Kegiatan skrining nomor 3 meskipun pernah dilakukan, namun beberapa

responden menyatakan bahwa frekuensi pelaksanaannya jarang.

“…..nggak selalu. Jadi kadang kita itu ngecek kalau misalnya pasien padasaat yang bersamaan sedang mengkonsumsi obat lain yang bukan untuk terapiasma…..” (Responden 9).

“…..memang pasien dengan obat langganan, jadi nggak perlu dicek lagi”(Responden 10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

58

Kegiatan skrining nomor 4 terdapat 1 responden yang menyatakan bahwa

kegiatan tersebut dilakukan pada kondisi tertentu, yaitu apabila obat yang

diresepkan adalah Aminofilin dan Theofilin. Kedua obat ini menurut responden

merupakan obat dengan indeks terapi yang sempit sehingga untuk penggunaannya

perlu memperhatikan kesesuaian antara dosis, durasi dan jumlah obat tersebut.

Skrining pengkajian klinis sangat penting untuk dilakukan, karena

berkaitan dengan keselamatan dari pasien. Untuk mengetahui adanya alergi maka

apoteker berperan untuk dapat menggali informasi yang luas mengenai kondisi

pasien. Kegiatan ini terutama perlu dilakukan apabila dalam resep tidak ada

keterangan mengenai alergi. Efek samping juga perlu untuk dilihat agar apoteker

nantinya dapat menjelaskan kemungkinan efek samping yang terjadi dan cara

penanganannya. Untuk interaksi obat menjadi penting diperhatikan terutama

dalam kasus peracikan obat yang dapat menimbulkan interaksi farmasetis (Rini,

Swastiwi, dan Piliarta, 2009). Selain fakta-fakta yang dipaparkan diatas, bisa saja

tidak lengkapnya pelaksanaan skrining disebabkan oleh apoteker yang tidak

menggunakan prosedur tetap sesuai standar di apotek pada saat melayani resep

dan hanya melaksanakan pelayanan secara spontan (Atmini dkk. 2011).

4. Proses penyiapan obat

Setelah melakukan skrining resep, langkah selanjutnya yang dilakukan

oleh tenaga kefarmasian adalah penyiapan obat sesuai dengan permintaan dalam

resep. Pada proses penyiapan obat, terdapat beberapa hal yang perlu untuk

diperhatikan sebelum obat tersebut diserahkan kepada pasien. Hal-hal yang

dimaksud ditampilkan dalam Tabel VII, sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

59

Tabel VII. Kegiatan proses penyiapan obat

Nomor Bentuk KegiatanJumlah respondenyang melakukankegiatan, n=12

1.Peracikan (menimbang, mencampur, mengemas,memberi etiket, memperhatikan dosis dan jumlahobat)

11

2.

Menulis etiket dengan lengkap (warna putihuntuk obat dalam, warna biru untuk obat luar, danetiket lainnya seperti label kocok dahulu untuksediaan cair)

12

3.Menulis nama dan cara pemakaian obat padaetiket sesuai dengan permintaan resep

11

4.Menyerahkan obat yang dikemasi dengan rapidan sesuai demi menjaga kualitas obat

10

5.Melakukan pemeriksaan akhir terhadapkesesuaian antara obat dengan resep sebelumdiserahkan ke pasien asma

11

Pada Tabel VII diketahui 2 responden tidak melakukan proses penyiapan

obat secara lengkap dimana terdapat 1 responden yang tidak melakukan 4

kegiatan yang seharusnya dilakukan. Kegiatan yang paling banyak tidak

dilakukan adalah menyerahkan obat yang dikemasi dengan rapi dan sesuai demi

menjaga kualitas obat. Sepuluh responden lainnya melakukan semua kegiatan

proses penyiapan obat secara lengkap namun terdapat beberapa responden

diantaranya yang tidak melakukan kegiatan secara terperinci. Hal ini dikarenakan

kegiatan penyiapan obat nomor 1 terdapat 5 responden menyatakan tidak semua

hal terkait kegiatan peracikan dilakukan secara rinci. Kegiatan nomor 3 oleh 1

responden mengemukakan bahwa meskipun kegiatan menulis nama dan cara

pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaan resep telah dilakukan,

namun terdapat kasus-kasus tertentu dimana untuk penulisan cara pemakaian di

etiket tidak diberi keterangan secara lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

60

“….. diresepnya itu untuk signanya dokter cuma nulis “suc”doang……jadi anggapannya si pasien sudah tau cara penggunaan obatnya,biasanya sih itu pasien yang pakai inhaler….. jadi kita juga cuma nulis dietiketnya“Pasien Tau Pakai” (Responden 11).

Kegiatan nomor 4 terdapat 2 responden yang tidak melakukan kegiatan

tersebut mengemukakan alasan yang kurang lebih sama yaitu bahwa ketika

melakukan proses penyiapan obat tidak dilakukan secara terperinci. Terdapat

beberapa alasan responden tidak melakukan proses penyiapan obat secara lengkap

yang ditampilkan pada Tabel VIII berikut ini :

Tabel VIII. Alasan responden tidak melakukan proses penyiapan obat secaralengkap

Nomor Alasan kegiatan tidak dilakukan

Jumlahresponden yang

tidak melakukan,n=7

1.

Alasan tidak melakukan peracikan secara lengkap:a. Belum pernah ada obat resep racikan,

sehingga tidak perlu ditimbang1

b. Penimbangan hanya dilakukan jika perlu 1c. Selama dosis terapi, tidak perlu ditimbang 1d. Tidak perlu ditimbang karena kebanyakan

permintaan resep sudah dalam bentuk tablet2

2.Alasan tidak melakukan pengemasan dengan rapidan sesuai demi menjaga kualitas obat

a. Tidak terlalu menjadi hal yang diperhatikan 2Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel VII

Pada Tabel VIII menunjukkan 7 responden yang mengemukakan alasan

tidak melakukan kegiatan peracikan secara lengkap dan tidak memperhatikan

pengemasan obat yang rapi sebelum diberikan ke pasien. Dengan demikian dapat

dikatakan sebagian responden belum memenuhi pelaksanaan standar penyiapan

obat sesuai yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/

IX/ 2004 secara lengkap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

61

Jika dilihat dari alasan-alasan responden tidak melakukan melakukan

proses penyiapan obat secara lengkap seperti yang ditampilkan pada Tabel VIII

maka memang jika sediaan yang diminta dalam resep adalah dalam bentuk tablet

sudah tidak perlu lagi dilakukan peracikan. Namun apabila beberapa sediaan obat

perlu untuk diracik atau diubah dalam bentuk pulveres maka seharusnya proses

peracikan dilakukan secara lengkap yaitu dimulai dari perhitungan, penimbangan,

pencampuran hingga pada pengemasan. Dalam proses pengemasan seharusnya

kerapian dan kesesuaian kemasan harus diperhatikan sebelum diberikan kepada

pasien hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga kualitas obat (Kepmenkes RI,

2008).

Standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/

SK/ IX/ 2004 mengemukakan bahwa dalam penyiapan obat terdapat beberapa

proses yang harus dilakukan secara sistematis seperti yang ditampilkan pada

Tabel VII. Hal ini dilakukan agar ketepatan obat, ketepatan dosis dan ketepatan

pasien dapat tercapai hingga pada penyerahan obat tersebut (Kepmenkes RI,

2008) sehingga pelaksanaan proses penyiapan obat seharusnya dilakukan dengan

lengkap sesuai prosedur.

C. Profil Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (PIO) pada Pasien

Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta

1. Bentuk kegiatan pelayanan informasi obat

Pada proses penyerahan obat kepada pasien, apoteker memiliki tanggung

jawab untuk memberikan informasi terkait obat yang dilakukan berdasarkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

62

prosedur tetap menurut standar. Prosedur tetap yang dilaksanakan oleh responden

dari hasil penelitian dipaparkan dalam Tabel IX, sebagai berikut :

Tabel IX. Kegiatan pelayanan informasi obat

Nomor Bentuk kegiatanJumlah respondenyang melakukankegiatan, n=12

1.Melakukan PIO berdasarkan resep atau kartupengobatan pasien (medication record)

10

2.Memberikan dan menyebarkan informasi kepadakonsumen secara aktif dan pasif, mudahdimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana

11

3.Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenagakesehatan melalui telepon, surat atau tatap muka

11

4. Menyediakan buletin, leaflet, poster 3

5.Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenagafarmasi dan tenaga kesehatan lainnya

5

6. Penelurusan berdasarkan literature 5

7.Mengkoordinasi penelitian tentang obat dankegiatan pelayanan kefarmasian

0

8. Mendokumentasikan PIO 4Keterangan : PIO (Pelayanan Informasi Obat)

Pada Tabel IX diketahui dari 12 responden yang diwawancarai tidak

ditemukan satupun responden yang telah melakukan kegiatan PIO secara lengkap,

dimana terdapat 2 responden tidak melakukan 7 kegiatan yang seharusnya

dilakukan. Kegiatan PIO yang paling banyak tidak dilakukan adalah

mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian.

Bahkan terdapat 4 responden mengemukakan dalam pemberian informasi obat

hanya diberikan kepada pasien asma yang datang dengan resep saja. Dengan

demikian dapat dikatakan 12 responden belum memenuhi pelaksanaan standar

PIO yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/

2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

63

Kegiatan PIO nomor 3 sebanyak 4 responden menyatakan pelayanan yang

pernah diberikan untuk menjawab pertanyaan pasien hanya dilakukan lewat tatap

muka dan belum pernah mendapatkan pasien ataupun tenaga kesehatan yang

bertanya melalui telefon. Delapan responden lainnya menyatakan telah

memberikan pelayanan dengan menjawab pertanyaan pasien baik melalui telefon

maupun tatap muka. Kegiatan PIO nomor 5 merupakan kegiatan berupa

keikutsertaan responden dalam seminar-seminar yang berkaitan dengan penyakit

asma yang biasanya diselenggarakan oleh pihak Ikatan Apoteker Indonesia (IAI)

ataupun oleh pihak produsen obat berupa product knowledge. Kegiatan ini sangat

penting, karena merupakan pemenuhan dalam konsep The Nine Star-Pharmacist

yang diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO) yaitu salah satunya

mencakup Long-life learner dimana sebagai tenaga kefarmasian seorang apoteker

tidak hanya berhenti pada ilmu pengetahuan yang diperoleh dari sekolah farmasi,

namun wajib untuk terus menimbah ilmu pengetahuan dan keterampilan secara

up-date sehingga dibutuhkan sikap dan komitmen untuk mau terus belajar (IAI,

2010).

Adanya pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi obat yang belum sesuai

dengan standar disebabkan oleh beberapa fakta yang ditemukan dari hasil

penelitian dimana kegiatan PIO pada Tabel IX nomor 1 sebagian besar dilakukan

berdasarkan resep yang datang dan terdapat 2 responden tidak melakukan PIO

berdasarkan resep ataupun kartu pengobatan pasien (medication record) dengan

mengemukakan alasan sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

64

“……..Kalau memang pasien rutin, nggak dikasih PIO lagi. Kalau untukinhaler juga diliat dulu pasiennya udah tau cara pakainya atau tidak, baru setelahitu jadi pertimbangan untuk pemberian PIO” (Responden 9)

“Kalau yang OTC, kita nggak ngasih PIO, soalnya anggapannya pasiennyamemang sudah terbiasa pakai obat itu dan udah tau” (Responden 3).

Kegiatan PIO nomor 4 dilakukan responden dengan cara menyediakan

leaflet yang diberikan dari produsen obat memang telah dilakukan, namun

demikian diakui oleh responden belum ada program yang digalangkan untuk

pembuatan brosur, leaflet, atau bulletin secara mandiri dari apotek tersebut untuk

penyakit asma. Kegiatan PIO nomor 6 yaitu penelusuran literature tidak

dilakukan oleh beberapa responden dengan beberapa alasan yang dikemukakan.

Alasan – alasan yang dimaksud, ditampilkan pada Tabel X sebagai berikut :

Tabel X. Alasan responden tidak melakukan penelusuran literature

NomorAlasan responden tidak melakukan

penelusuran literatureJumlah responden yangtidak melakukan, n=7

1

Alasan tidak melakukan kegiatan :a. Hanya melihat leaflet atau brosur

obat2

b. Hanya menyampaikan isi resep 1c. Hanya berdasarkan pengalaman 1d. Tanpa alasan spesifik 3

Keterangan : mengacu pada kegiatan dalam Tabel IX

Pada Tabel X diketahui terdapat 7 responden yang tidak melakukan

penelusuran literature pada saat memberikan pelayanan informasi obat kepada

pasien asma dengan berbagai alasan seperti apoteker hanya membaca brosur atau

leaflet yang disertakan pada kemasan obat, hanya menyampaikan isi resep, hanya

berdasarkan pengalaman, bahkan terdapat responden yang tidak memberikan

alasan yang spesifik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

65

Penelusuran literature pada dasarnya penting untuk dilakukan, hal ini akan

membantu apoteker untuk menguasai materi terkait informasi obat dan

meningkatkan keakuratan dari informasi yang akan disampaikan kepada pasien.

Selain itu dapat diperoleh data ter-up date untuk menambah informasi tidak hanya

bagi pasien tetapi bagi apoteker itu sendiri. Pelayanan informasi obat sudah

seharusnya diberikan kepada semua pasien tanpa terkecuali baik itu dengan resep

ataupun non-resep dengan melihat kebutuhan dari pasien itu sendiri.

Kegiatan PIO nomor 8 pada Tabel IX yaitu melakukan pendokumentasian

PIO dari 4 responden yang melakukan kegiatan tersebut, 1 diantaranya memang

menyatakan bentuk pendokumentasian PIO yang dilakukan yaitu berupa Rekam

Medis (RM), namun 1 responden lainnya menyatakan bahwa pendokumentasian

PIO meskipun dilakukan namun tidak selalu. Hal ini diperkuat dengan pernyataan

responden sebagai berikut :

“…cuma pendokumentasiannya itu tidak selalu. Jadi kadang-kadang iya,kadang-kadang nggak. Soalnya faktor kesibukan juga sih…….”(Responden 5).

2. Penyampaian informasi obat

Pada saat penyerahan obat kepada pasien, terdapat informasi-informasi

yang sekurang-kurangnya wajib untuk disampaikan oleh apoteker kepada pasien

yang dipaparkan dalam Tabel XI. Diketahui dari 12 responden, terdapat 6

responden yang telah melakukan pemberian informasi obat secara lengkap, namun

diantara 6 responden tersebut, 4 diantaranya menyatakan bahwa pemberian

informasi obat dilakukan hanya untuk pasien dengan resep dan 1 responden yang

memberikan informasi obat kepada pasien dengan resep dan non-resep. Satu

responden lainnya meskipun memberikan informasi secara lengkap namun untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

66

informasi 1,2 dan 3 diakui diberikan tergantung pada kondisi pasien. Enam

responden lainnya tidak memberikan infomasi kepada pasien asma secara lengkap

dimana terdapat 1 responden tidak memberikan 4 informasi yang seharusnya

diberikan kepada pasien asma. Informasi yang paling banyak tidak diberikan

adalah aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari. Dengan

demikian dapat dikatakan sebagian responden belum memenuhi pelaksanaan

standar pemberian informasi obat kepada pasien asma yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Penelitian yang pernah

dilakukan oleh Sukmajati (2008), diketahui terdapat 56,52% responden yang

memberikan informasi obat secara lengkap dan selebihnya tidak memberikan

informasi obat secara lengkap.

