plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf ·...

158
NILAI PATRIOTISME DALAM NOVEL SANG PATRIOT KARYA IRMA DEVITA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Disusun oleh Cicilia Ingga Kusuma 101224007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 11-Nov-2020

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

NILAI PATRIOTISME DALAM NOVEL SANG PATRIOT

KARYA IRMA DEVITA DAN RELEVANSINYA DENGAN

PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II

(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh

Cicilia Ingga Kusuma

101224007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

i

NILAI PATRIOTISME DALAM NOVEL SANG PATRIOT

KARYA IRMA DEVITA DAN RELEVANSINYA DENGAN

PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II

(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Disusun oleh

CiciliaInggaKusuma

101224007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rahmatMu Tuhan, kupersembahkan karyaku ini

kepada:

Bapakku Ignatius Purwadi dan Ibuku Theresia

Sunarni, (terima kasih atas doa dan cinta yang

begitu luar biasa).

Adikku Yohanes Angging Karunia, (terima kasih buat

ejekan yang justru membuatku semangat).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

v

MOTO

Sesuatu mungkin mendatangi

mereka yang mau menunggu, namun

hanya didapat oleh mereka yang

bersemangat mengejarnya

(Abraham Lincoln)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

viii

ABSTRAK

Kusuma, Cicilia Ingga. 2015. Nilai Patriotisme dalam Novel Sang Patriot Karya

Irma Devita dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di Kelas XII

SMA Semester II (Tinjauan Sosiologi Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI,

FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai patriotisme yang

terdapat dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita. Peneliti mengumpulkan

data dengan cara membaca sekaligus menandai setiap kalimat yang mengandung

nilai patriotisme. Langkah selanjutnya adalah menuliskannya pada kartu data.

Peneliti menganalisis data dengan mencermati dan menghubungkannya dengan

teori. Peneliti memberi tanda chek list pada kalimat-kalimat yang menunjukkan

nilai keberanian, tanda bulatan hitam pada nilai rela berkorban, dan tanda silang

pada nilai cinta tanah air. Setelah itu, peneliti menghubungkan nilai-nilai

patriotisme dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan

pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester II.

Hasil analisis menunjukkan bahwa ada 15 tokoh dalam novel Sang Patriot,

tetapi hanya 8 tokoh yang menunjukkan nilai patriotisme. Peristiwa terjadi antara

tahun 1943 sampai 1949 di Jawa dengan tradisi anak perempuan tidak boleh

memilih sendiri laki-laki pujaan hatinya. Tema yang diangkat adalah bahwa untuk

mendapatkan sesuatu yang diinginkan diperlukan perjuangan. Dari tokoh peneliti

menemukan 3 nilai patriotisme, yaitu keberanian (Sroedji, Rukmini, dan Mayor

dr. Raden Mas Soebandi), rela berkorban (6 tokoh, antara lain Murjani,

Titiwardoyo, dan Sersan sakri), dan cinta tanah air (Sroedji dan Sersan Paimin).

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyusun silabus dan RPP yang dapat

digunakan sebagai bahan pembelajaran di SMA kelas XII semester II. Penulis

memilih standar kompetensi memahami buku biografi, novel, dan hikayat dengan

kompetensi dasar mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari

tokoh.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bagi para guru agar

dapat mengambil nilai yang terkandung dalam novel Sang Patriot karya Irma

Devita untuk diajarkan kepada peserta didiknya. Bagi para mahasiswa, penelitian

ini dapat dijadikan referensi dan bahan pertimbangan dalam penyusunan skripsi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

ix

ABSTRACT

Kusuma, Cicilia Ingga. 2015. Patriotism Value in the Novel of Sang Patriot

Written by Irma Devita and its Relevance to Literature Learning for

Senior High School Grade XII in Semester II (A Sociology Literature

Overview). Thesis. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

This research aimed to describe the patriotism values contained in the novel

of Sang Patriot written by Irma Devita. The researcher collected the data by

reading as well as noting every sentence containing patriotism value. The next

step was writing it on the data card. The researcher analyzed the data by observing

and relating them with theory. The researcher gave check list marks on the

sentences showing the value of courage, black dot marks on the sentences

showing the value of sacrifice, and cross marks on the sentences showing the

value of love for the motherland. After that, the researcher related the values of

patriotism with the core competence and basic competence related to literature

learning for senior high school grade XII in semester II.

The result of the analysis showed that there were 15 characters in the novel

of Sang Patriot, yet only eight characters showing the patriotism values. The

events happened between 1943 and 1949 in Java with the tradition that girls could

not choose their own partners. The theme set was that to get something

wantedmuch effort was needed. From the characters, the researcher found three

values of patriotism, which were courage (Sroedji, Rukmini, and Major dr. Raden

Mas Soebandi), sacrifice (6 characters, they were Murjani, Titiwardoyo, and

Sersan Sakri), and love for the motherland (Sroedji and Sergeant Paimin).

Based on the result of the study, the researcher has arranged syllabus and

lesson plan that can be used as learning materials for senior high school grade XII

in semester II. The researcher chose the competence standard on comprehending

biography book, novel, and tale with the basic competence on revealing

interesting things which can be exemplary from the characters.

Based on the research done, it is suggested that the teachers be able to take

the values contained in the novel of Sang Patriot written by Irma Devita to teach

the students. For the university students, this research can be used as reference and

consideration for thesis writing.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

berkat rahmat dan kasih-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi yang berjudul “Nilai Patriotisme Dalam Novel Sang Patriot Karya Irma

Devita dan Relevansinya dengan Pembelajaran Sastra di Kelas XII SMA Semester

II (Tinjauan Sosiologi Sastra) diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana.

Berkat doa, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak akhirnya skripsi

ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi PBSI yang selalu

memberikan motivasi dalam penyusunan skripsi.

2. Drs. B. Rahmanto, M.Hum. selaku dosen pembimbing pertama yang dengan

sabar dan teliti memberikan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

3. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku dosen pembimbing kedua yang dengan teliti

membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Semua dosen PBSI yang telah membantu saya dalam belajar di program studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

5. Kedua orangtua saya, Ignatius Purwadi dan Theresia Sunarni yang selalu

mendoakan dan memberi semangat kepada saya.

6. Adik saya, Yohanes Angging Karunia yang selalu mengejek saya karena

proses pengerjaan skripsi agak lama. Dari situ saya seperti diingatkan untuk

segera menyelesaikan skripsi.

7. Para sahabat saya, Anne Septi Yunisa, Silviana Yudi Apsari, Anita

Sugiyatno, Caecilia Dhani, Anastasia Arnin Permata Siwi, Bernadeta Ayu,

yang selalu memberi semangat dan mewarnai hari-hari saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

xi

8. Dionisius Diva Rosarian, yang selalu memberi motivasi dan tidak bosan

mendengarkan keluh kesah saya.

9. Yusuf Dimas Caesario yang selalu mendoakan, memberi nasihat, dan

dorongan untuk tidak mudah menyerah.

10. Seluruh teman seperjuangan PBSI 2010 yang selalu memberi kekuatan.

11. Semua pihak yang telah membantu dan tidak disebutkan satu persatu pada

kesempatan ini.

Akhir kata saya berharap skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan

ilmu, khususnya pada pembelajaran sastra.

Yogyakarta, 20 Februari 2015

Penulis,

Cicilia Ingga Kusuma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………................. . ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………... iv

MOTTO .. ....................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ….. ................................................. vi

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI . .................................................. vii

ABSTRAK .. ................................................................................................... viii

ABSTRACT …. ............................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 4

1.4 Manfaat Penelitian .............................................................. 4

1.5 Batasan Istilah ..................................................................... 5

1.6 Sistematika Penyajian ......................................................... 8

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 10

2.1 Penelitian yang Relevan ..................................................... 10

2.2 Landasan Teori ................................................................... 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

xiii

2.2.1 Hakikat Novel …………………………………… 11

2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan ............................ 13

2.2.1.2 Latar ..................................................... 17

2.2.1.3 Tema...................................................... 18

2.2.2 Macam-macam Novel ............................................ 20

2.2.3 Sosiologi Sastra ..................................................... 22

2.2.4 Konsep Nilai Patriotisme ....................................... 24

2.2.3.1 Nilai Patriotisme ..................................... 24

2.2.3.2 Keberanian ............................................ 25

2.2.3.3 Rela Berkorban .................................... 25

2.2.3.4 Cinta Tanah Air .................................... 26

2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA Kelas II ................... 26

2.2.6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ................. 29

2.2.7 Silabus ............................................................... 30

2.2.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ...................... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 34

3.1 Jenis Penelitian ................................................................... 34

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ........................................ 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data ................................................. 35

3.4 Instrumen Penelitian ........................................................... 35

3.5 Teknik Analisis Data .......................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 37

4.1 Deskripsi Data .................................................................... 37

4.2 Analisis Tokoh, Penokohan, Latar, dan Tema .................... 38

4.2.1 Analisis Tokoh dan Penokohan ............................. 38

4.2.1.1 Sroedji ................................................. 38

4.2.1.2 Rukmini ............................................... 49

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

xiv

4.2.1.3 Murjani ................................................ 57

4.2.1.4 Mayor dr. Raden Mas Soebandi .......... 59

4.2.1.5 Titiwardoyo ......................................... 62

4.2.1.6 Abdul Syukur ...................................... 63

4.2.1.7 Rustamaji ............................................ 65

4.2.1.8 Sersan Sakri ......................................... 68

4.2.1.13 Sersan Paimin ...................................... 69

4.2.2 Analisis Latar ........................................................ 70

4.2.2.1 Latar Tempat ....................................... 70

4.2.2.2 Latar Waktu ......................................... 76

4.2.2.3 Latar Sosial .......................................... 78

4.2.3 Analisis Tema ........................................................ 84

4.2.4 Analisis Nilai Patriotisme ..................................... 86

4.2.4.1 Keberanian .......................................... 86

4.2.4.2 Rela Berkorban .................................... 88

4.2.4.3 Cinta Tanah Air ................................... 92

4.2.5 Relevansi Hasil Penelitian sebagai

Bahan Pembelajaran Sastra di SMA ..................... 94

1. Bahasa ............................................................. 94

2. Kematangan Jiwa ............................................ 96

3. Latar Belakang Budaya .................................. 98

4. Silabus ............................................................ 99

5. RPP ................................................................. 99

4.3 Pembahasan ........................................................................ 99

BAB V PENUTUP .................................................................................. 101

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 101

5.2 Implikasi ............................................................................. 103

5.3 Saran ................................................................................... 103

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

xv

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 104

LAMPIRAN ............................................................................................................ 106

BIODATA ............................................................................................................... 107

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemerdekaan adalah impian bagi setiap negara jajahan. Indonesia

merupakan bekas negara jajahan. Waktu lama dan perjuangan keras dibutuhkan

untuk mencapai impian tersebut. Para pejuang rela mengorbankan diri untuk lepas

dari penjajah demi kemerdekaan tanah air tercinta.

Perubahan zaman sudah terjadi dan Indonesia merdeka pada tanggal 17

Agustus 1945. Generasi muda masa kini tidak perlu mengangkat senjata untuk

melawan penjajah. Memasuki perubahan zaman yang pesat dan berkembang, gaya

hidup global mulai masuk dalam dunia pendidikan. Banyak anak muda masa kini

yang hidup berfoya-foya, kurang kerja keras, konsumtif, berjalan menenteng

handphone, bahkan fenomena anak muda dengan mobil mewah masuk area

sekolah. Kenyataan ini sungguh memprihatinkan. Kemerdekaan yang dengan

susah payah diperjuangkan oleh para pejuang seakan disia-siakan begitu saja.

Generasi muda yang seharusnya mengisi kemerdekaan dengan prestasi gemilang,

yang terjadi justru sebaliknya. Perbedaan nasib antara masa lampau dan masa

kinilah yang menyebabkan timbulnya perbedaan warna dalam rasa dan juga

wawasan kebangsaan (Siswono dkk, 1994 : 7).

Melihat kenyataan yang digambarkan di atas, pembinaan rasa kebangsaan,

semangat kebangsaan, wawasan, dan paham kebangsaan perlu diberikan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

2

anak muda sebagai generasi penerus bangsa. Selain itu, perlu adanya upaya untuk

memperbaiki karakter anak. Sastra mempunyai peran tersendiri dalan membentuk

karakter seorang anak. Rahmanto (2005:15) berpendapat bahwa pengajaran sastra

harus dipandang sebagai sesuatu yang penting, karena karya sastra mempunyai

relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata. Teeuw (Ratna, 2010:4)

berpendapat bahwa sastra berasal dari kata sas (Sansekerta), yang berarti

mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, dan instruksi. Akhiran tra berarti alat

atau sarana. Jadi, sastra dapat diartikan sebagai alat atau sarana untuk mengajar.

Salah satu karya sastra yang dekat dengan kehidupan anak-anak remaja

adalah novel. Novel (KBBI, 2005:788) merupakan karangan prosa yang panjang

dan mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak sifat setiap pelaku. Menurut Panuti

Sudjiman (1990: 55) novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan

tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun.

Novel dapat dijadikan inspirasi dan motivasi bagi setiap pembacanya. Salah satu

novel yang dapat dijadikan inspirasi dan motivasi adalah novel Sang Patriot karya

Irma Devita. Novel tersebut bercerita tentang keberanian, pengorbanan, dan rasa

cinta akan tanah air yang ditularkan oleh atasan kepada anak buahnya untuk tetap

berani dan semangat dalam perjuangan mengusir penjajah. Apabila ditinjau

kaitannya dengan menumbuhkan keberanian, nilai pengorbanan, dan rasa cinta

akan tanah air pada anak, novel Sang Patriot karya Irma Devita dapat

memberikan contoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

3

Peneliti ingin meneliti novel Sang Patriot karya Irma Devita dengan

pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan ini dipilih karena dasar filosofis

pendekatan sosiologi sastra adalah adanya hubungan antara karya sastra dengan

masyarakat (Ratna, 2011:60). Hubungan tersebut terjadi karena: (a) karya sastra

dihasilkan oleh pengarang, (b) pengarang adalah anggota masyarakat, (c)

pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan (d) hasil

karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Ratna, 2011:60). Adanya

hubungan tersebut, pendekatan sosiologi sastra menganalisis manusia dalam

masyarakat dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu (Ratna,

2011:59). Peneliti akan menganalisis nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam

novel tersebut. Peneliti menggunakan unsur-unsur intrinsik, yaitu tokoh dan

penokohan, latar, serta tema untuk menemukan nilai-nilai patriotisme . Dengan

penelitian ini, diharapkan para pembaca mampu mengambil nilai patriotisme yang

ada dalam novel ini.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun rumusan masalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana deskripsi tokoh dan penokohan, latar, dan tema dalam

novel Sang Patriot karya Irma Devita ?

2. Nilai patriotisme apa saja yang ada dalam novel Sang Patriot karya

Irma Devita dengan tinjauan sosiologi sastra ?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

4

3. Bagaimana relevansi nilai patriotisme dalam novel Sang Patriot karya

Irma Devita dengan pembelajaran sastra di kelas XII SMA

semester II ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam

penelitian ini sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan tokoh dan penokohan, latar, dan tema dalam novel

Sang Patriot karya Irma Devita.

2. Mendeskripsikan nilai patriotisme yang ada dalam novel Sang Patriot

karya Irma Devita dengan tinjauan sosiologi sastra.

3. Mendeskripsikan relevansi nilai patriorisme dalam novel Sang Patriot

karya Irma Devita dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA

semester II.

1.3 Manfaat Penelitian

Jika penelitian ini berhasil, diharapkan dapat memberikan beberapa

manfaat sebagai berikut.

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru bahasa

Indonesia, agar novel Sang Patriot karya Irma Devita dapat

dimanfaatkan sebagai alternatif pengajaran sastra di SMA.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

5

2. Bagi praktisi pendidikan, diharapkan dengan penelitian ini dapat

menemukan nilai-nilai yang terkandung dalam novel Sang Patriot

karya Irma Devita untuk diaplikasikan dalam dunia pendidikan.

3. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menumbuhkan minat

baca sebagai bentuk apresiasi terhadap karya sastra.

1.4 Batasan Istilah

Berikut ini disajikan batasan istilah untuk menghindari kesalahpahaman.

Istilah yang dibatasi pengertiannya yaitu (1) novel, (2) sosiologi sastra, (3) nilai

patriotisme, (4) tokoh dan penokohan, (5) latar, (6) tema, (7) keberanian, (8) rela

berkorban, (9) cinta tanah air, (10) KTSP, (11) silabus, dan (12) RPP.

1. Novel

Novel adalah prosa rekaan yang panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh

dan menampilkan serangkaian peristiwa dan latar secara tersusun (Sudjiman,

1990:55).

2. Sosiologi sastra

Sosiologi sastra adalah seperangkat alat untuk memahami hubungan antara

karya sastra dengan kehidupan sosial pengarang sehingga masuk akal apabila

karya sastra mengungkapkan berbagai masalah atau pemikiran pengarang yang

bersangkutan (Yudiono, 2009:57).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

6

3. Nilai patriotisme

Nilai patriotisme adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah

air (semangat kebangsaan dan nasionalisme) sehingga menimbulkan kerelaan

berkorban untuk bangsa dan negaranya (Kurniawan, 2012:224).

4. Tokoh

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di

dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Sudjiman, 1990:79).

5. Penokohan

Menurut Jones (Burhan, 2009:165) penokohan adalah pelukisan gambaran

yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

6. Latar

Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana

terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990:48).

7. Tema

Tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra

dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang

menyangkut persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan (Dick Hartoko

dan Rahmanto, 1986:142).

8. Keberanian

Keberanian adalah sikap menghadapi, dan menangani segala sesuatu yang

dianggap berbahaya, sulit, atau menyakitkan, bukan menghindarinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

7

(http://books.google.co.id/books?id=CxEcqHu4wp4C&pg=PA182&lpg=PA182&

focus=viewport&dq=keberanian+adalah+hl=id&output=html_text)

9. Rela berkorban

Rela berkorban adalah kesediaan dengan iklas umtuk memberikan segala

sesuatu yang dimilikinya sekalipun menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri

demi kepentingan bangsa dan negara.

http://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQsC&pg=PT23&dq=rela+berkorb

an+adalah&hl=id&sa=X&ei=fFI_VNb3BOKomgWW6ICoBQ#v=onepage&q=re

la%20berkorban%20adalah&f=false).

10. Cinta tanah air

Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang

menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa (Kemendiknas.

2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Kemendiknas:

Jakarta).

11. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP adalah (Wina,

2010:128) kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-

masing satuan pendidikan (sekolah/madrasah). Penyusunan KTSP dilakukan oleh

satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

8

serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional

Pendidikan (BSNP).

12. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran

atau tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

pokok, kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan bahan ajar (Muslich,

2007:23).

13. RPP

RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan

diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:45).

1.6 Sistematika Penyajian

Penyajian hasil penelitian ini terdiri atas 5 bab. Bab I berisi pendahuluan

yang terdiri atas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang terdiri atas

penelitian yang relevan dan kerangka teori. Dalam penelitian yang relevan,

penulis menemukan dua penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian.

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah milik Krisna

Pebryawan (2013) dan Dhian Pramono Sakty (2012).

Bab III berisi metodologi penelitian yang terdiri atas jenis penelitian, data

dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan

teknik analisis data. Bab IV berisi tentang analisis unsur tokoh dan penokohan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

9

latar, dan tema serta hasil analisis nilai-nilai patriotisme novel Sang Patriot karya

Irma Devita dalam pembelajaran sastra di SMA. Bab V berisi penutup,

kesimpulan, dan saran terhadap bahan yang diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini,

yaitu penelitian yang dilakukan oleh Krisna Pebryawan (2013) dan Dhian

Pramono Sakty (2012). Berikut pemaparan dua penelitian terdahulu mengenai

nilai perjuangan.

Penelitian Krisna Pebryawan (2013) berjudul Nilai-nilai Patriotisme

dalam Novel Lara Lapane Kaum Republik Karya Suparto Brata (Suatu Tinjauan

Sosiologi Sastra) . Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menjelaskan:

(1) Struktur novel LLKR karya Suparto Brata (2) Aspek sosiologi sastra novel

LLKR karya Suparto Brata berupa nilai-nilai patriotisme yang terkandung di

dalamnya (3) Relevansi nilai-nilai patriotisme dalam novel LLKR dengan masa

kini. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: (1) Unsur-unsur struktural seperti

tema, alur, penokohan, dan latar merupakan struktur pembangun karya sastra yang

sangat penting (2) Nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam novel LLKR

adalah kesetiaan, pengabdian, tanggung jawab, dan kebersamaan.

Penelitian Dhian Pramono Sakty (2012) berjudul Nilai-nilai Patriotisme

dalam Novel Sebelas Patriot Karya Andrea Hirata dan Pemanfaatannya sebagai

Bahan Pembelajaran Sastra di SMA. Tujuan penelitian ini adalah menemukan

dan menginterpretasikan nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam novel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

11

Sebelas Patriot serta menemukan dan mendeskripsikan pemanfaatan novel

Sebelas Patriot sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai patriotisme dalam novel Sebelas Patriot

karya Andrea Hirata berupa kesetiaan dan kerelaan berkorban (2) Novel Sebelas

Patriot dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA karena

memenuhi aspek bahasa, psikologi, dan budaya yang dibutuhkan sebagai syarat

pemilihan novel sebagai bahan ajar (3) Novel Sebelas Patriot dapat dimanfaatkan

untuk mengenal unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik, memahami pembacaan novel

dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan, menelaah isi novel, melakukan kritik

sastra dan esai terhadap karya sastra.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini masih relevan untuk diteliti

karena novel Sang Patriot karya Irma Devita mengandung nilai-nilai patriotisme.

Keunggulan dari penelitian ini adalah cerita yang disajikan merupakan kisah yang

benar-benar terjadi sehingga peserta didik mendapat gambaran yang nyata dari

para tokoh.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Hakikat Novel

Novel berasal dari bahasa Itali novella. Secara harfiah novella berarti

„sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek

dalam bentuk prosa‟. Sekarang istilah novella mengandung pengertian yang sama

dengan istilah Indonesia novelet, yang berati sebuah karya prosa fiksi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

12

panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek

(Burhan, 2009: 9 – 10).

Jacob Sumardjo & Saini K.M (1986:29) berpendapat bahwa novel dalam

arti luas adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas. Ukuran yang luas

di sini dapat berarti cerita dengan plot (alur) yang kompleks, karakter yang

banyak, tema yang kompleks, suasana cerita yang beragam, dan setting cerita

yang beragam pula. Namun “ukuran luas” di sini juga tidak mutlak demikian,

mungkin yang luas hanya salah satu unsur fiksinya saja, misalnya temanya,

sedang karakter, setting, dan lain-lainnya hanya satu saja.

Menurut Panuti Sudjiman (1990: 55) novel adalah prosa rekaan yang

panjang, yang menyuguhkan tokoh-tokoh dan menampilkan serangkaian peristiwa

dan latar secara tersusun. Stanton (2007: 90) memberikan pandangan sendiri

mengenai novel. Novel mampu memberikan perkembangan satu karakter,

hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, situasi sosial yang rumit,

dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih

mendetil.

Novel merupakan sebuah totalitas. Sebagai sebuah totalitas, novel

mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya (Burhan,

2009: 22 – 23). Burhan ( 2009: 23) membagi unsur-unsur novel menjadi dua

bagian. Pembagian unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai unsur intrinsik

novel (tokoh, penokohan, latar, dan tema).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

13

2.2.1.1 Tokoh dan Penokohan

Sebuah novel tidaklah berjalan tanpa adanya peran tokoh. Tokoh adalah

para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi (Wiyatmi, 2006: 30). Panuti

Sudjiman (1990 : 79) mengartikan tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Abrams

(Wahyuningtyas & Wijaya, 2011 : 5) berpendapat bahwa tokoh adalah orang-

orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita tidak hanya didukung oleh satu

tokoh. Cerita dalam novel juga membutuhkan tokoh tambahan agar cerita dalam

novel tersebut semakin hidup. Burhan Nurgiyantoro (2009: 176 – 177)

mengklasifikasikan tokoh sebagai berikut.

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam novel

yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

b. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh lain yang terdapat dalam sebuah

cerita. Tokoh tambahan biasanya tidak dipentingkan dan hadir jika ada kaitannya

dengan tokoh utama, baik langsung maupun tidak langsung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

14

Berbeda dengan tokoh, penokohan menunjuk pada watak, perwatakan,

karakter, sifat, dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, serta

lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Burhan, 2009: 165). Jones

(Burhan, 2009:165) mengatakan, penokohan adalah pelukisan gambaran yang

jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Ada dua teknik

yang bisa digunakan pengarang dalam menggambarkan sifat pada tokoh.

Altenbernd & Lewis (Burhan, 2009:194) menyebutnya dengan teknik ekspositori

dan teknik dramatik. Berikut dijelaskan mengenai kedua teknik tersebut.

a. Teknik Ekspositori

Teknik ekspositori adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan dengan

memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pada teknik ini,

pengarang menghadirkan tokoh dengan cara mendeskripsikan sikap, sifat, watak,

tingkah laku, atau bahkan ciri-ciri fisiknya (Burhan, 2009:194 – 195).

b. Teknik Dramatik

Pada teknik dramatik ini pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit

sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan pembaca

menemukan sendiri sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri-ciri fisik

tokoh (Burhan, 2009:198).

Berikut akan dijelaskan beberapa cara lain untuk mengenali sifat tokoh

menurut Burhan Nurgiyantoro (2009:201 – 211).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

15

1. Teknik cakapan

Dari apa yang diucapkan oleh seorang tokoh cerita, kita dapat mengenali

apakah ia orang tua, orang dengan pendidikan rendah atau tinggi, sukunya, wanita

atau pria, orang berbudi halus atau kasar.

2. Teknik tingkah laku

Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang bersifat nonverbal atau

fisik. Apa yang dilakukan orang dalam wujud tindakan dan tingkah laku dapat

mencerminkan sifat-sifanya.

3. Teknik pikiran dan perasaan

Teknik ini menggambarkan pikiran dan perasaan para tokoh. Bagaimana

keadaan dan jalan pikir serta perasaan, apa yang melintas di dalam pikiran dan

perasaan tokoh, serta apa yang sering dipikirkan dan dirasakan oleh tokoh, dengan

demikian hal ini akan mencerminkan sifat para tokoh.

4. Teknik arus kesadaran

Teknik yang berusaha menangkap pandangan dan aliran proses mental

tokoh di mana tanggapan indera bercampur dengan kesadaran dan ketidaksadaran

pikiran, perasaan, ingatan, dan harapan. Aliran kesadaran berusaha menangkap

dan mengungkapkan proses kehidupan batin, yang memang hanya terjadi di batin,

baik yang berada di ambang kesadaran maupun ketaksadaran, termasuk kehidupan

bawah sadar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

16

5. Teknik reaksi tokoh

Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh terhadap suatu

terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata-kata, dan sikap orang lain berupa

rangsangan dari luar diri tokoh yang bersangkutan. Bagaimana reaksi tokoh

terhadap hal-hal tersebut dapat dipandang sebagai bentuk penampilan yang

mencerminkan sifat tokoh.

6. Teknik reaksi tokoh lain

Teknik reaksi tokoh lain dimaksukan sebagai reaksi yang diberikan oleh

tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh lain. Reaksi ini bisa berupa

pandangan, pendapat, sikap, dan komentar.

7. Teknik pelukisan latar

Suasana latar dapat dipakai untuk melukiskan kedirian seorang tokoh.

Keadaan latar tertentu dapat menimbulkan kesan tertentu. Misalnya, suasana

rumah yang bersih, teratur, rapi, akan menimbulkan kesan bahwa pemilik rumah

itu sebagai orang yang cinta kebersihan.

8. Teknik pelukisan fisik

Teknik melukiskan keadaan fisik tokoh mendeskripsikan mengenai bentuk

tubuh dan wajah tokoh-tokohnya. Misalnya, bibir tipis menyaran pada sifat

ceriwis dan bawel, rambut lurus menyaran pada sifat tak mau mengalah,

pandangan mata tajam, dan lain-lain yang dapat menyaran pada sifat tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

17

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tokoh lebih merujuk pada orang

yang memainkan peran dan penokohan merujuk pada karakter tokoh atau

pelukisan gambaran sifat tokoh.

2.2.1.2 Latar

Abrams (Burhan, 2009:216) menyebut latar sebagai landas tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar adalah segala keterangan

mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra

(Sudjiman, 1990: 48). Zaidan (1988: 33) mengungkapkan bahwa latar dalam

novel tidak sama dengan latar belakang.

Burhan (2009: 227 – 237) membedakan latar ke dalam tiga unsur pokok,

yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan biasanya berupa

tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu tanpa

nama yang jelas, seperti: desa, sungai, jalan, hutan. Perlu dikatakan bahwa latar

tempat dalam sebuah novel biasanya meliputi berbagai lokasi. Ia akan berpindah-

pindah dari satu tempat ke tempat yang lain sejalan dengan perkembangan plot

dan tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

18

b. Latar Waktu

Latar waktu menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, musim, hari, dan jam. Latar waktu juga

harus dikaitkan dengan latar tempat (juga sosial) sebab pada kenyataannya

memang saling berkaitan. Keadaan suatu yang diceritakan mau tidak mau harus

mengacu pada waktu tertentu karena tempat itu akan berubah sejalan dengan

perubahan waktu.

c. Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

sosial masyarakat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya, kebiasaan

hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan sikap.

Selain itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang

bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.

2.2.1.3 Tema

Gorys Keraf (Wahyuningtyas & Wijaya, 2011 : 2) berpendapat bahwa

tema berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan,

meletakkan. Jadi, menurut arti katanya tema berarti sesuatu yang telah diuraikan

atau sesuatu yang telah ditempatkan. Menurut Dick Hartoko dan Rahmanto (1986

: 142) tema adalah gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan

yang terkandung di dalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut

persamaan-persamaan maupun perbedaan-perbedaan. Tema, menurut Stanton dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

19

Kenny (Nurgiyantoro, 2009:67) adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita.

Tema (Jacob Sumardjo & Saini K.M, 1986:56) adalah ide sebuah cerita. Seorang

pengarang dalam menulis cerita bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau

mengatakan sesuatu kepada pembaca. Sesuatu yang mau dikatakan itu bisa suatu

masalah kehidupan, pandangan hidupnya tentang kehidupan ini atau komentar

terhadap kehidupan ini. Tema tidak perlu selalu berwujud moral, atau ajaran

moral. Tema bisa berwujud pengamatan pengarang terhadap kehidupan.

Dalam menemukan tema sebuah karya sastra atau novel, haruslah

disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya berdasarkan bagian-bagian

tertentu cerita (Burhan, 2009:68). Dalam usaha menemukan tema, Nurgiyantoro

mengemukakan sejumlah criteria seperti ditunjukkan sebagai berikut.

1. Kita haruslah mulai dengan cara memahami cerita dalam novel. Bukan

hanya membaca bagian-bagian tertentu saja. Perlu juga mencari kejelasan

ide-ide perwatakan, peristiwa atau konflik yang terjadi, dan latar.

2. Pengarang biasanya menngunakan tokoh utama untuk membawa tema. oleh

sebab itu kita perlu memahami keadaan itu. Untuk tujuan tersebut, kita

dapat mengajukan beberapa pertanyaan seperti: apa motivasinya,

permasalahan apa yang dihadapi, bagaimanakah sikap dan pandangannya

terhadap permasalahan itu, dan sebagainya.

3. Selain dengan cara tersebut, sebaiknya disertai dengan usaha menemukan

konflik sentral yang ada dalam cerita. Konflik, yang merupakan salah satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

20

unsur pokok dalam pengembangan ide cerita dan plot, pada umumnya erat

berkaitan dengan tema.

Burhan (2009:86) mengungkapkan bahwa unsur tokoh (dan penokohan),

plot (dan pemplotan) dan latar (dan pelataran) merupakan sarana utama untuk

memahani makna cerita dalam novel. Selain itu, dalam menemukan tema perlu

memperhitungkan sarana kesastraan, seperti sudut pandang, gaya bahasa, nada,

dan ironi walau tidak secara langsung dan tidak dapat secara sendiri memuat

makna, unsur-unsur itu dapat membantu memperkuat penafsiran tema.

2.2.2 Macam-macam Novel

Burhan (2009:16 – 22) membagi novel menjadi dua macam, yaitu novel

serius dan novel populer. Berikut akan dibahas mengenai novel serius dan novel

populer.

1. Novel serius

Novel serius tidak bersifat mengabdi kepada selera pembaca dan memang

pembaca jenis novel ini tidak banyak. Novel jenis ini biasanya berusaha

mengungkapkan sesuatu yang baru dengan cara pengucapan yang baru pula atau

dengan cara yang khas. Diperlukan daya konsentrasi yang tinggi dan kemauan

untuk memahami cerita jenis novel serius. Pengalaman dan permasalahan

kehidupan yang ditampilkan dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan

sampai ke inti hakikat kehidupan yang bersifat universal. Novel serius di samping

memberikan hiburan, juga terimplisit tujuan memberikan pengalaman yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

21

berharga kepada pembaca, atau paling tidak, mengajak pembaca untuk meresapi

dan merenungkan secara lebih mendalam tentang permasalahan yang

dikemukakan. Novel serius tidak pernah ketinggalan zaman dan selalu menarik

untuk diperbincangkan.

2. Novel populer

Novel populer (Burhan, 2009:18) adalah novel yang populer pada

masanya dan banyak penggemarnya, khususnya pembaca dikalangan remaja.

Novel populer memberikan hiburan langsung dari aksi ceritanya. Masalah yang

diceritakan pun yang ringan-ringan, tetapi aktual dan menarik. Selain itu, novel

populer lebih mengejar selera pembaca komersial, ia tak akan menceritakan

sesuatu yang bersifat serius sebab hal itu dapat berarti akan mengurangi

penggemarnya.

Berbeda halnya dengan Burhan, Jacob Sumardjo & Saini K.M. (1986:29

– 30) membagi novel menjadi tiga macam, yaitu novel percintaan, novel

petualangan, dan novel fantasi.

1. Novel percintaan

Novel percintaan melibatkan peranan tokoh wanita dan pria secara

imbang, bahkan kadang-kadang peranan wanita lebih dominan. Dalam jenis novel

ini digarap hampir semua tema, dan sebagian besar termasuk jenis ini.

2. Novel petualangan

Novel petualangan sedikit sekali memasukkan peranan wanita. Jika

wanita disebut dalam novel jenis ini, maka penggambarannya kurang berperan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

22

Jenis novel petualangan adalah bacaan kaum pria karena tokoh-tokoh di dalamnya

pria dan dengan sendirinya melibatkan banyak masalah dunia lelaki yang tidak

ada hubungannya dengan wanita. Meskipun dalam jenis novel petualangan ini

sering ada percintaan juga, namun hanya bersifat sampingan belaka, artinya novel

itu tidak semata-mata berbicara persoalan cinta.

3. Novel fantasi

Novel fantasi bercerita tentang hal-hal yang tidak realistis dan serba tidak

mungkin dilihat dari pengalaman sehari-hari. Novel jenis ini mempergunakan

karakter yang tidak realistis, setting dan plot yang juga tidak wajar untuk

menyampaikan ide-ide penulisnya.

Penggolongan jenis novel menurut Jacob Sumardjo & Saini K.M. hanya

dapat dilakukan dengan melihat kecenderungan mana yang terdapat dalam sebuah

novel, apakah lebih banyak percintaannya, petualangannya, atau fantasinya.

2.2.3 Sosiologi Sastra

Seorang sastrawan lahir dari kehidupan sosial masyarakat tertentu. Ia juga

mempunyai latar belakang dan permasalahan hidup yang tidak jauh berbeda

dengan anggota masyarakat lainnya. Jika masyarakat pada umumnya tidak suka

menuangkan kisah hidupnya dalam bentuk tulisan, sastrawan justru menyukai hal

ini. Perkembangan demi perkembangan terus terjadi di dunia sastra. Senada

dengan perkembangan ilmu sastra, lahirlah pendekatan sosiologi sastra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

23

Pendekatan sosiologi sastra yaitu pendekatan terhadap sastra yang

mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan (Wahyuningtyas dan Wijaya, 2011:

24). Yudiono (2009:57) mengatakan bahwa sosiologi sastra merupakan

seperangkat alat untuk memahami hubungan antara karya sastra dengan

kehidupan sosial pengarang, sehingga masuk akal apabila karya sastra

mengungkapkan berbagai masalah atau pemikiran pengarang yang bersangkutan.

Damono (2002:8) mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah studi objektif

dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses

sosial. Ia juga mengungkapkan bahwa ada dua kecenderungan dalam telaah

sosiologi sastra (Wahyuningtyas dan Wijaya, 2011: 24). Pertama, pendekatan

yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cerminan proses sosial

ekonomi belaka. Kedua, pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai

bahan penelaahan yang kemudian dicari aspek-aspek sosial dari karya sastra

tersebut. Dengan demikian, objek kajian utama sosiologi sastra adalah sastra,

berupa karya sastra, sedangkan sosiologi berguna sebagai ilmu untuk memahami

gejala sosial yang ada dalam sastra, masyarakat yang digambarkan, dan pembaca

sebagai individu kolektif yang menghidupi masyarakat (Heru Kurniawan,

2012:5).

Sosiologi sastra juga mempunyai fungsi sosial tersendiri. Suwardi

(2011:23) mengungkapkan ada banyak fungsi sosial sastra, antara lain: (a) sastra

sama dengan derajatnya dengan karya nabi, (b) sastra bertugas menghibur, (c)

sastra mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

24

Penelitian ini akan meneliti nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam

novel Sang Patriot karya Irma Devita dengan tinjauan sosiologi sastra, maka

peneliti akan menggunakan pendekatan Damono yang kedua, yaitu

mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan yang kemudian dicari aspek-

aspek sosial dari karya sastra tersebut. Sastra dalam hal ini digunakan untuk

menemukan nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam novel tersebut.

Pedoman yang digunakan peneliti untuk merelevansikan nilai-nilai

patriotisme dalam pembelajaran sastra di kelas XII SMA semester II adalah sastra

mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur. Dengan pedoman tersebut,

diharapkan peserta didik akan merasa senang dengan pembelajaran sastra.

2.2.4 Konsep Nilai Patriotisme

2.2.4.1 Nilai Patriotisme

Darminta (2006:24) mengatakan bahwa nilai memberikan arah perjalanan,

seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan. Lahirnya kemerdekaan

bagi sebuah bangsa yang dijajah pasti tidak lepas dari usaha dan kerja keras para

pejuang. Perjuangan panjang para pejuang tidak semudah yang kita bayangkan.

Dibutuhkan sikap patriotisme dalam mewujudkan sebuah kemerdekaan.

Patriotisme (KBBI, 2005:837) adalah sikap seseorang yang bersedia

mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

Patriotisme adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta tanah air (semangat

kebangsaan dan nasionalisme) sehingga menimbulkan kerelaan berkorban untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

25

bangsa dan negaranya (Kurniawan, 2012:224). Patriotisme memerlukan komitmen

pemimpin dan semua golongan rakyat. Mempertahankan negara dari musuh dan

ancaman luar merupakan tanggung jawab bersama.

Ada beberapa bentuk nilai patriotisme (Rahim dan Rashid, 2004:5), seperti

kesetiaan, keberanian, rela berkorban, kesukarelaan, dan cinta pada tanah air.

Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai nilai keberanian, rela

berkorban dan cinta tanah air.

2.2.4.2 Keberanian

Keberanian adalah suatu keadaan berani (KBBI, 2005:837). Berani adalah

mempunyai hati yang mantap dan percaya diri yang besar dalam menghadapi

bahaya dan kesulitan (KBBI, 2005:138). Brian Klemmer

(http://books.google.co.id/books?id=CxEcqHu4wp4C&pg=PA182&lpg=PA182&

focus=viewport&dq=keberanian+adalah+hl=id&output=html_text) berpendapat

bahwa keberanian adalah sikap menghadapi, dan menangani segala sesuatu yang

dianggap berbahaya, sulit, atau menyakitkan, bukan menghindarinya.

2.2.4.3 Rela Berkorban

Bukan saja keberanian yang ditanamkan dalam diri para pejuang untuk

mengusir penjajah. Mereka juga menanamkan rasa rela berkorban. Simanjutak

berpendapat bahwa rela berkorban berarti kesediaan dengan iklas umtuk

memberikan segala sesuatu yang dimilikinya sekalipun menimbulkan penderitaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

26

bagi dirinya sendiri demi kepentingan bangsa dan negara

(http://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQsC&pg=PT23&dq=rela+berkor

ban+adalah&hl=id&sa=X&ei=fFI_VNb3BOKomgWW6ICoBQ#v=onepage&q=r

ela%20berkorban%20adalah&f=false) . Dalam KBBI (2005:595) rela berkorban

adalah bersedia dengan iklas hati menyatakan kebaktian, kesetiaan, menjadi

korban, dan menderita.

2.2.4.4 Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan salah satu bentuk dari nilai patriotisme. Jika

tidak ada rasa cinta kepada tanah airnya, para pejuang tidak akan mau bersusah

payah untuk mengusir para penjajah. Cinta tanah air adalah cara berpikir,

bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa (Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas).

2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA kelas XII

Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri

keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, dan keindahan dalam isi serta

ungkapan (Sudjiman, 1990: 71). Sastra bisa berupa sastra non imajinatif dan

sastra imajinatif. Dalam penelitian ini membahas tentang sastra imajinatif. Karya

imajinatif dapat berupa puisi, cerita pendek, novel, atau pun drama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

27

Peserta didik cenderung bosan bila belajar tentang sastra. Guru harus

pandai-pandai menyiasati agar peserta didik tertarik untuk belajar tentang sastra.

Rahmanto (2005: 27 – 28) mengklasifikasikan tiga aspek penting dalam memilih

pengajaran sastra, yaitu: pertama dari segi bahasa, kedua dari segi kematangan

jiwa (psikologi), dan ketiga dari segi latar belakang kebudayaan para siswa.

1. Bahasa

Bahasa merupakan aspek yang paling penting dalam berkomunikasi,

begitu pula dalam pembelajaran sastra. Tingkat penguasaan kosa kata anak SD

dan SMA akan berbeda. Aspek kebahasaan dalam sastra ini tidak hanya

ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas. Oleh karena itu, guru harus

memperhatikan faktor-faktor seperti, cara penulisan yang dipakai pengarang, ciri-

ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang

ingin dijangkau pengarang. Selain itu, perlu juga diperhatikan cara penulis

menuangkan ide-idenya dan hubungan antar kalimat dalam wacana itu sehingga

peserta didik dapat memahami bahasa atau kata-kata kiasan yang digunakan.

2. Kematangan Jiwa

Setiap orang pasti mengalami perkembangan psikologi. Hal ini juga

harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada daya ingat, kemauan

mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi

atau pemecahan problem yang dihadapi (Rahmanto, 1988:30). Rahmanto (2005:

30) menyajikan tahap perkembangan psikologi anak untuk membantu guru lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

28

memahami tingkatan perkembangan psikologi anak-anak SD dan anak-anak

SMA.

a. Tahap pengkhayal (8 – 9 tahun)

Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi

masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan.

b. Tahap romantik (10 – 12 tahun)

Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke

realitas. Anak mulai menyukai cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan

kejahatan.

c. Tahap realistik (13 – 16 tahun)

Pada tahap ini anak benar-benar terlepas dari dunia fantasi. Mereka terus

berusaha mengetahui dan mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami

masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata.

d. Tahap generalisasi (16 – selanjutnya)

Pada tahap ini anak sudah tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja

tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan

menganalisis suatu fenomena.

Guru hendaknya dapat memilih novel yang sesuai dengan tahap psikologis

pada umumnya dalam suatu kelas. Meskipun dalam satu kelas tidak semua tahap

psikologis sama, setidaknya guru dapat menyajikan novel yang menarik minat

peserta didik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

29

3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya juga harus diperhatikan. Secara tidak langsung,

peserta didik akan lebih tertarik dengan karya-karya sastra yang mempunyai

hubungan erat dengan latar belakang kehidupan mereka. Dengan demikian, guru

hendaknya memilih bahan pengajaran dengan menggunakan prinsip

mengutamakan novel yang latar ceritanya dikenal oleh para siswa.

Dengan demikian, guru juga harus bisa memahami apa yang diminati oleh

para peserta didik sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu

menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki

oleh para peserta didiknya. Perlu kita ketahui bahwa pengajaran sastra dapat

membantu meningkatkan keterampilan bahasa, meningkatkan pengetahuan

budaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta membantu pembentukan watak

peserta didik.

2.2.6 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang

tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan

siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk

mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari

dokumen yang dirancang dalam bentuk nyata (Wina, 2009:9 – 10). Indonesia

selama ini menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

30

adalah (Wina, 2010:128) kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan (sekolah/madrasah).

Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan

berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

Berikut merupakan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sesuai

dengan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester II:

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

SK 15 : Memahami buku

biografi, novel, dan

hikayat

KD 15.1 : Mengungkapkan hal-hal

yang menarik dan dapat

diteladani dari tokoh

2.2.7 Silabus

Silabus (KBBI, 2005:1064) adalah kerangka unsur kursus pendidikan yang

disajikan di aturan yang logis. Muslich (2007:23) berpendapat bahwa silabus

adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran atau tema

tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok,

kegiatan pembelajaran, penilaian, alokasi waktu, dan bahan ajar.

Format silabus paling tidak memuat sembilan komponen (Muclish,

2007:30 – 32).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

31

1. Komponen identifikasi

Komponen identifikasi berisi nama sekolah, mata pelajaran, kelas, dan

semester.

2. Komponen standar kompetensi

Pada komponen standar kompetensi yang diperhatikan adalah standar

kompetensi mata pelajaran yang bersangkutan dengan memperhatikan beberapa

hal berikut; (a) urutan berdasarkan tingkat kesulitan, (b) keterkaitan antara standar

kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran, (c) keterkaitan antara

standar kompetensi dan kompetensi dasar antar mata pelajaran.

3. Komponen kompetensi dasar

Yang perlu dikaji dalam komponen kompetensi dasar adalah sebagai

berikut; (a) urutan berdasarkan tingkat kesulitan materi, (b) keterkaitan antar

standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran, (c) keterkaitan

standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.

4. Komponen materi pokok

Pada materi pokok yang perlu dikaji adalah mengidentifikasi materi pokok

dengan mempertimbangkan: tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,

sosial dan spiritual peserta didik, kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur

keilmuan, kedalaman materi, dan relevansi dengan kebutuhan peserta didik.

5. Komponen pengalaman belajar

Berikut yang perlu diperhatikan dalam komponen pengalaman belajar:

pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan mengaktifkan peserta didik,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

32

pengalaman belajar yang memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta

didik, dan rumusannya mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta

didik.

6. Komponen indikator

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komponen indikator.

Pertama, indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-

tanda, perbuatan dan atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta

didik. Kedua, indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan

pendidikan, potensi daerah dan peserta didik. Ketiga, rumusan indikator

menggunakan kata kerja operasional yang terukur atau dapat diobservasi.

Keempat, indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

7. Komponen jenis penilaian

Bentuk penilaian adalah tes dan non tes. Guru bisa melakukan penilaian

dengan cara lisan atau tertulis, pengamatan kinerja, sikap, penilaian hasil karya

berupa proyek atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

8. Komponen alokasi waktu

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam komponen alokasi

waktu. Pertama, penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar

didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per

minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar keluasan,

kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Kedua,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

33

alokasi waktu dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu yang

dibutuhkan oleh peserta didik untuk menguasai kompetensi dasar.

9. Komponen sumber belajar

Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan dalam komponen sumber

belajar. Pertama, sumber belajar adalah rujukan, objek dan atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Kedua, sumber belajar dapat berupa

media cetak dan elektronik, narasumber, lingkungan fisik, alam, sosial, dan

budaya. Ketiga, penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi

dan kompetensi dasar serta materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi.

2.2.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Jika kita ingin melakukan suatu hal pasti ada rencana yang disiapkan.

Guru juga memerlukan perencanaan sebelum memberikan materi pelajaran

kepada peserta didik. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan

pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam

pembelajaran di kelas (Muslich, 2007:45). Komponen RPP terdiri atas identitas

mata pelajaran, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. RPP merupakan

pegangan penting bagi guru. Oleh sesbab itu, RPP harus dipersiapkan sebaik

mungkin sebelum proses pembelajaran dilaksanakan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto

(2009 : 234) berpendapat bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk

menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang

sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian ini termasuk deskriptif karena

peneliti akan menggambarkan atau menunjukkan variabel, gejala, atau keadaan

yang merupakan nilai-nilai patriotisme dalam sebuah novel, bukan menguji suatu

hipotesis tertentu untuk memperoleh kebenaran.

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007 : 4) berpendapat bahwa penelitian

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Penelitian ini

termasuk kualitatif karena peneliti akan menyajikan kata-kata tertulis yang

mengandung nilai patriotisme dari orang atau perilaku yang ada dalam novel.

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian

Data yang dianalisis berupa kata-kata yang mengandung nilai patriotisme

dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita. Sumber data penelitian ini adalah

novel Sang Patriot karya Irma Devita tahun 2014. Tebal buku 266 halaman.

Penerbit Inti Dinamika Publishers.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

35

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pada awalnya peneliti memilih novel yang akan diteliti. Setelah menemukan,

peneliti membaca sambil menandai setiap kalimat yang mengandung nilai patriotisme

dengan spidol berwarna. Langkah selanjutnya adalah menuliskan setiap kalimat yang

mengandung nilai patriotisme pada kertas quarto.

3.4 Instrumen Penelitian

Moleong (1988 : 17) berpendapat bahwa dalam penelitian kualitatif yang

menjadi instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Hal ini disebabkan selain sulit

untuk mengkhususkan pada apa yang diteliti, orang memiliki hak untuk mengambil

keputusan. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sedemikian rupa sehingga dapat

ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagai yang disarankan oleh

data (Moleong, 1988 : 88). Berikut langkah- langkah yang dilakukan oleh peneliti

untuk menganalisis data.

1. Peneliti membaca ulang data yang sudah dikumpulkan dalam rupa catatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

36

2. Peneliti menelaah data yang terkumpul dalam bentuk catatan dengan cara

menghubungkannya dengan teori, apakah kalimat itu sesuai dengan teori

atau tidak.

3. Peneliti memberi tanda chek list ( √ ) pada kalimat-kalimat yang

menunjukkan nilai keberanian, tanda bulatan hitam ( ● ) pada kalimat-

kalimat yang menunjukkan nilai rela berkorban, dan tanda silang ( × )

pada kalimat-kalimat yang menunjukkan nilai cinta tanah air.

4. Peneliti menghubungkan nilai-nilai patriotisme dengan kompetensi inti

dan kompetensi dasar yang berkaitan dengan pembelajaran sastra di kelas

XII SMA semester II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Pada bagian ini peneliti akan menganalisis tokoh, penokohan, latar, dan

tema dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita. Peneliti memilih empat dari

enam unsur intrinsik yang ada karena keempat unsur bisa membantu dalam

menemukan nilai-nilai patriotisme.

Peneliti menggunakan tokoh, penokohan, latar, dan tema untuk

menemukan nilai-nilai patriotisme. Tokoh dan penokohan dimulai dari kutipan (1)

sampai kutipan (126). Latar dibagi menjadi 3 bagian, latar tempat dimulai dari

kutipan (127) sampai kutipan (154), latar waktu dimulai dari kutipan (155) sampai

kutipan (162) dan latar sosial dimulai dari kutipan (163) sampai kutipan (175),

tema dimulai dari kutipan (176) sampai kutipan (183). Nilai patriotisme dimulai

dari kutipan (184) sampai kutipan (212).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

sosiologi sastra. Pendekatan ini menganalisis aspek-aspek sosial dari karya sastra

tersebut. Hasil penelitian ini akan direlevansikan dalam pembelajaran sastra di

SMA kelas XII semester II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

38

4.2 Analisis Tokoh dan Penokohan, Latar, dan Tema

4.2.1 Analisis Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di

dalam berbagai peristiwa dalam cerita (Panuti Sudjiman, 1990: 79). Penokohan

menunjuk pada watak, perwatakan, karakter, sifat, dan sikap para tokoh seperti

yang ditafsirkan oleh pembaca, serta lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang

tokoh (Burhan, 2009: 165). Burhan Nurgiyantoro (2009: 176 – 177) mengatakan

bahwa tokoh terdiri atas tokoh utama dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam

novel ini adalah Sroedji yang berani dan rela mengorbankan segala-galanya demi

kemerdekaan Bangsa Indonesia. Di bawah ini akan dibahas tokoh utama dan

tokoh tambahan dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita. Tokoh utama dalam

novel tersebut adalah Sroedji.

4.2.1.1 Sroedji

Sroedji adalah anak kedua pasangan Hasan dan Amni. Banyak orang

mengatakan bahwa Sroedji bukan orang pribumi asli. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipan

yang mendukung pernyataan tersebut.

(1) Bocah lelaki itu, Mochammad Sroedji. Hidung yang tinggi dan

membuat wajahnya terlihat tampan dibandingkan anak-anak

kampong lainnya. Bentuk hidung inilah yang membuat dia sering

disangka peranakan Arab. Atau kulitnya yang putih bersih

membuat dia dikira memiliki keturunan Cina. Padahal semuanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

39

tidak benar. Sroedji, begitu dia biasa dipanggil, meskipun bukan

asli Jawa tapi orang pribumi berdarah Madura. Ketampanan Sroedji

diperoleh dari ibunya, Amni, wanita jelita pada masanya (Devita,

2014:6).

Sroedji adalah seorang ayah dengan 4 orang anak. Anak pertama bernama

Cuk, Pom, Tuti, dan Puji. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa

Sroedji adalah seorang ayah dengan menggunakan teknik ekspositori.

(2) Ia akui, keraguannya masih membayangi keputusannya

meninggalkan rumah. Apalagi anak pertamanya, Sucahyo yang

biasa dipanggil “Cuk”, baru berusia tiga tahun (Devita, 2014 : 43).

(3) Sroedji memberi nama Supomo untuk anak keduanya. Tak lupa ia

sematkan namanya sendiri di belakang. Jadilah anak itu bernama

Supomo Sroedji (Devita, 2014 : 44).

(4) Selalu ada Sroedji saat kelahiran Cuk, Pom, dan Tuti. Sroedji

dengan sabar dan setia mendampingi Rukmini (Devita, 2014 : 135).

(5) Puji Rejeki hadir ke dunia tanpa kehadiran Sroedji (Devita, 2014 :

131).

Pekerjaan Sroedji sebelum menjadi tentara adalah mantri malaria. Ia selalu

berkeliling ke pelosok desa untuk membantu orang yang terkena penyakit. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji juga berprofesi sebagai mantri

malaria dengan menggunakan teknik ekspositori.

(6) Siang itu, seperti biasa Rumah Sakit Kreongan ramai orang yang

membawa keluhan bermacam penyakit yang diderita. Sroedji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

40

tampak di sana, setia melayani para pasien. Sebagai seorang mantri

malaria, Sroedji, biasanya berkeliling ke pelosok-pelosok desa

(Devita, 2014 : 43).

(7) Setelah menjalani kesibukkan sesiangan, saat mencatat stok obat

benak Sroedji kembali dipenuhi pikiran tentang pertemuannya

dengan kawan-kawan sesame eks Hizbul Wathan (Devita, 2014 :

44).

Sroedji mempunyai cita-cita untuk memerdekakan negaranya. Cara yang

bisa ditempuh Sroedji untuk mencapai cita-citanya adalah menjadi tentara. Hal itu

ia lakukan, mulai menjadi anggota PETA sampai komandan Brigade

Damarwulan. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa

Sroedji seorang prajurit dengan menggunakan teknik ekspositori.

(8) Kini Sroedji resmi menyandang pangkat chuudancho (Devita, 2014

: 59).

(9) Tanggal 5 Oktober 1945 BKR berubah menjadi Tentara Keamanan

Rakyat (TKR) dimana Sroedji menjabat menjadi Komandan

Batalion Sroedji Resimen IV/TKR Divisi Untung Suropati (Devita,

2014 : 73).

(10) Mayor Sroedji bersama pasukan Batalion Alap-Alap berencana

melancarkan serangan balasan terhadap konvoi Belanda yang akan

menyeberangi kali Brantas (Devita, 2014 : 81).

(11) Di sebuah gubuk yang tersembunyi di rerimbunan perkebunan tebu

Jagalan, dua petinggi Lumajang bertemu, Sastrodikoro yang

mewakili pimpinan pemerintahan dan Sroedji dari unsur pimpinan

tentara republik yang pada tanggl 5 Mei 1947 telah berubah

menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) (Devita, 2014 : 99).

(12) Kala itu, Sroedji menjabat komandan Resimen Infantri 29 Menak

Koncar, lantas diangkat menjadi Komandan Resimen 40 yang

membawahi pasukan sekaresidenan Besuki asal Jember, Klakah,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

41

Bondowoso, Banyuwangi, dan Lumajang (Devita, 2014 : 138 –

139).

(13) Sroedji menjadi komandan Satuan Gabungan Angkatan perang

dalam penumpasan ekor PKI di Blitar (Devita, 2014 : 147).

(14) Menghadapi blitzkrieg Belanda, sebagai komandan Brigade

Damarwulan Sroedji mendapat mandate memimpin pasukan

republik untuk melakukan wingate action, gerakan penyusupan

(Devita, 2014 : 152).

(15) Beberapa kali Belanda mengembuskan kabar bahwa Komandan

Brigade Damarwulan, Letkol. Sroedji, tertangkap atau terbunuh

(Devita, 2014 : 215).

Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji seorang prajurit dengan

menggunakan teknik dramatik.

(16) “Aku mendapat pangkat chuudancho, kapten Bu, menjadi

komandan kompi 4 di bawah Daidanchoo Suwito. Tugasku

membentuk Daidan I di Karesidenan Besuki, khususnya di

Kencong, Jember.” (Devita, 2014 : 64).

(17) “Ah…andai saja suamiku bukan tentara. Andai dia benar-benar

hanya pedagang,” keluh Rukmini lagi dalam batin (Devita, 2014 :

138).

Tokoh Sroedji dalam novel ini memiliki tekad yang kuat untuk bersekolah.

Sroedji tidak ingin sekedar sekolah di Ongko Loro. Dia bahkan ingin bersekolah

di HIS (Hollands Indische School). Sekolah untuk para priyayi dan golongan

Eropa. Setamatnya sekolah di HIS, Sroedji meneruskan sekolahnya di

Ambactsleergang, sekolah kejuruan bidang pertukangan. Sroedji bercita-cita

menjadi tentara. Ia ingin membebaskan tanah airnya dari penjajah. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

42

Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji sosok yang mempunyai tekad

besar untuk bersekolah dengan menggunakan teknik dramatik.

(18) “Ya, aku akan sekolah! Akan kugapai impianku, jadi tentara,” seru

Sroedji dalam hati (Devita, 2014:10).

(19) “Aku akan sekolah lagi!” Kalimat tersebut terus diteriakkan dalam

hati Sroedji di tengah kesibukan membantu ayahnya mengatur

tempat yang nyaman dan menyusun barang-barang bawaan

(Devita, 2014:18).

Sroedji termasuk sosok laki-laki yang pandai. Sroedji selalu menyelesaikan

sekolahnya. Sroedji juga pandai dalam memainkan alat musik ukulele. Tidak

hanya itu, dalam mengatur siasat pertempuran melawan penjajah, Sroedji juga

pandai. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan

teknik ekspositori dan dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji

sosok yang pandai dengan menggunakan teknik ekspositori.

(20) Kecerdasan Sroedji yang di atas rata-rata membuat dia lolos tes dan

diterima di HIS (Devita, 2014:12).

(21) Tulang kepala berambut ikalnya retak, terdera popor senapan.

Satu…dua…tiga…jari-jari tangan sang jasad tak lagi lengkap,

hilang sebagian. Jari-jari itu biasanya lincah memetik ukulele,

melantunkan nada merdu (Devita, 2014:1).

(22) Rukmini duduk di deretan depan para penonton orkes keroncong di

Kreongan Jember. Wajahnya memerah ketika pria tampan yang

memerik ukulele melagukan “Als de orchideen bloeien” yang

kemudian diulangi dalam bahasa Indonesia (Devita, 2014:19).

(23) Sroedji yang sedang bersantai sembari memetik ukulele

kesayangannya menoleh. “Buat warga kita?” tanyanya menanggapi

(Devita, 2014:44).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

43

(24) Strategi pengadangan konvoi Inggris sudah disiapkan. Bom-bom

sudah terpasang dan siap diledakkan. Pasukan garda depan sudah

menggenggam tekidanto dan stengun, sedangkan bagian penjagaan

sudah siap dengan brengun (Devita, 2014:82).

Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji sosok yang pandai dengan

menggunakan teknik dramatik.

(25) “Sekolah itu secukupnya saja. Toh dia sudah lulus dari HIS,

sementara kebanyakan temannya sama sekali tidak merasakan

pendidikan.” (Devita, 2014:16).

(26) “Sepertinya bukan tanpa alasan Jepang memilih nama Pembela

Tanah Air,” batin Sroedji. Otaknya yang cerdas segera dapat

membaca maksud Jepang (Devita, 2014:44).

Sroedji juga seorang yang penyayang. Kasih sayang dan perhatiannya selalu

ia curahkan disela-sela kesibukkannya memimpin pertempuran. Istri dan anak-

anaknya sangat senang dengan sosok Sroedji. Dalam menggambarkan pernyataan

tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang

menjelaskan bahwa Sroedji sosok yang penyayang dengan menggunakan teknik

dramatik.

(27) Tapi Sroedji menimpali dengan sabar, “Tidak apa-apa

Bu…mungkin Cuk kangen aku,” sambil meneruskan makan dan

membelai kepala Cuk (Devita, 2014:63).

(28) “Biar saja Bu, Cuk Cuma ingin cari perhatian dariku. Biarkan. Aku

senang melihat anakku aktif dan sehat,” sela Sroedji (Devita,

2014:63).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

44

Sroedji suka memuji orang lain, baik keluarganya maupun anak buahnya.

Meskipun ia seorang tentara, Sroedji tidak sombong. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan

yang menjelaskan bahwa Sroedji sosok yang rendah hati dengan menggunakan

teknik dramatik.

(29) “Wah…labu siamnya serasa daging Bu. Uenak tenan. Sungguh.

Aku sudah kangen masakanmu Bu…Masakanmu selalu enak dan

pas bumbunya,” Sroedji memandang mesra seraya mengusap

lengan Rukmini lembut. Untuk meyakinkan istrinya, Sroedji

menambah nasi dan makan dengan lahap (Devita, 2014 : 64).

(30) “Selamat ulang tahun ya, Bu…Kamu pasti terlihat cantik kalau

pakai kebaya ini,” kata Sroedji lembut (Devita, 2014 : 105).

(31) “Benar kan apa kataku? Kamu cantik sekali pakai kebaya ini,” puji

Sroedji tulus (Devita, 2014 : 105).

(32) “Hebat-hebat…meski tegang, sama sekali tidak tampak wajah

takut,” gumam Sroedji dalam hati, puas sekaligus bangga (Devita,

2014 : 79).

(33) “Pasukanku terbukti patut dibanggakan,” batin Sroedji sembari

memandang anak buahnya dengan bangga (Devita, 2014 : 82).

Sebagai seorang tentara, semangat tinggi untuk berjuang mengusir penjajah

sangatlah diperlukan. Hal ini sangat melekat pada diri Sroedji. Ia tidak pernah

surut semangatnya untuk mengusir penjajah meski harus menjalani latihan fisik

yang sangat keras. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji

sosok yang penuh semangat dengan menggunakan teknik dramatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

45

(34) “Cara mereka melatih memang sadis, bahkan di luar batas

kemanusiaan kita. Tapi mereka benar.” Setelah diam sejenak,

Sroedji melanjutkan, “Bagaimana bisa mempertahankan negara

dari serangan musuh yang ingin kembali menjajah, kalau kita

lemah?” (Devita, 2014 : 57).

(35) “Perang terbesar bukanlah melawan musuh, Mur. Perang paling

besar adalah perang melawan diri kita sendiri. Kita harus punya

satu tekad baja. Kita harus kalahkan dulu diri kita, baru bisa

mengalahkan musuh.” (Devita, 2014 : 57).

(36) “Kita adalah prajurit Mur,…kita tidak boleh kehilangan semangat

juang. Seorang prajurit yang kehilangan semangat juang ibarat

mayat yang sedang mengusung keranda kematiannya sendiri.”

(Devita, 2014 : 57).

Sroedji adalah sosok yang bijaksana. Ia mampu memilah-milah situasi dan

mampu menjembatani suatu permasalahan. Banyak orang yang segan kepadanya.

Pembawaannya yang tenang menambah aura kebijaksanaannya semakin

terpancar. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan

teknik dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji seorang yang

bijaksana dengan menggunakan teknik dramatik.

(37) “Musuh sudah menyerah. Jangan kalian membunuh tanpa alasan.

Jangan menebar maut secara keji. Kita berperang untuk

mempertahankan kemerdekaan Negara Indonesia. Kita bukan

pembunuh,” pesan Sroedji tak bosan-bosan. Pesan yang selalu

berulang-ulang membuat anak buahnya semakin segan dan kagum

terhadap kemuliaan hati sang komandan (Devita, 2014 : 207).

(38) “Sudah…sudah. Letnan Ngadiyo, tolong sarungkan pistolmu. Kita

ini sedang berjuang, bergerilya melawan Belanda. Jangan terjebak

perseteruan tak keruan yang malah akan merugikan kita sendiri,”

kata Sroedji mencoba mendinginkan suasana (Devita, 2014 : 158).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

46

(39) “Letnan Sugeng benar, wanita dan anak-anak memang akan

memperlambat gerakan kita. Tapi, Letnan Ngadiyo juga benar. Kita

tidak bisa meninggalkan keluarga tanpa ada yang melindungi.

Baiknya kita ambil jalan tengah. Wanita dan anak-anak bisa ikut.

Bagaimana agar mereka tak menjadi beban? Kita akan bahas hal

itu.”(Devita, 2014 : 158).

Segagah-gagahnya seorang tentara, mereka tetaplah manusia. Tugas berat

nan mulia yang mereka emban tidak akan berbuah tanpa pertolongan Sang

Pemilik Kehidupan. Sroedji adalah seorang tentara yang selalu mengikutsertakan

bantuan Tuhan untuk menyelesaikan segala tugasnya. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan

yang menjelaskan bahwa Sroedji taat beribadah dengan menggunakan teknik

dramatik.

(40) Dalam hatinya terpanjat doa,”Ya Allah Tuhan penyeru sekalian

alam, berikanlah jalan dan kemudahan bagi kami dalam

mengemban tugas berat ini.” (Devita, 2014 : 162).

(41) “Ya Allah…semoga besok, saat perang sesungguhnya, mereka

akan ingat semua yang diajarkannya,” harap Sroedji (Devita, 2014 :

79).

Tentara adalah profesi yang membutuhkan rasa kecintaan terhadap tanah air.

Hal ini dibutuhkan agar dalam berjuang, seorang tentara atau prajurit benar-benar

dilakukannya secara sungguh-sungguh. Begitu pula dengan Sroedji, kecintaannya

terhadap tanah air membuatnya semakin semangat untuk bisa menjadi seorang

tentara. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

47

teknik dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Sroedji cinta akan

tanah airnya dengan menggunakan teknik dramatik.

(42) “Kita hidup di tanah Jawa, Bu…Anak kita harus diajari bicara

bahasa Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari, bukan bahasa

penjajah, dan bukan juga bahasa Madura…” (Devita, 2014 : 35).

(43) “Inilah saat yang tepat untukku menyumbangkan tenaga dan

pikiran demi membela tumpah darahku,” bisik hati Sroedji (Devita,

2014 : 46).

(44) “Sekarang Bu…sekarang saatnya aku membaktikan diri, membela

tumpah darah,” kata Sroedji berapi-api (Devita, 2014 : 47).

Bukan saja cinta tanah air yang diperlukan untuk menjadi prajurit.

Keberanian juga diperlukan, agar dalam menghadapi penjajah benar-benar

maksimal. Sroedji termasuk sosok yang berani. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan

yang menjelaskan bahwa Sroedji cinta akan tanah airnya dengan menggunakan

teknik dramatik.

(45) “Saya dukung perjuangan rakyat Surabaya mempertahankan kota!

Kami, TKR, Jember, siap ikut bertempur!” seru Sroedji (Devita,

2014 : 76).

(46) “Mereka pikir, semudah itu masuk Sidoarjo? Tak akan kami

biarkan mereka seenaknya menembus pertahanan pejuang!” batin

Sroedji penuh tekad (Devita, 2014 : 82).

Menjadi seorang prajurit bukanlah perkara yang mudah. Dibutuhkan pula

rasa rela berkorban dalam menjalankan tugas-tugasnya. Hal ini dibuktikan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

48

Sroedji, ia rela meninggalkan keluarganya bahkan rela kehilangan nyawanya demi

mengusir penjajah dari tanah airnya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan

bahwa Sroedji rela berkorban dengan menggunakan teknik dramatik.

(47) Melihat Murjani sudah tenang Sreodji berbisik, “Mur, kita memang

menderita secara fisik dan mental di sini. Tapi itu belum seberapa

dibandingkan penderitaan bangsa Indonesia selama ratusan tahun

Mur. Kita semua di sini punya semangat yang sama, semangat

menjadi tentara yang kuat, untuk kemerdekaan Indonesia.” (Devita,

2014 : 57).

(48) “Cara mereka melatih memang sadis, bahkan di luar batas

kemanusiaan kita. Tapi mereka benar.” (Devita, 2014 : 57).

Sroedji adalah tokoh utama dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita.

Hal ini disebabkan, cerita yang disajikan menceritakan perjuangan Sroedji.

Kutipan (1) menjelaskan bagaimana ciri-ciri fisik Sroedji. Ia memiliki hidung

yang tinggi, wajah tampan, dan berkulit bersih. Banyak juga yang mengatakan

bahwa Sroedji keturunan Arab dan Cina, tetapi sebenarnya Sroedji anak pribumi

asli. Kutipan (2) menjelaskan bahwa Sroedji ayah dari Sucahyo, Soepomo

Sroedji, Tuti, dan Puji Rejeki.

Sroedji berprofesi sebagai mantri malaria. Setiap hari ia berkeliling

kampong untuk menolong orang-orang yang sakit. Hal ini ia lakukan dengan

senang hati. Kutipan (6) dan (7) merupakan bukti bahwa Sroedji seorang mantri

malaria. Sroedji mempunyai niat besar untuk mengusir penjajah dari tanah airnya.

Hal ini ia buktikan dengan mandaftarkan diri menjadi seorang prajurit. Kutipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

49

(8) sampai kutipan (17) menceritakan karir Sroedji hingga bisa menjadi

Komandan Brigade. Sifat-sifat Sroedji terdapat pada kutipan (18) sampai kutipan

(48). Sifat-sifat Sroedji antara lain mempunyai tekad yang besar untuk sekolah,

pandai, sosok yang penyayang, rendah hati atau suka memuji orang, mempunyai

semangat tinggi, bijaksana, taat beribadah, cinta tanah air, berani, dan rela

berkorban.

Tokoh tambahan yang akan dianalisis adalah Rukmini, Hasan, Amni,

Tajib, Maryam, Murjani, Soebandi, Titiwardoyo, Abdul Syukur, Rustamaji,

Sersan Sakri, dan Sersan Paimin. Berikut pemaparan tentang tokoh dan

penokohan tokoh tambahan.

4.2.1.2 Rukmini

Rukmini adalah anak pasangan Tajib dan Maryam. Kehidupan Rukmini

berbeda dengan anak-anak seusianya. Rukmini berasal dari keluarga terpandang.

Ayahnya adalah seorang guru OSVIA, sekolah pamong praja yang kelak akan

menjadi ambtenaar, semisal bupati, residen, camat, dan kepala desa. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipan yang menjelaskan pernyataan tersebut dengan menggunakan

teknik ekspositori.

(49) Rukmini sangat beruntung karena lahir dalam keluarga yang

berkecukupan dan terpandang di kota asalnya, Sampang (Devita,

2014 : 20).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

50

(50) Hanya segelintir pribumi yang berkesempatan menjadi guru di

sekolah yang demikian dan mendapatkan kehormatan sebagai

bagian masyarakat kelas atas saat itu (Devita, 2014 : 20).

Rukmini adalah wanita yang mempunyai keinginan tinggi untuk bersekolah.

Dia ingin menjadi ahli hukum wanita. Segala hal akan dilakukan Rukmini demi

meraih cita-citanya, termasuk menentang kehendak sang ayah. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori

dan dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Rukmini mempunyai

tekad yang tinggi untuk meraih cita-citanya dengan menggunakan teknik

ekspositori.

(51) Ia hanyalah wanita yang penuh mimpi dan keinginan meraih cita-

cita setinggi mungkin menjadi seorang Meester in de Rechten, ahli

hukum wanita yang masih langka saat itu (Devita, 2014 : 20).

(52) Meski Rukmini dengan senang hati menjalani kehidupan sebagai

siswa di sekolah keputrian, namun ia tidak pernah menghapus cita-

cita untuk suatu saat diperbolehkan melanjutkan ke Sekolah Tinggi

Hukum seperti yang diimpikannya selama ini (Devita, 2014 : 26).

Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Rukmini mempunyai tekad yang tinggi

untuk meraih cita-citanya dengan menggunakan teknik dramatik.

(53) “Maaf pak, saya terpaksa tidak bisa menuruti keinginan Bapak.

Saya belum mau menikah sekarang. Saya masih ingin sekolah,

belajar hukum di Leiden, Pak,” ujar Rukmini lirih. Mukanya

tertunduk tak berani menatap ayahnya (Devita, 2014 : 26 – 27).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

51

Rukmini wanita yang pandai. Kepandaiannya ia dapatkan dari sang ayah.

Nilai-nilai Rukmini selalu bagus. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik ekspositori dan dramatik. Berikut kutipan yang

menjelaskan bahwa Rukmini sosok wanita yang pandai dengan menggunakan

teknik ekspositori.

(54) Rukmini tak cantik-cantik amat dibandingkan adik-adiknya.

Namun soal kepandaian, ia berani diadu dengan siapa pun (Devita,

2014 : 21).

(55) Rukmini selalu meraih peringkat tertinggi di kelas tanpa banyak

kesulitan. Nilai-nilainya lebih unggul, bahkan dari nilai anak-anak

keturunan Belanda sekalipun (Devita, 2014 : 21).

(56) Senyum tipis Mas Tajib baru pertama kali Rukmini lihat ketika ia

lulus HIS dengan nilai tertinggi (Devita, 2014 : 22).

Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Rukmini sosok wanita yang pandai

dengan menggunakan teknik dramatik.

(57) “Istriku wanita yang sangat cerdas,” begitu yang tersirat Sroedji

menceritakan kepribadian Rukmini dengan nada bangga kepada

teman-temannya (Devita, 2014 : 46).

(58) “Sayang ya Bu…kamu demikian pintar, tapi nasib dan kondisi kita

menyebabkan kamu tidak dapat memenuhi cita-citamu,” desah

Sroedji murung (Devita, 2014 : 65).

Meskipun pintar, Rukmini adalah sosok yang polos. Ia tidak tahu arti jatuh

cinta. Bahkan hidupnya hanya ia gunakan untuk memenuhi semua cita-citanya.

Bisa dikatakan pertemuannya dengan Sroedji adalah awal ia merasakan jatuh

cinta. Rukmini juga patuh terhadap kedua orangtuanya. Ia selalu menurut dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

52

perintah ayahnya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa

Rukmini adalah wanita yang polos dan penurut dengan menggunakan teknik

ekspositori.

(59) Rukmini, wanita canggung yang tidak pernah jatuh cinta. Ia bahkan

tidak pernah diajari tentang arti cinta (Devita, 2014 : 20).

(60) Ia tampil bak wanita canggung, tidak tahu harus bagaimana

menghadapi perasaan yang tidak pernah dikenalnya selama ini

(Devita, 2014 : 32).

(61) Kepatuhan Rukmini kepada ayahnya, yang merupakan lambang

supremasi tak terbantahkan dalam keluarga, menyebabkan dirinya

hanya pasrah tatkala ayah memasukkannya ke sekolah keputrian

Van De Venter yang terletak di lingkungan keputren

Mungkunegaran Solo (Devita, 2014 : 22).

(62) Jadilah Rukmini menyerah untuk dijodohkan dengan seorang lelaki

yang bahkan wajahnya pun belum pernah ia lihat. Ada rasa takut

terselip dalam hati kecil Rukmini (Devita, 2014 : 29).

Sama halnya dengan Sroedji, Rukmini juga sosok wanita yang rajin berdoa.

Segala yang terjadi pada dirinya, selalu ia serahkan kepada Tuhan. Begitu pula

saat ia dalam situasi yang tidak aman. Dalam menggambarkan pernyataan

tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang

menjelaskan bahwa Rukmini rajin berdoa dengan menggunakan teknik dramatik.

(63) “Ya Allah! Lindungilah aku!” jerit hati Rukmini penuh harapan

(Devita, 2014 : 70).

(64) “Ya…Allah aku pasrahkan hidupku padamu…aku menyerah pada

kehendakMu Tuhan,” bisik Rukmini (Devita, 2014 : 124).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

53

(65) “Ya allah, jangan ambil nyawaku sekarang. Selamatkanlah kami.

Lindungi hamba-Mu ini. Berikan kesempatan membesarkan anak-

anakku ya Allah.” Dalam ketakutannya, batin Rukmini tak henti

merapalkan doa-doa (Devita, 2014 : 126).

(66) Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa takut dan segala

marabahaya yang mengancam kami,” tak putus Rukmini

menyerukan doa dalam hati (Devita, 2014 : 219).

(67) “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari segala peristiwa buruk

yang mungkin akan menimpa keluarga kami,” Rukmini mengecup

Puji (Devita, 2014 : 232).

Seorang ibu wajib menyayangi anak-anaknya. Segalanya akan dilakukan

demi kebahagian sang buah hati. Begitu pula dengan Rukmini, dalam situasi

perang dan serba terbatas, ia mau melakukan apa saja demi kebahagiaan anaknya.

Terlebih ketika anak sedang sakit. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan

bahwa Rukmini seorang yang penyayang dengan menggunakan teknik dramatik.

(68) “Opo sing dhadhi karepmu, tho Pom?” Rukmini yang baru saja

melahirkan merasa bingung dan gundah melihat Pom tak kunjung

sembuh (Devita, 2014 : 141).

(69) “Iki ibu wis mundut nasi putih, Le,…ayo cepat dimakan biar cepat

semmbuh,” dengan harap cemas, Rukmini membujuk Pom untuk

segera makan.

Sebagai istri seorang tentara, Rukmini harus mempunyai kepribadian yang

kuat. Kuat dalam menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

54

Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Rukmini wanita yang kuat dengan

menggunakan teknik dramatik.

(70) “Anakku, kita keluarga Sroedji. Keluarga pejuang…Bapakmu

sedang berjuang mengusir penjajah. Kita pun harus berjuang,

kuatkan dirimu…satu bukit lagi sayangku. Kuatkan dirimu ya

Nak…bantu ibumu.” Konon, bayi dalam kandungan punya

kepekaan dan hubungan batin luar biasa dengan ibunya (Devita,

2014 : 125).

(71) Ia menguatkan hati untuk tetap bertahan, “Aku harus hidup, demi

anak-anak. Harus!” (Devita, 2014 : 126).

Bagi seorang tentara, dukungan dari seorang istri sangatlah penting.

Rukmini sangat menyayangi Sroedji. Ia selalu berusaha untuk mendukung

keinginan Sroedji. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan bahwa Rukmini

selalu mendukung suminya dengan menggunakan teknik dramatik.

(72) “Kau punya mimpi jadi tentara agar dapat membaktikan tenagamu

kepada rakyat banyak. Mungkin inilah saat yang tepat untuk

mewujudkannya. Menurutku, jika ingin merdeka Indonesia

pastinya membutuhkan pasukan tentara yang dapat diandalkan,”

kata Rukmini lembut sambil menyentuh lengan suaminya (Devita,

2014 : 47).

(73) “Menurutku, jika menjadi tentara adalah panggilan jiwamu sejak

dulu, penuhilah, Pak. Seseorang akan berhasil jika melakukan

pekerjaan sesuai hati nuranimya. Berangkatlah, Pak. Aku rela kau

jalani kehidupan tentara. Enyahkanlah penjajah dari bumi pertiwi,”

dukung Rukmini (Devita, 2014 : 48).

(74) “Pak, ikuti kata hatimu. Sudah jadi tekadmu menjadi pembela

tanah air. Jangan khawatirkan Cuk, Pom, atau aku. Kami tidak

pernah sendirian. Allah selalu beserta kita, Pak. Aku ikhlas,” ujar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

55

Rukmini mantap meski di relung hatinya sempat menyelinap

perasaan sedih (Devita, 2014 : 48).

Sekuat-kuatnya Rukmini, ia adalah seorang wanita. Ia juga ingin

dimanjakan oleh suaminya, terlebih disaat ia hamil. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan

yang menjelaskan bahwa Rukmini juga mempunyai sikap manja dengan

menggunakan teknik dramatik.

(75) Ganti Rukmini yang gusar mendengar suaminya akan pergi lagi.

“Bayi kita ini sudah tinggal menunggu hari, Pak…Apa kau tidak bisa

menunggu sampai anak kita lahir?” (Devita, 2014 : 135).

(76) “Apakah tidak bisa ditunda sampai anakmu ini lahir, Pak?” Rukmini

mencoba mengulangi permintaannya, meski ia tahu mustahil terkabul

(Devita, 2014 : 137).

(77) “Aku ini hanya wanita dengan tiga anak yang masih kecil. Sebentar

lagi anak ke empat kita lahir. Aku tidak minta Bapak berhenti jadi

tentara. Aku hanya minta agar sekali ini saja Bapak menunda

keberangkatan. Aku ingin didampingi saat melahirkan, Pak,” rajuk

Rukmini (Devita, 2014 : 137).

Rukmini memang wnita yang tangguh. Sebagai seorang istri tentara, ia pun

harus rela mengorbankan suaminya ke medan pertempuran. Rasa rela berkorban

melekat pada diri Rukmini. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang menjelaskan

bahwa Rukmini rela berkorban dengan menggunakan teknik dramatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

56

(78) “Baiklah pak,…aku ijinkan dengan satu syarat, kau harus berjanji

untuk kembali ke kami dengan selamat. Engkau harus tetap hidup,

demi aku…demi anak-anak kita.” Dengan suara tercekat, Rukmini

berkata sambil menatap mata suaminya dalam-dalam dengan penuh

harap. (Devita, 2014 : 138).

(79) “Tak apa Pak…jauh hari aku malah sudah melupakan cita-citaku.

Hidupku sekarang untuk Bapak, untuk anak-anak, untuk kita,”

tukas Rukmini tegas (Devita, 2014 : 65).

(80) “Pak, ikuti kata hatimu. Sudah jadi tekadmu menjadi pembela

tanah air. Jangan khawatirkan Cuk, Pom, atau aku. Kami tidak

pernah sendirian. Allah selalu beserta kita, Pak. Aku ikhlas,” ujar

Rukmini mantap meski di relung hatinya sempat menyelinap

perasaan sedih (Devita, 2014 : 48).

Rukmini merupakan tokoh tambahan dalam novel Sang Patriot karya Irma

Devita. Hal ini disebabkan, cerita yang disajikan tidak menceritakan dirinya

secara mendalam. Sosok Rukmini diceritakan sebagai tokoh yang mendukung

tokoh utama.

Kutipan (49) dan kutipan (50) menjelaskan bahwa Rukmini terlahir dari

pasangan Tajib dan Maryam. Ia terlahir beruntung dibandingkan dengan anak-

anak seusianya. Profesi ayahnya yang bekerja sebagai guru di OSVIA membuat

Rukmini menjadi anak pribumi dari keluarga yang terpandang.

Kutipan (51) sampai kutipan (80) menjelaskan sifat-sifat Rukmini. Rukmini

adalah perempuan yang punya tekad tinggi untuk meraih cita-citanya, pandai,

polos penurut, rajin berdoa, penyayang, kuat, selalu mendukung suaminya,

sebagai seorang perempuan ia juga manja, dan rela berkorban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

57

4.2.1.3 Murjani

Murjani adalah teman seperjuangan Sroedji ketika mereka masih di PETA.

Murjani anak orang kaya, sehingga ia tidak terbiasa diperlakukan kasar. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipan yang mendukung bahwa Murjani anak orang kaya dengan

menggunakan teknik ekspositori.

(81) Murjani adalah anak seorang priyayi yang sejak lahir sudah

terbiasa dilayani para pengasuh dan jarang bekerja keras (Devita,

2014 : 55).

(82) Bagi Murjani yang berasal dari kalangan ningrat, tamparan dipipi

adalah penghinaan di luar batas (Devita, 2014 : 55).

Murjani tidak sekuat Sroedji. Ia tidak tahan dengan cara melatih anggota

PETA. Perlakuan kasar dan hukuman berat sempat membuat Murjani menyerah.

Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik

dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa Murjani seorang yang mudah

menyerah dengan menggunakan teknik dramatik.

(83) “Dji…aku sudah tidak tahan lebih lama di tempat ini. Para taibatsu,

kopral pelatih itu pancen gendheng koyoke…,” bisik Murjani, kadet

asal Blitar (Devita, 2014 : 55).

(84) “Aku ndak tahan maneh, Dji…Ndak iso aku koyo ngene terus…!”

Murjani mulai mengisak pelan (Devita, 2014 : 56).

Murjani memang anak orang kaya, tetapi semangatnya untuk membebaskan

tanah airnya dari penjajah sangatlah kuat. Ia rela mengorbankan dirinya dididik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

58

secara sadis oleh Jepang, asalkan ia bisa menyumbangkan tenaganya nanti untuk

mengusir penjajah. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipan yang mendukung bahwa

Murjani seorang yang semangat dengan menggunakan teknik ekspositori.

(85) Murjani yang biasanya lemah dan tertinggal, tampak bersemangat

menjalani latihan (Devita, 2014 : 58).

(86) Dia selalu berlari berdampingan dengan Sroedji, sang komandan

kompi (Devita, 2014 : 58).

Murjani memang anak orang kaya, tetapi semangatnya untuk membebaskan

tanah airnya dari penjajah sangatlah kuat. Ia rela mengorbankan dirinya dididik

secara sadis oleh Jepang, asalkan ia bisa menyumbangkan tenaganya nanti untuk

mengusir penjajah. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa Murjani

seorang yang rela berkorban dengan menggunakan teknik dramatik.

(87) “Dji…aku mau kabur saja. Tiap hari kita disiksa. Di bawah terik

matahari kita disuruh lari sampai-sampai baju kita yang hijau jadi

putih karena keringat yang mongering. Eh, malamnya kita juga

masih harus menerima gebukan. Belum lagi tamparan, siksaan para

bintara dan kopral Jepang sialan itu yang tambah hari semakin

brutal!” lanjut Murjani dengan nada geram sambil berusaha keras

menahan air mata yang hendak runtuh (Devita, 2014 : 55).

Murjani adalah teman seperjuangan Sroedji ketika di PETA. Nasib Murjani

berbeda dengan Sroedji. Ia berasal dari keluarga terpandang dan kaya. Kutipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

59

(81) dan kutipan (82) adalah bukti bahwa Murjani anak orang kaya. Hidup enak

dan seeba kecukupan membuat Murjani tidak tahan di PETA. Murjani jadi orang

yang mudah menyerah. Kutipan (83) dan kutipan (84) adalah bukti bahwa

Murjani bersifat mudah menyerah. Sroedji yang mengetahui bahwa temannya

butuh semangat, tak tinggal diam. Ia lalu memberi semangat kepada Murjani.

Setelah diberikan semangat, Murjani pun kembali memiliki semangat untuk

berjuang bersama Sroedji di PETA. Kutipan (85) sampai kutipan (87) adalah bukti

bahwa Murjani seorang yang punya semangat dan rela berkorban.

4.2.1.4 Mayor dr. Raden Mas Soebandi

Soebandi adalah teman seperjuangan dengan Sroedji. Memiliki wajah tirus,

mata tajam, dan dahi lebar. Ia berprofesi sebagai dokter militer. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori.

Berikut kutipan yang mendukung pernyataan tersebut dengan menggunakan

teknik ekspositori.

(88) Lelaki berwajah tirus dan mata setajam mata elang itu tetap tenang,

tidak terpengaruh oleh keringat yang mulai membanjiri

punggungnya (Devita, 2014 : 87).

(89) Dahi lebarnya, yang menandakan kecerdasannya, penuh peluh yang

menetes dari ujung anak-anak rambut yang lurus dan hitam

(Devita, 2014 : 87).

(90) Pak dokter, demikian Marni biasa menyapanya hormat, memiliki

nama asli Soebandi. Lengkapnya Mayor dr. Raden Mas Soebandi,

dokter militer yang penuh dedikasi (Devita, 2014 : 88).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

60

Profesinya sebagai seorang dokter, mewajibkannya untuk menolong setiap

orang yang sakit. Ia korbankan seluruh jiwa dan raga demi keselamatan pasien-

pasiennya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan

teknik dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa Soebandi suka

menolong dengan menggunakan teknik dramatik.

(91) Tanpa mengalihkan pandangan Soebandi menjawab, “Ya…saya

dokter yang sedang mengobati orang terluka”. (Devita, 2014 : 91).

(92) “Ah…akhirnya terangkat juga peluru ini. Syukurlah, Mayor Abdul

Rivai bisa terhindar dari maut,” sorak Soebandi dalam hati (Devita,

2014 : 91).

(93) “Dia bukan siapa-siapa. Hanya rakyat biasa yang terserempet

peluru dan butuh operasi segera, atau dia harus kehilangan

kakinya.” Kilah Soebandi tenang (Devita, 2014 : 92).

(94) “Saya ini dokter, Tuan….Tugas saya menolong korban perang.

Siapa pun itu. Laki-laki di depan saya ini rakyat biasa yang

tertembak,” dalih Soebandi (Devita, 2014 : 92).

Pembawaan Soebandi yang tenang, mampu mengatasi segala situasi yang

ada. Meskipun berada di situasi yang menegangkan, ia mampu mengendalikan

dirinya agar tetap tenang. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori dan dramatik. Berikut kutipan yang mendukung

bahwa Soebandi seorang yang tenang dengan menggunakan teknik ekspositori.

(95) Namun melihat ketenangan Soebandi, mereka ikut tetap tegar

meski rentetan tembakan tembaga dari senapan-senapan otomatis

menusuk-nusuk gendang telinga (Devita, 2014 : 90).

(96) Tenang saja dokter pemberani itu bekerja (Devita, 2014 : 91).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

61

(97) Melihat ketenangan sang dokter, serdadu muda itu tidak berkata

lebih banyak dan memandang pemimpinnya, seolah menunggu

perintah lebih lanjut (Devita, 2014 : 92).

Berikut kutipan yang mendukung bahwa Soebandi seorang yang tenang dengan

menggunakan teknik dramatik.

(98) Hatinya berbisik, “Tenanglah tenang…dan segera selesaikan

pekerjaan ini bandhi.” (Devita, 2014 : 92).

Berprofesi sebagai dokter militer juga menuntut Soebandi untuk rela

mengorbankan segala-galanya. Tak terkecuali nyawanya. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori. Berikut kutipan

yang mendukung bahwa Soebandi seorang yang tenang dengan menggunakan

teknik ekpositori.

(99) Namun, karena jengkel, si komandan memerintahkan anak buahnya

untuk menangkap Soebandi yang tetap bandel meneruskan operasi

meski disuruh berhenti (Devita, 2014 92).

(100) Soebandi dijadikan tawanan kota selama tiga hari (Devita, 2014 :

92).

Keberanian dokter Soebandi patut diacungi jempol. Ia tetap melaksanakan

tugasnya demi pasien yang kesakitan meski senapan laras panjang sudah

ditodongkan. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik ekspositori dan dramatik. Berikut kutipan yang mendukung

bahwa Soebandi seorang yang tenang dengan menggunakan teknik ekspositori.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

62

(101) Dokter pemberani itu menerima hukuman dengan lapang dada.

Baginya, keselamatan nyawa pasien lebih penting dibanding

keselamatan dirinya sendiri (Devita, 2014 : 92).

Berikut kutipan yang mendukung bahwa Soebandi seorang yang tenang dengan

menggunakan teknik dramatik.

(102) “Sedikit lagi…sedikit lagi…Aku harus mengulur waktu…Jangan

sampai terhenti…Pasien ini bisa meninggal jika tidak selesai…”

gumam Soebandi dalam hati tanpa memedulikan todongan senjata

si Belanda (Devita, 2014 : 91).

Mayor dr. Raden Mas Soebandi adalah teman seperjuangan Sroedji. Kutipan

(88) sampai kutipan (90) menjelaskan ciri-ciri fisik Soebandi. Ia memiliki wajah

tirus, mata tajam, dan dahi lebar. Ia berprofesi sebagai dokter. militer. Kutipan

(91) sampai kutipan (102) menjelaskan tentang sifat-sifat Soebandi. Ia memiliki

sifat suka menolong, berpribadian tenang, rela berkorban, dan pemberani.

4.2.1.5 Titiwardoyo

Titiwardoyo adalah lurah Tunjungrejo. Sebagai lurah, ia wajib melindungi

warganya. Ia tidak peduli akan keselamatan nyawanya. Segalanya akan ia lakukan

untuk melindungi warganya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang mendukung

bahwa Titiwardoyo rela berkorban dengan menggunakan teknik dramatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

63

(103) “Argh…argh…” Meski darah tertelan di kerongkongan,

Titiwardoyo memberanikan diri menjawab, “Bu…bukan…Tuan.

Itu…itu war…ga saya yang…saakiiit…!” (Devita, 2014 : 98).

(104) “Aku tak mau menyerah…toh sebentar lagi aku mati. Pejuang-

pejuang itu harus selamat,” batin Titiwardoyo yang bersikeras

meski napasnya tinggal satu-satu (Devita, 2014 : 98).

Titiwardoyo adalah pribadi yang tenang. Meski dalam keadaan

menegangkan dan menjengkelkan, ia berusaha untuk tetap tenang. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik.

Berikut kutipan yang mendukung bahwa Titiwardoyo sosok yang tenang dengan

menggunakan teknik dramatik.

(105) “Selamat malam, Tuan-tuan…,” sapa Titiwardoyo berusaha

setenang mungkin (Devita, 2014 : 96).

(106) Titiwardoyo berusaha untuk tetap tenang, “Sungguh, Tuan…Tidak

ada ekstremis…” (Devita, 2014 : 97).

Titiwardoyo adalah lurah Tunjungrejo. Sebagai seorang lurah, sudah

menjadi kewajibannya untuk melindungi masyarakatnya. Kutipan (103) sampai

kutipan (106) menjelaskan sifat-sifat Titiwardoyo. Ia memiliki sifat rela berkorban

dan berpribadian tenang.

4.2.1.6 Abdul Syukur

Abdul Syukur adalah pengawal pribadi Sreodji. Ia sangat kagum akan sosok

Sroedji. Kemana Sroedji pergi, Abdul Syukur selalu menemaninya. Rasa kagum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

64

itu ia ungkapkan lewat pujian-pujian terhadap Sroedji. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori dan dramatik.

Berikut kutipan yang mendukung bahwa Abdul Syukur sangat kagum terhadap

Sroedji dengan menggunakan teknik ekspositori.

(107) Abdul Syukur semakin hormat dan kagum kepada atasannya itu.

Betapa telitidan matang Sroedji memperhitungkan semua

kemungkinan yang mungkin dihadapi (Devita, 2014 : 161).

Berikut kutipan yang mendukung bahwa Abdul Syukur sangat kagum terhadap

Sroedji dengan menggunakan teknik dramatik.

(108) “Hanya suaranya…Ya, baru suaranya saja, yang jernih dan tegas,

sudah membuat seluruh anak buah takluk dan hormat,” batin Abdul

Syukur, pengawal setia Sroedji.” (Devita, 2014 : 159).

(109) “Tak heran jika banyak yang menyangka Pak Sroedji punya jimat

hingga omongannya selalu didengar. Tidak, aku yakin tidak. Pak

Sroedji muslim yang taat, tak mungkin punya jimat.” (Devita, 2014

: 159).

(110) “Benar-benar para pemimpin yang luar biasa dan tidak

mementingkan diri sendiri,” batin Syukur (Devita, 2014 : 162).

Abdul Syukur sangat mengenal Sroedji. Bahkan ia sudah menganggap

Sroedji sebagai saudaranya. Selain itu, Abdul Syukur juga sangat menyayangi

atasannya itu. Ia akan lakukan apapun demi melindungi Sroedji. Sroedji sakit pun,

ia yang merawatnya. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa Abdul

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

65

Syukur sangat menyayangi terhadap Sroedji dengan menggunakan teknik

dramatik.

(111) “Pak, mau saya pijit punggung Bapak? Saya punya minyak akar

lawang.” Syukur menawarkan diri (Devita, 2014 : 213).

(112) “Sudah Pak. Sudah ada yang mengawasi distribusi makanan dan

tempat istirahat. Bapak mengaso saja. Kalau Bapak sakit, siapa

nanti yang memimpin pasukan masuk Jember?” desak Syukur

(Devita, 2014 : 213).

(113) Melihat komandannya tidak marah, Syukur semakin berani

mengajukan pendapat. “Dalem panggilkan tukang pijit kampong

nggih, Pak?” (Devita, 2014 : 213).

Abdul Syukur adalah pengawal pribadi Sroedji. Ia sangat meghormati sosok

Sroedji. Kutipan (107) sampai kutipan (113) menjelaskan sifat-sifat Abdul

Syukur. Ia memiliki sifat rendah hati dan sangat menyayangi Sroedji.

4.2.1.7 Rustamaji

Rustamaji adalah adik Rukmini nomor tiga. Dia juga ikut membantu Sroedji

dalam melawan penjajah. Segala perintah Sroedji dia laksanakan dengan baik.

Termasuk ketika Rustamaji harus memboyong Rukmini beserta ponakan-

ponakannya keluar dari Jember. Dia sangat menyayangi keluarganya. Oleh sebab

itu, dia juga ikut bertanggung jawab untuk menjaga Rukmini dan keponakannya.

Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik

dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa Rustamaji bertanggung jawab

dengan menggunakan teknik dramatik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

66

(114) “Mas Sroedji sangat mengkhawatirkan Iyu, ibu, adik-adik, dan

anak-anak. Mas Sroedji pesan agar besok subuh, kami membawa

smua mengungsi ke Kediri. Di sana Mas Sroedji sudah menunggu

di bunker persembunyian.” (Devita, 2014 : 117).

(115) “Mas Sroedji juga pesan agar kita lewat jalan melingkar,

menghindari kota yang kini sudah diduduki Belanda. Lewat hutan

dan pegunungan, Iyu. Belanda diduga sedang mengincar keluarga

Mas Sroedji, terutama Iyu dan anak-anak. Dengan menangkap Iyu

dan anak-anak, Belanda berharap perlawanan Mas Sroedji akan

melemah.” (Devita, 2014 : 117).

(116) “Pesan Mas Sroedji sudah jelas Iyu,…Jangan ditunda lagi. Belanda

bisa kapan saja masuk Jember. Kalau sudah begitu, akan sulit

sekali keluar Jember. Sini, aku bantu berkemas,” desak Rustamaji

(Devita, 2014 : 118).

Keadaan Rukmini yang sedang hamil tua, membuat perjalanan Rustamaji

dan keluarganya sedikit terhambat. Mereka tidak bisa bergerak cepat

meninggalkan Jember. Rustamaji sebenarnya tidak tega melihat Rukmini yang

hamil tua harus berjalan begitu jauh. Tetapi Rustamaji tidak boleh menyerah

begitu saja dalam memboyong keluarganya. Dia terus member semangat kepada

Rukmini agar tetap kuat. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang

menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa

Rustamaji bersemangat dengan menggunakan teknik dramatik.

(117) “Ayolah Iyu…Belanda tak akan membiarkan kita lolos. Tinggal

satu bukit kita sampai Iyu…sedikit lagi…” bujuk Rustamaji

(Devita, 2014 : 124).

(118) “Kita tinggal melewati bukit di depan Iyu. Kita segera sampai

tempat persembunyian yang sudah disiapkan anak buah Mas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

67

Sroedji. Empat kilo lagi Iyu, tak lebih…” desak Rustamaji (Devita,

2014 : 124).

Rustamaji adalah adik ipar sekaligus bawahan Sroedji. Ia sangat patuh

terhadap semua perintah Sroedji. Ia akan lakukan apa saja demi atasannya.

Termasuk menjaga Rukmini dan anak-anaknya kalau Sroedji meninggal. Dalam

menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik ekspositori

dan dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa Rustamaji patuh terhadap

Sroedji dengan menggunakan teknik ekspositori.

(119) Buru-buru dia meninggalkan pertempuran, mengendap-endap ke

arah berlawanan seperti perintah Sroedji (Devita, 2014 : 222).

Berikut kutipan yang mendukung bahwa Rustamaji patuh terhadap Sroedji dengan

menggunakan teknik dramatik.

(120) “Siap!!” Rustamaji menghormat dengan mata sembab (Devita,

2014 : 222).

Meskipun masih muda, keberanian Rustamaji dalam membantu Sroedji

untuk mengusir penjajah sangat besar. Ia berani menghadapi penjajah di medan

perang tanpa memperdulikan keselamatan nyawanya. Dalam menggambarkan

pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan

yang mendukung bahwa Rustamaji seorang yang pemberani.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

68

(121) Sroedji memandang Rustamaji, adik iparnya yang tiarap tak jauh

darinya (Devita, 2014:221).

(122) “Dia masih sangat muda. Dia harus keluar dengan selamat dari

pertempuran ini,” pikir Sroedji seraya menghampiri Rustamaji

(Devita, 2014:222).

Rustamaji adalah adik Rukmini. Ia juga menjadi teman Sroedji dalam

mengusir penjajah. Kutipan (114) sampai kutipan (122) menjelaskan sidat-sifat

Rustamaji. Ia memiliki sifat yang bertanggung jawab, semangat, dan patuh

terhadap atasannya.

4.2.1.8 Sersan Sakri

Badannya yang kurus tidak menyurutkan niatnya untuk ikut membantu

mengusir penjajah. Ia rela berkorban bersusah payah untuk membebaskan tanah

airnya dari serangan penjajah. Dalam menggambarkan pernyataan tersebut,

pengarang menggunakan teknik dramatik. Berikut kutipan yang mendukung

bahwa Sersan Sakri rela berkorban dengan menggunakan teknik dramatik.

(123) “Min…Apa kamu yakin kita akan menang melawan serdadu

londo? Mereka terlatih dan punya senjata canggih. Lah kita? Cuma

senapan seadanya. Malahan, satu bedil harus dipakai bertiga,

bergantian. Yang lain hanya mengandalkan bamboo runcing, clurit,

klewang, keris, golok,” keluh Sersan Sakri (Devita, 2014 : 167).

(124) “Lha…yok opo ndak ngono, Min…Bayangno, kita ini sudah ngider

ke sana kemari. Dari Jember harus hijrah ke Tulungagung dan

Blitar, berjalan sangat jauh. Baru beberapa bulan di sana dan

mencoba hidup nyaman dengan membuka hutan, eee…sekarang

harus ke Jember lagi. Wingate action kata Pak Raji. Opo to

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

69

sebenere keinginannya para pemimpin kita itu?” (Devita, 2014 :

167).

Sersan Sakri adalah salah satu dari banyak pejuang muda yang mengeluh

akan peperangan. Kutipan (123) dan kutipan (124) menjelaskan bahwa Sersan

Sakri bosan dengan keadaan perang. Ia mempunyai semangat tinggi untuk

mengusir penjajah.

4.2.1.9 Sersan Paimin

Sersan Paimin juga anak buah Sroedji. Ia juga teman Sersan Sakri. Mereka

adalah teman seperjuangan. Sersan Paimin berbeda dengan Sersan Sakri. Ia

mempunyai semangat tinggi untuk mengusir penjajah dari tanah air tercinta.

Dalam menggambarkan pernyataan tersebut, pengarang menggunakan teknik

dramatik. Berikut kutipan yang mendukung bahwa Sersan Paimin cinta tanah air

dengan menggunakan teknik dramatik.

(125) “Ko en ndak boleh omong begitu Kri. Kita ini prajurit…prajurit

Kri!” seru Paimin sambil menepuk dada (Devita, 2014 : 167).

(126) “Prajurit iku yo nyemplung laut sekalipun, kita harus nyemplung.

Beliau-beliau di pusat itu, pasti tahu yang paling baik dibandingkan

kita yang sekadar bisa baca tulis.” (Devita, 2014 : 167).

Semangat yang tinggi memang sangat dibutuhkan bagi seorang prajurit.

Tanpa adanya semangat, perjuangan tidak akan maksimal. Kutipan (125) dan

kutipan (126) menjelaskan bahwa Paimin sosok yang cinta tanah air.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

70

4.2.2 Analisis Latar

Sudjiman (1990 : 48) berpendapat bahwa latar adalah segala keterangan

mengenai waktu, ruang, dan suasana terjafinya dalam karya sastra. Burhan (2009

: 227 – 237) membedakan latar ke dalam tiga unsur pokok, yaitu latar tempat,

waktu, dan sosial. Ketiga latar ini akan dikaitkan dengan novel Sang Patriot.

4.2.2.1 Latar Tempat

Mochammad Sroedji, anak dari pasangan Hasan dan Amni. Ia terlahir

sebagai anak pedagang yang sederhana. Pada usia belasan tahun, Sroedji sering

membantu ayahnya berdagang di pasar Pahing Hal ini dilakukannya guna

membantu sang ayah. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(127) Persis di depan toko itu, terhampar selembar tikar penuh dagangan

milik Hasan yang tertata rapi: isi pematik dan aneka kebutuhan

rumah tangga. Di pasar Pahing, dagangan Hasan terkenal

berkualitas dan cukup murah (Devita, 2014 : 13).

(128) Pasar Pahing yang becek semakin ramai. Satu-dua pembeli datang

dan dilayani oleh Sroedji dengan ramah (Devita, 2014 : 16).

Waktu terus berputar dan Sroedji terus tumbuh menjadi pria dewasa. Ia

menikah dengan seorang gadis bernama Rukmini. Sroedji memboyong keluarga

kecilnya untuk tinggal di Jember. Di sana, Sroedji bekerja sebagai mantri malaria

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

71

di Rumah Sakit Umum Kreongan. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(129) Selesai acara pernikahan, Mochammad Sroedji, yang baru Rukmini

kenal di pelaminan, langsung memboyong istrinya ke Jember

(Devita, 2014 : 32).

(130) Di sana ia bekerja dan mengabdi sebagai seorang Mantri Malaria di

Rumah Sakit Umum Kreongan (Devita, 2014 : 32).

(131) Siang itu, seperti biasa Rumah Sakit Kreongan ramai orang yang

membawa keluhan bermacam penyakit yang diderita (Devita, 2014

: 43).

Sroedji adalah seorang mantri malaria yang mempunyai keinginan besar

untuk mengusir penjajah dari tanah airnya. Keinginan itu sudah tertanam sejak ia

belum menikah. Setelah mengetahui bahwa ada perekrutan tentara, Sroedji dengan

mantab ingin bergabung. Karier ketentaraannya ia mulai dari bergabung dengan

PETA yang nantinya dilatih di Bogor. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(132) Kota Bogor yang berada di kaki gunung Salak berketinggian 262

meter di atas permukaan laut terkenal sebagai kota bercurah hujan

tinggi (Devita, 2014 : 52).

(133) Seminggu sudah air dari langit mengguyur kota Bogor,

meninggalkan udara (134) dingin menggigit (Devita, 2014 : 58).

(134) Usai ikut pendidikan PETA di Bogor, Chuudanchoo Mochammad

Sroedji dipulangkan ke Jember (Devita, 2014 : 60).

(135) Mereka berkumpul di meja makan, bersantap bersama untuk

pertama kalinya setelah empat bulan kepergian Sroedji ke kamp

pelatihan PETA di Bogor (Devita, 2014 : 62).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

72

Setelah dipulangkan ke Jember, Sroedji merekrut orang di daerahnya

untuk masuk menjadi anggota PETA. Kala itu, Sroedji merekrut orang di

Karesidenan Besuki. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(136) Beberapa minggu berlalu. Sroedji bersama para chuudancho,

komandan kompi lain yang ditugaskan untuk membentuk Daidan

Dai II di Karesidenan Besuki, mulai sibuk membuka pendaftaran

bagi siapa saja yang bersedia dilatih menjadi anggota daidan,

battalion di tiap kabupaten dan kota (Devita, 2014 : 67).

(137) Sebagai perwira PETA, Sroedji merasa dilecehkan pangkat dan

keberadaannya sebagai salah satu pelatih inti di Daidan Besuki

(Devita, 2014 : 71).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa Sroedji merekrut

orang pribumi untuk bergabung bersama PETA di Karesidenan Besuki.

(138) “Aku mendapat pangkat chuudanchoo, kapten Bu, menjadi

komandan Kompi 4 di bawah Daidanchoo Suwito. Tugasku

membentuk Daidan I di Karesidenan Besuki, khususnya di

Kencong, Jember.” (Devita, 2014 : 64).

Setelah dipercaya menjadi pemimpin PETA di daerahnya, Sroedji menjadi

jarang di rumah. Ia selalu pergi ke luar kota untuk melaksanakan tugasnya sebagai

tentara. Tak lama setelah peristiwa hancurnya Hiroshima dan Nagasaki membuat

Jepang mengambil keputusan untuk menyerahkan kekuasaan kepada sekutu dan

membubarkan PETA. Setelah PETA dibubarkan, presiden Ir. Soekarno

menyerukan agar eks PETA dan Heiho bergabung untuk membentuk Badan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

73

Keamanan Rakyat (BKR) yang nantinya berganti nama menjadi Tentara

Keamanan Rakyat (TKR).

Peristiwa penembakan AWS. Mallaby, disusul tewasnya Jendral Gobert

Guy Loder-Symonds DSO. MC., menjadi pukulan bagi Inggris. Hal ini membuat

mereka berencana untuk membumihanguskan Surabaya. Sroedji dan kawan-

kawannya tidak tinggal diam menghadapi serangan tersebut dan mereka

merencanakan pertempuran untuk mempertahankan Surabaya. Peristiwa ini terjadi

di Surabaya. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(139) Ultimatum lewat selebaran yang dijatuhkan dari pesawat itu

membuat ribuan wanita dan anak-anak bergegas meninggalkan

kota Surabaya, mengungsi cari selamat (Devita, 2014 : 74).

(140) Kota Surabaya yang sudah ditinggal mengungsi kaum wanita dan

anak-anak tidak serta-merta menjadi lenggang (Devita, 2014 : 77).

(141) Kepekatan malam meliputi Surabaya, menggantikan ingar-bingar

desing peluru, dentum mortir dan ledakan granat (Devita, 2014 :

81).

Pertemuan telah usai, Sroedji mendapat bagian untuk mempertahankan kota

Surabaya bagian selatan. Menurut tentara Inggris yang tertangkap, akan ada

konvoi besar tank Inggris menuju Sidoarjo, selatan Surabaya. Mengetahui hal itu,

Sroedji bermaksud untuk menyerang konvoi tersebut di dekat Kali Brantas.

Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

74

(142) Pasukan Inggris mulai merangsek ke selatan Surabaya. Di sana, di

Sidoarjo, sudah penuh sisa-sisa pejuang yang dipaksa mundur oleh

gempuran luar biasa tentara Inggris (Devita, 2014 : 81).

(143) Lepas tengah malam, kala lenguh burung hantu saling timpal

dengan dengkungan kodok, di bawah jembatan yang melintang di

atas kali Brantas berkelebat bayangan hitam (Devita, 2014 : 81).

(144) Arus sungai Brantas menderas, turut menyambut kemenangan

pejuang (Devita, 2014 : 86).

Pertempuran demi pertempuran terus terjadi. Sroedji dan para pejuang

lainnya harus masuk keluar hutan dan kota-kota yang diserang oleh penjajah.

Blitar, juga menjadi sasaran para penjajah. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(145) Sroedji menjadi komandan Satuan Gabungan Angkatan Perang

dalam penumpasan ekor PKI di Blitar (Devita, 2014 : 147).

(146) Selama dua bulan operasi berlangsung, Blitar berhasil dibersihkan

dari pengaruh PKI dalam waktu dua minggu (Devita, 2014 : 147).

Setelah menjadi istri seorang tentara, kehidupan Rukmini ikut menjadi tidak

tenang. Ia pun harus mau berpindah-pindah tempat guna mengelabui para penjajah

yang mencarinya. Ketika Jember dirasa sudah tidak aman lagi, Sroedji menyuruh

Rukmini untuk pindah ke Kediri. Di Kediri, Sroedji tinggal di sebuah rumah

peninggalan orangtuanya. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(147) Rukmini mendapat kesempatan berkumpul dengan Sroedji setelah

melalui perjalanan darat, dua ratus kilometer berjalan kaki dari

Jember ke Kediri (Devita, 2014 : 132).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

75

(148) Di Kediri, Sroedji sekeluarga menempati sebuah rumah besar yang

berdiri di atas lahan seluas seribu meter persegi peninggalan

orangtuanya di desa Gurah, kampung Kauman (Devita, 2014 :

132).

Perjuangan para pejuang memang tidak mudah. Banyak hal yang harus

dikorbankan. Demikian pula dengan Sroedji. Ia harus berpindah-pindah tempat

untuk mengusir penjajah. Kali ini Tempursari menjadi tempat bertandang Sroedji.

Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(149) Jelang saat yang rawan, di Tempursari, Letkol Mochammad Sroedji

alias Pak Raji meminpin rapat gabungan staf Brigade III dan

Brigade IV (Devita, 2014 : 183).

(150) Penjagaan di pos Belanda di Tempursari nyatanya tidak terlalu

kuat. Hanya ada dua peleton pasukan di sana (Devita, 2014 : 184).

Penanggal juga menjadi saksi bisu pertempuran Sroedji melawan penjajah.

Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(151) Setiba di Penanggal, ketiga batalion disambut kabar dari warga

setempat bahwa Belanda sudah pergi memusatkan kekuatan di

Pasirian (Devita, 2014 : 194).

(152) Melalui pertempuran hebat di desa Pronojiwo, Jarit, dan

Candipuro, akhirnya brigade yang dikomandani Sroedji berhasil

merebut dan menduduki desa Penanggal (Devita, 2014 : 198).

Karang Kedawung menjadi saksi bisu terakhir perjuangan Sroedji. Di Karang

Kedawunglah Sroedji meninggal. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

76

(153) Beberapa belas pejuang yang selamat atau sekadar terluka memilih

mundur, buru-buru meninggalkan Karang Kedawung (Devita, 2014

: 234).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa Sroedji meninggal

di Karang Kedawung.

(154) “Benar ini mayat Sroedji, hah?!” bentak serdadu KNIL berwajah

bengis kepada wanita warga Karang Kedawung yang berjongkok di

barisan paling depan (Devita, 2014 : 235).

4.2.2.2 Latar Waktu

Latar waktu dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita dijelaskan secara

rinci oleh pengarang. Secara garis besar keterangan waktu dalam novel dimulai

dari masa kecil Sroedji, perjuangan-perjuangannya, sampai ia meninggal. Untuk

lebih jelasnya keterangan waktu dalam novel tersebut akan dijabarkan.

Sroedji adalah bocah laki-laki yang suka bermain perang-perangan di siang

hari bersama teman-temannya. Ia sangat menyukai permainan tersebut. Seolah-

olah ia sedang berada di medan pertempuran yang sesungguhnya. Berikut kutipan

tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(155) Di suatu siang yang terik, sekelompok bocah lelaki usia tujuh

tahunan bermain perang-perangan di antara rumpun tebu (Devita,

2014 : 5).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

77

Sroedji berprofesi sebagai mantri malaria. Ia selalu membantu orang-orang

yang membutuhkan pertolongannya. Setiap siang hari Sroedji selalu menjalankan

tanggung jawabnya sebagai mantri. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(156) Siang itu, seperti biasa Rumah Sakit Umum Kreongan ramai orang

yang membawa keluhan bermacam penyakit yang diderita (Devita,

2014 : 43).

(157) Setelah menjalani kesibukan sesiangan, saat mencatat stok obat

benak Sroedji kembali dipenuhi pikiran tentang pertemuannya

dengan kawan-kawan sesama eks Hizbul Wathan (Devita, 2014 :

44).

Sroedji memang laki-laki yang mempunyai keinginan besar untuk mengusir

penjajah. Ia akan melakukan segala cara guna mencapai keinginannya tersebut. Di

bawah ini akan dipaparkan mengenai perjalanan perjuangan Sroedji dalam

mengusir penjajah. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(158) Adalah Gatot Mangunpradja yang mengawalinya. Dia menyurati

Gunseikan pada tanggal 7 September 1943 dan menganjurkan

dibentuknya tentara sukarela Pembela Tanah Air (Devita, 2014 :

41).

(159) Sroedji tak menjawab pertanyaan kawannya. Ia ambil koran itu

dari tangan Supardi, edisi terbaru tanggal 3 Oktober 1943 (Devita,

2014 : 44).

(160) Esoknya, Sroedji mendatangi lokasi perekrutan PETA (Devita,

2014 : 48).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

78

(161) Lapangan Ikada, 8 Desember 1943. Hari yang bersejarah bagi para

calon perwira PETA (Devita, 2014 : 59).

Perjuangan panjang Sroedji beserta anak buahnya memang sangat berat. Di

tengah-tengah kerasnya medan pertempuran, mereka selalu berharap akan datang

waktunya bahwa Indonesia benar-benar merdeka. Pengorbanan Sroedji terbayar

sudah pada tanggal 27 Desember 1949. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(162) Perjuangan dan pengorbanan para syuhada tidak sia-sia. Setelah

melalui perjuangan dan perundingan yang panjang, akhirnya pada

tanggal 27 Desember 1949, Belanda secara de jure dan de facto

mengakui kedaulatan Republik Indonesia (Devita, 2014 : 252).

4.2.2.3 Latar Sosial

Latar sosial pada novel ini mengacu pada kehidupan masyarakat pada

zaman penjajahan. Dimana sekolah-sekolah belum bisa dinikmati oleh semua

kalangan, sistem perjodohan masih terjadi, anak perempuan tidak boleh sekolah

terlalu tinggi, dan masih banyak lagi. Berikut kutipan tidak langsung mengenai

pendidikan di zaman penjajahan.

(163) Namun penjajahan Belanda hanya memungkinkan orang-orang

tertentu yang bisa sekolah. Meski Gubernur Jendral Daendels

memerintahkan para bupati sepulau Jawa untuk menyebarkan

pendidikan bagi kalangan rakyat, tetapi perintah itu seakan berlaku

sebagai angin lalu saja. Hanya para priyayi dari golongan ningrat

yang berkesempatan mengenyam pendidikan. Anak bupati,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

79

keturunan raja-raja Jawa, dan anak-anak pribumi yang orangtuanya

bekerja untuk Belanda yang dapat bersekolah (Devita, 2014 : 10).

(164) Beruntung keluar kebijakan diferensiasi sekolah untuk Bumi

Putera: sekolah kelas I untuk golongan priyayi dan sekolah ke II

(sekolah ongko loro) untuk rakyat jelata (Devita, 2014 : 10).

Anak perempuan pada zaman itu tidak boleh sekolah terlalu tinggi. Rukmini

tidak luput dari keadaan itu. Sekolah terlalu tinggi bagi perempuan akan membuat

laki-laki enggan mendekatinya. Berikut kutipan langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(165) “Tidak bisa Bu…aku tahu Rukmini sangat cerdas. Tapi perempuan

seperti itu akan sulit dapat jodoh. Laki-laki takut menghadapi

perempuan yang terlalu pintar. Perempuan seperti itu biasanya sulit

diatur dan mendengarkan kata-kata suami. Kamu ingin melihat

anak kita perawan tua seumur hidup?” timpal Tajib (Devita, 2014 :

27).

(166) “Apalagi nanti kalau dia sudah sekolah lebih tinggi…pasti

syaratnya akan semakin macam-macam…bisa-bisa, baginya tidak

ada laki-laki Madura yang pantas jadi suami,” gerutu Mas Tajib

lagi (Devita, 2014 : 28).

Perjodohan pada masa itu bukanlah menjadi hal yang tabu. Banyak orangtua

yang mengkhawatirkan anaknya tidak berkeluarga daripada melihat anaknya

menjadi orang sukses. Hal ini juga terjadi pada diri Rukmini. Berikut kutipan

tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(167) Sang ayah mengabarkan bahwa Rukmini dilamar orang dan harus

segera menikah bulan depan. Rukmini serasa disambar guntur di

siang bolong mendengarnya. Hatinya gusar. Menikah berarti harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

80

berhenti sekolah, padalah ia tidak ingin itu terjadi (Devita, 2014 :

26).

(168) Jadilah Rukmini menyerah untuk dijodohkan dengan seorang

lelaki yang bahkan wajahnya pun belum pernah ia lihat. Ada rasa

takut terselip dalam hati kecil Rukmini (Devita, 2014 : 29).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa perjodohan terjadi

pada masa penjajahan.

(169) “Semua temannya sudah menikah sejak mereka baru lima belas

tahun, Bu. Ini anak perempuan tertua kita, sudah delapan belas

tahun, kok masih belum mau menikah. Harusnya dia sudah

menggendong cucu kita,” tambah Mas Tajib dengan nada meninggi

(Devita, 2014 : 27).

Pendidikan pada masa penjajahan memang sangat sulit didapat bagi rakyat

biasa. Tidak heran jika sebagian besar rakyat Indonesia mudah ditipu oleh para

penjajah. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa membaca maksud pemikiran

para penjajah. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(170) Awalnya, orang-orang tertarik dengan iming-iming upah yang

sesuai. Jepang menyebarkan propaganda bahwa mereka akan

diperbantukan untuk tugas suci bersama: kemakmuran Asia Raya.

Kebohongan tak terkira, mereka dijadikan romusha. Mereka tidak

pernah dibayar, bahkan diperlakukan sangat buruk. Banyak beredar

kabar, tenaga kerja yang direkrut tidak pernah bisa pulang karena

tewas entah di mana. Sejarah mencatat, dari 1,5 juta romusha,

hanya 70 ribu yang kembali ke tempat asal. Itu pun dalam kondisi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

81

memprihatinkan. Sisanya hilang, terserang wabah penyakit dan

meninggal secara mengenaskan (Devita, 2014 : 68).

Kehidupan masyarakat pada zaman penjajahan Belanda memang sangat

memprihatinkan. Bukan saja masalah pendidikan yang mereka beda-bedakan,

tetapi juga status dan kedudukan. Berikut kutipan tidak langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(171) Kasta pemisah antara bangsawan dan rakyat jelata senagaja

diciptakan oleh Belanda. Politik devide et impera merupakan taktik

mereka mencegah timbulnya persatuan dan kesatuan di kalangan

pribumi. Golongan bangsawan dan terpelajar sengaja dipelihara

dan diberi fasilitas berlebihan sehingga terlena dan tidak

berkeinginan berontak. Mereka jadi enggan memprotes segala

kebijakan pemerintah kolonial agar tidak kehilangan kenikmatan

yang selama ini diterima. Bahkan mereka tidak sadar tenagh

dijajah. Raja kecil pun bermunculan dalam wujud bupati, wedana,

camat, bahkan lurah, yang sangat dihormati dan disembah-sembah

oleh rakyat. Di sisi lain, rakyat jelata disedot habis-habisan untuk

kepentingan para ningrat dan keturunan raja, elit pribumi dan

ambtenaar, pejabat pemerintahan serta orang Belanda yang mulai

banyak bermukim di tanah Indonesia (Devita, 2014 : 21).

Kekejaman para penjajah tidak sampai disitu. Mereka juga menggunakan

para gadis bahkan perempuan yang sudah bersuami untuk dijadikan pemuas nafsu.

Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(172) Rukmini yang sedang berkemas kaget mendengar laporan Mbok

Rah. Ia sendiri sudah mendengar kabar tentang opsir Jepang keluar

masuk kampung, menyantroni rumah-rumah penduduk dan

mengambil paksa wanita-wanita muda, tak peduli gadis atau yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

82

sudah bersuami. Wanita-wanita itu tak pernah kembali. Konon

mereka dijebloskan ke kamp-kamp Jepang untuk menjadi jugun

ianfu.

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa penjajah

menggunakan para gadis bahkan perempuan yang sudah bersuami untuk dijadikan

pemuas nafsu. tersebut.

(173) “Bangsa kita ini...sudah diperas harta, masih pula diinjak-injak

harga diri kita. Kamu toh pasti sudah dengar kabar tentang para

gadis, bahkan yang sudah bersuami sekalipun, yang dipaksa

sebagai pemuas mafsu bejat serdadu Jepang,” tambah kawan yang

lain (Devita, 2014 : 68).

Situasi perang melawan penjajah membuat keadaan tidak menentu. Para

pejuang dan rakyat biasa harus mau keluar masuk hutan dan kota demi

keselamatan nyawa mereka masing-masing. Tak jarang mereka harus berjalan

beribu-ribu kilo meter jauhnya. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(174) Berkilo-kilo rombongan berjalan dalam kegelapan. Tatkala dini

hari menjelang fajar tiba, masing-masing komandan kompi

memerintahkan anak buahnya beristirahat. Mereka memilih tempat

yang terlindung pepohonan. Anak-anak dan wanita satu per satu

tertidur lelap saking kelewat lelah. Hanya beberapa lelaki dewasa

duduk berkelompok, bergantian berjaga (Devita, 2014 : 166).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

83

Meskipun penjajah terus melakukan pertempuran, semangat para pejuang tidak

pernah surut. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(175) Sroedji bersama para pejuang republik tetap gigih mempertahankan

Surabaya bagian selatan. Mereka bertempur penuh semangat,

mempertahankan setiap jengkal bumi pertiwi dari gempuran

Inggris (Devita, 2014 86).

Latar tempat ditunjukkan dari kutipan (127) sampai (154). Latar tempat

sebagian besar terjadi di Jawa Timur. Pengarang menggunakan kota, sungai, dan

hutan sebagai tempat untuk menceritakan peristiwa yang terjadi.

Latar waktu dimulai dari masa kecil Sroedji. Kutipan (155) merupakan bukti

masa kecil Sroedji. Kutipan (156) dan kutipan (157) merupakan bukti bahwa

sebagai seorang mantri malaria Sroedji harus malayani orang-orang yang

membutuhkan pertolongannya meski di siang hari. Kutipan (158) sampai kutipan

(161) merupakan bukti perjalanan Sroedji menjadi tentara hingga ia gugur di

medan perang. Kutipan (162) merupakan bukti waktu bahwa Indonesia benar-

benar merdeka.

Latar sosial dalam novel ini menceritakan tentang kehidupan masyarakat

Indonesia pada zaman penjajahan. Saat itu pendidikan masih sangat sulit didapat.

Hanya orang-orang tertentu saja yang boleh mengenyam pendidikan. Kutipan

(163) dan kutipan (164) adalah bukti bahwa pendidikan saat itu sulit didapat. Para

perempuan pada zaman itu juga tidak boleh sekolah terlalu tinggi. Hal ini akan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

84

membuat laki-laki enggan mendekatinya. Oleh sebab itu perjodohan adalah jalan

untuk segera mendapatkan jodoh dan momongan. Kutipan (165) sampai kutipan

(169) adalah bukti bahwa saat itu wanita tidak boleh sekolah terlalu tinggi dan

harus mau bila dijodohkan. Kutipan (170) sampai kutipan (174) adalah bukti

keadaan masyarakat pada waktu itu, dimana masyarakat Indonesia masih mudah

ditipu, kehidupan rakyat yang terpandang serba berkecukupan sedangkan rakyat

miskin serba kekurangan, para perempuan yang dijadikan pemuas nafsu, dan

sulitnya mencari perlindungan, rakyat harus mau kluar masuk hutan untuk

menghindari serangan lawan. Kutipan (175) adalah bukti bahwa masyarakat

Indonesia tetap bersemangat menghadapi para penajajah.

4.2.3 Analisis Tema

Novel yang berjudul Sang Patriot, memiliki tema bahwa untuk

mendapatkan sesuatu yang diinginkan diperlukan perjuangan. Bentuk perjuangan

tersebut ditunjukkan oleh tokoh utama dan tokoh tambahan dalam novel. Tema

dalam novel ini ditunjukkan saat Sroedji ingin membebaskan tanah airnya dari

serangan penjajah. Berikut kutipan tidak langsung yang mendukung pernyataan

tersebut.

(176) Sroedji bersama para pejuang republik tetap gigih mempertahankan

Surabaya bagian selatan. Mereka bertempur penuh semangat,

mempertahankan setiap jengkal bumi pertiwi dari gempuran

Inggris (Devita, 2014:86).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

85

(177) Sroedji tak melewatkan pelurunya tanpa membuat Belanda

meregang nyawa, tapi musuh kelewat banyak. Tatkala pistolnya

kehabisan amunisi, pelipis dan dada kiri Sroedji tertembak telak,

peluru musuh menghajar jantung. Sroedji tersentak keras ke

belakang, limbung sesaat lalu tersuruk jatuh. Sang komandan gugur

sebagai kusuma bangsa (Devita, 2014:234).

(178) Sroedji, Soebandi, dan para perwira yang tersisa terus bahu-

membahu bertahan dengan gagah berani tanpa memperdulikan

bahaya yang mengintai mereka (Devita, 2014:223).

(179) Sejak Sroedji pergi memimpin pasukan menunaikan Wingate

Action untuk merebut Karesidenan Besuki, Rukmini dan anak-anak

diminta mengungsi ke Malang (Devita, 2014:216).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa Sroedji ingin

membebaskan tanah airnya dari serangan penjajah.

(180) “Mereka pikir, semudah itu masuk Sidoarjo? Tak akan kami

biarkan mereka seenaknya menembus pertahanan pejuang!” batin

Sroedji penuh tekad (Devita, 2014:82).

(181) “Baiklah pak,…aku ijinkan dengan satu syarat, kau harus berjanji

untuk kembali ke kami dengan selamat. Engkau harus tetap hidup,

demi aku…demi anak-anak kita.” (Devita, 2014:138).

(182) “Hidup dan mati sudah kehendak Allah…tapi, jika harus mati,

setidaknya kita mati setelah melakukan perlawanan berarti,” lanjut

Sroedji (Devita, 2014:171).

(183) Perjuangan dan pengorbanan para syuhada tidak sia-sia. Setelah

melalui perjuangan dan perundingan yang panjang, akhirnya pada

tanggal 27 Desember 1949, Belanda secara de jure dan de facto

mengakui kedaulatan Republik Indonesia (Devita, 2014:251 –

252).

Berdasarkan kutipan (176) sampai (183) dapat disimpulkan bahwa bahwa

untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan diperlukan perjuangan. Sroedji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

86

beserta anak buahnya berjuang keras untuk memerdekakan tanah air tercinta.

Meskipun pada akhirnya Sroedji meninggal, perjuangan kerasnya tetap

membuahkan hasil.

4.2.4 Analisis Nilai Patriotisme

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai nilai patriotisme dalam novel Sang

Patriot. Nilai patriotisme diwujudkan melalui perlakuan Sroedji beserta anak

buahnya yang siap menghadapi segala tantangan untuk membebaskan tanah air

tercinta dari penjajah. Berikut nilai patriotisme yang terkandung dalam novel

Sang Patriot karya Irma Devita.

4.2.4.1 Keberanian

Sroedji beserta para pejuang yang lain memiliki sifat berani. Mereka

berani menghadapi segala rintangan yang menghadang meskipun dalam situasi

yang sulit dan jumlah penjajah yang lebih banyak daripada mereka. Berikut

kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(184) “Hebat…hebat…meski tegang, sama sekali tidak tampak wajah

takut…,” gumam Sroedji dalam hati, puas sekaligus bangga

(Devita, 2014:79).

(185) “Aku tahu, prajurit-prajuritku gagah luar biasa. Tidak ada satu pun

dari kita yang takut pada musuh, berapa pun banyaknya.” Sroedji

tersenyum sabar (Devita, 2014:160).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

87

(186) “Tapi, Pak…kami tidak gentar menghadapi musuh sebanyak apa pun,”

sergah Letnan Prajoto yang berperawakan gempal dan memang

terkenal berani (Devita, 2014:160).

Keberanian Sreodji dan para pejuang lainnya memang sangat besar. Mereka

berani bertempur mengusir penjajah meski nyawa taruhannya. Berikut kutipan

langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(187) “Saya dukung perjuangan rakyat Surabaya mempertahankan kota!

Kami, TKR Jember, siap ikut bertempur!” seru Sroedji (Devita,

2014:76).

(188) “Mereka pikir, semudah itu masuk Sidoarjo? Tak akan kami biarkan

mereka seenaknya menembus pertahanan pejuang!” batin Sroedji

penuh tekad (Devita, 2014:82).

(189) “Hidup dan mati sudah kehendak Allah…tapi, jika harus mati,

setidaknya kita mati setelah melakukan perlawanan berarti,” lanjut

Sroedji (Devita, 2014:171).

(190) “Kita hadapi Belanda. Ayo ke tempat pasukan, semua keluar dengan

siap siaga, langsung adakan perlawanan dan cepat buat pertahanan!”

lanjut Sroedji (Devita, 2014:220).

Bertempur melawan penjajah memang dibutuhkan keberanian yang besar.

Begitu pula yang ditunjukkan oleh Sroedji dan para pejuang. Kutipan (184) sampai

kutipan (190) merupakan bukti bahwa Sroedji dan anak buahnya memiliki keberanian

untuk mengusir penjajah.

4.2.4.2 Rela Berkorban

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

88

Pertempuran menghadapi penjajah memang tidak mudah. Dibutuhkan

keberanian besar untuk bertempur melawan penjajah. Sroedji dan para pejuang juga

memiliki rasa rela berkorban. Rela dianiaya dan disiksa demi kemerdekaan Indonesia.

Melalui rasa itu, perjuangan mereka menjadi totalitas. Berikut kutipan langsung yang

mendukung pernyataan tersebut.

(191) “Dji…aku mau kabur saja. Tiap hari kita disiksa. Di bawah terik

matahari kita disuruh lari sampai-sampai baju kita yang hijau jadi putih

karena keringat yang mongering. Eh, malamnya kita juga masih harus

menerima gebukan. Belum lagi tamparan, siksaan para bintara dan

kopral Jepang sialan itu yang tambah hari semakin brutal!” lanjut

Murjani dengan nada geram sambil berusaha keras menahan air mata

yang hendak runtuh (Devita, 2014:55).

(192) Melihat Murjani sudah tenang, Sroedji berbisik, “Mur, kita memang

menderita secara fisik dan mental di sini. Tapi itu belum seberapa

dibandingkan penderitaan bangsa Indonesia selama ratusan tahun Mur.

Kita semua di sini punya semangat yang sama, semangat menjadi

tentara yang kuat, untuk kemerdekaan Indonesia.” (Devita, 2014:57).

(193) “Cara mereka melatih memang sadis, bahkan di luar batas

kemampuan kita. Tapi mereka benar.” (Devita, 2014:57).

Keberadaan para penjajah di bumi pertiwi memang sangat meresahkan rakyat

Indonesia. Para pejuang bahu-membahu bekerja sama untuk mengusir penjajah. Tak

terkecuali Titiwardoyo, lurah Tunjungrejo. Demi melindungi para pejuang yang

bersembunyi di rumahnya, ia rela disiksa oleh para penjajah. Berikut kutipan tidak

langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

89

(194) Belum sempat Titiwardoyo menyelesaikan ucapannya, sangkur di

tangan serdadu muka hitam itu berkelebat, menebas leher sang lurah.

Darah seketika muncrat, mengucur deras dari leher Titiwardoyo.

Namun tebasan sangkur itu sepertinya sengaja dibuat tidak fatal. Urat

kehidupan sang lurah masih utuh. Rupanya si serdadu ingin menyiksa

Titiwardoyo (Devita, 2014:97).

Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan bahwa pengorbanan tidak saja

dibuat oleh para pejuang yang bertempur di medan perang, tetapi rakyat awam pun

juga mempunyai rasa rela berkorban.

(195) “Argh…argh...” Meski darah tertelan di kerongkongan, Titiwardoyo

memberanikan diri menjawab, “Bukan…bukan…Tuan. Itu…itu

war…ga saya yang shaakiit…!” (Devita, 2014:98).

(196) “Aku tak mau menyerah…toh sebentar lagi aku mau mati. Pejuang-

pejuang itu harus selamat,” batin Titiwardoyo yang bersikeras meski

napasnya tinggal satu-satu (Devita, 2014:98).

Sebagai seorang prajurit, Sroedji juga dituntut untuk rela berkorban. Bukan saja

rela mengorbankan nyawanya, tetapi juga rela untuk berpisah dengan keluarga

tercinta demi kemerdekaan Indonesia. Berikut kutipan langsung yang mendukung

pernyataan tersebut.

(197) “Aku sebenarnya juga tidak ingin meninggalkanmu dan anak-anak,

Bu…Tapi aku ini prajurit. Seorang prajurit harus selalu siap menerima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

90

panggilan tugas,” ujar Sroedji sambil mengelus lembut kandungan

Rukmini penuh kasih sayang (Devita, 2014:136 – 137).

(198) “Bu, aku minta pengertianmu…ini semua juga demi anak-anak, demi

cucu-cucu kita. Aku ingin mereka nanti dapat menghirup nikmatnya

kebebasan. Aku ingin mereka tidak mengalami sengsara, menjadi

bangsa jajahan, bangsa babu.” Sroedji berusaha melunakkan hati

Rukmini (Devita, 2014:137).

(199) “Jika keluargaku ikut, tentunya aku akan terfokus pada keselamatan

mereka. Ini dapat memecah konsentrasiku. Lihat saja Pak Bandhi. Dia

tinggalkan istri dan anak-anaknya tetap di Blitar. Alasannya pasti sama

denganku.” (Devita, 2014:161 – 162).

Rukmini, istri Sroedji, juga tidak luput dari pengorbanan Ia harus rela berpisah

dengan Sroedji yang harus memimpin pasukannya untuk mengusir penjajah. Berikut

kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(200) “Kau punya mimpi jadi tentara agar dapat membaktikan tenagamu

kepada rakyat banyak. Mungkin inilah saat yang tepat untuk

mewujudkannya. Menurutku, jika ingin merdeka Indonesia pastinya

membutuhkan pasukan tentara yang dapat diandalkan,” kata Rukmini

lembut sambil menyentuh lengan suaminya (Devita, 2014:47).

(201) “Menurutku, jika menjadi tentara adalah panggilan jiwamu sejak dulu,

penuhilah, Pak. Seseorang akan berhasil jika melakukan pekerjaan

sesuai hati nuraninya. Berangkatlah, Pak. Aku rela kau jalani

kehidupan tentara. Enyahkan penjajah dari bumi pertiwi,” dukung

Rukmini (Devita, 2014:48).

(202) “Pak, ikuti kata hatimu. Sudah jadi tekadmu menjadi pembela tanah

air. Jangan khawatirkan Cuk, Pom, dan aku. Kami tidak pernah

sendirian. Allah selalu beserta kita, Pak. Aku iklas,” ujar Rukmini

mantap meski di relung hatinya sempat menyelinap perasaan sedih

(Devita, 2014:48).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

91

Pengorbanan Sroedji dan para pejuang lainnya tidak berhenti pada tahap penyiksaan

saja. Mereka juga harus rela mengorbankan nyawanya demi tanah air tercinta. Berikut

kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(203) “Pak Bandi gugur, pak!!” seru Abdul Syukur (Devita, 2014:209).

(204) “Ya Allah, mungkin ini sudah waktuku…Biarlah darahku menjadi

pupuk penyubur tanah tumpah darah ini…” jerit hati Sroedji (Devita,

2014:224).

(205) Hasan, pada akhirnya, memberanikan diri buka suara, “Betul,

Bu…Bapak gugur di Karang Kedawung sebulan lewat. Tepatnya

tanggal 8 Februari.” (Devita, 2014:231)

Rasa rela berkorban juga harus dimiliki oleh Sroedji dan para pejuang yang

lain. Kutipan (191) sampai kutipan (193) meupakan bukti bahwa Sroedji dan para

pejuang rela menderita dan disiksa oleh penjajah untuk menjadi tentara demi

mengusir penjajah. Demi melindungi pejuang tanah air pun seorang lurah harus rela

mengorbankan nyawanya. Kutipan (194) sampai kutipan (196) merupakan bukti

bahwa rakyat Indonesia saling rela berkorban. Selain itu, Sroedji juga harus rela

berpisah dengan keluarga demi menjalankan tugasnya sebagai prajurit. Kutipan (197)

sampai kutipan (199) meupakan bukti bahwa Sroedji rela mengorbankan keluarganya

demi amanat yang diembannya. Begitu pula Rukmini, ia juga harus rela berpisah

dengan Sroedji. Kutipan (200) sampai kutipan (202) merupakan bukti bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

92

Rukmini juga harus rela mengorbankan suaminya menjadi parajurit untuk mengusir

penjajah. Kutipan (203) sampai kutipan (205) merupakan bukti bahwa Sroedji dan

para pejuang lainnya rela mati di medan perang.

4.2.4.3 Cinta tanah air

Keberanian dan pengorbanan Sroedji serta para pejuang lainnya tidak akan

pernah terjadi jika dalam diri mereka tidak dilandasi rasa cinta tanah air. Berdasarkan

rasa cinta tanah air lah Sroedji dan para pejuang lainnya berani bahkan mau

mengorbankan segala-galanya demi bumi pertiwi. Termasuk menjadi seorang tentara

dan ikut berperang adalah bukti kecintaan Sroedji dan para pejuang lainnya terhadap

tanah air Berikut kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

(206) “Ya, aku akan sekolah! Akan kugapai mimpiku, jadi tentara,” seru

Sroedji dalam hati (Devita, 2014:10).

(207) “Inilah saat yang tepat untukku menyumbangkan tenaga dan pikiran

demi membela tumpah darahku,” bisik hati Sroedji (Devita, 2014:46).

(208) “Sekarang Bu…sekarang saatnya aku membaktikan diri, membela

tumpah darah,” kata Sroedji berapi-api. Telunjuknya menunjuk koran

di tangan Rukmini (Devita, 2014:47).

Berikut kutipan langsung yang mendukung bahwa Sroedji dan pejuang lainnya

mencintai tanah air dan mereka ingin generasi penerusnya bisa hidup bahagia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

93

(209) “Kita hidup di tanah Jawa. Bu…anak kita harus diajari bicara bahasa

Jawa untuk berkomunikasi sehari-hari, bukan bahasa penjajah, dan

bukan juga bahasa Madura…” (Devita, 2014:35).

(210) “Menjadi tentara dan membela tanah pertiwi memang cita-citaku. Aku

ingin anak-anak kita menjadi bangsa merdeka. Bukan menjadi babu di

negeri sendiri.” Sroedji berhenti berbicara sejenak. Terpekur (Devita,

2014:48).

(211) “Kita harus merdeka, Bu! Anak cucu kita harus bebas, menjadi tuan di

negeri sendiri…” lanjut Sroedji berapi-api (Devita, 2014:66).

(212) “Beh…justru untuk memenuhi mimpi-mimpimu iku sekarang kita ada

di sini. Kemerdekaan sing wis iso kita rebut dengan susah payah itu

harus bisa kita pertahankan,” sebuah suara ramah menimpali

pertanyaan Sersan Sakri (Devita, 2014:168).

Kecintaan Sroedji dan para perjuang lain terhadap tanah pertiwi memang

sangatlah besar. Mereka tidak pernah memikirkan imbalan untuk memerdekakan

Indonesia. Meskipun nyawa taruhannya, semangat Sroedji dan para pejuang lainnya

tidak penah padam. Kutipan (206) sampai kutipan (208) merupakan bukti bahwa

Sroedji dan para pejuang lainnya memiliki rasa cinta tanah air dengan membaktikan

diri menjadi seorang tentara dan siap bertempur di medan perang. Kutipan (209)

sampai kutipan (212) merupakan bukti bahwa Sroedji dan para pejuang ingin anak

cucunya bisa hidup bahagia di negeri sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

94

4.2.5 Relevansi Hasil Penelitian sebagai Bahan Pembelajaran Sastra di

SMA

Rahmanto (2005:15) berpendapat bahwa pengajaran sastra harus dipandang

sebagai sesuatu yang penting, karena karya sastra mempunyai relevansi dengan

masalah-masalah dunia nyata. Oleh sebab itu sastra bisa digunakan sebagai bahan

pembelajaran mengenai nilai-nilai kehidupan. Agar pesan yang dikemas dalam

pembelajaran sastra tersampaikan, Rahmanto (2005:27 – 28) mengklasifikasikan tiga

aspek penting dalam memilih pengajaran sastra, yaitu: pertama dari segi bahasa,

kedua dari segi kematangan jiwa (psikologi), dan ketiga dari segi latar belakang

kebudayaan para siswa.

1. Bahasa

Penggunaan bahasa perlu diperhatikan dalam pembelajaran sastra. Hal ini

berpengaruh pada pemahaman peserta didik. Jika pengarang menggunakan bahasa

yang terlalu sulit, peserta didik pun akan kesulitan dalam memahami isi novel. Novel

Sang Patriot menggunakan bahasa yang mudah dan dapat dimengerti. Pengarang

menggunakan bahasa daerah Jawa Tengah dan bahasa daerah Jawa Timur. Meskipun

demikian, maksudnya masih dapat dimengerti oleh peserta didik tingkat SMA.

Berikut kutipan-kutipan yang menggunakan bahasa daerah Jawa Tengah. Berikut

kutipan langsung yang mendukung pernyataan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

95

(213) “Cup…cup…cup…Nduk…,ono opo tho?” Rukmini meraih bayi dari

buaian dan mencari apakah ada semut ataukah binatang lain yang

menggigit bayinya (Devita, 2014:231).

(214) “Yo tenan…Ya benar…Iki lho…Ini lho,,,wacanen selebaran iki! Baca

saja selebaran iki! Dhelekon…! Lihat saja!” Karto dengan bangga

mengacungkan selebaran sebagai bukti (Devita, 2014:195).

(215) “Bu, kathah tiyang londo wonten ngajeng. Banyak orang Belanda di

depan,” mata Mbok Din yang bulat makin membesar karena terbelalak

ketakutan (Devita, 2014:178).

(216) “Opo sing dhadhi karepmu, tho Pom?” Rukmini yang baru saja

melahirkan merasa bingung dan gundah melihat Pom tak kunjung

sembuh (Devita, 2014:141).

Selain menggunakan bahasa daerah Jawa Tengah, Pengarang juga menggunakan

bahasa daerah Jawa Timur. Berikut kutipan langsung yang medukung pernyataan

tersebut.

(217) “Koen iku, kok moro-moro dadi cilik ati ngono to Kri?” Sersan Paimin

menganggapi sembari tetap sibuk mengelus-elus senapannya (Devita,

2014:167).

(218) Lha…yok opo ndak ngono, Min…Bayangno, kita ini sudah ngider

kesana kemari. Dari Jember harus hijrah ke Tulungagung dan Blitar,

berjalan sangat jauh. Baru beberapa bulan di sana dan mencoba hidup

nyaman dengan membuka hutan, eee…sekarang harus ke Jember lagi.

Wingate action kata Pak Raji. Opo to sebenere keinginannya para

pemimpin kita itu?”

(219) “Ealaaaah, Ngger…Ngger…Koen lak wis tak kandani, ojo mangan

kuwi nek durung digodok. Kamu kan sudah dikasih tau, jangan makan

itu sebelum digodok.Getahnya, Le…getahnya beracun. Makane…nek

wis dilarang simbok ojo nglawan ta lah! Makanya, kalau sudah

dilarang ibu, jangan melawan. Iki akibate ndak manut karo wong tuwo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

96

Ini akibatnya kalau tidak menurut sama orangtua,” omel Minah

(Devita, 2014:192).

(220) “Mo…koen wis moco durung…? Kamu sudah baca belum? Wis ono

pasukan Damarwulan. Pasukannya guedhee banget, siap nyerang

Belanda.” Penuh semangat Karto bertanya kepada Atmo temannya

(Devita, 2014:194 – 195).

Kutipan (213) sampai kutipan (216) merupakan bukti bahwa pengarang

menggunakan bahasa daerah Jawa Tengah. Kutipan (217) sampai kutipan (220)

merupakan bukti bahwa pengarang juga menggunakan bahasa daerah Jawa Timur.

Meskiun demikian bahasa-bahasa tersebut masih bisa dipahami dan dimengerti oleh

peserta didik anak SMA.

2. Kematangan jiwa

Kematangan jiwa seorang peserta didik juga harus diperhatikan dalam

pembelajaran sastra. Hal ini karena akan berpengaruh pada kemampuan berpikirnya,

kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan dalam memecahkan suatu masalah. Usia

peserta didik pada tingkat SMA adalah 16 tahun ke atas. Rahmanto (2005: 30)

berpendapat bahwa usia 16 tahun ke atas merupakan tahap generalisasi, dimana anak

tidak hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan

konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Berikut kutipan tidak

langsung yang mendukung dalam pemilihan aspek kematangan jiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

97

(221) Rukmini juga sempat terkaget-kaget saat suaminya melarang

berkomunikasi menggunakan bahasa Belanda, juga bahasa Madura, di

rumah. Sroedji mewanti-wanti agar anak-anak yang lahir kelak tidak

diajari bahasa Belanda sebagai bahasa sehari-hari (Devita, 2014:35).

(222) Sroedji memanglah mahir berbahasa Belanda dan dia tamatan HIS dan

Ambacthsleergang. Namun yang Rukmini tidak tahu adalah kenyataan

bahwa suaminya itu seorang nasionalis tulen. Cita-cita Sroedji

terhadap kemerdekaan negara yang bernama Indonesia sangatlah kuat

(Devita, 2014:35).

Berikut kutipan langsung yang mendukung dalam pemilihan aspek kematangan jiwa.

(223) “Seandainya bisa, Bu…pasti aku akan melakukannya,” Sroedji

berusaha menepiskan kegundahannya sendiri. “Tapi pasukanku harus

bergerak serentak sesuai komando Jendral Sudirman. Tugasku

meminpin pasukan. Aku harus berdiri di garda terdepan untuk

memompa semangat pasukan yang sudah mulai resah dan tidak setuju

dengan perintah hijrah ini. Bukan hanya pasukanku, Bu, semua

pasukan brigade-brigade lainnya juga harus mengosongkan daerah-

daerah di garis van Mook.” (Devita, 2014:137).

(224) “Dia bukan siapa-siapa. Hanya rakyat biasa yang terserempet peluru

dan butuh operasi segera, atau dia harus kehilangan kakinya,” kilah

Sroedji tenang. Meski wajahnya serius, ada seulas senyum tipis di

bibirnya. Dalam hati Soebandi berbisik, “Wah makin pintar aku

berbohong. Semoga saja Belanda ini tidak tahu yang sedang ku operasi

adalah komandan Batalion Banyuwangi.” (Devita, 2014:92).

(225) “Tapi, Pak…kami tidak gentar menghadapi musuh sebanyak apa pun,”

sergah Letnan Prajoto yang berperawakan gempal dan memang

terkenal berani (Devita, 2014:160).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

98

Kutipan (221) sampai kutipan (225) merupakan bukti bahwa nilai-nilai

patriotisme yang terkandung dalam novel tersebut mempunyai aspek kematangan

jiwa. Dimana setiap tokoh tidak lah mudah dalam mengambil setiap keputusan, ada

hal-hal tertentu yang perlu difikirkan. Sehingga menimbulkan pertentangan batin

yang tidak mudah untuk dipecahkan. Bagi peserta didik tingkat SMA, masalah ini

masih bisa dipecahkan oleh mereka.

3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya juga penting dalam pengajaran sastra. Hal ini akan

menambah minat dan ketertarikan peserta didik dalam menganalisis sebuah novel.

Selain itu, mereka akan mengenal budaya-budaya yang ada di Indonesia. Berikut

kutipan yang mendukung pernyataan tersebut.

(226) Hasan, sang ayah, berkeinginan lain lagi. Dia berharap anaknya

menjadi sosok yang religius. Apalagi Sroedji lahir di kalangan santri.

Di Madura, anak-anak sejak umur lima tahun sudah diserahkan kepada

guru ngaji untuk belajar agama. Pesantren besar atau kecil gampang

dijumpai di pelosok Madura sampai ke pulau Kagean (Devita,

2014:14).

(227) Seperti umumnya orang Madura, Hasan mengidolakan Baladewa.

Karakternya selaras dengan perangai orang Madura. Sifat tokoh

wayang satu ini berbeda dengan Kresna dan Arjuna yang lembut tapi

perkasa, favorit orang Jawa. Baladewa tegas dan kaku, tetapi selalu

konsisten terhadap kebenaran, jujur, dan adil serta rela berkorban

(Devita, 2014:16).

(228) Keahlian Tajib sangat bermanfaat bagi Belanda untuk mendidik kaum

priyayi dan Belanda sendiri. Lelaki itu pun dilekati sebutan ‘Mas’,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

99

suatu gelar kebangsawanan Madura seperti halnya Raden bagi

masyarakat Jawa. (Devita, 2014:20 – 21).

(229) Orang Jawa, turun-temurun, sangat mempercayai ramalan Jayabaya.

Keluguan dan kentalnya kepercayaan pada hal-hal mistis menggiring

orang meyakini apa yang didengungkan kitab Musasar gubahan Sunan

Giri Prapen itu. Apalagi terbukti di tahun 1942, bangsa Nippon yang

tak lain adalah Jepang, mendarat di Indonesia (Devita, 2014:38).

Kutipan (226) sampai kutipan (229) merupakan bukti bahwa di setiap daerah

mempunyai latar belakang budaya yang berbeda-beda. Dalam novel Sang Patriot

budaya yang diperkenalkan adalah budaya Madura dan Jawa. Melalui hal tersebut

dapat menambah pengetahuan peserta didik mengenai budaya daerah lainnya.

4.2.6 Silabus (terlampir)

4.2.7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan penelitian semua rumusan masalah telah terjawab. Nilai

patriotisme telah ditemukan dengan cara mencermati tokoh dan penokohan, latar, dan

tema. Dalam teori ada 5 bentuk nilai patriotisme, yaitu kesetiaan, keberanian, rela

berkorban, kesukarelaan, dan cinta tanah air. Pada hasil analisis, peneliti hanya

menemukan 3 bentuk nilai patriotisme, yaitu keberanian, rela berkorban, dan cinta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

100

tanah air. Penemuan tersebut sudah bisa dijadikan gambaran tentang bentuk

patriotisme.

Peneliti menggunakan 2 penelitian yang relevan. Penelitian yang pertama

menemukan 4 bentuk nilai patriotisme, yaitu kesetiaan, pengabdian, tanggung jawab,

dan kebersamaan. Penelitian yang relevan kedua menemukan 2 bentuk nilai

patriotisme, yaitu kesetiaan dan rela berkorban. Ada 2 bentuk nilai patriotisme yang

ditemukan dalam penelitian ini tetapi tidak ditemukan dipenelitian yang relevan di

atas, yaitu keberanian dan cinta tanah air. Hal ini dapat dijadikan masukan atau

tambahan pengetahuan bahwa masih ada bentuk lain dari nilai patriotisme.

Dari teori yang digunakan dan hasil penelitian yang ditemukan, keduanya

dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XII semester II.

Standar kompetensi yang sesuai dengan penelitian ini adalah memahami buku

biografi, novel, dan hikayat. Kompetensi dasar yang sesuai adalah mengungkapkan

hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

101

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap tokoh dan penokohan,

dapat diketahui bahwa Sroedji adalah tokoh utama. Perannya sangat menonjol

dalam cerita. Tokoh tambahan dalam novel tersebut adalah Rukmini, Hasan,

Amni, Tajib, Maryam, Murjani, Soebandi, Titiwardoyo, Abdul Syukur,

Rustamaji, Sersan Sakri, dan Sersan Paimin. Peran mereka tidak terlalu pokok,

namun keberadaannya mendukung tokoh utama.

Peristiwa terjadi di Jawa Timur. Kota Jember merupakan tempat tinggal

keluarga Sroedji. Rumah Sakit Umum Kreongan merupakan tempat Sroedji

bekerja. Bentuk perjuangan Sroedji dan para pejuang yang lain juga berada dalam

kota-kota di Jawa Timur. Cerita dimulai antara tahun 1943 sampai 1949, dari

Sroedji kecil, menikah, perjuangan Sreodji dan anak buahnya, hingga Indonesia

menjadi negara yang bebas dari penjajah. Pada waktu ini keadaan masyarakat

Indonesia masih serba sulit. Bangku sekolah hanya boleh dinikmati oleh para

penguasa, anak perempuan harus mau menikah dengan pria pilihan orangtuanya,

dan masyarakat Indonesia yang masih mudah untuk ditipu.

Tema yang diangkat adalah dibutuhkan perjuangan keras untuk mencapai

kesuksesan. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi sastra untuk

menemukan nilai-nilai patriotisme yang terdapat dalam novel Sang Patriot karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

102

Irma Devita.

Melalui penelitian yang telah dilakukan, peneliti menemukan 3 bentuk nilai

patriostisme, yaitu keberanian, rela berkorban, dan cinta tanah air. Sikap berani

yang ditunjukkan Sroedji dan anak buahnya adalah mereka berani menghadapi

musuh meski kalah jumlah dan persenjataan, berani kehilangan nyawa demi

mempertahankan suatu wilayah, dan berani mempertahankan wilayah yang akan

direbut oleh penjajah. Bentuk pengorbanan yang ditunjukkan oleh Sroedji dan

anak buahnya adalah rela menjalani pelatihan di luar batas kemanusiaan untuk

membebaskan Indonesia dari penjajah, rela mati dalam medan perang, rela

berpisah dengan keluarga demi menjalankan tugas sebagai prajurit, dan rela tidak

tidur selama berhari-hari untuk berjaga dari serangan musuh. Keberanian dan

pengorbanan yang ditunjukkan Sroedji beserta anak buahnya tentu didasari rasa

cinta akan tanah air. Bentuk kecintaan mereka terhadap tanah air adalah Sroedji

bersedia menjadi tentara atau mengabdikan hidupnya untuk tanah airnya, Sroedji

dan anak buahnya berjuang membersihkan penjajah dari tanah air agar anak

cucunya kelak bisa hidup merdeka, dan Sroedji selalu mengajarkan bahasa Jawa

sebagai bahasa komunikasi, bukan bahasa penjajah.

Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA

kelas XII semester II. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan) dengan SK 15 : Memahami buku biografi, novel, dan

hikayat dan KD 15.1 : Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani

dari tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

103

5.2 Impikasi

Penelitian terhadap novel Sang Patriot dapat digunakan sebagai bahan

penelaahan yang kemudian dicari aspek-aspek sosial dari karya sastra. Novel ini

mengandung nilai patriotisme yang dapat dijadikan pegangan dalam kehidupan

sehari-hari. Dalam bidang sastra, hasil penelitian dapat digunakan untuk melatih

peserta didik mencari tokoh penokohan, latar, tema, dan nilai patriotisme. Dalam

bidang pendidikan, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran

sastra untuk SMA kelas XII semester II.

5.3 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan agar para guru

dapat mengambil nilai yang terkandung dalam novel Sang Patriot karya Irma

Devita untuk diajarkan kepada peserta didiknya. Bagi para mahasiswa, agar

penelitian ini dapat dijadikan reverensi dalam penyusunan skripsi dan mengambil

nilai yang terkandung dalam novel Sang Patriot karya Irma Devita untuk

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

104

DAFTAR PUSTAKA

Damono, Sapardi Djoko. 2002. Pedoman Penelitian Sosiologi Sastra. Jakarta:

Pusat Bahasa.

Darminta. 2006. Praksis Pendidikan Nilai. Yogyakarta: Kanisius.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta:

C A P S.

Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Kemendiknas: Jakarta.

Klemmer,Brian.http://books.google.co.id/books?id=CxEcqHu4wp4C&pg=PA182

&lpg=PA182&focus=viewport&dq=keberanian+adalah+hl=id&output=ht

ml_text. Diakses 11 Oktober 2014.

Kurniawan, Benny. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa.

Tangerang: Jelajah Nusa.

Kurniawan, Heru. 2012. Teori, Metode, dan Aplikasi Sosiologi Sastra.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Kutha Ratna, I Nyoman. 2010. Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan

Fakta. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

______. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme

hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Moleong, Lexy J. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Depdikbud.

______. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya Offset.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar

Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

105

Rahim dan Rashid. 2004. Patriotisme: Agenda Pembinaan Bangsa. Kuala

Lumpur: Maziza SDN. BHD.

Rahmanto, B. 2005. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Sanjaya, Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:

Prenada Media Group.

Simanjuntak.(http://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQ-

sC&pg=PT23&dq=Rela+berkorban&hl=id&sa=X&ei=Cqt6VMLeM8KG

uATAyoCwCg&ved=0CBoQ6AEwAA#v=onepage&q=Rela%20berkorba

n&f=false). Diakses 12 Oktober 2014.

Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia.

Suharsimi, Arikunto. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT

Gramedia.

Wahyuningtyas, Sri dan Wijaya Heru Santosa. 2011. Sastra: Teori dan

Implemestasi. Surakarta: Yuma Pustaka.

.Yudiono. 2009. Pengkajian Kritik Sastra Indonesia. Jakarta: PT. Grasindo.

Yudohusodo, Siswono, dkk. 1994. Nasionalisme Indonesia dalam Era

Globalisasi. Yogyakarta: Yayasan Widya Patria.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

106

LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Silabus

LAMPIRAN 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

LAMPIRAN 3 : Penilaian

LAMPIRAN 4 : Materi pembelajaran

LAMPIRAN 5 : Tabel data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

LAMPIRAN 1

SILABUS

Nama Sekolah : SMA/MA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XII/II

Standar Kompetensi : Membaca

15. Memahami buku biografi, novel, dan hikayat

Kompetensi

Dasar

Pengalaman

Belajar

Materi Pokok Indikator Penilaian Alokasi Sumber

15.1Mengungkap

kan hal-hal yang

menarik dan

dapat diteladani

dari tokoh

Mencermati

tokoh dan

penokohan,

latar, dan

tema

Mengidentifi

Tokoh,

penokohan,

tema, dan latar

Nilai

patriotisme

Hal-hal yang

Menganalisis

tokoh,

penokohan,

tema, dan latar

Menjelaskan

nilai-nilai

Jenis tagihan

Tugas

individu

Tugas

kelompok

4 x 45’ Novel Sang Patriot

karya Irma Devita

Sudjiman, Panuti.

1990.Kamus Istilah

Sastra. Jakarta:

Universitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

kasi nilai-

nilai

patriotisme

Mempresenta

sikan hasil

penemuan

menarik dari

para tokoh

Hal-hal yang

dapat

diteladani dari

para tokoh

patriotisme

Menyebutkan

hal-hal yang

menarik dari

para tokoh

Menyebutkan

hal-hal yang

dapat diteladani

dari para tokoh

Bentuk

instrumen

Uraian

bebas

Indonesia.

Nurgiyantoro,

Burhan. 2009.

Teori Pengkajian

Fiksi. Yogyakarta:

Gadjah Mada

University Press.

Rahim dan Rashid.

2004. Patriotisme:

Agenda Pembinaan

Bangsa. Kuala

Lumpur: Maziza

SDN. BHD.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Nama Sekolah : SMA/MA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : XII/II

Waktu : 4 x 45 menit (2 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi

15. Memahami buku geografi, novel, dan hikayat

B. Kompetensi Dasar

15.1 Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh

C. Indikator

1. Siswa mampu menganalisis tokoh, penokohan, tema, dan latar

2. Siswa mampu menemukan nilai-nilai patriotisme

3. Siswa mampu mendiskusikan hal-hal yang menarik dari para tokoh

4. Siswa mampu mendiskusikan hal-hal yang dapat diteladani dari para tokoh

D. Tujuan Pembelajaran

1. Siswa mampu menemukan tokoh, penokohan, tema, dan latar

menggunakan bahasa yang benar setelah mendengarkan penjelasan guru

dan membaca novel Sang Patriot

2. Siswa mampu menyebutkan nilai-nilai patriotisme dengan benar setelah

setelah mendengarkan penjelasan guru dan membaca novel Sang Patriot

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

3. Siswa mampu melaporkan hal-hal yang menarik dari para tokoh dengan

bahasa yang benar setelah berdiskusi di dalam kelompok

4. Siswa mampu melaporkan hal-hal yang menarik dari para tokoh dengan

bahasa yang benar setelah berdiskusi di dalam kelompok

E. Materi Pembelajaran (terlampir)

1. Tokoh dan penokohan

2. Tema

3. Latar

4. Nilai Patriotisme

F. Metode Pembelajaran

Tanya jawab, diskusi, ceramah, presentasi, penugasan

G. Langkah-langkah Pembelajaran

PERTEMUAN 1

Kegiatan Metode Alokasi

Waktu

1. Kegiatan Awal

A. Apersepsi

Guru memberi salam

Guru menjelaskan SK, KD, dan tujuan

pembelajaran

Guru menginformasikan materi yang

akan dipelajari bersama

Guru memberikan pertanyaan singkat

Ceramah

Tanya jawab

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

mengenai siapa yang pernah membaca

novel

Guru memberikan motivasi kepada

siswa

2. Kegiatan Inti

A. Eksplorasi

Guru bertanya mengenai tokoh dan

penokohan

Siswa menjawab pertanyaan mengenai

tokoh dan penokohan

Guru memberikan penjelasan mengenai

tokoh dan penokohan

Guru bertanya mengenai latar dan tema

Siswa menjawab pertanyaan mengenai

latar dan tema

Guru memberikan penjelasan mengenai

latar dan tema

Guru menjelaskan mengenai nilai

patriotisme

B. Elaborasi

Guru membagikan foto kopi novel Sang

Patriot karya Irma Devita

Guru memberi tugas individu kepada

siswa untuk menganalisis tokoh,

penokohan, latar, dan tema

Guru memberi tugas individu kepada

siswa untuk menemukan nilai-nilai

patriotisme

Tanya jawab

Tugas

individu

Presentasi

10 menit

50 menit

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan guru (menemukan nilai tokoh

dan penokohan, latar, tema, dan

patriotisme)

C. Konfirmasi

Guru menunjuk salah satu siswa untuk

mempresentasikan tugas yang sudah

dikerjakan

Siswa yang ditunjuk maju untuk

mempresentasikan apa yang sudah

dikerjakan

Siswa lain menanggapi dan memberi

masukan kepada siswa lain yang sedang

presentasi

Guru memberikan pembetulan dan

pengarahan atas hasil kerja siswa

3. Kegiatan Penutup

Guru mengajak siswa untuk

merangkum apa yang sudah dipelajari

Guru mengajak siswa untuk

merefleksikan kegiatan pembelajaran

hari ini

Tanya jawab

10 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

PERTEMUAN 2

Kegiatan Metode Alokasi

Waktu

1. Kegiatan Awal

A. Apersepsi

Guru memberi salam

Guru mengulang materi yang telah

dipelajari (tokoh, penokohan, latar,

tema, dan nilai patriotisme

Siswa menjawab pertanyaan yang

diberikan guru

Guru memberikan motivasi kepada

siswa

2. Kegiatan Inti

A. Eksplorasi

Guru memberi penjelasan mengenai

kemenarikan dan keteladanan

Guru membagi siswa ke dalam

kelompok (3 – 4 orang dalam 1

kelompok)

Guru memberi tugas kelompok kepada

siswa mengenai hal-hal yang menarik

dan dapat diteladani dari para tokoh

B. Elaborasi

Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan guru dengan berdiskusi di

dalam kelompok

C. Konfirmasi

Ceramah

Tanya jawab

Ceramah

Tanya jawab

Diskusi

Presentasi

10 menit

10 menit

40 menit

20 menit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Guru menunjuk beberapa kelompok

untuk maju dan mempresentasikan hasil

kerjanya

Siswa lain menanggapi dan memberi

masukan kepada kelompok yang

sedang presentasi

Guru memberikan pembetulan dan

pengarahan atas hasil kerja siswa

3. Kegiatan Penutup

Guru mengajak siswa untuk

merangkum apa yang sudah dipelajari

Guru mengajak siswa untuk

merefleksikan kegiatan pembelajaran

hari ini

Ceramah

Tanya jawab

10 menit

H. Sumber dan Media Pembelajaran

1. Novel Sang Patriot karya Irma Devita

2. Sudjiman, Panuti. 1990.Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas

Indonesia.

3. Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

4. Rahim dan Rashid. 2004. Patriotisme: Agenda Pembinaan Bangsa.

Kuala Lumpur: Maziza SDN. BHD.

5. Laptop dan viewer

6. Foto kopi novel Sang Patriot karya Irma Devita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

I. Penilaian (terlampir)

Bentuk tes :

1. Penilaian kognitif

Uraian singkat (terlampir)

2. Penilaian afektif (terlampir)

3. Penilaian psikomotorik (terlampir)

Yogyakarta, 2015

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

NIP NIP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

LAMPIRAN 3

PENILAIAN

Penilaian Kognitif (uraian bebas)

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat!

1. Analisislah tokoh dan penokohan dalam novel Sang Patriot!

2. Analisislah latar dan tema dalam novel Sang Patriot. Berikan kutipan yang

mendukung jawabanmu!

3. Temukan nilai patriotisme yang terkandung dalam novel Sang Patriot dan

sertakan kutipan yang mendukung jawabanmu!

4. Presentasikanlah yang hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari

tokoh!

Kunci Jawaban

1. Tokoh utama : Sroedji

Tokoh tambahan : Rukmini, Murjani, Mayor dr. Raden Mas,

Soebandi, Titiwardoyo, Abdul Syukur, Rustamaji,

Sersan Sakri, Sersan Paimin

Tokoh Utama Penokohan

1. Sroedji Tekad tinggi untuk sekolah

Pandai

Penyayang

Semangat tinggi

Rajin berdoa

Bijaksana

Cinta tanah air

Rela berkorban

Pemberani

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Tokoh Tambahan Penokohan

1. Rukmini Tekad tinggi untuk sekolah

Pandai

Polos

Rajin berdoa

Penyayang

Rela berkorban

2. Murjani Mudah menyerah

Semangat mengusir penjajah

Rela berkorban

3. Mayor dr. Raden

Mas Soebandi

Suka menolong

Tenang

Rela berkorban

Pemberani

4. Titiwardoyo Rela berkorban

Tenang

5. Abdul Syukur Rendah hati

Menyayangi Sroedji

6. Rustamaji Bertanggungjawab

Semangat

Patuh

Pemberani

7. Sersan Sakri Rela berkorban

Semangat mengusir penjajah

8. Sersan Paimin Cinta tanah air

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

2. Analisis latar

Bentuk Latar Latar

Latar tempat Pasar Pahing

Rumah Sreodji, Jember

Rumah Sakit Umum Kreongan

Bogor

Karesidenan Besuki

Surabaya

Blitar

Penanggal

Latar waktu Siang hari

7 September 1943

10 November 1945

8 Februari 1949

Tengah malam

27 Desember 1949

Latar sosial Perjodohan

Sulit untuk sekolah bagi rakyat jelata

Anak perempuan tidak boleh sekolah

tinggi-tinggi

Masyarakat Indonesia yang masih

mudah ditipu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Analisis Tema

Tema Kutipan

Diperlukan perjuangan

yang keras untuk

mendapatkan sesuatu

yang kita inginkan

Sroedji bersama para pejuang republik tetap

gigih mempertahankan Surabaya bagian

selatan. Mereka bertempur penuh semangat,

mempertahankan setiap jengkal bumi

pertiwi dari gempuran Inggris (Devita,

2014:86).

“Mereka pikir, semudah itu masuk

Sidoarjo? Tak akan kami biarkan mereka

seenaknya menembus pertahanan pejuang!”

batin Sroedji penuh tekad (Devita,

2014:82).

“Kalau begitu, ayo…kita sama-sama

berjuang, sama-sama hidup prihatin demi

kemenangan yang sudah di depan mata!

Kita harus satu tekad…lebih baik hancur

daripada kembali dijajah!” (Devita,

2014:172).

Perjuangan dan pengorbanan para syuhada

tidak sia-sia. Setelah melalui perjuangan

dan perundingan yang panjang, akhirnya

pada tanggal 27 Desember 1949, Belanda

secara de jure dan de facto mengakui

kedaulatan Republik Indonesia (Devita,

2014:251 – 252).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

3. Analisis Patriotisme

Nilai Patriotisme Kutipan

1. Keberanian “Hebat…hebat…meski tegang, sama sekali

tidak tampak wajah takut…,” gumam

Sroedji dalam hati, puas sekaligus bangga

(Devita, 2014:79).

“Mereka pikir, semudah itu masuk

Sidoarjo? Tak akan kami biarkan mereka

seenaknya menembus pertahanan pejuang!”

batin Sroedji penuh tekad (Devita,

2014:82).

“Aku tahu, prajurit-prajuritku gagah luar

biasa. Tidak ada satu pun dari kita yang

takut pada musuh, berapa pun banyaknya.”

Sroedji tersenyum sabar (Devita,

2014:160).

2. Rela berkorban “Dji…aku mau kabur saja. Tiap hari kita

disiksa. Di bawah terik matahari kita

disuruh lari sampai-sampai baju kita yang

hijau jadi putih karena keringat yang

mengering. Eh, malamnya kita juga masih

harus menerima gebukan. Belum lagi

tamparan, siksaan para bintara dan kopral

Jepang sialan itu yang tambah hari semakin

brutal!” lanjut Murjani dengan nada geram

sambil berusaha keras menahan air mata

yang hendak runtuh (Devita, 2014:55).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

“Aku tak mau menyerah…toh sebentar lagi

aku mau mati. Pejuang-pejuang itu harus

selamat,” batin Titiwardoyo yang bersikeras

meski napasnya tinggal satu-satu (Devita,

2014:98).

“Pak Bandi gugur, pak!!” seru Abdul

Syukur (Devita, 2014:209).

3. Cinta tanah air “Inilah saat yang tepat untukku

menyumbangkan tenaga dan pikiran demi

membela tumpah darahku,” bisik hati

Sroedji (Devita, 2014:46).

“Kita hidup di tanah Jawa. Bu…anak kita

harus diajari bicara bahasa Jawa untuk

berkomunikasi sehari-hari, bukan bahasa

penjajah, dan bukan juga bahasa

Madura…” (Devita, 2014:35).

“Beh…justru untuk memenuhi mimpi-

mimpimu iku sekarang kita ada di sini.

Kemerdekaan sing wis iso kita rebut

dengan susah payah itu harus bisa kita

pertahankan,” sebuah suara ramah

menimpali pertanyaan Sersan Sakri

(Devita, 2014:168).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

4. Hal-hal yang menarik dan patut diteladanidari tokoh

No. Nama Hal yang menarik

1. Sroedji Mempunyai tekad yang tinggi untuk bersekolah,

pandai, penyayang, rajin berdoa, bijaksana, cinta

tanah air, rela berkorban, pemberani

2. Mayor dr.

Raden Mas

Soebandi

Suka menolong, dalam situasi menegangkan ia

tetap tnang, rela berkorban, pemberani

3. Rustamaji Bertanggungjawab atas tugas yang ia emban,

semangat, patuh

No. Nama Hal yang patut diteladani

1. Sroedji Mempunyai tekad yang tinggi untuk bersekolah,

pandai, penyayang, rajin berdoa, bijaksana, cinta

tanah air, rela berkorban, pemberani

2. Mayor dr.

Raden Mas

Soebandi

Suka menolong, dalam situasi menegangkan ia

tetap tnang, rela berkorban, pemberani

3. Rustamaji Bertanggungjawab atas tugas yang ia emban,

semangat, patuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Rubrik Penilaian Kognitif

No. Kriteria Skor Bobot Skor x

Bobot

1. a. Siswa mampu menganalisis tokoh &

penokohan dengan lengkap, menggunakan

bahasa yang benar

b. Siswa mampu menganalisis tokoh &

penokohan dengan lengkap, tidak

menggunakan bahasa yang benar

c. Siswa tidak mampu menganalisis tokoh &

penokohan dengan lengkap, tidak

menggunakan bahasa yang benar

5

3

1

4

20

2. a. Siswa mampu menganalisis latar & tema

menggunakan bahasa yang benar,

memberikan kutipan dengan lengkap

b. Siswa mampu menganalisis latar & tema

tidak menggunakan bahasa yang benar,

memberikan kutipan dengan lengkap

d. Siswa tidak mampu menganalisis latar &

tema menggunakan bahasa yang benar, tidak

memberikan kutipan dengan lengkap

5

3

1

4

20

3. a. Siswa mampu menganalisis nilai patriotisme

dengan lengkap, menggunakan bahasa yang

benar

b. Siswa mampu menganalisis nilai patriotisme

dengan lengkap, tidak menggunakan bahasa

yang benar

c. Siswa tidak mampu menganalisis nilai

5

3

1

4

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

patriotisme dengan lengkap, tidak

menggunakan bahasa yang benar

Total skor 60

Skor yang diperoleh

Nilai akhir : x 100

Skor maksimal

Rubrik Penilaian Afektif

No. Aspek yang Dinilai Skor

1. Mengeluarkan pendapat dalam proses belajar 4 = sangat baik

2. Ketepatan dalam mengerjakan tugas 3 = baik

3. Perilaku/kesopanan 2 = cukup

4. Keaktifan dalam proses belajar 1 = kurang

Rubrik Penilaian Psikomotorik

Hal yang

dinilai

Deskripsi Skor Bobot Skor x

bobot

Presentasi 1. Siswa mampu

mempresentasikan hal-hal

yang menarik dan patut

diteladani dengan lengkap,

menggunakan bahasa yang

benar

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

2. Siswa mampu

mempresentasikan hal-hal

yang menarik dan patut

diteladani dengan lengkap,

tidak menggunakan bahasa

yang benar

3. Siswa tidak mampu

mempresentasikan hal-hal

yang menarik dan patut

diteladani dengan tidak

lengkap, tidak menggunakan

bahasa yang benar

3

1

4 20

Skor yang diperoleh

Nilai akhir : x 100

Skor maksimal

Yogyakarta, 2015

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran,

NIP NIP

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

LAMPIRAN 4

Materi Pembelajaran

1. Tokoh dan Penokohan

Sebuah novel tidaklah berjalan tanpa adanya peran seorang tokoh. Tokoh

adalah para pelaku yang terdapat dalam sebuah fiksi (Wiyatmi, 2006: 30). Panuti

Sudjiman (1990 : 79) mengartikan tokoh sebagai individu rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita.

Berbeda dengan tokoh, penokohan menunjuk pada watak, perwatakan,

karakter, sifat, dan sikap para tokoh seperti yang ditafsirkan oleh pembaca, serta

lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh (Burhan, 2009: 165). Jones

(Burhan, 2009:165) mengatakan, penokohan adalah pelukisan gambaran yang

jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Ada dua teknik

yang bisa digunakan pengarang dalam menggambarkan sifat pada tokoh.

Altenbernd & Lewis (Burhan, 2009:194) menyebutnya dengan teknik ekspositori

dan teknik dramatik. Berikut dijelaskan mengenai kedua teknik tersebut.

a. Teknik Ekspositori

Teknik ekspositori adalah pelukisan tokoh cerita yang dilakukan

dengan memberikan deskripsi, uraian, atau penjelasan secara langsung. Pada

teknik ini, pengarang menghadirkan tokoh dengan cara mendeskripsikan sikap,

sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri-ciri fisiknya (Burhan, 2009:194 – 195).

b. Teknik Dramatik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Pada teknik dramatik ini pengarang tidak mendeskripsikan secara

eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan pembaca

menemukan sendiri sikap, sifat, watak, tingkah laku, atau bahkan ciri-ciri fisik

tokoh melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, tindakan atau tingkah laku, dan

juga peristiwa yang berlaku (Burhan, 2009:198).

Peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita tidak hanya didukung oleh satu

tokoh saja. Cerita dalam novel juga membutuhkan tokoh tambahan agar cerita

dalam novel tersebut semakin hidup. Burhan Nurgiyantoro (2009: 176 – 177)

mengklasifikasikan tokoh sebagai berikut.

a. Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan,

baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

b. Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh lain yang terdapat dalam sebuah

cerita. Tokoh tambahan biasanya tidak dipentingkan dan hadir jika ada kaitannya

dengan tokoh utama, baik langsung maupun tidak langsung.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tokoh lebih merujuk pada orang

yang memainkan peran dan penokohan merujuk pada karakter tokoh atau

pelukisan gambaran sifat tokoh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

2. Latar

Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana

terjadinya lakuan dalam karya sastra (Sudjiman, 1990: 48). Zaidan (1988: 33)

mengungkapkan bahwa latar dalam novel tidak sama dengan latar belakang.

Burhan (2009: 227 – 237) membedakan latar ke dalam tiga unsur pokok,

yaitu latar tempat, waktu, dan sosial.

a. Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan biasanya

berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, atau lokasi tertentu

tanpa nama yang jelas.

b. Latar Waktu

Latar waktu menyaran pada “kapan” terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya tahun, musim, hari, dan jam.

c. Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

sosial masyarakat yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi, misalnya, kebiasaan

hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir, dan sikap.

3. Tema

Gorys Keraf (Wahyuningtyas & Wijaya, 2011 : 2) berpendapat bahwa tema

berasal dari kata tithnai (bahasa Yunani) yang berarti menempatkan, meletakkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Menurut Dick dan Rahmanto (1986 : 142) tema adalah gagasan dasar umum yang

menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai struktur

semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan maupun perbedaan-

perbedaan. Tema, menurut Stanton dan Kenny (Nurgiyantoro, 2009:67) adalah

makna yang dikandung oleh sebuah cerita.

4. Nilai Patriotisme

Darminta (2006:24) mengatakan bahwa nilai memberikan arah perjalanan,

seperti rel kereta api, agar tidak lepas dari jalur perjalanan. Lahirnya kemerdekaan

bagi sebuah bangsa yang dijajah pasti tidak lepas dari usaha dan kerja keras para

pejuang. Perjuangan panjang para pejuang tidak semudah yang kita bayangkan.

Dibutuhkan sikap patriotisme dalam mewujudkan sebuah kemerdekaan.

Patriotisme (KBBI, 2005:837) adalah sikap seseorang yang bersedia

mengorbankan segala-galanya untuk kejayaan dan kemakmuran tanah airnya.

Rahim dan Rashid (2004:5) berpendapat bahwa patriotisme adalah perjuangan

yang menjiwai kepada kepentingan bangsa dan negara.

Ada beberapa bentuk nilai patriotisme (Rahim dan Rashid, 2004:5),

seperti: kesetiaan, keberanian, rela berkorban, kesukarelaan, dan cinta pada tanah

air. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas mengenai nilai keberanian, rela

berkorban dan cinta tanah air.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

a. Keberanian

Keberanian adalah suatu keadaan berani (KBBI, 2005:837). Berani adalah

mempunyai hati yang mantap dan percaya diri yang besar dalam menghadapi

bahaya dan kesulitan (KBBI, 2005:138). Brian Klemmer

(http://books.google.co.id/books?id=CxEcqHu4wp4C&pg=PA182&lpg=PA182&

focus=viewport&dq=keberanian+adalah+hl=id&output=html_text) berpendapat

bahwa keberanian adalah sikap menghadapi, dan menangani segala sesuatu yang

dianggap berbahaya, sulit, atau menyakitkan, bukan menghindarinya.

b. Rela Berkorban

Bukan saja keberanian yang ditanamkan dalam diri para pejuang untuk

mengusir penjajah. Mereka juga menanamkan rasa rela berkorban. Simanjutak

berpendapat bahwa rela berkorban berarti kesediaan dengan iklas umtuk

memberikan segala sesuatu yang dimilikinya sekalipun menimbulkan penderitaan

bagi dirinya sendiri demi kepentingan bangsa dan negara

(http://books.google.co.id/books?id=3YBV8iOuQsC&pg=PT23&dq=rela+berkor

ban+adalah&hl=id&sa=X&ei=fFI_VNb3BOKomgWW6ICoBQ#v=onepage&q=r

ela%20berkorban%20adalah&f=false) . Dalam KBBI (2005:595) rela berkorban

adalah bersedia dengan iklas hati menyatakan kebaktian, kesetiaan, menjadi

korban, dan menderita.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

c. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air merupakan salah satu bentuk dari nilai patriotisme. Jika

tidak ada rasa cinta kepada tanah airnya, para pejuang tidak akan mau bersusah

payah untuk mengusir para penjajah. Cinta tanah air adalah cara berpikir,

bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan

politik bangsa (Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan

Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

LAMPIRAN 5

Tabel Data Cinta Tanah Air

No. Kutipan Deskripsi

1. Melihat Murjani sudah tenang,

Sroedji berbisik, “Kita harus

menjadi perwira yang tangguh, Mur

… Harus! Demi bangsa kita, Mur

… anak cucu kita. Mereka tidak

boleh mengalami masa kegelapan

seperti yang kita alami, Mur.”

(Devita, 2014:57).

Kutipan tersebut mengandung nilai

cinta tanah air karena Sroedji ingin

anak cucunya bisa hidup tenang di

tanah airnya sendiri. Sreodji beserta

anak buahnya berusaha dan

berjuang keras untuk mengusir

penjajah dari Indonesia.

2. “Aku jadi kacung serdadu

Nippon…? Tak sudi!” timpal

kawannya ketus (Devita, 2014:68).

Kutipan tersebut mengandung nilai

cinta tanah air karena anak buah

Sroedji tidak sudi menjadi kacung

Nippon. Seolah menggambarkan

bahwa mereka lebih baik mati demi

tanah airnya daripada hidup tetapi

mengabdi kepada penjajah.

3. “Ya Allah, mungkin ini sudah

waktuku … Biarlah darahku

menjadi pupuk penyubur tanah

tumpah darah ini …,” jerit hati

Sroedji (Devita, 2014:224).

Kutipan tersebut mengandung nilai

cinta tanah air karena Sroedji mau

mati demi kemerdekaan tanah

airnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Tabel Data Keberanian

No. Kutipan

Deskripsi

1. “Perang terbesar bukanlah

melawan musuh, Mur. Perang

paling besar adalah perang

melawan diri kita sendiri. Kita

harus punya satu tekad baja. Kita

harus kalahkan dulu diri kita, baru

bisa mengalahkan musuh.” (Devita,

2014:57).

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Sroedji berani

mengalahkan diri atau menguasai

diri baru setelah itu berani melawan

musuh.

2. Kolonel Sungkono bangkit dan

bersuara. “Tenang … tenang dulu

… Saudara-saudara sekalian, kita

akan pertahankan Surabaya. Kota

ini tidak boleh diserahkan begitu

saja. Tapi, siapa pun yang hendak

meninggalkan kota, tak akan

dihalangi. Silakan, jika ada di

antara saudara-saudara yang

hendak keluar dari Surabaya.

Meski hanya tinggal seorang diri,

saya akan tetap mempertahankan

Surabaya.” (Devita, 2014:76).

“Silakan, jika ada di antara saudara-

saudara yang hendak keluar dari

Surabaya. Meski hanya tinggal

seorang diri, saya akan tetap

mempertahankan Surabaya”.

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Kolonel

Sungkono dengan yakin dan percaya

diri akan mempertahankan Surabaya

meski hanya seorang diri.

3. “ … Kita lebih baik hancur

daripada kembali dijajah … Rakyat

Surabaya menolak ultimatum

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Gubernur Suryo

dengan berani mau mengorbankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Inggris!” Suara Gubernur Suryo

terdengar lembut namun tegas

(Devita, 2014:78).

diri demi bebasnya tanah air dari

penjajah.

4. “Sedikit lagi … sedikit lagi … Aku

harus mengulur waktu … Jangan

sampai terhenti … Pasien ini bisa

meninggal jika tidak selesai …”

gumam Soebandi dalam hati tanpa

memedulikan todongan senjata si

Belanda (Devita, 2014:91).

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Soebandi tetap

bekerja mengobati pasien yang

terluka tanpa memedulikan todongan

senjata Belanda. Artinya ia berani

mati untuk keselamatan pasien.

5. “Kalau begitu, ayo … kita sama-

sama berjuang, sama-sama hidup

prihatin demi kemenangan yang

sudah di depan mata! Kita harus

satu tekad … lebih baik hancur

lebur daripada kembali dijajah!”

(Devita, 2014:172).

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Sroedji mau

mengajak anak buahnya untuk

bersama-sama menghadapi penjajah

dengan berani berjuang dan hidup

prihatin.

6. “Mengapa kalian harus takut mati

dalam pertempuran? Kalian hanya

diminta memilih satu di antara dua

kebaikan … bertempur lalu

menang, atau mati sebagai syuhada

yang oleh Allah dijanjikan surga.

Ingat! Satu pilihan di antara dua

kebaikan. Jadi kalian jangan takut

mati demi harga diri bangsa dan

negara yang kita cintai ini.” Sroedji

memberi semangat (Devita,

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Sroedji tidak takut

mati dalam mengahadapi penjajah. Ia

mengajak semua anak buahnya untuk

tetap berjuang bersama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

2014:173).

7. Tak henti Sroedji menyemangati

anak buahnya, “Kalian tidak usah

takut! Allah senantiasa berada di

pihak yang benar.” (Devita,

2014:173).

Kutipan tesebut mengandung nilai

keberanian karena Sroedji dan anak

buahnya berani mati demi

kemerdekaan tanah air tercinta.

8. “Biar aku yang hadapi londo-londo

iku, Belanda-belanda itu.” Rukmini

berusaha meredakan kegugupan

yang seketika mencengkeram ulu

hati (Devita, 2014:179).

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Rukmini, seorang

perempuan dengan yakin berani

menghadapi kedatangan tentara

Belanda di rumahnya.

9. “Huh! Kalau saja Pak Sroedji tidak

melarang. Gemas aku ingin

mengarahkan senjata berat kaliber

2,7, ini ke pesawat-pesawat itu.

Biar mampus mereka,” gerutu

Sersan Paimin yang berdiri

berseberangan dengan Mayor

Magenda (Devita, 2014:188).

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Sersan Paimin

berani menghadapi para penjajah

dengan menggunakan senjata.

10. Sroedji merenung sejenak

mendengar laporan para intelnya,

lantas berkata, “Kalau begitu, kita

layani Belanda dengan perang urat

syaraf. Kita masuk Penanggal

dengan kekuatan penuh. Kita akan

buktikan TNI masih ada dan

Indonesia sudah merdeka.” (Devita,

2014:194).

“Kalau begitu, kita layani Belanda

dengan perang urat syaraf”. Kalimat

tersebut mengandung nilai

keberanian karena Sreodji dan anak

buahnya siap menghadapi penjajah

dengan cara apapun. Mereka berani

melayani perlawanan Belanda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

11. “Biar! Karto tidak takut Sumo,

tidak takut Belanda…,” balas Karto

sambil menunjuk-nunjuk dadanya

(Devita, 2014:196).

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Karto sendiri

mengatakan bahwa ia berani dan

tidak takut kepada Belanda.

12. Sroedji tetap tenang dan tegas

member instruksi kepada yang

hadir, “Kita lakukan perlawanan!”

(Devita, 2014:220).

Kutipan tersebut mengandung nilai

keberanian karena Sroedji dan anak

buahnya berani mengadakan

perlawanan terhadap penjajah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

Tabel Data Rela Berkorban

No. Kutipan Penjelasan

1. “Tak apa Pak … jauh hari aku

malah sudah melupakan cita-

citaku. Hidupku sekarang

untuk Bapak, untuk anak-anak,

untuk kita,” tukas Rukmini

tegas (Devita, 2014: 65).

Kutipan tersebut mengandung nilai rela

berkorban dimana Rukmini mau

menguburdalam-dalam keinginannya

untuk bersekolah demi keluarga yang

dibina bersama Sroedji.

2. “Aku juga harus menghadapi

gelombang protes dan

kemarahan pasukanku yang

kecewa dan tidak terima harus

menyingkir dan menyerahkan

wilayah Besuki kepada

Belanda. Tanah ini sudah kita

pertahankan tiap jengkalnya

dengan tetesan darah saudara-

saudara kami sendiri. Tapi

kembali lagi, kami ini hanya

prajurit, Bu…” mata Sroedji

yang semula menerawang

berbalik memandang wajah

Rukmini yang tengah hamil tua

(Devita, 2014:135).

“Tanah ini sudah kita pertahankan tiap

jengkalnya dengan tetesan darah saudara-

saudara kami sendiri. Tapi kembali lagi,

kami ini hanya prajurit, Bu…” Kutipan

tersebu tmengandung nilai rela berkorban

karena Sroedji beserta anak buahnya

sudah bersedia mengorbankan jiwa raga

beserta keluarga demi kemerdekaa

ntanah air tercinta.

3. “Baiklah Pak, …aku ijinkan

dengan satu syarat, kau harus

berjanji untuk kembali ke kami

dengan selamat. Engkau harus

Kutipan tersebut mengandung nilai rela

berkorban dimana Rukmini harus

merelakan suaminya, Sroedji bertempur

melawan penjajah meski dirinya sedang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

tetap hidup, demi aku … demi

anak-anak kita.” Dengan suara

tercekat, Rukmini berkata

sambil menatap mata suaminya

dalam-dalam dengan penuh

harap (Devita, 2014:138).

membutuhkan keberadaan Sroedji.

4. “Sebagai koman dan dengan

pasukan sebesar ini, aku harus

konsentrasi agar wingateaction

berjalan sesuai rencana, agar

semua bisa sampai dengan

selamat.” Tak ada nada

emosional dalam kalimat

Sroedji. Ia mengatakannya

dengan tenang dan abar. “Jika

keluargaku ikut, tentunya aku

akan terfokus pada

keselamatan mereka. Ini dapat

memecah konsentrasiku. Lihat

saja Pak Bandhi. Dia

tinggalkan istri dan anak-

anaknya tetap di Blitar.

Alasannya pasti sama

denganku.” (Devita, 2014:161

– 162).

“Jika keluargaku ikut, tentunya aku akan

terfokus pada keselamatan mereka. Ini

dapat memecah konsentrasiku. Lihat saja

Pak Bandhi. Dia tinggalkan istri dan

anak-anaknya tetap di Blitar. Alasannya

pasti sama denganku.” Kutipan tersebut

mengandung nilai rela berkorban dimana

Sroedji harus rela meninggalkan anak

beserta istrinya demi menunaikan

tugasnya sebagai tentara.

5. “Tapi Min, aku wis bosen

perang terus … gerilya terus.

Aku ingin hidup tenang, kawin

Kutipan tersebu tmengandung nilai rela

berkorban dimana seorang anak buah

Sroedji harus rela mengorbankan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

sama Siti dan puny aanak-anak

yang lucu-lucu. Kapan yo Min

negoro iki benar-benar

merdeka?” (Devita, 2014:168).

keinginannya demi menunaikan tugas

membela tanah air.

6. “Sedulur kabeh … Saudara

semua, musibah baru saja

menimpa kita. Banyak saudara

kita gugur. Seandainya para

prajurit bertindak sesuai

pelatihan-pelatihan dalam ilmu

ketentaraan, tentu tidak akan

sebanyak ini korban yang

jatuh. Mulai sekarang kita

harus disiplin. Yang paling

penting … dalam kondisi apa

pun kita harus siap! Jangan

panik! Kepanikan bisa

mengakibatkan kita mati

konyol. Kalian para prajurit,

disiplin adalah modal utama!”

Sroedji mengedarkan pandang,

menatap wajah prajuritnya

satu-satu (Devita, 2014:171).

“Sedulur kabeh … Saudara semua,

musibah baru saja menimpa kita. Banyak

saudara kita gugur.” Kutipan tersebut

mengandung nilai rela berkorban dimana

Sreodji dan anak buahnya rela

bersusahpayah keluar masuk hutan untuk

mencari selamat dan melakukan

perlawanan terhadap Belanda. Mereka

semua rela kehilangan nyawa dan

sanaksaudara demi bebasnya Indonesia

dari tangan para penjajah.

7. “Posisi kita memang sulit.

Sepertinya setiap gerakan kita

bisa diantisipasi musuh. Sudah

tiga hari ini kita tidak bisa tidur

dengan tenang. Seranganterus-

Kutipan tersebut mengandung nilai rela

berkorban dimana para pejuang tidak

tidur demi menjaga satu sama lain.

Selain itu mereka juga kerahkan tenaga

dan pikiran untuk mengatur siasat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

menerus datang,” ujar Sroedji

(Devita, 2014:209).

menghadapi Belanda.

8. “Aku wis gak popo, Ndi. Wong

cuma demam. Kalau ditunda

lagi, nanti rencana yang sudah

kita susun bisa berantakan.”

Sroedji masih demam, namu ia

memaksakan diri untuk tetap

memimpin rapat (Devita,

2014:220).

Kutipan tersebut mengandung nilai rela

berkorban dimana Sroedji yang sedang

sakit rela memimpin rapat untuk

mengatur siasat perang demi terbebasnya

Indonesia dari gempuran para penjajah.

9. “Dia masih sangat muda. Dia

harus keluar dengan selamat

dari pertempuran ini,” piker

Sroedji seraya menghampiri

Rustamaji, “Rus, cepetko en

mlayu…!! Cepat kamu lari!!

Aku titip mbakyumu

samaponakan-ponakanmu…!”

(Devita, 2014:222).

Kutipan tersebut mengandung nilai rela

berkorban dimana Sroedji merelakan

dirinya seolah-olah menjadi tawanan

penjajah agar Rustamaji dapat lari dari

kepungan untuk melindungi Rukmini dan

anak-anaknya.

10. Sroedji, Soebandi, dan para

perwira yang tersisa terus

bahu-membahu bertahan

dengan gagah berani tanpa

memperdulikan bahaya yang

mengintai mereka. Satu demi

satu perwira Sroedji gugur

akibat kalah jumlah dan

persenjataan. Lebih kurang

Kutipan tersebut mengandung nilai rela

berkorban dimana Sroedji dan para

pejuang lainnya rela mengorbankan

nyawanya sendiri untuk mengusir

penjajah dari Indonesia. Perlawanan

demi perlawanan mereka hadapi tanpa

mengeluh. Yang terpenting bagi Sroedji

dan anakbuahnya adalah Indonesia

terbebas dari penjajah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

sudah sekitar dua jam tembak

menembak itu berlangsung

antara kedua pihak. Walau

kalah jauh dalam persenjataan

dan jumlah, para pejuang

dengan gigih terus melawan.

Udara di tempat itu

mengandung hawa kematian.

Bau mesiu dan darah menguar

(Devita, 2014:223).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.usd.ac.id/1122/2/101224007_full.pdf · PEMBELAJARAN SASTRA DI KELAS XII SMA SEMESTER II (TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA) SKRIPSI Diajukan

BIODATA

Cicilia Ingga Kusuma lahir di Magelang, 10 Januari 1992. Ia lulus Taman Kanak-

kanak Pangudi Luhur Muntilan pada tahun 1998. Setelah lulus taman kanak-

kanak, ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Marsudirini Muntilan pada

tahun 1998 – 2004. Sekolah Menengah Pertama Marganingsih Muntilan

dipilihnya sebagai sekolah lanjutan setelah lulus dari sekolah dasar.

Ia lulus dari Sekolah Menengah Pertama pada tahun 2007. Ia lulus Sekolah

Menengah Atas Tarakanita Magelang pada tahun 2010. Pada tahun 2010, ia

melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta dengan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Ia menyelesaikan masa kuliah pada

tahun 2015 dengan menyusun skripsi yang berjudul Nilai Patriotisme dalam

Novel Sang Patriot Karya Irma Devita dan Relevansinya dengan Pembelajaran

Sastra di SMA Kelas XII Semester II (Tinjauan Sosiologi Sastra.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI