plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · berbentuk republik indonesia serikat (ris) adalah l...
TRANSCRIPT
SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA DALAM KARIER
POLITIKNYA DI INDONESIA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
VINSENSIUS
101314006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA DALAM KARIER
POLITIKNYA DI INDONESIA
MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
VINSENSIUS
101314006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Makalah ini saya persembahkan kepada:
1. Yesus Kristus, Bunda Maria, Bapa Yosef, serta Santo Vinsensius pelindung saya
yang telah memberikan kesempatan, semangat dan pencerahan sehingga karya
tulisan ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orangtuaku Bapak Jongki dan Ibu Merensiana Sa’arin yang telah
membesarkanku, kedua kakak Agapitus, Adria Utami Yosa dan adik tercinta
Eligia Suriati serta tidak lupa juga untuk Bintang dan Fabian yang selalu
memotivasi, mendewasakanku dan menguji kesabaranku dengan segala
kelebihan dan kekurangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Adil Ka’Talino, Bacuramin Ka’Saruga, Basengat Ka’Jubata”
Arus… Arus.. Arus
"Sebagai manusia kita wajib bersikap adil dan toleran terhadap sesama, dalam
menjalani kehidupan kita harus bercermin dari surga dan setiap nafas kehidupan yang
kita miliki berasal dari Tuhan Yang Maha Esa "
“Secara teoritis saya meyakini hidup harus dinikmati, tapi kenyataannya justru
sebaliknya karena tak semuanya mudah dinikmati”
(Charles Lamb)
” Proses untuk mengerti itu memang harus diawali dengan kebingungan.”
(Dr. Taufiq Rochim)
” Salah satu cara untuk menilai diri Anda adalah dengan membayangkan apabila saya
menjadi anda dan anda menjadi Saya.”
(Ir. Pawito Merto Sontowiryo, M.Sc)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa makalah yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 11 November 2015
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA DALAM KARIER POLITIKNYA
DI INDONESIA
Vinsensius
Universitas Sanata Dharma
2015
Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan dua permasalahan pokok,
yaitu:1. Riwayat hidup Sultan Hamid II. 2. Karier politik Sultan Hamid II dalam
percaturan politik di Indonesia.
Melalui studi pustaka yang ditulis secara deskriptif analitis diperoleh hasil
sebagai berikut: 1. Sultan Hamid II lahir pada 12 Juli 1913 di Pontianak, Kalimantan
Barat, menjadi Sultan Pontianak ke-VII (1945-1978) Kesultanan Qadriyah Pontianak,
dilantik pada tanggal 29 Oktober 1945, hingga akhir hayatnya Sultan Hamid II adalah
seorang federalis sejati. 2. Sultan Hamid II turut memperjuangkan pengakuan
kedaulatan bangsa Indonesia dari Belanda, karya terbaiknya ketika Indonesia masih
berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) adalah lambang negara “Elang Rajawali
- Garuda Pancasila” yang sampai saat ini menjadi Lambang Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yaitu Garuda Pancasila.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
THE TWO FACED OF SULTAN HAMID II IN HIS POLITICAL CARRER IN
INDONESIA
Vinsensius
Sanata Dharma University
2015
This paper aims to describe two basic problems, namely : 1. The history of
Sultan Hamid II. 2. Sultan Hamid's political career in Indonesian political scene .
By means of library study, the research results are as follows: 1. Sultan Hamid
II was born in July 12th 1913 in Pontianak, West Borneo. He became the VII of
Sultan Pontianak (1945 – 1978) in Qadriyah Pontianak Sultanate. Elected in October
29th 1945, until his last day he was a true federalism. 2. Sultan Hamid II was known
to fight for Indonesian sovereignty from Dutch, his masterpiece was an emblem of
“Elang Rajawali - Garuda Indonesia” when Indonesia was still in Republic of the
United States of Indonesia (RIS), which until now, still becomes an emblem of The
Unitary State of Republic of Indonesia (NKRI) Garuda Pancasila.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan restu-Nya sehingga makalah yang berjudul “Sultan Hamid II Berwajah
Ganda Dalam Karier Politiknya Di Indonesia” pada akhirnya bisa terselesaikan
dengan baik. Makalah ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih
gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.
Penulisan karya ini tentunya tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
dukungan dari banyak pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada
kesempatan ini, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan makalah ini.
3. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R.,M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, dampingan, dan dukungan dalam pelaksanaan
penulisan makalah ini.
4. Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan motivasi,
semangat, pengarahan serta masukan selama penyusunan makalah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Teman-teman Pendidikan Sejarah angkatan 2010: Brury,Feby, Kristin, Lilik,
Jhon Gemblong, Rigend, Fery, Bona, Orin, Leo Sony, Ardy. Teman-teman
seperjuangan dari Kal-Bar: Sarwo, Eky, Tri, Saddam, Ibun, Richardus, Crist,
Topon. Sahabat yang setia Abet, Ujank dan adik-adik tingkatan yang senantiasa
mendorong dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
6. Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut
membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi makalah ini.
Semoga hasil karya ini berguna bagi pengguna dan pembacanya.
Yogyakarta, 11 November 2015
Penyusun,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................. vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .. vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
ABSTRACT ............................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan ........................................................................ 7
D. Manfaat Penulisan ...................................................................... 7
E. Sistematika Penulisan ................................................................ 8
BAB II Riwayat Kehidupan Sultan Hamid II ....................................... 9
A. Kehidupan Masa Kecil Sultan Hamid II Hingga Menjadi Seorang
Sultan Pontianak ke-7 ................................................................ 9
B. Antara Federalis dan Unitaris .................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III Karier Politik Sultan Hamid II ................................................ 30
A. Karier Politik Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda ... 30
1. Terlibat Perang Melawan Jepang Tahun 1941 .............. 30
2. Ajudan Istimewa Ratu Belanda Tahun 1946 ................. 32
3. Ketua BFO Tahun 1949 ................................................. 33
B. Karier Politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya untuk bangsa
Indonesia .................................................................................... 40
1. Dewan Formatur Kabinet RIS dan Menteri Negara Zonder
Portofolio 1949 .............................................................. 40
2. Panitia Lambang Negara RIS 1949 ................................ 43
3. Sang Perancang Lambang Negara 1949 ........................ 44
4. Akhir Karier Politik Sultan Hamid II ............................ 59
C. Analisis Sikap Nasionalisme Sultan Hamid II ............................ 69
BAB V KESIMPULAN ............................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 81
LAMPIRAN .............................................................................................. 84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Silabus ................................................................................... 84
Lampiran 2: RPP ........................................................................................ 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjalanan karier politiknya sangat erat kaitannya antara Belanda dan
Indonesia, disatu sisi pro Belanda dan disatu sisi nantinya menjadi pro Indonesia
terlebih lagi pada waktu bangsa ini ingin mendapatkan kedaulatan
kemerdekaannya atas pendudukan Belanda di Indonesia. Sultan Syarif Hamid AI-
Qadrie Putra daerah asal Pontianak, Kalimantan Barat yang lebih dikenal dengan
nama Sultan Hamid II. Putera sulung Sultan Syarif Muhammad Alqadrie dari
isteri ketiganya Syecha Jamilah Syarwani. Perjalanan karier politiknya memang
terbilang singkat dan penuh lika-liku, Sultan Hamid II diangkat menjadi Sultan
ke-7 sejak 29 0ktober 1945 sampai dengan ia meninggal pada 30 Maret 1978.
Sebagai seorang perwira aktif KNIL (Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger)
Kesatuan Tentara Hindia Belanda yang ketika itu berpangkat Kolonel, sebenarnya
Sultan Hamid II masih ingin melanjutkan karir militernya. Tetapi, karena keadaan
di Kesultanan Pontianak yang tercerai berai, serta situasi Kalimantan Barat
semakin kacau, kemudian menggugah hatinya untuk kembali ke Pontianak
meninggalkan dinas militernya sebagai perwira KNIL.1
Sangat tidak beruntung, kelahiran kesultanan Qadriyah Pontianak tahun
1772 bersamaan pula dengan telah berpijak dan bercokol sangat kuatnya
kolonialisme dan imperialisme Barat, sehingga kehidupan dan perkembangan
1 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
kesultanan ini ditekan dan diarahkan bagi kepentingan imperialisme tersebut. Ini
berarti bahwa hubungan, Kesultanan Pontianak dan Sultan serta para kerabat
istana dan rakyatnya, disatu fihak, dengan pemerintah kolonialisme Belanda
bersama pejabatnya, dilain fihak, menunjukkan hubungan imperialistis, tidak
seimbang dan eksploitatif.
Menghadapi ini, hampir semua sultan dan para pembantunya tampaknya
“menerima” perlakuan tidak adil ini “tanpa” banyak reaksi dan oposisi, sehingga
ada kesan Kesultanan Pontianak bersekutu dengan bahkan mendukung
pemerintahan penjajahan Belanda. Padahal “penerimaan” dan “ketundukan” itu
lebih bersifat sementara dan merupakan strategi untuk menghindari konflik militer
langsung antara kedua fihak yang berakibat kehancuran lebih buruk lagi.
Tak dapat dipungkiri bahwa setelah diakui keberadaannya oleh dunia
Internasional, transisi berdirinya Indonesia kemudian menuai konflik pemikiran
dalam menggagas bentuk negara. Konflik pemikiran tersebut lahir dari adanya
ketidaksepahaman antara konsep “Negara Persatuan”/Federalis dan konsep
“Negara Kesatuan”/Unitaris. Dalam berpolitik dan memperjuangkan kemerdekaan
sebuah bangsa dan negara, Sultan Hamid II percaya bahwa Kepulauan Melayu
(Indonesia saat ini) lebih tepat mempergunakan Sistem Federal dalam sistem
ketatanegaraannya. Akan tetapi, ia memperoleh tentangan dari kaum Republiken
(Unitaris) saat itu yang banyak berada di Pulau Jawa (terutama Yogyakarta) yang
menginginkan dominasi sentralistik atau sistem kesatuan (Unitarisme).
Pelajaran sangat berharga bagi penerus Bangsa Indonesia dari pertarungan
politik kelompok penyusung Negara Persatuan oleh Sultan Hamid II (Kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Daerah Istimewa Kalimantan Barat) dan Ide Anak Agung Gde Agung (Perdana
Menteri Negara Indonesia Timur) dengan kelompok penyusung Negara Kesatuan
yang diperankan Presiden Soekarno dan Menteri Pertahanan Sultan
Hamengkubuwono IX, setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat
(RIS), terhitung 27 Desember 1949.2
Sultan Hamid II memperoleh jabatan penting sebagai wakil Daerah
Istimewa Kalimantan Barat dan selalu turut dalam perundingan-perundingan
Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC dan KMB di Indonesia dan Belanda. Sewaktu
Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara
Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden
Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar Lambang Negara.
Memasuki awal tahun 1950, dicatat sebagai masa-masa yang penting bagi Sultan
Hamid II, karena sangat menentukan karirnya di pentas percaturan politik nasional
dikemudian hari.3
Sementara ini apabila membicarakan Sultan Hamid II, maka anggapan
yang terbentuk adalah bahwa dia adalah seseorang yang pernah “terseok dalam
kecelakaan sejarah” atau bahkan lebih ekstrim lagi seorang “mantan terpidana
kasus politik” belaka. Namun benarkah demikian “cap sejarah” itu. Tidak adakah
sisi positif dan sumbangsihnya yang patut diakui dan mendapatkan penghargaan
secara jujur dalam perjalanan sejarah bangsanya, atau memang fakta-fakta sejarah
2 Ide Anak Agung Gde Agung, Renville. Jakarta, Puspa Sinarharapan, 1987.
3 Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 68.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
karya kebangsaannya telah tenggelam bersama kemelut politik masa lalu sehingga
tidak terangkat kepermukaan.4
Sultan Hamid II ditangkap 5 April 1950 di Hotel Des Indes – Jakarta, oleh
Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX atas perintah Jaksa Agung RIS
Tirtawinata, dengan tuduhan bersengkongkol dengan pemberontakan Kapten
(KNIL) Raymond Pierre Westerling dari Angkatan Perang Ratu Adil (APRA),
yang ternyata baru diadili pada 25 Februari 1953.5
Sebagai seorang Indonesia, Sultan Hamid II mengatakan bahwa ia harus
menjunjung tinggi putusan yang dijatuhkan oleh Mahkamah Agung sebagai
pengadilan tinggi di Indonesia. Sultan Hamid II diminta oleh Mohammad Hatta
dan kolega lainnya untuk mengajukan Grasi kepada Presiden. Pertimbangan Hatta
agar tak ada dendam politik abadi antar keduanya. Akhirnya, atas desakan
keluarga dan warga Pontianak, Sultan Hamid II mengajukan grasi. Akan tetapi,
keputusan Presiden tanggal 3 September 1953 No.923/G secara resmi menolak
permohonan itu. Sultan Hamid II menjalani sisa masa hukuman penjara hingga
dibebaskan pada 20 Agustus 1958. Sultan Hamid II telah berjiwa besar dengan
menerima dan menghormati putusan Mahkamah Agung atas vonis terhadap
dirinya. walaupun tuduhan atas kasus tersebut jauh dari kebenaran dan
pembuktian yang nyata.6
4 Ibid , hlm. 162.
5 Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco, 1953,
hlm. 7. 6Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 276.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Dua karya terbaik akhirnya dipilih dan diajukan ke Panitia Lambang
Negara yakni rancangan Sultan Hamid II dan Muhammad Yamin. Akan tetapi,
panitia menolak rancangan Muhammad Yamin. Alasannya, rancangan Yamin
banyak mengandung unsur sinar matahari yang mengesankan adanya pengaruh
fasis Jepang. Pemerintah akhirnya menerima gambar Elang Rajawali Garuda
Pancasila rancangan Sultan Hamid II dan menetapkannya sebagai Lambang
Negara Republik Indonesia Serikat pada 11 Februari 1950. Dalam
perkembangannya, banyak masukan-masukan dari berbagai pihak terhadap
lambang RIS yang baru itu. Beberapa perbaikan pun dilakukan oleh Sultan Hamid
II sehingga menghasilkan Lambang Negara seperti yang kita kenal sekarang ini.
Dalam masa kerjanya yang singkat, dia berhasil menciptakan gambar burung
Elang Rajawali Garuda Pancasila sebagai Lambang Negara Republik Indonesia
Serikat, yang hingga hari ini lambang tersebut digunakan oleh Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).7
Sultan Hamid II memang sosok yang kontroversi untuk posisi “pahlawan
nasional”. Dari masa kecil hingga menjadi Sultan Pontianak ruang lingkupnya
sangat berkaitan dengan Kerajaan Belanda. Disini akan terlihat bagaimana posisi
Sultan Hamid II yang pada satu sisi pro daripada Belanda kemudian berjuang juga
mendapatkan kedaulatan bangsa Indonesia serta sumbangsih terbesar beliau
semasa Indonesia masih berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) yaitu
lambang negara yang sampai saat ini menjadi Lambang Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) yaitu Garuda Pancasila.
7 Ibid., hlm. 391.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Sultan Hamid II berwajah ganda dalam karier politiknya, pro untuk
Kerajaan Belanda maupun Indonesia. Jabatannya ketika pro daripada Kerajaan
Belanda yang berkedudukan di Indonesia, serta beberapa jabatan yang cukup
prestisius mampu dicapainya. Salah satunya menjadi Ketua Bijeenkomst voor
Federaal Overleg (BFO) / Permusyawaratan Negara-negara Federal yang
merupakan produknya Belanda. Peranan Sultan Hamid II dalam KMB tidaklah
semata-mata memperjuangkan BFO dan Federalisme. Kesediaan Belanda
menyetujui penyerahan kedaulatan seluruh wilayah bekas jajahannya di Hindia
Belanda kepada Republik Indonesia Serikat tidak terlepas daripada jasa Sultan
Hamid II yang mampu membujuk Ratu Yuliana selaku Ratu Belanda. Inilah bukti
kelihaian diplomasi dan karena kedekatan Sultan Hamid II yang pernah menjadi
Ajudan/Pengawal Ratu Belanda.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana riwayat hidup Sultan Hamid II ?
2. Bagaimana karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di
Indonesia?
2.1. Bagaimana karier politik Sultan Hamid II ketika berpihak pada
Belanda ?
2.2. Bagaimana karier politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya untuk
bangsa Indonesia ?
2.3. Apakah Sultan Hamid II yang merupakan seorang federalis memiliki
sikap dan rasa nasionalisme yang tinggi untuk Indonesia ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeskripsikan riwayat hidup Sultan Hamid II semasa kecil hingga
dewasa dan menjadi Sultan Ke-7 Kesultanan Qadriyah Pontianak.
2. Mendeskripsikan karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik
di Indonesia :
2.1. Mendeskripsikan karier politik Sultan Hamid II ketika berpihak pada
Belanda.
2.2. Mendeskripsikan karier politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya
untuk bangsa Indonesia.
2.3. Mendeskripsikan analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II bagi
Indonesia.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, karya ilmiah ini akan membuka
khasanah tentang sejarah karier politik dan karya Sultan Hamid II dalam
percaturan politik di Indonesia.
2. Bagi lembaga pendidikan, diharapkan penulisan karya ilmiah ini
menyumbang informasi baru bagi dunia pendidikan.
3. Penulisan ini menjadi ajakan bagi generasi muda untuk semakin mengerti
dan memprioritaskan pendidikan bagi dirinya, orang lain, dan negara.
4. Bagi penulis menjadi sebuah tuntunan supaya tetap mendedikasikan
hidupnya bagi dunia pendidikan, selalu taat akan sebuah aturan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
selalu pantang menyerah dalam melakukan sebuah usaha untuk
hidupnya, orang lain serta bangsa dan negara.
E. Sistematika Penulisan
Makalah yang berjudul “SULTAN HAMID II BERWAJAH GANDA
DALAM KARIER POLITIKNYA DI INDONESIA” memiliki sistematika
penulisan sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang penulisan
karya ilmiah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Perjalanan hidup Sultan Hamid II semasa kecil hingga
sampai dewasa dan menjadi Sultan Pontianak ke-7.
BAB III : Karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di
Indonesia yang dibagi kedalam sub bab karier politik
Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda dan
bagaimana karier politik Sultan Hamid II dan
sumbangsihnya untuk bangsa Indonesia serta sikap
nasionalisme beliau.
BAB IV : Kesimpulan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
RIWAYAT HIDUP SULTAN HAMID II
A. Kehidupan Masa Kecil Sultan Hamid II Hingga Menjadi Seorang Sultan
Pontianak Ke-7
Jika kita membicarakan Sultan Hamid II dalam tataran sejarah
kenegaraaan Indonesia sebenarnya kita tak dapat memisahkan keberadaan
Kesultanan Qadriyah Pontianak yang merupakan satu-satunya kesultanan termuda
di kawasan Nusantara, bahkan di dunia, khususnya termuda di Kalimantan Barat.
Kesultanan ini didirikan pada tanggal 23 Oktober 1771 bersamaan 12 hari bulan
Rajab tahun 1185.9
Pada masa kolonial Pada tahun 1778, kolonialis Belanda dari Batavia
memasuki Pontianak yang dipimpin oleh Willem Ardinpalm. Belanda saat itu
menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah
Tanah Seribu atau Verkendepaal. Palm kemudian digantikan oleh Wolter Markus
Stuart yang bertindak sebagai Resident van Borneo’s Wester Afdeling I (1179-
1784) dengan kedudukan di Pontianak. Semula Sultan Syarif Abdurrahman Al-
Qadrie menolak tawaran kerjasama dengan negeri asing dari Eropa itu. Namun
setelah utusan itu datang untuk kedua kalinya, Sultan Syarif Abdurrahman AI-
Qadrie menerima Belanda sebagai rekan persemakmuran dengan tangan terbuka.
9 Turiman, Peranan Sultan Hamid II Dalam Tataran Sejarah Nasional Yang Terlupakan
Bangsanya, 2011, http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/06/peranan-sultan-hamid-ii-
dalam-tataran_6320.html. diakses 7 Agustus 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Pada masa pendudukan Jepang kekuasaan Sultan Syarif Muhammad
(Sultan ke 6 Kesultanan Qadriyah Pontianak) redup seketika seiring kedatangan
bala tentara Kekaisaran Jepang ke Pontianak pada tahun 1942. Karena dianggap
dan bersekutu dengan Belanda, Jepang menghancurkan Kesultanan Pontianak dan
beberapa kesultanan-kesultanan Melayu di Kalimantan Barat.10
Selain termuda, kehidupan pemerintahan kesultanan ini berlangsung
relatif singkat, 179 tahun, dan hanya diperintah oleh 8 (delapan) generasi sultan
dari dinasti Al-Qadrie, sejak kelahirannya 1771 sampai dengan Proklamasi
Kemerdekaan RI 1945. Setelah itu, kesultanan ini tidak lebih dari sekedar warisan
budaya yang tidak mempunyai kekuasaan politik apapun lagi.11
Sultan Syarif Hamid Al-Qadrie, atau yang biasa disebut dengan nama
Sultan Hamid II, adalah Sultan ke-7 (1945-1978) Kesultanan Qadriyah Pontianak.
Beliau dilahirkan di Pontianak, Kalimantan Barat pada 12 Juli 1913 bertepatan
dengan 7 Sya’ban 1331 H. Ia adalah putra dari Sultan Pontianak ke-6, Sultan
Syarif Muhammad Al-Qadrie dari istri ketiganya Syecha Jamilah Syarwani.
Sejak masa kecil, Sultan Hamid II telah mendapat pendidikan modern.
Semasa kecilnya, ia diasuh oleh seorang gouvernante (pengasuh pendidik) wanita
kebangsaan Inggris bernama Miss Fox yang selalu memanggilnya dengan nama
Max. Sultan Hamid II mempunyai saudara kandung bernama Syarif Machmud Al-
10
Wikipedia Indonesia, Kesultanan Pontianak, 2015,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Pontianak, diakses 7 Agustus 2015 11
Turiman, Peranan Sultan Hamid II Dalam Tataran Sejarah Nasional Yang Terlupakan
Bangsanya, 2011, http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/06/peranan-sultan-hamid-ii-
dalam-tataran_6320.html. diakses 7 Agustus 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Qadrie, ayah dari Syarif Abubakar Al-Qadrie yang kini menjadi Sultan Pontianak.
Selain itu, dia masih mempunyai tujuh orang saudara se-Ayah dari lain Ibu.
Sultan Hamid II dibesarkan di lingkungan Istana Qadriyah, Kesultanan
Pontianak. Ia adalah keturunan dari pendiri Negeri Pontianak bernama Sultan
Syarif Abdurrahman Al-Qadrie. Pontianak adalah negeri panas. Nama Pontianak
yang berasal dari bahasa Melayu ini dipercaya ada kaitannya dengan kisah Syarif
Abdurrahman Al-Qadrie yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika dia
menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Syarif Abdurrahman terpaksa
melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan
dimana peluru meriam itu jatuh, maka di sanalah wilayah kesultanannya didirikan.
Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai
Landak, yang kini dikenal dengan nama kampung Beting. Peluru meriam yang
ditembakan Syarif Abdurrahman Al-Qadrie pada 1771. Peluru yang jatuh di
antara tiga ruas persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak itu kemudian
menjadi batas territorial Pontianak. Syarif Abdurrahman Al-Qadrie kemudian
menjadi Pendiri sekaligus Sultan Pertama Kesultanan Pontianak yang berada di
tepi barat Pulau Borneo atau Kalimantan.
Pontianak sebagai negeri Melayu, merupakan Kesultanan Melayu termuda
pada zamannya di Kepulauan Melayu (the Malay Archipelago). Di bawah
Kesultanan Pontianak, kemajuan pemerintahan dalam berbagai aspek berkembang
dalam rezim masing-masing Sultan.
Pontianak berkembang menjadi pusat perdagangan, pemerintahan, dan
peradaban di Borneo Barat. Dalam berbagai naskah sejarah, perjalanan panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
negara berbentuk kesultanan ini menunjukan suatu peradaban yang di dalamnya
termasuk peradaban intelektualitas, gagasan modernisasi, strategi perdagangan,
pemerintahan, dan politik. Dalam periode yang panjang bentuk negara Pontianak
adalah kesultanan dengan sistem pemerintahan aristokrasi absolut Islam. Ini
menegaskan identitas bahwa Pontianak adalah negeri Islam. Sebab, pancang
pertama bangunan yang dialaskan di Bandar negeri adalah tiang fondasi masjid.
Hari ini masjid itu bernama Jami’ Sultan Syarif Abdurrahman. Itulah
bangunan pertama di Pontianak. Letak masjid ini berdekatan dengan Istana
Qadriyah, yang tidak jauh dari simpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Di
sebelah utara negeri Pontianak, terdapat Tugu Khatulistiwa yang berada tepat
digaris lintang nol derajat bumi, yang juga berdekatan dengan makam para wali
atau Sultan-sultan Pontianak.
Syarif Abdurrahman Al-Qadrie adalah anak dari seorang pendakwah asal
negeri Trim (Tarim) di Hadramaut-Yaman Selatan yang bernama Habib Husein
Al-Qadrie. Habib Husein Al-Qadrie dan ketiga kawannya menyebar dakwah
Islam di Kepulauan Melayu. Konon, dia adalah keturunan dari ahlul bait, yaitu
darah terdekat dari Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Hal tersebut dapat dilihat
dari zuriyat (silsilah) yang terbukti, mulai dari pasangan Khalifah Ali bin Abu
Thalib dan Batimah (putri Nabi Muhammad) yang memiliki anak bernama Hasan
dan Husein, bin Abu Thalib. Garis keturunan ini berlanjut hingga ke Habib
Husein Al-Qadrie, Syarif Abdurrahman Al-Qadrie, dan para keturunannya.
Merekalah yang dikenal sebagai para wali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Pada tahun 1778 (1192 H) gelarnya sebagai Sultan ditabalkan dihadapan
beberapa penguasa Kesultanan Riau-Lingga. Begitu juga pemimpin dari sejumlah
kesultanan, termasuk Matan, Sukadana, Kubu, Simpang, Landak, Mempawah,
Sambas, Banjar, dan lainnya. Syarif Abdurrahman Al-Qadrie menjadi Sultan
Pertama Kesultanan Pontianak sejak 1 September 1778 hingga 28 Februari 1808.
Kemudian gelarnya sebagai Sultan digantikan oleh anaknya. Sultan Syarif Kasim
Al-Qadrie (1808-1819) sebagai Sultan ke-2. Selanjutnya berturut-turut digantikan
oleh Sultan Syarif Usman Al-Qadrie (1819-1855) sebagai Sultan ke-3, Sultan
Syarif Hamid Al-Qadrie (1855-1872) sebagai Sultan ke-4, Sultan Syarif Yusuf
Al-Qadrie (1872-1895) sebagai Sultan ke-5, dan Sultan Syarif Muhammad Al-
Qadrie (1895-1944) sebagai Sultan ke-6.
Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie bertahta dari 15 Maret 1895 hingga
ditangkap dan dibunuh tentara Jepang pada 24 Juni 1944. Setelah masa
interregnum atau kekosongan pemerintahan dari 24 Juni 1944 – 23 Oktober 1945
karena kedudukan Jepang di Kalimantan Barat dan bersamaan dengan masa
Perang Dunia II, Syarif Hamid Al-Qadrie (Sultan Hamid II) diangkat menjadi
Sultan Pontianak ke-7.12
Ketika Jepang mengalahkan Belanda dan Sekutunya, pada tanggal 10
Maret 1942 ia turut tertawan sampai pada bulan Agustus 1945 dan dibebaskan
ketika Jepang menyerah kepada sekutu dan mendapat kenaikan pangkat menjadi
kolonel. Dan ketika ayahnya mangkat, karena korban agresi Jepang, pada tanggal
29 Oktober 1945 ia diangkat menjadi Sultan Pontianak menggantikan ayahnya
12
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 1-4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dengan gelar Sultan Hamid II.13 Pengangkatan Sultan Hamid II sebagai Sultan ke-
7 Kesultanan Pontianak, karena memang dia adalah satu-satunya putera dari
Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie yang selamat dari penangkapan dan
pembunuhan oleh Jepang.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia diumumkan pada 17 Agustus
1945 di Jakarta, situasi politik di Pontianak masih belum stabil karena berita
tentang kemerdekaan Indonesia sangat terlambat sampai ke Pontianak. Dengan
kebesaran jiwanya, Kesultanan Pontianak yang juga di pimpin Ketua DIKB yaitu
Sultan Hamid II pada tanggal 17 Agustus 1950 menyerahkan mandat
pemerintahan teritorialnya kepada NKRI. Kini wilayah Daerah Kalimantan Barat
menjadi Provinsi Kalimantan Barat yang telah dibentuk pada tahun 1956.14
Berbeda statusnya dengan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan
Kadipaten Pakualaman yang mengatakan kepada Presiden RI, bahwa daerah
Kasultanan Yogyakarta dan Daerah Pakualaman bergabung ke dalam Negara RI.
Bergabung menjadi satu kesatuan yang dinyatakan sebagai Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY). Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII
sebagai Kepala Daerah, dan Wakil Kepala Daerah bertanggung jawab langsung
kepada Presiden RI. Hal tersebut dinyatakan dalam:
1. Piagam kedudukan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam
VIII pada tanggal 19 Agustus 1945 dari Presiden RI.
13
Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 27. 14
Wikipedia Indonesia, Daerah Istimewa, 2015, http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Amanat Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII pada
tanggal 5 September 1945 (dibuat secara terpisah).
3. Amanat Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paku Alam VIII pada
tanggal 30 Oktober 1945 (dibuat dalam satu naskah).
Dalam perjalanan selanjutnya kedudukan DIY (Daerah Istimewa
Yogyakarta) sebagai Daerah Otonom setingkat Provinsi sesuai dengan maksud
pasal 18 Undang-undang Dasar 1945 (sebelum perubahan) diatur dengan Undang-
undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Undang-undang Pokok Pemerintahan
Daerah. Sebagai tindak lanjutnya kemudian Daerah Istimewa Yogyakarta
dibentuk dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950
sebagaimana telah diubah, dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor
9 Tahun 1955 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 1819) yang sampai saat ini masih berlaku. Dalam undang-undang
tersebut dinyatakan DIY meliputi Daerah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,
dan Daerah Kadipaten Pakualaman. Pada setiap undang-undang yang mengatur
Pemerintah Daerah, dinyatakan keistimewaan DIY tetap diakui, sebagaimana
dinyatakan terakhir dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.15
Sultan Hamid II merupakan anak ke-7 dari 9 bersaudara, 1 saudara
kandung satu ibu. Hasil pernikahan Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie dengan
Syecha Jamilah Syarwani melahirkan 2 anak, Syarif Hamid Al-Qadrie (Sultan
15,Daerah Istimewa Yogyakarta, 2015,
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta. diakses pada 29 Juli 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Hamid II) dan Syarif Mahmud Al-Qadrie bergelar Pangeran Agung. Secara
berturut-turut anak kandung Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie adalah Syarif
Usman Al-Qadrie bergelar Pangeran Adipati Negara (Putera Mahkota), Syarif
Abdul Mutalib Al-Qadrie bergelar Pangeran Muda, Syarifah Syarifah Al-Qadrie
bergelar Ratu Cikra Kesuma, Syarifah Hadijah Al-Qadrie bergelar Ratu Perbu
Wijaya, Syarifah Fatimah Al-Qadrie bergelar Ratu Anom Bendahara, Syarif
Hamid Al-Qadrie (lebih dikenal dengan sebutan Sultan Hamid II), Syarifah
Maryam Al-Qadrie bergelar Ratu Laksamana Sri Negara, Syarif Mahmud Al-
Qadrie bergelar Pangeran Agung, dan anak bungsunya bernama Syarifah
Maimunah Al-Qadrie bergelar Ratu Kesuma.
Pada peristiwa pembantaian Jepang, 24 Januari 1944, karena dianggap
memberontak dan bersekutu dengan Belanda, Jepang menghancurkan Kesultanan
Pontianak. Tak hanya melakukan penangkapan-penangkapan, Jepang juga
melakukan penyiksaan dan pembunuhan massal terhadap ribuan orang Pontianak
dan Kalimantan Barat. Pada 28 Juni 1944, Jepang menghabisi semua anggota
keluarga Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie beserta sanak keluarga dan kerabat
kesultanan, pemuka adat, candekiawan, dan tokoh masyarakat Pontianak, pun
para sultan-sultan dan masyarakat di Kalimantan Barat. Tragedi berdarah ini
kemudian dikenal dengan sebutan “Peristiwa Mandor”.16
Sejak masih kecil Sultan Hamid II memang anak yang pintar, cerdas, dan
pemberani. Ia dipersiapkan ayahnya sebagai penerus mahkota Kesultanan
Pontianak. Sejak kecil hingga dewasa ia memperoleh pendidikan modern di
16
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 38-39.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
berbagai tempat. Sebagai putra Sultan yang pintar dan cerdas, ia bisa diterima
bersekolah di sekolah yang diperuntukan bagi anak-anak orang Belanda dan
Eropa. Dengan demikian tidak mengherankan bila kemudian Sultan hamid II
menguasai sedikitnya lima bahasa asing dengan aktif.
Saat berusia 7 tahun, Hamid diajak ke Batavia oleh Miss Fox dan Miss
E.M. Curties. Hamid mulai belajar di Sekolah Rendah Pertama di Europeesche
Lagere School (ELS) di Pontianak, Sukabumi, dan di Yogyakarta. Dikarenakan
pekerjaan kedua Ibu asuhnya itu yang berpindah-pindah mengharuskan juga ia
harus berpindah dari satu kota ke kota lain. Ketika sekolah di ELS Yogyakarta,
Hamid bertemu dengan teman sekelasnya yang juga merupakan seorang putra
mahkota Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat bernama Dorodjatun (Sultan
Hamengkubuwono IX). Setamat dari ELS di Yogyakarta keduanya berpisah.
Hamid kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah pada Hogeere
Burger School (HBS) di Bandung dan HBS V di Malang 1932. Setelah tamat di
HBS pada 1932 beliau melanjutkan pendidikannya pada tingkat Perguruan Tinggi
sebagai mahasiswa di Technische Hooge School (THS), Fakultas: de Faculteit van
Technische Wetenschap, Jurusan: de afdeeling der Weg en Waterbouw (arsitektur)
di Bandung. THS kemudian berubah menjadi Institut Teknologi Bandung (ITB)
hingga sekarang.
Namun, pendidikan di THS hanya dijalani Hamid selama satu tahun.
Karena dia lebih tertarik untuk masuk ke Akademi Militer di Negeri Belanda.
Pada 1933, Sultan Hamid II adalah satu-satunya putra Sultan di Kepulauan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Melayu yang diterima masuk untuk mengikuti pendidikan di Koninklijk Militaire
Academie (KMA) di Breda, sebuah akademi militer elit dan ternama di Belanda.
Hamid lulus di KMA Breda pada tahun 1938, kemudian dilantik sebagai
perwira dengan pangkat letnan dua pada Koninklijk Nederlandsch Indisch Leger
(KNIL), yakni Kesatuan Tentara Hindia Belanda. Dalam karier Militer, Sultan
Hamid II pernah ditugaskan di Malang, Bandung, Balikpapan, dan beberapa
tempat lainnya.17
Pada 31 Mei 1938, Hamid melangsungkan pernikahan dengan Marie van
Delden di Malang. Sultan Hamid II beristerikan seseorang perempuan bangsa
Belanda yaitu Marie van Delden (yang diberi gelar Ratu Mas Mahkota Didie Al-
Qadrie) anak dari Kapten van Delden kelahiran Surabaya, 5 Januari 1915. Kapten
van Delden adalah Perwira KNIL berkebangsaan Belanda. Dari pernikahannya
mereka dikaruniai 2 orang anak, anak pertama bernama Syarifah Zahra AI-Qadrie
(Edith Denise Corry AI-Qadrie) yang lahir di Malang pada 26 Februari 1939 dan
yang kedua Syarif Yusuf AI-Qadrie (Max Nico AI-Qadrie ) yang lahir di Malang
pada 11 Januari 1942.
Jabatan yang diduduki Sultan Hamid II adalah Letnan Dua KNIL 1938
yang pernah melawan tentara Jepang pada tahun 1941 di Tarakan dan Balikpapan,
Provinsi Kalimantan Timur. Anggota KNIL sebagian besar adalah orang-orang
pribumi Indonesia sebagai prajurit rendahan. Sementara itu, para perwira KNIL
umumnya adalah orang-orang Belanda. Tradisi KNIL sebagai tentara kolonial
yang rasis terus dipelihara. Hanya orang-orang Belanda saja yang diprioritaskan
17
Ibid., hlm. 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sebagai perwira KNIL. Hanya sedikit orang pribumi yang menjadi perwira KNIL.
Pemuda Indonesia yang menjadi perwira KNIL umumnya berasal dari keluarga
terpandang, yang memiliki pendidikan yang cukup baik pada zaman kolonial.18
Ada pembatasan jenjang karir, Pangkat tertinggi perwira KNIL dari kalangan
pribumi hanya sampai pangkat Letnan Kolonel saja. Ada beberapa bekas KNIL
yang masih ingin menjadi tentara kolonial, mereka menganggap RI tidak cukup
mapan. Mereka juga merasa bahwa RI masihlah rapuh. Bekas perwira ini
kemudian mencapai pangkat menengah diatas Letnan Kolonel. Sultan Hamid II
menjadi Jenderal Mayor dalam dinas militer Belanda semasa revolusi
kemerdekaan Indonesia.19
Setelah keluar dari tahanan militer Jepang tahun 1945. Sultan Hamid II
naik pangkat dari kapten menjadi mayor, lalu menjadi letnan kolonel. Hanya
selang beberapa bulan menyandang pangkat letnan kolonel, Sultan Hamid II naik
pangkat menjadi kolonel. Sultan Hamid II memperoleh kenaikan pangkat sangat
istimewa, karena langsung mengantongi dua bintang di pundak sekaligus, yakni
Mayor Jenderal KNIL setelah ditetapkan menjadi Sultan Pontianak pada 29
Oktober 1945.20
Jabatan lain Sultan Hamid II adalah Sultan Pontianak ke-7 (1945-
1978), Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946, Kepala Daerah Istimewa Kalimantan
Barat (DIKB) 1947 s/d 1950, Ketua Delegasi BFO pada KMB di Den
18
Petrik, Pribumi Jadi Letnan KNIL, Yogyakarta, Trompet, 2011, hlm. 3. 19
Ibid., hlm. 102. 20
Keterangan dari Max Yusuf Al-Qadrie, Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II dan Ketua Dewan
Pembina Yayasan Sultan Hamid II, 2012 dalam buku: Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN
HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak,
TOP Indonesia, 2013, hlm. 29-30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Haag/Belanda, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS dan Menteri Negara
Zonder Portofolio tahun 1949.
Dalam perjuangan federalisme, Sultan Hamid II memperoleh jabatan
penting sebagai wakil dari negara Kalimantan Barat dan selalu turut serta dalam
perundingan-perundingan Malino, Denpasar, BFO, BFC, IJC, dan KMB di
Indonesia dan negeri Belanda 1949. Sultan Hamid II kemudian memperoleh
jabatan atau kepercayaan sebagai Ajudant in Buitenfgewone Dienst bij HN
Koningin der Nederlanden, yakni sebuah pangkat tertinggi sebagai asisten Ratu
Kerajaan Belanda, selain itu, ia juga orang Indonesia pertama yang memperoleh
pangkat tertinggi dalam kemiliteran. Sewaktu RIS dibentuk, berdasarkan
Kep.Pres.RIS No.2 Tahun 1949 tanggal 20 Desember 1949, ia diangkat menjadi
Menteri Negara Zonder Portofolio dan selama menjadi Menteri Negara ia ditugasi
oleh Bung Karno untuk merencanakan, merancang, dan merumuskan gambar
lambang negara.21
B. Antara Federalis dan Unitaris
Pada awal kemerdekaan, Belanda belum mampu merelakan Indonesia
merdeka. Berbagai cara dilakukan oleh Belanda untuk merebut Indonesia kembali,
melalui agresi-agresinya hingga perjanjian-perjanjian yang dilakukannya dengan
Indonesia. Perjanjian-perjanjian yang dilakukan oleh Belanda cenderung
menyimpan niat untuk menginginkan Indonesia menjadi negara federal.
Keinginan Belanda kemudian terwujud dengan dilakukannya Konferensi Meja
21
Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 27.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Bundar (KMB) pada 1949, salah satu hasilnya adalah pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda pada 27 Desember 1949.
B.1. Federalis
Setelah Sultan Hamid II naik tahta di Kesultanan Pontianak, dia mencoba
menata keadaan Kesultanan yang telah berantakan akibat keganasan tentara
Jepang. Dianggap memberontak dan bersekutu dengan Belanda, Jepang
menghancurkan Kesultanan Pontianak. Peristiwa Mandor adalah peristiwa
pembantaian massal pada akhir 1943 dan puncaknya pada 28 Juni 1944. Peristiwa
yang terjadi di Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Provinsi Kalimantan
Barat, dikenang dengan istilah Tragedi Mandor Berdarah yaitu telah terjadi
pembantaian massal tanpa batas etnis dan ras oleh tentara Jepang. Kiyotada
Takahashi, Presiden marutaka House Kogyo Co. Ltd, mantan opsir bala tentara
Jepang di Kalimantan Barat menjelaskan bahwa sebanyak 21.037 orang warga
Kalimantan Barat dibunuh di Mandor.22
Kemudian disampaikan pula dari
kesaksian Yamamoto, seorang Kepala Kempeitai di Borneo Barat, bahwa jumlah
korban mencapai angka sekitar 50 ribu orang.23
Di antara para korban, terdapat 48
tokoh, cendekiawan, dan keluarga-keluarga kesultanan. Selain Sultan Syarif
Muhammad Al-Qadrie yang berusia 74 tahun dari Kesultanan Pontianak yang
menjadi korban pembantaian oleh tentara Jepang, ada Pangeran Adipati (putra
22
Anshari Dimyati, Kalimantan Barat di Antara Jepang dan Indonesia, LenteraTimur.com,
Minggu, 1 Juli 2012. diakses pada 20 Juli 2015. 23
Syafaruddin Usman, Peristiwa Mandor Berdarah: Eksekusi massal 28 Juli 1944 Oleh Jepang,
Yogyakarta, Media Pressindo, 2009.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Sultan Pontianak, 31 tahun), Gusti Saunan (Panembahan Ketapang, 44 tahun),
Muhammad Ibrahim (Sultan Sambas, 40 tahun).24
Saat-saat pembantaian dilukiskan cukup detail. Para korban antre berjajar
menghadap lubang, lalu secara beruntun dipancung dengan pedang samurai.
Pembantaian ini dikisahkan pula oleh Tsuno Iseki, orang Jepang yang pernah
tinggal di Kalimantan Barat pada 1928-1946 dan fasih berbahasa Indonesia,
dalam buku berjudul Peristiwa Pembantaian Penduduk Borneo Barat: Pembuktian
Peristiwa Pontianak yang terbit Juli 1987 di Jepang. Taizo Watanabe ketika
menjabat Duta Besar Jepang untuk Indonesia pernah berkunjung ke Makam Juang
Mandor ini. Sejarah gelap pendudukan Jepang di Kalimantan Barat memang tak
mungkin terlupakan.25
Sebagai Sultan Pontianak, ia kemudian mengajak para Sultan,
Penembahan, Temenggung, serta tokoh masyarakat dari berbagai lapisan dan
kelompok etnik untuk membangun pemerintahan di Kalimantan Barat dengan
sistem pemerintahan modern.
Maka, setelah menghadiri Konferensi Malindo pada 15 – 25 Juli 1946 di
Sulawesi Selatan, Sultan Hamid II bersama 40 tokoh Kalimantan Barat pada 22
Oktober 1946, menandatangani Deklarasi pembentukan Dewan Borneo Barat di
Pontianak.26
Dalam bentuk ikatan Federasi Borneo Barat, konteks hubungan
dengan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) di kemudian hari, para
Deklarator Dewan Borneo Barat menyepakati Residen Borneo Barat Berubah
24
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 40-41. 25
Ibid., hlm. 41-42. 26
Aju & Syafaruddin Usman, “J.C. Oevaang Oeray, Langkah dan Perjuangannya”, Pontianak,
Samudera mas, 2012, hlm. 82.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Menjadi Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB), yaitu sebuah negara otonom
dengan persemakmuran Uni Indonesia – Belanda.