Tabel XI. Jenis informasi Obat

Nomor Informasi yang disampaikanJumlah responden yang

menyampaikan informasin=12

1. Cara pemakaian obat 122. Cara penyimpanan obat 113. Jangka waktu pengobatan 10

4.Aktivitas serta makanan dan minuman yangharus dihindari

7

5. Pemberi informasi tambahan 9

Selain tidak lengkapnya pemberian informasi obat yang diberikan oleh

responden kepada pasien asma juga ditemukan beberapa fakta lain, seperti pada

kegiatan dalam Tabel XI nomor 1 terdapat 1 responden menyatakan pemberian

informasi mengenai cara pemakaian obat diberikan kepada pasien dengan resep

yang bersedia dan baru pertama kali datang. Satu responden lainnya menyatakan

pemberian informasi mengenai cara pemakaian obat hanya diberikan bagi pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

67

yang pertama kali menggunakan inhaler atau aerosol dan tidak diberikan kepada

pasien yang membeli obat dengan penggunaan secara oral (Tablet, kapsul,dll).

“……kita berikan tergantung kesediaan dari pasiennya……,…….kalaukeliatannya nggak buru-buru kita nggak ngejelasin. Atau kalau pasiennya nolak,ya udah kita nggak ngasih informasinya”(Responden 10).

“……Kecuali pasiennya datang beli aerosol atau inhaler, na.. itu baru kitaberikan informasi. Itupun informasinya diberikan ke pasien yang memang baruawal, yang langganan nggak lagi”(Responden 9).

Informasi obat nomor 5 merupakan informasi-informasi tambahan, dimana

informasi yang dimaksud dipaparkan dalam Pharmaceutical care untuk pasien

asma dan wajib untuk disampaikan kepada pasien asma (Depkes RI, 2007). Dari

sekian banyak informasi tambahan yang dapat disampaikan kepada pasien asma,

terdapat beberapa informasi yang paling banyak diberikan oleh responden.

Informasi yang dimaksud disajikan pada Tabel XII sebagai berikut :

Tabel XII. Informasi tambahan untuk pasien asma

Nomor Informasi yang diberikanJumlah respondenyang memberikan

informasi, n=9

1

Beberapa informasi tambahan yang diberikankepada pasien asma :

a. Hindari paparan alergi penyebabkambuhnya asma

5

b. Efek samping yang dapat timbul dariobat yang digunakan

1

c. Hubungan asma dengan merokok 2d. Kapan mengunakan obat asma 2e. Terapi penunjang yang dapat dijalani

pasien1

Keterangan : mengacu kegiatan dalam Tabel XI

Pada Tabel XII, diketahui 9 responden yang memberikan informasi

tambahan kepada pasien asma terkait pemicu atau alergen yang perlu untuk

dihindari oleh pasien agar tingkat kekambuhan pasien tersebut dapat berkurang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

68

Informasi tersebut merupakan informasi yang paling banyak diberikan oleh

responden kepada pasien asma dibandingkan informasi-informasi tambahan

lainnya.

“….. Kalau pasiennya bilang dia alergi debu, kita biasa sarankan untuksering memakai masker. Kalau pasiennya alergi dengan cuaca, kita biasa ngasihsarannya pakai jaket atau pakaian yang agak tebal. Atau biasa juga kita ngejelasinhubungan antara asma dengan rokok”(Responden 12)

Pelayanan informasi obat adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh

apoteker. Apoteker dapat dikatakan sebagai pusat yang berperan dalam

memberikan informasi obat. Pemberian informasi obat menjadi hal yang sangat

penting untuk diberikan kepada pasien karena dapat berpengaruh pada

penggunaan obat yang rasional dan keberhasilan terapi. Pada kasus pasien dengan

resep, informasi obat biasanya telah tertera pada etiket. Namun demikian,

apoteker harus tetap memberikan informasi secara langsung kepada pasien demi

menegaskan instruksi yang telah tertera pada etiket obat. Pemberian informasi

juga penting diberikan kepada pasien swamedikasi/non-resep, hal ini dikarenakan

pasien swamedikasi biasanya melakukan pemilihan obat secara mandiri dan tidak

memperoleh informasi dari dokter atau tenaga kesehatan yang lain layaknya

pasien dengan resep. Maka dari itu, apotekerlah yang berkewajiban untuk

memberikan informasi yang memadai terutama terkait pemilihan dan penggunaan

obat (Setiawan, Hasanmihardja, dan Mahatir, 2010). Sehingga, tidak seharusnya

penyampaian informasi obat itu hanya diberikan kepada pasien-pasien tertentu

saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

69

3. Bentuk persiapan sebelum melakukan informasi dan edukasi

Sebelum memberikan pelayanan informasi dan edukasi kepada pasien,

terdapat beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan oleh apoteker sebagai

bentuk persiapan. Persiapan yang dilakukan merupakan pedoman sebelum

memberikan pelayanan informasi dan edukasi kepada pasien. Persiapan sebelum

memberikan informasi dan edukasi yang dilakukan oleh responden, disajikan

dalam Tabel XIII sebagai berikut :

Tabel XIII. Persiapan sebelum memberikan informasi dan edukasi

Nomor Bentuk persiapan

Jumlahresponden yang

melakukanpersiapan, n=12

1.Pembekalan diri dengan pengetahuan tentang asmadan pengobatan

12

2.

Pemberian informasi kepada pasien dan jugakeluarga terutama untuk pasien yang mengalamimasalah dalam berkomunikasi denganmempertimbangkan latar belakang dan pendidikanpasien dan keluarganya

11

3.

Mengumpulkan dan mendokumentasikan datapasien (riwayat keluarga, gaya hidup, pekerjaan,dan pengobatan yang dijalani, obat-obat yangdigunakan selain obat asma yang berpengaruhterhadap pengobatan asma)

7

4.Menggunakan sarana tambahan dalam penyampaianinformasi (peragaan inhaler dan rotahaler)

7

5.

Mempertimbangkan pemberian obat dengan jumlah,dosis yang lebih sedikit, kejadian efek samping obatyang lebih jarang terjadi serta adanya pengertiandan kesepakatan antara dokter, pasien dan apotekeruntuk meningkatkan kepatuhan pasien

10

Hasil yang dipaparkan pada Tabel XIII, diketahui 5 responden melakukan

persiapan sebelum memberikan informasi dan edukasi secara lengkap namun

tidak terperinci. Tujuh responden tidak melakukan persiapan sebelum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

70

memberikan informasi dan edukasi secara lengkap dimana terdapat 1 responden

tidak melakukan 4 kegiatan persiapan yang seharusnya dilakukan. Kegiatan yang

paling banyak tidak dilakukan adalah mengumpulkan dan mendokumentasikan

data pasien (riwayat keluarga, gaya hidup, pekerjaan, dan pengobatan yang

dijalani, obat-obat yang digunakan selain obat asma yang berpengaruh terhadap

pengobatan asma) dan menggunakan sarana tambahan dalam penyampaian

informasi (peragaan inhaler dan rotahaler). Dengan demikian dapat dikatakan

sebagian responden belum memenuhi standar pelaksanaan persiapan sebelum

memberikan informasi dan edukasi yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor

1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

Diketahui bentuk persiapan nomor 1 pada Tabel XIII merupakan kegiatan

pembekalan diri dimana 12 responden tersebut melakukan pembekalan diri

melalui pengalaman dan pendidikan yang telah diemban. Satu responden lainnya

menyatakan bentuk pembekalan diri tambahan dilakukan dengan menggunakan e-

book PC ataupun menggunakan program aplikasi Medscap di internet dan

membaca beberapa jurnal kesehatan untuk informasi terbaru. Pembekalan diri

yang dimaksud adalah pengetahuan tentang asma dan pengobatan. Hal ini

merupakan kegiatan yang penting dilakukan sebelum memberikan informasi dan

edukasi kepada pasien. Pembekalan diri tidak hanya berupa pengetahuan yang

cukup terkait penyakit asma dan pengobatannya, namun juga berupa adanya rasa

kepedulian atau perhatian yang perlu ditumbuhkan dari diri seorang apoteker

terhadap pasien. Pembekalan diri akan sangat membantu bagi apoteker untuk

menguasai materi-materi terkait asma dan membantu apoteker tersebut untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

71

mengetahui informasi dan edukasi seperti apa yang sebaiknya diberikan kepada

pasien. Penguasaan materi juga akan sangat membantu untuk meningkatkan rasa

percaya diri bagi apoteker dalam memberikan informasi dan juga sekaligus

membantu untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap apoteker sehingga

hal ini akan sangat mendukung berjalannya proses pengobatan yang baik (Depkes

RI, 2007).

Dalam penerapan Pharmaceutical care seorang apoteker sebagai tenaga

profesional haruslah mampu memberikan informasi kepada semua pasien, dalam

hal ini adalah pasien asma. Pada beberapa kasus asma ditemukan beberapa pasien

selain mengidap penyakit asma juga terkadang memiliki masalah terkait adanya

keterbatasan dalam berkomunikasi, dengan demikian ketika menghadapi kondisi

tersebut seorang apoteker wajib untuk mencari solusi agar pemberian informasi

dan edukasi tetap dapat diberikan. Salah satu cara penanganan atau solusi yang

dapat dilakukan adalah dengan melibatkan keluarga pasien, sehingga informasi

dan edukasi dapat diberikan melalui keluarga pasien yang diharapkan nantinya

dapat membantu dan mendukung pasien tersebut dalam proses pengobatan.

Pemecahan masalah dengan melibatkan keluarga pasien untuk

menyalurkan informasi dan edukasi tidak hanya dilakukan ketika ditemui kasus

seperti yang telah disebutkan. Kegiatan melibatkan keluarga juga dapat dilakukan

dengan pertimbangan latar belakang atau pendidikan pasien. Latar belakang dan

pendidikan dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien terhadap informasi

dan edukasi penyakit asma serta pengobatan yang diterima. Tingkat pengetahuan

ini menurut penelitian terbukti sangat mempengaruhi pemahaman dan kesadaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

72

pasien dalam menjalankan pengobatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi

tingkat kepatuhan pengobatan pasien (Suryaningnorma, 2009). Hal inilah yang

mendasari mengapa kegiatan nomor 2 pada Tabel XIII perlu untuk dilakukan.

Bentuk persiapan pada Tabel XIII nomor 3 adalah pendokumentasian data

pasien yang dilakukan untuk membantu apoteker dalam mengkaji secara dalam

penyebab dari penyakit dan serangan asma yang dialami pasien serta sangat

membantu apoteker untuk menetapkan informasi dan edukasi seperti apa yang

sebaiknya diberikan kepada pasien dan keluarganya demi tercapainya pengobatan

yang baik dan peningkatan kualitas hidup pasien karena pada dasarnya data – data

yang didokumentasikan sangatlah mempengaruhi pengobatan pasien (Depkes RI,

2007). Meskipun pendokumentasian ini dilakukan oleh beberapa responden,

namun tidak secara lengkap sehingga belum memenuhi standar yang ditetapkan

dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Terdapat 4

responden tidak mendokumentasikan gaya hidup dan pekerjaan pasien.

Seharusnya menurut penerapan Pharmaceutical care untuk pasien asma, data

gaya hidup dan pekerjaan pasien wajib untuk didokumentasikan. Dua hal ini dapat

mengidentifikasikan bagaimana aktivitas pasien itu sendiri sehari-harinya dan bisa

saja menjadi penyebab terjadinya kekambuhan pada pasien asma (Depkes RI,

2007).

Informasi dan edukasi seperti yang dimaksud pada Tabel XIII nomor 4

tidak hanya dapat disampaikan secara lisan, namun juga dapat didukung dengan

penggunaan alat peraga, dalam hal ini yaitu terkait peragaan cara penggunaan

inhaler, nebulizer, dll yang merupakan alat kesehatan penting untuk pengobatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

73

pasien asma. Penyampaian informasi dan edukasi secara lisan dan didukung

dengan peragaan secara langsung cara penggunaan alat kesehatan didepan pasien

akan sangat membantu untuk meningkatkan pemahaman pasien dalam

menggunakan alat kesehatan tersebut dan membantu untuk meminimalkan

kesalahan dalam penggunaannya. Harapannya dengan melakukan peragaan,

pasien mampu mencontoh hal tersebut dan dapat dengan telaten menggunakan

alat kesehatan yang digunakan dalam pengobatan, sehingga ketika terjadi

serangan asma mendadak pasien akan dengan sigap mampu menggunakan alat

kesehatan (inhaler, nebulizer, dll) untuk meredahkan sesak yang dirasakan.

Meskipun kegiatan ini dilakukan oleh beberapa responden, terdapat 1 responden

menyatakan bahwa di apotek tempat responden bekerja memang tidak

menyediakan alat kesehatan untuk pengobatan asma seperti inhaler, nebulizer, dll

sehingga apoteker tersebut pun tidak pernah memberikan pelayanan kepada

pasien asma dengan melakukan peragaan dan hanya melayani pasien yang datang

untuk membeli obat yang penggunaannya secara oral.

Pertimbangan yang dimaksud pada Tabel XIII nomor 5 merupakan salah

satu fungsi utama yang wajib dilakukan dalam Pharmaceutical care menurut

Hepler and Strand (1990). Namun, fenomena yang menarik perhatian yaitu

terdapat responden yang menyatakan bahwa meskipun kegiatan pertimbangan

pemberian obat tersebut dilakukan, tidak jarang obat yang dibeli oleh pasien

memiliki risiko terjadinya efek samping yang tinggi. Responden yang berperan

sebagai apoteker dalam kasus ini telah menginformasikan hal tersebut kepada

pasien dan menyarankan untuk menggunakan obat lain yang risiko efek

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

74

sampingnya lebih rendah. Namun pada akhirnya obat yang diberikan adalah tetap

obat yang ingin dibeli oleh pasien di awal. Fenomena yang sama juga terjadi

untuk kasus pasien yang menggunakan lebih dari satu obat asma namun pada

dasarnya memiliki indikasi yang sama.

“…...kita sudah menyarankan untuk menggunakan obat lain ataumempertimbangkan apakah tetap menggunakan obat tersebut. Pada akhirnya obatyang mau dibeli pasien yang memiliki risiko efek samping yang tinggi tetap kitaberikan kepada pasien”(Responden 8).

“Kadang ada pasien asma yang beli obat lebih dari satu. Biasanya keduaobat itu indikasinya sama. Cuma pada saat kita sarankan ke pasien untuk pakaisalah satunya saja, pasiennya malah nggak mau. Pasien malah ngeyel mau pakaidua-duanya….ya udah mau gimana lagi” (Responden 10).

Dari pernyataan yang dipaparkan oleh responden 8 dan 10 dapat dilihat

bahwa memang benar responden tersebut sebagai apoteker telah berusaha

melakukan pertimbangan dalam pemberian obat ke pasien dengan tujuan tidak

lain agar menghindari risiko terjadinya efek samping dan pertimbangan efisiensi

penggunaan obat. Hanya saja tujuan tersebut tidak tercapai sepenuhnya karena

responden yang pada saat itu berperan sebagai apoteker masih kurang mampu

untuk meyakinkan pasien dan meningkatkan rasa percaya pasien terhadap

apoteker yang memberikan penjelasan dan nasehat pemilihan obat yang baik. Hal

ini bisa saja disebabkan oleh penggunaan bahasa atau cara komunikasi yang

kurang efektif sehingga tidak tercapai kesepakatan dan pemahaman bersama

antara pasien dan apoteker tersebut sehingga pasien tetap ingin menggunakan obat

yang diinginkan untuk dibeli.

Tabel IX, XI, dan XIII merupakan rangkaian dari pelaksanaan pelayanan

informasi obat, dilihat secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa meskipun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

75

pelayanan informasi obat telah dilaksanakan oleh responden namun belum secara

optimal dan belum memenuhi pelaksanaan standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Hal tersebut terlihat dari

adanya beberapa kegiatan yang tidak dilakukan oleh responden ataupun dilakukan

namun frekuensi pelaksanaannya jarang dan bahkan hanya diberlakukan pada

pasien tertentu saja.

D. Profil Pelaksanaan Konseling pada Pasien Asma oleh Apoteker

pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta

1. Kegiatan konseling

Konseling merupakan proses terstruktur yang dilakukan untuk

mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah pasien. (Kepmenkes RI, 2006).

Terdapat beberapa sasaran pasien yang dapat dijadikan pertimbangan bagi

apoteker untuk memberikan konseling. Sasaran pasien yang dimaksud,

ditampilkan pada Tabel XIV diketahui bahwa pelaksanaan konseling dilakukan

oleh 11 responden namun tidak secara lengkap dimana terdapat 1 responden tidak

melakukan konseling terhadap 6 kriteria pasien asma yang seharusnya diberikan.

Kriteria pasien asma yang paling banyak tidak diberikan konseling adalah pasien

asma dengan multirejimen obat dan yang mengalami drug related problem. Dari

11 responden tersebut hanya 1 responden yang pernah melakukan konseling untuk

semua kondisi yang ditampilkan dalam Tabel XIV dan 1 responden lainnya tidak /

belum pernah melakukan konseling pada pasien asma. Dengan demikian sebagian

responden telah memenuhi pelaksanaan konseling dengan melihat kondisi-kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

76

pasien sesuai standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004.

Tabel XIV. Sasaran pemberian konseling

Nomor Sasaran pemberian konseling

Jumlahresponden yangmelaksanakan,

n=11

1.Pasien asma dengan sejarah ketidakpatuhanpengobatan

6

2.Pasien asma yang menerima obat dengan indeksterapi sempit yang memerlukan pemantauan

4

3. Pasien asma dengan multirejimen obat 24. Pasien asma usia lansia 11

5.Pasien asma usia pediatri melalui orang tua ataupengasuhnya

8

6. Pasien asma yang mengalami Drug Related Problem 2

7.

Pasien asma dan keluarganya yang membutuhkanbantuan untuk menyelesaikan masalah-masalah yangdihadapi dalam penggunaan obat, jika perlu denganmelibatkan tenaga kesehatan lain sepeti dokter

4

Adapun responden melakukan konseling dengan kriteria seperti yang

ditampilkan pada Tabel XIV, dengan berbagai alasan yaitu sebagai berikut :

Alasan responden melakukan konseling pada pasien dengan kriteria nomor 1

adalah:

“……..biasanya pasien asma yang langganan kan resepnya itu untuk 1minggu, kalau misalkan minggu berikutnya pasiennya nggak datang, biasanya kitatelfon untuk mengingatkan. Pas pasiennya sudah datang, kita kasihkonseling”(Responden 2).

“Biasanya sih mbak cara tau pasiennya nggak patuh itu, kalau misalkandia terlalu sering datang buat beli obat asmanya…………”(Responden 8).

Alasan responden memberikan konseling dengan kriteria pasien nomor 2 adalah :

“…. kalau saya itu ngasihnya terutama pasien yang dia itu pakai obatnyatheofilin…….” (Responden 5).

Alasan responden memberikan konseling dengan kriteria pasien nomor 3 adalah :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

77

“…..ada pasien asma yang pakai obat 3 sekaligus.. SABA, Aminofilinsama Steroid... Terus si pasiennya sering meminta resep obat itu ke dokter tapiuntuk pengobatan dengan jangka waktu sekaligus 3 bulan. Ya.. walaupunkebiasaan pasien itu meminta obat 3 sekaligus untuk pengobatan selama 3 bulantidak pernah mengalami masalah, tapi saya mencoba memberikan pengarahandalam konseling agar pasiennya itu selalu rajin melakukan kontrol tidak mesti 3bulan setelah obat habis baru datang control” (Responden 4).

Alasan responden memberikan konseling dengan kriteria pasien nomor 4 adalah :

“…. Terutama kalau pasien asma itu usia lansia atau anak-anak. Soalnyausia itu erat hubungannya dengan dosis….….”(Responden 9)

Alasan responden memberikan konseling dengan kriteria pasien nomor 5 adalah :

“Konseling biasanya diberikan untuk pasien yang anak-anak dan obatyang digunakan itu Aminofilin. Biasanya kita kasih konseling melalui orangtuanya atau pengasuhnya. Hanya saja untuk perkembangan si anak tersebut dalammenggunakan aminofilin jarang kita ikuti” (Responden 3).

Alasan responden memberikan konseling dengan kriteria pasien nomor 7 adalah :

“Terkadang ada pasien asma yang awalnya dia pakai obat asma denganbentuk sediaan tablet, tapi pada saat pasiennya datang lagi, ternyata sudahmeningkat sampai ke penggunaan inhaler. Biasanya itu yang kita kasih konsultasi.Atau kita sarankan ke dokter dulu untuk konsultasi ke dokternya”(Responden 1).

Pada dasarnya kegiatan konseling dapat diberikan kepada semua pasien

asma, namun dengan beberapa pertimbangan maka untuk membantu apoteker

dalam menetapkan pasien mana yang lebih pantas / layak diberikan konseling

maka apoteker dapat mempertimbangkan kondisi-kondisi tertentu pada pasien

seperti yang ditampilkan pada Tabel XIV. Pada kegiatan konseling seorang

apoteker berperan sebagai “helper” yang akan membantu pasien dalam

menerangkan pengenai pengobatan yang akan diberikan khususnya menjelaskan

dan membantu pasien untuk memperoleh manfaat dari pengobatan tersebut.

Kegiatan konseling akan membuka komunikasi antara pasien dan

apoteker, sehingga hal ini akan menguntungkan kedua belah pihak. Satu sisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

78

apoteker akan semakin mudah dalam mengidentifikasi permasalahan yang

dihadapi pasien dalam pengobatan sekaligus mempermudah apoteker untuk

membantu pasien dalam menyelesaikan masalah tersebut. Sisi lain, pasien akan

sangat terbantu untuk lebih mudah memahami masalah yang sedang dihadapinya,

menambah pengetahuan dan pemahaman terkait cara mengatasi masalah yang

dihadapi terutama dalam hal pengobatan yang dijalani serta membantu pasien

untuk mencegah masalah-masalah lain yang bisa saja muncul dikemudian hari

seperti terjadinya drug related problem atau efek samping yang dapat timbul dari

pengobatan (Rantucci, 2007).

2. Materi konseling

Pada pelaksanaan konseling, terdapat beberapa informasi atau materi yang

wajib untuk diberikan oleh apoteker kepada pasien asma. Materi konseling yang

diberikan oleh responden selaku apoteker dari hasil penelitian ditampilkan pada

Tabel XV sebagai berikut :

Tabel XV. Materi konseling

Nomor Materi konseling yang disampaikanJumlah responden yangmenyampaikan, n=11

1. Mengenai sediaan farmasi 11

2.Mengenai pengobatan dan perbekalankesehatan yang dapat digunakan

11

Pada Tabel XV, 11 responden yang melakukan konseling kepada pasien

asma telah memberikan informasi terkait sediaan farmasi, pengobatan dan

perbekalan kesehatan yang dapat digunakan sehingga disimpulkan semua

apoteker yang pernah memberikan konseling kepada pasien asma telah

memberikan materi konseling sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

79

Jenis materi yang ditampilkan dalam Tabel XV yaitu mengenai sediaan

farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan yang dapat digunakan penting

diberikan kepada pasien agar pasien dapat terhindar dari penggunaan obat atau

alat kesehatan terutama cara penggunaan inhaler atau nebulizer yang tidak tepat

atau bahkan salah. Hal ini dikarenakan penggunaan inhaler atau nebulizer

membutuhkan keahlian khusus agar dapat digunakan secara tepat dan benar,

dengan demikian hal ini akan membantu dalam meningkatkan pengetahuan

pasien, memecahkan masalah yang dihadapi oleh pasien bahkan membantu

mencegah terjadinya masalah pengobatan dikemudian hari (Kepmenkes RI,

2006).

3. Prosedur tetap dalam pelaksanaan konseling

Pada dasarnya dalam pelaksanaan konseling kepada pasien asma, terdapat

prosedur tetap yang wajib untuk dilaksanakan yang akan sangat membantu bagi

apoteker untuk mempermudah proses konseling itu sendiri. Hasil penelitian

mengenai kegiatan prosedur tetap konseling yang telah dilakukan oleh responden

ditampilkan pada Tabel XVI. Pada Tabel diketahui terdapat 3 responden telah

melakukan prosedur tetap konseling secara lengkap. Delapan responden tidak

melakukan prosedur tetap secara lengkap dimana terdapat 1 responden tidak

melakukan 5 prosedur tetap yang seharusnya dilakukan. Satu responden lainnya

tidak melakukan semua kegiatan prosedur tetap pada Tabel XVI.

Kegiatan prosedur tetap yang paling banyak tidak dilakukan adalah

membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/ keluarga pasien,

menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan yang diberikan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

80

memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat (rotahaler, inhaler, dll).

Dengan demikian sebagian besar responden belum memenuhi pelaksanaan standar

prosedur tetap sesuai yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004.

Tabel XVI. Prosedur tetap pelaksanaan konseling

Nomor Prosedur tetap pelaksanaan konseling

Jumlahresponden yangmelaksanakan,

n=11

1.Melakukan konseling sesuai dengan kondisipenyakit pasien

10

2.Membuka komunikasi antara apoteker denganpasien/ keluarga pasien

6

3.Menanyakan apa yang telah dokter sampaikanterkait kegunaan pengobatan yang diberi

9

4.Menanyakan bagaimana dokter menerangkanpenggunaan obat (cara pakai, jumlah, lamapengobatan, cara penyimpanan, aturan pakai)

7

5.Menanyakan apa yang diharapkan dalampengobatan yang diberikan

6

6.Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaianobat (rotahaler, inhaler, dll)

6

7.

Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahamanpasien, mengidentifikasi dan menyelesaikanmasalah yang berhubungan dengan carapenggunaan obat (inhaler, nebulizer, dll) untukmengoptimalkan tujuan terapi, melakukanpencatatan konseling pada kartu pengobatan

11

Pada tabel XVI nomor 1, yang dimaksud dengan melakukan konseling

sesuai dengan kondisi pasien pada dasarnya merupakan kondisi yang ditampilkan

pada Tabel XIV. Prosedur nomor 2 merupakan kegiatan dimana apoteker

melakukan konseling dengan membuka komunikasi antara apoteker itu sendiri

dengan pasien. Apoteker berperan untuk memulai perbincangan yang diarahkan

ke kegiatan konseling dengan cara menawarkan kepada pasien untuk diberikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

81

konseling terkait sakit dan pengobatan yang dijalani. Terdapat 6 responden yang

tidak melakukan prosedur nomor 2 mengemukakan alasan bahwa konsultasi

hanya dilakukan apabila pasien yang memulai bertanya dan memerlukan

konsultasi.

“Kita Cuma lakukan konseling kalau memang ada pasien minta untukdiberikan konseling. …Jadi kita nunggu reaksi dari pasien dulu” (Responden 3)

Prosedur nomor 3, 4 dan 5 adalah bagian dari Three Prime Question yang

merupakan prosedur tetap dalam pelaksanaan konseling. Three Prime Question

wajib ditanyakan kepada pasien dengan tujuan menolong pasien untuk mengerti

rencana pengobatan asma yang diberikan, menghindari terjadi informasi yang

tumpang tindih ataupun meluruskan informasi yang kurang jelas dan melengkapi

informasi yang belum disampaikan oleh dokter, menggali informasi terkait

hubungan antara asma dengan aktivitas kerja pasien, dan membuat alur konseling

lebih terarah sehingga konseling yang dilakukan lebih menghemat waktu (Depkes

RI, 2007). Dari beberapa responden yang mengajukan pertanyaan Three Prime

Question kepada pasien asma, terdapat 2 responden yang menyatakan pertanyaan

tersebut tidak selalu diberikan pada saat konseling dan hanya pada kondisi-kondisi

tertentu saja.

“…..Tapi cuma kadang-kadang aja mbak. Biasanya sih kalau pasiennya ituenak diajak ngobrol. Kadang kan ada pasien yang kalau diberi konseling asaliya..iya aja, kadang mala ada pasien yang pas konsultasi mala nyolot, jadinya kanmales juga ngeladenin pasien gitu” (Responden 10).

“……Misalnya pada penulisan di resep kurang jelas, atau apoteker ngerasaada kejanggalan pada resep yang diberikan…..” (Responden 12).

Melihat pernyataan yang dikemukakan oleh responden 10 dan 12 ,

ternyata meskipun Three Prime Question penting untuk ditanyakan namun pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

82

kenyataannya belum dimanfaatkan oleh responden sebagai apoteker. Pernyataan

yang dikemukakan oleh Responden 10 pada hakekatnya tidak bisa dipungkiri

merupakan fakta yang benar-benar terjadi di lapangan. Banyaknya pasien yang

dihadapi tentu memiliki karakter, reaksi, dan cara menerima informasi yang

apoteker berikan secara berbeda-beda. Namun, pada keadaan seperti inilah

profesionalitas seorang apoteker dituntut. Seorang apoteker merupakan bagian

tenaga kesehatan yang memiliki peran penting untuk mencapai pengobatan yang

rasional dan peningkatan kualitas hidup pasiennya. Sudah seharusnya sebagai

apoteker yang profesional tidak hanya berkompetensi dalam bidang akademik

namun rasa empati dan perhatian haruslah dimiliki dalam diri apoteker sehingga

dapat terwujud pelayanan kefarmasian yang berpusat pada pasien atau patient

oriented. Pada ketentuan World Health Organization seorang apoteker haruslah

memenuhi 9 kompetensi atau yang dikenal dengan The Nine Stars Pharmacist

yang diantaranya memuat kompetensi care giver yang berarti bahwa seorang

apoteker harus mampu memberikan pelayanan kepada pasien dengan baik dan

memberikan informasi obat. Kompetensi lainnya yaitu communicator yang berarti

seorang apoteker harus mampu melakukan komunikasi yang baik dengan pihak

pasien ataupun tenaga profesional kesehatan lainnya untuk memberi informasi

kesehatan dan obat-obatan baik dengan secara verbal atau non-verbal (Silanas,

2011).

Prosedur tetap nomor 6 terdapat 1 responden menyatakan tidak melakukan

prosedur ini dikarenakan tidak tersedianya obat dalam bentuk inhaler ataupun

nebulizer di apotek tempat responden bekerja. Empat responden lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

83

menyatakan bahwa di apotek tempat responden bekerja memang belum

disediakan alat peraga, sehingga pada saat menjelaskan cara penggunaan inhaler,

nebulizer, dll hanya dengan membacakan petunjuk penggunaan yang tertera pada

brosur yang ada pada kemasan obat. Pada dasarnya prosedur ini dilakukan

memang hanya untuk pasien asma yang menggunakan alat kesehatan seperti

nebulizer, inhaler, dll. Konseling untuk pasien yang mengkonsumsi obat dengan

menggunakan nebulizer,inhaler, dll perlu untuk diberikan informasi yang jelas

tentang cara penggunaanya dan akan lebih baik jika didukung dengan melakukan

peragaan secara langsung didepan pasien.

Prosedur nomor 7 merupakan bentuk verifikasi akhir oleh apoteker

sebelum mengakhiri konseling. Salah satu kegiatan verifikasi akhir adalah

pengecekan pengalaman pasien. Pengecekan pemahaman pasien dilakukan untuk

mengetahui sejauh mana pasien menyerap informasi yang telah diberikan oleh

apoteker selama konseling. Salah satu cara untuk memastikan pemahaman pasien

adalah apoteker dapat mempersilahkan pasien untuk mengulangi kembali hal-hal

penting yang telah dibicarakan sebelumnya terutama terkait penggunaan obat

ataupun jawaban atas masalah yang dihadapi pasien (Basuki, 2009). Hal ini hanya

dilakukan oleh 6 responden dengan cara mempersilahkan pasien untuk mengulang

hal-hal yang sudah dikonselingkan dan satu diantaranya menyatakan bahwa

pasien yang dipersilahkan untuk mengulang hanyalah pasien yang menggunakan

inhaler atau alat kesehatan lainnya dan tidak untuk pasien dengan obat seperti

racikan atau tablet. Semua responden yang menyatakan telah melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

84

konseling, hanya terdapat 2 responden yang telah melakukan pencatatan konseling

setelah konseling selesai.

“…cuma nggak selalu. Kadang iya.. kadang nggak. Biasanya niatnya maudicatat, cuma kan biasa lagi sibuk, dan tertunda, akhirnya lupa” (Responden 5).

“.. Cuma tidak pernah dimonitoring, walaupun ada pencatatan”(Responden 3)

4. Bentuk pertanyaan terkait harapan pasien terhadap pengobatan yang

telah dijelaskan dokter

Salah satu bagian prosedur tetap yang wajib dilaksanakan dalam

pelaksanaan konseling adalah menanyakan apa yang diharapkan dalam

pengobatan yang diberikan (Tabel XVI, Nomor 5). Selain menggunakan

pertanyaan nomor 5 pada Tabel XVI, juga dapat diberikan bentuk pertanyaan-

pertanyaan lain kepada pasien asma sebagai alternatif yang ditampilkan pada

Tabel XVII. Disimpulkan bahwa bentuk pertanyaan – pertanyaan terkait harapan

pasien hanya diberikan oleh 4 responden namun pertanyaan tersebut belum

sepenuhnya diajukan oleh responden kepada pasien asma secara lengkap ketika

memberikan konseling. Dua responden tidak mengajukan 5 pertanyaan yang dapat

diajukan kepada pasien asma. Pertanyaan yang paling banyak tidak diajukan

kepada pasien asma adalah pertanyaan pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter

untuk diwaspadai, apa yang dikatakan dokter apabila merasa semakin parah /

buruk dan bagaimana mengetahui bahwa obat tidak bekerja. Delapan responden

lainnya belum / tidak pernah mengajukan pertanyaan seperti yang dimaksud pada

tabel. Pada dasarnya bentuk pertanyaan yang ditampilkan dalam Tabel XVII

memang tidak harus selalu diajukan semuanya pada saat melakukan konseling,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

85

pertanyaan ini merupakan alternatif atau salah satu cara untuk membantu

responden sebagai apoteker menggali informasi mengenai hal-hal apa saja yang

telah dokter sampaikan kepada pasien terkait sakit dan pengobatannya.

Tabel XVII. Bentuk pertanyaan terkait harapan pasien

Nomor Bentuk pertanyaanJumlah responden yangmenanyakan ke pasien

n=41. Pengaruh apa yang diharapkan tampak 2

2.Bagaimana mengetahui bahwa obatnyabekerja

3

3.Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokteruntuk diwaspadai

0

4.Perhatian apa yang harus diberikan selamadalam pengobatan

1

5.Apa yang dikatakan dokter apabila merasasemakin parah/buruk

0

6.Bagaimana mengetahui bahwa obat tidakbekerja

0

5. Bentuk pertanyaan untuk memastikan pengetahuan pasien dan

keluarganya

Untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien terkait sakit dan

pengobatannya, tidak hanya dengan mempersilahkan pasien untuk mengulangi hal

yang telah diinformasikan oleh apoteker, tetapi juga dapat dilakukan dengan

metode “Tunjukkan dan Katakan” dengan mengajukan beberapa pertanyaan.

Metode “Tunjukkan dan Katakan” yang digunakan oleh responden dari hasil

penelitian ditampilkan pada Tabel XVIII. Diketahui tidak semua responden yang

melakukan pengecekan terhadap pengetahuan pasien dan keluarganya terkait sakit

dan pengobatan yang dijalani menggunakan item-item pertanyaan seperti yang

dimaksud. Hanya terdapat 1 responden yang memberikan pertanyaan “Tunjukkan

dan Katakan” secara lengkap kepada pasien asma. Delapan responden tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

86

memberikan pertanyaan “Tunjukkan dan Katakan” secara lengkap dimana

terdapat 3 responden tidak mengajukan 2 pertanyaan yang dapat diajukan. Bentuk

pertanyaan yang paling banyak tidak diajukan adalah obat yang akan digunakan

ditujukkan untuk apa. Tiga responden lainnya yang belum / tidak pernah

mengajukan pertanyaan “Tunjukkan dan Katakan”.

Tabel XVIII. Bentuk pertanyaan “Tunjukkan dan Katakan”

Nomor Bentuk pertanyaanJumlah respondenyang bertanya,n=9

1.Obat yang akan digunakan ditujukkan untukapa?

4

2. Bagaimana menggunakan obat ? 7

3.Gangguan atau penyakit apa yang sedangdialami ?

5

Pada dasarnya pertanyaan dalam Tabel XVIII merupakan bentuk

pertanyaan yang dapat digunakan oleh apoteker untuk mengecek pemahaman

pasien ataupun keluarga yang telah diberikan konseling. Terdapat berbagai alasan

mengapa tidak semua responden mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam Tabel

XVIII secara lengkap, diantaranya yaitu beberapa responden yang berperan

sebagai apoteker ketika melakukan pengecekan pemahaman hanya mengajukan

pertanyaan berupa “Apakah pasien telah mengerti?”, pertanyaan demikian

cenderung akan membuat pasien untuk menjawab hanya dengan mengatakan

“Iya” atau “Tidak”. Beberapa responden juga menyatakan bahwa ketika pasien

telah memberikan pernyataan bahwa pasien tersebut telah mengerti, terkadang

responden tidak lagi menggali begitu dalam sejauh mana tingkat pemahaman yang

dimaksud pasien.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

87

“…Jadi kita nanya ke pasiennya udah ngerti apa belum. Kalau pasiennyabilang “iya..udah ngerti” ya udah slesai. Kadang mala ada pasien yang asal iya.iyaaja……..” (Responden 10).

“Kalau pasien ditanya udah paham apa belum? Trus pasienya bilang iya,Ya udah…..Keterbatasan waktu juga kan, kita juga nggak bisa maksa menjelaskanterus”(Responden 4).

6. Informasi penanganan awal asma mandiri (self care)

Penanganan awal asma mandiri (self care) merupakan perawatan untuk

menangani asma pada saat terjadi serangan, dimana pasien itu sendiri yang

berperan penting untuk dapat mengendalikan kondisinya. Informasi penanganan

awal asma mandiri (self care) yang diberikan oleh responden kepada pasien asma

dari hasil penelitian ditampilkan pada Tabel XIX sebagai berikut :

Tabel XIX. Informasi penanganan awal asma mandiri (self care)

Nomor Bentuk informasiJumlah responden

yang melaksanakan,n=7

1. Gunakan obat yang sudah biasa digunakan 52. Tetap tenang jangan panik 2

3.Segera hubungi dokter bila dalam 15 menit tidakada perbaikan setelah menggunakan obat danbila napas pendek dan susah bernapas

5

Pada Tabel XIX diketahui bahwa ternyata terdapat 5 responden yang

belum / tidak pernah memberikan informasi penanganan awal asma mandiri (self

care) pada pasien asma. Tujuh responden yang telah memberikan informasi self

care namun tidak diberikan secara lengkap kepada pasien sesuai pada Tabel XIX

dimana terdapat 3 responden tidak memberikan 2 informasi yang seharusnya

disampaikan kepada pasien asma. Informasi yang paling banyak tidak diberikan

kepada pasien asma adalah tetap tenang dan jangan panik. Informasi terkait cara

penangan awal asma mandiri (self care) sangat penting untuk disampaikan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

88

apoteker agar pasien asma dapat mengetahui dan dengan sigap menangani

kondisinya pada saat terjadi serangan terutama apabila kondisinya sangat urgent

atau ketika pasien dalam keadaan sendiri saat terjadi serangan asma.

Secara keseluruhan dalam pelaksanaan konseling yang ditampilkan

dimulai dari Tabel XIV, XV, XVI, XVII, XVIII dan XIX merupakan rangkaian

dari kegiatan konseling dengan melihat standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Melihat hasil wawancara

yang disajikan dalam Tabel-Tabel tersebut, diketahui terdapat 1 responden yang

sama sekali tidak / belum pernah memberikan konseling pada pasien asma.

Sebelas responden lainnya telah memberikan konseling pada pasien asma namun

belum memenuhi standar pelaksanaan konseling yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 dan juga pelaksanaannya

masih belum optimal. Hal tersebut dikarenakan selain tidak lengkapnya

pelaksanaan seluruh kegiatan konseling, juga ditemukan fakta bahwa pelaksanaan

konseling diakui oleh 9 responden tidak dilakukan secara berkesinambungan.

Hanya terdapat 2 responden yang melakukan konseling secara berkesinambungan.

Penelitian lain oleh Sukmajati (2008) memberikan hasil yang sama yaitu masih

terdapat responden yang tidak memberikan konseling secara berkesinambungan

yaitu sebesar 56,52% responden.

Tidak dilakukannya konseling setiap saat pasien asma datang, dipertegas

dengan pernyataan beberapa responden sebagai berikut :

“Konseling biasanya kalau pasien baru awal datang yang tidak pake resep,trus pasien yang baru awal datang dengan resep” (Responden 2).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

89

“Kalau konseling walapun pernah dilakukan, tapi tidak selalu. Apalagikalau ada pasien asma yang datang beli obat trus pasien tersebut langsung bilangnama obatnya. Na.. biasanya itu tidak dikonseling karena anggapannya pasien itutau obat yang dia mau beli jadi dianggap pasien memang sudah terbiasa dan tausoal obatnya” (Responden 3).

“Kalau konseling ditawarkan sih nggak. Biasanya sih kita nunggu reaksidari pasiennya dulu. Kalau pasiennya minta konseling baru kita kasih”(Responden 3).

“….. jadi yang dilakukan itu cenderung soal Pelayanan Informasi Obat(PIO). Kalaupun konseling itu perlu diberikan ke pasien, paling pelaksanaannyadilakukan nyambi-nyambi…. itupun kalau pasiennya yang minta untukdikonseling” (Responden 5).

“Konseling biasa kita lakukan pada pasien baru pertama kali datangdengan bawah resep racikan. Tapi kalau pasiennya cuma datang beli obat aja,nggak pakai resep.. itu nggak dikasih konseling” (Responden 9).

“Konseling dilakukan hanya pada saat apotekernya ada, dan itupun dilakukankalau memang ada pasien asma yang datang bertanya, jadi bukan kita yangmenawarkan” (Responden 9).

Berikut merupakan Tabel frekuensi pelaksanaan konseling yang dilakukan oleh

responden kepada pasien asma.

Tabel XX. Frekuensi pelaksanaan konseling yang dilaksanakan olehresponden

Nomor Frekuensi pelaksanaan konselingJumlah responden

yang melaksanakann=11

1.Setiap saat dilakukan baik untuk pasien asmadengan resep maupun non-resep

2

2.Hanya dilakukan di awal, bagi pasien denganresep/langganan

9

3. Hanya dilakukan jika pasien yang bertanya 94. Tidak diberikan pada pasien non-resep 9

5.Belum pernah memberikan konseling padapasien asma

1

Fenomena yang ditemukan dilapangan seperti yang ditampilkan pada

Tabel XX ini, jika ditarik secara garis besar mempunyai alasan yang kurang lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

90

sama, dimana apoteker beranggapan bahwa untuk pasien yang dengan resep

maupun non-resep dianggap sudah terbiasa dengan obat yang ingin dibeli

sehingga tidak perlu diberi konseling terus-menerus. Hal tersebut mungkin bisa

saja dibenarkan, namun apabila dilihat dari kepentingan dan manfaat akan

“konseling” itu sendiri, maka akan lebih baik apabila konseling diberikan pada

pasien tidak hanya sekali saja dan semua pasien sudah seharusnya mendapatkan

konseling meskipun konseling yang diberikan hanya dalam bentuk yang

sederhana.

Salah satu ciri khas dari kegiatan konseling ialah pelaksanaanya tidak

dilakukan hanya sekali saja tetapi seharusnya secara berkesinambungan sehingga

dapat dimanfaatkan oleh apoteker untuk memonitoring kondisi pasien. Konseling

yang dilakukan secara berkesinambungan pun dapat mendorong agar pasien

memiliki inisiatif untuk selalu melaporkan kondisi-kondisinya terutama apabila

terjadi kekambuhan dan secara tidak langsung dengan adanya komunikasi yang

terus berlanjut, apoteker dapat melihat sejauh mana perkembangan dan

keefektifan dari pengobatan yang dijalani oleh pasien mengingat pada dasarnya

pasien yang mengidap asma itu tidak bisa disembuhkan secara total dan sebagian

besar memang harus menjalani pengobatan dengan jangka waktu yang panjang

(Lukmanto, 2011).

Anggapan apoteker bahwa pasien telah mengerti akan sakit dan

pengobatannya akan lebih akurat apabila apoteker tersebut benar-benar menggali

sejauh mana pemahaman yang dimaksud oleh pasien itu sendiri apakah sudah

benar, masih keliru atau bahkan salah. Konseling tidak hanya dilakukan pada saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

91

terjadi masalah pada pengobatan pasien saja, tetapi konseling juga penting untuk

dapat mengidentifikasi apakah terdapat masalah pada pengobatan pasien atau

tidak.

“Pasien asma itu pasti lebih peka, karena sebenarnya pasien yang lebih taukondisinya sendiri seperti apa… anggapannya pasien sudah tau kondisinyasendiri…..” (Responden 1).

“……., soalnya pasien asma itu patuh karena anggapannya pasien asmaitu sudah tau penggunaan obatnya, sudah tau kalau obatnya habis ya beli lagi ataukedokter lagi” (Responden 9).

Terkadang ada pasien yang sifatnya kurang kooperatif dalam melakukan

komunikasi dengan tenaga kesehatan, sehingga akan lebih baik apabila apoteker

senantiasa lebih peka untuk mengajak pasien agar lebih mudah menceritakan

keadaan yang dialami pasien tersebut dan menumbuhkan rasa saling percaya serta

mendukung sebagai partner antara pasien dengan apoteker. Tidak bisa dipungkiri

bahwa keterbatasan waktu dan kesibukan dalam kegiatan pelayanan yang

berlangsung diapotek juga bisa menjadi salah satu faktor tidak dapat

dilaksakannya konseling secara optimal dan tidak dapat menjama semua pasien

asma yang sebenarnya membutuhkan konseling sehingga mungkin dengan

pengelolaan management waktu, management pelaksanaan konseling, dan segala

hal yang berkaitan dengan proses kegiatan pelayanan yang berlangsung di apotek

sehari-hari perlu dikelolah lebih baik dan sistematis.

Pada dasarnya kegiatan konseling memang tidak harus dilakukan untuk

semua pasien. Konseling dapat dilakukan pada saat-saat tertentu atau dengan

pertimbangan tertentu seperti yang dimaksud pada Tabel XIV. Konseling juga

bisa dilakukan tidak hanya secara aktif yaitu dimana apoteker yang memulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

92

komunikasi untuk melaksanakan konseling tetapi juga dapat dilakukan secara

pasif dimana pasien yang terlebih dahulu memulai dengan bertanya dan meminta

untuk dikonsultasi (Rantucci, 2007). Namun, seperti yang ditetapkan oleh

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Departemen Kesehatan RI tahun (2008), bahwa keselamatan pasien

(patient safety) sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab bagi apoteker

sebagai bagian dari tenaga kesehatan sehingga apoteker sebaiknya lebih aktif dan

peka terhadap kondisi pasien dan melakukan konseling tidak hanya bagi pasien

asma yang menggunakan resep atau tidak hanya menunggu pasien yang memulai

untuk bertanya. Pasien asma yang membeli obat tanpa resep atau membeli obat

golongan OWA juga tetap perlu untuk diberikan konseling. Tidak menutup

kemungkinan obat asma golongan OWA dapat memberikan risiko yang tidak baik

bagi kondisi kesehatan pasien asma terutama apabila cara penggunaannya tidak

tepat sehingga sudah sepatutnya sebagai pasien berhak untuk mendapatkan

pelayanan yang sepantasnya. Terkait dengan kasus ini, maka dapat dikatakan

bahwa pasien yang dalam hal ini merupakan konsumen belum mendapatkan hak

dalam memperoleh pelayanan seperti yang diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen pada

Bab III pasal 4 mengenai hak konsumen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

93

E. Profil Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi pada Pasien Asma

oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta

1. Bentuk pelaksanaan monitoring dan evaluasi untuk meningkatkan

keberhasilan terapi pasien asma

Pada penerapan standar pelayanan kefarmasian di apotek, pelaksanaan

monitoring dan evaluasi juga merupakan bagian yang harus dilaksanakan oleh

tenaga kefarmasian. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh responden dari

hasil penelitian ditampilkan pada Tabel XXI sebagai berikut :

Tabel XXI. Bentuk monitoring dan evaluasi

Nomor Bentuk pelaksanaanJumlah responden yang

melaksanakan,n=3

1.Pencatatan data pengobatan pasien(medication record)

3

Pada Tabel XXI diketahui sebanyak 3 responden telah melaksanakan

monitoring dan evaluasi dalam bentuk pencatatan data pengobatan pasien

(medication record). Disimpulkan bahwa terdapat 9 responden yang belum

memenuhi pelaksanaan standar monitoring dan evaluasi sesuai yang ditetapkan

dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Hasil penelitian

lain oleh Supardi, Handayani, Raharni’, Herman dan Susyanty (2011),

mengemukakan bahwa sebagian besar apoteker dari total 70 responden belum

melakukan monitoring kepada pasien dan hanya beberapa yang melaksanakan

motoring dengan melakukan pencatatan.

Monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang berguna untuk melihat

proses terapi yang telah dilaksanakan pada pasien dan dapat digunakan sebagai

pedoman untuk meningkatkan keberhasilan terapi. Selain itu, melalui kegiatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

94

evaluasi juga menjadi indikator untuk melihat kepuasan pasien dan kepatuhan

pasien. Dari segi pelayanan yang dilakukan oleh apoteker, monitoring dan

evaluasi sangat bermanfaat digunakan sebagai bahan atau acuan dalam

meningkatkan kinerja apoteker tersebut.

Proses monitoring dan evaluasi tidak hanya dilakukan pada saat terjadi

interaksi antara pasien dengan apoteker, namun dapat dibantu melalui pencatatan

data yang memuat tentang proses kegiatan yang telah dilaksanakan. Salah satu

bentuk pencatatan data yaitu melalui data pengobatan pasien atau medication

record. Medication record merupakan catatan atau dokumen mengenai data

identitas pasien, riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat, identitas dokter yang

menangani, pengobatan yang dijalani pasien, keluhan penderita serta tindakan dan

pelayanan tambahan yang diberikan kepada pasien dalam sarana pelayanan

kesehatan yang dapat berupa pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

(Permenkes RI, 2008).

2. Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO)

Pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO) juga merupakan

salah satu cara untuk memonitoring dan mengevaluasi pengobatan pasien asma.

Kegiatan ini dari hasil penelitian ditampilkan pada Tabel XXII sebagai berikut :

Tabel XXII. Bentuk kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO

Nomor Bentuk kegiatan pemantauan ESOJumlah responden

yang melaksanakan,n=3

1. Analisis laporan efek samping obat 0

2.Identifikasi obat-obatan dan pasien yangmempunyai risiko tinggi mengalami ESO

3

3. Pengisian Formulir ESO 04. Pelaporan ke panitia ESO Nasional 0

Keterangan : ESO (Efek Samping Obat)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

95

Pada Tabel XXII diketahui sebanyak 3 responden melakukan identifikasi

obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi mengalami ESO (nomor 2),

namun kegiatan analisis laporan efek samping obat, pengisian formulir ESO dan

pelaporan ke panitia ESO Nasional tidak / belum pernah dilakukan oleh 12

responden yang diwawancarai.

“Pemantauan efek samping ya….. Tapi biasanya itu dilakukan diawal-awal aja sih. …… Tapi kalau udah nggak kambuh nggak dicek lagi….”(Responden 2).

“…… paling kita liatnya dari kondisi pasiennya itu sendiri ya,, bukanobatnya…….” (Responden 4).

Menjamin keamanan dan mutu obat yang digunakan oleh pasien

merupakan bagian yang penting untuk dilakukan demi keselamatan pasien dalam

pengobatan. Selain melakukan pencatatan pengobatan pasien atau Medication

record sebagai upaya monitoring dan evaluasi, upaya lain yang dapat dilakukan

adalah melalui kegiatan pemantauan efek samping obat atau lebih dikenal dengan

monitoring efek samping obat (MESO).

Pada dasarnya kegiatan MESO dapat dilaksanakan dengan metode

peloporan sukarela (Voluntary reporting). Peloporan ini dapat dilakukan secara

manual dengan pengisian formulir khusus. Pada proses pelaksanaan pelayanan di

apotek, sebagai seorang apoteker salah satu kompetensi yang dituntut adalah

melakukan monitoring efek samping obat (Purwanti dkk, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

96

F. Profil Pelaksanaan Edukasi dan Promosi pada Pasien Asma oleh

Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota Yogyakarta

1. Bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan kepada pasien asma dan

keluarganya (promosi)

Pada standar pelayanan kefarmasian di apotek, kegiatan edukasi dan upaya

pemberdayaan (promosi), juga merupakan salah satu hal yang wajib dilakukan

oleh apoteker tidak hanya kepada pasien tetapi juga kepada masyarakat. Bentuk

edukasi dan upaya pemberdayaan yang dilakukan oleh apoteker dapat berupa

penyebaran leaflet, brosur, poster dan penyuluhan kesehatan masyarakat. Hasil

penelitian mengenai bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan yang dilakukan

responden ditampilkan pada Tabel XXIII, sebagai berikut :

Tabel XXIII. Bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan

Nomor Bentuk edukasi dan upaya pemberdayaanJumlah responden

yangmelaksanakan, n=3

1. Penyebaran leaflet 32. Penyebaran brosur 03. Penyebaran poster 0

4.Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (pemberianmotivasi untuk meningkatkan kepatuhan dalampengobatan dan kualitas hidup pasien)

3

Pada Tabel XXIII diketahui dari 12 responden yang diwawancarai belum

ada yang melakukan bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan secara lengkap.

Terdapat 3 responden yang pernah melakukan edukasi dan upaya pemberdayaan

namun hanya dalam bentuk penyebaran leaflet dan penyuluhan kesehatan

masyarakat. Kegiatan yang paling banyak tidak dilakukan adalah penyebaran

brosur dan poster. Sembilan responden lainnya belum / tidak pernah melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

97

edukasi dan upaya pemberdayaan, sehingga dapat dikatakan pelaksanaan edukasi

dan upaya pemberdayaan oleh 12 responden belum memenuhi pelaksanaan

standar edukasi dan upaya pemberdayaan yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI

Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Hasil yang serupa ditunjukkan dari

penelitian yang dilakukan oleh Sukmajati (2008) diketahui hanya terdapat 30,

43% responden yang melakukan penyebaran leaflet, brosur, poster atau

penyuluhan.

Edukasi yang diberikan oleh apoteker merupakan bentuk kegiatan yang

bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sakit dan pengobatannya serta

membantu masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan terkait cara pengambilan

keputusan dalam melakukan pengobatan. Kegiatan pemberdayaan juga

membutuhkan peranan dari apoteker, dengan bantuan apoteker akan sangat

membantu dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan

derajat kesehatan secara mandiri. Kegiatan ini menjadi sangat penting terutama

bagi masyarakat swamedikasi hal ini dikarenakan kegiatan swamedikasi pada

dasarnya merupakan proses pengobatan mandiri dimana pemilihan pengobatan

dilakukan oleh masyarakat itu sendiri tanpa ada penanganan khusus dari pihak

dokter atau tenaga kesehatan lainnya, sehingga apoteker berperan dalam

membantu masyarakat tersebut bagaimana cara memilih obat yang baik dan sesuai

serta cara penggunaan obat tersebut (Purwanti dkk. 2004).

Terkait dengan pasien asma yang sebagian besar membutuhkan

pengobatan jangka panjang, maka dengan kegiatan edukasi dan promosi ini akan

membantu pasien asma untuk bersemangat dalam menjalankan pengobatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

98

Selain melakukan edukasi dan upaya pemberdayaan melalui penyebaran leaflet,

brosur, poster dan penyuluhan, hal yang dapat dilakukan oleh apoteker adalah

melaksanakan prosedur tetap terkait swamedikasi yang telah ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004, hal ini akan sangat

membantu dan memudahkan bagi apoteker untuk melakukan edukasi dan upaya

pemberdayaan secara tepat, efisien dan efektif (Kepmenkes RI, 2008)

G. Profil Pelaksanaan Pelayanan Residensial (Home Care) pada

Pasien Asma oleh Apoteker pada Sepuluh Apotek di Kota

Yogyakarta

1. Pelayanan residensial (home care)

Pelayanan residensial (home care) merupakan salah satu bentuk pelayanan

yang dapat dilakukan oleh apoteker yang tempat pelaksanaannya tidak dilakukan

di apotek dan ditujukan untuk kelompok lanjut usia atau pasien dengan penyakit

kronis. Pelayanan residensial yang dilakukan oleh responden dari hasil penelitian

ditampilkan pada Tabel XXIV sebagai berikut :

Tabel XXIV. Kriteria pelayanan residensial bagi pasien asma

Nomor Kriteria pelayanan residensialJumlah responden yang

melaksanakan, n=1

1.Pasien asma lanjut usia yang tidak mampumemenuhi aktivitas dasar sehari-hari (mandi,makan, minum, dan memakai baju)

0

2.Pasien asma yang memerlukan perhatiankhusus tentang penggunaan obatnya, interaksiobat dan efek samping obat

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

99

Pada Tabel XXIV pelayanan residensial dengan kriteria nomor 1 tidak /

belum pernah dilakukan oleh 12 responden, pelaksanaan pelayanan residensial

dengan kriteria nomor 2 dilakukan oleh 1 responden.

“ …….. Na..biasa kita yang nawarin ke pasiennya. Uda bu’ biar kita ajayang kerumah ibu. Gitu. Biasanya kalau bukan saya yang pergi, AA saya yangpergi “ (Responden 1).

Pelayanan residensial merupakan bentuk care giver seorang apoteker yang

bersifat kunjungan rumah. Pada dasarnya pelayanan residensial tidak harus

diberikan kepada semua pasien asma, sehingga terdapat kriteria untuk melakukan

pelayanan residensial kepada pasien asma seperti yang ditampilkan pada Tabel

XXIV.

2. Langkah-langkah pelaksanaan pelayanan residensial (home care)

Pada pelayanan residensial terdapat prosedur tetap yang harus

dilaksanakan oleh apoteker. Prosedur tetap pelayanan residensial yang dilakukan

oleh apoteker dari hasil penenelitian ditampilkan pada Tabel XXV dimana 1

responden yang memberikan pelayanan residensial kepada pasien asma hanya

melaksanakan prosedur nomor 2, 4 dan 5. Pada dasarnya prosedur tetap yang

ditampilkan pada Tabel XXV diatas seharusnya dilaksanakan secara berurutan

mulai dari prosedur nomor 1 sampai nomor 7. Namun dari hasil penelitian

diketahui bahwa responden yang memberikan pelayanan residensial tidak

melaksanakan prosedur tetap secara lengkap dan berurutan. Dapat dikatakan

responden tersebut belum melaksanakan pelayanan residensial sesuai dengan

standar secara lengkap dan juga 11 responden lainnya yang belum memenuhi

standar pelayanan residensial yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

100

MENKES/ SK/ IX/ 2004. Penelitian serupa dilakukan oleh Atmini dkk. (2011)

dimana diketahui pelayanan residensial belum ada yang dilakukan oleh responden

bahkan tidak memiliki protap secara tertulis.

Tabel XXV. Langkah-langkah dalam pelaksanaan pelayanan residensial

Nomor Langkah-langkah dalam pelaksanaanJumlah responden

yangmelaksanakan, n=1

1. Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan 0

2. Menawarkan pelayanan residensial 1

3. Mempelajari riwayat pengobatan pasien 0

4. Menyepakati jadwal kunjungan 1

5.Melakukan kunjungan ke rumah pasien ataumelalui telepon 1

6.Melakukan pelayanan informasi obat ataukonseling secara berkesinambungan 0

7.Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan(pemantauan kondisi dan kepatuhan pasien) 0

Pada dasarnya kegiatan pelayanan residensial memang tidak harus selalu

dilakukan, terdapat beberapa syarat untuk melaksanakan kegiatan ini, seperti

pasien yang dilayani merupakan pasien dengan penyakit kronis seperti asma, atau

merupakan pasien lanjut usia seperti yang ditampilkan pada Tabel XXIV. Namun,

yang menjadi masalah pada penelitian ini adalah pelayanan residensial tidak

dilakukan oleh sebagian besar responden bukan karena tidak ada pasien yang

memenuhi kriteria pada Tabel XXIV tetapi karena faktor kesibukan dari

responden sebagai apoteker dan juga kurangnya tenaga kerja di apotek yang

diteliti. Melihat hal ini, bukan tidak mungkin terdapat pasien yang sebenarnya

perlu diberikan pelayanan residensial maka seharusnya dengan pengelolaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

101

apotek dan tenaga kerja yang baik, pelayanan ini bisa dijalankan. Saat ini jumlah

kelompok lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan yang disertai

peningkatan penyakit kronis, infeksi dan degeneratif yang membutuhkan

pengobatan jangka panjang dan berkesinambungan sehingga apoteker sebagai

tenaga kesehatan perlu untuk melaksanakan pelayanan residensial sebagai salah

satu upaya untuk meningkatkan harapan hidup pasien (Depkes RI, 2008).

H. Ringkasan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan Pharmaceutical care di sepuluh

apotek di Kota Yogyakarta dengan mengacu pada standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 diketahui bahwa

pelaksanaannya belum lengkap, hal ini dikarenakan terdapat beberapa hal dalam

standar yang ditetapkan tidak dilaksanakan oleh responden secara terperinci dan

frekuensi pelaksanaannya untuk beberapa kegiatan tidak selalu dilakukan setiap

pasien asma datang, serta tidak semua pasien asma mendapatkan pelayanan yang

seharusnya sesuai dengan standar. Pelayanan yang diberikan oleh responden

sebagian besar lebih banyak diberikan kepada pasien asma dengan resep

1. Pelayanan resep yang dilakukan oleh apoteker pada pasien asma di apotek,

dari 12 responden yang diwawancarai sebagian besar telah melakukan kegiatan

tersebut sesuai dengan standar dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/

SK/ IX/ 2004.

a. Skrining administratif : tanggal penulisan resep, data pasien dan cara

pemakaian obat merupakan skrining yang paling banyak diperiksa oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

102

responden. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep merupakan

kegiatan yang paling banyak tidak diperiksa oleh responden.

b. Skrining kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan dan dosis obat

merupakan skrining paling banyak diperiksa oleh responden. Potensi,

stabilitas dan inkompatibilitas yang paling sedikit diperiksa.

c. Skrining pengkajian klinis : adanya alergi merupakan kegiatan

pengkajian klinis yang paling banyak diperiksa oleh responden.

Adanya efek samping merupakan kegiatan pengkajian klinis yang

paling jarang diperiksa dan sedikit dilakukan oleh responden.

d. Penyiapan obat : kegiatan menulis etiket dengan lengkap merupakan

kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh responden. Menyerahkan

obat yang dikemasi dengan rapi dan sesuai merupakan kegiatan yang

paling jarang diperhatikan dan sedikit dilakukan oleh responden.

2. Pelayanan informasi obat kepada pasien asma telah dilakukan oleh 12

responden namun kegiatan tersebut sebagian hanya pada pasien asma dengan

resep atau tergantung pada situasi.

a. Kegiatan pelayanan informasi obat : memberikan dan menyebarkan

informasi kepada konsumen secara aktif dan pasif, mudah dimengerti,

tidak bias dan bijaksana serta menjawab pertanyaan dari pasien

maupun tenaga kesehatan melalui telefon, surat atau tatap muka

merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh responden.

Menyediakan bulletin, leaflet, poster dan mendokumentasikan PIO

merupakan kegiatan yang paling sedikit dilakukan. Mengkoordinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

103

penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian

merupakan kegiatan yang tidak pernah dilakukan.

b. Penyampaian informasi obat : cara pemakaian obat merupakan

informasi yang paling banyak diberikan oleh responden. Aktivitas

serta makanan dan minuman yang harus dihindari merupakan

informasi yang paling sedikit diberikan.

c. Persiapan sebelum memberikan informasi dan edukasi : pembekalan

diri dengan pengetahuan tentang asma dan pengobatan merupakan

persiapan yang paling banyak dilakukan responden. Mengumpulkan

dan mendokumentasikan data pasien secara lengkap serta

menggunakan sarana tambahan dalam penyampaian informasi

(peragaan inhaler dan rotahaler) merupakan kegiatan yang paling

sedikit dilakukan.

3. Pelayanan konseling yang dilakukan oleh apoteker pada pasien asma, dari

12 responden diketahui terdapat 1 responden yang tidak / belum pernah

melakukan konseling pada pasien asma. Kegiatan konseling yang dilakukan 11

responden lainnya belum sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 secara keseluruhan.

a. Sasaran pemberian konseling : memberikan konseling pada pasien

asma usia lansia merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan

oleh responden. Memberikan konseling kepada pasien asma dengan

multirejimen obat dan mengalami Drug related problem merupakan

kegiatan yang paling sedikit dilakukan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

104

b. Materi konseling yang disampaikan oleh responden yang pernah

melakukan konseling kepada pasien asma berupa informasi terkait

sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan yang dapat

digunakan.

c. Prosedur tetap pelaksanaan konseling : melakukan verifikasi akhir

merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh responden.

Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien,

menanyakan apa yang diharapkan pasien dalam pengobatan yang

diberikan, memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat

(rataheler, inhaler, dll) serta pencatatan konseling merupakan kegiatan

yang paling jarang dan sedikit dilakukan oleh responden.

4. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh apoteker pada pasien asma,

hanya dilakukan oleh 3 responden dengan mengadakan medication record.

Kegiatan pemantauan dan pelaporan ESO juga hanya dilakukan oleh 3 responden

namun tidak secara lengkap.

5. Pemberian edukasi dan promosi oleh apoteker pada pasien asma hanya

dilakukan oleh 3 responden berupa penyebaran leaflet, brosur, poster atau

penyuluhan. Pelayanan dalam bentuk swamedikasi pada pasien asma jarang

diberikan.

6. Pelayanan residensial (home care) merupakan kegiatan yang paling sedikit

dilakukan dengan hanya 1 responden yang melaksanakan kegiatan tersebut.

7. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 12 responden pada 10 apotek,

diketahui bahwa tidak terdapat satupun responden yang telah melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

105

pelayanan Pharmaceutical care kepada pasien asma secara lengkap. Dari 12

responden terdapat 3 responden yang berasal dari 1 apotek yang sama, namun

bentuk kegiatan pelayanan yang tidak dilakukan secara lengkap antara 3

responden tersebut adalah berbeda, sehingga dapat dikatakan meskipun kegiatan

yang dilakukan tidak lengkap namun 3 responden tersebut saling melengkapi

dalam memberikan pelayanan Pharmaceutical care pada pasien asma.

8. Hasil penelitian, diketahui bahwa secara keseluruhan penerapan

Pharmaceutical care oleh apoteker pada pasien asma di sepuluh apotek di Kota

Yogyakarta belum sepenuhnya memenuhi standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004. Hal tersebut kemungkinan

disebabkan oleh beberapa fakta yang ditemukan di lapangan, diantaranya :

a. Adanya pernyataan dari responden yang menyatakan pelayanan

Pharmaceutical care lebih banyak dilakukan pada pasien asma yang

baru awal datang dengan resep dan sangat jarang dilakukan pada

pasien asma yang non-resep.

b. Tidak telaksananya konseling yang berkesinambungan seperti yang

seharusnya karena kurangnya komunikasi yang mendalam antara

apoteker dengan pasien asma.

c. Adanya anggapan sebagian besar apoteker bahwa “pasien asma sudah

mengerti akan sakit dan pengobatannya” tanpa mengali terlebih

dahulu, yang membuat pelaksanaan Pharmaceutical care menjadi

terbatas dan hanya dilakukan bagi pasien asma tertentu saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

106

d. Sebagian besar responden tidak melakukan pencatatan atau

dokumentasi setelah melakukan pelayanan informasi obat, konseling,

maupun untuk kepentingan monitoring dan evaluasi.

e. Sebagian besar responden tidak melakukan pelayanan residensial

(home care) pada pasien asma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

107

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil wawancara mengenai penerapan Pharmaceutical care pada pasien

asma yang dilakukan terhadap apoteker yang merupakan responden diketahui :

1. Kegiatan pelayanan resep yang dilakukan oleh 12 responden belum

memenuhi standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004.

2. Pelayanan informasi obat yang diberikan oleh apoteker kepada pasien

asma, dari 12 responden yang diwawancarai sebagian dilakukan hanya

pada pasien asma dengan resep atau tergantung situasi sehingga belum

memenuhi standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/

MENKES/ SK/ IX/ 2004 secara menyeluruh.

3. Pelayanan konseling yang dilakukan oleh apoteker pada pasien asma,

dilakukan oleh 11 responden. Namun pelaksanaannya belum memenuhi

standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/

SK/ IX/ 2004 secara optimal.

4. Monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh apoteker pada pasien asma,

hanya dilakukan oleh 3 responden dengan mengadakan medication record,

sehingga terdapat 9 responden yang belum memenuhi standar yang

ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004.

5. Pemberian edukasi dan promosi oleh apoteker pada pasien asma berupa

penyebaran leaflet, brosur, poster atau penyuluhan hanya dilakukan oleh 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

108

responden dan pelayanan dalam bentuk swamedikasi pada pasien asma

jarang diberikan oleh responden sehingga belum memenuhi standar yang

ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004

secara menyeluruh.

6. Pelayanan residensial (home care) oleh apoteker pada pasien asma hanya

dilakukan oleh 1 responden namun tidak secara lengkap dan 11 responden

lainnya belum / tidak pernah memberikan pelayanan residensial, sehingga

pelaksanaannya belum memenuhi standar yang ditetapkan dalam

Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004 secara menyeluruh.

7. Hasil penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa penerapan

Pharmaceutical care pada pasien asma pada sepuluh Apotek di Kota

Yogyakarta belum dilaksanakan secara optimal dan belum diberikan

kepada semua pasien asma secara merata sehingga belum memenuhi

standar yang ditetapkan dalam Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/

SK/ IX/ 2004 secara menyeluruh.

B. Saran

1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi untuk

membantu proses revisi standar Kepmenkes RI Nomor 1027/ MENKES/

SK/ IX/ 2004 yang rencananya akan digalangkan oleh pihak berwenang.

2. Perlu dilakukan pembinaan atau pelatihan lebih lanjut bagi tenaga

kefarmasian terkait pelayanan kefarmasian yang harus diberikan kepada

pasien asma yang dapat dilakukan dengan melibatkan instansi tertentu,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

109

atau organisasi tertentu seperti IAI atau Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta.

3. Akan lebih baik apabila penelitian dilakukan dengan cara melakukan

observasi langsung dengan melihat kegiatan apoteker pada saat

memberikan pelayanan Pharmaceutical care pada pasien asma yang

datang ke apotek.

4. Perlu dilakukan penelitian kuantitatif dengan lokasi penelitian yang lebih

luas ataupun responden yang lebih banyak.

5. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perumusan masalah yang

lebih mengerucut sehingga dapat digali informasi secara lebih rinci.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

110

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R., 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, pp.79-82.

Anonim, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1027/MENKES/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasiandi Apotek, Depkes RI, Jakarta.

American Society of Hospital Pharmacist, 1993, ASHP Statement onPharmaceutical Care, American Society of Hospital Pharmacist, Inc,America, pp. 258-260.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,2007, Volume 8 :Monitoring Efek Samping Obat,http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/Buletin%20Info%20POM/0507.pdf, diakses tanggal 29 Maret 2014.

Basuki, E, S., 2009, Konseling Medik : Kunci Menuju Kepatuhan Pasien,file:///C:/Users/windows/Downloads/625-674-1-PB.pdf, diaksestanggal 27 Maret 2014.

Bernstein ,J.A., 2003, Asthma in handbook of allergic disorders, Philadelphia :Lipincott Williams & Wilkins, USA, pp.73-102.

Bodhi, W., Fatimawati, Mamarimbing, M., 2012, Evaluasi KelengkapanAdministratif Resep Dari Dokter Spesialis Anak Pada Tiga Apotek DiKota Manado, file:///C:/Users/windows/Downloads/485-963-1-SM.pdf, diakses tanggal 27 Mei 2014.

Buletin Sehat.Com, 20014, Obat Penyakit Asma yang Alami Aman, dan TanpaEfek Samping, http://buletinsehat.com/obat-penyakit-asma-yang-alami-aman-dan-tanpa-efek-samping, diakses tanggal 29 Maret 2014.

Christiana, H., 2005, Pengaruh Aspek Tanggung Jawab, Status Jabatan,Wewenang dan Kompensasi dalam Pengembangan Karis TerhadapKinerja Karyawan Etnis Jawa dan Etnis Cina, Tesis, 48, UniversitasDiponegoro , Semarang.

Cipolle ,R.J., Strand ,L.M., and Morley ,P.C., 2003, Standars of Practice forPharmaceutical Care,http://www.pharmacy.umn.edu/img/assets/10745/Standards_of_Care.pdf, diakses tanggal 18 April 2014.

Depkes RI, 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma, Direktorat BinaFarmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

111

Kesehatan Departemen Kesehatan RI, p.5,ilmufarmasis.files.wordpress.com/2011/03/ph-care-asma.pdf, diaksestanggal 24 September 2013.

Depkes RI, 2008, Pedoman Pelayanan Kefarmasian Di Rumah (Home PharmacyCare, Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik DirektoratJenderal Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan DepartemenKesehatan Republik Indonesiam Jakarta.

Depkes RI, 2009, Pedoman Pengendalian Penyakit Asma, Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008,http://www.depkes.go.id, diakses tanggal 24 September 2013.

Dinkes D.I Yogyakarta, 2012, Hari Asma Sedunia di BP4 Yogyakarta,http://dinkes.jogjaprov.go.id/berita/detil_berita/337-hari-asma-sedunia-di-bp4-yogyakarta, diakses tanggal 9 Maret 2014.

Dipiro, J.T., Talbert R.L., Yee G.C., Matzke G.R., Wells B.G., Posey L.M., 2005,Pharmacotherapy A Patophysiologic Approach, 5th ed. McGraw HillCompanies Inc. p. 475-510.

FIP, 1999, Joint Statement By The International Pharmaceutical Federation andThe World Self- Medication Industry: Responsible Self-Medication.

GINA, 2007, Global strategy for asthma management and prevention. NationalInstitutes of Health,(indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/.../597), diakses tanggal 22 September 2013.

Ginting, A.BR., 2009, Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek DiKota Medan Tahun 2008, Skripsi¸ 44, Universita Sumatera Utara,Medan.

Hepler and Strand, 1990, Opportunities and Responsibilities in PharmaceuticalCare, American Journal of Hospital Pharmacy, 47.

Ikatan Apoteker Indonesia, 2010, Perkembangan Praktek Kefarmasian,http://www.ikatanapotekerindonesia.net/pharmacy-news/32-pharmaceutical-information/36-perkembangan-praktek-kefarmasian.html, diakses tanggal 13 April 2014.

Ikatan Apoteker Indonesia DIY (IAI), 2010, Sistem Informasi Data Apoteker,www.sim-apoteker.000space.com/profil.php, diakses tanggal 31November 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

112

Ikawati Z, 2010, Pelayanan Farmasi Kinik pada Era Genomik: Sebuah Tantangandan Peluang, Disampaikan pada Pengukuhan Guru Besar

ISAAC Steering Committee, 1998, Worldwide variations in prevalence of asthmasymptoms: The International Study of Asthma and Allergies inChildhood (ISAAC). Eur Respir J, pp. 12,315.

Jasaputra, D.K., dan Santosa, S., 2008, Metodologi Penelitian Biomedis, Edisi 2,Danamartha Sejahtera Utama, Bandung, pp. 43.

Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2006, Standar Pelayanan Kefarmasian diApotek, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor1027/MENKES/SK/IX/2004, Direktorat Jenderal PelayananKefarmasian Dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2008, Petunjuk Teknis Pelaksanaan StandarPelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor1027/MENKES/SK/IX/2004), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Lahdensuo, A., Hahtela, T., Herrala, J., Kava, T., Kiranta, K., Kursisto,P.,Peramaki, E., Poussa, T. 1996. Randomized Comparison of GuidedSelf Management and Traditional Treatment of Asthma Over OneYear. British Medical Journal . Vol 312; 748-752.

Lahdensuo, A. 1999b. Clinical Review . Guided Self Management of Asthma: How To Do It. British Medical Journal. Vol 319; 759-760.

Lukmanto, B., 2007, Peran Apoteker,http://www.budilukmanto.org/index.php/perawatan-hepatitis/177,diakses tanggal 27 Maret 2014.

Masoli M. Fabian D, Holt S, Beasley R., 2004, The global burden of asthma:Executive summary of the GINA.,http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/?term=%22Global+Initiative+for+Asthma+%28GINA%29+Program%22[Corporate+Author], diaksestanggal 16 Februari 2014.

Mutahir, A., Hasanmihardja, M., Setiawan, D., 2010, Pengaruh PelayananKefarmasian Terhadap Kepuasan Konsumen Apotek Di KabupatenTegal, Jurnal Farmasi Indonesia, 5(2), 103.

National Health Interview Survey (NHIS) Data, 2011 , 2011 Lifetime Asthma,Current Asthma, Asthma Attacks Among Those with Current Asthma.http://www.cdc.gov/asthma/nhis/2011/data.htm, diakses pada tanggal10 September 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

113

Naning ,R., 1991, Prevalensi Asma pada murid Sekolah Dasar di KotamadyaYogyakarta, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UGM, RSUP Dr.Sarjito, Yogyakarta.

Nawawi, H., 1998, Metode Penelitian Bidang Sosial, Gadjah Mada UniversityPress, Yogyakarta.

Nelson, W.E., 1996, Ilmu Kesehatan Anak, Vol. I, diterjemahkan oleh Wahab,S.,hal. 775, Penerbit EGC, Jakarta.

Oemiati, R., 2010, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Asma DiIndonesia,ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/download/.../1729, diakses tanggal 10 September 2013.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 269/Menkes/Per/III/2008tentang Rekam Medis, Menteri Keserhatan Republik Indonesia,Jakarta.

Pradipta, I.S., 2011, Pendekatan Ilmiah Dalam Praktek Farmasi Klinik,http://farmasi.unpad.ac.id/padi/pendekatan-ilmiah-dalam-praktek-farmasi-klinik/, diakses tanggal 17 Februari 2014.

Purwanti, A., Harianto, Supardi, S., 2004, Gambaran Pelaksanaan StandarPelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, 1 (2), 102-115.

Rantucci, M.J., 2007, Pharmacists Talking With Patients : A Guide to PatientCouseling, diterjemahkan oleh Sani, Dra.A.N., hal. 20-24, 136-145.

Rini, N., Swastiwi, D.A., Piliarta, I.N.G., 2009, Kajian Kelengkapan ResepPediatri Rawat Jalan Yang Berpotensi Menimbulkan Medication ErrorDi Rumah Sakit Swasta Di Kabupaten Gianyar,file:///C:/Users/windows/Downloads/4927-7683-1-PB.pdf, diaksestanggal 27 Mei 2014.

Samsi, N., 2013, Pengaruh Pengalaman Kerja, Indepedensi, dan KompetensiTerhadap Kualitas Audit : Etika Auditor Sebagai Variabel Pemoderasi,Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 1 (2), 214.

Sarosa, S., 2012, Penelitian Kualitatif Dasar- Dasar, PT Indeks, Jakarta Barat,pp. 45-47.

Setiawan, D., Hasanmihardja,M., Mahatir, A., 2010, Pengaruh PelayananKefarmasian Terhadap Kepuasan Konsumen Apotek Di KabupatenTegal, Jurnal Farmasi Indonesia, 5(2), 104-105.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

114

Silanas, I., 2011, Peranan, Fungsi, dan Tugas Apoteker di Apotek,http://ilmanapt.blogspot.com/2011/11/peranan-fungsi-dan-tugas-apoteker-di.html, diakses tanggal 27 Maret 2014.

Sugiyono, 2005, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, pp. 117-131.

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Alfabeta,Bandung,pp. 366-368.

Sundaru, Heru ,2007, Kontrol Asma Sebagai Tujuan Pengobtan Asma MasaKini,http://staff.ui.ac.id/internal/140053451/publikasi/PidatopengukuhanProfHeruRingkasan.pdf, diakses tanggal 20 September 2013.

Suriana, 2011, Pharmacist Healtcare : Pelayanan Informasi Obat (PIO) diRumah Sakit, http://healthcare-pharmacist.blogspot.com/2011/08/pelayanan-informasi-obat-pio-di-rumah.html, diakses tanggal 29 Maret 2014.

Susyanty, A.L., Herman, M.I., Raharni, Handayani,R.S.,Supardi, S., 2011,Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek DanKebutuhan Pelatihan Bagi Apotekernya,http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/BPK/article/viewFile/44/35, diakses tanggal 27 Mei 2014

Trisna, Y., 2007, Perkembangan dan Penerapan Pharmaceutical Care,Pharmaceutical Care, 1-13.

Undang-Undang Perlindungan Konsumen, 1999, Undang-Undang RepublikIndonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Pelindungan Konsumen,Presiden Republik Indonesia, Jakarta.

Vita Health, 2005, Asma Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya,PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

WHO,1998, The Role of The Pharmacist in Self-Care and Self-Medication, TheHague, The Netherlands:WHO, p. 1-11.

Yansin, N.M., Endang K., Effendi M.I., Prayitno A., Sari S.P., Azwinar, et al,2006, Pedoman Pelayanan Informasi Obat di Rumah Sakit, Depkes RI,Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan,Jakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

115

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data kepadaDinas Kesehatan Kota Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

116

Lampiran 2. Surat Keputusan Izin Penelitian dari Dinas Perizinan KotaYogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

117

Lampiran 3. Surat Keputusan Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan KotaYogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

118

Lampiran 4. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data(Wawancara) kepada Apoteker Pengelola Apotek di Apotek-Apotek Tempat

Meneliti di Kota Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

119

Lampiran 5. Daftar Sampel 10 Apotek di Kota Yogyakarta

NOWaktu Pelaksanaan

WawancaraNama Apotek Kelurahan Jabatan Responden

1. 14 Maret 2014 Apotek ME Suryatmajan APA

2. 14 Maret 2014 Apotek DF Karangwaru APING

3. 14 Maret 2014 Apotek TF Kaparakan APA

4. 15 Maret 2014 Apotek AM Mantrijeron APING

5. 15 Maret 2014 Apotek HF Suryatmajan APING

6. 17 Maret 2014 Apotek HR Prawirodirjan APA

7. 17 Maret 2014 Apotek YF Pringgokusuman APA

8. 18 Maret 2014 Apotek CH Wirobrajan APA

9. 18 Maret 2014 Apotek UG Terban APING

10. 19 Maret 2014 Apotek PF Brontokusuman APA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

120PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

Lampiran 6. Panduan Wawancara Terstruktur

PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTURPENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA

PASIEN ASMA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA

2014

120PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

Lampiran 6. Panduan Wawancara Terstruktur

PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTURPENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA

PASIEN ASMA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA

2014

120PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

Lampiran 6. Panduan Wawancara Terstruktur

PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTURPENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA

PASIEN ASMA

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMAYOGYAKARTA

2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

121PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

Kepada :

Yth. Saudara yang berpartisipasi

Dengan hormat, saya :

Nama : Suhartati Mentari Rurubua’

Fakultas : Farmasi

Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta

Dalam rangka penyusunan tugas akhir sebagaimahasiswa Fakultas Farmasi, Universitas Sanata DharmaYogyakarta, maka saya memohon kesediaan dan partisipasiSaudara/i untuk memberikan tanggapan jawaban terhadappertanyaan – pertanyaan dalam panduan wawancara ini.Tanggapan yang Saudara/i berikan akan terjagakerahasiaannya. Oleh karena itu, Saudara/i dimohon untukmenjawab sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Atas kesediaan dan partisipasi Saudara/i, diucapkanterima kasih.

Yogyakarta, Maret 2014

Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

122PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

Petunjuk Bagian : I

Berilah tanda √ sebagai jawaban pada kolom sesuai dengankeadaan Saudara/i yang sebenarnya

1. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skrining/pemeriksaanadministratif resep yang dilakukan terhadap pasien asma.Misalnya:

□ Nama, SIP dan alamat dokter

□ Tanggal penulisan resep

□ Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep

□ Nama, alamat,jenis kelamin,umur, dan berat badanpasien

□ Cara pemakaian obat

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait bentukskrining/pemeriksaan administratif resep yang sudah atau yangtidak/belum Anda lakukan terhadap pasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

123PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

2. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skriningresep dalam hal pemeriksaan kesesuaianfarmasetik yang telah dilakukan kepada pasienasma.Misalnya:

□ Bentuk sediaan

□ Dosis obat

□ Potensi

□ Stabilitas

□ Inkompatibilitas

□ Cara pemberian

□ Lama pemberian

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait bentuk skriningresep dalam hal pemeriksaan kesesuaian farmasetikyang sudah atau yang tidak/belum Anda lakukanterhadap pasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

124PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

3. Mohon dijelaskan seperti apa pengkajian klinisyang dilakukan dalam skrining resep terhadappasien asma.Misalnya :

□ Adanya alergi

□ Adanya efek samping

□ Adanya interaksi obat

□ Kesesuaian obat (dosis, durasi, jumlah obat)

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait pengkajian klinisdalam skrining resep yang sudah atau yang tidak/belumAnda lakukan terhadap pasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

125PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

4. Mohon dijelaskan seperti apa proses penyiapanobat untuk pasien asma baik untuk resep racikanmaupun non-racikan.Misalnya :

□ Peracikan (menimbang, mencampur,mengemas, memberi etiket, memperhatikandosis dan jumlah obat)

□ Menulis etiket dengan lengkap (warna putihuntuk obat dalam, warna biru untuk obatluar, dan etiket lainnya seperti label kocokdahulu untuk sediaan cair)

□ Menulis nama dan cara pemakaian obat padaetiket sesuai dengan permintaan resep

□ Menyerahkan obat yang dikemasi denganrapi dan sesuai demi menjaga kualitas obat

□ Melakukan pemeriksaan akhir terhadapkesesuaian antara obat dengan resep sebelumdiserahkan ke pasien asma

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait proses penyiapanobat racikan maupun non-racikan yang sudah atau yangtidak/belum Anda lakukan terhadap pasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

126PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

5. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatan PelayananInformasi Obat yang telah dilaksanakan terhadappasien asma atau keluarganya.Misalnya:

□ Melakukan PIO berdasarkan resep atau kartupengobatan pasien (medication record)

□ Memberikan dan menyebarkan informasikepada konsumen secara aktif dan pasif,mudah dimengerti, tidak bias, etis danbijaksana

□ Menjawab pertanyaan dari pasien maupuntenaga kesehatan melalui telepon, surat atautatap muka

□ Menyediakan buletin, leaflet, label obat

□ Melakukan pendidikan berkelanjutan bagitenaga farmasi dan tenaga kesehatan lainnya

□ Penelurusan berdasarkan literature

□ Mengkoordinasi penelitian tentang obat dankegiatan pelayanan kefarmasian

□ Mendokumentasikan PIO

□ Lainnya……….

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait kegiatan PelayananInformasi Obat yang sudah atau yang tidak/belum Andalakukan terhadap pasien asma atau keluarganya.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

127PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

6. Mohon dijelaskan informasi obat seperti apa yangsekurang-kurangnya Anda sampaikan kepadapasien asma.Misalnya :

□ Cara pemakaian obat

□ Cara penyimpanan obat

□ Jangka waktu pengobatan

□ Aktivitas serta makanan dan minuman yangharus dihindari

□ Pemberian informasi tambahan

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait informasi obatyang sekurang-kurangnya sudah atau tidak/belum Andasampaikan terhadap pasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

128PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

7. Mohon dijelaskan seperti apa persiapan yang Andalakukan sebelum memberikan informasi dan edukasikepada pasien asma.Misalnya :

□ Pembekalan diri dengan pengetahuan tentang asmadan pengobatan

□ Pemberian informasi kepada pasien dan jugakeluarga terutama untuk pasien yang mengalamimasalah dalam berkomunikasi denganmempertimbangkan latar belakang dan pendidikanpasien dan keluarganya

□ Mengumpulkan dan mendokumentasikan data pasien(riwayat keluarga, gaya hidup, pekerjaan, danpengobatan yang dijalani, obat-obat yang digunakanselain obat asma yang berpengaruh terhadappengobatan asma)

□ Menggunakan sarana tambahan dalam penyampaianinformasi (peragaan inhaler dan rotahaler)

□ Mempertimbangkan pemberian obat dengan jumlah,dosis yang lebih sedikit, kejadian efek samping obatyang lebih jarang terjadi serta adanya pengertian dankesepakatan antara dokter, pasien dan apotekeruntuk meningkatkan kepatuhan pasien

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait persiapan yangdilakukan sebelum memberikan informasi dan edukasiyang sudah atau yang tidak/belum Anda lakukanterhadap pasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

129PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

8. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk edukasi danupaya pemberdayaan yang diberikan kepadapasien asma ataupun keluarganya.Misalnya :

□ Penyebaran leaflet

□ Penyebaran brosur

□ Penyebaran poster

□ Penyuluhan Kesehatan Masyarakat(pemberian motivasi untuk meningkatkankepatuhan dalam pengobatan dan kualitashidup pasien)

□ Lainnya………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait bentuk edukasi danupaya pemberdayaan yang sudah atau yang tidak/belumAnda berikan terhadap pasien asma atau keluarganya.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

130PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

9. Mohon dijelaskan pada kondisi seperti apakegiatan konseling diberikan kepada pasien asmaatau keluarganya.Misalnya :

□ Pasien asma dengan sejarah ketidakpatuhanpengobatan

□ Pasien asma yang menerima obat denganindeks terapi sempit yang memerlukanpemantauan

□ Pasien asma dengan multirejimen obat

□ Pasien asma usia lansia

□ Pasien asma usia pediatri melalui orang tuaatau pengasuhnya

□ Pasien asma yang mengalami Drug RelatedProblem

□ Pasien asma dan keluarganya yangmembutuhkan bantuan untuk menyelesaikanmasalah-masalah yang dihadapi dalampenggunaan obat, jika perlu denganmelibatkan tenaga kesehatan lain sepertidokter

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait pada kondisiseperti apa kegiatan konseling yang sudah atau yangtidak/belum Anda berikan terhadap pasien asma ataukeluarganya.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

131PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

10. Mohon dijelaskan materi apa saja yang Andaberikan dalam rangka kegiatan konselingterhadap pasien asma atau keluarganya.Misalnya :

□ Mengenai sediaan farmasi

□ Mengenai pengobatan dan perbekalankesehatan yang dapat digunakan

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait materi apa sajayang sudah atau yang tidak/belum Anda berikanterhadap pasien asma atau keluarganya.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

132PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

11. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk prosedur tetapdalam pelaksanaan konseling yang Anda lakukanterhadap pasien asma atau keluarganya.Misalnya :

□ Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakitpasien

□ Membuka komunikasi antara apoteker denganpasien/ keluarga pasien

□ Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkaitkegunaan pengobatan yang diberi

□ Menanyakan bagaimana dokter menerangkanpenggunaan obat (cara pakai, jumlah, lamapengobatan, cara penyimpanan, aturan pakai)

□ Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatanyang diberikan

□ Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaianobat (rotahaler, inhaler, dll)

□ Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahamanpasien, mengidentifikasi dan menyelesaikan masalahyang berhubungan dengan cara penggunaan obat(inhaler, nebulizer, dll) untuk mengoptimalkan tujuanterapi, melakukan pencatatan konseling pada kartupengobatan

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait bagaimana bentukprosedur tetap dalam pelaksanaan konseling yang sudahatau yang tidak/belum Anda lakukan terhadap pasienasma atau keluarganya.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

133PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

12. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan –pertanyaan seperti apa yang biasanya diajukankepada pasien asma atau keluarganya terkaitharapan dari obat yang diberikan yangsebelumnya telah diterangkan oleh Dokter.Misalnya :

□ Pengaruh apa yang diharapkan tampak

□ Bagaimana mengetahui bahwa obatnyabekerja

□ Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokteruntuk diwaspadai

□ Perhatian apa yang harus diberikan selamadalam pengobatan

□ Apa yang dikatakan dokter apabila merasasemakin parah/buruk

□ Bagaimana mengetahui bahwa obat tidakbekerja

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut mengenai bentukpertanyaan – pertanyaan yang sudah atau yangtidak/belum Anda berikan terhadap pasien asma ataukeluarganya terkait harapan dari obat yang diberikanyang sebelumnya telah diterangkan oleh Dokter.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

134PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

13. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan– pertanyaanseperti apa yang biasanya diajukan untukmemastikan pengetahuan pasien atau keluarganyamengenai kondisi yang dialami dan kegunaanobat yang akan diberikan.Misalnya :

□ Obat yang akan digunakan ditujukan untukapa

□ Bagaimana menggunakan obat

□ Gangguan atau penyakit apa yang sedangdialami

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait bentukpertanyaan– pertanyaan seperti apa yang sudah atauyang tidak/belum Anda berikan untuk memastikanpengetahuan pasien atau keluarganya mengenai kondisiyang dialami dan kegunaan obat yang akan diberikan.

Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

135PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

14. Mohon dijelaskan informasi apa yang Andaberikan sebagai penanganan awal asma mandiri(self care) yang harus dilakukan oleh pasien ataukeluarganya pada saat terjadi serangan asma.Misalnya :

□ Gunakan obat yang sudah biasa digunakan

□ Tetap tenang jangan panik

□ Segera hubungi dokter bila dalam 15 menittidak ada perbaikan setelah menggunakanobat dan bila napas pendek dan susahbernapas

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait informasipenanganan awal asma mandiri (self care) pada saatterjadi serangan asma yang sudah atau yang tidak/belumAnda berikan kepada pasien asma atau keluarganya.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

136PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

15. Mohon dijelaskan bentuk monitoring danevaluasi yang Anda lakukan untuk melihat danmeningkatkan keberhasilan terapi pasien asmaMisalnya:

□ Pencatatan data pengobatan pasien(medication record)

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait bentuk monitoringdan evaluasi yang sudah atau yang tidak/belum Andaberikan kepada pasien asma atau keluarganya.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

137PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

16. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatanpemantauan dan pelaporan efek samping obatyang dilakukan untuk pasien asma.Misalnya:

□ Analisis laporan efek samping obat.

□ Identifikasi obat-obatan dan pasien yangmempunyai resiko tinggi mengalami ESO

□ Pengisian Formulir ESO

□ Pelaporan ke panitia ESO Nasional

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait kegiatanpemantauan dan pelaporan efek samping obat yangsudah atau yang tidak/belum Anda lakukan untuk pasienasma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

138PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

17. Mohon dijelaskan kriteria untuk pelayananresidensial bagi pasien asmaMisalnya :

□ Pasien asma lanjut usia yang tidak mampumemenuhi aktivitas dasar sehari-hari (mandi,makan, minum, dan memakai baju)

□ Pasien asma yang memerlukan perhatiankhusus tentang penggunaan obatnya,interaksi obat dan efek samping obat

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait kriteria pelayananresidensial yang sudah atau yang tidak/belum Andalakukan bagi pasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

139PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

18. Mohon dijelaskan langkah – langkah yang Andalakukan dalam pelayanan residensial (HomeCare) bagi pasien asma.Misalnya :

□ Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan

□ Menawarkan pelayanan residensial

□ Mempelajari riwayat pengobatan pasien

□ Menyepakati jadwal kunjungan

□ Melakukan kunjungan ke rumah pasien ataumelalui telepon

□ Melakukan pelayanan informasi obat ataukonseling secara berkesinambungan

□ Melakukan pencatatan dan evaluasipengobatan (pemantauan kondisi dankepatuhan pasien)

□ Lainnya…………

Mohon penjelasan lebih lanjut terkait langkah-langkahyang dilakukan dalam pelayanan residensial (Home care)yang sudah atau yang tidak/belum Anda lakukan bagipasien asma.Penjelasan :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

140PANDUAN WAWANCARA TERSTRUKTUR PENERAPAN PHARMACEUTICAL CARE PADA PASIEN ASMA

Petunjuk Bagian II:a. Berilah tanda (x) pada pilihan Jawaban yang

menunjukkan profil diri Anda dan tuliskanjawaban yang sesuai jika pilihan berupa titik-titik.

II. Data Responden

No. Pertanyaan Jawaban1. Apakah jabatan Anda

saat inia. APAb. Apoteker di

bagian...............

2. Berapa lama andabekerja sebagaiApoteker / AsistenApoteker

a. < 1 tahunb. 1- 5 tahunc. 5-10 tahund. >10 tahun

DATA DIRI

Nama (optional) :

Umur :

Jenis Kelamin (L/P) :

Pendidikan terakhir :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

141

Lampiran 7. Matriks Pertanyaan Wawancara Terstruktur

PERTANYAAN RESPONDENTOTAL

PELAKSANAAN1. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skrining/pemeriksaan administratif resepyang dilakukan terhadap pasien asma.

A B C D E F G H I J K L

Nama, SIP dan alamat dokter X X X X X X X X X - - X 10Tanggal penulisan resep X - X X X X X X X X X X 11

Tanda tangan/ paraf dokter penulis resep X X X - X X - X X - X X 9

Nama, alamat,jenis kelamin,umur, dan berat badan pasien X X X - X X X X X X X X 11

Cara pemakaian obat X X X X X X X X X X X - 11

2. Mohon dijelaskan seperti apa bentuk skrining resep dalam hal pemeriksaankesesuaian farmasetik yang telah dilakukan kepada pasien asma. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Bentuk sediaan X X X X X X X X X X X X 12

Dosis obat X X X X X X X X X X X X 12

Potensi X X - X - X - - - - X X 6

Stabilitas X - - - X X - X - - X X 6

Inkompatibilitas X - - X X X - X - - - X 6

Cara pemberian X X X X X X X X X X X - 11

Lama pemberian - X - X X X - X X X X - 8

3. Mohon dijelaskan seperti apa pengkajian klinis yang dilakukan dalam skriningresep terhadap pasien asma

A B C D E F G H I J K L TOTALPELAKSANAAN

Adanya alergi X X X X X X X - - X X X 10Adanya efek samping X - X - X X - X X - X X 8Adanya interaksi obat - X X X X X - X X - X X 9Kesesuaian obat (dosis, durasi, jumlah obat) X - X X X X - X - X X X 9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

142

4. Mohon dijelaskan seperti apa proses penyiapan obat untuk pasien asma baikuntuk resep racikan maupun non-racikan. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Peracikan (menimbang, mencampur, mengemas, memberi etiket, memperhatikandosis dan jumlah obat)

X X X X X X - X X X X X 11

Menulis etiket dengan lengkap (warna putih untuk obat dalam, warna biru untukobat luar, dan etiket lainnya seperti label kocok dahulu untuk sediaan cair) X X X X X X X X X X X X 12

Menulis nama dan cara pemakaian obat pada etiket sesuai dengan permintaanresep

X X X X X X - X X X X X 11

Menyerahkan obat yang dikemasi dengan rapi dan sesuai demi menjaga kualitasobat

X - X X X X - X X X X X 10

Melakukan pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resepsebelum diserahkan ke pasien asma

X X X X X X - X X X X X 11

5. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatan Pelayanan Informasi Obat yang telahdilaksanakan terhadap pasien asma atau keluarganya. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Melakukan PIO berdasarkan resep atau kartu pengobatan pasien (medicationrecord)

X X X X X - - X X X X X 10

Memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen secara aktif danpasif, mudah dimengerti, tidak bias, etis dan bijaksana X X X X X X - X X X X X 11

Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon,surat atau tatap muka

X X X X X - X X X X X X 11

Menyediakan buletin, leaflet, poster X X - - X - - - - - - - 3

Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga kesehatanlainnya

X - - X X - - - - - X X 5

Penelurusan berdasarkan literature X - - X - - - - X - X X 5

Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan kefarmasian - - - - - - - - - - - - 0Mendokumentasikan PIO - X X - X - - - - - - X 46. Mohon dijelaskan informasi obat seperti apa yang sekurang-kurangnya Andasampaikan kepada pasien asma.

A B C D E F G H I J K L TOTALPELAKSANAAN

Cara pemakaian obat X X X X X X X X X X X X 12Cara penyimpanan obat X X X X X X - X X X X X 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

143

Jangka waktu pengobatan X X X X X X - X X X X - 10

Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari X - - X X X - X X - - X 7

Pemberian informasi tambahan X X - X X X - X X - X X 9

7. Mohon dijelaskan seperti apa persiapan yang Anda lakukan sebelummemberikan informasi dan edukasi kepada pasien asma. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Pembekalan diri dengan pengetahuan tentang asma dan pengobatan X X X X X X X X X X X X 12

Pemberian informasi kepada pasien dan juga keluarga terutama untuk pasienyang mengalami masalah dalam berkomunikasi dengan mempertimbangkan latarbelakang dan pendidikan pasien dan keluarganya

X X X X X X - X X X X X 11

Mengumpulkan dan mendokumentasikan data pasien (riwayat keluarga, gayahidup, pekerjaan, dan pengobatan yang dijalani, obat-obat yang digunakan selainobat asma yang berpengaruh terhadap pengobatan asma)

X X - - X X - - - X X X 7

Menggunakan sarana tambahan dalam penyampaian informasi (peragaan inhalerdan rotahaler)

- - - X X X - - X X X X 7

Mempertimbangkan pemberian obat dengan jumlah, dosis yang lebih sedikit,kejadian efek samping obat yang lebih jarang terjadi serta adanya pengertian dankesepakatan antara dokter, pasien dan apoteker untuk meningkatkan kepatuhanpasien

X X - X X X - X X X X X 10

8. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk edukasi dan upaya pemberdayaan yangdiberikan kepada pasien asma ataupun keluarganya. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Penyebaran leaflet X X - - X - - - - - - - 3

Penyebaran brosur - - - - - - - - - - - - 0

Penyebaran poster - - - - - - - - - - - - 0Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (pemberian motivasi untuk meningkatkankepatuhan dalam pengobatan dan kualitas hidup pasien) X X - - X - - - - - - - 3

9. Mohon dijelaskan pada kondisi seperti apa kegiatan konseling diberikankepada pasien asma atau keluarganya.

A B C D E F G H I J K L TOTALPELAKSANAAN

Pasien asma dengan sejarah ketidakpatuhan pengobatan - X - X - - - X - X X X 6

Pasien asma yang menerima obat dengan indeks terapi sempit yang memerlukanpemantauan

- - X X X - - - - - X - 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

144

Pasien asma dengan multirejimen obat - X - X - - - - - - - - 2

Pasien asma usia lansia X X X X X - X X X X X X 11

Pasien asma usia pediatri melalui orang tua atau pengasuhnya - - X X X - X - X X X X 8

Pasien asma yang mengalami Drug Related Problem - - - X - - - - - - - X 2

Pasien asma dan keluarganya yang membutuhkan bantuan untuk menyelesaikanmasalah-masalah yang dihadapi dalam penggunaan obat, jika perlu denganmelibatkan tenaga kesehatan lain sepeti dokter

- - - X - - - - X X X - 4

10. Mohon dijelaskan materi apa saja yang Anda berikan dalam rangka kegiatankonseling terhadap pasien asma atau keluarganya. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Mengenai sediaan farmasi X X X X X - X X X X X X 11

Mengenai pengobatan dan perbekalan kesehatan yang dapat digunakanX X X X X - X X X X X X 11

11. Mohon dijelaskan bagaimana bentuk prosedur tetap dalam pelaksanaankonseling yang Anda lakukan terhadap pasien asma atau keluarganya. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Melakukan konseling sesuai dengan kondisi penyakit pasien - X X X X - X X X X X X 10

Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien/ keluarga pasien X X - X - - - - - X X X 6

Menanyakan apa yang telah dokter sampaikan terkait kegunaan pengobatan yangdiberi

X X - X X - X X X X - X 9

Menanyakan bagaimana dokter menerangkan penggunaan obat (cara pakai,jumlah, lama pengobatan, cara penyimpanan, aturan pakai) X X - X X - - - X X - X 7

Menanyakan apa yang diharapkan dalam pengobatan yang diberikan X - - X X - X - - X - X 6

Memperagakan dan menjelaskan cara pemakaian obat (rotahaler, inhaler, dll) - - - X X - - - X X X X 6

Melakukan verifikasi akhir : mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi danmenyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan obat(inhaler, nebulizer, dll) untuk mengoptimalkan tujuan terapi, melakukanpencatatan konseling pada kartu pengobatan

X X X X X - X X X X X X 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

145

12. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan – pertanyaan seperti apa yang biasanyadiajukan kepada pasien asma atau keluarganya terkait harapan dari obat yangdiberikan yang sebelumnya telah diterangkan oleh Dokter.

A B C D E F G H I J K L TOTALPELAKSANAAN

Pengaruh apa yang diharapkan tampak X - - - - - - - - - - X 2

Bagaimana mengetahui bahwa obatnya bekerja - - - - - - X - - X - X 3

Pengaruh buruk apa yang dikatakan dokter untuk diwaspadai - - - - - - - - - - - - 0

Perhatian apa yang harus diberikan selama dalam pengobatan X - - - - - - - - - - - 1

Apa yang dikatakan dokter apabila merasa semakin parah/buruk - - - - - - - - - - - - 0

Bagaimana mengetahui bahwa obat tidak bekerja- - - - - - - - - - - - 0

13. Mohon dijelaskan bentuk pertanyaan– pertanyaan seperti apa yang biasanyadiajukan untuk memastikan pengetahuan pasien atau keluarganya mengenaikondisi yang dialami dan kegunaan obat yang akan diberikan.

A B C D E F G H I J K L TOTALPELAKSANAAN

Obat yang akan digunakan ditujukan untuk apa - - - X X - - - X - - X 4

Bagaimana menggunakan obat X X X - X - X - - X - X 7

Gangguan atau penyakit apa yang sedang dialami- X X - - - - - X X - X 5

14. Mohon dijelaskan informasi apa yang Anda berikan sebagai penangananawal asma mandiri (self care) yang harus dilakukan oleh pasien atau keluarganyapada saat terjadi serangan asma.

A B C D E F G H I J K L TOTALPELAKSANAAN

Gunakan obat yang sudah biasa digunakan - - X X X X - - - - X - 5

Tetap tenang jangan panik - - - - X X - - - - - - 2

Segera hubungi dokter bila dalam 15 menit tidak ada perbaikan setelahmenggunakan obat dan bila napas pendek dan susah bernapas - - - X - X X - - X X 5

15. Mohon dijelaskan bentuk monitoring dan evaluasi yang Anda lakukan untukmelihat dan meningkatkan keberhasilan terapi pasien asma A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Pencatatan data pengobatan pasien (medication record)- X - - - - - - - - X X 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

146

Keterangan : x = responden yang melakukan kegiatan yang dimaksud dalam pertanyaan- = responden yang tidak melakukan kegiatan yang dimaksud dalam pertanyaan

Sumber : Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Kefarmasian Di Apotek (SK Nomor 1027/ MENKES/ SK/ IX/ 2004)

16. Mohon dijelaskan bagaimana kegiatan pemantauan dan pelaporan efeksamping obat yang dilakukan untuk pasien asma. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Analisis laporan efek samping obat. - - - - - - - - - - - - 0Identifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalamiESO

- X X X - - - - - - - - 3

Pengisian Formulir ESO- - - - - - - - - - - - 0

Pelaporan ke panitia ESO Nasional- - - - - - - - - - - - 0

17. Mohon dijelaskan kriteria untuk pelayanan residensial bagi pasien asmaA B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAANPasien asma lanjut usia yang tidak mampu memenuhi aktivitas dasar sehari-hari(mandi, makan, minum, dan memakai baju) - - - - - - - - - - - - 0

Pasien asma yang memerlukan perhatian khusus tentang penggunaan obatnya,interaksi obat dan efek samping obat

X - - - - - - - - - - - 1

18. Mohon dijelaskan langkah – langkah yang Anda lakukan dalam pelayananresidensial (Home Care) bagi pasien asma. A B C D E F G H I J K L TOTAL

PELAKSANAAN

Menyeleksi pasien melalui kartu pengobatan - - - - - - - - - - - - 0Menawarkan pelayanan residensial X - - - - - - - - - - - 1Mempelajari riwayat pengobatan pasien - - - - - - - - - - - - 0

Menyepakati jadwal kunjungan X - - - - - - - - - - - 1

Melakukan kunjungan ke rumah pasien atau melalui telepon X - - - - - - - - - - - 1

Melakukan pelayanan informasi obat atau konseling secara berkesinambungan - - - - - - - - - - - - 0

Melakukan pencatatan dan evaluasi pengobatan (pemantauan kondisi dankepatuhan pasien)

- - - - - - - - - - - - 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI - … PDF/F. Farmasi/Farmasi/108114139_full.pdf · i PENERAPAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PASIEN ASMA OLEH APOTEKER PADA SEPULUH APOTEK

147

BIOGRAFI PENULIS

Suhartati Mentari Rurubua’, penulis skripsiberjudul Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasianpada Pasien Asma oleh Apoteker pada SepuluhApotek di Kota Yogyakarta. Merupakan anak pertamadari tiga bersaudara pasangan Yuspina Rurubua’Kende’ dan Alm. Zeth Toding Bua’. Lahir di Rantepao7 Juni 1992 Toraja Utara. Pendidikan awal ditempuhdi TK St. Theresia Rantepao (1996-1998), SD KatolikIII Rantepao (1998-2004), SMP Negeri 2 Rantepao(2004-2007), SMA Negeri 1 Rantepao (2007-2010),kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang yanglebih tinggi di Fakultas Farmasi Universitas SanataDharma Yogyakarta (2010 – 2014).

Selama menjalani pendidikan di FakultasFarmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis pernah berpartisipasidalam pengabdian masyarakat untuk pemeriksaan gratis desa mitra (2012),menjadi tim medis dalam kepanitiaan Inisiasi Sanata Dharma (2012), dan jugaaktif dalam kepengurusan Keluarga Toraja Yogyakarta (2010-2014), serta aktifdalam sanggar tari Toraja Yogyakarta (2011-2013).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI