plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · 2016. 3. 31. · iv persembahan dengan hati yang tulus,...

198
i JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO LULUSAN TAHUN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Disusun oleh: Devi Pusawati 101224080 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i

    JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA SKRIPSI

    MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO LULUSAN

    TAHUN 2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

    Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

    Disusun oleh:

    Devi Pusawati

    101224080

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

    JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2015

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    PERSEMBAHAN

    Dengan hati yang tulus, skripsi ini kupersembahkan untuk:

    Allah yang Maha Kasih

    Bapak dan Alm. Ibu tercinta

    Kakak tercinta

    Sahabat-sahabat tercinta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    MOTTO

    “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka

    mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”

    (QS. Ar - Ra’d Ayat 11)

    “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

    (QS. Al- Insyirah Ayat 5)

    “Hidup adalah pilihan, tidak ada pilihan yang salah, yang salah adalah bagaimana

    kita yang tidak bisa menjalankan pilihan itu dengan baik.”

    (Devi Pusawati)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH SKRIPSI

    Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

    tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

    dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

    Yogyakarta, 28 Januari 2015

    Penulis

    Devi Pusawati

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

    KEPENTINGAN AKADEMIS

    Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

    Nama : Devi Pusawati

    Nomor Mahasiswa : 101224080

    Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul:

    JENIS KESALAHAN PENGGUNAAN KONJUNGSI PADA SKRIPSI

    MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO LULUSAN TAHUN

    2013 UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA.

    Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata

    Dharma baik untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

    mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,

    dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis

    tanpa perlu izin dari saya atau memberikan royalti kepada saya selama

    mencantumkan nama saya sebagai penulis.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Yogyakarta, 28 Januari 2015

    Yang menyatakan,

    (Devi Pusawati)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    ABSTRAK

    Pusawati, Devi. 2015. Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi pada Skripsi

    Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP,

    Universitas Sanata Dharma.

    Penelitian ini mengkaji penggunaan konjungsi pada skripsi mahasiswa

    Program Studi Teknik Elektro tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk

    mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan konjungsi di dalamnya.

    Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif derkripatif. Adapun langkah-

    langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah mengunduh

    skripsi mahasiswa melalui server perpustakaan Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta, membaca seluruh skripsi itu, menandai kesalahan dengan alat tulis

    berwarna, membuat tabel analisis data dengan memberi kode, mengelompokkan

    konjungsi sesuai dengan jenisnya, dan menandai kesalahan penggunaan konjungsi

    yang ditemukan. Selanjutnya, data dianalisis dengan langkah-langkah:

    mengelompokkan kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam data

    tersebut, mencermati kesalahan penggunaan konjungsi, menjelaskan kesalahan,

    serta mengemukakan yang benar.

    Dari analisis di atas ditemukan bahwa penggunaan konjungsi dalam skripsi

    mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

    tahun 2013 masih mengandung 225 kesalahan dari 443 kali pemakaian. Kesalahan

    itu meliputi konjungsi koordinatif (dan, hanya, sedangkan, kemudian, juga, dan

    atau), konjungsi subordinatif (jika, maka, karena, apabila, ketika, sehingga, dan

    supaya), konjungsi korelatif (antara...dengan, baik....dengan, dan baik...ataupun),

    dan konjungsi antarkalimat (namun, oleh karena itu, selain itu, setelah itu, maka

    dari itu, sebaliknya, dan akan tetapi). Jenis kesalahannya meliputi: penghilangan

    (dan), penambahan (maka, jika, karena, apabila, juga, ketika, kemudian, hanya,

    supaya, tetapi, dan atau), salah susun (dan, sedangkan, namun, sehingga, atau,

    oleh karena itu, setelah itu, maka dari itu, selain itu, akan tetapi, dan sebaliknya),

    dan salah formasi (antara...dengan, baik...ataupun, dan baik...dengan).

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada kesalahan penggunaan

    konjungsi. Maka, peneliti memberikan saran agar mahasiswa Program Studi

    Teknik Elektro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta lebih memperhatikan

    penggunaan konjungsi dalam penulisan karya ilmiah. Adapun peneliti yang akan

    datang dapat meneliti tidak hanya mengenai penggunaan konjungsi, tetapi

    kesalahan pemilihan kata, kesalahan penggunan tanda baca, dan sebagainya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    ABSTRACT

    Pusawati, Devi. 2015. The Kind of Error in the Use of Conjunctions in Thesis of

    Electronical Engineering Study Program Students graduates 2013 of

    Sanata Dharma University Yogyakarta. Thesis. Yogyakarta: Indonesian

    Language Education and Literature, Teacher Training and Education

    Faculty, Sanata Dharma University.

    This study examined the use of conjunctions in seven thesis of Electrical

    Engineering students in 2013. This study aimed at describing the kind of error in

    the use of conjunction.

    This study is a qualitative study. The steps conducted by the researcher in

    collecting the data were dowloading the students' thesis through the library server

    of Sanata Dharma University, Yogyakarta; reading all of those thesis; marking the

    errors with colored pen; making table of data analysis by providing code;

    grouping conjunction according to its kind and marking the errors in the use of

    conjunction which are not appropriate with its kind; and correcting the errors

    found. Furthermore the data are analysed through these steps: grouping the misuse

    of conjunctions which contain in the data; observing the misuse of conjunctions;

    fixing the misuse; explain the misuse; and argued that the correct.

    From the analysis above, it was found that the use of conjunction in the

    thesis of Electronical Engineering Study Program students of Sanata Dharma

    University in 2013 still contain 225 errors from 443 times usage. Those errors

    include coordinating conjunctions (and, just, whereas, then, likewise, and or);

    subordinating conjunctions (if, so, because, whether, when, so that, and that);

    correlating conjunctions (between...and, both...and, dan either...or); and

    conjunctions between sentences (however, so, moreover, therefore, whereas, and

    but). The kind of errors are: Omission (and), addition (so, if, because, whether,

    likewise, when, that, then, so that, just, in order to, but, for, and or), misordering

    (and, whereas, however, so, or, therefore, after, moreover, but, and otherwise),

    and misformation (between, and both...and).

    The results showed that there are no errors the use of conjunctions. Thus,

    researchers advise that students of Electrical Engineering University of Sanata

    Dharma Yogyakarta more attention to the use of conjunctions in writing scientific

    papers. As for the future researchers can examine not only about the use of

    conjunctions, but errors choice of words, the use of punctuation errors, and so on.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Jenis

    Kesalahan Penggunaan Konjungsi pada Skripsi Mahasiswa Program Studi

    Teknik Elektro Lulussan Tahun 2013 Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan

    untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program

    Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bantuan serta bimbingan

    dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

    rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya

    kepada semua pihak berikut ini.

    1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

    Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    3. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd. dan Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku Dosen

    Pembimbing 1 dan 2 yang telah membimbing serta membantu penulis dalam

    menyelesaikan skripsi.

    4. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. selaku triangulator yang telah

    memeriksa dan memberikan beberapa revisi pada hasil analisis data, sehingga

    data menjadi lebih baik.

    5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia atas ilmu

    dan inspirasi selama proses belajar penulis.

    6. Bapak Robertus Marsidiq selaku Staf Sekretariat Program Studi Pendidikan

    Bahasa Sastra Indonesia yang telah membantu membereskan seluruh

    administrasi dan persyaratan sampai akhirnya penulis dapat mengujikan

    penelitian ini.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    7. Petugas perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan

    buku-buku sebagai sumber referensi dan informasi dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

    8. Keluarga yang selalu mendorongku untuk maju. Sutoyo Deviyanto (ayah),

    Alm. Temu Wardani (ibu), Dani Vianti dan Andi Wibowo (kakak), serta Hafiz

    Vian Syafaat (ponakan).

    9. Teman-teman seperjuangan PBSI Lulusan Tahun 2010 yang telah memberikan

    semangat dan dukungannya, khususnya teman-teman anggota skripsi payung:

    Sr. Maria Fatima Kontessa, Ade Supiyanto, Rinaldus Beatus Jo, serta Nikolaus

    Bonaventura Subandi.

    10. Fransiska Isti N.P.R, Septi Sulistyorini, Fransiska Dike, Caecilia Asri, Natalia

    Harsanti, Gusti Dinda Damarsasi, Etik Safilah, Yuni Lundiarti, Berno Beding,

    dan Devy Lio Erlinda, sahabat tersayang yang selalu memberikan semangat

    dan menjadi tempat curahan hati.

    11. Denny Raditya yang selalu memberikan semangat, memberikan perhatian,

    menyabarkanku dan setia mendampingiku di kala susah ataupun senang.

    12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah

    membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

    13. Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Semoga segala kebaikan yang diberikan semua pihak mendapat balasan dari

    Allah SWT. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga

    skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang

    bersangkutan.

    Yogyakarta, 28 Januari 2015

    (Devi Pusawati)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

    MOTTO ....................................................................................................... v

    PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH SKRIPSI .................... vi

    PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

    UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................. vii

    ABSTRAK ................................................................................................... viii

    ABSTRACT ................................................................................................... ix

    KATA PENGANTAR ................................................................................. x

    DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xv

    BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 3

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

    1.5 Batasan Istilah ...................................................................................... 4

    1.6 Sistematika Penyajian .......................................................................... 6

    BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................. 7

    2.1 Penelitian yang Relevan ...................................................................... 7

    2.2 Kajian Teori ......................................................................................... 9

    2.2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa ......................................................... 9

    2.2.2 Jenis Kesalahan .................................................................................... 12

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    2.2.3 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa ........................................... 16

    2.2.4 Konjungsi ............................................................................................. 18

    2.2.5 Jenis Konjungsi .................................................................................... 20

    2.2.6 Fungsi Konjungsi ................................................................................. 23

    BAB III. METODE PENELITIAN ......................................................... 35

    3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 35

    3.2 Sumber Data ........................................................................................ 36

    3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 36

    3.4 Teknik Analisis Data ........................................................................... 38

    3.5 Triangulasi Data ................................................................................... 39

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 41

    4.1 Deskripsi Data ..................................................................................... 41

    4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ................................................... 41

    4.2.1 Penggolongan Konjungsi Berdasarkan Fungsi .................................... 42

    4.2.1.1 Konjungsi Koordinatif ....................................................................... 42

    4.2.1.2 Konjungsi Korelatif ........................................................................... 49

    4.2.1.3 Konjungsi Subordinatif ..................................................................... 54

    4.2.2 Penggolongan Konjungsi Berdasarkan Posisi ..................................... 62

    4.2.2.1 Konjungsi Antarkalimat .................................................................... 62

    4.2.3 Penghilangan......................................................................................... 70

    4.2.4 Penambahan .......................................................................................... 72

    4.2.5 Salah Formasi ....................................................................................... 78

    4.2.6 Salah Susun ........................................................................................... 80

    BAB V. PENUTUP .................................................................................... 92

    5.1 Simpulan .............................................................................................. 92

    5.2 Saran .................................................................................................... 93

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 95

    LAMPIRAN ................................................................................................. 98

    BIODATA .................................................................................................... 110

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1. Lampiran I (Tabulasi Data) ................................................ 99

    2. Lampiran II (Jenis Kesalahan Konjungsi) .......................... 100

    3. Lampiran III (Judul Skripsi Mahasiswa Teknik Elektro) ... 109

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Bahasa menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 90) merupakan

    sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu

    masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Melalui

    bahasa, manusia dapat berkomunikasi serta berinteraksi satu sama lain. Sebagai

    alat komunikasi, bahasa adalah sarana untuk merumuskan maksud, melahirkan

    perasaan, dan memungkinkan seseorang menciptakan kerjasama dengan orang

    lain.

    Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikembangkan empat keterampilan

    berbahasa. Tarigan (1994: iii) mengemukakan bahwa ada empat aspek

    keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa yaitu:

    1) keterampilan menyimak, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan membaca,

    dan 4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan

    satu sama lain. Seseorang dapat menulis dengan baik karena banyak membaca.

    Demikian pula seseorang dapat berbicara dengan baik karena banyak

    mendengarkan.

    Dari keempat keterampilan berbahasa itu, salah satu kompetensi yang

    berperan dalam kehidupan adalah kompetensi menulis. Dalam segala bidang,

    aktivitas menulis sangat dibutuhkan. Contohnya, seorang guru menulis buku

    untuk menjadi sumber belajar bagi murid-murid. Guru seharusnya dapat menulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    dengan baik dan benar serta menggunakan kata-kata yang mudah dipahami murid-

    muridnya, sehingga apa yang telah ia tulis dapat tersampaikan maksud dan

    tujuannya. Contoh lain yaitu public speaker harus dapat menulis agar kata-

    katanya dapat diingat oleh public. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika

    kompetensi menulis diajarkan pada setiap jenjang pendidikan.

    Dalam karya ilmiah ini, peneliti ingin menganalisis kesalahan penggunaan

    konjungsi pada skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta. Adapun alasannya, peneliti ingin mengetahui dan

    mencermati kemampuan menggunakan konjungsi pada kalimat dalam

    pembahasan skripsi itu, karena penggunaan konjungsi sangat penting untuk

    merangkai suatu kalimat yang baik dan benar.

    Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik (FT) Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta merupakan lembaga pendidikan formal. Mahasiswa Program

    Studi Teknik Elektro dididik mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sebuah

    produk yang dapat bermanfaat dan diaplikasikan ke masyarakat. Oleh sebab itu,

    produk yang dihasilkan harus dibahasakan secara benar oleh mahasiswa agar

    masyarakat dapat menggunakannya dengan tepat. Untuk dapat diaplikasi atau

    digunakan masyarakat dengan tepat, membahasakan sebuah produk harus

    menggunakan bahasa yang benar. Ciri-ciri bahasa yang benar salah satunya adalah

    penggunaan konjungsi yang sesuai dengan fungsinya. Alasan mengapa peneliti

    mengambil tahun 2013 untuk melihat kekinian atau mengetahui perkembangan

    sejauh mana kemampuan menulis dalam penggunaan konjungsi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    Penyususnan karya ilmiah, baik skripsi atau tugas akhir adalah salah satu

    prasyaratan yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk menyelesaikan studi dan

    untuk memperoleh gelar sarjana. Dalam penulisan karya ilmiah, kemampuan

    berbahasa Indonesia sangat diperlukan oleh mahasiswa. Maka dari itu, mahasiswa

    Program Studi Teknik Elektro seharusnya memperhatikan ciri-ciri bahasa yang

    benar khususnya penggunaan konjungsi dalam penulisan karya ilmiah.

    Dengan objek pembahasan yang sudah dijelaskan, peneliti akan mudah

    menentukan kerangka analisis dan dasar yang digunakan dalam menganalisis

    skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013 Universitas

    Sanata Dharma. Peneliti tertarik untuk menganalisis jenis kesalahan penggunaan

    konjungsi yang terdapat dalam skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro

    lulusan tahun 2013 Universitas Sanata Dharma, dengan alasan untuk melihat

    ketepatan penggunaan konjungsi. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di

    atas, peneliti ingin merumuskan masalah yang akan diteliti.

    1.2 Rumusan Masalah

    Rumusan masalah dibuat agar penelitian menjadi lebih terarah. Rumusan

    masalah penelitian ini adalah “Apa sajakah jenis kesalahan penggunaan konjungsi

    pada skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?”.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis kesalahan penggunaan

    konjungsi pada skripsi mahasiswa program studi Teknik Elektro lulusan tahun

    2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian tentang jenis kesalahan penggunaan konjungsi ini diharapkan

    dapat bermanfaat.

    a. Bagi Program Studi Teknik Elektro

    Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi

    kepada Program Studi Teknik Elektro mengenai jenis-jenis kesalahan

    penulisan konjungsi dalam penulisan skripsi mahasiswa. Selain itu,

    diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi bagi para mahasiswa

    mengenai kesalahan penulisan konjungsi dan mahasiswa diharapkan dapat

    menggunakan konjungsi dengan baik serta tepat dalam penulisan karya

    ilmiah.

    b. Bagi Peneliti Lain

    Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi yang dapat dijadikan

    acuan untuk dilakukan penelitian selanjutnya.

    1.5 Batasan Istilah

    Dalam penelitian ini digunakan beberapa istilah. Agar tidak menimbulkan

    salah tafsir, berikut ini diberikan batasan-batasan istilah yang dipakai.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    a. Jenis Kesalahan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 469) jenis diartikan

    sebagai sesuatu yang mempunyai ciri (sifat, keturunan, dsb) yang khusus;

    macam. Tarigan mengatakan bahwa, kesalahan adalah penyimpangan dalam

    pemakaian bahasa yang disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan

    biasanya terjadi secara konsisten dan sering (Tarigan, 1988: 75). Dari

    pengertian itu dapat disimpulkan bahwa jenis kesalahan adalah berbagai

    bentuk kesalahan berbahasa yang terjadi secara langsung dan sering.

    b. Analisis Kesalahan Berbahasa

    Analisis kesalahan berbahasa ialah sebuah proses yang didasarkan pada

    analisis kesalahan orang yang sedang belajar dengan objek yang jelas. Jelas,

    dimaksudkan sesuatu yang telah ditargetkan, sedangkan objek yang dipelajari

    ialah bahasa (Sri Hastuti, 1989: 73).

    c. Konjungsi

    Kategori kata yang bertugas menghubungkan kata dengan kata, frase

    dengan frase, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat

    (Chaer, 2011: 103).

    d. Kesalahan

    Kesalahan adalah penyimpangan dalam pemakaian bahasa yang

    disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan biasanya terjadi secara

    konsisten dan berlangsung lama (Tarigan 1988: 75).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    e. Kesalahan Penggunaan Konjungsi

    Kesalahan penggunaan konjungsi dalam penelitian ini ditandai oleh

    ketidaktepatan suatu kata penghubung yang digunakan dalam sebuah kalimat.

    Ketidaktepatan suatu kata penghubung dapat menyebabkan informasi yang

    hendak disampaikan kurang jelas dan lengkap, bahkan bisa menjadikan

    kalimat tersebut menjadi tidak baku.

    1.6 Sistematika Penyajian

    Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan pendahuluan, yang

    meliputi enam hal, yaitu: (1) latar belakang penelitian, (2) rumusan

    masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, (5) batasan istilah, dan

    (6) sistematika penyajian. Bab II merupakan landasan teori yang meliputi dua hal,

    yaitu: (1) penelitian terdahulu yang relevan dan (2) kajian teori. Bab

    III merupakan metodologi penelitian, yang meliputi enam hal, yaitu: (1) jenis

    penelitian, (2) sumber data, (3) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisis data,

    dan (5) triangulasi hasil analisis data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan

    pembahasan, yang meliputi dua hal, yaitu: (1) deskripsi data dan (2) hasil analisis

    dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang meliputi dua hal, yaitu

    (1) simpulan dan (2) saran.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Penelitian yang Relevan

    Penelitian terdahulu yang terkait dengan topik dalam penelitian ini adalah

    penelitian yang dilakukan oleh Esther Kristina Wati (2009) dan Afriyani Yanuarti

    (2012).

    Penelitian Esther Kristina Wati (2009) berjudul Perbedaan Kemampuan

    Menggunakan Konjungsi antara Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3, Mendoyo, Bali

    dan Siswa Kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta, Tahun Ajaran 2008/2009.

    Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan kemampuan siswa kelas

    VIII SMP Negeri 3 Mendoyo, Bali, (2) mendeskripsikan kemampuan siswa kelas

    VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta dalam menggunakan konjungsi, dan

    (3) mendeskripsikan perbedaan kemampuan antara siswa kelas VIII SMP Negeri

    3 Mendoyo, Bali dan Siswa Kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta dalam

    menggunakan konjungsi.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada hipotesis pertama diketahui

    kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 3, Mendoyo, Bali, dalam menggunakan

    konjungsi adalah hampir sedang dan terbukti lebih tinggi daripada hipotesis,

    disebabkan tiga hal. Pertama, siswa selalu bersemangat dalam mengikuti proses

    belajar di kelas. Kedua, guru selalu mengoreksi tugas-tugas siswa yang berupa

    karangan atau laporan. Ketiga, lingkungan sekolah SMP Negeri 3, Mendoyo, Bali

    yang tenang dan jauh dari keramaian. Hasil pengujian hipotesis kedua

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    membuktikan bahwa kemampuan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana,

    Yogyakarta dalam menggunakan konjungsi adalah hampir sedang dan lebih

    rendah daripada hipotesis, disebabkan dua hal. Pertama, siswa kurang tertarik

    pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan lokasi sekolah yang dekat dengan jalan

    raya serta berada di tengah kota membuat suasana sekolah menjadi bising dan

    tidak kondusif untuk pelaksanaan pembelajaran. Hasil pengujian hipotesis ketiga

    membuktikan bahwa ada perbedaan secara signifikan antara siswa kelas VII SMP

    Negeri 3, Mendoyo, Bali dan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta

    dalam menggunakan konjungsi. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran

    yang diterapkan guru di setiap sekolah berbeda. Selain itu, minat siswa terhadap

    mata pelajaran Bahasa Indonesia juga berbeda. Siswa kelas VII SMP Negeri 3,

    Mendoyo, Bali lebih bersemangat saat mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia

    dibandingkan dengan siswa kelas VIII SMP Budya Wacana, Yogyakarta

    Penelitian Afriyani Yanuarti (2012) berjudul Analisis Kesalahan

    Penggunaan Konjungsi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Negeri

    Mojotengah, Wonosobo Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan

    untuk (1) mendeskripsikan kesalahan penggunaan preposisi pada karangan narasi

    siswa kelas X SMA Negeri Mojotengah tahun ajaran 2011/2012 dan

    (2) mendeskripsikan kesalahan penggunaan konjungsi pada karangan narasi siswa

    kelasX SMA Negeri Mojotengah tahun ajaran 2011/2012.

    Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kesalahan penggunaan konjungsi

    terjadi pada pemakaian konjungsi yang berlebihan sehingga menyebabkan

    kalimatnya tidak efektif dan penggunaan konjungsi di awal kalimat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Ketidakefektifan ini disebabkan karena adanya pemborosan kata, sedangkan

    penggunaan konjungsi di awal kalimat terjadi karena kekurangcermatan peneliti

    dalam menganalisis.

    Kedua penelitian terdahulu di atas memberikan gambaran bahwa penelitian

    yang dilakukan oleh peneliti masih relevan untuk dikaji lebih lanjut karena sering

    kali pada pemakaian konjungsi masih terdapat kesalahan. Keterkaitan antara

    penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan kedua penelitian di atas adalah

    subjek penelitian yang digunakan sama-sama berupa konjungsi dalam suatu

    wacana. Namun, terdapat perbedaan antara keduanya yaitu pada hasil analisis.

    Penelitian ini berjudul Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi pada Skripsi

    Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013 Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan bahwa jenis

    kesalahan konjungsi meliputi: kesalahan konjungsi koordinatif, konjungsi

    korelatif, konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat. Selain itu,

    didapatkan hasil bahwa jenis kesalahan penggunaan konjungsi meliputi:

    penghilangan, penambahan, salah susun, dan salah formasi.

    2.2 Kajian Teori

    2.2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa

    Sebelum membahas tentang analisis kesalahan pada penggunaan konjungsi,

    terlebih dahulu harus mengetahui arti kesalahan itu sendiri. Menurut KBBI

    (2008: 1207) kesalahan adalah perihal salah; kekeliruan; kealpaan. Tarigan (1988:

    75) menyatakan bahwa kesalahan adalah penyimpangan dalam pemakaian bahasa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    yang disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan biasanya terjadi secara

    konsisten dan berlangsung lama. Hastuti (2003: 79) memberi kejelasan bahwa

    yang disebut kesalahan dideskripsikan sebagai “bukan kesalahan”. Pendeskripsian

    itu sebagai berikut.

    (1) Penyebutan “kesalahan” lebih dideskripsikan sebagai sebuah “gelincir”;

    yaitu suatu tindakan yang kurang disertai sikap berhati-hati. Ini disebabkan oleh

    sifat terburu-buru ingin sampai pada tujuan. Kesalahan seperti itu dimungkinkan

    disebabkan oleh sejumlah faktor eksternal linguistic, semacam kegagalan ingatan,

    emosi yang meningkat, kelelahan mental atau fisk, atau kegemaran mabuk.

    Karakteristik gelincir seperti ditandai bahwa pemakaian bahasa pada saat itu

    menyadari kegelinciran dan ia dapat juga mengoreksi diri tanpa bantuan eksternal.

    (2) Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata (diksi) yang artinya

    bernuansa dengan segala kesalahan. Di samping kesalahan ada penyimpangan,

    ada pula pelanggaran, dan kekhilafan. Keempat kata yang bernuansa artinya,

    dapat dideskripsikan sebagai berikut.

    a) Untuk memberi kejelasan arti, kata “salah” dilawan dengan “betul”;

    maksudnya apa yang dilakukan (kalau ia salah) tidak betul, tidak menurut

    norma, tidak menurut aturan yang ditentukan. Hal ini mungkin disebabkan,

    ia belum tahu atau ia tidak tahu bahwa ada norma, kemungkinan yang lain

    ia khilaf. Kalau kesalahan ini dihubungkan dengan penggunaan kata, ia

    tidak tahu kata apa yang setepat-tepatnya dipakai.

    b) “Penyimpangan” dapat diartikan menyimpang dari norma yang telah

    ditetapkan. Ia menyimpang karena tidak mau, enggan, malas mengikuti

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    norma yang ada. Ia tahu benar bahwa ada norma, tetapi dengan acuh tak

    acuh ia mencari norma lain yang dianggap lebih sesuai dengan konsepnya.

    Kemungkinan lain penyimpangan disebabkan oleh keinginan yang kuat

    yang tak dapat dihindari karena satu dan lain hal. Sikap berbahasa ini

    cenderung menuju ke pembentukan kata, istilah, slang, mungkin jargon dan

    prokem.

    c) “Pelanggaran” memberi kesan negatif karena pemakaian bahasa dengan

    penuh kesadaran tidak mau menurut norma yang telah ditentukan, sekalipun

    ia yakin bahwa apa yang dilakukan akan berakibat tidak baik. Sikap tidak

    disiplin terhadap media yang digunakan acap kali tidak mampu

    menyampaikan pesan dengan tepat. Akan tetapi, masalah kedwibahasaan

    yang terlibat dalam kasus itu menjadi berbeda masalahnya. Oleh karena itu,

    peristiwa kedwibahasaan adalah peristiwa yang wajar terjadi pada setiap

    pemakaian bahasa.

    d) “Kekhilafan” adalah proses psikologi yang dalam hal ini menandai

    seseorang khilaf menerapkan teori atau norma bahasa yang ada pada

    dirinya. Khilaf mengakibatkan sikap keliru pakai. Tidak salah semata, tidak

    tepat benar. Kekhilafan dapat diartikan kekeliruan. Kemungkinan salah

    ucap, salah susun karena kurang cermat.

    Kesalahan berbahasa mempunyai dua ukuran yaitu sebagai berikut.

    (1) Berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam komunikasi. Faktor-faktor

    penentu dalam komunikasi itu adalah: siapa yang berbahasa dengan siapa, untuk

    tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu), dalam konteks apa (peserta lain,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    kebudayaan, dan suasana), dengan jalur apa (lisan atau tulisan), dengan media apa

    (tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, Koran, dan sebagainya), dalam peristiwa

    apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran, kerja, pernyataan cinta,

    dan sebagainya), dan;

    (2) Berkaitan dengan aturan kaidah kebahasaan yang dikenal dengan istilah tata

    bahasa (Setyawati, 2010: 14-15).

    Penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan faktor-faktor penentu

    berkomunikasi atau pengguaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma

    kemasyarakatan bukanlah bahasa Indonesia dengan baik. Berbahasa Indonesia

    yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia, jelas pula bukan

    berbahasa dengan benar. Kesimpulannya, kesalahan berbahasa adalah penggunaan

    bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor

    penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan

    menyimpang dari kaidah tata bahasa Indonesia.

    2.2.2 Jenis Kesalahan

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI: 469), jenis diartikan

    sebagai sesuatu yang mempunyai ciri (sifat, keturunan, dsb) yang khusus; macam.

    Tarigan (1988: 74) mengatakan bahwa kesalahan adalah penyimpangan dalam

    pemakaian bahasa yang disebabkan oleh faktor kompetensi. Kesalahan biasanya

    terjadi secara konsisten dan sering (Tarigan, 1988: 75). Dari pengertian itu dapat

    disimpulkan bahwa jenis kesalahan adalah berbagai bentuk kesalahan berbahasa

    yang terjadi secara langsung dan sering.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    Tarigan (1988: 145) mengatakan bahwa ada empat taksonomi yang penting

    dan perlu kita ketahui mengenai kesalahan berbahasa, yaitu: (1) taksonomi

    kategori linguistik, (2) taksonomi siasat permukaan, (3) taksonomi komparatif,

    dan (4) taksonomi efek komunikatif. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

    jenis yang kedua, yaitu taksonomi siasat permukaan. Taksonomi siasat permukaan

    lebih menyoroti bagaimana cara-cara struktur-struktur permukaan berubah, yang

    meliputi kesalahan: kesalahan penghilangan, kesalahan penambahan, kesalahan

    salah formasi, dan kesalahan salah susun, Tarigan (1988: 149).

    1. Kesalahan “Penghilangan”

    Kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh

    ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan

    benar.

    Contoh:

    (a) Sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1,0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra merah dan 1 saat sensor mendeteksi

    infra merah. (TE/2013/H 22/P1/K5)

    (b) Pada perancangan ini menggunakan 6 buah motor servo sebagai penggerak tangan kanan dan kiri robot dan 1 buah motor servo sebagai

    penggerak kepala robot. (TE/2013/H 47/P1/K1)

    Kesalahan dalam kalimat tersebut adalah menggunakan dua buah

    konjungsi yang sama dalam satu kalimat, yaitu konjungsi dan yang memiliki

    fungsi untuk menyatakan penambahan. Sugono (2009: 161) mengatakan

    bahwa apabila unsur kalimat majemukitu ada tiga kalimat dasar dapat

    menggunakan dua buah konjungsi yang memiliki fungsi yang sama, misalnya

    menggunakan dua konjungsi (dan dan serta) secara serentak. Konjungsi dan

    dapat disubstitusikan dengan konjungsi lainnya, seperti serta, dan atau.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    Selain itu, kalimat di atas mengalami pemborosan kata. Konjungsi serta

    seharusnya hadir dalam kalimat tersebut agar menjadi lebih lebih efektif.

    Pembenaran contoh kalimat di atas adalah sebagai berikut.

    (a) Sensor PIR hanya akan mengeluarkan logika 0 dan 1,0 saat sensor tidak mendeteksi adanya pancaran infra merah serta 1 saat sensor mendeteksi

    infra merah.

    (b) Pada perancangan ini menggunakan 6 buah motor servo sebagai penggerak tangan kanan dan kiri robot serta 1 buah motor servo sebagai

    penggerak kepala robot.

    2. Kesalahan “Penambahan”

    Kesalahan yang berupa “penambahan” ini merupakan kebalikan dari

    “penghilangan”. Kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir

    atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar.

    Contoh:

    Bentuk salah:

    Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, maka robot akan

    menggerakkan tangan dan memberi salam dengan suara.

    Bentuk yang Benar:

    Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, robot akan

    menggerakkan tangan dan memberi salam dengan suara.

    Konjungsi jika....maka seharusnya tidak digunakan secara bersama-

    sama, karena adanya konjungsi ganda dalam satu kalimat akan menjadi tidak

    jelas manakah mana anak kalimat dan induk kalimat. Seperti yang sudah

    dijelaskan di atas bahwa kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya

    suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik

    dan benar, maka yang dimaksud dalam penenlitian ini adalah hadirnya

    konjungsi maka yang seharusnya tidak muncul.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    3. Kesalahan “Salah formasi”

    Kesalahan yang berupa misformation atau “salah-formasi” ini ditandai

    oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam

    kesalahan penghilangan, unsur itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali,

    maka dalam kesalahan salah-formasi ini sang pelajar menyediakan serta

    memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar sama sekali.

    Contoh:

    Konjungsi antara...dengan

    (a) Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1 mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dengan robot kurang dari

    200 cm. (TE/2013/H 67/P1/K2)

    (b) Parameter lain yang membedakan antara servo satu dengan servo lainnya adalah kecepatan servo untuk berubah dari posisi satu ke posisi

    lainnya (operating speed). (TE/2013/H 25/P1/K3)

    Penggunaan konjungsi korelatif yang tidak tepat, yaitu konjungsi

    antara dengan konjungsi dengan. Kedua konjungsi tersebut bukan

    merupakan pasangan konjungsi korelatif yang tepat. Bentuk korelatif atau

    berpasangan ini lazimnya merupakan bentuk yang sudah merupakan senyawa.

    Karena bentuk kebahasaan demikian ini bersifat senyawa, tentu saja sifatnya

    idiomatis, artinya tidak dapat diubah sekehendak hati (Rahardi, 2009: 17).

    Maka dari itu, konjungsi korelatif yang digunakan harus sesuai dengan

    pasangan yang tepat. Pembenaran contoh kalimat di atas adalah sebagai

    berikut.

    (a) Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1 mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dan

    robot kurang dari 200 cm.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    (b) Parameter lain yang membedakan antara servo satu dan servo lainnya adalah kecepatan servo untuk berubah dari posisi satu ke

    posisi lainnya (operating speed).

    4. Kesalahan “Salah susun”

    Kesalahan-kesalahan yang berupa “salah susun” ditandai oleh

    penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem

    dalam suatu ucapan atau ujaran.

    Contoh:

    Bentuk salah:

    Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manuisa, oleh

    karena itu kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di

    laboratorium.

    Bentuk yang Benar :

    Kesehatan merupakan aspek penting dalam kehidupan manuisa. Oleh

    karena itu, kesehatan harus dipantau melalui pemeriksaan secara berkala di

    laboratorium.

    Dari contoh di atas kesalahan terlihat pada susunan konjungsi yang

    tidak tepat. Konjungsi antarkalimat oleh karena itu tidak tepat jika digunakan

    sebagai konjungsi intrakalimat yang letaknya di tengah kalimat. Konjungsi

    antarkalimat harus selalu mengawali kalimat dan di awali dengan huruf

    kapital.

    2.2.3 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa

    Tarigan dan Lilis (Setyawati, 2010: 18) mendefinisikan analisis kesalahan

    berbahasa sebagai suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau

    guru bahasa yang meliputi: kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan,

    mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    tersebut, mengklasifikasikan kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan

    kesalahan itu.

    Analisis kesalahan berbahasa memiliki langkah-langkah yang harus melalui

    serangkaian prosedur yang sistematis. Tarigan (1988: 67) mengatakan bahwa

    rangkaian prosedur yang sistematis tersebut dimulai dari (1) pengumpulan sampel,

    (2) pengidentifikasian kesalahan, (3) penjelasan kesalahan, (4) pengklasifikasian

    kesalahan, dan (5) pengevaluasian kesalahan.

    Terdapat berbagai tujuan dalam menganalisis kesalahan berbahasa. Dulay

    (Tarigan, 1988: 142) mengemukakan bahwa pada anlisis kesalahan berbahasa

    lingkup pelajar terdapat dua tujuan yang ingin dicapai oleh seorang peneliti.

    Kedua tujuan tersebut yakni (1) memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk

    membuat atau menarik kesimpulan mengenai hakikat proses belajar bahasa, dan

    (2) memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan para pengembang

    kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran paling sukar diproduksi oleh para

    pelajar secara baik dan benar, serta tipe kesalahan mana yang paling menyukarkan

    atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif.

    Tarigan (1988: 142) mengutarakan bahwa analisis kesalahan berbahasa

    terkhusus dalam lingkup pelajar mendatangkan beberapa keuntungan. Beberapa

    keuntungan tersebut yakni (1) mengetahui sebab-musabab (atau penyebab)

    kesalahan itu, (2) memahami latar belakang kesalahan tersebut, (3) untuk

    memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar, dan (4) untuk mencegah

    atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang, agar para

    pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    Klasifikasi kesalahan berbahasa. Tarigan (Setyawati, 2010: 19)

    mengklasifikasikan kesalahan berbahasa menjadi: (1) berdasarkan tataran

    linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan

    berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis (frasa, klausa, kalimat),

    semantik dan wacana; (2) berdasarkan kegiatan berbahasa dapat diklasifikasikan

    menjadi kesalahan berbahasa dalam menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;

    (3) berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud

    kesalahan berbahasa secara lisan dan tertulis; (4) berdasarkan penyebab kesalahan

    tersebut dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran

    dan kesalahan berbahasa karena interferensi; dan (5) kesalahan berbahasa

    berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan atas kesalahan berbahasa

    yang paling sering, sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.

    2.2.4 Konjungsi

    Terbentuknya kohesi dan koherensi dalam wacana terutama dalam wacana

    tulis erat hubungannya dengan penanda hubungan yang biasa disebut konjungsi.

    Banyak sumber yang mengemukakan pengertian konjungsi. Penyebutan kata atau

    istilah yang berfungsi sebagai penanda hubungan ini pun bermacam-macam. Alwi

    (2003: 296) menyebut konjungsi dengan istilah konjungtor, sedangkan Chaer

    (2011: 140) dan Ramlan (2008: 39) menyebutnya dengan istilah kata penghubung.

    Beberapa ahli mengemukakan pengertian tentang konjungsi. Alwi (2003:

    296) mengutarakan bahwa konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan

    dua satuan bahasa sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    dengan klausa. Chaer (2011: 140) mengatakan bahwa konjungsi adalah kata-kata

    yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa,

    atau kalimat dengan kalimat. Ramlan (2008: 39) mengemukakan bahwa konjungsi

    ialah kata yang berfungsi menghubungkan kata/frasa/klausa dengan

    kata/frasa/klausa lain. Kridalaksana (2008: 131) mengemukakan bahwa konjungsi

    adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frasa

    dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan

    paragraf. Rahardi (2009: 14) mengutarakan bahwa kelas kata konjungsi atau

    konjungtor menghubungkan satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan

    satuan frasa, dan satuan klausa dengan satuan klausa.

    Perbedaan beberapa pendapat ahli tersebut hanya terletak pada penyebutan

    istilah konjungsi itu sendiri. Namun, peneliti lebih menitikberatkan pada pendapat

    Rahardi yang mengemukakan bahwa konjungsi atau konjungtor menghubungkan

    satuan kata dengan satuan kata, satuan frasa dengan satuan frasa, dan satuan

    klausa dengan satuan klausa.

    Konjungsi merupakan hal yang penting dalam terbentuknya suatu wacana,

    terutama dalam wacana tulis karena konjungsi berfungsi sebagai pembentuk

    kohesi dan koherensi. Berbagai kata/frasa/klausa dapat terhubung dengan baik

    jika terdapat suatu penanda hubung atau konjungsi. Contoh-contoh di bawah ini

    dapat menunjukkan hubungan tersebut.

    a. Hitam atau putih yang kamu pilih?

    b. Kakak membeli baju dan adik membeli buku.

    c. Nadia rajin belajar supaya Nadia pintar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    d. Ia sangat kaya. Namun, hatinya tidak sombong.

    Contoh kalimat di atas dapat memperjelas bagaimana pemakaian konjungsi

    untuk menghubungkan berbagai kata/frasa/klausa. Kata atau pada contoh

    a) menghubungkan kata hitam dengan kata putih; kata dan pada contoh

    b) menghubungkan frasa baju dengan frasa buku; kata supaya pada contoh

    c) menghubungkan klausa Nadia rajin belajar dengan klausa Nadia pintar; kata

    namun pada contoh d) menghubungkan kalimat ia sangat kaya dengan kalimat

    hatinya tidak sombong.

    2.2.5 Jenis konjungsi

    Konjungsi tidak hanya terdiri dari satu macam saja. Ramlan (2008: 40)

    mengemukakan bahwa berdasarkan sifat konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu

    (1) konjungsi setara (koordinatif) dan (2) konjungsi tidak setara (subordinatif).

    Konjungsi setara (koordinatif) adalah konjungsi yang menghubungkan kata, frasa,

    atau klausa yang sejajar atau setara (sama tingkatannya dan kedudukannya).

    Sedangkan konjungsi tidak setara (subordinatif) adalah konjungsi yang

    menghubungkan klausa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau

    konjungsi yang menghubungkan anak kalimat dan induk kalimat.

    Apabila dilihat dari fungsinya, konjungsi dibedakan menjadi dua, yaitu

    (1) konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang

    kedudukannya sederajat atau setara dan (2) konjungsi yang menghubungkan

    klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat, melainkan bertingkat

    (Chaer, 2011: 140-141). Konjungsi yang menghubungkan kata, klausa, atau

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    kalimat yang kedudukannya tidak sederajat atau setara berarti konjungsi yang

    hanya menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang sama tingkatan dan

    kedudukannya.

    Konjungsi yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya

    tidak sederajat melainkan bertingkat, berarti konjungsi yang hanya

    menghubungkan kalusa atau kalimat yang kedudukannya tidak setara atau tidak

    sama tingkatan dan kedudukannya. Jika dilihat dari posisinya, konjungsi dapat

    dibagi atas (1) konjungsi intra-kalimat dan (2) konjungsi ekstra-kalimat.

    Konjungsi intra-kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satuan kata

    dengan kata, frasa dengan frasa, dan klausa dengan klausa. Konjungsi

    antarkalimat atau konjungsi ekstra-kalimat adalah konjungsi yang

    menghubungkan kalimat dengan kalimat, paragraf dengan paragraf, dan wacana

    dengan wacana (Kridalaksana, 2005: 102-103).

    Apabila dilihat dari perilaku sintaksisnya dalam kalimat, konjungsi intra-

    kalimat dibagi menjadi empat, yaitu (1) konjungsi koordinatif, yaitu konjungsi

    yang menghubungkan dua unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki

    status yang sama, contoh: Ibu sedang memasak, sedangkan bapak membaca

    koran; Aku akan belajar memasak ke rumahmu atau kamu belajar memasak ke

    rumahku; (2) konjungsi korelatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan dua kata,

    frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama.

    Konjungsi ini terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu kata, frasa,

    atau klausa yang dihubungkan, contoh: Kami tidak hanya berkata setuju, tetapi

    juga harus taat; (3) konjungsi subordinatif, yaitu konjungsi yang menghubungkan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama.

    Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimat, contoh: Orang itu

    menghindari saya seolah-olah saya ini seorang penjahat. Di samping ketiga

    konjungsi itu ada pula (4) konjungsi antar-kalimat, yaitu konjungsi yang berfungsi

    pada tataran wacana atau menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang

    lain, contoh: Mereka pergi ke Pulau Dewata. Selain itu, mereka membeli papan

    selancar (Alwi, 2003: 297).

    Dari sisi perilaku sintaksisnya dalam sebuah kalimat, makna sebuah

    konjungsi atau kata penghubung sesungguhnya akan dapat benar-benar kelihatan

    dengan jelas hanya bilamana konjungsi atau kata penghubung itu dibicarakan

    dalam konteks klausa atau kaliamat. Konjungsi atau kata penghubung dalam

    bahasa Indonesia dibagi menjadi empat, yakni: (1) konjungsi

    koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi

    antarkalimat (Rahardi , 2009: 14).

    Dari berbagai pemaparan di atas, peneliti lebih condong pada pendapat

    Rahardi. Peneliti merasa lebih mudah memahami dan mengerti dengan apa yang

    diutarakan Rahardi, bahwa konjungsi dilihat dari sisi perilaku sintaksisnya dalam

    sebuah kalimat, dibedakan menjadi empat macam, yaitu (1) konjungsi koordinatif,

    (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi antarkalimat.

    Macam-macam konjungsi tersebut dapat digolongkan berdasarkan fungsi dan

    posisinya. Dilihat dari segi fungsinya konjungsi dibagi menjadi: konjungsi

    subordinatif, konjungsi koordinatif, dan konjungsi korelatif. Jika dilihat dari segi

    posisinya dibagi atas konjungsi antarkalimat.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    2.2.6 Fungsi konjungsi

    Selain adanya perbedaan jenis, pemakaian konjungsi juga mempunyai

    fungsi masing-masing. Sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan

    oleh konjungsi, fungsi atau tugas konjungsi dapat dibedakan menjadi delapan

    belas fungsi. Adapun kedelapan belas fungsi dan tugas tersebut

    yaitu: (1) penambahan, (2) urutan, (3) pilihan, (4) gabungan, (5) perlawanan,

    (6) temporal, (7) perbandingan, (8) sebab, (9) akibat, (10) syarat, (11) tak

    bersyarat, (12) pengandaian, (13) harapan, (14) perluasan, (15) pengantar obyek,

    (16) cara, (17) perkecualian, dan (18) pengantar wacana (Kridalaksana, 2005:

    104-105).

    (1) Penambahan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai penambahan ini merupakan jumlah atau

    banyaknya hal juga benda yang dimaksud. Contoh konjungsinya: dan,

    selain, tambahan lagi, dan bahkan.

    (2) Urutan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai urutan ini memperjelas urutan atau

    sistematikanya suatu hal yang dijelaskan, misalkan urutan kejadian atau

    urutan membuat sesuatu. Contoh konjungsinya: lalu,lantas, dan kemudian.

    (3) Pilihan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai pilihan ini memperjelas hal atau sesuatu

    yang mana yang akan dipilih. Contoh konjungsinya: atau dan entah.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    (4) Gabungan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai gabungan ini memperjelas adanya

    gabungan antara dua hal yang mempunyai sifat yang sama. Contoh

    konjungsinya: baik.....maupun.

    (5) Perlawanan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai perlawanan ini memperjelas suatu yang

    berlawanan. Contoh konjungsinya: tetapi, hanya, dan sebaliknya.

    (6) Temporal

    Konjungsi yang berfungsi sebagai tempiral ini hampir sama seperti

    konjungsi yang berfungsi sebagai urutan, yaitu untuk memperjelas waktu

    kejadian. Contoh konjungsinya: ketika dan setelah itu.

    (7) Perbandingan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai perbandingan ini memperjelas bagaimana

    perbandingan antara dua hal atau lebih. Contoh konjungsinya: sebagaimana

    dan seolah-olah.

    (8) Sebab

    Konjungsi yang berfungsi sebagai sebab ini memperjelas apa penyebab dari

    akibat yang ada. Contoh konjungsinya: karena dan lantaran.

    (9) Akibat

    Konjungsi yang berfungsi sebagai akibat ini memperjelas akibat apa yang

    ditimbulkan dari suatu perbuatan. Contoh konjungsinya: sehingga dan

    sampai-sampai.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    (10) Syarat

    Konjungsi yang berfungsi sebagai syarat ini memperjelas syarat untuk

    melakuakn suatu hal. Contoh konjungsinya: jikalau dan asalkan.

    (11) Tak bersyarat

    Konjungsi yang berfungsi sebagai tak bersyarat ini memperjelas bahwa hal

    yang terjadi tidak mempunyai syarat. Contoh konjungsinya: meskipun dan

    biarpun.

    (12) Pengandaian

    Konjungsi yang berfungsi sebagai pengandaian ini memperjelas suatu yang

    diandaikan, dipikirkan, atau diinginkan. Contoh konjungsinya: andai kata,

    sekiranya, dan seumpama.

    (13) Harapan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai harapan ini memperjelas bagaimana

    keinginan dari subjek yang bersangkutan. Contoh konjungsinya: agar,

    supaya, dan biar.

    (14) Perluasan

    Konjungsi yang berfungsi sebagai perluasan ini memperjelas keterangan

    tempat yang diinginkan. Contoh konjungsinya: yang, di mana, dan tempat.

    (15) Pengantar obyek

    Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar obyek ini menegaskan apa

    peranan obyek yang bersangkutan. Contoh konjungsinya: bahwa dan yang.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    (16) Cara

    Konjungsi yang berfungsi sebagai cara ini menegaskan bagaimana cara

    melakukan atau membuat sesuatu. Contoh konjungsinya: sambil dan seraya.

    (17) Perkecualian

    Konjungsi yang berfungsi sebagai perkecualian ini menegaskan mengenai

    perkecualian suatu hal. Contoh konjungsinya: kecuali dan selain.

    (18) Pengantar wacana

    Konjungsi yang berfungsi sebagai pengantar wacana ini memperjelas

    wacana baru dari wacana sebelumnya. Contoh konjungsinya: sebermula,

    adapun, dan maka.

    Dari kedelapan belas macam fungsi konjungsi di atas, ada beberapa fungsi

    konjungsi yang tidak lazim digunakan dalam wacana. Fungsi-fungsi yang sering

    atau lazim dipakai adalah konjungsi yang berfungsi sebagai urutan, perlawanan,

    tak bersyarat, perluasan, pengantar obyek, perkecualian, dan pengantar wacana.

    Konjungsi-konjungsi yang lain juga dipakai, tetapi pemakaiannya jarang atau

    tidak lazim. Hal tersebut karena ada kata-kata yang berfungsi sebagai konjungsi

    yang belum begitu dikenal oleh banyak orang, seperti konjungsi sebermula dan

    seraya. Pemakaian konjungsi tersebut menjadi tidak lazim karena konjungsi

    tersebut belum begitu dikenal banyak orang.

    Chaer (2011: 140-141) membedakan fungsi konjungsi menjadi dua, yaitu

    konjungsi yang kedudukannya setara atau sederajat dengan konjungsi yang

    kedudukannya tidak setara atau sederajat. Fungsi konjungsi yang kedudukannya

    setara atau sederajat adalah sebagai berikut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    (1) Menyatakan penambahan; dan, dengan, dan serta.

    (2) Menyatakan pemilihan; atau.

    (3) Menyatakan pertentangan; tetapi, namun, sedangkan, dan sebaiknya.

    (4) Menyatakan pembetulan; melainkan, dan hanya.

    (5) Menyatakan penegasan; bahkan, malah(malahan), lagipula, apalagi, dan

    jangankan.

    (6) Menyatakan pembatasan; kecuali dan hanya.

    (7) Menyatakan urutan; lalu, kemudian, dan selanjutnya.

    (8) Menyatakan penyamaan; yaitu, yakni, bahwa, adalah, dan ialah.

    (9) Menyatakan kesimpulan; jadi, karena itu, dan oleh sebab itu.

    Adapun fungsi konjungsi yang kedudukannya tidak setara atau sederajat,

    yaitu:

    (1) Menyatakan sebab; sebab dan karena.

    (2) Menyatakan syarat; kalau, jikalau, jika, bila, apabila, dan asal.

    (3) Menyatakan tujuan; untuk, agar, supaya, demi, dan bagi.

    (4) Menyatakan waktu; ketika, sewaktu, sebelum, sesudah, setelah, sejak,

    semenjak, selagi, dan tatkala.

    (5) Menyatakan batas akhir; sampai, hingga, dan sehingga.

    (6) Menyatakan pengandaian; andaikata, seandainya, dan andaikan.

    (7) Menyatakan perbandingan; seperti, sebagai, dan laksana.

    (8) Menyatakan penyungguhan; meskipun, biarpun, walaupun, sungguhpun,

    sekalipun, dan kendatipun.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Dari fungsi-fungsi yang dibedakan di atas, secara umum dapat disimpulkan

    bahwa penggunaan atau fungsi konjungsi yang dipaparkan merupakan konjungsi

    yang sudah lazim digunakan banyak orang.

    Ramlan (2008: 38-62) membagi dua jenis konjungsi berdasarkan sifat

    hubungannya, yaitu konjungsi setara dan konjungsi tidak setara. Fungsi konjungsi

    setara dapat diperinci seperti berikut ini: konjungsi yang menandai pertalian

    semantik penjumlahan, perurutan, lebih, dan perlawanan atau pertentangan.

    Konjungsi-konjungsi di atas merupakan konjungsi yang biasa dipakai untuk

    menghubungkan kata, frasa, klausa yang menghubungkan sejajar atau setara

    (sama tingkatannya dan kedudukannya). Di samping fungsi konjungsi setara, ada

    pula fungsi konjungsi tidak setara. Adapun fungsi konjungsi tidak setara, yaitu

    sebagai berikut: konjungsi tidak setara yang menandai pertalian semantik waktu,

    perbandingan, sebab, akibat, syarat, harapan, penerang, isi, perlawanan,

    pengandaian, penjumlahan, perkecualian, cara, dan kegunaan. Seperti halnya jenis

    konjungsi yang berfungsi sebagai konjungsi tidak setara seperti dipaparkan di

    atas, secara umum pemakaiannya sudah lazim digunakan dalam suatu wacana.

    Rahardi (2009: 14) mengatakan bahwa makna konjungsi atau kata

    penghubung, dilihat dari sisi perilaku sintaksisnya dalam sebuah kalimat, akan

    dapat benar-benar kelihatan dengan jelas hanya bilamana konjungsi atau kata

    penghubung itu dibicarakan dalam konteks klausa atau kalimat. Konjungsi atau

    kata penghubung dalam bahasa Indonesia dibagi menjadi empat, yakni: (1)

    konjungsi koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4)

    konjungsi antarkalimat. Penggolongan konjungsi berdasarkan fungsi dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    posisinya. Berdasarkan fungsinya dibagi menjadi konjungsi koordinatif, konjungsi

    korelatif, dan konjungsi subordinatif. Berdasarkan posisinya dibagi atas konjungsi

    antarkalimat.

    1) Konjungsi Koordinatif

    Konjungsi koordinatif ialah kata penghubung yang bertugas menghubungkan

    dua unsur kebahasaan atau lebih yang cenderung sama tataran atau tingkat

    kepentingannya dan memiliki status yang sama. Artinya, konjungsi ini

    menghubungkan antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dan

    klausa, dan seterusnya.

    Macam-macam konjungsi koordinatif yang lazim digunakan ialah: dan, serta,

    atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. Konjungsi koordinatif ini, masih

    sering dijumpai diberbagai tulisan, konjungsi koordinatif dianggap dan digunakan

    sebagai konjungsi antarkalimat. Bentuk koordinatif „padahal‟, misalnya saja,

    sangat sering dianggap mampu menempati posisi antarkalimat. Tentu saja,

    pemakaian konjungsi atau kata penghubung koordinatif yang demikian ini tidak

    dapat dibenarkan dalam hal tulis-menulis.

    Contoh:

    Bentuk salah:

    Dia tidak lulus dengan nilai yang optimal. Padahal, dalam beberapa hari ini dia

    sudah berusaha mempersiapkan dengan baik.

    Bentuk yang Benar:

    Dia tidak lulus dengan nilai yang optimal, padahal dalam beberapa hari ini dia

    sudah berusaha mempersiapkan dengan baik.

    Bentuk salah:

    Rangkaian catu daya12Vdcditunjukkan pada gambar 3.10a. Sedangkan

    pengaturan nilai tegangan 5Vdc menggunakan komponen LM7805T, dengan arus

    maksimal sebesar 1A.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    Bentuk yang Benar:

    Rangkaian catu daya12Vdcditunjukkan pada gambar 3.10a, sedangkan

    pengaturan nilai tegangan 5Vdc menggunakan komponen LM7805T, dengan arus

    maksimal sebesar 1A.

    2) Konjungsi Korelatif

    Konjungsi atau kata penghubung korelatif ialah kata penghubung yang

    bersifat korelatif. Artinya, konjungsi-konjungsi ini harus hadir berpasangan atau

    berkorelasi dengan kata yang menjadi pasangannya. Dari sisi fungsinya dalam

    kalimat, konjungsi ini bertugas menghubungkan dua kata, dua frasa, atau dua

    klausa yang memiliki status sintaksis atau status kalimat yang sama.

    Macam-macam konjungsi korelatif, yaitu: baik...maupun, tidak hanya...tetapi

    juga, bukan hanya...melainkan juga, demikian...sehingga, sedemikian

    rupa...sehingga, apakah...atau, entah...entah, dan jangankan...pun.

    Contoh:

    Bentuk salah:

    Baik tahapan analisis data ataupun tahapan pembahasan data harus dicermati

    dengan baik oleh pembimbing akademik.

    Bentuk yang Benar:

    Baik tahapan analisis data maupun tahapan pembahasan data harus dicermati

    dengan baik oleh pembimbing akademik.

    Bentuk salah:

    Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1

    mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dengan robot kurang dari 200 cm.

    Bentuk yang Benar:

    Pergerakan ini akan dilakukan oleh robot pada saat sensor ultrasonik S1

    mendeteksi jarak sebenarnya antara manusia dan robot kurang dari 200 cm.

    Berdasarkan contoh kasus penggunaan konjungsi di atas, konjungsi

    baik...ataupun dan antara....dengan merupakan bentuk penggunaan konjungsi

    korelatif yang salah. Bentuk konjungsi baik...maupun sering dianggap sama saja

    dengan bentuk salah baik...ataupun. Bentuk konjungsi antara...dengan sering

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    dianggap sama dengan bentuk salah antara....dan. Satu hal yang harus

    diperhatikan dalam penggunaan konjungsi korelatif yang demikian ini adalah

    bahwa dalam bentuk korelatif merupakan bentuk kebahasaan yang sudah

    merupakan senyawa. Sebagai bentuk yang sifatnya senyawa, tentu saja bentuk

    kebahasaan tersebut bersifat idiomatis. Nah, karena sudah merupakan bentuk yang

    sifatnya idiomatis, maka bentuk korelatif baik....maupun dan antara....dengan itu

    tidak dapat diubah atau dimodifikasi lagi dengan semaunya.

    3) Konjungsi Subordinatif

    Konjungsi atau kata penghubung subordinatif ialah kata penghubung yang

    menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat atau yang bertugas

    menghubungkan dua buah klausa atau lebih.

    Macam-macam konjungsi subordinatif berdasarkan pada perilaku sintaksis

    dan perilaku semantisnya, yaitu:

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan waktu: sejenak,

    sejak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi,

    selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sehabis, selesai, seusai, hingga,

    dan sampai.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan syarat: jika,

    kalau, jikalau, asalkan, bila, dan manakala.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan pengandaian:

    andaikan, seandainya, umpamanya, dan sekiranya.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan makna hubungan tujuan: agar,

    supaya, dan biar.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan konsesif: biarpun,

    meski, meskipun, walau, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendati, dan

    kendatipun.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan pembandingan: seakan-

    akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana, ibarat, daripada,

    dan alih-alih.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan sebab: karena, oleh

    karena,dan oleh sebab.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan hasil: sehingga, sampai,

    sampai-sampai, maka, dan makanya.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan alat: dengan dan tanpa.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan cara: dengan dan tanpa.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan komplementasi: bahwa.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan atributif: yang.

    - Konjungsi subordinatif yang menunjukkan hubungan perbandingan:

    sama.....dengan, lebih.....dari, dan lebih....daripada.

    Kasus kebahasaan berkenaan dengan konjungsi subordinatif:

    Contoh: jika......maka dan apabila...maka

    Bentuk salah:

    Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, maka robot akan

    menggerakkan tangan dan memberi salam dengan suara.

    Bentuk yang Benar:

    Jika sensor PIR mengidentifikasi adanya manusia, robot akan menggerakkan

    tangan dan memberi salam dengan suara.

    Bentuk salah:

    Apabila cahaya mengenai sambungan PN kolektor-basis, maka arus basis yang

    dihasilkan berbanding langsung dengan intensitas cahaya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    Bentuk yang Benar:

    Apabila cahaya mengenai sambungan PN kolektor-basis, arus basis yang

    dihasilkan berbanding langsung dengan intensitas cahaya.

    Bentuk kasus kebahasaan seperti itu merupakan konjungsi ganda. Dapat

    dikatakan sebagai konjungsi ganda, karena faktanya konjungsi hadir sekaligus

    dalam satu bentuk kebahsaan. Konjungsi yang digunakan secara ganda semacam

    itu, maka akan menjadi sangat tidak jelas dan kabur, manakah sesungguhnya

    klausa yang menjadi anak kalimat, dan manakah klausa yang menjadi induk

    kalimatnya. Secara normatif, bagian kalimat yang merupakan anak kalimatlah

    yang harus diawali dengan konjungsi subordinatif. Adapun bagian yang

    merupakan induk kalimat, sama sekali tidak boleh diawali oleh konjungsi

    subordinatif. Jika klausa induk dan klausa anak sama-sama didahului oleh

    konjungsi, maka klausa-klausa itu akan menjadi tidak jelas keberadaannya.

    4) Konjungsi Antarkalimat

    Konjungsi atau kata penghubung antarkalimat ialah kata penghubung yang

    menghubungkan ide atau gagasan pada kalimat yang satu dengan ide atau gagasan

    pada kalimat yang lainnya. Baik dalam konteks lisan maupun konteks tulis,

    konjungsi antarkalimat itu harus selalu berada di awal kalimat karena memang

    tugas pokoknya adalah mengawali kalimat yang baru.

    Adapun contoh-contoh konjungsi antarkalimat dalam bahasa Indonesia dapat

    disebutkan sebagai berikut: biarpun demikian, biarpun begitu, sekalipun

    demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun

    demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, kemudian,

    sesudah itu, setelah itu, selanjutnya, tambahan pula, lagi pula, selain itu,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah, bahkan, akan tetapi,

    namun, kecuali itu, sebaliknya, sesungguhnya, bahwasanya, malahan, malah,

    bahkan, akan tetapi, namun, kecuali itu, dengan demikian, oleh karena itu, oleh

    sebab itu, dan sebelum itu.

    Contoh pemakain konjungsi antarkalimat:

    Bentuk salah:

    Penggunaan 1 buah mikrokontroler menyebabkan sensor ultrasonik tidak

    bekerja dengan baik, oleh karena itu digunakan 2 buah mikrokontroler secara

    lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran L41-L64.

    Bentuk yang Benar:

    Penggunaan 1 buah mikrokontroler menyebabkan sensor ultrasonik tidak

    bekerja dengan baik. Oleh karena itu, digunakan 2 buah mikrokontroler

    secara lengkap dapat dilihat pada tabel lampiran L41-L64.

    Bentuk salah:

    Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan pengujian

    menggunakan kapasitor 6µF dan 8µF, namun arus buta yang dihasilkan

    sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil.

    Bentuk yang Benar:

    Frekuensi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan pengujian

    menggunakan kapasitor 6µF dan 8µF. Namun, arus buta yang dihasilkan

    sangat kecil sehingga tegangan keluaran generator kecil.

    Berdasarkan contoh di atas, sangat kelihatan bahwa makna yang diemban

    oleh konjungsi-konjungsi itu sangat bermacam-macam. Satu hal lagi yang ahrus

    diperhatikan, di dalam pembicaraan ihwal konjungsi antarkalimat ini adalah

    bahwa ide-ide atau gagasan-gagasan yang dihubungkan oleh konjungsi-konjungsi

    antarkalimat itu masing-masing berada di dalam kalimat yang berbeda.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian yang berjudul Jenis Kesalahan Penggunaan Konjungsi Skripsi

    Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Lulusan Tahun 2013 Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif.

    Arikunto (1990: 309) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan

    penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status

    gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian kualitatif

    merupakan penelitian untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek

    penelitian. Subjek penelitian tersebut dapat berupa perilaku, persepsi,

    motivasi,dan tindakan secara holistik dengan cara yang holistik dalambentuk kata-

    kata dan bahasa, pada konteks yang alamiah dengan metode alamiah (Moleong,

    2006: 6).

    Fenomena tersebut dideskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada

    suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

    ilmiah. Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

    angka-angka. Hal ini disebabkan adanya penerapan metode deskriptif kualitatif.

    Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006: 4) menyatakan bahwa penelitian

    deskriptif kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

    dekriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

    dapat diamati secara holistik (utuh). Oleh karena itu, dalam hal ini tidak boleh

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi

    perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Data yang

    dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata-kata. Moleong (2006: 11)

    menjelaskan bahwa penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif yang

    bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan

    data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti. Data tersebut

    dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen

    pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.

    3.2 Sumber Data

    Sumber data penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh

    (Arikunto, 2006: 129). Sumber data penelitian ini berupa skripsi-skripsi

    mahasiswa Program Studi Teknik Elektro lulusan tahun 2013 Universitas Sanata

    Dharma Yogyakarta. Lulusan tahun 2013 dipilih karena peneliti ingin melihat

    kekinian atau mengetahui perkembangan kemampuan menulis dalam hal

    penggunaan konjungsi. Sumber data yang diteliti berupa kalimat-kalimat yang

    mengandung kesalahan penggunaan konjungsi pada skripsi tersebut. Skripsi-

    skripsi tersebut diperoleh dari perpustakaan Universitas Sanata Dharma

    Yogyakarta.

    3.3 Teknik Pengumpulan Data

    Sugiyono (2008: 63) mengemukakan adanya empat teknik pengumpulan

    data, yaitu (1) observasi, (2) wawancara, (3) dokumentasi, dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    (4) gabungan/triangulasi. Sugiyono (2011: 240) menjelaskan bahwa dokumen

    merupakan catatan suatu peristiwa yang sudah berlalu. Penggunaan dokumen ini

    berkaitan dengan apa yang disebut analisis isi. Cara menganalisis dokumen

    tersebut adalah dengan memeriksa dokumen secara teliti. Pada penelitian ini

    dokumen yang digunkan adalah tujuh buah skripsi mahasiswa.

    Guba dan Lincoln (Moleong, 2006: 216) mendefinisikan dokumen adalah

    bahan tertulis yang disiapkan karena adanya permintaan dari penyidik. Dokumen

    sejak dulu sudah digunakan dalam penelitian sebagai sumber data, karena

    dokumen dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan. Dokumen dibagi atas dua

    macam, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi.

    Moleong (2006: 219) membagi dokumen menjadi dokumen internal dan

    dokumen eksternal. Dokumen internal dapat berupa memo, pengumuman,

    maupun instruksi dari suatu lembaga. Sementara itu, dokumen eksternal dapat

    berupa majalah, bulletin, pernyataan, dan berita. Fungsi dari dokumen eksternal

    yaitu dapat dimanfaatkan untuk menelaah konteks sosial, kepemimpinan, dan

    lain-lain.

    Secara khusus teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

    dokumentasi. Peneliti mencari dokumen atau data yang berupa skripsi-skripsi

    mahasiswa Teknik Elektro tahun 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

    dengan cara mengunduh data-data tersebut dari komputer server perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti dalam mengumpulkan

    data adalah sebagai berikut.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    1) Mengunduh skripsi mahasiswa Teknik Elektro melalui server perpustakaan

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    2) Membaca seluruh skripsi itu.

    3) Menandai kalimat-kalimat yang mengandung kesalahan penggunaan

    konjungsi dengan alat tulis berwarna.

    4) Membuat tabel analisis data dengan memberi kode.

    Contoh: (TE/2013/H1/P1/K1)

    Keterangan:

    TE : Teknik Elektro

    2013 : Skripsi Tahun 2013

    H1 : Halaman 1

    P1 : Paragraf ke 1

    K1 : Kalimat ke1

    5) Mengelompokkan konjungsi sesuai dengan jenisnya.

    6) Menandai kesalahan penggunaan konjungsi yang ditemukan.

    3.4 Teknik Analisis Data

    Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

    mengorganisasi data, memilih-memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

    dan apa yang dipelajari, dan dapat memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada

    orang lain, Bogdan dan Biklen (Moleong 2006: 248).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    Penelitian ini tidak menggunakan analisis statistik, tetapi analisis isi. Eriyanto

    (2011: 10) mengatakan bahwa analisis isi adalah metode ilmiah untuk

    mempelajari dan menarik kesimpulan atas suatu fenomena dengan memanfaatkan

    dokumen (teks).

    Setelah semua data terkumpul, kemudian peneliti melakukan analisis data

    dengan langkah-langkah sebagai berikut.

    1) Mengelompokkan kesalahan penggunaan konjungsi yang terdapat dalam data

    tersebut.

    2) Mencermati kesalahan penggunaan konjungsi.

    3) Menjelaskan kesalahannya.

    4) Mengemukakan yang benar.

    3.5 Triangulasi Data

    Penelitian ini disahkan penemuan-penemuannya agar interpretasi yang

    diperoleh dapat dibuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, peneliti melakukan

    triangulasi terhadap analisis data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan

    keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

    keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong,

    2006: 330). Denzin (1978: 12) membedakan empat macam triangulasi sebagai

    teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik,

    dan teori.

    Menurut Patton (Moleong, 2006: 330) mengutarakan bahwa triangulasi

    dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

    penelitian kualitatif. Pada triangulasi dengan metode. Patton (Moleong, 2006:

    331) menjelaskan bahwa terdapat dua strategi yaitu: (1) pengecekan derajat

    kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan

    (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

    sama. Triangulasi dengan penyidik berarti memanfaatkan peneliti atau pengamat

    lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

    Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam

    pengumpulan data. Lincoln dan Guba (Moleong, 2006: 331) menjelaskan bahwa

    triangulasi dengan teori, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa

    derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Patton (Moleong. 2006: 331)

    berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu

    dinamakannya penjelasan banding.

    Penelitian ini menggunakan triangulasi metode. Triangulasi ini dilakukan

    dengan cara mencari data yaitu berupa skripsi-skripsi mahasiswa Program Studi

    Teknik Elektro tahun 2013 Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, kemudian

    dibaca dengan cermat dan dianalisis.

    Adapun langkah-langkah triangulasi data pada penelitian ini yaitu peneliti

    menyerahkan data hasil analisis kepada seseorang yang dianggap berkompetensi

    untuk menjadi triangulator. Triangulator kemudian memeriksa dan memberikan

    beberapa revisi pada hasil analisis data tersebut. Selanjutnya, peneliti

    memperbaiki kesalahan yang telah ditriangulasi dan memberikan kembali kepada

    triangulator agar menandatangani data hasil analisis yang sudah baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1 Deskripsi Data

    Data yang diperoleh secara keseluruhan ialah 23 macam konjungsi yang

    dipakai sebanyak 443 kali. Kedua puluh tiga konjungsi itu adalah: dan, sehingga,

    sebaliknya, hanya, sedangkan, kemudian, juga, atau, ketika, maka,

    antara...dengan, baik...dengan, baik...ataupun, jika, karena, apabila, namun,

    supaya, oleh karena itu, selain itu, setelah itu, maka dari itu, dan akan tetapi.

    Data yang dianalisis meliputi: konjungsi koordinatif, konjungsi korelatif,

    konjungsi subordinatif, dan konjungsi antarkalimat. Dari data tersebut diperoleh

    225 kesalahan (Lampiran I).

    Data jenis kesalahan meliputi: penghilangan (dan), penambahan (maka, jika,

    karena, apabila, juga, ketika, kemudian, supaya, hanya, dan atau), salah susun

    (dan, sedangkan, namun, sehingga, atau, oleh karena itu, setelah itu, maka dari

    itu, selain itu, akan tetapi, dan sebaliknya), dan salah formasi (antara...dengan,

    baik...ataupun, dan baik...dengan). (Lampiran II)

    4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan

    Dalam skripsi mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Universitas Sanata

    Dharma lulusan tahun 2013, peneliti menemukan 443 kesalahan penggunaan

    konjungsi. Data kesalahan yang ada kemudian dianalisis dengan cara

    mengelompokkan, mencermati, dan memperbaiki kesalahan penggunaan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    konjungsi yang terdapat dalam data tersebut. Selanjutnya, data dikelompokkan

    berdasarkan jenis kesalahan penggunaan konjungsi, lalu hasil analisis

    dihubungkan dengan rumusan masalah. Jenis konjungsi itu meliputi: (1) konjungsi

    koordinatif, (2) konjungsi korelatif, (3) konjungsi subordinatif, dan (4) konjungsi

    antarkalimat. Selain itu jenis kesalahan penggunaan konjungsi itu meliputi:

    (1) penghilangan, (2) penambahan, (3) salah susun, dan (4) salah formasi. Bentuk

    kesalahan itu akan dibahas sebagai berikut.

    Macam-macam konjungsi tersebut dapat digolongkan berdasarkan fungsi dan

    posisinya. Dilihat dari segi fungsinya konjungsi dibagi menjadi: konjungsi

    subordinatif, konjungsi koordinatif, dan konjungsi korelatif. Jika dilihat dari segi

    posisinya dibagi atas konjung