Perlu dipahami, ketika proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 oleh
Soekarno, Mohammad Hatta, dan rekan sejawatnya, Kalimantan Barat belum
menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia. Pemerintah DIKB berlaku efektif
sejak 12 Mei 1947. Keberadaan DIKB diperkuat Residen Borneo Barat dengan
Surat Keputusan tanggal 10 Mei 1948 Nomor 161. Sebelumnya pada tahun 1948
keluar pula Besluit Luitenant Gouvernur Generaal tanggal 2 Mei 1948 Nomor 8
Staatblad Lembaran Negara 1948/58 yang mengakui Kalimantan Barat berstatus
Daerah Istimewa (Negara Otonom yang tegak berdiri sendiri, dengan status
Persemakmuran dengan Negara Kerajaan Belanda).27
Ketika kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat
(RIS) tanggal 27 Desember 1949, Kalimantan Barat tetap berstatus Daerah
Istimewa (DI)/Autonomous State hingga RIS dibubarkan 17 Agustus 1950.28
Sultan Hamid II adalah seorang federalis seratus persen. Prinsip inilah
yang kemudian membuatnya berbenturan dengan kaum republiken (unitaris), para
penganut paham negara Kesatuan yang menginginkan adanya dominasi atau
sentralisasi kekuasaan. Ide negara federal Sultan Hamid II bertujuan menciptakan
sistem negara yang mengandung makna keadilan dan kesejahteraan serta lebih
mampu memakmurkan rakyat. Pemerintahan wilayah sendiri yang otonom
melalui independensi pengelolaan internal dari setiap negara-negara bagian yang
27
Turiman Fachturahman, Sejarah Hukum Daerah Istimewa Kalimantan Barat, Pontianak, Borneo
Tribun, selasa,7 Agustus 2007 28
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 55-51.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ada melalui sistem federasi/serikat, dianggap lebih dapat menjawab berbagai
macam persoalan.
’’..Maka usaha Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) atau Badan
Permusyawaratan Federal, sejak lahirnya organisasi ini, ditujukan pada
tercapainya kemerdekaan Tanah Air kita, kemerdekaan untuk segenap bagian
Tanah Air kita, dan untuk mencapai suatu persatuan yang dapat menjamin
kemerdekaan, baik bagi seluruhnya maupun untuk bagian-bagiannya…,’’
demikian petikan singkat pidato Sultan Hamid II dalam Konferensi Meja Bundar
di Den Haag, 23 Agustus – 2 Nopember 1949.
Dibagian lain, Sultan Hamid II menegaskan, “Dalam memperjuangkan
kemerdekaan bagi Nusa dan Bangsa, timbullah keyakinan saya, bahwa bentuk
federalism itulah yang paling baik bagi Negara Indonesia”.29
Sampai akhir
hayatnya, Sultan Hamid II berkeyakinan bahwa konsep atau bentuk Negara
Federal adalah merupakan solusi agar Indonesia menjadi negara yang kuat,
makmur, dan sejahtera.
Melihat bahwa Sultan Hamid II adalah seorang Federalis maka tentunya
ada beberapa faktor yang mendorong ia berhaluan paham federalisme.
Keberadaan Kesultanan Pontianak sebagai faktor sosiologis dan psikologis yang
membentuk karakter Sultan Hamid II menjadi seorang federalisme sejati.
Kelahiran kesultanan Qadriah Pontianak bersamaan pula dengan telah berpijak
dan bercokol sangat kuatnya kolonialisme dan imperialisme Barat, sehingga
kehidupan dan perkembangan kesultanan ini ditekan dan diarahkan bagi
29
Anshari Dimyati, Sultan Hamid II, Meneroka Akar Perkara Makar, Jakarta, Lentera Timur.com,
2012.diakses pada 20 Juli 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
kepentingan imperialisme tersebut. Ini berarti bahwa hubungan, Kesultanan
Pontianak dan Sultan serta para kerabat istana dan rakyatnya, disatu pihak, dengan
pemerintah kolonialisme Belanda bersama pejabatnya, dilain pihak, menunjukkan
hubungan imperialistis, tidak seimbang dan eksploitatif.
Dari masa kecil dan pendidikan yang diperoleh Sultan Hamid II ia satu-
satunya Putra Sultan di Kepulauan Melayu dan sebagian kecil orang Indonesia
yang diterima masuk akademi militer elit dan ternama di Belanda. Sementara
melihat faktor eksternalnya, Sultan Hamid II yang merupakan pengecualian dari
sikap diskriminasi Hindia Belanda terhadap anggota KNIL yang berasal dari
Indonesia. Bahkan setelah keluar dari tahanan militer Jepang tahun 1945, Sultan
Hamid II naik pangkat dari kapten menjadi mayor, lalu menjadi letnan kolonel.
Hanya selang beberapa bulan menyandang pangkat Letnan kolonel, Sultan Hamid
II naik pangkat menjadi kolonel. Tahun 1945 itu pula beliau memperoleh
kenaikan pangkat sangat istimewa, karena langsung mengantongi dua bintang di
pundak sekaligus, yakni Mayor Jenderal KNIL setelah ditetapkan menjadi Sultan
Pontianak pada 29 Oktober 1945. Jadi di dalam sejarah KNIL di Indonesia, Sultan
Hamid II mendapat perlakuan yang amat sangat istimewa.30
Mayor Jenderal adalah pangkat militer tertinggi di KNIL yang berhasil
diraih seorang putra Indonesia selama masa Hindia Belanda. Kala itu, usianya
masih 33 tahun. Kemudian, pada tahun 1949, Sultan Hamid II diangkat sebagai
Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda (Adjudant in Buitengewone Dienst van
30
Keterangan dari Max Yusuf Al-Qadrie, Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II dan Ketua Dewan
Pembina Yayasan Sultan Hamid II, 2012 dalam buku: Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN
HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak,
TOP Indonesia, 2013, hlm. 29-30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
HM Koningin der Nederlander), yaitu Ratu Wilhelmina (Wilhelmina Helena
Piline Marie van Orange Nassau). Jabatan prestius lain yang dipegang Sultan
Hamid II pada tahun 1949 adalah sebagai Wakil Mahkota di Indonesia.31
B.2. Unitaris
Dalam perjalanan sejarah pembentukan Negara Indonesia di awal
kemerdekaan, Sultan Hamid II sebagai Kepala Daerah Istimewa Kalimantan Barat
(DIKB) adalah seorang federalis. Dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den
Haag-Belanda, kedudukannya setara dengan Mohammad Hatta selaku ketua
delegasi Negara Republik Indonesia yang berpusat di Yogyakarta. Sedangkan
Sultan Hamid II adalah ketua delegasi Negara-Negara federal yang tergabung
dalam Badan Permusyawaratan Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg
(BFO).
Di samping banyak usaha untuk menegakkan kekuasaan RI, di Kalimantan
terdapat usaha yang merintangi pembinaan kekuasaan RI, terutama kaum politisi
tua yang kebanyakan berasal dari kalangan aristocrat. Tokoh utamanya adalah
Sultan Hamid II dari Pontianak. Mereka tidak memiliki kekuatan militer atau
pengikut yang banyak tetapi dilindungi oleh NICA dengan KNILnya, maka
mereka ini nanti yang mendominir perkembangan politik. Hal ini terbukti nanti
dalam persetujuan Linggarjati yang melepaskan Kalimantan dari RI. Hanya
31
Ibid., hlm. 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
setelah NICA tidak menjadi pelindung lagi (sesudah KMB) kekuatan mereka akan
rontok, sedangkan kekuatan RI yang akan muncul sebagai pemenangnya.32
Kekuatan pasukan KNIL mengalami penurunan setelah Perang Dunia II
berakhir dan Belanda ingin kembali menguasai Indonesia dengan melancarkan
Agresi Militer I dan II. Sebagian besar pasukan KNIL, antara lain Abdul Harris
Nasution, Oerip Sumoharjo, Alex Kawilarang dan yang lainnya, pada masa itu
sudah terpengaruh ide revolusi kemerdekaan Republik Indonesia.
Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui
kedaulatannya oleh Belanda pada tangal 27 Desember 1949 dalam bentuk
Republik Indonesia Serikat (RIS), maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan.
Berdasarkan keputusan kerajaan Belanda tanggal 20 Juli 1950, setelah berumur
120 tahun, terhitung tanggal 26 Juli 1950 KNIL dinyatakan dibubarkan.
Berdasarkan hasil keputusan Konferensi Meja Bundar, mantan tentara KNIL yang
jumlahnya diperkirakan 60.000 yang ingin masuk ke Angkatan Perang Republik
Indonesia Serikat (APRIS) harus diterima dengan pangkat yang sama. Beberapa
dari mereka kemudian di tahun 70-an mencapai pangkat Jenderal TNI. Jumlah
orang KNIL dari Ambon sekitar 5.000 orang, yang sebagian besar ikut dibawa ke
Belanda dan tinggal di negeri kincir angin.33
Kemenangan Presiden Soekarno dan Menteri Pertahanan Sultan
Hamengkubuwono IX dari kelompok unitaris, memasuki tahun 1950, di mana
Indonesia berubah secara drastis dari RIS (Republik Indonesia Serikat) menjadi
32
Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati, Yogyakarta,
Kanisius, 1988, hlm. 136-137. 33
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Negara Kesatua Republik Indonesia (NKRI). Selanjutnya pada tanggal 28
September 1950, Indonesia diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) yang ke-60. Hal ini berarti bahwa kemerdekaan Indonesia secara resmi
diakui oleh dunia Internasional. Pada tanggal 17 Agustus 1950, dengan resmi RIS
dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan
menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusinya.34
Sementara status Kesultanan Pontianak saat itu daerahnya kemudian
menjadi bagian dari Provinsi Administratif Kalimantan. Setelah pembubaran
Republik Indonesia Serikat pada 17 Agustus 1950, wilayah Kesultanan Pontianak
menjadi bagian Provinsi Kalimantan Barat. Satu tahun setelah Kaliamantan Barat
bergabung dengan NKRI pada tahun 1951, keluarlah Surat Keputusan Menteri
Dalam Negeri, tanggal 8 September 1951 Nomor Pem 20/6/10 yang menyatakan,
bahwa yang mencakup segala ketentuan pembagian secara administratif Daerah
Kalimantan Barat atau DIKB, yang dahulu dikenal dengan “Residentie
Westerafdeling van Borneo” dan menjadi Daerah Kalimantan Barat dibagi
menjadi enam Daerah Kabupaten administratif, yakni 1.Kabupaten Pontianak,
2.Kabupaten Ketapang, 3.Kabupaten Sambas, 4.Kabupaten Sintang, 5.Kabupaten
Sanggau, 6.Kabupaten Kapuas Hulu dan sebuah daerah Kota Administratif
Pontianak.
Pada tahun 1953 keluar Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun 1953
yang mulai berlaku dari tanggal 7 Januari 1953 yang mengacu atau berdasarkan
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1948. Di pasal 1 digariskan, Daerah Provinsi
34
Ibid., hlm. 87.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kalimantan yang bersifat administratif. Bentuk dan sifatnya sebagaimana diatur di
dalam Peraturan Pemerintahan RIS Nomor 21/1950, yang dimaksudkan adalah
DIKB yang kemudian menjadi Daerah Otonom Provinsi Kalimantan yang berhak
mengatur rumah tangganya sendiri. Pada tanggal 7 Januari 1953 Undang-undang
Darurat Nomor 2 Tahun 1953 Tentang Pembentukan Resmi Daerah Otonom
Kabupaten/Daerah Istimewa Tingkat Kabupaten/Kota Besar dalam Lingkungan
Daerah Provinsi Kalimantan Barat.
Kemudian untuk melaksanakan Undang-undang Darurat Nomor 2 Tahun
1953 Pemerintahan Republik Indonesia mengeluarkan Undang-undang Nomor 27
Tahun 1959 yang disahkan pada tanggal 26 Juni 1959 dan patut diketahui, bahwa
pada tahun 1956 sebelumnya daerah-daerah otonom Provinsi Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur mencabut Undang-undang Darurat
Nomor 2 Tahun 1953. Ini berarti implikasi hukum Undang-undang Nomor 25
Tahun 1956 memecah Provinsi Kalimantan menjadi 3 Provinsi Otonom.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des 52/10/56
tanggal 12 Desember 1956 ditetapkan Undang-undang tersebut yang mulai
berlaku pada 1 Januari 1957. Dengan demikian sejak tanggal 1 Januari 1957,
Kalimantan Barat menjadi Daerah Otonom Provinsi. Semenjak itulah, tiap tanggal
1 Januari, selalu dirayakan sebagai hari lahir Pemerintah Provinsi Kalimantan
Barat.35
35
Ibid., hlm. 91-92.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
BAB III
KARIER POLITIK SULTAN HAMID II
A. Karier Politik Sultan Hamid II Ketika Berpihak Pada Belanda
1. Terlibat Perang Melawan Jepang Tahun 1941
Dalam karier militernya, Sultan Hamid II terlibat dalam pertempuran
sengit melawan pendudukan militer Jepang di Balikpapan, Provinsi Kalimantan
Timur. Dalam rangka menginvasi wilayah di Asia Tenggara, maka kota yang
sangat kaya raya minyak, Tarakan dan Balikpapan di Kalimantan Timur adalah
dua kota yang diserang Jepang di Indonesia, setelah sukses memporakporandakan
Pangkalan Militer terbesar Amerika Serikat di Pearl Harbour Pulau Oahu, Hawaii,
sebelah barat Honolulu, 8 Desember 1941. Lima jam setelah insiden Pearl
Harbour, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Tjarda van Starkenborg Stachouwer,
menyatakan perang terhadap Jepang.
Penyerbuan wilayah Provinsi Kalimantan Timur, sudah dimulai Jepang
dengan merebut Kota Tarakan tanggal 11 Januari 1942. Satu hari kemudian, 12
Januari 1942, militer Belanda menyerah kepada Jepang di Tarakan. Setelah
berhasil merebut Tarakan tanggal 11 Januari 1942, Balikpapan tanggal 24 Januari
1942, kemudian Pontianak (Kalimantan Barat) pada 29 Januari 1942, Samarinda
(Kalimantan Timur) pada 3 Februari 1942, militer Jepang melanjutkan invasi ke
wilayah Pulau Jawa. Tapi penyerbuan terhadap Balikpapan, 23-24 Januari 1942,
militer Jepang mendapat perlawanan sengit dari KNIL yang menyebabkan Sultan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Hamid II terluka. Dalam keadaan terluka Sultan Hamid II dilarikan ke Surabaya,
lalu ke Malang.31
Tentara Hindia Belanda sendiri tak mampu mengatasi serangan dari
tentara Jepang. Lalu kemudian menyerah pada 10 Maret 1942, setelah diserang
dari udara, laut dan darat. Sebagai perwira KNIL, Sultan Hamid II masuk dalam
target penangkapan oleh Jepang, ia kemudian ditangkap dan ditahan oleh militer
Jepang di Batavia pada tahun 1942 sebagai tahanan perang dan baru dibebaskan
tiga setengah tahun kemudian. Ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan
kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Pasca Perang Dunia II tahun 1945, Jepang menyerah tanpa syarat dan
berangsur keluar dari Kepulauan Melayu (the Malay Archipelago). Pasukan
sekutu pun kemudian kembali masuk ke wilayah yang disebut oleh Belanda
sebagai Hindia Belanda. Sultan Hamid II dibebaskan dari tahanan sebagai
tawanan Jepang, dan kembali aktif sebagai perwira KNIL dengan kenaikan
pangkat menjadi Kolonel.
Perang Dunia berakhir tahun 1945, Sultan Hamid II secara otomatis
dibebaskan dari tahanan militer Jepang di Batavia. Mengirup udara bebas, langkah
pertama yang dilakukan Sultan Hamid II adalah datang ke Pontianak untuk
melihat sanak keluarganya. Sultan Hamid II terkejut setelah mendapat laporan
bahwa ayah, ibu dan seluruh saudara kandungnya telah dibunuh tentara Jepang di
31
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 23-24.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Mandor, Kabupaten Landak. Tragedi Mandor telah membuat Sultan Hamid II
menjadi anak yatim piatu.
Akibat Peristiwa Mandor di Kalimantan barat, terjadi kekosongan
kekuasaan pada 1944-1945 di Kesultanan Qadriyah Pontianak. Pasalnya, semua
putra almarhum Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie juga ikut gugur akibat
keganasan Jepang. Terkecuali Sultan Hamid II yang menjadi satu-satunya putra
mahkota yang masih hidup. Sebagai seorang perwira aktif KNIL, Sultan Hamid II
masih ingin melanjutkan karirnya di bidang militer atau pertahanan. Tetapi, situasi
Kesultanan di Pontianak serta Kalimantan Barat semakin kacau, dan menggugah
hatinya untuk kembali ke Pontianak.
2. Ajudan Istimewa Ratu Belanda Tahun 1946
Pada tahun 1946, Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa Ratu
Kerajaan Belanda (Adjudant in Buitengewone Dienst van HM Koningin der
Nederlander), yaitu Ratu Wilhelmina (Wilhelmina Helena Piline Marie van
Orange Nassau). Jabatan prestius lain yang dipegang Sultan Hamid II pada
tahun 1949 adalah sebagai Wakil Mahkota di Indonesia.
Wakil Mahkota, artinya Sultan Hamid II diberi kepercayaan penuh
mewakili kebijakan Ratu Juliana di Indonesia. Ratu Juliana menjadi Ratu
Belanda, menggantikan Ibunya, Ratu Wilhelmina terhitung 4 September 1948.
Jabatan ini terkait rancana masa transisi untuk proses memerdekakan Indonesia
rentang waktu 5-10 tahun dalam status persemakmuran sesuai dengan Konferensi
Malino, Sulawesi Selatan, 15-25 Juli 1946. Indonesia dimerdekakan dalam bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
persemakmuran dan dijadwalkan Belanda sendiri yang mendaftarkan Indonesia ke
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Hal ini termuat di dalam 7 point sikap resmi
Pemerintahan Belanda yang dikeluarkan di Amsterdam pada tanggal 10 Februari
1946.32
3. Ketua BFO Pada Tahun 1949
Sultan Hamid II tidak bisa lepas dari Majelis Permusyawaratan Negara-
negara Federal atau Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO). BFO kelanjutan
dari langkah Gubernur Hindia Belanda Hubertus Johanes van Mook untuk
membentuk 15 negara bagian. Sebagaimana diketahui, setelah Konferensi
Malindo, Sulawesi Selatan, 15-25 Juli 1946, dengan dukungan van Mook
terbentuk 15 negara-negara federal.
Jumlah negara di Indonesia yang disepakati hasil Konferensi Meja Bundar
(KMB) di Den Haag, 23 Agustus – 2 Novenber 1949, ada 16 negara, yakni 1
negara bernama Republik Indonesia yang hanya berdaulat di sebagian Pulau Jawa
dan sebagian Pulau Sumatera. Sedangkan 15 negara lainnya, mencakup sebagian
besar Indonesia Timur, Riau, Kalimantan dan Sumatera.
Ke-16 negara itu kemudian tergabung di dalam Republik Indonesia Serikat
(RIS), meliputi: 7 negara bagian dan 9 negara otonom. Tujuh negara bagian,
meliputi (1) Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta, (2)
Negara Indonesia Timur, (3) Negara Pasundan termasuk Distrik Federal Jakarta,
(4) Negara Jawa Timur, (5) Negara Madura, (6) Negara Sumatera Timur dan (7)
32
Ibid., hlm. 30.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Negara Sumatera Selatan. Di samping itu ada 9 wilayah yang berdiri sendiri
(otonom), yakni (1) Jawa tengah, (2) Daerah Istimewa Kalimantan barat, (3)
Dayak Besar (sekarang Kalimantan Tengah), (4) Daerah Banjar (sekarang
Kalimantan Selatan), (5) Daerah Kalimantan Tenggara, (6) Kalimantan Timur, (7)
Bangka, (8) Belitung, dan (9) Riau.
BFO didirikan dalam Konferensi Pemerintah Federal Sementara di
Bandung, Jawa Barat, 27 Mei 1948.33 Ide Anak Agung Gde Agung adalah
penggagas Negara Federal Indonesia, ketika menjadi Perdana Menteri Negara
Indonesia Timur (NIT). BFO dibentuk van Mook sebagai wadah 15 negara bagian
yang sudah terlebih dahulu dibentuk. Terhitung Januari 1949, Sultan Hamid II
ditunjuk menjadi Ketua BFO setelah pimpinan terdahulu, Mr.Tengku Bahriun dari
Negara Sumatera Timur (NST) meninggal dunia.
Sebagai Ketua BFO, membuat Sultan Hamid II dikenal sebagai salah satu
tokoh sentral di KMB, beliau dicatat sebagai salah satu dari delegasi Indonesia
untuk berunding dengan Belanda selama KMB di Den Haag. Ini bisa dipahami,
karena tahun 1946, Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa Ratu
Kerajaan Belanda yaitu Ratu Wilhelmina. Tahun 1949 Sultan Hamid II
memegang jabatan cukup prestisius, sebagai Wakil Mahkota di Indonesia.
Statusnya sebagai Wakil Mahkota di Indonesia dan kedekatan personal
dengan Ratu Juliana, membuat Sultan Hamid II paling didengar pihak Kerajaan
Belanda di dalam setiap perundingan dengan Indonesia. KMB antara Indonesia –
33
Moedjanto, Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional Sampai Linggarjati, Yogyakarta,
Kanisius, 1988, hlm. 67.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Kerajaan Belanda, memang berlangsung sangat alot dan melelahkan, 23 Agustus-
2 November 1949. Sultan Hamid II, harus bolak-balik Jakarta-Amsterdem, untuk
menyampaikan berbagai persoalan teknis dan mendasar sebelum, selama, dan
sesudah perundingan.34
Tapi berkat faktor kedekatan Sultan Hamid II pula, Ratu Juliana, pengganti
Ratu Wilhelmina, bersedia menandatangani pengakuan kedaulatan Republik
Indonesia Serikat (RIS). Delegasi BFO sebagai kekuatan ketiga diplomasi dalam
memperjuangkan pengakuan kedaulatan RIS dari Kerajaan Belanda, selain
Delegasi Republik Indonesia dan pengerahan kekuatan militer Tentara Nasional
Indonesia (TNI), selama perang kemerdekaan.35
Tanpa BFO dengan menyusung bentuk negara federal yang sejalan dengan
konsep awal kerajaan Belanda melalui 7 butir sikap resmi yang dikeluarkan di
Amsterdam, 10 Februari 1946, mustahil bagi Kerajaan Belanda untuk mengakui
dan menyerahkan kedaulatan kepada RIS terhitung 27 Desember 1949.
Untuk menghadapi KMB, pemerintah Republik Indonesia perlu
menyamakan langkah dengan BFO. Karena itu, Sultan Hamid II dan Ide Anak
Agung Gde Agung (Negara Indonesia Timur), 2-3 Maret, secara khusus
mendatangi Soekarno dan Mohammad Hatta di Pulau Bangka, karena ditawan
Belanda. Pertemuan di Bangka, untuk menyamakan persepsi tentang sistem dan
proses ketatanegaraan Indonesia.
34
Ide Anak Agung Gde Agung, Renville, Jakarta, Pustaka Sinarharapan,1987, hlm. 324.
35 Leirissa, Kekuatan Ketiga Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, Jakarta, Pustaka
Sejarah, 2006
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Sebelum Konferensi Inter Indonesia (KII) digelar, Ketua Komisi
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Indonesia, Merle Cochran, terlebih
dahulu menggelar pertemuan di Jakarta, 14 April 1949, untuk menyamakan
persepsi sebelum delegasi Indonesia berangkat ke Belanda. Sementara Konferensi
Inter Indonesia, digelar dua kali. Peran Sultan Hamid II pada Konferensi Inter
Indonesia I dan II menjadi sangat dominan, karena sistem ketatanegaraan
berbentuk federal dapat diterima kelompok Soekarno dari kaum republiken
(unitaris). Konferensi Inter Indonesia ke-1 berlangsung di Yogyakarta pada
tanggal 19-22 Juli 1949 yang dipimpin oleh Wakil Presiden NRI Drs. Mohammad
Hatta dan Ketua BFO Sultan Hamid II dengan keputusan :
1. Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia
Serikat (RIS) yang berdasarkan demokrasi dan federalisme.
2. RIS akan dipimpin oleh presiden yang dibantu oleh menteri-menteri.
3. RIS akan menerima kedaulatan, baik dari Negara Republik Indonesia
(NRI), Negara-negara Federal di dalam BFO, maupun Kerajaan Belanda.
4. Angkatan Perang RIS adalah angkatan perang nasional, Presiden RIS
adalah Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS.
5. Pertahanan negara adalah semata-mata hak pemerintah RIS, negara-
negara bagian tidak mempunyai angkatan perang sendiri.
Sidang Konferensi Inter Indonesia ke-2 diselanggarakan di Jakarta pada
tanggal 31 Juli 1949 dengan keputusan:
1. Bendera RIS adalah Sang Merah Putih
2. Lagu kebangsaan Indonesia Raya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
3. Bahasa resmi RIS adalah Bahasa Indonesia
4. Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dipilih wakil Negara Republik
Indonesia (NRI) dan Bijeenkomst voor Federal Overleg (BFO) atau
Badang Permusyawaratan Federal. Pengisian anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) diserahkan kepada
kebijakan negara-negara bagian yang jumlahnya enam belas negara.
Kedua delegasi juga setuju untuk membentuk panitia persiapan nasional
yang bertugas mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
pelaksanaan Konferensi meja Bundar (KMB)
Setelah Indonesia berhasil menyelesaikan masalahnya sendiri dalam
Konferensi Inter Indonesia, kini bangsa Indonesia secara keseluruhan telah siap
menghadapi Konferensi Meja Bundar (KMB). Sementara itu pada bulan Agustus
1949, Presiden Soekarno sebagai Panglima Tertinggi di satu pihak dan Wakil
Tinggi Mahkota Belanda di pihak lain, mengumumkan pemberhentian tembak-
menembak. Perintah itu berlaku efektif mulai tanggal 11 Agustus 1949 untuk
wilayah Jawa dan 15 Agustus 1949 untuk wilayah Sumatera. Pada tanggal 4
Agustus 1949 perintah Negara Republik Indonesia yang berkedudukan di
Yogyakarta menyusun delagasi untuk menghadiri KMB, yang terdiri dari
Drs.Mohammad Hatta (Ketua), Mr.Moh.Roem, Prof. Dr.Soepomo, Dr.J.Leimena,
Mr.Ali Sastroamidjoyo, Mr.Sujono Hadinoto, Dr.Sumito Djojohadikusumo,
Mr.Abdul Karim Pringgodigdo.
Konferensi Meja Bundar diselenggarakan di Den Haag, 23 Agustus – 2
November 1949. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs.Mohammad Hatta, BFO
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dipimpin oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, dan delegasi dari Belanda dipimpin
oleh Mr.Van Marseveen, Perwakilan PBB dipimpin oleh Crittchlay.
Pada tanggal 2 November 1949 perundingan diakhiri dengan keputusan
sebagai berikut:
1. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai negara
merdeka dan berdaulat.
2. Penyelesaian soal Irian Barat dapat ditangguhkan sampai tahun
berikutnya.
3. RIS sebagai negara berdaulat penuh bekerjasama dengan Belanda dalam
suatu perserikatan yang dikepalai oleh ratu Belanda atas dasar sukarela
dengan kedudukan dan hak yang sama.
4. RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsesi, dan
izin baru bagi perusahaan-perusahaan.
5. Semua hutang bekas Hindia Belanda harus di bayar oleh RIS.
Sebelumnya, di Scheveningen, 29 Oktober 1949 dapat ditandatangani
Piagam Persetujuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS). Piagam
Persetujuan Konstitusi RIS antara Negara Republik Indonesia dengan BFO. Hasil
keputusan KMB diajukan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Selanjutnya KNIP melakukan sidang dari tanggal 6 – 14 Desember 1949 untuk
membahas hasil-hasil tersebut. Pada 14 Desember 1949 Konstitusi RIS di
tandatangani di Jakarta oleh Wali Negara-negara Bagian. Konstitusi RIS
Pembahasan hasil KMB oleh pihak KNIP dilakukan melalui pemungutan suara
dengan KNIP menerima hasil KMB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Salah satu keputusan KMB di Den Haag, Belanda, adalah Indonesia
menjadi negara federal/serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS).
Untuk menjadi RIS tersebut, KINP dan DPR mengadakan sidang di Jakarta.
Sidang tersebut berhasil menyetujui naskah konstitusi untuk RIS yang dikenal
sebagai Konstitusi RIS.
Penanda tangan Piagam Persetujuan Konstitusi Republik Indonesia Serikat
(RIS) itu adalah Negara-negara Bagian atau Daerah Otonom di dalam RIS, yaitu:
1. Negara Republik Indonesia (NRI), Mohammad Hatta
2. Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB), Sultan Hamid II
3. Daerah Kalimantan Timur; Adji Pangeran Sosronegoro
4. Negara Pasundan (termasuk Distrik Federal Jakarta); Mr. R.T.
Djumhana Wiriatmadja
5. Wilayah Riau; Radja Mohamad
6. Negara Sumatera Selatan (NSS); Abdul Malik
7. Negara Sumatera Timur (NST); Radja Kaliamsjah Sinaga
8. Negara Indonesia Timur (NIT); Ide Anak Agung Gde Agung
9. Negara Madura; Dr.Soepomo
10. Daerah Banjar; A.A.Rivai
11. Daerah Bangka; Saleh Achmad
12. Daerah Belitung; K.A.M.Joesoef
13. Daerah Dayak Besar; Mochram bin Hadji Moh.Ali
14. Daerah Jawa Tengah; Dr.R.Soedjito
15. Negara Djawa Timur; R.T.Djuwito
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
16. Kalimantan Tenggara; M.Jamani
Dari Piagam Penandatanganan Konstitusi Republik Indonesia Serikat
(RIS) tersebut di buat dua puluh rangkap surat untuk disampaikan kepada: Para
Pemerintah yang turut menandatangani Piagam Konstitusi tersebut, Pemerintah
Kerajaan Belanda di Den Haag, Pemerintah Federal Sementara di Jakarta,
Pemerintah Republik Indonesia Serikat, Komisi Perserikatan Bangsa-bangsa
untuk Indonesia (U.N.C.I/United Nations Comission for Indonesia).36
B. Karier Politik Sultan Hamid II Dan Sumbangsihnya Untuk Bangsa
Indonesia
1. Dewan Formatur Kabinet RIS dan Menteri Negara Portofolio Tahun
1949
Dengan surat Keputusan Presiden RIS No.1 Tahun 1949 tanggal 18
Desember 1949, maka dia ditunjuk sebagai salah seorang kabinet formatur
bersama-sama dengan Drs.Mohammad Hatta, Ide Anak Agung Gde Agung dan
Sultan Hamengkubuwono IX.
Dengan surat Keputusan Presiden RIS No.2 Tahun 1949 tanggal 20
Desember 1949, maka Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara
Portofolio bersama-sama dengan :
1. Drs.Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri merangkap Menteri
Luar Negeri.
2. Sultan Hamengkubuwono IX sebagai Menteri Pertahanan.
36
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 59-65.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3. Ide Anak Agung Gde Agung sebagai Menteri Dalam Negeri.
4. Mr.S.Prawiranegara sebagai Menteri Keuangan.
5. Ir.Djuanda sebagai Menteri Kemakmuran.
6. Ir.H.Laoh sebagai Menteri P.T.P.U
7. Prof.Mr.Dr.Supomo sebagai Menteri Kehakiman.
8. Dr.Abu Hanifah sebagai Menteri P.P.K.
9. Mr.Wilopo sebagai Menteri Perburuhan.
10. Dr.J.Leimena sebagai Menteri Kesehatan.
11. Mr.Moh.Kos.Purwanegara sebagai Menteri Sosial.
12. K.H.Wahid Hasjim sebagai Menteri Agama.
13. Arnold Mononutu sebagai Menteri Penerangan.
14. Mr.Moh.Roem sebagai Menteri Negara Z.P.
15. Dr.Suparmo sebagai Mentei Negara Z.P.37
Pada tanggal 16 Desember 1949 diadakan sidang pemilihan Presiden RIS
di Gedung Kepatihan, Yogyakarta oleh wakil dari enam belas Negara Bagian.
Sidang itu dipimpin oleh Mohammad Roem dan Ide Anak Agung Gde Agung.
Pada tanggal 14 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon
tunggal Ir.Soekarno.
Akhirnya, Ir.Soekarno terpilih sebagai Presiden RIS, kemudian dilantik
dan diambil sumpahnya pada tanggal 17 Desember 1949. Pada hari yang sama, 17
Desember 1949 diadakan upacara pelantikan Presiden RIS di Bangsal Sitinggil,
37
Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco,
1953, hlm. 6-7.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Keraton Yogyakarta. Drs.Mohammad Hatta menjadi Perdana Menteri yang akan
memimpin Kabinet RIS.
Berdasarkan Konstitusi RIS maka Lembaga Legislatif terdiri dari Dewan
Perwakilan Negara yang disebut Senat (sebagai Dewan Tinggi) dan Dewan
Perwakilan Rakyat/DPR (sebagai Dewan Rendah). Kekuasaan pemerintah
dipegang oleh Perdana Menteri. Presiden hanya mempunyai wewenang untuk
mengesahkan hasil keputusan kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri.
Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS yang diketuai oleh Drs.
Mohammad Hatta dengan anggota Sultan Hamid II, Sujono Hadinoto, Dr.
Suparno, Dr. Kusumaatmaja dan Prof Dr. Supomo berangkat ke Belanda. Di sini
peran Sultan Hamid II hanya sebagai pelengkap, Sultan Hamid II ditetapkan
sebagai Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS. Di dalam susunan anggota
Kabinet RIS, Sultan Hamid II ditetapkan Presiden Soekarno sebagai Menteri
Negara Portofolio yang tidak membawahi departemen dan tidak memiliki tugas
dan tanggung jawab yang jelas. Ide Anak Agung Gde Agung ditetapkan menjadi
Menteri Dalam Negeri, Sultan Hamengkubuwono IX menjadi Menteri Pertahanan
dan Mohammad Hatta menjadi Perdana Menteri dan Merangkap Menteri Luar
Negeri.
Pemerintah Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada
Republik Indonesia Serikat (RIS) pada tanggal 27 Desember 1949. Acara
penyerahan kedaulatan didua tempat, yakni di Negeri Belanda: oleh Ratu Juliana
(Ratu Belanda), Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan,
A.M.J.M.Sassen menyerahkan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(RIS), Drs.Mohammad Hatta. Sedangkan penyerahan kedaulatan di Jakarta,
peserta terdiri dari Wakil Tinggi Mahkota A.H.J.Lovink menyerahkan kedaulatan
kepada wakil pemerintah RIS, Sultan Hamengkubuwono IX. Bersama dengan itu,
di Yogyakarta Presiden Soekarno menerima penyerahan kedaulatan Republik
Indonesia ke dalam RIS dari Pejabat Presiden RI Mr. Assaat.
Terhitung tanggal 28 Desemebr 1949 pusat pemerintahan Republik
Indonesia Serikat/RIS (Ibukota) berada di Jakarta, sedangkan Ibukota NRI
(Negara Republik Indonesia) sebagai salah satu negara bagian RIS, tetap berada di
Yogyakarta. Memasuki awal tahun 1950 dicatat sebagai masa-masa yang penting
bagi Sultan Hamid II, karena sangat menentukan karirnya di pentas percaturan
politik nasional di kemudian hari.38
2. Panitia Lambang Negara Tahun 1949
Sultan Hamid II ditetapkan menjadi Menteri Negara Zonder Portofolio
atau tanpa tugas khusus (tanpa departemen) dalam Kabinet Perdana Menteri
Mohammad Hatta, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia
Serikat (RIS), Soekarno, Nomor 2 Tahun 1949, tanggal 20 Desember 1949.
Sebagai Menteri Negara Zonder Portofolio, Sultan Hamid II hanya diberi tugas
mempersiapkan berbagai kebutuhan sidang kabinet dan ditugaskan
mengkoordinasikan perancangan Lambang Negara. Penetapan personil anggota
kabinet dilakukan Presiden Soekarno tujuh hari sebelum dilakukan penyerahan
38
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 66-68.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kedaulatan secara resmi dari Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia
Serikat.
Selaku Menteri Negara, Sultan Hamid II teringat ucapan Presiden
Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara mencerminkan pandangan hidup
bangsa, dasar negara Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu
Pancasila, divisualisasikan dalam lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950
dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lambang Negara di bawah
Koordinator Menteri Negara Zonder Portofolio Sultan Hamid II dengan susunan
panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantara,
M.A.Pellaupessy, Mohammad Natsir, dan RM Ng.Purbatjaraka sebagai anggota.
Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih
dan diajukan kepada pemerintah.39
3. Sang Perancang Lambang Negara Tahun 1949
Pidato bung Karno 22 Juli 1958 di hadapan sidang di Istana Negara dalam
rangka sosialisasi Peraturan Pemerintah No.43 Tahun 1958 tentang Penggunaan
Lambang Negara yang diundangkan oleh Menteri Kehakiman GA. Maengkom
pada Lembaran Negara No.71 Tahun 1958 dan penjelasannya dalam Tambahan
Lembaran Negara No. 1636 Tahun 1958, dengan bangga beliau berkali-kali
menunjuk lambang yang tergantung di depan para hadirin:
“Saudara-saudara, lihatlah Lambang Negara kita di belakang ini.
Alangkah megahnya. Alangkah hebatnya dan cantiknya. Burung Elang
Rajawali, Garuda yang sayap kanan dan sayap kirinya berelar 17 buah,
dengan ekor berelar 8 buah, tanggal 17 bulan 8, dan yang berkalungkan
39
Ibid., hal. 133.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
perisai yang di atas perisai itu tergambar Pancasila, yang di bawahnya
tertulis seloka buatan Empu Tantular “Bhinneka Tunggal Ika”, Bhinneka
Tunggal Ika “berjenis-jenis tetapi tunggal”40
Republik Indonesia Serikat (RIS) menetapkan Elang Rajawali – Garuda
Pancasila sebagai Lambang Negara terhitung 11 Februari 1950. Empat hari
kemudian pada 15 Februari 1950, Presiden Soekarno memperkenalkan untuk
pertama kali lambang negara tersebut kepada khalayak umum di Hotel Des Indes,
(sekarang Pertokoan Duta Merlin, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat). Inilah karya
terbesar Sultan Hamid II yang ditugaskan secara khusus oleh Presiden Soekarno
untuk merancang lambang negara, setelah diangkat menjadi Menteri Negara
Zonder Portofolio, terhitung 20 Desember 1949.
Dalam kaitan penetapan Lambang Negara tersebut dilaksanakan pameran
di Hotel Des Indes, Jakarta. Pameran itu digagas langsung Presiden Soekarno
sebagai rasa puas yang teramat dalam dari Presiden terhadap proses pembuatan
Lambang Negara Elang Rajawali – Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II, Sultan
Pontianak – Kalimantan Barat. Hotel Des Indes dipilih sebagai tempat pameran
karena pada masa itu dikenal sebagai hotel paling mewah dan bergengsi di
Jakarta. Beroperasi mulai tahun 1856 sampai 1950 di Weltevreden, Batavia
(Jakarta). Banyak peristiwa penting yang dilaksanakan di Hotel Des Indes, antara
lain sebagai tempat ditandatangani perjanjian Roem-Roijen, pada 7 Mei 1949.
Karena alasan politik, cukup lama Sultan Hamid II tidak diakui sebagai
perancang Lambang Negara Indonesia (Elang Rajawali – Garuda Pancasila).
Pengakuan resmi Pemerintah Republik Indonesia terhadap karya Sultan Hamid II
40
Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 17.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sebagai Perancang lambang Negara Indonesia, ditandai dengan langkah
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia dan Museum Konferensi Asia
Afrika, di Bandung, Provinsi Jawa Barat, menerbitkan buku kecil berwarna,
ukuran 11 centimeter x 20 centimeter, setebal 48 halaman di awal tahun 2012. Di
dalam buku saku itu, disebutkan dari berbagai rancangan yang dibuat, rancangan
dibuat oleh Sultan Hamid II yang dipilih Presiden Soekarno sebagai Lambang
Negara yang kemudian dikenal dengan Garuda Pancasila.
Ada empat pihak yang paling berperan dalam memperkuat bukti sejarah
bahwa Sultan Hamid II sebagai Perancang Lambang Negara Garuda pancasila,
Pertama, Ketua Dewan Pembina Yayasan Sultan Hamid II (Sultan Hamid II
Foundation) yang juga seorang Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II yaitu Max
Yusuf Al-Qadrie yang masih sangat rapi menyimpan Data dan Dokumen-
dokumen pendukung peninggalan almarhum Sultan Hamid II. Kedua, Solichin
Salam, seorang Wartawan Harian Pagi Buana, Jakarta, yang mendapat dokumen
penting dari Sultan Hamid II. Sultan Hamid II meminta Solichin Salam agar
bahan yang dikirim dapat dipublikasiskan di Harian Berita Buana. “Djangan
pasang lambang negara di rumahmu sebelum diakui lambang itu oleh negara
gambar rantjangan saja,” tulis surat Sultan Hamid II kepada Solichin Salam di
Jakarta, 15 April 1967.
Sultan Hamid II di dalam suratnya kepada Solichin Salam, menyebutkan
bahwa contoh gambar burung dari Kerajaan Sintang – Kalimantan Barat sebagai
salah satu referensi selama perancangan. Kemudian pemuka masyarakat Suku
Dayak dari Kalimantan Barat diundang Sultan Hamid II secara khusus ke Hotel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Des Indes, Jakarta, yakni Burung yang dikenal dengan sebutan Panglima Burung,
lalu Masuka Djanting dan J.C. Oevaang Oeray. Khusus Kepala Burung Elang
Rajawali Garuda Pancasila sekarang, menurut Sultan Hamid II, diilhami masukan
dari Masuka Djanting, Panglima Burung dan J.C. Oevaang Oeray.
Ketiga, transkip percakapan Sultan Hamid II dengan Tijo Wie Taj alias
Mas Agung tahun 1974, agar hasil karyanya bisa diterbitkan di dalam bentuk
buku, jika situasinya memang memungkinkan. Tijo Wie Taj adalah seorang
pengusaha yang salah satu unit usahanya bergerak di bidang penerbitan buku.
Sultan Hamid II juga menyerahkan berbagai dokumen penting kepada Tijo Wie
Taj tahun 1974. Dokumen yang diserahkan berupa file proses perancangan
lambang negara.
Keempat, Turiman Fachturrahman Nur,S.H.,M.H., secara ilmiah
membuktikan bahwa Sultan Hamid II adalah orang yang merancang Lambang
Negara Garuda Pancasila, dengan memperlihatkan berbagai data otentik yang
diperolehnya dari berbagai sumber. Di hadapan Tim Penguji Tesisnya: Prof. Dr.
M. Damyati Hartono, S.H., dan Prof. Dr. H. Azhary, S.H.
Staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Tanjung Pura Pontianak itu
berhasil mempertahankan Tesis Master berjudul: “Sejarah Hukum Lambang
Negara Republik Indonesia” di Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, Salemba Jakarta Pusat, Rabu, 11 Agustus 1999. Tesis Turiman
Fachturrahman tersebut merupakan kajian ilmiah pertama tentang penciptaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila oleh Sultan Hamid II, Menteri
Negara Republik Indonesia Serikat (RIS).41
Merujuk keterangan Mohammad Hatta, untuk melaksanakan keputusan
sidang kabinet tersebut Menteri Priyono melakukan sayembara lambang negara.
Hasil sayembara lambang negara itu ada 2 (dua) gambar rancangan lambang
negara yang terbaik yaitu dari Sultan Hamid II dan Muhammad Yamin. Dalam
proses selanjutnya diterima oleh pemerintah adalah hasil rancangan Sultan Hamid
II. Adapun yang dari Muhammad Yamin ditolak, karena ada sinar-sinar matahari
dan menampakan sedikit banyak disengaja atau tidak, pengaruh Jepang.
Keterangan Mohammad Hatta itu selengkapnya adalah:
“…Patut pula ditambahkan sebagai catatan bahwa lambang dengan
tulisan yang mempunyai arti yang demikian mendalam itu, dipadukan
menjadi seperti sekarang ini, dengan melalui sayembara waktu RIS dulu
dan dilaksanakan oleh Menteri Priyono, Banyak gambar yang masuk saat
itu, tetapi yang terbaik akhirnya ada dua buah, satu dari Muhammad
Yamin dan yang satu lagi dari Sultan Hamid. Yang diterima oleh
Pemerintah dan DPR adalah dari Sultan Hamid yakni seperti sekarang ini.
Adapun yang dari Muhammad Yamin ditolak, karena disana ada gambar
sinar-sinar matahari dan menampakkan sedikit banyak disengaja atau tidak
pengaruh Jepang. Saya berpendapat bahwa apa yang ada sekarang itu,
seperti uraian saya tadi sudah tepat dan bernilai abadi bagi kehidupan
negara dan bangsa Indonesia”.42
Setelah terpilihnya rancangan lambang negara Sultan Hamid II oleh
pemerintah tersebut, proses selanjutnya diadakan dialog intensif antara Perancang
Lambang Negara (Sultan Hamid II) dengan Presiden RIS: Soekarno dan Perdana
Menteri RIS: Mohammad Hatta serta anggota Panitia Lambang Negara, untuk
menyempurnakan rancangan tersebut.
41
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 127-133. 42
Yasni, Bung Hatta Menjawab, Jakarta, Gunung Agung, 1986, hlm. 112.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Adapun masukan penyempurnaan pertama sebagaimana dinyatakan
Mohammad Hatta ialah adanya kesepakatan mereka bertiga (Sultan Hamid II,
Soekarno, dan Mohammad Hatta) memenuhi usulan Presiden Soekarno:
mengganti pita yang dicengkram Garuda, yang semula adalah pita berwarna putih
dengan tambahan seloka “Bhinneka Tunggal Ika”. Sebab warna merah putih
dianggap sudah terwakili dalam warna dasar perisai Pancasila rancangan Sultan
Hamid II tersebut.
3.1.Perancangan Lambang Negara Tahap Pertama
Pertanyaan historis empirik adalah darimana bahan dasar dalam
perancangan gambar lambang negara yang dibuat oleh Sultan Hamid II. Sejarah
mencatat, bahwa pada tanggal 26 Januari 1950 Ki Hajar Dewantara (dari
Yogyakarta) mengirimkan balasan surat kepada Sultan Hamid II melalui
sekretaris Dewan Menteri RIS (Z. Yahya) yang isinya menunjuk Muhammad
Yamin untuk memberikan masukan mewakili beliau kepada Panitia Lambang
Negara dan surat turunannya telah disampaikan kepada Menteri Negara Sultan
Hamid II tanggal 1 Februari 1950 Nomor: XXX/202, Perihal Panitia Lambang
Negara.
Kemudian dari berbagai masukan anggota Panitia Lambang Negara oleh
Ki Hajar Dewantara dan Muhammad Yamin, serta Soekarno, maka Sultan Hamid
II membuat sketsa rencana lambang negara dengan mengambil figur burung
Garuda dalam peradaban bangsa Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh Sultan
Hamid II dalam transkripnya, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
“Saja putuskan tjiptaan pertama berbentuk figur burung Garuda jang
memegang Pantja-Sila, seperti masukan Ki Hajar Dewantara jang diambil
dari mitologi garuda pada peradaban Bangsa Indonesia, tetapi ketika
gambar lambang negara ini saja bawa ke dalam Rapat Panitia Lambang
Negara RIS lain, karena ada keberatan dari M.Natsir ada tangan manusia
jang memegang perisai berkesan terlalu mitologi dan feodal, djuga
keberatan anggota lain R. M. Ng. Purbatjaraka terhadap djumlah bulu ekor
tudjuh helai, terus terang jang mengusulkan tudjuh helai ini adalah Mr. M.
Jamin.”43
Kemudian tanggal 8 Februari 1950 rancangan tahap pertama gambar
lambang negara yang dirancang oleh Sultan Hamid II, dibawa kedalam rapat
Panitia Lambang Negara. Pada rapat panitia tersebut gambar rancangan Sultan
Hamid II mendapat masukan dan kritikan dari suatu Partai Islam, Masyumi yang
diwakili oleh Mohammad Natsir untuk mempertimbangkan rancangan lambang
negara Sultan Hamid II, Mohammad Natsir keberatan terhadap gambar figur
burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai
Pancasila. Masukan lain dari anggota Panitia Lambang Negara adalah berasal dari
R.M. Purbatjaraka, yaitu mengkritisi jumlah ekor Garuda Pancasila berjumlah
tujuh, dan atas usul M. Pellaupesy untuk dirubah menjadi delapan sebagai
identisas negara Proklamasi 17-08-1945 dan hal tersebut tak boleh dilupakan.
Berkaitan dengan jumlah ekor tujuh, menurut Sultan Hamid II jumlah ekor tujuh
pada lambang negara rancangannya adalah usulan Muhammad Yamin,
mengandung penjelasan sebagaimana dikutip dalam Ensiklopedia Nasional
Indonesia: “Angka 7 menyatakan kesempurnaan tata negara, seperti semenjak
beribu tahun silam telah lazim dalam peradaban Indonesia, misalnya: Saptarajopa
43
Transkrip penjelasan Sultan Hamid II kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali
oleh Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
(Ramayana), Saptaperabu (Majapahit), Kraengpitu (Makassar), Rajo nail tigo selo
bassa mpek (Minangkabau).”44
Rancangan lambang negara berbentuk Garuda yang memegang perisai,
menurut catatan Muhammad Yamin disebutkan bahwa rancangan ini telah
dipersiapkan di Istana Gambir dalam rapat panitia lambang negara bersama PYM
Presiden Soekarno yang diajukan PYM Sultan Hamid II pada tanggal 8 Februari
1950. Kemudian ketika gambar tersebut oleh H. Mas Agung dipertanyakan
kepada Sultan Hamid II tahun 1974, dia kemudian menulis dibawah dokumen
lukisan itu sebagai berikut: “Maaf dik Mas Agung tetapi foto ini sebetulnya
ciptaan pertama saya yang selanjutnya diperbaiki, foto ini tidak berharga. Hamid,
17 Juli 1974”.45
Mengenai gambaran bentuk gambar lambang negara yang dirancang oleh
Sultan Hamid II didalam buku Muhammad Yamin: 6000 Tahun Sang Merah
Putih:
“Burung Garuda itu memegang sebuah perisai yang terbagi atas lima
bidang, yang keseluruhannya melukiskan ajaran Pancasila yang menjadi
dasar filosofi kenegaraan sejak proklamasi: Peri Ketuhanan Yang Maha
Esa, Peri Kebangsaan, Peri Kerakyatan, Peri Kemanusiaan dan Peri
Keadilan. Semboyan yang banyaknya 17 angkara itu Bhinneka Tunggal
Ika berasal dari pujangga Tantular yang mengarang kitab Sutasoma pada
zaman emas sekeliling patih Gadjah Mada dan negara Hayam Wuruk pada
pertengahan abad XIV. Adapun arti seloka Jawa lama itu: Walaupun
berbeda-beda atau berlainan agama, keyakinan dan tinjauan, tetapi tetap
tinggal bersatu atau dalam bahasa latin le pluribus unum.”46
44
Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta, 1999, jilid 6, hlm. 66. 45
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 172-173. 46
Muhammad Yamin, 6000 Tahun Sang Merah Putih, Jakarta, Siguntang, hlm. 168.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
3.2.Perancangan Lambang Negara Tahap Kedua
Setelah keberatan, dikritisi, dan ditolak oleh anggota Panitia lambang
Negara (Mohammad Natsir) dalam rapat panitia lambang negara 8 Februari 1950,
Sultan Hamid II sebagai perancang gambar lambang negara kemudian
memperbaiki hasil rancangan tahap pertama tersebut, sebagaimana dijelaskan
dalam transkrip Sultan Hamid II:
“Akhirnya setelah penolakan itu saja mengambil inisiatif pribadi
untuk memperbandingkan dengan lambang-lambang negara luar,
khususnja negara-negara Arab, seperti Yaman, Irak, Iran, Mesir, ternjata
menggunakan figur burung Elang radjawali, diduga seperti Negara
Polandia jang sudah sejak ratusan tahun djuga menggunakan burung Elang
Radjawali seperti jang saja jelaskan di atas dalam kemiliterannya. Karena
sosoknja lebih besar dan gagah dari burung elang jang ada di Djawa dan
ini simbolisasi lambang tenaga pembangunan/creative vermogen negara
dengan harapan Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) mendjadi negara
jang besar dan setara dengan negara-negara di dunia, sudah mendjadi
kewadjarawan dan demikian seharusnya. Selandjutnya gambar lambang
negara saja bisa diterima oleh anggota Panitia Lambang Negara, demikian
djuga lambang negara rantjangan Mr Mohammad Jamin jang kemudian
kami serahkan bersama kepada Perdana Menteri Mohammad Hatta, untuk
dibawa ke Pemerintah dan sidang Parlemen RIS untuk dipilih.
Alhamdulillah gambar rantjangan saja jang diterima, 10 Februari 1950
dan esoknja untuk pertama kali diperkenalkan kepada chalajak ramai di
Hotel Des Indes, jang kemudian pada rapat Parlemen RIS bersama
Pemerintah ditetapkan Parlemen RIS sebagai Lambang Negara RIS, pada
tanggal 11 Februari 1950,”47
Berdasarkan penjelasan Sultan Hamid II di atas, bahwa setelah ada
keberatan terhadap figur garuda sebagai lambang Negara RIS yang terkesan
terlalu mitologis dan khayalan, karena ada bahu dan tangan manusia yang
memegang perisai Pancasila, maka Sultan Hamid II kemudian melakukan
perbandingan dengan negara negara lain di dunia yang menggunakan figur burung
47
Transkrip Sultan Hamid II, kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali oleh
Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967, hlm. 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Elang Rajawali, terutama Negara-negara Arab, dan Polandia yang sudah ratusan
tahun menggunakan figur burung Elang Rajawali dalam negara dan
kemiliterannya.
Dengan demikian secara semiotika, dengan pendekatan historis empirik
ada sebuah pergeseran figur burung yang dijadikan lambang negara RIS, yaitu
figur pertama adalah figur burung Garuda dalam mitologi bangsa Indonesia,
kemudian setelah Sultan Hamid II melakukan perbandingan figur yang dipilih
untuk selanjutnya adalah figur burung Elang Rajawali dalam peradaban dunia
sebagaimana lambang-lambang negara di dunia. Paparan di atas dijelaskan dalam
transkripnya sebagai berikut:
“Sedangkan mengapa diberi nama Burung Elang Radjawali Garuda
Pantja-Sila, karena saja menghargai latar belakang gambar jang saja
tjiptakan pertama mengambil figur burung Garuda memegang prisai
Pantja-Sila, berubah mendjadi figur Burung Elang Radjawali jang
dikalungkan perisai Pantja-Sila agar prosesi bangsa ini djangan melupakan
peradaban bangsanja dari mana dia berasal/djangan sampai melupakan
sedjarah puntjak-puntjak peradabannja, seperti pesan Paduka Jang
Mulia.”48
Dengan demikian bahwa dari fakta sejarah, ada sebuah pergeseran figur
burung yang dijadikan lambang negara atau dengan kata lain ada dua tahapan
rancangan lambang negara sampai dengan ditetapkan oleh Pemerintah Republik
Indonesia secara de facto, yaitu tahap pertama adalah figur burung garuda yang
diambil dari mitologi. Kemudian pada tahap kedua secara de jure adalah figur
burung Elang Rajawali yang diambil dari semiotika lambang-lambang negara-
negara di dunia.
48
Transkrip Sultan Hamid II, kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali oleh
Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967, hlm. 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Presiden Soekarno dalam Pidato Kenegaraan 22 Juli 1958 menyatakan
dengan tegas:
“Saudara-saudara, Lihatlah Lambang Negara kita dibelakang ini
alangkah megahnya, alangkah hebat dan cantiknya. Burung Elang
Rajawali, garuda yang sayap kanan dan sayap kirinya berelar 17 buah,
ekor yang berelar 17 buah, ekor yang berelar 8 buah, tanggal 17, bulan 8
dan berkalungkan perisai yang diatas perisai itu tergambar
Pancasila…..”.49
Bahkan Muhammad Yamin sendiri sebagai bekas Ketua Panitia lambang
Negara 1950 dalam bukunya Pembahasan Undang-undang Dasar 1945, hal 144
menyatakan:
“Jadi burung sakti Elang Rajawali sebagai lambang pembangunan dan
pemeliharaan diseluruh bangsa Indonesia…”Seperti diperhatikan maka
latar lambang itu terbagi atas tiga bagian, yaitu lukisan Elang Rajawali,
perisai Pancasila dan seloka Empu Tantular, Burung sakti Elang Rajawali
dilukiskan dengan 17 sayap terbang, 8 helai sayap kemudi dan 45 helai
bulu sayap sisik pada tubuh. Perlambangan ketiga angka itu ialah lukisan
cendra sengkala: 17 Agustus 1945, yaitu hari Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.”50
Selain itu Soediman Kartohadiprojo, juga meyatakan:
“Lambang Negara kita terdiri dari tiga bagian: (1) Candra Sengkala,
(2) Perisai Pancasila, (3) Seloka Bhinneka Tunggal Ika. Candra Sengkala
ini terdapat dalam burung sakti Elang Rajawali yang bulu sayapnya 17
helai jumlahnya, bulu sayap kemudinya 8 helai, sedangkan bulu sayap
sisiknya pada batang tubuhnya berjumlah 45 ini melukiskan hari
diproklamasikan Republik Indonesia”.51
Tanggal 11 Februari 1950 rancangan lambang negara yang dibuat Sultan
Hamid II ditetapkan oleh Pemerintah/Kabinet RIS dan diresmikan pemakaiannya
dalam Sidang Kabinet RIS yang dipimpin Perdana Menteri RIS Mohammad Hatta
49
Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm .17. 50
Muhammad Yamin, Pembahasan Undang-undang Dasar 1945, Jakarta, Prapanca, 1967, hlm.
144 51
Soedirman Kartohadiprojo, Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia, Jakarta,
Gatra Pustaka, 2010, hlm. 299.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
yang mengambil tempat di gedung Pejambon atau Gedung Parlemen RIS atau
sekarang adalah Gedung Pancasila yang berada di komplek Kementerian Luar
Negeri.
Inilah saat pertama kali bangsa Indonesia memiliki Lambang Negara, yang
merupakan karya kebangsaan yang diramu dari berbagai aspirasi, oleh seorang
anak bangsa Indonesia, yaitu Sultan Hamid II. Fakta ini diperkuat oleh Bung
Hatta dalam buku Bung Hatta Menjawab: “Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
adalah ciptaan Bung Karno, setelah kita merdeka, semboyan itu kemudian
diperkuat dengan lambang yang dibuat oleh Sultan Hamid Pontianak dan
diresmikan pemakaiannya oleh Kabinet RIS tanggal 11 Februari 1950”.
Proposisi Mohammad Hatta tersebut juga diperkuat oleh Prof. Dr. R.
Soepomo, dalam bukunya “ Undang-undang Sementera Republik Indonesia”
ketika menjelaskan bagian ke III Lambang dan Bahasa negara dalam Konstitusi
RIS 1949 Pasal 3:
“Ichtisar Parlemen, 17 Februari 1950 nomor 2 memuat berita negara,
bahwa sidang Dewan Menteri R.I.S tanggal 11 Februari 1950 telah
mengesahkan Lambang Negara R.I.S yang dirancanakan oleh Panitia
Lambang Negara menurut bagian III pasal 3 Konstitusi R.I.S. gambarnya
lambang negara tersebut adalah dimuat dalam ichtisar Parlemen
tersebut”.52
Ketika disahkan lambang negara RIS tersebut, khususnya gambar bentuk
kepala Elang Rajawali Garuda Pancasila masih “gundul dan tidak berjambul” atau
bentuk kepalanya belum seperti sekarang ini. Keterangan ini juga diperkuat oleh
52
Soepomo, Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Jakarta, Noordhhof-kolff
N.V., 1954, hlm. 25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
A.G. Pringgodigdo dalam bukunya Sekitar Pancasila, yang diterbitkan oleh
Departemen Pertahanan Keamanan, Pusat Sejarah ABRI, 1978:
“Berdasarkan atas pasal 3 Konstitusi itu (RIS) pada tanggal 11
Februari 1950 Pemerintah RIS telah menetapkan lambang negara, yang
berupa lukisan burung Garuda dan Perisai, yang terbagi dalam 5 ruang
yang mengingatkan kepada PANCASILA. Pada waktu itu burung Garuda
kepala “gundul”, tidak pakai “jambul”. Hal ini berubah dalam lambang
Negara Republik Indonesia Kesatuan, yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah tanggal 17 Oktober 1951 Nomor 66 Tahun 1951”.53
Setelah Lambang Negara ditetapkan oleh Kabinet RIS, tanggal 15 Februari
1950 Presiden Soekarno memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara
tersebut kepada khalayak umum di Hotel Des Indes – Jakarta. Kemudian tanggal
17 Februari 1950 disahkan oleh Parlemen RIS ichtisar Parlemen nomor 2 dan
pada tanggal 20 Februari 1950, Lambang Negara yang dibuat Sultan Hamid II
sudah terpasang didalam ruang sidang Parlemen RIS (sekarang Gedung Pancasila)
Jakarta yang dibuka oleh Presiden Soekarno, yaitu sidang Parlemen pertama kali.
3.3.Penyempurnaan Lambang Negara RIS
Akhir Februari 1950 Sultan Hamid II mendapat saran dari Presiden
Soekarno untuk menyempurnakan kembali pada bagian bentuk kepala burung
Elang Rajawali Garuda Pancasila yang terlihat “gundul” atau mirip elang pada
lambang negara Amerika Serikat. Selanjutnya sekitar awal Maret 1950 Sultan
Hamid II mengajukan lukisan lambang negara yang sudah diperbaiki khususnya
pada bagian kepala Elang Rajawali - Garuda Pancasila.
Gambar tersebut ternyata masih mendapat masukan dari Presiden
Soekarno, yaitu pada bagian bentuk cakar kaki yang mencengkram pita yang
53
Pringgodigdo, Sekitar Pancasila, Jakarta, Departemen Pertahanan Keamanan Pusat Sejarah
ABRI, 1978, hlm. 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
terlihat menghadap ke belakang terlihat terbalik. Penyempurnaan yang dilakukan
Sultan Hamid II hanya tinggal merubah bentuk kaki sehingga menghadap ke
depan, dan bagian lain sudah sama seperti gambar lambang negara sekarang ini.
Mengenai gambar lambang negara ini pun dijelaskan dalam transkrip
Sultan Hamid II, 15 April 1967 sebagai berikut:
“Walaupun saja harus susah pajah membuat sketsa kembali untuk
pembentulan bagian tjakar kaki itu, tetapi saja mengerti ini hal bagian jang
sangat penting dalam lambang negara RIS, karena mengandung tiga
konsep lambang sekaligus, jakni pertama, burung Elang Radjawali-Garuda
Pantja-Sila jang menurut perasaan bangsa Indonesia berdekatan dengan
burung garuda dalam mitologi, kedua perisai idée Pantja-Sila
ber”thawaf”/gilir baik, dan ketiga, seloka Bhinneka Tunggal Ika jang
tertulis dalam pita warna putih”, untuk itu saja meminta bantuan R Ruhl
untuk membuat sketsa dari lambang negara jang saja buat dengan
membawa potret lukisan lambang negara jang dilukis oleh Dullah, karena
lukisan Dullah jang gambar rantjangannja semula tjengkraman kakinja
menghadap kebelakang telah diserahkan kepada kementerian penerangan
RIS jang ketika itu berada di Yogjakarta.”54
Tanggal 20 Maret 1950 bentuk final gambar lambang negara rancangan
Sultan Hamid II yang telah diperbaiki ketika diajukan kepada Presiden Soekarno
selanjutnya mendapatkan disposisi atau persetujuan Presiden Soekarno. Adapun
isi disposisi tersebut berbunyi:
“Jang Mulia Sultan Hamid menteri negara, menurut pendapat saya
lukisan Ruhl ini membuat lambang negara kita lebih kuat, maka untuk itu
saya tetapkan bahwa outwerp Ruhl inilah yang harus dipakai. Lebih baik
kita rugi beberapa ribu rupiah daripada mempunyai lambang negara yang
kurang sempurna. Saya harap Jang Mulia mengambil tindakan seperlunya
contoh kehendak saya. Merdeka!.55
54
Transkrip Sultan Hamid II, kepada wartawan Solichin Salam, yang disalin kembali oleh
Sekretaris Pribadi Sultan Hamid II Max Yusuf Al-Qadrie, 15 April 1967, hlm. 5. 55
Disposisi Presiden Soekarno Kepada Sultan Hamid II, setelah sketsa Rancangan Lambang
Negara Sultan Hamid II dikonsultasikan dengan Ruhl, seorang ahli Semiologi dari Perancis yang
menjadi konsultan Sultan Hamid II dan Yamin ketika merancang gambar Lambang Negara, 1950.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kemudian setelah Presiden Soekarno memberikan disposisi itu, dia
memerintahkan pelukis Istana bernama Dullah (1950-1960) untuk melukiskan
kembali gambar tersebut sesuai bentuk final sebagaimana yang telah dibuat oleh
Sultan Hamid II, atau seperti dipergunakan secara resmi sekarang ini dan patut
pula ditambahkan, bahwa Dullah hanya melukis kembali sesuai sketsa gambar
lambang negara yang telah diperbaiki oleh Sultan Hamid II atau sebagaimana
telah di disposisi oleh Presiden Soekarno tanggal 20 Maret 1950.
Gambar Lambang Negara RIS hasil perbaikan terakhir dari Sultan Hamid
II akhir Maret 1950, kemudian oleh Pemerintah di bawah Undang-undang Dasar
Sementara 1950 berdasarkan Pasal 3 ayat (3) menjadi lampiran resmi Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 (pasal 6) atau dengan kata lain lambang negara
yang dilampirkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut adalah perbaikan terakhir
kali dari Sultan Hamid II.56
Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan
bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan
tata warna gambar lambang negara di mana lukisan otentiknya diserahkan kepada
H. Mas Agung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan Lambang
Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto lambang negara yang
diserahkan kepada Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap
disimpan oleh Keraton Qadriyah Pontianak.57
56
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 166-193.
57 Nanang, Mencari Telur Garuda, Jakarta, Nalar, 2008, hlm. 26.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
4. Akhir Karier Politik Sultan Hamid II
Setelah RIS berdiri, maka segera disusul dengan desakan rakyat dari
beberapa Negara Bagian untuk meleburkan diri dalam R.I atau dengan kata lain
kata-kata aliran Unitarisme bergelora kembali dan memang belum pernah hilang
dari sanubari putera dan puteri Indonesia. Hal ini tentu tidak dikehendaki sama
sekali oleh para pengikut aliran federalism. Maklum sebagaimana telah terjadi
maka dalam pengikut federalisme sudah tentu terdapat pula para fanatisi,
diantaranya Sultan Hamid II yang dengan terus terang telah mengaku sebagai
seorang federalis yang seyakin-yakinnya.58
Praktis setelah KMB di Den Haag, kekuasaan Belanda di Wilayah Hindia
Belanda yang kemudian menjadi wilayah Indonesia (RIS) dinyatakan berakhir
tanggal 2 November 1949. Peran Sultan Hamid II di kemudian hari di dalam
lingkaran RIS di Jakarta, perlahan-lahan dielimir, dikucilkan, atau disingkirkan
oleh Presiden Soekarno dan kelompok dari kaum republiken (unitaris). Alasannya
karena Sultan Hamid II terlalu dekat dengan kerajaan Belanda yang tetap
konsisten dengan bentuk Indonesia sebagai negara serikat (federal). Aspek lain
dikucilkan, karena selaku ketua BFO, Sultan Hamid II dinilai tidak memiliki sikap
yang jelas terhadap Agresi Militer Belanda I, 21 Juli – 5 Agustus 1947 dan Agresi
Militer Belanda II, 19 Desember 1948 – 10 Juli 1949.59
Akibatnya, didalam
berbagai agenda kenegaraan yang bersifat strategis, Sultan Hamid II, sudah tidak
begitu dilibatkan lagi.
58
Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco,
1953, hlm. 23-24.
59
Ide Anak Agung Gde Agung, Renville, Jakarta, Pustaka Sinarharapan, 1987, hlm. 224.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Nasib Republik Indonesia Serikat (RIS) berbentuk federasi/federal yang
diperjuangkan Ketua Badan Permusyawaratan Negara-negara Federal atau BFO
Sultan Hamid II dan Perdana Menteri Negara Indonesia Timur (NIT), Ide Anak
Agung Gde Agung, hanya mampu bertahan enam minggu setelah penyerahan
kedaulatan dari Kerajaan Belanda tanggal 27 Desember 1949.
Pada minggu ketujuh setelah penyerahan kedaulatan RIS oleh Kerajaan
Belanda tersebut, hampir di seluruh wilayah Indonesia timbul gerakan menuntut
perubahan bentuk negara federal/federasi/serikat menjadi negara kesatuan.
Operasi Intelijen TNI di bawah koordinasi Leknol (Inf) Zulkifli Lubis telah
berhasil membungkam para tokoh-tokoh pendukung federasi di sejumlah daerah
otonom dan atau negara bagian.60
Penetapan Sultan Hamid II sebagai Menteri Negara yang tidak memiliki
bidang khusus, dianggap sebagai tindakan Presiden Soekarno yang tidak
memperhatikan fatsun politik sebagaimana yang disepakati di KMB. Keputusan
politik Presiden Soekarno tersebut dianggap tidak beretika, karena berdasarkan
Surat Keputusan Presiden RIS, Soekarno, Nomor 1 Tahun 1949, tanggal 18
Desember 1949, Sultan Hamid II, bersama Mohammad Hatta, Ide Anak Agung
Gde Agung dan Sultan Hamengkubuwono IX adalah sebagai Dewan Formatur
Kabinet.
Sepatutnya sebelum menunjuk para menteri, Presiden Soekarno terlebih
dahulu meminta masukan dan saran dari empat orang Dewan Formatur Kabinet,
namun hal ini tidak dilakukan Presiden. Dalam penetapan anggota Kabinet RIS,
60
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 71.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Sultan Hamid II merasa telah ditelikung oleh Presiden Soekarno, sehingga
menimbulkan kekecewaan yang mendalam dari Sultan Pontianak itu.
Sultan Hamid II menduga koleganya, Sultan Hamengkubuwono IX
mempunyai andil besar dalam proses penyingkirannya dari pentas politik
nasional. Puncaknya, Rabu 5 April 1950, Sultan Hamid II ditangkap di Hotel Des
Indes – Jakarta, oleh Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX atas
perintah Jaksa Agung RIS Tirtawinata.
Ia dituding berada di balik penyerbuan pasukan Kapten (KNIL) Raymond
Pierre Westerling dan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) yang menyerbu Divisi
Siliwangi (TNI) di Bandung pada 23 Januari 1950 dan Rapat Kabinet Dewan
Menteri RIS di Pejambon, Jakarta pada 24 Januari 1950. Sultan Hamid II
kemudian dituding „bersekongkol‟ dengan Westerling, dan dihubung-hubungkan
dengan kekecewaannya karena tidak diangkat menjadi Menteri Pertahanan.
Padahal memang dari segi pengalaman, kualifikasi pendidikan dan
kompetensi, Sultan Hamid II dinilai jauh lebih layak menjadi Menteri Pertahanan
ketimbang Sultan Hamengkubuwono IX yang tidak lulus sarjana di Rijsk
Universitiet, Leiden, jurusan Indologi. Sultan Hamid II adalah putra Indonesia
lulusan akademi militer elit Belanda, KMA (Koninklijk Militaire Academie) Breda
yang menyandang pangkat hingga Mayor Jenderal di lingkungan KNIL.
Kekecewaan lain dirasakan Sultan Hamid II terkait tindakan Sultan
Hamengkubuwono IX dalam pendaratan Tentara Nasional Indonesia (TNI) di
Pontianak, Kalimantan Barat pimpinan Letkol (Inf) Sukadana Bratamenggala
dengan komandan Kapten (Inf) Johanes Pejoh pada 12 Januari 1950.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Pendaratan tersebut sama sekali tidak dikoordinasikan terlebih dahulu
dengan Sultan Hamid II sebagai Kepala Daerah Istemewa Kalimantan Barat
(DIKB), akibatnya ratusan tentara DIKB dari suku Dayak yang sudah direkrut
sebelumnya, ternyata ditolak bergabung dengan TNI.
Padahal masalah penggabungan tentara yang direkrut ke dalam TNI sudah
dibicarakan dengan Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono. “kalau yang
sudah disepakati tidak dilaksanakan apa artinya?” kata Sultan Hamid II, yang
kemudian tersingkir dari percaturan politik nasional, karena divonis 10 tahun
(dipotong masa tahanan 3 tahun) oleh majelis hakim Mahkamah Agung di Jakarta
pada 8 April 1953 yang diketuai Mr. Wirjono Prodjodikiro, dengan tuduhan
makar terhadap Negara.
Sultan Hamid II dituding terlalu pro Kerajaan Belanda ketika Menjadi
Ketua BFO. Di halaman 324 buku Ide Anak Agung Gde Agung,
berjudul:”Renville” – 1987, disebutkan bahwa Sultan Hamid II telah berupaya
meminta Jabatan lebih tinggi, dengan meminta dukungan Wakil Tinggi Mahkota
Belanda A.H.J Lovink, tetapi tidak berhasil.61
Penangkapan mengundang berbagai spekulasi, dan salah satunya dikaitkan
dengan indikasi kekecewaan Sultan Hamid II yang tidak ditetapkan Presiden
Soekarno menjadi Menteri Pertahanan. Dalam Kabinet RIS tahun 1950, Presiden
Soekarno lebih memilih Sultan Hamengkubuwono IX. Presiden Soekarno
mencoret usulan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terkait rencana penetapan
Sultan Hamid II menjadi Menteri Pertahanan RIS. Pertimbangan Presiden
61
Ibid., hlm. 73-74.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Soekarno, karena pernah menjadi ajudan khusus Ratu Wilhelmina (Ratu Belanda),
maka Sultan Hamid II secara otomatis sangat dekat dengan kalangan Pemerintah
Belanda.
Penempatan Sultan Hamid II menjadi Menteri Pertahanan dikhawatirkan
hanya akan menjadi duri di dalam daging bagi pemerintahan Presiden Soekarno.
Nuansa politik lebih kental terjadi dalam kasus hukum yang dituduhkan kepada
Sultan Hamid II. Setelah tiga tahun mendekam di tahanan tanpa kepastian (1950-
1953), Sultan Hamid II baru menjalani proses persidangan mulai dari penuntutan,
pembelaan, dan putusan (vonis) Mahkamah Agung.62
Didalam kalangan ketentaraan Kerajaan Belanda terdapatlah seorang
perwira muda yang bernama Raymon Turco Westerling. Didalam tubuhnya
terdapat darah bangsa Turki dan Belanda, dia adalah seorang militaire avonturier,
yang telah menjual jiwa raganya kepada Negara yang mau memakainya. Sebagai
prajurit dia memang mempunyai pengalaman internasional dan mempunyai
keberanian yang tidak mudah dipatahkan. Dalam menjalankan tugasnya
Westerling telah memperlihatkan tindakan-tindakannya yang excessief sekali. Di
Sulawesi Selatan tidak kurang dari 40.000 jiwa menjadi korban keganasannya.
Kebencian Westerling terhadap Bung Karno tidak hanya terbatas dalam
batin, akan tetapi telah meluap keluar. Dia telah berusaha mensabotir kedatangan
Bung Karno dari Yogyakarta ke Jakarta dan berusaha menculiknya, namun gagal
62
Ibid., hlm. 257-258.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
karena diluar tanggung jawab dan kehendaknya, sehingga niat jahat tetap berjalan
dalam dadanya.63
Mudah dipahami, bahwa Westerling didalam hatinya memuji Sultan
Hamid II, seorang putera Indonesia yang menjadi pejuang federalism yang
terkemuka dan yang tentu dapat bekerja sama dengan dia dalam usahanya
membasmi Republik Indonesia umumnya, Tentara Nasional Indonesia khususnya.
Sudah selayaknya Westerling mengadorir Sultan Hamid II yang telah menjadi
Jenderal Mayor, pangkat tertinggi yang dapat dicapai oleh seorang putera
Indonesia dalam kalangan ketentaraan Hindia Belanda.
Kedua perwira ini mempunyai sifat-sifat yang bersamaan, yang tentu akan
menguntungkan bagi mereka pada suatu ketika, dimana mereka saling sangat
membutuhkan.64 Adanya satu kepentingan Yaitu mempertahankan RIS dan
Negara-negara Bagian dari propaganda dan gerakan nyata kaum Republiken
(Unitaris). Pada 22 Desember 1949, Sultan Hamid II bertemu kembali dengan
Westerling di Hotel Des Indes. Setelah sekali bertemu sebelumnya dengan
Westerling pada Januari 1948. Westerling menyatakan kepada Sultan Hamid II
bahwa dia tidak setuju Soekarno menjadi Presiden RIS pasca penyerahan
kedaulatan di KMB. Pada tanggal 21/22 Desember 1949, Westerling (seorang
Kapten KNIL) menawarkan kepada Sultan Hamid II untuk memegang
Oppercommando (pengalihan kewenangan atas komando militer) dari pasukan
yang dibuat oleh Westerling bernama APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) / de
RAPI (Ratu Adil Persatuan Indonesia) dengan tujuan untuk melakukan
63
Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia), Peristiwa Sultan Hamid II, Jakarta, Fasco,
1953, hlm. 12-14. 64
Ibid., hlm. 24-25.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
perlawanan/pemberontakan/penyerangan terhadap Negara Indonesia, yang tidak
diketahui kebenaran atas keberadaannya, dan penawaran tersebut ditolak oleh
Sultan Hamid II.
Pada pertengahan bulan Januari 1950 sepulangnya Sultan Hamid II dari
Pontianak, Kalimantan Barat, ia kecewa dengan cara-cara Pemerintah Indonesia
berpolitik yang tidak “Fair Play”. Seperti contoh adalah tidak diikutsertakannya
anak buah Sultan Hamid II di KNIL untuk masuk pada pasukan TNI yang dikirim
ke Kalimantan Barat, begitu pula opsir-opsir KNIL yang hanya dipekerjakan di
belakang meja tanpa masuk komando dilapangan, artinya terdapat dominasi TNI
di dalam APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) yang telah
disepakati, namun tata cara pengiriman TNI ke Kalimantan Barat yang tidak wajar
karena tanpa izin dari Sultan Hamid II sebagai Kepala Daerah Istimewa
Kalimantan Barat.65
Pada tanggal 23 Januari 1950, terjadi serbuan terhadap TNI yang berada di
Bandung oleh APRA yang dipimpin Westerling. 24 Januari 1950, Sultan Hamid
memarahi Westerling karena telah menyerbu TNI di Bandung tanpa izin dan
perintahnya, dan pada hari itu juga Sultan Hamid II dengan segala kekecewaannya
tersebut, memerintahkan Westerling dan Najoan untuk menyerbu Dewan Menteri
RIS dan membunuh tiga orang Dewan Menteri RIS tersebut, yang Niat dan
Perintah tersebut dibatalkan olehnya seketika pada hari itu juga.
Setelah ditangkap 5 April 1950, kasus Sultan Hamid II tidak langsung
segera dibawa ke pengadilan (tidak langsung diadili). Dengan salah satu alasan
65
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 278-279.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Pemerintahan Soekarno pada saat itu bahwa kesulitannya terletak pada Undang-
undang yang akan digunakan untuk mengadilinya. Sedangkan Undang-undang
yang ada menurut Konstitusi RIS terbatas bagi seorang Menteri atau bekas
Menteri yang melakukan ambtsmidrijf (penyelewengan jabatan). Tuduhan kepada
Sultan Hamid II tidak masuk dalam unsur tersebut, karena itu Pemerintah RIS
harus menyiapkan suatu Undang-undang Federal sebagai landasan hukum atas
kasus tersebut. Sebelum niat untuk mempersiapkan Undang-undang tersebut
tercapai, akibat peristiwa Bandung (peristiwa Westerling) kabinet RIS bubar pada
bulan Agustus 1950 dan kemudian terbentuk suatu Negara Kesatuan RI dibawah
Perdana Menteri Mohammad Natsir. Sedangkan Westerling yang memimpin
langsung “aksi brutal” di Bandung tersebut dikabarkan berhasil meloloskan diri
dan keluar dari Indonesia.66
Rabu, tanggal 25 Februari 1953 (kurang lebih tiga tahun kemudian), kasus
Sultan Hamid II mulai diperiksa oleh Mahkamah Agung Indonesia. Jaksa Agung
Republik Indonesia R. Soeprapto (yang menggantikan Jaksa Agung RIS
Tirtawinata) mendakwa Sultan Hamid II dengan empat tuduhan yaitu: Primair;
ikut menyerbu kota Bandung bersama Westerling dan APRA/de RAPI, Subsidair;
membujuk dan membantu Westerling dan Frans Najoan untuk menyerbu sidang
Dewan Menteri RIS, Subsidair Lagi; memberikan denah tempat persidangan
Dewan Menteri sehingga Westerling dan Frans Najoan akan mudah melakukan
penyerangan, dan Lebih Subsidair Lagi; membujuk Westerling dan Frans Najoan
untuk membunuh tiga pejabat tinggi. Dewan hukum atas dakwaan yang diajukan
66
Iip D. Yahya, Mengadili Menteri Memeriksa Perwira; Jaksa Agung Soeprapta dan Penegakan
Hukum di Indonesia Periode 1950-1959, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 152-
153.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
tersebut diatur dalam Pasal; 108 ayat (1) No.2, 108 ayat (2), 110 (2) No. 1, 110
ayat (2) No. 2, 163 bis. Ayat (1) jo. Pasal 338, 340, 333 jo. Pasal 53 dan 55 KUHP
(Kitab Undang-undang Hukum Pidana) jo. Staatsblad 1945 No.135.
Sistem pengadilan yang digunakan untuk Sultan Hamid II adalah untuk
tingkat pertama dan terakhir, artinya bahwa persidangan kasus Sultan Hamid II
tersebut merupakan Forum Prevlegiatum di Indonesia yang pelaksanaannya
pernah diberlakukan pada Konstitusi Republik Indonesia Serikat (RIS) 1949 dan
Undang-undang Dasar Sementara 1950. Selanjutnya tanggal 25 Maret 1993 jaksa
Agung Soeprapto menuntut hukuman 18 tahun penjara bagi Sultan Hamid II, dan
pada 8 April 1953 karena tidak adanya bukti yang kuat, dakwaan primair daripada
dakwaan tersebut diatas tidak dapat dibuktikan (tidak terbukti), dan Mahkamah
Agung Indonesia dengan Ketua yaitu MR. Wirjono Prodjodikoro menjatuhkan
hukuman penjara 10 tahun dipotong masa tahanan (3 tahun) dengan dasar
pertimbangan yaitu adanya Niat Sultan Hamid II menyuruh Westerling dan Frans
Najoan untuk menyerbu Dewan Menteri RIS dan menembak mati (membunuh) 3
pejabat pemerintah (Menteri Pertahanan: Sultan Hamengkubuwono IX, Sekretais
Jenderal Kementerian Pertahanan: Mr. Alibudjardjo, dan Kepala Staf Tentara
Nasional Indonesia: Kolonel Simatupang) pada saat itu, yang niat tersebut
dibatalkan olehnya. Kasus Sultan Hamid II ini merupakan kasus pertama kali
yang diperiksa oleh Mahkamah Agung dalam tingkat pertama maupun tingkat
terakhir di dalam sejarahnya, yaitu kasus pertama dan terakhir.67
67
Anshari,,dkk, Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang Perancang Lambang Negara “ Elang
Rajawali-Garuda Pancasila”, Pontianak, TOP Indonesia, 2013, hlm. 281.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Beberapa tokoh nasional, di antaranya Mohammad Hatta, menyarankan
Sultan Hamid II untuk mengajukan pengampunan (grasi) atas hukumannya 10
tahun penjara. “ Sebenarnya, saya tidak ingin mengajukan grasi kepada Presiden
Soekarno, tetapi beberapa tokoh mendesak saya agar tidak ada dendam pribadi,”
tutur Sultan Hamid II kepada beberapa kerabatnya setelah dia selesai menjalani
peradilannya.
Namun, ketidaksukaan Presiden Soekarno dan Sultan Hamengkubuwono
kepada Sultan Hamid II terlihat jelas, setelah dia dijatuhi hukuman 10 tahun
penjara oleh Hakim Mahkamah Agung pada 8 April 1953. Permohonan grasi yang
diajukan Sultan Hamid II dengan cepat ditolak Presiden Soekarno, Sultan Hamid
II baru keluar dari penjara pada tahun 1958. Tapi praktik kriminalisasi politik
terhadap Sultan Hamid II dan pihak lain yang berhaluan federal, tidak cukup
hanya sampai disitu.68
Ketika bebas pada 1958, Sultan Hamid II tak lagi berpolitik. Namun,
empat tahun menghirup udara bebas, dia kembali ditangkap dan dijebloskan ke
Rumah Tahanan Militer (RTM) Madiun, Jawa Timur, pada Maret 1962.
Tuduhannya adalah melakukan kegiatan makar dan membentuk organisasi illegal
bernama Vrijwillige Ondergroundsche Corps (VOC).
Dikabarkan, persiapannya dilakukan bersama sejumlah tokoh saat mereka
berada di Gianyar, Bali, untuk menghadiri upacara ngaben (pembakaran jenazah)
ayah dari Ide Anak Agung Gde Agung. Dalam upacara tersebut hadir sejumlah
tokoh oposisi pemerintah dari negara yang sudah dipegang oleh kaum unitaris,
68
Ibid., hlm. 139.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
terutama dari dua partai yang sudah dibubarkan, Masyumi dan Partai Sosialis
Indonesia (PSI), seperti Mohammad Roem (Masyumi), Sultan Sjahrir (PSI), dan
Subadio Sastrosatomo (PSI), Mohammad Hatta hadir, begitu juga Sultan Hamid II
yang notabe kawan lama Ide Anak Agung Gde Agung.
Selama empat tahun Sultan Hamid II ditahan tanpa proses pengadilan. Dia
baru dibebaskan pada 1966 setelah era Soekarno berakhir. Tuduhan makar
terhadap Sultan Hamid II, menurut Ide Anak Agung Gde Agung, kemungkinan
besar disebabkan pergunjingan orang-orang di sekitar Soekarno, dan bukan
berangkat dari fakta. Bahkan Anak Agung menegaskan bahwa semua tuduhan itu
omong kosong. Sebab, sejak keluar dari tahanan 1958, Sultan Hamid II tak
terlibat dalam kegiatan politik sama sekali.
Selepas dari penjara tanpa proses peradilan tersebut, Sultan Hamid II
beraktivitas di dunia bisnis sampai akhir hayatnya. Sejak 1967 hingga 1978, dia
menjadi Presiden Komisaris di PT. Indonesia Air Transport. Pada 30 Maret 1978,
pukul 18.15 WIB, Sultan Hamid II pun wafat di Jakarta. Sultan Pontianak ke-7 itu
meninggal dunia ketika sedang melakukan shalat magrib. Sultan Hamid II
dimakamkan di Pemakaman Keluarga Kesultanan Pontianak, di Batu Layang,
dengan Upacara Kebesaran Kesultanan Qadriyah Pontianak.69
C. Analisis Sikap Nasionalisme Sultan Hamid II
Nasionalisme adalah suatu paham, yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. Perasaan sangat
69
Ibid., hlm. 20-21.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan
tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di
sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-beda.70 Nasionalisme
menyatakan bahwa negara kebangsaan adalah cita-cita dan satu-satunya bentuk
sah dari organisasi politik bahwa bangsa adalah sumber dari semua tenaga
kebudayaan kreatif dan kesejahteraan ekonomi.71
Ciri-ciri Nasionalisme :
1) Sudah ada persatuan dan kesatuan bangsa.
2) Sifat perjuangannya sudah bersifat nasional.
3) Tujuannya untuk mencapai kemerdekaan yang nantinya ingin mendirikan
suatu negara merdeka yang kekuasaannya ditangani rakyat.
4) Sudah ada organisasi modern dan bersifat nasional.
5) Mengandalkan kekuatan otak (pikiran), dimana pendidikan sangat
berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.72
Mengukur rasa nasionalisme Sultan Hamid II tentunya menggunakan
tolak ukur dengan ciri-ciri nasionalisme di atas;
1) Sudah adanya persatuan dan kesatuan bangsa. Artinya ada keserasian,
keselarasan dan keseimbangan, tidak menimbulkan perbedaan tetapi
mencari kesamaan untuk bangsa dan negara Indonesia. Sultan Hamid II
seorang federalis berkeyakinan bahwa bentuk negara federasi / bagian dapat
70
Kohn, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya, Terjemahan : Sumantri Mertodipuro, Jakarta, PT
Pembangunan dan Penerbit Erlangga, 1984, hlm. 11. 71
Ibid., hlm. 12. 72
Sudiyo, Pergerakan Nasional mencapai dan mempertahankan kemerdekaan, Jakarta, Rineka
Cipta, 2002, hlm.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
menjawab tantangan yang muncul dalam pemerintahan setelah Belanda
memberikan kedaulatan bangsa ini pada 27 Desember 1949. Padahal dengan
bentuk negara bagian tentunya sangat menguntungkan bagi pihak Belanda
agar mudah mencerai-beraikan persatuan dan kesatuan Indonesia. Di
samping banyak usaha untuk menegakkan kekuasaan RI, di Kalimantan
terdapat usaha yang merintangi pembinaan kekuasaan RI. Jika saja Sultan
Hamid II mengesampingkan kepentingannya dalam bentuk negara serikat/
bagian kemudian berjuang bersama-sama dengan kaum Unitaris untuk
menegakkan keutuhan persatuan dan kesatuan RI dalam bentuk negara
kesatuan maka bisa jadi tingkat nasionalisme Sultan Hamid II yang
menjunjung tinggi ciri pertama ini dinilai memiliki rasa nasionalisme yang
tinggi untuk bangsa Indonesia.
2) Sifat perjuangannya sudah bersifat nasional. Usaha yang dilakukan dengan
pengorbanan, peperangan dan diplomasi untuk memperoleh atau mencapai
kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan dan memperjuangkan
kedaulatan bangsa Indonesia. Melihat perjuangan Sultan Hamid II tentunya
disatu sisi memang pro daripada Belanda dikarenakan awal perjalanan
militer dan politik serta ruang lingkup semasa kecilnya sangat erat kaitannya
dengan kerajaan Belanda. Hal ini ditunjukan Sultan Hamid II ketika
berjuang bersama Perwira KNIL / Tentara Belanda yang ada di Indonesia.
walaupun ketika dia menjadi Ketua / Delegasi BFO yang memperjuangkan
pengakuan kedaulatan bangsa Indonesia atas Belanda, karena kedekatan dan
kecakapan diplomasi Sultan Hamid II akhirnya kerajaan Belanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
memberikan kedaulatan bangsa Indonesia dalam bentuk negara Serikat.
Sultan Hamid yang berupaya menyamakan langkahnya bersama dengan
tokoh-tokoh Unitaris untuk menghadapi Konferensi Meja Bundar yang
setuju dengan bentuk negara Serikat, yang terpenting pada saat itu adalah
bagaimana Indonesia bisa memperoleh kedaulatannya atas Belanda. Setelah
Indonesia mendapatkan kedaulatannya otomatis kekuatan kerajaan Belanda
di Indoensia perlahan-lahan hilang. Negara Serikat yang dimaksudkan di
sini adalah bentuk negara yang diinginkan Belanda agar mudah memecah-
belah kesatuan Indonesia bukan atas dasar keinginan seluruh masyarakat
Indonesia. Sultan Hamid II telah berjasa memperjuangkan kedaulatan
Indonesia hanya saja posisi Sultan Hamid II yang pada saat itu pro daripada
Belanda, tidak mengindahkan sepenuhnya dirinya seorang yang memiliki
nasionalisme yang tinggi untuk bangsa Indonesia.
3) Tujuannya untuk mencapai kemerdekaan yang nantinya ingin mendirikan
suatu negara merdeka yang kekuasaannya ditangani rakyat. Setelah
melewati masa memperjuangkan kemerdekaan hingga kedaulatan Indonesia.
Bentuk negara yang diperjuangkan oleh Sultan Hamid II hanya bertahan
enam minggu setelah penyerahan kedaulatan dari Kerajaan Belanda tanggal
27 Desember 1949. Pada minggu ketujuh, hampir di seluruh wilayah
Indonesia timbul gerakan menuntut perubahan negara serikat menjadi
negara kesatuan. Artinya bahwa yang diperjuangkan Sultan Hamid II
bersama dengan keinginan Belanda yaitu bentuk negara serikat, tidak
mampu melepaskan belenggu penjajahan dalam sanubari masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Indonesia. masyarakat Indonesia mencita-citakan adanya negara kesatuan
agar semakin memperkuat rasa persatuan dan kesatuan. Disini bukan berarti
perjuangan Sultan Hamid II menjadi sia-sia, hanya saja cita-cita bangsa
Indonesia adalah bentuk negara kesatuan, jika bentuk negara bagian masih
dipertahankan selama itu juga bangsa Indonesia masih merasa belum
menemukan jati dirinya atas perjuangan membentuk Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang merdeka dari penjajahan.
4) Sudah ada organisasi modern dan bersifat nasional. Peran Sultan Hamid II
dalam hal ini sangat tidak terlihat bersama Indonesia. Sultan Hamid lebih
memihak kepada Belanda pada saat itu, dengan menjadi Perwira KNIL yang
terlibat melawan Jepang 1942, Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946 dan
Ketua BFO 1949. Kurangnya peranan Sultan Hamid II dalam organisasi
nasional untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas
dari penjajahan menjadi tolak ukur belum adanya sikap nasionalisme bagi
Indonesia. sebagai salah satu contoh semangat nasionalisme yang digunakan
sebagai ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada.
Ideologi Nasional di Indonesia diperkenalkan oleh Pertai Nasional
Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno didirikan pada 4 Juli 1927.
PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang
bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai Indonesia
merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di
Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
5) Mengandalkan kekuatan otak (pikiran), dimana pendidikan sangat berperan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Federalisme merupakan wacana
pemikiran politik yang diusung Sultan Hamid II dalam kemerdekaan
Indonesia. Prinsip itulah yang kemudian membuatnya berbenturan dengan
kaum Unitaris, para penganut paham negara Kesatuan yang menginginkan
adanya dominasi atau sentralisasi kekuasaan. Kehidupan Sultan Hamid II
memiliki dinamika yang berliku dan kontroversial pada kiprahnya di dunia
politik dan kenegaraannya. Sikap yang kontroversial dengan pemahaman
politik yang diusungnya sangat bertentangan dengan kaum Unitaris.
Terdapat kontradiksi pemikiran, yang kemudian menuai konflik
kepentingan, dan menjebaknya pada suatu konspirasi dan propaganda
politik. Perjuangan Sultan Hamid II dalam pemikiran negara serikat / bagian
adalah negara bonekanya Belanda, dengan cara memisahkan kesatuan RI
agar mudah dicerai-beraikan. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi tolak
ukur sikap nasionalisme seorang Sultan Hamid II bagi Indonesia.
Sultan Hamid II memiliki rasa nasionalisme, tetapi skala nasionalisme atas
kontribusi selama kariernya masih sangat kecil. Hal ini juga dikarenakan
perjalanan kariernya lebih terlihat bersama Belanda dibandingkan dengan
bangsanya sendiri yaitu bangsa Indonesia.
Apabila kita mencoba mengaitkan Sultan Hamid II dengan Pahlawan
Nasional tentunya kita perlu melihat dengan seksama. Nilai Kepahlawanan adalah
suatu sikap dan perilaku perjuangan yang mempunyai mutu dan jasa pengabdian
serta pengorbanan teradap bangsa dan negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Kriteria Pahlawan Nasioanal :
1) Warga Negara Indonesia yang telah meninggal dunia dan semasa hidupnya :
Telah memimpin dan melakukan perjuangan bersenjata atau
perjuangan politik/ perjuangan dalam bidang lain mencapai/
merebut/ mempertahankan/ mengisi kemerdekaan serta mewujudkan
persatuan dan kesatuan bangsa.
Telah melahirkan gagasan atau pemikiran besar yang dapat
menunjang pembangunan bangsa dan negara.
Telah menghasilkan karya besar yang mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat luas atau meningkatkan harkat dan
martabat bangsa Indonesia.
2) Pengabdian dan Perjuangan yang dilakukannya berlangsung hampir
sepanjang hidupnya (tidak sesaat) dan melebihi tugas yang diembannya.
3) Perjuangan yang dilakukan mempunyai jangkauan luas dan berdampak
nasional.
4) Memiliki konsistensi jiwa dan semangat kebangsaan/nasionalisme yang
tinggi.
5) Memiliki akhlak dan moral yang tinggi.
6) Tidak menyerah pada lawan/musuh dalam perjuangannya.
7) Dalam riwayat hidupnya tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang
dapat merusak nilai perjuangannya.73
73
Kementerian Sosial Republik Indonesia, 2011.
http://database.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai. Diakses pada 14
November 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Dengan 7 kriteria diatas tentang pahlawan nasional tentunya kita dapat
menganalisis sosok Sultan Hamid II yang selama ini statusnya sangat kontroversi
untuk gelar Pahlawan Nasional.
Kriteria pertama untuk Sultan Hamid II, semasa perjalanan kariernya lebih
terlihat perjuangannya bersama Belanda dikarenakan dia adalah Perwira KNIL /
Tentara Belanda yang ada di Indonesia. bersama KNIL melawan Tentara Jepang
di Kalimantan Timur pada 1941, pada saat itu Indonesia masih dalam Penjajahan
baik dari Belanda maupun Jepang yang berkedudukan di Indonesia. tentunya hal
ini sangat sulit karena KNIL adalah produknya Belanda. Andai saja pada saat itu
memang dengan kemampuan militernya Sultan Hamid II berjuang atas nama
Indonesia patut saja kontribusinya dapat diperhitungkan untuk kriteria pertama
ini. Untuk kriteria kedua, awal karier militer dan politiknya bersama dengan
kerajaan Belanda. Sultan Hamid II menjadi Ajudan Istimewa Ratu Belanda 1946,
Ketua BFO 1949. Artinya setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya
pada tahun 1945 Sultan Hamid II Pro daripada Belanda dibandingkan dengan
Indonesia. Kriteria ketiga, Sultan Hamid II ikut aktif dalam perundingan-
perundingan penting dalam perjalan sejarah Kemerdekaan Indonesia. Seperti
perundingan Malino, Denpasar, Perhimpunan Musyawarah Federal (BFO), BFC,
IJC, Konferensi Inter Indonesia (KII) I dan II, Konferensi Meja Bundar (KMB) di
Batavia maupun Belanda. Kriteria keempat, Sultan Hamid II adalah seorang
federalis nasionalis. Bersama BFO memperjuangkan pengakuan kedaulatan
bangsa Indonesia atas Belanda, walaupun memang BFO adalah produknya
Belanda setidaknya Sultan Hamid II berupaya menunjukan sikap nasionalisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
untuk bangsa Indonesia. hanya saja kadar nasionalisme Sultan Hamid II tidak
dominan karena dia adalah seorang federalis yang menginginkan bentuk negara
serikat dibandingkan dengan cita-cita kaum unitaris yang ingin mempersatukan
seluruh wilayah republik Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kriteria kelima, beban moral yang harus ditanggung Sultan Hamid II sampai saat
ini adalah atas tuduhan keterlibatannya dengan penyerangan yang dilakukan
Westerling di Bandung. Kriteria keenam, Sultan Hamid II bersama KNIL
melawan tentara Jepang. Artinya dapat dilihat dalam dinas kemiliteran Sultan
Hamid II bersama KNIL. Kriteria terakhir, atas tuduhan bersekongkolnya Sultan
Hamid II dengan Westerling semakin memudarkan nama baiknya di Indonesia.
tuduhan pemberontakan/makar dihubung-hubungkan dengan indikasi kekecewaan
Sultan Hamid II yang tidak diangkat menjadi Menteri Pertahanan semakin
membuat nama baiknya tenggelam. sehingga merusak nilai perjuangan Sultan
Hamid II di Indonesia.
Walaupun Sultan Hamid II masih kurang memenuhi kriteria Pahlawan
Nasional, sebagai penerus bangsa ini kita perlu ingat dan bangga akan sumbangsih
terbaik Sultan Hamid II sebagai sang perancang Lambang Negara Indonesia
(Elang-Rajawali-Garuda Pancasila) sewaktu menjabat menjadi Menteri Zonder
Portofolio pada 1949 yang masih digunakan sampai saat ini yaitu Garuda
Pancasila.
Perlu untuk ditambahkan bagi kita penerus Bangsa Ini: “Saya Hamid,
Bung. Maafkan kesalahan saya dan kesalahan Bung, saya maafkan,” kata Sultan
Hamid II seraya berbisik di telinga Soekarno ketika menjenguk Sang Proklamator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
itu beberapa hari sebelum dipanggil menghadap Allah SWT. Kondisi Mantan
Presiden Soekarno waktu itu sudah sangat lemah dan tak bisa bicara, hanya bisa
meneteskan air mata.
Sikap kenegarawan Sultan Hamid II yang tidak menaruh dendam terhadap
Soekarno, sangat layak dijadikan contoh bagi penerus bangsa hari ini.
Permasalahan di sekitar sejarah Sultan Hamid II sangat menarik untuk dijadikan
cermin dan pembelajaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari bab II dan bab III, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
Sultan Hamid II dengan nama lengkap Sultan Syarif Hamid Al-Qadrie,
Max adalah nama panggilannya. Lahir pada 12 Juli 1913 di Pontianak –
Kalimantan Barat. Ayahnya adalah Sultan Syarif Muhammad Al-Qadrie, ibunya
Syecha Jamilah Syarwani. Sultan Hamid II menikah dengan Maria van Delden
yang diberi gelar Ratu Mas Mahkota Didie Al-Qadrie di Malang pada 31 Mei
1938 dan dikaruniai dua anak, anak pertamanya Syarifah Zahra Al-Qadrie (Edith
Denise Corry Al-Qadrie) dan anak keduanya Syarif Yusuf Al-Qadrie (Max Nico
Al-Qadrie). Pendidikan yang ditempuh Sultan Hamid II, ELS di Sukabumi,
Pontianak, Yogyakarta. Melanjutkan di HBS di Bandung dan HBS V di Malang
1932. Setamat di HBS beliau melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di THS,
namun di THS hanya berselang satu tahun karena beliau lebih tertarik untuk
masuk Akademi Militer di Negari Belanda pada 1933. Jabatan yang pernah
diduduki Sultan Hamid II sepanjang hayatnya adalah; Letnan Dua KNIL tahun
1938, Sultan Pontianak ke VII periode 1945-1978 Kesultanan Qadriyah Pontianak
dilantik pada 29 Oktober 1945, Mayor Jenderal KNIL tahun 1946, Ajudan
Istimewa Ratu Kerajaan Belanda dan Wakil Mahkota Hindia Belanda tahun 1946,
Kepala Daerah Istimewa Kalimantan barat (DIKB) tahun 1947-1950, Ketua BFO
tahun 1949, Ketua Delegasi BFO di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
November 1949, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS 1949, Menteri Negara
Zonder Portofolio Kabiner Hatta/Kabinet RIS 1949-1950, Koordinator Tim
Perumus Lambang Negara Indonesia (RIS) 1949-1950, Anggota Panitia Lambang
Negara Indonesia (RIS) sekaligus Perancang Lambang Negara (RIS) berbentuk
Elang Rajawali – Garuda Pancasila 1949-1950, Presiden Komisaris PT. Indonesia
Air Transport tahun 1967-1978. Karyanya yang tidak boleh dilupakan adalah
sebagai perancang/pencipta Lambang Negara Indonesia (RIS) Elang Rajawali –
Garuda Pancasila. Wafat pada 30 Maret 1978 pukul 18.15 WIB di Jakarta,
dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar Kesultanan Qadriyah Pontianak di
Batu Layang, Pontianak-Kalimantan Barat, dengan Upacara Kebesaran
Kesultanan Pontianak.
Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda sebagai perwira KNIL, ia
terlibat perang melawan Jepang di Balikpapan 23-24 Januari 1942. Pada tahun
1946 Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda
dan Wakil Mahkota di Indonesia. Sultan Hamid II Sebagai ketua BFO terhitung
mulai Januari 1949. Karier politik Sultan Hamid II dan sumbangsihnya untuk
Indonesia. Tanggal 20 Desember 1949 dengan surat Keputusan Presiden No.2
Tahun 1949, maka Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder
Portofolio atau tanpa tugas khusus (tanpa departemen). Sultan Hamid II adalah
sang perancang Lambang Negara RIS Elang Rajawali - Garuda Pancasila yang
sampai saat ini menjadi Lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER BUKU:
Aju & Syafaruddin Usman. 2012. J.C. Oevaang Oeray, Langkah dan
Perjuangannya. Pontianak: Samudera Mas.
Dimyati, Anshari, dkk. 2013. Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang
Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”.
Pontianak: TOP Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Sultan Hamid II
dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Ide Anak Agung Gde Agung. 1987. Renville. Jakarta: Pustaka Sinarharapan.
Iip D. Yahya. 2004. Mengadili Menteri Memeriksa Perwira; Jaksa Agung
Soeprapta dan Penegakan Hukum di Indonesia Periode 1950-1959.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kohn, Hans. 1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. (terjemahan Sumantri
Merdodipuro). Jakarta: PT. Pembangunan & Erlangga.
Leirissa. 2006. Kekuatan Ketiga Dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia,
Jakarta: Pustaka Sejarah.
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional Sampai
Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.
Muhammad Yamin. 1967. Pembahasan Undang-undang Dasar 1945. Jakarta:
Prapanca.
Nanang R. Hidayat. 2008. Mencari Telur Garuda. Jakarta: Nalar.
Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia). 1953. Peristiwa Sultan Hamid II,
Jakarta: Fasco.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Petrik Matasani. 2011. Pribumi Jadi Letnan KNIL. Yogyakarta: Trompet.
Pringgodigdo. 1978. Sekitar Pancasila. Jakarta: Departemen Pertahanan
Keamanan Pusat Sejarah ABRI.
Soedirman Kartohadiprojo. 2010. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Indonesia. Jakarta: Gatra Pustaka.
Soepomo. 1954. Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia, Jakarta:
Noordhhof-kolff N.V.
Sudiyo. 2002. Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan
Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Syafaruddin Usman & Isnawita Din. 2009. Peristiwa Mandor Berdarah: Eksekusi
massal 28 Juli 1944 Oleh Jepang. Yogyakarta: Media Pressindo.
Yasni. 1986. Bung Hatta Menjawab. Jakarta: Gunung Agung.
SUMBER KORAN :
Turiman Fachturahman, “Sejarah Hukum Daerah Istimewa Kalimantan Barat”,
Borneo Tribune, Pontianak, Selasa,7 Agustus 2007.
SUMBER INTERNET :
http://database.kemsos.go.id/modules.php?name=Pahlawan&opsi=mulai. Diakses
pada 14 November 2015.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa. diakses pada 29 Juli 2015.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakarta. diakses pada 29 Juli
2015
https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Pontianak, diakses 7 Agustus 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2011/06/peranan-sultan-hamid-ii-
dalam-tataran_6320.html. diakses 7 Agustus 2015.
http://www.lenteratimur.com/kalimantan-barat-di-antara-jepang-dan-indonesia/.
diakses 20 Juli 2015.
http://www.lenteratimur.com/sultan-hamid-ii-meneroka-akar-perkara-makar/.
diakses 20 Juli 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
SILABUS
MATA PELAJARAN SEJARAH
KELOMPOK PEMINATAN ILMU-ILMU SOSIAL
Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas
Sekolah : SMA MANIAMAS NGABANG
Kelas : XII
Standar Kompetensi : Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi hingga lahirnya Orde Baru.
Kompetensi
Dasar Materi Pokok
Kegiatan
Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi
Waktu Sumber Belajar
1.1 Menganalisis
peristiwa
sekitar
Proklamasi
17 Agustus
1945 dan
pembentukan
pemerintahan
Indonesia.
1. Riwayat hidup
Sultan Hamid II.
2. Karier politik Sultan
Hamid II dalam
Percaturan Politik di
1. Melalui diskusi,
presentasi dan
penjelasan, siswa
dapat
mendeskripsikan dan
menyimpulkan
riwayat hidup Sultan
Hamid II.
2. Melalui diskusi,
presentasi dan
penjelasan, siswa
Setelah mempelajari
materi ini siswa
diharapkan dapat:
1. Mendeskripsikan
dan
menyimpulkan
riwayat hidup
Sultan Hamid II.
2. Menganalisis,
menyimpulkan
dan menjelaskan
Jenis tagihan:
a. tes
b. non tes
Bentuk tagihan:
uraian tertulis,
portofolio dan
makalah
individual.
4 x 45
menit
Dimyati, Anshari, dkk.
2013. Biografi Politik
SULTAN HAMID II
Sang Perancang
Lambang Negara “
Elang Rajawali-Garuda
Pancasila”. Pontianak:
TOP Indonesia
bekerjasama dengan
Yayasan Sultan Hamid
II dan Pemerintah
Provinsi Kalimantan
Barat.
Moedjanto. 1988.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Indonesia.
dapat menganalisis,
menyimpulkan dan
menjelaskan karier
politik Sultan Hamid
II dalam percaturan
politik di Indonesia.
karier politik
Sultan Hamid II
dalam percaturan
politik di
Indonesia.
Indonesia Abad Ke-20
Dari Kebangkitan
Nasional Sampai
Linggarjati.
Yogyakarta: Kanisius.
Nanang R. Hidayat.
2008. Mencari Telur
Garuda. Jakarta: Nalar.
Persadja (Persatuan
Djaksa² Seluruh
Indonesia). 1953.
Peristiwa Sultan Hamid
II, Jakarta: Fasco.
Mengetahui, Yogyakarta, 11 November 2015
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Vinsensius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan Tingkat Pendidikan : SMA MANIAMAS NGABANG
Mata Pelajaran : SEJARAH
Kelas/program/Semester : XII/Gasal
Jumlah Pertemuan : 1 x pertemuan
1. Standar Kompetensi :
Menganalisis perjuangan bangsa Indonesia sejak proklamasi
hingga lahirnya Orde Baru.
2. Kompetensi Dasar :
Menganalisis peristiwa sekitar Proklamasi 17 Agustus 1945 dan
pembentukan pemerintahan Indonesia.
3. Indikator
Mendeskripsikan dan menyimpulkan riwayat hidup Sultan Hamid II.
Menganalisis, menyimpulkan dan menjelaskan karier politik Sultan
Hamid II dalam percaturan politik di Indonesia.
4. Tujuan Pembelajaran
Agar siswa mampu mendeskripsikan dan menyimpulkan riwayat
hidup Sultan Hamid II.
Agar siswa mampu menganalisis, menyimpulkan dan menjelaskan
karier politik Sultan Hamid II dalam percaturan politik di Indonesia.
5. Materi Pembelajaran
Sultan Hamid II dengan nama lengkap Sultan Syarif Hamid Al-
Qadrie, Max adalah nama panggilannya. Lahir pada 12 Juli 1913 di Pontianak
– Kalimantan Barat. Pendidikan yang ditempuh Sultan Hamid II, ELS di
Sukabumi, Pontianak, Yogyakarta. Melanjutkan di HBS di Bandung dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
HBS V di Malang 1932. Setamat di HBS beliau melanjutkan ke jenjang
Perguruan Tinggi di THS, namun di THS hanya berselang satu tahun karena
beliau lebih tertarik untuk masuk Akademi Militer di Negari Belanda pada
1933. Jabatan yang pernah diduduki Sultan Hamid II sepanjang hayatnya
adalah; Letnan Dua KNIL tahun 1938, Sultan Pontianak ke VII periode 1945-
1978 Kesultanan Qadriyah Pontianak dilantik pada 29 Oktober 1945, Mayor
Jenderal KNIL tahun 1946, Ajudan Istimewa Ratu Kerajaan Belanda dan
Wakil Mahkota Hindia Belanda tahun 1946, Kepala Daerah Istimewa
Kalimantan barat (DIKB) tahun 1947-1950, Ketua BFO tahun 1949, Ketua
Delegasi BFO di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November
1949, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS 1949, Menteri Negara Zonder
Portofolio Kabiner Hatta/Kabinet RIS 1949-1950, Koordinator Tim Perumus
Lambang Negara Indonesia (RIS) 1949-1950, Anggota Panitia Lambang
Negara Indonesia (RIS) sekaligus Perancang Lambang Negara (RIS)
berbentuk Elang Rajawali – Garuda Pancasila 1949-1950, Presiden Komisaris
PT. Indonesia Air Transport tahun 1967-1978. Karyanya yang tidak boleh
dilupakan adalah sebagai perancang/pencipta Lambang Negara Indonesia
(RIS) Elang Rajawali – Garuda Pancasila. Wafat pada 30 Maret 1978 pukul
18.15 WIB di Jakarta, dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar
Kesultanan Qadriyah Pontianak di Batu Layang, Pontianak-Kalimantan
Barat, dengan Upacara Kebesaran Kesultanan Pontianak.
Sultan Hamid II ketika berpihak pada Belanda sebagai perwira KNIL,
ia terlibat perang melawan Jepang di Balikpapan 23-24 Januari 1942. Sultan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Hamid II pernah menjadi tahanan perang militer Jepang pada 1942 karena ia
masuk dalam target penangkapan oleh Jepang. Ketika Soekarno–Hatta
memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945
beliau baru dibebaskan karena pasca Perang Dunia II Jepang menyerah tanpa
syarat dan berangsur keluar dari Kepulauan Melayu. Sultan Hamid II
diangkat menjadi Sultan ke 7 Kesultanan Qadriyah Pontianak dan dilantik
pada 29 Oktober 1945.
Pada tahun 1946 Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa
Ratu Kerajaan Belanda dan Wakil Mahkota di Indonesia. Sebagai ketua BFO
terhitung mulai Januari 1949. Delegasi BFO sebagai kekuatan ketiga diplomasi
dalam memperjuangkan pengakuan kedaulatan RIS dari Kerajaan Belanda.
Tanpa BFO dengan menyusung bentuk negara federal yang sejalan dengan
konsep awal Kerajaan Belanda melalui 7 butir sikap resmi yang dikeluarkan di
Amsterdam, 10 Februari 1946.
Surat Keputusan Presiden Soekarno No.1 Tahun 1949 tanggal 18
Desember 1949, maka dia ditunjuk sebagi salah seorang kabinet formatur
bersama-sama dengan Mohammad Hatta, Ide Anak Agung Gde Agung dan
Sultan Hamengkubuwono IX. Tanggal 20 Desember 1949 dengan surat
Keputusan Presiden No.2 Tahun 1949, maka Sultan Hamid II diangkat menjadi
Menteri Negara Zonder Portofolio atau tanpa tugas khusus (tanpa departemen).
Sultan Hamid II teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya
lambang negara mencerminkan pandangan hidup bangsa, dasar negara
Indonesia, di mana sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila, divisualisasikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
dalam lambang negara. Tanggal 20 Maret 1950 bentuk final gambar lambang
negara rancangan Sultan Hamid II yang telah diperbaiki ketika diajukan kepada
Presiden Soekarno selanjutnya mendapatkan disposisi atau persetujuan
Presiden Soekarno. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan
penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah
skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara di mana lukisan
otentiknya diserahkan kepada H. Mas Agung, Yayasan Idayu Jakarta pada 18
Juli 1974. Sedangkan Lambang Negara yang ada disposisi Presiden Soekarno
dan foto lambang negara yang diserahkan kepada Presiden Soekarno pada awal
Februari 1950 masih tetap disimpan oleh Keraton Qadriyah Pontianak. Sultan
Hamid II adalah pencipta/perancang lambang negara kita yaitu Garuda
Pancasila seperti sekarang ini.
Sultan Hamid II ikut aktif dalam perundingan-perundingan penting
dalam perjalan sejarah Kemerdekaan Indonesia. Seperti perundingan Malino,
Denpasar, Perhimpunan Musyawarah Federal (BFO), BFC, IJC, Konferensi
Inter Indonesia (KII) I dan II, Konferensi Meja Bundar (KMB) di Batavia
maupun Belanda.
6. Alokasi waktu : 2 x 45 menit
7. Model dan Metode Pembelajaran:
1. Model Pembelajaran : Jigsaw
2. Metode Pembelajaran: ceramah, kajian pustaka, diskusi, presentasi,
tanya jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
8. Kegiatan Pembelajaran
NO
Kegiatan
Pengorganisasian
Siswa Waktu
1.
2.
4.
Pendahuluan
a. Guru memimpin doa
b. Guru mengabsen siswa
c. Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
berkaitan dengan materi. Misalnya : Sultan
Hamid II berasal dari mana?
d. Guru menuliskan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti
a. Guru membagi siswa kedalam 3 kelompok:
Kelompok 1 mendiskusikan riwayat hidup
Sultan Hamid II. Kelompok 2 mendiskusikan
karier politiknya ketika pro Belanda. Kelompok 3
mendiskusikan karier Sultan Hamid II dan
sumbangsihnya untuk bangsa Indonesia.
b. Masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kepada kelompok lain. Setelah
penjelasan kelompok selesai, kelompok lain
dipersilahkan untuk bertanya. Masing-masing
kelompok mendapatkan waktu 15 menit untuk
presentasi dan menjawab pertanyaan dari
kelompok lain.
Penutup
a. Kesimpulan
- Guru dan siswa menyimpulkan dan merangkum
materi hari ini.
b. Refleksi
- Peserta didik menyampaikan nilai-nilai yang
diperoleh dari pelajaran hari ini.
c. Tugas Lanjutan
- Guru memberikan tugas kepada siswa berupa
PR.
d. Guru mengucapkan salam kepada peserta didik.
Klasikal
Kelompok
Kelompok
dan Klasikal.
Klasikal .
10’
70’
10’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
9. Sumber Belajar dan Media Pembelajaran:
Sumber:
Dimyati, Anshari, dkk. 2013. Biografi Politik SULTAN HAMID II Sang
Perancang Lambang Negara “ Elang Rajawali-Garuda Pancasila”.
Pontianak: TOP Indonesia bekerjasama dengan Yayasan Sultan Hamid II
dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Moedjanto. 1988. Indonesia Abad Ke-20 Dari Kebangkitan Nasional
Sampai Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.
Nanang R. Hidayat. 2008. Mencari Telur Garuda. Jakarta: Nalar.
Persadja (Persatuan Djaksa² Seluruh Indonesia). 1953. Peristiwa Sultan
Hamid II, Jakarta: Fasco.
Alat : Black board, white board, laptop, LCD
Bahan : Power point, kertas hangout, Spidol, Kapur, gambar
10. Penilaian Hasil Belajar
Teknik : tes dan non test
Bentuk : tes : Uraian, non test : Portofolio, Unjuk kerja.
Instrumen : Terlampir
Yogyakarta, 11 November 2015
Guru Mata Pelajaran,
Vinsensius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN 1: Penilaian Sikap Sosial
INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI SIKAP SOSIAL (SANTUN)
(LEMBAR OBSERVASI)
A. Petunjuk Umum
1. Instrumen penilaian kompetensi sikap sosial ini berupa Lembar Observasi.
2. Instrumen ini diisi oleh guru yang mengajar peserta didik yang dinilai.
B. Petunjuk Pengisian
Berdasarkan pengamatan Anda selama dua minggu terakhir, nilailah sikap
setiap peserta didik Anda dengan memberi skor 4, 3, 2, atau 1 pada Lembar
Observasi dengan ketentuan sebagai berikut:
4 = apabila selalu melakukan perilaku yang diamati
3 = apabila sering melakukan perilaku yang diamati
2 = apabila kadang-kadang melakukan perilaku yang diamati
1= apabila tidak pernah melakukan perilaku yang diamati
A. Lembar Observasi
LEMBAR OBSERVASI
Kelas :
Semester :
TahunPelajaran :
Periode Pengamatan : Tanggal s.d.
Butir Nilai :
1. Mengembangkan nilai dan perilaku
mempertahankan harga diri bangsa dengan
bercermin pada kegigihan para pejuang
dalam melawan penjajah.
2. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung
jawab, cinta damai para pejuang dalam
mewujudkan cita-cita mendirikan Negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dan bangsa Indonesia dan menunjukkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung
jawab, cinta damai para pejuang untuk
meraih kemerdekaan dan menunjukkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Meneladani perilaku kerjasama, tanggung
jawab, cinta damai para pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan dan
menunjukkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam
mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran
sejarah.
Indikator Sikap :
1. Menunjukkan sikap dan perilaku menghargai terhadap kegigihan para
pejuang dalam melawan penjajah.
2. Menunjukkan sikap bertanggung jawab dan peduli di sekolah.
3. Menunjukkan sikap reponsif dan pro-aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran di kelas.
4. Menunjukkan sikap dan perilaku cinta tanah air dalam kehidupan sehari-
hari.
5. Menunjukkan sikap dan perilaku jujur dan bertanggung jawab dalam
mengerjakan tugas dari pembelajaran sejarah.
No.
Nama
Peserta
Didik
Skor Indikator Sikap
Spiritual (1 – 5)
Jumlah
Perolehan
Skor Indikator
1 2 3 4 5
1. Niko 4 3 4 4 4 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Petunjuk penghitungan skor kompetensi sikap sosial:
1. Rumus Penghitungan Skor Akhir
Skor Akhir = Jumlah Perolehan Skor x 100
Skor Maksimal (20)
2. Tabel Penghitungan Nilai Akhir Kategori Skor Keterampilan Peserta Didik
Didasarkan Pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 Yaitu:
Interval Hasil Konversi Predikat
96-100 4.00 A
91-95 3.66 A-
86-90 3.33 B+
81-85 3.00 B
75-80 2.66 B-
70-74 2.33 C+
65-69 2.00 C
60-64 1.66 C-
55-59 1.33 D+
< 54 1.00 D
Yogyakarta, 11 November 2015
Guru Mata Pelajaran,
Vinsensius
2. Santus 2 2 4 4 4 16
3. Dst…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
LAMPIRAN: 2
INSTRUMEN PENILAIAN PENGETAHUAN
(SOAL URAIAN)
A. Petunjuk Umum
1. Instrumen penilaian pengetahuan ini berbentuk soal uraian.
2. Soal ini dikerjakan oleh peserta didik
B. Petunjuk Pengisian
Kerjakan soal berikut dengan singkat dan jelas!
C. Soal
No Pertanyaan
1. Deskripsikan secara singkat riwayat hidup Sultan Hamid II !
2. Jelaskan karier politik Sultan Hamid II ketika berpihak kepada Belanda !
3. Jelaskan sumbangsih Sultan Hamid II untuk bangsa Indonesia !
4. Berikan analisis anda terhadap sikap dan rasa Nasionalisme Sultan Hamid II !
Petunjuk (rubrik) dan penentuan skor
2. Kunci Jawaban
No Pertanyaan Kunci Jawaban
1. Deskripsikan secara
singkat riwayat hidup
Sultan Hamid II !
Sultan Hamid II Lahir pada 12 Juli 1913 di
Pontianak-Kalimantan Barat. Pendidikan (ELS, HBS,
THS, dan KMA). Jabatan : Letnan Dua KNIL 1938,
Sultan Pontianak ke 7 (1945-1978) dilantik 29
Oktober 1945, Mayor Jenderal KNIL 1946, Ajudan
Istimewa Ratu Kerajaan Belanda 1946, Kepala DIKB
1947-1950, Ketua BFO 1949, Ketua Delegasi BFO
pada KMB di Belanda 23 Agustus hingga 2
November 1949, Wakil Mahkota Hindia Belanda
1949, Anggota Dewan Formatur Kabinet RIS 1949,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Menteri Negara Portofolio Kabinet RIS 1949-1950,
Koordinator Tim Perumus Lambang Negara RIS
1950, Anggota Panitia Lambang Negara RIS 1950,
Presiden Komisaris PT. Indonesia Air Transport
1967-1978. Karya : perancang/pencipta Lambang
Negara Indonesia (RIS) “Elang Rajawali – Garuda
Pancasila. Wafat di Jakarta, 30 Maret 1978, 18.15
WIB.
2. Jelaskan karier politik
Sultan Hamid II ketika
berpihak kepada
Belanda !
Sebagai tentara aktif KNIL, Sultan Hamid II
terlibat perang melawan Jepang tahun 1941 di
Tarakan dan Balikpapan, Kalimantan Timur. Pada
tanggal 23-24 Januari 1942 di Balikpapan, militer
Jepang mendapat perlawanan sengit dari KNIL yang
menyebabkan Sultan Hamid II terluka. Tahun 1946
Sultan Hamid II diangkat sebagai Ajudan Istimewa
Ratu Kerajaan Belanda, kemudian diangkat juga
sebagai Wakil Mahkota di Indonesia yang berarti
diberi kepercayaan penuh mewakili kebijakan Ratu
Juliana di Indonesia. Menjadi Ketua BFO, membuat
Sultan Hamid II dikenal sebagai salah satu tokoh
sentral di KMB, beliau dicatat sebagai salah satu dari
delegasi Indonesia untuk berunding dengan Belanda
selama KMB di Den Haag. Hasilnya Kerajaan
Belanda mengakui dan menyerahkan kedaulatan
kepada RIS terhitung 27 Desember 1949.
3. Jelaskan sumbangsih
Sultan Hamid II untuk
bangsa Indonesia !
Sumbangsih terbesar Sultan Hamid II untuk bangsa
Indonesia adalah Lambang Negara Indonesia ( Elang
Rajawali-Garuda Pancasila). Karena alasan politik,
cukup lama Sultan Hamid II tidak diakui sebagai
perancang Lambang Negara Indonesia (Elang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Rajawali – Garuda Pancasila). Pengakuan resmi
Pemerintah Republik Indonesia terhadap karya
Sultan Hamid II sebagai Perancang lambang Negara
Indonesia, ditandai dengan langkah Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia dan Museum
Konferensi Asia Afrika, di Bandung, Provinsi Jawa
Barat. Rancangan dibuat oleh Sultan Hamid II yang
dipilih Presiden Soekarno sebagai Lambang Negara
yang kemudian dikenal dengan Garuda Pancasila.
4. Berikan analisis anda
terhadap sikap dan rasa
Nasionalisme Sultan
Hamid II !
Sultan Hamid II memiliki rasa nasionalisme bagi
Indonesia tetapi skala nasionalisme atas kontribusi
selama kariernya masih sangat kecil. Hal ini juga
dikarenakan perjalanan kariernya lebih terlihat
bersama Belanda dibandingkan dengan bangsanya
sendiri yaitu bangsa Indonesia.
Keterangan: Setiap nomor skor maksimal 25
Petunjuk penghitungan skor kompetensi keterampilan:
1. Rumus Penghitungan Skor Akhir
Skor Akhir Siswa
NA : Jumlah Skor x 100
Skor maksimal (100)
2. Tabel Penghitungan Nilai Akhir Kategori Skor Keterampilan Peserta Didik
Didasarkan Pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 Yaitu:
Interval Hasil Konversi Predikat
96-100 4.00 A
91-95 3.66 A-
86-90 3.33 B+
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
81-85 3.00 B
75-80 2.66 B-
70-74 2.33 C+
65-69 2.00 C
60-64 1.66 C-
55-59 1.33 D+
< 54 1.00 D
Yogyakarta, 11 November 2015
Guru Mata Pelajaran,
Vinsensius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
LAMPIRAN: 3
INSTRUMENPENILAIAN KOMPETENSI KETERAMPILAN
(PENILAIAN PRODUK)
Kelas :
Semester :
Tahun Pelajaran :
Periode Pengamatan : Tanggal s.d.
Butir Nilai : Menulis sejarah tentang peristiwa sekitar
Proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan
pemerintahan Indonesia.
Indikator : Melaporkan hasil diskusi kelompok mengenai
riwayat hidup Sultan Hamid II, karier politik
bersama Belanda, karier politik dan sumbangsih
bagi Indonesia dalam bentuk makalah.
Soal : Buatlah laporan tertulis dalam bentuk makalah
tentang riwayat hidup Sultan Hamid II.karier
politik Sultan Hamid II bersama Belanda, karier
politik dan sumbangsihnya bagi Indonesia serta
analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II.
Rubrik Penilaian Produk
No. Nama
Kekesuaian
dengan tema
(1-4)
Kelayakan
Isi
(1-4)
Sistematika
(1-4)
Jumlah
Skor
1. Niko
2. Santus
3. Dst...
Keterangan Tabel:
a. Petunjuk penilaian berkaitan dengan kesesuaian dengan tema,
mendapatkan:
Skor 1: Jika hanya mampu menulis 1 tema pembahasan saja dari 4
pembahasan yang diminta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Skor 2: Jika hanya mampu menulis 2 tema pembahasan saja dari 4
pembahasan yang diminta.
Skor 3: Jika hanya mampu menulis 3 tema pembahasan saja dari 4
pembahasan yang diminta.
Skor 4: Jika mampu menuliskan 4 tema pembahasan yang diminta
meliputi riwayat hidup Sultan Hamid II.karier politik Sultan
Hamid II bersama Belanda, karier politik dan sumbangsihnya
bagi Indonesia serta analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid
II.
b. Petunjuk penilaian kelayakan isi, mendapat:
Skor 1: Jika hanya mampu menjelaskan dengan benar 1 topik
pembahasan saja.
Skor 2: Jika hanya mampu menjelaskan dengan benar 2 topik
pembahasan saja.
Skor 3: Jika hanya mampu menjelaskan dengan benar 3 topik
pembahasan saja.
Skor 4: Jika mampu menjelaskan dengan benar 4 pembahasan
mengenai riwayat hidup Sultan Hamid II. karier politik Sultan
Hamid II bersama Belanda, karier politik dan sumbangsihnya
bagi Indonesia serta analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid
II.
Petunjuk penilaiaan mengenai sistematika penulisan, mendapat:
Skor 1: Jika hanya mampu menulis dengan sistematis 1 pembahasan saja
dari 4 pembahasan yang diminta. yaitu mengenai riwayat hidup
Sultan Hamid II.
Skor 2 : Jika mampu menulis dengan sistematis mengenai 2 pembahasan
dari riwayat hidup Sultan Hamid II dan karier politiknya
bersama Belanda.
Skor 3: Jika mampu menulis dengan sistematis mengenai 3 pembahasan
dari riwayat hidup Sultan Hamid II, karier politiknya bersama
Belanda dan karier politik serta sumbangsingnya bagi Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Skor 4: Jika mampu menulis dengan sistematis mengenai 4 pembahasan
dari riwayat hidup Sultan Hamid II. karier politik Sultan Hamid
II bersama Belanda, karier politik dan sumbangsihnya bagi
Indonesia serta analisis sikap nasionalisme Sultan Hamid II.
Petunjuk penghitungan skor kompetensi ketrampilan:
1. Rumus Penghitungan Skor Akhir
Skor Akhir Siswa
NA : Jumlah Skor x 100
Skor maksimal (12)
2. Tabel Penghitungan Nilai Akhir Kategori Skor Keterampilan Peserta Didik
Didasarkan Pada Permendikbud No 81A Tahun 2013 Yaitu:
Interval Hasil Konversi Predikat
96-100 4.00 A
91-95 3.66 A-
86-90 3.33 B+
81-85 3.00 B
75-80 2.66 B-
70-74 2.33 C+
65-69 2.00 C
60-64 1.66 C-
55-59 1.33 D+
< 54 1.00 D
Yogyakarta, 11 November 2015
Guru Mata Pelajaran,
Vinsensius
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI