plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · 2018-03-24 · kakakku thomas sulistia handaka dan ......
TRANSCRIPT
UNSUR INTRINSIK CERPEN “TUHAN, PAWANG HUJAN, DAN
PERTARUNGAN YANG REMIS“ KARYA A.S. LAKSANA DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM BENTUK SILABUS DAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) UNTUK
SISWA SMA KELAS XII SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Theresia Rita Listiana
041224062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UNSUR INTRINSIK CERPEN “TUHAN, PAWANG HUJAN, DAN
PERTARUNGAN YANG REMIS“ KARYA A.S. LAKSANA DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM BENTUK SILABUS DAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) UNTUK
SISWA SMA KELAS XII SEMESTER I
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Disusun oleh:
Theresia Rita Listiana
041224062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Persembahan
Kehidupan adalah sebuah misteri. Bagaikan laut yang ganas
dan mengombang-ambingkan kita, dalam gelombang keraguan dan
nasib. Aku hanya bertahan hidup dengan berpegang erat pada
sebuah batu karang yang kokoh yang akan menjagaku dalam badai
kehidupan.
Terkadang langkahku terhenti sejenak, ada rintangan dan
tantangan yang harus kulalui. Suka dan duka telah aku rasakan.
Terkadang aku merasa tersesat, bingung dan terjatuh seorang diri
karena merasakan beban yang begitu berat dalam hidup ini. Namun,
aku merindukan tuntunan dan arahan dan berharap ada seseorang
yang akan mengulurkan tangan dan meraihku dan menjadikanku
kuat dan kokoh kembali.
Saat aku tersesat, bingung, dan terjatuh dalam badai
kehidupan Allah telah memberiku pelabuhan batu karang yang
kokoh dan aman yaitu keluargaku ~Bapak, ibu, kakak, dan adik~
yang selalu menjagaku dalam badai kehidupan. Mereka memberiku
rasa aman dan hiburan dalam suka maupun duka.
Secara khusus skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang
tuaku tercinta Bapak Paulus Ngadikin dan Ibu L. Maryati (Alm),
kakakku Thomas Sulistia Handaka dan adiku Andreas Hendri
Listianto. Mereka semua adalah harapan dan semangat hidupku,
trimakasih Tuhan atas anugerah terindah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTO
Apabila engkau melihat rebah keledai musuhmu karena berat bebannya, maka
janganlah engkau enggan menolongnya. Haruslah engkau rela menolong dia
dengan membongkar muatan keledainya
(Keluaran, 23:5)
Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan hidup
yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan adalah cara
gembira menuju kegagalan.
(Mario Teguh)
Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat dan
keinginan adalah buta, jika tidak disertai dengan pengetahuan. Dan pengetahuan
adalah hampa jika tidak tidak diikuti pelajaran. Dan setiap pelajaran akan sia-sia
jika tidak disertai cinta.
(Khalil Gibran)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Listiana, Theresia Rita. 2010. Unsur Intrinsik Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” Karya A.S. Laksana dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siswa SMA kelas XII Semester I. Yogyakarta: PBSD, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji unsur intrinsik cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana, yang meliputi tokoh, latar, alur, tema, amanat, bahasa, dan sudut pandang. Penelitian ini juga memaparkan hubungan antarunsur intrinsiknya. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dan mendeskripsikan implementasi pembelajarannya dalam bentuk pengembangan silabus dan RPP.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif menggunakan pendekatan struktural yang menghasilkan data-data deskriptif berupa analisis unsur intrinsik cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana. Selanjutnya, hasil analisis ini diimplementasikan dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sastra untuk siswa SMA kelas XII semester I.
Hasil analisis cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana terdapat lima tokoh, yaitu (1) Alit sebagai tokoh utama dan tokoh antagonis, (2) Gadis cantik sebagai tokoh sederhana, (3) Pawang Tua sebagai tokoh tambahan, (4) Tuhan sebagai tokoh statis, dan (5) Duda tua sebagai tokoh statis. Latar yang digunakan dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana tidak mengacu pada suatu daerah tertentu tetapi meliputi tiga unsur latar, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Alur yang digunakan ialah alur maju karena jalan peristiwa dalam cerita secara kronologis maju, runtut dari awal, tengah, hingga akhir. Tema yang terkandung dalam cerpen adalah pertarungan yang remis. Amanat yang disampaikan adalah jangan dengan mudah mengambil keputusan demi keputusan terhadap jalan hidup. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia sehari-hari. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama “aku”, yaitu dalam pengisahan cerita pengarang sebagai pelaku cerita. Hubungan antarunsur intrinsik saling mendukung, karena masing-masing unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri. Kehadiran berbagai unsur intrinsik dalam karya sastra dimaksudkan untuk membangun sebuah cerita.
Berdasarkan kurikulum yang terdapat dalam KTSP, ditinjau dari standar kompetensi dasar, cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA. Dalam penelitian ini terdapat contoh silabus dan RPP. Untuk mengetahui tingkat kelayakan produk silabus dan RPP dilakukan evaluasi oleh dua guru Bahasa Indonesia SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT Listiana, Theresia Rita. 2010. Intrinsic Elements of “Tuhan, Pawang Hujan,
dan Pertarungan yang Remis” Short Story by A.S. Laksana and Its Implementation in the Form of Syllabus and Lesson Plan for Senior High School Students Grade XII Semester I. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Sanata Dharma University.
This research analyzes the intrinsic aspects of a short story entitled
“Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” by A.S. Laksana covering characters, setting, plot, theme, moral value, language, and point of view. Thi research also describes the relation between the intrinsic aspects. The objectives of this research are to describe the intrinsic aspects in the “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” short story by A.S. Laksana and to descrine the implementation of learning process in form of syllabus and lesson plan development.
This research is a qualitative research. Qualitative research uses structural approach which results descriptive data in kind of the analysis of intrinsic aspects in “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” short story by A.S. Laksana. Further, the results from the analysis are implemented in the form of syllabus and lesson plan for literature class for twelfth-years students of senior high school in the first semester.
By analyzing the short story entitled “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” by A.S. Laksana, the researcher finds five characters, thet are: (1) Alit as the main and the antagonist character, (2) Gadis cantik (The Pretty Girl) as the simple and humble character, (3) Pawang Tua (The Old handler) as the additional character, (4) Tuhan (God) as static character, (5) Duda tua (Old Widower) as static character. The setting used in the story of “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” by A.S. Laksana does not refer to specific region or location; however it covers three setting aspects, namely: place, time, and social background. The plot used in the story is the progressive plot since the story goes chronologically forward and sequentially from the beginning, middle, up to the end of the story. The theme found in the story is a draw conflict. The moral value which is implicitly stated is that not to emotionally take decisions in life. The story uses casual language. The story uses the first point of view “aku” to characterize the writer as the main character. Each intrinsic aspect is supporting each other because they cannot stand by themselves. The existence of various intrinsic aspects in a literature art is intended to build a story.
Refers to the curriculum set on KTSP, being seen from the standard of basic competence, the “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” short story by A.S. Laksana can be implemented in literature learning process in senior high level. The researcher provides the sample of syllabus and lesson plans. Evaluations on the syllabus and lesson plans are conducted by two Indonesia language teachers in senior high school to measure the level of reliability of the products.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang mahakasih atas rahmat kehidupan,
perlindungan, penyertaan serta cinta kasihNya yang begitu besar sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Unsur
Intrinsik Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya
A.S. Laksana dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk Siswa SMA kelas XII Semester I disusun
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan
Daerah.
Penulis sungguh menyadari bahwa terselesainya skripsi ini berkat
dukungan, nasihat, bimbingan, dan bantuan baik secara moril dan materi dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. P. Hariyanto selaku dosen pembimbing yang sangat sabar
mendampingi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama menyusun
skripsi ini hingga selesai.
2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Kaprodi PBSID Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Tim penguji yang telah memberi kritik dan saran demi penyempurnaan
skripsi ini.
4. Seluruh dosen program studi PBSID yang dengan penuh kesabaran dalam
mendidik dan mendampingi penulis selama belajar di program studi
PBSID.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Mas Fx. Sudadi, karyawan sekretariat program studi PBSID yang dengan
penuh kesabaran memberikan pelayanan dan membantu kelancaran
penulis selama berproses di program studi PBSID dan dalam proses
penyusunan skripsi ini.
6. Karyawan perpustakaan USD yang telah banyak membantu dalam
memberikan pinjaman buku bagi penulis.
7. Orangtuaku yang sangat kucinta, Bapak Paulus Ngadikin dan Ibu L.
Maryati (Alm), yang memberikan cinta, semangat, perhatian, motivasi
dan doa kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan.
8. Kakak, adikku, keponakannku yang tersayang, Thomas Sulistia Handaka
Andreas Hendri Listianto, Maria Winda Pawestri, Daniel Kristi Handika
Pratama dan Agnes Andin Laura K. yang selalu memberikan semangat,
canda-tawa, dan doa. Aku sayang kalian semua.
9. Yulianus Sarjono, yang memberikan cinta, perhatian, semangat, dan doa
kepada penulis.
10. Benardus Widyo Susanto, trimakasih atas perhatian, semangat, doa dan
bimbingannya kepada penulis selama penulis berproses sampai akhirnya
skripsi ini selesai.
11. Seluruh keluarga besar di Tetes, di Adijaya, di Gubug, dan keluarga mas
Deny Styawan trimakasih atas doa dan semangatnya.
12. Endah Dwi Aryani, mbak Mm, dek Ratna, Lusi, mas Agil, Dina, Fransisca
Suyanti, dan Anastasia Suyanti, yang telah mengisi hidup penulis dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTO. ...................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... vii
ABSTRAK. ................................................................................................. viii
ABSTRACT. ................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR. ................................................................................... x
DAFTAR ISI .............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah ........................................................................... 7
1.6 Sistematika Penyajian ............................................................... 9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II KAJIAN TEORI .......................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ......................................... 10
2.2 Kajian Teori ............................................................................. 13
2.2.1 Hakikat Cerpen ............................................................... 13
2.2.2 Pendekatan Struktural ..................................................... 15
2.2.3 Unsur Intrinsik Cerpen .................................................... 17
a. Tokoh ........................................................................ 17
b. Latar .................................................................... ......23
c. Alur ........................................................................... 25
d. Tema .......................................................................... 28
e. Amanat ....................................................................... 30
f. Bahasa ........................................................................ 30
g. Sudut Pandang ........................................................... 32
2.2.4 Hubungan Antarunsur Intrinsik .................................... 40
2.2.5 Implementasi Pembelajaran Sastra di SMA .................. 41
a. Tahap Pembelajaran Sastra di SMA ......................... 41
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ........ 42
c. Standar Kompetensi .................................................. 44
d. Silabus ...................................................................... 45
e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................... 52
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 55
3.1 Metodologi Penelitian ............................................................. 55
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
3.1.1 Jenis Penelitian ............................................................... 55
3.1.2 Pendekatan Penelitian ................................................... 57
3.1.3 Sumber Data .................................................................. 57
3.1.4 Instrumen Penelitian ...................................................... 58
3.1.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 59
3.1.6 Teknik Analisis Data ..................................................... 74
3.2 Trianggulasi Hasil Analisis Data ............................................ 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 79
4.1 Deskripsi Data Penelitian ......................................................... 79
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” Karya A.S. Laksana ....................... 79
4.2.1 Tokoh ............................................................................... 80
4.2.2 Latar ................................................................................ 85
4.2.3 Alur .................................................................................. 91
4.2.4 Tema ................................................................................. 97
4.2.5 Amanat ............................................................................ 97
4.2.6 Bahasa ............................................................................. 98
4.2.7 Sudut Pandang ................................................................. 99
4.3 Hubungan Antarunsur Intrinsik ............................................ 100
1. Tokoh dan Latar ................................................................ 101
2. Tokoh dan Alur ................................................................ 101
3. Tokoh dan Bahasa ............................................................. 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4. Tokoh dan Tema ............................................................... 103
5. Tema dan Amanat ............................................................. 104
BAB V IMPLEMENTASI HASIL ANALISI UNSUR INTRINSIK
CERPEN “TUHAN, PAWANG HUJAN, DAN
PERTARUNGAN YANG REMIS” KARYA A.S.
LAKSANA DALAM BENTUK SILABUS DAN RPP
DALAM PEMBELAJARAN SASTRA UNTUK SISWA
SMA KELAS XII SEMESTER I .............................................. 105
5.1 Pengembangan Silabus ......................................................... 105
5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 110
5.3 Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarn ................... 112
5.4 Analisis Penilaian Produk Silabus dan RPP Sastra untuk
Siswa SMA kelas XII Semester I ......................................... 112
BAB VI PENUTUP ................................................................................. 116
6.1 Kesimpulan ............................................................................. 116
6.2 Implikasi ................................................................................. 120
6.3 Saran ....................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 121
LAMPIRAN .............................................................................................. 124
BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.5a Kisi-kisi Penilaian Produk Silabus Pembelajaran Sastra utuk siswa
SMA kelas XII semester I
Tabel 3.1.5b Rubrik Penilaian Produk Silabus Pembelajaran Sastra utuk siswa
SMA kelas XII semester I
Tabel 3.1.5c Kisi-kisi Penilaian Produk Rencana Pelaksanaan Pembelajara
Sastra utuk siswa SMA kelas XII semester I
Tabel 3.1.5d Rubrik Penilaian Produk Rencana Pelaksanaan Pembelajara Sastra
utuk siswa SMA kelas XII semester I
Tabel 3.1.6 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan
Tabel 5.4a Data Penilaian Produk Silabus Pembelajaran Sastra utuk siswa
SMA kelas XII semester I oleh Guru Bahasa Indonesia dan Sastra
SMA
Tabel 5.4b Data Penilaian Produk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sastra
utuk siswa SMA kelas XII semester I oleh Guru Bahasa Indonesia
dan Sastra SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pada hakikatnya, karya sastra adalah refleksi dari kehidupan masyarakat.
Sebagai refleksi, karya sastra memang tidak sepenuhnya meniru secara riil
kehidupan masyarakat, akan tetapi memberikan pelajaran dan kemungkinan dari
sudut pandang estetis terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di dalam
masyarakat (Djojosuroto, 2006: 58).
Sumber karya sastra adalah kenyataan yang hidup di alam dan
masyarakat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi diangkat dan diungkapkan melalui
daya imajinatif, berupa penafsiran-penafsiran daya imajinatif sehingga menjadi
suatu karya sastra yang bernilai tinggi dan agung. Penderitaan, perjuangan,
kegembiraan, cinta kasih, kebencian, keberanian, dan segala peristiwa yang
dialami manusia, dari yang berarti hingga yang tidak berarti, diungkapkan
pengarang secara artistik dan imajnatif sebagai wujud kehidupan (Nurdin, dkk,
2002: 253).
Sastrawan dapat mengemukakan sesuatu yang hanya mungkin terjadi,
walau secara faktual tidak pernah terjadi. Maka dengan cara itu, karya fiksi
tersebut dapat mengubah hal-hal yang terasa pahit dan sakit jika dijalani dan
dirasakan pada dunia nyata, namun menjadi menyenangkan untuk direnungkan
dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 1995: 6).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Oleh karena itu, melalui karya sastra secara tidak langsung pembaca akan
mendapatkan suatu kesempatan untuk belajar memahami dan menghayati
berbagai persoalan kehidupan manusia yang sengaja diungkapkan oleh sastrawan.
(Djojosuroto, 2006: 59).
Karya sastra dipersepsi sebagai salah satu produk masyarakat yang
mampu memberikan makna bagi kehidupan, mampu manyadarkan masyarakat
akan arti hidup ini, dan mampu maningkatkan kualitas hidup dan kehidupan.
Karya sastra juga dipandang sebagai sarana pendidikan yang baik bagi manusia
atas sarana mengajar untuk membuat manusia lebih paham terhadap dunia,
bahkan sebagian orang berpendapat bahwa sastra merupakan alat pengajaran yang
efektif. Sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, maka
pengajaran sastra harus kita pandang sebagai sesuatu yang sangat penting yang
patut menduduki tempat yang selayaknya. Jika pengajaran sastra dilakukan
dengan tepat, maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang besar
untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di
dalam masyarakat (Rahmanto, 1988: 15).
Cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang dialami
sang tokoh, namun tidak memungkinkan terjadinya perubahan nasib. Karena
pendeknya, cerpen sering disebut cerita yang dapat dibaca satu kali duduk. Ciri
esensial suatu cerpen bukanlah pada panjang pendeknya cerita, tetapi pada isi atau
maslah yang dikemukakan di dalamnya (Nurdin, dkk, 2002: 259).
Sastra merupakan salah satu bagian pokok pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia yang mempunyai materi cukup banyak dan harus diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kepada siswa. Dengan demikian kita sebagai calon guru mata pelajaran bahasa
sastra Indonesia harus lebih kreatif dalam memberikan pengajaran sastra,
sehingga siswa dapat mengapresiasikan karya sastra dengan baik, sehingga
pengajaran sastra dapat tercapai maksimal. Selain itu, peneliti juga berusaha
menghubungkan penelitian ini sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA dan
implementasinya dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) untuk siswa kelas XII semester I. Materi pembelajaran cerpen terdapat di
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 dalam bentuk silabus
dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Cerpen yang berjudul “Tuhan, Pawang Hujan dan Pertarungan yang
Remis” merupakan salah satu karya A. S. Laksana, yang dimuat dalam kumpulan
20 cerpen Indonesia terbaik 2009 anugrah sastra pena kencana. Ia dilahirkan di
Semarang, 25 November 1969. Salah satu kumpulan cerpen yang berjudul
“Bidadari yang Mengembara” juga telah dipilih oleh majalah tempo sebagai buku
sastra terbaik 2004, selain sebagai seorang sastrawan, pengarang, kritikus sastra ia
pun pernah menjadi wartawan detik, detak, tabloid investigasi dan kemudian
mendirikan sekolah penulis kreatif Jakarta School dan menjadi salah satu pengajar
(http://id.wikipedia.org/wiki/A.S._Laksana).
Peneliti tertarik untuk meneliti cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana sebagai bahan kajian dengan alas
an: pertama, belum pernah ada yang menganalisis dan menerapkannya sebagai
salah satu bahan pembelajaran bagi siswa Sekolah Menengah Atas (SMA).
Kedua, cerpen ini memiliki unsur pendidikan serta kekhasan dalam penceritaanya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yaitu pembaca dihadapkan pada unsur yang berkaitan pada masalah yang tidak
jauh dengan realita kehidupan kita. Ketiga, cerpen tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu materi pembelajaran cerpen di SMA yang penuh dengan nilai-
nilai dan pesan moral yang sangat baik bagi para siswa
Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dan metode penelitian yang
digunakan adalah metode penelitian deskripsi. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian adalah pendekatan struktural untuk menganalisis unsur intrinsik cerpen
“Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”. Selain itu, dalam
penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and
Development) yang menghasilkan produk dalam bentuk silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sastra untuk siswa SMA kelas XII semester I.
Analisis unsur intrinsik perlu dilakukan agar cerpen tidak hanya sekedar
ada sebagai benda mati saja, tetapi dapat mengungkapkan pesan yang terkandung
di dalam cerita sehingga bermanfaat bagi pembaca. Diharapkan siswa dan segenap
lapisan masyarakat juga dapat dengan mudah memahami pesan-pesan yang
terkandung di dalam cerpen.
Pengajaran sastra salah satunya cerpen mempunyai banyak manfaat bagi
guru maupun siswa sendiri. Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran
yang apresiatif, yang memerlukan keterlibatan jiwa siswa dalam memahami
makna isi cerita dalam cerpen. Untuk mmencapai pemahaman guru dan siswa
terhadap cerpen yaitu dengan cara menganalisis unsur intrinsik cerpen itu sendiri.
Karena dengan membaca dan menganalisis cerpen tersebut, siswa diharapkan
dapat memahami dan mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
kebutuhan dan minat, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap karya
sastra.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Bagaimana unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana
yang ditinjau dari tokoh, latar, alur, tema, amanat, bahasa, sudut
pandang, dan hubungan antarunsur tersebut?
2. Bagaimana implementasi unsur interinsik cerpen ” Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana pada
pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XII semester I dalam
bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan hasil analisis struktur cerpen “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana ditinjau dari
tokoh, latar, alur, tema, amanat, bahasa, sudut pandang, dan hubungan
antarunsur tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Mendeskripsikan implemantasi unsur intrinsik cerpen “Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana
dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sastra
untuk siswa SMA kelas XII semester I.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan sebagai
berikut.
1. Bagi bidang ilmu sastra
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam
pemahaman ilmu sastra, yaitu dapat memperkaya pemahaman kita
terhadap karya sastra khususnya cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
2. Bagi guru mata pelajaran bahasa sastra Indonesia
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran bahasa dan
sastra Indonesia serta dapat memberikan sumbangan bagi
pembelajaran sastra di SMA, khususnya yang berkaitan dengan
pembelajaran karya sastra cerpen di kelas.
3. Bagi pembelajaran di SMA
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pengetahuan bagi siswa
tentang cerpen baru yang dapat dijadikan bahan atau materi alternatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Batasan Istilah
Dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan istilah yang dapat
memudahkan pembaca. Batasan-batasan tersebut adalah.
1. Analisis struktural adalah analisis yang melihat bahwa unsur-unsur
struktur karya sastra saling berhubungan erat, saling menentukan
artinya (Pradopo, 1995: 118).
2. Cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang
dialami sang tokoh, namun tidak memungkinkan terjadinya perubahan
nasib. Karena pendeknya, cerpen sering disebut cerita yang dapat
dibaca satu kali duduk (Nurdin, dkk, 2002:259).
3. Hubungan antarunsur intrinsik adalah keterkaitan antarunsur yang satu
dengan unsur yang lain dan saling berhubungan secara keseluruhan di
dalam sebuah karya sastra.
4. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu
sendiri (Nurgiantoro, 1995: 23).
5. Bahasa adalah merupakan sarana pengungkapan sastra (bahasa emotif
dan bersifat konotatif) (Nurgiantoro, 1995: 272-273).
6. Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh
pembaca dianggap sebagai tokoh konkret, individual (Hartoko dan
Rahmanto, 1986: 144).
7. Latar adalah keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam sustu karya
sastra (Sudjiman, 1991: 44).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
8. Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu
karya sastra (Sudjiman, 1991: 50).
9. Alur adalah rangkaian peristiwa berdasarkan cerita (Hariyanto,
2000:42).
10. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang (Sudjiman, 1991: 57).
11. Pembelajaran adalah proses penerimaan suatu bahan atau materi oleh
siswa dalam proses belajar.
12. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2006: 3).
13. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator
percapaian kompetensi, penilaian alokasi waktu, dan sumber belajar
yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan
Standar Nasional Pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132-133).
14. RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan
diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53).
15. Implementasi adalah pelaksanaan atau penerapan (KBBI, 2000: 327).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.6 Sistematika Penyajian
Bab I merupakan pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan 6 hal yaitu:
(1) latar belakang penelitian, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian,
(4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan (6) sistematika penyajian.
Bab II merupakan kajian teori. Dalam bab ini dipaparkan 3 hal, yaitu: (1)
penelitian terdahulu yang relevan, (2) kajian teori, (3) implementasi pembelajaran
untuk siswa SMA kelas XII semester I dalam bentuk silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pengajran (RPP).
Bab III merupakan metodologi penelitian. Dalam bab ini dipaparkan 6
hal, yaitu: (1) jenis penelitian, (2) pendekatan penelitian, (3) sumber data, (4)
instrumen penelitian, (5) teknik pengumpulan data, (6) teknik analisis data, dan
(7) trianggulasi hasil analisis data.
Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini
dipaparkan 3 hal, yaitu: (1) deskripsi data penelitian, (2) analisis unsur intrinsik
cerpen “Tuhan , Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S.
Laksana yaitu: tokoh, latar, alur, tema, amanat, bahasa, sudut pandang dan (3)
analisis hubungan antarunsur.
Bab V merupakan implementasi hasil analisis unsur intrinsik cerpen
”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana
sebagai pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XII semester I terdiri dari
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Bab VI merupakan penutup. Dalam bab ini dipaparkan 3 hal, yaitu
(1) kesimpulan, (2) implikasi, dan (3) saran untuk peneliti selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam bab ini dikemukakan penelitian terdahulu, kajian teori yang
relevan dengan penelitian mengenai analisis unsur intrinsik mencakup teori
hakikat cerpen, pendekatan struktural, unsur intrinsik cerpen (tokoh, latar, alur,
tema, amanat, bahasa, dan sudut pandang), hubungan antarunsur, dan
implementasi pembelajaran untuk siswa SMA kelas XII semester I yang terdiri
dari (1) pembelajaran sastra di SMA, (2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2.1 Penelitian yang Relevan
Untuk memperoleh gambaran arah penelitian yang hendak dilakukan,
terdapat tiga penelitian yang relevan dengan topik ini, yaitu penelitian Rehulina
(2008), Yeni (2008), dan Debora Korning Tyas (2007). Ketiga peneliti ini sama-
sama menganalisis unsur intrinsik.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Rehulina (2008), mengenai
cerpen ”Kemboja Terkulai di Pangkuan” Karya Irwan Kelana dan
Implementasinya sebagai Bahan Pembelajaran di SMA” penelitian ini mengkaji
unsur intrinsik seperti tokoh, alur, latar, tema, sudut pandang, teknik penceritaan,
penggunaan bahasa, dan amanat, serta hubungan antarunsur tersebut. Penelitian
ini menggunakan pendekatan struktural, dan metode deskriptif. Selain itu, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
juga mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA dalam bentuk
silabus dan RPP.
Hasil penelitianya, dalam penelitian ini ditemukan beberapa tokoh, yaitu:
tokoh sentral (Hanifah), tokoh bawahan (Hj. Aisah), tokoh bulat (Haji abdullah),
dan tokoh datar (Hj. Usman dan Andri). Cerita dalam cerpen ini beralur maju dan
latar tempat yang digunakan berada di wilayah Bandung dan kota Depok. Selain
itu, terdapat dua tema dalam cerita ini, yaitu: (1) sikap kekecewaan, kesedihan,
ketakutan, dan penyesalan seorang bapak terhadap anak kebanggaannya yang
telah menghancurkan nama baik keluarga dan (2) pertentangan pendapat
mengenai hukum agama di Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bahasanya mudah dimengerti dan tidak
menggunakan bahasa khas daerah tertentu. Amanat yang terkandung dalam
cerpen tersebut adalah mengandung nilai moral, nilai agama, dan nilai sosial.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yeni (2008), mengenai “Uansur
Intrinsik Cerpen “Kembali ke Pangkal Jalan” Karya Yusrizal K.W. dan
Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
di SMA” penelitian ini menitikberatkan pada unsur intrinsik seperti tokoh, alur,
latar, tema, amanat, bahasa dan keterkaitan antarunsur. Metode yang digunakan
dalam penelitian metode kualitatif. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan
struktural. Peneliti juga mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA
kelas X dalam bentuk silabus dan RPP.
Hasil penelitian dari peenelitian ini ditemukan tiga tokoh, yaitu: (1) tokoh
protagonis (Ombing, Ibu Ombing dan almarhum kakek Ombing), dan (2) tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
antagonis (Pati Sari Pasinggahan). Sedangkan alur yang di gunakan dalam ceita
ini adalah alur maju karena peristiwa diceritakan secara kronologis maju, runtut
dari tahap awal, tengah, hingga akhir. Latar yang digunakan tidak diterangkan
disuatu wilayah tertentu tetapi hanya di tempat Ombing dan Pati Sari
Pasinggahan. Tema yang terkandung dalam ceritn ini ialah perjuangan seorang
laki-laki bernama Ombing. Selain itu, bahasa yang digunakan sebagian besar
bahasa baku tetapi ada pula beberapa kalimat yang menggunakan majas. Amanat
yang disampaikan dalam cerpen ini adalah ujung jalan yang benar akan membuat
hidup arif.
Ketiga, penelitian yang serupa dilakukan oleh Debora Korning Tyas
mengenai Struktur Intrinsik cerpen “Menjelang Lebaran” karya Umar Kayam dan
Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra kelas X SMA. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan struktural. Penelitian tersebut mengkaji struktur
intrinsik yang berupa tokoh, alur, latar, tema dan bahasa dalam cerpen, serta
hubungan antar unsur-unsur tersebut. Selain itu, peneliti juga
mengimplementasikan dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X dalam bentuk
Silabus dan RPP.
Hasil penelitian ini terdapat tiga tokoh dalam cerita tersebut, yaitu:
(1) tokoh protagonis (Kamil dan Sri), (2) tokoh tambahan (Mas, Ade, dan Nah),
dan (3) tokoh Wirawan (Sri). Cerpen ini beralur maju dan latar tempat yang
digunakan berada di wilayah Jakarta. Temanya adalah keluarga yang sederhana
yang mendapat masalah saat menjelang lebaran. Bahasa yang digunakan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
percakapan sehari-hari sehingga mudah dimengerti. Amanat yang disampaikan
adalah saling menghargai orang lain dan saling tolong menolong.
Dari ketiga penelitian tersebut ada dua perbedaan analisis, yaitu:
(1) unsur sudut pandang, dan (2) teknik penceritaan. Ketiga penelitian terdahulu
menunjukkan bahwa penelitian tentang unsur intrinsik dan implementasinya
dalam pembelajaran sastra sudah pernah dilakukan. Namun, penelitian mengenai
analisis unsur intrinsik cerpen “ Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana dan implementasinya dalam bentuk silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sastra untuk siswa SMA kelas XII
semester I yang menyuguhkan unsur intrinsik secara lengkap belum pernah
dilakukan. Unsur intrinsik secara lengkap di sini meliputi tokoh, alur, latar,
bahasa, sudut pandang, tema, dan amanat. Penelitian ini juga akan menekankan
hubungan antarunsur intrinsik secara lebih mendalam. Oleh karena itu, topik ini
masih relevan untuk diteliti.
2.2 Kajian Teori
2.2.1 Hakikat Cerpen
Cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang dialami
sang tokoh, namun tidak memungkinkan terjadinya perubahan nasib. Karena
pendeknya, cerpen sering disebut cerita yang dapat dibaca satu kali duduk. Ciri
esensial suatu cerpen bukanlah pada panjang pendeknya cerita, tetapi pada isi atau
maslah yang dikemukakan di dalamnya (Nurdin, dkk, 2002: 259).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Cerita rekaan merupakan jenis karya sastra yang beragam prosa.
Berdasarkan panjang-pendek cerita, ada yang membeda-bedakan cerita rekaan
lazimnya disingkat cerkan dengan sebutan cerita pendek atau cerpen, cerita
menengah atau cermen, dan cerita panjang atau cerpan. Namun, patokan yang
jelas tentang persyaratan panjang-pendek ini belum ada, setidak-tidaknya bagi
cerita rekaan Indonesia. Berapa panjang rata-rata cerita rekaan Indonesia? berapa
panjang cerita menengah? jawab atas pertanyaan sederhana ini memerlukan usaha
pengukuran panjang semua cerita rekaan Indnesia. Mengingat cerita rekaan sudah
ada sejak berabad-abad yang lalu, sedangkan jumlah cerita rekaan itu tidak dapat
dipastikan, pengukuran ini menjadi pekerjaan yang mustahil dilakukan. Lain
daripada itu, patokan apa yang hendak digunakan dalam pengukuran? apakah
yang menjadi patokan lama waktu yang diperlukan untuk membaca cerita sampai
selesai? ini sangat relatif, tergantung pada kecepatan orang seorang membaca.
Maka dalam pembicaraan selanjutnya istilah cerita rekaan mencakup ketiga-
tiganya (Sudjiman, 1991 : 11).
Ciri esensial suatu cerpen bukanlah pada panjang pendeknya cerita, tetapi
pada isi atau masalah yang dikemukakan di dalamnya. Lebih lanjut Sudjiman
menyatakan bahwa cerpen dapat disebut juga kisah pendek, karena kurang dari
10.000 kata. Dalam kondisi semacam ini kesan tunggal yang dominan timbul
karena cerpen memusatkan diri pada tokoh dalam satu situasi saja. Cerita pendek
yang efektif, terdiri dari satu tokoh atau di tampilkan pada satu latar belakang
lewat pelaku lahir batin yang terlibat dalam situasi yang sama. Di dalamnya
terdapat satu tikaian, yang merupakan inti cerita pendek (Sudjiman, 1991: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Kelebihan cerpen yang khas adalah kemampuannya mengemukakan secara
lebih banyak jadi, secara implisit dari sekadar apa yang diceritakan. Di pihak lain,
kelebihan novel yang khas adalah kemampuannya menyampaikan permasalahan
yang kompleks secara penuh, mengkreasikan sebuah dunia yang “jadi“. Hal itu,
berarti membaca sebuah novel menjadi lebih mudah sekaligus lebih sulit daripada
membaca cerpen. Ia lebih mudah karena tidak menuntut kita memahami masalah
yang kompleks dalam bentuk (dan waktu) yang sedikit. Sebaliknya, ia lebih sulit
karena berupa penulisan dalam skala yang besar yang berisi unit organisasi atau
bangunan yang lebih besar daripada cerpen. Hal inilah, yang menurut Stanton,
merupakan perbedaan terpenting antara novel dan cerpen (Nurgiyantoro,
1995:11).
2.2.2 Pendekatan Struktural
Karya sastra merupakan struktur yang tersusun dari lapis-lapis norma
yang saling berjalinan. Di samping itu, karya sastra merupakan struktur makna
atau struktur yang bermakna. Untuk memberikan makna sepenuhnya kepada teks
sastra, harus dianalisis secara struktural. Menurut Teeuw (1984, melalui Wiyatmi,
2006: 89) sesuai dengan namanya pendekatan struktural memandang dan
memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri. Karya sastra
dipandang sebagai sesuatu yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang,
realitas, maupun pembaca.
Dalam penerapannya pendekatan ini memahami karya sastra secara close
reading (membaca karya secara tertutup tanpa melihat pengaranggnya,
hubungannya dengan realitas, maupun pembaca). Analisis difokuskan pada unsur-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
unsur intrinsik karya sastra. Dalam hal ini, setiap unsur dianalisis dalam
hubungannya dengan unsur lainnya (Wiyatmi, 2006: 89).
Menurut Teeuw (1984, melalui Wiyatmi, 2006: 89) pendekatan struktural
bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan
semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur dan aspek karya
sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Teori struktural dan semiotik merupakan teori kritik sastra objektif.
Dikemukakan Abrams bahwa ada empat pendekatan terhadap karya sastra, yaitu:
(1) pendekatan mimetik yang menganggap karya sastra sebagai tiruan alam
(kehidupan), (2) pendekatan pragmatik yang menganggap karya sastra itu adalah
alat untuk mencapai tujuan tertentu, (3) pendekatan ekpresif, yang menganggap
karya sastra sebagai ekspresi perasaan, pikiran, dan pengalaman penyair
(sastrawan), dan (4) pendekatan objektif yang menganggap karya sastra sebagai
sesuatu yang otonom, terlepas dari alam sekitarnya, pembaca, dan pengarang.
Maka dalam kritik ini yang penting adalah karya sastra sendiri, yang khusus
dianalisis struktur intrinsiknya (Pradopo, 1995 : 140).
Analisis struktural dalam penelitian ini memfokuskan pada unsur-unsur
intrinsik, seperti tokoh, latar, tema, alur, amanat, bahasa, sudut pandang, dan
hubungan antarunsur, dalam cerpen yang berjudul “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana akan dibahas secara mendalam
mengenai unsur-unsur intrinsik tersebut. Pembahasan terhadap ketujuh unsur-
unsur instrinsik, seperti tokoh, latar, alur, tema, amanat, bahasa, sudut pandang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
dan hubungan antarunsur dilakukan secermat mungkin agar makna cerpen dapat
diketahui seutuhnya.
2.2.3 Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta
membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiantoro,1995: 23). Menurut Nurgiantoro
unsur intrinsik fiksi terdiri dari: tokoh dan penokohan, alur, latar dan pelataran,
tema, bahasa, dan amanat atau moral. Berdasarkan unsur pembangun tersebut
perlu diketahui unsur intrinsik karya sastra. Unsur-unsur yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah: tokoh, latar, alur, tema, amanat, bahasa, sudut pandang, dan
hubungan antarunsur intrinsik.
a. Tokoh
Dalam pembicaraan sebuah fiksi, sering dipergunakan istilah-istilah seperti
tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakteristik
secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Istilah-istilah
tersebut, sebenarnya, tidak menyaran pada pengertian yang persis sama, atau
paling tidak dalam tulisan ini akan dipergunakan dalam pengertian yang berbeda,
walau memang ada di antaranya yang sinonim. Ada istilah yang pengertiannya
menyaran pada tokoh cerita, dan pada “teknik“ pengembangannya dalam sebuah
cerita (Nurgiyantoro, 1995: 164–165).
Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud
binatang atau benda yang diisankan. Tokoh binatang atau benda bertingkah laku
seperti manusia, dapat berpikir dan berbicara seperti manusia. Menurut Forster
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
(1980: 57) itu disebabkan pengarang sendiri adalah manusia. Dalam cerita
simbolis tokoh binatang melambangkan tokoh manusia (Sudjiman, 1991: 16-17).
Semua unsur cerita rekaan, termasuk tokohnya, bersifat rekaan semata-
mata. Supaya tokoh dapat diterima pembaca, ia hendaklah memiliki sifat-sifat
yang dikenal pembaca, yang tidak asing baginya, bahkan yang mungkin ada pada
diri pembaca itu sendiri. Dengan kata lain, harus ada relevansi tokoh itu dengan
pembaca. Tokoh relevan dengan pembaca atau dengan pengalaman pembaca jika
tokoh itu seperti si pembaca atau seperti seseorang yang dikenal pembaca.
Setidak-tidaknya ada sesuatu pada diri tokoh yang juga ada pada dirinya bahwa
pada tokoh-tokoh yang aneh pun ada sesuatu dalam dirinya yang relevan dengan
diri pembaca. Hanya dengan demikian tokoh itu berterima (Sudjiman, 1991: 17).
Dalam setiap cerita rekaan, keberadaan tokoh merupakan hal yang penting
karena pada hakikatnya sebuah cerita rekaan merupakan serangkaian peristiwa
yang dialami oleh seseorang atau suatu hal yang menjadi pelaku cerita.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tokoh adalah individu atau sekelompok
orang yang mengalami peristiwa atau perlakuan yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif atau drama yang dapat berwujud binatang atau benda yang
diinsankan, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral yaitu dalam
mengekspresikan ucapan dan tindakannya.
Menurut Nurgiantoro (1995: 176-190), tokoh juga dapat dibedakan
menjadi lima, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaanya dalam cerita
yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik
sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Sedangkan tokoh
tambahan adalah tokoh yang tidak banyak dikenai kejadian dalam suatu cerita.
Karena tokoh utama paling banyak diceritakan dan selalu berhubungan dengan
tokoh-tokoh lain, ia sangat menentukan perkembangan alur secara keseluruhan.
Sedangkan pemunculan tokoh-tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita lebih
sedikit, tidak dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya
dengan tokoh utama, secara langsung maupun tak langsung.
2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, yang salah satu
jenisnya secara populer disebut hero. Tokoh yang memiliki norma-norma, nilai-
nilai, yang ideal bagi kita. Tokoh protagonis menampilkan sesuatu yang sesuai
dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, pembaca. Segala apa yang dirasa,
dipikir, dan dilakukan tokoh itu sekaligus mewakili kita. Identifikasi diri terhadap
tokoh yang demikian merupakan empati yang diberikan oleh pembaca. Tokoh
antagonis menyebabkan terjadinya konflik. Tokoh antagonis juga dapat disebut
tokoh yang bertujuan untuk menentang tokoh protagonis, secara langsung maupun
tak langsung, bersifat fisik ataupun batin.
Konflik yang dialami oleh tokoh protagonis tidak selalu disebabkan
oleh tokoh antagonis. Bisa saja disebabkan oleh hal lain, yang ada diluar diri
manusia. Misalnya, hal yang berhubungan dengan lingkungan sekitar, seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
bencana, dan juga peraturan-peraturan yang ada disekitar kita. Konflik bahkan
mungkin sekali disebabkan oleh diri sendiri, misalnya seorang tokoh akan
memutuskan sesuatu yang penting. Masing-masing menuntut konsekuensi
sehingga terjadi pertentangan dalam diri sendiri. Penyebab konflik yang tak
dilakukan oleh tokoh seorang tokoh disebut sebagai kekuatan antagonis. Namun,
ada juga pengaruh kekuatan yang diluar diri walau secara tak langsung.
3) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas
pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu saja. Sifat dan tingkah laku seorang
tokoh sederhana bersifat datar, monoton, dikembalikan pada perwatakan hanya
mencerminkan satu watak tertentu. Watak yang pasti itulah yang benar-benar
mendapat penekanan dan terus menerus terlihat dalam fiksi yang bersangkutan.
Tokoh sederhana juga dapat melakukan berbagai tindakan, tetapi semua
tindakannya itu akan dikembalikan pada perwatakan yang dimiliki oleh tokoh
sederhana tersebut. Hal yang menjadi sifat tokoh sederhana, ialah tokoh yang akan
mudah dikenal di manapun dia hadir dan mudah diingat oleh pambaca.
Tokoh bulat adalah tokoh yang diungkap berbagai kemungkinan sisi
kehidupannya. Sisi kepribadian dan jati dirinya. Ia dapat memiliki satu watak
tertentu saja, tetapi juga bisa menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-
macam, bahkan mungkin seperti bertentangan dan sulit diduga. Tokoh bulat juga
sulit dipahami, terasa kurang familiar karena yang ditampilkan adalah tokoh-
tokoh yang kurang akrab dan kurang dikenal sebelumnya. Tingkah lakunya sering
tak terduga dan memberikan efek kejutan pada pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
4) Tokoh Statis dan Tokoh Berkembang
Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami
perubahan dan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif tetap,
tak berkembang, sejak awal sampai akhir cerita. Tokoh berkembang adalah tokoh
cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan
perkembangan (dan perubahan) peristiwa dan alur yang dikisahkan. Ia secara aktif
berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial, alam, maupun yang
lain, yang kesemuannya itu akan mempengaruhi sikap, watak, dan tingkah
lakunya.
Dalam penokohan yang bersifat statis dikenal adanya tokoh hitam yang
dikonotasikan sebagai tokoh baik. Tokoh-tokoh tersebut sejak awal
kemunculannya hingga akhir cerita terus menerus bersifat hitam dan putih, yang
hitam tak pernah berunsur putih dan yang putih tak pernah diungkapkan unsur
kehitamannya. Tokoh hitam adalah tokoh yang benar-benar hitam, yang terlihat
hanya sikap, watak, dan tingkah lakunya yang jahat dan tak pernah diungkapkan
unsur-unsur kebaikan dalam dirinya walau sebenarnya pasti ada. Tokoh putih
selalu saja baik dan tak pernah berbuat sesuatu yang tergolong tidak baik walau
pernah sekali berbuat hal demikian.
Pembedaan tokoh statis dan berkembang juga dapat dihubungkan
dengan pembedaan tokoh sederhana dan bulat. Tokoh statis, entah hitam atau
putih, adalah tokoh yang sederhana, datar, karena ia tidak diungkap berbagai
keadaan sisi kehidupannya. Ia hanya memiliki satu kemungkinan watak saja dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
awal hingga akhir cerita. Tokoh berkembang, sebaliknya akan cenderung
menjadi tokoh yang bulat. Hal itu, disebabkan adanya berbagai perubahan dan
perkembangan sikap, watak, tingkah laku itu dimungkinkan sekali dapat
terungkapnya berbagai sisi kejiwaannya. Tokoh datar, tokoh statis pun kurang
mencerminkan realitas kehidupan manusia.
5) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netral
Tokoh tipikal adalah tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan
individualitasnya, dan lebih banyak ditonjolkan kualitas atau pekerjaan atau
kebangsaanya atau sesuatu yang lain yang lebih bersifat mewakili. Tokoh tipikal
merupakan penggambaran, pencerminan, atau penujukan terhadap orang atau
sekelompok orang yang terikat dalam sebuah lembaga, yang ada di dunia nyata.
Melalui tokoh tipikal itu, pengarang tak sekedar memberikan reaksi atau
tanggapan, melainkan sekaligus memperlihatkan sikapnya terhadap tokoh,
permasalahan tokoh, atau sikap dan tindakan tokohnya itu sendiri. Tokoh netral
adalah tokoh cerita yang muncul demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar
merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan ada dalam dunia fiksi. Tokoh
tersebut hadir semata-mata hanya untuk membawakan cerita.
Penokohan adalah penyajian watak dan penciptaan citra tokoh. Menurut
Sudjiman (1991: 23) ada tiga penyajian watak tokoh, yaitu:
a) metode analitis atau langsung atau diskursif, yaitu penyajian watak
tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung.
b) metode dramatik atau tak langsung atau ragaan, yaitu penyajian watak
tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari
gambaran lingkungan atau tempat tokoh.
c) metode kontekstual, yaitu penyajian watak tokoh melalui gaya bahasa
yang dipakai pengarang.
b. Latar
Berhadapan dengan sebuah fiksi, pada hakikatnya kita berhadapan dengan
sebuah dunia, dunia dalam kemungkinan, sebuah dunia yang sudah dilengkapi
dengan tokoh penghuni dan permasalahan. Namun, hal itu kurang lengkap sebab
tokoh dengan berbagai pengalaman kehidupannya itu memerlukan ruang lingkup,
tempat dan waktu, sebagaimana halnya kehidupan manusia di dunia nyata.
Dengan kata lain, fiksi sebagai sebuah dunia, di samping membutuhkan tokoh,
cerita, dan plot juga perlu latar (Nurgiantoro, 1995: 216).
Latar mempunyai fungsi untuk memberi konteks cerita. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa sebuah cerita terjadi dan dialami oleh tokoh di suatu
tempat tertentu, pada suatu masa, dan lingkungan masyarakat tertentu
(Wiyatmi, 2006: 40).
Cerita berkisah tentang seorang atau beberapa orang tokoh. Peristiwa-
peristiwa dalam cerita tentulah terjadi pada suatu waktu atau dalam suatu rentang
waktu tertentu dan pada suatu tempat tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan ruang,
waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra membangun
latar cerita. Secara terperinci latar meliputi penggambaran lokasi geografis,
termasuk topografi, pemandangan, sampai kepada perincian perlengkapan sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
ruangan, pekerjaan atau kesibukan sehari-hari para tokoh, waktu berlakunya
kejadian, masa sejarahnya, musim terjadinya, lingkungan agama, moral,
intelektual, sosial, dan emosional para tokoh (Sudjiman, 1991 : 44).
Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat, latar
waktu, dan latar sosial (Nurgiantoro, 1995: 227). Latar tempat mengacu pada
lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar
tempat dapat memberikan gambaran bagi pembaca tentang sifat khas suatu
tempat, keadaan geografis tempat, pemandangan, tipografi, dan yang menunjukan
adanya perbedaan dengan tempat-tempat lain. Latar tempat juga berkaitan dengan
masalah geografis, di lokasi mana peristiwa terjadi, di desa apa, kota apa, dan
sebagainya (Wiyatmi, 2006: 40). Pengangkatan suasana kedaerahan, sesuatu yang
mencerminkan unsur local color, akan menyebabakan latar tempat menjadi unsur
dominan dalam karya yang bersangkutan. Latar tempat dalam cerita biasanya
meliputi berbagai lokasi.
Latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya perisitiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, yang biasanya berhubungan
dengan watak faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan
peristiwa sejarah (Nurgiantoro, 1995: 230). Latar waktu berkaitan dengan masalah
waktu, hari, jam, maupun histories (Wiyatmi, 2006: 40).
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan. Tata cara
kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang
cukup kompleks. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain yang
tergolong latar spiritual (Nurgiantoro,1995: 233).
c. Alur
Sebuah cerita rekaan berbagai peristiwa disajikan dengan urutan tertentu.
Peristiwa yang diurutkan itu membangun tulang punggung cerita, yaitu alur
(Sudjiman, 1991: 29). Alur merupakan unsur fiksi yang penting, bahkan tak
sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai
unsur fiksi yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya fiksi sering lebih
ditekankan pada pembicaraan plot, walau mungkin mempergunakan istilah lain
(Nurgiyantoro, 1995: 110).
Pada dasarnya, kesederhanaan pemaparan peristiwa dalam rangkaian atau
urutan temporal (kewaktuan) bukanlah urusan yang paling utama bagi seorang
penulis fiksi, baik dalam cerpen maupun novel yang ditulisnya. Bagi pengarang,
yang lebih penting ialah menyusun peristiwa-peristiwa cerita yang tidak terbatas
pada tuntutan-tuntutan murni kewaktuan saja. Seorang penulis cerita harus
menciptakan plot atau alur bagi ceritanya itu. Hal ini, berarti bahwa plot atau alur
cerita sebuah fiksi menyajikan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian kepada
pembaca tidak hanya dalam sifat kewaktuan atau temporalnya, tetapi juga dalam
hubungan-hubungan yang sudah diperhitungkan. Dengan demikian, plot sebuah
cerita akan membuat pembaca sadar terhadap peristiwa-peristiwa yang dihadapi
atau dibacanya, tidak hanya sebagai elemen yang jalin-menjalin dalam rangkaian
temporal, tetapi juga sebagai suatu pola yang majemuk dan memiliki hubungan
kausalitas atau sebab akibat (Sayuti, 2000 : 29-30).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Alur (plot) adalah jalan cerita, susunan atau struktur naratif. Karya sastra
yang lengkap mengandung delapan bagian alur yaitu: eksposisi, rangsangan,
konflik, rumitan, klimaks, krisis, leraian, dan penyelesaian (Hariyanto, 2000: 38).
1) Eksposisi
Biasanya eksposisi ini terletak pada bagian awal karya tersebut. Dalam
tahapan ini pengarang memperkenalkan para tokoh, menjelaskan tempat
peristiwa, memberikan gambaran peristiwa yang akan terjadi. Bagian alur drama
ini berfungsi untuk mengantar pembaca ke dalam persoalan utama yang menjadi
isi cerita tersebut.
2) Rangsangan
Rangsangan adalah tahapan alur ketika muncul kekuatan, kehendak,
kemauan, sikap, pandangan yang saling bertentangan dalam cerita. Bentuknya
berupa peristiwa yang segera terjadi setelah bagian eksposisi terakhir serta
memulai timbul konflik. Peristiwa ini sering ditimbulkan oleh masuknya seorang
tokoh baru atau datangnya suatu berita yang merusak keadaan yang semula laras.
3) Konflik
Konflik atau tikaian adalah tahapan ketika suasana emosional memanas
karena adanya pertentangan dua atau lebih kekuatan. Pertentangan atau konflik
tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat: manusia dengan alam, manusia
dengan sesama manusia, manusia dengan dirinya sendiri (konflik batin), dan
manusia dengan pencipta-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
4) Rumitan
Rumitan atau komplikasi merupakan tahapan ketika suasana semakin
panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. Gambaran nasib sang tokoh
semakin jelas meskipun belum sepenuhnya tertuliskan.
5) Klimaks
Klimaks adalah titik puncak cerita. Bagian ini merupakan tahapan
ketika pertentangan yang terjadi mencapai titik optimalnya. Peristiwa dalam tahap
ini merupakan pengubah nasib tokoh. Bagian ini dipandang dari segi tanggapan
emosional pembaca atau penonton, menimbulkan puncak ketegangan. Klimaks
merupakan puncak rumitan yang diikuti oleh krisis atau titik balik.
6) Krisis
Krisis atau titik balik adalah bagian alur yang mengawali leraian. Tahap
ini ditandai oleh perubahan alur cerita menuju kesudahannya. Karena setiap
klimaks diikuti oleh krisis, keduanya sering dianggap sama atau disamakan.
7) Leraian
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapai klimaks atau krisis,
merupakan peristiwa yang menunjukkan perkembangan lakuan ke arah selesaian.
Dalam tahap ini kadar pertentangan mereda. Ketegangan emosional menyusut.
Suasana panas mulai mendingin, menuju kembali kepada keadaan semula seperti
sebelum terjadi pertentangan.
8) Penyelesaian
Penyelesaian merupakan bagian akhir alur cerita. Dalam tahap ini
biasanya rahasia atau kesalahpahaman yang bertalian dengan alur cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
terjelaskan. Ketentuan final dari segala pertentangan yang terjadi terungkapkan.
Kesimpulan terpecahkannya masalah dihadirkan dalam tahap ini. Pada cerita
komedi yang terakhir membahagiakan bagian ini disebut denoumen. Pada cerita
tragedi yang berakhir menyedihkan bagian ini disebut katastrofe. Pada cerita yang
bagian akhirnya bersifat terbuka diserahkan pengakhirannya kepada pembaca
bagian ini disebut solusi.
Berdasakan kriteria urutan waktu, alur dibedakan menjadi dua yaitu alur
maju dan alur mundur. Alur maju disebut juga alur kronologis, alur lurus atau
progresif. Peristiwa ditampilkan secara kronologis, maju, runtut dari tahap awal,
tengah, hingga akhir. Alur mundur disebut juga alur tak kronologi, sorot balik,
regresif atau flash-back. Peristiwa ditampilkan peristiwa dari tahap akhir atau
tengah kemudian baru tahap awalnya (Hariyanto, 2000: 39).
d. Tema
Gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya sastra itu
yang disebut tema. Hakikat tema dalam karya sastra merupakan permasalahan
yang menjadi titik tolak pengarang dalam menyusuan cerita. Pada dasarnya tema
merupakan dasar atau pokok persoalan dalam sebuah cerita atau bagian yang
mendominasi sebuah cerita. Dengan adanya tema membuat karya sastra lebih
penting dari sekedar bacaan hiburan (Sudjiman, 1991: 50).
Tema adalah makna yang dilepaskan oleh suatu cerita atau makna yang
ditemukan dalam suatu cerita. Tema merupakan implikasi yang penting bagi suatu
cerita secara keseluruhan, bukan sebagian dari suatu cerita yang dapat dipisahkan.
Dalam kaitannya dengan pengalaman pengarang, tema adalah sesuatu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
diciptakan oleh pengarang sehubungan dengan pengalaman total yang
dinyatakannya (Sayuti, 2000 : 191).
Dalam pengertiannya yang paling sederhana, tema adalah makna cerita,
gagasan sentral, atau dasar cerita. Istilah tema sering disamakan pengertiannya
dengan topik, padahal kedua istilah ini memiliki pengertian yang berbeda. Topik
dalam suatu karya adalah pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan
gagasan sentral, yakni sesuatu yang hendak diperjuangkan melalui karya fiksi.
Wujud tema dalam fiksi, biasanya, berpangkal pada alasan tindak atau motif tokoh
(Sayuti, 2000 : 187).
Menurut Hartoko dan Rahmanto (1986, melalui Nurgiantoro, 1995: 68),
tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan
yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantik dan yang menyangkut
persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan. Tema sebuah karya sastra selalu
berkaitan dengan makna (pengalaman) hidup. Berbagai masalah dan pengalaman
kehidupan yang banyak diangkat adalah cinta (sampai atau tak sampai, terhadap
kekasih, orang tua, saudara, tanah air, atau yang lain), kecemasan, dendam,
kesombongan, takut, maut, religius, harga diri, kesetiakawanan, pengkhianatan,
kepahlawanan, keadilan, kebenaran, dan sebagainya (Nurgiantoro, 1995: 71).
Fungsi utama tema adalah sebagai penyatu terakhir untuk keseluruhan
cerita. Pengarang menciptakan dan membentuk plot, menciptakan tokoh, baik
secara sadar dan tidak sadar, eksplisif dan implinsif pada dasarnya merupakan
prilaku responsifnya terhadap tema yang dipilih dan menggerakkanya (Sayuti,
1988: 101).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Menurut Hariyanto (2000:43) tema dapat dibedakan menjadi dua yaitu
tema tradisional dan tema nontradisioanal. Tema tradisional adalah pikiran utama
yang telah lama digunaakan dalam karya satra, biasanya berkaitan dengan
masalah kebenaran dan kejahatan. Tema non tradisisnal adalah ide utama yang
tidak lazim dan bersifat melawan arus, mengecekan karena tidak sesuai dengan
harapan pembaca.
e. Amanat
Amanat pada dasarnya merupakan pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca atau penonton (Wiyatmi, 2006: 49). Karya sastra
termasuk cerpen di dalamnya dapat diangkat suatu ajaran moral, atau pesan yang
disampaikan oleh pengarang. Amanat yang terdapat dalam sebuah karya sastra
secara implisit atau secara eksplisit. Implisit jika jalan keluar atau ajaran moral itu
disiratkan dalam tingkah laku tokoh menjelang cerita berakhir, sedangkan
eksplisit jika pengarang pada tengah atau akhir cerita menyampaikan seruan,
saran, peringatan, nasihat, anjuran, larangan, dan sebagainya, berkenaan dengan
gagasan yang mendasari cerita itu (Sudjiman, 1991 : 57-58).
f. Bahasa
Dalam sebuah karya fiksi tentu tidak lepas dengan apa yang dinamakan
dengan gaya bahasa. Setiap penceritaan dalam karya sastra selalu mempunyai
gaya bahasa tersendiri. Gaya bahasa adalah cara menggungkapkan pikiran melalui
bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (Gory
Keraf, 2008: 113).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra. Sastra lebih dari sekedar
bahasa, deretan kata, namun unsur ”kelebihan” itu pun hanya dapat diungkap dan
ditafsirkan melalui bahasa. Jika sastra dikatakan ingin menyampaikan sesuatu,
mendialogkan sesuatu, sesuatu tersebut hanya dapat dikomunikasikan lewat
sarana bahasa. Bahasa dalam sastra pun mengemban fungsi utamanya: fungsi
komunikatif (Nurgiyantoro, 1995 : 272).
Gaya bahasa adalah cara pengungkapan bahasa dalam prosa, atau
bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan
Abrams (1981, melalui Nurgiantoro, 1995: 276). Gaya bahasa meliputi pilihan
kata (leksikal), struktur kalimat (gramatikal), bentuk-bentuk bahasa figuratif
(retorika), penggunaan kohesi, dan lain-lain.
1) Unsur leksikal
Unsur leksikal atau diksi mengacu pada penggunaan kata-kata tertentu
yang sengaja dipilih oleh pengarang. Faktor personal pengarang untuk memilih
kata-kata yang paling menarik perhatiannya berperan penting. Karya sastra fiksi
adalah dunia dalam kata, komunikasi yang dilakukan dan ditafsirkan lewat kata-
kata, pemilihan kata tersebut tentunya melawati pertimbangan-pertimbangan
tertentu untuk memperoleh efek tertentu (estetis) (Nurgiantoro, 1995: 290-291).
2) Unsur gramatikal
Unsur gramatikal mengacu pada pengertian struktur kalimat. Pengarang
mempunyai kebebasan penuh dalam mengkreasikan bahasa, adanya berbagai
bentuk penyimpangan kebahasaan, termasuk penyimpangan struktur kalimat,
merupakan hal yang wajar, dan sering terjadi (Nurgiantoro, 1995: 292-293).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3) Unsur retorika
Retorika merupakan suatu cara penggunaan bahasa untuk memperoleh
efek estetis. Pengungkapan bahasa haruslah efektif yaitu mampu mendukung
gagasan secara tepat sekaligus mengandung sifat estetis sebagai sebuah karya seni
(Nurgiantoro, 1995: 295).
4) Kohesi
Antara bagian kalimat yang satu dengan yang lain terdapat hubungan
yang bersifat mengaitkan antar bagian kalimat. Hubungan itu mungkin bersifat
eksplisit yang ditandai oleh adanya kata penghubung, atau kata-kata tertentu yang
bersifat menghubungkan, namun mungkin juga hanya berupa hubungan kelogisan,
hubungan yang disimpulkan oleh pembaca, hubungan implisit yang disebut
hubungan kohesi di dalam bahasa (Nurgiantoro, 1995: 305-306).
g. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) merupakan strategi, teknik, siasat, yang
secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik pengarang,
pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan. Namun, kesemuanya itu
dalam karya fiksi disalurkan lewat sudut pandang tokoh, lewat kacamata tokoh
cerita. Pendapat Booth dalam Nurgiyantoro (1995: 249) mengatakan, sudut
pandang merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan
menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan
dengan pembaca. Dengan teknik yang dipilihnya itu diharapkan pembaca dapat
menerima dan menghayati gagasan-gagasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Menurut Sumardjo (1984: 63-64), sudut pandang adalah pandangan
pencerita yang dipilih oleh pengarang untuk menceritakan suatu cerita. Kadang-
kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh pencerita. Tokoh
pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi
membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri. Sebuah cerita memang
dituturkan oleh pengarangnya, tetapi pengarang harus menentukan tokoh atau
orang yang menceritakan cerita tersebut. Jadi, menurut peneliti sudut pandang
adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada
posisi tertentu.
Sumardjo (1984: 63-64) membagi sudut pandang menjadi empat macam,
yaitu:
1) Sudut pandang yang Mahakuasa.
Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu segalanya.
Pengarang dapat menggambarkan semua tingkah laku dan mengetahui perasaan
para tokohnya, mengerti apa yang mereka pikirkan, dan mengetahui semua apa
yang mereka kerjakan.
2) Sudut pandang orang pertama.
Pengarang sebagai pelaku cerita. Pengarang berlaku sebagai karakter
utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata “aku”. Penggunaan teknik ini
menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh
sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca merasa menjadi bagian
dari cerita. Dengan demikian semua cerita bergantung pada tokoh “aku”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3) Sudut pandang peninjau.
Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian
kita ikuti bersama tokoh ini. Cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang
ketiga, seperti: mereka dan dia. Pengarang hanya dapat melukiskan keadaan tokoh
“dia”, tetapi tidak dapat melukiskan keadaan jiwa tokoh lain.
4) Sudut pandang objektif.
Pengarang serba tahu tetapi tidak memberi komentar apapun. Pembaca
hanya disuguhi pandangan mata, apa yang seolah dilihat oleh pengarang. Sudut
pandang ini hampir sama dengan sudut pandang Yang Mahakuasa, tetapi
perbedaannya pengarang tidak sampai melukiskan keadaan batin tokoh-tokohnya.
Bennison Gray dalam Suyoto (2009: 5-6), membedakan pencerita menjadi
dua, yaitu:
a. Pencerita orang pertama (akuan) atau disebut sudut pandang orang
pertama, yaitu cara bercerita di mana tokoh pencerita terlibat langsung
mengalami peristiwa-peristiwa cerita. Ini disebut juga gaya penceritaan
akuan. Gaya penceritaan akuan dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Penceritaan akuan sertaan, yaitu pencerita akuan di mana pencerita
menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
2) Pencerita akuan tak sertaan, yaitu pencerita akuan di mana
pencerita tidak terlibat menjadi tokoh sentral dalam cerita tersebut.
b. Pencerita orang ketiga (diaan) atau yang disebut sudut pandang orang
ketiga, yaitu sudut pandang bercerita di mana tokoh pencerita tidak terlibat
dalam peristiwa-peristiwa cerita. Sudut pandang orang ketiga ini disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
juga gaya penceritaan diaan. Gaya pencerita diaan dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Pencerita diaan serba tahu, yaitu pencerita diaan yang tahu segala
sesuatu tentang semua tokoh dan peristiwa dalam cerita. Tokoh ini
bebas bercerita dan bahkan memberi komentar dan penilaian
terhadap tokoh cerita.
2) Pencerita diaan terbatas, yaitu pencerita diaan yang membatasi diri
dengan memaparkan atau melukiskan lakuan dramatic yang
diamatinya. Jadi seolah-olah dia hanya melaporkan apa yang
dilihatnya saja.
Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan oleh Nugiyantoro
(1995: 256-268), berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan, yaitu
bentuk persona tokoh cerita, yang dibedakan menjadi dua persona dan satu sudut
pandang, yaitu:
a. Sudut Pandang Persona Ketiga:”Dia”
Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga,
gaya ”dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan
tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya (ia, dia, mereka).
Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus
disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Hal ini akan mempermudah
pembaca untuk mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.
Sudut pandang dia “dia” dapat dibedakan ke dalam dua golongan
berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
ceritanya. Di satu pihak pengarang, narator, dapat bebas menceritakan segala
sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia”, jadi bersifat mahatau, dilain pihak
ia terikat, mempunyai keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia” yang
diceritakan itu, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
1) “Dia” Mahatau
Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut “dia”, namun
pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja hal-hal yang
menyangkut tokoh “dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia
bersifat mahatau. Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh,
peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang
melatarbelakanginya. Oleh karena narator secara bebas
menceritakan hati dan tindakan tokoh-tokohnya, hal itu akan segera
”mengobati” rasa ingin tahu pembaca menjadi lebih tahu daripada
tokoh-tokoh cerita itu sendiri.
2) “Dia” Terbatas, ”Dia” sebagai Pengamat
Dalam sudut pandang “dia” terbatas, seperti halnya dalam “dia”
mahatau, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar,
dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas
hanya pada seorang tokoh saja (Stanton dalam Nurgiyantoro, 1995:
259). Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang berupa tokoh
“dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan (baca: tak
dilukiskan) untuk menunjukkan dirinya seperti halnya tokoh
pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Karena dalam teknik ini hanya ada seorang tokoh yang terseleksi
untuk diungkap, tokoh tersebut merupakan fokus, cermin, atau
pusat kesadaran (Abrams dalam Nurgiyantoro, 1995: 260). Dalam
sudut pandang “dia” sebagai pengamat yang benar-benar objektif,
narator bahkan hanya dapat melaporkan (baca: menceritakan)
segala sesuatu yang dapat dilihat dan didegar, atau yang dapat
dijangkau oleh indra.
b. Sudut pandang persona pertama: “Aku”
Dalam sudut pandang ini, narator adalah seseorang yang ikut terlibat
dalam cerita. Ia adalah si “ aku” tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran
dirinya sendiri. Sudut pandang ini, juga mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang
diketahui, dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang
(tokoh) lain kepada pembaca. Kelemahan pada sudut pandang ini adalah sifat
kemahatahuaanya terbatas. Persona pertama adalah sudut pandang yang bersifat
internal, maka jangkauanya terbatas (Meredith dan Fitzgerald dalam Nugiantoro,
1995 : 262).
Dalam sudut pandang “aku”, narator hanya bersifat mahatahu bagi diri
sendiri dan tidak terhadap orang-orang (tokoh) lain yang terlibat dalam cerita. Ia
hanya berlaku sebagai pengamat saja terhadap tokok-tokoh “dia” yang bukan
dirinya. Sudut pandang personal dapat dibedakan kedalam dua jenis berdasarkan
peran dan kedudukan si “ aku” dalam cerita, yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
1) “ Aku” Tokoh Utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si “aku” mengisahkan berbagai
peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat
batinniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan
sesuatu diluar dirinya. Si “aku’’ menjadi fokus, pusat kesadaran,
pusat cerita. Segala sesuatu yang diluar diri si “aku” peristiwa,
tindakan, dan orang, diceritakan jika berhubungan dengan dirinya,
atau dipandang penting. Si “aku” yang menjadi tokoh utama cerita,
praktis menjadi tokoh protagonis. Hal itu memungkinkan pembaca
menjdi benar-benar terlibat, pembaca akan mengidentifikasi diri
tokoh si “aku”, dan karenanya akan memberikan empati secara
penuh.
2) “Aku” Tokoh Tambahan
Tokoh “aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca,
sedang tokoh yang dikisahkan itu kemudiaan “dibiarkan“ untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang
dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudiaan menjadi tokoh
utama, sebab dialah yang lebih bannyak tampil, membawakan
berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokok-tokoh
lain.
c. Sudut pandang campuran
Penggunaan sudut yang bersifat campuran, berupa penggunaan sudut
pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu dan “dia” sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pengamat, persona pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan “aku”
tambahan atau sebagai saksi, bahkan dapat berupa campuran antara persona
pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus. Penggunaan kedua sudut
pandang tersebut, terjadi karena pengarang ingin memberikan cerita secara lebih
banyak kepada pembaca.
Kadang-kadang orang sulit membedakan antara pengarang dengan tokoh
pencerita. Pada prinsipnya pengarang berbeda dengan tokoh pencerita. Tokoh
pencerita merupakan individu ciptaan pengarang yang mengemban misi
membawakan cerita. Ia bukanlah pengarang itu sendiri.
Menurut Harry Shaw dalam Sudjiman ( 1991 : 76 ), sudut pandang dalam
kesusastraan mencakup:
a) Sudut pandang fisik, yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan waktu
dan ruang yang digunakan pengarang dalam mendekati materi cerita.
b) Sudut pandang mental, yaitu sudut pandang yang berhubungan dengan
perasaan dan sikap pengarang terhadap masalah atau peristiwa yang
diceritakannya.
c) Sudut pandang pribadi, yaitu sudut pandang yang menyangkut hubungan
atau keterlibatan pribadi pengarang dalam pokok masalah yang
diceritakan. Sudut pandang pribadi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
(1) pengarang menggunakan sudut pandang tokoh sentral, (2) pengarang
mengunakan sudut pandang tokoh bawahan, dan (3) pengarang
mengunakan sudut pandang impersonal (diluar cerita).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Dari keempat pendapat tentang jenis-jenis sudut pandang, maka peneliti
memakai pendapat dari Sumardjo. Menurut pendapat Sumardjo sudut pandang
dibagi menjadi empat, keempat hal tersebut sudah mewakili sudut penceritaan
dalam suatu peristiwa. Pendapat tersebut juga sesuai dengan objek yang akan
diteliti.
2.2.4 Hubungan Antarunsur Intrinsik
Ketika kita membaca sebuah cerita, baik dalam bentuk novel maupun
cerita pendek, maka tanpa terasa kita dibawa terhanyut oleh jalan cerita, seolah-
olah kita ikut mengalami sendiri apa yang diceritakan oleh pengarang. Dalam
setiap penceritaannya, karya fiksi selalu mengisahkan tentang watak seseorang,
tempat tertentu, dan peristiwa yang terjadi. Semua tokoh, latar, alur, tema, gaya
cerita, suasana cerita, dan sudut penceritaan ini selalu menyatu secara keseluruhan
dalam beberapa pengalaman yang dikisahkan oleh pengarangnya. Dengan adanya
unsur-unsur pembentuk karya fiksi ini secara keseluruhan, sehingga pembaca
dapat menilai baik atau buruknya sebuah karya sastra (Sumardjo, 1983: 54).
Menurut Nurgiyantoro (1995 : 31), sebuah karya sastra menjadi bermakna
apabila setiap unsur akan saling berhubungan dalam keseluruhan. Dengan kata
lain, dalam keadaan terisolasi, terpisah dari totalitasnya, unsur-unsur tersebut
tidak ada artinya, tidak berfungsi (tentu saja ini masih dalam kaitannya dengan
usaha pemahaman-apresiasi terhadap karya yang bersangkutan).
Sebuah karya sastra dibangun dari sejumlah unsur, dan setiap unsur akan
saling berhubungan serta saling menentukan, yang kesemuanya akan
menyebabkan sebuah karya sastra bermakna dan hidup. Di pihak lain, tiap-tiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
unsur dalam karya sastra akan bermakna jika ada dalam kaitannya dengan
keseluruhan unsur (Nurgiantoro, 1995 : 31).
2.2.5 Implementasi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA)
a. Tahap Pembelajaran Sastra di SMA
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan prilaku ke arah yang lebih baik. Dalam
interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
internal yang datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang
datang dari lingkungan (Mulyasa, 2007: 255).
Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila
cakupannya meliputi empat manfaat sastra, yaitu keterampilan berbahasa,
meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan
menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Pengajaran sastra juga
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan siswa menikamti, menghayati, dan
memahami karya sastra.
Menurut Gani (1988: 50) tujuan pengajaran sastra adalah
(1) memfokuskan siswa pada pemilihan gagasan-gagasan dan perhatian yang lebih
besar terhadap masalah kemanusiaan dalam bentuk ekspresi yang mencerminkan
perilaku kemanusiaan, (2) membawa siswa pada kesadaran dan peneguhan sikap
yang lebih terbuka terhadap moral, kayakinan, nilai-nilai, kepemilikan perasaan
bersalah, dan ketakwaan dari masyarakat atau pribadi siswa, (3) mengajak siswa
mempertanyakan isyu yang sangat berkaitan dengan perilaku personal,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
(4) memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperjelas dan memperdalam
pengertian-pengertiannya tentang keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan, dan
perilaku manusia, (5) membantu siswa lebih mengenal dirinya yang
memungkinkannya bersikap lebih arif terhadap dirinya dan orang lain secara lebih
cerdas, penuh pertimbangan dan kehangatan yang penuh simpati.
Bentuk cerita pendek biasanya juga lebih memungkinkan untuk dipakai
sebagai aktivitas siswa untuk membandingkan dengan cerita pendek lainnya
dengan penilaian mana yang asli dan mana yang kena pengaruh atau bahan
jiplakan/ turunannya. Bentuk ini juga mudah untuk dihubungkan dengan tugas-
tugas penulisan kreatif yang dapat dikerjakan oleh para siswa
(Rahmanto, 1988 :88).
Pengajaran sastra memiliki manfaat untuk membantu keterampilan
berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa,
dan membentuk watak.
Pemilihan bahan pengajaran harus sesuai dengan kemampuan siswa pada
tahapan pengajaran tertentu. Pemilihan materi harus mengklasifikasikan tingkat
kesukarannya dengan kriteria tertentu. Dalam memilih materi pengajaran ada
beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan, yaitu tersedianya buku-buku di
perpustakaan, kurikulum, kesesuaian dengan tes akhir, dan lingkungan siswa.
b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Menurut BNSP (2006:5), kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
pendidikan tertentu. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah
kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan (BSNP, 2006: 5). Tujuan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan secara umum adalah untuk memandirikan dan memberdayakan suatu
pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan
dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara
partisipatif dalam pegembangan kurikulum.
Dalam mendiknas (2006: 5), kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada setandar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang di buat oleh BSNP. Pelaksanaan kurikulum
didasrakan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik. Untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik
harus mendapatkan pelayanan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan. Dengan
begitu, siswa dapat mengapresiasikan dirinya dalam berbagai bidang studi yang
dipelajarinya, khususnya pembelajaran sastra di sekolah.
Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, pembelajaran sastra
khususnya tentang cerpen, terdapat di kelas X semester I pada standar kompetensi
membaca, memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen,
sedangkan kompetensi dasarnya ialah menganalisis keterkaitan unsur intrinsik
suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari. Pada kelas XI semester II, dengan
stsndar kompetensi mendengarkan, yaitu memahami pembacaan cerpen dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
kompetensi dasarnya ialah mengidentifikasi alur, penokohan, dan latar dalam
cerpen yang dibacakan dan menemukan nilai– nilai dalam cerpen yang dibacakan.
Kemudian pada kulikulum yang terakhir, yaitu kelas XII semester I terdapat dua
standar kompetensi yang berkaitan, yaitu : (1) membaca, memahami wacana
sastra puisi dan cerpen. Kompetensi dasarnya adalah menjelaskan unsur- unsur
intrinsik cerpen, dan (2) standar kompetensi menulis, mengungkapkan
pendapatan, informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi cerpen. Kompetensi
dasarnya adalah menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku,
peristiwa, latar),
Penelitian ini memilih kulikulum kelas XII semester I, yaitu memahami
wacana sastra puisi dan cerpen, dan mengungkapkan pendapatan, informasi, dan
pengalaman dalam bentuk resensi cerpen. Pada standar kompetensi tersebut,
pembelajaran cerpen dapat diimplementasikan dan siswa dapat mempelajari serta
memahami unsur intrinsik cerpen sehingga siswa dapat menganalisis unsur
intrinsik dan menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain dengan
memperhatikan (pelaku, peristiwa, latar).
c. Standar Kompetensi
Standar komptensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berdasarkan
kurikulum berbasis kompetensi adalah program untuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa
Indonesia. Standar kompetensi ini disiapkan dengan mempertimbangkan
kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
negara serta sastra Indonesia sebagai hasil cipta intelektual produk budaya, yang
berkonsekuensi pada fungsi mata pelajaran bahasa Indonesia.
Kurikulum berbasis kompetensi ini merupakan kerangka tentang standar
kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang harus diketahui,
dilakukan, dan dimahirkan oleh siswa pada setiap tingkatan. Kerangka ini
disajikan dalam tiga komponen utama, yaitu standar kompetensi, kompetensi
dasar, indikator, dan materi pokok.
Standar kompetensi mencakup aspek kemampuan berbahasa dan bersastra.
Aspek-aspek itu perlu mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara
terpadu.
Kemampuan dasar atau kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok
yang dicantumkan dalam standar kompetensi merupakan bahan minimal yang
harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah sekolah atau guru dapat
mengembangkan, menggabung, atau menyesuaikan bahan yang disajikan
mengikuti situasi dan kondisi setempat (Depdiknas, 2003).
d. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran
dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator percapaian kompetensi, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan
pendidikan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008:
133). Silabus merupakan kerangka inti dari setiap kurikulum yang setidaknya
memuat tiga komponen utama, yaitu: (1) kompetensi yang akan ditanamkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kepada peserta didik melalui suatu kegiatan pembelajaran, (2) kegiatan yang harus
dilakukan untuk menanamkan atau membentuk kompetensi tersebut, (3) upaya
yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi tersebut sudah
dimiliki peserta didik (Mulyasa, 2008: 133).
Setiap satuan pendidikan diberikan kebebasan dan keleluasaan dalam
mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Agar pengembangan silabus tetap berada dalam bingkai pengembangan
kurikulum nasional (standar nasional), maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan silabus seperti relevansi, fleksibilitas, efektivitas, efisiensi,
konsistensi, dan memadai.
Menurut BSNP (2006 : 16-18), langkah-langkah pengembangan silabus,
yaitu:
1) Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
sebagaimana tercantum pada standar isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI,
b. keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam
mata pelajaran,
c. Keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata
pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2) Mengidentifikasi Materi Pokok / Pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok/ pembelajaran yang menunjang pencapaian
kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
a. potensi peserta didik,
b. relevansi dengan karakteristik daerah,
c. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik,
d. kebermanfaatan bagi peserta didik,
e. struktur keilmuan,
f. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran,
g. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan, dan
h. alokasi waktu.
3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian
kompetensi dasar. Pengalaman belajar dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Hal-hal
yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada
para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses
pembelajaran secara profesional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus
dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai
kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran.
d. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal
mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan
pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
4) Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai
oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta
didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja oprasional yang terukur dan dapat diobservasi. Indikator digunakan
sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5) Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk
memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang
diperhatikan dalam penilaian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan
bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan.
Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih. Kemudian hasilnya
dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak
lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remidi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah
kriteria ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi
harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya,
teknik wawancara, maupun produk/ hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
6) Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang
tercantum pada silabus merupakan perkiraan waktu tertata untuk menguasai
kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
7) Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan bahan yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/ pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Menurut Mulyasa (2008, 141-147) terdapat lima langkah dalam
pengembangan silabus. Proses pengembangan silabus mencakup langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Perencanaan
Dalam perencanaan ini tim pengembang harus mengumpulkan informasi
dan referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar termasuk nara sumber yang
diperlukan dalam pengembangan silabus. Pengumpulan informasi dan referensi
dapat dilakukan dengan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi, seperti
komputer dan internet.
2) Pelaksanaan
Pelaksanaan pengembangan silabus dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
a) Mengisi kolom identitas.
b) Mengkaji dan menganalisis standar kompetensi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
c) Mengkaji dan menentukan kompetensi dasar.
d) Mengembangkan indikator kompetensi hasil belajar.
e) Mengidentifikasi materi standar.
f) Mengembangkan pengalaman atau kegiatan belajar mengajar (standar
proses).
g) Menentukan jenis penilaian.
h) Alokasi waktu.
i) Menentukan sumber belajar.
3) Penilaian
Penilaian silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
Menggunakan model-model penilaian misalnya mengunakan model CIPP
(contect, input, prosese, product).
4) Revisi
Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melalui
analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji
kelayakan kemudian dilakukan revisi secara continue dan berkesinambungan.
5) Pengembangan silabus berkelanjutan
Dalam implementasi KTSP, pengembangan silabus harus dilakukan
secara berkesinambungan, kemudian dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-
masing guru. Silabus minimal memuat tujuh komponen utama, yaitu: (1) standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD), (2) materi setandar, (3) kegiatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pembelajaran, (4) indikator, (5) penilaian, (6) alokasi waktu, dan (7) sumber
belajar.
e. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran
baik di kelas, laboratorium, dan atau lapangan untuk setiap kompetensi dasar.
Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung
berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu
kompetensi dasar.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam
silabus. RPP merupakan penjabaran lebih lanjut dari silabus, dan merupakan
komponen penting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang
pengembangannya harus dilakukan secara profesional. Sehubungan dengan itu,
untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam, dan kemampuan dalam
mengembangkan RPP (Mulyasa, 2007: 184).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan perencanaan jangka
pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang akan dilakukan
dalam pembelajaran. Ada dua fungsi RPP yaitu:
1) Fungsi Perencanaan
Rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru
lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang matang.
Komponen-komponen yang harus dipahami guru dalam pengembangan KTSP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
antara lain: kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, indikator hasil belajar,
penilaian, dan prosedur pembelajaran.
2) Fungsi Pelaksanaan
Berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa
yang direncanakan.
Menurut Muslich (2007: 53) secara teknis rencana pembelajaran minimal
mencakup komponen-komponen, yaitu : (1) standar kompetensi, kompetensi
dasar, dan indikator percapaian hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran, (3) materi
pembelajaran, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar, dan (7) evalusi pembelajaran.
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam menyusun RPP
menurut Muslich adalah sebagai berikut.
1) Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam
pembelajaran.
2) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit
tersebut.
3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.
5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan/ dikenakan kepada siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
7) Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan
pembelajaran.
8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan
pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.
9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua)
jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu
pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan
tujuan pembelajaran atau sifat/ tipe/ jenis materi pembelajaran.
10) Sebutkan sumber/ media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
secara konkret dan untuk setiap bagian/ unit pertemuan.
11) Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan
digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk
tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu
penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal
tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan kunci jawaban. Jika
penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-
masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dikemukakan: (1) metodologi penelitian: jenis penelitian,
pendekatan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis
data, dan (2) trianggulasi hasil analisis data.
3.1 Metodologi Penelitian
3.1.1. Jenis Penelitian
Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang.
Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam yaitu,
(a) penelitian kuantitatif dan (b) penelitian kualitatif (Azwar, 1998: 5). Penelitian
ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor (1975, melalui
Moleong, 2006: 4), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
Tujuan penelitian ini yang pertama adalah menganalisis unsur intrinsik,
cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana
secara mendalam, yaitu tokoh, latar, alur, amanat, bahasa, sudut pandang dan
hubungan antarunsur intrinsik yang berupa data deskripsi. Tujuan yang kedua
mengimplementasikan unsur intrinsik “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan
yang Remis” karya A.S. Laksana sebagai bahan pembelajaran dalam bentuk
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siswa SMA kelas XII
semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Unsur intrinsik “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana diimplementasikan ke dalam bentuk silabus dan RPP. Dalam
mengimplementasikan itulah digunakan metode penelitian dan pengembangan.
Metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) atau disebut
juga R&D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam bidang pendidikan,
produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas pendidikan. Produk-produk pendidikan misalnya
kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar,
media pendidikan, buku ajar, modul, rancangan pembelajaran, sistem evaluasi,
model uji kompetensi penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu,
model unit produksi, model menejemen, sistem pembinaan pegawai, sistem
penggajian, dan lain-lain (Sugiyono, 2010: 412).Terdapat enam langkah penelitian
dan pengembangan, yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) mengumpulkan informasi,
(3) desain produk, (4) validitas desain, (5) perbaikan desain, dan (6) uji coba
produk (Sugiyono, 2009: 409-414).
Hasil akhir penelitian dan pengembangan yang berupa desain produk harus
valid. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar
atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk tersebut.
Setelah desain produk divalidasi dengan pakar atau tenaga ahli, maka akan dapat
diketahui kelemahan produk yang dihasilkan. Kelemahan itu selanjutnya dicoba
untuk dikurangi dengan cara memperbaiki desain produk. Penelitilah yang harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
memperbaiki desain produk tersebut. Dalam penelitian ini, produk yang
dihasilkan berupa silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3.1.2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural. Menurut Teeuw (1984,
melalui Wiyatmi, 2006: 89) sesuai dengan namanya pendekatan struktural
memandang dan memahami karya sastra dari segi struktur karya sastra itu sendiri.
Pendekatan struktural bertujuan membongkar dan memaparkan secermat, seteliti,
semendetail, dan semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua unsur
dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh.
Analisis difokuskan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra. Dalam hal ini,
setiap unsur dianalisis dalam hubungannya dengan unsur lainnya (Wiyatmi, 2006:
89). Dalam menganalisis karya sastra diuraikan unsur-unsur pembentuknya.
Dengan demikian, makna keseluruhan karya sastra akan dapat dipahami. Hal ini,
mengingat bahwa karya sastra merupakan sebuah karya sastra yang utuh. Di
samping itu, sebuah struktur sebagai kesatuan yang utuh dapat dipahami makna
keseluruhannya bila diketahui unsur-unsur pembentuknya dan saling berhubungan
di antaranya dengan keseluruhannya (Pradopo, 1995: 108). Peneliti akan
menganalisis unsur-unsur intrinsik cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana secara mendalam.
3.1.3. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif biasanya berupa kata-
kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sumber data adalah benda, hal, atau orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
di mana peneliti mengamati, membaca, bertanya tentang sesuatu (Arikunto, 2000:
107).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
tertulis. Sumber tertulis yang dimaksud adalah sebuah cerpen yang berjudul
“Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
Sumber data yang dipakai sebagai objek penelitian ini adalah salah satu cerpen
dari kumpulan 20 cerpen Indonesia terbaik 2009, anugrah pena kencana yang
berjudul “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”. Cerpen tersebut
merupakan buah karya A.S. Laksana. Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan. dan
Pertarungan yang Remis” terdapat pada halaman 8 sampai 16 sedangkan tebal
buku 176 halaman. Buku “20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009”, disunting oleh
Triyanto Triwikromo, dan dicetak oleh percetakan Gramedia, dengan penerbit
Kompas Gramedia Building pada tahun 2009.
3.1.4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti berperan sebagai
instrumen utama karena peneliti bertindak sebagai pengumpul data utama. Peneliti
memegang semua peranan, mulai dari perencanaan, pelaksana pengumpul data,
analisis, penafsiran data, dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitiannya.
Dalam penelitian ini peneliti mencari data dengan menganalisis unsur
intrinsik yang difokuskan pada unsur intrinsik meliputi tokoh, alur, latar, tema,
amanat, bahasa, sudut pandang, dan hubungan antarunsur cerpen yang berjudul
“Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana. Dalam
penelitian ini pemerolehan data yang digunakan berupa kata-kata tertulis tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
unsur intrinsik karya sastra dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan
yang Remis” karya A.S. Laksana.
3.1.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik merupakan penjabaran dari metode dalam sebuah penelitian, yang
disesuaikan dengan alat dan sifat (Sudaryanto, 1993: 9). Teknik yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik simak (membaca) dan teknik catat. Teknik
simak (membaca) digunakan untuk memperoleh data-data yang terdapat dalam
cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”. Teknik catat
digunakan untuk mencatat data-data yang berkaitan dengan unsur intrinsik. Data
yang diperoleh dari teknik simak selanjutnya dicatat dan diklasifikasikan.
Dalam penelitian pengembangan, produk silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), instrumen penelitian yang digunakan berupa lembaran
angket penilaian guru bahasa Indonesia tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Berikut ini kisi-kisi penilaian produk silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sastra untuk siswa SMA kelas XII semester I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 3.1.5a Kisi-kisi Penilaian Produk Silabus Pembelajaran Sastra untuk
Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) Kelas XII semester I
No Komponen yang dinilai Skor
(1-5)
Alasan
1. Kejelasan identitas silabus
2. Ketepatan kompetensi dasar
3. Ketepatan materi pokok pembelajaran
4. Ketepatan kegiatan pembelajaran
5. Ketepatan indikator
6. Ketepatan metode penilaian
7. Ketepatan alokasi waktu
8. Ketepatan sumber/alat/bahan belajar
Keterangan :
Tabel 3.1.5b Rubrik Penilaian Silabus Pembelajaran Sastra untuk Siswa
SMA ( Sekolah Menengah Atas) Kelas XII Semester I
1. Kejelasan Identitas Silabus
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Kejelasan identitas silabus mencakup 8 komponen, yaitu: standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan
pembelajaran, indikator percapaian kompetensi, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan.
5
2. Kejelasan identitas silabus minimal mencakup 7 komponen,
misalnya: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, indikator percapaian kompetensi,
penilaian, dan alokasi waktu.
4
3. Kejelasan identitas silabus minimal mencakup 6 komponen,
misalnya: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
kegiatan pembelajaran, indikator percapaian kompetensi, dan
penilaian.
4. Kejelasan identitas silabus minimal mencakup 5 komponen,
misalnya: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator percapaian kompetensi.
2
5. Kejelasan identitas silabus minimal mencakup 4 komponen,
misalnya: standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,
dan kegiatan pembelajaran.
1
2. Ketepatan Kompetensi Dasar
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD sesuai dengan aspek yang
diukur, KD ditulis dengan lengkap dan kalimat KD sesuai dengan
EYD.
5
2. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD sesuai dengan aspek yang
diukur, KD ditulis dengan lengkap tetapi kalimat KD tidak sesuai
dengan EYD.
4
3. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD sesuai dengan aspek yang
diukur, tetapi KD tidak ditulis dengan lengkap dan kalimat KD
tidak sesuai dengan EYD.
3
4. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD tidak sesuai dengan aspek
yang diukur, dan KD tidak ditulis dengan lengkap dan kalimat
KD tidak sesuai dengan EYD.
2
5. Tidak ada KD 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
3. Ketepatan Materi Pokok Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Materi yang digunakan tepat dan sesuai dengan SK, KD, dan
bervariasi.
5
2. Materi yang digunakan tepat dan sesuai dengan SK, KD, tetapi
kurang bervariasi.
4
3. Materi yang digunakan tepat dan sesuai dengan SK, KD, tetapi
tidak bervariasi.
3
4. Materi yang digunakan kurang tepat dan kurang sesuai dengan
SK, KD, tetapi bervariasi.
2
5. Materi yang digunakan kurang tepat dan kurang sesuai dengan
SK, KD, dan tidak bervariasi.
1
4. Ketepatan Kegiatan Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas dan terperinci. 5
2. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas dan kurang
terperinci.
4
3. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas dan tidak
terperinci.
3
4. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, kurang jelas dan
kurang terperinci.
2
5. Kegiatan pembelajaran disusun kurang tepat, kurang jelas dan
kurang terperinci.
1
5. Ketepatan Indikator
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
mencerminkan jenjang kognitif sesuai dengan yang diukur,
indikator disusun menggunakan bahasa baku dan sesuai dengan
EYD.
2. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator
mencerminkan jenjang kognitif sesuai dengan yang diukur,
indikator tidak disusun menggunakan bahasa baku tetapi sesuai
dengan EYD.
4
3. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator
mencerminkan jenjang kognitif sesuai dengan yang diukur,
indikator tidak disusun menggunakan bahasa baku dan tidak
sesuai dengan EYD.
3
4. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator tidak
mencerminkan jenjang kognitif, tidak disusun menggunakan
bahasa baku dan tidak sesuai dengan EYD.
2
5. Indikator tidak sesuai dengan KD 1
6. Ketepatan Metode Penilaian
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator, minimal dengan 6 penggunaan penilaian, yaitu: tes dan
notes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja,
sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,
portofolio, dan penilaian diri.
5
2. Penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator, minimal dengan 5 penggunaan penilaian antara lain:
tes dan notes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk,
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
portofolio.
3. Penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator, minimal dengan 4 penggunaan penilaian antara lain: tes
dan notes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, sikap, penilaian hasil karya berupa proyek atau produk.
3
4. Penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator, minimal dengan 3 penggunaan penilaian antara lain:
tes dan notes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, sikap.
2
5. Penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan
indikator, minimal dengan 2 penggunaan penilaian antara lain: tes
dan notes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja.
1
7. Ketepatan Alokasi Waktu
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Alokasi waktu setiap KD dilakukan dengan memperhatikan
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
perminggu dan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya, alokasi
waktu diperkirakan untuk peserta didik menguasai KD.
5
2. Alokasi waktu setiap KD dilakukan dengan memperhatikan
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
perminggu dan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya, tetapi
alokasi waktu kurang diperkirakan untuk peserta didik dalam
menguasai KD.
4
3. Alokasi waktu setiap KD dilakukan dengan memperhatikan
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
perminggu, tetapi kurang mempertimbangkan jumlah KD,
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
keluasan kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat
kepentingannya, dan alokasi waktu kurang diperkirakan untuk
peserta didik dalam menguasai KD.
4. Alokasi waktu setiap KD dilakukan dengan memperhatikan
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
perminggu, tetapi tidak mempertimbangkan jumlah KD, keluasan
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya, dan
alokasi waktu tidak diperkirakan untuk peserta didik dalam
menguasai KD.
2
5. Alokasi waktu setiap KD tidak dilakukan dengan memperhatikan
jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran
perminggu dan tidak mempertimbangkan jumlah KD, keluasan
kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingannya,
sedangkan alokasi waktu kurang diperkirakan untuk peserta didik
dalam menguasai KD.
1
8. Ketepatan Sumber/ Alat/ Bahan Belajar
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Sumber belajar dipilih dan ditetapkan berdasarkan lima
komponen, yaitu: SK, KD, indikator kompetensi, serta materi
pokok, dan kegiatan pembelajaran.
5
2. Sumber belajar dipilih dan ditetapkan berdasarkan minimal empat
komponen, misalnya: SK, KD, indikator kompetensi, dan serta
materi pokok.
4
3. Sumber belajar dipilih dan ditetapkan berdasarkan minimal tiga
komponen, misalnya: SK, KD, dan indikator kompetensi.
3
4. Sumber belajar dipilih dan ditetapkan berdasarkan minimal dua
komponen, misalnya: SK, dan KD.
2
5. Sumber belajar dipilih dan ditetapkan berdasarkan minimal satu
komponen, misalnya: SK.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 3.1.5c Kisi-kisi Penilaian Produk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) Sastra untuk Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas)
Kelas XII Semester I
No Komponen yang Dinilai Skor (1-5)
Alasan
1. Kejelasan identitas RPP
2. Ketepatan standar kompetensi
3. Ketepatan kompetensi dasar
4. Ketepatan indikator
5. Ketepatan tujuan pembelajaran
6. Ketepatan materi pembelajaran
7. Ketepatan pendekatan dan metode
pembelajaran
8. Ketepatan kegiatan pembelajaran
9. Ketepatan penilaian
10. Ketepatan sumber dan media
pembelajaran
Keterangan :
Tabel 3.1.5d Rubrik Penilaian Silabus Pembelajaran Sastra Untuk Siswa
SMA ( Sekolah Menengah Atas) Kelas XII Semester I
1. Kejelasan Identitas RPP
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Kejelasan identitas RPP bila mencakup 7 komponen, yaitu:
(1) SK, KD, dan indikator percapaian hasil belajar, (2) tujuan
pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan
metode pembelajaran, (5) langkah-langkah kegiatan
pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar, (7) evaluasi
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
pembelajaran.
2. Kejelasan identitas RPP bila minimal mencakup 6 komponen,
antara lain: (1) SK, KD, dan indikator percapaian hasil belajar,
(2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4)
pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-langkah
kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar.
4
3. Kejelasan identitas RPP bila mencakup 5 komponen, antara
lain: (1) SK, KD, dan indikator percapaian hasil belajar, (2)
tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan
dan metode pembelajaran, (5)langkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
3
4. Kejelasan identitas RPP bila mencakup 4 komponen, antara
lain: (1) SK, KD, dan indikator percapaian hasil belajar, (2)
tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran, (4) pendekatan
dan metode pembelajaran.
2
5. Kejelasan identitas RPP bila mencakup 3 komponen, antara
lain: (1) SK, KD, dan indikator percapaian hasil belajar,
(2) tujuan pembelajaran, (3) materi pembelajaran.
1
2. Ketepatan Standar Kompetensi
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Ada SK, SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran dan antar
pelajaran.
5
2. Ada SK, SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran, tetapi
tiadak ada keterkaitan SK dan KD antar pelajaran.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
3. Ada SK, SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK
berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan, tetapi tidak ada keterkaitan SK dan KD dalam mata
pelajaran maupun antar pelajaran.
3
4. Ada SK, SK pembelajaran sesuai dengan standar isi, urutan SK
hanya berdasarkan tingkat kesulitan bahan, tetapi tidak ada
keterkaitan SK dan KD dalam mata pelajaran dan antar
pelajaran.
2
5. Tidak ada SK 1
3. Ketepatan Kompetensi Dasar
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD sesuai dengan aspek yang
diukur, KD ditulis dengan lengkap dan kalimat KD sesuai
dengan EYD.
5
2. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD sesuai dengan aspek yang
diukur, KD ditulis dengan lengkap tetapi kalimat KD tidak
sesuai dengan EYD.
4
3. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD sesuai dengan aspek yang
diukur, tetapi KD tidak ditulis dengan lengkap dan kalimat KD
tidak sesuai dengan EYD.
3
4. Ada KD, keterkaitan KD dan SK, KD tidak sesuai dengan
aspek yang diukur, dan KD tidak ditulis dengan lengkap dan
kalimat KD tidak sesuai dengan EYD.
2
5. Tidak ada KD 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
4. Ketepatan Indikator
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator
mencerminkan jenjang kognitif sesuai dengan yang diukur,
indikator disusun menggunakan bahasa baku dan sesuai dengan
EYD.
5
2. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator
mencerminkan jenjang kognitif sesuai dengan yang diukur,
indikator tidak disusun menggunakan bahasa baku dan sesuai
dengan EYD.
4
3. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator
mencerminkan jenjang kognitif sesuai dengan yang diukur,
indikator tidak disusun menggunakan bahasa baku dan tidak
sesuai dengan EYD.
3
4. Indikator sesuai KD, indikator dikembangkan lebih dari satu,
indikator dirumuskan dalam kata kerja oprasional, indikator
tidak mencerminkan jenjang kognitif, dan tidak disusun
menggunakan bahasa baku dan tidak sesuai dengan EYD.
2
5. Indikator tidak sesuai dengan KD 1
5. Ketepatan Tujuan Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Tujuan pembelajaran dalam RPP jelas, fokus dengan
kompetensi yang akan dicapai dan terperinci.
5
2. Tujuan pembelajaran dalam RPP jelas dan fokus dengan
kompetensi yang akan dicapai, tetapi kurang terperinci.
4
3. Tujuan pembelajaran dalam RPP jelas, tetapi kurang fokus 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dengan kompetensi yang akan dicapai dan kurang terperinci.
4. Tujuan pembelajaran dalam RPP jelas, tetapi kurang fokus
dengan kompetensi yang akan dicapai dan tidak terperinci.
2
5. Tujuan pembelajaran dalam RPP tidak jelas, tidak fokus
dengan kompetensi yang akan dicapai dan tidak terperinci.
1
6. Ketepatan Materi Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Materi pelajaran harus menunjang SK, dan KD dan mencakup
enam pertimbangan, yaitu: (1) Tingkat perkembangan fisik,
intelektual, emosional, sosial, dan spiritual peserta didik; (2)
manfaat bagi peserta didik; (3) struktur keilmuan; (4)
kedalaman dan keluasan materi; (5) relevansi dengan kebutuhan
peserta didikdan tututan lingkungan; (6) alokasi waktu.
5
2. Materi pelajaran harus menunjang SK, dan KD dan minimal
mencakup lima pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik; (2) manfaat bagi peserta didik; (3) struktur
keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi; (5) relevansi
dengan kebutuhan peserta didikdan tututan lingkungan.
4
3. Materi pelajaran harus menunjang SK, dan KD dan minimal
mencakup empat pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik; (2) manfaat bagi peserta didik; (3) struktur
keilmuan; (4) kedalaman dan keluasan materi.
3
4. Materi pelajaran harus menunjang SK, dan KD dan minimal
mencakup tiga pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik; (2) manfaat bagi peserta didik; (3) struktur
keilmuan.
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
5. Materi pelajaran kurang menunjang SK, dan KD dan minimal
mencakup dua pertimbangan, misalnya: (1) Tingkat
perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
peserta didik; (2) manfaat bagi peserta didik.
1
7. Ketepatan Pendekatan dan Metode Pengajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik siswa, tingkat
intelektual siswa, tingkat emosional siswa, mengaktifkan siswa,
dan bervariasi.
5
2. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik siswa, tingkat
intelektual siswa, tingkat emosional siswa, mengaktifkan siswa,
tetapi tidak bervariasi.
4
3. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik siswa, tingkat
intelektual siswa, tingkat emosional siswa, tetapi tidak
mengaktifkan siswa, dan tidak bervariasi.
3
4. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik siswa, tingkat
intelektual siswa, tetapi tidak memperhatikan tingkat
emosional siswa, tidak mengaktifkan siswa ,dan tidak
bervariasi.
2
5. Pendekatan dan metode pembelajaran yang digunakan harus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik siswa, tetapi tidak
memperhatikan tingkat intelektual siswa, tingkat emosional
siswa, tidak mengaktifkan siswa ,dan tidak bervariasi.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
8. Ketepatan Kegiatan Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut dan
terperinci sesuai dengan alokasi waktu, materi yang sudah
ditentukan.
5
2. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, runtut dan
kurang terperinci, tetapi sesuai dengan alokasi waktu dan materi
yang telah ditentukan.
4
3. Kegiatan pembelajaran disusun secara tepat, jelas, kurang
runtut dan kurang terperinci, tetapi sesuai dengan alokasi
waktu dan materi yang telah ditentukan. .
3
4. Kegiatan pembelajaran disusun kurang tepat, kurang jelas dan
kurang terperinci, tetapi sesuai dengan alokasi waktu dan materi
yang telah ditentukan.
2
5. Kegiatan pembelajaran disusun kurang tepat, kurang jelas,
kurang runtut dan kurang terperinci, tetapi sesuai dengan
alokasi waktu dan materi yang telah ditentukan.
1
9. Ketepatan Penilaian
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Ketepatan penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator dan mencakup 5 hal, yaitu (1) penilaian
dilakukan untuk mengukur percapaian kompetensi, (2)
menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan sistem penilaian
berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan
tindal lanjut, dan (5) sesuai dengan pengalaman belajaryang
ditempuh dalam kegiatan pembelajaran.
5
2. Ketepatan penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator dan minimal mencakup 4 hal, antara
lain: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur percapaian
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan, (4) hasil penilaian dianalisis
untuk menentukan tindal lanjut.
3. Ketepatan penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator dan minimal mencakup 3 hal, antara
lain: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur percapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria, (3) menggunakan
sistem penilaian berkelanjutan.
3
4. Ketepatan penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator dan minimal mencakup 2 hal, antara
lain: (1) penilaian dilakukan untuk mengukur percapaian
kompetensi, (2) menggunakan acuan kriteria.
2
5. Ketepatan penilaian percapaian KD peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator dan minimal mencakup 1 hal, misalnya
(1) penilaian dilakukan untuk mengukur percapaian
kompetensi.
1
10. Ketepatan Sumber dan Media Pembelajaran
No Aspek yang Dinilai Skor
1. Ketepatan sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dan
ditetapkan berdasarkan SK, KD, indikator kompetensi, serta
materi pokok, kegiatan pembelajaran, sesuai dengan
karakteristik siswa, mengaktifkan siswa
5
2. Ketepatan sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dan
ditetapkan berdasarkan SK, KD, indikator kompetensi, serta
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan mencakup minimal
empat prosedur, yaitu: (1) merumuskan kompetensi dan tujuan
pembelajaran, (2) menetapkan strategi, metode, dan teknik
pembelajaran, (3) menetapkan alat evaluasi, (4) menganalisis
kesesuaian silabus.
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3. Ketepatan sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dan
ditetapkan berdasarkan SK, KD, indikator kompetensi, serta
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan mencakup minimal
tiga prosedur, yaitu: (1) merumuskan kompetensi dan tujuan
pembelajaran, (2) menetapkan strategi, metode, dan teknik
pembelajaran, (3) menetapkan alat evaluasi.
3
4. Ketepatan sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dan
ditetapkan berdasarkan SK, KD, indikator kompetensi, serta
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan mencakup minimal
dua prosedur, yaitu: (1) merumuskan kompetensi dan tujuan
pembelajaran, (2) menetapkan strategi, metode, dan teknik
pembelajaran.
2
5. Ketepatan sumber belajar dan media pembelajaran dipilih dan
ditetapkan berdasarkan SK, KD, indikator kompetensi, serta
materi pokok, kegiatan pembelajaran dan mencakup minimal
satu prosedur, yaitu: (1) merumuskan kompetensi dan tujuan
pembelajaran.
1
3.1.6. Teknik Analisis Data
Teknik merupakan penjabaran dari metode yang disesuaikan dengan alat
dan sifat (Sudaryanto, 1993:9). Teknik yang dipergunakan oleh peneliti adalah
teknik simak (membaca) dan teknik catat. Teknik simak adalah teknik yang
digunakan dalam penelitian dengan cara peneliti berhubungan langsung dengan
teks yang akan dijadikan sebagai objek peneliti. Teknik ini bertujuan untuk
mendapatkan data secara konkret . Selanjutnya, data yang diperoleh dicatat dalam
kartu data. Kegiatan pencatatan inilah yang disebut dengan teknik catat
(Sudaryanto, 1993:113-135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Dengan menggunakan teknik catat dan simak, peneliti menganalisis
sumber tertulis yang berupa teks cerpen “Tuhan, Pawang hujan, dan Pertarungan
yang Remis” karya A.S. Laksana. Data yang dianalisis terkait dengan unsur
intrinsik yang merupakan fokus penelitian. Adapun analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis penelitian deskriptif
melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yakni menganalisis dan
menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami
dan disimpulkan (Azwar, 2009: 6). Tujuan penelitian dalam kegiatan ini adalah
untuk mendiskripsikan hasil analisis unsur intrinsik cerpen “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dan
mengimplementasikannya dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksnaan
Pembelajaran ( RPP ) sastra di SMA kelas XII semester I.
Langkah-langkah dalam menganalisis data dilakukan dengan teknik
sebagai berikut.
1). Menyimak dengan cara membaca teks cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis”.
2). Menemukan dan mencatat unsur-unsur intrinsik karya sastra “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” (tokoh, latar, alur, amanat, tema,
bahasa, sudut pandang) dan hubungan antarunsur.
3). Menyusun hasil temuan unsur-unsur intrinsik “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” berdasarkan urutannya dengan bahasa yang runtut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
4). Mengimplementasikan temuan unsur-unsur intrinsik “Tuhan, Pawang Hujan,
dan Pertarungan yang Remis” kedalam bentuk silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siswa SMA kelas XII semester I.
Data penelitian pengembangan diperoleh melalui angket penilaian yang
disi oleh guru Bahasa Indonesia tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA). Angket
tersebut akan digunakan untuk menganalisis tingkat kelayakan produk silabus dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti. Rumus
yang digunakan dalam menghitung prosentase tingkat kelayakan produk silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sastra untuk siswa SMA kelas XII
semester I, adalah sebagai berikut.
(Indaryati, 2003: 41)
Keterangan:
Σ%J = jumlah keseluruhan prosentase jawaban
Σ K = jumlah keseluruhan komponen materi pembelajaran
Kl = kelayakan
Adapun kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan dari
penilaian produk pengembangan yang berupa silabus dan RPP, dipaparkan dalam
tabel berikut.
∑ %J = Kl ∑ K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Tabel 3.1.6 Kriteria Penilaian Produk Pengembangan
Tingkat Pencapaian Nilai Ubah Skala Lima Kualifikasi
0 -4 E - A
85 % - 100 % 4 A Baik sekali
75 % - 84 % 3 B Baik
60 % - 74 % 2 C Cukup
40 % - 59 % 1 D Kurang
0 % - 39 % 0 E Gagal
(Nurgiantoro, 2001: 399)
Data penilaian yang diperoleh dari dua guru kelas tingkat SMA
kemudian dianalisis dan selanjutnya dijadikan dasar untuk merevisi produk
pengembangan yang berupa silabus dan RPP. Masukan, tanggapan, dan kritik dari
guru tersebut terhadap produk sementara dijadikan dasar untuk merevisi produk
dengan kriteria sebagai berikut: (1) benar menurut ahli, (2) sesuai dengan teori,
(3) logis menurut pengembangan. Komponen produk yang mendapatkan penilaian
kurang dari 65% dari kriteria akan direvisi kembali oleh peneliti.
3.2 Trianggulasi Hasil Analisis Data
Temuan dan interpretasi yang diperoleh peneliti harus diperiksa
keabsahannya dengan trianggulasi. Trianggulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu (Sugiyono, 2009: 273).
Dalam penelitian ini, peneliti memeriksa keabsahan atau keterpercayaan
temuan dengan dua cara. Cara yang pertama dengan cara triangulasi teori. Unsur-
unsur intrinsik yang ditemukan berpedoman dari teori-teori yang digunakan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
penelitian. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan beberapa teori untuk
dilihat kelebihan dan kelemahan masing-masing dengan maksud agar teori yang
dipergunakan dalam penelitian ini benar-benar terpercaya. Trianggulasi teori
dilakukan dengan mengkonfirmasi hasil analisis data dengan beberapa teori yang
terkait dalam kajian teori. Peneliti kemudian mengkonsultasikan hasil temuan
unsur-unsur intrinsik cerita dengan dosen pembimbing penelitian.
Cara yang kedua yaitu trianggulasi teknik pengumpulan data. Peneliti
meminta bantuan dua guru Bahasa Indonesia kelas XII SMA, untuk menilai
silabus dan RPP yang telah dibuat oleh peneliti. Setelah mendapat penilaian dari
guru, peneliti memperbaiki atau merevisi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN CERPEN “TUHAN,
PAWANG HUJAN, DAN PERTARUNGAN YANG REMIS” KARYA
A. S. LAKSANA
Dalam bab ini dipaparkan mengenai: (1) deskripsi data penelitian
(2) deskripsi analisis unsur intrinsik cerita pendek “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana (3) analisis hubungan antarunsur
dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S.
Laksana. Ketiga hal tersebut diuraikan pada subbab berikut ini.
4.1 Deskripsi Data Penelitian
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa cerita pendek yang
berjudul “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S.
Laksana. Cerita pendek ini merupakan salah satu dari 20 cerpen Indonesia terbaik
2009.
Hasil penelitian yaitu unsur-unsur intrinsik cerita pendek “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana, dan analisis hubungan
antarunsur intrinsik.
4.2 Analisis Unsur Intrinsik Cerita Pendek “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” Karya A.S Laksana
Analisis ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang isi cerpen
“Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A. S. Laksana secara
79
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
menyeluruh. Analisis akan dilakukan dengan cara menjabarkan unsur
intrinsiknya, yaitu: latar, alur, bahasa tema, amanat, sudut pandang dan hubungan
antarunsur tersebut yang nantinya akan megidentifikasi dan mendeskripsikan isi
cerita, agar makna dari keseluruhan cerita dapat terungkap. Berikut ini adalah
uraian pembahasan dan hasil penelitian:
4.2.1 Tokoh
Cerita pendek (cerpen) berisi perjalanan atau kisah seseorang. Pertama kali
yang menjadi sorotan dalam sebuah cerita adalah tokoh atau pelaku cerita. Tokoh
adalah individu atau sekelompok orang yang mengalami peristiwa atau perlakuan
yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama yang dapat berwujud
binatang atau benda yang diinsankan, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki
kualitas moral yaitu dalam mengekspresikan ucapan dan tindakanya.
Tokoh-tokoh dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” ini yaitu: Alit, Tuhan, Gadis Cantik, Pawang Tua, Duda tua. Adapun
tokoh-tokoh beserta wataknya akan djabarkan sebagai berikut.
a. Alit
Tokoh Alit merupakan tokoh utama dalam cerita ini, karena ia adalah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita. Ia merupakan tokoh yang
paling banyak diceritakan. Selain menjadi tokoh utama Alit juga dapat
diketagorikan sebagai tokoh antagonis yaitu tokoh yang menentang tokoh
protagonis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Alit diketagorikan sebagai tokoh utama dan tokoh antagonis. Namun,
dibalik sifat antagonisnya Alit memiliki rasa rela berkorban, baik hati. Hal
tersebut dinyatakan dalam bagian pernyataan yamg dikutip sebagai berikut:
1) Kikuk atau canggung
Pernyataan:
Fakta pertama, gadis itu cantik dan itu membuat Alit kikuk dan itu membuatnya tiba-tiba menyadari betapa pentingnya bakat (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 8).
2) Tidak yakin pada diri sendiri
Pernyataan:
Alit pernah meyakininya ketika ia memutuskan belajar sulap, tetapi belakangan ia tidak terlalu percaya pada bujukan itu (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 8).
3) Sombong
Pernyataan:
Bahkan sebelum orang itu menurunkan ilmunya, Alit sudah membayangkan dirinya mengendalikan awan-awan di langit, memanggil atau mengusirnya atau menjadikannya payung yang melindunginya dari panas matahari (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10).
Ia akan membuat awan-awan saling cakar seperti anak-anak kucing atau melenggok selucu banci. Dan mestinya tak sulit-sulit amat bagi pesulap ampuh untuk memikat gadis cantik berpenampilan kusam (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10).
Dia merasa paling berkuasa soal kematian. Ia bersumpah tak akan pernah membiarkan kematiannya menjadi utusan Tuhan ia hanya mau mati karena ia sendiri yang menghendaki kematiaanya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
Dulu Tuhan pernah menurunkan hujan 40 hari dan mengirimkan banjir yang meneggelamkan puncak gunung. Ia yakin bisa menumbangkan rekor itu dengan menurunkan hujan 41 hari, tetapi ia tidak ingin melakukan itu. Cukup baginya menurunkan hujan lebat dua hari di hulu sungai dan banjir akan menyapu kolong jembatan dan menyeret pengemis utusan Tuhan ke lautan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4) Baik hati
Pernyataan:
Dan Alit, dengan penuh kasih kepada si gadis, mengusir hujan setiap kalii gadis itu naik panggung (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 13).
5) Keras kepala
Pernyataan:
Setelah pertarungan yang remis itu. Alit tidak pernah lagi berniat mencabut nyawanya sendiri. Dua hari ia dirawat oleh si pengemis utusan Tuahn. Pada hari ketiga ia meninggalkan sang utusan itu dan berjalan sepanjang sungai ke arah hulu dan di sebuah dataran tinggi ia merencanakan lagi pertarungan berikutnya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
6) Rela Berkorban
Pernyataan:
Bahkan pada hari-hari kalutnya ketika ia melihat gadis itu mulai sering didekati oleh si duda tua, Alit tak pernah meninggalkannya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
7) Mudah putus asa
Pernyataan:
Ternyata ia lebih berbakat menjadi pawang hujan dan ia baru tahu itu setelah enam tahun menyulap dan berkali-kali gagal menhibur anak-anak dengan permainan sulapnya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9). Berdasarkan kutipan tentang penggambaran watak-watak di atas
dinyatakan oleh pernyataan-pernyataan yang diceritakan oleh sang narator.
Dalam cerita tersebut terjadi kekuatan antagonis dalam tokoh Alit terhadap
pencipta-Nya. Kekuatan antagonis itu terjadi ketika Alit memutuskan jalan
hidupnya untuk bertarung melawan Tuhan, karena Tuhan telah memberikannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
bakat yang tidak berguna dan dan menyakitinya dalam hal perjodohan. Jadi,
secara tidak langsung, deskripsi watak tokoh Alit digambarkan melalui
pernyataan pengarang itu sendiri.
b. Gadis Cantik
Gadis cantik termasuk tokoh sederhana, karena tokoh tersebut hanya
memiliki satu kualitas pribadi tertentu dan satu sifat atau watak yang tertentu
saja. Sifat dan tingkah laku tokoh ini bersifat datar, monoton, dikembalikan
pada perwatakan hanya mencerminkan satu watak tertentu.
Watak yang dimiliki oleh tokoh ini beserta kutipan dan pernyataannya,
yaitu:
Santun
Pernyataan:
“Trima kasih, ya, “kata gadis itu suatu kali ketika ia selesai manggung (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 13).
c. Pawang Tua
Tokoh pawang tua merupakan tokoh tambahan, karena tidak banyak
dikenai kejadian dalam suatu cerita. Selain itu juga, pemunculan tokoh ini
dalam keseluruhan cerita lebih sedikit dan kehadirannya hanya jika ada
keterkaitannya dengan tokoh utama secara langsung maupun tidak langsung.
Watak yang dimiliki oleh tokoh ini beserta kutipan dan pernyataannya,
yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
1) Bijaksana
Pernyataan:
Namun, seperti mampu memergoki pikiran Alit, si pawang mengingatkan bahwa seorang pawang hujan pantang mempermaikan awan, apalagi untuk tujuan-tujuan atraksi. Peringatan itu membuat Alit memperbaiki silanya dan menunduk. “Aku hanya ingin sesekali dipayungi awan,”katanya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009:10-11).
2) Tegas
Pernyataan:
“Kalau begitu kau pulang saja,” kata pawang hujan. Alit tetap menunduk dan tidak pulang. Si tua meninggalkannya, menoleh ke arah Alit ketika ia berada di pintu kamarnya. “Hanya nabi yang berjalan di payungi awan,”katannya. “Jika kau melakukan hal itu, orang-orang akan menganggapmu nabi palsu.” Ia masuk kamar dan tak keluar-keluar (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11).
d. Tuhan
Tokoh Tuhan merupakan tokoh statis, tokoh yang tidak mengalami
perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif
tetap, tak berkembang sejak awal hingga akhir cerita. Tokoh ini juga dapat
disebut dengan tokoh tambahan, kemunculaanya dalam cerita hanya sedikit,
kehadirannya jika ada keterkaitannya dengan tokoh utama, secara langsung
maupun tidak langsung. Selain ia hanya memiliki satu watak tertentu saja,
pengarang juga tidak memberikan informasi yang lebih jelas tentang tokoh
ini. Pengarang hanya memunculkan tokoh Tuhan untuk menimbulkan suatu
konflik pada cerita ini. Selain menjadi tokoh statis Tuhan juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
diketagorikan sebagai tokoh protagonis yaitu tokoh yang banyak dikagumi
karena mempunyai watak yang baik juga.
Dalam cerita ini watak Tokoh Tuhan tidak digambarkan secara jelas.
Selain sangat sedikit diceritakan tentang diri Tuhan, pencerita juga tidak
menampilkan dialog yang dapat menggambarkan tokoh Tuhan.
Mahabaik
Pernyataan:
Alit yakin bahwa ia mestinya sudah mati malam itu-artinya dia yang menang tetapi Tuhan telah bertindak curang dengan cara mengirimkan malaikat berupa pengemis untuk menggagalkan upayanya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
e. Duda Tua
Tokoh duda tua merupakan tokoh statis, tokoh yang tidak mengalami
perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-
peristiwa yang terjadi. Tokoh statis memiliki sikap dan watak yang relatif
tetap, tak berkembang sejak awal hingga akhir cerita. Pengarang hanya
memunculkan tokoh duda tua untuk menimbulkan suatu konflik pada cerita
ini. Selain itu, dalam cerita ini watak tokoh duda tua tidak digambarkan
secara jelas. Selain sangat sedikit diceritakan tentang diri duda tua, pencerita
juga tidak menampilkan dialog yang dapat menggambarkan tokoh duda tua.
4.2.2 Latar
Karya sastra merupakan cerminan kehidupan masyarakat yang di
dalamnya terdapat kehidupan tokoh-tokoh beserta rangkaian peristiwa yang
terjadi selalu berhubungan dengan waktu, tempat, dan kondisi sosialnya. Latar
dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Laksana, meliputi tiga unsur, yaitu: latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.
Ketiga unsur latar tersebut akan saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya.
a. Latar Tempat
1) Di markas tentara
Di antara enam tahun menyulap, ia pernah membadut dan mendapati siksaan paling menggiriskan ketika membanyol di markas tentara (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9).
2) Di pintu kamar
Si tua meninggalkannya, menoleh ke arah Alit ketika ia berada di pintu kamarnya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11).
3) Di rumah pawang tua
Keesokan harinya Alit datang lagi ke rumah orang itu dan mengatakan bahwaia siap melupakan atraksi sulapnya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11).
4) Di tempat tidur
Tetapi pawang tua itu menerimanya dan tujuh bulan kemudian, ketika si tua sekarat d tempat tidurnya, Alit untuk kali pertama bekerja mengusir hujan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11).
5) Di atas panggung
Penampilan itu sekaligus menjadi pengalaman paling menyedihkan yang pernah dialami oleh gadis itu di atas panggung (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 13).
6) Di sungai keruh
Karena itu pada suatu malam ia terjun dari jembatan, menenggelamkan diri di sungai keruh (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
7) Di sebuah dataran tinggi
Pada hari ke tiga ia meninggalkan sang utusan itu dan berjalan sepanjang sungai ke arah hulu dan di sebuah dataran tinggi ia merencanakan lagi pertarungan berikutnya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
8) Di hulu sungai
Aku turun dari hulu sungai pada siang hari dan tak pernah menemukan Alit hingga sekarang Dulu Tuhan pernah menurunkan hujan 40 hari dan mengirimkan banjir yang meneggelamkan puncak gunung. Ia yakin bisa menumbangkan rekor itu dengan menurunkan hujan 41 hari, tetapi ia tidak ingin melakukan itu. Cukup baginya menurunkan hujan lebat dua hari di hulu sungai dan banjir akan menyapu kolong jembatan dan menyeret pengemis utusan Tuhan ke lautan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya
peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Masalah
waktu dalam karya naratif dapat bermakna ganda, yaitu: di satu pihak
mengacu pada waktu penceritaan, waktu penulisan cerita, dan pihak lain
menunjuk pada waktu dan urutan waktu yang terjadi dan dikisahkan dalam
cerita. Di dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana waktu yang diceritakan menunjuk pada waktu
yang terjadi dalam cerita tersebut. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada
kutipan pernyataan berikut ini:
1) Tiga hari
Seorang gadis cantik akan tetap membuat matamu terpaku sekalipun pada waktu itu ia mengenakan pakaian yang belum dicuci tiga hari atau ia belum mengeramas rambutnya dalam sebulan terakhir (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
2) Sebulan terakhir
Seorang gadis cantik akan tetap membuat matamu terpaku sekalipun pada waktu itu ia mengenakan pakaian yang belum dicuci tiga hari atau ia belum mengeramas rambutnya dalam sebulan terakhir (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9).
3) Tahun
a) Enam tahun
Ternyata ia lebih berbakat menjadi pawang hujan dan ia baru tahu itu setelah enam tahun menyulap dan berkali-kali gagal menghibur anak-anak dengan permainan sulapnya. (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9). Di antara enam tahun menyulap, ia pernah membadut dan mendapati siksaan paling menggiriskan ketika membanyol di markas tentara (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9).
b) Tujuh tahun
Mewarisi ilmu si tua, Alit menapaki tujuh tahun perjalanan cemerlangnya sebagai pawang hujan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009:12).
c) Empat tahun
Dalam empat tahun terakhir mereka memang selalu bersama dan gadis itu berkali-kali mengucapkan terima kasih kepadanya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009:12).
d) Tiga tahun
Tiga tahun setelah Alit berhenti menyulap, kau tahu, gadis itulah yang kemudian naik panggung; ia mengubah dirinya saat itu juga menjadi bidadari yang luwes memainkan pelbagai tipuan sulap (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009:12).
4) Satu jam
Selama pertunjukkan, yang berlangsung satu jam namun terasa seperti bertahun-tahun, para prajurit terus memasang tampang kaku seperti ketika mereka sedang berbaris (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
5) Seminggu
Seminggu sesudah kejadian itu ia berhenti menyulap dan pada hari kedelapan ia merasa terdorong menjadi pawang hujan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10). Si tua benar tentang bakat Alit dan ia mati seminggu setelah muridnya melakukan pekerjaanya keempat (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009:11).
6) Hari kedelapan
Seminggu sesudah kejadian itu ia berhenti menyulap dan pada hari kedelapan ia merasa terdorong menjadi pawang hujan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10).
7) Di pagi hari
Dorongan itu mula-mula muncul ketika ia menyaksikan seorang pawang hujan bekerja pada pesta pernikahan tetangganya dan keesokan harinya ia merasakan dorongan itu menguat Seminggu sesudah kejadian itu ia berhenti menyulap dan pada hari kedelapan ia merasa terdorong menjadi pawang hujan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10). Keesokan harinya Alit datang lagi ke rumah oarang itu dan mengatakan bahwa ia siap melupakan atraksi sulapnya Seminggu sesudah kejadian itu ia berhenti menyulap dan pada hari kedelapan ia merasa terdorong menjadi pawang hujan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11). Tetapi ia tidur sebelum tengah malam dan pagi harinya aku hanya menenmukan diriku sendiri di hulu sungai (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009:15)
8) Di siang hari
Aku turun dari hulu sungai pada siang hari dan tak pernah menemukan Alit hingga sekarang (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15-16).
9) Di malam hari
Karena itu pada suatu malam ia terjun dari jembatan, menenggelamkan diri di sungai keruh (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14). Maka ia memilih tengah malam untuk merapalkan mantranya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15). Tetapi ia tidur sebelum tengah malam dan pagi harinya aku hanya menenmukan diriku sendiri di hulu sungai (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
10) Di Sabtu sore
Alit sudah hampir 32 saat itu dan pada hari Sabtu sore ia melihat si gadis, usianya sudah hampir 21, tampak seperti bidadari yang dijatuhi kutukan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 12).
c. Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku
kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi. Latar sosial pada cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana adalah kehidupan sosial Alit yang sedrerhana,
menengah ke bawah. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat pekerjaan Alit
yang tidak menetap. Selain itu, keyakinan sepiritualnya kepada Tuhan tidak
cukup kuat. Buktinya karena ia selalu menggangap bahwa Tuhan selalu salah
dalam memberi keputusan. Kutipan pernyataanya ialah sebagai berikut:
Ternyata ia lebih berbakat menjadi pawang hujan dan ia baru tahu itu setelah enam tahun menyulap dan berkali-kali gagal menghibur anak-anak dengan permainan sulapnya. Di antara enam tahun menyulap, ia pernah membadut dan mendapati siksaan paling menggiriskan ketika membanyol d markas tentara (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9).
Sungguh Tuhan telah membuat keputusan yang keliru karena menjodohkan gadis pujaanya dengan bandot itu. Maka, tak ada jalan lain, Tuhan dan keputusan-Nya yang keliru harus dilawan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
Gadis cantik merupakan wanita yang santun kehidupannya sederhana
dan jika dilihat dari penampilan kehidupan sosialnya kalangan menengah ke
bawah. Hal ini dibuktikan dengan kutipan pernyataan sebagai berikut:
Gadis itu sedikit kusam, mungkin karena pakaian yang dikenakannya sudah lapuk dan warnanyapudar, mmungkin karena rambutnya awut-awutan belum dikeramas, atau mungkin ia memang tidak terlalu peduli dengan penampilan usianya baru tiga belas (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Status sosial tokoh merupakan salah satu hal yang perlu di perhitungkan
dalam pemilihan latar. Secara umum boleh dikatakan perlu adanya deskripsi
perbedaan antara kehidupan tokoh yang berbeda status sosialnya. Keduanya
tentu memiliki perbedaan tingkah laku, pandangan, cara berfikir, bersikap,
gaya hidup dan mungkin masalah yang dihadapi.
4.2.3 Alur
Alur adalah jalan sebuah cerita yang berurutan dan saling berkaitan secara
logis dan kronologis yang dihubungkan oleh adanya sebab akibat, yaitu peristiwa
satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa lain yang dilakukan atau
diakibatkan oleh para pelaku.
Struktur alur dalam cerita cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan
yang Remis” karya A.S. Laksana dimulai dengan eksposis, rangsangan, konflik
atau tikaian, rumitan, klimaks, krisis, leraian dan penyelesaian. Dalam cerita
cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana
termasuk dalam jenis alur maju. Hal ini, disebabkan peristiwa dalam cerita secara
kronologis maju, runtut dari awal, tengah, hingga akhir. Struktur umum alur cerita
cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana
akan dibahas sebagai berikut:
a. Eksposisi
Pada tahap awal ini, cerita dipaparkan mulai dari pengenalan tokoh
utama yaitu Alit. Pengarang juga memaparkan informasi yang
berhubungan dengan tokoh utama. Hal tersebut, dibuktikan dengan
kutipan dari pernyataan di bawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Fakta pertama, gadis itu cantik dan itu membuat Alit kikuk dan itu membuatnya tiba-tiba menyadari betapa pentingnya bakat. Fakta berikutnya, para penjual motivasi selalu mengatakan kepadamu bahwa untuk menjadi iniitu kau tidak memerlukan bakat. Alit pernah meyakininya ketika ia memutuskan belajar sulap, tapi belakangan ini ia tidak terlalu percaya dengan bujukan itu. Ia yakin pada bakat (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 8). Alit berusia 24 tahun dan sebenarnya sudah beberapa kali kikuk (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 9).
b. Rangsangan
Pada tahap rangsangan, pengarang mulai menceritakan keadaan Alit.
Di samping itu, tokoh lain, yaitu, gadis cantik, mulai diperkenalkan dalam
tahap ini. Hal tersebut, dibuktikan dengan kutipan dari pernyataan di
bawah ini:
Gadis itu sedikit kusam, mungkin karena pakaian yang dikenakannya sudah lapuk dan warnanya pudar, mmungkin karena rambutnya awut-awutan belum dikeramas, atau mungkin ia memang tidak terlalu peduli dengan penampilan usianya baru tiga belas. Alit merasa tak ada masalah dengan penampilan gadis itu dan ia yakin bahwa matanya masih awas untuk membedakan antara cantik atau tidak. Seorang gadis cantik akan tetap membuat matamu terpaku sekalipun pada waktu itu ia mengenakan pakaian yang belum dicuci tiga hari atau ia belum mengeramas rambutnya dalam sebulan terakhr. Dan jika kau merasa kikuk tanpa sebab pada pertemuan pertama, itulah barangkali yang disebut jatuh cinta pada pandangan pertama. Kecantikan gadis itu bertahan di pelupuk mata Alit hingga bertahun-tahun kemudian dan Alit yakin bahwa kecantikan, seperti halnya bakat, adalah anugrah Tuhan. Berkat kehadiran gadis itu, Alit mulai sadar bahwa sesungguhnya ia tidak memiliki bakat menjadi tukang sulap. Alasanya sepele, seorang tukang sulap berbakat mestinya tidak akan bertingkah kikuk ketika menyadari ada gadis cantik sedikit kusam di tengah orang-orang yang menonton atraksinya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 8-9). Rangsangan kembali ditandai dengan peristiwa ketika terjadi
percakapan antara Alit dan pawang tua. Hal tersebut dapat dilihat dalam
kutipan berikut ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
“Aku ingin belajar mengusir hujan padamu,” kata Alit ketika ia datang menemui pawang itu di rumahnya. “Tidak sulit jika kau punya bakat ,” kata orang tua itu, suarannya menyusup dari celah-celah gusi-gusi yang sudah gundul. “Aku tak tahu bakatku,” kata Alit. Lelaki itu menatap anak muda di depannya, seperti memeriksa susunan tulang belulang rangkanya. “Tampaknya kau punya bakat,”katanya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10).
c. Konflik
Konflik atau tikaian ialah tahapan ketika perselisihan yang timbul
sebagai akibat adanya dua kekuatan yang bertentangan. Pada tahap konflik
atau tikaian ini, terjadi tikaian antara Alit dan pawang tua. Hal tersebut,
dibuktikan dengan kutipan dari pernyataan di bawah ini:
Bahkan sebelum orang itu menurunkan ilmunya. Alit sudah membayangkan dirinya mengendalikan awan-awan di langit, memanggil atau mengusirnya atau menjadikannya payung yang melindunginya dari panas matahari. Saat memikirkan hal itu, tiba-tiba ia merasa sayang untuk melepaskan keahlianya sebagai tukang sulap sekalipun ia nanti sudah mewarisi ilmu si pawang hujan. Ia merasa bahwa atraksi mengendalikan awan-awan di langit akan menjadi pertunjukan luar ruang yang ampuh. Ia akan membuat awan-awan saling cakar seperti anak-anak kucing atau melenggok selucu banci. Dan tak mestinya tak sulit-sulit amat bagi pesulap ampuh untuk memikat gadis cantik berpenampilan kusam. Namun, seperti mampu memergoki pikiran Alit, si pawang mengingatkan bahwa seorang pawang hujan pantang mempermaikan awan, apalagi untuk tujuan-tujuan atraksi. Peringatan itu membuat Alit memperbaikisilanya dan menunduk. “Aku hanya ingin sesekali dipayungi awan,”katanya. “Kalau begitu kau pulang saja,” kata si pawang. Alit tetap tidak pulang. Si tua meninggalkannya, menoleh kearah Alit ketika ia berada di depan intu kamarnya. ”Hanya nabi yang berjalan d payungi awan,”katanya. “Jika kau melakukan hal itu, orang-orang akan menganggapmu nabi palsu.” (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10-11).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
d. Rumitan
Rumitan merupakan tahapan ketika suasana semakin panas karena
konflik semakin mendekati puncaknya. Pada tahap rumitan cerita sudah
masuk pada konflik yang terjadi. Pada cerita tersebut, konflik semakin
berkembang. Rumitan ditandai dengan peristiwa ketika Alit sudah menjadi
pawang hujan yang cukup sukses. Ia merasa sangat kecewa ketika dengan
bakatnya sebagai pawang hujan gadis itu justru menikah dengan seorang
laki-laki yang sama sekali tidak pantas untuk dibilang jodohnya.
Celakanya lagi ketika Alit diminta oleh sang gadis untuk menjadi pawang
hujan pada saat acara pernikahan tersebut. Terjadi kekuatan antagonis
dalam tokoh Alit. Kekuatan antagonis itu terjadi ketika Alit harus
memutuskan sesuatu yang sangat penting, yaitu permasalahan ketika ia
harus mengusir hujan pada pesta pernikahan gadis cantik dan duda tua atau
mendatangkan hujan deras semalaman untuk menggagalkan pesta
pernikahan gadis itu. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Mewarisi ilmu si tua, Alit menapaki tujuh tahun perjalanan cemerlangnya sebagai pawang hujan. Lalu gadis kusam itu, yang kini sudah matang, kembali membuatnya payah. Alit sudah hamper 32 saat iyu dan pada hari sabtu sore ia melihat si gadis usianya sudah hamper 21, tampak seperti bidadari yang di jatuhi kutukan. Kau tahu, gadis itu menikah dengan laki-;laki yang sama sekali tidak pantas untuk dibilang jodoknya, seorang duda tua, dan Alit diminta mengusir hujan pada pesta pernikahan mereka. Alit merapalkan mantra dengan rahang kaku dan tenggorokan panas-mungkin saat itu ia tampak sangat memalukan. Ia ingin sekali mendatangkan hujan deras semalaman untuk menggagalkan pesta pernikahan gadis itu. Tentu saja ia tidak melakukannya, itu akan menyalahi sumpahnya sebagai pawang hujan dan itu bukan tindakan terpuji. Tetapi apa ada gunanya mempertahabkan sumpah dan tindakan terpuji jika badis itu jatuh ke tangan duda tua? (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009:12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Rumitan kembali terjadi ketika peristiwa pertentangan Alit dengan
pencipta-Nya ia merasa Tuhan telah memberi bakat yang keliru dan tak
ada gunanya walaupun dengan bakat cemerlangnya menghalau awan-
awan, ia tetap tidak mampu memikat gadis yang membuatnya kikuk sejak
pandangan pertama. Alit memutuskan untuk bertarung melawan Tuhan. Ia
mencoba bunuh diri, tapi ternyata gagal. Hal tersebut dapat dilihat dalam
kutipan berikut ini:
Untuk kali pertamanya selama menjalani kepawangganya, ia merasa Tuhan telah memberinya bakat yang keliru, atau bakat yang tak ada gunanya. Dengan bakat cemerlangnya menghalau awan-awan , ia toh tidak mampu memikat gadis yang membuatnya kikuk sejak pandangan pertama. Padahal, ia merasa sudah begitu dekat dengan gadis itu (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 12). Tuhan telah menyakitinya dalam urusan perjodohan, maka Alit memutuskan bertarung dengan Tuhan di wilayah lain yang dia merasa paling berkuasa soal kematian. Ia bersumpah tak akan pernah membiarkan kematiannyamenjadi urusan Tuhan; ia hanya mau mati atas kehendaknya sendiri yang mengendaki kematiannya. Karena itu pada suatu malam ia terjun dari jembatan, menenggelamkan diri di sungai keruh (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
e. Klimaks
Klimaks adalah puncak dari rumitan. Klimaks cerita ini adalah
ketika Alit menggangap bahwa tidak ada yang beres dengan pertarungan
dan ia mengambil keputusan bahwa Tuhan telah bertindak curang dengan
cara mengirimkan malikat berupa pengemis untuk menggagalkan
upayannya bunuh diri. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Pasti ada yang tidak beres dalam pertarungan ini. Alit yakin bahwa ia mestinya sudah mati malam itu artinya dia yang menang tetapi Tuhan telah bertindak curang dengan cara mengirimkan malaikat berupa pengemis untuk menggagalkan upayanya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
f. Krisis
Krisis merupakan tahapan alur yang mengawali leraian dengan
ditandai oleh perubahan alur cerita menuju kesudahannya. Karena setiap
klimaks diikuti oleh krisis, keduanya sering dianggap sama atau
disamakan. Krisis dalam cerita ini ditandai ketika pertarungan yang
berakhir remis. Ia tidak mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun
tidak mengambil nyawa Alit setelah menggagalkan upayanya bunuh diri.
Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Pertarungan berakhir remis. Ia tidak mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun tidak mengambil nyawanya setelah menggagalkan upayanya membunuh dirinya sendiri. Setelah pertarungan yang remis itu, Alit tidak pernah lagi berniat mencabut nyawa sendiri (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
g. Leraian
Pada tahap leraian ini, ditandai dengan Alit tidak pernah mencabut
nyawanya sendiri, dua hari ia dirawat oleh pengemis. Pada hari ketiga ia
meninggalkan pengemis utusan Tuhan dan berjalan ke arah hulu sungai.
Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Setelah pertarungan yang remis itu, Alit tidak pernah lagi mencabut nyawanya sendiri (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
h. Penyelesaian
Tahap penyelesaian merupakan bagian akhir cerita. Penyelesaian
tidak harus berupa penyelesaian masalah, tetapi akhir cerita juga dapat
menggantung. Di dalam cerita ini, akhir cerita dibiarkan menggantung
oleh pengarang. Pengarang tidak menjelaskan keadaan Alit selanjutnya.
Kutipan pernyataannya adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Aku turun dari hulu sungai pada sisng hari dan tak pernah menemukan Alit hingga sekarang. Aku sendiri, kau tahu, hanya tukang sulap yang tak berbakat dan tak menguasai tipuan untuk menguasai hujan. Kini aku masih menunggu kedatangannya. Bagaimanapun, aku tetap ingin melihat ia menghanyutkan pengemis utusan Tuhan dan politikus bandot maupun gadis pesulap yang bukan utusan Tuhan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 16).
4.2.4 Tema
Tema ialah gagasan atau ide dasar yang melatarbelakangi suatu cerita.
Untuk menentukan suatu tema, maka harus menyimpulkan dari keseluruhan
cerita. Berdasarkan ketradisiannya cerpen “Tuhan, Pawang, Hujan, dan
Pertarungan yang Remis”, termasuk ke dalam tema tradisional karena temanya
telah lama digunakan dalm karya sastra dan biasanya berkaitan dengan masalah
kebenaran dan kejahatan. Tema yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah
pertarungan yang remis. Kutipan yang mendukung adalah sebagai berikut:
Pertarungan berakhir remis. Ia tidak mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun tidak mengambil nyawanya setelah menggagalkan upayanya membunuh dirinya sendiri. Setelah pertarungan yang remis itu, Alit tidak pernah lagi berniat mencabut nyawa sendiri (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
4.2.5 Amanat
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan pengarang
secara langsung maupun tidak langsung melalui karyanya. Amanat yang
terkandung dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana, yaitu jangan dengan mudah mengambil keputusan demi
keputusan terhadap jalan hidup. Bagian kutipannya adalah sebagai berikut:
Tuhan telah menyakitinya dalam urusan perjodohan, maka Alit memutuskan bertarung dengan Tuhan di wilayah lain yang dia merasa paling berkuasa soal kematian. Ia bersumpah tak akan pernah membiarkan kematiannyamenjadi urusan Tuhan; ia hanya mau mati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
atas kehendaknya sendiri yang mengendaki kematiannya. Karena itu pada suatu malam ia terjun dari jembatan, menenggelamkan diri di sungai keruh (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
4.2.6 Bahasa
Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra atau sarana yang
digunakan pengarang untuk mengungkapkan sastra. Pengungkapan bahasa dalam
sastra berfungsi untuk mempengaruhi pembaca agar masuk ke dalam cerita yang
disajikan pengarang selain itu menyampaikan ide atau gagasan dalam suatu cerita.
Pengarang juga bertugas untuk membuat pembaca lebih tertarik pada isi cerita.
Hal tersebut dapat diungkapkan lewat gaya bahasa dan pilihan kata-kata
yang digunakan oleh pengarang. Dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis”, bahasa yang digunakan adalah bahasa dalam kehidupan
sehari-hari. Bahasanya mudah dimengerti karena tidak menggunakan bahasa khas
daerah tertentu. Hal tersebut dapat ditunjukan dalam bagian kutipan berikut ini:
“Trima kasih, ya,” kata gadis itu suatu kali ketika ia selesai manggung. Alit menjawab, “Sama-sama,” dan memantapkan tekadnya untuk selalu menjaga panggung gadis itu dari serbuan hujan (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 13).
Di dalam cerita tersebut, dialog yang digunakan oleh pengarang sangat
sedikit, maka bahasa yang terlihat digunakan pengarang adalah bahasa Indonesia.
Tetapi pilihan kata yang digunakan oleh pengarang ada juga yang mengandung
sarkasme (kata-kata pedas untuk menyakiti hati orang lain, cemoohan atau ejekan
kasar). Hal tersebut dapat ditunjukan dalam bagian kutipan berikut ini:
“Hanya nabi palsu yang berjalan dipayungi awan,”katanya. “Jika kau melakukan itu , orang-orang akan menggangapmu nabi palsu.” (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11). Dan keduannya, baik politikus maupun bandot, sangatlah mudah jatuh cinta, namun Alit Alit tidak percaya bahwa bidadarinya akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
jatuh cinta pada bandot tua yang mendekatinya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11).
Kalimat yang digunakan ialah kalimat yang sederhana. Antara kalimat satu
dengan yang lainnya dalam peenyusunsnnya saling berhubungan.
4.2.7 Sudut Pandang (Point of view)
Sudut pandang adalah pandangan pencerita yang dipilih oleh pengarang
untuk menceritakan suatu cerita. Sudut pandang menyaran pada cara sebuah cerita
dikisahkan dan merupakan teknik yang dipergunakan pengarang untuk
menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan
berhubungan dengan pembaca.
Dalam cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”,
pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama ”aku”. ”Aku” dalam
cerpen ” Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”, ialah Alit. Hal
tersebut dapat di temukan pada kutipan pernyataan berikut ini:
“Aku ingin belajar mengusir hujan padamu,” kata Alit ketika ia dating menemui pawang itu di rumahnya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10). “Aku tidak tau bakatku,” kata Alit (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 10).
Sudut pandang yang digunakan dalam cerita menggunakan sudut pandang
orang pertama. Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang
orang pertama ”aku”, pengarang sebagai pelaku cerita. Pengarang berlaku sebagai
karakter utama cerita, ini ditandai dengan penggunaan kata “aku”. Selain itu,
penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang
tidak diungkapkan oleh sang narator. Keuntungan dari teknik ini adalah pembaca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
merasa menjadi bagian dari cerita. Dengan demikian semua cerita bergantung
pada tokoh “aku”.
Ternyata penggunaan sudut pandang yang berbeda menghasilkan versi
yang berbeda dari peristiwa atau rentetan peristiwa yang sama, dan menyajikan
rincian yang berbeda dari peristiwa yang sama. Sesungguhnya yang mengetahui
keseluruhan cerita hanyalah pengarang cerita itu sendiri. Pemilihan sudut pandang
pencerita ditentukan oleh pengarang, disesuaikan dengan efek yang hendak
ditimbulkannya pada diri pembaca. Cerita yang sama akan berbeda efeknya jika
dikisahkan dengan sudut pandang yang berbeda.
4.3 Hubungan Antarunsur Intrinsik cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis”. Karya A.S. Laksana
Sebuah karya sastra dibangun dari beberapa unsur, hubungan antarunsur
intrinsik bersifat timbal-balik, saling menentukan, saling mempengaruhi, yang
secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Unsur intrinsik cerpen
mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Setiap unsurnya
mempunyai peran penting dalam membangun suatu karya sastra.
Untuk dapat menganalis karya sastra, haruslah mengungkapkan secara
terperinci dan teliti terhadap unsur-unsur yang terkandung, serta dapat mengaitkan
setiap unsurnya, agar dapat memperoleh makna seutuhnya. Berikut ini dijabarkan
mengenai hubungan antarunsur intrinsik yang terkandung dalam cerpen “Tuhan,
pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
1. Tokoh dan Latar
Di dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A. S. Laksana tokoh dan latar saling mempengaruhi. Latar dapat membantu
tokoh untuk meyakinkan pembaca terhadap cerita yang disampaikan oleh
pengarang. Latar yang digunakan dalam cerpen tersebut berkisah pada suatu
tempat yang tidak begitu asing untuk pembaca sehingga pembaca lebih mudah
memahami isi cerita. Hal tersebut dapat di temukan pada kutipan pernyataan
berikut ini:
“Kalau begitu kau pulang saja,” kata pawang hujan. Alit tetap menunduk dan tidak pulang. Si tua meninggalkannya, menoleh ke arah Alit ketika ia berada di pintu kamarnya. “Hanya nabi yang berjalan di payungi awan,”katannya. “Jika kau melakukan hal itu, orang-orang akan menganggapmu nabi palsu.” Ia masuk kamar dan tak keluar-keluar (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 11).
Hal tersebut berpengaruh pada karakter para tokoh yaitu pawang tua yang
bersikap tegas dengan pergi meninggalkan Alit masuk ke dalam kamar. Sifat
seseorang akan dibentuk oleh keadaan latarnya. Oleh karena itu, latar sangat
mempengaruhi tokohnya, juga sebaliknya.
2. Tokoh dan Alur
Tokoh dan alur merupakan unsur yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Alur tak lain dari perjalanan hidup tokoh, dari cara berfikir,
berperasaan, bersikap, bertindak, dan berperilaku. Setiap peristiwa hanya mungkin
akan terjadi jika ada pelakunya. Dalam cerpen ““Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A. S. Laksana, Alit merupakan tokoh utama yang
banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Ia mengalami tahap yang di dalamnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
terdapat peristiwa, konflik, dan klimaks. Dari tahapan tersebut, memperlihatkan
watak atau sifat tokoh Alit dalam cerita melalui peristiwa-peristiwa yang
dialaminya. Alit menggangap bahwa tidak ada yang beres dengan pertarungan dan
ia mengambil keputusan bahwa Tuhan telah bertindak curang dengan cara
mengirimkan malikat berupa pengemis untuk menggagalkan upayannya bunuh
diri. Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut ini:
Pasti ada yang tidak beres dalam pertarungan ini. Alit yakin bahwa ia mestinya sudah mati malam itu artinya dia yang menang tetapi Tuhan telah bertindak curang dengan cara mengirimkan malaikat berupa pengemis untuk menggagalkan upayanya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
Setelah peristiwa dan konflik yang dialami Alit, cerita tiba pada klimaks.
Dari kutipan di atas, memperlihatkan bahwa Alit telah diselamatkan oleh Tuhan
dengan cara mengirimkan malaikat berupa pengemis. Oleh karena itu, dengan
watak yang dimiliki Alit tersebut menghantarkan pembaca pada tahap inti dari
cerita tersebut yaitu klimaks.
3. Tokoh dan Bahasa
Tokoh yang mengalami peristiwa dalam cerita, tidak lepas dari bahasa
yang digunakan. Bahasa juga dapat mempengaruhi watak dari tokoh cerita.
Bahasa sebagai suatu ujaran memperlihatkan tingkat sosial dan kesantunan
seseorang. Di dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis”, bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari. Dialog yang
disampaikan pengarang sangat sedikit. Akibatnya bahasa yang terlihat dari cerita
tersebut, adalah bahasa Indonesia umum, yaitu tanpa dipengaruhi oleh bahasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
daerah tertentu. Gadis cantik merupakan gadis yang santun dalam bertutur kata.
Hal tersebut dapat ditunjukkan pada kutipan pernyataan berikut ini:
“Trima kasih, ya,” kata gadis itu suatu kali ketika ia selesai manggung. Alit menjawab, “sama-sama,”dan memantapkan tekadnya untuk selalu
menjaga panggung gadis itu dari serbuan hujan. “Dulu aku trpaku pada permainanmu, “ kata gadis itu.
“Aku tidak berbakat,” kata Alit. “Kau pesulap yang hebat,” kata gadis itu.” Aku merasa kehilangan ketika kau menjadi pawang hujan. Karena itu aku lantas berlatih; aku harus memainkannya sedisri sebab tak mungkin lagi melihat sulapmu.”
Lihatlah, gadis itu memiliki segala kualitas terbaik sebagai perempuan: ia cantik. Ia santun, dan ia tahu cara berbohong yang baik. Alit tidak terlalu percaya pada apa yang diucapkannya, tetapi ia senang mendengarnya (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 13).
Dari kutipan d atas, terlihat bahasa yang di gunakan si gadis dan Alit,
adalah bahasa sehari-hari, yaitu bahasa Indonesia. Dan tidak ada campuran dari
bahasa daerah lain.
4. Tokoh dan Tema
Tokoh dan tema adalah unsur cerita yang saling berkaitan. Masing-masing
unsur tersebut merupakan unsur pembangun cerita, yang secara bersamaan
membentuk suatu keseluruhan bersama unsur lain. Tokoh-tokoh cerita, khususnya
tokoh utama, adalah pelaku cerita dari peristiwa yang terjadi. Dengan demikian,
tokoh-tokoh tersebut yang bertugas menyampaikan tema yang dimaksudkan
pengarang. Tema tidak disampaikan secara langsung, tetapi tersirat dari tingkah
laku, perasaan, pikiran dan berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh tersebut.
Dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”, temanya
ialah pertarungan yang remis. Berikut ini, kutipan kalimat pernyataannya:
Pertarungan berakhir remis. Ia tidak mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun tidak mengambil nyawanya setelah menggagalkan upayanya membunuh dirinya sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Setelah pertarungan yang remis itu, Alit tidak pernah lagi berniat mencabut nyawa sendiri (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 15).
Dari kutipan kalimat pernyataan di atas, memperlihatkan bahwa
pertarungan berakhir remis. Selain itu, tema atau makna disampaikan secara
tersirat, melalui tokoh utama yaitu Alit.
5. Tema dan Amanat
Tema mengenai pertarungan yang remis berkaitan erat dengan amanat
yang akan disampaikan pengarang kepada pembaca. Amanat yang terkandung
dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”, ialah
jangan dengan mudah dan enteng dalam mengambil keputusan demi keputusan
terhadap jalan hidup. Unsur amanat sebenarnya merupakan gagasan yang
mendasari penulisan karya sastra. Amanat yang telah dijelaskan terlebih dulu,
tampak sekali kaitannya dengan tema. Hal ini tampak dalam contoh kutipan
berikut ini:
Tuhan telah menyakitinya dalam urusan perjodohan, maka Alit memutuskan bertarung dengan Tuhan di wilayah lain yang Dia merasa paling berkuasa-soal kematian,. Ia bersumpah tak akan pernah membiarkan kematiannya menjadi urusan Tuhan; ia hanya mau mati karena ia sendiri yang menghendaki kematiannya. Karena itu pada sustu malam ia terjun dari jembatan menenggelamkan di sungai keruh. Dan ia tidak mati (Anugrah Sastra Pena Kencana, 2009: 14).
Unsur amanat sebenarnya merupakan gagasan yang mendasari penulisan
karya sastra. Amanat yang telah dijelaskan terlebih dahulu, tampak sekali
kaitannya dengan tema. Amanat memiliki hubungan yang sangat erat dengan
tema.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
BAB V
IMPLEMENTASI HASIL ANALISIS UNSUR INTRINSIK CERPEN
“TUHAN, PAWANG HUJAN, DAN PERTARUNGAN YANG REMIS”
KARYA A.S. LAKSANA DALAM BENTUK SILABUS DAN RPP DALAM
PEMBELAJARAN SASTRA UNTUK SISWA SMA KELAS XII
SEMESTER I
Dalam bab ini dipaparkan mengenai pendeskripsian tentang
implementasi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya
A.S. Laksana dalam pembelajaran untuk siswa SMA kelas XII semester I.
Beberapa hal yang akan dibahas mengenai: (1) pengembangan silabus, (2)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), (3) silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), (4) analisis penilaian produk silabus dan RPP apresiasi
sastra untuk siswa SMA kelas XII semester I oleh guru bahasa Indonesia SMA.
Kedua hal tersebut diuraikan seperti pada subbab berikut ini.
5.1 Pengembangan Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator percapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Penelitian ini menghasilkan dua
macam silabus demgan langkah-langkah pengembangan sebagai berikut:
105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
1. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
Dalam standar isi (BSNP, 2006: 262-265) terdapat dua standar
kompetensi dan dua kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran sastra,
khususnya cerpen, yaitu:
Kelas XII Semester I
a. Standar Kompetensi:
Membaca
7. Memahami wacana sastra puisi dan cerpen
Kompetensi Dasar:
7.2 Memahami wacana sastra puisi dan cerpen
b. Standar Kompetensi:
Menulis
8. Mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman dalam bentuk
resensi dan cerpen
Kompetensi Dasar:
8.2 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku,
peristiwa, latar).
2. Mengidentifikasi Materi Pokok atau pembelajaran
Materi pokok diidentifikasi untuk pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana menjadi materi pokok pembelajaran dalam penelitian ini,
karena dianggap sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
telah ditentukan oleh peneliti. Selain itu, cerpen tersebut juga sesuai dengan siswa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
dilihat dari manfaat yang diambil dari cerpen tersebut dan relevansinya terhadap
kebutuhan siswa dan tuntutan lingkungan. Dari cerpen tersebut akan dibahas
materi pokok yang berkaitan dengan isi cerpen, unsur-unsur instrinsik cerpen, ciri-
ciri cerpen, dan langkah-langkah penulisan cerpen.
3. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi siswa, guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainya dalam rangka percapaian kompetensi dasar.
Kegiatan pembelajaran dengan materi pokok naskah cerpen ”Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana, yaitu :
a. membaca cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana.
b. menceritakan atau mengungkapkan kembali isi cerpen “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dengan
bahasanya sendiri dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
c. mengidentifikasi unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
d. melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
e. mencatat topik-topik tentang kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
setempat).
f. menulis cepen berdasarkan pengalaman orang lain maupun pengalaman
sendiri dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
4. Merumuskan Indikator Percapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda percapaian kompetensi dasar yang ditandai
oleh perubahan prilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
penilaian. Indikator yang sesuai untuk percapaian SK dan KD yang telah
ditentukan di atas adalah sebagai berikut.
a. Siswa mampu memahami isi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
b. Siswa mampu mengungkapkan kembali isi cerpen “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dengan
menggunakan bahasa sendiri dan menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
c. Siswa mampu mengidentifikasi unsur intrinsik yang terdapat dalam
cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya
A.S. Laksana.
d. Siswa mampu melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
e. Siswa mampu mencatat topik-topik tentang kehidupan orang lain
(berdasarkan situasi dan kondisi setempat).
f. Siswa mampu menentukan topik yang berhubungan dengan
pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain untuk menulis
cerpen.
g. Siswa mampu menulis kerangka cerpen berdasarkan pengalaman
orang lain dengan memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
h. Siswa mampu mengembangkan kerangka yang telah dibuat dalam
bentuk cerpen dengan memperhatikan pilihan kata, ejaan dan tanda
baca.
5. Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian percapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan
berdasarkan indikator. Penilaian pada silabus I dengan jenis tagihan tugas
individu, tugas kelompok, dan ulangan. Bentuk instrumen : uraian bebas, pilihan
ganda, dan jawaban singkat. Silabus II dengan jenis tagihan tugas individu, tugas
kelompok, dan ulangan. Bentuk instrumen: uraian bebas, pilihan ganda, dan
jawaban singkat.
6. Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada
jumlah minggu efektif. Beban belajar kegiatan tatap muka per jam pembelajaran
utuk SMA/ MA yaitu 45 menit. Sedangkan jumlah jam pembelajaran tatap muka
per minggu efektif untuk SMA/ MA adalah 38-39 jam pembelajaran. Jumlah
minggu efektif belajar minimum 34 minggu dan maksimum 38 minggu. Alokasi
waktu pada struktur kurikulum SMA/MA kelas XII pendidikan bahasa dan sastra
Indonesia 4 jam perminggu setiap semester, berhubungan dengan bidang
penjurusan (BSNP, 2006 : 42). Jumlah KD secara keseluruhan di kelas XII ada 36
bagian. Jadi, peneliti menentukan alokasi waktu dalam silabus, yaitu rata-rata 36
minggu, alokasi diperoleh dari pembagian jumlah waktu efektif dengan jumlah
KD, yaitu minggu 36:36. Hasilnya 1 Minggu per KD yaitu 4 jam @ 45 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
7. Menentukan Sumber Belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok atau pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi. Sumber belajar pada silabus yang dihasilkan
dalam pembelajaran cerpen, yaitu :
a. cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya
A.S. Laksana dalam buku kumpulan cerpen Anugrah Sastra Pena
Kencana (terlampir).
b. materi (terlampir)
c. buku kumpulan cerpen
d. EYD
5.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari sebuah proses belajar mengajar di dalam kelas. Selain
itu, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan pegangan bagi guru
dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium atau lapangan
untuk setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP
memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam
upaya pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar.
Secara teknis dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus
minimal mencakup komponen-komponen, yaitu: (1) standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator percapaian hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
(3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar, dan (7) evalusi
pembelajaran (Muslich, 2007: 53).
Langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam menyusun RPP
menurut Muslich adalah sebagai berikut.
a. Ambillah satu unit pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam
pembelajaran.
b. Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam unit
tersebut.
c. Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar tersebut.
d. Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator tersebut.
e. Rumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran
tersebut.
f. Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan atau dikenakan kepada
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.
g. Pilihlah metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan
pembelajaran.
h. Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap satuan rumusan
pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup.
i. Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari 2 (dua)
jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan
tujuan pembelajaran atau sifat/ tipe/ jenis materi pembelajaran.
j. Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran
secara konkret dan untuk setiap bagian/ unit pertemuan.
k. Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan
digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Jika instrumen penilaian berbentuk
tugas, rumuskan tugas tersebut secara jelas dan bagaimana rambu-rambu
penilaiannya. Jika instrumen penilaian berbentuk soal, cantumkan soal-soal
tersebut dan tentukan rambu-rambu penilaiannya dan kunci jawaban. Jika
penilaiannya berbentuk proses, susunlah rubriknya dan indikator masing-
masingnya.
5.3 Silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP)
Berdasarkan langkah-langkah pengembangan silabus, dan RPP peneliti
memperoleh dua draf silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelas
XII semester I (terlampir).
5.4 Analisis Penilaian Produk Silabus dan RPP Apresiasi Sastra untuk siswa
SMA kelas XII semester I oleh Guru Bahasa Indonesia SMA.
Dalam subbab ini memuat data hasil penilaian produk silabus dan RPP
sastra di SMA kelas XII semester 1. Data yang diperoleh dari pengisian angket
penilaian produk silabus dan RPP oleh dua guru bahasa Indonesia SMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
(1) Agustinus Budi Susanto, S.Pd. guru SMA Pangudi Luhur “St. Louis IX”
Sedayu Bantul, dan (2) Drs. Agustinus Wagiya guru SMA Negri I Kalibawang
Kulon Progo.
Produk silabus terdiri dari delapan komponen penilaian yang meliputi :
(1) kejelasan identitas silabus, (2) ketepatan kompetisi dasar, (3) ketepatan materi
pokok pembelajaran, (4) ketepatan kegiatan pembelajaran, (5) ketepan indikator,
(6) ketepatan metode penelitian, (7) ketepatan alokasi waktu , dan (8) ketepatan
sumber/alat/bahan belajar. Berikut ini paparan data hasil penilaian produk silabus
oleh oleh dua guru Bahasa Indonesia tingkat SMA.
Tabel 5.4a
Data Penilain Produk Silabus Pembelajaran Sastra untuk siswa SMA
kelas XII Semester I oleh Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMA.
No
Komponen yang Dinilai
Persentase Penilaian
Skor % Kelayakan
Budi Wagiya
1. Kejelasan identitas silabus 4 5 90% Baik sekali
2. Ketepatan kompetensi dasar 4 5 90% Baik sekali
3. Ketepan materi pokok pembelajaran 5 5 100% Baik sekali
4. Ketepatan kegiatan pembelajaran 4 5 90% Baik sekali
5. Ketepatan indikator 3 5 80% Baik
6. Ketepatan metode penelitian 4 5 90% Baik sekali
7. Ketepatan alokasi waktu 4 5 90% Baik sekali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
8. Ketepatan/sumber/alat/bahan belajar 5 5 100% Baik sekali
Jumlah 730 : 8 = 91,25 %(Baik sekali)
Ada sepuluh komponen yang digunakan dalam penilaian produk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sastra di SMA kelas XII semester 1.
Sepuluh komponen tersebut melalui : (1) kejelasan identitas RPP, (2) ketapatan
standar kompetensi, (3) ketepatan kompetensi dasar, (4) ketepatan indikator,
(5) ketepatan tujuan pembelajaran, (6) ketepatan materi pembelajaran,
(7) ketepatan pendekatan dan dan metode pembelajaran, (8) ketepatan kegiatan
pembelajaran, (9) ketepatan penilaian, (10) ketepatan sumber dan media
pembelajaran. Berikut ini paparan data hasil penilaian produk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh dua guru Bahasa Indonesia SMA.
Tabel 5.4b
Data Penilaian Produk RPP Sastra untuk Siswa SMA
Kelas XII Semester I oleh Guru Bahasa Indonesia Tingkat SMA
No Komponen yang dinilai
Presentase Penilaian
Skor % Kelayakan
Budi Wagiya
1. Kejelasan identitas RPP 4 5 90% Baik sekali
2. Ketepatan standar kompetensi 5 5 100% Baik sekali
3. Ketepatan kompetensi dasar 5 5 100% Baik sekali
4. Ketepatan indikator 3 4 70% Cukup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
5. Ketepatan tujuan pembelajaran 4 5 90% Baik sekali
6. Ketepatan materi pembelajaran 3 4 70% Cukup
7. Ketepatan pendekatan dan metode
pembelajaran
3 5 80% Baik
8. Ketepatan kegiatan pembelajaran 4 5 90% Baik sekali
9. Ketapatan penilaian 3 4 70% Cukup
10, Ketepatan sumber dan media
pembelajaran
5 5 100% Baik sekali
Jumlah 860 : 10 = 86 % (Baik)
Kedua produk yang berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang dinilai oleh guru Bahasa Indonesia tingkat SMA dinilai
layak untuk digunakan meskipun ada beberapa catatan untuk memperbaiki
beberapa komponen. Masukan-masukan dan catatan yang di berikan oleh guru
penilai, digunakan peneliti untuk merevisi produk silabus dan RPP.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
BAB VI
PENUTUP
Dalam bab ini dikemukakan: (1) kesimpulan, (2) implikasi, dan (3) saran.
Ketiga hal tersebut diuraikan seperti berikut.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat ditarik beberapa
kesimpulan. Unsur-unsur Intrinsik dalam penelitian cerpen “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana meliputi tokoh, latar,
alur, tema, amanat, bahasa, dan sudut pandang. Kesimpulan mengenai unsur-
unsur intrinsik cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana diuraikan di bawah ini.
Analisis unsur instrinsik cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan
yang Remis” karya A.S. Laksana. Pertama, dalam cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan,
dan Pertarungan yang Remis” terdapat lima tokoh, yaitu: Alit merupakan tokoh
utama karena Alit merupakan tokoh yang selalu terlibat dalam setiap peristiwa-
peristiwa yang membangun cerita. Selain itu, Alit merupakan tokoh antagonis,
yaitu tokoh yang bertujuan untuk menentang tokoh protagonis. Gadis cantik
merupakan tokoh sederhana dan bersifat santun, sedangkan pawang tua sebagai
tokoh tambahan yang memiliki sifat tegas dan bijaksana. Tuhan dan duda tua
merupakan tokoh statis karena tidak mengalami perubahan perwatakan. Tuhan
116
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
memiliki sifat mahabaik, sedangkan duda tua oleh pengarang tidak digambarkan
perwatakannya secara jelas.
Kedua, latar dalam cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” meliputi: (1) latar tempat, tempat terjadinya peristiwa di markas tentara
pada saat Alit melakukan pertunjukan, di pintu kamar, di rumah pawang tua, di
tempat tidur, di atas panggung, di sungai keruh, di sebuah dataran tinggi, dan di
hulu sungai, (2) latar waktu peristiwanya terjadi pada pagi, siang hari, sore hari,
malam hari; latar waktu yang menunjuk angka: enam tahun, tujuh tahun, empat
tahun, tiga tahun; latar waktu yang menunjuk bulan: sebulan terakhir; latar waktu
yang menunjukkan hari: seminggu, hari kedelapan, Sabtu; dan latar waktu yang
menunjukkan jam: 1 jam, dan (3) latar sosial dalam cerpen ”Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” terlihat di dalam kehidupan Alit dan gadis
cantik yang berstatus sosial menengah ke bawah. Selain itu, keyakinanya
sepiritual Alit kepada Tuhan tidak cukup kuat. Ketiga hal tersebut tampak jelas
karena status pekerjaan Alit yang tidak menetap, cara berpenampilan gadis cantik
yang kusam, dan Alit yang selalu beranggapan bahwa Tuhan selalu bertindak
tidak adil.
Ketiga, cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
beralur maju, yaitu alur yang struktur umum alurnya berkesinambungan. Struktur
alurnya, eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan, klimaks, krisis, leraian, dan
penyelesaian. Pada tahap eksposisi cerita dipaparkan mulai dari pengenalan tokoh
utama yaitu Alit. Selain itu, dipaparkan informasi yang berhubungan dengan
tokoh utama. Rangsangan diawalai dengan pengenalan tokoh kedua yaitu gadis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
cantik, selain itu mulai diceritakan keadaan Alit. Konflik terjadi antara Alit dan
pawang tua. Rumitan ditandai dengan peristiwa ketika Alit sudah menjadi pawang
hujan yang cukup sukses. Ia merasa sangat kecewa ketika dengan bakatnya
sebagai pawang hujan, gadis pujaannya justru menikah dengan seorang laki-laki
yang sama sekali tidak pantas untuk dibilang jodohnya. Oleh karena itu, Alit
memutuskan untuk bertarung melawan Tuhan. Klimaks dalam cerita ini ketika
Alit menggangap bahwa tidak ada yang beres dengan pertarungan dan ia
mengambil keputusan bahwa Tuhan telah bertindak curang dengan cara
mengirimkan malikat berupa pengemis untuk menggagalkan upayannya bunuh
diri. Krisis dalam cerita ini ditandai ketika pertarungan berakhir remis. Ia tidak
mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun tidak mengambil nyawa Alit.
Leraian ditandai peristiwa ketika Alit tidak pernah lagi berniat untuk mencabut
nyawannya sendiri. Tahap penyelsaian dalam cerita ini, dibiarkan menggantung
oleh pengarang. Pengarang tidak menjelaskan keadaan Alit selanjutnya.
Keempat, tema yang diangkat pada cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana adalah pertarungan yang remis.
Kelima, amanat yang terkandung dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana, yaitu: jangan dengan mudah
mengambil keputusan demi keputusan terhadap jalan hidup.
Keenam, dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis”, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dalam kehidupan
sehari-hari. Bahasanya mudah dimengerti karena tidak menggunakan bahasa khas
daerah tertentu. Selain itu terdapat beberapa kalimat yang mengandung sarkasme.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Ketujuh, dalam cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”,
pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama ”aku”.
Hubungan antarunsur instrinsik dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana mengandung lima hubungan.
Hubungan di antaranya, yaitu tokoh dan latar, tokoh dan alur, tokoh dan bahasa,
tokoh dan tema, dan tema dan amanat.
Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S.
Laksana, dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra untuk siswa di SMA kelas
XII semester I. Dalam hal ini, peneliti membuat dua silabus dan dua RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai bentuk implementasi teoritis dan
telah diuji kelayakannya oleh ahli yaitu guru bahasa Indonesia. Silabus
dijabarkan berdasarkan langkah-langkah pengembangan silabus sebagai berikut:
(1) mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD), (2)
mengidentifikasi materi pokok atau pembelajaran, (3) mengembangkan kegiatan
pembelajaran, (4) merumuskan indikator pencapaian kompetensi, (5) penentuan
jenis penilaian, (6) menentukan alokasi waktu, dan (7) menentukan sumber
belajar.
Secara teknis dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
minimal harus mencakup tujuh komponen, yaitu: (1) standar kompetensi,
kompetensi dasar, dan indikator percapaian hasil belajar, (2) tujuan pembelajaran,
(3) materi pembelajaran, (4) pendekatan dan metode pembelajaran, (5) langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, (6) alat dan sumber belajar, dan (7) evalusi
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
6.2 Implikasi
Hasil penenlitian ini diharapkan dapat berimplikasi terhadap pembelajaran
sastra di SMA. Selain itu, dapat meningkatkan minat baca siswa dalam membaca
karya sastra dan membantu siswa dalam menemukan manfaat membaca karya
sastra dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam isi karya sastra, khususnya cerpen.
Implikasi dari hasil penelitian ini, cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan
yang Remis” karya A.S. Laksana, dan dapat digunakan dalam kegiatan belajar
mengajar sebagai media pembelajaran untuk siswa SMA kelas XII semester I.
6.3 Saran
Dalam bagian ini penulis memberikan saran kepada peneliti selanjutnya
mahasiswa PBSID, dan guru bahasa Indonesia. Pertama, peneliti selanjutnya
diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan cara menguji cobakan
hasil produk silabus dan RPP di sekolah, karena mengingat pendidikan terus
berkembang sesuai dengan kemajuan IPTEK.
Kedua, guru bahasa Indonesia hendaknya menguasai pengetahuan
mengenai unsur-unsur intrinsik dalam cerpen, agar dapat mengajarkan kepada
siswa tentang materi tersebut dengan baik. Selain itu, guru lebih kreatif, aktif
dalam membuat metode, strategi pembelajaran bahasa Indonesia, dan guru dapat
memilih secara tepat karya sastra yang mengandung nilai-nilai moral. Guru juga
diharpkan dapat menjadi motivator dan fasilitator bagi siswa untuk membaca
karya sastra khususnya cerpen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah Sastra Pena Kencana. 2009. 20 Cerpen Terbaik 2009 Anugrah Sastra Pena Kencana. Jakarta: Gramedia.
Aryani, Endah Dwi. 2010. Unsur Intrinsik Film Cerita Rakyat Cindelaras dan
Implementasinya dalam Bentuk Silabus serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk SD Kelas V Semester I. (Skripsi). Yogyakarta : PBSID, FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Arikunto, Suharsimi. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka.
Azwar, Saifuddin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
BSNP. 2006. Pedoman Menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Djojosuroto, Kinayati. 2006. Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta:
Penarbit Pustaka. Gani, Risanur. 1998. Pengajaran Sastra Indonesia Respons dan Analisis. Jakarta:
Depdikbud. Hartoko, Dick dan B. Rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia Sastra. Yogyakarta:
Kanisius. Haryanto, P. 2000. Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma. Indaryati, Anastasia Erlina. 2003. Pengembangan Silabus Menulis Narasi untuk
Siswa Kelas V SD. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Keraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Mulyasa, H.E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya.
121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
___________. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan
Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara. Nurdin, dkk. 2002. Intisari Bahasa Sastra Indonesia: Ringkasan Materi Lengkap
disertai Contoh Soal-Jawab dan Latihan. Bandung: Pustaka Setia. Nurgiantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University. _________________. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta: BPFE. Pradopo, Racmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan
Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Rahmanto, B.1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Rehulina. 2008. Cerpen “Kamboja Terkulai di Pangkuan” Karya Irwan Kelana dan Implementasinya Sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di SMA. (Skripsi). Yogyakarta : PBSID, FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta : Gama
Media. Subagyo, P. Joko. 1991. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Bahasa : Pengajaran Wahana
Kebudayaan secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana Universitas Pres. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta. Sumardjo, Jakob. 1984. Memahami Kesusastraan. Bandung: Alumni. Suyoto,AG.2009.Unsur-unsur Intrinsik Prosa Cerita
Agsuyoto.wordpress.com/intrinsik. Diakses: 05/05/2010. 1045 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Tyas, Debora Korning. 2007. Struktur Intrinsik Cerpen “Menjelang Lebaran Karya Umar kayam dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di kelas X SMA. (Skripsi). Yogyakarta : PBSID, FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Wiyatmi, 2006. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka.
Yeni. 2008. Uansur Intrinsik Cerpen “Kembali ke Pangkal Jalan” karya Yusrizal K.W. dan Implementasinya dalam Bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran di SMA. (Skripsi). Yogyakarta : PBSID, FKIP. Universitas Sanata Dharma.
http://id.wikipedia.org/wiki/A.S._Laksana. Diakses: 05/ 05/ 2010/ 10.30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
1. Silabus
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
3. Materi dan Lembar Kerja Siswa
4. Penilaian Produk Silabus dan RPP oleh
Guru Bahasa Indonesia dan Sastra SMA.
5. Biodata Guru Penilai Produk Silabus
dan RPP
6. Cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” Karya A. S.
Laksana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
SILABUS I
Nama Sekolah : SMA........................................
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : XII
Semester : I (Satu)
Standar Kompetensi : Membaca
7. Memahami wacana sastra puisi dan cerpen
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
7.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen
Pengertian cerpen Unsur-unsur
intrinsik cerpen a. Tokoh b. Tema c. Latar d. Alur e. Amanat f. Sudut pandang g. Bahasa
Membacakan cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
Menceritakan kembali isi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
7.2.1 Memahami isi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
7.2.2 Menceritakan isi kembali cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya
Jenis Tagihan a. Tugas
individu b. Tugas
kelompok c. Ulangan d. Performance
Bentuk
instrumen a. Uraian
bebas b. Pilihan
4 JP (2x45’)
2 x Pertemuan
Anugrah Sastra Pena Kencana.2009.20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009.Jakarta: Gramedia.
Nurgiantoro, Burhan.2007.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Perss.
Hariyanto, P.2000.Pengantar Belajar Drama.Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik cerpen (tokoh, tema, latar, alur, amanat, sudut pandang, dan bahasa) dengan data yang mendukung.
Melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
A.S. Laksana dengan bahasa sendiri dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
7.2.3 Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
7.2.4 Melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
ganda
c. Uraian singkat
Teknik a. Tertulis b. Lisan
Naskah cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
Materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
SILABUS II
Nama Sekolah : SMA..................................
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas : XII
Semester : I (Satu)
Standar kompetensi : Menulis
8. mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman dalam bentuk resensi dan cerpen
Tahun Pelajaran : 2010/2011
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Indikator Penilaian Alokasi Waktu
Sumber Belajar
8.2 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa, latar)
Topik tentang kehidupan orang lain (berdasarkan situasi dan kondisi setempat)
Unsur-unsur pembangun cerpen (penokohan, konflik, latar, sudut
Menentukan topik tentang kehidupan orang lain (berdasarkan situasi dan kondisi daerah setempat).
Menulis cerpen tentang kehidupan orang lain dengan
8.2.1 Mencatat atau mendaftar topik kehidupan orang lain (berdasarkan situasi dan kondisi setempat).
8.2.2 Menulis kerangka cerpen berdasarkan kehidupan
Jenis Tagihan a. Tugas
individu b. Tugas
kelompok c. Ulangan d. Performance
Bentuk instrumen
a. Uraian bebas b. Pilihan ganda c. Uraian
singkat
4 JP (4x45’)
2 x Pertemuan
Anugrah Sastra Pena Kencana.2009.20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009.Jakarta: Gramedia.
Nurgiantoro, Burhan.2007.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Perss.
Hariyanto, P.2000.Pengantar Belajar Drama.Yogyakarta:Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
pandang, amanat, bahasa, dan tema).
Langkah-langkah menulis cerpen
memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen penokohan, konflik, latar, sudut pandang, amanat, bahasa, dan tema).
Menanggapi cerpen yang ditulis teman.
orang lain dengan memperhatikan unsur pembangun cerpen penokohan, konflik, latar, sudut pandang, amanat, bahasa, dan tema).
8.2.3 Menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain dengan memperhatikan unsur-unsur pembangun cerpen penokohan, konflik, latar, sudut pandang, amanat, bahasa, dan tema).
8.2.4 Menanggapi cerpen yang ditulis teman.
Teknik a. Tertulis b. Lisan
Naskah cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
Materi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I
Sekolah : SMA.....................................
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XII/ I
Setandar kompetensi : Membaca
7. Memahami wacana sastra puisi dan cerpen
Kompetensi Dasar : 7.2 Menjelaskan unsur-unsur intrinsik cerpen
Indikator :
1. Memahami isi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana.
2. Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S.
Laksana” melalui kegiatan diskusi di dalam kelompok (4 orang).
3. Meceritakan kembali isi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan
yang Remis” karya A.S. Laksana dengan bahasa sendiri dan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit ( 4 JP)
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memahami isi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana.
2. Siswa dapat mengidentifikasi dan menjelaskan unsur-unsur intrinsik yang
terdapat dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana melalui kegiatan diskusi di dalam kelompok (4
orang).
3. Siswa dapat menceritakan kembali isi cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dengan bahasa sendiri dan
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
4. Siswa dapat melaporkan hasil diskusi di depan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
B. Materi pembelajaran
1. Pengertian cerita pendek
2. Ciri-ciri cerita pendek
3. Unsur Intrinsik
4. Unsur Ekstrinsik
5. Langkah-langkah penulisan cerpen
(materi terlampir)
C. Metode pembelajaran
1. Ceramah: guru memberikan penjelasan secara singkat tentang pengertian
cerita pendek, ciri-ciri cerita pendek, unsur intrinsik cerpen, unsur
ekstrinsik dan langkah-langkah penulisan cerpen.
2. Tanya jawab: guru memberikan tanya jawab tentang materi yang lalu.
3. Diskusi
4. Unjuk rasa/ performance
5. Penugasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
D. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama (2x45 menit)
Tahapan Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan awal 1. Apersepsi pengetahuan siswa
a. Salam, doa pembuka, dan persensi
siswa.
b. Guru melakukan tanya jawab
tentang pengetahuan siswa
mengenai cerita pendek.
2. Guru memberitahukan tujuan
kompetensi dasar (KD) yang akan
dicapai siswa selama pembelajaran.
10’
2’
Kegiatan inti 3. Guru menjelaskan materi mengenai
pengertian cerpen, unsur-unsur
intrinsik cerpen meliputi tokoh, latar,
alur, tema, bahasa dan sudut pandang.
4. Siswa membentuk kelompok yang
terdiri 4 orang, kemudian guru
membagikan teks/ naskah cerpen
“Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S.
Laksana.
5. Secara berkelompok siswa
mengerjakan LKS I
a. Siswa membaca cerpen “Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan
yang Remis”.
b. Siswa membuat ringkasan cerpen
“Tuhan, Pawang Hujan, dan
25’
2’
40’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Pertarungan yang Remis” dengan
bahasa sendiri dan menggunakan
bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
c. Siswa mendiskusikan unsur-unsur
intrinsik yang terdapat dalam
cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis”.
Kegiatan akhir 6. Siswa mengumpulkan lembar kerja
siswa (LKS) I.
7. Guru dan siswa membuat kesimpulan
akhir berdasarkan kegiatan
pembelajaran dan mengadakan
refleksi terhadap proses dan hasil
belajar pada saat itu, tentang beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian
dari sebuah rencana kegiatan tersebut.
1’
10’
Total waktu : 2x45 menit 90’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Pertemuan kedua (2x45’)
Tahapan Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan awal 1. Apresiasi pengetahuan siswa
a. Salam, doa pembuka, dan
persensi siswa.
b. Guru mengulang materi
sebelumnya dengan melakukan
tanya jawab kepada siswa.
2. Guru memberitahukan kembali
tujuan kompetensi dasar (KD) yang
akan dicapai siswa selama pelajaran.
10’
2’
Kegiatan inti 3. Siswa membentuk kelompok yang
beranggotakan kelompok 4 orang,
sesuai dengan kelompok Minggu
lalu dan guru membagikan lembar
kerja siswa (LKS) I.
4. Perwakilan dari kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar,
intonasi yang jelas sedangkan
kelompok lain memberi tanggapan.
5. Guru dan siswa membahas dan
menyimpulkan jawaban dari LKS I.
6. Guru membagikan lembar kerja
siswa (LKS) II.
7. Siswa mengerjakan soal-soal LKS II
secara individu.
3’
40’
3’
1’
20’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Kegiatan akhir 8. Siswa mengumpulkan lembar kerja
siswa (LKS) I dan II.
9. Guru dan siswa membuat
kesimpulan akhir berdasarkan
kegiatan pembelajaran dan
mengadakan refleksi terhadap proses
dan hasil belajar pada saat itu,
tentang beberapa hal yang perlu
mendapat perhatian dari sebuah
rencana kegiatan tersebut.
1’
10’
Total waktu : 2x45 menit 90’
E. Alat/ Bahan/ Sumber belajar
Alat / Bahan :
1. Alat tulis
2. Teks/ naskah cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana
3. Materi pembelajaran bahasa Indonesia (terlampir)
Sumber :
Hariyanto, P. 2000.Pengantar Belajar Drama. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Laksana, A.S. 2009.Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis.Dalam 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009. Anugrah Sastra Pena Kencana. 2009. Jakarta: Gramedia.
Nurdin, dkk. 2002. Intisari Bahasa Sastra Indonesia: Ringkasan Materi
Lengkap disertai Contoh Soal-Jawab dan Latihan. Bandung: Pustaka Setia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : UGM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
F. Penilaian
1. Penilaian proses:
Pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan membaca cerpen dan
melaksanakan tugas.
2. Tes tertulis:
Jenis tagihan :
a. Performance
b. Tugas individu
c. Tugas kelompok
d. Ulangan
Bentuk
a. Pilihan ganda
b. Isian/ uraian
c. Performance
3. Portofolio:
Seluruh hasil kerja siswa dikumpulkan untuk dijadikan bahan penilaian
akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP) II
Sekolah : SMA........................
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester : XII/ I
Setandar kompetensi : Menulis
8. Mengungkapkan pendapat, informasi, dan pengalaman
dalam bentuk resensi dan cerpen
Kompetensi Dasar : 8.2 Menuliskan cerpen berdasarkan kehidupan orang lain
(pelaku, peristiwa, latar)
Indikator :
1. Menentukan dan mencatat topik-topik tentang kehidupan orang lain
(berdasarkan situasi, dan kondisi setempat).
2. Menulis cerpen tentang kehidupan orang lain dengan memperhatikan
unsur-unsur cerpen.
3. Menulis kerangka cerpen berdasarkan pengalaman orang lain (berdasarkan
situasi dan kondisi setempat) dengan memperhatikan pelaku peristiwa, dan
latar.
4. Mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat dalam bentuk
cerpen dengan memperhatikan pilihan kata, ejaan, dan tanda baca.
5. Menanggapi cerpen yang ditulis teman.
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
A. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menentukan dan mencatat topik-topik tentang kehidupan
orang lain (berdasarkan situasi, dan kondisi setempat).
2. Siswa dapat menulis cerpen tentang kehidupan orang lain dengan
memperhatikan unsur-unsur cerpen.
3. Siswa dapat menulis kerangka cerpen berdasarkan pengalaman orang lain
(berdasarkan situasi dan kondisi setempat) dengan memperhatikan pelaku
peristiwa, dan latar.
4. Siswa dapat mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat dalam
bentuk cerpen dengan memperhatikan pilihan kata, ejaan, dan tanda baca.
5. Siswa dapat menanggapi cerpen yang ditulis teman.
B. Materi pembelajaran
1. Pengertian cerita pendek
2. Ciri-ciri cerita pendek
3. Unsur Intrinsik
4. Unsur Ekstrinsik
5. Langkah-langkah menulis cerpen
6. Tips menulis cerpen
(materi terlampir)
C. Metode pembelajaran
1. Ceramah: guru memberikan penjelasam secara singkat tentang pengertian
cerita pendek, ciri-ciri cerita pendek, unsur intrinsik cerpen, unsur
ekstrinsik dan langkah-langkah penulisan cerpen.
2. Tanya jawab: guru memberikan tanya jawab tentang materi yang lalu.
3. Diskusi
4. Penugasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
D. Langkah-langkah pembelajaran
Pertemuan Pertama (2x45 menit)
Tahapan Kegiatan Alokasi
Waktu
Kegiatan awal 1. Apersepsi pengetahuan siswa
a. Salam, doa pembuka, dan persensi
siswa.
a. Guru mengulang materi
sebelumnya dengan melakukan
tanya jawab kepada siswa.
2. Guru memberitahukan tujuan
kompetensi dasar (KD) yang akan
dicapai siswa selama pembelajaran.
10’
2’
Kegiatan inti 1. Guru menjelaskan materi mengenai
langkah-langkah penulisan cerpen
berdasarkan pengalaman orang lain
dengan memperhatikan pelaku,
peristiwa, dan latar.
2. Siswa membentuk kelompok yang
terdiri dari 4 orang.
3. Secara berkelompok siswa
mengerjakan LKS III
a. Siswa meyebutkan dan
menjelaskan langkah-langkah
penulisan cerpen.
b. Siswa menentukan topik-topik
yang berhubungan dengan
kehidupan orang lain (berdasarkan
situasi dan kondisi daerah
setempat).
26’
1’
40’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
c. Siswa menulis cerpen tentang
kehidupan orang lain dengan
memperhatikan unsur-unsur
pembangun cerpen (pelaku,
peristiwa, dan latar) dengan
memperhatikan langkah-langkah
penulisan cerpen.
Kegiatan akhir 4. Siswa mengumpulkan lembar kerja
siswa (LKS) III.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan
akhir berdasarkan kegiatan
pembelajaran dan mengadakan
refleksi terhadap proses dan hasil
belajar, tentang beberapa hal yang
perlu mendapat perhatian dari sebuah
rencana kegiatan pembelajaran
tersebut.
1’
10’
Total waktu : 2x45 menit 90’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Pertemuan kedua (2x45’)
Tahapan Kegiatan Alokasi
waktu
Kegiatan awal 1. Apresiasi pengetahuan siswa
b. Salam, doa pembuka, dan
persensi siswa.
c. Guru mengulang materi
sebelumnya dengan melakukan
tanya jawab kepada siswa.
2. Guru memberitahukan kembali
tujuan kompetensi dasar (KD) yang
akan dicapai siswa selama pelajaran.
10’
2’
Kegiatan inti 3. Siswa membentuk kelompok yang
beranggotakan kelompok 4 orang,
sesuai dengan kelompok minggu lalu
dan guru membagikan lembar kerja
siswa (LKS) III.
4. Perwakilan dari kelompok
mempresentasikan hasil diskusi di
depan kelas menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar,
intonasi yang jelas sedangkan
kelompok lain memberi tanggapan.
5. Guru dan siswa membahas dan
menyimpulkan jawaban dari LKS
III.
6. Guru membagikan lembar kerja
siswa (LKS) IV.
7. Siswa mengerjakan soal-soal LKS
IV secara individu.
3’
45’
3’
1’
15’
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Kegiatan akhir 3. Siswa mengumpulkan lembar kerja
siswa (LKS) III dan IV.
4. Guru dan siswa membuat
kesimpulan akhir berdasarkan
kegiatan pembelajaran dan
mengadakan refleksi terhadap proses
dan hasil belajar, tentang beberapa
hal yang perlu mendapat perhatian
dari sebuah rencana kegiatan
pembelajaran tersebut.
1’
10’
Total waktu : 2x45 menit 90’
E. Alat/ Bahan/ Sumber belajar
Alat / Bahan :
1. Alat tulis
2. Naskah cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana
3. Materi pembelajaran Bahasa Indonesia
Sumber :
Laksana, A.S. 2009. Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis.Dalam 20 Cerpen Indonesia Terbaik 2009. Anugrah Sastra Pena Kencana. 2009. Jakarta: Gramedia.
Nurdin, dkk. 2002. Intisari Bahasa Sastra Indonesia: Ringkasan Materi Lengkap disertai Contoh Soal-Jawab dan Latihan. Bandung: Pustaka Setia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : UGM.
F. Penilaian
1. Penilaian proses:
Pengamatan pada saat siswa melakukan kegiatan membaca cerpen dan
melaksanakan tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
2. Tes tertulis:
Jenis tagihan :
a. Performance
b. Tugas individu
c. Tugas kelompok
d. Ulangan
Bentuk
a. Pilihan ganda
b. Isian/ uraian
c. Performance
3. Portofolio:
Seluruh hasil kerja siswa dikumpulkan untuk dijadikan bahan penilaian
akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
MATERI
a. Pengertian Cerpen
Cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang
dialami sang tokoh, namun tidak memungkinkan terjadinya perubahan nasib.
Karena pendeknya, cerpen sering disebut cerita yang dapat dibaca dalam satu
kali duduk.
Berdasarkan bentuknya, sastra terbagi atas tiga golongan besar, yaitu
prosa, puisi, dan drama. Prosa adalah jenis karya sastra yang menggunakan
bahasa yang panjang, bebas, dan rinci dalam teknik pengungkapannya. Prosa
dapat dikelompokkan dalam dua zaman, yaitu:
1. Prosa lama, terdiri atas hikayat, cerita berbingkai, cerita panjang dan
dongeng.
2. Prosa baru, terdiri atas cerita rekaan (fiksi) dan prosa nonfiksi.
Jadi berdasarkan bentuknya cerita pendek merupakan jenis prosa baru dan
termasuk dalam cerita rekaan (fiksi).
b. Ciri-ciri Cerita Pendek
1. Panjang cerita berkisar antara tiga sampai sepuluh halaman atau kurang
dari 10.000 kata.
2. Cerita selesai dibaca dalam sekali duduk.
3. Bersifat fiksi.
4. Fokus cerita pada satu kejadian tunggal.
5. Perwatakan serta penokohan dilukiskan secara singkat dan jumlah tokoh
terbatas.
6. Alur yang digunakan sederhana tetapi mendalam.
7. Konflik yang ditampilkan tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya.
8. Latar, baik waktu atau tempat sangat sederhana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
c. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang dapat
ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik tersebut
meliputi tokoh, alur, latar, bahasa, tema, amanat, dan sudut pandang. Lewat
unsur ini karya sastra dapat dianalisis. Unsur intrinsik karya sastra sebagai
berikut:
1) Tokoh adalah pelaku atau aktor dalam sebuah cerita sejauh ia oleh
pembaca dianggap sebagai tokoh konkret, individual. Tokoh dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Berdasarkan Peranannya
Tokoh utama adalah pelaku utama yang diutamakan dalam suatu
cerita rakyat. Ia mungkin paling banyak muncul atau paling
banyak dibicarakan.
Tokoh Tambahan adalah pelaku yang kemunculanya dalam
cerita lebih sedikit,tidak begitu dipentingkan kehadirannya.
b. Berdasarkan Fungsi Penampilan
Tokoh protagonis adalah tokoh yang diharapkan berfungsi
menarik simpati dan empati pembicara atau penonton. Ia adalah
tokoh dalam cerita rakyat yang memang pimpinan tokoh sentral.
Tokoh Antagonis atau tokoh lawan adalah pelaku dalam cerita
yang berfungsi sebagai penentang utama dari tokoh protagonis.
Tokoh tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada protagonis
atau berpihak pada antagonis atau berfungsi sebagai penengah
pertentangan tokoh-tokoh itu.
2) Alur atau jalan cerita adalah rangkaian cerita yang disusun secara
logis. Alur dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Alur linier/ maju adalah menempilkan peristiwa secara runtut dari
awal hingga akhir.
b. Alur sorot balik/ Flash back adalah menampilkan peristiwa dari
tahap akhir atau tengah kemudian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
c. Alur datar ialah alur dikatakan datar jika tidak terasa adanya
gawatan, klimaks, dan leraian
Unsur-unsur Alur
a. Eksposisi ialah tahap pengenalan beberapa tokoh dan
penyampaian beberapa informasi yang bertujuan memudahkan
pembaca mengikuti kisah selanjutnya.
b. Rangsangan ialah tahap masuknya para tokoh baru dalam cerita
dan peristiwa semakin berkembang.
c. Gawatan ialah tahap awal mulai terjadinya konflik antar tokoh.
d. Konflik ialah perselisihan yang timbul akibat adanya kekuatan
yang bertentangan antar tokoh satu dengan yang lain,dengan
alam dan dengan masyarakat.
e. Rumitan ialah tahap ketika konflik sudah terjadi dan mengalami
titik kerumitan yang tinggi, sehingga pertentangan semakin
tinggi pula.
f. Klimaks ialah tahap dimana ketegangan masalah cerita telah
mencapai klimaks atau puncak.
g. Krisis ialah bagian alur yang mengawali leraian. Tahap ini
ditandai oleh perubahan alur cerita menuju kesudahannya.
Karena setiap klimaks diikuti oleh krisis,keduanya sering
dianggap sama atau disamakan.
h. Leraian ialah berkembangnya peristiwa ke arah selesaian, yaitu
ketika ketegangan peristiwa sudah mengalami penurunan.
i. Penyelesaian ialah bagian akhir atau penutup cerita. Masalah
yang terjadi menemukan penyelesaian atau bisa juga akhir
cerita tanpa penyelesaian masalah.hal itu tetap dianggap sebagai
penutup cerita.
3) Latar adalah tempat lingkungan terjadinya suatu peristiwa. Latar dapat
dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu (1) latar tempat
menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa dalam cerita, (2) latar
waktu menunjukkan pada waktu atau kapan peristiwa itu terjadi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
(3) latar sosial Berhubungan dengan kehidupan sosial suatu
masyarakat tertentu dalam cerita
4) Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan
oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasikan diri. Bahasa juga dapat disebut gaya penceritaan
pengarang untuk menyampaikan cerita.
5) Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh
pengarang melalui karya sastra.
6) Tema adalah gagasan atau ide dasar yang melatarbelakangi suatu
cerita.
7) Sudut pandang adalah cara mendukung tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Sudut pandang dapat di
bagi menjadi empat, yaitu:
Sudut Pandang Yang Mahakuasa
Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya . Pengarang
dapat menggambarkan prilaku serta seluruh perasaan dan
pikiran para tokohnya.
Sudut Pandang Orang Pertama
Pengarang memakai kata “aku” untuk menghidupkan tokoh,
seolah-olah dia menceritakan pengalamanya sendiri.
Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak
mengetahui segala hal yang tidak diungkapkan oleh sang
narator
Sudut Pandang Peninjau
Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Cerita
dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti dia
dan mereka. Pengarang hanya dapat melukiskan keadaan tokoh
“dia”, tetapi tidak dapat melukiskan keadaan jiwa tokoh lain.
Sudut Pandang Objektif
Pengarang serba tau tetapi, tidak dapat memberi komentar
apapun. Pembaca hanya di suguhi pandangan mata, apa yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
seolah-olah dilihat oleh pengarang. Sudut pandang ini hampir
sama dengan sudut pandang Yang Mahakuasa tetapi
perbedaannya pengarang tidak sampai melukiskan keadaan
tokoh
d. Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah hal hal yang berada diluar karya sastra itu, tetapi
tdak secara langsung mempengaruhi karya sastra itu sendiri. Unsur
intrinsic kara sastra sebagai berikut:
• Latar belakang penulis
Kehidupan pengarang dan kejiwaannya ikut menentukan hasil karya
sastra yang dibuatnya.
• Latar belakang Budaya
Latar belakang budaya yang ada dalam kehidupan pengarang
mempengaruhi terciptanya karya sastra yang dibuatnya.
• Latar belakang Zaman
Latar belakang zaman yang terjadi atau pada saat aliran seni yang
sedang digemari pada saat pengarang menciptakan karya sastranya juga
• Latar belakang Politik
Latar belakang situasi politik yang terjadi seperti masalah ekonomi,
budaya, pendidikan akan berpengaruh terhadap pengarang dalam
menciptakan karya sastranya.
e. Langkah-langkah Penulisan Cerpen
1. Menentukan tema cerita
Satu cerpen, tema harus fokus, sempit, ketat, terbatas. Hindari godaan
untuk memperlebar tema dimana tema sekaligus merupakan pesan
moral yang hendak disampaikan kepada pembaca.
2. Menentukan struktur cerpen.
Tentukan latar/ setting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Tak cukup ruang untuk mendeskripsikan latar tempat. Bila anda
menuliskan tindakan seorang tokoh memberi uang tip pada room
boy, maka tak perlu lagi menjelaskan kepada pembaca bahwa tempat
kejadian itu -pastinya- berlansung disebuah hotel. Untuk
mengefektifkan ruang, maka jenis/bentuk konflik yang terjadi harus
jelas dan dapat segera diidentifikasi pembaca sejak paragraf
pembuka. Kalimat pertama harus menggugah pembaca untuk
bertanya; Apa akhir (perubahan) yang terjadi selanjutnya pada tokoh
tersebut?
Menentukan alur
Cerpen tidak mengenal plot yang kompleks/rumit. Tapi harus ada
satu konflik hebat yang terjadi diantara karakter (baik internal
maupun eksternal)
Menentukan tokoh
Karakter harus memiliki satu konflik internal (versus dirinya sendiri)
dan satu konflik eksternal (versus karakter lain, masyarakat atau
dengan alam). Seluruh cerita bermuara pada konflik itu. Karakter
ditunjukkan (show), tidak dikatakan (don’t tell) lewat daftar ciri-ciri
fisik atau sifatnya. Bukan berarti melukiskannya secara rinci.
Contohnya, karakter yang memakai tanda seru setiap akhir dialog
akan teridentifiksi dengan sendirinya oleh pembaca sebagai karakter
pemarah, arogan, egois. Cukup hadirkan 2 atau maksimal 3 karakter.
Berfokuslah pada 1 karakter saja untuk ditonjolkan, dengan catatan
hindari menceritakan latar belakang (backstory) karakter
bersangkutan.
Puncak cerita adalah saat krisis pada konflik, dimana tokoh
utamanya membuat keputusan yang menuju kearah penyelesaian
konflik.
Akhir cerita adalah saat tokoh belajar dari –berubah akibat- krisis
konflik tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Sedapat mungkin hindari kata sifat dan kata keterangan.
Utamakanlah pemakaian kata kerja aktif, bukan kata kerja pasif.
3. Menulis cerpen
Sinopsis cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”,
karya A.S. Lksana
Ada seorang pemuda bernama Alit yang berusia 24 tahun. Para penjual
motivasi selalu mengatakan kepadanya bahwa untuk menjadi ini dan itu tidak
memerlukan bakat. Alit baru menyadari betapa pentinya bakat ketika Ia jatuh
cinta pada seorang gadis yang berusia 13 tahun.. Gadis itu cantik sehingga
membuat Alit merasa kikuk atau canggung. Kemudian Ia mengutuki dirinya
karena sifatnya itu. Padahal Alit tau bahwa tukang sulap seperti dirinya tidak
selayaknya canggung atau kikuk. Sehingga Ia memutuskan bahwa dirinya tidak
mempunyai bakat dalam bidang sulap tetapi Ia lebih berbakat menjadi pawang
hujan.
Akhirnya Alit belajar pada pawang hujan. Ia berfikir jika nanti sudah
berhasil menjadi pawang hujan hebat pasti dapat menundukan awan. Atraksi
mengendalikan awan-awan di langit akan menjadi pertunjukan luar ruang yang
ampuh dan mestinya tidak sulit bagi pesulap ampuh untuk memikat gadis cantik
berpenampilan kusam. Tetapi, gurunya mencium akal bulus itu dan
memperingatkan Alit bahwa seorang pawang hujan pantang memainkan awan,
apalagi untuk tujuan atraksi. Dan setelah menjalani bakatnya yang baru itu selama
beberapa tahun akhirnya Ia menjadi pawang hujan yang cukup sukses.
Akan tetapi, pada suatu saat Ia merasa sangat kecewa dengan bakatnya
sebagai pawang hujan. Untuk pertama kali selama menjalani kepawangan, Ia
merasa Tuhan telah memberi bakat yang keliru, atau bakat yang tak ada gunanya.
Dengan bakat cemerlangnya menghalau awan-awan, Ia tetap tidak berhasil
memikat gadis yang sejak awal telah membuatnya kikuk. Dan gadis itu justru
menikah dengan seorang leleki yang sama sekali tidak pantas untuknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Celakanya, Alit diminta oleh sang gadis untuk menjadi pawang hujan pada acara
pernikahan tersebut. Sungguh Tuhan telah memberikan bakat yang tidak berguna,
bakat yang tak mampu menyelamatkan gadis itu dari pesona si bandot. Lebih
celaka lagi, kemudian si gadis menjadi seorang pesulap. Dan dalam banyak
pertujukan sulapnya, Ia selalu meminta Alit untuk menjadi pawang hujan.
Oleh karena itu, sekali lagi Alit memutuskan bahwa Tuhan telah membuat
kekeliruan besar. Pertama, prihal bakat yang salah, dan kedua menjodohkan si
gadis dengan si bandot. Tidak ada jalan lain bagi Alit akhirnya Ia harus melawan
Tuhan dan keputusan-Nya yang keliru. Tuhan telah menyakitinya dalam urusan
perjodohan maka Alit memutuskan bertarung dengan Tuhan di wilayah yang lain
yang Dia merasa paling berkuasa soal kematian. Ia bersumpah tak akan pernah
membirkan kematiannya menjadi urusan Tuhan. Ia hanya mau mati karena atas
kehendaknya sendiri.
Alit pun memutuskan untuk bertarung dengan Tuhan. Ia mencoba bunuh
diri tetapi ternya ta gagal. Maka, Ia mengambil kesimpulan bahwa Tuhan telah
bertindak curang dengan cara mengirimkan malaikat berupa pengemis untuk
mengaggalkan upayanya membunuh diri. Akhirnya pertarungan berakhir remis.
Ia tidak mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun tidak mengambil
nyawanya setelah menggagalkan upayanya membunuh dirinya sendiri.
Pertarungan yang remis itu tidak membutnya jera. Saat alit tiba di sebuah hulu
sungai dan di sebuah dataran tinggi ia kembali menyusun rencana untuk
melanjutkan pertarungan itu. Tuhan pernah menurunkan hujan selama 40 hari dan
mengirimkan banjir yang menenggelamkan puncak gunung. Ia yakin dapat
mengalahkan Tuhan dengan menurunkan hujan selama 41 hari. Tetapi Ia tidak
melakukan itu, cukup baginya menurunkan hujan lebat 2 hari di hulu sungai yang
dapat menyebabkan banjir dan menghanyutkan pengemis utusan Tuhan, Si bandot
tua dan gadis. Karena menurutnya pernikahan gadis cantik dan si bandot tua itu
adalah sebuah kekeliruan Tuhan dan harus ia lawan. Ketika hendak merapalkan
mantra ia malah tertidur sebelum tengah malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
SOAL LATIHAN
a. Soal latihan LKS I
Buatlah kelompok 4 orang!
1. Bacalah cerpen “Tuhan, Pawang Hujan , dan Pertarungan yang Remis”
karya A.S. Laksana dengan cermat dengan intonasi yang jelas!
2. Buatlah ringkasan cerpen “Tuhan, Pawang hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana dengan menggunakan bahasa sendiri , jelas dan
menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar!
3. Sebutkan dan jelaskan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “ Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana melalui
kegiatan diskusi!
4. Laporkan hasil diskusi di depan kelas!
b. Soal latihan LKS II
1. Jelaskan pengertian cerpen!
2. Jelaskan pengertian sudut pandang!
3. Sebutkan 8 ciri-ciri cerpen!
4. Sebutkan dan jelaskan 3 macam-macam latar?.
5. Sebutkan dan jelaskan 3 macam-macam alur!
6. Berdasarkan fungsinya tokoh dapat dibagi menjadi 3, sebut dan jelaskan!
c. Soal latihan LKS III
1. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah menulis cerita pendek!
2. Tentukanlah 1 contoh topik yang berhubungan dengan kehidupan orang
lain (berdasarkan situasi dan kondisi daerah setempat)!
3. Tulislah cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (situasi dan kondisi
daerah setempat) dengan memperhatiakn pelaku, peristiwa, dan latar dengan
memperhatikan penulisan cerpen!
4. Laporkan hasil Laporkan hasil diskusi di depan kelas!
5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
d. Soal latihan LKS IV
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan singkat!
1. Sudut pandang atau cara bercerita adalah kedudukan pencerita
dalam..................
2. Amanat adalah gagasan ide, atau pilihan utama yang.........
3. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami
perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya .................
4. Rumitan merupakan tahapan ketika suasana emosional memenas karena
adanya.................
5. Fungsi latar adalah........................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Kunci Jawaban LKS I
Ringkasan cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis”, karya A.S. Lksana
Ada seorang pemuda bernama Alit yang berusia 24 tahun. Para penjual
motivasi selalu mengatakan kepadanya bahwa untuk menjadi ini dan itu tidak
memerlukan bakat. Alit baru menyadari betapa pentinya bakat ketika Ia jatuh
cinta pada seorang gadis yang berusia 13 tahun.. Gadis itu cantik sehingga
membuat Alit merasa kikuk atau canggung. Kemudian Ia mengutuki dirinya
karena sifatnya itu. Padahal Alit tau bahwa tukang sulap seperti dirinya tidak
selayaknya canggung atau kikuk. Sehingga Ia memutuskan bahwa dirinya tidak
mempunyai bakat dalam bidang sulap tetapi Ia lebih berbakat menjadi pawang
hujan.
Akhirnya Alit belajar pada pawang hujan. Ia berfikir jika nanti sudah
berhasil menjadi pawang hujan hebat pasti dapat menundukan awan. Atraksi
mengendalikan awan-awan di langit akan menjadi pertunjukan luar ruang yang
ampuh dan mestinya tidak sulit bagi pesulap ampuh untuk memikat gadis cantik
berpenampilan kusam. Tetapi, gurunya mencium akal bulus itu dan
memperingatkan Alit bahwa seorang pawang hujan pantang memainkan awan,
apalagi untuk tujuan atraksi. Dan setelah menjalani bakatnya yang baru itu selama
beberapa tahun akhirnya Ia menjadi pawang hujan yang cukup sukses.
Akan tetapi, pada suatu saat Ia merasa sangat kecewa dengan bakatnya
sebagai pawang hujan. Untuk pertama kali selama menjalani kepawangan, Ia
merasa Tuhan telah memberi bakat yang keliru, atau bakat yang tak ada gunanya.
Dengan bakat cemerlangnya menghalau awan-awan, Ia tetap tidak berhasil
memikat gadis yang sejak awal telah membuatnya kikuk. Dan gadis itu justru
menikah dengan seorang leleki yang sama sekali tidak pantas untuknya.
Celakanya, Alit diminta oleh sang gadis untuk menjadi pawang hujan pada acara
pernikahan tersebut. Sungguh Tuhan telah memberikan bakat yang tidak berguna,
bakat yang tak mampu menyelamatkan gadis itu dari pesona si bandot. Lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
celaka lagi, kemudian si gadis menjadi seorang pesulap. Dan dalam banyak
pertujukan sulapnya, Ia selalu meminta Alit untuk menjadi pawang hujan.
Oleh karena itu, sekali lagi Alit memutuskan bahwa Tuhan telah membuat
kekeliruan besar. Pertama, prihal bakat yang salah, dan kedua menjodohkan si
gadis dengan si bandot. Tidak ada jalan lain bagi Alit akhirnya Ia harus melawan
Tuhan dan keputusan-Nya yang keliru. Tuhan telah menyakitinya dalam urusan
perjodohan maka Alit memutuskan bertarung dengan Tuhan di wilayah yang lain
yang Dia merasa paling berkuasa soal kematian. Ia bersumpah tak akan pernah
membirkan kematiannya menjadi urusan Tuhan. Ia hanya mau mati karena atas
kehendaknya sendiri.
Alit pun memutuskan untuk bertarung dengan Tuhan. Ia mencoba bunuh
diri tetapi ternya ta gagal. Maka, Ia mengambil kesimpulan bahwa Tuhan telah
bertindak curang dengan cara mengirimkan malaikat berupa pengemis untuk
mengaggalkan upayanya membunuh diri. Akhirnya pertarungan berakhir remis.
Ia tidak mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun tidak mengambil
nyawanya setelah menggagalkan upayanya membunuh dirinya sendiri.
Pertarungan yang remis itu tidak membutnya jera. Saat alit tiba di sebuah hulu
sungai dan di sebuah dataran tinggi ia kembali menyusun rencana untuk
melanjutkan pertarungan itu. Tuhan pernah menurunkan hujan selama 40 hari dan
mengirimkan banjir yang menenggelamkan puncak gunung. Ia yakin dapat
mengalahkan Tuhan dengan menurunkan hujan selama 41 hari. Tetapi Ia tidak
melakukan itu, cukup baginya menurunkan hujan lebat 2 hari di hulu sungai yang
dapat menyebabkan banjir dan menghanyutkan pengemis utusan Tuhan, Si bandot
tua dan gadis. Karena menurutnya pernikahan gadis cantik dan si bandot tua itu
adalah sebuah kekeliruan Tuhan dan harus ia lawan. Ketika hendak merapalkan
mantra ia malah tertidur sebelum tengah malam.
Unsur-unsur intrinsik cerita pendek
a. Tokoh-tokoh cerita pendek “Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis” karya A.S. Laksana: (1) Alit, (2) Gadis cantik, (3) Pawang Tua, (4)
Tuhan, dan (5) Duda tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
No Tokoh Perwatakan
1. Alit ( tokoh utama, antagonis) Kikuk atau canggung, tidak yakin
pada diri sendiri, sombong, baik
hati, keras kepala, rela berkorban,
dan mudah putus asa.
2. Gadis cantik (tokoh sederhana) Santun
3. Pawang tua (tokoh tambahan) Bijaksana, dan tegas
4. Tuhan (tokoh statis) Maha baik
5. Duda tua (tokoh statis) Tidak digambarkan oleh pengarang
b. Latar :
1) Latar tempat : tempat terjadinya peristiwa di markas tentara pada saat Alit
melakukan pertunjukan, di pintu kamar, di rumah pawang tua, di tempat
tidur,di atas panggung, di sungai keruh, di sebuah dataran tinggi, dan di
hulu sungai.
2) Latar waktu: peristiwanya terjadi pada pagi, siang hari, sore hari, malam
hari; latar waktu yang menunjuk angka : 6 tahun, tujuh tahun, empat tahun,
tiga tahun; latar waktu yang menunjuk bulan : sebulan terakhir; latar waktu
yang menunjukkan hari : seminggu, hari kedelapan, sabtu; dan latar waktu
yang menunjukkan jam: 1 jam.
3) Latar sosial: Alit dan gadis cantik kehidupannya sederhana, mereka
bersetatus sosial menengah ke bawah. Selain itu keyakinanya sepiritual
Alit kepada Tuhan tidak cukup kuat. Hal ini tampak jelas karena status
pekerjaan Alit yang tidak menetap, cara berpenampilan gadis cantik, dan
Alit selalu beranggapan bahwa Tuhan selalu salah dalam memberi
keputusan.
c. Alur : Cerpen “ Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarung yang Remis” karya A.S.
Laksana beralur maju, yaitu alur yang struktur umum alurnya
berkesinambungan. Struktur alurnya, eksposisi, rangsangan, konflik, rumitan,
klimaks, krisis, leraian, dan penyelesaian. Pada tahap eksposisi cerita
dipaparkan mulai dari pengenalan tokoh utama yaitu Alit. Selain itu dipaparkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
informasi yang berhubungan dengan tokoh utama. Rangsangan diawalai
dengan pengenalan tokoh kedua yaitu gadis cantik, selain itu mulai diceritakan
keadaan Alit. Sedangkan konflik terjadi antara Alit dan pawang tua. Rumitan
ditandai dengan peristiwa ketika Alit sudah menjadi pawang hujan yang cukup
sukses. Ia merasa sangat kecewa ketika dengan bakatnya sebagai pawang
hujan. Karena gadis itu justru menikah dengan seorang laki-laki yang sama
sekali tidak pantas untuk dibilang jodohnya. Celakanya lagi ketika Alit diminta
oleh sang gadis untuk menjadi pawang hujan pada saat acara pernikahan
tersebut. Terjadi terjadi kekuatan antagonis dalam tokoh Alit. Kekuatan
antagonis itu terjadi ketika Alit harus memutuskan sesuatu yang sangat
penting, yaitu permasalahan ketika ia harus mengusir hujan pada pesta
pernikahan gadis cantik dan duda tua atau mendatangkan hujan deras
semalaman untuk menggagalkan pesta pernikahan gadis itu. Krisis dalam cerita
ini ditandai ketika Alit menggangap bahwa tidak ada yang beres dengan
pertarungan dan ia mengambil keputusan bahwa Tuhan telah bertindak curang
dengan cara mengirimkan malikat berupa pengemis untuk menggagalkan
upayannya bunuh diri. Leraian ini, ditandai dengan pertarungan yang berakhir
remis. Ia tidak mati oleh kehendaknya sendiri dan Tuhan pun tidak mengambil
nyawa Alit setelah menggagalkan upayanya bunuh diri. Sedangkan dalam
tahap penyelsaian dalam cerita ini, dibiarkan menggantung oleh pengarang.
Pengarang tidak menjelaskan keadaan Alit selanjutnya.
d. Tema : tema yang diangkat pada cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana ini adalah perihal kepedihan dan
kesengsaraan yang dialami oleh Alit lantaran kisah hidupnya yang selalu tidak
berpihak pada keberuntungan
e. Amanat : amanat yang terkandung dalam cerpen “Tuhan, Pawang Hujan, dan
Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana, yaitu: jangan dengan mudah dan
enteng dalam mengambil keputusan demi keputusan terhadap jalan hidup.
Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
f. Bahasa : bahasa yang digunakan adalah bahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasanya mudah dimengerti karena tidak menggunakan bahasa khas daerah
tertentu. Selain itu terdapat beberapa kalimat yang mengandung sarkasme.
g. Sudut pandang : dalam cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang
Remis”, pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama ”aku”.
Kunci Jawaban LKS II 1. Cerpen adalah Cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang
dialami sang tokoh yang dialami sang tokoh, namun tidak memungkinkan
terjadinya perubahan nasib.
2. Sudut pandang adalah cara mendukung tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
3. Ciri-ciri cerita pendek (1) Panjang cerita berkisar antara tiga sampai sepuluh
halaman atau kurang dari 10.000 kata, (2) cerita selesai dibaca dalam sekali
duduk, (3) bersifat fiksi, (4) fokus cerita pada satu kejadian tunggal, (5)
perwatakan serta penokohan dilukiskan secara singkat dan jumlah tokoh
terbatas, (6) alur yang digunakan sederhana tetapi mendalam, (7) konflik yang
ditampilkan tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya, dan (8) latar, baik
waktu atau tempat sangat sederhana.
4. Macam-macam latar : (1) latar tempat adalah menunjukkan pada lokasi
terjadinya peristiwa dalam cerita, (2) latar waktu adalah latar yang
menunjukkan pada waktu atau kapan peristiwa itu terjadi, dan (3) latar sosial
adalah latar yang berhubungan dengan kehidupan sosial suatu masyarakat
tertentu dalam cerita.
5. Macam-macam alur : (1) alur linier/ maju adalah menempilkan peristiwa secara
runtut dari awal hingga akhir, (2) alur sorot balik/ Flash back adalah
menampilkan peristiwa dari tahap akhir atau tengah kemudian, dan (3) alur
datar ialah alur dikatakan datar jika tidak terasa adanya gawatan, klimaks, dan
leraian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
6. Berdasarkan fungsi penampilannya tokoh dapat dibedakan menjadi 3 yaitu : (1)
Tokoh protagonis adalah tokoh yang diharapkan berfungsi menarik simpati dan
empati pembicara atau penonton. Ia adalah tokoh dalam cerita rakyat yang
memang pimpinan tokoh sentral, (2) Tokoh Antagonis atau tokoh lawan adalah
pelaku dalam cerita yang berfungsi sebagai penentang utama dari tokoh
protagonis, dan (3) Tokoh tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada
protagonis atau berpihak pada antagonis atau berfungsi sebagai penengah
pertentangan tokoh-tokoh itu.
Kunci Jawaban LKS III dan IV
I. Uraian LKS III
1. Langkah-langkah penulisan cerpen :
a. Menentukan tema
Satu cerpen, tema cerita harus fokus, sempit, ketat, terbatas. Hindari
godaan untuk memperlebar tema dimana tema sekaligus merupakan
pesan moral yang hendak disampaikan kepada pembaca.
b. Menentukan struktur cerpen
Tentukan latar/ setting
Tak cukup ruang untuk mendeskripsikan latar tempat. Bila anda
menuliskan tindakan seorang tokoh memberi uang tip pada room boy,
maka tak perlu lagi menjelaskan kepada pembaca bahwa tempat
kejadian itu -pastinya- berlansung disebuah hotel. Untuk
mengefektifkan ruang, maka jenis/bentuk konflik yang terjadi harus
jelas dan dapat segera diidentifikasi pembaca sejak paragraf pembuka.
Kalimat pertama harus menggugah pembaca untuk bertanya; Apa
akhir (perubahan) yang terjadi selanjutnya pada tokoh tersebut?
Menentukan alur
Cerpen tidak mengenal plot yang kompleks/rumit. Tapi harus ada satu
konflik hebat yang terjadi diantara karakter (baik internal maupun
eksternal)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Menentukan tokoh
Karakter harus memiliki satu konflik internal (versus dirinya sendiri)
dan satu konflik eksternal (versus karakter lain, masyarakat atau
dengan alam). Seluruh cerita bermuara pada konflik itu. Karakter
ditunjukkan (show), tidak dikatakan (don’t tell) lewat daftar ciri-ciri
fisik atau sifatnya. Bukan berarti melukiskannya secara rinci.
Contohnya, karakter yang memakai tanda seru setiap akhir dialog
akan teridentifiksi dengan sendirinya oleh pembaca sebagai karakter
pemarah, arogan, egois. Cukup hadirkan 2 atau maksimal 3 karakter.
Berfokuslah pada 1 karakter saja untuk ditonjolkan, dengan catatan
hindari menceritakan latar belakang (backstory) karakter
bersangkutan.
Puncak cerita adalah saat krisis pada konflik, dimana tokoh utamanya
membuat keputusan yang menuju kearah penyelesaian konflik.
Akhir cerita adalah saat tokoh belajar dari –berubah akibat- krisis
konflik tersebut.
Sedapat mungkin hindari kata sifat dan kata keterangan. Utamakanlah
pemakaian kata kerja aktif, bukan kata kerja pasif.
c. Menulis cerpen
2. Topik-topik cerpen tentang kehidupan orang lain berdasarkan situasi kondisi
daerat setempat misalnya pengalaman teman.
3. Cerpen
II. Uraian Singkat LKS IV
1. Membawakan cerita atau kisahan
2. Mendasar pada suatu karya sastra
3. Peristiwa yang terjadi
4. Pertentangan dua atau lebih kekuatan
5. Untuk membawa konteks cerita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Soal Ulangan
Materi Unsur Intrinsik Cerpen
I. Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar!
1. Cerita pendek termasuk dalam bentuk prosa rekaan, prosa........
a. Prosa baru
b. Prosa lama
c. Prosa lirik
d. Prosa moderen
e. Prosa tertulis
2. Di bawah ini yang termasuk unsur intrinsik cerpen, kecuali........
a. Biografi
b. Amanat
c. Tema
d. Latar
e. Alur
3. Tahapan alur ketika muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan
yang saling bertentangan dalam cerita termasuk tahap alur........
a. Eksposisi
b. Leraian
c. Rangsangan
d. Rumitan
e. Klimaks
4. Di bawah ini yang termasuk ciri-ciri cerita pendek, kecuali........
a. Perwatakan serta penokohan dilukiskan secara singkat.
b. Cerpen hanya memiliki satu alur cerita (plot).
c. Konflik yang terjadi tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya.
d. Cerpen hanya memiliki satu insiden saja yang mendominasi jalan cerita.
e. Panjang cerita lebih dari 10.000 kata.
5. Tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih
banyak ditonjolkan kualitas atau pekerjaan atau kebangsaanya atau sesuatu
yang lain yang lebih bersifat mewakili. Disebut tokoh........
a. Tokoh Netral
b. Tokoh Bulat
c. Tokoh Statis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
d. Tokoh Berkembang
e. Tokoh Tipikal
6. Yang termasuk cerpen adalah........
a. Layar terkembang
b. Kartu Pos dari Surga
c. Siti Nurbaya
d. Cindelaras
e. Salah Asuhan
7. Tokoh protagonis adalah........
a. Pelaku yang kemunculannya dalam cerita lebih sedikit.
b. Tokoh yang diharapkan berfungsi menarik simpati dan empati pembaca
c. Tokoh yang populer atau di sebut hero-tokoh yang memiliki norma-norma,
nilai-nilai, yang ideal.
d. Pelaku dalam cerita yang berfungsi penentang tokoh protagonis.
e. Tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu.
8. Yang dimaksud latar adalah........
a. Jalinan cerita
b. Keadaan diri para
pemain
c. Pesan dalam cerita
d. Tempat terjadinya
peristiwa
e. Tema yang terkandung
9. Tahapan ketika suasana emosional memanas karena adanya pertentangan dua
atau lebih kekuatan termasuk tahapan........
a. Konflik
b. Eksposisi
c. Leraian
d. Rumitan
e. Klimaks
10. Gagasan, ide, atau pilihan utama yang mendasar suatu karya sastra disebut.....
a. Amanat
b. Tema
c. Leraian
d. Rumitan
e. Eksposisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
II. Uraian
Jawablah pertanyaan di bawah ini!
1. Jelaskan pengertian cerita pendek!
2. Sebutkan dan jelaskan 4 unsur intrinsik?
3. Siapa sajakah tokoh yang terdapat dalam cerpen “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana? Siapa
tokoh utamanya? Bagaimana watak tokoh utama dalam cerpen
tersebut?
4. Apakah tema yang terkandung dalam cerita “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana?
5. Jelaskan sudut pandang yang digunakan oleh pengarang “Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana?
6. Sebutkan 4 latar tempat yang terdapat dalam cerpen “Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana?
7. Sebutkan 5 ciri-ciri cerpen?
8. Sebutkan langkah-langkah penulisan cerpen?
9. Sebutkan amanat yang terkandung dalam cerpen “Tuhan, Pawang
Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana?
10. Tulislah cerpen berdasarkan kehidupan seseorang (situasi dan
kondisi setempat) dengan memperhatikan pelaku, peristiwa dan
latar. Perhatikan langkah-langkah penulisan cerpen!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
KUNCI JAWABAN SOAL ULANGAN
I. Pilihan Ganda
1. B
2. A
3. C
4. E
5. E
6. B
7. C
8. D
9. A
10. B
II. Uraian
1. Cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang dialami
sang tokoh yang dialami sang tokoh, namun tidak memungkinkan terjadinya
perubahan nasib.
2. Unsur Intrinsik Cerpen
a. Tokoh adalah Individu atau sekelompok orang yang mengalami
peristiwa atau perlakuan yang ditampilkan dalam sustu karya naratif
atau drama yang dapat berwujud binatang atau benda yang diinsankan,
yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral yaitu dalam
mengekspresikan ucapan dan tindakannya.
b. Latar adalah keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan
waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam sustu karya sastra
c. Alur adalah rangkaian peristiwa berdasarkan cerita.
d. Tema adalah gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari sustu
karya sastra
e. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh
pengarang
f. Bahasa merupakan sarana pengungkapan sastra
g. Sudut pandang adalah cara mendukung tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
3. (1) Alit, (2) Pawang tua, (3) Gadis cantik, Duda tua, dan (4) Tuhan
Tokoh utama : Alit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Perwatakan : Kikuk atau canggung, Tidak yakin pada diri sendiri,
Sombong, Baik hati, Keras kepala, Rela Berkorban
4. Tema yang terkandung dalam cerpen kepedihan dan kesengsaraan
5. Dalam cerpen ”Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis”,
pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama ”aku”.
6. Latar waktu: (1) di markas tentara, (2) di pintu kamar, (3) di rumah pawang
tua, (4) di tempat tidur, (5) di atas panggung, (6) di sungai keruh, (7) di
sebuah dataran tinggi, dan (8) di hulu sungai.
7. Ciri-ciri cerita pendek (1) Panjang cerita berkisar antara tiga sampai
sepuluh halaman atau kurang dari 10.000 kata, (2) cerita selesai dibaca
dalam sekali duduk, (3) bersifat fiksi, (4) fokus cerita pada satu kejadian
tunggal, (5) perwatakan serta penokohan dilukiskan secara singkat dan
jumlah tokoh terbatas, (6) alur yang digunakan sederhana tetapi mendalam,
(7) konflik yang ditampilkan tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya,
dan (8) latar, baik waktu atau tempat sangat sederhana.
8. Amanat : Jangan dengan mudah dan enteng dalam mengambil keputusan
demi keputusan terhadap jalan hidup.
9. Langkah-langkah penulisan cerpen :
a. Menentukan tema
Satu cerpen, tema cerita harus fokus, sempit, ketat, terbatas. Hindari
godaan untuk memperlebar tema dimana tema sekaligus merupakan
pesan moral yang hendak disampaikan kepada pembaca.
b. Menentukan struktur Cerpen
Dimulai dengan memunculkan masalah yang dihadapi karakter,
mengetengahkan bagaimana cara karakter mengatasi masalahnya
dan diakhiri dengan perubahan terhadap karakter sebagai
pelajaran/akibat dari permasalahan itu.
Tak cukup ruang untuk mendeskripsikan latar tempat. Bila anda
menuliskan tindakan seorang tokoh memberi uang tip pada room
boy, maka tak perlu lagi menjelaskan kepada pembaca bahwa tempat
kejadian itu -pastinya- berlansung disebuah hotel. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
mengefektifkan ruang, maka jenis/bentuk konflik yang terjadi harus
jelas dan dapat segera diidentifikasi pembaca sejak paragraf
pembuka. Kalimat pertama harus menggugah pembaca untuk
bertanya; Apa akhir (perubahan) yang terjadi selanjutnya pada tokoh
tersebut ?
Cerpen tidak mengenal plot yang kompleks/rumit. Tapi harus ada
satu konflik hebat yang terjadi diantara karakter (baik internal
maupun eksternal)
Karakter harus memiliki satu konflik internal (versus dirinya sendiri)
dan satu konflik eksternal (versus karakter lain, masyarakat atau
dengan alam). Seluruh cerita bermuara pada konflik itu.
Puncak cerita adalah saat krisis pada konflik, dimana tokoh
utamanya membuat keputusan yang menuju kearah penyelesaian
konflik.
Akhir cerita adalah saat tokoh belajar dari –berubah akibat- krisis
konflik tersebut.
Cukup hadirkan 2 atau maksimal 3 karakter. Berfokuslah pada 1
karakter saja untuk ditonjolkan, dengan catatan hindari menceritakan
latar belakang (backstory) karakter bersangkutan.
Karakter ditunjukkan (show), tidak dikatakan (don’t tell) lewat daftar
ciri-ciri fisik atau sifatnya. Bukan berarti melukiskannya secara rinci.
Contohnya, karakter yang memakai tanda seru setiap akhir dialog
akan teridentifiksi dengan sendirinya oleh pembaca sebagai karakter
pemarah, arogan, egois.
Sedapat mungkin hindari kata sifat dan kata keterangan.
Utamakanlah pemakaian kata kerja aktif, bukan kata kerja pasif.
c. Menentukan kerangka cerpen
10. Cerpen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Kriteria Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa) I dan II
No Soal Skor
1 a. Siswa mampu membaca cerpen dengan cermat
dan intonasi jelas.
b. Siswa mampu membaca cerpen dengan cermat
tetapi intonasi kurang jelas.
c. Siswa mampu membaca cerpen dengan tidak
cermat dan intonasi tidak jelas.
15
10
5
2 a. Siswa mampu meringkas cerpen “Tuhan,
pawang Hujan, dan Pertarungan yang remis”
karya A.S. Laksana dengan bahasa sendiri,
jelas, lengkap, dan menggunakan bahasa
Indonesia baik dan benar.
b. Siswa mampu meringkas cerpen “Tuhan,
pawang Hujan, dan Pertarungan yang remis”
karya A.S. Laksana dengan menggunakan
bahasa sendiri, jelas, tetapi tidak lengkap, dan
menggunakan bahasa Indonesia baik dan
benar.
c. Siswa mampu meringkas cerpen “Tuhan,
pawang Hujan, dan Pertarungan yang remis”
karya A.S. Laksana dengan menggunakan
bahasa sendiri, tetapi tidak jelas dan tidak
lengkap, dan menggunakan bahasa Indonesia
baik dan benar.
20
15
10
3 a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 7
unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, pawang Hujan, dan Pertarungan yang
remis” karya A.S. Laksana.
7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
b. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 6
unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, pawang Hujan, dan Pertarungan yang
remis” karya A.S. Laksana.
c. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 5
unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, pawang Hujan, dan Pertarungan yang
remis” karya A.S. Laksana.
d. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 4
unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, pawang Hujan, dan Pertarungan yang
remis” karya A.S. Laksana.
e. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 3
unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, pawang Hujan, dan Pertarungan yang
remis” karya A.S. Laksana.
f. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 2
unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, pawang Hujan, dan Pertarungan yang
remis” karya A.S. Laksana.
g. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 1
unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen
“Tuhan, pawang Hujan, dan Pertarungan yang
remis” karya A.S. Laksana.
6
5
4
3
2
1
4 a. Siswa mampu melaporkan hasil diskusi dengan
benar, lengkap, dan intonasi yang jelas.
b. Siswa mampu melaporkan hasil diskusi dengan
benar, tetapi kurang lengkap, dan intonasi yang
jelas.
c. Siswa mampu melaporkan hasil diskusi dengan
20
15
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
benar, tetapi tidak lengkap, dan tidak intonasi
yang jelas.
5 a. Siswa mampu menjelaskan definisi cerita
pendek dengan tepat dan jelas.
b. Siswa mampu menjelaskan definisi cerita
pendek dengan tepat dan tapi kurang jelas.
c. Siswa mampu menjelaskan definisi cerita
pendek dengan kurang tepat dan kurang jelas.
3
2
1
6 a. Siswa mampu menjelaskan definisi sudut
pandang dengan tepat dan jelas.
b. Siswa mampu menjelaskan definisi sudut
pandang dengan tepat dan tapi kurang jelas.
c. Siswa mampu menjelaskan definisi sudut
pandang dengan kurang tepat dan kurang
jelas.
3
2
1
7 a. Siswa mampu menyebutkan 4 ciri-ciri cerita
pendek.
b. Siswa mampu menyebutkan 3 ciri-ciri cerita
pendek.
c. Siswa mampu menyebutkan 2 ciri-ciri cerita
pendek.
d. Siswa mampu menyebutkan 1 ciri-ciri cerita
pendek.
4
3
2
1
8 a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 3
jenis latar dengan tepat.
b. Siswa mampu menyebutkan 3 jenis latar tapi
hanya dapat menjelaskan 2 latar.
c. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 2
jenis latar dengan tepat.
d. Siswa mampu menyebutkan 3 jenis latar tetapi
6
5
4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
tidak dapat menjelaskan.
e. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 1
jenis latar dengan tepat.
f. Siswa mampu menyebutkan 1 latar tetapi tidak
dapat menjelaskan.
3
2
1
9 a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 3
jenis alur dengan tepat.
b. Siswa mampu menyebutkan 3 jenis alur tapi
hanya dapat menjelaskan 2 alur.
c. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 2
jenis alur dengan tepat.
d. Siswa mampu menyebutkan 3 jenis alur tetapi
tidak dapat menjelaskan.
e. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 1
jenis alur dengan tepat.
f. Siswa mampu menyebutkan 1 jenis alur tetapi
tidak dapat menjelaskan.
6
5
4
3
2
1
10 a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 3
jenis tokoh berdasarkan fungsinya dengan
tepat.
b. Siswa mampu menyebutkan 3 jenis tokoh
berdasarkan fungsinya tapi hanya dapat
menjelaskan 2.
c. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 2
jenis tokoh berdasarkan fungsinya dengan
tepat.
d. Siswa mampu menyebutkan 3 jenis tokoh
berdasarkan fungsinya tetapi tidak dapat
menjelaskan.
e. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan 1
6
5
4
3
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
jenis tokoh berdasarkan fungsinya dengan
tepat.
f. Siswa mampu menyebutkan 1 jenis tokoh
berdasarkan fungsinya tetapi tidak dapat
menjelaskan.
1
Total Skor 100
Kriteria Penilaian LKS (Lembar Kerja Siswa) III dan IV
No Soal Skor 1 a. Siswa mampu menyebutkan dan menjelaskan
langkah-langkah cerpen secara tepat.
b. Sisawa mampu menyebutkan langkah-langkah
penulisan cerpen tetapi tidak dapat menjelaskan
secara lengkap.
c. Siswa mampu menyebutkan langkah-langkah
penulisan cerpen tetapi tidak lengkap dan
penjelasan tidak lengkap pula.
d. Siswa mampu menyebutkan langkah-langkah
penulisan cerpen tidak lengkap dan tidak dapat
menjelaskan.
12
6
3
2
2 h. Siswa mampu menyebutkan 8 topik berhubungan
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
i. Siswa mampu menyebutkan 7 topik berhubungan
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
j. Siswa mampu menyebutkan 6 topik berhubungan
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
k. Siswa mampu menyebutkan 5 topik berhubungan
8
7
6
5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
l. Siswa mampu menyebutkan 4 topik berhubungan
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
m. Siswa mampu menyebutkan 3 topik berhubungan
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
n. Siswa mampu menyebutkan 2 topik berhubungan
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
o. Siswa mampu menyebutkan 1 topik berhubungan
dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi
dan kondisi daerah setempat / di sekolah).
4
3
2
1
3 a. Siswa mampu menulis cerpen dengan
memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar
(secara lengkap), dan menggunakan bahasa
formal serta jelas.
b. Siswa mampu menulis cerpen dengan
memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar
(secara lengkap), dan menggunakan bahasa
formal tetapi kurang jelas.
c. Siswa mampu menulis cerpen dengan
memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar
(secara lengkap), dan tidak menggunakan bahasa
formal serta tidak jelas.
d. Siswa mampu menulis cerpen dengan
memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar (tidak
lengkap), dan menggunakan bahasa formal tetapi
tidak jelas.
50
40
30
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
e. Siswa mampu menulis cerpen dengan
memperhatikan pelaku, peristiwa, dan latar
(secara tidak lengkap), dan tidak menggunakan
bahasa formal serta tidak jelas.
10
4 d. Siswa mampu melaporkan hasil diskusi dengan
benar, lengkap, dan intonasi yang jelas.
e. Siswa mampu melaporkan hasil diskusi dengan
benar, tetapi kurang lengkap, dan intonasi yang
jelas.
f. Siswa mampu melaporkan hasil diskusi dengan
benar, tetapi tidak lengkap, dan tidak intonasi
yang jelas.
20
15
10
Uraian Singkat
1. a. Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
b. Siswa mampu menjawab pertanyaan tetapi kurang
tepat.
2
1
2.
a. Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
b. Siswa mampu menjawab pertanyaan tetapi kurang
tepat.
2
1
3. a. Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
b. Siswa mampu menjawab pertanyaan tetapi kurang
tepat.
2
1
4. a. Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
b. Siswa mampu menjawab pertanyaan tetapi kurang
tepat.
2
1
5. a. Siswa mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.
b. Siswa mampu menjawab pertanyaan tetapi kurang
tepat.
2
1
Total Skor 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
SEKOLAH MENENGAH ATAS
KELAS XII SEMESTER I
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK CERPEN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
Cerpen adalah cerita fiksi yang menggambarkan peristiwa yang dialami sang tokoh, namun tidak memungkinkan terjadinya perubahan nasib. Karena pendeknya, cerpen sering disebut cerita yang dapat dibaca dalam satu kali duduk.
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Cerpen
Berdasarkan bentuknya, sastra terbagi atas tiga golongan besar, yaitu prosa, puisi, dan drama.
Prosa adalah jenis karya sastra yang menggunakan bahasa yang panjang, bebas, dan rinci dalam teknik pengungkapannya. Prosa dapat dikelompokkan dalam dua zaman, yaitu:
1. Prosa lama, terdiri atas hikayat, cerita berbingkai, cerita panjang dan dongeng.
2. Prosa baru, terdiri atas cerita rekaan (fiksi) dan prosa nonfiksi.
Jadi berdasarkan bentuknya cerita pendek merupakan jenis prosa baru dan termasuk dalam cerita rekaan (fiksi).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Ciri-ciri cerpen
1. Panjang cerita berkisar antara tiga sampai sepuluh halaman atau kurang dari 10.000 kata.
2. Cerita selesai dibaca dalam sekali duduk.
3. Bersifat fiksi.
4. Fokus cerita pada satu kejadian tunggal.
5. Perwatakan serta penokohan dilukiskan secara singkat dan jumlah tokoh terbatas.
6. Alur yang digunakan sederhana tetapi mendalam.
7. Konflik yang ditampilkan tidak menimbulkan perubahan nasib tokohnya.
8. Latar, baik waktu atau tempat sangat sederhana.
Unsur Intrinsik Cerpen
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik tersebut meliputi tokoh, alur, latar, bahasa, tema, amanat, dan sudut pandang. Lewat unsur ini karya sastra dapat dianalisis. Unsur intrinsik karya sastra sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
Tokoh
Berdasarkan Peranannya
Berdasarkan Fungsi Penampilan
Tokoh Protagonis
Tokoh Antagonis
Tokoh Tritagonis
Tokoh
Utama
Tokoh
Tambahan
Tokoh utama adalah pelaku utama yang diutamakan dalam suatu cerita rakyat. Ia mungkin paling banyak muncul atau paling banyak dibicarakan.
Tokoh Tambahan adalah pelaku yang kemunculanya dalam cerita lebih sedikit,tidak begitu dipentingkan kehadirannya.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang diharapkan berfungsi menarik simpati dan empati pembicara atau penonton. Ia adalah tokoh dalam cerita rakyat yang memang pimpinan tokoh sentral.
Tokoh Antagonis atau tokoh lawan adalah pelaku dalam cerita yang berfungsi sebagai penentang utama dari tokoh protagonis.
Tokoh tritagonis adalah tokoh yang berpihak pada protagonis atau berpihak pada antagonis atau berfungsi sebagai penengah pertentangan tokoh‐tokoh itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
Alur atau jalan cerita adalah rangkaian cerita yang disusun secara logis
Alur linier/ maju adalah menempilkan peristiwa secara runtut dari awal hingga akhir.
Alur sorot balik/ Flash back adalah menampilkan peristiwa dari tahap akhir atau tengah kemudian.
Alur datar ialah alur dikatakan datar jika tidak terasa adanya gawatan, klimaks, dan leraian
Unsur-unsur Alur
a. Eksposisi ialah tahap pengenalan beberapa tokoh dan penyampaian beberapa informasi yang bertujuan memudahkan pembaca mengikuti kisah selanjutnya.
b. Rangsangan ialah tahap masuknya para tokoh baru dalam cerita dan peristiwa semakin berkembang.
c. Gawatan ialah tahap awal mulai terjadinya konflik antar tokoh.
d. Konflik ialah perselisihan yang timbul akibat adanya kekuatan yang bertentangan antar tokoh satu dengan yang lain,dengan alam dan dengan masyarakat.
e. Rumitan ialah tahap ketika konflik sudah terjadi dan mengalami titik kerumitan yang tinggi, sehingga pertentangan semakin tinggi pula.
f. Klimaks ialah tahap dimana ketegangan masalah cerita telah mencapai klimaks atau puncak.
g. Krisis ialah bagian alur yang mengawali leraian. Tahap ini ditandai oleh perubahan alur cerita menuju kesudahannya. Karena setiap klimaks diikuti oleh krisis,keduanya sering dianggap sama atau disamakan.
h. Leraian ialah berkembangnya peristiwa ke arah selesaian, yaitu ketika ketegangan peristiwa sudah mengalami penurunan.
i. Penyelesaian ialah bagian akhir atau penutup cerita. Masalah yang terjadi menemukan penyelesaian atau bisa juga akhir cerita tanpa penyelesaian masalah.hal itu tetap dianggap sebagai penutup cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
LATAR
Tempat lingkungan terjadinya suatu
peristiwa
Latar Tempat Menunjukkan pada lokasi terjadinya peristiwa dalam
cerita.
Latar waktu Menunjukkan pada waktu atau kapan peristiwa itu terjadi.
LATAR SOSIAL
Berhubungan dengan kehidupan sosial suatu masyarakat tertentu
dalam cerita
Tema adalah gagasan atau ide dasar yang melatarbelakangi suatu cerita.
Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang disampaikan oleh pengarang melalui karya sastra.
Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa juga dapat disebut gaya penceritaan pengarang untuk menyampaikan cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
Sudut pandang adalah cara mendukung tokoh‐tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
a. Sudut Pandang Yang Mahakuasa
Pengarang bertindak sebagai pencipta segalanya . Pengarang dapat menggambarkan prilaku serta seluruh perasaan dan pikiran para tokohnya.
b. Sudut Pandang Orang Pertama
Pengarang memakai kata “aku” untuk menghidupkan tokoh, seolah‐olah dia menceritakan pengalamanya sendiri. Penggunaan teknik ini menyebabkan pembaca tidak mengetahui segala hal yang tidak
c. Sudut Pandang Peninjau
Pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Cerita dikisahkan menggunakan kata ganti orang ketiga, seperti dia dan mereka. Pengarang hanya dapat melukiskan keadaan tokoh “dia”, tetapi tidak dapat melukiskan keadaan jiwa tokoh lain.
d. Sudut Pandang Objektif
Pengarang serba tau tetapi, tidak dapat memberi komentar apapun. Pembaca hanya di suguhi pandangan mata, apa yang seolah‐olah dilihat oleh pengarang. Sudut pandang ini hampir sama dengan sudut pandang Yang Mahakuasa tetapi perbedaannya pengarang tidak sampai melukiskan keadaan tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
Unsur Ekstrinsik Cerpen
Unsur Ekstrinsik adalah hal hal yang berada diluar karya sastra itu, tetapi tdak secara langsung mempengaruhi karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsic kara sastra sebagai berikut:
1. Latar belakang penulis
Kehidupan pengarang dan kejiwaannya ikut menentukan hasil karya sastra yang dibuatnya.
2. Latar belakang Budaya
Latar belakang budaya yang ada dalam kehidupan pengarang mempengaruhi terciptanya karya sastra yang dibuatnya.
4. Latar belakang Politik
Latar belakang situasi politik yang terjadi seperti masalah ekonomi, budaya, pendidikan akan berpengaruh terhadap pengarang dalam menciptakan karya sastranya.
3. Latar belakang Zaman
Latar belakang zaman yang terjadi atau pada saat aliran seni yang sedang digemari pada saat pengarang menciptakan karya sastranya juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
Langkah-langkah Menulis Cerpen
1. Menentukan tema cerita Satu cerpen, tema harus fokus, sempit, ketat, terbatas. Hindari godaan untuk memperlebar tema dimana tema sekaligus merupakan pesan moral yang hendak disampaikan kepada pembaca.
2. Menentukan struktur cerpen. Tentukan latar/ setting Tak cukup ruang untuk mendeskripsikan latar tempat. Bila anda menuliskan tindakan seorang tokoh memberi uang tip pada room boy, maka tak perlu lagi menjelaskan kepada pembaca bahwa tempat kejadian itu ‐pastinya‐ berlansung disebuah hotel. Untuk mengefektifkan ruang, maka jenis/bentuk konflik yang terjadi harus jelas dan dapat segera diidentifikasi pembaca sejak paragraf pembuka. Kalimat pertama harus menggugah pembaca untuk bertanya; Apa akhir (perubahan) yang terjadi selanjutnya pada tokoh tersebut?
Menentukan alur Cerpen tidak mengenal plot yang kompleks/rumit. Tapi harus ada satu konflik hebat yang terjadi diantara karakter (baik internal maupun eksternal)
Menentukan tokoh Karakter harus memiliki satu konflik internal (versus dirinya sendiri) dan satu konflik eksternal (versus karakter lain, masyarakat atau dengan alam). Seluruh cerita bermuara pada konflik itu. Karakter ditunjukkan (show), tidak dikatakan (don’t tell) lewat daftar ciri‐ciri fisik atau sifatnya. Bukan berarti melukiskannya secara rinci. Contohnya, karakter yang memakai tanda seru setiap akhir dialog akan teridentifiksi dengan sendirinya oleh pembaca sebagai karakter pemarah, arogan, egois. Cukup hadirkan 2 atau maksimal 3 karakter. Berfokuslah pada 1 karakter saja untuk ditonjolkan, dengan catatan hindari menceritakan latar belakang (backstory) karakter bersangkutan.
Puncak cerita adalah saat krisis pada konflik, dimana tokoh utamanya membuat
keputusan yang menuju kearah penyelesaian konflik.
Akhir cerita adalah saat tokoh belajar dari –berubah akibat- krisis konflik tersebut.
Sedapat mungkin hindari kata sifat dan kata keterangan. Utamakanlah pemakaian
kata kerja aktif, bukan kata kerja pasif.
3. Menulis cerpen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
LKS I
(Tugas Kelompok)
Nama Kelompok :
Kelas :
Buatlah kelompok 4 orang!
1. Bacalah cerpen “Tuhan, Pawang Hujan , dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dengan cermat dengan intonasi yang jelas!
2. Buatlah ringkasan cerpen “Tuhan, Pawang hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana dengan menggunakan bahasa sendiri , jelas dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar!
3. Sebutkan dan jelaskan unsur intrinsik yang terdapat dalam cerpen “ Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis” karya A.S. Laksana melalui kegiatan diskusi!
4. Laporkan hasil diskusi di depan kelas!
Lembar Jawaban!
1. ...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
2. ...........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
3. ..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
LKS II
(Tugas Individu)
Nama :
No. Absen :
1. Jelaskan pengertian cerpen!
...............................................................................................................
...............................................................................................................
2. Jelaskan pengertian sudut pandang!
...............................................................................................................
...............................................................................................................
3. Sebutkan 8 ciri‐ciri cerpen!
...............................................................................................................
...............................................................................................................
4. Sebutkan dan jelaskan 3 macam‐macam latar?
...............................................................................................................
...............................................................................................................
5. Sebutkan dan jelaskan 3 macam‐macam alur!
...............................................................................................................
...............................................................................................................
6. Berdasarkan fungsinya tokoh dapat dibagi menjadi 3, sebut dan jelaskan!
...............................................................................................................
...............................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
LKS III
(Tugas Kelompok)
Kelas :
Nama Kelompok :
Bentuklah kelompok branggotakan 4 (orang)!
1. Sebutkan dan jelaskan langkah‐langkah menulis cerita pendek!
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
2. Tentukanlah 1 contoh topik yang berhubungan dengan kehidupan orang lain (berdasarkan situasi dan kondisi daerah setempat)!
............................................................................................................................
............................................................................................................................
3. Tulislah cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (situasi dan kondisi daerah setempat) dengan memperhatiakn pelaku, peristiwa, dan latar dengan memperhatikan penulisan cerpen!
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
4. Laporkan hasil Laporkan hasil diskusi di depan kelas!
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
LKS IV
(Tugas Individu)
Nama :
No Absen :
Uraian Singkat
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jelas dan singkat!
1. Sudut pandang atau cara bercerita adalah kedudukan
pencerita dalam..................
2. Amanat adalah gagasan ide, atau pilihan utama yang.........
3. Tokoh statis adalah tokoh cerita yang secara esensial tidak
mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan
sebagai akibat adanya .................
4. Rumitan merupakan tahapan ketika suasana emosional
memenas karena adanya.................
5. Fungsi latar adalah........................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
Lampiran biodata guru penilai produk silabus dan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) Sastra untuk siswa SMA kelas XII semestert I.
BIODATA
1. Nama : Agustinus Budi Susanto, S.Pd.
2. NIP. : No. G. 11835
3. Tempat , Tanggal Lahir : Sleman, 24 Oktober 1973
4. Agama : Katolik
5. Alamat : Daratan, Minggir Sleman
6. Riwayat Pendidikan :
a. Perguruan Tinggi : Universitas Sanata Dharma tahun 1994
7. Riwayat Pekerjaan :
a. Mengajar di SMA PL “St. Louis IX” Sedayu Bantul pada tahun
2001 sampai sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
BIODATA
1. Nama : Drs. Agustinus Wagiya
2. NIP. : 195710151991031001
3. Tempat , Tanggal Lahir : Kulon Progo, 15 Oktober 1957
4. Agama : Katolik
5. Alamat : Wadas Giripurwo Girimulya Kulon Progo
Yogyakarta 55674
6. Riwayat Pendidikan :
a. SD : 1971
b. SMP : 1974
c. SPG : 1977
d. IKIP/ Sarjana Muda : 1981
e. IKIP/ SI : 1989
7. Riwayat Pekerjaan :
a. Mengajar di SMP Kanisius Temanggung pada tahun 1981-1982
b. Mengajar di SPG I SMA Bruderan Purworejo Jawa Tengah pada
tahun 1993-1991
c. Mengajar di SMA Negri I Rongkap Gunung Kidul Daerah
Istimewa Yogyakarta
d. Mengajar di SMA Negri I Kalibawang Kulon Progo Daerah
Istimewa Kulon Progo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
TUHAN, PAWANG HUJAN, DAN PERTARUNGAN YANG REMIS
(Karya A.S. Laksana)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
BIOGRAFI PENULIS
Theresia Rita Listiana lahir di Adijaya, pada tanggal 24
Februari 1986. Ia menyelesaikan pendidikan di Taman
Kanak-kanak Yos Sudarso Bandarjaya tahun 1992, SD
Kristen 3 Bandarjaya tahun 1998, SMP N 7 Bandarjaya
tahun 2001, ketiganya berlokasi di Lampung Tengah.
Ia masuk SMA Pangudi Luhur Sedayu Bantul Yogyakarta pada tahun 2001.
Setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta dan tercatat sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia, dan Daerah angkatan 2004. Masa pendidikan di Universitas
Sanata Dharma, di akhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul
UNSUR INTRINSIK CERPEN “TUHAN, PAWANG HUJAN, DAN
PERTARUNGAN YANG REMIS” KARYA A.S. LAKSANA DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM BENTUK SILABUS DAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) UNTUK SISWA SMA KELAS XII
SEMESTER I.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI